satrio oktafianto

advertisement
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI
PADA YAYASAN KELUARGA DAN PROFESIONAL
(Studi Komparasi : Yayasan Hayatan Thoyyibah
dan Daarul Ummat di Pamulang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
disusun oleh:
Satrio Oktavianto
NIM: 1112051000051
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/ 2016 M
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI
PADA YAYASAN KELUARGA DAN PROFESIONAL
(Studi Komparasi : Yayasan Hayatan Thoyyibah
dan Daarul Ummat di Pamulang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Satrio Oktavianto
NIM: 1112051000051
akaria.MA
IP: 197208072003121003
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 B/2016 M
LEMBAR PERi\YATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(Sl) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah J akarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
ini
saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
OrN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini
bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (JrN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni2016
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA YAYASAN
KELUARGA DAN PROFESIONAL (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan
Thoyyibah Dan Yayasan Daarul Ummat di Pamulang) oleh: Satrio Oktavianto
NIM: 1112051000051, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17
Juni 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada program studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta, 17 Juni 2016
Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekertaris
.Dedi Fahrudin, M. IKom
NIP:197912082014111001
Anggota,
Penguji II
Penguji I
Siti Nurbaya, M.Si
NIP:197908232009122002
Drs. Jumroni, M.Si
NIP:196305151992031006
Pembimbing
Zakaria, MA
NIP: 197208072003121003
ABSTRAK
Satrio Oktavianto (1112051000051)
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA YAYASAN KELUARGA DAN
PROFESIONAL (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Thoyyibah Dan Daarul
Ummat di Pamulang)
Yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat adalah yayasan
kemanusiaan yang menaungi anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu.
Sama seperti yayasan pada umumnya, kedua yayasan tersebut juga memiliki
organisasi kepengurusan di dalamnya. Proses komunikasi di dalam sebuah
organisasi sangat diperlukan demi tercapainya tujuan organisasi, dari proses
komunikasi itulah maka diperlukan sebuah pola komunikasi organisasi yang
membuat proses komunikasi lebih efektif.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan dari tulisan ini adalah untuk
menjaawab pertanyaan mayor dan minor. Adapaun pertanyaan mayornya adalah
bagaimana pola komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah dan
yayasan Daarul Ummat? Kemudian pertanyaan minornya adalah apa persamaan
dan perbedaan pola komunikasi organisasi dalam kepengurusan yayasan Hayatan
Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat? Dan apa faktor penghambat dan
pendorong komunikasi organisasi dalam kepengurusan yayasan Hayatan
Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat?
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan menggunakan varian pendekatan studi komparatif. Teknik
pengumpulan datanya adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Waktu penelitian dimulai dari bulan April hingga bulan Juni 2016.
Teori yang digunakan adalah teori pola komunikasi organisasi Joseph A.
Devito, dalam teori tersebut terdapat lima pola dalam komunikasi organisasi yaitu
pola lingkaran, pola roda, pola Y, pola rantai dan yang terkahir yaitu pola bintang.
Pola komunikasi organisasi yang berjalan di yayasan Hayatan Thoyyibah
adalah pola bintang dan pola Y, sementara di yayasan Daarul Ummat semua pola
terlihat. Tetapi pola yg paling dominan terbentuk dalam proses komunikasi adalah
adalah pola bintang. Persamaan pola komunikasi organisasi terletak pada pola
komunikasi yang dominan digunakan yaitu bintang. Sedangkan perbedaannya
terletak pada proses komunikasi antar anggota dan sistem organisasi dimana
yayasan Hayatan Thoyyibah menggunakan sistem terbuka sedangkan Daarul
Ummat menggunakan sistem tertutup. Faktor penghambat komunikasi organisasi
di yayasan Hayatan Thoyyibah yaitu kurangnya waktu yang menyebabkan
rendahnya intestitas komunikasi para anggota, lalu faktor pendorongnya adalah
proses komunikasi yang informal dan latar belakang anggota pengurus yayasan
yang merupakan keluarga. Sementara di yayasan Daarul Ummat yang menjadi
faktor penghambat adalah latar belakang anggota pengurus yang bukan
merupakan keluarga dalam proses komunikasi dan tidak adanya tahapan khusus
dalam komunikasi vertikal. Sementara faktor pendorongnya adalah pemimpin
organisasi yang tidak mendominasi dan menyamaratakan posisinya dengan
anggota lain sehingga para anggota merasa nyaman.
Kata Kunci: Komunikasi, organisasi, yayasan dan pola.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirrabbil’alamiin... Tiada untaian kata yang pantas terucap dari
lisan penulis selain puji serta syukur kehadirat Allah swt atas segala rahmat serta
limpahan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada sang
pemimpin tauladan yakni Rasullullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya yang memilih jalan perjuangannya hingga hari akhir.
Penyusunan skripsi ini penulis lalui dengan berbagai hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil dari
berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Suparto, Phd selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Roudhonah,
MA selaku Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum dan Dr. Suhaemi,
MA selaku Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan.
4. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Zakaria, MA selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih atas
bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
ii
6. Drs. S. Hamdani, MA selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih
atas bimbingannya selama saya menjadi mahasiswa di UIN Syarif
Hidayatullah.
7. Capt. H. Haris Maulana selaku ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah,
terima terimakasih atas waktu dan data-data yang sudah diberikan untuk
keperluan skripsi ini.
8. Jumi Kurniawati selaku ketua asrama yayasan Daarul Ummat, terima
terimakasih atas waktu dan data-data yang sudah diberikan untuk
keperluan skripsi ini.
9. Bapak dan ibu pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta yang telah memberikan
pelayanan yang baik serta memudahkan penulis dalam mencari referensi
untuk keperluan skripsi ini.
10. Bapak dan mama atas segala motivasi, bantuan yang bersifat moril
maupun materil, dan berbagai kebutuhan yang telah dipenuhi.
11. Teman teman KPI B. Terimakasih atas solidaritas dan pengertiannya
selama kuliah dari awal sampai kita bisa lulus.
12. Teman teman KKN Heart yang turut mewarnai perjalanan kuliah penulis.
13. Axel, Ilham, Petra, Ojan, Renand, Bayu, Reggy, Annisa, Tanti, Cut dan
khsususnya Indriza yang sering membantu mencari data untuk skripsi ini,
terimaksih atas bantuan dan support kalian semua.
Semoga bantuan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap
iii
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Amin Ya Rabbal’alamiin...
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................
10
D. Tinajuan pustaka .................................................................. 11
BAB II
E.
Metodologi penelitian .......................................................... 11
F.
Sistematika Penulisan .......................................................... 14
KERANGKA TEORITIS
A.
Pola Komunikasi Organisasi ............................................... 16
1. Pengertian Komunikasi Organisasi ................................. 16
2. Fungsi Komunikasi Organisasi ....................................... 18
3. Pola Komunikasi Organisasi ........................................... 19
B.
Yayasan .............................................................................. 21
1. PengertianYayasan........................................................ 21
2. Syarat Pendirian Yayasan ............................................. 23
3. Organ-Organ Yayasan .................................................. 23
C.
Studi Komparasi .................................................................. 32
D. Sistem Organisasi Terbuka dan Tertutup ............................. 35
BAB III
GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM YAYASAN
HAYATAN THOYYIBAH DAN YAYASAN DAARUL UMMAT
A.
Yayasan Hayatan Thoyyibah ............................................... 41
1. Sejarah yayasan Hayatan Thoyyibah ............................ 41
2. Visi dan Misi ............................................................... 43
v
3. ProgramKegiatan ......................................................... 44
4. ProfilPendiriYayasan ................................................... 45
5. StrukturOrganisasi ....................................................... 46
B.
Yayasan Daarul Ummat..................................................... 47
1. Sejarah yayasan Daarul Ummat ................................... 47
2. Legalitas ...................................................................... 48
3. VisidanMisi ................................................................. 49
4. ProgramKerja .............................................................. 50
5. Sasaran ........................................................................ 50
6. Profil Pendiri Yayasan ................................................. 51
7. StrukturOrganisasi ....................................................... 52
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL ANALISIS
A.
Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah
dan Yayasan Daarul Ummat .............................................. 53
1. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan
Thoyyibah .................................................................... 53
2. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Daarul
Ummat. .............................................................................. 63
B.
Persamaan dan Perbedaan Pola Komunikasi di yayasan
Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat ............... 70
C.
Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi
di Yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul
Ummat .............................................................................. 75
1. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi
di yayasan Hayatan Thoyyibah ..................................... 75
2. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi
di yayasan Daarul Ummat ............................................ 80
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ....................................................................... 91
B.
Saran ................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pertumbuhan yayasan di Indonesia semakin pesat, baik
itu di kota-kota besar maupun di daerah. Terlebih lagi setelah yayasan di
naungi hukum dari pemerintah berupa undang-undang, masyarakat
semakin yakin dan merasa terjamin untuk mendirikan yayasan. Yayasanyasasan itu didirikan dengan tujuannya masing-masing sesuai dengan
bidang yang digeluti yayasan tersebut baik yang bersifat profit maupun
non profit.
Tidak terkecuali yayasan-yayasan keagaaman yang menaungi
anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Banyak masyarakat yang mendirikan
yayasan yatim piatu sederhana di lokasi yang strategis agar mudah
diakses. Tujuan utama para pendiri yayasan tersebut adalah untuk
membantu sesama umat muslim seperti yang diperintahkan dalam surat alHujurat ayat 10:
‫ون‬
َ َّ ‫ون إخ َْو ٌة فَأَ ْص ِل ُحوإ ب َ ْ َْي َأخ ََو ْي ُ ُْك ۚ َوإت َّ ُقوإ‬
َ ‫إَّلل لَ َعل َّ ُ ُْك تُ ْر َ َُح‬
َ ‫إن َّ َما إلْ ُم ْؤ ِم ُن‬
ِ
ِ
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu,
damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada
Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.”1
1
QS al-Hujurat [49]: 10.
1
Sebagai umat Islam kita juga diperintahkan untuk memuliakan
anak yatim, seperti dalam surat al-Maun ayat 1-3:
‫﴾ َو ََل َ َُي ُّض عَ َ َٰل َط َعا ِم‬٢﴿ ‫﴾ فَ َ َٰذ ِ َِل َّ ِإَّلي يَدُ ُّع إلْ َيتِ َمي‬١﴿ ‫َأ َر َأيْ َت َّ ِإَّلي ُي َك ِِّذ ُب ِِب ِّ ِل ِين‬
﴾٣﴿ ِ‫إلْ ِم ْس ِكْي‬
“Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan agama? (1) Itulah orang
yang menghardik anak yatim (2) dan tidak menganjurkan memberi makan
fakir miskin (3)”2
Yayasan yang menaungi anak yatim sendiri di Pamulang hingga
bulan Juni 2016 berjumlah 11 yayasan. Dalam penelitian ini penulis
mencari tau karakteristik yayasan-yaysan tersebut kemudian penulis
memilih dua dari keseluruhan yayasan itu sesuai dengan kriteria yang
penulis inginkan seperti memiliki struktur organisasi yang lengkap,
memiliki visi-misi dan program-program yang jelas, memiliki legalitas
yang lengkap sebagai sebuah yayasan resmi dan dari kedua yayasan yang
penulis pilih harus sebanding antara satu yayasan dengan yayasan lainya
yang didalamnya terdapat satu yayasan berlatar keluarga dan satu lainnya
adalah yayasan profesional untuk kemudian penulis komparasikan.
Salah satu yayasan yang penulis pilih adalah yayasan Hayatan
Thoyyibah, yayasan Hayatan Thoyyibah adalah sebuah yayasan yang
berlokasi di Jl. Dr. Setia budi no.49 Pamulang, Tangerang Selatan.
Yayasan ini bergerak di bidang sosial kemanusiaan khususnya anak-anak
dengan berlandaskan asas-asas agama Islam.
2
QS. al-Maun [107]: 1-3.
2
Berawal dari keprihatinan bahwa masih banyak masyarakat yang
kurang beruntung yang hidup dibawah garis kemiskinan sehingga mereka
tidak bisa membiayai pendidikan bagi anak-anaknya yang merupakan
generasi penerus bangsa, maka dari situlah pada tahun 1993 bapak H.
Bahruddin bersama-sama dengan
ibu-ibu pengajian dari kompleks
perumahan Pamulang Permai mulai bergerak menghimpun para donatur
untuk melakukan kegiatan santunan dan orang tua asuh, yang bertujuan
memberikan bantuan santunan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan
kaum dhuafa agar mereka bisa mengenyam pendidikan disekolah, seperti
anak-anak lain pada umunya.
Pada tanggal 20 Februari 2013 bapak H. Aris yang merupakan
anak dari bapak H. Bahruddin mendirikan secara resmi yayasan Hayatan
Thoyyibah berdasarkan akte notaris dan disahkan oleh Kementrian Hukum
dan HAM melalui surat pengesahan dengan nomor : AHU-4208.01.04
tahun 2013. Tindakan meresmikan yayasan Hayatan Thoyyibah secara
hukum tersebut didasari karena semakin berkembangnya masyarakat dan
bertambahnya anak asuh serta banyaknya gagasan-gagasan yang muncul
untuk menyejahterakan anak-anak asuh tersebut baik dari segi finansial
maupu mental.
Yayasan Hayatan Thoyyibah dikelola oleh keluarga di dalam
kepengurusannya. Sampai saat ini Yayasan Hayatan Thoyyibah sudah
mempunyai beberapa produk dan kegiatan rutin diantaranya Saung Ilmu,
santunan anak yatim dan dhuafa, pengajian al-quran dan as-sunnah dan
menerbitkan buku dan bacaan dakwah yang mengedukasi masyarakat.
3
Rumah Yatim dan Dhuafa Daarul Ummat adalah sebuah yayasan
yang menaungi anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu.
Yayasan ini pertama kali berdiri di jalan Pajajaran Bambu Apus Timur,
Pamulang yang didirikan oleh bapak H. Ruchiyat yang dibantu oleh
penanggung jawab bapak Aforisma Mulaudin S.Kom serta bapak
Abdullah dan Ustad Azhar Said.
Yayasan ini pada awalnya berdiri dengan sistem non panti pada
tahun 2011 yaitu hanya menyalurkan bantuan sumbangan pendidikan
untuk anak yatim dan dhuafa yang kurang mampu yang ada di berbagai
daerah di Indonesia. Akhirnya pada 9 juni 2015 bapak H. Ruchyat di bantu
oleh ketiga rekannya didirikanlah sebuah panti asuhan yatim yang dibuat
untuk tempat tinggal yang layak bagi anak yatim yang kurang mampu
yang berlokasi di Bambu Apus Timur, Pamulang, di bawah tanggung
jawab yayasan Daarul Ummat yang tercatat di Surat Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU0008099.AH.01.04 tahun 2015.
Berbeda dengan yayasan sebelumnya yaitu yayasan Hayatan
Thoyyibah, yayasan Daarul Ummat ini dalam kepengurusannya tidak
kelola oleh keluarga tetapi melibatkan orang dari luar untuk membantu
mengembangkan
yayasan
tersebut.
Struktur
organisasi
dalam
kepengurusan kedua yayasan tersebut memiliki struktur dan fungsi yang
sama, yang berbeda hanyalah hubungan di antara orang-orang yang berada
di dalam kepengurusan yayasan tersebut.
4
Perkembangan sebuah yayasan ataupun organisasi tidak luput dari
kepengurusan yang ada di dalam yayasan tersebut. Struktur organisasi
kepengurusan tersebut dibuat untuk menjalankan proses komunikasi
organisasi yang bertujuan untuk melancarkan proses komunikasi antar
pengurus yayasan tersebut yang kemudian dapat berdampak baik pada
perkembangan yayasan.
Persepsi Katz dan Khan mengatakan bahwa komunikasi organisasi
merupakan arus informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi
menurut katz dan khan organisasi adalah sebagai auatu sistem terbuka
yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini
menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk
atau servis ini kepada lingkungan3.
Sedangkan R. Wayne Pace dan Done F. Faules mengemukakan
definisi komunikasi organisasi dari dua perspektif yang berbeda. Pertama,
perspektif tradisional (fungsional dan objektif) mendefinisikan komunikasi
organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Kedua,
perspektif interpretif (subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai
proses penciptaan makna atas interaksi. 4
Joseph A. Devito menyebutkan bahwa di dalam komunikasi
organisasi terdapat pola-pola komunikasi yaitu pola lingkaran dimana
dalam organisasi tidak memiliki pemimpin dan setiap anggota bisa
3
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kempemimpian, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
1994), h. 11.
4
R Wayne dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 31-33.
5
berkomunikasi dengan dua anggota lain yang berada di sisinya, pola roda
yaitu pemimpin berada dipusat dan jika anggota ingin berkomunikasi
dengan anggota lain maka pesannya harus melalui pemimpin, pola Y yaitu
anggota dapat mengirim dan menerima pesan dari dua anggota lainnya,
dan ketiga anggota lainnya hanya berkomunikasi dengan satu orang
lainnya, pola rantai yaitu dimana anggota yang berada diujung hanya bisa
berkomunikasi dengan satu orang saja dan yang terkahir pola bintang
yaitu semua anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lainnya. 5
Sebuah organisasi atau perusahaan yang dikelola oleh keluarga
ataupun non keluarga pasti memiliki perbedaan dan kelebihan serta
kekurangan dalam proses komunikasi di dalam kepengurusannya. Dari
beberapa data disebutkan bahwa sebuah perusahaan atau organisasi yang
dikelola oleh keluarga pada umumnya lebih banyak memiliki masalah dan
rintangan untuk berkembang, dibandingkan dengan perusahaan publik
tetapi ada juga yang mengatakan sebaliknya yaitu perusahaan publik lebih
susah untuk dikembangkan.
Misalnya munculnya confusing organization, organisasi yang
membingungkan karena distribusi power anggota keluarga yang tidak
sesuai struktur organisasi yang ada dan berakibat pada pengambilan
keputusan. Dominasi keluarga acap pula menimbulkan alasan yang tidak
berada dalam logika bisnis (family reason over business logic) dalam
pengambilan keputusan bisnis. Juga munculnya sindrom anak manja
5
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group, 2011) h. 383-384.
6
(spoiled child syndrome), yang berupa toleransi terhadap anggota keluarga
yang tidak kompeten. 6
Selanjutnya dalam pembagian keuntungan juga dapat menjadi
masalah tersendiri dalam perusahaan atau yayasan yang dikelola oleh
keluarga terlepas dari perusahaan tersebut adalah perusahaan profit
ataupun non profit. Di dalam perusahaan atau yayasan profesional
pembagian keuntungan atau gaji diberikan sesuai kesepakatan tertulis dan
tidak bisa berubah dengan alasan apapun, tetapi di dalam perusahaan atau
yayasan keluarga pembagian keuntungan tidak memiliki ketetapan khusus
yang tertulis sehingga hal tersebut dapat menjadi masalah bagi
perkembangan perusahaan.
Sejalan dengan hal tersebut Manfred Kets de Vries (1993), seorang
ahli psikologi juga menjelaskan mengenai kelemahan dari usaha keluarga,
sebagai berikut: 1) Akses terhadap pasar modal kecil, 2) Struktur
perusahaan tidak teratur, 3) Pembagian tugas yang kurang jelas, 4) Lebih
mementingkan sanak saudara dalam memberikan jabatan, 5) Adanya
"Spoiled Kid Syndrome", 6) Potensi perselisihan intern, 7) Ketegangan
financial. 7
Namun disisi lain menurut John L.Ward perusahaan atau
organisasi yang dikelola oelh keluarga juga mempunyai beberapa
keunggulan yaitu biroksrasi kecil, lebih fleksible dengan mengedepankan
Corporate Governance dan sistem akuntabilitas, jelasnya sistem tanggung
6
http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/budayaperusahaan-keluarga diakses pada 17-4-2016 pukul 19:05.
7
http://www.ciputra-uceo.net/blog/2013/12/16/bagaimana-jika-usaha-dikelola-olehkeluarga diakses pada 17-4-2016 pukul 19:10.
7
jawab, adanya kemauan untuk menginvestasikan kembali profit sesuai
dengan kesepakatam bersama untuk mengembangkan perusahaan, budaya
keluarga merupakan suatu kebangsaan tersendiri yang menunjukkan
adanya stabilitas, identifikasi, motivasi dan komitmen yang kuat serta
kontinuitas dalam kepemimpinan, bingginya tingkat kemandirian tindakan
(independence of action), karena tidak ada tekanan pasar bursa.8
Terlepas dari keunggulan perusahaan keluarga tersebut, terdapat
pula kelemahan-kelemahan perusahaan atau organiasi yang dikelola oleh
keluarga. Untuk mengatasi masalah-masalah yang disebutkan di atas tentu
tidak terlepas dari proses komunikasi organisasi yang berjalan di dalam
kepengurusan perusahaan atau yayasan baik itu yayasan keluarga maupun
profesional. Oleh karena itu pola-pola komunikasi yang disebutkan oleh
Devito dalam teorinya tersebut harus tetap berjalan dengan baik di dalam
sebuah organisasi agar sebuah organisasi tersebut dapat terus berkembang.
Sama hal nya dengan organisasi kepengurusan yayasan Hayatan
Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat, pola komunikasi tersebut juga
harus berjalan dengan baik, dengan begitu kedua yayasan tersebut dapat
terus berkembang.
Atas dasar latar belakang inilah yang mendorong penulis untuk
mengkaji
dan
meneliti
mengenai
bagaimana
perbandingan
pola
komunikasi organisasi yang di dalam kepengurusan di kelola oleh
keluarga dan profesional. Oleh karena itu penulis mengangkat judul
8
http://www.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB%20II%20Landasan%20Te
ori_09.pdf diakses pada 20-02-2016, pukul 20:50.
8
“POLA
KOMUNIKASI
ORGANISASI
PADA
YAYASAN
KELUARGA DAN PROFESIONAL (Studi Komparasi: Yayasan
Hayatan Thoyyibah Dan Daarul Ummat di Pamulang)”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memperjelas dan memberi arahan yang tepat dalam
pemutusan masalah, maka penulis membatasi penelitian pola
komunikasi organisasi pada yayasan keluarga dan profesional (studi
komparasi: yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat di
Pamulang) hanya pada kepengurusan pusat pada kedua yayasan
tersebut baik itu pola komunikasi vertikal ataupun horizontal yang ada
di dalam kepengurusan kedua yayasan tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pola komunikasi organisasi di yayasan Hayatan
Thoyyibah dan Daarul Ummat?
2. Apa persamaan dan perbedaan pola komunikasi organisasi pada
yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat?
3. Apa faktor penghambat dan pendorong komunikasi organisasi pada
yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi organisasi pada
yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat.
b. Untuk mengetahui apa persamaan dan perbedaan pola komunikasi
organisasi pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat.
c. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendorong
komunikasi organisasi pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan
Daarul Ummat.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat akademik
a. Sebagai sumbangan pemikiran penulis dalam disiplin ilmu
komunikasi khususnya komunikasi organisasi
Manfaat Praktis
a. Sebagai sumbangan penulis terhadap yayasan Hayatan Thoyyibah
dan yayasan Daarul Ummat untuk mengevaluasi pola komunikasi
organisasi yang selama ini sudah berjalan di kedua yayasan
tersebut.
b. Sebagai kontribusi positif untuk dijadikan acuan dalam penelitian
sejenis selanjutnya.
10
D. Tinajuan pustaka
Sebelum penelitian ini dilakukan, ada beberapa orang yang telah
melakukan penelitian dengan judul yang hampir sama dengan penulis
yaitu sebagai berikut:
1. Pola komunikasi organisasi di lembaga kemanusiaan nasional Pos
Kepedulian Umat (PKPU) yang di tulis pada tahun 2014 oleh Maulisa
Sudrajat seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Pola komunikasi organisasi di PT. Arga Bangun Bangsa ESQ
Leadership Center yang di tulis tahun 2013 oleh Ika Solihah seorang
mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Komunikasi organisasi KH. Nu’man Istichori di pondok pesantren
Darut Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor yang di tulis pada tahun 2014
oleh Kamaludin seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan
perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan
sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek
analisis pada pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala
sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat
11
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi
tertentu.
Penelitian ini menggunakan varian pendekatan pada metodologi
studi komparatif. Penelitian komparatif akan dapat menemukan
persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda, orang, prosedur,
kerja, ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau
suatu prosedur kerja. Dapat membandingkan kesamaan pandangan dan
perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, orang,
peristiwa atau terhadap ide-ide.8
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di yayasan Hayatan Thoyyibah Pamulang, Jl.
Dr. Setia Budi No.49, Pamulang, Tangerang Selatan dan di yayasan
Daarul Ummat Jl. Pajajaran No. 4, Bambu Apus Timur, Pamulang,
Tangerang Selatan.
3. Sumber Data
Data yang diambil untuk dijadikan sumber dalam penelitian adalah:
a. Data primer
: data primer berasal dari data yang penulis dapat
dari hasil wawancara dengan pengurus yayasan Hayatan Toyyibah
dan yayasan Daarul Ummat.
b. Data sekunder : data sekunder adalah data pendukung yang
diperoleh tidak secara langsung. Data sekunder bisa
berupa
dokumen, arsip perusahaan ataupun laporan- laporan tertentu yang
diperoleh oleh peneliti dari berbagai sumber.
8
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode dan Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta
Press: 2006), h. 24.
12
4. Teknik Dengumpulan Data
a. Wawancara
Penulis telah melakukan sesi wawancara dengan pengurus
yasyasan Hayatan Thoyyibah yaitu bapak Haris selaku ketua
umum yayasan Hayatan Thoyyibah dan pengurus yayasan Daarul
Ummat yaitu ibu Jumi Kurniawati selaku ketua asrama untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan terkait penelitian ini.
b. Observasi
Penulis telah melakukan observasi langsung pada yayasan Hayatan
Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat untuk untuk mendapatkan
data-data yang dibutuhkan terkait penelitian ini.
c. Studi kepustakaan
Penulis mengumpulkan dan mempelajari data melalui literature
dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan
masalah yang dibahas dan mendukung penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dimulai dari analisis data yang berhasil
dikumpulkan peneliti dilapangan baik melalui observasi, wawancara
mendalam, maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut
diklasifkasikan
kedalam
kategori-kategori
tertentu
yang
mempertimbangkan kesahihan dan memperhatikan kompetensi subjek
penelitian, tingkat autentisnya dan melakukan triangulasi berbagai
sumber data.9 Dalam penelitian ini data yang sudah penulis kumpulkan
9
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Persada
Media Group, 2006), h. 192-193.
13
dari berbagai sumber lalu ditelaah secara keseluruhan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang akurat.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari lima bab. Setiap
bab mempunyai rincian isi sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Terdiri dari pengertian komunikasi organisasi, pola komunikasi
organisasi, pengertian yayasan keluarga dan profesional dan studi
komparasi dan organisasi sistem terbuka dan sistem tertutup.
BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Adalah gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari sejarah,
visi, misi, struktur organisasi dan hal lain yang bersangkutan
dengan objek penelitian yaitu yayasan Hayatan Thoyyibah dan
yayasan Daarul Ummat.
BAB IV : ANALISIS DATA
Adalah penyajian data-data yang diperoleh dari hasil penelitian
yaitu bagaimana pola komunikasi yang berjalan di dalam yayasan
Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat.
14
BAB V: PENUTUP
Adalah bab penutup dari tulisan ini yang berisi kesimpulan dan
saran.
15
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Pola Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin “comunis” atau “common”
dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita
sedang
berusaha
untuk
mencapai
kesamaan
makna.1
Seiler
memberikan definisi yang lebih bersifat universal. Dia mengatakan
bahwa komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan
nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.2 Sementara organisasi
merupakan kegiatan dari beberapa orang yang terdiri dari tindakantindakan, interaksi dan transaksi.3 Menurut Schein (1982) mengatakan
bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian
pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.4
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah, pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi
internal,
hubungan
manusia,
hubungan
persatuan
pengelola,
komunikasi downward atau komunikasi kebawah (atasan kepada
bawahan), komunikasi upward atau komunikasi keatas ( bawahan
1
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
120.
2
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 4.
R Wayne dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 11.
4
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 23.
3
16
kepada atasan), komunikasi horizontal atau komunikasi dari orangorang yang sama level/ tingkatnya dalam organisasi, keterampilan
berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi
evaluasi program.5
R. Wayne Pace dan Don F. Faules (1998) mengklasifikasikan
definisi komunikasi organisasi menjadi dua, yakni definisi fungsional
dan definisi interpretative. Definisi fungsional komunikasi organisasi
adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi komunikasi yang merupakan bagian dari suatu tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi
dalam suatu lingkungan. Sedangkan definisi interpretative komunikasi
organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan pesan
yang terkandung dalam suatu “batas organisasional (organization
boundary)”. Dengan kata lain, definisi interpretative komunikasi
organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang
menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi. 6
Dari beberapa definisi di atas secara sederhana dapat disimpulkan
bahwa komunikasi organisasi adalah proses pertukaran pesan baik
verbal maupun nonverbal yang terjadi diantara individu di dalam
sebuah organisasi.
5
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 65.
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek
(Malang: UMM Press, 2010), h. 5.
6
17
2. Fungsi Komunikasi Organisasi
Menurut Sendjaja (2002) organisasi baik yang berorientasi
mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non profit) memiliki
empat fungsi yaitu: fungsi informatif, regulatif,
persuasif dan
integratif
a. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi
(information processing system). Maksudnya seluruh anggota
dalam seluruh organisasi berharap dapat memperoleh informasi
yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
b.
Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi.
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya.
d. Fugsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik.7
7
Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 278.
18
3. Pola Komunikasi Organisasi
Pola komunikasi adalah bentuk komunikasi yang digunakan.
Dalam sebuah organisasi para anggota pasti saling bertukar pesan
dengan anggota lainnya. Pertukaran pesan tersebut terjadi dengan
melalui suatu jalan yang dinamakan pola aliran informasi atau
jaringan komunikasi.10 Joseph A. devito membagi pola komunikasi
menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut:
1. Pola lingkaran
Pola lingkaran adalah pola yang tidak memiliki pemimpin.
Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau
kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain yang berada
disisinya.
2. Pola roda
10
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek, h. 56.
19
Pola roda memiliki pemimpin yang jelas, yakni orang yang
berada di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat
mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena
itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain,
maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.
3. Pola Y
Pola yang satu ini relatif kurang tersentralisasi dibanding
dengan pola roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola
lainnya. Pada pola Y terdapat pemimpin yang jelas. Anggota ini
dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya.
Ketiga anggota lainnya memiliki komunikasi yang terbatas hanya
dengan satu orang lainnya.
4. Pola Rantai
Pola rantai sama dengan pola lingkaran, kecuali bahwa para
anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu
orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. orang yang
20
berada diposisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada
orang-orang yang berada diposisi lain.
5. Pola bintang
Pola semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan
pola lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan memiliki
kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan
tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota dapat
berkomunikasi
dengan
setiap
anggota
lainnya.
Pola
ini
memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. 11
B. Yayasan
1. Pengertian Yayasan
Yayasan pada awalnya adalah terjemahan dari istilah Stichting
yang berasal dari kata Stichen yang berarti membangun atau
mendirikan dalam bahasa Belanda dan Foundation dalam bahasa
Inggris. Sedangkan Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia memberikan pengertian yayasan sebagai berikut :
a. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu
seperti sekolah dan sebagainya (sebagai badan hukum bermodal,
tetapi tidak mempunyai anggota).
11
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group, 2011), h. 383-384.
21
b. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang
tertentu (seperti : rumah sakit dsb.)12
Yayasan dapat pula dipahami sebagai Badan Hukum yang
mempunyai unsur-unsur :
1. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu
perbuatan pemisahan yaitu suatu pemisahan kekayaan yang dapat
berupa uang dan barang.
2. Mempunyai tujuan sendiri yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial,
keagamaan dan kemanusiaan.
3. Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, pembina
dan pengawas.13
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
yayasan merupakan suatu badan atau organisasi yang melakukan
kegiatan sosial (amal) yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.
Kenyataan di dalam praktek, memperlihatkan bahwa apa yang
disebut Yayasan adalah suatu badan yang menjalankan usaha yang
bergerak dalam segala macam badan usaha, baik yang bergerak dalam
usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak langsung bersifat
komersial. 14
12
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),
h. 1154.
13
Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan dan Wakaf (Bandung : Penerbit Alumni, 1981), h. 118.
14
Chatamarasjid Ais, Badan Hukum Yayasan (Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2002),
h. 81.
22
2. Syarat Pendirian Yayasan
Pendirian yayasan dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta kekayan pendirinya, sebagai
kekayaan awal. Tidak berebeda dengan pendirian badan hukum lain,
seperti Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi, pendirian yayasan harus
dilakukan dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Hal yang
berbeda dengan badan hukum lain, yayasan dapat pula didirikan
dengan surat wasiat.15
Pendirian sebuah yayasan di Indonesia sendiri diatur di dalam
undang-undang dan mempunyai perlindungan hukum dari negara.
Undang-undang yang mengatur tentang yaysan yaitu undang-undang
Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 mengenai yayasan, yang diubah
dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, dalam pendirian sebuah
yayasan yang telah diatur dalam pasal 9 UU No. 16/2001, tertulis
sebuah yayasan minimal didirikan oleh satu orang atau lebih, pendiri
tersebut harus memisahkan kekayaan pribadinya dengan kekayaan
yayasan, dibuat dalam bentuk akta notaris yang kemudian di ajukan
pengesahannya pada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia,
serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia.
3. Organ-Organ Yayasan
Sebagai sebuah lembaga yang berbadan hukum, yayasan juga
mempunyai organ-organ yang bekerja didalamnya yang berfungsi
15
Mulhadi, Hukum Perusahaan( Bogor: Gahlia Indonesia,2010),h. 195.
23
untuk mengembangkan yayasan. Organ-organ yayasan tersebut
sebagai berikut:
1. Pembina, yaitu organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang
tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undangundang ini atau anggaran dasar. Pembina yayasan memiliki
kewenangan sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar.
b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan
anggota pengawas.
c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran
dasar yayasan.
d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan
yayasan, dan penetapan keputusan mengenai penggabungan
atau pembubaran yayasan.
2. Pengurus, yaitu organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan
yayasan. UU yayasan juga menentukan beberapa wewenang yang
dimiliki oleh pengurus yayasan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengurus berwenang mewakili yayasan baik di dalam maupun
di luar pengadilan.
b. Pengurus
berwenang
mengangkat
dan
memberhentikan
pelaksana kegiatan yayasan.
3. Pengawas, organ yaysan yang bertugas melakukan pengawasan
serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan
kegiatan yayasan. Yayasan memiliki sekurang-kurangnya satu
24
orang pengawas yang wewenang, tugas dan tanggung jawabnya
diatur dalam anggaran dasar.16
Selain organ-organ yayasan dalam undang-undang Yayasan No.28
Tahun 2004 juga di atur mengenai kegiatan usaha yang boleh
dilakukan oleh yayasan yaitu pada pasal 3, pasal 7, dan pasal 8 sebagai
berikut:
Pasal 3 UU Yayasan No.28 Tahun 2004
1. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan
usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha.
2. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada
pembina, pengurus dan pengawas.
Pasal 7 UU Yayasan No.28 Tahun 2004
1. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai
dengan maksud dan tujuan yayasan.
2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha
yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan
tersebut paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari seluruh
nilai kekayaan Yayasan.
3. Anggota Pembina, pengurus, dan pengawas yayasan dilarang
merangkap sebagai anggota direksi atau pengurus dan anggota
16
Mulhadi, Hukum Perusahaan, h. 205-209.
25
dewan komisaris atau Pengawas dari badan usaha sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 8 UU Yayasan No.28 Tahun 2004
Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7 ayat 1 harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan atau
peraturanperundang-undangan yang berlaku.
Dari segi anggota kepengurusan yang ada di dalamnya, yayasan di
bedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Yayasan Keluarga
Abu Hamadi dalam bukunya Psikologi Sosial mendifinisikan
keluarga sebagai kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari
perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak
berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.17
Jika kaitkan dengan konteks yayasan, yayasan keluarga dapat
dikatakan
sebagai
yayasan
yang
didalam
kepemilikan
atau
kepengurusannya di kelola oleh sebuah keluarga.
Lebih jelas lagi The Council on Foundations mendefinisikan
yayasan keluarga sebagai organisasi sosial berbentuk yayasan yang
didirikan, didanai dan dikelola oleh sebuah keluarga atau perusahaan
keluarga dengan melibatkan orang-orang terdekatnya sebagai anggota
17
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 239.
26
dewan pengurus untuk menjalankan program yang menjadi minat atau
kepentingan keluarga yang menjadi pendirinya.”18
Secara umum yayasan keluarga tidak memiliki perbedaan
dalam praktek maupun dari segi hukumnya dengan yayasan atau
lembaga lain. Yang membedakan hanyalah dalam pendirian dan
kepengurusannya yayasan keluarga di kelola oleh keluarga.
Gersick dalam Al Lyons (2003) mencatat ada tiga alasan utama
yang menjadi motivasi atau latar belakang bagi pendirian yayasan
keluarga. Pertama, yayasan keluarga didirikan untuk mendukung atau
menangani pekerjaan-pekerjaan yang dianggap bermanfaat. Kedua,
yayasan didirikan untuk melindungi harta dari pajak. Ketiga, pendirian
yayasan dimaksudkan untuk menciptakan warisan keluarga dalam
bentuk organisasi sosial. Keseimbangan antara motivasi-motivasi
tersebut dengan berbagai bentuk konflik yang berpotensi muncul
dalam pengelolaan yayasan merupakan tantangan terbesar dalam
pengelolaan yayasan keluarga.19
Yayasan keluarga pada umumnya didirikan agar para pendiri
yayasan dapat lebih mudah mengontrol segala hal mengenai yayasan
dan dapat lebih mudah mempercayai anggota pengurus yayasan
dibandingkan dengan yayasan non keluarga karena para pengurus di
dalam yayasan keluarga merupakan anggota dari keluarganya sendiri.
18
http://www.pirac.com/2012/05/16/yayasan-keluarga-sebagai-pilar-filantropi/ diakses
tanggal 17-4-2016 pukul 12:11.
19
http://www.pirac.com/2012/05/16/yayasan-keluarga-sebagai-pilar-filantropi/ diakses
tanggal 17-4-2016 pukul 12:11.
27
Family Business Enterprise (FBE), yaitu perusahaan yang dimiliki
dan dikelola oleh keluarga. Perusahaan tipe ini dicirikan oleh
dipegangnya posisi-posisi kunci dalam perusahaan oleh anggota
keluarga. Jenis perusahan keluarga inilah yang banyak terdapat di
Indonesia. Batasan lain tentang perusahaan diberikan oleh John L.
Ward dan Craig E. Arnoff. Menurutnya, suatu perusahaan dinamakan
perusahaan keluarga apabila terdiri dari dua atau lebih anggota
keluarga yang mengawasi keuangan perusahaan. Sedangkan menurut
Robert G. Donnelley dalam bukunya “The Family Business” suatu
organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada
keterlibatan
dua
generasi
dalam
keluarga
itu
dan
mereka
mempengaruhi kebijakan perusahaan. 20
Masalah-masalah yang sering muncul dalam bisnis keluarga,
terutama masalah profesionalisme, akhirnya muncul mitos, “generasi
pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga
menghancurkan”, masalah kepemimpinan dalam perusahaan keluarga,
masalah konflik yang sering terjadi dalam bisnis keluarga, suksesi,
kompetensi, dan budaya dalam perusahaan keluarga sebagai tawaran
paradigma baru dalam bisnis keluarga.21
Namun yayasan atau perusahaan yang dikelola oleh keluarga juga
mempunyai beberapa kekurangan yaitu sebagai berikut:
20
http://www.ayopreneur.com/artikel-pendidikan/pengertian-perusahaan-keluarga di
akses pada tanggal 7-6-2016 pukul 9:15.
21
http://www.ayopreneur.com/artikel-pendidikan/pengertian-perusahaan-keluarga di
akses pada tanggal 7-6-2016 pukul 9:15.
28
1. Confusing Organization
Confusing organization (organisasi yang membingungkan) karena
distribusi power anggota keluarga yang tidak sesuai struktur
organisasi yang ada dan berakibat pada pengambilan keputusan.
2. Dominasi keluarga
Dominasi keluarga acap pula menimbulkan alasan yang tidak
berada dalam logika bisnis (family reason over business logic)
dalam pengambilan keputusan bisnis.
2. Spoiled child syndrome (sindrom anak manja)
Yaitu berupa toleransi terhadap anggota keluarga yang tidak
kompeten.
4. Konflik keluarga
Hal yang terpenting adalah munculnya konflik keluarga yang
membelah perusahaan. Kekeluargaan dapat menyatukan mereka,
tetapi sekaligus dapat menciptakan konflik yang sifatnya sangat
subyektif dan mendalam, jika hal ini terjadi, seringkali sulit untuk
melakukan resolusi. 22
Selain beberapa kekurangan di atas, yayasan yang di kelola
oleh keluarga juga memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut:
1.
Kebebasan bertindak
22
http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/budayaperusahaan-keluarga diakses tanggal 17-4-2016 pukul 12:35.
29
2. Tekanan dari pasar modal sedikit sekali
3. Resiko terjadinya pengambil alihan hampir tidak ada
4. Budaya keluarga sebagai sumber kebanggaan
5. Stabilitas
6. Komitmen / motivasi yang kuat
7. Tidak terlalu birokratis dan impersonal
8. Berorientasi jangka panjang 23
2. Yayasan Profesional
Menurut kamus besar bahasa indonesia kata profesional
bersangkutan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalaninya. Lebih lanjut lagi Tanri Abeng (2002) mengatakan
bahwa
seorang
profesional
harus
mampu
menguasai
ilmu
pengetahuannya secara mendalam, mampu melakukan kreatifitas dan
inovasi atas bidang yang digelutinya serta harus selalu berfikir positif
dengan menjunjung tinggi etika dan itegritas profesi. Sementara
pengertian yayasan sendiri merupakan suatu badan atau organisasi
yang melakukan kegiatan sosial (amal) yang tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan.
Sebenarnya tidak ada pengertian tersendiri mengenai yayasan
profesional. Jika dikaitkan dengan konteks yayasan, yayasan
23
http://www.ciputra-uceo.net/blog/2013/12/16/bagaimana-jika-usaha-dikelola-olehkeluarga 17-4-2016 pukul 12:40.
30
profesional berarti yayasan yang dibangun dan berkembang dengan
profesionalitas para pengurusnya di dalam bidangnya masing-masing.
Adapun hal-hal yang harus ada dalam diri profesional yaitu
skill, yang artinya orang tersebut harus benar-benar ahli di bidangnya.
Knowledge, yang artinya orang tersebut harus dapat menguasai,
minimalnya berwawasan menganai ilmu lain yang berkaitan dengan
bidangnya. Dan Attitude, yang artinya bukan hanya pintar, akan tapi
harus memiliki etika yang diterapkan didalam bidangnya. Lalu ciri ciri
seseorang
yang
profesional
yaitu
memiliki
kemampuan
dan
pengetahuan yang tinggi, memiliki kode etik, memiliki tanggung
jawab profesi serta integritas yang tinggi, memiliki jiwa pengabdian
kepada
masyarakat,
memiliki
kemampuan
yang
baik
dalam
perencanaan program kerja dan yang terakhir menjadi anggota
organisasi dari profesinya. 24
Sementara Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H seorang guru
besar fakultas hukum Universitas Hasanuddin dalam tulisannya
mengenai yayasan mengatakan pendapat yang umum bahwa organ
yayasan adalah orang-orang yang ingin beramal. Pembina pada
umumnya adalah pendiri, yaitu orang yang melepas hartanya untuk
pendirian yayasan. Sedang pengurus dan pengawas pada dasarnya
24
http://www.pengertianku.net/2015/05/pengertian-profesional-dan-ciri-cirinyalengkap.html diakses tanggal 19-4-2016 pukul 12:18.
31
adalah pekerja sosial, sehingga tidak seharusnya memperoleh kontra
prestasi.25
Namun selain dari sisi agama, sisi lain yang perlu
dipertimbangkan adalah
profesionalisme di dalam pengelolaan
yayasan serta kemampuan yayasan itu sendiri. Dewasa ini tantangan
yang dihadapi oleh yayasan semakin besar sejalan dengan semakin
meningkatnya tuntutan akan transparansi, akuntabilitas, serta efisiensi,
dan efektifitas dalam pengelolaan kegiatan operasional yayasan.
Kelemahan pengelolaan yayasan di Indonesia adalah karena yayasan
belum dikelola secara profesional, tidak efisien, tidak transparan, tidak
adanya akuntabilitas, serta lemahnya pengawasan. Sulit dipastikan
penyebab kekurang profesionalan di dalam pengelolaan yayasan. 26
C. Studi Komparasi
Neil J. Smelser membuat pengertian mengenai metode studi
komparatif yaitu metode untuk mengnalisis hubungan antar fenomena dan
hubungan kausal di antara mereka yaitu untuk menguji bukti-bukti empiris
dari hipotesis alternatif atas hubungan sebab akibat dalam bentuk
pernyataan “ jika... maka ...“.27
Sementara menurut Arend Liphard metode komparatif merupakan
metode analisis mengenai sejumlah kasus kecil (small-in) yang melibatkan
25
https://www.hukumperdataunhas.com/2014/05/02/kepemilikan-dan-gaji-bagi-organyayasan/ diakses tanggal 17-4-2016 pukul 13:00.
26
https://www.hukumperdataunhas.com/2014/05/02/kepemilikan-dan-gaji-bagi-organyayasan/ 17-42016 pukul 13:00.
27
Umar Suryadi Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016), h. 31.
32
setidaknya dua pengamatan, namun terlalu kecil kemungkinan untuk
penerapan analisis statistik konvensional.
28
Dari dua pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa penelitian komparatif adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban tentang sebab dan akibat, dengan
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya suatu fenomena tertentu.
Tujuan dari penelitian komparatif menurut Dra. Aswani Sudjud
adalah untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ideide, kritik tehadap orang lain, kelompok, terhadap suatu idea tau prosedur
kerja.29
Penelitian komparatif juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan penelitian komparatif sebagai berikut:
1. Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak
hal bila metode eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan.
2. Penelitian komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat
mengenai hakikat fenomena: apa sesuai dengan apa, dibawah kondisi
apa, dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya.
3. Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan
fitur-fitur secara parsial, dalam beberapa tahun belakangan, studi ini
lebih banyak dipertahankan.
28
Umar Suryadi Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016), h. 31.
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: CV.
Rajawali, 2006) h. 267.
33
Disamping kelebihan diatas, penelitian kausal komparatif juga
memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Kelemahan utama desain penelitian komparatif adalah tidak adanya
kontrol terhadap variabel bebas.
2. Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan yang
secara aktual termasuk diantara banyak faktor dibawah penelitian.
3. Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan suatu
hasil, tapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor
yang berkaitan dibawah kondisi tertentu untuk menghasilkan hasil
yang ditentukan.
4. Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi
juga dari satu penyebab dalam suatu kejadian dan dari penyebab lain
dari kejadian yang lain.
5. Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan
mana penyebab dan mana akibat mungkin sulit.
6. Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak
harus mempunyai implikasi hubungan sebab-akibat.
7. Pengklasifikasian subyek kedalam kelompok dikotomi (seperti
kelompok berprestasi dan kelompok tidak berprestasi) untuk tujuan
perbandingan, penuh dengan masalah karena kategori ini adalah samar,
berubah-ubah, dan bersifat sementara.
34
8. Studi perbandingan dalam suatu situasi yang alamiah tidak
memungkinkan pemilihan subyek penelitian yang terkontrol. 30
D. Sistem Organisasi Terbuka dan Tertutup
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja bersama
dalam suatu divisi untuk mencapai tujuan bersama (Schermerhorn, 1997)
atau dengan kata lain sekumpulan individu bisa dikatakan sebagai suatu
organisasi jika mereka saling berinteraksi, memiliki peran dan tugas
masing-masing serta mempunyai tujuan yang sama dalam kelompoknya.
Dalam organisasi terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana sebuah
organisasi tersebut berjalan melalui sebuah sistem yaitu sistem terbuka
(open system) dan sistem tertutip (closed system).
Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh
dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan (input) dan
menghasilkan keluaran (output) untuk lingkungan luar atau subsistem
yang lainnya, sehingga harus memiliki sistem pengendalian yang baik. 31
Lingkungan dapat dilakukan dengan dua arah yaitu organisasi dipenuhi
perubahan dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi oleh organisasi. Jadi
dapat dikatakan bahwa organisasi sebagai sistem terbuka adalah organisasi
yang berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.
Lebih jelas lagi dikutip dari buku Irfan Fahmi yang berjudul
Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa organisasi dengan sistem terbuka
ini cenderung interaktif dan dinamis dalam menanggapi setiap bentuk
30
31
http://www.brainly.co.id/tugas/5416074 diakses pada tanggal 7- 6-2016 pukul 10:05.
http://www.kuliah.dinus.ac.id/ika/asi1.html
35
perubahan yang terjadi. Konsep yang dianut oleh organisasi seperti ini
cenderung mngedepankan kebersamaan dan memiliki kepedulian tinggi
pada lingkungan bisnis, baik lingkungan internal dan eksternal. 32
Adapun karakteristik sistem terbuka menurut Nigro sebagai berikut:
1. Secara ajeg sistem terbuka ini mencari dan memerlukan sumbersumber (input) dalam bentuk material dan kemanusiaan.
2. Organisasi mentransformasikan input dalam bentuk hasil-hasil seperti
barang-barang dan jasa pelayanan melalui proses teknologi dan sosial
(throughput).
3. Sistem terbuka mengirimkan hasil produksinya ke pihak luar yakni
lingkungannya, dan hasil-hasilnya tersebut biasanya merupakan bahan
masukan bagi organisasi kelompok-kelompok dan atau individuindividu lainnya.
4. Stuktur oganisasi dikembangkan disekitar aktivitas-aktivitas yang telah
mempola dalam bentuk yang ajeg yakni dalam putaran input,
throughput, dan output.
5. Organisasi hidup dan menolak disorganisasi misalnya entropi, dengan
mengembangkan suatu mekanisme yang beragam untuk meneliti,
menyimpan, dan mengalokasikam sumber-sumber yang langka secara
efisien.
6. Umpan
balik,
dalam
bentuk
informasi
mengenai
keadaan
lingkungannya, pelaksanaan organisasi, dan aktivitas-aktivitas ke
32
Irham Fahmi, Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi dan Kasus (Bandung: CV. Alfabeta,
2014), h. 6.
36
dalam, membuat system terbuka memperhatikan tujuan-tujuan
organisasi dengan mengontrol aktivitas-aktivitas baik di dalam ataupun
di luar organisasi.
7. Sistem terbuka menginginkan adanya keseimbangan dan kestabilan
antara faktor-faktor di dalam ataupun di luar organisasi. Dan
keseimbangan tersebut dicapai lewat adaptasi terhadap perubahanperubahan lingkungan yang signifikan.
8. Setiap waktu, pengembangan structural dan spesialisasi tugas
merupakan jawaban-jawaban umum yang sistematik dalam rangka
mencari sumber-sumber dan adaptasi. Dan struktur-struktur koordinasi
dan pengendalian dalam manajemen merupakan hal yang amat
penting.33
Sementara organisasi yang menganut sistem tertutup adalah organisasi
tersebut tidak memiliki tingkat interaksi yang tinggi dengan lingkungan
luar. Bahkan organisasi dengan sistem ini cenderung mengambil peran
yang menajuh dari lingkungan luar. Akibat yang diperoleh organisasi ini
cenderung lebih kaku, dan itu terakumulasi dalam bentuk kebijakan yang
dihasilkan. 34
Sifat yang menonjol dari sistem tertutup adalah adanya kecendrungan
yang kuat untuk bergerak mencapai keseimbangan dan entropi yang statis.
Karakteristik lain yang dapat dipergunakan untuk mengenal system
33
http://www.dunia-kuliah.co.id/2010/03/organisasi-merupakan-sistem-terbuka diakses
tanggal 26-4-2016 pukul 9:13.
34
Irham Fahmi, Perilaku Organisasi Teori Aplikasi dan Kasus, h. 6.
37
tertutup ini seperti yang dikatakan oleh Tom Burns dan G.M Stalker yaitu
sebagai berikut:
1. Tugas-tugas yang tidak rutin berlangsung dalam kondisi-kondisi yang
tidak stabil.
2. Pengetahuan spesialisasi menyebar pada tugas-tugas pada umumnya.
Berbeda dengan sistem tertutup bahwa pemahaman dari spesialisasi
tugas itu pengetahuan spesialisasinya dimiliki oleh masing-masing
orang yang barang kali hanya bisa dipergunakam jika menguntungkan
orang tersebut untuk mengatasi berbagai tugas organisasi.
3. Hasil (atau apa yang bisa dikerjakan) diutamakan.
4. Konflik di dalam organisasi diselesaikan dengan interaksi diantara
teman sejawat.
5. Pencairan pertanggungjawaban ditekankan. Dalam hal ini tugas-tugas
yang bersifat formal dikesampingkan untuk melibatkan semua anggota
didalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi.
6.
Rasa pertanggungjawaban yang loyalitas seseorang adalah pada
organisasi secara keseluruhan, tidak hanya pada subunit organisasi
yang telah dibebankan kepada seseorang pejabat.
7. Organisasi
dipandang
sebagai
struktur network yang
merembes
(fluiding network structure) (dalam hal ini organisasi dilihat
sebagai amoeba).
8. Pengetahuan atau informasi dapat berada dimana saja di dalam
organisasi
(misalnya,
setiap
38
orang
mengetahui
sesuatu
yang
bergayutan dengan organisasinya. Tidak semua orang termasuk kepala
atau pimpinan dapat mengetahui semua hal).
9. Interaksi di antara orang-orang di dalam organisasi cenderung bergerak
secara horizontal, selancar geraknya interaksi vertikal.
10. Gaya interaksi yang diarahkan untuk mencapai tujuan lebih berifat
pemberian saran disbandingkan dengan pemberian instruksi, dan
disifati dengan mitos setia kawan dengan mengesampingkan hubungan
antara atasan-bawahan.
11. Hasil tugas dan pelaksanaan kerja yang baik diutamakan, bukannya
menekankan pada loyalitas dan kepatuhan pada seseorang atasan.
12. Prestise ditentukan dari pihak luar (externalized) misalnya kedudukan
atau status seseorang di dalam organisasi sangat ditentukan oleh
kemampuan professional dan reputasi seseorang. 35
Sementara penjelasan lebih sederhana yang dikutip dari buku
perilaku organisasi karya Miftah Toha disebutkan bahwa
“Cara lain untuk menggolongkan kelompok ialah dengan
membedakannya antara kelompok terbuka dan kelompok tertutup.
Kelompok terbuka adalah kelompok yang secara ajeg mempunyai
rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan
kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima
perubahan dan pembaharuan atau mempunyai kecenderungan tetap
menjaga kestabilan.”36
Dari penjelasan-penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa
sistem organisasi terbuka adalah suatu sistem dimana sebuah organisasi
banyak melakukan interaksi dengan lingkungan luarnya serta selalu
35
http://www.dunia-kuliah.co.id/2010/03/organisasi-merupakan-sistem-terbuka diakses
tanggal 26-4-2016 pukul 9:13.
36
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005), h. 88.
39
beradaptasi dengan pembaharuan. Sedangkan sistem organisasi tertutup
yaitu sistem dimana sebuah organisasi kurang berinteraksi dan beradaptasi
dengan lingkungan luar.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM YAYASAN HAYATAN
THOYYIBAH DAN YAYASAN DAARUL UMMAT
A. Yayasan Hayatan Thoyyibah
1. Sejarah yayasan Hayatan Thoyyibah
Yayasan Hayatan Thoyyibah adalah sebuah yayasan kemanusiaan
yang berlandaskan asas-asas agama Islam yang difokuskan kepada
anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu. Yayasan ini
bermula dari keprihatinan bahwa masih banyak masyarakat yang
kurang beruntung yang hidup di bawah garis kemiskinan karena
berbagai hal, sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk
membiayai pendidikan bagi anak-anaknya yang merupakan generasi
penerus bangsa. Nama Hayatan Thoyyibah yang berarti kehidupan
yang lebih baik sudah ada sejak tahun 1993, berawal dari bapak H.
Bahruddin selaku penggagas ide bersama sama dengan ibu-ibu
pengajian dari kompleks perumahan Pamulang Permai mulai bergerak
41
menghimpun para donatur untuk melakukan kegiatan santunan dan
orang tua asuh, yang bertujuan memberikan bantuan atau santunan
biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa, agar mereka
dapat mengenyam pendidikan di sekolah, seperti anak-anak lain pada
umumnya.
Program kegiatan orang tua asuh tersebut terus berjalan dari tahun
1993 hingga sekarang. Pada tahun 2008 H. Aris yang merupakan anak
dari bapak H. Bahrudin membuat sebuah wadah pendidikan untuk
anak-anak yang diberi nama Saung Ilmu, Saung Ilmu inilah yang
merupakan cikal bakal yayasan Hayatan Thoyyibah. Nama Hayatan
Thoyyibah berarti kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang lebih
baik sendiri mengandung dua dimensi yaitu baik dan penuh
keberkahan dalam kehidupan di dunia dan baik serta mendapatkan
kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat kelak.
Kemudian seiring berkembangnya masyarakat dan bertambahnya
jumlah anak asuh, serta gagsan-gagasan baru untuk tidak hanya
menyantuni secara finansial tetapi juga membekalinya dengan
kekuatan mental spiritual, maka bapak H. Aris dan bapak H.
Bahruddin sebagai pemrakarsa kumpulan orangtua asuh Hayattan
Thoyyibah dan kegiatan Saung Ilmu merasa perlu untuk meningkatkan
status perkumpulan orang tua asuh Hayatan Thoyyibah menjadi sebuah
yayasan. Akhirnya pada tanggal 20 februari 2013 berdasarkan akte
notaris, ibu Esti Yulianti, SH dan disahkan oleh Kementrian Hukum
dan HAM melalui surat pengesahan nomor AHU-4208.AH.01.04
42
Tahun 2013 berdirilah secara resmi yayasan Hayatan Thoyyibah yang
berlokasi di Jl. Dr. Setia budi no.49 Pamulang, Tangerang Selatan.
Dalam kepengurusannya yayasan Hayatan Thoyyibah mempercayai
anggota-anggota keluarganya untuk bersama sama mengembangkan
yayasan tersebut. Sebagai yayasan kemanusiaan yang resmi yayasan
Hayatan Thoyyibah tentunya didirikan sesuai dengan syarat pendirian
sebuah yayasan sesuai dengan UU No.28 Tahun 2004 yang mengatur
tentang yayasan.
2. Visi dan Misi
Adapun visi dan misi dari yayasan Hayatan Thoyyibah yaitu sebagai
berikut:
Visi: Mewujudkan peninhkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan serta
taraf hidup masyarakat menuju izzul Islam wal muslimin
Misi:
1. Mendirikan “Saung Ilmu” sebagai model kegiatan pembelajaran
bagi anak-anak dan dewasa.
2. Menyelenggarakan santunan dan bantuan bagi yatim, dhuafa dan
masyarakat kurang mampu.
3. Menyelenggarakan pendidikan Tahsin dan Tahfizd Al Quran bagi
anak dan dewasa.
4. Meyelenggarakan pendidikan enterpreunership/ kewirausahaan
bagi remaja dan pemuda.
43
5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kursus dan pelatihan untuk
pemberdayaan masyarakat.
6. Menyelenggarakan pengajian dan pengkajian Al Quran dan As
Sunnah.
7. Membangun unit-unit
amal
usaha
yang dapat
membantu
pembiayaan program kegiatan.
8. Menerbitkan buku-buku dan bacaan dakwah yang mengedukasi
masyarakat.1
3. Program Kegiatan
Sebagai yayasan yang aktif dan berkembang, yayasan Hayatan
Thoyyibah juga mempunyai program-progam baik itu program jangka
pendek maupun jangka panjang yaitu sebagai berikut:
1. Program Jangka Pendek
a. Memperbanyak jumlah mustahik atau anak-anak asuh yang
disantuni.
b. Membangun saung serba guna yang berfungsi sebagai mushala dan
tempat belajar.
2. Program Menengah dan Panjang
a. Mendirikan rumah tahfizd di atas tanah wakaf yang telah dimiliki
b. Membangun unit-unit usaha yang menghasilkan untuk membiayai
kegiatan.2
1
2
Profil Yayasan Hayatan Thoyyibah Pamulang, h. 5.
Profil Yayasan Hayatan Thoyyibah Pamulang, h.15.
44
4. Profil Pendiri Yayasan
Capt. H. Haris Maulana lahir di Tangerang tanggal 17 November
1974 ia adalah anak ke lima dari lima bersaudara. Orang tuanya, bapak
H. Bahruddin di kenal sebagai guru agama di tempat tinggalnya.
Dengan lingkungan keluarga yang positif dan agamis membuat bapak
Haris tumbuh menjadi pribadi yang religius dan dan intelek. Saat ini
bapak Haris memiliki seorang istri yang bernama Rori Dian Aviani
dan memiliki 3 orang anak.
Bapak H. Haris memulai pendidikan sekolah dasarnya di SDN
Pamulang Tengah dan tamat pada tahun 1986, lalu ia menyelesaikan
pendidikan menengahnya di SMPN 4 tangsel hingga tahun 1989 dan
setelah lulus sekolah menengah pertama, ia melanjutkan sekolah ke
SMAN 74 Jakarta dan lulus pada tahun 1992. Setelah menyelesaikan
pendidikan di bangku sekolah ia melanjutkan studi ke Australia
tepatnya di Australian Aviation College dan lulus di tahun 1994.
Sesuai dengan pendidikan aviasi yang ia dalami ia sudah bekerja di
beberapa perusahaan maskapai penerbangan di Indonesia, pada tahun
2002 ia bekerja di Merpati Nusantara sebagai pilot, lalu di tahun
selanjutnya hingga tahun 2004 ia bekerja di Pelita Air Service dan di
tahun 2004 hingga sekarang ia bekerja sebagai pilot di maskapai
penerbangan Lion Air.
Selain menekuni bidang aviasi, bapak H. Haris juga aktiv di
berbagai kegiatan-kegiatan sosial salah satunya adalah mendirikan
45
yayasan Hayatan Thoyyibah bersama keluarganya, selain itu ia juga
mendirikan sebuah inovasi baru berupa minimarket yang berlandaskan
agama Islam yang diberi nama Kedai Yatim H. Aris.
5. Struktur Organisasi
PEMBINA
Ketua
: H. Bahruddin
Anggota:
1. H.Gunanto, M.Pd
2. H. Maman S. M.Pd.
PENGAWAS
Ketua :
Drs. H. Badrun F. M.Si
Anggota:
1. Ade Heri S. S.Pd
2. Hj. Umi Kalsum
PENGURUS
Ketua Umum : Capt. H. Haris Maulana
Ketua
: Dra. Hj. Titin Sulastri M.Ag
Sekretaris Umum
: H. Kamal
Sekretaris
: Ir. Seriwidodo, MM
Bendahara Umum
: Hj. Ida R. S.Pd
Bendahara
: Irma M. S.Kom
46
B. Yayasan Daarul Ummat
1. Sejarah yayasan Daarul Ummat
Yayasan Daarul Ummat pertama kali berdiri di jalan Pajajaran No.
4, Bambu Apus Timur, Pamulang. Rumah yatim Daarul Ummat
didirikan oleh Bapak H. Ruchiyat yang dibantu oleh penanggung
jawab bapak Aforisma Mulauddin. S. Kom serta bapak Abdullah dan
Ust. Azhar Said dengan sistim non panti sejak tahun 2011 yaitu hanya
memberikan santunan dan biaya pendidikan, karena tidak mempunyai
tempat untuk menampung mereka. Adapun anak asuh yang berjumlah
kurang lebih 100 anak terlantar dan anak-anak yatim-piatu dan dhuafa
yang berasal dari berbagai daerah.Seiring dengan berkembangnya
zaman dan problematika sosial masyarakat yang bertambah maka
bapak H.Ruchyat, dibantu tiga rekannya bapak Aforisma Mulauddin.
S. kom serta bapak Abdullah dan Ust. Azhar Said pada tanggal 9 Juni
2015 secara resmi mendirikan panti asuhan di Bambu Apus Timur,
Pamulang, Tangerang Selatan, dibawah tanggung jawab Yayasan
Daarul Ummat yang tercatat di Surat Keputusan Menteri Hukum dan
47
Hak
Asasi
Manusia
Republik
0008099.AH.01.04.Tahun 2015
Indonesia
Nomor
AHU-
dan Sebagai
pimpinan
Bapak
H.Ruchiyat yang berlandaskan UUD 45 dan Al-Quran sehingga
yayasan tersebut dapat berkembang.
Pada saat yayasan ini masih bersistem non panti para donatur dan
pengurus yayasan menyalurkan langsung bantuan berupa sumbangan
pendidikan langsung kepada anak-anak asuh ke tempat tinggal mereka.
Namun sejak resmi menggunakan sistem panti dengan kesepakatan
antara pihak yayasan dan pihak keluarga anak asuh serta anak asuhnya
sendiri, membawa para anak asuh yang bersedia untuk tinggal di panti
asuhan yang sudah disediakan. Sampai saat ini anak asuh yang tinggal
di yayasan tersebut berjumlah sepuluh orang. Pihak yayasan
mengatakan tidak mau memaksakan jika salah satu pihak baik itu
keluarga ataupun anak asuhnya sendiri tidak bersedia untuk tinggal di
yayasan yang sudah di sediakan karehna takut mengganggu keadaan
psikologis si anak.
2. Legalitas
Sebagai yayasan yang resmi di Indonesia, yayasan Daarul Ummat
memiliki legalitas yang lengkap yaitu sebagai berikut:
1. Akta Notaris Rachmad Umar, SH. Tanggal 12 januari 1999 SK.
MENKEH RI Nomor : C- 138. HT. 03.02- Th.1999
2. surat keterangam domisili yayasan Daarul Ummat pamulang No.
062/ 12/ Kessos
3. NPWP yayasan Daarul Ummat No. 73. 253.463. 1-411.000
48
4. Izin Dinas Sosial dan Surat Tanda Daftar Yayasan Tangerang
Selatan No. 460/ 1751-29/ BANJAMSOS/ VI/ 2015
5. MENKUM dan HAM RI No. AHU-0008099. AH.01.04. Tahun
2015.3
3. Visi dan Misi
Dengan slogan “Mendidik dan Menyantuni Yatim Dan Dhuafa”
yaysan Daarul Ummat mempunyai visi dan misi yaitu sebagai berikut:
Visi: Belajarlah berbuat ikhlas, Menampung dan mendidik ummat,
dan berbuat kebajikan untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Esa.
Misi:
1. Menyelenggarakan panti / asrama bagi anak yatim piatu dan
dhuafa.
2. Membekali pendidikan umum, kejuruan dan keagamaan bagi setiap
anak yatim piatu dan dhuafa.
3. Membentuk dan membina generasi penerus
berdedikasi
tinggi,
berakhlak
mulia,
bangsa
mampu
yang
memimpin,
bertanggung jawab, serta fokus terhadap perkembangan dan
kemajuan.
4. Mengarahkan setiap anak yatim piatu dan dhuafa untuk dapat
mandiri, kreatif dan terampil dalam hidup dikemudian hari.
5. Menerima dan Mengelola zakat, infaq, shadaqah, hibah dan wakaf
untuk dapat disalurkan sesuai dengan amanat.4
3
4
http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31.
http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31.
49
4. Program Kerja
Seperti yayasan pada umumnya, yayasan Daarul Ummat juga
mempunyai program ekrja yaitu sebagai berikut:
1. Mendirikan Yayasan Daarul Ummat Rumah Yatim & Dhuafa di
beberapa di kota & kabupaten.
2. Mengadakan bimbingan belajar & Keterampilan bagi anak asuh
Daarul Ummat
3. Membangun Sarana Keterampilan : Lab. Komputer dan Lab.
Bahasa Inggris
4. Kesehatan Keliling Gratis bagi anak asuh
5.
Bhakti Sosial Kepada Masyarakat
6. Membangun Workshop keterampilan mandiri
7. Dan lain-lain sebagainya yang bersifat social : Kegiatan yang akan
kami laksanakan dalam rangka mewujudkan generasi masa depan
yang mandiri.5
5. Sasaran
1. Tersedianya tempat panti / asrama bagi anak yatim - piatu dan
dhuafa yang tidak terurus dan diurus oleh keluarganya.
2. Membiayai pendidikan anak yatim piatu dari keluarga kurang
mampu dari tingkat SD/MI, SMP/MT, SMA/SMK/MA dan
mengarahkan sampai Perguruan Tinggi.
3. Peningkatan kesejahteraan masa depan anak yatim piatu dan dhuafa
untuk dapat hidup mandiri, kreatif dan terampil dikemudian hari. 6
5
http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31.
50
6. Profil Pendiri Yayasan
H. Ruchyat lahir di Jakarta tanggal 12 Januari 1953, sekarang ia
sudah memiliki seorang istri dan dua orang anak. Bapak H. Ruchyat
adalah seseorang yang sangat religius dan memiliki rasa sosial yang
tinggi, sejak masih menjadi pegawai di sebuah perusahaan ia sudah
memulai kegiatan sosialnya secara rutin berupa pemberian bantuan
kepada anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu.
Selepas masa kerjanya selesai sebagai pegawai, ia tidak mau
menghabiskan masa senjanya dengan beristirahat maka dari itu ia
bersama
dengan tiga rekan kerjanya
yaitu
bapak
Aforisma
Mualauddin, bapak Azhar Said dan bapak Abdullah semakin serius
dalam menjalankan kegiatan sosialnya dan membentuk sebuah
yayasan yang bertujuan untuk menaungi anak-anak yatim dan kaum
dhuafa yang kurang mampu yang diberi nama yayasan Daarul Ummat.
Sebagai pencetus gagasan pendirian yayasan Daarul Ummat bapak
H. Ruchyat merasa kurang percaya diri untuk menjabat sebagai ketua
yayasan tersebut akhirnya ia memberikan tanggung jawab kepada
rekan kerjanya bapak Aforisma Mualauddin untuk menjadi pembina
sekaligus ketua di yayasan tersebut, sementara bapak H.Ruchyat
menjadi penanggung jawab di bidang yang memang ia kuasai yaitu
bidang dakwah, hal tersebut juga dilakukan demi profesionalitas
yayasan Daarul Ummat agar yayasan tersebut bisa berkembang.
6
http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31.
51
7. Struktur Organisasi
Pembina
: Aforisma Mualauddin S.Kom
Ketua
: Aforisma Mualauddin S.Kom
Bendahara
: Ida Zuraidah
Sekretaris
: Mutia Ratna
Bidang Umum
: Azhar Said
Bidang Pendidikan
: Syamsuri S.Pd. I
Bidang Da’wah
: H. Ruchyat
Bidang Sosial
: Abdullah
Ketua Asrama
: Jumi Kurniawati
Untuk lebih memperjelas gambaran umum kedua yayasan, penulis
membuan tabel perbandingan kedua yayasan tersebut yaitu sebagai berikut:
Aspek
Tahun Pendirian
Yayasan Hayatan Thoyyibah
Tahun
1993
Yayasan Daarul Ummat
berbentuk Tahun 2011 dengan sistem
perkumpulan orang tua asuh, 2013 non panti, 2015 dengan
berdiri sebagai yayasan resmi.
sistem panti.
Jumlah Pengurus
12 orang
8 orang
Jumlah Anak Asuh
51 orang usia 6-17 tahun.
10 orang usia 6-12 tahun
untuk
yang
tinggal
di
asrama, 100 orang yang
masih
di
keluarganya
berusia 6-12 tahun.
Sistem Yayasan
Non Asmara
Asrama dan Non Asrama
52
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL ANALISIS
A. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah dan
Yayasan Daarul Ummat
1. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah
Pola komunikasi terbentuk dari struktur jaringan organisasi
oleh individu dan kelompok.1 Dengan kata lain pola komunikasi
organisasi akan terbentuk seiring berjalannya proses komunikasi.
Begitu juga di dalam proses komunikasi dalam organisasi
kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah, terdapat beberapa pola
komunikasi yang terbentuk dala proses komunikasinya yaitu
sebagai berikut:
a. Pola Bintang
Pola bintang adalah pola yang paling dominan didalam proses
komunikasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah. Proses
komunikasi
di
yayasan
Hayatan
Thoyyibah
dalam
kepengurusannya berjalan dengan proses yang informal. Kelompok
atau organisasi informal sendiri menurut Sentot Imam Wahjono
dapat dikatakan sebagai kelompok yang lebih berkembang dari
upaya individu dan pengembangan minat dan persahabatan
1
Wiryanto, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 32.
53
daripada desain yang sengaja dibentuk organisasi, kelompok
informal lebih bersifat cair dan cenderung temporer dan ad hoc.2
Hal tersebut sangat jelas terlihat didalam proses komunikasi
vertikal maupun horizontal di yayasan Hayatan Thoyyibah, semua
anggota bisa berkomunikasi dengan bebas tanpa melalui tahapan
ataupun proses yang formal. Seperti yang disampaikan oleh bapak
Haris.
“Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara
pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa
langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris
bisa langsung ke pembina ke pengawas, jadi hirarki-hirarki itu
tidak terlalu kaku.”3
Pernyataan tersebut sudah dapat memberi gambaran bahwa
komunikasi organisasi yang berjalan di dalam yayasan Hayatan
Thoyyibah cenderung mengikuti pola bintang. Proses komunikasi
pola bintang itu sendiri adalah semua anggota adalah sama dan
memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota
lainnya.4 Di dalam yayasan Hayatan Thoyyibah semua anggota
kepengurusan bisa berkomunikasi dengan bebas baik itu dari
pengurus ke pengawas ataupun pengurus ke pembina, tidak ada
batasan di antara pengurus-pengurusnya.
Sama
seperti
kepengurusan
organisasi
yayasan
pada
Hayatan
umumnya
Thoyyibah
di
organsasi
terdapat
pula
komunikasi rutin atau komunikasi yang terjadwal. Dalam
2
Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 143.
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
4
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group, 2011) h. 383-384.
3
54
komunikasi rutin
seperti rapat
anggota,
yayasan Hayatan
Thoyyibah tetap menggunakan proses informal. Tidak seperti
rapat-rapat pada organisasi atau perusahaan pada umumnya yang
sudah menerapkan SOP rapat yang terstruktur.
Waktu rapatnya pun tidak dijadwalkan secara tetap, suasana
komunikasinya berjalan santai dan bersifat kekeluargaan, seperti
yang di ungkapkan oleh bapak Haris.
“Rapat formal belum dilakukan secara rutinitas, kemarin itu
sempat di jadwalkan sebulan sekali tapi karna kendala waktu
dan segala macam tidak dilakukan, tapi paling tidak sekitar
mungkin 2-3 bulan sekali, itu tidak dilakukan secara schedule
dirapatkan rutin, jadi kalau ada kegiatan sebelumnya kita
rapatkan terlebih dahulu, seperti kemarin ada rapat tapi bukan
dalam artian rapat kepengurusan, dalam artian untuk rapat
kegiatan kita menjelang ramadhan itu dilakukan disini, jadi
yayasan ini terus terang belum memiliki SOP rapat yang rutin
seperti ini kemudian program tiap divisi nya seperti ini, jadi
kita belum ada ke arah sana .Suasana rapatnya tidak formal
karena yang pertama kan pengurusnya dari daerah sekitar kita
jadi tidak formal lalu kemudian, karena kita belum banyak
kegiatan jadi rutinitasnya jarak dari rapat ke rapat yang lain
tidak sebulan sekali dan suasananya santai biasa saja lesehan
seperti diskusi.”5
Mengenai SOP sendiri pada dasarnya adalah pedoman yang
berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada didalam
suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua
keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses
yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi yang adalah
anggota-anggota organisasi berjalan secara efektif (dan efisien),
5
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
55
konsisten, standar dan sistematis.6 Namun
meskipun tidak
memiliki SOP, proses komunikasi rutin di yayasan Hayatan
Thoyyibah tetap berjalan efektif.
Selain komunikasi rutin di dalam yayasan Hayatan Thoyyibah
juga terdapat proses komunikasi harian atau komunikasi antar
pribadi di antara anggota pengurus yayasan. Pengertian komunikasi
antar pribadi sendiri adalah proses penyampaian paduan pikiran
dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain, agar mengetahui,
mengerti atau melakukan kegiatan tertentu.7 Dalam komunikasi
antar pribadi yang dilakukan sehari hari, para pengurus yayasan
lebih sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa verbal
tanpa media komunikasi, seperti yang dikatakan oleh bapak Haris.
“Media yang digunakan itu ya ketika rapat, kemudian ketika
sedang berkunjung seperti ini, jadi lebih banyak tatap muka. 8
Karena jarak antara rumah pengurus yang satu dengan pengurus
yang lain tidak terlalu jauh, komunikasi sering dilakukan ditempat
yang berbeda-beda, bahasan yang dibicarakanpun secara spontan
tidak terstruktur ataupun direncanakan sebelumnya. Seperti yang
ungkapkan oleh bapak Haris.
“Komunikasi harian antar pengurus itu tidak ada komunikasi
harian yang bagaimana, ini terus terang lebih condong ke arah
informal jadi istilahnya tidak ada yang resmi kita
6
Rudi M. Tambunan, Standard Operating Procedures (SOP) (Maiestas
Publishing:Jakarta, 2008), h. 79.
7
Onong Uchyana Efendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke 6, h. 60-61.
8
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
56
membicarakan yayaasan jadi memang kita belum ke arah sana
jadi bicaranya biasa saja sekedar obrolan.”9
Melihat dua penjelasan mengenai proses komunikasi harian dan
komunikasi rutin di yayasan hayatan Thoyyibah dapat lebih
memperjelas lagi bahwa pola komunikasi yang paling sering
digunakan di dalam organisasi kepengurusan yayasan tersebut
adalah pola bintang. Dalam komunikasi harian semua anggota bisa
menyampaikan pendapatnya dan berkomunikasi dengan bebas ke
anggorta lainnya, begitu juga di dalam komunikasi rutin yang
dilakukan di yayasan tersebut.
b. Pola Y
Pola Y dalam kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah
tidak terlihat, dalam pola Y terdapat dua anggota yang berada di
atas, satu orang anggota berada ditengah atau terpusat dan tiga
lainnya berada di bawah secara berurutan. Dalam organisasi
kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah pola Y tidak terlihat,
tidak ada anggota yang berperan sebagai pemimpin yang dominan.
Semua anggota bisa bebas berkomunikasi dengan pengurus
lainnya. seperti yang dikatakan oleh bapak Haris.
“Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara
pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa
langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris
bisa langsung ke pembina ke pengawas, jadi hirarki-hirarki itu
tidak terlalu kaku.”10
9
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
10
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
57
c. Pola Lingkaran
Pola lingkaran terbentuk jika setiap anggota hanya dapat
berbicara dengan orang yang berada paling dekat di sisinya. Pola
lingkaran di antara pengurus juga tidak terlihat baik itu didalam
komunikasi harian maupun rapat, semua anggota memiliki
kedekatan yang sama dengan anggota lainnya begitu juga dalam
proses komunikasi.
d. Pola Rantai
Pola rantai hampir memiliki kesamaan dengan pola
lingkaran, hanya saja disini ada anggota yang berperan sebagai
pemimpin yaitu anggota yang berada di tengah. Jika dilihat dari
proses komunikasi diantara pengurus yayasan, pola ini pun tidak
terlihat, pesan tidak disampaikan secara berantai dari satu pengurus
ke pengurus lainnya tetapi disampaikan secara langsung kepada
pengurus yang bersangkutan.
e. Pola Roda
Pola roda memiliki karakteristik dimana terdapat anggota
yang berada dipusat dan berperan sebagai pemimpin semua pesan
yang disampaikan harus melalui anggota yang berada di pusat
tersebut. Dalam organisasi kepengurusan pola ini terlihat dalam
rapat pengurus, didalam rapat tersebut terdapat pengurus yang
berperan sebagai pemimpin rapat, yang menjadi pemimpin rapat
tersebut tidak selalu pimpinan yayasan semua anggota mempunyai
kesempatan yang sama dalam memimpin rapat. Namun peran
58
pemimpin disinipun hanya sebagai pemimpin jalannya rapat, pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh seorang pengurus
disampaikan oleh si pengurus itu sendiri tanpa harus melalui
pemimpin rapat, proses rapatnyapun masih berjalan dengan proses
informal. Seperti yang di ungkapkan oleh bapak Haris terkait
dengan rapat pengurus.
“Suasana rapatnya tidak formal karena yang pertama kan
pengurusnya dari daerah sekitar kita jadi tidak formal lalu
kemudian, karena kita belum banyak kegiatan jadi rutinitasnya
jarak dari rapat ke rapat yang lain tidak sebulan sekali dan
suasananya santai biasa saja lesehan seperti diskusi”11
Dalam organisasi juga terdapat dua konsep yang dikenal
dengan nama sistem terbuka (open system) dan sistem tertutup
(close system). Salah satu dari dua sistem ini bisa digunakan oleh
sebuah organisasi sesuai dengan keadaan dan karakter dari
organisasi itu sendiri. Secara sederhana menurut Miftah Thoha
dalam bukunya Perilaku Organisasi mengatakan bahwa kelompok
terbuka adalah suatu kelompok yang secara ajeg mempunyai rasa
tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan kelompok
tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan dan
pembaharuan, atau mempunyai kecenderungan tetap menajga
kestabilan.12
Begitu juga halnya dengan organisasi kepengurusan yayasan
Hayatan Thoyyibah, yayasan tersebut juga menganut salah satu
11
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
12
Miftah Toha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 77.
59
sistem organisasi didalam organisasi kepengurusannya. Jika dilihat
dari definisi sistem terbuka dan tertutup, yayasan Hayatan
Thoyyibah lebih cederung menganut sistem terbuka. Hal itu dapat
terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh yayasan
Hayatan Thoyyibah yang banyak melibatkan lingkungan sekitarnya
dan organisasi-organisasi atau lembaga lain. Seperti yang
diungkapkan oleh bapak Haris mengenai kegiatan yayasan.
“Untuk agenda harian ada pengajian anak-anak tiap hari Senin
sampai Jumat lalu shalat Magrib berjamaah sampai Isya
berjamaah. Di hari Sabtu dan Minggu lebih condong ke
keterampilan akan-anak seperti dulu ada musik, mendongeng,
memasak, jalan-jalan, dan jamnya fleksibel bisa sore bisa pagi.
Tiap dua bulan sekali diadakan santunan. Dan baru
direncanakan untuk tiap bulan mereka datang untuk diberikan
pembinaan berupa motivasi, baik itu kegiatan games atau
mungkin keterampilan dan itu baru berjalan beberpa kali saja,
dan kedepannya saya ingin tadi mengenai enterpreunership
kedepannya saya sedang menyiapkan mereka dihari libur itu
seperti magang. Misalnya saya berkerja sama dengan fotokopi,
nanti misalnya minggu ini si a, dan dia itu belajar memfotokopi,
belajar bikin cetakan, jilid segala macam nanti di minggu
depannya si b jadi paling tidak dia punya dasar bagaimana
memfotokopi dan bagaimana juga melayani customer atau
mungkin di Kedai Yatim mereka juga dilibatkan jadi kasir.
Cuma kan saya harus membuat aturan misalnya dari sisi
kerjasamanya dengan si yang punya usaha misalnya kalau ada
kehilangan barang bagaimana, lalu siapa yang memberikan
uang jajan, lalu berapa lama program berjalan, itu kan harus
saya buat. Ada juga santunan dan ada performance dari anakanak asuh membuat drama lalu ada games motivasi di tahun
2011, kegiatan lomba 17 Agustus, lalu kita juga pernah
mengumpulkan tabungan lalu dikirim ke Palestina, saat Idul
Adha ana-anak juga dididik untuk berkurban, lalu ada juga
kegiatan kemping disini , membuat makanan untuk buka puasa
bersama, ada musik tapi marawis sudah tidak ada, ada santunan
yatim dan dhuafa. Tahun 2008 juga kita melakukan jalan-jalan
dengan anak asuh ke Taman Matahari dan ada santunannya
juga.” 13
13
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
60
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa interaksi yayasan
Hayatan Thoyyibah dengan lingkungan luarnya sangat terlihat,
seperti dalam program mendongeng, yayasan Hayatan Thoyyibah
bekerja sama dengan lembaga Kampung Dongeng Indonesia untuk
menyelenggarakan kegiatan mendongeng dan mendidik anak
asuhnya jika ada yang ingin belajar mendongeng, lalu sesuai
dengan karakteristik sistem terbuka yaitu beradaptasi dengan
perubahan
lingkungan
yayasan
Hayatan
Thoyyibah
juga
menunjukan sifat beradaptasi tersebut. Seperti pada kutipan
wawancara sebelumnya
bahwa pimpinan yayasan Hayatan
Thoyyibah akan melaksanakan praktek kerja untuk anak-anak
asuhnya agar mereka memiliki pengalaman kerja sehingga anakanak asuh yang merupakan output dari yayasan Hayatan Thoyyibah
bisa beradaptasi dan bersaing di masyarakat.
Sistem organisasi terbuka di yayasan Hayatan Thoyyibah juga
terlihat dari proses interaksi dengan lingkungan internal organisasi.
Dalam organisasi kengerusan yayasan, semua anggota pengurus
bisa mengerjakan pekerjaan dari semua divisi kepengurusan atau
bisa dibilang job desk yang dibagikan masih bersifat fleksibel dan
terbuka, seperti yg dikatakan oleh bapak Haris.
“Jadi yayasan ini terus terang belum memiliki SOP rapat yang
rutin seperti ini kemudian program dan tugas tiap divisi nya
seperti ini, jadi kita belum ada ke arah sana.”14
14
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
61
Proses komunikasi di antara pengurus yayasan Hayatan
Thoyyibah tersebut pada dasarnya sudah berjalan dengan baik
hanya saja intesnsitas komunikasinya masih kurang tinggi, hal
tersebut dikarenakan oleh kesibukan masing-masing para pengurus
yayasan. Namun pola komunikasi yang digunakan yaitu pola
bintang cocok dengan kondisi yayasan Hayatan Thoyyibah dan
memberikan dampak positif terhadap perkembangan yayasan, para
anggota yayasan menjadi tidak merasa terbebani dengan rutinitas
yayasan.
Peran anggota pengurus yayasan memiliki dampak langsung
terhadap perkembangan yayasan. Karena salah satu pendukung
berkembangnya sebuah organisasi adalah anggota organisasi itu
sendiri seperti, dikatakan dalam buku Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi karya Veithzal Rivai bahwa faktor pertama yang harus
diperhatikan dalam organisasi adalah manusia, karena itu
merupakan aset termahal dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi
kehidupan dari sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia
yang mendukungnya.15 Hal tersebut membuat yayasan Hayatan
Thoyibah terus berkembang sampai dengan saat ini, tanpa
mengalami masalah dari latar belakang yayasan yang dikelola oleh
keluarga.
15
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), cet ke 3, h. 90.
62
2. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Daarul Ummat
Suatu organisasi memiliki unsur-unsur utama yaitu manusia
(man), kerjasama (team work), tujuan bersama (goals oriented),
peralatan (equipment) dan lingkungan (environtment).16 Unsurunsur tesebut akan berjalan dengan semestinya melalui proses
komuniaksi yang baik, begitu juga di yayasan Darul Ummat. Di
dalam yayasan Daarul Ummat sendiri terdapat dua proses
komunikasi yaitu komunikasi horizontal dan vertikal diantara
pengurusnya, dari proses komunikasi-komuniksai tersebut akan
terbentuklah suatu pola komunikasi organisasi di dalam organisasi
kepengurusan yayasan Daarul Ummat, yaitu sebagai berikut:
a. Pola Bintang
Pola bintang juga banyak terlihat di dalam organisasi
kepengurusan
yayasan Daarul
Ummat,
proses
komunikasi
organisasi yang berjalan diantara pengurusnya juga bersifat
informal baik itu komunikasi vertikal maupun komunikasi
horizontal. Semua anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lain
tanpa batasan dan tahapan apapun. Tidak ada jarak antara atasan
dengan bawahan ataupun antara satu anggota dengan anggota
lainnya untuk proses komunikasi secara vertikal pun tidak melalui
tahapan khusus. Seperti yang di ungkapkan oleh ibu Jumi.
“Kalau tahapan itu tidak ada kita langsung bicara ke yang
punya yayasan, Karena ini segala sesuatunya langsung, jadi
tidak memakai bahasa formal jadi kita pakai bahasa biasa,
16
Yulius Eka Agung Saputra, Manajemen dan Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2014), h.82.
63
prosesnya juga biasa saja, misalnya bahasa kasarnya dari
bawahan harus ke manager dulu baru ke atasannya itu tidak
ada, kalau disini semuanya bisa langsung ke atasan.” 17
Sementara itu proses komunikasi rutin yayasan Daarul Ummat
juga berjalan secara informal tidak ada suasana rapat yang formal
ataupun terstruktur seperti pernyataan yang diungkapkan oleh ibu
Jumi.
“Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan
sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal
kita biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau
yang inti-intinya saja.”18
Peran pemimpin yayasan pun tidak terlalu mendominasi dan
tidak
memandang
struktur
ataupun jabatan dalam proses
kepungurusan yayasan tersebut, pemimpin menyamaratakan
dirinya dengan seluruh anggota kepengurusan.
Dalam proses komunikasi harian sendiri para anggota
menggunakan media komunikasi berupa hand phone dan
komunikasi verbal, media hand phone digunakan karena jarak
antara pengurus yayasan yang cukup jauh sehingga tidak
memungkinkan untuk berkomunikasi tatap muka secara rutin.
Semantara komunikasi harian yang berupa tatap muka dilakukan
secara spontan seperti yang dikatakan oleh ibu Jumi mengenai
media komunikasi dan komunikasi harian di yayasan tersebut.
“Banyak, tetapi tidak terlalu banyak juga, biasanya hand phone
kadang biasanya juga pemimpin yayasan tiba-tiba datang tanpa
17
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
18
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
64
perlu kita minta, mengontrol anak-anak disini, terus baru disitu
kita bicarakan apa saja yg kita ingin sampaikan jadi lebih enak
bicara langsung daripada lewat hand phone.”19
b. Pola Y
Pola Y di yayasan Daarul Ummat muncul ketika ibu Jumi
ingin menyampaikan suatu pesan kepada atasannya, tetapi ia tidak
tahu cara berkomunikasi dan bahasa yang digunakan seperti apa
oleh karena itu ia meminta bantuan kepada anak dari pemimpin
yayasan untuk menyampaikan pesannya. Dalam pola Y terdapat
dua anggota yang berada di atas, satu orang anggota berada
ditengah atau terpusat dan tiga lainnya berada di bawah secara
berurutan. Anak dari pemimpin yayasan berperan sebagai anggota
terpusat, ibu Jumi berada di posisi bawah dan pemimpin yayasan
berada di posisi atas, ibu Jumi dalam menyampaikan pesannya
harus melalui orang terpusat dulu yang berperan sebagai
penghubung antara dia dengan pemimpin yayasan. Hal tersebut
sejalan dengan definisi pola Y yaitu
terdapat pemimpin yang
jelasa, terdapat anggota yang dapat mengirimkan dan menerima
pesan dari dua orang lainnya dan ketiga anggota lainnya memiliki
komunikasi yang terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Seperti
yang diungkapkan oleh ibu Jumi terkait proses komunikasi di
yayasan Daarul Ummat.
“Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada
yang perlu saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi
ada juga yang perlu saya bicarakan dengan anaknya saja.
19
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
65
Karena mungkin jika melalui dia, dia bisa menggunakan
bahasa yang lebih enak dengan orangtuanya sendiri kalau saya
kan dari luar takut ada salah bicara jadi inginnya sih seperti itu
tidak mau bicara langsung ke atasan, cuma karna yang punya
yayasan orangnya welcome terbuka jadi saya lebih seneng
seperti itu.”20
c. Pola Lingkaran
Pola lingkaran di yayasan Daarul Ummat terlihat dalam
pemecahan masalah kecil sehari-hari, di asrama yayasan tersebut
diketuai oleh seorang ketua asrama yaitu ibu Jumi Kurniawati di
iajuga dibantu oleh suaminya untuk mengurus asrama itu. jika ada
masalah di dalam keseharian asrama ibu jumi tidak langsung
berbicara kepada atasan tetapi ia berbicara dulu kepada orang
terdekatnya yaitu suaminya. Hal itu sejalan dengan definisi pola
lingkaran yaitu setiap anggota dapat berbicara dengan orang yang
berada paling dekat di sisinya. Hal itu seperti yang diungkakan
oleh ibu Jumi.
“Kalau seperti itu misalnya kita urus sendiri dulu, yang ada
disni saya dengan suami yang mengurus, kalau misalnya
memang benar-benar tidak bisa baru nanti kita bicara ke ketua
yayasannya.”21
d. Pola Rantai
Pola rantai hampir sama seperti pola bintang hanya saja disini
ada orang yang tersentarlisasi yaitu orang yang berada di tengah,
proses informasi di yayasan daarul ummat berjalan secara berantai
dari anggota ke anggota terdekat lalu anak dari pemimpin yayasan
20
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016.
21
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016.
66
berada di posisi pusat dan berperan sebagai orang kepercayaan
pemimpin untuk menyampaikan pesan pesan dari para bawahan
kepada pemimpin yayasan.
e. Pola Roda
Pola roda di yayasan Daarul Ummat terlihat dari proses
komunikasi di asrama tersebut, dalam pola roda terdapat orang
yang berada di pusat yang berperan sebagai pemimpin dan semua
pesan harus disampaikan kepada orang yang berada di pusat
tersebut. ibu jumi berperan sebagai orang yang berada di pusat
sedangkan orang yang lainnya yang berada di asrama tersebut
seperti anak asuh, pembantu rumah tangga dan sebagainya
berperan sebagai anggota. Dalam proses penyampaian pesan,
semua pesan harus melalui ibu jumi terlebih dahulu agar tidak
terjadi
kesalahpahaman
ataupun
kegaduhan
dalam
proses
komunikasi. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Jumi
“Yayasan ini juga kan sama seperti organisasi, apalagi yang
berada di dalamnya bukan hanya orang-orang seperti kita
(orang dewasa) tetapi anak-anak. Jadi komunikasi itu penting
sekali, saya kan disini ibaratnya sebagai ibu, tidak mungkin
saya diam saja tidak komunikasi dengan anak karna kalau
misalnya dia punya masalah apa disekolah dia pun harus
ngomong, saya pun kalau misalnya tidak ada masalah apapun
disekolah saya juga harus tanya, .seperti misalnya ada
pengumuman apa disekolah? terus teman-temannya seperti
apa?”22
Sama halnya dengan yayasan Hayatan Thoyyibah dan
organisasi lain pada umumnya, yayasan Daarul Ummat dalam
22
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016.
67
organisasi kepengurusannya juga menganut sistem organisasi.
Sistem organisasi di dalam suatu organisasi mungkin bisa berubah
seiring dengan perkembangan organisasi itu sendiri.
Sistem organisasi yang digunakan di yayasan Daarul Ummat
untuk saat ini adalah sistem organisasi tertutup, sistem organisasi
tertutup sendiri ialah dimana organisasi tidak berinteraksi dan tidak
dipengaruhi oleh lingkungannya, dan bekerja mengikuti arus yang
tetap secara sebab akibat namun suatu saat sistem inipun akan
dipengaruhi oleh lingkungannya. Dari pengertian sistem terutup
sendiri terlihat sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh
ibu Jumi terkait dengan interaksi yayasan dengan lingkungan
luarnya, seperti yang dikatakan ibu Jumi mengenai kerjasama
dengan lembaga-lembaga pendidikan.
“Kalau untuk itu belum ada kerjasama. Waktu pas awal kita
disini berdiri itu kita tidak ada kerjasama karena kita juga baru
jadi seperti daftar anak sekolah biasa saja.”23
Selanjutnya untuk badan usaha yang satu manajemen dengan
yayasan ataupun kerjasama dengan lembaga usaha dan sejenisnya
belum ada seperti yang dikatakan oleh ibu Jumi.
“Kalau itu belum, kita baru ini saja.”24
Jika dilihat dari interaksinya dengan lingkungan eksternalnya,
terlihat jelas bahwa yayasan Daarul Ummat menganut sistem
organisasi tertutup karena
23
yayasan tersebut
tidak banyak
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016.
24
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016.
68
melakukan interaksi dengan lingkungan luar sehingga perubahan
dan adaptasi dengan lingkunganpun minim untuk terjadi di yayasan
ini. Interaksi atau kerjasama dengan lingkungan luar yang
dilakukan oleh yayasan Daarul Ummat hanya interaksi dengan
donatur atau bisa dikatakan sebatas dalam kegiatan santunan anakanak asuh yayasan Daarul Ummat.
Lalu untuk interaksi dengan lingkungan internal yaitu untuk
sesama
anggota
pengurus,
yayasan
Daarul
Ummat
juga
menerapkan sistem tertutup, hal itu dapat dilihat dari pernyataan
ibu Jumi terkait dengan rapat yang dilakukan oleh yayasan Daarul
Ummat.
“Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan
sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal
kita biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau
yang inti-intinya saja. Kalau seperti bendahara gitu-gitu mereka
biasanya suka membuat rapat sendiri.”25
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa setiap job desk
yang dipegang oleh tiap-tiap divisi di kepengurusan yayasan
Daarul Ummat tidak dicampuri oleh anggota lain dari divisi yang
berbeda karena tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh
setiap anggota, hal itu juga memperkuat sifat profesionalitas
yayasan Daarul Ummat.
Proses komunikasi organisasi yang sudah berjalan di yayasan
Daarul Ummat tersebut sudah baik, proses komunikasi dilakukan
secara dua arah. Meskipun terhambat oleh jarak antara pengurus
25
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
69
yayasan yang lumayan jauh, tetapi para anggota pengurus yayasan
tersebut masih mementingkan komunikasi tatap muka walaupun
tidak rutin. Karena pada dasarnya komunikasi tatap muka
merupakan interaksi manusia yang paling berpengaruh. Walaupun
sehebat perangkat elektronik, tetapi perangkat elektronik tidak
pernah benar-benar menggantikan keakraban dan kedekatan orangorang yang bercakap-cakap di ruang yang sama.26
Pola komunikasi yang berjalan tersebut dapat memberikan
dampak postif bagi perkembangan yayasan Daarul Ummat, baik itu
perkembangan yayasan ataupun hubungan diantara anggota
pengurusnya yang tidak berlatar belakang keluarga semua anggota
pengurus yayasan bisa menjalankan profesionalitas nya masingmasing dengan baik.
B. Persamaan dan Perbedaan Pola Komunikasi di yayasan Hayatan
Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat
Melihat pemaparan sebelumnya mengenai pola komunikasi
organisasi yang berjalan di yayasan Hayatan Thoyyibah yang
merupakan yayasan keluarga dan yayasan Daarul Ummat yang
merupakan yayasan non keluarga atau profesional. Peneliti dapat
melihat beberapa persamaan dan perbedaan di antara kedua yayasan
tersebut.
Persamaannya terletak pada pola komunikasi organisasi yang
digunakan yaitu pola bintang semua anggota pengurus di dua yayasan
26
Kathleen A. Begley, Ed.D, Komunikasi Tatap Muka, di terjemahkan oleh Ati Cahyani (
Jakarta: PT. Indeks, 2010), h. 3.
70
tersebut memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota
lainnya dan setiap anggota dapat berkomunikasi dengan setiap anggota
lainnya, seperti yang diungkapkan oleh bapak Haris mengenai proses
komunikasi di yayasan Hayatan Thoyyibah.
“Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara
pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung
kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke
pembina ke penganwas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku.”27
Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh ibu Jumi mengenai
proses komunikasi yang berjalan di organisasi kepengurusan yayasan
Daarul Ummat.
“Karena ini segala sesuatunya langsung, jadi tidak memakai bahasa
formal jadi kita pakai bahasa biasa, prosesnya juga biasa saja,
misalnya bahasa kasarnya dari bawahan harus ke manager dulu
baru ke atasannya itu tidak ada, kalau disini semuanya bisa
langsung ke atasan.”28
Proses berkomunikasi serta suasana komunikasi dari kedua
yayasan tersebut juga memiliki persamaan yaitu bersifat informal. Hal
tersebut
dikarenakan kedua
kemanusiaan
yang
tidak
yayasan tersebut
memiliki
aturan
adalah yayasan
baku
di
dalam
kepengurusannya tidak seperti yayasan-yayasan atau perusahaan
formal yang berorientasi profit maupun non profit pada umumnya.
Seperti dalam kutipan wawancara dengan bapak Haris.
“Jadi yayasan ini terus terang belum memiliki SOP rapat yang rutin
seperti ini kemudian program tiap divisi nya seperti ini, jadi kita
belum ada ke arah sana .Suasana rapatnya tidak formal karena
yang pertama kan pengurusnya dari daerah sekitar kita jadi tidak
formal lalu kemudian, karena kita belum banyak kegiatan jadi
27
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
28
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
71
rutinitasnya jarak dari rapat ke rapat yang lain tidak sebulan sekali
dan suasananya santai biasa saja lesehan seperti diskusi.”29
Hal hampir sama juga diungkapkan oleh ibu Jumi terkait proses
komunikasi rutin yang biasa dilakukan di yayasan Daarul Ummat.
“Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan
sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita
biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau yang intiintinya saja. Kalau seperti bendahara gitu-gitu mereka biasanya
suka membuat rapat sendiri.”30
Gaya kepemimpinan dari pemimpin kedua yayasan tersebut juga
sama, pemimpin tidak terlalu mendominasi didalam kepengurusan
yayasan. Tidak ada jarak ataupun batasan dari atasan kepada bawahan.
Pemimpin menaruh kepercayaan kepada bawahannya dalam tugasnya
masing-masing
dan
menyamaratakan
semua
anggota
dalam
kengurusan yayasan. Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan oleh
ibu Jumi mengenai kepemimpinan di yayasan Daarul Ummat.
“Kalau faktor pendukungnya ya kita disini tidak terlalu kaku, kita
terbuka jadi dari atasan tidak pernah melihat kita sebagai bahawan
jadi kasarnya yasudah saya percaya saja sama kamu yang penting
kalau ada apa-apa ngomong.”31
Begitu juga di yayasan Hayatan Thoyyibah pemimpin tidak
menunjukan sifat otoriter ataupun mendiminasi, ia tidak menjaga jarak
ataupun membuat aturan-aturan yang menyulitkan anggota pengurus
yayasan dalam proses berkomunikasi, seperti yang dikatakan oleh
bapak Haris.
29
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
30
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
31
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
72
“Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara
pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa
langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris
bisa langsung ke pembina ke penganwas, jadi hirarki-hirarki itu
tidak terlalu kaku.”32
Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinannya
sangat
berpengaruh terhadap perkembangan sebuah organisasi atau lembaga.
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih
bergantung pada kepemimpinannya yaitu apakah kepemimpinan
tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber
daya alam, sarana, dana dan waktu secara efektif-efisien serta terpadu
dalam proses manajemen. Karena itu kepemimpinan merupakan inti
dari organisasi, manajemen dan administrasi. 33 Begitu juga di yayasan
Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat, gaya kepemimpinan
seperti yang dijelaskan sebelumnya sangat berpengaruh dan membawa
dampak positif bagi perkembangan yayasan.
Namun
dari
persamaan-persamaan
tersebut
terdapat
pula
perbedaan diantara pola komunikasi organisasi kedua yayasan tersebut.
Yayasan Hayatan Toyyibah yang notabenenya dikelola oleh keluarga
dalam proses berkomunikasinya lebih santai dalam artian para anggota
tidak perlu mengatur bahasa verbal yang digunakan tetapi masih
menggunakan bahasa yang sopan, sedangkan yayasan Daarul Ummat
yang merupakan yayasan non keluarga atau profesional dalam proses
32
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
33
Dr. Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h, 14.
73
komunikasinya selalu berhati-hati dalam proses komunikasi agar tidak
terjadi kesalah pahaman, seperti yang di ungkapkan oleh ibu Jumi.
“Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada
yang perlu saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi ada
juga yang saya ingin bicarakan dengan anaknya saja. Karena
mungkin jika melalui dia, dia bisa menggunakan bahasa yang lebih
enak dengan orangtuanya sendiri kalau saya kan dari luar takut ada
salah bicara jadi inginnya sih seperti itu tidak mau bicara langsung
ke atasan, cuma karna yang punya yayasan orangnya welcome
terbuka jadi saya lebih seneng seperti itu.”34
Perbedaan selanjutnya terletak pada sistem organisasi yang
berjalan di kedua yayasan tersebut. di yayasan Hayatan Thoyyibah
sistem organisasi yang digunakan adalah sistem organisasi terbuka.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya hal itu terlihat dari interaksi
yayasan Hayatan Thoyyibah dengan lingkungan eksternalnya. Hal
tersebut terlihat
dari kegiatan-kegiatan yayasan yang banyak
berhubungan dengan lingkungan luar, serta adanya kerjasama yayasan
dengan lembaga-lembaga lain. Seperti kegiatan mendongeng yang
bekerja sama dengan Lembaga Dongeng Indonesia. Lalu proses
interaksi dengan lingkungan internal organisasi juga menunjukan
sistem organisasi yang terbuka, seperti yang dikatakan oleh bapak
Haris bahwa setiap anggota dari divisi yang satu boleh ikut
mengerjakan pekerjaan di divisi yang lain.
Sementara itu di yayasan Daarul Ummat sistem organisasi yang
digunakan adalah sistem organisasi tertutup, berbeda dengan yayasan
Hayatan Thoyyibah yang banyak melakukan kegiatan dengan
lingkungan luar yayasan Daarul Ummat belum melakukan hal tersebut,
34
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
74
seperti yang diungkapkan oleh ibu Jumi mengenai kerjasama dan
badan usaha yang dimiliki oleh yayasan.
“Kalau itu belum, kita baru ini saja.”35
Untuk
interaksi
dengan
lingkungan
internal,
organisasi
kepengurusan yayasan Daarul Ummat juga cenderung tertutup seperti
yang di ungkapkan oleh ibu Umi terkait dengan kegiatan rapat yang
dilakukan oleh yayasan Daarul Ummat.
“Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan
sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita
biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau yang intiintinya saja. Kalau seperti bendahara gitu-gitu mereka biasanya
suka membuat rapat sendiri.”36
C. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di
Yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat
1. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di Yayasan
Hayatan Thoyyibah
Semua proses komunikasi tidak terlepas dari faktor penghambat
dan pendorong. Terlebih jika komunikasi tersebut dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai perbedaan baik itu secara struktural
maupun latar belakang seperti didalam sebuah organisasi.
Dalam proses komunikasi organisasi di yayasan Hayatan
Thoyyibah yang menjadi faktor penghambat proses komunikasi
organisasi hanyalah kesibukan dari masing-masing aggota pengurus
35
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 7 April 2016.
36
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 7 April 2016.
75
yayasan tidak terkecuali untuk bapak Haris selaku ketua yayasan
Hayatan Thoyibbah sendiri, seperti yang ia katakan.
“Dalam komunikasi tatap muka hambatannya ya lebih banyak
disayanya, karena saya kan kerjanya tidak rutin tidak seperti orang
kantoran yang dari jam tujuh lalu jam delapan pulang, jadi
kendalanya disitu, saya liburnya juga bukan dihari libur kadangkadang kemudian untuk menentukan rapat saya diminta untuk
hadir akhirnya waktunya disesuaikan dengan waktunya saya jadi
kendalanya disitu, kendalanya hanya waktu”.37
Melihat pernyataan tersebut dapat dikatakan faktor penghambat
yang paling besar dalam proses komunikasi organisasi di yayasan
Hayatan Thoyyibah adalah masalah waktu untuk berkomunikasi.
Latar belakang anggota pengurus yayasan yang merupakan satu
keluarga merupakan faktor pendorong pertama yang memperlancar
proses komunikasi diantara anggota pengurus yayasan Hayatan
Thoyyibah, selain itu rumah pengurus yayasan yang tidak terlalu jauh
juga menjadi faktor pendorong dalam proses komunikasi diantara
anggora pengurus yayasan.
Tidak adanya batasan antara atasan dengan bawahan juga menjadi
faktor pendorong proses komunikasi organisasi di yayasan ini, seperti
yang dikatakan oleh bapak Haris.
“Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara
pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa
langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris
bisa langsung ke pembina ke pengawas, jadi hirarki-hirarki itu
tidak terlalu kaku.”38
37
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
38
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
76
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa proses komunikasi yang
informal juga menjadi faktor pendorong proses komunikasi di yayasan
tersebut, hal itu diperjelas dengan pernyataan bapak Haris mengenai
proses komunikasi.
“Kalau menurut saya untuk saat ini mungkin yang berbau tidak
formal, kalau disiplin memang diperlukan tapi sejauh ini belum
bisa diterapkan dan saya sendiri juga belum bisa menerapkan,
karena waktu saya tadi itu, jadi untuk sementara ini mungkin yang
cocok untuk kondisi saya ya informal, misalnya juga surat
undangan bukan berupa surat resmi tetapi SMS.”39
Jadi dapat disimpulkan untuk faktor pendorong proses komunikasi
organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah adalah tidak adanya
batasan-batasan antara atasan dengan bawahan dan juga proses
komunikasi yang informal dan fleksibel sehingga tidak membebani
para anggota pengurus yayasan.
Penulis juga menggunakan analisis SWOT dalam menganalisis
faktor pendukung dan peghambat di kedua yayasan ini. Analisis
SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert S Humphrey pada
tahun 1960-an. SWOT adalah singkatan dari strength (kekuatan) yaitu
karakteristik organisasi ataupun proyek yang memberikan kelebihan /
keuntungan
dibandingkan
dengan
yang
lainnya,
weakness
(kelemahan) yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kelemahan
pada organisasi ataupun proyek dibandingkan dengan yang lainnya,
opportunities (peluang) yaitu peluang yang dapat dimanfaatkan bagi
organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di kemudian hari,
threats (ancaman) yaitu Ancaman yang akan dihadapi oleh organisasi
39
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris
Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
77
ataupun proyek yang dapat menghambat perkembangannya. Dari
keempat komponen dasar tersebut, strength (kekuatan) dan weakness
(kelemahan) adalah faktor internal organisasi/proyek itu sendiri,
sedangkan oppoturnities (peluang) dan threats (ancaman) merupakan
faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan organisasi
ataupun proyek.40
1. Strength
a. Susasana komunikasi baik internal maupun eksternal di
yayasan ini sangat positif dan berdampak baik pada
perkembangan yayasan.
b. Yayasan ini memiliki link atau hubungan yang baik dengan
orang-orang atau lembaga yang berkualitas dan kompeten yang
bisa membantu memajukan dan mengembangkan yayasan.
c. Yayasan ini memiliki modal yang cukup besar baik dari segi
finansial
maupun
sumber
daya
manusia
yang
berada
didalamnya.
d. Yayasan ini mempunyai legalitas yang lengkap sebagai sebuah
yayasan resmi.
e. Anggota pengurus yayasan ini mempunyai tingkat pendidikan
yang tinggi sehingga anggotanya memiliki pemikiran yang
luas, hal tersebut dapat berdampak pada perkembangan
yayasan dan juga meminimalisir terjadinya konflik diantara
anggota kepengurusan yang dapat memecah yayasan.
40
http://www.ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/ di akses
tanggal 17-06-2016 pukul 19:08
78
2. Weakness
a. Kesibukan para anggota pengurus yayasan menyebabkan
tingkat intesitas komunikasi yang rendah hal itu berdampak
pada kurang optimalnya pelaksanaan program-program dari
visi dan misi yayasan.
b. Yayasan ini tidak memiliki web khusus ataupun akun-akun
media sosisal yang dapat menghubungkan yayasan dengan
masyarakat luas, hal ini penting bagi sebuah lembaga untuk
menaikan popularitas dan eksistensinya di masyarakat dan
kemudahan
untuk
mengakses
informasi-informasi
yang
berhubungan dengan yayasan.
3. Opportunities
a. Lembaga yayasan seperti ini sedang populer berkembang di
masyarakat
dan
masyarakatpun
mulai
tertarik
untuk
berpartisipasi dalam lembaga-lembaga yayasan seperti ini.
b. Dengan sumberdaya manusia dan modal yang dimiliki, yayasan
ini dapat mengembangkan yayasan di bidang-bidang yang
lainnya
dan membuat program-program yang berorientasi
profit.
c. Pemerintah sudah memberikan wadah dan perlindungan untuk
lembaga-lembaga semacam ini melalui undang-undang.
4. Threats
a. Perkembangan dan kemudahan penyalahgunaan pendirian
lembaga sejenis ini dapat menjadi ancaman yayasan dalam
79
meyakinkan masyarakat bahwa yayasan ini berjalan sesuai
dengan semestinya.
b. Menjamurnya yayasan sejenis menyebabkan yayasan semacam
ini harus mempunyai strategi dan inovasi untuk menjadi yang
lebih unggul dibandingkan yang lain.
2. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di
Yayasan Daarul Ummat
Secara teknis di yayasan Daarul Ummat sendiri terdapat beberapa
proses komunikasi, salah satunya adalah proses komunikasi dari
bawahan ke atasan. Seperti yang dikutip dari buku Pengantar Ilmu
Komunikasi karya Nurani Soyomukti, ada beberapa hal yang
menyebabkan proses komunikasi ke atas sulit dilakukan, yaitu sebagai
berikut:
1. Adanya kecenderungan bagi bawahan untuk menyembunyikan
pikiran mereka mungkin karena anggapan bahwa mereka
hanyalah bawahan yang harus menuruti atasan.
2. Adanya perasaan dikalangan bawahan bahwa atasan tidak tertarik
pada permasalahan bawahan.
3. Kurangnya penghargaan dan apresiasi bagi komunikasi ke atas
yang dilakukan oleh bawahan.
4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap
pada apa yang disampaikan pegawai. 41
41
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2010)
h.187.
80
Proses komunikasi horizontal khususnya komunikasi dari bawahan
ke atasan di yayasan Daarul Ummat, faktor penghambat komunikasi
keatas tersebut sangat kecil terjadi, yang menjadi pengahambat
hanyalah karena tidak adanya aturan-aturan dalam berkomunikasi di
antara atasan dan bawahan, tetapi bawahan harus tetap menjaga norma
kesopanan dalam bahasa verbal maupun non verbal kepada atasan
agar tidak terjadi kesalah pahaman. Seperti yang dikatakan oleh ibu
Jumi.
“Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada
yang perlu saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi ada
juga yang saya ingin bicarakan dengan anaknya saja. Karena
mungkin jika melalui dia, dia bisa menggunakan bahasa yang lebih
enak dengan orangtuanya sendiri kalau saya kan dari luar takut ada
salah bicara jadi inginnya sih seperti itu tidak mau bicara langsung
ke atasan, cuma karna yang punya yayasan orangnya welcome
terbuka jadi saya lebih senang seperti itu.”42
Faktor penghambat yang disebutkan di atas bisa disebut sebagai
masalah etika dalam organisasi, R. Wayne Pace dan Don. F. Fules
dalam bukunya Komunikasi Organisasi meenjelaskan beberapa
masalah etika dalam organisasi yang di bagi menjadi dua kategori
yaitu sebagai berikut:
1. Praktik-praktik organisasi
a. Rasa hormat, martabat dan kebebasan perorangan. Masalah ini
berhubungan
dengan
cara
organisasi
memperlakukan
anggotanya.
42
Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi
Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016.
81
b. Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini berkenaan dengan
etika kepegawaian,
pemberian gaji,
kenaikan pangkat,
pendisiplinan, pemberhentian dan masalah pensiun anggota
organisasi.
c. Keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap keputusan
pribadi.
d. Pemantauan perilaku. Masalah yang termasuk dalam hal ini
adalah sejauh mana organisasi memiliki hak untuk memaksa
anggotanya agar membeberkan informasi mengenai diri
mereka.
e. Kualitas lingkungan kerja. Hal ini meliputi sejumlah kegiatan,
termasuk
masalah-masalah
kesehatan
dan
keamanan,
perawatan ibu hamil dan anak-anak, serta hubungan pegawai
manajer.
2. Keputusan perorangan
a. Konflik kepentingan. Masalahnya adalah bagaimana bila
penilaian anggota organisasi bercampur aduk dengan suatu
kepentingan yang mereka miliki dalam hasil transaksi.
b. Kewajiban terhadap orang lain. Masalahnya disini meliputi
konflik-konflik antara kewajiban anggota dengan organisasi
serta loyalitas mereka kepada yang lainnya, yang sering
disebut sebagai pihak ketiga.
82
c. Diskriminasi kerja. Hukum menyediakan bantuan untuk
“melindungi” kelompok anggota organisasi yang termasuk
dalam kelompok yang didiskriminasi.
d. Pelecehan seksual. Dalam beberapa keadaan, pelecehan
seksual dibahas sebagai suatu bentuk diskriminasi, tetapi
interpretasi yang paling umum pada masa kini adalah
kaitannya dengan hak perorangan. 43
Jika dikaitkan dengan penjelasan mengenai masalah etika tersebut,
masalah etika yang juga menjadi faktor penghambat komunikasi
organisasi di yayasan Daarul Ummat lebih kepada praktik-praktik di
organisasi. Seperti rasa hormat bawahan kepada atasan, cara atasan
yang tidak memandang bawahan sebagai bawahan, kebebasan
perorangan untuk melakukan sesuatu tetapi masih sesuai dengan hak
dan kewajiban anggota organisasi, dan etika-etika pegawai.
Faktor penghambat komunikasi bisa juga disebabkan oleh faktor
latar belakang. Menurut Miftah Toha dalam bukunya Perilaku
Organisasi bahwa latar belakang yang sama merupakan salah satu
faktor penentu dari proses dari proses daya tarik individu untuk
berinteraksi satu sama lain. Kesamaan latar belakang, seperti misalnya
usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, ras, kebangsaan dan status
43
R. Wayne Pace dan Don. F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h. 544-546
83
sosioekonomis
seseorang
akan
memudahkan
mereka
untuk
menemukan daya tarik berinteraksi satu sama lain. 44
Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa yayasan Daarul
Ummat merupakan yayasan yang tidak berlatar belakang keluarga
sehingga latar belakang anggota pengurusnyapun otomatis berbedabeda. Hal tersebut juga menjadi faktor penghambat komunikasi seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai bahasa yang digunakan
oleh bawahan jika ingin berbicara kepada atasan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat
proses komunikasi di yayasan Daarul Ummat adalah faktor etika dan
latar belakang anggota pengururus yayasan yang bukan merupakan
keluarga, sehingga ada perasaan takut terjadi kesalahpahaman dalam
proses komunikasi.
Disamping faktor-faktor penghambat tersebut, terdapat pula faktor
pendorong proses komunikasi organisasi di dalam yayasan Daarul
Ummat. Meskipun ada rasa takut terjadi kesalahpahaman dalam
proses komunikasi dari bawahan ke atasan karena faktor latar
belakang yang berbeda, tetapi pihak bawahan maupun atasan selalu
mencoba
untuk
menghilangkan
diungkapkan oleh ibu Jumi
hal
tersebut.
Seperti
yang
“Kalau faktor pendukungnya ya kita
disini tidak terlalu kaku, kita terbuka jadi dari atasan tidak pernah
44
Miftah Toha, Perilaku Organisasi, h. 85.
84
melihat kita sebagai bahawan jadi kasarnya ya sudah saya percaya saja
sama kamu yang penting kalau ada apa-apa ngomong.”
Melihat penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi
faktor pendorong komunikasi di yayasan Daarul Ummat adalah proses
komunikasi yang informal dan tidak terlalu kaku dan juga sikap atasan
yang menyamaratakan dirinya dengan bawahan dalam proses
komunikasi.
Sama seperti pada yayasan Hayatan Thoyyibah, penulis juga
menggunakan analisis SWOT dalam menganalisis faktor penghambat
dan pendorong proses komunikasi organisasi di yayasan Daarul
Ummat yaitu sebagai berikut.
1. Strength
a. Proses komunikasi intrernal di yayasan ini berjalan cukup baik
sehingga berdampak baik pada perkembangan yayasan.
b. Yayasan ini menempatkan orang-orang yang kompeten
dibidangnya dalam kepengurusan yayasan.
c. Keseriusan
para
anggota
pengurus
yayasan
dalam
mengembangkan yayasan ini cukup tinggi.
d. Yayasan ini sudah mempunyai legalitas yang lengkap sebagai
sebuah lembaga resmi.
e. Lokasi yang sangat strategis membuat yayasan ini mudah
diketahui oleh masyarakat.
2. Weakness
85
a. Untuk segi tampilan fisik, yayasan ini hampir serupa dengan
yayasan-yayasan sejenis. Yayasan ini sebaiknya membuat
inovasi dalam hal tampilan agar lebih menarik dan lebih mudah
diingat oleh masyarakat.
b. Program-program di yayasan ini sudah cukup baik, tetapi
masih serupa dengan program-program yayasan sejenis pada
umumnya. Alangkah baiknya yayasan ini menambahkan
program-program kegiatan yang lain yang bisa membuat anakanak asuh yang merupakat output yayasan menjadi lebih
ungggul dibandingkan dengan yayasan lain.
c. Yayasan ini belum banyak melakukan kerjasama dan perluasan
di bidang lain yang bisa berdampak pada perkembangan
yayasan. Dengan kelengkapan legalitas hukum yang dimiliki
tentu akan memudahkan yayasan ini dalam melakukan
kerjasama dengan pihak lain dalam mengembangkan yayasan.
3. Opportunities
a. Dengan segala kelengkapan yang dimiliki sebagai sebuah
lembaga resmi, yayasan ini dapat lebih mudah mendapat
kepercayaan dari
masyarakat dan berkembang untuk dapat
bersaing dengan yayasan sejenis lainnya.
b. Pemerintah sudah memberikan wadah dan perlindungan untuk
lembaga-lembaga semacam ini melalui undang-undang.
4. Threats
86
a. Banyaknya penyalahgunaan dalam pendirian yayasan semacam
ini membuat yayasan ini harus memiliki strategi yang tepat
untuk menaikan kredibilitas yayasan dimata masyarakat.
b. Menjamurnya yayasan sejenis menyebabkan yayasan semacam
ini harus mempunyai strategi dan inovasi untuk menjadi yang
lebih unggul dibandingkan yang lain.
Selain menganalisis dengan analisis SWOT, penulis juga membuat
tabulasi komparasi persamaan dan perbedaan yayasan Hayatan
Thoyyibah dan Daarul Ummat dari segi sistem komunikasi organisasi,
saluran komunikasi, pendekatan komunikasi organisasi dan jaringan
dalam organisasi, yaitu sebagai berikut.
Aspek
Hayatan Thoyyibah
Daarul Ummat
Sistem
Tidak ada dominasi kekuasaan Tidak ada dominasi pemimpin,
Komunikasi
dalam
organisasi,
semua namun
pemimpin
lebih
pengurus mempunyai kekuatan mempunyai legitimate power
dan wewenang yang sama di di dalam kepengurusan karena
dalam
pembagian
pengurus
kepengurusan, jabatannya, jobdesk diberikan
jobdesk
tidak
setiap sesuai
dengan
terlalu masing-masing
keahlian
pengurus.
dipersoalkan. Pemberian sanksi Pemberian sanksi dan reward
dan reward dilakukan secara dilaksanakan secara konsisten
fleksibel dan bisa diberikan sesuai
dengan
kesepakatan
oleh siapa saja yang melihat yang sudah disepakati oleh
87
adanya
kesalahan
keberhasilan
ataupun semua pengurus yayasan.
yang
dicapai
dalam kepengurusan yayasan.
Saluran
Komunikasi lisan secara tatap Komunikasi lisan dan tatap
Komunikasi
muka dipilih sebagai saluran muka dilakukan secara rutin
(lisan dan tulisan)
utama dalam menyampaikan dan terjadwal dalam rapat
pesan atau hal yang terkait anggota,sementara komunikasi
dengan
yayasan.
komunikasi
Sedangkan tulisan
tulisan
dilakukan
hanya komunikasi
dalam
harian
dilakukan untuk mengundang memberikan
untuk
informasi
dan
para pengurus untuk melakukan laporan harian dari anggota
rapat terkait kegiatan yayasan.
satu ke anggota lainnya.
Pendekatan
-Penyelesaian masalah internal -Penyelesaian masalah internal
Komunikasi
dan ekseternal dilakukan secara dan eksternal dilakukan secara
Organisasi
kekeluargaan.
(pendekatan
kewajiban pengurus diberikan atau
struktur dan fungsi secara
fleksibel
organisasi, human tertulis.
dan kekeluargaan.
Pengangkatan
pemilihan
pimpinan
dan
tidak dilakukan secara periode dan
Pengangkatan
atau melalui prosedur tertentu. Hak
relation, organisasi pemilihan
sebagai kultur)
Hak
pimpinan
dan dan
kewajiban
pemberian jabatan tidak terlalu diberikan
dipersoalkan
dan
pengurus
sesuai
tidak ketentuan tertulis yang sudah
dilakukan secara demokratis disepakati sebelumnya
ataupun
melalui
tertentu.
88
dengan
prosedur
-Pimpinan
selalu
melihat -Pemimpin memegang kendali
feedback dari pengurus lain dalam pengambilan keputusan
dalam mengambil keputusan tetapi
masih
memberikan
serta memberikan wewenang kesempatan kepada pengurus
yang
sama
dalam lain untuk berartisipasi dalam
mempertimbangkan
menyusun
dan membuat suatu keputusan.
keputusan
yang
dibuat.
-Para
pengurus
menjadikan -Rutinitas
rutinitas didalam organaisasi semenarik
yayasan
mungkin
dibuat
dan
yayasan sefleksibel mungkin pengurus melakukannya secara
dan dijadikan sebagai kegiatan serius yang bertujuan untuk
untuk
mempererat
tali memajukan yayasan. Norma-
persaudaraan dan silaturahmi, norma dan aturan di buat
aturan-aturan
kesopanan
lebih
dan
dalam
norma sesuai
dengan
norma
keluarga kesopanan di dalam sebuah
dijunjung
tinggi organisasi.
dibandingkan dengan hirarki
dalam struktur organisasi.
Jaringan
Dalam Semua
anggota
Organisasi (peran memerlukan
penghubung
(liaoisons)
peran
tidak Peranan
peranan pengurus
penghubung
diperlukan
dan
dalam
penghubung ataupun jembatan komunikasi vertikal khususnya
dan dalam
jembatan belakang
berkomunikasi,
keluarga
89
latar dari bawahan ke atasan untuk
membuat menghindari kesalah pahaman
(bridge)
para
pengurus
memiliki dalam
proses
komunikasi,
kedekatan yang intens di dalam kedua peranan itu dipegang
organisasi
sehingga
kepengurusan, oleh
tidak
anak
memerlukan yayasan
kedua peranan tersebut.
90
dari
pimpinan
yang
sering
mengunjungi asrama yayasan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai pola komunikasi
organisasi dalam yayasan keluarga dan yayasan profesional yaitu yayasan
Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat dapat disimpulkan bahwa
pola komunikasi yang digunakan oleh kedua yayasan tersebut adalah pola
bintang. Di kedua yayasan tersebut pola bintang digunakan dalam proses
komunikasi rutin maupun komunikasi harian. Di yayasan Hayatan
Thoyyibah maupun yayasan Daarul Ummat proses komunikasi berjalan
secara informal, tidak ada aturan khusus baik itu untuk komunikasi
vertikal maupun horizontal. Dalam komunikasi harian sendiri di yayasan
Hayatan Thoyyibah dilakukan secara verbal dan tatap muka, sedangkan di
yayasan Daarul Ummat komunikasi harian para anggota pengurus yayasan
lebih sering menggunakan media komunikais berupa handphone.
Persamaan pola komunikasi yang digunakan di yayasan Hayatan
Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat terletak pada pola komunikasi
yang digunakan yaitu pola bintang dan proses komunikasi yang
berlangusng secara informal. Sedangkan perbedaannya terletak pada
proses komunikasi antaranggotanya, di yayasan Hayatan Thoyyibah yang
seluruh anggota pengurusnya merupakan satu keluarga proses komunikasi
antar anggotanya berjalan lebih luwes sedangkan di yayasan Daarul
Ummat yang anggota pengurusnya bukan merupakan keluarga proses
91
komunikasinya
masih
lebih
berhati-hati
karena
takut
terjadi
kesalahpahaman. Perbedaan selanjutnya terletak pada sistem organisasi
yang diterapkan, di yayasan Hayatan Thoyyibah sistem organisasi yang
digunakan adalah sistem terbuka terlihat dari kegiatan-kegiatan dan
program yang dijalankan serta interaksi dengan lingkungan internal dan
eksternal yayasan. Sementara di yayasan Daarul Ummat sistem yang
digunakan cenederung tertutup, terlihat dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh yayasan dan juga interaksi dengan lingkungan internal dan
eksternalnya.
Faktor penghambat komunikasi organisasi di yayasan Hayatan
Thoyyibah hanyalah masalah intensitas komunikasi diantara pengurus
anggota yang rendah karena para anggota pengurus yayasan memiliki
kesibukan amsing-masing. Sedangkan faktor pendorongnya adalah latar
belakang anggota yang merupakan keluarga sehingga proses komunikasi
menjadi lebih cair. Sedangkan di yayasan Daarul Ummat yang menjadi
faktor penghambat adalah latar belakang anggota pengurus yang bukan
merupakan keluarga ditambah lagi tidak adanya proses-proses khusus
dalam berkomunikasi diantara anggota pengurus, khususnya dalam
komunikasi vertikal, sehingga para anggota harus berhati-hati dan
mengatur bahasa verbal maupun non verbal dalam proses berkomunikasi
agar tidak terjadi kesalahpahaman.
92
B. Saran
Dari uraian yang dikemukakan dan data-data yang penulis temukan. Maka
saran-saran penulis sebagai berikut:
1. Bagi kedua yayasan yaitu yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan
Daarul Ummat sebaiknya mempertahankan pola komunikasi organisasi
yang sudah berjalan yaitu pola bintang, karena pola komunikasi
tersebut dapat membuat suasana komunikasi organisasi dalam
kepengurusan lebih positif dan membuat para anggota lebih nyaman.
2. Untuk yayasan Hayatan Thoyyibah, penulis melihat yayasan ini
memiliki prospek yang sangat baik dan perkembangan yang cukup
pesat. Alangkah baiknya pihak yayasan membuat SOP yayasan yang
disepakati oleh semua anggota kepengurusan agar perkembangan
yayasan bisa lebih terstruktur dan lebih baik.
3. Untuk yayasan Daarul Ummat penulis berharap untuk lebih
memperbanyak kegiatan lagi bagi anak-anak asuh agar anak-anak asuh
di yayasan Daarul Ummat bisa memiliki keunggulan dimasyarakat,
dan yayasan ini bisa bersaing dengan yayasan-yayasan lainnya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Ais, Chatamarasjid. Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti,
2002.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: CV.
Rajawali, 2006.
Bakry, Umar Suryadi. Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016.
Begley, Kathleen A.. Komunikasi Tatap Muka, di terjemahkan oleh Ati Cahyani.
PT, Indeks jakarta 2010.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusi. Tangerang Selatan: Karisma
Publishing Group, 2011.
Efendy, Onong Uchyana. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Fahmi, Irham. Perilaku Organisasi Teori Aplikasi dan Kasus. Bandung: CV.
Alfabeta, 2014.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.
Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode dan Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN
jakarta Press: 2006.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kempemimpian. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 1994.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Persada
Media Group, 2006.
Masmuh, Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek.
Malang: UMM Press, 2010.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Mulhadi. Hukum Perusahaan. Bogor: Gahlia Indonesia,2010.
94
Poerwadarminta, WJS.. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1986.
Rido, Ali. Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan,
Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf. Bandung : Penerbit Alumni,
1981.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Saputra, Yulius Eka Agung. Manajemen dan Perilaku Organisasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2014.
Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2010.
Tambunan, Rudi M.. Standard Operating Procedures (SOP). Maiestas
Publishing:Jakarta, 2008.
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005.
Wahjono, Sentot Imam. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Wiryanto. Ilmu Komunikas. Jakarta: Grasindo, 2004.
INTERNET
http://www.ayopreneur.com/artikel-pendidikan/pengertian-perusahaan-keluarga
http://www.brainly.co.id/tugas/5416074
http://www.ciputra-uceo.net/blog/2013/12/16/bagaimana-jika-usaha-dikelolaoleh-keluarga.
http://www.dunia-kuliah.co.id/2010/03/organisasi-merupakan-sistemterbuka.html
https://www.hukumperdataunhas.com/2014/05/02/kepemilikan-dan-gaji- bagiorgan-yayasan/
http://www.ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/
http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/budayaperusahaan-keluarga.
95
http://www.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB%20II%20Landasan
%20Teori_09.pdf
http://www.kuliah.dinus.ac.id/ika/asi1.html
http://www.pengertianku.net/2015/05/pengertian-profesional-dan-ciri-cirinyalengkap.html
http://www.pirac.com/2012/05/16/yayasan-keluarga-sebagai-pilar-filantropi/
96
LAMPIRAN
97
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Capt. H. Haris Maulana
Jabatan
: KetuaUmum
Institusi
: Yayasan Hayatan Thoyyibah
Alamat
: Jl. Dr. Setia Budi No. 49, Pamulang, Tangerang Selatan
Menerangkan bahwa:
Nama
: Satrio Oktavianto
NIM
: 1112051000051
Perguruan tinggi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas/ Jurusan
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi/ Komunikasi dan
Penyiaran Islam
Telah melaksanakan wawancara di yayasan Hayatan Toyyibah pada tanggal 30
April 2016 untuk memperoleh data untuk keperluan penyusunan skripsi dengan
judul " Pola Komunikasi Organisasi dalam Kepengurusan Yayasan Keluarga
dan Profesional (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Toyyibah dan Yayasan
Daarul Ummat"
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, agar dapat dipergunakan
semestinya.
Tangerang Selatan, 15 Mei 2016
Capt. H. Haris Maulana
(
'
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Jumi Kurniawati
Jabatan
: Ketua Asrama
Institusi
: Y ayasan Daarul Ummat
Alamat
: Jl. Pajajaran No. 4, Pamulang, Tangerang Selatan.
Menerangkan bahwa:
Nama
: Satrio Oktavianto
NIM
: 1112051000051
Perguruan tinggi
: UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Fakultas/ Jurusan
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi/ Komunikasi dan
Penyiaran Islam
Telah melaksanakan wawancara di yayasan Daarul Ummat pada tanggal 2 dan 30
April 2016 untuk memperoleh data untuk keperluan penyusunan skripsi dengan
judul " Pola Komunikasi Organisasi dalam Kepengurusan Y ayasan Keluarga
dan Profesional (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Toyyibah dan Yayasan
Daarul U mmat "
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benamya, agar dapat dipergunakan
semestinya.
Tangerang Selatan, 20 Mei 2016
Jumi Kumiawati
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
:
Jabatan
:
Tempat
:
Hari/ Tanggal :
1. Menurut anda seberapa penting komunikasi di dalam sebuah organisasi?
2. Bagaimana proses berlangsungnya komunikasi rutin (rapat) yang diantara
pengurus yayasan, baik itu waktunya ataupun suasana komunikasinya?
3. Bagaimana proses komunikasi sehari-hari baik itu komunikasi vertikal
maupun horizontal?
4. Apakah ada tahapan untuk berkomunikasi baik dari atasan ke bawahan
atau dari bawahan ke atasan?
5. Media komunikasi apa saja yang digunakan dalam proses komunikasi
diantara pengurus yayasan?
6. Apa saja hambatan komunikasi yang di dapatkan di dalam organisasi
kepengurusan yayasan ini?
7. Menurut anda proses komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi itu
seperti apa?
8. Dalam pekerjaan di kepengurusan yayasan, apakah semua anggota boleh
ikut mengerjakan pekerjaan yang bukan job desk nya?
9. Apakah yayasan ini berusaha melakukan invoasi untuk mengikuti
perubahan di masyarakat? dan apa saja usaha-usaha yang dilakukan?
10. Apakah yayasan ini melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain
yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yayasan?
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
:
Jabatan
:
Tempat
:
Hari/ Tanggal :
1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini?
2. Berapa jumlah anak asuh yang ada sampai saat ini?
3. Apasaja program kegiatan yang sudah berjalan di yayasan ini?
4. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen
yayasan ini?
5. Untuk program santunan bagaimana proses kegiatannya?
6. Apa saja agenda rutin harian, bulanan dan tahunan yayasan ini?
7. Menurut bapak bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk
mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam
meminta sumbangan di jalan raya dan sebagainya?
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
:
Jabatan
:
Tempat
:
Hari/ Tanggal :
1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini?
2. Yayasan ini lebih condong ke arah mana apakah pendidikan, agama atau
sosial?
3. Berapa jumlah anak asuh yang tinggal disini sampai saat ini?
4. Bagaimana proses pencarian anak asuh di yayasan ini?
5. Di misi dicantumkan program pendidikan non formal, bagaimana proses
berjalannya program tersebut?
6. Untuk program pendidikan formal yang mengarahkan ke sekolah apakah
sudah ada kerjasama atau bagaimana?
7. Fasilitas yang sudah ada di asrama yatim ini apa saja?
8. Di brosur dituliskan ada agenda pertemuan dengan orang tua, itu
prosedurnya seperti apa?
9. Kalau untuk pengangkatan anak atau semacamnya bisa dilakukan atau
tidak di yayasan ini?
10. Kalau untuk pemilihan lokasi ini ada kesengajaan memilih disini atau
bagaimana?
11. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen
yayasan ini?
12. Menurut ibu bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk
mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam
meminta sumbangan di jalan raya dan sebagainya?
Hasil Wawancara
Nama
: Capt. H. Haris Maulana
Jabatan
:Ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah
Tempat
: Yayasan Hayatan Thoyyibah
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 April 2016
1. Menurut anda seberapa penting komunikasi di dalam sebuah organisasi?
Komunikasi sangat penting karena kalau komunikasi tidak berjalan dengan
baik maka program tidak berjalan dengan baik, juga bisa terjadi salah
paham dan tersendat.
2. Bagaimana proses berlangsungnya komunikasi rutin (rapat) yang diantara
pengurus yayasan, baik itu waktunya ataupun suasana komunikasinya?
Rapat formal belum dilakukan secara rutinitas, kemarin itu sempat di
jadwalkan sebulan sekali tapi karna kendala waktu dan segala macam
tidak dilakukan, tapi paling tidak sekitar mungkin 2-3 bulan sekali, itu
tidak dilakukan secara schedule dirapatkan rutin, jadi kalau ada kegiatan
sebelumnya kita rapatkan terlebih dahulu, seperti kemarin ada rapat tapi
bukan dalam artian rapat kepengurusan, dalam artian untuk rapat kegiatan
kita menjelang ramadhan itu dilakukan disini, jadi yayasan ini terus terang
belum memiliki SOP rapat yang rutin seperti ini kemudian program dan
tugas tiap divisi nya seperti ini, jadi kita belum ada ke arah sana .Suasana
rapatnya tidak formal karena yang pertama kan pengurusnya dari daerah
sekitar kita jadi tidak formal lalu kemudian, karena kita belum banyak
kegiatan jadi rutinitasnya jarak dari rapat ke rapat yang lain tidak sebulan
sekali dan suasananya santai biasa saja lesehan seperti diskusi.
3. Bagaimana proses komunikasi sehari-hari dari baik itu komunikasi vertikal
maupun horizontal?
Komunikasi harian antar pengurus itu tidak ada komunikasi harian yang
bagaimana, ini terus terang lebih condong ke arah informal jadi istilahnya
tidak ada yang resmi kita membicarakan yayaasan jadi memang kita belum
ke arah sana jadi bicaranya biasa saja sekedar obrolan.
4. Apakah ada tahapan untuk berkomunikasi baik dari atasan ke bawahan
atau dari bawahan ke atasan?
Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara pengurus
itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung kesini, dari
ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke pembina ke
penganwas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku.
5. Media komunikasi apa saja yang digunakan dalam proses komunikasi
diantara pengurus yayasan?
Media yang digunakan itu ya ketika rapat, kemudian ketika sedang
berkunjung seperti ini, jadi lebih banyak tatap muka.
6. Apa saja hambatan komunikasi yang di dapatkan di dalam organisasi
kepengurusan yayasan ini?
Dalam komunikasi tatap muka hambatan nya ya lebih banyak disayanya,
karena saya kan kerjanya tidak rutin tidak seperti orang kantoran yang dari
jam tujuh lalu jam delapan pulang, jadi kendalanya disitu, saya liburnya
juga bukan dihari libur kadang-kadang kemudian untuk menentukan rapat
saya diminta untuk hadir akhirnya waktunya disesuaikan dengan waktunya
saya jadi kendalanya disitu, kendalanya hanya waktu.
7. Menurut anda proses komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi itu
seperti apa?
Kalau menurut saya untuk saat ini mungkin yang berbau tidak formal,
kalau disiplin memang diperlukan tapi sejauh ini belum bisa diterapkan
dan saya sendiri juga belum bisa menerapkan, karena waktu saya tadi itu,
jadi untuk sementara ini mungkin yang cocok untuk kondisi saya ya
informal, misalnya juga surat undangan bukan berupa surat resmi tetapi
SMS.
Responden
Capt. H. Haris Maulana
Interviewer
Satrio Oktavianto
Hasil Wawancara
Nama
: Capt. H. Haris Maulana
Jabatan
: Ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah
Tempat
: Yayasan Hayatan Thoyyibah
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 April 2016
1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini?
Yayasan ini berdiri tahun 2013, akta notarisnya saya lupa nanti
silahkan di cek lagi untuk detailnya. Diawali sebenarnya kegiatan yang
sudah lama berjalan tapi tidak ada naungan hukumnya, jadi ditahun 1993
sudah dilakukan santunan yatim dan dhuafa, lalu tetap berjalan dan di
tahun 2008 saya mendirikan saung ini, disini tempat anak-anak belajar,
belajar apa saja seperti mengaji, mendongeng, kemudian akhirnya di tahun
2013 itu setelah didirikan yayasan, kegiatan yang dilakukan orang tua saya
dan saya itu digabungkan jadi yayasan, jadi nama yayasan Hayatan
Thoyyibah itu dari dulu sebenarnya sudah ada jadi digabung dan dibuat
yayasan Hayatan Thoyyibah.
2. Bagaimana proses pencarian anak asuh di yayasan ini?
Anak asuhnya ada dari beberapa kerabat, teman sodara atau teman
dari mana atau ada yang memang mengajukan diri, ya itu semua kita
tampung. Jadi awalnya dulu di sekitar tetangga saja tapi seiring berjalan
ada yang dari Kampung Mangga ada yang dari Pamulang 2 atau misalnya
istri saya punya teman yang punya anak dan perlu dibantu jadi antar
keluarga dan kenalan saja, tidak mesti harus sodara, kemudian karena
sudah lama, mereka ada juga yang turun misalnya kakanya sudah selesai
lalu digantikan oleh adiknya.
3. Berapa jumlah anak asuh yang ada sampai saat ini?
Jumlah anak asuh sampai sekarang terakhir ada 51 anak bervariasi
detailnya dari SD, SMP, SMA.
4. Apasaja program kegiatan yang sudah berjalan di yayasan ini?
Sebagian sudah berjalan seperti misalnya kemarin kita melakukan
training membuat tas itu sudah berjalan tempatnya di saung ini, ada juga
menjahit, lalu ada kegiatan mendongeng. Kedepannya sih masih ada lagi,
saya ingin ada kegiatan pelatihan leadership atau mungkin motivasi tapi
ini baru yang pertama kali, biasanya mereka datang dua bulan sekali tapi
pembinaan langsungnya belum ada, pembinaan motivasi diberikan itu
hanya jika mereka datang lalu diberikan ceramah tapi yang saya minta
belum lama ini tiap sebulan sekali mereka datang nanti ada pelatihan,
seperti besok mau ada games motivasi. Kalau untuk program dongeng
bukan program rutin tetapi di setiap hari sabtu dan minggu tergantung dari
gurunya disini untuk memberikan dongeng ke anak-anaknya, misalnya ada
anak yang mau belajar dongeng atau tidak jadi bukan program rutin tapi
kita menyediakan itu.
Kalau kita anak asuh itu dirumahnya masing-masing, kedepannya
kita juga ingin punya panti tapi kan butuh efort yang lebih besar, kita ada
tanah itu yang akan kita buat rumah asuh, disini juga kan rencananya ada
dua lantai, apakah itu nanti digunakan untuk kejar paket pendidikan paket
a, b, c atau rumah dari guru supaya dia bisa mengajar tapi ya pelan-pelan.
5. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen
yayasan ini?
Kalau untuk unit-unit usaha, kita baru ada kontarakan petak itu
untuk yang profit, kalau kegiatan yang lain itu kan bukan profit, seperti
ada guru yang mengajar disini kita tidak menmungut biaya dari anak-anak
malah kita yang membayar. Kalau Kedai Yatim sampai saat ini masih
dalam nama saya karena itu belum menguntungkan jadi jika itu saya
masukan kedalam yaayasan nanti takut malah menjadi beban yayasan,
tapi kedepannya jika ini sudah bisa mandiri itu akan saya tempelkan lagi
jadi sebagai embrionya saya handle dulu dan saya yang tanggung supaya
tidak jadi beban yayasan, tetapi ketika nanti ini sudah berjalan baru saya
tempelkan ke yayasan.
6. Untuk program santunan bagaimana proses kegiatannya?
Untuk santunan yatim di lakukan rutin per dua bulan sekali.
7. Apa saja agenda rutin harian, bulanan dan tahunan yayasan ini?
Untuk agenda harian ada pengajian anak-anak tiap hari Senin
sampai Jumat lalu shalat Magrib berjamaah sampai Isya berjamaah. Di
hari Sabtu dan Minggu lebih condong ke keterampilan akan-anak seperti
dulu ad a musik, mendongeng, memasak, jalan-jalan, dan jamnya fleksibel
bisa sore bisa pagi.
Tiap dua bulan sekali diadakan santunan. Dan baru direncanakan
untuk tiap bulan mereka datang untuk diberikan pembinaan berupa
motivasi, baik itu kegiatan games atau mungkin keterampilan dan itu baru
berjalan beberpa kali saja, dan kedepannya saya ingin tadi mengenai
enterpreunership kedepannya saya sedang menyiapkan mereka dihari libur
itu seperti magang. Misalnya saya berkerja sama dengan fotokopi, nanti
misalnya minggu ini si a, dan dia itu belajar memfotokopi, belajar bikin
cetakan, jilid segala macam nanti di minggu depannya si b jadi paling
tidak dia punya dasar bagaimana memfotokopi dan bagaimana juga
melayani customer atau mungkin di Kedai Yatim mereka juga dilibatkan
jadi kasir. Cuma kan saya harus membuat aturan misalnya dari sisi
kerjasamanya dengan si yang punya usaha misalnya kalau ada kehilangan
barang bagaimana, lalu siapa yang memberikan uang jajan, lalu berapa
lama program berjalan, itu kan harus saya buat.
Ada juga santunan dan ada performance dari anak-anak asuh
membuat drama lalu ada games motivasi di tahun 2011, kegiatan lomba
17 Agustus, lalu kita juga pernah mengumpulkan tabungan lalu dikirim ke
Palestina, saat Idul Adha ana-anak juga dididik untuk berkurban, lalu ada
juga kegiatan kemping disini , membuat makanan untuk buka puasa
bersama, ada musik tapi marawis sudah tidak ada, ada santunan yatim dan
dhuafa. Tahun 2008 juga kita melakukan jalan-jalan dengan anak asuh ke
Taman Matahari dan ada santunannya juga.
8. Menurut bapak bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk
mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam
meminta sumbangan di jalan raya dsb.?
Mengubah stereotype mungkin si peneglola yayasan harus lebih
kreatif untuk menggalang dana, contohnya saya punya teman membuat
program sodaqoh sampah plastik, dia punya yayasan tapi dia menggalang
dananya dia mengumpukan sampah kemudian sampah itu mereka dijual,
salah satu usahanya juga dia bekerja sama dengan saya didalam Kedai
Yatim. Jadi dia datang menjemput bola menjemput sampah-sampah
plastik yang ada di rumah-rumah malah itu kalau menurut saya lebih
kreatif, kalau meminta-minta di jalan di TV juga kalau kita lihat mungkin
ada segelintir orang yang akhirnya itu hanya sebuah kedok, bagaimana
menghilangkan stereotype ya dari umat islamnya sendiri dan harus
amanah.
Kalau saya melihat tren sekarang orang mendirikan pantia asuhan
di pinggir jalan, bikin sekretariat, saya tidak tahu apakah kemudian itu
benar-benar berjalan seperti itu atau tidak tapi trennya si seperti itu di
pinggir jalan.
Responden
Capt. H. Haris Maulana
Interviewer
Satrio Oktavianto
Hasil Wawancara
Nama
: Umi
Jabatan
:Ketua asrama yayasan Daarul Ummat
Tempat
: Yayasan Daarul Ummat
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 April 2016
1. Menurut anda seberapa penting komunikasi di dalam sebuah organisasi?
Yayasan ini juga kan sama seperti organisasi, apalagi yang berada di
dalamnya bukan orang-orang seperti kita (orang dewasa) tetapi anak-anak.
Jadi komunikasi itu penting sekali, saya kan disini ibaratnya sebagai ibu,
tidak mungkin saya diam saja tidak komunikasi dengan anak karna kalau
misalnya dia punya masalah apa disekolah dia pun harus ngomong, saya
pun kalau misalnya tidak ada masalah apapun disekolah saya juga harus
tanya, seperti misalnya ada pengumuman apa disekolah? terus temantemannya seperti apa?
2. Bagaimana proses berlangsungnya komunikasi rutin (rapat) yang diantara
pengurus yayasan, baik itu waktunya ataupun suasana komunikasinya?
Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan sekali, kalau
suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita biasa saja yang ikut
rapatpun yang penting-penting atau yang inti-intinya saja. Kalau seperti
bendahara gitu-gitu mereka biasanya suka membuat rapat sendiri.
3. Bagaimana proses komunikasi sehari-hari dari baik itu komunikasi vertikal
maupun horizontal?
Kalau seperti itu misalnya kita urus sendiri dulu, yang ada disni saya
dengan suami yang mengurus, kalau misalnya memang benar-benar tidak
bisa baru nanti kita bicara ke ketua yayasannya.
4. Apakah ada tahapan untuk berkomunikasi baik dari atasan ke bawahan
atau dari bawahan ke atasan?
Kalau tahapan itu tidak ada kita langsung bicara ke yang punya yayasan.
5. Apakah dalam menyampaikan ide atau pendapat harus melaluli pemimpin
terlebih dahulu?
Karena ini segala sesuatunya langsung, jadi tidak memakai bahasa formal
jadi kita pakai bahasa biasa, prosesnya juga biasa saja, misalnya bahasa
kasarnya dari bawahan harus ke manager dulu baru ke atasannya itu tidak
ada, kalau disini semuanya bisa langsung ke atasan.
6. Media komunikasi apa saja yang digunakan dalam proses komunikasi
diantara pengurus yayasan?
Banyak tetapi tidak terlalu banyak juga, biasanya hand phone kadang
biasanya juga pemimpin yayasan tiba-tiba datang tanpa perlu kita minta,
mengontrol anak-anak disini, terus baru disitu kita bicarakan apa saja yg
kita ingin sampaikan jadi lebih enak bicara langsung daripada lewat hand
phone.
7. Apa saja hambatan komunikasi yang di dapatkan di dalam organisasi
kepengurusan yayasan ini?
Kalau hambatan si belum ada sampai sekarang.
Kalau faktor
pendukungnya ya kita disini tidak terlalu kaku, kita terbuka jadi dari
atasan tidak pernah melihat kita sebagai bahawan jadi kasarnya yasudah
saya percaya saja sama kamu yng penting kalau ada apa-apa ngomong.
8. Menurut anda proses komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi itu
seperti apa?
Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada yang perlu
saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi ada juga yang perlu saya
bicarakan dengan anaknya saja. Karena mungkin jika melalui dia, dia bisa
menggunakan bahasa yang lebih enak dengan orangtuanya sendir,i kalau
saya kan dari luar takut ada salah bicara jadi inginnya sih seperti itu tidak
mau bicara langsung ke atasan, cuma karna yang punya yayasan orangnya
welcome terbuka jadi saya lebih seneng seperti itu.
Responden
Jumi Kurniawati
Interviewer
Satrio Oktavianto
Hasil Wawancara
Nama
: Umi
Jabatan
:Ketua asrama yayasan Daarul Ummat
Tempat
: Yayasan Daarul Ummat
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 2 April 2016
1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini?
Yayasan ini pertama kali berdiri disini kita berdiri di bulan Juni tahun
kemarin, berarti kita baru mau satu tahun disini, terus jalan enam bulan
kalau tidak salah kita buka lagi cabang di Mencong Ciledug. Yang ini bisa
dibilang pusat atau pertama, pendirinya itu ada tiga orang salah satunya
itu bapak H. Rukyat dia sebagai ketua, lalu ada bapak H. Abdullah,
mereka itu rekan kerja mereka yang punya gagasan.
Dulu waktu masih bersifat non panti ,anak-anak asuh masih dirumahnya
masing-masing jadi kita menyalurkan bantuannya ke rumah mereka. Tapi
kebanyakan kita sih di luar daerah Jakarta, kita lebih ke daerah Jawa. Pas
sudah menjadi panti, kita kan nanya sama keluarganya kita survey sama
keluarganya, kalau misalnya keluarganya menyetujui anaknya boleh lepas,
karena kan walaupun mereka tidak punya orang tua tapi mereka masih
punya keuarga entah tante entah om, kalau misalnya om atau tantenya
memperbolehkan mereka kita
bawa,
tapi kalau
misalnya tidak
memperbolehkan yasudah.
2. Yayasan ini lebih condong ke arah mana apakah pendidikan, agama atau
sosial?
Kita semuanya berjalan tapi kita lebih ke yang untuk anak-anak ke
pendidikannya.
3. Berapa jumlah anak asuh yang tinggal disini sampai saat ini?
Kalau untuk yang disini 10, kalau untuk yang di Mencong sama 10 juga
4. Bagaimana proses pencarian anak asuh di yayasan ini?
Kita yang cari, kita yg survey anak-anak, tapi kalau misalnya keluarganya
memperbolehkan tapi anaknya tidak mau kita tidak bisa memaksa
takutnya nanti disini malah tidak benar jadinya, kita kan di sini
hitungannya seperti pesantren juga.
5. Di misi dicantumkan program pendidikan non formal, bagaimana proses
berjalannya program tersebut?
Kalau program ita biasanya kita lakukan di luar.
6. Untuk program pendidikan formal yang mengarahkan ke sekolah apakah
sudah ada kerjasama atau bagaimana?
Kalau untuk itu belum ada kerjasama. Waktu pas awal kita disini berdiri
itu kita tidak ada kerjasama karena kita juga baru jadi seperti daftar anak
sekolah biasa saja.
7. Fasilitas yang sudah ada di asrama yatim ini apa saja?
Kalau untuk fasilitas kita baru mau mengadakan komputer, karena kan
zaman sekarang anak-anak SD saja banyak yg pakai komputer, baru nanti
kita mau mengadakan itu dulu salah satunya.
8. Di brosur dituliskan ada agenda pertemuan dengan orang tua, itu
prosedurnya seperti apa?
Prosedurnya baisanya satu bulan itu dua kali atau satu bulan sekali, itu
ada peraturannya soalnya sih karena kalau terlalu sering ketemu nati yang
ada mereka tidak mau tinggal disini. Karena orang tuanya pun datang
kesini kan jauh ada yang dari Pelabuhan Ratu ada yang dari Bogor.
9. kalau untuk pengangkatan anak atau semacamnya bisa dilakukan atau
tidak di yayasan ini?
Karena ini asrama yatim bukan panti asuhan jadi itu tidak bisa, ada juga
misalnya yang mau menitipkan anaknya, itu juga tidak bisa akrena ada
prosedurnya.
10. Kalau untuk pemilihan lokasi ini ada kesengajaan memilih disini atau
bagaimana?
Kita cari lokasi saja tidak ada sengaja pilih disini.
11. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen
yayasan ini?
Kalau itu belum, kita baru ini saja.
12. Menurut ibu bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk
mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam
meminta sumbangan di jalan raya dsb.?
Kan kita mendirikan ini sekaligus dengan asramanya, berarti kan jelas ya
ada anak-anaknya kalau misalnya yang di pinggir jalan itu kan kita tidak
tau ada ank-anaknya atau tidak. Ada beberapa memang donatur yang
bertanya “ini langsung ke anak anaknya nggak ya mba?” kalau misalnya
mau seperti itu langsung saja ke anaknya karna kan disni kita ada anakanaknya, tapi kalau anak-anaknya tidak ada bisa dititipkan ke saya nanti
biar saya langsung kasih ke anak-anaknya karna kan disini kita juga punya
badan hukumnya, kita bayar pajak juga di sini, jadi kalau ada tanggapan
seperti itu saya biasa saja solanya saya resmi disini.
Responden
Jumi Kurniawati
Interviewer
Satrio Oktavianto
Struktur organisasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah
Prosesi pelatakan batu pertama yayasan Hayatan Thoyyibah
Sarana yayasan Hayatan Thoyyibah
Saung Ilmu yayasan Hayatan Thoyyibah
Salah satu badan amal usaha yayasan Hayatan Thoyyibah
Beberapa buku besar yayasan Hayatan Thoyyibah
Kegiatan pengajian anak-anak rutin di yayasan Hayatan Thoyyibah
Kegiatan kampung dongeng di Saung Ilmu yayasan Hayatan Thoyyibah yang
bekerja sama dengan Lembaga Dongeng Indonesia
Kegiatan peringatan hari ibu di yayasan Hayatan Thoyyibah
Pengurus yayasan hayatan Thoyyibah melaksanakan launching kampung dongeng
di Saung Ilmu yayasan Hayatan Thoyyibah
Kegiantan santunan anak yatim
Peneliti saat melakukan sesi wawancara dengan bapak Haris selaku ketua umum
yayasan Hayatan Thoyyibah
Peta lokasi yayasan Hayatan Thooyibah
Jl. Dr. Setia Budi no. 49 Pamulang.
Struktur Organisasi Yayasan Daarul Ummat
Kantor sekaligus Asrama Yatim Yayasan Daarul Ummat
Front office yayasan Daarul Ummat
Beberapa anak asuh yang tinggal di asrama yayasan Daarul Ummat
Kegiatan santunan anak yatim yayasan Daarul Ummat
Kegiatan pengajian bersama anak asuh yayasan Daarul Ummat
Penneliti bersama ketua asrama dan anak asuh yayasan Daarul Ummat
Peta lokasi yayasan Daarul Ummat
VUJ_/
>;J \ ':;:>
4~'-\ ~U
)~
-
Ciputat, 1 Maret 2016
Nom or
: Istimewa
Lamp iran
: 1 Berkas
Peri hal
: Pengajuan Judul Skripsi
Kepada yang Terhormat:
Ketua Dewan Pertimbangan Skripsi
UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Di Tempat
:lv-L_, f.u~h/
~:
-~~
L-~
~'l-(~·ecJ.
~~
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera saya sampaikan semoga Bapak/Ibu dalam lindungan Allah SWT, serta
selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selanjutnya saya yang bertanda tangan di
bawahini:
2• ~
Nama
: Satrio Oktavianto
NIM
: 1112051000051
Semester
:VIII (delapan)
Fakultas
: Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Komunikasi dan Penyiaran Islam
I ..... J.. ~~
~
: ~a,~
Aa-Jk v c,
-~~/
11(~,
Bermaksud mengajukan proposal skripsi dengan judul "Pola Komunikasi Organisasi Dalam
Kepengurusan Yayasan Hayatan Toyyibah Pamulang". Proposal skripsi selanjutnya
diharapkan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S.Kom,I. dalam jenjang
strata 1 (satu) di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan
terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Menget
Pen~at Akademik
..-<--
~lVIEl~
I ~KlAl~ AlJ-AlVlA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Website : www.fdkuinjakarta.ac.id
Nomor: Un.01/F5/PP.00.911124/2016
Lamp : 1 (satu) bundel
Hal
: Bimbingan Skripsi
Telp./Fax: (62-21) 7432728/74703580
Email: [email protected]
Jakarta, 04 April 2016
Kepada Yth.
Zakaria, MA
Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai berikut,
Nama
Nomor Pokok
J urusan/Konsentrasi
Semester
Telp.
Judul Skripsi
Satrio Oktavianto
I I 1205100005 I
Komunikasi dan Penyiaran Islam
VIII (Delapan)
085939132430
Pola Komunikasi Organisasi dalam Kepengurusan Yayasan
Keluarga dan Profesional (Studi Komparasi: Yayasan Hayatun
Toyyibah dan Yayasan Daarul Ummat)
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 04 April 2016
s.d. 04 Oktober 2016.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wh.
an.Dekan,
Wakil Dekan Bidang Akademik
.Ed, Ph.D
10330 199803 1 004
Tembusan:
1. Dekan
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
l
j
•'-..t.:.ll,...bl. ~.
b
•
.,..~l_ ~
~'-J~l.,...~
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580
Email: [email protected]
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Website : www.fdkuinjakarta.ac.id
Nomor
Lampiran
Hal
Un.01/F5/PP.00.91!411/2016
Jaka11a, 18 April 2016
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth.
Pemimpin Yayasan Hayatan Toyyibah
di
Tempat
Assalamu 'alaikun1 Wr. Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan lln1u Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menerangkan bahwa :
Nama
Nomor Pokok
Tempat/Tanggal Lahir
Semester
J urusan/Konsentrasi
Alamat
Telp.
Satrio Oktavianto
I I 12051000051
Tangerang, 1 I Oktober 1994
VIII (Delapan)
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Jl. Dr. Setia Budi No. 54 Pamulang Tangsel
085939132430
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka
penulisan skripsi bet:judul Polo Konnmikasi Organisasi dalam Kepengurusun Yuvmw1
Ke/uarga dan Profesional (Studi Ko111parosi Yayasan Hayaton To~yihah dun Yuru.1un
Daarul Ummat.
Sehubungan
dengan
itu,
dimohon
kiranya
Bapak/Ibu/Sdr.
dapat
menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Demikian. atas ketjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassa!amu 'a!aikum Wr. Wb.
Dekan
'
~J'
'~
fSubhan, MA
IP. 19~60 II 0 199303 I 004
Tembusan :
I. Dekan
2. Ketua Konsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islam
~KAN
Sertificated No: QSC 01109
Komite Akredffilsi Nasional
.Lembaga Sertlflkasi Sistem Mutu
LSSM-002-IDN
~ll' J..£.1.,.
• .£J .n.....Lftl.,. ft ~ftll' J.ft
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Telp./Fax: (62-21) 7432728/74703580
Email: dakwah@fdk. uinjakarta.ac.id
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Website : www.fdkuinjakarta.ac.id
Nom or
Lampi ran
Hal
Un.O I /F5/PP.00.9/ 1412/2016
Jakatia. 18 April 2016
Izin Penelitian (Slil'ipsi)
Kepada Yth.
Pemimpin Yayasan Daarul Ummat
di
Tempat
Assa!amu 'a!aikwn Wr. Wb.
Dekall"faKuttas Dakwah dan llmu
menerangkan bahwa :
Nama
Nomor Pokok
Tempat/Tanggal Lahir
Semester
J urusan/Konsentrasi
Alamat
Telp.
Kon1~1i1lkasi
U1N Syarif Hidayatullah
JaT~arra
Satrio Oktavianto
1 I 12051000051
Tangerang. I I Oktober I 994
VIII (Delapan)
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Jl. Dr. Setia Bucli No. 54 Pamulang Tangsel
085939132430
aclalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah clan llmu Komunikasi UIN
Syarif Hiclayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data clalam rangka
penulisan skripsi bet:iudul Po!a K01nunikasi Organisasi da!am Kepengurusan Yavoson
Ke!uarga dan Profesiona! (Studi Komparasi Yayasan Hayatan To)yiboh dan Yavasan
Daaru! Ummat.
Sehubungan
clengan
itu,
dimohon
kiranya
Bapak/lbu/Sclr.
dapat
menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksucl.
Demikian, atas ket:jasama clan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassa!amu 'alaikum Wr. Wb.
Dekan
Tembusan:
I. Dekan
2. Ketua Konsentrasi Komunikasi clan Penyiaran Islam
~KAN
Komite Akreditasi Nasional
.lembaga Sertlflkasi Slstem Mutu
Sertlflcated No: QSC 01109
LSSM..002..JDN
----
J~ 1 l'JC. 1 "'I
J D .n...-ll""'-1 "'I 1""'- ~ .L""'-1 l'J.f"'-
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580
Email: [email protected]
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Website : www.fdkuiniakarta.ac.id
Nom or
Lampi ran
Hal
: Un.01/F5/PP.00.9!'7-·58 /2016
: 1(satu) Berkas Skripsi
: Ujian Skripsi
Kepada Yth. :
1. Dr. Hj. Roudhonah, MA
2. Dedi Fakhrudin, M.lkom
3. Drs. Jumroni, M.Si
4. Siti Nurbaya, M.Si
5. H. Zakaria, MA
di
Jakarta
Jakarta,
(~
Juni 2016
Ketua/Penguji
Sekretaris
Penguji
Penguji
Pembimbing
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menunjuk Bapakllbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas
llmu Dakwah dan llmu Komunikasi,
Nama
Tempat Tanggal lahir
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
: Satrio Oktavianto
:Tangerang, 11 Oktober 1994
: 1112051000051
: Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
: Pola Komunikasi Organisasi pada yayasan l<eluarga
dan Profesional (Studi Komparasi Yayasan Hayatan
Thoyyibah dan Daarul Urnmat).
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal
Jum'at, 17 Juni 2016
Waktu
: Pk. 09.00 s.d. 10.00 WIB
Tempat
: Ruang Munaqasyah Lt 78
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirirnkan
naskah skripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukan ini disampaikan. Atas perhatian Bapak/lbu, kami
ucapkan terima kasih
Wassalam,
..Lid, Ph.D "1
~0330
Tembusan
1. Dekan
2. Kasubbag. Umum
Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/Ml
199803 'L 004
Download