BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap tahun, berjuta-juta kehidupan manusia di bumi terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah. Agar didapatkan hasil transfusi darah yang optimal maka harus ada penyediaan darah yang aman dan diperlukan suatu alur kerja yang berkesinambungan, sehingga dapat menunjang pengobatan penderita. Tingginya angka kematian akibat kekurangan darah masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu bukti akan pernyataan di atas tercermin dalam angka kematian ibu melahirkan (AKI) yang sebagian besar akibat perdarahan, masih negara menjadi masalah berkembang kesehatan Indonesia di Indonesia. menempatkan Sebagai permasalahan kesehatan ini menjadi salah satu titik perhatian utama. Untuk itu dalam rangka pencapaian Millennium Development Goals (MDGs), penurunan AKI menjadi prioritas yang harus dilakukan. Adapun salah satu upaya mendukung penurunan AKI ini, adalah dengan penyediaan darah yang aman (safe blood) untuk transfusi. Tranfusi darah mencakup pemberian darah 1 2 utuh ataupun salah satu lebih komponen darah dari satu individu (pendonor) ke individu lain (resipien), dan tindakan transfusi darah ini merupakan salah satu terapi penunjang yang penting dalam manajemen pasien yang dirawat di rumah sakit. Berdasarkan data yang ada, di Yogyakarta saja, jumlah kebutuhan darah berkisar 4.500 sampai 5.000 kantung per bulan (kemasan kantung baku berisi 450ml sampai 500ml darah, adapun kantung darah dengan isi 250ml yang umum dipakai oleh Palang Merah Indonesia atau PMI). Angka kejadian penyakit-penyakit yang berujung pada trombositopenia pun diperkirakan akan semakin meningkat dari tahun ke tahun, seperti penyakit Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP), keganasan hematologi dan keganasan non hematologi. Pada penyakit keganasan contohnya, tiap tahunnya ditemukan 12 juta kasus baru dengan 7 juta kematian. Angka ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipatnya pada tahun 2020 dan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2030 (GLOBOCAN, 2008). Pengobatan penyakit-penyakit autoimun yang berujung pada trombositopenia banyak melibatkan transfusi (theurapetic apheresis maupun transfusion apheresis). Adapun pengobatan konvensional untuk keganasan juga masih terbatas dalam 3 kemoterapi yang menimbulkan beberapa efek samping pada komponen darah secara trombositopenia, dan langsung; lain-lain, seperti leukopenia, sehingga membutuhkan transfusi darah. Oleh karena hal itu, prosedur transfusi darah menjadi hal yang substansial dalam kerangka penanganan penyakit. Dalam pedoman Organization atau yang WHO dikeluarkan (Sibinga, World 1995), Health disebutkan: (1) Transfusi tidak boleh diberikan tanpa adanya indikasi yang kuat; dan (2) transfusi yang diberikan hanya berupa komponen darah pengganti yang hilang atau kurang. Berdasarkan transfusi darah pada tujuan cenderung di memakai atas, maka komponen saat darah ini yang disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Diperlukan pedoman dalam pemberian komponen-komponen darah untuk pasien yang memerlukannya, sehingga efek samping transfusi dapat diturunkan (1868-1943), seminimal salah seorang mungkin. perintis Karl Landsteiner transfusi darah berkata, “Transfusi darah tidak boleh diberikan, kecuali manfaatnya melebihi risikonya”. 4 Salah satu komponen darah yang umum digunakan adalah trombosit atau platelet. Prosedur thrombopheresis sendiri masih terbilang jarang dilakukan di Indonesia meskipun jumlah permintaan terutama pada transfusi pasien trombosit autoimun dan cukup keganasan. banyak, Hal ini disebabkan oleh beberapa hal; antara lain mesin apheresis yang terbilang mahal, dan belum banyak pendonor apheresis yang tersedia akibat syarat-syarat dan prosedur yang lebih berat dibanding dengan prosedur pendonor whole blood (Stroncek & Rebulla, 2007). Berangkat dari hal itu, maka peneliti merasa perlu untuk mengulas lebih dalam metode pemisahan trombosit untuk transfusi atau thrombopheresis. Thrombopheresis (sering juga disebut plateletpheresis atau trombocytapheresis) adalah suatu proses pengumpulan trombosit atau platelet atau keeping darah, yaitu komponen darah yang terlibat dalam pembekuan darah. Istilah thrombopheresis mengacu pada metode pengumpulan trombosit, yang dilakukan oleh sebuah alat yang digunakan dalam donor darah yang memisahkan trombosit dan mengembalikan bagian lain dari darah ke pendonor. Transfusi trombosit dapat menjadi prosedur menyelamatkan jiwa dengan mencegah atau mengobati komplikasi serius dari perdarahan 5 dan pula pada trombosit, pasien atau yang disebut memiliki juga gangguan produksi trombositopenia (jumlah trombosit rendah) atau disfungsi trombosit. Proses ini juga dapat digunakan sebagai terapi atau yang dikenal dengan theurapetic apheresis, untuk mengobati penyakit-penyakit yang mengakibatkan jumlah trombosit yang tinggi di atas batas normal (di atas 450.000 keping/mm3), seperti trombositosis esensial. I.2. Perumusan Masalah Teknik Indonesia, thrombopheresis khususnya Daerah masih terbilang Istimewa baru Yogyakarta di (DIY). Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) dan RSUP DR Sardjito, khususnya Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD), menjadi salah satu pioneer dalam pelaksanaan dan pengembangan peralatan yang transfusi thrombopheresis. memadai, prosedur yang Dibutuhkan tepat sehingga diharapkan dapat menghasilkan karakteristik produk atau keluaran seperti yang diinginkan, serta petugas yang kompeten dalam teknik transfusi tersebut. Berangkat dari hal-hal tersebut peneliti tertarik dan merasa perlu mengkaji lebih dalam mengenai hal-hal yang 6 berkaitan dengan profil donasi thrombopheresis, faktorfaktor yang mempengaruhi produk thrombopheresis, sehingga nantinya diharapkan dapat secara optimal meningkatkan dedikasi atau keberhasilan transfusi. Pengkajian tersebut juga dirasakan (khususnya perlu dalam karena lingkup masih propinsi sedikit DIY) penelitian yang membahas tentang profil donasi thrombopheresis tersebut. Maka berdasarkan pemaparan di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profil donasi thrombopheresis di UPTD RSUP DR Sardjito? 2. Bagaimana pengaruh karakteristik dan profil hematologi pendonor serta karakteristik prosedur donasi terhadap kualitas produk donasi thrombopheresis? 3. Bagaimana pengaruh kualitas produk donasi thrombopheresis terhadap efikasi transfusi? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui profil donasi thrombopheresis di UPTD RSUP DR Sardjito. 7 Tujuan khusus Penelitian memiliki tujuan untuk: 1. Mengetahui gambaran usia, jenis kelamin, berat badan, body mass index (BMI), jumlah trombosit dan hematokrit pra donasi pada pendonor dengan yield produk thrombopheresis. 2. Mengetahui korelasi thrombopheresis dan antara durasi volume donasi produk dengan yield produk thrombopheresis. 3. Mengetahui korelasi antara yield produk thrombopheresis dengan kenaikan jumlah trombosit pasca transfusi pada resipien. I.4. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, terhitung waktu penyusunan proposal penelitian, belum ada penelitian mengenai profil donasi thrombopheresis dalam lingkup propinsi DIY. Di Indonesia, penelitian dalam konteks transfusi darah secara umum pun masih terbilang sangat terbatas. Kendati demikian, ditemukan beberapa penelitian terkait thrombopheresis atau judul pada penelitian ini dalam jurnal internasional. Beberapa penelitian internasional yang mengkaji faktor- 8 faktor yang berpengaruh thrombopheresis (dalam terhadap hal kualitas produk yield produk ini thrombopheresis) beserta efikasi transfusi thrombopheresis pada resipien antara lain: 1. Patel et al., 2013 Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari aspek pendonor dan prosedur terhadap yield dari single donor platelets (SDP). Metode penelitian ini adalah dengan menganalisis 265 prosedur thrombopheresis yang dikerjakan menggunakan mesin apheresis CS 3000 plus Advance Membrane System (AMS) cell separator (Fenwal, USA) yang terkait dengan data-data resipien. dari aspek Analisis pendonor, statistik yang prosedur, digunakan dan dalam penelitian ini ada uji korelasi Pearson (‘r’ value). Hasil penelitian ini menunjukkan rerata jumlah trombosit pra donasi 286 ± 55 x103/cu mm dan rerata yield dari semua prosedur 3,3 ± 0,68 x1011. Yield berkorelasi donasi. positif Berat dengan badan, jumlah hemoglobin, trombosit dan pasca hematokrit pendonor tidak berkorelasi dengan yield dan tidak mempengaruhi yield dari single donor platelets. 9 2. Arun et al., 2013 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek demografis pendonor dan prediktor-prediktor laboratorium terhadap single donor platelets. Metode penelitian demografis ini pendonor laboratorium thrombopheresis adalah dan menganalisis yang terkait sebelum melakukan untuk mengidentifikasi data hasil transfusi faktor- faktor yang mempengaruhi yield. Prosedur dilakukan pada 130 pendonor thrombopheresis Prosedur apheresis Mobile sehat, dalam periode thrombopheresis Frenius Collection pertama Kabi kali waktu donasi 4 tahun. menggunakan mesin COM.TEC dan Hemonetics (MCS) plus Separator. System Korelasi antara jumlah trombosit pra donasi dengan yield dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan rerata jumlah trombosit pra transfusi 3,16 ± 0,62 x1011 per unit. Terdapat korelasi positif antara yield dengan jumlah trombosit pra transfusi dan BMI, sedangkan antara usia dan yield terdapat korelasi negatif. 10 3. Landzo et al., 2013 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi pengumpulan trombosit menggunakan mesin apheresis Fenval Baxter AMICUS dan membandingkan efisiensi dan kualitas produk transfusi dengan nilai hematokrit pendonor. Metode penelitian dalam ini dengan kelompok-kelompok membagi pendonor berdasarkan nilai hematokrit. Grup C terdiri dari pendonor dengan nilai hematokrit kurang dari atau sama dengan 46%. Grup D terdiri hematokrit terhadap lebih kelompok dari dari pendonor 46%. tersebut dengan Dilakukan kaitannya nilai analisis dengan efisiensi dan kualitas produk transfusi. Hasil penelitian ini menunjukkan tingginya nilai hematokrit secara signifikan mengurangi efisiensi pengumpulan trombosit dan kualitas produk transfusi. Perbedaan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan di atas dengan penelitian ini antara lain terdapat pada waktu penelitian, tempat atau lokasi penelitian, subjek 11 dan karakteristik subjek, karakteristik alat thrombopheresis, serta jumlah subjek. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, pengetahuan mengenai antara lain: 1) Bagi penulis Dapat menambah ilmu dan profil donasi thrombopheresis serta dapat menyelesaikan persyaratan untuk penulisan skripsi atau tugas akhir. 2) Bagi kalangan akademisi dan institusi Membuktikan adanya korelasi antara faktor-faktor pada pendonor dengan kualitas produk thrombopheresis sehingga membuka peluang untuk dikembangkan lebih jauh, guna mendapatkan hasil yang lebih spesifik serta menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah. 3) Bagi tenaga medis Dapat dijadikan refleksi, pengembangan dan aplikasi untuk perbaikan pelayanan kepada masyarakat. 4) Bagi masyarakat luas Dapat bermanfaat untuk mengenal lebih jauh tentang prosedur donasi thrombopheresis serta faktor-faktor 12 dari aspek pendonor yang dapat mempengaruhi kualitas produk transfusi, dibandingkan konvensional atau darah lengkap. dengan donasi