Pengolahan Limbah Industri Perhotelan

advertisement
BAB
PENGOLAHAN AIR LIMBAH
INDUSTRI PERHOTELAN
3.1. Pendahuluan
Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu tambang
emas, maka diperlukan berbagai fasilitas pendukung pariwisata.
Salah satu fasilitas penting adalah adanya sarana penginapan
seperti hotel yang dapat memberikan kenyamanan bagi para
pengunjung. Kondisi hotel yang bersih, sehat, rapi, dan indah
akan meningkatkan kenyamanan bagi para tamu dan dapat
meningkatkan jumlah tamunya.
Tumbuhnya berbagai usaha perhotelan terutama di pusatpusat perkotaan dan kawasan pariwisata akan menghasilkan
berbagai limbah, baik padat (sampah) maupun cair. Untuk tetap
menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan sehat, maka
berbagai sampah dan limbah cair tersebut harus dikelola sesuai
dengan karakteristiknya.
3.2. Industri Perhotelan
Pengertian hotel sesuai dengan Surat Keputusan
Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan
Usaha dan Penggolongan Hotel, “hotel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan
minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola
secara komersial”. Pengertian hotel menurut Surat Kep. Ini
hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana
menurut Surat Keputusan ini penginapan atau losmen tidak
termasuk dalam pengertian hotel.
70
Penginapan atau losmen adalah suatu usaha komersial yang
menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang
khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan sewa kamar untuk menginap. Dengan demikian
bedanya dengan hotel adalah, bahwa penginapan tidak
menyediakan pelayanan makanan dan minuman, serta jasa
penunjang lainnya.
3.3. Klasifikasi Hotel
Menurut SK No. KM 37/PW. 304/MPPT-86, penggolongan
hotel ditandai dengan bintang, yang disusun mulai dari hotel
berbintang satu (1) sampai dengan yang tertinggi dengan bintang
lima (5). Dalam SK tersebut juga mengatur jenis penginapan
dengan fasilitas di bawah hotel berbintang, yang disebut hotel
melati. Disamping itu juga terdapat jenis penginapan lainnya
dengan nama wisma, home stay, losmen dan sebagainya.
Klasifikasi hotel berbintang tersebut secara garis besar
didasarkan pada :
(1). Besar/kecil atau banyaknya jumlah kamar
(2). Lokasi hotel
(3). Fasilitas-fasilitas yang dimiliki hotel
(4). Kelengkapan peralatan
(5). Spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan
(6). Kualitas bangunan
(7). Tata letak ruangan
Di dalam United State Lodging Industry dijelaskan, bahwa hotel
dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
•
Transient Hotel, yaitu hotel yang letak/lokasinya di
tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian
besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.
•
Residential Hotel, yaitu hotel yang pada dasarnya
merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan
kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau
tahunan.
Residential
hotel
juga
menyediakan
kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, seperti
retoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar dan
pelayanan kebersihan kamar.
71
•
Resort hotel, yaitu hotel yang pada umumnya berlokasi
di tempat-tempat wisata dan menyediakan tempat-tempat
rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk
tamu-tamunya.
Untuk meningkatkan kenyamanan bagi para tamunya, setiap
hotel selalu menawarkan berbagai fasilitas tambahan yang dapat
diberikan disamping fasilitas-fasilitas standar yang ada pada
hotel.
Gambar 3.1. Sebagian hotel di kota Tegal
3.4. Sumber Limbah Kegiatan Perhotelan
Limbah Cair Hotel adalah limbah dalam bentuk cair yang
dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. (Kep. Men. LH
No. : KEP-52/MENLH/10/1995)
Hotel menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup
sehari-hari seperti makanan, pencucian/laundry dll bagi para
pengunjungnya, sehingga dalam aktivitasnya hotel menghasilkan
berbagai limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek
pemukiman penduduk. Karena aktivitas yang ada di hotel relatif
sama seperti layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang
ada juga relatif sama seperti pada pemukiman dan fasilitas
tambahan lainnya yang ada di hotel. Sumber limbah cair
perhotelan tersebut antara lain:
72
•
•
•
•
limbah dari kamar mandi dan toilet,
limbah dari kegiatan di dapur/restaurant
limbah dari kegiatan pencucian/loundry,
limbah dari fasilitas kolam renang,
Gambar 3.3. Saluran Limbah Dari
Sumbernya Yang Belum Diolah
Gambar 3.2. Sumber Limbah
Dari Dapur
3.5. Karakteristik Limbah Perhotelan
Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti
limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas
yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di
lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang
dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada
dan tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh
fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.
Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Senyawa fisik :
• berwarna
• mengandung padatan
2. Senyawa kimia organik :
•
•
•
•
mengandung karbohidrat
mengandung minyak dan lemak
mengandung protein
mengandung unsur surfactan
detergen dan sabun
73
antara
lain
3. Senyawa kimia anorganik :
• mengandung alkalinity
• mengandung Khloride
• mengandung Nitrogen
• mengandung Phospor
• mengandung Sulfur
4. Unsur Biologi :
•
mengandung protista dan virus
Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut:
•
•
Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 – 300 mg/lt.
Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 –250 mg/l.
Menurut Morimura dan Soufyan standar pemakaian air untuk
hotel adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk
karyawan adalah 120 – 150 liter per karyawan per hari. Biasanya
karyawan yang masuk dibagi dalam tiga (3) shif kerja, sehingga
misalkan jika jumlah seluruh karyawan 120 orang, maka rata-rata
setiap shif kerja ada 40 orang. Dengan demikian jumlah
pemakaian air untuk karyawan dihitung untuk 40 orang x jumlah
pemakaian air setiap hari (120 – 150 liter/hari).
Contoh :
Untuk hotel dengan jumlah kamar = 110 kamar,
Kapasitas maksimal tamu (60 kamar single bad, 50 kamar double
bad) = 160 orang
Jumlah Karyawan 120 orang dibagi menjadi 3 shif, jadi tiap shif
40 orang.
Diasumsikan bahwa seluruh pemakaian air akan menjadi air
limbah, maka jumlah limbah maksimum adalah sebagai berikut :
Jumlah pemakaian air oleh tamu =160 org x 300 liter/orang.hari.
= 48.000 liter per hari
3
= 48 m /hari.
74
Jumlah pemakaian air oleh karyawan
= 40 x 150 liter/orang.
= 6.000 liter/ hari
3
= 6 m / hari.
Total pemakaian air maksimum
= ( 48 + 6 ) m /hari
3
= 54 m /hari.
3
= 60 m per hari.
3
dibulatkan menjadi
Jadi jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan oleh hotel
3
tersebut (pada tingkat hunian kamar penuh) adalah 60 m per
hari.
3.6. Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan
Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan
pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL
tersebut murah. Disamping itu, biaya operasional IPAL nantinya
juga harus murah, namun harus dapat memberikan hasil olahan
yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku
mutu limbah buangan yang berlaku.
Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum limbah cair
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku mutu limbah
cair perhotelan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
Air Limbah pada Tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PARAMETER
KADAR MAKSIMUM (mg/L)
BOD5
COD
TSS
Minyak dan Lemak
MBAS
PH
Bakteri Coliform
Debit Maksimum
30
50
50
25
5
6.0 – 9.0
400
3
1.5 m / kamar per hari
75
3.7. Pengelolaan Limbah Cair Perhotelan
Agar jumlah limbah yang diolah tidak terlalu banyak,
sehingga tidak memerlukan investasi besar serta biaya
operasionalnya rendah, maka diperlukan suatu sistem
manajemen limbah yang tepat. Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam sistem ini antara lain:
•
•
•
•
•
•
•
•
Melakukan pemisahan antara air hujan dengan air
limbah,
Air hujan diresapkan ke dalam tanah untuk meningkatkan
cadangan air tanah,
Sebelum melakukan pembersihan/ pencucian alat,
limbah padat/ sampah dipisahkan terlebih dahulu.
Minyak/ oli/ grase, dipisahkan dan dikumpulkan dalam
wadah khusus serta tidak boleh dibuang/ dicampur
dengan air limbah.
Penggunaan bahan pembersih dan disinfektan harus
sesuai dengan prosedur, tidak boleh berlebihan.
Perhatikan betul petunjuk pemakaiannya.
Penggunaan jenis bahan pembersih dan disinfektan yang
ramah lingkungan (mudah terdegradasi),
Penggunaan air yang seeffisien mungkin,
Untuk membersihkan saluran air kotor, sekali seminggu
digelontor dengan air mendidih atau campuran
segenggam baking soda dan setengah cangkir cuka.
Dengan melakukan manajemen limbah, sesuai dengan
karakteristik limbahnya, maka akan banyak memberikan berbagai
keuntungan, antara lain:
•
•
•
•
•
Kapasitas IPAL yang dibangun relatif kecil, sehingga
investasinya juga kecil,
Biaya operasional IPAL rendah,
Hasil pengolahan dapat memenuhi baku mutu,
Mudah dalam melakukan kontrol,
Cadangan air tanah meningkat.
Pada gambar 3 menunjukkan sistem manajemen limbah
perhotelan. Dalam gambar tersebut terlihat adanya pemilahan
limbah sesuai dengan karakteristiknya.
76
Air hujan
dipisahkan
dari limbah
K. Mandi,
wash tavel
T
Toilet
o
il
e
t
K. Mandi,
wash tavel
Dapur
Toilet
Ke
saluran
umum
Bak
pemisah
minyak
Septik
tank
IPAL
Air olahan
saluran
umum
Gambar 3.4. Sistem Manajemen Limbah Cair Perhotelan
Gambar 3.5. Fasilitas Pengelolaan Limbah Hotel Di Kota
77
3.8. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan
Hal yang tidak kalah penting dalam melakukan
pengelolaan limbah cair perhotelan adalah pemilihan
teknologi pengolahan limbah yang tepat. Pemilihan teknologi
ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
•
•
•
•
•
laju aliran limbah,
kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah),
ketersediaan lahan,
standar air olahan yang diinginkan,
kemampuan pembiayaan.
Banyak teknologi pengolahan limbah yang telah
dikembangakan, Tabel 3.2 berikut adalah contoh-contoh
teknologi tersebut.
Tabel 3.2. Beberapa Pilihan Pengolahan Air Buangan
Pre-treatment
Primary treatment
Secondary treatment
Tertiary
treatment
Kimia
Fisik
Penghilangan
organik
terlarut dan
unsur koloid
Penghilan
gan
padatan
tersuspensi
Screening dan
Grit Removal
Netralisasi
Flotasi
Lumpur aktif
Pengendapan
Equalization dan
Storage
Koagulasi
Sedimentasi
Stabilisasi
kontak
Filtrasi
Oil Separation
Hidrolisis
Trickling Filter
Adsorpsi karbon
Kolam aerasi
Penukar ion
Ozonation
Destilasi
Koagulasi,
Sedimentasi
RO
Elektrodialisis
78
3.9. Proses Pengolahan Limbah Cair Perhotelan
Berikut ini diberikan contoh proses pengolahan limbah cair
perhotelan yang dapat diterapkan untuk hotel kecil dan
menengah. Diagram proses pengolahan ini dapat dilihat pada
Gambar 3.6. Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak
pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan,
juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai
senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion
(pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan
ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas.
Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari
bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob
terdiri dari tiga buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat
organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap secara
ananerob atau tanpa udara.
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak
kontaktor aerob. Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari
tangki aerasi dan biofilter aerob. Di dalam ruang biofilter aerob ini
juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe sarang tawon.
Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara
dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro
organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan
media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel
pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonia menjadi lebih besar.
79
Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam
bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme
diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over
flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini
air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh
micro-organisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi
dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan
kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat
menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen,
padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses
pengolahan air limbah perhotelan dengan sistem biofilter
anaerob-aerob dapat dilihat pada di bawah ini.
80
81
Gambar 3.6. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan
Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai
beberapa keuntungan antara lain :
• Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang
terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan
mikroorganisme yang menyelimuti permukaan media atau
yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih
mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak
pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami
proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi
penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar.
Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD
dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi
padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen
(MBAS), ammonium dan posphor.
• Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah
yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang
mengandung suspended solids dan bakteri e-coli setelah
melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi
penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya
biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari
bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang
terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa
aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter.
Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana,
operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta
kebutuhan energinya sangat kecils. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas
yang tidak terlalu besar
• Dengan kombinasi proses “anaerob-aerob”, efisiensi
penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila
dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob
saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa
phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme
akan keluar sebagai akibat hidrolisa senyawa phospor.
Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk
82
menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air
limbah. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa
phospor terlarut akan diserap oleh bakteria/mikroorganisme
dan akan disintesa menjadi polyphospat dengan
menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi
senyawa organik (BOD). Dengan kombinasi proses
anaerob-aerob ini dapat menghilangkan BOD maupun
phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup
besar.
3.10. Penutup
Panduan ini disusun untuk memberikan gambaran kepada
para pemilik hotel agar dapat melakukan pengelolaan
lingkungannya sehingga dapat mewujudkan suatu kawasan hotel
yang bersih dan nyaman sehingga disamping dapat membantu
upaya pelestarian lingkungan juga dapat meningkatkan tingkat
hunian tamu hotel.
Contoh teknologi pengolahan limbah cair perhotelan ini
dilengkapi dengan sistem manajemen limbah cair, sehingga
diharapkan para pengelola hotel dapat melakukan pengelolaan
limbahnya dengan effisien dan murah. Dengan demikian biaya
pembangunan dan pengoperasiannya murah tanpa membenabi
pengusaha dengan berat. Diharapkan pula dengan tambahan
modal yang sedikit tersebut dapat menciptakan lingkungan yang
asri sehingga dapat lebih menarik para pengunjung.
83
DAFTAR PUSTAKA
1. -----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon
Gesuidou Kyoukai, 1984.
2. -----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah
Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL
JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.
3. Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen
kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
4. Said, N.I., “Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Skala Individual Tangki Septik Filter Up Flow”, Majalah
Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.
5. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei
Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai,
Tokyo, 1987.
6. Sulastiyono A. Drs, MSi, “Manajemen Penyelenggaraan
Hotel”, Alfabeta, Bandung, 1999.
7. Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution
Control “, Harper & Row, New York, 1985.
8. Wignjohusodo, S., “Pengelolaan Limbah Secara Terpadu dan
Terpusat”, Presentasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit,
Jakarta 11 Juli 1996.
84
Download