PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit

advertisement
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah
Sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Undang-undang No. 44, 2009). Melihat tugas, fungsi, serta pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit, maka rumah sakit dituntut untuk dapat
menyelenggarakan serta meningkatkan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna atau menyeluruh yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat secara optimal dan prima. Salah satu upaya
untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yaitu dengan cara
menyelenggarakan sistem rekam medis sebagai bahan yang berguna untuk
analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang telah
diberikan.
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain kepada pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan. Manajemen
pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan adalah kegiatan menjaga,
memelihara dan melayani rekam medis baik secara manual maupun
elektronik sampai menyajikan informasi kesehatan di rumah sakit, praktik
dokter klinik, asuransi kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan dan lainnya
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan menjaga rekaman
(Permenkes No. 55, 2013).Tujuan utama dari penyelenggaraan rekam medis
adalah dihasilkannya informasi kesehatan yang berkualitas, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan suatu kebijakan yang tepat. Perekam
medis
sebagai
salah
satu
profesi
yang
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan rekam medismenjadi pemegang peranan penting dalam
menghasilkan informasi kesehatan yang berkualitas. Perekam medis dituntut
untuk dapat menjalankan perannya dalam hal mengolah data, pengolahan
data menjadi informasi, dan penyajian informasi yang baik.
Berdasarkan Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang
semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Sistem informasi manajemen
rumah sakit sangat membantu manajemen rumah sakit dalam pengambilan
keputusan dengan cepat dan tepat. Menurut Permenkes No. 1171 tahun
2011 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Sistem Informasi Rumah Sakit setiap
rumah sakit wajib melaksanakan sistem informasi rumah sakit. Menurut
Hatta (2011), sistem informasi yang pada mulanya hanya berorientasi pada
pelayanan mediknya saja lama-lama berkembang menjadi memperhitungkan
biaya produksi. Namun, tujuan utama dalam pelayanan kesehatan adalah
menghasilkan outcome yang menguntungkan bagi pasien, provider, dan
masyarakat. Informasi mengenai pelayanan kesehatan, baik dari seluruh
pengguna jasa pelayanan medis maupun seluruh individu dalam populasi
diperlukan sebagai sumber data untuk dapat menjawab pertanyaan
mengenai persamaan (equity), efisiensi (efficiency), dan mutu pelayanan
kesehatan (quality) (EEQ), sehingga manajemen informasi dan teknologinya
dalam banyak hal sangat diperlukan dalam manajemen klinis untuk
mendapatkan informasi yang benar dan akurat.
Menurut Rustiyanto (2010), Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua
pelayanan kesehatan (rumah sakit) disemua tingkatan administrasi yang
dapat memeberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen
(berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian
informasi, dan analisa) pelayanan rumah sakit. Sistem ini dirancang
untukmeningkatkan kinerja petugas, diantaranya dokter dan asisten
dokter,bidan dan perawat, staff administrasi dan personlia, apoteker,
logistik,dan top manajerial. Oleh karena itu sudah semestinya sistem
informasi yang ada membantu pekerjaan dari petugas lebih mudahdan lebih
cepat terselesaikan. Peran sistem informasi manajemen rumah sakit
(SIMRS) harus dimanfaatkan secara maksimal untuk membantu kelancaran
pelayanan. Dalam usaha memanfaatkan SIMRS secara optimal maka selalu
dilakukan pengembangan sistem sehingga akan memperkaya kemampuan
suatu sistem. Dengan begitu diharapkan terjadi kesesuaian antara
kebutuhan pengguna dengan kemampuan yang dimiliki sistem.
Sistem teknologi dan informasi dapat membantu suatu organisasi
untuk dapat melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih akurat,
berkualitas, dan tepat waktu, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas. Keberhasilan dalam menerapakan sistem informasi dapat
diketahui dengan melakukan penilaian terhadap sistem informasi yang telah
diterapkan (Tampai, 2012).
Menurut Davis (2006) sumber daya manusia memiliki peranan
penting untuk kemajuan rumah sakit, maka seluruh pegawai yang
ditugaskan harus dapat dikelola dan dibina agar mereka puas dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga mampu berkontribusi untuk kinerja
dan kemajuan rumah sakit. Kepuasan petugas terhadap sistem dapat dilihat
dari berbagai aspek dari sistem itu sendiri seperti dari segi isi, keakuratan,
format, waktu dan kemudahan pengguna dari sistem.
Rancangan pengembangan tahap pertama SIMRS di RSPAU dr. S.
Hardjolukito Yogyakarta dilaksanakan pada tahun 2012. Pada tahun 2014
SIMRS telah selesai dirancang dan diimplementasikan. Pengembangan
tahap pertama ini akan dilanjutkan dengan pelaksanaan pengembangan
tahap kedua. Menurut petugas rekam medis sistem masih sering berhenti
beroperasi secara mendadak, dalam satu minggu SIMRS bisa berhenti
beroperasi mendadak sebanyak dua kali dengan waktu kurang lebih 15
menit sehingga menggangu pekerjaan petugas rekam medis. Dalam SIMRS
masih ada item yang belum terdapat di dalam sistem sehingga petugas
harus melakukan double entry pada sistem yaitu pada aplikasi SEP (Surat
Eligibilitas
Peserta).
SEP
merupakan
surat
yang
digunakan
untuk
menunjukkan bahwa pasien tersebut merupakan pasien BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) dan tertanggung oleh BPJS. . Ketika pasien
rawat inap dipulangkan lalu kontrol di hari berikutnya petugas harus
memulangkan pasien terlebih dahulu agar bisa di buatkan SEP kontrol,
karena ketika pasien pulang tidak terdapat item pada SIMRS untuk
memulangkan pasien tersebut.
Dalam pelaksanaan SIMRS di RSPAU dr. S Hardjolukito Yogyakarta
peneliti tertarik melihat tingkat kepuasan petugas rekam medis terhadap
pelaksanaan SIMRS di RSPAU dr. S Hardjolukito Yogyakarta sebelum
pelaksanaan pengembangan SIMRS tahap kedua dilaksanakan. Dengan
penelitian ini dapat diketahui kekurangan dari SIMRS yang membuat
petugas rekam medis tidak puas dengan pelaksanaan SIMRS tahap satu
yang kemudian dapat dilakukan perbaikan. Penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam rangka
pengembangan SIMRS tahap kedua.
Download