Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 (SURVEI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM “45” TAHUN ANGKATAN 2014/2015) Yanto Supriyatno Fisip Universitas Islam ‘45’ Bekasi [email protected] Abstract Any elections there is always a novice group criteria voters the age of 17 years old and upward or has been married at the time of the election was held. Existing reality shows that’s voters novice possessed of different characteristics with groups of voters and it has been choose. Question of the research are how political choice a student on the legislative election 2014 and what political factors inform the choices a student on the legislative election 2014. The results show that voters choice novice based by a factor of political vision and mission candidates. In addition in determining the choice is novice based on the consideration of the voters own. Keywords: Partisipasi politik, pemilih pemula, pemilu presiden 2014 A. Partisipasi pada langsung Pendahuluan kegiatan politik mengacu seseorang atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah atau (Budiardjo, 2005:40). Dengan sekelompok orang secara sukarela demikian dalam definisi tersebut, untuk dalam partisipasi politik lebih mengarah kehidupan politik yaitu dengan jalan pada tindakan yang bersifat sukarela. mengambil bagian dalam proses Dalam pelaksanaan pemilihan ikut pemilihan mempengaruhi serta aktif penguasa atau seleksi pejabat- umum, tingkat partisipasi pemilih di Indonesia cenderung mengalami pejabat negara dan/atau tindakan penurunan. Hal ini dapat dilihat pada yang diambil oleh mereka dan secara Tabel 30 1.1 berikut: Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Tabel 1.1 Partisipasi Pemilih di Indonesia No Pemilu 1 2 3 4 5 6 Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pilpres 2004 Putaran I Pilpres 2004 Putaran II Pemilu 2009 Pilpres 2009 Rata-rata Jumlah Pemilih Menggunakan Hak Pilih (%) 118.160.000 148.000.000 155.050.000 152.250.000 171.070.000 176.370.000 92,74 84,07 78,23 76,63 70,96 72,56 79,19 Tidak Menggunakan Hak Pilih (%) 7,26 15,93 21,77 23,37 29,04 27,44 20,81 Sumber: Kompas, 26 Maret 2012 sama Berdasarkan menunjukkan partisipasi Tabel terjadi pemilih 1.1 penurunan mendasari pemula tidak ikut dalam pemilu/pemilukada pemilih berpartisipasi atau setiap golput adalah: (1) ketidakpercayaan pelaksanaan pemilihan umum.Hal ini kepada partai politik dan kandidat ditandai dengan meningkatnya yang jumlah pemilih yang tidak administrasi data pemilih; dan (3) menggunakan hak pilihnya. Namun kurangnya sosialisasi yang dilakukan secara rata-rata tingkat partisipasi KPU (Sasmita, 2011). Sedangkan pemilih di Indonesia cukup tinggi alasan mengapa para pemilih pemula yaitu sebesar 79,19% dan yang tidak berpartisipasi menggunakan pemilu/pemilukada, hak dalam yang pilih sebesar 20,81%. ada; (2) kesalahan pada dalam adalah: (1) sebagian besar pemilih pemula masih Tingginya ketidakhadiran angka kepercayaan kepada pemilu pemerintah untuk mengubah bangsa disebabkan oleh sekurangnya tiga ini ke arah lebih baik; (2) mereka faktor, faktor berpartisipasi karena diajak orang para lain; (3) karena diiming-imingi honor kandidat; (2) kejenuhan terhadap yang besar, dan (4) hanya sekedar dinamika yang terjadi di dunia ikut-ikutan (Sasmita, 2011). yaitu: ketidakpercayaan dalam menaruh (1) terhadap politik; dan (3) minimnya sosialisasi Penelitian yang dilakukan oleh (Suharizal, 2011:117). Alasan yang Hevi 31 Kurnia Hardini (2008) Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan mengenai perilaku pemilih pemula, pertama kali mengikuti pemilihan yakni berasal dari kalangan siswa umum. SMA pada pelaksanaan pemilihan Dengan kepala daerah di Kota Malang serta penelitian model mengetahui partisipasi yang ada demikian, fokus adalah untuk ini partisipasi politik menunjukkan bahwa dalam memilih pemilih pemula, dalam hal ini adalah para tersebut mahasiswa Universitas Islam “45” mendasarkan pada pilihan rasional Tahun Angkatan 2014/2015.Judul dengan pada yang diangkat dalam penelitian ini aspek kualitas calon, preferensi pada adalah “Partisipasi Politik Pemilih kemapanan partai politik (cenderung Pemula pada Pemilihan Umum memilih partai lama yang besar), Presiden Tahun 2014 (Survei pada aspek kemadirian dalam menentukan Mahasiswa Universitas Islam “45” pilihan, Tahun Angkatan terhadap janji-janji politik. Selain itu, Adapun rumusan dalam hal model partisipasi pemilih diajukan dalam penelitian ini adalah: pemula menunjukkan pola sebagai (1) Bagaimana partisipasi pemilih spectactor, yakni hanya ikut serta pemula mahasiswa Universitas Islam dalam pemilihan kepala daerah. “45” pemilih pemula mempertimbangkan dan aspek identifikasi Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh pemilih pada 2014/2015)”. masalah Pemilihan yang Umum Presiden tahun 2014? (2) Faktor- pemula faktor apa yang mempengaruhi tersebut, maka fokus penelitian ini partisipasi adalah melihat partisipasi politik mahasiswa Universitas Islam “45” yang dilakukan oleh mahasiswa, pada Pemilihan Umum Presiden terutama mereka yang baru pertama tahun 2014? kali masuk ke jenjang perguruan tinggi.Mahasiswa yang pemilih pemula Adapun tujuan penelitian ini masuk adalah: (1) Untuk mengetahui perguruan tinggi pada tahun 2014 bagaimana termasuk dalam kategori pemilih pemula mahasiswa Universitas Islam pemula.Mereka “45” rata-rata masih pada partisipasi pelaksanaan pemilih Pemilu berusia 17-18 tahun ketika masuk Umum Presiden tahun 2014. (2) perguruan tinggi dan juga baru Untuk mengetahui faktor-faktor yang 32 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan mempengaruhi partisipasi pemilih Social Sciencesyang dikutip oleh pemula mahasiswa Universitas Islam Budiardjo “45” bahwa pada Pemilihan Umum Presiden tahun 2014. (1998) partisipasi kegiatan-kegiatan menguraikan politik adalah sukarela dari warga masyarakat melalui mana B. mereka mengambil bagian dalam Tinjauan Pustaka proses B.1. Partisipasi Pemilih Definisi partisipasi pemilihan penguasa, dan politik secara langsung atau tidak langsung, secara umum diuraikan oleh Miriam dalam proses pembentukan kebijakan Budiardjo (1998) bahwa partisipasi umum Lebih mengerucutkan dari politik adalah kegiatan seseorang pendapat tersebut, Miriam Budiarjo atau kelompok orang untuk ikut serta menguraikan pendapat Norman H. secara aktif dalam kehidupan politik, Nie yaitu dengan jalan memilih pimpinan Handbook of Political Science yang negara dan secara langsung atau dikutip oleh Budiardjo (1998) bahwa tidak mempengaruhi partisipasi politik adalah kegiatan kebijakan pemerintah (public policy). pribadi warga negara yang legal yang Dalam penjelasannya yang lebih luas sedikit banyak langsung bertujuan Miriam langsung, dan Sidney Verba dalam Budiardjo (1998) untuk mempengaruhi seleksi pejabat- bahwa kegiatan pejabat negara dan atau tindakan- partisipasi politik mencakup tindakan tindakan yang diambil oleh mereka. seperti memberikan suara dalam Berdasarkan dua pendapat ahli ilmu pemilihan umum, menghadiri rapat politik tersebut, maka partisipasi umum, menjadi anggota suatu partai politik bagi masyarakat merupakan atau satu proses kegiatan politik yang menjelaskan kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) cukup dengan pemilihan umum memilih pejabat- pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya. pejabat Penjelasan partisipasi politik penting, politik pemerintahan secara konseptual banyak diuraikan terutama dalam di lembaga maupun lembaga perwakilan. oleh para sarjana. Herbert McClosky Terkait dalam Internasional Encyclopedia of dengankegiatan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat 33 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan dalam partisipasi politik, Miriam proses politik, yakni komunikator, Budiardjo (1998) mengatakan bahwa spesialis mengadakan kontak tatap salah satunya, bahkan yang paling muka, aktivis partai dan pekerja sering dan sederhana dilakukan oleh kampanye dan aktivis masyarakat. warga partisipasi Keempat, pengritik, yakni dalam politik dalam pemilu. Ia mengatakan bentuk partisipasi tidak konvensional lebih lanjut bahwa suatu bentuk (dalam Surbakti 1999:143). negara adalah partisipasi yang agak mudah untuk Bentuk partisipasi politik diukur intensitasnya adalah perilaku seseorang tampak dalam aktivitas- warga aktivitas umum, negara dalam antara pemilihan lain melalui politiknya. Bentuk partisipasi politik yang paling umum perhitungan persentase orang yang adalah menggunakan pilihnya dikenal dengan istilah voting, entah dibandingkan dengan jumlah warga itu untuk memilih calon para wakil negara yang berhak memilih. rakyat, entah untuk memilih wakil Ramlan memberikan hak pemungutan suara Surbakti (1999) negara. Menurut Rush dan Althoff definisi singkat (2003), mengidentifikasikan bentuk- mengenai partisipasi politik sebagai bentuk bentuk keikutsertaan warga negara mungkin sebagai berikut: biasa dalam atau menentukan segala keputusan yang menyangkut atau partisipasi politik yang Menduduki jabatan politik atau administratif, mempengaruhi hidupnya. Sedangkan Milbrath dan Goel membedakan Mencari jabatan politik/administratif, partisipasi menjadi beberapa kategori berikut: Pertama, apatis. Artinya Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik. Menjadi anggota pasif organisasi politik, Kedua, spektator. Artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut Menjadi anggota aktif organisasi semi-politik (quasi-political), memilih dalam pemilihan umum. Ketiga, gladiator. Artinya mereka Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik, yang secara aktif terlibat dalam 34 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Hubungan antara kedua kriteria Menjadi partisipan dalam rapat umum, demonstrasi, ini cenderung diwujudkan dalam dan hubungan sebagainya, Menjadi partisipan Menjadi besar partisipan terbalik”. Lingkup partisipasi politik dalam diskusi politik informal, “berbanding biasanya terjadi yang dalam intensitas yang kecil atau yang dalam rendah, misalnya partisipasi dalam pemungutan suara (voting) politik pemilihan umum. Sebaliknya, jika tersebut berlaku di berbagai tipe lingkup partisipasi politik rendah sistem politik, tetapi arti masing- atau kecil, intensitasnya semakin masing tingkat tersebut bisa berbeda tinggi, misalnya kegiatan para aktivis dari sistem yang satu ke sistem parpol, pejabat parpol, kelompok politik yang lain. Selain itu, Rush penekan. Jadi, terjadi hubungan, dan “semakin Hierarki partisipasi Althoff (2003) juga luas ruang lingkup mengingatkan bahwa partisipasi pada partisipasi politik, semakin rendah suatu tingkatan tidak merupakan atau kecil intensitasnya.Sebaliknya, prasyarat semakin bagi partisipasi pada kecil partisipasi tingkatan yang lebih tinggi. ruang politik, tingkatan yang berpartisipasi politik, tinggi.”(Huntington Samuel P. Huntington dan Joan M. 1990) Nelson (1990) mengajukan maka intensitasnya Untuk menganalisis tingkatan- lingkup semakin dan Nelson, Milbarth (dalam Rush dan dua kriteria penjelas: Althoff, 2003) membuat pemetaan 1. Dilihat dari dua lingkup atau yang tampaknya masih relevan untuk proporsi dari satu kategori warga kondisi negara diri mengandung empat dimensi yang kegiatan–kegiatan hierarkhis sifatnya seperti tampak dalam yangmelibatkan pada partisipasi politik. 2. Intensitas, ukuran, jangka waktu, dan arti penting dari kegiatan khusus itubagi sistem politik. 35 sekarang. Tabel 2.1 Rinciannya berikut: Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Tabel 2.1 Bentuk Partisipasi Politik Versi Milbarth Kegiatan-kegiatan sebagai Gladiator (Gladiator Activities) • • • • • Kegiatan-kegiatan transisi (Transition Activities) • • • Kegiatan-kegiatan sebagai penonton (Spectator Activities) • • • • • Holding Public and party office Being a candidate for office Attending a caucus or a strategy meeting Becoming an active member in political party Contributing time in a political campaign Attending a political meeting or rally Making a monetary contribution to party or candidate Contacting a public official or a political leader Wearing a button or putting a sticker on one’s car Attempting to talk another into voting a certain way Initiating a political discussion Voting Exposing oneself to political stimuli Apatis (Apathetic) Sumber: Rush dan Althoff, 2003 Partisipasi politik mempengaruhi hasil proses pemilihan. b) Lobbying mencakup upayaupaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. c) Kegiatan organisasi menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuan utama dan eksplisitnya adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dapat terwujud dalam pelbagai bentuk. Studi-studitentang partisipasi dapat menggunakan skema-skema klasifikasi yang agak berbeda-beda, namun kebanyakan riset belakangan ini membedakan jenis-jenisperilaku seperti berikut (Huntington dan Nelson, 1990): a) Kegiatan pemilihan mencakup suara, akan tetapi juga sumbangan sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan 36 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan d) Mencari koneksi (contacting) merupakan tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabatpejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang. e) Tindakan kekerasan (violence) juga dapat merupakan satu bentuk partisipasi politik, dan untuk keperluan analisa ada manfaatnya untuk didefenisikan sebagai satu kategori tersendiri, artinya sebagai upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang atau harta benda. - Sedangkan Rush dan Milbrath Althoff, (dalam 2003) menyebutkan 4 faktor utama yang mendorong orang berpartisipasi politik, antara lain: - - Sejauh mana orang menerima perangsang politik. Karena adanya perangsang, maka seseorang mau berpartisipasi dalam kehidupan politik. Dalam hal ini minat untuk berpartisipasi dipengaruhi olehkarena sering mengikuti diskusi politik melalui mass media atau melalui diskusiformal. Faktor karakteristik pribadi seseorang. Orang-orang yang berwatak sosial yang mempunyai kepedulian sosial yang besar terhadap problem sosial, politik, ekonomi, sosial budaya hankamrata, biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik. 37 Karakteristik sosial seseorang. Karakter sosial menyangkut status sosial ekonomi, kelompok ras, etnis dan agama seseorang. Bagaimanapun juga lingkungan sosial itu ikut mempengaruhi persepsi, sikap, perilaku seseorang dalam bidang politik. Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang lebih rasional dan menghargai nilainilai seperti keterbukaan, kejujuran, keadilan dan lain-lain tentu akan mau juga memperjuangkan tegaknya nilainilai tersebut dalam bidang politik. Oleh sebab itulah, mereka mau berpartisipasi dalam bidang politik. Keadaan politik. Lingkungan politik yang kondusif membuat orang dengan senang hati berpartisipasi dalam kehidupan politik. Dalam lingkungan politik yang demokratis orang merasa lebih bebas dan nyaman untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas politik daripada dalam lingkungan politik yang totaliter. Lingkungan politik yang sering diisi dengan aktivitas-aktivitas brutal dan kekerasan dengan sendirinya menjauhkan masyarakat dari wilayah politik. Seseorang yang tiada mempunyai pengetahuan atas informasi mengenai suatu masalah politik atau situasi politik mungkin merasa kurang kompeten untuk berpartisipasi dalam sesuatu usaha guna memecahkan masalahnya, atau untuk mengubah situasinya, maka kompetensi politiknya meningkat dengan bertambahnya pengetahuan. Kepribadian yang ramah, suka Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan bergaul, dominan dan memiliki jiwa sosial yang tinggi akan lebih condong melakukan kegiatan politik. Berdasarkan Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun. Kelompok pemilih pemula ini biasanya pendapat mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja Milbrath, maka dalam penelitian muda.Pemilih pemula dalam ritual berfokus pada faktor-faktor yang demokrasi (pemilu legislatif, Pilpres) mempengaruhi partisipasi pemilih selama ini sebagai objek dalam pemula dalam pelaksanaan pemilu. kegiatan politik, yaitu mereka yang masih memerlukan pembinaan dan B.2. Pemilih Pemula pengembangan ke arah pertumbuhan Menurut Pasal 1 ayat (2) UU potensi Nomor 10 tahun 2008, pemilih dan kemampuannya ke tingkat yang optimal agar dapat adalah warga negara Indonesia yang berperan dalam bidang politik (Dani, telah genap berumur 17 (tujuh belas) 2010). tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Kemudian pada Pasal 19 ayat C. (1 dan 2) UU Nomor 10 tahun 2008 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan menerangkan bahwa pemilih yang metode deskripsi kualitatif karena mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia tujuan dari penelitian ini adalah yang untuk didaftar oleh penyelenggara pemilu meringkaskan dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara telah sudah/pernah kawin. berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial genap yang berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih menggambarkan, ada menjadi Dari di obyek masyarakat penelitian, yang dan berusaha menarik realitas tersebut pengertian tersebut dapat ditarik sebagai suatu ciri, karakter, sifat, kesimpulan bahwa pemilih pemula model, tanda atau gambaran tentang adalah warga negara yang terdaftar kondisi, oleh penyelenggara pemilu dalam situasi atau fenomena tertentu (Bungin, 2009).Oleh karena daftar pemilih, dan baru mengikuti itu, penelitian ini tidak menguji pemilu (memberikan suara) pertama hipotesis kali sejak pemilu diselenggarakan di 38 atau membuat suatu Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan generalisasi, melainkan mendeskripsikan hanya informasi frekuensi dan tabulasi silang dengan apa melihat kecenderungan prosentase. adanya sesuai dengan variabel yang Teknik pengumpulan data diteliti (Bungin, 2009). Dalam primer dilakukan dengan kuesioner, ini dimana responden mengisi sejumlah populasi adalah pemilih mahasiswa pertanyaan penelitian. Untuk data Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekunder, teknik pengumpulan data Universitas Bekasi menggunakan sumber yang berasal yang baru dari buku, jurnal, laporan penelitian, menggunakan hak Angkatan pertama penelitian Islam “45” 2013/2014 kali dokumen, dan sumber tertulis pilihnya pada pemilihan umum tahun lainnya yang berhubungan dengan 2014.Berdasarkan penelitian ini. perhitungan diperoleh sampel pemilih pemula sebanyak 58 orang yang D. Hasil dan Pembahasan didistribusikan secara proporsional di Dalam negara demokratis empat program studi yang ada di partisipasi merupakan penerapan dari lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan penyelenggaraan kekuasaan politik Ilmu Politik Universitas Islam “45” yang Bekasi. politik Data oleh dilakukan rakyat.Partisipasi salah satunya diperoleh adalah ikut memilih pimpinan negara menggunakan dan mempengaruhi kebijakan publik metode kualitatif dan kuantitatif. dalam bentuk memberikan suara Teknik analisis kualitatif ditujukan dalam pemilu. Untuk mengetahui untuk pengenalan dianalisis terhadap yang sah dengan memberikan penjelasan terhadap yang pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun diajukan dalam pertanyaan penelitian 2014 sebagaimana data pada Tabel 1 (research permasalahan responden question). Sedangkan berikut: teknik analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kuesioner yang kemudian disajikan dalam tabel 39 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Tabel 1.Pengenalan Responden terhadap Adanya Pemilu Legislatif 2014 Pernyataan No Program Studi (1) (2) % Tidak % (4) (5) (6) (7) 1 Ilmu Pemerintahan 25 0 2 Ilmu Administrasi Negara 8 0 3 Psikologi 19 1 4 Manajemen Administrasi 5 0 Total Pengenalan terhadap Ya 57 mahasiswa pelaksanaan 98 1 2 2% saja yang tidak mengetahui Pemilu adanya Pemilu Legislatif 2014. Legislatif tahun 2014 menunjukkan Demikian pula untuk mengetahui sebanyak 57 mahasiswa dari 58 apakah responden ikut memilih mahasiswa anggota legislatif pada Pemilu atau sebesar 98% mengetahui adanya Pemilu Legislatif Legislatif tahun 2014 sebagaimana 2014. Hanya 1 orang mahasiswa atau data Tabel 2 Tabel 2.Keikutsertaan Responden pada Pemilu Legislatif 2014 Pernyataan No Program Studi (1) (2) Ya % Tidak % (4) (5) (6) (7) 1 Ilmu Pemerintahan 20 5 2 Ilmu Administrasi Negara 8 0 3 Psikologi 18 2 4 Manajemen Administrasi 5 0 Total 51 40 87 7 13 berikut: Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Meskipun mahasiswa jumlah yang Dalam hal mengidentifikasi mengetahui faktor-faktor yang menentukan pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014 perilaku pemilih pemula pada saat sangat Pemilu banyak mencapai 98%, Legislatif tahun 2014 namun dalam keikutsertaan dalam dilaksanakan adalah bagaimana sikap proses pemungutan suara sebanyak pemilih 51 orang atau sebesar 87% yang pelaksanaanpemilu mencoblos. Sedangkan sebanyak 7 tersebut. Adapun perolehan data dari orang atau sebesar 13% yang tidak lapangan mengikuti proses pemilihan umum. berikut: pemula menjelang legislatif sebagaimana Tabel 3 Tabel 3.Sikap Responden Menjelang Pemilu Legislatif 2014 Pernyataan No Program Studi (1) (2) Antusias % Biasa % Tidak Tertarik % (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Ilmu Pemerintahan 15 10 0 2 Ilmu Administrasi Negara 7 1 0 3 Psikologi 6 13 1 4 Manajemen Administrasi 0 5 0 Total 28 48 29 Berdasarkan data Tabel 3 50 2 Demikian pula dalam melihat menunjukkan bahwa sikap pemilih alasan menjelang menjelang pelaksanaan 1 pemilu pemilih pemula bersikap pelaksanan Pemilu legislatif ternyata bersikap biasa saja, Legislatif tahun 2014 berdasarkan yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar hasil kuesioner yang diperoleh untuk 50%. Sebanyak 28 responden atau mengkonfirmasi sebesar pemula 48% bersikap sangat sikap menjelang pemilih pelaksanaan antusias, dan sebanyak 1 orang atau pemilu legislatif tersebut menurut sebesar 2% yang bersikap tidak pendapat tertarik. sebagaimana data Tabel 4 berikut: 41 mereka adalah Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Tabel 4.Alasan Responden Bersikap Menjelang Pemilu Legislatif 2014 Program Studi No Pernyataan (1) (2) Jumlah % (7) (8) (9) IP IAN PSI MA (4) (5) (6) 1 Baru mencoblos pertama kali 7 1 3 0 11 18 2 Rasa tanggung jawab sebagai warga negara 12 7 10 5 34 58 3 Ajakan orang tua - - 1 - 1 1 4 Ajakan rekan sebaya/kampus - - - - - 5 Ajakan tim sukses kandidat 1 - 1 - 2 4 6 Tidak terdaftar sebagai pemilih 2 - - - 2 4 7 Bingung akan banyaknya kandidat 2 - 3 - 5 9 8 Pemberian materi dari kandidat - - - - - 9 Lain-lain 1 - 2 - 3 6 25 8 20 5 58 100 Total Sebagian besar responden, lebih dikarenakan karena bingung yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar akan 58% alasan terdaftar sebagai pemilih, ajakan tim mereka memilih disebabkan oleh sukses kandidat, ajakan orang tua, rasa tanggung jawab sebagai seorang dan warga negara. Sebanyak 11 orang utama responden memilih kandidat atau sebesar 18% yang menyatakan anggota legislatif sebagaimana data karena baru pertama kali mengikuti Tabel 5 berikut: menyatakan bahwa pemilihan umum. Sedangkan sisanya 42 banyaknya lain-lain. kandidat, Sedangkan tidak alasan Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Tabel 5.Alasan Responden Memilih Kandidat Anggota Legislatif Program Studi No Pernyataan (1) (2) Jumlah % (7) (8) (9) - - - - 2 7 4 27 46 IP IAN PSI MA (4) (5) (6) - - 14 1 Incumbent 2 Visi, misi dan program yang ditawarkan 3 Asal bukan incumbent - - - - - - 4 Latar belakang pendidikan kandidat 2 - 5 1 8 13 5 Latar belakang orangtua kandidat - - 1 - 1 2 6 Latar belakang pengalaman politik kandidat 3 1 1 - 5 9 7 Latar belakang pekerjaan kandidat 2 - - - 2 3 8 Popularitas kandidat - - 1 - 1 2 9 Pemberian materi kandidat - - 1 - 1 2 10 Latar belakang partai pengusung kandidat - 1 - - 1 2 11 Kemampuan kandidat mengatasi persoalan 3 4 - - 7 12 12 Tidak tahu 1 - 4 - 5 9 25 8 20 5 58 100 Total Alasan utama responden latar belakang pendidikan kandidat. memilih kandidat anggota legislatif Sedangkan adalah karena visi, misi, dan program yang ditawarkan oleh kandidat, yang lain memilih kandidat didasarkan pada kemampuan kandidat mengatasi dimana dari 58 orang responden persoalan, latar belakang sebanyak 27 orang atau sebesar 46% pengalaman politik kandidat, menyatakan memilih karena faktor popularitas kandidat, pemberian tersebut. Sebanyak 8 orang atau materi kandidat, latar belakang partai sebesar 13% memilih karena faktor 43 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan pengusung kandidat, bahkan ada informasi yang tidak tahu sama sekali. responden Pada Tabel menampilkan 6 berikut tentang utama yang diperoleh mengenai anggota legislatif kandidat sebagai berikut: sumber Tabel 6.Sumber Informasi Responden Mengenai Kandidat Anggota Legislatif Program Studi No Pernyataan (1) (2) Jumlah % (7) (8) (9) 15 3 43 74 IP IAN PSI MA (4) (5) (6) 20 5 1 Iklan TV/Radio, spanduk, pamflet, dsb 2 Suami/istri - - - - - - 3 Orang tua 1 - 1 - 2 4 4 Keluarga/kerabat - - - - - - 5 Teman sepergaulan 1 - - - 1 1 6 Tokoh masyarakat 1 - - - 1 1 7 Organisasi sosial tempat saya bergabung 1 - - - 1 1 8 Lingkungan tempat saya kuliah 1 - - - 1 1 9 Pilihan warga tempat saya tinggal - - 1 - 1 1 10 Program yang ditawarkan - - - - - - 11 Dicalonkan oleh partai pilihan saya - - 1 - 1 1 12 Suka pada figur kandidat - 3 - 2 5 9 13 Tidak tahu - - 2 - 2 4 25 8 20 5 58 100 Total Adapun yang menjadi sumber menunjukkan bahwa sebanyak 43 informasi responden ketika memilih responden atau sebesar 74% berasal kandidat anggota legislatif, dari berdasarkan hasil lapangan pamflet, dan sebagainya. Sebanyak data 44 iklan TV/radio, spanduk, Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan 5 orang atau sebesar 9% yang lingkungan menyatakan karena suka pada figur warga. Sedangkan yang menjadi kandidat. sumber Adapun menyatakan yang dan pertimbangan pilihan responden informasi ketika memilih kandidat anggota mengenai kandidat diperoleh dari legislatif sebagaimana data pada orang tua, teman sepergaulan, tokoh Tabel 7 berikut: masyarakat, bahwa lain kuliah, organisasi sosial, Tabel 7.Sumber Pertimbangan Responden Ketika Memilih Kandidat Anggota Legislatif Program Studi No Pernyataan (1) (2) Jumlah % (7) (8) (9) IP IAN PSI MA (4) (5) (6) 1 Orang tua 3 1 4 0 8 14 2 Suami/istri - - - - - - 3 Teman sebaya - - 1 - 1 1 4 Pertimbangan sendiri 16 5 11 5 37 64 5 Tidak ada pertimbangan 5 0 2 0 7 12 6 Lain-lain 1 2 2 0 5 9 25 8 20 5 58 100 Total Sumber pertimbangan lain sebagai sumber pertimbangan responden ketika memilih kandidat dalam memilih kandidat. legislatif menurut 37 responden atau E. sebesar 64% berasal dari diri mereka Simpulan dan Saran Terdapat beberapa faktor sendiri. Sebanyak 8 orang atau yang melatari perilaku memilih pada sebesar 14% menyatakan orang tua pemilih sebagai sumber pertimbangan dalam Legislatif tahun 2014. Meskipun memilih. dapat dikatakan sebanyak 29 orang Sedangkan yang lain pemula menyatakan pengaruh teman sebaya, bersikap tidak adanya pertimbangan, dan lain- menyambut 45 saat biasa-biasa pemilu saja Pemilu dalam legislatif Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan tersebut. Akan tetapi hal tersebut pemilih pemula didasarkan pada visi, tidak misi, dan program yang ditawarkan menyurutkan antusiasme mereka dalam menggunakan hak oleh kandidat anggota legislatif. pilih. Terbukti sekitar 51 dari 58 jumlah responden telah dijelaskan pada diambil bagian awal bahwa penelitian ini menyatakan menggunakan hak pilih memiliki keterbatasan, baik dari segi mereka. Faktor keinginan yang besar variabel pengaruh, variabel kontrol, untuk merasakan pengalaman dengan metode menggunakan hak pilih tercermin analisa data, jumlah sampel, dan dari hasil temuan lapangan yang wilayah penelitian. Oleh sebab itu, menunjukkan mayoritas responden untuk menyatakan tetap memilih sebagai mengenai pilihan politik pemilih bentuk sebagai pemula pada pelaksanaan pemilihan warga negara.Keunikan yang khas umum pada penelitian selanjutnya pada pemilih pemula adalah sebagian dapat besar dari mereka menggunakan menambahkan pengaruh promosi kampanye visual pengaruh lainnya, seperti variabel dalam menentukan pilihan mereka. identifikasi Iklan tv/radio, poster, spanduk dan identifikasi baliho kandidat anggota legislatif sebagainya, menjadi alat yang sangat efektif bagi metode pemilih pemula dalam menentukan menjelaskan mengenai pilihan politik pilihan mereka. pemilih pemula tersebut. tanggung yang Seperti jawab Dari beberapa faktor yang bahwa para pemilih pemula memiliki memutuskan memilih dalam kandidat anggota legislatif. Selain itu, dalam hal rasionalisasi memperkaya dilakukan partai, variabel variabel kandidat, tertentu kajian dengan dengan serta teknik dan menggunakan yang dapat Asfar, Muhammad, “Pilkada dan Penciptaan Pemerintahan yang Representatif”, dalam Ahmad Nadir. 2005.Pilkada Langsung dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia, Malang: Averroes Press. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasardasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia. Bungin, H.M. Burhan. 2009.Penelitian Kualitatif: para pemilih pemula, dapat diketahui sendiri lebih digunakan, Daftar Pustaka melatarbelakangi perilaku memilih pertimbangan yang pilihan menunjukkan bahwa pilihan politik 46 Kybernan Vol. 7, No. 1, Maret 2016 Jurnal Ilmu Pemerintahan Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Prenada Media. Gaffar, Afan. 1992.The Javanese Voters: A Case Study of Election under a Hegemonic Party System, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. http://www.antara.net.id/index.php/2 014/01/02/pemilih-pemulapemilu-2014-potensi-besarsosialisasi-program-yangbelum-merata/id/ diakses tanggal 18 Maret 2014. Imawan, Riswandha, “Dinamika Pemilih dalam Pemilu 1992” dalam M. Sudibjo (Penyunting). 1995.Pemilihan Umum 1992: Suatu Evaluasi, Jakarta: Center for Strategic and International Studies. Indarti, Erlyn, “Dinamika Politik Lokal dalam Pemilihan Gubernur di Jawa Tengah”, dalam Satoto, Darmanto Jatman, dkk. 2003.Pilkada di Era Otonomi: Berlayar Sambil Menambal Lubang di Kapal, Semarang: Komite Peduli Pemilihan Gubernur Jateng 2003-2008, Dewan Riset Daerah Jawa Tengah, dan CV Aneka Ilmu. Newton, Kenneth and Jan W. van Deth. 2005.Foundations of Comparative Politics, New York: Cambridge University Press. Nursal, Adman. 2004.Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: Gramedia. Setiajid, “Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih Pemula dalam Menggunakan Hak Pilihnya pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010 (Studi Kasus Pemilih Pemula di Kota Semarang)”, Integralistik, No. 1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011, hal. 18-33. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 47