ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DAN PROYEKSI KEBUTUHAN PERMUKIMAN KECAMATAN DEPOK SLEMAN TAHUN 2010 – 2015 ANALYSIS OF POPULATION DENSITY AND SETLLEMENT PROJECTION IN DEPOK SUB DISTRICT, SLEMAN 2010- 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : BETI SETYORINI NIM : E100100065 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 i LEMBAR PENGESAHAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DAN PROYEKSI KEBUTUHAN PERMUKIMAN KECAMATAN DEPOK SLEMAN TAHUN 2010 – 2015 ANALYSIS OF POPULATION DENSITY AND SETLLEMENT PROJECTION IN DEPOK SUB DISTRICT, SLEMAN 2010- 2015 Beti Setyorini NIM : E100100065 Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada Hari, Tanggal : Senin, 07 Mei 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat Pembimbing I : Drs. Priyono, M.Si (…………………….) Pembimbing II : R.Muh. Amin Sunarhadi, S.Si MP (…………………….) Surakarta, Juni 2012 Dekan Fakultas Geografi Drs. Priyono, M.Si ii SURAT PENYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrahmanirrahim Yang Bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : BETI SETYORINI NIM : E 100100065 Fakultas/Jurusan : Geografi/Geografi Jenis : Skripsi Judul : ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DANPROYEKSI KEBUTUHAN PERMUKIMAN KECAMATAN DEPOK SLEMAN TAHUN 2010 – 2015 Dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyetujui untuk : 1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi emi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu minta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggara pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, 24 Juli 2012 Yang Menyatakan (BETI BETI SETYORINI SETYORINI) iii ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DAN PROYEKSI KEBUTUHAN PERMUKIMAN KECAMATAN DEPOK SLEMAN TAHUN 2010 – 2015 ANALYSIS OF POPULATION DENSITY AND SETLLEMENT PROJECTION IN DEPOK SUB DISTRICT, SLEMAN 2010- 2015 Beti Setyorini Jurusan Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail : [email protected] ABSTRACT The research was conducted in the Depok Sub Distric of Sleman District, which consists of three villages namely Caturtunggal, Condongcatur and Maguwoharjo. Depok sub-district is the fastest-growing areas in the Sleman district based on the need for the study of population density. Population density itself does not always coincide with administrative boundaries in terms of uneven density entirely so often the case that a particular strategic course. The rapid population growth will also lead to the need for more land as a space for an activity, while the potential and the available land area is very limited. This has an impact on settlements needs in the future. This study had two purposes, firstly, assess the level of population density and distribution. The secondly objective is to examine the projections of population and settlements needs 2010 to 2015. The research was using secondary data analysis method that integrated with remote sensing. The aim of this integration is using remote sensing image interpretation for land use to analyze the density distribution. The determination of the study area used purposive sampling method. To analyze the data, quantitative descriptive was used. The population density is calculated based on population per area of the settlement, while the spreading is analyzed using the nearest neighborhood analysis. Population projections was calculated using geometric method. The results of population projections were used to calculate the need of housing area based on assumption of 2010’s settlement areas. Linear regression analysis was used to determine the relationship between the number of population and building areas. The villages borders represent the unit of analysis boundaries . The study shows the population densities in 2010 where Caturtunggal Village 7.739 life/ , Condongcatur 6.467 life/ and Maguwoharjo 5.284 life/ . The highest density was caused Caturtunggal as a district capital and located directly adjacent to the city of Yogyakarta, which provides many facilities such as universities. While based on nearest neighbor analysis, the population distributions were classified as random and had linear patterns parallelized with the path that facilitate the community mobility. In the end of Year 2015, Caturtunggal Village will poplated as much as 66.756 people, 31.011 Maguwoharjo, and Condongcatur 39.090. Projected settlement needs in the end of 2015 will reach 2.049.23 ha, where 861.15 ha at Caturtunggal village, covering an area of 586.10 ha Maguwoharjo village, and 601.98 ha for village Condongcatur. The needs of settlements is directly proportional to the population. The growing population also increases the number of buildings of an area and settlements demand. Keywords : Population density, Projection, Settlement 1 ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, yang terdiri dari tiga desa yaitu Caturtunggal, Condongcatur, dan Maguwoharjo. Kecamatan Depok merupakan wilayah dengan pertumbuhan paling pesat di Kabupaten Sleman. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kajian tentang kepadatan penduduk. Kepadatan Penduduk itu sendiri tidak selalu sejalan dengan batas-batas administrasi dalam arti tidak merata seluruhnya sehingga sering terjadi kepadatan tertentu yang strategis saja. Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat juga akan menyebabkan kebutuhan akan lahan sebagai ruang untuk tempat aktivitas semakin meningkat, sementara potensi dan luas lahan yang tersedia sangat terbatas. Hal ini berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman pada masa yang akan datang. Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yang pertama yaitu mengkaji tingkat kepadatan penduduk dan persebarannya. Tujuan kedua adalah mengkaji proyeksi penduduk dan kebutuhan permukiman Tahun 2010 – 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa data sekunder yang diintegrasikan dengan penginderaan jauh. Integrasi ini yaitu dengan memanfaatkan citra penginderaan jauh untuk interpretasi penggunaan lahan yang digunakan untuk menganalisa sebaran kepadatan. Untuk penentuan daerah penelitian digunakan metode purposive sampling. Analisa data dilakukan secara deskriftif kuantitatif. Tingkat kepadatan penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk per luasan permukiman, sedangkan persebarannya dianalisa menggunakan analisa tetangga terdekat. Penghitungan proyeksi penduduk menggunakan metode geometrik. Data hasil proyeksi penduduk ini digunakan untuk menghitung proyeksi kebutuhan permukiman yang menggunakan asumsi luas permukiman per jiwa tahun 2010. Analisa regresi linier digunakan untuk mengetahui hubungan jumlah penduduk dengan jumlah bangunan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah desa. Hasil penelitian menyatakan bahwa kepadatan penduduk Desa Caturtunggal Tahun 2010 yaitu 7.739 jiwa per , sedangkan Desa Condongcatur 6.467 jiwa per dan Maguwoharjo 5.284 jiwa per . Hal ini karena Caturtunggal merupakan ibukota kecamatan dan lokasinya berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta yang menyediakan banyak fasilitas seperti universitas. Sementara berdasarkan analisa tetanggga terdekat persebaran kepadatan penduduk tersebut random dan memiliki pola linier mengikuti jalan. Jalan merupakan akses yang mempermudah untuk melakukan mobilitas. Hasil proyeksi penduduk akhir Tahun 2015 Desa Caturtunggal sebanyak 66.756 jiwa, Maguwoharjo 31.011 jiwa, dan Condongcatur 39.090 jiwa. Hasil proyeksi kebutuhan permukiman akhir Tahun 2015 mencapai 2.049,23 ha, dengan rincian desa Caturtunggal seluas 861,15 ha, desa Maguwoharjo seluas 586,10 ha, dan 601,98 ha untuk desa Condongcatur. Berdasarkan analisa, kebutuhan permukiman berbanding lurus dengan jumlah penduduk, hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah penduduk maka bertambah juga jumlah bangunan suatu wilayah serta berimbas pada kebutuhan permukiman juga meningkat. Keywords : Kepadatan Penduduk, Proyeksi, Permukiman PENDAHULUAN Geografi merupakan ilmu yang menguraikan tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna serta basilbasil yang diperoleh dari bumi. (Bisri Mustofa, 2007). Integrasi sistem informasi geografi (SIG) dan penginderaan jauh dapat mempermudah dalam menganalisa gejala-gejala tersebut, yaitu dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga serta dengan akurasi yang memadai. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dengan angka 2 pertambahan penduduk mencapai angka 1,49 % setahun (BPS, sensus penduduk 2010). Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat banyak menimbulkan permasalahan baru di atas lahan. Pertumbuhan penduduk ini akan menyebabkan kebutuhan akan lahan sebagai ruang untuk tempat aktivitas mereka semakin meningkat dan akan menimbulkan semacam kompetisi untuk mendapatkan ruang yang cocok sesuai dengan berbagai kepentingan dan keperluan manusia. Menurut Nur Arini (2009) terjadinya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi proses pembangunan dan perkembangan aktivitas suatu wilayah serta meningkatnya kebutuhan akan ruang/lahan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk kota maka menuntut pula penyediaan kebutuhan hidup baik kebutuhan yang bersifat fisik seperti seperti perumahan, sarana dan prasarana, maupun bersifat non fisik seperti pendidikan, ekonomi, dan rekreasi. Kepadatan penduduk seringkali menimbulkan permasalahan dalam penataan keruangan akibat besarnya tekanan penduduk terhadap lahan. Pada daerah-daerah yang penduduknya padat dan persebarannya tidak merata akan menghadapi masalah-masalah seperti masalah perumahan, masalah pekerjaan, masalah pendidikan, masalah pangan, masalah keamanan dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan (Soejani, dkk, 1987). Kecamatan Depok merupakan wilayah dengan pertumbuhan paling pesat di Kabupaten Sleman. Kecamatan Depok mempunyai peranan yang sangat strategis bagi Kabupaten Sleman, yaitu sebagai kawasan pemicu perkembangan ekonomi, social, dan budaya. Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 kecamatan Depok dengan luas 35,55 km memiliki jumlah penduduk 125.239 jiwa. Kepadatan penduduknya mencapai 3.523 jiwa per km . Tabel 1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Sleman Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 Luas Wilayah ( ) Jumlah Penduduk jiwa Kepadatan penduduk (jiwa / ) Moyudan 27,62 37.585 1.361 Minggir 27,27 38.846 1.424 Seyegan 26,63 53.496 2.009 Godean 26,84 74.978 2.794 Gamping 29,25 93.739 3.205 Mlati 28,52 96.916 3.398 Depok 35,55 125.239 3.523 Berbah 22,99 50.339 2.190 Prambanan 41,35 62.911 1.521 Kalasan 35,84 72.378 2.019 Ngemplak 35,71 61.154 1.713 Ngaglik 38,52 98.451 2.556 Sleman 31,32 68.891 2.200 Tempel 32,49 66.057 2.033 Turi 43,09 39.933 927 Pakem 43,84 38.038 868 Cangkringan 47,99 33.149 691 Kecamatan 574,82 1.116.957 jumlah/total Sumber : Dinas Kependudukan 2010 2.033 Gejala peningkatan kepadatan penduduk di kecamatan Depok ditunjang oleh keberadaan beberapa perguruan tinggi (17 dari 80 perguruan tinggi di sleman berada di Kecamatan Depok, Tabel 2). Menurut Dwike (2003) hal tersebut yang menyebabkan banyak pendatang ke kecamatan ini. Dengan adanya jumlah penduduk yang besar tersebut, maka pertambahan penduduk juga akan meninggi setiap tahunnya, sementara itu 4 pertumbuhan dan perkembangan kota dihadapkan pada masalah penyediaan lahan serta fasilitasnya. Tabel 2 Nama Perguruan Tinggi Yang Berada diwilayah Depok Sleman No. Perguruan Tinggi Lokasi 1 Universitas Gajah Mada Bulaksumur, Caturtunggal 2 Universitas Negeri Karangmalang, Yogyakarta Caturtunggal 3 IAIN Sunan Kalijaga Jalan Adisucipto 4 ISI Yogyakarta Karangmalang, 5 Akabri udara Yogyakarta Lanud Adisucipto 6 IKIP Sanata Darma Mrican,Caturtunggal 7 UPN Yogyakarta Babarsari, Caturtunggal 8 Universitas Atmajaya Mrican,Caturtunggal 9 UII Condongcatur 10 IKIP Veteran Babarsari, Caturtunggal 11 STIPER Babarsari, Caturtunggal 12 Universitas Proklamasi Babarsari, Caturtunggal 13 STTNAS Babarsari, Caturtunggal 14 STIE YKPN Babarsari, Caturtunggal 15 API Babarsari, Caturtunggal 16 AMPTA Yogyakarta Ambarukmo, Caturtunggal 17 AKS Tarakanita Yogyakarta Pringwulung, Caturtunggal Caturtunggal Sumber : Sub Dinas Perencanaan Pengembangan Wilayah, DPUPP Kabupaten Sleman Perkotaan akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Pertumbuhan dan perkembangan perkotaan yang dimaksudkan adalah munculnya berbagai kebutuhan dan keinginan manusia seperti tersedianya sarana dan prasarana pendukung seperti industri, perumahan, rumah sakit, sekolah, transportasi yang menunjukkan adanya kecenderungan penduduk untuk tinggal di perkotaan. Hal ini mengakibatkan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman pada masa yang akan datang. Salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan adalah ”Papan” atau tempat tinggal. Kebutuhan masyarakat akan suatu tempat tinggal menjadikan suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan dan diperlukan penanganan dengan perencanaan yang seksama, dimana pemenuhan akan hal itu dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Hollingworth (1979), didalam Warpani (1980), menyebutkan analisa penduduk telah diyakini merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan kota maupun daerah, dimana salah satu hal yang penting dalam analisa penduduk yaitu mengetahui perkiraan (proyeksi) jumlah penduduk dimasa datang. Adanya proyeksi dimasa mendatang mempermudah dalam memprediksi kebutuhan perumahan dan permukiman dibeberapa tahun kedepan. Dengan mengetahui jumlah kebutuhan perumahan di masa mendatang, pemerintah bisa mengambil kebijakan atau perencanaan dalam menyediakan lahan untuk permukiman sehingga perkembangan permukiman di masa mendatang tidak menyalahi peruntukannya dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tingkat kepadatan penduduk dan persebarannya serta mengkaji proyeksi penduduk dan kebutuhan permukiman pada 2010 – 2015 di wilayah Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 5 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa data sekunder yang juga diintegrasikan dengan penginderaan jauh. Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok yang merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sleman. Wilayah kecamatan Depok berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Batas-batas wilayah Kecamatan Depok sebelah utara adalah Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Ngaglik. Sebelah timur : Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan. Sebelah selatan : Kabupaten Bantul (Desa Banguntapan), Kota Yogyakarta (Kecamatan Gondokusuman). Sebelah Barat : Desa Sinduadi, Mlati. Kecamatan Depok terdiri dari 3 Desa dengan luas 3555 ha (35,55 km ), yaitu : Desa Caturtunggal 11,04 km (1104 ha), Desa Condongcatur 9,50 km (950 ha), Desa Maguwoharjo 15,01 km (1501 ha). Data–data yang digunakan meliputi data sekunder dan data primer, dimana data sekunder didapatkan dari Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten Sleman. Data Primer berupa citra satelit Quickbird yang digunakan untuk interpretasi penggunaan lahan didapatkan dari Puspics UGM Kepadatan penduduk dihitung berdasarkan teknik housing population density yang dikemukakan oleh Hadi Sabari Yunus (2005), yaitu jumlah penduduk dibagi dengan luas permukiman Konsep ini dipergunakan dalam memperbaiki kepadatan penduduk yang didasarkan kenampakan kota, yang mana sebenarnya masih ada daerah yang bukan merupakan daerah permukiman sebagai tempat tinggal penduduk. Luas lahan permukiman yang digunakan sebagai pembagi kepadatan penduduk merupakan semua luas daerah yang berupa kenampakan kota dikurangi luas lahan yang merupakan areal yang bukan tempat tinggal penduduk seperti lahan perkantoran, sawah dan lainnya. Analisa dilakukan dengan deskriftif kuantitatif yaitu analisa regresi linier dan analisa tetangga terdekat. Analisa tetangga terdekat (nearest neigbour analysis) digunakan untuk mengetahui pola sebaran kepadatannya yang dapat diperoleh dengan cara menghitung indeks pola persebaran titik menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Bintarto dan Surastopo (1979). ⁻Ju = ⁻Jh Dimana : T = Indeks Penyebaran tetangga terdekat ⁻Ju = Jarak rata-rata tetangga terdekat (km) ⁻Jh = Jarak rata-rata titik objek dalam pola random (km) Indeks Nilai Mengelompok Acak Seragam T=0 T = 1,00 T = 2,15 Gambar 1 Jenis Pola Penyebaran dan Nilai Continum T (Sumber : Bintarto dan Surastopo, 1979) 2 Analisa regresi linier digunakan untuk membuktikan bahwa semakin bertambah jumlah penduduk maka bertambah juga jumlah bangunan yang berakibat bertambahnya kebutuhan akan permukiman. Proyeksi penduduk dikerjakan dengan metode matematik, yaitu dengan metode Geometrik yaitu mengasumsikan bahwa jumlah penduduk akan tumbuh secara geometrik menggunakan dasar perhitungan bunga berbunga (bunga majemuk), dalam hal ini angka pertumbuhan penduduk dianggap sama untuk setiap tahun. Dalam melakukan proyeksi diasumsikan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk tetap sehingga angka pertumbuhan sama untuk setiap tahun. = (1 + ) Proyeksi kebutuhan permukiman dihitung setelah mencari formula hubungan jumlah penduduk dengan jumlah bangunan yang dikerjakan dengan regresi linier. Standart rasio luas permukiman per jiwa menurut pemerintah yaitu 12 m per jiwa. Dalam penelitian ini kecenderungan rasio luas permukiman per jiwa dihitung dengan memperhatikan antara daerah padat dengan yang tidak padat. Asumsi dihitung berdasarkan data jumlah penduduk dan luas lahan permukiman Tahun 2010 dicari dengan membagi antara luas lahan permukiman per jumlah penduduk, sementara penghitungan proyeksi kebutuhan permukiman dihitung dengan mengalikan antara luas Permukiman per jiwa dengan proyeksi jumlah penduduk tahun n yang sudah dicari sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kepadatan Penduduk dan Persebaran Kecamatan Depok Desa Tabel 3 Jumlah Penduduk Kecamatan Depok Dalam Agregat Desa Tahun 1980 - 2010 Luas Jumlah penduduk (jiwa) wilayah 1980 1990 1995 2000 2005 (km2) 2010 Catur tunggal 11,04 38.050 46.530 49.100 53.978 58.950 61.602 Maguwoharjo 15,01 15.174 19.685 21.058 23.612 25.942 28.005 Condong catur 9,50 20.419 27.099 28.809 31.502 33.963 35.632 35,55 73.643 Kecamatan Sumber : Kecamatan Dalam Angka 93.314 98.967 109.092 118.855 125.239 Pada tahun 1980 penduduk Depok tahun 2010. Jumlah penduduk tersebut sejumlah 73.643 jiwa sedangkan tahun hampir 2010 jumlah penduduk mencapai 125.239 penduduk di Desa Maguwoharjo dan jiwa. Penambahan penduduk dalam waktu Condongcatur yang masing-masing 28.005 30 tahun mencapai 51.596 jiwa. Mayoritas dan 35.632 jiwa pada tahun yang sama. penduduk Penggunaan terkonsentrasi di Desa Caturtunggal sebanyak 61.602 jiwa di dua kali lahan lipat dari Kecamatan jumlah Depok berdasarkan Tabel 4, tidak hanya lahan 5 permukiman saja tetapi adanya lahan non kepadatan penduduk, yang mana dari permukiman dan lahan pertanian. Hal ini jumlah penduduk diatas tesebar tidak yang menjadi dasar dalam penghitungan merata diseluruh wilayah administrasi. No. Tahun 1. 2010 2. 2009 Tabel 4 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Depok Pengggunaan Lahan (ha) Non Pertanian Desa Pertanian Permukiman Non Permukiman Caturtunggal 100,02 795,72 208,26 Maguwoharjo 94,24 529,50 877,26 Condongcatur 173,19 551,08 225,73 Caturtunggal 101,07 794,72 208,21 Maguwoharjo Condongcatur 100,25 179,00 527,50 873,25 549,30 221,70 Sumber : Interpretasi Citra dan Kecamatan Dalam Angka kepadatan penduduk sebesar 5.288 jiwa Berdasarkan pengumpulan data-data km , dari BPS dan interperetasi citra dilakukan per perhitungan kepadatan, didapatkan bahwa memiliki kepadatan 6.465 dengan luas masing-masing desa memiliki kepadatan permukiman seluas 551,08 ha (5,5108 penduduk diatas 5000 jiwa per km . Hasil perhitungan tersaji pada Tabel 5 dimana km ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Caturtunggal sejak Tahun Desa luas 1980 hingga Tahun 2010 memiliki jumlah (7,9572 penduduk paling banyak, dan Tahun 2010 kepadatannya memiliki kepadatan penduduk yang paling km . tinggi dibandingkan dengan Maguwoharjo Caturtunggal memiliki permukiman seluas 795,72 ha km ) dari 11,04 km , mencapai 7.741 jiwa per ha (5,2950 km ) memiliki Tabel 5 Kepadatan Penduduk Kecamatan Depok Tahun 2010 Luas wilayah Jumlah Luas permukiman administrasi Penduduk ) 2010 ( 2010 ) ( Desa Condongcatur dan Condongcatur. Maguwoharjo dengan luas permukiman 529,50 sedangkan Kepadatan Penduduk permukiman (Jiwa per ) Caturtunggal 11,04 7,9572 61.602 7.741 Maguwoharjo 15,01 5,2950 28.005 5.288 Condongcatur 9,50 5,5108 35.632 6.465 Kecamatan 35,55 18,7680 125.239 6.673 Sumber : Analisa Data Berdasarkan polanya Caturtunggal spasial terletak dibagian selatan yang dengan kepadatan paling tinggi merupakan berbatasan ibukota Kecamatan Depok. Desa ini secara Yogyakarta yang merupakan pusat kota langsung dengan kota 3 dan pemerintahan. menyediakan Kota persebaran radom (acak). Hasil yang lengkap perhitungan rentang nilai indeks T berada lebih memilih di kisaran angka 1. Desa Caturtunggal nilai bertempat tingggal di dekat pusat kota. Hal indeks T tersebut adalah 0,93, sementara ini yang menyebabkan tingginya tingkat Maguwoharjo adalah 0,82. Nilai indeks T kepadatan sehingga fasilitas Yogyakarta masyarakat penduduk. Selain itu Condongcatur yaitu 1,14. Penghitungan universitas yang nilai T tingkat Kecamatan Depok juga menyebabkan menunjukkan nilai 0,89. Berdasarkan Peta ini Persebaran kepadatan dapat dilihat bahwa keberadaan berbagai berada Caturtunggal di berkembangya wilayah sehingga penduduk cenderung memilih di wilayah persebaran ini. yaitu persebaran Kepadatan selanjutnya disebelah permukiman acak, memiliki sedangkan polanya Condongcatur berada utara memanjang linier mengikuti jalan. Hampir Caturtunggal, sedangkan Maguwoharjo seluruh permukiman yang ada berada merupakan wilayah dengan kepadatan didekat jalan. Jalan merupakan akses paling rendah berada diwilayah paling manusia untuk timur. sehingga cenderung Berdasarkan analisa distribusi yang melakukan mobilitas, memilih tempat tinggal di dekat jalan yang mengakibatkan dilakukan dengan analisa tetangga terdekat padatnya permukiman tersebut. didapatkan bahwa ketiga desa memiliki Tabel 6 Analisis Distribusi Kepadatan Penduduk dengan Metode Analisa Tetangga Terdekat Caturtunggal Jml Jarak tetangga terdekat (∑J) Km 9,82 Maguwoharjo 10,42 46 15,01 3,06 3,50 0,23 0,28 0,82 Random Condongcatur 8,94 28 9,50 2,95 3,45 0,32 0,28 1,14 Random Jumlah ∑J = 29, 18 ∑N = 113 ∑L = 35,55 113 35,55 3,18 3,56 0,25 0,28 0,89 Random Desa Kecamatan 28,37 Depok Sumber : Analisa data 2011 Jml titik (∑N) Luas Wilayah ) (L) ( P 39 11,04 3,53 Sebaran Ju Jh T 3,76 0,25 0,27 0,93 Random 7 B. Analisa Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Permukiman pada 2010 – 2015 Berdasarkan jumlah perhitungan penduduk (2011 – 2015) mengalami peningkatan. Jumlah total hingga Tahun yang 2015 diperkirakan sebanyak 136.857 jiwa, dihitung berdasarkan data Tabel 7, rata-rata jumlah penduduk terbesar berada di Desa sebesar 1,62 % per tahun untuk Desa Caturtunggal sebagai ibukota kecamatan Caturtunggal serta 2,06 % dan 1,87 % untuk sebanyak 66.756 jiwa dan terendah di Desa Kecamatan Maguwoharjo dengan 31.011 penduduk Maguwoharjo Didapatkan pertahun dan bahwa asumsi tahun laju pertumbuhan dengan proyeksi Condongcatur. proyeksi jumlah jiwa. Penduduk Kecamatan Depok dari tahun ke Tabel 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Depok Dalam Agregat Desa Tahun 1980 - 2010 Desa Jumlah Penduduk Luas wilayah (km2) 1980 2010 Caturtunggal 11,04 38.050 61.602 Maguwoharjo 15,01 15.174 28.005 Condongcatur 9,50 20.419 35.632 35,55 73.643 125.239 Kecamatan Sumber : Analisa Data Laju Pertumbuhan % 1,62 2,06 1,87 1,85 Desa Caturtunggal pada Tahun 2010 didapatkan proyeksi penduduk Tahun 2011 memiliki penduduk sebesar 61.602 jiwa, mencapai 28. 581 jiwa dengan pertumbuhan dengan angka laju pertumbuhan penduduk 576 jiwa dari Tahun 2010. Proyeksi tahun 1,62 % pertahun didapatkan hasil proyeksi 2012 sebesar 29.171 jiwa dan Tahun 2013 penduduk 2011 hingga 2015 yaitu 66.756 sebesar 29.772 jiwa. Pada Tahun 2014 jiwa. Pada proyeksi Tahun 2011, jumlah diperkirakan jumlah penduduknya mencapai penduduk 30.385 mencapai 62.599. Dengan jiwa, sedangkan Tahun 2015 menggunakan asumsi laju pertumbuhan mencapai 31.011 jiwa.Sama halnya dengan penduduk yang sama proyeksi tahun-tahun Desa Condongcatur, dengan rumus yang berikutnya yaitu, Tahun 2012 mencapai sama didapatkan proyeksi penduduk Tahun 63.614 jiwa dan Tahun 2013 mencapai 2011 64.644 jiwa, sementara Tahun 2014 dan mencapai 36.298 jiwa, 36.977 jiwa, 37.668 2015 masing-masing 65.691 jiwa jiwa, Tahun 2014 mencapai 38.372 jiwa dan dan 66.756 jiwa. Desa hingga 2015 masing – masing 39.090 pada Tahun 2015. Maguwoharjo dengan laju pertumbuhan penduduk 2,06 % per tahun 8 Tabel 8 Hasil Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometrik Jumlah penduduk (jiwa) Jumlah Penduduk 2010 Laju Pertumbuhan 2011 2012 2013 2014 2015 Caturtunggal 61.602 1,62 % 62.599 63.614 64.644 65.691 66.756 Maguwoharjo 28.005 2,06 % 28.581 29.171 29.772 30.385 31.011 Condongcatur 35.632 1,87 % 36.298 36.977 37.668 38.372 39.090 1,85% 127.478 129.762 132.084 134.448 136.857 Desa Kecamatan 125239 Sumber : Analisa Data 2010 Analisa menggunakan regresi grafik linier hubungan dibuat 0,548X, Desa Maguwoharjo Y = -10577,725 antara + 0,714X, dan Condongcatur dengan jumlah penduduk dengan jumlah bangunan. persamaan Y = -13535,524 + 0,658X. Y Dapat dilihat digambar 1 ada sesuatu mewakili jumlah bangunan sedangkan X hubungan yang berarti diantara titik-titik itu merupakan pada atau sekitar garis lurus. Ini berarti tersebut yang kemudian digunakan untuk bahwa antara variabel-variabel tersebut ada menghitung jumlah bangunan ditahun 2011 hubungan linear. Formula hubungan dicari hingga 2015, dimana hasilnya adalah setiap dengan persamaan Y = a + bX. Formula ada penambahan jumlah penduduk maka hubungan tersebut yaitu Desa Caturtungggal jumlah bangunan rumah bertambah. jumlah penduduk. Formula memiliki persamaan Y = -16452,362 + Jml Bngn Gambar 2 Diagram Pencar 20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Jml Pdk 9 Proyeksi permukiman semakin bertambah jumlah penduduk maka dihitung setelah mencari formula hubungan bertambah juga jumlah bangunan yang jumlah penduduk dengan jumlah bangunan. berakibat bertambahnya kebutuhan akan Hal tersebut untuk membuktikan bahwa permukiman. No. 1. 2. 3. kebutuhan Tabel 9 Jumlah Bangunan 2010 - 2015 Proyeksi Jumlah Bangunan (unit) Formula 2011 2012 2013 2014 Y = -16452,362 + 0,548X 17.852 18.408 18.973 19.546 Y = -10577,725 + 0,714X 9.829 10.250 10.679 11.117 Y = -13535,524 + 0,658X 10.349 10.795 11.250 11.713 Desa Caturtunggal Maguwoharjo Codongcatur Sumber : Analisa Data 2015 20.129 11.564 12.186 Tabel 10 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Jumlah Bangunan Kecamatan Depok 2010 – 2015 Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) Proyeksi Jumlah Bangunan (unit) Luas Wilayah No. Desa 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 ) ( 1. Caturtunggal 11,04 62.599 63.614 64.644 65.691 66.756 17.852 18.408 18.973 19.546 20.129 2. Maguwoharjo 15,01 28.581 29.171 29.772 30.385 31.011 9.829 10.250 10.679 11.117 11.564 3. Condongcatur 9,50 36.298 36.977 37.668 38.372 39.090 10.349 10.795 11.250 11.713 12.186 Sumber : Analisa Data Berdasarkan acuan diatas proyeksi 172,93 ha dengan rincian 65,43 ha untuk kebutuhan permukiman dihitung dengan Caturtunggal, 56,60 menggunakan asumsi luas permukiman per Maguwoharjo dan jiwa yang dihitung berdasarkan tahun 2010 seluas 50,90 ha. Sebenarnya luas kebutuhan didapatkan bahwa Tahun 2015 dibutuhkan yang tidak tercapai ini masih bisa dipenuhi lahan seluas 2.049,23 ha untuk lahan dari luas lahan pertanian yang tersisa yaitu permukiman, Desa melakukan konversi lahan pertanian menjadi desa terbangun untuk permukiman. Hal ini Maguwoharjo seluas 586,10 ha, dan 601,98 tergantung dari kebijakan pemerintah akan ha untuk desa Condongcatur. Perbandingan memberikan IMB di lahan pertanian pada dengan Tabel 13 dari data luas permukiman masyarakat atau memberikan kebijakan lain Tahun 2010 seluas 1.876,3 ha maka terdapat bekerja luas kebutuhan permukiman yang tidak mendirikan dapat tercapai pada Tahun 2015 yaitu seluas mencukupi kebutuhan lahan permukiman. Caturtunggal dengan seluas rincian 861,15 ha, sama ha untuk Desa dengan perumahan Desa Condongcatur investor untuk rakyat dalam Tabel 11 Rata-Rata Luas Permukiman per Jiwa Rata – Rata Luas Permukiman / Jiwa ha / jiwa / jiwa Jml Penduduk 2010 Luas permukiman 2010 (ha) Jml Bangunan 2010 Caturtunggal 61.602 795,72 17655 0,0129 129 Maguwoharjo 28.005 529,50 9503 0,0189 189 Condongcatur 35.632 551,08 10119 0,0154 154 Desa Sumber : Analisa Data 10 No 1. 2. 3. Tabel 12 Kebutuhan Permukiman Kecamatan Depok 2010 - 2015 Rata-rata Luas Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Permukiman/jiwa 2011 2012 2013 2014 2015 2011 (ha) Caturtunggal 0,0129 62.599 63.614 64.644 65.691 66.756 807,53 Maguwoharjo 0,0189 28.581 29.171 29.772 30.385 31.011 540,18 Condongcatur 0,0154 36.298 36.977 37.668 38.372 39.090 558,98 Sumber : Analisa Data 2011 Kebutuhan Permukiman (ha) 2012 2013 2014 2015 820,62 551,33 569,44 833,90 562,69 580,08 847,41 574,27 590,92 861,15 586,10 601,98 Tabel 13 Kebutuhan Permukiman Yang Tidak Tercapai di Kecamatan Depok Akhir Tahun 2015 Pengggunaan Lahan 2010 (ha) Proyeksi Permukiman Kebutuhan permukiman 2015 (ha) yang tidak tercapai Non Pertanian No Desa Pertanian 2015 (ha) Permukiman Non Permukiman 1. Caturtunggal 100,02 795,72 208,26 861,15 65,43 2. Maguwoharjo 94,24 529,50 877,26 586,10 56,60 3. Condongcatur 173,19 551,08 225,73 601,98 50,90 Total 1.876,3 2.049,23 172,93 Sumber : Analisa Data 2011 Tabel-tabel hasil perhitungan peningkatan tuntutan kebutuhan ruang yang didapatkan kesimpulan bahwa antara jumlah menjadi penduduk dengan jumlah bangunan selalu permukiman. cikal bakal perkembangan berbanding lurus, setiap ada pertambahan Tabel hasil analisis regresi linier jika penduduk maka diikuti pula dengan naiknya dibandingkan dengan hasil luas kebutuhan jumlah bangunan. permukiman mendatang maka berbanding Laju pertumbuhan penduduk lurus. Semakin bertambah penduduk maka merupakan cerminan laju kebutuhan rumah. bertambah juga jumlah bangunan suatu Pertumbuhan wilayah serta berimbas pada kebutuhan penduduk merupakan penyebab dari awal berkembangnya lokasi suatu permukiman wilayah perkotaan. Kebutuhan sementara luas lahan terbatas sehingga permukiman menyebabkan kepadatan penduduk menjadi selalu meningkat seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Perkembangan ini berdampak permukiman juga meningkat, tinggi. pada KESIMPULAN 1. Kepadatan penduduk Desa Caturtunggal, Maguwoharjo, dan Condongcatur ditahun 2010 mencapai 7.741 jiwa per km , 5.288 jiwa per km , dan 6.465 jiwa per km . Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa Desa Caturtunggal memiliki kepadatan yang tertinggi di Kecamatan Depok, hal ini dikarenakan Caturtunggal merupakan ibukota kecamatan yang memiliki banyak fasilitas seperti keberadaan universitas selain itu lokasinya berbatasan langsung dengan ibukota propinsi (Kota Yogyakarta). 11 2. Berdasarkan analisa tetangga terdekat distribusi kepadatan penduduk seluruh desa yaitu random atau mendekati random dengan pola linier mengikuti jalan, hampir seluruh permukiman yang ada berada didekat jalan hal ini karena jalan merupakan akses manusia untuk melakukan mobilitas, sehingga cenderung memilih tempat tinggal didekat jalan. 3. Hasil proyeksi penduduk dan kebutuhan permukiman 5 tahun mendatang masing – masing Desa Caturtunggal mencapai 66.756 jiwa dengan kebutuhan lahan permukiman seluas 861,15 ha, Maguwoharjo memiliki penduduk 31.011 jiwa dengan kebutuhan lahan permukiman 586,10 ha dan Condongcatur 39.090 jiwa dengan 601,98 ha. 4. Kebutuhan permukiman berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk merupakan cerminan laju kebutuhan rumah, semakin bertambah penduduk maka bertambah juga jumlah bangunan suatu wilayah serta berimbas pada kebutuhan permukiman juga meningkat. SARAN Sebaiknya dari pemerintah ada kebijakan dalam mengatasi kepadatan penduduk dan pembatasan mendirikan bangunan sehingga permukiman akan berkembang sesuai dengan perencanaan. UCAPAN TERIMAKASIH Bapak Drs Priyono M.Si., selaku Dekan Fakultas Geografi Universitas Muhamadiyah Surakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang telah telah banyak memberikan bimbingan Bapak R. Muh. Amin Sunarhadi S.Si. M.P, selaku dosen pembimbing II dan Ibu Dra. Hj. Umrotun M.Si selaku penguji. Terimakasih juga kepada segenap jajaran karyawan Fakultas Geografi UMS. Terakhir yaitu PT EDPMedia yang telah banyak membantu. 12 DAFTAR PUSTAKA Amin Udin. 1995. Studi Foto Udara Untuk Analisa Kepadatan Penduduk Dalam Hubungannya Dengan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Penduduk di Empat Kecamatan Kotamadya Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Danoedoro, Projo. 2004. Sains Informasi Geografis. Yogyakarta : KPJ Universitas Gadjah Mada. Dwike Wijayanti. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Lahan di Kecamatan Depok kabupaten Sleman. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro. Budi Sulistyono. 1983. Pemetaan Potensi Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1961, 1971 dan 1980. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Bintarto R dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta : LP3ES. Erik Heruyawan. 2009. Analisis Kepadatan Penduduk Di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Tahun 2007. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta. Hilman Maman, 2010. Perkembangan Lokasi Perumahan di Wilayah GedeBage Kota Bandung Akibat Pemekaran Kota. Jurnal. Bandung : UPI Bandung. Ida Bagus Mantra. 1996. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Imam Nur Setiawan. 2009. Analisis Kepadatan Penduduk di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta. J. Supranoto, M.A. 2000. Metode Ramalan Kuantitatf Untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta. Kadir Ishak. 2010. Studi Kebutuhan dan Pola Sebaran Rumah di Kawasan Permukiman Kabupaten Buton. Jurnal. Metropilar. Kurniawan Deny. 2008. Regresi Linear. Jurnal. Jakarta. Lembaga Demografi UI. 2010. Dasar-Dasar Demografi edisi 2. Jakarta : Salemba Empat. Lembaga Demografi FEUI. 1981. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi FEUI. Moh. Soerjani dkk. 1987. Lingkungan Sumberdya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta : UI-Press. Muh Abdul Rochim. 1990. Evaluasi Penggunaan Sistem Kelas Interval Dengan Peta Dot Pada Peta Kepadatan Penduduk Dasimetrik. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pemda Kabupaten Sleman 2011. Detail Agenda Kecamatan Depok Pemerintah Kabupaten Sleman. http://kecamatan.slemankab.go.id/depok. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2010. Buku Petunjuk Penyusunan Skripsi. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta. Warpani Suwardjoko. 1980. Analisis Kota & Daerah. Bandung : ITB Wahid Hasyim. 2009. Analisis Kepadatan Penduduk di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun 2007. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta. www.definisi-geografi-menurut-bisrimustofa-.html 13 Yunus, H.S. 2005. Manajemen Kota Persepektif Spasial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Yunus, H.S. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 14 LAMPIRAN 15 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Depok 16 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Depok 17 Peta Citra Satelit Kecamatan Depok 18 Peta Kepadatan Penduduk Kecamatan Depok 19 Peta Lokasi Titik Permukiman Kecamatan Depok Kabupaten Sleman 20 Peta Distribusi Kepadatan Penduduk Kecamatan Depok Kabupaten Sleman 21 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Depok Dalam Agregat Desa Tahun 1980 - 2010 Desa Jumlah penduduk (jiwa) Luas wilayah (km2) 1980 1990 1995 2000 2005 2010 Catur tunggal 11,04 38.050 46.530 49.100 53.978 58.950 61.602 Maguwoharjo 15,01 15.174 19.685 21.058 23.612 25.942 28.005 Condong catur 9,50 20.419 27.099 28.809 31.502 33.963 35.632 Kecamatan 35,55 73.643 93.314 98.967 109.092 118.855 125.239 Sumber : Kecamatan Dalam Angka 22