BAB II TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA 2.1. Teori Signal Teori

advertisement
BAB II
TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA
2.1.
Teori Signal
Teori Signal menjelaskan tentang bagaimana para investor
memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai
manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namum dalam
kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor
luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak penting
pada struktur modal yang optimal (Brigham, 2005). Signaling theory juga
menjelaskan
mengapa
perusahaan
mempunyai
dorongan
untuk
memberikan infomasi laporan keuangan pada pihak internal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi tersebut adalah karena terdapat
asimetri informasi antara perusahaan dan pihak investor karena perusahaan
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan
datang dibanding pihak luar atau investor dan kreditor (Simanungkalit,
2009).
Teori Signal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan signal kepada pengguna laporan
keuangan. Signal tersebut berupa informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan. Signal yang diberikan
dapat juga dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen
13
untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa
promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
lebih baik dari pada perusahaan lain. (Brigham, 2005)
Menurut teori signal kegiatan perusahaan memberikan informasi
kepada investor tentang prospek return masa depan yang substansial.
Informasi sebagai signal yang diumumkan pihak manajemen kepada
publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan
(Susilowati, 2006). Marwata (2001) menyatakan bahwa return yang
meningkat akan diprediksi dan memberikan signal tentang laba jangka
pendek dan jangka panjang dan analisa yang mengungkap signal tersebut
digunakan untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang.
Teori signal ini membahas bagaimana seharusnya signal -signal
keberhasilan atau kegagalan managemen (agent) disampaikan kepada
pemilik modal (principle). Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap
sebagai signal, yang berarti bahwa apakah agen telah berbuat sesuai
dengan kontrak atau belum. Teori signal juga memprediksikan bahwa
pengumuman efek pada harga saham dan kenaikan deviden adalah positif
(Marwata, 2001)
Perusahaan yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia wajib
mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan.
Informasi yang dipublikasikan oleh emiten akan memberikan sinyal bagi
investor, baik sinyal positif maupun sinyal negatif sesuai dengan
kandungan informasi yang diterima (Jogiyanto, 2000: 392). Pengumuman
14
peningkatan Earning Per share, Return On Investment, Dividend Per
share merupakan sinyal yang positif bagi investor karena menunjukkan
kondisi likuiditas perusahaan yang baik dan perusahaan mampu memenuhi
kebutuhan
investor
berupa
dividen.
Namun,
apabila
perusahaan
mengumumkan tingkat Earning Pershare, Return On Investment, Dividend
Pershare yang menurun, maka informasi ini diterima sebagai sinyal
negatif yang menunjukkan penurunan kinerja perusahaan. Sinyal positif
maupun negatif yang diterima oleh investor akan mepengaruhi tingkat
penawaran dan permintaan saham. Sinyal positif yang diterima oleh
investor menyebabkan permintaan atas saham tersebut menjadi tinggi
sehingga harga saham meningkat, namun jika investor menerima sinyal
negatif atas suatu informasi yang diumumkan oleh emiten maka
permintaan saham akan menurun sehingga harga saham juga menurun.
2.2.
Teori Modigliani dan Miller
Sebuah perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam
menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. Struktur
modal perusahaan haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan
modal sendiri atau ekuitas yang tercermin dari ROE. Penggabungan
berbagai sekuritas yang berbeda pada perusahaan dikenal dengan struktur
modal. Pilihan kombinasi pada struktur modal pada dasarnya merupakan
masalah pemasaran. Perusahaan dapat mengeluarkan kombinasi tak
terhitung dari berbagai sekuritas, tetapi perusahaan tetap mencari
15
kombinasi yang dapat memaksimalkan nilai pasar perusahaan secara
keseluruhan.
Menurut Brealey dan Myers (1998) dalam Hutami (2012) terdapat
dua pendekatan dalam kaitannya dengan struktur modal yang dinamakan
proporsi I dan proporsi II. Pendekatan teori struktur modal yang digunakan
dalam
kaitannya
dengan
penetapan
struktur
modal
yang
mempertimbangkan tingkat keuntungan dan risiko adalah teori dari
Modigliani dan Miller. Teori tersebut dikenal dengan proporsi II. Seperti
yang
diungkapkan
Brealey
dan
Myers,
Modigliani
dan
Miller
mempublikasikan teorinya yang dikenal dengan proporsi II, dimana
dikatakan bahwa laba yang diharapkan oleh pemegang saham akan
meningkat dengan adanya penggunaan hutang dalam struktur modal
perusahaan. Kemudian Modigliani dan Miller melakukan revisi teori
sebelumnya dengan memasukkan faktor pajak perusahaan,
yang
menyebutkan bahwa bunga yang dibayarkan perusahaan sebagai akibat
dari penggunaan hutang dapat digunakan untuk mengurangi laba yang
dikenakan pajak penghasilan atau disebut dengan tax-deductable.
2.3.
Analisis Fundamental
Secara umum terdapat dua pendekatan yang sering digunakan oleh
investor untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal (Bodie, et al, 2005). Analisis
fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi
16
perusahaan untuk memperhitungkan nilai perusahaan. Analisa fundamental
menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan
untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara
akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai
saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan
underpriced bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga
wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan saham dikatakan
overpriced apabila harga saham di pasar saham lebih besar dari nilai
intrinsiknya.
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa untuk memperkirakan
harga saham dapat digunakan analisis fundamental yang menganalisa
kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan
perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar,
hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan
mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang
dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.
Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai
suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan
saham tersebut (Murtanto dan Harkivent, 2000). Kinerja keuangan
perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur dengan
alat ukur dalam bentuk rasio yang diantaranya berupa rasio profitabilitas
dan rasio solvabilitas.
17
2.4.
Pasar Modal
Investasi merupakan kegiatan menempatkan dana pada satu atau
lebih dan satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh penghasilan dan meningkatkan nilai investasi. Seseorang
melakukan investasi antara lain ingin mendapatkan kehidupan yang lebih
layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan
untuk menghemat pajak.
Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor
dalam pengambilan keputusan. Informasi mempunyai makna apabila
investor tersebut melakukan transaksi di pasar modal. Investor dalam
melakukan investasi akan melakukan perkiraan tentang beberapa tingkat
penghasilan yang diharapkan dari investasinya untuk periode tertentu di
masa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Ketidakpastian akan tingkat
penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu bahwa pemodal harus
selalu mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko
investasi.
2.5.
Harga Saham
Menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa
kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan
memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak
terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan
pembayaran semua kewajiban perusahaan. Harga saham dapat dikatakan
18
sebagai indikator nilai perusahaan, yang dalam pandangan investor akan
mencerminkan tingkat keberhasilan dari pengelolaan perusahaan atau
kinerja perusahaan.
Menurut Sunariyah (2006: 21) apabila perusahaan diperkirakan
memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, maka nilai saham
akan menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang
memiliki prospek, maka harga saham akan menjadi rendah. Perubahan
harga saham di pasar modal dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain:
1. Adanya persepsi yang berbeda dari para investor sesuai dengan
informasi yang dimiliki, di mana persepsi tersebut dicerminkan melalui
rate of return yang diharapkan. Apabila sebagian besar investor
mempunyai persepsi bahwa rate of return dari suatu saham tertentu
tidak lagi memadai, maka mereka akan cenderung mengambil
keputusan untuk menjualnya dan ini akan berakibat pada terjadinya
penurunan harga saham.
2. Tingkat pengembalian bebas resiko, yang merupakan tingkat
pengembalian dari suatu alat atau instrumen investasi yang tidak
mengandung resiko. Instrumen tersebut dapat berupa deposito dan
tabungan.
3. Isu-isu dan peristiwa politik yang terjadi di negara yang bersangkutan.
Hal ini akan mengakibatkan para investor cenderung menjual
sahamnya
guna mengantisipasi
terjadinya
hal-hal
yang tidak
19
diharapkan, baik terhadap perusahaan maupun terhadap investasi yang
dilakukannya.
4. Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang diperkirakan
akan dapat mengakibatkan merosotnya harga saham-saham lain.
5. Kebijakan dividen perusahaan, yang oleh para investor dipersepsikan
sebagai suatu isyarat mengenai kondisi dan prospek perusahaan,
terutama mengenai tingkat kemampuan labanya.
6. Tingkat aliran kas (cash flow) perusahaan, terutama berkaitan dengan
tingkat likuiditas perusahaan.
7. Tingkat laba yang dapat dicapai perusahaan, di mana hal ini berkaitan
dengan besarnya tingkat keuntungan atau pengembalian yang akan
dapat diperoleh investor atas investasi yang dilakukannya.
Menurut Tandelilin (2011) dalam penilaian saham dikenal tiga
jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham.
Menurut Tandelilin (2011) pedoman yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
1. Apabila Nilai Investasi > harga pasar saat ini, maka saham tersebut
dinilai under valued (harganya terlalu rendah), oleh karena itu saham
layak untuk dibeli dan ditanam apabila saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila Nilai Investasi < harga pasar sat ini, maka saham dinilai
overvalued (harganya terlalu mahal) oleh karena itu layak dijual.
3. Apabila Nilai Investasi = harga pasar saat ini maka saham tersebut
dinilai wajar harganya dan dalam kondisi keseimbangan.
20
4. Menurut Dyah Ratih (2012), Saham adalah surat berharga sebagai
bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu
perusahaan.
Saham
sebagai
sekuritas
yang
bersifat
ekuitas,
memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan
kepemilikan atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham
tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo dan tidak memberikan
pendapatan tetap. Dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham:
a.
Deviden
Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika
seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai
pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden.
Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya
kepada pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah
rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham
yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah
saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut.
21
b. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Sebagai instrument investasi, saham memiliki resiko, antara lain:
1) Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
2) Resiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan,
atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari
pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban
perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika
masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut,
maka sisa tersebut dibagi secara proposional kepada seluruh pemegang
saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka
pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.
Kondisi ini merupakan resiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk
itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus
mengikuti perkembangan perusahaan.
Menurut Widoatmojo (2011) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
a. Harga Nominal
22
Harga yang tercantum dalam sertifikat yang ditetapkan oleh
emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya
harga nominal memberikan arti penting bagi saham karena deviden
biasanya ditetapkan berdasarkan harga nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini menetapkan pada waktu harga saham tersebut dicatat
di Bursa Efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan
oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan
diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada
masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
c. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan
di Bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin
emisi harga ini yang disebut sebagai harga pasar sekunder dan harga
inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,
karena pada transaksi di pasar sekunder kecil kemungkinan terjadi
negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.
Adapun Jenis Saham dapat dibagi menjadi:
a. Saham Biasa (Common Stock)
Pemegang saham biasa akan mendapatkan deviden pada akhir tahun
pembukuan,
hanya
kalau
perusahaan
tersebut
mendapatkan
23
keuntungan.
Apabila
perusahaan
tersebut
tidak
mendapatkan
keuntungan atau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak
akan mendapat deviden dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya,
yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian selama
kerugian tersebut belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan
tidak diperbolehkan membayar deviden. Fungsi dari saham biasa :
1)
Sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai
alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen.
2)
Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba. Sebagai alat
untuk mengadakan fusi atau kombinasi dari perusahaanperusahaan.
3)
Sebagai alat menguasai perusahaan.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di
atas pemegang saham biasa, yaitu dalam hal:
1.
Pembagian deviden dari saham preferen diambil lebih dahulu,
kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Deviden
saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai
nominalnya.
2.
Pembagian kekayaan, apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam
pembagian kekayaan saham preferen didahulukan dari pada
saham biasa. Tetapi didalam RUPS pemegang saham preferen
tidak mempunyai hak suara.
24
c. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred Stock).
Saham preferen kumulatif hampir sama dengan saham preferen,
perbedaannya terletak pada adanya hak kumulatif. Besarnya deviden
saham preferen kumulatif dinyatakan dalam presentasi tertentu dari
nilai nominalnya.
2.6.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor-faktor yang memperngaruhi harga saham dalam penelitian
ini adalah adalah Earning Pershare, Return On Investment, Dividend Per
share. Penjelasannya adalah sebagai berikut: (Samsul, 2006)
2.6.1. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu komponen
yang diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang
siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS
merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar
saham. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham
biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per
Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan
prospek earning perusahaan di masa depan. (Gede Priana
Dwipratama. 2009)
25
Earning per share merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham
yang diterbitkan (Widiatmojo, 1996 dalam Martono, 2009).
Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang dalam tahap
pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami
peningkatan dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain
semakin besar earning per share menandakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar
saham.
Maksimalisasi laba (profit maximization) sering dipandang
sebagai tujuan yang tepat bagi sebuah perusahaan. Namun, hal ini
sebenarnya memiliki kelemahan karena dengan hanya menerbitkan
saham dan menggunakan hasilnya untuk berinvestasi dalam
sekuritas yang tidak berisiko laba dapat meningkat. Hal tersebut
bagi kebanyakan perusahaan mengakibatkan jatuhnya laba per
saham
(EPS),
sehingga
ukuran
yang lebih
tepat
adalah
memaksimalkan earning per share (Horne dan Wachowicz, 2005
dalam Martono, 2009).
Earning per share adalah termasuk salah satu rasio pasar
(Ang, 1997) rasio pasar pada dasarnya mengukur kemampuan
manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran investasi. Rasio ini merupakan pengukuran yang
paling lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan
26
langsung dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan
kekayaan para pemegang saham (Ang, 1997).
Earning per share adalah salah satu rasio pasar yang
merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para
pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas
keikutsertaan dalam perusahaan. Munawir (2001) dalam Martono
(2009) menyebutkan bahwa earning per share (laba per lembar
saham) biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh
para investor. Earning per share adalah salah satu indikator
pendapatan sehingga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pergerakan harga saham (Taufik, 2002 dalam Martono, 2009).
Semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan
maka semakin besar earning per share perusahaan (Subiyantoro
dan Andreani, 2001 dalam Martono, 2009). Dalam jangka pendek,
rencana pembelian kembali saham mungkin dapat menutupi
kondisi perusahaan yang sebenarnya. Namun hal itu akan
mengurangi kepercayaan pemodal terhadap perusahaan, meskipun
bagi pemodal pendapatannya sendiri dari
saham tersebut
meningkat. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menurun
dan harga saham juga mengalami penurunan (Ang, 1997).
Penggunaan rasio earning per share dalam penelitian ini
yang digunakan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi return
saham adalah menurut pendekatan dari (Sasongko dan Nila, 2006).
27
Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang mampu membuktikan
bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap return saham.
Pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Eduardus
Tandelilin (2001:241) adalah :
“Suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi
laporan neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Komponen
penting utama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan
adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal earning per share
(EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan laba bersih
yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan”.
Sementara menurut Lukman Syamsudin (2004:66) bahwa:
“Pada umumnya pemegang saham dan calon investor sangat
tertarik pada earning per share karena menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.”
Earning Per Share (EPS) selalu menjadi perhatian dalam
laporan keuangan, investor tertarik pada Earning Per Share (EPS)
karena menunjukkan keuntungan untuk tiap lembar saham. Jika
Earning Per Share (EPS) naik, investor akan berinvestasi pada
perusahaan tersebut sehingga harga saham naik. Dan menunjukkan
besarnya bagian keuntungan yang akan diterima pemegang saham.
Pernyataan ini didukung oleh Iskandar Z. Alwi (2003:77) bahwa:
28
“Pendapatan
per
saham
(Earning
per
Share/EPS)
perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada
umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS
menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap
lembar saham”.
Earning per share (EPS) menunjukkan besarnya jumlah
uang yang akan didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar
diperiode tersebut. EPS atau laba per saham (LPS) menurut PSAK
adalah dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang
tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan
jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu
periode. EPS hanya ditujukan untuk perhitungan saham biasa
(common stock).
Semakin besar laba bersih suatu perusahaan, maka akan
semakin besar pula nilai EPS. Jika EPS suatu perusahaan
meningkat, maka semakin besar bagian laba bersih yang dapat
disalurkan sebagai cash dividend kepada pemegang saham biasa.
Menurut Weygandt (1996) dan Elliot (1993:250) dalam artikel
definisi
Earning
Per
Share
(http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi.html)
menyatakan bahwa:
“….Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk
mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil
29
pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka
dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki
earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki
earning per share rendah”.
Formula perhitungan EPS menurut Gitman (2006:68)
adalah :
EPS =
Earnings Available for Common Stockholders
Number of Shares of Common Stock Outstanding
Earnings available for common stockholders dihitung
dengan cara mengurangi Net Income dengan dividend preferred
stock pada periode tersebut atau dengan akumulasi preferred stock
pada periode tersebut. Formula penghitungan EPS di atas tersebut
dengan asumsi tidak terdapat instrumen konversi, seperti stock
option, stock warrant, stock rights, convertible bonds, dan
convertible securities lainnya yang ditukarkan kedalam bentuk
common stock yang dapat menyebabkan terjadinya diluted EPS.
Nilai EPS ini akan digunakan oleh shareholders untuk
menilai
harga
saham
tersebut
dipasaran.
EPS
umumnya
menunjukkan prospek stokeholders dan manajemen perusahaan.
EPS
menjadi
perhatian
utama
investasi
publik
dan
dipertimbangkan sebagai salah satu indikator penting dalam
menilai kesuksesan suatu perusahaan.
2.6.2. Deviden Per Share
30
Dividend Per Share (DPS) merupakan total semua dividen
tunai yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang
beredar (Intan, 2009). Informasi mengenai dividen per share sangat
diperlukan untuk mengetahui berapa besar keuntungan setiap
lembar saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Jika
dividen per share yang diterima naik maka akan mempengaruhi
harga saham di pasar modal. Karena dengan naiknya dividen per
share kemungkinan besar akan menarik investor untuk membeli
saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli
maka harga saham suatu perusahaan akan naik di pasar modal
(Maryati, 2012:4)
Menurut Darmaji (2011: 127) dividen adalah pembagian
sisa laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Besarnya jumlah dividen yang diperoleh oleh investor untuk per
lembar saham yang dimiliki dapat dilihat dalam rasio Dividend Per
Share (DPS). Devidend per share (DPS) menurut Warren et al
(2011) menyatakan bahwa sumber pembiayaan deviden kas kepada
pemegang saham berasal dari laba ditahan yang ditentukan dibagi
dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kemakmuran
bagi perusahaan dan pemegang saham akan mempunyai pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Salah satu kebijakan di
31
perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah
mengenai kebijakan dividen. Menurut Brigham dan Houston
(2006:76) kandungan informasi atau persinyalan yang terdapat di
dalam pengumuman dividen akan memberikan sinyal bagi investor
mengenai perubahan harga saham. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh E.F. Fama dalam Einde Evana (2008: 101)
menyimpulkan bahwa rata-rata harga saham meningkat setelah
pembagian dividen. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa kebijakan perusahaan dalam membagikan dividen
dapat meningkatkan harga sahamnya. Dividen yang dibagikan oleh
perusahaan dapat berupa dividen saham atau dividen tunai. Dividen
tunai merupakan salah satu dividen yang dibagikan oleh
perusahaan.
2.6.3. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) digunakan untuk mengukur
efiktivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Investment
(ROI) merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
aktiva yang dipergunakan (Sartono 2008 : 123). Return on
Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
32
digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan (Dwipratama, 2009).
Menurut Bambang Riyanto (2001: 336) Return on
Investment adalah net earning power ratio. Return on Investment
adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Selain
itu, Return on Investment didefinisikan oleh Lukman Syamsuddin
(1992:63) adalah sebagai berikut ROI merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di
perusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan
untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara
positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat
meningkat dan dapat menaikan harga saham perusahaan.
Modigliani–Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan akan
tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya
(Brigham dan Houston, 2006: 70).
Return on investment atau pengembalian investasi, bahwa
di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan return on
total asset (ROA). ROA ini melihat sejauh mana investasi yang
telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya sama
33
dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan (Fahmi,
2012, h.98)
2.7.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
3.
Peneliti dan Sampel
dan
Tahun
periode peneliti
Stela (2009) Perusahaan LQ45
yang terdaftar di
Bursa
Efek
Indonesia
Variabel dan metode
analisa
Variable indepeden
PER, DER, ROA dan
PBV
Variabel dependen “
Harga saham
Periode Agustus Alat analisis : regresi
2002 s/d 2006.
linier berganda
Henny
Septiana
Amalia
(2010).
Perusahaan
Farmasi di BEI
Periode penelitian
2005-2007
Astrid
Studi
pada
Amanda dkk Perusahaan Food
(2012)
and
Beverages
yang Terdaftar di
BEI Tahun 20082011
Variabel independen
EPS, ROI dan DER
Variabel dependen “
Harga saham
Alat analisis : regresi
linier berganda
Variable independen :
Ratio, Return on
Equity, Earning Per
Share, Price Earning
Ratio,
Variabel dependen
Harga saham
Alat analisis : regresi
linier berganda
Hasil
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa PER,
DER, PBV berpengaruh
terhadap harga saham
sedangkan ROA tidak
berpengaruh
terhadap
harga saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa EPS
dan ROI berpengaruh
terhadap harga saham
sedangkan DER tidak
berpengaruh
terhadap
harga saham
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
secara simultan DER,
ROE, EPS, dan PER
memiliki
pengaruh
signifikan sebesar 64,6%
terhadap harga saham,
sedangkan sisanya 35,4%
dipengaruhi variabel lain
yang tidak digunakan
dalam penelitian. Secara
parsial, variabel DER,
ROE, dan EPS signifikan
pengaruhnya
terhadap
harga
saham.
DER
berpengaruh
negatif
34
terhadap harga saham
dengan nilai koefisien beta
sebesar -55,3%. ROE
berpengaruh
positif
terhadap harga saham
dengan nilai koefisien beta
sebesar
86,2%.
EPS
berpengaruh
positif
terhadap harga saham
dengan nilai koefisien beta
sebesar 43,4%.
4
5.
6
Resciyana
31
perusahaan 1. Var. independen :
Putri Hutami Industri
DPS, ROE, dan
(2012)
Manufaktur yang
NPM
terdaftar di BEI
2. Var. Dependen :
2006-2010
harga saham
Regresi
linier
berganda
Mehrani dan PT
Indofood Variabel independen :
Syafitri
Sukses Makmur ROI, EPS, PER
(2012)
Tbk
Variabel dependen
Harga saham
periode
2006- Alat analisis : regresi
2011
linier berganda
Amelia Dwi Perusahaan LQ45
Wulandari
yang terdaftar di
(2012)
Bursa
Efek
Indonesia
Periode Agustus
2010 s/d Januari
2011.
Variabel
DPS
,ROE,
NPMsecara parsial dan
simultan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap harga saham
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa ROI,
EPS,
dan
PER
berpengaruh
secara
simultan terhadap harga
saham pada PT Indofood
Sukses Makmur Tbk.
Rasio keuangan yang
berpengaruh secara parsial
terhadap harga saham
adalah rasio EPS dan PER
sedangkan
ROI
tidak
berpengaruh secara parsial
terhadap harga saham.
Variabel independen : Hasil
penelitian
Earning Per Share menunjukkan bahwa EPS
(EPS), Dividend Per dan DPS secara simultan
Share (DPS)
berpengaruh
signifikan
terhadap harga saham dan
Variabel dependen
sisanya dipengaruhi faktor
Harga saham
lain diluar yang diteliti.
Secara
parsial
EPS
Alat analisis : regresi berpengaruh secara tidak
linier berganda
signifikan
dan
DPS
berpengaruh
secara
signifikan terhadap harga
35
saham. Dari hasil tersebut
maka
investor
dapat
memperhatikan EPS dan
DPS sebagai pertimbangan
untuk
menentukan
keputusan investasi.
7
Denies
Priatinah
Prabandaru
dan
Adhe
Kusuma
(2013)
31
perusahaan 1) Var. independen :
Pertambangan
EPS , DPS dan
yang terdaftar di
ROI
BEI
2) Var. Dependen :
2008-2010
harga saham
3) Regresi
linier
berganda
Variabel EPS, DPS dan
ROI
secara simultan
berpengaruh
terhadap
harga saham, Sedangkan
EPS dan DPS
secara
parsial
berpengaruh
terhadap harga saham
8
Yoga
Pratama
Putra(2014)
21
Perusahaan
Properti dan Real
Estate terdaftar di
BEI 2011-2012
Variabel ROI ,ROE, EPS
dan NPM secara parsial
dan simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham
2.8.
1. Var.
independen :
ROI,
ROE,
NPM dan EPS
2. Var.
Dependen
:
harga saham
3. Regresi linier
berganda
Pengembangan Hipotesis
2.8.1. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham
Menurut Zaki Baridwan (2007) yang di maksud dengan
Earning per share (EPS) atau laba per saham adalah jumlah
pendapatan yang di peroleh dalam satu periode untuk setiap lembar
saham yang beredar. Laba per lembar saham dapat memberikan
informasi bagi investor untuk mengetahui perkembangan dari
perusahaan, dalam penelitian yang dilakukan Robin Wiguna dan
Anastasia Sri mendari (2008;130) investor dalam mengambil
keputusan banyak memperhatikan pertumbuhan Earning per
36
Sharemenurut Eduardus Tandellin (2001;241) informasi EPS suatu
perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Pemegang saham dan calon investor pada umumnya akan
tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena EPS merupakan
salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Earning Per
Share (EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba bersih
sebelum pajak dengan harga per lembar saham. EPS menunjukkan
seberapa besar keuntungan yang diberikan kepada investor dari
setiap lembar saham yang dimilikinya. Secara sederhana EPS
menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar
saham.
Berdasarkan tingkat keberhasilan perusahaan tersebut, para
investor akan memperhatikan pengaruhnya di masa yang akan
datang
dengan
melihat
prospek
perusahaan
yang
baik.
Pertumbuhan laba per lembar saham perusahaan akan sangat
dipertimbangkan oleh para investor dalam membuat keputusan
untuk berinvestasi. Apabila harga saham mencerminkan kapitalisasi
dari laba yang diharapkan di masa yang akan datang, maka
peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan total
kapitalisasi pasar.
37
Penelitian terdahulu yang dilakukan Yerrika (2009) dalam
Priatinah (2012) variabel EPS memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham.
H1 = Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham
2.8.2. Pengaruh Dividend Per Share terhadap harga saham
Dividen per share (DPS) adalah dividen per lembar saham,
Dividen per lembar saham merupakan keuntungan yang dibagikan
kepada pemegang saham oleh perusahaan sebanding atau sesuai
dengan jumlah saham yang dimiliki dan dapat berupa dividen tunai
atau dividen saham, tetapi yang lebih sering dibagikan adalah
dividen tunai, sebagai hal yang kurang beresiko dari pada potensi
keuntungan modal. Dalam hal ini perusahaan perlu melakukan
pertimbangan dalam pembagian dividen pada rapat umum
pemegang saham tentang komposisi jumlah dividen yang akan
dibagikan dengan jumlah laba ditahan. Menurut Brigham dan
Houtson
(2006:76)
dalam
hipotesis
kandungan
informasi
(information signaling content), dividen yang diberikan dapat
menimbulkan efek terhadap harga saham perusahaan karena dalam
pengumuman pembagian dividen mengandung informasi yang
penting bagi infestor sebagai sinyal dari perusahaan mengenai
prospek perusahaan di masa depan. Selain itu menurut Suad
Husnan (2001:315) faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya,
38
kebijakan dividen dan sebagainya, pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan yaitu
pembagian dividen suatu perusahaan yaitu pembagian dividen
kepada pemegang saham merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi harga saham.
Pengumuman peningkatan Dividend Per Share merupakan
signal yang positif bagi investor karena menunjukkan kondisi
likuiditas perusahaan yang baik dan perusahaan mampu memenuhi
kebutuhan investor berupa dividen. Namun, apabila perusahaan
mengumumkan tingkat Dividend Per Share yang menurun, maka
informasi ini diterima sebagai signal negatif yang menunjukkan
penurunan kinerja perusahaan. Signal positif maupun negatif yang
diterima oleh investor akan mempengaruhi tingkat penawaran dan
permintaan saham. Signal positif yang diterima oleh investor
menyebabkan permintaan atas saham tersebut menjadi tinggi
sehingga harga saham meningkat, namun jika investor menerima
signal negatif atas suatu informasi yang diumumkan oleh emiten
maka permintaan saham akan menurun sehingga harga saham juga
menurun.
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Cerpen Naibaho
(2010) yang hasilnya Dividend per Share berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi Dividend per Share akan semakin tinggi pula
39
harga saham dan sebaliknya jika Dividend per Share yang
dibagikan kepada pemegang saham semakin rendah maka harga
saham juga semakin rendah.
H2= Devidend Per Share berpengaruh terhadap harga saham
2.8.3. Pengaruh Return On Investment terhadap harga saham
Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas
adalah hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam hal menunjukkan kombinasi efek
dari likuiditas manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi,
rasio profitabilitas antara lain adalah margin laba atas penjualan,
kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian
total aktiva/investasi (Return on Investment/ROI) dan tingkat
pengembalian atas ekitas (ROE). Menurut Franklin Plewa, Jr dan
George T, Frieddlob sekilas 85 persen dari semua perusahaan
menghitung ROI dari berbagai segmen bisnis sebagai bagian dari
proses penilaian kinerja para manajer meyakini ROI karena ROI
memperhatikan baik-baik besaran investasi maupun kegiatan yang
menghasilkan labanya, kemampuan manajer dalam mengelola aset
dalam pengaruh oleh usaha investasi yang akan menghasilkan laba
bagi perusahaan mempunyai peran penting terhadap kinerja
perusahaan untuk meningkatkan keuntungan, sehingga rasio ROI
dapat dijadikan indikator dalam menilai kinerja perusahaan yang
tercermin pada harga saham, investor turut berkepentingan
40
terhadap tingkat ROI dalam berinvestasi karena dengan melihat
rasio ROI maka akan terlihat kinerja perusahaan baik dan akan
menghasilkan laba bersih yang tinggi atas penggunaan total aset
perusahaan secara optimal maka dapat mempengaruhi nilai dari
perusahaan.
Return
On
Investment
diperoleh
dengan
cara
membandingkan antara Net Income After Tax (NIAT) yang
diartikan sebagai pendapatan bersih sesudah pajak dengan average
total asset. ROI menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk
operasional perusahaan. Meningkatkan ROI berarti disisi lain juga
meningkatkan pendapatan bersih perusahaan yang berarti nilai
penjualan
juga
akan
meningkat.
Perusahaan
yang
nilai
penjualannya meningkat, akan mendorong terjadinya peningkatan
laba yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam
kondisi baik. Kondisi seperti ini akan mudah untuk menarik
investor, karena para investor lebih suka berinvestasi pada
perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi. Kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang
digunakan
akan
berdampak
pada
para
pemegang
saham
perusahaan.
ROI yang semakin meningkat menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan
41
memperoleh keuntungan dari dividen yang diterima. Dengan
semakin meningkatnya dividen yang diterima oleh para pemegang
saham akan menjadi daya tarik tersendiri untuk tetap menanamkan
sahamnya dan para calon investor untuk menanamkan sahamnya ke
dalam perusahaan tersebut. Hal ini akan mendorong peningkatan
harga saham yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham
yang akan diterima para investor.
Penelitian terdahulu oleh Priatinah dan Kusuma (2012)
yang menyatakan bahwa ROI berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
H3 = Return On Investment berpengaruh terhadap harga saham
2.8.4. Pengaruh EPS, DPS, dan ROI terhadap Harga Saham
Berbagai macam alternatif kegiatan untuk melakukan
investasi di Indonesia mempunyai banyak pilihan bagi seorang
investor yang mempunyai kelebihan dana dalam menyalurkan
dananya. Salah satu tempat investasi yang dapat digunakan oleh
investor untuk melakukan investasinya selain di bank atau investasi
yang berwujud seperti emas maupun tanah yaitu investasi di pasar
modal. Bagi investor, pasar modal merupakan tempat untuk
menyalurkan dananya dalam bentuk berupa saham. Investasi saham
mempunyai daya tarik bagi investor karena dengan investasi berupa
saham investor mempunyai harapan untuk memperoleh keuntungan
berupa capital gain ataupun dividen saham yang tinggi. Pasar
42
modal dapat digunakan oleh investor untuk memperoleh tingkat
penghasilan yang tinggi dan juga memiliki risiko yang tinggi
terhadap investasi tersebut. Sedangkan bagi perusahaan yang go
public, pasar modal merupakan tempat untuk memperoleh
tambahan dana untuk kegiatan operasional perusahaan agar
kelangsungan hidup perusahaan dapat bertahan dan agar dapat
mampu bersaing dengan perusahaan lain.
2.9. Kerangka Pemikiran
Dari gambaran landasan teori dan penelitian terdahulu diperoleh
suatu kesimpulan bahwa laporan keuangan memberikan gambaran kinerja
perusahaan, jika laporan tersebut merefleksikan prospek perusahaan kuat
dan baik, maka nilai saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut akan
mendapat pengaruh dan harganya akan meningkat, akan sebaliknya jika
laporan tersebut merefleksikan kondisi perusahaan yang lemah dan tidak
baik, maka nilai saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut akan
terpengaruh dan harganya akan menurun.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan model penelitian
sebagai berikut:
43
Earning Per Share (EPS)
H1
X1
Dividend Per Share
(DPS) X2
X2
H2
H3
Harga
Saham
(Y)
Ratio On Investment
(ROI ) X3
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
44
Download