7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Metode atau yang sering disebut juga metoda , berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang mempunyai arti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Hamalik (2001) fungsi metode yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan. Menurut Sujana (1989) metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Seorang guru harus bisa memilih metode mana yang cocok dan sesuai digunakan dalam mengajar dengan memperhatikan sifat materi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat betul-betul dipahami dan dikuasai siswa. Menurut Sugihartono (2007:81) metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dari pendapat diatas menitik beratkan metode pada cara yang dipergunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah keseluruhan cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, penggunaan metode yang tepat akan berpengaruh pada penerimaan materi pembelajaran oleh siswa. 8 2.1.2 Pengertian Metode Eksperimen (Experimental Method) Menurut Djamarah (2000) metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau eksperimen. Menurut Roestijah (2001:80) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu di sampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Menurut Sugihartono (2007:84) metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan pada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen memberi kesempatan pada siswa untuk dapat melakukan suatu proses percobaan, percobaan nantinya akan berkaitan dengan materi, materi pada penelitian ini yaitu pesawat sederhana, dimana siswa nantinya akan mencoba untuk menemukan sendiri apa kegunaan pesawat sederhana. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah metode yang memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa dimana siswa diberi kesempatan untuk melakukan suatu percobaan, kemudian melakukan pengamatan pada percobaan yang dilakukan kemudian melaporkan hasil pengamatannya tersebut. Metode eksperimen ini dapat mengembangkan fisik, mental dan emosional siswa yang nantinya dapat menumbuhkan rasa percaya diri, perilaku yang kreatif dan inovatif. 2.1.3 Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen Menurut Moedjiono (1991) dalam kegiatan belajar mengajar penggunaan metode eksperimen bertujuan untuk: a. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen. 9 b. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen. c. Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan. d. Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan. Tujuan dari dilakukan pembelajaran menggunakan metode eksperimen dimana siswa dilatih untuk menarik kesimpulan dari fakta hasil pengamatan maupun fakta dari hasil eksperimen, siswa mampu untuk melakukan percobaan secara runtut, siswa terbiasa menggunakan logika induktif dalam menarik kesimpulan. Menurut Sumantri (2001) digunakannya metode eksperimen mempunyai beberapa alasan diantarannya: a. Metode eksperimen diberikan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah Esensi dari metode ekperimen ini yaitu menyajikan bahan pelajaran melalui percobaan atau mengamati suatu proses. Pengalaman yang diperoleh adalah menguji sesuatu, menguji hipotesis, menemukan hasil percobaan dan mengembangkan rasa siswa. Menurut Sumantri (1998) dalam penggunaan metode eksperimen agar dapat efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. 10 b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada. Agar kegiatan eksperimen dapat berhasil seorang guru harus memperhatikan beberapa hal diantaranya jumlah peralatan harus sesuai dengan jumlah siswa, peralatan yang digunakan harus aman atau tidak membahayakan siswa, membutuhkan ketelitian dan waktu yang lama, petunjuk yang diberikan guru harus jelas, tidak semua masalah dapat dieksperimenkan. Menurut Fathurrahman (2008:84) hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan eksperimen yaitu: a. Persiapan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan b. Usahakan siswa terlibat langsung ketika mengikuti kegiatan eksperimen. c. Sebelum dilakukan kegiatan eksperimen siswa diberi pengarahan tentang pertunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan. d. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan bila hasil belum memuaskan bisa diulangi lagi untuk membuktikan kebenaran. 11 e. Setiap individu atau kelompok harus melaporkan hasil secara tertulis. Dalam melakukan kegiatan perlu diperhatikan beberapa hal berikut yaitu peralatan harus dipersiapkan terlebih dahulu, siswa ikut terlibat dalam percobaan, memberi petunjuk yang jelas dalam melakukan kegiatan eksperimen, apabila hasil penelitian belum memuaskan bisa diulangi lagi, hasil elsperimen harus dilaporkan secara tertulis. Dari beberapa pendapat mengenai hal yang harus diperhatikan pada saat kegiatan eksperiman penulis menyimpulkan bahwa peralatan harus dipersiapakan terlebih dahulu, petunjuk yang diberikan harus jelas, waktu yang dibutuhkan lama, dapat dilakukan pengulangan pada percobaan, siswa melaporkan kegiatan eksperimen. 2.1.4 Prosedur Pelaksanaan Metode Eksperimen Dalam melaksakan metode eksperimen ini ada beberapa prosedur atau tata cara yang harus dilakukan. Menurut Roestijah (1989:81) beberapa prosedur yang harus dilakukan adalah: a. Memberi penjelasan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, dan siswa harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. b. Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab. Sebelum memulai suatu percobaan hendaknya antara guru dan siswa sama-sama mengetahui tujuan yang akan dicapai, tujuan ini yang nantinya akan menjadi patokan berhasil atau tidaknya suatu percobaan. Selain itu juga siswa harus memahami betul berbagai macam peralatan 12 dan fungsinya dalam percobaan. Dalam melakukan percobaan siswa memerlukan adanya suatu petunjuk baik itu secara tertulis yang tertuang dalam LKS maupun secara lisan yang disampaikan oleh guru. Dalam percobaan ini pengawasan seorang guru menjadi sangat penting sebagai pemimpin diskusi dan membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam menggunakan metode eksperimen perlu memperhatikan prosedur atau tata cara secara sistematis dimulai dengan penyampaian tujuan dan permasalahan yang akan dibuktikan, menyiapkan peralatan yang diperlukan, memberikan pedoman pelaksanaan eksperimen, mengawasi jalannya eksperimen atau percobaan, serta penarikan kesimpulan dari hasil percobaan. 2.1.5 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Menurut Sagala (2005) dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode eksperimen ada langkah-langkah yang harus diperhatikan, diantaranya: A. B. Kegiatan Persiapan a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode eksperimen. b. Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen. c. Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen. d. Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen a. Kegiatan Pembukaan Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu (apersepsi). Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita anekdot yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan. b. Kegiatan Inti Membagi siswa dalam kelompok kecil. 13 Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam eksperimen. Guru memberikan contoh cara melakukan percobaan (percobaan awal). Siswa mengamati percobaan yang dilakukan oleh guru. Siswa diminta untuk merumuskan hipotesis berdasarkan pengamatan. Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS yang telah disiapkan guru secara berkelompok (verifikasi). Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan. c. Kegiatan Penutup Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen. Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan. Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen. Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan diantarannya kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan eksperimen dan kegiatan penutup. Dalam penelitian ini kegiatan persiapan nantinya akan mengacu pada penyampaian tujuan pembelajaran yang merupakan dasar dilakukan percobaan sesuai dengan materi pesawat sederhana, untuk kegiatan pelaksanaan eksperimen mengacu pada penyampaian permasalahan melalui hipotesis awal yang dibuat siswa dan pelaksanaan percobaan untuk membuktikan hipotesis, serta untuk kegiatan penutup akan mengacu pada penarikan kesimpulan hasil percobaan. Adapun langkah-langkah metode eksperimen menurut IGI Grobogan (2011) sebagai berikut: a. Menerangkan metode eksperimen. b. Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang signifikasi atau yang pantas untuk diangkat. 14 c. Sebelum persiapan alat-alat percobaan, terlebih dahulu guru harus menjelaskan hal-hal apa saja yang akan dilakukan selama percobaan dan variabel-variabel apa saja yang akan dikontrol. d. Setelah eksperimen dilakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan melakukan tes untuk menguji siswa. Dari pendapat IGI Grobogan (2011) esensi dari langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen bahwa sebelum memulai percobaan guru terlebih dahulu harus menjelaskan apa itu metode eksperimen, selanjutnya pemaparan permasalahan yang akan dieksperimenkan, selanjutnya guru akan menjelaskan langkah-langkah dalam mealakukan percobaan, kemudian pada tahap akhir guru harus mengumpulkan laporan hasil eksperimen yang dilakukan siswa, dan memberikan tes untuk mengetahui kemampuan siswa. Pada dasarnya kedua pendapat diatas hampir sama, karena sama-sama memuat penjelasan permasalahan, petunjuk melakukan eksperimen atau percobaan, melaksanakan kegiatan eksperimen, sampai pada penarikan kesimpulan dan pemberian evaluasi atau tes untuk menguji pemahaman siswa. Langkah-langkah pelaksanaan dengan menggunakan metode eksperimen nantinya akan tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada lampiran , yang di dalamnya memuat kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) dan kegiatan akhir, sampai pada pemberian evaluasi. Dari pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa langkahlangkah dalam kegiatan eksperimen yaitu kegiatan persiapan (menyampaiakn materi, alat dan bahan percobaan, persiapan LKS), kegiatan pelaksanaan eksperimen mencakup kegaiatan pembukaan (apersepsi, motivasi, penyampaian tujuan), kegiatan inti (pembagian kelompok, melakukan percobaan awal, pengamatan, merumuskan hipotesis, pelaksanaan eskperimen, pelaporan hasil eksperimen), kegiatan penutup 15 (merangkum, manarik kesimpulan, mengadakan evaluasi atau tes, tindak lanjut). 2.1.6 Kelebihan Metode Eksperimen Dalam menerapkan metode eksperimen mempunyai beberapa kelebihan diantaranya (Roestijah, 1989:82): a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih aktif berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. b. Dengan menggunakan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah. c. Dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan. d. Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan merubah sikap mereka yang tahayul. Dalam metode percobaan ini anak akan lebih aktif , mampu untuk menghadapi permasalahan yang ada, mempunyai pengalaman dalam menggunakan alat percobaan, dan anak akan membuktikan sendiri kebenaran suatu permasalahan. Beberapa kelebihan atau keuntungan metode eksperimen menurut Tim IKIP Surabaya (1981:56-57) diantarannya: a. Dengan menggunakan metode eksperimen siswa aktif mengambil bagiannya sendiri artinya siswa tidak hanya melihat orang lain melakukan percobaan tetapi juga bias ikut melakukan percobaan tersebut. b. Dengan metode eksperimen siswa mampu untuk melaksanakan langkahlangkah berpikir ilmiah, menguji hipotesis, mengambil kesimpulan dari hasil observasi. Dengan menggunakan metode eksperimen siswa akan terlihat lebih aktif karena siswa ikut terlibat dalam kegiatan percobaan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, siswa juga mampu untuk berpikir secara ilmiah. 16 Dari beberapa pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kelebihan metode eksperimen adalah siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa melakukan sendiri percobaannya, siswa mempunyai pengalaman dalam menggunakan alat percobaan, siswa mampu untuk membuktikan hipotesis dengan menggunakan cara berpikir ilmiah. 2.1.7 Kelemahan Metode Eksperimen Selain memiliki kelebihan dalam penggunaannya, metode eksperimen juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya Tim IKIP Surabaya (1981:57): a. Keterbatasan peralatan mengakibatkan tidak setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengadakan eksperimen. b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus menanti untuk melanjutkan pelajaran. c. Kurangnya persiapan dan pengalaman dari siswa akan menimbulkan kesulitan di dalam melakukan eksperimen. Dalam percobaan terkadang peralatan yang diguunakan terbatas atau sedikit sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mencoba peralatan, waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan eksperimen cukup lama, kurang matangnya persiapan yang dilakukan sebelum percobaan akan menimbulkan kesulitan pada saat percobaan berlangsung. Menurut Djamarah (2002:95) beberapa kelemahan penggunaan metode eksperimen yaitu: a. Metode eksperimen ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi. b. Metode eksperimen memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal. c. Metode eksperimen menuntun adanya ketelitian, keuletan, ketabahan. d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalaian. 17 Dalam melaksanakan metode eksperimen terbatas pada bidang ilmu sains saja, memerlukan berbagai macam peralatan dan fasilitas yang mahal, ketelitian dalam percobaan harus diperhatikan, tingkat keberhasilan suatu percobaan tergantung faktor-faktor kemampuan seseorang. Berdasarkan paparan mengenai kelemahan metode eksperimen diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam menggunakan metode eksperimen memerlukan banyak alat atau perlengkapan, memerlukan waktu yang lama, memerlukan ketelitian dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi kesalahan dalam penarikan kesimpulan, kurangnya persiapan dan pengalaman dari guru dan siswa menghambat pelaksanaan eksperimen. Cara untuk dapat mengatasi beberapa kelemahan dalam metode eksperimen ada beberapa cara yang harus dilakukan diantaranya (Tim IKIP Surabaya, 1981:57): a. Guru harus menerangkann sejelas-jelasnya tujuan pembelajaran dengan eksperimen. b. Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen. c. Membantu siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. d. Meminta siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. Dalam mengatasi kelemahan pada metode eksperimen guru harus mampu untuk menjelaskan tujuan, peralatan yang digunakan, membantu siswa selama percobaan berlangsung, berdiskusi mengenai hasil eksperimen Menurut Sagala (2005:221) ada beberapa cara dalam mengatasi kelemahan metode eksperimen yaitu: a. Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen. 18 b. Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. c. Bila perlu guru menolong siswa untuk memperoleh bahan yang diperlukan. d. Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir siswa dapat membanding-bandingkan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan atau kekeliruan. Untuk dapat mengatasi kelemahan metode eksperimen terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai harus dipaparkan secara jelas, langkahlangkah eksperimen harus dibicarakan bersama siswa, menolong siswa menemukan bahan yang diperlukan, membandingkan hasil penelitian dengan penelitian orang lain kemudian dibandingkan. Dari dua pendapat mengenai cara mengatasi metode eksperimen penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran eksperimen yang hendak dicapai dalam kegiatan eksperimen harus dipaparkan secara jelas, langkah-langkah eksperimen juga harus dipaparkan secara jelas, guru membantu siswa saat melakukan eksperimen, pada akhir kegiatan eksperimen dilakukan diskusi untuk membandingkan hasil penelitian orang lain dan untuk mengidentifikasi adanya kesalahan atau kekeliruan dalam kegiatan eksperimen. 2.1.8 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA/SMU) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta. 19 Menurut Depdiknas (2006) ilmu pengetahuan alam berhubungan dengan cara mencari tahu alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya pengetahuan pemahaman konsep, fakta dan prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan. Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat, ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika. Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Penulis menyimpulkan bahwa IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari alam dan seluruh isinya, IPA identik dengan kegiatan percobaan yang di dalamnya memuat aspek-aspek perumusan masalah, perumusan hipotesis, merancang percobaan, pengumpulan data, dan tahap penyimpulan. Dengan mempelajari mata pelajaran IPA ini siswa diharapakan mampu untuk mengenal dan memahami kondisi alam semesta dan isinya secara lebih mendalam, dan siswa juga lebih menjaga kelestarian alam semesta dan isinya . 20 2.1.9 Tujuan Mata Pelajaran IPA Dalam kurikulum 2006 mata pelajaran IPA mempunyai beberapa tujuan yaitu: a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam semesta ciptaannya. b. Mengembangkan pemahaman mengenai berbagai macam gejala alam, konsep, prinsip yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA , lingkungan, teknologi dan masyarakat. d. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk memelihara alam, dan segala keturunannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Tujuan mata pelajaran IPA secara umum yaitu menciptakan ketaqwaan terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta, memahami berbagai macam gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu mengenai pengaruh IPA dengan lingkungan, menumbuhkan kemampuan berpikir ilmiah, meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan alam, meningkatkan keterampilan untuk bekal pendidikan ke jenjang selanjutnya. Dalam penelitian ini tujuan mata pelajaran IPA untuk melatih siswa berpikir dan bertindak secara ilmiah. 21 2.1.10 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Dalam kurikulum 2006 bahan kajian untuk mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar meliputi beberapa aspek yaitu: a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya Meliputi perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup. b. Materi dan sifatnya Meliputi materi benda padat, cair dan gas yang dilihat dari sifat masing-masing materi. c. Energi dan perubahannya Meliputi berbagai macam jenis gaya, gerak, pesawat sedehana, cahaya. d. Bumi dan alam semesta Meliputi planet-planet, dan usaha manusia dalam menjaga bumi dan alam semesta. Dalam penelitian ini aspek IPA yang digunakan yaitu aspek energi dan perubahannnya yang terfokus pada pesawat sederhana terutama tuas atau pengungkit yang didalamnya memuat jenis-jenis pengungkit dan tujuan penggunaan pengungkit. 2.1.11 Pengertian Kreativitas Pengertian kreativitas mengandung beragam definisi di dalamnya. Guilford dalam Munandar (1999:20) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Munandar (1999:48) berpendapat bahwa kreativitas sebagi kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki berbagai macam jawaban dari suatu persoalan, berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir secara menyebar dimana orang bisa memandang suatu stimulus bukan dari satu sudut panjang saja tetapi dari berbagai sudut pandang. Menurut Slameto dalam Aryesnovianto (2004) kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dari tiga pendapat diatas terdapat persamaan bahwa 22 kreativitas melibatkan kemampuan berpikir manusia yang menghasilkan suatu karya yang baru. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas yang melibatkan kemampuan berpikir manusia secara unik yang menghasilkan suatu karya baru yang orisinil atau belum pernah ada sebelumnya. 2.1.12 Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Menurut Munandar (1999:34) menyebutkan ciri-ciri kreativitas, antara lain: a. b. c. d. e. f. g. Dorongan ingin tahu besar Sering mengajukan pertanyaan yang baik Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah Bebas dalam menyatakan pendapat Mempunyai rasa keindahan Menonjol dalam salah satu bidang seni Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain h. Rasa humor tinggi i. Daya imajinasi kuat j. Keaslian tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya, dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain). k. Dapat bekerja sendiri l. Senang mencoba hal-hal baru m. Kemampuan mengembangkan atau memperinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi). Esensi dari ciri anak kreatif menurut Munandar menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, daya imajinasi tinggi, menyukai humor dan kindahan, mempunyai banyak gagasan. Menurut Treffinger dalam Munandar (2004:35-36) ciri-ciri kepribadian kreatif adalah: a. Terorganisasi dalam tindakan b. Memilki rencana yang matang dan pemikiran yang matang serta inovatif. c. Memiliki tingkat energi, spontanitas, dan petualangan yang luar biasa. 23 d. Memiliki rasa humor yang tinggi e. Mempunyai kemampuan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang. f. Memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep dan kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan. g. Cepat dalam menanggapi masalah orang dewasa seperti politik, ekonomi, kiriminalitas dan berbagai masalah lain h. Tertarik pada hal-hal yang rumit dan misterius Inti dari ciri anak kreatif menurut Treffinger lebih kepada memiliki rasa humor yang tinggi, mempunyai kemampuan mengembangkan ide menjadi sebuah khayalan, cepat tanggap terhadap suatu permasalahan. Berdasarkan pendapat paparan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa ciri-ciri kepribadian kreatif adalah memiliki daya imajinasi yang tinggi, memilki rasa humor yang tinggi, mampu memandang dan menyelesaikan permasalahan dengan cara yang berbeda, memiliki semangat untuk berkarya tinggi, mempunyai nilai estetis atau keindahan yang tinggi. 2.1.13 Pengertian Anak Kreatif Anak kreatif yaitu anak yang mampu memperdayakan pikirannya untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original, maka kita dapat mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif (Suratno, 2005). Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai cara seperti bereksplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan pertanyaan pada orang lain. Suratno (2005) menjelaskan anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan memberikan kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Fenomena yang ada selama ini kreativitas yang dimiliki 24 oleh masyarakat pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat diketahui dengan masih banyaknya orang–orang yang belum mampu menghasilkan karyanya sendiri, mereka masih meniru karya milik orang lain. Keadaan tersebut di sebabkan karena kurangnya pengembangan kreativitas sejak usia awal sekolah. Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa anak kreatif adalah seseorang anak yang memilki rasa ingin tahu yang besar, memilki kemampuan untuk dapat menemukan dan memecahkan suatu masalah dengan cara yang berbeda dengan yang biasannya, dengan mendapat bimbingan dari orang disekitarnya seperti orangtua dan guru. 2.1.14 Karakteristik Anak Kreatif Paul Torrance dalam Suratno (2005) menyebutkan karakteristik tindakan kreatif anak adalah sebagai berikut: a. Anak kreatif belajar dengan cara-cara kreatif Dalam proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan pada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak memperoleh pengalaman yang berkesan dan menjadikan apa yang dipelajari anak lebih lama di ingat. Melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan mereka sering mengajukan pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian mereka menemukan, kadangkala cepat dan emosional, sementara pada saat yang lain secara diam-diam saja. Dengan melakukan percobaan atau eksperimen anak akan lebih tertantang untuk belajar karena anak akan menemukan makna dari suatu pembelajaran dimana anak akan mencoba suatu hal baru. b. Anak kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal yang membutuhkan usaha kreatif Anak kreatif memiliki rentang perhatian 15 menit lebih lama bahkan lebih dalam hal mengeksplorasi, bereskperimen, memanipulasi dan memainkan alat permainanya. Hal ini menunjukan anak yang kreatif tidak mudah bosan seperti halnya anak yang kurang kreatif. Melalui kegiatan 25 eksperimen ini guru dapat mengidentifikasi anak yang kreatif dilihat dari cara anak tersebut mampu memecahkan masalah yang ada dalam percobaa tersebut, yang tentunya cara itu berbeda dari cara yang sudah-sudah. c. Anak kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan Anak kreatif muncul sebagai pemimpin bagi kelompoknya karena itu anak kreatif pada umumnya mampu mengorganisasikan teman-temannya secara menakjukan. Jika anak mampu mengorganisasikan teman-temannya maka anak akan memiliki kepercayan diri yang luar biasa. Melalui kegiatan eksperimen anak belajar mengaitkan ide dan gagasan sebagai bekal untuk melatih kepercayaan diri anak karena jika anak berhasil mengaitkan ide atau gagasan maka akan muncul karya-karya yang original sehingga kepercayaan diri anak akan muncul dan secara tidak langsung anak termotivasi untuk mengekspresikannya didepan teman-teman. d. Anak kreatif dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang berbeda Anak kreatif merupakan anak yang suka belajar untuk memperoleh pengalaman. Anak tidak lekas bosan untuk mendapatkan pengalaman yang sama berkali-kali. Jika pengalaman pertama diperoleh mereka akan mencoba dengan cara lain sehingga diperoleh pengalaman baru. Melalui kegiatan eksperimen ini anak akan mampu membuktikan hasil dari usaha pemecahan masalah dengan cara yang unik. e. Anak kreatif belajar banyak melalui fantasi, dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya. Anak kreatif akan selalu haus dengan pengalaman baru. Pengalaman yang berkesan akan diperoleh secara langsung melalui eksperimen yang dilakukan. Anak harus diberi banyak bekal pengalaman melalui eksperimennya sendiri baik melalui kesenian, musik, drama kreatif atau cerita, maupun menggunakan bahasa yang mengekspresikan kelucuan, suasana, atau atmosfir persoalan yang bebas dan dapat diterima oleh anak. Torrense dalam Bernand (1970) mengemukakan bahwa ciri atau karakteristik anak adalah sebagai berikut: 26 a. Cenderung memiliki respon yang bebas b. Cenderung menyampaikan sesuatu secara abstrak c. Memiliki keinginan yang ideal d. Suka humor atau bercanda e. Suka melucu, bersikap santai f. Menyukai perubahan g. Tidak malu menyampaikan kebenaran Karakteristik atau ciri anak yang kreatif cenderung lebih suka menampilkan sikap bebas, senang akan sesuatu hal yang lucu, senang akan sesuatu yang abstrak atau masih dalam khayalan. Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa karakteristik anak kreatif adalah lebih banyak aktif, memiliki imajinasi yang tinggi, suka dengan adanya perubahan, pribadi yang asyik karena suka humor. 2.1.15 Cara Mengukur Kreativitas Anak Usia Sekolah Dasar Menurut Munandar, untuk menjadi individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga seorang anak memiliki banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin kreatif si anak. Berdasarkan ide yang disampaikan penulis bahwa ciri anak kreatif adalah lebih banyak aktif, memiliki imajinasi yang tinggi, suka dengan adanya perubahan, pribadi yang asyik karena suka humor. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, penulis menggunakan tes kreativitas verbal. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Adapun unsur penilaian berpikir kreatif adalah sebagai berikut (Munandar, 2004:88-90): 27 1) Fleksibel 2) 3) 4) 5) Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda, beragam dan bervariasi. Dalam unsur berpikir kreatif pada penelitian ini indikator dari fleksibel meliputi jawaban lebih dari satu, memiliki banyak gagasan yang unik, mampu menjawab pertanyaan dari berbagai sudut pandang. Orisinalitas Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan berbeda dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dalam unsur berpikir kreatif pada penelitian ini indikator dari orisinalitas dalam penelitian ini yaitu anak mampu menjawab pertanyaan yang berbeda dari jawaban yang sudah biasa, mampu berimajinasi dengan jawaban yang dibuat. Elaborasi Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dalam unsur berpikir kreatif pada penelitian ini indikator dari elaborasi yaitu anak mampu menjelaskan alasan dari setiap jawaban yang diberikan, anak mampu mengaitkan jawabannya dengan ilmu lain atau dalam kehidupan sehari-hari, anak mampu mencari saran dalam permasalahan atau pertanyaan yang diajukan. Keterampilan Memperinci Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Dalam hal ini anak dilatih untuk mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah. Dalam unsur berpikir kreatif pada penelitian ini indikator dari keterampilan memperinci anak mampu untuk mendeskripsikan suatau objek, anak juga mampu mengembangkan jawaban secara lebih mendalam, anak mencari solusi dari permasalahan yang diberikan. Keterampilan menilai atau mengevaluasi Dalam hal mengevaluasi anak diminta untuk menentukan patokan penilaiannya sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar. Sehingga anak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Dalam unsur berpikir kreatif pada penelitian ini indikator dari keterampilan menilai anak mampu untuk menentukan tingkat kebenaran dari jawaban yang diberikan. Unsur penilaian berpikir kreatif mencakup fleksibel, orisinalitas, elaborasi, keterampilan memperinci, dan keterampilan menilai. Dalam penelitian kelima unsur penilaian tersebut akan digunakan semua dalam mengukur seberapa besar tingkat kreativitas seorang anak. Kelima unsur ini akan menjadi patokan dalam menilai. 28 2.1.16 Pengertian Gender Pengertian gender sering disalah artikan dengan jenis kelamin, gender sering disamakan dengan sex (kelamin laki-laki dan perempuan) hal ini disebabkan karena pembagian peran dan tanggung jawab terhadap laki-laki dan perempuan telah berjalan bertahun-tahun sehingga sulit dibedakan pengertian antara gender dan jenis kelamin. Menurut Women Studies Ensiklopedia dalam Junaidi Blogspot (2010) gender adalah suatu konsep kultural berupaya membuat perbedaan (distriction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Sedangkan jenis kelamin menurut Fakih (1996:8) adalah pensifatan atau pembagian jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Menurut Annisa dalam Junaidi Blogspot (2010) gender lebih mengacu pada dimensi sosial budaya seorang laki-laki dan perempuan yang menghasilkan suatu peran serta harapan yang menetapkan bagaimana seharusnya laki-laki berpikir, perperilaku dan berperasaan. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia dalam Junaidi Blogspot (2010) gender merupakan aspek hubungan sosial yang dikaitkan dengan diferensiasi seksual pada manusia. Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan yang dimaksud dengan gender adalah pembedaan peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan bersifat sosial budaya yang didefinisikan berdasarkan ciri-ciri fisik secara biologis. Pengertian gender yang akan diangkat dalam penelitian ini lebih mengarah pada gender secara fisik saja yaitu membedakan laki-laki dan perempuan. 2.1.17 Kesetraan Gender Dalam Pendidikan Sesuai dengan pasal 31 UUD 1945 menjelaskan, setiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Di sana tampak jelas adanya kesetaraan gender untuk memperoleh pendidikan, dimana dalam pendidikan 29 memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk mencapai potensi dalam belajar. Berdasarkan Sisdiknas no.20 tahun 2003 dan Renstra Depdiknas 2005-2009 serta tujuan pendidikan untuk 2015 yaitu: 1. Tujuan 2 : Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan yang sulit dan mereka yang termasuk etnik minoritas, mempunyai akses pada dan menyelesaikan pendidikan dasar yang wajib dengan kualitas yang baik. 2. Tujuan 5: penghapusan kesenjangan gender pada pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan pada tahun 2015 dengan fokus pada kepastian sepenuhnya bagi anak perempuan pada akses dalam memperoleh pendidikan dasar yg bermutu. Menurut kesimpulan penulis kesamaan gender dalam dunia pendidikan mengandung arti bahwa setiap manusia baik laki-laki dan perempuan berhak untuk memperoleh pendidikan, jadi tidak ada pembedaan pemberian pendidikan pada laki-laki dan perempuan, jadi porsi pendidikan untuk laki-laki dan perempuan adalah sama. 2.1.18 Perbedaan Gender dan Prestasi Di kelas Kelas merupakan tempat dimana anak belajar berperilaku yang sesuai untuk anak laki-laki dan perempuan. Pembedaan perlakuan anak laki-laki dan perempuan menimbulkan ketimpangan gender sehingga akan menghalangi mereka untuk menemukan jati diri dan menggangu persiapan mereka untuk masa depan. Menurut Gallagher dalam Sugihartono (2007:37) laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam perkembangan fisik, emosional dan intelektual. Perbedaan gender dalam beberapa aspek terkait dengan kemampuan akademik dan sekolah terlihat pada tabel berikut. 30 Tabel 2.1. Perbedaan Gender dalam Kemampuan Akademik dan Sekolah Menurut Elliot Karakteristik Perbedaan Gender Perbedaan Fisik Meskipun sebagian besar perempuan matang lebih cepat dibanding laki-laki, laki-laki lebih besar dan kuat Sains Perbedaan gender terlihat lebih meningkat, perempuan mengalami kemunduran sementara prestasi laki-laki meningkat Sumber: Elliot dalam Sugihartono (2007:38) Tabel 2.1 menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan fisik secara mencolok yakni laki-laki lebih kuat dari pada perempuan meskipun kematangan perempuan lebih cepat dibanding laki-laki. Dari mata pelajaran sains terlihat bahwa prestasi siswa laki-laki meningkat dibanding dengan prestasi siswa perempuan yang menurun. Dari paparan yang telah disampaikan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam perbedaan gender (laki-laki dan perempuan) secara fisik laki-laki lebih kuat. Di dalam kelas dalam pembelajaran sains prestasi laki-laki lebih meningkat. 2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gimin dalam Digilib.UNS.ac.id (2011) yang berjudul “Perbedaan Pegaruh Metode Pembelajaran Eksperimen Model SEQIP Dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang singnifikan antara pembelajaran metode eksperimen model SEQIP terhadap kreativitas belajar hal ini terbukti dengan F hitung > F tabel atau 5,18 > 4,02. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gimin (2011) penggunaan metode eksperimen model SEQIP dalam 31 pembelajaran IPA dapat dikatakan mempunyai pengaruh terhadap kreativitas karena f hitung lebih besar daripada f tabel, f hitung artinya temuan hasil penelitian dan f tabel artinya patokan jadi hasil penelitiannya lebih berpengaruh daripada patokannnya Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Risna Podungge (2010:199) berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Belajar Penjasorkes Materi Atletik Nomor Lompat Jauh Di Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara metode pembelajaran dengan jenis kelamin hal ini terbukti dengan oleh nilai F hitung sebesar 3,034 < F tabel sebesar 3,94 artinya f hitung atau hasil penelitian yang diperoleh lebih kecil daripada patokannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Risna Podungge (2010) penggunaan metode pembelajaran dengan jenis kelamin siswa laki-laki dan perempuan tidak saling memberi pengaruh. Berdasarkan skripsi Melly (2008:52) yang berjudul Hubungan Antara Kreativitas Dan Stress Pada Mahasiswa Tahun Pertama Jurusan Arsitektur Dengan Variasi Jenis Kelamin, Asal SMA dan Usia yang menyimpulkan bahwa tidak perbedaan yang signifikan antara kelompok jenis kelamin lakilaki dan perempuan dalam skor kreativitas dibuktikan dengan angka sig sebesar 0,356 (p>0,05). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melly (2008) perbedaan jenis kelamin tidak diikuti perbedaan signifikan skor kreativitas Skripsi yang dilakukan oleh Gimin mengkaji tentang penggunaan metode eksperimen model SEQIP yang fokus pada kreativitas belajar. Skripsi yang dilakukan oleh Risna Podungge fokus pada penggunaan metode pembelajaran pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Skripsi yang dilakukan oleh Melly mengkaji tentang kreativitas pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan Penelitian diatas memiliki fokus kajian masing-masing mengenai metode eksperimen model SEQIP dengan kreativitas, penggunaan metode pembelajaran dengan jenis kelamin, dan juga kreativitas dengan jenis kelamin 32 akan tetapi penelitian diatas sudah mewakili kajian dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Berdasarkan tiga penelitian yang dilakukan Gimin (2011), Risna Pondungge (2010) dan Melly (2008) berhubungan dengan penelitian ini terutama untuk metode eksperimen, kreativitas dan gender. Dengan demikian penelitian diatas mendukung penelitian ini. Penelitian ini menekankan pada Metode Eksperimen Dalam Pengaruhnya Terhadap Kreativitas Belajar IPA Siswa Kelas V Berdasarkan Pada Gender Di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. 2.3 Kerangka Berpikir Dalam mata pelajaran IPA identik dengan pembelajaran yang di dalamnya memuat adannya percobaan atau eksperimen secara langsung metode yang dapat digunakan yaitu metode eksperimen. Dalam metode eksperimen siswa akan dilatih untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru, dengan cara melakukan sebuah percobaan atau praktek langsung . Dalam menyelesaikan percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan cara mereka sendiri, hal ini yang dapat menimbulkan kreativitas siswa muncul secara spontan. Antara siswa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan cara dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kreativitas ini tidak hanya dilihat selama proses pembelajaran berlangsung akan tetapi, kreativitas ini dilihat juga nanti setelah diadakan evaluasi berdasarkan pada percobaan yang dilakukan. Kreativitas ini dirumuskan dengan gender yaitu siswa laki-laki dan perempuan serta metode pembelajaran yaitu metode konvensional dan metode eksperimen. Sesuai dengan tabel di bawah ini. 33 Tabel 2.2. Data Kreativitas Berdasarkan Metode Pembelajaran dan Gender di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Gender Kreativitas Tahun 2011/2012 Laki-laki (L) Perempuan (P) Pembelajaran Konvensional Ekspeimen (K) (E) KL EL KP EP Tabel 2.2 menunjukkan interaksi variabel y yaitu kreativitas siswa berdasarkan penggunaan metode pembelajaran dan gender. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode konvensional dan metode eksperimen, sedangkan gender yaitu laki-laki dan perempuan. Model kerangka berpikir yang digunakan yaitu 2 kali 2 artinya ada dua macam jenis metode pembelajaran dan ada 2 jenis kelamin. Metode konvensional berinteraksi terhadap laki-laki dan perempuan, metode eksperimen juga berinteraksi terhadap laki-laki dan perempuan. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang nilai kebenarannya masih diuji. Berdasarkan kerangka berpikir diatas dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis I Ho : Tidak Adanya Perbedaan Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Kreativitas Berdasarkan Gender Siswa Kelas V Semester II di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012. Ha : Adanya Perbedaan Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadapa Kreativitas Belajar IPA Berdasarkan Gender Siswa Kelas V Semester II di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012. 34 Hipotesis II Ho : Tidak Adanya Perbedaann Kreativitas Belajar IPA Kelompok Kontrol dan Eksperimen di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012. Ha : Adanya Perbedaan Kreativitas Belajar IPA Kelompok Kontrol dan Eksperimen di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012. Hipotesis III Ho : Tidak Adanya Perbedaan Kreativitas Belajar IPA Antara Siswa Laki-laki dan Perempuan di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012”. Ha : Adanya Perbedaan Kreativitas Belajar IPA Antara Siswa Laki- laki dan Perempuan di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012”.