i SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN

advertisement
SKRIPSI
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI
KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
APRILIA AYU PAMELA
J 410 050 013
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
i
ABSTRAK
APRILIA AYU PAMELA. J 410 050 013
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI
KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO.
xv +69+24
Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Desa Ketosari
merupakan salah satu desa di Kecamatan Bener yang endemis malaria dengan API
(Annual Parasite Insidence) pada tahun 2008 yaitu 34,7‰. Kejadian malaria
disebabkan adanya kontak manusia dengan nyamuk malaria dan didukung oleh
kondisi perumahan dan lingkungan yang kurang baik. Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan dan risiko kondisi fisik rumah dan
lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan
Bener Kabupaten Purworejo.
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei lapangan yang bersifat observasional
dengan pendekatan case control. Jumlah sampel sebanyak 42 rumah yang terdiri
dari 21 rumah pada kelompok kasus dan 21 rumah pada kelompok kontrol. Data
penelitian dianalisis dengan metoda analisis non parametrik dengan uji chi square.
Nilai keyakinan uji statistik adalah 95% dan nilai kemaknaan (α) 0,05.
Variabel-variabel bebas adalah kondisi fisik rumah antara lain : ventilasi (p =
0.013 dan OR = 5,20), langit-langit (p = 0,002 dan OR = 8,50), dan dinding (p =
0,013 dan OR = 5,0). Kondisi lingkungan sekitar rumah antara lain: semak-semak
(p = 0,019 dan OR = 0,18), parit atau selokan (p = 0,000 dan OR = 0,06), dan
kandang ternak (p = 0,000 dan OR = 0,01)
Dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria maka
disarankan adanya penyuluhan bagi masyarakat serta perbaikan dan kebersihan
pada kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah.
Kata kunci : Kondisi Fisik, Lingkungan, Malaria
Kepustakaan : 35, 1991-2009
Surakarta, November 2009
Pembimbing I
Pembimbing II
Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes
NIK. 765
Sri Darnoto, SKM
NIK. 100. 1015
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid)
NIK. 863
ii
Aprilia Ayu Pamela. J 410 050 013
HOUSE PHYSICAL CONDITION AND ENVIRONMENT’HOUSE THAT
CORRELATION WITH MALARIAE INSIDENT AT KETOSARI VILLAGE,
SUBDISTRICT BENER DISTRICT PURWOREJO.
Abstract
Malariae incident is health problem in indonesia until now. Ketosari is the one of
village in subdistrict Bener that it has endemic malariae incident with API
(Annual Parasite Insidence) in the year 2008 up to 34,7‰.
Malariae incident is caused with between human contact and malariae mosquito,
thus supported by bad condition in housing and environment. The research aim is
to detect the relation between house physical condition and their environment
with malariae incident at Ketosari Village, Bener sub district, Regency
Purworejo.
This research work a field research with observasional research and case contro
approach. The amount of Sample is 42 houses that consist of 21 houses in case
group and 21 houses in control group. The datas is analyzed with non parametrik
analysis method and chi square test. Statistics test confidence value is 95% and
standart value is α = 0,05.
Independent variables from house physical condition : ventilation (p = 0.013 and
or = 5,20, ceilings (p = 0,002 and or = 8,50) and wall (p = 0,013 and or = 5,0).
The environment’house variables is bush (p = 0,019 and or = 0,18), canals or
gutter (p = 0,000 and or = 0,06) and livestock stable (p = 0,000 and or = 0,01).
It can be summarized that house physical condition and their environment
represent the significant connection towards malariae incident, thus it can be
suggested to act the elucidation for society plus to repair and clean in house
physical condition and their environment.
Keyword: physical condition, environment, malariae
iii
SKRIPSI
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI
KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
APRILIA AYU PAMELA
J 410 050 013
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
iv
@ 2009
Hak Cipta Pada Penulis
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN
SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA
KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO.
Disusun oleh : Aprilia Ayu Pamela
NIM
: J 410 050 013
Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta, November 2009
Pembimbing I
Pembimbing II
Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes
NIK. 765
Sri Darnoto, SKM
NIK. 1001. 015
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI
KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO
Disusun Oleh
NIM
: Aprilia Ayu Pamela
: J 410 050 013
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada
tanggal 1 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim
Penguji.
Surakarta, November 2009
Ketua Penguji
: Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes
(
)
Anggota Penguji I
: Sri Darnoto, SKM
(
)
Anggota Penguji II
: Noor Alis Setiyadi, SKM
(
)
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
( Arif Widodo, A.Kep, M.Kes )
NIK. 630
vii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Setiap lembaran dari goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan
dan kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.
Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil getaran jiwa
kedua orang tuaku, eyang, kakak, dan adikku yang dengan seluruh nafas
memberikan kasih sayang, semangat, dorongan, doa yang tiada henti
kepada diriku.
Setiap inspirasi dan semangat yang terlintas dalam sebuah penyelesaian
karya sederhana ini merupakan dorongan pemilik hatiku sayang.
Setiap keberhasilan dalam penyelesaian karya ini merupakan wujud dari
seluruh kebanggaan diriku untuk mengerti sebuah jati diri serta rasa
hormat dan baktiku.
Guru-guruku, karenamu aku bisa mengeja.
Almamaterku.
viii
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS. Al Baqarah 286)
Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah
terletak kepada murka orang tua
(HR. Al Hakim)
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi yang khusuk.
(QS. Al Baqarah 45)
Hal terindah dalam hidup ini yaitu melihat orang yang kita sayangi tersenyum
( Peneliti )
“Bersabar dan ikhlaslah dalam menjalani cobaan, sesungguhnya dibalik itu
semua pasti ada hikmahnya”
( Peneliti )
Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir,
melainkan dari proses perjuangannya.
( Peneliti )
Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan jadikanlah
hari esok lebih baik dari hari ini.
( Peneliti )
ix
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Aprilia Ayu Pamela
Tempat/Tanggal Lahir
: Brebes, 23 April 1987
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Krajan RT 02 RW 05 Suruh, Kecamatan Suruh,
Kabupaten Semarang.
Riwayat Pendidikan
: 1. Lulus SD N 2 Suruh tahun 1999
2. Lulus SLTP N 3 Susukan tahun 2002
3. Lulus SLTA N 1 Tengaran tahun 2005.
4. Menempuh pendidikan di Program Studi
Kesehatan Masyarakat FIK UMS sejak tahun
2005.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah dengan
Kejadian Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo”. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang bisa
penulis
lakukan
dalam
menyelesaikan
skripsi
ini.
Untuk
itu
penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya
selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada:
1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Yuli Kusumawati SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam skripsi ini.
4. Bpk. Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam skripsi ini.
5. Kepala Puskesmas Bener, Kepala Desa Ketosari, dan Mas Nur Safi’i
selaku JMD ( Juru Malaria Desa ) Ketosari yang telah memberikan banyak
bantuan pada saat penelitian skripsi ini.
6. Papa dan Mama tersayang yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu,
semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung
banyaknya. Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan
hidupku.
xi
7. Eyang Barodji, eyang putri, kakak, dan adikku tersayang yang telah
memberikan inspirasi untuk segala hal, dorongan, nasihat, rasa sayang,
dan selalu membuatku tersenyum.
8. Sucita Tri Nugraha yang telah banyak membantu pada saat penelitian dan
memberikan nasihat, semangat, rasa sayang, doa, serta menjadi penghilang
sedikit penat saat kuliah.
9. Junitha, Umy, Vita, Ririn, Idda, Aput, Aya, mbak Eka dan semua temanteman seperjuangan Prodi Kesmas 2005 kalian telah mengajarkanku arti
sebuah persahabatan.
10. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, November 2009
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HAK CIPTA............................................................................................
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................
iii
PERNYATAAN PENGESAHAN ...........................................................
iv
PERSEMBAHAN....................................................................................
v
MOTTO ..................................................................................................
vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .............................................................................
viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN .........................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................
1
B. Rumusan Masalah.............................................................
3
1. Masalah Umum...........................................................
3
2. Masalah Khusus..........................................................
4
C. Tujuan Penelitian..............................................................
5
1. Tujuan Umum.............................................................
5
2. Tujuan Khusus ............................................................
5
D. Manfaat Penelitian............................................................
6
E. Ruang Lingkup .................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria............................................................
7
B. Epidemiologi Malaria. ......................................................
7
1. Agent ..........................................................................
7
2. Host ............................................................................
8
xiii
3. Environment ...............................................................
BAB III
9
C. Penyebab Penyakit Malaria..............................................
13
D. Cara Penularan.................................................................
15
E. Pencegahan Penyait Malaria ............................................
16
F. Pemberantasan Penyakit Malaria......................................
17
G. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Malaria .............
18
H. Kerangka Teori.................................................................
26
I.
Kerangka Konsep ............................................................
27
J.
Hipótesis Penelitian .........................................................
27
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................
29
B. Subjek Penelitian .............................................................
29
C. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................
30
D. Populasi dan Sampel........................................................
30
1. Populasi ......................................................................
30
2. Sampel........................................................................
31
E. Variabel Penelitian...........................................................
32
F. Definisi Operasional Variabel ..........................................
33
G. Pengumpulan Data............................................................
36
1. Jenis data ....................................................................
36
2. Sumber data ................................................................
36
3. Cara pengumpulan data...............................................
37
H. Langkah-langkah Penelitian..............................................
37
1.
Instrumen Penelitian ..................................................
37
2.
Jalannya Penelitian.....................................................
37
Pengolahan Data ..............................................................
38
J. Anlisis Data ......................................................................
39
1. Analisis univariat ........................................................
39
2. Analisis bivariat ..........................................................
39
I.
xiv
BAB IV
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum .............................................................
41
B. Hasil Penelitian.................................................................
42
1. Karakteristik responden ..............................................
42
2. Analisis univariat ........................................................
46
3. Analisis bivariat ..........................................................
50
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dengan
Kejadian Malaria ..............................................................
58
1. Hubungan antara Ventilasi dengan Kejadian Malaria ..
58
2. Hubungan antara Langit-langit dengan Kejadian
Malaria .......................................................................
59
3. Hubungan antara Dinding dengan Kejadian Malaria....
60
B. Hubungan antara Kondisi Lingkungan sekitar Rumah
dengan Kejadian Malaria ..................................................
62
1. Hubungan antara Semak-semak dengan Kejadian Malaria 62
2. Hubungan antara Parit atau Selokan dengan
Kejadian Malaria.........................................................
63
3. Hubungan antara Kandang Ternak dengan
BAB VI
Kejadian Malaria.........................................................
64
C. Keterbatasan Penelitian.....................................................
66
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................
67
B. Saran.......................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Teori Peneliti.......................................................................
26
2. Kerangka Konsep Penelitian............................................. ...................
27
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Gambaran Kejadian Malaria Menurut Karakteristik Responden
di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo..................
45
2. Rangkuman Hasil Analisis Univariat Hubungan Kondisi Fisik Rumah
dan Lingkungan Sekitar Rumah .........................................................
49
3. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian Malaria Di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo ..............................
50
4. Hubungan Langit-Langit Rumah dengan Kejadian Malaria
di Desa Ketosari Kecamatan Bener KabupatenPurworejo...................
51
5. Hubungan dinding rumah dengan kejadian malaria
di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo..................
52
6. Hubungan semak-semak dengan kejadian malaria
di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo..................
54
7. Hubungan parit atau selokan dengan kejadian malaria
di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo..................
55
8. Hubungan kandang dengan kejadian malaria
di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo..................
56
9. Rangkuman hasil analisis bivariat hubungan
kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah..............................
xvii
57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Kesediaan Menjadi Responden
2. Kuesioner penelitian
3. Peta Desa Ketosari
4. Ijin Pengambilan Data
5. Ijin Penelitian
6. Laporan Kasus Malaria Positif
7. Hasil Analisis Statistik
8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
9. Dokumentasi Penelitian
xviii
DAFTAR SINGKATAN
ACD
: Active Case Detection
API
: Annual Parasit Insidence
CI
: Confidence Interval
JMD
: Juru Malaria Desa
KK
: Kepala Keluarga
KLB
: Kejadian Luar Biasa
MDA
: Mass Drug Administration
OR
: Odd Ratio
PCD
: Passive Case Detection
PJB
: Pemantauan Jentik Berkala
PNPM
: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
RT
: Rukun Tangga
RW
: Rukun Warga
SKRT
: Survei Kesehatan Rumah Tangga
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia sampai saat ini.
Derajat endemisitas malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah dengan
daerah lain (Pribadi dan Sungkar, 1994). Data hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan jumlah penderita malaria klinis di
seluruh Indonesia mencapai 15 juta orang dan 43 ribu diantaranya meninggal.
Jumlah penderita malaria cenderung mengalami kenaikan pertahunnya. Tahun
2006, wabah malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di 7
provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107 orang, 23 diantaranya
meninggal. Sedangkan tahun 2007 KLB terjadi di 8 provinsi, dengan jumlah
penderita mencapai 1.256 orang dan mengakibatkan 74 penderitanya
meninggal dunia (Zubersafawi, 2009).
Bulan Juli-Agustus 2002 dilaporkan 35 kabupaten di Jawa Tengah
terserang penyakit ini, dengan jumlah penderita sekitar 3.000 orang
(Prabowo, 2004). Kabupaten Purworejo merupakan salah satu dari 35
Kabupaten di Jawa Tengah yang terdapat kasus malaria dengan daerah
endemis malaria yaitu Kecamatan Bener. Dalam periode tahun 2003 hingga
tahun 2007 API (Annual Parasit Insidence) di Kecamatan Bener mengalami
penurunan dari API sebesar 20,28‰ turun menjadi 0.58‰. Akan tetapi pada
tahun 2008 terjadi peningkatan kasus malaria dengan API sebesar 3.5‰
(Puskesmas Bener 2008). Adanya kasus di daerah tersebut menunjukkan
2
bahwa penularan penyakit masih terus barlangsung dan pengendalian vektor
harus dilakukan.
Kesakitan malaria sampai saat ini disebabkan karena adanya kontak
nyamuk dengan manusia sebagai vektor malaria. Kalau di suatu daerah
dijumpai kasus malaria dan ada nyamuk yang menjadi atau diduga sebagai
vektornya serta ada tempat perindukannya maka sudah dapat dipastikan
bahwa penularan terjadi di daerah tersebut (Barodji, 2000). Berdasarkan hasil
penelitian Darmadi (2002), diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian
malaria.
Kasus malaria di Kecamatan Bener pada tahun 2008 terdapat di Desa
Ketosari dengan jumlah penderita yang positif malaria sebanyak 66 orang
dengan API 34,7‰, angka tersebut masih di atas target nasional (0,08‰).
Sedangkan pada tahun 2009 jumlah penderita malaria pada Januari–Juli
sebanyak 123 orang (Puskesmas Bener, 2009). Dengan vektor utama malaria
di Desa Ketosari adalah Anopheles aconitus, Anopheles balabacensis dan
Anopheles maculatus (Lestari dkk, 2007).
Peningkatan kasus malaria di Desa Ketosari diperkirakan berkaitan
dengan kondisi lingkungan fisik rumah yaitu mudah tidaknya nyamuk masuk
ke dalam rumah yang dipengaruhi oleh ventilasi yang dipasang kawat kasa,
kerapatan dinding dan adanya langit-langit rumah. Kondisi lingkungan sekitar
rumah yang mendukung perindukan nyamuk yaitu ada tidaknya tempat
perindukan dan persinggahan nyamuk di sekitar rumah. Karena dilihat dari
3
bionomik vektor di daerah ini, bahwa pada siang hari Anopheles maculatus
dan Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak dan di
kandang kambing yang terbuat dari bambu. Tempat perkembangbiakannya di
parit atau selokan dan di genangan-genangan air jernih. Sedangkan perilaku
menghisap darah sejak sore hari dan paling banyak menggigit sekitar pukul
21.00-03.00 (Lestari dkk, 2007). Hasil pendataan yang dilakukan petugas
PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Desa Ketosari tahun
2009 mencatat presentase rumah miskin di Desa Ketosari yaitu 51,9%. Rumah
yang miskin inilah yang berpotensial tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga mendukung kepadatan nyamuk baik di dalam maupun di luar rumah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis melakukan
penelitian tentang malaria kaitanya dengan faktor tersebut. Dengan judul
penelitian “Hubungan kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
B. Rumusan Masalah
1. Masalah umum
Apakah ada hubungan antara kondisi fisik rumah dan lingkungan
sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo?
4
2. Masalah Khusus
a. Adakah hubungan antara ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi
rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo?
b. Adakah hubungan antara ada tidaknya langit-langit pada semua atau
sebagian ruangan rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo?
c. Adakah hubungan antara kerapatan dinding rumah dilihat dari ada
tidaknya lubang lebih dari 1,5 mm² pada dinding dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo?
d. Adakah hubungan antara ada tidaknya semak-semak di sekitar rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo?
e. Adakah hubungan antara ada tidaknya parit atau selokan di sekitar
rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo?
f. Adakah hubungan antara ada tidaknya kandang ternak di sekitar rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan
kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi
rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo.
b.
Mengetahui hubungan antara ada tidaknya langit-langit pada semua
atau sebagian ruangan rumah dengan kejadian malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
c. Mengetahui hubungan antara kerapatan dinding rumah dilihat dari ada
tidaknya lubang lebih dari 1,5 mm² pada dinding dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
d. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya semak-semak di sekitar
rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo.
e. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya parit atau selokan di sekitar
rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo.
6
f. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya kandang ternak di sekitar
rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat pada beberapa
pihak antara lain :
1. Bagi intansi kesehatan
Sebagai masukan atau bahan pertimbangan kepada pengelola progam
pemberantasan penyakit menular terutama pada pengelola progam
penyakit malaria.
2. Bagi masyarakat
Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam upaya
pencegahaan dan pemberantasaan penyakit malaria.
3. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam menerapkan
ilmu pengetahuan yang penulis peroleh dibangku kuliah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan
mengenai hubungan antara kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang
terinfeksi. Penyakit ini dapat menyerang semua orang baik bayi, anak-anak
maupun orang dewasa (Depkes RI, 1991).
B. Epidemiologi Malaria
Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyebaran malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam
masyarakat. Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki: host
(manusia sebagai host intermediate dan nyamuk sebagai host definitif), agent
(penyebab penyakit malaria, plasmodium) dan environment (lingkungan).
Penyebaran malaria terjadi bila ketiga faktor tersebut saling mendukung.
1. Agent (parasit malaria)
Agent atau penyebab penyakit malaria adalah semua unsur atau
elemen hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti dengan
kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan memudahkan
terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab malaria adalah protozoa
dari genus plasmodium.
8
2. Host (Pejamu)
a. Manusia (host intermediate)
Penyakit malaria dapat menginfeksi setiap manusia, ada
beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai
penjamu penyakit malaria antara lain: usia/umur, jenis kelamin,
suku/ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit
sebelumnya, cara hidup, keturunan, status gizi, dan tingkat imunitas.
b. Nyamuk (host definitif)
Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk
Anopheles betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya.
Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria.
Beberapa sifat dan perilaku sangat penting adalah :
1) Tempat hinggap atau istirahat
a) Eksofilik: nyamuk hinggap dan istirahat di luar rumah.
b) Endofilik: nyamuk hinggap dan istirahat di dalam rumah.
2) Tempat menggigit
a) Eksofagik: lebih suka menggigit di luar rumah.
b) Endofagik: lebih suka menggigit di dalam rumah.
3) Obyek yang digigit
a) Antrofofilik: lebih suka menggigit manusia.
b) Zoofilik: lebih suka menggigit binatang.
9
4) Faktor lain yang penting adalah :
a) Umur nyamuk (longevity) semakin panjang umur nyamuk
semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau
vektor malaria.
b) Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit.
c) Frekuensi menggigit manusia.
d) Siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk
matangnya telur.
3. Environment (lingkungan)
Lingkungan adalah lingkungan manusia dan nyamuk berada.
Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan
keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Kondisi
lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama tiap
jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles aconitus cocok pada daerah
perbukitan dengan sawah non teknis berteras, saluran air yang banyak
ditumbuhi rumput yang menghambat aliran air. Nyamuk Anopheles
balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang banyak terdapat hutan
dan perkebunan. Jenis nyamuk
Anopheles maculatus dan Anopheles
balabacensis sangat cocok berkembang biak pada tempat genangan air
seperti bekas jejak kaki, bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang
galian. Lingkungan yang mendukung kehidupan dan perkembangbiakkan
nyamuk dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam yaitu:
10
a.
Lingkungan Fisik
Lingkungan
fisik
yang
berkaitan
dengan
umur
dan
perkembangbiakkan nyamuk Anopheles antara lain :
1) Suhu udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya
siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi
suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya
makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
2) Kelembaban Udara
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur
nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang
biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain dari nyamuk.
3) Hujan
Terdapat
hubungan
langsung
antara
hujan
dan
perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar
kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan,
jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan.
Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan
berkembangbiaknya Anopheles.
4) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam
yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar
rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah
11
kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat
diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin.
5) Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva
nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat
yang teduh. Sebaliknya Anopheles hyrcanus lebih menyukai
tempat yang terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di
tempat yang teduh maupun tempat yang terang.
6) Arus air
Anopheles barbirostris menyukai tempat perindukan yang
airnya statis atau mengalir sedikit. Anopheles minimus menyukai
tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan Anopheles
letifer di tempat yang airnya tergenang.
b. Lingkungan Kimiawi
Lingkungan
kimiawi
sampai
saat
ini
baru
diketahui
pengaruhnya adalah kadar garam tempat perindukan, misalnya
Anopheles sundaicus tumbuh pada air payau dengan kadar garam 1,22% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 4%.
c. Lingkungan Biologik
Lingkungan biologik tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk Anopheles karena dapat menghalangi sinar masuk atau
melindungi dari serangan makhluk hidup yang lain. Adanya berbagai
12
jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, ikan gabus, ikan
nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk.
d. Lingkungan sosial budaya
Faktor ini besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor
lingkungan lain. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut
malam dimana vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memperbesar
jumlah
gigitan
nyamuk.
Penggunaan
kelambu,
pemasangan kawat kasa pada ventilasi, jendela yang tidak terbuka
sampai senja, dinding rumah yang rapat dan adanya langit-langit
rumah serta penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya
berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat, akan
mempengaruhi angka kesakitan malaria.
Faktor yang cukup penting adalah pandangan masyarakat
terhadap penyakit malaria, apabila malaria dianggap sebagai suatu
kebutuhan untuk diatasi, upaya untuk menyehatkan lingkungan akan
dilaksanakan oleh masyarakat. Dampak dari laju pembangunan yang
cepat adalah timbulnya tempat perindukan buatan manusia sendiri
seperti pembuatan bendungan, penambangan timah/emas dan tempat
pemukiman
baru
menimbulkan
perubahan
lingkungan
menguntungkan bagi nyamuk malaria (Depkes RI, 1999).
yang
13
C. Penyebab Penyakit Malaria
Agent penyebab malaria ialah makhluk hidup Genus Plasmodia,
Famili Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia
dikenal empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum: penyebab penyakit tropika yang sering
menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala seranganya
timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.
2. Plasmodium vivax: penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala
serangannya timbul berselang setiap tiga hari.
3. Plasmodium malariae: penyebab penyakit malaria quartana yang gejala
serangannya timbul berselang setiap empat hari.
4. Plasmodium ovale: jenis ini jarang ditemui di Indonesia, banyak dijumpai
di Afrika dan Pasifik Barat.
Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium,
infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Yang terbanyak
terdiri dari dua campuran, yaitu Plasmodium falciparum dengan Plasmodium
vivax atau Plasmodium malariae. Infeksi campuran biasanya terjadi di daerah
yang angka penularannya tinggi (Depkes RI, 2006)
Parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan untuk
kelangsungan hidupnya, yaitu siklus hidup dalam tubuh manusia terjadi
pertumbuhan bentuk aseksual dan siklus hidup dalam tubuh nyamuk
Anopheles terjadi fase reproduksi seksual (Prabowo, 2004). Gejala klinis
14
malaria biasanya terdiri dari 3 stadium yang berurutan yaitu stadium dingin,
stadium demam, dan stadium berkeringat.
a. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat
dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutupi tubuhnya dengan
segala macam pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah,
bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b. Stadium demam ( hot stage)
Stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit
kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, mual serta
muntah seringkali terjadi. Nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita
menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau
lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan
karena pecahnya sizon darah yang telah matang dan masuknya merosoit
darah ke dalam aliran darah.
c. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai-sampai
tempat tidurnya basah, kemudian suhu badan menurun dengan cepat,
kadang-kadang sampai di bawah normal. Penderita dapat tidur dengan
nyenyak, badan terasa lemah setelah bangun. Stadium ini berlangsung 2-4
jam (Soegijanto, 2004).
15
Gejala-gejala tersebut tidak selalu ditemukan pada setiap penderita,
dan ini tergantung pada spesies parasit, umur, dan tingkat imunitas
penderita (Sutisna, 2002).
D. Cara Penularan
Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria :
1. Penularan secara alamiah
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles.
2. Penularan yang tidak alamiah
a. Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
c. Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (Plasmodium
gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet
(Plasmodium knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa
gejala klinis (Rampengan, 1993).
16
E. Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan penyakit malaria secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kegiatan :
1. Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis atau
pengobatan pencegahan.
a. Orang yang akan berpergian ke daerah-daerah endemis malaria harus
minum obat antimalaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum
keberangkatan
sampai
empat
minggu
setelah
orang
tersebut
meninggalkan daerah endemis malaria.
b. Wanita hamil yang akan berpergian ke daerah endemis malaria
diperingatkan tentang
risiko yang mengancam kehamilannya.
Sebelum berpergian, ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi ke
klinik atau rumah sakit dan mendapatkan obat antimalaria.
c. Bayi dan anak-anak berusia di bawah empat tahun dan hidup di daerah
endemis malaria harus mendapat obat anti malaria karena tingkat
kematian bayi/anak akibat infeksi malaria cukup tinggi.
2. Pencegahan terhadap vektor/gigitan nyamuk.
Daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan untuk
menghindari gigitan nyamuk sangat penting. Maka dari itu disarankan
untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah
terutama pada malam hari, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi
rumah, serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat
memakai minyak anti nyamuk saat tidur dimalam hari untuk mencegah
17
gigitan nyamuk malaria, karena biasanya vektor malaria menggigit pada
malam hari (Prabowo, 2004).
F. Pemberantasan Penyakit Malaria
Penyebaran penyakit malaria disebabkan oleh tiga komponen yang
saling berkaitan yaitu host, agent, dan environment merupakan mata rantai
penularan. Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan
penyakit malaria, dengan sasaran antara lain :
1. Penemuan penderita
Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara
memutus penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain
dilakukan dengan penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active
Case Detection) dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang
mengunjungi rumah secara teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD
= Passive Case Detection) yakni berdasarkan kunjungan pasien di unit
pelayanan kesehatan (puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit)
yang menunjukkan gejala klinis malaria.
2. Pengobatan penderita
Kegiatan pengobatan penderita antara lain :
a. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria
berdasarkan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.
b. Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan
diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.
18
c. Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan
massal pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah
tersebut yang diobati.
d. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga
transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria.
3. Pemberantasan vektor
Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan
rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa,
membunuh jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan
menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk
mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 1999).
G. Faktor-faktor yang berhubungan dengan malaria
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit malaria
antara lain :
1. Faktor Lingkungan fisik
a. Kondisi fisik rumah
Rumah adalah struktur fisik, orang menggunakan untuk tempat
berlindung yang dilengkapi beberapa fasilitas yang berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani baik untuk keluarga maupun individu.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping
pangan dan sandang, agar rumah dapat berfungsi sebagai tempat
19
tinggal yang baik diperlukan beberapa persyaratan. Rumah sehat harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
1) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan di sini ialah :
a) Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakan
atas cahaya matahari dan lampu.
b) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna,
sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.
c) Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipertahankan suhu lingkungan.
2) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Terjamin berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota
keluarga yang tinggal bersama.
b) Menyediakan sarana yang memungkinkan dalam pelaksanaan
pekerjaan rumah tangga tanpa menimbulkan kelelahan yang
berlebihan.
3) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuni dari penularan penyakit atau berhubungan
dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
20
a) Rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup.
b) Ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik.
c) Terlindung dari pengotoran terhadap makanan.
d) Tidak menjadi tempat bersarang binatang melata ataupun
penyebab penyakit lainnya.
4) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya kecelakaan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah :
a) Rumah yang kokoh.
b) Terhindar dari bahaya kebakaran.
c) Alat-alat listrik yang terlindungi.
d) Terlindung dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1996).
Kondisi fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian
malaria, terutama yang berkaitan dengan mudah atau tidaknya
nyamuk masuk ke dalam rumah adalah ventilasi yang tidak di
pasang kawat kasa dapat mempermudah nyamuk masuk kedalam
rumah. Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas
dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman
bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam
rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau
sebagian ruangan rumah. Kualitas dinding yang tidak rapat jika
dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun
21
kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan
mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah (Darmadi, 2002).
b. Lingkungan rumah
Lingkungan fisik yang diperhatikan dalam kejadian malaria
adalah jarak rumah dari tempat istirahat dan tempat perindukan yang
disenangi nyamuk Anopheless seperti adanya semak yang rimbun akan
menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga
adanya semak-semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh
serta lembab dan keadaan ini merupakan tempat istirahat yang
disenangi nyamuk Anopheles, parit atau selokan yang digunakan untuk
pembuangan air merupakan tempat berkembang biak yang disenangi
nyamuk, dan kandang ternak sebagai tempat istirahat nyamuk sehingga
jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah (Handayani dkk,
2008).
c. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan bionomik vektor malaria di
Jawa Tengah.
1) Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir diseluruh kepulauan,
kecuali Maluku dan Irian. Biasanya dapat dijumpai di dataran
rendah tetapi lebih banyak didapat di daerah kaki gunung pada
ketinggian 400-1000 m. Jentiknya terdapat di sawah dan saluran
irigasi. Sawah yang akan ditanami dan mulai diberi air, yang masih
ada batang padi dan jerami yang berserakan, merupakan sarang
22
yang sangat baik. Nyamuk dewasa hinggap dalam rumah dan
kandang, tetapi tempat hinggap yang paling disukai ialah di luar
rumah, pada tebing yang curam, gelap dan lembab. Juga terdapat
diantara semak belukar didekat sarangnya. Jarak terbangnya dapat
mencapai 1,5 km, tetapi mereka jarang terdapat jauh dari
sarangnya. Terbangnya pada malam hari untuk menghisap darah.
(Iskandar dkk, 1985)
2) Anopheles balabacensis
Anopheles balabacensis ditemukan sepanjang tahun baik pada
musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan tempat
perkembangbiakan spesies tersebut adalah di aliran mata air yang
tergenang, di genangan-genangan air hujan di tanah, dan di lubanglubang batu. Sering didapatkan juga pada parit yang alirannya
terhenti. Pada musim kemarau sumber air tanah berkurang
sehingga terbentuk genangan-genangan air sepanjang sungai.
Genangan-genangan air tersebut dimanfaatkan sebagai tempat
perkembangbiakkan Anopheles balabacensis. Nyamuk dewasa
lebih suka menghisap darah manusia dari pada darah binatang
(Barodji dkk, 2001).
3) Anopheles maculatus
Spesies
nyamuk
ini
umumnya
berkembangbiak
pada
genangan-genangan air tawar jernih baik di tanah seperti di mata
air, galian-galian pasir atau belik, genangan air hujan maupun
23
genangan air di sungai yang berbatu-batu kecil yang terbentuk
karena sumber air kurang sehingga air tidak mengalir dan
menggenang di sepanjang sungai serta mendapat sinar matahari
langsung. Perilaku menghisap darah baik di dalam maupun di luar
rumah paling banyak sekitar pukul 22.00. Spesies ini pada siang
hari ditemukan istirahat di luar rumah pada tempat-tempat yang
teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau, di semak-semak, di
lubang-lubang di tanah pada tebing dan lubang-lubang tempat
pembuangan sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak
pernah menemukan Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah
(Boesri dkk, 2003). Jarak terbangnya kurang lebih 1 km tetapi
mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya dan lebih suka
mengigit binatang dari pada manusia (Iskandar dkk, 1985).
4) Anopheles sundaicus
Tempat perindukan nyamuk Anopheles sundaicus umumnya di
air payau yang banyak tumbuhan air atau lumut dan mendapat
sinar matahari langsung seperti muara sungai yang tergenang, di
lagun, dan di genangan-genangan air payau diantara hutan bakau
dengan salinitas 1,2-2%. Nyamuk dewasa senang hinggap di dalam
rumah (Barodji dkk, 1993).
2. Faktor Perilaku
Upaya pencegahan penyakit malaria salah satunya adalah melalui
pendidikan kesehatan masyarakat, dan tujuan akhir dari pendidikan
24
kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat
menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsipprinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan yang diberikan kepada
masyarakat harus direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat
disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan
masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup metode/cara, pendekatan
dan tekhnik yang mungkin digunakan untuk mempengaruhi faktor
prediposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi perilaku (Machfoedz dkk, 2005).
Strategi yang tepat agar masyarakat mudah dan cepat menerima
pesan diperlukan alat bantu yang disebut peraga. Semakin banyak indra
yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula
pengetahuan yang diperoleh ( Depkes RI, 1999).
Praktik atau perilaku keluarga terhadap upaya mengurangi gigitan
nyamuk malaria adalah:
a. Kebiasaan menggunakan kelambu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu
secara teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian
malaria. Penduduk yang tidak menggunakan kelambu mempunyai
resiko 6,44 kali terkena malaria (Barodji 2000).
25
b.
Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk
Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat
poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan
nyamuk (Depkes RI, 1992).
c. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari
Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menggigit pada malam
hari. Menurut Lestari (2007) nyamuk Anopheles paling aktif mencari
darah pukul 21.00-03.00. Menurut Darmadi (2002) kebiasaan
penduduk barada di luar rumah pada malam hari antara pukul 21.00 s/d
22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena frekuensi
menghisap darah jam tersebut tinggi.
26
H. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan tersebut maka dapat disusun
kerangka teori sebagai berikut :
Kondisi lingkungan
sekitar rumah
1. Semak - semak
2. Parit / selokan
3. Kandang ternak
Kondisi fisik rumah
1. Ventilasi
2. Langit - langit
3. Dinding
Keberadaan
vektor malaria
Praktik / Perilaku
1. Kebiasaan di luar rumah
pada malam hari
2. Kebiasaan memakai
kelambu
3. Kebiasaan memakai
obat anti nyamuk
Manusia
Kejadian
penyakit
malaria
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
1. Imunitas
2. Resistensi
terhadap obat
27
I. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Kawat kasa pada
ventilasi
Langit-langit
Kerapatan dinding
Kejadian Malaria
Semak-semak
Parit atau selokan
Kandang ternak
Gambar 2. Kerangka Konsep
J.
Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara kawat kasa pada ventilasi rumah dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
2. Ada hubungan antara langit-langit pada semua ruangan rumah dengan
kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
3. Ada hubungan antara kerapatan dinding rumah dengan kejadian malaria di
Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
28
4. Ada hubungan antara semak-semak di sekitar rumah dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
5. Ada hubungan antara parit atau selokan di sekitar rumah dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
6. Ada hubungan antara kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah merupakan penelitian observasional dengan
pendekatan case control yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya (Murti, 1997).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh rumah yang di dalamnya terdapat
penduduk yang pernah diperiksa darahnya secara mikroskopis malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada Mei-Juli 2009.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang
layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah:
a. Seluruh rumah yang salah satu atau lebih anggota keluarganya pernah
diperiksa darahnya secara mikroskopis positif malaria dijadikan
sebagai kasus, sedangkan rumah yang seluruh anggota keluarganya
pernah diperiksa darahnya secara mikroskopis negatif malaria di
jadikan sebagai kontrol pada Mei-Juli 2009.
30
b. Merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan memiliki
rumah di Desa Ketosari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.
c. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria
eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Seluruh rumah yang di dalamnya terdapat penduduk yang belum
pernah diperiksa darahnya secara mikroskopis pada Mei-Juli 2009.
b. Bukan merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan
memiliki rumah di Desa Ketosari, Kecamatan Bener, Kabupaten
Purworejo.
c. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo pada bulan Agustus-September 2009.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang salah satu
atau lebih anggota keluarganya pernah diperiksa darahnya secara
mikroskopis malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
31
Purworejo 2009 sebanyak 490 rumah. Dari 490 rumah di dapatkan 21
rumah yang salah satu atau lebih anggota keluarganya positif malaria.
2. Sampel
a. Jumlah sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini sejumlah 42 rumah yang
terdiri dari 21 rumah pada kelompok kasus dan 21 rumah pada
kelompok kontrol dengan perbandingan 1 : 1.
b. Teknik pengambilan sampel kasus
Sampel pada kelompok kasus pada penelitian ini adalah seluruh
rumah yang salah satu atau lebih anggota keluarganya pernah diperiksa
darahnya secara mikroskopis positif malaria pada Mei-Juli 2009.
Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
exhautive sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.
Jumlah populasi pada kelompok kasus adalah 21 rumah, sehingga
didapatkan jumlah sampel pada kelompok kasus pada penelitian ini
yaitu 21 rumah.
c. Teknik pengumpulan sampel kontrol
Sampel kontrol pada penelitian ini adalah rumah yang seluruh
anggota keluarganya pernah diperiksa darahnya secara mikroskopis
negatif malaria pada Mei-Juli 2009. Teknik dalam pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling yaitu
metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing subjek
atau unit dari populasi mempunyai peluang yang sama dan independen
32
untuk terpilih menjadi sampel (Murti, 2006). Sampel kontrol dipilih 5
tetangga terdekat dari kelompok kasus kemudian dengan teknik simple
random sampling didapatkan 1 sampel untuk kelompok kontrol, begitu
seterusnya sampai didapatkan 21 sampel pada kelompok kontrol.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel berpengaruh atau yang menyebabkan
berubahnya nilai dari variabel terikat. Sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kondisi fisik rumah yang meliputi ada tidaknya kawat
kasa pada ventilasi, ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian
ruangan rumah, dan kontruksi dinding rumah. Serta kondisi lingkungan
sekitar rumah yang meliputi ada tidaknya semak-semak, ada tidaknya
parit/selokan, dan ada tidaknya kandang ternak.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah
karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Sebagai variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan
Bener Kabupaten Purworejo.
33
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
a. Kondisi fisik rumah adalah keadaan dari bangunan rumah responden
yang dapat mempermudah terjadinya penularan malaria, terdiri dari:
1) Ventilasi adalah lubang angin yang memungkinkan untuk keluar
masuknya nyamuk malaria ke dalam rumah dilihat dari ada
tidaknya kawat kasa. Dengan kategori:
a) Ya, jika ventilasi dipasang kawat kasa
b) Tidak, jika ventilasi tidak dipasang kawat kasa
Skala : nominal
2) Langit-langit adalah pembatas ruangan dinding bagian atas dengan
atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus
sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari
ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan
rumah. Dengan kategori :
a) Ada, jika terdapat langit-langit di seluruh ruangan.
b) Tidak, jika langit-langit tidak ada atau hanya terdapat pada
sebagian ruangan.
Skala : nominal
3) Dinding adalah pembatas rumah responden yang terbuat dari
pasangan batu bata, papan, anyaman bambu halus, anyaman bambu
kasar, dan dilihat dari kerapatannya. Dengan kategori :
34
a) Rapat, jika dinding rumah terbuat dari pasangan batu bata dan
tidak terdapat lubang lebih dari 1,5 mm².
b) Tidak rapat, jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu
ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm².
Skala : nominal
b. Kondisi lingkungan sekitar rumah adalah keadaan di sekitar rumah
responden yang terdiri dari: semak-semak dan kandang ternak sebagai
tempat istirahat nyamuk, parit atau selokan sebagai tempat
berkembangbiak nyamuk malaria (Iskandar dkk, 1985).
1) Semak-semak adalah rumput atau tumbuhan berkayu yang rimbun
yang dibedakan dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan
tingginya yang lebih rendah yaitu kurang dari 1 meter yang dapat
digunakan sebagai tempat istirahat nyamuk, dikatakan rimbun
apabila tidak bisa ditembus oleh sinar matahari, tidak rimbun
apabila bisa ditembus oleh sinar matahari. Dengan kategori:
a) Ada, jika terdapat semak-semak di sekitar rumah.
b) Tidak ada, jika tidak ada semak-semak di sekitar rumah.
Skala : nominal
2) Parit atau selokan adalah saluran air yang digunakan untuk
pembuangan air hujan, limbah rumah tangga yang menggenang,
yang dapat digunakan sebagai tempat berkembang biak nyamuk.
Dengan kategori:
a) Ada, jika terdapat parit atau selokan di sekitar rumah.
35
b) Tidak ada, jika tidak terdapat parit atau selokan di sekitar
rumah.
Skala : nominal
3) Kandang ternak adalah bangunan yang dipergunakan sebagai
tempat memelihara ternak seperti sapi, kerbau maupun kambing.
Dengan kategori:
a) Ada, jika terdapat kandang yang memelihara ternak seperti
sapi, kerbau, dan kambing di sekitar rumah.
b) Tidak ada, jika tidak terdapat kandang ternak yang memelihara
sapi, kerbau, dan kambing di sekitar rumah.
Skala : nominal
2. Variabel Terikat
Kejadian malaria adalah suatu keadaan dimana penderita yang
ditemukan pada keluarga yang diperiksa darahnya secara mikroskopis
malaria. Data kejadian yang diambil hasil pemeriksaan laboratorium
puskesmas pada Mei-Juli 2009. Dengan kategori:
1) Positif malaria
2) Negatif malaria
Skala : Nominal
36
G. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yang diperoleh dari
wawancara menggunakan kuesioner dan observasi mengenai ada tidaknya
kawat kasa pada ventilasi, ada tidaknya langit-langit pada semua atau
sebagian ruangan rumah, kontruksi dinding rumah, dan keadaan di sekitar
rumah yang terdiri dari: ada tidaknya semak-semak, ada tidaknya
parit/selokan, dan ada tidaknya kandang ternak.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber
data
primer
diperoleh
dari
hasil
wawancara
menggunakan kuesioner dan pengamatan oleh peneliti mengenai ada
tidaknya kawat kasa pada ventilasi, ada tidaknya langit-langit pada
semua atau sebagian ruangan rumah, kontruksi dinding rumah, ada
tidaknya semak-semak di sekitar rumah, ada tidaknya parit/selokan di
sekitar rumah, dan ada tidaknya kandang ternak di sekitar rumah.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data anggota
keluarga yang pernah diperiksa darahnya di laboratorium puskesmas
dengan hasil positif malaria. Sedangkan data pendukung lainnya
diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan situasi malaria yang ada
di Puskesmas Bener dan Kecamatan Bener, antara lain: laporan
37
bulanan penderita malaria, hasil pemeriksaan sediaan darah, data
tentang demografi dari desa/kecamatan.
3. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada responden
dan observasi mengenai ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi, ada
tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah, kontruksi
dinding rumah, ada tidaknya semak-semak di sekitar rumah, ada tidaknya
parit/selokan di sekitar rumah, dan ada tidaknya kandang ternak di sekitar
rumah menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sesuai tujuan
penelitian.
H. Langkah-langkah Penelitian
1. Instrumen Penelitian
a. Laporan kasus positif malaria pada bulan Mei-Juli 2009
b. Kuesioner
c. Kertas karton warna biru dan putih
d. Kamera digital
2. Jalannya Penelitian
Berdasarkan laporan positif malaria pada bulan Mei-Juli 2009 terdapat
56 penderita malaria. Karena yang saya teliti adalah rumah maka dari 56
penderita, dengan bantuan JMD (Juru Malaria Desa) diambil per kepala
keluarga dan didapatkan 21 rumah yang di dalamnya terdapat penderita
malaria dan ini dijadikan sebagai kasus. Kemudian memberi tanda pada
38
rumah yang terdapat kasus dengan menempel kertas karton warna biru dan
selanjutnya mencari sampel kontrol yaitu dipilih 5 tetangga yang semua
anggota keluarganya negatif malaria dan dicari tetangga terdekat dari
kelompok kasus yang kemudian dengan teknik simple random sampling
didapatkan 1 sampel untuk kelompok kontrol dan memberi tanda pada
rumah dengan menempelkan kertas karton warna putih. Begitu seterusnya
sampai didapatkan 21 sampel pada kelompok kontrol dan 21 sampel pada
kelompok kasus.
Hari berikutnya melakukan survei pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol dengan penyebaran kuesioner dan observasi mengenai kondisi
fiisk rumah dan lingkungan sekitar rumah. Kemudian mencatat hasil
survei dan mengambil gambar rumah dan lingkungan rumah responden
dengan kamera digital.
I. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data, selanjutnya
diteliti ulang dan diperiksa ketepatan atau kesesuaian jawaban serta
kelengkapanya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Langkah ini dimaksudkan untuk melakukan kegiatan pengecekan terhadap
kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.
2. Coding
Melakukan pengkodean data untuk memudahkan dalam pengolahanya.
39
3. Entry data
Memasukkan data yang telah dilakukan coding ke dalam program SPSS
for Windows.
4. Tabulasi
Mengelompokkan data ke dalam suatu data tertentu menurut sifat yang
dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
Langkah-langkah dalam tabulasi antara lain:
a. Memberi skor item yang perlu diberi skor.
b. Memberi kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.
c. Mengubah jenis data sesuai dengan teknik analisis yang akan
digunakan (Budiarto, 2001).
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk menggambarkan deskriptif dari masing-masing
variabel yaitu kondisi fisik rumah, lingkungan sekitar rumah dengan
kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat
kepercayaan 95% (p=0,05) untuk menguji hubungan antara kondisi fisik
rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria yang
40
dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15 dengan kriteria
pengambilan kesimpulan berdasarkan tingkat signifikan (nilai p) adalah:
a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
b. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
Selanjutnya juga diperoleh besar resiko (Odds Ratio/OR) paparan terhadap
kasus dengan menggunakan table 2x2 sebagai berikut:
Kasus
Kontrol
Paparan
(+)
(-)
Terpapar
a
b
a+b
Tidak Terpapar
c
d
c+d
a+c
b+d
a+b+c+d
Penyakit
Total
Total
Besar nilai OR ditentukan dengan rumus OR=a.d / b.c dengan Confidence
Interval (CI) 95%. Hasil interpretasi nilai OR adalah:
a. Bila OR > 1, CI 95% tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa
faktor yang diteliti adalah faktor risiko.
b. Bila OR > 1, CI 95% mencakup nilai 1, menunjukkan faktor yang
diteliti bukan faktor risiko.
c. Bila OR < 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan
faktor yang protektif.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografis
Desa Ketosari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Bener Kabupaten Purworejo, memiliki luas wilayah 552.095 Ha yang
terdiri dari tanah pemukiman, pekarangan, persawahan non irigasi dan
tegalan. Desa ketosari terdiri dari 5 dusun yaitu: Dusun Keposong, Dusun
Gedung Agung, Dusun Simpu, Dusun Santren, dan Dusun Puguh. Dengan
jumlah RW (Rukun Warga) sebanyak 3, jumlah RT (Rukun Tetangga)
sebanyak 9 dan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 490 dengan
jumlah penduduk 1.958. Adapun batas wilayah Desa Ketosari sebagai
berikut:
a. Sebelah utara
: Desa Kalijambe, Kecamatan Bener
b. Sebelah selatan : Desa Kamijoro, Kecamatan Bener
c. Sebelah barat
: Desa Karangsari, Kecamatan Bener
d. Sebelah timur
: Desa Kegetan, Kecamatan Bener
Jarak Desa Ketosari dengan ibukota kecamatan yaitu Kecamatan
Bener sejauh 3 km, sedangkan Jarak Desa Ketosari dengan ibukota
kabupaten yaitu Kabupaten Purworejo mencapai 15 km. Untuk menuju
Desa Ketosari dari ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten
42
transportasi sangat lancar baik musim penghujan maupun kemarau dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Jumlah Anggota Keluarga
Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa
gejala klinis, hal ini kemungkinan besar dapat terinfeksi dengan jumlah
anggota yang besar dalam keluarga di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo. Jumlah anggota keluarga 3 – 5 orang yaitu
sebesar 71,4% menunjukkan paling tinggi pada kasus dan 76,2% pada
kontrol menunjukkan paling tinggi dengan jumlah anggota keluarga 3
– 5 orang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
b. Umur
Pada usia yang masih tergolong produktif kebiasaan untuk
berada di luar rumah sampai larut malam dimana vektornya lebih
bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan
nyamuk. Dari hasil penelitian didapatkan data karakteristik menurut
umur responden yaitu dari segi umur responden 31 – 39 tahun yaitu
sebesar 52,4% menunjukkan paling tinggi pada kasus dan 47,6% pada
kontrol menunjukkan paling tinggi dengan umur > 40 tahun. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
43
c. Jenis Kelamin
Hasil observasi untuk jenis kelamin pada kasus dan kontrol di
Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo yaitu jenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 52,4% menunjukkan paling tinggi pada
kasus dan 61,9% pada kontrol dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
d. Pendidikan
Tujuan akhir dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah
perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat, artinya
perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh dalam
menerima informasi dan perubahan sikap, dari hasil observasi dengan
kasus dan kontrol diketahui pendidikan SD yaitu sebesar 42,9%
menunjukkan paling tinggi pada kasus dan 42,9% pendidikan SLTA
menunjukkan paling tinggi pada kontrol. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
e. Pekerjaan
Aktifitas
yang
dilakukan
sehari-hari
untuk
menunjang
kebutuhan hidup sangat penting, rata-rata pekerjaan responden di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo dengan kasus dan
kontrol diketahui pekerjaan sebagai petani yaitu sebesar 52,4%
menunjukkan paling tinggi dan pada kontrol pekerjaan responden
44
sebagai wiraswasta menunjukkan paling tinggi yaitu sebesar 66,7%.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
f. Pendapatan
Penghasilan yang didapat mencukupi kebutuhan pokok hidup
akan lebih terjamin dalam kelangsungan hidup seseorang, rata-rata
pendapatan responden di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo dengan kasus dan kontrol diketahui pada kasus adalah <
500.000 yaitu sebesar 81,0% menunjukkan paling tinggi dan 76,2%
pada kontrol dengan rata-rata pendapatan 500.000 s/d 1.000.000
menunjukkan paling tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
45
Tabel 1. Gambaran Kejadian Malaria menurut Karakteristik
Responden di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo
Variabel
Jumlah Anggota Keluarga
1
3 – 5 Orang
2
6 – 8 Orang
Jumlah
Umur
1
20 – 30 Tahun
2
31 – 39 Tahun
3
> 40 Tahun
Jumlah
Jenis Kelamin
1
Laki-laki
2
Perempuan
Jumlah
Pendidikan
1
Tidak Tamat SD
2
SD
3
SLTP
4
SLTA
5
Akademi/Perguruan Tinggi
Jumlah
Pekerjaan
1
Buruh
2
Petani
3
Wiraswasta
4
Pegawai Swasta
5
PNS
Jumlah
Pendapatan
1
< 500.000
2
500.000 s/d 1.000.000
3
> 1.000.000
Jumlah
Kasus
N
%
Kontrol
N
%
15
6
21
71,4
28,6
100
16
5
21
76,2
23,8
100
10
11
0
21
47,6
52,4
0,0
100
7
4
10
21
33,3
19,0
47,6
100
11
10
21
52,4
47,6
100
13
8
21
61,9
38,1
100
9
11
1
0
0
21
42,9
52,4
4,8
0,0
0,0
100
2
1
6
9
3
21
9,5
4,8
28,6
42,9
14,3
100
7
11
3
0
0
21
33,3
52,4
14,3
0,0
0,0
100
1
1
14
2
3
21
4,8
4,8
66,7
9,5
14,3
100
17
2
2
21
81,0
9,5
9,5
100
0
16
5
21
0,0
76,2
23,8
100
46
2. Analisis Univariat
a. Kondisi Fisik Rumah
Kondisi fisik rumah yang berkaitan sekali dengan kejadian
malaria, terutama upaya untuk mengurangi resiko penularan malaria
adalah ventilasi terdapat kawat kasa, ada langit-langit disemua bagian
rumah, dan kontruksi dinding yang rapat (tidak terdapat lubang lebih
dari 1,5 mm²), sehingga dapat menghalangi nyamuk masuk dalam
rumah.
1) Ventilasi
Kondisi ventilasi rumah responden pada kasus sebagian
besar tidak dipasang kawat kasa yaitu sebesar 90,5% dan 61,9%
pada kontrol sebagian besar dipasang kawat kasa. Kondisi ventilasi
rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.
2) Langit-langit
Kondisi langit-langit rumah responden pada kasus sebagian
besar tidak ada atau hanya terdapat langit-langit pada sebagian
ruangan saja yaitu sebesar 81,0% dan 66,7% untuk kontrol
sebagian besar langit-langit rumah responden ada atau terdapat
langit-langit di semua bagian ruangan rumah. Kondisi langit-langit
rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.
47
3) Dinding
Kondisi dinding rumah responden pada kasus sebagian
besar tidak rapat yaitu sebesar 71,4% hal ini dikarenakan dinding
rumah terbuat dari anyaman bambu ataupun kayu/papan yang
terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² dan 95,2% untuk kontrol
sebagian besar dinding rumah responden kondisi rapat. Kondisi
dinding rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel
2.
b. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah
Kondisi
lingkungan
sekitar
rumah
yang
mendukung
keberadaan nyamuk yaitu ada tidaknya tempat perindukan dan
persinggahan nyamuk di sekitar rumah. Karena dilihat dari bionomik
vektor di daerah Ketosari, bahwa pada siang hari Anopheles maculatus
dan Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak dan
di
kandang
kambing
yang
terbuat
dari
bambu.
Tempat
perkembangbiakannya di parit atau selokan dan di genangan-genangan
air jernih.
1) Semak-semak
Kondisi lingkungan sekitar rumah responden pada kasus
sebagian besar terdapat semak-semak yaitu sebesar 95,2% dan
52,4% pada kontrol juga terdapat semak-semak di sekitar rumah.
Kondisi lingkungan sekitar rumah responden dilihat dari ada atau
48
tidaknya semak-semak di sekitar rumah responden di Desa
Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.
2) Parit/selokan
Kondisi lingkungan sekitar rumah responden pada kasus
sebagian besar terdapat parit atau selokan yaitu sebesar 90,5% dan
61,9% pada kontrol sebagian besar tidak ada parit atau selokan di
sekitar rumah responden. Kondisi lingkungan sekitar rumah
responden dilihat dari ada atau tidaknya parit atau selokan di
sekitar rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel
2.
3) Kandang Ternak
Kondisi lingkungan sekitar rumah responden pada kasus
sebagian besar terdapat kandang yang memelihara ternak seperti
sapi, kerbau, dan kambing yaitu sebesar 95,2% dan 81,0% pada
kontrol tidak terdapat kandang ternak di sekitar rumah responden.
Kondisi lingkungan sekitar rumah responden dilihat dari ada atau
tidaknya kandang ternak di sekitar rumah responden di Desa
Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.
49
Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Univariat Hubungan Kondisi
Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah Dengan
Kejadian Malaria
Variabel
Ventilasi
1
Tidak
2
Ya
Jumlah
Langit-langit
1
Tidak
2
Ya
Jumlah
Dinding
1
Tidak Rapat
2
Rapat
Jumlah
Semak-semak
1
Ada
2
Tidak Ada
Jumlah
Parit/Selokan
1
Ada
2
Tidak Ada
Jumlah
Kandang Ternak
1
Ada
2
Tidak Ada
Jumlah
Kasus
N
%
Kontrol
N
%
19
2
21
90,5
9,5
100
8
13
21
38,1
61,9
100
17
4
21
81,0
19,0
100
7
14
21
33,3
66,7
100
1
20
21
71,4
28,6
100
7
14
21
4,8
95,2
100
18
3
21
95,2
4,8
100
11
10
21
52,4
47,6
100
19
2
21
90,5
9,5
100
8
13
21
38,1
61,9
100
20
1
21
95,2
4,8
100
4
17
21
19,0
81,0
100
50
3. Analisis Bivariat
Pada analisis hubungan/bivariat pada masing-masing variabel
bebas dan diuji silang dengan variabel terikat penelitian berdasarkan
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Untuk mencari besar hubungan
yang ada dilakukan dengan uji chi square dan hubungan asosiasinya
melalui OR (Odds Ratio).
a. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Malaria
Pengamatan di lapangan pada variabel kondisi fisik rumah pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan kejadian malaria yang
terdiri dari: ventilasi (terpasang kawat kasa/tidak), dinding (kerapatan
dinding) dan langit-langit (ada/tidak). Hasil pengamatan kondisi fisik
rumah dengan kejadian malaria dapat dilihat pada Tabel berikut:
1) Ventilasi Rumah dengan Kejadian Malaria
Tabel 3.
Hubungan Ventilasi Rumah
Malaria di Desa Ketosari
Kabupaten Purworejo
Kejadian Malaria
Positif Negatif
1. Tidak dipasang
16
8
kawat kasa
38,1%
19,0%
2. Dipasang kawat
5
13
kasa
11,9%
31,0%
21
21
Jumlah
50%
50%
Ventilasi Rumah
dengan Kejadian
Kecamatan Bener
Total
24
57,1%
18
42,9%
42
100%
pvalue
OR
0,013
5,20 1,3 – 19,7
Tabel 3 menunjukkan bahwa kondisi fisik rumah pada
kelompok kasus yang tidak memasang kawat kasa pada ventilasi
CI
51
yaitu sebesar 38,1%, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak
memasang kawat kasa hanya 19,0%.
Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
ventilasi rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,013, OR
= 5,20).
Dari hasil perhitungan OR = 5,20 (Confidence Interval (CI)
95% = 1,3 – 19,7) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di
rumah dalam kondisi ventilasi yang tidak dipasang kawat kasa
mempunyai risiko untuk tertular penyakit malaria 5 kali lebih besar
dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah yang
ventilasinya dipasang kawat kasa.
2) Langit-langit Rumah dengan Kejadian Malaria
Tabel 4.
Hubungan Langit-langit Rumah dengan Kejadian
Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo
Langit-langit
Rumah
1. Tidak ada
2. Ada
Jumlah
Kejadian Malaria
Positif Negatif
17
7
40,5%
16,7%
4
14
9,5%
33,3%
21
21
50%
50%
Total
24
57,1%
18
42,9%
42
100%
pvalue
OR
0,002
8,50 2,0 – 35,0
Tabel 4 menunjukkan bahwa kondisi fisik rumah pada
kelompok kasus yang tidak ada langit-langit atau hanya terdapat
pada sebagian ruangan saja yaitu sebesar 40,5%, sedangkan pada
CI
52
kelompok kontrol yang tidak ada langit-langit atau hanya terdapat
pada sebagian ruangan saja sebesar 16,7%.
Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
langit-langit rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,002, OR
= 8,50).
Dari hasil perhitungan OR = 8,50 (Confidence Interval (CI)
95% = 2,0 – 35,0) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di
rumah dalam kondisi tidak terdapat langit-langit pada semua atau
sebagian ruangan rumah mempunyai risiko untuk tertular penyakit
malaria 8 kali lebih besar dibanding dengan keluarga yang tinggal
di rumah yang seluruh ruangan rumah terdapat langit-langit.
3) Dinding Rumah dengan Kejadian Malaria
Tabel 5.
Hubungan Dinding Rumah dengan Kejadian
Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo
Dinding Rumah
1. Tidak rapat
2. Rapat
Jumlah
Kejadian Malaria
Positif Negatif
15
7
35,7%
16,7%
6
14
14,3%
33,3%
21
21
50%
50%
Total
22
52,4%
20
47,6%
42
100%
pvalue
OR
CI
0,013
5,0
1,3 - 18,5
Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi fisik rumah pada
kelompok kasus yang dinding rumah tidak rapat yaitu sebesar
53
35,7%, sedangkan pada kelompok kontrol yang dinding rumahnya
tidak rapat hanya 16,7%.
Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
kerapatan dinding rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,013, OR
= 5,0).
Dari hasil perhitungan OR = 5,0 (Confidence Interval (CI)
95% = 1,3 – 18,5) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di
rumah dalam kondisi dinding rumah tidak rapat mempunyai risiko
untuk tertular penyakit malaria 5 kali lebih besar dibanding dengan
keluarga yang tinggal di rumah yang seluruh ruangan rumah
terdapat langit-langit.
b. Hubungan Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah Dengan Kejadian
Malaria
Pengamatan di lapangan pada variabel kondisi lingkungan
sekitar rumah pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan
kejadian malaria yang terdiri dari ada tidaknya: semak-semak, parit
atau selokan, dan kandang ternak. Hasil pengamatan kondisi fisik
rumah dengan kejadian malaria dapat dilihat pada Tabel berikut:
54
1) Semak-semak dengan Kejadian Malaria
Tabel 6.
Hubungan semak-semak dengan Kejadian Malaria
di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo
Semak-semak
1.
Ada
2.
Tidak ada
Jumlah
Kejadian Malaria
Total
Positif Negatif
18
11
29
42,9%
26,2%
69%
3
10
13
7,1%
23,8
31,0
21
21
42
50%
50%
100%
pvalue
OR
0,019
0,18 0,04 - 0,8
Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar
rumah pada kelompok kasus yang terdapat semak-semak yaitu
sebesar 42,9%, sedangkan pada kelompok kontrol yang terdapat
semak-semak hanya 26,2%.
Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
keberadaan semak-semak di sekitar rumah dengan kejadian malaria
di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p
sebesar 0,019, OR = 0,18).
Dari hasil perhitungan OR = 0,18 (Confidence Interval (CI)
95% = 0,04 – 0,8) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di
rumah yang di sekitarnya terdapat semak-semak mempunyai risiko
untuk tertular penyakit malaria 0,18 kali lebih besar dibanding
dengan keluarga yang tinggal di rumah yang di sekitarnya tidak
terdapat semak-semak.
CI
55
2) Parit atau selokan dengan Kejadian Malaria
Tabel 7.
Hubungan Parit atau Selokan dengan Kejadian
Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo
Parit atau selokan
1.
Ada
2.
Tidak ada
Jumlah
Kejadian Malaria
Total
Positif Negatif
19
8
27
45,2%
19,0%
64,3
2
13
15
4,8%
31,0%
35,7
21
21
42
50%
50%
100%
pvalue
OR
0,000
0,06 0,01 – 0,3
Tabel 7 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar
rumah pada kelompok kasus yang terdapat parit atau selokan yaitu
sebesar 45,2%, sedangkan pada kelompok kontrol yang terdapat
parit atau selokan hanya 19,0%.
Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
keberadaan parit atau selokan di sekitar rumah dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo
(nilai p sebesar 0,000, OR = 0,06).
Dari hasil perhitungan OR = 0,06 (Confidence Interval (CI)
95% = 0,01 – 0,3) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di
rumah yang di sekitarnya terdapat parit atau selokan mempunyai
risiko untuk tertular penyakit malaria 0,06 kali lebih besar
dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah yang di
sekitarnya tidak terdapat parit atau selokan.
CI
56
3) Kandang dengan Kejadian Malaria
Tabel 8.
Hubungan Kandang dengan Kejadian Malaria di
Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo
Kandang
1.
Ada
2.
Tidak ada
Jumlah
Kejadian Malaria
Total
Positif Negatif
20
4
24
47,6%
9,5%
57,1%
1
17
18
2,4%
40,5
42,9%
21
21
42
50%
50%
100%
pvalue
OR
0,000
0,01 0,001 -0,11
Tabel 8 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar
rumah pada kelompok kasus yang terdapat kandang ternak yaitu
sebesar 47,6%, sedangkan pada kelompok kontrol yang terdapat
kandang ternak hanya 9,5%.
Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
keberadaan kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian
malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo
(nilai p sebesar 0,000, OR = 0,01).
Dari hasil perhitungan OR = 0,01 (Confidence Interval (CI)
95% = 0,001 – 0,11) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal
di rumah yang di sekitarnya kandang ternak mempunyai risiko
untuk tertular penyakit malaria 0,01 kali lebih besar dibanding
dengan keluarga yang tinggal di rumah yang di sekitarnya tidak
terdapat kandang ternak.
CI
57
Tabel 9.
Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Hubungan Kondisi Fisik
Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah
No
Variabel
1
Kondisi Fisik Rumah
a. Ventilasi
1) Tidak dipasang kasa
2) Dipasang kasa
b. Langit-langit
1) Tidak ada
2) Ada
c. Dinding
1) Tidak rapat
2) Rapat
Kondisi Lingkungan Sekitar
Rumah
a. Semak-semak
1) Ada
2) Tidak ada
b. Parit atau selokan
1) Ada
2) Tidak ada
c. Kandang
1) Ada
2) Tidak ada
2
Kejadian Malaria
Positif
Negatif
N
%
N
%
P
value
OR
CI 95%
16
5
38,1 8
11,9 13
19,0
0,013 5,20
31,0
1,3 - 19,7
17
4
40,5 7
9,5 14
16,7
0,002 8,50
33,3
2,0 - 35,0
15
6
35,7 7
14,3 14
16,7
0,013
33,3
5,0
1,3 - 18,5
18
3
42,9 11
7,1 10
26,2
0,019 0,18
23,8
0,04 – 0,8
19
2
45,2 8
4,8 13
19,0
0,000 0,06
31,0
0,01 – 0,3
20
1
47,6 4
2,4 17
9,5
0,000 0,01
40,5
0,0 – 0,1
58
BAB V
PEMBAHASAN
Secara umum keadaan penyakit malaria Desa Ketosari Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo adalah endemis malaria. Kondisi lingkungan Desa Ketosari
yang keadaan tanah pegunungan dan bergelombang yang terdiri dari tanah
pemukiman dan pekarangan, persawahan, tegalan yang sebagian tanah tidak
tergarap, dan sungai, secara teoritis kondisi ini sangat potensial untuk menjadi
tempat perindukan nyamuk Anopheles.
A. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Malaria
Keadaan dari bangunan rumah responden yang dapat mempermudah
terjadinya penularan malaria, terdiri dari:
1. Hubungan antara Ventilasi dengan Kejadian Malaria
Kondisi ventilasi rumah yang tidak terpasang kawat kasa seperti
pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah dengan
kondisi ventilasi yang tidak terpasang kawat kasa sebesar 38,1% pada
kasus dan 19,0% pada kontrol.
Dari hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan
bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian malaria di
Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada α = 0,05
dengan p (value) = 0,013. Besar hubungan tersebut dari odds ratio
diperoleh 5,20 yang berarti bahwa keluarga yang tinggal di rumah dalam
59
kondisi ventilasi yang tidak terpasang kawat kasa mempunyai risiko untuk
terjadinya penyakit malaria 5 kali dibanding keluarga yang tinggal di
rumah yang ventilasinya dipasang kawat kasa. Adanya kejadian malaria
disebabkan rumah yang tidak terpasang kawat kasa akan mempermudah
masuknya nyamuk ke dalam rumah. Kawat kasa merupakan penghalang
bila kawat kasa dalam keadaan baik (Lestari dkk, 2007).
Keadaan ini sesuai dengan penelitian Darmadi (2002) di Desa
Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa
kondisi
ventilasi
yang
tidak
dipasang
kawat
kasa
mempunyai
kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p (value) =
0,021. Sesuai juga dengan pernyataan subdit malaria bahwa pemasangan
kawat kasa pada ventilasi rumah akan memperkecil kontak dengan
nyamuk.
2. Hubungan antara Langit-langit dengan Kejadian Malaria
Kondisi rumah dengan langit-langit yang tidak ada pada semua
atau sebagian ruangan rumah pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian
malaria pada rumah yang tidak ada langit-langit sebesar 40,5% pada kasus
dan 16,7% pada kontrol.
Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa
ada hubungan antara langit-langit rumah dengan kejadian malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada α = 0,05 dengan p
(value) = 0,002. Besar hubungan tersebut dari odds ratio diperoleh 8,5
yang berarti bahwa keluarga yang tinggal di rumah dalam kondisi tidak
60
terdapat langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah
mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 8-9 kali dibanding
keluarga yang tinggal di rumah yang terdapat langit-langit pada semua
bagian ruangan rumah. Hal ini disebabkan rumah yang seluruh ruangannya
tidak diberi langit-langit akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam
rumah. Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas
dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu
halus. Jika tidak ada langit-langit berarti ada lobang atau celah antara
dinding dengan atap sehingga nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam
rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara penghuni rumah
dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah yang ada
langit-langitnya (Depkes RI, 1999).
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi (2002) di Desa
Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa
kondisi rumah yang seluruh ruangannya tidak diberi langit-langit
mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p
(value) = 0,014. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Gambiro (1998),
menyatakan langit-langit sangat menentukan mudah tidaknya nyamuk
masuk ke dalam rumah.
3. Hubungan antara Dinding dengan Kejadian Malaria
Kondisi rumah dengan dinding yang tidak rapat pada Tabel 5
menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah dengan dinding yang
tidak rapat sebesar 35,7% pada kasus dan 16,7% pada kontrol.
61
Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa
ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada α = 0,05 dengan p
(value) = 0,013. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh
angka sebesar 5,00 berarti keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi
dinding yang tidak rapat mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit
malaria 5 kali dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah dengan
kondisi yang rapat.
Hal ini disebabkan keadaan dinding rumah responden yang terbuat
dari pasang batu bata maupun yang terbuat dari anyaman bambu ataupun
kayu terdapat lubang lebih dari 1,5 mm². Keadaan dinding yang demikian
akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah lebih besar bila
dibandingkan dengan kondisi dinding rumah yang rapat. Kondisi tersebut
menyebabakan penghuni rumah lebih potensial digigit nyamuk Anopheles,
karena nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah, sehingga akan
memperbesar risiko terjadinya penularan penyakit malaria (Handayani
dkk, 2008).
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi (2002) di Desa
Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa
keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi dinding yang tidak rapat
mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p
(value) = 0,016.
62
B. Hubungan antara Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah dengan Kejadian
Malaria
Keadaan di sekitar rumah responden sebagai tempat istirahat nyamuk
dan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk malaria, diantaranya adalah:
1. Hubungan antara Semak-semak dengan Kejadian Malaria
Tabel 6 menunjukkan bahwa kejadian malaria yang terjadi di
rumah yang terdapat semak-semak sebesar 42,9% pada kasus dan 26,2%
pada kontrol.
Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa
ada hubungan antara semak-semak dengan kejadian malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada α = 0,05 dengan p
(value) = 0,019. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh
angka sebesar 0,1 berarti keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi
terdapat semak-semak di sekitar rumah mempunyai risiko untuk terjadinya
penyakit malaria 0,1 kali dibanding dengan keluarga yang tinggal di
rumah dengan kondisi tidak terdapat semak-semak di sekitar rumah.
Hal ini disebabkan semak-semak yang rimbun dan tidak bisa
ditembus oleh sinar matahari berada dekat di sekitar rumah. Dilihat dari
bionomik nyamuk Anopheles di daerah Ketosari bahwa pada siang hari
Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di
semak-semak. Keberadaan semak-semak yang rimbun akan menghalangi
sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga adanya semaksemak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh serta lembab dan
63
keadaan ini merupakan tempat istirahat yang disenangi nyamuk
Anopheles, sehingga jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah
dan menyebabkan keluarga yang tinggal di rumah yang terdapat semak di
sekitarnya mempunyai risiko untuk terjadi penularan penyakit malaria
dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah tidak ada semak-semak
di sekitarnya (Lestari dkk, 2007).
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Yis Romadhon (2001)
di Kecamatan Salaman Magelang menunjukkan bahwa proporsi rumah
yang ada semak-semak rimbun mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya penyakit malaria dengan p (value) = 0,001.
2. Hubungan antara Parit atau Selokan dengan Kejadian Malaria
Tabel 7 menunjukkan bahwa kejadian malaria yang terjadi di
rumah yang terdapat parit atau selokan sebesar 45,2% pada kasus dan
19,0% pada kontrol.
Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa
ada hubungan antara parit atau selokan dengan kejadian malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada α = 0,05 dengan p
(value) = 0,000. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh
angka sebesar 0,06 berarti keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi
terdapat parit atau selokan di sekitar rumah mempunyai risiko untuk
terjadinya penyakit malaria 0,06 kali dibanding dengan keluarga yang
tinggal di rumah dengan kondisi tidak terdapat parit atau selokan di sekitar
rumah.
64
Hal ini disebabkan saluran air yang digunakan untuk pembuangan
air hujan, limbah rumah tangga menggenang dan dapat digunakan sebagai
tempat berkembang biak nyamuk. Nyamuk betina akan bertelur di dalam
air yang tergenang. Telur-telur ini akan berkembang menjadi larva dan
kemudian berubah menjadi bentuk dewasa dalam 10 hari. Sehingga jumlah
populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah dan menyebabkan keluarga
yang tinggal di rumah yang terdapat parit/selokan di sekitar rumah
mempunyai risiko untuk terjadi penularan penyakit malaria dibanding
dengan keluarga yang tinggal di rumah yang tidak ada parit/selokan di
sekitarnya (Handayani dkk, 2008).
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Teguh Waluyo (2001)
di Desa Pagelak Banjarnegara menunjukkan bahwa proporsi rumah yang
ada parit/selokan mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit
malaria dengan p (value) = 0,005.
3. Hubungan antara Kandang Ternak dengan Kejadian Malaria
Tabel 8 menunjukkan bahwa kejadian malaria yang terjadi di
rumah yang terdapat kandang ternak sebesar 47,6% pada kasus dan 9,5%
pada kontrol.
Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kandang ternak dengan kejadian malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada α = 0,05 dengan p
(value) = 0,000. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh
angka sebesar 0,01 berarti keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi
65
terdapat kandang ternak di sekitar rumah mempunyai risiko untuk
terjadinya penyakit malaria 0,01 kali dibanding dengan keluarga yang
tinggal di rumah dengan kondisi tidak terdapat kandang ternak di sekitar
rumah.
Hal ini disebabkan kondisi bangunan yang dipergunakan sebagai
tempat memelihara ternak seperti sapi, kerbau maupun kambing di Desa
Ketosari pada umumnya bersebelahan dengan rumah, hanya dipisahkan
dengan dinding. Dilihat dari bionomik nyamuk Anopheles di daerah
Ketosari bahwa pada siang hari Anopheles maculatus dan Anopheles
balabacensis ditemukan istirahat di kandang ternak seperti sapi, kerbau
maupun kambing. Sehingga akan menambah kepadatan nyamuk di sekitar
rumah dan keluarga yang tinggal di rumah tersebut mempunyai risiko
untuk terjadi penularan penyakit malaria dibanding dengan keluarga yang
tinggal di rumah yang tidak ada kandang ternak atau keluarga yang
menempatkan kandangnya jauh dari rumah (Boesri dkk, 2003).
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi (2002) di
Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa
proporsi rumah yang ada kandang ternak mempunyai kecenderungan
untuk terjadinya penyakit malaria dengan p (value) = 0,005. Hal ini juga
sesuai dengan hasil penjelasan Abednego (1996), menyatakan salah satu
upaya untuk mencegah gigitan nyamuk adalah dengan jalan menjauhkan
kandang ternak dari rumah.
66
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu:
1. Di lihat dari kondisi lingkungan Desa Ketosari yang keadaan tanahnya
pegunungan dan terdiri dari pemukiman, pekarangan, persawahan, tegalan
yang sebagian tanah tidak tergarap, dan terdapat beberapa sungai. Dapat
dipastikan bahwa tempat perindukan nyamuk Anopheles di Desa Ketosari
tidak hanya pada parit atau selokan saja.
Secara teoritis kondisi lingkungan di Desa Ketosari sangat potensial
untuk menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles yaitu pada musim
kemarau sumber air tanah berkurang sehingga terbentuk genangangenangan air sepanjang sungai dan genangan-genangan air tersebut
dimanfaatkan sebagai tempat perkembangbiakkan nyamuk Anopheles.
Jentik terdapat di sawah yang akan ditanami dan mulai diberi air yang
masih ada batang padi dan jerami yang berserakan merupakan
perkembangbiakkan yang sangat baik. Pada penelitian ini peneliti tidak
dapat meneliti keberadaan sungai dan sawah di sekitar rumah.
2. Berdasarkan teori kesehatan, seseorang dapat terkena penyakit malaria
tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar
rumah namun juga dipengaruhi oleh perilaku pencegahan terhadap gigitan
nyamuk, imunitas, dan resistensi terhadap obat namun pada penelitian ini
tidak dapat meneliti faktor-faktor tersebut.
67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Data hasil penelitian dari beberapa faktor yang ada pada variabel
kondisi fisik rumah dan kondisi lingkungan sekitar rumah, setelah diolah dan
dianalisa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pada variabel kondisi fisik rumah
1. Ada hubungan yang signifikan antara kawat kasa pada ventilasi rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
2. Ada hubungan yang signifikan antara langit-langit pada semua atau
sebagian ruangan rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kerapatan dinding rumah dilihat dari
lubang lebih dari 1,5 mm² pada dinding dengan kejadian malaria di Desa
Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
Pada variabel kondisi lingkungan sekitar rumah
1. Ada hubungan yang signifikan antara semak-semak di sekitar rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
68
2. Ada hubungan yang signifikan antara parit atau selokan di sekitar rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kandang ternak di sekitar rumah
dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo.
B. Saran
Dari hasil pembahasan maka secara prioritas saran-saran yang dapat
disampaikan antara lain :
1. Bagi Instansi Kesehatan
a. Diperlukan adanya tambahan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat
khususnya tentang malaria. Hal ini dapat dilakukan melalui sosialisasi
pada saat PKK, Posyandu, atau pada saat ke Puskesmas.
b. Perlu meningkatkan kegiatan PJB (Pemantauan Jentik Berkala) ditiap
rumah atau di tempat-tempat umum seperti sekolah, masjid, pasar,
terminal, dan mengangkat juru pemantau jentik.
2. Bagi Masyarakat
a. Ventilasi yang ada di rumah hendaknya dipasang kawat kasa untuk
menghindari masuknya nyamuk ke dalam rumah.
b. Rumah hendaknya dipasang langit-langit untuk mencegah masuknya
nyamuk ke dalam rumah yang melalui celah atau lubang antara atap
dengan dinding bagian atas.
69
c. Dinding rumah dibuat rapat agar nyamuk tidak dapat masuk ke dalam
rumah.
d. Membersihkan semak-semak yang ada di sekitar rumah secara teratur.
e. Parit atau selokan dipelihara secara rutin baik kebersihan maupun
kelancaran aliran airnya.
f. Hendaknya penempatan kandang ternak di pinggiran desa atau dekat
dengan sawah secara bersama-sama dengan sistim penjagaan
bergantian.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan
penelitian tentang penyakit malaria. Karena pada dasarnya masih terdapat
faktor lain yang menyebabkan kejadian penyakit malaria seperti perilaku
pencegahan gigitan nyamuk, tingkat imunitas dan resistensi terhadap obat.
DAFTAR PUSTAKA
Abednego HM. 1996. Situasi Malaria dan Masalah Penanggulangannya di
Indonesia. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP.
Azwar A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya.
Barodji. 2000. Pemanfaatan hasil Survai Entomologi dalam Pemberantasan
Malaria, disampaikan dalam seminar Hasil-hasil kegiatan SLPV
Sulawesi Tengah, Palu.
Barodji., Boesri H., Boewono TB., Sumardi. 2001. Bionomik vektor malaria di
daerah
endemis
malaria
Kecamatan
Kokap,
Kabupaten
Kulonprogo,DIY, disampaikan dalam seminar Hari Nyamuk di UGM,
Yogyakarta.
Barodji., Sumardi., Suwarjono T. 1993. Fauna Nyamuk di Daerah Se Luhir dan
Se Belen, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur. Inpress.
Boesri H., Boewono TB., Priyanto H. 2003. Fauna Anopheles di daerah
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,
disampaikan dalam seminar Hari Nyamuk, Surabaya.
Budiarto E. 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Darmadi. 2002. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar
Rumah serta Praktik Pencegahan dengan Kejadian Malaria di Desa
Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Semarang: FKM
UNDIP.
Depkes RI. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III. Jakarta: Depkes RI.
________. 1992. Petunjuk Pengendalian Lingkungan di Daerah Fokus Malaria.
Jakarta : Depkes RI.
________. 1998. Modul Epidemiologi. Jakarta : Depkes RI.
________. 1999. Epidemiologi Malaria. Jakarta : Depkes RI.
________. 1999. Modul Epidemiologi 1. Jakarta: Depkes RI.
________. 1999. Modul Manajemen Pemberantasan Penyakit Malaria 6.
Jakarta: Depkes RI.
________. 2003. Modul Entomologi Malaria. Jakarta : Depkes RI.
________. 2006. Modul Parasitologi Malaria. Salatiga: B2P2VRP.
Gambiro PY. 1998. Studi Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Malaria di Puskesmas Mayong 1 Kabupaten Jepara.
Yogyakarta: UGM.
Handayani L., Pebrorizal., Soeyoko. Faktor Risiko Penularan Malaria Vivak.
Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 24. No. 1. Maret 2008:38-43.
Iskandar A., Sudjain C., Sanropic D. Et all. 1985. Pemberantasan Serangga dan
Binatang Pengganggu. Jakarta: Depkes RI.
Lestari EW., Sukowati S., Soekidjo., dan Wigati. Vektor Malaria di Daerah
Bukit Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Vol. 17. No. 1. 2007:30-35.
Machfoedz I., Suryani E., Sutrisno., Santosa S. 2005. Pendidikan Kesehatan
Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
Murti B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Notoatmodjo S. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Prabowo A. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara.
Pribadi W dan Sungkar S. 1994. Malaria. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Puskesmas Bener. 2008. Hasil Kegiatan Puskesmas Bener. Bener : Puskesmas.
_____________. 2008. Profil Kesehatan Puskesmas Bener. Bener : Puskesmas.
Rampengan TH dan Laurentz IR. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Romadhon Y. 2001. Hubungan Beberapa Faktor Lingkungan dengan Kejadian
Malaria di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Semarang: FKM
UNDIP.
Shinta dan Sukowati S. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tokoh Masyarakat
tentang Malaria di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Media
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol. 15. No. 1. 2005:29-34.
Soegijanto S. 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia jilid 1. Surabaya: Airlangga University Press.
Sutisna P. 2004. Malaria Secara Ringkas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Waluyo T. 2001. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar
Rumah dengan Kejadian Malaria di Desa Pagelak Kecamatan
Madukoro Kabupaten Banjarnegara. Semarang: FKM UNDIP.
Zubersafawi. 2009. Membebaskan Negeri dari Malaria.
http://zubersafawi.blogspot.com/2009/02/membebaskan-negeri-darimalaria.html. Di akses tanggal 20 juni 2009
LAMPIRAN
Lampiran 1
PENELITIAN
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI
KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN : HUBUNGAN
KONDISI
FISIK
RUMAH
DAN
LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN
MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER
KABUPATEN PURWOREJO
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan
oleh Aprilia Ayu Pamela, NIM: J 410 050 013 Mahasiswa S1 dari Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta,
Agustus 2009
Responden
(
)
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI
KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO
Nomor rumah responden
Alamat
Tanggal wawancara
: ....................................................
: ....................................................
: ....................................................
Pewawancara
Nama KK
Jumlah anggota keluarga
: ....................................................
: ....................................................
: ....................................................
A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan
:
a. Tidak tamat SD
b. SD
c. SLTP
d. SLTA
e. Akademi / Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan
:
a. Petani
b. Buruh
c. Wiraswasta
d. Pegawai swasta
e. PNS / TNI / Polri
f. Pensiunan
6. Pendapatan setiap bulan
a. ≤ 500.000
b. 500.000 – 1.000.000
c. ≥ 1.000.000
Lampiran 2 (lanjutan)
B. Observasi Kondisi Fisik Rumah
1. Ventilasi rumah responden
a. Ada
b. Tidak ada
2. Bila ada ventilasi di rumah responden, dipasangi kawat kasa
atau tidak?
a. Ya (ventilasi dipasangi kawat kasa)
b. Tidak (ventilasi tidak dipasangi kawat kasa)
3. Langit-langit rumah responden
a. Ada langit-langit
b. Tidak ada langit-langit
4. Bila ada langit-langit di rumah responden, terdapat di seluruh
ruangan atau hanya terdapat pada sebagian ruangan?
a. Ada (terdapat langit-langit di seluruh ruangan)
b. Tidak (langit-langit hanya terdapat di sebagian ruangan)
5. Terbuat dari apa dinding rumah responden?
a. Dinding rumah terbuat dari pasang batu bata.
b. Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu ataupun
kayu/papan
6. Dinding rumah responden terdapat lubang lebih dari 1,5 mm2
atau tidak?
a. Tidak terdapat lubang lebih dari 1,5 mm2
b. Terdapat lubang lebih dari 1,5 mm2
C. Observasi kondisi lingkungan sekitar rumah
7. Semak-semak di sekitar rumah responden
a. Ada
b. Tidak ada
8. Parit atau selokan di sekitar rumah responden
a.
Ada
b. Tidak ada
9. Apakah ada kandang dan memelihara ternak di sekitar rumah
responden?
a.
Ada
b. Tidak ada
Lampiran 7
Frequencies Kasus
Statistics
N
Valid
Missing
Jumlah KK
21
0
Umur
21
0
Jenis
Kelamin
21
0
Pendidikan
21
0
Pekerjaan
21
0
Pendapatan
21
0
Ventilasi
21
0
Langit-langit
21
0
Dinding
21
0
Kondisi Fisik
Rumah
21
0
Semak-s
emak
21
0
Selokan
21
0
Frequency Table
Jumlah KK
Valid
3 - 5 Orang
6 - 8 Orang
Total
Frequency
15
6
21
Percent
71.4
28.6
100.0
Valid Percent
71.4
28.6
100.0
Cumulative
Percent
71.4
100.0
Umur
Valid
Frequency
10
11
21
20 - 30 Tahun
31 - 39 Tahun
Total
Percent
47.6
52.4
100.0
Cumulative
Percent
47.6
100.0
Valid Percent
47.6
52.4
100.0
Jenis Kelamin
Valid
Laki-laki
Perempuan
Total
Frequency
11
10
21
Percent
52.4
47.6
100.0
Valid Percent
52.4
47.6
100.0
Cumulative
Percent
52.4
100.0
Pendidikan
Valid
Tidak Tamat SD
SD
SLTA
Total
Frequency
9
11
1
21
Percent
42.9
52.4
4.8
100.0
Valid Percent
42.9
52.4
4.8
100.0
Cumulative
Percent
42.9
95.2
100.0
Kandang
21
0
Kondisi
Lingkungan
Sekitar
Rumah
21
0
Kejadian
Malaria
21
0
Lampiran 7 (lanjutan)
Pekerjaan
Valid
Buruh
Petani
Wiraswasta
Total
Frequency
7
11
3
21
Percent
33.3
52.4
14.3
100.0
Valid Percent
33.3
52.4
14.3
100.0
Cumulative
Percent
33.3
85.7
100.0
Pendapatan
Valid
< 500.000,500.000,- s/d 1.000.000,> 1.000.000
Total
Frequency
17
2
2
21
Percent
81.0
9.5
9.5
100.0
Valid Percent
81.0
9.5
9.5
100.0
Ventilasi
Valid
Tidak
Ya
Total
Frequency
19
2
21
Percent
90.5
9.5
100.0
Valid Percent
90.5
9.5
100.0
Cumulative
Percent
90.5
100.0
Langit-langit
Valid
Tidak
Ada
Total
Frequency
17
4
21
Percent
81.0
19.0
100.0
Valid Percent
81.0
19.0
100.0
Cumulative
Percent
81.0
100.0
Dinding
Valid
Tidak Rapat
Rapat
Total
Frequency
15
6
21
Percent
71.4
28.6
100.0
Valid Percent
71.4
28.6
100.0
Cumulative
Percent
71.4
100.0
Cumulative
Percent
81.0
90.5
100.0
Kondisi Fisik Rumah
Valid
Buruk
Baik
Total
Frequency
17
4
21
Percent
81.0
19.0
100.0
Valid Percent
81.0
19.0
100.0
Cumulative
Percent
81.0
100.0
Semak-semak
Valid
Tidak Ada
Ada
Total
Frequency
1
20
21
Percent
4.8
95.2
100.0
Valid Percent
4.8
95.2
100.0
Cumulative
Percent
4.8
100.0
Selokan
Valid
Tidak Ada
Ada
Total
Frequency
2
19
21
Percent
9.5
90.5
100.0
Valid Percent
9.5
90.5
100.0
Cumulative
Percent
9.5
100.0
Kandang
Valid
Tidak Ada
Ada
Total
Frequency
1
20
21
Percent
4.8
95.2
100.0
Valid Percent
4.8
95.2
100.0
Cumulative
Percent
4.8
100.0
Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah
Valid
Buruk
Baik
Total
Frequency
18
3
21
Percent
85.7
14.3
100.0
Valid Percent
85.7
14.3
100.0
Cumulative
Percent
85.7
100.0
Kejadian Malaria
Valid
Positif Malaria
Frequency
21
Percent
100.0
Valid Percent
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Lampiran 7 (lanjutan)
Frequencies Control
Statistics
N
Valid
Missing
Jumlah KK
21
0
Umur
21
0
Jenis
Kelamin
21
0
Pendidikan
21
0
Pekerjaan
21
0
Pendapatan
21
0
Ventilasi
21
0
Langit-langit
21
0
Dinding
21
0
Kondisi Fisik
Rumah
21
0
Semak-s
emak
21
0
Selokan
21
0
Frequency Table
Jumlah KK
Valid
3 - 5 Orang
6 - 8 Orang
Total
Frequency
16
5
21
Percent
76.2
23.8
100.0
Valid Percent
76.2
23.8
100.0
Cumulative
Percent
76.2
100.0
Umur
Valid
Frequency
7
4
10
21
20 - 30 Tahun
31 - 39 Tahun
> 40 Tahun
Total
Percent
33.3
19.0
47.6
100.0
Cumulative
Percent
33.3
52.4
100.0
Valid Percent
33.3
19.0
47.6
100.0
Jenis Kelamin
Valid
Laki-laki
Perempuan
Total
Frequency
13
8
21
Percent
61.9
38.1
100.0
Valid Percent
61.9
38.1
100.0
Cumulative
Percent
61.9
100.0
Pendidikan
Valid
Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Akademi
Total
Frequency
2
1
6
9
3
21
Percent
9.5
4.8
28.6
42.9
14.3
100.0
Valid Percent
9.5
4.8
28.6
42.9
14.3
100.0
Cumulative
Percent
9.5
14.3
42.9
85.7
100.0
Kandang
21
0
Kondisi
Lingkungan
Sekitar
Rumah
21
0
Kejadian
Malaria
21
0
Lampiran 7 (lanjutan)
Pekerjaan
Valid
Buruh
Petani
Wiraswasta
Pegawai Swasta
PNS
Total
Frequency
1
1
14
2
3
21
Percent
4.8
4.8
66.7
9.5
14.3
100.0
Valid Percent
4.8
4.8
66.7
9.5
14.3
100.0
Cumulative
Percent
4.8
9.5
76.2
85.7
100.0
Pendapatan
Valid
500.000,- s/d 1.000.000,> 1.000.000
Total
Frequency
16
5
21
Percent
76.2
23.8
100.0
Valid Percent
76.2
23.8
100.0
Ventilasi
Valid
Tidak
Ya
Total
Frequency
8
13
21
Percent
38.1
61.9
100.0
Valid Percent
38.1
61.9
100.0
Cumulative
Percent
38.1
100.0
Langit-langit
Valid
Tidak
Ada
Total
Frequency
7
14
21
Percent
33.3
66.7
100.0
Valid Percent
33.3
66.7
100.0
Cumulative
Percent
33.3
100.0
Dinding
Valid
Tidak Rapat
Rapat
Total
Frequency
1
20
21
Percent
4.8
95.2
100.0
Valid Percent
4.8
95.2
100.0
Cumulative
Percent
4.8
100.0
Cumulative
Percent
76.2
100.0
Kondisi Fisik Rumah
Valid
Buruk
Baik
Total
Frequency
2
19
21
Percent
9.5
90.5
100.0
Valid Percent
9.5
90.5
100.0
Cumulative
Percent
9.5
100.0
Semak-semak
Valid
Tidak Ada
Ada
Total
Frequency
10
11
21
Percent
47.6
52.4
100.0
Valid Percent
47.6
52.4
100.0
Cumulative
Percent
47.6
100.0
Selokan
Valid
Tidak Ada
Ada
Total
Frequency
13
8
21
Percent
61.9
38.1
100.0
Valid Percent
61.9
38.1
100.0
Cumulative
Percent
61.9
100.0
Kandang
Valid
Tidak Ada
Ada
Total
Frequency
17
4
21
Percent
81.0
19.0
100.0
Valid Percent
81.0
19.0
100.0
Cumulative
Percent
81.0
100.0
Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah
Valid
Buruk
Baik
Total
Frequency
6
15
21
Percent
28.6
71.4
100.0
Valid Percent
28.6
71.4
100.0
Cumulative
Percent
28.6
100.0
Kejadian Malaria
Valid
Negatif Malaria
Frequency
21
Percent
100.0
Valid Percent
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
Valid
N
Ventilasi *
Kejadian Malaria
Percent
42
100.0%
0
N
.0%
Total
Percent
42
100.0%
Ventilasi * Kejadian Malaria Crosstabulation
Ventilasi
Tidak
Ya
Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Kejadian Malaria
Negatif
Malaria
Positif Malaria
16
8
38.1%
19.0%
5
13
11.9%
31.0%
21
21
50.0%
50.0%
Total
24
57.1%
18
42.9%
42
100.0%
Chi-Square Tests
Value
6.222b
4.764
6.401
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
df
1
1
1
6.074
Asymp. Sig.
(2-sided)
.013
.029
.011
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.028
.014
.014
42
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.
00.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Ventilasi
(Tidak / Ya)
For cohort Kejadian
Malaria = Positif Malaria
For cohort Kejadian
Malaria = Negatif Malaria
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
5.200
1.367
19.774
2.400
1.082
5.324
.462
.245
.870
42
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
Valid
N
Langit-langit *
Kejadian Malaria
Percent
42
100.0%
0
N
.0%
Total
Percent
42
100.0%
Langit-langit * Kejadian Malaria Crosstabulation
Langit-langit
Tidak
Ada
Total
Kejadian Malaria
Negatif
Malaria
Positif Malaria
17
7
40.5%
16.7%
4
14
9.5%
33.3%
21
21
50.0%
50.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Total
24
57.1%
18
42.9%
42
100.0%
Chi-Square Tests
Value
9.722b
7.875
10.180
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
df
1
1
1
9.491
Asymp. Sig.
(2-sided)
.002
.005
.001
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.004
.002
.002
42
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.
00.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Langit-langit (Tidak / Ada)
For cohort Kejadian
Malaria = Positif Malaria
For cohort Kejadian
Malaria = Negatif Malaria
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
8.500
2.060
35.080
3.188
1.294
7.852
.375
.192
.733
42
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
Valid
N
Dinding *
Kejadian Malaria
Percent
42
100.0%
0
N
.0%
Total
Percent
42
100.0%
Dinding * Kejadian Malaria Crosstabulation
Dinding
Tidak Rapat
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Rapat
Total
Kejadian Malaria
Negatif
Malaria
Positif Malaria
15
7
35.7%
16.7%
6
14
14.3%
33.3%
21
21
50.0%
50.0%
Total
22
52.4%
20
47.6%
42
100.0%
Chi-Square Tests
Value
6.109b
4.677
6.268
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
df
1
1
1
5.964
Asymp. Sig.
(2-sided)
.013
.031
.012
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.029
.015
.015
42
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.
00.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Dinding
(Tidak Rapat / Rapat)
For cohort Kejadian
Malaria = Positif Malaria
For cohort Kejadian
Malaria = Negatif Malaria
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
5.000
1.347
18.555
2.273
1.098
4.706
.455
.231
.893
42
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
Valid
N
Semak-semak *
Kejadian Malaria
Percent
42
100.0%
0
N
.0%
Total
Percent
42
100.0%
Semak-semak * Kejadian Malaria Crosstabulation
Semak-semak
Tidak Ada
Ada
Total
Kejadian Malaria
Negatif
Malaria
Positif Malaria
3
10
7.1%
23.8%
18
11
42.9%
26.2%
21
21
50.0%
50.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Total
13
31.0%
29
69.0%
42
100.0%
Chi-Square Tests
Value
5.459b
4.011
5.683
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
df
1
1
1
5.329
Asymp. Sig.
(2-sided)
.019
.045
.017
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.043
.022
.021
42
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.
50.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Semak-semak (Tidak
Ada / Ada)
For cohort Kejadian
Malaria = Positif Malaria
For cohort Kejadian
Malaria = Negatif Malaria
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
.183
.041
.815
.372
.132
1.044
2.028
1.167
3.524
42
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
Valid
N
Selokan *
Kejadian Malaria
Percent
42
100.0%
0
N
.0%
Total
Percent
42
100.0%
Selokan * Kejadian Malaria Crosstabulation
Selokan
Tidak Ada
Ada
Total
Kejadian Malaria
Negatif
Malaria
Positif Malaria
2
13
4.8%
31.0%
19
8
45.2%
19.0%
21
21
50.0%
50.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Total
15
35.7%
27
64.3%
42
100.0%
Chi-Square Tests
Value
12.548b
10.370
13.629
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
df
1
1
1
12.249
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.001
.000
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.001
.000
.000
42
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.
50.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Selokan
(Tidak Ada / Ada)
For cohort Kejadian
Malaria = Positif Malaria
For cohort Kejadian
Malaria = Negatif Malaria
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
.065
.012
.355
.189
.051
.704
2.925
1.583
5.406
42
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
Valid
N
Kandang *
Kejadian Malaria
Percent
42
100.0%
0
N
.0%
Total
Percent
42
100.0%
Kandang * Kejadian Malaria Crosstabulation
Kandang
Tidak Ada
Kejadian Malaria
Negatif
Malaria
Positif Malaria
1
17
2.4%
40.5%
20
4
47.6%
9.5%
21
21
50.0%
50.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Ada
Total
Total
18
42.9%
24
57.1%
42
100.0%
Chi-Square Tests
Value
24.889b
21.875
28.873
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
df
1
1
1
24.296
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.000
.000
.000
42
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.
00.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Kandang
(Tidak Ada / Ada)
For cohort Kejadian
Malaria = Positif Malaria
For cohort Kejadian
Malaria = Negatif Malaria
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
.012
.001
.116
.067
.010
.452
5.667
2.300
13.960
42
Lampiran 9
Dokumentasi Penelitian
Gambar rumah responden yang bersebelahan dengan kandang ternak
Gambar rumah responden yang dipasang kawat kasa pada ventilasi, terdapat
langit-langit pada semua bagian rumah, dan diding rumah terbuat dari pasang
bata.
Lampiran 9 (lanjutan)
Gambar parit atau selokan yang berada di sekitar rumah responden
Gambar semak-semak yang berada di sekitar rumah responden
Lampiran 9 (lanjutan)
Gambar dinding rumah responden yang terbuat dari anyaman bambu
Gambar wawancara dan observasi oleh peneliti.
Download