CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI MTs. NURUL UMMAH CIAMPEA, BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh EMY OKTAVIA NIM: 1811013000028 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M ABSTRAK EMY OKTAVIA, 1811013000028; “Campur Kode dan Alih Kode dalam Proses Belajar Mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor”. Penelitian pada siswa kelas VIII MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea Bogor. Skripsi Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis melihat adanya campur kode dan alih kode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Penulis juga ingin melihat manfaat atau fungsi penggunaan campur kode dan alih kode yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor. Untuk memahami campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar, penulis mendata dan mengkalsifikasikan terlebih dahulu campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi penggunaan campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan dan dokumentasi. Pelaksanaan pengumpulan data dengan menggunakan metode pengamatan dan dokumentasi (rekam) dilakukan pada saat proses belajar mengajar dimulai sampai proses belajar mengajar berakhir. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea Bogor, tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian diperoleh data dari segi bentuk dan fungsi campur kode dan alih kode. Dari hasil klasifikasi bentuk data campur kode penggunaan bahasa Sunda dalam proses belajar mengajar yang diperoleh yaitu bentuk yang sering muncul adalah dari segi bentuk kata dan kalimat, sedangkan hasil klasifikasi bentuk data alih kode penggunaan bahasa Sunda yang sering muncul adalah dari bentuk segi kalimat. Dari fungsi campur kode dan alih kode bahasa Sunda yang digunakan dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor yaitu untuk mejalin keakraban, memberikan penjelasan, penegasan kepada peserta didik serta memahami dan mengetahui materi lebih dalam bagi peserta didik. Kata Kunci: campur kode, alih kode, proses belajar mengajar. i KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-NYA sehingga penulis diberikan kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini, shalawat berserta salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, petunjuk, dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Nurlena Rifa’i M.A., Ph,D., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA. M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang selalu memberikan arahan, saran, dan masukan kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam menempuh perkuliahan. 3. Dr. Nuryani, S.Pd. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan, petunjuk dan ilmu yang sangat bermanfaat serta waktu yang telah diluangkan dalam membimbing dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. ii 5. Yudi Saepul Rizal, M.Pd., selaku Kepala MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea Bogor, yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 6. Keluarga besar KH. Syibli, yang selalu mendoakan penulis untuk tetap semangat menuntut ilmu yang Allah ridhoi. 7. Ibunda tersayang Salmah, yang selalu memberikan motivasi dan doanya serta dengan tulus menjaga buah hati penulis selama menempuh perkuliahan hingga selesai. 8. Suami tercinta Yudi Saepul Rizal, M.Pd., yang selalu memberikan bantuan dan dukungan moril maupun materil, serta anak-anakku tercinta ananda Fazrian Awal Al Fharabi, Zahra Abie Nabila, Faris Syahba Salzabil, yang selalu menjadikan penyemangat dalam menempuh perkuliahan ini hingga selesai. 9. Nawawi, S.Pd.I. dan Elis Fadliyah, S.Pd., yang turut serta dalam membantu dalam penyusunan skipsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan PBSI Dual Mode, yang telah memberikan saran dan informasinya. Terimakasih tidak lupa saya sampaikan kepada semua pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan kontribusi yang sangat berharga hingga terselesaikannya skripsi ini. Akhir kata harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan lembaga-lembaga pendidikan sebagai perbandingan maupun dasar untuk penelitian lebih lanjut. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapakan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Jakarta, Juli 2014 Penulis iii DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR TABEL............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3 C. Batasan Masalah ........................................................................ 3 D. Rumusan Masalah ...................................................................... 3 E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Sosiolinguistik............................................................................. 5 B. Kedwibahasaan .......................................................................... 6 C. Campur Kode.............................................................................. 8 D. Alih Kode................................................................................... 13 E. Sintaksis..................................................................................... 17 F. Variasi bahasa............................................................................ 21 G. Bahasa Pengantar dalam Proses Belajar Mengajar ................... 23 H. Penelitian yang Relevan ............................................................ 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 26 B. Metode dan Desain Penelitian .................................................. 27 C. Objek Penelitian ........................................................................ 27 D. Subjek Penelitian ...................................................................... 28 iv E. Prosedur Penelitian .................................................................... 28 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 28 G. Instrumen Penelitian .................................................................. 30 H. Teknik Analisis Data ................................................................. 31 BAB IV PEMBAHASAN A. Latar Belakang MTs. Nurul Ummah ......................................... 33 B. Profil MTs. Nurul Ummah ........................................................ 34 C. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah ............................................... 34 D. Keadaan Pendidik dan peserta didik ......................................... 35 E. Deskripsi dan Analisis Data Campur Kode dan Alih Kode dalam Proses Belajar Mengajar MTs. Nurul Ummah ............... 38 BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................... 84 B. Saran ......................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jadwal Pengumpulan Data Tabel 1.2 Analisis Bentuk Campur Kode Tabel 1.3 Analisis bentuk Alih Kode Tabel 2.1 Profil Madrasah Tabel 2.2 Staf Pengajar MTs. Nurul Ummah Tabel 2.3 Data Campur Kode Tabel 2.4 Data Alih Kode vi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Transkripsi Kegiatan Proses Belajar Mengajar Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 4 Surat Izin Penelitian vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa Indonesia adalah sarana untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam pikiran, alat komunikasi sebagai penyampai pesan, sekaligus merupakan wujud dalam perkembangan kebudayaan suatu bangsa. Sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa Indonesia mempunyai status istimewa sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Berbahasa adalah aktivitas sosial, dan sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi memegang peranan yang penting dalam berbagai ranah, seperti pemerintahan, keluarga, agama, etnik, maupun pendidikan. Kegiatan berbahasa bisa terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Dalam ranah pendidikan, bahasa Indonesia merupakan pengantar dalam proses belajar mengajar. Bahasa menjadi media yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran. Melalui bahasa, peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan pendidik. Melalui bahasa pula, peserta didik dapat mengatasi kesulitannya dalam proses pembelajaran. Berdasarkan aspek linguistik terdapat istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut kedwibahasaan “berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa, masyarakat tutur yang terbuka dan mempunyai hubungan dengan masyarakat tutur lain, tentu akan mengalami apa yang disebut kontak bahasa dengan segala peristiwa-peristiwa kebahasaan sebagai akbitnya ”.1 Dengan adanya kontak komunikasi yang dwibahasa sehingga melahirkan alih kode dan campur kode. Kontak bahasa yang terjadi di dalam diri dwibahasawan menyebabkan saling pengaruh antara B1 dan B2. “Penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa lainnya disebut transfer”.2 Penguasaaan dua bahasa atau lebih oleh seorang 1 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta 2010), h. 84. 2 Henry Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2011), h. 16. 1 2 penutur bahasa memungkinkan terjadinya dampak negatif maupun positif. Bila sistem yang digunakan itu bersifat membantu karena kesejajaran maka transfer itu disebut transfer positif yang mengakibatkan terjadinya pembaharuan yang sifatnya menguntungkan kedua bahasa. Sebaliknya, bila sistem yang digunakan itu berlainan atau bertentangan dan bersifat mengacaukan karena perbedaan sistem bahasa disebut transfer negatif, ini menyebabkan timbulnya kesulitan dalam pengajaran B2 sekaligus merupakan salah satu sumber kesalahan berbahasa yang akhirnya melahirkan interferensi, yaitu penyimpangan dari norma-norma bahasa sebagai akibat pengenalan terhadap bahasa lain. Alih kode dan campur kode ini terjadi karena faktor kebiasaan akibat dari pergaulan antara penutur bahasa. Alih kode dan campur kode terjadi karena faktor keinginan menjelaskan dan menafsirkan sesuatu yang disebabkan oleh keinginan pendidik untuk menyampaikan materi yang dapat dipahami peserta didik dengan baik, sementara peserta didik lebih memahami segala sesuatu hal yang ingin diketahui dengan menggunakan alih kode dan campur kode. Faktor ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung dengan penutur yang dalam hal ini pendidik dengan peserta didik. Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah, pendidik dan peserta didik senantiasa menggunakan alih kode dan campur kode dalam tuturannya. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar dapat dipahami satu sama lain. Dalam dunia pendidikan, alih kode dan campur kode masih dapat kita lihat, khususnya dalam interaksi belajar mengajar di sekolah. Hal ini bisa terjadi karena warga sekolah menguasai lebih dari satu bahasa. Dari observasi awal di MTs. Nurul Ummah, penulis menemukan bahwa dalam proses belajar mengajar masih terdapat unsur-unsur bahasa daerah yakni bahasa Sunda sebagai pengantar. Misalnya, “Maksudna kumaha?” (Maksudnya bagaimana?)”. Dari ungkapan tersebut, diketahui bahwa terjadi fenomena alih kode dan campur kode Sunda bahasa Indonesia . Hal ini bukan sesuatu yang mustahil terjadi mengingat latar belakang bahasa peserta didik dan pendidik yang sebagian besar menguasai bahasa Sunda sebagai bahasa pertama (B-1). 3 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bentuk campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. 2. Manfaat penggunaan campur kode dan alih kode bagi pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. 3. Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dengan adanya alih kode dan campur kode di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. 4. Kendala yang dihadapi pendidik dan peserta didik dengan adanya alih kode dan campur kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dengan fenomena kebahasaan campur kode dan alih kode yang ditemukan, penulis mencoba meneliti campur kode dan alih kode bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. D. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan agar dalam pelaksanaan penelitian dapat mencapai tujuan dengan baik, maka masalah yang diteliti harus dirumuskan. Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor? 2. Apa fungsi campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor? 4 E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. 2. Untuk mendeskripsikan fungsi penggunaan campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis penelitian ini adalah dapat mengembangkan teori sosiolingustik, khususnya mengenai alih kode dan campur kode serta bahasa dalam proses belajar mengajar. 2. Manfaat Praktis a. Guru bahasa Indonesia Memberikan sumbangan informasi tentang bahasa yang seharusnya dipakai dalam proses belajar mengajar sehingga pendidik dan peserta didik mengetahui bahwa alih kode dan campur kode tidak diperkenankan digunakan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. b. Peserta Didik Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara langsung bagi peserta didik untuk memberikan sumbangan pengetahuan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam proses belajar mengajar. c. Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian sejenis. BAB II LANDASAN TEORI Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial yang ingin diteliti dan teori adalah alat bantu dari ilmu dengan cara memberikan definisi dari tiap-tiap jenis data yag akan dibuat abstraksinya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang terkait. Semua teori tersebut dipaparkan sebagai berikut. A. Sosiolinguistik “Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat”.1 “Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana yang dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia”.2 Fishman memaparkan “sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam suatu masyarakat tutur”.3 Sementara, Apel mengatakan “sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi konkret”.4 “Linguistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara luas dan umum. Secara luas berarti cakupannya meliputi semua aspek dan komponen bahasa. Secara umum berarti sasarannya tidak hanya terbatas pada salah satu bahasa saja (misalnya bahasa Indonesia saja). Akan tetapi semua bahasa 1 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta 2010), h. 2. 2 Ibid, h. 3. 3 Ibid, 4 Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 6. 5 6 yang ada di dunia. Secara garis besar cakupan linguistik meliputi dua lingkup, yaitu lingkup mikrolinguistik dan lingkup makrolinguistik”.5 1. Mikrolinguistik Mikrolingiuistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam rangka kepentingan ilmu bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain dan tanpa memikirkan bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 2. Makrolinguistik Makrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan dunia di luar bahasa, yang berhubungan dengan ilmu lain dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan definisi-definisi yang telah diuraikan oleh para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Linguistik menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. B. Kedwibahasaan Kedwibahasaan merupakan fenomena yang menggejala di setiap negara di dunia ini termasuk Indonesia. Di samping itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi dan bahasa nasional. Selain itu, keterlibatan dengan negara lain yang memiliki bahasa yang berbeda juga merupakan fakta yang menyebabkan timbulnya kedwibahasaan. Teori kedwibahasaan sangat terkait dengan alih kode dan campur kode, karena alih kode dan campur kode merupakan aspek kedwibahasaan. Selain itu, subjek yang diteliti merupakan masyarakat kedwibahasaan yang cenderung melakukan alih kode dan campur kode. Pendapat beberapa para ahli sehubungan dengan kedwibahasaan. Encyclopedia Britanica mendefinisikan “penguasaan dua bahasa atau lebih kedwibahasaan atau keanekabahasaan adalah suatu keterampilan khusus, 5 Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 21-22. 7 kedwibahasaan dan keanekabahasaan merupakan istilah yang relatif karena tipe dan jenjang penguasaan bahasa seseorang berbeda”.6 Sementara, bloomfield mendefinisikan kedwibahasaan adalah “penguasaan dua bahasa secara sempurna, tentu saja penguasaan dua bahasa itu tidak dapat dijelaskan secara tepat karena penguasaan itu berjenjang atau relatif”.7 Kedwibahasaan adalah hasil dari pemerolehan bahasa, kedwibahasaan menimbulkan interferensi dan interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa”.8 Sementara, Weinreich mengatakan bahwa „kedwibahasaan the pratice of alternately using two languages (kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian)”.9 Faktor yang mendorong terjadinya bilingualisme atau kedwibahsaan adalah adanya kontak bahasa di dalam otak. Bilingualisme adalah kasus yang hampir dialami oleh separuh lebih orang Indonesia. Masyarakat Indonesia rata-rata menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia, khususnya ragam lisan. Lado menyatakan bahwa “kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya”.10 Sementara itu, Weinreich “membedakan kemampuan bilingualisme menjadi tiga tipe‟,11 yaitu: 1. Kedwibahasaan Majemuk Kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa yang lebih baik dari pada kemampuan berbahasa yang lain. 2. Kedwibahasaan Koordinatif Kedwibahasaan koordinatif adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama baiknya oleh individu. Proses kedwibahasaan ini terjadi karena seorang individu memiliki pengalaman yang berbeda dalam menguasai dua bahasa sehingga jarang sekali dipertukarkan pemakainnya. 6 Henry Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2011), h. 8. 7 Ibid, h. 8. 8 Ibid, h. 15. 9 Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 23. 10 Nuryani, dan Dona Aji Kurnia Putra, Psikolinguistik, (Ciputat: Mazhab, 2013), h. 176 11 Ibid, h. 177. 8 3. Kedwibahasaan Subordinatif Kedwibahasaan Subordinatif merupakan kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan unsur B2 atau sebaliknya. Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar yang telah di uraikan di atas mengenai kedwibahasaan dapat penulis simpulkan bahwa, kedwibahasaan adalah peristiwa pemakaian dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa-bahasa tersebut dalam keadaan saling kontak pada diri penutur secara individual. Kedwibahasaan ini sangat terkait dengan campur kode dan alih kode yang akan penulis teliti, karena campur kode dan alih kode merupakan aspek kedwibahasaan. C. Campur Kode Pembahasan mengenai campur kode, biasanya diikuti dengan pembicaraan tentang campur kode. Campur kode terjadi apabila seseorang penutur bahasa, misalnya bahasa Indonesia memasukan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia. Dengan kata lain, seseorang yang berbicara dengan kode utama bahasa Indonesia yang memiliki fungsi keotonomiannya, sedangkan kode bahasa daerah yang terlibat dalam kode utama merupakan serpihan-serpihan saja tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Nababan memaparkan ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi berbahasa formal, jarang terjadi campur kode kalau terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing”.12 Campur kode adalah ”sebuah kode utama atau dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode”.13 12 13 Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 87 Abdul Chaer dan Leonie, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.114 9 Sementara Pieter muysken menjelaskan bahwa “a am using the term codemixing to refer to all cases where lexical items and grammatical features from two languages appear in one sentence” “(penggunaan istilah campur kode diartikan apabila bagian-bagian kebahasaan atau struktur bahasa dari dua bahasa muncul dalam kalimat)”.14 Seorang penutur yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Thelander menjelaskan, “apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid pharases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak ada lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode”.15 Dari beberapa pendapat dan pandangan para ahli mengenai campur kode dapat disimpulkan bahwa campur kode merupakan peristiwa penggunaan bahasa atau unsur bahasa lain ke dalam suatu bahasa atau peristiwa pencampuran bahasa atau seorang penutur yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Peristiwa campur kode dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada saat melakukan interaksi. Terjadinya campur kode biasanya disebabkan oleh tidak adanya padanan kata dalam bahasa yang digunakan untuk menyatakan suatu maksud. Sesuai dengan kesimpulan di atas, keterkaitan teori campur kode dengan penelitian ini mencakup campur kode bahasa Sunda ke dalam Bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea Bogor. 1. Faktor Penyebab Campur Kode Campur kode muncul karena tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang menjadi faktor terjadinya campur kode itu. Pada penjelasan sebelumnya telah dibahas menganai ciri-ciri peristiwa campur kode, yaitu tidak dituntut oleh situasi dan 14 Made Iwan Indrawan Jendra, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.78. 15 Chaer dan Leonie ofcit , h.115. 10 konteks pembicaraan, adanya ketergantungan bahasa yang mengutamakan peran dan fungsi kebahasaan yang biasanya terjadi pada situasi yang santai. Berdasarkan hal tersebut, Suwito memaparkan beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode yaitu sebagai berikut. a. Faktor peran Yang termasuk peran adalah status sosial, pendidikan, serta golongan dari peserta bicara atau penutur bahasa tersebut. b. Faktor ragam Ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan oleh penutur pada waktu melakukan campur kode, yang akan menempati pada hirarki status sosial. c. Faktor keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan Yang termasuk faktor ini adalah tampak pada peristiwa campur kode yang menandai sikap dan hubungan penutur terhadap orang lain, dan hubungan orang lain terhadapnya. Jendra mengatakan bahwa “setiap peristiwa wicara (speech event) yang mungkin terjadi atas beberapa tindak tutur (speech act) akan melibatkan unsur pembicara dan pembicara lainnya (penutur dan petutur), media bahasa yang digunakan, dan tujuan pembicaraan”16. Lebih lanjut, Jendra menjelaskan bahwa ketiga faktor penyebab itu dapat dibagi lagi menjadi dua bagian pokok, umpamanya peserta pembicaraan dapat disempitkan menjadi penutur, sedangkan dua faktor yang lain (faktor media bahasa yang digunakan dan faktor tujuan pembicaraan) dapat disempit lagi menjadi faktor kebahasaan. d. Faktor Penutur Pembicara kadang-kadang sengaja bercampur kode terhadap mitra bahasa karena dia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Pembicara kadang-kadang melakukan campur kode antara bahasa yang satu ke bahasa yang lain karena kebiasaan dan kesantaian. Contoh: “Ok, urang kudu stand by”. 16 Jendre dalam weebesite:http://datayuni.blogspot.com/2010/06/campur-code.html 11 e. Faktor Bahasa Dalam proses belajar mengajar media yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa lisan. Penutur dalam pemakaian bahasanya sering mencampurkannya bahasanya dengan bahasa lain sehingga terjadi campur kode. Misalnya hal itu ditempuh dengan jalan menjelaskan atau mengamati istilahistilah (kata-kata) yang sulit dipahami dengan istilah-istilah atau kata-kata dari bahasa daerah maupun Bahasa Asing sehingga dapat lebih dipahami. Contoh: “Kita harus enjoy dalam bekerja”. Uraian tentang faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode yang dipaparkan di atas sangat terkait dengan penelitian yang dilakukan. 2. Jenis-jenis Campur Kode Berdasarkan unsur serapan yang menimbulkan terjadinya campur kode itu, campur kode dibagi menjadi tiga bagian17. Bagian-bagian tersebut akan diuraikan di bawah ini. a. Campur Kode ke Luar (outer code mixing) Dalam hal ini, “campur kode keluar adalah campur kode yang menyerap unsur- unsur bahasa asing”. Misalnya, dalam peristiwa campur kode pada pemakaian bahasa Indonesia terdapat sisipan dari bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Cina, dan lain sebagainya. Lebih konkret contoh berikut akan memperjelas pengertian campur kode keluar : “Maybe, tapi saya belum berani memastikannya”. Kalimat di atas menunjukkan sebuah kalimat yang bercampur kode. Dikatakan bercampur kode karena dalam kalimat tersebut terdapat kata dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris (Maybe). Oleh karena itu, kalimat itu bercampur kode keluar. Teori campur kode keluar di atas tidak terkait dengan penelitian ini karena subjek yang diteliti adalah pendidik dan peserta didik yang mencampurkan bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia. Jadi, dalam penelitian ini yang diteliti adalah campur kode ke dalam. 17 Ibid, datayuni.blogspot.com 12 b. Campur Kode ke Dalam (Inner Code Mixing) Mengenai definisi tentang campur kode ke dalam, ada beberapa ahli yang memiliki pandangan yang hampir sama. Suwito mengatakan bahwa seorang yang dalam pemakaian bahasa Indonesianya banyak menyisipkan unsur- unsur bahasa daerah, atau sebaliknya. Maka, penutur tersebut bercampur kode ke dalam. Sementara itu, Jendra menyatakan campur kode ke dalam adalah jenis kode yang menyerap unsur-unsur bahasa sunda yang sekerabat. Gejala campur kode pada peristiwa tururan bahasa Indonesia terdapat di dalamnya unsur-unsur bahasa daerah seperti bahasa Bali, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan sebagainya. Lebih jelasnya, berikut contoh kalimat yang bercampur kode ke dalam: “Sebelum pelajaran dilanjutkan, sok saha nu bade naros?”. Dari teori mengenai campur kode ke dalam di atas, dapat ditentukan bahwa teori campur kode ke dalam terkait dengan penelitian ini karena latar belakang kedwibahasaan yang dimiliki guru dan siswa yang bahasa ibunya adalah bahasa Sunda. Campur kode yang diteliti termasuk dalam kategori jenis campur kode ke dalam. c. Campur Kode Campuran Definisi mengenai campur kode campuran ialah “campur kode yang di dalam (mungkin klausa atau kalimat) telah menyerap unsur bahasa Bali/Melayu/Sunda (bahasa daerah) dan bahasa asing”18. Selanjutnya Jendra lebih tegas mengatakan bahwa campur kode campuran merupakan unsur serapan yang diterima oleh bahasa penyerap dengan pembagian menjadi dua bagian seperti (inner dan outer code mixing) telah pula dilakukan. Misalnya “seorang mahasiswa hendaknya bisa eling dan established”. Kalimat di atas menunjukkan sebuah kalimat yang bercampur kode campuran. Jika kita melihat kata eling (ingat) yang berasal dari bahasa daerah yaitu bahasa Sunda, kalimat tersebut merupakan campur kode ke dalam. Namun, jika kita melihat kata estabilished yang berasal dari bahasa asing (bahasa Inggris) maka kalimat di atas merupakan kalimat yang bercampur kode ke luar. Jadi secara 18 Ibid, datayuni.blogspot.com 13 keseluruhan kalimat di atas dimaksukkan dalam kalimat yang bercampur dengan kode campuran karena dalam kalimat di atas terdapat unsur bahasa daerah (bahasa Sunda) dan bahasa asing (bahasa Inggris). Dari paparan di atas, dapat ditentukan bahwa tidak ada keterkaitan antara teori campur kode campuran dengan penelitian ini. Ini disebabkan oleh dalam penelitian ini subjek yang diteliti yaitu guru dan siwa cenderung menggunakan Bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar. D. Alih Kode Alih kode adalah Peristiwa pergantian bahasa yang digunakan dalam proses belajar mengajar dari bahasa sunda ke bahasa Indonesia, atau berubahnya dari ragam santai menjadi ragam resmi, atau ragam resmi ke ragam santai.19 Pengertian alih kode serupa itu mengenai sebagai alih “gejala kode, peralihan Appel mendefinisikan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi”.20 Dell Hymes menyatakan “Code switching has become a common term for alternate use of two or more language, or varieties of language, or even speech styles” ( alih kode telah menjadi istilah umum untuk alternatif kita dari dua atau lebih bahasa, variasi bahasa, atau bahkan gaya bicara)”.21 Pietro menyatakan bahwa “Code switching is the use of more than one language by communicants in the execution of a speech act” (alih kode terjadi dalam suatu tuturan yang menggunakan lebih dari satu bahasa)”.22 Sementara wardhaugh membedakan alih kode atas dua bagian, yaitu situational codeswitching dan metaporical code-switching. Situational code-switching terjadi bila bahasa yang digunakan berubah sesuai dengan situasi tempat para penutur berada. Mereka berbicara dalam suatu bahasa dalam suatu situasi dan dalam bahasa yang lain pada situasi yang lain pula. Dalam hal ini tidak terjadi perubahan topik. Jika 19 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta 2010), h. 107. 20 Ibid, h. 107. 21 Made Iwan Indrawan Jendra, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 74. 22 Ibid, h. 74. 14 suatu topik menghendaki perubahan bahasa yang digunakan, maka alih kode yang terjadi disebut metaporical code-switching”.23 Selanjutnya, Soewito membedakan adanya dua macam alih kode yaitu, alih kode intern dan alih kode ekstern. “Alih kode intern adalah alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya, sedangkan alih kode ekstern adalah alih kode terjadi antara bahasa sendiri (salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal reportoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing”.24 1. Faktor Penyebab Alih Kode Fishman mengemukakan penyebab terjadinya alih kode yaitu, “siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa”.25 Dalam berbagai kepustkaan linguistik secara umum penyebab alih kode itu disebutkan antara lain:26 a. Pembicara atau penutur Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode untuk mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya itu. Alih kode untuk memperoleh „keuntungan” ini biasanya dilakukan oleh si penutur yang dalam peristiwa tutur itu mengharapkan bantuan lawan tuturnya. b. Pendengar atau lawan tutur Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur itu. Dalam hal lain biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. c. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. 23 Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 161. Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta 2010),h. 114. 25 Ibid, h. 108. 26 Ibid, h. 108-111. 24 15 d. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya Perubahan situasi bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur terjadi untuk menyesuaikan diri dengan peran, atau adannya tujuan tertentu. e. Perubahan topik pembicaraan Berubahnya topik pembicaraan dapat juga menyebabkan terjadinya alih kode, perpindahan topik yang menyebabkan terjadinya perubahan situasi dari situasi formal menjadi situasi tidak formal merupakan penyebab ganda. Di samping perubahan situasi, setiap bahasa dan ragam-ragamnya itu mempunyai fungsi pemakaian tertentu. Maka, menurut Widjajakusumah penyebab terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia adalah karena:27 a. kehadiran orang ketiga; b. perindahan topik dari yang nonteknis ke yang teknis; c. beralihnya suasana bicara; d. ingin dianggap terpelajar; e. ingin menjaukan jarak; f. menghindarkan adanya bentuk kasar dan halus dalam bahasa Sunda; g. mengutip pembicaraan orang lain; h. terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia; i. mitra bicaranya lebih mudah; j. berada ditempat umum; k. menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Sunda; l. beralih media/sarana bicara. sedangkan penyebab alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda adalah karena: a. perginya orang ketiga; b. topiknya beralih dari hal teknis ke hal nonteknis; 27 Ibid, h. 112-113. 16 c. suasana beralih dari remi ke tidak resmi; dari situasi kesundaan keindonesiaan; d. merasa ganjil untuk tidak berbahasa sunda dengan orang sekampung; e. ingin mendekati jarak; f. ingin beradab-adab dengan menggunakan bahasa sunda halus, dan berakrab-akrab dengan bahasa Sunda kasar; g. mengutip dari peristiwa bicara yang lain; h. terpengaruh oleh lawan bicara yang berbahasa Sunda; i. perginya generasi muda, mitra bicara lain yang lebih muda; j. merasa di rumah sendiri, bukan di tempat umum; k. ingin menunjukkan bahasa pertamanya adalah bahasa Sunda; l. beralih bicara biasa tanpa alat-alat seperti telepon. Di samping faktor penyebab terjadinya alih kode yang dipaparkan di atas, masih banyak faktor atau variabel lain yang dapat menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode. Penyebab-penyebab ini biasanya sangat berkaitan dengan peristiwa tutur (Speech Event) yaitu “terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu”.28 2. Jenis-jenis Alih Kode Hasil pengelompokan secara tatabahasa dalam alih kode ada beberapa jenis yaitu:29 a. Tag code-switching (alih kode bentuk kalimat) “A tag code-switching happens when a bilingual inserts short expressions (tag) from different language at the end of his/her utterances. Here are there examples”. 28 Ibid, h. 47. Made Iwan Indrawan Jendra, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 75-76. 29 17 Alih kode bentuk kalimat terjadi ketika seseorang yang bilingual memasukan atau menggunakan ungkapan pendek/singkat dari bahasa yang lain atau berbeda diakhir ungkapan yang dia ucapkan. b. Inter-sentential code-switching (alih kode antar kalimat) “An inter-sentential code-switching happens when there is a complete sentence in a foreign language uttered between two sentences in a base language”. Alih kode antar kalimat terjadi apabila adanya kalimat utuh dalam bahasa asing diungkapkan antara dua kalimat. c. Intra-sentential code-switching (alih kode intra kalimat) “An intra-sentential code-switching is found when a word, a phrase, or a clause, of aforeign language is found within the sentence in a base lnguage”. Alih kode intra kalimat terjadi ketika sebuah frase atau sebuah klausa dalam bahasa asing ditemukan dalam kalimat dalam pokok bahasa. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengalihan bahasa indonesia kebahasa sunda atau bahasa sunda kebahasa indonesia yang dilakukan dengan sadar dan bersebab oleh adalah tercakup ke dalam peristiwa alih kode. E. Sintaksis Dalam kajian linguistik tidak terlepas dari kajian tata bahasa yang di dalamnya mencakup bidang dan sub disiplin yang salah satu diantaranya adalah linguistik deskriptif yang mengkaji tentang saintaksis. Sintaksis merupakan subdisiplin linguistik yang menelaah struktur bahasa dari tatanan frasa sampai dengan kalimat.30 Kajian sintaksis diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kata Para ahli bahasa tradisional pada umumnya memberi pengertian kata berdasarkan arti dan ortografi, menurut mereka kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buh spasi dan mempunyai satu arti31. Kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam 30 31 Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 24. Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 61. 18 kalimat. Batasan atau konsep itu menyiratkan dua hal. Pertama bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain.32 2. Frasa Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.33 Sedangkan Cook, Elson, dan Pickett memaparkan frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.34 Berdasarkan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase digolongkan menjadi empat golongan yaitu:35 a. Frase Nominal Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. b. Frase Verbal Frase verbal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal. Persamaan distribusi itu ada dapat diketahui dengan jelas dari adanya jajaran. c. Frase Bilangan (numerial) Frase bilangan adalah frase yang empunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan d. Frase Keterangan Frase keterangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. e. Frase Depan (preposisional) Frase depan atau preposisional adalah frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda. 32 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 63 M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 2005), h. 138 34 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 96. 35 Ramlan, op.cit, h. 144-163. 33 19 3. Klausa Klausa adalah “satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat”.36 Berdasarkan fungsi P (predikat), klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu37: 1) Klausa Nominal Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan N. 2) Klausa Verbal Klausa verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan V. 3) Klausa Bilangan (numerial) Klausa bilangan atau klausa numerial adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan Bil. 4) Klausa Depan (preposisional) Klausa depan atau klausa preposisional adalah klausa yang P-nya terdiri dari frase depan, yaitu frase yang diawai oleh kata depan sebagai penanda. 4. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa”.38 Sementara Djoko Kentjo memaparkan bahwa “kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konsitituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”.39 Kalimat juga diartikan pada salah satu satuan tuturan artinya “kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tetentu sebagai pemarkah keseluruhan itu”.40 36 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 124 M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 2005), h. 129-137. 38 Kridalaksana, op.cit, h. 103 39 Abdul Chaer, linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 240 40 Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 161. 37 20 Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:41 a. Kalimat Berita Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. b. Kalimat Tanya Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesutu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. c. Kalimat Suruh/Perintah Kalimat suruh atau kalimat perintah berfungsi dalam hubungan situasi, kalimat suruh atau perintah mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. 5. Singkatan/Penyingkatan/Akronim Penyingkatan merupakan “gabungan dari huruf, atau bunyi, depan dari setiap kata yang membentuknya. Bentuk tersebut biasanya merupakan bentuk penuh yang bagian akhirnya dilesapkan”.42 Akronimisasi adalah “proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata, proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim, jadi akronim adalah sebuah singkatan”.43 Sementara Kamus Linguistik menjelaskan bahwa “singkatan/akronimi adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit-banyak memenuhi kaidah fonatik suatu bahasa”.44 41 M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 2005), h. 26-39. Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka, 2011), h. 67. 43 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 236. 44 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 5. 42 21 F. Variasi Bahasa Variasi bahasa adalah “keanekaragaman bahasa yang disebabkan oleh faktor tertentu”.45 Sedangkan Ragam bahasa secara garis besar terbagi atas ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonsi, kosakata (baku atau tidak baku), dan penyusunan kalimat yang agak longgar. “Ragam lisan menghendaki orang kedua atau teman berbicara. Ragam ini terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu”.46 Bahasa yang baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini biasanya berhubungan dengan nilai rasa, sedangkan bahasa yang benar adalah “bahasa yang sesuai dengan kaidah yang ada, bahasa yang baik dan benar harus menggunakan tatabahasa, sistem ejaan, artikulasi, dan kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa”.47 1. Istilah Variasi Bahasa Mengenai variasi bahasa ini terdapat istilah yang perlu diketahui yaitu:48 a. Idiolek Aidiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan karena setiap orang mempunyai ciri khas bahasanyamasing-masing. b. Dialek Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. c. Ragam Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.untuk itu situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam non standar. 45 Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 71. Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2011), h. 4. 47 Ibid, h. 6. 48 Abdul Chaer, linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.55-56. 46 22 2. Macam-macam Variasi Bahasa Penggunaan variasi atau ragam bahasa ini sering kita temukan salah satunya adalah di dalam ruang lingkup sekolah dalam proses belajar mengajar. Bila dilihat dari latar belakang budaya, suku dan etnik masyarakat di lingkungan sekolah tentunya ragam bahasa yang digunakan pun akan bervariasi. Berikut beberapa variasi bahasa berdasarkan macamnya:49 a. Variasi Kronologis Variasi bahasa ini disebabkan oleh faktor keurutan waktu atau masa. Perbedaan pemakaian bahasa telah mengakibatkan perbedaan wujud pemakaian bahasa. b. Variasi Geografis Variasi bahasa ini disebabkan oleh perbedaan geografis atau faktor regional atau sering juga disebut variasi regional. c. Variasi Sosial Variasi ini disebabkan oleh perbedaan sosiologis, realisasi variasi sosial ini berupa sosiolek. d. Variasi Fungsional Variasi ini disebabkan oleh perbedaan fungsi pemakaian bahasa, sampai berapa jauh fungsi-fungsi bahasa itu dimanifestasikan akan tampak pada wujud variasi fungsional atau yang populer dengan sebutan fungsiolek. e. Variasi Gaya/Style Variasi ini disebabkan oleh perbedaan gaya. Gaya adalah cara berbahasa seseorang dalam perpormansinya secara terencana maupun tidak, baik secara lisan maupun tertulis. f. Variasi Kultural Variasi ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat pemakainya. Suatu bahasa yang dipergunakan oleh penutur asli atau penutur pribumi kadang-kadang mengalami perubahan dengan masuknya budaya lain. 49 Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 71-78. 23 g. Variasi Individual Variasi ini disebabkan oleh perbedaan perorangan. Wujud varietasnya dinamakan idiolek. Setiap individu penutur memiliki ciri tuturan yang berbeda dengan penutur lain. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa variasi bahasa atau ragam bahasa ini dapat menyebabkan terjadinya penggunaan alih kode dan campur kode, dan ini sangat berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti. G. Bahasa Pengantar dalam Proses Belajar Mengajar 1. Pengertian Proses Belajar Mengajar Proses Belajar Mengajar adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, tentunya ada yang diajar dan ada yang mengajar. Dalam hal ini pendidik lebih berfungsi sebagai sumber pesan dan peserta didik sebagai penerimanya. Media dalam konteks pembelajaran, dengan demikian adalah bahasa yang digunakan pendidik. Bahasa pendidik dalam proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non verbal. Bahasa verbal adalah “semua jenis komunikasi yang menngunakan satu kata atau lebih”.50 Belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang vital guna mempertahankan hidup dan mengembangkan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut pandangan B.F Skiner „belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.51 2. Bahasa Pengantar dalam Proses Belajar Mengajar Dalam proses belajar mengajar, baik dalam kegiatan awal, inti, maupun penutup diwajibkan memakai bahasa Indonesia sebagai pengantar. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang efektivitas komunikasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidik dalam suatu pengajaran merupakan kunci sentral bagi peserta didiknya dalam proses belajar mengajar. Jadi, sudah seyogyanyalah pendidik menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam proses belajar mengajar. 50 51 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 9. Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 14. 24 Komunikasi merupakan bagian yang hakiki dari kehidupan manusia. Demikian pula dalam kehidupan di sekolah. Komunikasi pendidik dan peserta didik mempunyai arti yang sangat besar bagi kehidupan dan pengembangan pengetahuan. Istilah komunikasi berarti “berpartisipasi, memberitahukan, dan menjadikan milik bersama”. Hal ini berarti, “komunikasi mengandung pengertian “memberitahukan” (dan menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilainilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama”.52 Dalam proses pembelajaran, komunikasi pendidik dan peserta didik seringkali menemui hambatan. Hal ini disebabkan bebrapa faktor, antara lain: a) Faktor penguasaan dan penggunaan bahasa (terutama bahasa asing)”53, b) adanya gangguan (interference) atau kegaduhan (noice)54. Fungsi pendidik dalam komunikasi terutama dalam proses pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai komunikator, tetapi juga adalah sebagai fasilitator (pemberi kemudahan proses belajar) dan motivator yang memberi dorongan dan semangat dalam belajar kepada peserta didiknya. H. Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang fenomena campur kode sudah pernah dilakukan di antaranya, yaitu penelitian dengan judul “ Campur Kode dalam Pemakaian Bahasa Bali pada Etnik Jawa di Desa Tegallinggah Buleleng” penelitian oleh I Gusti Putu Antara dan Ni Nyoman Garminah. Penelitian tersebut membahas masalah campur kode dalam pemakaian bahasa Bali yang dikaitkan dengan ranah bahasa, topik pembicaraan, serta partisipan yang dilibatkan dalam komunikasi. Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh R. Jamaluddin dalam tesisnya di program Pascsarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, berjudul ”Peristiwa Campur Kode dalam Komunikasi Lisan Masyarakat Multilingual (Studi Kasus di Pesantren Pabelan Magelang)”. Hasil analisis menunjukkan di 52 Sumiati, dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2008), h. 67. Ibid, h. 68. 54 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 13. 53 25 Pondok Pesantren Magelang banyak digunakan campur kode dalam wujud kata, frasa, idiom, pengulangan kata, dan klausa. Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Hanifatul Hijriati dengan judul ”Alih kode dan campur kode dalam Pembelajaran English Conversation pada siswa kelas X program ICT SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar” Penelitian ini membahas masalah wujud alih kode dan campur kode dalam kegiatan pembelajaran English Conversation dan faktor-faktor penentu peristiwa alih kode dan campur kode yang menonjol dalam kegiatan belajar mengajar English Conversation di kelas X program ICT SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Dalam hal ini ada persamaan dengan penelitian yang tersebut di atas dengan penelitian yang akan penulis teliti, yaitu sama-sama membahas tentang alih kode dan campur kode, penelitian yang penulis teliti juga terdapat perbedaan dibandingkan ketiga penelitian tersebut di atas. Penelitian yang pernah dilakukan I Gusti Putu Antara dan Ni Nyoman Garminah, membahas masalah campur kode dalam pemakaian bahasa Bali yang dikaitkan dengan ranah bahasa, topik pembicaraan, serta partisipan yang dilibatkan dalam komunikasi. Sementara R. Jamaluddin membahas tentang campur kode dalam wujud kata, frasa, idiom, pengulangan kata, klausa, dan faktor utama penggunaan campur kode. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hanifatul Hijriati Penelitian ini membahas masalah wujud alih kode dan campur kode dalam kegiatan pembelajaran English Conversation dan faktor-faktor penentu peristiwa alih kode dan campur kode yang menonjol dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini tentu saja berbeda dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu penulis lebih fokus membahas alih kode dan campur kode yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII MTs. Nurul Ummah Nagrog Ciampea Bogor. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ini belum pernah diteliti sebelumnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah “lokasi proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung”.1 Dalam rangka mendapatkan data-data yang akurat, penulis mengadakan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah yang beralamat di Jl. Cikampak KM. 05 Kp. Nagrog Rt. 02/07, Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kegiatan belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah dilakukan pada pagi hari dari mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 13.00. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data yang akan dilakukan pada bulan April – Mei 2014, sedangkan proses penelitian akan dilakukan pada bulan Juni – Juli 2014. Berhubungan dengan keberlangsungan proses penelitian, dipermasalahkan tentang keteraturan dalam pelaksanaannya, yaitu “urutan kegiatan penelitian menurut dimensi waktu yang tertuang dalam “time schedule” atau jadwal pelaksanaan penelitian yang dituangkan dalam proposal penelitian”.2 Jadwal kegiatan “merupakan refleksi dari kegiatan yang telah dirancang dalam matriks jalannya penelitian”.3 Semuanya dijadwalkan dengan cermat agar penelitian dapat berjalan disiplin dan bisa selesai tepat waktu. Adapun jadwal penelitian yang disusun oleh penulis adalah sebagai berikut: No Tabel 1.1 Jadwal Pengumpulan Data April Minggu ke Kegiatan 1 2 3 4 1 1 Mei Minggu ke 2 3 4 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 53. Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 5 3 Mahsun, M.S. Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. 6, h. 79. 2 26 27 B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian merupakan “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.4 Secara luas desain penelitian adalah “semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.5 Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya, penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu, “menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat”.6 Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif. Kajian kualitatif pada dasarnya dilakukan untuk menyusun teori, bukan menguji teori, atau dengan kata lain, “kajian kualitatif ini untuk menemukan pengetahuan baru, atau merumuskan teori baru berdasarkan data yang dikumpulkan”.7 Metode penelitian deskriptif kualitatif dipilih karena cocok dengan karakteristik masalah penelitian ini, yakni campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor yang berlangsung secara alamiah. Selain itu, metode penelitian ini membantu penulis untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena campur kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi karena objek yang diteliti diperoleh saat interaksi belajar mengajar berlangsung dan data mengenai campur kode dan alih kode diperoleh melalui observasi, wawancara, langsung dengan pendidik dan peserta didik di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. C. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah campur kode dan alih kode bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar kelas VIII MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.1. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 183. 6 Ibid, h. 157. 7 Abdul Chaer, Kajian Bahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 11. 5 28 D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia pada kelas VIII MTs. Nurul Ummah Kp. Nagrog Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, semester genap, tahun pelajaran 2013/2014. E. Prosedur penelitian Untuk susunan prosedur penelitiannya yaitu: 1. Tahap pertama, pengidentifikasian dan klasifikasi campur kode dan alih kode berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah bentuk dan fungsi campur kode dan alih kode bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia yang terjadi dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul ummah, yaitu: kata, frasa, klausa, kalimat, dan singkatan. 2. Tahap kedua, menganalisis bentuk dan fungsi campur kode dan alih kode bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia yang telah diklasifikasi untuk mencari fungsi dan maknanya. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi adalah “tindakan yang merupakan penafsiran dari teori”.8 Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis”.9 Metode ini juga digunakan dalam suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala dengan mengamati. Pengamatan ini dapat dibantu dengan catatan atau rekaman. Pencatatan selama proses observasi tidak dapat di lakukan secara sempurna oleh penulis, dalam arti penulis tidak mampu mencatat semua peristiwa yang berlangsung saat observasi. 8 Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 237. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 166. 29 Rekaman dapat digunakan sebagai bahan rujuk silang atas ketepatan hasil pencatatan. Hal-hal yang tidak sempat di catat selama pencatatan akan di konfirmasikan dan di sempurnakan melalui hasil rekaman. Di sisi lain, pemilihan metode observasi dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan, bahwa metode observasi memiliki beberapa keuntungan yaitu (1) dengan metode observasi penulis memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, (2) metode observasi dapat digunakan untuk melihat dan mengmati fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang dan (3) metode observasi dapat di gunakan sebagai eksplorasi. 2. Wawancara Dalam pengumpulan data, penulis juga menggunakan metode wawancara mengenai campur kode dan alih kode dalam interaksi proses belajar mengajar. Wawancara adalah “suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya; rekonstruksi keadaan tersebut berdasarkan pengalaman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang; dan verifikasi, pengecekan dan pengembangan informasi (konstruksi, rekonstruksi dan proyeksi) yang telah didapat sebelumnya”.10 Dalam penelitian ini penulis memilih wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara secara bebas, Pedoman wawancara tidak terstuktur ini digunakan agar memperoleh data atau jawaban dari responden secara mendalam dan sesuai dengan data yang diharapkan penulis. Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis berperan sebagai orang yang memberikan pertanyaan yang disebut pewawancara, sedangkan informan dalam hal ini adalah pendidik dan peserta didik yang berperan sebagai orang yang memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh penulis. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa MTs. Nurul Ummah Ciampea. Bogor setelah proses belajar mengajar selesai. 10 Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 94. 30 3. Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non manusia, sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat, selain lebih akurat sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan. Dokumentasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk rekaman. Teknik rekam ialah “pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan”.11 Sementara Lincoln dan Guba mengartikan “rekaman” sebagai setiap tulisan atau penyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individu atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa”.12 G. Instrumen Penelitian Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah “untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan”.13 Semua dalam penelitian ini disiapkan dan dirancang dengan matang untuk mendapakan data yang mendukung penelitian ini. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: No 11 Tabel 1.2 Analisis Bentuk Campur Kode Proses Belajar Mengajar MTs. Nurul Ummah Data Kata Frasa Klausa Kalimat Singkatan Edi Subroto D, Pengantar Metodologi Penelitian linguistik Stuktural, (Surakarta: USM, 2007), h. 30. 12 Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 108. 13 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 75. 31 No Tabel 1.3 Analisis Bentuk Alih Kode Proses Belajar Mengajar MTs. Nurul Ummah Data Kata Frasa Klausa Kalimat Singkatan H. Teknik Analisis Data Analisis data yaitu “kegiatan setelah data terkumpul dari seluruh responden atau sumber data lain yang terkumpul”.14 Sementara bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa „analisis data melibatkan pengerjaan organisasi data, pemilihan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan pada orag lain”.15 Dalam penelitian ini, data yang di analisis adalah data yang di peroleh dari hasil observasi dan wawancara. Adapun tahap-tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Reduksi Data Proses reduksi sebenarnya merupakan “bagian dari usaha menerjemahkan realitas menjadi kenyataan yang bersifat konseptual, sehingga dapat digunakan untuk memahami hubungan kejadian yang satu dan kejadian lainnya”.16 Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari temanya serta polanya dan membuang yang tidak perlu, reduksi data akan membantu penulis dalam memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah penulis melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila di perlukan. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Alfabeta: Bandung, 2011), h. 169. Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 110. 16 Ibid, h. 10. 15 32 2. Deskripsi Data Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah deskripsi data. Kegiatan deskripsi adalah “menggambarkan data yang ada dengan cara menyusun dan mengelompokkan data guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan”.17 Deskriptif bukanlah angka-angka, tetapi dapat berupa kata-kata atau gambaran sesuatu, hal tersebut sebagai akibat dari metode kulitatif, semua yang dikumpulkan mungkin dapat menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, ciri ini merupakan yang sejalan dengan penamaan kualitatif, deskripsi merupakan “gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri”.18 Dasar pertimbangan pengelompokan data di sesuaikan dengan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian adalah menemukan gejala alih kode dan campur kode baik bentuk maupun faktor penyebab di lakukan alih kode dan campur kode. Oleh karena itu, gejala alih kode dan campur kode dan penyebab alih kode dan campur kode dikelompokan sehingga menjadi lebih jelas. 3. Teknik Pengolahan Data Klasifikasi data di lakukan setelah data dari observasi, wawancara, dan rekaman di sajikan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menggolongkan data yang telah tersusun atau yang sudah di pilih sesuai dengan kategori-kategori tertentu; b. Melakukan pengkodean, yaitu pemberian kode-kode tertentu untuk menandai data sesuai dengan kategori data; c. Menganalisis data bentuk dan fungsi campur kode dan alih kode; d. Menyimpulkan hasil penelitian. 17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 86. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, (Bandung: Aditama, 2010), h. 16. 18 BAB IV PEMBAHASAN A. Latar Belakang/sejarah berdirinya MTs. Nurul Ummah Berdasarkan adanya desakan dari masyarakat/orang tua peserta didik agar menghendaki adanya jenjang pendidikan yang bernuansakan Islami. Tahun 1968 didirikan Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah oleh Bapak KH. Syibli (Alm), di atas sebidang tanah seluas 4000 m2 dan luas bangunan 1500 m2. Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah sebagai lembaga pendidikan di bawah Yayasan Pendidikan Islam Nurul Ummah, di Akta Notariskan oleh R. Henry Susanto, S.H, tanggal 5 bulan April 2002 dengan Nomor Statistik Madrasah 121232010116, yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat. Madrasah ini terakreditasi A, dengan nomor SK.BAP-S/M Nomor: 02.00/322/BAP-SM/XI/2013. Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah beralamatkan di Jalan Cikampak Km. 05 Nagrog Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kegiatan pembelajaran berlangsung pada pagi hari, dari mulai jam 07.00 – 13.00. Adapun jumlah siswa pada tahun pelajaran 2013/2014 tercatat sebanyak 585 siswa dengan 30 orang tenaga pengajar dan 2 tenaga administrasi 1 pustakawan dan 1 penjaga madrasah. Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor, dalam perjalanannya selama empat puluh enam tahun sudah mengalami empat pergantian kepemimpinan. Pertama Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah dipimpin oleh Bapak Kiyai H. Syibli (Alm) dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1994. Wafatnya beliau akhirnya kepemimpinan dilanjutkan oleh putra pertamanya yaitu Bapak Drs. Kamal Siroj (Alm) dari tahun 1994 sampai dengan 1999. Sepeninggalnya Bapak Drs. Kamal Siroj kepemimpinan dilanjutkan oleh Ibu Hj. Mimin Mulyani S.Pd.I, putra ketiga dari Bapak KH. Syibli. Periode keempat kepemimpinan dilanjutkan hingga sekarang oleh putra bungsu dari Bapak KH. Syibli, yaitu Bapak Yudi Saepul Rizal, M.Pd. 33 34 B. Profil Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Profil Madrasah merupakan gambaran tentang identitas Madrasah, adapun profil Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor sebagai berikut: Tabel 2.1 Profil Madrasah Identitas Madrasah MTs. Nurul Ummah 121232010116 Jawa Barat Bogor Ciampea Cibuntu Nagrog 16620 Kode wilayah : 0251 Nomor : Kode Wilayah Nomor : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Madrasah N.S.S Provinsi Otonomi Kecamatan Desa/Kelurahan Jalan & Nomor Kode Pos Telepon Faksimile Daerah 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 2 25 26 27 Status Madrasah Kelompok Madrasah Akreditasi Surat Keputusan SK Penerbit SK (ditandatangani oleh) Tahun Berdiri Tahun Perubahan Kegiatan Belajar Mengajar Bangunan Madrasah Luas Bangunan Lokasi Madrasah Jarak ke Pusat Kecamatan Jarak ke Pusat Otoda Terletak pada Lintasan Jumlah Keanggotaan Rayon Organisasi Penyelenggara Perkotaan Pedesaan Negeri Swasta Inti Model Terbuka A SK.BAP-S/M/No: 0200/322/BAP-SM/XI/2013 Pembinaan Perg. Agama Islam 1968 Pagi Siang Pagi & Siang Milik Sendiri L : 4000 M2 Kp. Nagrog Desa Cibuntu 6 Km 40 Km Desa Yayasan C. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Sebagai lembaga pendidikan formal di bawah naungan Departemen Agama RI, Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea Bogor, ikut bertanggung jawab mewujudkan pendidikan nasional serta mencerdaskan 35 kehidupan bangsa, oleh karena itu, Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor mempunyai visi, misi, dan tujuan sebagai berikut: 1. Visi Unggul dalam prestasi dan berbudi pekerti yang Islami. 2. Misi a. Menyelenggarakan Pendidikan secara Efektif b. Meningkatkan Kreatifitas dalam Kegiatan c. Menumbuhkembangkan lingkungan dan perilaku yang Islami 3. Tujuan Madrasah Menghasilkan lulusan yang memiliki iman yang kuat dan taqwa kepada Allah SWT, berakhlakul karimah, beramal serta memiliki kecakapan hidup. D. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik 1. Keadaan Pendidik Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor Salah satu komponen yang paling menentukan dalam kegiatan belajar mengajar adalah tenaga pengajar atau disebut juga pendidik dan sekaligus sebagai penentu prestasi belajar peserta didik. Pendidik merupakan subjek materi dalam proses pendidikan dan merupakan front terdepan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu seorang pendidik yang profesional dan kompeten yaitu seorang yang mempunyai keahlian dan bersifat dedikasi. Seseorang dalam melaksanakan profesi harus memiliki kepribadian, bermoral tinggi, mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat dan tempat ia melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Di samping itu, pendidik harus memiliki kemampuan secara teknis untuk mengajar, maupun memahami karakteristik peserta didiknya, mempunyai kecakapan memimpin maupun berkomunikasi dan menguasai diinformasikan kepada peserta didik. materi pelajaran yang hendak 36 Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan, bahwa tenaga pengajar Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor tahun pelajaran 2013-2014 pada umumnya tidak mengalami perubahan dan pergantian. Adapun jumlah pengajar seluruhnya 30 orang yang terdiri dari 19 lakilaki dan 11 perempuan, berikut rekapitulasi data personil pendidik Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor. Tabel 2.2 Staf Pengajar Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor No Nama Guru L/P Jabatan Mata Pelajaran 1 Yudi Saeful Rizal, M.Pd L Kepala Fiqih 2 Abudin, S.Pd.I L Wk. Kurikulum Alquran Hadis 3 Endang Syamsuri, S.Pd.I L Wk.Kesiswaan Matematika 4 Fahruroji, S.Pd.I L Waka BP Bhs. Arab 5 Lukman Hakim, S.Pd.I L Wk. Sarpras Bhs. Sunda 6 Hj.Mimin Mulyani,S.Pd. P Guru Aqidah Ahlak 7 Ace Subarta,S.Pd.I L Guru Fiqih 8 Elis Fadliyah,S.Pd.I P Guru Bhs. Inggris 9 Drs. M. Enoh Supriatna L Guru IPS 10 Drs. M. Toha L Guru IPS 11 M. Idris Sholeh, S.Pd.I L Guru SKI 12 Moh. Nawawi, S.Pd. L Guru Bhs.Indonesia 13 Usep Suherlan, S.Pd L Guru Penjaskes 14 Dedah TP, S.Pd.I P Guru Aqidah Ahlak 37 15 Emy Oktavia P Guru Bhs. Indonesia 16 Leni Marlina, S.Pd P Guru IPA 17 Lukmanul Hakim, S.Pd.I L Guru PIB 18 Yanti Yuliawati, S.Pd P Guru PKn 19 Endang Sukandi, S.Pd L Guru Bhs. Inggris 20 Agi Fadila, S.Pd L Guru IPA 21 Aliyatul Syamsiah, S.Hi P Guru Seni Budaya 22 Baihaqi Rohim, S.Pd.I L Guru Bhs.Arab 23 Fahmi Aminudin, S.Pd L Guru Bhs. Indonesia 24 Holid Surya direja, S.Pd L Guru TIK 25 Rifatul Mahmudah, S.Pd P Guru PLH 26 Lilis Mulyawati, S.Ag P Guru SKI 27 Ahmad Munawar, S.Pd L Guru Bhs.Arab 28 Asep FU, S.Pd.I L Guru Penjas 29 Tika Nurmila P Guru Matematika 30 Nyai Dahlia, S.Pd P Guru Bahasa Inggris 2. Keadaan Peserta didik Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor Peserta didik merupakan salah satu faktor yang juga mempunyai peranan sangat penting, karena peserta didik yang menjadi objek dari kegiatan pendidikan di samping dalam keadaan tertentu peserta didik juga menjadi subjek dalam kegiatan belajar mengajar. Adanya peserta didik kegiatan dapat berjalan, dan tanpa peserta didik kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan. 38 Keadaan peserta didik Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah yang beralamat di Kampung Nagrog Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor pada tahun pelajaran 2013-2014 tercatat sebanyak 585 peserta didik. Adapun jumlah rombongan belajar peserta didik MTs. Nurul Ummah terdiri dari 17 rombongan belajar yaitu kelas VII berjumlah 6 rombongan belajar, kelas VIII berjumlah 6 rombongan belajar, dan kelas IX berjumlah 5 rombongan belajar. E. Deskripsi dan Analisis Data Campur Kode dan Alih Kode dalam Proses Belajar Mengajar MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor Pada bab ini merupakan analisis mengenai data alih kode dan campur kode dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor. Analisis ini difokuskan pada data alih kode dan campur kode yang diklasifikasikan menurut bentuk dan fungsinya dengan mengetahui makna bahasa yang dituturkan. 1. Deskripsi Data Campur Kode Langkah awal yang penulis lakukan adalah menggunakan teknik obeservasi, penulis langsung turun ke lapangan (kelas) untuk mengambil data dengan menggunakan media rekam. Penulis mengambil data (rekam) dari mulai proses pembelajaran dimulai sampai pembelajaran berakhir. Setelah data terkumpul kemudian penulis mendeskripsikan hasil rekaman dalam bentuk tulisan. Untuk lebih jelas data dalam bentuk campur kode akan diklasifikasikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.3 Data Campur Kode No 1 2 Data Kata membaca doa secara babarengan untuk KM silahkan disiapkan dulu baiklah sebagaimana moto yang biasa kita ucapkan pada saat kita belajar tentu poe Frasa Klausa Kalimat Singkatan 39 3 4 5 6 7 8 iyeu harus lebih baik dari pada hari kemarin, siap muhun pak...! Baik kalau materi kemarin sudah kita pahami, untuk pertemuan kali ini kita akan sama-sama mencoba memahami kajian kita yaitu tentang puisi ya, tentu ngomongkeun masalah puisi urang geus teu aneh deui nya’, sudah tidak asing lagi Dimana hiji puisi bisa dipilih atau dengan kata lain dengan pilihan kata Itulah yang disebut dengan sinonim maka dalam hal ini kita harus pandaipandai milih kana eta kata anu bakal ku urang dijadikeun puisi nah ini salah satu unsur dari puisi. Baris pertama AA kemudian yang ke empat disebut dengan baris merdeka, sajak merdeka ini yaitu tidak ada persamaan bahwa akhir baris pertama berbeda dengan bunyi akhir baris kedua enya kitu deui akhir baris kadua beda jeung akhir baris katilu, insyaAllah untuk kali ini kita akan 40 13 bicara tentang itu tentang bagaimana membuat puisi bebas. Itulah unsur puisi ini penting, iyeu teh penting dikanyahokeun ku urang sabab urang tidak akan bisa mengukur dan membangun sebuah puisi kalau tidak diketahui unsurunsurnya Yang keempat adalah irama ini penting karena maca puisi teh beda jeung maca prosa baik dari intonasinya yang jelas beda. kalau unsur tadi sudah dikanyahokeun, sudah ditemukan oleh kita maka tentu saja dengan mudah membangun atau membuat sebuah puisi. Jujur dan konsekwen apa yang kamu lihat dari gambar ini tolong sebutkan, sebutkeun naon wae anu katingali dina gambar, kahiji sebutkeun gambar naon, gambar iyeu gambar naon ? kembang mawar, apalagi yang kamu lihat?” Hejo..! 14 harum...seungit 9 10 11 12 41 15 16 17 18 19 20 21 22 23 mekar....muka mekar, bunga itu kuncupnya sudah agak terbuka, kuncupna geus muka indah, cantik geulis nah kita sudah mengidentifikasi kata-kata dari gambar ini, setelah kita mengidentifikasi terus ku urang katakata yang ada itu dirangkai menjadi sebuah kalimat, kalimat-kalimat itu kita bangun akhirnya nanti menjadi sebuah puisi, paham?” tadi juga tidak salah macakeun kau sungguh indah dipandang mata, itulah identifikasi yang bisa membangun sebuah puisi sebelum melangkah lebih jauh maka... coba bapak menta yeuh untuk membacakan puisi yang biyeu ku bapak dibacakeun coba salah seorang ke depan untuk membacakan puisi Enggak mau ach encan siap...! “Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak 42 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 yeuh diganti ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok dengekeun. bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat gambar-gambar nu tos aya, sok ayeuna urang ganti gambarna ka gambar anu sejen nya’ lalu kemudian ngelempokeun mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham? baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana? teuras kelompok empat, berapa kelompok? dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya? pak..lamun unsurunsur puisi unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina teu aya kumaha? tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi 43 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh, sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kirakira? masing-masing kelompok aya jubirna nya’ Heunteu...! Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? kadang-kadang beda eta teh bait kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata kelompok hiji, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun. iya pak...muhun pak..! begini ya, itu kan sudah ada gambar , sakurang-kurang na maraneh yeuh tinggal melihat objek anu aya. tapi sataacana 44 46 47 48 49 50 51 52 bapak ingetkeun deui supaya urang paham bahwa unsurunsur puisi adalah unsur yang membangun terbentuknya sebuah puis Citraan nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran, penciuman contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar ditaman nah citraan puisi seperti iyeu teh ngarana citraan penciuman contoh anu ku bapak disebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning menghampar di sekelilingnya sebab urang nyebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita yang terakhir unsurna nu ku bapak disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi kalau judul sama tema sami heunteu pak? judul sama tema sama tidak gitu kan, sami heunteu? 45 53 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 kalimat bermajas seperti yang bapak contokeun bunga mawar anu tadi dibacakeun diantarana aya kalimat ini bebatuan atau cadas yang biasanya cetek, de’et cai jadi hamparan airna kelompok tilu kelompok opat baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai bagaimana hasil kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi kesesuaian antara isi jeung tema jadi anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isi na lain silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek macakeun puisinya sok salajeungna kelompok dua sok kelompok dua ke depan Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua bagus teu? sok berikutna yaitu kelompok empat 46 66 67 68 69 70 72 73 74 75 diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-teman nya ngadengekeun coba perhatikeun kelompok lima mana, sok bacakeun nah puisi anu ku maraneh dibacakeun sudah mengena dengan unsur-unsur puisi tadi, bapak ambil kesimpulan, hasilnya sudah baik tapi di sisi lain ada kekurangan dalam memparagakeuna, harus yakin dan jangan malu langkah pertama mengidentifikasi dulu kata-kata nu aya di dalam gambar tolong ya medianya dikumpulkan lagi, dikumpulkeun deui Sakali deui akhir kata yang bapak sampaikan kirakiranya tidak berkenan di hate maraneh sumuhun a. Analisis Bentuk dan Fungsi Campur Kode Bentuk campur kode berdasarkan data yang diperoleh dalam proses belajar mengajar pendidik dan peserta didik MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor yaitu penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata, unsur-unsur yang berbentuk frasa, dan unsur-unsur yang berbentuk kalimat, sedangkan unsur- 47 unsur yang berbentuk klausa dan singkatan tidak ditemukan. Sementara fungsi campur kode yang ditemukan yaitu untuk mengetahui, memahami, memberikan informasi, dan memberikan penegasan atau penjelasan. Kutipan percakapan berikut dapat digunakan sebagai contoh adanya penggunaan campur kode, serta fungsi yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. 1) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Kata Kutipan 1 Percakapan 1 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia memimpin peserta didik untuk melakukan doa bersama sebelum pelajaran dimulai. Anak-anaku sekalian marilah untuk memulai pelajaran hari ini tolong kepada KM untuk disiapkan dan membaca doa secara babarengan untuk KM silahkan disiapkan dulu. (melakukan berdoa bersama-sama sebelum memulai pelajaran) Guru Siswa Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata babareungan yang artinya adalah sama-sama. Penyisipan kata babarengan adalah kata yang berasal dari bahasa Sunda yang menujukkan bahwa telah terjadi campur kode yang dilakukan oleh guru. Fungsi penggunaan kata babarengan ini bertujuan untuk menjalin rasa kebersamaan dengan mengajak doa bersama sebelum proses belajar mengajar dimulai. Kutipan 2 Percakapan 4-7 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengecek kehadiran peserta didik sebelum pelajaran di mulai. Guru Siswa Guru Siswa Sebelumnya bapak tanyakan dulu siapa yang tidak hadir, tolong coba lihat absennya siapa tadi yang tidak hadir? Rendi.... Ini Rendi geus opat poe iyeu.... ya? Muhun pak.. Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata muhun yang artinya iya. Kata muhun merupakan kata yang berasal dari bahasa Sunda. Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang 48 digunakan penyisipan kata yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata muhun bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat dan perhatian peserta didik pada saat menjawab pertanyaan dari guru. Kutipan 3 Percakapan 17 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia memberikan motivasi kepada peserta didik seputar materi yang akan dipelajari. InsyaAllah ya, kita akan mencoba dan untuk mampu serta bisa untuk membuat puisi. Tetapi ada sesuatu hal yang peting yang perlu kita ketahui dalam membuat puisi yang pertama adalah tentu unsurunsurnya. Dimana hiji puisi bisa dipilih atau dengan kata lain dengan pilihan kata, artinya banyak kata yang bisa kita pilih kata mana yang lebih tepat untuk kita buatkan sebagai dasar puisi, dengan kata lain bahwa di dalam bahasa Indonesia disebutkan dengan sinonim artinya kata-katanya itu lafalnya, bunyinya berbeda tapi mungkin bisa jadi makna kata yang berbeda itu hampir sama minimal mirip. Guru Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata hiji yang artinya satu. Penyisipan kata hiji menunjukkan adanya campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata hiji yang digunakan bertujuan menjalin keakraban dan guru menginginkan agar peserta didik paham terhadap materi yang diajarkan. Kutipan 4 Percakapan 18 Konteks: Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru memberikan penjelasan seputar materi yang akan dipelajari. Guru Ada berapa suku kata dalam tiap-tiap barisnya, yang kedua jumlah baris dalam tiap-tiap bait kalau di dalam prosa terdapat alenia atau paragraf kalau dalam puisi adalah bait. Yang keempat adalah irama ini penting karena maca puisi teh beda jeung maca prosa baik dari intonasinya yang jelas beda. Dan yang terakhir adalah sajak yaitu penentuan akhir baris. Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho naon? Unsur-unsur na heula kalau unsur tadi sudah dikanyahokeun, sudah ditemukan oleh kita maka tentu saja dengan mudah membangun atau membuat sebuah puisi. Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata dikanyahokeun yang artinya diketahui. Berdasarkan penyisipan kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah kata dikanyahokeun yang berasal 49 dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata dikanyahokeun bertujuan untuk memberi dorongan kepada peserta didik untuk lebih memahami pelajaran yang disampaikan. Kutipan 5 Percakapan 22-30 Konteks: Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru dan siswa menidentifikasi sebuah objek sebagai dasar dalam menulis puisi. Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru “Anggrek, Mawar?” “Mawar” kembang mawar, apalagi yang kamu lihat?” daun, duri....” ada daunnya” adaaa...” kemudian setelah daun?” tangkai....” ada tangkai, betul” bunganya bunga mawar, durinya sudah terlihat, tangkainya juga ada, sudah berapa kata? Mawar, duri, tangkai, nah sekarang kita mengidentifikasikan kata yang ditemukan dari gambar ini yang pertama yaitu ada mawar yang kedua merah yang ketiga daun kemudian keempat tangkai, yang kelima duri yang keenam apa?” Hejo.. cukup jelas ya, masih ada?” Seungit apalagi? mekar....muka cukup jelas ya, masih ada? Pada kutipan di atas terdapat pengunaan kata-kata yang merupakan campur kode diantaranya yaitu penggunaan kata kembang artinya bunga, penggunaan kata hejo artinya hijau, penggunaan kata seungit artinya harum/wangi, dan penggunaan kata muka artinya terbuka. Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan guru dan peserta didik dengan menyisipkan bahasa Sunda bertujuan untuk menjalin rasa keakraban pada saat kegiatan tanya jawab dalam mengidentifikasi objek yang akan dibuat puisi, hal ini disebabkan guru dan peserta didik sudah terbiasa menggunakan 50 tuturannya dalam berkomunikasi, mengingat latar belakang peserta didik dan guru berasal dari suku Sunda. Kutipan 6 Percakapan 52 Konteks: Pada kegiatan elaborasi guru menjelaskan materi. Guru supaya kalimat itu mengandung majas bisa saja, kau sedap dipandang mata, tadi juga tidak salah macakeun kau sungguh indah dipandang mata, Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata macakeun yang artinya membacakan. Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah penyisipan kata macakeun berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata macakeun yang dituturkan guru bertujuan untuk mempertegas materi agar peserta didik memahami apa yang telah disampaikan. Kutipan 7 Percakapan 64-66 Konteks: Guru meminta salah seorang peserta didik untuk membacakan puisi. Guru Siswa Guru “coba salah seorang ke depan untuk membacakan puisi, bapak tunjuk langsung ya, coba Selvi tolong baca” enggak mauh ah pak... encan siap “ Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok dengekeun”. Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata encan yang artinya belum. Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah penyisipan kata encan yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata encan yang dituturkan guru dan peserta didik bertujuan untuk menjalin rasa keakraban agar peserta didik lebih berani tanpa rasa takut untuk tampil ke depan membacakan puisi. 51 Kutipan 8 Percakapan 68-81 Konteks: Guru meminta peserta didik untuk membuat kelompok dan mengadakan tanya jawab seputar materi yang sedang dipelajari. Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat gambar-gambar nu tos aya, sok ayeuna urang ganti gambarna ka gambar anu sejen nya’, lalu kemudian ngelempokeun atau mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham?” pahaaam” baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa kelompok?” limaaa” hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu kaopat” masing-masing kelompok aya jubirna nya’, sebelum kita mulai barangkali dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya?” Wiwi...? pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina teu aya kumaha? baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? Heunteu coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa? Urang pan tadi niat puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris, jumlah baris dari tiap-tiap bait, kemudian irama dan sajak itu mutlak harus ada, tapi diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina puisi bebas maka jumlah suku kata bait pertama dengan bait kedua kadang-kadang sudah berbeda, kadang-kadang beda eta teh, bait kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata, delapan kata itu bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita buat adalah puisi-puisi bebas. Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi, hanya barangkali nanti puisinya kurang sempurna saja, kalau ada kata-kata bermajas kan puisinya lebih cantik. Sudah dibagi kelompok ya?” 52 Siswa Guru Siswa Guru Guru Siswa sudah pak” baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian taman, pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat kemudian tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa yang kamu lihat dari gambar ini, paham?” paham” (Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran) kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga, kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu, kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?” iya pak...muhun pak..” Pada kutipan di atas terdapat adanya campur kode yaitu penyisipan kata ngeulompokeun, yang artinya mengelompokan, penyisipan kata teuras yang artinya selanjutnya, penyisipan kata lamun yang artinya apabila, penyisipan kata heunteu yang artinya tidak, penyisipan kata aya yang artinya ada, penyisipan kata hiji yang artinya satu, penyisipan kata muhun yang artinya iya. Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah penyisipan kata yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan guru dan peserta didik bertujuan untuk mendorong peserta didik dalam menciptakan rasa kebersamaan dan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah serta keinginan guru agar peserta didik lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Kutipan 9 Percakapan 92-93 Konteks: Pada kegiatan inti guru dan peserta didik melakukan kegiatan tanya jawab Siswa eta pak.. nu koneng-koneng tah oh..Guru ini ada ini bebatuan atau cadas yang biasanya cetek, de’et cai jadi hamparan airna, air nya itu menyentuh kepada bebatuan tadi yang menghias panorama alam, semuanya sudah siap,,,? Kelompok satu, kelompok dua, kelompok tilu, kelompok opat, kelompok lima” Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata yang menunjukkan campur kode yaitu kata cadas yang artinya batu, kata airna yang artinya airnya, kata tilu 53 yang artinya tiga, dan kata opat yang artinya empat. Berdasarkan penyisipan katakata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan guru adalah berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penyisipan kata-kata ini bertujuan menjalin keakraban antara guru dan peserta didik dalam kegiatan tanya jawab agar siswa lebih memahami apa yang ingin diketahui dan dipahami. Kutipan 10 Percakapan 95-97 Konteks: Dalam kegiatan eksplorasi guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk memberikan penilaian. kira-kira kelompok mana dulu yang mau membacakan?” kelompok satu baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai bagaimana hasil kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi Guru Siswa Guru Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata tilai yang artinya nilai yang berasal dari bahasa Sunda, hal ini menunjukkan adanya campur kode dalam tuturan guru. Fungsi penggunaan campur kode dengan menggunakan kata tilai memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bisa secara objektif memberikan penilaian terhadap peserta didik yang lain dalam mempresentasikan hasil kerja kolektifnya. Kutipan 11 Percakapan 98-99 Konteks: Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk maju ke depan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru Guru silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek macakeun puisinya, sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya. sok kelompok dua ke depan Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata sok yang artinya silahkan, sisipan kata sok yang merupakan berasal dari bahasa sunda menunjukkan adanya campur kode. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri agar peserta didik berani untuk tampil ke depan. 54 Kutipan 12 Percakapan 108 Konteks: Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja peserta didik yang dipersentasikan di depan kelas. Guru bapak ambil kesimpulan, hasilnya sudah baik tapi di sisi lain ada kekurangan dalam memparagakeunna, harus yakin dan jangan malu Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata memparagakeunna yang artinya memperagakannya. Sisipan kata memparagakeunna yang berasal dari bahasa Sunda yang menunjukkan telah terjadi campur kode. Fungsi dari kata yang disisipkan itu bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas hasil kerjanya serta mempertegas kembali materi yang sudah disampaikan. Kutipan 13 Percakapan 114-115 Konteks: Dalam kegiatan akhir guru menutup pembelajaran. Guru Siswa “Sakali deui akhir kata bila ada dari bapak dari awal sampai akhir yang bapak ungkapkan, yang bapak sampaikan kira-kiranya tidak berkenan di hate maraneh atau barangkali dalam menyampaikan pelajaran ini monoton atau kurang berkenan sekali lagi bapak minta maaf, InsyaAllah pertemuan yang akan datang harus baik dari pertemuan hari ini”. “sumuhun” Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata sumuhun yang artinya iya, hal ini mununjukkan telah terjadi campur kode dalam percakapan antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi peserta didik menggunakan kata sumuhun adalah untuk memberikan penghormataan dan rasa perhatian atas penjelasan yang di sampaikan guru. 2) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Frasa Kutipan 1 Percakapan 2-3 Konteks: Sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada peserta didik. 55 Guru baiklah sebagaimana moto yang biasa kita ucapkan pada saat kita belajar tentu poe iyeu harus lebih baik dari pada hari kemarin, siap Siap.. Siswa Pada kutipan di atas terdapat sisipan yang berbentuk frasa yaitu kata poe iye yang artinya hari ini. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah kata poe iyeu yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan bahasa Sunda bertujuan untuk menunjukkan rasa peduli guru dengan membangun motivasi peserta didik bahwa belajar hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Kutipan 2 Percakapan 40-41 Konteks: Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik seputar materi yang sedang dipelajari Guru Siswa nah inilah kita sudah mengidentifikasi kata-kata dari gambar ini, setelah kita mengidentifikasi terus ku urang kata-kata yang ada itu dirangkai menjadi sebuah kalimat, kalimat-kalimat itu kita bangun akhirnya nanti menjadi sebuah puisi, paham? paham” Pada kutipan di atas terdapat sisipan kata yang berbentuk frasa yaitu kata ku urang yang artinya oleh kita. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah kata ku urang yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi campur kode itu sendiri bertujuan untuk menjalin keakraban antara guru dan peserta didik serta untuk mempertegas materi yang sedang disampaikan. Kutipan 3 Percakapan 65-66 Konteks: Pada kegiatan elaborasi guru meminta peserta didik untuk membacakan puisi di muka kelas. Siswa Guru enggak mauh ah pak... encan siap Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti 56 ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok dengekeun....! Guru Pada kutipan di atas terdapat sisipan kata yang berbentuk frasa yaitu kalimat sok dengekeun yang artinya silahkan dengarkan. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah kata sok dengekeun yang berasal dari bahasa sunda. Fungsi campur kode ini dilakukan karena guru menginginkan perhatian agar peserta didik mau mendengarkan pembacaan puisi yang akan dibacakan oleh salah satu peserta didik yang lain serta membangun semangat pada peserta didik yang akan tampil ke depan. Kutipan 4 Percakapan 68-107 Konteks: Guru meminta peserta didik untuk membuat kelompok dan mengadakan tanya jawab seputar materi yang sedang dipelajari. Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat gambar-gambar nu tos aya, sok ayeuna urang ganti gambarna ka gambar anu sejen nya’, lalu kemudian ngelempokeun atau mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham?” pahaaam” baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa kelompok?” limaaa” hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu kaopat” masing-masing kelompok aya jubirna nya’, sebelum kita mulai barangkali dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya?” Wiwi...? pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina teu aya kumaha? baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? Heunteu 57 Guru Siswa Guru Siswa Guru Guru Siswa Guru Siswa Guru coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa? Urang pan tadi niat puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris, jumlah baris dari tiap-tiap bait, kemudian irama dan sajak itu mutlak harus ada, tapi diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina puisi bebas maka jumlah suku kata bait pertama dengan bait kedua kadang-kadang sudah berbeda, kadang-kadang beda eta teh, bait kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata, delapan kata itu bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita buat adalah puisi-puisi bebas. Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi, hanya barangkali nanti puisinya kurang sempurna saja, kalau ada kata-kata bermajas kan puisinya lebih cantik. Sudah dibagi kelompok ya sudah pak” baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian taman, pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat kemudian tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa yang kamu lihat dari gambar ini, paham?” paham” (Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran) kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga, kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu, kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?” iya pak...muhun pak..” ada yang mau ditanyakan?” pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi kenging teu?” waktu yang kita gunakan sudah berjalan lima menit barangkali dari kelompok yang sudah dibangun ada pertanyaan?, tapi sataacana bapak ingetkeun deui supaya urang paham bahwa unsur-unsur puisi adalah unsur yang membangun terbentuknya sebuah puisi, unsur pertama yaitu tema, yang kedua adalah diksi atau pilihan kata, yang ketiga adalah rima atau sajak yaitu persamaan kata, keempat yaitu irama kemudian ada ungkapan atau majas. Tadi bapak poho teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh aya pencitraan, citraan itu terbagi kepada beberapa bagian. Citraan nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran, penciuman contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar ditaman karena harum semerbak nah citraan puisi 58 Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru seperti iyeu teh ngarana citraan penciuman, atau contoh anu ku bapak disebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning menghampar di sekelilingnya nah itu berarti citraan penglihatan, sebab urang nyebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita, ada lagi perasaan umpamanya detak jantung ini seolah-olah tidak bisa dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir unsurna nu ku bapak disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi, nanti setelah jadi puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan, penciuman, pendengaran seperti terdengar suara suling dari kejauhan itu masuknya kepada citraan pendengaran. Sok nuk rek nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok silahkan tanyakeun? kalau judul sama tema sami heunteu pak judul sama tema sama tidak gitu kan, sami heunteu? Judul sama tema beda misal panorama alam judulnya kan bisa bunga mawar atau yang lain juga bisa, paham, kelompok yang lain? contoh kalimat bermajas kumaha pak?” kalimat bermajas seperti yang bapak contokeun bunga mawar anu tadi dibacakeun diantarana aya kalimat kau sungguh sedap dipandang mata, kata-kata sedap indetiknya dengan lidah ya, duh makanan itu sedap sekali, makanan ini enak sekali, sedap itu jauh tidak identik dengan mata, kau sungguh sedap dipandang mata itu termasuk kalimat bermajas. pak ini gambar apa?” oh... iyeu mah ombak” eta pak.. nu koneng-koneng tah oh.. ini ada.... ini bebatuan atau cadas yang biasanya cetek, de’et cai jadi hamparan airna, air nya itu menyentuh kepada bebatuan tadi yang menghias panorama alam, semuanya sudah siap,,,? Kelompok satu, kelompok dua, kelompok tilu, kelompok opat, kelompok lima” Siap .. kira-kira kelompok mana dulu yang mau membacakan?” kelompok satu” baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai bagaimana hasil kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi?, nanti kalian perhatikan pilihan katanya baik atau tidak, ada atau tidak, ada majas atau ungkapannya tidak terus kesesuaian antara isi jeung tema jadi anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isina lain berarti kan tidak ada kesesuaian antara isi dengan tema, baik kelompok satu silahkan membacakan hasil kerja kolektifnya” (guru meminta perwakilan kelompok satu maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya). 59 Guru Siswa Guru Siswa Guru Guru Siswa Guru Guru Pada silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek macakeun puisinya”. sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya, sok kelompok dua ke depan”. (guru menegur salah satu siswa yang membuat keributan) “Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo dengekeun”. (kelompok dua membacakan puisi di kuka kelas) Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua bagus teu? baguuuus” sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup” (kelompok tiga maju membacakan puisi) sok berikutna yaitu kelompok empat” sok geura kapayun” diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-teman nya ngadengekeun, coba perhatikeun” (kelompok empat maju ke depan membacakan puisi) kelompok lima mana, sok bacakeun kutipan di atas terdapat sisipan yang berbentuk frasa yaitu yang pertama tuturan sok tanyakeun yang artinya silahkan tanyakan, kedua tuturan eta teh yang artinya kesatu adalah, ketiga tuturan kahiji mah yang artinya kesatu adalah, keempat tuturan kadua mah artinya yang kedua adalah, kelima tuturan urang nyebutkeun yang artinya kita menyebutkan, keenam tuturan sami heunteu yang artinya sama tidak, tuturan ketujuh yaitu de’et cai yang artinya cetek air, kedelapanan tuturan sok salajeungna yang artinya silahkan selanjutnya, kesembilan tuturan sok berikutna yang artinya silahkan berikutnya, kesepuluh tuturan sok bacakeun yang artinya silahkan bacakan. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas menunjukkan adanya campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban antara siswa dan guru sehingga peserta didik tidak merasa takut dan malu untuk maju tampil ke depan atau pun menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Di samping itu hal ini juga disebabkan kebiasaan guru dan peserta didik dalam tuturannya selalu menggunakan bahasa Sunda mengingat latar belakang guru dan peserta didik berasal dari Sunda. Kutipan 5 60 Percakapan 109-115 Konteks: Pada kegiatan akhir guru mentup pembelajaran dengan memberi penegasan seputar materi yang sudah dipelajari. Guru Siswa Guru Siswa Siswa Guru Siswa bapak anggap pertemuannya kita cukupkan sampai disini, untuk lebih jelas dan lebih mendalam kamu nanti bisa melihat gambargambar yang tidak harus cenderung kepada panorama alam, mungkin bisa dengan gunung yang cantik, yang terpenting langkah pertama mengidentifikasi dulu kata-kata nu aya di dalam gambar kemudian dirangkai menjadi kalimat-kalimat yang akhirnya dibangun menjadi sebuah puisi, sebelum bapak akhiri ada yang mau bertanya?” Cukup pak.. cukup,,? Kita akhiri belajar kita hari ini dengan membacakan Hamdalah”. Alhamdulilah” tolong ya medianya dikumpulkan lagi, dikumpulkeun deui”. Sakali deui akhir kata bila ada dari bapak dari awal sampai akhir yang bapak ungkapkan, yang bapak sampaikan kira-kiranya tidak berkenan di hate maraneh atau barangkali dalam menyampaikan pelajaran ini monoton atau kurang berkenan sekali lagi bapak minta maaf, InsyaAllah pertemuan yang akan datang harus baik dari pertemuan hari ini”. “sumuhun”. Pada kutipan di atas terdapat sisipan yang berbentuk frasa yaitu tuturan nu aya artinya yang ada, tuturan dikumpulkeun deui yang artinya dikumpulkan lagi, tuturan sakali deui yang artinya sekali lagi, dan tuturan hate maraneh yang artinya hati kalian. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas menunjukkan adanya campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang digunakan guru bertujuan untuk menunjukkan bentuk suatu penegasan terhadap materi yang sudah disampaikan serta menunjukkan rasa rendah diri guru terhadap peserta didik. 3) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Klausa Pada percakapan guru dan siswa MTs. Nurul Ummah dalam proses belajar mengajar penulis tidak menemukan campur kode dalam bentuk klausa, karena penyisipan campur kode yang ditemukan lebih condong masuk kedalam unsurunsur yang berbentuk kalimat. 4) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Kalimat 61 Kutipan 1 Percakapan 16 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia melakukan apersepsi seputar materi yang akan dipelajari sebelum masuk pada kegiatan inti. Guru Terimakasih, ya kalau memang sudah siap hari ini kita teruskan untuk membahas yaitu materi berikutnya, tapi bapak ingatkan kembali kemarin kita sudah sama-sama membicarakan tentang pantun ya?. Kemarin itu pertemuan terakhir kita membicarakan tentang pantun ya?, bahwa di dalam pantun itu ada ketentuanketentuan yang khusus yang masuk karidor, kategori atau kelompok dari pantun itu sendiri, dimana kita tahu bahwa pantun biasanya terbagi dua, ada dua bagian, bagian baris pertama berupa sampiran kemudian dua baris kedua berupa isi dan biasanya seperti itu di dalam pantun. Baik kalau materi kemarin sudah kita pahami, untuk pertemuan kali ini kita akan sama-sama mencoba memahami kajian kita yaitu tentang puisi ya, tentu ngomongkeun masalah puisi urang geus teu aneh deui nya’, sudah tidak asing lagi, mengapa? Karena kita banyak dihadapkan dengan objek-objek yang memang selama ini bisa kita buat atau kita susun sebagai dasar pokok puisi itu sendiri, umpamanya saja dilingkungan sekolah kita sering dihadapkan dengan beraneka bunga atau umpamanya dengan pegunungan atau mungkin bisa juga dengan sawah dimana dalam sawah itu ada padi yang menguning atau mungkin juga ada sebagian padi yang masih hijau yang belum keluar, ini juga ketika kita dihadapkan ke sana maka tentu saja dengan mengetahui unsur-unsur dari puisi itu sendiri”. Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kalimat ngomongkeun masalah puisi urang geus teu aneh deui nya’ yang artinya membicarakan masalah puisi kita sudah tidah aneh lagi ya’. Berdasarkan sisipan kalimat pada kutipan di atas menunjukkan adanya campur kode yaitu dengan menyisipkan kalimat ngomongkeun masalah puisi urang geus teu aneh deui nya’ yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengugah ingatan peserta didik bahwa materi yang akan dipelajari merupakan sesuatu hal yang sering didengar atau diketahui dengan kata lain sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi. Kutipan 2 62 Percakapan 17 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa melakukan apersepsi seputar materi yang akan dipelajari sebelum masuk pada kegiatan inti. Guru Dimana hiji puisi bisa dipilih atau dengan kata lain dengan pilihan kata, artinya banyak kata yang bisa kita pilih kata mana yang lebih tepat untuk kita buatkan sebagai dasar puisi, dengan kata lain bahwa di dalam bahasa Indonesia disebutkan dengan sinonim artinya katakatanya itu lafalnya, bunyinya berbeda tapi mungkin bisa jadi makna kata yang berbeda itu hampir sama minimal mirip. Itulah yang disebut dengan sinonim maka dalam hal ini kita harus pandai-pandai milih kana eta kata anu bakal ku urang dijadikeun puisi nah ini salah satu unsur dari puisi. Pada kutipan di atas terdapat kalimat milih kana eta kata anu bakal ku urang dijadikeun puisi, yang artinya adalah memilih pada kata yang akan kita jadikan puisi, hal ini jelas sekali telah tejadi alih kode dengan menyisipkan kalimat milih kana eta kata anu bakal ku urang dijadikeun puisi yang digunakan guru dalam tuturannya yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi campur kode yang digunakan bertujuan untuk memberikan penegasan terhadap materi yang disampaikan. Kutipan 3 Percakapan 17 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi) memberikan penjelasan kepada peserta didik seputar materi yang sedang dipelajari Siswa Baris pertama AA kemudian yang ke empat disebut dengan baris merdeka, sajak merdeka ini yaitu tidak ada persamaan bahwa akhir baris pertama berbeda dengan bunyi akhir baris kedua, enya kitu deui akhir baris kadua beda jeung akhir baris katilu, akhir baris ketiga berbeda pula dengan akhir baris keempat maka itu bisa disebutkan ABCD berarti merdeka atau yang disebut dengan puisi bebas Pada kutipan di atas terdapat kalimat enya kitu deui akhir baris kadua beda jeung akhir baris katilu yang artinya ya begitu juga akhir baris kedua berbeda dengan akhir baris ketiga. Penyisipan kalimat enya kitu deui akhir baris kadua beda jeung akhir baris katilu yang dituturkan guru menunjukkan telah terjadi campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi pengunaan campur kode ini 63 bertujuan untuk memberikan penegasan terhadap materi yang sedang disampaikan. Kutipan 4 Percakapan 18 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi) memberikan penjelasan kepada siswa seputar materi yang sedang dipelajari Guru InsyaAllah untuk kali ini kita akan bicara tentang itu tentang bagaimana membuat puisi bebas. Itulah unsur puisi ini penting, iyeu teh penting dikanyahokeun ku urang sabab urang tidak akan bisa mengukur dan membangun sebuah puisi kalau tidak diketahui unsurunsurnya, kemudian berikutnya yaitu ada yang disebut dengan majas jadi, diksi tadi kata-kata yang kita pilih lalu kita rangkai yang dibuat kalimat maka kalimat-kalimat itu ada yang mengandung majas atau ada yang bermakna majas, nah itu juga bisa kita bangun dengan diksi tadi dengan memilih kata bahwa kalimat itu termasuk kalimat yang bermajas. Itu diantara unsur yang ketiga unsur yang membangun sebuah puisi. Kemudian puisi juga ada yang namanya irama dan ingat bahwa puisi itu adalah karangan yang terikat berbeda dengan prosa, prosa itu bentuknya bebas tidak terikat yang harus ada pada puisi syarat-syarat. Berbeda dengan puisi, puisi itu terikat oleh syarat-syarat, yang pertama jumlah baris atau jumlah suku kata dalam tiap-tiap bait. Ada berapa suku kata dalam tiap-tiap barisnya, yang kedua jumlah baris dalam tiap-tiap bait kalau di dalam prosa terdapat alenia atau paragraf kalau dalam puisi adalah bait. Yang keempat adalah irama ini penting karena maca puisi teh beda jeung maca prosa baik dari intonasinya yang jelas beda. Dan yang terakhir adalah sajak yaitu penentuan akhir baris. Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya campur kode diantaranya kalimat yang pertama yaitu, iyeu teh penting dikanyahokeun ku urang sabab urang yang artinya ini penting diketahui oleh kita sebab kita, kalimat yang kedua yaitu, maca puisi teh beda jeung maca prosa yang artinya membaca puisi itu berbeda dengan membaca prosa. Berdasarkan kalimat-kalimat di atas adalah penggunaan campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penyisipan kalimat yang sering dituturkan oleh guru disebabkan guru ingin mempertegas materi yang sedang disampaikan. Kutipan 5 64 Percakapan 18 Konteks: Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru memberikan objek kepada peserta didik untuk diidentifikasi. Guru Siswa Guru Siswa Jujur dan konsekwen apa yang kamu lihat dari gambar ini tolong sebutkan, sebutkeun naon wae anu katingali dina gambar, kahiji sebutkeun gambar naon, gambar iyeu gambar naon Mawar .. Anggrek.. Mawar..? Mawar.. Pada kutipan di atas terdapat kalimat sebutkeun naon wae anu katingali dina gambar, kahiji sebutkeun gambar naon, gambar iyeu gambar naon yang artinya sebutkan apa saja yang kalian lihat pada gambar, kesatu sebutkan gambar apa, gambar ini gambar apa. Berdasarkan kalimat-kalimat di atas adalah sisipan kalimat yang menunjukkan telah terjadi campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menjalin rasa keakraban terhadap peserta didik sehingga siswa tidak merasa takut dan malu untuk menjawab pertanyaan dari guru. Kutipan 6 Percakapan 28-34 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi) melakukan tanya jawab bersama peserta didik seputar materi yang sedang dipelajari Guru Siswa Guru Siswa Siswa Guru Siswa “Ada tangkainya betul bunganya bunga mawar, durinya sudah terlihat, tangkainya juga ada, sudah berapa kata? Mawar, duri, tangkai, nah sekarang kita mengidentifikasikan kata yang ditemukan dari gambar ini yang pertama yaitu ada mawar yang kedua merah yang ketiga daun kemudian keempat tangkai, yang kelima duri yang keenam apa?” Hejo.. Cukup jelas ya, masih ada?” Seungit” Apalagi?” Mekar....muka Mekar, bunga itu kuncupnya sudah agak terbuka, kuncupna geus muka 65 Pada kutipan di atas terdapat kalimat kuncupna geus muka yang artinya kuncupnya sudah terbuka. Penyisipan kalimat kuncupna geus muka jelas menunjukkan adanya campur kode berasal dari bahasa sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang digunakan guru bertujuan untuk menjalin keakraban dan rasa humoris serta mempertegas kembali objek yang sedang diidentifikasi sebagai dasar dalam penulisan puisi. Kutipan 7 Percakapan 64-66 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi) meminta kepada salah satu peserta didik untuk membacakan puisi di di muka kelas. Guru Siswa Guru “sebelum melangkah lebih jauh maka... coba bapak menta yeuh untuk membacakan puisi yang biyeu ku bapak dibacakeun coba salah seorang ke depan untuk membacakan puisi, bapak tunjuk langsung ya, coba Selvi tolong baca” “enggak mauh ah pak... encan siap “ “Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok dengekeun”. Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya campur kode diantaranya kalimat pertama yaitu, coba bapak menta yeuh yang artinya coba bapak minta nih, kalimat kedua yaitu biyeu ku bapak dibacakeun yang artinya yang barusan bapak bacakan, kalimat ketiga yaitu lamun ku bapak yeuh diganti ayeuna ka Ummah yang artinya bagaimana kalau bapak ganti ke Ummah. Berdasarkan kalimat-kalimat di atas yang digunakan guru adalah kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban sehingga peserta didik tidak merasa takut dan malu untuk membacakan puisi di depan kelas yang diperintahkan guru. 66 Kutipan 8 Percakapan 68-70 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (elaborasi) memberikan media pembelajaran kepada siswa berupa gambar sebagai objek dalam membuat puisi dan meminta peserta didik untuk membuat kelompok serta mengadakan tanya jawab serta memberikan penjelasan seputar materi yang sedang dipelajari. Guru Siswa Guru bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat gambar-gambar nu tos aya. sok ayeuna urang ganti gambarna ka gambar anu sejen nya’, lalu kemudian ngelempokeun atau mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham?” pahaaam” baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok nyieun kelompok, sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa kelompok?” Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan telah terjadi campur kode diantaranya kalimat pertama yaitu gambar-gambar nu tos aya, sok ayeuna urang ganti gambarna ka gambar anu sejen nya’ yang artinya gambar-gambar yang sudah ada, silahkan sekarang kita ganti gambarnya pada gambar yang lain, kalimat kedua yaitu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok nyieun kelompok, sok kelompok hiji mana yang artinya bapak minta kalian buat kelompok dulu, silahkan bikin kelompok, silahkan kelompok satu mana?. Penyisipan kalimat-kalimat yang dituturkan guru adalah campur kode adalah kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan karena keinginan guru untuk menjalin keakraban dan selalu menanamkan rasa kebersamaan dengan bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah. 67 Kutipan 9 Percakapan 73-75 Konteks: Pada kegiatan inti guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar materi yang sedang dipelajari. Siswa Guru Siswa pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina teu aya kumaha? baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? Heunteu Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan telah terjadi campur kode diantaranya kalimat pertama yaitu salah sahijina teu aya kumaha? yang artinya salah satunya tidak ada bagaimana?, kalimat kedua yaitu lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? yang artinya apabila diantara unsur-unsur tadi itu tidak ada bagaimana bisa dibangun tidak puisi itu?, silahkan yang bisa menjawab dulu, bisa tidak kira-kira?. Berdasarkan sisipan kalimat di atas yang dituturkan guru adalah sisipan kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan karena guru ingin mejalin keakraban terhadap peserta didik sehingga siswa tidak merasa malu untuk memberikan pendapat di samping itu untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih memahami materi yang ingin diketahui, sedangkan tujuan guru untuk lebih menjalin keakraban dan memberikan penegasan terhadap pertanyaan peserta didik agar lebih memahami materi yang dipelajari. Kutipan 10 Percakapan 76 Konteks: Guru menjelaskan pertanyaan dari peserta didik. Guru coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa? Urang pan tadi niat puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris, jumlah baris dari tiap-tiap bait, kemudian irama dan sajak itu 68 mutlak harus ada, tapi diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? Pada kutipan di atas terdapat kalimat pan tadi aya opat diantarana yang artinya kan tadi ada empat diantaranya dan kalimat diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? yang artinya diantaranya tadi ada unsur majas, bagaimana tuh apabila tidak ada kata-kata bermajas sebaliknya bisa tidak?. Berdasarkan sisipan kalimat di atas menunjukkan adanya bentuk campur kode yang digunakan guru yaitu kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan guru bertujuan untuk menjalin keakraban serta memberikan penjelasan materi yang disampaikan agar peserta didik paham materi yang dipelajari. Kutipan 11 Percakapan 78-81 Konteks: Guru memberikan media pembelajaran kepada peserta didik untuk didiskusikan Guru Siswa Guru Siswa Guru baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian taman, pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat kemudian tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa yang kamu lihat dari gambar ini, paham?” paham” (Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran) kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga, kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu, kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?” iya pak...muhun pak..” Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya campur kode yaitu kalimat hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun yang artinya satu lagi nih kelompok lima silahkan ke depan. Sisipan kalimat yang dituturkan guru adalah campur kode dengan menggunakan bahasa sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menunjukkan rasa peduli dan adil terhadap peserta didik. 69 Kutipan 12 Percakapan 83-85 Konteks: Guru menjelaskan materi yang sedang dipelajari. Guru Siswa Guru pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi kenging teu?” begini ya, itu kan sudah ada gambar, sakurang-kurang na maraneh yeuh tinggal melihat objek anu aya. waktu yang kita gunakan sudah berjalan lima menit barangkali dari kelompok yang sudah dibangun ada pertanyaan?, tapi sataacana bapak ingetkeun deui supaya urang paham bahwa unsur-unsur puisi adalah unsur yang membangun terbentuknya sebuah puisi Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya campur kode diantaranya yaitu pertama kalimat sakurang-kurang na maraneh yeuh tinggal melihat objek anu aya yang artinya sekurang-kurangnya kalian lihat nih tinggal melihat objek yang adan dan kalimat kedua yaitu tapi sataacana bapak ingetkeun deui supaya urang paham yang artinya tapi sebelumnya bapak ingatkan lagi supaya kita paham. Berdasarkan sisipan kalimat di atas adalah campur kode dengan menggunakan bahasa sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan memberikan penegasan agar peserta didik lebih memahami materi pelajaran. Kutipan 13 Percakapan 85 Konteks: Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh. Guru Citraan nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran, penciuman contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar ditaman karena harum semerbak nah citraan puisi seperti iyeu teh ngarana citraan penciuman, atau conto anu ku bapak disebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning menghampar di sekelilingnya nah itu berarti citraan penglihatan, sebab urang nyebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita, ada lagi perasaan umpamanya detak jantung ini seolah-olah tidak bisa dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir unsurna nu ku bapak disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi, nanti setelah jadi puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan, penciuman, pendengaran seperti terdengar suara suling dari kejauhan itu masuknya kepada citraan pendengaran. 70 Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya campur kode diantaranya yaitu kalimat pertama contona seperti kiyeu yang artinya contohnya seperti ini, kalimat yang kedua yaitu iyeu teh ngarana yang artinya ini tuh namanya, kalimat ketiga yaitu conto anu ku bapak disebutkeun yang artinya contoh yang bapak sebutkan dan kalimat keempat yaitu unsurna nu ku bapak disebutkeun tadi aya yang artinya unsurnya yang bapak sebutkan tadi ada. Berdasarkan sisipan kalimat di atas dapat dikatakan bahwa sisipan kalimat yang digunakan merupakan kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan karena keinginan guru agar peserta didik lebih paham terhadap materi yang disampaikan. Kutipan 14 Percakapan 89 Konteks: Guru menjelaskan materi yang belum dipahami peserta didik. Siswa Guru contoh kalimat bermajas kumaha pak? kalimat bermajas seperti yang bapak contokeun bunga mawar anu tadi dibacakeun diantarana aya kalimat kau sungguh sedap dipandang mata, kata-kata sedap indetiknya dengan lidah ya, duh makanan itu sedap sekali, makanan ini enak sekali, sedap itu jauh tidak identik dengan mata, kau sungguh sedap dipandang mata itu termasuk kalimat bermajas. Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu kalimat anu tadi dibacakeun diantarana aya yang artinya yang bapak bacakan diantaranya ada. Sisipan kalimat yang dituturkan guru adalah kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi penggunan campur kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban agar peserta didik tidak merasa sungkan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami, di samping itu keinginan guru agar peserta didik paham atas penjelasan yang disampaikan. 71 Kutipan 15 Percakapan 97 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (elaborasi) memberikan penjelasan seputar materi yang sedang dipelajari. baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai bagaimana hasil kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi?, nanti kalian perhatikan pilihan katanya baik atau tidak, ada atau tidak, ada majas atau ungkapannya tidak terus kesesuaian antara isi jeung tema jadi anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isina lain berarti kan tidak ada kesesuaian antara isi dengan tema, baik kelompok satu silahkan membacakan hasil kerja kolektifnya Guru Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu kalimat anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isina lain yang artinya yang kalian lihat ini tuh gambar dengan temanya sama tidak, khawair kalau gambarnya panorama alam tapi isinya bukan. Sisipan kalimat yang dituturkan guru adalah kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menjalin suasana akrab serta memberikan penjelasan agar peserta didik lebih paham terhadap materi yang dipelajari. Kutipan 16 Percakapan 98-99 Konteks: Pada kegiatan inti (elaborasi) guru meminta perwakilan kelompok satu maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. Guru Guru silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek macakeun puisinya”. sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya, sok kelompok dua ke depan. Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu kalimat dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh yang artinya dengarkan, perhatikan oleh kalian nih. Sisipan kalimat di atas yang dituturkan guru adalah kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan karena keinginan guru agar peserta didik lebih fokus dan memperhatikan pembacaan puisi yang akan dibacakan oleh salah satu peserta didik. 72 Kutipan 17 Percakapan 100-106 Konteks: Pada kegiatan inti (elaborasi) guru meminta perwakilan kelompok satu maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. Guru Siswa Guru Guru Siswa Guru Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo dengekeun”, Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua bagus teu? baguuuus” sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup” sok berikutna yaitu kelompok empat” sok geura kapayun diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-teman nya ngadengekeun, coba perhatikeun. Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu kalimat kumaha tah kelompok dua bagus teu? yang artinya bagaimana tuh kelompok dua bagus tidak? dan kalimat ngadengekeun, coba perhatikeun. Sisipan kalimat yang dituturkan guru adalah kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi campur kode yang dituturkan guru bertujuan agar peserta didik lebih fokus dalam proses pembelajaran dan berani untuk memberikan pendapat. Kutipan 18 Percakapan 108 Konteks: Pada kegiatan eksplorasi guru memberikan penilaian atas hasil unjuk kerja siswa serta memberikan penjelasan materi yang belum peserta didik pahami. Guru nah puisi anu ku maraneh dibacakeun sudah mengena dengan unsur-unsur puisi tadi, hanya kekurangan satu cara membaca puisi kurang berdeklamasi. Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk alih kode yaitu kalimat anu ku maraneh dibacakeun yang artinya yang kalian bacakan. Berdasarkan sisipan kalimat di atas adalah kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini sendiri bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas hasil kerja yang sudah dilaksanakan serta keinginan guru untuk lebih mempertegas hal-hal yang telah dipelajari oleh peserta didik. 5) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Singkatan 73 Pada percakapan guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar penulis tidak menemukan alih kode dan campur kode dalam bentuk singkatan. 2. Deskripsi Data Alih Kode Tuturan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sering terjadi perpindahan komunikasi dari formal ke tidak formal, contohnya pada saat guru menyampaikan suatu materi yang dianggap penting sengaja atau tidak sengaja menggunakan alih kode. Dalam menemukan data alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah penulis mengumpulkan data dengan teknik rekam, setelah hasil rekaman didengarkan kemudian dideskripsikan dalam bentuk tulisan, hal ini untuk memudahkan penulis dalam menganalisis bentuk alih kode yang terdapat dalam proses belajar. Untuk lebih jelas data dalam bentuk alih kode akan diklasifikasikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.4 Data Alih Kode No Data 1 Rendi.. Geus opat poe iyeu Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho naon, unsurunsurna heula kalau unsur tadi sudah dikanyahokeun, tah ayeuna bapak boga gambar yeuh coba ku maraneh tingali. sok atuh ka payun hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu kaopat, masing-masing kelompok aya 2 3 4 5 Kata Frasa Klausa Kalimat Singkatan 74 6 7 8 9 10 11 12 13 jubirna nya’ coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa? Urang pan tadi niat puisina puisi bebas iya kan? Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina puisi bebas. Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi kenging teu? Tadi bapak poho teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh aya pencitraan Sok nuk rek nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok silahkan tanyakeun? contoh kalimat bermajas kumaha pak? oh... iyeu mah 75 ombak eta pak.. nu konengkoneng tah Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo dengekeun sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup sok geura kapayun 14 15 16 17 a. Analisis Bentuk dan Fungsi Alih Kode Bentuk alih kode berdasarkan data yang diperoleh yaitu hanya penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kalimat. Kutipan percakapan berikut dapat digunakan sebagai contoh adanya penggunaan alih kode dan fungsi yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. 1) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Kalimat Kutipan 1 Percakapan 4-7 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengecek kehadiran peserta didik sebelum pelajaran dimulai. Guru Siswa Guru Siswa “Sebelumnya bapak tanyakan dulu siapa yang tidak hadir, tolong coba lihat absennya siapa tadi yang tidak hadir?” “Rendi....” “ Rendi geus opat poe iyeu nya’?” “Muhun pak..” Pada kutipan di atas terdapat kalimat Rendi geus opat poe iyeu nya?, yang artinya adalah Rendi sudah empat hari tidak masuk ya?. Penggunaan kalimat yang dituturkan guru pada kutipan di atas sangat jelas bahwa telah terjadi alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode bertujuan untuk menunjukkan rasa peduli guru terhadap peserta didik yang tidak hadir. 76 Kutipan 2 Percakapan 18 Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi) memberikan penjelasan kepada peserta didik seputar materi yang sedang dipelajari Kira-kira sudah ada bayangan tidak kalau kita akan membangun sebuah puisi? Ada gak bayangan? Dengan mengumpulkan kata-kata kemudian dengan kata-kata yang sudah ada kita bangun sebuah puisi. InsyaAllah nanti akan bapak contohkan ada gambar, dari gambar itu nanti apa yang kamu lihat, jujur dan konsekwen sebutkan apa yang ada dalam gambar itu, lalu kalau kita sudah mengidentifikasi katakata yang kita lihat langsung dari gambar yang ada barulah kata-kata kita susun menjadi sebuah puisi dengan unsur-unsur yang tadi jangan dilupakan, gitu barangkali. “Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho naon? Unsur-unsurna heula”. Guru Guru Guru Pada kutipan di atas terdapat kalimat Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho naon? Unsur-unsurna heula yang artinya jadi sekali lagi apabila kita akan membuat puisi harus tahu apa? Unsur-unsurnya dulu. Berdasarkan kalimat yang dituturkan guru pada kutipan di atas menunjukkan adanya alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi alih kode ini bertujuan karena guru ingin menciptakan suasana yang lebih akrab serta keinginan guru agar peserta didik lebih paham terhadap materi yang disampaikan. Kutipan 3 Percakapan18-21 Konteks: Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru memberikan objek kepada peserta didik untuk diidentifikasi. Guru Guru Guru InsyaAllah nanti akan bapak contohkan ada gambar, dari gambar itu nanti apa yang kamu lihat, jujur dan konsekwen sebutkan apa yang ada dalam gambar itu, lalu kalau kita sudah mengidentifikasi katakata yang kita lihat langsung dari gambar yang ada barulah kata-kata kita susun menjadi sebuah puisi dengan unsur-unsur yang tadi jangan dilupakan, gitu barangkali. “Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho naon? Unsur-unsurna heula”. “Tah ayeuna bapak boga gambar yeuh coba ku maraneh tingali. Jujur dan konsekwen apa yang kamu lihat dari gambar ini tolong 77 Siswa Guru Siswa sebutkan”. Mawar .. Anggrek.. Mawar..? Mawar.. Pada kutipan di atas terdapat kalimat tah ayeuna bapak boga gambar yeuh coba ku maraneh tingali yang artinya nih sekarang bapak punya gambar nih coba kalian lihat. Berdasarkan kalimat yang dituturkan guru pada kutipan di atas menunjukkan adanya alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk memberikan rangsangan terhadap peserta didik sehingga peserta didik lebih tertarik pada pembelajaran yang disampaikan. Kutipan 4 Percakapan 66-67 Konteks: Salah satu peserta didik maju ke depan untuk membacakan puisi. Guru Siswa Pada “Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok dengekeun”. “Sok atuh ka payun”. kutipan di atas terdapat kalimat sok atuh ka payun yang artinya silahkan dong ke depan. Penggunaan kalimat sok atuh ka payun yang dituturkan siswa merupakan bentuk alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada temannya yang akan tampil membacakan puisi di depan kelas. Kutipan 5 Percakapan 70-72 Konteks: Guru bersama peserta didik membentuk kelompok belajar dalam rangka mendiskusikan materi yang sedang dipelajari. Guru siswa “baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa kelompok?” “limaaa” 78 Guru “Hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu kaopat. Masing-masing kelompok aya jubirna nya’, sebelum kita mulai barangkali dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya?”. Pada kutipan di atas terdapat kalimat hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu kaopat, masing-masing kelompok aya jubirna nya’ yang artinya adalah satu, dua, tiga, empat, lima, nih di sini kelompok yang kelima, yang keempat. Berdasarkan kalimat pada kutipan di atas menunjukkan adanya alih kode yang dituturkan guru. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban dan menanamkan rasa kebersamaan, di samping itu guru berusaha untuk mengondisikan kelas dengan mengatur peserta didik dalam berkelompok. Kutipan 6 Percakapan 74-76 Konteks: Guru dan peserta didik mengadakan tanya jawab. Guru siswa Guru “baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? “heunteu” “Coba nu ngomong teu bisa, anu jawab bisa? Urang pan tadi niat puisina puisi bebas. Ya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri’. Pada kutipan di atas terdapat kalimat “Coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa?, urang pan tadi niat puisina puisi bebas” yang artinya “Coba yang bilang tidak bisa?, kita kan tadi niat puisinya puisi bebas”. Penggunaan kalimat yang dituturkan guru menunjukkan adanya alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk memotivasi agar peserta didik berani untuk mengungkapkan tanggapan terhadap materi yang diajarkan sedangkan fungsi guru untuk memberikan penegasan kepada peserta didik seputar materi yang sedang disampaikan. 79 Kutipan 7 Percakapan 74-76 Konteks: Pada kegiatan inti guru mempertegas materi yang disampaikan. Guru siswa Guru “baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? “heunteu” “Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina puisi bebas maka jumlah suku kata bait pertama dengan bait kedua kadang-kadang sudah berbeda, kadangkadang beda eta teh, bait kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata, delapan kata itu bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita buat adalah puisi-puisi bebas. Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi, hanya barangkali nanti puisinya kurang sempurna saja, kalau ada kata-kata bermajas kan puisinya lebih cantik. Sudah dibagi kelompok ya?”. Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode yaitu Pertama kalimat “Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina puisi bebas” yang artinya “Nah bapak tegaskan itu tuh bisa apabila tadi pada unsur puisi tadi ada maka bisa saja membuat puisi, tapi yang empat itu mutlak itu harus ada sehingga pada salah satu sudah keluar kadang-kadang pada puisinya puisi bebas”. Kalimat yang kedua yaitu “Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi” yang artinya jadi bapak simpulkan ya’ tidak apa-apa apabila salah satu unsur dari puisi itu tidak ada kita bisa membuat puisi”. Berdasarkan penggunaan kalimat pada kutipan di atas menunjukkan telah terjadi alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk membeikan penegasan dalam menjelaskan materi yang disampaikan dengan suasana keakraban. 80 Kutipan 8 Percakapan 80-84 Konteks: Salah satu peserta didik bertanya tentang materi yang sedang dipelajari. Guru Siswa Guru Siswa Guru ”kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga, kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu, kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?” “iya pak...muhun pak..” “ada yang mau ditanyakan mangga tanyakeun?” “Pak.. ari tema puisi upami berdasarkeun alam khayal atawa imajinasi kenging teu?” ”begini ya, itu kan sudah ada gambar , sakurang-kurang na maraneh yeuh tinggal melihat objek anu aya. Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode yaitu kalimat “Pak..ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi kenging teu? yang artinya “Pak..kalau tema puisi berdasarkan alam khayal atawa imajinasi boleh tidak?”. Berdasarkan penggunaan kalimat di atas merupakan alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Kutipan 9 Percakapan 85 Konteks: Guru menginformasikan dan mejelaskan materi yang terlewatkan. siswa Guru Guru ”pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi kenging teu?” ”begini ya, itu kan sudah ada gambar , sakurang-kurang na maraneh yeuh tinggal melihat objek anu aya”. “Tadi bapak poho teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh aya pencitraan”. Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode yaitu kalimat “Tadi bapak poho teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh aya pencitraan” yang artinya “Tadi bapak lupa tidak menjelaskan yaitu pada unsur puisi tuh ada pencitraan”. Pengguanaan kalimat yang dituturkan guru merupakan alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih 81 kode ini bertujuan untuk menginformasikan serta menjelaskan materi yang disampaikan dalam suasana keakraban. Kutipan 10 Percakapan 85 Konteks: Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya. Guru Guru Citraan nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran, penciuman contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar ditaman karena harum semerbak nah citraan puisi seperti iyeu teh ngarana citraan penciuman, atau contoh anu ku bapak disebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning menghampar di sekelilingnya nah itu berarti citraan penglihatan, sebab urang nyebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita, ada lagi perasaan umpamanya detak jantung ini seolah-olah tidak bisa dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir unsurna nu ku bapak disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi, nanti setelah jadi puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan, penciuman, pendengaran seperti terdengar suara suling dari kejauhan itu masuknya kepada citraan pendengaran. “Sok nuk rek nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok silahkan tanyakeun?” Pada kutipan di atas terdapat kalimat “Sok nuk rek nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok silahkan tanyakeun?” yang artinya “Silahkan yang mau bertanya kelompok siapayang mau bertanya, silahkan tanyakan?”. Berdasarkan kalimat di atas Dengan demikian dapat dikatakan kalimat yang dituturkan guru menunjukkan adanya alih kode dengan menggunakan bahasa sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban agar peserta didik tidak merasa takut dan malu untuk bertanya hal-hal yang belum diketahui. Kutipan 11 Percakapan 88 Konteks: Peserta didik bertanya materi yang belum diketahui. Siswa Guru Siswa ”kalau judul sama tema sami heunteu pak?” ”judul sama tema sama tidak gitu kan, sami heunteu? Judul sama tema beda misal panorama alam judulnya kan bisa bunga mawar atau yang lain juga bisa, paham, kelompok yang lain? “Conto kalimat bermajas kumaha pak? 82 Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk alih kode yaitu kalimat “Conto kalimat bermajas kumaha pak?” yang artinya “Contoh kalimat bermajas bagaimana pak?”. Penggunaan kalimat yang dituturkan peserta didik pada kutipan di atas merupakan alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan keinginan peserta didik untuk lebih memahami materi yang belum dipahami. Kutipan 12 Percakapan 90-92 Konteks: Peserta didik bertanya mengenai objek dalam membuat puisi. pak ini gambar apa?” “Oh... iyeu mah ombak” “Eta pak.. nu koneng-koneng tah?” Guru Siswa Guru Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode yaitu kalimat “Oh...iyeu mah ombak” yang artinya “Oh...ini adalah ombak” dan kalimat“Eta pak..nu koneng-koneng tah?” yang artinya “Itu pak yang kuningkuning”. Penggunaan kalimat yang dituturkan guru dan peserta didik pada kutipan di atas merupakan alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi alih kode ini bertujuan untuk mejalin keakraban antara guru dan peserta didik sehingga peserta didik merasa tidak merasa malu atau takut untuk bertanya dan keinginan guru agar peserta didik lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Kutipan 13 Percakapan 98-107 Konteks: Pada kegiatan inti (elaborasi) guru meminta perwakilan kelompok satu maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. Guru Guru Guru Siswa Guru ”silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek macakeun puisinya”. “sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya, sok kelompok dua ke depan”. Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo dengekeun”, Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua bagus teu?” “Bagus” “Sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup” 83 Guru Siswa Guru Siswa Pada “Sok berikutna yaitu kelompok empat” “Sok geura kapayun “Diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-temannya ngadengekeun, coba perhatikeun” (kelompok empat maju ke depan membacakan puisi) “Kelompok lima mana, sok bacakeun” kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk alih kode yaitu kalimat pertama “Maneh mah ngalawading wae, batur mah ngadengekeun, hayo dengekeun” yang artinya “Kamu tuh buat onar saja yang lain sedang mendengarkan, ayo dengarkan” Kalimat kedua yaitu “Sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup” yang artinya “Silahkan, berikutnya kelompok tiga maju ke depan”, dan kalimat ketiga yaitu “Sok geura kapayun” yang artinya “Silahkan segera ke depan”. Penggunaan kalimat-kalimat pada kutipan di atas merupakan alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan karena rasa perduli dan keinginan guru untuk mengondisikan kelas dengan menegur salah satu siswa yang membuat keributan, sedangkan alih kode yang digunakan peserta didik berfungsi untuk menjalin keakraban dan memberikan motivasi kepada temannya. Berdasarkan hasil analisis campur kode dan alih kode yang telah diuraikan di atas, pemakaian bahasa Sunda yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Penggunaan campur kode dan alih kode yaitu untuk menjelaskan dan mempertegas materi yang disampaikan oleh guru tentang menulis puisi bebas dan unsur-unsurnya, sementara penggunaan campur kode dan alih kode yang banyak digunakan oleh peserta didik yaitu untuk lebih mengetahui dan memahami materi yang sedang dipelajari. Banyaknya pemakaian campur kode dan alih kode ini sebagai pengganti padanan kata dalam komunikasi antara guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga interaksi guru dan peserta didik di dalam kelas lebih hidup. 84 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar guru dan siswa MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Campur kode bahasa Sunda dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor ditemukan bentuk dari segi kata, frase, dan kalimat. Dari hasil klasifikasi bentuk campur kode yang paling banyak muncul adalah dari segi bentuk kata dan kalimat, karena penggunaan bahasa Sunda yang dituturkan pendidik dan peserta didik pada saat proses belajar mengajar menyebabkan interaksi di dalam kelas terasa lebih hidup sehingga terciptanya suasana keakraban yang menjadikan pendidik dan peserta didik lebih berekspresi dalam proses belajar mengajar. 2. Alih kode bahasa Sunda dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor hanya ditemukan bentuk dari segi kalimat, terjadinya komunikasi dua arah antara peserta didik dan pendidik pada saat interaksi belajar mengajar tak lepas dari penggunaan campur kode dan ahli kode. Kejadian ini berlangsung secara alamiah dalam kegitan mengajar di dalam kelas, baik peserta didik maupun pendidik sama-sama memperoleh keuntungan yakni pendidik merasa lebih mudah mentransfer ilmunya, sedangkan peserta didik lebih mudah memahami segala sesuatu hal yang ingin diketahuinya, selain itu penggunaan campur kode dan alih kode ini terjadi karena faktor kebiasaan mengingat latar belakang pendidik dan peserta didik berasal dari suku Sunda. 3. Campur kode dan alih kode bahasa Sunda dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor ditemukan beberapa fungsi, baik itu fungsi untuk pendidik maupun fungsi untuk 85 peserta didik. Fungsi untuk pendidik melakukan campur kode yaitu untuk memberikan penjelasan dan penegasan agar peserta didik lebih memahmi materi yang disampaikan, sedangkan fungsi untuk peserta didik melakukan campur kode dan alih kode yaitu untuk lebih mengetahui dan memahami materi yang belum dipahami. Selain itu, penggunaan campur kode dan alih kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban agar peserta didik tidak merasa takut dan malu untuk bertanya hal-hal yang belum diketahui sehingga interaksi guru dan peserta didik di dalam kelas lebih hidup. B. Saran 1. Penggunaan campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar sebenarnya kurang baik, apalagi penggunaan campur kode dan alih kode ini dilakukan pada saat belajar bahasa Indonesia. Keterbiasaan menggunakan bahasa daerah akan menyebabkan dampak negatif, apabila bahasa yang digunakan itu berlainan atau bertentangan dan bersifat mengacaukan karena perbedaan sistem bahasa, hal ini akan menyebabkan timbulnya kesulitan dalam pengajaran. Ini merupakan salah satu sumber kesalahan berbahasa yang akhirnya melahirkan interferensi, yaitu penyimpangan dari norma-norma bahasa sebagai akibat pengenalan terhadap bahasa lain. Seharusnya pendidik bisa memberikan contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar, agar peserta didik terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. 2. Penggunaan campur kode dan alih kode yang dilakukan pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar memang kurang baik, tapi di sisi lain penggunan campur kode dan alih kode mempunyai fungsi yang bisa memberikan manfaat baik itu untuk pendidik maupun peserta didik. pendidik lebih mudah untuk mentransfer ilmunya sementara peserta didik akan lebih mudah memehamai materi yang sedang dipelajari. 86 DAFTAR PUSTAKA Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, Bandung: Refika Aditama, 2007 Chaer, Abdul, Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. -------------------Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. -------------------Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2012. Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Edi Subroto D, Pengantar Metodologi Penelitian linguistik Stuktural, Surakarta: USM, 2007. Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, Jakarta: Erlangga, 2012. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Bandung: Aditama, 2010. Heryanto,Yusuf, Ikhtisar Ilmu Bahasa. Bogor: Media Ilmiah dan STKIP Muhammadiyah, 2010. Jendre dalam weebesite:http://datayuni.blogspot.com/2010/06/campur-code.html Jendra, Made Iwan Indrawan, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Kridalaksana, Harimurt,. Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Munadi Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2012. Nuryani dan Dona Aji Kurnia Putra, Psikolinguistik, Ciputat: Mazhab, 2013. Ramlan M, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, Yogyakarta: Karyono, 2005. Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK PRESS, 2011. 87 Sagala Saiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2011. Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002. Subuki, Makyun, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, Jakarta: Transpustaka, 2011. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2011. Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2008. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Syamsudin AR, dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya, 2009. Tarigan, Henry. dan D. Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2011. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010. Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2005. TRANSKRIPSI KEGIATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR A. KEGIATAN AWAL NO Guru memasuki ruang kelas Guru membimbing peserta didik untuk doa bersama sebelum memulai pelajaran “Anak-anaku sekalian marilah untuk memulai pelajaran hari 1 Guru ini tolong kepada KM untuk disiapkan dan membaca doa secara bebarengan untuk KM silahkan disiapkan dulu”. (Guru dan siswa melakukan berdoa bersama-sama sebelum memulai pelajaran) “Baiklah sebagaimana moto yang biasa kita ucapkan pada saat kita belajar tentu poe iyeu harus lebih baik dari pada hari 2 Guru kemarin, siap?” 3 Siswa “siap...” “Sebelumnya bapak tanyakan dulu hari ini siapa yang tidak 4 Guru hadir?” tolong coba lihat absennya, siapa tadi yang tidak hadir tadi?” 5 Siswa “Rendi .....” 6 Guru “Ini Rendi geus opat poe iyeu... ya?” 7 Siswa “muhun pak” “Rendi udah empat hari tidak masuk, keterangan dua hari sakit 8 Guru tapi berikutnya alpa, apa betul ini?” 9 Siswa “betul...” 10 Guru “Siapa terus setelah ini lagi?” 11 Siswa “Sultan...” 12 Guru “Ada suratnya?” 13 Siswa “Gak ada pak..” 14 Guru “Tidak ada, alpa ya... yang lain hadir semua...?” 15 Siswa “Hadir...” 16 1. Apersepsi “Terimakasih, ya kalau memang sudah siap hari ini kita Guru teruskan untuk membahas yaitu materi berikutnya ya, tapi bapak ingatkan kembali kemarin kita sudah sama-sama membicarakan tentang pantun ya?. Kemarin itu pertemuan terakhir kita membicarakan tentang pantun ya?, bahwa di dalam pantun itu ada ketentuan-ketentuan yang khusus yang masuk karidor, kategori atau kelompok dari pantun itu sendiri ya, dimana kita tahu bahwa pantun biasanya terbagi dua, ada dua bagian, bagian baris pertama berupa sampiran kemudian dua baris kedua berupa isi dan biasanya seperti itu di dalam pantun. Baik kalau memang materi kemarin sudah kita pahami, untuk pertemuan kali ini kita akan sama-sama mencoba ya, memahami kajian kita yaitu tentang puisi ya, tentu ngomongkeun masalah puisi urang geus teu aneh deui nya’, sudah tidak asing lagi, mengapa? karena kita banyak dihadapkan dengan objek-objek yang memang selama ini bisa kita buat atau kita susun sebagai dasar pokok puisi itu sendiri ya, umpamanya saja dilingkungan sekolah kita sering dihadapkan dengan beraneka bunga atau umpamanya dengan pegunungan atau mungkin bisa juga dengan sawah ya, dimana dalam sawah itu ada padi yang menguning atau mungkin juga ada sebagian padi yang masih hijau yang belum keluar, ini juga ketika kita dihadapkan ke sana maka tentu saja dengan mengetahui unsur-unsur dari puisi itu sendiri”. 2. Motivasi 17 Guru “InsyaAllah ya, kita akan mencoba dan untuk mampu serta bisa untuk membuat puisi. Tetapi ada sesuatu hal yang peting yang perlu kita ketahui dalam membuat puisi yang pertama adalah tentu unsur-unsurnya. Dimana hiji puisi bisa dipilih atau dengan kata lain dengan pilihan kata, artinya banyak kata yang kita bisa pilih kata mana yang lebih tepat untuk kita buatkan sebagai dasar puisi, dengan kata lain bahwa di dalam bahasa Indonesia disebutkan dengan sinonim ya, iya kan? artinya kata-katanya itu lafalnya, bunyinya berbeda tapi mungkin bisa jadi makna kata yang berbeda itu hampir sama minimal mirip. Itulah yang disebut dengan sinonim maka dalam hal ini kita harus pandai-pandai milih kana eta kata anu bakal ku urang dijadikeun puisi nah ini salah satu unsur dari puisi iya kan?. Lalu yang kedua dalam puisi itu kita kenal ada yang disebut dengan sajak yaitu penentuan atau persamaan bunyi pada akhir baris puisi itu sendiri contohnya kalau AA. Kita ketahui juga kan dalam puisi itu ada irama, ada sajak kalau sajaknya kita ukur ke dalam rumusnya ada yang disebut degan sajak silang. Sajak silang itu umpamanya baris pertama A dan baris kedua B, baris ketiga A baris ke empat B, ini namanya silang tentu saja dipersamaan akhir baris. Baris pertama AA kemudian yang ke empat disebut dengan baris merdeka, sajak merdeka ini yaitu tidak ada persamaan bahwa akhir baris pertama berbeda dengan bunyi akhir baris kedua enya kitu deui akhir baris kadua beda jeung akhir baris katilu, akhir baris ketiga berbeda pula dengan akhir baris keempat maka itu bisa disebutkan ABCD berarti merdeka atau yang disebut dengan sajak bebas”. B. KEGIATAN INTI 1. Eksplorasi 18 Guru “InsyaAllah untuk kali ini kita akan bicara tentang itu tentang bagaimana membuat puisi bebas. Itulah yang kedua unsur puisi ini penting, iyeu teh penting dikanyahokeun ku urang sabab urang tidak akan bisa mengukur, membangun sebuah puisi kalau tidak diketahui unsur-unsurnya, kemudian berikutnya yaitu ada yang disebut dengan majas, jadi diksi tadi kata-kata yang kita pilih lalu kita rangkai yang dibuat kalimat maka kalimat-kalimat itu ada yang mengandung majas, ada yang bermakna majas atau ada yang bermakna majas, nah itu juga bisa kita bangun dengan diksi tadi dengan memilih kata sehingga bahwa kalimat itu termasuk kalimat yang bermajas. Itu diantara unsur yang ketiga unsur yang membangun sebuah puisi. Untuk itu untuk lebih jelasnya baik kita lihat dulu catatan kita hari, tentang membuat puisi. Kemudian puisi juga ada yang namanya irama dan ingat bahwa puisi itu adalah karangan yang terikat berbeda dengan prosa, prosa itu bentuknya bebas tidak terikat oleh syarat-syarat yang ada pada puisi. Berbeda dengan puisi, puisi itu terikat oleh syaratsyarat, yang pertama ingat, jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris, ada berapa suku kata dalam tiap-tiap barisnya, yang kedua jumlah baris dalam tiap-tiap bait, kalau di dalam prosa kita mengenal yang namanya alenia, kita mengenalnya dengan paragraf kalau dalam puisi, tapi kalau di dalam prosa terdapat alenia atau paragraf kalau dalam puisi tidak mengenal istilah alenia atau paragraf, yang kita ketahui dalam puisi yang kita kenal istilah bait. Yang keempat adalah irama ini penting karena bapak katakan tadi maca puisi teh beda jeung maca prosa, iya kan? baik dari intonasinya yang jelas beda lah, dituntut adanya irama dalam membacakan puisi. Dan yang terakhir adalah sajak yaitu penentuan akhir baris, ini juga berbeda dengan prosa, kalau prosa kan akhir barisnya tidak terikat, kalau dalam sebuah puisi akhir barisnya itu disitulah ada sajak. Kira-kira sudah ada bayangan tidak kalau kita akan membangun sebuah puisi? Ada gak bayangan? Dengan mengumpulkan kata-kata kemudian dengan kata-kata yang sudah ada kita bangun sebuah puisi. InsyaAllah nanti akan bapak contohkan ada gambar, dari gambar itu nanti apa yang kamu lihat, jujur dan konsekwen sebutkan apa yang ada dalam gambar itu, lalu kalau kita sudah mengidentifikasi kata-kata yang kita lihat langsung dari gambar yang ada barulah katakata kita susun menjadi sebuah puisi dengan unsur-unsur yang tadi jangan dilupakan, gitu barangkali. Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho naon? Unsur-unsurna heula kalau unsur tadi sudah dikanyahokeun, sudah ditemukan oleh kita maka tentu saja dengan mudah membangun atau membuat sebuah puisi. tah ayeuna bapak boga gambar yeuh coba ku maraneh tingali. Jujur dan konsekwen apa yang kamu lihat dari gambar ini tolong sebutkan. Sebutkeun naon wae anu katingali dina gambar, kahiji sebutkeun gambar naon, gambar iyeu gambar naon ?” 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa 28 Guru 29 30 31 32 33 Siswa Guru Siswa Guru Siswa “Mawar...” “Anggrek, Mawar?” “Mawar” “Kembang mawar, apalagi yang kamu lihat?” “ Daun, duri....” “Ada daunnya?” “Ada...” “Kemudian setelah daun? kemudian...” “Tangkai....” “Ada tangkai, betul” bunganya bunga mawar, durinya sudah terlihat, tangkainya juga ada, sudah berapa kata? Mawar, duri, tangkai, nah sekarang kita mengidentifikasikan kata yang ditemukan dari gambar ini yang pertama yaitu ada mawar yang kedua merah yang ketiga daun kemudian keempat tangkai, yang kelima duri yang keenam apa?” “Hijau...hejo” “Cukup jelas ya, masih ada?” “Harum...seungit” “Apalagi?” “Mekar....muka” 34 Guru 35 Siswa 36 Guru 37 38 39 Siswa Guru Siswa 40 Guru 41 Siswa 42 Guru 43 Siswa 44 Guru 45 46 47 Siswa Guru Siswa 48 Guru 49 50 51 52 Siswa Guru Siswa Guru “Mekar, bunga itu kuncupnya sudah agak terbuka, kuncupna geus muka” “Indah, cantik geulis” “Jadi melihat bunga warnanya merah berarti indah, masih ada?” ”Cukup pak” “Kalau kita melihat sesuatu benda itu cantik disebut?” “Mempesona” “Nah inilah kira-kira kita sudah mengidentifikasi kata-kata dari gambar ini, setelah kita mengidentifikasi terus ku urang kata-kata yang ada itu dirangkai menjadi sebuah kalimat, kalimat-kalimat itu kita bangun akhirnya nanti menjadi sebuah puisi, paham?” “Paham” (guru membacakan sebuah puisi) “dari kata-kata yang sudah disebutkan ini, bapak sudah corat coret sebagai dasar contoh dari gambar yang ada, bapak disini akan baca, Mawar...ada kata mawar?” “ada....” “Kemudian di sini bapak rangkai ada kata merah warna rupamu, ada kata merah?” “Ada....” “kau sungguh sedap dipandang mata, ada sedap?” “Indah pak” “kau sungguh indah dipandang mata, nah bapak katakan tadi ada diksi indah di sini hampir sama maknanya dengan sedap, tapi kalau umpamanya dijadikan kau sungguh sedap dipandang mata, nah berarti kata-kata di sini bapak katakan mengandung majas, sebab di sini ada tanggapan dua indera yang berbeda iya kan?, sedap itu kan dirasakan dengan lidah, tapi di sini kau sedap dipandang mata, mata pernah merasakan sedap tidak? “tidak...” “tapi kalau mata merasakan indah, pernah? “pernah...” “makanya tadi kita ada diksi ya, ada pilihan kata, supaya kalimat itu mengandung majas bisa saja, kau sungguh sedap dipandang mata, tadi juga tidak salah macakeun kau sungguh indah dipandang mata, kalau yan memandang indah itu kan mata betul, tapi kalau sedap biasanya lidah, jadi ada dua indra, 53 Siswa 54 Guru 55 56 57 Siswa Guru Siswa 58 Guru 59 Siswa 60 Guru 61 Siswa 62 Guru 63 Siswa 64 Guru 65 Siswa 66 Guru indera mata dan indera lidah itu tanggapannya berbeda, nanti kalau kalimat itu mengandung majas maka bisa dipilih katanya, diksinya itu. baik bapak bacakan lagi jadi kamu dengarkan saja dulu ya.. kau sungguh sedap dipandang mata, kau nampak cantik ketika mekar merekah.. ada kata mekar..? “ada...” “harum semerbak kau tebarkan wangi tubuh mu, ada kata harum..? “ada..” “berikutnya, hijau daun yang menghiasi, ada kata daun...?” “Ada...?” “kemudian berikutnya lagi ada, semakin membuat kau nampak indah,,, ada kata indah?” “ada...” “tiupan angin yang lembut, nah ini bagaimana kita merangkainya saja dengan inisiatif kita tentunya kita menambahkan kata-kata lain artinya kita tidak harus terpaku dengan kata yang kita temukan pada gambar ini walaupun kita sudah mengidentifikasi ketika di dalam ini kita tahu di dalamnya ada konjungsi, ada kata sambung, ada kata sifat sehingga kalimatnya berdiri menjadi kalimat yang baik. Kemudian di sini ada kalimat membuatmu berayun-ayun di atas tangkai yang lemah, ada tangakai tidak..?” “ada...” “kalau orang tadi angin meniup si bunga mawar itu pada tangkai yang lemah, sungguh kau membuat pesona yang luar biasa, tapi kau berduri yang bisa menyakiti. Ada kata duri..?” “ada...” “inilah setelah kita identifikasi kata-kata yang kita temukan pada gambar ini, lalu kita jadikan sebuah puisi, nah itulah berarti sudah membangun sebuah puisi dengan memenuhi unsur-unsur dari puisi itu sendiri. Sebelum melangkah lebih jauh maka... coba bapak menta yeuh untuk membacakan puisi yang biyeu ku bapak dibacakeun coba salah seorang ke depan untuk membacakan puisi, bapak tunjuk langsung ya, coba Selvi tolong baca” “enggak mauh ah pak... encan siap “ “Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok dengekeun”. 67 Siswa 2. 68 Guru 69 Siswa 70 Guru 71 Siswa 72 Guru 73 Siswa 74 Guru 75 Siswa 76 Guru “sok atuh ka payun” (salah seorang siswa membacakan puisi di muka kelas) Elaborasi bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat gambar-gambar anu tos aya, sok ayeuna urang ganti gambarna ka gambar anu sejen nya’, lalu kemudian ngelempokeun atau mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham?” ”pahaaam” “baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa kelompok?” “limaaa” “ hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu kaopat” masing-masing kelompok aya jubirna nya’, sebelum kita mulai barangkali dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya?” Wiwi...? “pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina teu aya kumaha?” “baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama temantemannya, tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsurunsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? “heunteu” “coba nu ngomong teu bisa, anu jawab bisa? Urang pan tadi niat puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris, jumlah baris dari tiaptiap bait, kemudian irama dan sajak itu mutlak harus ada, tapi diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina puisi bebas maka jumlah suku kata bait pertama dengan bait kedua kadang- 77 Siswa 78 Guru 79 Siswa 80 Guru 81 82 Siswa Guru 83 Siswa 84 Guru kadang sudah berbeda, kadang-kadang beda eta teh, bait kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata, delapan kata itu bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita buat adalah puisi-puisi bebas. Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naonnaon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi, hanya barangkali nanti puisinya kurang sempurna saja, kalau ada kata-kata bermajas kan puisinya lebih cantik. Sudah dibagi kelompok ya?” “sudah pak” “baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian taman, pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat kemudian tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa yang kamu lihat dari gambar ini, paham?” ”paham” (Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran) ”kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga, kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu, kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?” “iya pak...muhun pak..” “ada yang mau ditanyakan mangga tanyakeun?” ”pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi kenging teu?” ”begini ya, itu kan sudah ada gambar , sakurang-kurang na maraneh yeuh tinggal melihat objek anu aya”. (guru mengamati jalannya diskusi yang dilakukan oleh peserta didik) 85 guru “waktu yang kita gunakan sudah berjalan lima menit barangkali dari kelompok yang sudah dibangun ada pertanyaan?, tapi sataacana bapak ingetkeun deui supaya urang paham bahwa unsur-unsur puisi adalah unsur yang membangun terbentuknya sebuah puisi, unsur pertama yaitu tema, yang kedua adalah diksi atau pilihan kata, yang ketiga adalah rima atau sajak yaitu persamaan kata, keempat yaitu irama kemudian ada ungkapan atau majas. Tadi bapak poho teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh aya pencitraan, citraan itu terbagi kepada beberapa bagian. Citraan nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan 86 Siswa 87 Guru 88 Siswa 89 Guru 90 91 92 Siswa Guru Siswa 93 Guru 94 95 96 Siswa Guru Siswa 97 Guru penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran, penciuman contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar ditaman karena harum semerbak nah citraan puisi seperti iyeu teh ngarana citraan penciuman, atau contoh anu ku bapak disebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning menghampar di sekelilingnya nah itu berarti citraan penglihatan, sebab urang nyebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita, ada lagi perasaan umpamanya detak jantung ini seolah-olah tidak bisa dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir unsurna nu ku bapak disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi, nanti setelah jadi puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan, penciuman, pendengaran seperti terdengar suara suling dari kejauhan itu masuknya kepada citraan pendengaran. Sok nuk rek nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok silahkan tanyakeun?” ”kalau judul sama tema sami heunteu pak?” ”judul sama tema sama tidak gitu kan, sami heunteu? Judul sama tema beda misal panorama alam judulnya kan bisa bunga mawar atau yang lain juga bisa, paham, kelompok yang lain? “contoh kalimat bermajas kumaha pak?” ”kalimat bermajas seperti yang bapak contokeun bunga mawar anu tadi dibacakeun diantarana aya kalimat kau sungguh sedap dipandang mata, kata-kata sedap indetiknya dengan lidah ya, duh makanan itu sedap sekali, makanan ini enak sekali, sedap itu jauh tidak identik dengan mata, kau sungguh sedap dipandang mata itu termasuk kalimat bermajas”. ”pak ini gambar apa?” ”oh... iyeu mah ombak” ”eta pak.. nu koneng-koneng tah” ”oh.. ini ada.... ini bebatuan atau cadas yang biasanya cetek, de’et cai jadi hamparan airna, air nya itu menyentuh kepada bebatuan tadi yang menghias panorama alam, semuanya sudah siap,,,? Kelompok satu, kelompok dua, kelompok tilu, kelompok opat, kelompok lima” “siaaaaaaap” ”kira-kira kelompok mana dulu yang mau membacakan?” ”kelompok satu” ”baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai 98 Guru 99 Guru 100 Guru 101 Guru 102 103 Siswa Guru 104 105 Guru Siswa 106 Guru 107 Guru bagaimana hasil kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi?, nanti kalian perhatikan pilihan katanya baik atau tidak, ada atau tidak, ada majas atau ungkapannya tidak terus kesesuaian antara isi jeung tema jadi anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isi na lain berarti kan tidak ada kesesuaian antara isi dengan tema, baik kelompok satu silahkan membacakan hasil kerja kolektifnya” (guru meminta perwakilan kelompok satu maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya). ”silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek macakeun puisinya”. “sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya, sok kelompok dua ke depan”. (guru menegur salah satu siswa yang membuat keributan) “Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo dengekeun”. (kelompok dua membacakan puisi di kuka kelas) “Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua bagus teu?” “Baguuuus” ”Sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup” (kelompok tiga maju membacakan puisi) ”Sok berikutna yaitu kelompok empat” ”Sok geura kapayun” ”Diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-teman nya ngadengekeun, coba perhatikeun” (kelompok empat maju ke depan membacakan puisi) “kelompok lima mana, sok bacakeun” (kelompok lima maju ke depan membacakan puisi) 3. 108 Guru Eksplorasi “Nah puisi anu ku maraneh dibacakeun sudah mengena dengan unsur-unsur puisi tadi, hanya kekurangan satu cara membaca puisi kurang berdeklamasi, nanti dari mimik muka lalu supaya tidak pakem ya nanti tolong dibantu dengan gerakan-gerakan tangan, dengan lirikan mata, dengan gelengan kepala, bapak ambil kesimpulan, hasilnya sudah baik tapi di sisi lain ada kekurangan dalam memparagakeuna, harus yakin dan jangan malu”. C. KEGIATAN AKHIR 1. Penutup Bapak anggap pertemuannya kita cukupkan sampai disini, untuk lebih jelas dan lebih mendalam kamu nanti bisa melihat gambar-gambar yang tidak harus cenderung kepada panorama alam, mungkin bisa dengan gunung yang cantik, yang terpenting langkah pertama mengidentifikasi dulu kata-kata nu aya di dalam gambar kemudian dirangkai menjadi kalimatkalimat yang akhirnya dibangun menjadi sebuah puisi, sebelum bapak akhiri ada yang mau bertanya?” 110 Siswa “Cukup pak..” “Cukup,,? Kita akhiri belajar kita hari ini dengan membacakan 111 Guru Hamdalah”. 112 Siswa “Alhamdulilah...” “Tolong ya medianya dikumpulkan lagi, dikumpulkeun 113 Guru deui”. “Sakali deui akhir kata bila ada dari bapak dari awal sampai 114 Guru akhir yang bapak ungkapkan, yang bapak sampaikan kirakiranya tidak berkenan di hate maraneh atau barangkali dalam menyampaikan pelajaran ini monoton atau kurang berkenan sekali lagi bapak minta maaf, InsyaAllah pertemuan yang akan datang harus baik dari pertemuan hari ini”. 115 Siswa “Sumuhun”. (sebelum keluar kelas guru dan peserta didik berdoa dan mengucapkan salam) 109 Guru BIODATA PENULIS Emy Oktavia, lahir di Bogor pada hari Rabu tanggal tiga puluh Oktober tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh. Merupakan putri dari pasangan Sumanta dan Salmah. Saya adalah anak ketiga dari lima bersaudara, sekarang ini saya berdomisili di Bogor tepatnya di Kampung Nagrog Rt.02 Rw.07 Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Memulai pendidikan duduk dibangku Sekolah Dasar Negeri Cibungbulang dan lulus tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh, kemudian saya melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama di Pandu dan lulus pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga, kemudian pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh enam saya menyelesaikan studi Sekolah Menengah Tingkat Atas Kejuruan di Mandala Leuwiliang Bogor. Mulai tahun dua ribu dua sampai sekarang saya mengabdikan diri di lembaga Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah dan melanjutkan Studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan sekarang ini sedang menyelesaikan tahap akhir perkuliahan.