KABUPATEN BONDOWOSO I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah Pemerintah Kabupaten Bondowoso berkedudukan di jalan Letnan Amir Kusman Nomor 2 Kelurahan Dabasah Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso. Luas wilayah Kabupaten Bondowoso mencapai 1.560,10 Km² atau sekitar 3,26% dari luas total Provinsi Jawa Timur, yang terbagi menjadi 23 Kecamatan, 209 Desa, 10 Kelurahan dan 1.133 Dusun. Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur Tabel I.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Bondowoso No. Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan Dusun 1. Maesan 12 0 62 2. Grujugan 11 0 41 3. Tamanan 9 0 43 4. Jambesari Darusholah 9 0 39 5. Pujer 11 0 65 6. Tlogosari 10 0 53 7. Sukosari 4 0 17 8. Sumber Wringin 6 0 56 9. Tapen 9 0 48 10. Wonosari 12 0 69 11. Tenggarang 11 1 48 12. Bondowoso 11 7 19 13. Curahdami 11 1 102 14. Binakal 8 0 33 15. Pakem 8 0 37 16. Wringin 13 0 76 17. Tegalampel 7 1 43 18. Taman Krocok 7 0 40 19. Klabang 11 0 47 20. Botolinggo 8 0 45 21. Sempol 6 0 32 22. Prajekan 7 0 37 23. Cermee 15 0 81 209 10 1.133 Jumlah Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012 Wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso yaitu : • Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten o dan Banyuwangi, • Sebelah selatan dengan Kabupaten Jember • Sebelah barat dengan K abupaten Situbondo dan Probolinggo. Kabupaten Bondowoso tidak berbatasan langsung dengan laut atau pantai, karena wilayah Kabupaten Bondowoso tidak memiliki laut. B. Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis, Kabupaten Bondowoso berada di wilayah bagian Timur Provinsi Jawa Timur dengan jarak kurang lebih 200 km dari 02 Ibu Kota Provinsi (Surabaya). Koordinat wilayah terletak antara 113°48’10” - 113°48’26” Bujur Timur dan antara 7°50’10” - 7°56’41” Lintang Selatan. Kabupaten Bondowoso meskipun berada di tengahtengah eks Karesidenan Besuki juga tidak terletak pada jalur yang menguntungkan karena tidak dilewati jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Wilayah Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalur utama Provinsi Jawa Timur bagian Utara (Banyuwangi - Situbondo Probolinggo - Pasuruan - Surabaya) dan jalur utama Provinsi Jawa Timur bagian Tengah (Banyuwangi - Jember - Lumajang - Probolinggo - Pasuruan -Surabaya). Kedua jalur tersebut memiliki daya dukung sumberdaya potensial bagi pengembangan ekonomi dan perdagangan. Dengan demikian, Kabupaten Bondowoso merupakan daerah tujuan yang hanya dilalui jalur Provinsi Bondowoso - Situbondo dan Bondowoso - Jember dan sebaliknya. Untuk mencapai Bondowoso dapat ditempuh melalui tiga pintu gerbang utama, yaitu Kecamatan Prajekan (dari Kabupaten Situbondo sebelah utara/timur), Kecamatan Maesan (dari Kabupaten Jember sebelah selatan) dan Kecamatan Wringin (dari Kabupaten Situbondo sebelah barat). Disamping itu juga dapat ditempuh lewat jalur alternatif Kecamatan Sempol (dari Kabupaten Banyuwangi) dan Kecamatan Tamanan (dari Kabupaten Jember). C. Topografi Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan yang bervariasi dengan 44,4% wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan dataran rendah, dan 24,9% merupakan dataran tinggi. Ditinjau dari ketinggiannya, Kabupaten Bondowoso rata – rata berada pada posisi 253 meter dpl Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur (diatas permukaan laut) dengan puncak tertinggi 3.287 meter dpl (kecamatan sempol dan Sukosari) dan terendah 73 meter dpl (Kecamatan Cermee dan Prajekan) lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%). Namun demikian, kondisi geologi wilayah Bondowoso secara khusus masih sangat jarang diteliti sehingga informasi yang lebih akurat perlu dikaji lebih mendalam. Tabel I.2 Tabel I.4 Jenis Tanah Kabupaten Bondowoso Keadaan Topografi Kabupaten Bondowoso No. Klasifikasi Lereng Luas Km2 % No. Jenis Tanah Luas Km2 % 1. Litosol 49,00 3,14% 1. Datar (0 – 2%) 190,83 12,23 2. Regosol 782,87 50,18% 2. Landai (2 – 15%) 568,17 36,42 3. Andosol 328,59 21,06% 3. Agak Curam (15 - 40%) 304,70 19,53 4. Gromosol 5,10 0,33% 4. Sangat Curam (>40%) 496,40 31,82 5. Mediteran 112,30 7,20% 1.560,10 100,00 6. Latosol 282,24 18,09% Jumlah 1.560,10 100,00 Jumlah Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012 Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012 Tabel I.3 Ketinggian Tempat Kabupaten Bondowoso No. Ketinggian E. Hidrologi Luas Km2 % 1. 0 – 100 meter 50,94 3,27 2. 100 – 500 meter 766,23 49,11 3. 500 – 1.000 meter 308,10 19,75 4. > 1.000 meter 434,83 27,87 1.560,10 100,00 Jumlah Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012 D. Geologi Berdasarkan tinjauan geologis, Kabupaten Bondowoso termasuk dalam rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktifitas gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent Volcanic Formation). Batuan penyusun utama terdiri dari batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung api kwarter muda 62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran dominan Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur Air tanah saat ini masih menjadi sumber utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat Bondowoso. Wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan Ijen yang terletak dibagian timur dan pegunungan Argopuro disebelah barat mengakibatkan kabupaten Bondowoso menjadi daerah cekungan, resapan dan tangkapan air sehingga ketersediaan sumber mata air cukup melimpah. Kondisi topografi, kekerasan batuan, struktur geologi, sejarah geologi dan geomorfologi suatu wilayah merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap pola aliran sungai yang berkembang pada suatu wilayah. Berdasarkan kondisi topografi diatas, wilayah Kabupaten Bondowoso dengan kemiringan yang relatif besar memungkinkan berkembangnya pola aliran sungai dendritik stadia muda, trelis dan sebagian kecil sub radial. Terdapat beberapa sungai atau sekitar 35 sungai yang mengaliri kabupaten Bonowoso. Sungai Sampean merupakan sungai utama yang melalui wilayah Kabupaten Bondowoso terletak memanjang hingga ± 61 km ke arah laut pantai utara melewati kabupaten Situbondo, selain itu juga terdapat sungai Deluang (30 km), sungai Bedadung (70 km) dan sungai Mrawan (32 km). Hampir seluruh wilayah perairan berada dalam koordinasi DAS Sampean. Terdapat 119 mata air biasa dan 3 sumber air panas yang tersebar di seluruh wilayah, yang sebagian besar sumber tersebut telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti air bersih, irigasi, perikanan dan pariwisata. F. Klimatologi Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang sejuk berkisar 20,40C – 25,90C dengan suhu rata-rata 25,70C, karena berada diantara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur 03 serta kaki pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar 6.475 mm/tahun dengan lama hujan 9 hari per bulan, dimana curah hujan minimum sebesar 1.622 mm terjadi pada bulan Juni dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari sebesar 13.102 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai Mei. Akan tetapi bulan April, September dan Oktober merupakan bulan peralihan musim, sehingga walaupun terjadi hujan tetapi relatif kecil. H. Penggunaan Lahan Pola penggunaan tanah untuk sawah beririgasi seluas 323,56 km2 atau 20,74% luas wilayah, luas lahan kering sebesar 432,77 km2 (27,74%), sehingga luas areal potensial yang sudah digunakan untuk kegiatan produktif dalam pengembangan pertanian seluas 756,33 km2 atau 48,48% dari luas wilayah Kabupaten Bondowoso, sementara seluas 558,05 km2 atau 35,77% merupakan kawasan hutan (hutan sejenis, semak belukar dan rimba). Rincian pola penggunaan lahan di Kabupaten Bondowoso tersaji dalam Tabel 5. Tabel I.5 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah (km2) Tahun 2011 No Jenis Penggunaan Luas (km2) % 1 Hutan 558,05 35,77 2 Lahan Kering (Tegal) 432,77 27,74 3 Sawah 323,56 20,74 4 Perkebunan 88,61 5,68 5 Permukiman 73,17 4,69 6 Tanah Tandus 33,23 2,13 7 Padang Rumput 31,83 2,04 8 Lain-Lain (lahan untuk industri, kebun campur, danau kolam, pertambangan, sungai dan jalan) 18,88 1,21 1,560,10 100,00 Jumlah Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012 Gambar I.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Km2) II. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH Pengelolaan kawasan wilayah Kabupaten Bondowoso secara terpadu sangatlah penting sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan dan perkembangan wilayah Kabupaten Bondowoso. Kabupaten Bondowoso memiliki beberapa kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan strategis atau kawasan yang dalam penanganannya perlu diprioritaskan. Kawasan tersebut memiliki potensi ekonomi yang besar dan diharapkan memberikan dukungan bagi pengembangan wilayah. Terdapat beberapa sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik wilayah dan analisis peluang ekonomi, antara lain : a. Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Bondowoso dan selaras terhadap arahan RTRW Provinsi Jawa Timur yaitu memberi perhatian lebih pada pengembangan sektor pertanian. Bahkan, melalui sektor pertanian ini telah memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Bondowoso. Untuk itu hubungan antara desa dengan kota dalam jalinan rural-urban linkage harus terjaga dalam mendukung pengembangan sektor pertanian. Dengan demikian, rencana pengembangan lahan pertanian diarahkan dengan memperhatikan daya dukung lahan yang sinergi dengan rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Bondowoso. Upaya pengembangan lahan sawah untuk ketahanan pangan dan penambahan luasan kawasan lindung dilakukan dengan mengurangi luasan lahan kering dan mengalihfungsikan lahan kering menjadi sawah irigasi teknis serta kawasan perkebunan atau hutan rakyat. Pengembangan lahan pertanian dilakukan dengan memperhatikan kecenderungan tingkat konsumsi penduduk ter- (Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012) 04 Potensi dan dan Produk Produk Unggulan Unggulan Jawa Jawa Timur Timur Potensi b. Sektor Perkebunan Kondisi geografis yang dominan perbukitan menjadikan kabupaten Bondowoso sangat potensial untuk pengembangan sektor perkebunan. Dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif, pengembangan sektor perkebunan bisa lebih semakin optimal melalui penanaman tanaman semusim dan tahunan. Perkebunan tanaman semusim disesuaikan dengan kondisi tanah, iklim dan curah hujan yang sesuai dengan jenis komoditas. Untuk perkebunan tanaman tahunan diarahkan untuk tanaman keras dengan perakaran kuat. Alokasi perkebunan tanaman tahunan ini terutama di kawasan yang berbatasan dengan kawasan lindung yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga. c. Sektor Perikanan Kondisi wilayah kabupaten Bondowoso yang tidak memiliki garis pantai menjadikan pengembangan kawasan pendukung budidaya perikanan air tawar sebagai fokus rencana pengembangan sektor perikanan. Pengembangan sektor perikanan diarahkan pada pengelolaan pembenihan hingga pasca panen beserta penyediaan fasilitas penunjang. memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya dan memberikan jaminan terhadap kelestarian lingkungan hidup, meliputi hutan produksi dan hutan rakyat di wilayah Kabupaten Bondowoso. Luasnya lahan kritis serta adanya potensi ancaman banjir dan longsor pada wilayah perbukitan yang cukup dominan di wilayah Bondowoso, mengharuskan adanya perhatian lebih terhadap penanganan kawasan hutan. Melalui pengelolaan yang optimal pada sektor kehutanan diharapkan akan berdampak terhadap berkurangnya lahan kritis sehingga hal ini juga mendukung pengembangan potensi yang besar di sektor pertanian. Peran serta masyarakat, baik melalui hutan rakyat maupun sistem tumpangsari pada pengelolaan hutan negara sangat mendukung keberhasilan pengembangan sektor kehutanan supaya lebih optimal. f. Sektor Pariwisata Kondisi wilayah yang masih alami menjadikan Kabupaten Bondowoso memiliki banyak potensi alam yang menarik untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Pengembangan pariwisata merupakan penunjang bagi pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Bondowoso. Dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat lokal, pengembangan pariwisata mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat melalui semakin meningkatnya aktifitas perekonomian secara lokal. Dalam pengelolaan kawasan pariwisata di kawasan lindung dan konservasi dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, mengingat sebagian besar obyek wisata yang ada berlokasi di sekitar kawasan hutan dan merupakan bagian dari kawasan konservasi. t hadap kebutuhan beras, tingkat produksi padi, serta kecukupan kebutuhan pangan dengan membandingkan tingkat produksi dan konsumsi. Air TerjunTancak Kembar d. Sektor Peternakan Hampir setiap kecamatan di Kabupaten Bondowoso memiliki komoditi ternak unggulan, sehingga pengembangan sektor peternakan dijadikan sebagai salah satu prioritas pembangunan sebagai strategi pendorong perekonomian wilayah. Peternakan yang dikembangkan masyarakat baik secara perorangan maupun kolektif merupakan embrio penentuan kawasan peternakan. Peningkatan usaha peternakan dilakukan dengan mengembangkan teknologi budidaya ternak dan usaha pengolahan hasil ternak. e. Sektor Kehutanan Pengembangan sektor kehutanan dimaksudkan sebagai upaya untuk Potensi Potensi dan dan Produk Produk Unggulan Unggulan Jawa Jawa Timur Timur 05 g. Sektor Perindustrian Pengembangan Kawasan Industri di Kabupaten Bondowoso dilakukan dengan senantiasa memperhatikan arahan RTRW Kabupaten Bondowoso, merupakan sebuah kebutuhan dalam pengembangan wilayah. Sektor industri sangat berperan dalam meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan penyerapan tenaga kerja. Pengembangan kawasan industri didasarkan pada aspek ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, permintaan pasar, infrastruktur dan perkembangan perekonomian regional. h. Sektor Pertambangan Salah satu sektor yang perlu dikembangkan secara optimal untuk mendukung perekonomian wilayah Kabupaten Bondowoso adalah sektor pertambangan. Sumberdaya alam yang telah dikelola dan perlu lebih dioptimalkan adalah tambang pasir, batu belah, batu poles, tras dan batu gamping. Potensi sumberdaya alam lainnya yang akan dikembangkan di masa mendatang adalah cadangan panas bumi. Dalam pengelolaan dan pengembangan potensi pertambangan perlu memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup sehingga keberadaan eksploitasi sumberdaya alam tersebut tidak memberikan dampak negatif yang sangat merugikan masyarakat. I. Sektor Perdagangan dan Jasa Pembangunan sarana pelayanan masyarakat atau fasilitas sosial (perkantoran, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, dsb) diarahkan dengan merujuk struktur tata ruang wilayah yang dituju dalam RTRW Kabupaten Bondowoso melalui rekomendasi perijinan. Pembangunan fasilitas pelayanan tersebut diprioritaskan sesuai urutan hirarki pelayanan (ordo kota) dan tingkat kerusakan. III. WILAYAH RAWAN BENCANA Kondisi wilayah yang sebagian besar terdiri dari perbukitan dan pegunungan menjadikan hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bondowoso berpotensi untuk terjadinya ancaman bencana alam seperti tanah longsor, banjir, angin puting beliung dan letusan gunung berapi. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana dan memini- 06 malisir besarnya kerugian yang ditimbulkan. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bondowoso ditetapkan sebagai berikut : a. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Meliputi kawasan di sekitar kawah gunung berapi Ijen dan Raung serta sepanjang alur sungai pembuangan air kawah/lahar. Daerah tersebut terdiri dari Kecamatan Sempol, Tlogosari, Sukosari dan Sumberwringin. b. Kawasan rawan banjir. Kawasan ini terletak di sepanjang aliran Sungai Sampean yang merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Bondowoso. Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso sebagian disebabkan dengan masih luasnya lahan kritis sehingga cenderung meningkatkan terjadinya erosi dan banjir bandang. c. Kawasan rawan bencana longsor dan gerakan tanah Kondisi topografi Kabupaten Bondowoso dengan kemiringan lereng melebihi 400 (31,82% dari luas wilayah keseluruhan) dengan kondisi jenis tanah atau struktur tanah relatif labil, merupakan kawasan berbahaya dan rawan longsor. Tingkat kemiringan, struktur tanah dan tingkat vegetasi berperan sebagai salah satu penyebab terjadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadangan air. Kondisi ini dapat dijumpai di hampir se- Potensi P Po ote tennssi da ddan dan an Pr P Produk rod oduukk U Unggulan nggguula ng lan Ja JJawa aJawa wa TTimur wa iim mur ur Potensi Produk Unggulan Timur d Angin Puyuh Puting Beliung) Puting beliung terjadi akibat perubahan tekanan udara yang menimbulkan terjadinya gerakan awan Cumulonimbus (Cb), terjadi sangat singkat dan tidak bisa diprediksi secara spesifik serta dapat berpindah/bergeser seusai dengan tekanan tinggi ke tekanan rendah dalam skala luas. Karakteristik wilayah Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan (50,76%) menyebabkan sering terjadinya perbedaan tekanan udara yang menyolok. Hal ini terbukti dengan terjadinya beberapa kejadian terjangan angin puting beliung di beberapa wilayah seperti Kecamatan Pakem, Wringin, Binakal, Cermee, Sukosari, Sumberwringin dan wilayah lainnya. Kondisi Kabupaten Bondowoso yang rawan bencana menjadikan sebuah upaya yang komprehensif sebagai langkah antisipatif meminimalis dampak bencana. Perlunya infrastruktur khusus daerah rawan bencana, menciptakan Potensi P otteens nsi dda dan an P Pr Produk roodduk rod duk uk U Unggulan nggguullaan ng an Ja JJawa awa wa TTimur imuurr im Po Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur peraturan bangunan, membatasi keleluasaan membangun, pengendalian pola pemanfaatan lahan pada daerah perbukitan dan pegunungan, dengan menyediakan ruang untuk evakuasi perlu dilakukan secara berkesinambungan dengan dukungan penuh dari masyarakat. IV. DEMOGRAFI PENDUDUK Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso dari hasil registrasi akhir tahun 2011 sebanyak 745.267 jiwa, terdiri dari 364.491 jiwa penduduk laki-laki dan 380.776 jiwa penduduk perempuan, meningkat sebesar 0,61% dari penduduk tahun 2010 sebanyak 740.737 jiwa. Angka sex ratio (perbandingan jenis kelamin) sebesar 95,72 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 96 penduduk laki-laki, dengan angka kepadatan penduduk mencapai 487 jiwa/km2 mengalami kenaikan bila dibanding dengan kepadatan tahun 2010 yaitu sebesar 475 jiwa/ km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di kecamatan Bondowoso sebesar 73.987 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.454 jiwa/km2 sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kecamatan Sempol sebesar 11.377 jiwa/km2 dengan kepadatan mencapai 113 jiwa/km2. t luruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Kawah Ijen 07 Tabel IV.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Bondowoso Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jumlah Maesan Grujugan Tamanan Jambesari DS Pujer Tlogosari Sukosari Sbr. Wringin Tapen Wonosari Tenggarang Bondowoso Curahdami Binakal Pakem Wringin Tegalampel Taman Krocok Klabang Botolinggo Sempol Prajekan Cermee 21.928 17.958 17.046 17.046 18.540 21.413 7.491 15.862 15.821 18.189 19.592 36.235 15.610 7.904 11.268 19.313 11.934 7.836 9.342 14.710 5.644 12.476 21.333 364.491 22.131 18.102 17.708 17.863 20.985 22.020 7.275 16.346 17.277 19.041 20.205 37.752 15.588 8.364 11.607 20.406 12.841 8.326 10.296 15.242 5.733 13.455 22.213 380.776 44.059 36.060 34.754 34.909 39.525 43.433 14.766 32.208 33.098 37.230 39.797 73.987 31.198 16.268 22.875 39.719 24.775 16.162 19.638 29.952 11.377 25.931 43.546 745.267 Rasio Sex 99,08 99,20 96,26 95,43 88,35 97,24 102,97 97,04 91,57 95,53 96,97 95,98 100,14 94,50 97,08 94,64 92,94 94,11 90,73 96,51 98,45 92,72 96,04 95,72 Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012 Tabel IV.2 Komposisi Jumlah Penduduk Kabupaten Bondowoso Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 (dalam jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 8. 35 – 39 9. 10. 11. 12. 13. 14. Jumlah 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 + No Laki-laki Perempuan Jumlah 27.024 30.609 30.975 26.274 25.322 28.696 27.991 26.046 29.130 28.916 25.334 26.213 31.020 29.966 53.070 59.739 59.891 51.608 51.535 59.716 57.957 Rasio Sex 103,75 105,08 107,12 103,71 96,60 92,51 93,41 30.673 28.632 26.376 24.063 18.793 14.490 24.573 30.468 29.624 27.051 23.864 17.840 17.403 37.901 61.141 58.256 53.427 47.927 36.633 31.893 62.474 100,67 96,65 97,50 100,83 105,34 83,26 64,83 364.491 380.776 745.267 95,72 Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012 08 Gambar IV.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bondowoso (Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012) Gambar IV.2. Perkembangan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bondowoso (Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012) Penduduk usia kerja diatas usia 15 tahun setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sebanyak 574.079 orang dari jumlah 564.640 orang pada tahun 2010. Angkatan kerja sebanyak 382.433 orang, dari angkatan kerja tersebut sebanyak 370.454 orang yang bekerja, sedangkan pengangguran terbuka mencapai 11.979 orang (2,08%), sebagaimana pada tabel berikut : Tabel IV.3 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2010 – 2011 No Rincian 1 Tahun 2010 2011 Usia Kerja 564.640 574.079 2 Angkatan Kerja 380.152 382.433 3 Bukan Angkatan Kerja 184.488 191.646 4 Bekerja 367.471 370.454 5 Pengangguran Terbuka 12.681 11.979 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, 2011 Masalah penyediaan lapangan kerja merupakan suatu masalah yang sangat kompleks dan sulit untuk diatasi dalam kurun waktu yang singkat. Banyak faktor yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, diantaranya (a) kualitas sumberdaya manusia belum memenuhi standar yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan yang tersedia dan (b) lapangan kerja yang tersedia lebih kecil daripada jumlah pencari kerja. PenyePotensi dan Produk Unggulan Jawa Timur diaan lapangan kerja merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Gambar IV.4. Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Lapangan Usaha Tabel IV.4 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2007-2011 Kondisi 2007 2008 2009 2010 2011 1. Pencari Kerja 10,339 2,569 7,683 3,476 2,978 2. Penempatan Kerja 1,032 433 1,524 1,638 1,835 3. Penghapusan Pencari Kerja 5,242 0 0 4. Belum Ditempatkan 4,065 2,166 6,159 1,838 1,143 5. Permintaan Lowongan 1,148 433 674 1,638 4,675 6. Dipenuhi 1,032 433 674 1,638 1,835 7. Penghapusan Lowongan 218 0 0 0 2,295 8. Sisa Lowongan 0 0 0 0 545 1,732 Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 20082012 Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Bondowoso tahun 2007-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Kualifikasi tingkat pendidikan pencari kerja di Kabupaten Bondowoso secara rerata antara tahun 2007-2011 masih didominasi oleh tamatan SD sebesar 67% dan tamatan SMA sebesar 19,12%. Sementara itu untuk tamatan SLTP hanya sebesar 7,85%, sedangkan tenaga kerja yang menamatkan pendidikan tinggi (akademi dan sarjana) hanya sebesar 6,05%. Kualifikasi dan jumlah pencari kerja disajikan dalam Gambar IV.3 dan berdasarkan lapangan usaha disajikan dalam Gambar IV.4. Gambar IV.3 Kualifikasi Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Tingkat Pendidikan (Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 20082012) Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur (Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012) Gambar IV.4 memperlihatkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang ada di Kabupaten Bondowoso terserap pada sektor angkutan dan pergudangan sebesar 34,78%, sedangkan sektor lain-lain sebesar 18,72%, jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebesar 18,32%, pertanian masih menyerap tenaga kerja sebesar 10,17%, industri pengolahan sebesar 5,92%, konstruksi dan bangunan sebesar 4,73%, perdagangan dana rumah makan sebesar 4,06%, pertambangan dan penggalian sebesar 3,28%; sedangkan sektor asuransi dan listrik, gas dan air minum belum secara signifikan menyerap tenaga kerja. Pergeseran perekonomian daerah dari sektor primer ke arah sektor sekunder dan tersier, berdampak pada pola pencaharian masyarakat yang beralih ke sektor sekunder, tetapi sebagian besar masih bekerja di sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk yang bekerja di sektor pertanian (60,00%), perdagangan (14,59%), industri (8,79%), jasa kemasyarakatan (7,71%), angkutan (4,94%), konstruksi (3,03%), pertambangan dan penggalian (0,51%), dan lainnya (0,43%). Secara rinci sebagaimana tabel beikut ini : t No. Tape Bondowoso 09 Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012 No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Pertanian 223.385 2 Industri 32.554 3 Perdagangan 53.923 4 Jasa Kemasyarakatan 28.568 5 Angkutan 18.518 6 Konstruksi 11.138 7 Pertambangan, Penggalian 1.265 8 Lain-Lain 1.103 Jumlah 370.454 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, data diolah, 2012 V. PELUANG PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS Dari seluruh luas wilayah yang ada di Kabupaten Bondowoso 90,08 persen digunakan untuk pertanian yaitu persawahan, tanah kering, perkebunan,kehutanan, rawa dan tambak. Sedangkan sisanya sebesar 9,92 persen digunakan untuk pemukiman, industri, padang rumput, pertambangan, lahan yang sementara tidak digunakan dan lainnya. Bila dirinci menurut penggunaannya, lahan terluas digunakan untuk kehutanan yaitu sebesar 35,77 persen. Kemudian urutan terluas berikutnya adalah lahan yang digunakan untuk tegalan/tanah kering 27,66 persen dan digunakan persawahan sebesar 20,74 persen. A. Produksi PERTANIAN TANAMAN PANGAN Dari luas panen 59.575 ha, rata-rata produksi 53,84 ton/tahun dan produksi padi yang dihasilkan 320.752 ton, jagung 191.768 ton, kentang 1.221 ton, lombok 23.906 ton. Produksi tanaman buah-buahan terdiri dari mangga yaitu sebesar 76.875 ton, alpukat 10.820 ton, durian 9.136 ton. PERKEBUNAN Luas lahan perkebunan mencapai 5,87 persen atau 9.153,32 hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 2.676,06 hektar,perkebunan besar seluas 6.181,20 hektar dan kebun campuran seluas 296,06 hektar. Produksi perkebunan yang dihasilkan meliputi kelapa 1.872,02 ton, kopi arabika rakyat 20,11 ton, kopi robusta rakyat 305,05 ton, tebu 23.009 ton, tembakau kasturi 1.205 ton, tembakau rajangan 5.329 ton. KEHUTANAN Luas seluruh kawasan hutan adalah 59.425,54 hektar yang terdiri dari hutan produksi seluas 25.028,80 hektar, hutan lindung seluas 30.935,00 hektar dan Hutan Lainnya seluas 3.461,14 hektar. Luas lahan kritis sebesar 13.998 hektar. Produksi hasil hutan yang disajikan dalam publikasi ini meliputi kayu jati 1.160,6 ton, pinus (3.610,60 ton), sonokeling (7,41 ton),mahoni (904,5 ton), rimba lain (1.653,80 ton),kayu bakar jati dan kayu bakar rimba. Sedangkan produksi ikutan terdiri dari getah pinus (1.355.006 ton) dan kopi glondong basah (337.690 ton). t t Tanaman kopi 10 Hasil panen pohon ketela Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur Tabel 4.3. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas PETERNAKAN Populasi ternak besar yang terdiri dari sapi potong (203.794 ekor) dan sapi perah (44 ekor). Populasi ternak kecil yang terdiri dari kambing (31.312 ekor) dan domba (24.871 ekor). Populasi unggas pada ayam buras (511.096 ekor), ayam petelor (90.585 ekor), ayam pedaging (211.924 ekor) dan itik (42.381 ekor). PERIKANAN Jumlah produksi perikanan tercatat 1.847.166 kg. Penangkapan ikan yang dilakukan oleh rumah tangga terdiri atas budidaya, perairan umum dan lahan bebas. Produksi hasil ikan budidaya sebesar 996.004 kg, yang terdiri dari keramba, kolam, mina padi dan air mengalir. Produksi hasil ikan di perairan umum sebesar 667.410 kg yang terdiri dari waduk, sungai dan rawa. Untuk penangkapan di lahan bebas produksi sebesar 183.752 kg. Kacang hijau dan Kedele No Bahan Baku 1. Kacang hijau Industri makanan Tepung, Sirup, Makanan Ringan 2. Kedele Industri makanan dan minuman Kecap, tahu, tempe, susu 3. Kacang Tanah Industri makanan Kacang tanah olahan Peluang Industri Produk Tabel 4.4. Peluang Pengembangan Potensi Ko- moditas Ubikayu No 1. Bahan Baku Umbi ubikayu 2. Ampas kayu ubi- 3. Tepung tapioka 4. Limbah cair Peluang Industri Produk Industri tepung Tepung tapioka Industri Makanan Tape, dodol, suwar-suwir, dan tiwul instan Industri pakan ternak Pakan ternak Industri hidrolisi Maltodekstrin, HFS dan sorbitol Industri fermentasi Cuka, asam cuka, asam sitrat dan MSG Tabel 4.5. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Ubi Jalar No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Ubi Jalar Industri Tepung Tepung ubi jalar Industri Kripik ubi jalar Kripik ubi jalar B. Pengembangan potensi Untuk meningkatkan potensi ekonomi masingmasing komoditas di wilayah kecamatan dapat dikembangkan industri berbasis komoditas seperti yang terlihat pada tabel berikut: 4.1. Tanaman Pangan Tabel 4.1. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Padi No 1. Bahan Baku Gabah Peluang Industri Industri benih Benih padi unggul Industri penggilingan padi Beras Kepala Beras Industri tepung beras Tepung beras 3. Dedak padi Industri pakan ternak Pakan ternak Bahan Baku Peluang Industri 1. Bahan Baku Umbi b a w a n g merah 2. Limbah Peluang Industri Produk Bibit Tanaman Bibit bawang merah unggul Industri penyulingan Minyak atsiri Industri pengeringan Tepung, bubuk seasoning & bumbu Industri pupuk organik Kompos Produk 1. Biji Jagung Industri benih Benih jagung unggul 2. Biji Jagung Industri tepung Tepung maizena Industri makanan ringan Makanan ringan Industri minyak Minyak jagung 3. Tongkol Jagung Industri pakan ternak Pakan ternak 4. Dedak Jagung Industri pakan ternak Pakan ternak Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur No Produk 2. No 4.2.Tanaman Hortikultura Tabel 4.6. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Bawang Merah 11 Tabel 4.7. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Lombok No Bahan Baku Peluang Industri 1. Lombok Industri pengolahan Cabai kering, saos, pasta, tepung, cabai kaleng, dan oleoresin 2. Limbah Industri pupuk organik Kompos Produk Tabel 4.8. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kentang No 1. Bahan Baku Peluang Industri Ubi kentang Industri Pembibitan Bibit Unggul Kentang Industri Pengolahan Kentang beku Tabel 4.11. Peluang Pengembangan P otensi Komoditas Mangga Produk No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Biji/Tunas Mangga Industri Pembibitan Bibit Mangga Unggul 2. Buah Mangga Industri Makanan dan Minuman Mangga beku Keripik Kentang Manisan mangga Sirop mangga Tepung Industri ekstraksi Mangga kalengan Kosmetik Dodol Tabel 4.9. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kubis, Sawi, Labu Siam, Kacang Panjang dan Ketimun No Bahan Baku 1. 2. Peluang Industri Produk Bibit Penangkaran Hortikultura Bibit unggul Kubis Industri sayuran sehat bebas pestisida Sayuran Beku, Sayur organik Industri pupuk organik Kompos dan pupuk organik Sawi Labu Siam Kacang panjang Ketimun 3. Limbah tanaman Tabel 4.12. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Rambutan Tabel 4.10. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tomat No Bahan Baku 1. Peluang Industri Produk Bibit tomat Budidaya tomat organik Buah segar tomat organik 2. Buah Tomat Industri Pengolahan Pasta tomat, saos tomat, manisan tomat, dan sari buah tomat 3 Limbah tanaman Industri pupuk organik Kompos dan pupuk organk No BahanBaku Peluang Industri Produk 1. Biji/Tunas Rambutan Industri Pembibitan Bibit Rambutan Unggul 2. Buah Rambutan Industri Makanan dan Minuman Rambutan kalengan Rambutan beku Sirop Rambutan Tabel 4.13. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Durian No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Biji/Tunas Durian Industri Pembibitan Bibit Durian Unggul 2. Buah Durian Industri Makanan dan Minuman Durian beku Dodol Durian Sirop Durian 12 Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur Tabel 4.14. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Nangka No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1 Biji nangka Budidaya nangka unggul Buah segar 3. Daging buah Industri makanan Kripik nangkaa dan dodol Tabel 4.15. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Pepaya No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Biji/bibit Budidaya pepaya Buah segar 2. Daging buah Industri makanan Dodol, asinann Tabel 4.16. Peluang Pengembangan No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Buah Pisang Industri Pembekuan Pisang segar Industri Pengolahan Tepung pisang TANAMAN PERKEBUNAN Tabel 4.18. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tebu Makanan ringan 2. Batang Pisang Industri Kerjainan Tali dan Karung No Bahan Baku Peluang Industri Produk Rayon 1. Molase Tebu Destilasi Alkohol Fermentasi Cuka Handy Craft Asam asetat, sitrat dan laktat Tabel 4.17. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Alpukat No Bahan Baku Peluang Industri 1 Biji alpukat Industri pakaian 2 Kulit batang 3 Daging buah 4 Batang Pohon Industri penyamak kulit hewan Industri bahan dasar kecantikan & kosmetik Industri mebeler dan perabot rumah Keripik Nangka t Potensi Komoditas Pisang Butanol Produk asam atonik dan isotonik Bahan pewarna pakaian Pewarna kulit hewan Dekstrose Monosodium Glutamat Larutan pelembab dan bahan untuk masker. Meja, kursi dan kusen, pintu 2. Bagase Tebu Serat Pulp dan kertas Papan serat dan partikel 3. 4. Blotong Tebu Daun Tebu Bahan Bakar Briket Industri Pakan Pakan ternak Industri pupuk Pupuk organik Destilasi Protein, etanol dan sakarin Industri pakan Pakan ternak Tabel 4.19. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kopi No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Biji/Tunas Kopi Industri pembibitan Bibit kopi Unggul 2. Biji Kopi Industri Makanan dan Minuman Bubuk Kopi Bubuk Kopi instan Minuman Kopi dan Permen 3 Limbah kulit kopi Industri pupuk organik Kompos dan Pupuk organik Pusat pembenihan kopi t Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 13 Hasil budidaya kelapa t t Hasil budidaya jambu merah t Tabel 4.23. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Jambu Mente Tabel 4.20. Peluang Pengembangan No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Biji/Tunas Jambu mente Industri pembibitan Bibit jambu mente 2. Biji Mente Industri Makanan Mente olahan 3 Limbah tanaman Industri pupuk organik Kompos dan Pupuk organik Potensi Komoditas Kelapa No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Buah Kelapa Industri Bahan Pangan Santan Kelapa Minyak Kelapa No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Daun Tembakau Industri Rokok Rokok Industri daun rajangan Rajangan daun tembakau Cocopeat Industri Obat-obatan Pestisida organik Handy Craft Industri Pupuk Pupuk organik Margarine 2. Air Kelapa Industri Minuman Tabel 4.24. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tembakau Rajangan Nata de Coco Kecap 3. Serat kelapa 4. Tempurung Kelapa Industri Pengolahan Industri Bahan Bakar dan kerajinan Cocofiber Arang tempurung Handy Craft Tabel 4.25. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tembakau Tabel 4.21. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Pinang No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Daun Tembakau Industri Rokok Rokok Industri tembakau Rajangan dan krosok tembakau No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Biji Pinang Industri farmasi /obat Obat untuk kesehatan Industri makanan dan tekstil Pewarna kain Industri Obat-obatan Pestisida organik Pewarna makanan Industri Pupuk Pupuk organik Industri pupuk organik Pupuk organik 2. 3 Biji dan buah pinang Limbah kulit PETERNAKAN Tabel 4.26. Peluang Pengembangan Potensi Ternak Tabel 4.22. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kapuk Randu No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Buah Randu Industri kapuk randu Kapuk randu 2. Kapuk randu Benang Tekstil 14 Sapi No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Daging sapi Industri Pengalengan Daging beku sapi 2 Kulit sapi Industri penyamak kulit Bahan tas, dompet, jaket, dll 3. Limbah padat dan cair Industri pupuk organik Pupuk organik Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur Tabel 4.27. Peluang Pengembangan Potensi Kambing Tabel 4.32. Peluang Pengembangan Potensi Industri Makanan dan Minuman dan Domba No Bahan Baku Peluang Industri Produk No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Daging Industri Pengalengan Daging beku 1. Ubikayu Industri Makanan Tape 2. Limbah padat dan cair Industri pupuk organik Pupuk organik Keripik Tiwul Instan Tabel 4.28. Peluang Pengembangan Potensi Ayam Buras No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Ayam Industri Budidaya Bibit Unggul yam Buras 2. Tape Industri Makanan Suwar-Suwir dan dodol 3. Jagung Industri Makanan Keripik 4. Kedelai Industri Makanan Tahu, tofu, tempe, dan keripik Daging INDUSTRILOGAM Tabel 4.33. Peluang Pengembangan Industri Logam 2. Tulang Industri tepung Tepung tulang 3. Bulu Industri rumah tangga Alat rumah tangga No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Kuningan, Emas dan Perak Industri Logam Berbagai jenis souvenir dari kuningan Tabel 4.29. Peluang Pengembangan Potensi Itik No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Itik budidaya/ternak itik Bibit unggul itik dan daging 2 Telor Industri makanan Kue dan makanan 2. Tulang Industr tepung tulang Tepung tulang 3 Bulu Industri rumah tangga Perabot rumah t angga 2. Limbah padat dan cair Industri pupuk organik Pupuk organik Perhiasan Emas dan Perak TEKSTIL Tabel 4.34. Peluang Pengembangan Potensi Industri Tekstil No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Kain Industri tekstil Bordir Batik PERIKANAN AIR TAWAR Konveksi Tabel 4.30. Peluang Pengembangan Potensi Perikanan Air Tawar No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Ikan Industri Budidaya Bibit Unggul Ikan lele, nila dan tombro Daging ikan 2. Daging Ikan Industri tepung Tepung ikan MAKANAN DAN MINUMAN Tabel 4.31. Peluang Pengembangan Potensi Industri Makanan dan Minuman No Bahan Baku Peluang Industri Produk 1. Ubikayu Industri Makanan Tape Keripik Tiwul Instan 2. Tape Industri Makanan Suwar-Suwir dan dodol 3. Kedelai Industri Makanan Tahu, tofu, tempe, an keripik 4. Daging sapi Industri Makanan Dendeng Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur t Pengemasan tape 15