BAB I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
KETERBUKAAN (DISCLOSURE) DI PASAR MODAL
ZULFI CHAIRI, SH
Fakultas Hukum
Bagian Hukum Keperdataan
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif
melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah barang
tentu membutuhkan dana yang cukup besar. Melihat potensi perkembangannya,
pemerintah Indonesia bertekad akan mengurangi peranan bantuan luar negeri
sebagai sumber pewmbiayaan pembangunan.
Pasar modal adalah salah satu alternatif atau sarana dalam memobilisasi
dana masyarakat serta sekaligus sebagai sarana investasi bagi pemilik modal.
Melihat potensi pertumbuhan pasar modal di Indonesia, pemerintah menyadari
pentingnya pasar modal terhadap pembangunan negara.
Adapun langkah yang diupayakan Pasar Modal dalam pembangunan negara
Republik Indonesia ini adalah dengan melakukan penawaran umum ( go publik ).
Dan hal lain yang sangat penting adalah telah berlaku efektifnya Undang-Undang
Pasar Modal yakni Undang-Undang No. 8 Tahun 1995.
Di dalam UU No. 8 Tahun 1995 secara tegas mewajibkan setiap perusahaan
yang menawarkan efeknya melalui Pasar Modal, atau disebut emiten, untuk
mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan
keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan ( Full
Disclosure ) kepada masyarakat. Karena pada prinsipnya membeli suatu barang
janganlah seperti membeli kucing dalam karung, tetapi barang yang dibeli haruslah
jelas wujudnya.
Namun demikian untuk yang namanya tindakan membeli efek maka sektor
hukum mensyaratkan untuk keterbukaan ( Disclosure ) lebih dari yang berlaku untuk
membeli barang biasa. Cukup banyak pemikiran telah dicurahkan dan cukup banyak
aturan main yang telah digulirkan hanya untuk menjamin agar unsur transparansi
tersebut benar-benar muncul kepermukaan. Begitu pentingnya eksistensi dan
kedudukan unsur keterbukaan ( Disclosure ) dalam Pasar Modal, sehingga kalau
belum bisa menjamin unsur keterbukaan ini maka hukum pasar modal tersebut
dianggap masih belum apa-apa.
Dalam hal inilah diperlukannya Keterbukaan ( Dislosure ) informasi di Pasar
Modal, karena informasi itu harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat
pemodal dapat memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan
untuk membeli atau tidak membeli efek.
B. Permasalahan
Sebelum penulis mengajukan permasalahan, maka perlu dikemukakan bahwa
pengajuan masalah dimaksudkan untuk mengatasi ruang lingkup permasalahan agar
tidak terlalu melebar sehingga akan mengaburkan tujuan pembahasan sehingga
dapat dikatakan pembahasan dapat menjawab permasalahan tersebut.
©2003 Digitized by USU digital library
1
Adapun yang menjadi permasalahan yang akan penulis bahas adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Keterbukaan ( Disclosure ) Di Dalam Kegiatan Pasar Modal ?
2. Bagaimana Sanksi Atas Pelanggaran Keterbukaan ( Disclosure ) Terhadap Emiten
Di Pasar Modal ?
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah merupakan rangkaian telaah secara teoritis
tentang teori-teori yang melandasi penelitian yang dilakukan sehingga dengan dasar
tersebut kerangka pemikiran pada garis besarnya akan menampakkan suatu ruang
lingkup pelaksanaan penelitian.
Sesuai dengan judul tulisan dan ruang lingkup pembahasannya, yakni aspek
hukum tentang keterbukaan ( Disclosure ) di Pasar Modal, maka dapat diberikan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Menurut Munir Fuady menyebutkan defenisi Pasar Modal ialah :
“ Suatu pasar dan dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri
diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya
berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang biasanya berbentuk saham “. 1
Dan menurut I Nyoman Tjager menyebutkan :
“ Pasar Modal disamping sebagai sumber pembiayaan dunia usaha juga merupakan
wahana investasi bagi masyarakat pemodal, sehingga melalui pasar modal potensi
dan kreasi masyarakat dapat dikerahkan dan dikembangkan menjadi suatu kekuatan
yang nyata bagi peningkatan kemakmuran rakyat untukmewujudkan masyarakata
indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. “ 2
Di dalam pengertian keterbukaan ( Disclosure ), Bacelius Ruru menyebutkan
bahwa Keterbukaan ( Disclosure ) adalah :
“ Kewajiban perusahaan atau emiten untuk menyampaikan laporan perusahaan baik
dalam bentuk laporan keuangan berkala maupun laporan kejadian penting lainnya.
Informasi tersebut harus akurat, tepat waktu dan dapat dipertanggung jawabkan.”3
Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam pasal 1 angka
15 disebutkan yang dimaksud dengan Penawaran Umum atau Go Publik adalah
kegiatan penawaran efek yang dapat dilakukan oleh emiten untuk menjual efek
kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan
peraturan pelaksanaannya.
Prospektus ialah pernyataan yang dicetak atau informasi yang dipergunakan
untuk penawaran efek dengan maksud mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau
memperdagangkan efek, kecuali pernyataan atau informasi yang berdasarkan
ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM ) dinyatakan buka prospektus.
Sedangkan pengertian prospektus, Padmo Sumasto menyebutkan bahwa
“ Prospektus merupakan media pemberitahuan tertulis mengenai emiten dan
rencana emisinya yang antara lain memuat informasi mengenai keadaan perusahaan
dan prospeknya “. 4
1
Munir Fuady, Pasar Modal Modern ( Tinjauan Hukum ) PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung,
1996 Hal 8
2
I Nyoman Tjeger, Pokok-Pokok Materi Undang-Undang Pasar Modal, Universitas Udayana,
Bali 1997 Hal 1
3
Bacelius Ruru, Pasar Modal Indonesia, Pasca Deregulasi Paket Desember 1990, Yogyakarta
Hal 16
4
Padmo Sumasto, Traning Pasar Modal, Semarang 6 – 7 Maret 1996 Hal 15
©2003 Digitized by USU digital library
2
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 butir 4menyebutkan
bursa efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Yang dimaksud dengan efek ialah surat-surat berharga seperti saham,
sertifikat saham dan obligasi. Di dalam keputusan Menteri Keuangan No.
697/KMK.041/1985, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan efek adalah setiap
saham, obligasi atau bukti sementara dari surat tersebut, bukti keuntungan dan
surat-surat jaminan, opsi atau hak-hak lainnya untuk memesan atau membeli
saham, obligasi atau bukti penyertaan dalam modal atau penjamin lainnya. Dengan
demikian Pasar Modal merupakan pasar atau usaha perdagangan efek-efek.
BAB II
PASAR MODAL
A. Pengertian Pasar Modal Indonesia
Menurut Marzuki Usman Pasar Modal yang dalam istilah asing disebut Capital
Market pada hakikatnya adalah :
“ Suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Dana yang
diperjual belikan itu dipergunakan untuk jangka panjang menunjang pengembangan
usaha. Tempat penawaran atau penjualan dana ini dilaksanakan dalam satu lembaga
resmi yang disebut bursa efek “1
Pasar Modal berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk suatu perusahaan yang merupakan
pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru dikeluarkan.
Menurut pasal 1 butir 13 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995
menyebutkan pasar modal ialah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.2
Menurut sejarahnya Pasar Modal pertama kali diperkenalkan di Jakarta pada
tahun 1911. kemudian pada tahun 1926 Pasar Modal berkembang di tiga kota yaitu
Jakarta, Surabaya dan Semarang. Lalu karenaperang dunia kedua meletus tahun
tahun 1942 maka pasar modal terpaksa ditutup. Pada tahun 1951 pasar modal
dibuka kembali akan tetapi terpaksa ditutup untuk yang kedua kalinya ketika
pembebasan Irian Jaya. Setelah beberapa kali dilakukan upaya melalui pembentukan
panitia untuk menghidupkan pasar modal , maka [pada tahun 1977 dengan
dibentuknya Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM ) kegiatan pasar modal
dimulai kembali. Pada tahun 1977 PT, Semen Cibinong tampil sebagai perusahaan
yang pertama sekali mencatat sahamnya di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) yang juga
sekaligus menandai dimulanya kegiatan pasar modal di Indonesia. Dan selanjutnya
disusul dengan berdirinya Bursa Efek Surabaya ( BES ).
B. Kegiatan Dan Kelembagaan Pasar Modal
Kegiatan Pasar Modal
1. Pasar Perdana
Pasar Perdana adalah pasar dalam masa penawaran efek dan perusahaan
penjual efek (emiten) kepada masyarakat untuk pertama kalinya. Dengan
demikian berarti kegiatan Pasar Modal yang berkaitan dengan penawaran
umum berlangsung di pasar perdana atau pasar primer.
1
2
Marzuki Usman, Traning Pasar Modal, Semarang 6 – 7 Maret 1996 Hal 6
Lihat Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995
©2003 Digitized by USU digital library
3
Dalam pasar perdana ini, saham (efek) yang ditawarkan kepada calon
investor adalah saham yang baru diterbitkan oleh emiten, sehingga harganya
sudah pasti dan tidak boleh ditawar-tawar lagi, agar calon investor tidak
merasa kecewa atas saham yang telah dibelinya, mereka dapat mempelajari
terlebih dahulu berbagai aspek dari perusahaan tersebut seperti keadaan
perusahaan yang dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek hukum, aspek
produksi, pemasaran dan aspek keuangan yang dapat diketahui melalui
gambaran yang diberikan dalam prospektus perusahaan tersebut pada saat
perusahaan akan melakukan penawaran umum.
Selama proses penawaran umum di pasar primer, disinilah para calon
investor melakukan pemesanan akan saham (efek) yang ditawarkan oleh
emiten kepada penjamin emisi melalui agen penjual. Kemudian penjamin
emisi melakukan penjatahan saham yaitu pengalokasian saham pesanan para
investor sesuai jumlah saham yang tersedia bersama emiten.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah titik sentral kegiatan pasar modal. Karena pada pasar
sekunder terjadi aktivitas perdagangan yang mempertemukan penjual dan
pembeli efek. Di pasar sekunder ini penerbit efek disebut investor jual
sedangkan pembeli efek disebut pembeli.
Pada pasar sekunder bertemu penawaran jual dan permintaan beli saham
(efek) yang transaksinya dilakukan melalui sistem otomasi komputer. Jika
pada asar primer harga saham yang ditawarkan sudah pasti dan tidak bisa
ditawar-tawar lagi, maka di pasar sekunder ini harga jual dan harga beli
saham ditentukan oleh mekanisme pasar.
Di pasar sekunder ini pihak yang terlibat di dalamnya hanyalah pihak-pihak
yang menerbitkan efek (investor jual) dengan pihak-pihak yang membeli efek
(investor beli) yang dalam segala aktivitasnya dilakukan oleh perantaraannya
masing-masing yang disebut dengan wakil perantara pedagang efek.
Pada umumnya pasar modal dibagi tiga bentuk kegiatan yaitu :
1. Pasar reguler adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang
dilakukan berdasarkan proses tawar-menawar secara kesinambungan untuk
efek dalam satuan perdagangan efek
2. Pasar negosiasi adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang
dilakukan berdasarkan tawar-menawar individual antara anggota bursa jual
dan anggota bursa beli.
3. Pasar tunai adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang dilakukan
dalam rangka pemenuhan kewajiban anggota bursa yang gagal dalam
penyelesaian transaksi efek, berdasarkan prinsip pembayaran dan
penyerahan seketika.
Kelembagaan Pasar Modal
Tidak ada pasar lain di dunia ini yang begitu banyak macam dan model para
pelakunya seperti yang terdapat pada pasar modal. Di dalam pasar modal terdapat
lembaga-lembaga yang menjalani kegiatan-kegiatan pasar modal yang antara lain :
1. Emiten
Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.
2. Perusahaan publik
Perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurangkurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor
sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) atau suatu
jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
3. Bapepam
©2003 Digitized by USU digital library
4
Badan Pengawas Pasar Modal yang bertujuan mewujudkan terciptanya
kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi
kepentingan pemodalnya dan masyarakat.
4. Bursa efek
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
5. Lembaga kliring penjaminan
Lembaga kliring dan penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa
kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa.
6. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian
Lembaga
penyimpanan
dan
penyelesaian
adalah
pihak
yang
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian,
perusahaan efek, dan pihak lain.
7. Reksa dana
Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portopolio Efek
oleh Manajer Investasi.
8. Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi.
9. Wakil Perusahaan Efek
Wakil dari pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi
efek, perantara pedagang efek, atau manajer investasi.
10. Perantara Pedagang Efek
Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan usaha jual beli efek
untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
11. Penjamin Emisi
Penjamin Emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten
untuk melakukan umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual
12. Penasehat Investasi
Penasehat Investasi adalah pihak yang memberi nasehat kepada pihak lain
mengenai penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa.
13. Manajer Investasi
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portopolio
efek untuk para nasabah atau mengelola portopolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahan asuransi, dana pensiun, dan bank
yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
14. Lembaga Penunjang Pasar Modal yang terdiri dari :
- Kustodian
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan
harta lain yang berkaitan dengan efek dan jasa lain, termasuk
menerima deviden, bunga dan hal-hal lain, menyelesaikan transaksi
efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
- Biro Administrasi Efek
Bniro Administrasi Efek adalah pihak berdasarkan kontrak dengan
emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak
yang berkaitan dengan efek.
- Wakil Amanat
©2003 Digitized by USU digital library
5
Wakil Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek
yang bersifat utang.
15. Propesi Penunjang Pasar Modal yang terdiri dari :
- Akuntan
Akuntan berperan dalam mengungkapkan informasi keuangan
perusahaan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran atas data
yang disajikan dalam laporan keuangan.
- Konsultan Hukum
Konsultan Hukum merupakan ahli dalam bidang hukum yang
memberikan dan menanda tangani pendapat hukum mengenai emisi
dan atau emiten. Peran konsultan hukum diperlukan dalam setiap
emisi efek karena lembaga ini mempunyai fungsi untuk membuktikan
pendapat dari segi hukum (legal opinion) mengenai keadaan emiten
- Penilai
Peranan perusahaan penilai sebagai salah satui profesi penunjang
pasar modal cukup menentukan di pasar modal, karena lembaga ini
berperan dalam menentukan nilai wajar dari harta milik perusahaan.
Nilai ini diperlukan sebagai bahan informasi bagi para investor di
dalam mengambil keputusan investasi.
- Notaris
Notaris berperan dalam membuat akta perubahan anggaran dasar
emiten dan apabila diinginkan oleh para pihak, Notaris juga berperan
dalam pembuatan perjanjian penjaminan emisi efek. Notaris
mempunyai peran penting dalam proses pemasaran efek emiten,
untuk itu notaris mempunyai tanggung jawab atas semua perjanjian
yang dibuat.
- Dan profesi lain yang ditetapkan oleh pemerintah.3
C. Pengertian Keterbukaan ( Disclosure ) Dalam Pasar Modal
Dalam kegiatan pasar modal adalah kewajiban pihak-pihak dalam suatu
penawaran umum untuk memperhatikan dan memenuhi prinsip keterbukaan.
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dalam pasal
1 angka 25 disebutkan yang dimaksud dengan keterbukaan ( Disclosure ) adalah
pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang
tunduk pada Undang-Undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam
waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang
dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau
harga dari efek tersebut.
Keterbukaan informasi tidak saja diwajibkan pada waktu perusahaan tersebut
menawarkan efeknya kepada masyarakat pertama kali, kan tetapi juga selama efek
perusahaan tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
MenurutBismar Nasution setidaknya ada tiga tujuan Keterbukaan (Disclosure)
dalam Pasar Modal yang antara lain adalah : 4
1. Untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.
Dalam hal ini kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidak
percayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan
pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat
mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham).
2. Menciptakan mekanisme pasar yan efisien.
3
Munir Fuady, Op.Cit Hal 38 - 39
Bismar Nasuition, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Universitas Indonesia, Program Pasca
Sarjana, Jakarta 2001 Hal 9 - 11
4
©2003 Digitized by USU digital library
6
Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan (Disclosure) wajib.
Sistem keterbukaan (Disclosure) wajib berusaha menyediakan informasi
tekhnis bagi anggota saham dan profesional pasar.
3. Memberi perlindungan terhadap investor.
Dengan adanya keterbukaan (Disclosure) maka secara tidak langsung akan
memberi perlindungan kepada investor yang apabila dalam membuat
perjanjian pembelian saham oleh investorkemudianterdapat penipuan dalam
bentuk
perbuatan
yang
menyesatkan,misalnya
pernyatan
(missrepresentation) informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat
dari sisiketentuan perjanjian sebagai mana diatur dalam K.U.H. Perdata
hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham.
Banyak orang ketika membahas atas prilaku emitri yang tidak mau
menjalankan prinsip-prinsip transparansi di pasar modal, seolah-olah sangat sulit
untuk menterjemahkan prilaku tersebut kedalam sebuah penjelasan yang masuk
akal dan dapat diterima oleh semua orang, tentang kesalahan apakah yang
dilakukan oleh emiten yang tidak transparan. Sebenarnya soal transparansi bukan
100% milik dunia pasar modal, tetapi disetiap aspek dan dimensi kehidupan ini,
transparansi adalah bagian yang selalu dituntut untuk dilaksanakan. Tindakan
melakukan transparansi direfleksikan dalampemenuhan kewajiban pelaporan laporan
keuangan, fakta atau kejadian yang bersifat material atau kewajiban pelaporan
lainnya.
D. Penentuan Fakta Materil dalam Pasar Modal
Para investor khususnya investor propesional dan investor institusional selalu
aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami
harga-harga saham yang ditawarkan dalam pasar perdana maupun pasar sekunder.
Informasi yang dikumpul adalah informasi yang mengandung fakta materil.
Menurut pasal 1 butir 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal menyatakan informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting
dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi
harga efek kepada bursa efek dan atau keputusan pemodal, atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
Setiap Perusahaan Publik atau Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah
menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada
masyarakat secet mungkin, paling lambat akhir kerja ke – 2 (kedua) setelah
keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang
mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi
pemodal
Informasi atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga
efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain sebagai berikut :5
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan.
b. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham.
c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya.
d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
e. Produk penemuan baru yang berarti.
f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen.
g. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
material jumlahnya.
h. Pengumuman pembelian atau peman efek yang bersifat utang.
5
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-86/PM/1996 Tanggal : 24 Januari 1996 Tentang
Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik
©2003 Digitized by USU digital library
7
i. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material.
j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting
k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur
dan komisaris perusahaan.
l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.
m. Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan.
n. Penggantian Wali Amanat.
o. Perubahan tahun fiskal perusahaan.
Perbuatan Yang Menyesatkan Dalam Pasar Modal
Pada umumnya pelanggaran prinsip keterbukaan (Disclosure) termasuk juga
pernyataan menyesatkansebab adanya missrepresentation atau pernyataan dengan
membuat penghilangan (omission) fakta materil, baik dalam dokumen-dokumen
penawaran umum maupun dalamperdagangan saham. Pernyataan tersebut
menciptakan gambaran yang salah dari kwalitas emiten, manajemen dan potensi
ekonomi emiten. Oleh karena itu peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan
(Disclosure) membuat larangan atas perbuatan missreprentation dan omission.
Peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan (Disclosure) di pasar modal
Indonesia telah memuat ketentuan mengenai larangan perbuatan menyesatkan
tersebut, baik dalam prospektus maupun media massa yang berhubungan dengan
suatu penawaran umum. Disamping itu ketentuan larangan perbuatan menyesatkan
telah menetapkan sanksiberupa ancaman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak
Rp. 15.000.000.000 (Lima Belas milyar
Rupiah) terhadap pelanggaran atas perbuatan-perbuatan tersebut.
Namun, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang memuat ketentuanketentuan larangan perbuatan menyesatkan tersebut sangat sederhana dan kurang
memadai untuk mengatur elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Sebagai
contoh, Pasal 78 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
menentukan, tidak boleh membuat pernyataan fakta material yang salah atau tidak
memuat fakta material yang benar. Larangan yang diatur dalam Pasal 78 ini mirip
dengan konsep dalam Rule 10b-5 dan Section 10(b) Securities Exchange Act 1934,
yang melarang pernyataan menyesatkan dalam prospektus dengan cara :
1. Menggunakan alat-alat, skema atau fasilitas untuk menipu.
2. Membuat pernyataan yang salah mengenai fakta material atau tidak memasukkan
fakta material yang diperlukan dalam pernyataan dan dalam penjelasannya tidak
menyesatkan.
3. Terlibat dalam tindakan, praktek atau dalam bidang bisnis yang beroperasi atau
akan beroperasi sebagai penipuan atas seseorang dalam perdagangan saham.6
Larangan lainnya juga dapat dilihat dalam pasal 93 Undang-Undang. No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang melarang seseorang yang dengan cara
apapun untuk membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara
material tidak benar atau menyesatkan, yang dapat mempengaruhi harga saham di
Bursa Efek, yaitu apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan ;
1.
Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan.
2.
Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.7
Jika dibuat test perbuatan yang menyesatkan akibat missrepresentation dan
omission berdasarkan elemen-elemen yang terdapat dalam ketentuan pidana,
6
7
Ibid Hal 93
Ibid
©2003 Digitized by USU digital library
8
menurut pasal 380 KUHP, yang mengatur “ penyiaran kabar bohong “, maka
ketentuan tersebut tidak sesuai dan jugabelum cukup. Oleh karena elemen-elemen
ketentuan tindakan kabar bohong dalam KUHP tersebut tidak dapat diterapkan untuk
menentukan suatu perbuatan dikatakan sebagai missrepresentation dan omission.
Pasal 380 Kuhp menetapkan, pertama, terdakwa hanya dapat dihukum menurut
pasal ini, apabila ternyata bahwa kabar yang disiarkan itu adalah kabar bohong.
Yang dianggap sebagai kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang
kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian,
kedua, menaikkan atau menurunkan harga barang-barang dan sebagainya dengan
menyiarkan kabar bohong itu hanya dapat dihukum, bahwa penyiaran kabar bohong
itu dilakukan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
Manipulasi Pasar
Investor di pasar Modal mempunyai hak untuk mengetahui bahwa harga yang
dibentuk di bursa merupakan harga wajar yang benar yang merupakan hasil proses
permintaan dan penawaran yang fair (adil), bukan harga yang terbentuk dari hasil
suatu rekayasa. Apabila harga yang terbentuk merupakan manipulasi, maka harga
tersebut bukan parameter investasi yang tepat.
Pihak yang melakukan manipulasi pasar dapat mengakibatkan banyak
investor mengalami kerugian. Jenis-jenis manipulasi diantaranya adalah
menciptakan gambaran yang salah mengenai perdagangan saham yang aktif,
peningkatan harga saham dalam rangka mendorong terjadinya jual-beli saham pada
harga yang terlalu tinggi yang sebenarnya merupakan harga yang bersifat artficial.
Ketika saham tersebut sudah terjual dengan harga yang tinggi, maka mereka segera
meninggalkan arena sehingga harga menjadi jatuh kembali dan mengakibatkan
banyak investor yang mengalami kerugian.
RUU Pasar Modalmenggariskan bahwa siap saja yang memberikan gambaran
yang salah mengenai transaksi yang terjadi di bursa merupakan tindakan yang
melanggar hukum. RUU Pasar Modal mendefenisikan bahwa manipilasi pasar sebagai
kejahatan yang dapat dikenakan hukuman berat.
Setiap emiten dilarang melakukan tindakan yang dapat menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan terhadap harga dan aktifitas perdagangan yang
dapat mengakibatkan suatu kondisi ;
☯ meningkatkan harga efek secara artificial yang menjadikan orang lain
terpengaruh untuk membeli
☯ menurunkan harga efek secara artificial yang mengakibatkan orang lain agar
terpengaruh untuk menjual.
☯ Menampilkan harga efek secara artificial untuk mempengaruhi orang lain agar
membeli atau menjual
☯ Melakukan suatu kegiatan yang memberi kesan kondisi efek tertentu tetap aktif
diperdagangkan
☯ Melakukan suatu kegiatan atas suatu efek tertentu dengan tujuan window
dressing
☯ Melakukan transaksi efek tanpa mengakibatkan perubahan pemilik penerima
manfaat.8
Secara bebas pengertian manipulasi adalah kegiatan yang melibatkan
serangkaian transaksi sehingga menyebabkan harga efek di bursa naik, tetap atau
turun bahkan menimbulkan kesan terciptanya perdagangan yang aktif dan kegiatan
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk membeli,
menjual atau menahan efek.
Jenis - jenis Manipulasi :9
8
lambock V Nahattands, Aspek Penegakan Hukum Dalam Kegiatan Pasar Modal, Makalah
Pada Seminar Perlindungan Masyarakat Investor, Jakarta, 14 Juni 1995, Hal 12
©2003 Digitized by USU digital library
9
a.
Missinformation/false information
Penyebarluasan informasi palsu untuk mempengaruhi harga di pasar.
Kegiatan ini biasanya dipergunakan untuk mendukung upaya market rigging
yang akan diuraikan di bawah ini.
b.
Market Rigging
Serangkaian kegiatan transaksi dengan menggunakan berbagai tekhnik dan
alat dengan tujuan untuk manipulasi
Misal :
a.
Wash Trading
Transaksi yang dilakukan untuk memberi kesan bahwa ada
perdagangan yang aktif untuk efek tertentu. Di sini penjual atau
pembeli pertam = penjual atau pembeli terakhir.
b.
Matching Orders
Suatu proses yang memadukan 2 perintah investor yang serupa dan
saling melengkapi untuk jumlah dan jenis efek yang sama dan pada
saat yang bersamaan. Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan kesan
adanya perdagangan aktif (yang sebenarnya semu), dan untuk
menaikkan harga.
Bedanya dengan Wash Sales : matching orders harus dilakukan dalam
waktu yang bersamaan.
c.
Pump-Dump Manipulation (pooling)
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menguasai sejumlah besar efek,
kemudian menjualnya pada saat yang tepat berdasarkan harga yang
telah diciptakannya karena penguasaan efek tersebut. Cara tambahan
yang dipakai bisa dengan wash sales, matching order, menguasai
market maker dan bahkan mempengaruhi security analist untuk
membuat analisis di media yang dapat mendorong harga efek tersebut
untuk naik.
Pooling ini dapat juga digunakan untuk menurunkan harga dari suatu
efek.
Churning
Biasanya terjadi dalam discretionary di mana Perantara Pedagang Efek
melakukan transaksi secara berlebihan atas biaya nasabah, guna mendapatkan
komisi berlipat ganda, tanpa memperhatikan kebutuhan dan tujuan investasi
nasabah yang bersangkutan.
Missrepresentation
Perbuatan ini biasanya ditandai dengan adanya keterangan (baik dalam
bentuk pernyataan lisan ataupun dalam dokumen tertulis) yang secara material tidak
benar atau menyesatkan. Test terhadap pengenaan tanggung jawab si pelaku dalam
hal ini dapat dilakukan antara lain berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Ia mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa jeterangan tersebut
secara material tidak benar atau menyesatkan ; atau
2. Ia tidak cukup hati-hati dalam menentukan kebenaran material dari
keterangan tersebut.10
9
Bacelius Ruru, Perlindungan Investor Dan Permasalahanya,Makalah Pada Seminar
Hubungan Antara Pemegang Saham, Direksi Dan Komisaris, Hak Wewenang Dan Tanggung
Jawabnya, Jakarta Convention Centre, 14 juni 1995. Hal 7 - 9
10
Soemarso. SR, Drs, Integritas Pasar Modal Dalam Rangka Menciptakan Pasar Modal
Yang Efisien, Makalah Pada Seminar Kajian Hukum Bekerja Sama Dengan BAPEPAM, Di
Jakarta Convention Centre, 19 Juni 1995
©2003 Digitized by USU digital library
10
Transparansi di Pasar Modal terutama ditujukan kerpada keterbukaan
perusahaan yang menawarkan efeknya di pasar modal (emiten). Emiten dituntut
untuk mengungkapkan semua informasi yang material mengenai keadaan bisnisnya
termasuk keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaannya kepada
masyarakat. Informasi yang diberikan ini harus merupakan informasi yang dijamin
kebenarannya.
Apabila informasi yang material yang seharusnya diketahui investor
ternyata tidak diungkapkan seluruhnya atau salah dalam mengungkapkannya
sehingga menimbulkan kerugian bagi investor, maka emiten wajib bertanggung
jawab atas kerugian yang diderita investor. Dengan demikian dapat kita ketahui
bahwa terdapat suatu mekanisme transparansi dan adanya jaminan atas kebenaran
informasi yang secara implisit terkandung unsur perlindungan bagi investor.
BAB III
ASPEK HUKUM KETERBUKAAN ( DISCLOSURE )
DI PASAR MODAL
A. Keterbukaan ( Disclosure ) Di Dalam Kegiatan Pasar Modal
Memang diakui bahwa Disclosure merupakan Terminologi yang teramat sering
dikumandangkan dalam dunia hukum pasar modal. Dan hukum pasar modal sendiri
seakan belum sah jika belum mengatur tentang Disclosure ini. Karena itu, tidak
heran jika peraturan perundang-undangan mengaturnya secara rinci tentang hal
yang bersangkutan.
Akan tetapi seperti telah pernah disinggung bahwa ada suatu dilema yang
inherent dalam hukum pasar modal itu sendiri. Disatu pihak hukum terus mengejar
dengan merinci sedetil-detilnya tentang hal-hal apa saja yang mesti di disclose oleh
pihak-pihak penyandang kewajiban disclosure. Akan tetapi di lain pihak hukum juga
harus memperoleh kepentingan-kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan
membuka informasi tersebut. Kepentingan tersebut seringkali bertentangan dengan
kewajiban disclosure, misalnya kepentingan suatu emiten untuk tidak mendisclose
tentang informasi tentang informasi yang tergolong rahasia perusahaan. Maka dalam
hal ini, sektor hukum harus jeli menimbang-nimbang dan menyelaraskan
kepentingan investor dan pasar terhadap suatu disclosure, dengan kepentingan
emiten atau pihak-pihak lain pemilik informasi.
Keselarasan di antara dua kepentingan yang contradiktif tersebut tercermin
dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa suatu disclosure di pasar modal
tidaklah semata-mata “full” tetapi juga mestilah “fair”, seperti yang tersimpul dalam
istilah full and fair disclosure.
Selain daripada itu, sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu sistem hukum
perdata kita, secara hukum dalam jual beli, si penjual diwajibkan untuk menanggung
atas seluruh cacat yang tersembunyi dari barang yang dijualnya tersebut.
Tetapi kemudian ternyata terhadap jual beli saham di pasar modal, kewajiban
menanggung cacat yang tersembunyi saja masih belum cukup, untuk itu
berkembanglah suatu teori hukum tentang kewajiban bagi suatu perusahan terbuka,
yaitu dkenal dengan kewajiban buka-bukaan yang dalam istilah Inggrisnya disebut
dengan full and fair disclosure.
Doktrin hukum tentang kewajiban buka-bukaan bagi suatu perusahaan
terbuka ini mempunyai karakteristik yuridis sebagai berikut :
1. Prinsip ketinggian derajat akurasi informasi
2. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi
3. Prinsip Equilibrium antara efek negatif kepada emiten di satu pihak, dengan di
pihak lain efek positif kepada publik jika dibukanya informasi tersebut
©2003 Digitized by USU digital library
11
Disamping itu, beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukan
informasi adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang salah sama sekali
b. Memberikan informasi yang setengah benar
c. Memberikan informasi yang tidak lengkap
d. Sama sekali diam terhadap fakta / informasi material. 11
Ke empat model pelanggaran ini di larang karena oleh hukum dianggap data
menimbulkan misleading bagi investor dalam memberikan judgementnya untuk
membeli atau tidak membeli suatu efek.
Alasan utama mengapa suatu disclosure dilakukan adalah agar pihak investor
dapat melakukan suatu informed decision untuk membeli atau tidak membeli suatu
efek.
Karena, suatu informed decision akan merupakan suatu landasan bagi
terbentuknya suatu harga pasar yang wajar. Dalam hal ini, suatu harga akan wajar
apabila dapat merefleksi intrinsic value dari efek, di mana intrinsic value sangat
bergantung pada seberapa efisien tersedianya informasi tentang perusahaan yang
bersangkutan.
Salah satu teori yang sangat dominan terhadap suatu harga efek yang juga
secara gamblang menunjuk bagaimana vitalnya kedudukan suatu informasi tentang
suatu perusahaan dalam hal seorang investor membeli suatu efek adalah apa yang
dikenal dengan Efdicient Market Hypothesis.
Teori ini mengajarkan bahwa suatu pasar akan efisien jika :
1.
Pergerakan harga dari suatu efek yang diperdagangkan di pasar mesti
merefleksi ketersediaan informasi ; dan
2.
Harga bergerak secara simultan dengan suatu informasi yang tidak ” bias ”.
Kewajiban Disclosure Emiten Pada Saat Go Publik
Pada saat seorang investor membeli saham di pasar modal, dia sudah harus
mengetahui dengan pasti segala sesuatu tentang saham yang bersangkutan.
Terutama harus diketahuinya tentang segala sesuatu yang penting berkenan dengan
perusahaan penerbit saham tersebut, yang disebut juga ” Emiten ” karena dari
situlah pihak investor dapat memprediksi apakah saham yang dibelinya itu bermutu
atau tidak. Sehingga apakah akan menguntungkan atau tidak jika dibeli.
Oleh karenanya, hukum menempatkan kewajiban disclosure ini menjadi
kewajiban yuridis bahkan seringkali hal tersebut menjadi salah satu titik fokus utama
dari aturan-aturan hukum yang berkenan dengan suatu pasar modal yang baik dan
tertib.
Keterbukaan Melalui Pembuatan Prospektus
Salah satu mekanisme agar keterbukaan informasi terjamin bagi investor
atau publik adalah lewat keharusan menyediakan suatu dokumen yang disebut ”
Prospektus” bagi suatu perusahaan dalam proses melakukan go publik.
Suatu prospektus harus benar-benar berisikan informasi yang penting apa
adanya. Banyak tuduhan sekarang bahwa emiten melakukan going publik di pasar
modal Indonesia banyak menyediakan prospektus secara tidak layak, yakni hanya
untuk :
1.
Sekedar memenuhikewajiban yuridisnya yang terbit dari peraturan-peraturan
yang ada. Jadi hanya sekedar basa-basi saja.
2.
Sekedar menjadi pengangkat image perusahaan (Self Congralatory
Prospectus)
11
Munir Fuady, Op,Cit Hal 79
©2003 Digitized by USU digital library
12
3.
Bahkan hanya sekedar iklan belaka bagi suatu perusahaan (emiten) untuk
dapat membuat saham-sahamnya menjadi laku di pasar modal, tidak
ubahnya seperti fungsi iklan-iklan yang ada di media massa.
Peraturan perundang-undangan dan praktek di pasar modal Indonesia
memperkenalkan tiga macam prospektus :
a. Prospektus biasa
b. Prospektus ringkas (wajib dimuat dalam dua surat kabar)
c. Prospektus dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menegah atau kecil.
Selanjutnya, Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberukan
rambu-rambu yuridis bagi suatu prospektus, yaitu sebagai berikut :
1.
Dilarang memuat hal-hal :
a. Keterangan yang tidak tentang fakta material
b. Tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta material.
2.
Memuat semua rincian tentang fakta material yang dapat mempengaruhi
keputusan pemodal
3.
Fakta dan pertimbangan yang paling penting ditempatkan pada tempat yang
paling awal.
4.
Ekstra hati-hati dalam penggunaan foto, diagram atau tabel karena sangat
potensial untuk terjadinya missleading.
5.
Diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan komunikatif
6.
Diungkapkan fakta material harus ditekankan sesuai bidang usaha atau
sektor industrinya.
7.
Mestilah terdapat pernyataab bahwa lembaga dan propesi penunjang pasar
modal yang disebut dalam prospektus tersebut bertanggung jawab
sepenuhnya atas data yang disajikan sesuai dengan fungsi mereka, sesuai
dengan peraturan yang berlaku di wilayah RI dan kode etik, norma serta
standar profesi masing-masing.
8.
Selanjutnya harusada pula pernyataan bahwa sehubungan dengan penawaran
umum, setiap pihak terafiliasi dilarang memberikan keterangan atau
pernyataan mengenai data yang tidak diungkapkan dalam prospektus tanpa
persetujuan tertulis dari emiten dan penjamin pelaksana emisi.
9.
Menurut penjelasan atas pasal 78 ayat (3) dari Undang-Undang Pasar Modal
No. 8 Tahun 1995, maka suatu prospektus sekurang-kurangnya memuat :
a. Uraian tentang penawaran umum.
b. Tujuan dan Penggunaan Dana Penawaran Umum.
c. Analisis dan Pembahasan mengenai kegiatan dan keuangan.
d. Resiko usaha.
e. Data keuangan
f. Keterangan dari segi hukum.
g. Informasi mengenai pemesanan pembelian efek, dan
h. Keterangan tentang Anggaran Dasar.
10.
Harus ada “klausula Huruf Besar” (yakni klausula yang dicetak dengan hurup
besar) yaitu terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK
MENYETUJUI EFEK INI. TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU
KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG
BERTENTANGAN
DENGAN HAL-HAL TERSEBUT DALAM PERBUATAN
MELANGGAR HUKUM.
b. EMITEN DAN PENJAMIN EMISI EFEK (jika ada) BERTANGGUNG JAWAB
SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA
MATERIAL, SERTA KEJUJURAN PENDAPAT DALAM PROSPEKTUS INI.
c. JIKA DIRENCANAKAN UNTUK MENSTABILISASI HARGA EFEK TERTENTU,
MAKA MESTI ADA KLAUSULA HURUF BESAR SEBAGAI BERIKUT :
©2003 Digitized by USU digital library
13
Dalam rangka mempertahankan harga pasar yang sama, baik jenis maupun
kelasnya dengan yang ditawarkan pada penawaran umum ini, penjamin emisi dapat
melakukan stabilisasi harga pada tingkat harga yang lebih tinggi dari yang mungkin
terjadi di bursa efek sekiranya tidak dilakukan stabilisasi harga. Jika penjamin emisi
melakukan stabilisasi harga maupun penawaran umum dapat dihentikan sewaktuwaktu.
Pada kenyataannya, isi dari suatu prospektus mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Informasi banyak bersifat kualitatif
umumnya informasi yang disajikan memang banyak yang bersifat kualitatif,
yang diduga banyak berpengaruh terhadap jalannya suatu perusahaan.
2. Taksiran-taksiran
Kalaupun ada informasi yang kuantitatif, umumnya dibuat atas dasar
taksiran-taksiran atau dengan menggunakan metode-metode penilaian.
3. Belum siap pakai
Banyak informasi dalam prospektus yang beluam siap pakai, sehingga agar
dapat dipakai untuk pengambilankeputusan perlu interpretasi dan analisis lebih
lanjut.
4. Rentang waktu
Karena ada rentang waktu antara waktu pembuatan prospektus dengan
waktu prospektus dibaca oleh publik, maka belum tentu informasi masih akurat,
terutama informasi yang berkenaan dengan keadaan ekonomi secara makro.
5. Resiko-resiko
Banyak resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi oleh suatu perusahaan
yang mesti pula diperhatikan dan resiko seperti disebut di dalam suatu prospektus,
seperti resiko terhadap bisnis, resiko ;ingkungan, resiko terhadap industri atau
resiko mengenai tidak likwidnya saham.
Kedudukan Yuridis Dari Prospektus
Dalam ilmu hukum pasar modal, sering dipersoalkan tentan kedudukan
hukum dari suatu prospektus. Jika misalnya sebagai akibat adanya prospektus yang
tidak benar, seorang terpancing untuk membeli suatu efek, dan karenanya ia
menderita kerugian. Maka secara hukum pihak investor tersebut secara hukum
dapat menggugat ganti kerugian, siap yang mesti digugat, dan apa yang menjadi
landasan yuridis dari gugatan tersebut.
Di Indonesia, pernah ada gugatan dari seorang investor karena dianggap
prospektus telah tidak benar dalam menyajikan informasi. Antara lain terjadi sekitar
tahun 1991. yaitu gugatan oleh investor yang membeli saham suatu bank, yang
prospektusnya dianggap tidak benar oleh penggugat, karena tidak dilaporkan dalam
prospektus tersebut terutama adanya kerugian yang cukup besar akibat kalah dalam
permainan valas oleh seorang direkturnya saat itu.
Yang digugat saat itu adalah pihak bank tersebut selaku emiten sebagai
tergugat ke satu sedangkan sebagai tergugat kedua adalah pihak underwritenya.
Hanya yang disayangkan akhirnya tidak jelas dan tidak terdengar kabar berita
tentang kelanjutan dari kasus tersebut.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 dengan tegas memberlakukan
prinsip bahwa prospektus adalah merupakan suatu dokumen. Konsekwensinya,
apabila ada seseorang yang menawarkan atau menjual suatu efek dengan
menggunakan prospektus yang memuat informasi yang tidak sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pihak tersebut mengetahui atau
sepatutnya mengetahui hal yang bersangkutan, maka dia wajib bertanggung jawab
secara hukum atas kerugian yang timbul sebagai akibat dari perbuatan tersebut.
©2003 Digitized by USU digital library
14
Untuk dapat membebankan tanggung jawab yuridis secara perdata kepada
pihak penyedia prospektus yang tidak benar tersebut, hukum mensyaratkan bahwa
sewaktu membeli efek, pihak pembeli efek yang bersangkutan tidak mengetahui
ketidak benaran isi prospektus tersebut. Jika dia telah mengetahui ketidak benaran
tersebut tetapi masih mau membeli efek, tentunya ia tidak dapat meminta ganti
kerugian. Sebab ini berarti pembeli tersebut sewaktu membeli efek telah melakukan
Risk Assumption, yaitu siap untuk ambil resiko. Jadi merupakan a part of the game
baginya. Lihat pasal 81 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Siapakah yang mesti bertanggung jawab secara yuridis jika ada pihak-pihak
yang menderita kerugian sebagai akibat dari adanya prospektus yang menyesatkan
itu ? Dalam hal ini dijawab oleh pasal 81 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1995, di mana
yang mesti bertanggung jawab adalah setiap pihak yang menawarkan atau menjual
efek dengan mempergunakan prospektus yang menyesatkan tersebut. Tentunya
pihak yang “menawarkan” atau “menjual” tersebut banyak, yakni dapat terdiri dari :
1. Emiten
2. Underwriter
3. Pialang
4. Bahkan investor yang ingin menjual kembali efek yang telah dibelinya itu.
Menurut pasal 81 ayat (1) tersebut, ke semua mereka harus bertanggung
jawab secara hukum.
Selanjutnya, jika mencari siapa yang mesti bertanggung jawab terhadap
pernyataan pendaftaran yang tidak benar (yang di dalamnya juga ada prospektus),
maka pasal 80. UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal tersebut menetapkan
bahwa mereka yang mesti bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersamasama adalah :
a. Setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran
b. Direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi
efektif
c. Penjamin pelaksana emisi efek
d. Profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikanpendapat
atau keterangan dan aas persetujuannya dimuat dalam pernyataan
pendaftaran.
Sehingga kemudian muncul pula teori yang menyatakan bahwa sebaiknya
pembuata suatu prospektus itu ditujukan kepada orang-orang profesional atau para
ahli, mengingat orang kebanyakan (the man in the street) tidak akan pernah mau
membaca prospektus.
Sebenarnya, selain dari informasi tentang emiten yang terdapat dalam
prospektus, masih banyak informasi lain diluar prospektus tetapi juga tersedia bagi
publik. Seorang investor yang ingin membeli saham, atau siap saj yang berminat
dengan informasi tertentu dapt memperolehnya dari pihak otoritas tertentu, seperti
di BAPEPAM misalnya, sungguhpun informasi tersebut tidak termasuk dalam
dokumen yang namanya prospektus tersebut, jadi sebenarnya prospektus tersebut
hanya sebahagian saja dari informasi yang diperuntukan untuk publik.
Disclosure Via Legal Audit Dan Legal Opinion
Legal Audit (pemeriksaan hukum) dan legal opinion (pendapat hukum)
merupakan dokumen-dokumen yang wajib dibuat oleh seorang konsultan hukum
ketika suatu perusahaan melakukan penawaran umum dalam proses go publik.
Sungguhpun begitu ada juga legal audit dan legal opinion yang dibuat untuk
kepentingan lain selain untuk going publik. Misalnya legal audit yang dibuat untuk
kepentingan merger dan akuisisi.
Sebagaimana diketahui bahwa ketika akan dilakukan go publik, bahwa
disamping keharusan membuat legal opinion, harus juga membuat legal audit. Legal
©2003 Digitized by USU digital library
15
opinion dimasukkan dalam prospektus, sementara legal audit tidak dimuat dalam
prospektus tetapi tersedia juga sebagai publik information.
Beberapa prinsip yang seharusnya diikuti dalam hal seorang konsultan hukum
membuat legal audit adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan dibuatnya legal audit adalah untuk memenuhi prinsip disclosure di
pasar modal. Karena itu, laporan legal audit harus tersedia bagi publik
information.
2.
Legal audit dipakai oleh seorang konsultan hukum sebagai landasan untuk
membuat suatu dokumen lain yang disebut legal opinion.
3.
Dalam
membuat
legal
audit,
seorang
konsultan
hukum
harus
mengobservasikan hal-hal yang bersifat material dari emiten.
4.
Dalam membuat suatu legal audit, konsultan hukum harus menggunakan
pendekatan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan dokumen
c. Pemeriksaan berdasarkan informasi
Apabila pemeriksaan dilakukan berdasarkan dokumen, maka konsultan
hukum harus menganalisis keabsahan dokumen yang bersangkutan. Sedangkan jika
pemeriksaan dilakukan berdasarkan informasi, informasi tersebut haruslah diteliti
kebenarannya.
Tentang apa yang harus diperiksa dan dilaporkan oleh seseorang konsultan
hukum dalam legal auditnya untuk suatu perusahaan yang melakukan going publik.
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal telah mengeluarkan standarnya secara
ringkas, yaitu sebagai berikut :
1. Anggaran Dasar Emiten berikut perubahannya.
Dalam hal ini, yang minimal harus diperiksa dan dilaporkan adalah sebagai
berikut :
# Pengesahan akta pendiriasn dan persetujuan atas perubahan-perubahannya
# Pengumuman dalam berita negara/tambahan berita negara
a. terhadap akta pendirian
b. Terhadap seluruh perubahan anggaran dasar
2. Permodalan dan Saham
a. Besarnya Modal pasar, modal ditempatkan dan modal setorpada saat terakhir
sebelum emisi dan perubahannya dalam rangka emisi.
b. Jenis – jenis saham yang dikeluarkan emiten
c. Buku daftar saham
d. Susunan pemelikan saham
e. Bukti tentang penyetoran modal
f. Pengendalian terhadap emiten.
3. Direksi dan Dewan Komisaris
a. Keabsahan direksi dan dewan komisarisyang sedang menjabat
b. Status kewarganegaraan
c. Ketersangkutannya dalam perkara perdata, pidana, perburuhan, arbitrase
atau lainnya.
4. Izin dan Persetujuan
a. Kelengkapan izin dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan
b. NPWP dan Nomor Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Izin-izin lain seperti ; izin usaha, izin undang-undang gangguan, izin lokasi,
izin mendirikan bangunan, izin penggunaan bangunan, izin untuk pabrik,
analisis mengenai dampak lingkungan, izin pengolahan limbah, pendaftaran
tentang produk, tanda daftar perusahaan
dalam rangka wajib daftar
perusahaan.
©2003 Digitized by USU digital library
16
5. Asset
Seperti :
Tanah, bangunan-bangunan, kepemilikan saham di perusahaan lain, hak milik
intelektual, mesin-mesin dan peralatan serta kenderaan.
6. Asuransi
Seperti :
Jenis asuransi, pihak tertanggung, objek yang diasuransikan, jumlah
pertanggungan, jangka waktu asuransi dan tanggal berlakunya
7. Tenaga kerja
Seperti :
Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahaan, kesepakatan kerja bersama atau
peraturan perusahan, penggunaan tenaga kerja asing, jaminan sosial karyawan
dan keikut sertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), unit
serikat pekerja seluruh indonesia di emiten, koperasi karyawan, program dana
pensiun untuk karyawan, upah minimum regional, dan izin-izin khusus di bidang
ketagakerjaan (misalnya jika karyawan bekerja malam hari)
8. Penyertaan Pada Perusahaan Lain
a. Jika penyertaan 50% atau lebih, maka perlu dilakukan full audit,
b. Jika kurang dari 50% tetapi merupakan pengendali, perlu diselidiki keabsahan
penyertaan tersebut (dengan meneliti permodalan, dan sebagainya)
9. Perjanjian-perjanjian
Seperti : Perjanjian kerja sama, perjanjian pinjam uang, perjanjian usaha
patungan, perjanjian penggunaan merek, perjanjian lisensi, perjanjian distribusi
atau keagenan, perjanjian bantuan teknik, perjanjian pemasokan bahan baku,
10. Persetujuan Dalam Rangka Emisi Efek
Seperti : Perjanjian penjaminan emisi, perjanjian dengan agen penjualan,
perjanjian dengan biro administrasi efek, perjanjian pendahuluan pencatatan
efek, perjanjian pembelian sisa efek, perjanjian perwali amanatan (untuk
obligasi), perjanjian agen pembayaran (untuk obligasi), dan perjanjian agunan
atau penaggungan (untuk obligasi)
11. Perkara-perkara
a. Surat keterangan dari Pengadilan Negeri atau badan-badan lain tentang
keterlibatan dalam perkara dari pihak emiten, anggota direksi dan anggota
komisaris.
b. Surat pernyataan dari masing-masing anggota direksi dan anggota komisaris
tentang ketidak terlibatan emiten dalam perkara.
Disamping keterbukan informasi, khususnya informasi hukum yang
dipaparkan lewat legal audit, diwajibkan juga pemaparan informasi huku lewat
dokumen yang disebut legal opinion (pendapat hukum). Dokumen ini berisikan
penilaian/pendapat mengenai hal-hal yang secara hukum dianggap penting dan
material mengenai aspek-aspek yuridis dari suatu perusahaan. Jadi dibandinmgkan
dengan legal audit, dokumen legal opinio ini lebih ringkas tanpa memaparkan fakta
atau data tetapi lebih menitik beratkan kepada pendapat terhadap fakta atau data
tersebut. Dokumen yang disebut pendapat hukum ini mesti dimuat dalam prospektus
tetapi juga tersedia untuk public information.
Kewajiban Disclosure Emiten Setelah Go Publik
Di samping kewajiban disclosure emiten sebelum go publik (dalam proses go
publik), maka terdapat juga kewajiban disclosure dari pihak emiten yang wajib
dilakukannya setelah go publik. Dan kewajiban ini berlangsung terus selama
perusahaan yang bersangkutan masih merupakan perseroan terbuka.
©2003 Digitized by USU digital library
17
Kewajiban disclosure setelah proses going publik dapat terjadi lewat
instrumen disclosure sebagai berikut :
1.
Laporan berkala dari emiten, khususnya bidang keuangan
2.
Laporan insidentil bersifat umum
3.
Laporan insidentil bersifat khusus, termasuk di dalamnya adalah hal-hal
sebagai berikut:
a. Benturan kepentingan
b. Realisasi penggunaan dana
c. Jika terjadi tender offer
4.
Lapaoran insidentil atas permintan, yaitu atas permintaan pihak-pihak
sebagai berikut :
a. Bapepam
b. Pejabat lainnya, seperti Bank Indonesia
c. Pemegang saham
5. Laporan pihak tertentu, yaitu pihak – pihak sebagai berikut :
a. Akuntan publik
b. Pemegang saham tertentu
c. Manajer investasi
d. Dan pihak-pihak lainnya yang dimaksudkan dalam pasal 85 UndangUndang No. 8 Tahun 1995.
1. Laporan Keuangan Berkala Oleh Emiten
Salah satu bentuk disclosure setelah proses go publik adalah laporan berkala
yang rutin harus dilakukan oleh emiten. Pasal 86 huruf (a) membebankan kewajiban
penyampaian laporan keuangan berkala tersebut kepad emiten , laporan mana
disampaikan kepada Bapepam dan diumumkan kepada masyarakat.
Laporan keuangan berkala oleh emiten tersebut terdiri dari :
1. Laporan Tahunan
2. Laporan Semesteran
Prinsip – prinsip dari laporankeuangan berkala adalah sebagai berikut:
1.
Harus disajikan dalam bahasa indonesia
2.
Disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama denga tahun
sebelumnya jika ada
3.
Berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yakni
standar akuntansi keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) dan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal yang ditetapkan oleh
Bapepam.
4.
Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan
pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam.
5.
Laporan tahunan wajib diumumkan kepada publk, yakni yang merupakan
neraca, laporan rugi laba, laporan komitmen dan kontinjensi (khusus
perbankan) wajib diumumkan dalam dua surat kabar, salah satu diantaranya
beperedaran nasional,sementara bagi perusahaan menengah dan kecil cukup
dalam satu surat kabar berperedaran nasional. Sementara itu, untuk laporan
keuangan tengah tahunan, cukup diumumkan dalam salah satu surat kabar
berperedaran nasional.
Laporan Keuangan Berkala yang harus disampaikan kepada Bapepam terdiri
dari :12
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan saldo laba
12
Lihat Keputusan Ketua BApepam No. Kep-97/PM/1996 Tentang Pedoman Penyajian Laporan
keuangan.
©2003 Digitized by USU digital library
18
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan
f. Laporan lain-lain
2. Laporan Insidentil Kejadian Material Oleh Emiten
Kepada emiten juga dibebankan suatu keharusan melakukan laporan
insidentil perbuatan material. Maksudnya, perundang-undangan di bidang pasar
modal membebankan kewajiban kepada emiten untuk melaporkan kepada Bapepam
dan mengumumkan kepada masyarakat seepat mungkin (paling lambat di hari
kedua) setelah terjadinya kejadian material yang diperkirakan dapat mempengaruhi
harga efek.
Menurut pasal 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,yang dimaksud
dengan informasi atau kejadian/fakta material adalah segala informasi atau fakta
penting dan relevan tentang peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga efek I Bursa Efek dan atau keputusan pemodal. Calon
pemodal,atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa material yang mesti dilaporkan
kepada BApepam dan diumumkan kepada masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Kejadian tersebut terjadi pada emiten
2. Kejadian tersebut dapat mempengaruhi harga efek di Bursa Efek
3. Dan atau kejadian yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal, calon
pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi tersebut 4. Tidak
dikecualikan berdasarkan ketentuan yagditetapkan oleh Bapepam
Penjelasan atas pasal 1 angka 8 dari Undang-Undang No. 8 Tahun Tahun
1995 tentang Psar Modal memberikan beberapa contoh kejadian atau informasi
material, yaitu sebagai berikut :
a. Merger, konsolidasi, akuisisi atau pembentukan usaha baru
b. Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya
c. Pemecahan saham atau pembagian dividen
d.
Perolehan atau kehilangan kontrak penting
e.
Produk atau penemuan baru yang berarti
f. Perubahan tahun buku perusahaan
g. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen
Kemudian ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 1995 tersebut djabarkan lebih
lanjut dalam salahsatu peraturan pelaksanaannya, yaitu lewat Keputusan Ketua
Bapepam No. Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera
Diumumkan Kepada Masyarakat (Publik). Antara lain ditentukan bahwa apabila
terjadi kejaidan atau fakta material, maka haruslah melaporkan kepada BApepam,
dan mengumumkannya kepad masyarakat selambat-lambatnya pada hari kerja ke
dua setelah kejadian tersebut.
Dalam keputusan ketua Bapepam tersebut (No. 86/Pm/1996) kembali
diberikan contoh (yang lebih terperinci) tentang informasi atau kejadian material
yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai efek dari perusahaan tersebut atau
keputusan investasi modal.
Contoh-contoh informasi atau fakta material tersebut adalah sebagai berikut :
1. Merger, konsolidasi, pembeli saham atau pembentukan usaha patungan.
2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham
3. Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting
5. Produk atau penemuan baru yang berarti
6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen
7. Pengumuman pembeli kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang
©2003 Digitized by USU digital library
19
8.
Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material
jumlahnya
9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material
10. Perselisihan tenaga kerja yang relatifpenting
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan
komisaris perusahaan
12. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain
13. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan
14. Penggantian wali amanat
15. Perubahan tahun fiskal perusahaan
3. Laporan Insidentil Khusus
Disamping untuk hal-hal seperti telah disebutkan di atas, maka menurut UU
No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
serta berbagai perundang-undangan
lainnya, masih banyak kejadian atau hal lain yang mesti dilaporkan atau bahkan
diumumkan kepada masyarakat.
Beberapa di antara kewajiban menyampaikan laporan insidentil khusus adalah
sebagai berikut :
a. Laporan Karena Bentiran Kepentingan
Yang dimaksud dengan benturan kepentingan di sini adalah adanya
kepentingan ekonomis yang berbeda antara perusahaan dengan pribadi direktur,
komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. perundang-undangan
mensyaratkan agar umumnya transaksi yang mempunyai benturan kepentingan
tersebut harus disampaikan kepada Bapepam sebagai informasi kepada masyarakat.
Lihat Keputusan KEtua Bapepam No. Kep-84/PM/1996. Bahkan dalam hal terjadinya
benturan kepentingan dalam bentuk yang secara populer dikenal dengan istilah
“akuisisi internal” maka di samping harus memenuhi berbagai persyaratan lainnya,
dipersyaratkan pula agar pengumuman akan diselenggarakan rapat umum
pemegang saham (RUPS) mesti dilakukan lewat dua surat kabar yang beredar secara
nasional
b. Laporan Realisasi Penggunaan Dana
Karena dana hasil dari listingnya emiten diperoleh dari masyarakat (investor
publik) maka masyarakat tetap berkepentingan agar dana tersebut dipergunakan
sesuai dengan yang semula dijanjikan oleh emiten. Untuk itu sebagai
pengawasannya, maka emiten wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan
dana hasil penawaran umum tersebut kepada Bapepam selama sisa dana tersebut
dilakukan secara bertahap setiap tiga bulan sekali, yaitu bulan Maret, Juni,
September dan Desember yang dalam hal ini disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya.
c. Keterbukaan Informasi Dalam Hal Terjadinya Tender Offer
Menurut pasal 83 UU. No. 8 Tahun 1995, maka pihak yang melakukan
penawaran tender untuk membeli efek pada perusahaan terbuka wajib mengikuti
ketentuan mengenai keterbukaan kewajaran, dan pelaporan sebagaimana ditetapkan
oleh perundang-undangan.
Keterbukaan informasi dalam hal dilakukannya tender ini dilakukan dengan
(1) kewajiban melakukan tender offer itu sendiri (2) kewajiban mengumumkannya
dalam surat kabar, (3) pemberitahuan kepada Bapepam.
d. Keterbukaan Informasi dalam Hal Terjadinya Merger, Akuisisi dan
Konsolidasi.
Merger (penggabungan), akuisisi (pengambil alihan), dan konsolidasi
(peleburan) merupakan suatu topik bergengsi sekaligus krusial dalam hukum
perseroan. Karena itu UU No. 8 Tahun 1995 tentang Psar Modal vide Pasal 84
menghendaki agar setiap merger, akuisisi, dan konsolidasi wajib mengikutiketentuan
mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan. Disamping itu ketentuan
©2003 Digitized by USU digital library
20
keterbukaan untuk hal tersebut seperti yang ada dalam UU No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas juga dianggap berlaku, antara lain menyangkut dengan
kewajiban mengumumkan dalam surat kabar.
e. Laporan Oleh Pemegang Saham Tertentu
Setidak-tidaknya ada dua kelompok pemegang saham yang oleh perundangundangan diharuskan untuk menyampaikan laporannya kepada Bapepam, yang
salinan dan laporan tersebut harus tersedia untuk dilihat oleh publik.13
Laporan itu sendiri harus dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 10
(sepuluh) hari sejak terjadinya transaksi. Laporan tersebut dibebankan kepada :
a. Jika direktur atau komisaris memegang saham dari perusahaan terbuka tersebut
Dalam hal ini yang perlu dilaporkan adalah kepemilikannya dan setiap perubahan
kepemilikannya.
b. Para pemegang saham yang memiliki 5% saham atau lebih dari saham setor
f. Laporan Oleh Pihak-Pihak Lainnya
Disamping pihak-pihak seperti telah disebutkan di atas, maka masih banyak
pihak-pihak lain yang oleh perundang-undangan diharuskan melakukan
disclosure, antara lain
lewat kewajiban melakukan pelaporannya kepada
Bapepam. Pasal 85 UU No. 8 Tahun 1995 dengan tegas membebankan
kewajiban menyampaikan laporan berkala dan insidentil) kepada Bapepam Bursa
Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Biro
Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali Amanat, dan pihak-pihak lainnya yang
telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
B.
Sanksi Atas Pelanggaran KEterbukaan (Disclosure) Terhadap Emiten Di
Pasar Modal
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menetapkan sanksi
hukum terhadap pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan, berupa sanksi
administratif, pidana dan perdata. Pasal 102 menentukan kewenangan Bapepam
untuk memberikan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-Undang Psar Modal
tersebut. Sedangkan pasal 104 dan pasal 107 Undang-Undang Psar Modal itu
menentukan pemberian sanksi pidana bagi pihak yang melakukan perbuatan yang
menyesatkan dalam bentuk misrepresentation dan omission, sertainsider trading
pasal 111 Undang-undang Pasar Modal tersebut menentukan pula sanksi perdata
berupa pertanggung jawaban ganti kerugian.
Masalah pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam mekanisme pasar modal
Indonesia perlu diatasi, oleh karena masalah tersebut menjadi penghambat
pelaksanaan prinsip keterbukaan, yang pada gilirannya membuat pelaku pasar
modal sulit memperoleh informasi yang mengandung nilai akurat. Masalah
pelaksanaan prinsip keterbukaan berpusat pada konsep fakta material yang masih
membutuhkan pengembangan. Alasan pengembangan konsep fakta material itu
didasarkan pada ukuran fakta material yang selama ini diterapkan kurang dapat
memberikan penafsiran yang luasmengenai fakta material.
Penyampaian Informasi Yang Tidak Benar Dan Perbuatan Manipulasi.
Pasal 78 (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Menyebutkan :
Setiap Prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang
Fakta Material atau tidak memuat keterangan yang benar tentang Fakta
Material ang diperlukan agar prospektus tidak membeikan gambaran yang
menyesatkan.
13
Lihat Pasal 87 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 dan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep82/PM/1996
©2003 Digitized by USU digital library
21
Pasal 79 (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Menyebutkan :
Setiap pengumuman dalam media massa yang berhubungan dengan suatu
penaaran umum dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang
fakta material dan atau tidak memuat pernytaan tentang fakta material
yang diperlukan agar keterangan yang dimuat di dalam pengumuman
tersebut tdak memberikan gambaran yang menyesatkan.
Pasal 80 (1) menyebutkan :
Jika pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum memuat
informasi yang tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat
informasi tentang fakta material sesuai dengan ketentuan undang-undang
ini dan atau peraturan pelaksanaannya sehingga informasi dimaksud
menyesatkan, maka setiap pihak yang menandatangani pernyataan
pendaftaran direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan
pendaftaran menjadi efektif penjamin pelaksana emisi efek; dan profesi
penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau
keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran
wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama atas
kerugian yang timbul akibat perbuatan yang dimaksud.
Namun dalam hal ini Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tidak menyebutkan
ancaman hukuman yang spesifik atas pelanggaran pasal 78 (1), pasal 79 (1) dan
pasal 80 (1) tersebut, mungkin pasal 10714 dapat diterapkan perbuatan-perbuatan
yang disebutkan dalam pasal 78 (1), PASAL 79 (1) Dan Pasal 80 (1) UU No. 8 Tahun
1995.
Pasal 90 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 menyebutkan :
Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung atau tidak
langsung :
a. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau
cara apapun.
b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain ; dan
c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri
sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk
membeli atau menjual Efek.
Pasal 91 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 menyebutkan :
Setiap pihak dilarang melakukan tindakan baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau
menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga
Efek di Bursa Efek.
Pasal 92 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 menyebutkan :
Setiap pihak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain,
dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun
tidak langsung, sehingga menyebabkan harga efek di Bursa Efek tetap, naik
atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual,
atau menahan efek.
14
Pasal 107 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Menyebutkan Setiap Pihak Yang Dengan Sengaja
Bertujuan Menipu atau Merugikan Pihak Lain atau Menyesatkan Bapepam, Menghilangkan,
Memusnahkan, Menghapuskan, Mengubah, Mengaburkan, Menyembunyikan, atau Memalsukan Catatan
Dari Pihak Yang Memperoleh Izin, Persetujuan, Atau Pendaftaran Termasuk Emiten dan Perusahaan
Publik Diancam dengan Pidana Penjara Paling Lama 3 (tiga) Tahun dan Denda Paling Banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lLima Milyar Rupiah).
©2003 Digitized by USU digital library
22
Pasal 93 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 menyebutkan :
Setiap pihak dilarang dengan cara apapun membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan
sehinga mempengaruhi harga efek di Bura Efek apabila pada saat pernyatan
dibuat atau keterangan diberikan :
a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan.
b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Penipuan efek yang paling umum adalah menggunakan pernyataan yang
salah atau menyesatkan yang mengakibatkan suatu kerugian pihak yang membeli
atau menjual efek. Mengingat efek merupakan intangible legal rights (hak-hak yang
secara hukum abstrak), maka investor harus mengandalkan statement (pernyataan)
yang dibuat oleh perusahaan efek menyangkut sifat hak (right) tersebut.15
Dengan demikian dalam rangka menjalankan fungsinya untuk melindungi
investor, BAPEPAM perlu diberi wewenang untuk melakukan investigasi judicial.
Alasan kewenangan judicial tersebut adalah karena penipuan efek
menyangkut tehnik yang canggih dan memerlukan keahlian khusus untuk dapat
menyeret pelakunya ke pengadilan.
Dalam rangka meminimalisasikan kemungkinan penipuan efek, RUU Pasar
Modal menetapkan sanksi yang ketat bagi siapa saja yang bertindak sebagai
finansial perantara perdagangan efek di pasar modal tanpa izin dan bahkan dapat
dikenakan penalty (hukuman) yang lebih berat bagi siapa saja yang terlibat dalam
aktifitas penipuan.
Penerapan Sanksi Pidana Di Pasar Modal
Salah satu kelebihan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995
dibandingkan dengan Undang-Undang Pasar Modal sebelumnya, yaitu UndangUndang No. 15 Tahun 1952 adalah pengenaan sanksi yang lebih beragam dengan
ancaman hukuman yang lebih berat. Langkahyang diambil oleh Undang-Undang No.
8 Tahun 1995 ini sangat penting artinya dalam hal dapat lebih menegakkan hokum
di pasar modal ini. Yakni agar para pelaku pidana dapat lebih jera. Walaupun faktor
hukuman ini bukanlah jaminan satu-satunya agar hokum di pasar modal dapat
tegak. Masih banyak faktor lain, seperti aplikasinya ke dalam praktek hokum, faktor
penegak hokum dan lain-lain sebagainya.
Seperti juga tindak pidana secara umum yang berdasarkan kepada KUH
Pidana, maka Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, vide Pasal 103 sampai
dengan pasal 110, juga mengkategorikan tindak pidana ke dalam dua bagian, yaitu
(1) tindak pidana kejahatan, dan (2) tindak pidana pelanggaran.
Adapun kejahatan dengan ancaman hukuman maksimum 10 tahun penjara
dan denda maksimum 15 miliar rupiah.
a. Barang siap yang secara langsung atau tidak langsung :
- menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana atau
cara apapun
- turut serta menipu atau mengelabui pihak lain, dan
- membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau
tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang
dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat
pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
15
Erman Rajagukguk, Kemungkinan-Kemungkinan Tindak Pidana Dalam Kgiatan Pasar Modal, Seminar
Hukum fakultas Hukum UGM 28 September 1996, Yogyakarta.
©2003 Digitized by USU digital library
23
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan
tujuan mempengaruhi pihak lain.
b. Barang siapa yang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau
menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga
efek di bursa efek.
c. Barang siapa dengan cara apapun membuat pernyataan atau memberikan
keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga
mempengaruhi harga efek di bursa efek apabila pada saat pernyataan dibuat
atau keterangan diberikan :
- dia mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau
keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan,
atau
- pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut
Sanksi Administrasi Di Pasar Modal
Selain dari sanksi pidana dan perdata sebagaimana baru saja dijelaskan di
atas, hokum pasar modal juga mengintrodusir juga sanksi-sanksi lain, yakni dalam
kelompok yang disebut dengan sanlsi administratif
Pihak yang mempunyai wewenang untuk menjatuhkan sanksi administratif
terhadap pelanggaran hokum di bidang pasar modal adalah Bapepam, karena oleh
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 102 16 , telah diberikan
kewenangan tersebut dan tata cara penagihan sanksi administrative berupa denda
telah diatur dalam keputusan ketua Bapepam nomor : Kep-21/Pm/1999 Tanggal 5
Agustus 1999 .17
16
Pasal 102 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 menyebutkan :
(1) Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-Undang
ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap pihak yang
memperoleh izin, persetujuan , atau pendaftaran dari Bapepam
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa :
a. Peringatan tertulis.
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
c. Pembatasan kegiatan usaha
d. Pencabutan izin usaha
e. Pembatalan persetujuan
f. Pembekuan kegiatan usaha
g. Pembatalan pendaftaran
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
17
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-21/PM/1999 tanggal 5 Agustus 1999.
1. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan :
a. Pihak adalah orang perseorangan perusahaan, usaha bersama,
asosiasi, atau kelompok terorganisasi.
b. Denda adalah kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada negara karena pelanggaran terhadap Undang_undang
Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya.
c. Bunga adalah sejumlah uang yang timbul sebagai akibat tidak
dipenuhinya kewajiban pembayaran denda dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
d. Piutang negara adalah sejumlah uang yang wajib dibayar pada
negara atau badan-badan baik secara langsung maupun tidak
©2003 Digitized by USU digital library
24
Sementara itu, pihak yang dapat dijatuhkan sanksi administrative tersebut
adalah :
1. Pihak yang memperoleh izin dari Bapepam
2. Pihak yang memperoleh persetujuan dari Bapepam
3. Pihak yang melakukan pendaftaran kepada Bapepam
Selanjutnya ketiga pihak tersebut dapat diperinci secara lebih konkret
menjadi 25 golongan sebagai berikut :
1. Emiten
2. Perusahaan Publik
3. Bursa Efek
4. Lembaga kliring dan penjaminan
5. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
6. Reksa Dana
7. Perusahaan Efek
8. Penasehat Investasi
9. Wakil Penjamin Emisi Efek
10 Wakil Perantara Pedagang Efek
11. Wakil Manajer Investasi
12. Biro Administrasi Efek
13. Kustodian
14. Wali Amanat
15. Notaris
16. Konsultan hukum
langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu perjanjian,
peraturan atau sebab apapun.
2. Kepala Biro Perundang-undangan dan bantuan Hukum Bapepam atas nama
ketua Bapepam mengeluarkan surat pengenaan dan penagihan sanksi
administratif berupa denda serta melimpahkan piutang macet.
3. Setiap yang telah dikenakan sanksi denda wajib segera melunasi dan
menyampaikan bukti pembayaran kepada Bapepam dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak surat sanksi administrtif berupa denda ditetapkan
4. Pembayaran sanksi administratif berupa denda ditujukan kepada kantor
kas negara dengan menggunakan formulir surat setoran penerimaan
negara bukan pajak (SSBP) dengan kode Map. 0892.
5. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam angka 3 denda
tidak dilunasi, Bapepam akan memberikan surat tegoran pertama untuk
segera melunasi denda beserta bunga atas denda selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari sejak ditetapkannya surat tegoran pertama.
6. Besarnya bunga sebagaimana dimaksud dalam angka 5 ditetapkan sebesar
2 % perbulannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997
tentang penerimaan negara bukan pajak.
7. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada surat tegoran
pertama, sanksi administratif berupa denda beserta bunga tidak dilunasi,
maka Bapepam akan memberikan surat tegoran kedua dengan jangka
waktu pelunasan selambat-lambatnya 14 hari sejak ditetapkannya surat
tegoran tersebut.
8. Apabila jangka waktu yang diberikan dalam surat tegoran kedua untuk
melunasi piutang telah lewat, maka piutang dikategorikan sebagai piutang
macet yang pengurusannya dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang
Negara (PUPN)/ Badan Urusan Piutang Dan Lelang NEGARA (BUPLN)
©2003 Digitized by USU digital library
25
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Akuntan Publik
Penilai
Pihak lain yang memperoleh izin/persetujuan pendaftaran dari Bapepam
Direktur dari Perusahaan Publik
Komisaris Perusahaan Publik
Pemegang minimal 5 % Saham Perusahaan Publik
Direktur dari Emiten
Komisaris dari Emiten
Pemegang Minimal 5% Saham dari Emiten
Selanjutnya Pp No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
bidang Pasar Modal Bab XII tentang sanksi administrative pasal 61 yang
menyebutkan ;
Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan efek,
Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek,
Wakil Manajer Investasi, Biro Administrasi Efek, Kustodian, Wali Amanat, Profesi
Penunjang Pasar Modal, dan pihak lain yang telah memperoleh izin, pesetujuan,
atau pendaftaran dari Bapepam, serta direktur, komisaris, dan setiap pihak yang
memilikisekurang-kurangnya 5 % saham Emiten atau Perusahaan Publik, yang
melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Pasar Modal dikenakan sanksi administrative berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
c. Pembatasan kegiatan usaha
d. Pembekuan kegiatan usaha
e. Pencabutan izin usaha
f. Pembatalan persetujuan, dan
g. Pembatalan pendaftaran18
Pasal 63 juncto pasal 64 memperinci tentang hukuman denda administrasi,
yaitu terdiri dari empat kategori sebagai berikut :
1.
Denda rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) perhari dengan
maksimum Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2.
Denda Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) perhari dengan
maksimum Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
3.
Denda maksimum Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
4.
Denda maksimum Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Tentang masing-masing sanksi pidana, sanksi perdata dan sanksi
administratif tentunya berlaku prinsip hokum yang umum dipraktekkan yakni
ke tiga jenis sanksi tersebut dapat (tetapi bukan harus) berlaku secara
kumulatif sekaligus 19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Oari uraian yang telah dikemukakan di atQs, kita dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Suatu keputusan investasi akan menyangkut suatu resiko. Untuk itu investor di
Pasar Modal perlu melakukan suatu analisis yang mendalam
18
Lihat PP No. 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar
Modal
19
Ibid
©2003 Digitized by USU digital library
26
atQs semua informasi yang disajikan oleh emiten. OJ lain pihak emiten dituntut
untuk lebih transparan dalam menyajikan informasi penling yang seharusnya
diketahui oleh investor. Emiten harus bertanggung jawab penuh 1er~'adap akurasi
dan kelengkapan informasi yang disajikan.
Oemikian pula halnya dengan lembaga dan profesi penunjang pasar modal serta
pihak-pihak terkait dalam suatu pernyataan pendaftaran harus. bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita oleh investor sebagai akibat informasi yang disajikan
tidak benar dan menyesatkan.
2. Penerapan sanksi semestinya tidak semata-mata dimQksudkan untuk menghukum
pelau pelanggaran, tetapi juga dapat menyediakan berbagai alternatif penyelesaian
bagi masyarakat pemodal yang dirugikan akibat pelanggaran yang terjadi, termasuk
mengenai masalah memadai atau tidaknya penyelesaian yang tersedia. Oalam halhal tertentu, mungkin saja penyelesaian dalam bentuk dan dengan cara lain akan
lebih efektif
daripada sekedar sanksi pidana terhadap pelaku pelanggaran. Bahkan dapat
dikatakan bahwa dalam rangka kegiatan penawaran dan perdagangan efek,
penyelesaian perdata dan administratif seyogyanya ditempuh lebih dahulu secara
tuntas sebelum dilakukan penyelesaian secara perdana. Misalnya, apabila kerugian
yang timbul akibat suatu pelanggaran dapat diselesaiakn secara administratif atau
perdata,
maka
tergantung
pada
besar
kecilnya
unsur
pasar
secara
terbuka/keseluruhan, dapat saja diputuskan bahwa pelanggaran yang terjadi tidak
perlu diteruskan ketingkat penuntutan. Jadi, sanksi atas pelanggaran keterbukaan
(disclosure) ditentukan oleh Bapepam.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah :
1. Melalui sistem disclosure, diharapkan tindakan-tindakan yang .merupakan distorsi
dalam kegiatan penawaran den perdagangan Iefek dapat dicegah atau dideteksi
sedini mungkin. Setidaknya masyarakat pemodal yang berkepentingan mempunyai
kesempatan untuk mengambil keputusan investasi berdasarkan informasi yang
lengkap dan akurat, sehingga dapat berlangsung mekanisme pasar merupakan hasil
proses alokasi sumber daya secara efisien. Disisi lain, penetapan aturan main
dengan standar minimal tertentu dalam kegiatan penawaran dan perdagangan efek
akan mendorong setiap pihak yang berkepentingan untuk lebih hati-hati sehingga
tidak hanya dapat menghindarkan diri dari kerugian, tetapi juga tidak merugikan
pihak lain. Kedua aspek ini perlu diawasi pelaksanaannya dan sistem pengawasan
terse but perlu didukung oleh mekanisme penegakan aturan yang memadai.
2. Secara yuridis prinsip keterbukaan tersebut, yang secara tegas dapat dilihat di
dalam peraturan-peraturan di pasar modal, adalah menyangkut kewajiban-kewajiban
untuk menyampaikan informasi material, kewajiban pelaporan keuangan, dan
kewajiban lainnya yang dirasakan perlu dan dapat mempengaruhi jalan usaha
perseroan.
Prinsip keterbukaan tersebut secara yuridis memiliki derajat hukum sanksi sangat
berat karena prinsip keterbukaan tersebut memang bersifat fundamental.
Diharapkan fungsi Bapepam dalam proses gopublic tugasnya menurut undangundang berkewajiban memperhatikan kelengkapan, kecukupan, objektifitas,
kemudahan untuk dimengerti dan kejelasan dokumen pernyataan pendaftaran untuk
memastikan bahwa pernyataan pendaftaran telah memenuhi prinsip "keterbukaan".
©2003 Digitized by USU digital library
27
DAFTARPUSTAKA
Abdurrahman, Seluk Beluk Pasar Modal, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991
Bacelius Ruru, Pasar Modal Indonesia, Pasca Deregulasi Paket Desember 1990,
Y ogyakarta
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam pasar Modal, Universitas Indonesia, Program
Pasca Sarjana, Jakarta 2001
I Nyoman Tjeger, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, Kursus Singkat Tentang
Marketing Pasar Modal; BAPEP AM, Surabaya, 1996
Pokok-Pokok Materi Undang_undang pasar Modal, Universitas Udayana, Bali, 1997
Cyril D. Nurhadi. Pencatatan Dan Perdagangan Saham Di Bursa Efek Jaktlrta,
Seminar Nasional -Hukum Ekonomi Program Magister Ilmu Hukum, Universitas
Diponegoro, Semarang, 1996
Hadiah l-icrawati, Ringkasan Mengenai Beherapa Bentuk Pelanggaran Di Pasar
Modal, Biro Hukum Dan RUU Sekretariat Kabinet RI, 1996
Kasmir, Teknik Perdagangan Efek Di Indonesia, PT. Aksara Kencana, Jakarta, 1997
Marzuki Usman Dan Padmo Sumastono, Training Pasar Modal, Semarang 6 -7 Maret
1996
Michael. V. Hariwibowo, Usaha-Usaha Perusahaan Dalam memenuhi Harapan Para
Investor, Seminar Nasional Perkembangan pasar Modal Di Indonesia, Pasca
Deregulasi Paket Desember 1990, Yogyakarta, 1994
Munir Fuady, Pasar Modal Modern ( Tinjauan Hukum ),
Bandung,1996
Citra Aditya Bhakti,
Makalah
Bacelius Ruru, Perlindungan Investor Dan Permasalahannya, Makalah pada Seminar
Hubungan Antara Pemegang Saham, Direksi Dan Komisaris, Hak Wewenang
Dan Tanggung Jawabnya, Jakarta Convention Centre, 14 Juni 1995
Lambock V Nahattands, Penegakan Hukum Dalam Kegiatan pasar Modal,
Makalah Pada Seminar Perlindungan Masyarkat Investor, Jakarta, 14 Juni
1995
Nindyo Pramono, Aspek Keperdataan Yang Berpotensi Menjadi Sengketa Di Bursa
Pasar Modal, Makalah Pada Seminar Potensi-Potensi Kejahatan di Pasar
Modal, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 28 September 1996
Soemarso. SR, Ors, Integritas Pasar Modal Dalam Rangka Menciptakan pasar Modal
, Makalah Pada Seminar Kajian Hkum Bekerja Sama Dengan Bapepam, di
Jakarta Convention Centre, 19 Juni 1995
©2003 Digitized by USU digital library
28
Peraturan Perundang-Ijndangan
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-80/PM/1996
Pcnyampaian Laporan Keuangan Berkala
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-82/PM/1996.
Informasi Pemegang Saham Tertentu
Tentang
Kewajiban
Tentang
Keterbukaan
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-86/PM/1996 Tentang
Informasi Yang Harus Segera Oiumumkan Kepada Publik
Keterbukaan
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-97/PM/1996. Tentang Penyajian Laporan
Keuangan PP No. 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di
Bidang pasar Modal
Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
©2003 Digitized by USU digital library
29
Download