Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Kreativitas

advertisement
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Metode
Metode atau yang sering disebut juga metoda , berasal dari Bahasa
Yunani “Methodos’’ yang mempunyai arti cara atau jalan yang ditempuh.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Menurut Hamalik (2001) fungsi metode yaitu sebagai alat
untuk mencapai tujuan.
Menurut Sujana (1989) metode pengajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Seorang guru harus bisa memilih
metode mana yang cocok dan sesuai digunakan dalam mengajar dengan
memperhatikan sifat materi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa, sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat betul-betul
dipahami dan dikuasai siswa.
Menurut Sugihartono (2007:81) metode pembelajaran berarti cara
yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil
yang optimal.
Dari pendapat diatas menitik beratkan metode pada cara yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa
yang dimaksud metode pembelajaran adalah keseluruhan cara yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, penggunaan
metode yang tepat akan berpengaruh pada penerimaan materi pembelajaran
oleh siswa.
8
2.1.2 Pengertian Metode Eksperimen (Experimental Method)
Menurut Djamarah (2000) metode eksperimen adalah metode
pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk
dilatih melakukan suatu proses atau eksperimen.
Menurut Roestijah (2001:80) metode eksperimen adalah suatu cara
mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu di sampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Sugihartono (2007:84) metode eksperimen merupakan
metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan pada siswa
untuk melakukan suatu proses atau percobaan.
Metode eksperimen memberi kesempatan pada siswa untuk dapat
melakukan suatu proses percobaan, percobaan nantinya akan berkaitan
dengan materi, materi pada penelitian ini yaitu pesawat sederhana, dimana
siswa nantinya akan mencoba untuk menemukan sendiri apa kegunaan
pesawat sederhana.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
metode eksperimen adalah metode yang memberikan pengalaman belajar
secara langsung pada siswa dimana siswa diberi kesempatan untuk
melakukan suatu percobaan, kemudian melakukan pengamatan pada
percobaan yang dilakukan kemudian melaporkan hasil pengamatannya
tersebut. Metode eksperimen ini dapat mengembangkan fisik, mental dan
emosional siswa yang nantinya dapat menumbuhkan rasa percaya diri,
perilaku yang kreatif dan inovatif.
2.1.3 Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen
Menurut Moedjiono (1991) dalam kegiatan belajar mengajar
penggunaan metode eksperimen bertujuan untuk:
a. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi,
atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap
proses eksperimen.
9
b. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada
hasil eksperimen.
c. Melatih
siswa
merancang,
mempersiapkan,
melaksanakan
dan
melaporkan percobaan.
d. Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan
dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.
Tujuan
dari
dilakukan
pembelajaran
menggunakan
metode
eksperimen dimana siswa dilatih untuk menarik kesimpulan dari fakta hasil
pengamatan maupun fakta dari hasil eksperimen, siswa mampu untuk
melakukan percobaan secara runtut, siswa terbiasa menggunakan logika
induktif dalam menarik kesimpulan.
Menurut
Sumantri (2001) digunakannya metode eksperimen
mempunyai beberapa alasan diantarannya:
a. Metode eksperimen diberikan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek,
menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek,
keadaan atau proses sesuatu.
b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan
ilmiah
Esensi dari metode ekperimen ini yaitu menyajikan bahan pelajaran
melalui percobaan atau mengamati suatu proses. Pengalaman yang
diperoleh adalah menguji sesuatu, menguji hipotesis, menemukan hasil
percobaan dan mengembangkan rasa siswa.
Menurut Sumantri (1998) dalam penggunaan metode eksperimen
agar dapat efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap
siswa.
10
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi
alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati
proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu
diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan
sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen
itu.
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga
masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Agar kegiatan eksperimen dapat
berhasil seorang guru harus
memperhatikan beberapa hal diantaranya jumlah peralatan harus sesuai
dengan jumlah siswa, peralatan yang digunakan harus aman atau tidak
membahayakan siswa, membutuhkan ketelitian dan waktu yang lama,
petunjuk yang diberikan guru harus jelas, tidak semua masalah dapat
dieksperimenkan.
Menurut Fathurrahman (2008:84) hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan kegiatan eksperimen yaitu:
a. Persiapan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan
b. Usahakan siswa terlibat langsung ketika mengikuti kegiatan eksperimen.
c. Sebelum dilakukan kegiatan eksperimen siswa diberi pengarahan tentang
pertunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan
dilakukan.
d. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan
percobaan yang telah direncanakan bila hasil belum memuaskan bisa
diulangi lagi untuk membuktikan kebenaran.
11
e. Setiap individu atau kelompok harus melaporkan hasil secara tertulis.
Dalam melakukan kegiatan perlu diperhatikan beberapa hal
berikut yaitu peralatan harus dipersiapkan terlebih dahulu, siswa ikut
terlibat dalam percobaan, memberi petunjuk yang jelas dalam melakukan
kegiatan eksperimen, apabila hasil penelitian belum memuaskan bisa
diulangi lagi, hasil elsperimen harus dilaporkan secara tertulis.
Dari beberapa pendapat mengenai hal yang harus diperhatikan
pada saat kegiatan eksperiman penulis menyimpulkan bahwa peralatan
harus dipersiapakan terlebih dahulu, petunjuk yang diberikan harus jelas,
waktu yang dibutuhkan lama, dapat dilakukan pengulangan pada
percobaan, siswa melaporkan kegiatan eksperimen.
2.1.4 Prosedur Pelaksanaan Metode Eksperimen
Dalam melaksakan metode eksperimen ini ada beberapa prosedur
atau tata cara yang harus dilakukan. Menurut Roestijah (1989:81) beberapa
prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. Memberi penjelasan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, dan siswa
harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
b. Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan
yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol
dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa.
Bila
perlu
memberi
saran
atau
pertanyaan
yang
menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen.
d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian
siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya
jawab.
Sebelum memulai suatu percobaan hendaknya antara guru dan
siswa sama-sama mengetahui tujuan yang akan dicapai, tujuan ini yang
nantinya akan menjadi patokan berhasil atau tidaknya suatu percobaan.
Selain itu juga siswa harus memahami betul berbagai macam peralatan
12
dan fungsinya dalam percobaan. Dalam melakukan percobaan siswa
memerlukan adanya suatu petunjuk baik itu secara tertulis yang tertuang
dalam LKS maupun secara lisan yang disampaikan oleh guru. Dalam
percobaan ini pengawasan seorang guru menjadi sangat penting sebagai
pemimpin diskusi dan membantu siswa dalam menarik suatu
kesimpulan.
Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam
menggunakan metode eksperimen perlu memperhatikan prosedur atau tata
cara
secara
sistematis
dimulai
dengan
penyampaian
tujuan
dan
permasalahan yang akan dibuktikan, menyiapkan peralatan yang diperlukan,
memberikan pedoman pelaksanaan eksperimen, mengawasi jalannya
eksperimen atau percobaan, serta penarikan kesimpulan dari hasil
percobaan.
2.1.5 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen
Menurut
Sagala
(2005)
dalam
melaksanakan
pembelajaran
menggunakan metode eksperimen ada langkah-langkah yang harus
diperhatikan, diantaranya:
A.
B.
Kegiatan Persiapan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan
metode eksperimen.
b. Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui
eksperimen.
c. Menyiapkan alat, sarana
dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen.
d. Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a. Kegiatan Pembukaan
 Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu
lalu (apersepsi).
 Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita anekdot yang
ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
 Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b. Kegiatan Inti
 Membagi siswa dalam kelompok kecil.
13
 Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan
dipakai dalam eksperimen.
 Guru memberikan contoh cara melakukan percobaan (percobaan
awal).
 Siswa mengamati percobaan yang dilakukan oleh guru.
 Siswa diminta untuk merumuskan hipotesis berdasarkan
pengamatan.
 Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan
LKS yang telah disiapkan guru secara berkelompok (verifikasi).
 Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan.
 Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c. Kegiatan Penutup
 Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
 Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan.
 Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
 Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai
materi eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan
bagi yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode eksperimen ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan
diantarannya kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan eksperimen dan
kegiatan penutup. Dalam penelitian ini kegiatan persiapan nantinya akan
mengacu pada penyampaian tujuan pembelajaran yang merupakan dasar
dilakukan percobaan sesuai dengan materi pesawat sederhana, untuk
kegiatan pelaksanaan eksperimen mengacu pada penyampaian permasalahan
melalui hipotesis awal yang dibuat siswa dan pelaksanaan percobaan untuk
membuktikan hipotesis, serta untuk kegiatan penutup akan mengacu pada
penarikan kesimpulan hasil percobaan.
Adapun langkah-langkah metode eksperimen menurut IGI Grobogan
(2011) sebagai berikut:
a. Menerangkan metode eksperimen.
b. Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang signifikasi atau yang
pantas untuk diangkat.
14
c. Sebelum persiapan alat-alat percobaan, terlebih dahulu guru harus
menjelaskan hal-hal apa saja yang akan dilakukan selama percobaan dan
variabel-variabel apa saja yang akan dikontrol.
d. Setelah eksperimen dilakukan guru harus mengumpulkan laporan,
memproses kegiatan dan melakukan tes untuk menguji siswa.
Dari pendapat IGI Grobogan (2011) esensi dari langkah-langkah
pembelajaran menggunakan metode eksperimen bahwa sebelum memulai
percobaan guru terlebih dahulu harus menjelaskan apa itu metode
eksperimen,
selanjutnya
pemaparan
permasalahan
yang
akan
dieksperimenkan, selanjutnya guru akan menjelaskan langkah-langkah
dalam mealakukan percobaan, kemudian pada tahap akhir guru
harus
mengumpulkan laporan hasil eksperimen yang dilakukan siswa, dan
memberikan tes untuk mengetahui kemampuan siswa.
Pada dasarnya kedua pendapat diatas hampir sama, karena sama-sama
memuat penjelasan permasalahan, petunjuk melakukan eksperimen atau
percobaan, melaksanakan kegiatan eksperimen, sampai pada penarikan
kesimpulan dan pemberian evaluasi atau tes untuk menguji pemahaman
siswa.
Langkah-langkah
pelaksanaan
dengan
menggunakan
metode
eksperimen nantinya akan tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) pada lampiran , yang di dalamnya memuat kegiatan awal, kegiatan
inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) dan kegiatan akhir, sampai pada
pemberian evaluasi.
Dari pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa langkahlangkah
dalam
kegiatan
eksperimen
yaitu
kegiatan
persiapan
(menyampaiakn materi, alat dan bahan percobaan, persiapan LKS), kegiatan
pelaksanaan eksperimen mencakup kegaiatan pembukaan (apersepsi,
motivasi, penyampaian tujuan), kegiatan inti (pembagian kelompok,
melakukan
percobaan
awal,
pengamatan,
merumuskan
hipotesis,
pelaksanaan eskperimen, pelaporan hasil eksperimen), kegiatan penutup
15
(merangkum, manarik kesimpulan, mengadakan evaluasi atau tes, tindak
lanjut).
2.1.6 Kelebihan Metode Eksperimen
Dalam menerapkan metode eksperimen mempunyai beberapa
kelebihan diantaranya (Roestijah, 1989:82):
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih aktif berpikir dan berbuat
untuk dirinya sendiri.
b. Dengan menggunakan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode
ilmiah dalam menghadapi segala masalah.
c. Dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu
pengetahuan siswa
juga
menemukan pengalaman praktis
serta
keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.
d. Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori,
sehingga akan merubah sikap mereka yang tahayul.
Dalam metode percobaan ini anak akan lebih aktif , mampu untuk
menghadapi permasalahan yang ada, mempunyai pengalaman dalam
menggunakan alat percobaan, dan anak akan membuktikan sendiri
kebenaran suatu permasalahan.
Beberapa kelebihan atau keuntungan metode eksperimen menurut
Tim IKIP Surabaya (1981:56-57) diantarannya:
a. Dengan menggunakan metode eksperimen siswa aktif mengambil
bagiannya sendiri artinya siswa tidak hanya melihat orang lain
melakukan percobaan tetapi juga bias ikut melakukan percobaan
tersebut.
b. Dengan metode eksperimen siswa mampu untuk melaksanakan langkahlangkah berpikir ilmiah, menguji hipotesis, mengambil kesimpulan dari
hasil observasi.
Dengan menggunakan metode eksperimen siswa akan terlihat lebih
aktif karena siswa ikut terlibat dalam kegiatan percobaan yang dilakukan
dalam proses pembelajaran, siswa juga mampu untuk berpikir secara ilmiah.
16
Dari beberapa pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
kelebihan metode eksperimen adalah siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran karena siswa melakukan sendiri percobaannya, siswa
mempunyai pengalaman dalam menggunakan alat percobaan, siswa mampu
untuk membuktikan hipotesis dengan menggunakan cara berpikir ilmiah.
2.1.7 Kelemahan Metode Eksperimen
Selain
memiliki
kelebihan
dalam
penggunaannya,
metode
eksperimen juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya Tim IKIP
Surabaya (1981:57):
a. Keterbatasan peralatan
mengakibatkan tidak setiap siswa mendapat
kesempatan untuk mengadakan eksperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Kurangnya persiapan dan pengalaman dari siswa akan menimbulkan
kesulitan di dalam melakukan eksperimen.
Dalam percobaan terkadang peralatan yang diguunakan terbatas atau
sedikit sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mencoba
peralatan, waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan eksperimen cukup
lama, kurang matangnya persiapan yang dilakukan sebelum percobaan akan
menimbulkan kesulitan pada saat percobaan berlangsung.
Menurut Djamarah (2002:95) beberapa kelemahan penggunaan
metode eksperimen yaitu:
a. Metode eksperimen ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan
teknologi.
b. Metode eksperimen memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
c. Metode eksperimen menuntun adanya ketelitian, keuletan, ketabahan.
d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan
kemampuan atau pengendalaian.
17
Dalam melaksanakan metode eksperimen terbatas pada bidang ilmu
sains saja, memerlukan berbagai macam peralatan dan fasilitas yang mahal,
ketelitian dalam percobaan harus diperhatikan, tingkat keberhasilan suatu
percobaan tergantung faktor-faktor kemampuan seseorang.
Berdasarkan paparan mengenai kelemahan metode eksperimen
diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam menggunakan metode
eksperimen memerlukan banyak alat atau perlengkapan, memerlukan waktu
yang lama, memerlukan ketelitian dalam melakukan percobaan agar tidak
terjadi kesalahan dalam penarikan kesimpulan, kurangnya persiapan dan
pengalaman dari guru dan siswa menghambat pelaksanaan eksperimen.
Cara untuk dapat mengatasi beberapa kelemahan dalam metode
eksperimen ada beberapa cara yang harus dilakukan diantaranya (Tim IKIP
Surabaya, 1981:57):
a. Guru harus menerangkann sejelas-jelasnya tujuan pembelajaran dengan
eksperimen.
b. Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen
diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel
yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen.
c. Membantu siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.
d. Meminta
siswa
melaporkan
proses
dan
hasil
eksperimennya,
membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui
kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi.
Dalam mengatasi kelemahan pada metode eksperimen guru harus
mampu untuk menjelaskan tujuan, peralatan yang digunakan, membantu
siswa selama percobaan berlangsung, berdiskusi mengenai hasil eksperimen
Menurut Sagala (2005:221) ada beberapa cara dalam mengatasi
kelemahan metode eksperimen yaitu:
a. Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin
dicapai sehingga mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan
eksperimen.
18
b. Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang
langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam
eksperimen serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu
dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat.
c. Bila perlu guru menolong siswa untuk memperoleh bahan yang
diperlukan.
d. Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir siswa dapat
membanding-bandingkan
hasil
eksperimen
orang
lain
dan
mendiskusikan bila ada perbedaan atau kekeliruan.
Untuk dapat mengatasi kelemahan metode eksperimen terlebih
dahulu tujuan yang ingin dicapai harus dipaparkan secara jelas, langkahlangkah eksperimen harus dibicarakan bersama siswa, menolong siswa
menemukan bahan yang diperlukan, membandingkan hasil penelitian
dengan penelitian orang lain kemudian dibandingkan.
Dari dua pendapat mengenai cara mengatasi metode eksperimen
penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran eksperimen yang
hendak dicapai dalam kegiatan eksperimen harus dipaparkan secara jelas,
langkah-langkah eksperimen juga harus dipaparkan secara jelas, guru
membantu siswa saat melakukan eksperimen, pada akhir kegiatan
eksperimen dilakukan diskusi untuk membandingkan hasil penelitian orang
lain dan untuk mengidentifikasi adanya kesalahan atau kekeliruan dalam
kegiatan eksperimen.
2.1.8 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah sebuah mata
pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD), dan
sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Namun berbeda pada
istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA/SMU) dan
perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas
yang secara khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta.
19
Menurut Depdiknas (2006) ilmu pengetahuan alam berhubungan
dengan cara mencari tahu alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya
pengetahuan pemahaman konsep, fakta dan prinsip tetapi juga merupakan
proses penemuan.
Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk
kepada pendekatan logis untuk mempelajari
alam semesta.
Ilmu
pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode
sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan
masyarakat, ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika.
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin
Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian
berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh
para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa
karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam
dapat berbentuk kuantitas.
Penulis menyimpulkan bahwa IPA adalah mata pelajaran yang
mempelajari alam dan seluruh isinya, IPA identik dengan kegiatan
percobaan yang di dalamnya memuat aspek-aspek perumusan masalah,
perumusan hipotesis, merancang percobaan, pengumpulan data, dan tahap
penyimpulan. Dengan mempelajari mata pelajaran IPA ini siswa
diharapakan mampu untuk mengenal dan memahami kondisi alam semesta
dan isinya secara lebih mendalam, dan siswa juga lebih menjaga kelestarian
alam semesta dan isinya .
20
2.1.9 Tujuan Mata Pelajaran IPA
Dalam kurikulum 2006 mata pelajaran IPA mempunyai beberapa
tujuan yaitu:
a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam semesta
ciptaannya.
b. Mengembangkan pemahaman mengenai berbagai macam gejala alam,
konsep, prinsip yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA , lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
d. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
f. Meningkatkan
kesadaran
untuk
memelihara
alam,
dan
segala
keturunannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Tujuan mata pelajaran IPA secara umum yaitu menciptakan
ketaqwaan terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta, memahami
berbagai macam gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
mengembangkan rasa ingin tahu mengenai pengaruh IPA dengan
lingkungan, menumbuhkan kemampuan berpikir ilmiah, meningkatkan
kesadaran dalam menjaga lingkungan alam, meningkatkan keterampilan
untuk bekal pendidikan ke jenjang selanjutnya. Dalam penelitian ini tujuan
mata pelajaran IPA untuk melatih siswa berpikir dan bertindak secara
ilmiah.
21
2.1.10 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Dalam kurikulum 2006 bahan kajian untuk mata pelajaran IPA di
Sekolah Dasar meliputi beberapa aspek yaitu:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya
Meliputi perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup.
b. Materi dan sifatnya
Meliputi materi benda padat, cair dan gas yang dilihat dari sifat
masing-masing materi.
c. Energi dan perubahannya
Meliputi berbagai macam jenis gaya, gerak, pesawat sedehana, cahaya.
d. Bumi dan alam semesta
Meliputi planet-planet, dan usaha manusia dalam menjaga bumi dan
alam semesta.
Dalam penelitian ini aspek IPA yang digunakan yaitu aspek energi
dan perubahannnya yang terfokus pada pesawat sederhana terutama tuas
atau pengungkit yang didalamnya memuat jenis-jenis pengungkit dan tujuan
penggunaan pengungkit.
2.1.11 Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas mengandung beragam definisi di dalamnya.
Guilford dalam Munandar (1999:20) mengartikan kreativitas sebagai
kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat
kaitannya dengan bakat. Sedangkan Munandar (1999:48) berpendapat
bahwa kreativitas sebagi kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki
berbagai macam jawaban dari suatu persoalan, berpikir divergen merupakan
kemampuan berpikir secara menyebar dimana orang bisa memandang suatu
stimulus bukan dari satu sudut panjang saja tetapi dari berbagai sudut
pandang. Menurut Slameto dalam Aryesnovianto (2004) kreativitas
merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah. Dari tiga pendapat diatas terdapat persamaan bahwa
22
kreativitas melibatkan kemampuan berpikir manusia yang menghasilkan
suatu karya yang baru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas yang melibatkan kemampuan
berpikir manusia secara unik yang menghasilkan suatu karya baru yang
orisinil atau belum pernah ada sebelumnya.
2.1.12 Ciri-ciri Kepribadian Kreatif
Menurut Munandar (1999:34) menyebutkan ciri-ciri kreativitas,
antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Dorongan ingin tahu besar
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
Bebas dalam menyatakan pendapat
Mempunyai rasa keindahan
Menonjol dalam salah satu bidang seni
Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh orang lain
h. Rasa humor tinggi
i. Daya imajinasi kuat
j. Keaslian tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan
sebagainya, dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara
orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain).
k. Dapat bekerja sendiri
l. Senang mencoba hal-hal baru
m. Kemampuan mengembangkan atau memperinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi).
Esensi dari ciri anak kreatif menurut Munandar menunjukkan rasa
ingin tahu yang besar, daya imajinasi tinggi, menyukai humor dan kindahan,
mempunyai banyak gagasan.
Menurut
Treffinger
dalam
Munandar
(2004:35-36)
ciri-ciri
kepribadian kreatif adalah:
a. Terorganisasi dalam tindakan
b. Memilki rencana yang matang dan pemikiran yang matang serta
inovatif.
c. Memiliki tingkat energi, spontanitas, dan petualangan yang luar biasa.
23
d. Memiliki rasa humor yang tinggi
e. Mempunyai kemampuan melihat permasalahan dari berbagai sudut
pandang.
f. Memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep dan
kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
g. Cepat dalam menanggapi masalah orang dewasa seperti politik,
ekonomi, kiriminalitas dan berbagai masalah lain
h. Tertarik pada hal-hal yang rumit dan misterius
Inti dari ciri anak kreatif menurut Treffinger lebih kepada memiliki
rasa humor yang tinggi, mempunyai kemampuan mengembangkan ide
menjadi sebuah khayalan, cepat tanggap terhadap suatu permasalahan.
Berdasarkan pendapat paparan diatas penulis mengambil kesimpulan
bahwa ciri-ciri kepribadian kreatif adalah memiliki daya imajinasi yang
tinggi, memilki rasa humor yang tinggi, mampu memandang dan
menyelesaikan permasalahan dengan cara yang berbeda, memiliki
semangat untuk berkarya tinggi, mempunyai nilai estetis atau keindahan
yang tinggi.
2.1.13 Pengertian Anak Kreatif
Anak kreatif yaitu anak yang mampu memperdayakan pikirannya
untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang
mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak
mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta,
berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original, maka kita dapat
mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif (Suratno, 2005).
Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai
cara seperti bereksplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan
pertanyaan pada orang lain. Suratno (2005) menjelaskan anak kreatif dan
cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan
salah satunya dengan memberikan kegiatan yang dapat mengembangkan
kreativitas anak. Fenomena yang ada selama ini kreativitas yang dimiliki
24
oleh masyarakat pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat diketahui
dengan masih banyaknya orang–orang yang belum mampu menghasilkan
karyanya sendiri, mereka masih meniru karya milik orang lain. Keadaan
tersebut di sebabkan karena kurangnya pengembangan kreativitas sejak
usia awal sekolah.
Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
anak kreatif adalah seseorang anak yang memilki rasa ingin tahu yang
besar, memilki kemampuan untuk dapat menemukan dan memecahkan
suatu masalah dengan cara yang berbeda dengan yang biasannya, dengan
mendapat bimbingan dari orang disekitarnya seperti orangtua dan guru.
2.1.14 Karakteristik Anak Kreatif
Paul Torrance dalam Suratno (2005) menyebutkan karakteristik
tindakan kreatif anak adalah sebagai berikut:
a. Anak kreatif belajar dengan cara-cara kreatif
Dalam proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan
pada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak
memperoleh pengalaman yang berkesan dan menjadikan apa yang
dipelajari anak lebih lama di ingat. Melalui eksperimen, eksplorasi,
manipulasi dan permainan mereka sering mengajukan pertanyaan,
membuat tebakan, dan kemudian mereka menemukan, kadangkala cepat
dan emosional, sementara pada saat yang lain secara diam-diam saja.
Dengan melakukan percobaan atau eksperimen anak akan lebih tertantang
untuk belajar karena anak akan menemukan makna dari suatu
pembelajaran dimana anak akan mencoba suatu hal baru.
b. Anak kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal yang
membutuhkan usaha kreatif
Anak kreatif memiliki rentang perhatian 15 menit lebih lama bahkan
lebih dalam hal mengeksplorasi, bereskperimen, memanipulasi dan
memainkan alat permainanya. Hal ini menunjukan anak yang kreatif tidak
mudah bosan seperti halnya anak yang kurang kreatif. Melalui kegiatan
25
eksperimen ini guru dapat mengidentifikasi anak yang kreatif dilihat dari
cara anak tersebut mampu memecahkan masalah yang ada dalam percobaa
tersebut, yang tentunya cara itu berbeda dari cara yang sudah-sudah.
c. Anak kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan
Anak kreatif muncul sebagai pemimpin bagi kelompoknya karena itu
anak kreatif pada umumnya mampu mengorganisasikan teman-temannya
secara menakjukan. Jika anak mampu mengorganisasikan teman-temannya
maka anak akan memiliki kepercayan diri yang luar biasa. Melalui
kegiatan eksperimen anak belajar mengaitkan ide dan gagasan sebagai
bekal untuk melatih kepercayaan diri anak karena jika anak berhasil
mengaitkan ide atau gagasan maka akan muncul karya-karya yang original
sehingga kepercayaan diri anak akan muncul dan secara tidak langsung
anak termotivasi untuk mengekspresikannya didepan teman-teman.
d. Anak kreatif dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan
melihat dari cara yang berbeda
Anak kreatif merupakan anak yang suka belajar untuk memperoleh
pengalaman. Anak tidak lekas bosan untuk mendapatkan pengalaman yang
sama berkali-kali. Jika pengalaman pertama diperoleh mereka akan
mencoba dengan cara lain sehingga diperoleh pengalaman baru.
Melalui kegiatan eksperimen ini anak akan mampu membuktikan
hasil dari usaha pemecahan masalah dengan cara yang unik.
e. Anak
kreatif
belajar
banyak
melalui
fantasi,
dan
memecahkan
permasalahan dengan menggunakan pengalamannya.
Anak kreatif akan selalu haus dengan pengalaman baru. Pengalaman
yang berkesan akan diperoleh secara langsung melalui eksperimen yang
dilakukan. Anak harus diberi banyak bekal pengalaman melalui
eksperimennya sendiri baik melalui kesenian, musik, drama kreatif atau
cerita, maupun menggunakan bahasa yang mengekspresikan kelucuan,
suasana, atau atmosfir persoalan yang bebas dan dapat diterima oleh anak.
Torrense dalam Bernand (1970) mengemukakan bahwa ciri atau
karakteristik anak adalah sebagai berikut:
26
a. Cenderung memiliki respon yang bebas
b. Cenderung menyampaikan sesuatu secara abstrak
c. Memiliki keinginan yang ideal
d. Suka humor atau bercanda
e. Suka melucu, bersikap santai
f. Menyukai perubahan
g. Tidak malu menyampaikan kebenaran
Karakteristik atau ciri anak yang kreatif cenderung lebih suka
menampilkan sikap bebas, senang akan sesuatu hal yang lucu, senang akan
sesuatu yang abstrak atau masih dalam khayalan.
Berdasarkan
pendapat
diatas
penulis
menyimpulkan
bahwa
karakteristik anak kreatif adalah lebih banyak aktif, memiliki imajinasi
yang tinggi, suka dengan adanya perubahan, pribadi yang asyik karena
suka humor.
2.1.15 Cara Mengukur Kreativitas Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Munandar, untuk menjadi individu kreatif, dibutuhkan
kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal
yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga seorang
anak memiliki banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah
bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin
banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin kreatif si anak.
Berdasarkan ide yang disampaikan penulis bahwa ciri anak kreatif
adalah lebih banyak aktif, memiliki imajinasi yang tinggi, suka dengan
adanya perubahan, pribadi yang asyik karena suka humor. Untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, penulis
menggunakan tes kreativitas verbal. Tes kreativitas verbal dilakukan pada
anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan
kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Adapun unsur
penilaian berpikir kreatif adalah sebagai berikut (Munandar, 2004:88-90):
27
1) Fleksibel
2)
3)
4)
5)
Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda, beragam
dan bervariasi. Dalam unsur berpikir kreatif pada penelitian ini
indikator dari fleksibel meliputi jawaban lebih dari satu, memiliki
banyak gagasan yang unik, mampu menjawab pertanyaan dari
berbagai sudut pandang.
Orisinalitas
Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan
berbeda dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dalam unsur
berpikir kreatif pada penelitian ini indikator dari orisinalitas dalam
penelitian ini yaitu anak mampu menjawab pertanyaan yang berbeda
dari jawaban yang sudah biasa, mampu berimajinasi dengan jawaban
yang dibuat.
Elaborasi
Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu
memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dalam unsur
berpikir kreatif pada penelitian ini indikator dari elaborasi yaitu anak
mampu menjelaskan alasan dari setiap jawaban yang diberikan, anak
mampu mengaitkan jawabannya dengan ilmu lain atau dalam
kehidupan sehari-hari, anak mampu mencari saran dalam
permasalahan atau pertanyaan yang diajukan.
Keterampilan Memperinci
Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk, serta menambah atau memperinci detail-detail dari suatu
objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Dalam
hal ini anak dilatih untuk mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan masalah. Dalam unsur berpikir kreatif pada
penelitian ini indikator dari keterampilan memperinci anak mampu
untuk mendeskripsikan suatau objek, anak juga mampu
mengembangkan jawaban secara lebih mendalam, anak mencari solusi
dari permasalahan yang diberikan.
Keterampilan menilai atau mengevaluasi
Dalam hal mengevaluasi anak diminta untuk menentukan
patokan penilaiannya sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan
benar. Sehingga anak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan
terhadap situasi yang terbuka. Dalam unsur berpikir kreatif pada
penelitian ini indikator dari keterampilan menilai anak mampu untuk
menentukan tingkat kebenaran dari jawaban yang diberikan.
Unsur penilaian berpikir kreatif mencakup fleksibel, orisinalitas,
elaborasi, keterampilan memperinci, dan keterampilan menilai. Dalam
penelitian kelima unsur penilaian tersebut akan digunakan semua dalam
mengukur seberapa besar tingkat kreativitas seorang anak. Kelima unsur
ini akan menjadi patokan dalam menilai.
28
2.1.16 Pengertian Gender
Pengertian gender sering disalah artikan dengan jenis kelamin,
gender sering disamakan dengan sex (kelamin laki-laki dan perempuan)
hal ini disebabkan karena pembagian peran dan tanggung jawab terhadap
laki-laki dan perempuan telah berjalan bertahun-tahun sehingga sulit
dibedakan pengertian antara gender dan jenis kelamin.
Menurut Women Studies Ensiklopedia dalam Junaidi Blogspot
(2010) gender adalah suatu konsep kultural berupaya membuat perbedaan
(distriction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik
emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat. Sedangkan jenis kelamin menurut Fakih (1996:8) adalah
pensifatan atau pembagian jenis kelamin manusia yang ditentukan secara
biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Menurut Annisa dalam Junaidi Blogspot (2010) gender lebih
mengacu pada dimensi sosial budaya seorang laki-laki dan perempuan
yang menghasilkan suatu peran serta harapan yang menetapkan bagaimana
seharusnya laki-laki berpikir, perperilaku dan berperasaan.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia dalam Junaidi Blogspot (2010)
gender merupakan aspek hubungan sosial yang dikaitkan dengan
diferensiasi seksual pada manusia.
Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan yang
dimaksud dengan gender adalah pembedaan peran dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan bersifat sosial budaya yang didefinisikan
berdasarkan ciri-ciri fisik secara biologis. Pengertian gender yang akan
diangkat dalam penelitian ini lebih mengarah pada gender secara fisik saja
yaitu membedakan laki-laki dan perempuan.
2.1.17 Kesetraan Gender Dalam Pendidikan
Sesuai dengan pasal 31 UUD 1945 menjelaskan, setiap warga negara
berhak mendapat pengajaran. Di sana tampak jelas adanya kesetaraan
gender untuk memperoleh pendidikan, dimana dalam pendidikan
29
memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk
mencapai potensi dalam belajar.
Berdasarkan Sisdiknas no.20 tahun 2003 dan Renstra Depdiknas
2005-2009 serta tujuan pendidikan untuk 2015 yaitu:
1. Tujuan 2 : Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak,
khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan yang sulit dan
mereka yang termasuk etnik minoritas, mempunyai akses pada dan
menyelesaikan pendidikan dasar yang wajib dengan kualitas yang
baik.
2. Tujuan 5: penghapusan kesenjangan gender pada pendidikan dasar dan
menengah pada tahun 2005 dan mencapai kesetaraan gender dalam
pendidikan pada tahun 2015 dengan fokus pada kepastian sepenuhnya
bagi anak perempuan pada akses dalam memperoleh pendidikan dasar
yg bermutu.
Menurut kesimpulan penulis kesamaan gender dalam dunia
pendidikan mengandung arti bahwa setiap manusia baik laki-laki dan
perempuan berhak untuk memperoleh pendidikan, jadi tidak ada
pembedaan pemberian pendidikan pada laki-laki dan perempuan, jadi
porsi pendidikan untuk laki-laki dan perempuan adalah sama.
2.1.18 Perbedaan Gender dan Prestasi Di kelas
Kelas merupakan tempat dimana anak belajar berperilaku yang
sesuai untuk anak laki-laki dan perempuan. Pembedaan perlakuan anak
laki-laki dan perempuan menimbulkan ketimpangan gender sehingga akan
menghalangi mereka untuk menemukan jati diri dan menggangu persiapan
mereka untuk masa depan. Menurut Gallagher dalam Sugihartono
(2007:37) laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan dalam
perkembangan fisik, emosional dan intelektual. Perbedaan gender dalam
beberapa aspek terkait dengan kemampuan akademik dan sekolah terlihat
pada tabel berikut.
30
Tabel 2.1. Perbedaan Gender dalam Kemampuan Akademik dan Sekolah
Menurut Elliot
Karakteristik
Perbedaan Gender
Perbedaan Fisik
Meskipun sebagian besar perempuan
matang lebih cepat dibanding laki-laki,
laki-laki lebih besar dan kuat
Sains
Perbedaan
gender
terlihat
lebih
meningkat,
perempuan
mengalami
kemunduran sementara prestasi laki-laki
meningkat
Sumber: Elliot dalam Sugihartono (2007:38)
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan
mempunyai perbedaan fisik secara mencolok yakni laki-laki lebih kuat
dari pada perempuan meskipun kematangan perempuan lebih cepat
dibanding laki-laki. Dari mata pelajaran sains terlihat bahwa prestasi siswa
laki-laki meningkat dibanding dengan prestasi siswa perempuan yang
menurun.
Dari paparan yang telah disampaikan diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa dalam perbedaan gender (laki-laki dan perempuan)
secara fisik laki-laki lebih kuat. Di dalam kelas dalam pembelajaran sains
prestasi laki-laki lebih meningkat.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gimin dalam
Digilib.UNS.ac.id (2011) yang berjudul “Perbedaan Pegaruh Metode
Pembelajaran Eksperimen Model SEQIP Dan Konvensional Terhadap Hasil
Belajar IPA Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V
SD Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ” menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang singnifikan antara pembelajaran metode eksperimen
model SEQIP terhadap kreativitas belajar hal ini terbukti dengan F hitung > F
tabel atau 5,18 > 4,02. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Gimin
(2011) penggunaan metode eksperimen model SEQIP dalam
31
pembelajaran IPA dapat dikatakan mempunyai pengaruh terhadap kreativitas
karena f hitung lebih besar daripada f tabel, f hitung artinya temuan hasil
penelitian dan f tabel artinya patokan jadi hasil penelitiannya lebih
berpengaruh daripada patokannnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Risna Podungge
(2010:199) berjudul
Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Jenis Kelamin
Terhadap Motivasi Belajar Penjasorkes Materi Atletik Nomor Lompat Jauh Di
Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara metode
pembelajaran dengan jenis kelamin hal ini terbukti dengan oleh nilai F hitung
sebesar 3,034 < F tabel sebesar 3,94 artinya f hitung atau hasil penelitian yang
diperoleh lebih kecil daripada patokannya. Berdasarkan penelitian
yang
dilakukan oleh Risna Podungge (2010) penggunaan metode pembelajaran
dengan jenis kelamin siswa laki-laki dan perempuan tidak saling memberi
pengaruh.
Berdasarkan skripsi Melly (2008:52) yang berjudul Hubungan Antara
Kreativitas Dan Stress Pada Mahasiswa Tahun Pertama Jurusan Arsitektur
Dengan Variasi Jenis Kelamin, Asal SMA dan Usia yang menyimpulkan
bahwa tidak perbedaan yang signifikan antara kelompok jenis kelamin lakilaki dan perempuan dalam skor kreativitas dibuktikan dengan angka sig
sebesar 0,356 (p>0,05). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melly
(2008) perbedaan jenis kelamin tidak diikuti perbedaan signifikan skor
kreativitas
Skripsi yang dilakukan oleh Gimin mengkaji tentang penggunaan
metode eksperimen model SEQIP yang fokus pada kreativitas belajar. Skripsi
yang dilakukan oleh Risna Podungge fokus pada penggunaan metode
pembelajaran pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Skripsi yang
dilakukan oleh Melly mengkaji tentang kreativitas pada jenis kelamin laki-laki
dan perempuan
Penelitian diatas memiliki fokus kajian masing-masing mengenai
metode eksperimen model SEQIP dengan kreativitas, penggunaan metode
pembelajaran dengan jenis kelamin, dan juga kreativitas dengan jenis kelamin
32
akan tetapi penelitian diatas sudah mewakili kajian dari penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis.
Berdasarkan tiga penelitian yang dilakukan Gimin (2011), Risna
Pondungge (2010) dan Melly (2008)
berhubungan dengan penelitian ini
terutama untuk metode eksperimen, kreativitas dan gender. Dengan demikian
penelitian diatas mendukung penelitian ini. Penelitian ini menekankan pada
Metode Eksperimen Dalam Pengaruhnya Terhadap Kreativitas Belajar IPA
Siswa Kelas V Berdasarkan Pada Gender Di Gugus Bendera Kecamatan
Kaloran Kabupaten Temanggung.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam mata pelajaran IPA identik dengan pembelajaran yang di
dalamnya memuat adannya percobaan atau eksperimen secara langsung
metode yang dapat digunakan yaitu metode eksperimen. Dalam metode
eksperimen siswa akan dilatih untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan
yang diberikan oleh guru, dengan cara melakukan sebuah percobaan atau
praktek langsung . Dalam menyelesaikan percobaan ini siswa diberi
kesempatan untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan cara mereka
sendiri, hal ini yang dapat menimbulkan kreativitas siswa muncul secara
spontan. Antara siswa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan cara
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kreativitas ini tidak hanya dilihat
selama proses pembelajaran berlangsung akan tetapi, kreativitas ini dilihat
juga nanti setelah diadakan evaluasi berdasarkan pada percobaan yang
dilakukan. Kreativitas ini dirumuskan dengan gender yaitu siswa laki-laki dan
perempuan serta metode pembelajaran yaitu metode konvensional dan metode
eksperimen. Sesuai dengan tabel di bawah ini.
33
Tabel 2.2. Data Kreativitas Berdasarkan Metode Pembelajaran dan Gender di
Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung
Gender
Kreativitas
Tahun 2011/2012
Laki-laki (L)
Perempuan (P)
Pembelajaran
Konvensional
Ekspeimen
(K)
(E)
KL
EL
KP
EP
Tabel 2.2 menunjukkan interaksi variabel y yaitu kreativitas siswa
berdasarkan penggunaan metode pembelajaran dan gender. Metode
pembelajaran yang digunakan yaitu metode konvensional dan metode
eksperimen, sedangkan gender yaitu laki-laki dan perempuan. Model
kerangka berpikir yang digunakan yaitu 2 kali 2 artinya ada dua macam jenis
metode pembelajaran dan ada 2 jenis kelamin. Metode konvensional
berinteraksi terhadap laki-laki dan perempuan, metode eksperimen juga
berinteraksi terhadap laki-laki dan perempuan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan
jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan dugaan
sementara yang nilai kebenarannya masih diuji. Berdasarkan kerangka
berpikir diatas dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis I
 Ho
: Tidak Adanya Perbedaan Pengaruh Penggunaan Metode
Eksperimen Terhadap Kreativitas Berdasarkan Gender Siswa Kelas V
Semester II di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012.
Ha
: Adanya Perbedaan Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen
Terhadapa Kreativitas Belajar IPA Berdasarkan Gender Siswa Kelas V
Semester II di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012.
34
Hipotesis II
 Ho
: Tidak Adanya Perbedaann Kreativitas Belajar IPA Kelompok
Kontrol dan Eksperimen di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012.
Ha
: Adanya Perbedaan Kreativitas Belajar IPA Kelompok Kontrol
dan Eksperimen di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012.
Hipotesis III
 Ho
: Tidak Adanya Perbedaan Kreativitas Belajar IPA Antara Siswa
Laki-laki dan Perempuan di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012”.
 Ha
: Adanya Perbedaan Kreativitas Belajar IPA Antara Siswa Laki-
laki dan Perempuan di Gugus Bendera Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung Tahun Pelajaran 2011 /2012”.
Download