INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

advertisement
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1972
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa perlu memberikan instruksi politik sebagai petunjuk-petunjuk umum
untuk Delegasi Pemerintah Republik Indonesia ke Sidang ke-XXVII Majelis
Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB ).
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 ;
2. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 ;
3. Keputusan Presiden RI Nomor 164 /LN Tahun 1972.
MENGINSTRUKSIKAN
Kepada
:
Ketua Delegasi Pemerintah Republik Indonesia untuk menghadiri Sidang keXXVII Majelis Umum PBB.
Untuk :
PERTAMA :
Dalam menghadapi masalah-masalah yang dibahas pada Sidang Umum PBB
tahun 1972 ini, selalu menggunakan landasan dan pedoman hal-hal seperti yang
terlampir pada Instruksi ini.
KEDUA :
Selama masa Sidang PBB, terus-menerus memberikan laporan tentang
perkembangan penting di PBB kepada Presiden.
KETIGA :
Melaporkan hasil pelaksanaan tugas ini kepada Presiden.
KEEMPAT :
Instruksi ini berlaku selama Delegasi Pemerintah Republik Indonesia menghadiri
Sidang ke-XXVII Majelis Umum PBB.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 September 1972.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
JENDERAL TNI
LAMPIRAN
INSTRUKSI PRESIDEN R I
NOMOR 8 TAHUN 1972
INSTRUKSI POLITIK UNTUK DELEGASI INDONESIA
KESIDANG KE-XXVII MAJELIS UMUM
PERSERIKATAN BANGSA -BANGSA.
Umum.
1. Pemerintah RI mengirimkan Delegasi RI yang cukup bermutu ke Majelis
Umum PBB - XXVII yang akan mulai sidangnya pada tanggal 19 September 1972,
karena percaya bahwa PBB merupakan badan dan alat yang sangat berguna bagi
pengembangan kestabilan politik, ekonomi dan sosial secara sejagad, bahwa
idealisme yang terkandung dalam Undang-undang Dasar RI dan Pancasila
sejalan dengan dasar, tujuan dan piagam PBB, dan karena itu dipercayai bahwa
Indonesia dapat menyumbangkan fikiran dan amal kepada organisasi
internasional ini demi kesejahteraan Indonesia sendiri dan dunia pada
umumnya.
2. Majelis Umum dimulai pada waktu-waktu kita mencatat perkembanganperkembangan nasional dan internasional yang berikut ini :
a. Di Indonesia pendiri pemupukan stabilisasi politik dan ekonomi berjalan
terus dengan baik yang memberikan harapan-harapan positip kepada
Pemerintah dan Rakyat.
b. Suatu kerjasama yang berkembang secara teratur dan berhasil dalam
rangka kerjasama ASEAN.
c. Di dunia internasional kita melihat suasana saling mendekati mulai
d.
e.
f.
g.
tumbuh di kalangan negara-negara besar.
Usaha-usaha mencari perdamaian dibeberapa daerah-daerah krisis,
seperti Indo Cina, Timur Tengah dan lain-lain masih belum
mendatangkan hasil sama sekali.
Gerakan-gerakan kemerdekaan di Afrika makin hebat.
Konperensi Non-Aligned di Georgetown, Guyana menampilkan aspekaspek yang cukup negatip dan menimbulkan keprihatinan kita.
Usaha-usaha negara-negara berkembang untuk memperbaiki struktur
ekonominya masih menghadapi bermacam-macam hambatan, seperti
krisis moneter internasional dan kemunduran "political will" dari negaranegara maju dalam membantu usaha-usaha pembangunan negara-negara
berkembang, halmana dinyatakan kembali dari hasil-hasil Konperensi
UNCTAD-III di Santiago yang memang kurang memuaskan bagi negaranegara berkembang.
3. Dengan situasi seperti tersebut itu sebagai latar belakang, maka Delegasi
yang diutus oleh Pemerintah Indonesia perlu menggunakan segala kesempatan
untuk terus membela kepentingan Indonesia, mengadakan prakarsa-prakarsa
yang konstruktip, dan waspada terhadap gejala-gejala yang dapat menghambat
kemajuan stabilisasi kita secara langsung atau tidak langsung.
a. Pemerintah dan Rakyat Indonesia merasa bangga terhadap kemajuan
yang dicapainya ditahun-tahun belakangan ini, dimana bangsa kita telah
bergerak maju dari suatu situasi negatip kearah perkembangan yang
penuh mempunyai arti bagi kesentosaan bangsa dan perdamaian dunia.
Karena itulah dengan hati terbuka Delegasi dapat menceritakan kepada
dunia internasional prestasi-prestasi yang telah kita capai sekarang ini.
b. Kejadian-kejadian yang negatip di Georgetown tidak mengurangi keyakinan kita kepada Non-Alignment sebagai salah satu pegangan Indonesia dalam politik luar negeri, dan keinginan Republik Indonesia c.q.
Delegasi Indonesia, untuk bekerjasama didalam dan dengan kelompok
Non-Aligned tidak berkurang selama kerjasama itu bersipat konstruktip
dan tidak merugikan kepentingan Negara, Bangsa dan tujuan hidup kita.
c. Kerjasama diantara negara-negara ASEAN yang telah digalang dengan
baik itu, dan yang telah dimulai pula diforum PBB semenjak tahun yang
lalu, merupakan salah satu dasar dari kerjasama internasional kita dan
seyogianya patut diperkembangkan lebih lanjut. Sejalan dengan ini
kerjasama dengan Kelompok Asia-Afrika, Kelompok 77 dan lain-lainnya
yang melakukan usaha -usaha yang paralel dengan kita dapat
dilaksanakan sebagai biasa, malahan ditingkatkan jika nyata-nyata
menguntungkan.
BEBERAPA PERMASALAHAN INTERNASIONAL
4. Pemerintah Indonesia merasakan sebagai salah satu tanggung-jawabnya
untuk juga secara wajar memperhatikan masalah-masalah internasional dan
ikut menyumbangkan pemikiran dan usul-usul dalam menanggulangi problemaproblema internasional yang dapat mempunyai akibat yang negatip kepada
masyarakat sedunia, terutama kepada Bangsa Indonesia yang sedang
membangun itu.
a. Détente : Kita menyambut baik suasana detente yang mulai terbit dalam
hubungan antara Negara-negara Besar, terutama antara Amerika Serikat
dengan Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Akibat
baiknya mulai kelihatan di Eropah, tetapi dibenuabenua lain seperti di Afrika,
Timur Tengah dan Asia Tenggara rapprochement dan detente itu baru
merupakan cerita dan harapan saja dalam efeknya. Dalam kegembiraan kita itu
kita sangat waspada agar kepentingan negara-negara yang kecil dan sedang
tidak dikorbankan dan terkorban karena kepentingan bersama dari Negaranegara Besar.
b. Indo-Cina : Peperangan yang telah berpuluh tahun berkecamuk terus dan
segala macam usaha dari berbagai negara telah gagal untuk menciptakan
suasana damai dianak benua itu. Bagi Indonesia yang terpenting adalah
terciptanya perdamaian dimana bangsa-bangsa dalam wilayah itu dapat hidup
tenteram membangun negaranya dari kehancuran perang yang diderita mereka
itu. Karena itu unsur-unsur perdamaian menurut pandangan kita adalah :
(a) berhentinya tembak menembak, (b) mundurnya pasukan-pasukan asing dari
semua wilayah dan negara-negara di Inido-Cina, dan (c) kesempatan bagi
negara-negara dan bangsa-bangsa itu berunding dalam suasana bebas untuk
menciptakan damai abadi diantara mereka yang memberi kesempatan kepada
mereka itu hidup dengan tidak ada perasaan takut dan dengan memberi
kemungkinan kepada mereka mengembangkan kepribadian dan cara hidup
mereka masing-masing. Dalam rangka inilah negara-negara ASEAN
mengusahakan "karya-damai-nya" dan diharapkan MU-PBB yang akan datang ini
dapat dijadikan wadah informil untuk meneruskan usaha-usaha ini.
c. Korea : Adanya pendekatan antara Republik Demokrasi Rakyat Korea dan
Republik Korea adalah suatu perkembangan yang cukup menggirangkan, karena
itu usaha ini patut terus disokong secara positip dengan memberi kesempatan
lebih lanjut kepada kedua negara itu melanjutkan pendekatannya dengan tidak
ada tekanan-tekanan apapun dari luar.
d. Bangla Desh : Pengakuan RI terhadap Bangla Desh berdasarkan keyakinan
bahwa ia merupakan faktor stabilisasi di Asia Tenggara, dan karena itu belum
diterimanya negara Itu dalam PBB patut disesalkan.
Dalam pada itu sebagai negara sahabat patut kita ikut berusaha terus agar
tercipta suasana dimana negara-negara di anak -benua Asia Tenggara itu dapat
hidup saling percaya dan saling membantu, tanpa terjerumusnya dalam
percaturan politik internasional yang melibatkan negara-negara besar yang
dengan sendirinya punya gagasan "spheres of influence" mereka.
e. Timur Tengah : Setelah gagalnya usaha untuk menghentikan permusuhan
antara negara-negara Arab dan Israel secara sekaligus, maka perlu dicarikan
penyelesaian yang bertahap-tahap, asalkan saja tidak lepas dari tujuan
terakhir, yaitu dibebaskannya wilayah-wilayah Arab dari kekuasaan Israel dan
pulihnya hak bangsa Palestina untuk menentukan nasib mereka.
f. Perlucutan Senjata : Adanya suasana detente dan sedikit kemajuan dalam
mengekang pacuan senjata nuklir (pembicaraan-pembicaraan SALT) antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet serta keinginan diadakannya Konperensi
Keamanan Eropah hendaknya dapat menimbulkan momentum yang menuju
kearah usaha-usaha yang Intensip bagi perlucutan senjata yang menyeluruh,
seimbang dan bertahap, terutama sekali diantara negara-negara nuklir. Karena
itulah Pemerintah Indonesia menyokong gagasan diadakannya Konperensi
Perlucutan Senjata Sedunia, asalkan didahului oleh persiapan-persiapan yang
matang, sehingga Konperensi tidak hanya menjadi forum propaganda.
Pendirian kita mengenai perlombaan senjata nuklir telah diketahui umum dan
telah di jelaskan dalam Petunjuk Umum kami kepada Delegasi ke MU-PBB XXVI,
yang singkatnya ialah : kita menolak persenjataan nuklir dan menginginkan
percobaan-percobaan dihentikan sama sekali. Juga hendaklah dihindarkan
pacuan senjata dikalangan negara-negara berkembang sendiri, agar mereka
dapat menumpahkan semua tenaga dan kekuatannya untuk pembangunan
negara dan bangsanya. Pacuan senjata dikalangan negara-negara berkembang
dapat dikurangi jika diantara mereka disesuatu region tercipta saling percaya,
tidak adanya subversi-subversi dari negara luar, dan timbulnya ketahanan
nasional dan regional, terutama dalam bidang mental dan ekonomi.
Pengetahuan dan teknologi yang telah berkeinbang sebagai akibat dari
teknologi nuklir dan perlombaan menuju bulan banyak yang dapat
dimanfaatkan bagi umat manusia, juga untuk kemajuan ekonomi-sosial negaranegara yang sedang berkembang. Kiranya teknologi ini dapat disebarluaskan
kepada negara-negara ini sehingga mereka merasakan pula manfaatnya.
g. Dekolonisasi : Politik luar negeri RI yang bebas dan aktif antara lain
berdasarkan filsafat anti kolonialisme dan anti-imperalisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya. Atas landasan ini Indonesia Memberikan dukungan
penuh kepada gerakan-gerakan kemerdekaan yang murni, tetapi tidak dapat
membenarkan usaha-usaha untuk menunggangi gerakan-gerakan itu guna
kepentingan pihak luar.
h. Pembangunan Ekonomi dan Sosial : Perkembangan ekonomi/keuangan
internasional yang dewasa ini tidak menentu, ditambah dengan kejadian-
kejadian serta gejala-gejala seperti krisis moneter internasional, Sidang
UNCTAD-III yang hasil-hasilnya pada umumnya kurang begitu memuaskan bagi
negara-negara berkembang, berkurangnya kesediaan dan "political will" negaranegara maju untuk meningkatkan bantuannya kepada serta memberikan bagian
yang lebih besar bagi pemasaran hasil-hasil dari negara-negara berkembang,
kesemuanya itu memerlukan pemecahan yang sangat mendesak dan merupakan
tanggung jawab bersama dari negara-negara maju dan negara-negara
berkembang. Berhubung dengan itu, partisipasi Indonesia dalam Sidang Umum
PBB ke - XXVII perlu dikonsentrasikan pada 4 persoalan berikut ; yaitu : situasi
moneter internasional, bidang perdagangan, terutama dalam menghadapi
Multilateral Trade Negotiations 1973, bidang bantuan dan bidang shipping.
Dalam ikut menentukan penyelesaian persoalan-persoalan tersebut, Indonesia
lebih cenderung untuk memilih jalan kerjasama yang dapat menuju kesuatu
pemecahan yang mungkin diterima bagi semua fihak dan sedapat mungkin
menghindarkan jalan konfrontasi terhadap negara-negara maju.
Kebijaksanaan ini dilandaskan pada keyakinan bahwa suksesnya pelaksanaan
Dasa Warsa Pembangunan PBB ke-II dengan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan didalamnya, banyak tergantung pada pemecahan unsur-unsur
tersebut diatas, yang hanya dapat dicapai dengan jalan kerjasama dengan
negara-negara maju.
Untuk memperoleh kerjasama yang diperlukan dari negara-negara maju maka
sedapat mungkin diusahakan landasan bersama antara negara-negara
berkembang dalam masalah-masalah pokok dan urgen bagi negara-negara
berkembang.
i. Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi : Pembangunan yang kita lakukan sekarang
ini hanya dapat berjalan dengan baik dan lebih cepat, apabila kita juga
memiliki dan memperluas ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Maka adalah
penting bagi kita agar supaya kita dapat menyerap sebanyak mungkin ilmu
pengetahuan dan tekhnologi itu.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa tingkat pembangunan kita dewasa ini
memerlukan pengetrapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dapat secara
langsung menambah kesejahteraan rakyat dan memperluas lapangan kerja bagi
rakyat.
Disamping itu kita telah melihat pada negara-negara maju bahwa kemajuan
ekonomi seringkali dicapai dengan menimbulkan luka-luka yang berbahaya pada
alam dan lingkungan kehidupan manusia. Hal itu hendaknya menjadi pelajaran
bagi kita dan negara-negara berkembang lainnya.
Sekalipun persoalan pencemaran alam, air, tanah dan udara bagi kita belum
lagi merupakan hal yang pelik namun usaha-usaha mencegah timbulnya lukaluka itu dari sekarang sudah harus menjadi perhatian kita secara nasional dan
dimana dapat secara internasional, terutama dengan negara -negara sekeliling
kita.
j. Soal-soal Hukum : Konperensi Hukum Laut yang akan datang sangat banyak
menyangkut kepentingan vital Indonesia sebagai suatu negara yang sebagian
besar dari wilayahnya terdiri dari laut, baik kepentingan-kepentingan
ekonomis, politis, juridis, maupun strategis. Kepentingan-kepentingan tersebut
akan sangat berpengaruh bagi pembangunan nasional dan keselamatan negara
dewasa ini, dan dimasa depan.
Segala kemampuan dan kegiatan Delegasi RI hendaknya diarahkan supaya
prinsip-prinsip Wawasan Nusantara diakui dalam Konperensi Hukum Laut yang
akan datang.
Pemerintah Indonesia tidak melihat urgensinya untuk mengadakan konperensi
tersebut dalam 1973 tetapi lebih menekankan pada persiapan-persiapan agar
konperensi tersebut dapat berhasil, khususnya dipandang dari sudut
kepentingan nasional RI.
Download