BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Percobaan di lapangan menghasilkan pengukuran kecepatan aliran di dalam purwarupa siphon dengan 16 buah pereduksi berkisar antara 0,259 m/s hingga 0,296 m/s pada ketinggian 0,68 m – 0,7 m dan kecepatan teoritis 0,279 m/s pada ketinggian 0,7 m sehingga rata-rata penyimpangan 4,9%. Koefisien kehilangan energi teoritis per-komponen pereduksi adalah 10,95 sementara hasil pengukuran lapangan diperoleh 2 nilai koefisien hilang rata-rata yaitu berdasar pengukuran manometer 12,78 (beda 14,3%) dan berdasar tinggi muka air 11,26 (beda 2,8%). Perbedaan hasil tersebut diperkirakan karena kesalahan pembacaan ketinggian muka air, ketinggian bacaan manometer akibat olakan pada terjunan di bagian outlet pipa dan atau adanya perbedaan kecepatan di sepanjang segmen pipa. Disamping itu rumus yang dikembangkan menghasilkan nilai kecepatan yang sudah cukup mendekati kecepatan pada uji lapangan. 2. Sesuai dengan tujuannya, melalui penelitian ini penulis telah berhasil menyusun rumus tangga ikan jenis siphon. Rumus tersebut dapat digunakan untuk merancang tangga ikan jenis siphon dengan variabel rancangan berupa tinggi terjunan bangunan air (beda tinggi air hulu dan hilir), diameter pipa dan komponen pereduksi, serta kecepatan rancangan di dalam siphon (kecepatan yang akan dilalui ikan). 3. Purwarupa tangga ikan telah berhasil dibuat dengan menggunakan rumus yang dikembangkan atas dasar dimensi groundsill Sungai Code di Barat Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito. Purwarupa dibuat dengan menggunakan bahan pipa PVC Wavin D diameter 4 inchi dan kelengkapan (asesoris) utama berupa pereduksi 2 inchi - 3 inchi sejumlah 16 buah serta kelengkapan lainnya untuk pengujian aliran. 4. Melalui beberapa kali kegagalan dan berbagai uji coba akhirnya telah diketahui teknologi/know-how pembuatan tangga ikan tersebut antara lain: 50 51 saluran siphon selain lubang outlet, inlet dan titik pemompaan harus dipastikan kedap air dengan diuji kebocoran setelah perakitan tiap segmen; penggunaan flens untuk mempermudah bongkar pasang tangga ikan dan menjaga kerapatan antar segmen; pemberian ruas kecil di atas pereduksi untuk memudahkan keluarnya udara di segmen horizontal; serta penggunaan dua titik pemompaan untuk mempermudah priming aliran siphon dan sebagai tempat akumulasi gelembung udara. 5. Pengujian purwarupa di lapangan juga banyak mengalami kendala, antara lain kondisi cuaca yang tidak selalu ramah, kondisi debit sungai yang sulit diduga sebelumnya, kondisi muka air hulu dan hilir yang berfluktuasi akibat terjunan, pengamatan yang sulit dilakukan dengan akurat, serta masih banyaknya pembuangan sampah padat di aliran sungai yang berpotensi menyumbat dan memutus aliran siphon. 6. Penggunaan tabung pitot hanya efektif pada kecepatan tinggi (yang terjadi pada siphon tanpa pereduksi). Pada tangga ikan (siphon dengan pereduksi) penggunaan tabung pitot tidak efektif karena beda tinggi kecepatan yang sangat kecil (order 0,1 cm) sehingga tidak dapat diamati dengan teliti mengingat kondisi lapangan yang sangat bervariasi. Current meter yang ada adalah jenis yang digunakan untuk pengukuran aliran saluran terbuka, maka penggunaan pada aliran siphon dianggap tidak valid. Pengamatan kecepatan diputuskan dilakukan secara visual dengan menggunakan float tracking yang direkam dengan video recorder dan diolah di komputer untuk dibandingkan dengan hasil hitungan. 7. Percobaan dengan ikan nila ukuran panjang badan (BL) 5 cm dan 10 cm menunjukkan sampel dapat berenang melawan arus di dalam tampang pipa utama tangga ikan. Pengujian menunjukkan kecepatan aliran pada pipa utama sudah cukup sebagai kecepatan rancangan tangga ikan yang dibuat, namun belum menunjukkan kemampuan ikan melalui kecepatan jetflow pada tampang kecil pereduksi dan kinerja purwarupa sebagai tangga ikan yang melewatkan ikan dari hilir ke hulu bangunan air. 52 6.2 Saran Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan berbagai kajian dan pendalaman. Beberapa hal yang dapat disarankan antara lain sebagai berikut. 1. Pengujian koefisien kehilangan energi pada pereduksi yang dipasang hendaknya diteliti secara lebih seksama melalui percobaan di laboratorium untuk alasan kemudahan kontrol variabel, dengan menggunakan variasi kecepatan aliran, beda tinggi muka air, serta dimensi komponen saluran yang digunakan, sehingga formula perancangan dapat lebih dikembangkan. 2. Perlu dilakukan pemasangan dan pengamatan kinerja tangga ikan jenis siphon ini dalam waktu yang lebih lama untuk mengetahui ketahanan aliran siphon dan kemampuan ikan endemik berenang dari hilir ke hulu melewati tangga ikan karena diperlukannya proses adaptasi. 3. Perlunya survey keragaman ikan endemik di lokasi pemasangan tangga ikan, pengumpulan sampel, dan pengujian kemampuan renang pada saluran pipa dengan variasi seperti yang telah disebutkan dalam poin nomor 1. 4. Diperlukan pembuatan penahan sampah dan debris pada bagian hulu saluran untuk mencegah penyumbatan serta pengadaan penyuluhan masyarakat sekitar lokasi pemasangan tangga ikan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan pemberian informasi cara pengoperasian dan perawatan alat jika akan dilakukan pemasangan permanen.