POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA YAYASAN KELUARGA DAN PROFESIONAL (Studi Komparasi : Yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat di Pamulang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) disusun oleh: Satrio Oktavianto NIM: 1112051000051 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA YAYASAN KELUARGA DAN PROFESIONAL (Studi Komparasi : Yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat di Pamulang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Satrio Oktavianto NIM: 1112051000051 akaria.MA IP: 197208072003121003 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 B/2016 M LEMBAR PERi\YATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (Sl) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah J akarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OrN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (JrN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 Juni2016 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA YAYASAN KELUARGA DAN PROFESIONAL (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Thoyyibah Dan Yayasan Daarul Ummat di Pamulang) oleh: Satrio Oktavianto NIM: 1112051000051, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 17 Juni 2016 Sidang Munaqasyah Ketua Sekertaris .Dedi Fahrudin, M. IKom NIP:197912082014111001 Anggota, Penguji II Penguji I Siti Nurbaya, M.Si NIP:197908232009122002 Drs. Jumroni, M.Si NIP:196305151992031006 Pembimbing Zakaria, MA NIP: 197208072003121003 ABSTRAK Satrio Oktavianto (1112051000051) POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA YAYASAN KELUARGA DAN PROFESIONAL (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Thoyyibah Dan Daarul Ummat di Pamulang) Yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat adalah yayasan kemanusiaan yang menaungi anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu. Sama seperti yayasan pada umumnya, kedua yayasan tersebut juga memiliki organisasi kepengurusan di dalamnya. Proses komunikasi di dalam sebuah organisasi sangat diperlukan demi tercapainya tujuan organisasi, dari proses komunikasi itulah maka diperlukan sebuah pola komunikasi organisasi yang membuat proses komunikasi lebih efektif. Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan dari tulisan ini adalah untuk menjaawab pertanyaan mayor dan minor. Adapaun pertanyaan mayornya adalah bagaimana pola komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat? Kemudian pertanyaan minornya adalah apa persamaan dan perbedaan pola komunikasi organisasi dalam kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat? Dan apa faktor penghambat dan pendorong komunikasi organisasi dalam kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat? Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan varian pendekatan studi komparatif. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Waktu penelitian dimulai dari bulan April hingga bulan Juni 2016. Teori yang digunakan adalah teori pola komunikasi organisasi Joseph A. Devito, dalam teori tersebut terdapat lima pola dalam komunikasi organisasi yaitu pola lingkaran, pola roda, pola Y, pola rantai dan yang terkahir yaitu pola bintang. Pola komunikasi organisasi yang berjalan di yayasan Hayatan Thoyyibah adalah pola bintang dan pola Y, sementara di yayasan Daarul Ummat semua pola terlihat. Tetapi pola yg paling dominan terbentuk dalam proses komunikasi adalah adalah pola bintang. Persamaan pola komunikasi organisasi terletak pada pola komunikasi yang dominan digunakan yaitu bintang. Sedangkan perbedaannya terletak pada proses komunikasi antar anggota dan sistem organisasi dimana yayasan Hayatan Thoyyibah menggunakan sistem terbuka sedangkan Daarul Ummat menggunakan sistem tertutup. Faktor penghambat komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah yaitu kurangnya waktu yang menyebabkan rendahnya intestitas komunikasi para anggota, lalu faktor pendorongnya adalah proses komunikasi yang informal dan latar belakang anggota pengurus yayasan yang merupakan keluarga. Sementara di yayasan Daarul Ummat yang menjadi faktor penghambat adalah latar belakang anggota pengurus yang bukan merupakan keluarga dalam proses komunikasi dan tidak adanya tahapan khusus dalam komunikasi vertikal. Sementara faktor pendorongnya adalah pemimpin organisasi yang tidak mendominasi dan menyamaratakan posisinya dengan anggota lain sehingga para anggota merasa nyaman. Kata Kunci: Komunikasi, organisasi, yayasan dan pola. i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirrabbil’alamiin... Tiada untaian kata yang pantas terucap dari lisan penulis selain puji serta syukur kehadirat Allah swt atas segala rahmat serta limpahan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada sang pemimpin tauladan yakni Rasullullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang memilih jalan perjuangannya hingga hari akhir. Penyusunan skripsi ini penulis lalui dengan berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 3. Suparto, Phd selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum dan Dr. Suhaemi, MA selaku Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan. 4. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 5. Zakaria, MA selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih atas bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. ii 6. Drs. S. Hamdani, MA selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih atas bimbingannya selama saya menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah. 7. Capt. H. Haris Maulana selaku ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah, terima terimakasih atas waktu dan data-data yang sudah diberikan untuk keperluan skripsi ini. 8. Jumi Kurniawati selaku ketua asrama yayasan Daarul Ummat, terima terimakasih atas waktu dan data-data yang sudah diberikan untuk keperluan skripsi ini. 9. Bapak dan ibu pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik serta memudahkan penulis dalam mencari referensi untuk keperluan skripsi ini. 10. Bapak dan mama atas segala motivasi, bantuan yang bersifat moril maupun materil, dan berbagai kebutuhan yang telah dipenuhi. 11. Teman teman KPI B. Terimakasih atas solidaritas dan pengertiannya selama kuliah dari awal sampai kita bisa lulus. 12. Teman teman KKN Heart yang turut mewarnai perjalanan kuliah penulis. 13. Axel, Ilham, Petra, Ojan, Renand, Bayu, Reggy, Annisa, Tanti, Cut dan khsususnya Indriza yang sering membantu mencari data untuk skripsi ini, terimaksih atas bantuan dan support kalian semua. Semoga bantuan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap iii semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal’alamiin... Wassalamu’alaikum Wr. Wb iv DAFTAR ISI ABSTRAK..................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 10 D. Tinajuan pustaka .................................................................. 11 BAB II E. Metodologi penelitian .......................................................... 11 F. Sistematika Penulisan .......................................................... 14 KERANGKA TEORITIS A. Pola Komunikasi Organisasi ............................................... 16 1. Pengertian Komunikasi Organisasi ................................. 16 2. Fungsi Komunikasi Organisasi ....................................... 18 3. Pola Komunikasi Organisasi ........................................... 19 B. Yayasan .............................................................................. 21 1. PengertianYayasan........................................................ 21 2. Syarat Pendirian Yayasan ............................................. 23 3. Organ-Organ Yayasan .................................................. 23 C. Studi Komparasi .................................................................. 32 D. Sistem Organisasi Terbuka dan Tertutup ............................. 35 BAB III GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM YAYASAN HAYATAN THOYYIBAH DAN YAYASAN DAARUL UMMAT A. Yayasan Hayatan Thoyyibah ............................................... 41 1. Sejarah yayasan Hayatan Thoyyibah ............................ 41 2. Visi dan Misi ............................................................... 43 v 3. ProgramKegiatan ......................................................... 44 4. ProfilPendiriYayasan ................................................... 45 5. StrukturOrganisasi ....................................................... 46 B. Yayasan Daarul Ummat..................................................... 47 1. Sejarah yayasan Daarul Ummat ................................... 47 2. Legalitas ...................................................................... 48 3. VisidanMisi ................................................................. 49 4. ProgramKerja .............................................................. 50 5. Sasaran ........................................................................ 50 6. Profil Pendiri Yayasan ................................................. 51 7. StrukturOrganisasi ....................................................... 52 BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS A. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah dan Yayasan Daarul Ummat .............................................. 53 1. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah .................................................................... 53 2. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Daarul Ummat. .............................................................................. 63 B. Persamaan dan Perbedaan Pola Komunikasi di yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat ............... 70 C. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat .............................................................................. 75 1. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah ..................................... 75 2. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di yayasan Daarul Ummat ............................................ 80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 91 B. Saran ................................................................................. 93 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94 LAMPIRAN vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pertumbuhan yayasan di Indonesia semakin pesat, baik itu di kota-kota besar maupun di daerah. Terlebih lagi setelah yayasan di naungi hukum dari pemerintah berupa undang-undang, masyarakat semakin yakin dan merasa terjamin untuk mendirikan yayasan. Yayasanyasasan itu didirikan dengan tujuannya masing-masing sesuai dengan bidang yang digeluti yayasan tersebut baik yang bersifat profit maupun non profit. Tidak terkecuali yayasan-yayasan keagaaman yang menaungi anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Banyak masyarakat yang mendirikan yayasan yatim piatu sederhana di lokasi yang strategis agar mudah diakses. Tujuan utama para pendiri yayasan tersebut adalah untuk membantu sesama umat muslim seperti yang diperintahkan dalam surat alHujurat ayat 10: ون َ َّ ون إخ َْو ٌة فَأَ ْص ِل ُحوإ ب َ ْ َْي َأخ ََو ْي ُ ُْك ۚ َوإت َّ ُقوإ َ إَّلل لَ َعل َّ ُ ُْك تُ ْر َ َُح َ إن َّ َما إلْ ُم ْؤ ِم ُن ِ ِ “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.”1 1 QS al-Hujurat [49]: 10. 1 Sebagai umat Islam kita juga diperintahkan untuk memuliakan anak yatim, seperti dalam surat al-Maun ayat 1-3: ﴾ َو ََل َ َُي ُّض عَ َ َٰل َط َعا ِم٢﴿ ﴾ فَ َ َٰذ ِ َِل َّ ِإَّلي يَدُ ُّع إلْ َيتِ َمي١﴿ َأ َر َأيْ َت َّ ِإَّلي ُي َك ِِّذ ُب ِِب ِّ ِل ِين ﴾٣﴿ ِإلْ ِم ْس ِكْي “Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan agama? (1) Itulah orang yang menghardik anak yatim (2) dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin (3)”2 Yayasan yang menaungi anak yatim sendiri di Pamulang hingga bulan Juni 2016 berjumlah 11 yayasan. Dalam penelitian ini penulis mencari tau karakteristik yayasan-yaysan tersebut kemudian penulis memilih dua dari keseluruhan yayasan itu sesuai dengan kriteria yang penulis inginkan seperti memiliki struktur organisasi yang lengkap, memiliki visi-misi dan program-program yang jelas, memiliki legalitas yang lengkap sebagai sebuah yayasan resmi dan dari kedua yayasan yang penulis pilih harus sebanding antara satu yayasan dengan yayasan lainya yang didalamnya terdapat satu yayasan berlatar keluarga dan satu lainnya adalah yayasan profesional untuk kemudian penulis komparasikan. Salah satu yayasan yang penulis pilih adalah yayasan Hayatan Thoyyibah, yayasan Hayatan Thoyyibah adalah sebuah yayasan yang berlokasi di Jl. Dr. Setia budi no.49 Pamulang, Tangerang Selatan. Yayasan ini bergerak di bidang sosial kemanusiaan khususnya anak-anak dengan berlandaskan asas-asas agama Islam. 2 QS. al-Maun [107]: 1-3. 2 Berawal dari keprihatinan bahwa masih banyak masyarakat yang kurang beruntung yang hidup dibawah garis kemiskinan sehingga mereka tidak bisa membiayai pendidikan bagi anak-anaknya yang merupakan generasi penerus bangsa, maka dari situlah pada tahun 1993 bapak H. Bahruddin bersama-sama dengan ibu-ibu pengajian dari kompleks perumahan Pamulang Permai mulai bergerak menghimpun para donatur untuk melakukan kegiatan santunan dan orang tua asuh, yang bertujuan memberikan bantuan santunan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa agar mereka bisa mengenyam pendidikan disekolah, seperti anak-anak lain pada umunya. Pada tanggal 20 Februari 2013 bapak H. Aris yang merupakan anak dari bapak H. Bahruddin mendirikan secara resmi yayasan Hayatan Thoyyibah berdasarkan akte notaris dan disahkan oleh Kementrian Hukum dan HAM melalui surat pengesahan dengan nomor : AHU-4208.01.04 tahun 2013. Tindakan meresmikan yayasan Hayatan Thoyyibah secara hukum tersebut didasari karena semakin berkembangnya masyarakat dan bertambahnya anak asuh serta banyaknya gagasan-gagasan yang muncul untuk menyejahterakan anak-anak asuh tersebut baik dari segi finansial maupu mental. Yayasan Hayatan Thoyyibah dikelola oleh keluarga di dalam kepengurusannya. Sampai saat ini Yayasan Hayatan Thoyyibah sudah mempunyai beberapa produk dan kegiatan rutin diantaranya Saung Ilmu, santunan anak yatim dan dhuafa, pengajian al-quran dan as-sunnah dan menerbitkan buku dan bacaan dakwah yang mengedukasi masyarakat. 3 Rumah Yatim dan Dhuafa Daarul Ummat adalah sebuah yayasan yang menaungi anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu. Yayasan ini pertama kali berdiri di jalan Pajajaran Bambu Apus Timur, Pamulang yang didirikan oleh bapak H. Ruchiyat yang dibantu oleh penanggung jawab bapak Aforisma Mulaudin S.Kom serta bapak Abdullah dan Ustad Azhar Said. Yayasan ini pada awalnya berdiri dengan sistem non panti pada tahun 2011 yaitu hanya menyalurkan bantuan sumbangan pendidikan untuk anak yatim dan dhuafa yang kurang mampu yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Akhirnya pada 9 juni 2015 bapak H. Ruchyat di bantu oleh ketiga rekannya didirikanlah sebuah panti asuhan yatim yang dibuat untuk tempat tinggal yang layak bagi anak yatim yang kurang mampu yang berlokasi di Bambu Apus Timur, Pamulang, di bawah tanggung jawab yayasan Daarul Ummat yang tercatat di Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU0008099.AH.01.04 tahun 2015. Berbeda dengan yayasan sebelumnya yaitu yayasan Hayatan Thoyyibah, yayasan Daarul Ummat ini dalam kepengurusannya tidak kelola oleh keluarga tetapi melibatkan orang dari luar untuk membantu mengembangkan yayasan tersebut. Struktur organisasi dalam kepengurusan kedua yayasan tersebut memiliki struktur dan fungsi yang sama, yang berbeda hanyalah hubungan di antara orang-orang yang berada di dalam kepengurusan yayasan tersebut. 4 Perkembangan sebuah yayasan ataupun organisasi tidak luput dari kepengurusan yang ada di dalam yayasan tersebut. Struktur organisasi kepengurusan tersebut dibuat untuk menjalankan proses komunikasi organisasi yang bertujuan untuk melancarkan proses komunikasi antar pengurus yayasan tersebut yang kemudian dapat berdampak baik pada perkembangan yayasan. Persepsi Katz dan Khan mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi menurut katz dan khan organisasi adalah sebagai auatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan3. Sedangkan R. Wayne Pace dan Done F. Faules mengemukakan definisi komunikasi organisasi dari dua perspektif yang berbeda. Pertama, perspektif tradisional (fungsional dan objektif) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Kedua, perspektif interpretif (subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas interaksi. 4 Joseph A. Devito menyebutkan bahwa di dalam komunikasi organisasi terdapat pola-pola komunikasi yaitu pola lingkaran dimana dalam organisasi tidak memiliki pemimpin dan setiap anggota bisa 3 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kempemimpian, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1994), h. 11. 4 R Wayne dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 31-33. 5 berkomunikasi dengan dua anggota lain yang berada di sisinya, pola roda yaitu pemimpin berada dipusat dan jika anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus melalui pemimpin, pola Y yaitu anggota dapat mengirim dan menerima pesan dari dua anggota lainnya, dan ketiga anggota lainnya hanya berkomunikasi dengan satu orang lainnya, pola rantai yaitu dimana anggota yang berada diujung hanya bisa berkomunikasi dengan satu orang saja dan yang terkahir pola bintang yaitu semua anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lainnya. 5 Sebuah organisasi atau perusahaan yang dikelola oleh keluarga ataupun non keluarga pasti memiliki perbedaan dan kelebihan serta kekurangan dalam proses komunikasi di dalam kepengurusannya. Dari beberapa data disebutkan bahwa sebuah perusahaan atau organisasi yang dikelola oleh keluarga pada umumnya lebih banyak memiliki masalah dan rintangan untuk berkembang, dibandingkan dengan perusahaan publik tetapi ada juga yang mengatakan sebaliknya yaitu perusahaan publik lebih susah untuk dikembangkan. Misalnya munculnya confusing organization, organisasi yang membingungkan karena distribusi power anggota keluarga yang tidak sesuai struktur organisasi yang ada dan berakibat pada pengambilan keputusan. Dominasi keluarga acap pula menimbulkan alasan yang tidak berada dalam logika bisnis (family reason over business logic) dalam pengambilan keputusan bisnis. Juga munculnya sindrom anak manja 5 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011) h. 383-384. 6 (spoiled child syndrome), yang berupa toleransi terhadap anggota keluarga yang tidak kompeten. 6 Selanjutnya dalam pembagian keuntungan juga dapat menjadi masalah tersendiri dalam perusahaan atau yayasan yang dikelola oleh keluarga terlepas dari perusahaan tersebut adalah perusahaan profit ataupun non profit. Di dalam perusahaan atau yayasan profesional pembagian keuntungan atau gaji diberikan sesuai kesepakatan tertulis dan tidak bisa berubah dengan alasan apapun, tetapi di dalam perusahaan atau yayasan keluarga pembagian keuntungan tidak memiliki ketetapan khusus yang tertulis sehingga hal tersebut dapat menjadi masalah bagi perkembangan perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut Manfred Kets de Vries (1993), seorang ahli psikologi juga menjelaskan mengenai kelemahan dari usaha keluarga, sebagai berikut: 1) Akses terhadap pasar modal kecil, 2) Struktur perusahaan tidak teratur, 3) Pembagian tugas yang kurang jelas, 4) Lebih mementingkan sanak saudara dalam memberikan jabatan, 5) Adanya "Spoiled Kid Syndrome", 6) Potensi perselisihan intern, 7) Ketegangan financial. 7 Namun disisi lain menurut John L.Ward perusahaan atau organisasi yang dikelola oelh keluarga juga mempunyai beberapa keunggulan yaitu biroksrasi kecil, lebih fleksible dengan mengedepankan Corporate Governance dan sistem akuntabilitas, jelasnya sistem tanggung 6 http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/budayaperusahaan-keluarga diakses pada 17-4-2016 pukul 19:05. 7 http://www.ciputra-uceo.net/blog/2013/12/16/bagaimana-jika-usaha-dikelola-olehkeluarga diakses pada 17-4-2016 pukul 19:10. 7 jawab, adanya kemauan untuk menginvestasikan kembali profit sesuai dengan kesepakatam bersama untuk mengembangkan perusahaan, budaya keluarga merupakan suatu kebangsaan tersendiri yang menunjukkan adanya stabilitas, identifikasi, motivasi dan komitmen yang kuat serta kontinuitas dalam kepemimpinan, bingginya tingkat kemandirian tindakan (independence of action), karena tidak ada tekanan pasar bursa.8 Terlepas dari keunggulan perusahaan keluarga tersebut, terdapat pula kelemahan-kelemahan perusahaan atau organiasi yang dikelola oleh keluarga. Untuk mengatasi masalah-masalah yang disebutkan di atas tentu tidak terlepas dari proses komunikasi organisasi yang berjalan di dalam kepengurusan perusahaan atau yayasan baik itu yayasan keluarga maupun profesional. Oleh karena itu pola-pola komunikasi yang disebutkan oleh Devito dalam teorinya tersebut harus tetap berjalan dengan baik di dalam sebuah organisasi agar sebuah organisasi tersebut dapat terus berkembang. Sama hal nya dengan organisasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat, pola komunikasi tersebut juga harus berjalan dengan baik, dengan begitu kedua yayasan tersebut dapat terus berkembang. Atas dasar latar belakang inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti mengenai bagaimana perbandingan pola komunikasi organisasi yang di dalam kepengurusan di kelola oleh keluarga dan profesional. Oleh karena itu penulis mengangkat judul 8 http://www.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB%20II%20Landasan%20Te ori_09.pdf diakses pada 20-02-2016, pukul 20:50. 8 “POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA YAYASAN KELUARGA DAN PROFESIONAL (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Thoyyibah Dan Daarul Ummat di Pamulang)” B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas dan memberi arahan yang tepat dalam pemutusan masalah, maka penulis membatasi penelitian pola komunikasi organisasi pada yayasan keluarga dan profesional (studi komparasi: yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat di Pamulang) hanya pada kepengurusan pusat pada kedua yayasan tersebut baik itu pola komunikasi vertikal ataupun horizontal yang ada di dalam kepengurusan kedua yayasan tersebut. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat? 2. Apa persamaan dan perbedaan pola komunikasi organisasi pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat? 3. Apa faktor penghambat dan pendorong komunikasi organisasi pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat? 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi organisasi pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat. b. Untuk mengetahui apa persamaan dan perbedaan pola komunikasi organisasi pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat. c. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendorong komunikasi organisasi pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat. 2. Manfaat Penelitian Manfaat akademik a. Sebagai sumbangan pemikiran penulis dalam disiplin ilmu komunikasi khususnya komunikasi organisasi Manfaat Praktis a. Sebagai sumbangan penulis terhadap yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat untuk mengevaluasi pola komunikasi organisasi yang selama ini sudah berjalan di kedua yayasan tersebut. b. Sebagai kontribusi positif untuk dijadikan acuan dalam penelitian sejenis selanjutnya. 10 D. Tinajuan pustaka Sebelum penelitian ini dilakukan, ada beberapa orang yang telah melakukan penelitian dengan judul yang hampir sama dengan penulis yaitu sebagai berikut: 1. Pola komunikasi organisasi di lembaga kemanusiaan nasional Pos Kepedulian Umat (PKPU) yang di tulis pada tahun 2014 oleh Maulisa Sudrajat seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Pola komunikasi organisasi di PT. Arga Bangun Bangsa ESQ Leadership Center yang di tulis tahun 2013 oleh Ika Solihah seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Komunikasi organisasi KH. Nu’man Istichori di pondok pesantren Darut Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor yang di tulis pada tahun 2014 oleh Kamaludin seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Metodologi penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis pada pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat 11 bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu. Penelitian ini menggunakan varian pendekatan pada metodologi studi komparatif. Penelitian komparatif akan dapat menemukan persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda, orang, prosedur, kerja, ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, orang, peristiwa atau terhadap ide-ide.8 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di yayasan Hayatan Thoyyibah Pamulang, Jl. Dr. Setia Budi No.49, Pamulang, Tangerang Selatan dan di yayasan Daarul Ummat Jl. Pajajaran No. 4, Bambu Apus Timur, Pamulang, Tangerang Selatan. 3. Sumber Data Data yang diambil untuk dijadikan sumber dalam penelitian adalah: a. Data primer : data primer berasal dari data yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan pengurus yayasan Hayatan Toyyibah dan yayasan Daarul Ummat. b. Data sekunder : data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh tidak secara langsung. Data sekunder bisa berupa dokumen, arsip perusahaan ataupun laporan- laporan tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari berbagai sumber. 8 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode dan Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press: 2006), h. 24. 12 4. Teknik Dengumpulan Data a. Wawancara Penulis telah melakukan sesi wawancara dengan pengurus yasyasan Hayatan Thoyyibah yaitu bapak Haris selaku ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah dan pengurus yayasan Daarul Ummat yaitu ibu Jumi Kurniawati selaku ketua asrama untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan terkait penelitian ini. b. Observasi Penulis telah melakukan observasi langsung pada yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat untuk untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan terkait penelitian ini. c. Studi kepustakaan Penulis mengumpulkan dan mempelajari data melalui literature dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan mendukung penelitian. 5. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif dimulai dari analisis data yang berhasil dikumpulkan peneliti dilapangan baik melalui observasi, wawancara mendalam, maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut diklasifkasikan kedalam kategori-kategori tertentu yang mempertimbangkan kesahihan dan memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisnya dan melakukan triangulasi berbagai sumber data.9 Dalam penelitian ini data yang sudah penulis kumpulkan 9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Persada Media Group, 2006), h. 192-193. 13 dari berbagai sumber lalu ditelaah secara keseluruhan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari lima bab. Setiap bab mempunyai rincian isi sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN TEORI Terdiri dari pengertian komunikasi organisasi, pola komunikasi organisasi, pengertian yayasan keluarga dan profesional dan studi komparasi dan organisasi sistem terbuka dan sistem tertutup. BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Adalah gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari sejarah, visi, misi, struktur organisasi dan hal lain yang bersangkutan dengan objek penelitian yaitu yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat. BAB IV : ANALISIS DATA Adalah penyajian data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu bagaimana pola komunikasi yang berjalan di dalam yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat. 14 BAB V: PENUTUP Adalah bab penutup dari tulisan ini yang berisi kesimpulan dan saran. 15 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Pola Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi berasal dari bahasa latin “comunis” atau “common” dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna.1 Seiler memberikan definisi yang lebih bersifat universal. Dia mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.2 Sementara organisasi merupakan kegiatan dari beberapa orang yang terdiri dari tindakantindakan, interaksi dan transaksi.3 Menurut Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.4 Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah, pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi kebawah (atasan kepada bawahan), komunikasi upward atau komunikasi keatas ( bawahan 1 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 120. 2 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 4. R Wayne dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 11. 4 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 23. 3 16 kepada atasan), komunikasi horizontal atau komunikasi dari orangorang yang sama level/ tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.5 R. Wayne Pace dan Don F. Faules (1998) mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua, yakni definisi fungsional dan definisi interpretative. Definisi fungsional komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi komunikasi yang merupakan bagian dari suatu tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Sedangkan definisi interpretative komunikasi organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu “batas organisasional (organization boundary)”. Dengan kata lain, definisi interpretative komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi. 6 Dari beberapa definisi di atas secara sederhana dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah proses pertukaran pesan baik verbal maupun nonverbal yang terjadi diantara individu di dalam sebuah organisasi. 5 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 65. Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek (Malang: UMM Press, 2010), h. 5. 6 17 2. Fungsi Komunikasi Organisasi Menurut Sendjaja (2002) organisasi baik yang berorientasi mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non profit) memiliki empat fungsi yaitu: fungsi informatif, regulatif, persuasif dan integratif a. Fungsi informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi (information processing system). Maksudnya seluruh anggota dalam seluruh organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. b. Regulatif Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. c. Fungsi Persuasif Dalam mengatur organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya. d. Fugsi Integratif Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.7 7 Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 278. 18 3. Pola Komunikasi Organisasi Pola komunikasi adalah bentuk komunikasi yang digunakan. Dalam sebuah organisasi para anggota pasti saling bertukar pesan dengan anggota lainnya. Pertukaran pesan tersebut terjadi dengan melalui suatu jalan yang dinamakan pola aliran informasi atau jaringan komunikasi.10 Joseph A. devito membagi pola komunikasi menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut: 1. Pola lingkaran Pola lingkaran adalah pola yang tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain yang berada disisinya. 2. Pola roda 10 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek, h. 56. 19 Pola roda memiliki pemimpin yang jelas, yakni orang yang berada di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. 3. Pola Y Pola yang satu ini relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan pola roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Pada pola Y terdapat pemimpin yang jelas. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya memiliki komunikasi yang terbatas hanya dengan satu orang lainnya. 4. Pola Rantai Pola rantai sama dengan pola lingkaran, kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. orang yang 20 berada diposisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada orang-orang yang berada diposisi lain. 5. Pola bintang Pola semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan pola lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. 11 B. Yayasan 1. Pengertian Yayasan Yayasan pada awalnya adalah terjemahan dari istilah Stichting yang berasal dari kata Stichen yang berarti membangun atau mendirikan dalam bahasa Belanda dan Foundation dalam bahasa Inggris. Sedangkan Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memberikan pengertian yayasan sebagai berikut : a. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti sekolah dan sebagainya (sebagai badan hukum bermodal, tetapi tidak mempunyai anggota). 11 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), h. 383-384. 21 b. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang tertentu (seperti : rumah sakit dsb.)12 Yayasan dapat pula dipahami sebagai Badan Hukum yang mempunyai unsur-unsur : 1. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan yaitu suatu pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang dan barang. 2. Mempunyai tujuan sendiri yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. 3. Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, pembina dan pengawas.13 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yayasan merupakan suatu badan atau organisasi yang melakukan kegiatan sosial (amal) yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Kenyataan di dalam praktek, memperlihatkan bahwa apa yang disebut Yayasan adalah suatu badan yang menjalankan usaha yang bergerak dalam segala macam badan usaha, baik yang bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak langsung bersifat komersial. 14 12 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 1154. 13 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf (Bandung : Penerbit Alumni, 1981), h. 118. 14 Chatamarasjid Ais, Badan Hukum Yayasan (Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2002), h. 81. 22 2. Syarat Pendirian Yayasan Pendirian yayasan dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Tidak berebeda dengan pendirian badan hukum lain, seperti Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi, pendirian yayasan harus dilakukan dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Hal yang berbeda dengan badan hukum lain, yayasan dapat pula didirikan dengan surat wasiat.15 Pendirian sebuah yayasan di Indonesia sendiri diatur di dalam undang-undang dan mempunyai perlindungan hukum dari negara. Undang-undang yang mengatur tentang yaysan yaitu undang-undang Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 mengenai yayasan, yang diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, dalam pendirian sebuah yayasan yang telah diatur dalam pasal 9 UU No. 16/2001, tertulis sebuah yayasan minimal didirikan oleh satu orang atau lebih, pendiri tersebut harus memisahkan kekayaan pribadinya dengan kekayaan yayasan, dibuat dalam bentuk akta notaris yang kemudian di ajukan pengesahannya pada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia. 3. Organ-Organ Yayasan Sebagai sebuah lembaga yang berbadan hukum, yayasan juga mempunyai organ-organ yang bekerja didalamnya yang berfungsi 15 Mulhadi, Hukum Perusahaan( Bogor: Gahlia Indonesia,2010),h. 195. 23 untuk mengembangkan yayasan. Organ-organ yayasan tersebut sebagai berikut: 1. Pembina, yaitu organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undangundang ini atau anggaran dasar. Pembina yayasan memiliki kewenangan sebagai berikut: a. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar. b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas. c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan. d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan, dan penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan. 2. Pengurus, yaitu organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. UU yayasan juga menentukan beberapa wewenang yang dimiliki oleh pengurus yayasan, yaitu sebagai berikut: a. Pengurus berwenang mewakili yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan. b. Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan. 3. Pengawas, organ yaysan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Yayasan memiliki sekurang-kurangnya satu 24 orang pengawas yang wewenang, tugas dan tanggung jawabnya diatur dalam anggaran dasar.16 Selain organ-organ yayasan dalam undang-undang Yayasan No.28 Tahun 2004 juga di atur mengenai kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh yayasan yaitu pada pasal 3, pasal 7, dan pasal 8 sebagai berikut: Pasal 3 UU Yayasan No.28 Tahun 2004 1. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha. 2. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina, pengurus dan pengawas. Pasal 7 UU Yayasan No.28 Tahun 2004 1. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan. 2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan. 3. Anggota Pembina, pengurus, dan pengawas yayasan dilarang merangkap sebagai anggota direksi atau pengurus dan anggota 16 Mulhadi, Hukum Perusahaan, h. 205-209. 25 dewan komisaris atau Pengawas dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2). Pasal 8 UU Yayasan No.28 Tahun 2004 Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan atau peraturanperundang-undangan yang berlaku. Dari segi anggota kepengurusan yang ada di dalamnya, yayasan di bedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1. Yayasan Keluarga Abu Hamadi dalam bukunya Psikologi Sosial mendifinisikan keluarga sebagai kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.17 Jika kaitkan dengan konteks yayasan, yayasan keluarga dapat dikatakan sebagai yayasan yang didalam kepemilikan atau kepengurusannya di kelola oleh sebuah keluarga. Lebih jelas lagi The Council on Foundations mendefinisikan yayasan keluarga sebagai organisasi sosial berbentuk yayasan yang didirikan, didanai dan dikelola oleh sebuah keluarga atau perusahaan keluarga dengan melibatkan orang-orang terdekatnya sebagai anggota 17 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 239. 26 dewan pengurus untuk menjalankan program yang menjadi minat atau kepentingan keluarga yang menjadi pendirinya.”18 Secara umum yayasan keluarga tidak memiliki perbedaan dalam praktek maupun dari segi hukumnya dengan yayasan atau lembaga lain. Yang membedakan hanyalah dalam pendirian dan kepengurusannya yayasan keluarga di kelola oleh keluarga. Gersick dalam Al Lyons (2003) mencatat ada tiga alasan utama yang menjadi motivasi atau latar belakang bagi pendirian yayasan keluarga. Pertama, yayasan keluarga didirikan untuk mendukung atau menangani pekerjaan-pekerjaan yang dianggap bermanfaat. Kedua, yayasan didirikan untuk melindungi harta dari pajak. Ketiga, pendirian yayasan dimaksudkan untuk menciptakan warisan keluarga dalam bentuk organisasi sosial. Keseimbangan antara motivasi-motivasi tersebut dengan berbagai bentuk konflik yang berpotensi muncul dalam pengelolaan yayasan merupakan tantangan terbesar dalam pengelolaan yayasan keluarga.19 Yayasan keluarga pada umumnya didirikan agar para pendiri yayasan dapat lebih mudah mengontrol segala hal mengenai yayasan dan dapat lebih mudah mempercayai anggota pengurus yayasan dibandingkan dengan yayasan non keluarga karena para pengurus di dalam yayasan keluarga merupakan anggota dari keluarganya sendiri. 18 http://www.pirac.com/2012/05/16/yayasan-keluarga-sebagai-pilar-filantropi/ diakses tanggal 17-4-2016 pukul 12:11. 19 http://www.pirac.com/2012/05/16/yayasan-keluarga-sebagai-pilar-filantropi/ diakses tanggal 17-4-2016 pukul 12:11. 27 Family Business Enterprise (FBE), yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga. Perusahaan tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam perusahaan oleh anggota keluarga. Jenis perusahan keluarga inilah yang banyak terdapat di Indonesia. Batasan lain tentang perusahaan diberikan oleh John L. Ward dan Craig E. Arnoff. Menurutnya, suatu perusahaan dinamakan perusahaan keluarga apabila terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang mengawasi keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Robert G. Donnelley dalam bukunya “The Family Business” suatu organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan perusahaan. 20 Masalah-masalah yang sering muncul dalam bisnis keluarga, terutama masalah profesionalisme, akhirnya muncul mitos, “generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan”, masalah kepemimpinan dalam perusahaan keluarga, masalah konflik yang sering terjadi dalam bisnis keluarga, suksesi, kompetensi, dan budaya dalam perusahaan keluarga sebagai tawaran paradigma baru dalam bisnis keluarga.21 Namun yayasan atau perusahaan yang dikelola oleh keluarga juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu sebagai berikut: 20 http://www.ayopreneur.com/artikel-pendidikan/pengertian-perusahaan-keluarga di akses pada tanggal 7-6-2016 pukul 9:15. 21 http://www.ayopreneur.com/artikel-pendidikan/pengertian-perusahaan-keluarga di akses pada tanggal 7-6-2016 pukul 9:15. 28 1. Confusing Organization Confusing organization (organisasi yang membingungkan) karena distribusi power anggota keluarga yang tidak sesuai struktur organisasi yang ada dan berakibat pada pengambilan keputusan. 2. Dominasi keluarga Dominasi keluarga acap pula menimbulkan alasan yang tidak berada dalam logika bisnis (family reason over business logic) dalam pengambilan keputusan bisnis. 2. Spoiled child syndrome (sindrom anak manja) Yaitu berupa toleransi terhadap anggota keluarga yang tidak kompeten. 4. Konflik keluarga Hal yang terpenting adalah munculnya konflik keluarga yang membelah perusahaan. Kekeluargaan dapat menyatukan mereka, tetapi sekaligus dapat menciptakan konflik yang sifatnya sangat subyektif dan mendalam, jika hal ini terjadi, seringkali sulit untuk melakukan resolusi. 22 Selain beberapa kekurangan di atas, yayasan yang di kelola oleh keluarga juga memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut: 1. Kebebasan bertindak 22 http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/budayaperusahaan-keluarga diakses tanggal 17-4-2016 pukul 12:35. 29 2. Tekanan dari pasar modal sedikit sekali 3. Resiko terjadinya pengambil alihan hampir tidak ada 4. Budaya keluarga sebagai sumber kebanggaan 5. Stabilitas 6. Komitmen / motivasi yang kuat 7. Tidak terlalu birokratis dan impersonal 8. Berorientasi jangka panjang 23 2. Yayasan Profesional Menurut kamus besar bahasa indonesia kata profesional bersangkutan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalaninya. Lebih lanjut lagi Tanri Abeng (2002) mengatakan bahwa seorang profesional harus mampu menguasai ilmu pengetahuannya secara mendalam, mampu melakukan kreatifitas dan inovasi atas bidang yang digelutinya serta harus selalu berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika dan itegritas profesi. Sementara pengertian yayasan sendiri merupakan suatu badan atau organisasi yang melakukan kegiatan sosial (amal) yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Sebenarnya tidak ada pengertian tersendiri mengenai yayasan profesional. Jika dikaitkan dengan konteks yayasan, yayasan 23 http://www.ciputra-uceo.net/blog/2013/12/16/bagaimana-jika-usaha-dikelola-olehkeluarga 17-4-2016 pukul 12:40. 30 profesional berarti yayasan yang dibangun dan berkembang dengan profesionalitas para pengurusnya di dalam bidangnya masing-masing. Adapun hal-hal yang harus ada dalam diri profesional yaitu skill, yang artinya orang tersebut harus benar-benar ahli di bidangnya. Knowledge, yang artinya orang tersebut harus dapat menguasai, minimalnya berwawasan menganai ilmu lain yang berkaitan dengan bidangnya. Dan Attitude, yang artinya bukan hanya pintar, akan tapi harus memiliki etika yang diterapkan didalam bidangnya. Lalu ciri ciri seseorang yang profesional yaitu memiliki kemampuan dan pengetahuan yang tinggi, memiliki kode etik, memiliki tanggung jawab profesi serta integritas yang tinggi, memiliki jiwa pengabdian kepada masyarakat, memiliki kemampuan yang baik dalam perencanaan program kerja dan yang terakhir menjadi anggota organisasi dari profesinya. 24 Sementara Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H seorang guru besar fakultas hukum Universitas Hasanuddin dalam tulisannya mengenai yayasan mengatakan pendapat yang umum bahwa organ yayasan adalah orang-orang yang ingin beramal. Pembina pada umumnya adalah pendiri, yaitu orang yang melepas hartanya untuk pendirian yayasan. Sedang pengurus dan pengawas pada dasarnya 24 http://www.pengertianku.net/2015/05/pengertian-profesional-dan-ciri-cirinyalengkap.html diakses tanggal 19-4-2016 pukul 12:18. 31 adalah pekerja sosial, sehingga tidak seharusnya memperoleh kontra prestasi.25 Namun selain dari sisi agama, sisi lain yang perlu dipertimbangkan adalah profesionalisme di dalam pengelolaan yayasan serta kemampuan yayasan itu sendiri. Dewasa ini tantangan yang dihadapi oleh yayasan semakin besar sejalan dengan semakin meningkatnya tuntutan akan transparansi, akuntabilitas, serta efisiensi, dan efektifitas dalam pengelolaan kegiatan operasional yayasan. Kelemahan pengelolaan yayasan di Indonesia adalah karena yayasan belum dikelola secara profesional, tidak efisien, tidak transparan, tidak adanya akuntabilitas, serta lemahnya pengawasan. Sulit dipastikan penyebab kekurang profesionalan di dalam pengelolaan yayasan. 26 C. Studi Komparasi Neil J. Smelser membuat pengertian mengenai metode studi komparatif yaitu metode untuk mengnalisis hubungan antar fenomena dan hubungan kausal di antara mereka yaitu untuk menguji bukti-bukti empiris dari hipotesis alternatif atas hubungan sebab akibat dalam bentuk pernyataan “ jika... maka ...“.27 Sementara menurut Arend Liphard metode komparatif merupakan metode analisis mengenai sejumlah kasus kecil (small-in) yang melibatkan 25 https://www.hukumperdataunhas.com/2014/05/02/kepemilikan-dan-gaji-bagi-organyayasan/ diakses tanggal 17-4-2016 pukul 13:00. 26 https://www.hukumperdataunhas.com/2014/05/02/kepemilikan-dan-gaji-bagi-organyayasan/ 17-42016 pukul 13:00. 27 Umar Suryadi Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 31. 32 setidaknya dua pengamatan, namun terlalu kecil kemungkinan untuk penerapan analisis statistik konvensional. 28 Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban tentang sebab dan akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya suatu fenomena tertentu. Tujuan dari penelitian komparatif menurut Dra. Aswani Sudjud adalah untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ideide, kritik tehadap orang lain, kelompok, terhadap suatu idea tau prosedur kerja.29 Penelitian komparatif juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penelitian komparatif sebagai berikut: 1. Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak hal bila metode eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan. 2. Penelitian komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat mengenai hakikat fenomena: apa sesuai dengan apa, dibawah kondisi apa, dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya. 3. Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan fitur-fitur secara parsial, dalam beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak dipertahankan. 28 Umar Suryadi Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 31. 29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: CV. Rajawali, 2006) h. 267. 33 Disamping kelebihan diatas, penelitian kausal komparatif juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut: 1. Kelemahan utama desain penelitian komparatif adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. 2. Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan yang secara aktual termasuk diantara banyak faktor dibawah penelitian. 3. Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan suatu hasil, tapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor yang berkaitan dibawah kondisi tertentu untuk menghasilkan hasil yang ditentukan. 4. Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam suatu kejadian dan dari penyebab lain dari kejadian yang lain. 5. Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan mana penyebab dan mana akibat mungkin sulit. 6. Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak harus mempunyai implikasi hubungan sebab-akibat. 7. Pengklasifikasian subyek kedalam kelompok dikotomi (seperti kelompok berprestasi dan kelompok tidak berprestasi) untuk tujuan perbandingan, penuh dengan masalah karena kategori ini adalah samar, berubah-ubah, dan bersifat sementara. 34 8. Studi perbandingan dalam suatu situasi yang alamiah tidak memungkinkan pemilihan subyek penelitian yang terkontrol. 30 D. Sistem Organisasi Terbuka dan Tertutup Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja bersama dalam suatu divisi untuk mencapai tujuan bersama (Schermerhorn, 1997) atau dengan kata lain sekumpulan individu bisa dikatakan sebagai suatu organisasi jika mereka saling berinteraksi, memiliki peran dan tugas masing-masing serta mempunyai tujuan yang sama dalam kelompoknya. Dalam organisasi terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana sebuah organisasi tersebut berjalan melalui sebuah sistem yaitu sistem terbuka (open system) dan sistem tertutip (closed system). Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya, sehingga harus memiliki sistem pengendalian yang baik. 31 Lingkungan dapat dilakukan dengan dua arah yaitu organisasi dipenuhi perubahan dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi oleh organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa organisasi sebagai sistem terbuka adalah organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Lebih jelas lagi dikutip dari buku Irfan Fahmi yang berjudul Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa organisasi dengan sistem terbuka ini cenderung interaktif dan dinamis dalam menanggapi setiap bentuk 30 31 http://www.brainly.co.id/tugas/5416074 diakses pada tanggal 7- 6-2016 pukul 10:05. http://www.kuliah.dinus.ac.id/ika/asi1.html 35 perubahan yang terjadi. Konsep yang dianut oleh organisasi seperti ini cenderung mngedepankan kebersamaan dan memiliki kepedulian tinggi pada lingkungan bisnis, baik lingkungan internal dan eksternal. 32 Adapun karakteristik sistem terbuka menurut Nigro sebagai berikut: 1. Secara ajeg sistem terbuka ini mencari dan memerlukan sumbersumber (input) dalam bentuk material dan kemanusiaan. 2. Organisasi mentransformasikan input dalam bentuk hasil-hasil seperti barang-barang dan jasa pelayanan melalui proses teknologi dan sosial (throughput). 3. Sistem terbuka mengirimkan hasil produksinya ke pihak luar yakni lingkungannya, dan hasil-hasilnya tersebut biasanya merupakan bahan masukan bagi organisasi kelompok-kelompok dan atau individuindividu lainnya. 4. Stuktur oganisasi dikembangkan disekitar aktivitas-aktivitas yang telah mempola dalam bentuk yang ajeg yakni dalam putaran input, throughput, dan output. 5. Organisasi hidup dan menolak disorganisasi misalnya entropi, dengan mengembangkan suatu mekanisme yang beragam untuk meneliti, menyimpan, dan mengalokasikam sumber-sumber yang langka secara efisien. 6. Umpan balik, dalam bentuk informasi mengenai keadaan lingkungannya, pelaksanaan organisasi, dan aktivitas-aktivitas ke 32 Irham Fahmi, Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi dan Kasus (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), h. 6. 36 dalam, membuat system terbuka memperhatikan tujuan-tujuan organisasi dengan mengontrol aktivitas-aktivitas baik di dalam ataupun di luar organisasi. 7. Sistem terbuka menginginkan adanya keseimbangan dan kestabilan antara faktor-faktor di dalam ataupun di luar organisasi. Dan keseimbangan tersebut dicapai lewat adaptasi terhadap perubahanperubahan lingkungan yang signifikan. 8. Setiap waktu, pengembangan structural dan spesialisasi tugas merupakan jawaban-jawaban umum yang sistematik dalam rangka mencari sumber-sumber dan adaptasi. Dan struktur-struktur koordinasi dan pengendalian dalam manajemen merupakan hal yang amat penting.33 Sementara organisasi yang menganut sistem tertutup adalah organisasi tersebut tidak memiliki tingkat interaksi yang tinggi dengan lingkungan luar. Bahkan organisasi dengan sistem ini cenderung mengambil peran yang menajuh dari lingkungan luar. Akibat yang diperoleh organisasi ini cenderung lebih kaku, dan itu terakumulasi dalam bentuk kebijakan yang dihasilkan. 34 Sifat yang menonjol dari sistem tertutup adalah adanya kecendrungan yang kuat untuk bergerak mencapai keseimbangan dan entropi yang statis. Karakteristik lain yang dapat dipergunakan untuk mengenal system 33 http://www.dunia-kuliah.co.id/2010/03/organisasi-merupakan-sistem-terbuka diakses tanggal 26-4-2016 pukul 9:13. 34 Irham Fahmi, Perilaku Organisasi Teori Aplikasi dan Kasus, h. 6. 37 tertutup ini seperti yang dikatakan oleh Tom Burns dan G.M Stalker yaitu sebagai berikut: 1. Tugas-tugas yang tidak rutin berlangsung dalam kondisi-kondisi yang tidak stabil. 2. Pengetahuan spesialisasi menyebar pada tugas-tugas pada umumnya. Berbeda dengan sistem tertutup bahwa pemahaman dari spesialisasi tugas itu pengetahuan spesialisasinya dimiliki oleh masing-masing orang yang barang kali hanya bisa dipergunakam jika menguntungkan orang tersebut untuk mengatasi berbagai tugas organisasi. 3. Hasil (atau apa yang bisa dikerjakan) diutamakan. 4. Konflik di dalam organisasi diselesaikan dengan interaksi diantara teman sejawat. 5. Pencairan pertanggungjawaban ditekankan. Dalam hal ini tugas-tugas yang bersifat formal dikesampingkan untuk melibatkan semua anggota didalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi. 6. Rasa pertanggungjawaban yang loyalitas seseorang adalah pada organisasi secara keseluruhan, tidak hanya pada subunit organisasi yang telah dibebankan kepada seseorang pejabat. 7. Organisasi dipandang sebagai struktur network yang merembes (fluiding network structure) (dalam hal ini organisasi dilihat sebagai amoeba). 8. Pengetahuan atau informasi dapat berada dimana saja di dalam organisasi (misalnya, setiap 38 orang mengetahui sesuatu yang bergayutan dengan organisasinya. Tidak semua orang termasuk kepala atau pimpinan dapat mengetahui semua hal). 9. Interaksi di antara orang-orang di dalam organisasi cenderung bergerak secara horizontal, selancar geraknya interaksi vertikal. 10. Gaya interaksi yang diarahkan untuk mencapai tujuan lebih berifat pemberian saran disbandingkan dengan pemberian instruksi, dan disifati dengan mitos setia kawan dengan mengesampingkan hubungan antara atasan-bawahan. 11. Hasil tugas dan pelaksanaan kerja yang baik diutamakan, bukannya menekankan pada loyalitas dan kepatuhan pada seseorang atasan. 12. Prestise ditentukan dari pihak luar (externalized) misalnya kedudukan atau status seseorang di dalam organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan professional dan reputasi seseorang. 35 Sementara penjelasan lebih sederhana yang dikutip dari buku perilaku organisasi karya Miftah Toha disebutkan bahwa “Cara lain untuk menggolongkan kelompok ialah dengan membedakannya antara kelompok terbuka dan kelompok tertutup. Kelompok terbuka adalah kelompok yang secara ajeg mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan dan pembaharuan atau mempunyai kecenderungan tetap menjaga kestabilan.”36 Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem organisasi terbuka adalah suatu sistem dimana sebuah organisasi banyak melakukan interaksi dengan lingkungan luarnya serta selalu 35 http://www.dunia-kuliah.co.id/2010/03/organisasi-merupakan-sistem-terbuka diakses tanggal 26-4-2016 pukul 9:13. 36 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005), h. 88. 39 beradaptasi dengan pembaharuan. Sedangkan sistem organisasi tertutup yaitu sistem dimana sebuah organisasi kurang berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan luar. 40 BAB III GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM YAYASAN HAYATAN THOYYIBAH DAN YAYASAN DAARUL UMMAT A. Yayasan Hayatan Thoyyibah 1. Sejarah yayasan Hayatan Thoyyibah Yayasan Hayatan Thoyyibah adalah sebuah yayasan kemanusiaan yang berlandaskan asas-asas agama Islam yang difokuskan kepada anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu. Yayasan ini bermula dari keprihatinan bahwa masih banyak masyarakat yang kurang beruntung yang hidup di bawah garis kemiskinan karena berbagai hal, sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiayai pendidikan bagi anak-anaknya yang merupakan generasi penerus bangsa. Nama Hayatan Thoyyibah yang berarti kehidupan yang lebih baik sudah ada sejak tahun 1993, berawal dari bapak H. Bahruddin selaku penggagas ide bersama sama dengan ibu-ibu pengajian dari kompleks perumahan Pamulang Permai mulai bergerak 41 menghimpun para donatur untuk melakukan kegiatan santunan dan orang tua asuh, yang bertujuan memberikan bantuan atau santunan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa, agar mereka dapat mengenyam pendidikan di sekolah, seperti anak-anak lain pada umumnya. Program kegiatan orang tua asuh tersebut terus berjalan dari tahun 1993 hingga sekarang. Pada tahun 2008 H. Aris yang merupakan anak dari bapak H. Bahrudin membuat sebuah wadah pendidikan untuk anak-anak yang diberi nama Saung Ilmu, Saung Ilmu inilah yang merupakan cikal bakal yayasan Hayatan Thoyyibah. Nama Hayatan Thoyyibah berarti kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang lebih baik sendiri mengandung dua dimensi yaitu baik dan penuh keberkahan dalam kehidupan di dunia dan baik serta mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat kelak. Kemudian seiring berkembangnya masyarakat dan bertambahnya jumlah anak asuh, serta gagsan-gagasan baru untuk tidak hanya menyantuni secara finansial tetapi juga membekalinya dengan kekuatan mental spiritual, maka bapak H. Aris dan bapak H. Bahruddin sebagai pemrakarsa kumpulan orangtua asuh Hayattan Thoyyibah dan kegiatan Saung Ilmu merasa perlu untuk meningkatkan status perkumpulan orang tua asuh Hayatan Thoyyibah menjadi sebuah yayasan. Akhirnya pada tanggal 20 februari 2013 berdasarkan akte notaris, ibu Esti Yulianti, SH dan disahkan oleh Kementrian Hukum dan HAM melalui surat pengesahan nomor AHU-4208.AH.01.04 42 Tahun 2013 berdirilah secara resmi yayasan Hayatan Thoyyibah yang berlokasi di Jl. Dr. Setia budi no.49 Pamulang, Tangerang Selatan. Dalam kepengurusannya yayasan Hayatan Thoyyibah mempercayai anggota-anggota keluarganya untuk bersama sama mengembangkan yayasan tersebut. Sebagai yayasan kemanusiaan yang resmi yayasan Hayatan Thoyyibah tentunya didirikan sesuai dengan syarat pendirian sebuah yayasan sesuai dengan UU No.28 Tahun 2004 yang mengatur tentang yayasan. 2. Visi dan Misi Adapun visi dan misi dari yayasan Hayatan Thoyyibah yaitu sebagai berikut: Visi: Mewujudkan peninhkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan serta taraf hidup masyarakat menuju izzul Islam wal muslimin Misi: 1. Mendirikan “Saung Ilmu” sebagai model kegiatan pembelajaran bagi anak-anak dan dewasa. 2. Menyelenggarakan santunan dan bantuan bagi yatim, dhuafa dan masyarakat kurang mampu. 3. Menyelenggarakan pendidikan Tahsin dan Tahfizd Al Quran bagi anak dan dewasa. 4. Meyelenggarakan pendidikan enterpreunership/ kewirausahaan bagi remaja dan pemuda. 43 5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kursus dan pelatihan untuk pemberdayaan masyarakat. 6. Menyelenggarakan pengajian dan pengkajian Al Quran dan As Sunnah. 7. Membangun unit-unit amal usaha yang dapat membantu pembiayaan program kegiatan. 8. Menerbitkan buku-buku dan bacaan dakwah yang mengedukasi masyarakat.1 3. Program Kegiatan Sebagai yayasan yang aktif dan berkembang, yayasan Hayatan Thoyyibah juga mempunyai program-progam baik itu program jangka pendek maupun jangka panjang yaitu sebagai berikut: 1. Program Jangka Pendek a. Memperbanyak jumlah mustahik atau anak-anak asuh yang disantuni. b. Membangun saung serba guna yang berfungsi sebagai mushala dan tempat belajar. 2. Program Menengah dan Panjang a. Mendirikan rumah tahfizd di atas tanah wakaf yang telah dimiliki b. Membangun unit-unit usaha yang menghasilkan untuk membiayai kegiatan.2 1 2 Profil Yayasan Hayatan Thoyyibah Pamulang, h. 5. Profil Yayasan Hayatan Thoyyibah Pamulang, h.15. 44 4. Profil Pendiri Yayasan Capt. H. Haris Maulana lahir di Tangerang tanggal 17 November 1974 ia adalah anak ke lima dari lima bersaudara. Orang tuanya, bapak H. Bahruddin di kenal sebagai guru agama di tempat tinggalnya. Dengan lingkungan keluarga yang positif dan agamis membuat bapak Haris tumbuh menjadi pribadi yang religius dan dan intelek. Saat ini bapak Haris memiliki seorang istri yang bernama Rori Dian Aviani dan memiliki 3 orang anak. Bapak H. Haris memulai pendidikan sekolah dasarnya di SDN Pamulang Tengah dan tamat pada tahun 1986, lalu ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMPN 4 tangsel hingga tahun 1989 dan setelah lulus sekolah menengah pertama, ia melanjutkan sekolah ke SMAN 74 Jakarta dan lulus pada tahun 1992. Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah ia melanjutkan studi ke Australia tepatnya di Australian Aviation College dan lulus di tahun 1994. Sesuai dengan pendidikan aviasi yang ia dalami ia sudah bekerja di beberapa perusahaan maskapai penerbangan di Indonesia, pada tahun 2002 ia bekerja di Merpati Nusantara sebagai pilot, lalu di tahun selanjutnya hingga tahun 2004 ia bekerja di Pelita Air Service dan di tahun 2004 hingga sekarang ia bekerja sebagai pilot di maskapai penerbangan Lion Air. Selain menekuni bidang aviasi, bapak H. Haris juga aktiv di berbagai kegiatan-kegiatan sosial salah satunya adalah mendirikan 45 yayasan Hayatan Thoyyibah bersama keluarganya, selain itu ia juga mendirikan sebuah inovasi baru berupa minimarket yang berlandaskan agama Islam yang diberi nama Kedai Yatim H. Aris. 5. Struktur Organisasi PEMBINA Ketua : H. Bahruddin Anggota: 1. H.Gunanto, M.Pd 2. H. Maman S. M.Pd. PENGAWAS Ketua : Drs. H. Badrun F. M.Si Anggota: 1. Ade Heri S. S.Pd 2. Hj. Umi Kalsum PENGURUS Ketua Umum : Capt. H. Haris Maulana Ketua : Dra. Hj. Titin Sulastri M.Ag Sekretaris Umum : H. Kamal Sekretaris : Ir. Seriwidodo, MM Bendahara Umum : Hj. Ida R. S.Pd Bendahara : Irma M. S.Kom 46 B. Yayasan Daarul Ummat 1. Sejarah yayasan Daarul Ummat Yayasan Daarul Ummat pertama kali berdiri di jalan Pajajaran No. 4, Bambu Apus Timur, Pamulang. Rumah yatim Daarul Ummat didirikan oleh Bapak H. Ruchiyat yang dibantu oleh penanggung jawab bapak Aforisma Mulauddin. S. Kom serta bapak Abdullah dan Ust. Azhar Said dengan sistim non panti sejak tahun 2011 yaitu hanya memberikan santunan dan biaya pendidikan, karena tidak mempunyai tempat untuk menampung mereka. Adapun anak asuh yang berjumlah kurang lebih 100 anak terlantar dan anak-anak yatim-piatu dan dhuafa yang berasal dari berbagai daerah.Seiring dengan berkembangnya zaman dan problematika sosial masyarakat yang bertambah maka bapak H.Ruchyat, dibantu tiga rekannya bapak Aforisma Mulauddin. S. kom serta bapak Abdullah dan Ust. Azhar Said pada tanggal 9 Juni 2015 secara resmi mendirikan panti asuhan di Bambu Apus Timur, Pamulang, Tangerang Selatan, dibawah tanggung jawab Yayasan Daarul Ummat yang tercatat di Surat Keputusan Menteri Hukum dan 47 Hak Asasi Manusia Republik 0008099.AH.01.04.Tahun 2015 Indonesia Nomor AHU- dan Sebagai pimpinan Bapak H.Ruchiyat yang berlandaskan UUD 45 dan Al-Quran sehingga yayasan tersebut dapat berkembang. Pada saat yayasan ini masih bersistem non panti para donatur dan pengurus yayasan menyalurkan langsung bantuan berupa sumbangan pendidikan langsung kepada anak-anak asuh ke tempat tinggal mereka. Namun sejak resmi menggunakan sistem panti dengan kesepakatan antara pihak yayasan dan pihak keluarga anak asuh serta anak asuhnya sendiri, membawa para anak asuh yang bersedia untuk tinggal di panti asuhan yang sudah disediakan. Sampai saat ini anak asuh yang tinggal di yayasan tersebut berjumlah sepuluh orang. Pihak yayasan mengatakan tidak mau memaksakan jika salah satu pihak baik itu keluarga ataupun anak asuhnya sendiri tidak bersedia untuk tinggal di yayasan yang sudah di sediakan karehna takut mengganggu keadaan psikologis si anak. 2. Legalitas Sebagai yayasan yang resmi di Indonesia, yayasan Daarul Ummat memiliki legalitas yang lengkap yaitu sebagai berikut: 1. Akta Notaris Rachmad Umar, SH. Tanggal 12 januari 1999 SK. MENKEH RI Nomor : C- 138. HT. 03.02- Th.1999 2. surat keterangam domisili yayasan Daarul Ummat pamulang No. 062/ 12/ Kessos 3. NPWP yayasan Daarul Ummat No. 73. 253.463. 1-411.000 48 4. Izin Dinas Sosial dan Surat Tanda Daftar Yayasan Tangerang Selatan No. 460/ 1751-29/ BANJAMSOS/ VI/ 2015 5. MENKUM dan HAM RI No. AHU-0008099. AH.01.04. Tahun 2015.3 3. Visi dan Misi Dengan slogan “Mendidik dan Menyantuni Yatim Dan Dhuafa” yaysan Daarul Ummat mempunyai visi dan misi yaitu sebagai berikut: Visi: Belajarlah berbuat ikhlas, Menampung dan mendidik ummat, dan berbuat kebajikan untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Esa. Misi: 1. Menyelenggarakan panti / asrama bagi anak yatim piatu dan dhuafa. 2. Membekali pendidikan umum, kejuruan dan keagamaan bagi setiap anak yatim piatu dan dhuafa. 3. Membentuk dan membina generasi penerus berdedikasi tinggi, berakhlak mulia, bangsa mampu yang memimpin, bertanggung jawab, serta fokus terhadap perkembangan dan kemajuan. 4. Mengarahkan setiap anak yatim piatu dan dhuafa untuk dapat mandiri, kreatif dan terampil dalam hidup dikemudian hari. 5. Menerima dan Mengelola zakat, infaq, shadaqah, hibah dan wakaf untuk dapat disalurkan sesuai dengan amanat.4 3 4 http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31. http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31. 49 4. Program Kerja Seperti yayasan pada umumnya, yayasan Daarul Ummat juga mempunyai program ekrja yaitu sebagai berikut: 1. Mendirikan Yayasan Daarul Ummat Rumah Yatim & Dhuafa di beberapa di kota & kabupaten. 2. Mengadakan bimbingan belajar & Keterampilan bagi anak asuh Daarul Ummat 3. Membangun Sarana Keterampilan : Lab. Komputer dan Lab. Bahasa Inggris 4. Kesehatan Keliling Gratis bagi anak asuh 5. Bhakti Sosial Kepada Masyarakat 6. Membangun Workshop keterampilan mandiri 7. Dan lain-lain sebagainya yang bersifat social : Kegiatan yang akan kami laksanakan dalam rangka mewujudkan generasi masa depan yang mandiri.5 5. Sasaran 1. Tersedianya tempat panti / asrama bagi anak yatim - piatu dan dhuafa yang tidak terurus dan diurus oleh keluarganya. 2. Membiayai pendidikan anak yatim piatu dari keluarga kurang mampu dari tingkat SD/MI, SMP/MT, SMA/SMK/MA dan mengarahkan sampai Perguruan Tinggi. 3. Peningkatan kesejahteraan masa depan anak yatim piatu dan dhuafa untuk dapat hidup mandiri, kreatif dan terampil dikemudian hari. 6 5 http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31. 50 6. Profil Pendiri Yayasan H. Ruchyat lahir di Jakarta tanggal 12 Januari 1953, sekarang ia sudah memiliki seorang istri dan dua orang anak. Bapak H. Ruchyat adalah seseorang yang sangat religius dan memiliki rasa sosial yang tinggi, sejak masih menjadi pegawai di sebuah perusahaan ia sudah memulai kegiatan sosialnya secara rutin berupa pemberian bantuan kepada anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu. Selepas masa kerjanya selesai sebagai pegawai, ia tidak mau menghabiskan masa senjanya dengan beristirahat maka dari itu ia bersama dengan tiga rekan kerjanya yaitu bapak Aforisma Mualauddin, bapak Azhar Said dan bapak Abdullah semakin serius dalam menjalankan kegiatan sosialnya dan membentuk sebuah yayasan yang bertujuan untuk menaungi anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang kurang mampu yang diberi nama yayasan Daarul Ummat. Sebagai pencetus gagasan pendirian yayasan Daarul Ummat bapak H. Ruchyat merasa kurang percaya diri untuk menjabat sebagai ketua yayasan tersebut akhirnya ia memberikan tanggung jawab kepada rekan kerjanya bapak Aforisma Mualauddin untuk menjadi pembina sekaligus ketua di yayasan tersebut, sementara bapak H.Ruchyat menjadi penanggung jawab di bidang yang memang ia kuasai yaitu bidang dakwah, hal tersebut juga dilakukan demi profesionalitas yayasan Daarul Ummat agar yayasan tersebut bisa berkembang. 6 http://www.daarulummat.pe.hu/ diakses tanggal 18-5-2016 pukul 18:31. 51 7. Struktur Organisasi Pembina : Aforisma Mualauddin S.Kom Ketua : Aforisma Mualauddin S.Kom Bendahara : Ida Zuraidah Sekretaris : Mutia Ratna Bidang Umum : Azhar Said Bidang Pendidikan : Syamsuri S.Pd. I Bidang Da’wah : H. Ruchyat Bidang Sosial : Abdullah Ketua Asrama : Jumi Kurniawati Untuk lebih memperjelas gambaran umum kedua yayasan, penulis membuan tabel perbandingan kedua yayasan tersebut yaitu sebagai berikut: Aspek Tahun Pendirian Yayasan Hayatan Thoyyibah Tahun 1993 Yayasan Daarul Ummat berbentuk Tahun 2011 dengan sistem perkumpulan orang tua asuh, 2013 non panti, 2015 dengan berdiri sebagai yayasan resmi. sistem panti. Jumlah Pengurus 12 orang 8 orang Jumlah Anak Asuh 51 orang usia 6-17 tahun. 10 orang usia 6-12 tahun untuk yang tinggal di asrama, 100 orang yang masih di keluarganya berusia 6-12 tahun. Sistem Yayasan Non Asmara Asrama dan Non Asrama 52 BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS A. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah dan Yayasan Daarul Ummat 1. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah Pola komunikasi terbentuk dari struktur jaringan organisasi oleh individu dan kelompok.1 Dengan kata lain pola komunikasi organisasi akan terbentuk seiring berjalannya proses komunikasi. Begitu juga di dalam proses komunikasi dalam organisasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah, terdapat beberapa pola komunikasi yang terbentuk dala proses komunikasinya yaitu sebagai berikut: a. Pola Bintang Pola bintang adalah pola yang paling dominan didalam proses komunikasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah. Proses komunikasi di yayasan Hayatan Thoyyibah dalam kepengurusannya berjalan dengan proses yang informal. Kelompok atau organisasi informal sendiri menurut Sentot Imam Wahjono dapat dikatakan sebagai kelompok yang lebih berkembang dari upaya individu dan pengembangan minat dan persahabatan 1 Wiryanto, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 32. 53 daripada desain yang sengaja dibentuk organisasi, kelompok informal lebih bersifat cair dan cenderung temporer dan ad hoc.2 Hal tersebut sangat jelas terlihat didalam proses komunikasi vertikal maupun horizontal di yayasan Hayatan Thoyyibah, semua anggota bisa berkomunikasi dengan bebas tanpa melalui tahapan ataupun proses yang formal. Seperti yang disampaikan oleh bapak Haris. “Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke pembina ke pengawas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku.”3 Pernyataan tersebut sudah dapat memberi gambaran bahwa komunikasi organisasi yang berjalan di dalam yayasan Hayatan Thoyyibah cenderung mengikuti pola bintang. Proses komunikasi pola bintang itu sendiri adalah semua anggota adalah sama dan memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya.4 Di dalam yayasan Hayatan Thoyyibah semua anggota kepengurusan bisa berkomunikasi dengan bebas baik itu dari pengurus ke pengawas ataupun pengurus ke pembina, tidak ada batasan di antara pengurus-pengurusnya. Sama seperti kepengurusan organisasi yayasan pada Hayatan umumnya Thoyyibah di organsasi terdapat pula komunikasi rutin atau komunikasi yang terjadwal. Dalam 2 Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 143. Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 4 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011) h. 383-384. 3 54 komunikasi rutin seperti rapat anggota, yayasan Hayatan Thoyyibah tetap menggunakan proses informal. Tidak seperti rapat-rapat pada organisasi atau perusahaan pada umumnya yang sudah menerapkan SOP rapat yang terstruktur. Waktu rapatnya pun tidak dijadwalkan secara tetap, suasana komunikasinya berjalan santai dan bersifat kekeluargaan, seperti yang di ungkapkan oleh bapak Haris. “Rapat formal belum dilakukan secara rutinitas, kemarin itu sempat di jadwalkan sebulan sekali tapi karna kendala waktu dan segala macam tidak dilakukan, tapi paling tidak sekitar mungkin 2-3 bulan sekali, itu tidak dilakukan secara schedule dirapatkan rutin, jadi kalau ada kegiatan sebelumnya kita rapatkan terlebih dahulu, seperti kemarin ada rapat tapi bukan dalam artian rapat kepengurusan, dalam artian untuk rapat kegiatan kita menjelang ramadhan itu dilakukan disini, jadi yayasan ini terus terang belum memiliki SOP rapat yang rutin seperti ini kemudian program tiap divisi nya seperti ini, jadi kita belum ada ke arah sana .Suasana rapatnya tidak formal karena yang pertama kan pengurusnya dari daerah sekitar kita jadi tidak formal lalu kemudian, karena kita belum banyak kegiatan jadi rutinitasnya jarak dari rapat ke rapat yang lain tidak sebulan sekali dan suasananya santai biasa saja lesehan seperti diskusi.”5 Mengenai SOP sendiri pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada didalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi yang adalah anggota-anggota organisasi berjalan secara efektif (dan efisien), 5 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 55 konsisten, standar dan sistematis.6 Namun meskipun tidak memiliki SOP, proses komunikasi rutin di yayasan Hayatan Thoyyibah tetap berjalan efektif. Selain komunikasi rutin di dalam yayasan Hayatan Thoyyibah juga terdapat proses komunikasi harian atau komunikasi antar pribadi di antara anggota pengurus yayasan. Pengertian komunikasi antar pribadi sendiri adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain, agar mengetahui, mengerti atau melakukan kegiatan tertentu.7 Dalam komunikasi antar pribadi yang dilakukan sehari hari, para pengurus yayasan lebih sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa verbal tanpa media komunikasi, seperti yang dikatakan oleh bapak Haris. “Media yang digunakan itu ya ketika rapat, kemudian ketika sedang berkunjung seperti ini, jadi lebih banyak tatap muka. 8 Karena jarak antara rumah pengurus yang satu dengan pengurus yang lain tidak terlalu jauh, komunikasi sering dilakukan ditempat yang berbeda-beda, bahasan yang dibicarakanpun secara spontan tidak terstruktur ataupun direncanakan sebelumnya. Seperti yang ungkapkan oleh bapak Haris. “Komunikasi harian antar pengurus itu tidak ada komunikasi harian yang bagaimana, ini terus terang lebih condong ke arah informal jadi istilahnya tidak ada yang resmi kita 6 Rudi M. Tambunan, Standard Operating Procedures (SOP) (Maiestas Publishing:Jakarta, 2008), h. 79. 7 Onong Uchyana Efendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke 6, h. 60-61. 8 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 56 membicarakan yayaasan jadi memang kita belum ke arah sana jadi bicaranya biasa saja sekedar obrolan.”9 Melihat dua penjelasan mengenai proses komunikasi harian dan komunikasi rutin di yayasan hayatan Thoyyibah dapat lebih memperjelas lagi bahwa pola komunikasi yang paling sering digunakan di dalam organisasi kepengurusan yayasan tersebut adalah pola bintang. Dalam komunikasi harian semua anggota bisa menyampaikan pendapatnya dan berkomunikasi dengan bebas ke anggorta lainnya, begitu juga di dalam komunikasi rutin yang dilakukan di yayasan tersebut. b. Pola Y Pola Y dalam kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah tidak terlihat, dalam pola Y terdapat dua anggota yang berada di atas, satu orang anggota berada ditengah atau terpusat dan tiga lainnya berada di bawah secara berurutan. Dalam organisasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah pola Y tidak terlihat, tidak ada anggota yang berperan sebagai pemimpin yang dominan. Semua anggota bisa bebas berkomunikasi dengan pengurus lainnya. seperti yang dikatakan oleh bapak Haris. “Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke pembina ke pengawas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku.”10 9 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 10 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 57 c. Pola Lingkaran Pola lingkaran terbentuk jika setiap anggota hanya dapat berbicara dengan orang yang berada paling dekat di sisinya. Pola lingkaran di antara pengurus juga tidak terlihat baik itu didalam komunikasi harian maupun rapat, semua anggota memiliki kedekatan yang sama dengan anggota lainnya begitu juga dalam proses komunikasi. d. Pola Rantai Pola rantai hampir memiliki kesamaan dengan pola lingkaran, hanya saja disini ada anggota yang berperan sebagai pemimpin yaitu anggota yang berada di tengah. Jika dilihat dari proses komunikasi diantara pengurus yayasan, pola ini pun tidak terlihat, pesan tidak disampaikan secara berantai dari satu pengurus ke pengurus lainnya tetapi disampaikan secara langsung kepada pengurus yang bersangkutan. e. Pola Roda Pola roda memiliki karakteristik dimana terdapat anggota yang berada dipusat dan berperan sebagai pemimpin semua pesan yang disampaikan harus melalui anggota yang berada di pusat tersebut. Dalam organisasi kepengurusan pola ini terlihat dalam rapat pengurus, didalam rapat tersebut terdapat pengurus yang berperan sebagai pemimpin rapat, yang menjadi pemimpin rapat tersebut tidak selalu pimpinan yayasan semua anggota mempunyai kesempatan yang sama dalam memimpin rapat. Namun peran 58 pemimpin disinipun hanya sebagai pemimpin jalannya rapat, pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh seorang pengurus disampaikan oleh si pengurus itu sendiri tanpa harus melalui pemimpin rapat, proses rapatnyapun masih berjalan dengan proses informal. Seperti yang di ungkapkan oleh bapak Haris terkait dengan rapat pengurus. “Suasana rapatnya tidak formal karena yang pertama kan pengurusnya dari daerah sekitar kita jadi tidak formal lalu kemudian, karena kita belum banyak kegiatan jadi rutinitasnya jarak dari rapat ke rapat yang lain tidak sebulan sekali dan suasananya santai biasa saja lesehan seperti diskusi”11 Dalam organisasi juga terdapat dua konsep yang dikenal dengan nama sistem terbuka (open system) dan sistem tertutup (close system). Salah satu dari dua sistem ini bisa digunakan oleh sebuah organisasi sesuai dengan keadaan dan karakter dari organisasi itu sendiri. Secara sederhana menurut Miftah Thoha dalam bukunya Perilaku Organisasi mengatakan bahwa kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara ajeg mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan. Sedangkan kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan dan pembaharuan, atau mempunyai kecenderungan tetap menajga kestabilan.12 Begitu juga halnya dengan organisasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah, yayasan tersebut juga menganut salah satu 11 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 12 Miftah Toha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 77. 59 sistem organisasi didalam organisasi kepengurusannya. Jika dilihat dari definisi sistem terbuka dan tertutup, yayasan Hayatan Thoyyibah lebih cederung menganut sistem terbuka. Hal itu dapat terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh yayasan Hayatan Thoyyibah yang banyak melibatkan lingkungan sekitarnya dan organisasi-organisasi atau lembaga lain. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Haris mengenai kegiatan yayasan. “Untuk agenda harian ada pengajian anak-anak tiap hari Senin sampai Jumat lalu shalat Magrib berjamaah sampai Isya berjamaah. Di hari Sabtu dan Minggu lebih condong ke keterampilan akan-anak seperti dulu ada musik, mendongeng, memasak, jalan-jalan, dan jamnya fleksibel bisa sore bisa pagi. Tiap dua bulan sekali diadakan santunan. Dan baru direncanakan untuk tiap bulan mereka datang untuk diberikan pembinaan berupa motivasi, baik itu kegiatan games atau mungkin keterampilan dan itu baru berjalan beberpa kali saja, dan kedepannya saya ingin tadi mengenai enterpreunership kedepannya saya sedang menyiapkan mereka dihari libur itu seperti magang. Misalnya saya berkerja sama dengan fotokopi, nanti misalnya minggu ini si a, dan dia itu belajar memfotokopi, belajar bikin cetakan, jilid segala macam nanti di minggu depannya si b jadi paling tidak dia punya dasar bagaimana memfotokopi dan bagaimana juga melayani customer atau mungkin di Kedai Yatim mereka juga dilibatkan jadi kasir. Cuma kan saya harus membuat aturan misalnya dari sisi kerjasamanya dengan si yang punya usaha misalnya kalau ada kehilangan barang bagaimana, lalu siapa yang memberikan uang jajan, lalu berapa lama program berjalan, itu kan harus saya buat. Ada juga santunan dan ada performance dari anakanak asuh membuat drama lalu ada games motivasi di tahun 2011, kegiatan lomba 17 Agustus, lalu kita juga pernah mengumpulkan tabungan lalu dikirim ke Palestina, saat Idul Adha ana-anak juga dididik untuk berkurban, lalu ada juga kegiatan kemping disini , membuat makanan untuk buka puasa bersama, ada musik tapi marawis sudah tidak ada, ada santunan yatim dan dhuafa. Tahun 2008 juga kita melakukan jalan-jalan dengan anak asuh ke Taman Matahari dan ada santunannya juga.” 13 13 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 60 Pernyataan tersebut menunjukan bahwa interaksi yayasan Hayatan Thoyyibah dengan lingkungan luarnya sangat terlihat, seperti dalam program mendongeng, yayasan Hayatan Thoyyibah bekerja sama dengan lembaga Kampung Dongeng Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan mendongeng dan mendidik anak asuhnya jika ada yang ingin belajar mendongeng, lalu sesuai dengan karakteristik sistem terbuka yaitu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yayasan Hayatan Thoyyibah juga menunjukan sifat beradaptasi tersebut. Seperti pada kutipan wawancara sebelumnya bahwa pimpinan yayasan Hayatan Thoyyibah akan melaksanakan praktek kerja untuk anak-anak asuhnya agar mereka memiliki pengalaman kerja sehingga anakanak asuh yang merupakan output dari yayasan Hayatan Thoyyibah bisa beradaptasi dan bersaing di masyarakat. Sistem organisasi terbuka di yayasan Hayatan Thoyyibah juga terlihat dari proses interaksi dengan lingkungan internal organisasi. Dalam organisasi kengerusan yayasan, semua anggota pengurus bisa mengerjakan pekerjaan dari semua divisi kepengurusan atau bisa dibilang job desk yang dibagikan masih bersifat fleksibel dan terbuka, seperti yg dikatakan oleh bapak Haris. “Jadi yayasan ini terus terang belum memiliki SOP rapat yang rutin seperti ini kemudian program dan tugas tiap divisi nya seperti ini, jadi kita belum ada ke arah sana.”14 14 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 61 Proses komunikasi di antara pengurus yayasan Hayatan Thoyyibah tersebut pada dasarnya sudah berjalan dengan baik hanya saja intesnsitas komunikasinya masih kurang tinggi, hal tersebut dikarenakan oleh kesibukan masing-masing para pengurus yayasan. Namun pola komunikasi yang digunakan yaitu pola bintang cocok dengan kondisi yayasan Hayatan Thoyyibah dan memberikan dampak positif terhadap perkembangan yayasan, para anggota yayasan menjadi tidak merasa terbebani dengan rutinitas yayasan. Peran anggota pengurus yayasan memiliki dampak langsung terhadap perkembangan yayasan. Karena salah satu pendukung berkembangnya sebuah organisasi adalah anggota organisasi itu sendiri seperti, dikatakan dalam buku Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi karya Veithzal Rivai bahwa faktor pertama yang harus diperhatikan dalam organisasi adalah manusia, karena itu merupakan aset termahal dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya.15 Hal tersebut membuat yayasan Hayatan Thoyibah terus berkembang sampai dengan saat ini, tanpa mengalami masalah dari latar belakang yayasan yang dikelola oleh keluarga. 15 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), cet ke 3, h. 90. 62 2. Pola Komunikasi Organisasi di Yayasan Daarul Ummat Suatu organisasi memiliki unsur-unsur utama yaitu manusia (man), kerjasama (team work), tujuan bersama (goals oriented), peralatan (equipment) dan lingkungan (environtment).16 Unsurunsur tesebut akan berjalan dengan semestinya melalui proses komuniaksi yang baik, begitu juga di yayasan Darul Ummat. Di dalam yayasan Daarul Ummat sendiri terdapat dua proses komunikasi yaitu komunikasi horizontal dan vertikal diantara pengurusnya, dari proses komunikasi-komuniksai tersebut akan terbentuklah suatu pola komunikasi organisasi di dalam organisasi kepengurusan yayasan Daarul Ummat, yaitu sebagai berikut: a. Pola Bintang Pola bintang juga banyak terlihat di dalam organisasi kepengurusan yayasan Daarul Ummat, proses komunikasi organisasi yang berjalan diantara pengurusnya juga bersifat informal baik itu komunikasi vertikal maupun komunikasi horizontal. Semua anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lain tanpa batasan dan tahapan apapun. Tidak ada jarak antara atasan dengan bawahan ataupun antara satu anggota dengan anggota lainnya untuk proses komunikasi secara vertikal pun tidak melalui tahapan khusus. Seperti yang di ungkapkan oleh ibu Jumi. “Kalau tahapan itu tidak ada kita langsung bicara ke yang punya yayasan, Karena ini segala sesuatunya langsung, jadi tidak memakai bahasa formal jadi kita pakai bahasa biasa, 16 Yulius Eka Agung Saputra, Manajemen dan Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.82. 63 prosesnya juga biasa saja, misalnya bahasa kasarnya dari bawahan harus ke manager dulu baru ke atasannya itu tidak ada, kalau disini semuanya bisa langsung ke atasan.” 17 Sementara itu proses komunikasi rutin yayasan Daarul Ummat juga berjalan secara informal tidak ada suasana rapat yang formal ataupun terstruktur seperti pernyataan yang diungkapkan oleh ibu Jumi. “Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau yang inti-intinya saja.”18 Peran pemimpin yayasan pun tidak terlalu mendominasi dan tidak memandang struktur ataupun jabatan dalam proses kepungurusan yayasan tersebut, pemimpin menyamaratakan dirinya dengan seluruh anggota kepengurusan. Dalam proses komunikasi harian sendiri para anggota menggunakan media komunikasi berupa hand phone dan komunikasi verbal, media hand phone digunakan karena jarak antara pengurus yayasan yang cukup jauh sehingga tidak memungkinkan untuk berkomunikasi tatap muka secara rutin. Semantara komunikasi harian yang berupa tatap muka dilakukan secara spontan seperti yang dikatakan oleh ibu Jumi mengenai media komunikasi dan komunikasi harian di yayasan tersebut. “Banyak, tetapi tidak terlalu banyak juga, biasanya hand phone kadang biasanya juga pemimpin yayasan tiba-tiba datang tanpa 17 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 18 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 64 perlu kita minta, mengontrol anak-anak disini, terus baru disitu kita bicarakan apa saja yg kita ingin sampaikan jadi lebih enak bicara langsung daripada lewat hand phone.”19 b. Pola Y Pola Y di yayasan Daarul Ummat muncul ketika ibu Jumi ingin menyampaikan suatu pesan kepada atasannya, tetapi ia tidak tahu cara berkomunikasi dan bahasa yang digunakan seperti apa oleh karena itu ia meminta bantuan kepada anak dari pemimpin yayasan untuk menyampaikan pesannya. Dalam pola Y terdapat dua anggota yang berada di atas, satu orang anggota berada ditengah atau terpusat dan tiga lainnya berada di bawah secara berurutan. Anak dari pemimpin yayasan berperan sebagai anggota terpusat, ibu Jumi berada di posisi bawah dan pemimpin yayasan berada di posisi atas, ibu Jumi dalam menyampaikan pesannya harus melalui orang terpusat dulu yang berperan sebagai penghubung antara dia dengan pemimpin yayasan. Hal tersebut sejalan dengan definisi pola Y yaitu terdapat pemimpin yang jelasa, terdapat anggota yang dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya dan ketiga anggota lainnya memiliki komunikasi yang terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Jumi terkait proses komunikasi di yayasan Daarul Ummat. “Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada yang perlu saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi ada juga yang perlu saya bicarakan dengan anaknya saja. 19 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 65 Karena mungkin jika melalui dia, dia bisa menggunakan bahasa yang lebih enak dengan orangtuanya sendiri kalau saya kan dari luar takut ada salah bicara jadi inginnya sih seperti itu tidak mau bicara langsung ke atasan, cuma karna yang punya yayasan orangnya welcome terbuka jadi saya lebih seneng seperti itu.”20 c. Pola Lingkaran Pola lingkaran di yayasan Daarul Ummat terlihat dalam pemecahan masalah kecil sehari-hari, di asrama yayasan tersebut diketuai oleh seorang ketua asrama yaitu ibu Jumi Kurniawati di iajuga dibantu oleh suaminya untuk mengurus asrama itu. jika ada masalah di dalam keseharian asrama ibu jumi tidak langsung berbicara kepada atasan tetapi ia berbicara dulu kepada orang terdekatnya yaitu suaminya. Hal itu sejalan dengan definisi pola lingkaran yaitu setiap anggota dapat berbicara dengan orang yang berada paling dekat di sisinya. Hal itu seperti yang diungkakan oleh ibu Jumi. “Kalau seperti itu misalnya kita urus sendiri dulu, yang ada disni saya dengan suami yang mengurus, kalau misalnya memang benar-benar tidak bisa baru nanti kita bicara ke ketua yayasannya.”21 d. Pola Rantai Pola rantai hampir sama seperti pola bintang hanya saja disini ada orang yang tersentarlisasi yaitu orang yang berada di tengah, proses informasi di yayasan daarul ummat berjalan secara berantai dari anggota ke anggota terdekat lalu anak dari pemimpin yayasan 20 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016. 21 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016. 66 berada di posisi pusat dan berperan sebagai orang kepercayaan pemimpin untuk menyampaikan pesan pesan dari para bawahan kepada pemimpin yayasan. e. Pola Roda Pola roda di yayasan Daarul Ummat terlihat dari proses komunikasi di asrama tersebut, dalam pola roda terdapat orang yang berada di pusat yang berperan sebagai pemimpin dan semua pesan harus disampaikan kepada orang yang berada di pusat tersebut. ibu jumi berperan sebagai orang yang berada di pusat sedangkan orang yang lainnya yang berada di asrama tersebut seperti anak asuh, pembantu rumah tangga dan sebagainya berperan sebagai anggota. Dalam proses penyampaian pesan, semua pesan harus melalui ibu jumi terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman ataupun kegaduhan dalam proses komunikasi. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Jumi “Yayasan ini juga kan sama seperti organisasi, apalagi yang berada di dalamnya bukan hanya orang-orang seperti kita (orang dewasa) tetapi anak-anak. Jadi komunikasi itu penting sekali, saya kan disini ibaratnya sebagai ibu, tidak mungkin saya diam saja tidak komunikasi dengan anak karna kalau misalnya dia punya masalah apa disekolah dia pun harus ngomong, saya pun kalau misalnya tidak ada masalah apapun disekolah saya juga harus tanya, .seperti misalnya ada pengumuman apa disekolah? terus teman-temannya seperti apa?”22 Sama halnya dengan yayasan Hayatan Thoyyibah dan organisasi lain pada umumnya, yayasan Daarul Ummat dalam 22 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016. 67 organisasi kepengurusannya juga menganut sistem organisasi. Sistem organisasi di dalam suatu organisasi mungkin bisa berubah seiring dengan perkembangan organisasi itu sendiri. Sistem organisasi yang digunakan di yayasan Daarul Ummat untuk saat ini adalah sistem organisasi tertutup, sistem organisasi tertutup sendiri ialah dimana organisasi tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya, dan bekerja mengikuti arus yang tetap secara sebab akibat namun suatu saat sistem inipun akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Dari pengertian sistem terutup sendiri terlihat sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh ibu Jumi terkait dengan interaksi yayasan dengan lingkungan luarnya, seperti yang dikatakan ibu Jumi mengenai kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan. “Kalau untuk itu belum ada kerjasama. Waktu pas awal kita disini berdiri itu kita tidak ada kerjasama karena kita juga baru jadi seperti daftar anak sekolah biasa saja.”23 Selanjutnya untuk badan usaha yang satu manajemen dengan yayasan ataupun kerjasama dengan lembaga usaha dan sejenisnya belum ada seperti yang dikatakan oleh ibu Jumi. “Kalau itu belum, kita baru ini saja.”24 Jika dilihat dari interaksinya dengan lingkungan eksternalnya, terlihat jelas bahwa yayasan Daarul Ummat menganut sistem organisasi tertutup karena 23 yayasan tersebut tidak banyak Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016. 24 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 2 April 2016. 68 melakukan interaksi dengan lingkungan luar sehingga perubahan dan adaptasi dengan lingkunganpun minim untuk terjadi di yayasan ini. Interaksi atau kerjasama dengan lingkungan luar yang dilakukan oleh yayasan Daarul Ummat hanya interaksi dengan donatur atau bisa dikatakan sebatas dalam kegiatan santunan anakanak asuh yayasan Daarul Ummat. Lalu untuk interaksi dengan lingkungan internal yaitu untuk sesama anggota pengurus, yayasan Daarul Ummat juga menerapkan sistem tertutup, hal itu dapat dilihat dari pernyataan ibu Jumi terkait dengan rapat yang dilakukan oleh yayasan Daarul Ummat. “Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau yang inti-intinya saja. Kalau seperti bendahara gitu-gitu mereka biasanya suka membuat rapat sendiri.”25 Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa setiap job desk yang dipegang oleh tiap-tiap divisi di kepengurusan yayasan Daarul Ummat tidak dicampuri oleh anggota lain dari divisi yang berbeda karena tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh setiap anggota, hal itu juga memperkuat sifat profesionalitas yayasan Daarul Ummat. Proses komunikasi organisasi yang sudah berjalan di yayasan Daarul Ummat tersebut sudah baik, proses komunikasi dilakukan secara dua arah. Meskipun terhambat oleh jarak antara pengurus 25 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 69 yayasan yang lumayan jauh, tetapi para anggota pengurus yayasan tersebut masih mementingkan komunikasi tatap muka walaupun tidak rutin. Karena pada dasarnya komunikasi tatap muka merupakan interaksi manusia yang paling berpengaruh. Walaupun sehebat perangkat elektronik, tetapi perangkat elektronik tidak pernah benar-benar menggantikan keakraban dan kedekatan orangorang yang bercakap-cakap di ruang yang sama.26 Pola komunikasi yang berjalan tersebut dapat memberikan dampak postif bagi perkembangan yayasan Daarul Ummat, baik itu perkembangan yayasan ataupun hubungan diantara anggota pengurusnya yang tidak berlatar belakang keluarga semua anggota pengurus yayasan bisa menjalankan profesionalitas nya masingmasing dengan baik. B. Persamaan dan Perbedaan Pola Komunikasi di yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat Melihat pemaparan sebelumnya mengenai pola komunikasi organisasi yang berjalan di yayasan Hayatan Thoyyibah yang merupakan yayasan keluarga dan yayasan Daarul Ummat yang merupakan yayasan non keluarga atau profesional. Peneliti dapat melihat beberapa persamaan dan perbedaan di antara kedua yayasan tersebut. Persamaannya terletak pada pola komunikasi organisasi yang digunakan yaitu pola bintang semua anggota pengurus di dua yayasan 26 Kathleen A. Begley, Ed.D, Komunikasi Tatap Muka, di terjemahkan oleh Ati Cahyani ( Jakarta: PT. Indeks, 2010), h. 3. 70 tersebut memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya dan setiap anggota dapat berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya, seperti yang diungkapkan oleh bapak Haris mengenai proses komunikasi di yayasan Hayatan Thoyyibah. “Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke pembina ke penganwas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku.”27 Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh ibu Jumi mengenai proses komunikasi yang berjalan di organisasi kepengurusan yayasan Daarul Ummat. “Karena ini segala sesuatunya langsung, jadi tidak memakai bahasa formal jadi kita pakai bahasa biasa, prosesnya juga biasa saja, misalnya bahasa kasarnya dari bawahan harus ke manager dulu baru ke atasannya itu tidak ada, kalau disini semuanya bisa langsung ke atasan.”28 Proses berkomunikasi serta suasana komunikasi dari kedua yayasan tersebut juga memiliki persamaan yaitu bersifat informal. Hal tersebut dikarenakan kedua kemanusiaan yang tidak yayasan tersebut memiliki aturan adalah yayasan baku di dalam kepengurusannya tidak seperti yayasan-yayasan atau perusahaan formal yang berorientasi profit maupun non profit pada umumnya. Seperti dalam kutipan wawancara dengan bapak Haris. “Jadi yayasan ini terus terang belum memiliki SOP rapat yang rutin seperti ini kemudian program tiap divisi nya seperti ini, jadi kita belum ada ke arah sana .Suasana rapatnya tidak formal karena yang pertama kan pengurusnya dari daerah sekitar kita jadi tidak formal lalu kemudian, karena kita belum banyak kegiatan jadi 27 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 28 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 71 rutinitasnya jarak dari rapat ke rapat yang lain tidak sebulan sekali dan suasananya santai biasa saja lesehan seperti diskusi.”29 Hal hampir sama juga diungkapkan oleh ibu Jumi terkait proses komunikasi rutin yang biasa dilakukan di yayasan Daarul Ummat. “Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau yang intiintinya saja. Kalau seperti bendahara gitu-gitu mereka biasanya suka membuat rapat sendiri.”30 Gaya kepemimpinan dari pemimpin kedua yayasan tersebut juga sama, pemimpin tidak terlalu mendominasi didalam kepengurusan yayasan. Tidak ada jarak ataupun batasan dari atasan kepada bawahan. Pemimpin menaruh kepercayaan kepada bawahannya dalam tugasnya masing-masing dan menyamaratakan semua anggota dalam kengurusan yayasan. Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan oleh ibu Jumi mengenai kepemimpinan di yayasan Daarul Ummat. “Kalau faktor pendukungnya ya kita disini tidak terlalu kaku, kita terbuka jadi dari atasan tidak pernah melihat kita sebagai bahawan jadi kasarnya yasudah saya percaya saja sama kamu yang penting kalau ada apa-apa ngomong.”31 Begitu juga di yayasan Hayatan Thoyyibah pemimpin tidak menunjukan sifat otoriter ataupun mendiminasi, ia tidak menjaga jarak ataupun membuat aturan-aturan yang menyulitkan anggota pengurus yayasan dalam proses berkomunikasi, seperti yang dikatakan oleh bapak Haris. 29 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 30 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 31 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 72 “Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke pembina ke penganwas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku.”32 Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinannya sangat berpengaruh terhadap perkembangan sebuah organisasi atau lembaga. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih bergantung pada kepemimpinannya yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana, dana dan waktu secara efektif-efisien serta terpadu dalam proses manajemen. Karena itu kepemimpinan merupakan inti dari organisasi, manajemen dan administrasi. 33 Begitu juga di yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat, gaya kepemimpinan seperti yang dijelaskan sebelumnya sangat berpengaruh dan membawa dampak positif bagi perkembangan yayasan. Namun dari persamaan-persamaan tersebut terdapat pula perbedaan diantara pola komunikasi organisasi kedua yayasan tersebut. Yayasan Hayatan Toyyibah yang notabenenya dikelola oleh keluarga dalam proses berkomunikasinya lebih santai dalam artian para anggota tidak perlu mengatur bahasa verbal yang digunakan tetapi masih menggunakan bahasa yang sopan, sedangkan yayasan Daarul Ummat yang merupakan yayasan non keluarga atau profesional dalam proses 32 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 33 Dr. Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h, 14. 73 komunikasinya selalu berhati-hati dalam proses komunikasi agar tidak terjadi kesalah pahaman, seperti yang di ungkapkan oleh ibu Jumi. “Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada yang perlu saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi ada juga yang saya ingin bicarakan dengan anaknya saja. Karena mungkin jika melalui dia, dia bisa menggunakan bahasa yang lebih enak dengan orangtuanya sendiri kalau saya kan dari luar takut ada salah bicara jadi inginnya sih seperti itu tidak mau bicara langsung ke atasan, cuma karna yang punya yayasan orangnya welcome terbuka jadi saya lebih seneng seperti itu.”34 Perbedaan selanjutnya terletak pada sistem organisasi yang berjalan di kedua yayasan tersebut. di yayasan Hayatan Thoyyibah sistem organisasi yang digunakan adalah sistem organisasi terbuka. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya hal itu terlihat dari interaksi yayasan Hayatan Thoyyibah dengan lingkungan eksternalnya. Hal tersebut terlihat dari kegiatan-kegiatan yayasan yang banyak berhubungan dengan lingkungan luar, serta adanya kerjasama yayasan dengan lembaga-lembaga lain. Seperti kegiatan mendongeng yang bekerja sama dengan Lembaga Dongeng Indonesia. Lalu proses interaksi dengan lingkungan internal organisasi juga menunjukan sistem organisasi yang terbuka, seperti yang dikatakan oleh bapak Haris bahwa setiap anggota dari divisi yang satu boleh ikut mengerjakan pekerjaan di divisi yang lain. Sementara itu di yayasan Daarul Ummat sistem organisasi yang digunakan adalah sistem organisasi tertutup, berbeda dengan yayasan Hayatan Thoyyibah yang banyak melakukan kegiatan dengan lingkungan luar yayasan Daarul Ummat belum melakukan hal tersebut, 34 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 74 seperti yang diungkapkan oleh ibu Jumi mengenai kerjasama dan badan usaha yang dimiliki oleh yayasan. “Kalau itu belum, kita baru ini saja.”35 Untuk interaksi dengan lingkungan internal, organisasi kepengurusan yayasan Daarul Ummat juga cenderung tertutup seperti yang di ungkapkan oleh ibu Umi terkait dengan kegiatan rapat yang dilakukan oleh yayasan Daarul Ummat. “Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau yang intiintinya saja. Kalau seperti bendahara gitu-gitu mereka biasanya suka membuat rapat sendiri.”36 C. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat 1. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di Yayasan Hayatan Thoyyibah Semua proses komunikasi tidak terlepas dari faktor penghambat dan pendorong. Terlebih jika komunikasi tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai perbedaan baik itu secara struktural maupun latar belakang seperti didalam sebuah organisasi. Dalam proses komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah yang menjadi faktor penghambat proses komunikasi organisasi hanyalah kesibukan dari masing-masing aggota pengurus 35 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 7 April 2016. 36 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 7 April 2016. 75 yayasan tidak terkecuali untuk bapak Haris selaku ketua yayasan Hayatan Thoyibbah sendiri, seperti yang ia katakan. “Dalam komunikasi tatap muka hambatannya ya lebih banyak disayanya, karena saya kan kerjanya tidak rutin tidak seperti orang kantoran yang dari jam tujuh lalu jam delapan pulang, jadi kendalanya disitu, saya liburnya juga bukan dihari libur kadangkadang kemudian untuk menentukan rapat saya diminta untuk hadir akhirnya waktunya disesuaikan dengan waktunya saya jadi kendalanya disitu, kendalanya hanya waktu”.37 Melihat pernyataan tersebut dapat dikatakan faktor penghambat yang paling besar dalam proses komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah adalah masalah waktu untuk berkomunikasi. Latar belakang anggota pengurus yayasan yang merupakan satu keluarga merupakan faktor pendorong pertama yang memperlancar proses komunikasi diantara anggota pengurus yayasan Hayatan Thoyyibah, selain itu rumah pengurus yayasan yang tidak terlalu jauh juga menjadi faktor pendorong dalam proses komunikasi diantara anggora pengurus yayasan. Tidak adanya batasan antara atasan dengan bawahan juga menjadi faktor pendorong proses komunikasi organisasi di yayasan ini, seperti yang dikatakan oleh bapak Haris. “Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke pembina ke pengawas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku.”38 37 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 38 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 76 Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa proses komunikasi yang informal juga menjadi faktor pendorong proses komunikasi di yayasan tersebut, hal itu diperjelas dengan pernyataan bapak Haris mengenai proses komunikasi. “Kalau menurut saya untuk saat ini mungkin yang berbau tidak formal, kalau disiplin memang diperlukan tapi sejauh ini belum bisa diterapkan dan saya sendiri juga belum bisa menerapkan, karena waktu saya tadi itu, jadi untuk sementara ini mungkin yang cocok untuk kondisi saya ya informal, misalnya juga surat undangan bukan berupa surat resmi tetapi SMS.”39 Jadi dapat disimpulkan untuk faktor pendorong proses komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah adalah tidak adanya batasan-batasan antara atasan dengan bawahan dan juga proses komunikasi yang informal dan fleksibel sehingga tidak membebani para anggota pengurus yayasan. Penulis juga menggunakan analisis SWOT dalam menganalisis faktor pendukung dan peghambat di kedua yayasan ini. Analisis SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert S Humphrey pada tahun 1960-an. SWOT adalah singkatan dari strength (kekuatan) yaitu karakteristik organisasi ataupun proyek yang memberikan kelebihan / keuntungan dibandingkan dengan yang lainnya, weakness (kelemahan) yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kelemahan pada organisasi ataupun proyek dibandingkan dengan yang lainnya, opportunities (peluang) yaitu peluang yang dapat dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di kemudian hari, threats (ancaman) yaitu Ancaman yang akan dihadapi oleh organisasi 39 Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Yayasan Hayatan Thoyyibah, Bapak Haris Maulana, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 77 ataupun proyek yang dapat menghambat perkembangannya. Dari keempat komponen dasar tersebut, strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) adalah faktor internal organisasi/proyek itu sendiri, sedangkan oppoturnities (peluang) dan threats (ancaman) merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan organisasi ataupun proyek.40 1. Strength a. Susasana komunikasi baik internal maupun eksternal di yayasan ini sangat positif dan berdampak baik pada perkembangan yayasan. b. Yayasan ini memiliki link atau hubungan yang baik dengan orang-orang atau lembaga yang berkualitas dan kompeten yang bisa membantu memajukan dan mengembangkan yayasan. c. Yayasan ini memiliki modal yang cukup besar baik dari segi finansial maupun sumber daya manusia yang berada didalamnya. d. Yayasan ini mempunyai legalitas yang lengkap sebagai sebuah yayasan resmi. e. Anggota pengurus yayasan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi sehingga anggotanya memiliki pemikiran yang luas, hal tersebut dapat berdampak pada perkembangan yayasan dan juga meminimalisir terjadinya konflik diantara anggota kepengurusan yang dapat memecah yayasan. 40 http://www.ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/ di akses tanggal 17-06-2016 pukul 19:08 78 2. Weakness a. Kesibukan para anggota pengurus yayasan menyebabkan tingkat intesitas komunikasi yang rendah hal itu berdampak pada kurang optimalnya pelaksanaan program-program dari visi dan misi yayasan. b. Yayasan ini tidak memiliki web khusus ataupun akun-akun media sosisal yang dapat menghubungkan yayasan dengan masyarakat luas, hal ini penting bagi sebuah lembaga untuk menaikan popularitas dan eksistensinya di masyarakat dan kemudahan untuk mengakses informasi-informasi yang berhubungan dengan yayasan. 3. Opportunities a. Lembaga yayasan seperti ini sedang populer berkembang di masyarakat dan masyarakatpun mulai tertarik untuk berpartisipasi dalam lembaga-lembaga yayasan seperti ini. b. Dengan sumberdaya manusia dan modal yang dimiliki, yayasan ini dapat mengembangkan yayasan di bidang-bidang yang lainnya dan membuat program-program yang berorientasi profit. c. Pemerintah sudah memberikan wadah dan perlindungan untuk lembaga-lembaga semacam ini melalui undang-undang. 4. Threats a. Perkembangan dan kemudahan penyalahgunaan pendirian lembaga sejenis ini dapat menjadi ancaman yayasan dalam 79 meyakinkan masyarakat bahwa yayasan ini berjalan sesuai dengan semestinya. b. Menjamurnya yayasan sejenis menyebabkan yayasan semacam ini harus mempunyai strategi dan inovasi untuk menjadi yang lebih unggul dibandingkan yang lain. 2. Faktor Penghambat dan Pendorong Komunikasi Organisasi di Yayasan Daarul Ummat Secara teknis di yayasan Daarul Ummat sendiri terdapat beberapa proses komunikasi, salah satunya adalah proses komunikasi dari bawahan ke atasan. Seperti yang dikutip dari buku Pengantar Ilmu Komunikasi karya Nurani Soyomukti, ada beberapa hal yang menyebabkan proses komunikasi ke atas sulit dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Adanya kecenderungan bagi bawahan untuk menyembunyikan pikiran mereka mungkin karena anggapan bahwa mereka hanyalah bawahan yang harus menuruti atasan. 2. Adanya perasaan dikalangan bawahan bahwa atasan tidak tertarik pada permasalahan bawahan. 3. Kurangnya penghargaan dan apresiasi bagi komunikasi ke atas yang dilakukan oleh bawahan. 4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai. 41 41 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2010) h.187. 80 Proses komunikasi horizontal khususnya komunikasi dari bawahan ke atasan di yayasan Daarul Ummat, faktor penghambat komunikasi keatas tersebut sangat kecil terjadi, yang menjadi pengahambat hanyalah karena tidak adanya aturan-aturan dalam berkomunikasi di antara atasan dan bawahan, tetapi bawahan harus tetap menjaga norma kesopanan dalam bahasa verbal maupun non verbal kepada atasan agar tidak terjadi kesalah pahaman. Seperti yang dikatakan oleh ibu Jumi. “Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada yang perlu saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi ada juga yang saya ingin bicarakan dengan anaknya saja. Karena mungkin jika melalui dia, dia bisa menggunakan bahasa yang lebih enak dengan orangtuanya sendiri kalau saya kan dari luar takut ada salah bicara jadi inginnya sih seperti itu tidak mau bicara langsung ke atasan, cuma karna yang punya yayasan orangnya welcome terbuka jadi saya lebih senang seperti itu.”42 Faktor penghambat yang disebutkan di atas bisa disebut sebagai masalah etika dalam organisasi, R. Wayne Pace dan Don. F. Fules dalam bukunya Komunikasi Organisasi meenjelaskan beberapa masalah etika dalam organisasi yang di bagi menjadi dua kategori yaitu sebagai berikut: 1. Praktik-praktik organisasi a. Rasa hormat, martabat dan kebebasan perorangan. Masalah ini berhubungan dengan cara organisasi memperlakukan anggotanya. 42 Wawancara Pribadi dengan Ketua Asrama Yayasan Daarul Ummat, Ibu Jumi Kurniawati, Tangerang Selatan, 30 April 2016. 81 b. Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini berkenaan dengan etika kepegawaian, pemberian gaji, kenaikan pangkat, pendisiplinan, pemberhentian dan masalah pensiun anggota organisasi. c. Keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap keputusan pribadi. d. Pemantauan perilaku. Masalah yang termasuk dalam hal ini adalah sejauh mana organisasi memiliki hak untuk memaksa anggotanya agar membeberkan informasi mengenai diri mereka. e. Kualitas lingkungan kerja. Hal ini meliputi sejumlah kegiatan, termasuk masalah-masalah kesehatan dan keamanan, perawatan ibu hamil dan anak-anak, serta hubungan pegawai manajer. 2. Keputusan perorangan a. Konflik kepentingan. Masalahnya adalah bagaimana bila penilaian anggota organisasi bercampur aduk dengan suatu kepentingan yang mereka miliki dalam hasil transaksi. b. Kewajiban terhadap orang lain. Masalahnya disini meliputi konflik-konflik antara kewajiban anggota dengan organisasi serta loyalitas mereka kepada yang lainnya, yang sering disebut sebagai pihak ketiga. 82 c. Diskriminasi kerja. Hukum menyediakan bantuan untuk “melindungi” kelompok anggota organisasi yang termasuk dalam kelompok yang didiskriminasi. d. Pelecehan seksual. Dalam beberapa keadaan, pelecehan seksual dibahas sebagai suatu bentuk diskriminasi, tetapi interpretasi yang paling umum pada masa kini adalah kaitannya dengan hak perorangan. 43 Jika dikaitkan dengan penjelasan mengenai masalah etika tersebut, masalah etika yang juga menjadi faktor penghambat komunikasi organisasi di yayasan Daarul Ummat lebih kepada praktik-praktik di organisasi. Seperti rasa hormat bawahan kepada atasan, cara atasan yang tidak memandang bawahan sebagai bawahan, kebebasan perorangan untuk melakukan sesuatu tetapi masih sesuai dengan hak dan kewajiban anggota organisasi, dan etika-etika pegawai. Faktor penghambat komunikasi bisa juga disebabkan oleh faktor latar belakang. Menurut Miftah Toha dalam bukunya Perilaku Organisasi bahwa latar belakang yang sama merupakan salah satu faktor penentu dari proses dari proses daya tarik individu untuk berinteraksi satu sama lain. Kesamaan latar belakang, seperti misalnya usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, ras, kebangsaan dan status 43 R. Wayne Pace dan Don. F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, h. 544-546 83 sosioekonomis seseorang akan memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berinteraksi satu sama lain. 44 Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa yayasan Daarul Ummat merupakan yayasan yang tidak berlatar belakang keluarga sehingga latar belakang anggota pengurusnyapun otomatis berbedabeda. Hal tersebut juga menjadi faktor penghambat komunikasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai bahasa yang digunakan oleh bawahan jika ingin berbicara kepada atasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat proses komunikasi di yayasan Daarul Ummat adalah faktor etika dan latar belakang anggota pengururus yayasan yang bukan merupakan keluarga, sehingga ada perasaan takut terjadi kesalahpahaman dalam proses komunikasi. Disamping faktor-faktor penghambat tersebut, terdapat pula faktor pendorong proses komunikasi organisasi di dalam yayasan Daarul Ummat. Meskipun ada rasa takut terjadi kesalahpahaman dalam proses komunikasi dari bawahan ke atasan karena faktor latar belakang yang berbeda, tetapi pihak bawahan maupun atasan selalu mencoba untuk menghilangkan diungkapkan oleh ibu Jumi hal tersebut. Seperti yang “Kalau faktor pendukungnya ya kita disini tidak terlalu kaku, kita terbuka jadi dari atasan tidak pernah 44 Miftah Toha, Perilaku Organisasi, h. 85. 84 melihat kita sebagai bahawan jadi kasarnya ya sudah saya percaya saja sama kamu yang penting kalau ada apa-apa ngomong.” Melihat penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor pendorong komunikasi di yayasan Daarul Ummat adalah proses komunikasi yang informal dan tidak terlalu kaku dan juga sikap atasan yang menyamaratakan dirinya dengan bawahan dalam proses komunikasi. Sama seperti pada yayasan Hayatan Thoyyibah, penulis juga menggunakan analisis SWOT dalam menganalisis faktor penghambat dan pendorong proses komunikasi organisasi di yayasan Daarul Ummat yaitu sebagai berikut. 1. Strength a. Proses komunikasi intrernal di yayasan ini berjalan cukup baik sehingga berdampak baik pada perkembangan yayasan. b. Yayasan ini menempatkan orang-orang yang kompeten dibidangnya dalam kepengurusan yayasan. c. Keseriusan para anggota pengurus yayasan dalam mengembangkan yayasan ini cukup tinggi. d. Yayasan ini sudah mempunyai legalitas yang lengkap sebagai sebuah lembaga resmi. e. Lokasi yang sangat strategis membuat yayasan ini mudah diketahui oleh masyarakat. 2. Weakness 85 a. Untuk segi tampilan fisik, yayasan ini hampir serupa dengan yayasan-yayasan sejenis. Yayasan ini sebaiknya membuat inovasi dalam hal tampilan agar lebih menarik dan lebih mudah diingat oleh masyarakat. b. Program-program di yayasan ini sudah cukup baik, tetapi masih serupa dengan program-program yayasan sejenis pada umumnya. Alangkah baiknya yayasan ini menambahkan program-program kegiatan yang lain yang bisa membuat anakanak asuh yang merupakat output yayasan menjadi lebih ungggul dibandingkan dengan yayasan lain. c. Yayasan ini belum banyak melakukan kerjasama dan perluasan di bidang lain yang bisa berdampak pada perkembangan yayasan. Dengan kelengkapan legalitas hukum yang dimiliki tentu akan memudahkan yayasan ini dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam mengembangkan yayasan. 3. Opportunities a. Dengan segala kelengkapan yang dimiliki sebagai sebuah lembaga resmi, yayasan ini dapat lebih mudah mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berkembang untuk dapat bersaing dengan yayasan sejenis lainnya. b. Pemerintah sudah memberikan wadah dan perlindungan untuk lembaga-lembaga semacam ini melalui undang-undang. 4. Threats 86 a. Banyaknya penyalahgunaan dalam pendirian yayasan semacam ini membuat yayasan ini harus memiliki strategi yang tepat untuk menaikan kredibilitas yayasan dimata masyarakat. b. Menjamurnya yayasan sejenis menyebabkan yayasan semacam ini harus mempunyai strategi dan inovasi untuk menjadi yang lebih unggul dibandingkan yang lain. Selain menganalisis dengan analisis SWOT, penulis juga membuat tabulasi komparasi persamaan dan perbedaan yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Ummat dari segi sistem komunikasi organisasi, saluran komunikasi, pendekatan komunikasi organisasi dan jaringan dalam organisasi, yaitu sebagai berikut. Aspek Hayatan Thoyyibah Daarul Ummat Sistem Tidak ada dominasi kekuasaan Tidak ada dominasi pemimpin, Komunikasi dalam organisasi, semua namun pemimpin lebih pengurus mempunyai kekuatan mempunyai legitimate power dan wewenang yang sama di di dalam kepengurusan karena dalam pembagian pengurus kepengurusan, jabatannya, jobdesk diberikan jobdesk tidak setiap sesuai dengan terlalu masing-masing keahlian pengurus. dipersoalkan. Pemberian sanksi Pemberian sanksi dan reward dan reward dilakukan secara dilaksanakan secara konsisten fleksibel dan bisa diberikan sesuai dengan kesepakatan oleh siapa saja yang melihat yang sudah disepakati oleh 87 adanya kesalahan keberhasilan ataupun semua pengurus yayasan. yang dicapai dalam kepengurusan yayasan. Saluran Komunikasi lisan secara tatap Komunikasi lisan dan tatap Komunikasi muka dipilih sebagai saluran muka dilakukan secara rutin (lisan dan tulisan) utama dalam menyampaikan dan terjadwal dalam rapat pesan atau hal yang terkait anggota,sementara komunikasi dengan yayasan. komunikasi Sedangkan tulisan tulisan dilakukan hanya komunikasi dalam harian dilakukan untuk mengundang memberikan untuk informasi dan para pengurus untuk melakukan laporan harian dari anggota rapat terkait kegiatan yayasan. satu ke anggota lainnya. Pendekatan -Penyelesaian masalah internal -Penyelesaian masalah internal Komunikasi dan ekseternal dilakukan secara dan eksternal dilakukan secara Organisasi kekeluargaan. (pendekatan kewajiban pengurus diberikan atau struktur dan fungsi secara fleksibel organisasi, human tertulis. dan kekeluargaan. Pengangkatan pemilihan pimpinan dan tidak dilakukan secara periode dan Pengangkatan atau melalui prosedur tertentu. Hak relation, organisasi pemilihan sebagai kultur) Hak pimpinan dan dan kewajiban pemberian jabatan tidak terlalu diberikan dipersoalkan dan pengurus sesuai tidak ketentuan tertulis yang sudah dilakukan secara demokratis disepakati sebelumnya ataupun melalui tertentu. 88 dengan prosedur -Pimpinan selalu melihat -Pemimpin memegang kendali feedback dari pengurus lain dalam pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan tetapi masih memberikan serta memberikan wewenang kesempatan kepada pengurus yang sama dalam lain untuk berartisipasi dalam mempertimbangkan menyusun dan membuat suatu keputusan. keputusan yang dibuat. -Para pengurus menjadikan -Rutinitas rutinitas didalam organaisasi semenarik yayasan mungkin dibuat dan yayasan sefleksibel mungkin pengurus melakukannya secara dan dijadikan sebagai kegiatan serius yang bertujuan untuk untuk mempererat tali memajukan yayasan. Norma- persaudaraan dan silaturahmi, norma dan aturan di buat aturan-aturan kesopanan lebih dan dalam norma sesuai dengan norma keluarga kesopanan di dalam sebuah dijunjung tinggi organisasi. dibandingkan dengan hirarki dalam struktur organisasi. Jaringan Dalam Semua anggota Organisasi (peran memerlukan penghubung (liaoisons) peran tidak Peranan peranan pengurus penghubung diperlukan dan dalam penghubung ataupun jembatan komunikasi vertikal khususnya dan dalam jembatan belakang berkomunikasi, keluarga 89 latar dari bawahan ke atasan untuk membuat menghindari kesalah pahaman (bridge) para pengurus memiliki dalam proses komunikasi, kedekatan yang intens di dalam kedua peranan itu dipegang organisasi sehingga kepengurusan, oleh tidak anak memerlukan yayasan kedua peranan tersebut. 90 dari pimpinan yang sering mengunjungi asrama yayasan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai pola komunikasi organisasi dalam yayasan keluarga dan yayasan profesional yaitu yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang digunakan oleh kedua yayasan tersebut adalah pola bintang. Di kedua yayasan tersebut pola bintang digunakan dalam proses komunikasi rutin maupun komunikasi harian. Di yayasan Hayatan Thoyyibah maupun yayasan Daarul Ummat proses komunikasi berjalan secara informal, tidak ada aturan khusus baik itu untuk komunikasi vertikal maupun horizontal. Dalam komunikasi harian sendiri di yayasan Hayatan Thoyyibah dilakukan secara verbal dan tatap muka, sedangkan di yayasan Daarul Ummat komunikasi harian para anggota pengurus yayasan lebih sering menggunakan media komunikais berupa handphone. Persamaan pola komunikasi yang digunakan di yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat terletak pada pola komunikasi yang digunakan yaitu pola bintang dan proses komunikasi yang berlangusng secara informal. Sedangkan perbedaannya terletak pada proses komunikasi antaranggotanya, di yayasan Hayatan Thoyyibah yang seluruh anggota pengurusnya merupakan satu keluarga proses komunikasi antar anggotanya berjalan lebih luwes sedangkan di yayasan Daarul Ummat yang anggota pengurusnya bukan merupakan keluarga proses 91 komunikasinya masih lebih berhati-hati karena takut terjadi kesalahpahaman. Perbedaan selanjutnya terletak pada sistem organisasi yang diterapkan, di yayasan Hayatan Thoyyibah sistem organisasi yang digunakan adalah sistem terbuka terlihat dari kegiatan-kegiatan dan program yang dijalankan serta interaksi dengan lingkungan internal dan eksternal yayasan. Sementara di yayasan Daarul Ummat sistem yang digunakan cenederung tertutup, terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh yayasan dan juga interaksi dengan lingkungan internal dan eksternalnya. Faktor penghambat komunikasi organisasi di yayasan Hayatan Thoyyibah hanyalah masalah intensitas komunikasi diantara pengurus anggota yang rendah karena para anggota pengurus yayasan memiliki kesibukan amsing-masing. Sedangkan faktor pendorongnya adalah latar belakang anggota yang merupakan keluarga sehingga proses komunikasi menjadi lebih cair. Sedangkan di yayasan Daarul Ummat yang menjadi faktor penghambat adalah latar belakang anggota pengurus yang bukan merupakan keluarga ditambah lagi tidak adanya proses-proses khusus dalam berkomunikasi diantara anggota pengurus, khususnya dalam komunikasi vertikal, sehingga para anggota harus berhati-hati dan mengatur bahasa verbal maupun non verbal dalam proses berkomunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman. 92 B. Saran Dari uraian yang dikemukakan dan data-data yang penulis temukan. Maka saran-saran penulis sebagai berikut: 1. Bagi kedua yayasan yaitu yayasan Hayatan Thoyyibah dan yayasan Daarul Ummat sebaiknya mempertahankan pola komunikasi organisasi yang sudah berjalan yaitu pola bintang, karena pola komunikasi tersebut dapat membuat suasana komunikasi organisasi dalam kepengurusan lebih positif dan membuat para anggota lebih nyaman. 2. Untuk yayasan Hayatan Thoyyibah, penulis melihat yayasan ini memiliki prospek yang sangat baik dan perkembangan yang cukup pesat. Alangkah baiknya pihak yayasan membuat SOP yayasan yang disepakati oleh semua anggota kepengurusan agar perkembangan yayasan bisa lebih terstruktur dan lebih baik. 3. Untuk yayasan Daarul Ummat penulis berharap untuk lebih memperbanyak kegiatan lagi bagi anak-anak asuh agar anak-anak asuh di yayasan Daarul Ummat bisa memiliki keunggulan dimasyarakat, dan yayasan ini bisa bersaing dengan yayasan-yayasan lainnya. 93 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Ais, Chatamarasjid. Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2002. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: CV. Rajawali, 2006. Bakry, Umar Suryadi. Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016. Begley, Kathleen A.. Komunikasi Tatap Muka, di terjemahkan oleh Ati Cahyani. PT, Indeks jakarta 2010. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006. Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusi. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011. Efendy, Onong Uchyana. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Fahmi, Irham. Perilaku Organisasi Teori Aplikasi dan Kasus. Bandung: CV. Alfabeta, 2014. Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode dan Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN jakarta Press: 2006. Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kempemimpian. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1994. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Persada Media Group, 2006. Masmuh, Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM Press, 2010. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Mulhadi. Hukum Perusahaan. Bogor: Gahlia Indonesia,2010. 94 Poerwadarminta, WJS.. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1986. Rido, Ali. Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf. Bandung : Penerbit Alumni, 1981. Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Saputra, Yulius Eka Agung. Manajemen dan Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2010. Tambunan, Rudi M.. Standard Operating Procedures (SOP). Maiestas Publishing:Jakarta, 2008. Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005. Wahjono, Sentot Imam. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Wiryanto. Ilmu Komunikas. Jakarta: Grasindo, 2004. INTERNET http://www.ayopreneur.com/artikel-pendidikan/pengertian-perusahaan-keluarga http://www.brainly.co.id/tugas/5416074 http://www.ciputra-uceo.net/blog/2013/12/16/bagaimana-jika-usaha-dikelolaoleh-keluarga. http://www.dunia-kuliah.co.id/2010/03/organisasi-merupakan-sistemterbuka.html https://www.hukumperdataunhas.com/2014/05/02/kepemilikan-dan-gaji- bagiorgan-yayasan/ http://www.ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/ http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/budayaperusahaan-keluarga. 95 http://www.library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB%20II%20Landasan %20Teori_09.pdf http://www.kuliah.dinus.ac.id/ika/asi1.html http://www.pengertianku.net/2015/05/pengertian-profesional-dan-ciri-cirinyalengkap.html http://www.pirac.com/2012/05/16/yayasan-keluarga-sebagai-pilar-filantropi/ 96 LAMPIRAN 97 SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Capt. H. Haris Maulana Jabatan : KetuaUmum Institusi : Yayasan Hayatan Thoyyibah Alamat : Jl. Dr. Setia Budi No. 49, Pamulang, Tangerang Selatan Menerangkan bahwa: Nama : Satrio Oktavianto NIM : 1112051000051 Perguruan tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas/ Jurusan : Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi/ Komunikasi dan Penyiaran Islam Telah melaksanakan wawancara di yayasan Hayatan Toyyibah pada tanggal 30 April 2016 untuk memperoleh data untuk keperluan penyusunan skripsi dengan judul " Pola Komunikasi Organisasi dalam Kepengurusan Yayasan Keluarga dan Profesional (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Toyyibah dan Yayasan Daarul Ummat" Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, agar dapat dipergunakan semestinya. Tangerang Selatan, 15 Mei 2016 Capt. H. Haris Maulana ( ' SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Jumi Kurniawati Jabatan : Ketua Asrama Institusi : Y ayasan Daarul Ummat Alamat : Jl. Pajajaran No. 4, Pamulang, Tangerang Selatan. Menerangkan bahwa: Nama : Satrio Oktavianto NIM : 1112051000051 Perguruan tinggi : UIN SyarifHidayatullah Jakarta Fakultas/ Jurusan : Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi/ Komunikasi dan Penyiaran Islam Telah melaksanakan wawancara di yayasan Daarul Ummat pada tanggal 2 dan 30 April 2016 untuk memperoleh data untuk keperluan penyusunan skripsi dengan judul " Pola Komunikasi Organisasi dalam Kepengurusan Y ayasan Keluarga dan Profesional (Studi Komparasi: Yayasan Hayatan Toyyibah dan Yayasan Daarul U mmat " Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benamya, agar dapat dipergunakan semestinya. Tangerang Selatan, 20 Mei 2016 Jumi Kumiawati PEDOMAN WAWANCARA Nama : Jabatan : Tempat : Hari/ Tanggal : 1. Menurut anda seberapa penting komunikasi di dalam sebuah organisasi? 2. Bagaimana proses berlangsungnya komunikasi rutin (rapat) yang diantara pengurus yayasan, baik itu waktunya ataupun suasana komunikasinya? 3. Bagaimana proses komunikasi sehari-hari baik itu komunikasi vertikal maupun horizontal? 4. Apakah ada tahapan untuk berkomunikasi baik dari atasan ke bawahan atau dari bawahan ke atasan? 5. Media komunikasi apa saja yang digunakan dalam proses komunikasi diantara pengurus yayasan? 6. Apa saja hambatan komunikasi yang di dapatkan di dalam organisasi kepengurusan yayasan ini? 7. Menurut anda proses komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi itu seperti apa? 8. Dalam pekerjaan di kepengurusan yayasan, apakah semua anggota boleh ikut mengerjakan pekerjaan yang bukan job desk nya? 9. Apakah yayasan ini berusaha melakukan invoasi untuk mengikuti perubahan di masyarakat? dan apa saja usaha-usaha yang dilakukan? 10. Apakah yayasan ini melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yayasan? PEDOMAN WAWANCARA Nama : Jabatan : Tempat : Hari/ Tanggal : 1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini? 2. Berapa jumlah anak asuh yang ada sampai saat ini? 3. Apasaja program kegiatan yang sudah berjalan di yayasan ini? 4. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen yayasan ini? 5. Untuk program santunan bagaimana proses kegiatannya? 6. Apa saja agenda rutin harian, bulanan dan tahunan yayasan ini? 7. Menurut bapak bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam meminta sumbangan di jalan raya dan sebagainya? PEDOMAN WAWANCARA Nama : Jabatan : Tempat : Hari/ Tanggal : 1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini? 2. Yayasan ini lebih condong ke arah mana apakah pendidikan, agama atau sosial? 3. Berapa jumlah anak asuh yang tinggal disini sampai saat ini? 4. Bagaimana proses pencarian anak asuh di yayasan ini? 5. Di misi dicantumkan program pendidikan non formal, bagaimana proses berjalannya program tersebut? 6. Untuk program pendidikan formal yang mengarahkan ke sekolah apakah sudah ada kerjasama atau bagaimana? 7. Fasilitas yang sudah ada di asrama yatim ini apa saja? 8. Di brosur dituliskan ada agenda pertemuan dengan orang tua, itu prosedurnya seperti apa? 9. Kalau untuk pengangkatan anak atau semacamnya bisa dilakukan atau tidak di yayasan ini? 10. Kalau untuk pemilihan lokasi ini ada kesengajaan memilih disini atau bagaimana? 11. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen yayasan ini? 12. Menurut ibu bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam meminta sumbangan di jalan raya dan sebagainya? Hasil Wawancara Nama : Capt. H. Haris Maulana Jabatan :Ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah Tempat : Yayasan Hayatan Thoyyibah Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 April 2016 1. Menurut anda seberapa penting komunikasi di dalam sebuah organisasi? Komunikasi sangat penting karena kalau komunikasi tidak berjalan dengan baik maka program tidak berjalan dengan baik, juga bisa terjadi salah paham dan tersendat. 2. Bagaimana proses berlangsungnya komunikasi rutin (rapat) yang diantara pengurus yayasan, baik itu waktunya ataupun suasana komunikasinya? Rapat formal belum dilakukan secara rutinitas, kemarin itu sempat di jadwalkan sebulan sekali tapi karna kendala waktu dan segala macam tidak dilakukan, tapi paling tidak sekitar mungkin 2-3 bulan sekali, itu tidak dilakukan secara schedule dirapatkan rutin, jadi kalau ada kegiatan sebelumnya kita rapatkan terlebih dahulu, seperti kemarin ada rapat tapi bukan dalam artian rapat kepengurusan, dalam artian untuk rapat kegiatan kita menjelang ramadhan itu dilakukan disini, jadi yayasan ini terus terang belum memiliki SOP rapat yang rutin seperti ini kemudian program dan tugas tiap divisi nya seperti ini, jadi kita belum ada ke arah sana .Suasana rapatnya tidak formal karena yang pertama kan pengurusnya dari daerah sekitar kita jadi tidak formal lalu kemudian, karena kita belum banyak kegiatan jadi rutinitasnya jarak dari rapat ke rapat yang lain tidak sebulan sekali dan suasananya santai biasa saja lesehan seperti diskusi. 3. Bagaimana proses komunikasi sehari-hari dari baik itu komunikasi vertikal maupun horizontal? Komunikasi harian antar pengurus itu tidak ada komunikasi harian yang bagaimana, ini terus terang lebih condong ke arah informal jadi istilahnya tidak ada yang resmi kita membicarakan yayaasan jadi memang kita belum ke arah sana jadi bicaranya biasa saja sekedar obrolan. 4. Apakah ada tahapan untuk berkomunikasi baik dari atasan ke bawahan atau dari bawahan ke atasan? Kalau untuk komunikasi diantara anggota itu siklusnya antara pengurus itu sifatnya masih nonformal jadi dari pembina bisa langsung kesini, dari ketua bisa langsung kesini, dari sekertaris bisa langsung ke pembina ke penganwas, jadi hirarki-hirarki itu tidak terlalu kaku. 5. Media komunikasi apa saja yang digunakan dalam proses komunikasi diantara pengurus yayasan? Media yang digunakan itu ya ketika rapat, kemudian ketika sedang berkunjung seperti ini, jadi lebih banyak tatap muka. 6. Apa saja hambatan komunikasi yang di dapatkan di dalam organisasi kepengurusan yayasan ini? Dalam komunikasi tatap muka hambatan nya ya lebih banyak disayanya, karena saya kan kerjanya tidak rutin tidak seperti orang kantoran yang dari jam tujuh lalu jam delapan pulang, jadi kendalanya disitu, saya liburnya juga bukan dihari libur kadang-kadang kemudian untuk menentukan rapat saya diminta untuk hadir akhirnya waktunya disesuaikan dengan waktunya saya jadi kendalanya disitu, kendalanya hanya waktu. 7. Menurut anda proses komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi itu seperti apa? Kalau menurut saya untuk saat ini mungkin yang berbau tidak formal, kalau disiplin memang diperlukan tapi sejauh ini belum bisa diterapkan dan saya sendiri juga belum bisa menerapkan, karena waktu saya tadi itu, jadi untuk sementara ini mungkin yang cocok untuk kondisi saya ya informal, misalnya juga surat undangan bukan berupa surat resmi tetapi SMS. Responden Capt. H. Haris Maulana Interviewer Satrio Oktavianto Hasil Wawancara Nama : Capt. H. Haris Maulana Jabatan : Ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah Tempat : Yayasan Hayatan Thoyyibah Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 April 2016 1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini? Yayasan ini berdiri tahun 2013, akta notarisnya saya lupa nanti silahkan di cek lagi untuk detailnya. Diawali sebenarnya kegiatan yang sudah lama berjalan tapi tidak ada naungan hukumnya, jadi ditahun 1993 sudah dilakukan santunan yatim dan dhuafa, lalu tetap berjalan dan di tahun 2008 saya mendirikan saung ini, disini tempat anak-anak belajar, belajar apa saja seperti mengaji, mendongeng, kemudian akhirnya di tahun 2013 itu setelah didirikan yayasan, kegiatan yang dilakukan orang tua saya dan saya itu digabungkan jadi yayasan, jadi nama yayasan Hayatan Thoyyibah itu dari dulu sebenarnya sudah ada jadi digabung dan dibuat yayasan Hayatan Thoyyibah. 2. Bagaimana proses pencarian anak asuh di yayasan ini? Anak asuhnya ada dari beberapa kerabat, teman sodara atau teman dari mana atau ada yang memang mengajukan diri, ya itu semua kita tampung. Jadi awalnya dulu di sekitar tetangga saja tapi seiring berjalan ada yang dari Kampung Mangga ada yang dari Pamulang 2 atau misalnya istri saya punya teman yang punya anak dan perlu dibantu jadi antar keluarga dan kenalan saja, tidak mesti harus sodara, kemudian karena sudah lama, mereka ada juga yang turun misalnya kakanya sudah selesai lalu digantikan oleh adiknya. 3. Berapa jumlah anak asuh yang ada sampai saat ini? Jumlah anak asuh sampai sekarang terakhir ada 51 anak bervariasi detailnya dari SD, SMP, SMA. 4. Apasaja program kegiatan yang sudah berjalan di yayasan ini? Sebagian sudah berjalan seperti misalnya kemarin kita melakukan training membuat tas itu sudah berjalan tempatnya di saung ini, ada juga menjahit, lalu ada kegiatan mendongeng. Kedepannya sih masih ada lagi, saya ingin ada kegiatan pelatihan leadership atau mungkin motivasi tapi ini baru yang pertama kali, biasanya mereka datang dua bulan sekali tapi pembinaan langsungnya belum ada, pembinaan motivasi diberikan itu hanya jika mereka datang lalu diberikan ceramah tapi yang saya minta belum lama ini tiap sebulan sekali mereka datang nanti ada pelatihan, seperti besok mau ada games motivasi. Kalau untuk program dongeng bukan program rutin tetapi di setiap hari sabtu dan minggu tergantung dari gurunya disini untuk memberikan dongeng ke anak-anaknya, misalnya ada anak yang mau belajar dongeng atau tidak jadi bukan program rutin tapi kita menyediakan itu. Kalau kita anak asuh itu dirumahnya masing-masing, kedepannya kita juga ingin punya panti tapi kan butuh efort yang lebih besar, kita ada tanah itu yang akan kita buat rumah asuh, disini juga kan rencananya ada dua lantai, apakah itu nanti digunakan untuk kejar paket pendidikan paket a, b, c atau rumah dari guru supaya dia bisa mengajar tapi ya pelan-pelan. 5. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen yayasan ini? Kalau untuk unit-unit usaha, kita baru ada kontarakan petak itu untuk yang profit, kalau kegiatan yang lain itu kan bukan profit, seperti ada guru yang mengajar disini kita tidak menmungut biaya dari anak-anak malah kita yang membayar. Kalau Kedai Yatim sampai saat ini masih dalam nama saya karena itu belum menguntungkan jadi jika itu saya masukan kedalam yaayasan nanti takut malah menjadi beban yayasan, tapi kedepannya jika ini sudah bisa mandiri itu akan saya tempelkan lagi jadi sebagai embrionya saya handle dulu dan saya yang tanggung supaya tidak jadi beban yayasan, tetapi ketika nanti ini sudah berjalan baru saya tempelkan ke yayasan. 6. Untuk program santunan bagaimana proses kegiatannya? Untuk santunan yatim di lakukan rutin per dua bulan sekali. 7. Apa saja agenda rutin harian, bulanan dan tahunan yayasan ini? Untuk agenda harian ada pengajian anak-anak tiap hari Senin sampai Jumat lalu shalat Magrib berjamaah sampai Isya berjamaah. Di hari Sabtu dan Minggu lebih condong ke keterampilan akan-anak seperti dulu ad a musik, mendongeng, memasak, jalan-jalan, dan jamnya fleksibel bisa sore bisa pagi. Tiap dua bulan sekali diadakan santunan. Dan baru direncanakan untuk tiap bulan mereka datang untuk diberikan pembinaan berupa motivasi, baik itu kegiatan games atau mungkin keterampilan dan itu baru berjalan beberpa kali saja, dan kedepannya saya ingin tadi mengenai enterpreunership kedepannya saya sedang menyiapkan mereka dihari libur itu seperti magang. Misalnya saya berkerja sama dengan fotokopi, nanti misalnya minggu ini si a, dan dia itu belajar memfotokopi, belajar bikin cetakan, jilid segala macam nanti di minggu depannya si b jadi paling tidak dia punya dasar bagaimana memfotokopi dan bagaimana juga melayani customer atau mungkin di Kedai Yatim mereka juga dilibatkan jadi kasir. Cuma kan saya harus membuat aturan misalnya dari sisi kerjasamanya dengan si yang punya usaha misalnya kalau ada kehilangan barang bagaimana, lalu siapa yang memberikan uang jajan, lalu berapa lama program berjalan, itu kan harus saya buat. Ada juga santunan dan ada performance dari anak-anak asuh membuat drama lalu ada games motivasi di tahun 2011, kegiatan lomba 17 Agustus, lalu kita juga pernah mengumpulkan tabungan lalu dikirim ke Palestina, saat Idul Adha ana-anak juga dididik untuk berkurban, lalu ada juga kegiatan kemping disini , membuat makanan untuk buka puasa bersama, ada musik tapi marawis sudah tidak ada, ada santunan yatim dan dhuafa. Tahun 2008 juga kita melakukan jalan-jalan dengan anak asuh ke Taman Matahari dan ada santunannya juga. 8. Menurut bapak bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam meminta sumbangan di jalan raya dsb.? Mengubah stereotype mungkin si peneglola yayasan harus lebih kreatif untuk menggalang dana, contohnya saya punya teman membuat program sodaqoh sampah plastik, dia punya yayasan tapi dia menggalang dananya dia mengumpukan sampah kemudian sampah itu mereka dijual, salah satu usahanya juga dia bekerja sama dengan saya didalam Kedai Yatim. Jadi dia datang menjemput bola menjemput sampah-sampah plastik yang ada di rumah-rumah malah itu kalau menurut saya lebih kreatif, kalau meminta-minta di jalan di TV juga kalau kita lihat mungkin ada segelintir orang yang akhirnya itu hanya sebuah kedok, bagaimana menghilangkan stereotype ya dari umat islamnya sendiri dan harus amanah. Kalau saya melihat tren sekarang orang mendirikan pantia asuhan di pinggir jalan, bikin sekretariat, saya tidak tahu apakah kemudian itu benar-benar berjalan seperti itu atau tidak tapi trennya si seperti itu di pinggir jalan. Responden Capt. H. Haris Maulana Interviewer Satrio Oktavianto Hasil Wawancara Nama : Umi Jabatan :Ketua asrama yayasan Daarul Ummat Tempat : Yayasan Daarul Ummat Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 April 2016 1. Menurut anda seberapa penting komunikasi di dalam sebuah organisasi? Yayasan ini juga kan sama seperti organisasi, apalagi yang berada di dalamnya bukan orang-orang seperti kita (orang dewasa) tetapi anak-anak. Jadi komunikasi itu penting sekali, saya kan disini ibaratnya sebagai ibu, tidak mungkin saya diam saja tidak komunikasi dengan anak karna kalau misalnya dia punya masalah apa disekolah dia pun harus ngomong, saya pun kalau misalnya tidak ada masalah apapun disekolah saya juga harus tanya, seperti misalnya ada pengumuman apa disekolah? terus temantemannya seperti apa? 2. Bagaimana proses berlangsungnya komunikasi rutin (rapat) yang diantara pengurus yayasan, baik itu waktunya ataupun suasana komunikasinya? Biasanya kita melakukan rapat sebulan sekali atau dua bulan sekali, kalau suasana rapatnya itu kekeluargaan tidak formal kita biasa saja yang ikut rapatpun yang penting-penting atau yang inti-intinya saja. Kalau seperti bendahara gitu-gitu mereka biasanya suka membuat rapat sendiri. 3. Bagaimana proses komunikasi sehari-hari dari baik itu komunikasi vertikal maupun horizontal? Kalau seperti itu misalnya kita urus sendiri dulu, yang ada disni saya dengan suami yang mengurus, kalau misalnya memang benar-benar tidak bisa baru nanti kita bicara ke ketua yayasannya. 4. Apakah ada tahapan untuk berkomunikasi baik dari atasan ke bawahan atau dari bawahan ke atasan? Kalau tahapan itu tidak ada kita langsung bicara ke yang punya yayasan. 5. Apakah dalam menyampaikan ide atau pendapat harus melaluli pemimpin terlebih dahulu? Karena ini segala sesuatunya langsung, jadi tidak memakai bahasa formal jadi kita pakai bahasa biasa, prosesnya juga biasa saja, misalnya bahasa kasarnya dari bawahan harus ke manager dulu baru ke atasannya itu tidak ada, kalau disini semuanya bisa langsung ke atasan. 6. Media komunikasi apa saja yang digunakan dalam proses komunikasi diantara pengurus yayasan? Banyak tetapi tidak terlalu banyak juga, biasanya hand phone kadang biasanya juga pemimpin yayasan tiba-tiba datang tanpa perlu kita minta, mengontrol anak-anak disini, terus baru disitu kita bicarakan apa saja yg kita ingin sampaikan jadi lebih enak bicara langsung daripada lewat hand phone. 7. Apa saja hambatan komunikasi yang di dapatkan di dalam organisasi kepengurusan yayasan ini? Kalau hambatan si belum ada sampai sekarang. Kalau faktor pendukungnya ya kita disini tidak terlalu kaku, kita terbuka jadi dari atasan tidak pernah melihat kita sebagai bahawan jadi kasarnya yasudah saya percaya saja sama kamu yng penting kalau ada apa-apa ngomong. 8. Menurut anda proses komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi itu seperti apa? Sebenarnya lebih baik jika ada itu (aturan formal), karena ada yang perlu saya bicarakan dengan atasannya langsung tetapi ada juga yang perlu saya bicarakan dengan anaknya saja. Karena mungkin jika melalui dia, dia bisa menggunakan bahasa yang lebih enak dengan orangtuanya sendir,i kalau saya kan dari luar takut ada salah bicara jadi inginnya sih seperti itu tidak mau bicara langsung ke atasan, cuma karna yang punya yayasan orangnya welcome terbuka jadi saya lebih seneng seperti itu. Responden Jumi Kurniawati Interviewer Satrio Oktavianto Hasil Wawancara Nama : Umi Jabatan :Ketua asrama yayasan Daarul Ummat Tempat : Yayasan Daarul Ummat Hari/ Tanggal : Sabtu/ 2 April 2016 1. Bagaimana sejarah dari yayasan ini? Yayasan ini pertama kali berdiri disini kita berdiri di bulan Juni tahun kemarin, berarti kita baru mau satu tahun disini, terus jalan enam bulan kalau tidak salah kita buka lagi cabang di Mencong Ciledug. Yang ini bisa dibilang pusat atau pertama, pendirinya itu ada tiga orang salah satunya itu bapak H. Rukyat dia sebagai ketua, lalu ada bapak H. Abdullah, mereka itu rekan kerja mereka yang punya gagasan. Dulu waktu masih bersifat non panti ,anak-anak asuh masih dirumahnya masing-masing jadi kita menyalurkan bantuannya ke rumah mereka. Tapi kebanyakan kita sih di luar daerah Jakarta, kita lebih ke daerah Jawa. Pas sudah menjadi panti, kita kan nanya sama keluarganya kita survey sama keluarganya, kalau misalnya keluarganya menyetujui anaknya boleh lepas, karena kan walaupun mereka tidak punya orang tua tapi mereka masih punya keuarga entah tante entah om, kalau misalnya om atau tantenya memperbolehkan mereka kita bawa, tapi kalau misalnya tidak memperbolehkan yasudah. 2. Yayasan ini lebih condong ke arah mana apakah pendidikan, agama atau sosial? Kita semuanya berjalan tapi kita lebih ke yang untuk anak-anak ke pendidikannya. 3. Berapa jumlah anak asuh yang tinggal disini sampai saat ini? Kalau untuk yang disini 10, kalau untuk yang di Mencong sama 10 juga 4. Bagaimana proses pencarian anak asuh di yayasan ini? Kita yang cari, kita yg survey anak-anak, tapi kalau misalnya keluarganya memperbolehkan tapi anaknya tidak mau kita tidak bisa memaksa takutnya nanti disini malah tidak benar jadinya, kita kan di sini hitungannya seperti pesantren juga. 5. Di misi dicantumkan program pendidikan non formal, bagaimana proses berjalannya program tersebut? Kalau program ita biasanya kita lakukan di luar. 6. Untuk program pendidikan formal yang mengarahkan ke sekolah apakah sudah ada kerjasama atau bagaimana? Kalau untuk itu belum ada kerjasama. Waktu pas awal kita disini berdiri itu kita tidak ada kerjasama karena kita juga baru jadi seperti daftar anak sekolah biasa saja. 7. Fasilitas yang sudah ada di asrama yatim ini apa saja? Kalau untuk fasilitas kita baru mau mengadakan komputer, karena kan zaman sekarang anak-anak SD saja banyak yg pakai komputer, baru nanti kita mau mengadakan itu dulu salah satunya. 8. Di brosur dituliskan ada agenda pertemuan dengan orang tua, itu prosedurnya seperti apa? Prosedurnya baisanya satu bulan itu dua kali atau satu bulan sekali, itu ada peraturannya soalnya sih karena kalau terlalu sering ketemu nati yang ada mereka tidak mau tinggal disini. Karena orang tuanya pun datang kesini kan jauh ada yang dari Pelabuhan Ratu ada yang dari Bogor. 9. kalau untuk pengangkatan anak atau semacamnya bisa dilakukan atau tidak di yayasan ini? Karena ini asrama yatim bukan panti asuhan jadi itu tidak bisa, ada juga misalnya yang mau menitipkan anaknya, itu juga tidak bisa akrena ada prosedurnya. 10. Kalau untuk pemilihan lokasi ini ada kesengajaan memilih disini atau bagaimana? Kita cari lokasi saja tidak ada sengaja pilih disini. 11. Apakah ada badan atau amal usaha yang berada di bawah manajemen yayasan ini? Kalau itu belum, kita baru ini saja. 12. Menurut ibu bagaimana dengan stereotype masyarakat yang buruk mengenai orang yang mengatasnamakan yayasan atau agama islam dalam meminta sumbangan di jalan raya dsb.? Kan kita mendirikan ini sekaligus dengan asramanya, berarti kan jelas ya ada anak-anaknya kalau misalnya yang di pinggir jalan itu kan kita tidak tau ada ank-anaknya atau tidak. Ada beberapa memang donatur yang bertanya “ini langsung ke anak anaknya nggak ya mba?” kalau misalnya mau seperti itu langsung saja ke anaknya karna kan disni kita ada anakanaknya, tapi kalau anak-anaknya tidak ada bisa dititipkan ke saya nanti biar saya langsung kasih ke anak-anaknya karna kan disini kita juga punya badan hukumnya, kita bayar pajak juga di sini, jadi kalau ada tanggapan seperti itu saya biasa saja solanya saya resmi disini. Responden Jumi Kurniawati Interviewer Satrio Oktavianto Struktur organisasi kepengurusan yayasan Hayatan Thoyyibah Prosesi pelatakan batu pertama yayasan Hayatan Thoyyibah Sarana yayasan Hayatan Thoyyibah Saung Ilmu yayasan Hayatan Thoyyibah Salah satu badan amal usaha yayasan Hayatan Thoyyibah Beberapa buku besar yayasan Hayatan Thoyyibah Kegiatan pengajian anak-anak rutin di yayasan Hayatan Thoyyibah Kegiatan kampung dongeng di Saung Ilmu yayasan Hayatan Thoyyibah yang bekerja sama dengan Lembaga Dongeng Indonesia Kegiatan peringatan hari ibu di yayasan Hayatan Thoyyibah Pengurus yayasan hayatan Thoyyibah melaksanakan launching kampung dongeng di Saung Ilmu yayasan Hayatan Thoyyibah Kegiantan santunan anak yatim Peneliti saat melakukan sesi wawancara dengan bapak Haris selaku ketua umum yayasan Hayatan Thoyyibah Peta lokasi yayasan Hayatan Thooyibah Jl. Dr. Setia Budi no. 49 Pamulang. Struktur Organisasi Yayasan Daarul Ummat Kantor sekaligus Asrama Yatim Yayasan Daarul Ummat Front office yayasan Daarul Ummat Beberapa anak asuh yang tinggal di asrama yayasan Daarul Ummat Kegiatan santunan anak yatim yayasan Daarul Ummat Kegiatan pengajian bersama anak asuh yayasan Daarul Ummat Penneliti bersama ketua asrama dan anak asuh yayasan Daarul Ummat Peta lokasi yayasan Daarul Ummat VUJ_/ >;J \ ':;:> 4~'-\ ~U )~ - Ciputat, 1 Maret 2016 Nom or : Istimewa Lamp iran : 1 Berkas Peri hal : Pengajuan Judul Skripsi Kepada yang Terhormat: Ketua Dewan Pertimbangan Skripsi UIN SyarifHidayatullah Jakarta Di Tempat :lv-L_, f.u~h/ ~: -~~ L-~ ~'l-(~·ecJ. ~~ Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera saya sampaikan semoga Bapak/Ibu dalam lindungan Allah SWT, serta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selanjutnya saya yang bertanda tangan di bawahini: 2• ~ Nama : Satrio Oktavianto NIM : 1112051000051 Semester :VIII (delapan) Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam I ..... J.. ~~ ~ : ~a,~ Aa-Jk v c, -~~/ 11(~, Bermaksud mengajukan proposal skripsi dengan judul "Pola Komunikasi Organisasi Dalam Kepengurusan Yayasan Hayatan Toyyibah Pamulang". Proposal skripsi selanjutnya diharapkan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S.Kom,I. dalam jenjang strata 1 (satu) di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Menget Pen~at Akademik ..-<-- ~lVIEl~ I ~KlAl~ AlJ-AlVlA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id Nomor: Un.01/F5/PP.00.911124/2016 Lamp : 1 (satu) bundel Hal : Bimbingan Skripsi Telp./Fax: (62-21) 7432728/74703580 Email: [email protected] Jakarta, 04 April 2016 Kepada Yth. Zakaria, MA Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Assalamu 'alaikum Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Nomor Pokok J urusan/Konsentrasi Semester Telp. Judul Skripsi Satrio Oktavianto I I 1205100005 I Komunikasi dan Penyiaran Islam VIII (Delapan) 085939132430 Pola Komunikasi Organisasi dalam Kepengurusan Yayasan Keluarga dan Profesional (Studi Komparasi: Yayasan Hayatun Toyyibah dan Yayasan Daarul Ummat) Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 04 April 2016 s.d. 04 Oktober 2016. Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih. Wassalamu 'alaikum Wr. Wh. an.Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik .Ed, Ph.D 10330 199803 1 004 Tembusan: 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) l j •'-..t.:.ll,...bl. ~. b • .,..~l_ ~ ~'-J~l.,...~ UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580 Email: [email protected] Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id Nomor Lampiran Hal Un.01/F5/PP.00.91!411/2016 Jaka11a, 18 April 2016 Izin Penelitian (Skripsi) Kepada Yth. Pemimpin Yayasan Hayatan Toyyibah di Tempat Assalamu 'alaikun1 Wr. Wb. Dekan Fakultas Dakwah dan lln1u Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa : Nama Nomor Pokok Tempat/Tanggal Lahir Semester J urusan/Konsentrasi Alamat Telp. Satrio Oktavianto I I 12051000051 Tangerang, 1 I Oktober 1994 VIII (Delapan) Komunikasi dan Penyiaran Islam Jl. Dr. Setia Budi No. 54 Pamulang Tangsel 085939132430 adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi bet:judul Polo Konnmikasi Organisasi dalam Kepengurusun Yuvmw1 Ke/uarga dan Profesional (Studi Ko111parosi Yayasan Hayaton To~yihah dun Yuru.1un Daarul Ummat. Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. Demikian. atas ketjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih. Wassa!amu 'a!aikum Wr. Wb. Dekan ' ~J' '~ fSubhan, MA IP. 19~60 II 0 199303 I 004 Tembusan : I. Dekan 2. Ketua Konsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islam ~KAN Sertificated No: QSC 01109 Komite Akredffilsi Nasional .Lembaga Sertlflkasi Sistem Mutu LSSM-002-IDN ~ll' J..£.1.,. • .£J .n.....Lftl.,. ft ~ftll' J.ft UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Telp./Fax: (62-21) 7432728/74703580 Email: dakwah@fdk. uinjakarta.ac.id Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id Nom or Lampi ran Hal Un.O I /F5/PP.00.9/ 1412/2016 Jakatia. 18 April 2016 Izin Penelitian (Slil'ipsi) Kepada Yth. Pemimpin Yayasan Daarul Ummat di Tempat Assa!amu 'a!aikwn Wr. Wb. Dekall"faKuttas Dakwah dan llmu menerangkan bahwa : Nama Nomor Pokok Tempat/Tanggal Lahir Semester J urusan/Konsentrasi Alamat Telp. Kon1~1i1lkasi U1N Syarif Hidayatullah JaT~arra Satrio Oktavianto 1 I 12051000051 Tangerang. I I Oktober I 994 VIII (Delapan) Komunikasi dan Penyiaran Islam Jl. Dr. Setia Bucli No. 54 Pamulang Tangsel 085939132430 aclalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah clan llmu Komunikasi UIN Syarif Hiclayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data clalam rangka penulisan skripsi bet:iudul Po!a K01nunikasi Organisasi da!am Kepengurusan Yavoson Ke!uarga dan Profesiona! (Studi Komparasi Yayasan Hayatan To)yiboh dan Yavasan Daaru! Ummat. Sehubungan clengan itu, dimohon kiranya Bapak/lbu/Sclr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksucl. Demikian, atas ket:jasama clan bantuannya kami mengucapkan terima kasih. Wassa!amu 'alaikum Wr. Wb. Dekan Tembusan: I. Dekan 2. Ketua Konsentrasi Komunikasi clan Penyiaran Islam ~KAN Komite Akreditasi Nasional .lembaga Sertlflkasi Slstem Mutu Sertlflcated No: QSC 01109 LSSM..002..JDN ---- J~ 1 l'JC. 1 "'I J D .n...-ll""'-1 "'I 1""'- ~ .L""'-1 l'J.f"'- UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580 Email: [email protected] Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuiniakarta.ac.id Nom or Lampi ran Hal : Un.01/F5/PP.00.9!'7-·58 /2016 : 1(satu) Berkas Skripsi : Ujian Skripsi Kepada Yth. : 1. Dr. Hj. Roudhonah, MA 2. Dedi Fakhrudin, M.lkom 3. Drs. Jumroni, M.Si 4. Siti Nurbaya, M.Si 5. H. Zakaria, MA di Jakarta Jakarta, (~ Juni 2016 Ketua/Penguji Sekretaris Penguji Penguji Pembimbing Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Bapakllbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi, Nama Tempat Tanggal lahir NIM Jurusan Judul Skripsi : Satrio Oktavianto :Tangerang, 11 Oktober 1994 : 1112051000051 : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) : Pola Komunikasi Organisasi pada yayasan l<eluarga dan Profesional (Studi Komparasi Yayasan Hayatan Thoyyibah dan Daarul Urnmat). Ujian tersebut akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal Jum'at, 17 Juni 2016 Waktu : Pk. 09.00 s.d. 10.00 WIB Tempat : Ruang Munaqasyah Lt 78 Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirirnkan naskah skripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya. Demikian penunjukan ini disampaikan. Atas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih Wassalam, ..Lid, Ph.D "1 ~0330 Tembusan 1. Dekan 2. Kasubbag. Umum Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi Ajkd/Ml 199803 'L 004