atlas potensi energi laut

advertisement
Topik Utama
ATLAS POTENSI ENERGI LAUT
Harkins Prabowo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
[email protected]
SARI
Meskipun luas wilayah laut Indonesia tiga kali lebih besar dibandingkan luas daratannya, namun
kegiatan pemanfaatan energi laut untuk pembangkit listrik belum berkembang. Sampai dengan
tahun 2012, telah dilakukan kegiatan inventarisasi beberapa jenis sumber energi laut yang dapat
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Energi laut tersebut yang terdiri dari
tenaga gelombang laut, tenaga arus laut, dan tenaga panas laut. Kegiatan inventarisasi tersebut
juga telah memetakan potensi energi laut baik secara teoritis, secara praktis, maupun dari aspek
ketersediaan teknologi pembangkit listrik.
Kata kunci: atlas energi, potensi energi kelautan
1. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara kepulauan
"Archipelago State" yang mempunyai 13.667
pulau dengan 5 pulau besar, berbatasan dengan
laut Andawan, China Selatan, Malaysia, Phillipina
dan Samudera Pasifik, Hindia dan Australia.
Indonesia memiliki luas daratannya mencapai
1.919.443 km², luas laut 3.257.357 km².Jumlah
seluruhnya adalah 5.176.800 km².
Meskipun luas wilayah laut Indonesia tiga kali
lebih besar dari luas daratannya, namun
kegiatan pemanfaatan energi laut untuk
pembangkit listrik belum berkembang. Pijakan
pengembangan energi laut sebenarnya telah
tersedia dalam UU No. 30/2007 tentang Energi
maupun UU No. 17/2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN). Namun kenyataannya, peta jalan (road
map) pengembangan energi laut dan Rencana
Umum Kelistrikan Nasional (RUKN) belum
mengakomodasi pemanfaatan energi
laut.Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya belum tersedianya informasi
Atlas Potensi Energi Laut ; Harkins Prabowo
potensi energi laut yang secara ekonomis dapat
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik
(Mukhtasor, 2012).
Kegiatan inventarisasi beberapa jenis sumber
energi laut yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik dilakukan sejak tahun 2006
sampai dengan 2012. Energi laut tersebut adalah
tenaga gelombang laut, tenaga arus laut dan
tenaga panas laut. Kegiatan tersebut telah
memetakan potensi energi laut baik secara
teoritis maupun secara praktis, setelah
mempertimbangkan kebutuhan untuk pelayaran
dan kondisi dasar laut. Aspek teknologi yang
tersedia secara komersial di pasar internasional
juga dipertimbangkan di dalam penentuan
potensi energi tersebut.
Para profesional dan ahli di bidang energi
kelautan yang tergabung dalam Asosiasi Energi
Laut Indonesia (ASELI) telah meratifikasi
metodologi perhitungan dan besaran potensi
energi laut nasional. Data tersebut dapat
dijadikan masukan untuk pemerintah dan dunia
usaha dan diharapkan menjadi acuan angka
65
Topik Utama
potensi energi laut yang telah disepakati secara
nasional sebagai basis penyusunan Kebijakan
Energi Nasional.
2. SUMBER DAYA ENERGI KELAUTAN
Definisi sumber daya energi laut adalah sumber
daya yang memanfaatkan karakteristik alamiah
dari laut (arus, gelombang, pasang surut,
temperatur) yang dapat diolah oleh manusia
sehingga dapat digunakan bagi pemenuhan
kebutuhan energi. Sedangkan ketersediaan
sumber daya energi laut yang dimaksud adalah
kemampuan manusia untuk mendapatkan
sumber daya energi tersebut berdasarkan
teknologi yang telah dikembangkan serta dengan
cara yang menurut pertimbangan keekonomian
dapat diterima. Oleh karena itu sumberdaya
energi kelautan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Cumarsaids dkk., 2005):
1) Sumber Daya Teoritis (Theoritical
resources): merupakan potensi energi laut
dengan kapasitas bruto, yang ditentukan dari
pemodelan di suatu wilayah laut berupa nilai
maksimum daya listrik yang dihasilkan dari
satu lokasi.
2) Sumber Daya Teknis (Technical resources):
merupakan potensi energi laut dengan
kapasitas yang dibatasi/ditentukan oleh
teknologi yang tersedia, efisiensi dari alat
yang sudah tersedia.
3) Sumber Daya Praktis (Practical resources):
merupakan potensi energi laut teknis
dengan kapasitas yang memperhatikan
kondisi dasar laut, jalur lalu lintas kapal dan
lain-lain.
4) Sumber Daya Aksesibel (Accessible
resources): merupakan potensi energi laut
praktis
dengan
kapasitas
yang
mempertimbangkan isu lingkungan,
konservasi, tata ruang, dan lain-lain.
5) Sumber Daya Viabel (Viable resources):
merupakan potensi energi laut aksesibel
dengan kapasitas yang mempertimbangkan
ketersediaan infrastruktur keekonomian.
Secara teoritis, total sumberdaya energi laut
nasional sangat melimpah, meliputi energi dari
66
jenis arus laut, gelombang laut dan panas laut,
yaitu mencapai 727.000 MW. Namun demikian,
potensi energi laut yang dapat dimanfaatkan
dengan menggunakan teknologi yang ada pada
saat ini dan secara praktis memungkinkan untuk
dikembangkan, berkisar antara 49.000 MW.
Diantara potensi sedemikian besar tersebut,
industri energi laut yang paling siap adalah
industri berbasis teknologi gelombang dan
teknologi arus pasang surut, dengan potensi
praktis sebesar 6.000 MW (ASELI, 2011).
Besarnya potensi tersebut berdasarkan hasil
perhitungan dan survei lapangan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (PPPGL), Badan Litbang ESDM dalam
kaitannya dengan eksplorasi sumberdaya energi
laut telah aktif melakukan penelitian dan
pengembangan energi laut di beberapa selatselat potensial di Indonesia. Kegiatan ini
dilakukan baik secara mandiri dilingkungan
ESDM maupun bekerjasama dengan lembaga
terkait lain. Hasil-hasil survei lapangan telah
dipakai untuk memvalidasi perkiraan-perkiraan
teoritis yang dikembangkan oleh para ahli.
Sampai saat ini secara nasional baru
dikembangkan perhitungan potensi energi laut
hingga tahap ke-3, yaitu perhitungan sampai
potensi praktis. Rincian potensi sumber daya
energi laut nasional dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil perhitungan secara teoritis yang kemudian
divalidasi dengan data-data hasil survei
dituangkan dalam atlas/peta energi laut sebagai
berikut:
a. Potensi Energi Arus Laut Indonesia
Arus laut merupakan sumber energi yang
sebagian ditimbulkan oleh adanya pasang
surut air laut dan tergolong sumber energi
yang ramah lingkungan. Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri
banyak pulau dan selat, kondisi geografis
inilah yang menjadi salah satu faktor yang
menimbulkan arus laut.
Salah satu penyebab terjadinya arus laut
karena adanya pasang surut yang diakibat-
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama
Tabel 1. Sumber daya dan potensi energi laut
SUMBER DAYA
ENERGI LAUT
Panas Laut
Gelombang Laut
Arus Pasang Surut
Total
POTENSI TEORITIS
POTENSI TEKNIS
POTENSI PRAKTIS
57 GW
510 GW
160 GW
727 GW
52 GW
2 GW
22,5 GW
76,5 GW
43 GW
1,2 GW
4,8 GW
49 GW
Sumber: Raker ke-2 ASELI, Lembang 18-19 Juli 2011
kan oleh interaksi bumi, bulan, dan
matahari. Selain itu juga disebabkan oleh
arus geostropik karena gaya Coriolis akibat
rotasi bumi serta perbedaan salinitas, suhu,
dan densitas. Di Indonesia, terjadinya arus
laut lebih dominan diakibatkan oleh pasang
surut. Aliran arus laut (karena pasang surut)
seperti halnya arus sungai yang
menyimpan energi hidro-kinetik, energi
tersebut dapat dikonversi menjadi daya
listrik.
Besarnya daya listrik tergantung pada
densitas fluida, penampang aliran, dan
kecepatan alirannya. Atlas Potensi Arus Laut
(Gambar 1) menunjukkan 20 (dua puluh)
lokasi selat-selat di Indonesia yang
diperkirakan memiliki arus laut cukup kuat
berdasarkan pemodelan/pemetaan secara
digital. Daerah-daerah tersebut cukup
potensial berdasarkan pengukuran secara
langsung di lapangan. Pada lokasi-lokasi
yang mempunyai potensi arus laut tersebut
direkomendasikan dapat diimplementasikan pemasangan turbin (generator) untuk
membangkitkan energi listrik.
Selat-selat yang berpotensi energi arus laut
tersebut sesuai dengan penomoran di
dalam atlas (Gambar 1) adalah sebagai
berikut: (1) Selat Dempo, (2) Selat
Pengelap, (3) Selat Sugi, (4) Selat Riau, (5)
Selat Toyopakeh, (6) Selat Lombok, (7) Selat
Alas, (8) Selat Sape, (9) Selat Linta, (10)
Selat Molo, (11) Selat Flores, (12) Selat
Lamakera, (13) Selat Larantuka, (14) Selat
Boleng, (15) Selat Alor, (16) Selat Pantar,
(17) Selat Capalulu, (18) Selat Dampir, (19)
Selat Dombo, dan (20) Selat Kurudu.
Atlas Potensi Energi Laut ; Harkins Prabowo
Tabel 2 merupakan hasil pengukuran secara
langsung di lapangan yang telah dilakukan oleh
Puslitbang Geologi Kelautan dari tahun 20062012. Tabel tersebut menunjukkan potensi arus
laut di suatu selat yang sudah dikonversikan
menjadi potensi energi listrik per lokasi
pembangkit.
b. Potensi Energi Gelombang Laut
Indonesia
Energi gelombang laut adalah energi yang
dihasilkan dari pergerakan gelombang laut
menuju daratan dan sebaliknya. Pada dasarnya
pergerakan laut yang menghasilkan gelombang
laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin.
Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada dua
titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan
udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik
tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi
gelombang laut dapat dikategorikan sebagai
energi terbarukan.
Gelombang laut secara ideal dapat dipandang
berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian
puncak maksimum dan lembah minimum. Pada
selang waktu tertentu, ketinggian puncak yang
dicapai serangkaian gelombang laut berbedabeda, bahkan ketinggian puncak ini nilainya bisa
berbeda untuk lokasi yang sama, jika diukur pada
hari yang berbeda. Meskipun demikian secara
statistik dapat ditentukan ketinggian rata-rata
gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.
Apabila waktu yang diperlukan untuk terjadi
sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah
gelombang laut yang teramati pada selang waktu
tertentu, maka dapat diketahui potensi energi
gelombang laut di lokasi tersebut. Potensi energi
67
Topik Utama
Gambar 1. Atlas Peta Potensi Energi Arus Laut (P3GL - ASELI, 2011)
Tabel 2. . Hasil litbang penelitian potensi energi arus Laut PPPGL 2006-2012
No.
Lokasi Survei
Potensi Energi Listrik
Tahun
1
Selat Lombok
70-150 kW
2006
2
Selat Alas
40-260 kW
2006
3
Selat Toyopakeh
150-350 kW
2007
4
Selat Larantuka
200-400 kW
2009
5
Selat Pantar
50-250 kW
2010
6
Selat Molo
100-400 kW
2011
7
Selat Boleng
82-277 kW
2012
Sumber: Puslitbang Geologi Kelautan, 2012
68
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama
gelombang laut pada satu titik pengamatan
dalam satuan kW per meter berbanding lurus
dengan setengah dari kuadrat ketinggian
signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk
terjadi sebuah gelombang laut. Berdasarkan
perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai
potensi energi dari gelombang laut di berbagai
tempat di dunia. Perhitungan potensi
sumberdaya gelombang laut teoritis dibatasi
hanya pada wilayah dengan gelombang lebih
besar 2 meter saja (Gambar 2).
c. Potensi Konversi Energi Termal Laut
Indonesia
Konversi energi termal laut (Ocean Thermal
Energy Conversion/OTEC) merupakan metode
untuk menghasilkan energi listrik menggunakan
perbedaan temperatur yang berada di antara
laut dalam dan perairan dekat permukaan untuk
menjalankan mesin kalor. Efisiensi dan energi
terbesar mesin kalor dihasilkan oleh perbedaan
temperatur yang paling besar. Perbedaan
temperatur antara laut dalam dan perairan
permukaan umumnya semakin besar jika
semakin dekat ke ekuator.
Tantangan perancangan OTEC adalah
bagaimana menghasilkan energi yang sebesarbesarnya secara efisien dengan perbedaan
temperatur yang sekecil-kecilnya. Prinsip kerja
OTEC adalah memanfaatkan energi matahari
yang diserap oleh lautan sehingga sangat
berpotensi untuk dikembangkan, mengingat
lautan meliputi dua per tiga permukaan bumi.
Lautan berfungsi sebagai suatu penampungan
energi surya yang cukup besar yang mencapai
bumi. Kira-kira seperempat dari daya surya
sebesar 1,7 x 1017 watt yang mencapai atmosfer
diserap oleh lautan.
Selain itu, air laut juga menerima energi panas
yang berasal dari panas bumi, yaitu magma
yang berasal dari bawah laut. Pemanasan dari
permukaan air di daerah tropikal mengakibatkan
permukaaan air laut memiliki suhu kira-kira 27 30oC. Bilamana air permukaan yang hangat ini
dipakai dalam kombinasi dengan air yang lebih
dingin (5-7oC) pada kedalaman 500 - 600 meter,
maka suatu sumber energi panas yang relatif
besar akan tersedia.
Gambar 2. Atlas Potensi Energi Gelombang Laut Wilayah Indonesia dengan tinggi
gelombang lebih besar 2 meter (Firdaus dkk., 2011)
Atlas Potensi Energi Laut ; Harkins Prabowo
69
Topik Utama
Sumber energi panas yang berasal dari air
hangat di permukaan laut akan bertukar dengan
air dingin di laut dalam yang menyebabkan air
laut bersirkulasi dari dasar ke permukaan.
Sirkulasi air laut inilah yang dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan energi
listrik sesuai dengan Siklus Rankine. Syarat
konversi energi panas laut memerlukan
perbedaan temperatur antara permukaan yang
hangat dengan air laut dalam yang dingin,
minimal sebesar 77 derajat Fahrenheit (25°C)
agar bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.Jika
potensi
OTEC
dapat
diimplementasikan dan dimanfaatkan dengan
cost effective dan dalam skala yang besar,
maka OTEC dapat digunakan sebagai sumber
energi terbarukan.
Pada atlas (Gambar 3) menunjukkan lokasi
potensi OTEC di Indonesia pada jarak 12 mil
laut dari garis pantai dengan kedalaman laut
efektif sekitar 1.000 meter. Lokasi potensi OTEC
di Indonesia diperkirakan sepanjang kurang
lebih 17.000 km.
3. KESIMPULAN
a. Potensi energi laut yang dapat
dikembangkan di Indonesia adalah arus laut,
gelombang laut, dan termal laut (OTEC),
khusus untuk energi arus laut telah dilakukan
validasi oleh Puslitbang Geologi Kelautan,
Badan Litbang ESDM terhadap hasil
pemodelan potensi energi arus laut.
b. Perhitungan potensi energi laut yang telah
dikembangkan adalah potensi secara
teoritis, teknis, dan praktis. Hasil perhitungan
menunjukkan total potensi energi laut
nasional secara teoritis sebesar 727GW,
secara teknis sebesar 76,5 GW, dan secara
praktis sebesar 49 GW. Hasil perhitungan
tersebut perlu pengkajian yang lebih
komprehensif untuk validitas metodologi
yang digunakan.
c. Untuk perencanaan dalam rangka
percepatan,
pengembangan,
dan
pemanfaatan energi laut perlu dibuat suatu
road map pengembangan energi laut
nasional lintas sektoral. Road map tersebut
diharapkan menjadi acuan siapa melakukan
apa.
Gambar 3. Atlas Potensi Energi Konversi Termal Laut/OTEC (Puslitbang Geologi
Kelautan - Asosiasi Energi Laut Indonesia, 2011)
70
M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012
Topik Utama
DAFTAR PUSTAKA
Erwandi dan D.Y. Nugroho, 2011, Data
Pemodelan Arus, Asosiasi Energi Laut
Indonesia (ASELI), Jakarta
Firdaus, A. M., Suratno, E. Prasetyo, 2011, Data
Pemodelan Gelombang Laut, Asosiasi
Energi Laut Indonesia (ASELI), Jakarta
http://www.esdm.go.id/news-archives/323energi-baru-dan-terbarukan/4755-potensienergi-laut-nasional-telah-diratifikasi.html
Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL), 200620012. Data Survei Penelitian Arus Laut di:
Selat Lombok & Selat Alas (2006), Selat
Toyopakeh (2007), Selat Larantuka (2008),
Selat Nusapenida (2009), Selat Pantar
(2010), Selat Molo (2011), dan Selat Boleng
(2012), Bandung
Atlas Potensi Energi Laut ; Harkins Prabowo
Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) - Asosiasi
Energi laut Indonesia (ASELI), 2011, Peta
Potensi Energi Arus Laut Indonesia,
Bandung
Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) - Asosiasi
Energi laut Indonesia (ASELI), 2011, Peta
Potensi Energi Gelombang Laut Indonesia,
Bandung
Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) - Asosiasi
Energi laut Indonesia (ASELI), 2011, Peta
Potensi Konversi Energi Termal Laut
Indonesia, Bandung
Roinn Cumarsaids, Mara agus Acmhainni
Nadura, 2005, Ocean Energy in Ireland,
Department of Communications, Marine and
Natural Resources
71
Download