Petunjuk Teknis Pengelolaan Limbah Cair Industri

advertisement
BAB IX
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
PERHOTELAN
9.1. Pendahuluan
Menyadari akan pentingnya sektor pariwisata, seni dan
budaya dalam pembangunan nasional diharapkan pariwisata,
seni dan budaya dapat menjadi andalan dan unggulan
pembangunan nasional, jangka pendek. Dalam jangka panjang
diharapkan parsenibud dapat menjadi tulang punggung
pengembangan ekonomi.
Melihat kecenderungan global pariwisata dunia serta keadan
alam dan budaya Indonesia, tidak mustahil di masa yang akan
datang parsenibud sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi
"Tambang Emas Masa Depan" bagi republik Indonesia.
Disamping itu dengan disatukannya bidang seni dan budaya
dengan pariwisata diharapkan salah satu fungsi pariwisata yaitu
meningkatkan mutu seni dan budaya dapat diwujudkan secara
nyata.
Dalam era globalisasi yang didukung dengan kemajuan
transportasi, telekominikasi dan teknologi, pariwisata dunia
cenderung terus meningkat dimana pada tahun 1997 wisatawan
dunia mencapai 613,1 juta dengan menghasilkan devisa US$
447,7 miliar. Keadaan tersebut telah memberikan sumbangan
kepada perekonomian dunia baik dari sisi peningkatan
pendapatan masyarakat penerimaan pajak, inventasi baru dan
sumbangsih terhadap kesempatan kerja. Kecendenderungan
tersebut telah memacu masing-masing negara mengembangkan
pariwisata, sehingga tidak dapat dihindari telah terjadi persaingan
yang ketat khususnya dari negara-negara tetangga.
211
Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu tambang
emas, maka diperlukan berbagai fasilitas pendukung pariwisata.
Salah satu fasilitas penting adalah adanya sarana penginapan
seperti hotel yang dapat memberikan kenyamanan bagi para
pengunjung. Kondisi hotel yang bersih, sehat, rapi, dan indah
akan meningkatkan kenyamanan bagi para tamu dan dapat
meningkatkan jumlah tamunya.
Tumbuhnya berbagai usaha perhotelan terutama di pusatpusat perkotaan dan kawasan pariwisata akan menghasilkan
berbagai limbah, baik padat (sampah) maupun cair. Untuk tetap
menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan sehat, maka
berbagai sampah dan limbah cair tersebut harus dikelola sesuai
dengan karakteristiknya.
Pengelolaan sampah dan limbah yang tidak benar akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan akan
menimbulkan kesan kotor, kumuh dan bau busuk yang
menyengat. Jika hal ini sudah terjadi, maka adanya berbagai
potensi wisata yang telah dibangun tidak akan berguna, sebab
tidak akan ada pengunjung yang mau datang ke lokasi seperti ini.
Untuk itulah maka sudah selayaknya dan menjadi kewajibannya,
semua pihak yang menghasilkan limbah harus mengolah
limbahnya sampai baku mutu yang telah ditetapkan.
9.2. Industri Perhotelan
Dalam dunia pariwisata, yang dimaksud wisata adalah
bepergian selama paling sedikit dua puluh empat jam,
sebagaimana ditetapkan oleh komisi teknik IUOTO (International
Union of Official Travel Organization) melalui PATA (Pacific Area
Travel Assosiation). Bila pariwisata tersebut dilihat sebagai suatu
jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah
sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah
terhadap barang atau jasa sebagai satu kesatuan produk, baik
yang nampak/nyata (tangible product) dan yang tidak
tampak/nyata (intangible product). Wisatawan sering disebut juga
‘turis’, ialah orang yang bepergian untuk bersantai/berekreasi.
212
Orang yang berpergian memerlukan berbagai kemudahan,
seperti sarana pengangkutan, tempat makan dan minum serta
tempat menginap. Maka bermunculanlah berbagai jenis sarana
angkutan, rumah makan, biro perjalanan, rumah penginapan dan
sarana lainnya. Di antara berbagai jenis rumah penginapan ada
yang disebut hotel. Bisnis perhotelan saat ini semakin banyak
terutama di kota-kota parawisata seperti Denpasar, Yogyakarta,
dan lain-lain
Pengertian hotel sesuai dengan Surat Keputusan
Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan
Usaha dan Penggolongan Hotel, “hotel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan
minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola
secara komersial”. Pengertian hotel menurut Surat Kep. Ini
hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana
menurut Surat Kep. ini penginapan atau losmen tidak termasuk
dalam pengertian hotel.
Penginapan atau losmen adalah suatu usaha komersial yang
menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang
khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan sewa kamar untuk menginap. Dengan demikian
bedanya dengan hotel adalah, bahwa penginapan tidak
menyediakan pelayanan makanan dan minuman, serta jasa
penunjang lainnya.
9.3. Klasifikasi Hotel
Berbagai jenis usaha penginapan atau industri perhotelan
telah banyak dikembangkan oleh masyarakat dengan tujuan
untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Menurut SK No. KM 37/PW. 304/MPPT-86,
penggolongan hotel ditandai dengan bintang, yang disusun mulai
dari hotel berbintang satu (1) sampai dengan yang tertinggi
dengan bintang lima (5).
213
Dalam SK tersebut juga mengatur jenis penginapan dengan
fasilitas di bawah hotel berbintang, yang disebut hotel melati.
Disamping itu juga terdapat jenis penginapan lainnya dengan
nama wisma, home stay, losmen dan sebagainya. Klasifikasi
hotel berbintang tersebut secara garis besar didasarkan pada :
(1). Besar/kecil atau banyaknya jumlah kamar
(2). Lokasi hotel
(3). Fasilitas-fasilitas yang dimiliki hotel
(4). Kelengkapan peralatan
(5). Spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan
(6). Kualitas bangunan
(7). Tata letak ruangan
Di dalam United State Lodging Industry dijelaskan, bahwa hotel
dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

Transient Hotel, yaitu hotel yang letak/lokasinya di
tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian
besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.

Residential Hotel, yaitu hotel yang pada dasarnya
merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan
kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau
tahunan.
Residential
hotel
juga
menyediakan
kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, seperti
retoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar dan
pelayanan kebersihan kamar.

Resort hotel, yaitu hotel yang pada umumnya berlokasi
di tempat-tempat wisata dan menyediakan tempat-tempat
rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk
tamu-tamunya.
Bidang usaha perhotelan di Indonesia terbagi dalam tiga
kelompok jaringan pengusaha hotel, yaitu :



jaringan hotel internasional (International Hotel Chains)
Jaringan hotel nasional (National Hotel Chains)
Hotel yang dikelola secara independen.
214
9.4. Stuktur Organisasi Usaha Hotel
Struktur organisasi menunjukkan suatu tingkatan hirarkis,
dimana dalam struktur tersebut dapat diketahui bagian-bagian
yang terdapat dihotel, hubungan antara bagian yang satu dengan
yang lain dan hubungan antara atasan dan bawahan. Struktur
organisasi dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan hotel.
Makin besar dan lengkap fasilitasnya, maka struktur
organisasinya juga semakin komplek. Sebagai gambaran tentang
tentang bentuk struktur organisasi hotel dapat dilihat pada contoh
berikut :
Gambar 9.1. Struktur Organisasi Hotel Menengah
9.5. Sejarah Perkembangan Hotel di Indonesia
Untuk mengetahui secara pasti kapan usaha hotel di
Indonesia mulai dikelola secara komersial adalah sulit, tetapi
yang jelas bahwa sejak jaman penjajahan Belanda sudah
terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial,
walaupun belum dikelola secara modern. Sebagai contoh hotel
yang dikelola sejak jaman Belanda adalah Hotel Savoy Homan,
Bandung. Hotel ini dibangun tahun 1888, kemudian direnovasi
215
pada tahun 1937 dan selesai tahun 1939. Hotel lainnya adalah
Hotel Prenganger dibangun tahun 1897, Hotel Mij De Boer di
Medan dibangun 1898, kemudian Grand Hotel de Djokya di jalan
Malioboro Jogjakarta didirikan tahun 1908, saat ini hotel ini
berganti nama dengan Hotel Garuda.
Sesudah kemerdekaan, pengelolaan hotel secara modern
dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya Hotel Indonesia di
Jakarta. Pada waktu itu para pengusaha nasional (termasuk
pengusaha akomodasi/penginapan) membentuk asosiasi yang
disebut Organisasi Perusahaan Sejenis.
9.6. Karakteristik Usaha Hotel
Untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan dan kebutuhan
pelayanan perhotelah, maka terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan mulai dari perencanaan desain ruangan, penyediaan
dan pemasangan perlengkapan operasional, sikap para
karyawan, keindahan dan kebersihan lingkungan serta upayaupaya lain yang dapat meningkatkan nilai tambah dari hotel.
Tujuan dari setiap usaha perhotelan adalah mencari
keuntungan dengan menyewakan fasilitas dan menjual
pelayanan kepada para tamunya. Dalam menjalankan usahanya
hotel melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :



penyewaan kamar
penjualan makanan dan minuman
penyediaan pelayanan-pelayanan
yang bersifat komersial
penunjang
lainnya
9.7. Penyewaan Kamar
Kegiatan utama dari suatu hotel adalah menyewakan
kamar kapada para tamunya. Untuk bisa memberikan kepuasan
kepada tamu, keadaan kamar harus berada dalam keadaan
bersih, nyaman, menarik dan aman. Ada beberapa jenis kamar
yang biasa disediakan di hotel, antara lain:
216




Single Room, yaitu kamar untuk satu orang yang dilengkapi
dengan satu buah tempat tidur berukuran single untuk satu
orang.
Twin Room, yaitu kamar untuk dua orang yang dilengkapi
dengan dua buah tempat tidur masing-masing berukuran
Single.
Double Room, yaitu kamar yang dilengkapi dengan satu buah
tempat tidur berukuran Double (untuk kapasitas dua orang).
Double-Double, yaitu kamar untuk empat orang yang
dilengkapi dengan dua kamar tamu dan dengan tempat tidur
berukuran Doublr (untuk dua orang).
Gambar 9.2. Kamar-Kamar Hotel Berbintang Yang
Kelihatan Nyaman
217
Untuk meningkatkan kenyamanan bagi para tamunya, setiap
hotel selalu menawarkan berbagai fasilitas tambahan yang dapat
diberikan disamping fasilitas-fasilitas standar yang ada pada
hotel. Untuk setiap kamar hotel berbintang juga mempunyai
standar fasilitas standar, antara lain:










Tempat tidur
Radio
Ruang tidur
Televisi
Almari pakaian
Meja rias dan meja tulis
Kamar mandi dan alat mandi
Rak untuk menyimpan koper
Telepon
Asbak, korek api, alat tulis
Gambar 9.3. Kamar Mandi Yang Asri Dan Mewah Menambah
Kepuasan Tamu
9.8. Fasilitas Umum
Untuk memberikan pelayanan terbaik dan kenyamanan bagi
para tamu, setiap hotel selalu memberikan berbagai tambahan
fasilitas tambahan. Berbagai fasilitas tambahan yang biasa
disediakan di hotel antara lain :
218



































Biro perjalanan
Konsierse
Kolam Renang
Konfirmasi Tiket
Layanan Hidangan di Kamar 24 jam
Layanan Pusat Kebugaran
Taman
Layanan Limosin
Mandi Uap dan Pijat
Paket dan Kiriman Parsel
Penatu
Penukaran Valuta Asing
Penjagaan Bayi dengan permintaan
Pos dan Perangko
Pusat Layanan Bisnis
Pusat Layanan Medis - Dokter 24 jam
Restoran dan Bar
Ruang Banket
Taksi
Toko Bunga
Toko Cindera Mata
Toko Kue
Toko Serbaneka
Tenis dan Golf atas permintaan
Kendaraan dari dan ke Bandara
Fasilitas pembuat kopi di setiap kamar
Fasilitas Rapat, Konferensi dan Pernikahan
Pelayanan Bisnis
Spice Market Restaurant, Lotus Court Chinese Restaurant,
Brown Bar
Kolam renang
Biro perjalanan Wisata
Cake Shop
Laundry & Dry Cleaning
Drug Store
Keamanan 24 jam dan lain - lain
219
Gambar 9.4. Kolam Renang di Hotel
Gambar 9.5. Fitnes Centre di Hotel
Gambar 9.6. Shopping Arcade di Hotel
220
Gambar 9.7. Restauran dan Taman Hotel
Gambar 9.8. Loby Hotel
Gambar 9.9. Dapur Hotel
221
9.9. Sumber Limbah
Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
pelayanan penginapan yang dikelola secara komersial yang
meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel juga
menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari
seperti makanan, pencucian/laundry dll bagi para pengunjungnya,
sehingga dalam aktivitasnya hotel juga menghasilkan berbagai
limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek pemukiman
penduduk.
Limbah cair perhotelan adalah limbah dalam bentuk cair yang
dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Karena aktivitas
yang ada di hotel relatif sama seperti layaknya pemukiman, maka
sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti pada
pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel.
Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara lain:




limbah dari kamar mandi dan toilet,
limbah dari kegiatan di dapur/restaurant
limbah dari kegiatan pencucian/loundry,
limbah dari fasilitas kolam renang,
9.10. Karakteristik Limbah Perhotelan
Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti
limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas
yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di
lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang
dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada
dan tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh
fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.
Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
222
1. Senyawa fisik :
 berwarna
 mengandung padatan
2. Senyawa kimia organiak :




mengandung karbohidrat
mengandung minyak dan lemak
mengandung protein
mengandung unsur surfactan
detergen dan sabun
3. Senyawa kimia inorganik :
antara
lain
 mengandung alkalinity
 mengandung Khloride
 mengandung Nitrogen
 mengandung Phospor
 mengandung Sulfur
4. Unsur Biologi :

mengandung protista dan virus
Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut:


Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 – 300 mg/lt.
Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 –250 mg/l.
Menurut Morimura dan Soufyan standar pemakaian air untuk
hotel adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk
karyawan adalah 120 – 150 liter per karyawan per hari. Biasanya
karyawan yang masuk dibagi dalam tiga (3) shif kerja, sehingga
misalkan jika jumlah seluruh karyawan 120 orang, maka rata-rata
setiap shif kerja ada 40 orang. Dengan demikian jumlah
pemakaian air untuk karyawan dihitung untuk 40 orang x jumlah
pemakaian air setiap hari (120 – 150 liter/hari).
Contoh :
Untuk hotel dengan jumlah kamar = 110 kamar,
Kapasitas maksimal tamu (60 kamar single bad, 50 kamar double
bad) = 160 orang
223
Jumlah Karyawan 120 orang dibagi menjadi 3 shif,
jadi tiap shif 40 orang.
Diasumsikan bahwa seluruh pemakaian air akan menjadi air
limbah, maka jumlah limbah maksimum adalah sebagai berikut :
Jumlah pemakaian air oleh tamu =160 org x 300 liter/orang.hari.
= 48.000 liter per hari
= 48 m3/hari.
Jumlah pemakaian air oleh karyawan
= 40 x 150 liter/orang.
= 6.000 liter/ hari
= 6 m3 / hari.
Total pemakaian air maksimum
= ( 48 + 6 ) m3/hari
= 54 m3 /hari.
= 60 m3 per hari.
dibulatkan menjadi
Jadi jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan oleh hotel
tersebut (pada tingkat hunian kamar penuh) adalah 60 m3 per
hari.
9.11. Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan
Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan
pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL
tersebut murah. Disamping itu, biaya operasional IPAL nantinya
juga harus murah, namun harus dapat memberikan hasil olahan
yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku
mutu limbah buangan yang berlaku.
Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum limbah
cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku mutu
limbah cair perhotelan telah ditetapkan dengan Kep. Men. LH No.
: KEP-52/MENLH/10/1995 tentang “Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Hotel” tanggal 23 Oktober 1995, seperti pada
Tabel 9.1. berikut:
224
Tabel 9.1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
PARAMETER
KADAR MAKSIMUM (mg/L)
BOD5
30
COD
50
TSS
500
pH
6,0 - 9,0
Sumber : Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995
9.12. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan
Untuk memilih teknologi pengolahan limbah yang tepat
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
 laju aliran limbah,
 kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah),
 ketersediaan lahan,
 standar air olahan yang diinginkan,
 kemampuan pembiayaan,
Tabel 9.2. Tabel Contoh Beberapa Pilihan
Pengolahan Air Buangan
Pretreatment
Screening
dan Grit
Removal
Equalization
dan Storage
Oil Separation
Primary treatment
Secondary treatment
Kimia
Fisik
Penghilanga
n organik
terlarut dan
unsur koloid
Netrali
-sasi
Flotasi
Lumpur aktif
Koagu
-lasi
Hidrolisis
Sedimen
-tasi
Stabilisasi
kontak
Trickling
Filter
Kolam aerasi
Ozonation
225
Penghila
ngan
padatan
tersuspensi
Pengendapan
Tertiary
treatment
Koagulasi,
Sedimentasi
Filtrasi
Adsorpsi
karbon
Penukar ion
Destilasi
RO
Elektrodialisis
Berikut ini diberikan contoh proses pengolahan limbah cair
perhotelan yang dapat diterapkan untuk hotel kecil dan
menengah dengan kapasitas 110 kamar.
Karakteristik limbah adalah sebagai berikut :






Jumlah kamar
Kapasitas maksimal tamu
Jumlah karyawan
Jumlah limbah max.
BOD di dalam air limbah
SS di dalam air limbah
= 110 kamar,
= 160 orang,
= 120 orang/hari (40 orang/ shif),
3
= 60 m /hari.
= 200 – 300 mg/lt.
= 200 –250 mg/l.
Hasil olahan yang diinginkan harus dapat memenuhi kualitas
limbah cair buangan kegiatan perhotelan sesuai dengan Kep.
Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 :
Tingkat effisiensi pengolahan :


Efisiensi penghilangan BOD IPAL diperkirakan 90-95 %.
Perikiraan konsentasi BOD olahan adalah lebih kecil 20 –30
mg/lt.
9.13. Proses Pengolahan Limbah Cair Perhotelan
Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal,
untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik
tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi
sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa
organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan
ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas.
Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari
bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob
terdiri dari tiga buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro226
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat
organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap secara
ananerob atau tanpa udara.
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak
kontaktor aerob. Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari
tangki aerasi dan biofilter aerob. Di dalam ruang biofilter aerob ini
juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe sarang tawon.
Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara
dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro
organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan
media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel
pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonia menjadi lebih besar.
Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam
bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme
diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over
flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini
air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh
micro-organisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi
dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan
kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat
menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen,
padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses
pengolahan air limbah perhotelan dengan sistem biofilter
anaerob-aerob dapat dilihat pada di bawah ini.
227
228
Gambar 9.10. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai
beberapa keuntungan antara lain :
 Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang
terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan
mikroorganisme yang menyelimuti permukaan media atau
yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih
mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak
pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami
proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi
penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar.
Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD
dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi
padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen
(MBAS), ammonium dan posphor.
 Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah
yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang
mengandung suspended solids dan bakteri e-coli setelah
melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi
penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya
biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari
bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang
terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa
aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter.
Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana,
operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta
kebutuhan energinya sangat kecils. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas
yang tidak terlalu besar
 Dengan kombinasi proses “anaerob-aerob”, efisiensi
penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila
dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob
saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa
phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme
akan keluar sebagai akibat hidrolisa senyawa phospor.
Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk
229
9.13.1. Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan
biofilter anaerb-aerob antara lain yakni :







Perawatannya sangat mudah.
Biaya operasinya rendah.
Jumlah lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit bila
dibandingkan dengan proses lumpur aktif.
Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat
menyebabkan euthropikasi.
Kebutuhan energi lebih kecil.
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang
cukup besar.
Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
9.13.2. Contoh Disain Teknis IPAL
Kapasitas Rencana = 60 m3 per hari.





BOD Masuk
SS Masuk
Efisiensi Pengolahan
BOD keluar
SS keluar
= 200 – 300 mg/lt.
= 200 – 250 mg/lt
= 90 – 95 %
= 20 – 30 mg/lt
= 20 – 30 mg/lt
230
A. Bak Pengendapan Awal
Kriteria perencanaan :


Lebar maksimum 1,5 m dan tinggi maksimum 2 m.
dimensi ini dapat disesuaikan dengan kondisi ruangan
yang tersedia.
Waktu tinggal (residence time ) 1,5 – 3 jam (standar
JWWA)
Hasil perhitungan :

Dimensi :







Lebar
Panjang
Tnggi
Kedalaman air efektif
Tinggi ruang bebas
Diameter Inlet
Diameter Outlet
= 1,5 m
= 2,8 m
= 1,9 m
= 1,7 m
= 0,2 m
=4“
=4“


Waktu tinggal (retention time) rata-rata = 2,86 jam
Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,43 jam
( asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata-rata).


Jumlah ruang = 2 buah
Beban permukaan (surface loading) ruang I = 14.2
3
2
m /m .hari
Beban permukaan (surface loading) ruang I = 50
m3/m2.hari
(standar JWWA = 20 – 50 m3/m2.hari)

Disain bak bak pengendapan awal dapat dilihat seperti pada
gambar di bawah ini.
231
232
Gambar 9.11. Rancangan Bak Pengendapan Awal.
B. Biofilter Anaerob
Kriteria perencanaan :


Waktu tinggal di dalam reaktor = 8 jam
Beban BOD per satuan permukaan media = 5 – 30 g
BOD /m2 hari. (EBIE Kunio., “Eisei Kougaku Enshu“,
Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992).
Hasil perhitungan :













= 8/24 x 60 m3 = 20 m3
= 1,5 m
= 1,7 m
= 20 m3/(1,5 m x 1,7 m)
= 7,4 m .
ditetapkan panjang Bak = 7,5 m.
Tinggi ruang bebas
= 0,2 m
Jumlah bak
= 3 buah .
Dimensi bak :
Lebar
= 1,5 m
Panjang
= 2,5 m
Tinggi
= 1,9 m
Kedalan air efektif
= 1,7 m
Tinggi ruang bebas
= 0,2 m
Waktu tinggal total rata-rata
=7,65 jam
Tinggi ruang lumpur
= 0,2 m
Tinggi bed media pembiakan mikroba = 1,2 m
Tinggi air di atas bed media
= 30 cm
Volume total media biofilter anaerob
= 14 m3
Luas permukaan spesifik media
= 225 m2/m3
Volume efektif reaktor total
Lebar
Tinggi air efektif
Panjang bak yang diperlukan
Beban BOD/ satuan luas = [Konsentrasi BOD g/m3 x Q m3/hari]
Luas permukaan media m2
= 5,8 g BOD /m2. hari.
Disain tangki biofilter anaerob dan rangkaian aliran pada reaktor
biofilter dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.
233
234
Gambar 9.12. Rancangan Tangki Biofilter Anareob.
Bak Pengendap Awal
Biofilter Aaerob
Gambar 9.13. Diagram Rangkaian Aliran Biofilter Anaerob
C. Biofilter Aerob
Kriteria perencanaan : aktu tinggal di dalam reaktor = 4 jam
Hubungan inlet BOD dan beban BOD per satuan luas
permukaan media untuk mendapatkan efisiensi penghilangan
BOD 90 % dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9.3. Hubungan Inlet BOD Dan Beban BOD
Per Satuan Luas Permukaan Media
Inlet BOD mg/l
LA g BOD/m2.hari
300
30
200
20
150
15
100
10
50
5
Sumber : EBIE Kunio., “ Eisei Kougaku Enshu “,
Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992
235
Hasil perhitungan :
Jumlah ruang = 2 bak, yakni bak 1 untuk aerasi dan bak 2
untuk biofilter aerob.


Dimensi Bak Aerasi (Bak 1) :
Lebar
= 1,5 m
Kedalaman air efektif
= 1,7 m
Panjang
= 1,7 m
Tinggi ruang bebas
= 0,2 m
Tinggi ruang lumpur
= 0,2 m
Tinggi air di atas bed media
= 20 cm
Dimensi Bak Biofilter Aerob (Bak 2) :
Lebar
= 1,5 m
Kedalaman air efektif
= 1,6 m
Panjang
=2
Tinggi ruang bebas
= 0,3 cm
Tinggi air di atas bed media
= 20 cm
Tinggi Bed Media
= 1,2 m

Waktu tinggal total rata-rata
= + 3,8 jam

Beban BOD per satuan permukaan media = 4,44 g
BOD/m2.hari.
m
Rancangan bak aerasi dan tangki biofilter aerob serta
rangkaian aliran bak aerasi dan tangki biofilter aerob dapat
dilihat pada di bawah ini.
236
Gambar 9.14. Disain Bak Aerasi
237
238
Gambar 9.15. Disain Tangki Biofilter Aerob Dan Rangkain Alirannya.
D. Bak Pengendap Akhir

Dimensi :
Lebar
= 1,5 m
Kedalaman air efektif
=1,62 m
Panjang
= 2,3 m
Tinggi ruang bebas
= 0,3 m
(disesuaikan dengan kondisi lapangan).

Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 2,2 Jam

Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 30
m3/m2.hari
Catatan :

Kriteria Standar
: waktu tinggal = 2 jam

Beban permukaan
: 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)
Disain bak pengendapan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.7.
E. Media Pembiakan Mikroba
Material
: PVC sheet
Ketebalan
: 0,15 – 0,23 mm
Luas Kontak Spsesifik
: 200 – 226 m2/m3
Diameter lubang
: 2 cm x 2 cm
Warna
: bening transparan.
Berat Spesifik
: 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga
: 0,98
Contoh media pembiakan mikroba dapat dilihat pada gambar
berikut.
239
Gambar 9.16. Rancangan Bak Pengendapan Akhir
Gambar 9.17. Media Pembiakan Mikroba Tipe Sarang Tawon
240
F. Pompa Air Sirkulasi
: 15 -30 M3/hari (10 - 20 liter per menit)
: Pompa Celup
: 9 meter
: 1 buah
:1“
: 100 -150 watt, 220-240 volt
Kapasitas
Tipe
Total Head
Jumlah
Outlet
Listrik
Gambar 9.18. Pompa Sirkulasi
G. Blower Udara
Kapsitas
Total Head
Listrik
Jumlah
: 400 liter per menit
: 200 cm air
: 200 watt, 220 volt.
: 2 unit
Gambar 9.19. Blower Udara
241
242
Gambar 9.20. Rancangan Sistem Pengolahan Limbah Perhotelan Secara Lengkap.
9.13. Penutup
Buku panduan ini disusun untuk memberikan gambaran
kepada para pemilik hotel agar dapat melakukan pengelolaan
lingkungannya sehingga dapat mewujudkan suatu kawasan hotel
yang bersih dan nyaman sehingga disamping dapat membantu
upaya pelestarian lingkungan juga dapat meningkatkan tingkat
hunian tamu hotel.
Contoh teknologi pengolahan limbah cair perhotelan yang
dimuat dalam buku ini dibuat dengan detail disain-nya sehingga
diharapkan para pengelola hotel dapat membangun dan
mengoperasikannya dengan baik tanpa merasa terbebani oleh
biaya investasi maupun operasionalnya. Sebaliknya diharapkan
dengan tambahan modal yang sedikit tersebut dapat
menciptakan lingkungan yang asri sehingga dapat lebih menarik
para pengunjung.
243
9.14. Daftar Pustaka
1. -----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon
Gesuidou Kyoukai, 1984.
2. -----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah
Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL
JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.
3. Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen
kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
4. Said, N.I., “Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Skala Individual Tangki Septik Filter Up Flow”, Majalah
Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.
5. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei
Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai,
Tokyo, 1987.
6. Sulastiyono A. Drs, MSi, “Manajemen Penyelenggaraan
Hotel”, Alfabeta, Bandung, 1999.
7. Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution
Control “, Harper & Row, New York, 1985.
8. Wignjohusodo, S., “Pengelolaan Limbah Secara Terpadu dan
Terpusat”, Presentasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit,
Jakarta 11 Juli 1996.
244
Download