M. Thoha 1 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TOGETHER M. Thoha Sekolah Dasar Negeri Kembangbahu I UPT Dinas Pendidikan Kec. Kembangbahu Dinas Pendidikan Kab. Lamongan Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah (1) memperbaiki cara belajar PAI dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif learnning together dan (2) meningkatkan motivasi belajar siswa yang nantinya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri Kembangbahu I dengan jumlah siswa 10 siswa pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Tindakan yang dilakukan yaitu berupa 2 siklus dengan cara menerapkan metode kooperatif learnning together dalam pembelajaran PAI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pembelajran kooperatif learnning together dan model pembelajaran kooperatif learnning together berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa serta hasil belajarnya sehingga secara tidak langsung kualitas pembelajaran PAI di SD Negeri Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan meningkat. Ditunjukkan pada siklus I nilai ratarata 61,5 dan meningkat pada siklus II menjadi 83. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar PAI melalui pembelajaran kooperatif learning together pada siswa kelas IV SD Negeri Kembangbahu I, Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2015/2016 meningkat. Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, learnning together, prestasi belajar Abstract: The purposes of the study were (1) improving the way of learning Islamic Education by implementing cooperative learning together and (2) enhancing the students' motivation then can increase the quality of students’ learning. The study was conducted in the fourth grade at the first state elementary school of Kembangbahu by the number of students were 10 in the second semester of the 2015/2016 academic year. It took two cycles by implementing the cooperative learning together in learning Islamic education. The conclusion of this research was the implementation of cooperative learning together and cooperative learning together model effect on students’ motivation and their learning achievement thus indirectly the quality of learning Islamic education at the first state elementary school of Kembangbahu, District Kembangbahu, Lamongan increased. Shown in the first cycle of the average value of 61.5 and increased in the second cycle became 83. Thus it can be said that the learning achievement of Islamic education through cooperative learning together in the fourth graders of the first state elementary school of Kembangbahu, District Kembangbahu, Lamongan in the academic year of 2015/2016 increased. Keywords: cooperative learning model, learning together, learning achievement 2 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 PENDAHULUAN Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama antar siswa dalam koopertaif siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan tanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Adanya tanggung jawab ini mendorong siswa untuk belajar lebih aktif mengingat selain berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar individu juga akan berpengaruh terhadap motivasi belajar kelompok. Ada beberapa model atau tipe dalam pembelajaran kooperatiof, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Learnning Together yang mengandung unsur kerja sama dalam kelompok belajar, siswa belajar bersama dalam kelompok untuk mendapatkan prestasi kerja. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya heterogen baik prestasi akademik maupun karateristiknya. Dalam kelompok mereka belajar bersama untuk memahami materi dan memecahkan masalah yang ada pada materi pelajaran sehingga dapat mendapatkan prestasi uang lebih baik. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah menciptakan suasana yang dapat menjadikan siswa sebagai subyek belajar jadi berkembang secara dinamis. Penciptaan suasana ini dapat menunjang terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif. Guru tidak cukup hanya memberikan pengertian atau penjelasan fakta-fakta tanpa suatu saat siswa mengalaminya sendiri masalah yang sedang dipelajari, mengingat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman, jika yang dikehendaki siswa terampil dalam sesuatu, maka siswa tersebut harus melatih diri dengan mendapatkan bimbingan dari guru. Agar siswa dapat mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan benar, maka guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencari strategi atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari maupun dengan tingkat perkembangan siswa. Hal ini penting karena proses pembelajaran juga akan berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh siswa. Salah satu kriteria seorang guru dapat mengajar dengan efektif dan efisien adalah perlu menguasai beberapa pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi, kondisi siswa dan tujuan pembelajaran. Saat ini dikembangkan strategi pembelajaran alternatif yang banyak melibatkan siswa secara efektif selama pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Salah satu alternatif strategi pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran kooperatif. Setelah dilakukan observasi di kelas IV SDN Kembangbahu I Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah, dengan harapan siswa dapat memperoleh informasi materi pelajaran dengan benar. Dengan penerapan metode tersebut, prestasi belajar siswa masih relative rendah yaitu rata-rata 55% hal itu terbukti pada hasil ulangan semester. Dengan memperhatikan standar ketuntasan belajar pada kurikulum 2006 maka metode tersebut kurang sesuai jika diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari uraian di atas, peneliti berniat untuk menerapakan sebuah strategi pembelajaran yaitu berupa strategi pembelajaran kooperatif Learning M. Thoha Together, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pokok bahasan menceritakan kisah nabi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui prestasi belajar PAI dengan model pembelajaran kooperatif learning together pada siswa kelas IV di SD Negeri Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif learnning together. 2. Meningkatkan motivasi belajar siswa SD Negeri Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan yang nantinya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahkluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14). Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolahan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir dan lain-lain (Soetomo,1993:120). Pasal 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber pada suatu lingkungan belajar. 3 Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Pembelajaran kooperatif, berarti bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan. Dalam kegiatan kooperatif, seseorang mencari hasil yang menguntungkan bagi dirinya dan menguntungkan pula bagi seluruh anggota kelompoknya. Menurut Sri Anitah W (2008:3.7) menyatakan bahwa belajar koopertif ialah belajar yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisir ke dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya. Walaupun prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun setidaknya terdapat beberapa variasi (pendekatan) dari model tersebut. Beberapa variasi dalam pembelajaran kooperatif, antara lain: student Teams Achivement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (IK), Pendekatan Strukturan, dan Learning Together. Dalam penelitian ini, dipilih pendekatan Learning Together sebagai alternative dalam penerapan pembelajaran kooperatif pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pemilihan pendekatan Learning Together ini didasarkan pada “Penyelesaian Masalah” yang memungkinkan dengan diterapkannya pendekatan Learning Together tersebut siswa semakin aktif dalam mengikuti pelajaran. Dalam penerapan Learning Together, siswa dibagi berkelompok dengan 4 anggota kelompok belajara heterogen. Materi 4 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk “soal Cerita” yang membutuhkan suatu ketrampilan untuk memecahkan masalah. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari soal yang diberikan oleh guru. Salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya. Aktivitas belajar dengan kelompok yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Learning Together memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung Belajar kooperatif Memiliki beragam model dan teknik Memiliki stuktur, jumlah dan teknik tertentu Mengaktifkan semua anggota kelompok untuk berperan serta dalam penyelesaian tugas tertentu Belajar koopertif menggalang potensi sosialisasi di antara anggotanya Model pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Learning Together diharapkan siswa mampu bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, memberikan kesempatan pada teman dalam satu kelompok untuk mengekspresikan kemampuannya, dan setiap anggota kelompok saling bekerja sama dalam memahami suatu kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan efisien. Pada pembelajaran yang efektif dan efesien biasanya disebut juga dengan istilah (PAKEM) (Materi Pelatihan MBS, 2004:44) 1. Pembelajaran merupakan pengembangan pengetahuan , ketrampilan, atau sikap baru pada saat seseorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. jawab, kerja sama, persaingan sehat antar kelompok dalam ketertiban belajar. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami mereka bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Perbedaan Belajar Belajar Kelompok: Koperatif dengan Belajar Kelompok Hanya memiliki satu model, yaitu beberapa siswa tergabung dalam satu kelmpok Memiliki satu cara yaitu menyelesaikan tugas tertentu bersama-sama Menimbulkan gejala ketergantungan antara anggota kelompok Sangat bergantung dari niat baik setiap anggota kelompok Pembelajaran terjadi di sepanjang waktu. Kita belajar sesuatu pada saat berjalan-jalan melihat TV, berbicara dengan orang lain, atau hanya sekedar mengamati apa yang terjadi di sekitar kita. 2. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. M. Thoha 3. Kreatif adalah proses kegiatan belajar yang beraneka ragam untuk memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. 4. Efektif yang dimaksud adalah kegiatan proses pembelajaran menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. 5. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang membuat perasaan siswa tidak merasa tertekan sehingga memusatkan perhatiannya secara penuh pada kegiatan belajar dengan aman dan nyaman, sehingga waktu terlewati tanpa terasa, yang pada akhirnya materi dapat diterima. 6. Manfaat belajar Kooperatif Learning Together a. Meningkatkan hasil belajar mengajar b. Meningkatkan kebutuhan antar kelompok c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan pembelajaran untuk belajar berfikir e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas g. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya 7. Ketertiban Pembelajaran Kooperatif Learning Together a. Memerlukan waktu yang cukup bagi siswa untuk bekerja sama dalam tim b. Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim c. Materi yang dipilh sesuai dengan metode kooperatif Learning Together 5 d. Memerlukan format penilaian yang berbeda e. Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk meengkaji bebagai teknik belajar kooperatif METODE PENELITIAN Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, S. 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SDN Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan dengan jumlah 81 siswa. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, S. 2008: 109). Dalam penelitian ini sample yang dipakai ialah semua siswa kelas IV SD Negeri, Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan, tahun pelajaran 2015/2016. Dengan jumlah siswa 10 anak. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, angket, dan tes. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: Analisis lembar observasi kinerja meliputi: presentase (%) rata-rata kemunculan semua elemen untuk semua kelompok. Data respons yang didapatkan berdasarkan siswa yang menjawab Ya dan Tidak. Data tersebut dijadikan dalam bentuk persen (%) sesuai dengan jenis pertanyaan. Analisis data tes menggunakan pre test dan post test hasil belajar siswa dilakukan dengan mengetahui peningkatan kemampuan kognitif belajar siswa akibat adanya perlakuan dan ketuntasan belajarnya. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai rata-rata pre tes dan pos tes. Jadi, siswa individual dianggap tuntas apabila daya serap/perolehan nilai sama dengan atau lebih dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau SKM (Standart Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah masing-masing. 6 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam “Menceritakan Kisah Nabi” dilaksanakan tes awal dan pemberian angket pada siswa. Dari hasil angket dan tes awal secara umum keadaannya menunjukkan : 1. Kurangnya pengetahuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal PAI tentang materi Kisah Nabi 2. Kesulitan siswa untuk memahami kalimat-kalimat dalam pembelajaran Kisah Nabi yang telah diajarkan. Dari tes awal diperoleh bahwa 10 siswa yang ikut tes, hanya 3 siswa yang mendapatkan nilai di atas 65. dengan demikian pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Menceritakan Kisah Nabi. DESKRIPSI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4 kegiatan, yaitu: Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi/evaluasi. SIKLUS I Siklus pertama pada hari Kamis, 14 Januari 2016, yang diikuti 10 siswa. Perencanaan Perencanaan berisi kesiapan guru dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam di kelas yang akan diteliti. Kegiatan ini berupa pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar tes, dan lembar obsevasi guru dan murid. Materi yang diberikan adalah Mengenal Kisah Nabi. Sebelum pembelajaran, siswa dibentuk dalam 2 kelompok. Pelaksanaan Pada waktu kegiatan pembelajaran, setiap kelompok diberi (LKS) yang soalsoalnya berbentuk uraian tentang kisahkisah Nabi yang sedang mereka pelajari. Setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan secar kelompok. Guru memberikan bimbingan jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Setelah selesai menyelesaikan hasil diskusinya. Masing-masing kelompok bersaing dengan kelompok yang lain agar memperoleh nilai yang terbaik. Pengamatan Hasil pengamatan selama pembelajaran dalam siklus ini sebagian siswa terlihat bingung, karena masih kurangnya pemahaman dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Tetapi terdapat kelompok yang sangat antusias dalam pemecahkan masalah tersebut, hanya saja masih banyak yang malu dalam menyampaikan hasil diskusinya kedepan, sehingga guru masih banyak memberi arahan serta mendominasi jalannya pelajaran. Hasil angket setelah pembelajaran menunjukkan bahwa siswa senang pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif model Learning Together, siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah. Guru membina masing-masing kelompok sehingga motivasi siswa meningkat. Pada siklus I diperoleh nilai-nilai rata-rata sebesar 66,3 dengan prosentase 55%. Di akhir pembelajaran guru membantu siswa melakukan refleksi. Aktivitas Guru Hasil observasi selama melakukan kegiatan belajar mengajar pada siklus I dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru yang masuk dalam katagori Selalu mencapai 46,66% meliputi: Menyampaikan tujuan Pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi dalam memahami materi pelajaran, membimbing siswa dalam mengerjakan tugas, mengklarifikasi materi pelajaran M. Thoha yang kurang jelas, memberikan contoh, mendemonstrasikan materi, memberikan penguatan kepada siswa dalam membantu siswa melakukan refleksi. Sedangkan aktifitas guru yang tergolong dalam katagori sering mencapai 40% meliputi diantaranya: Menyampaikan manfaat materi pelajaran, menyampaikan materi dengan santai dan penuh keakraban, menyampaikan meteri pelajaran dengan menggunakan media, menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran, menggunakan waktu seefektif-efektifnya dengan berbagai cara agar tujuan pembelajaran tercapai dan memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas. Sedangkan aktifitas guru yang tergolong dalam katagori Jarang mencapai 13,33% diantaranya : Memberikan umpan balik kepada siswa yang bertanya dengan mengolah kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pembelajaran strategi Metode Koopertif Learning Together. Aktivitas Siswa Aktivitas yang dilakukan siswa juga terdapat 3 katagori kemunculan yaitu:sering, jarang dan tidak. Untuk kemunculan Sering mencapai 46,66% yang meliputi: mencatat hal-hal yang penting ketika proses belajar mengajar berlangsung, termotivasi dengan adanya metode kooperatif learning together, serius bekerja bila diberi tugas, mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memahami materi dengan metode kooperatif learning together mudah dipahami/dikuasai siswa, siswa mengerjakan tugas dan merefleksi materi pelajaran. Untuk kemunculan Jarang mencapai 26,66% meliputi: memperhatikan materi pembelajaran yang sedang disampaikan oleh guru, berbisik-bisik pada waktu guru menjelaskan, merasa senang dengan metode kooperatif learning together dalam penyelesaian soal dan siswa konsentrasi dalam menerima materi. Untuk katagori Tidak pernah mencapai 26,66% diantaranya meliputi: serius mengajukan pertanyaan, melakukan kegiatan diskusi dengan guru atau siswa lain, melakukan kegiatan diskusi dalam mengerjakan tugas dan aktif umpan balik pada proses belajar mengajar (PBM). Tes Kemampuan Siswa Kegiatan evaluasi dilaksanakan setelah berakhirnya pembelajaran. Setelah proses belajr berakhir siswa diminta untuk mengerjakan soal, hasil evaluasi siswa pada siklus I dapat diliha pada table berikut: Table 1 Hasil Tes Siklus I No. Urut Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah 60 50 70 60 65 70 60 60 70 50 615 7 Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3 √ 7 8 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 Pada daftar hasil nila di atas tercatat jumlah nilai adalah 615 dari 10 siswa, maka nilai rata-rata tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: M = ∑FX N M = 615 = 61,5% 10 Keterangan : M = Nilai rata-rata ∑FX = Jumlah nilai siswa N = Jumlah siswa Dari data tersebut dapat diketahui jumlah skor siswa satu kelas adalah 615 dan nilai rata-rata siswa kelas IV SD Negeri Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan dengan Kooperatif Learning Together adalah 61,5%. Nilai tes putaran pertama I ini masih kurang baik, untuk itu perlu adanya perbaikan putaran berikutnya. Refleksi/evaluasi Dalam mengerjakan tes, waktu untuk mengerjakan sangat terbatas. Sehingga dalam mengerjakan soal, siswa terlalu tergesa-gesa dan kurang cermat, banyak yang salah. Ini disampaikan peneliti, bahwa waktu untuk mengerjakan tes hendaknya waktunya ditambah supaya siswa lebih berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas. Hasil tes dan observasi yang dilakukan pada putaran I menunjukkan belum optimal. Hasil refleksi penelitian ini sebagai berikut: (a) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini karena guru sebelumnya lebih dominant jalannya pembelajaran. (b) Penyediaan waktu terlalu singkat. Sehingga dalam mengerjakan tugas terlalu tergesa-gesa dan kurang cermat, sehingga banyak yang salah. (c) Siswa kurang berdiskusi dengan guru. Berdasarkan hasil temuan-temuan, observasi dan penilaian pada siklus I, belum membawa perolehan hasil belajar kooperatif, maka siklus II merupakan lanjutan dari siklus I. hal-hal yang ditemukan pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Siklus II Siklus II dilakukan pada hari Kamis,11 Pebruari 2016 pada jam ketiga dan keempat, yang diikuti 10 siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut: Perencanaan Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan masalah pada siklus I ialah (a) guru akan berusaha lebih Demokratis, memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengambil inisiatif, menemukan fakta, dan lebih sabar memperhatikan dan mencermati rumusan konsep oleh siswa. (b) Guru akan berusaha memberikan umpan balik keepada siswa yang bertanya. (c) Guru akan berusaha menciptakan suasana kelas yang tertib. Dan (f) Guru akan membiasakan pengelolahan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif learning together. Implementasi dan Observasi Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberikan apersepsi berupa bertanya kepada siswa tentang materi pertemuan lalu. Dari pertanyaan itu tersebut, terlihat sebagian besar siswa sudah ada yang ingat, tetapi masih memerlukan pancingan dari guru. Kemudian guru dan siswa memasuki materi selanjutnya. Proses pembelajaran pada siklus II ini masih sama dengan proses pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan hasil analisa data yang dilaksanakan pada siklus II, secara umum menunjukkan adanya peningkatan, siswa lebih antusias, siswa tidak malu serta canggung saat maju kedepan. Untuk M. Thoha kelancaran guru masih memberikan arahan. Keaktifan siswa meningkat, sehingga waktu diskusi mereka lebih aktif. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa senang pengajaran dengan menggunakan pembelajaran model kooperatif Learning Together. Hasil evaluasi yang diberikan menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I. perolehan siklus II adalah rata-rata 85%. Aktivitas Guru Aktifitas guru yang termasuk dalam katagori Sering mencapai 80% yang meliputi : menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan manfaat materi pelajaran, menyampaikan materi dengan santai dan penuh keakraban, menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran, menggunakan waktu seefektif-efektinya dengan berbagai cara agar tujuan pembelajaran tercapai, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi dalam memahami materi pelajaran, membimbing siswa dalam mengerjakan tugas, memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas, mengklarifikasi materi pelajaran yang kurang jelas, memberikan penguatan kepada siswa dan membentu siswa melakukan refleksi. Sedangkan yang masuk dalam katagori Sering mencapai 20% diantaranya meliputi: memberikan umpan balik kepada siswa yang bertanya dan mengelolah kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pembalajaran Kooperatif Learning Together. Aktivitas Siswa Aktifitas kegiatan siswa pada siklus II, juga dapat dibagi menjadi tiga kemunculan, yaitu sering, jarang, dan tidak. Aktifitas siswa yang tergolong dalam kategori “sering” mencapai 66,66% diantaranya yaitu: memperhatikan materi pembelajaran yang sedang disampaikan oleh guru, mencatat hal-hal yang penting ketika proses belajar mengajar (PBM) berlangsung, merasa senang dengan metode Koopertaif Learning Together, serius bekerja bila diberi tugas, mengkonstruksi pengetauhannya sendiri, berbicara dengan metode Koopertaif Learning Together mudah atau sulit dipahami/dikuasai siswa, siswa mengerjakan tugas, siswa konsentrasi dalam menerima materi dan merefleksikan materi pelajaran. Sedangkan yang termasuk dalam katagori Jarang mencapai 26,66% diantaranya yaitu: sering mengajukan pertanyaan, melakukan kegiatan diskusi dengan guru atau siswa lain, melakukan kegiatan diskusi dalam mengerjakan tugas dan aktif umpan balik pada proses belajar mengajar (PBM). Untuk kemunculan Tidak terdapat 6,66% dari jumlah semua elemen yang ada dan aktifitasnya juga sangat mencolok turunnya yaitu berbisikbisik pada waktu guru menjelaskan menjadi tidak ada. Tes Kemampuan Siswa Table 2 Hasil tes Siklus II No. Urut Skor 1 2 3 4 5 6 85 60 85 85 85 90 9 Keterangan T √ TT √ √ √ √ √ 10 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 7 8 9 10 Jumlah 90 85 85 80 830 Pada daftar hasil nilai siklus II di atas tercatat jumlah nilai adalah 830 dari 10 siswa, maka nilai rata-rata tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: M = ∑FX N M = 830 = 83% 10 Keterangan : M = Nilai rata-rata ∑FX = Jumlah nilai siswa N = Jumlah siswa Jadi, dari data tersebut dapat diketahui jumlah skor siswa kelas adalah 830 dan nilai rata-rata siswa kelas IV SD Negeri Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan dengan Kooperatif Learning Together adalah 83%. Nilai tes siklus II ini menunjukkan hasil yang baik. Refleksi Dari uraian pada implementasi dan evaluasi, peneliti mempertimbangkan hasil atau dampak penelitian ini. Refleksi merupakan pemahaman ulang atau perenungan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil tes dan observasi yang dilakukan pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan baik pemahaman maupun aktivitas siswa terhadap pembelajaran penjumlahan dan pengurangan tiga bilangan. Siswa tampak semakin memberikan respon positif terhadap model pembelajaran ini. Dengan srtategi pembelajaran yang bervariasi ditambah motivasi dan suasana pembelajaran yang santai ternyata mampu menumbuhkan keberanian dan kemampuan siswa dalam menuangkan ide-idenya lewat tulisan yang kreatif. √ √ √ √ 9 1 Meskipun peningkatan ini belum maksimal, tetapi sudah cukup membuktikan bahwa pembelajaran Kooperatif Learning Together berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di SD Negeri Kembangbahu I, hal ini dikarenakan penerapan pembelajaran Kooperatif Learning Together mampu meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan pemahaman siswa terhadap pelajaran siswa menjadi pemikir, kreatif dan mandiri. Semua itu tidak terlepas dari kreativitas guru dalam memotivasi dan memilih srtategi pembelajaran yang tepat. PEMBAHASAN Analisis Aktivitas dalam Pembelajaran Koopertif Learning Together Hasil analisis menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran Koopertif Learning Together tergolong baik. Langkah-langkah guru melaksanakan proses belajar mengajar sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Koopertif Learning Together yang tepat adalah; (1) apersepsi guru, (2) penggalian ide, (3) penerapan ide dalam bentuk menulis hasil pengamatan yang dilakukan siswa, (4) mengevaluasi tulisan yang dibuat oleh siswa. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam setiap putaran kadar aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif Learning Together menunjukkan perubahan, yang setiap putaran semakin baik. Aktivitas guru membimbing dan memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas/tes. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator, pelatih, dan pembimbing akademis dalam mendorong M. Thoha melakukan kerja sama dalam belajar. Pada akhir pembelajaran guru memberikan penguatan dan membantu siswa merefleksikan hasil belajar waktu ini. Berdasarkan karateristik pembelajaran Kooperatif Learning Together yang mengutamakan kebebasan siswa dalam berkreasi, materi yang cocok untuk kegiatan pembelajaran adalah materi yang sesuai keinginan, pengalaman, dan pengetahuan siswa. Guru berperan hanya sebatas fasilitator dan motivator yang memberikan kegembiraan bagi siswa. Analisis Kualitas Pembelajaran PAI Kooperatif Learning Together berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di SD Negeri Kembangbahu I. hal ini bias dilihat pada hasil analisis data yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan Kooperatif Learning Together menampakkan peningkatan yang baik, karena rata-rata belajar siswa menunjukkan hasil yang baik. Hasil belajar siswa pada siklus mengalami perubahan, yaitu pada siklus I sebesar 61,5% dan pada siklus II sebesar 83%. Jadi berdasakan analisis butir angket di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Learning Together mendapat tanggapan yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dan dapat memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan metode Koopertiaf Learning Together. SIMPULAN Setelah mengadakan evaluasi dan pengamatan perkembangan siswa maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam penyelesaian pembelajaran PAI di kelas IV SD Negeri 11 Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan terdapat suatu proses penerapan pembelajaran Kooperatif Learning Together 2. Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif Learning Together pada pokok bahasan Menceritakan Kisah Nabi di kelas IV SD Negeri Kembangbahu I Kecamatan Kembangbahu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa serta hasil belajarnya sehingga secara tidak langsung kualitas pembelajaran PAI di SD Negeri Kembangbahu I Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan menjadi meningkat. Selain simpulan tersebut diatas yang sekiranya perlu diketahui hasil dari temuan-temuan pada Bab I sampai Bab IV adalah : 1. Model pembelajaran kooperatif Learning Together memberi suasana yang menyenangkan dan merupakan suatu bentuk yang motivator, sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. 2. Dengan aktifnya siswa dan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi soal cerita meningkat. 3. Dari hasil penelitian ini, pada siklus I nilai rata-rata 61,5% dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 83%. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas ini ternyata pembelajaran kooperatif Learning Together dapat meningkatkan motivasi siswa serta kualitas pembelajaran di SD Negeri Kembangbahu I, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan. 12 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 DAFTAR PUSTAKA Anitah, Sri, W.Dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta, Andayani, 2008. Profesional Pemantapan Kemampuan. Jakarta : Universitas Terbuka. Anggoro, M.toha. 2007 Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Din Wahyudun, Supriadi Ishak Abduhak. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka. http//www.tarmidji.wordpress.com/2008/ 11/11/pembelajaran-aktif-kreatifefektif menyenangkan Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Pendidikan Nasional, Departemen. 2007. Model Penilaian Kelas. Surabaya : LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) JATIM. Sunarto. 2006. Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta : Erlangga. Soetomo, 1993. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Team Prima Pena,2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gita Media Perss Wardhani, I G.A.K.2007. Teknik Menulis Kary