TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN AKIBAT MALPRACTICE Ikhsan Yusda PP Dosen Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Padang [email protected] ABSTRAK Timbulnya malpractice bermula pada hubungan pasien-dokter. Hubungan inilah yang memberikan dasar terdapatnya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Dalam transaksi terapeutik dokter harus menggunakan kepandaiannya maupun keilmuan yang dimilikinya dalam melakukan perawatan seorang pasien dan kewajiban pasien untuk membayar honorarium dan sebagainya. Adanya kelalaian dokter akibat hubungan yang telah terjadi dapat menyebabkan kerugian pasien. Perubahan nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat akan mengakibatkan benturan-benturan kepentingan yang tidak jarang menyebabkan seseorang akan bertindak menyimpang dari norma-norma yang telah ada sebelumnya. Kode Etika Kedokteran adalah perwujudan nilai-nilai moral yang berlaku bagi profesi kedokteran yang sampai kini berusaha mempertahankan kemuliaan dan kehormatan profesi kedokteran. Transaksi antara dokter dan pasien menimbulkan hak dan kewajiban yang timbal balik, dan apabila hak dan kewajiban itu tidak dipenuhi oleh salahsatu pihak yang sudah bersepakat mengadakan transaksi itu, maka wajarlah apabila pihak yang merasa dirugikan melakukan tuntutan gugatan. Sehingga akhir-akhir ini banyak timbul permasalahan yang menjurus pada tuduhan malpractice kepada profesi dokter. Sebagai pemakai terakhir dari jasa, maka pasien merupakan konsumen yang memakai jasa pelayanan kesehatan. Oleh karena konsumen menyangkut semua individu, maka konsumen mempunyai hak yang mendapat perlindungan hukum, baik itu Hak-hak Asasi Manusia maupun Masyarakat Ekonomi Eropa telah menemukan adanya hak-hak dasar konsumen itu. Kata kunci: Dokter-Pasien, Transaksi Terapeutik, Malpractice, Perlindungan Hukum. ABSTRACT The emergence of malpractice began in patient-physician relationship. These relationships that provide the presence of basic rights and obligations between the parties. In the transaction therapeutic doctors should use its intelligence and science in the treatment of a patient and the patient's obligation to pay the fee and so on. Doctor's negligence that has occurred as a result of a relationship can cause harm patients. Changes in values that occurred in the community will lead to conflicts of interest that does not cause a person will act rarely deviate from the norms that have been there before. Code of Medical Ethics is the embodiment of moral values that apply to the medical profession, which until now tried to keep the glory and honor of the medical profession. Transactions between doctor and patient rights and obligations are reciprocal, and if the rights and obligations are not met by one of the main parties have agreed to hold the deal, it was natural if the party who feels aggrieved perform action lawsuit. So lately many problems arise that lead to allegations of malpractice to the medical profession. As end users of the service, so patients are consumers who use SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 845 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK health services. Because of consumer concerns all individuals, then the consumer has the right to legal protection, both Human Rights and the European Economic Community has discovered the existence of the basic rights of the consumer. Keywords: Doctor-Patient, Therapeutic Transactions, Malpractice, Legal Protection. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini kalangan dokter sibuk membicarakan masalah Kode Etik Kedokteran. Misalnya saja, bulan Desember 1978 telah diadakan Simposium Kode Etik Kedokteran Indonesia dengan tema Penilaian Kembali Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Fakultas Kedokteran Airlangga pun pada bulan April 1981 mengadakan Panel Diskusi Peranan Pendidikan Kedokteran dalam Menegakkan Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pemantapan Citra Dokter di dalam Masyarakat. Bahkan baru-baru ini telah diadakan Panel Diskusi Aspek Hukum dalam Profesi Kedokteran di Bandung. Adanya berbagai macam diskusi tersebut memberi petunjuk pada kita, bahwa sebenarnya kalangan dokter sendiri merasakan adanya pelayanan dokter yang kurang ataupun tidak sesuai dengan maksud dari Kode Etik tersebut. Di samping itu dokter saat ini memang sedang disoroti oleh masyarakat lewat media massa, baik itu media TV maupun beberapa surat kabar harian yang terbit di ibu kota. Pada umumnya, keluhan masyarakat berupa pelayanan kesehatan yang mengakibatkan kerugian pasien atau dapat menimbulkan penderitaan lebih lanjut. Misalnya, akibat tindakan dokter yang kurang tepat menyebabkan seorang pasien meninggal dunia. Kita kini memang hidup dalam suatu masa transisi, karena terjadi perubahan besar dalam susunan masyarakat yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan kita dan karena terjadinya perubahan besar lain yang lebih mendalam sifatnya, yaitu pergeseran nilai-nilai budaya yang mempengaruhi alam pikiran, mentalitet serta jiwa kita. (saya kursipkan). (Kuncaraningrat.1975:17). Ini adalah akibat pembangunan yang sekarang sedang kita lakukan, di mana masa pembangunan merupakan masa ketimpangan-ketimpangan. (Soemardjan. 1976). Perubahan nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat akan mengakibatkan benturanbenturan kepentingan yang tidak jarang menyebabkan seseorang akan bertindak menyimpang dari norma-norma yang telah ada sebelumnya. Kode Etika Kedokteran adalah perwujudan nilai-nilai moral yang berlaku bagi profesi kedokteran yang sampai kini berusaha 846 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK mempertahankan kemuliaan dan kehormatan profesi kedokteran. Oleh karena Kode Etik tersebut mengandung makna yang sangat berkait erat dengan: 1. Perilaku yang berisikan hak dan kewajiban berdasarkan perasaan moral, dan 2. Perilaku yang sesuai untuk mendukung sntar profesi. (Koeswadji, 1981:3). Terjadinya hubungan kepercayaan antara 2 (dua) insan, yaitu; sang pengobat dan penderita, dalam zaman modern sekarang ini disebut transaksi terapeutik antara dokter dan pasien. Adapun yang dimaksudkan dengan ”transaksi terapeutik” adalah transaksi untuk menentukan-mencari terapi yang paling tepat bagi pasien dan dokter. (Koeswadji, 1981:4). Transaksi antara dokter dan pasien menimbulkan hak dan kewajiban yang timbal balik, dan apabila hak dan kewajiban itu tidak dipenuhi oleh salah satu pihak yang sudah bersepakat mengadakan transaksi itu, maka wajarlah apabila pihak yang merasa dirugikan melakukan tuntutan gugatan. Sehingga akhir-akhir ini banyak timbul permasalahan yang menjurus pada tuduhan malpractice kepada profesi dokter. Sebagai pemakai terakhir dari jasa, maka pasien merupakan konsumen yang memakai jasa pelayanan kesehatan. Oleh karena konsumen menyangkut semua individu, maka konsumen mempunyai hak yang mendapat perlindungan hukum, baik itu Hak-hak Asasi Manusia maupun Masyarakat Ekonomi Eropa telah menemukan adanya hak-hak dasar konsumen itu. Berdasarkan beberapa pokok uraian di atas, maka penelaahan malpractice dalam artikel ini penulis kaitkan dengan transaksi antara dokter-pasien berdasarkan hubungan keperdataan yang dijamin oleh Hak Asasi Manusia. Masalah yang timbul dari penelaahan tersebut adalah: sampai seberapa jauh perlindungan hukum terhadap pasien akibat malpractice? Dari sini timbul beberapa persoalan, yaitu: 1. Adakah hak-hak pasein yang mendapat perlindungan hukum? 2. Faktor-faktor apakah yang menghambat terealisirnya hak-hak pasien itu? 3. Usaha-usaha apakah yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulnya malpractice? TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Malpractice Malpractice adalah suatu tindakan yang kurang hati-hati dari seseorang dalam menjalankan profesinya. Ukuran dari tingkah laku yang kurang hati-hati itu tidak kita SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 847 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK temui dalam hukum melainkan terletak pada ketentuan seorang hakim atau juri. (Hayt, 1964: 328-329). Istilah malpractice mempunyai konotasi yang luas dan biasanya dipakai untuk bad practice; suatu ketika disebut dengan malapraxis, dalam hal perawatan seorang pasien. Dalam Legal Aspects of Medical Records hal. 329 kita dapat membaca rumusan malpractice sebagai: 1. the failure of a physician or surgeon in the treatment of patient to possess and employ that reasonable degree of learning skill, and experience which ordinarily is possessed by others of his profession; or 2. his failure to exercise reasonable and ordinary care and diligence in the exertion of his skill and the application of his knowledge; or 3. his failure to exert his best judgment as to the treatment of the case entrusted to him; or 4. his failure to bestow such reasonable and ordinary care skill, and diligence as physician and surgeens in the same neigborhood in the same general of practice orninary have and exercise in like cases. Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa timbulnya malpractice bermula pada hubungan pasien-dokter. Hubungan inilah yang memberikan dasar terdapatnya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Dalam transaksi terapeutik dokter harus menggunakan kepandaiannya maupun keilmuan yang dimilikinya dalam melakukan perawatan seorang pasien dan kewajiban pasien untuk membayar honorarium dan sebagainya. Adanya kelalaian dokter akibat hubungan yang telah terjadi dapat menyebabkan kerugian pasien. Black’s Law Dictionary memerinci persyaratan untuk timbulnya suatu medical malpractice ke dalam 4 hal, yaitu: 1. the existence of a physician’s duty to the plaintiff, usually based upon the existence of the physician patient relationship; 2. the applicable standard of care and its violation; 3. A consensable injury; 4. A causal connection between the violation of the standard of care and the harm complained. Persyaratan itupun memberi gambaran kepada kita bahwa malpractice bisa terjadi bila ada hubungan dokter-pasien. Timbulnya malpractice harus didahului oleh hubungan 848 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dokter-pasien yang masing-masing pihak dibebani hak-hak maupun kewajiban. Oleh karena hubungan dokter-pasien dalam transaksi terapeutik itu bertumpu pada 2 (dua) macam hak asasi, yaitu; 1. hak untuk menentukan nasih sendiri; dan 2. hak atas informasi. (Koeswadji, 1981: 17). Maka pengertian malpractice yang dibahas dalam atikel ini sangat terkait dengan hak- hak pasien yang tidak dipenuhi oleh seorang dokter. Sudah barang tentu persyaratan untuk timbulnya malpractice sebagaimana telah diuraikan di atas, tetap akan disinggung sepanjang ada relevansi dengan masalah pokoknya. 2. Hubungan Dokter dan Pasien Transaksi antara dokter-pasien secara umum diatur dalam pasal 1320 Kitab UU Hukum Perdata. Suatu transaksi atau perjanjian dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat-syarat: 1. sepakat dari mereka yang mengikatkan dirinya; 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. suatu hal tertentu; dan 4. karena suatu sebab yang halal. Transaksi terapeutik antara dokter-pasien pun harus memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, dan bila transaksi telah terjadi maka kedua belah pihak dibebani hak dan kewajiban yang dilindungi dan dijamin oleh Hak Asasi Manusia sebagai hak-hak dasar yang bersifat universal. Pada asasnya hubungan dokter-pasien dalam transaksi terapeutik itu bertumpu pada 2 (dua) macam hak asasi, yaitu; 1. hak untuk menentukan nasib sendiri (”the right to selfdetermination”); dan 2. hak atas informasi (”the right to be informed”). (Koeswadji, 1981:5). Adanya 2 (dua) hak tersebut membawa konsekuensi bagi seorang dokter dalam menjalankan profesinya untuk mengkomunikasikan setiap tindakan terapeutik itu kepada pasiennya. Tentunya dokterlah yang dapat menseleksi apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana caranya untuk mengkomunikasikannya. Informasi dokter itu sangat diperlukan oleh seorang pasien, sehingga dia dapat memilih ataupun menentukan nasib dirinya, perawatan apakah yang dia kehendaki. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 849 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Pada tahun 1914 oleh seorang Justice Cardozo di Schloem-dorff v. Society of the New York Hospital menyatakan bahwa: ”Every human being of adult years and sound mind has a right to determine what shall he does with his own body, a surgeon who performs an operation without his patient’s consent, commits an assault for which he is liable in damages”. (Florence: 8). Pernyataan yang hampir serupa dikemukakan pula oleh seorang hakim Natenson V. Kline: A man is a master o his own body. He may expressly prohibit the performance of lifesaving surgery or other medical treatment. A doctor may well believe that an operation or other form of treatment is desirable or necessary, but the law does not permit him to substitute his own judgement for that of the patient by any form of article or deception”. (Florence: 8). Dari 2 (dua) pernyataan hakim tersebut di atas, dalam hubungn dokter-pasien, maka masalah informasi yang berkaitan dengan perawatan, diagnosa maupun porgnosa memberi beban kepada dokter untuk bertindak hati-hati dan seksama dalam menanggapi kepercayaan yang dilimpahkan oleh pasien kepadanya. Ini berarti, kalau dokter telah memenuhi ketentuannya yang telah tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia yang bertolak pada pasien, maka sagala kemungkinan yang terjadi terhadap setiap tindakan terapeutik itu harus dikomunikasikan pada pasien. Komunikasi itu sangat penting bagi seorang pasien untuk mengambil keputusan apakah yang akan dia kehendaki. Tentunya keputusan itu juga harus disepakati oleh dokternya. Jadi hak pasien itu perlu mendapat perhatian dalam transaksi tersebut. Hal ini disebabkan oleh sifat transaksi terapeutik itu adalah memberikan bantuan pertolongan (”hulpver-leningscontract”), di mana di satu pihak yaitu pasien telah menyerahkan dirinya dengan kepercayaan bahwa dokterlah dengan bekal ilmu dan keterampilannya yang dimilikinya akan dapat menolong dirinya. (Koeswadji, 1981:7). Dokter mempunyai kewajiban untuk bertindak hati-hati dan teliti dalam melayani kepercayaan pasien yang telah diberikan padanya. Sifat transaksi yang sedemikian itu membawa konsekuensi dalam beban pembuktiannya. Bagaimanakah seandainya tindakan dokter karena kurang hati- 850 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK hatinya bisa menyebabkan cacat tubuh atau matinya seseorang? Dengan perkataan lain timbul permasalahan malpractice itu. 3. Kode Etik sebagai Pedoman Tingkah Laku Dokter Kode Etik Kedokteran harus diartikan sebagai pedoman tingkah laku bagi pelaksana profesi medis. Etika dalam kaitannya dengan filsafat dapat diartikan dalam 2 (dua) hal, yaitu: 1. syarat-syarat yang diperlukan untuk memberikan batasan bagi apa yang disebut sebagai perbuatan yang benar, baik dan 2. apa yang disebut sebagai summum bonum, yaitu; batasan untuk sesuatu yang dikatakan baik dan benar. (Koswadji. 1981: 3). Etika dalam kaitannya dengan profesi tidak lain daripada suatu konsensus, suatu kesepakatan bersama diantara pendapat para ahli dalam menentukan hal-hal yang berhubungan dengan standar profesional. Dalam artinya yang demikian, maka etika sangat erat berkait dengan: 1. perilaku yang berisikan hak dan kewajiban berdasarkan perasaan moral, dan 2. perilaku yang sesuai untuk mendukung standar profesi. Sehingga etika dapat disebut sebagai filsafat tentang tindakan manusia. Untuk dapat melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) tersebut maka pengemban/pelaksana profesi harus menghayati serta mengamalkan isinya itu. Masalah kepatuhan atau ketaatan menyangkut masalah pengetahuan, pengakuan dan penghargaan terhadap isi KODEKI. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketaatan seorang pengemban profesi ditentukan oleh jangka waktu penanaman nilai-nilai KODEKI, yaitu panjang atau pendeknya jangka waktu dalam usahausaha menanamkan itu dilakukan dan diharapkan memberi hasil. (Soekanto, 1976:45). Oleh karena ketaatan pada KODEKI dikontrol atas dan oleh dirinya sendiri. Kedokteran disebut sebagai suatu profesi, yaitu; suatu pekerjaan yang bersifat memberikan pelayanan dan yang mengandung 2 (dua) unsur, yaitu: 1. Menerapkan seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis terhadap problema-problema tertentu. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 851 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 2. Probleman-problema tersebut mempunyai relevansi yang besar dalam hubungannya dengan nilai-nilai yang dipandang pokok dalam masyarakat. (Rahardjo. 1978: 144). Kode etik sebagai kode profesi merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka pendekatan kepada pasien dan bersifat normatif. Norma-norma etik medis memang tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai yang dipandang pokok dalam masyarakat secara keseluruhan. Timbullah interaksi yang dinamis antara norma etik kedokteran dan norma etik masyarakat sehingga dokter sebagai pengemban profesi diharapkan dapat mencerminkan nilai yang dianut oleh dunia profesi kedokteran sebagai nilai pandangan hidupnya. Usaha untuk menanamkan norma etik medis merupakan suatu proses yang panjang. Proses pendidikan yang demikian itu hendaknya dilihat sebagai suatu proses sosialisasi, tidak hanya mengenai keterampilan teknik yang dibutuhkan, melainkan juga memapankan komitmen kepada nilai-nilai serta norma-norma yang mempunyai kedudukan sentral bagi tugas-tugas profesionalnya. (Rahardjo, 1978:149). HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor Sosial yang Mempengaruhi Seorang Dokter Melakukan Malpractice Malpractice Commission melaporkan bahwa pada tahun 1970 di Amerika telah tercatat tuntutan yang menyangkut soal malpractice sebanyak 12.000 peristiwa. Claim ini bisa diselesaikan sebelum pemeriksaan di pengadilan sejumlah 90 % di mana 65 % nya diselesaikan tanpa didahului oleh tuntutan hukum (King I:28). Di Indonesia, masalah yang menyangkut malpractice ini belum bisa diketahui jumlahnya. Hanya akhir-akhir ini masyarakat banyak melakukan sorotan di berbagai media khususnya surat-surat kabar harian yang menyangkut masalah pelaksanaan profesi, tentunya menjurus pada adanya malpractice. Bagian Anestesi RS dr. Kariadi Fakultas Kedokteran UNDIP telah melakukan penelitian pendahuluan tentang kematian pada 7348 penderita yang berhubungan dengan tindakan anestesi umum secara retrospektif di Bagian Bedah Rumah Sakit dr Kariadi Semarang, selama periode 1978-1979. Hal yang sangat menarik dari laporan itu adalah disebutkannya kemungkinan adanya beberapa faktor yang menimbulkan kematian tersebut: 1. status fisik penderita. 852 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 2. macam dan sifat operasi. 3. peranan kemampuan ahli bedah dan anestesi. 4. sarana-sarana lain yang menunjang lancarnya pembedahan/anestesi dan pengelolaan penderita pasca bedah. (Bulletin, 1981:12). Sangat disayangkan bahwa dalam laporan itu tidak disebutkan secara terperinci berapa persen penderita yang meninggal akibat status fisik penderita, berapa penderita yang meninggal akibat peranan kemampuan ahli bedah dan anestesi dan berapa persen yang meninggal akibat faktor lain. Tetapi yang jelas meninggalnya penderita akibat faktor-faktor tersebut dapat menunjukkan adanya malpractice. Dokter dalam melaksanakan profesinya tidak dapat terlepas dari lingkungan disik yang melingkupinya. Sebagai anggota masyarakat maka dokter pun selalu berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya. Interaksi adalah akibat dari proses komunikasi adalah alat dari interaksi dan alat proses sosial. Setiap proses sosial selalu melibatkan masalah sistem nilai-nilai yang dapat dikelompokkan dalam: 1. welfare values dan 2. deference values. Adapun welfare values adalah nilai-nilai yang dianggap penting oleh dan untuk kehidupan manusia agar supaya ia dapat hidup dengan layak, mempunyai pendapatan yang mencukupi keperluan sehari-hari, nilai tentang kesehatan badaniah termasuk didalamnya perasaan aman dalam memperoleh atau melanjutkan pekerjaannya, agar supaya kehidupannya tetap terjamin. Sedangkan deference values adalah kelompok nilai yang lebih tinggi, nilainilai moral yaitu apa yang dianggap baik, buruk, tidak jujur dan seterusnya. (Susanto, 1977:41). Keterlibatan nilai-nilai tersebut dalam interaksi sosial sangat menentukan tingkah laku/tindakan apa yang akan diambil oleh seseorang yang notabene dia adalah pengemban profesi medis. Baik itu welfare values maupun deference values merupakan kekuatankekuatan yang cenderung mempengaruhi tingkah laku seorang. Tingkah laku-tingkah laku yang melanggar tiap norma apakah itu norma hukum, norma kebiasaan, biasanya dirumuskan sebagai penyimpangan. Teori penyimpangan mengajarkan bahwa para pemegang peran (disini profesi medis) itu dapat mempunyai motivasi, baik yang berkehendak untuk menyesuaikan diri dengan norma (dalam hal ini menyangkut norma etik) maupun yang berkehendak untuk tidak SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 853 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK menyesuaikan diri dengan keharusan norma (motivasi untuk konform, dan motivasi untuk non konform). Tingkah laku yang tidak konform itu dapat saja timbul bersama-sama dengan motivasi untuk berkonform, dan sebaliknya, tingkah laku yang bersesuaian dengan bunyi norma dapat pula timbul bersama-sama dengan motivasi yang berkehendak untuk tidak konform. Ketidaksesuaian tingkah laku dapat saja terjadi sekalipun si pemegang peran telah berkehendak sungguh-sungguh untuk menyesuaikan diri. Hal ini dapat terjadi pada perkaraperkara di mana dia tidak sadar akan normanya atau di mana norma-norma yang menjadi pedoman perilakunya bersifat tidak serasi dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan untuk posisi si pemegang peran itu. Hukum Memberi Perlindungan Terhadap Hak-hak Pasien Hak atas penghidupan, kemerdekaan, keselamatan dapat kita jumpai dalam Universal Declaration of Human Rights. Demikian pula Presiden J.F. Kennedy telah menemukan 4 (empat) hak dasar, yaitu: 1. hak memperoleh keamanan. 2. Hak memilih. 3. Hak mendapat informasi, dan 4. Hak untuk didengar. Dalam pada itu Masyarakat Ekonomi Eropa juga telah mensekapakati 5 (lima) hak dasar konsumen sebagai berikut: 1. Hak perlindungan kesehatan dan keamanan. 2. Hak perlindungan kepentingan ekonomi. 3. Hak mendapat ganti rugi. 4. Hak atas penerangan, dan 5. Hak untuk didengar. (Badrulzaman, 1981: 23). Hak-hak dasar ini adalah merupakan hak-hak yang bersifat universal. Bila demikian maka timbul pertanyaan apakah hak-hak dasar yang bersifat universal itu diterima di Indonesia. Apakah hak-hak dasar itu mendapat tempat di dalam Pancasila dan UUD 1945. Di dalam UUD 1945 dapat kita jumpai pasal yang mengatur mengenai hak-hak warga negara. Pasal yang menjamin hak-hak warga negara itu telah diatur dalam pasal 27 ayat 2 dan pasal 28 UUD kita maupun penjelasannya. Pasal 27 ayat 2: ”Tiap-tiap warga negara berhak 854 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa ketentuan ini mengenai hak-hak warga negara. Ini dapat meliputi hak apa saja dari warga negara yang secara universal sudah diakui. Misalnya saja, hak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka hak tersebut melihat manusia secara utuh. Hal ini tidak saja untuk mengejar kemajuan lahiriah atau kepuasan batiniah melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya. Demikian pula pasal 28 berbunyi: ”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Penjelasannya menentukan bahwa memuat hasrat bangsa Indonesia untuk membangun negara yangb ersifat demokrasi dan yang hendak menyelenggarakan pikiran dengan lisan dan tulisan dalam rangka tercapainya keadilan sosial dan perikemanusiaan. Ia mengandung makna, bahwa seseorang mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri yang dicerminkan dengan mengeluarkan apa yang dikehendaki, baik itu berbentuk tulisan maupun lisan. Untuk dapat mengeluarkan isi pikirannya mengenai apa yang dikehendaki, tentunya telah didahului oleh adanya informasi yang diketahuinya. Adanya informasi ini penting baginya, agar ia dapat ikut berpartisipasi dalam membangun negaranya. Jadi secara implisit hak untuk mendapat informasi maupun hak untuk menentukan nasib dirinya dasar hukumnya ada dalam pasal 27 ayat 2 dan pasal 28 UUD 1945. Selanjutnya Tap MPR No. II/MPR/1978 menegaskan bahwa setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban asasi yang sama. Sangat diharapkan agar hak dan kewajiban itu dipenuhi oleh masing-masing orang. Penggunaan hak dan kewajiban asasi itu harus seimbang, selaras dan serasi sehingga tercipta saling mencintai sesama manusia. Begitu pula tentunya hak an kewajiban dokter-pasien, hendaknya dipatuhi, sehingga tercapai hasil yang diharapkan oleh masing-masing pihak. Sekalipun pengaturan secara tegas tentang hak-hak pasien tidak dijumpai tetapi melalui undang-undang yang telah ada maupun Tap MPR, adanya hak-hak dasar pasien dapat disimpulkan dan perlu mendapatkan perlindungan. Persoalannya sekarang, dapatkah hak-hak dasar itu dilaksanakan atau dengan perkataan lain bagaimanakah perwujudan dari hak-hak dasar yang telah mendapat tempat dalam perundang-undangan kita. Hukum dalam Pelaksanaannya Transaksi terapeutik antara dokter dan pasien adalah bersifat pemberian bantuan pertolongan. Seorang pasien mempunyai harapan bahwa dokterlah satu-satunya yang dapat menolong SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 855 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dirinya. Dokter harus bertindak hati-hati dalam melakukan tindakan terapeutik dalam menanggapi kepercayaan itu. Oleh karena pasien mempunyai hak yang dilindungi oleh hukum yaitu; hak atas informasi dan hak untuk menentukan nasib sendiri, maka hal ini memberi kewajiban pada dokter untuk mengkomunikasikan padanya selengkap-lengkapnya. Pada umumnya informasi yang diberikan oleh dokter bersifat lisan walaupun ada kalanya tertulis. Informasi ini sangat penting bagi seorang pasien untuk dapat memberi persetujuan ataupun menolak suatu perawatan yang akan diberikan oleh dokter yang bersangkutan. Pasien berdasarkan hak untuk menentukan nasib sendiri mungkin saja menolak dilanjutkannya perawatan atau pindah pada dokter lain. Apabila tindakan dokter yang telah dilakukannya itu tanpa seizin pasien, sedangkan resiko dari tindakan itu dapat menyebabkan cacat, maka pasien dapat menggugat dokter berdasarkan wanprestasi dan onrechtmatig daad yang diatur dalam pasal 1843 s/d 1889 KUHPerdata dan pasal 1365, 1366 KUHPerdata. Demikian pula seandainya seorang dokter memberikan informasi yang tidak benar, mungkin pasien itu dalam rangka penelitian suatu obat baru, misalnya dan ini off the record atau untuk eksperimen lainnya, maka tindakan dokter tanpa persetujuan pasien itu pun dapat dikenakan pasal penipuan atau perbuatan curang. Masalahnya sekarang bagaimana seorang pasien dapat membuktikan bahwa dokter telah melakukan tindakan malpractice tersebut. Untuk membuktikan adanya malpractice, pada umumnya timbul kesulitan, terutama untuk mengetahui apakah kerugian yang diderita pasien ada hubungan langsung atau tidak dengan tindakan dokter. Misalnya, di sebuah Rumah Sakit Semarang pernah dilakukan operasi terhadap seorang korban penganiayaan. Oleh operator dilakukan penjahitan pada jaringan hipar yang robek. Sayang operator ceroboh, yang dijahit hipar pada bagian sentral saja, sedang bagian dorsal yang juga harus dijahit sama sekali tidak dilakukan penjahitan. Akibatnya korban mengalami pendarahan dan akhirnya meninggal dunia. (Santoso, 1981). Di sini kematian dan kecerobohan ada hubungan langsung. Lain halnya dengan kasus berikutnya, yaitu; seorang penderita yang menjalani operasi ketalar sebagai biusnya. Sehabis operasi semua berjalan baik dan normal. Namun, pada suatu ketika penderita itu dioperasi lagi dengan memakai ketalar sebagai obat biusnya. Pada saat penderita masih ditangani oleh dokter ahli bius, tiba-tiba meninggal dunia. Di sini sulit dibuktikan adanya tindakan keliru/ceroboh dari dokter yang melakukannya. Sehingga contoh hubungan langsung tadi sulit dibuktikan. (Santoso, 1981). 856 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Di samping pasien tidak dapat menunjukkan sebab terjadinya malpractice, seorang dokter yang telah melakukan perawatan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian yang telah diperolehnya, tidak akan menyatakan, bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk mendapatkan hasil yang tidak dikehendaki. Kadang-kadang dokter dalam memberikan pertolongan terhadap penderita dibantu oleh tim dokter atau sejumlah para medis. Tindakan dokter yang mengakibatkan kerugian penderita, tidak dapat dituduh telah melakukan malpractice. Hal ini terjadi apabila tindakan dokter dilakukan di rumah sakit yang bukan milik pribadi, kecuali bila operasi dilakukan pada klinik-klinik maupun praktek-praktek pribadi. Selain dari itu faktor-faktor lain, yaitu; tersedianya fasilitas di rumah sakit, sangat menentukan berhasil tidaknya tindakan dokter yang telah dilakukan itu. Misalnya, waktu diadakan operasi listrik mati, sehingga dokter tidak dapat melakukan operasi dengan baik. Atau akibat listrik mati maka alat pembantu pernafasan pasien yang sepenuhnya tergantung pada listrik berhenti sehingga pasien mati seketika. Sekalipun dokter yang melakukan malpractice tidak dapat lolos dari hukum pidana maupun pasal-pasal hukum perdata, namun timbul beberapa hambatan-hambatan. Seandainya dalam membuktikan adanya malpractice perlu diajukan seorang saksi ahli, maka yang dapat menjadi saksi itu pun dari kalangan medis sendiri. Di sini seorang saksi adalah seorang yang wajib menyimpan rahasia pekerjaannya, maka sebagai saksi dapat menggunakan hak tolaknya berdasarkan pasal 146 dan pasal 277 HIR. Menurut pendapat Ko Tjay Sing, seorang saksi dapat diperingatkan bahwa ia adalah wajib menyimpan rahasia pekerjaan, yang seharusnya menggunakan hak tolaknya, tetapi kalau ia tetap bersedia memberikan kesaksian, maka hakim wajib mendengarnya. Oleh karena hak tolak menurut pasal-pasal itu adalah hak bukan merupakan kewajiban. (Sing, 1978:78-79). Bila seorang pasien mengajukan gugatan perdata untuk menuntut ganti-rugi karena merasa dirugikan, yang menurut pendapatnya terjadi malpractice, maka dokter tidak akan membiarkan nama dan kehormatannya dinodai. Menurut Hazewinkel-Suringa, tidak dapat diharapkan dari para wajib menyimpan rahasia bahwa mereka membiarkan saja kalau mereka dihina, dimalukan atau hendak dirugikan materiil. Terutama para dokter yang dihadapkan pada kesulitan-kesulitan demikian itu. (Sing. 1978:70). Pendapat kedua menurut Langemeyer, bahwa tidak dengan sendirinya seorang dokter bebas untuk membuka rahasia pekerjaannya kalau ia digugat pasiennya. Dalam hal demikian seorang dokter lebih dulu harus berusaha membela dirinya tanpa membuka rahasianya. Baru SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 857 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kalau pembelaan itu ternyata tidak cukup, ia dapat membuka rahasianya dengan memberitahukan bahwa berhubung dengan rahasia pekerjaannya, ia tidak lebih dulu mengajukan fakta-fakta yang ia wajib rahasiakan. (Sing, 1978:70). Dapat disimpulkan bahwa hal yang telah disebut diatas, wajib penyimpan rahasia pekerjaan, dalam hal ini dokter, berhak membuka rahasia, kalau perlu untuk membela dirinya, tetapi mereka harus membatasi diri untuk tidak mengungkapkan fakta-fakta yang tidak perlu bagi pembelaan dirinya. (Sing, 1978:70). Seorang dokter yang melakukan perbuatan karena daya paksa untuk membela dirinya, telah diatur dalam pasal 48 maupun pasal 49 KUHPidana. Walaupun dalam pembelaannya dokter harus membatasi diri, tetapi membawa kemungkinan kepentingan ataupun hak pasien dirugikan karenanya. Oleh karenanya dalam mewujudkan hak-hak pasien, maka sistem peradilan kita perlu dibenahi. Usaha-usaha untuk Mengurangi Terjadinya Malpractice Penyebab terjadinya malpractice adalah tindakan dokter yang kurang hati-hati dalam merawat pasien yang menyebabkan kerugian pasien. Di samping itu seorang dokter yang melakukan perawatan tanpa persetujuan pasien, sedangkan hasil perawatan itu mengakibatkan cacat atau matinya, maka dokter dapat dikenai pasal-pasal KUHPerdata. Terjadinya malpractice dapat melibatkan tidak hanya satu dokter, mungkin juga tim dokter atau tenaga para medis lainnya. Bahkan faktor-faktor lain dapat pula menentukan berhasil tidaknya tindakan seorang dokter. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengurangi terjadinya malpractice, yaitu: 1. Penanaman nilai-nilai moral yang terkandung dalam KODEKI sebaiknya dilakukan sedini mungkin. 2. Pemberian izin praktek dokter harus diperketat, misalnya; dokter spesialis tidak boleh praktek sebagai dokter umum. 3. Perlu dilakukan peninjauan secara berkala terhadap izin praktek. 4. Peningkatan pengetahuan maupun keterampilan dokter perlu dilakukan melalui diskusidiskusi maupun sarana yang lain. 5. Dokter harus memenuhi hak-hak pasien sebagaimana telah dijelaskan di muka. 6. Dokter yang melanggar KODEKI harus dikenai sanksi yang tegas, misalnya; pencabutan sementara izin prakteknya. 858 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Adapun kegagalan perawatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor lain, misalnya; fasilitas rumah sakit yang tidak memenuhi syarat sebagai rumah sakit yang tidak memenuhi syarat sebagai rumah sakit maka perlu diadakan pengontrolan terhadap keadaan rumah sakit maupun peninjauan kembali tujuan dari pendirian rumah sakit. Di samping itu perlu dibuat suatu persyaratan yang ketat untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit, sehingga unsur untuk mencari keuntungan semata-mata dapat dihindari. Misalnya, baru-baru ini terjadi protes dari perawat Rumah Sakit Sumber Waras yang menuntut kenaikan gaji. Rumah Sakit yang melanggat atau tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Pemerintah harus ditindak tegas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Transaksi dokter-pasien timbul karena adanya kepercayaan dari pasien bahwa dokter satusatunya manusia yang dapat memberikan pertolongan. Di dalam transaksi itu masingmasing pihak dibebani hak-hak dan kewajiban yang harus dipenuhinya. 2. Informasi perlu diberikan oleh seorang dokter kepada pasien dengan selengkapnya. Informasi yang berdasarkan fakta yang bohong baik itu dengan alasan untuk kepentingan pasien atau untuk eksperimen, dapat dikenai hukuman pidana tentang penipuan atau perbuatan curang. 3. Perawatan pasien oleh seorang dokter dapat dilakukan setelah ada persetujuan dari pasien. Hak pasien yang dilanggar sehingga menimbulkan kerugian, dokter dapat dikenai tuduhan melakukan malpractice. 4. Timbulnya kerugian yang diderita pasien disebabkan oleh faktor-faktor lain, maka dokter tidak dapat dituntut telah melakukan malpractice. 5. Sekalipun hak-hak pasien sebagai hak dasar yang bersifat universal itu secara implisit tercantum dalam perundang-undangan kita, namun pelaksanaan dari perwujudan hak-hak dasar tersebut masih sulit. 6. Perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh dalam mengurangi terjadinya malpractice. DAFTAR PUSTAKA Alibasah, Partomo M. 1979. Masalah Profesi Kesehatan. Hukum No 6 tahun ke lima. Jakarta: Yayasan Penelitian dan Pengembangan Hukum (Law Centre). SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 859 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Badrulzaman, Mariam Darus. 1981. Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku. Hukum dan Keadilan. No 17 Th ke IX. Jakarta: Januari-Februari. Florence, David W. Informing Patients-The Need : The Law; The Dilema. Mineapolis: Minnessota (USA). Hayt and Hayt. 1964. Legal Aspects of Medical Records. Illionis: Physicians, Record Company Berwyn Karyadi, M. Komisaris Besar Polisi: Reglemen Indonesia yang dibaharui. S 1941 No 44. Bogor: Politeia King, Josephine Y. A Commentary On The Report of The Malpractice Commissions. New York (USA) : Haspstra University, Hempstead. Koeswadji, Hermien Hadiati. (1981). Pembahasan pada diskusi ’’Panel Diskusi Peranan Pendidikan Kedokeran dalam Menegakkan Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pemantapan Citra Dokter di dalam Masyarakat. Surabaya: Fakultas Hukum Unair. Kuntjaraningrat. (1975). Pergeseran Nilai-nilai Budaya dalam Masa Transisi. Simposium Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Masa Transisi. Jakarta: BPHN, Binacipta Moeljatno. (1979). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. (terjemahan). Cet XI. Permadi. (1980). Sikap Masyarakat terhadap Masalah Pelindungan Konsumen. Hukum dan Keadilan. No 16 tahun ke VIII. November-Desember. Rahardjo, Satjipto. (1978). Kode Etik Kedokteran Ditinjau dari Segi Hukum. Kertas Kerja pada Simposium Kode Etik Kedokteran Indonesia. Semarang: 2-3 Desember. Santoso, Bambang Prameng, Sofwan Dahlan. (1981). Malpractice, ceramah klinik. Semarang: Fakultas Kedokteran Undip. 4 April. Seidman, Robert B. (1972). ’’Law and Development’’: A General Model, Law and Society Review. No 2t, hlm 311-339 alih bahasa Satjipto Rahardjo. Sianturi, R. (1980). Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Peraturan Perundangundangan. Hukum dan Keadilan. No 16 tahun VIII. November-Desember. Sing, Ko Tjay. 1978. Rahasia Pekerjaan Dokter dan Advokat. Jakarta: Gramedia. Soekanto, Soerjono. 1976. Kegunaan Sosiologi Hukum bagi Kalangan Hukum. Bandung: cet I. Alumni. Soemardjan, Selo. 1976. ”Ketimpangan-ketimpangan dalam Pembangunan Pengalaman di Indonesia”, dalam Yuwono Sudarsono ed. Pembangunan Politik dan Perubahan Politik. Jakarta: Gramedia. Subekti, R dan Tjitrosudibio. 1961. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (terjemahan). Jakarta: Pradnya Paramita. Susanto, S. Astrid. 1977. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: cet I. Binacipta. Bahan-bahan Panel Diskusi Aspek Hukum dalam Profesi Kedokteran. Bandung: Mei 1981. Kode Etik. (1978). Simposium Kode Etik Kedokteran Indonesia. Tema: Penelitian Kembali Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Semarang: 2-3 Desember Buletin Ikatan Dokter Indonesia cabang Semarang. 1981. Volume VI. No 1. Mei 1981. Black’s Law Dictionary. St Paul, Minn. 5th ed. (1979). hlm 864. Undang-Undang Dasar. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ketetapan MPR No II/MPR/1978). Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR No IV/MPR/1978). 860 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PELAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT BERBASIS E-GOVERNMENT STUDI : PELAKSANAAN PELAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI UNIT PELAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN (UPIK) KOTA YOGYAKARTA Gerry Katon Mahendra1 Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Lampung, Jl. Teuku Umar No. 14 Kota Bandar Lampung [email protected] ABSTRAK Pelayanan pengaduan masyarakat saat ini sudah menjadi bagian dari upaya perbaikan pelayanan publik di Indonesia. Pemerintah, pusat maupun di daerah sudah selayaknya memberikan perhatian khusus terhadap peningkatan kualitas pelayanan pengaduan masyarakat. Perhatian pemerintah dapat diwujudkan salah satunya dengan terus berinovasi menciptakan pelayanan pengaduan masyarakat yang tidak hanya mudah diakses oleh masyarakat, namun juga dapat diterima dan ditanggapi secara responsif dan efektif oleh pemerintah daerah serta menghasilkan output yang bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah. Pemerintah Kota Yogyakarta berinovasi dengan menyediakan pelayanan pengaduan masyarakat yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (e-government). Inovasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Yogyakarta adalah dengan menyediakan Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK). Penelitian menggunakan metode kualitatif. Studi kasus dalam penelitian ini adalah Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK) Kota Yogyakarta yang menjadi salah satu hasil inovasi dalam hal pelayanan pengaduan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat menjelaskan efektivitas proses penanganan pengaduan masyarakat yang berbasis elektronik. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kegiatan UPIK sudah berjalan efektif dibuktikan dengan tingginya persentase penangan aduan. Temuan dalam penelitian ini adalah UPIK belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat dan juga masih terdapat beberapa SKPD yang belum responsif menanggapi aduan masyarakat yang dikelola oleh UPIK. Kata Kunci : Pelayanan Pengaduan Masyarakat,UPIK, Inovasi, Teknologi Informasi dan Komunikasi, E-Government PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan publik hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh pemerintah. Secara umum, banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik antara lain faktor internal penyedia layanan, seperti sistem dan prosedur pelayanan yang berbelit-belit, sikap diskriminatif, budaya tidak mau melayani, banyaknya pungutan liar dan penempatan sumber daya aparatur yang tidak berdasarkan pada kompetensi. Selain masalah yang timbul di lingkungan internal penyedia SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 861 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK layanan, permasalahan pelayanan publik juga dapat terjadi di lingkungan eksternal atau pihak penerima layanan (masyarakat). Fakta menyebutkan bahwa Indonesia saat ini masih berada pada urutan 109 dari 180 negara pada rangking pelayanan publik1 Kualitas pelayanan publik yang belum maksimal hampir terjadi pada seluruh sektor, termasuk pada pelayanan pengaduan masyarakat. Sistem penanganan pengaduan masyarakat yang disediakan oleh penyelenggara layanan dinilai masih sangat buruk. Penyelenggara pelayanan publik, terkesan masih setengah hati dalam mengakomodasi pengaduan masyarakat sehingga menimbulkan kesan formalitas dan apatis hingga akhirnya berdampak buruk pada kualitas pelayanan publik secara keseluruhan. Upaya pemerintah yang masih terkesan kurang serius menangani pelayanan pengaduan masyarakat tentu saja bertentangan dengan amanat Undang-Undang. Jika didasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 pasal 18, menyebutkan bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan tanggapan pengaduan, berhak mengadukan pelaksana layanan yang tidak memberikan layanan sesuai dengan SOP yang tersedia dan berhak mengadukan pelaksana layanan kepada penyelenggara / ombudsman apabila pelaksana tidak menjalankan kewajibannya dengan benar. Selanjutnya dalam pasal 21 dan pasal 35 disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan berkewajiban menyediakan sarana pengaduan masyarakat dan masyarakat wajib mengawasinya. Undang-Undang tersebut sudah secara jelas menyatakan bahwa masyarakat berhak mendapatkan pelayanan pengaduan dan pemerintah wajib menyediakan akses pengaduan bagi masyarakat. Dengan adanya aturan guna memaksimalkan sarana pengelolaan pengaduan masyarakat, seharusnya pemerintah khususnya di daerah sudah mampu memberikan kesempatan, ruang dan fasilitas yang luas kepada masyarakat untuk ikut serta dalam memberikan keluhan, saran dan kritik guna membangun pelayanan publik yang aspiratif dan berkualitas. Namun ternyata, fakta empiris yang terdapat di lapangan memperlihatkan bahwa kondisi penanganan pengaduan atau manajemen pengaduan masih banyak yang dilakukan secara konvensional (penyediaan kotak saran), sehingga belum berjalan secara optimal dan dianggap hanya sekedar formalitas belaka. Pemerintah daerah belum menyadari bahwa dengan tersedianya ruang yang cukup untuk menyampaikan saran dan keluhan diharapkan 1 www.ombudsman.go.id. Pelaynana Publik di Indonesia Masih Jelek. 2015 862 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK nantinya tercipta pemerintahan yang aspiratif dan pelayanan publik yang diberikan pemerintah mampu sesuai dengan keinginan masyarakat. Kontrol masyarakat melalui sarana penyampaian kritik dan saran yang jelas dan dikelola secara profesional oleh aparatur pemerintah juga dapat menghindarkan pemerintah dari sikap arogan dan otoriter. Prioritas tersebut saat ini sangat ditunjang dengan perkembangan teknologi dan informasi yang digunakan oleh pemerintah atau e-government. Di Indonesia sendiri, penerapan e-government sudah mulai diterapkan dengan dukungan Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 3 tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Dengan menerapkan teknologi dalam pengelolaan pengaduan masyarakat yang berbasis e-government, diharapkan dapat menciptakan pelayanan pengaduan masyarakat yang lebih efektif, mudah dijangkau oleh masyarakat, informatif, dan terintegrasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain sehingga pada akhirnya dapat tercipta pemerintahan yang aspiratif dan peningkatan kualitas pelayanan publik secara merata. Sebagai bentuk komitmen Kota Yogyakarta untuk terus berinovasi dengan basis egovernment dan komitmen untuk menciptakan pemerintahan yang aspiratif adalah dengan mendirikan Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan atau yang lebih dikenal dengan sebutan UPIK. Dengan didirikannya UPIK segala bentuk pengaduan yang berisi keluhan, masukan, dan kritikan warga bisa disampaikan langsung melalui e-mail, website, telepon, SMS atau datang langsung ke sekretariat UPIK Kota Yogyakarta. Sebagaimana disebutkan dalam laporan Menpan tahun 2014 mengenai inovasi pelayanan publik, pembentukan UPIK didasari berbagai permasalahan, diantaranya : Warga tidak bisa menyampaikan informasi dan keluhan setiap waktu; Masyarakat masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan informasi, keluhan, pertanyaan dan saran kepada pemerintah daerah; Kurangnya respon SKPD dalam menangani keluhan masyarakat; Masyarakat kesulitan mengawasi kinerja aparatur pemerintah Kota Yogyakarta. Pembentukan UPIK juga dilandasi tiga persoalan, yaitu: 1) Tidak semua warga masyarakat mengetahui saluran pengaduan yang dapat dipergunakan secara mudah, 2) Adanya hambatan waktu bertemu antara rakyat dengan pejabat atau penguasa, dan 3) Adanya rasa takut dan sungkan untuk mengadukan keluhan diantara masyarakat2 2 Wahyudi Kumorotomo. Pengembangan E-Government untuk Peningkatan Transparansi Pelayanan Publik. Konferensi Adminstrasi Negara. 2008 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 863 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK UPIK yang diinisiasi oleh Herry Zudianto (mantan Walikota Yogyakarta) melalui Keputusan Walikota Yogyakarta No.86 tahun 2003 dan ditetapkan pada tanggal 14 November 2003 telah dikukuhkan kembali pada Peraturan Walikota Yogyakarta no 77 tahun 2009 tentang UPIK, dan KEPWAL Kota Yogyakarta No 16 / KEP / 2014 tentang pembentukan Tim pengelolaan UPIK. Masyarakat ternyata merespon positif keberadaan UPIK dan juga memanfaatkannya untuk melakukan pengaduan. Daftar pengaduan masyarakat melalui UPIK dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Daftar Aduan yang Diterima UPIK Tahun 2015 No Jenis Media Keluhan Pertanyaan Informasi Saran Jumlah 184 1378 1919 554 4035 34 48 44 21 147 1 SMS 2 Website 3 Email 0 0 1 1 2 4 Telepon 0 0 0 0 0 5 Fax 0 0 0 0 0 6 Pos 0 0 0 0 0 7 Datang Langsung 0 0 0 0 0 Total 4184 Sumber : Diolah dari Data Server UPIK 2015 Berdasarkan data dari website UPIK Kota Yogyakarta pada tahun 2014 menampilkan jumlah pesan yang disampaikan dan menunjukkan UPIK tetap menjadi sarana penyampaian aduan utama yang mampu diandalkan oleh warga Kota Yogyakarta. Terkait masalah yang ada dalam pelaksanaan UPIK, hasil studi terdahulu3 menunjukkan bahwa masih ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui keberadaan dan memanfaatkan UPIK sebagai sarana pengaduan masyarakat. Sebagai salah satu inovasi pelayanan pengaduan masyarakat yang berbasis elektronik, UPIK harus tetap dipertahankan. Penguatan UPIK ini tentu saja membutuhkan komitmen dari berbagai stakeholders agar keberadaan UPIK dapat tetap efektif dalam mengelola dan 3 Nori Aurumbita, Yuke,dkk. Pemanfaatan dan Persepsi Masyarakat Terhadap Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (Upik) di Kelurahan Suryatmajan, Kota Yogyakarta. 2012. 864 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK mendistribusikan pengaduan masyarakat berbasis e-government dan memberikan manfaat yang signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik secara umum. Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan diatas, penulis ingin berfokus pada efektifitas pelaksanaan pelayanan pengaduan masyarakat yang berbasis E-Government dengan melakukan studi di Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK) Bagian Humas dan Informasi Kota Yogyakarta. Penulis ingin melihat, apakah setelah sekian tahun beridiri UPIK masih mampu menjadi Unit yang mampu mengelola pengaduan masyarakat dengan efektif. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pelayanan Publik Pelayanan publik adalah sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik4. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan5. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan berupa barang dan jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMN serta BUMD sebagai penyedia layanan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan. 2. Pengaduan Masyarakat Penangananpengaduan masyarakat menurut Ombudsman New South Wales merupakan salah satu komponen penting dalam formula peningkatan kepuasan dan dukungan pengguna layanan publik6. Pengaduan masyarakat memiliki elemen penanganan pengaduan. Elemen penanganan pengaduan terdiri dari beberapa aspek antara lain: 4 Harbani Pasolong.Kepemimpinan Birokrasi. Alfabeta. 2013. Op.Cit. Harbani Pasolong 6 https://www.ombo.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0012/3612/GL_EffectiveComplaintHand_Dec10_0914.p df 5 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 865 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK a. Sumber atau Asal Pengaduan b. Isi Pengaduan c. Unit Penanganan Pengaduan d. Respon Pengaduan e. Umpan Balik f. Laporan Penanganan Pengaduan Pengaduan yang dikelola dengan baik akan mendatangkan manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang dikomplain, antara lain: 1. Organisasi semakin tahu akan kelemahan atau kekurangannya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan; 2. Sebagai alat introspeksi diri organisasi untuk senantiasa responsif dan mau memperhatikan suara dan pilihan pelanggan; 3. Mempermudah organisasi mencari jalan keluar meningkatkan mutu pelayanannya; 4. Bila segera ditangani, pelanggan merasa kepentingan dan harapannya diperhatikan; 5. Mempertebal rasa percaya dan kesetiaan pelanggan kepada organisasi pelayanan; 6. Penanganan komplain yang benar bisa meningkatkan kepuasan pelanggan7. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaduan masyarakat merupakan proses penyampaian informasi, kritik, saran, aduan, dan keluhan yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah. 3. E-Government Secara sempit dan sederhana, pengertian e-government adalah tata kelola pemerintahan secara elektronik. Sedangkan dalam arti luas, pengertian e-government adalah pemanfaatan teknologi informasi oleh instansi pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik. E-government memiliki berbagai definisi yang dikemukakan oleh instansi maupun ahli. United Nation Development Programme (UNDP) mendefinisikan e-government sebagai berikut: 7 Jurnal Bappenas. Kajian Manajemen Pengaduan Masyarakat. 2010 866 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK “E-government is the application of Information and Communication Technology (ICT) by government agencies8” E-government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kegiatan organisasi sektor publik. Penerapan e-government membantu mengurangi biaya, inefisiensi, ketidaknyamanan dan ketidakefektifan dalam penyediaan layanan9. Teori-teori di atas memiliki beberapa kesamaan karakteristik, diantaranya sebagai berikut: 1. Merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder); 2. Melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet); 3. Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama ini berjalan. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa e-government merupakan kegiatan-kegiatan pemerintah yang memanfaatkan teknologi dan informasi. E-government menjadikan pemerintah lebih transparan dan akuntabel. Dengan menggunakan teknologi informasi, hal tersebut dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi dan pelayanan publik. 1. Relasi E-Governance Dalam e-governance dikenal 4 (empat) jenis relasi yaitu government-to-citizen (G2C), government-to-business (G2B), government-to government (G2G), dan government to employee (G2E). Domain G2C dirancang untuk memfasilitasi pemerintah berinteraksi dengan warga negara. Domain G2B menjembatani pemerintah dalam memberikan layanan yang lebih baik kepada dunia bisnis, di antaranya dapat berupa penyediaan informasi dan proses perizinan. Domain G2G digunakan lembaga-lembaga pemerintah untuk saling berkomunikasi. Domain G2E digunakan untuk menjalin komunikasi antar pegawai pemerintah10. 8 Yusuf Arifin. Kualitas Pelayanan E-Government ditinjau dari Kepemimpinan Transformasional, Manajemen Pengetahuan dan Manajemen Perubahan. 2010 9 Richard Heeks. E-government in Africa: Promise ad Practice.2002 (online). Diakses dari : http//www.sed.manchester.ac.uk/idpm/research/publications/wp/igovernment/documents/igov_wp13.pdf (2 Januari 2014) 10 Indrajit, Eko Richardus. Electronic Government : Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Berbasis Teknologi Digital.2004 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 867 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 2. Indikator E-Government Dalam penerapan e-government terdapat indikator-indikator yang berkaitan dengan berbagai infrastruktur serta strategi pendukungnya, dimana penerapan e-government ini meliputi: a. Data infrastruktur, meliputi manajemen sistem, dokumentasi, dan proses kerja di tempat untuk menyediakan kuantitas dan kualitas data yang berfungsi mendukung penerapan e-government; b. Infrastruktur legal, hukum dan peraturan termasuk berbagai perizinan untuk mendukung menuju e-government; c. Infrastruktur institusional, diwujudkan dengan institusi pemerintah secara sadar dan eksis melakukan dan memfokuskan tujuannya dalam penerapan e- government; d. Infrastruktur manusia, sumber daya manusia yang handal merupakan hal pokok yang harus dipersiapkan dalam penerapan e-government; e. Infrastuktur teknologi, penerapan e-government banyak bertumpu pada adanya infrastruktur teknologi yang memadai; f. Strategi pemikiran pemimpin, penerapan e-government sangat membutuhkan pemimpin yang membawa visi e-government dalam agendanya dan memiliki strategi pemikiran untuk mewujudkannya11. 3. Peran Information, Communication, and Technology (ICT) dalam E-Government Melalui pengembangan E-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan peran dan pemanfaatan ICT. Peran dan pemanfaatan ICT tersebut mencakup dua aktivitas yang berkaitan yaitu: (1) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; (2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah Negara12. 11 12 Indrajit, Eko Richardus. Electronic Governement (Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital). 2002 Vandemi Ryan. E-Government, Kemunculan, Ruang Lingkup dan Manfaat E-Government, 2008. 868 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif biasanya disebut juga dengan metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga dengan metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.13 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK), Bagian Hubungan Masyarakat dan Informasi, Kantor Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta, Komplek Balai Kota, Jalan Kenari Nomor 56 Yogyakarta 55165 dan juga SKPD terkait dengan penanganan pengaduan masyarakat. 3. Jenis Data a. Data Primer Adapun data primer dalam penelitian ini adalah : 1) Informasi pegawai UPIK Kota Yogyakarta tentang efektivitas pelayanan pengaduan masyarakat di UPIK Kota Yogyakarta; b. Data Sekunder Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah : 1) Data jumlah pengguna layanan pengaduan masyarakat di UPIK Kota Yogyakarta; 2) Data alur pelayanan; 3) Data penggunaan media penyampaian aduan; 4) Data distribusi pengaduan; 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Huberman dan Miles.Huberman dan Miles mengajukan model analisis data yang 13 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. 2014. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 869 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK disebut dengan model interaktif. Model interaktif terdiri dari tiga hal utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi14. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa tujuan pendirian Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan atau disingkat UPIK adalah agar dapat menampung berbagai macam aduan masyarakat dan sudah berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK). Dengan menggunakan basis sistem teknologi informasi, diharapkan dapat beroperasi lebih efektif dan efisien dalam menampung dan mendistribusikan pesan aduan dibandingkan dengan penggunaan sistem manual seperti kotak saran dan surat. Pengelolaan UPIK sendiri diserahkan kepada Bagian Humas dan Informasi Kota Yogyakarta. Dalam mengakomodir masyarakat untuk menyampaikan informasi dan aduan, UPIK menyediakan berbagai macam media yang bisa dimanfaatkan, antara lain : 1. Telp/Fax : 0274-561270 2. SMS : 08122780001 3. Internet (website) : http://upik.jogjakota.go.id 4. E-mail : [email protected] 5. Melalui surat atau datang langsung / tatap muka dengan Admin / Operator UPIK : Di Bagian Humas dan Informasi Setda Kota Yogyakarta, Jl.Kenari No.56 Komplek Balaikota Timoho15. Dari beberapa media yang disediakan oleh UPIK Kota Yogyakarta, dapat terlihat antusiasme warga untuk menggunakan media-media favorit, media-media pilihan warga dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Media Penyampaian Pengaduan Masyarakat Tahun 2015 No Jenis Media Keluhan Pertanyaan Informasi Saran Jumlah 184 1378 1919 554 4035 34 48 44 21 147 1 SMS 2 Website 3 Email 0 0 1 1 2 4 Telepon 0 0 0 0 0 14 Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. 2009. 15 www.upikjogjakota.go.id. 2014 870 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 5 Fax 0 0 0 0 0 6 Pos 0 0 0 0 0 7 Datang Langsung 0 0 0 0 0 4184 Total Sumber : Diolah dari Server Admin UPIK 2015 Berdasarkan tabel di atas, jumlah pesan masuk selama tahun 2015 sebanyak 4184 pesan, namun dari jumlah tersebut tidak bisa semuanya bisa diproses dikarenakan terkait persayaratan pengaduan yang harus terpenuhi. Misalnya terkait lokasi pengaduan yang hanya mencakup wilayah Kota Yogyakarta. Berdasarkan tabel tersebut juga terlihat bahwa media SMS paling banyak digunakan oleh masyarakat dalam menyampaikan pengaduan kepada UPIK Kota Yogyakarta dikarenakan SMS merupakan media yang paling praktis dan juga dapat dimanfaatkan setiap saat. Pesan yang masuk ke UPIK Kota Yogyakarta juga sangat beragam, tidak hanya sebatas keluhan namun juga terdapat banyak sekali pesan yang bersifat pertanyaan, saran, dan informasi. Untuk lebih jelasnya mengenai isi pengaduan yang masuk dan ditindaklanjuti melalui UPIK Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3 Isi Pengaduan Masyarakat Tahun 2015 Isi Pengaduan Jumlah Pertanyaan 1431 Informasi 1780 Saran 576 Keluhan 219 4006 Total Sumber :Diolah Dari Server Admin UPIK 2015 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa selama tahun 2015 daftar pertanyaan terhadap pemerintah Kota Yogyakarta masih mendominasi. Penangananpengaduan masyarakat dapat dikatakan efektif jika instansi yang mengelola memiliki komitmen kuat dan respon cepat dalam memproses tuntas aduan yang telah diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, penulis memiliki gambaran yang cukup jelas terkait respon yang selama tahun 2015 dilaksanakan SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 871 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK UPIK Kota Yogyakarta. Terkait respon penanganan pengaduan yang telah dilaksanakan oleh UPIK Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Respon Pengaduan Masyarakat Tahun 2015 Status Jumlah Sudah Direspon 3851 Belum Direspon 34 Salah Alamat 121 4006 Total Sumber : Diolah dari Server Admin UPIK 2015 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 4006 pesan yang didistribusikan admin UPIK Kota Yogyakarta kepada operator UPIK pada tiap SKPD menunjukkan bahwa 3851 pesan diantaranya sudah direspon dan ditindaklanjuti. Alur pengelolaan pengaduan yang dilakukan oleh UPIK Kota Yogyakarta dalam menangani setiap aduan yang masuk adalah sebagai berikut : Bagan 2 Alur Pelayanan UPIK Kota Yogyakarta Sumber : www.upikjigjakota.goid 872 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan secara umum proses penerimaan dan pendistribusian pengaduan masyarakat sebagai berikut : 1. Admin UPIK di bagian Humas dan Informasi membuka login; 2. Admin UPIK mengidentifikasi pesan yang harus dihapus atau yang harus blacklist; 3. Admin UPIK dibantu Ka. Sub, Bag. Humas membaca, menelaah, dan memverifikasi pesan masuk yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kota Yogyakarta; 4. Admin UPIK mengirimkan pesan yang sudah terverifikasi kepada SKPD terkait; 5. SKPD terkait merespon melalui tindak lanjut fisik maupun non fisik (sesuai pengaduan) dan melakukan koordinasi dengan SKPD apabila dibutuhkan; 6. SKPD memberikan respon dan perkembangan jawaban kepada admin UPIK Bagian Humas dan kepada masyarakat (pengadu) PEMBAHASAN Perbandingan antara parameter dengan data empirik di lapangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Variabel Efektivitas dan Hasil Penelitian Lapangan Indikator Parameter Empirik Sumber atau Asal -Masyarakat Kota -Masyarakat Kota Yogyakarta dan Pengaduan Yogyakarta luar Kota -Penggunaan media -Mayoritas menggunakan SMS dan (Website, email, SMS, website telepon surat, datang langsung) Isi Pengaduan -Informasi -Informasi -Pertanyaan -Pertanyaan -Keluhan -Keluhan -Saran -Saran Unit Penanganan -UPIK (identifikasi, -UPIK (identifikasi, distribusi, Pengaduan distribusi, tindak lanjut) tindak lanjut) -SKPD terkait -SKPD terkait (koordinasi, tindak (koordinasi, tindak lanjut) lanjut) SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 873 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Respon -1x24 jam untuk Admin -1x24 jam untuk Admin UPIK Pengaduan UPIK -Penyelesaian tidak selalu 2x24 -2x24 jam untuk operator jam pada tiap SKPD SKPD -Penyelesaian tidak selalu 6x24 -6x24 jam untuk jam untuk penanganan lintas SKPD penanganan lintas SKPD Umpan Balik - Pemerintah mampu - Feedback pemerintah sangat baik memberikan feedback -Masyarakat sangat jarang -masyarakat memberikan memberikan feedback pengaduan feedback pada setiap pengaduan Laporan Penanganan -Laporan bulanan -Laporan bulanan Pengaduan -Rapat koordinasi per -Rapat koordinasi per tiga bulan tiga bulan (tidak semua operator hadir) Sumber : Data Diolah 2015 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan antara parameter dengan data empirik di lapangan sudah menunjukkan kesesuaian. Indikator-indikator utama yang menjadi tolok ukur efektivitas pelaksanaan pengaduan masyarakat berbasis e-government di UPIK tahun 2015 sudah dapat terpenuhi. Dimulai dari indikator sumber pengaduan. Selama ini sumber pengaduan yaitu masyarakat semakin aktif memberikan berbagai pengaduan melalui berbagai media yang terkait pelayanan publik. Kedua, indikator isi / konteks pengaduan.Aduan yang ditujukan kepada pemerintah Kota Yogyakarta melalui UPIK sudah cukup substantif. Ketiga, indikator unit penanganan pengaduan. Dalam indikator ini, jelas bahwa yang dimaksud unit penanganan pengaduan yang harus tersedia dalam mengelola pengaduan masyarakat adalah UPIK Kota Yogyakarta. Keempat, indikator respon pengaduan. Dalam indikator ini, respon terbaik ditunjukkan oleh admin UPIK yang berada di Bagian Humas, khususnya dalam hal menjawab aduan dan mendistribusikan aduan kepada SKPD terkait. Respon yang ditunjukkan oleh operator dan SKPD terkait cukup beragam, hingga pada akhirnya muncul SKPD yang responsif dan kurang responsif. Kelima, indikator umpan balik. Dari hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa pemerintah memberikan umpan balik yang sangat baik melalui UPIK, sedangkan masyarakat umumnya sudah merasa puas 874 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dengan penyelesaian aduan yang telah dilakukan oleh UPIK/SKPD tanpa mendiskusikannya lebih lanjut lagi. Keenam, indikator laporan penanganan pengaduan. Berdasarkan data empirik di lapangan dalam kegiatan UPIK selama tahun 2015, pelaksanaan kegiatan UPIK selalu dibarengi dengan kegiatan pelaporan rutin tiap bulan dan rapat koordinasi tiap tiga bulan. Upaya ini dilaksanakan agar kegiatan UPIK tetap dapat terkontrol dan terus beroperasi secara efektif dan efisien. Tabel 5 Variabel E-Government dan Hasil Penelitian Lapangan Indikator Parameter Empirik Data Infrastruktur -Manajemen sistem -Manajemen sistem -Dokumentasi -Dokumentasi -Proses kerja -Proses kerja -Peraturan Perundang- -Peraturan Perundang-Undangan Undangan -Perda -Perda -Perwal -Perwal -Kepwal Infrastruktur -Komitmen aparatur -Komitmen Aparatur yang belum Institusional -Eksistensi institusi merata Dasar Hukum -Eksistensi Institusi Infrastruktur -Mindset -Mindset yang cukup baik Manusia - Ketersediaan SDM -SDM mencukupi -Pelatihan khusus -Tidak ada pelatihan khusus Infrastruktur -Software (program) -Software (program) Teknologi -Hardware (komputer) -Hardware (komputer) -Jaringan Internet -Jaringan Internet -Jaringan telepon -Jaringan telepon -Visi dan Misi Pemimpin -Visi dan Misi Pemimpin Strategi Pemikiran Pemimpin Sumber : Data Diolah 2015 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan antara parameter dengan data empirik di lapangan sudah menunjukkan kesesuaian. Indikator - indikator utama yang SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 875 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK menjadi tolok ukur efektivitas pelaksanaan pengaduan masyarakat berbasis e-government di UPIK tahun 2015 sudah dapat terpenuhi. Dimulai dari indikator data infrastruktur. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, pertama pengelolaan data infrastruktur UPIK yang meliputi sistem, dokumentasi, dan proses kerja sudah baik dan mencerminkan penerapan e-government. Kedua, indikator dasar hukum. Berdasarkan data empirik dasar hukum dalam kegiatan UPIK sudah cukup kuat dan lengkap (UU, Inpres, Perda, Perwal, Kepwal). Ketiga, indikator infrastruktur institusional. Dalam indikator ini, diketahui komitmen aparatur belum merata namun jika dilihat secara keseluruhan, institusi pemerintah Kota Yogyakarta khususnya yang terlibat dalam kegiatan UPIK memiliki komitmen untuk menerapkan e-government dalam pelaksanaan pelayanan publik. Keempat, indikator infrastruktur manusia. Secara umum SDM yang tersedia dalam kegiatan pengaduan masyarakat berbasis e-government di UPIK sudah cukup memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Mindset SDM yang tersedia juga sudah modern dan mulai mengedepankan pelayanan kepada masyarakat. Kelima, indikator infrastruktur teknologi. Kegiatan UPIK sudah memanfaatkan teknologi, komunikasi, dan informasi. Teknologi yang digunakan tidak terlalu canggih, namun lebih difokuskan pada kebutuhan kegiatan UPIK itu sendiri. Keenam, indikator strategi pemikiran pemimpin. Pemimpin yang paling berjasa dalam pembentukan UPIK tentu saja mantan Walikota Kota Yogyakarta, Heri Zudianto. Sebagai penerus, Walikota saat ini harus mampu mempertahankan dan mengembangkan kegiatan UPIK agar tetap dapat menjadi sarana yang efektif dalam menampung pengaduan masyarakat. Selama tahun 2015, terlihat bahwa pemimpin saat ini tetap mendukung kegiatan UPIK melalui berbagai upaya, diantara dukungan anggaran dan pengawasan. Berdasarkan variabel beserta indikator yang telah ditetapkan oleh penulis dengan hasil penelitian yang telah didapatkan dan dianalisis, menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan pengaduan masyarakat yang berbasis e-government di UPIK Kota Yogyakarta tahun 2015 sudah berjalan efektif. 876 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan pelayanan pengaduan masyarakat berbasis e-government di UPIK Kota Yogyakarta pada tahun 2015 sudah berjalan efektif. Hal ini salah satunya ditandai dengan banyaknya pesan aduan yang masuk, yakni sebanyak 4006 pesan aduan dan 3851 diantaranya dapat ditindaklanjuti oleh UPIK dan SKPD terkait. Kemudian berdasarkan parameter mengenai pengelolaan pengaduan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat oleh penulis juga menunjukkan kesesuaian. 2. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sosialisasi keberadaan UPIK perlu ditingkatkan lagi. 2. Peningkatan komitmen dan koordinasi antar aparatur, khususnya yang bertugas sebagai pengelola, admin, operator dan aparatur di tingkat SKPD. 3. Bagi SKPD yang kurang responsif dalam memberikan tanggapan yang terkait pengaduan, seharusnya diberikan peringatan dan teguran sehingga ke depannya tidak ada lagi SKPD yang malas merespon pengadun masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Yusuf. Dkk. 2010. Kualitas Pelayanan E-Government ditinjau dari Kepemimpinan Transformasional, Manajemen Pengetahuan dan Manajemen Perubahan. Unpad Press. BAPPENAS. 2010. Manajemen Pengaduan Masyarakat Dalam Pelayanan Publik. Idrus, Muhammad 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Erlangga.Yogyakarta. Indrajit, Richardus Eko, et all. 2004. Electronic Government : Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Berbasis Teknologi Digital.Yogyakarta. Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Governement(StrategiPembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital). Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Pengembangan E-Government untuk Peningkatan Transparansi Pelayanan Publik. Konferensi Adminstrasi Negara, Yogyakarta. Nori Aurumbita, Yuke,dkk. 2012. Pemanfaatan dan Persepsi Masyarakat Terhadap Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (Upik) di Kelurahan Suryatmajan, Kota Yogyakarta.UGM. Pasolong, Harbani. 2013. Kepemimpinan Birokrasi. Alfabeta. Bandung. Richard Heeks. 2002 E-government in Africa: Promise ad Practice. (online). Diakses dari : http//www.sed.manchester.ac.uk/idpm/research/publications/wp/igovernment/document s/igov_wp13.pdf (2 Januari 2014) Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 877 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Vandemi, Ryan dkk. 2008. Pengertian E-Government, Kemunculan, Ruang Lingkup dan Manfaat E-Government.E-Government. Inpres No.3 tahun 2003 mengenai Strategi Pengembangan E-Government. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Informasi dan Keluhan Pada Unit Pelayanan Infomasi dan Keluhan (UPIK) Kota Yogyakarta. PERMENPAN Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pedomam Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia. https://www.ombo.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0012/3612/GL_EffectiveComplaintHand_Dec 10_0914.pdf http://upik.jogjakota.go.id/ http://www.jogjakota.go. 878 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK POTENSI DAN TANTANGAN PILKADA SERENTAK 2015 Audra Jovani Prodi Ilmu Politik, Fisipol-Universitas Kristen Indonesia [email protected] ABSTRAK Demokrasi lokal di Indonesia mengalami perubahan yang dinamis. Pemilihan pemimpin lokal: Gubernur, Bupati dan Walikota secara langsung atau Pilkada dipilih menjadi sistem yang mengantikan pemilihan tidak langsung melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sistem ini tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudian direvisi dengan UU No. 12 Tahun 2008. Sejak tahun 2005 hingga 2014 telah dilaksanakan di seluruh provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia, namun berbagai persoalan masih membayangi pelaksanaan Pilkada di Indonesia. Oleh karenanya, Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merumuskan perbaikan terkait dengan pelaksanaan Pilkada, yang tertuang dalam UU No. 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Pelaksanaan Pilkada serentak 2015 telah menjadi perhatian publik karena merupakan pilkada yang pertama kali diadakan dalam sistem demokrasi di Indonesia. Keberhasilan pelaksanaan Pilkada serentak 2015 ini sangat mempengaruhi roda pemerintahan di provinsi, kabupaten dan kota. Pelaksanaan Pilkada ini juga merupakan proses demokrasi di Indonesia, keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan Pilkada sangat mempengaruhi proses demokrasi di Indonesia. Kata kunci : Demokrasi, Pemilu, Pemilu Kepala Daerah, Kepala Daerah PENDAHULUAN Pemilihan kepada daerah gubernur, bupati dan walikota telah dilakukan secara serentak di Indonesia pada 9 Desember 2015. Calon kapala daerah berasal dari partai politik dan melalui non-partai. Penyelenggraan pilkada serentak dilakukan secara bertahap, dengan 269 pemilihan kepada daerah yang terdiri dari 9 provinsi, 224 kabupaten dan 36 kota. Saat ini pemilihan kepala daerah dilakukan bersamaan dengan wakil kepala daerah. Sebelumnya pada tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak diberlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Pemerintah eksekutif dan legislatif telah menyepakati pilkada serentak untuk daerah-daerah yang akan habis masa jabatannya pada tahun 2015 dan semuanya diselenggarakan pada Desember 2015. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 879 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. UU ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta pilkada dalam UU No. 32 Tahun 2004. Khususnya di Aceh, peserta pilkada dapat diusulkan oleh partai politik lokal. Penyelenggaraan pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Khusus di Aceh, Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh). KPU sebagai penyelenggara pilkada harus memperhatikan potensi yang menimbulkan konflik dalam pelaksanaan pilkada, salah satu potensi konflik muncul adalah daftar pemilih. Tahap ini sangat rentan konflik karena masih banyak warga yang tidak memiliki identitas atau belum terdaftar sebagai pemilih. Kasus ini sering kali muncul, terutama di daerah-daerah perbatasan, dimana para calon saling mengklaim warga perbatasan sebagai warganya untuk memperoleh suara lebih banyak. Selain itu, permasalahan kampanye, debat terbuka dan iklan kampanye juga berpotensi besar menimbulkan konflik. Selain potensi yang dihadapi dalam pilkada serentak tersebut, terdapat tantangan yang dihadapi oleh KPU sebagai penyelenggara pilkada. Berdasarkan uraian diatas, penulis akan membahas mengenai potensi dan tantangan dalam pilkada serentak di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA 1. Pemilihan Umum Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih pemimpin politik secara langsung. Yang dimaksud dengan pemimpin politik adalah wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik di tingkat pusat maupun daerah dan pemimpin lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan seperti presiden, gubernur, atau bupati/walikota. Fungsi pemilu adalah sebagai berikut Pertama, pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk pemerintahan. 880 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Kedua, pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik. Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dipercaya dapat mengartikulasikan aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat. Ketiga, pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya maka pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan pemerintahan baru yang didukung oleh rakyat. Keempat, pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan pemberian mandat rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan) politik dari rakyat. Kelima, pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara langsung dapat menetapkan kebijakan publik melalui dukungannya kepada kontestan yang memiliki program-program yang dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena didukung rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang tampuk pemerintahan. 2. Pemilu Kepala Daerah Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol dan perseorangan. Sejak tahun 2005, telah diselenggarakan Pilkada secara langsung, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Penyelenggaraan ini diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 881 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Pilkada masuk dalam rezim Pemilu setelah disahkannya UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum sehingga sampai saat ini Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lebih dikenal dengan istilah Pilkada. Pada tahun 2008, tepatnya setelah diberlakukannya UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, peserta Pilkada adalah pasangan calon dari: a. Partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh kursi paling rendah 15% (lima belas perseratus) dari jumlah kursi DPRD di daerah bersangkutan atau memperoleh suara sah paling rendah 15% (lima belas perseratus) dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilu Anggota DPRD di daerah bersangkutan. b. Perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang telah memenuhi persyaratan secara berpasangan sebagai satu kesatuan, dengan ketentuan sebagai berikut (UU No.12 Tahun 2008 perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah): 1. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000 (dua juta) jiwa harus didukung paling rendah 6,5% (enam koma lima per seratus); 2. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua juta) sampai dengan 6.000.000 (enam juta) jiwa harus didukung paling rendah 5% (lima per seratus); 3. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung paling rendah 4% (empat per seratus); Tahapan penyelenggaraan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah: 16 16 a. Pemutakhiran data dan daftar pemilih; b. Pencalonan; c. Kampanye; d. Masa tenang; e. Pemungutan suara dan penghitungan suara; f. Penetapan hasil pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah; “Definisi Pemilu dan Demokrasi” dalam www.kpu.go.id 882 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK g. Pengucapan sumpah/janji kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. 3. Komisi Pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum atau KPU adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia. Dalam Pasal 10 UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut: 17 1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum; menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta Pemilihan Umum; 2. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS; 3. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan; 4. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II; 5. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum; 6. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum. Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf: 1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Sedangkan dalam Pasal 11 UU No. 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan Umum. 17 “Tugas dan Kewenangan KPU” dalam www.kpu.go.id SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 883 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK METODOLOGI Metodologi yang digunakan adalah bersifat deskriptif-analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi yang terjadi atau ada, dengan kata lain bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai suatu keadaan dan melihat kaitannya antara variabel-variabel yang ada. 18 Dengan metode ini, penulis berusaha mengambarkan potensi dan tantangan pilkada serentak di Indonesia tahun 2015. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi konflik yang timbul dalam pilkada serentak 2015 adalah potensi kekerasan yang yaitu (1) konflik antar calon gubernur, bupati/walikota, terkait dengan relasi kekuasaan antar calon yang cenderung tidak adil dan seimbang. Adanya upaya penjegalan calon yang dianggap potensial menang dan popular, hal dilakukan adalah kampanye hitam, intimidasi dan lain-lain. Hal ini memicu kemarahan dari pendukung calon kepada daerah. Sejarah konflik antar calon kepala daerah yang memiliki massa loyal dan berbasis pada identitas tertentu seperti suku, agama dan geografis; (2) isu kecurangan pemilu, melalui persoalan kecurangan pemungutan dan rekapitulasi suara. Politik uang juga masih menjadi masalah utama; (3) konteks lokal, yang berkaitan dengan identitas masyarakat pemilih (agama, suku/etnik, geografis); (4) profesionalisme dan netralitas dari penyelenggara pilkada (KPU, KPUD, BAWASLU, PANWASLU (5) lemahnya penegakan hukum, untuk mengantisipasi kecurangan, maka penegak hukum harus dapat berdiri sendiri dan tidak terpengaruh. (6) sengketa hasil akhir. Menurut UU No.8 Tahun 2015 perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilhan diperiksa dan diadili oleh bada peradilan khusus, yang sampai dengan terbentuknya badan tersebut maka perselisihan diajukan ke Mahkamah Konstitusi dan keputusan Mahkamah Konstitusi adalah putusan terakhir dan final. Namun, keputusan MK tidak selamanya bisa diterima oleh pasangan calon serta para pendukungnya, dan dapat menimbulkan aksi unjuk rasa yang ditunjukan lewat aksi –aksi kekerasan. 18 Mardalis. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Hal. 26. 884 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Namun KPU mengungkapkan bahwa terdapat tiga peluang dalam pilkada serentak pada tahun 2015 yaitu: 19 1. Peningkatan Partisipasi Pemilih Peningkatan partisipasi pemilih dalam pilkada serentak adalah (a) meningkatnya pengetahuan tentang politik dan pentingnya memilih kepala daerah sebagai pemimpin daerah; (b) memiliki kesadaran untuk berpartisipasi aktif dengan memilih calon kepala daerah; dan (c) memiliki kemampuan dalam memilih. 2. Penguatan Aspek Transparansi (a) Scan C1 (b) Exel DA1 (c) E-Rekap Penggunaan Sistem Informasi Penghitungan Suara (SITUNG) untuk Pilkada Serentak Tahun 2015 untuk menampilkan hasil penghitugan suara yang dilakukan di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS). Proses pengumpulan dan publikasi C1 kali ini bisa lebih cepat dibanding pada Pilpres Tahun 2014 yang berhasil mengumpulkan 98,6 formulir C1 dalam waktu tujuh hari. Aplikasi dapat diakses melalui situs https://pilkada2015.kpu.go.id ini, selain akan mengunggah formulir C1 dari tiap TPS, juga akan melakukan e-Rekapitulasi hasil pilkada. Demi terjaminnya akurasi data pada proses e-Rekapitulasi, aplikasi yang digunakan memungkinkan adanya fungsi validasi dan koreksi sehingga akan menghasilkan hasil penghitungan suara yang bukan hanya tepat, tapi juga akurat. Selain menjalankan prinsip transparansi, penggunaan SITUNG juga mengurangi tindak pidana manipulasi penghitungan suara dengan memaksimalkan partisipasi masyarakat. 3. Perbaikan Data Pemilih Keberlanjutan Kebijakan strategis mutarlih Pilkada serentak 2015. (a) Pemutakhiran data pemilih dilakukan dengan basis data DP4 dan DPT Pemilu terakhir sehingga menjamin keberlanjutan data pemilih; (b) Penerimaan dan Pengelolaan DP4 dilakukan satu pintu dari Kemendagri ke KPU RI dan seterusnya ke KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota; (c) Format DP4 berbentuk CSV sehingga lebih mudah diimplementasikan ke dalam platform sistem yang dikembangkan oleh KPU; (d) Terdapat penegasan dalam regulasi mutarlih terkait kewajiban analisa DP4 dan Sinkronisasi DP4 dengan DPT Pemilu Terakhir; (e) Fasilitasi Data Pemilih untuk daerah pemekaran baik di DP4 maupun Sidalih; (f) Formulir data pemilih sudah memuat kolom khusus untuk penyandang disabilitas. 19 Dalam Seminar Nasional “Peluang dan Tantangan Pilkada Serentak 2015”, pada tanggal 22 November 2015 di Hotel Le Meridien Jakarta SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 885 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Selain itu terdapat juga tantangan yang disampaikan oleh KPU, yaitu:20 1. Dualisme Kepengurusan Parpol Partai politik di DPR bersepakat untuk tetap memberikan peluang kepada parpol yang berkonflik dapat mengajukan pasangan calon dengan catatan pasangan calon diajukan dan mendapat rekomendasi dari kepengurusan yang tengah berkonflik 2. Uji Materi UU Pilkada KPU merespons langsung setiap Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang JR UU Pikada dengan cara merevisi Peraturan KPU 3. Potensi Konflik Pilkada Desain kampanye pilkada yang mengedepankan pertemuan terbatas, tatap muka dan meminimalisasi rapat umum serta alokasi waktu berkampanye yang cukup panjang membuat potensi konflik pada masa kampanye dapat diminimalisir karena setiap pasangan calon dapat dengan leluasa mengatur ritme kampanye 4. Potensi Pragmatisme Politik Gambar 1 Potensi Pragmatisme Politik Sumber: KPU 5. Pengadaan dan Distribusi Logistik (a) Faktor Produksi (b) Faktor Distribusi (c) Faktor Geografi dan Topografi. 20 Idem 886 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan pilkada serentak 2015 sangat penting dan merupakan kemajuan dalam sistem demokrasi di Indonesia. Pilkada harus dilihat sebagai dobrakan dalam mempengaruhi pembentukan struktur pemerintahan di tingkat lokal dan dengan sendirinya dapat menciptakan good governance bagi masyarakat. Untuk pelaksanaan pilkada berbagai pihak telah terlibat didalamnya baik di tingkat nasional dan lokal. Aparat kepolisian telah melakukan pemantauan di daerah yang rawan konflik sehingga konflik dapat dicegah. Dan KPU sebagai penyelenggara pilkada tetap harus bersikap professional dan netral dalam pelaksanaan pilkada. DAFTAR PUSTAKA Budiarjo, Miriam. 2013. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mardalis. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Kajian Perdamaian dan Kebijakan The Habibie Center Edisi 10/November 2015 “Potensi dan Tantangan Kekerasan Pilkada Serentak 2015 di Indonesia www.kpu.go.id SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 887 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK DEMOKRASI LOKAL : DAMPAK PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG TERHADAP PERILAKU PEMILIH Syafhendry Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau [email protected] ABSTRAK Esensi dari demokrasi adalah kekuasaan berada ditangan rakyat, tetapi bagaimana demokrasi itu diimplikasikan dalam kehidupan berpolitik sehari-hari tentu sangat berbeda, tergantung dari seberapa besar keikutsertaan rakyat didalamnya. Dalam kontek demokrasi, pemilih merupakan satu institusi yang menentukan masa depan mereka dan daerahnya. Keadaan ini menyatakan bahwa pilihan kepala daerah itu merupakan satu proses yang komplek karena melibatkan keputusan individu yang mampu memberi makna dalam proses demokrasi lokal. Dengan perubahan paradigma pada sistem pemilihan kepala daerah, dari sistem pemilihan tidak langsung (sistem perwakilan) kepada sistem pilihan langsung (direct democracy). Perubahan ini berdampak pada perilaku pemilih dalam memilih kepala daerah. Jika pada pemilihan umum legislatif orientasi pemilih cenderung memilih partai politik maka pada pemilihan kepala daerah secara langsung orientasi pemilih tertuju pada figur atau kandidat. Dengan dibukanya ruang partisipasi masyarakat dalam memilih pemimpin-pemimpin mereka, maka dapat di asumsikan bahwa masyarakat akan lebih dekat pemerintahannya. Hal ini akan mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam sistem politik, dan masyarakat tidak hanya sekedar memilih kepala daerahnya (demokrasi lokal) tetapi sekaligus terlibat dalam pembuatan, menjalankan, mengawasi, dan memelihara kebijakan. Berdasarkan uraian diatas, artikel ini akan memfokuskan pada kajian pemilihan kepala daerah sebagai sebuah proses demokrasi lokal, dan dampaknya pada perilaku pemilih. Kata kunci : Demokrasi, Dampak, Sistem Pilkada, Perilaku Pemilih PENDAHULUAN Pemilihan kepala daerah langsung adalah upaya demokrasi untuk mencari pemimpin daerah yang berkualitas dengan cara-cara yang damai, jujur, dan adil.Salah satu prinsip demokrasi yang terpenting adalah pengakuan terhadap perbedaan dan penyelesaian perbedaan secara damai. Karena itu, pihak-pihak yang berbeda pendapat itu harus mengembangkan sikap toleransi, saling menghargai,dan saling menghormati antara satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, tidak berarti semua perbedaan harus dipadukan, karena kenyataannya memang ada perbedaan-perbedaan yang tidak mungkin terkompromikan.Agar perbedaan ini tidak melahirkan persengketaan, harus diciptakan aturan main yang dibuat bersama dan ditaati bersama. 888 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Problem lain yang cukup mendasar adalah belum melembaganya demokrasi sosial dalam kehidupan masyarakat kita. Karena itu diperlukan upaya pemberdayaan untuk mendewasakan masyarakat melalui berbagai pendidikan politik.Pemberdayaan ini termasuk pemberdayaan organisasi sosial-politik dan kelompok kepentingan.Masyarakat beserta infrastruktur politik yang tumbuh dan berkembang tidak harus lebih lemah atau lebih kecil keberdayaannya dibanding dengan pemerintah beserta suprastruktur politiknya.Upaya pemberdayaan ini harus berlangsung simultan untuk memantapkan tatanan demokrasi yang ada agar tidak hanya mengejar formalitas demokrasi tetapi kehilangan substansinya.Jika tatanan demokrasi sosial belum melembaga, maka individu atau kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan sulit untuk menyelesaikan perbedaan itu secara damai.Inilah perjuangan kita bersama agar pilkada dapat berjalan lancar, damai, jujur, adil dan menghasilkan kepala daerah yang berkualitas dan mampu meningkatkan kesejahtraan rakyat. Semangat yang terkandung dalam UU.No. 23/2014 tentang pemerintahan daerah adalah bahwa pelaksanaan pilkada langsung pada hakikatnya tidak hanya untuk tujuan mengoptimalkan demokratisasi di daerah, melainkan merupakan perwujudan dari prinsip otonomi daerah seluas-luasnya. Semua tingkatan daerah di Indonesia di beri hak untuk menyelenggarakan pilkada langsung dengan tujuan agar rakyat di daerah yang bersangkutan dapat secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala daerahnya yang berkualitas. Tinggi rendahnya kualitas kepala daerah yang terpilih sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat didaerah, tanpa intervensi pemerintah pusat. Penguatan demokrasi lokal melalui pilkada langsung adalah bagian dari pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Pemerintah dan KPUD harus berupaya agar kesadaran dan pengetahuan masyarakat pemilih akan hak-haknya berdemokrasi dapat ditingkatkan kualitasnya, sehingga tidak mudah di pengaruhi oleh praktik-praktik yang mengotori demokrasi lokal. Upaya penguatan demokrasi lokal melalui pilkada langsung adalah mekanisme yang tepat sebagai bentuk terobosan atas mandeknya pembangunan demokrasi di tingkat lokal.Jika dilihat pengalaman pemilihan langsung kepala desa belum memberikan pencerahan politik dalam skala yang lebih luas. Pemilihan kepala desa yang disebut telah mengakar ternyata belum mampu mendewasakan perilaku politik masyarakat, antara lain ditunjukkan oleh berbagai tindak kekerasan yang masih mewarnai proses pilkades. Dalam proses politik yang luas dan besar, masyarakan juga belum menunjukkan tabiat berpolitik secara dewasa. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 889 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Sampai saat ini realitas budaya politik sebagian besar masyarakat khususnya di daerah-daerah pedesaan bersifat paternalistik, belum sepenuhnya bersifat rasional dan menyalurkan hak-hak politik dan kepentingannya. Berdasarkan realitas ini maka proses pilkada langsung belum menjamin perubahan kualitas demokrasi. Meskipun secara formalprosedural pilkada langsung dapat terselenggara dengan tertib dan aman, tidak otomatis dapat berlangsung jujur, adil,dan berkualitas. Hal ini disebabkan, demokrasi di samping ditentukan oleh seberapa besar partisipasi masyarakat, juga kualitas partisipasi itu sendiri dalam menentukan pejabat pemerintah baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Jika kualitas partisipasi rendah maka kulitas demokrasi juga rendah.Kualitas partisipasi yang rendah bukan hanya ditunjukkan oleh angka numerik yang rendah, tetapi angka yang tinggi juga bisa menunjukkan rendahnya kualitas partisipasi jika yang terjadi sesungguhnya hanya mobilisasi.Semakin besar dan baik kualitas partisipasi masyarakat, semakin baik pula demokrasi. Kadar kualitas partisipasi politik masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana tingkat otonomi dalam menentukan sikapnya, apakan karena pengaruh mobilisasi partai politik semata, faktor primordialisme, ataukah karena rasionalitas dan hati nurani ? jika dorongan rasionalitas dan hati nurani semakin berkembang dalam penentuan sikap pilihan masyarakat selama pilkada langsung, maka kualitas demokrasi langsung meningkat (Amirudin & Bisri : 16) Tulisan ini hanya berfokus pada fenomena politik lokal karena mudah terobservasi dari kejadian yang ada. Tulisan ini menguraikan dampak pemilihan kepala daerah secara langsung terhadap perilaku pemilih. Dampak tersebut di tinjau dari perspektif teoritis maupun fakta di lapangan. PERSPEKTIF TEORETIS David Easton, teoretisi politik pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurangnya tiga sifat. Ketiga sifat tersebut adalah (1) terdiri dari banyak bagian-bagian; (2) bagian-bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung; dan (3)mempunyai perbatasan (boundaries) yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem-sistem lain.(Mas’oed dan Andrews (ed); 1991) Sebagai suatu sistem, sistem pilkada langsung mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem skunder (secondary system) atau sub-sub sistem (subsystems).Bagianbagian tersebut adalah electoral regulation, electoral process, dan electoral law enforcement. Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pilkada langsung yang 890 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-masing. Electoral process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pilkada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat legal maupun tenikal.Electoral law enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pilkada baik politis, administratif atau pidana. Ketiga bagian pilkada langsung tersebut sangat menentukan sejauh mana kapasitas sistem dapat menjembatani pencapaian tujuan dari proses awalnya. Masing-masing bagian tidak dapat dipisah-pisahkan karena merupakan satu kesatuan utuh yang komplementer. Mekanisme, prosedur dan tata cara dalam pilkada langsung merupakan dimensi electoral regulation. Secara teknis parameter mekanisme, prosedur dan tata cara dalam sistem adalah yang terukur (measurable). Ben Really mengonstatasikan 3 ukuran tersebut yang menurutnya juga komplementer dan tak dapat dipisah-pisahkan.Ketiganya adalah (1) Sistem pemilihan menerjemahkan jumlah suara yang diperoleh dalam pemilihan menjadi kursi; (2) Sistem pemilihan bertindak sebagai wahana penghubung yang memungkinkan rakyat dapat menagih tanggung jawab pemimpin yang telah mereka pilih; (3) Sistem pemilihan memberi dorongan terhadap pihak-pihak yang saling bersaing pengaruh supaya melakukannya dengan cara yang tidak sama.(Reilly; 1999). Pendeknya, untuk memperoleh hasil pilkada langsung yang demokratis, proses yang dilalui pun musti demokratis pula, yang di dalamnya mengandung aspek keadilan,keterbukaan, dan kejujuran. Atas dasar itu, sistem pilkada langsung merupakan sekumpulan unsur yang melakukan kegiatan atau menyusun skema atau tatacara melakukan proses untuk memilih kepala daerah. Sebagai suatu sistem, sistem pilkada memiliki cirri-ciri antara lain bertujuan memilih kepala daerah, setiap komponen yang terlibat dan kegiatan mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai kegiatan yang merupakan subsistem, masing-masing kegiatan saling terikat dan tergantung dalam satu rangkaian utuh, memiliki mekanisme kontrol, dan mempunyai kemampuan menyusun dan menyesuaikan diri. Pendeknya, inti sistem pilkada adalah hubungan kebergantungan antar setiap komponen yang terlibat dalam antar kegiatan yang membentuk sistem (interrelationship between parts). DEMOKRASI DAN DELEGASI KEWENANGAN KEPADA PUBLIK Bagaimana delegasi kewenangan ke publik dapat mempromosikan demokrasi dan bagaimana penting demokrasi local untuk kesehatan publik dari sebuah negara demokrasi?Dilys M. Hill’s (1974) menyimpulkan tiga pandangan kontradiktif tentang hubungan pemerintah local SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 891 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dan demokrasi.Pertama, hubungan dengan romantisme Toulmin Smith dan Victoria abad pertengahan yang mempertimbangkan pemerintah lokal yang otonomus merupakan sebuah penghargaan pada tradisi, bukan berdasarkan pemilihan dan prinsip-prinsip demokrasi.Pandangan kedua, di dukung oleh Langrod dan Moulin yang menyatakan bahwa pemerintah lokal bersifat parochial, beragama, berpotensi membentuk oligarki, dan korup. Karena itu pemerintah lokal tidak mampu mengakomodasi perinsip-perinsip universal demokrasi seperti kekuasaan mayoritas, egalitarianisme, dan penyamaan standar perlakuan untuk semua. Pandangan ketiga, disponsori oleh Jhon Stuart Mill yang menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara pemerintah lokal yang mandiri atau otonomus dan demokrasi. Pandangan ini menganggap bahwa level lokal, provinsi dan kabupaten/kota, adalah satu lokasi di mana “kebebasan dilindungi, pembayar pajak diberi hak bersuara di pemerintahan, diinformasikan, dan dikonsultasikan; dan masyarakat harus bebas, di kota atau desa, untuk mengatur kota mereka sesuai dengan kepentingan daerahnya. (Smith : 1985) Bagi Langrod, sebagai mana dikutip oleh Smith, pemerintahan lokal yang otonomus tidak selalu penting dan sistem politik tanpa pemerintahan lokal tidak berarti tidak demokratis (ibid ),Sementara itu, Smith, Manor, dan Niessen (Niessen : 1999) yang mendukung pandangan Mill menyatakan bahwa demokrasi lokal merupakan suatu kondisi yang penting untuk demokrasi nasional karena demokrasi lokal memberi kesempatan untuk partisipasi personal yang lebih besar dan merupakan metode terbaik dalam mengatur pelayanan publik. Para pendukung pemerintah lokal menyatakan bahwa pertama, pemerintah lokal baik untuk demokrasi nasional dan kedua memberi keuntungan lokal bagi demokrasi lokal. Dengan membuka partisipasi publik dalam memilih pemimpin-pemimpin mereka, maka dapat diasumsikan bahwa masyarakat akan lebih dekat dengan pemerintahnya. Hal ini akan mendorong keterlibatan aktif publik dalam sistem politik, dan publik tidak sekedar memilih eksekutif lokal tapi sekaligus terlibat dalam pembuatan kebijakan. Meskipun Larry Diamond dalam Mandica (2008) menyebut pemilu sebagai demokrasi pemilihan umum (electoral democracy) atau biasa pula diistilahkan sebagai sebagai definisi minimal dari demokrasi, tetapi Joseph Schumpeter meyakinkan pentingnya pemilu bagi mereka yang hendak terlibat dalam penganbilan keputusan. Menurutnya bahwa: “untuk tiba pada pengambilan kebijakan politik di mana individu-individu diharuskan memiliki kekuasaan untuk memutuskan yang didapatnya dari kompetisi mendapatkan suara rakyat [melelui pemilu]”(Diamond : 1999) 892 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Sebagai mana dinyatakan oleh Smith bahwa ada tiga nilai dari demokrasi lokal dalam pandangan perspektif liberal yang mempengaruhi proses demokrasi yakni: pertama, kesetaraan politik (political aquality) yang berhubungan dengan keterlibatan publik secara luas dalam proses pengambilan keputusan; kedua, akuntabilitas (accountability) menyangkut keterlibatan masyarakat dan para wakilnya dalam mempertahankan hak-hak individu mereka dalam rangka membangun akuntabilitas pemerintah kota; dan ketiga, kepekaan pemerintah (government responsipeness) yang merujuk pada respon pemerintah terhadap tuntutan masyarakat untuk efisiensi dan efektivitas pelayanan publik dan adminstrasi keresahan sosial. Secara singkat nilai-nilai demokrasi liberal menganggap partisipasi masyarakat melalui pemilu, voting, dan repsentasi di perwakilan rakyat merupakan jalan untuk membawa masyarakat dekat dengan pemerintah. Sebagai mana diungkapkan oleh Putman bahwa “melibatkan masyarakan secara aktif dalam proses demokrasi melalui pemilu dan civil society besar kemungkinan menciptakan ‘civic culture’ dari toleransi, kepercayaan, saling membutuhkan, dan kerjasama.” DAMPAK PILKADA TERHADAP PERILAKU PEMILIH Berawal dari perubahan paradigma dalam sistem pemilihan umum di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari pemilihan umum dengan sistem perwakilan menjadi sistem pemilihan umum langsung. Sistem pemilihan umum perwakilan ketika itu negara hanya menyelenggarakan pemilihan umum satu kali saja yaitu memilih Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tetapi dengan sistem pemilihan umum secara langsung pemilihan umum tidak hanya untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tetapi juga untuk anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) termasuk pemilihan umum untuk presiden dan Kepala Daerah. Dengan paradigma model seperti ini maka akan berdampak terjadi perubahan logika masyarakat pemilih tentang keputusan politik yang akan diambil. Ketika kepala daerah di pilih oleh DPRD (sistem perwakilan) publikpun menunjukan antusias dalam partisipasi mendukung kandidat tertentu dalam mengikuti proses pilkada, tetapi partisipasi tersebut tidaklah total karena partisipasi publik ini tidak pada penentuan pemenang melalui pemberian suara. setelah Pilkada langsung di berlakukan, partisipasi masyarakat menjadi total, mulai dari deklarasi diri sebagai peserta pendukung, sebagai tim sukses, sebagai relawan, hingga penghitungan suara. semuanya dilakukan secara terbuka dan transparan.Seperti halnya pemilu legislatif, massa terlibat dalam proses Pilkada langsung sejak awal hingga penetapan calon terpilih. Massa pun nampak lebih terbuka SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 893 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK memproklamirkan diri sebagai pendukung salah satu pasangan calon kepala daerah semisal dalam pawai kampanye, memakai atribut kandidat tertentu dan secara terbuka berdebat tentang kandidat yang didukungnya. Adapun bentuk-bentuk partisipasi total tersebut sebagai berikut : 1. Partisipasi sebagai Tim Sukses Pemenanagan pasangan calon Salah satu dampak pengaruh pemilihan kepala daerah langsung adalah munculnya orang-orang yang mengatur strategi pemenangan pasangan calon. Orang-orang tersebut biasa di sebut sebagai tim pemenangan yang bertanggungjawab pada proses pencalonan, pemilihan pasangan, penentuan basis-basis suara dan metode kampanye. Tim sukses ini bisa berasal dari partai politik pendukung, kalangan keluarga, kalangan masyarakat perseorangan atau kelompok profesional. Mereka bekerja untuk para pasangan calon dan menjadi jembatan bagi para calon ke kantong-kantong massa.Mereka ini pula yang biasanya mengatur kebutuhan kampanye biaya kampanye. Pada tahap mendekati massa, isu tentang penggunaan uang dan materi mengemuka. Para tim sukses akan menggunakan berbagai cara untuk meraih simpati para pemilih, mulai dari pengadaan aktivitas olahraga, kesenian, perlengkapan perwiridan kaum ibuibu, sosial kematian di lingkungan rukun tetangga hingga ke rumah ibadah, termasuk pembagian kebutuhan bahan pokok, tak ketinggalan bagi amplop. Selain strategi diatas, tim sukses juga mempelajari teknik-teknik kampanye yang efektif untuk menjatuhkan lawan. Maka timbullah istilah kampanye negatif atau black campaign. Jenis kampanye ini diterapkan dalam bentuk verbal, iklan, selebaran, atau sekedar isu dari mulut ke mulut. Bentuk kampanye negatif ini biasanya menyentuh aspek-aspek personal. 2. Partisipasi sebagai Pendukung atau Oposan Partisipasi publik yang paling umum disaksikan adalah keterlibatan pada pemberian suara. mereka inilah yang menentukan nasib para pasangan calon ketika mereka memberikan suara pada hari pencoplosan. Partisipasi pemberian suara ini diikuti pula dengan bentuk partisipasi yang lebih ekspresif melalui protes atau demontrasi. Dalam suatu pemilu suasana damai, aman, kooperatif, dan akomodatif merupakan prasyarat dari proses transisi ke dan konsolidasi demokrasi (Diamond : 1999). Pengalaman pemilihan kepala daerah secara langsung di Indonesia kadangkala berakhir dengan kericuhan, khususnya pada masa kampanye dan pasca penghitungan 894 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK suara. faktor penyebab keributan tersebut adalah sikap saling mencurigai diantara pendukung, sikap tidak mempercayai lembaga penyelenggaraan pemilihan kepala daerah mulai dari KPUD hingga ke TPS, sikap kaku dan tidak mematuhi peraturanperaturan pilkada langsung, menghalalkan bentuk kecurangan termasuk intimidasi, pembelian suara, penggelembungan suara, dan saling fitnah, dan terakhir sikap tidak menerima kenyataan atas sebuah kekalahan (Mandika : 2008). Dalam hal ini Larry Diamond (1999) mengungkapkan dengan gamblang bahwa iklim demorasi, khususnya demokrasi liberal hanya akan terwujud apabila : 1) Ada toleransi terhadap kepercayaan politik yang berbeda, perbedaan posisi dan perbedaan latar belakang sosial budaya; 2) Partisipan seyogyanya bersikap pragmatis dan fleksibel; 3) Partisipan tidak bersifat kaku dan memaksakan ideologi tertentu tetapi memberi kesempatan kepada aktor-aktor politik dan lingkungan sosial; 4) Keinginan untuk berkompromi; dan 5) Bersikap santun dalam berpolitik dan saling menghormati pendapat atau pilihan orang lain. Kualitas sikap yang diajukan oleh Diamond tampak masih jauh dari karakter bangsa Indonesia. Sebab beberapa pilkada langsung di daerah masih saja mengalami protes dan demontrasi yang berakhir dengan pengerusakan. Dari fakta di atas, dapat kita yakini bahwa Pemilihan kepala daerah secara langsung memang memberi dampak yang sangat besar terhadap partisipasi pemilih, hal ini mereka lakukan semata-mata untuk memenangkan jagoannya. PENUTUP Secara umum pemilihan kepala daerah secara langsung menunjukkan prospek yang positif bagi perkembangan demokrasi di Indoensia. Ada tiga ukuran yang menunjukkan suatu pemerintahan di kelola dengan berbasis pada doktrin demokrasi lokal; yakni political equality, local accountability, dan sense of local response (Amiridin & Bisri : 2006) Pertama political equality; penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah manakala dalam proses dan pelaksanaannya di bangun atas dasar prinsip kesetaraan politik yang bukan saja terjadi secara horizontal antara eksekutif tetapi juga secara vertikal antara rakyat dan kepala daerah dan juga rakyat dengan lembaga legislatif. Posisi masyarakat terkuatkan dengan memiliki bargaining politic yang cukup, begitupun posisi kepala daerah di hadapan legislatif dan atau sebaliknya. Sama-sama terkuatkan dengan spirit kemitraan. Pada situasi di mana posisi publik, eksekutif, dan legislatif berada dalam irisan lingkaran kekuasaan yang samaSEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 895 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK sama kuat, maka di titik ordinat politik semacam itu memungkinkan sekali sistem check and balance dapat berlangsung normal. Dan pilkada langsung dalam konteks itu sesungguhnya masuk bagi terbangunnya penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang berbasiskan prinsip kesetaraan. Kedua, Local accountability. Dulu, akuntabilitas lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan menjadi sangat sulit sekali diwujudkan. Bagaimana mungkin dapat menwujudkan akuntabiltas lokal, sementara keterlibatan masyarakat dalam proses penyelenggaraan di daerah tidak diwadahi dalam suatu sistem yang jelas, pemerintahan daerah kala itu dapat menolak kewajiban melaporkan hal itu semua kepada DPRD dengan sistem Laporan PertanggungJawaban dan laporan akhir jabatan. Transparansi terhadap rakyat tidak mendapat tempat yang proporsional. Menurut saya, di titik itulah letak arti pentingnya pilkada langsung, ia dapat menjadi pemecah kebekuan sistem politik yang lebih memungkinkan terbukanya akuntabilitas lokal. Ketiga, sense of local response, jelaslah bagi kita bahwa sistem pilkada langsung memungkinkan sense of local response kepala daerah menjadi lebih teraktifkan. Itu terjadi karena kepala daerah yang di hasilkan dari pemilihan rakyat secara langsung memiliki konsekuensi, suara pemerintah harus tunduk kepada rakyat. Ketertundukkan pada suara rakyat adalah jaminan bagi selamatnya kontrak politik yang terbangun melalui sistem ini. Itulah keunggulan dari sistem pilkada langsung bahwa di tingkat peradaban politik menguntungkan sekali, karena di depan mata, masa depan demokrasi lokal akan semakin bersinar. Tetapi itu pun bukan satu-satunya jaminan. Masa depan demokrasi lokal selain ditentukan oleh ketepatan dalam memilih sistem pilkadanya, juga tersedianya kepala daerah yang telah terpilih akan membawakan diri untuk tidak berlaku otoriter. DAFTAR PUSTAKA Amirudin dan A. Zaini Bisri, 2006, Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Pustaka Pelajar, Yogyakarta BC. Smith, 1985; Decentralization in the Territorial Dimension of the State; London : George Allen and Unwin. Ben Reilly, 1991, Reformasi pemilu di Indonesia: sejumlah pilihan, dalam Almanak Parpol Indonesia; Yayasan API, Jakarta. Dilys M. Hill, 1974, Democratic Theory and Regional Government, London : George Allen and Unwin Ltd. Nicole Niessen, 1999, Municipal Government in Indonesia, The Netherlands : Research School CNWS. Mohtar Mas’oed dan Colin Mac Andrews (ed.), 1991, “Pengantar” perbandingan sistem politik,: Gadjah Mada University pressYogyakarta. 896 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Mandica, GB. Notrida, 2008, Dampak Pemilihan Kepala Daerah pada Proses Demokratisasi, Jurnal Ilmu Pemerintahan edisi 26 Tahun 2008, Mipi, Jakarta Prihatmoko, J. Joko, 2005, Pem`ilihan Kepala Daerah Langsung, Pustaka Pelajar Yogyakarta Larry Diamon, 1999, Developing Democracy Toward Consolidation, (Baltimore : the Johns Hopkins University Press. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 897 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK KAMPANYE DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DIBIAYAI NEGARA Komunikasi Politik, Demokrasi dan Pemilu Desna Aromatica FISIP Universitas Andalas [email protected] ABSTRAK Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah, baik pemilihan Gubernur ataupun Bupati/Walikota adalah sebuah pesta demokrasi dalam penyelenggaraan kehidupan pemerintahan yang dianut Indonesia pasca reformasi. Pemilihan Kepala Daerah berdasarkan UU nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 62 menyebutkan bahwa pemilihan kepala daerah diatur dengan Undang-undang, yang dirubah dengan UU RI nomor 9 tahun 2015 . Adapun yang menjadi landasan dilangsungkannya pilkada langsung di Indonesia adalah UU no 1 tahun 2015 yang disempurnakan dengan UU no 8 tahun 2015. Hal ini tentu akan berimplikasi positif bagi tumbuh suburnya demokrasi di Indonesia karena pemilihan Kepala daerah adalah salah satu upaya demokratisasi didaerah dalam sistem pemerintahan presidentil di Indonesia. Salah satu faktor penting dalam keberhasilan pemilu Kepala Daerah bagi pasangan calon adalah kampanye. Maka dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah seperti yang dilakukan serentak pada 9 Desember 2015 yang lalu, ada perubahan dalam pendanaan kampanye. Berdasarkan UU no 1 tahun 2015 pasal 65 ayat 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ada beberapa kegiatan kampanye yang ditanggung oleh negara. UU no 8 tahun 2015 menyatakan bahwa pasal 65 ayat 1 disebutkan bahwa kampanye dapat dilakukan. Dalam ayat 2 kemudian disebutkan bahwa ayat 1 huruf c,d,e dan f difasilitasi oleh KPU yang didanai oleh APBD. Hal ini punya dampak positif dan negatif, Namun apakah benar-benar mampu menghilangkan politik uang dan uang yang ditunggangi oleh kepentingan kelompok atau individu tertentu? Kata kunci : kampanye, elit, demokrasi PENDAHULUAN Mosca dalam Rush dan Althoff menyatakan bahwa dalam semua masyarakat baik yang berkembang ataupun yang sudah maju akan selalu muncul dua kelas. Yaitu kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai21. Kelas berkuasa yang disebut ruling class ini oleh pareto disebut sebagai elit politik. Dalam hirarki partisipasi politik orang-orang ini menurut Rush dan Althoff adalah orang yang menduduki puncak hirarki dengan menduduki berbagai macam jabatan dalam sistem politik seperti Jabatan politis sebagai Kepala Daerah yaitu Gubernur, Bupati dan Walikota22. Untuk dapat berada dijabatan tersebut, para elit politik ini harus melalui serangakain partisipasi politik dalam pemiliham Kepala daerah langsung berdasarkan 21 22 Rush dan althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Grafindo Persada. Jakarta. Hal 232-233 Ibid, hal 123 898 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Perpu no 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yang telah diundangkan dengan UU no 1 tahun 2015 dan dirubah kembali dengan UU no 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas undang-undang no 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang no 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, Bupati dan Walikota menajadi undang-undang. Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada, baik pemilihan Gubernur ataupun Bupati/Walikota adalah sebuah pesta demokrasi dalam penyelenggaraan kehidupan pemerintahan yang dianut Indonesia pasca reformasi. Pemilihan Kepala Daerah berdasarkan UU nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 62 menyebutkan bahwa pemilihan kepala daerah diatur dengan Undang-undang, yang dirubah dengan UU RI nomor 9 tahun 2015 . Adapun yang menjadi landasan dilangsungkannya pilkada langsung di Indonesia adalah UU no 1 tahun 2015 yang disempurnakan dengan UU no 8 tahun 2015. Hal ini tentu akan berimplikasi positif bagi tumbuh suburnya demokrasi di Indonesia karena pemilihan Kepala daerah adalah salah satu upaya demokratisasi didaerah dalam sistem pemerintahan presidentil di Indonesia. Salah satu faktor penting dalam keberhasilan pemilu Kepala Daerah bagi pasangan calon adalah kampanye. Agar dipilih, kandidat Kepala Daerah melakukan berbagai upaya pengenalan citra pada masa pemilih. Beberapa poin penting atas kontribusi kampanye dalam pemilukada, baik bagi kandidat ataupun pemilih sesungguhnya membutuhkan modal yang tidak sedikit untuk mengejar tujuan. Hal ini menyebabkan muncul opini publik bahwa untuk menjadi kandidat harus disertai dengan modal yang tidak sedikit untuk membiayai kampanye kandidat. Jauh sebelum masa kampanye dimulai pun, pencitraan para kandidat sudah dilakukan melalui berbagai media. Sebagai alat untuk menjual figur kandidat. Kampanye adalah sebuah kegiatan yang butuh budget khusus. Salah satu penyandang dana kampanye adalah kalangan pebisnis atau privat. Menurut Wursanto kalangan privat adalah sebuah entitas yang ada untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan orientasi pencapaian keuntungan23. Melalui Viva news 24 Agustus 2011, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie pernah melontarkan ide untuk memperbaiki sistem politik diIndonesia lebih baik bila biaya kampanye seluruh parpol dibiayai negara. Entah terinspirasi dari hal ini atau tidak, maka melalui UU RI Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang. Pasal 23 Wursanto. 2005. Ilmu Organisasi. Andi. Yogyakarta. Hal 20 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 899 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 65 ayat 1 dan 2 kemudian menjelaskan bahwa kampanye dibiayai dengan APBD. Namun dalam UU tersebut juga jelas dituliskan kampanye dalam bentuk apa saja yang difasilitasi dan dibiayai oleh APBD. Hal tersebut juga jelas dituliskan dalam peraturan KPU nomor 7 Tahun 2015 Tentang Dana Kampanye peserta pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan/Atau Walikota dan Wakil Walikota. Keadaan ini menimbulkan banyak perdebatan diranah publik khususnya bagi pihak-pihak yang mengganggap negara telah melakukan inefisiensi terhadap anggaran negara untuk hal yang seharusnya ditanggung pasangan calon dan parpol. Maka dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana bentuk kampanye pemilihan Kepala Daerah yang dibiayai negara TINJAUAN PUSTAKA Menurut Dahl, demokrasi itu dapat diciptakan secara otonom dan dapat pula diciptakan kembali apabila terdapat kondisi yang memungkinkan untuk itu. Pada dasarnya demokrasi akan dapat berjalan sangat tergantung pada budaya demokrasi pada suatu tempat, dan budaya umum yang mendukungnya. Box (dalam Muluk) mengungkapkan bahwa terdapat empat prinsip yang dipergunakan untuk menjelaskan mengapa demokratisasi perlu dilakukan pada tingkatan pemerintahan daerah yaitu24 : a. The scale principle yang menjelaskan bahwa terdapat beberapa fungsi yang lebih tepat diatur dan diurus pada tingkatan pemerintah pusat, sedangkan beberapa fungsi lain yang lebih tepat diatur dan diurus pada tingkatan pemerintahan daerah. partisipasi masyarakat yang lebih besar sebaiknya diberikan pada tingkatan pemerintahan daerah karena lebih memungkinkan masyarakat berpartisipasi lebih aktif dan efektif. b. The democracy principle, yang menjelaskan bahwa pada dasarnya proses pemerintahan seharusnya melibatkan masyarakat dalam pembahasan kebijakan dan pengambilan keputusan secara terbuka dan bebas. Partisipasi masyarakat merupakan kunci penyelenggaraan prinsip ini. c. The accountability principle yang menjelaskan bahwa pemerintahan adalah milik masyarakat. Karena itu, akuntabilitas publik berarti pertanggung jawaban kepada masyarakat sebagai pemilik pemerintahan. Untuk mencapai akuntabilitas publik dibutuhkan keterlibatan masyarakat dalam proses kebijakan bersama dengan para wakilnya dan administrator publik. Akuntabilitas publik menuntut adanya. 24 Muluk,M.R.K. 2006. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Bayu Media Publishing. Malang 900 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK keterkaitan langsung warga masyarakat dengan penyusunan dan pelaksanaan program-program publik. d. The rationality principle yang menjelaskan bahwa proses partisipasi publik dalam pemerintahan daerah harus ditanggapi secara rasional. Yaitu lebih mengacu pada kesadaran dan pengakuan bahwa proses partisipasi membutuhkan waktu yang memadai, pemikiran yang cermat, kesempatan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapatnya, perlunya mendengar beragam pendapat yang muncul serta penghargaan atas perbedaan pendapat. Menurut Sisk, demokrasi terdiri dari direct democracy dan Representative Democracy25. a. Direct democracy. Saat ini partisipasi langsung tidak memungkinkan karena jumlah rakyat yang banyak. Size dari sebuah kota, atau negara akan sangat mempengaruhi realisasi demokrasi langsung. Situasi dan kondisi ini membuat pilihan demokrasi kedua bagi beberapa daerah/negara menjadi lebih rasional b. Representative democracy Dalam perwakilan, rakyat memilih calon/kandidat sebagai wakil mereka, atau partai politik yang akan memegang kekuasaan untuk menyampaikan kehendak rakyat. Bagi pendukung demokrasi ini, kompetisi akan terjadi diantara Potensial leaders. Dalam demokrasi ini, seluruh warga negara berhak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi mereka, melalui perwakilan. Didalam sebuah Negara yang besar seperti Indonesia, demokrasi langsung tidak bisa berjalan sukses. Untuk itu diperlukan sistem demokrasi secara perwakilan. Para perwakilan inilah yang akan menjalankan atau menyampaikan semua aspirasi rakyat didalam pertemuan. Mereka dipilih oleh rakyat dan seharusnya tetap berpihak kepada rakyat. Pemilihan Kepala daerah adalah salah satu upaya demokratisasi didaerah dalam sistem pemerintahan presidentil di Indonesia. Menurut Sisk ”The principal function of election is to legitimize public authority and to provide officials with a mandate for specific action” 26. Pemilihan kepala daerah diharapkan akan menjadi alat untuk melegitimasi kedaulatan dari rakyat, karena pemilihan kepala daerah memiliki 25 Timothy D Sisk. 2001. Democracr at The Local Level: The International IDEA Handbook on Participation, Representation, Conflict management and governance . international IDEA.Sweden 26 Ibid hal 116 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 901 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK fungsi yang amat penting, Ada beberapa keuntungan dari Local election menurut sisk27 yaitu: a. Barometers of national political trends. b. Determinig what matters most to voters c. Democratization process d. Minority inclusion e. Development of national party systems” Dalam pemilihan Kepala Daerah Kampanye adalah salah satu rangkaian aktivitas yang dilakukan sebelum pemilihan dilakukan. Dalam UU no 8 Tahun 2015 pasal 21 disebutkan bahwa kampanye adalah Kegiatan untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program calon Gubernur dan calon wakil Gubernur, calon Bupati dan Wakil Bupati, serta calon Walikota dan Wakil Walikota. PEMBAHASAN Pemilihan Kepala Daerah dapat menjadi barometer bagi kecenderungan perpolitikan, sekaligus menjadi alat untuk mengetahui kebutuhan apa dan apa yang terbaik bagi voters. Menurut Sisk (2001:116) “Election campaigns serve many functions too, such as clarifying issues and policies, holding candidates to account, comunicating information among candidates and voters, and offering choices about solutions to community problems to the general public”.28 Pemilu Kepala Daerah akan melibatkan seluruh masyarakat baik minoritas ataupun mayoritas, sehingga menjadi alat perwujudan demokratisasi yang sangat tepat didaerah. Pada dasarnya keuntungan besar bagi sebuah daerah dengan sistem pemilihan kepala daerah secara langsung yang di usung Undang-Undang adalah pembangunan kehidupan dan pendidikan politik yang baik bagi masyarakatnya. Namun menurut Akbar tandjung dalam buku terjemahan models of democracy David Held29, bahwa pilihan kita terhadap demokrasi dengan melakukan Local election sebagai the only game in town tidak hanya untuk membangun kehidupan politik yang demokratis, namun lebih detail menurut akbar tandjung bahwa bentuk demokrasi pluralis karena keberagaman kita, haruslah demokrasi yang mampu mengaktifkan modalitas dan sumberdaya politik yang ada. 27 Ibid hal 118 Ibid hal 116 29 David Held. 2007. Models of Democracy. Jakarta: Akbar Tandjung Institut.Hal xii 28 902 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Untuk mengaktifkan modalitas dan sumber daya yang ada bahkan termasuk sumber daya alam dan manusia, kita butuh pemimpin demokratis yang punya kompetensi sebagai manajer dan bukan hanya sebagai pemimpin pilihan massa yang akan menjalankan kedaulatan rakyat sesuai tujuan berdirinya negara. Pemilihan Kepala Daerah ini diatur dalam UU no 1 tahun 2015 yang dirubah dengan UU no 8 tahun 2015 Tentang Perubahan atas UndangUndang No 1 Tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi UndangUndang. Maka agar dipilih, kandidat Kepala Daerah melakukan berbagai upaya pengenalan citra pada masa pemilih lewat sebuah aktivitas yang biasa kita sebut dengan kampanye. Kampanye merupakan alat pencitraan untuk membentuk persepsi massa pemilih dalam pemilihan Kepala Daerah. Beberapa poin penting atas kontribusi kampanye dalam pemilukada, baik bagi kandidat ataupun pemilih sesungguhnya membutuhkan modal yang tidak sedikit untuk mengejar manfaat yang diutarakan Sisk tersebut. Hal ini yang menyebabkan muncul opini publik bahwa untuk menjadi kandidat harus disertai dengan modal yang tidak sedikit. Kampanye sendiri menurut PKPU no 8 tahun 2015 diartikan sebagai kegiatan menawarkan visi, misi dan program pasangan calon dan/atau informasi lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan pemilih. Sementara dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang dan jasa yang digunakan pasangan calon dan/atau parpol atau gabungan parpol yang mengusulkan pasangan calon untuk membiayai kegiatan kampanye pemilihan Maka dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah seperti yang akan dilakukan serentak pada 9 Desember 2015 yang akan datang, ada perubahan dalam pendanaan kampanye. Berdasarkan UU no 1 tahun 2015 pasal 65 ayat 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ada beberapa kegiatan kampanye yang ditanggung oleh negara. UU no 8 tahun 2015 menyatakan bahwa pasal 65 ayat 1 disebutkan bahwa kampanye dapat dilakukan dengan a) Pertemuan terbatas b) Pertemuan tatap muka dan dialog c) Debat publik/debat terbuka antar pasangan calon d) Penyebaran bahan kampanye kepada umum e) Pemasangan alat peraga f) Iklan media massa cetakdan media massa elektronik dan atau g) Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan ketentuan peraturan SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 903 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK perundangan Dalam ayat 2 kemudian disebutkan bahwa ayat 1 huruf c,d,e dan f difasilitasi oleh KPU yang didanai oleh APBD. Jadi ada 4 sarana kampanye pilkada yang dibiayai negara. Yaitu pemasangan alat peraga kampanye, penyebaran bahan kampanye, iklan media cetak dan elektronik serta debat publik antar pasangan calon. Semuanya dibiayai KPU melalui APBD tergantung banyaknya jumlah KK didaerah tersebut. Contoh untuk salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, berdasarkan data yang penulis dapatkan dari salah satu pegawai KPUD untuk semua pasangan calon dana yang harus dikeluarkan KPUD melalui APBD untuk bahan kampanye saja sekitar Rp.287 juta dan untuk alat peraga kampanye adalah dekitar Rp.146 juta. Dimana keselurahan dana kampanye yang disepakati KPU dengan Paslon adalah sekitar 5 milyar Aturan mengenai Pengelolaan Dana kampanye ini sudah diatur dalam Permendagri no 44 tahun 2015 yang dirubah dengan Permendagri no 51 Tahun 2015 tentang Perubahan atas peraturan menteri dalam negri nomor 44 tahun 2015 tentang pengelolaan dana kegiatan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota. Dalam lampirannya dapat dilihat cara penghitungan anggaran pelaksanaan 4 item yang menjadi tanggungan APBD tersebut. Lebih jelas lagi dapat dilihat dalam PKPU no 7 tahun 2015 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan wakil gubernur, Bupati dan wakil Bupati dan/atau Walikota dan wakil walikota. Sementara untuk Dana kampanye diatur dalam PKPU nomor 8 tahun 2015 tentang Dana kampanye peserta pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota. Jika dilihat dari serangkaian aktivitas kampanye pemilu maka jumlah yang dikeluarkan oleh negara untuk menanggung biaya kampanye pemilu pasangan calon memang tidak seberapa dibandingkan jumlah keseluruhan dana kampanye yang disiapkan oleh pasangan calon yang biasanya didapatkan dari sumbangan individu atau badan swasta. Ini artinya jika tujuan utama menanggung dana kampanye melalui APBD untuk mengurangi dampak negatif dari besarnya dana kampanye yang harus dikeluarkan paslon maka ini jelas tidak akan berpengaruh signifikan. Namun jika esensi dari ditanggungnya oleh negara beberapa aktifitas kampanye untuk menghindari ketimpangan dan ketidak seragaman paslon dalam memasang dan menyebarkan bahan dan alat peraga kampanye tentu sangat baik. Namun karena hal ini harus dibebankan pada APBD yang sebenarnya masih lebih bermanfaat jika diperuntukkan bagi perwujudan kesejahteraan masyarakat tentu sangat disayangkan. Apalagi bagi daerah-daerah yang jelas-jelas memiliki PAD yang minim dan bahkan 904 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK mengalami defisit keuangan. Bukankah yang utama adalah mensejahterakan masyarakat lah yang harusnya menjadi orientasi utama dalam pengelolaan keuangan oleh pemerintah. Kondisi ini tetap tidak akan mampu menghilangkan politik uang dan kontrak politik dengan pihak lain yang akan berubah wujud menjadi politik balas budi jika terpilih nanti. Dikhawatirkan bahkan mungkin akan menumbuhkan benih korupsi baru yang bisa disemai di KPUD. Karena tidak seluruhnya biaya kampanye ditanggung oleh negara, tentu saja peluang KKN ketika terpilih nantinya bagi pasangan calon masih akan tetap terbuka lebar. Masih banyak aktivitas kampanye lainnya yang harus merogoh kocek mereka sendiri lewat bantuan pihak lain yang notabene memiliki kepentingan didalamnya. Menurut penulis, kampanye menjadi begitu penting, karena kebanyakan pasangan calon adalah orang-orang yang tidak memiliki sepak terjang luar biasa positif ditengah masyarakat sehingga tanpa kampanye politik mereka tidak akan dikenali.. Berandai-andai saja, jika kampanye hanya merupakan sarana publik untuk mengenali paslon hanya lewat debat terbuka, tentu akan banyak paslon yang mengukir prestasi jauh sebelum masa pemilihan. Karena mereka perlu membangun reputasi atau citra yang baik dimata publik agar publik kenal dan memilih mereka atas lakon kerennya sehari-hari dimasyarakat. Maka ditanggungnya sebagian kecil dana kampanye oleh negara menurut penulis adalah hal yang kurang tepat jika dianggap sebagai solusi menghentikan politik uang atau politik balas budi karena hanya akan membebani APBD. Kampanye tidak akan bermodal besar jika sosok yang dipilih sudah memiliki kiprah luar biasa dimata publik. Tanpa poster, tanpa alat peraga kampanye lainnya pasangan calon sudah sangat dikenali masyarakatnya. Maka bicara soal ditanggungnya biaya kampanye oleh Negara/ daerah lewat APBD adalah hal yang baik tujuannya, namun menurut penulis belum efektif menghentikan patologi dalam pilkada. Elektabilitas seorang pasangan calon yang terbangun dari ketokohan yang diperlihatkan sebelumnya dalam berbuat banyak terhadap daerah apalagi Negara saat ini masih minim. Pasangan calon yang bahkan muncul dan kurang terkenal dimasyarakat menjadikan kampanye senjata utama membuat masyarakat melek terhadap mereka sehingga menempuh berbagai cara disertai modal sebagai pendukung keberhasilan. Salah satu hal yang dapat dilakukan justru adalah memperkuat aturan dan pengawasan dalam kampanye dan pemilihan agar patologi dalam pilkada tidak menjadi penyakit yang menulari birokrasi nantinya ketika sang pasangan calon terpilih dan berkinerja. Sedikit pasangan calon yang maju dengan modal elektabilitas tinggi atas dasar kiprahnya dimasyarakat. Inilah membuat banyak kontrak politik muncul dibalik biaya kampanye yang SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 905 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK besar. Semakin besar biaya kampanye yang dikeluarkan justru sebenarnya bagi penulis menunjukkan semakin tidak percaya dirinya pasangan calon bahwa mereka dikenali dan akan dipilih karena ketokohannya. Maka lebih baik biaya kampanye disalurkan untuk bidangbidang urgen dimasyarakat seperti beasiswa pendidikan atau untuk pemberdayaan masyarakat. Meskipun relatif tidak banyak namun sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat didaerah, apalagi daerah dengan kondisi PAD yang tidak memadai. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berlakunya UU no 8 tahun 2015 serta Permendagri no 51 tahun 2015 yang diperjelas dalam PKPU no 7 dan 8 tahun 2015 yang didalamnya mengatur tentang Dana kampanye pemilihan Kepala daerah memberikan tanggungjawab pada negara leawat KPU untuk menanggung penyelenggaraan kampanye melalui APBD. Dari 7 kegiatan kampanye yang diatur ada 4 kegiatan atau aktivitas yang ditanggung negara yaitu debat publik, penyebaran bahan kampanye, pemasangan alat peraga dan iklan media massa cetak dan elektronik. Hal ini membebani APBD yang sebaiknya digunakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun hal ini juga bermanfaat positif bagi kesetaraan, keseragaman kampanye pasangan calon dari pendanaan. Namun untuk kondisi negara yang tidak baik saat ini, keputusan negara menanggung biaya kampanye pemilihan Kepala Daerah bagi penulis tetaplah keputusan yang inefisien dampaknya bagi daerah sendiri. Rekomendasi Perlunya ditinjau kembali kebijakan tentang ditanggungnya oleh APBD sejumlah aktivitas kampanye. Karena dinilai tidak efisien dan efektif hasilnya. Bukan menanggung dana kampanye namun seharusnya adalah melakukan penguatan kelembagaan terhadap pihak yang berwenang melakukan pengawasan dalam masa kampanye. Bahkan Jika memungkinkan justru kampanye yang dilakukan hanyalah debat terbuka pada publik saja. Dengan metode ini akan terlihat jelas visi dan misi pasangan calon ketimbang pemasangan dan penyebaran bahan kampanye dan alat peraga kampanye. DAFTAR PUSTAKA Buku Held, David. 2007. Models of Democracy. Jakarta: Akbar Tandjung Institut 906 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2008. Penyusunan saran Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Sistem Administrasi Negara Berdasarkan UUD 1945.Jakarta :LAN RI Muluk,M.R.K. 2006. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang: Bayu Media Publishing Rush dan Althoff.2005.Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:Grafindo Persada Sisk, Timothy.D. 2001. Democracy at the Local Level.Sweden. IDEA Book Wursanto.2005. Dasar-dasar ilmu organisasi. Jakarta:Andy Peraturan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang no 1 tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang Undang-Undang RI No 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang Peraturan Menteri Dalam Negeri no 51 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Serta Wali kota dan Wakil Walikota Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati Dan/Atau Walikota dan Wakil Walikota Peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 8 Tahun 2015 Tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Dan/Atau Walikota dan Wakil Walikota SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 907 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK MUHAMMADIYAH DAN POLITIK (Analisa Pengalaman Politik pada Pilpres II Ponorogo tahun 2004) Happy Susanto Direktur Program Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Ponorogo [email protected] PENGANTAR Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan yang cukup tua tentunya telah mengalami banyak pengalaman. Muhammadiyah telah banyak melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam melakukan pembinaan individu dan sosial kemasyarakatan. Muhammadiyah telah banyak melakukan kontak dengan bentuk kebudayaan-kebudayaan baru yang silih berganti. Maka untuk setiap kontak dengan sesuatu yang baru akan selalu terjadi proses dialektika yang terus menerus antar satu dengan lainnya, yang dalam terminologi sosial Berger (1991) disebut dengan eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi.30 Eksternalisasi adalah suatu aktivitas pencurahan diri ke dalam dunia baik fisik maupun mental. Obyektivasi berarti bahwa setelah melakukan pencurahan terhadap dunia ini, masyarakat berhadapan dengan prosedur tersebut, mereka bereaksi terhadap pencurahan itu dan mereka sebagai realitas eksternal yang berbeda. Sedangkan internalisasi adalah peresapan kembali realitas tersebut yang kemudian ditransformasikan sekali lagi dari struktur kesadaran obyektif menuju kesadaran subyektif. Proses inilah yang terus akan mewarnai kehidupan manusia. Usaha menutup diri terhadap kemajemukan justru akan membuat kita tidak dewasa dan ketinggalan zaman. Ketiga proses diatas tersebut adalah dasar setiap manusia termasuk warga Muhammadiyah dalam berprilaku dan mengapresiasi setiap zamannya. Warga Muhammadiyah yang cukup banyak ini merupakan komponen bangsa yang aktif memberikan kontribusi dan warna dalam dinamika kehidupan di Indonesia ini termasuk dinamika politik. Untuk melihat keterlibatan organisasi besar ini dalam panggung politik memang bukan hal mudah karena organisasi ini tidak memiliki partai yang resmi didirikan dan dijadikan sebagai satu-satunya tempat penyaluran aspirasi politik disamping itu sikap cair politik warga Muhammadiyah itu sendiri yang bisa berkiprah di mana-mana. Tulisan ini akan berusaha mengkaji posisi agama dan politik secara umum kemudian akan melihat secara 30 Peter.L.Berger, 1991, The Sacred Canopy: Elements of a Sociological Theory Religion, New York: Doubleday, hal. 1-2 908 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK historis terlibatan Muhammadiyah dalam politik dan secara praksis akan mengkaji keterlibatan Muhammadiyah dalam pilpres II khususnya di Ponorogo. AGAMA DAN POLITIK Agama dan politik adalah topik pembahasan dan perdebatan perenial dalam sebuah masyarakat yang bebas. Dalam negara semaju Amerika pun diskursus tentang agama dan politik cukup menyita perhatian masyarakat. Jika membicarakan masyarakat agama maka kita tidak akan bisa melepaskan dari pembicaraan mengenai keterlibatannya dalam dunia politik. Maka untuk itu tak dapat disangkal lagi dalam negara yang bebas yang menerapkan prinsipprinsip demokrasi, agama merupakan faktor yang cukup besar sebagai daya penggerak keterlibatan masyarakatnya dalam politik.31 Pentingnya posisi agama dalam masyarakat menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi politisi untuk mencapai kekuasaan. Memang sangat sulit untuk mengatakan manakah yang memiliki peran lebih penting antara agama dan politik dalam perubahan sosial. Dua hal ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terlihat saling berkaitan. Seorang politikus akan melihat agama sebagai sarana untuk mencapai maksudnya. Demikian juga seorang agamawan akan melihat politik sebagai sarana yang potensial untuk mengembangkan agama. Bahkan saat ini banyak muncul politisi sekaligus agamawan, karena memang melihat pentingnya agama sebagai sarana pencapaian kekuasaan. Kita menyaksikan pada pemilu yang lalu banyak agama diposisikan sebagai sarana dan alat dalam monuver-monuver politik oleh kelompok tertentu.32 Penggunaan agama dalam politik yang selama ini dianggap sebagai wilayah profan bisa saja membuat politik memiliki akar religius sehingga aktivitas politik yang dilakukan seorang politikus selalu dikontrol oleh nilai-nilai agama yang dianutnya. Namun di sisi lain bisa saja terjadi politisasi agama yang mngakibatkan pendangkalan makna agama yang hanya dijadikan sebagai sarana pencapaian kekuasaan. Disamping itu bahaya yang lebih besar politisasi agama bisa menyebabkan perpecahan antar umat yang hanya dikarenakan aspirasi politiknya berbeda. Secara sosiologis pentingnya agama dalam perubahan sosial pernah dijelaskan oleh Weber. Dunia Barat yang kapitalis ternyata tidak bisa dipisahkan dari keterlibatan agama. Agama merupakan daya pendorong yang kuat bagi pemeluknya untuk mengkonstruksi 31 Robert Audi, 2000, Religious Commitment and the Secular Reason, New York: Cambridge University Press, hal. ix 32 Penggunaan agama sebagai sarana politik ataupun urgensi agama dalam dunia politik pernah diungkapkan oleh Facry Ali. Lihat Facry Ali, 1984, Islam, Pancasila dan Pergulatan Politik, Jakarta: Pustaka Antara, hal. 2-7 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 909 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dunianya. Kapitalisme di Barat yang di analisa oleh Weber muncul dari sebuah sekte Protestant yang aktif yang bernama Clavinisme. Dengan doktrin internal yang disebut beruf (panggilan), Calvinisme mulai membangun dunia melalui perekonomian. Calvinisme yang mempercayai bahwa Tuhan telah menetapkan orang-orang yang telah dipilihnya dan dianugarahi rahmat, namun mereka tidak mengetahui siapa orang-orang yang terpilih tersebut. Maka untuk menghilangkan keraguan ini ia menunjukkan dengan semangat kerja dan kemapanan duniawi sebagi simbol bahwa mereka adalah orang yang terpilih oleh Tuhan. Melalui askese duniawi (innerworldly ascesticism) yaitu mengalahkan dunia dengan menguasainya, Calvinisme merasa agama memiliki beruf dengan kerja sebagai sarana untuk menunjukkan bahwa mereka telah ditunjuk oleh Tuhan sebagai manusia pilihan. Kerja yang dulunya berada pada wilayah profan menemukan bentuknya yang religius dalam ajaran ini.33 Dikaitkan dengan perkembangan sosial, kedudukan agama baik secara teologis maupun sosiologis, sebenarnya sangat mendukung proses pendemokrasian politik, ekonomi, dan kebudayaan. Semua agama besar dunia yang disebut sebagai agama Ibrahim (Abrahamic Religion) muncul dan berkembang dengan misi untuk melindungi dan menjunjung tinggi harkat manusia. Menempatkan manusia pada hak dan kodratnya. Indonesia sebagai bangsa yang yang bertuhan artinya nilai-nilai ketuhanan dijadikan sandaran nilai tertinggi maka politik Indonesia diharapkan menjadi sebuah politik yang tetap diwarnai nilai-nilai spiritual keagamaan. Politik yang selalu berbasis pada koridor moral dan nilai-nilai ketuhanan yang menjadi landasandan dasar ideologi negara. Upaya ini hendaknya tidak dilihat sebagai pemolitikan agama, yaitu menjadikan isu-isu agama sebagai komoditas politik untuk memperoleh kekuasaan, tetapi lebih pada pengagamaan politik, yaitu upaya menjadikan agama sebagai alat untuk mengkontrol para pelaku politik agar tidak terjebak dalam politik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Aktualisasi nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari agama selalu mengasumsikan terwujudnya keadilan dan kemerdekaan yang merupakan dasar dari hak-hak asasi manusia. Demokrasi yang terjadi dalam masyarakat merupakan suatu keniscayaan bagi terwujudnya keadilan dan hak kemerdekaan manusia. Meski agama secara sistematis tidak mengajarkan praktik politik dan demokrasi, namun 33 Weber melakukan penelitian bahwa ada kaitan erat antara kemunculan kapitalisme di Barat dengan salah satu sekte Protestan yaitu Calvin. Ia juga memberikan pernyataan bahwa agama-agama di dunia ini punya kaitan erat dengan perubahan sosial terutama berkaktan dengan persoalan ekonomi. Lihat: Marx Weber, 1958, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, New York: ChrlesScribner’s Son. Lihat juga dalam: Taufik Abdullah, 1988, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES 910 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK agama mampu memberikan etos dan spirit yang mendorong terwujudnya tatanan iklim kehidupan yang demokratis. Maka bisa kita lihat di sini agama tidak saja memiliki tataran teologis-normatif namun agama juga memiliki dan memasuki wilayah sosiologis-politik. MUHAMMADIYAH DAN POLITIK Sebagai organisasi massa yang besar, Muhammadiyah memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perpolitikan di Indonesia. Secara historis keterlibatan banyak tokoh Muhammadiyah di Masyumi ternyata telah membawa warna tersendiri pada partai tersebut kala itu. Muhammadiyah juga selalu melakukan kontekstualisasi terhadap perubahan zaman. Sebagai gerakan, Muhammadiyah selalu mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi-munkar. Sebagai gerakan sosial Muhammadiyah berdakwah melalui pendirian berbagai jenis amal usaha untuk membangun masyarakat. Semua aktivitas ini dilakukan untuk mencapai tujuan dasar yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Sementara itu secara politis pada tahun 1971 dalam sidang Tanwir di Maksaar ditegaskan bahwa Muhammadiyah menjaga jarak dari semua partai politik yang ada. Muhammadiyah juga membebaskan warganya untuk menyalurkan aspirasi politiknya sesuai pilihan dan hati nuraninya masing-masing. Khittah ini bukanlah tanpa sejarah. Khittah itu lahir setelah Muhammadiyah ikut mendirikan Parmusi (Partai Muslim Indonesia) yang semula dimaksudkan untuk sebagai rehabilitasi politik Masyumi yang mengalami kekecewaan. Kekecewaan itu disebabkan intervensi pemerintah yang sangat besar dan terjadinya konflik antar kader Muhammadiyah sendiri. Konflik antara Djarnawi HadikusumoLukman Harun dan H.M.S. Mintaredja, tentu tidak bisa dilupakan begitu saja. Pengalaman ketika menjadi anggota istimewa Masyumi, juga menyebabkan kader-kader lainnya seperti Supeni dan Roeslan Abdulgani yang aktif di PNI, menjadi teranaktirikan. Maka dapat dipahami bahwa setelah munculnya keputusan Tanwir 1971 tersebut kita melihat Muhammadiyah sebagai organisasi menjaga jarak terhadap semua partai politik yang ada. Dengan tidak berafiliasi terhadap salah satu partai politik, membuat kader-kader Muhammadiyah bebas berkiprah dimana saja. Tidak mengherankan seperti pimpinan Muhammadiyah saat ini (Din Syamsudin) dulu pernah aktif dan menjadi pengurus pusat partai berlambang pohon beringin SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 911 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Setelah kejatuhan rezim Suharto, iklim demokrasi kita mulai berubah. Perubahan secara drastis terjadi di Indonesia, terutama di bidang politik. Saat kran demokrasi di buka, maka bermunculan partai-partai baru. Eforia politik ini juga melanda warga Muhammadiyah. Akhirnya salah satu tokoh Muhammadiyah yang cukup terkenal, Amin Rais mencalonkan diri menjadi presiden untuk menggantikan Suharto. Melalui PAN (Partai Amanat Nasional) yang didirikan bersama beberapa tokoh cendekiawan Indonesia seperti Gunawan Muhammad dan T.H. Sumartana, Amin Rais mengkapanyekan bahwa PAN adalah partai terbuka bagi siapa saja dan bukan partai ekslusif yang hanya milik orang Muhammadiyah saja. Namun tidak dapat dipungkiri dukungan terbesar partai berlambang matahari bersinar ini bersumber dari organisasi yang pernah dipimpin sebelumnya yaitu Muhammadiyah. Amin Rais merupakan sosok yang kharismatik bagi warga Muhammadiyah. Tutur katanya yang satun ternyata banyak memikat warga Muhammadiyah untuk mendukungnya, disamping ia memang piawai di bidang politik karena sebagai basis keilmuannya. Kemunculan Amin Rais sebagai calon presiden ternyata membawa dilema tersendiri bagi Muhammadiyah. Ketika Muhammadiyah melakukan Tanwir di Bali tahun 2002 dan Makassar tahun 2003 berhasil membendung aspirasi sebagian warga untuk mendukung kadernya tersebut sebagai kandidat presiden. Saat itu, kepercayaan masyarakat pada Muhammadiyah yang independen bertambah besar. Netralitas ini patut diacungin jempol karena Muhammadiyah telah melakukan pendidikan politik dengan baik yaitu tidak membawa Muhammadiyah dalam wilayah politik praktis. Keberhasilan ini tidak bisa lepas dari figur Buya Syafi'i Ma'arif sebagai ketua organisasi ini. Namun akhirnya pada tahun 2004 organisasi besar ini yang semula netral akhirnya mengeluarkan ijtihad politik. Secara resmi Muhammadiyah mendukung sepenuhnya pencalonan Amien Rais sebagai presiden dalam Pemilu 2004. Muhammadiyah mengeluarkan taushiyah agar warganya memilih calon-calon anggota legislatif dan partai yang memberikan peluang besar dan langsung bagi terpilihnya kader terbaik Muhammadiyah dalam pemilihan presiden pada Pemilu 2004. Bagi Amien Rais, Muhammadiyah tidak hanya memberikan tiket dan kendaraan tetapi juga jalan lampang menuju istana kepresidenan. Pemberian dukungan resmi Muhammadiyah itu, didasarkan pada alasan subjektif karena Amien Rais pernah menjadi ketua umum dan merupakan kader terbaik persyarikatan ini. Selain itu, alasan objektifnya adalah bahwa Amien Rais adalah tokoh reformasi yang diharapkan dapat melanjutkan cita-cita reformasi menuju demokrasi di Indonesia tercinta ini. 912 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Maka, dengan keanggotaan Muhammadiyah yang hampir mencapai 15 juta dan tersebar di banyak partai, diharapkan pada pemilu presiden 5 Juli semua warganya akan menaati keputusan itu dan memilih Amien Rais Ijtihad politik Muhammadiyah merupakan fatwa yang secara struktural dan moral mengikat semua warga Muhammadiyah. Meskipun demikian, ijtihad tersebut menimbulkan polemik, bahkan dalam internal Muhammadiyah sendiri. Kelompok kontra menilai Muhammadiyah telah keluar dari khittah sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Muhammadiyah mulai kehilangan independensi gerakan karena melakukan kegiatan politik praktis. Pada sisi lain, pihak yang setuju menyatakan dukungan kepada Amien Rais merupakan keputusan natural dan netral. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan pengkajian yang mendalam terhadap dinamika politik kenegaraan. Polemik fatwa resmi Muhammadiyah untuk mendukung Amien Rais yang dikeluarkan di Yogya, menimbulkan riak-riak konflik di interna Muhammadiyah. Hal itu terlihat pada kasus gugatan AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) terhadap pernyataan PKS yang didukung beberapa pengurus Muhammadiyah di harian Kedaulatan Rakyat sebelum pemilu 5 April lalu. Protes serupa juga datang dari warga Muhammadiyah yang juga aktif di PPP, Golkar, atau PBR yang merasa dianaktirikan setelah lahirnya keputusan resmi tersebut. Pernyataan sikap JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah) yang menggugat dukungan resmi itu dengan alasan pelanggaran khittah. 34 Disamping itu dukungan ini juga memunculkan kembali terminologi lama yang sudah mulai dilupakan orang namun menjadi segar kembali setelah fatwa tersebut muncul, yaitu bangkitnya politik aliran. Jika ini memang terjadi justru bukan kemajuan politik yang terjadi melainkan kemunduran politik. Munculnya ancaman politisasi terhadap agama.35 Inilah keunikan partai ini. Meski muncul ijtihad politik tersebut di atas namun ternyata PAN hanya menduduki urutan ke tujuh dalam pemilihan legislatif 2004. Slogan sebagai partai terbuka dan di komandani oleh tokoh yang dikenal sebagai figur reformis ini ternyata belum banyak memikat hati rakyat. Suara PAN malah terbukti ambrol dan kalah dengan pendatang 34 Uraian lebih lengkap mengenai ini dapat dilihat dalam Ahmad Fuad Fanani yang berjudul “Menyoal Konsistensi ”Khittah” Muhammadiyah dalam Kompas Cyber Media (KCM) 2004, maupun dalam artikelnya yang berjudulMembendung “Syahwat” Politik Muhammadiyah di http. Islamlib.com 24 Mei 2004. 35 Istilah politik aliran ini sebenarnya dikaitkan dengan hasil penelitian antropolog Cliford Geertz tentang trikotomo sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Jawa dalam ketiga varian yaitu santri, priyayi, dan abangan. Lebih lanjut lihat dalam Cliford Geertz, 1960, The Religion of Java, Chicago: London. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 913 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK baru seperti Partai Demokrat, bahkan posisinya di bawah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dengan beberapa contoh itu, dapat diambil pelajaran bahwa meski pengurus Muhammadiyah mengajak secara resmi warganya untuk memilih partai tertentu, mereka tetap memiliki pilihan sendiri yang diyakininya. Kekalahan PAN ini sebenarnya terjadi diantaranya karena kesalahan pembacaan terhadap realitas politik, terutama kepada warga Muhamadiyah. Kultur politik warga Muhammadiyah yang dulunya cair dan terkotak-kotak diberbagai partai politik kini disamaratakan. Terjadi generalisasi yang berlebihan (over generalization) terhadap warga Muhammadiyah dimana jika keyakinan religius disamakan dengan keyakinan politik, meski hal ini tidak dipungkiri juga saling berkaitan. Kesalahan pembacaan ini karena, dalam terminologi Al-Jabiri, mereka menggunakan metode berfikir bayani (tekstual). Dalam model berpikir ini, semua hal dipandang secara tekstual, material, dan konkret. Semua akan dilihat sebagai hitam-putih dan otomatis. Karena Amien Rais merupakan mantan ketua PP Muhammadiyah dan kader terbaiknya, maka semua orang Muhammadiyah pasti akan mendukungnya. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Penyamaan aspirasi politik di Muhammadiyah memang tidaklah mudah karena secara historis organisasi ini memang tidak berafiliasi terhadap partai tertentu (sesuai khittah 1971) dan secara kultur anggota organisasi ini telah mengalami pluralitas politik. Mereka tersebar di berbagai partai politik yang ada. Menghadapi pluralitas politik ini maka pembacaan politik ke depan harus menggunakan metode rasional (burhani) dan imajinatif (irfani).36 PENGALAMAN POLITIK MUHAMMADIYAH PONOROGO DALAM PEMILU LEGISLATIF II TAHUN 2004 Muhammadiyah di Ponorogo lahir pada ahun 1922, sebuah umur yang cukup tua bagi gerakan sosial keagamaan. Tidak heran jika Muhammadiyah banyak memeiliki pengeikutnya di sini, untuk itu Ponorogo juga termasuk kantong Muhammadiyah yang cukup besar di Jawa Timur. Kondisi umum perpolitikan Muhmaadiyah diatas ternyata juga terjadi di Ponorogo. Pada pemilu legislatif yang lalu kader-kader Muhammadiyah tersebar di mana-mana. Pluralitas politik ini karena tiga hal. Pertama secara historis memang Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan menjaga jarak dengan partai pokitik yang ada. Demkian Muhammadiyah memberikan kebebasan bagi warganya untuk memilih partai yang dikehendakinya. Kondoisi 36 M. Abid Al-Jabiri, 1993, Bunyah al-‘Aql al-Arabi: Dirasah Tahliliyah Naqdiyah Li al-Nudzum al-Ma’rifah fi al-Tsaqafah al-‘Arabiyah, Beirut: al-Markaz al-Tsaqafah al-Araby. 914 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK umum ini juga terjadi di Ponorogo. Sebagai warisan kultur yang memiliiki sejarah yang panjang, maka hal ini susah untuk diubah. Meski PAN didirikan oleh kader-kader Muhammadiyah bahkan oleh mantan ketuanya sekalipun, ternyata belum mampu menjadi pemersatu aspirasi warga Muhammadiyah. Kedua, secara filosofis Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid yang ingin melakukan purifikasi terhadap penyimpangan terhadap akidah. Sebagai gerakan tajdid atau pembaharuan Muhammadiyah sangat erat dengan model berfikir yang terbuka. Keterbukaan pemikiran ini pada masa awal berdirinya organisasi ini justru di tunjukkan oleh pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan ketika menerima pimpinan Indisch Sociaal Democratische Partij (ISDV) sebuah partai yang didirikan di Semarang pada tahun 1914 yang kemudian di berkembang penjadi Partai Komunis. Pemimpin ISDV, Darsono dan Semaun, diizinkan untuk berbicara dihadapan warga Muhammadiyah untuk menentang kebijakan represif pemerintah Belanda dan mengkampanyekan ide-ide sosialisme.37 (Jainuri, 2002: 115). Keadaan ini menunjukkan bahwa KH Ahmad Dahlan memiliki sifat keterbukaan terhadap kebenaran dari manapun asalnya. Keterbukaan pemikiran ini juga beimbas pada keterbukaan terhadap pilihan politik. Warga Muhammadiyah bebas memilih partai yang dainggapnya mewakili nuraninya dan memnyarakan kebenaran. Ketiga, Muhammadiyah lahir dari kelas menengah atau kelas pedagang. Kelas ini merupakan kelas masyarakat terdidik yang menggunakan pola berfikir yang rasional.38 Karena pertimbangan rasional dan matematis menentukan tingkat keuntungan dan kerugian termasuk dalam dunia politik. Meskipun PAN didirikan oleh kader Muhammadiyah dan siap menampung aspirasi warga Muhammadiyah namun karena pertimbangan yang rasional akhirnya warga Muhammadiyah tidak semua bergabung dengan parrtai ini. Dari ketiga pertimbangan inilah, tidak mengherankan jika warga Muhammadiyah dalam pilihan politiknya bersifat cair dan plural. Data di Ponorogo menyebutkan bahwa dari 45 kursi DPRD yang disediakan pemerintah, ternyata hanya di di isi oleh 3 orang dari PAN.mereka itu adalah: Suparno SH, Wihananto, dan Puryono. Dalam pemilu legislatif 2004, daerah basis Muhammadiyah seperti Kecamatan Kota, perolehan PAN jauh berada dibawah parta lama seperti Partai Golkar dan PDIP. Di kecamatan ini PAN hanya memperoleh 3841 suara sementara itu partai Golkar mendapat suara 9.065 dan PDIP sebanyak 8.215. Ironisnya ditempat ini pula partai pendatang baru yaitu Partai Demokrat dan juga PKB meninggalkan perolehan PAN tersebut. Partai 37 Ahmad Jainuri, 2002, Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Awal muhammadiyah Periode Awal, Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat (LPAM), hal. 115 38 Ibid: hal, 85 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 915 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Demokrat mendapat suara 6.218 dan PKB mendapat 7.214. Kondisi ini juga terjadi di kecamtan-kecamatan lain yang dianggap menjadi basis Muhammadiyah. Sama dengan kecamatan Kota, di kecamatan Jetis PAN hanya menempati urutan empat setelah PDIP, Golkar, dan PKB. Demikian juga di kecamatan Mlarak perolehan PAN jauh dibawah Fenomena kekalahan PAN ini terjadi secara merata di Ponorogo apalagi di kecamatankecamatan selain basis Muhammadiyah. Cairnya politik Muhammadiyah Ponorogo ini tidak saja dalam pemilu legislatif namun juga dalam pilpres I dimana Amin Rais masih menjadi kontestan calon presiden. Di samping ketiga sebab di atas, ketidaktertarikan warga Muhammadiyah terhadap calon wakil legislatif di 2004 adalah adanya krisis kepercayaan dan ketidaktauan terhadap calon yang ingin dipilihnya. Krisis kepercayaan ini disebabkan karena track-record DPR secara umum maupun DPRD sudah sangat merosot di kalangan msyarakat, disamping juga telah terjadi rasionalisasi politik di kalangan masyarakat. Sementara itu ketidaktauan msayarakat terhadap calon yang akan dipilihnya juga sangat mempengaruhi pilihan politik seseorang. Distribusi caleg yang tidak tepat bisa menjadi sebab kegagalan dalam pemilu legislatif ini. Banyak caleg yang bukan berasal dari daerah pemilihan yang justru terpasang pada urutan atas sementara caleg yang dikenal dipasang pada urutan bawah atau justru terpasang pada Daerah Pemilihan (DP) yang lain. PENUTUP Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pluralnya pilihan politik warga Muhammadiyah bukannya tanpa memiliki sejarah. Sisi sejarah ini ternyata memiliki ikatan yang cukup kuat sehingga meski muncul ijtihad politik untuk mendukung pencalonan Amin Rais menjadi presiden atau memilih wakil-wakilnya di legislatif, ternyata jatuhan pilihan politik warga Muhammadiyah tetap beragam. Disamping organisasi ini menjaga jarak dengan semua partai politik yang ada Muhammadiyah juga merupakan bentuk gerakan pembaharuan yang memiliki model berfikir yang terbuka dan rasional. Keterbukan ini memberikan peluang terhadap pilihan politik yang dianggap cocok dengan aspirasinya masing-masing sementara itu rasionalisasi pemikiran memberikan pertimbangan matematis tentang keuntungan dan kerugian dalam sebuah pilihan politik. Maka dari itu generelisasi pembacaan yang dilakukan akan banyak mengalami hambatan dalam situasi yang plural tersebut. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri dari keberadaan organisasi besar ini adalah Muhammadiyah telah banyak melakukan transformasi sosial. Sebagai gerakan ámar ma’ruf 916 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK nahi munkar Muhammadiyah telah memberikan warna tersendiri dalam kehidupan bangsa ini. Karena perannya yang cukup besar gerakan ini. telah memancing banyak komentar dari berbagai kalangan. Wertheim menyimpulkan ideologi Muhammadiyah pararel dengan ideologi kaum borjuasi di Eropa, terutama gerakan Calvinisme puritan. Geertz menegaskan analisa ini dengan mengatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dengan tingkat rasionalisasi yang sangat tinggi yang menjadi basis bagi etos homo-economicus.39 Muhammadiyah merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan Indonesia baru yang kita ingin kan bersama. Untuk itu sebagai gerakan sosial keagamaan, seyogyanya Muhammadiyah selalu membuka diri dan mampu berdialog dengan perubahan zaman. Pembinaan terhadap umat tidak saja dilakukan kepada kader-kadernya saja namun juga terbuka bagi kelompok lain. Sudah waktunya saat ini Muhammadiyah berkonsentrasi juga pada persoalan-persoalan kemanusiaan, petani, buruh, pemberdayaan perempuan, kemiskinan serta persoalan kemanusiaan lainnya.Wallhua’lam. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik, 1988, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES Ali, Facry , 1984, Islam, Pancasila dan Pergulatan Politik, Jakarta: Pustaka Antara Audi, Robert, 2000, Religious Commitment and the Secular Reason, New York: Cambridge University Press Berger, Peter.L, 1991, The Sacred Canopy: Elements of a Sociological Theory Religion, New York: Doubleday Fanani, Ahmad Fuad, 2004, Menyoal Konsistensi ”Khittah” Muhammadiyah, dalam Kompas Cyber Media (KCM) Geertz, Cliford, 1960, The Religion of Java, Chicago: London. Greenawalt, Kent, 1988, Religious Convictions and Political Choice, New York: Oxford University Press Jainuri, Ahmad, 2002, Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Awal muhammadiyah Periode Awal, Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat (LPAM) Al-Jabiri, M. Abid, 1993, Bunyah al-‘Aql al-Arabi: Dirasah Tahliliyah Naqdiyah Li alNudzum al-Ma’rifah fi al-Tsaqafah al-‘Arabiyah, Beirut: al-Markaz al-Tsaqafah alAraby. Kuntowijoyo, 1993, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan Weberz Marx, 1958, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, New York: ChrlesScribner’s Son 39 Kuntowijoyo, 1993, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan, hal. 224 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 917 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK EVALUASI SOSIALISASI PEMILIHAN PADA PILKADA SERENTAK TAHUN 2015 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU Bismar Arianto Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang - KEPRI [email protected] dan [email protected] ABSTRAK Pilkada serentak tahun 2015 di Provinsi Kepulauan Riau memilih pasangan gubernur dan wakil gubernur serta memilih 6 pasang kepala daerah di kabupaten/kota dari tujuh kabupaten/kota yang ada. Tulisan ini berupaya mendeskripsikan mengenai sosialisasi pemilihan pada pilkada serentak tersebut. Sosialisasi pemilihan adalah proses penyampaian informasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan pemilihan. Dari temuan dapat disimpulkan dari empat indikator yang terkait dengan sosialisasi pemilihan hanya indikator segmen sosialisasi yang masuk dalam kategori baik, sedangkan untuk indikator intensitas sosialisasi dan indikator inovasi kreativitas sosialisasi dan iklan layanan masyarakat masuk dalam kategori cukup, sedangkan indikator pelibatan ormas dan civil society masuk dalam ketegori kurang sekali. Kata kunci : evaluasi sosialisasi pemilihan, pilkada serentak, Provinsi Kepulauan Riau PENDAHULUAN Tulisan ini berangkat dari pengalaman penulis sebagai salah satu tim penilai pemberian penghargaan KPU kabupaten/kota Provinsi Kepulauan Riau berprestasi tahun 2014 pada pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, serta tim penilai pemberian penghargaan KPU kabupaten/kota Provinsi Kepulauan Riau berprestasi pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati serta walikota dan wakil walikota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015. Pada tahun 2015 di Provinsi Kepulauan Riau berlangsung pemilihan gubernur dan wakil gubernur serta memilih 6 pasang kepala daerah di kabupaten/kota dari tujuh kabupaten/kota yang ada. Enam daerah tersebut yaitu Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas, hanya Kota Tanjungpinang yang tidak melangsungkan pemilihan walikota dan wakil walikota. Pemilihan gubernur dan wakil gubernur di Kepulauan Riau diikuti oleh dua pasangan calon, pilkada di Kota Batam, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Kepulauan Anambas diikuti 918 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK oleh dua pasangan calon, di Kabupaten Karimun diikuti oleh tiga pasangan calon, kabupaten Lingga dengan empat pasangan calon dan yang paling banyak Kabupaten Natuna dengan lima pasangan calon. Secara keseluruhan tingkat partisipasi dalam pemilihan gubernur dan pasangan gubernur Provinsi Kepulauan Riau sebesar 55,41% masih kalah dibandingkan hasil pilkada serentak secara nasional dengan tingkat partisipasi sebesar 69,9%. Kabupaten Natuna adalah kabupaten dengan tingkat partisipasi yang paling tinggi sebesar 78,45% dan yang paling terendah adalah Kota Batam sebesar 48,93%. Secara terperinci tingkat partisipasi dalam pilkada serentak dan perbandinganya dengan hasil Pileg dan Pilres 2014 di Provinsi Kepulauan Riau dapat diliat pada tabel berikut ini. Tabel 1 Tingkat Partisipasi pada Pilgub 2015, Pileg dan Pilres 2014 di Provinsi Kepulauan Riau No Kab/Kota/Prov Pileg 2014 Pilpres 2014 Pilgub 2015 1 Bintan 78,24% 65,48% 73,25% 2 Karimun 73,32% 59,15% 53,32% 3 Kep. Anambas 88,65% 66,27% 70,82% 4 Batam 67,70% 56,85% 48,93% 5 Tanjungpinang 70,51% 62,54% 52,69% 6 Lingga 83,90% 69,55% 77,33% 7 Natuna 85,37% 61,59% 78,45% Total 71,65% 59,43% 55,41% Nasional 75,11% 69,58% 69,9% Sumber : KPU Provinsi Kepulauan Riau 2016 Tulisan ini berupaya mendeskripsikan mengenai sosialisasi pemilihan pada pilkada serentak di Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan PKPU No 5 Tahun 2015 yang dimaksud SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 919 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dengan sosialisasi pemilihan adalah proses penyampaian informasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan pemilihan40. Terkait dengan sosialisasi dalam penilaian KPU berprestasi tahun 2014 di Provinsi Kepulauan Riau hanya diikuti oleh tiga peserta dari tujuh yaitu KPU Kabupaten Bintan, KPU Kota Batam dan KPU Kota Tanjungpinang. Pada perhargaan pilkada serentak 2015 untuk kategori yang terkait dengan sosialisasi juga hanya diikuti tiga peserta yaitu KPU Kabupaten Bintan, KPU Kabupaten Natuna dan KPU Kabupaten Lingga. Dengan data ini menunjukkan bahwa tidak semua KPU kabupaten/kota mampu memenuhi dokumen penilaian yang diminta dan yakin untuk bisa menang pada kategori ini. Berangkat dari tren tingkat partisipasi yang cendrung turun dalam tiga agenda pemilu di Provinsi Kepulauan Riau dan keikutsertaan KPU kabupaten/Kota yang sedikit dalam kategori ini penulis tertarik ingin mendeskrispsikan bagaimana aktivitas sosialiasi pemilihan yang dilakukan oleh KPU kabupaten/kota dalam pada pilkada serentak di Provinsi Kepulauan Riau. Fokus tulisan ini pada evaluasi sosialiasi pemilihan di Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga. TINJAUAN EVALUASI PEMILU Ada beberapa tulisan dan penelitian tentang sosialisasi pemilu, diantaranya bisa dilihat dalam Buletin Banwaslu Edisi 12 Desember 2014 terkaiat pelaksanaan Pilpres 2014 dan hasil penelitian Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES) tahun 2014. Dalam catatan Perhimpunan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menemukan tiga aspek yang menjadi evaluasi kinerja KPU dan perlu diperbaiki terkaiat pelaksanaan Pilpres 2014. Keempat hal tersebut, pertama, perlunya perbaikan atas kerangka hukum yang jelas, tidak tumpang tindih dan tidak multitafsir yang berdampak pada gugatan pasca pilpres. Kedua, wacana pengunaan teknologi tidak bisa digunakan tergesa-gesa perlu dilakukan kajian, dan ketiga, evaluasi tidak hanya menjadi rujukan, namun harus input bagi pembentukan ataupun perbaikan perundangan Pemilu41. Banwaslu juga menekan ada tiga aspek penting yang menjadi cacatan dalam pnyelenggaraan Pilpres 2014 yaitu aspek pemilih, penyelenggara dan peserta pemilu dan 40 PKPU No 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota 41 Dalam Buletin Banwaslu edisi 12 Desember 2014, Evaluasi Pilpres 2014 Untuk Masa Depan Pemilu Berkualitas, hal 4. 920 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK terkait dengan pranata hukum pemilu saat ini belum bisa mewujudkan cita-cita politik yang demokratis42. Berdasarkan evaluasi Perludem dan Banwaslu di atas ada penekanan terkait aturan yang menjadi payung hukum penyelenggaraan pemilu di Indonesia yang masih memiliki celah bagi peserta pemilu dan pihak lain yang berkepentingan untuk mencedrai kualitas penyelenggaran pemilu di Indonesia. Kemudian cacatan berikutnya terkait aturan perundangundangan tentang penyelenggaran pemilu di Indonesia selalu berubah43. Kemudian hasil evaluasi yang lebih komprehensif dilakukan LP3S yang melakukan penelitian di tiga daerah di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Papua terkait pemilu 2014. Dimana dalam kajian itu indikator yang dievaluasi meliputi tahap pra pemilu dengan 3 aspek dan 13 indikator, pada tahapan masa pemilu dengan 8 aspek dan 62 indikator dan tahapan pasca pemilu dengan 1 aspek dan 3 indikotor. Maka secara keseluruhan ada 3 tahapan 12 aspek dan 78 indikotar yang digunakan dalam mengevaluasi pemilu 201444. Terkait dengan sosialisasi dalam penelitian LP3S itu ada dalam tahapan pemilu pada aspek hak pilih dengan 8 indikator. Berdasarkan hasil pemetaan isu kritikal dalam kajian itu terkait sosialisasi terdapat hal-hal berikut yang menjadi catatan yaitu 45: 1. Sosialisasi pemilu kurang menyentuh esensi pemilu, alasan memilih parpol dan calon serta ketidakpatutan politik uang. 2. Keberadaan relawan demokrasi (RELASI) dan mitra PPL tidak dapat sepenuhnya mendorong sosialisasi dan pendidikan pemilu kepada masyarakat, khususnya kepada segmen pemilih: pemula, perempuan, marginal, dan disabilitas 3. Parpol sama sekali kurang mendorong sosialisasi dan pendidikan pemilu/politik kepada pemilih. Sosialisasi yang dilakukan oleh calon hanya fokus pada ajakan untuk mencoblos nama/figur calon. 4. Minimnya partisipasi parpol dalam melakukan sosialisasi sehingga pemilih kurang mengenal keberadaan parpol, visi, misi dan program parpol dan caleg 42 Ibid, hal 4 Undang-undang terkait pemilu legislatif sejak pemilu pertama tahun 1955 berdasarkan UU No 7 tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, hingga UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, begitu juga terkait dengan UU terkait yaitu UU No 23 Tahun 2003 untuk Pilpres 2004 dan UU No 42 tahun 2008 terkait Pilres 2009 dan 2014 44 Laporan Evaluasi Pemilu 2014 oleh Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), tahun 2014 hal 10-14 45 Ibid, hal 29-32 43 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 921 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Dari temuan penelitian LP3S ini menjukkan bahwa proses sosialisasi pemilu masih belum maksimal karena masih bersifat eksidentil (tergantung agenda pemilu/pilkada), terbatasnya keterlibatan relawan ormas dan civil society serta minimnya kontribusi partai politik dalam melakukan sosialisasi dan pendidikan politik bagi pemilih. Terkait evaluasi pemilu secara kelembagaan KPU juga melakukan evaluasi diantaranya dengan memberikan penghargaan bagi KPU provinsi dan kabupaten/kota dalam kegiatan KPU berprestasi. Secara nasional pada tahun 2014 memberikan pengharaan bagi yang berprestasi dalam penyelengaraan Pileg dan Pilres 2014. Penghargaan itu diberikan untuk kategori : kreasi sosialisai dan partisipasi, daftar pemilih berkualitas, penyelenggaraan pemilu berintegritas, transpransi informasi pemilu, iklan layanan masyarakat kreatif, serta pemilu akses46. Di Provinsi Kepulauan Riau untuk KPU berprestasi tahun 2014, untuk kategori kreasi sosialisai dan partisipasi dimenangkan oleh KPU Kota Tanjungpinang, kategori daftar pemilih berkualitas dimenangkan oleh KPU Kabupaten Bintan, kategori penyelenggaraan pemilu berintegritas pemenangnya KPU Kabupaten Natuna, transpransi informasi pemilu pemenangnya KPU Kabupaten Bintan, iklan layanan masyarakat kreatif dimenangi oleh KPU Kabupaten Karimun, sedang kategori pemilu akses tidak ada KPU kabupaten/kota yang mengikutinya47. Pada tahun 2016 KPU Provinsi Kepulauan Riau secara internal juga memberikan penghargaan dalam penyelengaraan pemilihan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati serta walikota dan wakil walikota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015. Kategori yang diperlombakan kategori kreasi sosialiasi, iklan layanan masyarakat dan partisipasi pemilihan yang diimenangkan oleh KPU Kabupaten Natuna, kategori daftar pemilih berkualitas dimenangkan oleh KPU Kabupaten Lingga, kategori penyelenggaraan pemilu berintegritas juga dimenangkan oleh KPU Kabupaten Lingga, kategori transparan informasi pemilu pemenangnya KPU Kabupaten Karimun dan kategori pemilu akses dimenangkan oleh KPU Kota Tanjungpinang48. POTRET SOSIALISASI PEMILIHAN PILKADA SERENTAK 2015 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU 46 PKPU No 32 tahun 2014 tentang Penghargaan dalam Penyelenggaran Pemilu, dalam pasal 4 ayat 2 Pengumuman hasil Penilaian Pemberian Perhargaan Kpu Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Berprestasi Pada Pemilu Tahun 2014 48 Hasil Penilaian Pemberian Perhargaan KPU Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Berprestasi Pada Pemilu Tahun 2015 47 922 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Pada sub bahasan ini akan dideskripsikan tentang sosialisasi pemilihan pada pilkada serentak di Provinsi Kepuluan Riau tahun 2015 di Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Natuna. Tiga kabupaten ini dipilih dengan pertimbangan hanya tiga KPUD ini yang ikut dalam penilai pemberian penghargaan KPU kabupaten/kota Provinsi Kepulauan Riau berprestasi pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati serta walikota dan wakil walikota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 pada kategori kategori kreasi sosialiasi, iklan layanan masyarakat dan partisipasi pemilihan. Tulisan ini hanya memfokuskan pada aspek sosialiasi pemilihan. Dari tujuh indikator kategori kreasi sosialiasi, iklan layanan masyarakat dan partisipasi pemilihan dalam pandangan penulis ada empat indikator yang secara langsung terkait dengan sosialisasi pemilihan yaitu : intensitas sosialisasi, inovasi yang dilakukan dalam kegiatan sosialisasi dan kretivitas sosialisasi, segmen sosialisasi (segmen sasaran), dan pelibatan ormas dan civil society. Sementara itu indikator prosentase partisipasi pemilih, prosentase surat suara tidak sah dan pelibatan penyandang disabilitas dalam peningkatan partisipasi tidak digunakan dalam menganalisa sosialiasi pemilihan dalam pilkada serentak ini. Secara terperinci data hasil penilaian pada indikator sosialisasi pemilihan ada pada tabel berikut ini Tabel 2 Hasil Penilaian Perhargaan KPU Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Berprestasi Pada Pilkada Tahun 2015 Pada Indikator Sosialiasi Pemilihan Penilaian No Indikator Intensitas 1. Sosialisasi Kurang Sekali 0-5 2 Jumlah Ratarata Skor 1 1 KPUD 2 3 2. 3. Kurang Cukup 5-10, 15-20 4 5 Bintan Lingga Natuna 4 3 3 10 3.33 3 5 3 11 3,66 3 4 5 12 4 5. 4.Baik Baik Sekali 16-20 >20 Inovasi Kretivitas 1. Sosialisasi Kurang 2. 3. dan Sekali Kurang Cukup 2. 3. Kurang Cukup iklan 5. 4.Baik Baik Sekali layan masyarakat 3 Segmen 1. Sosialisasi Kurang Sekali 5. 4.Baik Baik Sekali SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 923 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 4 Pelibatan Ormas 1. dan Civil Society Kurang Sekali 2. 3. Kurang Cukup 5. 4.Baik Baik 1 2 2 5 1.66 Sekali Sumber : Penilaian Pemberian Perhargaan KPU Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Berprestasi Pada Pemilu Tahun 2015 Berdasarkan data di atas untuk indikator intensitas sosialiasi dalam pilkada serentak di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 masuk pada kategori cukup dimana jumlah intensitas kegiatan sosialisasi pemilihannya antara 15-20 kali. Jika ditelaah lebih dalam kegiatan sosialisasi pemilihan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Bintan itu dilakukan pada bulan September 2015, KPU Kabupaten Lingga melaksanakan sosialisasi pemilihan pada Oktober dan November 2015 sedangkan KPU Kabupaten Natuna dilakukan pada bulan November 201549. Sementara itu berdasarakan PKPU No 2 Tahun 2015 tentang Tahapan, Program Dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/Atau Walikota dan Wakil Walikota , sudah dimulai sejak tanggal 18 Februari 2015. Dari temuan ini terlihat bahwa aktivitas sosialiasi pemilihan ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau pada akhir tahun atau menjelang hari pemilihan tanggal 9 Desember 2015. Sementara itu sosialiasi pemilihan itu esensinya adalah menyampaikan informasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan pemilihan. Maka dengan kondisi seperti ini efektifas tujuan sosialisasi pemilihan akan berkurang. Salah satu faktor yang mendasarkan pelaksanaan sosialisasi ini dilangsungkan pada akhir tahun adalah terkait dengan pola pemberian pendanan ke KPU di daerah yang dilakukan dalam beberapa termen, sehingga harus mendahulukan pembayaran pada tahapan atau kegiatan lainnya. Untuk indikator inovasi kreativitas sosialisasi dan iklan layanan masyarakat secara keseluruhan di Provinsi Kepulauan Riau juga masuk dalam kategori cukup. Hal yang menjadi penilaian dari indikator ini adalah terkait variasi, bentuk, isi, konten dan materi yang dipublikasikan. Secara keseluruhan variasi, bentuk, isi, konten dan materi yang dipublikasikan antar kabupaten/kota tidak jauh berbeda, pada pilkada serentak tahun 2015 di Provinsi Kepuluan Riau Kabupaten Lingga yang masuk dalam kategori baik sekali dalam 49 Olahan Dokumen usulan penilaian KPU Kabupaten/Kota Berprestasi pada penyelenggaran Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Natuna Provinsi Kepuluan Riau Tahun 2015 924 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK indikator ini dimana salah satu kreavitas yag dilakukan adalah dengan menggunakan mobil keliling dalam rangka melakukan sosialisasi. Berdasarkan segmen sosialisasi atau kelompok sasaran secara keseluruhan masuk dalam kategori baik atau segmen yang disasar antara 6-7 segmen. Di Kabupaten Lingga segmen yang menjadi target sosialiasasi yaitu : pemilih pemula, tokoh masyarakat, pemuda majelis taklim, kelompok marginal dan warga binaan di Lapas. Sedangkan di Kabupaten Natuna segmen sasaran adalah dari unsur pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, mahasiswa dan pemilih pemula. Dan di Kabupaten Bintan yang menjadi target sosialiasinya adalah RT/WR, tokoh masyarakat, pasien rumah sakit, pemilih pemula, dan pemilih perempuan. Berdasarkan PKPU No 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota ada 11 kelompok sasaran yang harus menjadi target yaitu : masyarakat umum, pemilih pemula meliputi remaja, pemuda, pelajar, dan mahasiswa, tokoh masyarakat dan/atau pemuka adat, kelompok media massa, partai politik, Pemilihan Dalam Negeri dan Pemantau Pemilihan Asing, organisasi keagamaan, kelompok adat, instansi pemerintah, pengawas, Pemantau organisasi kemasyarakatan, dan/atau pemilih dengan kebutuhan khusus. Dari 11 segmen tersebut yang belum Nampak menjadi sasaran oleh KPU kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau dalam melakukan sosialisasi yaitu kelompok media massa, partai politik, pengawas, Pemantau Pemilihan Dalam Negeri dan Pemantau Pemilihan Asing serta pemilih dengan kebutuhan khusus. Kedepan semua segmen ini harus menjadi target bagi oleh KPU kabupaten/kota di provinsi Kepulauan Riau dalam elakukan sosialisasi pemilihan. Sedangkan untuk indikator pelibatan ormas dan civil society dalam proses sosialiasi pemilihan. Pada indikator ini kurang sekali, berarti jumlah kerjasama dengan ormas dan civil society dalam proses sosialisasi pemilihan dibawah 3. Secara faktual tidak ada satupun KPU kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau di Provinsi Kepulauan Riau yang melakukan kerjasama secara tertulis dengan ormas dan civil society pada pilkada serentak tahun 2015. Sebagian besar civil society yang terlibat dalam proses sosialisasi pada pilkada adalah mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 925 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK PENUTUP Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari empat indikator yang terkait dengan sosialisasi pemilihan hanya indikator segmen sosialisasi yang masuk dalam kategori baik, sedangkan untuk indikator intensitas sosialisasi dan indikator inovasi kreativitas sosialisasi dan iklan layanan masyarakat masuk dalam kategori cukup, sedangkan indikator pelibatan ormas dan civil society masuk dalam ketegori kurang sekali. Maka dari empat indikator ini yang perlu menjadi perhatian utama oleh KPUD di Provinsi Kepulauan Riau adalah pada pelibatan ormas dan civil society dan perlu meningkatkan intensitas sosialisasi dan inovasi kreativitas sosialisasi dan iklan layan masyarakat. Penulis menyarankan pertama, kepada KPU dan Pemerintah daerah untuk mengangarkan dana sosialisasi setiap tahunnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan pemilih. Kedua, pada KPUD di Provinsi Kepulauan Riau harus meningkatkan kerjasama dengan berbagai stake holder, perguruan tinggi, ormas dan civil society dalam rangka melakukan kerjasama untuk melakukan sosialisasi pemilihan. DAFTAR PUSTAKA Banwaslu, Buletin edisi 12 Desember 2014 Evaluasi Pilpres 2014 Untuk Masa Depan Pemilu Berkualitas Dokumen usulan penilaian KPU Kabupaten/Kota Berprestasi pada penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Natuna Provinsi Kepuluan Riau Tahun 2015 Hasil Penilaian Pemberian Perhargaan KPU Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Berprestasi Pada Pemilu Tahun 2015 Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), Laporan Evaluasi Pemilu 2014 PKPU No 32 tahun 2014 tentang Penghargaan Dalam Penyeleggaran Pemilu PKPU No 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota 926 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK HARMONI SUNGAI DAN MANUSIA DALAM TRADISI MERTI CODE Politik Pelestarian Sungai Berbasis Kearifan Lokal di Yogyakarta50 Suswanta Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Tulisan ini bermaksud menjelaskan bagaimana konsep harmoni sungai dan manusia yang terkandung dalam tradisi Merti Code di Yogyakarta dan berbagai aksi pelestarian sungai Code yang dilakukan masyarakat. Harmoni sungai dan kehidupan manusia adalah kunci keberhasilan pelestarian sungai. Melalui konsep tersebut manusia akan menyadari arti penting keberadaan sungai bagi kehidupan. Buah dari kesadaran tersebut, manusia akan senantiasa menjaga, merawat dan melestarikan sungai. Merti Code adalah politik budaya untuk membangun sungai. Sebuah tradisi, yang bukan hanya sekedar seremoni dan hura-hura, tetapi juga konsep budaya berikut aksi nyata pelestarian sungai. Tradisi budaya yang tidak menempatkan masyarakat hanya sebagai obyek kesadaran, melainkan juga sebagai subyek yang ikut berperan dalam melestarikan sungai. Merti Code telah mengembangkan makna sungai tidak hanya dalam kalkulasi ekonomi semata, tetapi sebagai sumberdaya yang memberi kehidupan melalui proses sakralisasi. Dibalik konsepsi keyakinan yang tertuang dalam mitos dan upacara adat yang dianggap sakral, terkandung nilai kearifan lokal yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap pelestarian sungai. Sungai yang lestari terbukti mampu memberi manfaat ekologis yang besar bagi masyarakat. Merti Code dapat menjadi spirit berkembangnya paradigma baru dalam membangun kebijakan pelestarian sungai secara berkelanjutan. Kata kunci : Merti Code, Tradisi Budaya, Kearifan Lokal dan Pelestarian Sungai PENDAHULUAN Tulisan ini bermaksud menjelaskan konsep harmoni sungai dan manusia dalam tradisi Merti Code serta berbagai aksi pelestarian sungai yang dilakukan oleh masyarakat sempadan sungai Code di Yogyakarta. Konsep harmoni sungai dan manusia adalah kunci keberhasilan pelestarian sungai. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Tanpa konsep harmoni dengan sungai, manusia tidak akan memahami dan menghargai sungai sebagai jalan air. Sungai justru dianggap sebagai tempat praktis dan strategis untuk membuang semua kotoran, baik berupa sampah maupun air limbah dari rumah tangga dan industri. 50 Judul Makalah Semnas dan Call Paper di FisipUnmuh Ponorogo, Sabtu, 9 April 2016 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 927 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Akibat tumpukan sampah, sungai mengalami sedimentasi dan aliran air menjadi terhalang sehingga berpotensi banjir di musim penghujan. Timbunan sampah yang membusuk di air akan mengeluarkan bau busuk. Genangan air sungai yang tidak mengalir akan menjadi sarang nyamuk. Air limbah yang mengandung bahan kimia menyebabkan pencemaran air sungai dan matinya ekosistem sungai. Flora dan fauna sungai menjadi rusak, hanya enceng gondok yang dapat tumbuh di air yang tercemar, namun keberadaannya justru memperparah kerusakan sungai. Kerusakan sungai akibat perilaku salah masyarakat pada akhirnya juga akan berakibat fatal kepada masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan perubahan paradigma dalam memandang sungai. Sungai bukanlah wadah untuk membuang segala kotoran, akan tetapi sumberdaya yang dapat memberi kehidupan. Sungai yang kotor dan tidak sehat akan menurunkan kualitas lingkungan, sementara sungai yang bersih dan sehat akan meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. Bertolak dari perspektif ini, tradisi Merti Code atau merawat sungai Code menjadi sangat relevan untuk dikaji. Merti Code adalah politik pelestarian sungai berbasis kearifan lokal masyarakat yang terbukti mampu membangun kesadaran masyarakat, khususnya sempadan sungai untuk merawat dan melestarikan sungai berkelanjutan. Kesadaran masyarakat sempadan sungai perkotaan yang tergerak untuk melestarikan sungai masih merupakan sesuatu yang sulit ditemui di Indonesia (Kementerian Pekerjaan Umum, 2005). Kemunculan gerakan sosial atau gerakan penyelamatan lingkungan berbasis warga (citizen centered) di kawasan perkotaan dapat dilihat sebagai reaksi atau kritik dari kelompok masyarakat terhadap kelambanan institusi pemerintah dalam menyediakan atau memfasilitasi apa yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah sebagai pembuat kebijakan pengelolaan lingkungan. Di sisi lain, juga dapat menjadi peringatan (warning) bagi pemerintah dan stakeholders agar melakukan perubahan paradigma terkait dengan pengelolaan lingkungan kawasan perkotaan. Penanganan permasalahan lingkungan di kawasan perkotaan tidak akan efektif jika hanya ditangani oleh masyarakat saja. Penanganan tersebut juga harus melibatkan pemerintah kota. Pemerintah kota adalah pihak yang berwenang membuat kebijakan atau peraturan daerah dalam rangka penataan dan penanganan lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan relasi konsep Hamemayu Hayuning Bawono dengan tradisi Merti Code, konsep harmoni sungai dan manusia dalam tradisi Merti Code serta aksi pelestarian sungai yang dilakukan oleh masyarakat sempadan sungai Code. 928 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK RELASI KONSEP HAMEMAYU HAYUNING BAWONO DENGAN TRADISI MERTI CODE Unsur-unsur budaya Jawa yang intagible yang masih terpelihara di Yogyakarta adalah nilainilai luhur (value) dan keyakinan-keyakinan (beliefs) yang digunakan sebagai pedoman perilaku atau adat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Nilai luhur sekaligus konsep filosofis Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah Hamemayu Hayuning Bawono. Berkaitan dengan konsep filosofis DIY tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwono (2009) menjelaskan bahwa : “Kata hayu berasal dari kata rahayu yang secara harafiah berarti selamat. Konsep tersebut sejalan dengan prinsip keselarasan dalam masyarakat Jawa. Dalam wacana masa kini, konsep tersebut secara universal diartikan sebagai nilai-nilai yang menjamin keselamatan alam semesta yang lestari dan berkelanjutan dalam satu kesatuan ekosistem yang bertumpu pada keputusan generasi sekarang, yang juga dibutuhkan untuk kemanfaatan generasi yang kemudian. Selanjutnya dijelaskan bahwa konsep rahayu hanya bisa dimaknai manakala kita melihat alam bukan sebagai obyek eksploitasi. Alam harus dipandang sebagai subyek, berdampingan dengan manusia sebagai subyek lainnya. Alam adalah tetangga kita, perilaku yang tidak bijak kepada tetangga, akhirnya juga akan berdmpak balik yang merugikan kita sendiri juga. Secara harfiah arti Hamemayu Hayuning Bawono adalah membuat dunia menjadi hayu (indah) dan rahayu ( selamat dan lestari). Konsep luhur ini merupakan salah satu nilai budaya Jawa yang masih melekat pada kehidupan masyarakat Yogyakarta sampai sekarang (Yuwono Sri Suwito, 2005). Kandungan makna yang lebih dalam dari konsep tersebut adalah sikap dan perilaku manusia yang senantiasa mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhannya (hablum minallah), manusia dengan sesama manusia (hablum minannas) dan manusia dengan lingkungannya. Muara dari sikap Hamemayu Hayuning Bawono ini adalah terwujudnya negari panjang punjung pasir wukir gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja. Makna dari ungkapan tersebut adalah negari panjang punjung ( negara yang berdaulat, disegani dan namanya harum), pasir wukir (luas, memliki samudra dan gunung atau kekayaan alam yang besar), gemah ripah loh jinawi (ramai perniagaan dan banyak dikunjungi karena subu r serta terjangkau semua yang dibeli), tata tenterem ( masyarakatnya tertata- taat hukum- dan tenteram) dan kerta raharja (masyarakatnya tekun bekerja dan aman dari kejahatan). Sebuah SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 929 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK gambaran negara yang penuh kebajikan dan dilindungi Tuhan, sehingga kehidupan masyarakatnya aman, tenteram, damai, sejahtera dan adil (baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur). Merti Code (merawat sungai Code) adalah salah satu manifestasi nilai-nilai budaya Jawa secara simbolis yang masih dilestarikan masyarakat. Dengan kata lain, Merti Code adalah salah satu manifestasi konsep Hamemayu Hayunung Bawono yang terkait dengan pelestarian lingkungan. Sebuah konsep yang menekankan pentingnya membangun harmoni atau keselarasan dengan alam. Merti Code adalah kegiatan budaya dari masyarakat yang dianggap kumuh, miskin dan tidak dapat mengelola lingkungan. Melalui tradisi ini, masyarakat sempadan sungai Code ingin membuktikan bahwa mereka memiliki potensi seni budaya dan potensi mengelola air sungai. Hal ini bermakna mereka mampu memetri atau merawat kebersihan sungai Code setiap hari. FUNGSI DAN MAKNA SUNGAI DALAM TRADISI BUDAYA MERTI CODE Sungai merupakan sumberdaya alam penting yang dapat menopang fungsi kehidupan semua mahluk hidup. Salah satu yang paling penting adalah ketersediaan air yang mampu menarik semua organisme untuk hidup tidak jauh darinya. Sejarah menunjukkan bahwa perkembangan manusia dan kebudayaan manusia tidak bisa dilepaskan dari keberadaan sungai. Sungai sangat berperan untuk transportasi, sumber bahan makanan baik untuk hewan atau tumbuhan sekitarnya. Sungai menjadi titik perkembangan peradaban suatu bangsa. Sebagaimana sungai yang lain, sungai Code juga memiliki peran dan fungsi penting bagi kehidupan manusia. Code adalah sungai di bagian timur Kesultanan Yogyakarta yang digunakan untuk pertanian dan pengairan.Sungai Code adalah salah satu sungai penting bagi perkembangan kota Yogyakarta. Sungai ini membelah kota Yogyakarta sepanjang 42 km dan berhulu di gunung Merapi melalui tiga wilayah administratif (Sleman, Yogyakarta dan Bantul), melewati 6 kecamatan, 14 kelurahan, 66 Rukun Warga (RW), 17.000 Kepala Keluarga (KK), hilir sungai Code menuju Bantul (Laut Selatan). Pada era tahun 1960-1970 an, sungai Code memiliki fungsi penting sebagai sumberdaya air, material, fungsi ekonomi, ekologi, rekreasi dan sosial. Dengan kata lain, sungai Code menjadi sumber kemakmuran bagi warga sekitarnya. Aktifitas cuci, mandi, bercocok tanam, mencari ikan, berkumpul, bermusyawarah dan rekreasi dilakukan oleh warga secara bersama-sama di sungai Code. Pohon besar yang ada di sempadan sungai, tidak hanya menjadi peneduh, tetapi juga pembatas. Di bawah pohon tersebut terasa sejuk, rindang dan menjad tempat berkembang biaknya berbagai jenis 930 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK ikan. Sekitar pohon juga terdapat sumber mata air (belik) yang menjadi sumber mata air warga untuk memasak atau mandi. Dilandasi konsep Hamemayu Hayuning Bawono, warga menjaga harmoni dengan sungai. Warga senantiasa menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang kotoran apapun ke sungai dan tidak mengeksploitasi sungai. Sebelum ada tradisi budaya Merti Code, masyarakat sempadan sungai Code sudah melakukan Ruwatan Bumi setiap 1 Syuro penanggalan Jawa. Ruwatan tersebut dalam bentuk tirakatan (kenduri) dengan menggelar pertunjukkan wayang kulit. Pada cara kenduri, selain acara makan bersama juga disediakan sesaji yang merupakan pengantar doa manusia kepada Sang Pencipta. Sesaji adalah satu bentuk materi yang digunakan sebagai sarana simbolis bersyukur kepada Sang Pencipta sekaligus permohonan keselamatan agar terhindar dari bencana. Di dalam sesaji terdapat perangkat lain seperti bunga, kemenyan, dan rokok kretek. Sesaji tersebut diletakkan di pinggir sungai Code dan dibiarkan beberapa hari. Tidak ada seorangpun yang berani mengambil atau merusak sesaji tersebut. Tujuan dari kegiatan Ruwatan Bumi adalah menghindari wabah penyakit dan bencana seperti banjir lahan dingin Merapi. Akan tetapi kegiatan ruwatan tersebut berhenti akibat terjadinya peristiwa G 30 S PKI. Ada beberapa tokoh warga sempadan sungai Code yang ditangkap dengan alasan terlibat dalam gerakan tersebut. Tradisi Merti Code baru dimulai tahun 2001. Saat itu hanya ada dua kampung yang menyelenggarakan yaitu Jetisharjo dan Terban. Pada tahun 2003, pihak keraton Yogyakarta mengakui Merti Code sebagai kegiatan budaya yang hidup di masyarakat. Pengakuan tersebut ditandai dengan memberikan tombak Kyai Ranumurti yang berasal dari kesatuan prajurit Patang Puluhan. Tombak tersebut sebagai lambang “wakil” pihak keraton untuk silaturrahim dengan warga sekaligus restu atas penyelenggaraan tradisi Merti Code. Pada tahun 2003 ini, perayaan tradisi Merti Code meluas tidak hanya beberapa kelurahan di kota Yogyakarta, akan tetapi juga meliputi beberapa wilayah kabupaten Sleman yang dilewati sungai Code, yaitu padusunan Pogung, Sendowo, Blunyah, Karangjati dan Gemawang. Perayaan tradisi Merti Code paling meriah terjadi pada tahun 2005. Perayaan tradisi tersebut berlangsung selama satu bulan dengan berbagai macam acara, yaitu pasar malam, membuat sungai Code menjadi arena memancing dan berbagai lomba di atas sungai Code. Perayaan Merti Code pada tahun 2006 berlangsung dalam suasana duka seiring dengan gempa tektonik yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya, perayaan tradisi Merti Code dilakukan setiap tahun. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 931 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Merti Code sebagai tradisi memetri atau merawat sungai, memiliki tiga fungsi, yaitu spiritual, sosial dan pelestarian lingkungan sungai (Suparwoko, 2010). Fungsi spiritual memberikan gambaran hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minnallah). Upaya pelestarian sungai harus dilandasi kesadaran bahwa sungai diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia, sehingga harus senantiasa dijaga. Sementara itu fungsi sosial bermakna pelibatan individu-individu warga masyarakat yang memiliki kepentingan, kepercayaan dan keyakinan yang sama dalam tradisi tersebut (hablum minannas). Hal ini akan menumbuhkan kerukunan sosial sehingga menciptakan ketenangan, ketenteraman, dan kesejahteraan hidup bersama. Dibalik konsepsi keyakinan yang tertuang dalam tradisi merawat sungai ini terkandung kearifan lokal (local wisdom) yang memiliki fungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap pengelolaan lingkungan sungai secara efektif. Inilah makna dari fungsi ketiga yaitu pelestarian lingkungan fisik atau alam. AKSI PELESTARIAN SUNGAI DALAM TAHAPAN MERTI CODE Prosesi acara dalam tradisi Merti Code meliputi Bersih Kampung, Tuk Pitu dan Kirab (Prasetyo, 2008). Tahap pertama dari prosesi acara Merti Code adalah Bersih Kampung. Bersih Kampung adalah kegiatan bersama masyarakat secara gotong royong untuk membersihkan rumah-pemukiman yang menjadi tempat tinggal mereka, daerah sempadan sungai Code, sungai Code itu sendiri dan sumber mata air. Bersih sungai berfungsi untuk menarik simpati sekaligus partisipasi warga masyarakat untuk membersihkan lingkungan sendiri, yaitu mulai dari rumah masing-masing warga, kemudian ke fasilitas umum yaitu daerah sempadan, sungai Code beserta sumber mata airnya. Tahapan pertama dari acara Merti Code ini memberi pemahaman agar setiap warga masyarakat memaknai kembali air sungai Code dalam kehidupan mereka. Bersih kampung merupakan tindakan langsung dari pemahaman yang benar tentang makna dan arti penting sungai untuk kehidupan dan kemakmuran warga selama ini. Aktifitas nyata dan langsung tersebut lebih mendekatkan kembali warga terhadap makna pelestarian dan pemeliharaan terhadap lingkungan. Tahapan kedua dari upacara tradisi Merti Code adalah ritual pengambilan air di tujuh mata air (ritual Tuk Pitu). Pengambilan air di mata air juga dibarengi dengan membersihkan atau memperbaiki bak mata air dan lingkungan sekitarnya. Aktivitas selanjutnya adalah ruwatan sungai dan pertunjukkan wayang kulit. Sakralisasi terhadap sumber mata air tidak dimaksudkan untuk memberikan kesan mistis dan menciptakan ketakutan bagi warga, akan tetapi dimaksudkan agar warga lebih berhati-hati dan bersungguh-sungguh menjadi sumber 932 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK mata air. Jika sumber mata air tetap terjaga maka ketersediaan air bersih akan selalu ada. Ritual pengambilan air dimaksudkan untuk memberi penghormatan kepada air sebagai simbol meminta pertolongan dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa sekaligus membangun kesadaran bersama mengenai pentingnya menjaga kelestarian dan keberlangsungan sumbersumber mata air. Sumber-sumber mata air telah memberi kehidupan bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di sempadan sungai. Adapun tahap ketiga adalah kirab dan rayahan. Kirab dan rayahan adalah kegiatan terakhir dalam acara tradisi Merti Code. Pasukan kirab membawa air dari tujuh sumber yang telah disucikan beserta gunungan boga untuk dibagikan kepada warga masyarakat. Pasukan kirab berasal dari masyarakat di daerah sempadan sungai dan berbagai kelompok kesenian yang ada di kota Yogyakarta. Adapun rayahan adalah simbol dari rasa syukur dengan memperebutkan air dan gunungan boga sebagai sumber kehidupan dan kemakmuran yang harus senantiasa dijaga kelestariannya. Ketiga tahapan dan aksi pelestarian sungai dalam tradisi Merti Code dapat sederhanakan dalam bagan berikut ini : Bagan 1.1 Tahapan dan Aksi Pelestarian Sungai Dalam Tradisi Merti Code KESIMPULAN Tradisi Merti Code merupakan salah satu manifestasi konsep Hamemayu Hayuning Bawono. Sebuah konsep luhur yang mementingkan harmoni antara alam (sungai) dan manusia. Sungai dimaknai sebagai sumberdaya yang harus dijaga kelestariannya dan tidak dieksploitasi. Harmoni antara sungai dan manusia akan membuat sungai menjadi sehat dan tidak rusak. Sungai yang sehat akan memberi manfaat besar kepada warga masyarakat sempadan sungai, SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 933 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK baik secara ekonomi, ekologi maupun sosial. Dengan demikian sungai akan memberi kemakmuran dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Sebaliknya sungai yang tidak dijaga akan menjadi tidak sehat dan rusak. Kerusakan sungai akibat perilaku manusia akan membawa akibat buruk bagi manusia itu sendiri. Merti Code dengan ketiga tahapannya bertujuan untuk mengumpulkan banyak orang untuk menyelesaikan persoalan bersama melalui gotong royong. Konsep gotong royong dibangun kembali melalui berbagai kegiatan pelestarian lingkungan sungai. Ritual penghormatan terhadap air bermakna agar manusia menghargai air dan menjaga kelestariannya. Air bersih adalah sarana vital bagi kehidupan manusia. Merti Code sebagai politik pelestrian sungai berbasis kearifan lokal telah memberi inspirasi bagi mereka yang ingin melestarikan sungai secara berkelanjutan. REFERENSI Nugroho, Yuli Prasetyo ((2008). Makna Sungai dan Praktek Pengelolaan Lingkungan Melalui Pendekatan Budaya. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta Purba, Jonny (2002) Bunga Rampai Kearifan Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta Rahmat, P.S. (2009). Memupuk Institusi Lokal dan Modal Sosial dalam kehidupan Bermasyarakat. Universitas Kuningan. Kuningan Suseno, Franz Magnis. 2003. Etika Jawa. Sebuah Analisa Falsafati Tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa. Gramedia, Jakarta Suhartini et.all. Kearifan Lingkungan Masyarakat Dalam Mengelola Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sungai Boyong Bagian Hulu dan Sungai Code. Makalah Seminar Nasional Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo : Membangun Sinergi antara Daya Dukung, Program Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 19 Juni 2014 Sri Sultan Hamengku Buwono X (2009). Pengelolaan Lingkungan Berbasis Budaya. Bahan Kuliah Umum Program Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 23 November 2009 Setiawan, B. (2006). Pembangunan Berkelanjutan dan Kearifan Lingkungan : Dari Ide ke Gerakan. PPLH Regional Jawa. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Yogyakarta Sri Suwito, Yuwono. Pelestarian Warisan Budaya Jawa dan Lingkungan Hidup Untuk Mendukung Industri Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Simposium Lingkungan Hidup dan Pariwisata Dalam Rangka Memperingati 20 Tahun Kerjasama Provinsi DIY Dengan Kyoto-Perfecture. Jepang. Yogyakarta. 18-19 Juli 2005 Suparwoko. 2010. Analisis Sumber Daya Sungai Code Sebagai Basis Wisata Alam di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Research Gate Uiversitas Islam Indonesia. 934 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BASIS KOMUNIKASI PEMERINTAH DALAM MENGATASI KONFLIK SOSIAL DAN KOMUNAL Komunikasi dan Kearifan Lokal Ansar Suherman Universitas Muhammadiyah Buton Jl. Betoambari No. 36 Kelurahan Lanto Kecamatan Betoambari Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara [email protected] ABSTRAK Perhatian pemerintah yang lebih tertuju pada pembangunan fisik dengan mengabaikan nilainilai kearifan lokal mengakibatkan bangsa Indonesia mulai mengalami pergeseran tata nilai kehidupannya serta hilangnya karakter sebagai bangsa yang berbudaya. Terabaikannya nilainilai kearifan lokal berujung pada hilangnya semangat kebersamaan yang menjadi ciri bangsa Indonesia serta ancaman hilangnya kelestarian budaya yang ada disetiap daerah di nusantara. Hilangnya semangat kebersamaan dan persaudaraan menjadi bibit lahirnya konflik dan disintegrasi. Ancaman konflik horizontal disetiap daerah di Indonesia sangat rentan terjadi setiap saat.Mulai dari konflik SARA, konflik elite akibat dari pertarungan suksesi politik dalam semua tingkatan suksesi, dan konflik sektarianisme. Meskipun Polri menegaskan bahwa ada penurunan drastis jumlah konflik di Indonesia sejak tahun 2010 sampai 2014, sebesar 60,4%, namun fakta menunjukkan bahwa konflik adalah bahaya laten yang dapat terjadi kapanpun. Apalagi, Indonesia adalah negara majemuk yang terdiridari berbagai suku dan budaya. Konflik yang terjadi salahsatunya diakibatkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola potensi konflik melalui pembangunan komunikasi berbasis kearifan lokal. Konflik umumnya sangat potensial terjadi di daerah yang sedang menuju kota besar atau daerah yang menjadi tujuan berinvestasi. Sehingga seorang pemimpin dituntut memiliki communication skill terkait dengan seluruh bagian-bagian dalam kehidupan masyarakat di wilayahnya. Banyaknya konflik yang terjadi di suatu daerah mengindikasikan bahwa komunikasi yang berlandaskan kearifan lokal oleh kepala daerah kepada masyarakatnya belum secara maksimal atau bahkan tidak dilakukan. Penyertaan nilai kearifan lokal dalam membangun komunikasi dengan semua pihak akan membantu mencari solusi terhadap penanganan dan pencegahan konflik sehingga pembangunan dapat berjalan lancar yang berujung pada perubahan menuju masyarakat yang modern tanpa kehilangan identitas lokalnya. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Komunikasi, Pemerintah Daerah, Konflik. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang terangkai oleh 13.466 pulau dari Sabang sampai Merauke dari Timor sampai pulau Rote yang keseluruhannya memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah dengan pemilik suku bangsa terbanyak di dunia yakni berjumlah 13.000 lebih suku bangsa. Kekayaan sumber daya alam dan bonus surplus demografis tidak hanya sebagai keuntungan dalam mempercepat roda pembangunan namun SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 935 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK juga dapat menjadi rintangan atau permasalahan bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam mengatasi berbagai macam persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang dapat menghambat proses pembangunan dan dalam upaya mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, seharusnya bangsa kita telah menjadi negara maju yang besar. Sebagai bangsa yang majemuk dan besar, Pemerintah dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dalam mewujudkan dan mempraktekkan good governance. Terlebih Indonesia selalu berada dalam bayang-bayang konflik sosial dan komunal (konflik sosial, SARA, konflik politik, konflik ekonomi, dan lainlain) yang terus terjadi setiap tahunnya. Sebagai langkah antisipatif pemerintah, maka strategi komunikasi yang efektif mesti dijalankan dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) masyarakat setempat. Kegagalan komunikasi antara pemerintah dan masyarakatnya umumnya disebabkan oleh ketidakpekaan pemerintah dalam membangun komunikasi yang berbasis local wisdom tersebut. Pendekatan yang diambil pemerintah lebih cenderung pragmatis dan sepihak terutama dalam proses pembangunan sehingga suara-suara protes dan gerak perlawanan rakyat kerap terjadi yang disebabkan kepentingan masyarakat tidak terakomodir dan bahkan nilai-nilai sosial masyarakat setempat terabaikan. Komunikasi pemerintahan yang efektif dengan berbasiskan kearifan lokal hanya mampu dipraktekkan oleh pemimpin daerah yang memiliki kemampuan komunikasi dengan berlandaskan pada cara pandang hidup dan berbagai aktifitas masyarakat dalam pemenuhan setiap persoalan dan kebutuhan masyarakat lokal. Singkatnya, kearifan lokal adalah hal yang bersangut paut dengan local culture. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kearifan lokal Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia—yang kita kenal sebagai Nusantara—kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada umumnya etika dan nilai moral yang 936 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip. Walaupun ada upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak ada jaminan bahwa kearifan lokal akan tetap kukuh menghadapi globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. Secara faktual dapat kita saksikan bagaimana kearifan lokal yang sarat kebijakan dan filosofi hidup nyaris tidak terimplementasikan dalam praktik hidup yang makin pragmatis. Boni Hargens (2011) dalam tulisannya di Kompas menyatakan bahwa arus modernisasi, liberalisasi, dan globalisasi semestinya tidak meniadakan suatu negara jatuh dalam percaturan global asal saja negara tersebut ditopang oleh identitas nasional yang kuat, tetapi juga didukung oleh ideologi dan kepemimpinan politik yang kuat. Selain etika moral yang bersumber pada agama, di Indonesia juga terdapat kearifan lokal yang menuntun masyarakat kedalam hal pencapaian kemajuan dan keunggulan, etos kerja, serta keseimbangan dan keharmonisan alam dan sosial. Kita mengenal pepatah ”gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit”, “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” yang mengimplikasikan ajakan untuk membangun etos kerja dan semangat untuk meraih keunggulan. Dalam hal keharmonisan sosial dan alam, hampir semua budaya di Indonesia mengenal prinsip gotong royong dan toleransi. Dalam suku tertentu yang bermukim di pedalaman juga dikenal kearifan lokal yang bersifat menjaga dan melestarikan alam sehingga alam (misalnya kayu di hutan) hanya dimanfaatkan seperlunya, tidak dikuras habis. Menurut Rahyono, kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimilikioleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilainilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. 2. Komunikasi Dalam pengertian umum komunikasi adalah hubungan dan interaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih. Interaksi itu terjadi karena seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-lambang tertentu, diterima oleh pihak lain yang menjadi SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 937 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK sasaran, sehingga sedikit banyak mempengaruhi sikap dan tingkah laku pihak dimaksud. Anggota masyarakat melakukan komunikasi ini secara terus menerus. Oleh karena itu, dapat dipahami, komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semuan anggota masyarakat dimanapun dan kapan pun. Gambaran ini memberikan bahwa objek studi ilmu komunikasi ini adalah komunikasi yang terjadi di masyarakat. Berhubung objek tersebut mencakup masyarakat yang luas, maka titik berat perhatian ilmu komunikasi mencakup komunikasi antarpribadi atau komunikasi langsung/tatap muka, yang mencakup komunikasi melalui media massa termasuk persentuhan dunia komunikasi dengan dunia pemerintahan. 3. Konflik sosial Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang pengertia konflik : Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan ada pula yang negative didalam interaksi manusia. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hany memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. METODOLOGI Metode pendekatan yang dilakukan pada penulisan ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu mengumpulkan fakta melalui observasi, literatur 938 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kepustakaan dan tulisan media kemudian menguraikan secara menyeluruh sesuai dengan persoalan dan langkah penyelesaian permasalahannya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komunikasi dan Kepemimpinan Kepala Daerah Sejak bergulirnya otonomi daerah di Indonesia, daerah-daerah dituntut untuk memiliki kemampuan secara mandiri dalam memaksimalkan potensi sumber daya daerahnya untuk dijadikan modal dalam pembangunan daerahnya masing-masing. Pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya berdasarkan pada aturan hukum, namun juga sebagai penerapan tuntutan globalisasi dimana daerah diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata & bertanggung jawab dalam mengelola daerahnya. Konsep desentralisasi meupakan bagian dari praktik penyelenggaraan pemerintahan dalam hubungan antarpemerintah dengan karakteristiknyayaitu sebagian kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban pemerintah pusat, diberikan kepada pemerintah daerah. Menurut John Locke, Desentralisation is to choose between a dispension of power and unification of power. Dispension power bersesuaian dengan teori pemisahan kekuasaan, dimana salah satunya bertujuan agar masyarakat lokal memberikan dukungan dan ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan lokal. Berdasarkan salah satu tujuan dari teori tersebut, menyiratkan bahwa pemimpin daerah harus memiliki kemampuan mengkomunikasikan dengan seluruh pihak agar tercipta dukungan dan partisipasi aktif dalam kegiatan pemerintahan terutama dalam proses pembangunan daerah. Ketidakmapuan pemimpin daerah dalam membangun komunikasi secara efektif hanya akan menimbulkan kegaduhan di daerah tersebut. Kemampuan komunikasi organisasi seorang pemimpin daerah sangat menentukan keberhasilan organisasi birokrasi pemerintah dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Seorang kepala daerah adalah pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang organisasi dan kemampuan di bidang sosial. Kepemimpinan di bidang organisasi berkaitan dengan kemampuannya dalam mengorganisir aparatur birokrasinya atau bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing secara profesional dan bertanggungjawab, sedangkan kemampuan di bidang sosial adalah kemampuan yang diperoleh pemimpin dari proses politik. Untuk dapat memaksimalkan dua kemampuan tersebut, maka syaratnya adalah pemimpin wajib SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 939 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK memiliki kemampuan mengelola komunikasi yang baik, tidak hanya dengan bawahannya namun yang tidak kalah pentingnya adalah membangun komunikasi dengan masyarakat lokal yang dipimpinnya dengan selalu berlandaskan pada kearifan lokal masyarakat setempat. Kemampuan pemimpin daerah dalam membangun komunikasi yang efektif baik dengan bawahannya maupun dengan masyarakatnya tentunya akan meningkatkan kredibilitas serta menguatkan kapabilitasnya. Kredibilitas merupakan seperangkat persepsi khalayak tentang sifat-sifat komunikator dengan khalayaknya. Sehinggasesungguhnya kredibilitas tidak melekat dalam diri komunikator. Kredibilitas mencakup dua komponen yaitukeahlian dan dapat dipercaya. Keahlian adalah kesan yang dibentukoleh khalayak tentang kemampuan komunikator dalamhubungannya dengan topik yang dibicarakan seperti cerdas,mampu,ahli, berpengalaman atau terlatih. Sedangkan kepercayaan adalahkesan khalayak tentang komunikator yang berkaitan denganwataknya seperti jujur, bermoral, tulus, adil, sopan dan sebagainya. (Rakhmat dalam Corry, 1991). 2. Komunikasi dan Kearifan Lokal Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan sosial yang ada dalam kehidupanbermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Jadi merujuk pada lokalitas dan komunitas tertentu. Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat. (Ngakan dalam Akhmar dan Syarifudin, 2007). 1300 suku bangsa yang mendiami seluruh penjuru negeri ini masing-masing memiliki keunikan dan kearifan lokal yang berbeda-beda pula. Keanekaragaman kearifan lokal tersebut menuntut pemerintah, khususnya pemerintah daerah harus cermat dan tepat dalam membangun komunikasi dengan selalu berlandaskan kearifan 940 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK lokal masyarakat setempat. Tujuannya tidak hanya untuk meminimalisir potensi konflik sosial dan komunal, namun yang tidak kalah pentingnya adalah agar produk kebijakan pemerintah dan sasaran serta tujuan hasil pembangunan dapat bermanfaat sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan hidup masyarakat lokal. Banyak kebijakan-kebijakan pemerintah dan proyek-proyek pembangunan yang selalu mendapatkan protes keras bahkan perlawanan dari masyarakat disebabkan tidak terbangunnya komunikasi dari awalnya antara pemerintah dengan masyarakat, sehingga lahirlah kebijakan yang tidak populis dan hasil pembangunan yang tidak dibutuhkan oleh masyarakat lokal atau dengan kata lain, pembangunan yang tidak tepat sasaran. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996). Komunikasi antar budaya bertujuan untuk memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi, mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya, mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi, membantu mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh perbedaan budaya, meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi, dan menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif. Komunikasi antar budaya tidak hanya diperuntukkan dalam memahami budaya dari negara atau tempat orang lain, akan tetapi juga dapat digunakan oleh pemimpin dalam memahami karakteristik nilai-nilai kearifan lokal yang dianut dan diyakini oleh masyarakat lokal, terlebih dalam lingkungan masyarakat Indonesia masih banyak mitosmitos sosial yang tetap dipegang teguh dan diyakini serta diwariskan, sehingga menabrak mitos-mitos tersebut hanya akan menimbulkan konflik dan pertentangan. Meskipun ada usaha mewariskan local Wisdomdari generasi ke generasi, tidak ada jaminan bahwa local wisdom tersebut akan sanggup bertahan dalam menghadapi gempuran dan tuntutan globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang pragmatis dan konsumtif. Setiap hari dapat kita saksikan bagaimana kearifan lokal yang penuh akan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan nilai-nilai filosofi hidup nyaris tidak terwujud dalam praktik hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 941 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 3. Permasalahan Komunikasi antara Pemerintah dan Masyarakat. Konflik sosial dan komunal yang terjadi di masyarakat seringkali mereduksi nilai-nilai toleransi dan kebersamaan sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Perubahan terhadap nilai-nilai sosiokultural ikut menggeser orientasi nilainya pula. Budaya toleransi saat ini telah menjadi barang pusaka peninggalan sejarah yang hanya mampu kita koleksi tapi tidak dapat termanifestasikan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Idealnya, local wisdom yang dimiliki masyarakat merupakan identitas bangsa Indonesia, sebab local wisdom dapat saja bertransformasi menjadi budaya nasional. Setiap persoalan sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya yang terjadi di suatu daerah, gugatannya pasti diarahkan ke Pemimpin daerah (kepala daerah), karena kepala daerah lah yang paling bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di daerahnya. Tidak bertangungjawab, kurang responsif, tidak mendengarkan aspirasi masyarakat, adalah bagian kecil dari sekian banyak tudingan yang selalu di alamatkan kepada kepala daerah atas segala persoalan yang terjadi di daerah. Di sisi yang lain, pemerintah menganggap masyarakat tidak paham dengan agenda dan rencana pembangunan pemerintah daerah. Hal-hal kecil terkait aspirasi masyarakat seperti itu yang terkadang pemerintah abai dalam penanganannya apabila tidak ditangani dengan baik dapat terakumulasi yang kemudian akan memunculkan konflik-konflik. Upaya pelibatan masyarakat lokal dalam perumusan kebijakan dan rencana pembangunan di tiap daerah di Indonesia sudah dilakukan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang). Musrembang merupakan instrumen yang digunakan oleh Pemerintah dalam membangun komunikasi dengan masyarakat serta pihak-pihak lainnya. Akan tetapi, instrumen tersebut dirasa belum memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Arah pembangunan model komunikasi oleh pemerintah kepada masyarakat tidak memperhatikan nilai-nilai budaya atau kearifan lokal yang diyakini oleh masyarakat setempat, sehingga pemerintah daerah terkesan jalan sendiri sesuai dengan keinginannya. Konflik antara pemerintah dan masyarakat paling sering terjadi di daerah adalah konflik pertanahan. Tanah-tanah milik negara yang ditempati oleh masyarakat selama berpuluh-puluh tahun dan telah turun-temurun dikuasai, sering berujung bentrok fisik antara sipil militer dengan masyarakat dan gugat-menggugat di lembaga peradilan. Bentrok fisik dan gugatan hukum tidak seharusnya terjadi jika saja Pemerintah yag 942 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK memiliki otoritas dalam menyelesaikan dan mencari jalan keluar permasalahan tersebut dapat menerapkan dan menciptakan komunikasi yang baik dengan masyarakat lokal melalui persuasi kearifan lokal. Tidak sedikit contoh yang bisa kita lihat, di beberapa daerah yang menerapkan persuasi sosial dengan memasukkan nilai-nilai kearifan lokal dalam proses komunikasinya dapat berjalan dengan tenang dan semua pihak terpuaskan dengan jalan keluar yang ditawarkan. Pembangunan komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan menumbuhkan rasa saling percaya sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan harmonisasi di daerah terus terjaga baik antara pemerintah dengan masyarakat, dan antara sesama kelompok masyarakat di daerah. Keadaan tersebut merupakan prasyarat utama bagi keberlangsungan peningkatan kesejahteraan dan standar kelayakan masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Salah satu aspek yang turut menentukan laju pembangunan yang berlangsung adalah perlu adanya sinergitas antara pemerintah sebagai penggerak dan penentu kebijakan pembangunan di satu sisi, dengan masyarat di sisi lain, karena tanpa adanya pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pemilik sumber daya, ataupun tanpa partisipasi nyata dari masyarakat dalam pembangunan maka pelaksanaan pembangunan tersebut tentunya akan mengalami hambatan dan akan berjalan tidak sesuai harapan. Salah satu kunci demi terciptanya kelancaran pembangunan khususnya di daerah adalah peranan komunikasi pemerintahan untuk dapat menyempaikan berbagai informasi tentang kebijakan pembangungan yang akan dilaksanakan kepada masyarakat lokal agar masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan tersebut. b. Salah satu penyebab terjadi konflik sosial ditengarai diakibatkan oleh kompleksitas permasalahn sosial, ekonomi, dan kepentingan politik. Ketiadaan pembangunan komunikasi yang berbasis kearifan lokal oleh pemerintah terhadap masyarakat menjadi salah satu penyebab semakin sering terjadinya konflik sosial dan komunal di Indonesia. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 943 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 2. Saran a. Komunikasi pemerintahan yang terbangun hendaknya memperhatikan perkembangan zaman yang terjadi dalam dunia pemerintahan saat ini. Perubahan signifikan yang terjadi dalam dunia pemerintahan adalah dari government ke governance. Bahwa terjadi perubahan pola interaksi dari sebelumnya yang bersifat kekuasaan semata, berubah dengan melibatkan masyarakat dalam pertukaran informasi dan penggunaan komunikasi dan persuasi sehingga agenda pembangunan dapat melibatkan stakeholders secara aktif. b. Komunikasi tidak akan menjadi solusi terhadap persoalan konflik sosial maupun konflik komunal yang terjadi di daerah-daerah di Indonesia tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat dan tidak dilaksanakan dengan berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di tengah-tengah masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik; Konsep, Teori, dan Strategi. Edisi Revisi. Jakarta, Rajawali Pers. _____________. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Revisi. Jakarta, Rajawali Pers. F.X, Rahyono. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra. 2009. Hargens, Boni. 2011. “Indonesia, ‘Halo Soekarno” dalam Kompas, 16 April 2011, Jakarta. Jati, Wasisto Raharjo. 2011. “Pembangunan Gerus Kearifan Lokal” dalam Kompas,20 April 2011, Jakarta. Kreps, Gary L. 1990. Organizational Communication: Theory and Practice. Allyn & Bacon Incorporated. Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication (Teori Komunkasi) Edisi 9. Jakarta, Salemba Humanika. Suyatno, Suyono. Revitalisasi Kearifan Lokal sebagaiUpaya Penguatan Identitas Keindonesiaan.http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366. Syafiie, Inu Kencana & Azhari. 2008. Sistem Politik Indonesia. Bandung, Redika Aditama. 944 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK MERAYAKAN SEPAK BOLA, MERAWAT SEJARAH, MEMBERITAKAN KOTA BERSAMA BAWAH SKOR Fajar Junaedi Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Sepak bola di Indonesia berkembang sejak masa kolonial Belanda. Di tahun 1910-an klub sepak bola mulai berkembang di beberapa kota. Sejarah sepak bola karenanya selalu berkelindan dengan sejarah kota. Sayangnya pengarsipan sepak bola tidak berlangsung dengan baik. Klub kurang peduli dengan sejarah sepak bola yang pernah dijalani klubnya. Fenomena menarik terjadi di Yogyakarta, kala ada fans klub PSIM Yogyakarta yang peduli dengan sejarah klub. Kepedulian yang sekaligus merawat sejarah kota. Bawah Skor, demikian mereka menyebut diri, mendokumentasikan sejarah sepak bola dan merawat ingatan tentang sejarah kota. Melalui media sosial, Bawah Skor memberitakan sejarah sepak bola dan kota kepada publik. Model perawatan sejarah Bawah Skor bisa menjadi model bagi kota - kota lain. Kata kunci : sepak bola, kota, arsip, media sosial PENDAHULUAN Sejak bergulirnya Liga Super Indonesia (LSI), klub kebanggaan masyarakat Yogyakarta, Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) Yogyakarta, belum pernah sekalipun mampu berada di level tertinggi sepakbola Indonesia ini. PSIM Yogyakarta masih terus berkutat di level kedua kompetisi sepakbola Indonesia yang disebut Divisi Utama. LSI sendiri merupakan penyederhanaan dari Liga Indonesia (Ligina), sebuah kompetisi yang menyatukan klub amatir dari Kompetisi Perserikatan dan klub semi profesional dari Liga Sepakbola Utama (Galatama) yang dimulai sejak tahun 1994. Awalnya sepakbola Indonesia dijalankan dalam kompetisi amatir yang disebut sebagai Perserikatan. PSIM Yogyakartamenjadi salah satu peserta kompetisi Perserikatan. Kompetisi amatir ini berlangsung sejak masa kolonialisme, tidak lama setelah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) didirikan di Yogyakarta. Di tahun 1930-an, PSIM Yogyakarta menjadi salah satu klub yang cukup sukses dengan sekali menjuarai kompetisi Perserikatan. Sebagaimana disebutkan di atas, PSSI didirikan di Yogyakarta, sehingga PSIM jelas memiliki andil dalam pendirian federasi sepakbola kaum pribumi ini. PSSI didirikan sebagai upaya untuk melawan federasi sepakbola pro pemerintahan Hindia Belanda, bernama NIVB. Berdiri sejak tahun 1929, PSIM pada awalnya menjadi klub yang merepresentasikan Yogyakarta secara keseluruhan sebagai propinsi. Namun sejak tahun 2000-an, PSS Sleman SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 945 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK mulai menggeliat. Klub yang berdiri pada tahun 1976 ini juga berasal dari kompetisi Perserikatan, namun pada masa kompetisi Perserikatan gaung prestasinya jauh kalah mengkilap jika dibandingkan dengan PSIM. Ketika masa Ligina, prestasi PSS lebih bersinar jika dibandingkan dengan PSIM. Wilayah Sleman tidak lagi menjadi kantong basis fans PSIM, namun beralih menjadi suporter PSS. Sekitar satu dekade setelah kebangkitan PSS, Persiba Bantul ikut menggeliat. Sebagaimana PSS dan PSIM, Persiba adalah klub eks Perserikatan. Serupa dengan PSS, Persiba tidak banyak berprestasi pada masa Perserikatan. Namun, keberhasilan Persiba menjadi kampium Divisi Utama pada era ISL di tahun 2009 menjadikan klub ini menjadi primadona baru masyarakat Bantul. PSIM dihadapkan pada rivalitas baru dengan klub yang berasal dari satu propinsi. Derby Yogyakarta menjadi nama yang disematkan ketika PSIM bersua dengan PSS atau Persiba. Basis fans PSIM di Sleman dan Bantul mulai berkurang sejak kehadiran kedua klub ini dalam peta sepakbola Indonesia. “PSIM warisane simbah” (PSIM warisannya nenek moyang), menjadi slogan yang didengungkan oleh fans PSIM untuk memperlihatkan bahwa PSIM jauh lebih matang secara usia. Sayangnya, semangat kecintaan fans PSIM tidak dibarengi dengan totalitas manajemen PSIM dalam mengelola klub. Prestasi PSIM terbilang biasa – biasa saja. Di tengah keringnya prestasi PSIM, sekelompok anak muda fans PSIM yang terdidik dengan baik (well educated) menginisiasi pengarsipan sejarah PSIM. Secara sukarela dan di luar koordinasi dengan manajemen klub, mereka mendata arsip koran yang berisi berita tentang PSIM di masa lampau. Arsip – arsip tersebut dipindai dan disebarluaskan melalui internet. Kerja – kerja sejarah ini mereka lakukan juga dengan mendatangi mantan pemain PSIM, dengan tujuan melakukan wawancara dengan para mantan pemain. Selain itu, mereka juga mengadakan pameran tentang PSIM berjuluk Genealogy of Hope pada bulan Februari 2015. Kerja – kerja sukarela tersebut menarik untuk dikaji sebagai sebuah ingatan kolektif atas sejarah PSIM, serta dalam konteks sebagai kritik atas manajemen PSIM. 1. Sepakbola, Fans dan Fandom Sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia. Di Eropa, sepakbola disebut sebagai football, namun di Amerika Serikat disebut sebagai soccer. Corak olahraga di Amerika Serikat yang lebih mengedepankan skor pertandingan yang besar, kerapian manajemen pertandingan sebagaimana yang bisa dilihat di basket NBA serta olahraga yang dikemas sebagai hiburan (sportainment) menjadikan sepakbola awalnya sulit diterima di 946 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Amerika Serikat. Setelah Piala Dunia 1994 digelar di Amerika Serikat, sepakbola sukses menggapai daratan Amerika Utara. Kerusuhan fans sepakbola secara umum berseberangan dengan olahraga yang berkembang sebelumnya di Amerika Serikat. Kegemaran atau bahkan lebih tepatnya kegilaan pada sepakbola menjadikan sepakbola dilingkupi fanatisme pada fansnya. Fandom atas sepakbola menjadi isu utama dalam kajian tentang fans sepakbola. Penelitian Nick Horby tentang fandom dalam fans sepakbola melalui tulisannya berjudul The Obsessed Fan menjumpai bahwa menurut fans sepakbola, menjadi fans sepakbola memberikan tempat dimana kebahagian yang tidak tergapai menjadi hilang, tempat dimana mereka masih bisa berharap (Horby dalam Real, 1996 : 53). Nick Horby dalam penelitiannya tersebut meneliti fans klub Arsenal, sebuah klub dari London, Inggris. Ketika Arsenal bertanding di hari Sabtu, dijumpainya fans dari klub ini memiliki wajah yang bersedih pada Arsenal yang akan bertanding. Wajah yang dijumpainya pada hampir semua fans Arsenal yang dijumpainya. Kala itu, prestasi Arsenal sedang meredup. 18 tahun setelah Horby meneliti, Arsenal akhirnya berhasil mengalahkan Liverpool dalam sebuah final di tahun 1989, yang disebutnya sebagai “momentum terbesar yang pernah ada” (Real, 1996 : 54). Penelitian tentang fandom dalam sepakbola Indonesia dilakukan oleh Andy Fuller dalam bukunya The Struggle for Soccer in Indonesia (2014). Andy Fuller mengemukakan tentang fenomena sepakbola, terutama di Yogyakarta, yang tidak mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah daerah. Arsip – arsip tentang klub juga tidak dirawat dengan baik oleh klub dan pemerintah daerah. Justru, menurut Andy Fuller, yang peduli dengan kondisi ini adalah anak muda suporter sepakbola. 2. PSIM dan Gairah Anak Muda Kota yang Tiada Surut PSIM Yogyakarta dalam sepak bola Indonesia kekinian tidak bisa lagi disebut tim besar secara prestasi. Dalam level sepak bola Indonesia, PSIM Yogyakarta hanya berada di Divisi Utama yang notabene merupakan kompetisi sepak bola kelas dua yang gengsinya masih kalah dengan Liga Super Indonesia. Berdiri sejak tahun 1929, PSIM Yogyakarta adalah salah satu pendiri dari Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Di Yogyakarta juga, PSSI dibentuk dan dideklarasikan. Wisma PSIM Yogyakarta yang menjadi markas dari klub ini ditabalkan sebagai Monumen PSSI, mengacu pada latar belakang kesejarahan Yogyakarta sebagai tempat pembentukan PSSI. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 947 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Walaupun secara prestasi, PSIM Yogyakarta tidak lagi mengkilap berprestasi dalam sepak bola Indonesia, animo dan gairah menonton sepak bola pendukung PSIM Yogyakarta tidak pernah surut. Dukungan pada PSIM Yogyakarta tidak hanya diwujudkan dalam bentuk kedatangan para fans di Stadion Mandala Krida, stadion yang menjadi kandang PSIM Yogyakarta, namun juga tersebar dalam beragam aktivitas di luar pertandingan. Pada tahun 2014 – 2015, berbagai mural bertema PSIM Yogyakarta marak di Kota Yogyakarta. Demikian juga bendera dan umbul – umbul yang didominasi warna biru, warna kebanggaan PSIM Yogyakarta. Salah satu tema mural yang paling sering ditemui adalah mural berbahasa Jawa “PSIM Yogyakarta Warisane Simbah” yang berarti PSIM Warisannya Kakek. Tema mural ini mengingatkan pada posisi PSIM Yogyakarta dalam peta sepak bola Yogyakarta kontemporer. Sampai dengan tahun 2000-an awal, PSIM Yogyakarta menjadi penguasa tunggal sepak bola Yogyakarta. Dukungan publik di Yogyakarta hanya kepada PSIM Yogyakarta mengingat belum ada klub lain yang berlatar belakang klub perserikatan yang berlaga pada kasta kompetisi yang sama dengan PSIM Yogyakarta. Jika kita memperbincangkan sepak bola Indonesia modern, maka kita harus melihat kompetisi sepak bola Indonesia yang berlangsung saat ini adalah hasil unifikasi antara kompetisi Galatama, sebuah kompetisi semi profesional yang diputar dari tahun 1978 sampai dengan 1993, dan kompetisi Perserikatan yang merupakan kompetisi amatir antar perserikatan sepak bola di berbagai kota yang berlangsung dari masa kolonial sampai dengan awal dekade 1990-an. PSIM Yogyakarta berasal dari rahim kompetisi Perserikatan yang kental dengan aroma semangat kedaerahan. Di samping PSIM Yogyakarta, sebenarnya pasca unifikasi Galatama dan Perserikatan ke dalam Liga Indonesia, ada beberapa klub yang pernah bermarkas di Stadion Mandala Krida, seperti Perkesa Mataram dan Mataram Indocement. Namun sayangnya kedua klub tersebut kini sudah tidak lagi berkompetisi. Memasuki milenium baru, terutama didorong oleh semangat otonomi daerah, dua klub perserikatan yang berasal dari Sleman dan Bantul mulai menggeliat. Di Sleman, PSS Sleman, sebuah klub perserikatan yang berdiri tahun 1976 berhasil naik ke divisi utama Liga Indonesia, menyusul kemudian di Bantul adalah Persiba Bantul, klub perserikatan yang berdiri pada tahun 1967. Dengan naiknya dua klub yang berlaga pada 948 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kompetisi yang sama dengan PSIM Yogyakarta, dukungan publik di propinsi Yogyakarta pun terpecah. Dengan menggunakan slogan “PSIM Yogyakarta Warisane Simbah”, para fans PSIM Yogyakarta sebenarnya bisa dilihat berusaha membangun praktek kewacanaan bahwa klub yang mereka dukung adalah klub yang telah terwariskan secara turun temurun, serempak pula PSIM Yogyakarta diklaim sebagai klub yang secara tradisional berhak merepresentasikan Yogyakarta. Demikian pula slogan ini menjadi memori kolektif untuk mengingat kejayaan PSIM Yogyakarta pada dekade 1930-an dan 1940an, dekade dimana para fans PSIM Yogyakarta hanya bisa mengingatnya dalam memori sejarah. Hanya para kakek dari para fans yang umumnya anak muda yang sempat merasakan kejayaan tersebut. 4. Arsip Sepak bola, Arsip Kota : Fandom dan Kesukarelaan Sebagaimana klub – klub lain di Indonesia, manajemen PSIM Yogyakarta sebenarnya abai terhadap pengarsipan sejarah. Tidak ada pencatatan dan pendokumentasian sejarah PSIM Yogyakarta secara tertata dan dikelola dengan baik. Berbanding terbalik dengan ekspektasi para fans yang berusaha menempatkan PSIM Yogyakarta sebagai warisan leluhur yang harus dijaga. Di tengah prestasi PSIM Yogyakarta yang belum juga membaik, ingatan kolektif fans terhadap kejayaan PSIM Yogyakarta di masa lampau, muncul fenomena menarik dalam fandom fans PSIM Yogyakarta yang berusaha menguatkan legitimasi PSIM Yogyakarta secara historis. Adalah Bawah Skor Mandala, yang sejak tahun 2010 secara aktif melakukan pengumpulan arsip tentang PSIM Yogyakarta. Gambar 1. Tampilan publikasi pameran Team Suratin 1992 : Genealogy of Hope SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 949 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Pada tanggal 15 Februari 2015, saya datang di pembukaan pameran bertajuk Team Suratin 1992 : Genealogy of Hope di Lir Space, Baciro, Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari Stadion Mandala Krida. Sekitar berjarak 700 meter dari stadion ini. Pameran ini adalah eksebisi tunggal dari Dimaz Maulana. Pameran ini menampilkan arsip dan memorabilia prestasi PSIM Yogyakarta pada kompetisi Piala Suratin, sebuah kompetisi nasional yang diikuti pemain muda kelompok umur (16 – 18 tahun) di bawah naungan PSSI. Piala Suratin digelar sebagai bentuk penghormatan untuk Suratin, salah satu sebagai pendiri PSSI. Di tahun 1992, para pemain muda PSIM Yogyakarta untuk kali pertama memasuki final dan meraih juara kedua pada Piala Suratin. Sesuai dengan publikasi yang beredar di media sosial, pembukaan pameran akan berlangsung jam empat sore di hari Minggu tanggal 15 Februari 2015. Satu jam sebelum pameran dibuka, fans PSIM Yogyakarta sudah mulai berdatangan. Mereka umumnya memakai jersey PSIM Yogyakarta bercorak parang biru yang khas serta memakai sepatu bermerek, terutama Adidas dan Nike. Dari fashion yang mereka kenakan memperlihatkan para pengunjung berasal dari golongan masyarakat yang terdidik dengan baik (well educated), terutama fans PSIM Yogyakarta yang berasal dari kalangan mahasiswa. Pada saat pembukaan pameran, setidaknya ada 30 orang yang datang. Jumlah yang cukup besar, mengingat ruang pameran hanya berukuran sembilan meter persegi. Anak muda yang datang juga bisa diidentifikasi sebagai anak muda yang berasal dari latar belakang urban, sebagaimana yang bisa dikenali dari fashion yang mereka kenakan. Jersey PSIM Yogyakarta yang mereka kenakan adalah jersey original. Dalam beberapa tahun terakhir muncul kesadaran dari fans sepak bola, terutama yang berlatar belakang urban dan berpendidikan baik, baik klub harus mandiri dalam pendanaan. Di Indonesia, sebagai sisa – sisa dari mentalitas Perserikatan di masa lampau yang menjadi “bagian” dari pemerintah daerah, telah menyebabkan klub – klub sepak bola tidak mampu secara mandiri membiayai dirinya. Penggunaan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) secara massif untuk membiayai klub sepak bola terus terjadi walaupun kompetisi sepak bola Indonesia diikrarkan oleh PSSI sebagai kompetisi sepak bola profesional sejak unifikasi Galatama dan Perserikatan. Penggunaan dana APBD semakin menggila pasca reformasi tahun 1998. Otonomi daerah yang menjadi luaran dari reformasi telah mendorong 950 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK pejabat birokrat dan politisi di daerah semakin bernafsu menggunakan dana ABPD untuk kampanye politik secara terselubung melalui klub sepak bola di tingkat lokal. Mereka mendanai klub sebagai bagian dari pencitraan di daerah, sekaligus berusaha meraih dukungan pemilih dalam pemilihan kepala daerah langsung. Padahal dalam sepak bola profesional, penggunaan dana APBD jelas tidak bisa dibenarkan. Sejak tahun 2011, menteri dalam negeri melarang penggunaan dana APBD. Klub – klub sepak bola Indonesia yang semula terninabobokan dengan dana APBD kelimpungan untuk membiayai klub saat mengarungi musim kompetisi. Sponsor, penjualan tiket dan penjualan merchandise klub terutama jersey original menjadi pilihan yang harus dilakukan klub sepak bola di Indonesia, sebagaimana juga klub – klub sepak bola di negara – negara Eropa yang telah jauh lebih maju dan mandiri. Sebenarnya ada potensi pendapatan lain, yang juga dilakukan klub – klub di Eropa, yaitu melalui hak siar. Sayangnya, di Indonesia hak siar kompetisi bukan di tangan klub namun di tangan PT. Liga Indonesia sebagai operator kompetisi sepak bola. Bagi klub yang bermain di kasta kedua kompetisi seperti PSIM Yogyakarta, hak siar pertandingan belum mampu menjadi solusi untuk mengisi pundi – pundi pendapatan klub. Anak muda fans sepak bola dari lingkungan urban di era kekinian memperlihatkan fenomena yang menarik. Mereka menyadari bahwa klub harus mandiri dan jangan sampai menyusu pada APBD maupun politisi yang selama ini hanya menggunakan klub sepak bola sebagai jembatan karier politik para politisi. Dalam beberapa pertandingan sepak bola yang saya tonton, termasuk pertandingan PSIM Yogyakarta, suporter semakin tertib membeli tiket di loket resmi dan menolak membeli tiket dari para calo. Alasan mereka adalah bahwa klub harus tetap hidup dengan tiket resmi yang dibeli oleh suporter. Demikian juga dengan jersey original yang dirilis oleh klub yang lebih dipilih para fans daripada jersey non original yang biasa disebut jersey kw. Walaupun harganya jauh lebih mahal dibandingkan jersey kw, jersey original dipilih oleh suporter sebagai bentuk dukungan nyata mereka kepada klub. Pada musim kompetisi 2015, jersey PSIM Yogyakarta dibuat oleh perusahaan Salvo dengan harga jual Rp. 215.000. Walaupun cukup mahal, animo fans untuk mendapatkannya tetap tinggi. Memakai jersey original menjadi sebuah kebanggaan dan bukti loyalitas. Fenomena yang bisa dilihat pada aktivitas kultural anak muda fans PSIM Yogyakarta yang datang ke pameran. Di ruang pameran, arsip berita tentang PSIM Yogyakarta tertata rapi. Demikian SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 951 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK juga memorabilia pemain PSIM Yogyakarta yang berlaga di kompetisi Piala Suratin 1992, seperti sepatu dan medali. Pengunjung yang datang rela untuk antri dengan tertib untuk masuk ke ruang pameran. Beberapa mengabadikan apa – apa yang dipamerkan dengan kamera di telepon seluler, sekaligus berinteraksi dengan Dimaz Maulana yang menarasikan memorabilia yang ada melalui dialog dengan para pengunjung. Keterangan tertulis yang ada di memorabilia rupanya tidak cukup mengobati dahaga fans PSIM Yogyakarta yang datang ke pameran untuk memahami nostalgia mengenai masa lalu PSIM Yogyakarta. Dimaz Maulana adalah pengelola Bawah Skor Mandala. Sebagai lulusan pendidikan tinggi sarjana ilmu sejarah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Dimaz Maulana memiliki kompetensi yang jarang dimiliki oleh anak muda fans sepak bola di Indonesia. Menurut pengakuannya, minat untuk melakukan pengarsipan PSIM Yogyakarta muncul di tahun 2010, sepulang menonton PSIM Yogyakarta dalam pertandingan away ke Semarang melawan PSIS Semarang. Kepulangan rombongan fans PSIM Yogyakarta dari Kota Semarang sempat diwarnai kericuhan tatkala melintasi Kota Sleman yang menjadi basis pendukung PSS Sleman. Relasi fans PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman sendiri terus memburuk. Pertandingan antara PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman selalu diwarnai kerusuhan antar suporter baik di dalam maupun di luar stadion. Melalui Bawah Skor Mandala, Dimaz Maulana secara intens melakukan pendokumentasian mengenai PSIM Yogyakarta dan sepak bola Indonesia. Beberapa arsip yang dikumpulkannya sebenarnya tidak melulu tentang PSIM Yogyakarta. Ada beberapa arsip tentang PSS Sleman dan Persiba Bantul, namun tetap saja yang paling mendominasi adalah arsip tentang PSIM Yogyakarta. Kerja – kerja pengarsipan yang dilakukan Dimaz Maulana adalah dengan mendatangi Jogja Library yang berada di Jalan Malioboro Yogyakarta. Di perpustakaan ini, berbagai arsip koran – koran, terutama terbitan Yogyakarta tersedia secara memadai. Arsip berita tentang PSIM Yogyakarta difoto dengan kamera digital oleh Dimaz Maulana, kemudian dipindahkan ke komputer. Untuk memudahkan pencarian, foto – foto tersebut dikumpulkan dalam folder yang disusun berdasarkan tahun penerbitan koran. Sebelum PSS Sleman dan Persiba Bantul menggeliat dalam sepak bola Indonesia, PSIM Yogyakarta mutlak mendominasi pemberitaan di berbagai media lokal 952 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK yang terbit di Yogyakarta, terutama di harian Kedaulatan Rakyat. Sangat mudah menemukan pemberitaan tentang PSIM Yogyakarta di Kedaulatan Rakyat terbitan dekade 1980-an dan 1990-an. Sebaliknya berita – berita tentang PSS Sleman dan Persiba Bantul hanya muncul sesekali secara minor. Sebagai catatan tambahan, beberapa pengurus PSIM Yogyakarta di masa lalu adalah wartawan Kedaulatan Rakyat, seperti Idham Samawi. Idham Samawi adalah wartawan Kedaulatan Rakyat yang pernah menjadi bagian dari manajemen klub PSIM Yogyakarta sebelum kemudian beralih mengurusi Persiba Bantul setelah yang bersangkutan berkarier sebagai politisi dan dua periode menjabat bupati Bantul. Selain Kedaulatan Rakyat, koran lokal yang terbit di Yogyakarta di tahun 1980an dan 1990-an adalah harian Bernas. Koran ini sampai sekarang masih terbit, namun pemberitaan tentang PSIM Yogyakarta tidak semassif Kedaulatan Rakyat. Setelah arsip tentang PSIM Yogyakarta terkumpul, Dimaz Maulana mengunggahnya melalui berbagai lini media sosial. Pada awal berdirinya, Bawah Skor Mandala menggunakan platform blogspot dalam aktivitas blog. Namun kemudian berganti menggunakan wordpress, dengan alasan tampilan antarmuka wordpress yang lebih menarik dan lebih mudah diatur. Pada perkembangannya, Bawah Skor Mandala menggunakan .com dalam sebagai platform blog yang dikelola. Di blog Bawah Skor Mandala, Dimaz Maulana mengunggah foto – foto lama PSIM Yogyakarta terutama yang didapatkan dari pemberitaan koran didigitalisasi melalui kamera digital yang seukuran saku. Selain foto, blog Bawah Skor Mandala juga berisi artikel tentang PSIM Yogyakarta. Kebanyakan artikel yang diterbitkan di blog Bawah Skor Mandala adalah narasi – narasi tentang PSIM Yogyakarta di masa lampau, baik tentang klub, pemain maupun suporter. Berita terbaru tentang PSIM Yogyakarta juga ditampilkan walaupun tidak selalu update, seperti berita peluncuran tim PSIM Yogyakarta di musim kompetisi 2015. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 953 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 5. Tampilan blog Bawah Skor Mandala yang bergaya vintage hitam putih. Selain menggunakan data dari arsip sebagai data utama, Dimaz Maulana juga mendatangi mantan pemain PSIM Yogyakarta untuk mendapatkan data wawancara. Data yang didapatkan melalui wawancara ini kemudian dikemas dalam bentuk narasi sehingga lebih mudah dibaca oleh para pengunjung blog. Selain menggunakan blog, Bawah Skor Mandala juga secara intens menggunakan twitter dan instagram. Dua platfom media sosial yang digunakan oleh Bawah Skor Mandala ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari para pengikutnya, terutama para fans PSIM Yogyakarta. Hasrat mereka akan PSIM Yogyakarta mendapatkan ruang ekspresinya melalui media sosial yang dikelola oleh Bawah Skor Mandala. 954 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Akun instagram Bawah Skor Mandala bergambar fans PSIM Yogyakarta di tahun 2003. Akun twitter Bawah Skor Mandala yang mendeklarasikan diri sebagai pengepul arsip. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 955 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Yang menarik dari Bawah Skor Mandala adalah kemampuannya untuk menyajikan arsip, yang notabene selama ini dianggap sebagai sesuatu yang membosankan, menjadi bagian dari budaya populer yang bisa dinikmati publik secara luas. Melalui arsip yang disajikan oleh Bawah Skor Mandala, fans PSIM Yogyakarta dibawa dalam nostalgia kejayaan sepak bola Yogyakarta di masa lampau untuk diaktualisasikan ke masa kini. Penggunaan media sosial menjadi bagian terpenting dari aktualisasi nostalgia masa lalu ke masa kini. Digitalisasi yang dilakukan Dimaz Maulana di Bawah Skor Mandala sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya dengan memfoto berita – berita tentang PSIM Yogyakarta di berbagai penerbitan koran dengan menggunakan kamera digital. Digitalisasi ini sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun, namun pada kenyataannya tidak banyak fans sepak bola di Indonesia yang mampu secara rutin dan konsisten melakukan digitalisasi seperti ini. Selain memanfaatkan media sosial, Bawah Skor Mandala juga membuat merchandise tentang PSIM Yogyakarta, berupa kaos, replika jersey PSIM di berbagai musim kompetisi, topi dan jaket. Salah satu kaos yang dibuat sebagai merchandise adalah kaos bergambar suporter PSIM Yogyakarta yang berebut masuk ke sebuah bis ketika PSIM Yogyakarta akan bertanding ke Semarang melawan PSIS Semarang pada tahun 1980-an. Foto hitam putih tersebut berasal dari sebuah foto di Kedaulatan Rakyat, yang secara jelas memperlihatkan besarnya animo dukungan publik di Yogyakarta pada dekade tersebut kepada PSIM Yogyakarta. Sebuah nostalgia yang dipopulerkan melalui sebuah kaos. 6. Omah Bersama (OBA) dan Museum Mini PSIM Yogyakarta Di kawasan Warungboto Yogyakarta, Bawah Skor Mandala menginisiasi sebuah museum mini yang menjadi ruang bersama untuk merawat ingatan kolektif tentang PSIM Yogyakarta. Bersama parangbiru.net, Bawah Skor Mandala mengembangkan sebuah ruang yang berisi beragam artefak tentang PSIM Yogyakarta. Beberapa artefak yang dipamerkan terutama adalah memorabilia yang dipamerkan dalam pameran Team Suratin 1992 : Genealogy of Hope. Di dinding, beberapa foto lama dan kliping tentang PSIM Yogyakarta terbingkai dengan rapi. Ruangannya tidak terlalu besar, kisaran panjang enam meter dan lebar tiga meter. Di ruang yang diperoleh dengan sistem 956 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK menyewa, Bawah Skor Mandala bersama komunitas fans PSIM Yogyakarta lainnya melangkah lebih maju dibanding manajemen klub sepak bola yang ada di Indonesia. Adalah sebuah ironi bahwa manajemen klub – klub sepak bola di Indonesia tidak terlalu memperhatikan artefak sejarah klub. Piala – piala yang didapatkan oleh klub hanya dipasang di etalase kaca di ruang sekretariat manajemen klub sepak bola, tanpa ada narasi yang menjelaskan bagaimana piala tersebut diperoleh. Bandingkan dengan klub – klub di Eropa yang telah jauh lebih maju dengan mengemas memorabilia klub sebagai tontonan bagi fans yang datang. Bawah Skor Mandala dan komunitas yang berkaitan dengan ruang kolektif tersebut menamainya dengan OBA, yang berarti Omah Bersama. Omah adalah Bahasa Jawa yang dalam Bahasa Indonesia berarti rumah, sehingga OBA bisa diartikan sebagai rumah bersama. Untuk mencapai OBA harus melalui gang yang hanya cukup dilalui sebuah mobil, dan tidak ada papan petunjuk dari jalan raya menuju ke OBA. Para pengunjung yang datang ke OBA umumnya diberi arahan melalui pesan pendek di telepon seluler maupun di media sosial. Di OBA tidak ada kursi tamu, yang ada adalah karpet yang digunakan sebagai tempat untuk menyambut pengunjung yang datang sekaligus menjadi tempat untuk berdiskusi. Berasal dari inisiatif anak muda fans PSIM Yogyakarta, keberadaan OBA bukanlah bagian dari manajemen klub. Untuk membiayai biaya kontrak OBA, Bawah Skor Mandala menjual pernak – pernik PSIM Yogyakarta. Dua buah gantungan baju penuh berisi kaos yang dirilis oleh Bawah Skor Mandala dengan berbagai desain serta replika jersey PSIM Yogyakarta di berbagai musim kompetisi ditawarkan kepada pengunjung. Di beberapa kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya dan Malang, distro yang menjual pernak – pernik klub sepak bola lokal di masing – masing kota sudah banyak bermunculan. Umumnya, semata – mata hanya berorientasi ekonomi sebagai distro. Keberadaan penjualan pernak – pernik yang bertemakan PSIM Yogyakarta di OBA tidak bisa sekedar dipahami bahwa OBA adalah distro seperti di kota – kota lain, namun lebih dari itu, OBA justru lebih bisa dimaknai sebagai ruang untuk bernostalgia mengenai sejarah PSIM Yogyakarta di masa lalu. Dikonsep menjadi sebuah museum mini tentang PSIM Yogyakarta, OBA menjadi fenomena menarik dari kultur urban fandom suporter sepak bola di Yogyakarta dan Indonesia. Dibandingkan dengan klub – klub lain, prestasi PSIM Yogyakarta yang SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 957 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK tidak begitu mengkilap dalam beberapa dekade terakhir menjadikan pengumpulan artefak bersejarah yang berkaitan dengan PSIM Yogyakarta relatif lebih sulit dibandingkan dengan pengumpulan artefak klub – klub lain yang lebih berprestasi. Sekali lagi, Bawah Skor Mandala memperlihatan konsistensinya dalam menyajikan nostalgia dan arsip secara berbeda. Walaupun dengan segala keterbatasan pendanaan, OBA harus diapresiasi sebagai upaya penyelamatan catatan sejarah dan artefak klub sepak bola, sejarah kota dan sepak bola Indonesia. 7. Epilog Bawah Skor Mandala merupakan fenomena menarik dalam kajian tentang fandom fans sepak bola Indonesia dalam relasinya dengan kultur urban anak muda kota. Jika selama ini fandom fans sepak bola Indonesia identik dengan kekerasan yang melibatkan suporter sepak bola, sebagaimana yang mudah dijumpai dalam pemberitaan media massa, maka Bawah Skor Mandala memberikan perspektif yang berbeda. Alih – alih terjebak dalam pusaran kekerasan dan konflik suporter sepak bola, Bawah Skor Mandala bergerak atas dasar inisiatif dan kesukarelaan untuk mendokumentasikan sejarah PSIM Yogyakarta. Bawah Skor Mandala menjadikan kerja – kerja pengarsipan yang selama ini identik dengan kerja yang membosankan menjadi aktivitas kultural yang populer bagi anak muda. Pameran Team Suratin 1992 : Genealogy of Hope dan Omah Bersama (OBA) memperlihatkan bagaimana Bawah Skor Mandala selangkah lebih maju dibanding manajemen klub sepak bola di Indonesia. Pemanfaatan gadget dan media sosial oleh Bawah Skor Mandala dalam mempopulerkan pengarsipan dan nostalgia atas PSIM Yogyakarta di masa lalu adalah langkah sederhana, namun bermakna dalam melestarikan sejarah klub, sekaligus juga sejarah kota. Dalam perspektif peran dan tanggung jawab klub, kerja – kerja yang dilakukan oleh Bawah Skor Mandala memperlihatkan ironi atas ketidakpedulian dan atau ketidakmengertian manajemen klub mengenai pentingnya pengarsipan sejarah klub, sebagai bagian dari sejarah kota dan sejarah sepak bola nasional. DAFTAR PUSTAKA Real, Michael R (1996). Exploring Media Culture : A Guide. London, Sage Publications Croteu, David dan Hoynes, William (2000).Media/Society : Industries, Images and Audience. London, Fine Forge Press 958 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Fuller, Andy (2014). The Struggle for Soccer in Indonesia. Yogyakarta, Tan Kinira Moleong, Lexy (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Rosda Karya BIODATA PENULIS Fajar Junaedi, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Aktif meneliti tentang fans sepak bola. Menulis esai, artikel dan buku tentang fans sepak bola, juga beberapa buku di ranah Komunikasi. E - mail [email protected]. Twitter @fajarjun SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 959 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN (Studi hadith-hadith Rasulullah tentang al-imam dan al-Imamah) Nurul Iman Staf Pengajar FAI Universitas Muhammadiyah Ponorogo [email protected] ABSTRAK Masalah kepemimpinan (leadership) menjadi persoalan yang signifikan pada dekade terakhir dalam hubungannya dengan kesuksesan sebuah organisasi pada level apapun. Kepemimpinan baik politik maupun non politik merupakan “kedudukan” yang memungkinkan seseorang untuk mengelola wewenang kekuasaan dalam rangka tujuan tertentu sesuai amanat yang diterimanya. Islam memiliki cara pandang tersendiri terhadap kepemimpinan. Kepemimpinan dianggap sebagai amanat, tanggung jawab, kesempatan beramal, pelayanan masyarakat dan bukan semata-mata sebagai kekuasaan, wewenang atau bahkan alat untuk melakukan penindasan dan kezaliman. Dalam makalah ini akan diuraikan konsep kepemimpinan Islam dengan fokus studi kajian hadith-hadith Rasulullah tentang al-imam dan al-imamah. Pembatasan kajian ini dimaksudkan agar diperoleh gambaran dasar yang menyeluruh tentang ajaran Islam berkenaan dengan kepemimpinan ini. Kata kunci: al-imam; al-Imamah; etika; tanggung jawab kepemimpinan PENDAHULUAN Islam diyakini sebagai agama universal yang mengatur seluruh kehidupan seorang muslim. Islam yang merupakan petunjuk menuntut pemeluknya untuk mengaplikasikan ajarannya dalam kehidupan. Politik --yang berkaitan dengan kekuasaan dan negara-- sebagai bagian kehidupan tentunya tidak terlepas dari aturan Islam. Negara yang merupakan institusi politik sangat dibutuhkan sebagai wadah dan pelindung bagi pengaplikasikan ajaran-ajaran tersebut. Menurut al-Maududi, banyak kebijakan syariat Islam yang tidak dapat dilaksanakan kecuali jika ada negara, seperti halnya penegakan hukum pidana51. Hanya saja dalam kenyataannya, masalah kekuasaan dan kepemimpinan masih menjadi materi yang terus diperdebatkan di kalangan pemikir hingga saat ini. Sejarah mencatat bahwa persoalan pertama yang diperselisihkan sepeninggal Rasulullah (632 M) antara Muhajirin dan Anshar adalah masalah imamah52 (kepemimpinan) atau kekuasaan politik. Masalah ini dapat diselesaikan dengan diangkatnya Abu Bakar 51 Abu A’la al-Maududi, The Islamic Law and Constitution, terj. Asep Hikmat, Sistem Politik Islam, (Bandung: Mizan, 1995), 35. 52 Nazih Ayubi, Political Islam (London: Routledge, 1991), 1. 960 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK sebagai khalifah pertama, tetapi masalah ini pula yang kemudian memecah belah umat Islam menjadi Ahl Sunnah, Syiah dan Khawarij, dan memakan korban terbunuhnya Ali bin Abi Thalib (661 H). Pemikiran tentang politik Islam sejatinya telah dikenal di kalangan Fuqaha seperti Abu Hanifah (767 M) dan Imam Syafi’i (819 M). Corak pemikiran mereka masih bersifat legalistik normatif karena berakar pada teks-teks Al-Qur’an dan Sunnah. Unsur kesejarahan kemudian menjadi nampak pada abad ke V seperti dalam karya Ali Bin Muhammad alMawardi (450 H/1058 M). Pemikiran sosiologis historis dikemukakan oleh Abdurrahman bin Khaldun (1404 M).53 Makalah yang sederhana ini tidak akan membahas pemikiran para tokoh Islam tersebut, tetapi secara khusus akan menfokuskan kajian pada teks hadith-hadith Rasulullah berkenaan dengan masalah kepemimpinan politik khususnya dengan kata kunci imam dan imamah. Arah pembahasan ini dipilih untuk menyederhanakan konsep berpikir tentang politik dan kepemimpinan Islam berdasar pada petunjuk Rasulullah SAW. LANDASAN TEORI 1. Pemimpin Dalam Islam Dan Karakteristiknya Dalam Islam, terdapat berbagai istilah yang digunakan untuk menyebut pemimpin dan kepemimpinan. Terdapat kata khalifah, imam, uli al-amri, wali, dan ra’in, untuk menyebut pemimpin Islam. Dari ungkapan tersebut, lalu istilah kepemimpinan Islam disebut sebagai khilafah, imamah, amr al-mukminin, wilayah, dan ri’ayah.54 Secara bahasa imam menurut Anton Na’mah diartikan sebagai: man ya’tamm bih al-nnas min rais aw ghairuh (siapa yang diikuti oleh orang lain baik pemimpin atau selainnya); atau khalifah; syakhs yujassad matsalan a’la (seseorang yang diperhitungkan sebagai panutan utama).55 Sedangkan Hans Wehr menyebut imam sebagai pemimpin (leader), pemimpin shalat, penguasa (master), dan garis tegak lurus (plumb line)56. Definisi kebahasaan ini menegaskan bahwa imam atau pemimpin merupakan sosok panutan yang diperhitungkan dikarenakan kecakapan agama maupun kualitas 53 Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an, (Jakarta: LSIK, 1994), 35. M. Dian Supyan, Kepemimpinan dalam Tafsir al-Misbah, (Yogyakarta: IAIN Suka, 2013), 64-86 55 Anton Na’mah et.al. al-Munjid fi al-Lughah al-Arabiyah al-Mu’ashirah, (Beirut: Dar al-Masyriq, 2001), 43. 56 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (Beirut: Librairie Du Liban, 1974), 25. 54 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 961 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dirinya. Aspek kepemimpinan dalam shalat serta sifat pemimpin yang tegak lurus menjadikan pemimpin sebagai panutan yang disegani. Dengan merujuk definisi etimologi tersebut, secara istilah pemimpin menurut M. Ahmad Lauh diartikan sebagai “seseorang yang dapat diikuti oleh orang lain, baik ia seorang kepala, tokoh panutan, imam shalat, khalifah, maupun panglima pasukan”57. Hal ini sesuai dengan hadit Rasulullah bahwa seorang pemimpin atau imam adalah sosok yang dapat diikuti. Lauh menambahkan bahwa lafal al-imamah secara sendiri tidak mengandung pujian atau celaan, hingga berhimpun kepadanya sifat lain. Karena itu sering dikatakan oleh ulama istilah imam al-huda (pemimpin penuh petunjuk) dan imam al-dhalalah (imam kesesatan). Abdullah bin Abdul Muhsin al-Thariqi menyebut pemimpin dalam Islam memiliki aspek ar-riasah al-‘ammah (otoritas umum) di dalam agama dan dunia sekaligus58. Karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin, dialah pemimpin yang menjaga agama dan mengendalikan urusan dunia. Inilah tuntutan penting dalam kehidupan kaum muslimin. Untuk menilai sebuah kepemimpinan dapat disebut sebagai imam al-huda, maka Muhadi Zainudin menyebut ciri kepemimpinan Islami, didasarkan kepada sistem dan cara yang dipraktekkan dalam memimpin seseorang59. Esposito menyebut bahwa prinsip umum tentang syarat minimal bagi kepemimpinan (pemerintahan) Islam adalah bersesuaiannya dengan syariah, bukan watak kepala negara. Hukum Islam adalah kriteria bagi legitimasi sebuah kepemimpinan (negara) Islam60. S. al-Awa menambahkan bahwa prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi oleh kepemimpinan Islam adalah: a) al-Shura (mutual consultation); b) keadilan (justice); c) kebebasan (freedom); d) persamaan (equality); e) pertanggungjawaban pemimpin dan ketaatan rakyat61. Prinsip-prinsip tersebut merupakan supreme values yang mempunyai banyak pengaruh terhadap format konsep kepemimpinan (negara) Islam, fungsifungsinya, serta sistem pemerintahannya. 57 M. Ahmad Lauh, “al-Imamah wa Makanatuha fi al-Islam” dalam www.darmalo.com/spip. php?article 312 diakses 20 maret 2016. 58 Abdullah bin Abdul Muhsin al-Thariqi, Al-Imamah fi al-Islam Usus wa Mabadi’ wa Wajibat, (Dubai: Maktabah al Malik Fahd, 1415)29. 59 Mahdi Zainuddin, Studi Kepemimpinan Isam, (Yogyakarta: al-Muhsin, 2002), 15-16. 60 John L. Esposito, Islam dan Politik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 41. 61 Muhamed S. al-Awa, On The Political of The Islamic State, (Indiana: American Trust Publication, 1978), 83. 962 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Selain prinsip-prinsip dasar yang dipegangi tersebut, kepemimpinan dapat berjalan sukses jika ditunjang oleh karakter kuat diri pemimpin. AF Djunaerdi dengan merujuk pada teori Prijosaksono (2002) tentang Q Leader (IQ-EQ-SQ), menyebut aspek kepemimpinan yang baik menggabungkan aspek-aspek berikut: 1) Perubahan karakter dari dalam (character change); 2) Visi yang jelas (clear vision); dan 3) Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)62. Ketiga karakter tersebut dilandasi dan didukung sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa tumbuh, berkembang baik secara internal (kemampuan intrapersonal, teknis, pengetahuan dan lainnya) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). METODE PENELITIAN Kajian dalam makalah ini merupakan hasil penelitian yang bercorak kepustakaan (library research) dalam arti bahwa semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topic yang dibahas berupa buku-buku hadits. Data-data yang berhasil dihimpun tentang hadith-hadith bertema al-imam dan al-imamah diinterpretasi kualitatif untuk selanjutnya dibuat generalisasi. Penyajian data dilakukan secara deskriptif kualitatif, setelah itu baru diambil kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 1. Hadits-hadits Nabi Tentang al-Imam dan al-Imamah Berdasar penelusuran pustaka terhadap hadith-hadith tentang al-imam dan al-imamah, ditemukan lebih dari lima puluh hadith. Hanya saja kajian hadith dalam makalah ini difokuskan pada enam buah hadist berikut: 1. Hadits Kesatu ﻓﺈن ﻋﻠﯿﮫ وزرًا(؛، وإن أﻣﺮ ﺑﻐﯿﺮه، ﻓﺈن ﻟﮫ ﺑﺬﻟﻚ أﺟ ًﺮا، ﻓﺈن أﻣﺮ ﺑﺘﻘﻮى ﷲ و َﻋﺪَل،)إﻧﻤﺎ اﻹﻣﺎم ُﺟﻨﱠﺔ؛ ﯾُﻘﺎﺗَﻞ ﻣﻦ وراﺋﮫ وﯾﺘﻘﻰ ﺑﮫ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ “Sesungguhnya imam itu ibarat perisai, yang berperang dan berlindung di belakangnya. Jika dia memerintah dengan ketakwaan kepada Allah dan berbuat adil, maka baginya 62 AF. Djunaedi. “Filosofi dan Etika Kepemimpinan Dalam Islam” dalam Al-Mawardi (Yogyakarta: UII, 2005), 56 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 963 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK pahala. Jika dia memerintah dengan selain itu, maka ia akan ditimpa dosa”. (Muttafaq ‘Alaih) 2. Hadits Kedua ، وﯾﻔﺘﺢ ﻟﮭﺎ أﺑﻮاب اﻟﺴﻤﺎء، ﯾﺮﻓﻌﮭﺎ ﷲ ﻓﻮق اﻟﻐﻤﺎم، ودﻋﻮة اﻟﻤﻈﻠﻮم، واﻹﻣﺎم اﻟﻌﺎدل، اﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﯾُﻔ ِﻄﺮ:)ﺛﻼﺛﺔ ﻻ ﺗﺮد دﻋﻮﺗﮭﻢ وأﺣﻤﺪ، وﻋﺰﺗﻲ ﻷﻧﺼﺮﻧﱠﻚ وﻟﻮ ﺑﻌﺪ ﺣﯿﻦ(؛ أﺧﺮﺟﮫ اﻟﺘﺮﻣﺬي:وﯾﻘﻮل اﻟﺮب “Tiga golongan yang tidak ditolak permohonannya oleh Allah: Seorang yang berpuasa hingga ia berbuka; imam yang adil; dan doa seorang yang terdholimi. mengangkatnya Allah akan diatas diatas awan dan membukakan pintu-pintu langit. Allah lalu berfirman: “Dan demi keagunganKu. Aku sungguh akan menolongnya walau sesudah beberapa saat”. (HR. Tirmidzi dan Ahmad) Hadit ini menegaskan bahwa diantara golongan yang tidak dapat ditolak doanya oleh Allah SWT adalah seorang yang berpuasa, imam yang adil, serta orang yang teraniaya (termasuk rakyat kecil). Allah bahkan bersumpah untuk memastikan pertolonganNya bagi ketiga golongan tersebut. 3. Hadits Ketiga إﻻ ﻟﻢ ﯾﺪﺧﻞ ﻣﻌﮭﻢ اﻟﺠﻨﺔ( أﺧﺮﺟﮫ ﻣﺴﻠﻢ، ﺛﻢ ﻻ ﯾﺠﮭﺪ ﻟﮭﻢ وﯾﻨﺼﺢ،أﻣﯿﺮ ﯾَﻠِﻲ أﻣﺮ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ )ﻣﺎ ﻣﻦ ٍ “Barang siapa yang memikul kepemimpinan kaum muslim, kemudian ia tidak bersungguhsungguh dan membela urusan mereka, ma tidak ia masuk surga bersama mereka” (HR. Muslim) Hadits ini menegaskan bahwa kepemimpinan merupakan tanggung jawab yang seharusnya ditunaian dengan penuh kesungguhan. Rasulullah menyebut pemimpin yang abai terhadap kenyataan ini, tidak diperkenankan masuk surga bersama mereka yang dipimpinnya. 4. Hadits Keempat وأ ﱠدى، إﻻ ﻣﻦ أﺧﺬھﺎ ﺑﺤﻘﮭﺎ، وإﻧﮭﺎ ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎﻣﺔ ﺧﺰي وﻧﺪاﻣﺔ، )إﻧﮭﺎ أﻣﺎﻧﺔ: ﻓﻲ اﻹﻣﺎرة-رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ- ﻗﺎ رﺳﻮل ﷲ ﻷﺑﻲ ذر اﻟﺬي ﻋﻠﯿﮫ ﻓﯿﮭﺎ(؛ أﺧﺮﺟﮫ ﻣﺴﻠﻢ Rasulullah bersabda kepada Abu Dzarr: “Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanat, dan di hari kiamat akan menjelma menjadi kehinaan dan penyesalan, keuali orang yang menunaikannya dengan penuh tanggungjawab” (HR. Muslim) Sunnah Rasul telah menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan amanat yang wajib ditunaikan. Jika tidak ditunaikan, amanat kepemimpinan menjadi penyebab kehinaan 964 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dan penyesalan. Sebaliknya jika dapat ditunaikan, maka ia akan mengantarkan kepada kemulyaan dan kejayaan, didunia dan akhirat. 5. Hadist Kelima واﻟﺸﯿﺦ، واﻟﻔﻘﯿﺮ اﻟﻤﺨﺘﺎل، اﻟﺒﯿﺎع اﻟﺤﻼف: " أرﺑﻌﺔ ﯾﺒﻐﻀﮭﻢ ﷲ:ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة أن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﺳﻨﻨﮫ «ﻓﻲ اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ أﺧﺮﺟﮫ ﺣﺴﻦ ﺣﺪﯾﺚ »ھﺬا اﻟﺠﺎﺋﺮ واﻹﻣﺎم اﻟﺰاﻧﻲ؛ Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Empat golongan yang dibenci Allah: Penjual yang banyak sumpah; Fakir yang sombong; Orang tua yang berzina; Imam yang berbuat aniaya” (HR. Nasai) Dalam hadits tersebut terdapat larangan bagi imam untuk berbuat aniaya. Jika tidak, maka ia akan bergabung ke dalam golongan yang dibenci Allah bersama penjual yang mengumbar sumpah, fakir yang sombong, serta orang tua pezina. 6. Hadits Keenam إﻻ أﻏﻠﻖ ﷲ أﺑﻮاب اﻟﺴﻤﺎء دون ﺧﻠﺘﮫ وﺣﺎﺟﺘﮫ وﻣﺴﻜﻨﺘﮫ(؛،)ﻣﺎ ﻣﻦ إﻣﺎم أو وا ٍل ﯾﻐﻠﻖ ﺑﺎﺑﮫ دون ذوي اﻟﺤﺎﺟﺔ واﻟﺨﻠﺔ واﻟﻤﺴﻜﻨﺔ .ﺻﺤﯿﺢ؛ أﺧﺮﺟﮫ أﺣﻤﺪ “Tidaklah terdapat seorang pemimpin atau penguasa yang menutup pintu rumahnya dari (rakyat) yang memiliki kebutuhan, papa, dan miskin, kecuali Allah akan menutup pintu langitnya ketia ia butuh dan miskin”. (HR. Ahmad) Dalam hadit ini, menurut al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul al-Ahwadzi, Allah akan memberikan penolakan (ihtijab) terhadap kebutuhan seorang pemimpin jika ia enggan dan menghindar dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Penyebutan al-hajah, al-khullah, dan almaskanah yang nota bene berdekatan maknanya tersebut merupakan bentuk ta’kid dan penekanan terhadap ancaman Allah tersebut63. 2. Etika Dan Tanggung Jawab Kepemimpinan Menurut Hadits Nabi Dari uraian terhadap hadit-hadit tersebut tersebut dapat dipahami beberapa hal berikut ini: 1. Seorang pemimpin haruslah adil dan melindungi rakyatnya. Keadilan merukan syarat diperolehnya pahala, dan sebaliknya ketidakadilan hanya akan mengundang datangnya dosa. 63 Muhammad ‘Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Akhwadzi Syarh Sunan al-Tirmidzi, (Beirut: Darul Fikri, 2008), 469. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 965 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 2. Seorang pemimpin yang adil akan diperkenankan doanya oleh Allah dan tidak akan ditolak permohonannya. 3. Seorang pemimpin harus bersungguh-sungguh dalam bekerja dan membela kepentingan kaum muslimin dan rakyatnya. 4. Seorang pemimpin dilarang untuk berbuat aniaya dan kedhaliman. 5. Seorang pemimpin dilarang untuk mengambil “jarak” dan menghindar dari problematika rakyatnya. Petunjuk dan ajaran dari hadits tersebut jika diperhatikan menegaskan tentang tanggung jawab seorang pemimpin dalam Islam dalam memberikan layanan bagi rakyat. Karena itu dikenal istilah “sayyid al-qaumi khadimuhum” yang berarti bahwa pemimpin suatu komunitas sejatinya adalah pelayan yang berusaha memenuhi kebutuhan dan menyesaikan problematika mereka. Dengan adanya sikap Islam terhadap kepemimpinan tersebut tidak berlebihan jika kepemimpinan dan kekuasaan dipandang sebagai alat dan bukan bukan tujuan. Kepemimpinan menjadi sara bagi penegakan nilai-nilai agama serta terciptanya kesejahteraan sosial. Kepemimpinan bahkan dapat berfungsi sebagai media dakwah jika mengindahkan nilai-nilai Islam. Karena itu, penulis sependapat dengan Amin Rais bahwa tidak ada sekularisasi dalam politik Islam, meskipun menurut sebagian orang sekularisasi dianggap proses yang mau tidak mau harus membarengi modernisasi. Sekularisasi yang salah satu komponennya adalah “desakralisasi politik” akan menghapuskan legitimasi sakral (termasuk agama) atas otoritas kekuasaan64. Najih Ayubi menambahkan bahwa sekularisme merupakan fenomena yang tidak ada relevansinya dengan sejarah Islam dikarenakan dua hal. Pertama, Islam tidak memiliki gereja dan sistem hirarki kependetaan. Kedua, agama Kristen berisi pokok-pokok kepercayaan, sedangkan Islam berupa sistem syariat menyeluruh yang mencakup urusan ibadah dan muamalah. Karenanya, Islam identik dengan way of life dan bukan hanya sebagai agama akhirat (din al-akhirah). Dalam Kristen hanya terdapat sedikit peraturan yang mengorganisasikan urusan sosial dan ekonomi baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat65. Dengan menjadikan politik sebagai alat bagi penegakan nilai-nilai agama, pemenuhan kesejahteraan sosial, dan media dakwah, maka seorang muslim akan memandang kekuasaan, 64 65 M. Amin Rais, Cakrawala Islam, (Bandung: Mizan, 1994), 28. Najih Ayubi, Political Islam, (London: Routledge, 1991), 45-49. 966 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK pengaruh, posisi politik, sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya, yakni pengabdian kepada Allah dan lii’lai kalimatillah (meninggikan agama Allah). KESIMPULAN Islam adalah agama paripurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk kepemimpinan dan politik. Dari kajian terhadap hadith-hadith Rasulullah tentang al-imam dan al-imamah terdahulu dapat dipahami bahwa pemimpin dalam Islam pelayan bagi kepentingan rakyatnya. Khalifah yang merupakan pemimpin politik tertinggi bahkan menyebut dirinya sebagai amir al-mukminin (suruhan kaum mukmin). Kepemimpinan merupakan amanat rakyat yang harus ditunaikan sebaik-baiknya. Dalam menjalankan kepemimpinannya, keadilan menjadi pokok persoalan yang selalu harus dikedepankan. Sebaliknya kedzaliman atau aniaya, haruslah dihindari. Segala perencanan, tindakan, dan keputusan seorang pemimpin seharusnya dicermati apakah memang telah mencerminkan keadilan. Rasul menegaskan bahwa pahala dan dosa yang akan didapat pemimpin, bergantung pada sejauhmana prinsip keadilan ini ditegakkan. DAFTAR PUSTAKA al-Awa, Muhamed S. 1975. On The Political of The Islamic State. Indiana: American Trust Publication. al-Maududi, Abu A’la, 1995. The Islamic Law and Constitution, terj. Asep Hikmat, Sistem Politik Islam. Bandung: Mizan. Al-Mubarakfuri, Muhammad ‘Abdurrahman bin Abdurrahim, 2008. Tuhfat al-Akhwadzi Syarh Sunan al-Tirmidzi. Beirut: Darul Fikri. al-Thariqi, Abdullah bin Abdul Muhsin, 1415. Al-Imamah fi al-Islam Usus wa Mabadi’ wa Wajibat. Dubai: Maktabah al Malik Fahd. Ayubi, Nazih, 1991. Political Islam. London: Routledge. Djunaedi. AF. 2005. “Filosofi dan Etika Kepemimpinan Dalam Islam” dalam Al-Mawardi. Yogyakarta: UII. Esposito, John L. 1990. Islam dan Politik. Jakarta: Bulan Bintang. Lauh, M. Ahmad, 2016. “al-Imamah wa Makanatuha fi al-Islam” dalam www.darmalo.com/spip. php?article312 diakses 20 maret 2016. Na’mah, Anton et.al. 2001. al-Munjid fi al-Lughah al-Arabiyah al-Mu’ashirah, Beirut: Dar al-Masyriq. Rais, M. Amin, Cakrawala Islam, (Bandung: Mizan, 1994), 28. Salim, Abdul Muin. 1994. Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an. Jakarta: LSIK. Supyan, M. Dian, 2013. Kepemimpinan dalam Tafsir al-Misbah, Yogyakarta: IAIN Suka. Wehr, Hans, 1974. A Dictionary of Modern Written Arabic. Beirut: Librairie Du Liban. Zainuddin, Mahdi, 2002. Studi Kepemimpinan Isam. Yogyakarta: al-Muhsin. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 967 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Membangun Komunikasi Organisasi yang Efektif di Era MEA Joko Sutarso Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] ABSTRAK Pelaksanaan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai integrasi ekonomi kawasan dapat dipahami dari berkembangnya isu globalisasi tahun 2000an, sehingga negaranegara kawasan ASEAN, yang umumnya negara berkembang, membuat kesepakatan untuk bersatu menjadi komunitas ekonomi dalam rangka memenangi kompetisi dengan kawasan yang lain. Ketika MEA disepakati, maka tidak ada lagi hambatan keluar masuknya produk barang, jasa, perdagangan dan tenaga kerja diantara sesamama negara ASEAN. Kepemimpinan menjadi faktor penting dalam perubahan konstelasi politik dan ekonomi, sehingga pemimpinan harus memiliki pandangan (vision) terhadap kepentingan organisasi dalam konteks lokal, nasional, regional bahkan global. Diperlukan gaya kepemimpinan yang demokratis dan mampu berkomunikasi efektif untuk menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Organisasi, MEA PENDAHULUAN Dalam era reformasi ditandai oleh perubahan besar dalam tata kehidupan, baik ditinjau dari aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Globalisasi telah mendorong masyarakat menjadi semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar wilayah suatu negara. Negara besar yang menguasi teknologi informasi dan komunikasi memiliki pengaruh yang besar terhadap negara berkembang pada umumnya. Daya saing antara satu negara terhadap negara lain menjadi hal yang begitu penting dalam hubungan ekonomi antar bangsa sehingga keunggulan kompetitif (kompetitif advantages) suatu bangsa sangat menentukan eksistensinya. Kelemahan daya saing di negara-negara ASEAN hendak ditingkatkan dengan cara mengintegrasikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi regional yang diharapkan mampu berkompetisi dengan kawasan lain. Azyumardi Azra (2002: 224) mendefinisikan globalisasi sebagai arus orang-orang, barang-barang dan jasa, informasi dan gagasan melewati batas-batas negara-bangsa dan kebudayaan lokal, nasional dan regional. Menurut Giddens (2001) globalisasi merupakan fenomena yang hampir tidak bisa dihindari oleh suatu masyarakat modern sekarang, sekalipun 968 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK tidak semua konsekuensinya menguntungkan dan baik bagi negara tersebut. Bagi negara yang sedang berkembang yang kualitas SDM rendah sehingga produktivitasnya dan daya saing rendah, globalisasi dapat menimbulkan kosekuensi yang kurang menguntungkan bagi perekonomiannya. Pada awalnya, pengaruh globalisasi sangat terasa pada bidang ekonomi dan telah melahirkan tata economi baru (new economy). Perkembangan new economy menuntut perubahan-perubahan baik di dalam organisasi maupun dalam tingkah laku para pelaku ekonomi di berbagai negara. Dengan kata lain, era globalisasi disamping sangat dipengaruhi oleh penguasaan atas teknologi informasi dan komunikasi juga memerlukan kerjasama ekonomi antar bangsa. Untuk itu masyarakat memerlukan pemahaman terhadap berbagai latar budaya masyarakat antar bangsa sebagai dasar untuk menjalin komunikasi dan pemahaman antar bangsa (Nugroho dan Cahayani, 2003: 2). TANTANAN EKONOMI BARU DI ERA GLOBALISASI DAN MASYARA-KAT EKONOMI ASEAN (MEA) Pengaruh globalisasi terhadap perekonomian suatu bangsa dapat dipahami dengan melihat bagaimana kehidupan antar bangsa terjalin dan semakin terhubung (interconnected) satu sama lainnya. Bentuk nyata semakin terhubungnya satu bangsa dengan bangsa lain dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan-perusahaan atau koorporasi multinasional dari negaranegara maju melebarkan sayap di berbagai negara belahan dunia yang lain. Restoran makanan siap saji dan produk minuman bermerek internasional seperti Coca Cola dan Pepsi misalnya, sekarang dapat ditemui di berbagai kota dan bahkan di pedesaan Indonesia. Restoran dan produk minuman ini tidak hanya dimaksudkan untuk melayani tenaga kerja ekspatriat di Indonesia yang jumlahnya tidak terlalu besar, tetapi terutama untuk melayani para pelanggan lokal yang semakin akrab dengan selera produk global ini. Fenomena yang lain, dalam globalisasi juga ditandai dengan ekspansi perusahaan atau koorporasi multinasional dengan menginvestasikan modalnya di negara berkembang, dengan alasan untuk efisiensi dan mendekati pasar. Efisiensi ekonomis dapat dicapai karena di negara berkembang umumnya, tenaga kerja dan beberapa faktor produksi lainnya relatif cukup murah. Sedangkan dari sisi pemasaran, dapat dihemat beberapa komponen biaya, seperti biaya transportasi, karena produk dibuat semakin dekat dengan pasar atau konsumennya. ASEAN selama ini menjadi pasar yang penting, tetapi belum dapat menjadi produsen yang ikut bermain dan menikmati nilai tambah ekononomi (value added) produk global, sehingga SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 969 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK di era MEA diharapkan produk barang, jasa dan tenaga kerja bersinergi membentuk kekuatan ekonomi yang kompetitif. Permasalahan yang umumnya muncul sebagai akibat dari semakin banyaknya perusahaan asing di negara berkembang yang melibatkan tenaga kerja lokal adalah adanya kendala bahasa atau komunikasi dan kesenjangan budaya. Kendala bahasa dapat di atasi dengan waktu yang relatif cepat dengan memberikan kursus atau pendidikan ketrampilan berbahasa kepada para staf dan karyawan lokal di suatu perusahaan multinasional, apalagi sekarang banyak lembaga pendidikan yang mengharuskan peserta didik untuk menguasai bahasa, terutama bahasa Inggris dengan standar tertentu sebagai syarat kelulusan. Sementara itu kesenjangan budaya tidak bisa diselesaikan secara cepat sebagaimana mengatasi kendala bahasa. Masalah ini terkait erat dengan dunia pendidikan. Permasalahannya kemudian adalah bagaimana pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan ketrampilan bekerja namun juga mampu mengatasi dan mengantisipasi kesenjangan budaya dalam rangka menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai kultur yang terdapat dalam dunia kerja di era MEA pada khususnya dan global pada umumnya. Toleransi dan pemahaman terhadap kultur berbagai bangsa akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam bekerja bersama dengan orangorang dengan berbagai ragam latar kultural yang berbeda-beda. Dengan demikian pendekatan kultural dalam pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengertian dan pemahaman berbagai latar budaya yang beraneka ragam sehingga mereka bisa berkomunikasi secara efektif, disamping tentunya berusaha meningkatkan mutu SDM dan daya saingnya. Pengaruh globalisasi terhadap eksistensi negara-bangsa dikemukakan oleh Kenichi Ohmae (2002) yang mengemukakan bahwa ada kecenderungan munculnya negara kawasan (regionalisasi). Munculnya negara kawasan ini ini sangat kelihatan terutama dalam bidang kerjasama ekonomi, seperti munculnya Uni Eropa dengan mata uang Euro, APEC, AFTA, MEA, dsb. Hal senada dikemukakan Daniel Bell dalam Buchori (2001: 27) yang mengemukakan bahwa ada dua kecenderungan yang bertolak belakang di masa depan, yaitu kecenderungan untuk beritegrasi dalam bidang ekonomi, dan kecenderungan untuk berpecah belah (fragmentasi) dalam kehidupan politik. Dalam beberapa hal, predikasi fragmentasi kehidupan politik ini bahkan telah terjadi di negara-negara Eropa Timur dan Balkan di era tahun 90an. 970 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Gejala globalisasi sudah lama dirasakan oleh negara-negara berkembang dalam bentuk simbol-simbol modernisasi sebagaimana disebut oleh Alvin Toffler (1992) sebagai 3 F, yaitu Food, Fun dan Fashion. Food maksudnya makanan sebagaimana tersaji dalam berbagai produk makanan fast food seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc Donald, Pizza Hut, dsb. Disamping produk makanan, masyarakat negara berkembang juga semakin akrab dengan minuman coca cola, pepsi, sprite, dan produk-produk lainnya. Pengaruh dunia fun bisa dilihat dari begitu besarnya pengaruh hiburan baik berupa film baik layar lebar maupun televisi, musik dan dunia gemerlap lainnya. Dunia hiburan ini erat hubungannya dengan fashion, karena melalui dunia hiburan diperkenalkan model baju, asesori, rambut dan dandanan lainnya. Pengaruh ini ternyata tidak hanya terjadi pada kaum remaja saja. Tentu masih ingat ketika muncul “demam” potongan rambut Demi Moore setelah sukses sang bintang dalam film Ghost. Sedangkan Kenichi Ohmae (2002) menyebutkan besarnya pengaruh “4I” yang akan sangat berpengaruh di era global. Empat I tersebut meliputi: Pertama, Investasi. Pasar modal dunia telah kelebihan investasi untuk memenuhi keperluan negara-negara maju, dan masalahnya kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan besar tidak selalu sama dengan darimana dana itu berasal. Investasi tidak lagi dibatasi oleh batas geografis ataupun bangsa, bahkan kehadiran investasi ini sangat dinantikan di berbagai negara berkembang di Asia pada umumnya. Namun investasi asing pada umumnya dengan mudah bisa pergi manakala iklim investasi di negara tempat invest tersebut dianggap tidak lagi menguntungkan. Kasus penutupan pabrik elektronik Sony di Indonesia dapat menjelaskan fenomena ini. Kedua, Industri. Industri tidak lagi harus selalu melakukan negoisasi dengan kepentingan pemerintah. Di masa lalu pemerintah sebagai representasi negara dapat melakukan regulasi pajak, tariff bea masuk atau subtitusi ekspor sebagai strategegi melindungi (proteksi) industri dalam negeri. Di masa sekarang bentuk proteksi dan berbagai bentuk entry barier dilarang dan negara yang merasa dirugikan oleh perdagangan yang tidak adil dapat mengajukannya ke sidang GATT atau WTO. Dunia industri asing yang berada pada suatu negara pada umumnya bertujuan untuk mendekati pasar potensial sekaligus mengurangi ongkos produksi seperti misalnya murahnya tenaga kerja, tersedianya sumber daya alam dan untuk mengurangi ongkos transportasi. Ketiga, teknologi informasi. Dengan kemajuan perkembangan teknologi internet maka dapat dipahami bagaimana jaringan perusahaan multinasional mengembangkan jaringan teknologi informasi yang memungkinkan untuk mengendalikan berbagai anak perusahaannya di berbagai belahan dunia. Hal ini tentu semakin mengukuhkan bagaimana SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 971 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK new economy dunia terbentuk. Keempat, konsumen individual. Para konsumen tidak lagi dikondisikan oleh larangan-larangan oleh pemerintah. Para konsumen dapat melakukan pemilihan terhadap produk yang akan mereka konsumsi, misalnya karena harganya lebih murah, sesuai selera dan kualitas lebih baik tanpa memperdulikan darimana barang itu berasal. Kompetisi antar bangsa menjadi semakin ketat. Kompetisi itu bisa berupa harga, mutu maupun jumlah tanpa memperhatikan darimana barang itu berasal. Dengan demikian batas-batas bangsa semakin kabur. Dalam kaitannya dengan aspek internasionalisasi dalam aspek ekonomi dalam era global ini Jeff S. Luke (1999: 16) menyatakan dua hal. Pertama, integrasi global dari pasar modal sebagai salah satu bentuk dari produk revolusi komunikasi sehingga memudahkan kapital berpindah dari negara-negara maju, dengan cepat berpindah ke ekonomi dunia. Kedua, pembangunan industri yang mendunia telah diperkuat dengan persebaran pertumbuhan cepat sebagai akibat kemajuan teknologi. Memahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) sebagai kesepakatan anggota negara ASEAN untuk menjadi wilayah ekonomi regional yang terintegrasi sehingga dapat bersaing dengan kawasan ekonomi dunia yang lain. Komunitas ASEAN menjadi pasar dan basis produksi tunggal, sehingga tidak ada hambatan atau proteksi pemerintah di bidang perdagangan barang, investasi, tenaga kerja terampil (tersertifikasi), jasa dan aliran modal di kawasan tersebut. Saat ini ASEAN merupakan pasar potensial bagi negara industri baru yang tumbuh pesat di kawasan Asia (Tiongkok, Jepang, Korea dan India), di masa depan negara ASEAN diharapkan mampu bangkit sebagai kawasan yang mampu berkompetisi di tingkat Asia maupun Pasifik (Arifin, 2008:5). Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN, meliputi: 1). Pasar dan basis produksi tunggal; 2). Kawasan Ekonomi yang kompetitif; 3). Wilayah pembangunan ekonomi yang merata; dan 4). Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global. (Bapennas, 2015). Dengan pemahaman ini kita melihat persaingan bergeser dari wilayah negara ke wilayah regional. GAYA KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DI ERA MEA Kepemimpinan sebagai proses menerangkan pengaruh yang bersifat “memaksa” yang secara langsung mengkoordinir kegiatan anggota suatu kelompok, dan mengarahkan mereka ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kepemimpinan sebagai sifat yang dimiliki pemimpin, 972 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK merupakan seperangkat karakter atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang sehingga dia mempunyai pengaruh (kekuasaan) tertentu demi suksesnya suatu kelompok itu dalam mencapai tujuan organisasi (Liliweri, 2004: 152). Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan berperan besar dalam melaksanakan tugas-tugas mengelola organisasi. Pengelolaan atau manajemen organisasi relatif tetap, namun gaya kepemimpinan manajemen nampaknya perlu diubah sejalan dengan perubahan lingkungan organisasi, baik di tingkat lokal, nasional, Asia, ASEAN maupun di tingkat internasional. Perubahan-perubahan tersebut akan mendorong perlu dipikirkannya kembali gaya kepemimpinan yang efektif di tengah perubahan besar di era global. Organisasi modern yang hampir setiap saat dihadapkan pada ketidakpastian dan lingkungan yang cepat berubah maka organisasi dituntut untuk menjaga fleksibilitas, kerja sama dan kekompakan tim, kepercayaan dan kemamuan berbagi informasi dan berkomunikasi ke dalam dan keluar organisasi. Hal-hal ini mulai diadopsi untuk menggantikan struktur organisasi yang kaku, kompetisi antar anggota organisasi yang menimbulkan konflik disfungional, kontrol yang ketat dan kaku, dan kerahasiaan atau tidak transparan. Dalam kondisi seperti itu diperlukan manajer yang mampu berkomunikasi efektif dalam berbagai level komunikasi, yaitu manajer yang mau mendengarkan, memotivasi, memberikan dukungan dan menggerakkan anak buahnya untuk mencapai tujuan. Melalui pengelolaan komunikasi maka dapat dikurangi terjadinya konflik dan dapat dijaga kerekatan hubungan antar anggota dan meningkatkan kemandirian organisasi. Di satu sisi, keeratan hubungan menekankan kepada kebersamaan, sedangkan di sisi lain, kemandirian menekankan pada pemisahan dan perbedaan tugas dan wewenang antar bagian. Pemimpin yang menekankan pada membangun hubungan dan keakraban memungkinkan pemimpin tersebut lebih terbuka dan egalitarian serta memberdayakan segenap anggotanya. Sedangkan gaya pemimpin yang menekankan pada status dan kemandirian maka pemimpin tersebut akan mengadopsi struktur herarkhis yang kaku, menekankan pada spesialisasi pada tugas-tugas dan perintah. Semangat MEA adalah semangat kebersamaan, kerjasama dan sinergi ekonomi untuk memenangkan persaingan. Perilaku pemimpin yang demokratis dan partisipatif, akan menumbuhkan rasa hormat dan perhatian pada orang lain, menumbuhkan kemauan berbagi kekuasaan dan informasi dengan orang lain. Gaya ini mengacu kepada kepemimpinan interaktif, yakni gaya kepemimpinan yang memfokuskan pada upaya membangun konsensus dan membangun SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 973 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK hubungan antar pribadi, baik dengan komunikasi dan partisipasi atau keterlibatan (involvement). Bahkan sampai tingkat tertentu gaya kepemimpinan transformasional yaitu kepemimpinan yang aspirasional, yang dapat memberikan aspirasi kepada orang-orang untuk bekerja giat sangat diperlukan untuk memajukan organisasi. Sedangkan gaya kepemimpinan yang cenderung transaksional, yakni gaya kepemimpinan yang cenderung mengarah pada perilaku directive dan assertive dan menggunakan otoritas yang ia miliki untuk melakukan kontrol dan komando, mungkin perlu dikurangi karena kurang tepat untuk memotivasi tim untuk melakukan inovasi dan terobosan baru untuk menembus pasar dan memenangkan persaingan. Konsep gaya kepemimpinan menunjukkan adanya kombinasi antara bahasa dan tindakan yang dilakukan seorang pemimpin. Atau dengan kata lain, gaya menyangkut pola bahasa dan tindakan bagaimana, yang dapat digunakan seseorang untuk membantu orang lain mencapai hasil yang diinginkan. Hal tersebut, meliputi beberapa pendekatan yang secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut: (1) mengendalikan atau mengarahkan orang lain, (2) memberikan tantangan atau rangsangan kepada orang lain, (3) menjelaskan kepada atau memberi instruksi kepada orang lain, (4) mendorong atau mendukung orang lain, (5) memohon atau membujuk orang lain, (6) melibatkan atau memberdayakan orang lain, (7) memberi ganjaran atau memperkuat orang lain (Pace dan Faules, 2003: 277). Ciri-ciri kepemimpinan yang efektif akan kondusif bagi kebutuhan organisasi agar mampu menghadapi tantangan organisasi dalam menghadapi lingkungan yang penuh ketidakpastian sebagaimana terjadi di era global. Lebih jelasnya, untuk menjadi pemimpin yang efektif sangat ditentukan oleh kapasitas kepemimpinan seseorang. Adapun faktor-faktor yang dianggap yang berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan adalah sebagai berikut: (1) cara pemilihan dan penempatan pemimpin, (2) pendidikan kepemimpinan, (3) pemberian imbalan pada prestasi pemimpin dan bawahan, dan (4) teknik pengelolaan organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan, dan (5) teknologi. Stepan dan Pace (Pace dan Faules, 2003: 302) menasehati kepada eksekutif yang hendak menunjukkan kepemimpinan yang efektif agar memperlakukan orang lain sebagai kawan. Karena kawan adalah orang yang murah hati dan ramah, berbakti dan periang, bahagia di tengah kehadiran orang lain. Mereka bersedia mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan sendiri. Mereka bersedia menerima beban orang lain. Menjadi kawan membuka pintu ke arah kepemimpinan yang menyenangkan, bergairah dan berkekuatan, tanpa 974 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK menggunakan strategi yang rumit untuk merebut dan mempengaruhi orang lain. Ini adalah gaya kepemimpinan terbaik tunggal (one-best leadership style). Sedangkan yang kedua adalah gaya kepemimpinan terbaik bersyarat (conditional-best leadership style) yaitu gaya pemimpin yang menggunakan kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan di sekelilingnya; dalam keadaan tersebut pemimpin berusaha membantu yang lain untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tidak ada gaya kepemimpinan yang bersifat tunggal dalam menyelesaikan permasalahan organisasi, yang dapat menjamin jenis bantuan yang tepat bagi setiap orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Gaya inipun efektif bila diterapkan bagi orang yang ramah, bersedia bekerja sama dan bersikap mendukung pencapaian tujuan organisasi. Sementara bagi yang tidak mau bekerja sama atau bahkan memiliki itikad tidak baik, memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dalam konteks MEA, seorang pemimpin harus memiliki vision (pandangan) tentang posisi perusahaannya dalam konteks kepentingan organisasi, nasional, ASEAN, Asia dan global. Mengakomodasikan berbagai kepentingan tersebut merupakan wilayah pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang pemimpin masa depan. Kemampuan seorang pemimpin dalam berkomunikasi menjadi penting dengan kualifikasi dengan standar tertentu dan dan terukur, minimal standar yang dapat diterima di tingkat ASEAN. Kemampuan bidang komunikasi yang penting bagi seorang pemimpin antara lain kemampuan manajemen, public speaking, presentasi, networking, negosiasi dan mediasi. Disamping itu profesi komunikasi seperti Public Relations, Media Relations dan International Relations semakin penting dalam mendukung organisasi mencapai tujuan. PENUTUP Sekalipun ada berbagai gaya kepemimpinan atau pendekatan namun penerapannya tidak bersifat tunggal dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. Untuk keadaan yang berbeda, bisa jadi diperlukan kombinasi gaya dan pendekatan kepemimpinan yang berbeda pula. Dengan meningkatknya tantangan sebagai akibat dari globalisasi dan MEA, gaya kepemimpinan yang demokratis, partisipatif, komunikatif dan mampu mengarahkan anak buah atau seluruh sistem menggali dan mengembangkan keahlian dan menemukan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki sangat diperlukan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Faktor kepemimpinan memiliki peran yang penting dalam menciptakan suasana kerja yang kondusif untuk mengatasi tantangan baru di era MEA, SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 975 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK sehingga keberadaan organisasi dapat berlanjut atau bahkan mampu meningkatkan kinerjanya untuk memenangkan persaingan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Sjamsul. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Kompas. Bapennas. 2015. SDM Berkualitas Kunci Sukses Hadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. (http://old.bappenas.go.id diakses 3 Desember 2015. Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius. Giddens, Anthony, 2001. Runaway World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita. Jakarta: Grasindo. Liliweri, Alo. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju. Luke, Jeff S. 1999. “Managing Interconnectedness The New Challenge for Public Administration” dalam Bailey, Mary Timney dan Mayer, Richard T. 1999. Public Management in an Interconnected World. New York: Greenwood Press. Nugroho, Alois A dan Cahayani, Ati. 2003. Multikulturalisme dalam Bisnis. Jakarta: Grasindo. Ohmae, Kenichi. 2002. Hancurnya Negara-bangsa: Bangkitnya Negara Kawasan dan Geliat Ekonomi Regional di Dunia Tak Terbatas. Yogyakarta: Qalam. Pace, R Wayne dan Faules, Don F. 2003. Komunikasi Organisasi: Strategi Mening-katkan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Rosda Karya. 976 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK TRADISI “TORON” : BENTUK KOMUNIKASI KELUARGA DAN KEARIFAN LOKAL MADURA Nikmah Suryandari FISIB UTM Bangkalan [email protected] ABSTRAK Masyarakat Madura dikenal sebagai perantau tangguh dengan etos kerja yang tinggi. Selain itu mereka juga memiliki ikatan kekerabatan yang kuat. Tradisi toron adalah bentuk kearifan local masyarakat perantauan Madura. Tradisi toron menggambarkan ikatan batin dan kekerabatan yang kuat dalam keluarga besar di Madura. sebagai masyarakat tradisional religious, masyarakat Madura kental dengan beragam bentuk kearifan local sebagai manifestasi dari system kekerabatan yang mereka anut secara turun temurun. Metodologi tulisan ini adalah kajian pustaka mengenai tema komunikasi dan kearifan local.. Mengapa toron menempati posisi penting dan strategis dalam masyarakat Madura? Tulisan berusaha mengkaji tradisi toron masyarakat Madura perantauan sebagai bentuk komunikasi keluarga dan kearifan local masyarakat setempat Komunikasi keluarga merupakan bentuk komunikasi dalam unit masyarakat yang paling kecil yaitu keluarga. Toron sebagai wujud komunikasi keluarga masyarakat Madura dengan keluarga besar dan kerabatnya di tanah kelahiran. Sebagai bentuk kearifan local, toron menjadi pengikat masyarakat Madura dengan daerah asalnya. Kata Kunci : toron, Madura, kearifan local,komunikasi keluarga PENDAHULUAN 1. Tradisi Toron Bagi masyarakat madura, toron telah menjadi tradisi dan kebiasaan turun temurun. Tidak diketahui pasti kapan mulai adanya tradisi ini, seperti halnya tradisi-tradisi lain dari berbagai daerah yang tidak diketahui secara pasti asal muasal waktu kemunculannya. Toron adalah istilah mudik dalam bahasa Madura, yang memiliki makna tinggi dalam masyarakat Madura. Bagi sebagian besar kelompok masyarakat di Indonesia tradisi mudik dilakukan pada hari besar keagamaan seperti Idul Firti, natal, Nyepi dan sebagainya. Bagi masyarakat Madura, ada 3 (tiga) moment penting yang “mewajibkan” bagi mereka untuk “toron”, yakni Idul Fitri, Idul Adha dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Diantara tiga moment itu, yang paling ramai adalah “toron” saat Idul Adha dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada saat Idul Fitri tidak SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 977 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK seramai dua moment lainnya. Untuk toron selain tiga moment diatas dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dan kepentingan mereka. Pada tradisi “toron” ini, masyarakat Madura di perantauan berbondongbondong pulang ke kampong halamannya masing-masing. Tak heran pada saat tradisi “toron” ini, akses jalan menuju Pulau Madura menjadi sangat padat. Gerbang tol Jembatan Suramadu akan penuh antrian perantau Madura yang hendak melepas rindu kampung halamnnya. Begitu juga pelabuhan penyebrangan Kamal (yang biasanya agak sepi karena efek Jembatan Suramadu) menjadi ramai dengan antrian berjubel. Hal ini dikarenakan tradisi toron masyarakat Madura masih sangat kental dengan nuansa keagamaan dan relasi sosial kemasyarakatan masyarakat Madura yang terkenal guyub. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Toron Menurut Syaf Anton Wr66 “Toron” mempunyai makna “turun kebawah”, atau pulang kampung atau mudik. Namun makna toron pada dasarnya mempunyai makna lebih luas lagi, yaitu membangun kembali solidaritas yang mengarah jalinan tali silaturrahmi antar keluarga dan kerabat orang Madura yang di tanah kelahirannya. Dengan toron, keutuhan dan keakraban antar warga Madura akan tetap terjalin semakin rapat dan mesra. Untuk itu, ketika orang Madura pada saatnya mudik, tentu telah mempersiapkan diri dengan bekal-bekal bawaan yang secara formalis sebagai oleh-oleh, sekaligus sebagai bentuk manifestasi dari keterikatan kekeluargaan, meski mereka harus merantau sejauh mana meninggalkan tanah kelahirannya. Dengan tradisi “toron” ini meneguhkan konsep kekerabatan masyarakat Madura yang tak putus dengan tanah kelahiran dan kerabat mereka. Melalui tradisi “toron” kerabat yang lama terpisah di perantauan bertemu di tanah kelahiran untuk membuktikan eksistensi dan kecintaan pada asal usulnya. Hal ini merupakan manifestasi rasa cinta tanah kelahiran dan kepatuhan pada tradisi turun temurun mereka. 66 Syaf Anton Wr, 2011, Tradisi “Toron” Nilai Solidaritas Persaudaraan Warga Madura , dalam Lontar Madura.com (akses 5 Maret 2016). 978 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 2. Komunikasi keluarga di Madura Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan. Menurut Noor67 keluarga adalah suatu unit atau lingkungan masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles dalam Noor68 bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu negara. Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana sedikit banyak bertsanggung lama untuk menciptakan dan membesarkan anakanak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiridari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi perkembangan anak. Komunikasi keluarga di masyarakat Madura yang terkenal sebagai perantau tidak hanya terfokus pada keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tapi juga keluarga besar atau kerabat. System kekerabatan dalam masyarakat Madura 67 Noor, Faried Ma’ruf. 1983. Menuju keluarga sejahtera dan bahagia. Bandung. PT Alma’arif 68 Noor, Faried Ma’ruf. 1983. Menuju keluarga sejahtera dan bahagia. Bandung. PT Alma’arif SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 979 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK sangat erat sehingga tidak mengherankan mereka memiliki spirit tertentu untuk selalu berinteraksi dan bertemu dengan keluarga besar mereka. Karena posisi para perantau ada di luar tanah kelahirannya, maka tradisi toron menjadi salah satu sarana bagi masyarakat Madura perantauan untuk tetap menjalin komunikasi dan interaksi dengan keluarga besarnya. 3. Kearifan local Menurut Manan dan Nur Arafah69 , Tim G. Babcook menyebutkan kearifan lokal adalah pengetahuan dan cara berpikir dalam kebudayaan kelompok manusia, yang merupakan hasil dari pengamatan kurun waktu yang lama. Kearifan berisi suatu pandangan hidup masyarakat berkaitan tentang struktur lingkungan, bagaimana lingkungan berfungsi, bagaimana reaksi alam atas tindakan manusia, dan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Menurut Wurianto70 kearifan lokal berupa harmonisasi supra dan insprastruktur. Menurutnya, kearifan lokal dalam bentuknya yang berupa kompleksitas budaya merupakan penyangga sekaligus penghubung antara supra dan infra struktur. Talcot Pason menyatakan bahwa kebudayaan pada dasarnya sebagai pengontrol sistem kehidupan demi terselenggaranya “pattern maintenance” . Hal ini pada dasarnya sebagai pembentuk nilai harmonisasi. Dalam harmonisasi terdapat keseimbangan yang bersifat sintagmatik yaitu antara perumusan konsep sosial budaya beserta nilai-nilainya, penataan sosial dan budaya yang baru beserta nilai-nilainya sehingga diperoleh sebuah keteraturan sosial. Menurut I Ketut Gobyah 71 kearifan lokal (lokal genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan 69 Manan, A., dan Nur Arafah. 2000. “Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Kearifan Lokal di Pualu Kecil. Studi Kasus Pulau Wangi-wangi Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara”. Manusia dan Lingkungannya, Vol. VII, No. 2 Agustus 70 Wurianto, Arif Budi. 2007. “Konstruksi Ketidakseimbangan Pembangunan dalam Telaah Harmonisasi Suprastuktur Dan Infrastruktur Kebudayaan” dalam http://elka.umm.ac.id/artikel1.htm. 71 I Ketut Gobyah “Berpijak pada Kearifan Lokal” (http://www. balipos.co.id) 980 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Sedangkan S. Swarsi Geriya72 mengatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga. 4. Kearifaan Lokal Madura Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Penggunaan istilah khas73 menunjuk pada pengertian bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain. Menurut Latif Wiyata, 74 kekhususan kultural itu tampak antara lain pada ketaatan, ketundukan, dan kepasrahan mereka secara hierarkis kepada empat figur utama dalam berkehidupan, lebih-lebih dalam praksis keberagamaan. Keempat figur itu adalah Buppa,’ Babbu, Guru, ban Rato (Ayah, Ibu, Guru, dan Pemimpin pemerintahan). Kepada figur-figur utama itulah kepatuhan hierarkis orang-orang Madura menampakkan wujudnya dalam kehidupan sosial budaya mereka Kearifan lokal Madura yang juga menjadi keunikan etnografisnya tampak pada perilaku dalam memelihara jalinan persaudaraan sejati. Hal itu tergambar dari ungkapan budaya oreng dhaddhi taretan, taretan dhaddhi oreng, (orang lain bisa menjadi/dianggap sebagai saudara sendiri, sedangkan saudara sendiri bisa menjadi/dianggap sebagai orang lain). Kearifan lokal lain yang dianut masyarakat Madura adalah etos kerja tinggi dan keuletan dalam berusaha. Keuletan ini merupakan manifestasi dari ungkapan kar-karkar colpe’ yang dipegang teguh oleh orang Madura dalam mencari nafkah. Lebih jelasnya, orang Madura akan selalu berperilaku layaknya seekor ayam yang 72 S. Swarsi Geriya “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dalam http://www.balipos.co.id Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III. Jakarta: Depdiknas RI dan Balai Pustaka. 74 Wiyata, A. Latief. 2003. Madura yang Patuh?; Kajian Antropologi Mengenai Budaya Madura. Jakarta: CERIC-FISIP UI 73 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 981 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK mencakar-cakar tanah mencari makanan meskipun yang didapat hanya sedikit tapi terus saja dilakukan penuh semangat dan keuletan sampai akhirnya kenyang. Menurut Syaf Anton Wr75 kearifan lokal kerap diekspresiakan dalam bentuk saloka seperti : 1. Andhap asor tampaknya menjadi tolok ukur dalam menanamkan etika dan estetika, termasuk didalamnya tentang kesantunan, kesopanan, penghormatan, dan nilai-nilai luhur lainnya sehingga menjadi raddin atena, bagus tengka gulina (cantik hatinya, kebersamaan dalam baik saloka tingkah lakunya). diungkap bila Untuk cempa, membangun palotan, bila kanca, taretan, (bila beras (kualitas) yaitu ketan, bila teman adalah saudara), hal disimbolkan sebagai bentuk untuk menjaga keutuhan persabatan perlu dijaga: Mon ba’na etobi’ sake’ ja’ nobi’an oreng (kalau kamu dicubit sakit, jangan nyubit orang lain) 2. Kehidupan yang harmoni menjadi penekanan kehidupan yang diharapkan dalam rampa’ naong beringin korong, serta ghu’tegghu’ sabbhu’ atau songosong lombung, merupakan solidaritas sosial antar warga. 3. Ango’ potea tolang etembang pote mata (lebih baik putih tulang daripada putih mata, lebih baik mati daripada menanggung malu)atau otang pesse nyerra pesse, otang rassa nyerra rassa, otang nyaba nyerra nyaba (hutang uang uang dibayar uang, hutang rasa dibayar rasa, hutang nyawa dibayar nyawa) yang barangkali menjadi pertimbangan mereka. Sebenarnya semua itu dapat diselesaikan rembhak (berembuk, dengan terhormat musyawarah)yang bila telah diawali mengakar dengan abhakkuat dalam masyarakat Madura. 4. Karkar kar colpe’, bantheng tolang seang are seang malem, sapa atane bakal atana’, sapa adagang bakal adaging, abharentheng, abanthal omba’ asapo’ angin, alako berra’ apello koneng dan sejenisnya menunjukkan etos kerja dalam usaha memenuhi kehidupan sehari-harinya, meski harus “kepada jadi kaki, kaki jadi kepala”. Istilah ini dikenal mengingat masyarakat Madura dikenal sebagai perantau, dan dari sinilah kemampuan dalam etos kerja diungkap seperti Bila kerja banyak menghasilkan untung sehingga menjadi 75 Syaf Anton Wr Tradisi “Toron” Nilai Solidaritas Persaudaraan Warga Madura, 04-11-2011 982 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kaya, jalan lupa yang miskin atau tidak mampu, karena yang kaya berkewajiban menjadi tulang punggung yang miskin, mon sogi pasogha’ (bila sudah kaya harus perkasa), jangan sekali-kali raja guntorra tadha’ ojanna (besar bunyi halililantar, tapi tidak ada hujan)dan sebaliknya atau menjadi keras ta’ akerre (keras tapi tidak sakti). Untuk itu dalam menjaga martabat keluarga atau kelompok jangan sampai jha’ methha’ buri’ etengnga lorong, (jangan menunjukkan bokong/dubur ditengah jalan) sebab sapenter-penterra nyimpen babathang paste e kaedhing bauna (sepintar-pintar nyembunyikan bangkai, pasti akan dirasaukan baunya). 5. Fungsi Kearifan Lokal Menurut Sartini 76 dijelaskan beberapa fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu: 1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam. 2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate. 3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji. 4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan. 5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat. 6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian. 7. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur. 8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client METODOLOGI Tulisan ini merupakan kajian pustaka mengenai tema komunikasi dan kearifan local di Madura berupa tradisi toron. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode 76 Sartini, Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 983 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Mengapa Toron? Bagi orang Madura, toron adalah tradisi turun temurun yang masih dipegang erat hingga saat ini. Toron mempunyai makna “turun kebawah”, atau pulang kampung atau mudik. Namun makna toron pada dasarnya mempunyai makna lebih luas lagi, yaitu membangun kembali solidaritas yang mengarah jalinan tali silaturrahmi antar keluarga dan kerabat orang Madura yang di tanah kelahirannya. Dengan toron, keutuhan dan keakraban antar warga Madura akan tetap terjalin semakin rapat dan mesra. Untuk itu, ketika orang Madura pada saatnya mudik, tentu telah mempersiapkan diri dengan bekal-bekal bawaan yang secara formalis sebagai oleh-oleh, sekaligus sebagai bentuk manifestasi dari keterikatan kekeluargaan, meski mereka harus merantau sejauh mana meninggalkan tanah kelahirannya. 2. Posisi Toron dalam masyarakat Madura Dalam masyarakat Madura, ada tiga moment penting yang digunakan untuk toron, yaitu hari Raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bagi masyarakat Madura di perantauan, dalam tiga moment tersebut wajib untuk toron, sedangkan toron yang dilakukan tidak dalam tiga moment tersebut dapat mereka lakukan sewaktu-waktu menyesuaikan dengan kepentingan mereka. Toron pada masa Idul Fitri umum dilakukan oleh hampir semua penduduk muslim di Indonesia, termasuk di Madura. Sedangkan pada moment hari Raya Idul Adha atau yang biasa disebut Hari Raya Besar atau Hari Raya Reaje (rajhe) umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang masih sangat kental system kekerabatannya. Sebagai masyarakat tradisional religius, posisi penting dalam system kemasyarakatan Madura dipegang oleh Bhuppha’, bhabhu’, ghuru, ratoh . Empat sosok penting ini dalam masyarakat Madura memegang peran penting dalam tiap sendi kehidupan warganya. Tak mengherankan jika kepatuhan mereka pada 984 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK keempat sosok tersebut merupakan manifestasi dari pengabdian dan ketaatan pada leluhur mereka. Hal ini juga diwujudkan dalam moment peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ketaatan masyarakat Madura pada agama salah satunya diwujudkan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan mengikuti sunnah-sunnah rosul. 3. Toron sebagai pengikat kekerabatan masyarakat Madura Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW telah menjadi symbol kepatuhan dan perhatian masyarakat Madura. Toron pada masa ini merupakan bentuk solidaritas dan persaudaraan. Dalam istilah Madura ada ungkapan bila cempa, palotan, bila kanca, taretan, (bila beras (kualitas) yaitu ketan, bila teman adalah saudara). Ungkapan ini adalah bentuk ungkapan dalam menjaga keutuhan persabatan . Ungkapan lain tentang persahabatan dan persaudaraan adalah Mon ba’na etobi’ sake’ ja’ nobi’an oreng (kalau kamu dicubit sakit, jangan nyubit orang lain). Sebagai salah satu bentuk kearifan local Madura, tradisi toron memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1. Memperrat persaudaraan. Selain berarti mudik, pulang kampong, toron memiliki makna yang lebih luas lagi, yaitu membangun kembali solidaritas yang mengarah pada jalinan silaturahmi antar keluarga dan kerabat di tanah kelahiran. Sehingga keutuhan dan keakraban antar warga Madura tetap terjaga. 2. Toron merupakan bentuk keterikatan keluarga. Toron merupakan proses sinergi sosial atau pembentukan ikatan sosial antara warga perantau dan kampung halamannya. Pada saat orang Madura perantauan toron, mereka telah menyiapkan beragam bekal bawaan sebagai oleh-oleh bagi kerabat di kampong halaman. Toron merupakan bentuk kertikatan batin antara orang Madura perantauan dengan tanah kelahiran dan leluhurnya, jadi sejauh aapun mereka merantau ikatan dengan kampong halaman tidak pernah lepas. 3. Mengembalikan jati diri dan kodrat masyarakat Madura. Toron akan mengembalikan jatidiri dan kodrat sebagai warga Madura. Sebab toron sendiri merupakan bagian peristiwa budaya yang tidak lepas dari perilaku dan tradisi masyarakat (Madura) yang menjalankannya. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 985 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 4. Toron merupakan bentuk sikap guyub dan kedekatan dengan daerah asal. Bagi sebagian besar masyarakat Madura, peringatan idul Adha dan Maulid Nabi Muhammad SAW belum terasa lengkap bila belum pulang kampong atau toron. 5. Toron adalah bentuk kebanggan. Sebagai masyarakat dengan tradisi merantau yang kuat, masyarakat Madura menganggap tradisi toron sebagai salah satu cara untuk menunjukkan hasil kerja atau keberhasilan mereka di perantauan. Bagi mereka, berapapun penghasilan yang merke peroleh di perantauan, selalu ada yang disisihkan untuk dialokasikan secara khusus dalam tradisi toron. 6. Toron merupakan tanda “kemenangan kedua”. Pada peringatan Idul Adha, banyak masyarakat yang berkurban sehingga menjadi ajang berkumpulnya keluarga. "Idul adha juga identik dengan hari ketupat, sehingga banyak masyarakat yang mengadakan 'syukuran' sebagai tanda hari kemenangan kedua 4. Toron sebagai bentuk kearifan lokal Sebagai tradisi turun temurun, toron merrupakan bentuk kearifan local Madura. Kearifan local ini menjadi ruh penyemangat bagi masyarakatnya dalam menjalani kehidupan spiritualnya. Dengan spirit toron ini menjadikan mereka memiliki etos kerja tinggi dan kekerabatan yang erat. Etos kerja yang tinggi membuat mereka menjadi perantau-perantau tangguh yang sukses di tempat lain. system kekerabatan yang tinggi di wilayah ini menjadikan masyarakat Madura memiliki keterikatan batin dengan daerah asal dan kerabat di sana. Hal ini secara tidak langsung turut membantu perekonomian masyarakat di Madura. Toron sebagai kearifan local merupakan bentuk kepedulian sosial yang tinggi bagi masyarakat Madura di perantauan. Melalui tradisi toron mereka mengikatkan diri dengan daerah asal dan kerabatnya. Melalui toron mereka menunjukkan eksistensi dan identitas kemaduraannya, meski mereka jauh dari daerah asalnya. 986 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK KESIMPULAN DAN SARAN Tradisi toron dalam masyarakat Madura merupakan salah satu bentuk kearifan local setempat yang memiliki makna dan filosofi tinggi. Toron merupakan bentuk keterikatan masyarakat Madura perantauan dengan tanah kelahiran dan kerabatnya. Toron juga menjadi sarana komunikasi keluarga bagi masyarakat Madura yang secara turun temurun dikenal sebagai perantau. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III. Jakarta: Depdiknas RI dan Balai Pustaka. Elly Burhainy Faizal, (SP Daily) 31 Oktober 2003 dalam http://www.papuaindependent.com Fuad Hassan, “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia” , dalam http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, I Ketut Gobyah, “Berpijak pada Kearifan Lokal”, dalam http://www.balipos. co.id Manan, A., dan Nur Arafah. 2000. “Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Kearifan Lokal di Pualu Kecil. Studi Kasus Pulau Wangi-wangi Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara”. Manusia dan Lingkungannya, Vol. VII, No. 2 Agustus Noor, Faried Ma’ruf. 1983. Menuju keluarga sejahtera dan bahagia. Bandung. PT Alma’arif Nyoman Sirtha dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dalam http://www.balipos.co.id Sartini, Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2 Syaf Anton Wr Tradisi “Toron” Nilai Solidaritas Persaudaraan Warga Madura, 04-11-2011 Wiyata, A. Latief. 2003. Madura yang Patuh?; Kajian Antropologi Mengenai Budaya Madura. Jakarta: CERIC-FISIP UI. Wurianto, Arif Budi. 2007. “Konstruksi Ketidakseimbangan Pembangunan dalam Telaah Harmonisasi Suprastuktur Dan Infrastruktur Kebudayaan” dalam http://elka.umm.ac.id/artikel1.htm. diakses tanggal 14 November 2008 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 987 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK STUDI MODAL SOSIAL KELOMPOK PEREMPUAN PESISIR : UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN KELUARGA MASYARAKAT PESISIR Andy Arya Maulana Wijaya Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Buton [email protected] ABSTRAK Fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia sudah jauh menurun, ada dua kecenderungan yang harus mendapat perhatian khusus, (i) perlambatan penurunan tingkat kemiskinan, dan (ii) ketimpangan yang meningkat serta masih tingginya proporsi masyarakat yang mengalami kerentanan ekonomi dan sosial. Kota Baubau juga mengalami trend yang sama, ini terjadi khususnya pada kasus-kasus keberdayaan kelompok masyarakat pesisir. Perlu adanya sebuah kajian eksploratif terhadap keberdayaan masyarakat melalui perspektif modal sosial masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran modal sosial kelompok masyarakat pesisir sebagai upaya arah pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini didesain menggunakan studi ekploratif kelompok masyarakat pesisir, khususnya kelompok perempuan pesisir. Sampel diambil menggunakan non probability sampel dengan pendekatan purposive sampel dan dibantu dengan pendekatan snowball sampling. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan kelompok perempuan pesisir, observasi kegiatannya dan telaah dokumen yang relevan. Analisi data menggunakan model interaktif, dan disajikan secara deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa modal sosial kelompok perempuan pesisir yakni 1) Kepemimpinan yang efektif dalam mengelola organisasi dan sebagai penghubung kelompok dengan pemerintah daerah, 2) Jejaring Kerjasama yakni kemampuan dalam membangun jaringan pemasaran produksi dan berbagi inovasi, serta 3) Saling Percaya, yakni partisipasi anggota kelompok perempuan pesisir baik menjalankan keputusan kelompok, gerakan menabung, arisan kelompok, serta kelompok juga menjadi forum anggota kelompok untuk memecahkan persoalan mereka. Keywords : Modal Sosial, Perempuan Pesisir, Kemiskinan PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan pada kelompok perempuan pesisir di Kelurahan Sulaa Kota Baubau. Hal ini dilakukan dengan beberapa alasan yang diperoleh, diantaranya; a) Pemberdayaan masyarakat pesisir masuk dalam RPJMD 2013-2018 Kota Baubau, b) Kelompok Perempuan Pesisir di Kelurahan Sulaa seringkali mewakili Kota Baubau dalam beberapa kegiatan UMKM daerah, c) Adanya kemampuan kolektif dalam mengelola organisasi yang kemudian mampu meningkatkan pendapatan anggotanya (Wijaya, 2014), serta d) Tingkat Kemiskinan Kota Baubau tiap tahunnya menurun sekitar 1 % (kominfo.baubaukota.go.id). 988 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Penelitian ini, ingin mengkaji penanganan kemiskinan pada sisi yang berbeda. Dimana problem kemiskinan membutuhkan keterlibatan multistakeholder dalam penangananya. Masyarakat atau kelompok masyarakat dirasa mampu untuk kemudian terlibat dalam penanganan kemiskinan didaerah, dengan memanfaatkan nilai-nilai organisasional dan kemampuan kolektifnya. Maka masyarakat dapat dilibatkan dalam skema penanganan kemiskinan melalui pemberdayaan. Fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia sudah jauh menurun, ada dua kecenderungan yang harus mendapat perhatian khusus, (i) perlambatan penurunan tingkat kemiskinan, dan (ii) ketimpangan yang meningkat serta masih tingginya proporsi masyarakat yang mengalami kerentanan ekonomi dan sosial. Penanganan masalah kemiskinan seringkali dilakukan melakukan pendekatan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Akibatnya solusi yang ditawarkan lebih berfokus pada penanganan masalah ekomomi seperti modal, investasi, teknologi dan berbagai aspek financial lainnya saja. Konteks ini tidak salah, namun pada perjalanannya model ini belum mampu mengangkat kondisi masyarakat menjadi lebih baik. Bahkan pemerintah melihat masyarakat miskin sebagai objek pasif, tidak bisa melakukan apa-apa selain pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah. Disisi lain, ada kemampuan masyarakat untuk kemudian mengembangkan dirinya melalui kemampuan organisasional kelompok, jejaring kerjasama, maupun kepemimpinan informal masyarakat yang mampu sebagai solidaritas bersama untuk memecahkan berbagai persoalan diantara mereka. Seperti penelitian mengenai modal sosial oleh komunitas masyarakat, menyebutkan bahwa melalui modal sosial masyarakat mampu menyediakan layanan publik yang belum mampu disediakan oleh pemerintah. Melalui pemanfaatan modal sosial seperti kepercayaan, jaringan dan kerjasama masyarakat menjadi basis pengembangan komunitas masyarakat (Bowles dan Gintis, 2002; Sudarmo, 2006; Suharto, 2008; Wijaya, 2014). Disisi lain, masyarakat pesisir di Kota Baubau secara umum memiliki ikatan budaya yang dalam istilah masyarakat setempat disebut sabangka sarope (teman dalam satu perahu). Istilah ini lekat hubungannya dengan nilai-nilai pelayaran masyarakat Buton (etnis mayoritas masyarakat Kota Baubau), namun juga memiliki peran penting dalam rona kehidupan masyarakat didarat, untuk menyebutnya sebagai kawan/teman/sahabat (Hamid, 2011; dalam Tahara, dkk. 2015). Dimana ikatan ini bermakna kemampuan organisasi masyarakat, ikatan solidaritas, etos kerja dan kepemimpinan oleh karena berada dalam satu perahu (baca: SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 989 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK daerah), dan ini masih terjaga dalam masyarakat pesisir sekalipun dalam kelompok-kelompok informal masyarakat utamanya kelompok perempuan pesisir (Wijaya, 2014). Kaum perempuan disatu sisi memiliki streotip yang lemah dimasayrakat, namun disisi lain perempuan juga memiliki ikatan solidaritas yang kuat dalam komunitasnya. Kondisi yang ditunjukkan oleh kelompok perempuan pesisir kelurahan sulaa, memberikan kondisi yang lain tentang hal itu. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menjelaskan kapasitas modal sosial kelompok perempuan pesisir, untuk kemudian dapat dijadikan pertimbangan dalam usahausaha penanangan kemiskinan masyarakat. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemiskinan dan Masyarakat Pesisir Kemiskinan merupakan padanan yang sulit didefinisikan, dalam perbedaan konteks, ruang dan waktu kemiskinan memiliki indikator yang berbeda-beda. Untuk konteks penelitian ini, peneliti menggunkan definisi yang dikemukakan oleh Friedman (1979; dalam Suyanto, 2013; 2), kemiskinan adalah ketidaksamaan untuk mengakumulasi basis kekuasaan sosial. Sementara yang dimaksud basis kekuasaan sosial itu menurut friedman meliputi : pertama, Modal Produktif atas asset, misalnya tanah perumahan, peralatan, dan kesehatan. Kedua, Sumber keuangan, seperti income dan kredit yang memadai. Ketiga, organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama, seperti koperasi. Keempat, network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Kelima, informasi-informasi yang berguna untuk kehidupan (Suyanto, 2013). Masyarakat pesisir dan kemiskinan merupakan dua hal yang saling terhubung untuk menjelaskan penciri kawasan pesisir di Indonesia. Dimana, saat ini tercatat bahwa masyarakat dikawasan pesisir merupakan sumber kantung-kantung kemiskinan masyarakat (Salman, 2008). Sebagian besar masyarakat nelayan yang bertempat tinggal di desa-desa pantai umunya memiliki taraf kesejahteraan hidup sangat rendah dan tak menentu (Suyanto, 2013; 48). Disisi lain, kemiskinan dan komunitas masyarakat pesisir umumnya disebabkan oleh beberapa hal yakni; 1) Ketimpangan Pendapatan oleh karena komoditas hasil laut yang murah, 2) Akses Kelompok nelayan ke pusat kekuasaan dan pasar cenderung termarginalkan dan berimplikasi pada ekonomi masyarakat, 3) Berbagai Program Pemerintah yang digulirkan 990 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK belum sepadan dan belum menyentuh tujuan yang ditetapkan (Kusnadi, 2002: 46, dalam Sunyoto, 2013; 50). Dari berbagai penjelasan diatas, setidaknya kita memahami bahwa pembahasan kemiskinan di tingkat masyarakat pesisir hanya dilihat pada kondisi ekonomi dan pendekatan yang dilakukan adalah hanya menyangkut seperti apa program pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraannya saja, bukan menyangkut kapasitas masyarkat itu sendiri. Belum lagi, dalam beberapa riset pemberdayaan kelompok perempuan nelayan ditemukan bahwa perempuan nelayan adalah kelompok masyarakat yang rentan dan paling miskin. Betapapun demikian, tentunya dalam konteks apapun masyarakat juga ingin berubah dan memperbaiki kondisi hidupnya. Namun kita perlu memperhatikan juga bahwa komunitas masyarakat pesisir tentu memiliki nilai lokal tertentu, dimana melalui nilai-nilai lokal tersebut kemudian dikelola menjadi rangkaian aktivitas maupun interaksi masyarakat pesisir dalam memecahkan masalah-masalah publik di lingkungannya. Seperti misalnya dalam konteks masyarakat didaerah dikenal masih cukup kental dengan budaya lokal serta kepemimpinan, menjadi sarana untuk menangani beberapa masalah publik khususnya kemiskinan. 2. Pengertian dan Peran Modal Sosial Konteks komunitas masyarakat tentu memiliki modal sosial yang menjadi dasar interkasi dan aktivitas sosialnya. Dimana hal ini, menyangkut nilai-nilai kepercayaan (trust), kerjasama (network) dan norma (norms) yang menjadi dasar relasi antara masyarakat secara informal serta berkembang didalam komunitas masyarakat seiring dengan interaksi sosial yang dilakukannya (Putnam, 1996; Fukuyama, 2010; Bowles dan Gintis, 2002; Sudarmo, 2011: 197-198; Hasbullah, 2006:9; Suharto, 2011:98-100). Sementara itu, Wim van Oorschot dan Ellen Finsveen (2010) yang mengkaji mengenai social capital dan keterkaitannya dengan negara kesejahteraan mengkaitkan social capital terdiri dari 3 apek yaitu : (1) Jaringan Sosial; Hubungan dalam dan antara keluarga dan teman-teman (sosialisasi informal), keterlibatan dalam masyarakat dan kehidupan organisasi (misalnya sukarela), dan keterlibatan publik (misalnya pemilihan); (2) norma-norma sosial; nilai-nilai dalam masyarakat, norma dan kebiasaan kerjasama; dan (3) kepercayaan sosial; Kepercayaan pada lembaga sosial dan orang lain. Modal sosial itu sifatnya produktif, dalam artian bahwa interaksi modal sosial memiliki capaian-capaian positif bagi perkembangan komunitas masyarakat jika kemudian SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 991 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang-orang berinteraksi, berkomunikasi dan kemudian menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi cara mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi. Keadaan ini terutama terjadi pada interaksi yang berlangsung relatif lama (Suharto, 2007: 98). Kajian modal sosial kemudian tidak saja menjadi domain dalam studi-studi kemasyarakatan saja namun juga sebagai bagian dari konsep ilmu administrasi publik dan pemerintahan. Hal ini sebagai imbas oleh dikembangkannya konsep governance yang kemudian melihat apa yang dapat dilakukan komunitas masyarakat dalam membantu jalannya penyelenggaraan pemerintahan dengan efektif. Sebagai bentuk pertautan tersebut, kemudian modal sosial dapat dipahami dalam beberapa hal, yakni partisipasi dalam suatu jaringan (networks), hubungan timbal balik (reciprocity), kepercayaan (trust), norma sosial (norms), nilai-nilai (values) dan tindakan yang pro aktif (pro active act) (Hasbullah, 2006: 9; Sudarmo, 2011: 197-198; Suharto, 2011: 98-100). Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur (Fukuyama, 1995). Bahkan perkembangannya saat ini modal sosial di suatu komunitas dapat turut mempengaruhi kebijakan publik (Suharto, 2011; Fields, 2008). Karena itu, sebagai kepentingan penelitian ini maka modal sosial dapat dijelaskan pada serangkaian unsur yang dimilikinya. Terkait hal ini, Suharto (2011) menjelaskan kriteria menakar modal sosial dalam komunitas, yaitu ; (a) Kepercayaan, bahwa hal ini bisa menumbuhkan dan mempermudah pertukaran dan interaksi antar individu-individu, kelompok-kelompok dan isntitusi-institusi. (c) norma, terdiri dari pemahaman, nilai, harapan dan tujuan yang ingin dicapai bersama kelompok/ komunitasnya. (b) Kerjasama, hal ini mengakui bahwa komunitas masyarakat seringkali tidak bisa menyediakan kepentingannya sendiri maka dengan melakukan kerjasama atau aktivitas kolektif untuk menanggulanginya. METODOLOGI Penelitian ini didesain menggunakan studi ekploratif kelompok masyarakat pesisir, khususnya kelompok perempuan pesisir. Sampel diambil menggunakan non probability sampel dengan pendekatan purposive sampel dan dibantu dengan pendekatan snowball sampling. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan kelompok perempuan pesisir, observasi 992 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kegiatannya dan telaah dokumen yang relevan. Analisi data menggunakan model interaktif, dan disajikan secara deskriptif. PEMBAHASAN 1. Profil Kelompok Perempuan Pesisir Maksud dari Masyarakat Pesisir dalam kajian penelitian ini adalah masyarakat yang mendiami kawasan pesisir, untuk itu dalam kelompok masyarakat tersebut melekat penciri dan indikator sebagai masyarakat pesisir. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari Kota Baubau. dengan berfokus pada aktivitas yang dilakukan oleh kelompok perempuan. Kondisi sumberdaya manusia di Kelurahan Sulaa pada tahun 2014 berjumlah 1667 orang yang terdiri dari 820 orang Laki-Laki dan 841 Orang Perempuan, dengan sebaran 411 Kepala Keluarga (KK). Pada beberapa KK, didapati bahwa perempuan menjadi kepala keluarga (Baubau Dalam Angka: BPS Kota Baubau, 2015). Sekalipun begitu, perempuan dalam struktur masyarakat Kelurahan Sulaa memegang peranan yang cukup penting. Mengingat bahwa pekerjaan kaum laki-laki adalah nelayan, maka ketika keluarga ditinggal berlayar oleh Kepala Keluarga maka secara otomatis kaum perempuan menjadi tonggak ekonomi keluarga. Untuk musim-musim tertentu juga misalnya musim barat ketika nelayan tidak bisa melaut, maka perempuan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.77. Berdasar kondisi tersebut, maka dibentuklah beberapa kelompok perempuan berbasis keterampilan atau pekerjaan yang digeluti oleh kaum perempuan. Keberadaan kelompokkelompoknya menjadi sarana dimana perempuan memiliki kemampuan untuk mengorganisir dirinya sendiri dan kelompoknya, selain itu sebagai sarana berbagi pengetahuan untuk ikut membantu kepala keluarga mencari nafkah bagi keluarga. Setidaknya hingga kini, perempuan pesisir di Kelurahan Sulaa membentuk beberapa kelompok yang dibantu oleh LSM atau Pemerintah Kelurahan78. Dengan begitu, kelompok-kelompok tersebut kemudian menjadi melalui sarana kelompok perempuan menjalin hubungan dengan berbagai pihak utamanya pemerintah daerah. Kelompok ini kemudian dibentuk atas alasan tujuan dan arah yang satu, kemudian diperluas berdasarkan pada kegiatan-kegiatan yang disusun oleh kelompok. Disisi lain, 77 78 Wawancara dengan Ketua Kelompok Perempuan Pesisir “Poose-ose”, Wa Muzi Wawancara Lurah Sulaa, SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 993 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kelompok memfasilitasi anggotanya untuk belajar menjahit dan menenun79. Melalui penjelasan diatas, aktivitas kelompok perempuan dapat dikategorikan sebagai bentuk kapasitas kelompok perempuan dalam memberdayakan dirinya sendiri dalam kelompokkelompok yang dikelola oleh mereka. Untuk menggambarkan detail kelompok perempuan pesisir ini, dapat dikategorikan pada dua hal pokok yakni : a. Kelompok Perempuan Penenun; Kelompok perempuan ini berprofesi sebagai penenun sarung. Dalam kelurahan Sulaa terdapat dua kelompok yang hingga kini masih terus berlangsung. Perempuan yang menjadi anggota pada kelompok ini tidak harus bisa menenun. Disisi lain, kelompok menjadi sarana pemasaran bagi produk sarung mereka. Hasil penjualan sarung selain digunakan untuk belanja keluarga, disisihkan untuk tabungan kelompok dan sebagian digunakan untuk modal membuat sarung kembali80 b. Kelompok Perempuan Pesisir; Kelompok ini lebih homogenitas keterampilan dimana kelompok ini cukup terbuka bagi setiap keterampilan. Sekalipun ada beberapa anggota kelompoknya yang juga berprofesi sebagai penenun. Kelompok ini lebih berorientasi sebagai wadah berkumpulnya perempuan pesisir di Kelurahan Sulaa dengan berbagai latar belakang. Kelompok ini juga menjadi saran memperoleh informasi bagi perempuan. Kelompok ini secara rutin melakukan rapat atau pertemuan, untuk membahas beberapa persoalan kelompok. Misalnya jika ada anak mereka yang butuh biaya kuliah, sakit atau persoalan lainnya81. Tabel. 1 Profil Kelompok-Kelompok Masyarakat Pesisir Kategori Nama Nama Ketua Jenis Pekerjaan Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Masyarakat Lakeba Kelompok Kainawa Penenun Molagina Wa Ode Zamra Hatia 79 Wawancara dengan Tokoh Masyarakat, Bapak La Pina Wawancara dengan Ketua Kelompok Tenun Kainawa Molagina, Hatia. 81 Wawancara dengan Ketua Kelompok Perempuan “Poose-ose”, Wa Muzi 80 994 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 Penenun Sarung Tradisional TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Penenun, Kelompok Poose ‘ose Wa Muzi Pedagang, Ibu Perempuan Rumah Tangga, Pesisir dll. Disisi lain, melalui kelompok-kelompok perempuan tersebut diatas menjadi sarana perempuan pesisir mengakses permodalan dari pemerintah dan juga sebagai sarana pemasaran hasil produksi anggota kelompok. Kemampuan diatas, tentu menunjukkan kapasitas modal sosial perempuan pesisir, utamanya dalam mengelola dirinya dalam kelompok yang dibuat mereka. 2. Modal Sosial Kelompok Perempuan Pesisir Penjelasan diatas mendeskripsikan bahwa aktivitas yang ditunjukkan oleh kelompok perempuan pesisir, dapat dipetakan model bekerjanya modal sosial di dalam kelompok. sebagaimana aspek kolektif, modal sosial menyangkut hubungan, antara kepemimpinan (leadership), jaringan kerjasama (network) dan Kepercayaan (Trust). Melalui kelompok ini pula kemudian menjadi sarana kaum perempuan untuk bertukar pengetahuan, mengelola organisasi hingga membangun jaringan pemasaran hasil usaha mereka. a. Kepemimpinan Kepemimpinan kelompok menjadi point penting bagi efektif tidaknya sebuh kelompok. Dalam kelompok perempuan pesisir peran kepemimpinan memiliki kepercayaan yang cukup kuat dari anggotanya. Ketua kelompok dipilih secara demokratis dalam rapat anggota82. Melalui interaksi dalam ranah ini kelompok perempuan membangun sikap saling percaya dan juga menyangkut kepemimpinan kelompok. Sekalipun kemudian kelompok yang terbentuk adalah informal. Melalui ketua kelompok biasanya menjadi sarana pemerintah daerah seringkali bekerjasama dengan kelompok tersebut. Disisi lain, pada ranah ini kepemimpinan kelompok perempuan pesisir menunjukkan adanya kemampuan organisasional yang efektif, kemampuan mengelola organisasi, dan berlangsungnya proses berbagi informasi dan berbagi pengetahuan 82 Wawancara dengan Tokoh Masyarakat,Bapak La Pina SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 995 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dalam kelompoknya. Biasanya, ketua kelompok menjadi sarana anggota kelompok untuk mengkonsultasikan persoalannya, membangun jejaring kerjasama, hingga memfasilitasi kelompok ke pihak pemerintah daerah83. Sekalipun dalam observasi lapangan, penelitia menemukan bahwa ketua kelompok seringkali hanya lulusan SD hingga SMA, namun mampu menggerakkan kelompoknya dengan efektif. b. Jaringan Kerjasama Jaringan kerjasama berkaitan dengan kemamuan kelompok perempuan dalam membangun kerjasama saling menguntungkan dengan pihak atau kelompok lain. Dimana kapasitas ini tergambarkan dalam kondisi bahwa kelompok perempuan membangun hubungan kerjasama positif dengan kelompok lainnya. namun catatan penting dari proses ini adalah hubungan interakasi sosial hanya terjadi oleh kelompok masyarakat saja. Dalam pelaksanaanya, kapasitas ini terjadi oleh bantuan dari pihak LSM (APPaK) dan adanya pendampingan dalam bentuk Program KUBE oleh Pemerintah Daerah84. Merujuk pada kondisi diatas kelompok perempuan pesisir membangun relasi dengan kelompok lainnya, baik dalam lingkup wilayah Kota Baubau maupun diluar Kota Baubau. biasanya jaringan didapati oleh kelompok saat mereka diikutkan dalam program atau kegiatan pelatihan oleh pemerintah daerah85. Selain itu, program pelatihan yang oleh Pemerintah Daerah ini biasanya berlangsung tiap tahun dengan syarat masyarkat yang diikutkan memiliki kelompok86. Maka secara tidak langsung, kelompok perempuan pesisir mampu menyediakan sarana untuk diperhatikan oleh pemerintah daerah melalui kelompok yang dibentuknya. Pemanfaatan jejaring ini adalah selain membagun hubungan dalam hal pemasaran hasil usaha yang bermotif kultur jaringan. Disisi lain juga, hal ini mewujud dalam jaringan kerjasama dengan kelompok usaha (bisnis) lainnya, dengan jaringan ini kemudian kelompok masyarakat pesisir memproduksi berbagai inovasi usaha dan berbagai pengetahuan umum lainnya. 83 Wawancara dengan beberapa anggota kelompok perempuan Wawancara dengan Ketua Kelompok Poose-ose “Wa Muzi” dan Kainawa Molagina “Hatia” 85 Wawancara dengan Ketua Kelompok Poose-ose “Wa Muzi” 86 Wawancara dengan Lurah Sulaa 84 996 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK c. Saling Percaya Saling percaya menjadi penting dalam proses organisasi, dengan begitu kepercayaan yang tumbuh dalam anggota kelompok akan mampu menggerakkan kelompok untuk terus berkembang dan tentu didukung pula dengan kepemimpinan yang efektif. Sebagai cerminan saling percaya yang terbangun dalam kelompok perempuan di kelurahan sulaa, dapat diamati dalam adanya kesadaran gerakan menabung, melakukan arisan rutin setiap bulannya, dan kelompok menjadi sarana berbagi “curahan hati” anggota kelompok. Dalam beberapa kesempatan, kelompok juga menjadi sarana anggota kelompok untuk memecahkan persoalannya. Seperti misalnya jika ada anggota kelompok yang membutuhkan uang sekolah anaknya, ada anggota keluarganya yang sedang sakit, atau hal-hal mendesak lainnya bisa dibantu oleh kelompok dalam musyawarah yang dilakukan oleh kelompok87. Deskripsi diatas tentu terjadi jika adanya saling percaya antara anggota kelompok, sehingga setiap persoalan dan masalah yang dialami oleh anggota kelompok dapat dimusyawarahkan dan dicari solusi bersama untuk menyelesaikannya. Tabel 2 Kapasitas Modal Sosial Kelompok Perempuan Pesisir Kelurahan Sulaa, Kota Baubau No. 1. Modal Sosial Keterangan Kepemimpinan Kemampuan ketua kelompok dalam memimpin organisasi yang cukup efektif dalam mengelola organisasi, ketua kelompok sebagai sarana penghubung anggota kelompok dengan kelompok lain maupun pemerintah daerah dan fungsi pemimpin (ketua kelompok) dalam mengadvokasi anggota. 2. Jaringan Kemampuan yang ditunjukkan dalam bentuk jaringan kerjasama Kerjasama dengan kelompok lain, dengan jaringan ini kemudian kelompok perempuan pesisir memproduksi berbagai inovasi usaha dan berbagai pengetahuan umum lainnya. 87 Wawancara dengan Anggota Kelompok Perempuan, Wa Poasa SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 997 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 3. Saling Percaya Ditunjukkan pada adanya partisipasi anggota kelompok perempuan pesisir baik menjalankan keputusan kelompok, gerakan menabung, dan arisan kelompok. Disamping itu, kelompok juga menjadi forum anggota kelompok untuk memecahkan persoalan mereka. Pembahasan diatas memberikan gambaran bahwa masyarakat pesisir, melalui kelompok perempuanya memiliki kapasitas untuk kemudian mengembangkan dirinya sendiri. Kelompok perempuan menjadi sarana kaum perempuan pesisir bukan saja untuk mengembangkan dirinya (berbagi pengetahuan), namun juga sebagai sarana berusaha untuk ikut memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga. Mengingat bahwa potret kemiskinan di masyarakat pesisir, seringkali berkaitan erat dengan akses pasar terhadap hasil-hasil tangkapan yang masih minim, setidaknya gambaran kapasitas dari kaum perempuan yang tercermin dalam aktivitas kelompok perempuan mampu member pandangan lain tentang potensi kemiskinan masyarakat pesisiri. Khususnya di wilayah kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari Kota Baubau, tentunya kapasitas seperti tergambarkan diatas mampu digunakan sebagai perspektif lain dalam upaya pemberdayaan masyarakat pesisir. Pendekatan bantuan financial yang diberikan pemerintah daerah, hingga saat ini belum menunjukkan kondisi yang optimal. Maka setidaknya apa yang ditunjukkan dalam kapasitas kaum perempuan pesisir dalam aktivitas kelompoknya bisa menjadi mitra dalam pemberdayaan masyarakat. Konteks ini juga menjawab bahwa pelibatan multisektor dalam penanganan kemiskinan diperlukan, salah satunya adalah kelompok perempuan pesisir. Pendekatan modal sosial jelas diperlukan untuk kemudian merumuskan model pengentasan kemiskinan keluarga masyarakat pesisir. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Kemiskinan masih perlu terus dicarikan solusi dalam penanganannya. Pendekatan ekonomi melalui bantuan financial tidak sepenuhnya bisa menjadi solusi bagi pengentasan kemiskinan. Dari pembahasan penelitian ini, didapati bahwa modal sosial masyarakat juga mampu dimanfaatkan untuk menjadi salah satu solusi dalam mengentaskan masalah kemiskinan masyarkat, khususnya focus penelitian ini adalah 998 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK masyarakat pesisir. Adapun kesimpulan penelitian terkait indikator kapasitas modal sosial kelompok perempuan pesisir adalah sebagai berikut: 1) Kepemimpinan yang cukup efektif dalam mengelola organisasi, penghubung kelompok dengan kelompok lain hingga pemerintah daerah; 2) Jaringan Kerjasama, dengan jaringan ini kemudian kelompok perempuan pesisir memproduksi berbagai inovasi usaha dan berbagai pengetahuan umum lainnya; 3) Saling Percaya, partisipasi anggota kelompok perempuan pesisir baik menjalankan keputusan kelompok, gerakan menabung, arisan kelompok, serta kelompok juga menjadi forum anggota kelompok untuk memecahkan persoalan mereka. 2. Saran Berdasarkan pembahasan diatas, penelitian ini menganggap bahwa betapapun demikian, kapasitas modal sosial memiliki peran penting, namun juga perlu mendapat dukungan eksternal untuk mempertahankannya atau memperkuatnya. Kondisi lingkungan yang unpredictable menjadi tantangan tersendiri bagi kapasitas modal sosial masyarakat. Untuk itu, selain menggunakan perspektif modal sosial dalam pengentasan kemiskinan, juga perlu diperhatikan bahwa kebijakan public diarahkan untuk mendukung penguatan kapasitas tersebut. DAFTAR PUSTAKA BPS Kota Baubau, 2015. Baubau Dalam Angka. Baubau: Badan Pusat Statistik. Bowles, Samuel and Herbert Gintis, Social Capital and Community Governance. 2002. The Economic Journal 112 (November), F419-F436. Royal Economic Society. Diakses melalui http://tuvalu.santafe.edu/~bowles/SocialCapital.pdf. (10/10/2013. pukul 22.00 wib) Eversole, Robyn. 2011., Community Agency and Community Engagement: Re-theorising Participation in Governance, Journal of Public Policy / Volume 31 pp 51-71, http://journals.cambridge.org/abstract_S0143814X10000206 (10/10/2013. pukul 22.00 wib) Field, John. 2010., Modal Sosial, Bandung: Kreasi Wacana. Fukuyama, Francis.,2010. Trust: Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran, Yogyakarta: Penerbit Qalam. Hamid, Abdul Rahman. 2011. Orang Buton: Suku Bangsa Bahari Indonesia. Yogyakarta: Ombak. Hasbullah, Jousairi. 2006. Social capital: menuju keunggulan budaya manusia Indonesia. MR.United Press, Jakarta. Nugroho, Riant. 2014., Kebijakan Publik di Negara-Negara Berkembang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 999 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Nugroho, Riant. 2014., Metode Penelitian Kebijakan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharto, Edi, 2011., Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta. Sudarmo, 2011. Isu-Isu Administrasi Publik dalam Perspektif Governance, Surakarta: Smart Media. Sudarmo. 2008. Social Capital untuk Community Governance, Jurnal Spirit Publik, Volume 4, Nomor 2 Halaman 101-112. Suyanto, Bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penangannya, Malang: Intras Publising. van Oorschot, Wim and Ellen Finsveen. 2010. Does the welfare state reduce inequalities in people’s social capital?, dalam International Journal of Sociology and Social Policy, Vol. 30 Nos. 3/4, pp. 182-193. Diakses melalui : www.emeraldinsight.com/0144333X.htm. (diakses, 14/10/2013. 14.00 wib) Wijaya, Andy Arya Maulana. 2014. Penguatan Kapasitas Community Governance Melalui Social capital : Studi Kasus Masyarakat Pesisir Kota Baubau Sulawesi Tenggara, Tesisi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret: tidak dipublikasikan. 1000 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK PERAYAAN GREBEG SURO SEBAGAI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA PONOROGO (ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA PONOROGO) Ekapti Wahjuni Djuwitaningsih Program Stdi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo [email protected] ABSTRAK Perayaan Grebeg Suro merupakan sebuah agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan selalu mendapatkan perhatian serta ditunggu-tunggu baik masyarakat Ponorogo (berdomisili di kota Ponorogo maupun di kota-kota lain) maupun berbagai masyarakat dari kota-kota lainnya, termasuk para turis dari manca negara.Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah merespon dengan baik dengan menyusun berbagai agenda kegiatan yang mampu mewarnai kemeriahan Perayaan Grebeg Suro tersebut.Berbagai acara atau lomba yang digelar dalam Perayaan Grebeg Suro, mulai berbagai acara atau lomba sebelum acara Pembukaan Grebeg Suro, Malam Pembukaan Grebeg Suro, Festival Reyog Nasional, Pusat Keramaian di Aloon-Aloon Ponorogo, Kirap Pusaka, Malam Penutupan Grebeg Suro, Larung Risallah, dan berbagai acara lainnya, ternyata telah mampu menarik penonton atau pengunjung yang sangat besar. Pusat Keramaian di Aloon-Aloon Ponorogo, mulai dari sebelum tanggal pembukaan sampai dengan penutupan acara Perayaaan Grebeg Suro, dan bahkan beberapa hari setelah acara penutupan, tidak pernah sepi dari pengunjung dan pembeli. Hal ini mengundang wisatawan domestik maupun wisatan Luar Negeri.Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Perayaan Grebeg Suro Sebagai Pengembangan Sektor Pariwisata Ponorogo ( Analisis Potensi Pengembangan Wisata Budaya Ponorogo),penelitian ini menggunakan metode pengamatan secara langsung, melakukan wawancara. Metode analisis data penelitian dengan menggunakan metode Diskriptif Kualitatif, dilakukan analisis data secara naratif. Perayaan Grebek Suro sebenarnya berasal dari kebiasaan masyarakat yang diambil alih oleh Pemerintah Daerah sebagai Agenda Tahunan dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara keseluruhan dengan didasarkan pada Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ponorogo Nomor 63 Juncto 130 Tahun 1987 tentang Tim Kepariwisataan Daerah Tingkat II Ponorogo. Kata Kunci: Grebeg suro, Pariwisata PENDAHULUAN Pelaksanaan Perayaan Grebeg Suro merupakan moment penting bagi masyarakat dalam maupun luar Ponorogo.Disamping sebagai barometer perkembangan seni budaya, Perayaan Grebeg Suro tersebut juga merupakan indikator kepedulian Pemerintah Kabupaten Ponorogo terhadap persoalan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Ponorogo. Adapun alasan penyelenggaraan perayaan Grebeg Suro: 1) Dalam upaya melestarikan, mengembangkan dan SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1001 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK meningkatkan mutu kesenian Reog Ponorogo sebagai asset Budaya Nasional. 2) Menunjang Program Pemerintah, khususnya Bidang Kepariwisataan di Kabupaten Ponorogo. 3) Memperingati Tahun baru Hijriah 1 Muharram, 4) Meningkatkan perekonomian masyarakat Ponorogo sebagai dampak multiplier effect dari penyelenggaraan Grebeg Suro. Perayaan Grebek Suro sebenarnya berasal dari kebiasaan masyarakat yang diambil alih oleh Pemerintah Daerah sebagai Agenda Tahunan dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara keseluruhan dengan didasarkan pada Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ponorogo Nomor 63 Juncto 130 Tahun 1987 tentang Tim Kepariwisataan Daerah Tingkat II Ponorogo.Sektor pariwisata ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena pariwisata memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mendukung untuk dikembangkan potensi pariwisatanya, Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di desa Gontor, kecamatan Mlarak. Karena disamping adanya faktor daya tarik wisata budaya berupa kesenian Reog, kota ini juga memiliki beberapa obyek wisata alam yang cukup bagus, salah satunya berupa Telaga Ngebel. Selama ini masyarakat masih hanya mengenal potensi wisata Ponorogo lewat Kesenian Reog, belum mengenal lebih jauh potensi alamnya. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kebijakan Pemerintah Perayaan Grebeg Suro. a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008. b. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Ponorogo. c. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ponorogo Nomor 63 Juncto 130 Tahun 1987 tentang Tim Kepariwisataan Daerah Tingkat II Ponorogo. d. Kebijakan Pemerintah Pengembangan Sektor Pariwisata Undang – Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 1002 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 63 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo. Tugas dan Fungsi Bidang Pengembangan Wisata adalah sebagai berikut : a. Bidang Pengembangan Pariwisata mempunyai tugas mengumpulkan bahan pembinaan, pengembangan dan pemantauan objek dan daya tarik wisata, atraksi dan hiburan wisata, serta pemberdayaan masyarakat pelaku pariwisata. b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pengembangan Pariwisata menyelenggarakan fungsi : 1) Pembinaan dan pengembangan pengusahaan objek dan daya tarik wisata, atraksi dan hiburan wisata. 2) Pelaksanaan perizinan di bidang pengusahaan objek dan daya tarik wisata, atraksi wisata dan hiburan wiksata. 3) Pemantauan dan pengevaluasian kegiatan pengelolaan objek dan daya tarik wisata, atraksi wisata dan hiburan wisata. 4) Pelaksanaan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat di bidang pengembangan pariwisata. 5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pengembangan pariwisata, dan 6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sebagaiman Tugas dan Fungsi di atas maka, adapun upaya yang dilakukan Bidang Pengembangan Wisata adalah sebagai berikut : 1. a) Promosi, dan promosi dibagi menjadi dua, yaitu : Promosi secara lesan, yaitu promosi yang dilakukan secara langsung melalui sosialisasi lewat radio atau talk show langsung melalui televise dengan mengenalkan GrebegSuro sebagai salah satu objek wisata yang ada di Ponorogo. b) Promosi secara tertulis, yaitu promosi yang dilakukan melalui brosur, buku panduan wisata, leaflet dan lain sebagainya saat diadakannya kegiatankegiatan kegiatan saat perayaaan grebeg suro dan kemudian disebarkan kepada masyarakat. SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1003 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 2. Dinas Pariwisata bersama dengan Pemerintah bekerjasama mengadakan event Tahunan yang di sebut dengan Perayaan Grebeg Suro yang dilaksanakan setiap 1 Muharam 3. Peningkatan event-event lomba reog tingkat Nasional. 4. Penelitian dan pembinaan pokdarwis (kelompok sadar wisata). 2. Tata Kelola Kepariwisataan yang Baik Menurut Bambang Sunaryo, dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata (2013), mengemukakan Secara teoritis pola manajemen dari penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan yang berlanjut dan berwawasan lingkungan akan dapat mudah dikenali melalui berbagai cirri penyelenggaraanya yang berbasis pada prisip-prinsip sebagai berikut ini: 1) Partisipasi Masyarakat Terkait 2) Keterlibatan Segenap Pemangku Kepentingan 3) Kemitraan kepemilikan Lokal 4) Pemanfaatan Sumber Daya Secara Berlanjut 5)Mengamodasikan Aspirasi Masyarakat 6) Daya Dukung Lingkungan 7) Monitor dan Evalusi Program 8) Akuntabilitas Lingkungan 9 )Pelatihan Pada Masyarakat Terkait. 3. Promosi dan Pemasaran Pariwisata Menurut Bambang Sunaryo, dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata (2013), Promosi (promotion) merupakan bagian dari proses pemasaran yang termasuk salah satu aspek dalam baruan pemasaran (marketing mix). Baruan pemasaran pada dasarnya merupakan koodinasi interaksi dari empat komponen, yang sering disebut dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), lokasi distribusi (place), dan promosi (promotion).Aktivitas promosi kepariwisataan secara prinsip merupakan kegiatan komunikasi, yang dilakukan oleh organisasi penyelenggara pariwisata (destinasi) yang berusaha mempengaruhi khalayak atau pasar wisatawan yang merupakan tumpuan atau sasaran dari penjualan produk wisatanya. 4. Pemberdayaan Masyrakat dan Kepariwisataan Upaya pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan pada hakekatnya harus diarahkan pada beberapa hal sebagai berikut: a) Meningkatkan kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat sebagai subjek atau pelaku penting dalam pengembangan 1004 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kepariwisataan.b) Meningkatkan posisi dan kualitas keterlibatan/ partisipasi masyarakat dalam pegembangkan kepariwisataan.c) Meningkatnya nilai manfaat positif pembangunan kepariwisataan bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat, dan d) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata. 5. Pengembangan Sadar Wisata Di dalam suatu pengembangan sadar wisata terdapat unsur-unsur Sapta Pesona yang tidak terpisahkan dalam suatu pengembangan destinasi pariwisata, yang selama dua dekade ini telah menjadi pilar penting dalam upaya pengembangan dan pertumbuhan destinasi pariwisata di Indonesia, dan unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: a) Keamanan b) Kebersihan c) Ketertiban d) Kenyamanan e) Keindahan f) Keramahan, dan e) Kenangan. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur, terutama pada dinas-dinas pemerintahan yang bersentuhan dengan Perayaan Grebeg suro, sebagai lembaga yang paling berkompeten dalam bidang pengembangan potensi pariwisata di daerah yaitu Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo. Sebagai informan dalam penelitian ini .Dalam penelitian ini mempergunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik Pengumpulan Data menggunakan teknik pengumpulan data antara lain sebagai berikut:Dokumentasi ,Wawancara, dan Teknik Analisis Datayang digunakan dalam penelitian ini adalahseperti apa yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992: 16-18), bahwa terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Wawancara dengan Informan Hasil wawancara dengan pegawai di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo a. Upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah ( Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga ) untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Ponorogo ? SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1005 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Menurut Keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si "Kabupaten Ponorogo adalah salah satu kota yang tidak dipungkiri lagi eksistensi potensi pariwisatanya, memiliki potensi wisata alam yang sangat penting untuk dikembangkan hal ini didukung oleh tersedianya infrastrukur pendukung kendaraan umum yang menghubungkan ke titik-titik lokasi obyek wisata dari kota dan kabupaten lain yang turut membantu dalam pengembangan pariwisata. Pemerintah juga telah berupaya untuk memajukan objek wisata yang belum berkembang sehingga ke depan semua objek wisata tersebut bisa dikelola dengan baik dan dapat dikunjungi , selain itu juga didukung oleh budaya masyarakat sebagai peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan dan dipromosikan untuk menarik wisatawan baik domestic maupun asing ". Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST "Menurut saya, Kabupaten Ponorogo sangat potensial untuk pengembangan daerah tujuan wisata, karena memiliki beragam objek wisata, utamanya Makam Batoro Katong yang menjadi bukti sejarah yang dapat dilihat secara nyata.. Selain obyek wisata, masih lestarinya kegiatan tradisional yang ada di masyarakat seperti Larung Risalah Do’a, Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit dan Reog Bulan Purnama dan Iain-Iain.,serta perayaaan Grebeg Suro sudah dikemas sebagai acara agenda tahunan oleh Pemmerintah Daerah Kabupaten Ponorogo yang semuanya di kemas dalam satu paket wisata budaya, dan ditetapkan dalam kalender wisata provinsi jawa timur. " Dari kedua wawancara diatas dapat dikemukakan bahwa potensi obyek wisata Kabupaten Ponorogo meliputi wisata Alam , waisata Budaya dan wisata kuliner perlu untuk di kembangkan sebagai tempat wisata. Usaha pemerintahan untuk mengoptimalkan objek wisata yang belum berkembang juga harus mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. b. Bagaimana manajemen pengelolaan pariwisata di Kabupaten Ponorogo ? Menurut keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si "Pengelolaan semua potensi wisata yang ada dilakukan dengan menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan wisatawan seperti penginapan, rumah makan/restoran, 1006 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK travel dan perbankan di Kabupaten Ponorogo cukup lengkap, hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata semuanya ada di pusat kota apalagi kita punya terminal angkutan umum dan pada umumnya semua obyek wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo itu bisa di akses dengan lancar oleh kendaraan". Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST "Fasilitas pendukung guna mensupport kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Ponorogo terbilang sudah lengkap, ada banyak hotel dan penginapan yang siap menampung para wisatawan kapanpun mulai dari kelas bawah sampai pada hotel berbintang, kemudian tempat-tempat transaksi keuangan telah tersedia dimana-mana selain itu juga beberapa sarana hiburan seperti kafe dan tempat karaoke maupun sarana olahraga mulai dari lapangan hingga tempat khusus olahraga kebugaran telah disediakan guna mendukung arus kegiatan para wisatawan selama di kota ini ." Dari hasil wawancara dapat dikemukakan bahwa sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata bagi wisatawan untuk kebutuhan akses ketempat wisata telah tersedia hampir ke semua obyek wisata yang ada. c. Sejauh mana perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Ponorogo ? Menurut Keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si “Kabupaten Ponorogo memiliki banyak warisan budaya dan sejarah yang dapat menjadi potensi wisata budaya dan kesenian yang sangat besar namun saat ini banyak dari warisan budaya dan sejarah tersebut mulai luntur oleh sikap kurang pedulinya generasi sekarang akan peninggalan-peninggalan budaya masa lalu. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk melindungi, mempertahankan, dan melestarikan peninggalan-peninggalan budaya khas masyarakat Kabupaten Ponorogo dengan menggiatkan kembali pentas-pentas seni budaya, perbaikan gedung kesenian, sosialisasi pentingnya mempertahankan warisan budaya dansejarah kepada masyarakat, dan meningkatkan sumber daya manusia yang kompeten dalam pembangunan kebudayaan” Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST "Perkembangan setor pariwisata dalam perayaaan Grebeg Suro mengalami peningkatan dalam menarik wisatawan tingkat Nasional maupun Internasional , hal SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1007 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK ini didukung oleh program Pemerintah Daerah dalam mempromosikan budaya Reog agar terkenal , disamping partisipasi masyarakat Ponorogo dalam melestarikan dan berperilaku yang baik dan ramah terhadap para wisatawan maupun para pendatang di kota ini, Hal ini juga dilihat dari jumlah arus kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ponorogo yang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan”. Dari hasil kedua wawancara tersebut dapat dikemukakan bahawa perkembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan sejak tahun 2009 sampai dengan 2015 terus meningkat. d. Dalam usaha pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Ponorogo pihakpihak mana saja yang ikut berperan ? Menurut keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si “Usaha pengembangan sector pariwisata dalam perayaan Grebeg Suro melibatkan peran Pemerintah Daerah yang dituangkan dalam agenda tahunan dengan program Festifal Reog Nasional yang diikuti oleh semua masyarakat Ponorogo ( Institusi) dan masyarakat di seluruh Indonesia yang mempunyai kompeten dengan kesenian Reogselain itu juga partisipasi , masyarakat (baik sebagai pengusuha dan pengunjung), dan investor”. Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST “Usaha yang paling penting dengan mengadakan promosi melalui media cetak maupun elektronik, karena para Wisatawan membutuhkan informasi yang lengkap dan tepat tentang segala sesuatu yang ada di Ponorogo, tidak hanya wisata budaya saja tetapi wisata alam seperti Telaga Ngebel yang sangat potensial dan saya kira hal itu akan menarik jumlah wisatawan, Kalau bicara tentang pengembangan sektor pariwisata yang berperan adalah Dinas Teknis dalam hal ini ya Dinas Pariwisata, Dinas terkait, juga masyarakat sekitar obyek wisataPengembangan potensi wisata dalam hal ini tentang Budaya Reog sebagai Barometer Wisata Budaya agar tidak punah dan bias bersaing di era globalisasi , maka salah satu usahanya dengan melestarikan melalui pendidikan baik secara formal maupun non formal”. 1008 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Dari hasil kedua wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa yang berperan dalam pengembangan sektor pariwisata yaitu pemerintah daerah, masyarakat dan investor. e. Adakah kendala-kendala yang dihadapai Dinas Kebudayaan, Priwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dalam pengembangan sektor pariwisata ? Menurut keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si “Kendala dalam pengembangan sector pariwisata tidak dapat dipungkiri adalah masalah promosi yang kurang maksimal, dan kerja sama dengan masyarakat tempat wisata dalam upaya pembenahan, perbaikan, pelestarian , dan swadaya masyarakat untuk peningkatan kreatifitas yang dimiliki baik pengolahan alam dan budaya yang sudah ada” Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST “Kurang perhatiannya dalam melengkapi sarana dan prasarana sebagai Jalan dan infrastuktur menuju atau yang berada di tempat –tempat wisata membutuhkan pembenahan untuk kelancaran dan kenyamanan wisatawan mengunjungi tempattempat tersebut” Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo dalam pengambangan pariwisata adalah kurangnya informasi tentang obyek-obyek wisata di Ponorogo dan juga jalan atau infrastruktur masih perlu pembenahan. f. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut ? Menurut keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si “Memperluas jaringan informasi pariwisata melalui internet dan melakukan koordinasi dengan dinas-dinas terkait serta melibatkan masyarakat setempat untuk meramaikan dengan membuka warung makanandan tempat istirahat yang memadai sesuai dengan kondisi alamnya agar wisatawan tidak kesulitan untuk menikmati alam wisatanya” SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1009 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST “Melakukan koordinasi dengan dinas-dinas terkait yang berhubungan dengan pariwisata baik tingkat Nasional maupun Internasional” Dari kedua wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa perlu dilakukan koordinasi dengan dinas-dinas instansi terkait pariwisata dan memperluas jaringan informasi pariwisata untuk promosi pariwisata di Kabupaten Ponorogo. g. Bagaimanakah tanggapan masyarakat sekitar obyek –obyek wisata terhadap obyek-obyek tersebut ? Menurut keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si “masyarakat sangat mendukung dengan adanya obyek-oyek wisata karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan perekonomian” Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST “Tentunya masyarakat sangat mendukung dan antusias karena dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi wisata” Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar kawasan wisata sangat antusias dan mendukung dengan adanya obyek-obyek wisata tersebut karena sangat membantu dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. h. Adakah kebijakan untuk pengembangan obyek-obyek wisata di Kabupaten Ponorogo ? Menurut keterangan Bapak Ir. Mahmud Budihartono, M.Si “ada, kebijakan yang dipakai adalah kebijakan yang tercantum dalam strategi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo” (wawancara tanggal 27 Agustus 2015) 1010 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Menurut keterangan Bapak Edy Darwanto, ST “Kebijakan pengembangan pariwisata dibebankan kepada Pemerintah Desa setempat untuk melakukan swadaya masyarakat dalam penataan, perawatan ,pelestarian dan perbaikan budaya yang ada juga pembangunan sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan wisatawan terutama wisatawan domestik” Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah daerah telah menetapkan kebijakan untuk pengembangan obyek-obyek wisata sebagaimana tercancum dalam strategi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo. KESIMPULAN 1. Perkembangan potensi pariwisata di Kabupaten Ponorogo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan tahun 2015 terus mengalami peningkatan, dalam hal ini yang berperan dalam pengembangan sektor pariwisata yaitu pemerintah daerah, masyarakat dan investor. 2. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo dalam pengambangan pariwisata adalah kurangnya informasi tentang obyek-obyek wisata di Ponorogo dan juga jalan atau infrastruktur masih perlu pembenahan, untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan dinas-dinas instansi terkait pariwisata dan memperluas jaringan informasi pariwisata untuk promosi pariwisata. 3. Masyarakat sekitar kawasan wisata sangat antusias dan mendukung dengan adanya obyek-obyek wisata karena sangat membantu dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Pemerintah daerah telah menetapkan kebijakan untuk pengembangan obyek-obyek wisata sebagaimana tercancum dalam strategi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo. 4. Kabupaten Ponorogo mempunyai potensi pariwisata yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata dengan didukung oleh sarana prasarana penunjang pariwisata yang memadai seperti angkutan umum menuju lokasi wisata, hotel dan penginapan, rumah makan atau restoran dan sarana hiburan yang semuanya sudah tersedia dipusat kota maupun di sekitar kawasan wisata yang mudah dijangkau. Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan, Pariwisata, SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1011 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo telah membuat kebijakan dalam strategi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dan melakukan berbagai upaya mengembangkan potensi pariwisata untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kabupaten Ponorogo diantaranya melakukan promosi pariwisata dengan memperluas jaringan informasi kepariwisataan melalui internet, perbaikan infrastruktur dan sarana prasarana yang menuju ke lokasi wisata maupun yang ada di tempat-tempat wisata, memberdayakan masyarakat sekitar kawasan wisata dengan memberikan bantuan atau pinjaman modal usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan wisata. SARAN 1. Agar pemerintah peningkatan dan kualitas pendayagunaan maupun daerah sarana Kabupaten pelayanan fasilitas dan berupa prasarana Ponorogo pariwisata sarana pendukung dapat berupa dan pada melakukan penyediaan prasarana vital obyek-obyek wisata yang berada di Kabupaten Ponorogo dan menindak lanjuti semua program yang telah dituangkan dalam rencana pengembangan dan pengelolaanpariwisata Kabupaten Ponorogo sehingga sektor pariwisata memberi kontribusi lebih besar terhadap pendapatan asli daerah juga memberi dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat utamanya di sekitar obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo; 2. Bagi masyarakat sekitar kawasan wisata agar ikut menjaga kelestarian, kebersihan dan keamanan tempat-tempat wisata serta meningkatkan pelayanan terhadap para wisatawan dengan sambutan yang ramah dan baik agar para wisatawan betah berlamalama bersantai menikmati keindahan obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo; 3. Untuk para pengusaha atau investor, potensi pariwisata di Kabupaten Ponorogo merupakan aset yang sangat besar untuk berinvestasi dalam pengembangan usaha dan bisnis dibidang pariwisata untuk menarik minat para wisatawan berkunjung ke obyekobyek wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo dan menjadikannya tujuan wisata. 1012 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK DAFTAR PUSTAKA Agus Salim, Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan Penerapannya), Tiara Wacana, Yogjakarta, 2001 Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo, 2014, Ponorogo Dalam Angka. C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan. Penerbit Kanisius, Yogjakarta, 1988. Departemen Pendidikan Nasional, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Fatcan H.A, 2011, Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Jenggala Pustaka Utama H. Kodyat, Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Koentjaraningrat, KEBUDAYAAN JAWA, Balai Pustaka, Jakarta, 1994. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakara, Bandung, 1995. Lono Simatupang, Pergelaran Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya, Jalasuitra, Yogjakarta, 2013. Nyoman Kutha Ratna, 2010, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta: Pusta Pelajar Nyoman S Pendit,1994, Potensi Pariwisata, Gramedia Pustaka Utama Paul Stange, Politik Perhatian ( Rasa Dalam Kebudayaan Jawa ), LKiS, Jakarta, 1998 Peraturan Bupati Ponorogo Nomor 63 Tahun 2008, Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032 Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 10 Tahun 2008, tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Ponorogo SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1013 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK KOMPETENSI WARTAWAN MEDIA CETAK DALAM PERSFEKTIF ISLAM Marlina Jalan gatot subroto/ rasmi no 28 medan 20123 [email protected] ABSTRAK Kompetensi Wartawan Media Cetak Dalam Persfektif Islam ini adalah, karena banyaknya wartawan media cetak yang muncul silih berganti, dan dengan kepentingan yang mereka usung masing-masing. Tak jarang mereka sering hadir dan membuat pembaca merasa sangat resah, karena berita yang mereka sajikan sangatlah tidak benar, walaupun ada yang benar akan tetapi terkesan dilebih-lebih kan, sehingga terkesan seperti sedang mengadu domba. Hal inilah yang menyebabkan mengapa peneliti mengangkat masalah kompetensi wartawan khusunya media cetak untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini adalah penelitian jenis kualitatif, wawancara adalah suatu tekhnik pengumpulan data yang ada pada penelitian ini , melalui wawancara tersebut bertujuan untuk dapat memperoleh keterangan tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan dan kerisauan. Ada tiga orang yang dijadikan informan dalam penelitian kali ini, dan mereka berasal dari wartawan majalah, surat kabar daerah, dan surat kabar nasional. Kompetensi media cetak oleh peneliti diistilah kan denga STAF KPK dimana, Siddiq, Tabligh, Amanah, Fatonah, Keterampilan, Pengetahuan dan Kesadaran menjadi satu kesatuan dalam terciptanya wartawan yang berkompetensi baik. Pada penelitian ini akhlak yang berisi sifat keNabian telah dipenuhi leh para wartawan, dan berpegang teguh pada sifat kenabian merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh seorang wartawan media cetak. Pengetahuan yang didalamnya yang bersifat umum, khusunya dan kejurnalistikan atau kewartawanan juga menjadi acuan oleh para wartawan untuk dijadikan hal yang mesti dikuasai. Kesadaran dalam hal keprofesionalan serta rambu-rambu etika yang ada dan sesuai dengan KEJ PWI merupakan suatu yang dijunjung tinggi oleh wartawan. Dari sisi keterampilan ada satu point yang wajib diasah oleh para wartawan, yaitu keterampilan dalam investigasi terhadap sebuah informasi atau berita yang akan mereka sajikan. Kata kunci: kompetensi, wartawan, media cetak, persfektif Islam PENDAHULUAN Wartawan media cetak kerap sekali dijadikan sebuah arena “menitip kemauan” dari pemilik kepentingan atau bahkan hanya sekedar cari sensasi, tak jarang banyak yang mengaku sebagai seorang wartawan hanya untuk “meminta” sesuatu dari aparat pemerintah yang sedikit “nakal”, pastinya sang aparatur negara tersebut khawatir apabila wartawan tersebut membuka kenakalan yang selama ini dilakukannya. Selain itu masih banyak hal yang sering orang 1014 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK takutkan dengan wartawan, bukan karena hal yang positif akan tetapi sering mengarah kepada hal yang negati mengenai citra seorang wartawan tersebut. Dari hal diatas sangatlah penting untuk mengkaji bagaimana sebenarnya seorang wartawan media cetak tersebut, apa saja yang harus dimiliki dan disiapkan ketika seseorang ingin terjun pada dunia kewartawanan tersebut. Khsusunya dalam persfektif Islam, karena dalam Islam semua telah diajarkan dan diatur bagaimana hendaknya seseorang berlaku atau berbuat terhadap apa yang akan dilakukan, apalagi hal yang menyangkut hajat orang banyak, apabila berita yang disampaikan oleh seorang wartawan hanya sekedar berdasarkan emosi atau ketidak benaran, pastilah dampak yang akan diterima oleh pembaca akan menyimpang. Dalam bidang kewartawanan atau jurnallistik umat Islam khusunya harus diberdayakan, karena dunia kewartawanan sangatlah penting mengingat selama ini umat Islam lebih banyak menjadi konsumen informasi dan sebagai objek dalam pembentukan opini publik88, netralitas media juga sepertinya tidak pernah berimbang dalam menyiarkan atau menginformasikan sesuatu, cenderung berat sebelah apabila kejadian yang menimpa umat Islam sangat sepi pemberitaan akan tetapi tidak sebaliknya, sehingga netralitas sebuah media sangat diperlukan. Selain media yang tidak kalah pentingnya adalah wartawan dalam pencarian beita juga hendaknya tidak ada motif A atau B, akan tetapi hanya ada satu motif yaitu menyempaikan kebenars pada satu berita. Hasil dari produk jurnalistik yang disajikan oleh seorang wartawan sangat mempengaruhi opini publik, sehingga hasil produk jurnalistik ini sangatlah penting dan sangat diperhitungkan dalam semua sisi kehidupan, khususnya yang berhubungan dengan pembuatan opini baru ditengah masyarakat dan pengarunya terhadap sikap masyarakat setelah mengkonsumsi hasil produk dari kegiatan jrnalistik yang disajikan oleh seorang wartawan. Bila kita melihat pada media audio visual dan visual seperti televisi dan radio dampak yang dihasilkan akan berbeda, selain ini proses mendapatkan informasinya juga sangat berbeda, bila kita ingin memperoleh informasi yang disajikan pada media yang disiarkan secara audio visual, dan visual, si penerima informasi dapat memperolehnya sambil mengerjakan sesuatu, sehingga efek “lengketnya” informasi tersebut akan berbeda bila dibandingkan dengan media cetak, dimana informasi yang akan kita dapatkan harus dibaca dengan fokus dan tanpa ada kegiatan lain selain membaca, sehingga efek lengketnya 88 Asep syamsul. 2003. jurnalistik dakwah, visi dan misi dakwah bilqalam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,. h, vi SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1015 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK informasi tersebut akan bersifat lama dan utuh, selain itu apabila kita inginmengulang informasi tersebut dapat kita baca ulang berbeda dengan media audio dan audio visual. Rasulullah dalam proses dakwahnya tidak hanya menyampaikan pesan dakwahnya melalui lisan (Bil-Lisan) saja akan tetapi penyampaian pesan dakwah kepada umat (mad’u) juga disampaikan dengan cara tulisan (Bil-Kitabbah), kegiatan penyampaian pesan atau berita Islam kepada Mad’u khususnya para Raja yang belum memeluk Islam, dan hasil yang diterima dari produk dakwah Rasul melalui kegiatan jurnalistik Rasul yang penulis sebut sebagai Bil-Kitabbah menunjukan hasil yang sangat luar biasa, banyak Raja yang masuk Islam walaupun ada juga yang menerima hasil dari produk jurnalitik Rasul dengan reaksi yang biasa saja. Dari uraian diatas menyatakan bahwa seorang wartawan memiliki peranan penting bagi pembentukan opini publik selain itu juga ditangan seorang wartawanlah sebuah berita dapat diterima oleh masyarakat luas, karena masyarakat pada umumnya merupakan konsumen yang menrima semua berita, tugas seorang wartawanlah untuk menyediakan dan menyajikan sebuah berita yang baik, benar dan dapat dipertangunggjawabkan. Untuk itu wartawan haruslah memiliki sebuah kompetensi yang akan membuat dirinya menjadi seorang wartawan yang benar-benar siap menyajikan informasi kepada masyarakat. Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.89 Ayat diatas mempertegas bahwa Allah sangat tidak suka adanya kemunafikan, apa yang diungkapakan tidak sesuai dengan apa yang diperbuat. Hal ini peringatan keras bagi seorang wartawan, yang sangat suka menyajikan berita dan informasi tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, untuk itulah seorang wartawan harus memiliki kompetensi bukan hanya pandai menulis dan mencari berita, akan tetapi dapat menyajikan kebenaran untuk mencerdaskan masyarakat dan membangun Masyarakat akan mendapatkan sebuah informasi yang bernialai dan berbobot untuk kepentingan pembangunan masyarakat yang berkemajuan bila sorang wartawan khususnya wartawan media cetak mau menyajikan berita yang bersifat informatif, bukan sebuah berita berisi komersil semata, karena apapun yang menyebabkan penyebarab berita hingga sampai ke khalayak ramaai adalah tangunggjawab seorang wartawan. Kompetensi seorang jurnalis bukan hanya bisa membuat sebuah berita terjual ke khalayak ramai akan tetapi juga 89 QS As-Shaf : 3 1016 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK bagaimana sebuah berita dapat menjadikan sebuah pemicu yang positif untuk pembangunan ditengah-tengah masyarakat. TINJAUAN PUSTAKA Wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari berita, menyusun berita untuk kemudian berita tersebut dimuat dalam media massa, biasanya surat kabar atau majalah90, kata lain untuk wartawan bisa juga kita sebut dengan juru warta atau seorang jurnalis, yang kesemua kegiatannya adalah mencari,menyusun dan membuat berita untuk dikonsumsi secara umum oleh masyarakat Artinya: hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar91 merekalah orangorang yang beruntung.92 Wartawan sering dianggap sebuah profesi93 sama halnya dengan seorang dokter, guru dan lain sebagainya, yang kesemuanya memiliki keterampilan yang sering disebut dengan kompetensi, seiring dengan Alquran surah As-Sahaff bahwa Allah mengharapkan adanya segolongan orang yang mau mengungkapakan kebanaran memang benar dan sebaliknya, selain mengungkapakan kebenaran seorang wartawan khususnya wartawan media cetak, dapat memperjuangkan dan menegakkan kebenaran melalui tulisannya, bukan hanya sampai disitu saja melalui tulisannya wartawan juga bisa mengajak pembaca untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak seseuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku. Masyarakat yang cerdas terbentuk dari wartawan yang cerdas, wartawan yang cerdas ada jika standar kompetensi wartawan tercapai, dalam Islam uswah yang sangat di sarankan untuk menjadi rujukan, baik dari bahasa, prilaku dan lain sebagainya adalah Rasulullah SAW. Rasul selalu mengeluarkan kata-kata penuh makna dan hikamh, rasul merupakan sosok yang disegani lawan dan dihormati kawan, hal ini terjadi karena Rasul selalu menujukan yang baik dan bermanfaat bagi yang lain. Seorang wartawan muslim hendaknya memiliki kode etik kewartawanan tersendiri yang sesuai deng Alquran dan As-Sunah, Asep syamsul M..Romli94 90 Paulus winarto. 2003. how to handle the journalist. Jakarta, Pt Gramedia. H 14 Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. 92 QS Al-Baqarah 104 93 Hikmat kusuma ninggrat.2005. purnama kusuma ninggrat. Jurnalistik teori dan praktik, byandung : pt remaja rosda karya, H 115 94 Asep Syamsul.2003.Jurnalistik dakwah, visi dan misi dakwah Bilqalam. Bandung Pt Remaja Rosda Karya. h 41-43 91 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1017 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK menyatakan bahawa paling tidak ada 5 kode etik wartawan yang dimiliki oleh wartawan muslim, anatara lain 1. Menginformasikan berita yang benar saja dan tidak merekayasa fakta yang ada. Ini sesuai dengan firman Allah SWT : Artinya: Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah 95 Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. dan telah Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataanperkataan dusta.96 Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa perkataan dusta merupakan hal harus dijauhi oleh setiap orang, apabila sifat dusta dimiliki oleh seorang wartawan bisa dipastikan, informasi yang disampaikan akan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya yang akan menimbulkan masalah barunantinya. 2. Bijaksana Artinya :Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah97 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.98 Ingin menyampaikan sebuah informasi juga harus bijak, bukan hanya sekedar menyampaikan kebenaran semata akan tetapi, penyampaian kebenaran juga terkadang dapat membuat seseorang tersinggung, seorang harus bisa bijaksana menempatkan beritanya agar tidak ada yang tersinggung dengan kebenaran yang akan disampaikan oleh seorang wartawan. 3. Cermat Sebelum membuat atau menyajikan beita hendaknyalah ada usaha untuk chek and rechek atas kebenaranyang akan disampaikan, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT, Artinya :Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah 95 Maksudnya antara lain Ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram. 96 QS Al-Hujarat: 30 97 Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. 98 QS AN-Nahl: 125 1018 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.99 4. Santun Dalam semua kegiatan bukan hanya wartawan, sikap santun sangat diperlukan, apalagi dalam kegiatan kewartawanan ini sikap santun sangat diperlukan karena untuk mendapatkan berita dan informasi yang akurat terlebih dahulu kita harus mengambil perhatian dan simpati dari nara sumber, hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Alquran yang berbunyi: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri100 dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman 101 dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka 102 Itulah orang-orang yang zalim. 5. Tidak suudzan Seorang wartawan bisa menjadi saksi atas sebuah kejadian atau peristiwa, akan tetapi sebagai manusia biasa wartawan juga memiliki kelemahan untuk itu apabila ada kesalahan yang diperbuat oleh seorang wartawan dan terlanjur telah dipublikasikan, sehingga dalam kode etik kewartawanan dikenal prinsip etis dengan memberi ruang hak jawab, yaitu memberik kesempatan kepada perseorangan atau pada kelompok untuk memperbaiki atau meluruskan terhadap informasi dan kebenaran yang sudah dipublikasikan pada media massa103, hal tersebut dilakukan untuk menghindari sikap suudzan baik oleh narasumber kepada wartawan atau pembaca kepada wartawan dan sebaliknya. Hal ini sejaln dengan Firman Allah swt dalam Alquran Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa 99 QS Al-Hujarat : 6 100 Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. 101 Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya. 102 103 QS Al-Hujarat: 11 Amilia indriyati.2006. belajar jurnalistik dari nilai-nilai Alquran semarang, Samudra. H 111 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1019 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK dan kaum kerabatmu. jika ia104 Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.105 Dalam kode etik kewartawanan persatuan wartawan Indonesia hal diatas sesuai dengan “menyajikan berita secara berimbang dan adil yang bersumber dari berbagai pihak yang punya kepentingan dan penilaian masing-masing”. 106 jika dilihat dari Alquran tidak dapat dibedakan antara kode etik kewartawanan dalam Islam dalam kode etik kewartawanan secara umum, karena keduanya bersandar dan berdasarkan kepada kebaikan, kejujuran serta asas keadilan. METODOLOGI Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dipakai dan digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah dimana peneliti adalah instrumen kuncinya107, penelitian kualitatif ini juga sering disebut sebagai penelitian yang bersifat natural, atau studi kasus, karena penelitian ini tidak berfokus pada angka-angka atau kuantitas namun mengarah untuk pengujian, walaupun ada juga yang menggunakan angka atau jumlah untuk tetap dilakukan analisi secara kualitatif. Dalam konteks pendekatan kualitatif adad beberapa hal yang merupakan inti atau isi dari rancangan penelitian tersebut, adapun ke enam hal tersebut adalah: konteks penelitian, fokus kajian, tujuan penelitian, ruanglingkup dan setting penelitian, persfektif teoritik dan kajian pustaka serta metodr yang akan digunakan108. Ciri dasar dari pernyataan maksud penelitian kualitatif adalah pernyataan yang diungkapkan pada penelitian ini bersifat dan bercirikan untuk menyatakan atau mengungkapkan asumsi-asumsi paradigma kualitatif, seperti bahasa penelitian kualitatif dan metodologi desain yang terus berubah yang mengikut pada pengalaman peneliti dan latar alamiah ketika penelitian tersebut berlangsung.109 Desain penelitian ini bersifat sementara dan dapat saja berubah manakala pada perkembangan yang memungkinkan perubahan saat penelitian tersebut dilakukan. Hal ini juga 104 Maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa. 105 QS An-Nisa 135 Kode etik jurnalisti persatuan wartawan Indonesia, pasal 5 107 Ridwan, Metode dan Tekhnik Menyusun Tesis, Bandung, Alfabet, 2004. H 51 108 Burhan bungin, analisi data penelitian kualitatif, Jakkarta, Pt.Raja Grafindo Persada, 2012. H 39 109 Jhon W.Creswell, Research Design qualitative &Quantitative Approach, Jakarta Kik Pres, 2002. H 53 106 1020 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK sependapat dengan Lexi J.Moleong, beliau mngatakan bahwa desai nya hanya bersifat sementara, yang desainnya akan terus berubah dan diperbaharui sesuai dengan perkambangan dan penemuan yang akan ditemui dilapangan, ketika sebuah penelitan tersebut berlangsung.110 Berdasarkan paparan yang relah di sebutkan diatas, maka jenis peelitian yang sesuai dalam penelitian mengenai kompetensi wartawan media cetak dalam persfektif Islam adalah kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan oleh peneliti ada dua yaitu, sumber data primer dan sumber data skunder, sumber data primer adalah sumber data langsung yang diperoleh dari tangan pertama atau pelaku langsung111, sumber data skunder ini adalah berupa hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 3 orang wartawan media cetak yaiitu wartawan majalah lokal, surat kabar lokal dan surat kabar nasional. Data skunder adalah data yang didapat melalui keterangan yang berhubungan dengan hal yang diteliti. Adapun yang menjadi data skunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal dan lain sebagainya yang relevan dan mendukung dengan penelitian. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, menggunakan peneliti sebagai instrumen penelitian. Kelebihan dari tekhnik ini adalah peneliti lebih tanggap dan peneliti bisa menjelajah keseluruh setting penelitian untuk mendapatkan data, selain itu juga data dapat diperoleh dari sikap dan cara responden memberikan informasi.112 Selain kelebihan kelemahan dalam tekhnik ini adalah dalam menginterpertasikan data dan fakta dipengaruhi oleh kesan atau persepsi yang sudah dibangun sebelum peneliti menemukan data dan fakta yang sebenarnya, demikian juga dalam pengumpulan data responden akan memebrikan kesan dan persepsi terhadap peneliti, namun kelemahan tersebut dspat ditutupi dengan kesadaran yang tinggi terhadap munculnya kemungkinan subyektivitas, baik dari peneliti maupun responden.113 Adapun cara lain untuk menghadapi subyektifitas yang akan ditimbulkan ditengah penelitian yaitu dengan wawancara. Wawancara adalah suatu tekhnik pengumpulan data peneliti melalui percakapan dan dialog yang kesemua rangkaian dari wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan data,114 peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur seperti 110 Lexi J Moleong, metode penelitian kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1997. H 7 Winamo surakhmad,penelitian ilmiah, dasr metode dan tekhnik. Bandung, Tarsito, 1982. H 134 112 Bogdan dan Biklen.1990. Riset Kualitatif untuk pendidikan, terjemahan oleh Munandir. Jakarta. Depdikbud. H 92 113 Ibid, h 98 114 Nasution S. 1998. metode penelitianNaturalistik, Bandung, Tarsito. H 27 111 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1021 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK yang dinyatakan Kuntjara ninggrat bahwa wawancara yang dilakukan dengan tidak berstruktur dan pelaksanannya harus berpusat pada fokus penelitian.115 Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik deskriptif, karena penyusunan secara sistematis terhadap transkip wawancara, catatan-catatan lapangan dan bahan masukan lainnya yang telah terkumpul untuk memperluas pengetahuan dan menambah pengalamanserta berusaha untuk tetap mengkomunikasikan dan mendiskusikannya.116 Miles dan Huberman berpendapat bahwa proses analisis data dengan tekhnik deskriptifdilakukan melalui tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yakni reduksi atau penyederhanaandata, paparan atau sajian data, penarikan kesimpulan atau ferifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Islam mengaanggap bahwa tugas yang diemban sebagai seorang wartawan bukanlah sebuah tugas biasa akan tetapi sebuah tugas yang murni dan mulia dan Allah telah mengingatkan hal ini pada QS An-Nahl: 125 Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah117 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.118 Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa apabila ingin mengingatkan atau memberikan informasi kepada kepada masyarakat, bukan hanya sekedar memebrikan Informasi saja akan tetapi lebih mengarah kepada memebrikan sebuah pengajaran yang baik, yaitu pengajaran yang berhikmah, hikmah disini adalah sebuah sikap tegas bahwa yang bathil adalah bathil dan yang benar adalah benar, sehingga terhindarlah seorang wartawan dari sifat yang sangat tidak disukai oleh Allah dan dapat merugikan masyarakat luas. Dalam menuliskan suatu berita seorang wartawan hendaknya memperhatikan beberapa hal yang menjadi kompetensinya, agar berita yang disajikan menjadi nilai guna yang baik ditengah masyarakat, bukan hanya sekedar memenuhi sebagai pencari berita saja akan tetapi 115 116 Kuntjaraninggrat S. 1986. Metode penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan. Jakarta, Bina Aksara. H 22 Bogdan dan Biklen,1990 Riset Kualitatif untuk pendidikan, terjemahan oleh Munandir. Jakarta. Depdikbud. H 92 117 Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. 118 QsS An-Nahl 125 1022 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK lebih daripada itu, seperti mendidik, menyampaikan kebenaran dan dapat menjadi acuan untuk pembanngunan ditengah masyarakat. Ada beberapa hal yang menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wartawan berupa kompetensi yang menjadi jati diri seorang wartawan media cetak. Adapun yang menjadi kompetensi tersebut adalah keterampilan, pengetahuan, kesadaran serta akhlak dan moral. Semua kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang wartawan media cetak merupakan hal yang akan menjadikan nilai informasi berupa berita akan lebih akurat dan bermanfaat, sehingga terwujudlah sebuah pembangunan ditengah masyarakat yang dilahirkan oleh wartawan, karena wartawan yang cerdas akan menghasilkan berita kepada masyarakat secara baik dan akan membentuk masyarakat yang cerdas pula sehingga pembangunan bukan hanya tugas dari pemerintah akan tetapi pembangunan itu akan didukung oleh masyarakat yang cerdas pula. Ada beberapa poin mengenai Keterampilan yang harus diperhatikan dan dimiliki oleh seorang wartawan antara lain; keterampilan menulis, keterampilan dalam hal mewawancarai, keterampilan menginvestigasi, dan keterampilan dalam hal tekhnis. Dalam hal Keterampilan dalam menulis seorang wartawan haruslah dapat menuangkan gagasan, ide atau sebuah pengalaman kedalam tulisan sehingga tulisan tersebut dapat membentuk kalimat-kalimat yang hidup, mengalir dan yang pastinya mudah untuk dipahami119. Informasi yang disajikan juga harus akurat, lengkap, adil dan berimbang, objektif, ringkas dan jelas serta hangat. Kompetensi yang kedua yaitu pengetahuan, pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang wartawan adalah pertama pengetahuan umum, mempelajari ilmu yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk keberlangsungan hidup didunia dalam pandangan Islam memiliki hukum fardhu kifayyah, seperti ilmu kedolteran, astronomi dan lain sebagainya120 . kedua pengetahuan khusus, seorang wartawan harus terampil berbahasa, keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen121 yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis, setiap komponen adalah satu kesatuan yang erat hubungannya. Ketiga adalah pengetahuan kewartawanan dan hal ini meliputi, pengetahuan tekhnis dan praktis, pemahaman dan substansi terhadap objek pemberitaan, wawasan mengenai prilaku masyarakat pembaca, penguasaan bahasa indonesia dan bahas lainnya, etika profesi. 119 Badiatul muchlisin asti. 2005. Da’i Bersenjata Pena, bandung, pustaka ulumuddin. H 77 Yususf Al-Qardawi. 1996. islam yang didambakan, terj Ghazali Mukti, Yogyakarta, titian ilahi press. H 39 121 Haris sumadria. 2006.Bahasa Jurnakistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Bandung, simbiosa rekatama media. H 6 120 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1023 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Kompetensi selanjutnya adalah keasadaran, adapun pon mengenai keadaran yang harus dimiliki oleh seorang wartawan adalah,pertama etika dan hukum meliputi kode etik jurnalistik, embargo, off the rcord danmenyembunyikan identitas sumber berita. Kedua profesionalisme wartawan,menyangkut kepekaan, keberanian,dan ketekunan. Kompetensi yang terakhir adalah mengenai akhalak dan moral,mengenai akhlak dan moral dalm presfektig Islam ada satu tokoh yang sempurna baik perkataan dan perbuatannya yait baginda Rasulullah SAW dalam Alquran Allaf berfirman, Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.122 Seorang wartawan yang ingin benar-benarmenjalankan tugasnya hendaknyalah memiliki akhlak dan moral seperti baginda Rasulullah, uswah yang telah dikenal diseluruh dunia, terkenal dengan akhlak dan budi bahasa, banyak kaum Yahudi dan Nasrani memeluk Islam karena surat yang dikirim oleh Rasulullah, melalui bahasa yang ada di surat yang Rasul kirimkan telah menggugah hati nurani para pemimpinkaum Quraisy sehingga mereka mau mengucapkan dua kalimah syahadat. Ada emat sifat yang dimiliki oleh Rasulullah yaitu Siddiq,Tabligh, Amanah, dan Fataonah, alangkah sempurnanya dan terjaminnya kualitas berita dan informasi yang disampaikan oleh seorang wartawan yang memiliki keempat sifat Rasul. Artinya Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar.123 Sifat siddiq yang dimiliki Rasul harus dimiliki oleh seorang wartawan, karena sangatlah penting apabla menyajikan sebuah berita berdasarkan kebenaran dan kemampuan manusia tersebut untuk menyampaikannya, selain itu kebenaran dan kejujuran merupakan pilar utama kehidupan bermasyarakat, cara untuk menghindar dari perbuatan dusta ini adalah dengan berbicara seperlunya, tidak berlebihan dalam mengobrol dan melucu, bila tidak dapat berkata benar hendaklah diam. Tabligh adalah menyampaikan hal yang diperintahkan untuk disampaikan tidak menyembunyikannya, walaupun sedikit, seorang wartawan yang menyembunyikan sesuatu kebenaran akan menjadi boomerang bagi wartawan tersebut, jika suatu saat kebenaran itu 122 123 QS Al-Ahzab: 21 QS Al-Ahzab: 70 1024 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK terbongkar maka akan ada konsekwensi berupa buruknya reputasi dan lain hal yang lebih buruk dari pada itu. Artinya: Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia124. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Ketika Rasulullah menyelesaikan permusuhan diantara kaum Quraisy pada zaman jahiliyah, yang membuahkan kesepatan, menjalankan bisnis khadijah dan mendamaikan para pemuka Quraisy yang bertikai tentang masalah siapa yang berhak meletakan kembali hajar aswad dibangunan ka’bah yang baru direnovasi, dan masih banyak lagi contoh yang mencerminkan ke Amanahan Rasulullah. Allah juga berfirman dalam Alquran Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. Siddiq dan amanh adalah ciri utama orang beriman, sebaliknya dusta dan khianat adalah sifat orang munafik, sifat amanah dan siddiq sangat dibutuhkan pada sosok seorang wartawan, hal ini akan mempengaruhi akhlak dan moral yang dimiliki wartawan tesebut. Artinya :Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.125 Dalam ayat diatas Allah menegaskan bahwa hanya orang yang berilmu pengetahuan dan cerdas mendapatkan derajat yang tinggi, Rasulullah adalah orang yang sangat terkenal akan kecerdasannya, walaupun Rasul adalah seorang Ummy,fatonah atau cerdas adalah kompetensi mutlak yang wajib dimiliki oleh seorang wartawan. Dalam persfektif Islam yang menjadi rujukan sumber utama segala hukum adalah Alquran dan Hadis maka tak heranlah banya ayat yang masukan dalam mengambil suatu rujukan, dan sosok Rasul sebagai seorang tauladan yang tak diragukan lagi apapun padanya. 124 Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w. 125 QS Al-Mujadilah: 11 SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1025 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Kompetensi wartawan media cetak oleh penulis disebut sebagai STAF KPK dimana siddiq, tabligh, amanah fatonah,keterampilan pengetahuan dan kesadarn adalah satu kesatuan yang harus dimiliki oleh seorang wartawan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kompetnsi wartawan dalam hal pengetahuan dalam penelitian ini telah memenuhi standarisasi yang baik, karena pengetahuan yang bersifat umum, khusus serta kejurnalistikan atau kewartawanan telah mereka kuasai dan menjadi suatu keharusan bagi seorang wartawan dalam menghimpun beritanya. Keterampilan juga merupakan sebuah keharusan dalma penyajian berita baik bersifat umum ataupun bersifat khusus, kesadaran yang didalammya termasuk keprofesionalismean, adanya etika serta rambu-rambu yang wajib dipatuhi sesuai dengan kaidah KEJ PWI, sudah menjadi hal yang mereka ketahui dan mereka sadar untuk tidak berusaha ataupun pernah melanggar hal tersebut. Dari segi akhlak sifat Rasulullah merupakan keharusan yang dimiliki oleh seorang wartawan yaitu Siddiq, Tabligh, amanah, dan Fatonah, agar keberimbangan suatu berita bukan hanya menjadi sebuah informasi belaka akan tetapi lebih dari itu, pengembangan dan pembangunan akan diperoleh dari sebuah berita yang sangat mengesankan karena, berita disajikan dengan hati dan kesungguhan untuk memberikan kebenaran. Saran Para wartawan sangat diharapkan untuk memenuhi kompetensi yang seharusnya mereka miliki karena kompetansi seorang wartawan sangat dibutuhkan pada kebenaran informasi dan kualitas berita yang akan disajikan nantinya, selain itu hendaknya adanya diskusi yang intens dan serius untuk membahas kompetensi yang dimiliki oleh wartawan saat ini sehingga bisa menerapkan komptensi yang seharusnya pada masing-masing wartawan, terakhir kapada pihak yang ingin dan tertarik pada dunia kewartawanan hendaknyalah benar-benar menjadi seorang wartawan yang benar-benar menyuguhkan berita yang benar beradaya guna untuk masyarakat serta pembangunan bangsa. DAFTAR PUSTAKA Alquran Alkarim 1026 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK Asep syamsul. 2003. jurnalistik dakwah, visi dan misi dakwah bilqalam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Amilia indriyati.2006. belajar jurnalistik dari nilai-nilai Alquran semarang, Samudra. Badiatul muchlisin asti,. 2005. Da’i Bersenjata Pena, bandung, pustaka ulumuddin. Bogdan dan Biklen.1990. Riset Kualitatif untuk pendidikan, terjemahan oleh Munandir. Jakarta. Depdikbud. Burhan bungin.2012 analisi data penelitian kualitatif, Jakkarta, Pt.Raja Grafindo Persada. Haris sumadria.2006. Bahasa Jurnakistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Bandung, simbiosa rekatama media. Hikmat kusuma ninggrat. 2005. purnama kusuma ninggrat. Jurnalistik teori dan praktik, byandung : pt remaja rosda karya. Jhon W.Creswell.2002. Research Design qualitative &Quantitative Approach, Jakarta Kik Pres. Kuntjaraninggrat S. 1986. Metode penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan. Jakarta, Bina Aksara. Lexi J Moleong.1997. metode penelitian kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya. Paulus winarto. 2003. how to handle the journalist. Jakarta, Pt Gramedia. Ridwan. 2004. Metode dan Tekhnik Menyusun Tesis, Bandung, Alfabet. Winamo surakhmad.1982. penelitian ilmiah, dasr metode dan tekhnik. Bandung, Tarsito. Yususf Al-Qardawi. 1996. islam yang didambakan, terj Ghazali Mukti, Yogyakarta, titian ilahi press, SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016 | 1027 TEMA : DINAMIKA PARTAI POLITIK 1028 | SEMINAR NASIONAL FISIP UMPO 2016