PROFIL SEL GOBLET ITIK CIHATEUP

advertisement
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
PROFIL SEL GOBLET ITIK CIHATEUP (Anas platyrhynchos javanica)
YANG DIBERI FRUKTOOLIGOSAKARIDA (FOS) DALAM KONDISI
PEMELIHARAAN MINIM AIR
GOBLET CELLS PROFILE OF CIHATEUP DUCK (Anas platyrhynchos
javanica) WHICH GIVEN FRUCTOOLIGOSACCHARIDES (FOS) IN
KEEP OF MINIMUM WATER CONDITION
Indra Permana*, Andi Mushawwir**, Diding Latipudin**
Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016
**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2015, di kandang percobaan
Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dan dianalisis di
Laboratorium Mikroteknik Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian Fruktooligosakarida (FOS) terhadap jumlah sel goblet dan luas sekret mucus sel
goblet ileum itik Cihateup (Anas platyrhynchos javanica). Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat empat perlakuan
(P0 = tanpa pemberian FOS, P1 = 50 µL FOS, P2 = 75 µL FOS, dan P3 = 100 µL FOS) dengan
enam ulangan. Pengaruh perlakuan diuji menggunakan analisis ragam (Anova) polynomial
orthogonal dan dilanjutkan dengan uji contrast orthogonal. Hasil analisis menunjukkan
bahwa pemberian FOS (50 µl-100 µL) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah sel
goblet ileum itik Cihateup, dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap luas sekret mucus sel
goblet ileum itik Cihateup. Pemberian terbaik terhadap jumlah sel goblet ileum dan mucus sel
goblet ileum itik Cihateup adalah 100 µl FOS.
Kata Kunci : Fruktooligosakarida (FOS), Itik Cihateup, Sel goblet, Sekret mucus.
ABSTRACT
This research was conducted from October to Desember, 2015 at the Faculty of Animal
Husbandry Poultry Testing Cage, Padjadjaran University, and was analyzed at Laboratory
Animal Microtech, Biology, Faculty of Mathematic and Sciences, Padjadjaran University.
The aim of this research was to determine the effect of Fructooligosaccharides (FOS) on the
amount of goblet cells and mucus area secretion of goblet cells ileum in Cihateup duck (Anas
platyrhynchos javanica). The research was used experiment method with a completely
randomized design (CRD). There were four treatments (P0 = no given FOS, P1 = 50 µL FOS,
P2 = 75 µL FOS, dan P3 = 100 µL FOS) with six replications. The data were analyzed with
Analysis of Variance (Anova) polynomial orthogonal and contrast orthogonal test to know
differents significantly. Based on the results showed that administration of FOS (50 µl-100
µL) increasing the amount goblet cells ileum of Cihateup duck, highly significant (P<0,01)
and significant effect (P<0,05) shows on mucus area secretion goblet cells ileum of Cihateup
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
duck. The best level to increase amount goblet cells ileum and mucus area secretion goblet
cells ileum of Cihateup duck is 100 µL FOS.
Keywords : Fructooligosaccharides (FOS), Cihateup duck, Goblet cells, Mucus area secretion.
PENDAHULUAN
Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan
Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik
pegunungan karena adaptif dengan daerah yang bersuhu dingin, dengan tempat diketinggian
378 m diatas permukaan laut. Itik Cihateup ini terbiasa dengan kolam air untuk menjaga
kondisi tubuhnya agar tetap stabil dan normal. Hal tersebut menyebabkan bahwa kemampuan
thermoregulasi itik Cihateup rendah dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti
ayam-ayam lokal.
Kondisi minim air adalah suatu keadaan dimana ternak tidak menerima air dalam
kondisi optimal, misalnya pada ternak itik kondisi optimal dalam mempergunakan air adalah
untuk kebutuhan minum dan berenang. Apabila ternak tidak mempergunakan air secara
optimal, maka kondisi tubuh ternak dapat mengalami stres atau dibawah kondisi
Thermoneutral Zone (TNZ). Kondisi Thermoneutral Zone (TNZ) yang sesuai dengan kondisi
tubuh itik adalah dibawah 250C (≤ 25). Ternak akan mampu melakukan metabolisme secara
optimal jika lingkungan hidup ternak tersebut berada pada kondisi Thermoneutral Zone
(TNZ). Proses metabolisme pada sistem pencernaan membutuhkan kondisi yang sesuai agar
enzim dan sel bisa bekerja dengan baik. Proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan
dalam usus halus membutuhkan cairan yang disebut dengan mucus. Mucus merupakan cairan
hasil sekresi sel goblet untuk membantu sel-sel dalam mengabsorpsi zat-zat makanan pada
vili-vili usus, sehingga akan terjadi peningkatan konversi ransum.
Proses pencernaan dalam tubuh ternak membutuhkan bantuan mikroorganisme hidup
(probiotik) untuk menjaga kestabilan sistem penyerapan nutrisi zat makanan.
Menurut
FAO/WHO (2006), probiotik adalah mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah
memadai akan memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya, sedangkan prebiotik sebagai
sumber energi untuk hidup probiotik. Prebiotik merupakan pati yang tidak dapat dicerna
langsung tubuh melainkan harus dicerna dahulu oleh mikroba probiotik. Contoh prebiotik
yaitu
fruktooligosakarida
(FOS),
galaktooligosakarida
(GOS),
dan
laktosa.
Fruktooligosakarida memiliki efek untuk menstimulasi mikrobiota usus yang menghasilkan
peningkatan berat vili-vili usus pada babi (Spencer dkk., 1997). Fruktooligosakarida juga
merangsang aktivitas enzim pencernaan (protease, tripsin, dan amilase) dalam usus kecil pada
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
babi (Xu dkk., 2002), yang menguntungkan bagi penyerapan nutrisi di usus, sehingga
meningkatkan efisiensi pakan. Oleh karena itu, daya cerna meningkat ketika babi diberi
Fructan pada level 0,10%.
Pertumbuhan bakteri probiotik (seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli) dirangsang
oleh suplementasi FOS menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA), mengakibatkan
pengasaman saluran pencernaan (Yu Wang dkk., 2010). Asam lemak rantai pendek berperan
dalam stimulan pembentuk sel-sel usus contohnya sel goblet, karena asam lemak merupakan
komponen fosfolipid membran sel. pH asam di saluran pencernaan, seperti pada ventriculus,
duodenum, jejunum, dan ileum, memberikan efek menguntungkan untuk kelarutan mineral
serta aktivitas fitase (Selle dkk., 2009). Oleh karena itu, FOS berpotensi meningkatkan fitase
dan menghidrolisis fitat, dengan demikian dapat meningkatkan pemanfaatan mineral pada
tubuh. Kondisi asam pada sistem pencernaan tersebut juga membunuh sebagian bakteri
patogen dan menggesernya keluar dari usus halus, karena bakteri patogen dapat merusak
dinding-dinding usus seperti vili, sehingga bakteri non patogen dapat hidup pada kondisi baik
dan peningkatan vili usus dapat terjadi.
Stres dapat relatif cepat menyebabkan perubahan mukosa usus pada permukaan dan isi
usus.
Perubahan morfologi usus seperti memendeknya vili dan dampak lebihnya
meningkatkan radikal bebas (Yason dkk., 1987). Ketika vili usus memendek maka luas
permukaan akan berkurang, begitu juga dengan sel-sel goblet yang terdapat pada permukaan
tersebut.
Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan perbaikan jaringan usus dan
perbaikan efisiensi ransum pada ternak yang diberi FOS, antara lain dapat meningkatkan berat
vili-vili pada pakan babi (Z.R.Xu dkk., 2002) dan pada ayam (K.S.Shim dkk., 2006) dan
meningkatkan konversi ransum pada broiler (Fesler dan Peterson, 2013) dan pada layer
(Suksombat dkk., 2006). Perbaikan ini karena kemampuan FOS sebagai prebiotik dan media
untuk meningkatkan kestabilan mikroflora usus. Hasil penelitian F.Y.Long dkk. (2012) juga
menunjukkan peningkatan bakteri non patogen terutama dari kelompok bacillus dengan
pemberian FOS. Hal ini berdampak terhadap perbaikan ekosistem usus yang dapat memacu
pertumbuhan vili dalam periode pertumbuhan ternak.
Hasil penelitian K.S.Shim dkk. (2006) menunjukkan pertambahan dimensi vili dan
usus secara keseluruhan dengan penambahan FOS. Lebih lanjut dilaporkan bahwa FOS
menyebabkan peningkatan keasaman usus dalam kisaran normal pH usus menyebabkan
peningkatan absorpsi mineral mikro dan makro serta kinetika enzim, yang mampu
menyebabkan pertumbuhan sel-sel (penambahan ukuran sel) vili. Hasil penelitian F.Y.Long
dkk. (2012) menunjukkan peningkatan kadar insulin dengan pemberian FOS, ini
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
menunjukkan indikasi laju pertumbuhan jaringan meningkat karena diketahui bahwa insulin
merupakan kelompok hormon anabolisme.
Terlihat beberapa perbaikan menjelaskan pada kenaikan berat badan dan konversi
pakan dengan FOS. FOS menunjukkan dapat membantu proses pencernaan dalam usus halus,
dengan membantu jalur metabolisme dengan peningkatan vili-vili dan mikroflora usus,
sehingga bertambahnya sel-sel goblet dan pengeluaran mucus.
METODE
1. Fruktooligosakarida (FOS)
Fruktooligosakarida (FOS) adalah hasil dari ekstraksi dan isolasi kulit buah pisang
batu dengan konsentrasi yang telah ditetapkan. Tahap pertama dilakukan proses ekstraksi
fruktooligosakarida. Sebanyak 10 kg bahan direndam dalam 30 L larutan etanol 70% selama
14 hari.
Selama perendaman setiap hari dilakukan pengadukan kurang lebih 10 menit.
Selanjutnya filtrat disaring dengan menggunakan kain saring dan diuapkan dengan evaporator
vakum hingga menjadi 1 L. Filtrat pekat tersebut kemudian diekstrak dengan etil asetat
(EtOAc) sehingga diperoleh fraksi air. Selanjutnya fraksi air tersebut diuapkan hingga kering
kemudian dimasukkan dalam Diaion LH-20 kolom kromatografi. Fraksi yang mengandung
FOS kemudian dilakukan pemurnian lebih lanjut dengan menggunakan teknik pemurnian
seperti kolom kromatografi, Preparative Thin Layer Chromatography (PTLC), atau
kristalisasi. Senyawa FOS yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan spektoskopi.
Masing–masing fraksi yang diperoleh diuji dengan metode TLC dengan cara
meneteskan pada plate. Selanjutnya plate dikembangkan dengan kombinasi pelarut metanolair untuk mendapatkan spot.
Pengujian juga dilakukan dengan membandingkan retention
time standar senyawa FOS dengan menggunakan metoda kromatografi cair kinerja tinggi
(HPLC).
2. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah sel goblet dan luas sekret
mucus. Analisis sekret mucus dan sel goblet ileum itik menggunakan metode paraffin dan
pewarnaan MA (Mallory-Azan).
3. Rancangan Percobaan
Penelitian menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan
diuji menggunakan analisis ragam (Anova) polynomial orthogonal dan dilanjutkan dengan uji
contrast orthogonal. Terdapat 4 macam perlakuan konsentrasi Fruktooligosakarida (FOS),
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali dengan masing-masing unit percobaan 2 ekor itik
Cihateup, sehingga ada 24 unit percobaan (48 ekor). Perlakuan terdiri dari P 0 = tanpa
pemberian FOS, P1 = 50 µL FOS; P2 = 75 µL FOS; dan P3 = 100 µL FOS. Ransum yang
digunakan berbentuk mash dengan kandungan energi metabolis sebesar 3.004 Kkal/kg dan
protein kasar 16,06%. Pengaruh perlakuan akan diuji menggunakan SPSS. Peubah yang
diamati adalah jumlah sel goblet dan luas sekret mucus sel goblet ileum itik Cihateup.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Rataan jumlah sel goblet ileum itik cihateup yang dianalisis dengan metode Paraffin
dan pewarnaan Mallory-Azan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Jumlah Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Ulangan
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Keterangan:
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
….………………Σ sel per lp 10x10 ……………………
20
51
52
65
19
52
53
65
20
53
51
67
20
52
51
66
19
51
52
67
20
52
51
66
19,67 ± 0,52 51,83 ± 0,75 51,67 ± 0,82 66,00 ± 0,89
lp 10x10 : lapang pandang okuler perbesaran 10 x objek
perbesaran 10
P0 : kontrol (tanpa pemberian)
P1 : total konsentrasi Fruktooligosakarida (FOS) 50 µL
P2 : total konsentrasi Fruktooligosakarida (FOS) 75 µL
P3 : total konsentrasi Fruktooligosakarida (FOS) 100 µL
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian fruktooligosakarida (FOS) pada
itik Cihateup dengan konsentrasi berbeda, berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah
sel goblet ileum. Selanjutnya dilakukan uji contrast orthogonal untuk mengetahui perlakuan
yang paling optimal terhadap jumlah sel goblet ileum itik Cihateup. Hasil dari uji contrast
orthogonal disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa pemberian fruktooligosakarida (FOS) terhadap
jumlah sel goblet ileum itik Cihateup per lp 10x10 dari mulai terbesar ke terendah yaitu P3
(66,00); P1 (51,83); P2 (51,67); dan P0 (19,67). Rataan jumlah sel goblet ileum itik Cihateup
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
terbesar diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 66,00, sedangkan yang paling rendah diperoleh
pada perlakuan P0 sebesar 19,67.
70
66
60
51.83
50
51.67
40
Rataan Jumlah Sel Goblet
30
20
19.67
10
0
P0
P1
P2
P3
Ilustrasi 1. Grafik Rataan Jumlah Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan jumlah sel goblet ileum itik
Cihateup yang telah diberi fruktooligosakarida dengan konsentrasi 50 µL, 75 µL, dan 100 µL
(Ilustrasi 1).
Tabel 2. Uji Contrast Orthogonal Jumlah Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Perlakuan
Rata-rata Jumlah Sel Goblet
Signifikansi*
P0
19,67 ± 0,52
a
P2
51,67 ± 0,82
b
P1
51,83 ± 0,75
c
P3
66,00 ± 0,89
d
*Keterangan: Huruf yang berbeda dalam kolom signifikansi menunjukkan
pengaruh masing-masing perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,01)
Berdasarkan data Tabel 2, bahwa tiap perlakuan P0 (tanpa pemberian), P1 (50 µL), P2
(75 µL), dan P3 (100 µL) masing-masing semua perlakuan berbeda nyata atau signifikan
(P<0,05). Hal ini disebabkan bahwa fruktooligosakarida mampu menjadi stimulan, sehingga
jumlah sel goblet ileum itik Cihateup meningkat.
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
Sel Goblet
(a)
(b)
(c)
(d)
Ilustrasi 2. Hasil Analisis Sel goblet dan sekret mucus (a) kontrol (tanpa pemberian); (b) FOS
50 µl; (c) FOS 75 µl; (d) FOS 100 µl
Fruktooligosakarida (FOS) merupakan senyawa prebiotik yang tidak bisa langsung
dihidrolisa oleh enzim-enzim dalam sistem pencernaan yang di sekresikan oleh pankreas,
maka dari itu perlu bantuan mikroba agar dapat dicerna oleh usus halus.
FOS akan
dimanfaatkan oleh bakteri probiotik sebagai sumber energi. Pertumbuhan bakteri probiotik
(seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli) dirangsang oleh suplementasi FOS menghasilkan
asam lemak rantai pendek (SCFA), mengakibatkan pengasaman saluran pencernaan (Yu
Wang dkk., 2010). Asam lemak rantai pendek yaitu fosfolipid berperan dalam stimulan
pembentuk sel-sel usus yaitu sel goblet, sehingga meningkatnya metabolisme sel dan
perbanyakan sel.
Pengasaman saluran pencernaan menyebabkan peningkatan kinetika enzim dalam
saluran pencernaan, sehingga menurut K.S.Shim dkk. (2006) menunjukkan pertambahan
dimensi vili dan usus secara keseluruhan dengan penambahan FOS. Pertumbuhan jaringan
usus karena unit terkecil yakni sel mengalami pertumbuhan dan penambahan ukuran sehingga
vili-vili usus semakin melebar.
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
Peningkatan absorpsi mineral mikro dan makro yang signifikan membuat fungsifungsi metabolisme tubuh semakin baik. Fungsi mineral makro yaitu Mg2+ berperan sangat
penting untuk sintesis protein dalam inti sel. Menurut Mushawwir dan Latipudin (2013)
menerangkan bahwa ketika penyerapan mineral makro Mg2+ (magnesium) dalam bahan pakan
baik, maka sintesis protein dalam inti sel akan optimal karena Mg2+ sebagai kofaktor dalam
penyusunan mRNA.
Mg2+ dan enzim polymerase memutus double helix RNA menjadi
mRNA untuk membentuk asam-asam amino.
Ketika metabolisme sel baik maka
pertumbuhan dan perkembangan sel akan baik pula, dan fungsi-fungsi yang ada dalam sistem
pencernaaan seperti penyerapan zat-zat nutrisi oleh vili usus semakin bagus, sehingga pakan
menjadi efisien. Pemberian FOS sampai 100 µL berdampak baik terhadap pertambahan
jumlah sel goblet di ileum.
Pengaruh Perlakuan terhadap Luas Sekret Mucus Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Rataan luas sekret mucus sel goblet ileum itik cihateup yang dianalisis dengan metode
Paraffin dan pewarnaan Mallory-Azan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Luas Sekret Mucus Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Ulangan
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Keterangan:
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
2
………...……………….. µm ……………………………..
4,43
7,09
8,52
7,15
6,85
8,45
8,46
5,94
6,93
8,89
6,19
7,89
5,49
8,23
5,84
4,65
6,98
8,26
8,35
8,00
5,43
8,84
6,58
8,63
6,02 ± 1,06
8,29 ± 0,65
7,32 ± 1,25
7,04 ± 1,49
P0 : kontrol (tanpa pemberian)
P1 : total konsentrasi Fruktooligosakarida (FOS) 50 µL
P2 : total konsentrasi Fruktooligosakarida (FOS) 75 µL
P3 : total konsentrasi Fruktooligosakarida (FOS) 100 µL
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian fruktooligosakarida (FOS) pada
itik Cihateup dengan konsentrasi berbeda, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap luas sekret
mucus sel goblet ileum. Selanjutnya dilakukan uji contrast orthogonal untuk mengetahui
perlakuan yang paling optimal terhadap luas sekret mucus sel goblet ileum itik Cihateup.
Hasil dari uji contrast orthogonal disajikan pada Tabel 4.
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa pemberian fruktooligosakarida (FOS) terhadap
luas sekret mucus sel goblet ileum itik cihateup (µm2) dari mulai terbesar ke terendah yaitu P1
(8,29); P2 (7,32); P3 (7,04); dan P0 (6,02). Rataan luas sekret mucus sel goblet ileum itik
Cihateup terbesar diperoleh pada perlakuan P1 sebesar 8,29, sedangkan yang paling rendah
diperoleh pada perlakuan P0 sebesar 6,02.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
8.29
7.32
7.04
6.02
Rataan Luas Sekret
Mucus Sel Goblet
P0
P1
P2
P3
Ilustrasi 3. Grafik Rataan Luas Sekret Mucus Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan luas sekret mucus sel goblet
ileum itik Cihateup yang telah diberi fruktooligosakarida pada konsentrasi 50 µL, dan terjadi
penurunan pada konsentrasi 75 µL dan 100 µL (Ilustrasi 3).
Tabel 4. Uji Contrast Orthogonal Luas Sekret Mucus Sel Goblet Ileum Itik Cihateup
Perlakuan
Rata-rata Luas Sekret Mucus
Signifikansi*
P0
6,02 ± 1,06
a
P3
7,04 ± 1,49
b
P2
7,32 ± 1,25
b
P1
8,29 ± 0,65
b
*Keterangan: Huruf yang berbeda dalam kolom signifikansi menunjukkan
pengaruh masing-masing perlakuan berbeda nyata (P<0,05)
Berdasarkan data Tabel 4, bahwa perlakuan P0 (tanpa perlakuan) berbeda nyata atau
signifikan terhadap perlakuan P1 (50 µL), P2 (75 µL), dan P3 (100 µL), tetapi masing-masing
perlakuan P1 (50 µL) terhadap P2 (75 µL) dan P3 (100 µL) tidak berbeda nyata atau masingmasing perlakuan berpengaruh sama. Hal ini disebabkan bahwa fruktooligosakarida mampu
menjadi stimulan, sehingga luas sekret mucus sel goblet ileum itik Cihateup meningkat
meskipun dengan konsentrasi yang sama.
Sel goblet melepaskan musin, musin tersebut mengalami proses hidrasi dan
membentuk suatu gel elastik kental yang disebut mukus (mucus), sebagai alat untuk
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
pertahanan dan membantu penyerapan makanan di usus sehingga lebih maksimal (Junquiera
dkk., 1997). Mucus tersebut mengandung glikoprotein, selain untuk membantu penyerapan
zat-zat makanan juga sebagai pertahanan terhadap mikroba patogen.
Mucus yang
disekresikan oleh sel goblet merupakan campuran antara air, glikoprotein, glikolipid,
elektrolit-elektrolit, enzim, garam, dan sekresi kelenjar (Utama, 2014; Castagliuolo, 1998).
Menurut Harnett dkk. (1997) bahwa mucus dari hasil sekret sel goblet dapat menjadi barrier
penting dalam mempertahankan mikroflora dan ekologi usus halus, sebagai cairan untuk
menstabilkan dan menghilangkan ancaman penyakit.
Keadaan tersebut membuat absorpsi mineral mikro dan makro semakin baik.
Glikoprotein merupakan hasil dari metabolisme didalam sel. Didalam transpor sel mineral
adalah komponen penting yang berfungsi membantu metabolisme sel.
Ca2+ (kalsium)
merupakan komponen mineral yang berfungsi sebagai komunikasi (penyinalan) antar aktivitas
didalam sel. Ca2+ menjadi salah satu mineral transduksi atau penyinalan di dalam sel, dan
berkontribusi baik terhadap sintesis glikoprotein (Mushawwir, 2014).
Luas oval mucus yang disekresikan sangat penting untuk membantu epitel-epitel usus
dalam absorpsi zat-zat makanan. Semakin luas sekret mucus yang dihasilkan maka semakin
banyak pula cairan untuk membantu penyerapan di usus. FOS memperluas sekret mucus sel
goblet yang membuat sekresi cairan semakin banyak, sehingga absorpsi semakin baik. Akan
tetapi masing-masing konsentrasi FOS pada perlakuan P1 (50 µL); P2 (75 µL); dan P3 (100
µL) tidak memberikan efek yang berbeda.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fruktooligosakarida
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah sel goblet dan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap luas sekret mucus sel goblet ileum itik Cihateup dalam kondisi
pemeliharaan minim air. Pemberian fruktooligosakarida terbaik adalah pada P3 (100 µL)
karena dapat meningkatkan jumlah sel goblet ileum, akan tetapi pada luas sekret mucus sel
goblet ileum masing-masing perlakuan P1, P2, dan P3 tidak berbeda nyata atau sama.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada projek Penelitian Unggulan Perguruan
Tinggi (PUPT) Strategi Three in One dalam produksi Itik Lokal Jawa Barat pada Kondisi
Minim Air dengan nomor kontrak 393/UN6.R/PL/2015 pada tanggal 16 Februari 2015 yang
didanai Dikti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
DAFTAR PUSTAKA
A.Muzani., B.Brahmantiyo., C.Sumantri., dan A.Tapyadi. 2005. Pendugaan Jarak Genetik
pada Itik Cihateup, Cirebon dan Mojosari. Media Peternakan, Desember 2005, hlm.
109-116 ISSN 0126-0472 Vol. 28 No.3.
Castagliuolo. 1998. Colonic Mucin Release in Response to Immobilization Stress is Mast Cell
Dependent. Am. J. Physiol. Soc. 274: G1094-G1100.
Dudi. 2007. Identifikasi Sifat Kuantitatif Itik Cihateup sebagai Sumberdaya Genetik Unggas
Lokal (Identification of Quantitative of Cihateup ducks as local genetic resources).
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Jurnal Ilmu Ternak Juni, 2007, Vol.7
No.1.
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore: Dengan Kolerasi Fungsional Edisi 11.
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
F.Y.Long., Y.M.Guo., Z.Wang., D.Liu., B.K.Zang., dan X.Yang. 2011. Conjugated Linoleic
Acids Alleviate Infectious Bursal Disease Virus-Induced Immunosuppression in
Broiler Chickens. 2011 Poultry Science 90:1926-1933.
_____________. 2012. Immunology, Health, and Disease: Conjugated Linoleic Acids
Alleviate the Immunosuppression of Peripheral Blood T Lymphocytes in Broiler
Chickens Exposed to Cyclosporin A. 2012 Poultry Science 91:2431-2437.
Fesler dan Peterson. 2013. Conjugated Linoleic Acids Alter Body Composition Differently
According to Physiological Age in Mourlard Ducks. 2013 Poultry Science 92:26972704.
Food and Agriculture Organization [FAO]. 2006. Probiotics in Food Health and Nutritional
Properties and Guidelines for Evaluation. FAO Food and Nutrition Paper. Roma:
World Health Organization and Food and Agriculture Organization of The United
Nations.
Gomperts, B. D., I. M. Kramer and P. E. R.Tatham. 2009. Signal Transductions. Elsevier San
Diego, USA.
Harnett, W., M. McDonald, G. Preece, M. Patterson and M.E. Parkhouse. 1997. Production of
Monoclonal Antibodies Against Excretory-Secretory Products of Adult Male
Onchocerca gibsoni. J. of Parasitol. 83 (2): 316-319.
J. Li dan I. H. Kim. 2013. Effects of Levan-Type Fructan Supplementation on Growth
Performance, Digestibility, Blood Profile, Fecal Microbiota, and Immune Responses
after Lipopolysaccharide Challenge in Growing Pigs. J. Anim. Sci. 2013.91:5336–
5343.
J.H.Kim,. dkk. 2007. Physiology, Endocrinology, and Reproducion: Effect of Dietary
Supplementation with Conjugated Linoleic Acid, with Oleic, Linoleic, or Linolenic
Acid, on Egg Quality Characteristics and Fat Accumulation in the Egg Yolk. 2007
Poultry Science 86:1180-1186.
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
Junquiera, L.Carlos., Cameiro, Jose., Robert O. Kelly. 1997. Histologi Dasar Edisi ke 8. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
K.S.Shim., K.T.Hwang., M.W.Son., dan G.H.Park. 2006. Lipid Metabolism and Peroxidation
in Broiler Chicks under Chronic Heat Stress. Asians-Aust. J. Anim. Sci. Vol. 19,
No.8:1206-1211.
Kaffi S., Hertini Rani, Zulfahmi., A. Mushawwir. 2010. Penggunaan Fruktooligosakarida
(FOS) Hasil Isolasi dari Kulit Pisang sebagai Prebiotik pada Ternak Ruminansia.
Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.
Mushawwir dan Latipudin. 2013. Biologi Sintesis Telur: Perspektif Fisiologi, Biokimia dan
Molekular Produksi Telur. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran: Bandung.
Mushawwir, A. 2014. Transpor Sel: Paper Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran: Bandung.
Selle, P. H., A. J. Cowieson, dan V. Ravindran. 2009. Consequences of Calcium Interactions
with Phytate and Phytase for Poultry and Pigs. Livest. Sci. 124:126–141.
Sinurat, A.P. 2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras dan Itik. Pelatihan Proyek
Pengembangan Agribisnis Peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni 2000.
Spencer, J. D., K. J. Touchette, H. Liu, G. L. Allee, M. D. Newcomb, M. S. Kerley, dan L. W.
Pace. 1997. Effect of spray-dried plasma and fructooligosaccharide on nursery
performance and small intestinal morphology of weaned pigs. J. Anim. Sci. 75:1999.
Suksombat, W., S.Samitayotin., dan P.Lounglawan. 2006. Effects of Conjugated Linoleic
Acid Supplementation in Layer Diet on Fatty Acid Compositions of Egg Yolk and
Layer Performances. 2006 Poultry Science 85:1603-1609.
Utama, Fajar Hudaya. 2014. Sekret Mucus Sel Goblet Ileum dan Ukuran Usus Halus Puyuh
(Coturnix coturnix japonica) yang diberi Bawang Putih (Allium sativum). Fakultas
Peternakan. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Wulandari WA., Hardjasworo., dan Gunawan. 2005. Kajian karakteristik biologis itik
Cihateup dari Kabupaten Tasikmalaya dan Garut. Dalam: Mathius IW, Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005.
Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. p. 795-803.
Xu, Chuanlai., Xudong Chenl., Cheng Ji1., Qiugang Ma1 dan Kai Hao. 2005. Study of the
Application of Fructooligosaccharides in Piglets. J. Anim. Sci. 2005. Vol 18, No. 7 :
1011-1016.
Xu, Z. R, X. T. Zou, C. H. Hu, M. S. Xia, X. A. Zhan and M. Q. Wang. 2002.
Effects of Dietary Fructooligosaccharide on Digestive Enzyme Activities, Intestinal
Microflora and Morphology of Growing Pigs. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 2002. Vol 15,
No. 12 : 1784-1789.
Yason, C. V., B. A. Summers dan K. A. Schat. 1987. Pathogenesis of rotavirus infection in
various age groups of chickens and turkeys: pathology. Am. J. Vet. Res. 6:927-938.
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
Yu Wang, M. A., Tao Zeng, M. D., Shu-eWang, M. A.,Wei Wang, M. A., Qian Wang, M. A.,
& Hong-Xia Yu, M. A. 2010. Fructooligosaccharides Enhance The Mineral
Absorption and Counteract The Adverse Effects of Phytic Acid in Mice. Nutrition, 26,
305–311.
Profil Sel Goblet Itik Cihateup ………………………………………………… Indra Permana
Download