Tio Adianto 107084003300

advertisement
ANALISIS PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING (PMA),
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN), DAN EKSPOR
TOTAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Oleh
Tio Adianto
107084003300
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jum’at, 5 Agustus 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama
: Tio Adianto
2. NIM
: 107084003300
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN), dan
Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 5 Agustus 2011
1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS
(______________________)
Ketua
2. Utami Baroroh, M.Si
(______________________)
Sekretaris
3. Dr. Lukman, M.Si
(______________________)
Penguji Ahli I
4. Pheni Chalid, SF, MA, Ph. D
(______________________)
Pembimbing I
5. Zuhairan Y.Yunan, SE, M.Sc
(______________________)
Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama
: Tio Adianto
No. Induk Mahasiswa
: 107084003300
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya;
1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin dari pemilik karya.
4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang
ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan di atas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2011
Yang Menyatakan,
(Tio Adianto)
i
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Foreign Direct
Investment, the Domestic Direct Investment and total exports to Indonesian
Economic Growth. The data used was Time Series data periods of 1990-2009,
from Investment Coordinating Board and the Statistic of Indonesia. For
analyzing Multiple Regression in SPSS 17 was used.
The results of this research indicate that the variable FDI, domestic direct
investment, and total exports all together influenced Indonesia Economic
Growth. This is showed by the value of Adjusted R Square of 91.7%, while the
remaining 8.3% influenced by other factors. In this research note that the
Domestic Direct Investment and Total Exports have a significantly and positive
effect on the Economic Growth. Meanwhile, Foreign Direct Investment has a
significantly negative effect on Economic Growth.
Keywords: Foreign Direct Investment, Domestic
Exports, and Economic Growth
iii
Direct Investment, Total
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal
Asing (PMA), Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) dan Ekspor Total
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Data yang digunakan adalah data
Time Series yaitu peride 1990-2009, yang bersumber dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal dan Badan Pusat Statistik. Untuk menganalisis, penulis
menggunakan metode Regresi Berganda pada program SPSS 17.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel PMA, PMDN, dan
Ekspor Total berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hal ini
ditunjukan dengan nilai Adjusted R Square sebesar 91,7 %, sedangkan sisanya 8,3
% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dalam penelitian ini diketahui bahwa
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Ekspor Total berpengaruh signifikan dan
positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan, Penanaman Modal Asing
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Kata kunci: PMA, PMDN, Ekspor Total, dan Pertumbuhan Ekonomi
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman
Modala Dalam Negeri, dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah
SAW beserta kepada para sahabat dan seluruh pengikut Beliau yang Insya Allah
tetap istiqomah hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua Bapak Yanto dan Ibu Muryati yang penulis cintai dan
hormati sepanjang hidup, sumber inspirasi, motivasi penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dorongan semangat
yang tiada henti-hentinya. Semoga suatu saat, semua keringat, darah dan
air mata bapa dan mamah tio dapat membalasnya dan dapat menjadi
kebanggan bagi bapak dan mamah. Amiin.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Lukman, M.Si. selaku Ketua Jurusan IESP Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang
penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan
motivasinya.
5. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pengarahan dan bimbingan
yang sangat berharga kepada penulis.
6. Ibu Utami Baroroh, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan IESP Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
7. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Muhammad Azis, MM. selaku Dosen
Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan
nasehatnya.
8. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Adikku tersayang Rian-Rianto dan Tias Oktavyanti, terimakasih buat
semangatnya, semoga Aa bisa menjadi teladan buat kalian berdua,
semangat terus sekolahnya, semoga kita bertiga bisa menjadi kebanggaan
buat mamah & bapa.
10. Elis Fatonah, yang selalu setia membantu dan mendengarkan keluh kesah
penulis selama ini, makasih buat semangat, do’a dan cintamu selama ini.
11. Keluarga besar Bapak Sardju, Ibu Tarwini, Bi Yuli & Mang Totong, buat
Neng Lia makasih uda dengerin curhatan selama penulis menyelesaikan
skripsi ini, de Erdi, Om Yosep & Bi Yayah selamat atas kelahiran baby
nya, makasih atas dorongan baik moril maupun materiilnya.
12. Keluarga Besar Abah Muhidin, Bi Mila & Om Guting, makasih banyak
atas do’a dan dukungannya, buat Mayang & Gading teruslah berkarya dan
menjadi kebanggan orangtua, buat Bi Linda & Bi Yani makasih juga ya….
13. Keluarga Bapak Ehon & Ibu Iis, yang telah memberikan motivasi dan do’a
kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.
14. Buat Arip makasih kang tebengannya selama ini, buat Bang Haji Widhi
makasih bang semangatnya, buat Mawaddah semangat terus ya bun….
15. Makasih juga buat Mario, Endang, Ocha, Dyta, Elva, yang uda ngebantu
penulis, kepada semua teman-teman sepermainan yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
16. Semua teman seperjuangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
angkatan 2007. Gaul ama kalian selama ini adalah pengalaman yang
sangat berharga banget. Makasih banyak!!
17. Teman-teman kosan yang menjadi tempat bermarkas, buat Irfan
terimakasih uda, Budiman makasih buat tontonan tv nya, buat Hasyim
vi
vi
semangat terus cim kuliahnya, Pa Mansyur & Ibu Dewi, makasih banyak
ya uda nampung saya selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis,
semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua
pihak yang membacanya.
Jakarta, Agustus 2011
Tio Adianto
vii
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................... 14
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi .............................................................. 14
1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar .................................................. 14
2. Teori Hollis Chenery ........................................................................ 17
C. Investasi .............................................................................................. 18
1. Pengertian Investasi ........................................................................ 18
2. Penanaman Modal Asing ................................................................ 20
3. Penanaman Modal Dalam Negeri .................................................... 23
D. Perdagangan Internasional ................................................................... 27
1. Teori Klasik Keunggulan Mutlak (Adam Smith) ............................. 28
2. Teori Biaya Relatif (David Ricardo) ............................................... 29
3. Teori Modern Keunggulan Komparatif (Hechsher dan Ohlin) .......... 30
E. Ekspor
.............................................................................................. 31
viii
viii
F. Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 36
G.Kerangka Berfikir ................................................................................. 47
H.Hipotesis .............................................................................................. 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 51
B. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 51
C. Metode Analisis .................................................................................... 52
1. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 52
a Uji Normalitas Data ................................................................... 52
b Multikolinieritas ........................................................................ 53
c Heteroskedastisitas .................................................................... 53
d Autokorelasi .............................................................................. 53
2. Uji Hipotesis ................................................................................... 54
a Koefisien Determinasi ............................................................... 55
b Uji Statistik t ............................................................................. 56
c Uji Statistik F ............................................................................. 57
D. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 61
1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ........................... 61
2. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) ............................ 66
3. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ............. 68
4. Perkembangan Ekspor .................................................................... 70
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 74
1. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 74
a. Uji Normalitas ........................................................................... 74
b. Uji Multikolinieritas .................................................................. 76
c. Autokorelasi .............................................................................. 77
d. Heteroskedastisitas .................................................................... 77
2. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 78
a. Koefisien Determinasi ............................................................... 79
ix
b. Uji Statistik t ............................................................................. 80
c. Uji Statistik F ............................................................................ 81
d. Pengujian Regresi Berganda ...................................................... 82
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ........................................................................................ 87
B. Implikasi ............................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 90
LAMPIRAN ................................................................................................. 93
x
DAFTAR TABEL
Nomor
1.1
Keterangan
Perkembangan Realisasi Investasi dalam Negeri
Halaman
5
(PMDN)
1.2
Perkembangan Realisasi Investasi Asing (PMA)
6
1.3
Jumlah PDB Riil Indonesia atas Dasar Harga
7
Konstan 2000 Tahun 1990-2009
2.1
Penelitian Sebelumnya
44
4.1
Uji Normalitas
75
4.2
Uji Multikolinieritas
76
4.3
Uji Atokorelasi
77
4.4
Uji Koefisien Determinasi
79
4.5
Uji t
80
4.6
Uji F
81
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Hubungan PMA, PMDN dan Ekspor Total
11
2.1
Kerangka Berfikir
49
4.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
62
4.2
Perkembangan Penanaman Modal Asing
67
4.3
Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
70
4.4
Perkembangan Ekspor
72
4.5
Uji Normalitas Analisis Grafik
74
4.6
Uji Heteroskedastisitas
78
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Variabel Penelitian
94
2
Uji Normalitas Analisis Grafik
95
3
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
95
4
Uji Multikolinieritas
95
5
Uji Autokorelasi
96
6
Heteroskedastisitas
96
7
Koefisien Determinasi
96
8
Uji t
97
9
Uji F
97
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas
manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan
dengan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan nasional
mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang
pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan
kesejahtraan seluruh rakyat. Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat
memperlihatkan trend yang meningkat dan mantap dari tahun ke tahun,
karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat
perubahan struktur perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan
dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena
penduduk bertambah terus menerus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus
bertambah, maka di butuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam
jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting
yang dialami dunia belakangan ini. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka
panjang. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang, kesejahtraan tercermin
pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak
1
1
alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa serta diikuti oleh daya beli
masyarakat yang semakin meningkat.
Salah satu indikator yang sering digunakan suatu negara dalam
menilai keberhasilan pembangunan ekonominya yaitu pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur keberhasilan suatu
negara. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, pada awalnya
pernah mencoba untuk berdikari dalam bidang ekonomi. Namun hal ini tidak
dapat berlangsung lama. Banyak faktor terutama derasnya laju globalisasi
yang mengharuskan pembangunan ekonomi secara cepat. Sehingga pada
akhirnya Indonesia pun mulai membuka hubungan yang baik dengan bangsa
– bangsa lain demi menunjang pembangunan ekonominya.
Proses pembangunan yang berlangsung di Indonesia selama ini
dikonsentrasikan pada upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dimaksud berarti adanya
suatu peningkatan dalam
pendapatan nasional pada
suatu periode
dibandingkan pada periode sebelumya. Peningkatan dalam pendapatan
nasional ini bila dijelaskan lebih jauh akan meliputi peningkatan dalam
berbagai kegiatan ekonomi.
Banyak sekali ahli-ahli ekonomi pembangunan menganggap modal
sebagai sumber yang merupakan titik perhatian dalam teori pembangunan
ekonomi. Namun demikian harus kita sadari bahwa pembangunan ekonomi
yang mempunyai implikasi pertumbuhan ekonomi juga memerlukan berbagai
2
faktor lainnya, seperti tersedianya tenaga ahli dalam berbagai bidang,
terdapatnya sistem pemerintahan yang baik, tingkat teknologi yang
memungkinkan penggunaannya, sikap kehidupan masyarakat, tersediannya
sumber alam dan sebagainya. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak mungkin
dapat digerakkan tanpa adanya modal baik dari pemerintah maupun swasta.
Langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah terus berupaya mencari sumbersumber pembiayaan baru bagi pembangunan baik yang berasal dari dalam
negeri ataupun luar negeri. Pembiayaan yang berasal dari luar negeri ini dapat
berupa investasi. Pada dasarnya investasi merupakan pembentukan modal
yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut HarrodDomar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasiinvestasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri
maupun penanaman modal asing. Untuk negara-negara yang belum maju
seperti Indonesia, penanaman modal asing memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk pembiayaan pembangunan.
Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa
pembangunan di negara sedang berkembang berkait sifat khususnya berupa
paket modal, teknologi dan keahlian manajemen yang selektif serta
pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan pembangunan negara
yang bersangkutan.
Penanaman modal asing ini dimanfaatkan oleh negara sedang
berkembang (Indonesia) sebagai dana tambahan disamping tabungan
3
domestik.
Rendahnya
tingkat pendapatan di negara berkembang
menyebabkan Indonesia mengalami kekurangan kapital guna pembiayaan
pembangunan. Akumulasi tabungan domestik yang ada saat ini tidak
mampu memenuhi kebutuhan biaya yang dibutuhkan dalam proses
memicu pertumbuhan ekonomi. Dan disisi lain adalah kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan devisa untuk membiayai kebutuhhan impor barangbarang modal (capital goods) dan impor barang-barang intermediasi
(intermediate goods). Dengan demikian untuk menutupi kedua kekurangan
tersebut, indonesia mengusahakan sumber dana eksternal berupa investasi
asing.
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) termasuk dalam golongan penanaman modal swasta.
Apabila kemampuan penanaman modal pemerintah sangat terbatas, maka
penanaman modal menjadi penting. Bersama-sama modal dalam negeri,
penanaman modal asing yang memadai diharapkan mampu mengangkat
kegiatan ekonomi dari kelesuan.
Semenjak diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967.
No.11 Tahun 1970 tentang PMA dan Undang-undang No.6 Tahun 1968.
No.12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi cenderung meningkat dari
waktu ke waktu. Walau demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga
terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung
pada investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor swasta, baik PMDN
4
maupun PMA, namun juga penanaman modal oleh pemerintah. Ini berarti
pembentukan modal domestik bruto meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel. 1.1.
Perkembangan Realisasi Investasi dalam Negeri (PMDN)
Tahun
Nilai
1997
18.628,80
1998
16.512,50
1999
16.286,70
2000
22.038,00
2001
9.890,80
2002
12.500,00
2003
12.247,00
2004
15.409,40
2005
30.724,20
Sumber: BKPM 2007
Gambaran realisasi investasi dalam negeri (PMDN) menurut Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM,2007) menunjukan penurunan
dimana tahun 1997 investasi hanya mencapai Rp. 18,6 triliun dan terus
menurun (-11,29 % dan -1,21%) hingga tahun 1999 yang tinggal Rp. 16,3
triliun. Investasi ini kemudian meningkat kembali (34,97%) di tahun 2000
mencapai Rp. 22 triliun dan kembali menurun (-55,00%) di tahun 2001
menjadi Rp. 9,9 triliun (sekaligus merupakan nilai terrendah dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir). Fluktuasi ini terus berulang hingga tahun 2007,
meski sempat mencapai investasi tertinggi yang terjadi pada tahun 2005
dengan nilai Rp. 30,7 triliun.
5
Tabel. 1.2.
Perkembangan Realisasi Investasi Asing (PMA)
Tahun
Nilai
1997
3.437,4
1998
4.865,7
1999
8.229,9
2000
9.877,4
2001
3.509,4
2002
3.082,6
2003
5.445.7
2004
4.572,7
2005
8,911,0
Sumber: BKPM 2007
Seperti yang terjadi dalam PMDN, investasi yang bersumber dari
luar negri (PMA) memiliki trend yang cukup fluktuatif seperti yang
ditunjukan di taun 1997, realisasi investasi mencapai US$ 3,5 miliar dan
terus meningkat hingga tahun 2000 yang mencapai 9,9 (meningkat 40%,
67,35 % dan 20,73%). Kondisi ini berbalik menurun ditagun 2001 yang
menurun -64,65% menjadi US$ 3,5 miliar dan terus terjadi hingga tahun
2002 dengan nilai US$ 3,1 miliar (menurun -11,43%). Fluktuasi ini terjadi
hingga tahun 2007, bahkan sekaligus menjadi investasi terendah dengan
nilai US$ 2,9 miliar meski sempat meningkat (93,48%) di tahun 2005
menjadi US$ 8,9 miliar.
6
Tabel. 1.3.
Jumlah PDB Riil Indonesia atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
(dalam milyar rupiah) Tahun 1990-2009
PDB (Milyar
Pertumbuhan
Rupiah)
(%)
1990
948.213,50
1991
1.014.760,50
6,91
1992
1.083.350,60
6,43
1993
1.156.505,30
6,56
1994
1.244.467,60
7,61
1995
1.347.040,90
8,24
1996
1.451.727,90
7,77
1997
1.518.293,60
4,59
1998
1.317.245,10
-13,24
1999
1.325.352,10
0,62
2000
1.389.770,20
4,86
2001
1.443.014,60
3,83
2002
1.504.380,60
4,25
2003
1.572.159,30
4,51
2004
1.656.757,54
5,38
2005
1.750.656,10
5,67
2006
1.846.654,90
5,48
2007
1.901.147,50
2,95
2008
2.082.103,70
6,46
2009
2.176.975,50
4,93
Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 (diolah)
Tahun
Dari tabel diatas perkembangan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia menunjukan perkembangan yang positif dari tahun 1990 – 2009.
Pada tahun 1998 menunjukan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu
minus 13,24 % , hal ini disebabkan karena krisis moneter dan ekonomi
yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, sehingga membawa dampak
pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998. Memasuki tahun
2000 perekonomian di Indonesia mengalami perubahan yang sangat
7
signifikan dari 0,62 % menjadi 4,86%. Hal ini ditandai dengan
menguatnya nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga pada sektor riil.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan
kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi keluar. Ekspor
merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun
1983. Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu
pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi
dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu
belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan
internasional khususnya ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak
dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan agregat output yang
sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu negara tanpa
adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Seiring dengan program perbaikan ekonomi yang dilakukan
pemerintah, maka sejak tahun 2000, volume ekspor mulai menunjukan
peningkatan walaupun masih bergerak dengan sangat lambat hingga tahun
2003. Bahkan pada tahun 2002, volume ekspor menunjukan penurunan
sebesar 1,22%. Namun sejak tahun 2004, dimana kondisi perekonomian
Indonesia sudah semakin membaik dan stabil, volume ekspor mengalami
8
peningkatan yang cukup cepat hingga tahun 2007 (Badan Pusat Statistik,
2008).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba untuk
mengetahui beberapa faktor makro ekonomi diantaranya penanaman modal
asing, penanaman modal dalam negeri dan ekspor apakah mempunyai
pengaruh secara simultan ataupun secara parsial terhadap produk domestik
bruto (PDB). Sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh
Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi, kebutuhan
akan pembiayaan pembangunan khususnya yang berasal dari penanaman
modal dalam negeri maupun penenaman modal asing dan ekspor menjadi
pokok permasalahan yang mendapat perhatian dari pemerintah, terkait dengan
hambatan-hambatan yang ada di dalamnya. Hambatan-hambatan yang
dimaksud antara lain, prosedur yang panjang dan berbelit, tumpang tindihnya
kebijakan pusat dan daerah di bidang investasi serta kebijakan antar sektor,
kurangnya kepastian hukum dan kegiatan investasi Indonesia masih sangat
sensitif terhadap gangguan keamanan.
Permasalahan lain yang dialami Indonesia adalah ekspor yang
berbasis sumberdaya alam. Padahal selain harga ekspor hasil alam sangat
fluktuatif di pasar dunia, juga adanya fluktuasi dalam nilai tukar mata uang
9
rupiah terhadap dollar. Sehingga fluktuasi hasil ekspor juga akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Hubungan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan
ekonomi adalah penanaman modal asing dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Keuntungan adanya
modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatkan
lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak,
serta adanya alih teknologi Menurut Mudrajad Kuncoro (2000:215) PMA
merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping
ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar negeri.
Penanaman modal baik PMA maupun PMDN digunakan sebagai
usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting dalam
menentukan jumlah output dan pendapatan. Jadi PMDN memiliki hubungan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian dapatlah dipahami
bahwa pembiayaan pembangunan baik dari pemerintah maupun swasta yang
berupa investasi atau penanaman modal sangatlah penting artinya bagi
pembangunan ekonomi pada khususnya dan pembangunan yang dialokasikan
ke dalam proyek pembangunan, berarti akan menambah kapital yang ada
dalam suatu perekonomian, selanjutnya tambahan kapital tersebut akan
berakibat peningkatan taraf hidup masyarakat, yang mana salah satu
indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi pada masyarakat tersebut.
10
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki
kesalingterkaitan antara satu sama lain dalam perekonomian suatu negara.
Peranan ekspor di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai motor
penggerak negara tersebut. Ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan
yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Pada
periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi)
hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang
dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia
mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut
berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat
menjadi motor pertumbuhan ekonomi (export led growth).
Gambar 1.1
Hubungan PMA, PMDN, dan Ekspor Total
PMA
PMDN
Pertumbuhan Ekonomi
Ekspor Total
11
Untuk lebih memfokuskan pokok bahasan, berikut pertanyaanpertanyaan penelitian untuk menjelaskan fenomena faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia
1. Sejauhmana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
2. Sejauhmana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
3. Sejauhmana pengaruh Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia?
4. Sejauhmana pengaruh PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara bersamasama terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
2. Untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
3. Untuk mendatkan pengaruh Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia.
4. Untuk mendapatkan pengaruh PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara
bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
12
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah dan Investor
Dapat memberikan informasi tambahan dalam menentukan kebijakan
yang dapat mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Serta dapat
juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan investasi.
2. Bagi Akademisi
Sebagai sumbangan informasi pengetahuan secara teoritis dan praktis
bagi dunia akademik.
3. Bagi Penulis
Untuk memperluas informasi dan wawasan mengenai Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia serta mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang telah
diperoleh dalam perkuliahan di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2004:423), pertumbuhan ekonomi adalah
proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila
terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain
adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output
perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup
diukur dengan output riil per orang.
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di
dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai peran ganda
yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua ia
memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan
stock modal. Yang pertama dapat disebut sebagai dampak permintaan dan
yang kedua disebut dampak penawaran investasi. Karena selama itu netto
tetap berlangsung, pendapatan riil dan output akan membesar. Untuk
mempertahankan tingkat ekuilbriium pendapatan dari tahun ke tahun, baik
pendapatan riil maupun output keduanya harus meningkat dalam laju yang
sama saat kapasitas produksi modal meningkat.
14
14
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru
yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stock modal
(capital stock). Sisi permintaan dalam teori ini dijelaskan dengan
pengganda
(multiplier)
Keynesian.
Misalkan
kenaikan
rata-rata
pendapatan dinyatakan dengan ∆Y dan kenaikan dalam investasi dengan
∆I dan kecenderungan menabung dengan S maka dapat dibentuk sebuah
model pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :
a. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu atau s dari
pendapatan nasional (Y). oleh karena itu, kita dapat menuliskan
hubungan tersebut dalam bentuk persamaan yang sederhana :
S = sY
(1)
b. Investasi netto (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok (K) yang
dapat diwakili oleh ∆K, sehingga kita dapat menuliskan persamaan
sederhana yang kedua sebagai berikut :
I = ∆K
(2)
Akan tetapi karena jumlah stok modal mempunyai hubungan
langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output maka :
K
k
Y
K
k
Y
Atau
Atau, akhirnya
∆K = k∆Y
(3)
15
c.
Terakhir mengingat tabungan nasional netto (S) harus sama dengan
investasi netto (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai
berikut :
S=I
(4)
Dari persamaan (1) telah diketahui bahwa S = sY dari
persamaan (2) dan (3) telah diketahui bahwa I =∆K = k∆Y dengan
demikian tabungan sama dengan investasi dapat dituliskan sebagai
berikut :
sY = k∆Y
(5)
Selanjutnya apabila kedua sisi persamaan (5) dibagi mula-mula
dengan Y dan dengan k, maka didapat :
Y s

Y
k
Persamaan (6) secara jelas menyatakan bahwa
tingkat
pertumbuhan GDP (∆Y/Y) ditentukan bersama-sama oleh rasio
tabungan nasional (s), serta rasio modal output nasional (k). Secara
lebih spesifik model ini menjelaskan tanpa ada intervensi dari
pemerintah, tingkat pertumbuhan ekonomi akan secara langsung atau
positif berbanding lurus dengan tabungan yakni semakin banyak bagian
GNP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi
pertumbuhan GNP dan secara negatif akan berbanding terbalik terhadap
rasio modal output dari suatu perekonomian. (M.P. Todaro, 2003).
16
2. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural/pattern of
development)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di negara
sedang berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian
tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama pertumbuhan.
Penelitian Chenery, menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita
merubah:
a.
Pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk
manufaktur dan jasa
b.
Akumulasi capital secara fisik dan SDM
c.
Perkambangan kota dan industri
d.
Penurunan laju pertumbuhan penduduk
e.
Ukuran keluarga yang kecil
f.
Sektor ekonomi didominasi oleh sektor non primer terutama
industri
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat
dipercepat jika pergeseran pola permintaan domesti k earah produk
manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) +
ij
Dimana
Yi = Output bruto industri manufaktur
Di = Permintaan domestik untuk konsumsi
X-M = Perdagangan neto (ekspor-impor)
17
Yij = Penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input
Berdasarkan
model
ini
kenaikan
produks
sektor
industri
manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari empat faktor
berikut:
a. Kenaikan permintaan dometik, yang memuat permintaan langsung
untuk produk industri manufakturplus efek tidak langsung dari
kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya
terhadap sektor industri manufaktur.
b. Perluasan ekspor atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor
terhadap industri manufaktur.
c. Substitusi impor, atau efek total dari kenaikan promosi permintaan
di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap
output industri manufaktur.
d. Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien
input-output di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan
tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
C. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi adalah pengeluaran penanaman modal atau perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 2004:121).
Dalam investasi tercakup dua tujuan utama yaitu untuk mengganti bagian
18
dari penyediaan modal yang rusak (depresiasi) dan tambahan penyediaan
modal yang ada (investasi netto). Dalam perhitungan pendapatan nasional,
pengertian investasi adalah seluruh nilai pembelian para pengusaha atas
barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan
pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan yang berupa bahan
mentah, barang belum diproses, dan barang jadi.
Kegiatan investasi dapat dibedakan atas investasi yang otonom dan
investasi
yang
terdorong
(Harjanti
2005,
dalam
Novita
Linda
Sitompul,2007)
Investasi otonom adalah investasi yang bebas dilakukan tanpa
terpengaruh atau dorongan oleh faktor lainnya. Umumnya jenis investasi
ini dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan
pertumbuhan ekonomi berikutnya, misalnya investasi untuk pembuatan
jalan-jalan, jembatan-jembatan dan infrastruktur lainnya. Sedangkan
investasi yang terdorong adalah investasi yang dilakukan sebagai akibat
kenaikan permintaan atau dorongan pemerintah.
Jenis investasi juga dapat dibedakan atas public investment dan
private investment, domestic dan forigen investment, gross investment dan
net investment. Public investment adalah investasi atau penanaman modal
yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dan sifatnya resmi. Sedangkan private investment
adalah investasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta.
Domestic
investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan forign
19
investment adalah penanaman modal asing. Gross investment adalah total
seluruh investasi yang dilaksanakan pada suatu waktu, baik itu autonomos
maupun induced atau private maupun public. Sedangkan net investment
adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan.
Tujuan pengeluaran untuk investasi pembelian barang-barang yang
member harapan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang.
Artinya pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau perusahaan
dalam memutuskan membeli atau tidak barang dan jasa tersebut adalah
harapan dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan keuntungann
yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama
dalam investasi.
2. Penanaman Modal Asing (PMA)
United Nations Coference on Trade and Development (UNCTAD)
mendefinisikan PMA sebagai investasi yang dilakukan suatu perusahaan
di suatu negara kepada perusahaan di negara lain dengan tujuan
mengendalikan operasi perusahaan di negara lain tersebut. Selain itu,
menurut Krugman dan Obstfeld (2003) PMA adalah arus modal
internasional di mana suatu perusahaan di satu negara menciptakan atau
memperluas usaha dengan mendirikan cabang di negara lain.
PMA dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan:
arah aliran modal, target dan motif. Jika dilihat berdasarkan arah aliran
modal, terdapat dua tipe PMA (R. Winantyo, dkk, 2008:175-176), yaitu:
20
a. PMA masuk (Inward FDI), Investasi ini adalah modal asing yang
diinvestasikan kepada kegiatan ekonomi domestik. PMA masuk dapat
didorong oleh adanya penghapusan pajak, subsidi, pinjaman lunak dan
penghapusan
berbagai
hambatan
lainnya.
Kemudahan
tersebut
diberikan dengan pertimbangan bahwa keuntungan jangka panjang
masuknya PMA memiliki nilai dan manfaat yang lebih besar jika
dibandingkan dengan pengurangan pendapatan negara dalam jangka
pendek karena memberikan fasilitas tersebut. Di lain pihak, PMA
masuk ini dapat dihambat melalui pembatasan kepemilikan saham dan
persyaratan yang berbeda antara investasi asing dan investasi domestik.
b. PMA keluar (Outward FDI), investasi kategori ini adalah modal
domestik yang diinvestasikan di luar negeri. Investasi ini dapat
dilakukan dalam rangka ekspor impor komoditas negara asing.
Berdasarkan target, PMA dapat diklasifikasikan sebagai: Greenfield
investment, dan mergers and acquisitions, atau PMA horizontal dan
PMA vertikal.
a. Greenfield Investment merupakan investasi langsung untuk melakukan
kegiatan bisnis yang sudah berjalan. Investasi jenis ini merupakan target
utama dari negara penerima PMA (host country) karena investasi ini
dapat menciptakan kapasitas produksi baru dan lapangan kerja, transfer
teknologi, dan membuka hubungan dengan pasar global.
b. Merger
and
Acquisitions
terjadi
apabila
adanya
perpindahan
kepemilikan asset dari perusahaan domestik kepada perusahaan asing.
21
Tidak seperti Greenfield Investment, Merger and Acquisitions tidak
memberikan manfaat jangka panjang kepada perekonomian domestik.
c. PMA Horizontal dan Vertikal, PMA horizontal terjadi ketika jenis
investasi yang dilakukan luar negeri sama dengan jenis investasi yang
dilakukan di dalam negeri. PMA Vertikal terdiri dari dua tipe. Pertama,
Backward Vertical PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi
menyediakan input bagi perusahaan di dalam negeri. Kedua, Forward
Vertical PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi
melakukan penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan di dalam
negeri.
PMA juga dapat diklasifikasikan berdasarkan motif atau alasan
melakukan investasi, yaitu:
a. Resource-seeking, investasi yang dilakukan untuk memperoleh faktor
produksi yang lebih efisien di luar negeri dibandingkan bila diperolah
dari domestik.
b. Market-seeking, investasi ini dilakukan dalam rangka membuka pasar
baru atau menjaga pasar yang telah ada.
c. Efficiency-seeking,
investasi
ini
didorong
keinginan
untuk
meningkatkan keuntungan melalui skala ekonomi. Jadi, setelah
dilakukan investasi berdasarkan pertimbangan resource-seeking atau
market-seeking terealisasi, dilakukan investasi yang lebih besar dengan
harapan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.
22
d. Strategic asset-seeking, investasi ini merupakan investasi taktis untuk
mencegah penguasaan atas sumber alam oleh perusahaan pesaing.
PMA mempunyai karakteristik yang lebih baik dibandingkan jenis
aliran modal portofolio, yaitu relatif lebih stabil dan berkontribusi dalam
proses produksi. Selain itu, potensi manfaat bagi negara penerima untuk
mendorong aliran masuk PMA adalah (R. Winantyo, dkk, 2008:178):
a. Perusahaan asing membawa teknologi yang lebih tinggi. Tingkat
pemanfaatan teknologi oleh negara penerima bergantung pada derajat
spill-over teknologi terhadap perusahaan domestik dan perusahaan asing
lainnya.
b. Investasi asing meningkatkan kompetisi dalam perekonomian negara
penerima. Kehadiran perusahaan baru di luar sektor perdagangan dapat
meningkatkan output dan menurunkan tingkat harga domestik, sehingga
secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Investasi asing mendorong peningkatan investasi domestik.
d. Investasi asing memberikan keuntungan dalam akses pasar ekspor. Hal ini
dilakukan melalui peningkatan skala ekonomi perusahaan asing atau
kemampuan perusahaan PMA asing untuk mengakses pasar luar negeri.
e. Investasi asing dapat membantu menjembatani kesenjangan kebutuhan
valuta asing di negara penerima.
3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Semenjak diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967
tentang PMA, No.6 Tahun 1968 tentang PMDN. Dan revisi No. 11 Tahun
23
1970 tentang PMA dan UU No.12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi
cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walau demikian, pada tahuntahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan
bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau
sektor swasta, baik PMDN maupun PMA, namun juga penanaman modal
oleh pemerintah.
Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan undang-undang
mengenai penanaman modal yang tertuang dalam UU nomor 25 tahun
2007.
a.
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,
baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia.
b.
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri.
Usaha pengerahan modal untu pembangunan yang berasal dari
dalam negeri berasal dari tiga sumber: tabungan sukarela masyarakat,
tabungan pemerintah dan tabungan paksa (Sadono Sukirno, 2006:304).
a.
Tabungan Sukarela Masyarakat
Yang dimaksud tabungan sukarela masyarakat adalah
bagian pendapatan yang diterima masyarakat yang secara sukarela
24
tidak digunakan untuk konsumsi. Masyarakat menggunakan bagian
pendapatan tersebut untuk beberapa tujuan: disimpan saja tanpa
digunakan, ditabung di badan-badan keuangan, dipinjamkan
kepada anggota masyarakat lainnya, digunakan untuk penanaman
modal yang tidak produktif, atau digunakan untuk penanaman
modal produktif. Berbagai macam penggunaan ini memberikan
efek yang berbeda kepada usaha menciptakan pembangunan
ekonomi.
b.
Tabungan Pemerintah
Tabungan pemerintah merupakan kelebihan pendapatan
pemerintah dari pajak dan sumber-sumber lainnya, setelah
pendapatan itu digunakan untuk pengeluaran rutin. Dalam
merumuskan kebijakan perpajakan yang sesuai demi mempercepat
pembangunan ekonomi, disamping merumuskan kebijakan yang
dapat menaikan tabungan pemerintah, kebijakan tersebut harus
pula berusaha agar kebijakan yang dijalankan tidak akan
mengurangi animo untuk menabung dan menanamkan modal.
Kebijakan pemungutan pajak tidaklah harus ditujukan khusus
untuk menaikan pendapatan pemerintah. Di setiap negara
pemungutan pajak mempunyai banyak tujuan lain, yaitu untuk
lebih memeratakan distribusi pendapatan, mengurangi tingkat
konsumsi masyarakat atau beberapa jenis barang tertentu,
25
meningkatkan tabungan yang dapat digunakan untuk menanamkan
modal dan mempengaruhi corak penanaman modal.
c.
Tabungan Paksa
Apabila suatu negara mengambil langkah kebijakan
anggaran belanja defisit, maka defisit itu dapat dibiayai dari
sumber-sumber pembiayaan berikut: meminjam dari masyarakat,
lembaga-lembaga keuangan di luar bank komersil (bank tabungan,
perusahaan asuransi, pasar modal dan sebagainya), bank-bank
komersil dan Bank sentral, dan mencetak uang. Memperbesar dana
untuk pembangunan dengan meminjam dari bank-bank komersil
dan bank sentral atau mencetak uang dapat menimbulkan inflasi.
Oleh karena itu, pengerahan dana pembangunan dinamakan
sebagai tabungan paksa. Meminjam dari masyarakat dan badanbadan keuangan di luar bank komersil tidak akan menimbulkan
inflasi karena
pinjaman tersebut diperoleh dari tabungan
masyarakat. Pinjaman itu sendiri merupakan suatu proses
pemindahan daya beli dari tangan masyarakat ke tangan
pemerintah. Dengan demikian peminjaman tersebut tidak akan
menimbulkan daya beli baru dalam masyarakat. Sedangkan
pinjaman dari bank-bank komersial dan bank sentral, dan mencetak
uang, merupaka suatu penciptaan daya beli baru yang akan
menaikan keseluruhan permintaan masyarakat. Apabila tambahan
permintaan yang disebabkan oleh penciptaaan daya beli baru ini
26
tidak dapat dipenuhi oleh kenaikan dalam penawaran barangbarang, kenaikan harga akan terjadi.
Cara yang dilakukan pemerintah untuk meminjam dari
berbagai sumber pinjaman tersebut di atas yaitu dari masyarakat
dan badan-badan keuangan adalah dengan menjual surat-surat
berharga pemerintah yang berupa pinjaman jangka panjang dalam
bentuk obligasi atau bond. Apabila tidak terdapat paksaan dari
pemerintah, ssampai dimana keberhasilan pemerintah meminjam
dari berbagai sumber tersebut tergantung kepada akseptasi
masyarakat terhadap surat-surat berharga tersebut sebagai suatu
bentuk penabungan dan menanam modal (Sadono Sukirno,
2006:316).
D. Perdagangan Internasional
Negara sebetulnya tidak bedagang dengan negara lain. Yang
melakukan perdagangan atau pertukaran adalah penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain. Perdagangan luar negeri hanyalah istilah
kependekan bagi kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan
penduduk di negara lain. Jadi, penjelasan mengenai mengapa dan bagaimana
pertukaran antar perorangan timbul merupakan kunci dalam menjelaskan
mengapa perdagangan internasional timbul (Boediono, 1981:19).
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional (Apridar, 2009:74), diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi barang dan jasa dalam negeri.
27
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara.
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7. Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.
Dalam bukunya, Apridar (2009:87) menjelaskan beberapa teori mengenai
perdagangan internasional, diantaranya sebagai berikut:
1.
Teori Klasik Keunggulan Mutlak (Absolute Adventage / absolute cost :
Adam Smith)
Pandangan teori klasik berkembang pada abad ke-18. Pelopor teori
ini diantaranya adalah Adam Smith. Pandangan ini berpendapat bahwa
logam mulia tidak mungkin ditumpuk dengan surplus ekspor karena logam
mulia akan mengalir dengan sendirinya melalui perdagangan internasional
(price specie flow mechanism). Adam Smith menginginkan tidak adanya
campur tangan pemerintah dalam perdagangan bebas, karena perdagangan
28
bebas akan membuat orang bekerja keras untuk kepentingan nagaranya
sendiri dan sekaligus mendorong terciptanya spesialisasi. Dengan
terciptanya spesialisasi maka negara kan menghasilkan suatu produk yang
memiliki keunggulan mutlak (absolute adventage). Dalam pandangan
kritisnya,
Adam Smith mengemukakan teori absolute adventage
(keunggulan mutlak) tersebut, di mana negara akan memperoleh manfaat
perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang jika negara ini memiliki ketidakunggulan
mutlak.
2.
Teori Biaya Relatif (Comparative Cost ; David Ricardo), (Apridar,
2009:94)
Konsep
perdagangan
yang
semakin
disukai
masyarakat
internasional, pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo (1772-1823)
ini dikenal juga denga teori “ comparative cost” atau “ comparative
adventage” . dalam teori ini, setiapa negara mengkhususkan teorinya
dalam bidang-bidang yang diunggulinya secara komparatif dan semua
negara melakukan perdagangan secara bebas tanpa hambatan, maka akan
tercapainya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pada
gilirannya produksi dunia secara keseluruhannya akan mencapai
maksimum, sehingga makin tinggi kemakmurannya.
Teori David Ricardo ini didasarkan pada nilai kerja atau teory of
labor value, yang menyatakan nilai atau harga suatu produk ditentukan
oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.
29
Menurut teori cost comparative adventage (labor efficiency), suatu negara
akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut
dapat berproduksi relatif lebih efisiensi serta mengimpor barang di mana
negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efektif.
3.
Teori Modern Keunggulan Komparatif (Comparative adventage : dari
Model Hechsher dan Ohlin), (Apridar, 2009:100)
a. Teori Habeler
Ada beberapa perbedaan penting antara teori klasik dengan
Habeler. Kalau klasik melihat perbedaan cost of production untuk
barang yang sama di dua negara hanya disebabkan oleh pemakaian
tennaga kerja, maka akan semakin banyak upah yang diberikan,
sehingga ongkos produksi (cost production) meningkat dan seterusnya
harga barang di pasar akan meningkat pula, tetapi Hebeler mengatakan
bahwa harga barang di pasar bukan hanya disebabkan pemakaian
tenaga kerja, tetapi merupakan kombinasi pemakaian faktor produksi
(tanah, labor dan capital).
b. Teori Hecksher – Ohlin
Menurut teori Hecksher – Ohlin atau teori H – O, perbedaan
opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain
dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau propossi faktor
produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara.
Perbedaan opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya
30
perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor
produksi yang relatif banyak/murah dalam memproduksinya akan
melakukan
spesialisasi
produksi
dan
mengekspor
barangnya.
Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu
jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatiif langka/mahal
dalam memproduksinya.
E. Ekspor
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu
negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan.
Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang
atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain.
Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea
cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting
dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor (Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Ekspor dapat memperbesar kapasitas produksi suatu
negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber
daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai
produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negaranegara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan
perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara
dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta
31
penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan kooperatif,
baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah
yang melimpah atau keunggulan effisien alias produktifitas tenaga kerja.
Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan
dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro&Smith, 2004:28).
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada
umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan –
kebijakan internasional yang berorientasi keluar. Dalam semua kasus,
kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang
sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya dari pada
partisipasi kedalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa batasan
atau hambatan apapun.
Ekspor akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan
perekonomian, karena pengeluaran dari negara lain atas barang dan jasa yang
dihasilkan di dalam negeri. Sedangkan menimbulkan efek sebaliknya. Faktor
utama yang menentukan kemampuan mengekspor ke luar negeri (1) daya
saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain, kemampuan suatu negara
untuk menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan
menentukan tingkat ekspor yang dicapai suatu negara, (2) Proteksi di negaranegara lain, karena kebijakan proteksi di negara-negara maju akan
memperlambat perkembangan ekspor di negara-negara sedang berkembang,
(3) kurs valuta asing, seorang pengusaha akan menentukan untuk mengekspor
barang setelah melihat pertimbangan kurs valuta asing. Fungsi penting
32
komponen ekspor dari perdagangan luar negri adalah negara memperoleh
keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikan
jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan ekspor suatu
negara. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam negeri maupun
keadaan di luar negeri. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut
(http://lailamaharani.blogspot.com/) :
1. Kebijakan pemerintah di bidang perdagangan luar negeri Apabila
pemerintah memberikan kemudahan kepada para eksportir, eksportir
terdorong untuk meningkatkan ekspor. Kemudahan-kemudahan tersebut
antara lain penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan berbagai biaya
ekspor,
pemberian
fasilitas
produksi
barang-barang
ekspor,
dan
penyediaan sarana ekspor.
2. Keadaan pasar di luar negeri Kekuatan permintaan dan penawaran dari
berbagai negara dapat memengaruhi harga di pasar dunia. Apabila jumlah
barang yang diminta di pasar dunia lebih banyak daripada jumlah barang
yang ditawarkan, maka harga cenderung naik. Keadaan ini akan
mendorong para ekportir untuk meningkatkan ekspornya.
3. Kelincahan eksportir untuk memanfaatkan peluang pasar Eksportir harus
pandai mencari dan memanfaatkan peluang pasar.
Dengan kepandaian tersebut, mereka dapat memperoleh wilayah
pemasaran yang luas. Oleh karena itu, para eksportir harus ahli di bidang
33
strategi pemasaran. Untuk mengembangkan ekspor, pemerintah dapat
menerapkan kebijakankebijakan sebagai berikut:
1. Menambah macam barang ekspor
Misalnya, semula mengekspor kelapa sawit, sekarang mengekspor kelapa
sawit dan minyak kelapa sawit. Adapun penganekaragaman horisontal
berarti menambah macam barang yang diekspor dengan barang yang tidak
merupakan produk lanjutan dari barang lama.
2. Memberi fasilitas kepada produsen barang ekspor
Agar ekspor meningkat, pemerintah perlu memberikan fasilitas kepada
produsen barang ekspor. Misalnya, memperbanyak bahan produksi dengan
harga murah. Jika harga bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi
barang ekspor murah, harga barang ekspor tersebut di dalam negeri juga
murah.
3. Mengendalikan harga produk ekspor di dalam negeri
Pemerintah meningkatkan ekspor dengan mengusahakan harga di dalam
negeri lebih murah. Cara yang ditempuh antara lain menekan laju inflasi
dan menciptakan tingkat bunga pinjaman yang rendah.
4. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
Pemerintah
mendorong
peningkatan
ekspor
dengan
memberikan
kemudahan-kemudahan misalnya penyederhanaan tata cara atau prosedur
ekspor dan penurunan bea ekspor.
5. Menjaga kestabilan kurs valuta asing
Kestabilan kurs valuta asing mempermudah para pedagang internasional
34
dalam meramal nilai rupiah dari hasil ekspornya. Dengan kepastian nilai
rupiah ini, para eksportir menjadi lebih mudah dalam menentukan harga
tawar menawar di pasar internasional. Keadaan ini menghilangkan
keraguan eksportir untuk melakukan perdagangan internasional.
6. Pembuatan perjanjian dagang internasional
Beberapa negara sering melakukan perjanjian dagang untuk memperoleh
kepastian. Perjanjian tersebut mencakup kesediaan masing-masing negara
untuk menjadi pembeli atau penjual suatu barang. Dengan perjanjian ini,
masing-masing negara memperoleh keuntungan yaitu: penjual dapat
mempunyai pasar yang pasti, dan pembeli dapat mempunyai penjual yang
pasti.
7. Peningkatan promosi dagang di luar negeri
Untuk mengenalkan produk dalam negeri di pasaran internasional, sering
dilakukan promosi dagang. Pelaksanaan promosi dapat berupa kegiatan
pameran dagang, festival olah raga, seni, maupun kegiatan lainnya yang
dapat berfungsi promosi. Promosi dagang tersebut dilakukan oleh individu,
lembaga swasta, maupun pemerintah. Selain itu, pemerintah maupun
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dapat membentuk lembaga yang
menangani promosi dan pusat informasi dagang di luar negeri. Misalnya
kantor-kantor pusat promosi dagang Indonesia atau Indonesian Trade
Promotion Centre ( ITPC ) yang mengusahakan agar produk-produk
Indonesia dikenal di luar negeri.
35
8. Penyuluhan kepada pelaku ekonomi
Untuk meningkatkan ekspor, pemerintah memberikan penyuluhan kepada
pengusaha kecil dan menengah tentang tata cara melakukan ekspor.
Banyak produk masyarakat yang diminati pembeli mancanegara, namun
karena banyak pengusaha kecil dan menengah tidak mengetahui
bagaimana cara mengekspornya maka tidak diekspor produk tersebut.
F. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya yang bersangkutan dengan penelitian
yang penulis teliti adalah sebagai berikut:
Pada penelitian yang dilakukan Marzuki (2006) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah investasi di suatu negara ( studi kasus
ekonomi Indonesia ) menunjukan bahwa kajian yang menganalisis mengenai
pengaruh faktor-faktor penentu terhadap jumlah investasi setempat di
Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi ini secara keseluruhan telah
mencapai objektif yang diingini. Hasil regresi menunjukan bahwa semua
hipotesis yang dijangkakan terpenuhi, sama ada hipotesis tentang parameter
tingkat inflasi kadar bunga, kadar pertukaran atau nilai eksport.
Hasil kajian juga didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak
bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk menerangkan dan
menganggar jumlah investasi setempat di Indonesia pada aras keartian 1%,
5% dan 10%. Sehingga rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi
setempat di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan
36
mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga kadar pertukaran
dan nilai eksport.
Namun ketergantungan dari pada faktor-faktor penentu (tingkat
inflasi, kadar bunga, kadar pertukaran dan nilai eksport) yang dianggarkan
dalam model hanya menerangkan 53,16 persen terhadap jumlah investasi
setempat. Ini berarti bahwa 46,84 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain
diluar model yang dianggarkan, seumpama kadar cukai, gunatenaga, upah
dan aspek psikologis investor.
Selanjutnya
penelitian
mengenai
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi investasi sebelum dan sesudah krisis ekonomi di Indonesia
oleh Wahyuddin dan Muhammad Nasir (2006). Hasil penelitian menunjukan
bahwa dampak krisis ekonomi yang terus berlanjut berakibat kepada
penurunan jumlah investasi baik PMDN maupun PMA. Penurunan investasi
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tingkat suku bunga,
tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan pengangguran. Dari
hasil perhitungan diperoleh suatu persamaan hubungan jumlah investasi,
tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan
pengangguran.
Variabel pendapatan nasional (NI) mempunyai nilai yang elastis yaitu
sebesar 1,246230, yang berarti apabila terjadi kenaikan 1 dalam pendapatan
nasional akan menyebabkan terjadinya kenaikan investasi sebesar 1,246230.
Dalam hal ini didapatkan hubungan yang positif antara pendapatan nasional
dan investasi, dimana jumlah investasi akan meningkat apabila meningkatnya
37
pendapatan nasional, sebaliknya investasi akan turun apabila pendapatan
nasional turun. Untuk mengukur keabsahan parameter NI yang mempunyai
thitung 3,045 dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh nilai kritis ttabel
sebesar 2,228. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel , dengan demikian
pendapatan nasional memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah investasi.
Besarnya parameter N minus 1,203154 pada persamaan regresi di atas
mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah pengangguran sebesar
1 akan menyebabkan turunnya investasi sebesar 1,203154. Untuk mengukur
keabsahan parameter variabel pengangguran yang mempunyai thitung sebesar
1,398, dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh ttabel sebesar 2,228.
Dengan demikian ttabel lebih besar daripada thitung sehingga jumlah
pengangguran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
investasi.
Dari pengujian di atas terhadap variabel N adanya pengaruh negative
jumlah pengangguran terhadap jumlah investasi yang dihitung dari tahun
1989 sampai dengan 2004, artinya bila jumlah pengangguran naik jumlah
investasi akan turun dan bila jumlah pengangguran turun maka jumlah
investasi akan naik.
Pada penelitian yang lain, Rahmad Wibisono (2003) meneliti tentang
identifikasi peran ekspor, investasi dan liberalisasi keuangan dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merupakan studi kasus
setelah tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik). Hasil menunjukan tampaknya
terdapat perbedaan pengaruh tingkat suku bunga dalam jangka pendek dan
38
jangka panjang. Walaupun dalam jangka pendek tingkat bunga tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan, namun tingkat bunga
memiliki tanda yang negatif. Sehingga apabila berpengaruh, tingkat bunga
akan memberikan dampak yang berlawanan pada pertumbuhan ekonomi. Hal
ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Keynes. Dimana dalam jangka
pendek ekonomi Indonesia akan menurun pertumbuhannya apabila ada
kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga terkadang identik dengan
liberalisasi keuangan. Namun dalam jangka panjang tingkat bunga
memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh McKinnon-Shaw,
bahwa kenaikan tingkat bunga riil secara berkala akan memberikan dampak
positif bagi pertumbuhan.
Investasi merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena investasi selalu berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sedangkan ekspor memiliki sumbangan
yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka
panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional juga pernah diteliti
oleh Jamzani Sodik & Didi Nuryadin (2005) pada 26 Propinsi di Indonesia,
Pra dan Pasca Otonomi. Dengan menggunakan uji hausman test diperoleh
hasil yang menunjukan selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel
39
penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
regional,
negeri
sehingga
bagaimanapun investasi (baik PMA maupun PMDN) sangat diperlukan oleh
suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya
sendiri.
Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki hubungan
yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relative
kecil. Sekaligus menunjukan bahwa tingkat keterbukaan perekonomian suatu
daerah belum begitu besar berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi regional.
Variabel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003 (setelah
otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda
yang negatif.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Moussa Njoupouognigni
(2010) tentang Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic
Growth in Sub-Saharan Africa dengan menggunakan regresi linier berganda
dan regresi Birdsall & Rhee dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,
penelitian sebelumnya telah membahas keefektifan dari bantuan luar negri
dan investasi langsung luar negri terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi
hasilnya kurang reliabel, mungkin karena datanya hanya jangka pendek atau
masalah yang kurang spesifik. Pada penelitian ini kita menggunakan data
yang caranya paling efektif untuk menguji hubungan antara bantuan luar
40
negri, investasi langsung luar negri, tenaga kerja, simpanan dalam negri dan
pertumbuhan ekonomi di 36 negara-negara di Sub-Sahara Afrika pada
periode 1980-2007. Selanjutnya, kita menggunakan Mean Group (MG), panel
mean group (PMG) dan dynamic fixed effect (DFE) untuk memperoleh
keterangan yang sangat pasti/akurat antara pertumbuhan ekonomi dan faktorfaktor internal (simpanan dan tenaga kerja) dan faktor-faktor eksternal
(bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri).
Hasil-hasil ini
memunculkan kembali perdebatan disekitar perjalanan panjang faktor-faktor
ekonomi di Sebagian-Sahara Afrika. Seperti faktor-faktor berasal dari teori
pertumbuhan neoklasikal
yang mana bantuan luar negri dan investasi
langsung luar negri dianggap sebagai faktor kapital tambahan. Akan tetapi,
faktor-faktor eksternal dapat sesuai dengan faktor-faktor internal hanya jika
negara tuan rumah memuaskan beberapa kondisi awalnya yang baru kita
ungkapkan. Seperti yang dinyatakan di awal, beberapa kondisi seperti
kebijakan fiskal, pemerintah yang baik, yang lebih sering didengar
infrastruktur finansial, semuanya diperlukan untuk menyalurkan secara
efektif pengaruh-pengaruh positif pada kapital eksternal dalam proses
pertumbuhan di daerah, tetapi faktor-faktor internal sebaiknya tidak
ditempatkan disamping kebijakan global pada strategi-strategi pembangunan
ekonomi selama hal ini nampak di daerah.
Walaupun bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri
memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan signifikan
secara statistik, tapi tenaga kerja tetap menjadi faktor utama yang dapat
41
membantu perkembangan ekonomi di SSA. Hasil penelitian ini mungkin
bermanfaat bagi perkembangan kebijakan negara-negara SSA. Akan jauh
lebih baik untuk fokus pada faktor-faktor internal daripada faktor-faktor
eksternal yang kebanyakan menjadi ragu-ragu ketika negara donor
menghadapi sebuah resesi panjang. Beberapa strategi sebaiknya dibangun
sekitar tenaga kerja dan simpanan dalam negri. Mengenai simpanan dalam
negri, situasinya lebih rumit dengan menurunnya penghasilan tenaga kerja di
daerah. Demikian, pemasukan kapital eksternal hanya dapat menyelesaikan
masalah kelangkaan kapital, tetapi tidak dapat dipertimbangkan sebagai
sebuah jurus ampuh untuk membantu perkembangan di Sub-Sahara Afrika.
Abdul Ghafar Ismail dan Agus Harjito (2003) meneliti tentang
Exports and Economi Growth : The causality test for ASEAN Countries.
Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk menguji secara empiris hubungan kausalitas antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi (PDB) dalam kasus negara-negara ASEAN selama
periode 1966-2000. Keberadaan hubungan ini Hasil tes untuk kointegrasi
menunjukkan bahwa: pertama, ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis
menggunakan kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di
Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa terdapat hubungan
jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di
negara lain terdapat hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan
ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina. Sementara, di Singapura
42
hanya ada satu arah kausalitas berjalan dari ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi. Namun, tidak ada kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan
ekonomi di Malaysia dan negara-negara Thailand langsung. Implikasi
kebijakan pada penelitian ini tidak optimistc untuk hipotesis pertumbuhan
ekspor di kawasan ASEAN. Sebagai hasil untuk Indonesia, Singapura, dan
Filipina ada bukti dari pola pertumbuhan yang dihasilkan mekanisme internal
dan pertumbuhan ekspor berinteraksi dengan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan pemerintah negara-negara ini akan berbeda dari Malaysia dan
Thailand yang tidak ada hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan
ekonomi secara langsung.
43
Tabel.2.1.
Penelitian Sebelumnya
No
1.
Judul
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Jumlah
Investasi di Suatu Negara
(Studi Kasus Ekonomi
Indonesia )
( Marzuki, 2006 )
2.
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Investasi
Sebelum dan Sesudah Krisis
Ekonomi Di Indonesia.
(Wahyuddin dan Muhammad
Nasir, 2006)
44
Variabel
Metode
 Jumlah
Investasi
 Tingkat
Inflasi
 Kadar Bunga
 Kadar
Pertukaran
 Nilai eksport
 Analisis
Regresi
Berbilang
 Investasi
 Inflasi
 Tingkat suku
bunga
 Pendapatan
nasional
 Tingkat kurs
 Pengangguran
Model regresi
linear
berganda
Hasil
Hasil kajian didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak
bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk
menerangkan dan menganggar jumlah investasi setempat di
Indonesia pada aras keartian 1%, 5% dan 10%. Sehingga
rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi setempat
di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan
mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga
kadar pertukaran dan nilai eksport.
Sebesar 99,63 % proporsi perubahan dalam investasi dijelaskan
oleh variabel-variabel dalam model, sedangkan sisanya 0,37
persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
44
3.
Identifikasi Peran Ekspor,
Investasi dan Liberalisasi
Keuangan dalam Peningkatan
Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Studi Setelah
Tahun 1983 (Aplikasi Model
Dinamik)
 Ekspor
 Investasi
Error
correction
model
Investasi merupakan komponen yang penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena
investasi selalu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan
ekspor memiliki sumbangan yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam
jangka panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Uji Hausman
test
Selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel
penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam
negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional
Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki
hubungan yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai
koefisien yang relative kecil.
Varibel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003
(setelah otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan tanda yang negatif.
 Liberalisasi
keuangan
 Pertumbuhan
(Rahmad Wibisono, 2003)
ekonomi
4.
Investasi dan Pertumbuhan
Ekonomi Regional (Studi
Kasus pada 26 Propinsi di
Indonesia, Pra dan Pasca
Otonomi)
(Jamzani Sodik & Didi
Nuryadin, 2005)
45
 PMA
 PMDN
 Laju
angkatan
kerja
 Laju inflasi
 Ekspor netto
45
5.
Foreign Aid, Foreign Direct
Investment and Economic
Growth in Sub-Saharan
Africa
 Foreign Aid
 Foreign Direct
Investment
(Moussa Njoupouognigni,
2010)
Pooled Mean
Group
Estimator
(PMG)
Efektifitas bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri
pada pertumbuhan ekonomi agak kurang terpercaya karena data
yang dipakai hanya data jangka pendek dan masalah yang tidak
terperinci.Walaupun pengaruh dari bantuan luar negri dan
investasi langsung luar negri menunjukan pengaruh positif
pertumbuhan ekonomi dan signifikan secara statistik.
 Economic
Growth
6.
Exports and Economi Growth  Eksport
: The causality test for
ASEAN Countries
 Pertumbuhan
ekonomi
( Abdul Ghafar Ismail and
Agus Harjito, 2003)
kointegrasi dan Hasil tes untuk kointegrasi menunjukkan bahwa: pertama,
ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis menggunakan
kausalitas
kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di
Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa
terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di negara lain terdapat
hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan
ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara
ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina.
Sementara, di Singapura hanya ada satu arah kausalitas berjalan
dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak ada
kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia
46
46
G. Kerangka Berfikir
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang. Terdapat tiga aspek yang ditekankan dalam
pertumbuhan ekonomi, antara lain : proses, output per kapita dan jangka
panjang. Pertama, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bukan
suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu, melihat bagaimana suatu
perekonomian berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Kedua,
pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan income perkapita. Terdapat
dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output total (Produk Domestik
Bruto/PDB) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output
total dibagi dengan jumlah penduduk. Ketiga, pertumbuhan ekonomi adalah
perspektif jangka panjang. Kenaikan perkapita dalam satu atau dua tahun yan
kemudian diikuti oleh penurunan output perkapita bukanlah pertumbuhan
ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang
cukup lama mengalami kenaikan output per kapita. Tetapi apabila dalam
jangka panjang, output perkapita menunjukan kecenderungan yang jelas
untuk menaik maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi telah
terjadi.
Hampir semua kalangan menganggap bahwa pembangunan identik
dengan pertumbuhan ekonomi, seperti tercermin dalam tujuan pembangunan.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari investasi yang
berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan
47
dikembangkan dalam masyarakat. Investasi merupakan salah satu faktor
penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional.
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah
seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan
pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam nilai stok
barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang belum diproses, dan
barang jadi.
Investasi terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan
diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output / pendapatan di
kemudian hari. Investasi yang berasal dari dalam negeri disebut Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), sedang investasi yang diperoleh dari pihak
asing disebut Penanaman Modal Asing ( PMA).
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Ekspor dapat memperbesar kapasitas produksi suatu
negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber
daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai
produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negaranegara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan
perekonomian
nasionalnya.
Fungsi
penting
komponen
ekspor
dari
perdagangan luar negri adalah negara memperoleh keuntungan dan
pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikan jumlah output dan
laju pertumbuhan ekonomi.
48
Gambar. 2.1
Kerangka Berfikir
Sektor Ekonomi
Variabel Dependen :
Variabel Independen :
 Penanaman Modal
Asing (PMA)
 Penanaman Modal
Dalam Negri (PMDN)
 Ekspor Total
Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Model Ekonometrika
Uji Asumsi Klasik
 Normalitas Data
 Multikolinearitas
 Heteroskedastisitas
 Autokorelasi
Regresi Berganda
 Koefisien Determinasi
 Uji Statistik t
 Uji Statistik F
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan
49
H. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan
variabel – variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling
spesifik. (Mudrajad, 2009:59). Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga Penanaman Modal Asing berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia.
2. Diduga
Penanaman Modal Dalam
Negeri
berpengaruh
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
3. Diduga Ekspor Total berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia.
4. Diduga PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara simultan berpengaruh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis variabel independen
terhadap variabel dependen. Adapun variabel dependen (Y) yang digunakan
adalah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Sedangkan variabel independennya
(X) adalah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), dan Ekspor Total. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini
adalah time series tahun 1990 sampai tahun 2009.
B. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder adalah data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui media
perantara atau pihak lain. Penelitian kepustakaan meliputi kegiatan pencarian,
pengumpulan dan pengkajian data dari sumber yang relevan dan dapat
mendukung dalam penulisan skripsi ini. Seperti literatur beberapa buku,
artikel, jurnal ekonomi, dan bahan lain seperti surat kabar, internet, dan media
massa lain yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dibahas
khususnya berkaitan dengan penelitian skripsi ini. Data sekunder yang
50
51
51
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan periode
1990-2009 data diambil dan dikelola dari berbagai sumber yaitu Badan
Koordinasi Penanaman Modal dan Badan Pusat Statistik.
C. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif induktif, yaitu teknik analisis yang dapat digunakan untuk
menaksir parameter. Analisis data dilakukan dengan menguji secara statistik
terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan menggunakan
bantuan perangkat lunak SPSS 17.
Untuk pengujian variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan
uji asumsi klasik dan uji hipotesis sebagai berikut :
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas
data, multikolinieritas, heteroskedastis serta menggunakan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai
distribusi normal atau tidak dengan menggunakan normal P P-Plot.
Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau
mendekati normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal menunjukan pola distribusi normal,
sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali,
2005:112).
52
b. Multikolinieritas
Jika
pada
model
persamaan
regresi
mengandung
gejala
multikolinieritas, berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar
variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas antar
variabel, salah satu caranya adalah dengan melihat dari nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model tidak
terdapat multikolinieritas, artinya tidak adanya hubungan antar
variabel bebas. Selain menggunakan nilai VIF, dapat pula dengan
melihat angka tolerance. Jika angka tolerance di atas 0,10 maka model
tersebut tidak mengandung unsur multikolinieritas (Ghozali,2005:91).
c.
Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika varian residual dalam satu pengamatan ke pengamatan
lainnya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105).
d.
Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut runtut waktu (time-series) atau ruang (cross-section). Ada
beberapa cara untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu
53
dengan menggunakan metode grafik, metode Durbin-Watson, metode
van Hewnan, dan metode runtest sebagai salah satu uji statistik
nonparametrik.
Uji Durbin Watson menggunakan rumus sebagai berikut :
a
 (e
d
t
 et 1 ) 2
t2
n
e
2
t
t 1
Menurut Singgih Santoso, (2010:215), bila nilai DW terletak antara -2 < d
< 2 maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik positif mapun
negatif. Secara umum deteksi autokorelasi bisa diambil dari acuan berikut:
1) Angka DW berada dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka DW diantara -2 sampai 2, berarti tidak ada autokorelasi.
3) Angka DW diatas 2, berarti autokorelasi negatif.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
berganda dengan metode kuadrat terkecil (Method of Ordinary Least
Square) OLS. Metode ini diyakini mempunyai sifat-sifat yang dapat
diunggulkan
yaitu
secara
teknis
sangat
akurat,
mudah
dalam
menginterprestasikan perhitungannya serta sebagai alat estimasi linier dan
unbiased terbaik.
Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal
Dalam Negeri dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi
54
Indonesia periode tahun 1990-2009 maka dirumuskan model regresi
berganda sebagai berikut :
Y = β0 + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3X3+ e
Keterangan:
Y = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
X1 = Penanaman Modal Asing
X2 = Penanaman Modal Dalam Negeri
X3= Ekspor Total
β0 = Konstanta
β 1, β 2, β 3= Koefisien regresi
e = error term
a.
Koefisien Determinasi
Koefisien
determinasi
adalah
sebuah
pengujian
untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel-variabel independent
yag diteliti dalam menjelaskan keadaan dari variabel dependen. Besaran
dari koefisien determinasi adalah antar nol dan satu. Apabila nilai R2
mendekati satu, hal itu menggambarkan bahwa variabel-variabel
independen yang diteliti memiliki banyak informasi yang hampir
mencerminkan dan menjelaskan keadaan dari variabel dependen,
sebaliknya apabila nilai dari R2 mendekati nol, hal itu menggambarkan
bahwa variabel-variabel ang digunakan dalam penelitian belum
55
memiliki banak informasi untik mencerminkan dan menjelaskan
keadaan dari variabel dependen.
Dan untuk menghitung R2 digunakan rumus sebagai berikut :
R2 
b.
n(a.  Y  b1 .  XY1  b2 .  YX 2  ( Y ) 2
n.  Y 2  ( Y ) 2
Uji Statistik t
Dalam Ghozali (2005:84) Uji statistik t menunjukan seberapa
jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang duiji
pada tingkat signifikan 0,05.
Menurut santoso (2000:168) dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
t hitung

i
Se i
56
Keterangan:
Seβi
= standard error dari variabel independen i
βi
= koefisien regresi variabel independen i
Seβi adalah standar error dari variabel independen i dengan rumus
matematis sebagai berikut:
Se  i 
se
 x2 
( x) 2
n
se adalah standar error sampel yang dirumuskan sebagai berikut :
se 
 e2
n  2
untuk nilai t statistik tabel, digunakan tingkat keyakinan sebesar 95% (α
= 5% = 0,05), artinya kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
menerapkan hasil penelitian pada populasi adalah 5% dengan derajat
kebebasan (degree of freedom)df = n-k, dimana n adalah jumlah
observasi dan k adalah jumlah variabel bebas.
c.
Uji Statistik F
Dalam Ghozali (2005:84) Uji Statistik F menunjukan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
atau terikat.
Uji statisti F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
57
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05.
Menurut Santoso (2000:120) dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahea semua variabel independen atau
bebas mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
R2
Fhitung 
(k  1)
(1  R )
(n  k )
2
Keterangan:
R2 = explained sum-square-ESS / Koefisien determinasi
(1-R2) = residual sum-square-RSS
N = banyaknya sampel
K = banyaknya variabel
D. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian adalah suatu definisi yang diberikan
kepada variabel dengan cara memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan
58
atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk melakukan
pengujian atas hipotesis yang diajukan maka perlu diadakan pengukuran atas
variabel yang diteliti. Variabel yang dianalisis meliputi variabel-variabel yang
dipilih dengan pengertian dasar atau konsep operasional sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Dalam penelitian
ini yang merupakan variabel dependen adalah Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari
pendapatan nasional. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan
ukuran keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan Ekonomi dihitung dalam
milyar rupiah.
2. Variabel Independen
Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang secara
bebas mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yang
merupakan variabel independen antara lain sebagai berikut :
a. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
59
b. Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
yang
dilakukan
oleh
penanam
modal
dalam
negeri
dengan
menggunakan modal dalam negeri yang dinyatakan dalam milyar
rupiah.
c. Ekspor adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas
dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain, dalam
penelitian ini ekspor yang digunakan adalah ekspor total dan dinyatakan
dalam milyar rupiah.
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kondisi perekonomian global yang masih mengalami tekanan
akibat krisis menghadapkan perekonomian Indonesia pada sejumlah
tantangan yang tidak ringan selama tahun 2009. Tantangan itu cukup
mengemuka pada awal tahun 2009, sebagai akibat masih kuatnya dampak
krisis perekonomian global yang mencapai puncaknya pada triwulan IV
2008. Ketidakpastian yang terkait dengan sampai seberapa dalam
kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global
akan terjadi, bukan saja menyebabkan tingginya risiko di sektor keuangan,
tetapi juga berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil
domestik. Kondisi tersebut mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem
keuangan pada triwulan I 2009 masih mengalami tekanan berat, sementara
pertumbuhan ekonomi juga dalam tren menurun akibat kontraksi ekspor
barang dan jasa yang cukup dalam. Kondisi tersebut menurunkan
kepercayaan pelaku ekonomi di sektor keuangan dan sektor riil, serta
berpotensi menurunkan berbagai kinerja positif yang telah dicapai dalam
beberapa tahun sebelumnya.
Dengan menggunakan perhitungan PDB pengeluaran makanan
penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi 2008 dan triwulan satu 2009
berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sementara itu apabila
61
61
dilihat dari sisi pertumbuhannya, konsumsi rumah tangga maka tahun
2008 berhasil membukukan pertumbuhan 5,3% atau naik 30 bps dari tahun
sebelumnya. Hal itu justru sangat kontradiksi dengan apa yang terjadi pada
negara-negara maju di mana tahun 2008 sektor konsumsi mengalami
penurunan yang sangat tajam dan menjadi salah satu penyumbang terbesar
terhadap perlambatan ekonomi. Penguatan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga Indonesia sebesar 5,3% di masa krisis ekonomi dunia memberikan
arti bahwa perekonomian Indonesia semakin membaik. Apabila kita
membanding dengan pertumbuhan konsumsi pada tahun 1998 (saat terjadi
krisis ekonomi Asia) dengan saat ini, maka semakin tampak perekonomian
kita mengalami perbaikan yang cukup signifikan dimana pada saat krisi
ekonomi 1998 pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai negatif
6,2%.
Gambar. 4.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 (diolah)
62
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sendiri berhasil mencapai
6,1%. Pertumbuhan ekonomi ini menjadi satu prestasi yang bisa
dibanggakan mengingat pada tahun 2008 dunia sedang menghadapi resesi
ekonomi yang mengakibatkan banyak negara terutama negara maju
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi bahkan negatif. Namun
pertumbuhan ini turun 20 bps dari 6,3% pada tahun sebelumnya. Setelah
tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tren kenaikan.
Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi kembali ke zona positif yaitu
tumbuh 0,8%, tahun 200 naik menjadi 4,9%, dan kemudian turun menjadi
3,6% pada tahun 2001. Setelah itu dari tahun 2001 hingga tahun 2005
petumbuhan ekonomi selalu
mengalami kenaikan dan kemudian
mengalami penurunan pada tahun 2006 yang besar diakibatkan karena
dampak kenaikan BBM pada oktober 2005. Sesudah tahun tersebut
pertumbuhan ekonomi berhasil kembali naik sebelum kembali mengalami
penurunan di tahun 2008 dikarenakan krisis ekonomi global.
Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah
menempuh sejumlah kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan, serta mencegah turunnya pertumbuhan ekonomi
yang lebih dalam melalui kebijakan stimulus moneter dan fiskal. Berbagai
kebijakan yang ditempuh pada tahun 2009 pada dasarnya masih
merupakan lanjutan dari serangkaian kebijakan yang telah ditempuh Bank
Indonesia dan Pemerintah pada triwulan IV 2008. Serangkaian kebijakan
yang
ditempuh
tersebut
tidak
saja
berhasil
menjaga
stabilitas
63
makroekonomi dan sistem keuangan, tetapi juga memperkuat daya tahan
perekonomian domestik, sehingga kegiatan ekonomi dapat kembali
membaik sejak triwulan II 2009. Keberhasilan tersebut juga tidak terlepas
dari kebijakan yang secara sistematis telah ditempuh untuk memperkuat
fundamental ekonomi dan keuangan pascakrisis 1997/1998. Secara umum,
perekonomian Indonesia tahun 2009 telah mampu melewati tahun penuh
tantangan tersebut dengan capaian yang cukup baik. Meskipun melambat
dibandingkan dengan tahun 2008, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat
mencapai 4,5%, tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di tengah kontraksi
perekonomian global dapat dihindari, karena struktur ekonomi yang
banyak didorong oleh permintaan domestik. Setelah mengalami tekanan
berat pada triwulan I 2009, stabilitas pasar keuangan dan makroekonomi
juga semakin membaik sampai dengan akhir tahun 2009. Hal itu tercermin
pada berbagai indikator di sektor keuangan seperti Currency Default Swap
(CDS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), imbal hasil (yield) SUN,
dan nilai tukar yang membaik. Sementara itu, inflasi juga tercatat rendah
2,78%, terendah dalam satu dekade terakhir.
Berbagai capaian positif yang mampu diraih perekonomian
Indonesia pada 2009 telah semakin menguatkan optimisme akan
berlanjutnya proses perbaikan kondisi perekonomian ke depan. Optimisme
tersebut juga didukung oleh semakin membaiknya prospek pemulihan
ekonomi global. Meskipun demikian, dinamika perekonomian ke depan
64
masih dihadapkan pada sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat
akselerasi perbaikan ekonomi. Dari sisi eksternal, tantangan terutama
berkaitan dengan dampak dari strategi mengakhiri langkah kebijakan yang
ditempuh di masa krisis (exit strategy), yang antara lain berupa
pelonggaran likuiditas dan ekspansi fiskal di negara maju. Tantangan
eksternal juga berhubungan dengan terjadinya kecenderungan polarisasi
perdagangan dunia, serta masih berlangsungnya ketidakseimbangan dalam
kinerja perekonomian global. Dari sisi domestik, tantangan berkaitan
dengan beberapa permasalahan yang masih dapat mengganggu efektivitas
kebijakan moneter, seperti masih cukup besarnya ekses likuiditas
perbankan, masih besarnya peranan investasi portofolio dalam struktur
aliran modal masuk, masih munculnya potensi penggelembungan harga
aset di pasar keuangan, masih dangkalnya pasar keuangan, dan berbagai
permasalahan struktural di sektor riil.
Ke
depan,
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
diperkirakan
meningkat, sementara stabilitas harga tetap terjaga. Prospek pertumbuhan
ekonomi tersebut didukung oleh semakin pulihnya kinerja ekspor dan
mulai meningkatnya kegiatan investasi. Membaiknya ekspor sejalan
dengan perbaikan prospek perekonomian global termasuk negara-negara
maju. Meningkatnya permintaan eksternal dan menguatnya permintaan
domestik diperkirakan mendorong dunia usaha untuk mulai meningkatkan
kapasitas produksi. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi
tahun 2010 diperkirakan mencapai 5,5% - 6,0%. Meskipun pertumbuhan
65
ekonomi meningkat, tekanan terhadap inflasi diperkirakan tetap terkendali
dan berada pada kisaran sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5% - 10%.
Dalam
perspektif
yang
lebih
panjang,
perekonomian
Indonesia
diprakirakan tetap membaik karena didukung oleh berbagai upaya
peningkatan kapasitas, produktivitas, dan efisiensi perekonomian secara
berkesinambungan.
Akselerasi
pertumbuhan
ekonomi
akan
terus
meningkat dan diprakirakan mencapai kisaran 6,5% – 7,5% pada tahun
2014. Peningkatan kapasitas perekonomian tersebut mendukung upaya
menurunkan inflasi ke arah sasaran inflasi jangka menengah 4% - 10%.
2. Perkembangan Penanaman Modal Asing
Pada tahun 2010, nilai aliran masuk modal asing ke Indonesia
merupakan nilai terbesar sejak dua dekade terakhir dengan investasi
portofolio sebagai komponen terbesar. Selain itu, nilai FDI pada tahun
2010 merupakan nilai yang terbesar sejak 20 tahun terakhir dan
peningkatannya pun merupakan yang terbesar dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya dan diantara komponen aliran masuk modal asing lainnya.
Kondisi ekonomi domestik dan persepsi investor asing terhadap ekonomi
Indonesia yang membaik, serta tingginya imbal hasil investasi di Indonesia
memengaruhi tingginya aliran masuk modal tersebut terlebih dengan
kondisi ekses likuiditas global. Arus FDI neto yang masuk ke Indonesia
mencapai sekitar 12,7 miliar dolar US. Peningkatan tersebut terutama
didukung oleh masuknya investasi asing ke sektor nonmigas, sementara
investasi asing ke sektor migas belum mengalami peningkatan yang
66
berarti. Secara komponen, FDI yang masuk tersebut terutama dalam
bentuk modal baru (equity capital) dan hasil usaha yang diinvestasikan
kembali (reinvested earning), sementara FDI dalam bentuk pinjaman
(other capital) tercatat sangat minimal. Selanjutnya, realisasi PMA
berdasarkan sektor usaha terbesar pada pertambangan (1 miliar dolar US,
79 proyek), listrik, gas dan air (0,6 miliar dolar US, 15 proyek),
transportasi, gudang dan telekomunikasi (0,5 miliar dolar US, 35 proyek),
tanaman pangan dan perkebunan (0,4 miliar dolar US, 74 proyek) dan
industri makanan (0,3 miliar dolar US, 61 proyek).
Gambar. 4.2
Perkembangan Penanaman Modal Asing
Sumber: BKPM 2010 (diolah)
Dari sisi regulasi, pemerintah telah mengupayakan perbaikan iklim
investasi antara lain melalui Undang-Undang Penanaman Modal
No.25/2007 dan reformasi di bidang pelayanan umum. Selain itu,
perbaikan kondisi infrastruktur dan stabilnya kondisi kelembagaan
tercermin dari laporan World Economic Forum tahun 2010 yang
67
menyebutkan kualitas daya saing Indonesia meningkat sebagaimana
tercermin dari kenaikan peringkat Global Competitiveness Index (GCI)
dari posisi 54 tahun lalu menjadi 44 tahun 2010 dari 139 negara yang
disurvei. Membaiknya peringkat Indonesia terutama didorong oleh kondisi
makroekonomi
yang
semakin
membaik
dan perbaikan indikator
pendidikan. Pada kondisi krisis tahun 2008-2009, defisit fiskal tetap
terkendali, utang publik terjaga di level yang rendah (sekitar 30% PDB),
tingkat tabungan meningkat, inflasi melambat dan seluruh indikator
pendidikan membaik.
3. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
Secara kumulatif realisasi investasi PMDN dan PMA selama tahun
2010
(Januari-Desember)
mencapai
Rp208,5
triliun
atau
naik
54,2%dibanding tahun 2009 yang mencatat Rpl35,2 triliun. Sedangkan
dibanding dengan target tahun 2010 sebesar Rpl60,l triliun, terjadi
kenaikan 30,2%. Kegiatan investasi selama tahun 2010 menunjukkan
perkembangan yang sangat baik. Penanaman modal dalam negeri
memperlihatkan kenaikan, dan juga sebaran investasi di luar Jawa juga
meningkat signifikan dibanding tahun 2009. Hal ini memperlihatkan
perbaikan iklim dan pelayanan investasi serta langkah-langkah kebijakan
yang diambil telah membuahkan hasil. Pencapaian tersebut didukung pula
oleh perbaikan pelayanan investasi di daerah dan semakin baiknya kondisi
perusahaan penanaman modal dalam negeri. Dengan terus melakukan
perbaikan iklim investasi untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam
68
pelaksanaannya, diharapkan dapat meningkatkan kontribusi investasi
dalam perekonomian nasional.
Dalam tahun 2010 realisasi PMDN terjadi peningkatan kontribusi
sebesar 29,0% (Rp60,5 triliun), sedangkan pada tahun 2009 hanya sebesar
28,0% (Rp37,8 triliun). Sedangkan nilai realisasi PMDN tahun 2010
terjadi peningkatan sebesar 60,0% dibanding tahun 2009. Dari sebaran
lokasi proyek, pada tahun 2010 terlihat peningkatan signifikan aktifitas
penanaman modal di luar Jawa sebesar 32,9% (Rp68,5 triliun). Sedangkan
pada tahun 2009 hanya sebesar 18,5% (Rp25,0 triliun). Realisasi nilai
investasi tahun 2010 di luar Jawa naik 174,0% dibanding tahun 2009.
Provinsi di luar pulau Jawa yang mengalami perkembangan pesat kegiatan
investasinya pada tahun 2010 meliputi Kalimantan Timur (Rpl7,8 triliun),
disusul Kalimantan Tengah (Rp8,8 triliun), Sulawesi Selatan (Rp7,2
triliun), Nusa Tenggara Barat (Rp3,8 triliun), dan Sumatera Selatan (Rp3,4
triliun). Pencapaian tersebut karena didukung perbaikan pelayanan
investasi di daerah dengan semakin banyaknya Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) di bidang Penanaman Modal, yang telah diimplementasikan
di berbagai Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota serta koordinasi pusat
dan daerah yang semakin baik.
69
Gambar. 4.3
Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
Sumber: BKPM 2010 (diolah)
Realisasi PMDN berdasarkan 5 sektor usaha meliputi Industri
Makanan (Rpl6,4 triliun = 208 proyek), Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi (Rpl3,8 triliun=46 proyek), Tanaman Pangan dan
Perkebunan (Rp28,7 triliun=238 proyek), Listrik, Gas dan Air (Rp4,9
triliun=47 proyek), dan Jasa Lainnya (Rp3,3 triliun=92 proyek). Realisasi
PMDN berdasarkan lokasi proyek memilih Jawa Barat (Rpl5,8 triliun=136
proyek), Jawa Timur (Rp8,l triliun = 117 proyek), Kalimantan Timur
(Rp7,9 triliun=64 proyek), Banten (Rp5,8 triliun=97 proyek), dan DKI
Jakarta (Rp4,5 triliun=104 proyek).
4. Perkembangan Ekspor
Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor berbasis sumber daya alam
memegang peranan yang semakin penting dalam perekonomian Indonesia.
Ekspor Indonesia pada September 2009 mengalami penurunan sebesar
6,75 persen dibanding Agustus 2009 yaitu dari US$10.543,8 juta menjadi
US$9.832,0 juta. Bila dibandingkan dengan September 2008, ekspor
70
mengalami penurunan sebesar 19,92 persen. Penurunan ekspor September
2009 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas sebesar 8,58 persen
yaitu dari US$8.890,2 juta menjadi US$8.127,6 juta. Sebaliknya ekspor
migas mengalami peningkatan sebesar 3,07 persen dari US$1.653,6 juta
menjadi US$1.704,4 juta. Lebih lanjut peningkatan ekspor migas
disebabkan oleh meningkatnya ekspor hasil minyak sebesar 48,33 persen
menjadi US$264,9 juta dan ekspor gas naik sebesar 6,01 persen menjadi
US$770,8 juta. Sementara itu ekspor minyak mentah turun sebesar 10,59
persen menjadi US$668,7 juta. Sedangkan volume ekspor migas
September 2009 terhadap Agustus 2009 (berdasarkan data Pertamina dan
BP Migas) untuk minyak mentah, serta gas masing-masing turun sebesar
3,50 persen, dan 4,78 persen, sebaliknya untuk hasil minyak naik 34,53
persen. Sementara itu harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia turun
dari US$72,47 per barel di Agustus 2009 menjadi US$67,07 per barel di
September 2009. Bila dibandingkan dengan September 2008, nilai ekspor
September 2009 mengalami penurunan 19,92 persen, disebabkan turunnya
ekspor migas sebesar 30,59 persen, dan ekspor nonmigas turun sebesar
17,25 persen. Nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama JanuariSeptember 2009 mencapai US$80.133,3 juta atau turun 25,57 persen
dibanding periode yang sama tahun 2008, sementara ekspor nonmigas
mencapai US$68.112,0 juta atau menurun 18,21 persen.
71
Gambar. 4.4
Perkembangan Ekspor
Sumber : Badan Pusat statistik (diolah)
Pertumbuhan ekspor selama tahun 2010 cukup tinggi di tengah
apresiasi rupiah yang cukup besar. Pertumbuhan ekspor riil selama tahun
2010 mencapai 14,9% yang merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi
kedua dalam sepuluh tahun terakhir setelah pada tahun 2005 tumbuh
sebesar 16,6%. Kenaikan ekspor yang terjadi pada tahun 2005 antara lain
didukung oleh depresiasi rupiah. Sementara pada tahun 2010 rupiah
cenderung menguat. Ekspor yang tumbuh tinggi terutama ditopang oleh
permintaan global yang semakin kuat, tujuan ekspor yang tidak lagi
bergantung pada negara-negara tujuan tertentu dan harga komoditas global
yang
meningkat.
Kenaikan
ekspor
didorong
oleh
meningkatnya
permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi global, terutama
dari negara-negara emerging markets. Pertumbuhan volume ekspor selama
tahun 2010 terutama disumbang oleh ekspor ke China, Singapura dan
India, sementara volume ekspor ke negara tujuan utama tradisional seperti
Amerika Serikat (AS) dan Jepang tumbuh jauh lebih rendah dan bahkan
72
ekspor ke Eropa menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara
tersebut yang belum merata setelah krisis ekonomi 2008/2009.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang berada pada kisaran
8%-15%, sementara pertumbuhan ekonomi AS, Eropa dan Jepang hanya
mencapai kisaran 2%-4% selama tahun 2010
Kenaikan ekspor juga didorong oleh kenaikan harga komoditas
internasional. Selain didukung oleh naiknya permintaan dari negara mitra
dagang, kenaikan harga komoditas internasional juga turut mendorong
naiknya ekspor. Kondisi ini didukung oleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa harga komoditas internasional berdampak cukup
signifikan pada beberapa komoditas ekspor unggulan, terutama ekspor
komoditas primer dan beberapa produk manufaktur dengan kandungan
impor rendah. Selama tahun 2010, harga komoditas ekspor mengalami
kenaikan cukup tajam pada ketiga kelompok ekspor nonmigas, terutama
komoditas pertanian dan industri.
Sejalan dengan perkembangan permintaan dan harga tersebut,
volume ekspor komoditas nonmigas juga mengalami peningkatan.
Peningkatan volume ekspor nonmigas tertinggi terjadi pada komoditas
pertambangan, sekitar 30%, sementara komoditas industri dan pertanian,
tumbuh lebih rendah, masing-masing 2% dan 13,6%. Secara komoditas,
pertumbuhan ekspor pertambangan terutama terjadi pada nikel, aluminium
dan batubara. Ekspor pertanian pada komoditas tembakau, kayu dan karet,
73
dan ekspor industri pada produk kimia, peralatan listrik, mesin-mesin dan
tekstil. Dengan perkembangan tersebut, pangsa ekspor berbasis sumber
daya alam mengalami peningkatan dari 50,3% pada tahun 2009 menjadi
52,7% pada tahun 2010.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi
normal atau mendekati normal. Salah satu cara untuk menguji normalitas
adalah dengan melihat grafik normal probability plot.
Gambar. 4.5
Uji Normalitas Analisis Grafik
74
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dari gambar di
atas dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali,2005:112).
Akan tetapi karena uji normalitas dengan grafik cenderung dapat
menyesatkan, oleh sebab itu uji grafik di atas dilengkapi dengan uji
statistik. Uji statistik yang digunakan oleh penulis adalah uji statistik
Kolmogorov-Smirnov, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel. 4.1.
Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Pertumbuhan Ekonomi
df
.113
Shapiro-Wilk
Sig.
20
.200
Statistic
.970
df
Sig.
20
.761
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil uji normalitas di atas terlihat bahwa pertumbuhan
ekonomi memiliki P-value 0,200 untuk uji normalitas Lilliefors
(Kolmogorov-Sminov) dan P-value 0,761 untuk uji normalitas ShapiroWalk. Kedua P-value lebih besar dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
75
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieriatas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi
ditemukan adanya
korelasi
antar
variabel bebas
(independen) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinieritas
di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas adalah memiliki nilai VIF berkisar angka 1 hingga 10 dan
mempunyai angka tolerance diatas 0,10.
Tabel. 4.2.
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics
t
1000614.769 44870.429
Sig.
22.300
.000
Tolerance
VIF
-.003
.001
-.423
-2.361
.031
.136
7.329
PMDN
14.035
3.493
.398
4.018
.001
.446
2.243
Ekspor
.001
.000
1.021
5.649
.000
.134
7.450
PMA
Berdasarkan pengujian multikolinieritas pada tabel 4.2. di atas
diperoleh nilai tolerance di atas 0,10 dan VIF dibawah 10, sehingga dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan nilai tolerance dan nilai VIF maka model
regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
76
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada atau tidaknya autokorelasi. Model regresi yang
baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Uji asumsi klasik autokorelasi
ini dengan menggunakan uji Durbin Watson.
Tabel. 4.3.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted
Model
R
.964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate
a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson
1.333
Berdasarkan tabel 4.3. di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (DW)
adalah sebesar 1,333 dimana nilai tersebut berada diantara -2 sampai +2.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi pada model
regresi yang dibuat dalam penelitian ini.
d. Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat grafik Scatterplot.
77
Gambar. 4.6
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa sebaran data berada
disekitar titik nol serta menyebar secara acak atau tidak membentuk suatu
pola tertentu yang jelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada pola regresi sehingga model regresi layak
dipakai.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis
penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t, uji statistik F, dan
uji statistik Adjusted R Square.
78
a. Korelasi (R) dan koefisien determinasi ( Adjusted R Square)
Tabel. 4.4.
Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Adjusted
Model
R
.964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate
a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson
1.333
Korelasi (R) dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel (Ghozali, 2001:42). Koefisien determinasi (R2) dilakukan
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2001:45).
Berdasarkan tampilan output pada tabel 4.4. terlihat bahwa nilai R
adalah sebesar 96,4% yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
sangat kuat. Nilai R Square sebesar 93,0% dan nilai Adjusted R Square
sebesar 91,7%. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan sebesar 0,917 yang berarti sebanyak 91,7% variasi
pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh perubahan variasi PMA,
PMDN, dan Ekspor Total dan sisanya 8,3 % dipengaruhi oleh variabel lain
diluar variabel yang diteliti.
79
b. Uji Statistik t
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yaitu PMA, PMDN, dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Tabel. 4.5.
Uji t
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1000614.769
44870.429
-.003
.001
PMDN
14.035
Ekspor
.001
PMA
Coefficients
Beta
t
Sig.
22.300
.000
-.423
-2.361
.031
3.493
.398
4.018
.001
.000
1.021
5.649
.000
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 4.5. merupakan hasil dari pengujian variabel independen
yaitu PMA, PMDN, dan ekspor terhadap variabel dependen yaitu
Pertumbuhan Ekonomi secara individual dengan hasil:
Pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Variabel PMA mempunyai angka signifikansi sebesar 0,031 karena
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Sehingga dapat
dikatakan
bahwa
PMA
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
80
Pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Variabel PMDN mempunyai angka signifikansi sebesar 0,01
karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Sehingga
dapat dikatakan bahwa PMDN berpengaruh secara signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Variabel Ekspor mempunyai angka signifikansi sebesar 0,000
karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
c. Uji F
Uji simultan ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara
bersama-sama sama variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel. 4.6.
Uji F
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
1Regression
df
Mean Square
2.017E12
3
6.724E11
Residual
1.521E11
16
9.507E9
Total
2.169E12
19
F
70.732
Sig.
a
.000
a. Predictors: (Constant), Ekspor, PMDN, PMA
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil pengujian statistik F pada tabel 4.6. diperoleh F
hitung sebesar 70,732 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Hal ini
81
berarti bahwa sacara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh variabel
PMA, PMDN, dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
d. Pengujian Regresi Linier Berganda
Y = 1000614,769 - 0,003 PMA + 14,035 PMDN + 0,001 Ekspor
Koefisien-koefisien pada persamaan regresi linier berganda di atas
dapat diartikan sebagai berikut:
1) Jika segala sesuatu pada variabel independen dianggap konstan,
maka nilai pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 1000614,769 .
2) Nilai koefisien regresi PMA sebesar -0,003 yang berarti setiap
penambahan variabel PMA sebesar Rp 1 juta akan diimbangi
variabel pertumbuhan ekonomi sebesar Rp. 0,003 milyar, maka
tiap peningkatan atau penurunan jumlah PMA 1 juta akan
dimbangi dengan penurunan atau peningkatan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,003 milyar dengan catatan variabel lain
dianggap cateris paribus atau tetap.
3) Nilai koefisien regresi PMDN sebesar 14,035 yang berarti setiap
penambahan variabel PMDN sebesar Rp 1 milyar
akan
diimbangi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar Rp. 14,035
milyar, maka tiap peningkatan atau penurunan jumlah PMDN 1
milyar akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan
pertumbuhan ekonomi sebesar 14,035 milyar dengan catatan
variabel lain dianggap cateris paribus atau tetap.
82
4) Nilai koefisien regresi Ekspor sebesar 0,001 yang berarti setiap
penambahan variabel Ekspor sebesar Rp 1 milyar
akan
diimbangi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar Rp. 0,001
milyar, maka tiap peningkatan atau penurunan jumlah ekspor 1
milyar akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,001 milyar dengan catatan
variabel lain dianggap cateris paribus atau tetap.
Interptetasi model berdasarkan penelitian yang telah dilakaukan,
secara rinci mengenai hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil Penelitian menunjukan bahwa PMA berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dengan berbagai keuntungan
yang dapat diberikan oleh penanaman modal asing tidaklah berarti bahwa
kehadiran
modal
asing
akan
sepenuhnya
menjamin
kesuksesan
pembangunan ekonomi. Penanaman modal asing dapat juga menimbulkan
beberapa hal yang tidak menguntungkan pembangunan ekonomi. Dalam
jangka panjang penanaman modal asing dapat mengurangi tingkat
tabungan yang tercipta pada masa yang akan datang apabila kegiatan
mereka mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat, sebagai akibat lebih
banyaknya barang-barang konsumsi yang tersedia, tidak menanam kembali
keuntungan yang diperoleh dan menghalangi perkembangan perusahaanperusahaan nasional yang sejenis. Selanjutnya, jika dalam jangka pendek
modal asing melakukan penanaman modalnya tidak di sektor produktif
83
melainkan di sektor moneter yang bersifat spekulatif kemudian modal dan
hasilnya di bawa ke luar negeri maka akan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Demikian juga, dalam jangka panjang modal asing
dapat memperburuk masalah kekurangan mata uang asing, yaitu apabila;
hasil-hasil mereka tidak diekspor atau tidak menggantikan barang-barang
impor, dan mereka mengimpor bahan mentah dari luar negeri dan
mengirimkan keuntungan yang diperoleh kepada perusahaan induk di luar
negeri.
Perusahaan-perusahaan asing dapat menghambat perusahaan
nasional yang sejenis dengan mereka. Pengetahuan teknologi, keahliankeahlian manajemen dan pemasaran yang dimiliki oleh perusahaanperusahaan asing akan melemahkan persaingan dari perusahaanperusahaan nasional. Apabila perkembangan perusahaan asing hanya
mengakibatkan kesukaran untuk menumbuhkan perusahaan sejenis, akibat
seperti itu tidaklah terlalu serius. Tetapi, apabila akibat yang ditimbulkan
oleh perkembangannya perusahaan asing adalah mematikan perusahaan
nasional yang sudah ada, maka akibat yang tidak menguntungkan tersebut
cukup serius karena menimbulkan pengangguran dan menghapuskan mata
pencaharian sekelompok masyarakat.
Pada awal mengundang penanaman modal asing, pemerintah harus
menciptakan berbagai fasilitas yang diperlukan. Terutama perbaikan
prasarana. Untuk keperluan ini harus digunakan dana pembangunan yang
seharusnya dapat digunakan untuk mengembangkan sektor atau kegiatan
84
lain. Untuk menarik modal asing, pemerintah juga biasanya menawarkan
beberapa keringanan fiskal, seperti tidak perlu membayar pajak untuk
beberapa tahun dan membebaskan pembayaran bea impor atas alat-alat
modal dari peralatan yang digunakan. Dengan demikian, pembangunan di
beberapa kegiatan ekonomi lain harus dikorbankan dan pemerintah kurang
memperoleh pendapatan yang berarti dari modal asing yang masuk
(Sadono Sukirno, 2006:329-330).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bambang Kustituanto dan Istokomah (1999:7) yang berjudul “ Peranan
Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”,
menemukan hasil estimasi variabel FDI memberikan tanda negatif, yang
berarti mengindikasikan bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel
FDI dengan pertumbuhan ekonomi.
b. Pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukan bahwa PMDN berpengaruh secara
signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi.
Hal
ini
disebabkan
penambahan Investasi akan meningkatkan perekonomian yang nantinya
akan meningkatkan produksi barang dan jasa di masa yang akan datang.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa PMDN sangatlah penting bagi
pembangunan ekonomi yang dialokasikan ke dalam proyek pembangunan,
yang berarti akan menambah kapital yang ada dalam suatu perekonomian.
Selanjutnya, tambahan kapital tersebut akan berakibat peningkatan taraf
hidup masyarakat sehingga akan meningkan pertumbuhan ekonomi. Hasil
85
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakaukan oleh Jamzani
Sodik dan Didi Nuryadin (2005:167), bahwa Penanaman Modal Dalam
Negeri berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
c. Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukan bahwa Ekspor berpengaruh secara
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Variabel ekspor memiliki
hubungan konstan dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang
relatif kecil. Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa
satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan
pasar dalam negeri, sementara itu produk komoditi berjalan konstan.
Perkembangan
ekspor
akan
menggalakkan
perkembangan
sektor
pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan permintaan
atas barang yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan perdagangan luar
negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen
dan orang-orang yang kegiatannya di sektor ekspor akan bertambah.
Makin cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula
pendapatan masyarakat bertambah. Pengaruh secara tidak langsung dari
adanya perdagangan luar negeri adalah penghasilan devisa. Semakin
ekspor berkembang, semakin besar penghasilan devisa yang diterima oleh
negara. Ini berarti terjadi arus modal (capital flow) dari luar negeri ke
dalam negeri yang tentu saja menguntungkan bagi suatu negara yang
memerlukan tambahan modal untuk pembangunan yang pada gilirannya
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh
kesimpulan yakni sebagai berikut:
1. Penanaman Modal Asing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung pada
tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Selain itu, nilai koefisien regresi
PMA sebesar -0,003, maka setiap peningkatan atau penurunan jumlah
PMA 1 juta akan dimbangi dengan peningkatan atau penurunan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,003 milyar. Hal ini dikarenakan : 1)
apabila penanaman modalnya dalam jangka pendek. 2) Dan tidak di
sektor produktif melainkan di sektor moneter yang bersifat spekulatif.
Kemudian, modal dan hasilnya di bawa ke luar negeri maka akan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung pada
tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Selain itu, nilai koefisien regresi
PMDN sebesar 14,035, maka setiap peningkatan atau penurunan
jumlah PMDN 1 milyar akan dimbangi dengan peningkatan atau
penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 14,035 milyar. Hal ini
disebabkan penambahan PMDN akan meningkatkan perekonomian
yang nantinya akan meningkatkan produksi barang dan jasa di masa
87
87
yang akan datang. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa PMDN
sangatlah penting bagi pembangunan ekonomi. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan taraf hidup masyarakat sehingga akan
meningkan pertumbuhan ekonomi.
3. Ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung pada tingkat keyakinan sebesar
95 persen. Selain itu, nilai koefisisen regresi ekspor sebesar 0,001,
maka setiap peningkatan atau penurunan jumlah ekspor 1 milyar akan
dimbangi dengan peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,001 milyar. Hal ini disebabkan karena dengan perdagangan
luar negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya
produsen dan orang-orang yang kegiatannya di sektor ekspor akan
bertambah. Makin cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin
cepat
pula
pendapatan
masyarakat
bertambah
tentu
saja
menguntungkan yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi.
4. Secara bersama-sama, seluruh variabel PMA, PMDN, dan Ekspor
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dapat
dilihat dari nilai F hitung yang signifikan pada taraf keyakinan 95
persen. Selain itu, variabel independen dalam model juga mampu
menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 91,7 persen
sedangkan sisanya yaitu 8,3 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
di luar model.
88
B. Implikasi
1. Pemerintah harus lebih selektif dalam mempertimbangkan keuntungan
jangka panjang dan jangka pendeknya ketika penanam modal asing mulai
menanamkan modalnya di dalam negeri. Jangan sampai perusahaanperusahaan asing menghambat perusahaan nasional yang sejenis dengan
mereka untuk meningkatkan potensinya. Sebaliknya perusahaan asing
harus dapat mentransfer pengetahuan teknologi, keahlian-keahlian
manajemen dan pemasaran yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Upaya penarikan penanaman modal dalam negeri di Indonesia perlu
ditingkatkan
Oleh karena itu perlu diupayakan iklim investasi yang
kondusif seperti penyederhanaan jalur birokrasi meningkatkan keamanan.
Perlu juga menciptakan stabilitas ekonomi makro melalui programprogram deregulasi, dan debirokratisasi di seluruh aspek pembangunan
ekonomi. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat lebih menarik investor
untuk menanamkan modalnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
3. Dalam hal ekspor, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendorong
pertumbuhan ekspor guna mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan
cara memperluas pasar produksinya seperti pada sektor non migas
(komoditas pertanian, industri, dan pertambangan) dan beberapa produk
manufaktur agar dapat menjadi penopang ketahanan neraca pembayaran
Indonesia.
89
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, “Realisasi Investasi Asing Langsung”, Badan Koordinasi Penanaman
Modal, Jakarta, 2009.
Anonim, “Indilkator Ekonomi”, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2009.
Apridar, “ Ekonomi Internasional”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.
Boediono, “Teori Pertumbuhan Ekonomi”, BPFE, Yogyakarta, 1999.
Boediono, “ Ekonomi Internasional,
Yogyakarta,1981.
Edisi
1”,
BPFE
Yogyakarta,
Ghafar, Ismail Abdul dan Agus Harjito, “Exports and Economi Growth : The
causality test for ASEAN Countries”, Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol 8 No.2, 2003.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Harjanti, Erni Setyo, “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi dan
Pertumbuhan ekonomi Terhadap Tenaga Kerja di Kota Salatiga
Provinsi Jawa Tengah Tahun 1989-2003. Tesis Sekolah Pascasarjana
Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2000.
Insukindro, dkk, “Modul Ekonometrika Dasar Kerjasama dengan Universitas
Gajah Mada”, Jakarta, 2004.
Kuncoro, Mudrajad, “Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004.
Kuncoro, Mudrajad, “Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi”, Edisi tiga, Penerbit
Erlangga, Yogyakarta, 2009.
Kustituanto, Bambang, dan Istokomah, “ Peranan Modal Asing (PMA) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 14, No. 2, 1999.
Lihan, Irham dan Yogi, “ Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis No. 1 jilid 8, 2003.
Mankiw, Gregory, “Teori Makro Ekonomi”, edisi ke Lima, Erlangga, Jakarta,
2003.
90
90
Marzuki, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi di Suatu Negara
(Studi Kasus Ekonomi Indonesia )”, Jurnal E-Mabis FE-Unimal
Volume 7, 2006.
M.L Jhingan, “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007.
Njoupouognigni, Moussa, “Foreign Aid, Foreign Direct Investment and
Economic Growth in Sub-Saharan Africa”, International Journal Of
Economics and Finance Vol. 2, No. 3, 2010.
Sukirno,Sadono, “Pengantar Teori Makroekonomi”, Edisi Kedua, PT Raja
Grafindo Pustaka, Jakarta, 1997.
_____________, “Makroekonomi Teori Pengantar”, Edisi Ketiga, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
_____________, “Ekonomi Pembangunan”, Edisi Kedua, Kencana Pranada
Media Group, Jakarta, 2006.
Santoso, Singgih, “Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS”, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.
Santoso, Singgih, “SPSS Versi 10.0”, PT Elex Media Komputindo. Gramedia,
Jakarta, 2000.
Sitompul, Novita Linda, “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap
PDRB Sumatra Utara”, Tesis Sekolah Pascasarjan Universitas Sumatra
Utara, Medan, 2007.
Sodik, Jamzani dan Didi Nuryadin, “Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Regional (Studi Kasus pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca
Otonomi)”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 10 No.2, Yogyakarta,
2005.
Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, CV, Bandung, 2005.
Todaro, M.P, and Stephen C. Smith, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”,
Diterjemahan, Edisi Kedelapan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, 2003.
Todaro, M.P, and Stephen C. Smith, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”,
Diterjemahan, Edisi Kedelapan, Jilid 2, Penerbit Erlangga, 2004.
Suryana, “Ekonomi Pembangunan : Problematika dan Pendekatan”, Salemba
Empat, Jakarta, 2000.
Wahyudin dan Muhammad Nasir, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Investasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Di Indonesia”, Jurnal
E-Mabis FE-Unimal, Vol 7 No.2, 2006.
91
Wibisono, Rahmad, “Identifikasi Peran Ekspor, Investasi dan Liberalisasi
Keuangan dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Studi
Setelah Tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik)”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol 1, No. 1, Yogyakarta, 2003.
Winantyo, R,dkk, “Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Memperkuat Sinergi
ASEAN di Tengah Kompetisi Global”, Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2008.
http://lailamaharani.blogspot.com/
http://www.bkpm.go.id/contents/p16/PUBLIKASI++STATISTIK/17
http://www.Slidshare.net/Share/59297/checkoutthisslidsharePresentation:teoriteori pembangunan/theory hoolis.htm
http://agustinus 21081987.blogspot.com/
92
LAMPIRAN -LAMPIRAN
93
Lampiran 1
Tabel
Data Variabel Penelitian
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi
PMA
PMDN
Ekspor Total
(Milyar)
(Juta)
(Milyar)
(Milyar)
1990
948.213,50
1.344.930,0
2.398,6
48.911.256
1991
1.014.760,50
2.116.220,9
3.666,1
58.196.574
1992
1.083.350,60
4.025.426,6
5.067,4
70.447.350
1993
1.156.505,30
11.973.265,8
8.286,0
77.991.114
1994
1.244.467,60
8.315.496,0
12.786,9
88.317.747
1995
1.347.040,90
15.439.812,0
11.312,5
104.688.490
1996
1.451.727,90
11.038.257,0
18.609,7
118.808.536
1997
1.518.293,60
19.798.380,0
18.628,8
304.628.520
1998
1.317.245,10
39.412.170,0
16.512,5
395.665.560
1999
1.325.352,10
58.934.313,9
16.286,7
348.492.929
2000
1.389.770,20
92.699.399,0
22.038,0
583.033.740
2001
1.443.014,60
36.673.230,0
9.890,8
588.553.405
2002
1.504.380,60
27.524.535,4
12.500,0
510.370.925
2003
1.572.159,30
46.437.518,4
12.247,0
520.705.182
2004
1.656.757,54
42.805.044,7
15.409,4
670.103.440
2005
1.750.656,10
87.773.350,0
30.724,2
843.751.000
2006
1.846.654,90
55.105.664,9
20.649,0
927.044.724
2007
1.901.147,50
96.960.966,4
34.878,7
1.069.810.038
2008
2.082.103,70
164.953.568,8
20.363,4
1.519.830.276
2009
2.176.975,50
102.657.878,4
37.799,8
1.105.912.920
94
Lampiran 2 Uji Normalitas Analisis Grafik
Lampiran 3 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Pertumbuhan Ekonomi
a.
df
.113
Shapiro-Wilk
Sig.
20
.200
Statistic
df
.970
Sig.
20
.761
Lilliefors Significance Correction
Lampiran 4 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1 (Constant)
B
Std. Error
1000614.769
44870.429
-.003
.001
PMDN
14.035
Ekspor
.001
PMA
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
22.300
.000
-.423
-2.361
.031
.136
7.329
3.493
.398
4.018
.001
.446
2.243
.000
1.021
5.649
.000
.134
7.450
95
Lampiran 5 Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Adjusted
Model
R
.964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate
a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson
1.333
Lampiran 6 Heteroskedastisitas
Lampiran 7 Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Adjusted
Model
R
.964
Std. Error of
R Square R Square the Estimate
a
.930
.917
97502.4092
Durbin-Watson
1.333
96
Lampiran 8 Uji t
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
Beta
1000614.769
44870.429
-.003
.001
PMDN
14.035
Ekspor
.001
PMA
Coefficients
t
Sig.
22.300
.000
-.423
-2.361
.031
3.493
.398
4.018
.001
.000
1.021
5.649
.000
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Lampiran 9 Uji F
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
b
df
Mean Square
Regression
2.017E12
3
6.724E11
Residual
1.521E11
16
9.507E9
Total
2.169E12
19
F
70.732
Sig.
a
.000
a. Predictors: (Constant), Ekspor, PMDN, PMA
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
97
Download