PROFIL KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA DI KECAMATAN PANTI KABUPATEN PASAMAN 1 Nur Aminah1, Fitria Kasih2, Ahmad Zaini2 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat nur.aminah19yahoo.com ABSTRACT This Research based on there was not good communication and not effective communication betweeen parents and teenager at Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. This research was described about: 1) Parents’ profile communication for building self concept for teenager at Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman for verbal communication terms. 2) Parents’ profile communication for building self concept for teenager at Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman from nonverbal communication terms. This research was qualitative research and descriptive approach. Population of this research was a teenager, teenager’s parents, one of teenager’s sister, and one of closest teenagers’ friend’s. The instruments used in research was interview guidelines. Technique of data analyis was data reduction, data presentation and conclusions. This research described that: 1) parents’ profile communication for building self concept for teenager from verbal communication terms was not effective and only one way, because the parents did not gave an opportunity to the teenager to responded the message from the parents. 2) parents’ profile communication for building self concept for teenager from nonverbal communication terms was not good, because the parents was expresseds that teenager felt guilty, parents gesture’s was too prohibited the teenagers to do activities in the environment and language sign from the parents was showed that made the teenagers not confidence to do something. This research was recomennded for all parents to expands and have good communication with teenagers, from verbal communication terms and nonverbal communication terms. So, the communication runs effectively. Keywords: Communication, Self Concept, Adolescence sendiri, memerlukan orang lain untuk PENDAHULUAN Komunikasi mempunyai kelangsungan hidupnya. peranan yang sangat penting dalam Sebagaimana menurut Harapan kehidupan manusia. Sama seperti dan Ahmad (2014: 2) komunikasi manusia membutuhkan udara untuk adalah suatu proses penyampaian bernafas adalah pesan dari seseorang kepada orang makhluk sosial yang tidak dapat hidup lain melalui proses tertentu sehingga karena manusia tercapai apa yang dimaksudkan atau Menurut Mappiare, 1982 diinginkan oleh kedua belah pihak, di (Mohammad Ali, 2006: 9) masa dalam komunikasi terkandung maksud remaja berlangsung antara umur 12 atau antara tahun sampai dengan 21 tahun bagi sipenyampai atau sipengirim pesan wanita dan 13 tahun sampai dengan (komunikator) dengan si penerima 22 tahun bagi pria. Rentang usia pesan dan remaja ini daat dibagi menjadi dua tujuan yang jelas antara kedua belah bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai pihak akan mengurangi gangguan atau dengan 21/22 tahun adalah remaja ketidak jelasan, sehingga komunikasi akhir. tujuan yang (komunikan). jelas Maksud yang terjadi akan berjalan secara efektif. dalam kehidupannya Orang tua mempunyai peran besar Remaja bagi perkembangan dan jenjang harus melewati tahapan-tahapan perkembangan. Menurut (2010: 47-48) perkembangan masa Hartinah pembentukan konsep diri remaja. Hal tugas-tugas ini dapat dilakukan dengan sering remaja adalah: melakukan komunikasi agar dapat 1. Mampu menjalin hubungan yang mengenal satu sama lain. Seringnya lebih matang dengan teman sebaya melakukan komunikasi dengan remaja dan jenis kelamin lain. dapat menimbulkan dampak positif 2. Mampu melakukan peran-peran yaitu orang tua dapat memahami sosial sebagai laki-laki dan wanita. kemauan remaja, sehingga orang tua Mampu mampu dan melakukan peran-peran sosial memahami apa yang diinginkan remaja. sebagai Remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau dewasa”. Istilah “tumbuh menjadi adolesence yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup menghargai, luas mencakup kematangan fisik dan psikologis. laki-laki menerima, dan wanita dewasa. 3. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif. 4. Memiliki keberdiri sendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. 5. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. 6. Mampu memilih pantas dibanggakan oleh orang tua darinya. Kejadian seperti ini bisa dan menjadi pemicu untuk remaja mempersiapkan diri untuk sesuatu bersikap sesuai dengan kehendaknya pekerjaan. yang akhirnya berimbas pada konsep 7. Belajar mempersiapkan diri untuk diri remaja itu sendiri. perkawinan dan hidup berkeluarga. 8. Mengembangkan Sebagaimana menurut Menurut konsep-konsep Stuart dan Sundeen, 1998 (Harapan dan keterampilan intelektual untuk dan Ahmad) konsep diri adalah semua hidup bermasyarakat. ide, pikiran, kepercayaan, dan 9. Memiliki perilaku sosial seperti pendirian yang diketahui individu yang diharapkan masyarakat dapat tentang dirinya dan mempengaruhi berpartisipasi individu dalam berhubungan dengan dengan rasa tanggungjawab bagi kemajuan dan orang lain. kesejahteraan masyarakat. Menurut hasil Penelitian yang 10. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. dilakukan Fithria (2008: 36) bahwa sikap orang tua yang terbuka dalam mengembangkan Kurangnya komunikasi dan komunikasi yang akrab, menghargai pendapat dan pola perhatian orang tua akan berpengaruh pikir pada kepribadian remaja, dimana kesempatan untuk mengekspresikan remaja akan cenderung merasa bebas diri sebagai sahabat. Bagi remaja akan atau sangat lepas kontrol sehingga kepribadian remaja akan terganggu. Kurangnya terhadap perhatian remaja mempengaruhi orang tua remaja, dapat memberikan membantu remaja mendapatkan identitas dirinya. Psikososial remaja masih belum tentu akan matang benar, oleh pandangan anak pengarahan orang tua masih sangat diperlukan tua memilih teman sebaya dan identifikasi juga sering membanding-bandingkan dengan yang lain kali remaja idola.Sifat pengarahan dalam itu terhadap dirinya sendiri, sikap orang yang termasuk karena tidak hal lagi akan membuat menggurui tetapi bisa dikembangkan remaja berpikir bahwa tak ada yang dengan tukar pendapat dalam suasana yang demokratis. Pendapat remaja menempatkan dirinya dan berinteraksi perlu di hargai sehingga mereka dalam lingkungan masyarakat, dan merasa keberadaannya terakui. pada saat ada orang lain yang Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman pada saat mengkritiknya remaja merasa tidak terima. Tujuan penelitian ini untuk PLBKS pada bulan Juli 2016, ada mendeskripsikan: beberapa orang tua terlihat bahwa 1. Profil komunikasi orang tua dalam komunikasi yang terjadi antara orang membentuk konsep diri remaja tua dan remaja masih kurang baik, ditinjau dari komunikasi verbal di terlihat dari cara orang tua yang Kecamatan memaksakan Pasaman. kehendaknya kepada remaja tanpa meminta pendapat dari Panti Kabupaten 2. Profil komunikasi orang tua dalam remaja tersebut. Terlihat juga masih membentuk adanya dalam ditinjau dari komunikasi nonverbal memarahi di Kecamatan Panti Kabupaten orang berkomunikasi remaja, tua yang sering membeda-bedakan remaja sehingga membuat remaja merasa rendah diri dan takut Orang memahami tua juga diri remaja Pasaman. METODE PENELITIAN untuk mengemukan pendapatnya. onsep Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif kurang komunikasi nonverbal yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian kualitatif menggunakan remaja yang membuat remaja menjadi metode penelitian deskriptif agar kesulitan dalam berkomunikasi secara individu dapat langsung dengan orang tua. orang tua berbagai gejala yang kurang mengapresiasikan atau terdapat dalam komunikasi orang tua memberi dukungan pada kegiatan dengan remaja secara mendalam. menggambarkan dan fakta yang yang dilakukan remaja di luar rumah Menurut Moleong (2010: 6) yang pada akhirnya membuat remaja penelitian kualitatif adalah Penelitian malu dan tidak mampu beradaptasi yang bermaksud untuk memahami dengan sekitarnya. fenomena apa yang dialami oleh Adanya remaja yang tidak mampu subjek penelitian, misalnya perilaku, lingkungan persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- HASIL DAN PEMBAHASAN lain, secara holistic, dan dengan cara 1. Profil Komunikasi Orang Tua dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja Ditinjau dari Komunikasi Verbal a. Komunikasi Lisan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pada suatu konteks khusus yang alamiah memanfaatkan dan dengan berbagai metode ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui Penelitian komunikasi telah verbal orang tua dengan remaja dilaksanakan pada tanggal 20 Juli maka dapat disimpulkan bahwa sampai disaat 03 Kecamatan Pasaman. ini bahwa Agustus 2017 Panti Kabupaten Informan kunci di dalam berkomunikasi, dilakukan orang tua yaitu tidak merespon perkataan dari remaja penelitian ini adalah kedua orang tua sehingga yaitu ayah dan ibu, dan sebagai merasa tidak dihargai. informan tambahannya yaitu remaja, adik remaja, dan sepupu remaja. ini Orang tua remaja juga sering melakukan hal yang tidak sesuai wawancara. dengan perintah orang tua.Orang data dan tua dalam berkomunikasi di kepercayaan data penelitian yang rumah kalau tidak ada masalah peneliti maka Menjamin berupa membuat menyalahkan remaja jika remaja Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang keabsahan peroleh dapat dilakukan orang tua berbicara dengan cara,yaitu; 1) kepercayaan dengan baik.Orang tua dalam (credibility), menasehati remaja suka marah 2) keteralihan (transferability), 3) dapat dipercaya jika (depenability). Data ini diuji dengan masyarakat. melakukan triangulasi dan remaja di lingkungan Maka dapat disimpulkan mengadakan membercheck, setelah itu komunikasi secara lisan yang dianalisis dengan 3 tahap: 1) reduksi terjadi antara orang tua dan data, 2) penyajian data, dan 3) remaja adalah komunikasi yang penarikan kesimpulan. bersifat satu arah karena tidak adanya umpan balik dari remaja dan orang tua tidak memberikan kesempatan kepada remaja untuk memberikan respon atas informasi yang dia terima. Curtis, dkk tidak baik dan bahasanya tidak sopan. Orang tua juga sering marah (2004: 30) saat membalas pesan teks yang komunikasi satu dikirimkan remaja jika remaja arah di sebut juga komunikasi belum pulang ke rumah.Bahkan intrapesonal yaitu komunikasi jika yang mengacu pada pesan-pesan dikirim remaja orang tua sering yang di kirimkan oleh orang- marah dengan orang secara intern (pemikiran) kata-kata yang sering kali berhubungan Orang dengan diri tolong kepada remaja suka menyatakan sendiri diri).Komunikasi merupakan (evalusi arah dengan komunikasi yang remaja. hanya memberi menggunakan tidak dalam cara maka baik. meminta membentak dapat dalam yang disimpulkan pihak bahwa dengan tidak melalui tulisan seharusnya pihak kesempatan kepada penyampai atau orang tua pesan komunikator dari pesan yang tua satu berlangsung dari satu pihak saja, yaitu membalas berkomunikasi komunikan untuk memberikan dan penerima pesan respon atau tanggapan. remaja seharusnya harus saling b. Komunikasi Tulisan Berdasarkan yaitu memahami maksud dari pesan wawancara yang dikirimkan agar tidak yang telah dilakukan, maka terjadi kesalahpahaman antara si dapat diperoleh hasil bahwa penyampai dengan si penerima komunikasi orang tua dengan pesan. remaja dari komunikasi verbal salah satunya komunikasi Sebagaimana menurut Subarna (2000: 75) komunikasi tulisan, hasil dari wawancara tulisan adalah suatu tersebut terlihat bahwa orang penyampaian pesan komunikasi tua dalam mengirimkan pesan dengan menggunakan kata-kata teks kepada remaja terkadang dalam menggunakan kata-kata yang Sedangkan menurut Jhonson, bentuk proses tulisan. 1981 (A. Supraktiknya, 2016: yaitu 36) adapun bentuk keterampilan namanya bentuk tindakannya, mengirimkan atau menggunakan kiasan. pesan adalah sebagai berikut : h) Menunjukan a) Secara jelas kita harus mengakui dengan pesan yang kita kirimkan. menyebut tingkah laku lawan komunikasi kita tanpa memberikan penilaian maupun interpretasi. b) Membuat pesan kita lengkap dan mudah dipahami. c) Pesan-pesan nonverbal harus sesuai dengan pesan-pesan verbal. 2. Profil Komunikasi Orang Tua dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja Ditinjau dari Komunikasi Nonverbal a. Ekspresi Wajah Berdasarkan hasil wawacara d) Redundansi: pesan-pesan sebaiknya kita seperlunya, ulang bahwa komunikasi orang tua dengan remaja dilihat dari termasuk komunikasi nonverbal dengan menggunakan lebih dari satu ekspresi wajah yaitu, orang tua media untuk mengirimkan sering pesan yang sama. kesedihannya kepada remaja e) Berusaha mendapatkan menunjukan sehingga hal itu ekspresi membuat umpan balik tentang cara remaja merasa bersalah karena pesan kita ditangkap oleh remaja merasa orang tuanya lawan komunikasi kita. bersedih karena dirinya. f) Kita perlu menyesuaikan cara penyampaian dengan sudut pesan kerangka pandang kemampuan kita Orang tua menampilkan juga sering ekspresi yang acuan, tidak menyenangkan kepada maupun remaja saat orang tua sedang daya marah dan orang tua akan atau tangkap lawan komunikasi melampiaskan kita. kepada remaja padahal remaja g) Mengungkapkan sebaiknya perasaan ditempuh salah satu dari tiga cara berikut, kemarahannya tidak tahu masalah yang terjadi. Kemudian kemarahan orang tua akan semakin menjadi-jadi ketika remaja melakukan suatu hasil bahwa gerak-gerik tubuh hal yang membuat orang tua orang tua saat tidak setuju kecewa dengan dengan perilaku pendapat yang remaja, sehingga orang tua dikemukakan mendiamkan dan orang tua akan cuek terhadap membiarkan remaja melakukan pembicaraan remaja. Dan tanpa apapun tanpa di perhatikan sengaja hal itu membuat remaja orang tua. menjadi individu yang tidak remaja Menurut Mulyana (2005: 334-335) ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan percaya remaja maka diri mengungkapkan dalam pendapatnya di hadapan orang lain. Orang tua sering menutup keadaan emosional seseorang. pintu Sebagian pakar mengakui, melakukan kegiatan muda-mudi terdapat beberapa keadaan di luar rumah dengan teman- emosional yang ketika temannya, dikomunikasikan oleh ekspresi jarang wajah kegiatan dipahami yang tampaknya secara kebahagiaan, ketakutan, remaja sehingga ikut ingin remaja terlibat dalam muda-mudi universal: tersebut.orang tua juga akan kesedihan, memukul remaja jika remaja keterkejutan, bertengkar dengan temannya kemarahan, kejijikan, dan minat. sehingga membuat remaja jera Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dan jarang mau keluar rumah. dianggap murni, keadaan emosional sedangkan Sebagaimana menurut Ayu lainnya Sekardjati (2014: 47) bahwa (misalnya malu, rasa berdosa, pesan bingung, dianggap gerakan sebagian anggota badan campuran, yang umumnya lebih seperti mata dan tangan untuk bergantung pada interpretasi. mengkomunikasikan puas) b. Gerak-gerik Tubuh Berdasarkan makna. hasil wawancara maka didapatkan gestural Pesan menunjukan ini berbagai berfungsi untuk mengungkapkan: 1. Mendorong atau membatasi 2. Menyesuaikan atau mempertentangkan sehingga 3. Responsif atau tak responsive 4. Perasaan positif atau negative 5. Memperhatikan atau tidak memperhatikan 6. Melancarkan nada tinggi kepada orang tua, membuat remaja menilai dirinya buruk. Orang tua juga sering membanting pintu dengan keras jika remaja berbohong kepada atau tidak reseptif orang tua, itulah sebabnya remaja sering berkata tidak jujur 7. Menyetujui atau menolak. c. Bahasa Isyarat kepada orang tua karena takut orang tua akan melakukan hal Berdasarkan hasil yang demikian. wawancara maka didapatkan Sebagaimana menurut Ling hasil bahwa komunikasi orang dan Dariyo (2002: 89) bahwa tua dengan bahasa isyarat yang bahasa isyarat adalah salah satu mana dalam kaedah sering menggunakan orang tua berkomunikasi komunikasi yang simbol-simbol menggelengkan kepala ketika tanpa menggunakan suara atau remaja tidak boleh berbicara, dikenali alasannya communication. Simbol-simbol agar remaja sebagai non-verbal mengetahui saat kapan remaja yang boleh berbicara dan saat kapan merupakan pergerakan tangan tidak boleh berbicara. dan anggota badan yang lain, Jika remaja melakukan kegiatan ingin di luar digunakan boleh mimik muka, gambar, simbolsimbol atau isyarat yang rumah dengan temannya, maka mempunyai makna tertentu dan orang tua akan menutup pintu boleh dan tidak membolehkan remaja pihak keluar dari rumah. Orang tua penerima pesan. juga akan menggunakan bahasa isyarat dengan meletakkan dipahami yaitu oleh pemberi kedua dan KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tangannya di bibir sebagai tanda yang peneliti lakukan tentang profil agar remaja tidak bicara dengan komunikasi orang tua dalam pembentukan konsep diri remaja di bahasa isyarat yang orang tua Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman tunjukan dapat disimpulkan sebagai berikut: menjadi individu yang 1. Profil komunikasi orang tua dalam pembentukan konsep diri remaja di Kecamatan Panti Pasaman jika komunikasi Kabupaten ditinjau verbal dari komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan remaja masih kurang berjalan dengan efektif dan bersifat satu arah, karena dalam berkomunikasi orang tua sering memarahi remaja remaja baik melakukan Orang tua kesalahan juga remaja untuk merespon pesan yang disampaikan oleh orang tua. 2. Profil komunikasi orang tua dalam pembentukan konsep diri remaja di Panti Kabupaten Pasaman ditinjau dari komunikasi nonverbal masih dikarenakan kurang orang berkomunikasi ekspresi tua baik dalam menunjukan wajah yang membuat remaja merasa bersalah, gerakgerik orang melarang kegiatan tua remaja yang tidak percaya diri. DAFTAR PUSTAKA Abay, D. Subarna. 2000. Unsur Estetika dan Simbolik Pada Bangunan Islam. Jakarta: Diskusi Ilmiah Arkeologi II. Ali, Mohammad dan Asrori. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ayu, Sekardjati. 2014. Dia Jujur Nggak Sih?. Yogyakarta: Pinang Merah Publisher. Curtis. 2000. Gambaran Karakteristik Anak. Jakarta: Universitas Indonesia. tidak memberikan kesempatan kepada Kecamatan remaja ketika maupun ketika ada masalah di rumah. menjadikan terlalu melakukan di lingkungannya dan Fithria. (2007). Hubungan Komunikasi Keluarga dengan Konsep Diri Remaja. Jurnal Penelitian .Nomor 1. Hlm. 32-36. Harapan, Edi dan Ahmad Syarwani. 2014. Komunikasi antar Pribadi. Jakarta: Grafindo Persada. Hartinah, Sitti. 2010. Perkembangan bagi Peserta Didik. Bandung: Redika Aditama. Moleong, J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Supratiknya, A. 2016. Tinjauan Psikologis Komunikasi antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Yioe, Ling & A. Dariyo. 2002. Interaksi sosial & Harga Diri. Jakarta: Universitas Tarumanegara.