Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NUMBEREDS HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI GERAK TUMBUHAN DI KELAS VIII SMP SEI PUTIH KAMPAR **Jumiati **Martala Sari *Dian Akmalia **Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning *Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-Test jika data normal dan homogen Abstract: The purpose of this study was to improved students’ learning outcome at grade VIII of SMP Sei Putih in plant material movement, the research had been conducted from January to February 2011. The data analysis technique used in this study can be a t-test if the data was normal and homogeneous and Mann-Whitney U test if the data was not normal or not homogeneous. The research methodology used was pretest-posttest quasi-experimental Control Group Design. The samples of this research of students’ at grade VIIIA and VIIIB by using saturated sampling technique. The mean pretest the experimental class was 32.84, while the control class was 31.73. After learning using in NHT model in experimental class the mean obtained in posttest was 67.78 while the control class was 60.37. The improved of learning outcomes can be seen from the mean of N -Gain in experimental class was 0.53 in middle category and the control class was 0.42 in middle category. In control class and experiment class had different learning result significantly. So it can be concluded that this model can increased students’ learning outcome in the eighth grade of junior high school of Sei Putih Kampar in Academic Year 2010-2011. Keywords: Model NHT, Learning Outcomes, Plant Material Movement Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Sei Putih Kampar pada materi gerak tumbuhan, dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2011. Teknik dan apabila data tidak normal atau tidak homogen maka digunakan U Mann-Whitney test . Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen PretestPosttest Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan kelas VIIIB dengan teknik sampling jenuh. Rerata pretest pada kelas eksperimen adalah 32,84 sedangkan pada kelas kontrol 31,73. Setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT pada kelas eksperimen diperoleh rerata posttest 67,78 sedangkan pada kelas kontrol 60,37. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari rerata N-Gain pada kelas eksperimen 0.53 kategori sedang dan pada kelas kontrol 0.42 kategori sedang. Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki hasil belajar yang berbeda signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Sei Putih Kampar Tahun Ajaran 2010-2011. 161 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 dituntut PENDAHULUAN Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan menyampaikan materi yang akan diberikan. Cara guru menciptakan suasana di kelas penting dalam perkembangan teknologi. sangat pula berpengaruh pada keadaan yang Menyadari pentingnya peranan biologi, guru ditampilkan siswa dalam pembelajaran. di dalam proses pembelajaran membutuhkan Apabila guru dapat menciptakan suasana teknik penyajian yang tepat agar siswa dapat yang membuat siswa termotivasi dan aktif memahami tersebut dalam pembelajaran kemungkinan hasil dengan baik. Teknik penyajian pelajaran belajar siswa meningkat sesuai dengan yang merupakan diharapkan (Hidayah, 2009). ilmu memegang keterampilan peranan mengajar yang memiliki pengetahuan pengetahuan tentang yang digunakan guru cara untuk Sebagai menyampaikan bahan pelajaran kepada berupaya siswa di dalam kelas sehingga dapat pengetahuan dipahami siswa dengan baik (Azizah, 2007). menguasai Dalam untuk pendidik meningkatkan siswa dan guru kualitas sehingga dapat memahami suatu kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna yang hendaknya dapat meningkatkan hasil belajar siswa memilih dan menggunakan strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam belajar baik ditetapkan oleh kurikulum tingkat satuan secara mental, fisik maupun sosial. Namun pendidikan (KTSP). Ada beberapa hal yang pada kenyataan saat ini secara terus-menerus harus sampai sekarang masih berjalan pengajaran melaksanakan sains tradisional yang terbatas pada produk sehingga tercipta hasil belajar yang efektif atau fakta-fakta, konsep-konsep teori saja dan efisisen. Hal ini disebabkan gurulah sehingga kurang cocok digunakan untuk yang berada dibarisan terdepan dalam mengembangkan pelaksanaan pembelajaran siswa karena pelaksanaan seorang sains, guru keterampilan siswa cenderung berpikir diperhatikan proses guru dalam belajar mengajar pendidikan. Gurulah yang hanya langsung mentransfer ilmu pengetahuan dan menerima materi yang disampaikan guru teknologi sekaligus mendidk dengan nilai- tanpa harus berpikir untuk menemukan nilai konsep dari suatu pokok bahasan. Untuk keteladanan (Kunandar, 2007). Menurut menanggulangi di Marthin dalam Nurazizah (2006), seorang samping penguasaan materi seorang guru guru yang kreatif tidak hanya semata-mata kesulitan tersebut positif melalui bimbingan dan 162 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 memberikan tugas kepada siswa, tetapi ia situasi akan mengusahakan berbagai kegiatan yang Peristiwa bersifat untuk dirancang oleh orang lain di luar diri sekaligus individu sebagai pelajar biasa disebut proses mengaktifkan siswa belajar sambil bekerja. pembelajaran. Belajar adalah suatu proses Selain itu, seorang guru dapat melatih usaha yang dilakukan seseorang untuk penelitian yang bersifat sederhana, tetapi memperoleh suatu perubahan tingkah laku berpola ilmiah. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil membimbing memproses siswa perolehan Rendahnya hasil belajar biologi ini yang tercipta belajar pengalamannya begitu yang sendiri terjadi dalam adanya. karena interaksi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain dengan guru dalam proses belajar. Definisi yaitu: kurangnya antusias siswa untuk ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah belajar siswa, yang mengalami proses belajar, biologi, mengemukakan siswa enggan pertanyaan untuk maupun sedangkan guru hanya membimbing, dengan pendapat, selain itu di dalam kelompok menunjukkan jalan siswa kurang bekerja sama dan kurang memperhitungkan kepribadian menghargai pendapat orang lain. Dengan (Slameto, 2003). memperhatikan kondisi tersebut, maka perlu Menurut Winkel (1996) siswa belajar dilakukan perbaikan strategi pembelajaran adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang memungkinkan siswa terlibat secara yang berlangsung dalam interaksi aktif aktif dengan dalam belajar, sehingga dapat lingkungan yang menghasilkan meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu perubahan-perubahan dalam pengetahuan, alternatifnya adalah dengan menerapkan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. model Maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah pembelajaran kooperatif melalui Numbereds Heads Together (Fitria, 2009). kegiatan mental yang berhubungan dengan Teori Belajar lingkungan sekitarnya yang dapat mengubah Belajar pada dasarnya merupakan intelektual. peristiwa yang bersifat individual yakni Teori Piaget berpendapat bahwa peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku anak membangun sendiri skematikanya dari sebagai dampak dari pengalaman individu. pengalamannya sendiri dan lingkungan, Pengalaman dapat berupa situasi yang dalam pandangan Piaget pengetahuan datang sengaja diciptakan oleh orang lain atau dari tindakan, perkembangan kognitif 163 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 sebagian besar tergantung pada seberapa mengajar sehingga dapat dikatakan belum jauh anak aktif memanipulasi dan anak aktif atau sudah berhasil. Evaluasi yang menjadi berinteraksi dengan lingkungan Skinner tolak ukur keberhasilan adalah hasil belajar berpandangan bahwa belajar adalah suatu siswa. prilaku. Pada saat orang belajar, maka kemampuan internal yang telah menjadi responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya milik pribadi seseorang dan memungkinkan bila ia tidak belajar maka responnya orang menurun. memberikan prestasi tertentu (Pascal dalam Rogers berpandangan bahwa praktek pendidikan memberatkan pada segi Hasil itu belajar merupakan melakukan sesuatu suatu atau Fitria, 2008). pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Dari uraian di atas dapat diambil Praktek tersebut ditandai oleh peran guru pengertian mengenai hasil belajar. Hasil yang belajar adalah gambaran prestasi belajar mendominasi menghafalkan dan pelajaran siswa hanya (Dimyati dan siswa yang mengakibatkan perubahan Mudjiono, 2006). tingkah laku dalam diri siswa sebagai hasil Hasil Belajar Biologi dari aktifitas dalam belajar. Jadi, hasil Hasil belajar merupakan hasil dari belajar yang dimaksud dalam penelitian ini suatu interaksi belajar dan mengajar. Dari adalah hasil belajar siswa dalam mata sisi guru, mengajar diakhiri dengan proses pelajaran biologi, yang diperoleh melalui tes evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil yang diberikan pada sampel penelitian. belajar merupakan puncak Menurut Baharudin dan Wahyuni proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, dalam Fitria (2008) faktor-faktor yang 2006). menpengaruhi hasil belajar dibedakan atas 2 Hasil berakhirnya belajar secara umum dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai kategori, yaitu: 1. Faktor internal/ endogen yang diperoleh siswa melalui proses belajar Faktor yang berasal dari dalam diri mengajar. Hasil belajar adalah penguasaan individu dan dapat mempengaruhi hasil yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti belajar individu, yaitu faktor fisiologis program belajar mengajar sesuai dengan (kondisi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. (kecerdasan, motivasi, minat, sikap, Hasil belajar merupakan gambaran prestasi bakat). belajar siswa dalam mengikuti proses belajar fisik) dan psikologis 2. Faktor eksternal/ eksogen 164 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Selain karakteristik siswa atau faktor kegiatan belajar. Dalam hal ini, sebagian endogen, faktor eksternal juga dapat besar aktifitas pembelajaran berpusat pada mempengaruhi proses belajar siswa, siswa, faktor berkelompok ini digolongkan menjadi 2 golongan yaitu faktor lingkungan sosial (keluarga, sekolah, teman yakni mempelajari serta secara berdiskusi untuk memecahkan masalah. dan Menurut Ibrahim kooperatif (2000) masyarakat) dan faktor lingkungan non- Pembelajaran sosial (gedung sekolah, tempat tinggal struktur tugas, tujuan dan penghargaan siswa, alat-alat praktikum,perpustakaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi dan lain-lain). pembelajaran kooperatif dicirikan didorong oleh dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bersama dan mengkoordinasikan mereka usahanya harus untuk sebuah kelompok strategi pengajaran yang menyelesaikan tugas. Model pembelajaran melibatkan siswa bekerja sama secara kooperatif dikembangkan untuk mencapai berkolaborasi sekurang-kurangnya tiga tujuan, yaitu: untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan sosial atau 1. Hasil belajar akademik kooperatif berkembang secara signifikan Pembelajaran dalam untuk meningkatkan kinerja belajar pembelajaran Pembelajaran kooperatif. kooperatif bertujuan tepat siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas digunakan untuk melatih keterampilan- akademik siswa di sekolah. Selain itu keterampilan kerjasama dan kolaborasi dan pembelajaran juga keterampilan-keterampilan tanya jawab membantu siswa dalam memahami (Trianto, konsep 2007). kooperatif, para sangat kooperatif Dalam siswa pembelajaran dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang ditentukan. yang kooperatif sulit dalam dapat materi pelajaran. 2. Penerimaan pendapat yang pendapat yang beranekaragam Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif Penerimaan adalah kesempatan beranekaragam yaitu penerimaan yang kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif luas terhadap orang yang berbeda dalam proses berpikir dan dalam kegiatan- menurut ras, budaya dan kemampuan. untuk memberikan 165 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Kontak fisik yang terjadi di antara keterampilan ini sangat penting untuk orang-orang ras, dikembangkan di masyarakat dimana kelompok etnis tidak cukup untuk banyak kerja orang dewasa dilakukan mengurangi kecurigaan dan perbedaan dalam organisasi yang saling bergantung ide. Pembelajaran kooperatif memberi satu sama lain, sehingga siswa dituntut peluang kepada siswa yang berbeda untuk latar belakang dan kondisi untuk saling mempunyai tanggung jawab terhadap bekerja sama, saling ketergantungan beban atas tugas bersama dan belajar untuk kepadanya. yang berbeda menghargai satu sama lainnya. 3. Pengembangan keterampilan sosial saling bekerja pekerjaan Untuk yang mencapai sama dan dibebankan keterampilan tersebut diperlukan enam langkah utama Pengembangan keterampilan sosial yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan berkolaborasi, dimana atau tahapan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Ibrahim, 2000). Tabel 1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagimana Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok cara membentuk kelompok belajar dan belajar membantu setiap kelompok Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok Membimbing kelompok bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar atau Evaluasi masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 Guru mencari cara-cara menghargai baik Memberi penghargaan upaya maupun hasil individu dan kelompok Sumber: Ibrahim (2000) 166 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Menurut Lie (2007) lima unsur model Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajaran cooperative Learning sebagai pembelajar dibekali dengan berbagai berikut: keterampilan a. Saling Ketergantungan Positif semua siswa mempunyai kekeahlian Keberhasilan bergantung anggotanya. suatu pada karya sangat mendengarkan usaha setiap Keberhasilan Untuk menciptakan bergantung berkomunikasi. dan suatu pada Tidak berbicara. kelompok kesediaan juga para kelompok kerja yang efektif, pengajar anggotanya untuk saling mendengarkan perlu menyusun tugas sedemikian rupa dan sehingga setiap anggota kelompok harus mengutarakan pendapat mereka. menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b. Tanggung Jawab Perseorangan kemampuan mereka untuk e. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk Unsur ini merupakan akibat langsung mengevaluasi proses kerja kelompok dan dari unsur yang pertama. Jika tugas dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya pola penilaian dibuat menurut prosedur bisa bekerja sama dengan lebih efektif. model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa Pembelajaran Numbereds Heads Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif c. Tatap Muka Setiap Tipe Numbereds Heads Together (NHT) bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola kelompok harus diberikan interaksi siswa dan sebagai alternatif kesempatan untuk bertemu muka dan terhadap struktur kelas tradisional, dimana berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh memberikan untuk kelas dan siswa memberi jawaban setelah yang mengangkat tangan dan ditunjuk. NHT menguntungkan semua anggota. Inti pertama kali dikembangkan oleh Kagen sinergi ini adalah menghargai perbedaan, (1992) (2008), untuk memanfaatkan kelebihan, dan mengisi melibatkan lebih banyak siswa dalam kekurangan masing-masing. menelaah materi yang tercakup dalam suatu membentuk para pelajar sinergi dalam Fitria d. Komunikasi Antar anggota 167 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 pelajaran dan mengecek pemahaman mereka anggota terhadap isi pelajaran tersebut. mengerjakan Dalam penerapan model empat langkah atau dapat mengetahui jawabannya pembelajaran kooperatif tipe NHT, guru menggunakan kelompok 4. Guru memanggil salah satu nomor sebagai siswa di dalam kelompok kemudian berikut : nomor yang dipanggil melaporkan 1. Penomoran hasil kerja sama mereka 2. Pengajuan pertanyaan 5. Tanggapan dari teman yang lain, 3. Berpikir bersama kemudian guru menunjuk nomor 4. Pemberian jawaban. yang lain di dalam kelompok Sedangkan di dalam proses belajar mengajar, dilaksanakan persiapan, kelompok, penyajian melalui kelas, 6. Guru menanggapi hasil diskusi siswa tahap dan memberikan informasi yang kegiatan melaksanakan sebenarnya evaluasi, 7. Kesimpulan. penghargaan kelompok, dan menghitung skor dasar setiap kelompok (Suprijono, 2010). Selain itu Hanafiah dan Suhana METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian (2009) juga menyatakan bahwa langkahlangkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran NHT sebagai berikut: 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok ini 2. Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap quasi eksperimen. Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok eksperimen yaitu kelompok eksperimen yang belajar dengan model NHT dan kelompok yang pembelajaran mendapat nomor merupakan Rancangan secara penelitian menggunakan konvensional. yang digunakan adalah Pretest – Posttest Control Group Design (Frankel & Wallen, 1993). Rancangan tersebut berbentuk bagan seperti berikut: Kelompok NHT kontrol Pretest 01 01 perlakuan X1 X2 Posttest 02 02 168 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Keterangan: X1: Perlakuan dengan perlakuan model NHT X2: Perlakuan dengan perlakuan teknik konvensional O1: Pemberian pretest O2: Pemberian posttest Penelitian ini dilaksanakan pada 2. Guru terlebih dahulu memberikan pretest tersebut guru kontrol. Guru melaksanakan kegitan metode konvensional pada kelas Kedua kelas ini akan dijadikan sampel kontrol. dengan teknik sampling jenuh (Sugiyono, Setelah proses belajar mengajar berakhir kemudian guru 2007). Parameter pada penelitian ini adalah memberikan posttest kepada kedua 1) Hasil belajar siswa, 2) Aktifitas guru, 3) kelas tersebut baik kelas eksperimen Aktifitas siswa. Instrumen penelitian ini maupun kelas kontrol. 3. Penyusunan laporan Data hasil pretest dan posttest yang pelaksanaan pembelajaran (RPP) Lembar observasi 4. Lembar tes menggunakan terkumpul untuk ini kemudian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik uji-t Prosedur Penelitian Penelitian telah dilaporkan, 3. parametrik jika data berdistribusi normal dan homogen dilakukan langkah-langkah dengan sebagai berikut: 1. kelas eksperimen pembelajaran dengan menggunakan Putih Kampar yang terdiri dari 2 kelas. Rencana kelas pada kelas eksperimen dan kemudian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Sei 2. memulai melaksanakan kegiatan model NHT ajaran 2010/2011. Populasi penelitian ini Silabus baik maupun Putih Kampar kelas VIII semester II tahun 1. sebelum pembelajaran kepada kedua kelas bulan Januari-Februari 2011 di SMP Sei terdiri dari perangkat pembelajaran seperti: Pelaksanaan Persiapan dan U Mann-Whitney test untuk non parametrik jika berdistribusi normal data atau tidak tidak homogen (Sugiyono, 2007). Peneliti mengajar di dengan merancang kelas VII pembelajaran yang menggunakan model NHT pada Teknik Analisis data Data utama yang dipakai untuk materi gerak tumbuhan. melihat peningkatan hasil belajar adalah 169 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 data hasil pretest dan posttest. Data tersebut N Gain dianalisis untuk melihat skor hasil tes. Selanjutnya hasil tes tersebut dihitung rataratanya. Serta menghitung N- Gain antara S post S pre S maks S pre Keterangan: S post : Skor posttest S pre : Skor pretest S maks : Skor maksimum ideal pretest dan posttest. Untuk menghitung NKriteria perolehan skor N-Gain dapat dilihat Gain dapat digunakan rumus Hake (Meltzer, pada tabel berikut 2002; Archambault, 2008): Tabel 2 Kategori Perolehan Skor N-Gain Kategori Batasan g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah Selanjutnya dilakukan pengolahan dan homogenitas dilanjutkan dengan data tes awal, tes akhir dan N-Gain dengan pengujian hipotesis komparatif. Sugiyono menggunakan Software Statistical Package (2007) for Sosial Science (SPSS) versi 15.0 komparatif Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih menunujukkan hasil dugaan nilai dalam satu dahulu dilakukan uji normalitas distribusi variabel atau lebih pada sampel yang data dan homogenitas varians data kedua berbeda. kelompok. Pengujian normalitas distribusi komparatif digunakan uji-t (t-test) untuk data dalam penelitian ini dilakukan dengan parametrik (jika data berdistribusi normal menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov (KS dan homogen) atau U Mann-Whitney test. -21) 1. pada program SPSS versi 15.0 mengatakan adalah Untuk bahwa hipotesis pernyataan menguji yang hipotesis T-test adalah statistik parameter yang sedangkan uji homogenitas varian data digunakan untuk menguji hipotesis, dilakukan dengan Levene Test. komparatif rata-rata dua sampel, bila Perbedaan hasil konsep menggunakan tes pemahaman uji datanya berbentuk interval atau rasio. statistik Uji t-test digunakan apabila data normal inferensial. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogen. Untuk menentukan data 170 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 normal dan homogen digunakan uji mengikuti sebaran normal. normalitas dan homogenitas. Sebaliknya jika nilai KS hitung > KS tabel maka tolak H0, artinya data model regresi sederhana 1.1 Uji Normalitas atau regresi mengikuti Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui distribusi Kenormalan data (Wulandari, 2010). 1.2 Uji Homogenitas Pengujian merata di setiap nilai (Kriswanto, dilakukan 2008 dalam Wulansari, 2008). keseragaman Salah Dalam digunakan untuk normal data. diketahui metode tidak sebaran melalui sebaran regresi yang satu berganda yang menguji homogenitas untuk data analisis penelitian mengetahui yang penelitian. regresi data baik harus kenormalan data adalah metode mempunyai sebaran data yang Kolmogorov Smirnov (KS 21). homogen Rumus uji Kolmogorov Smirnov digunakan menurut Steel, (1991) dalam adalah uji Levene (Levene Test). Wulandari (2010): Rumus uji Levene (Levene Test) KS = | Fn(Yi-1) – Fo(Yi) | dalam Sugiyono (2007) adalah Keterangan : KS : Nilai KS hitung Fn(Yi-1) : Frekuensi persentase komulatif pada waktu sebelum i Fo(Yi) : Frekuensi data sebaran normal pada saat i sebagai berikut: Nilai KS hitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai KS tabel. Jika nilai KS hitung < KS tabel maka terima H0 artinya data model regresi sederhana atau regresi berganda dan metode untuk mengujinya N k niV v k L 2 k 1 Vij V i Vij = | Xij – yang 2 | Keterangan : L : Nilai Levene hitung X : Nilai data residual : Rata-rata data Residual N : Jumlah sampel K : Jumlah kelompok 171 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Nilai Levene hitung yang diperoleh 2. U Mann-Whitney test kemudian dibandingkan dengan Levene U test ini digunakan untuk menguji tabel atau dapat juga menggunakan nilai hipotesis komparatif dua sampel perbandingan signifikansi dengan α 5%. Jika independen bila datanya berbentuk nilai Levene hitung < Levene tabel atau P ordinal. value > 5%, maka data regresi sederhana pengamatan data berbentuk interval, atau regresi berganda mempunyai ragam maka perlu diubah dulu ke dalam yang homogen. Sebaliknya jika nilai Levene data besar Levene tabel atau P Value < 5% maka berbentuk data regresi sederhana atau regresi berganda menggunakan mempunyai ragam yang tidak homogen. pengujiannya, tetapi bila asumsi t- Shavelon dalam Surbakti (2006) menyatakan menguji hipotesis t ordinal. dalam suatu Bila data masih interval, maka dapat t-test untuk test tidak dipenuhi (misalnya data dengan harus normal), maka test ini dapat rumus uji-t seperti dibawah ini: Bila digunakan (Sugiyono, 2007). X 1 X 2 HASIL DAN PEMBAHASAN S12 S 22 n1 n2 Pretest Dari hasil penelitian yang dilakukan Keterangan : : Rata-rata posttest kelompok eksperimen : Rata-rata posttest kelompok kontrol : Varians posttest kelompok eksperimen : Varians posttest kelompok kontrol : Jumlah sampel pada bulan Februari 2011 didapatkan data pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut: No Kelas 1. Eksperimen Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pretest Nilai n Skor Nilai Nilai ideal minimum maksimum 27 100 23,33 43,33 2. Kontrol 27 100 20,00 40,00 Rerata 32,84 31,73 172 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Hasil data rerata pretest yang didapatkan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilihat pada diagram batang sebagai berikut: Gambar 1: Diagram batang skor rerata pretest Berdasarkan diagram batang di atas SPSS (Software Statiticial Package for dapat dilihat rerata pretest kelas eksperimen Social Science) untuk menguji kenormalan adalah 32,84 dan kelas kontrol adalah 31,73. data, sehingga diperoleh hasil uji normalitas Data pada Tabel 2 kemudian dianalisis dengan menggunakan program pretest kelas ekperimen dan kelas kontrol pada tabel berikut: Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Kontrol Asymp. Sig(2Tailed) 0,427 0,699 α Keputusan Keterangan 0,05 0,05 Terima H0 Terima H0 Normal Normal Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk masing-masing kelas terima H0 yang artinya uji normalitas pretest pada kelas eksperimen data berdistribusi normal. dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan Selanjutnya dilakukan uji 5% (α 0,05), nilai Asymp. Sig. (2-tailed) homogenitas dengan menggunakan Levene untuk kelas kontrol 0,699 > 0,05 dan nilai test, Asymp. Sig. (2-tailed) kelas eksperimen sampel. Berdasarkan hasil uji pretest pada 0,427 > 0,05 diperoleh keputusan untuk kelas untuk menentukan eksperimen dan kehomogenan kelas kontrol, 173 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 diperoleh hasil yang tertera dalam tabel di bawah ini : Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Jenis Data Based on trimmed mean α Keputusan Keterangan 0,034 0,05 Tolak H0 Tidak Homogen Pretest Dari Tabel 4 di atas dapat kita lihat, untuk hipotesis komparatif ini berguna untuk uji homogenitas nilai Based on trimmed mengetahui apakah data berbeda signifikan mean pretest adalah (0,034) dengan taraf atau tidak. Nilai yang dilihat pada uji ini kepercayaan 5% (α 0,05). Keputusan yang adalah diperoleh adalah tolak H0 karena nilai Based dibandingkan dengan taraf kepercayaan 5% on trimmed mean adalah 0,034 < 0,05, maka (α 0,05). Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 dapat dikatakan data pretest baik untuk kelas maka data berbeda signifikan, jika nilai sig. kontrol maupun kelas eksperimen berasal (2-tailed) > 0,05 maka data tidak berbeda dari varian yang tidak homogen. signifikan. Berikut adalah hasil uji U Mann- Setelah data diketahui normal dan tidak homogen, maka dapat nilai Sig. (2-tailed) kemudian Withney data pretest: diambil keputusan untuk melakukan uji hipotesis komparatif yaitu uji U Mann-Withney. Uji Tabel 5 Hasil Uji U Mann-Whitney data Pretest Sig. (2 tailed) α Keputusan Keterangan 0,617 0,05 Tolak H0 Tidak berbeda signifikan Jenis data Pretest Dari tabel di atas untuk nilai Sig. (2-tailed) tumbuhan tidak berbeda signifikan atau pretest pada kelas kontrol dan eksperimen mempunyai pengetahuan awal yang sama. diperoleh hasil 0,617 dengan taraf Dari hasil pengamatan di atas, kepercayaan 5% (α 0,05). Keputusan yang terlihat bahwa pada Tabel 4.1 nilai pretest diperoleh adalah tolak H0, yang artinya minimum kelas kontrol adalah 20,00 dan siswa pada kelas kontrol dan pada kelas nilai pretest minimum kelas eksperimen eksperimen adalah 23,33 sedangkan nilai maksimum pada materi gerak pada 174 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 hasil pretest kelas kontrol adalah 40,00 dan salah satu caranya yaitu dengan apersepsi. nilai kelas Jika siswa diberi soal yang mereka belum eksperimen adalah 43,33. Rerata pretest pelajari maka mereka bisa mengaitkannya pada kelas kontrol adalah 31,73 dan pada dengan pengetahuan yang mereka dapatkan kelas eksperimen adalah 32,84. sebelumnya. Siswa dituntut untuk aktif dan maksimum hasil pretest Setelah itu dilakukan uji normalitas kreatif dalam mengembangkan pengetahuan dan homogenitas serta uji U Mann-Withney, yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga hasil yang didapat adalah nilai pretest pada apabila materi tersebut diberikan siswa kelas kontrol dan eksperimen menunjukan sudah paham tentang apa yang akan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Ini dipelajarinya. artinya pada kelas kontrol dan eksperimen Berdasarkan penelitian dari beberapa tidak mempunyai kemampuan awal materi ahli, Pintrinch dalam Astuti (2011) gerak pada tumbuhan yang berbeda. menyimpulkan pengetahuan awal yang tidak Tidak adanya perbedaan hasil belajar akurat dapat menghalangi perkembangan disini terjadi karena saat menjawab soal siswa dan kekurangan pengetahuan awal mereka dengan tidak memungkinkannya untuk maju. Chan, lebih et al, dalam Astuti (2011) membuktikan teman pengetahuan awal memainkan peran mediasi tidak mengerjakannya sungguh-sungguh, banyak mereka bertanya malah kepada disebelahnya, hal ini bisa terjadi karena dalam mereka belum mempelajari materi yang konstruktif. Penelitian Barclay dalam Astuti mereka kerjakan. Akan tetapi, jika siswa (2011) menunjukkan bahwa pemahaman tersebut bisa mengaitkan materi yang ada terhadap dalam penerapan pengetahuan awal yang relevan soal pretest tersebut dengan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya maka siswa akan menggerakkan suatu teks aktifitas tergantung yang pada yang tidak ada di dalam teks. bisa menjawab soal tersebut tanpa harus bertanya Posttest kepada temannya. Di dalam kegiatan belajar mengajar, Berdasarkan penelitian yang kebanyakan guru belum bisa atau kurang dilakukan didapatkan data rerata posttest dalam membangun pengetahuan awal pada pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa. sebagai berikut: Untuk itu guru harus bisa memperbanyak pengetahuan awal siswa, 175 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 No Kelas 1. Eksperimen Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Posttest Nilai n Skor Nilai Nilai ideal minimum maksimum 27 100 50,00 83,33 2. Kontrol 27 100 46,67 76,67 Rerata 67,78 60,37 Jika dilihat dengan diagram batang hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Gambar 3: Diagram batang skor rerata posttest Dari diagram di atas rerata untuk dan kelas kontrol untuk mengetahui kelas eksperimen adalah 67,78, sedangkan normalitas data. Berikut adalah hasil uji rerata untuk kelas kontrol adalah 60,67. Dari normalitas data posttest kelas eksperimen data tersebut selanjutnya diuji normalitas dan kelas kontrol: untuk data posttest siswa kelas eksperimen Kelas Eksperimen Kontrol Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Asymp.Sig(2α Keputusan tailed) 0,588 Terima H0 0,05 0,051 Terima H0 Keterangan Normal Normal Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk adalah terima H0 untuk kelas kontrol uji normalitas keputusan yang didapat maupun kelas eksperimen dengan taraf 176 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 kepercayaan 5% (α 0,05). Karena nilai test untuk menentukan kehomogenan data. Asymp.Sig(2-tailed) untuk kelas kontrol Berdasarkan hasil uji posttest pada kelas 0,051 > 0,05 dan nilai Asymp.Sig(2-tailed) kontrol maupun kelas eksperimen diperoleh kelas eksperimen 0,588 > 0,05. hasil dalam tabel berikut: Selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan Levene Tabel 8 Hasil uji Homogenitas data Posttest Jenis Data Based on trimmed mean α Keputusan Keterangan Posttest 0,667 0,05 Terima H0 Homogen Berdasarkan tabel di atas hasil uji keputusan untuk melakukan uji lanjutan homogenitas didapat nilai Based on trimmed yaitu uji-t Independent 2 Samples. Uji mean pada levene test adalah 0,667. lanjutan ini berguna untuk mengetahui Keputusan yang diambil adalah terima H0 apakah data posttest kelas kontrol dan kelas karena 0,667 > 0,05. Maka dapat dikatakan eksperimen berbeda signifikan atau tidak. bahwa data posttest kelas kontrol dan kelas Hasil eksperimen eksperimen tertera pada tabel berikut: berasal dari varian yang uji-t kelas kontrol dan kelas homogen. Setelah data posttest diketahui data normal dan homogen, maka dapat diambil Jenis Data Posttest Tabel 9 Hasil uji-t data posttest Sig.(2-tailed) α Keputusan 0,000 0,05 Terima H0 Keterangan Berbeda signifikan Tabel 9 menunjukkan hasil uji-t artinya siswa pada kelas kontrol dan kelas dimana nilai Sig. (2-tailed) untuk data eksperimen memiliki hasil belajar tentang posttest adalah 0,000. Keputusan yang gerak pada tumbuhan yang berbeda. diperoleh adalah terima H0 karena 0,000 < 0,05, maka data berbeda signifikan. Ini Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model 177 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 NHT pada kelas eksperimen dan pada kelas ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti kontrol cara berubah pengetahuannya, pemahamannya, konvensional (ceramah). Dengan adanya sifat dan tingkah lakunya, daya penerimanya perbedaan metode belajar ini ternyata dan pada individu, oleh sebab itu belajar memberikan pengaruh yang baik. Hasilnya adalah proses aktif. tetap menggunakan terlihat pada Tabel 6 dengan rerata posttest Menurut Slameto (2003) belajar kelas kontrol 60,37 dan kelas eksperimen adalah suatu proses usaha yang dilakukan 67,78. Setelah dilakukan uji normalitas, seseorang homogenitas dan uji-t keputusan yang perubahan tingkah laku yang baru secara diambil adalah terima H0, ini artinya pada keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki sendiri hasil belajar pada materi gerak tumbuhan lingkungannya. Sedangkan Sardiman (2007) yang berbeda. mendefinisikan Dengan adanya perubahan strategi untuk dalam memperoleh suatu interaksi belajar dengan sebagai suatu perubahan tingkah laku atau penampilan belajar memberikan pengaruh yang baik dengan serangkaian kegiatan, bagi hasil belajar siswa. Ini terbukti dengan dengan naiknya hasil posttest siswa. Ini artinya mendengarkan, meniru dan sebagainya. membaca, misalnya mengamati, terjadi suatu proses yang dinamakan proses belajar. Menurut Sudjana (2000) belajar N-Gain merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai proses belajar Di bawah ini merupakan hasil NGain pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai berikut: No Kelas 1. Eksperimen Tabel 10 Rekapitulasi Hasil N-Gain Nilai n Skor Nilai Nilai ideal minimum maksimum 27 100 0,29 0,71 2. Kontrol 27 100 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas dapat dilihat nilai 0,24 0,68 Rerata 0,53 0,42 minimum, nilai maksimum dan rerata NGain kelas eksperimen lebih tinggi 178 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana Maka dapat disimpulkan bahwa N-Gain nilai minimum pada kelas eksperimen pada adalah 0,29 sedangkan pada kelas kontrol dibandingkan dengan N-Gain pada kelas adalah 0,24. Nilai maksimum pada kelas kontrol. kelas eksperimen lebih tinggi eksperimen adalah 0,71 sedangkan pada Perbandingan hasil data N-Gain kelas kontrol adalah 0,68. Nilai rerata N- kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat Gain pada kelas eksperimen adalah 0,53 dilihat dari diagram batang di bawah ini: sedangkan pada kelas kontrol adalah 0,42. 0.53 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0.42 Eksperimen Kontrol Gambar 4: Diagram batang rerata N-Gain Berdasarkan Gambar 4 di atas, dapat Berikut ini merupakan data hasil N- dilihat rerata N-Gain kelas eksperimen lebih Gain per siswa pada kelas eksperimen dan tinggi dibandingkan dengan rerata N-Gain kontrol yang ditunjukkan oleh gambar kelas kontrol. Rerata N-Gain untuk kelas diagram garis berikut : eksperimen adalah 0,53 sedangkan rerata NGain kelas kontrol adalah 0,42. 179 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Gambar 5: Diagram garis N-Gain per siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Dari diagram di atas dapat kita lihat parametrik yaitu dengan menggunakan uji-t, N-Gain masing-masing siswa, baik pada tetapi apabila data tidak berdistribusi normal kelas kontrol maupun kelas eksperimen. dan homogen, maka digunakan statistik non Pada kelas kontrol N-Gain minimum adalah parametrik, yaitu salah satunya dengan adalah menggunakan U Mann-Whitney test. 0,24 sedangkan N-Gain maksimumnya adalah 0,68 sedangkan pada Untuk menguji kenormalan data kelas eksperimen N-Gain minimumnya harus dilakukan adalah 0,29 dan N-Gain maksimumnya merupakan salah satu adalah 0,71. Secara keseluruhan terlihat nilai menentukan uji lanjutan N-Gain persiswa pada kelas eksperimen statistik parametrik atau parametrik. Pada lebih tinggi dibandingkan dengan kelas penelitian kontrol. menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov ini uji uji normalitas syarat yang untuk menggunakan normalitas dengan Data N-Gain kelas kontrol dan kelas (KS-21). Berikut ini adalah tabel uji eksperimen kemudian dianalisis dengan normalitas N-Gain kelas eksperimen dan melakukan uji normalitas, uji homogenitas kelas kontrol. dan uji lanjutan. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji hipotesis komparatif menggunakan statistik 180 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Tabel 11 Rekapitulasi Uji Normalitas Data N-Gain Kelas Eksperimen Kontrol Asym.sig(2tailed) 0,687 0,612 α Keputusan Keterangan 0,05 0,05 Terima H0 Terima H0 Normal Normal Berdasarkan Tabel 4 di atas uji normalitas berarti data pada kelas kontrol dan kelas N-Gain dengan taraf kepercayaan 5% (α eksperimen berdistribusi normal. 0,05) diperoleh nilai Asym. Sig (2-tailed) Selanjutnya peneliti melakukan uji untuk kelas kontrol adalah 0,612 sedangkan homogenitas data N-Gain. Uji homogenitas pada kelas eksperimen 0,687. Untuk kelas ini berguna untuk menguji kehomogenan kontrol diperoleh keputusan terima H0 data. Analisis data uji homogenitas dengan karena nilai Asym. Sig (2-tailed) 0,612 > menggunakan 0,05 dan untuk kelas eksperimen juga homogenitas kelas eksperimen dan kelas diperoleh keputusan terima H0 karena kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: uji Levene. Hasil uji Asymp. Sig (2-tailed) 0,687 > 0,05. Hal ini Jenis data N-Gain Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain Based on α Keputusan Keterangan trimmed mean 0,078 0,05 Terima H0 Berdasarkan Tabel 12 di atas hasil uji Setelah Homogen data N-Gain kelas homogenitas data N-Gain dengan taraf eksperimen dan kelas kontrol diketahui kepercayaan 5% (α 0,05) diperoleh nilai 0,078 maka dapat diambil keputusan untuk Based on trimmed mean 0,078. Keputusan melakukan uji lanjutan. Uji lanjutan yang yang diperoleh adalah H0 diterima karena digunakan yaitu uji-t untuk mengetahui nilai Based on trimmed mean 0,078 < 0,05. apakah data berbeda signifikan atau tidak. Maka dapat dikatakan data N-Gain kelas Analisis data uji-t ini yang dilihat adalah kontrol dan kelas eksperimen berasal dari nilai varian yang homogen. dibandingkan dengan taraf signifikan 0,05. Asymp Sig. (2-tailed) yang 181 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Jika nilai Asymp Sig.(2-tailed) < 0,05 maka berbeda signifikan. Hasil uji-t data N-Gain data berbeda signifikan, jika nilai Asymp seperti pada tabel berikut : Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data tidak Tabel 13 Rekapitulasi Hasil uji-t Data N-Gain Jenis data Asymp Sig. (2tailed) α Keputusan Keterangan N-Gain 0,001 0,05 Terima H0 Berbeda signifikan Dari tabel di atas dapat dilihat hasil biologi dan model ini dapat membantu uji-t untuk data N-Gain kelas kontrol dan keterampilan sosial dalam diri siswa untuk kelas eksperimen dengan taraf kepercayaan bekerjasama. 5% (α 0,05) diperoleh nilai Asymp Sig. Ibrahim (2000) mengatakan bahwa (2tailed) 0,001 < 0,05, berbeda signifikan. model Ini artinya siswa pada kelas kontrol dan membantu siswa memahami konsep-konsep kelas eksperimen mempunyai perbedaan yang sulit, juga berguna untuk membantu hasil belajar gerak pada tumbuhan. siswa Terjadinya peningkatan nilai N-Gain pada Tabel 10 menunjukan terjadinya pembelajaran kooperatif menumbuhkan selain keterampilan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman. peningkatan hasil belajar pada materi gerak Menurut Sardiman (2007) aktifitas pada tumbuhan, hasil yang didapat adalah merupakan bagian dan dasar-dasar mengajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang paling penting yang merupakan faktor memiliki perbedaan hasil belajar pada penentu materi gerak pada tumbuhan. Dimana kelas interaksi antara siswa dan guru. Aktifitas eksperimen yang menggunakan model NHT merupakan prinsip yang sangat penting di lebih tinggi dibandingkan dengan kelas dalam interaksi belajar mengajar. Tanpa kontrol yang menggunakan pembelajaran adanya secara konvensional. Peningkatan ini terjadi mungkin terjadi. karena pada kelas eksperimen menggunakan terhadap aktifitas Secara keberhasilan proses belajar keseluruhan proses tidak penerapan model NHT merupakan salah satu model pembelajaran biologi dengan model NHT yang diterapkan dalam mata pelajaran pada materi gerak tumbuhan berpengaruh 182 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 positif terhadap proses pembelajaran karena 1. Pembelajaran dengan model NHT dapat selain membantu siswa lebih aktif juga dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini untuk menunjukkan bahwa model pembelajaran mengajar dalam meningkatkan hasil NHT efektif diterapkan pada materi gerak belajar tumbuhan kelas VIII di SMP Sei Putih tumbuhan Kampar. 2. menambah siswa pada variasi materi model gerak Guru dapat mengembangkan lagi pola pikir siswa dengan menggunakan model NHT pada materi lain KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi gerak tumbuhan pada siswa kelas VIII SMP Sei Putih Kampar. Hal ini dapat dilihat dari hasil N-Gain. N-Gain pada kelas eksperimen yaitu sebesar 0,53 termasuk kedalam kategori sedang dan N-Gain kelas kontrol yaitu sebesar 0,42 termasuk dalam kategori sedang. Selain itu model ini juga dapat meningkatkan aktifitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar Anni, C. T. 2004. Psikologi Belajar. UPT MKK Universitas Negeri Semarang, Semarang. Archambault, J. 2008. “The Effect of Developing Kinematics Concepts GraphicallyPrior to Introducing Algebraic Problem Solving Techniques”. Action Research Reguared for the Master of Natural Science Degree with Concentration in Physics. Arizona State University. Arends, R. 1997. Classroom Intruction and Management. Mc Grow. Hill Comparies Inc, New York. atau pembelajaran sehingga model ini efektif digunakan pada materi gerak tumbuhan kelas VIII DAFTAR PUSTAKA di SMP Sei Putih Kampar. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut: Astuti, T. 2011. Pembelajaran [online]. Tersedia: http. www. Poojetz. Wordspress. Com// 2011/ 01/ 13/ analisis-tentang-membangunpengetahuan-awal-atau-apersepsisiswa-dalam-kegiatanpembelajaran/.[06 Januari 2011]. Azizah, Noor. 2007. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran 183 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 NHT. Universitas Negeri Semarang , Semarang. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka cipta, Jakarta. Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta, Jakarta. Djamarah, S. B. dan Zein A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Banjarmasin. Fraenkel & Wallen. 1993. How To Design and Evaluate Reaserch In Education: McGRAW-HILL. Singapore. Fitria, R. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktur NHT . Universitas Riau, Pekanbaru. Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Hanafiah dan Suhana. 2007. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama, Bandung. Hidayah, R. 2009. Pendekatan Struktural TPS dan NHT. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. UNESA-UNIVERSITY Press, Surabaya. Ishaq. 2002. Mengajar Efektif. UNRI Press, Pekanbaru. Kunandar. 2007. Guru Profesional (Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lie, A. 2005. Cooperatif Grasindo, Jakarta. Learning. Meltzer, D.E. 2002. “The Relationsip Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning gains in Physics: Posisible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics. 70(7). Nasution. 1995. Dikdakktik Asas-asas Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Nurazizah. 2006. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif Model NHT. Universitas Riau, Pekanbaru. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada, Bandung. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bina Aksara Pustaka, Jakarta. Sudjana, N. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung. Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Pustaka Belajar, Yogyakarta. Surbakti, A. 2006. Pengaruh Metode Inkuiri Pada Pokok Bahasan Lingkaran dalam Matematika terhadap Prestasi Balajar Siswa Kelas II SMP HKBP Perdamean Medan Tahun Ajaran 2005/2006. Medan: Universitas Medan. 184 Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Suyabrata, S. 1997. Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suyitno, A. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Jurusan Matematika FMIPA UNNES, Semarang. Syamsuri, I. 2002. IPA Biologi. Erlangga, Jakarta. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi Pustaka, Jakarta. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta. Wulandari, A. 2010. Metode Penelitian [online]. Tersedia http://www. Trinoval. web. id /2010/04/jenis-ujistatistik. html [17 September 2010]. Wulansari, E. 2008. Uji Noormalitas dengan Kolmogorov Smirnov [online], Tersedia. http: jonikriswanto. blogspot. com/2008/10/ujinormalitas dengan-kolmogorov. html. Akses (04 Oktober 2010). Wayan. 1992. Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional, Surabaya. 185