A_150231100018_Evin Nurul N.A

advertisement
ANALISIS TINGKAT HARAPAN HIDUP di KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2015
Evin Nurul nasikin Arbela
Kelas A- 150231100018
Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Trunojoyo Madura
[email protected]
Abstrak:
Tingkat Harapan Hidup adalah salah satu Indikator yang digunakan
dalam perhitungan indeks pembangunan manusia (IPM). semakin tinggi THH
maka pada suatu wilayah menunjukan keberhasilan dalam pembangunan
manusia di daerah tersebut. Rendahnya tingkat harapan hidup disebabkan oleh
tingginya angka kematian bayi (AKB) termasuk biomedical. Selain itu, tingkat
harapan hidup juga dipengaruhi oleh derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan
masyarakat ditentukan oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
keturunan.
menurut
BPS
Kabupaten
Magetan,
(2016)
Kabupaten
Bondowo
merupakan kabupaten yang memiliki THH yang rendah dibandingkan dengan
Kabupaten Lumajang, Jember, banyuwangi, Situbondo. Dalam hal kesehatan
kabupaten Bondowoso mempunyai derajat kesehatan yang rendah, dilihat dari
faktor
lingkungan,
Perilaku
remaja
dan
pelayanan
kesehatan.
Maka,
rekomendasi yang tepat untuk mengatasi rendahnya THH di Kabupaten
Bondowoso adalah dengan kegiatan- kegiatan dari Pemerintah Daerah
kabupaten Bondowoso, Dinas Kesehatan maupun masyarakat setempat dengan
tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bondowoso.
Kata kunci: THH, Derajat kesehatan, AKB, Biomedical, IPM
Tingkat Harapan Hidup ( THH) merupakan salah satu indikator penting di
dalam indeks pembangunan manusia karena mencapkup kesehatan masyarakat.
BPS, (2015) mendefinisikan Tingkat Harapan Hidup ( THH) sebagai rata- rata
jumlah umur atau tahun yang masih dapat dijalani oleh seseorang ketika sudah
mencapai umur tepat x pada situasi mortalitas yang sedang berlaku di
masyarakat. Selain itu indikator ini merupakan alat yang dijadikan untuk
mengukur kinerja pemerintah di dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya dan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat pada
khususnya.
Tingkat Harapan Hidup (THH) yang tinggi pada suatu wilayah
mengindikasikan
bahwa
terdapat
keberhasilan
pembangunan
di
bidang
kesehatan, maka kesehatan masyarakat meningkat. Sebaliknya apabila THH
yang rendah, maka pembangunan manusia dibidang kesehatan kurang berhasil
dan hal tersebut mencerminkan kesehatan pada masyarakat kurang baik.
Rendahnya THH juga akan mempengaruhi IPM suatu wilayah dikarenakan
tingkat Harapan Hidup yang rendah merupakan salah satu indikator dalam
indeks Pembangunan Manusia.
Kabupaten
Bondowoso
merupakan
salah
satu
kabupaten
yang
mempunyai Tingkat Harapan Hidup (THH) yang rendah. Menurut data BPS
Jatim, (2015) Kabupaten Bondowoso merupakan Kabupaten dengan Tingkat
Harapan Hidup (THH paling tendah )dibandingkan dengan lima Kabupaten yang
letak geografisnya berdekatan, yaitu dengan nilai 65,73 kemudian kabupaten
Jember ( 68,2), situbondo ( 68,28), Lumajang (69,27) dan Banyuwangi (70,03).
Tingkat Harapan Hidup 5
kabupaten di Jawa Timur
Tahun 2015 ( Tahun )
75
70
65
60
69.27 68.2 70.03
65.73 68.28
Sumber: BPS Jatim, 2015
Rendahnya Tingkat Harapan Hidup di Kabupaten Bondowoso tersebut,
mencerminkan bahwa masih ada permasalahan terkait kesehatan di Bondowoso.
sehingga diperlukan kajian tentang “Tingkat Harapan Hidup (THH) di
Kabupaten Bondowoso tahun 2015”, agar permasalah kesehatan di
Kabupaten Bondowoso dapat diatasi melalui solusi yang sesuai dengan
permasalahan Tingkat Harapan Hidup (THH).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1) Teori Mosley dan Chen (1984) tentang angka kematian bayi.
Menurut Mantra, (2007) besar kecilnya tingkat Harapan Hidup
terkait erat dengan angka kematian bayi (AKB). Hubungan antara THH
dan AKB berbanding terbalik, yaitu semakin besar AKB maka tingkat
harapan hidup semakin kecil. Artinya faktor yang mempengaruhi angka
kematian bayi juga mempengaruhi tingkat harapan hidup. Angka
kematian bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Teori yang mengkaji tentang angka kematian bayi adalah mosley
dan Chen (1984). Mosley dan Chen (1984) memaparkan variabel yang
berpengaruh terhadap angka kematian bayi adalah faktor eksogenous
atau sosial ekonomi, seperti (sosial, ekonomi, budaya, masyarakat dan
faktor regional) dan Variabel endogenous atau faktor biomedical (
seperti pola pemberian ASI, kebersihan, sanitasi, dan nutrisi). (seperti
sosial, ekonomi, budaya, masyarakat dan faktor regional) dan variabel
endogenous atau faktor biomedical (seperti pola pemberian ASI,
kebersihan, sanitasi dan nutrisi).
2) teori derajat kesehatan Hendrik L.Blum.
Hendrik L. Blum dalam Mantra, (2007) angka kematian bayi
adalah parameter derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian
faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat juga
akan menyebabkan rendahnya THH. Hendrik L Blum mengungkapkan
ada empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
yaitu:
a. Lingkungan
Lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh terbesar
dalam
derajat
kesehatan
masyarakat.
Lingkungan
pada
umumnya digolongkan menjadi dua kategori, yitu berhubungan
dengan fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan
aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan
aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan misalnya:
sampah, air, udara, tanah, iklim dan perumahan. Sedangkan
lingkungan sosial yang merupakan hasil interaksi antara
manusia seperti kebudayaan, kepercayaan, pendidikan dan
ekonomi. Faktor lingkungan yang akan dikaji pada analis ini
adalah sumber air, perumahan sehat, dan tempat pembuangan
tinja.
b. Perilaku
Perilaku
terhadap
merupakan
derajat
faktor
kesehatan
yang
juga
masyarakat.
berpengaruh
Karena
suatu
lingkungan akan dapat menjadi sehat apabila didukung oleh
perilaku masyarakat yang ikut dalam menciptakan lingkungan
yang sehat. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan,
adat
istiadat,
kepercayaan,
pendidikan,
ekonomi
dan
perilakuperilaku lain yang melekat pada diri manusia. Dalam
analisis ini akan mengkaji tentang jumlah anak yang merokok
dan cara penanganan sampah.
c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat. Keberadaan fasilitas
kesehatan sangat menentukan dalam pelayan kesehatan pada
masyarakat, misal: orang yang sakit, pencegahan penyakit,
pengobatan dan keperawatan. Selain itu jarak tempuh untuk
mencapai fasilitas kesehatan tersebut. Analisis ini akan
mengkaji tentang jarak tempuh menuju tempat fasilitas
kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, informasi kesehatan.
d. Keturunan
Keturunan merupakan faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat walaupun faktor ini merupakan bawaan
atau sudah ada dalam diri manusia sejak lahir, misalnya:
penyakit keturunan. Oleh karena itu faktor yang akan dikaji
adalah adalah kondisi balita dan ibu hamil. Masa kehamilan
dan balita sangat menentukan perkembangan bagi bayi di
dalam kandungan. Maka perlindungan ibu yang akan dijadikan
indikator ini meliputi pemberian suntikan TT pada ibu hamil dan
status gizi balita.
BAB III
REKOMENDASI
1) Sosialisasi
tentang
Bantuan
Pembuangan
Tinja
(sumur)
oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso.
Bantuan tempat pembuangan tinja ini berkaitan dengan teori
Hendrick L. Blum tentang derajat kesehatan masyarakat, dimana salah satu
indikator kesehatan masyarakat berupa faktor
lingkungan. Bantuan
pembuangan tinja ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan penciptaan lingkungan sehat di Kabupaten Bondowoso, karena
untuk kabupaten Bondowoso cukup memprihatinkan terkait pembuangan
tinja ini, menurut BPS Kabupaten Bondowoso, (2015) masih terdapat 53,48
persen penduduk yang membuang tinja di kolam, sawah, danau, laut, dan
tempat wc cumplung 22,55 persen. Hal ini tentu sangat berpengaruh
terhadap
tingkat
kesehatan
masyarakat
Bondowoso
(2015).
Sumber: BPS Kabupaten Bondowoso Dalam Angka tahun 2015
Implementasi untuk rekomendasi ini dapat dilakukan
dimulai dari sosialisasi dari Bupati Kabupaten Bondowoso dan
Dinas Kesehatan terkait tempat pembuangan tinja termasuk jarak
dan kedalaman pembuangan.Untuk selanjutnya himbauan dari
Bupati Kabupaten Bodowoso
kepada perangkat
desa agar
mencatat warga yang tidak mempunyai tempat pembuangan tinja,
selanjutnya data tersebut dikirimkan kepada dinas kesehatan
kabupaten Bondowoso agar dapat dikirimkan bantuan sesuai
dengan data yang diajukan, dan selanjutnya bantuan sumur tinja
dapat diberikan. Untuk sasaran pemberian bantuan ini adalah lebih
kepada masyarakat pedesaan di Kabupaten Bondowoso serta
pelaksanaannya adalah pada awal 2017 mengingat harus adanya
rencana anggaran untuk bantuan ini sehingga pertengahan 2017
bantuan dapat terealisasi.
Flowchat Sosialisasi tentang Bantuan Pembuangan Tinja
(sumur) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso.
2) Sosialisasi sekolah- sekolah mulai di sekolah- sekolah dari
mulai SD- SMA di Kabupaten Bondowoso tentang bahaya
rokok.
Rekomendasi ini sesuai dengan teori Hendrick L blum
bahwa kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat. Salah satu perilaku merokok yang dilakukan anak
dibawah umur. Sosialisasi bahaya rokok cukup penting didalam
merubah kebiasaan merokok sejak dini. Dari kalangan anak
ketimbang harus menghukumnya. Karena anak lebih menyukai
pendekatan secara persuasif ketimbang harus dengan tindakan
yang bersifat memaksa.
Menurut BPS Kabupaten Magetan, (2016) angka merokok
di kabupaten bondowoso cukup tinggi bahkan lebih dari setengah
penduduk laki-laki diatas 5 tahun adalah perokok, yaitu: sebesar
60,57 persen dari total penduduk laki-laki dan 0,74 persen
perempuan.
Implementasi dari rekomendasi ini adalah melalui dinas kesehatan
Kabupaten Bondowoso bekerjasama dengan sekolah-sekolah baik
SMP maupun SMA setempat untuk melakukan sosialisasi tentang
bahaya
merokok
kepada
anak
sekolah
sehingga
dapat
meminimalisasi jumlah anak yang merokok.
Flowchat Sosialisasi sekolah- sekolah mulai di sekolahsekolah dari mulai SD- SMA di Kabupaten Bondowoso tentang
bahaya rokok.
3) Peningkatan
Pelayanan
Kesehatan
melalui
peningkatan
peran
Puskesmas.
Sebagai penyedia barang publik, pemerintah harus dapat
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat pada berbagai bidang
termasuk kesehatan. Data susenas 2015 menunjukan bahwa orang lebih
banyak bersalin dirumah atau 26,84 persen dari pada rumah sakit bersalin
(14,95) persen dan Puskesmas bersalin (8,19) persen di Kabupaten
Bondowoso.
Salah satu indikator Angka harapan hidup adalah angka kematian
bayi, maka Jika melahirkan dirumah dengan alat kelahiran yang kurang
memadai dibandingkan dengan rumah sakit dan puskesmas maka tingkat
kematian bayi akan lebih besar jika dilihat dari peralatan medis yang
tersedia. Sehingga, perlunya untuk meningkatkan peran dari puskesmas
agar masyarakat lebih percaya untuk bersalin di puskesmas melalui
sosialisasi dan pemberian kemudahan bagi ibu yang akan bersalin di
puskesmas.
Sumber: BPS, Kabupaten Bondowoso Dalam Angka tahun 2015
Implementasi dari rekomendasi ini diawali dengan himbauan dari
Dinas Kesehatan kepala Puskesmas Kabupaten Bondowoso agar dilakukan
sosialisasi terkait fungsi Puskesmas dalam melayani masyarakat kepada
masyarakat Kabupaten Bondowoso. Kemudian adanya akreditasi penilaian
masyarakat terkait kinerja puskesmas, dengan adanya penilaian dari
masayrakat diharapkan bahwa puskesmas dapat meningkatkan kinerjanya,
sehingga kinerja semakin baik dan masyarakat semakin berminat untuk
berobat dan bersalin di puskesmas.
Flowchat
Peningkatan
Pelayanan
Kesehatan
melalui
peningkatan peran Puskesmas di Kabupaten Bondowoso
Daftar Pustaka:
Mantra,
I.B.,
2007.
Demografi
umum.
Yogyakarta.
Jakarta:
Pustaka
Belajar.
BPS Kabupaten Bondowoso. (2016). Kabupaten Magetan Dalam Angka Tahun
2015. Bondowoso: Badan Pusat Statistik.
Download