Jurnal Ilmu Pemerintahan Yanto Supriyatno Fisip Universitas Islam

advertisement
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN UMUM
PRESIDEN TAHUN 2014
(SURVEI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM “45” TAHUN
ANGKATAN 2014/2015)
Yanto Supriyatno
Fisip Universitas Islam ‘45’ Bekasi
[email protected]
Abstract
Any elections there is always a novice group criteria voters the age of 17 years old and
upward or has been married at the time of the election was held. Existing reality shows
that’s voters novice possessed of different characteristics with groups of voters and it has
been choose. Question of the research are how political choice a student on the
legislative election 2014 and what political factors inform the choices a student on the
legislative election 2014. The results show that voters choice novice based by a factor of
political vision and mission candidates. In addition in determining the choice is novice
based on the consideration of the voters own.
Keywords: Partisipasi politik, pemilih pemula, pemilu presiden 2014
A.
Partisipasi
pada
langsung
Pendahuluan
kegiatan
politik
mengacu
seseorang
atau
tidak
langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah
atau
(Budiardjo,
2005:40).
Dengan
sekelompok orang secara sukarela
demikian dalam definisi tersebut,
untuk
dalam
partisipasi politik lebih mengarah
kehidupan politik yaitu dengan jalan
pada tindakan yang bersifat sukarela.
mengambil bagian dalam proses
Dalam pelaksanaan pemilihan
ikut
pemilihan
mempengaruhi
serta
aktif
penguasa
atau
seleksi
pejabat-
umum, tingkat partisipasi pemilih di
Indonesia
cenderung
mengalami
pejabat negara dan/atau tindakan
penurunan. Hal ini dapat dilihat pada
yang diambil oleh mereka dan secara
Tabel
30
1.1
berikut:
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
Tabel 1.1 Partisipasi Pemilih di Indonesia
No
Pemilu
1
2
3
4
5
6
Pemilu 1999
Pemilu 2004
Pilpres 2004 Putaran I
Pilpres 2004 Putaran II
Pemilu 2009
Pilpres 2009
Rata-rata
Jumlah
Pemilih
Menggunakan Hak
Pilih (%)
118.160.000
148.000.000
155.050.000
152.250.000
171.070.000
176.370.000
92,74
84,07
78,23
76,63
70,96
72,56
79,19
Tidak
Menggunakan Hak
Pilih (%)
7,26
15,93
21,77
23,37
29,04
27,44
20,81
Sumber: Kompas, 26 Maret 2012
sama
Berdasarkan
menunjukkan
partisipasi
Tabel
terjadi
pemilih
1.1
penurunan
mendasari
pemula
tidak
ikut
dalam
pemilu/pemilukada
pemilih
berpartisipasi
atau
setiap
golput adalah: (1) ketidakpercayaan
pelaksanaan pemilihan umum.Hal ini
kepada partai politik dan kandidat
ditandai
dengan
meningkatnya
yang
jumlah
pemilih
yang
tidak
administrasi data pemilih; dan (3)
menggunakan hak pilihnya. Namun
kurangnya sosialisasi yang dilakukan
secara rata-rata tingkat partisipasi
KPU (Sasmita, 2011). Sedangkan
pemilih di Indonesia cukup tinggi
alasan mengapa para pemilih pemula
yaitu sebesar 79,19% dan yang tidak
berpartisipasi
menggunakan
pemilu/pemilukada,
hak
dalam
yang
pilih
sebesar
20,81%.
ada;
(2)
kesalahan
pada
dalam
adalah:
(1)
sebagian besar pemilih pemula masih
Tingginya
ketidakhadiran
angka
kepercayaan
kepada
pemilu
pemerintah untuk mengubah bangsa
disebabkan oleh sekurangnya tiga
ini ke arah lebih baik; (2) mereka
faktor,
faktor
berpartisipasi karena diajak orang
para
lain; (3) karena diiming-imingi honor
kandidat; (2) kejenuhan terhadap
yang besar, dan (4) hanya sekedar
dinamika yang terjadi di dunia
ikut-ikutan (Sasmita, 2011).
yaitu:
ketidakpercayaan
dalam
menaruh
(1)
terhadap
politik; dan (3) minimnya sosialisasi
Penelitian yang dilakukan oleh
(Suharizal, 2011:117). Alasan yang
Hevi
31
Kurnia
Hardini
(2008)
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
mengenai perilaku pemilih pemula,
pertama kali mengikuti pemilihan
yakni berasal dari kalangan siswa
umum.
SMA pada pelaksanaan pemilihan
Dengan
kepala daerah di Kota Malang serta
penelitian
model
mengetahui
partisipasi
yang
ada
demikian,
fokus
adalah
untuk
ini
partisipasi
politik
menunjukkan bahwa dalam memilih
pemilih pemula, dalam hal ini adalah
para
tersebut
mahasiswa Universitas Islam “45”
mendasarkan pada pilihan rasional
Tahun Angkatan 2014/2015.Judul
dengan
pada
yang diangkat dalam penelitian ini
aspek kualitas calon, preferensi pada
adalah “Partisipasi Politik Pemilih
kemapanan partai politik (cenderung
Pemula pada Pemilihan Umum
memilih partai lama yang besar),
Presiden Tahun 2014 (Survei pada
aspek kemadirian dalam menentukan
Mahasiswa Universitas Islam “45”
pilihan,
Tahun
Angkatan
terhadap janji-janji politik. Selain itu,
Adapun
rumusan
dalam hal model partisipasi pemilih
diajukan dalam penelitian ini adalah:
pemula menunjukkan pola sebagai
(1) Bagaimana partisipasi pemilih
spectactor, yakni hanya ikut serta
pemula mahasiswa Universitas Islam
dalam pemilihan kepala daerah.
“45”
pemilih
pemula
mempertimbangkan
dan
aspek
identifikasi
Berdasarkan karakteristik yang
dimiliki
oleh
pemilih
pada
2014/2015)”.
masalah
Pemilihan
yang
Umum
Presiden tahun 2014? (2) Faktor-
pemula
faktor
apa
yang
mempengaruhi
tersebut, maka fokus penelitian ini
partisipasi
adalah melihat partisipasi politik
mahasiswa Universitas Islam “45”
yang dilakukan oleh mahasiswa,
pada Pemilihan Umum Presiden
terutama mereka yang baru pertama
tahun 2014?
kali masuk ke jenjang perguruan
tinggi.Mahasiswa
yang
pemilih
pemula
Adapun tujuan penelitian ini
masuk
adalah:
(1)
Untuk
mengetahui
perguruan tinggi pada tahun 2014
bagaimana
termasuk dalam kategori pemilih
pemula mahasiswa Universitas Islam
pemula.Mereka
“45”
rata-rata
masih
pada
partisipasi
pelaksanaan
pemilih
Pemilu
berusia 17-18 tahun ketika masuk
Umum Presiden tahun 2014. (2)
perguruan tinggi dan juga baru
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
32
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
mempengaruhi partisipasi pemilih
Social Sciencesyang dikutip oleh
pemula mahasiswa Universitas Islam
Budiardjo
“45”
bahwa
pada
Pemilihan
Umum
Presiden tahun 2014.
(1998)
partisipasi
kegiatan-kegiatan
menguraikan
politik
adalah
sukarela
dari
warga masyarakat melalui mana
B.
mereka mengambil bagian dalam
Tinjauan Pustaka
proses
B.1. Partisipasi Pemilih
Definisi
partisipasi
pemilihan
penguasa,
dan
politik
secara langsung atau tidak langsung,
secara umum diuraikan oleh Miriam
dalam proses pembentukan kebijakan
Budiardjo (1998) bahwa partisipasi
umum Lebih mengerucutkan dari
politik adalah kegiatan seseorang
pendapat tersebut, Miriam Budiarjo
atau kelompok orang untuk ikut serta
menguraikan pendapat Norman H.
secara aktif dalam kehidupan politik,
Nie
yaitu dengan jalan memilih pimpinan
Handbook of Political Science yang
negara dan secara langsung atau
dikutip oleh Budiardjo (1998) bahwa
tidak
mempengaruhi
partisipasi politik adalah kegiatan
kebijakan pemerintah (public policy).
pribadi warga negara yang legal yang
Dalam penjelasannya yang lebih luas
sedikit banyak langsung bertujuan
Miriam
langsung,
dan
Sidney
Verba
dalam
Budiardjo
(1998)
untuk mempengaruhi seleksi pejabat-
bahwa
kegiatan
pejabat negara dan atau tindakan-
partisipasi politik mencakup tindakan
tindakan yang diambil oleh mereka.
seperti memberikan suara dalam
Berdasarkan dua pendapat ahli ilmu
pemilihan umum, menghadiri rapat
politik tersebut, maka partisipasi
umum, menjadi anggota suatu partai
politik bagi masyarakat merupakan
atau
satu proses kegiatan politik yang
menjelaskan
kelompok
kepentingan,
mengadakan hubungan (contacting)
cukup
dengan
pemilihan umum memilih pejabat-
pejabat
pemerintah
atau
anggota parlemen, dan sebagainya.
pejabat
Penjelasan partisipasi politik
penting,
politik
pemerintahan
secara konseptual banyak diuraikan
terutama
dalam
di
lembaga
maupun
lembaga
perwakilan.
oleh para sarjana. Herbert McClosky
Terkait
dalam Internasional Encyclopedia of
dengankegiatan
apa
saja yang dilakukan oleh masyarakat
33
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
dalam partisipasi politik, Miriam
proses politik, yakni komunikator,
Budiardjo (1998) mengatakan bahwa
spesialis mengadakan kontak tatap
salah satunya, bahkan yang paling
muka, aktivis partai dan pekerja
sering dan sederhana dilakukan oleh
kampanye dan aktivis masyarakat.
warga
partisipasi
Keempat, pengritik, yakni dalam
politik dalam pemilu. Ia mengatakan
bentuk partisipasi tidak konvensional
lebih lanjut bahwa suatu bentuk
(dalam Surbakti 1999:143).
negara
adalah
partisipasi yang agak mudah untuk
Bentuk
partisipasi
politik
diukur intensitasnya adalah perilaku
seseorang tampak dalam aktivitas-
warga
aktivitas
umum,
negara
dalam
antara
pemilihan
lain
melalui
politiknya.
Bentuk
partisipasi politik yang paling umum
perhitungan persentase orang yang
adalah
menggunakan
pilihnya
dikenal dengan istilah voting, entah
dibandingkan dengan jumlah warga
itu untuk memilih calon para wakil
negara yang berhak memilih.
rakyat, entah untuk memilih wakil
Ramlan
memberikan
hak
pemungutan
suara
Surbakti
(1999)
negara. Menurut Rush dan Althoff
definisi
singkat
(2003), mengidentifikasikan bentuk-
mengenai partisipasi politik sebagai
bentuk
bentuk keikutsertaan warga negara
mungkin sebagai berikut:
biasa

dalam
atau
menentukan
segala
keputusan yang menyangkut atau
partisipasi
politik
yang
Menduduki jabatan politik atau
administratif,
mempengaruhi hidupnya. Sedangkan

Milbrath dan Goel membedakan
Mencari
jabatan
politik/administratif,
partisipasi menjadi beberapa kategori

berikut: Pertama, apatis. Artinya
Menjadi anggota aktif dalam
suatu organisasi politik,
orang yang tidak berpartisipasi dan

menarik diri dari proses politik.
Menjadi anggota pasif organisasi
politik,
Kedua, spektator. Artinya, orang

yang setidak-tidaknya pernah ikut
Menjadi anggota aktif organisasi
semi-politik (quasi-political),
memilih dalam pemilihan umum.

Ketiga, gladiator. Artinya mereka
Menjadi anggota pasif suatu
organisasi semi-politik,
yang secara aktif terlibat dalam
34
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan

Hubungan antara kedua kriteria
Menjadi partisipan dalam rapat
umum,
demonstrasi,
ini cenderung diwujudkan dalam
dan
hubungan
sebagainya,

Menjadi
partisipan
Menjadi
besar
partisipan
terbalik”.
Lingkup partisipasi politik
dalam
diskusi politik informal,

“berbanding
biasanya
terjadi
yang
dalam
intensitas yang kecil atau yang
dalam
rendah, misalnya partisipasi dalam
pemungutan suara (voting)
politik
pemilihan umum. Sebaliknya, jika
tersebut berlaku di berbagai tipe
lingkup partisipasi politik rendah
sistem politik, tetapi arti masing-
atau kecil, intensitasnya semakin
masing tingkat tersebut bisa berbeda
tinggi, misalnya kegiatan para aktivis
dari sistem yang satu ke sistem
parpol, pejabat parpol, kelompok
politik yang lain. Selain itu, Rush
penekan. Jadi, terjadi hubungan,
dan
“semakin
Hierarki
partisipasi
Althoff
(2003)
juga
luas
ruang
lingkup
mengingatkan bahwa partisipasi pada
partisipasi politik, semakin rendah
suatu tingkatan tidak merupakan
atau kecil intensitasnya.Sebaliknya,
prasyarat
semakin
bagi
partisipasi
pada
kecil
partisipasi
tingkatan yang lebih tinggi.
ruang
politik,
tingkatan yang berpartisipasi politik,
tinggi.”(Huntington
Samuel P. Huntington dan Joan M.
1990)
Nelson
(1990)
mengajukan
maka
intensitasnya
Untuk menganalisis tingkatan-
lingkup
semakin
dan
Nelson,
Milbarth (dalam Rush dan
dua
kriteria penjelas:
Althoff, 2003) membuat pemetaan
1.
Dilihat dari dua lingkup atau
yang tampaknya masih relevan untuk
proporsi dari satu kategori warga
kondisi
negara
diri
mengandung empat dimensi yang
kegiatan–kegiatan
hierarkhis sifatnya seperti tampak
dalam
yangmelibatkan
pada
partisipasi politik.
2.
Intensitas, ukuran, jangka waktu,
dan arti penting dari kegiatan
khusus itubagi sistem politik.
35
sekarang.
Tabel
2.1
Rinciannya
berikut:
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
Tabel 2.1
Bentuk Partisipasi Politik Versi Milbarth
Kegiatan-kegiatan sebagai Gladiator
(Gladiator Activities)
•
•
•
•
•
Kegiatan-kegiatan transisi (Transition
Activities)
•
•
•
Kegiatan-kegiatan sebagai penonton
(Spectator Activities)
•
•
•
•
•
Holding Public and party office
Being a candidate for office
Attending a caucus or a strategy
meeting
Becoming an active member in
political party
Contributing time in a political
campaign
Attending a political meeting or
rally
Making a monetary contribution to
party or candidate
Contacting a public official or a
political leader
Wearing a button or putting a
sticker on one’s car
Attempting to talk another into
voting a certain way
Initiating a political discussion
Voting
Exposing oneself to political stimuli
Apatis (Apathetic)
Sumber: Rush dan Althoff, 2003
Partisipasi
politik
mempengaruhi hasil proses
pemilihan.
b) Lobbying mencakup upayaupaya
perorangan
atau
kelompok untuk menghubungi
pejabat-pejabat pemerintah dan
pemimpin-pemimpin
politik
dengan maksud mempengaruhi
keputusan-keputusan
mereka
mengenai persoalan-persoalan
yang menyangkut sejumlah
besar orang.
c) Kegiatan organisasi menyangkut
partisipasi sebagai anggota atau
pejabat dalam suatu organisasi
yang
tujuan
utama
dan
eksplisitnya
adalah
mempengaruhi
pengambilan
keputusan pemerintah
dapat
terwujud dalam pelbagai bentuk.
Studi-studitentang partisipasi dapat
menggunakan
skema-skema
klasifikasi yang agak berbeda-beda,
namun kebanyakan riset belakangan
ini membedakan jenis-jenisperilaku
seperti
berikut
(Huntington
dan
Nelson, 1990):
a)
Kegiatan pemilihan mencakup
suara,
akan
tetapi
juga
sumbangan sumbangan untuk
kampanye, bekerja dalam suatu
pemilihan, mencari dukungan
bagi seorang calon, atau setiap
tindakan
yang
bertujuan
36
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
d) Mencari koneksi (contacting)
merupakan tindakan perorangan
yang ditujukan terhadap pejabatpejabat pemerintah dan biasanya
dengan maksud memperoleh
manfaat bagi hanya satu orang
atau segelintir orang.
e) Tindakan kekerasan (violence)
juga dapat merupakan satu
bentuk partisipasi politik, dan
untuk keperluan analisa ada
manfaatnya untuk didefenisikan
sebagai satu kategori tersendiri,
artinya sebagai upaya untuk
mempengaruhi
pengambilan
keputusan pemerintah dengan
jalan menimbulkan kerugian
fisik terhadap orang-orang atau
harta benda.
-
Sedangkan
Rush
dan
Milbrath
Althoff,
(dalam
2003)
menyebutkan 4 faktor utama yang
mendorong
orang
berpartisipasi
politik, antara lain:
-
-
Sejauh mana orang menerima
perangsang politik.
Karena adanya perangsang,
maka
seseorang
mau
berpartisipasi dalam kehidupan
politik. Dalam hal ini minat
untuk berpartisipasi dipengaruhi
olehkarena sering mengikuti
diskusi politik melalui mass
media
atau
melalui
diskusiformal.
Faktor karakteristik pribadi
seseorang.
Orang-orang yang berwatak
sosial
yang
mempunyai
kepedulian sosial yang besar
terhadap problem sosial, politik,
ekonomi,
sosial
budaya
hankamrata,
biasanya
mau
terlibat dalam aktivitas politik.
37
Karakteristik sosial seseorang.
Karakter sosial menyangkut
status sosial ekonomi, kelompok
ras, etnis dan agama seseorang.
Bagaimanapun juga lingkungan
sosial itu ikut mempengaruhi
persepsi,
sikap,
perilaku
seseorang dalam bidang politik.
Orang yang berasal dari
lingkungan sosial yang lebih
rasional dan menghargai nilainilai
seperti
keterbukaan,
kejujuran, keadilan dan lain-lain
tentu
akan
mau
juga
memperjuangkan tegaknya nilainilai tersebut dalam bidang
politik. Oleh sebab itulah,
mereka mau berpartisipasi dalam
bidang politik.
Keadaan politik.
Lingkungan
politik
yang
kondusif membuat orang dengan
senang hati berpartisipasi dalam
kehidupan
politik.
Dalam
lingkungan
politik
yang
demokratis orang merasa lebih
bebas dan nyaman untuk terlibat
dalam aktivitas-aktivitas politik
daripada dalam lingkungan
politik
yang
totaliter.
Lingkungan politik yang sering
diisi dengan aktivitas-aktivitas
brutal dan kekerasan dengan
sendirinya
menjauhkan
masyarakat dari wilayah politik.
Seseorang
yang
tiada
mempunyai pengetahuan atas
informasi
mengenai
suatu
masalah politik atau situasi
politik mungkin merasa kurang
kompeten untuk berpartisipasi
dalam sesuatu usaha guna
memecahkan masalahnya, atau
untuk mengubah situasinya,
maka kompetensi politiknya
meningkat
dengan
bertambahnya
pengetahuan.
Kepribadian yang ramah, suka
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
bergaul, dominan dan memiliki
jiwa sosial yang tinggi akan
lebih
condong
melakukan
kegiatan politik.
Berdasarkan
Indonesia dengan rentang usia 17-21
tahun.
Kelompok pemilih pemula ini
biasanya
pendapat
mereka
yang
berstatus
pelajar, mahasiswa, serta pekerja
Milbrath, maka dalam penelitian
muda.Pemilih pemula dalam ritual
berfokus pada faktor-faktor yang
demokrasi (pemilu legislatif, Pilpres)
mempengaruhi partisipasi pemilih
selama ini sebagai objek dalam
pemula dalam pelaksanaan pemilu.
kegiatan politik, yaitu mereka yang
masih memerlukan pembinaan dan
B.2. Pemilih Pemula
pengembangan ke arah pertumbuhan
Menurut Pasal 1 ayat (2) UU
potensi
Nomor 10 tahun 2008, pemilih
dan
kemampuannya
ke
tingkat yang optimal agar dapat
adalah warga negara Indonesia yang
berperan dalam bidang politik (Dani,
telah genap berumur 17 (tujuh belas)
2010).
tahun atau lebih atau sudah/pernah
kawin. Kemudian pada Pasal 19 ayat
C.
(1 dan 2) UU Nomor 10 tahun 2008
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
menerangkan bahwa pemilih yang
metode deskripsi kualitatif karena
mempunyai hak memilih adalah
warga
negara
Indonesia
tujuan dari penelitian ini adalah
yang
untuk
didaftar oleh penyelenggara pemilu
meringkaskan
dalam daftar pemilih dan pada hari
pemungutan
suara
telah
sudah/pernah
kawin.
berbagai
kondisi,
situasi, atau fenomena realitas sosial
genap
yang
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau
lebih
menggambarkan,
ada
menjadi
Dari
di
obyek
masyarakat
penelitian,
yang
dan
berusaha menarik realitas tersebut
pengertian tersebut dapat ditarik
sebagai suatu ciri, karakter, sifat,
kesimpulan bahwa pemilih pemula
model, tanda atau gambaran tentang
adalah warga negara yang terdaftar
kondisi,
oleh penyelenggara pemilu dalam
situasi
atau
fenomena
tertentu (Bungin, 2009).Oleh karena
daftar pemilih, dan baru mengikuti
itu, penelitian ini tidak menguji
pemilu (memberikan suara) pertama
hipotesis
kali sejak pemilu diselenggarakan di
38
atau
membuat
suatu
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
generalisasi,
melainkan
mendeskripsikan
hanya
informasi
frekuensi dan tabulasi silang dengan
apa
melihat kecenderungan prosentase.
adanya sesuai dengan variabel yang
Teknik pengumpulan data
diteliti (Bungin, 2009).
Dalam
primer dilakukan dengan kuesioner,
ini
dimana responden mengisi sejumlah
populasi adalah pemilih mahasiswa
pertanyaan penelitian. Untuk data
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
sekunder, teknik pengumpulan data
Universitas
Bekasi
menggunakan sumber yang berasal
yang
baru
dari buku, jurnal, laporan penelitian,
menggunakan
hak
Angkatan
pertama
penelitian
Islam
“45”
2013/2014
kali
dokumen,
dan
sumber
tertulis
pilihnya pada pemilihan umum tahun
lainnya yang berhubungan dengan
2014.Berdasarkan
penelitian ini.
perhitungan
diperoleh sampel pemilih pemula
sebanyak
58
orang
yang
D.
Hasil dan Pembahasan
didistribusikan secara proporsional di
Dalam negara demokratis
empat program studi yang ada di
partisipasi merupakan penerapan dari
lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan
penyelenggaraan kekuasaan politik
Ilmu Politik Universitas Islam “45”
yang
Bekasi.
politik
Data
oleh
dilakukan
rakyat.Partisipasi
salah
satunya
diperoleh
adalah ikut memilih pimpinan negara
menggunakan
dan mempengaruhi kebijakan publik
metode kualitatif dan kuantitatif.
dalam bentuk memberikan suara
Teknik analisis kualitatif ditujukan
dalam pemilu. Untuk mengetahui
untuk
pengenalan
dianalisis
terhadap
yang
sah
dengan
memberikan
penjelasan
terhadap
yang
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun
diajukan dalam pertanyaan penelitian
2014 sebagaimana data pada Tabel 1
(research
permasalahan
responden
question).
Sedangkan
berikut:
teknik analisis kuantitatif digunakan
untuk menganalisis kuesioner yang
kemudian
disajikan
dalam
tabel
39
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
Tabel 1.Pengenalan Responden terhadap Adanya Pemilu Legislatif 2014
Pernyataan
No
Program Studi
(1)
(2)
%
Tidak
%
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Ilmu Pemerintahan
25
0
2
Ilmu Administrasi Negara
8
0
3
Psikologi
19
1
4
Manajemen Administrasi
5
0
Total
Pengenalan
terhadap
Ya
57
mahasiswa
pelaksanaan
98
1
2
2% saja yang tidak mengetahui
Pemilu
adanya
Pemilu
Legislatif
2014.
Legislatif tahun 2014 menunjukkan
Demikian pula untuk mengetahui
sebanyak 57 mahasiswa dari 58
apakah
responden
ikut
memilih
mahasiswa
anggota
legislatif
pada
Pemilu
atau
sebesar
98%
mengetahui adanya Pemilu Legislatif
Legislatif tahun 2014 sebagaimana
2014. Hanya 1 orang mahasiswa atau
data
Tabel
2
Tabel 2.Keikutsertaan Responden pada Pemilu Legislatif 2014
Pernyataan
No
Program Studi
(1)
(2)
Ya
%
Tidak
%
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Ilmu Pemerintahan
20
5
2
Ilmu Administrasi Negara
8
0
3
Psikologi
18
2
4
Manajemen Administrasi
5
0
Total
51
40
87
7
13
berikut:
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
Meskipun
mahasiswa
jumlah
yang
Dalam hal mengidentifikasi
mengetahui
faktor-faktor
yang
menentukan
pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014
perilaku pemilih pemula pada saat
sangat
Pemilu
banyak
mencapai
98%,
Legislatif
tahun
2014
namun dalam keikutsertaan dalam
dilaksanakan adalah bagaimana sikap
proses pemungutan suara sebanyak
pemilih
51 orang atau sebesar 87% yang
pelaksanaanpemilu
mencoblos. Sedangkan sebanyak 7
tersebut. Adapun perolehan data dari
orang atau sebesar 13% yang tidak
lapangan
mengikuti proses pemilihan umum.
berikut:
pemula
menjelang
legislatif
sebagaimana
Tabel
3
Tabel 3.Sikap Responden Menjelang Pemilu Legislatif 2014
Pernyataan
No
Program Studi
(1)
(2)
Antusias
%
Biasa
%
Tidak Tertarik
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Ilmu Pemerintahan
15
10
0
2
Ilmu Administrasi Negara
7
1
0
3
Psikologi
6
13
1
4
Manajemen Administrasi
0
5
0
Total
28
48
29
Berdasarkan data Tabel 3
50
2
Demikian pula dalam melihat
menunjukkan bahwa sikap pemilih
alasan
menjelang
menjelang
pelaksanaan
1
pemilu
pemilih
pemula
bersikap
pelaksanan
Pemilu
legislatif ternyata bersikap biasa saja,
Legislatif tahun 2014 berdasarkan
yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar
hasil kuesioner yang diperoleh untuk
50%. Sebanyak 28 responden atau
mengkonfirmasi
sebesar
pemula
48%
bersikap
sangat
sikap
menjelang
pemilih
pelaksanaan
antusias, dan sebanyak 1 orang atau
pemilu legislatif tersebut menurut
sebesar 2% yang bersikap tidak
pendapat
tertarik.
sebagaimana data Tabel 4 berikut:
41
mereka
adalah
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
Tabel 4.Alasan Responden Bersikap Menjelang Pemilu Legislatif 2014
Program Studi
No
Pernyataan
(1)
(2)
Jumlah
%
(7)
(8)
(9)
IP
IAN
PSI
MA
(4)
(5)
(6)
1
Baru mencoblos pertama kali
7
1
3
0
11
18
2
Rasa tanggung jawab sebagai warga negara
12
7
10
5
34
58
3
Ajakan orang tua
-
-
1
-
1
1
4
Ajakan rekan sebaya/kampus
-
-
-
-
-
5
Ajakan tim sukses kandidat
1
-
1
-
2
4
6
Tidak terdaftar sebagai pemilih
2
-
-
-
2
4
7
Bingung akan banyaknya kandidat
2
-
3
-
5
9
8
Pemberian materi dari kandidat
-
-
-
-
-
9
Lain-lain
1
-
2
-
3
6
25
8
20
5
58
100
Total
Sebagian besar responden,
lebih dikarenakan karena bingung
yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar
akan
58%
alasan
terdaftar sebagai pemilih, ajakan tim
mereka memilih disebabkan oleh
sukses kandidat, ajakan orang tua,
rasa tanggung jawab sebagai seorang
dan
warga negara. Sebanyak 11 orang
utama responden memilih kandidat
atau sebesar 18% yang menyatakan
anggota legislatif sebagaimana data
karena baru pertama kali mengikuti
Tabel 5 berikut:
menyatakan
bahwa
pemilihan umum. Sedangkan sisanya
42
banyaknya
lain-lain.
kandidat,
Sedangkan
tidak
alasan
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
Tabel 5.Alasan Responden Memilih Kandidat Anggota Legislatif
Program Studi
No
Pernyataan
(1)
(2)
Jumlah
%
(7)
(8)
(9)
-
-
-
-
2
7
4
27
46
IP
IAN
PSI
MA
(4)
(5)
(6)
-
-
14
1
Incumbent
2
Visi, misi dan program yang ditawarkan
3
Asal bukan incumbent
-
-
-
-
-
-
4
Latar belakang pendidikan kandidat
2
-
5
1
8
13
5
Latar belakang orangtua kandidat
-
-
1
-
1
2
6
Latar belakang pengalaman politik kandidat
3
1
1
-
5
9
7
Latar belakang pekerjaan kandidat
2
-
-
-
2
3
8
Popularitas kandidat
-
-
1
-
1
2
9
Pemberian materi kandidat
-
-
1
-
1
2
10
Latar belakang partai pengusung kandidat
-
1
-
-
1
2
11
Kemampuan kandidat mengatasi persoalan
3
4
-
-
7
12
12
Tidak tahu
1
-
4
-
5
9
25
8
20
5
58
100
Total
Alasan
utama
responden
latar belakang pendidikan kandidat.
memilih kandidat anggota legislatif
Sedangkan
adalah karena visi, misi, dan program
yang
ditawarkan
oleh
kandidat,
yang
lain
memilih
kandidat
didasarkan
pada
kemampuan
kandidat
mengatasi
dimana dari 58 orang responden
persoalan,
latar
belakang
sebanyak 27 orang atau sebesar 46%
pengalaman
politik
kandidat,
menyatakan memilih karena faktor
popularitas
kandidat,
pemberian
tersebut. Sebanyak 8 orang atau
materi kandidat, latar belakang partai
sebesar 13% memilih karena faktor
43
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
pengusung kandidat, bahkan ada
informasi
yang tidak tahu sama sekali.
responden
Pada
Tabel
menampilkan
6
berikut
tentang
utama
yang
diperoleh
mengenai
anggota legislatif
kandidat
sebagai berikut:
sumber
Tabel 6.Sumber Informasi Responden Mengenai Kandidat Anggota
Legislatif
Program Studi
No
Pernyataan
(1)
(2)
Jumlah
%
(7)
(8)
(9)
15
3
43
74
IP
IAN
PSI
MA
(4)
(5)
(6)
20
5
1
Iklan TV/Radio, spanduk, pamflet, dsb
2
Suami/istri
-
-
-
-
-
-
3
Orang tua
1
-
1
-
2
4
4
Keluarga/kerabat
-
-
-
-
-
-
5
Teman sepergaulan
1
-
-
-
1
1
6
Tokoh masyarakat
1
-
-
-
1
1
7
Organisasi sosial tempat saya bergabung
1
-
-
-
1
1
8
Lingkungan tempat saya kuliah
1
-
-
-
1
1
9
Pilihan warga tempat saya tinggal
-
-
1
-
1
1
10
Program yang ditawarkan
-
-
-
-
-
-
11
Dicalonkan oleh partai pilihan saya
-
-
1
-
1
1
12
Suka pada figur kandidat
-
3
-
2
5
9
13
Tidak tahu
-
-
2
-
2
4
25
8
20
5
58
100
Total
Adapun yang menjadi sumber
menunjukkan bahwa sebanyak 43
informasi responden ketika memilih
responden atau sebesar 74% berasal
kandidat
anggota
legislatif,
dari
berdasarkan
hasil
lapangan
pamflet, dan sebagainya. Sebanyak
data
44
iklan
TV/radio,
spanduk,
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
5 orang atau sebesar 9% yang
lingkungan
menyatakan karena suka pada figur
warga. Sedangkan yang menjadi
kandidat.
sumber
Adapun
menyatakan
yang
dan
pertimbangan
pilihan
responden
informasi
ketika memilih kandidat anggota
mengenai kandidat diperoleh dari
legislatif sebagaimana data pada
orang tua, teman sepergaulan, tokoh
Tabel 7 berikut:
masyarakat,
bahwa
lain
kuliah,
organisasi
sosial,
Tabel 7.Sumber Pertimbangan Responden Ketika Memilih Kandidat
Anggota Legislatif
Program Studi
No
Pernyataan
(1)
(2)
Jumlah
%
(7)
(8)
(9)
IP
IAN
PSI
MA
(4)
(5)
(6)
1
Orang tua
3
1
4
0
8
14
2
Suami/istri
-
-
-
-
-
-
3
Teman sebaya
-
-
1
-
1
1
4
Pertimbangan sendiri
16
5
11
5
37
64
5
Tidak ada pertimbangan
5
0
2
0
7
12
6
Lain-lain
1
2
2
0
5
9
25
8
20
5
58
100
Total
Sumber
pertimbangan
lain sebagai sumber pertimbangan
responden ketika memilih kandidat
dalam memilih kandidat.
legislatif menurut 37 responden atau
E.
sebesar 64% berasal dari diri mereka
Simpulan dan Saran
Terdapat
beberapa
faktor
sendiri. Sebanyak 8 orang atau
yang melatari perilaku memilih pada
sebesar 14% menyatakan orang tua
pemilih
sebagai sumber pertimbangan dalam
Legislatif tahun 2014. Meskipun
memilih.
dapat dikatakan sebanyak 29 orang
Sedangkan
yang
lain
pemula
menyatakan pengaruh teman sebaya,
bersikap
tidak adanya pertimbangan, dan lain-
menyambut
45
saat
biasa-biasa
pemilu
saja
Pemilu
dalam
legislatif
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
tersebut. Akan tetapi hal tersebut
pemilih pemula didasarkan pada visi,
tidak
misi, dan program yang ditawarkan
menyurutkan
antusiasme
mereka dalam menggunakan hak
oleh kandidat anggota legislatif.
pilih. Terbukti sekitar 51 dari 58
jumlah
responden
telah
dijelaskan
pada
diambil
bagian awal bahwa penelitian ini
menyatakan menggunakan hak pilih
memiliki keterbatasan, baik dari segi
mereka. Faktor keinginan yang besar
variabel pengaruh, variabel kontrol,
untuk merasakan pengalaman dengan
metode
menggunakan hak pilih tercermin
analisa data, jumlah sampel, dan
dari hasil temuan lapangan yang
wilayah penelitian. Oleh sebab itu,
menunjukkan mayoritas responden
untuk
menyatakan tetap memilih sebagai
mengenai pilihan politik pemilih
bentuk
sebagai
pemula pada pelaksanaan pemilihan
warga negara.Keunikan yang khas
umum pada penelitian selanjutnya
pada pemilih pemula adalah sebagian
dapat
besar dari mereka menggunakan
menambahkan
pengaruh promosi kampanye visual
pengaruh lainnya, seperti variabel
dalam menentukan pilihan mereka.
identifikasi
Iklan tv/radio, poster, spanduk dan
identifikasi
baliho kandidat anggota legislatif
sebagainya,
menjadi alat yang sangat efektif bagi
metode
pemilih pemula dalam menentukan
menjelaskan mengenai pilihan politik
pilihan mereka.
pemilih pemula tersebut.
tanggung
yang
Seperti
jawab
Dari beberapa faktor yang
bahwa para pemilih pemula memiliki
memutuskan
memilih
dalam
kandidat
anggota legislatif. Selain itu, dalam
hal
rasionalisasi
memperkaya
dilakukan
partai,
variabel
variabel
kandidat,
tertentu
kajian
dengan
dengan
serta
teknik
dan
menggunakan
yang
dapat
Asfar, Muhammad, “Pilkada dan
Penciptaan Pemerintahan yang
Representatif”, dalam Ahmad
Nadir. 2005.Pilkada Langsung
dan Masa Depan Demokrasi di
Indonesia, Malang: Averroes
Press.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasardasar Ilmu Politik, Jakarta:
Gramedia.
Bungin,
H.M.
Burhan.
2009.Penelitian
Kualitatif:
para pemilih pemula, dapat diketahui
sendiri
lebih
digunakan,
Daftar Pustaka
melatarbelakangi perilaku memilih
pertimbangan
yang
pilihan
menunjukkan bahwa pilihan politik
46
Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016
Jurnal Ilmu Pemerintahan
Komunikasi,
Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial
Lainnya,
Jakarta:
Prenada Media.
Gaffar, Afan. 1992.The Javanese
Voters: A Case Study of
Election under a Hegemonic
Party System, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
http://www.antara.net.id/index.php/2
014/01/02/pemilih-pemulapemilu-2014-potensi-besarsosialisasi-program-yangbelum-merata/id/
diakses
tanggal 18 Maret 2014.
Imawan, Riswandha, “Dinamika
Pemilih dalam Pemilu 1992”
dalam
M.
Sudibjo
(Penyunting). 1995.Pemilihan
Umum 1992: Suatu Evaluasi,
Jakarta: Center for Strategic
and International Studies.
Indarti, Erlyn, “Dinamika Politik
Lokal
dalam
Pemilihan
Gubernur di Jawa Tengah”,
dalam
Satoto,
Darmanto
Jatman, dkk. 2003.Pilkada di
Era Otonomi: Berlayar Sambil
Menambal Lubang di Kapal,
Semarang: Komite Peduli
Pemilihan Gubernur Jateng
2003-2008,
Dewan
Riset
Daerah Jawa Tengah, dan CV
Aneka Ilmu.
Newton, Kenneth and Jan W. van
Deth. 2005.Foundations of
Comparative Politics, New
York: Cambridge University
Press.
Nursal,
Adman.
2004.Political
Marketing:
Strategi
Memenangkan Pemilu, Jakarta:
Gramedia.
Setiajid, “Orientasi Politik yang
Mempengaruhi
Pemilih
Pemula dalam Menggunakan
Hak Pilihnya pada Pemilihan
Walikota Semarang Tahun
2010 (Studi Kasus Pemilih
Pemula di Kota Semarang)”,
Integralistik,
No.
1/Th.
XXII/2011, Januari-Juni 2011,
hal. 18-33.
Undang-undang Nomor 8 Tahun
2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat
Daerah
47
Download