Jurnal Pendidikan Matematika

advertisement
61
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
BERBANTUAN AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMK
MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING
Wasriono1, Edi Syahputra2, Edy Surya3
Pendidikan Matematika PPS Unimed Medan
2,3)
Dosen Pendidikan Matematika PPS Unimed Medan
Email : [email protected]
1)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk berupa perangkat
pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing berbantuan
Autograph dengan peta konsep pada materi aplikasi integral di kelas XII SMK
yang meliputi : rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan siswa, dan
buku siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Subjek dalam
penelitian ini adalah ahli, guru, dan siswa kelas XII SMK.Validitas perangkat
pembelajaran didasarkan atas pendapat validator, kepraktisan didasarkan pada
respons guru dan siswa, dan keefektifan didasarkan pada, (1) ketuntasan minimal
kemampuan pemahaman konsep matematik siswa, (2) aktivitas aktif siswa, dan
(3) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam penelitian ini,
tahapan yang dilakukan hanya sampai menghasilkan produk final dan tidak
dilakukan implementasi secara luas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran dengan model penemuan terbimbing berbantuan
Autograph ini telah valid, praktis, dan efektif.
Kata kunci: Pengembangan perangkat,model penemuan terbimbing, kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan.
ABSTRACT
The aims of this study to develop a product in the form of mathematics learning
tool model Autograph guided discovery aided by the concept map on the integral
application material in the twelfth grade class of vocational school which
consist: lesson plan, student’s work sheet, and student’s textbook. The type of this
study is the development of study. Subjects in this study were experts, teachers,
and students. Validity of learning device based on the opinion of the validator,
practicality based on the responses of teachers and students, and effectiveness is
based on, (1) a minimum completeness ability of understanding mathematical
concepts students, (2) active activity of students, and (3) the ability of teachers
to manage learnings. In this study, the steps being taken only to produce the final
product, and not be deployed widely yet. The results showed that the learning
tool-aided model of guided discovery Autograph been valid, practical, and
effective.
Keywords: Learning tools development, guided inquiry model, validity,
practically, and effectiveness.
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
PENDAHULUAN
Kemampuan
guru
dalam
mengelola pembelajaran di kelas terkait
dengan profesi guru sebagai tenaga
pendidik, mengharuskan guru untuk
mengembangkan kemampuan diri baik
dari segi ilmu maupun kemampuan
pedagogiknya. Menurut Kemendikbud
(2014: 31) beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan guru untuk pengembangan diri
antara lain : (1) penyusunan RPP,
program kerja, dan/atau perencanaan
pendidikan; (2) penyusunan kurikulum
dan bahan ajar; (3) pengembangan
metodologi mengajar; (4) penilaian
proses dan hasil pembelajaran peserta
didik;
(5)
penggunaan
dan
pengembangan teknologi informatika dan
komputer (TIK) dalam pembelajaran ;
dan (6) inovasi proses pembelajaran.
Sejalan dengan kurikulum di era
2000-an yakni KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi)
2004, KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
2006, dan kurikulum 2013 adalah
kurikulum
yang
berbasis
pada
kompetensi dengan pembelajaran yang
konstruktivistik.
Keterlaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi sangat
ditentukan oleh kemampuan guru dalam
mengembangkan
perangkat
pembelajaran, yakni pengembangan
silabus, buku ajar, sumber dan media
pembelajaran, model pembelajaran,
instrumen
asesmen,
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (Akbar, 2013:
2).
Pengembangan
perangkat
pembelajaran
sangat
perlu
diimplementasikan
dalam
praktik
pembelajaran sehari-hari di satuan
pendidikan.
Akan
tetapi,
praktik
pembelajaran sehari-hari di sekolah
masih mengalami berbagai persoalan
berkenaan
dengan
perangkat
pembelajaran yang digunakan
untuk
mengoperasikan jalannya pembelajaran.
Menurut
anatomi
permasalahan
implementasi kurikulum tahun 2013
guru masih bingung bagaimana harus
mengelola pembelajaran sesuai roh
kurikulum yang berbasis kompetensi
yaitu (1) banyak indikator dan tujuan
pembelajaran yang dirumuskan guru
masih cenderung pada kemampuan
kognisi, afeksi, dan psikomotor yang
rendah, (2) bahan ajar yang digunakan
guru masih cenderung kognitivistik, (3)
pemanfaatan sumber dan media yang
masih kurang, (4) model pembelajaran
konvensional yang banyak diterapkan
guru sehingga kurang memicu keaktifan
siswa, dan (5) penilaian proses juga
kurang
berjalan
optimal
karena
keterbatasan
kemampuan
mengembangkan instrumen asesmen.
Kemampuan
guru
dalam
menyusun perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pendidikan menjadi
paradigma
bahwa
perangkat
pembelajaran adalah kumpulan berkasberkas dalam memenuhi kelengkapan
administrasi di sekolah. Guru belum
memanfaatkan perangkat pembelajaran
sebagaimana mestinya. Bahkan, menurut
Akbar (2013: 3) dari hasil KKG
(Kelompok Keja Guru) dan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang
seragam antara satu dengan sekolah lain,
guru cenderung hanya sekedar copy paste
perangkat pembelajaran mulai silabus,
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP), format penilaian, dan lain
sebagainya, walaupun kondisi dan
kemampuan siswa yang diajarkan di
setiap sekolah berbeda-beda.
Permasalahan
guru
dalam
menggunakan perangkat pembelajaran
juga ditemukan di SMK Negeri 2
Padangsidimpuan. Dari hasil pemantauan
dan wawancara dengan
5 guru
matematika serta tanya jawab dengan
beberapa siswa yang diampu oleh guru
tersebut
diperoleh
rangkuman
kelengkapan perangkat pembelajaran
sebagai
berikut.
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
Tabel 1. Hasil Pemantauan Kelengkapan Perangkat Pembelajaran Guru SMK
Negeri 2 Padangsidimpuan
Kode
Guru
Lama
Bertugas
Perangkat Pembelajaran
RPP
LKS
Buku Ajar
A
25 tahun
Ada
Ada
Ada
B
20 tahun
Ada
Ada
Ada
C
12 tahun
Ada
Tidak
ada
Ada
Pembuatan RPP setahun
sekali, LKS dan buku ajar
dari penerbit
Pembuatan RPP setahun
sekali, LKS dan buku ajar
dari penerbit
Pembuatan RPP setahun
sekali dan buku dari penerbit
D
10 tahun
Ada
Tidak
ada
Ada
Pembuatan RPP setahun
sekali dan buku dari penerbit
E
9 tahun
Ada
Ada
Ada
Dari tabel kelengkapan perangkat
pembelajaran 5 guru SMK Negeri 2
Padangsidimpuan dapat disimpulkan
bahwa
kelengkapan
perangkat
pembelajaran guru sejatinya sudah
terpenuhi. Namun, guru masih cenderung
menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dirancang
hanya sekali untuk pembelajaran selama
setahun yang berimplikasi dengan
penggunaan model pembelajaran yang
terus berulang tanpa memperhatikan
tuntutan pendidikan dan karakteristik
siswa yang selalu berubah. Guru juga
cenderung menggunakan buku ajar dari
penerbit sebagai satu-satunya sumber
pembelajaran di kelas dan
belum
mengembangkan LKS (Lembar Kegiatan
Siswa)
secara
optimal
dengan
memanfaatkan teknologi dan informasi
yang dapat membantu mempermudah
penyampaian pembelajaran. Disamping
itu, faktor dari luar yang sangat
berpengaruh menentukan kemampuan
pemahaman konsep matematik siswa
adalah proses pembelajaran di kelas.
Pembelajaran matematika di kelas selama
Keterangan
Pembuatan RPP setahun
sekali, LKS dan buku ajar
dari penerbit
ini masih
cenderung terfokus pada
hapalan rumus. Guru masih terbiasa
dengan pembelajaran yang diawali
dengan menyajikan materi, tanya jawab
tentang pemahaman
materi yang
disampaikan guru, memberikan contoh
soal dan membahas secara bersamasama, serta pemberian latihan atau
pekerjaan rumah sehingga pengetahuan
yang
diperoleh
siswa
sebatas
pengetahuan yang ada pada guru tanpa
memberikan kesempatan siswa dalam
mengembangkan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya. Guru belum
mengaktifkan kemampuan siswa untuk
menggunakan ide atau gagasan yang
memungkinkan siswa dapat mengekplor
seluruh
kemampuan
yang
dimilikinya dalam memahami suatu
konsep matematika. Senada dengan
Soedjadi (dalam Trianto, 2009: 18) yang
menyatakan bahwa dalam kurikulum
sekolah di Indonesia terutama pada mata
pelajaran eksak (matematika, fisika,
kimia) dan dalam pengajarannya selama
ini terpatri kebiasaan dengan urutan
sajian pembelajaran sebagai berikut:
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
(1) diajarkan teori/teorema/definisi ; (2)
diberikan contoh-contoh ; dan
(3)
diberikan latihan-latihan soal.
Pembelajaran matematika selama
ini masih berpusat pada guru sebagai
sumber pengetahuan. Guru masih merasa
kesulitan dalam menyusun perangkat
pembelajaran sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang telah
ditetapkan
pemerintah.
Guru
cenderung
menggunakan metode ekspositori berupa
ceramah, memberi contoh dan latihan
soal yang ada pada buku teks.
Pembelajaran juga kurang mendorong
keaktifan siswa dalam berpikir, sehingga
pada akhirnya proses pembelajaran di
kelas masih diarahkan pada kemampuan
anak menghafal informasi. Pembelajaran
yang kurang melibatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran akan mengakibatkan
kurangnya respon siswa terhadap
komponen-komponen
pembelajaran
sehingga akan membatasi kemampuan
berpikir siswa
dalam menemukan
konsep, memahami konsep, serta
menggunakan prosedur yang dibutuhkan
siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika
Dari pemaparan fakta empiris ini,
perlu adanya perangkat pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran
yang mengkondisikan siswa aktif dalam
pembelajaran matematika. Matthew dan
Kenneth (2013: 136) mengatakan,
“The Guided inquiry teaching approach
was found suitable and effective in
teaching of those aspects of the sciences
and mathematics”. Model pembelajaran
penemuan terbimbing sesuai dan efektif
dalam pengajaran untuk berbagai aspek
dari matematika dan sains. Sejalan
dengan Eggen dan Kauchak (2012: 201)
yang mengatakan bahwa model temuan
terbimbing
selain
mendorong
pemahaman materi secara mendalam dan
mengembangkan pemikiran siswa juga
efektif dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Oleh
karena
itu,
untuk
menanamkan pemahaman
konsep
matematik siswa, komponen yang sangat
penting dalam pembelajaran matematika
adalah perangkat
pembelajaran dan
media pembelajaran di dalam kelas.
Perangkat pembelajaran merupakan
bagian yang harus diperhatikan karena
berhubungan langsung dengan materi
pelajaran. Perangkat pembelajaran ini
hendaknya juga tidak memberikan materi
secara instan, akan tetapi mampu
mengarahkan siswa dalam memahami
konsep serta mampu membimbing siswa
dalam memecahkan masalah. Dalam
pengembangan perangkat pembelajaran
guru perlu melakukan pengembangan
berbasis teknologi yang dapat membantu
pemahaman konsep siswa secara visual
melalui gambar, warna, dan animasi.
Pentingnya penggunaan teknologi dalam
pembelajaran dipertegas oleh Ayub, dkk
(2009: 131) yang menyatakan bahwa
teknologi
sangat
penting
dalam
pembelajaran matematika karena dapat
meningkatkan pemahaman konsep yang
sulit secara visual serta menciptakan cara
memecahkan masalah.
Dari uraian di atas, Peneliti
tertarik untuk menerapkan
Autograph
pada pembelajaran
melalui model
penemuan
terbimbing
dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran
yang valid, praktis, dan efektif
(Nieveen,1999).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
dan tujuan penelitian yang
ditetapkan,
maka penelitian ini termasuk penelitian
pengembangan
(Developmental
Research).
model pengembangan
perangkat pembelajaran Thiagarajan,
Semmel dan Semmel, yaitu model 4-D
(define, design, develop, disseminate)
yang telah dimodifikasi. Penelitian
pengembangan ini dilaksanakan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran
dan instrumen-instrumen yang diperlukan
yang selanjutnya akan diujicobakan di
kelas. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan
adalah
perangkat
pembelajaran matematika materi luas
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
daerah dan volume benda putar tingkat
SMK dengan model pembelajaran
penemuan
terbimbing
berbantuan
software Autograph. Pengembangan
perangkat pembelajaran tersebut berupa
perancangan perangkat pembelajaran
mulai
dari
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Buku Ajar Siswa
(BAS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
dan Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematika (TKPKM).
Instrumen penelitian yang terdiri
dari: lembar tes hasil kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa,
lembar observasi aktivitas siswa, lembar
observasi pengelolaan pembelajaran,
lembar respon siswa, dan lembar validasi
perangkat pembelajaran.
pertama dan tes hasil belajar pada uji
coba kedua.
Subjek Penelitian
Subjek
ujicoba
1
pengembangan perangkat adalah siswa
kelas XII Teknik Gambar1
SMK
Negeri 2 Padangsidimpuan dengan
banyak siswa 30 orang dan subjek
ujicoba 2 adalah siswa kelas XII Teknik
Gambar 2 Padangsidimpuan dengan
banyak siswa 30 orang Tahun Pelajaran
2014-2015.
2. Lembar Pengamatan
Untuk
mengetahui
kualitas
proses, dilakukan pengamatan terhadap:
aktivitas siswa, kemampuan guru
mengelola pembelajaran, dan respon
siswa. Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan
lembar
pengamatan.
Masing-masing lembar pengamatan ini
akan dijelaskan satu per satu yaitu
sebagai berikut:
(a) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Instrumen ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang aktivitas siswa
selama berlangsungnya pembelajaran
dengan
menggunakan
perangkat
pembelajaran yang dibuat melalui model
pembelajaran penemuan terbimbing.
(b) Lembar observasi kemampuan
guru mengelola pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang kemampuan
guru dalam menerapkan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan
perangkat pembelajaran melalui model
pembelajaran penemuan terbimbing.
Pengamatan
dilakukan
selama
pembelajaran berlangsung (dari awal
pembelajaran
sampai
berakhirnya
pembelajaran) dan pengamatan dilakukan
oleh 2 orang pengamat.
Rancangan Uji Coba Lapangan
Rancangan uji coba yang akan
digunakan
dalam
pengembangan
perangkat pembelajaran adalah dengan
melakukan uji coba lapangan sebanyak
dua kali. Uji coba lapangan pertama
dilakukan
untuk
melihat
apakah
perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan sebelumnya telah efektif
atau tidak. Jika pada uji coba pertama,
perangkat
pembelajaran
belum
dikatagorikan efektif, maka dilakukan
revisi perangkat yang selanjutnya
dilakukan uji coba lapangan kedua. Pada
uji coba lapangan kedua selain melihat
keefektifan perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan, peneliti juga ingin
melihat
peningkatan
kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa
pada tes hasil belajar pada uji coba
Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Tes Kemampuan Belajar
Tes diberikan pada pertemuan
awal (sebelum dilakukan pembelajaran)
dan di pertemuan akhir pembelajaran
(setelah seluruh topik diajarkan) dan
instrumen tes pemahaman konsep ini
dikembangkan sesuai dengan indikator
pembelajaran luas daerah dan volume
benda
putar.
Tes
kemampuan
pemahaman konsep matematik tersebut
disusun berdasarkan pada kisi-kisi tes
kemampuan
pemahaman
konsep
matematik dan berpedoman pada
indikator
kemampuan
pemahaman
konsep matematik.
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
3. Lembar Validasi
Instrumen ini digunakan untuk
mendapatkan data mengenai pendapat
para ahli (validator) terhadap perangkat
pembelajaran yang telah disusun,
sehingga menjadi acuan atau pedoman
dalam merevisi perangkat pembelajaran.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dalam penelitian ini,
dipaparkan hasil penelitian Perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan
dan telah diujicobakan dinyatakan telah
valid, praktis, dan efektif. Hal tersebut
disebabkan, perangkat pembelajaran
yang
telah
dikembangkan
telah
memenuhi
kriteria
kevalidan,
kepraktisan,
dan
keefektivan:
berdasarkan kriterianya:
a. Kelima
validator
menyimpulkan
bahwa
Rencana
pelakasanaan
pembelajaran, Buku ajar siswa,
Lembar Kegiatan Siswa, dan tes
pemahaman konsep dapat digunakan
dengan revisi kecil pada kesalahan
penulisan/ejaan naskah soal, dan revisi
ini telah diperbaiki sesuai dengan
coretan validator.
b. Rata-rata skor setiap aspek penilaian
dari respon 30 siswa berada pada nilai
lebih besar atau sama dengan
3 (≥
3,0) dengan kriteria “Praktis”.
Keseluruhan rata-rata skor terhadap
penilaian perangkat pembelajaran
berada pada kriteria “Praktis” yaitu
sebesar 3,31.
c. Rata-rata skor setiap aspek penilaian
dari 4 guru berada pada nilai lebih
besar atau sama dengan
3 (≥ 3,0)
dengan kriteria “Praktis”. Keseluruhan
rata-rata skor terhadap penilaian
perangkat pembelejaran berada pada
kriteria “Praktis” yaitu sebesar 3,23.
d. Rata-rata kemampuan guru mengelola
pembelajaran pada ujicoba I sebesar
3,37 dengan kriteria “cukup baik”
sedangkan pada ujicoba II rata-rata
3,73 dengan kriteria “baik”.
e. Aktivitas siswa selama proses
pembelajarandengan
menggunakan
perangkat
pembelajaran
model
penemuan terbimbing pada ujicoba I
belum semua indikator masuk dalam
wakru ideal sedangkan pada ujicoba II
semua indikator sudah masuk dalam
waktu ideal.
f. Tingkat
ketuntasan
kemampuan
pemahaman konsep matematika yaitu
secara klasikal sebesar 86,67%. Pada
ujicoba I peningkatan kemampuan
pemahaman konsep siswa sebesar
17,08 % dari pretes ke postes dan
pada
ujicoba
II
peningkatan
kemampuan pemahaman konsep siswa
sebesar 29,58% dari pretes ke postes.
PEMBAHASAN PENELITIAN
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan
gambaran dan penafsiran ini terhadap
data hasil penelitian. Gambaran dan
penafsiran ini dilakukan terhadap
keamampuan
pemahaman
konsep
matematika, aktivitas aktif siswa,
kemampuan
guru
mengelola
pembelajaran, serta respon siswa dan
respon siswa terhadap komponenkomponen perangkat pembelajaran. Hasil
penelitian di atas sangat beralasan, bila
diperhatikan terhadap karakteristikkarakteristik yang ada
pada
model
pembelajaran
penemuan
terbimbing
berbantuan
Autograph, secara teoritis model
penemuan terbimbing memiliki beberapa
kelebihan dan bila kelebihan itu
diterapkan dengan maksimal di kelas,
sangat memungkinkan proses dan hasil
pembelajaran akan lebih baik. Berikut ini
akan dijelaskan tentang keterkaitan hasil
penelitian yang diperoleh, keterkaitan
dengan teori belajar dan hasil penelitian
lain yang relevan.
1. Produk Pengembangan Perangkat
yang
Valid
Melalui
Model
Penemuan terbimbing berbantuan
Autograph
Seperti yang telah diungkapkan
sebelumnya
bahwa
produk
pengembangan perangkat pembelajaran
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
dikatakan valid apabila penilaian dari
kelima validator terhadap keseluruhan
perangkat pembelajaran berada pada
kategori “cukup valid”. Hasil validasi
No
terhadap
keseluruhan
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan
disajikan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
Perangkat yang dikembangkan
Kategori
1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Valid
2
Buku Ajar Siswa (BAS)
Valid
4
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Valid
6
Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika (TKPKM)
Valid
2. Produk Pengembangan Perangkat
yang Praktis Melalui Model
Penemuan terbimbing berbantuan
Autograph
Seperti yang telah diungkapkan
sebelumnya pada
, bahwa produk
pengembangan perangkat pembelajaran
dikatakan praktis apabila penilaian
respon siswa dan respon guru mempunyai
kategori praktis. Dari perhitungan pada
ujicoba terbatas perangkat pembelajaran
model penemuan terbimbing berbantuan
Autograph yang meliputi rencana
pelaksanaan pembelajaran, buku ajar
siswa, lembar kegiatan siswa, dan tes
kemampuan pemahaman konsep adalah
perangkat pembelajaran yang praktis.
3. Produk Pengembangan Perangkat
yang
Efektif
Melalui
Model
Penemuan terbimbing berbantuan
Autograph
Keefektifan
produk
pengembangan
perangkat
dalam
penerapan model penemuan terbimbing
pokok bahasan aplikasi integal, dapat
dilihat dari
3 indikator, yakni:
1) siswa dikatakan telah memahami
konsep apabila terdapat 85% siswa yang
mengikuti tes telah memiliki kemampuan
pemahaman konsep minimal (≥ 65), 2)
aktivitas siswa selama kegiatan belajar
memenuhi kriteria toleransi waktu ideal
yang ditetapkan, 3) kemampuan guru
mengelola pembelajaran minimal berada
pada kategori cukup baik, Produk
pengembangan perangkat dikatakan
efektif
apabila
memenuhi
ketiga
indikator di atas. Berikut ini diuraikan
hasil penelitian keefektifan produk
pengembangan perangkat pembelajaran
yang
melalui
model
penemuan
terbimbing :
a. Peningkatan
Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Menggunakan Perangkat
Pembelajaran Model Penemuan
Terbimbing
Berdasarkan
hasil
postes
pemahaman konsep matematika siswa
pada ujicoba I terdapat 22 siswa yang
mengikuti tes memiliki nilai ketuntasan
minimal yaitu ≥ 65 atau sebesar 73,33%
dari 30 orang siswa dan pada ujicoba II
terdapat 26 siswa yang mengikuti tes
memiliki nilai ketuntasan minimal yaitu ≥
65 atau sebesar 86,67% dari 30 orang
siswa. Hal ini menunjukkan pemahaman
konsep matematika siswa menggunakan
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan
dengan
model
pembelajaran penemuan terbimbing
mengalami peningkatan dari ujicoba I ke
ujicoba II.
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
b. Aktivitas
Siswa
Terhadap
Pembelajaran
Menggunakan
Perangkat Pembelajaran Model
Penemuan Terbimbing berbantuan
Autograph
Bila ditinjau dari aktivitas siswa,
terdapat peningkatan kadar aktivitas aktif
siswa dimana pada ujicoba I terdapat 1
kategori pengamatan aktivitas aktif siswa
yang belum berada pada batas toleransi
yang ditentukan, selanjutnya pada
ujicoba II semua kategori pengamatan
aktivitas aktif siswa sudah berada pada
batas toleransi yang ditentukan. Aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi antara guru
dengan siswa atau sesama siswa,
mengakibatkan suasana kelas menjadi
kondusif, dan setiap siswa melibatkan
kemampuannya secara maksimal.
Bila dikaitkan aktivitas siswa
dalam
proses
penerapan
model
pembelajaran berbasis masalah dengan
teori
Piaget
(Suparno,
1991:87)
menyatakan bahwa interaksi sosial,
dalam kegiatan belajar baik dengan
teman-teman satu kelompok maupun di
luar kelompok mempunyai pengaruh
besar dalam pemikiran anak. Melalui
interaksi
ini,
anak akan
dapat
membandingkan
pemikiran
dan
pengetahuan yang telah dibentuknya
dengan pemikiran dan pengetahuan orang
lain. Pada bagian lain Jhon Dewey
(Trianto, 2009: 91) menjelaskan belajar
penemuan adalah interaksi antara
stimulus dengan respons, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan
masukan kepada siswa berupa bantuan
dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif
sehingga
masalah
itu
pemecahannya dengan baik. . .
c.Kemampuan
Guru
Mengelola
Pembelajaran
Menggunakan
Perangkat
Pembelajaran
Model
Penemuan Terbimbing Berbantuan
Autograph
Pada
ujicoba
I diperoleh
kesimpulan bahwa kemampuan guru
mengelola pembelajaran berada pada
kriteria cukup baik, untuk ujicoba II
kemampuan
guru
mengelola
pembelajaran berada pada kriteria baik
untuk ujicoba II.
Bila ditinjau dari teori belajar
yang ada, hasil penelitian di atas
sangatlah beralasan. Model pembelajaran
penemuan terbimbing mengikuti apa
yang dikemukan oleh Vygotsky (Arends,
2008: 47) yang memberikan penekanan
pada scaffolding, yaitu memberikan
sejumlah
besar
bantuan
berupa
pertanyaan ketika terjadi kemacetan
(stagnasi
berpikir),
kemudian
mengurangi bantuan tersebut secara
bertahap dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar
segera setelah ia dapat melakukannya.
Vygotsky juga menekankan peran guru
pada tahapan memberi pertanyaanpertanyaan yang bersifat petunjuk dan
aktif ketika ada kesulitan yang dialami
siswa
melalui
arahan,
dorongan,
membantu mereka pada saat terjadi
stagnasi berpikir dan proses selanjutnya
lebih ditekankan kepada keaktifan siswa,
sehingga pembelajaran tidak berpusat
lagi pada guru.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa simpulan sebagai
berikut:
1. Tingkat
kevalidan
perangkat
pembelajaran yang terdiri dari (i)
rencana pelaksanaan pembelajaran,
(ii) lembar kegiatan siswa, (iii) buku
ajar siswa, dan (iv) tes kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa
termasuk dalam kategori valid oleh
tim validator dengan pengertian
bahwa perangkat pembelajaran dapat
digunakan dengan sedikit revisi.
2. Tingkat
kepraktisan
perangkat
pembelajaran
yang
telah
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
dikembangkan dengan menggunakan
model
penemuan
terbimbing
disimpulkan berdasarkan pada: respon
siswa dan respon guru terhadap
komponen perangkat pembelajaran
pada kategori “praktis” dengan
pengertian
bahwa
perangkat
pembelajaran dapat digunakan dengan
baik.
3. Efektifitas perangkat pembelajaran
yang
dikembangkan
dengan
menggunakan model pembelajaran
penemuan terbimbing, disimpulkan
berdasarkan pada:
(i) Tercapainya
ketuntasan
klasikal
pemahaman
konsep matematika siswa pada
ujicoba II dengan persentase 86,67%,
(ii) kadar aktifitas aktif siswa
memenuhi kriteria toleransi waktu
ideal
yang
ditetapkan,
(iii)
kemampuan
guru
mengelola
pembelajaran berada pada kriteria
“cukup baik” pada ujicoba I dan
berkriteria “baik” pada ujicoba II.
4. Peningkatan kemampuan pemahaman
konsep
matematika
siswa
menggunakan perangkat pembelajaran
model
penemuan
terbimbing
berbantuan Autograph pada topik
aplikasi
integral
adalah
dari
persentase pencapaian kemampuan
pemahaman konsep matematika pada
setiap ujicoba yaitu : (i) Pada ujicoba I
peningkatan kemampuan pemahaman
konsep siswa sebesar 17,08 % dari
pretes ke postes dengan indikator
yang paling meningkat adalah
indikator
“Menjelaskan
konsep
Riemann dengan pendekatan luas
daerah” sebesar 50%, dan (ii) pada
ujicoba II peningkatan kemampuan
pemahaman konsep siswa sebesar
29,58% dari pretes ke postes dengan
indikator yang paling meningkat
adalah indikator“ Menjelaskan konsep
Riemann dengan pendekatan luas
daerah” sebesar 48%.
SARAN
Berdasarkan simpulan penelitian
di
atas,
pembelajaran
dengan
menggunakan perangkat pembelajaran
beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan.
Untuk
itu
peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bagi guru yang ingin menerapkan
perangkat
pembelajaran
menggunakan
model
penemuan
terbimbing pada topik yang lain pada
pelajaran matematika atau pada mata
pelajaran lain yang sesuai dapat
merancang
sendiri
perangkat
pembelajaran yang diperlukan dengan
memperhatikan komponen-komponen
pembelajaran dan karakteristik dari
materi
pelajaran
yang
akan
dikembangkan.
2. Peneliti hendaknya lebih mampu
mengefisienkan waktu yang telah
ditetapkan
dalam
rencana
pelaksanaan pembelajaran.
3. Peneliti
sebaiknya
benar-benar
melakukan persiapan seperti :
a. Memastikan ketersediaan fasilitas
laboratorium komputer yang benarbenar dapat dipakai pada saat
penelitian.
b. Sebelum melakukan penelitian,
peneliti menginstal terlebih dahulu
software Autograph ke dalam
seluruh komputer yang akan
digunakan dalam penelitian.
c. Melatih siswa dalam menggunakan
menu yang terdapat dalam
Autograph sebelum melakukan
penelitian agar tidak terjadi
kendala pada saat melakukan
penelitian.
d. Peneliti harus mampu menghadapi
masalah virus yang muncul saat
penelitian.
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
61
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat
Pembelajaran.
Bandung,
Remaja Rosda Karya
Arends, R. 2008. Learning to Teach,
Belajar untuk Mengajar. Edisi
Ketujuh.
Jilid
Dua.
(diterjemahkan oleh Soedjipto,
Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.)
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ayub, A. F. M., Tarmizi, R.A., Bakar K.
A., & Yunus, S.M. 2009.
Integration
of
Autograph
Technology
for
Learning
Algebra. European Journal of
Social Sciences. 9(1) :129-146
Eggen, P & Kauchak, D. 2012. Strategies
for Teacher Teaching Content
and Thinking Skills. New
Jersey, Prentice Hall.
Kemendikbud.
2014.
Tentang
pengembangan kemampuan guru
professional.
Matthew, B.M & Kenneth, I.O. 2013.
Study on the Effects of Guided
Inquiry. Teaching Method on
Students Achievement in logic.
the
International
Research
Journal .2(1) : 134 -140
Nieveen, N. 1999. Design Approaches
and Tools in Education and
Training .Kluwer Academic .
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan
Matematika di Indonesia,
(konstatasi keadaan masa
kinimenuju harapan masa
depan). Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Depdiknas.
Suparno,
Paul. 1991.
Filsafat
Konstruktivisme
Dalam
Pendidikan. Jakarta : Kanisius.
Tarmizi, R.A., Yunus, A. S. M., Ayub,
A. F. M., & Bakar, K. A. 2008.
A comparison of malaysian
secondary students perceived
Ease of use and usefulness of
Dynamic
mathematical
software. International Journal
Of Education And Information
Technologies. 2(3) : 194-201.
Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel,
M.
1974.
Instructional
Development
for
Training
Teachers of
Exceptional
Children. A Sourse Book.
Blomingtn:
Central
for
Innovation on Teaching The
Handicapped.
Trianto.
2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif
: Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Wasriono, Edi Syahputra, Edy Surya. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbantuan
Autograph untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa melaluin Model Penemuan
Terbimbing. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015, hal 52-61.
Download