hubungan pengetahuan ibu tentang baby language dengan

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG BABY LANGUAGE DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN BAYI USIA 0-3 BULAN DI DESA KEMBANGBAHU
KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN
Dadang Kusbiantoro
…………......……….…… ……
. .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….
Bayi belum bisa mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena
itu komunikasi pada bayi lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal (menangis). Bayi
hanya bisa menangis untuk memenuhi kebutuhannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang baby language dengan pemenuhan kebutuhan bayi
usia 0-3 bulan. Desain penelitian ini adalah Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Metode
sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 29 ibu
di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner tertutup dan observasi. Setelah ditabulasi, data dianalisis menggunakan uji
Chi Square dengan tingkat signifikasi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar ibu yang memiliki bayi usia 0-3 bulan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang baby language. Hampir seluruhnya kebutuhan bayi 0-3
bulan terpenuhi. Dari uji statistik diperoleh hasil ada hubungan pengetahuan ibu tentang baby
language dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan di Desa Kembangbahu Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan dengan tingkat signifikasi 0,042 (p < 0,05). Melihat hasil
penelitian ini maka perlu adanya pengarahan kepada ibu agar memahami baby language sehingga
semua kebutuhan bayi akan terpenuhi.
Keyword : Pengetahuan Ibu Baby Language, Pemenuhan Kebutuhan Bayi.
PENDAHULUAN. …… .
… ….
Masa bayi merupakan masa yang
paling penting dalam kehidupan manusia.
Pada masa ini, bayi pertama kali
diperkenalkan dengan suasana yang sama
sekali
“baru”.
Bayi
belum
dapat
mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu,
komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal.
Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan
tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
mengekspresikannya dengan cara menangis.
Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat
merespons terhadap tingkah laku orang
dewasa yang berkomunikasi dengannya
secara non verbal, misalnya memberikan
sentuhan, mendekap, mendorong, dan
berbicara dengan lembut (Supartini, 2004).
Selama 3 hari pertama, bayi yang
normal masih lebih banyak yang tidur.
SURYA
Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk
tidur. Setelah 2 minggu bayi mulai mampu
melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan
orang lain, mulai dari berbalik, duduk,
merangkak dan lain sebagainya, menjelang
usia 7-8 bulan, perasaan atau emosi bayi
mulai muncul, walaupun rasio atau pikiran
belum berfungsi sama sekali. Pada usia 1214
bulan
bayi
mulai
mengenal
lingkungannya, baik lingkungan fisik
ataupun sosial. Secara bertahap, bayi mulai
memahami hubungan antar “kata” dengan
apa atau siapa saja yang ada di sekitarnya.
Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat
ekspresi
yang
disebut
“bahasa”
(Hesnerita,2011).
Komunikasi pada bayi yang
umumnya dapat dilakukan adalah dengan
melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan
tersebut sebagai alat komunikasi yang
efektif. Perkembangan komunikasi pada
39
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Baby Language Dengan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 Bulan
di Desa Kembangbahu Kecamatan KembangbahuKabupaten Lamongan
bayi dapat dimulai dengan kemampuan
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika
bayi di gerakan maka bayi akan berespons
untuk
membuat
suara-suara
yang
dikeluarkan oleh bayi (Hidayat, 2005).
Kedua aspek komunikasi, yaitu mengerti apa
yang dimaksud oleh orang lain dan
kemampuan mengkomunikasikan pikiran
serta perasaan diri sendiri kepada orang lain
sehingga dapat dimengerti, terasa sulit dan
tidak cepat dikuasai. Tetapi dasar-dasar
kedua aspek itu telah diletakkan selama
masa bayi, meskipun kemampuan untuk
mengerti biasanya lebih besar dari pada
kemampuan berbicara pada menjelang
berakhirnya masa bayi.
Berdasarkan pernyataan yang pernah
diungkap oleh Sheila Kitzingert (2005)
bahwa kebayakan ibu merasa terasingkan
dan kesepian ketika bayi banyak menangis.
Namun,
yang
mengejutkan
adalah
kemampuan para ibu mengendalikan diri
dengan baik. 38% dari para ibu itu sendirian
dalam menangani bayi yang sedang
menangis antara 8-12 jam sehari di hari
kerja, dan 34% lainnya 4-8 jam sehari. Jadi,
hampir tiga perempat dari mereka
menghabiskan sebagian besar hari-hari
mereka berdua dengan sang bayi yang
hampir tidak bisa berhenti menangis. Para
ibu sering kali putus asa mencoba satu dan
lain hal untuk menenangkan bayi selama
beberapa menit saja. 80% ibu dari bayi yang
paling banyak menangis mengalami depresi,
dibandingkan dengan 33% ibu dari bayi
yang jarang menangis. Mereka juga
mengungkapkan sangat ingin “melarikan
diri” dari bayinya: 57% ibu dari bayi yang
paling sering menangis, tapi juga 22% ibu
dari bayi yang jarang menangis.
Berdasarkan data survey awal
peneliti pada bulan September 2012
didapatkan data bahwa dari 10 orang tua
bayi usia 0-3 bulan, 7 orang tua (70%)
kurang mengetahui tentang tangisan bayi
atau bahasa bayi (baby language) dan 3
orang tua (30%) memiliki pengetahuan yang
cukup tentang tangisan bayi atau bahasa
bayi. Jadi dari data tersebut masih ada ibu
yang belum memahami bahasa bayi.
SURYA
Bayi rata-rata menangis selama 1-4
jam lamanya dalam sehari. Beberapa bayi
menangis lebih banyak dan berlebihan,
tetapi beberapa bayi menangis dalam jumlah
sedikit. Bayi yang menangis mencoba
memberitahu
sesuatu
pada
orang
disekitarnya. Hal yang sebaiknya tidak
dilakukan adalah mengajarkan bayi untuk
bersabar. Kenyataannya lebih cepat respon
terhadap tangisannya lebih baik, lebih
mudah untuk menenangkan bayi yang baru
saja menangis, sebelum tangisannya berubah
menjadi hisreris (Nee, Tekla S, 2009).
Mulai masa inilah bayi mulai belajar
mengenal bahasa dari sekitarnya. Tetapi ada
kemungkinan hambatan selama proses
komunikasi, karena melibatkan beberapa
komponen dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya: 1) Pendidikan, umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi dan
memiliki pengetahuan yang bagus sehingga
komunikasi dapat digunakan secara efektif.
2) Pengetahuan, merupakan proses belajar
dengan menggunakan panca indra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu
untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan. 3) Sikap dalam komunikasi
dapat mempengaruhi proses komunikasi
berjalan efektif atau tidak. 4) Usia Tumbuh
Kembang,
semakin
tinggi
usia
perkembangan anak kemampuan dalam
komunikasi
semakin
kompleks
dan
sempurna yang dapat dilihat dari bahasa
anak. 5) Status Kesehatan Anak, dalam
komunikasi membutuhkan kesiapan secara
fisik dan psikologis untuk mencapai
komunikasi yang efektif. 6) System sosial,
adalah budaya yang ada di masyarakat,
dimana setiap daerah memiliki budaya atau
cara komunikasi yang berbeda. 7)
Lingkungan yang baik atau tenang akan
memberikan dampak berhasilnya tujuan
komunikasi.
Bayi berusia 0-3 bulan di seluruh
dunia, ternyata memiliki bahasa bayi yang
sama. Bahasa tersebut ditemukan oleh
Priscilla Dunstan. Ada lima kata yang
dikenal
oleh
bahasa
bayi
untuk
berkomunikasi dengan orang dewasa yaitu
owh, neh, eh, eairh, dan heh. Sebaiknya,
40
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Baby Language Dengan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 Bulan
di Desa Kembangbahu Kecamatan KembangbahuKabupaten Lamongan
…
1. Data Umum
1) Karakteristik Responden
(1) Karakteristik
responden
berdasarkan umur
Tabel 1. Distribusi
frekuensi
karakteristik
responden berdasarkan umur di Desa
Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab.
Lamongan
para orang tua mendengar kata-kata yang di
ucapkan bayinya sebelum ia menangis
histeris karena tidak menginginkan apa yang
dimintanya. Tingkat toleransi para ayah
sering kali lebih rendah. Jika seorang bayi
tidak
berhenti
menangis,
mereka
menyerahkannya kembali kepada sang ibu
(36%), pergi dari tempat itu (27%), atau
mulai berteriak (12%).
Para
ibu
diharapkan
bisa
menyesuikan diri secara naluriah, tahu apa
yang harus dilakukan pada bayinya, dan
menomorduakan perasaannya sendiri demi
menjalankan kewajiban sebagai ibu yang
baik. Selain itu, mereka juga diharapkan
tahu bagaimana menimang dan menyusui
segera setelah melahirkan. Orang tua
biasanya menjadi lebih panik dulu, sehingga
tidak bisa bertindak dengan tepat dalam
memberikan pertolongan pada sang bayi.
Upaya yang bisa dilakukan oleh ibu saat
bayinya menangis yaitu bertindak atas
tangisan bayi (kata) yang dominan keluar,
mendengarkan bunyi secara spesifik dari
setiap katanya.
Dunstan baby language adalah suatu
sistem yang mempelajari arti tangisan bayi
usia 0-3 bulan. Sistem ini meliputi
pengenalan akan lima “bahasa tangisan”
yang digunakan para bayi sejak dilahirkan,
yaitu
bahasa
untuk
menyampaikan
kebutuhan akan; rasa lapar, mengantuk,
sendawa, rasa tidak nyaman, dan nyeri di
perutnya (dikutip dari Mother & baby
Indonesia, 2011)
HASIL .PENELITIAN
No. Umur
1.
< 20 tahun
2.
20 – 45 tahun
3.
> 45 tahun
Jumlah
Frekuensi
5
21
3
29 orang
Prosentase
17,2 %
72,5 %
10,3 %
100%
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa
sebagian besar ibu berusia antar 20 –45
tahun, dan sebagian kecil ibu berusia lebih
dari 45 tahun.
(2) Karakteristik
responden
berdasarkan pendidikan
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan pendidikan di
Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu
Kab. Lamongan
No. Pendidikan
1.
SD/sederajat
2.
SMP/sederajat
3.
SMA/sederajat
4.
PT
Jumlah
Frekuensi
3 orang
11 orang
9 orang
6 orang
29 orang
Prosentase
10,3 %
38,0 %
31,0 %
20,7 %
100%
Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini hampir sebagian ibu
berpendidikan SMA, dan sebagian kecil ibu
berpendidikan SD
(3) Karakteristik
responden
berdasarkan pekerjaan
METODE PENELITIAN.…
… .…
Desain penelitian dalam penelitian
ini adalah menggunakan metode analitik
yaitu mencari keterkaitan antara dua
variabel, pendekatannya cross sectional
yaitu jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran atau observasi variabel
independen dan dependen hanya satu kali
pada satu saat (Nursalam,2003). Adapun
jumlah sampel sebanyak 29 ibu yang
memiliki bayi berusia 0-3 bulan.
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan di
Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu
Kab. Lamongan
No.
Pekerjaan
1.
Tidak bekerja
2.
Petani
3.
Wiraswasta
4.
PNS
Jumlah
Frekuensi
15 orang
3 orang
8 orang
3 orang
29 orang
%
51,8 %
10,3 %
27.6 %
10.3 %
100%
Dari tabel 3 dapat disimpulkan
sebagian besar ibu tidak bekerja atau murni
sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil
ibu bekerja sebagai PNS
SURYA
41
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Baby Language Dengan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 Bulan
di Desa Kembangbahu Kecamatan KembangbahuKabupaten Lamongan
(4) Karakteristik responden
berdasarkan umur
bayi
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik
responden bayi berdasarkan umur di
Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu
Kab. Lamongan
No. Umur Bayi
1.
0-30 hari
2.
31-60 hari
3
61-90 hari
Jumlah
Frekuensi
5
9
15
29 orang
Prosentase
17,2 %
31,0 %
51,8 %
100%
2) Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia
0-3 bulan di desa Kembangbahu,
Kecamatan
Kembangbahu
Kabupaten Lamongan
Tabel 7 Distribusi
frekuensi
Pemenuhan
Kebutuhan Bayi Usia 0 sampai 3
Bulan
di
Desa
Kembangbahu,
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan
No. Kebutuhan bayi
1.
Terpenuhi
2.
Tidak terpenuhi
Jumlah
Dari tabel 4 dapat dilihat dalam
penelitian ini sebagian besar bayi berusia
61-90 hari dan sebagaian kecil pasien
berusia 0-30 hari.
(5) Karakteristik responden bayi
berdasarkan jenis kelamin
Frekuensi
25
4
29 orang
%
86,2 %
13,8 %
100%
Dari tabel 7 dapat disimpulkan hampir
seluruhnya kebutuhan bayi terpenuhi dan
sebagian kecil kebutuhan bayi tidak
terpenuhi
Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik
responden bayi berdasarkan jenis
kelamin di Desa Kembangbahu Kec.
3) Pengetahuan ibu tentang baby
language
dengan
pemenuhan
kebutuhan bayi usia 0-3 bulan
Kembangbahu Kab. Lamongan
No. Paritas
1.
Laki-laki
2.
Perempuan
Jumlah
Frekuensi
15 orang
14 orang
29 orang
Tabel 8 Hubungan Pengetahuan ibu tentang
Prosentase
51,7 %
48,3 %
100%
baby language dengan pemenuhan
kebutuhan bayi usia 0-3 bulan di Desa
Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab.
Lamongan
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini sebagian besar bayi
berjenis kelamin laki-laki
2. Data Khusus
1) Pengetahuan
language
ibu
tentang
baby
Tabel 6 Distribusi frekuensi Pengetahuan
ibu tentang baby language di Desa
Kembangbahu
kecamatan
Kembangbahu
Kabupaten
Lamongan
No. Pengetahuan
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
Jumlah
Frekuensi
10 orang
15 orang
4 orang
29 orang
%
34,48 %
51,72 %
13,80 %
100%
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan yang cukup tentang
baby language dan sebagian kecil ibu
memiliki pengetahuan kurang tentang baby
language
SURYA
42
No
Pengeta
huan
1.
Kurang
2.
Cukup
3.
Baik
Jumlah
Kebutuhan bayi
Terpen
Tidak
uhi
terpenuhi
1
3
(25%)
(75%)
14
1
(93,3%)
(6,67%)
10
0
(100%)
(0%)
25
4
(86,21%
(13,79%)
)
Total
4
(100%)
15
(100%)
10
(100%)
29
(100%)
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa
sebagian (51,71%) ibu yang memiliki bayi
berusia 0-3 bulan mempunyai pengetahuan
cukup hampir seluruhnya kebutuhan bayi
terpenuhi dan sebagian kecil (13,80%) ibu
yang mempunyai pengetahuan kurang,
sebagian besar kebutuhan bayi tidak
terpenuhi.
Berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan SPSS for windows
versi 18,0 dan menggunakan uji statistik Chi
Square dengan hasil sebagai berikut p =
0,003 dimana p ≤0,05 sehingga H1 diterima
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Baby Language Dengan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 Bulan
di Desa Kembangbahu Kecamatan KembangbahuKabupaten Lamongan
artinya
terdapat
hubungan
antara
pengetahuan ibu dengan pemenuhan
kebutuhan bayi usia 0–3 bulan di Desa
Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan.
hampir setengahnya atau hampir sebagian
(38,0%) ibu berpendidikan SMP dan
sebagian kecil (10,3%) ibu berpendidikan
SD.
Hal berbeda dengan teori Soekidjo
Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa
semakin
tinggi
tingkat
pendididkan
seseorang semakin mudah menentukan
informasi
makin
banyakpengetahuan,
sehingga semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai baru yang
diperkenalkan. Selain umur, pendidikan,
pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukkan hampir
setengah responden (38,0%) ibu tidak
bekerja dan sebagian kecil (10,3%) ibu
bekerja sebagai petani dan PNS.
Menurut teori Hurlock (2002)
mengemukakan bahwa kesesuaian antara
pekerjaan dalam diri seseorang memberikan
kesan dan pengetahuan tersendiri (Arifah,
2011). Dengan seseorang bekerja maka
berpengaruh
terhadap
pengetahuan
seseorang karena ketika seseorang bekerja
maka terjadi kontak (sosialisasi) dengan
partner kerjanya sehingga dapat saling
berbagi wawasan dan pengetahuan baik
secara langsung maupun media seperti
media cetak atau elektronik. Peningkatan
pengetahuan
juga
dipengaruhi
oleh
lingkungan tempat dia bekerja dan
kesesuaian pekerjaan dengan keterampilan
yang di miliki oleh orang tua, dengan
adanya lingkungan kerja yang nyaman dan
kesesuaian antara keterampilan yang
dimiliki terhadap pekerjaan maka akan
memberikan kesan yang positif dan
pengetahuan yang baik khususnya tentang
baby language.
PEMBAHASAN .…
.…
Pengetahuan Ibu tentang Baby
language di Desa kembangbahu
Kecamatan
Kembangbahu
Kabupaten Lamongan
Hasil
penelitian
menunjukkan
sebagian besar (51,72%) ibu berpengetahuan
cukup dan sebagian kecil (13,80%) ibu
berpengetahuan
kurang.
Dalam
hal
cukupnya pengetahuan ibu tentang baby
language di pengaruhi oleh umur ibu.
Berdasarkan gambar tabel 1 tersebut di atas
dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (72,5)
ibu berada pada rentang usia 20-45 tahun
dan sebagian kecil (10,3 %) ibu berusia >
45 tahun. Semakin tua umur seseorang maka
proses perkembangan mentalnya bertambah
baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental
ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasan tahun. Walaupun pengetahuan itu
menjadi dominasi dalam berfikir positif,
maka pengalaman, pekerjaan, minat,
informasi dan kebudayaan tidak kala penting
dalam menambah pengetahuan seseorang.
Orang
tua
semakin
mempunyai
pengetahuan dan pengalaman diharapkan
kebutuhan bayinya terpenuhi.
Menurut teori Wasis (2008) bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah hal-hal
yang kita ketahui tentang kebenaran yang
ada di sekitar kita tanpa harus menguji
kebenarannya, didapat melalui pengamatan
yang lebih mendalam. Sedangkan menurut
Soekidjo Notoatmojo (2003) bahwa umur
adalah usia, lama waktu hidup. Dengan
bertambahnya umur atau tua kemampuan
kognitif, afektif dan perilaku seseorang
menjadi menurun. Dan pengetahuan tidak
hanya dipengaruhi oleh factor yang lain
yaitu pekerjaan, pendidikan, kebudayaan
dan informasi. Pada penelitian ini selain usia,
pendidikan juga perpengaruh terhadap
pengetahuan. Hal ini bisa dilihat bahwa
1)
SURYA
2)
Pemenuhan Kebutuhan Bayi Umur
0-3 Bulan Di Desa Kembangbahu
Kecamatan
Kembangbahu
Kabupaten Lamongan
Hasil
penelitian
menunjukkan
hampir
seluruh
responden
(86,2%)
kebutuhan bayi terpenuhi. Fakta tersebut
didukung oleh data pendidikan pada tabel 2.
Menunjukkan bahwa setengahnya atau
43
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Baby Language Dengan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 Bulan
di Desa Kembangbahu Kecamatan KembangbahuKabupaten Lamongan
hampir sebagian (38,0%) ibu berpendidikan
SMP dan sebagian kecil (10,3%) ibu
berpendidikan SD.
Semakin tinggi pendidikan maka
pengetahuan, keterampilan dan peran positif
akan meningkat pula, begitu juga sebaliknya.
Pendidikan juga berpengaruh dalam
pemberian informasi yang diberikan oleh
seseorang begitu pula pemberian informasi
pada orang tua. Orang tua yang pendidikan
dan pengetahuannya rendah kemungkinan
wawasan yang dimiliki sedikit sehingga
orang tua tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anak (bayi).
Menurut Soetjiningsih (2000) yang
dikutip dari Nursalam (2005), kebutuhan
dasar anak untuk tumbuh kembang optimal
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
asuh (kebutuhan fisik – biologis), asih
(kebutuhan kasih sayang – emosional) dan
asah (kebutuhan stimulasi). Sebagai orang
tua hendaklah mengerti dan memehami
kebutuhan yang diperlukan anak (bayi).
Karena pada masa ini diharapkan orang tua
mampu mencapai keseimbangan atau
homeostatis untuk memenuhi kebutuhan
anak (bayi) untuk mencapai tujuan berupa
kelangsungan
hidup,
perkembangan,
reproduksi serta keunggulan anak (bayi)
dalam segala aspek.
Menurut Muscari (2005) ada 5
kebutuhan bayi, antara lain: 1) Nutrisi
meliputi, sumber makanan awal antara lain :
air susu ibu adalah sumber makanan lengkap
yang paling disenangi selama 6 bulan
pertama. Air susu ibu secara gizi adalah
yang paling unggul, aman dari bakteri, dan
sedikit menyebabkan alergi, 2) Pola tidur
Kebanyakan bayi tidur saat sedang tidak
makan selama bulan pertama. Bayi tidur 9
sampai 11 jam di malam hari antara usia 3
dan 4 bulan, Ritual tidur harus dimulai pada
masa bayi yang mempersiapkan bayi tidur
dan mencegah masalah tidur dikemudian
hari, 3) Pola eliminasi biasanya berkembang
pada usia minggu kedua kehidupan dan
dikaitkan dengan frekuensi dan jumlah
pemberian makan. Konsistensi dan warna
feses tergantung pada apa yang bayi makan.
Pada semua bayi, perubahan kualitas
defekasi
bayi
sejalan
dengan
SURYA
diperkenalkannya makanan padat, 4)
Kebersihan kulit kebersihan kulit bayi perlu
benar-benar dijaga. Walaupun mandi dengan
membasahi seluruh tubuh tidak harus
dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian
seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu
dibersihkan secara teratur. Sebaiknya orang
tua maupun orang lain yang ingin
memegang bayi diharuskan cuci tangan
terlebih dahulu, 5) Keamanan Hal-hal yang
harus
diperhatikan
dalam
menjaga
keamanan bayi adalah dengan tetap
menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan
bayi tanpa ada yang menunggu. Lima
kebutuhan bayi ini harus terpenuhi, para
orang tua diharapkan bisa menyesuaikan diri
secara naluriah, tahu apa yang harus
dilakukan ketika kebutuhan pada anak (bayi)
tidak terpenuhi, karena bayi belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu,
komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal.
Pada saat lapar, haus, basah, mengantuk dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya
bisa mengekspresikan dengan cara menangis.
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat
dilakukan adalah dengan melalui gerakangerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat
komunikasi yang efektif.
Bayi berusia 0-3 bulan di seluruh
dunia, ternyata memiliki bahasa bayi yang
sama. Bahasa tersebut ditemukan oleh
Priscilla Dunstan. Ada lima kata yang
dikenal
oleh
bahasa
bayi
untuk
berkomunikasi dengan orang dewasa yaitu
owh (mengantuk), neh (sedang lapar), eh
(bersendawa), eairh (perut kembung), dan
heh (tidak nyaman atau reflek dari
rangsangan kulit). Sebaiknya, para orang tua
mendengar kata-kata yang di ucapkan
bayinya sebelum ia menangis histeris karena
tidak menginginkan apa yang dimintanya
(kebutuhannya tidak terpenuhi).
3)
Hubungan Pengetahuan orag tua
tentang baby language dengan
pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3
bulan
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa
sebagian (51,71%) orang tua yang memiliki
44
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Baby Language Dengan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 Bulan
di Desa Kembangbahu Kecamatan KembangbahuKabupaten Lamongan
bayi berusia 0-3 bulan
mempunyai
pengetahuan cukup hampir seluruhnya
kebutuhan bayi terpenuhi dan sebagian
kecil (13,80%) orang tua yang mempunyai
pengetahuan kurang, sebagian besar
kebutuhan bayi tidak terpenuhi.
Berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan SPSS for windows
versi 18,0 dan menggunakan uji statistik Chi
Square dengan hasil sebagai berikut p =
0,003 dimana p ≤0,05 sehingga H1 diterima
artinya
terdapat
hubungan
antara
pengetahuan ibu dengan pemenuhan
kebutuhan bayi usia 0 – 3 bulan. Seperti
yang kita ketahui domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu
(know),
memehami
(comprehention),
aplikasi (aplication), analisis (analysis),
sintesis (sintesis), evaluasi (evaluation).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa hampir
seluruh ibu bukan hanya sekedar tahu
bahkan memahami tangisan bayi atau baby
language
sehingga
ibu
mampu
mengaplikasikan apa yang dibutuhkan oleh
anak (bayi) sehingga kebutuhan anak (bayi)
dapat terpenuhi.
Jika pengetahuan orang tua kurang
terutama tentang tangisan bayi atau baby
language maka anak (bayi) akan menagis
histeris karena kebutuhan anak (bayi ) tidak
terpenuhi. Orang tua biasanya menjadi
panik dulu ketika anak (bayi) menangis,
sehingga orang tua tidak bisa bertindak
dengan
tepat
dalam
memberikan
pertolongan pada bayi. Oleh karena itu
usahakan para orang tua jangan panik dan
mulai melihat mimik bayi dan bunyi
tangisannya. Upaya yang bisa dilakukan
oleh orang tua ketika bayinya menangis
yaitu bertindak atas tangisan bayi (kata)
yang dominan keluar, mendengarkan bunyi
secara spesifik dari setiap katanya. Dan
sebaliknya jika pengetahuan orang tua
tentang tangisan bayi (baby language) baik
maka anak (bayi) akan jarang menagis dan
kebutuhan anak (bayi) dapat terpenuhi
sehingga pertumbuhan dan perkembangan
anak (bayi) wajar sesuai dengan umur anak
(bayi). Dan orang tua juga merasa percaya
diri dalam merawat (mengasuh) anak (bayi)
mereka sendiri, selain itu orang tua dapat
SURYA
melihat perkembangan dan pertumbuhan
anak (bayi) mereka.
Menurut teori Rogers tahun 1974
dikutip oleh Notoatmodjo Soekidjo (2003),
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan,
adapun proses perilaku diawali dengan
kesadaran atau Awareness yaitu dimana
orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus atau objek. Kemudian orang akan
merasa tertarik atau Interest terhadap
stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap
subjek sudah mulai timbul. Kemudian orang
tersebut akan menimbang-nimbang atau
Evaluation, terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik. Kemudian
timbulah mencoba atau Trial, dimana subjek
mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki. Proses
terakhir adalah adopsi atau Adoption, yaitu
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
Akan
tetapi
dari
penelitian
selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap
diatas. Apabila penerimaan perilaku baru
atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.
KESIMPULAN DAN SARAN.
…
1. Kesimpulan
1) Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan
cukup tentang baby language di desa
Kembangbahu kecamatan Kembangbahu
kabupaten Lamongan
2) Hampir seluruhnya kebutuhan bayi 0-3
bulan di desa Kembangbahu kecamatan
Kembangbahu kabupaten Lamongan
terpenuhi
45
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Baby Language Dengan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 Bulan
di Desa Kembangbahu Kecamatan KembangbahuKabupaten Lamongan
3) Terdapat hubungan antara pengetahuan
ibu tentang baby language dengan
pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3
bulan
di
desa
Kembangbahu
Diakses pada tanggal 01 Oktober
2012 jam 09.00 WIB
Mönks, F.J, A.M.P. Knoers, dan Siti Rahayu
Haditomo.
2006.
Psikologi
Perkembangan Pengantar Dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
kecamatan Kembangbahu kabupaten
Lamongan
2. Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan referensi mahasiswa serta
dapat dijadikan sebagai bahan pengelolaan
untuk memperkaya informasi tentang
pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan
melalui baby language khususnya untuk
Mata Kuliah Keperawatan Anak. Hendaknya
hasil penelitian ini dapat disosialisasikan
kepada para orang tua dan calon orang tua
sehingga mengetahui baby language dan
pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan.
Nee, Tekla S. 2009. Pengasuhan Anak Bayi
Tahun Pertama. Alih Bahasa: Sri
Mariyana. Jakarta: Arcan.
Nursalam. 2003. Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: EGC
. .
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC
. .
.DAFTAR PUSTAKA
.
Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia
(Teori
dan
Pengukurannya).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Herawati, Mansur. 2011. Psikologi Ibu Dan
Anak untuk Kebidanan. Salemba
Empat: Jakarta.
Hesnerita. 2011. Kebiasaan Bayi Ketika
Baru
Lahir
menyusu,
tidur, menangis.
http://ibudankeluarga.wordpress.co
m/2011/11/21/kebiasaan-bayiketika-baru-lahir-menyusu-tidurmenangis/. Diakses pada tanggal 01
Oktober 2012 jam 10.15 WIB
Hurlock, Elizabeth, 1997. Perkembangan
Anak, Jakarta : Erlangga.
Kitzinger, Sheila.
2005.
Memahami
Tangisan
Bayi.
http://books.google.co.id/books?id=
40Gf4tZtwncC&printsec=frontcover
&hl=id#v=onepage&q&f=false.
SURYA
46
Vol.03, No. XIII, Desember 2012
Download