CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM PROSES BELAJAR

advertisement
CAMPUR KODE DAN ALIH KODE
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
DI MTs. NURUL UMMAH CIAMPEA, BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
EMY OKTAVIA
NIM: 1811013000028
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ABSTRAK
EMY OKTAVIA, 1811013000028; “Campur Kode dan Alih Kode dalam Proses
Belajar Mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor”. Penelitian pada siswa
kelas VIII MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea Bogor. Skripsi Jakarta:
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis melihat adanya campur kode dan
alih kode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Penulis juga ingin
melihat manfaat atau fungsi penggunaan campur kode dan alih kode yang sering
digunakan dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu
Ciampea, Bogor. Untuk memahami campur kode dan alih kode dalam proses
belajar mengajar, penulis mendata dan mengkalsifikasikan terlebih dahulu campur
kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog
Cibuntu Ciampea, Bogor.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi penggunaan
campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah
Nagrog Cibuntu Ciampea bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
pengamatan dan dokumentasi. Pelaksanaan pengumpulan data dengan
menggunakan metode pengamatan dan dokumentasi (rekam) dilakukan pada saat
proses belajar mengajar dimulai sampai proses belajar mengajar berakhir.
Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu
Ciampea Bogor, tahun pelajaran 2013/2014.
Hasil penelitian diperoleh data dari segi bentuk dan fungsi campur kode dan alih
kode. Dari hasil klasifikasi bentuk data campur kode penggunaan bahasa Sunda
dalam proses belajar mengajar yang diperoleh yaitu bentuk yang sering muncul
adalah dari segi bentuk kata dan kalimat, sedangkan hasil klasifikasi bentuk data
alih kode penggunaan bahasa Sunda yang sering muncul adalah dari bentuk segi
kalimat. Dari fungsi campur kode dan alih kode bahasa Sunda yang digunakan
dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea,
Bogor yaitu untuk mejalin keakraban, memberikan penjelasan, penegasan kepada
peserta didik serta memahami dan mengetahui materi lebih dalam bagi peserta didik.
Kata Kunci: campur kode, alih kode, proses belajar mengajar.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-NYA sehingga penulis
diberikan kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini, shalawat
berserta salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan, petunjuk, dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada:
1.
Nurlena Rifa’i M.A., Ph,D., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA. M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang
selalu memberikan arahan, saran, dan masukan kepada seluruh mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam menempuh perkuliahan.
3.
Dr. Nuryani, S.Pd. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, masukan, petunjuk dan ilmu yang sangat bermanfaat
serta waktu yang telah diluangkan dalam membimbing dalam penyelesaian
skripsi ini.
4.
Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
ii
5.
Yudi Saepul Rizal, M.Pd., selaku Kepala MTs. Nurul Ummah Nagrog
Cibuntu Ciampea Bogor, yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.
6.
Keluarga besar KH. Syibli, yang selalu mendoakan penulis untuk tetap
semangat menuntut ilmu yang Allah ridhoi.
7.
Ibunda tersayang Salmah, yang selalu memberikan motivasi dan doanya serta
dengan tulus menjaga buah hati penulis selama menempuh perkuliahan
hingga selesai.
8.
Suami tercinta Yudi Saepul Rizal, M.Pd., yang selalu memberikan bantuan
dan dukungan moril maupun materil, serta anak-anakku tercinta ananda
Fazrian Awal Al Fharabi, Zahra Abie Nabila, Faris Syahba Salzabil, yang
selalu menjadikan penyemangat dalam menempuh perkuliahan ini hingga
selesai.
9.
Nawawi, S.Pd.I. dan Elis Fadliyah, S.Pd., yang turut serta dalam membantu
dalam penyusunan skipsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan PBSI Dual Mode, yang telah memberikan saran
dan informasinya.
Terimakasih tidak lupa saya sampaikan kepada semua pihak yang tidak
tersebutkan namun telah memberikan kontribusi yang sangat berharga hingga
terselesaikannya skripsi ini. Akhir kata harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat bagi seluruh pembaca dan lembaga-lembaga pendidikan sebagai
perbandingan maupun dasar untuk penelitian lebih lanjut. Penulis sangat
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun tetap penulis harapakan untuk perbaikan di masa yang
akan datang.
Jakarta, Juli 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3
C. Batasan Masalah ........................................................................ 3
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sosiolinguistik............................................................................. 5
B. Kedwibahasaan .......................................................................... 6
C. Campur Kode.............................................................................. 8
D. Alih Kode................................................................................... 13
E. Sintaksis..................................................................................... 17
F. Variasi bahasa............................................................................ 21
G. Bahasa Pengantar dalam Proses Belajar Mengajar ................... 23
H. Penelitian yang Relevan ............................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 26
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................. 27
C. Objek Penelitian ........................................................................ 27
D. Subjek Penelitian ...................................................................... 28
iv
E. Prosedur Penelitian .................................................................... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 28
G. Instrumen Penelitian .................................................................. 30
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 31
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang MTs. Nurul Ummah ......................................... 33
B. Profil MTs. Nurul Ummah ........................................................ 34
C. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah ............................................... 34
D. Keadaan Pendidik dan peserta didik ......................................... 35
E. Deskripsi dan Analisis Data Campur Kode dan Alih Kode
dalam Proses Belajar Mengajar MTs. Nurul Ummah ............... 38
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 84
B. Saran ......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Jadwal Pengumpulan Data
Tabel 1.2
Analisis Bentuk Campur Kode
Tabel 1.3
Analisis bentuk Alih Kode
Tabel 2.1
Profil Madrasah
Tabel 2.2
Staf Pengajar MTs. Nurul Ummah
Tabel 2.3
Data Campur Kode
Tabel 2.4
Data Alih Kode
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Transkripsi Kegiatan Proses Belajar Mengajar
Lampiran 2
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4
Surat Izin Penelitian
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahasa Indonesia adalah sarana untuk mengekspresikan apa yang
terkandung dalam pikiran, alat komunikasi sebagai penyampai pesan, sekaligus
merupakan wujud dalam perkembangan kebudayaan suatu bangsa. Sebagai
bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa Indonesia mempunyai
status istimewa sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Berbahasa adalah
aktivitas sosial, dan sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi memegang
peranan yang penting dalam berbagai ranah, seperti pemerintahan, keluarga,
agama, etnik, maupun pendidikan.
Kegiatan berbahasa bisa terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya.
Dalam ranah pendidikan, bahasa Indonesia merupakan pengantar dalam proses
belajar mengajar. Bahasa menjadi media yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran. Melalui bahasa, peserta didik dapat memahami
apa yang disampaikan pendidik. Melalui bahasa pula, peserta didik dapat
mengatasi kesulitannya dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan aspek linguistik terdapat istilah bilingualisme dalam bahasa
Indonesia disebut kedwibahasaan “berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau
dua kode bahasa, masyarakat tutur yang terbuka dan mempunyai hubungan
dengan masyarakat tutur lain, tentu akan mengalami apa yang disebut kontak
bahasa dengan segala peristiwa-peristiwa kebahasaan sebagai akbitnya ”.1 Dengan
adanya kontak komunikasi yang dwibahasa sehingga melahirkan alih kode dan
campur kode.
Kontak bahasa yang terjadi di dalam diri dwibahasawan menyebabkan saling
pengaruh antara B1 dan B2. “Penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa
lainnya disebut transfer”.2 Penguasaaan dua bahasa atau lebih oleh seorang
1
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta
2010), h. 84.
2
Henry Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2011), h. 16.
1
2
penutur bahasa memungkinkan terjadinya dampak negatif maupun positif. Bila
sistem yang digunakan itu bersifat membantu karena kesejajaran maka transfer itu
disebut transfer positif yang
mengakibatkan terjadinya pembaharuan yang
sifatnya menguntungkan kedua bahasa. Sebaliknya, bila sistem yang digunakan
itu berlainan atau bertentangan dan bersifat mengacaukan karena perbedaan
sistem bahasa disebut transfer negatif, ini menyebabkan timbulnya kesulitan
dalam pengajaran B2 sekaligus merupakan salah satu sumber kesalahan berbahasa
yang akhirnya melahirkan interferensi, yaitu penyimpangan dari norma-norma
bahasa sebagai akibat pengenalan terhadap bahasa lain.
Alih kode dan campur kode ini terjadi karena faktor kebiasaan akibat dari
pergaulan antara penutur bahasa. Alih kode dan campur kode terjadi karena faktor
keinginan menjelaskan dan menafsirkan sesuatu yang disebabkan oleh keinginan
pendidik untuk menyampaikan materi yang dapat dipahami peserta didik dengan
baik, sementara peserta didik lebih memahami segala sesuatu hal yang ingin
diketahui dengan menggunakan alih kode dan campur kode.
Faktor ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung dengan penutur yang
dalam hal ini pendidik dengan peserta didik. Pada umumnya dalam proses belajar
mengajar di MTs. Nurul Ummah, pendidik dan peserta didik senantiasa
menggunakan alih kode dan campur kode dalam tuturannya. Hal ini dilakukan
agar proses belajar mengajar dapat dipahami satu sama lain. Dalam dunia
pendidikan, alih kode dan campur kode masih dapat kita lihat, khususnya dalam
interaksi belajar mengajar di sekolah. Hal ini bisa terjadi karena warga sekolah
menguasai lebih dari satu bahasa.
Dari observasi awal di MTs. Nurul Ummah, penulis menemukan bahwa
dalam proses belajar mengajar masih terdapat unsur-unsur bahasa daerah yakni
bahasa Sunda sebagai pengantar. Misalnya, “Maksudna kumaha?” (Maksudnya
bagaimana?)”. Dari ungkapan tersebut, diketahui bahwa terjadi fenomena alih
kode dan campur kode Sunda bahasa Indonesia . Hal ini bukan sesuatu yang
mustahil terjadi mengingat latar belakang bahasa peserta didik dan pendidik yang
sebagian besar menguasai bahasa Sunda sebagai bahasa pertama (B-1).
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
tersebut,
permasalahan
dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bentuk campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di
MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor.
2. Manfaat penggunaan campur kode dan alih kode bagi pendidik dan
peserta didik dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah
Ciampea, Bogor.
3. Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dengan adanya alih kode
dan campur kode di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor.
4. Kendala yang dihadapi pendidik dan peserta didik dengan adanya alih
kode dan campur kode dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul
Ummah Ciampea, Bogor.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dengan fenomena kebahasaan
campur kode dan alih kode yang ditemukan, penulis mencoba meneliti campur
kode dan alih kode bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia dalam Proses
Belajar Mengajar khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII
MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan agar dalam
pelaksanaan penelitian dapat mencapai tujuan dengan baik, maka masalah yang
diteliti harus dirumuskan. Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk campur kode dan alih kode dalam proses belajar
mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor?
2. Apa fungsi campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar di
MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor?
4
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat
dirumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dan alih kode dalam proses
belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi penggunaan campur kode dan alih kode
dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah dapat mengembangkan teori
sosiolingustik, khususnya mengenai alih kode dan campur kode serta bahasa
dalam proses belajar mengajar.
2. Manfaat Praktis
a. Guru bahasa Indonesia
Memberikan sumbangan informasi tentang bahasa yang seharusnya dipakai
dalam proses belajar mengajar sehingga pendidik dan peserta didik mengetahui
bahwa alih kode dan campur kode tidak diperkenankan digunakan dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
b. Peserta Didik
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara langsung bagi peserta didik
untuk memberikan sumbangan pengetahuan tentang penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam proses belajar mengajar.
c. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai
bahan perbandingan untuk melakukan penelitian sejenis.
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam
gejala sosial yang ingin diteliti dan teori adalah alat bantu dari ilmu dengan cara
memberikan definisi dari tiap-tiap jenis data yag akan dibuat abstraksinya. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang terkait. Semua teori
tersebut dipaparkan sebagai berikut.
A. Sosiolinguistik
“Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik,
dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat”.1 “Sebagai objek
dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa,
sebagaimana yang dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau
didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia”.2
Fishman memaparkan “sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi
bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini
selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam suatu
masyarakat tutur”.3 Sementara, Apel mengatakan “sosiolinguistik memandang
bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari
masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan
pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi
konkret”.4
“Linguistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa
secara luas dan umum. Secara luas berarti cakupannya meliputi semua aspek dan
komponen bahasa. Secara umum berarti sasarannya tidak hanya terbatas pada
salah satu bahasa saja (misalnya bahasa Indonesia saja). Akan tetapi semua bahasa
1
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta
2010), h. 2.
2
Ibid, h. 3.
3
Ibid,
4
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 6.
5
6
yang ada di dunia. Secara garis besar cakupan linguistik meliputi dua lingkup,
yaitu lingkup mikrolinguistik dan lingkup makrolinguistik”.5
1.
Mikrolinguistik
Mikrolingiuistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam
rangka kepentingan ilmu bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain
dan tanpa memikirkan bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Makrolinguistik
Makrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan dunia di luar bahasa, yang berhubungan dengan ilmu lain dan
bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah diuraikan oleh para pakar di atas
dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang
bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan
antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.
Linguistik menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
B. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan merupakan fenomena yang menggejala di setiap negara di
dunia ini termasuk Indonesia. Di samping itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai
bahasa resmi dan bahasa nasional. Selain itu, keterlibatan dengan negara lain
yang memiliki bahasa yang berbeda juga merupakan fakta yang menyebabkan
timbulnya kedwibahasaan. Teori kedwibahasaan sangat terkait dengan alih kode
dan campur kode, karena alih kode dan campur kode merupakan aspek
kedwibahasaan. Selain itu, subjek yang diteliti merupakan masyarakat
kedwibahasaan yang cenderung melakukan alih kode dan campur kode.
Pendapat
beberapa
para
ahli
sehubungan
dengan
kedwibahasaan.
Encyclopedia Britanica mendefinisikan “penguasaan dua bahasa atau lebih
kedwibahasaan atau keanekabahasaan adalah suatu keterampilan khusus,
5
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 21-22.
7
kedwibahasaan dan keanekabahasaan merupakan istilah yang relatif karena tipe
dan jenjang penguasaan bahasa seseorang berbeda”.6 Sementara, bloomfield
mendefinisikan kedwibahasaan adalah “penguasaan dua bahasa secara sempurna,
tentu saja penguasaan dua bahasa itu tidak dapat dijelaskan secara tepat karena
penguasaan itu berjenjang atau relatif”.7
Kedwibahasaan adalah hasil dari pemerolehan bahasa, kedwibahasaan
menimbulkan interferensi dan interferensi merupakan salah satu faktor penyebab
kesalahan berbahasa”.8 Sementara, Weinreich mengatakan bahwa „kedwibahasaan
the pratice of alternately using two languages (kebiasaan menggunakan dua
bahasa atau lebih secara bergantian)”.9 Faktor yang mendorong terjadinya
bilingualisme atau kedwibahsaan adalah adanya kontak bahasa di dalam otak.
Bilingualisme adalah kasus yang hampir dialami oleh separuh lebih orang
Indonesia. Masyarakat Indonesia rata-rata menguasai bahasa daerah dan bahasa
Indonesia, khususnya ragam lisan.
Lado menyatakan bahwa “kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara
dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya”.10 Sementara itu, Weinreich
“membedakan kemampuan bilingualisme menjadi tiga tipe‟,11 yaitu:
1.
Kedwibahasaan Majemuk
Kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa
kemampuan berbahasa salah satu bahasa yang lebih baik dari pada kemampuan
berbahasa yang lain.
2.
Kedwibahasaan Koordinatif
Kedwibahasaan koordinatif adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa
pemakaian dua bahasa sama baiknya oleh individu. Proses kedwibahasaan ini
terjadi karena seorang individu memiliki pengalaman yang berbeda dalam
menguasai dua bahasa sehingga jarang sekali dipertukarkan pemakainnya.
6
Henry Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2011), h. 8.
7
Ibid, h. 8.
8
Ibid, h. 15.
9
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 23.
10
Nuryani, dan Dona Aji Kurnia Putra, Psikolinguistik, (Ciputat: Mazhab, 2013), h. 176
11
Ibid, h. 177.
8
3.
Kedwibahasaan Subordinatif
Kedwibahasaan Subordinatif merupakan kedwibahasaan yang menunjukkan
bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan unsur B2 atau
sebaliknya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar yang telah di uraikan di atas
mengenai kedwibahasaan dapat penulis simpulkan bahwa, kedwibahasaan adalah
peristiwa pemakaian dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian oleh
penutur yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa-bahasa tersebut dalam
keadaan saling kontak pada diri penutur secara individual. Kedwibahasaan ini
sangat terkait dengan campur kode dan alih kode yang akan penulis teliti, karena
campur kode dan alih kode merupakan aspek kedwibahasaan.
C. Campur Kode
Pembahasan mengenai campur kode, biasanya diikuti dengan pembicaraan
tentang campur kode. Campur kode terjadi apabila seseorang penutur bahasa,
misalnya bahasa Indonesia memasukan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam
pembicaraan bahasa Indonesia. Dengan kata lain, seseorang yang berbicara
dengan kode utama bahasa Indonesia yang memiliki fungsi keotonomiannya,
sedangkan kode bahasa daerah yang terlibat dalam kode utama merupakan
serpihan-serpihan saja tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode.
Nababan memaparkan ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah
kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi berbahasa formal, jarang terjadi
campur kode kalau terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata
atau ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai
sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa
asing”.12 Campur kode adalah ”sebuah kode utama atau dasar yang digunakan dan
memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat
dalam peristiwa tutur hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa
fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode”.13
12
13
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 87
Abdul Chaer dan Leonie, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.114
9
Sementara Pieter muysken menjelaskan bahwa “a am using the term codemixing to refer to all cases where lexical items and grammatical features from
two languages appear in one sentence” “(penggunaan istilah campur kode
diartikan apabila bagian-bagian kebahasaan atau struktur bahasa dari dua bahasa
muncul dalam kalimat)”.14 Seorang penutur yang dalam berbahasa Indonesia
banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah
melakukan campur kode. Thelander menjelaskan, “apabila di dalam suatu
peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari
klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid pharases), dan masing-masing
klausa atau frase itu tidak ada lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka
peristiwa yang terjadi adalah campur kode”.15
Dari beberapa pendapat dan pandangan para ahli mengenai campur kode
dapat disimpulkan bahwa campur kode merupakan peristiwa penggunaan bahasa
atau unsur bahasa lain ke dalam suatu bahasa atau peristiwa pencampuran bahasa
atau seorang penutur yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan
serpihan-serpihan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur
kode. Peristiwa campur kode dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada saat
melakukan interaksi.
Terjadinya campur kode biasanya disebabkan oleh tidak adanya padanan kata
dalam bahasa yang digunakan untuk menyatakan suatu maksud. Sesuai dengan
kesimpulan di atas, keterkaitan teori campur kode dengan penelitian ini mencakup
campur kode bahasa Sunda ke dalam Bahasa Indonesia dalam proses belajar
mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea Bogor.
1.
Faktor Penyebab Campur Kode
Campur kode muncul karena tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang menjadi
faktor terjadinya campur kode itu. Pada penjelasan sebelumnya telah dibahas
menganai ciri-ciri peristiwa campur kode, yaitu tidak dituntut oleh situasi dan
14
Made Iwan Indrawan Jendra, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), h.78.
15
Chaer dan Leonie ofcit , h.115.
10
konteks pembicaraan, adanya ketergantungan bahasa yang mengutamakan peran
dan fungsi kebahasaan yang biasanya terjadi pada situasi yang santai.
Berdasarkan hal tersebut, Suwito memaparkan beberapa faktor yang melatar
belakangi terjadinya campur kode yaitu sebagai berikut.
a. Faktor peran
Yang termasuk peran adalah status sosial, pendidikan, serta golongan dari
peserta bicara atau penutur bahasa tersebut.
b. Faktor ragam
Ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan oleh penutur pada waktu
melakukan campur kode, yang akan menempati pada hirarki status sosial.
c. Faktor keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan
Yang termasuk faktor ini adalah tampak pada peristiwa campur kode yang
menandai sikap dan hubungan penutur terhadap orang lain, dan hubungan orang
lain terhadapnya. Jendra mengatakan bahwa “setiap peristiwa wicara (speech
event) yang mungkin terjadi atas beberapa tindak tutur (speech act) akan
melibatkan unsur pembicara dan pembicara lainnya (penutur dan petutur), media
bahasa yang digunakan, dan tujuan pembicaraan”16.
Lebih lanjut, Jendra menjelaskan bahwa ketiga faktor penyebab itu dapat
dibagi lagi menjadi dua bagian pokok, umpamanya peserta pembicaraan dapat
disempitkan menjadi penutur, sedangkan dua faktor yang lain (faktor media
bahasa yang digunakan dan faktor tujuan pembicaraan) dapat disempit lagi
menjadi faktor kebahasaan.
d. Faktor Penutur
Pembicara kadang-kadang sengaja bercampur kode terhadap mitra bahasa
karena dia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Pembicara kadang-kadang
melakukan campur kode antara bahasa yang satu ke bahasa yang lain karena
kebiasaan dan kesantaian. Contoh: “Ok, urang kudu stand by”.
16
Jendre dalam weebesite:http://datayuni.blogspot.com/2010/06/campur-code.html
11
e. Faktor Bahasa
Dalam proses belajar mengajar media yang digunakan dalam berkomunikasi
adalah
bahasa
lisan.
Penutur
dalam
pemakaian
bahasanya
sering
mencampurkannya bahasanya dengan bahasa lain sehingga terjadi campur kode.
Misalnya hal itu ditempuh dengan jalan menjelaskan atau mengamati istilahistilah (kata-kata) yang sulit dipahami dengan istilah-istilah atau kata-kata dari
bahasa daerah maupun Bahasa Asing sehingga dapat lebih dipahami. Contoh:
“Kita harus enjoy dalam bekerja”. Uraian tentang faktor-faktor penyebab
terjadinya campur kode yang dipaparkan di atas sangat terkait dengan penelitian
yang dilakukan.
2.
Jenis-jenis Campur Kode
Berdasarkan unsur serapan yang menimbulkan terjadinya campur kode itu,
campur kode dibagi menjadi tiga bagian17. Bagian-bagian tersebut akan diuraikan
di bawah ini.
a. Campur Kode ke Luar (outer code mixing)
Dalam hal ini, “campur kode keluar adalah campur kode yang menyerap
unsur- unsur bahasa asing”. Misalnya, dalam peristiwa campur kode pada
pemakaian bahasa Indonesia terdapat sisipan dari bahasa asing seperti bahasa
Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Cina, dan lain sebagainya. Lebih
konkret contoh berikut akan memperjelas pengertian campur kode keluar :
“Maybe, tapi saya belum berani memastikannya”.
Kalimat di atas menunjukkan sebuah kalimat yang bercampur kode.
Dikatakan bercampur kode karena dalam kalimat tersebut terdapat kata dari
bahasa asing yaitu bahasa Inggris (Maybe). Oleh karena itu, kalimat itu
bercampur kode keluar. Teori campur kode keluar di atas tidak terkait dengan
penelitian ini karena subjek yang diteliti adalah pendidik dan peserta didik yang
mencampurkan bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia. Jadi, dalam penelitian
ini yang diteliti adalah campur kode ke dalam.
17
Ibid, datayuni.blogspot.com
12
b. Campur Kode ke Dalam (Inner Code Mixing)
Mengenai definisi tentang campur kode ke dalam, ada beberapa ahli yang
memiliki pandangan yang hampir sama. Suwito mengatakan bahwa seorang yang
dalam pemakaian bahasa Indonesianya banyak menyisipkan unsur- unsur bahasa
daerah, atau sebaliknya. Maka, penutur tersebut bercampur kode ke dalam.
Sementara itu, Jendra menyatakan campur kode ke dalam adalah jenis kode yang
menyerap unsur-unsur bahasa sunda yang sekerabat.
Gejala campur kode pada peristiwa tururan bahasa Indonesia terdapat di
dalamnya unsur-unsur bahasa daerah seperti bahasa Bali, bahasa Jawa, bahasa
Sunda, dan sebagainya. Lebih jelasnya, berikut contoh kalimat yang bercampur
kode ke dalam: “Sebelum pelajaran dilanjutkan, sok saha nu bade naros?”. Dari
teori mengenai campur kode ke dalam di atas, dapat ditentukan bahwa teori
campur kode ke dalam terkait dengan penelitian ini karena latar belakang
kedwibahasaan yang dimiliki guru dan siswa yang bahasa ibunya adalah bahasa
Sunda. Campur kode yang diteliti termasuk dalam kategori jenis campur kode ke
dalam.
c. Campur Kode Campuran
Definisi mengenai campur kode campuran ialah “campur kode yang di dalam
(mungkin klausa atau kalimat) telah menyerap unsur bahasa Bali/Melayu/Sunda
(bahasa daerah) dan bahasa asing”18. Selanjutnya Jendra lebih tegas mengatakan
bahwa campur kode campuran merupakan unsur serapan yang diterima oleh
bahasa penyerap dengan pembagian menjadi dua bagian seperti (inner dan outer
code mixing) telah pula dilakukan. Misalnya “seorang mahasiswa hendaknya bisa
eling dan established”.
Kalimat di atas menunjukkan sebuah kalimat yang bercampur kode
campuran. Jika kita melihat kata eling (ingat) yang berasal dari bahasa daerah
yaitu bahasa Sunda, kalimat tersebut merupakan campur kode ke dalam. Namun,
jika kita melihat kata estabilished yang berasal dari bahasa asing (bahasa Inggris)
maka kalimat di atas merupakan kalimat yang bercampur kode ke luar. Jadi secara
18
Ibid, datayuni.blogspot.com
13
keseluruhan kalimat di atas dimaksukkan dalam kalimat yang bercampur dengan
kode campuran karena dalam kalimat di atas terdapat unsur bahasa daerah (bahasa
Sunda) dan bahasa asing (bahasa Inggris).
Dari paparan di atas, dapat ditentukan bahwa tidak ada keterkaitan antara
teori campur kode campuran dengan penelitian ini. Ini disebabkan oleh dalam
penelitian ini subjek yang diteliti yaitu guru dan siwa cenderung menggunakan
Bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar.
D. Alih Kode
Alih kode adalah Peristiwa pergantian bahasa yang digunakan dalam proses
belajar mengajar dari bahasa sunda ke bahasa Indonesia, atau berubahnya dari
ragam santai menjadi ragam resmi, atau ragam resmi ke ragam santai.19
Pengertian
alih
kode
serupa
itu
mengenai
sebagai
alih
“gejala
kode,
peralihan
Appel
mendefinisikan
pemakaian
bahasa
karena berubahnya situasi”.20 Dell Hymes menyatakan “Code switching has
become a common term for alternate use of two or more language, or varieties of
language, or even speech styles” ( alih kode telah menjadi istilah umum untuk
alternatif kita dari dua atau lebih bahasa, variasi bahasa, atau bahkan gaya
bicara)”.21
Pietro menyatakan bahwa “Code switching is the use of more than one
language by communicants in the execution of a speech act” (alih kode terjadi
dalam suatu tuturan yang menggunakan lebih dari satu bahasa)”.22 Sementara
wardhaugh membedakan alih kode atas dua bagian, yaitu situational codeswitching dan metaporical code-switching. Situational code-switching terjadi bila
bahasa yang digunakan berubah sesuai dengan situasi tempat para penutur berada.
Mereka berbicara dalam suatu bahasa dalam suatu situasi dan dalam bahasa yang
lain pada situasi yang lain pula. Dalam hal ini tidak terjadi perubahan topik. Jika
19
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta
2010), h. 107.
20
Ibid, h. 107.
21
Made Iwan Indrawan Jendra, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), h. 74.
22
Ibid, h. 74.
14
suatu topik menghendaki perubahan bahasa yang digunakan, maka alih kode yang
terjadi disebut metaporical code-switching”.23 Selanjutnya, Soewito membedakan
adanya dua macam alih kode yaitu, alih kode intern dan alih kode ekstern. “Alih
kode intern adalah alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya, sedangkan alih kode ekstern adalah
alih kode terjadi antara bahasa sendiri (salah satu bahasa atau ragam yang ada
dalam verbal reportoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing”.24
1. Faktor Penyebab Alih Kode
Fishman mengemukakan penyebab terjadinya alih kode yaitu, “siapa
berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa”.25
Dalam berbagai kepustkaan linguistik secara umum penyebab alih kode itu
disebutkan antara lain:26
a. Pembicara atau penutur
Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode untuk
mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya itu. Alih kode untuk
memperoleh „keuntungan” ini biasanya dilakukan oleh si penutur yang dalam
peristiwa tutur itu mengharapkan bantuan lawan tuturnya.
b. Pendengar atau lawan tutur
Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode,
misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan
tutur itu. Dalam hal lain biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang
atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya.
c. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa
yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur
dapat menyebabkan terjadinya alih kode.
23
Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 161.
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta
2010),h. 114.
25
Ibid, h. 108.
26
Ibid, h. 108-111.
24
15
d. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya
Perubahan situasi bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode peristiwa
peralihan dari satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur terjadi
untuk menyesuaikan diri dengan peran, atau adannya tujuan tertentu.
e. Perubahan topik pembicaraan
Berubahnya topik pembicaraan dapat juga menyebabkan terjadinya alih kode,
perpindahan topik yang menyebabkan terjadinya perubahan situasi dari situasi
formal menjadi situasi tidak formal merupakan penyebab ganda.
Di samping perubahan situasi, setiap bahasa dan ragam-ragamnya itu
mempunyai fungsi pemakaian tertentu. Maka, menurut Widjajakusumah
penyebab terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia adalah
karena:27
a. kehadiran orang ketiga;
b. perindahan topik dari yang nonteknis ke yang teknis;
c. beralihnya suasana bicara;
d. ingin dianggap terpelajar;
e. ingin menjaukan jarak;
f. menghindarkan adanya bentuk kasar dan halus dalam bahasa Sunda;
g. mengutip pembicaraan orang lain;
h. terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia;
i. mitra bicaranya lebih mudah;
j. berada ditempat umum;
k. menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Sunda;
l. beralih media/sarana bicara.
sedangkan penyebab alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda adalah
karena:
a. perginya orang ketiga;
b. topiknya beralih dari hal teknis ke hal nonteknis;
27
Ibid, h. 112-113.
16
c. suasana beralih dari remi ke tidak resmi; dari situasi kesundaan
keindonesiaan;
d. merasa ganjil untuk tidak berbahasa sunda dengan orang sekampung;
e. ingin mendekati jarak;
f. ingin beradab-adab dengan menggunakan bahasa sunda halus, dan
berakrab-akrab dengan bahasa Sunda kasar;
g. mengutip dari peristiwa bicara yang lain;
h. terpengaruh oleh lawan bicara yang berbahasa Sunda;
i. perginya generasi muda, mitra bicara lain yang lebih muda;
j. merasa di rumah sendiri, bukan di tempat umum;
k. ingin menunjukkan bahasa pertamanya adalah bahasa Sunda;
l. beralih bicara biasa tanpa alat-alat seperti telepon.
Di samping faktor penyebab terjadinya alih kode yang dipaparkan di atas,
masih banyak faktor atau variabel lain yang dapat menyebabkan terjadinya
peristiwa alih kode. Penyebab-penyebab ini biasanya sangat berkaitan dengan
peristiwa tutur (Speech Event) yaitu “terjadinya atau berlangsungnya interaksi
linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu
penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan
situasi tertentu”.28
2. Jenis-jenis Alih Kode
Hasil pengelompokan secara tatabahasa dalam alih kode ada beberapa jenis
yaitu:29
a. Tag code-switching (alih kode bentuk kalimat)
“A tag code-switching happens when a bilingual inserts short expressions
(tag) from different language at the end of his/her utterances. Here are
there examples”.
28
Ibid, h. 47.
Made Iwan Indrawan Jendra, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), h. 75-76.
29
17
Alih kode bentuk kalimat terjadi ketika seseorang yang bilingual memasukan
atau menggunakan ungkapan pendek/singkat dari bahasa yang lain atau berbeda
diakhir ungkapan yang dia ucapkan.
b. Inter-sentential code-switching (alih kode antar kalimat)
“An inter-sentential code-switching happens when there is a complete
sentence in a foreign language uttered between two sentences in a base
language”.
Alih kode antar kalimat terjadi apabila adanya kalimat utuh dalam bahasa
asing diungkapkan antara dua kalimat.
c. Intra-sentential code-switching (alih kode intra kalimat)
“An intra-sentential code-switching is found when a word, a phrase, or a
clause, of aforeign language is found within the sentence in a base
lnguage”.
Alih kode intra kalimat terjadi ketika sebuah frase atau sebuah klausa dalam
bahasa asing ditemukan dalam kalimat dalam pokok bahasa.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengalihan bahasa indonesia kebahasa
sunda atau bahasa sunda kebahasa indonesia yang dilakukan dengan sadar dan
bersebab oleh adalah tercakup ke dalam peristiwa alih kode.
E. Sintaksis
Dalam kajian linguistik tidak terlepas dari kajian tata bahasa yang di
dalamnya mencakup bidang dan sub disiplin yang salah satu diantaranya adalah
linguistik deskriptif yang mengkaji tentang saintaksis. Sintaksis merupakan
subdisiplin linguistik yang menelaah struktur bahasa dari tatanan frasa sampai
dengan kalimat.30 Kajian sintaksis diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kata
Para ahli bahasa tradisional pada umumnya memberi pengertian kata
berdasarkan arti dan ortografi, menurut mereka kata adalah deretan huruf yang
diapit oleh dua buh spasi dan mempunyai satu arti31.
Kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologi yang
stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam
30
31
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 24.
Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 61.
18
kalimat. Batasan atau konsep itu menyiratkan dua hal. Pertama bahwa setiap kata
mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta
tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain.32
2. Frasa
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa.33 Sedangkan Cook, Elson, dan Pickett
memaparkan frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan
gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.34
Berdasarkan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase digolongkan
menjadi empat golongan yaitu:35
a. Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata
nominal.
b. Frase Verbal
Frase verbal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
verbal. Persamaan distribusi itu ada dapat diketahui dengan jelas dari adanya
jajaran.
c. Frase Bilangan (numerial)
Frase bilangan adalah frase yang empunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan
d. Frase Keterangan
Frase keterangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata keterangan.
e. Frase Depan (preposisional)
Frase depan atau preposisional adalah frase yang terdiri dari kata depan
sebagai penanda.
32
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 63
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 2005), h. 138
34
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 96.
35
Ramlan, op.cit, h. 144-163.
33
19
3. Klausa
Klausa adalah “satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk
menjadi kalimat”.36 Berdasarkan fungsi P (predikat), klausa dapat digolongkan
menjadi empat golongan yaitu37:
1) Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan
N.
2) Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan
V.
3) Klausa Bilangan (numerial)
Klausa bilangan atau klausa numerial adalah klausa yang P-nya terdiri dari
kata atau frase golongan Bil.
4) Klausa Depan (preposisional)
Klausa depan atau klausa preposisional adalah klausa yang P-nya terdiri dari
frase depan, yaitu frase yang diawai oleh kata depan sebagai penanda.
4. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa”.38
Sementara Djoko Kentjo memaparkan bahwa “kalimat adalah satuan sintaksis
yang disusun dari konsitituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”.39 Kalimat
juga diartikan pada salah satu satuan tuturan artinya “kalimat adalah satuan yang
merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tetentu sebagai pemarkah
keseluruhan itu”.40
36
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 124
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 2005), h. 129-137.
38
Kridalaksana, op.cit, h. 103
39
Abdul Chaer, linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 240
40
Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h.
161.
37
20
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat dapat digolongkan
menjadi tiga golongan yaitu:41
a. Kalimat Berita
Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain
sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada
pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian.
b. Kalimat Tanya
Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesutu. Kalimat ini memiliki pola
intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita.
c. Kalimat Suruh/Perintah
Kalimat suruh atau kalimat perintah berfungsi dalam hubungan situasi,
kalimat suruh atau perintah mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari
orang yang diajak berbicara.
5. Singkatan/Penyingkatan/Akronim
Penyingkatan merupakan “gabungan dari huruf, atau bunyi, depan dari setiap
kata yang membentuknya. Bentuk tersebut biasanya merupakan bentuk penuh
yang bagian akhirnya dilesapkan”.42 Akronimisasi adalah “proses pembentukan
sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam
sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata, proses ini menghasilkan sebuah kata
yang disebut akronim, jadi akronim adalah sebuah singkatan”.43
Sementara Kamus Linguistik menjelaskan bahwa “singkatan/akronimi adalah
proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain
yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit-banyak memenuhi
kaidah fonatik suatu bahasa”.44
41
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 2005), h. 26-39.
Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka, 2011),
h. 67.
43
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 236.
44
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 5.
42
21
F. Variasi Bahasa
Variasi bahasa adalah “keanekaragaman bahasa yang disebabkan oleh faktor
tertentu”.45 Sedangkan Ragam bahasa secara garis besar terbagi atas ragam bahasa
tulis dan ragam bahasa lisan. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan
lafal atau pengucapan, intonsi, kosakata (baku atau tidak baku), dan penyusunan
kalimat yang agak longgar. “Ragam lisan menghendaki orang kedua atau teman
berbicara. Ragam ini terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu”.46
Bahasa yang baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Hal ini biasanya berhubungan dengan nilai rasa, sedangkan bahasa yang
benar adalah “bahasa yang sesuai dengan kaidah yang ada, bahasa yang baik dan
benar harus menggunakan tatabahasa, sistem ejaan, artikulasi, dan kalimat yang
sesuai dengan aturan bahasa”.47
1. Istilah Variasi Bahasa
Mengenai variasi bahasa ini terdapat istilah yang perlu diketahui yaitu:48
a. Idiolek
Aidiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan
karena setiap orang mempunyai ciri khas bahasanyamasing-masing.
b. Dialek
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
c. Ragam
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.untuk itu situasi formal
digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar,
untuk situasi tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam
non standar.
45
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 71.
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK
PRESS, 2011), h. 4.
47
Ibid, h. 6.
48
Abdul Chaer, linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.55-56.
46
22
2. Macam-macam Variasi Bahasa
Penggunaan variasi atau ragam bahasa ini sering kita temukan salah satunya
adalah di dalam ruang lingkup sekolah dalam proses belajar mengajar. Bila dilihat
dari latar belakang budaya, suku dan etnik masyarakat di lingkungan sekolah
tentunya ragam bahasa yang digunakan pun akan bervariasi. Berikut beberapa
variasi bahasa berdasarkan macamnya:49
a. Variasi Kronologis
Variasi bahasa ini disebabkan oleh faktor keurutan waktu atau masa.
Perbedaan pemakaian bahasa telah mengakibatkan perbedaan wujud pemakaian
bahasa.
b. Variasi Geografis
Variasi bahasa ini disebabkan oleh perbedaan geografis atau faktor regional
atau sering juga disebut variasi regional.
c. Variasi Sosial
Variasi ini disebabkan oleh perbedaan sosiologis, realisasi variasi sosial ini
berupa sosiolek.
d. Variasi Fungsional
Variasi ini disebabkan oleh perbedaan fungsi pemakaian bahasa, sampai
berapa jauh fungsi-fungsi bahasa itu dimanifestasikan akan tampak pada wujud
variasi fungsional atau yang populer dengan sebutan fungsiolek.
e. Variasi Gaya/Style
Variasi ini disebabkan oleh perbedaan gaya. Gaya adalah cara berbahasa
seseorang dalam perpormansinya secara terencana maupun tidak, baik secara lisan
maupun tertulis.
f. Variasi Kultural
Variasi ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat pemakainya. Suatu
bahasa yang dipergunakan oleh penutur asli atau penutur pribumi kadang-kadang
mengalami perubahan dengan masuknya budaya lain.
49
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 71-78.
23
g. Variasi Individual
Variasi ini disebabkan oleh perbedaan perorangan. Wujud varietasnya
dinamakan idiolek. Setiap individu penutur memiliki ciri tuturan yang berbeda
dengan penutur lain.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa variasi bahasa atau ragam
bahasa ini dapat menyebabkan terjadinya penggunaan alih kode dan campur kode,
dan ini sangat berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti.
G. Bahasa Pengantar dalam Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar
Proses Belajar Mengajar adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik
dalam pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, tentunya ada yang diajar dan
ada yang mengajar. Dalam hal ini pendidik lebih berfungsi sebagai sumber pesan
dan peserta didik sebagai penerimanya. Media dalam konteks pembelajaran,
dengan demikian adalah bahasa yang digunakan pendidik. Bahasa pendidik dalam
proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non verbal. Bahasa
verbal adalah “semua jenis komunikasi yang menngunakan satu kata atau lebih”.50
Belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang vital guna
mempertahankan
hidup
dan
mengembangkan
diri
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Menurut pandangan B.F Skiner „belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.51
2. Bahasa Pengantar dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, baik dalam kegiatan awal, inti, maupun
penutup diwajibkan memakai bahasa Indonesia sebagai pengantar. Hal ini
dimaksudkan untuk menunjang efektivitas komunikasi. Tidak bisa dipungkiri
bahwa pendidik dalam suatu pengajaran merupakan kunci sentral bagi peserta
didiknya dalam proses belajar mengajar. Jadi, sudah seyogyanyalah pendidik
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam proses belajar
mengajar.
50
51
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 9.
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 14.
24
Komunikasi merupakan bagian yang hakiki dari kehidupan manusia.
Demikian pula dalam kehidupan di sekolah. Komunikasi pendidik dan peserta
didik mempunyai arti yang sangat besar bagi kehidupan dan pengembangan
pengetahuan. Istilah komunikasi berarti “berpartisipasi, memberitahukan, dan
menjadikan milik bersama”. Hal ini berarti, “komunikasi mengandung pengertian
“memberitahukan” (dan menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilainilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan
itu menjadi milik bersama”.52
Dalam proses pembelajaran, komunikasi pendidik dan peserta didik
seringkali menemui hambatan. Hal ini disebabkan bebrapa faktor, antara lain: a)
Faktor penguasaan dan penggunaan bahasa (terutama bahasa asing)”53, b) adanya
gangguan (interference) atau kegaduhan (noice)54. Fungsi pendidik dalam
komunikasi terutama dalam proses pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai
komunikator, tetapi juga adalah sebagai fasilitator (pemberi kemudahan proses
belajar) dan motivator yang memberi dorongan dan semangat dalam belajar
kepada peserta didiknya.
H. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang fenomena campur kode sudah pernah dilakukan di
antaranya, yaitu penelitian dengan judul “ Campur Kode dalam Pemakaian
Bahasa Bali pada Etnik Jawa di Desa Tegallinggah Buleleng” penelitian oleh I
Gusti Putu Antara dan Ni Nyoman Garminah. Penelitian tersebut membahas
masalah campur kode dalam pemakaian bahasa Bali yang dikaitkan dengan ranah
bahasa, topik pembicaraan, serta partisipan yang dilibatkan dalam komunikasi.
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh R. Jamaluddin dalam tesisnya di
program Pascsarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, berjudul ”Peristiwa
Campur Kode dalam Komunikasi Lisan Masyarakat Multilingual (Studi
Kasus di Pesantren Pabelan Magelang)”. Hasil analisis menunjukkan di
52
Sumiati, dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2008), h. 67.
Ibid, h. 68.
54
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 13.
53
25
Pondok Pesantren Magelang banyak digunakan campur kode dalam wujud kata,
frasa, idiom, pengulangan kata, dan klausa.
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Hanifatul Hijriati dengan judul
”Alih kode dan campur kode dalam Pembelajaran English Conversation
pada siswa kelas X program ICT SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar”
Penelitian ini membahas masalah wujud alih kode dan campur kode dalam
kegiatan pembelajaran English Conversation dan faktor-faktor penentu peristiwa
alih kode dan campur kode yang menonjol dalam kegiatan belajar mengajar
English Conversation di kelas X program ICT SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar.
Dalam hal ini ada persamaan dengan penelitian yang tersebut di atas dengan
penelitian yang akan penulis teliti, yaitu sama-sama membahas tentang alih kode
dan campur kode, penelitian yang penulis teliti juga terdapat perbedaan
dibandingkan ketiga penelitian tersebut di atas. Penelitian yang pernah dilakukan I
Gusti Putu Antara dan Ni Nyoman Garminah, membahas masalah campur kode
dalam pemakaian bahasa Bali yang dikaitkan dengan ranah bahasa, topik
pembicaraan, serta partisipan yang dilibatkan dalam komunikasi.
Sementara R. Jamaluddin membahas tentang campur kode dalam wujud
kata, frasa, idiom, pengulangan kata, klausa, dan faktor utama penggunaan
campur kode. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hanifatul Hijriati
Penelitian ini membahas masalah wujud alih kode dan campur kode dalam
kegiatan pembelajaran English Conversation dan faktor-faktor penentu
peristiwa alih kode dan campur kode yang menonjol dalam kegiatan belajar
mengajar.
Hal ini tentu saja berbeda dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu
penulis lebih fokus membahas alih kode dan campur kode yang digunakan
pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar khususnya pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII MTs. Nurul Ummah Nagrog
Ciampea Bogor. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis ini belum pernah diteliti sebelumnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah “lokasi proses studi yang digunakan untuk
memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung”.1 Dalam rangka
mendapatkan data-data yang akurat, penulis mengadakan penelitian di Madrasah
Tsanawiyah Nurul Ummah yang beralamat di Jl. Cikampak KM. 05 Kp. Nagrog
Rt. 02/07, Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kegiatan belajar
mengajar di MTs. Nurul Ummah dilakukan pada pagi hari dari mulai pukul 07.00
sampai dengan pukul 13.00. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data yang
akan dilakukan pada bulan April – Mei 2014, sedangkan proses penelitian akan
dilakukan pada bulan Juni – Juli 2014.
Berhubungan dengan keberlangsungan proses penelitian, dipermasalahkan
tentang keteraturan dalam pelaksanaannya, yaitu “urutan kegiatan penelitian
menurut dimensi waktu yang tertuang dalam “time schedule” atau jadwal
pelaksanaan penelitian yang dituangkan dalam proposal penelitian”.2 Jadwal
kegiatan “merupakan refleksi dari kegiatan yang telah dirancang dalam matriks
jalannya penelitian”.3 Semuanya dijadwalkan dengan cermat agar penelitian dapat
berjalan disiplin dan bisa selesai tepat waktu. Adapun jadwal penelitian yang
disusun oleh penulis adalah sebagai berikut:
No
Tabel 1.1
Jadwal Pengumpulan Data
April
Minggu ke
Kegiatan
1
2
3
4
1
1
Mei
Minggu ke
2
3
4
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 53.
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 5
3
Mahsun, M.S. Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. 6, h.
79.
2
26
27
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu”.4 Secara luas desain penelitian adalah “semua
proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.5 Metode
penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya, penelitian deskriptif pada
umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu, “menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat”.6
Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif.
Kajian kualitatif pada dasarnya dilakukan untuk menyusun teori, bukan menguji
teori, atau dengan kata lain, “kajian kualitatif ini untuk menemukan pengetahuan
baru, atau merumuskan teori baru berdasarkan data yang dikumpulkan”.7
Metode penelitian deskriptif kualitatif dipilih karena cocok dengan
karakteristik masalah penelitian ini, yakni campur kode dan alih kode dalam
proses belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor yang
berlangsung secara alamiah. Selain itu, metode penelitian ini membantu penulis
untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena campur kode dalam proses
belajar mengajar di MTs. Nurul Ummah. Penelitian ini menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi karena objek yang diteliti diperoleh saat
interaksi belajar mengajar berlangsung dan data mengenai campur kode dan alih
kode diperoleh melalui observasi, wawancara, langsung dengan pendidik dan
peserta didik di MTs. Nurul Ummah Ciampea, Bogor.
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah campur kode dan alih kode bahasa Sunda
ke dalam bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar kelas VIII MTs. Nurul
Ummah Ciampea, Bogor.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.1.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 183.
6
Ibid, h. 157.
7
Abdul Chaer, Kajian Bahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 11.
5
28
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pendidik dan peserta didik dalam
pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia pada kelas VIII MTs. Nurul Ummah
Kp. Nagrog Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, semester
genap, tahun pelajaran 2013/2014.
E. Prosedur penelitian
Untuk susunan prosedur penelitiannya yaitu:
1. Tahap pertama, pengidentifikasian dan klasifikasi campur kode dan alih
kode berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah bentuk
dan fungsi campur kode dan alih kode bahasa Sunda ke dalam bahasa
Indonesia yang terjadi dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul
ummah, yaitu: kata, frasa, klausa, kalimat, dan singkatan.
2. Tahap kedua, menganalisis bentuk dan fungsi campur kode dan alih kode
bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia yang telah diklasifikasi untuk
mencari fungsi dan maknanya.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi adalah “tindakan yang
merupakan penafsiran dari teori”.8 Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa,
“observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikhologis”.9
Metode ini juga digunakan dalam suatu studi yang disengaja dan sistematis
tentang
keadaan/fenomena
sosial
dan
gejala-gejala
dengan
mengamati.
Pengamatan ini dapat dibantu dengan catatan atau rekaman. Pencatatan selama
proses observasi tidak dapat di lakukan secara sempurna oleh penulis, dalam arti
penulis tidak mampu mencatat semua peristiwa yang berlangsung saat observasi.
8
Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 237.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 166.
29
Rekaman dapat digunakan sebagai bahan rujuk silang atas ketepatan hasil
pencatatan. Hal-hal yang tidak sempat di catat selama pencatatan akan di
konfirmasikan dan di sempurnakan melalui hasil rekaman.
Di sisi lain, pemilihan metode observasi dalam penelitian ini didasarkan atas
pertimbangan, bahwa metode observasi memiliki beberapa keuntungan yaitu (1)
dengan metode observasi penulis memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
kehidupan sosial, (2) metode observasi dapat digunakan untuk melihat dan
mengmati fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang dan (3) metode
observasi dapat di gunakan sebagai eksplorasi.
2. Wawancara
Dalam pengumpulan data, penulis juga menggunakan metode wawancara
mengenai campur kode dan alih kode dalam interaksi proses belajar mengajar.
Wawancara adalah “suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh
konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi,
perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya; rekonstruksi keadaan
tersebut berdasarkan pengalaman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang
diharapkan terjadi pada masa yang akan datang; dan verifikasi, pengecekan dan
pengembangan informasi (konstruksi, rekonstruksi dan proyeksi) yang telah
didapat sebelumnya”.10 Dalam penelitian ini penulis memilih wawancara tidak
terstuktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara secara bebas, Pedoman
wawancara tidak terstuktur ini digunakan agar memperoleh data atau jawaban dari
responden secara mendalam dan sesuai dengan data yang diharapkan penulis.
Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis
berperan sebagai orang yang memberikan pertanyaan yang disebut pewawancara,
sedangkan informan dalam hal ini adalah pendidik dan peserta didik yang
berperan sebagai orang yang memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan
oleh penulis. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa MTs. Nurul Ummah
Ciampea. Bogor setelah proses belajar mengajar selesai.
10
Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 94.
30
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non
manusia, sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat, selain lebih akurat
sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara
berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan. Dokumentasi yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk rekaman. Teknik rekam ialah
“pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat
spontan”.11 Sementara Lincoln dan Guba mengartikan “rekaman” sebagai setiap
tulisan atau penyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individu atau organisasi
dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa”.12
G. Instrumen Penelitian
Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah “untuk memperoleh
data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan
informasi di lapangan”.13 Semua dalam penelitian ini disiapkan dan dirancang
dengan matang untuk mendapakan data yang mendukung penelitian ini. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
No
11
Tabel 1.2
Analisis Bentuk Campur Kode Proses Belajar Mengajar
MTs. Nurul Ummah
Data
Kata
Frasa
Klausa Kalimat Singkatan
Edi Subroto D, Pengantar Metodologi Penelitian linguistik Stuktural, (Surakarta: USM, 2007),
h. 30.
12
Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 108.
13
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 75.
31
No
Tabel 1.3
Analisis Bentuk Alih Kode Proses Belajar Mengajar
MTs. Nurul Ummah
Data
Kata
Frasa
Klausa Kalimat Singkatan
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yaitu “kegiatan setelah data terkumpul dari seluruh responden
atau sumber data lain yang terkumpul”.14 Sementara bogdan dan Biklen
menjelaskan bahwa „analisis data melibatkan pengerjaan organisasi data,
pemilihan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan
hal-hal yang penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan
pada orag lain”.15
Dalam penelitian ini, data yang di analisis adalah data yang di peroleh dari
hasil observasi dan wawancara. Adapun tahap-tahap analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Reduksi Data
Proses reduksi sebenarnya merupakan “bagian dari usaha menerjemahkan
realitas menjadi kenyataan yang bersifat konseptual, sehingga dapat digunakan
untuk memahami hubungan kejadian yang satu dan kejadian lainnya”.16
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting dicari temanya serta polanya dan membuang yang tidak
perlu, reduksi data akan membantu penulis dalam memberikan gambaran yang
lebih jelas, mempermudah penulis melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila di perlukan.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Alfabeta: Bandung, 2011), h. 169.
Syamsudin AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 110.
16
Ibid, h. 10.
15
32
2. Deskripsi Data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah deskripsi data.
Kegiatan deskripsi adalah “menggambarkan data yang ada dengan cara menyusun
dan mengelompokkan data guna memperoleh bentuk nyata dari responden,
sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan
hasil penelitian yang dilakukan”.17 Deskriptif bukanlah angka-angka, tetapi dapat
berupa kata-kata atau gambaran sesuatu, hal tersebut sebagai akibat dari metode
kulitatif, semua yang dikumpulkan mungkin dapat menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti, ciri ini merupakan yang sejalan dengan penamaan kualitatif,
deskripsi merupakan “gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat
alamiah itu sendiri”.18 Dasar pertimbangan pengelompokan data di sesuaikan
dengan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian adalah menemukan gejala
alih kode dan campur kode baik bentuk maupun faktor penyebab di lakukan alih
kode dan campur kode. Oleh karena itu, gejala alih kode dan campur kode dan
penyebab alih kode dan campur kode dikelompokan sehingga menjadi lebih jelas.
3. Teknik Pengolahan Data
Klasifikasi data di lakukan setelah data dari observasi, wawancara, dan
rekaman di sajikan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Menggolongkan data yang telah tersusun atau yang sudah di pilih sesuai
dengan kategori-kategori tertentu;
b. Melakukan pengkodean, yaitu pemberian kode-kode tertentu untuk
menandai data sesuai dengan kategori data;
c. Menganalisis data bentuk dan fungsi campur kode dan alih kode;
d. Menyimpulkan hasil penelitian.
17
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 86.
Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, (Bandung:
Aditama, 2010), h. 16.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang/sejarah berdirinya MTs. Nurul Ummah
Berdasarkan adanya desakan dari masyarakat/orang tua peserta didik agar
menghendaki adanya jenjang pendidikan yang bernuansakan Islami. Tahun
1968 didirikan Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah oleh Bapak KH. Syibli
(Alm), di atas sebidang tanah seluas 4000 m2 dan luas bangunan 1500 m2.
Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah sebagai lembaga pendidikan di bawah
Yayasan Pendidikan Islam Nurul Ummah, di Akta Notariskan oleh R. Henry
Susanto, S.H, tanggal 5 bulan April 2002 dengan
Nomor Statistik Madrasah
121232010116, yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi Jawa Barat. Madrasah ini terakreditasi A, dengan nomor SK.BAP-S/M
Nomor: 02.00/322/BAP-SM/XI/2013.
Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah beralamatkan di Jalan Cikampak Km.
05 Nagrog Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kegiatan
pembelajaran berlangsung pada pagi hari, dari mulai jam 07.00 – 13.00. Adapun
jumlah siswa pada tahun pelajaran 2013/2014 tercatat sebanyak 585 siswa
dengan 30 orang tenaga pengajar dan 2 tenaga administrasi 1 pustakawan dan 1
penjaga madrasah.
Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor,
dalam perjalanannya selama empat puluh enam tahun sudah mengalami empat
pergantian kepemimpinan. Pertama Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah
dipimpin oleh Bapak Kiyai H. Syibli (Alm) dari tahun 1968 sampai dengan tahun
1994. Wafatnya beliau akhirnya kepemimpinan dilanjutkan oleh putra pertamanya
yaitu Bapak Drs. Kamal Siroj (Alm) dari tahun 1994 sampai dengan 1999.
Sepeninggalnya Bapak Drs. Kamal Siroj kepemimpinan dilanjutkan oleh Ibu Hj.
Mimin Mulyani S.Pd.I, putra ketiga dari Bapak KH. Syibli. Periode keempat
kepemimpinan dilanjutkan hingga sekarang oleh putra bungsu dari Bapak KH.
Syibli, yaitu Bapak Yudi Saepul Rizal, M.Pd.
33
34
B. Profil Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah
Profil Madrasah merupakan gambaran tentang identitas Madrasah, adapun
profil Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Profil Madrasah
Identitas Madrasah
MTs. Nurul Ummah
121232010116
Jawa Barat
Bogor
Ciampea
Cibuntu
Nagrog
16620
Kode wilayah : 0251 Nomor :
Kode Wilayah
Nomor :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Madrasah
N.S.S
Provinsi
Otonomi
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Jalan & Nomor
Kode Pos
Telepon
Faksimile
Daerah
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
2
25
26
27
Status Madrasah
Kelompok Madrasah
Akreditasi
Surat Keputusan SK
Penerbit SK (ditandatangani oleh)
Tahun Berdiri
Tahun Perubahan
Kegiatan Belajar Mengajar
Bangunan Madrasah
Luas Bangunan
Lokasi Madrasah
Jarak ke Pusat Kecamatan
Jarak ke Pusat Otoda
Terletak pada Lintasan
Jumlah Keanggotaan Rayon
Organisasi Penyelenggara
Perkotaan
Pedesaan
Negeri
Swasta
Inti
Model
Terbuka
A
SK.BAP-S/M/No: 0200/322/BAP-SM/XI/2013
Pembinaan Perg. Agama Islam
1968
Pagi
Siang
Pagi & Siang
Milik Sendiri
L : 4000 M2
Kp. Nagrog Desa Cibuntu
6 Km
40 Km
Desa
Yayasan
C. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah
Sebagai lembaga pendidikan formal di bawah naungan Departemen Agama
RI, Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea Bogor, ikut
bertanggung jawab mewujudkan pendidikan nasional serta mencerdaskan
35
kehidupan bangsa, oleh karena itu, Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog
Cibuntu Ciampea, Bogor mempunyai visi, misi, dan tujuan sebagai berikut:
1. Visi
Unggul dalam prestasi dan berbudi pekerti yang Islami.
2. Misi
a. Menyelenggarakan Pendidikan secara Efektif
b. Meningkatkan Kreatifitas dalam Kegiatan
c. Menumbuhkembangkan lingkungan dan perilaku yang Islami
3. Tujuan Madrasah
Menghasilkan lulusan yang memiliki iman yang kuat dan taqwa kepada
Allah SWT, berakhlakul karimah, beramal serta memiliki kecakapan
hidup.
D. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik
1. Keadaan Pendidik Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu
Ciampea, Bogor
Salah satu komponen yang paling menentukan dalam kegiatan belajar
mengajar adalah tenaga pengajar atau disebut juga pendidik dan sekaligus sebagai
penentu prestasi belajar peserta didik. Pendidik merupakan subjek materi dalam
proses pendidikan dan merupakan front terdepan dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu seorang pendidik yang profesional dan kompeten yaitu seorang yang
mempunyai keahlian dan bersifat dedikasi.
Seseorang dalam melaksanakan profesi harus memiliki kepribadian, bermoral
tinggi, mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat dan tempat ia
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Di samping itu,
pendidik harus memiliki kemampuan secara teknis untuk mengajar, maupun
memahami karakteristik peserta didiknya, mempunyai kecakapan memimpin
maupun
berkomunikasi
dan
menguasai
diinformasikan kepada peserta didik.
materi
pelajaran
yang
hendak
36
Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan, bahwa tenaga
pengajar Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor
tahun pelajaran 2013-2014 pada umumnya tidak mengalami perubahan dan
pergantian. Adapun jumlah pengajar seluruhnya 30 orang yang terdiri dari 19 lakilaki dan 11 perempuan, berikut rekapitulasi data personil pendidik Madrasah
Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor.
Tabel 2.2
Staf Pengajar Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah
Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor
No
Nama Guru
L/P
Jabatan
Mata Pelajaran
1
Yudi Saeful Rizal, M.Pd
L
Kepala
Fiqih
2
Abudin, S.Pd.I
L
Wk. Kurikulum
Alquran Hadis
3
Endang Syamsuri, S.Pd.I
L
Wk.Kesiswaan
Matematika
4
Fahruroji, S.Pd.I
L
Waka BP
Bhs. Arab
5
Lukman Hakim, S.Pd.I
L
Wk. Sarpras
Bhs. Sunda
6
Hj.Mimin Mulyani,S.Pd.
P
Guru
Aqidah Ahlak
7
Ace Subarta,S.Pd.I
L
Guru
Fiqih
8
Elis Fadliyah,S.Pd.I
P
Guru
Bhs. Inggris
9
Drs. M. Enoh Supriatna
L
Guru
IPS
10
Drs. M. Toha
L
Guru
IPS
11
M. Idris Sholeh, S.Pd.I
L
Guru
SKI
12
Moh. Nawawi, S.Pd.
L
Guru
Bhs.Indonesia
13
Usep Suherlan, S.Pd
L
Guru
Penjaskes
14
Dedah TP, S.Pd.I
P
Guru
Aqidah Ahlak
37
15
Emy Oktavia
P
Guru
Bhs. Indonesia
16
Leni Marlina, S.Pd
P
Guru
IPA
17
Lukmanul Hakim, S.Pd.I
L
Guru
PIB
18
Yanti Yuliawati, S.Pd
P
Guru
PKn
19
Endang Sukandi, S.Pd
L
Guru
Bhs. Inggris
20
Agi Fadila, S.Pd
L
Guru
IPA
21
Aliyatul Syamsiah, S.Hi
P
Guru
Seni Budaya
22
Baihaqi Rohim, S.Pd.I
L
Guru
Bhs.Arab
23
Fahmi Aminudin, S.Pd
L
Guru
Bhs. Indonesia
24
Holid Surya direja, S.Pd
L
Guru
TIK
25
Rifatul Mahmudah, S.Pd
P
Guru
PLH
26
Lilis Mulyawati, S.Ag
P
Guru
SKI
27
Ahmad Munawar, S.Pd
L
Guru
Bhs.Arab
28
Asep FU, S.Pd.I
L
Guru
Penjas
29
Tika Nurmila
P
Guru
Matematika
30
Nyai Dahlia, S.Pd
P
Guru
Bahasa Inggris
2. Keadaan Peserta didik Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah Nagrog
Cibuntu Ciampea, Bogor
Peserta didik merupakan salah satu faktor yang juga mempunyai peranan
sangat penting, karena peserta didik yang menjadi objek dari kegiatan pendidikan
di samping dalam keadaan tertentu peserta didik juga menjadi subjek dalam
kegiatan belajar mengajar. Adanya peserta didik kegiatan dapat berjalan, dan
tanpa peserta didik kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan.
38
Keadaan peserta didik Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah yang beralamat di
Kampung Nagrog Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor pada
tahun pelajaran 2013-2014 tercatat sebanyak 585 peserta didik. Adapun jumlah
rombongan belajar peserta didik MTs. Nurul Ummah terdiri dari 17 rombongan
belajar yaitu kelas VII berjumlah 6 rombongan belajar, kelas VIII berjumlah 6
rombongan belajar, dan kelas IX berjumlah 5 rombongan belajar.
E. Deskripsi dan Analisis Data Campur Kode dan Alih Kode dalam Proses
Belajar Mengajar MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor
Pada bab ini merupakan analisis mengenai data alih kode dan campur kode
dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor. Analisis ini difokuskan
pada data alih kode dan campur kode yang diklasifikasikan menurut bentuk dan
fungsinya dengan mengetahui makna bahasa yang dituturkan.
1. Deskripsi Data Campur Kode
Langkah awal yang penulis lakukan adalah menggunakan teknik obeservasi,
penulis langsung turun ke lapangan (kelas) untuk mengambil data dengan
menggunakan media rekam. Penulis mengambil data (rekam) dari mulai proses
pembelajaran dimulai sampai pembelajaran berakhir. Setelah data terkumpul
kemudian penulis mendeskripsikan hasil rekaman dalam bentuk tulisan. Untuk
lebih jelas data dalam bentuk campur kode akan diklasifikasikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 2.3
Data Campur Kode
No
1
2
Data
Kata
membaca doa secara
babarengan untuk
KM silahkan
disiapkan dulu
baiklah sebagaimana
moto yang biasa kita
ucapkan pada saat
kita belajar tentu poe

Frasa

Klausa
Kalimat
Singkatan
39
3
4
5
6
7
8
iyeu harus lebih baik
dari pada hari
kemarin, siap
muhun pak...!
Baik kalau materi
kemarin sudah kita
pahami, untuk
pertemuan kali ini
kita akan sama-sama
mencoba memahami
kajian kita yaitu
tentang puisi ya,
tentu ngomongkeun
masalah puisi urang
geus teu aneh deui
nya’, sudah tidak
asing lagi
Dimana hiji puisi
bisa dipilih atau
dengan kata lain
dengan pilihan kata
Itulah yang disebut
dengan sinonim
maka dalam hal ini
kita harus pandaipandai milih kana
eta kata anu bakal
ku urang dijadikeun
puisi nah ini salah
satu unsur dari puisi.
Baris pertama AA
kemudian yang ke
empat disebut
dengan baris
merdeka, sajak
merdeka ini yaitu
tidak ada persamaan
bahwa akhir baris
pertama berbeda
dengan bunyi akhir
baris kedua enya
kitu deui akhir baris
kadua beda jeung
akhir baris katilu,
insyaAllah untuk
kali ini kita akan






40
13
bicara tentang itu
tentang bagaimana
membuat puisi
bebas. Itulah unsur
puisi ini penting,
iyeu teh penting
dikanyahokeun ku
urang sabab urang
tidak akan bisa
mengukur dan
membangun sebuah
puisi kalau tidak
diketahui unsurunsurnya
Yang keempat
adalah irama ini
penting karena maca
puisi teh beda jeung
maca prosa baik
dari intonasinya
yang jelas beda.
kalau unsur tadi
sudah
dikanyahokeun,
sudah ditemukan
oleh kita maka tentu
saja dengan mudah
membangun atau
membuat sebuah
puisi.
Jujur dan konsekwen
apa yang kamu lihat
dari gambar ini
tolong sebutkan,
sebutkeun naon wae
anu katingali dina
gambar, kahiji
sebutkeun gambar
naon, gambar iyeu
gambar naon ?
kembang mawar,
apalagi yang kamu
lihat?”
Hejo..!
14
harum...seungit
9
10
11
12






41
15
16
17
18
19
20
21
22
23
mekar....muka
mekar, bunga itu
kuncupnya sudah
agak terbuka,
kuncupna geus
muka
indah, cantik geulis
nah kita sudah
mengidentifikasi
kata-kata dari
gambar ini, setelah
kita
mengidentifikasi
terus ku urang katakata yang ada itu
dirangkai menjadi
sebuah kalimat,
kalimat-kalimat itu
kita bangun
akhirnya nanti
menjadi sebuah
puisi, paham?”
tadi juga tidak salah
macakeun kau
sungguh indah
dipandang mata,
itulah identifikasi
yang bisa
membangun sebuah
puisi
sebelum melangkah
lebih jauh maka...
coba bapak menta
yeuh untuk
membacakan puisi
yang biyeu ku
bapak dibacakeun
coba salah seorang
ke depan untuk
membacakan puisi
Enggak mau ach
encan siap...!
“Selvi encan siap
bagaimana kalau
lamun ku bapak









42
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
yeuh diganti ayeuna
ka Ummah, Ummah
siap mah?
Tolong bacakan sok
dengekeun.
bagaimana kalau
bapak tugaskan
membuat puisi
dengan melihat
gambar-gambar nu
tos aya, sok ayeuna
urang ganti
gambarna ka
gambar anu sejen
nya’
lalu kemudian
ngelempokeun
mengidentifikasi
kata anu aya dina
eta gambar seperti
tadi paham?
baik... untuk itu
bapak menta maneh
nyien kelompok
heula sok nyieun
kelompok” sok
kelompok hiji
mana?
teuras kelompok
empat, berapa
kelompok?
dari yang tadi bapak
jelaskan ada hal-hal
yang akan
ditanyakan, sok
tanyakeun siapa
yang mau bertanya?
pak..lamun unsurunsur puisi
unsur-unsur puisi
yang bapak jelasin
tadi salah sahijina
teu aya kumaha?
tadi kan sudah jelas
ya lamun diantara
unsur-unsur tadi










43
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
teh teu aya kumaha
bisa dibangun teu
puisi teh, sok anu
bisa ngajawab
heula, bisa teu kirakira?
masing-masing
kelompok aya
jubirna nya’
Heunteu...!
Tentu saja bahwa
dari unsur-unsur
puisi itu sendiri ada
yang tidak ada di
dalam puisi itu
sendiri, pan tadi aya
opat diantarana
syarat mutlak puisi
jumlah suku kata
dalam tiap-tiap baris
diantarana tadi aya
unsur majas,
kumaha tah lamun
euweuh kata-kata
bermajas sabalikna
bisa heunteu?
kadang-kadang beda
eta teh
bait kahiji mah
delapan kata,
bait kadua mah
tujuh kata
kelompok hiji,
satu lagi ya, hiji
deui yeuh kelompok
lima sok kapayun.
iya pak...muhun
pak..!
begini ya, itu kan
sudah ada gambar ,
sakurang-kurang na
maraneh yeuh
tinggal melihat
objek anu aya.
tapi sataacana












44
46
47
48
49
50
51
52
bapak ingetkeun
deui supaya urang
paham bahwa unsurunsur puisi adalah
unsur yang
membangun
terbentuknya sebuah
puis
Citraan nanti akan
dihubungkan dengan
panca indera, ada
citraan penciuman
atau penglihatan atau
citraan pendengaran,
penciuman contohna
seperti kiyeu harum
semerbak mawar
ditaman
nah citraan puisi
seperti iyeu teh
ngarana citraan
penciuman
contoh anu ku
bapak disebutkeun
Gunung menjulang
tinggi, padi
menguning
menghampar di
sekelilingnya
sebab urang
nyebutkeun Gunung
menjulang tinggi,
padi menguning itu
memang dilihat oleh
kita
yang terakhir
unsurna nu ku
bapak disebutkeun
tadi aya unsur
pencitraan puisi
kalau judul sama
tema sami heunteu
pak?
judul sama tema
sama tidak gitu kan,
sami heunteu?







45
53
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
kalimat bermajas
seperti yang bapak
contokeun
bunga mawar anu
tadi dibacakeun
diantarana aya
kalimat
ini bebatuan atau
cadas
yang biasanya cetek,
de’et cai
jadi hamparan airna
kelompok tilu
kelompok opat

baik, kalo begitu ini
kamu pegang ini ya,
kamu tilai
bagaimana hasil
kelompok satu
sudahkah memenuhi
dari unsur-unsur
puisi
kesesuaian antara isi
jeung tema jadi anu
ku maneh dijeuleu
teh iyeu gambar
jeung temana sarua
teu bisi ari
gambarna mah
panorama alam tapi
isi na lain
silahkan dengekeun,
perhatikeun ku
maneh yeuh
kelompok satu rek
macakeun puisinya
sok salajeungna
kelompok dua
sok kelompok dua ke
depan
Terimakasih, nah
bagaimana kumaha
tah kelompok dua
bagus teu?
sok berikutna yaitu
kelompok empat













46
66
67
68
69
70
72
73
74
75
diulangi, yang
kencang suaranya,
supaya teman-teman
nya ngadengekeun
coba perhatikeun
kelompok lima
mana, sok bacakeun
nah puisi anu ku
maraneh
dibacakeun sudah
mengena dengan
unsur-unsur puisi
tadi,
bapak ambil
kesimpulan, hasilnya
sudah baik tapi di
sisi lain ada
kekurangan dalam
memparagakeuna,
harus yakin dan
jangan malu
langkah pertama
mengidentifikasi
dulu kata-kata nu
aya di dalam
gambar
tolong ya medianya
dikumpulkan lagi,
dikumpulkeun deui
Sakali deui akhir
kata
yang bapak
sampaikan kirakiranya tidak
berkenan di hate
maraneh
sumuhun









a. Analisis Bentuk dan Fungsi Campur Kode
Bentuk campur kode berdasarkan data yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar pendidik dan peserta didik MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu
Ciampea, Bogor yaitu penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata, unsur-unsur
yang berbentuk frasa, dan unsur-unsur yang berbentuk kalimat, sedangkan unsur-
47
unsur yang berbentuk klausa dan singkatan tidak ditemukan. Sementara fungsi
campur kode yang ditemukan yaitu untuk mengetahui, memahami, memberikan
informasi, dan memberikan penegasan atau penjelasan. Kutipan percakapan berikut
dapat digunakan sebagai contoh adanya penggunaan campur kode, serta fungsi yang
digunakan guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
1) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Kata
Kutipan 1
Percakapan 1
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia memimpin peserta didik untuk
melakukan doa bersama sebelum pelajaran dimulai.
Anak-anaku sekalian marilah untuk memulai pelajaran hari ini tolong
kepada KM untuk disiapkan dan membaca doa secara babarengan
untuk KM silahkan disiapkan dulu.
(melakukan berdoa bersama-sama sebelum memulai pelajaran)
Guru
Siswa
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata babareungan yang artinya
adalah sama-sama. Penyisipan kata babarengan adalah kata yang berasal dari
bahasa Sunda yang menujukkan bahwa telah terjadi campur kode yang dilakukan
oleh guru. Fungsi penggunaan kata babarengan ini bertujuan untuk menjalin rasa
kebersamaan dengan mengajak doa bersama sebelum proses belajar mengajar
dimulai.
Kutipan 2
Percakapan 4-7
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengecek kehadiran peserta didik
sebelum pelajaran di mulai.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Sebelumnya bapak tanyakan dulu siapa yang tidak hadir, tolong coba
lihat absennya siapa tadi yang tidak hadir?
Rendi....
Ini Rendi geus opat poe iyeu.... ya?
Muhun pak..
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata muhun yang artinya iya. Kata
muhun merupakan kata yang berasal dari bahasa Sunda. Berdasarkan penyisipan
kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang
48
digunakan penyisipan kata yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan
kata muhun bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat dan perhatian peserta didik
pada saat menjawab pertanyaan dari guru.
Kutipan 3
Percakapan 17
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia memberikan motivasi kepada peserta
didik seputar materi yang akan dipelajari.
InsyaAllah ya, kita akan mencoba dan untuk mampu serta bisa untuk
membuat puisi. Tetapi ada sesuatu hal yang peting yang perlu kita
ketahui dalam membuat puisi yang pertama adalah tentu unsurunsurnya. Dimana hiji puisi bisa dipilih atau dengan kata lain dengan
pilihan kata, artinya banyak kata yang bisa kita pilih kata mana yang
lebih tepat untuk kita buatkan sebagai dasar puisi, dengan kata lain
bahwa di dalam bahasa Indonesia disebutkan dengan sinonim artinya
kata-katanya itu lafalnya, bunyinya berbeda tapi mungkin bisa jadi
makna kata yang berbeda itu hampir sama minimal mirip.
Guru
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata hiji yang artinya satu.
Penyisipan kata hiji menunjukkan adanya campur kode yang berasal dari bahasa
Sunda. Fungsi penggunaan kata hiji yang digunakan bertujuan menjalin keakraban
dan guru menginginkan agar peserta didik paham terhadap materi yang diajarkan.
Kutipan 4
Percakapan 18
Konteks:
Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru memberikan penjelasan seputar materi
yang akan dipelajari.
Guru
Ada berapa suku kata dalam tiap-tiap barisnya, yang kedua jumlah
baris dalam tiap-tiap bait kalau di dalam prosa terdapat alenia atau
paragraf kalau dalam puisi adalah bait. Yang keempat adalah irama
ini penting karena maca puisi teh beda jeung maca prosa baik dari
intonasinya yang jelas beda. Dan yang terakhir adalah sajak yaitu
penentuan akhir baris. Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh
rek nyieun puisi kudu nyaho naon? Unsur-unsur na heula kalau unsur
tadi sudah dikanyahokeun, sudah ditemukan oleh kita maka tentu
saja dengan mudah membangun atau membuat sebuah puisi.
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata dikanyahokeun yang artinya
diketahui. Berdasarkan penyisipan kata pada kutipan di atas dapat dikatakan
bahwa campur kode yang digunakan adalah kata dikanyahokeun yang berasal
49
dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata dikanyahokeun bertujuan untuk
memberi dorongan kepada peserta didik untuk lebih memahami pelajaran yang
disampaikan.
Kutipan 5
Percakapan 22-30
Konteks: Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru dan siswa menidentifikasi sebuah
objek sebagai dasar dalam menulis puisi.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
“Anggrek, Mawar?”
“Mawar”
kembang mawar, apalagi yang kamu lihat?”
daun, duri....”
ada daunnya”
adaaa...”
kemudian setelah daun?”
tangkai....”
ada tangkai, betul”
bunganya bunga mawar, durinya sudah terlihat, tangkainya juga ada,
sudah berapa kata? Mawar, duri, tangkai, nah sekarang kita
mengidentifikasikan kata yang ditemukan dari gambar ini yang
pertama yaitu ada mawar yang kedua merah yang ketiga daun
kemudian keempat tangkai, yang kelima duri yang keenam apa?”
Hejo..
cukup jelas ya, masih ada?”
Seungit
apalagi?
mekar....muka
cukup jelas ya, masih ada?
Pada kutipan di atas terdapat pengunaan kata-kata yang merupakan campur
kode diantaranya yaitu penggunaan kata kembang artinya bunga, penggunaan
kata hejo artinya hijau, penggunaan kata seungit artinya harum/wangi, dan
penggunaan kata muka artinya terbuka. Berdasarkan penyisipan kata-kata pada
kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan berasal dari
bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan guru dan peserta
didik dengan menyisipkan bahasa Sunda bertujuan untuk menjalin rasa keakraban
pada saat kegiatan tanya jawab dalam mengidentifikasi objek yang akan dibuat
puisi, hal ini disebabkan guru dan peserta didik sudah terbiasa menggunakan
50
tuturannya dalam berkomunikasi, mengingat latar belakang peserta didik dan guru
berasal dari suku Sunda.
Kutipan 6
Percakapan 52
Konteks: Pada kegiatan elaborasi guru menjelaskan materi.
Guru
supaya kalimat itu mengandung majas bisa saja, kau sedap
dipandang mata, tadi juga tidak salah macakeun kau sungguh indah
dipandang mata,
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata macakeun yang artinya
membacakan. Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat
dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah penyisipan kata macakeun
berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata macakeun yang dituturkan
guru bertujuan untuk mempertegas materi agar peserta didik memahami apa yang
telah disampaikan.
Kutipan 7
Percakapan 64-66
Konteks: Guru meminta salah seorang peserta didik untuk membacakan puisi.
Guru
Siswa
Guru
“coba salah seorang ke depan untuk membacakan puisi, bapak tunjuk
langsung ya, coba Selvi tolong baca”
enggak mauh ah pak... encan siap “
Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti
ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok
dengekeun”.
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata encan yang artinya belum.
Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa
campur kode yang digunakan adalah penyisipan kata encan yang berasal dari
bahasa Sunda. Fungsi penggunaan kata encan yang dituturkan guru dan peserta
didik bertujuan untuk menjalin rasa keakraban agar peserta didik lebih berani tanpa
rasa takut untuk tampil ke depan membacakan puisi.
51
Kutipan 8
Percakapan 68-81
Konteks: Guru meminta peserta didik untuk membuat kelompok dan mengadakan
tanya jawab seputar materi yang sedang dipelajari.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat
gambar-gambar nu tos aya, sok ayeuna urang ganti gambarna ka
gambar anu sejen nya’, lalu kemudian ngelempokeun atau
mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham?”
pahaaam”
baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok
nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini
kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat,
berapa kelompok?”
limaaa”
hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu
kaopat” masing-masing kelompok aya jubirna nya’, sebelum kita
mulai barangkali dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan
ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya?” Wiwi...?
pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina
teu aya kumaha?
baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi
kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya
kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula,
bisa teu kira-kira?
Heunteu
coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa? Urang pan tadi niat
puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi
itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya
opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap
baris, jumlah baris dari tiap-tiap bait, kemudian irama dan sajak itu
mutlak harus ada, tapi diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah
lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? Nah bapak
neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka
bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya
sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina
puisi bebas maka jumlah suku kata bait pertama dengan bait kedua
kadang-kadang sudah berbeda, kadang-kadang beda eta teh, bait
kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata, delapan kata itu
bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita buat adalah puisi-puisi bebas.
Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun salah satu unsur
dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi, hanya barangkali nanti
puisinya kurang sempurna saja, kalau ada kata-kata bermajas kan
puisinya lebih cantik. Sudah dibagi kelompok ya?”
52
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Guru
Siswa
sudah pak”
baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian taman,
pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat kemudian
tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa yang kamu lihat
dari gambar ini, paham?”
paham”
(Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran)
kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga,
kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok
kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu,
kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di
papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?”
iya pak...muhun pak..”
Pada kutipan di atas terdapat adanya campur kode yaitu penyisipan kata
ngeulompokeun, yang artinya mengelompokan, penyisipan kata teuras yang
artinya selanjutnya, penyisipan kata lamun yang artinya apabila, penyisipan kata
heunteu yang artinya tidak, penyisipan kata aya yang artinya ada, penyisipan kata
hiji yang artinya satu, penyisipan kata muhun yang artinya iya.
Berdasarkan penyisipan kata-kata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa
campur kode yang digunakan adalah penyisipan kata yang berasal dari bahasa
Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan guru dan peserta didik
bertujuan untuk mendorong peserta didik dalam menciptakan rasa kebersamaan
dan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah serta keinginan guru agar
peserta didik lebih memahami materi yang sedang dipelajari.
Kutipan 9
Percakapan 92-93
Konteks: Pada kegiatan inti guru dan peserta didik melakukan kegiatan tanya
jawab
Siswa
eta pak.. nu koneng-koneng tah
oh..Guru
ini ada ini bebatuan atau cadas yang biasanya cetek, de’et cai jadi hamparan
airna, air nya itu menyentuh kepada bebatuan tadi yang menghias
panorama alam, semuanya sudah siap,,,? Kelompok satu, kelompok
dua, kelompok tilu, kelompok opat, kelompok lima”
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata yang menunjukkan campur
kode yaitu kata cadas yang artinya batu, kata airna yang artinya airnya, kata tilu
53
yang artinya tiga, dan kata opat yang artinya empat. Berdasarkan penyisipan katakata pada kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan
guru adalah berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penyisipan kata-kata ini bertujuan
menjalin keakraban antara guru dan peserta didik dalam kegiatan tanya jawab agar
siswa lebih memahami apa yang ingin diketahui dan dipahami.
Kutipan 10
Percakapan 95-97
Konteks: Dalam kegiatan eksplorasi guru memberikan tugas kepada peserta didik
untuk memberikan penilaian.
kira-kira kelompok mana dulu yang mau membacakan?”
kelompok satu
baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai bagaimana hasil
kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi
Guru
Siswa
Guru
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata tilai yang artinya nilai yang
berasal dari bahasa Sunda, hal ini menunjukkan adanya campur kode dalam
tuturan guru. Fungsi penggunaan campur kode dengan menggunakan kata tilai
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bisa secara objektif
memberikan penilaian terhadap peserta didik yang lain dalam mempresentasikan
hasil kerja kolektifnya.
Kutipan 11
Percakapan 98-99
Konteks: Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk maju ke
depan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Guru
Guru
silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek
macakeun puisinya, sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja
ya.
sok kelompok dua ke depan
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata sok yang artinya silahkan,
sisipan kata sok yang merupakan berasal dari bahasa sunda menunjukkan adanya
campur kode. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk
menumbuhkan rasa percaya diri agar peserta didik berani untuk tampil ke depan.
54
Kutipan 12
Percakapan 108
Konteks: Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja peserta didik yang
dipersentasikan di depan kelas.
Guru
bapak ambil kesimpulan, hasilnya sudah baik tapi di sisi lain ada
kekurangan dalam memparagakeunna, harus yakin dan jangan malu
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata memparagakeunna yang artinya
memperagakannya. Sisipan kata memparagakeunna yang berasal dari bahasa
Sunda yang menunjukkan telah terjadi campur kode. Fungsi dari kata yang
disisipkan itu bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas
hasil kerjanya serta mempertegas kembali materi yang sudah disampaikan.
Kutipan 13
Percakapan 114-115
Konteks: Dalam kegiatan akhir guru menutup pembelajaran.
Guru
Siswa
“Sakali deui akhir kata bila ada dari bapak dari awal sampai akhir
yang bapak ungkapkan, yang bapak sampaikan kira-kiranya tidak
berkenan di hate maraneh atau barangkali dalam menyampaikan
pelajaran ini monoton atau kurang berkenan sekali lagi bapak minta
maaf, InsyaAllah pertemuan yang akan datang harus baik dari
pertemuan hari ini”.
“sumuhun”
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kata sumuhun yang artinya iya, hal
ini mununjukkan telah terjadi campur kode dalam percakapan antara guru dan
peserta didik
dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi peserta didik
menggunakan kata sumuhun adalah untuk memberikan penghormataan dan rasa
perhatian atas penjelasan yang di sampaikan guru.
2) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Frasa
Kutipan 1
Percakapan 2-3
Konteks: Sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada peserta
didik.
55
Guru
baiklah sebagaimana moto yang biasa kita ucapkan pada saat kita
belajar tentu poe iyeu harus lebih baik dari pada hari kemarin, siap
Siap..
Siswa
Pada kutipan di atas terdapat sisipan yang berbentuk frasa yaitu kata poe iye
yang artinya hari ini. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas dapat dikatakan
bahwa campur kode yang digunakan adalah kata poe iyeu yang berasal dari
bahasa Sunda. Fungsi penggunaan bahasa Sunda bertujuan untuk menunjukkan
rasa peduli guru dengan membangun motivasi peserta didik bahwa belajar hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin.
Kutipan 2
Percakapan 40-41
Konteks: Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik seputar materi yang
sedang dipelajari
Guru
Siswa
nah inilah kita sudah mengidentifikasi kata-kata dari gambar ini,
setelah kita mengidentifikasi terus ku urang kata-kata yang ada itu
dirangkai menjadi sebuah kalimat, kalimat-kalimat itu kita bangun
akhirnya nanti menjadi sebuah puisi, paham?
paham”
Pada kutipan di atas terdapat sisipan kata yang berbentuk frasa yaitu kata ku
urang yang artinya oleh kita. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas dapat
dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah kata ku urang yang
berasal dari bahasa Sunda. Fungsi campur kode itu sendiri bertujuan untuk
menjalin keakraban antara guru dan peserta didik serta untuk mempertegas materi
yang sedang disampaikan.
Kutipan 3
Percakapan 65-66
Konteks: Pada kegiatan elaborasi guru meminta peserta didik untuk membacakan puisi
di muka kelas.
Siswa
Guru
enggak mauh ah pak... encan siap
Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti
56
ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah?
Tolong bacakan sok dengekeun....!
Guru
Pada kutipan di atas terdapat sisipan kata yang berbentuk frasa yaitu kalimat
sok dengekeun yang artinya silahkan dengarkan. Berdasarkan sisipan pada
kutipan di atas dapat dikatakan bahwa campur kode yang digunakan adalah kata
sok dengekeun yang berasal dari bahasa sunda. Fungsi campur kode ini dilakukan
karena guru menginginkan perhatian agar peserta didik mau mendengarkan
pembacaan puisi yang akan dibacakan oleh salah satu peserta didik yang lain serta
membangun semangat pada peserta didik yang akan tampil ke depan.
Kutipan 4
Percakapan 68-107
Konteks: Guru meminta peserta didik untuk membuat kelompok dan mengadakan
tanya jawab seputar materi yang sedang dipelajari.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat
gambar-gambar nu tos aya, sok ayeuna urang ganti gambarna ka
gambar anu sejen nya’, lalu kemudian ngelempokeun atau
mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham?”
pahaaam”
baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok
nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini
kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa
kelompok?”
limaaa”
hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu
kaopat” masing-masing kelompok aya jubirna nya’, sebelum kita
mulai barangkali dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan
ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya?” Wiwi...?
pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina
teu aya kumaha?
baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi
kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya
kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula,
bisa teu kira-kira?
Heunteu
57
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa? Urang pan tadi niat
puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi
itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya
opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap
baris, jumlah baris dari tiap-tiap bait, kemudian irama dan sajak itu
mutlak harus ada, tapi diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah
lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? Nah bapak
neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi tadi teu aya maka
bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak eta kudu aya
sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina
puisi bebas maka jumlah suku kata bait pertama dengan bait kedua
kadang-kadang sudah berbeda, kadang-kadang beda eta teh, bait
kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata, delapan kata itu
bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita buat adalah puisi-puisi bebas.
Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun salah satu unsur
dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi, hanya barangkali nanti
puisinya kurang sempurna saja, kalau ada kata-kata bermajas kan
puisinya lebih cantik. Sudah dibagi kelompok ya
sudah pak”
baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian taman,
pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat kemudian
tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa yang kamu lihat
dari gambar ini, paham?”
paham”
(Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran)
kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga,
kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok
kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu,
kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di
papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?”
iya pak...muhun pak..”
ada yang mau ditanyakan?”
pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi
kenging teu?”
waktu yang kita gunakan sudah berjalan lima menit barangkali dari
kelompok yang sudah dibangun ada pertanyaan?, tapi sataacana
bapak ingetkeun deui supaya urang paham bahwa unsur-unsur puisi
adalah unsur yang membangun terbentuknya sebuah puisi, unsur
pertama yaitu tema, yang kedua adalah diksi atau pilihan kata, yang
ketiga adalah rima atau sajak yaitu persamaan kata, keempat yaitu
irama kemudian ada ungkapan atau majas. Tadi bapak poho teu
ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh aya pencitraan, citraan itu
terbagi kepada beberapa bagian. Citraan nanti akan dihubungkan
dengan panca indera, ada citraan penciuman atau penglihatan atau
citraan pendengaran, penciuman contohna seperti kiyeu harum
semerbak mawar ditaman karena harum semerbak nah citraan puisi
58
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
seperti iyeu teh ngarana citraan penciuman, atau contoh anu ku bapak
disebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning menghampar
di sekelilingnya nah itu berarti citraan penglihatan, sebab urang
nyebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning itu memang
dilihat oleh kita, ada lagi perasaan umpamanya detak jantung ini
seolah-olah tidak bisa dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir
unsurna nu ku bapak disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi,
nanti setelah jadi puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan,
penciuman, pendengaran seperti terdengar suara suling dari
kejauhan itu masuknya kepada citraan pendengaran. Sok nuk rek
nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok silahkan
tanyakeun?
kalau judul sama tema sami heunteu pak
judul sama tema sama tidak gitu kan, sami heunteu? Judul sama
tema beda misal panorama alam judulnya kan bisa bunga mawar atau
yang lain juga bisa, paham, kelompok yang lain?
contoh kalimat bermajas kumaha pak?”
kalimat bermajas seperti yang bapak contokeun bunga mawar anu
tadi dibacakeun diantarana aya kalimat kau sungguh sedap dipandang
mata, kata-kata sedap indetiknya dengan lidah ya, duh makanan itu
sedap sekali, makanan ini enak sekali, sedap itu jauh tidak identik
dengan mata, kau sungguh sedap dipandang mata itu termasuk
kalimat bermajas.
pak ini gambar apa?”
oh... iyeu mah ombak”
eta pak.. nu koneng-koneng tah
oh.. ini ada.... ini bebatuan atau cadas yang biasanya cetek, de’et cai
jadi hamparan airna, air nya itu menyentuh kepada bebatuan tadi
yang menghias panorama alam, semuanya sudah siap,,,? Kelompok
satu, kelompok dua, kelompok tilu, kelompok opat, kelompok lima”
Siap ..
kira-kira kelompok mana dulu yang mau membacakan?”
kelompok satu”
baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai bagaimana hasil
kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi?, nanti
kalian perhatikan pilihan katanya baik atau tidak, ada atau tidak, ada
majas atau ungkapannya tidak terus kesesuaian antara isi jeung tema
jadi anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu
bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isina lain berarti kan tidak
ada kesesuaian antara isi dengan tema, baik kelompok satu silahkan
membacakan hasil kerja kolektifnya”
(guru meminta perwakilan kelompok satu maju ke depan untuk
membacakan hasil kerja kelompoknya).
59
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Guru
Siswa
Guru
Guru
Pada
silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek
macakeun puisinya”. sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan
saja ya, sok kelompok dua ke depan”.
(guru menegur salah satu siswa yang membuat keributan)
“Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo
dengekeun”.
(kelompok dua membacakan puisi di kuka kelas)
Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua bagus teu?
baguuuus”
sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup”
(kelompok tiga maju membacakan puisi)
sok berikutna yaitu kelompok empat”
sok geura kapayun”
diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-teman nya
ngadengekeun, coba perhatikeun”
(kelompok empat maju ke depan membacakan puisi)
kelompok lima mana, sok bacakeun
kutipan di atas terdapat sisipan yang berbentuk frasa yaitu yang
pertama tuturan sok tanyakeun yang artinya silahkan tanyakan, kedua tuturan
eta teh yang artinya kesatu adalah, ketiga tuturan kahiji mah yang artinya kesatu
adalah, keempat tuturan kadua mah artinya yang kedua adalah, kelima tuturan
urang nyebutkeun yang artinya kita menyebutkan, keenam tuturan sami heunteu
yang artinya sama tidak, tuturan ketujuh yaitu de’et cai yang artinya cetek air,
kedelapanan tuturan sok salajeungna yang artinya silahkan selanjutnya,
kesembilan tuturan sok berikutna yang artinya silahkan berikutnya, kesepuluh
tuturan sok bacakeun yang artinya silahkan bacakan. Berdasarkan sisipan pada
kutipan di atas menunjukkan adanya campur kode yang berasal dari bahasa
Sunda.
Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban
antara siswa dan guru sehingga peserta didik tidak merasa takut dan malu untuk
maju tampil ke depan atau pun menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Di
samping itu hal ini juga disebabkan kebiasaan guru dan peserta didik dalam
tuturannya selalu menggunakan bahasa Sunda mengingat latar belakang guru dan
peserta didik berasal dari Sunda.
Kutipan 5
60
Percakapan 109-115
Konteks: Pada kegiatan akhir guru mentup pembelajaran dengan memberi
penegasan seputar materi yang sudah dipelajari.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Siswa
Guru
Siswa
bapak anggap pertemuannya kita cukupkan sampai disini, untuk
lebih jelas dan lebih mendalam kamu nanti bisa melihat gambargambar yang tidak harus cenderung kepada panorama alam, mungkin
bisa dengan gunung yang cantik, yang terpenting langkah pertama
mengidentifikasi dulu kata-kata nu aya di dalam gambar kemudian
dirangkai menjadi kalimat-kalimat yang akhirnya dibangun menjadi
sebuah puisi, sebelum bapak akhiri ada yang mau bertanya?”
Cukup pak..
cukup,,? Kita akhiri belajar kita hari ini dengan membacakan
Hamdalah”.
Alhamdulilah”
tolong ya medianya dikumpulkan lagi, dikumpulkeun deui”.
Sakali deui akhir kata bila ada dari bapak dari awal sampai akhir
yang bapak ungkapkan, yang bapak sampaikan kira-kiranya tidak
berkenan di hate maraneh atau barangkali dalam menyampaikan
pelajaran ini monoton atau kurang berkenan sekali lagi bapak minta
maaf, InsyaAllah pertemuan yang akan datang harus baik dari
pertemuan hari ini”.
“sumuhun”.
Pada kutipan di atas terdapat sisipan yang berbentuk frasa yaitu tuturan nu
aya artinya yang ada, tuturan dikumpulkeun deui yang artinya dikumpulkan lagi,
tuturan sakali deui yang artinya sekali lagi, dan tuturan hate maraneh yang
artinya hati kalian. Berdasarkan sisipan pada kutipan di atas menunjukkan adanya
campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode
yang digunakan guru bertujuan untuk menunjukkan bentuk suatu penegasan
terhadap materi yang sudah disampaikan serta menunjukkan rasa rendah diri guru
terhadap peserta didik.
3) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Klausa
Pada percakapan guru dan siswa MTs. Nurul Ummah dalam proses belajar
mengajar penulis tidak menemukan campur kode dalam bentuk klausa, karena
penyisipan campur kode yang ditemukan lebih condong masuk kedalam unsurunsur yang berbentuk kalimat.
4) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Kalimat
61
Kutipan 1
Percakapan 16
Konteks:
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia melakukan apersepsi seputar materi
yang akan dipelajari sebelum masuk pada kegiatan inti.
Guru
Terimakasih, ya kalau memang sudah siap hari ini kita teruskan
untuk membahas yaitu materi berikutnya, tapi bapak ingatkan
kembali kemarin kita sudah sama-sama membicarakan tentang
pantun ya?. Kemarin itu pertemuan terakhir kita membicarakan
tentang pantun ya?, bahwa di dalam pantun itu ada ketentuanketentuan yang khusus yang masuk karidor, kategori atau kelompok
dari pantun itu sendiri, dimana kita tahu bahwa pantun biasanya
terbagi dua, ada dua bagian, bagian baris pertama berupa sampiran
kemudian dua baris kedua berupa isi dan biasanya seperti itu di
dalam pantun. Baik kalau materi kemarin sudah kita pahami, untuk
pertemuan kali ini kita akan sama-sama mencoba memahami kajian
kita yaitu tentang puisi ya, tentu ngomongkeun masalah puisi urang
geus teu aneh deui nya’, sudah tidak asing lagi, mengapa? Karena
kita banyak dihadapkan dengan objek-objek yang memang selama ini
bisa kita buat atau kita susun sebagai dasar pokok puisi itu sendiri,
umpamanya saja dilingkungan sekolah kita sering dihadapkan
dengan beraneka bunga atau umpamanya dengan pegunungan atau
mungkin bisa juga dengan sawah dimana dalam sawah itu ada padi
yang menguning atau mungkin juga ada sebagian padi yang masih
hijau yang belum keluar, ini juga ketika kita dihadapkan ke sana
maka tentu saja dengan mengetahui unsur-unsur dari puisi itu
sendiri”.
Pada kutipan di atas terdapat penyisipan kalimat ngomongkeun masalah puisi
urang geus teu aneh deui nya’ yang artinya membicarakan masalah puisi kita
sudah tidah aneh lagi ya’. Berdasarkan sisipan kalimat pada kutipan di atas
menunjukkan adanya campur kode yaitu dengan menyisipkan kalimat
ngomongkeun masalah puisi urang geus teu aneh deui nya’ yang berasal dari
bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru
bertujuan untuk mengugah ingatan peserta didik bahwa materi yang akan dipelajari
merupakan sesuatu hal yang sering didengar atau diketahui dengan kata lain
sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi.
Kutipan 2
62
Percakapan 17
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa melakukan apersepsi seputar
materi yang akan dipelajari sebelum masuk pada kegiatan inti.
Guru
Dimana hiji puisi bisa dipilih atau dengan kata lain dengan pilihan
kata, artinya banyak kata yang bisa kita pilih kata mana yang lebih
tepat untuk kita buatkan sebagai dasar puisi, dengan kata lain bahwa
di dalam bahasa Indonesia disebutkan dengan sinonim artinya katakatanya itu lafalnya, bunyinya berbeda tapi mungkin bisa jadi makna
kata yang berbeda itu hampir sama minimal mirip. Itulah yang
disebut dengan sinonim maka dalam hal ini kita harus pandai-pandai
milih kana eta kata anu bakal ku urang dijadikeun puisi nah ini
salah satu unsur dari puisi.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat milih kana eta kata anu bakal ku urang
dijadikeun puisi, yang artinya adalah memilih pada kata yang akan kita jadikan
puisi, hal ini jelas sekali telah tejadi alih kode dengan menyisipkan kalimat milih
kana eta kata anu bakal ku urang dijadikeun puisi yang digunakan guru dalam
tuturannya yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi campur kode yang digunakan
bertujuan untuk memberikan penegasan terhadap materi yang disampaikan.
Kutipan 3
Percakapan 17
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi)
memberikan penjelasan kepada peserta didik seputar materi yang
sedang dipelajari
Siswa
Baris pertama AA kemudian yang ke empat disebut dengan baris
merdeka, sajak merdeka ini yaitu tidak ada persamaan bahwa akhir
baris pertama berbeda dengan bunyi akhir baris kedua, enya kitu
deui akhir baris kadua beda jeung akhir baris katilu, akhir baris
ketiga berbeda pula dengan akhir baris keempat maka itu bisa
disebutkan ABCD berarti merdeka atau yang disebut dengan puisi
bebas
Pada kutipan di atas terdapat kalimat enya kitu deui akhir baris kadua beda
jeung akhir baris katilu yang artinya ya begitu juga akhir baris kedua berbeda
dengan akhir baris ketiga. Penyisipan kalimat enya kitu deui akhir baris kadua
beda jeung akhir baris katilu yang dituturkan guru menunjukkan telah terjadi
campur kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi pengunaan campur kode ini
63
bertujuan
untuk
memberikan
penegasan
terhadap
materi
yang
sedang
disampaikan.
Kutipan 4
Percakapan 18
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi)
memberikan penjelasan kepada siswa seputar materi yang sedang
dipelajari
Guru
InsyaAllah untuk kali ini kita akan bicara tentang itu tentang
bagaimana membuat puisi bebas. Itulah unsur puisi ini penting, iyeu
teh penting dikanyahokeun ku urang sabab urang tidak akan bisa
mengukur dan membangun sebuah puisi kalau tidak diketahui unsurunsurnya, kemudian berikutnya yaitu ada yang disebut dengan majas
jadi, diksi tadi kata-kata yang kita pilih lalu kita rangkai yang dibuat
kalimat maka kalimat-kalimat itu ada yang mengandung majas atau
ada yang bermakna majas, nah itu juga bisa kita bangun dengan
diksi tadi dengan memilih kata bahwa kalimat itu termasuk kalimat
yang bermajas. Itu diantara unsur yang ketiga unsur yang
membangun sebuah puisi. Kemudian puisi juga ada yang namanya
irama dan ingat bahwa puisi itu adalah karangan yang terikat berbeda
dengan prosa, prosa itu bentuknya bebas tidak terikat yang harus ada
pada puisi syarat-syarat. Berbeda dengan puisi, puisi itu terikat oleh
syarat-syarat, yang pertama jumlah baris atau jumlah suku kata
dalam tiap-tiap bait. Ada berapa suku kata dalam tiap-tiap barisnya,
yang kedua jumlah baris dalam tiap-tiap bait kalau di dalam prosa
terdapat alenia atau paragraf kalau dalam puisi adalah bait. Yang
keempat adalah irama ini penting karena maca puisi teh beda jeung
maca prosa baik dari intonasinya yang jelas beda. Dan yang terakhir
adalah sajak yaitu penentuan akhir baris.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya
campur kode diantaranya kalimat yang pertama yaitu, iyeu teh penting
dikanyahokeun ku urang sabab urang yang artinya ini penting diketahui oleh kita
sebab kita, kalimat yang kedua yaitu, maca puisi teh beda jeung maca prosa
yang artinya membaca puisi itu berbeda dengan membaca prosa. Berdasarkan
kalimat-kalimat di atas adalah penggunaan campur kode yang berasal dari bahasa
Sunda. Fungsi penyisipan kalimat yang sering dituturkan oleh guru disebabkan
guru ingin mempertegas materi yang sedang disampaikan.
Kutipan 5
64
Percakapan 18
Konteks: Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru memberikan objek kepada peserta
didik untuk diidentifikasi.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Jujur dan konsekwen apa yang kamu lihat dari gambar ini tolong
sebutkan, sebutkeun naon wae anu katingali dina gambar, kahiji
sebutkeun gambar naon, gambar iyeu gambar naon
Mawar ..
Anggrek.. Mawar..?
Mawar..
Pada kutipan di atas terdapat kalimat sebutkeun naon wae anu katingali dina
gambar, kahiji sebutkeun gambar naon, gambar iyeu gambar naon yang artinya
sebutkan apa saja yang kalian lihat pada gambar, kesatu sebutkan gambar apa,
gambar ini gambar apa. Berdasarkan kalimat-kalimat di atas adalah sisipan
kalimat yang menunjukkan telah terjadi campur kode yang berasal dari bahasa
Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk menjalin rasa
keakraban terhadap peserta didik sehingga siswa tidak merasa takut dan malu
untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Kutipan 6
Percakapan 28-34
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi)
melakukan tanya jawab bersama peserta didik seputar materi yang
sedang dipelajari
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Siswa
Guru
Siswa
“Ada tangkainya betul bunganya bunga mawar, durinya sudah
terlihat, tangkainya juga ada, sudah berapa kata? Mawar, duri,
tangkai, nah sekarang kita mengidentifikasikan kata yang ditemukan
dari gambar ini yang pertama yaitu ada mawar yang kedua merah
yang ketiga daun kemudian keempat tangkai, yang kelima duri yang
keenam apa?”
Hejo..
Cukup jelas ya, masih ada?”
Seungit”
Apalagi?”
Mekar....muka
Mekar, bunga itu kuncupnya sudah agak terbuka, kuncupna geus
muka
65
Pada kutipan di atas terdapat kalimat kuncupna geus muka yang artinya
kuncupnya sudah terbuka. Penyisipan kalimat kuncupna geus muka jelas
menunjukkan adanya campur kode berasal dari bahasa sunda. Fungsi
penggunaan campur kode yang digunakan guru bertujuan untuk menjalin
keakraban dan rasa humoris serta mempertegas kembali objek yang sedang
diidentifikasi sebagai dasar dalam penulisan puisi.
Kutipan 7
Percakapan 64-66
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi)
meminta kepada salah satu peserta didik untuk membacakan puisi di di
muka kelas.
Guru
Siswa
Guru
“sebelum melangkah lebih jauh maka... coba bapak menta yeuh
untuk membacakan puisi yang biyeu ku bapak dibacakeun coba
salah seorang ke depan untuk membacakan puisi, bapak tunjuk
langsung ya, coba Selvi tolong baca”
“enggak mauh ah pak... encan siap “
“Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti
ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok
dengekeun”.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya
campur kode diantaranya kalimat pertama yaitu, coba bapak menta yeuh yang
artinya coba bapak minta nih, kalimat kedua yaitu biyeu ku bapak dibacakeun
yang artinya yang barusan bapak bacakan, kalimat ketiga yaitu lamun ku bapak
yeuh diganti ayeuna ka Ummah yang artinya bagaimana kalau bapak ganti ke
Ummah. Berdasarkan kalimat-kalimat di atas yang digunakan guru adalah kalimat
yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan
untuk menjalin keakraban sehingga peserta didik tidak merasa takut dan malu
untuk membacakan puisi di depan kelas yang diperintahkan guru.
66
Kutipan 8
Percakapan 68-70
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (elaborasi)
memberikan media pembelajaran kepada siswa berupa gambar sebagai
objek dalam membuat puisi dan meminta peserta didik untuk membuat
kelompok serta mengadakan tanya jawab serta memberikan penjelasan
seputar materi yang sedang dipelajari.
Guru
Siswa
Guru
bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan melihat
gambar-gambar nu tos aya. sok ayeuna urang ganti gambarna ka
gambar anu sejen nya’, lalu kemudian ngelempokeun atau
mengidentifikasi kata anu aya dina eta gambar seperti tadi paham?”
pahaaam”
baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok
nyieun kelompok, sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini
kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa
kelompok?”
Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan telah terjadi
campur kode diantaranya kalimat pertama yaitu gambar-gambar nu tos aya,
sok ayeuna urang ganti gambarna ka gambar anu sejen nya’ yang artinya
gambar-gambar yang sudah ada, silahkan sekarang kita ganti gambarnya pada
gambar yang lain, kalimat kedua yaitu bapak menta maneh nyien kelompok
heula sok nyieun kelompok, sok kelompok hiji mana yang artinya bapak minta
kalian buat kelompok dulu, silahkan bikin kelompok, silahkan kelompok satu
mana?.
Penyisipan kalimat-kalimat yang dituturkan guru adalah campur kode adalah
kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini
bertujuan karena keinginan guru untuk menjalin keakraban dan selalu
menanamkan rasa kebersamaan dengan bekerjasama dalam memecahkan suatu
masalah.
67
Kutipan 9
Percakapan 73-75
Konteks: Pada kegiatan inti guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar materi
yang sedang dipelajari.
Siswa
Guru
Siswa
pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah sahijina
teu aya kumaha?
baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya, tadi
kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya
kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula,
bisa teu kira-kira?
Heunteu
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan telah terjadi campur
kode diantaranya kalimat pertama yaitu salah sahijina teu aya kumaha? yang
artinya salah satunya tidak ada bagaimana?, kalimat kedua yaitu lamun
diantara unsur-unsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok
anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira? yang artinya apabila diantara
unsur-unsur tadi itu tidak ada bagaimana bisa dibangun tidak puisi itu?, silahkan
yang bisa menjawab dulu, bisa tidak kira-kira?.
Berdasarkan sisipan kalimat di atas yang dituturkan guru adalah sisipan
kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini
bertujuan karena guru ingin mejalin keakraban terhadap peserta didik sehingga
siswa tidak merasa malu untuk memberikan pendapat di samping itu untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih memahami materi yang
ingin diketahui, sedangkan tujuan guru untuk lebih menjalin keakraban dan
memberikan penegasan terhadap pertanyaan peserta didik agar lebih memahami
materi yang dipelajari.
Kutipan 10
Percakapan 76
Konteks: Guru menjelaskan pertanyaan dari peserta didik.
Guru
coba nu ngomong teu bisa, anu ngomong bisa? Urang pan tadi niat
puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi
itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri, pan tadi aya
opat diantarana syarat mutlak puisi jumlah suku kata dalam tiap-tiap
baris, jumlah baris dari tiap-tiap bait, kemudian irama dan sajak itu
68
mutlak harus ada, tapi diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah
lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu?
Pada kutipan di atas terdapat kalimat pan tadi aya opat diantarana yang
artinya kan tadi ada empat diantaranya dan kalimat diantarana tadi aya unsur
majas, kumaha tah lamun euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu?
yang artinya diantaranya tadi ada unsur majas, bagaimana tuh apabila tidak ada
kata-kata bermajas sebaliknya bisa tidak?. Berdasarkan sisipan kalimat di atas
menunjukkan adanya bentuk campur kode yang digunakan guru yaitu kalimat
yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan
guru bertujuan untuk menjalin keakraban serta memberikan penjelasan materi
yang disampaikan agar peserta didik paham materi yang dipelajari.
Kutipan 11
Percakapan 78-81
Konteks: Guru memberikan media pembelajaran kepada peserta didik untuk
didiskusikan
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian taman,
pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat kemudian
tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa yang kamu lihat
dari gambar ini, paham?”
paham”
(Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran)
kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga,
kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok
kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu,
kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di
papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?”
iya pak...muhun pak..”
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya campur
kode yaitu kalimat hiji deui yeuh kelompok lima sok kapayun yang artinya satu
lagi nih kelompok lima silahkan ke depan. Sisipan kalimat yang dituturkan guru
adalah campur kode dengan menggunakan bahasa sunda. Fungsi penggunaan
campur kode ini bertujuan untuk menunjukkan rasa peduli dan adil terhadap
peserta didik.
69
Kutipan 12
Percakapan 83-85
Konteks: Guru menjelaskan materi yang sedang dipelajari.
Guru
Siswa
Guru
pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi
kenging teu?”
begini ya, itu kan sudah ada gambar, sakurang-kurang na maraneh
yeuh tinggal melihat objek anu aya.
waktu yang kita gunakan sudah berjalan lima menit barangkali dari
kelompok yang sudah dibangun ada pertanyaan?, tapi sataacana
bapak ingetkeun deui supaya urang paham bahwa unsur-unsur puisi
adalah unsur yang membangun terbentuknya sebuah puisi
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya campur
kode diantaranya yaitu pertama kalimat sakurang-kurang na maraneh yeuh
tinggal melihat objek anu aya yang artinya sekurang-kurangnya kalian lihat nih
tinggal melihat objek yang adan dan kalimat kedua yaitu tapi sataacana bapak
ingetkeun deui supaya urang paham yang artinya tapi sebelumnya bapak ingatkan
lagi supaya kita paham. Berdasarkan sisipan kalimat di atas adalah campur kode
dengan menggunakan bahasa sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini
bertujuan memberikan penegasan agar peserta didik lebih memahami materi
pelajaran.
Kutipan 13
Percakapan 85
Konteks: Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh.
Guru
Citraan nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan
penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran, penciuman
contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar ditaman karena
harum semerbak nah citraan puisi seperti iyeu teh ngarana citraan
penciuman, atau conto anu ku bapak disebutkeun Gunung
menjulang tinggi, padi menguning menghampar di sekelilingnya nah
itu berarti citraan penglihatan, sebab urang nyebutkeun Gunung
menjulang tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita, ada
lagi perasaan umpamanya detak jantung ini seolah-olah tidak bisa
dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir unsurna nu ku bapak
disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi, nanti setelah jadi
puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan, penciuman,
pendengaran seperti terdengar suara suling dari kejauhan itu
masuknya kepada citraan pendengaran.
70
Pada kutipan di atas terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya
campur kode diantaranya yaitu kalimat pertama contona seperti kiyeu yang
artinya contohnya seperti ini, kalimat yang kedua yaitu iyeu teh ngarana yang
artinya ini tuh namanya, kalimat ketiga yaitu conto anu ku bapak disebutkeun
yang artinya contoh yang bapak sebutkan dan kalimat keempat yaitu unsurna nu
ku bapak disebutkeun tadi aya yang artinya unsurnya yang bapak sebutkan tadi
ada. Berdasarkan sisipan kalimat di atas dapat dikatakan bahwa sisipan kalimat
yang digunakan merupakan kalimat yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi
penggunaan campur kode ini bertujuan karena keinginan guru agar peserta didik
lebih paham terhadap materi yang disampaikan.
Kutipan 14
Percakapan 89
Konteks: Guru menjelaskan materi yang belum dipahami peserta didik.
Siswa
Guru
contoh kalimat bermajas kumaha pak?
kalimat bermajas seperti yang bapak contokeun bunga mawar anu
tadi dibacakeun diantarana aya kalimat kau sungguh sedap
dipandang mata, kata-kata sedap indetiknya dengan lidah ya, duh
makanan itu sedap sekali, makanan ini enak sekali, sedap itu jauh
tidak identik dengan mata, kau sungguh sedap dipandang mata itu
termasuk kalimat bermajas.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu
kalimat anu tadi dibacakeun diantarana aya yang artinya yang bapak bacakan
diantaranya ada. Sisipan kalimat yang dituturkan guru adalah kalimat yang
berasal bahasa Sunda. Fungsi penggunan campur kode ini bertujuan untuk
menjalin keakraban agar peserta didik tidak merasa sungkan untuk menanyakan
hal-hal yang belum dipahami, di samping itu keinginan guru agar peserta didik
paham atas penjelasan yang disampaikan.
71
Kutipan 15
Percakapan 97
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (elaborasi)
memberikan penjelasan seputar materi yang sedang dipelajari.
baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai bagaimana hasil
kelompok satu sudahkah memenuhi dari unsur-unsur puisi?, nanti
kalian perhatikan pilihan katanya baik atau tidak, ada atau tidak, ada
majas atau ungkapannya tidak terus kesesuaian antara isi jeung tema
jadi anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua
teu bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isina lain berarti
kan tidak ada kesesuaian antara isi dengan tema, baik kelompok satu
silahkan membacakan hasil kerja kolektifnya
Guru
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu
kalimat anu ku maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu bisi ari
gambarna mah panorama alam tapi isina lain yang artinya yang kalian lihat ini
tuh gambar dengan temanya sama tidak, khawair kalau gambarnya panorama
alam tapi isinya bukan. Sisipan kalimat yang dituturkan guru adalah kalimat yang
berasal bahasa Sunda. Fungsi penggunaan campur kode ini bertujuan untuk
menjalin suasana akrab serta memberikan penjelasan agar peserta didik lebih
paham terhadap materi yang dipelajari.
Kutipan 16
Percakapan 98-99
Konteks: Pada kegiatan inti (elaborasi) guru meminta perwakilan kelompok satu
maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya.
Guru
Guru
silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek
macakeun puisinya”.
sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya, sok kelompok
dua ke depan.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu
kalimat dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh yang artinya dengarkan,
perhatikan oleh kalian nih. Sisipan kalimat di atas yang dituturkan guru adalah
kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan
karena keinginan guru agar peserta didik lebih fokus dan memperhatikan
pembacaan puisi yang akan dibacakan oleh salah satu peserta didik.
72
Kutipan 17
Percakapan 100-106
Konteks: Pada kegiatan inti (elaborasi) guru meminta perwakilan kelompok satu
maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya.
Guru
Siswa
Guru
Guru
Siswa
Guru
Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo
dengekeun”, Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok
dua bagus teu?
baguuuus”
sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup”
sok berikutna yaitu kelompok empat”
sok geura kapayun
diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-teman nya
ngadengekeun, coba perhatikeun.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk campur kode yaitu
kalimat kumaha tah kelompok dua bagus teu? yang artinya bagaimana tuh
kelompok dua bagus tidak? dan kalimat ngadengekeun, coba perhatikeun. Sisipan
kalimat yang dituturkan guru adalah kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi
campur kode yang dituturkan guru bertujuan agar peserta didik lebih fokus dalam
proses pembelajaran dan berani untuk memberikan pendapat.
Kutipan 18
Percakapan 108
Konteks: Pada kegiatan eksplorasi guru memberikan penilaian atas hasil unjuk
kerja siswa serta memberikan penjelasan materi yang belum peserta
didik pahami.
Guru
nah puisi anu ku maraneh dibacakeun sudah mengena dengan
unsur-unsur puisi tadi, hanya kekurangan satu cara membaca puisi
kurang berdeklamasi.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk alih kode yaitu kalimat
anu ku maraneh dibacakeun yang artinya yang kalian bacakan. Berdasarkan
sisipan kalimat di atas adalah kalimat yang berasal bahasa Sunda. Fungsi
penggunaan campur kode ini sendiri bertujuan untuk memberikan penghargaan
kepada siswa atas hasil kerja yang sudah dilaksanakan serta keinginan guru untuk
lebih mempertegas hal-hal yang telah dipelajari oleh peserta didik.
5) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Singkatan
73
Pada percakapan guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar penulis
tidak menemukan alih kode dan campur kode dalam bentuk singkatan.
2. Deskripsi Data Alih Kode
Tuturan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sering terjadi
perpindahan komunikasi dari formal ke tidak formal, contohnya pada saat guru
menyampaikan suatu materi yang dianggap penting sengaja atau tidak sengaja
menggunakan alih kode. Dalam menemukan data alih kode dalam proses belajar
mengajar di MTs. Nurul Ummah penulis mengumpulkan data dengan teknik
rekam, setelah hasil rekaman didengarkan kemudian dideskripsikan dalam bentuk
tulisan, hal ini untuk memudahkan penulis dalam menganalisis bentuk alih kode
yang terdapat dalam proses belajar. Untuk lebih jelas data dalam bentuk alih kode
akan diklasifikasikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.4
Data Alih Kode
No
Data
1
Rendi.. Geus opat
poe iyeu
Jadi lamun urang
sakali deui lamun
urang teh rek
nyieun puisi kudu
nyaho naon, unsurunsurna heula
kalau unsur tadi
sudah
dikanyahokeun,
tah ayeuna bapak
boga gambar yeuh
coba ku maraneh
tingali.
sok atuh ka payun
hiji, dua, tilu, opat,
lima, tah di diyeu
kelompok nu
kalima, nu kaopat,
masing-masing
kelompok aya
2
3
4
5
Kata
Frasa
Klausa
Kalimat





Singkatan
74
6
7
8
9
10
11
12
13
jubirna nya’
coba nu ngomong
teu bisa, anu
ngomong bisa?
Urang pan tadi niat
puisina puisi bebas
iya kan?
Nah bapak
neugaskeun eta teh
bisa lamun tadi dina
unsur puisi tadi teu
aya maka bisa wae
ngadameul puisi,
tapi anu opat mah
anu mutlak eta
kudu aya dina salah
sahiji geus kaluar
kadang-kadang dina
puisina puisi bebas.
Jadi bapak
simpulkeun nya’
teu naon-naon
lamun salah satu
unsur dari puisi itu
teu aya urang rek
nyieun puisi
pak.. ari tema puisi
upami berdasarkan
alam khayal atawa
imajinasi kenging
teu?
Tadi bapak poho teu
ngajeulaskeun
nyaeta dina unsur
puisi teh aya
pencitraan
Sok nuk rek
nanyakeun
kelompok saha nu
rek nanyakeun, sok
silahkan
tanyakeun?
contoh kalimat
bermajas kumaha
pak?
oh... iyeu mah








75
ombak
eta pak.. nu konengkoneng tah
Faiz...maneh mah
ngalawadik wae,
batur mah
ngadengekeun,
hayo dengekeun
sok, berikutna
kelompok tilu maju
kahareup
sok geura kapayun
14
15
16
17




a. Analisis Bentuk dan Fungsi Alih Kode
Bentuk alih kode berdasarkan data yang diperoleh yaitu hanya penyisipan
unsur-unsur yang berbentuk kalimat. Kutipan percakapan berikut dapat digunakan
sebagai contoh adanya penggunaan alih kode dan fungsi yang digunakan guru dan
peserta didik dalam proses belajar mengajar.
1) Penyisipan Unsur-Unsur Berbentuk Kalimat
Kutipan 1
Percakapan 4-7
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengecek kehadiran peserta didik
sebelum pelajaran dimulai.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
“Sebelumnya bapak tanyakan dulu siapa yang tidak hadir, tolong
coba lihat absennya siapa tadi yang tidak hadir?”
“Rendi....”
“ Rendi geus opat poe iyeu nya’?”
“Muhun pak..”
Pada kutipan di atas terdapat kalimat Rendi geus opat poe iyeu nya?, yang
artinya adalah Rendi sudah empat hari tidak masuk ya?. Penggunaan kalimat yang
dituturkan guru pada kutipan di atas sangat jelas bahwa telah terjadi alih kode
yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode bertujuan untuk
menunjukkan rasa peduli guru terhadap peserta didik yang tidak hadir.
76
Kutipan 2
Percakapan 18
Konteks: Guru mata pelajaran bahasa Indonesa pada kegiatan inti (eksplorasi)
memberikan penjelasan kepada peserta didik seputar materi yang sedang
dipelajari
Kira-kira sudah ada bayangan tidak kalau kita akan membangun
sebuah puisi? Ada gak bayangan? Dengan mengumpulkan kata-kata
kemudian dengan kata-kata yang sudah ada kita bangun sebuah puisi.
InsyaAllah nanti akan bapak contohkan ada gambar, dari gambar itu
nanti apa yang kamu lihat, jujur dan konsekwen sebutkan apa yang
ada dalam gambar itu, lalu kalau kita sudah mengidentifikasi katakata yang kita lihat langsung dari gambar yang ada barulah kata-kata
kita susun menjadi sebuah puisi dengan unsur-unsur yang tadi jangan
dilupakan, gitu barangkali.
“Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi
kudu nyaho naon? Unsur-unsurna heula”.
Guru
Guru
Guru
Pada kutipan di atas terdapat kalimat Jadi lamun urang sakali deui lamun
urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho naon? Unsur-unsurna heula yang artinya
jadi sekali lagi apabila kita akan membuat puisi harus tahu apa? Unsur-unsurnya
dulu. Berdasarkan kalimat yang dituturkan guru pada kutipan di atas
menunjukkan adanya alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi alih
kode ini bertujuan karena guru ingin menciptakan suasana yang lebih akrab serta
keinginan guru agar peserta didik lebih paham terhadap materi yang disampaikan.
Kutipan 3
Percakapan18-21
Konteks: Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru memberikan objek kepada peserta
didik untuk diidentifikasi.
Guru
Guru
Guru
InsyaAllah nanti akan bapak contohkan ada gambar, dari gambar itu
nanti apa yang kamu lihat, jujur dan konsekwen sebutkan apa yang
ada dalam gambar itu, lalu kalau kita sudah mengidentifikasi katakata yang kita lihat langsung dari gambar yang ada barulah kata-kata
kita susun menjadi sebuah puisi dengan unsur-unsur yang tadi jangan
dilupakan, gitu barangkali.
“Jadi lamun urang sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu
nyaho naon? Unsur-unsurna heula”.
“Tah ayeuna bapak boga gambar yeuh coba ku maraneh tingali.
Jujur dan konsekwen apa yang kamu lihat dari gambar ini tolong
77
Siswa
Guru
Siswa
sebutkan”.
Mawar ..
Anggrek.. Mawar..?
Mawar..
Pada kutipan di atas terdapat kalimat tah ayeuna bapak boga gambar yeuh
coba ku maraneh tingali yang artinya nih sekarang bapak punya gambar nih coba
kalian lihat. Berdasarkan kalimat yang dituturkan guru pada kutipan di atas
menunjukkan adanya alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi
penggunaan alih kode ini bertujuan untuk memberikan rangsangan terhadap
peserta didik sehingga peserta didik lebih tertarik pada pembelajaran yang
disampaikan.
Kutipan 4
Percakapan 66-67
Konteks: Salah satu peserta didik maju ke depan untuk membacakan puisi.
Guru
Siswa
Pada
“Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh diganti
ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong bacakan sok
dengekeun”.
“Sok atuh ka payun”.
kutipan di atas terdapat kalimat sok atuh ka payun yang artinya
silahkan dong ke depan. Penggunaan kalimat sok atuh ka payun yang dituturkan
siswa merupakan bentuk alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi
penggunaan alih kode ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada
temannya yang akan tampil membacakan puisi di depan kelas.
Kutipan 5
Percakapan 70-72
Konteks: Guru bersama peserta didik membentuk kelompok belajar dalam rangka
mendiskusikan materi yang sedang dipelajari.
Guru
siswa
“baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula sok
nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini kelompok satu, ini
kelompok dua, kelompok tilu mana?, teuras kelompok empat, berapa
kelompok?”
“limaaa”
78
Guru
“Hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu kalima, nu
kaopat. Masing-masing kelompok aya jubirna nya’, sebelum kita
mulai barangkali dari yang tadi bapak jelaskan ada hal-hal yang akan
ditanyakan, sok tanyakeun siapa yang mau bertanya?”.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu
kelompok nu kalima, nu kaopat, masing-masing kelompok aya jubirna nya’ yang
artinya adalah satu, dua, tiga, empat, lima, nih di sini kelompok yang kelima, yang
keempat. Berdasarkan kalimat pada kutipan di atas menunjukkan adanya alih
kode yang dituturkan guru. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk
menjalin keakraban dan menanamkan rasa kebersamaan, di samping itu guru
berusaha untuk mengondisikan kelas dengan mengatur peserta didik dalam
berkelompok.
Kutipan 6
Percakapan 74-76
Konteks: Guru dan peserta didik mengadakan tanya jawab.
Guru
siswa
Guru
“baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya,
tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya
kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula,
bisa teu kira-kira?
“heunteu”
“Coba nu ngomong teu bisa, anu jawab bisa? Urang pan tadi niat
puisina puisi bebas. Ya kan? Tentu saja bahwa dari unsur-unsur puisi
itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi itu sendiri’.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat “Coba nu ngomong teu bisa, anu
ngomong bisa?, urang pan tadi niat puisina puisi bebas” yang artinya “Coba
yang bilang tidak bisa?, kita kan tadi niat puisinya puisi bebas”. Penggunaan
kalimat yang dituturkan guru menunjukkan adanya alih kode yang berasal dari
bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk memotivasi agar
peserta didik berani untuk mengungkapkan tanggapan terhadap materi yang
diajarkan sedangkan fungsi guru untuk memberikan penegasan kepada peserta
didik seputar materi yang sedang disampaikan.
79
Kutipan 7
Percakapan 74-76
Konteks: Pada kegiatan inti guru mempertegas materi yang disampaikan.
Guru
siswa
Guru
“baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama teman-temannya,
tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsur-unsur tadi teh teu aya
kumaha bisa dibangun teu puisi teh? Sok anu bisa ngajawab heula,
bisa teu kira-kira?
“heunteu”
“Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi
tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah
anu mutlak eta kudu aya sehingga dina salah sahiji geus kaluar
kadang-kadang dina puisina puisi bebas maka jumlah suku kata bait
pertama dengan bait kedua kadang-kadang sudah berbeda, kadangkadang beda eta teh, bait kahiji mah delapan kata, bait kadua mah
tujuh kata, delapan kata itu bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita
buat adalah puisi-puisi bebas. Jadi bapak simpulkeun nya’ teu
naon-naon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek
nyieun puisi, hanya barangkali nanti puisinya kurang sempurna saja,
kalau ada kata-kata bermajas kan puisinya lebih cantik. Sudah dibagi
kelompok ya?”.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode
yaitu Pertama kalimat “Nah bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur
puisi tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat mah anu mutlak
eta kudu aya sehingga dina salah sahiji geus kaluar kadang-kadang dina puisina
puisi bebas” yang artinya “Nah bapak tegaskan itu tuh bisa apabila tadi pada
unsur puisi tadi ada maka bisa saja membuat puisi, tapi yang empat itu mutlak itu
harus ada sehingga pada salah satu sudah keluar kadang-kadang pada puisinya
puisi bebas”.
Kalimat yang kedua yaitu “Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naon-naon lamun
salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang rek nyieun puisi” yang artinya jadi
bapak simpulkan ya’ tidak apa-apa apabila salah satu unsur dari puisi itu tidak
ada kita bisa membuat puisi”. Berdasarkan penggunaan kalimat pada kutipan di
atas menunjukkan telah terjadi alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda.
Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan untuk membeikan penegasan dalam
menjelaskan materi yang disampaikan dengan suasana keakraban.
80
Kutipan 8
Percakapan 80-84
Konteks: Salah satu peserta didik bertanya tentang materi yang sedang dipelajari.
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
”kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga,
kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima sok
kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam gambar itu,
kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang kamu lihat di
papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit ya?”
“iya pak...muhun pak..”
“ada yang mau ditanyakan mangga tanyakeun?”
“Pak.. ari tema puisi upami berdasarkeun alam khayal atawa
imajinasi kenging teu?”
”begini ya, itu kan sudah ada gambar , sakurang-kurang na maraneh
yeuh tinggal melihat objek anu aya.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode
yaitu kalimat “Pak..ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa
imajinasi kenging teu? yang artinya “Pak..kalau tema puisi berdasarkan alam
khayal atawa imajinasi boleh tidak?”. Berdasarkan penggunaan kalimat di atas
merupakan alih kode dengan menggunakan bahasa Sunda. Fungsi penggunaan
alih kode ini bertujuan untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari.
Kutipan 9
Percakapan 85
Konteks: Guru menginformasikan dan mejelaskan materi yang terlewatkan.
siswa
Guru
Guru
”pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal atawa imajinasi
kenging teu?”
”begini ya, itu kan sudah ada gambar , sakurang-kurang na maraneh
yeuh tinggal melihat objek anu aya”.
“Tadi bapak poho teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh
aya pencitraan”.
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode
yaitu kalimat “Tadi bapak poho teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh
aya pencitraan” yang artinya “Tadi bapak lupa tidak menjelaskan yaitu pada
unsur puisi tuh ada pencitraan”. Pengguanaan kalimat yang dituturkan guru
merupakan alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih
81
kode ini bertujuan untuk menginformasikan serta menjelaskan materi yang
disampaikan dalam suasana keakraban.
Kutipan 10
Percakapan 85
Konteks: Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.
Guru
Guru
Citraan nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan
penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran, penciuman
contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar ditaman karena
harum semerbak nah citraan puisi seperti iyeu teh ngarana citraan
penciuman, atau contoh anu ku bapak disebutkeun Gunung
menjulang tinggi, padi menguning menghampar di sekelilingnya nah
itu berarti citraan penglihatan, sebab urang nyebutkeun Gunung
menjulang tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita, ada
lagi perasaan umpamanya detak jantung ini seolah-olah tidak bisa
dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir unsurna nu ku bapak
disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi, nanti setelah jadi
puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan, penciuman,
pendengaran seperti terdengar suara suling dari kejauhan itu
masuknya kepada citraan pendengaran.
“Sok nuk rek nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok
silahkan tanyakeun?”
Pada kutipan di atas terdapat kalimat “Sok nuk rek nanyakeun kelompok saha
nu rek nanyakeun, sok silahkan tanyakeun?” yang artinya “Silahkan yang mau
bertanya kelompok siapayang mau bertanya, silahkan tanyakan?”. Berdasarkan
kalimat di atas Dengan demikian dapat dikatakan kalimat yang dituturkan guru
menunjukkan adanya alih kode dengan menggunakan bahasa sunda. Fungsi
penggunaan alih kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban agar peserta didik
tidak merasa takut dan malu untuk bertanya hal-hal yang belum diketahui.
Kutipan 11
Percakapan 88
Konteks: Peserta didik bertanya materi yang belum diketahui.
Siswa
Guru
Siswa
”kalau judul sama tema sami heunteu pak?”
”judul sama tema sama tidak gitu kan, sami heunteu? Judul sama
tema beda misal panorama alam judulnya kan bisa bunga mawar atau
yang lain juga bisa, paham, kelompok yang lain?
“Conto kalimat bermajas kumaha pak?
82
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk alih kode yaitu kalimat
“Conto kalimat bermajas kumaha pak?” yang artinya “Contoh kalimat bermajas
bagaimana pak?”. Penggunaan kalimat yang dituturkan peserta didik pada
kutipan di atas merupakan alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi
penggunaan alih kode ini bertujuan keinginan peserta didik untuk lebih
memahami materi yang belum dipahami.
Kutipan 12
Percakapan 90-92
Konteks: Peserta didik bertanya mengenai objek dalam membuat puisi.
pak ini gambar apa?”
“Oh... iyeu mah ombak”
“Eta pak.. nu koneng-koneng tah?”
Guru
Siswa
Guru
Pada kutipan di atas terdapat kalimat yang menunjukkan adanya alih kode
yaitu kalimat “Oh...iyeu mah ombak” yang artinya “Oh...ini adalah ombak” dan
kalimat“Eta pak..nu koneng-koneng tah?” yang artinya “Itu pak yang kuningkuning”. Penggunaan kalimat yang dituturkan guru dan peserta didik pada kutipan
di atas merupakan alih kode yang berasal dari bahasa Sunda. Fungsi alih kode ini
bertujuan untuk mejalin keakraban antara guru dan peserta didik sehingga peserta
didik merasa tidak merasa malu atau takut untuk bertanya dan keinginan guru agar
peserta didik lebih memahami materi yang sedang dipelajari.
Kutipan 13
Percakapan 98-107
Konteks: Pada kegiatan inti (elaborasi) guru meminta perwakilan kelompok satu
maju ke depan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya.
Guru
Guru
Guru
Siswa
Guru
”silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh kelompok satu rek
macakeun puisinya”.
“sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya, sok kelompok
dua ke depan”.
Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah ngadengekeun, hayo
dengekeun”, Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua
bagus teu?”
“Bagus”
“Sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup”
83
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Pada
“Sok berikutna yaitu kelompok empat”
“Sok geura kapayun
“Diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-temannya
ngadengekeun, coba perhatikeun”
(kelompok empat maju ke depan membacakan puisi)
“Kelompok lima mana, sok bacakeun”
kutipan di atas terdapat kalimat yang berbentuk alih kode yaitu
kalimat pertama “Maneh mah ngalawading wae, batur mah ngadengekeun,
hayo dengekeun” yang artinya “Kamu tuh buat onar saja yang lain sedang
mendengarkan, ayo dengarkan” Kalimat kedua yaitu “Sok, berikutna kelompok
tilu maju kahareup” yang artinya “Silahkan, berikutnya kelompok tiga maju ke
depan”, dan kalimat ketiga yaitu “Sok geura kapayun” yang artinya “Silahkan
segera ke depan”.
Penggunaan kalimat-kalimat pada kutipan di atas merupakan alih kode yang
berasal dari bahasa Sunda. Fungsi penggunaan alih kode ini bertujuan karena rasa
perduli dan keinginan guru untuk mengondisikan kelas dengan menegur salah satu
siswa yang membuat keributan, sedangkan alih kode yang digunakan peserta
didik berfungsi untuk menjalin keakraban dan memberikan motivasi kepada
temannya.
Berdasarkan hasil analisis campur kode dan alih kode yang telah diuraikan di
atas, pemakaian bahasa Sunda yang digunakan guru dan peserta didik dalam
proses belajar mengajar. Penggunaan campur kode dan alih kode yaitu untuk
menjelaskan dan mempertegas materi yang disampaikan oleh guru tentang
menulis puisi bebas dan unsur-unsurnya, sementara penggunaan campur kode dan
alih kode yang banyak digunakan oleh peserta didik yaitu untuk lebih mengetahui
dan memahami materi yang sedang dipelajari. Banyaknya pemakaian campur
kode dan alih kode ini sebagai pengganti padanan kata dalam komunikasi antara
guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga interaksi guru dan
peserta didik di dalam kelas lebih hidup.
84
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar
guru dan siswa MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Campur kode bahasa Sunda dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul
Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor ditemukan bentuk dari segi
kata, frase, dan kalimat. Dari hasil klasifikasi bentuk campur kode yang
paling banyak muncul adalah dari segi bentuk kata dan kalimat, karena
penggunaan bahasa Sunda yang dituturkan pendidik dan peserta didik
pada saat proses belajar mengajar menyebabkan interaksi di dalam kelas
terasa lebih hidup sehingga terciptanya suasana keakraban yang
menjadikan pendidik dan peserta didik lebih berekspresi dalam proses
belajar mengajar.
2. Alih kode bahasa Sunda dalam proses belajar mengajar di MTs. Nurul
Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor hanya ditemukan bentuk dari
segi kalimat, terjadinya komunikasi dua arah antara peserta didik dan
pendidik pada saat interaksi belajar mengajar tak lepas dari penggunaan
campur kode dan ahli kode. Kejadian ini berlangsung secara alamiah
dalam kegitan mengajar di dalam kelas, baik peserta didik maupun
pendidik sama-sama memperoleh keuntungan yakni pendidik merasa
lebih mudah mentransfer ilmunya, sedangkan peserta didik lebih mudah
memahami segala sesuatu hal yang ingin diketahuinya, selain itu
penggunaan campur kode dan alih kode ini terjadi karena faktor
kebiasaan mengingat latar belakang pendidik dan peserta didik berasal
dari suku Sunda.
3. Campur kode dan alih kode bahasa Sunda dalam proses belajar mengajar
di MTs. Nurul Ummah Nagrog Cibuntu Ciampea, Bogor ditemukan
beberapa fungsi, baik itu fungsi untuk pendidik maupun fungsi untuk
85
peserta didik. Fungsi untuk pendidik melakukan campur kode yaitu untuk
memberikan penjelasan dan penegasan agar peserta didik lebih memahmi
materi yang disampaikan, sedangkan fungsi untuk peserta didik
melakukan campur kode dan alih kode yaitu untuk lebih mengetahui dan
memahami materi yang belum dipahami. Selain itu, penggunaan campur
kode dan alih kode ini bertujuan untuk menjalin keakraban agar peserta
didik tidak merasa takut dan malu untuk bertanya hal-hal yang belum
diketahui sehingga interaksi guru dan peserta didik di dalam kelas lebih
hidup.
B. Saran
1. Penggunaan campur kode dan alih kode dalam proses belajar mengajar
sebenarnya kurang baik, apalagi penggunaan campur kode dan alih kode
ini dilakukan pada saat belajar bahasa Indonesia. Keterbiasaan
menggunakan bahasa daerah akan menyebabkan dampak negatif, apabila
bahasa yang digunakan itu berlainan atau bertentangan dan bersifat
mengacaukan karena perbedaan sistem bahasa, hal ini akan menyebabkan
timbulnya kesulitan dalam pengajaran. Ini merupakan salah satu sumber
kesalahan berbahasa yang akhirnya melahirkan interferensi, yaitu
penyimpangan dari norma-norma bahasa sebagai akibat pengenalan
terhadap bahasa lain. Seharusnya pendidik bisa memberikan contoh
penggunaan bahasa yang baik dan benar, agar peserta didik terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
2. Penggunaan campur kode dan alih kode yang dilakukan pendidik dan
peserta didik dalam proses belajar mengajar memang kurang baik, tapi di
sisi lain penggunan campur kode dan alih kode mempunyai fungsi yang
bisa memberikan manfaat baik itu untuk pendidik maupun peserta didik.
pendidik lebih mudah untuk mentransfer ilmunya sementara peserta didik
akan lebih mudah memehamai materi yang sedang dipelajari.
86
DAFTAR PUSTAKA
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, Bandung: Refika
Aditama, 2007
Chaer, Abdul, Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
-------------------Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
-------------------Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Edi Subroto D, Pengantar Metodologi Penelitian linguistik Stuktural, Surakarta:
USM, 2007.
Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, Jakarta: Erlangga, 2012.
Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian, Bandung: Aditama, 2010.
Heryanto,Yusuf, Ikhtisar Ilmu Bahasa. Bogor: Media Ilmiah dan STKIP
Muhammadiyah, 2010.
Jendre dalam weebesite:http://datayuni.blogspot.com/2010/06/campur-code.html
Jendra, Made Iwan Indrawan, Sosiolinguistic The Study Of Societies Languages,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Kridalaksana, Harimurt,. Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008.
Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Munadi Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2012.
Nuryani dan Dona Aji Kurnia Putra, Psikolinguistik, Ciputat: Mazhab, 2013.
Ramlan M, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, Yogyakarta: Karyono, 2005.
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Disiplin Berbahasa Indonesia.
Jakarta: FITK PRESS, 2011.
87
Sagala Saiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2011.
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.
Subuki, Makyun, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, Jakarta:
Transpustaka, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2008.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Syamsudin AR, dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: Rosdakarya, 2009.
Tarigan, Henry. dan D. Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 2011.
Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2010.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.
TRANSKRIPSI
KEGIATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
A. KEGIATAN AWAL
NO
Guru memasuki ruang kelas
Guru membimbing peserta didik untuk doa bersama sebelum memulai
pelajaran
“Anak-anaku sekalian marilah untuk memulai pelajaran hari
1
Guru
ini tolong kepada KM untuk disiapkan dan membaca doa
secara bebarengan untuk KM silahkan disiapkan dulu”.
(Guru dan siswa melakukan berdoa bersama-sama sebelum memulai pelajaran)
“Baiklah sebagaimana moto yang biasa kita ucapkan pada saat
kita belajar tentu poe iyeu harus lebih baik dari pada hari
2
Guru
kemarin, siap?”
3
Siswa “siap...”
“Sebelumnya bapak tanyakan dulu hari ini siapa yang tidak
4
Guru
hadir?” tolong coba lihat absennya, siapa tadi yang tidak hadir
tadi?”
5
Siswa “Rendi .....”
6
Guru
“Ini Rendi geus opat poe iyeu... ya?”
7
Siswa “muhun pak”
“Rendi udah empat hari tidak masuk, keterangan dua hari sakit
8
Guru
tapi berikutnya alpa, apa betul ini?”
9
Siswa “betul...”
10
Guru
“Siapa terus setelah ini lagi?”
11
Siswa “Sultan...”
12
Guru
“Ada suratnya?”
13
Siswa “Gak ada pak..”
14
Guru
“Tidak ada, alpa ya... yang lain hadir semua...?”
15
Siswa “Hadir...”
16
1. Apersepsi
“Terimakasih, ya kalau memang sudah siap hari ini kita
Guru
teruskan untuk membahas yaitu materi berikutnya ya, tapi
bapak ingatkan kembali kemarin kita sudah sama-sama
membicarakan tentang pantun ya?. Kemarin itu pertemuan
terakhir kita membicarakan tentang pantun ya?, bahwa di
dalam pantun itu ada ketentuan-ketentuan yang khusus yang
masuk karidor, kategori atau kelompok dari pantun itu sendiri
ya, dimana kita tahu bahwa pantun biasanya terbagi dua, ada
dua bagian, bagian baris pertama berupa sampiran kemudian
dua baris kedua berupa isi dan biasanya seperti itu di dalam
pantun. Baik kalau memang materi kemarin sudah kita
pahami, untuk pertemuan kali ini kita akan sama-sama
mencoba ya, memahami kajian kita yaitu tentang puisi ya,
tentu ngomongkeun masalah puisi urang geus teu aneh deui
nya’, sudah tidak asing lagi, mengapa? karena kita banyak
dihadapkan dengan objek-objek yang memang selama ini bisa
kita buat atau kita susun sebagai dasar pokok puisi itu sendiri
ya,
umpamanya saja dilingkungan sekolah kita sering
dihadapkan dengan beraneka bunga atau umpamanya dengan
pegunungan atau mungkin bisa juga dengan sawah ya, dimana
dalam sawah itu ada padi yang menguning atau mungkin juga
ada sebagian padi yang masih hijau yang belum keluar, ini
juga ketika kita dihadapkan ke sana maka tentu saja dengan
mengetahui unsur-unsur dari puisi itu sendiri”.
2. Motivasi
17
Guru
“InsyaAllah ya, kita akan mencoba dan untuk mampu serta
bisa untuk membuat puisi. Tetapi ada sesuatu hal yang peting
yang perlu kita ketahui dalam membuat puisi yang pertama
adalah tentu unsur-unsurnya. Dimana hiji puisi bisa dipilih
atau dengan kata lain dengan pilihan kata, artinya banyak kata
yang kita bisa pilih kata mana yang lebih tepat untuk kita
buatkan sebagai dasar puisi, dengan kata lain bahwa di dalam
bahasa Indonesia disebutkan dengan sinonim ya, iya kan?
artinya kata-katanya itu lafalnya, bunyinya berbeda tapi
mungkin bisa jadi makna kata yang berbeda itu hampir sama
minimal mirip. Itulah yang disebut dengan sinonim maka
dalam hal ini kita harus pandai-pandai milih kana eta kata
anu bakal ku urang dijadikeun puisi nah ini salah satu unsur
dari puisi iya kan?. Lalu yang kedua dalam puisi itu kita kenal
ada yang disebut dengan sajak yaitu penentuan atau persamaan
bunyi pada akhir baris puisi itu sendiri contohnya kalau AA.
Kita ketahui juga kan dalam puisi itu ada irama, ada sajak
kalau sajaknya kita ukur ke dalam rumusnya ada yang disebut
degan sajak silang. Sajak silang itu umpamanya baris pertama
A dan baris kedua B, baris ketiga A baris ke empat B, ini
namanya silang tentu saja dipersamaan akhir baris. Baris
pertama AA kemudian yang ke empat disebut dengan baris
merdeka, sajak merdeka ini yaitu tidak ada persamaan bahwa
akhir baris pertama berbeda dengan bunyi akhir baris kedua
enya kitu deui akhir baris kadua beda jeung akhir baris
katilu, akhir baris ketiga berbeda pula dengan akhir baris
keempat maka itu bisa disebutkan ABCD berarti merdeka atau
yang disebut dengan sajak bebas”.
B. KEGIATAN INTI
1. Eksplorasi
18
Guru
“InsyaAllah untuk kali ini kita akan bicara tentang itu tentang
bagaimana membuat puisi bebas. Itulah yang kedua unsur
puisi ini penting, iyeu teh penting dikanyahokeun ku urang
sabab urang tidak akan bisa mengukur, membangun sebuah
puisi kalau tidak diketahui unsur-unsurnya, kemudian
berikutnya yaitu ada yang disebut dengan majas, jadi diksi tadi
kata-kata yang kita pilih lalu kita rangkai yang dibuat kalimat
maka kalimat-kalimat itu ada yang mengandung majas, ada
yang bermakna majas atau ada yang bermakna majas, nah itu
juga bisa kita bangun dengan diksi tadi dengan memilih kata
sehingga bahwa kalimat itu termasuk kalimat yang bermajas.
Itu diantara unsur yang ketiga unsur yang membangun sebuah
puisi. Untuk itu untuk lebih jelasnya baik kita lihat dulu
catatan kita hari, tentang membuat puisi. Kemudian puisi juga
ada yang namanya irama dan ingat bahwa puisi itu adalah
karangan yang terikat berbeda dengan prosa, prosa itu
bentuknya bebas tidak terikat oleh syarat-syarat yang ada pada
puisi. Berbeda dengan puisi, puisi itu terikat oleh syaratsyarat, yang pertama ingat, jumlah suku kata dalam tiap-tiap
baris, ada berapa suku kata dalam tiap-tiap barisnya, yang
kedua jumlah baris dalam tiap-tiap bait, kalau di dalam prosa
kita mengenal yang namanya alenia, kita mengenalnya dengan
paragraf kalau dalam puisi, tapi kalau di dalam prosa terdapat
alenia atau paragraf kalau dalam puisi tidak mengenal istilah
alenia atau paragraf, yang kita ketahui dalam puisi yang kita
kenal istilah bait. Yang keempat adalah irama ini penting
karena bapak katakan tadi maca puisi teh beda jeung maca
prosa, iya kan? baik dari intonasinya yang jelas beda lah,
dituntut adanya irama dalam membacakan puisi. Dan yang
terakhir adalah sajak yaitu penentuan akhir baris, ini juga
berbeda dengan prosa, kalau prosa kan akhir barisnya tidak
terikat, kalau dalam sebuah puisi akhir barisnya itu disitulah
ada sajak. Kira-kira sudah ada bayangan tidak kalau kita akan
membangun sebuah puisi? Ada gak bayangan? Dengan
mengumpulkan kata-kata kemudian dengan kata-kata yang
sudah ada kita bangun sebuah puisi. InsyaAllah nanti akan
bapak contohkan ada gambar, dari gambar itu nanti apa yang
kamu lihat, jujur dan konsekwen sebutkan apa yang ada dalam
gambar itu, lalu kalau kita sudah mengidentifikasi kata-kata
yang kita lihat langsung dari gambar yang ada barulah katakata kita susun menjadi sebuah puisi dengan unsur-unsur yang
tadi jangan dilupakan, gitu barangkali. Jadi lamun urang
sakali deui lamun urang teh rek nyieun puisi kudu nyaho
naon? Unsur-unsurna heula kalau unsur tadi sudah
dikanyahokeun, sudah ditemukan oleh kita maka tentu saja
dengan mudah membangun atau membuat sebuah puisi. tah
ayeuna bapak boga gambar yeuh coba ku maraneh tingali.
Jujur dan konsekwen apa yang kamu lihat dari gambar ini
tolong sebutkan. Sebutkeun naon wae anu katingali dina
gambar, kahiji sebutkeun gambar naon, gambar iyeu
gambar naon ?”
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
28
Guru
29
30
31
32
33
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
“Mawar...”
“Anggrek, Mawar?”
“Mawar”
“Kembang mawar, apalagi yang kamu lihat?”
“ Daun, duri....”
“Ada daunnya?”
“Ada...”
“Kemudian setelah daun? kemudian...”
“Tangkai....”
“Ada tangkai, betul” bunganya bunga mawar, durinya sudah
terlihat, tangkainya juga ada, sudah berapa kata? Mawar, duri,
tangkai, nah sekarang kita mengidentifikasikan kata yang
ditemukan dari gambar ini yang pertama yaitu ada mawar
yang kedua merah yang ketiga daun kemudian keempat
tangkai, yang kelima duri yang keenam apa?”
“Hijau...hejo”
“Cukup jelas ya, masih ada?”
“Harum...seungit”
“Apalagi?”
“Mekar....muka”
34
Guru
35
Siswa
36
Guru
37
38
39
Siswa
Guru
Siswa
40
Guru
41
Siswa
42
Guru
43
Siswa
44
Guru
45
46
47
Siswa
Guru
Siswa
48
Guru
49
50
51
52
Siswa
Guru
Siswa
Guru
“Mekar, bunga itu kuncupnya sudah agak terbuka, kuncupna
geus muka”
“Indah, cantik geulis”
“Jadi melihat bunga warnanya merah berarti indah, masih
ada?”
”Cukup pak”
“Kalau kita melihat sesuatu benda itu cantik disebut?”
“Mempesona”
“Nah inilah kira-kira kita sudah mengidentifikasi kata-kata
dari gambar ini, setelah kita mengidentifikasi terus ku urang
kata-kata yang ada itu dirangkai menjadi sebuah kalimat,
kalimat-kalimat itu kita bangun akhirnya nanti menjadi sebuah
puisi, paham?”
“Paham”
(guru membacakan sebuah puisi)
“dari kata-kata yang sudah disebutkan ini, bapak sudah corat
coret sebagai dasar contoh dari gambar yang ada, bapak disini
akan baca, Mawar...ada kata mawar?”
“ada....”
“Kemudian di sini bapak rangkai ada kata merah warna
rupamu, ada kata merah?”
“Ada....”
“kau sungguh sedap dipandang mata, ada sedap?”
“Indah pak”
“kau sungguh indah dipandang mata, nah bapak katakan tadi
ada diksi indah di sini hampir sama maknanya dengan sedap,
tapi kalau umpamanya dijadikan kau sungguh sedap
dipandang mata, nah berarti kata-kata di sini bapak katakan
mengandung majas, sebab di sini ada tanggapan dua indera
yang berbeda iya kan?, sedap itu kan dirasakan dengan lidah,
tapi di sini kau sedap dipandang mata, mata pernah merasakan
sedap tidak?
“tidak...”
“tapi kalau mata merasakan indah, pernah?
“pernah...”
“makanya tadi kita ada diksi ya, ada pilihan kata, supaya
kalimat itu mengandung majas bisa saja, kau sungguh sedap
dipandang mata, tadi juga tidak salah macakeun kau sungguh
indah dipandang mata, kalau yan memandang indah itu kan
mata betul, tapi kalau sedap biasanya lidah, jadi ada dua indra,
53
Siswa
54
Guru
55
56
57
Siswa
Guru
Siswa
58
Guru
59
Siswa
60
Guru
61
Siswa
62
Guru
63
Siswa
64
Guru
65
Siswa
66
Guru
indera mata dan indera lidah itu tanggapannya berbeda, nanti
kalau kalimat itu mengandung majas maka bisa dipilih
katanya, diksinya itu. baik bapak bacakan lagi jadi kamu
dengarkan saja dulu ya.. kau sungguh sedap dipandang mata,
kau nampak cantik ketika mekar merekah.. ada kata mekar..?
“ada...”
“harum semerbak kau tebarkan wangi tubuh mu, ada kata
harum..?
“ada..”
“berikutnya, hijau daun yang menghiasi, ada kata daun...?”
“Ada...?”
“kemudian berikutnya lagi ada, semakin membuat kau nampak
indah,,, ada kata indah?”
“ada...”
“tiupan angin yang lembut, nah ini bagaimana kita
merangkainya saja dengan inisiatif kita tentunya kita
menambahkan kata-kata lain artinya kita tidak harus terpaku
dengan kata yang kita temukan pada gambar ini walaupun kita
sudah mengidentifikasi ketika di dalam ini kita tahu di
dalamnya ada konjungsi, ada kata sambung, ada kata sifat
sehingga kalimatnya berdiri menjadi kalimat yang baik.
Kemudian di sini ada kalimat membuatmu berayun-ayun di
atas tangkai yang lemah, ada tangakai tidak..?”
“ada...”
“kalau orang tadi angin meniup si bunga mawar itu pada
tangkai yang lemah, sungguh kau membuat pesona yang luar
biasa, tapi kau berduri yang bisa menyakiti. Ada kata duri..?”
“ada...”
“inilah setelah kita identifikasi kata-kata yang kita temukan
pada gambar ini, lalu kita jadikan sebuah puisi, nah itulah
berarti sudah membangun sebuah puisi dengan memenuhi
unsur-unsur dari puisi itu sendiri. Sebelum melangkah lebih
jauh maka... coba bapak menta yeuh untuk membacakan
puisi yang biyeu ku bapak dibacakeun coba salah seorang ke
depan untuk membacakan puisi, bapak tunjuk langsung ya,
coba Selvi tolong baca”
“enggak mauh ah pak... encan siap “
“Selvi encan siap bagaimana kalau lamun ku bapak yeuh
diganti ayeuna ka Ummah, Ummah siap mah? Tolong
bacakan sok dengekeun”.
67
Siswa
2.
68
Guru
69
Siswa
70
Guru
71
Siswa
72
Guru
73
Siswa
74
Guru
75
Siswa
76
Guru
“sok atuh ka payun”
(salah seorang siswa membacakan puisi di muka kelas)
Elaborasi
bagaimana kalau bapak tugaskan membuat puisi dengan
melihat gambar-gambar anu tos aya, sok ayeuna urang ganti
gambarna ka gambar anu sejen nya’, lalu kemudian
ngelempokeun atau mengidentifikasi kata anu aya dina eta
gambar seperti tadi paham?”
”pahaaam”
“baik... untuk itu bapak menta maneh nyien kelompok heula
sok nyieun kelompok” sok kelompok hiji mana?, ini
kelompok satu, ini kelompok dua, kelompok tilu mana?,
teuras kelompok empat, berapa kelompok?”
“limaaa”
“ hiji, dua, tilu, opat, lima, tah di diyeu kelompok nu
kalima, nu kaopat” masing-masing kelompok aya jubirna
nya’, sebelum kita mulai barangkali dari yang tadi bapak
jelaskan ada hal-hal yang akan ditanyakan, sok tanyakeun
siapa yang mau bertanya?” Wiwi...?
“pak..lamun unsur-unsur puisi yang bapak jelasin tadi salah
sahijina teu aya kumaha?”
“baik sebelum bapak jawab, dilempar dulu sama temantemannya, tadi kan sudah jelas ya lamun diantara unsurunsur tadi teh teu aya kumaha bisa dibangun teu puisi
teh? Sok anu bisa ngajawab heula, bisa teu kira-kira?
“heunteu”
“coba nu ngomong teu bisa, anu jawab bisa? Urang pan
tadi niat puisina puisi bebas iya kan? Tentu saja bahwa dari
unsur-unsur puisi itu sendiri ada yang tidak ada di dalam puisi
itu sendiri, pan tadi aya opat diantarana syarat mutlak puisi
jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris, jumlah baris dari tiaptiap bait, kemudian irama dan sajak itu mutlak harus ada, tapi
diantarana tadi aya unsur majas, kumaha tah lamun
euweuh kata-kata bermajas sabalikna bisa heunteu? Nah
bapak neugaskeun eta teh bisa lamun tadi dina unsur puisi
tadi teu aya maka bisa wae ngadameul puisi, tapi anu opat
mah anu mutlak eta kudu aya sehingga dina salah sahiji
geus kaluar kadang-kadang dina puisina puisi bebas maka
jumlah suku kata bait pertama dengan bait kedua kadang-
77
Siswa
78
Guru
79
Siswa
80
Guru
81
82
Siswa
Guru
83
Siswa
84
Guru
kadang sudah berbeda, kadang-kadang beda eta teh, bait
kahiji mah delapan kata, bait kadua mah tujuh kata, delapan
kata itu bisa saja terjadi apalagi puisi yang kita buat adalah
puisi-puisi bebas. Jadi bapak simpulkeun nya’ teu naonnaon lamun salah satu unsur dari puisi itu teu aya urang
rek nyieun puisi, hanya barangkali nanti puisinya kurang
sempurna saja, kalau ada kata-kata bermajas kan puisinya
lebih cantik. Sudah dibagi kelompok ya?”
“sudah pak”
“baik ini bapak sudah siapkan, panorama alam, kemudian
taman, pegunungnan ini sebagai objeknya yang bisa kita lihat
kemudian tolong kamu sebutkan seperti tadi contohnya apa
yang kamu lihat dari gambar ini, paham?”
”paham”
(Guru membagikan gambar sebagai media pembelajaran)
”kelompok satu, kelompok hiji, kelompok dua, kelompok tiga,
kelompok empat, satu lagi ya, hiji deui yeuh kelompok lima
sok kapayun. Silahkan dilihat apa saja yang ada di dalam
gambar itu, kemudian diidentifikasi kata-katanya seperti yang
kamu lihat di papan tulis ini, bapak kasih waktu sepuluh menit
ya?”
“iya pak...muhun pak..”
“ada yang mau ditanyakan mangga tanyakeun?”
”pak.. ari tema puisi upami berdasarkan alam khayal
atawa imajinasi kenging teu?”
”begini ya, itu kan sudah ada gambar , sakurang-kurang na
maraneh yeuh tinggal melihat objek anu aya”.
(guru mengamati jalannya diskusi yang dilakukan oleh
peserta didik)
85
guru
“waktu yang kita gunakan sudah berjalan lima menit
barangkali dari kelompok yang sudah dibangun ada
pertanyaan?, tapi sataacana bapak ingetkeun deui supaya
urang paham bahwa unsur-unsur puisi adalah unsur yang
membangun terbentuknya sebuah puisi, unsur pertama yaitu
tema, yang kedua adalah diksi atau pilihan kata, yang ketiga
adalah rima atau sajak yaitu persamaan kata, keempat yaitu
irama kemudian ada ungkapan atau majas. Tadi bapak poho
teu ngajeulaskeun nyaeta dina unsur puisi teh aya
pencitraan, citraan itu terbagi kepada beberapa bagian. Citraan
nanti akan dihubungkan dengan panca indera, ada citraan
86
Siswa
87
Guru
88
Siswa
89
Guru
90
91
92
Siswa
Guru
Siswa
93
Guru
94
95
96
Siswa
Guru
Siswa
97
Guru
penciuman atau penglihatan atau citraan pendengaran,
penciuman contohna seperti kiyeu harum semerbak mawar
ditaman karena harum semerbak nah citraan puisi seperti iyeu
teh ngarana citraan penciuman, atau contoh anu ku bapak
disebutkeun Gunung menjulang tinggi, padi menguning
menghampar di sekelilingnya nah itu berarti citraan
penglihatan, sebab urang nyebutkeun Gunung menjulang
tinggi, padi menguning itu memang dilihat oleh kita, ada lagi
perasaan umpamanya detak jantung ini seolah-olah tidak bisa
dibohongi nah itu perasaan dan yang terakhir unsurna nu ku
bapak disebutkeun tadi aya unsur pencitraan puisi, nanti
setelah jadi puisinya akan terasa pencitraan ini, penglihatan,
penciuman, pendengaran seperti terdengar suara suling dari
kejauhan itu masuknya kepada citraan pendengaran. Sok nuk
rek nanyakeun kelompok saha nu rek nanyakeun, sok
silahkan tanyakeun?”
”kalau judul sama tema sami heunteu pak?”
”judul sama tema sama tidak gitu kan, sami heunteu? Judul
sama tema beda misal panorama alam judulnya kan bisa bunga
mawar atau yang lain juga bisa, paham, kelompok yang lain?
“contoh kalimat bermajas kumaha pak?”
”kalimat bermajas seperti yang bapak contokeun bunga
mawar anu tadi dibacakeun diantarana aya kalimat kau
sungguh sedap dipandang mata, kata-kata sedap indetiknya
dengan lidah ya, duh makanan itu sedap sekali, makanan ini
enak sekali, sedap itu jauh tidak identik dengan mata, kau
sungguh sedap dipandang mata itu termasuk kalimat
bermajas”.
”pak ini gambar apa?”
”oh... iyeu mah ombak”
”eta pak.. nu koneng-koneng tah”
”oh.. ini ada.... ini bebatuan atau cadas yang biasanya cetek,
de’et cai jadi hamparan airna, air nya itu menyentuh kepada
bebatuan tadi yang menghias panorama alam, semuanya sudah
siap,,,? Kelompok satu, kelompok dua, kelompok tilu,
kelompok opat, kelompok lima”
“siaaaaaaap”
”kira-kira kelompok mana dulu yang mau membacakan?”
”kelompok satu”
”baik, kalo begitu ini kamu pegang ini ya, kamu tilai
98
Guru
99
Guru
100
Guru
101
Guru
102
103
Siswa
Guru
104
105
Guru
Siswa
106
Guru
107
Guru
bagaimana hasil kelompok satu sudahkah memenuhi dari
unsur-unsur puisi?, nanti kalian perhatikan pilihan katanya
baik atau tidak, ada atau tidak, ada majas atau ungkapannya
tidak terus kesesuaian antara isi jeung tema jadi anu ku
maneh dijeuleu teh iyeu gambar jeung temana sarua teu
bisi ari gambarna mah panorama alam tapi isi na lain berarti
kan tidak ada kesesuaian antara isi dengan tema, baik
kelompok satu silahkan membacakan hasil kerja kolektifnya”
(guru meminta perwakilan kelompok satu maju ke depan
untuk membacakan hasil kerja kelompoknya).
”silahkan dengekeun, perhatikeun ku maneh yeuh
kelompok satu rek macakeun puisinya”.
“sok salajeungna kelompok dua, ini berurutan saja ya, sok
kelompok dua ke depan”.
(guru menegur salah satu siswa yang membuat keributan)
“Faiz...maneh mah ngalawadik wae, batur mah
ngadengekeun, hayo dengekeun”.
(kelompok dua membacakan puisi di kuka kelas)
“Terimakasih, nah bagaimana kumaha tah kelompok dua
bagus teu?”
“Baguuuus”
”Sok, berikutna kelompok tilu maju kahareup”
(kelompok tiga maju membacakan puisi)
”Sok berikutna yaitu kelompok empat”
”Sok geura kapayun”
”Diulangi, yang kencang suaranya, supaya teman-teman nya
ngadengekeun, coba perhatikeun”
(kelompok empat maju ke depan membacakan puisi)
“kelompok lima mana, sok bacakeun”
(kelompok lima maju ke depan membacakan puisi)
3.
108
Guru
Eksplorasi
“Nah puisi anu ku maraneh dibacakeun sudah mengena
dengan unsur-unsur puisi tadi, hanya kekurangan satu cara
membaca puisi kurang berdeklamasi, nanti dari mimik muka
lalu supaya tidak pakem ya nanti tolong dibantu dengan
gerakan-gerakan tangan, dengan lirikan mata, dengan
gelengan kepala, bapak ambil kesimpulan, hasilnya sudah
baik tapi di sisi lain ada kekurangan dalam
memparagakeuna, harus yakin dan jangan malu”.
C. KEGIATAN AKHIR
1. Penutup
Bapak anggap pertemuannya kita cukupkan sampai disini,
untuk lebih jelas dan lebih mendalam kamu nanti bisa melihat
gambar-gambar yang tidak harus cenderung kepada panorama
alam, mungkin bisa dengan gunung yang cantik, yang
terpenting langkah pertama mengidentifikasi dulu kata-kata nu
aya di dalam gambar kemudian dirangkai menjadi kalimatkalimat yang akhirnya dibangun menjadi sebuah puisi,
sebelum bapak akhiri ada yang mau bertanya?”
110
Siswa “Cukup pak..”
“Cukup,,? Kita akhiri belajar kita hari ini dengan membacakan
111
Guru
Hamdalah”.
112
Siswa “Alhamdulilah...”
“Tolong ya medianya dikumpulkan lagi, dikumpulkeun
113
Guru
deui”.
“Sakali deui akhir kata bila ada dari bapak dari awal sampai
114
Guru
akhir yang bapak ungkapkan, yang bapak sampaikan kirakiranya tidak berkenan di hate maraneh atau barangkali
dalam menyampaikan pelajaran ini monoton atau kurang
berkenan sekali lagi bapak minta maaf, InsyaAllah pertemuan
yang akan datang harus baik dari pertemuan hari ini”.
115
Siswa “Sumuhun”.
(sebelum keluar kelas guru dan peserta didik berdoa dan mengucapkan salam)
109
Guru
BIODATA PENULIS
Emy Oktavia, lahir di Bogor pada hari Rabu tanggal
tiga puluh Oktober tahun seribu sembilan ratus tujuh
puluh tujuh. Merupakan putri dari pasangan Sumanta
dan Salmah. Saya adalah anak ketiga dari lima
bersaudara, sekarang ini saya berdomisili di Bogor
tepatnya di Kampung Nagrog Rt.02 Rw.07 Desa
Cibuntu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Memulai pendidikan duduk dibangku Sekolah Dasar Negeri Cibungbulang
dan lulus tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh, kemudian saya melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama di Pandu dan lulus pada tahun
seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga, kemudian pada tahun seribu sembilan
ratus sembilan puluh enam saya menyelesaikan studi Sekolah Menengah Tingkat
Atas Kejuruan di Mandala Leuwiliang Bogor.
Mulai tahun dua ribu dua sampai sekarang saya mengabdikan diri di
lembaga Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah dan melanjutkan Studi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan sekarang ini sedang menyelesaikan
tahap akhir perkuliahan.
Download