1 meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama islam melalui

advertisement
M. Thoha
1
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
TOGETHER
M. Thoha
Sekolah Dasar Negeri Kembangbahu I
UPT Dinas Pendidikan Kec. Kembangbahu
Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah (1) memperbaiki cara belajar PAI dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif learnning together dan (2) meningkatkan
motivasi belajar siswa yang nantinya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.
Penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri Kembangbahu I dengan jumlah siswa 10
siswa pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Tindakan yang dilakukan yaitu
berupa 2 siklus dengan cara menerapkan metode kooperatif learnning together dalam
pembelajaran PAI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pembelajran
kooperatif learnning together dan model pembelajaran kooperatif learnning together
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa serta hasil belajarnya sehingga secara
tidak langsung kualitas pembelajaran PAI di SD Negeri Kembangbahu I, Kecamatan
Kembangbahu, Kabupaten Lamongan meningkat. Ditunjukkan pada siklus I nilai ratarata 61,5 dan meningkat pada siklus II menjadi 83. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa prestasi belajar PAI melalui pembelajaran kooperatif learning together pada
siswa kelas IV SD Negeri Kembangbahu I, Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran
2015/2016 meningkat.
Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, learnning together, prestasi belajar
Abstract: The purposes of the study were (1) improving the way of learning Islamic
Education by implementing cooperative learning together and (2) enhancing the
students' motivation then can increase the quality of students’ learning. The study was
conducted in the fourth grade at the first state elementary school of Kembangbahu by
the number of students were 10 in the second semester of the 2015/2016 academic year.
It took two cycles by implementing the cooperative learning together in learning Islamic
education. The conclusion of this research was the implementation of cooperative
learning together and cooperative learning together model effect on students’
motivation and their learning achievement thus indirectly the quality of learning
Islamic education at the first state elementary school of Kembangbahu, District
Kembangbahu, Lamongan increased. Shown in the first cycle of the average value of
61.5 and increased in the second cycle became 83. Thus it can be said that the learning
achievement of Islamic education through cooperative learning together in the fourth
graders of the first state elementary school of Kembangbahu, District Kembangbahu,
Lamongan in the academic year of 2015/2016 increased.
Keywords: cooperative learning model, learning together, learning achievement
2
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
PENDAHULUAN
Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang menekankan adanya
kerja sama antar siswa dalam koopertaif
siswa
belajar
bersama,
saling
menyumbangkan pikiran dan tanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar
secara individu maupun kelompok.
Adanya tanggung jawab ini mendorong
siswa untuk belajar lebih aktif mengingat
selain berpengaruh terhadap pencapaian
hasil belajar individu juga akan
berpengaruh terhadap motivasi belajar
kelompok.
Ada beberapa model atau tipe
dalam pembelajaran kooperatiof, salah
satunya adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Learnning Together yang
mengandung unsur kerja sama dalam
kelompok belajar, siswa belajar bersama
dalam kelompok untuk mendapatkan
prestasi kerja. Siswa dibagi dalam
beberapa kelompok yang anggotanya
heterogen baik prestasi akademik
maupun
karateristiknya.
Dalam
kelompok mereka belajar bersama untuk
memahami materi dan memecahkan
masalah yang ada pada materi pelajaran
sehingga dapat mendapatkan prestasi
uang lebih baik.
Tugas
guru
dalam
proses
pembelajaran
adalah
menciptakan
suasana yang dapat menjadikan siswa
sebagai subyek belajar jadi berkembang
secara dinamis. Penciptaan suasana ini
dapat menunjang terselenggaranya proses
pembelajaran yang efektif. Guru tidak
cukup hanya memberikan pengertian atau
penjelasan fakta-fakta tanpa suatu saat
siswa mengalaminya sendiri masalah
yang sedang dipelajari, mengingat belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah
laku hasil dari pengalaman, jika yang
dikehendaki siswa terampil dalam
sesuatu, maka siswa tersebut harus
melatih diri dengan mendapatkan
bimbingan dari guru.
Agar siswa dapat mengerti dan
memahami materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru dengan benar,
maka guru harus berusaha semaksimal
mungkin untuk mencari strategi atau
pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan dipelajari
maupun dengan tingkat perkembangan
siswa. Hal ini penting karena proses
pembelajaran juga akan berpengaruh
terhadap prestasi yang diperoleh siswa.
Salah satu kriteria seorang guru dapat
mengajar dengan efektif dan efisien
adalah perlu menguasai beberapa
pendekatan dalam pembelajaran yang
sesuai dengan materi, kondisi siswa dan
tujuan pembelajaran.
Saat ini dikembangkan strategi
pembelajaran alternatif yang banyak
melibatkan siswa secara efektif selama
pembelajaran, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar siswa. Salah satu alternatif
strategi pembelajaran tersebut adalah
strategi pembelajaran kooperatif.
Setelah dilakukan observasi di kelas
IV SDN Kembangbahu I Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan
diperoleh informasi bahwa pembelajaran
yang diterapkan pada pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
adalah
pembelajaran konvensional yaitu dengan
metode ceramah, dengan harapan siswa
dapat memperoleh informasi materi
pelajaran
dengan
benar.
Dengan
penerapan metode tersebut, prestasi
belajar siswa masih relative rendah yaitu
rata-rata 55% hal itu terbukti pada hasil
ulangan
semester.
Dengan
memperhatikan
standar
ketuntasan
belajar pada kurikulum 2006 maka
metode tersebut kurang sesuai jika
diterapkan
dalam
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Dari uraian di atas, peneliti berniat
untuk menerapakan sebuah strategi
pembelajaran yaitu berupa strategi
pembelajaran
kooperatif
Learning
M. Thoha
Together,
pada
mata
pelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam pokok
bahasan menceritakan kisah nabi.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prestasi belajar PAI
dengan
model
pembelajaran
kooperatif learning together pada
siswa kelas IV di SD Negeri
Kembangbahu
I,
Kecamatan
Kembangbahu, Kabupaten Lamongan
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif learnning
together.
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa
SD
Negeri
Kembangbahu
I,
Kecamatan
Kembangbahu,
Kabupaten Lamongan yang nantinya
dapat meningkatkan kualitas belajar
siswa.
Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau mahkluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu, berubah tingkah laku atau
tanggapan
yang
disebabkan
oleh
pengalaman (KBBI, 1996:14).
Sependapat dengan pernyataan
tersebut
Soetomo
(1993:68)
mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah proses pengelolahan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan
sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan
tingkah laku tertentu pula. Sedangkan
belajar adalah suatu proses yang
menyebabkan tingkah laku yang bukan
disebabkan oleh proses pertumbuhan
yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah,
berkembang daya pikir dan lain-lain
(Soetomo,1993:120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber pada suatu
lingkungan belajar.
3
Jadi pembelajaran adalah proses
yang disengaja yang menyebabkan siswa
belajar pada suatu lingkungan belajar
untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.
Pembelajaran kooperatif, berarti
bekerja sama untuk menyelesaikan suatu
tujuan. Dalam kegiatan kooperatif,
seseorang
mencari
hasil
yang
menguntungkan bagi dirinya dan
menguntungkan pula bagi seluruh
anggota kelompoknya. Menurut Sri
Anitah W (2008:3.7) menyatakan bahwa
belajar koopertif ialah belajar yang
menggunakan kelompok kecil sehingga
siswa
bekerja
bersama
untuk
memaksimalkan kegiatan belajarnya
sendiri juga anggota yang lain. Idenya
sangat
sederhana,
anggota
kelas
diorganisir ke dalam kelompok-kelompok
kecil setelah menerima pembelajaran dari
guru. Kemudian para siswa itu
mengerjakan tugas sampai semua
anggota
kelompok
berhasil
memahaminya.
Walaupun prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif tidak berubah,
namun setidaknya terdapat beberapa
variasi (pendekatan) dari model tersebut.
Beberapa variasi dalam pembelajaran
kooperatif, antara lain: student Teams
Achivement Division (STAD), Jigsaw,
Investigasi Kelompok (IK), Pendekatan
Strukturan, dan Learning Together.
Dalam penelitian ini, dipilih
pendekatan Learning Together sebagai
alternative
dalam
penerapan
pembelajaran kooperatif pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Pemilihan
pendekatan Learning Together ini
didasarkan pada “Penyelesaian Masalah”
yang
memungkinkan
dengan
diterapkannya pendekatan
Learning
Together tersebut siswa semakin aktif
dalam mengikuti pelajaran. Dalam
penerapan Learning Together, siswa
dibagi berkelompok dengan 4 anggota
kelompok belajara heterogen. Materi
4
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
pelajaran diberikan kepada siswa dalam
bentuk “soal Cerita” yang membutuhkan
suatu ketrampilan untuk memecahkan
masalah. Setiap anggota bertanggung
jawab untuk mempelajari soal yang
diberikan oleh guru.
Salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya.
Aktivitas belajar dengan kelompok
yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model Learning Together
memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung
Belajar kooperatif
Memiliki beragam model dan teknik
Memiliki stuktur, jumlah dan teknik tertentu
Mengaktifkan semua anggota kelompok untuk
berperan serta dalam penyelesaian tugas tertentu
Belajar koopertif menggalang potensi sosialisasi
di antara anggotanya
Model
pembelajaran
dengan
pendekatan kooperatif tipe Learning
Together diharapkan siswa mampu
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
kelompok, memberikan kesempatan pada
teman dalam satu kelompok untuk
mengekspresikan kemampuannya, dan
setiap anggota kelompok saling bekerja
sama dalam memahami suatu kegiatan
pembelajaran.
Dengan
demikian
pembelajaran akan berjalan dengan
efektif dan efisien.
Pada pembelajaran yang efektif dan
efesien biasanya disebut juga dengan
istilah (PAKEM) (Materi Pelatihan MBS,
2004:44)
1. Pembelajaran
merupakan
pengembangan
pengetahuan
,
ketrampilan, atau sikap baru pada saat
seseorang
berinteraksi
dengan
informasi
dan
lingkungan.
jawab, kerja sama, persaingan sehat antar
kelompok dalam ketertiban belajar.
Pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar
memperhatikan
dan
memahami mereka bekerja lebih baik
pada saat kerja kelompok dan pada saat
menyelesaikan soal-soal yang diberikan
oleh guru.
Perbedaan Belajar
Belajar Kelompok:
Koperatif
dengan
Belajar Kelompok
Hanya memiliki satu model, yaitu beberapa
siswa tergabung dalam satu kelmpok
Memiliki satu cara yaitu menyelesaikan
tugas tertentu bersama-sama
Menimbulkan gejala ketergantungan antara
anggota kelompok
Sangat bergantung dari niat baik setiap
anggota kelompok
Pembelajaran terjadi di sepanjang
waktu. Kita belajar sesuatu pada saat
berjalan-jalan melihat TV, berbicara
dengan orang lain, atau hanya sekedar
mengamati apa yang terjadi di sekitar
kita.
2. Aktif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus
menciptakan
suasana
yang
sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya,
mempertanyakan
dan
mengemukakan gagasan. Belajar
memang merupakan suatu proses
pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan.
Sehingga, jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar.
M. Thoha
3. Kreatif adalah proses kegiatan belajar
yang
beraneka
ragam
untuk
memenuhi
berbagai
tingkat
kemampuan siswa.
4. Efektif yang dimaksud adalah
kegiatan
proses
pembelajaran
menghasilkan apa yang harus
dikuasai oleh siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan pembelajaran yang harus
dicapai.
5. Menyenangkan
adalah
suasana
belajar mengajar yang membuat
perasaan siswa tidak merasa tertekan
sehingga memusatkan perhatiannya
secara penuh pada kegiatan belajar
dengan aman dan nyaman, sehingga
waktu terlewati tanpa terasa, yang
pada akhirnya materi dapat diterima.
6. Manfaat belajar Kooperatif Learning
Together
a. Meningkatkan
hasil
belajar
mengajar
b. Meningkatkan kebutuhan antar
kelompok
c. Meningkatkan rasa percaya diri
dan motivasi belajar siswa
d. Menumbuhkan
realisasi
kebutuhan pembelajaran untuk
belajar berfikir
e. Memadukan dan menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan
f. Meningkatkan
perilaku
dan
kehadiran di kelas
g. Relatif murah karena tidak
memerlukan biaya khusus untuk
menerapkannya
7. Ketertiban Pembelajaran Kooperatif
Learning Together
a. Memerlukan waktu yang cukup
bagi siswa untuk bekerja sama
dalam tim
b. Memerlukan latihan agar siswa
terbiasa belajar dalam tim
c. Materi yang dipilh sesuai
dengan
metode
kooperatif
Learning Together
5
d. Memerlukan format penilaian
yang berbeda
e. Memerlukan
kemampuan
khusus bagi guru untuk
meengkaji
bebagai
teknik
belajar kooperatif
METODE PENELITIAN
Populasi
adalah
keseluruhan
subyek
penelitian
(Arikunto,
S.
2002:108). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa SDN Kembangbahu
I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten
Lamongan dengan jumlah 81 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto, S. 2008:
109). Dalam penelitian ini sample yang
dipakai ialah semua siswa kelas IV SD
Negeri, Kembangbahu I, Kecamatan
Kembangbahu, Kabupaten Lamongan,
tahun pelajaran 2015/2016. Dengan
jumlah siswa 10 anak.
Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi,
angket, dan tes. Adapun teknik analisis
data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Analisis lembar observasi kinerja
meliputi: presentase (%) rata-rata
kemunculan semua elemen untuk semua
kelompok. Data respons yang didapatkan
berdasarkan siswa yang menjawab Ya
dan Tidak. Data tersebut dijadikan dalam
bentuk persen (%) sesuai dengan jenis
pertanyaan.
Analisis
data
tes
menggunakan pre test dan post test hasil
belajar
siswa
dilakukan
dengan
mengetahui peningkatan kemampuan
kognitif belajar siswa akibat adanya
perlakuan dan ketuntasan belajarnya.
Rumus yang digunakan untuk mencari
nilai rata-rata pre tes dan pos tes.
Jadi, siswa individual dianggap
tuntas apabila daya serap/perolehan nilai
sama dengan atau lebih dari KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) atau SKM
(Standart Ketuntasan Minimal) yang
ditetapkan oleh sekolah masing-masing.
6
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Untuk
mengetahui
kondisi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
“Menceritakan Kisah Nabi” dilaksanakan
tes awal dan pemberian angket pada
siswa. Dari hasil angket dan tes awal
secara umum keadaannya menunjukkan :
1. Kurangnya pengetahuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal PAI tentang
materi Kisah Nabi
2. Kesulitan siswa untuk memahami
kalimat-kalimat dalam pembelajaran
Kisah Nabi yang telah diajarkan.
Dari tes awal diperoleh bahwa 10
siswa yang ikut tes, hanya 3 siswa yang
mendapatkan nilai di atas 65. dengan
demikian pengetahuan siswa tentang
materi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada materi Menceritakan Kisah
Nabi.
DESKRIPSI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus dan masing-masing siklus
terdiri
dari
4
kegiatan,
yaitu:
Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi/evaluasi.
SIKLUS I
Siklus pertama pada hari Kamis, 14
Januari 2016, yang diikuti 10 siswa.
Perencanaan
Perencanaan berisi kesiapan guru
dalam mengajarkan Pendidikan Agama
Islam di kelas yang akan diteliti.
Kegiatan ini berupa pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar
tes, dan lembar obsevasi guru dan murid.
Materi yang diberikan adalah Mengenal
Kisah Nabi. Sebelum pembelajaran,
siswa dibentuk dalam 2 kelompok.
Pelaksanaan
Pada waktu kegiatan pembelajaran,
setiap kelompok diberi (LKS) yang soalsoalnya berbentuk uraian tentang kisahkisah Nabi yang sedang mereka pelajari.
Setiap
kelompok
diminta
untuk
menyelesaikan secar kelompok. Guru
memberikan bimbingan jika terdapat
kelompok yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal. Setelah
selesai menyelesaikan hasil diskusinya.
Masing-masing
kelompok
bersaing
dengan kelompok yang lain agar
memperoleh nilai yang terbaik.
Pengamatan
Hasil
pengamatan
selama
pembelajaran dalam siklus ini sebagian
siswa terlihat bingung, karena masih
kurangnya
pemahaman
dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan
oleh guru. Tetapi terdapat kelompok yang
sangat antusias dalam pemecahkan
masalah tersebut, hanya saja masih
banyak yang malu dalam menyampaikan
hasil diskusinya kedepan, sehingga guru
masih banyak memberi arahan serta
mendominasi jalannya pelajaran. Hasil
angket
setelah
pembelajaran
menunjukkan bahwa siswa senang
pelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif model Learning Together,
siswa mengalami peningkatan dalam
kemampuan memecahkan masalah. Guru
membina masing-masing kelompok
sehingga motivasi siswa meningkat. Pada
siklus I diperoleh nilai-nilai rata-rata
sebesar 66,3 dengan prosentase 55%. Di
akhir pembelajaran guru membantu siswa
melakukan refleksi.
Aktivitas Guru
Hasil observasi selama melakukan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I
dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru
yang masuk dalam katagori Selalu
mencapai
46,66%
meliputi:
Menyampaikan tujuan Pembelajaran,
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya dan berdiskusi dalam
memahami
materi
pelajaran,
membimbing siswa dalam mengerjakan
tugas, mengklarifikasi materi pelajaran
M. Thoha
yang kurang jelas, memberikan contoh,
mendemonstrasikan materi, memberikan
penguatan
kepada
siswa
dalam
membantu siswa melakukan refleksi.
Sedangkan aktifitas guru yang tergolong
dalam katagori sering mencapai 40%
meliputi diantaranya: Menyampaikan
manfaat materi pelajaran, menyampaikan
materi dengan santai dan penuh
keakraban,
menyampaikan
meteri
pelajaran dengan menggunakan media,
menyampaikan materi pelajaran dengan
menggunakan
berbagai
metode
pembelajaran,
menggunakan
waktu
seefektif-efektifnya dengan berbagai cara
agar tujuan pembelajaran tercapai dan
memotivasi siswa dalam mengerjakan
tugas. Sedangkan aktifitas guru yang
tergolong
dalam
katagori
Jarang
mencapai
13,33%
diantaranya
:
Memberikan umpan balik kepada siswa
yang bertanya dengan mengolah kegiatan
belajar
mengajar
sesuai
dengan
pembelajaran strategi Metode Koopertif
Learning Together.
Aktivitas Siswa
Aktivitas yang dilakukan siswa
juga terdapat 3 katagori kemunculan
yaitu:sering, jarang dan tidak. Untuk
kemunculan Sering mencapai 46,66%
yang meliputi: mencatat hal-hal yang
penting ketika proses belajar mengajar
berlangsung, termotivasi dengan adanya
metode kooperatif learning together,
serius bekerja bila diberi tugas,
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
memahami materi dengan metode
kooperatif learning together mudah
dipahami/dikuasai
siswa,
siswa
mengerjakan tugas dan merefleksi materi
pelajaran. Untuk kemunculan Jarang
mencapai
26,66%
meliputi:
memperhatikan materi pembelajaran
yang sedang disampaikan oleh guru,
berbisik-bisik
pada
waktu
guru
menjelaskan, merasa senang dengan
metode kooperatif learning together
dalam penyelesaian soal dan siswa
konsentrasi dalam menerima materi.
Untuk katagori Tidak pernah mencapai
26,66% diantaranya meliputi: serius
mengajukan pertanyaan, melakukan
kegiatan diskusi dengan guru atau siswa
lain, melakukan kegiatan diskusi dalam
mengerjakan tugas dan aktif umpan balik
pada proses belajar mengajar (PBM).
Tes Kemampuan Siswa
Kegiatan evaluasi dilaksanakan
setelah
berakhirnya
pembelajaran.
Setelah proses belajr berakhir siswa
diminta untuk mengerjakan soal, hasil
evaluasi siswa pada siklus I dapat diliha
pada table berikut:
Table 1 Hasil Tes Siklus I
No. Urut
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
60
50
70
60
65
70
60
60
70
50
615
7
Keterangan
T
TT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3
√
7
8
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
Pada daftar hasil nila di atas tercatat
jumlah nilai adalah 615 dari 10 siswa,
maka nilai rata-rata tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
M = ∑FX
N
M = 615 = 61,5%
10
Keterangan :
M
= Nilai rata-rata
∑FX = Jumlah nilai siswa
N
= Jumlah siswa
Dari data tersebut dapat diketahui
jumlah skor siswa satu kelas adalah 615
dan nilai rata-rata siswa kelas IV SD
Negeri Kembangbahu I, Kecamatan
Kembangbahu, Kabupaten Lamongan
dengan Kooperatif Learning Together
adalah 61,5%. Nilai tes putaran pertama I
ini masih kurang baik, untuk itu perlu
adanya perbaikan putaran berikutnya.
Refleksi/evaluasi
Dalam mengerjakan tes, waktu
untuk mengerjakan sangat terbatas.
Sehingga dalam mengerjakan soal, siswa
terlalu tergesa-gesa dan kurang cermat,
banyak yang salah. Ini disampaikan
peneliti, bahwa waktu untuk mengerjakan
tes hendaknya waktunya ditambah
supaya siswa lebih berkonsentrasi dalam
mengerjakan tugas.
Hasil tes dan observasi yang
dilakukan pada putaran I menunjukkan
belum optimal. Hasil refleksi penelitian
ini sebagai berikut:
(a) Siswa belum terbiasa dengan model
pembelajaran seperti ini karena guru
sebelumnya lebih dominant jalannya
pembelajaran.
(b) Penyediaan waktu terlalu singkat.
Sehingga dalam mengerjakan tugas
terlalu tergesa-gesa dan kurang
cermat, sehingga banyak yang salah.
(c) Siswa kurang berdiskusi dengan
guru.
Berdasarkan hasil temuan-temuan,
observasi dan penilaian pada siklus I,
belum membawa perolehan hasil belajar
kooperatif, maka siklus II merupakan
lanjutan dari siklus I. hal-hal yang
ditemukan pada siklus I diperbaiki pada
siklus II.
Siklus II
Siklus II dilakukan pada hari
Kamis,11 Pebruari 2016 pada jam ketiga
dan keempat, yang diikuti 10 siswa
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Perencanaan
Beberapa hal yang direncanakan
guru untuk menyelesaikan masalah pada
siklus I ialah (a) guru akan berusaha lebih
Demokratis,
memberikan
banyak
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengambil inisiatif, menemukan fakta,
dan lebih sabar memperhatikan dan
mencermati rumusan konsep oleh siswa.
(b) Guru akan berusaha memberikan
umpan balik keepada siswa yang
bertanya. (c) Guru akan berusaha
menciptakan suasana kelas yang tertib.
Dan (f) Guru akan membiasakan
pengelolahan kegiatan belajar mengajar
dengan model pembelajaran kooperatif
learning together.
Implementasi dan Observasi
Guru
mengawali
kegiatan
pembelajaran
dengan
memberikan
apersepsi berupa bertanya kepada siswa
tentang materi pertemuan lalu. Dari
pertanyaan itu tersebut, terlihat sebagian
besar siswa sudah ada yang ingat, tetapi
masih memerlukan pancingan dari guru.
Kemudian guru dan siswa memasuki
materi selanjutnya. Proses pembelajaran
pada siklus II ini masih sama dengan
proses pembelajaran pada siklus I.
Berdasarkan hasil analisa data yang
dilaksanakan pada siklus II, secara umum
menunjukkan adanya peningkatan, siswa
lebih antusias, siswa tidak malu serta
canggung saat maju kedepan. Untuk
M. Thoha
kelancaran guru masih memberikan
arahan. Keaktifan siswa meningkat,
sehingga waktu diskusi mereka lebih
aktif. Hasil observasi menunjukkan
bahwa siswa senang pengajaran dengan
menggunakan
pembelajaran
model
kooperatif Learning Together. Hasil
evaluasi yang diberikan menunjukkan
adanya peningkatan dari siklus I.
perolehan siklus II adalah rata-rata 85%.
Aktivitas Guru
Aktifitas guru yang termasuk dalam
katagori Sering mencapai 80% yang
meliputi
:
menyampaikan
tujuan
pembelajaran, menyampaikan manfaat
materi pelajaran, menyampaikan materi
dengan santai dan penuh keakraban,
menyampaikan materi pelajaran dengan
menggunakan
berbagai
model
pembelajaran,
menggunakan
waktu
seefektif-efektinya dengan berbagai cara
agar tujuan pembelajaran tercapai,
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya dan berdiskusi dalam
memahami
materi
pelajaran,
membimbing siswa dalam mengerjakan
tugas,
memotivasi
siswa
dalam
mengerjakan
tugas,
mengklarifikasi
materi pelajaran yang kurang jelas,
memberikan penguatan kepada siswa dan
membentu siswa melakukan refleksi.
Sedangkan yang masuk dalam katagori
Sering mencapai 20% diantaranya
meliputi: memberikan umpan balik
kepada siswa yang bertanya dan
mengelolah kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan pembalajaran Kooperatif
Learning Together.
Aktivitas Siswa
Aktifitas kegiatan siswa pada siklus
II, juga dapat dibagi menjadi tiga
kemunculan, yaitu sering, jarang, dan
tidak. Aktifitas siswa yang tergolong
dalam kategori “sering” mencapai
66,66%
diantaranya
yaitu:
memperhatikan materi pembelajaran
yang sedang disampaikan oleh guru,
mencatat hal-hal yang penting ketika
proses
belajar
mengajar
(PBM)
berlangsung, merasa senang dengan
metode Koopertaif Learning Together,
serius bekerja bila diberi tugas,
mengkonstruksi pengetauhannya sendiri,
berbicara dengan metode Koopertaif
Learning Together mudah atau sulit
dipahami/dikuasai
siswa,
siswa
mengerjakan tugas, siswa konsentrasi
dalam
menerima
materi
dan
merefleksikan
materi
pelajaran.
Sedangkan yang termasuk dalam katagori
Jarang mencapai 26,66% diantaranya
yaitu: sering mengajukan pertanyaan,
melakukan kegiatan diskusi dengan guru
atau siswa lain, melakukan kegiatan
diskusi dalam mengerjakan tugas dan
aktif umpan balik pada proses belajar
mengajar (PBM). Untuk kemunculan
Tidak terdapat 6,66% dari jumlah semua
elemen yang ada dan aktifitasnya juga
sangat mencolok turunnya yaitu berbisikbisik pada waktu guru menjelaskan
menjadi tidak ada.
Tes Kemampuan Siswa
Table 2
Hasil tes Siklus II
No. Urut
Skor
1
2
3
4
5
6
85
60
85
85
85
90
9
Keterangan
T
√
TT
√
√
√
√
√
10
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
7
8
9
10
Jumlah
90
85
85
80
830
Pada daftar hasil nilai siklus II di
atas tercatat jumlah nilai adalah 830 dari
10 siswa, maka nilai rata-rata tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
M = ∑FX
N
M = 830 = 83%
10
Keterangan :
M
= Nilai rata-rata
∑FX = Jumlah nilai siswa
N
= Jumlah siswa
Jadi, dari data tersebut dapat
diketahui jumlah skor siswa kelas adalah
830 dan nilai rata-rata siswa kelas IV SD
Negeri Kembangbahu I, Kecamatan
Kembangbahu, Kabupaten Lamongan
dengan Kooperatif Learning Together
adalah 83%. Nilai tes siklus II ini
menunjukkan hasil yang baik.
Refleksi
Dari uraian pada implementasi dan
evaluasi, peneliti mempertimbangkan
hasil atau dampak penelitian ini. Refleksi
merupakan pemahaman ulang atau
perenungan terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan.
Hasil tes dan observasi yang
dilakukan pada siklus II menunjukkan
adanya peningkatan baik pemahaman
maupun
aktivitas
siswa
terhadap
pembelajaran
penjumlahan
dan
pengurangan tiga bilangan. Siswa tampak
semakin memberikan respon positif
terhadap model pembelajaran ini.
Dengan srtategi pembelajaran yang
bervariasi ditambah motivasi dan suasana
pembelajaran yang santai ternyata
mampu menumbuhkan keberanian dan
kemampuan siswa dalam menuangkan
ide-idenya lewat tulisan yang kreatif.
√
√
√
√
9
1
Meskipun peningkatan ini belum
maksimal,
tetapi
sudah
cukup
membuktikan
bahwa
pembelajaran
Kooperatif
Learning
Together
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kualitas pembelajaran di SD Negeri
Kembangbahu I, hal ini dikarenakan
penerapan pembelajaran Kooperatif
Learning Together mampu meningkatkan
aktivitas, kreativitas, dan pemahaman
siswa terhadap pelajaran siswa menjadi
pemikir, kreatif dan mandiri. Semua itu
tidak terlepas dari kreativitas guru dalam
memotivasi dan memilih srtategi
pembelajaran yang tepat.
PEMBAHASAN
Analisis Aktivitas dalam Pembelajaran
Koopertif Learning Together
Hasil
analisis
menunjukkan
aktivitas guru dalam pembelajaran
Koopertif Learning Together tergolong
baik.
Langkah-langkah
guru
melaksanakan proses belajar mengajar
sudah sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran Koopertif
Learning
Together yang tepat adalah; (1) apersepsi
guru, (2) penggalian ide, (3) penerapan
ide dalam bentuk menulis hasil
pengamatan yang dilakukan siswa, (4)
mengevaluasi tulisan yang dibuat oleh
siswa.
Dari
hasil
analisis
data
menunjukkan bahwa dalam setiap
putaran kadar aktivitas guru dalam
pembelajaran
kooperatif
Learning
Together menunjukkan perubahan, yang
setiap putaran semakin baik.
Aktivitas guru membimbing dan
memotivasi siswa dalam mengerjakan
tugas/tes. Dalam hal ini guru berperan
sebagai
fasilitator,
pelatih,
dan
pembimbing akademis dalam mendorong
M. Thoha
melakukan kerja sama dalam belajar.
Pada
akhir
pembelajaran
guru
memberikan penguatan dan membantu
siswa merefleksikan hasil belajar waktu
ini.
Berdasarkan
karateristik
pembelajaran
Kooperatif
Learning
Together yang mengutamakan kebebasan
siswa dalam berkreasi, materi yang cocok
untuk kegiatan pembelajaran adalah
materi
yang
sesuai
keinginan,
pengalaman, dan pengetahuan siswa.
Guru berperan hanya sebatas fasilitator
dan
motivator
yang
memberikan
kegembiraan bagi siswa.
Analisis Kualitas Pembelajaran PAI
Kooperatif Learning Together
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kualitas pembelajaran di SD Negeri
Kembangbahu I. hal ini bias dilihat pada
hasil analisis data yang menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa dengan
penerapan Kooperatif Learning Together
menampakkan peningkatan yang baik,
karena
rata-rata
belajar
siswa
menunjukkan hasil yang baik. Hasil
belajar siswa pada siklus mengalami
perubahan, yaitu pada siklus I sebesar
61,5% dan pada siklus II sebesar 83%.
Jadi berdasakan analisis butir
angket di atas dapat dilihat bahwa
pembelajaran
dengan
menerapkan
metode
pembelajaran
Kooperatif
Learning Together mendapat tanggapan
yang positif. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa siswa merasa senang dan dapat
memahami materi yang diajarkan dengan
menggunakan
metode
Koopertiaf
Learning Together.
SIMPULAN
Setelah mengadakan evaluasi dan
pengamatan perkembangan siswa maka
peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam penyelesaian pembelajaran
PAI di kelas IV SD Negeri
11
Kembangbahu
I,
Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan
terdapat suatu proses penerapan
pembelajaran Kooperatif Learning
Together
2. Dalam
penggunaan
model
pembelajaran kooperatif Learning
Together pada pokok bahasan
Menceritakan Kisah Nabi di kelas IV
SD
Negeri
Kembangbahu
I
Kecamatan
Kembangbahu
berpengaruh
terhadap
motivasi
belajar siswa serta hasil belajarnya
sehingga secara tidak langsung
kualitas pembelajaran PAI di SD
Negeri Kembangbahu I Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan
menjadi meningkat.
Selain simpulan tersebut diatas
yang sekiranya perlu diketahui hasil dari
temuan-temuan pada Bab I sampai Bab
IV adalah :
1. Model
pembelajaran
kooperatif
Learning Together memberi suasana
yang menyenangkan dan merupakan
suatu bentuk yang motivator,
sehingga siswa lebih antusias dalam
mengikuti pelajaran.
2. Dengan aktifnya siswa dan suasana
yang menyenangkan dalam proses
pembelajaran, pemahaman siswa
terhadap materi soal cerita meningkat.
3. Dari hasil penelitian ini, pada siklus I
nilai rata-rata 61,5% dan meningkat
pada siklus II dengan nilai rata-rata
83%.
Dari hasil Penelitian Tindakan
Kelas
ini
ternyata
pembelajaran
kooperatif Learning Together dapat
meningkatkan motivasi siswa serta
kualitas pembelajaran di SD Negeri
Kembangbahu
I,
Kecamatan
Kembangbahu, Kabupaten Lamongan.
12
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri, W.Dkk. 2008. Strategi
Pembelajaran di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta, Andayani, 2008. Profesional
Pemantapan Kemampuan. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Anggoro,
M.toha.
2007
Metode
Penelitian. Jakarta: Universitas
Terbuka
Din Wahyudun, Supriadi Ishak Abduhak.
2007.
Pengantar
Pendidikan.
Jakarta : Universitas Terbuka.
http//www.tarmidji.wordpress.com/2008/
11/11/pembelajaran-aktif-kreatifefektif menyenangkan
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta : Ghalia Indonesia
Pendidikan Nasional, Departemen. 2007.
Model Penilaian Kelas. Surabaya :
LPMP (Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan) JATIM.
Sunarto. 2006. Matematika untuk Sekolah
Dasar Kelas V. Jakarta : Erlangga.
Soetomo, 1993. Psikologi Pendidikan,
Suatu Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Team Prima Pena,2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Gita
Media Perss
Wardhani, I G.A.K.2007. Teknik Menulis
Kary
Download