Warta Penelitian Perhubungan Volume 20 Nomor 7 Tahun ~ Terakreditasi B, SK 42/ Akred-LIPI/P2MBI/9/2006 1 Nopember 2006 DEPARTEMEN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN "J Warta Fenelitian Ferhubungan Dewan Redaksi PELINDUNG Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan PENASEHAT Sekretaris Badan Lltbang Perhubungan Kepala Pusat Litbang Manajemen Transportasi Multimoda Kepala Pusat Lltbang Perhubungan Darat Kepala Pusat Lltbang Perhubungan Laut Kepala Pusat Lltbang Perhubungan Udara PEMIMPIN UMUM Ir. Rachmad, Ms. Tr. PEMIMPIN REDAKSI Besar Setyiabudi, SIP, MM. REDAKTUR PELAKSANA Abdul Mutholib, SE W AKIL REDAKTUR PELAKSANA Ratna Herawati, BSc. . . DEWAN REDA.KS! Profesor. Ir.PanalSitorus,MSi.; Ors. W.Nikson S. M.M. Peneliti Utama; Ors. Juren Capah; Ora. Nurdjanah, M.M.; Ors. M . Herry Purnama; Dra. Atik S. Kuswati; Ors. Budi Prayitno. PENYUNTING AHLI Prof. Dr. Ir. Agus Salim Ridwan Prof. Dr. Ing. M. Yamin Jinka, Ms.Tr. KEUANGAN Ir. Sugeng Karyanto; Rini Suliyanti, S. Sos. TATA USAHA DAN DISTRIBUSI Sri Atun, SE, R. Sukhiar Bastaman, Supratnawati, ALAMAT REDAKSI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN Jalan Medan Merdeka Timur 5 Jakarta 10110 Telepon: (021) 34832945, Faksimil : (021) 34833065. [email protected]<j_ . Warta Penelitian menerima sumbangan kruya tulis bail< mengenai ilmu pengetahuan clan teknologi maupun informasi tentang kegiatan ilmiah lain yang berkaitan dengan dunia transportasi. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapat honorarium. Redaksi berhak mengadakan perubahan tulisan tanpa mengubah isi. Memuat sebuah tulisan tidak berarti Badan Lltbang Perhubungan/Redaksi setuju akan isinya. Untuk mengetahui abstrak penelitian/ studi terdahulu dapat dibuka di homepage kami dengan situs http:/ /www. litbangdanpustaka-dephub.goid , ·.-.. ., m ' ._-- · --~ -_: ~-.- enyeberangan Merak- Bakauhenimerupakan "jembatan "yang menghubungkanantara Pulau ~ Jawa dan Pulau Sumatera merupakan salah satu yang tersibuk di Indonesia dengan jarak penyeberangan sepanjang 15 Mil dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam menggunakan kapal Ro-ro dan 1 jam dengan kapal cepat Dengan memodelkan optimalisasi antara fasilitas dermaga, armada kapal penyeberangan, debarkasi- embarkasi time dan volume trafik untuk 20 tahun yang akan datang, maka akan dapat diketahui pengelolaan penyeberangan yang optimal. Demikian Nanang Aryantono dalam tulisannya yang betjudul "Skenario PeningkatanKelancaran Pergerakan Orang MaupunBarang Yang EfektifdanEfisienPadaLintasPenyeberanganMerak- Bakauheni 11 Terminal Bekasi merupakan temtinal Type B yang terletak di Kota Bekas~ untuk melanjutkan petjalanan pada terminal Bekasidilakukandengan berjalankaki, olehkarenaitu dalamrangkameningkatkan pelayanan intramodaperludilakukankajiandenganmetodeAnalisislmportanrePerfarmance(IPA) danCostumerSatisfaction Index (CSI) , dari hasil analisis diperoleh angka indeks 64,06 % , yang diinterpretasikan jelek (poor) oleh karenaitu perlu dilakukan perbail<an DemikianYessi Gusleni danListantari menyatakanme1alui tulisannya yangberjudul''KajianPeningkatanPelayananAngkutanlnt:ramodapadaTemtinalBekasi" Soetrisno dalam tulisannya yang betjudul "KajianManajemenLalu-LintasPerkotaan UntukMemmjang AlihModa di Kota Surakarta" mengatakan bahwa, angkutan kota di Surakarta keberadaannya sangat dibutuhkan, tetapi hams ditangani dengan manajemen yang bail< dan benar, apabila tidak ditangani dengan bail< maka merupakan masalah bagi pemerintah daerah, pelanggan maupun operator. Dengan melakukan evaluasi tentang pengoperasian angkutan kota berdasarkan tiga indikator yaitu ; efektif, efisiensi dan kualitas , maka akan diperoleh gambaran yang obyektif tentang permasalahan angkutan kota diSurakarta Transportasi berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan berbagai sektor, maka perlu ditingkatkan dan pengawasan yang andal gunamendukung sistem pelayanan yang terintegritas, terutama pelayanan transportasi laut Dengan Pola Kerja Terpadu (PKI) dicoba untuk memecahkannya, dan mengasilkan bahwa peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pengawas di Adpel/Kanpel sebagai lembaga pelaksana pengawasn pelayaran saat ini, melalui penyelenggaraan Bimbingan Teknis Pengawasan Keselamatan Pelayaran di Adpe/Kanpel. Demikian Bambang Siswoyo dalam tulisannya yangberjudul"PeningkatanKeselamatanTransportasiLautMelaluiPerencanaanYangAndal" Masalah penugasan armada yang sering disebut ai.rcraft routing atau tai.l assignment adalah salah satu bagian dari penjadwalan. Optimalisasi tai.l assignment akan dilakukan dengan menggunakan alogaritma collumn generation dan constraint programming. Constraintutama yang hams diperhitungkan pada tail assignmentadalah perawatan pesawatyang dilakukansecara rutin dancukup lama serta dibagi dalam 3 type yaitu type A, B dan C, sesuai dengan jarak tempuh yang dilalui. Selain maintenance batasan jam terbang pilotjuga perlu diperhitungkan karena seorang pilot mempunyai batasan jam terbang maksimal dalam satu hari sesuai peraturan internasioanal yang berlaku. Demikian Sabungan Halomoan Hutapea mengungkapkan dalam tulisnnya yang betjudul "OptimalisasiPenentuanRutePesawatdanPilotDengan MenggunakanMetode Coulumn Generat:iondan Constraint Programming" - Biaya transportasi mudik yang dianggap cukup mahal dan sulitnya mendapatkanangkutan, mendorong masyarakat golongan ekonomi rendah untuk menentukan altematif yang dianggap lebih murah dan mudah, sepeda motor adalah jenis kendaraan yang paling banyak dipilih. Namun mempunyai tingkat keselamatan yang rendah. Melalui analisis secara deskriftif dihasilkan beberapa upaya meningkatkan keselamatan pemudik yangmengguanakan sepeda motor denagansosialisasi tentang keselamatan bagi pemudiksepedamotor. DemikianSubmyata dalam tulisannya yang betjudul"Kajian UpayaMeningkatkan KeselamatanPerrmdikSepedaMotor'' Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia mempunyai potensi tenaga angin yang cukup besar dan dapat digunakan sebagai salah satu altematif tenaga penggerak kapal, dari hasil pembahasan permasalahan dapat diambil kesimpulah bahwa potensi angin di wilayah perairan Indonesia bertiup cukup besar sepanjangtahun dengan kecepatan 10- 25 knotpetjam sangatpotensial untuk dimanfaatkan sebagai daya dorong kapal sampai dengan kapasitas 1000 Dwr. dan dapat menghemat penggunaan bahan bakat minyak sampai sekitar 70 %. Demikian ungkapan Srijanto Resowikoto dalam tulisannya yang betjudul "Upaya Penghematan Bahan Bakar Minyak (BBM) di SektorTransportasi Laut Dengan MemanfaatkanEnef8"iAngin" Punvoko dalam tulisannya yang betjudul "KecelakaanKeretaApi Ditinjau Dari Sisi JalanRel dan Upaya Mengatasinya" mengemukakan bahwa; PetjalananKereta api dipengaruhi dua faktor, yaitu rel dan roda, selain berfungsi menanggung beban roda kereta api, rel berfungsi juga mengarahkan jalannya roda sesuai dengan garis yang telah ditentukan. Dari hasil analisis kecelakaan kereta api karena anJ1ogan, apabila dilihat dari sisi jalan rel dapat disebabkan beberapa hal, yaitu rel, bantalan,balas, penambat, alas balas, tubuh ban, sambungan rel dan sa.luran air. Terminal Pinang Baris merupakan salah satu dari 2 terminal terpadu di Kata Medan, terminal ini menampung bus antar provinsi dan dalam provinsi yang masuk ke Kata Medan dari sebelah Barat terutama bus dari NAD. Guna mengantisipasi kemacetan yang kerap tetjadi maka dilakukan suatu analisis maka ditemukenali bahwa kondisi simpang Pinang Baris telah menunjukan kinetja yang rendah ( VC ratio> 0,8) hal ini menyebabkan kemacetan yang rutin tetjadi. Demikian Dwinanta Utama dalam tulisannya yang betjudul "Solusi Kemacetan Lalu-Lintas di Simpang Pinang Baris, Medan, Sumatera Utara" SriAtun danRini Suliyanti dalam tulisannya yang betjudul "Kajian faktor keselamatan buspariwisata di DKI Jakarta" mengungkapkan bahw Standard keselamatan bus pariwisata hams lebih tinggi dibandingkan bus lainnya, karena bus pariwisata spesial ditujukan untuk mengangkut wisatawan berdasarkan carteran, dalamhaliniangkutan bus pariwisata tetap menjadi pilihan pertama bagi pengguna jasa dalam melakukan kegiatan wisata. Analisis dan evaluasi dilakukan terhadap kondisi sistem dan prosedur keselamatan pada pengoperasian armada bus (PO), dari hasil analisis diperoleh bahwa pada umumnya PO sangatmemperhatikan faktor keselamatan. DAFl'ARISI Skenario Peningkatan Kelancaran Pergerakan Orang Maupun Barang Yang Efektif Dan Efisien Pada Lintas Penyeberangan Merak - Bakauheni._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _1036 Nanang Aryantono I<ajian Peningkatan Pelayanan Angkutan Intramoda Pada Terminal Bekasi _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _1053 Yessi Gusleni dan Iistantari I<ajian Manajemen Lalu Lintas Perkotaan Untuk Menunjang A1ih Moda Di Kota Surakarta'--_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _1071 Soetrisno Peningkatan Keselamatan Transportasi Laut Melalui Perencanaan Yang Andal (Studi Kasus Kantor Adpel Tegal)_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _1083 Bambang Si51votJO Optimasi Penentuan Rute Pesawat Dan Pilot Dengan Menggunakan Metode Colwnn Generation Dan Constraint Programming (Studi Kasus PT. Sriwijaya Air) 1097 Sabungan Halomoan Hutapea Kejian Upaya Meningkatkan Keselamatan Pemudik Sepeda Motor 1111 Subaryata Upaya Penghematan Bahan Bakar Minyak Di Sektor Transportasi Laut Dengan Memanfaatkan Energi Angin 1131 Srijanto Resowikoro Kecelakaan Kereta Api Di Tinjau Dari Sisi Jalan Rel Dan Upaya Mengatasinya 1141 Pun.voko Solusi Kemacetan Lalu Lintas Di Simpang Pinang Baris, Medan, Sumatera Utara 1150 Dwinanta Utama I<ajian Faktor Keselamatan Bus Pariwisata Di DI<I Jakarta Sri Atun dan Rini Suliyanti 1162 SKENARIO PENINGKATAN KELANCARAN PERGERAKAN ORANG MAUPUN BARANG YANG EFEKTIF DAN EFISIEN PADA LINTAS PENYEBERANGAN MERAK - BAKAUHENI Nanang Aryantono *) ABS1RAK Penye"berangan Merak - Bakauheni merupakan "jembatan" yang menghubungkan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Penye"berangan ini merupakan simbol -pergerakan yang sangat vital antara Sumatera - Jawa dan merupakan salah satu yang tersibuk di Indonesia. Jarak kedua dermaga penyeberangan tersebut sepanjang 15 Mil dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam dengan menggunakan kapal Ro-Ro dan 1 jam dengan kapal cepat. Sejalan dengan tumbuh berkembangnya kegiatan di Jawa dan Sumatera, yang membawa konsekuensi meningkatnya mobilitas penduduk dan kendaraan antara kedua pulau, akan berpengaruh pad.a peningkatan beban pelayanan angkutan penye"berangan. Sering terjadinya antrian pad.a lintas penyeberangan ini menyebabkan terganggunya aktivitas sosial ekonomi masi1arakat. Persoalan yang terjadi selama ini terkait dengan "belum optimalnya pengaturan arus lalu lintas pad.a penyeberangan ini. Sarana dan prasarana yang ad.a -perlu dioptimalkan -pemanfaa.tannya. Untuk mencapai tujuan tersebut -perlu dimodelkan penyelenggaraan transhipment point untuk lalu lintas -penye"berang dan kendaraan di Selat Sund.a. Dengan memodelkan optimalisasi antara fasilitas dermaga, armada kapal penye"berangan, debarkasi~mbarkasi time dan volume trafik untuk 20 tahun yang akan datang, maka akan dapat diketahui -pengelolaan penyeberangan yang optimal. Kata Kunci : Skenario peningkatan Kelancaran, Transhipment Point Management, lintas Merak Bakauheni PENDAHULUAN Penyeberangan Merak- Bakauheni merupakan "jernbatan'' yang menghubungkan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Penyeberangan ini merupakan sirnbol pergerakan yang sangat vital antara Sumatera - Jawa dan merupakan salah satu yang tersibuk di Indonesia. Jarak kedua dermaga penyeberangan tersebut sepanjang 15 Mil dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam dengan menggunakan kapal Ro-Ro dan 1 jam dengan kapal cepat. Dari tahun ke tahun perkernbangan volume pergerakan pada kedua pelabuhan diperkirakan mengalami peningkatan baik dalam jumlah kendaraan rnaupun dalam jumlah penumpang dan barang. Sejalan dengan tumbuh berkernbangnya kegiatan di Jawa dan Sumatera, yang mernbawa konsekuensi meningkatnya mobilitas penduduk dan kendaraan antara kedua pulau, pada gilirannya akan berpengaruh pada peningkatan beban pelayanan angkutan penyeberangan. Seringnya tetjadi antrian pada lintas ini mengangkibatkan terganggunya aktivitas sosial ekonomi. Persoalan yang terjadi selama ini terkait dengan pengaturan arus pada penyeberangan Merak - Bakauheni yang belum optimal. Sarana dan prasarana yang ada perlu dioptimalkan pemanfaatannya untuk memperkecil risiko antrian yang tidak terkendali 1036 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 sehingga perlu dilakukan optimalisasi melaluisuatu pemodelan. Dari model tersebutnantinya dapat dilihat bahwa pengoperasioan yang optimal tentunya tidak akan menimbulkan antrian dan diharapkan bahwa hasil model dapat memberikan gambaran perencanaan ke depan secara makro yaitu dalam kurun waktu ± 20 tahun ke depan. Tujuan kajian adalah untuk meningkatkan kelancaran pergerakan penumpang dan barang yang efektif dan efisien antara Sumatera-Jawa melalui lintas penyeberangan Merak-Bakauheni. Untuk mencapai tujuan tersebut maka akan dimodelkan penyelenggaraan transhipment point untuk lalulintas penyeberang dan kendaraan di SelatSunda. Dengan memodelkan optimalisasi antara fasilitas dermaga, armada kapal penyeberangan, debarkasi-embarkasi time dan volume trafik untuk 20 tahun yang akan datang, maka akan dapat diketahui pengelolaan penyeberangan yang optimal. Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah diperolehnya model penyelenggaraan transhipment point untuk Selat Sunda dengan mengoptimalkan fasilitas dermaga dan armada kapal penyeberangan sesuai dengan perkernbangan lalu lintas angkutan penumpang dan kendaraan untuk 20 tahun yang akan datang. METODOLOGI DAN LANDASAN TEORI 1. Pola Pikir Penyelesaian Masalah Untuk mencapai tujuan kajian, maka pola pikir penyelesaian masalah yang digunakan pada kajian ini adalah sebagai berikut Survai Lapangan Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data primer Survei lnstansional Survei Lapangan Merak Bakauheni Peramalan pergerakan orang dan barang dalam kurun waktu 20 tahun mendatang Perumusan Model Transhipment Point Management Gambar 1. Pola Pikir Penyelesaian Masalah Kegiatan persiapan kajian dilakukan dengan memperkaya literatur mengenai model pengelolaan dan manajemen transhipment point untuk angkutan barang dan orang di pelabuhan, termasuk literatur tentang studi-studi yang telah dilaksanakan sebelumnya untuk memperkuat pola pikir yang akan dikernbangkan dalam kajian ini. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1037 Dua jenis data yang diperoleh yaitu data primer dan sekunder diolah sebagai bahan analisis. Data sekunder; berasal dari data instansional antara lain PT. ASDP Pusat, Jakarta, PT (Persero) ASDP Cabang Merak, PT (Persero) ASDP Cabang Bakauheni. Sedangkan data primer yang diperoleh dari survai lapangan dilaksanakan pada 2 (dua) lokasi utama pengamatan yaitu di Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni. Data-data yang dikumpulkan meliputi data volume dan headway, lalulintas kendaraan yang datang, parkir dan meninggalkan pelabuhan, lama parkir kendaraan, panjang antrian kendaraan, lama debarkasi-embarkasi (waktu proses), lama (waktu tempuh) penyeberangan, prasarana dan sarana. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengidentifikasi pergerakan orang dan barang dan melakukan peramalan pergerakan orang dan barang tersebut dalam kurun waktu 20 tahun mendatang. Analisis ini akan didasarkan pada kondisi saat ini dengan melihat berbagai fakta pertumbuhan yang akan mempengaruhi angkutan penumpang dan barang pada masa yang akan datang. Penyusunan model merupakan simulasi yang dapat digunakan untuk melihat kebutuhan penyelenggaraan pada kurun waktu 20 tahun mendatang melalui realita yang disederhanakan dalam suatu model. Beberapa model yang dapat dikembangkan dalam transhipment point management antara lain: model kebutuhan dermaga dan kapal, model waktu pelayanan kapal, model pelayanan terminal, dan model pelayanan parkir. Sedangkan pada tahap akhir dari kajian yang akan dilakukan adalah melakukan optimasi fasilitas dermaga dan armada kapal yang dibutuhkan serta melakukan perencanaan kebutuhan dalam penyelenggaraan transhipment point. 2. Metodologi dan Landasan Teori a. Trend Analysis Terdapat berbagai teknik estimasi atau peramalan untuk mengetahui pertumbuhan suatu keadaan, mulai dari pertimbangan subyektif sampai model-model matematik yang kompleks. Salah satu teknik peramalan yang banyak digunakan adalah metode Trend Analysis yang mendasarkan pada konsep 'time series' yaitu suatu pengujian pola data historis kegiatan dan menganggap bahwa faktor-faktor yang menentukan variasi penumpang dan kendaraan pada masa lalu akan terus menunjukkan hubungan-hubungan yang serupa pada masa depan dan analisis dilakukan dengan memperhatikan pola kecenderungan data yang ada. Bentuk-bentuk garis kecenderungan dalam metode Trend Analysis adalah sebagai berikut. 1) Ekstrapolasi linier Teknik ini digunakan untuk pola perrnintaan yang menunjukkan suatu kecenderungan linier historis dengan variabel waktu. Persamaan umumnya: Y=a +bX8 dengan: Y = volume penumpang / kendaraan X = waktu a,b = konstanta 1038 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Data historis yang diamati mungkin konstan atau berubah dalam pola yang teratur, musiman atau siklus. 2) Ekstrapolasi eksponensial Teknik ini digunakan jika variabel tak bebasnya (misal: penumpang atau kendaraan) memperlihatkan suatu laju pertumbuhan yang konstan terhadap waktu. Gejala ini sering tetjadi dalam dunia penerbangan ataupun penyeberangan ferry untuk proyeksi-proyeksi tingkat kegiatan yang telah memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan jangka panjang yang meningkat atau menurun terhadap suatu persentase tahunan rata-rata. Persama~ umumnya: Y=abX dengan: Y = volume penumpang / kendaraan X=waktu a,b = konstanta Apabila di-log-kan : log Y = log a + X log b, yang merupakan suatu persamaan linier. Apabila persamaan eksponensial di atas dimodifikasi menjadi : Y=k+abX Jika ni1ai a negatif, maka konstanta k merupakan limit (batas) atas atau garis jenuh yang mencerminkan kemampuan operasional maksimal suatu pelabuhan. 3) Ekstrapolasi polynomial Teknik ini digunakan dimana laju pertumbuhan tahunan rata-rata mulai secara berangsur-angsur berkurang sesuai dengan bertambahnya waktu. Tipe gejala ini akan berbentuk huruf S, dimana variabel tak bebasnya mendekati batas atas kejenuhan pasar secara asimtotis. Persamaan umumnya : 1/Y =a+ OCX dengan: Y = volume penumpang / kendaraan X =waktu a,b,c = konstanta Metode Trend Analysis biasanya digunakan pada pelabuhan yang sudah mapan (established), dimana pertumbuhan angkutan penumpang dan kendaraan sudah menunjukkan pola tertentu dan diperkirakan tidak ada tekanan permintaan (suppressed demand) maupun permintaan potensial (potential demand) yang mempengaruhi jasa layanan pada pelabuhan yang bersangkutan. · Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1039 b. Model Transhipment Point Management Dari gambar 2 di bawah ini disarikan bahwa dengan adanya peningkatan pembangunan di Jawa dan Sumatra akan menyebabkan peningkatan pergerakan orang dan barang, yang pada gilirannya memerlukan peningkatan pelayanan penyeberangan. PERAMALAN TRIP JAWA - SUMATERA S/D20TAHUN KEDEPAN PENINGKATAN PEMBANGUNAN DIJAWADAN SUMATERA PENINGKATAN VOLUME TRIP LINT AS MERAK BAKAUHENI PERAMALAN TRIP JAWA-SUMATERA S/D20TAHUN KEDEPAN SARAN A • JUMLAH DAN JENIS KAPAL • UKURANDAN KAPASITAS KAPAL PERAMALAN PENINGKATAN VOLUME TRIP LINTAS MERAK BAKA UH ENI OPERASIONAL • WAKTUTUNGGU /PARKIR KENDARAAN • WAKTU PROSES LOADING DAN UNLOADING • JUMLAH FREKWENSI DAN HEADWAY KAPAL • WAKTUTEMPUH PENYEBERANGAN EFISIENSI DAN EFEKTIFIT AS PELAYANAN TRANSHIPMENT POINT MERAK - BAKAUHENI PERAMALAN PENINGKATAN VOLUME TRIP LINT AS MERAK BAKAUHENI PRASARANA • JUMLAH DERMAGA • KAPASITAS DERMAGA • KAPSITAS PARKIR/ RUANG TUNGGU KENDARAAN • JALAN AKSES SURVAI LAPANGAN DAN INSTANSIONAL . ..____________, PERENCANAAN DAN OPTIMALISASI TRAN SHIPMENT POINT MANAGEMENT Gambar 2. Alur Tahapan Penyelesaian Masalah Dengan meningkatnya jumlah petjalanan orang dan barang maka jumlah kenaikan tersebut dapat dilakukan prediksi untuk 20 tahun ke depan, , sehingga gambaran fasilitas penyeberangan untuk 20 tahun nantinya dapat direncanakan lebih awal. Dengan demikian pergerakan dapat diarahkan pada pola pergerakan yang diinginkan . Pola pergerakan yang efisien dan efektif dapat dicapai jika manajemen transhiprnent point pada penyeberangan dapat dilakukan dengan baik. Untuk itu perlu kiranya dirumuskan beberapa model yang berkaitan dengan fasilitas pelayanan penyeberangan. Model tersebut akan menjadi acuan terhadap fasilitas yang harus disediakan sampai dengan 20 tahun yang akan datang. Fasilitas-fasilitas tersebut akan meliputi fasilitas prasarana misal : jumlah dan kapasitas dermaga, kapasitas parkir. Kendaraan. Yang berkaitan dengan fasilitas operasional misalnya : waktu pelayanan kapal, frekuensi kapal, waktu tempuh kapal, waktu parkir kendaraan. Sedangkan yang berkaitan dengan fasilitas sarana adalah jumlah dan jenis kapal, ukuran dan kapasitas kapal. 1040 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk membangun model pengelolaan transhipment point. Pada umumnya model transhipment diberlakukan untuk angkutan barang di pelabuhan. Namun demikian berhubung studi ini akan difokuskan pada lintas penyeberangan Merak-Bakauheni, maka angkutan penumpang merupakan titik pengelolaan yang harus diperhatikan, demikian pula angkutan barang dalam truk akan menjadi perhatian juga. Intinya adalah membangun sebuah model agar supaya pengelolaan penumpang dan barang melalui penyeberangan dapat optimal. Dari model tersebut nantinya dapat diperkirakan kebutuhan fasilitas penyeberangan untuk tahun-tahun mendatang. Sehingga model ini sangat cocok untuk perencanaan (planning) kebutuhan ke depan bukan untuk perancangan (design) fasilitas yang ada. Untuk melihat dampak perencanaan pelabuhan penyeberangan Merak Bakauheni maka dikembangkan suatu model yang dapat menggambarkan berbagai skenario seperti yang telah diuraikan di atas. Model tersebut terutama dapat untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta sistem operasional yang akan dilakukan. Sarana misalnya dari model dapat diketahui jum1ah kapal serta spesifikasinya (misal kapasitas dan kecepatan) yang dibutuhkan. Prasarana misalnya jumlah dennaga dan luasan masing-masing ·tempat parkir yang dibutuhkan serta sistem operasi menyangkut dengan lama pelayaran yang harus dilakukan agar kesemuanya dapat mencapai atau mempunyai kapasitas angkut yang maksimum. Pada kajian ini, model digunakan untuk mendekati kondisi yang sebenarnya dari pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan Merak - Bakahuni dalam melayani demand yang ada, apabila dilakukan suatu intervensi penanganan, misalnya terhadap jumlah dermaga, waktu pelayaran, waktu tunggu kapal dan lain sebagainya. Penanganan ini dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan jum1ah penumpang dan kendaraan yang sampai akan terns meningkat sampai dengan tahun 2025. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail maka model pendekatan pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan Merak Bakahuniini dilakukan dalam tahap 5 (lima) tahunan, yaitu dimulai dari : Tahun 2005 (sebagai tahun dasar), tahun 2010, tahun 2015, tahun 2020 dan tahun 2025 sebagai tahap 5 tahunan terakhir. Selain data kondisi eksisting dari operasional, prasarana dan sarana yang ada di pelabuhan penyeberangan Merak - Bakauheni ini, misalnya data jumlah kapal, jumlah dennaga, waktu tempuh kapal, waktu tunggu kapal (embarkasi, debarkasi dan waktu cadangan) dan jam operasional dennaga, data jumlah penumpang per hari dan jumlah kendaraan per hari merupakan data yang sangat penting yang akan digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model. Secara detail beberapa item data masukan yang dibutuhkan dalam pengembangan model ini adalah: 1) Jumlah kendaraan (kendaraan/hari) 2) Jumlah penumpang (orang/hari) 3) Waktu pelayaran/waktu tempuh kapal (menit) 4) Waktu tunggu kapal, yang terdiri dari waktu embarkasi (menit), debarkasi (menit) dan waktu cadangan (menit) Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1041 5) Kapasitas kapal (jumlah kend/kapal dan jumlah orang/kapal) 6) Luas Kebutuhan Parkir (m2/kendaraan) 7) Jam operasional dermaga (menit). Sedangkan informasi yang dapat dikeluarkan dari model ini adalah: 1) Jumlah lintasan kapal (lintas/hari) 2) Jumlah kapal (Kapal/lintas dan trip kapal/hari) 3) Kapasitas dermaga (trip kapal/hari) 4) Kebutuhan dermaga (unit) 5) Kapasitas parkir (m2) Untuk dapat memberikan beberapa alternatif dampak yang dihasilkan dari kebijakan yang akan digunakan, maka pengembangan model akan dilakukan dalam 3 (tiga) skenario, yaitu: (1) Skenario Do Nothing, (2) Skenario Do Something Minimum dan (3) Skenario Do Something Maksimum. Perlu diingat bahwa di dalam pemodelan Transhipment Point Management sistem operasi ferry berbeda dengan kapal laut sebagai berikut: Tabel 1. Perbedaan Sistem Operasi antara Ferry dan Angkutan Laut Pelayanan 1. Rute 2. Operasi 3. Jarak 4.Penanganan Cargo Ferry Kapal Laut Rute tetap an tar a dua terminal atau pelabuhan Rute tetap a tau tidak tetap dengan beberapa pelabuhan untuk singgah Bolak-balik < 550 NM (1000 km) atau waktu pelayaran maksi ma! 20 jam Kendaraan di bongkar muat melalui ramp yang bekerja sendiri 5. Cargo Pada kendaraan 6.Akumulasi penumpang Lebih dari jurnlah kendaraan yang di-angkut Menerus Tidak terbatas Kendaraan di bongkar muat melalui ramp yang diatur dari ruang kemudi kapal Langsung di muat atau pada kenda-raan Berkali Iipat dari jurnlah kendaraan yang diangkut Surnber: PC! 1998 Berbeda dengan pelabuhan laut, perhitungan operasional pelabuhan penyeberangan mempunyai kekhususan karena sifat dari pelabuhan penyeberangan sendiri yang menghubungkan 2 titik pelabuhan dan dilakukan secara ulang alik. Pada pelabuhan penyeberangan maka asumsi yang dipakai adalah demand yang terbesar dari salah satu titik pelabuhan akan menjadi dasar perhitungan. Dalam hal pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni maka perhitungan demand yang lebih besar di pelabuhan Merak akan menjadi dasar perhitungan kedua belah pihak dari penyeberangan tersebut. 1) Perhitungan jumlah lintas dan jumlah kapal 1042 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Jumlah lintas dan jumlah kapal diperhitungkan berdasarkan total waktu pelayanan dan lama waktu operasi dermaga/ pelabuhan, sehingga : Jumlah lintasan = waktudermaga 2xtotalwaktupelayanan Sedangkan jumlah kapal per lintasan dapat dihitung dengan total waktu lintas dibagi dengan waktu di dermaga di forrnulasikan sebagai berikut K= WL WD = 2xWP WD Dirnana : K = jumlah kapal/lintas WL = waktu lintas Wr = waktu pelayanan W0 = waktu di dermaga WP WL =2xWP 2) Total waktu pelayanan Hal yang sangat penting dalam manajemen trcmshipment penyeberangan adalah waktu pelayanan. Waktu pelayanan ini akan menyangkut pada dua hal pokok yaitu waktu pelayanan penumpang/kendaraan pada saatmernasuki kapal. Waktu pelayanan ini harus dibuat seminimal mungkin karena akan sangat berpengaruh terhadap seluruh total waktu yang dipergunakan untuk petjalanan kapal. Seluruh waktu petjalanan kapal dapat dirumuskan: T = T sailing + T pelayanan dermaga + T loading +unloading + T cadangan Untuk lintas penyeberangan waktu pelayaran (f sailing) pada umumnya adalah kecil, yaitu biasanya kurang dari 2 jam, maka waktu bongkar muat (Tioading._ unloading) harus dibuat seminimal mungkin. Untuk penyeberangan Merak-Bakauheni diperkirakan waktu pelayaran adalah 2 (dua) jam dan waktu bongkar muat adalah 1 jam, termasuk reserved time, sehingga total waktu petjalanan adalah 3 jam. Seperti telah disebutkan di atas, bahwa waktu petjalanan kapal dipengaruhi oleh waktu pelayanan dermaga dan waktu bongkar muat Waktu pelayanan dermaga akan dipengaruhi oleh jumlah dermaga dan jumlah kapal yang dioperasikan. Waktu bongkar muat barang kapal akan dipengaruhi jumlah penumpang/kendaraan yang akan dilayani dan jumlah kapal/ dermaga yang dapat digunakan secara bersamaan. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1043 3) Jumlah trip kapal Sedangkan untuk menghitung jumlah trip kapal secara total didasarkan dari demand yang ada bail< yang berupa penumpang atau kendaraan dan tergantung pada kapasitas kapal rata-rata. Sehingga formulasi yang dipakai adalah : . demand Jumlah tnp kapal = - - - kapasitas kapal 4) .Kapasitas Dermaga Berbeda dengan dermaga pelabuhan laut, maka dermaga pelabuhan penyeberagnan kapasitasnya hanya tergantung pada jam operasi dermaga dan total waktu di dermaga, sehingga formulasinya adalah : . d waktu operasi dennag< Kapas1tas ermaga = - - - - - - total waktu di dennaga ANALISI DAN EVALUASI 1. Trend Pertumbuhan Jumlah Penumpang dan Barang Ana1isis selanjutnya adalah mengkaji tren pertumbuhan penumpang pada kurun waktu 2005-2025 pada lintas Bakauheni-Merak dan lintas Merak-Bakauheni. Estimasi jumlah penumpang pada tahun 2005 menggunakan nilai rata-rata pertum.buhan historis yang telah tetjadi sebelumnya. Untuk lintas Bakauheni - Merak diperoleh nilai rata-rata pertumbuhan 6,9% per tahun atau sejum1ah 4.551.210 penumpang, sementara pada lintas Merak-Bakauheni diperoleh nilai rata-rata pertumbuhan 5,11 % per tahun atau sejum1ah 4.488.296 penumpang. Pada kurun waktu 2010 - 2025 diperkirakan jumlah penumpang akan meningkat seiring dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan feri. Besamya nilai pertumbuhan pada periode ini mendasarkan pada kondisi di lapangan dan referensi beberapa studi yang telah dilakukan sebelunmya. Nilai yang diambil sebesar 4 % pada kurun waktu 2010 dan 3 %pada kurun waktu 2015-2025. Tabel berikut menyajikan estimasi jum1ah penumpang berdasarkan target pertumbuhan tersebut di atas. Tabel 2 Estimasi Jumlah Penumpang Periode 2005-2025 Lintas Bakauheni-Merak Merak-Bakauheni 2005 4.551 .210 4.488.296 2010 5.537.243 5.460.698 2015 6.419.183 6.330.446 2020 7.441.592 7.338.722 2025 8.626.845 8.507.590 Sumber: has1l olal1a11 data Hingga periode 2010 kapasitas penumpang yang ada pada kapal masih dapat melayani pergerakan penumpang per harinya, namun periode berikutnya yaitu 2015 hingga 2025, kapasitas penumpang pada kapal sudah tidak mampu lagi melayani pergerakan penumpang dengan bail< karena demand yang ada (lebih dari 17.000 penumpang per hari) melebihi supply-nya (15.000 penumpang per hari). Oleh karena itu diperlukan suatu strategi bail< yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan sarana yang telah ada saat ini ataupun menambah armada baru untuk mengantisipasi demand yang tetjadi pada kurun waktu tersebut. Analisis selanjutnya adalah mengkaji tren pertum.buhan kendaraan pada kurun waktu 2005-2025 pada lintas Bakauheni-Merak dan lintas Merak-Bakauheni. Estimasi jumlah 1044 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 kendaraan pada tahun 2005 menggunakan nilai rata-rata pertumbuhan historis yang telah tetjadi sebelumnya. Untuk lintas Bakauheni - Merak diperoleh nilai rata-rata pertumbuhan 7,17% per tahun atau sejumlah 1.2.76.482 kendaraan, sementara pada lintas Merak-Bakauheni diperoleh nilai rata-rata pertumbuhan 4,58% per tahun atau sejumlah 1.331.404 kendaraan. Pada kurun waktu 2010 - 2025 diperkirakan jumlah kendaraan akan meningkat seiring dengan adanya peningkatan volume perdagangan Jawa-Sumatera melalui angkutan barang. Besarnya nilai perturnbuhan pada periode ini mendasarkan pada kondisi di lapangan dan referensi beberapa studi yang telah dilakukan sebelurnnya. Nilai yang diambil sebesar 6 % pada kurun waktu 2010 dan 5 % pada kurun waktu 2015-2025. Tabel berikut menyajikan estimasi jumlah kendaraan berdasarkan target perturnbuhan tersebut di atas. Tabel 3. Estimasi Jurnlah Kendaraan Periode 2005-2025 Lintas Bakauheni-Merak Merak-Bakauheni 2005 1.276.482 1.331.404 2010 1.708.222 1.781 .719 2015 2.180.172 2.273.975 2020 2.782.513 2.902.232 2025 8.626.845 3.704.066 Hingga periode 2010 kapasitas kendaraan yang ada pada kapal masih dapat melayani pergerakan penurnpang per harinya, namun periode berikutnya yaitu 2015 hingga 2025, kapasitas penurnpang pada kapal sudah tidak rnarnpu lagi melayani pergerakan penurnpang dengan baik karena demand yang ada Qebih dari 5900 kendaraan per hari) rnelebihi supply-nya (5.329 kendaraan per hari). Oleh karena itu diperlukan suatu strategi baik yang dapat diterapkan untuk mengoptirnalkan sarana yang telah ada saat ini ataupun rnenarnbah armada baru untuk mengantisipasi demand yang tetjadi pada kurun waktu tersebut Keseluruhan strategi berdasarkan skenario yang diterapkan dikaji lebih rnendalarn pada bab selanjutnya. 2. Strategi Penanganan Transhipment Point Management Beberapa alternatif strategi yang dikernbangkan antara lain penanganan dan pengelolaan kawasan pelabuhan penyeberangan. Strategi penanganan tersebut rneliputi strategi do nothing dan strategi do something. Strategi do nothing rnerupakan strategi dirnana penanganan rnanajernen transhipment dengan tanpa rnelakukan perubahan yang berarti. Pertumbuhan perjalanan penyeberangan dalarn hal ini hanya diperkirakan dari pertumbuhan rata-rata selarna periode 20 tahun yang akan datang berdasarkan data time series yang ada sekarang. Kinetja fasilitas penyeberangan hanya didasarkan pada kondisi fasilitas yang ada sekarang tanpa rnenarnbah ataupun rneningkatkan kapasitas fasilitas secara berarti. Secara urnurn strategi ini dapat diterapkan jika terdapat keterbatasan dalarn hal pendanaan. Sernentara itu, jika terdapat dana yang rnencukupi untuk penanganan rnanajernen transhipment di kawasan pelabuhan, rnaka strategi do something rnerupakan pilihan yang tepat. Sedangkan strategi do something dapat dibedakan rnenjadi dua, yaitu strategi do something minimum dan do something maksi.imum. Strategi do something minimum rneliputi. strategi dengan pengandaian jika kapasitas fasilitas penyeberangan ditingkatkan atau dikernbangkan seminirnal mungkin. Hal ini Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1045 dikarenakan adanya pertumbuhan dari penumpang dan kendaraan yang lebih tinggi (moderat), sehingga diharapkan pembangunan atau pengembangan sarana dan prasarana dapat dilakukan secara minimal. Sedangkan strategi do something maksimum yaitu penanganan pengembangan sarana dan prasarana penyeberangan secara maksimum yang dapat dilakukan sehingga dapat memperoleh hasil yang paling optimal. Dalam hal ini permintaan petjalanan penyeberangan diprediksi berdasarkan pertumbuhan penumpang dan kendaraan yang paling optimistik MO (2003), berturut-turut untuk tahun 2010, 2015, 2020 dan 2025. Dengan demikian nantinya dapat diperoleh transhipment manajemen yang terbaik sehingga dapat meningkatkan pelayanan penyeberangan secara optimal. Beberapa strategi tersebut secara ringkas dapat ditabelkan sebagai berikut Tabel 4. Strategi Penanganan Transhipment Point Management Strategi Do Nothing . . . . Do Something • Minimum Do Something • Maksimum Action Prediksi ju ml ah perjalanan selama 20 tahun berdasarkan pertumbuhan yang sekarang ada (pesimistik). Tanpa membangun fasilitas baru, hanya seperti yang ada sekarang Prediksi jumlah perjalanan lebih moderat PC! (1998) Menambah fasilitas secara minimal Prediksi jumlah perjalanan secara optimistik MCI (2003) Menambah fasilitas sesuai yang dibutuhkan Hasil model yang te1ah dikemhmgkan sebelunmya dengan berbagai skenario akan dilihat lebih jauh tingkat sensitivitasnya dengan memberikan data masukan seruai kondisi saat ini dan estimasi kondisi yang akan datang. Selah satu contoh hasil pemodelan disajikan pada gambar di samping. Saat ini diperkirakan rata-rata jumlah penumpang kapal Roro sebesar 12000 orang/hari dan kendaraan 3600 kendaraan/hari, kapasitas kapal rata-rata untuk penurnpang sebesar 675 orang dan kapasitas kapal rata-rata untuk kendaraan sebesar 95 kendaraan. Pada kajian ini, model digunakan untuk mendekati kondisi yang sebenarnya dari pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan Merak - Bakahuni dalam melayani demand yang ada, apabila dilakukan suatu intervensi penanganan, misalnya terhadap jumlah dermaga, waktu pelayaran, waktu tunggu kapal dan pelayanan di dermaga dan lain sebagainya. Penanganan ini dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan jurnlah penumpang dan kendaraan yang sampai akan terus meningkat sampai dengan tahun 2025. Sementara itu terkait dengan jurnlah trip kapal/hari, dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pelayanan di dermaga yang meliputi : waktu tambat (waktu cadangan), embarkasi, dan debarkasi, maka trip kapal per hari juga akan makin menurun. Ilustrasi keterangan ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut. total waktu dennaga (menit) Gambar 3. Hubungan Waktu di Dermaga dan Jurnlah Trip Kapal/hari 1046 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Lebih lanjut, hubungan antara waktu pelayaran dan total waktu pelayanan kapal disajikan pada gambar berikut Dari kedua gambar terlihat bahwa semakin lama waktu pelayaran ataupun total waktu pelayanan kapal maka trip kapal per hari semakin berkurang. Demikian pula sebaliknya semakin cepat waktu pelayaran atau total waktu pelayanan kapal, maka trip kapal per hari dapat ditingkatkan. Jika hal ini dikaitkan dengan informasi asal - tujuan penumpang kapal yang diperoleh pada saat survai, maka dapat direkomendasikan bahwa salah satu dermaga dapat ditingkatkan jumlah trip kapal per harinya dan dikhususkan untuk melayani beberapa kapal feri baru yang memiliki kecepatan jalan lebih tinggi. Waktu pelayaran yang semakin cepat perlu pu1a diimbangi dengan peningkatan pelayanan di dermaga, sehingga antrian kendaraan pada jam-jam puncak dapat direduksi secara bertahap. 1 - - - --- --·------------···---- - -----------····- --- -1 :. moo · ] ::.. 50.00 . 40.00 p. 30.00 . ..:.: 20.00 "' "'p. '.E 10.00 0.00 . 0 20 40 60 80 100 120 140 waktu pelayaran (menit) Gambar 4. Hubungan Waktu Pelayaran dan Jumlah Trip Kapaljhari r-- ----- -- ...--..-..-..----···-. ' ·5 ~ ! 40 .00 20.00 .SJ:: 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 total waktu pelayanan (menit) Garn bar 5. Hubungan Total Waktu Pelayanan dan Jumlah Trip Kapal/hari Analisis sensitivitas waktu di dermaga terhadap kebutuhan luasan parkir untuk berbagai skenario ditunjukkan pada Gambar berikut. Pelayanan waktu di dermaga akan mempengaruhi jumlah luasan parkir yang dibutuhkan pada dermaga tersebut. Secara umum hasil analisis menunjukkan bahwa semakin singkat waktu pelayanan di dermaga maka luasan parkir yang dibutuhkan semakin kecil. Dan sebaliknya semakin lama waktu pelayanan di dermaga maka luasan parkir yang dibutuhkan semakin banyak, kondisi ekstrim dapat dilihat pada skenario do something maksimum pada tahun 2025. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1047 !--··· . .... ·· ·-··· · ····- Gambar 6. Hubungan Waktu Layanan di Dermaga dan Kebutuhan Luas Parkir pada Skenario Do-Nothing · - --·1 ... _ .: ! 1 ::: 1.:• I 11.- J ... ·~- r- -- f 1:=::1 JI. - ! I I ••ill• "I olrr••1• (•.-11il) L---- - - - - - -----· ---- ·- --···-- ·- .... - · - - ·- ·· -·-··- ··- -- - - -- - I - - - - - - ······- --__J Gambar 7 Hubungan Waktu Layanan di Dermaga dan Kebutuhan Luas Parkir pada Skenario Do-Something Minimum - :,;c :;; ."' -= i .... ~ c ::> ; ., .I> .... .......,,.... ... '""" , " waktu di dermaga (menit) '"' Gambar 8. Hubungan Waktu Layanan di Dermaga dan Kebutuhan Luas Parkir pada Skenario Do-Something Maksimum Kondisi ideal ditunjukkan bahwa setiap kendaraan yang datang langsung dipandu menuju kapal untuk penataan parkir di kapal sehingga luasan parkir menjadi minimum. Namun demikian waktu penataan tersebut membutuhkan waktu agar kapasitas optimal dapat tercapai. Oleh karena itu antrian kendaraan yang menunggu giliran rnasuk kapal perlu diakomodasi dalam suatu lahan parkir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa waktu pelayanan di dermaga perlu dipertahankan pada tingkat optimal sekitar 50 sampai dengan 60 menit, lebih dari itu diperkirakan akan tetjadi antrian kendaraan di daerah parkir. Pada saat-saat jam puncak, waktu pelayanan di dermaga dapat dipersingkat menjadi kurang dari 50 menit untuk mereduksi antrian kendaraan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A Kesimpulan Rencana aksi (action plan) untuk 20 tahun ke depan didasarkan pada hasil model untuk setiap skenario dari ketiga skenario. Hasil tersebut sangat bermanfaat terutama untuk perencanaan (planning) kedepan dimana dalam hal ini dapat dilihat rencana 20 tahun kedepan. Dari ketiga skenario yang diusulkan, maka akan memberikan hasil model yang berbeda-beda untuk menggarnbarkan kondisi paling pesimis yaitu seperti kondisi saat ini, 1048 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 kondisi yang moderat yaitu dengn anggapan terdapat perbaikan pengelolaan, dan kondisi optimis dimana kondisi pengelolaan yang terbaik dapat dicapai. 1. Skenario do nothing Didalam menghitung perturnbuhan maka dengan skenario ini, nilai pertumbuhan baik untuk penumpang dan kendaraan didasarkan pada hasil analisis kondisi sekarang dimana untuk penumpang malah tetjadi penurunan dan untuk kendaraan tetjadi sedikit peningkatan. Hal ini mengasumsikan bahwa kondisi seperti yang sekarang ada akan berlanjut terus sampai dengan tahun 2025. untuk itu maka nilai pertumbuhan yang digunakan adalah: Tabel 3. Pertumbuhan Penumpang dan Kendaraan do nothing Tahun 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 Pertumbuhan penumpang (%/th) 4 3 3 3 Pertumbuhan kendaraan (%/th) 6 5 5 5 Melihatpertumbuhan tersebutskenario ini merupakan skenario yangpalingpesimis dengan mengandaikan kondisi sekarang akan berlangsung terus hingga dua puluh tahun kedepan. Pada skenario do nothing, terlihat bahwa sebenarnya dengan jumlah penumpang dan kendaraan yang ada sekarang, kebutuhan jumlah dermaga adalah dua buah dan akan meningkat menjadi tiga buah pada tahun 2010 dan 2015, sedangkan kebutuhan dermaga akan menjadi empat buah pada tahun 2020 dan bertambah menjadi lima buah pada tahun 2025. Demikian pula luasan tempat parkir kendaraan, dengan menganggap bahwa setiap saat daya tampung kapal untuk membawa kendaraan adalah dapat dipenuhi secara maksimum maka luas tempat parkir yang dibutuhkan adalah 6,916 m 2 pada tahun 2005 dan 10.374 m 2 sampai tahun 2015, 13,832 m 2 pada tahun 2020 dan pada tahun 2025 membutuhkan luasan parkir 17.290 m 2, sehingga dengan luas parkir di pelabuhan Merak yang sekarang ada yaitu 25.370 m 2 dapat mengantisipasi kebutuhan parkir sampai dengan tahun 2025 pada kondisi do nothing. 2. Skenario do something minimum Pada skenario do something minimum, pertumbuhan penumpang dan kendaraan diprediksi berbeda dengan skenario do nothing. Perturnbuhan yang dipakai adalah sesuai prediksi yang telah disampaikan oleh PCI (1998) yaitu dengan menganggap kondisi penyeberangan akan lebih baik dari kondisi yang sekarang ada. Namun demikian, pada skenario ini masih diprediksi adanya perturnbuhan yang menurun setelah lima tahun pertama dari sekarang yaitu mulai tahun 2010. Sedangkan untuk pertumbuhan kendaraan diprediksi dengan pertumbuhan yang sama yaitu 6% /th selama duapuluh tahun kedepan. Skenario ini merupakan skenario yang moderat yaitu untuk meramalkan pertumbuhan kendaraan yang tidak terlalu besar dan pertumbuhan penumpang yang mempunyai trend yang sama dengan beberapa tahun yang lalu dengan nilai persentase yang lebih besar. Biasanya nilai pertumbuhan untuk skenario tersebut adalah: Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1049 Tabel 4. Pertumbuhan Penumpang dan Kendaraan do something minimum Tahun Pertumbuhan penumpang (%/th) Pertumbuhan kendaraan (%1th) 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 5 4 4 4 6 6 6 6 Untuk kondisi do something minimum kebutuhan dennaga akan menjadi 4 (empat) mulai tahun 2015 dan lima tahun kemudian berturut-turut menjadi lima dan tujuh buah, pada tahun 2025. Dengan demikian dilihat dari sisi kebutuan dennaga sebetulnya baru akan dibutuhkan lagi pada tahun 2020 dan hal tersebut memungkinkan karena lahan yang tersedia masih dapat menampung jurnlah dennaga maksimum yang dibutuhkan pada skenario ini. Untuk luasan parkir yang dibutuhkan berdasarkan skenario ini, kebutuhan luasan parkir meningkat setiap lima tahun yaitu pada tahun 2010 dibutuhkan 10.374 m 2, pada tahun 2015 dibutuhkan 13.832 m 2., pada tahun 2020 dibutuhkan 17.290 m 2 dan pada tahun 2025 dibutuhkan luasan parkir 24.206 m 2 yang sebenamya pada kondisi sekarang telah tersedia luasan parkir yang ada yaitu 25.370 m 2• 3. Skenario do something maksimum Skenario ini merupakan skenario yang paling optimum yaitu dengan menganggap seluruh prasarana (misalnya: dermaga) yang dibutuhkan akan direalisasikan semuanya. Untuk skenario ini maka pertumbuhan penumpang atau kendaraan sesuai dengan yang diramalkan oleh MCI (2003) yaitu pertumbuhan penumpang sebesar 5% /th dan kendaraan 7% /th secara langsung angka pertumbuhan untuk skenario ini adalah: Tabel 5. Pertumbuhan penumpang dan kendaraan do something maksimum Tahun Pertumbuhan penumpang (%/th) Pertumbuhan kendaraan (%/th) 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 7 7 7 7 7,9 7,9 7,9 7,9 Disamping itu, skenario ini merupakan skenario yang menganggap bahwa pengelolaan penyeberangan menjadi sangat baik sehingga dapat menarik pertumbuhan penumpang dan kendaraan yang relatif tinggi untuk jangka panjang yaitu selama 20 th. Untuk skenario do something maksimum yaitu menggambarkan pertumbuhan penumpang dan kendaraan yang tinggi dibanding skenario yang lain, maka kebutuhan dermaga sama dengan skenario do something minimum kecuali pada tahun 2025 dibutuhkan delapan dermaga untuk mengantisipasi dermand yang ada. Dilihat dari sisi tata guna lahan menurut MO (2003) di pelabuhan Merak, jumlah dermaga maksimum adalah delapan buah. Sehingga sebetulnya sampai dengan tahun 2025 pelabuhan Merak 1050 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 masih dapat melayani operasi penyebrangan dengan maksimum delapan dermaga, untuk selebihnya maka perlu dipikirkan pelabuhan baru. Hal ini dimaksudkan untuk antisipasi jumlah dermaga yang lebih dari delapan buah. Disampingitu pada ketiga skenario tersebuthasilmodel menunjukkan bahwa berdasarkan demand yang ada daya angkut yang dibutuhkan saat ini adalah 38 trip.kapal dan ini akan meningkat menjadi sekitar 60 trip.kapal pada tahun 2015 pada skenario do nothing dan do something minimum. Sedangkan pada skenario do something maksimum daya angkut sebesar 60 trip.kapal dibutuhkan baru pada tahun 2010. Adanya fakta bahwa saat ini yang terjadi di lapangan terdapat 60 trip.kapal setiap hari menunjukkan adanya aver capacity dari daya angkut yang menyebabkan jumlah penumpang atau kendaraan menjadi sedikit setiap kapalnya, atau dengan kata lain load factor kapal menjadi kecil. disamping itu, dilihat dari sisi sarana dan sistem pengelolaan penyeberangan, maka rencana aksi dapat disampaikan seperti dalam tabel 6 berikut . Tabel 6. Rencana Aksi dari Sisi Sarana dan Sistem Pengelolaan Penyeberangan Rencana Aksi Skenario Do-Nothing Peningkatan kinerja kapal ferri o Reorientasi pengaturan kapal jika salah satu dermaga dikhususkan untuk melayani pergerakan yang relatif lebih cepat o Pengelompokan kapal feri yang memiliki kecepatan lebih dari 15 knot untuk melavani dermaea ini Pemeliharaan dan o Melakukan pemeliharaan pembangunan rutin dan berkala pada dermaga baru dermaga yang ada untuk mempertahankan kinerja, mengingat sampai tahun 2025 dermaga yang ada mampu masih mengantisipasi demand. Manajemen Ruang Parkir Skenario Do-Something Minimum o Pembaharuan mesin-mesin kapal terutama kapal yang berusia lebih 20 tahun untuk dari mempertahankan kinerja dan meningkatkan kecepatan perjalanan Skenario Do-Something Maximum o Pembelian kapal baru pada tahun 2015 untuk menggantikan kapal yang sudah berusia lebih dari 35 tahun dan melayani demand pada tahun tersebut. o Melakukan pemeliharaan rutin dan berkala pada drmaga yang ada untuk mempertahankan kinerja, dan merencanakan penambahan dermaga baru pada tahun 2020 untuk melayani demand oada kurun waktu tsb o Pengembangan sistem o Pengembangan sistem informasi o Pengembangan sistem informasi sehingga setiap sehingga setiap kendaraan yang informasi sehingga setiap kendaraan yang masuk masuk melalui pintu tol diberikan kendaraan yang masuk melalui pintu to! diberikan tiket/karcis yang sekaligus pin tu to! melalui menunjukkan lokasi dermaga dan tiket/karcis yang sekaligus diberikan tiket/ karcis menunjukkan lokasi dermaga tempat parkirnya. yang sekaligus dan tempat parkirnya. o Melakukan pemeliharaan rutin dan menunjukkan lokasi berkala terhadap perkerasan parkir o Melakukan pemeliharaan dan tempat dermaga rutin dan berkala terhadap baik di area parkir dermaga ataupun parkirnya. perkerasan parkir baik di di tempat lain sekitar dermaga. o Melakukan pemeliharaan dipikirkan peningkatan area parkir dermaga ataupun o Mulai dan berkala rutin di tempat lain sekitar kapasitas parkir dermaga, terutama terhadap perkerasan dermaga. pada tahun 2025 parkir baik di area parkir ataupun di dermaga tempat lain sekitar dermaga. o Mulai dipikirkan peningkatan kapasitas parkir dermaga, terutama pada tahun 2020 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 o Melakukan pemeliharaan rutin dan berkala pada drmaga yang ada untuk mempertahankan kinerja, dan merencanakan penambahan dermaga baru pada tahun 2025 untuk melayani demand pada kurun waktu tersebut. 1051 B. Rekomendasi Dari kajian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka arahan rekomendasi dapat dikemukakan sebagai berikut 1. Keberadaan dermaga yang ada pada masing-rnasing pelabuhan dapat ditingkatkan optimalisasinya. Pada waktu-waktu puncak, derrnaga yang ada sebanyak empat buah perlu dioperasikan secara penuh untuk mereduksi antrian kendaraan. Selanjutnya, untuk mengantisipasi local demand yang ada berdasarkan hasil survei asal-tujuan penumpang; rnaka salah satu dermaga dapat diarahkan untuk melayani pergerakan yang relatif lebih cepat, dirnana nilai waktu pelayanan sudah mulai diperhitungkan. Dengan demikian pada derrnaga ini perlu direncanakan ulangutilisasi layanannya meliputi sarana, prasarana, jadwal operasi termasuk sistem pentarifannya. 2. W aktu pelayaran kapal didorong untuk mendekati waktu minimal pelayaran. Hal ini dapat dicapai melalui penambahan kecepatan kapal (dari 11 knot saat ini). Penambahan kecepatan perjalanan ini dapat diimplementasikan jika ada pembaharuan mesin-mesin kapal atau penggantian dengan armada baru, dimana armada lama dapat dialihkan operasionalnya pada rute-rute lain. 3. Waktu pelayanan kapal di derrnaga perlu terus diupayakan mendekati waktu layanan minimal tidak boleh lebih dari 60 menit Kondisi saat ini menunjukkan waktu pelayanan di derrnaga yang meliputi embarkasi, debarkasi, dan reseroed time rata-rata berkisar antara 50- 60 menit. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa semakin singkatwaktu pelayanan di derrnaga maka trip kapal per hari dapat ditingkatkanlebih optimal . 4. Mengingat keterbatasan lahan di Pelabuhan Merak, maka penambahan lahan parkir perlu dibatasi, dan untuk mengakomodasi demand yang ada dapat dilakukan manajemen parkir kendaraan diawali saat kendaraan tersebut mulai mernasuki kawasan pelabuhan. Setiap kendaraan yang rnasuk di pelabuhan melalui pintu tol, diberikan karcis yang menunjukkan lokasi derrnaga, nama kapal yang akan melayani, dan lokasi parkimya. Pengaturan ini dimaksudkan untuk memperkecil lama parkir kendaraan dan pemerataan distribusi penggunaan lahan parkir di derrnaga. ") Lahir di Malang, 4 Mei 1%4, S1 Teknik Mesin Tahun 1988, S2 Teknik Manajemen Transportasi Tahun 1998, Kasubdit Program dan Kerjasama, Peneliti Madya Bidang Transportasi Multimoda 1052 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 KAJIAN PENINGKATAN PELAYANAN ANGKUTAN INTRAMODA PADA TERMINAL BEKASI Yessi Gusleni *) Listantari **) ABS1RAK Tenninal Bekasi merupakan terminal tipe B yang terletak di Kota Bekasi, untuk mencapai Tenninal Bekasi bisa dengan jalan kaki atau menggunakan kendaraan, baik menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Namun untuk melanjutkan perjalanan pada Terminal Bekasi berarti pelaku perjalanan melakukan alih moda. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pe"layanan angkutan intramoda (perpindahan antar sesama angkutan jalan, seperti angkot, bus kota, dan bus an tar kota) perlu diadakan kajian yang berjudul "Kiljian Peningkatan Pelm;anan Angkutan Intramoda pada Terminal Bekasi". Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu dengan menggunakan Analisis Importance Performance (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Dari analisis yang dilakukan, terlihat bahwa selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan (Al), waktu tunggu sarana transportasi (A2), ketertiban angkutan memasuki terminal (A25), dan keberadaan fasi.litas parkir umum di Terminal Bekasi (A26) dinilai rendah oleh pengguna angkutan pada Terminal Bekasi. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan CSI diperoleh angka indeks 64,06% yang diintepretasikan jelek (poor). Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan, baik selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan, waktu tunggu sarana transportasi, keterh'ban angkutan memasuki terminal, maupun keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi sehingga dapa.t mendorong penyelenggaraan angkutan penumpang yang efektif dan efisien. Kata kunci : pelayanan, intramoda PENDAHULUAN Terminal merupakan salah satu simpul transportasi yang mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi intramoda. Terminal menjadi simpul perpindahan beberapa moda transportasi jalan. Untuk menjamin terselenggaranya angkutan intramoda, diperlukan fasilitas prasarana dan sarana alih moda yang memadai. Dalam penyediaan prasarana, sarana, dan fasilitas angkutan penumpang intramoda di terminal yang memadai sesuai dengan kebutuhan, diperlukan perencanaan yang tepat. Hal ini membutuhkan data dan informasi yang cukup. Data dan informasi yang diperlukan untuk kebutuhan perencanaan tersebut adalah opini pelaku petjalanan mengenai kondisi aktual dan kepentingan dari variabel-variabel yang berkaitan untuk kemudahan a1ih mod.a. Data dan informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk peningkatan pelayanan angkutan intramoda. Terminal Bekasi dapat dicapai dengan jalan kaki atau menggunakan kendaraan, baik menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Namun untuk untuk melanjutkan petjalanan pada Terminal Bekasi berarti pelaku petjalanan melakukan alih Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1053 moda. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pelayanan angkutan intramoda (perpindahan antar sesama angkutan jalan, seperti angkot, bus kota, dan bus antar kota) perlu diadakan kajian yang betjudul "Kajian Peningkatan Pelayanan Angkutan Intramoda pada Terminal Bekasi''. Permasalahan dalam kajian ini yaitu apakah pelayanan angkutan intramoda di Terminal Bekasi perlu ditingkatkan ? Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pelayanan angkutan intramoda pada Terminal Bekasi. Sedangkan tujuannya adalah terwujudnya pelayanan angkutan intramoda yang efektif dan efisien pada Terminal Bekasi. Ruang lingkup penelitian ini meliputi: a. Inventarisasi jenis angkutan di Terminal Bekasi; b. Inventarisasi dan identifikasi kondisi saat ini sarana dan prasarana untuk pelayanan transportasi intramoda di Terminal Bekasi; c. Inventarisasi dan identifikasi permasalahan terkait dengan pengembangan pelayanan transportasi intramoda di Terminal Bekasi; d. Identifikasi kondisi saat ini pelayanan transportasi intramoda di Terminal Bekasi; e. Analisis; f. Kesimpulan dan saran. Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah konsep peningkatan pelayanan angkutan intramoda pada Terminal Bekasi yang dapat mendorong penyelenggaraan angkutan penumpang yang efektif dan efisien. MEfODOLOGI PENELITIAN 1. Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan kajian ini adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi variabel-variabel yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan angkutan intramoda di Terminal Bekasi. Selanjutnya berdasarkan variabelvariabel tersebut dilakukan identifikasi kondisi pelayanan di Terminal Bekasi. Dari identifikasi kondisi pelayanan, dapat disusun desain kuesioner dalam rangka menjaring informasi terkait kondisi yang dirasakan saat ini serta harapan untuk meningkatkan pelayanan. Setelah hasil persepsi dan tingkat kepercayaan diperoleh langkah selanjutnya adalah memetakan kondisi aktual dan tingkat kepentingan menggunakan "Importance Performance Analysis (IPA)". Dengan analisis ini diharapkan diperoleh pelayanan angkutan intramoda yang kurang disetujui oleh pengguna jasa tetapi mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi. 1054 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Identifikasi Variabel Pelayanan Penumpang Transportasi Intramoda di Terminal Bekasi Tingkat Kepentingan Responden Terhadap Variabel Yang Diusulkan Persetujuan Responden Terhadap Variabel Yang Diusulkan Analisis IP A Kesimpulan ajian 2. Analisis Importance Performance (IPA) Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinetja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya (Oliver, 1980). Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinetja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Harapan itu lantas dibandingkan dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk itu. Jika harapannya lebih tinggi daripada kinetja produk maka pelanggan akan merasa tidak puas. Sebaliknya, jika harapannya sama dengan atau lebih rendah daripada kinetja produk pelanggan akan merasa puas. Kepuasan memiliki subjek, yaitu pelanggan, dan objek, yaitu produk. Produk itu dapat berupa barang atau jasa. Produk juga dapat dipandang sebagai satu keseluruhan maupun dari segi karakteristik-karakteristik produknya. Karakteristik sering juga disebut sebagai sifat, atribut, atau dimensi. Jadi, segi yang terakhir itu bukan sebagai satu keseluruhan tetapi terdiri dari berbagai atribut. Analisis kepentingan dan kinetja digunakan untuk membandingkan sampai sejauhmana kinetja suatu kegiatan yang dirasakan oleh pengguna atau pelanggannya apabila dibandingkan dengan tingkat kepuasan yang diinginkan. a. Importance Analysis Merupakan analisis untuk mengetahui persepsi mengenai tingkat kepentingan suatu atribut mendorong responden dalam menggunakan sebuah produk. Pada kuesioner penelitian ini, importance analysis akan dilakukan terhadap pertanyaan seberapa Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1055 penting faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memutuskan untuk memilih atau ti.dak sebuah produk. Untuk mengukur tingkat kepentingan ini, digunakan skala Likert. b. Performance Analysis Merupakan analisis untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut atau faktor sebuah produk. Dalam kuesioner peneliti.an ini, perftmnance anal.ysis akan diterapkan terhadap pertanyaan mengenai seberapa puas konsumen terhadap atribut atau faktor produk dan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Sama seperti. untuk mengukur tingkat kepentingan, untuk mengukur tingkat kepuasan ini digunakan skala Llkert yang terdiri dari lima tingkat, yaitu: 1) Sangat Puas atau Sangat Penti.ng, dengan bobot untuk jawaban ini diberi nilai 5; 2) Puas atau Penting, dengan bobot untuk jawaban ini diberi nilai 4; 3) Netral atau Biasa, dengan bobot untuk jawaban ini diberi nilai 3; 4) Tidak Puas atau Tidak Penti.ng, dengan bobot untuk jawaban ini diberi nilai 2; 5) Sangat Tidak Puas atau Sangat Tidak Penti.ng, dengan bobot untuk jawaban ini diberi nilai 1. Untuk menganalisis lebih lanjut ti.ngkat kepenti.ngan dan kepuasan seperti. disebut di atas, digunakan Importance - Performance Grid, yang dikembangkan oleh Richard L. Oliver (1997:36). Model ini adalah matriks dua dimensi yang membandingkan antara persepsi tingkat kepentingan suatu atribut dalam mendorong responden untuk menggunakan sebuah produk (high and law) dengan performansi atribut-atribut dari produk tersebut. Pemetaan faktor-faktor ini menggunakan nilai mean dari hasil importance analysis dan performance analysis, yaitu: fx, d an X=!..=1._ n fY, Y=~ n dengan: X = Skor rata - rata ti.ngkat kepuasan; Y Xi Skor rata - rata ti.ngkat kepenti.ngan; = Yi n Skor peni1aian tingkat kepuasan; Skor penilaian ti.ngkat kepentingan; = Jumlah Responden Dengan pemetaan atribut dalam dua dimensi, maka faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan dalam salah satu dari empat kuadran, yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada ti.ti.k-titi.k (X,Y), dengan X merupakan rata-rata dari jumlah rata-rata skor ti.ngkat kepuasan seluruh atribut yang diteliti, sedangkan Y adalah rata-rata dari jumlah rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh atribut atau faktor yang diteliti (Supranto, 1997:241-242). 1056 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1 2 3 4 Performance Gambar 2. Kuadran Importance - Perfonnance Grid Empat kuadran dalam model Importance - Perfonnance Grid dapat dijabarkan sebagai berikut. Kuadran 1 (High Importance, Low Perfonnance): Pada posisi ini, jika dilihat dari kepentingan konsumen, faktor-faktor produk atau pelayanan berada pada tingkat tinggi. Tetapi, jika dilihat dari kepuasannya, konsumen merasakan tingkat yang rendah. Sehingga, konsumen menuntut adanya perbaikan atribut tersebut. Untuk itu, pihak perusahaan hams menggerakkan sumber daya yang ada dalam meningkatkan perfonnansi atribut atau faktor produk tersebut. Kuadran 2 (High Importance, High Perfonnance): Pada posisi ini, jika dilihat dari kepentingan konsumen, faktor-faktor produk atau pelayanan berada pada tingkat tinggi. Dilihat dari kepuasannya, konsumen merasakan tingkat yang tinggi pula. Hal ini menuntut perusahaan untuk dapat mempertahankan posisinya, karena faktor-faktor inilah yang telah menarik konsumen untuk memanfaatkan produk tersebut. Kuadran 3 (Low Importance, Low Perfonnance) : Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini kurang pengaruhnya bagi konsumen serta pelaksanaannya oleh perusahaan biasa saja, sehingga dianggap sebagai daerah dengan prioritas rendah, yang pada dasarnya bukan merupakan masalah. Kuadran 4 (Low Importance, High Performa:nce): Pada posisi ini, jika dilihat dari kepentingan konsumen atribut-atribut produk atau pelayanan kurang dianggap penting, tetapi jika dilihat dari tingkat kepuasannya, konsumen merasa sangat puas. 3. Customer Satisfaction Index (CSI) Merupakan jenis pengukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat harapan dari faktor-faktor yang diukur. Adapun tahapan untuk mengukur Customer Satisfaction Index adalah sebagai berikut. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1057 a. Menghitung Weighting Factors, dengan cara membagi nilai rata-rata importance score yang diperoleh tiap-tap faktor dengan total importance score secara keseluruhan. Hal ini untuk mengubah nilai kepentingan (importance score) menjadi angka persentasi, sehingga didapatkan total weighting factors 100%; b. Setelah itu, nilai weighting factors dikalikan dengan nilai kepuasan (satisfaction score), sehingga didapatkan Weighted Score; c. Kemudian Weighted Score dari setiap faktor, dijumlahkan. Hasilnya disebut weighted average; d. Selanjutnya, weighted average dibagi skala maksimum yang digunakan dalam penelitian, kemudian dikalikan 100%. Hasilnya adalah satisfaction index. Adapun hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) dapat diinterpretasikan seperti pada tabel 1 Tabel 1. lnterpretasi Hasil Perhitungan CS/ Angka Indeks x? 64% 64%<X?71% 71%<X?77% 77%<X? 80% 80%<X? 84% 84 % < x? 87 % x > 87 % Interpretasi Very Poor Poor Cause For Concern Border Line Good Very Good Excellent Sum ber: www.letu1ersl11vsfiutors.com GAMBARAN UMUM 1. Kondisi Eksisting Terminal Bekasi Terminal Bekasi memiliki luas lahan untuk bus antar kota seluas 3700 M2, lahan untuk bus kota sebesar 3.700 M2, untuk lahan angkutan kota seluas 4.921 M2, dan untuk lintas seluas 1.179 M2.Jumlah armada pada trayek di Terminal Bekasi yaitu untuk bus antar kota 604 armada, bus kota 330 armada, dan angkutan kota 2.250 armada. Angkutan jalan (angkot dan bus) merupakan sarana angkutan yang banyak digunakan masyarakat Bekasi terutama yang bekerja di Jakarta dan Gkarang dan sekitarnya. Secara umum Terminal Bekasi mencerminkan suatu simpul yang memiliki dan menyediakan serta melayani fungsi keterpaduan angkutan jalan. Pada Terminal Bekasi pelaku petjalanan yang menggunakan sarana angkutan jalan (angkot, bus kota, bus antar kota) dapat berganti angkutan dalam rangka mencapai tujuannya. Kemacetan lalu lintas kerap tetjadi di lokasi-lokasi padat di sekitar pusat kegiatan usaha, dimana lokasi Terminal Bekasi berada pada posisi tetjepit di antara berbagai kegiatan tersebut. Begitu pula kondisi yang tetjadi di luar terminal pada dua ruas jalan yang mengapit terminal Bekasi yaitu Jl. Cut Mutiah dan Jl. Ir. H. Juanda, dimana pada kedua ruas jalan tersebut terdapat pusat kegiatan usaha seperti pasar, pertokoan, perkantoran dan usaha pedagang kaki lima, akibatnya kemacetan hampir selalu tetjadi pada ruas jalan tersebut. 1058 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 2. Keterpaduan Moda Angkutan Moda Angkutan Jalan di Terminal Bekasi Mengingat bahwa Terminal Bekasi merniliki fungsi pelayanan tidak untuk angkutan kota antar provinsi sesuai dengan peruntukannya yaitu sebagai terminal tipe B, tetapi melihat pertumbuhan dan pergerakan penduduk Bekasi maupun pendatang yang terns berkembang, maka Terminal Bekasi juga melayani angkutan antar kota dalam provinsi dan antar kota antar provinsi, yang merupakan fungsi pelayanan terminal tipe A, disamping itu juga karena kondisi letak Kota Bekasi yang berdampingan dengan Kota Jakarta. Dengan demikian, dapat diketahui dengan jelas bahwa Terminal Bekasi tempat bertemunya angkutan perkotaan, bus kota, bus antar kota dalam provinsi dan bus antar kota antar propinsi ditambah lagi dengan ojek, becak, dan kendaraan pribadi. Pertemuan sarana transportasi tersebut membuat pelaku petjalanan yang akan melanjutkan petjalanannya akan lebih mudah. Namun demikian, masih banyak hal yang perlu diperhatikan untuk membuat pelaku petjalanan agar mendapat kemudahan, keamanan/ keselamatan, dan kenyamanan da1am beralih moda. 3. Jaringan Trayek a. Trayek Antar Kota Terminal Bekasi merupakan salah satu simpul yang sangat penting untuk jaringan trayek angkutan penumpang antar kota dan angkutan perkotaan di Jabotabek. Angkutan antar kota (17 trayek) menghubungkan terminal ini dengan 17 kota tujuan yang kebanyakan berada di Jawa Baral Dari 17 kota tujuan tersebut, 12 kota berada di Jawa Barat, 4 kota berada di Provinsi Banten, dan satu lagi DKI (Terminal Lebak Bulus). b. Trayek Angkutan Perkotaan Angkutan perkotaan menghubungkan Terminal Bekasi dengan berbagai kawasan penting di Jabotabek melalui 59 jaringan trayek. Dilihat dari jenis bus yang digunakan, dari 25 trayek dan dilayani oleh bus besar, sedang sisanya 34 trayek dilayani bus kecil. Bus besar melayani tujuan ke Jakarta diantaranya yaitu Kota, Pasar Senen, Blok M, Pasar Baru, Tanah Abang, Tanjung Priok, Kalideres, Grogol dan Kampung Rambutan. Trayek-trayek yang dilayani oleh bus kecil adalah kawasan di sekitar Bekasi, yang semuanya betjumlah 34 trayek. 4. Fasilitas Terminal Untuk Alih Moda Fasilitas yang tersedia di terminal diutamakan pada fasilitas dan perlengkapan yang dapat memberi kemudahan bagi penumpang untuk melakukan alih moda atau ganti kendaraan/ angkutan. Data fasilitas pada terminal Bekasi adalah seperti terlihat pada tabel 2 berikut. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1059 Tabel 2. Fasilitas Alih Moda Terminal Bekasi ASPEK ADA Lampu penerangan di ruang tunggu, koridor dan ruangan lain untuk penumpanl?: di Terminal Bekasi Ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di Terminal Bekasi Fasilitas umum (peturasan, toko, Mushola) di Terminal Bekasi Penyejuk ruangan ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di Terminal Bekasi Selasar antara ruang tung11:u den11:an tempat naik kendaraan Peta denah yang menunjukkan posisi penumpang di Terminal Bekasi Papan petunjuk arah (keluar, masuk, bus, angkot, dsb) Papan informasi tentang rute, harga tarif & jadwal kedatangan/ keberangkatan sarana transportasi Keberadaan loket karcis di Terminal Bekasi Keberadaan fasilitas parkir umum*) Keberadaan pangkalan taksi Keberadaan penitipan kendaraan Jalan khusus untuk pejalan kaki Counterdesk pelayanan taksi Counterdesk pelayanan angkutan dari pintu ke pintu (travel) Koridor penghubung antar bus AKAP/ AKDP Koridor penghubung an tar bus AKAP/ AKDP ke bus kota/ an11:kot Koridor penghubung antar bus AKAP / AKDP/ Angkot ke pangkalan taksi Koridor penghubung antar bus AKAP / AKDP / Angkot ke penitipan kendaraan Koridor penghubung antar bus AKAP / AKDP / Angkot ke parkir umum e No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. TIDAK ADA e e e e e e e e e e e e e e e e e e e S11111l1cr : Termmnl Bekns1, 2007 *) Keberadaan fasilitas parkir um um, dengan kapasitas tiga kendaraan roda empat. 5. Opini Responden Opini responden didapatkan melalui penyebaran kuesioner kepada pengguna angkutan Tenninal Bekasi yangmenjadi objek survei. Opini ini meliputi persepsi responden terhadap kondisi prasarana dan sarana transportasi terkait dengan variabel keamanan, kenyamanan, keselamatan, serta waktu tunggu. Hal tersebut diuraikan menjadi 28 variabel, sebagai berikut : Tabel 3. Variabel - Variabel Yang Diusulkan Kepada Responden No ASPEK KODE VARIABEL 1. Selasar antara ruang turnrn:u dengan tempat naik kendaraan 2. Waktu tumnm sarana transportasi 3. Posko dan petugas keamanan di Terminal Bekasi 4. Alat pemadam kebakaran dan ruang P3K di Terminal Bekasi 5. Tempat khusus untuk perokok di Terminal Bekasi Lampu penerangan di ruang tunggu, koridor dan ruangan lain untuk 6. penumpang di Terminal Bekasi 7. Koridor penghubung antar sarana transportasi 8. Peta denah yang menunjukkan posisi penumpang di Terminal Bekasi 1060 Al A2 A3 A4 AS A6 A7 AB Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 A9 Papan petunjuk arah (keluar, masuk, bus, angkot, dsb) Fasilitas khusus untuk pengguna dengan kemampuan terbatas di 10. Terminal Bekasi Ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di 11. Terminal Bekasi Kemudahan penanganan barang bawaan ketika penum pang 12. pindah angkutan 13. Fasilitas umum (peturasan, toko, Mushola) di Terminal Bekasi Pemisahan jalur kedatangan/keberangkatan penumpang di simpul 14. transportasi Kemudahan mendapatkan informasi tempat pemberhentian sarana 15. transportasi 16. Informasi keterlambatan kedatangan sarana transportasi 17. Penyejuk ruang tunl!l!U di Terminal Bekasi 18. Kesamaan waktu operasi antar sarana transportasi 19. Keberadaan pangkalan taksi di Terminal Bekasi 20. Keberadaan loket karcis di Terminal Bekasi 21. Keberadaan penitipan kendaraan di Terminal Bekasi 22. Jalan khusus untuk pejalan kaki 23. Kecukupan kapasitas sarana transportasi 24. Petugas informasi di Terminal Bekasi 25. Ketertiban Angkutan memasuki terminal 26. Keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi 27. Kebersihan di Terminal Bekasi Papan informasi tentang rute, harga tarif & jadwal kedatangan/ 28. keberangkatan sarana transportasi di simpul transportasi 9. AlO All A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 Dari variabel-variabel yang diusulkan ke responden, maka diperoleh opini responden terhadap kondisi aktual pada Terminal Bekasi, seperti pada tabel berikut ini. Tabel 4. Opini Responden Terhadap Kondisi Aktual Variabel Yang diusulkan Pada Terminal Bekasi Kondisi Aktual Kade Var Al A2 A3 A4 AS A6 A7 Sangat Tidak Se tuju 2 AB A9 AlO All A12 A13 A14 A15 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Tidak Setuju 16 12 4 36 18 12 36 26 34 24 8 6 2 42 2 Biasa Saja Se tuju 72 74 66 48 76 54 48 56 50 62 58 98 82 54 80 30 30 48 34 24 45 34 36 34 32 45 14 34 22 36 Sangat Setuju 7 7 JUMLAH 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 1061 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 Jurnlah 6 12 2 24 4 48 46 48 8 4 12 2 6 4 2 76 62 64 62 80 30 30 34 82 80 70 54 44 1.746 492 16 36 40 52 32 34 38 35 30 28 30 34 60 64 1.011 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 3.304 4 7 4 10 39 Sumber: Hasil Pen)?olahan Data Dari tabel di atas, bahwa opini responden terhadap kondisi aktual variabel yang diusulkan pada Terminal Bekasi diperoleh 16 opini sangat ti.dak setuju atau sebesar 0,48%, 492 opini ti.dak setuju atau sebesar 14,89%, 1.746 opini biasa saja atau sebesar 52,85%, 1.011 opini setuju atau sebesar 30,60% , dan 39 opini sangat setuju atau sebesar 1,18%. Sedangkan opini responden terhadap ti.ngkat kepenti.ngan dari variabel yang diusulkan dapat dilihat pada tabel berikut Tabet 5. Opini Responden Terhadap Tingkat Kepentingan Variabel Yang Diusulkan Pada Terminal Bekasi Ko de Var Ke1>entin11an Sangat Tidak Pentin1t Al A2 A3 A4 AS A6 A7 AB A9 AlO All A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 Jumlah Tidak Pentin1t 2 2 2 2 2 Biasa Saja Pen ting 8 4 2 20 12 10 16 18 20 20 6 10 6 26 6 12 8 6 8 2 28 38 42 6 4 10 72 66 54 72 72 54 72 58 62 60 Sangat Pentin2 38 48 62 26 34 54 30 40 34 38 68 44 84 66 66 78 72 68 50 78 88 68 58 40 76 72 64 44 10 348 44 1.826 24 46 24 34 34 42 62 32 28 22 22 34 36 40 44 74 74 1.120 Jumlah 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 118 3.304 Sumbcr : Hasil Pr11golaha11 Da ta 1062 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Dari tabel di atas, bahwa opini responden terhadap tingkat kepentingan variabel yang diusulkan pada Terminal Bekasi tidak diperoleh opini sangat tidak penting, 10 opini tidak penting atau sebesar 0.30%, 348 opini biasa saja atau sebesar 10,53%, 1.826 opini penting atau sebesar 55,27%, dan 1.120 opini sangat penting atau sebesar 33,90%. ANALISIS 1. Analisis Pergerakan Dan Aktivitas Penumpang Ada beberapa pilihan atau cara bagi penumpang angkutan jalan untuk dapat mencapai Terminal Bekasi, yaitu dengan jalan kaki, atau menggunakan kendaraan. Bagi pejalan kaki, dapat betjalan langsung menuju angkutan yang akan digunakan dalam rangka mencapai tujuan petjalanannya. Bagi yang menggunakan kendaraan, dibedakan atas : pengguna kendaraan pribadi, taksi, ojek, becak, angkutan perkotaan (angkot), bus kota, dan bus antar kota baik bus antar kota dalam provinsi (AKDP) maupun bus antar kota antar provinsi (AKAP) . Pengguna kendaraan pribadi, setelah masuk kawasan terminal, mereka harus memarkir kendaraannya, akan tetapi di Terminal Bekasi kapasitas parkir umum hanya bisa menampung 3 (tiga) kendaraan roda 4 (empat), itupun dipenuhi oleh kendaraan dinas/ operasional terminal dan kendaraan karyawan. Penumpang yang berkendaraan taksi, becak, ojek, angkot, bus kota, dan bus antar kota akan turun di tempat pemberhentian kendaraan yang tersedia untuk naik/ turun kendaraan tersebut. Selanjutnya penumpang-penumpang tersebut akan memilih angkutan lanjutannya dalam rangka mencapai tujuan petjalanannya. Pelaku petjalanan yang akan melanjutkan petjalanannya di Terminal Bekasi, jika angkutan yang akan digunakan belum tersedia, mereka dapatmenunggu di ruangtunggu, akan tetapi antara ruang tunggu dengan sarana angkutan belum tersedia selasar, sehingga apabila hujan maka pelaku petjalanan akan kesulitan, dan apabila panas pelaku petjalanan akan kepanasan. Kemacetan lalu lintas kerap tetjadi di lokasi-lokasi padat di sekitar pusat kegiatan usaha, dimana lokasi Terminal Bekasi berada pada posisi tetjepit di antara berbagai pusat kegiatan tersebut, sehingga sirkulasi kendaraan di dalam terminal itu sendiri terganggu, akibatnya sulit untuk melakukan manuver pergerakan keluar dan masuk pintu gerbang yang tersedia, sehingga waktu tunggu angkutan relatif lama. Begitu pula kondisi yang tetjadi di luar terminal pada dua ruas jalan yang mengapit terminal Bekasi yaitu Jl. Cut Mutiah dan Jl. Ir. H. Juanda, dimana pada kedua ruas jalan tersebut terdapat pusat kegiatan usaha seperti pasar, pertokoan, perkantoran dan usaha pedagang kaki lima, akibatnya kemacetan hampir selalu tetjadi pada ruas jalan tersebut. Kondisi ini juga menyebabkan tingkat pelayanan lalu lintas yang melayani terminal dan tingkat pelayanan jalan tersebut menurun dari waktu ke waktu ditambah lagi tidak tertibnya angkutan untuk masuk terminal. Hal ini juga dapat menyulitkan bagi pelaku petjalanan dalam melanjutkan petjalanannya, misalnya sudah turun di terminal dan menunggu, tetapi angkutan lanjutan yang akan digunakan temyata tidak masuk terminal/ mutar di taman di luar terminal. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1063 2. Hasil Pemetaan Opini Pengguna Jasa Pendapat responden terhadap variabel-variabel yang diusulkan untuk pelayanan transportasi intramoda dinilai dengan menggunakan analisis importance performance. Importance analisis dilakukan untuk mengetahui persepsi responden mengenai tingkat kepentingan variabel yang ditanyakan. Sedangkan performance analisis dilakukan untuk mengetahui persetujuan responden terhadap kondisi aktual variabel tersebut. Variabel yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan transportasi intramoda pada Terminal Bekasi terdiri dari 28 variabel. Variabel-variabel ini ditanyakan ke pengguna jasa transportasi untuk dinilai persetujuan dan tingkat kepentingan masing-masing variabel, seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Hasil pemetaan opini pengguna jasa dalam diagram IPA dapat dijelaskan pada tabel 6 Tabel 6. Hasil Pemetaan Opini Pengguna Jasa Dalam Diagram IPA No 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Kode Vriabel yang Diamati Al A2 A3 A4 AS A6 A7 AB A9 AlO All A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 CSI Posisi Kuadran dalam IP A 1 1 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 2 1 1 2 2 64,06 Keterangan Pen ting Penting Penting Tidak Penting Tidak Penting Pen ting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Pen ting Tidak Penting Penting Tidak Penting Pen ting Tidak Penting Pen ting Pen ting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Pen ting Pen ting Penting Pen ting Pen ting Sumber: Hasil Pengolalian Data 1064 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Pada variabel pengamatan yang merupakan variabel penting adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Variabel 1 Variabel 2 Variabel 25 Variabel 26 Variabel 3 Variabel 6 7. Variabel 11 8. Variabel 13 9. Variabel 15 10. 11. 12. 13. 14. Variabel 17 Variabel 18 Variabel 24 Variabel 27 Variabel 28 Selasar antara ruang tunggu dengan tempat nail< kendaraan W aktu tunggu sarana transportasi Ketertiban Angkutan memasuki terminal Keberadaan fasilitas parkir um um di Terminal Bekasi Posko dan petugas keamanan di Terminal Bekasi Lampu penerangan di ruang tunggu, koridor dan ruangan lain untuk penumpang di Terminal Bekasi Ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di Terminal Bekasi Fasilitas umum (peturasan, toko, Mushola) di Terminal Bekasi Kemudahan mendapatkan informasi tempat pemberhentian sarana transportasi Penyejuk ruang tunggu di Terminal Bekasi Kesamaan waktu operasi antar sarana transportasi Petugas informasi di Terminal Bekasi Kebersihan di Terminal Bekasi Papan informasi tentang rute, harga tarif & jadwal kedatangan/ keberangkatan sarana transportasi di simpul transoortasi Berdasarkan uraian di atas, pengguna angkutan pada Terminal Bekasi menganggap bahwa variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang penting dalam peningkatan pelayanan transportasi intramoda pada Terminal Bekasi. Sedangkan variabel yang tidak penting adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Variabel 4 Variabel 5 Variabel 7 Variabel 8 Variabel 9 7. Variabel 12 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Variabel 10 Variabel 14 Variabel 19 Variabel 21 Variabel 22 Variabel 23 Variabel 16 Variabel 20 Alat pemadam kebakaran dan ruang P3K di Terminal Bekasi Tempat khusus untuk perokok di Terminal Bekasi Koridor penghubung antar sarana transportasi Peta denah yang menunjukkan posisi penumpang di Terminal Bekasi Papan petunjuk arah (keluar, masuk, bus, angkot, dsb) Fasilitas khusus untuk pengguna dengan kemampuan terbatas di Terminal Bekasi Kemudahan penanganan barang bawaan ketika penumpang pindah angkutan Pemisahan jalur kedatangan/keberangkatan penumpang di simpul transportasi Keberadaan pangkalan taksi di Terminal Bekasi Keberadaan penitipan kendaraan di Terminal Bekasi Jalan khusus untuk pejalan kaki Kecukupan kapasitas sarana transportasi Informasi keterlambatan kedatangan sarana transportasi Keberadaan loket karcis di Terminal Bekasi Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1065 Berdasarkan uraian di atas, pengguna angkutan pada Terminal Bekasi menganggap bahwa variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang kurang penting dalam peningkatan pelayanan transportasi intramoda pada Terminal Bekasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode CSI (Customer Satisfaction Index) untuk perhitungan secara umum diperoleh angka indeks 64,06 %. Penilaian angka indeks sebesar 64,06 % diinterpretasikan jelek (poor), artinya tingkat kepuasan pengguna angkutan intramoda di Terminal Bekasi secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat harapan dari faktor-faktor yang diukur masih dalam kategori jelek (poor). Kondisi kesiapan peningkatan pelayanan angkutan intramoda berdasarkan 28 aspek menurut pengguna jasa angkutan di Terminal Bekasi diukur dari 14 variabel yang dianggap penting untuk peningkatan pelayanan angkutan intramoda. Namun demikian, kinerja seluruh varibel-variabel tersebut masih belum memuaskan. Varibel-variabel yang tingkat kepentingan dan kinerjanya cukup tinggi terdapat pada kuadran II antara lain adalah: 1. Variabel 3 2. Variabel 6 3. Variabel 11 4. 5. Variabel 13 Variabel 15 6. 7. 8. 9. 10. Variabel 17 Variabel 18 Variabel 24 Variabel 27 Variabel 28 Posko dan petugas keamanan di Terminal Bekasi Lampu penerangan di ruang tunggu, koridor dan ruangan lain untuk penumpang di Terminal Bekasi Ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di Terminal Bekasi Fasilitas umum (peturasan, toko, Mushola) di Terminal Bekasi Kemudahan mendapatkan informasi tempat pemberhentian sarana transportasi Penyejuk ruang tunggu di Terminal Bekasi Kesamaan waktu operasi antar sarana transportasi Petugas informasi di Terminal Bekasi Kebersihan di Terminal Bekasi Papan informasi tentang rute, harga tarif & jadwal kedatangan/ keberangkatan sarana transportasi di simpul transportasi Berdasarkan uraian di atas, pengguna angkutan pada Terminal Bekasi menganggap bahwa variabel-variabel yang berada pada kuadran II tersebut merupakan variabel yang perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan pelayanan transportasi intramoda dan keberadaan variabel-variabel tersebut di Terminal Bekasi sudah cukup baik. Varibel-variabel yang tingkat kepentingan cukup tinggi namun kinerjanya dinilai kurang bagus terdapat kuadran I, antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. 1066 Variabel 1 Variabel 2 Variabel 25 Variabel 26 Selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan Waktu tunggu sarana transportasi Ketertiban Angkutan memasuki terminal Keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Berdasarkan uraian di atas, pengguna angkutan pada Terminal Bekasi menganggap bahwa variabel-variabel yang berada pada kuadran I tersebut merupakan variabel yang perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan pelayanan transportasi intramoda dan keberadaan variabel-variabel tersebut di Terminal Bekasi perlu diperbaiki. Dalam bentuk diagram, pemetaan kondisi tingkat kepentingan dan kinerja setiap variabel yang diamati, dapat dilihat pada gambar 3 • A3 • Al8 + A2 A26 A25; Al• AS+• A19 AlO . . AS •A7 • •Ag Al2 + A4 A14+ + A6 • Al3 • A17 A24 • • • AlS A20• Al 6 + All • A21 • A2.3 • A22 Garn bar 3 Hasil Pemetaan IP A 3. Peningkatan Pelayanan Angkutan Intramoda Pada Terminal Bekasi Dari 28 aspek penting pada peningkatan pelayanan angkutan intramoda masih ada beberapa aspek menunjukkan kinerja belum sesuai dengan harapan dari sisi pengguna angkutan pada Terminal Bekasi. Selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan (Al), Waktu tunggu sarana transportasi (A2), Ketertiban Angkutan memasuki terminal (A25), dan Keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi (A26) perlu diperbaiki karena kinerjanya dinilai rendah oleh pengguna angkutan pada Terminal Bekasi. Kesetaraan aspek merupakan faktor yang sangat penting untuk memadukan trayek/ rute dalam rangka peningkatan pelayanan angkutan intramoda pada Terminal Bekasi. Dari hasil analisis ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1067 Tabel 7. Kesetaraan Aspek Pelayanan Angkutan Intramoda di Terminal Bekasi yang perlu diperbaiki ASPEK Keterangan Selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan Waktu tunggu sarana transportasi Posko dan petugas keamanan di Terminal Bekasi Alat pemadam kebakaran dan ruang P3K di Terminal Bekasi Tempat khusus untuk perokok di Terminal Bekasi Lampu penerangan di ruang tunggu, koridor dan ruangan lain untuk penumpang di Terminal Bekasi Koridor penghubung antar sarana transportasi Peta denah yang menunjukkan posisi penumpang di Terminal Bekasi Papan petuniuk arah (keluar, masuk, bus, angkot, dsb) Fasilitas khusus untuk pengguna dengan kemampuan terbatas di Terminal Bekasi Ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di Terminal Bekasi Kemudahan penanganan barang bawaan ketika penumpang pindah angkutan Fasilitas um um (peturasan, toko, Mushola) di Terminal Bekasi Pemisahan jalur kedatangan/keberangkatan penumpang di simpul transportasi Kemudahan mendapatkan informasi tempat pemberhentian sarana transportasi Informasi keterlambatan kedatangan sarana transportasi Penyejuk ruang tun11:11:u di Terminal Bekasi Kesamaan waktu operasi antar sarana transportasi Keberadaan pangkalan taksi di Terminal Bekasi Keberadaan loket karcis di Terminal Bekasi Keberadaan penitipan kendaraan di Terminal Bekasi Jalan khusus untuk pejalan kaki Kecukupan kapasitas sarana transportasi Petugas informasi di Terminal Bekasi Ketertiban Angkutan memasuki terminal Keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi Kebersihan di Terminal Bekasi Papan informasi tentang rute, harga tarif & jadwal kedatangan/ keberangkatan sarana transportasi di simpul transportasi Harus diperbaiki Harus diperbaiki Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23 . 24. 25. 26. 27. 28. Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Sudah cukup baik Harus diperbaiki Harus diperbaiki Sudah cukup baik Sudah cukup baik "mber : Has1/ Pengolahan Data KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan a. Untuk peningkatan pelayanan angkutan intramoda pada Terminal Bekasi digunakan 28 aspek, yaitu : Selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan 1068 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 W aktu tunggu sarana transportasi Pasko dan petugas keamanan di Terminal Bekasi Alat pemadarn kebakaran dan ruang P3K di Terminal Bekasi Tempat khusus untuk perokok di Terminal Bekasi Lampu penerangan diruang tunggu, koridor dan ruanganlain untuk penumpang di Terminal Bekasi Koridor penghubung antar sarana transportasi Peta denah yang menunjukkan posisi penumpang di Terminal Bekasi Papan petunjuk arah (keluar, masuk, bus, angkot, dsb) Fasilitas khusus untuk pengguna dengan kemampuan terbatas di Terminal Bekasi Ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di Terminal Bekasi Kemudahan penanganan barang bawaan ketika penumpang pindah angkutan Fasilitas umum (peturasan, toko, Mushola) di Terminal Bekasi Pemisahan jalur kedatangan/keberangkatan penumpang di simpul transportasi Kemudahan mendapatkan informasi tempat pemberhentian sarana transportasi Informasi keterlarnbatan kedatangan sarana transportasi Penyejuk ruang tunggu di Terminal Bekasi Kesarnaan waktu operasi antar sarana transportasi Keberadaan pangkalan taksi di Terminal Bekasi Keberadaan loket karcis di Terminal Bekasi Keberadaan penitipan kendaraan di Terminal Bekasi Jalan khusus untuk pejalan kaki Kecukupan kapasitas sarana transportasi Petugas informasi di Terminal Bekasi Ketertiban Angkutan memasuki terminal Keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi Kebersihan di Terminal Bekasi Papan informasi tentang rute, harga tarif & jadwal kedatangan/ keberangkatan sarana transportasi di simpul transportasi b. Untuk peningkatan pelayanan angkutan intrarnoda pada Tem1inal Bekasi aspek yang perlu mendapat perhatian adalah : Selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan W aktu tunggu sarana transportasi Ketertiban Angkutan memasuki tenninal Keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi Pasko dan petugas keamanan di Terminal Bekasi Lampu penerangan diruangtunggu, koridor danruanganlain untuk penumpang di Terminal Bekasi Ruang tunggu untuk keberangkatan/kedatangan penumpang di Terminal Bekasi Fasilitas umum (peturasan, toko, Mushola) di Terminal Bekasi Kemudahan mendapatkan informasi tempat pemberhentian sarana transportasi Penyejuk ruang tunggu di Terminal Bekasi Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1069 Kesamaan waktu operasi antar sarana transportasi Petugas informasi di Terminal Bekasi Kebersihan di Terminal Bekasi Papan inforrnasi tentang rute, harga tarif & jadwal kedatangan/ keberangkatan sarana transportasi di sirnpul transportasi c. Kesetaraan aspek merupakan faktor yang sangat penting untuk memadukan trayek/ rute dalam rangka peningkatan pelayanan angkutan intramoda pada Termina1 Bekasi. Dari hasil analisis ada beberapa aspek yang sudah cukup bail< dan ada beberapa yang perlu diperbaiki. Yangperlu diperbaiki yaitu selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan, waktu tunggu sarana transportasi, ketertiban angkutan memasuki terminal, dan keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi. B. Saran a. Untuk peningkatan pelayanan angkutan intramoda pada Terminal Bekasi aspek selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan, waktu tunggu sarana transportasi, ketertiban angkutan memasuki terminal, dan keberadaan fasilitas parkir umum di Terminal Bekasi harus diperbaiki. b. Agar dapat diirnplementasikan, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut berupa penyusunan standar pelayanan minimal untuk alih moda, dengan mempertimbangkan keamanan, keselamatan, waktu, dan kenyamanan bagi penumpang; serta c. Dalam hal diperlukan tataran irnplementasi fisik, diperlukan kajian untuk mengetahui sejauhmana tingkat kelayakan dan manfaat pengembangan fasilitas selasar antara ruang tunggu dengan tempat naik kendaraan dan fasilitas parkir umum pada Terminal Bekasi guna memastikan tingkat keberhasilan pengembangannya. DAFTAR PUSTAKA .... ........... ..........., 2006, Studi Tiket Terpadu Untuk Angkutan Penumpang Antannoda di Perkotaan, Badan Lltbang Perhubungan, Jakarta . .... ......... .... ... ....... , 2000, Penataan Arus Lalu Lintas dan Angkutan Dari dan Menuju Tenninal Bekasi, Badan Lltbang Perhubungan, Jakarta. .................. ........, 2006, Kajian Tentang Penyusunan Indikator Pelayanan Penumpang Transportasi Antarmoda, Badan Lltbang Perhubungan, Jakarta Oliver, Richard L., 1997, Satisfaction. A Behavioral Perspective on the Consumer, New York: McGraw-Hill International Editions Supranto, J., MA, 2001, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta ") Lahir di Belitang-Sumat:era Selatan, tanggal 4 Agustus 1972, Peneliti Muda di Pusat Penelitian dan Pengembangan Manajemen Transporasi Multimoda. **) Lahir di Jayapura, tanggal 25 Juni 1968, Peneliti Muda di Pusat Penelitian dan Pengernbangan Manajemen Transporasi Multimoda. 1070 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 KAJJAN MANAJEMEN LALU LINTAS PERKOTAAN mm.TK MENUNJANG ALill MODA DI KOTA SURAKARTA Soebisno*) ABSTRAK Angkutan kota di Surakarta sebagai bagian dari sistem transportasi perkotaan merupakan sa1ah satu kebutuhan ]XJkok masi;arakat kota Surakarta dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kota. Angkutan kota ke"beradaannya sangat dibutuhkan, tetapi apabi"la tidak ditangani dengan manajemen yang baik dan "benar, akan merupakan masalah bagi pemerintah daerah kota Surakarta, dan pelanggan maupun operator. Faedah dilakukan dengan manajemen yang baik dan "benar terhadap lalu lintas, khususnya untuk angkutan kota (bis, mini bus), adalah untuk perencanaan evaluasi pengoperasian angkutan kota, sehingga hasilnya dapat mem"berikan garnba.ran yang om;ektif Indikator dan parameter kinerja angkutan kota dilihat dari 3 (tiga) indikator yaitu : 1. Efektifitas meliputi ; a. kemudahan, yaitu panjang jalan yang dilalui bis kota per luas area, b. kapasitas, (jumlah bis kota/panjang rute yang dilalui bis kota, c. jumlah bis kota per 1000 penduduk. 2. Efisiensi, yang meliputi ; a. keterjangkauan (tertzb/penumpang-km), b. kelm;akan (operating ratio), c. bim;a operasi kendaraan (BOK), d. operating ratio, e. Utilisasi, f crvailability (kapasitas operasi), g. load factor , h. umur bis kota. 3. Kualitas a. Kecepatan, b. Head.Wat} Dari data primer diperoleh responden sebanyak 125 orang, telah mengisi jawaban atas pertanyaan dengan sangat setuju (SSj) 30 orang, setuju (Sj) 45 orang, ragu-ragu (Rg) 10 orang, tidak setuju (I'Sj) 25 orang dan sangat tidak setuju (STSj) 15 orang. Berdasarkan data tersebut tingkat persetujuan terhadap pernyataan adalah 74,78 %. Hasil suruei persepsi re5]10nden, atas lalu lintas perkotaan, bi/a di dasarkan atas kelompok yang sangat setuju (SSj) 24 %, yang menyatakan setuju (Sj) 36 %, menyatakan ragu-ragu (Rg) 8 %, menyatakan tidak setuju (I'Sj) 20 % dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STSj) 12 %. Kata Kunci : angkutan kota, mobilitas penduduk, kedisiplinan lalu lintas perkotaan. PENDAHULUAN Masalah lalu lintas di kota-kota besar seperti kota Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya dan kota lebih rendah kota Surakarta, semakin lama semakin dirasakan darnpaknya, seperti masalah kemacetan, tempat parkir dan ketertiban berlalu lintas dll. Hal ini disebabkan sa1ah satunya adalah laju perkembangan kendaraan semakin meningkat tiap tahunnya sementara, perkembangan prasarana jalan tiap tahun bertambahnya tidak sebanding dengan perkembangan sarana (vihecle). Menurut data statistik jumlah kendaraan pada tahun 2002 betjumlah 1358 kendaraan umum dan kendaraan pribadi ada 864 kendaraan, serta kendaraan yang dimiliki pemerintah betjumlah 261 kendaraan. Data prasarana jalan pada tahun yang sama baik jalan propinsi, jalan negara dan jalan kota betjumlah 592.550 km dan Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1071 tahun 2005 sarana berjumlah 2.483 kendaraan. Di kota Surakarta masalah transportasi perkotaan saat ini sudah merupakan masalah utama yang mendekati sulit dipecahkan, karena menimbulkan berbagai masalah (ekonomi, sosial, pernborosan, kenyamanan) yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah cq. Dinas lalu Llntas dan Angkutan Jalan Kota Surakarta. Dengan melihat permasalan tersebut kajian ini bertujuan menggali inti permasalahan dengan pemecahannya melalui rekomendasi pokok pokok pikiran, yang disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama pada Pemda Surakarta. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam kajian ini adalah identifikasi dan inventarisasi sektor perhubungan (sarana dan prasarana), peraturan Pemda di bidang lalu lintas (transportasi), perparkiran dsb. Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah rekomendasi yang berupa pokok-pokok pikiran manajemen lalu lintas perkotaan MEfODE DAN LANDASAN TEORI A. Metodologi Pengkajian Metodotologi yang digunakan dalam kajian ini adalah : 1. Diskriptif Kualitatif Dalam kajian menggunakan metode Diskriptif adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Atau metode deskriptif, yaitu menggunakan metode studi kasus, tindak lanjut dll. 2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data sebagai bahan dasar kajian meliputi : a. Pengumpulan data sekunder Data sekunder dan informasi yang diperlukan dalam kajian ini adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, melalui laporan-laporan bulanan/ tahunan dan data statistik, surat keputusan dari Pemda yang ada hubungannya dengan angkutan kota. b. Pengumpulan data Primer Data yang berasal dari obyek langsung, yang diperoleh dari pengamatan sumbemya dilapangan. 3. Pola Pikir Dalam kajian ini menggunakan pola pikir yang diistilahkan suatu proses yang dimulai dari input, pengolahan, output dan berakhir pada out come, dengan memperhatikan factor instrumental input dan environmental input (gambar 1) 1072 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 - -·--~•ol lnnn• UU No. 14 Th. 1992 Ttg. LLAJ PP No.41,42, 43 dan 44 Th.1993, Peraturan Pelaksananya UU No.12 Th. 1999 Tentang Otonomi Daerah Input Pengoperasi an angkutan kota belum optimal mengikuti standar minimal acu an diberikan. Output 1 Subjek Objek - Ditjen Phb Darat - Pemda Surakarta - Organisasi Organnda Wilayah Surakarta - Operator angkutan kota Kualitas pelayanan angkutan kota Outcome Metode Diskriptif kualitatif I-+ Peningkatan disiplin pengoperasian angkutan kota Kepatuhan pengelola, pemda, aparat dalam pengoperasian angkutan kota t Enviromental Input Kebijakan Pemda Surakarta, terkait dengan system lalu lintas perkotaan Umpan Balikk Garn bar 1. Pola Pikir Kajian 4. Alur Pikir Melalui konsep alur pikir yang disesuaikan dengan pendekatan rnasalah, maka dalam langkah-langkahnya memuat hal-hal sebagai berikut : a. Kota Surakarta sebagai fokus kajian, untuk mendapatkan data dan infonnasi, yang kemudian dianalisis dengan metode yang sudah ditetapkan. b. Mempelajari dan memahami peraturan perundangan yang berkaitan dengan angkutan kota. c. Melalui berbagai diskusi, tukar pemecahan /pendapat dengan pejabat pemerintah daerah dan para operator khususnya perihal angkutan kota, untuk saling mengisi, menambah ketajaman analisis. d. Dalam pengoperasian angkutan kota, diperlukan opini-opini dari berbagai unsur sebagai pengguna jasa transportasi. e. Wewenang dan tanggungjawab dalam penyediaan jasa pelayanan angkutan kota, menjadi kewajiban Pemda Surakarta, yang mengacu kepada peraturan perundangan. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1073 Manajemen Lalu Lintas Angkutan Pembinaan Angkutan Kota Pemda / Dinas LLAJRKota Kepolisian Kota Operator Angkutan Kota Pelayanan Angkutan Kota Kedisiplinan Lalu Lintas Angkutan Kota Gambar 2. Alur Pil<ir B. Landasan Teori 1. Skala Likert Skala pengukuran merupakan salah satu acuan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya internal yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Berbagai jenis skala yang digunakan untuk mengukur fenomena sosial, dan dapat dianalisis menggunakan metode statistik adalah mengukur intelegensi, kepribadian, sikap sosial Beberapa skala yang dapat digunakan antara lain skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Dengan skala Llkert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, dan indikator-indikator dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang akan menjadi pemyataan . Jawabansetiap iteminstrumen yang akanmenggunakanskala Llkertmempunyai gradasi dan sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa ; sangat setuju setuju ragu-ragu tidak setuju sangat tidak setuju 1074 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 2. Pengertian Pengertian ini diambil dari pasal 1 UU No.14tahun1999, yang berbunyi sebagai berikut: a. Lalu Llntas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan (angka 1) b. Angkutan adalah perpindahan orang dan/ atau barang dari suatu tempat ke tempat Iainnya dengan menggunakan kendaraan (angka 2) c. Jaringan transportasi adalah serangkaian simpul dan/ atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas, sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan (angka 3) d . Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan di pungut bayaran (PP 41 tahun 1999, point 4) e. Trayek adalah lintasankendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan petjalanan tetap, lintasan tetap dan jawal maupun tidak betjadwal (pasal 12 PP No.41tahun199'3, tentang angkutan jalan) f. Pasal 6 PP No.41tahun199'3ayat1 menyebutkan trayek pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur, dilakukan dalam jaringan trayek. g. Selanjutnya pasal 7 huruf c disebutkan trayek kota yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II atau trayek dalam Daerah Khusus lbu Kota Jakarta. 3. Indikator Kinetja Angkutan Indikator ini diambil/ mengacu dari hasil studi dari SRI, yang saat ini digunakan oleh Ditjen Perhubungan Darat. Indikator Kinetja Transportasi No Indikator Kemudahan Kapasitas en < t:: i.-. ~ Kualitas ~ i.-. ~ z Keterjangka uan ~ ~ i.-. ~ Behan publik Utilisasi Parameter Panjang jaringan Jumlah kendaraan / 1000 penduduk Jumlah kendaraan / paniang ialan Keselamatan - nilai kerugian akibat kecelakaan/10.000 kendaraan. - Jumlah korban jiwa/10.000 kendaraan. - Test kendaraan/10.000 kendaraan Kecepatan - kecepatan rata-rata - kecepatan minimum - kecepatan maksimum Kualitas jalan/ jaringan - % yangbaik - % yang sedang - % yang buruk Besaran - tarip/penumpang-km - tarip/ton-km - PDBI/kapasitas Behan publik / kapita Biaya modal tahunan / penduduk Biaya ekstemalitas (biaya sosial pencemaran, kebisingan dll) - rata-rata bis - km rata-rata truk - km rata-rata moda km Sumber : SRI (Su rvey Research lnslttu te) Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1075 DATA DAN INFORMASI A UMUM Kota Surakarta atau lebih di kenal dengan Kota Solo secara umum merupakan daerah rendah dan berada di antara pertemuan kali / sungai Pepe, jenis dengan Bengawan Solo yang mempunyai ketinggian ±92 m dari permukan air laut dan terletak di antara : 110 45 '15 -110 45 ' 35 Bujur Timur dan 7CJ36' 0011 - 7 56' 0011 Llntang Selatan. /1 /1 /1 /1 Kota Surakarta di batasi : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Dati II Karang Anyar dan Kabupaten Dati II Boyolali. Sebelah Timur: berbatasan dengan KabupatenSukoharjo dan Kabupaten Karang Anyar. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Dati II Sukoharjo Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Dati II Sukoharjo dan Kabupaten Dati II Karang Anyar. B. TRANSPORTASI 1. Prasarana Panjang jalan yang ada di daerah kota Surakarta di bagi atas panjang jalan propinsi dan jalan Kota / Kabupaten, di jelaskan dalam tabel berikut : Tabel. 1. Prasarana Transportasi di Kota Surakarta Keadaan Jalan No Jalan Negara (Km) Jalan Kabupaten/ Kota(Km) Jalan Propinsi (Km) Panjang Jalan 1. Aspal 13,250 16,650 430,600 460,050 2. Kerikil - 129,450 129,450 3. Tanah - - 3,050 3,050 13,250 16,650 563,100 592,550 Jumlah Sumber =BPS Kola Surakarta (Surakarta Dalam Angka 2005). 2. Sarana Jwnlah sarana (kendaraan) umum baik bis umum yang mempunyai trayek AKAP, maupun AKDP (lintas, O/D), angkutan kota bus perkotaan dan taksi pada tahun 2005 berjum1ah 1.277 buah, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2. Sarana Angkutan Perkotaan tahun 2005 No Jenis Kendaraan Jumlah Annada/Bh 1. Bis kota 2. Angkutan kota 3. Taksi 4. Bus AKP Lintas 5. BusAKAPO/D 6. Bus AKDP Lintas 7. BusAKDPO/D Sum ber 1076 Keterangan 292 416 260 16 124 34 135 : DLLAJR Kola Surakarta Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 3. Angkutan Umum (Perkotaan) Seperti disebutkan pada sub bab Sarana, bahwa angkutan umum perkotaan terctiri dari : bis kota, sebagai angkutan perkotaan (mini bus) yang mempunyai trayek jarak jauh (± 15 - 20 km) yang melintasi trayek utama dan cabang, dan trayek ranting. Adapun daftar trayek, dan jumlah kendaraan yang melayani adalah sebagai berikut : Daftar Trayek Dan Jumlah Kendaraan di Kota Surakarta Tabel 3. Jalur Trayek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Kertosuro - Palur PP (via Veteran) Kertosuro - Palur PP (via Ronggowarsito) Kertosuro - palur PP (via Colomadu) Kertosuro - Palur PP (via Yosodipuro) Kertosuro - Palur PP (via Cokroaminoto) Kertosuro - Palur PP (via JI. A. Yani) Kertosuro - Palur PP (via Agus Salim) Kertosuro - Palur PP (via Ga tot Subroto) Kertosuro - Palur PP (via JI. Kartini) Kertosuro - Palur PP (via Gumpang) Kertosuro - Palur PP (via S. Riyadi) Kertosuro - Palur PP (via Colomadu) Kertosuro - Palur PP (via Gumpang) Kertosuro - Solo Baru PP Kertosuro - Gumalang PP Mojosongo - Solo Baru PP Kertosuro - Palur PP (via Banyuanyar) Palur - Sukohardjo Bekonang - Kertosura (via Veteran) Kode Travek Jarak Tempuh Kendaraan Keterangan DD A B 18,8 16,5 16,2 17,5 18,5 21,05 20,1 17,5 17 18 23 23 14 13,l 21 11,5 19,1 19,5 18 13 12 20 24 10 10 14 16 14 15 13 12 10 12 6 7 21 6 16 Double D 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat 26 seat c D E F G H I J K L M N 0 p R u Sumber: DLLAJ Kota Surakarta Trayek Ranting No Jalur Trayek 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pasar Klewer - Pabelan PP Pasar Klewer - Palur PP Pasar Klewer - Ngemplak PP Guion - Manang PP Wonorejo - Kedipuro - Silir PP Ngemplak- Baki PP Pasar Klewer - Kadipiro PP Pasar Mojosongo - Gading PP Mojosongo - Karang Asem PP Jati Tiken - Ngipang PP Betung - Gawah PP Plupuh - Mojosongo PP Kode Travek 01 A DIB 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 Jarak Tempuh 12 6 14,5 9,1 13,4 8,5 6 7 11 12 15 16 Kendaraan Keterangan 74 31 23 30 30 33 30 59 35 36 Kuning Kuning Hijau Coklat Hi tam Merah Tua Orange Biru Tua Ungu Putih - - - Sumber : Dinas LLAJR Kola Surakarta 2002 4. Data Primer Data primer yang diperoleh dengan membagi kuesioner yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut : Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1077 Tabel. 4. Data Persepsi Dari Konsurnen Terhadap Pelayanan Angkutan Lanjutan Di Terminal Tirtonadi Surakarta JAWABAN NO PERNYATAAN 1. Fasilitas perpindahan intramoda (shelter, halte) cukup untuk pindah angkutan, untuk melaniutkan oerialanan. 2. Keamanan di shelter/halte/bis stop pada umumnya jauh dari kriminal/ tangantangan jahil yang tidak bertanvuune: iawab. 3. Pelanggan kendaraan 4. Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu angkutan kota cukup relatif lama, karena frekuensi antara kendaraan satu dengan lainnya lama. merasa nyaman di dalam 5. Rute/trayek yang dilalui kendaraan pada umumnya melewati pusat-pusat kegiatan ekonomi, oerkantoran dll. 6. Kendaraan yang dipakai terjaga dari pemeliharaan sehingga tidak mengganggu oerialanan. 7. Bis/ angkutan yang selalu berhenti di shelter/halte untuk menaikkan/ menurunkan oenumcan2. 8. Crew selalu menjaga tata tertib penumpang di dalam kendaraan untuk tidak berjubel di depan pintu 9. Laju kendaraan mengikuti irarna kepadatan lalu lintas 10. Crew selalu sopan dalam menarik ongkos (bayaran) angkutan dan mengembalikan uane: kelebihan bila ada. 11. Kendaraan selalu membawa peralatan terutama ban serep apabila terjadi sesuatu. 12. Penumpang/ pelanggan sampai terminal akhir selalu diantar t SSj Sj RG TSj STSj 2 5 1 - 1 9 2 3 - - 1 6 2 5 1 1 0 9 3 4 1 4 5 17 3 3 2 6 1 15 2 4 - 1 1 8 3 3 1 4 3 14 3 3 1 3 1 11 3 5 2 3 1 14 3 5 1 1 1 11 2 3 - 1 - 6 2 2 - 1 - 5 30 45 10 25 15 125 Sumber: Data d1olah ANALISIS DAN PEMBAHASAN A ANALISIS 1. Lalu Llntas clan Angkutan Lalu lintas dan pengangkutan adalah dua persoalan yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan dan bahkan saling mempengaruhi. Keduanya selalu muncul berbarengan, kehadiran yang satu adalah akibat munculnya kehadiran yang lain. Karena itu apabila membahas masalah pengangkutan, dan lalu lintas akan termasuk dibahasnya, demikian sebaliknya. 1078 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Menurut literatur disebutkan bahwa lalu lintas adalah kegiatan lalu lalangnya orang dan/ atau barang kendaraan, sedangkan pengangkutan adalah usaha memindahkan orang dan/ atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Usaha pemindahan hampir selalu menimbulkan lalu lintas, dengan kata lain lalu lintas adalah suatu usaha kegiatan, akibat dari pada gabungan potensi land use (tata guna lahan) dan kemampuan dari hasil pengangkutan. 2. Angkutan Angkutan hadir karena dibutuhkan manusia dan/ atau barang, yang memerlukan jasa transportasi, terutama manusia dalam menjalankan aktivitasnya selalu menggunakan kendaraan (angkutan). Secara tegas Suwardjoko Warpani menggambarkan bagan alir pengangkutan (transportasi) sebagai berikut : Bagan Alir Pengangkutan Pengangkutan Sumber Daya Pengangkutan Lokasi Produksi I Pengangkutan Pasar I I Konsumen I * Surnber : Warpani, rnerencanakan sistern pengangkutan Dalam transportasi terdapat 5 (lima) unsur pokok yaitu: - manusia dan / atau Barang - kendaraan - jalan - organisasi (operator) - peraturan perundangan 3. Analisis data primer/ dari responden a. Dari tabel 4 di atas dapat disirnpulkan dalam analisis, bahwa pengamatan tersebut, yang menjadi instrumen diberikan kepada 130 responden dan kuesioner yang kembali dan dapat diolah tinggal menjadi 125 responden. Dari 125 responden setelah dilakukan analisis menjadi 5 (lima) katagori adalah: - 30 responden menjawab sangat setuju (SSj) - 45 responden menjawab setuju (Sj) 10 responden menjawab ragu-ragu (RG) - 25 responden menjawab tidak setuju (ISj) - 15 responden menjawab sangat tidak setuju (SI5j) Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberi skor sebagai berikut: Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1079 SSj diberi skor 5 Sj diberiskor 4 RG diberi skor 3 1Sj diberiskor 2 S1Sj diberi skor 1 b. Berdasarkan angka-angka tersebut dapat di analisis menjadi : - jurnlah skor untuk 30 responden - yang menjawab SSj jurnlah skor untuk 45 responden yang menjawab SJ jurnlah skor untuk 10 responden : 10 x 3 - yang menjawab RG jurnlah skor untuk 25 responden : 25 x 2 = 50 - yang menjawab 1Sj jurnlah skor untuk 15 responden yang menjawab SISj : 15 x 1 - : 30 x 5 = 150 : 45 x 4 = 180 = 30 Jumlah = 15 =425 c. Skor ideal dan skor rendah - jumlah skor ideal (kreterium) untuk seluruh item adalah : 5 x 125 (responden) = 625 (skor tertinggi/SSj) - jumlah skor terendah adalah : 1 x 125 = 125 (SISj) Jadi berdasarkan data tersebut, maka tingkat persetujuan terhadap hasil kuesioner atas 12 pernyataan adalah (425 : 625) x 100% = 74,78%. SISj 125 1Sj 250 Sf RG 375 425 500 SSj 625 d. Presentase Responden Bila didasarkan pada kelompok responden, maka dapat diketahui bahwa : 1) Menyatakan sangat setuju/SSj (30/125 = 24%) = 36%) (10/125 = 8%) 2) Menyatakan setuju/Sj (45/125 3) Menyatakan ragu-ragu/RG 4) Menyatakan tidak setuju (1Sj (25/125 = 20%) 5) Sangat tidak setuju (SISj (15/125 1080 = 12%) Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 B. PEMBAHASAN Kinerja angkutan dan atau lalu lintas angkutan di kota Surakarta, dalam bahasan ini akan diuraikan sebagai berikut : 1. Kemudahan (panjang jalan yang di lalui bis kota per luas area) Dengan perkembangan kota yang semakin meluas ke pinggir kota, berarti angkutan kota mempunyai daerah pelayanan yang semakin luas dan ini berarti tambah panjang yang dilalui angkutan kota. atau hal ini mungkin telah tetjadi penurunan kinetja, apabila tidak ada penambahan armada. 2. Jumlah angkutan kota/ panjang jalan yang dilalui : artinya bila angkutlm kota bertambah, jumlah armada yang cukup memadai sesuai permintaan, maka kinetjanya semakin membaik. 3. Kapasitas Qumlah angkutan kota/1000 penduduk, bila dilihat pertumbuhan jumlah angkutan kota cenderung naik maka akan baik juga perkembangan kinetjanya. 4. Kualitas (kecepatan kendaraan) apabila kita mengacu pada literatur yang ada, berkisar 10 12 km/ jam, namun di kota Surakarta rata-rata bisa mencapai .±: 15 - 17 km/ jam, itu artinya kecepatan kendaraan sudah cukup baik. 5. Kualitas (headway) Headway pada umumnya rata-rata 2,4 menit, sehingga apabila diukur dengan indikator kualitas pelayanan, dengan waktu tunggu antara 5 -10 menit, maka angkutan kota di Surakarta ada yang kinetja operasinya baik dan ada yang rendah. PENUTUP A Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, dapatlah di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Responden di bagi menjadi 5 kategori adalah : 30 responden menjawab sangat setuju 45 responden menjawab setuju 10 responden menjawab ragu-ragu 25 responden menjawab tidak setuju 15 responden menjawab sangat tidak setuju. 2. Skor jawaban pemyataan secara keseluruhan betjumlah 425, dan 30 responden yang sangat setuju dengan nilai skor masing-masing 5, setuju 45 dengan masing-masing skor 4, ragu-ragu ada 10 dengan skor masing-masing 3, dan tidak setuju 25 responden dengan skor masing-masing 2, serta sangat tidak setuju 15 dengan masing-masing skor 1. 3. Jumlah skor ideal (kriterium) yang tertinggi 625 dan skor terendah ada 125, maka berdasarkan uraian tersebut skor 425 terlihat pada titik di antara 375, dan lebih dekat dengan angka setuju 500. . Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1081 B. Saran 1. Untuk meningkatkan kinerja yang berkaitan dengan indicator kemudahan kapasitas dan factor muat, serta penyempumaan rute, pendistribusian angkutan kota. 2. Agar kinerja angkutan kota menjadi lebih baik, antara lain harus berani mengubah/ memperbaiki volume pelayanan yang ditawarkan, memperbaiki sistem pengoperasian (menambah armada pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari), sehingga diperoleh efisiensi dan menambah pendapatan. DAFfAR PUST AKA Departemen Perhubungan, Undang-Undang RI No.14 tahun 1992, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Beserta Peraturan Pelaksanaannya (PP.41,PP.42,PP.43,PP.44 tahun 1993), Yayasan Telapak, 1993; Surakarta Dalam Angka tahun 2002, Bappeda - Badan Pusat Statistik, Kota Surakarta; Munawar Ahmad, Manajemen lalu Lintas Perkotaan, Beta Offset, Yogyakarta, 2004; Ridwan, MBA, Drs, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2003; Warjoko, Suwarjoko, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB, 1990. .2ainal Asikin, Muslich, Sistem Manajemen Transportasi Kota, Medprint Offset, Yogyakarta, 2001. *) Peneliti Madya Puslitbang Manajemen Transportasi Multimoda 1082 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 PENINGKATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI LAUT MELALUI PERENCANAAN YANG ANDAL (Studi Kasus : Kantor Adpel Tegal) Bambang Siswoyo *) ABSTRAK Transportasi berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan berbagai sektor. Menyadari peran penting transportasi, maka perlu ditingkatkan keselamatan dan pengmuasan yang andal guna mendukung sistem pelayanan yang terintegrasi, terutama pelayanan transportasi laut. Tingkat kecelakaan dewasa ini berdasarkan prosentase penyebab terjadinya musibah pelat;aran atau kecelakaan kapal menurut faktor penyebab berturut-turut se"besar 43,67% disebabkan oleh Ja.ktor manusia, 32,37% disebabkan oleh faktor alam, dan 23,94% oleh Ja.ktor teknis. Maksud kajian ini adalah melakukan evaluasi penyelenggaraan angkutan laut terhadap tingkat keselamatan pelayaran, sedangkan tujuan kajian ini adalah tenuujudnya penyelenggaraan angkutan laut yang efektif dan efisien. Selanjutnya hasil yang diharapkan tersusunnya rekomendasi untuk peningkatan keselamatan pelayanan transportasi laut yang efektif dan efisien. Dengan Pola Kerja Terpadu (PKT) dicoba untuk memecahkannya, dan menghasilkan bahwa peningkatan kuantitas dan kualitas SOM pengawas di Adpel/Kanpel sebagai lembaga pelaksa.na pengmuasan pelat;aran saat ini, melalui penyelenggaraan Bimbingan Teknis Pengmvas Keselamatan Pelayaran di Adpel/Kanpel. Kata Kund : Keselamatan, Pelayaran, PKT (Pola Kerja Terpadu). PENDAHULUAN Transportasi merupakan senncing sector atau pelayan dan sebagai promoting sector atau pendorong dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Peranan yang sangat strategis dari sektor transportasi tersebut akan terus berkelanjutan melalui keberhasilan pengelolaan sektor transportasi itu sendiri. Sebagian besar sektor transportasi dalam mendukung perekonomian Indonesia adalah dari transportasi laut sesuai dengan negara Indonesia sebagai negara maritim. Di dalam sistem transportasi laut nasional, arah kebijakan perhubungan laut pada dasarnya meliputi 2 (dua) sub sistem yaitu angkutan laut kepelabuhanan dan keselamatan pelayaran. Pembinaan dan pengembangan transportasi laut ini terus digalakkan guna mencapai tingkat pelayanan yang optimal bagi pengguna jasa transportasi laut. Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang sub sektor transportasi laut,diatur dalam UV No.21 tahun 1992 tentang Pelayaran. Kebijakan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Perhubungan meliputi fungsi pengaturan, pengawasan dan pengendalian, penetapan, perizinan, pembangunan, pengoperasian dan penyelenggaraan dalam rangka tugas pembinaan pada sub sektor transportasi laut. Aspek keselamatan pelayaran merupakan faktor utama untuk mendukung keberhasilan jasa transportasi laut. Untuk itu aspek pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1083 transportasi laut merupakan aspek yang sangat penting yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran. Lemahnya pengawasan akan mengakibatkan tetjadinya berbagai penyimpangan yang dilakukan para stakelwlder transportasi laut dan hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan pelayaran dan pengguna jasanya. Tidak dapat dipungkiri dalam pembinaan, pengawasan dan pengernbangan sub sektor transportasi laut masih terdapat masalah dan tantangan yang perlu dan harus dijawab melalui kebijakan pemerintah. Masalah dan tantangan tersebut antara lain tetjadinya musibah pelayaran atau kecelakaan kapal yang menelan korban cukup besar baik jiwa maupun harta. Dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, jumlah kecelakaan kapal sejak tahun 1990 sampai tahun 2000 sebanyak 1551 kasus dan menelan korban jiwa sebanyak 2.684 orang serta kerugian barang sebesar 140.622,26 ton. Besarnya prosentase penyebab tetjadinya musibah pelayaran atau kecelakaan kapal menurut faktor penyebab berturut-turut sebesar 43,67% disebabkan oleh faktor manusia, 32,37% disebabkan oleh faktor alam, dan 23,94% oleh faktor teknis. Dilihat dari jenisnya musibah pelayaran atau kecelakaan kapal di perairan Indonesia antara lain disebabkan oleh tubrukan, kandas, dan kebakaran. Dampak yang paling besar dari tiga jenis musibah tersebut adalah tenggelamnya kapal. Dari kenyataan di atas dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan sistem keselamatan pelayaran yang ada saat ini belum optimal baik dari aspek kelembagaan, SDM, fasilitas keselamatan kapal maupun penyelenggaraannya. Isu aktual dengan banyaknya kejadian kecelakaan dan tindakan pelanggaran pelayaran di Adpel Tegal yangmengindikasikan belumoptimalnya pelaksanaan pengawasankeselamatan pelayaran di Adpel Tegal. Oleh karena itu diperlukan analisis dan pemecahan masalah untuk terwujudnya pelaksanaan pengawasan keselamatan pelayaran yang optimal. LANDASAN TEORI Beberapa pengertian yang berkaitan mengenai pengawasan keselamatan pelayaran, yaitu : 1. IMO (International Maritime Organization) adalah organisasi kemaritiman internasional yang mernbuat peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keselamatan maritim. 2. SOLAS (SafehJ of Life at Sea) adalah peraturan yang mengatur secara intemasional mengenai keselamatan jiwa di laut. 3. COLLREG (Collition Regulation) adalah peraturan yang mengatur secara internasional mengenai kecelakaan/ tabrakan kapal di laut. 4. STCW (Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers) adalah peraturan yang mengatur secara internasional tentang persyaratan kecakapan, keahlian dan dinas jaga laut oleh para pelaut di kapal selama berlayar. 5. ISM C.Ode adalah kode internasional tentang manajemen keselamatan untuk keamanan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran, melalui mekanisme pemeriksaan terhadap standar kapal dan crew-nya melalui Port State Control (PSC) 1084 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 6. Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan di perairan, kepelabuhanan serta keamanan dan keselamatannya. 7. Tenaga Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi atau keterampilan sebagai awak kapal laut 8. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga mesin, atau ditunda. 9. Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang mernenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, perrnesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan terrnasuk radio dan elektronika kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan perneriksaan dan pengujian 10. Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang rnernenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan, pencernaran perairan dari kapal, pengawakan, pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal, penumpang, status hukum kapal untuk berlayar di perairan tertentu. 11. Keselamatan berlayar adalah suatu keadaan yang terwujud apabila telah dipenuhi persyaratan kalaiklautan kapal yang bersangkutan dan keselamataan alur serta fasilitas kenavigasian lainnya yang rnerupakan faktor di luar kapal 12. Keselamatan Pelayaran adalah suatu keadaan yang terwujud apabila telah dipenuhi persyaratan keselamatan berlayar oleh kapal dan pelabuhan yang bersangkutan. 13. Pelayaran adalah sebagai sa1ah satu rnoda transportasi yang diselenggarakan dengan tujuan mernperlancar arus perpindahan orang dari/ atau barang rnelalui perairan 14. Administrator Pelabuhan (Adpel) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Keselamatan merupakan faktor yang paling utarna dalam pelaksanaan transportasi. Oleh karena itu hal-hal yang berpengaruh terhadap sistern keselamatan pelayaran berupa fasilitas keselamatan transportasi sangat perlu diperhatikan kelaikan dan operasionalisasinya. Peningkatan keselamatan transportasi dapat dicapai rnelalui integrasi dari berbagai unsur pembentuknya yang meliputi kelernbagaan yang melaksanakan, peraturan/ perundangan yang mengaturnya, sumber daya manusia yang terlibat serta perangkat keras yang mendukung terciptanya keselamatan transportasi. Begitu banyaknya unsur yang terlibat dalam keselamatan pelayaran, sehingga pernbahasan difokuskan pada perrnasalahan lernbaga/badan/ organisasi/ unit yang mernpunyai kewenangan untuk rnengawasi penerapan aturan-aturan mengenai keselamatan pelayaran Keberadaan badan/ organisasi/lernbaga/ unit pelaksana pengawasan keselamatan pelayaran ini diperlukan agar peraturan-peraturan rnengenai keselamatan pelayaran baik yang bersifat nasional maupun internasional dapat terlaksana dengan baik. Salah satu unit pelaksana pengawasan yang sangat berperan dalam keselamatan pelayaran adalah Administrator Pelabuhan (Adpel). Berdasarkan KM 62 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Administrator Pelabuhan, sa1ah satu fungsi Adpel adalah sebagai pengawas kegiatan lalu lintas dan angkutan laut serta keselamatannya. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1085 Kebijakan Keselarnatan Pelayaran Angkutan Laut Lima landasan pokok dalarn mencapai kualitas jasa menurut Zeithaml (1996), Seroice Mar- keting, yaitu bahwa jasa pelayanan dituntut adanya : 1. Bukti langsungyaitu kecukupanfasilitas fisik, perlengkapan, SDM dan sarana komunikasi; 2. Keandalan yaitu kernampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan; 3. Daya tanggap yaitu keinginan membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap; 4. Jaminan yaitu tingkat pengetahuan, kemampuan, moral etika tenaga ketja (SDM) yang menghilangkan resiko, keragua-raguan, bahaya dalarn pelaksanaan peketjaan; 5. Empati yaitu kemudahan-kemudahan melakukan hubungan, komunikasi dan pemahaman akan kebutuhan para pelanggan. Berdasarkan uraian di atas, jaminan keselarnatan jasa transpotasi merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang diberikan. Pengawasan yang ketat harusnya dilakukan sampai hal yang paling kecil dan diatur untuk kepentingan keamanan dan keselamatan pelayaran. Tinjauan terhadap aspek keamanan dan keselarnatan pelayaran dapat dilihat dari adanya keterkaitan dan saling memenuhi dan mendukung antara aspek sarana dan prasarana (fasilitas) keselarnatan pelayaran, aspek SDM (ABK dan penegak hukum), aspek sistem peraturan dan aspek lainnya. Semua itu harus terpenuhi dengan baik sesuai dengan peraturan keselarnatan pelayaran yang berlaku secara intemasional dan nasional. Dampak dari kelalaian tidak terpenuhinya keterkaitan di atas dapat menyebabkan tetjadinya kecelakaan kapal. Dikaitkan dengan hal-hal tersebut di atas maka seperangkat aturan baik nasional maupun internasional diadakan sejalan dengan kemajuan IPTEK yang demikian pesat sebagai pegangan atau pedoman untuk pengawasan dan pengendalian. Perangkat aturan-aturan tersebut terus menerus diperbaiki dan disempurnakan dalarn rangka memperkecil tingkat resiko kecelakaan di bidang pelayaran. Pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan memberikan kewenangan penuh kepada Ditjen Perhubungan Laut dalam melaksanakan pengawasan terhadap aspek keselamatan pelayaran. Pengawasan yang dilakukan tersebut mengacu kepada peraturan nasional dan konversi internasional yang mengatur keselamatan pelayaran. Sebagainegara maritimdananggota IMO,Indonesia mempunyai kewajiban untuk mengikuti ketentuan (konvensi) yang dikeluarkan oleh organisasi maritim intemasional tersebut Salah satu bidang yang menjadi pusat perhatian dunia internasional adalah bidang keselamatan pelayaran. Banyak ketentuan di bidang pelayaran yang telah dikeluarkan oleh IMO dan telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan tentang keselamatan pelayaran secara nasional, dapat dilihat pada Undangundang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Undang-undang tentang pelayaran ini, selanjutnya dijabarkan dalarn bentuk Peraturan Pemerintah (PP) dan keputusan yang lebih rendah. 1086 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Ketentuan pukok terakhir yang berkaitan dengan keselarnatan pelayaran di Indonesia, dituangkan dalam Instruksi Menteri Perhubungan Nornor IM.5 /HK.207/Phb-98 tanggal 6 April 1998 tentang Peningkatan Keselarnatan Dalarn penyelenggaraan Transportasi. Menteri Perhubungan rnengintruksikan untuk rnenernpatkan keselarnatan dalarn penyelenggaraan transportasi sebagai prioritas dan pertirnbangan utarna. Selanjutnya kebijakan pelayaran tersebut akan dijabarkan berkaitan dengan perlengkapan navigasi kapal, surnber daya rnanusia dan pengawakan serta Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) Keselamatan Kapal Pada dasamya keselarnatan kapal itu adalah segala hal yang berkaitan dengan berbagai upaya yang diwujudkan terhadap kapal dan lingkungan laut. Kapal sebagai sarana angkutan hams merniliki sifat kekokohan, katangguhan dan kernarnpuan guna melaksanakan fungsinya dengan arnan, menjamin keselamatan jiwa rnanusia dan harta benda di laut, menjaga kelestarian lingkungan laut serta untuk rnencapai nilai ekonomis yang optimal. Jadi keselarnatan kapal itu adalah persyaratan utarna yang harus dipersiapkan sebelurn rnelaksanakan pelayaran dan harus dimiliki dan dipertahankan selarna perjalanan. Dalam mempersiapkan keselarnatan kapal tentunya diperlukan adanya suatu pedornan atau acuan yang standar baik bersifat nasional maupun internasional. Pedornan atau acuan keselamatan kapal tersebut telah dituangkan dalam bentuk aturan-aturan yang mengatur tentang keselarnatan kapal, dimana pengaturannya sebagai berikut : 1. Nasional a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51Tahun2002 tentang Perkapalan c. Scheepen Verordening (S.V) 1935. d. Peraturan Larnbung Timbul 1966. 2. Internasional SOLAS 1974 beserta seluruh amandemennya, yang 5aat ini telah terbit dan diberlakukan adalah Amandemen 2002. SOLAS ini diberlakukan bagi semua kapal bail< yang berbendera Indonesia maupun kapal asing dengan ukuran tertentu yang melakukan pelayaran internasional. Agar peraturan tersebut terlaksana dengan baik, maka diperlukan suatu badan/ organisasi yang mernpunyai kewenangan untuk mengawasi penerapan aturan-aturan mengenai keselarnatan kapal. Undang-undang dan peraturan diatas memberikan kewajiban kepada Pemerintah Indonesia untuk menjamin terlaksananya perturan-peraturan yang dimaksud baik terhadap kapal berbendera Indonesiamaupunkapal asingyang memasuki pelabuhan Indonesia. Pemerintah dalamhal ini Departemen Perhubungan memberikan kewenangan penuh kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk melaksanakan pengawasan kapal. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1087 Proses pengawasan kapal adalah pengawasan secara terns menerus (Gambar 1) yang climulai pada saat kapal dalam rancangan pembangunan (pengesahan gambar-gambar rancangan kapal, perhitungan stabilitas), selama pembangunan kapal sampai selesai (diluncurkan ke air), percobaan berlayar (sea-trial), sebelum beroperasi dan selama kapal beroperasi hingga kapal ditutuh/ scrap (yaitu kapal yang kondisi teknisnya tidak dapat dipertahankan lagi/ tidak laiklaut). PELAKSANAAN PENGAWASAN SECARA TERUS MENERUS SEJAK KAPAL OIBANGUN, OIOPERASIKAN SAM PAI OENGAN OITUTUH :;~v•w•Hn l"1 n1t•""•••110,.h ADf'lil I MANl'l!L "......... ,....... . ........... "."'"" 11;,,,1 ,.,., u,. • p, .. ~ .... , .. ~ .. OIT~Af'l"IL 11•· S111t1nh1 : alllkeula"'"'" . 11 . . ..... ... . .. ""''"'""'" · lhdio ., ............ . p,,.9uj11111ta•llilu . k•p•t p,,,,..... ,,.. .. , ... .. ,.,.1 ...... ,.11 ... k•P•I k•il9 .. d•111 ... up•kk•Hltm ... ,,,4, .. ,... ;w. ... p1rllitwn9•n "~" P1m11•Ui.1111n d.,• •-'••1•111u ~~:.:::.!~~:··· .,. ...,......... · Lllflh"gT1mbwl 0 a KapslL11lllL>1ul : :;~~.":~·.!:"..o""'""''" 111., •• . 11( . . . . . . . . , . . . · K1p1t.ut1t1JP1n11w1kafl .p.,,i. .. n P1nctfllll" P111c1..,11r1t1 . , ....... w.. "1IAlllPOL -Pucoba111 •••lay., Gambar 1. Proses Pengawasan Kapal Lembaga Pelaksana Pengawasan Keselamatan Pelayaran Dalam sistem transportasi laut, cukup banyak melibatkan kelembagaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Keterlibatan berbagai lembaga, menuntutadanya sistemkoordinasi yang baik antar lembaga, sehingga pelayanan jasa transportasi laut menjadi lancar. Kewenangan masing-masing lembaga, perlu dipetjelas dan dibedakan agar tidak tumpang tindih dalam memberikan kebijakan penanganan permasalahan dalam pelayanan transportasi laut, khususnya melalui angkutan laut atau kapal yang ditangani oleh beberapa lembaga. Dalam kaitannya dengan keselamatan pelayaran di perairan, lembaga yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan keselamatan pelayaran salah satunya adalah Adpel/Kanpel (Kantor Administrator Pelabuhan). Berdasarkan KM 62 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Ketja Administrator Pelabuhan, Kantor Administrator Pelabuhan (Adpel) merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang dipimpin oleh seorang kepala. Kantor Administrator Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan lalu lintas dan angkutan laut, keamanan dan keselamatan pelayanan di perairan pelabuhan untuk memperlancar angkutan laut. Berdasarkan fungsi susunan organisasi Kanpel Tegal yang berperan dalam pengawasan keselamatan adalah bidang penjagaan dan penyelamatan terutama seksi kesyahbandaran Jadi secara organisasi kelembagaan, kesyahbandaran merupakan salah satu unit di Adpelj Kanpel yang bertugas melakukan pengawasan dan pemantauan kalaiklautan kapal, pada saat berada di perairan bandar sampai kapal akan berlayar. Mekanisme pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1088 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1. Pada saac kapal rnasuk : a. Menunjuk tempat labuh; b. Memberikan warta kapal kepada Nakhoda, untuk diisi dan ditandatangani; c. Meneliti dokumen kapal yang diterima oleh Nakhoda atau agen. 2. Pada saat kapal di perairan bandar : Melakukan pemeriksaan aspek keselamatan serta mengawasi ditaatinya ketentuanketentuan antara lain : a. Pemindahan kapal, harus seijin syahbandar; b. Tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan; c. Tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban dankeamanan serta hukum di perairan Bandar; d. Tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kebakaran; e. Tidak melakukan tindakan yang menyebabkan pendangkalan alur pelayaran; 3. Pada saat kapal keluar (akan berlayar): a. Meneliti kembali perlengkapan dokumen; b. Meneliti kelengkapan nakhoda dan perwira kapal serta persyaratan kualifikasi ijazah; c. Meneliti kepemilikan buku pelaut dan sertifikat keterampilan awak kapal; d. Meneliti kapasitas maksimum kapal yang diizinkan; e. Mengeluarkan Surat Ijin Berlayar bagi kapal yang akan meninggalkan pelabuhan sesuai dengan UU Pelayaran No.17/2008 dan Pasal 8 Peraturan Bandar 1925. Syahbandar sebagai unsur pelaksana pengawasan keselamatan kapal di pelabuhan, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku sebagai berikut : a. Peraturan Nasional antara lain: a. Undang-undang No.17/2008 tentang Pelayaran; b. Kitab Undang-undang hukum dagang (KUHD), Buku ke II, tentang Hak-hak Kewajiban Pelayaran; c. Peraturan Bandar 1925; d. Scheepen Ordonantie (50)/ Scheepen Verordening (SV) 1935; e. PP.14/1999 tentang Kepelautan; b. Peraturan Internasional, antara lain : a. Safety Of Life At Sea (SOLAS) 1974, Protocol dan Amandements 1981-1983,1986,1988 Res A 465 (XII); Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1089 b. Internastional Covention for the Prevention of Marine Pollution (Marpol) 73/78 Annex I/ Res A.542 (13) dan Annex II/Res MEPL 26 (23); c. Standards of Training Certiji.c.ation and Wactckeeping for Seafarers (STCV\i) 1978 Principles of Sare Manning/RS A.482/XII dan SCfW 1995; d. International Load Line Convention, 1966 (LLc.66); e. International Covention for Collision Regulation (COLREG 1972); f. IMO Resolution tentang Reorganiz:ation; g. High Speed Craft Code (HSC Code); Selain tugas pokok tersebut di atas, syahbandar sebagai unsur pelaksana pengawasan kapal di pelabuhan, juga mempunyai tugas penting yaitu mengenali atau mengetahui kapal-kapal yang tidak laik laut dengan kondisi dibawah standar atau sub standar. Dalam proses pemberian Surat Ijin Berlayar (SIB), Syahbandar harus melaksanakan pengawasan terhadap kapal yang dianggap tidak memenuhi syarat kelaiklautan. Suatu kapal dianggap tidak memenuhi kalaiklautan apabila : 1. Badan Kapal, permesinan, dan perlengkapan kapal berada dibawah standar yang diwajibkan oleh konvensi yang berlaku; 2. Kapal dengan sertifikat yang sudah tidak berlaku, termasuk surat ijin operator radio. GAMBARAN UMUM Pelabuhan Tegal sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 tahun 2002 tentang Organisasi Tata Ketja Kantor Administrator Pelabuhan adalah sebagai Kantor Administrator Pelabuhan Kelas V. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM.17 tahun 2004 tentang Perubahan Keputusan KM.62 menjadi Kantor Administrator Pelabuhan Kelas IV. Pelabuhan Tegal merupakan pelabuhan umum yang pengelolanya dilaksanakan oleh PT. Persero Pelindo ill sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 1991 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan ill menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 47 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Laut yang diselenggarakan/ dioperasikan oleh PT. Persero Pelindo ill. Dari aspek kunjungan kapal, sebagian besar armada kapal yang masuk merupakan armada antar pulau dengan komoditas muatan hasil perkebunan dan hasil hutan. Selain itu Pelabuhan Tegal juga merupakan pangkalan pendaratan ikan, karena sebagian wilayah Kota Tegal merupakan pantai yang sejak dahulu sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Jumlah kapal nelayan yang berkedudukan di wilayah Tegal lebih kurang 400 unit kapal ikan yang terdiri dari Pursine, Jaringan (Pursine Mini) dan Cantrang/ Dogolan dengan daerah Tangkapan (Fishing Ground) sekitar perairan Laut Jawa, Selat Karimata, dan peairan Bangka Belitung. Keunggulan Pelabuhan Tegal adalah adanya galangan kapal yang sejak 1090 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 tahun 1969 tdah dapat melaksanakan peketjaan perbaikan kapal. Dalam perkembangannya saat ini telah berdiri beberapa galangan yang dapat melayani perbaikan/ docking dan pembangunankapal baikkonstruksi baja maupun kayu. Aksesbilitas Pelabuhan Tegalmudah dihubungkan dengan moda transportasi darat dan letaknya berada di jalur utama Pantura. Kondisi Geografis clan Iklirn Pelabuhan Tegal berada diantara pelabuhan besar yaitu di sebelah barat Pelabuhan Cirebon sebelah Timur Pelabuhan Tanjung Emas Semarang terletak pada koordinat 06°51'10"lS/ 109°08'12" BT masuk dalam Propinsi Jawa Tengah. Bentuk pantai landai dan dasar laut pasir, kedalaman alur pelayaran pelabuhan 4 sampai 7 meter, sedangkan alur kolam pelabuhan memiliki kedalaman rata-rata 3,5 meter. Di Pelabuhan Tegal mengalami pasang surut 2X sehari sebagaimana pantai utara Jawa pada umumnya. Keadaan laut pada musim barat ombak sekitar 1 sampai 1,5 meter dan kecepatan angin rata-rata 4 sampai 10 knot. Suhu temperatur udara rata-rata 32° celcius. Struktur Organisasi Kantor Administrator Pelabuhan Tegal dipimpin oleh seorang Kepala setingkat eselon ill, yang membawahi Urusan Tata Usaha, Subseksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan, Subseksi Penjagaan dn Penyelamatan, serta Subseksi Kelaiklautan Kapal. Struktur organisasi Kantor Administrasi Pelabuhan Tegal berdasarkan pada KM.17 tahun 2004. Kantor Adpel Tegal mempunyai 53 karyawan. Diantaranya terdapat 35 orang yang sudah mengikuti pendidikan teknis fungsional, 14 orang pendidikan kepelautan dan 30 orang tenaga fungsional teknisi kepelayaran. Kecelakaan Kapal clan Tindak Pelanggaran Kecelakaan kapal yang diproses Adpel Tegal sebanyak 3 berkas, Resume sebab-sebab kecelakaan diindikasikan sebagai cuaca buruk dan human error. Secara umum mengenai kecelakaan kapal direkap pada tabel 1. Selama Tahun 2004 telah terjadi 4 kecelakaan pelayaran dan 11 kasus tindak pelanggaran (tabel 2). Tabel 1. Data Kecelakaan Kapal Tahun 2005 No Nama Kapa! Jenis Kejadian Kerugian Waktu Kejadian Tempat Kejadian Laut Jawa 04-08-75 S 1. LCT Manumbar IX Terbalik Muatan hilang dan korban jiwa tidak ada 23/04/05 2. KLM Elina Lestari Tenggelam Kapa! tenggelam dan korban jiwa tidak ada 29/05/05 Laut Jawa 60 mil dari daratan Pulau Kalirnantan 3. KLM Sinar Rahmat Hidayatullah Tenggelam Kapa! dan muatan tenggelam, korban tidak ada 09/06/05 Laut Jawa 05-45-00 S 109-29-00 E 4. KLM Pratama Kebakaran Ringan Dinding ruang mesin terbakar 17/12/05 Kolam Pelabuhan Tega! Kharisma 113-36-77E Sumber : Kantor Adpel Tega!, 2006 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1091 Tabel 2. Da ta Temua n Pelangga ran Pelayarai1 Tahun 2005 No Nama Kapal Wakttt Kejadian Jenis Pelanggaran 1. KLM. Madura Indah 31-03-2005 Penerbitan sertifikat kesempurnaa n diragukan 2. KM. Nani 09-04-2005 Oiduga mengguna kan surat-surat kapal tidak sesuai dengan fisik kapal 3. KLM. Bintang Taufik 13-04-2005 Surat ijin Berlayar (SIB) diragukan 4. KLM. Baru Muncut 04-05-2005 Tidak dilengkapi dengan SIB 5. KLM.Suasana Baru 10-05-2005 Dokumen/ surat-surat kapat sesuai dengan fisik kapat 6. KLM. Anugerah Sela tan 09-06-2005 Tidak dilengkapi dengan SIB 7. KLM. Sekar Sari 27-06-2005 Penerbitan sertifikat kesempurnaan diragukan 8. MV.Daika Maru 03-10-2005 Kapa! berlayar tidak laik taut 9. KLM.Harapan Ibadah 04-10-2005 Tidak dilengkapi surat SIB 10 KLM.Cahaya Tiga 22-10-2005 Dokumen/ surat-surat kapal sesuai dengan fisik kapal 11 KLM Jujur Hara pan II 24-10-2005 Kapa! berlayar tidak taik taut tidak tidak Sumber: Kantor Adpel Tega), 2006 ANALISIS DAN RENCANA Identifikasi Masalah Identifikasi permasalahan mengenai pelaksanaan pengawasan akan dilakukan dengan menggunakan metode PKT (Pola Ketja Terpadu) guna melihat keterkaitannya dengan keselamatan pelayaran. 1. Pohon Masalah Pohon masalah adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat. TJNGGJNYA TJNGKAT KECELAKAAN TRANSPORTASILAUT 4 AKIBAT SEBAB Ku rang Optimalnya Kondisi Angkutan Laut Rendahnya Kualifikasi dan Keahlian SOM mengenai Keselamatan Pelayaran Kurang Optima lnya Penyelenggaraan Kepelabuhanan 2 Kurang laiknya Fasilitas Keselamatan Pe layaran Gambar 2. Pohon Masalah Pengawasan Keselamatan Pelayaran 1092 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Keterangan Uari diagram pada Gambar 2 adalah sebagai berikut : Masalah yang clihadapi adalah No.l yaitu kurangnya kehandalan transportasi laut di Indonesia. Penyebabnya yang dominan adalah kurang optimalnya sistem keselamatan pelayaran. Kurang optimalnya sistem keselamatan pelayaran terutama disebabkan oleh kurang optimalnya pe1aksanaan tupoksi dari lembaga yang terkait dengan masalah pengawasan keselamatan pelayaran. Sebagai akibat dari masalah kurangnya kehandalan transportasi laut adalah tingginya angka kecelakaan transportasi laut. 2. Pohon Sasaran Pohon sasaran adalah teknik untuk mengidentifikasi sasaran yng ingin diwujudkan. Pohon sasaran merupakan rangkaian sebab akibat yang pemyataannya merupakan kebalikan dari pohon masalah. Semua pemyataan pada pohon masalah mengandung pengertian negatif sedangkan pada pohon sasaran mengandung pengertian positif. TERWUJUDNY A TINGKAT KECELAKAAN TRANSPORT ASI LAUT YANG RENDAH 4 AKIBAT 1 SEBAB Terwujudnya Kondisi Angkutan Laut Yang Optimal I Tercapainya Kualifikasi dan Keahlian SOM mengenai Keselamatan Pelayaran Terwujudnya Penyelenggaraan Kepelabuhanan Yang Optimal Terwujudnya Kelaikan Fasilitas Keselamatan Pelayaran 2 3 Gambar 3. Pohon Sasaran Pengawasan Keselamatan Pelayaran 3. Pohon Alternatif Pohon altematif adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan altematif-altematif pemecahan atau tindakan yang dapat diambil untuk mewujudkan sasaran tertentu. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1093 TERWUJUDNYA TINGKAT KECELAKAAN TRANSPORTAS! LAUTYANGRENDAH Pembentukan Lembaga Pengawas Keselamatan yang lndependen : Penyelenggaraan,Bintek Pengawas : , l<eselamatari Pelayaran di Adpe!Tegal Pemberian Sanksi Yang Tegas Terhadap Pelaku Kesalahan dalam Pengawasan oleh Mahkamah Pelayaran Gambar 4. Pohon Altematif Pengawasan Keselamatan Pelayaran Berdasarkan pohon alternatif di atas maka kegiatan yang dapat dilakukan agar teIWUjudnya pelaksanaan tupoksi syahbandar yang optimal adalah sebagai berikut : a. Pembentukan Lembaga Pengawas Keselamatan menjadi lembaga Independen; b. Penyelenggaraan Birnbingan Teknis Pengawas Keselarnatan Pelayaran guna rne.rtingkatkan kualitas SDM di Bidang Pengawasan Keselamatan Pelayaran; c. Pernberian sangsi yang tegas terhadap pelaku kesalahan pengawasan keselamatan oleh Mahkamah Pelayaran Dari ketiga alternatif yang diajukan rnaka alternatif yang dorninan dalarn pembahasan ini adalah altematif b yaitu Penyelenggaraan Bimbingan Teknis Pengawas Keselamatan Pelayaran guna rneningkatkan kualitas SDM di Bidang Pengawasan Keselamatan Pelayaran. Berdasarkan hasil analisis dengan rnenggunakan PKT di atas rnaka dapat ditentukan sasaran yang dicapai dari pembahasan ini adalah terwujudnya pelaksanaan tupoksi lembaga pelaksana pengawas keselamatan yang optimal m elalui Penyelenggaraan Birnbingan Teknis Pengawas Keselamatan Pelayaran guna meningkatkan kualitas SDM di Bidang Pengawasan Keselamatan Pelayaran. 1094 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode PKT (Pola Ketja Terpadu), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Identifikasi permasalahan dengan menggunakan pohon masalah diperoleh informasi bahwa masalah yang dihadapi adalah kurang handalnya pelayanan tranportasi laut. a. Penyebabnya yang dominan adalah kurang optimalnya sistem keselamatan pelayaran. b. Kurang optimalnya sistem keselamatan pelayaran terutama disebabkan oleh kurang optimalnya pelaksanaan tupoksi dari lembaga-lembaga yang terkait dengan masalah pengawasan keselamatan pelayaran. c. Sebagai akibat dari permasalahan kurang handalnya pelayanan transportasi laut maka tingkat kecelakaan transportasi laut menjadi tinggi. 2. Guna menanggulangi permasalahan tersebut diajukan beberapa altematif kegiatan yang dapat dilakukan agar terwujudnya pelaksanaan tupoksi lembaga pengawasan keselematan pelayaran yang optimal. Altematif yang diajukan antara lain : a. Pembentukan Lembaga Pengawas Keselamatan menjadi lembaga Independen; b. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis Pengawas Keselamatan Pelayaran guna meningkatkan kualitas SDM Pengawas di Adpel/Kanpel sebagai salah satu unit pelaksana pengawas pelayaran saat ini; 3. Pemberian sanksi yang tegas terhadap pelaku kesalahan pengawasan keselamatan oleh Mahkamah Pelayaran. Dari ketiga altematif yang diajukan maka altematif yang dominan dalam pembahasan ini adalah altematif 2 yaitu peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pengawas di Adpel/ Kanpel sebagai lembaga pelaksana pengawasan pelayaran saat ini. Sasaran dari pembahasan ini adalah terwujudnya pelaksanaan tupoksi lembaga pelaksana pengawas keselamatan yang optimal melalui penyelenggaraan Bimbingan Teknis Pengawas Keselamatan Pelayaran di Adpel/Kanpel sebagai salah satu lembaga pengawas keselamatan pada saat ini. B. Saran Guna menekan angka kejadian kecelakaan kapal di Indonesia, perlu diambil langkah-langkah konkrit guna memperbaiki tiga komponen utama yang terkait dengan keselamatan pelayaran yaitu SDM, lembaganya dan kondisi fasilitas keselamatan melalui upaya antara lain : 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengawas keselamatan melalui pembinaan secara berkala sesuai kualifikasi dan keahlian, serta mengikuti diklat-diklat yang relevan baik di dalam maupun di luar negeri. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1095 2. Pembaharuan organisasi kelembagaan yang terkait dengan keselamatan pelayaran dengan cara sebagai berikut : a. Menjadikan organisasi/lembaga pengawas keselarnatanseperti kesyahbandaran yang ada di bawah Adpel menjadi lembaga independen agar pengawasan yang dilakukan lebih objektif. b. Penetapan grade (tingkatan) kelas setiap kantor kesyahbandaran, sehingga pengawasan dilakukan sesuai dengan kelasnya. c. Mahkamah pelayaran benar-benar melakukan hak kewenangannya untuk memberikan sanksi/ tindakan yang tegas terhadap lembaga pengawas keselarnatan yang melakukan kesalahan 3. Memeriksa, mengecek ulang kondisi fasilitas peralatan keselamatan pelayaran secara intensif dan komprehensif serta mengganti yang sudah tidak laik/ rusak. DAFT AR PUST AKA Pemerintah Republik Indonesia. (2008), Undang-undang Nomor.17 tahun 2008 Tentang Pelm1aran, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2005), Buku Materi Penyuluhan Keselamatan Kapal Tahun Anggaran 2005. Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2002), Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.62 Tahun 2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Administrator Pelabuhan, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (1992), Undang-undang Nomor.21 tahun 1992 Tentang Pelm;aran. Jakarta. Pitoyo, Tamim D, 2004. Pola Kerja Terpadu (PKT). Bahan Ajar Diklat PIM Tingkat IV, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta. Pranoto et all, 2004. Isu Aktual Sesuai Terna. Bahan Ajar Diklat PIM Tingkat IV, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta. ') Lahir di Bojonegoro, 09Agustus1971, saatini beketja sebagai fungsional peneliti multimoda danstaf di Puslitbang Laut, Badan UfBANG Perhubungan. 1096 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 OPTIMISASI PENENTUAN RUTE PESAWAT DAN PILOT DENGAN MENGGUNAKAN ME'fODE COLUMN GENERA7YONDAN CONSTRAINT PROGRAMMING (Studi Kasus : Pl'. Sriwijaya Air) Sabungan Halomoan Hutapea *) ABS1RAK Pemsahaan - perusahaan penerbangan di Indonesia belakangan ini sedang saling berlomba - Zomba untuk menawarkan jasa transportasi udara dengan biaya yang rendah dengan melakukan efisiensi pada bim;a aperasional. Pengefisiensian bim;a operasional perlu direncanakan dengan matang agar tidak mengakibatkan kerugian. Dalam industri penerbangan, penjadwalan adalah salah satu aspek terpenting yang perlu disusun dengan baik. Efisiensi biaya operasinal sangat dipengaruhi oleh pen;adwalan. Sebagian besar dari biaya operasional yang perlu dikeluarkan oleh pihak maskapai penerbangan adalah biaya bahan bakar pesawat dan biat;a crew. Dengan penjadwalan yang optimal maka efisiensi biaya juga dapat dicapai. Penjadwalan penerbangan terdiri dari beberapa proses. Masalah penugasan armada yang sering disebut aircraft routing atau tail assignment adalah salah satu bagian dari masalah penjadwalan. Disebut tail assignment karena biasanya kita mengenali armada pesawat dengan menggunakan identitas pesawat yang ditulis pada bagian ekor pesawat. Tail assignment adalah penugasan armada pesawat yang ada untuk melayani semua rute yang telah ditentukan demi mendapatkan efisiensi biaya dan juga pengoptimalan utilisasi pesawat. Pengoptimalan tail assignment akan dilakukan dengan menggunakan algoritma collumn generation dan constraint programming. Constraint utama yang harus diperhitungkan pada tail assignment adalah perawatan pesawat yang dilakukan secara rutin dan memerlukan waktu yang cukup lama. Perawatan atau maintenance pesawat dibagi menjadi 3 tipe yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C sesuai dengan jarak tempuh yang telah dilalui oleh armada tersebut. Selain maintenance masalah penugasan pilot juga perlu diperhitungkan karena seorang pilot mempunyai batasan jam terbang maksimal dalam satu hari sesuai dengan peraturan international yang berlaku. Kata kunci : tail assignm.mt aircmft routing, mllumn g:meration, amstrnint progrwnming, p?YIUgamn pilot PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. Kondisi geografis yang sedemikian rupa menyebabkan alat-alat transportasi baik transportasi darat, laut, maupun udara sangat dibutuhkan. Salah satu jenis tranportasi yang saat ini sedang marak di Indonesia adalah transportasi udara dengan menggunakan pesawat terbang. Banyak maskapai penerbangan muncul dan menawarkan harga yang cukup terjangkau sehingga banyak masyarakat Indonesia lebih memilih transportasi jenis ini karena waktu yang dibutuhkan jauh lebih singkat daripada jenis transportasi lainnya. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1097 Masing-masing maskapai penerbangan berlomba-lomba untuk menarik pelanggan dengan rnenawarkan berbagai seroice yang lebih baik serta harga yang lebih rnenguntungkan. Dengan rnemberikan harga yang relatif tetjangkau, maskapai penerbangan tentu harus menerapkan efisiensi di dalam tubuh perusahaan, salah satunya adalah efisiensi biaya operasional perusahaan, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Biaya operasional adalah salah satu pengeluaran terbesar yang harus ditanggung perusahaan, dan sifatnya rutin. Biaya operasional terbesar dari sebuah pesawat terbang adalah biaya bahan bakar dan gaji crew pesawat. Oleh karena itu, utilisasi penggunaan pesawat dan penugasan crew perlu dijadwalkan dengan baik agar tidak tetjadi penurnpukan biaya. Penjadwalan rnerniliki pengaruh yang besar pada efisiensi biaya penerbangan. Semakin besar suatu rnaskapai penerbangan, pasti sernakin banyak pula rute yang dilayaninya. Sernakin banyak rute yang dilayani, penjadwalan yang optimal semakin dibutuhkan. Dengan penjadwalan yang optimal rnaka tingkat utilisasi pesawat yang rnaksirnal dan sesuai dengan standar keselarnatan yang berlaku serta efisiensi biaya operasional dapat tercapai. ConstraintPrograntlng Constraint Programming adalah suatu pendekatan deklaratif dalam problem solving dengan cara mendeskripsikan perrnasalahan rnenjadi himpunan batasan-batasan (constraints). Untuk menyelesaikan kombinatorial atau perrnasalahan optimisasi (optimization problems). Dalam constraint programming, kita cukup memodelkan perrnasalahan sebagai suatu constraint satisfaction problem, dan selanjutnya solver yang akan mencari solusi atas permasalahan tersebut. Dalam rnernodelkan perrnasalahan, kita menggunakan variabel, domain dan batasan (constraints) yang rnerepresentasikan himpunan penyelesaian. Sebuah constraint pada dasarnya rnerupakan relasi dari beberapa variabel yang rnemiliki nilai yang dinyatakan dalarn suatu domain. Constraint merupakan batasan terhadap nilai yang mungkin untuk suatu variabel. Beberapa kelebihan dari constraint programming: 1. Outputnya singkat; 2. Prograrnnya sederhana sehingga dapat dengan rnudah diadaptasi bila tetjadi perubahan kebutuhan; 3. Karena prograrnnya dapat dibuat dan dimodifikasi dengan cepat, rnaka sangat rnungkin untuk bereksperimen untuk rnendapatkan penyelesaian yang paling efisien dan waktu kornputasi tercepat. Collumn Generation Pemprograrnan linier (linier programming) adalah salah satu bahasan dalam optimisasi yang berkembang cukup pesat. Perurnusan masalah pernrograrnan linier beserta pernecahannya secara sisternatis barn dimulai pada tahun 1947 ketika George B Dantzig rnerancang sebuah metode untuk keperluan angkatan udara AS. Dalarn perkembangan selanjutnya diperlukan pendekatan lebih khusus untuk memecahkan masa1ah pernrograrnan linier yang melibatkan banyak variabel dan/ atau constraint. Untuk 1098 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 masalah pernrograman linier yang mempunyai bentuk khusus, yaitu block-angu.lar. Dantzeig dan Wolfe pada tahun 1960 sudah merumuskan metode yang dapat memecahkan metode tersebut secara lebih efisien. Suatu masalah pemprograman linier clikatakan berbentuk primal-block angu.lar j:ika memiliki sejumlah ronstraint um.um, yaitu ronstraint yang memuat semua variabel yang muncul dalam masalah. Pandang masalah pemrograman linier dalam bentuk primal-block angu.lar sebagai berikut . T T T Maksunumkan Z=C-X1+C-X2 + ...... +C-Xp ............................ (l) I 2 P terhadap A1X 1 + A2 X 2 + ............. + ApXP = 8 0 D1X1=B1 D2 X 2 = B, DpXp xk = Bp ~O,k=l, ...........,p Dimana untuk k =1, .. .,p ukuran matriks X"' A"' B"' C"' Dk masing-masing adalah (nk x 1), (m0 x nk), (mk x 1), (nk x 1), dan (mkx nk); sedangkan B0 berukuran (m0 x1). p Constraint L:A.xk =Bo untuk selanjutnya disebut sebagai ronstraint um.um (common k-1 ronstraint), sedangkan constraint DkXk =Bk (k=l, .. .,p) disebut constraint bebas. Dengan demikian, masalah pemrograman linier (1) di atas mempunyai constraint m* f dan .f,n,.., k=O variabel. C. Problem Indentifikasi Penjadwalan Penerbangan Penjadwalan dapat diartikan sebagai suatu keputusan dalam penugasan dan waktu untuk memulai pekerjaan yang menggunakan sumber daya seperti manusia, peralatan, dan fasilitas yang digunakan untuk kegiatan proses produksi untuk peketjaan (Martinich, 1997). Definisi lain penjadwalan adalah suatu petunjuk atau inclikasi apa saja yang harus dilakukan, dengan siapa, dan dengan peralatan apa yang digunakan untuk menyelesaikan suatu peketjaan pada waktu tertentu. Keputusan dalam suatu penjadwalan yang diartikan pada penugasan adalah berupa mengurutkan peketjaan dan waktu untuk memulai peketjaan, dimana untuk menentukan sernuanya itu harus diketahui urutan operasinya terlebih dahulu. Penjadwalan menurut Pinedo (2002) selalu berhubungan dengan pengalokasian surnber daya yang ada pada jangka waktu tertentu, hal tersebut adalah proses pengarnbilan keputusan yang tujuannya adalah untuk optimalitas. Penyusunan jadwal penerbangan adalah hal yang wajib dilakukan oleh setiap maskapai penerbangan. Jadwal yang tersusun akan mempengaruhi keoptimalan utilisasi pesawat dan juga biaya operasional. Penyusunan jadwal adalah hal yang cukup rumit karena dalam penyusunan jadwal banyak faktor yang harus diperhitungkan. Oleh karena itu, penyusunan jadwal dibagi menjadi empat tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1099 Schedule Deslijn Crew Pairing Gambar 1. Penjadwalan Penerbangan Schedule Design Tahap ini dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Time table construction adalah sebuah proses penentuan jadwal penerbangan dengan mempertimbangkan banyaknya permintaan terhadap suatu rute pada suatu segmen waktu; 2. Yield Management adalah sebuah proses untuk menentukan jumlah kapasitas penumpang pada tiap kelas yang untuk mengoptimalkan pendapatan dengan mempertimbangkan hasil dari proses time table management. Proses ini dimulai dari saat jadwal ditentukan dan mulai dijual hingga terjadinya penerbangan dari jadwal tersebut. Fleet Assignment Fleet assignment hanya berlaku pada maskapai yang cukup besar dan memiliki beberapa tipe pesawat dengan perbedaan kapasitas yang cukup signifikan. Pada maskapai yang tidak memiliki banyak pesawat dengan tipe berbeda-beda, tahap ini dapat diabaikan. Setelah tahap schedule design dilakukan dan diperoleh hasil berupa jadwal dari rute-rute yang akan dilayani, tahap selanjutnya adalah menentukan jenis pesawat mana yang akan ditugaskan untuk setiap rute yang telah ditentukan. Tahap ini lah yang disebut tahap fleet assignment. Pesawat dengan kapasitas penumpang besar akan dialokasikan untuk rute dengan permintaan penumpang besar, dan pesawat dengan kapasitas penumpang yang lebih kecil akan dialokasikan untuk rute dengan permintaan penumpang yang lebih sedikit. Aircraft Routing Aircraft routing atau sering disebut juga tail assignment adalah proses identifikasi armada pesawat mana yang akan digunakan untuk melayani rute-rute penerbangan yang sudah ditentukan sebelumnya. Proses yang dilakukan dalam tail assignment adalah merencanakan waktu setiap pesawat yang akan diterbangkan untuk melayani rute mana, jadwal maintenance dengan memberikan pesawat altematif yang akan menggantikan dan aktivitas lainnya yang ada di darat. Di dalam menentukan semua constraint operasional seluruh aktivitas tersebut bergantung kepada kepastian tanggal dan jam dari masing-masing proses dalam suatu periode waktu. Dalam menentukan tail assignment ini ada beberapa constraint penting yang sangat mempengaruhi tahap ini. 1. Maintenance Constraint 1100 Volume 20, Nomcr 7, Tahun 2008 Tujuan utarna dilakukannya maintenance dalam sebuah airline adalah untuk memberikan keamanan dan membuat pesawat memiliki daya jual untuk setiap jadwal yang ada. Beberapa tujuan efisiensi dari maintenance itu adalah: a. Meminimalkan waktu out of service, Karena keuntungan dari sebuah pesawat bergantung pada ketersediaannya untuk digunakan pada jadwal yang telah disusun, perusahaan harus berusaha keras untuk merancang sistem maintenance dengan standar yang tinggi sekaligus meminimalkan waktu out of service dari pesawat yang sedang dipelihara (maintenance). b. Memanfaatkan waktu maksimum yang disediakan untuk program inspeksi dan pemeriksaan: bagian program ini adalah yang paling memakan banyak biaya dalam operasional airline, tapi harus berorientasi pada waktu pengerjaan yang minimal. c. Personil dan beban ketja: setiap inspeksiharus dilakukan teknisi yang sudah memiliki lisensi dari organisasi terkaitsehingga terjaminkualitasnya. Utilisasi dari setiap personil juga harus dimaksimalkan untuk mengurangi biaya tenaga ketja. d. Memanfaatkan fasilitas pada tingkat paling maksimum: investasi yang besar untuk sektor fasilitas seperti untuk gedung, peralatan dan perlengkapan khusus agar tidak keluar dengan percuma. 2. Connection Constraint C,onnection Constraint adalah salah satu constraint dasar yang menyatakan hubungan antara dua aktivitas yaitu pemberangkatan dan pendaratan. c.onstraint ini dapat dilihat secara mudah dengan cara hanya memberikan waktu jeda yang minimum antara aktivitas kedatangan dan keberangkatan. Dalam waktu yang minimum itu proses untuk pembersihan, pengisian bahan bakar dan persiapan lainnya untuk pemberangkatan selanjutnya dilakukan. Pada sebuah bandar udara yang cukup ramai waktu koneksi ini juga dipengaruhi oleh waktu tunggu armada dan waktu transfer antar gates dan terminal yang ada. Secara umum, biasanya selisih waktu pesawat antara kedatangan dan keberangkatan selanjutnya sedikitnya 30-45 menit Jika memungkinkan, setelah melakukan pendaratan sebuah pesawat diharapkan langsung kembali melakukan penerbangan selanjutnya, tentunya setelah melakukan persiapan tertentu. 3. Flight Restriction Constraint c.onstraint ini adalah kondisi dimana suatu pesawat tidak dapat melakukan penerbangan atau pendaratan atau hal yang lainnya yang dikarenakan suatu alasan tertentu, seperti kondisi landasan yang tidak dapat didarati karena cuaca dan lainnya sebagainya. 4. Constraint Lainnya Beberapa kondisi constraint yang juga mempengaruhi selain constraint waktu koneksi, maintenance, larangan penerbangan adalah constraint-constraint dalam masalah penugasan crew. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1101 5. Crew Pairing Crew Pairing adalah proses penentuan crew dengan menetukan siapa saja yang akan melayani dalam suatu rute penerbangan dengan biaya yang minimal tanpa memperdulikan spesifikasi crew tersebut Proses penentuan ini menentukan crew yang sama dalam penerbangan yang berurutan dengan titik awal dan titik akhir crew yang sama. Basil optimal dari penentuan crew ini adalah biaya dikeluarkan serninirnal mungkin dan semaksimal mungkincrew tersebut dapat rnelayani kebutuhan yang ada dengan rnemperhatikan peraturan keselamatan yang ada. Selanjutnya proses pengaturan crew akan dilanjutkan dengan berfokus pada penugasan rnasing-masing individu dengan rnernpertimbangkan kualifikasi, waktu perjalanan, permintaan dari crew tersebut dan faktor lainnya dengan rnerninimalkan fungsi biaya. Tahap ini disebut tahap crew rostering. D. Problem Formulation (Mathematical Formulation) Penugasan armada pesawat dan penugasan pilot adalah salah satu bagian dari rnasalah penjadwalan. Penugasan armada yang baik sangat diperlukan demi rnendapatkan utiliasasi yangrnaksimal dari rnasing-masing pesawat Penentuan rute yang paling optimal dari rnasingmasing armada diperlukan agar dengan jumlah pesawat yang ada dapat melayani semua rute perjalanan yang telah disusun. Dengan penjadwalan yang baik, diharapkan keterlambatan yang diakibatkan oleh kesalahan operasional dapat dikurangi seminimal murigkin. Penjadwalan pilot perlu dilakukan karena seorang pilot rnemiliki batasan-batasan tertentu, terutama batasan jam terbang. Seorang pilot untuk penerbangan domestik rata-rata memiliki. batasan jam terbang 9 jam per hari. Karena batasan inilah, maka penjadwalan pilot perlu dilakukan agar pilot-pilot yang ada dapat terkoordinasi dengan baik. Fungsi Objektif: meminimalkan fungsi biaya. ............................................(2) Dengan batasan-batasan (constraints) yang ada sebagai berikut 1. Pesawat yang melayani rute ke suatu kota juga melayani rute dari kota tersebut :L:X1,,-Ixij,=0, jEF 'rlteT,'rlieF jEF ............................. (2.a) 2. Setiap rute dilayani tepat satu ka1i I Ixij, =I, tET jEF 'r/ie F ......................................(2.b) 3. Setiap pesawat mendapatkan maintenance yang tepat waktu ............. ........................ (2.c) Dimana c iJt = biaya dari penugasan dari kota i ke kota j dengan menggunakan armada pesawat t. 1102 Volume 20, Nom01 7, Tahun 2008 1, x,Jt = { O, jika aktivitas dari kota i ke kota j betjalan langsung dengan pesawat t untuk situasi Iainnya T = himpunan pesawat ( t = 1,2, ... ,1) F = himpunan aktivitas M = himpunan dari tipe Maintenance r;m = jum1ah jam terbang pesawat l m = jum1ah jam terbang rnaksimum untuk maintenance m. E. Problem Solving Masalah pemprograman linier(2) menurut Dantzig, dapat didekomposisikan menjadi subsub masalah yang lebih kecil dengan tidak menghilangkan karakteristik masa1ah awalnya. Kemudian solusi dari sub-sub masalah ini digunakan untuk rnemodifikasi masalah awalnya sehingga diperoleh masalah pemrograman linier baru yang identik dan lebih sederhana. Prosedur untuk rnenentukan solusi basis dari masalah pernprograman linier tersebut adalah sebagai berikut. Pandang constraint bebas dari pers (3), dapat di tulis sebagia berikut yaitu ...................... (3) D,X,. = B, (k = 1, ... ,p) yang mempunyai mk constraint. Constraint-constraint ini ditambah dengan syarat kenonnegatifan X k ~ 0 mendefinisikan suatu himpunan solusi fisible. Asurnsikan bahwa constraint (3) adalah himpunan konveks yang terbatas. Misalkan jumlah titik ekstrim dari himpunan tersebut adalah sk . Secara teori diketahui bahwa setiap titik sebarang xk dapat dinyatakan sebagai kombinasi liner konveks dari titik-titik ekstrimnya. Dengan kata lain, xk dapat dituliskan sebagai berikut. "• 1 2 Xk =A.k.1X! > +A.k.2X! > + ... +A.k ...,X!"> = LA.k,,X!'> .................. (3) i=l A.k,J +A.u + ... +A.k,s, = IA.k.i =1 i=I A.k,12'.0, i=l, ... ,sk (k=l, ... ,p), ! X i"k > adalah titik-titik ekstrim dari himpunan fisibel yang didefinisikan oleh himpunan constraint bebas (3). Titik-titik ekstrim ini dapat ditentukan dengan menyelesaikan Dimana X 1 >, ... , (3) ditambah dengan syarat kenonnegatifan Xk ~ 0. Selanjutnya dengan mensubtitusikan (4) ke dalam (3), maka constraint bebas (3) dapat dieliminasi dari masalah awal. Sehingga, setelah melewati proses ini masalah pernrograman liniemya rnenjadi Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1103 z = ~(crxu1)1 L I I ''I.I +~(crxu1)1 L, 2 2 ''>.• + ~ .. ~ + ~(crxu1)' L p p /l.p,I ...................... (5) ~ terhadap constraint ~(AT 1 +~(AT 1 + . •• +~(AT L.t I x(I>) I "1,1 L 2 x<i)) 2 ''"2,1 L p x<p >)A. p.i 1 M . M = M B0 s, I Ai.; =t i=I A.k,,~o. i=l, ... ,sk (k=l, ... ,p). Jelas bahwa variabel pada persamaan(5) adalah A-*,;. Titik-titik ekstrim Xi >, •.. , xy» 1 didapatkan dari himpunan constraint bebas ditambah dengan syarat kenonnegatifan, yaitu DkXk =Bk, xk ~o (k=I, ... ,p)· Jika didefinisikan masalah pemrograrnan linier (4) Wk i - Ak X k(i).' dimana i= 1,.. .,sk (k = 1,.. .,p), didekomposisikan, maka akan berubah menjadi ...................... (6) terhadap constraint :tw,...1, 1 #•I 1 + :tw,,A.,., + ±w,,..i.p.• + l•I R, = l•I fAi.1 ,., = ~1 z..,..,, = l I l•I A.k,1~0, i = 1,. .. ,sk (k = 1, ... ,p)· Persamaan (6) diatas disebut sebagai masalah pokok (masterproblem). Masalah ini mempunyai (m + p) constraint dari f 0 s, variabel. Dalam hal ini untuk menjamin adanya proses optirnisasi, k=I kita mengasumsikan bahwa 1104 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 p (mo + P) < L:S k • k=I dengan mengingat penurunan zi-ci dalam metode simpleks, maka sub masalah ke-k didefinisikan dengan ...... ........... .. ···· · .(7) dimana ; k adalah vektor satuan berdimensi p yang bernilai 1 pada baris ke-k dan bernilai 0 pada baris Iainnya; sedangkan 7f T = c; A;1 adalah vektor pengali simpleks yang berukuran (1 x (m0 + p)). Dengan memandang n T dan n 0 * (k = (n1T : · n 0 , , •• • ,n0 P), dimana n 1T berukuran (1xm 0) = 1, ... ,p) konstan, maka (7) akan menjadi ... ........ ............ ·.. (8) Penentuan harga z k,; - c k,i yang paling negatif (sebagai syarat vektor kolom masuk) adalah identikdenganmencarihargaXsangmampumeminimumkan z* =(C[ - ;r1r A* )X* terhadap constraint yang terkait dengannya. Sehingga submasalah ke-k dapat ditulis sebagi berikut minimumkan Z* = (C[ - ;rr Ak )X* .......... . ....... . ...... (9) terhadap constraint Dkx k = Bk x*~o Misalkan solusi optimal dari persamaan(9) adalah X!q>. Titik ini adalah salah satu titik ekstrim dari himpunan constraint bebas ke-k yang memberikan z k,i demikian, kita akan membangkitkan kolom - c*,; paling negatif. Dengan ................................................ (10) Untuk memasuki basis dalam Masalah Pokok(S), dalam kolom ini Pers. (10) berhubungan dengan variabel A* .q ; sedangkan koefisienharga yang berhubungan dengankolomini adalah uk,q = c[ X!q>. Proses diatas diulangi untuk semua nilai k, yaitu k = 1,.. .,p. Selanjutnya dengan metode dekomposisi dan teknik column generation, Masalah Pokok (6), dapat selesaikan dengan langkah sebagai berikut Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1105 Asumsikan bahwa solusi basis fisibel awal dari masa1ah pokok(6) beserta matriks basis dan pengali simpleks 7rr = (7rr : 1'0 " •.. ,1' 0 p) A; 1 sudah didapatkan. Langkah 1: Dengan menggunakan pengali simpleks tri7', selesaikan submasalah (8) untuk mendapatkan solusi optimal xiq> dan nilai fungsi objektif optimal z~. Langkah 2: Hitunglah nilai min {z k - ck } {z k - ck } , yaitu dari (7) diketahui bernilai - z Z + 7r ok • Jika min ~ O, maka proses dihentikan karena solusi 5udah optimal. Dan solusi dari masalah Langkah 3: Jika min {z k - ck } b~gkitkan kolom [A;~:"], yang ~a kolom ini < 0, maka berhubungan dengan variabel A.* ,q • Koefisien harga yang berhubungan dengan kolom ini adalah Uk ,q = C[ Xiq). Dan dengan menggunakan operasi pivoting dalam metode simpleks diperoleh invers OOsis dan vektor penga1i simplek.5 yang OOru. I<emudian kemhili pada langkah 1. Program Aplikasi Selanjutnya masalah pokok yangsudahdidekomposisi denganmenggunakankolomgenerasi dan diselesaikan dengan metode constraint programrn:ing. Selanjutnya metode tersebut diterjernahkan menjadi program aplikasi dengan menggunakan bahasa program java. Program Aplikasi ini digunakan untuk membantu proses perhitungan.. Program aplikasi yang dibuat bersifat real.-time artinya dalam setiap saat ada perubahan jadwal dengan segera penggu.na dapak memperoleh hasilnya ; Program aplikasi dirancang untuk menampilkan pengaturan rute pesawat dan jadwal tugas pilot dan copilot selama 100 hari. Komponen program aplikasi dapat dilihat pada garnbar 2 dan garnbar 3 sebagai berikut I __ blui__ _ ,............ "'.·I ' 'i -1 Updatl() 2.Mttm1t1khnData j- -· . -- m lnffftl:) • =~/ Jtdml · P•llWIS 1---'f--..., L___ ______ I t II Gambar 2 Diagram Collaboration Proses Penetuan Jadwal 1106 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Status Pjlotl ~ 1. Memasukkan Oat• I II Update() lnsen() Jadwal Pilot/ CoPllot F!laht Crew 2!!!ill lnsen() , Update() Delete() I I 3. Memasukkan Data penjadwalan Pilot lnsen() • Update() Oeletl() 4. Compute UJI KeoptlmalarO Hitung() BuatJadwaU :Jadwal Pilot! ~ 5. Pengeeekan Gambar Error! No text of specified style in document.. Diagram Collaboration Proses Program aplikasi ini memerlukan database untuk mempermudah proses maintanace data dan mempercepat proses pengolahan. Adapun database yang digunakan terdiri dari 6(enam) tabel dengan hubungan antar tabel sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4 beriktut. .- Tb. Koordinat Kota Ko de Nama x y Tb. Jarak Kota Kota asal Kota_tujuan Jarak - Tb. Jadwal Flight no KodePilot Kode Pswt Jam_berangkat Jam sampai Kota_asal Kota_tuiuan Tb. Pesawat Kode Pswt Nama pesawat Base_awal Tb Pilot Kode JJilot Nama yilot Jabatan ·- --- I Tb Cuti I I Kode_pilot ·+--- Tanggal_cuti Durasi_awal Status Gambar 4. Rancangan Database Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1107 Tabel 1 Jadwal Pesawat Sriwijaya. Kota Asal Kota Tujuan Band um! Bengkulu Balikpapan Jakarta Surabava Surabaya Jakarta Tarakan Batam Surabaya Palu Jakarta Jakarta Banjarmasin BandaAceh Jakarta Medan Medan Baniarmasin Bandar l..ampung Balikpapan Bend<ulu Ujung Pandan2 Pontianak Denpasar Surabaya Time Dei>t Time 12:40 6:30 9:30 14:15 7:30 11:00 14:00 12:50 13:00 16:40 11:50 17:00 15:55 17:50 12:45 13:50 12:05 8:50 10:50 16:05 17:15 11:50 12:55 11:50 12:00 15:15 10:50 15:00 14:15 16:10 11:30 12:50 10:30 8:05 10:05 15:20 16:30 9:50 11:20 14:50 6:00 16:30 13:30 Malang 8:10 20:10 7:15 Semarang 13:00 7:10 Solo 18:05 9:45 Palan2karava Palembang Pangkal Pinang Jambi 17:40 10:05 17:40 10:30 7:00 9:40 12:30 15:30 7:00 Jambi Jakarta 14:15 8:40 17:50 6:45 13:15 11:05 9:30 12:30 8:40 Denpasar Jakarta 15:50 15:35 Medan Taniun2 Pandan Padang Pekanbaru Ba tam Arr 12:25 17:00 7:25 17:55 Kota Asal Ko ta Tuiuan Gorontalo Kendari Ku nan" Medan Malang Ujung Ujung Surabava Pekanbaru Jakarta Jakarta Ba tam BandaAceh Jakarta Padanll Pangkal Pinang Jakarta Jakarta Pekanbaru Medan Jakarta Jakarta Jakarta Palan.,k.arva Palembang Pontianak Ujung Baliknanan Jakarta Solo Jakarta Semarang Jakarta Surabaya Surabava Kunan2 Ujung Palu 15:10 9".30 21:30 8:45 14:30 8:10 19:05 10:50 18:45 11:45 18:40 11:30 8:05 10:45 13:35 16:35 8:10 15:25 11:00 20:00 7:50 14:55 12:45 11:10 14:10 9:50 17:00 17:25 Bandun2 Baniarmasin Balik~~n Semarang Jakarta Tanjung Pandan Bandar l..ampung Tarakan Jakarta Tarakan Balikpapan Ujung Pandang Surabaya Palu Gorontalo Jakarta Kendari Time Dei>t Time 12:30 7:00 12:30 13:15 7:15 14:10 14:40 11:20 9:00 14:45 15:20 6:45 8:20 11:00 13:50 16:50 13:20 14:20 13:00 7:50 11:55 12:10 9:20 7:45 18:15 7:00 11:10 6:35 11:35 8:20 10:10 6:00 15:10 7:45 17:30 10:00 10:25 6:10 14:50 8:00 9:05 11:05 16:20 17:30 12:20 13:30 8:30 13:35 8:00 17:25 14:25 17:00 13:55 8:00 14:20 14:05 9:25 16:30 16:00 12:20 10:30 16:15 17:00 8:05 9:25 12:05 14:55 17:55 14:10 16:20 13:40 8:50 12:55 13:10 10:20 9:10 19:40 8:05 12:15 7:30 12:35 9:20 12:00 7:25 16:35 9:15 18:30 11:25 11:25 7:30 16:10 9:05 9:50 11:50 17:05 18:15 13:20 14:30 9:55 15:00 9:00 18:50 16:35 18:00 Arr Dalarn proses pengolahan/ penentuan jadawal digunakan asumsi sebagi berikut 1. Pesawat yang digunakan adalah 14 pesawat tipe Boeing 737-200 dengan kapasitas 126 penumpang, dan 2 pesawat tipe Boeing 737-300 dengan kapasitas 128 penumpang. Perbedaan tipe dan kapasitas penumpang diabaikan karena perbedaan kapasitas penumpang dianggap tidal< terlalu signifikan; 1108 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 2. Jumlah pilot yang dimiliki saat ini berjurnlah 60 orang dan jumlah copilot yang dimiliki berjumlah 65 orang; 3. Semua jam keberangakatan dan jam kedatangan menggunakan Waktu Indonesia bagian barat (WIB); 4. Waktu tunggu pesawat sudah termasuk di dalain jam terbang; 5. Maintenance tipe A dan tipe B diabaikan karena maintenance dilakukan pada ma1am hari diluar jam operasional pesawat; 6. Maintenance tipe C dilakukan per 1000 jam terbang dan memakan waktu tujuh hari dan maksimal hanya satu pesawat yang melakukan maintenance pada satu waktu; 7. Jika tetjadi maintenance yang lebih dari seharusnya dan kejadian lain diluar yang seharusnya, maka perubahan yang terjadi merupakan kebijakan perusahaan dan tidak diperhitungkan dalam pembahasan ini; 8. Hal-hal lain seperti fenomena alam yang luar biasa tidak diperhitungkan; 9. Faktor-faktor biaya operasional tidak diperhitungkan karena data biaya tidak didapat dari pihak PT Sriwijaya Air karena dianggap data yang confoien.tio.l; 10. Batasan jam terbang setiap pilot adalah 9 jam per hari, 30 jam per minggu, dan 110 jam per bulan; 11. Optimisasi yang dilakukan adalah meminimalkan jarak tempuh pesawat dengan asumsi bahwa jika jarak tempuh lebih pendek maka biaya yang dikeluarkan lebih sedikit tanpa memperhitungkan faktor-faktor lainnya; 12. Semua peraturan yang digunakan adalah hanya peraturan penerbangan lokal; PENUTUP Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Program aplikasi optimisasi yang dibuat dapat mempercepat kinetja dari bagian operasional Pf. Sriwijaya Air. Apabila penentuan rute dilakukan secara manual, para staff bagian operasional membutuhkan waktu sekitar empat sampat lima jam untuk mendapatkan susunan rute yang sesuai dengan permintaan. Sedangkan dengan menggunakan program aplikasi ini, hanya dibutuhkan kurang dari lima menit untuk mendapatkan hasil yang sama. 2. Dengan perancangan sistem yang dibuat dapat membantu pihak perusahaan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengaturan rute pesawat dan jadwal tugas pilot atau copilot. 3. Dengan dibuatnya program aplikasi ini diharapkan jadwal maintenance pesawat lebih terkoordinasi dengan baik, sehingga memperkecil kemungkinan terlambat maintenance. 4. Berdasarkan program aplikasi yang dibuat dengan menggunakan metode collumn generation dan constraint programming, didapatkan bahwa penyusunan jadwal dan pengaturan base awal pesawat kurang efektif, hal ini ditandai dengan adanya beberapa penerbangan tanpa penumpang demi memenuhi semua rute yang ada. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1109 DAFfAR PUST AKA Anonymous, (2002). Civil Aviation Safety Regulation (CASR) part 121 revision 2, Department of Communication Ballou , H. Ronald. (2004). Bussiness Logistics/Supply Gurin Management 51" edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey. Connoly, Thomas M., dkk. (2002). Database si;stems: A Practical. Approach to Design, implementation, and Management. Addison-Wesley, Massachusetts. Deitel, HM., Deitel, P.J. (2002). Java Haw To Program, Prentice Hall, New Jersey. Kreyszig, Erwin. (2000). Advanced Engineering Mathematics 81" edition, John Willey & Sons Inc., USA. Nugroho, Adi. (2007). Pemrograman Java untuk Aplikasi Teknik XP menggunakan IDE E.clipse. Andi Offset, Yogyakarta Pinedo, Michael (2002). Scheduling: T1tean;, Algorithms, and Systems 2"d edition. Prentice Hall, New Jersey. Pressman, Rogers. (2001). Software Engineering: A Practitioner's Approach Hill, New York. s edition. McGraww0 • Schneider, Geri., Winters, Jason P. (2001). Applying Use Cases: A Practical. Guide 211d edition. Addison-Wesley, Massachusetts. Taha, Hamdy A. (2003). Operation Researdi, Prentice Hall, New Jersey. Whitten, dkk. (2004). System analysis and design methods 611' edition. McGraww-Hill, New York. DAFTAR WEB SITE Antoine, Nicolas E., dkk. (2004). http;//collectives.stanfordedu/Library/applicationsl 8 Agustus 2007 Gronkvist, Mattias. (2005). www.cannen.se/research development/articles/, 10 Oktober 2007 Mairiza, Dewi. (2005). www.cs.ui.ac.id/""lllairizal 3 Januari 2008 Pumomo, Kosala D. (2001). www.unej.ac.id/fakult§'mipa/majalah mat/2001-ll 11 Januari 2008 1110 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 KAJIAN UPAYA MENINGKATKAN KESELAMATAN PEMUDIK SEPEDA MOTOR Subaryata *) ABSJRAK Bersilaturahmi yang dianggap "sempurna" apabila dapat saling mengunjungi satu sama lain dengan bertemu langsung (face to face) dalam suatu ruang dan waktu seperti masa Libaran. Biat;a transportasi mudik yang dianggap cukup mahal clan sulitnya mendapatkan angkutan mudik l.ebaran, mendorong masyarakat golongan ekonomi rendah untuk mencari sarana transportasi alternatif yang dianggap lebih murah clan mudah didapat. Meskipun mempunyai tingkat keselamatan yang rendah, namun sepeda motor adalah jenis kendaraan yang paling banyak dipilih, pasalnya dengan kendaraan ini bim;a transportasi mudik dianggap menjadi lebih murah, disamping itu mudah didapat, praktis, fteksibel dan pride/prestis. Berdasarkan analisis secara deskriptif dihasilkan beberapa. upm;a meningkatkan keselamatan Pemudik Sepeda Motor, antara membuat kondisi aman dan perilaku aman seperti dengan mendistnbusikan mobilitas yang terjadi pada puncak mudik l.ebaran, memperbaiki prasarana jalan, penegakan hukum, merubah paradigma clan sosialisasi tentang keselamatan bagi -pemudik sepeda motor. Kata kunci : Pemudik Sepeda Motor, Keselamatan. PENDAHULUAN Hari Raya Idul Fitri atau hari Lebaran adalah hari besar keagamaan yang dirayakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Pada hari Lebaran ini umat muslim melakukan silaturahmi untuk sating rnaaf-mernaafkan dengan ayah, ibu, orang tua, suami, isteri, mertua, menantu, kakek, nenek, sanak-saudara, kerabat, relasi dan lain sebagainya. Bersilaturahmi dianggap "sempurna" apabila dapat saling mengunjungi satu sama lain dengan bertemu langsung (face to face) dalam satu ruang dan waktu. Bersilaturahmi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi yang ada sekarang ini, seperti melalui telpon seluler atau yang lebih modern lagi, sepanjang tidak dilakukan dengan bertemu langsung, maka cara-cara tersebut dinggap kurang "afdol". Sebagai konsekuensi dari cara bersilaturami di atas adalah terjadinya suatu mobilitas orang/ masyarakat dari satu tempat ke tempat lain, mulai dari yang bisa dilakukan dengan berjalan kaki sampai dengan menggunakan moda transportasi, baik transportasi darat, laut rnaupun udara. Moda transportasi yang dipilih biasanya tergantung pada beberapa hal, antara lain : kenyarnanan, kearnanan, waktu tempuh, jarak dan biaya transportasi moda angkutan tersebut. Mudik Lebaran cenderung dikonotasikan sebagai perjalanan masyarakat perantau dari kota besar, khususnya dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi Gabodetabek) menuju kota/ desa tempat asal, menjelang hari Raya Idul Fitri. Pada momen yang terjadi Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1111 hanya satu tahun sekali ini, ban.yak masyarakat yang berusaha melakukan perjalanan tidak mau peduli apapun kendalanya- demi untuk berjumpa dengan orang-orang yang dikehendakinya untuk bersilaturahmi. Biaya transportasi mudik yang dianggap rnahal bagi masyarakat yang berpenghasilan "paspasan" mendorong masyarakat golongan ini memilih moda transportasi yang dianggap rukup murah dan terjangkau. Sepeda motor adalah jenis kendaraan yang ban.yak dipilih karena dianggap cukup murah dibandingkan menggunakan moda lain. Selain murah, kendaraan ini dianggap praktis dan fleksibel. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 242 responden pengguna sepeda motor untuk mudik lebaran tahun 2005 di wilayah Jabodetabek (Kajian Penggunaan Sepeda Motor Untuk Angkutan Mudik Lebaran 2005, Pusat Lltbang Perhubungan Darat) menunjukkan, sebagian besar responden menyatakan bahwa a1asan mudik menggunakan sepeda motor adalah karena biayanya yang lebih murah (64,46 %) dan untuk kemudahan (17,36 %) karena jenis kendaraan ini dapat digunakan secara door to door di tempat tujuan mudik. Jumlah masyarakat yang menggunakan sepeda motor untuk mudik lebaran -yang memempuh jarak jauh/ ratusan meter- tahun 2006 dan 2007 pun mengalami peningkatan 14,33%, 1.856.619 orang pada tahun 2006 menjadi 2.122.697 orang pada tahun 2007, padahal sepeda motor sebenarnya hanya layak digunakan untuk saran.a tranportasi jarak pendek. Menyadari karakteristik sepeda motor yang rentan terhadap kecelakaan dan jumlah pengguna sepeda motor untuk angkutan mudik Lebaran dari tahun ke tahun yang menunjukkan tren yang terus meningkat, pemerintah telah mengeluarkan peraturan melalui Instruksi Ditjen Perhubungan Darat No.Ins.06/ AJ.206/DRJD/2004 tentang Pengaturan Sepeda Motor pada Masa Angkutan Lebaran, namun fakta masih menunjukkan bahwa tingkat disiplin pemudik sepeda motor dalam berlalu lintas masih rendah dan sepeda motor masih mempunyai kontribusi kecelakaan terbesar pada Lebaran tahun 2007, yaitu sebanyak 2.313 kasus kecelakaan atau meningkat sebesar 182% dibanding tahun 2006 yang 820 kasus kecelakaan (Harian Kedaulatan Rakyat, November 2007) dan hampir 500 -setara dengan jumlah penumpang dua pesawat Boeing- nyawa melayang akibat kecelakaan sepeda motor pada lebaran tahun 2007 (Tulus Abadi, YLKI). Sehubungan dengan hal-hal di atas, perlu adanya suatu upaya dalam rangka meningkatkan keselamatan bagi pemudik sepeda motor dan untuk itu disusun Kajian Upaya Meningkatkan Keselamatan Pemudik Sepeda Motor ini. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai resiko penggunaan sepeda motor sebagai saran.a transportasi mudik lebaran jarak jauh. Tujuan kajian ini adalah untuk memberikan masukan bagi pembina/ penyelenggara transportasi mudik lebaran terkait dengan hal-hal yang mungkin dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan keselamatan pemudik sepeda motor. Ruang lingkup da1am kajian ini meliputi : 1. Inventarisasi Peraturan Perundangan yang terkait dengan angkutan mudik Lebaran ; 2. Inventarisasi jumlah kendaraan bermotor; 1112 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 3. Identifikasi mobilitas penduduk dari wilayah Jabodetabek ; 4. Identifikasi perilaku/ disiplin pemudik sepeda motor; 5. Identifikasi penegakan hukum peraturan yang ada; 6. Inventarisasi dan identifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan. Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah terSUSU1U1ya beberapa saran/ rekomendasi terkait dengan upaya meningkatkan keselamatan pemudik sepeda motor. METODOLOGI A. Pola Pil<ir Untuk memudahkan pemecahan masa1ah dalam upaya mendapatkan beberapa saran terkait dengan keselamatan pemudik sepeda motor sesuai dengan yang diharapkan, disusun suatu pola pikir pemecahan masalah yang menyajikan input, proses, output dan outcome. Berdasarkan maksud, tujuan dan hasil yang diharapkan, maka pola pikir kajian cliawali dengan memperhatikan instrumental input berupa peraturan-peraturan yang terkait dengan pelaksanaan mudik lebaran seperti Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992, tentang Lalu Llntas dan Angkutan Jalan PP No. 41 Thn 1993 tentang Angkutan Jalan, PP No. 44 Thn 1993 tentang Kendaraan dan Pengemucli Instruksi Dirjen Perhubungan Darat No.Ins.06/ AJ.206/ DRJD/2004 tentang Pengaturan Sepeda Motor pada Masa Angkutan Lebaran. Langkah selanjutnya adalah mengetahui tingkat disiplin pemudik sepeda motor dengan memperhatikan environtmental input berupa budaya mudik lebaran dan kondisi sosial ekonorni pemudik sepeda motor. Sebagai obyek utama da1am kajian adalah pemudik sepeda motor, melibatkan subyek yang terdiri dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Dinas Perhubungan, Pemda DK.I Jakarta, Polri, Masyarakat, LSM, Sponsor Mudik dan Institusi Penerbit/Penyiaran. Melalui proses seperti cliuraikan, diharapkan menghasilkan output berupa tersusunnya beberapa saran/ rekomendasi terkait dengan upaya meningkatkan disiplin pemudik sepeda motor yang akhimya cliharapkan memberikan dampak hasil (outcome) berupa meningkatnya tingkat keselamatan pemudik sepeda motor. Pola pikir kajian seperti terlihat pada Gambar 1. B. Metode Penelitian dan Pengurnpulan Data Dalam penyelesaian kajian ini cligunakan metode sebagai berikut : 1. Data primer clidapat dengan melalukan wawancara lisan kepada beberapa Pemudik Sepeda Motor dan pengemucli Bus AKAP Angkutan Lebaran tujuan Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur ; 2. Stucli Kepustakaan Stucli Kepustakaan dari berbagai sumber seperti buku hasil penelitian, laporan dari instansi/ pihak-pihak terkait, media massa, internet dan lain-lain; 3. Instrumen analisis Analisis yang cligunakan da1am penulisan kajian ini adalah analisis deskriptif kualitatif . Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1113 INTRUMENTAL INPUT 1. UU No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2. PP No. 41Tahun1993 Tentang Angkutan jalan 3. PP No. 44Tahun1993 Tentang KEndaraan dan Pengemudi 4. lnstruksi Oirjen Perhubungan Darat No. lns.06/ AJ.206/ DRJD/ 2004 tentang Pengaturan Sepeda Motor Pada masa Angkutan Lebaran INPUT Disiplin Pemudik Sepeda MotorSaat ini masih rend ah SUBYEK OBYEK 1. Oitjen Phb. Darat 2. Polri 3. Oishub 4. Pemda OKI Jakarta 5. Masyarakat 6.LSM 7. Sponsor Mudik METOOE OUTPUT OUTCOME Pemudik Analisis Sepeda Deskriptif Motor 8. Institusi Penyiaran/ Disiplin Pemudik Sepeda Motor Meningkat Penerbit ENVmONMENTAL INPUT 1. 2. Budaya Mudik Lebaran Kondisi Sosial Ekonomi Pemudik Sepeda Motor Gambar 1 : Pola Pikir Kajian C. Pengertian 1. Keselamatan (safety) adalah merupakan tindakan untuk membebas-kan diri dari resiko atau bahaya. Keselamatan adalah derajat kebebasan dari resiko dan bahaya dalam berbagai lingkungan: rumah, kantor, pabrik, sekolah atau daerah sekitamya. Keselamatan merupakan besaran relatif, tak ada sesuatu da1am semua kondisi yang seratus persen dalam keadaaan safe. Safety is relatll:e quantity that is function of the situation in which it is measure. Keselamatan juga mempunyai konotasi sikap yang senantiasa menjahui perilaku yang tidak aman atau sikap yang menghindari kondisi tidak aman Keselamatan juga berarti cara pikir dimana orang berpikir, bertindak dan berperilaku sedemikian rupa untuk mengurangi berhadapan langsung atau tak langsung dengan bahaya. 2. Kecelakaan adalah Kondisi yang tidak diinginkan dan terjadi secara tiba-tiba, me:nimbulkan kerugian baik cedera pada manusia, rnaupun kerusakan material serta mengganggu jalannya produks·, dalam bahasa inggrisnya: The accident is undesired event that result in harm to people, damage to property or loss to process (Septa Trijono Ramadin, Kecelakaan Bisa Dicegah, Kontak No.18jXXXIIJ/16-30 September 2006). 3. Pemudik Sepeda Motor adalah rnasyarakat yang melakukan mudik Lebaran dengan sepeda motor sebagai sarana transportasinya. D. La:ndasan Teori 1. Teori Domino Teoli mengenai tetjadinya kecelakaan pertama kali dikemukakan oleh W. Heinrich pada tahun 1931, dikenal dengan Teori Domino. Ia menyatakan bahwa kecelakaan tetjadi oleh karena adanya : tindakan yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi yang tidak arnan (unsafe condition). Menurutnya, kecelakan dapat dicegah dengan menghilangkan kedua faktor di atas tadi, yaitu meniadakan perilaku tak aman dan meniadakan kondisi 1114 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 tidak aman, dengan kata lain dengan cara mengendalikan situasinya (thing problem) dan masa1ah manusianya (people problem). 2. Mc Farland, 1954 berpendapat bahwa 80-90% kecelakaan lalu lintas diakibatkan oleh kesalahan manusia dan dari berbagai kesalahan tersebut, faktor pengemudi memegang peranan utama. J. Okhubo pada penyelidikannya mengenai kecelakaan lalu lintas di Tokyo, 1954 menemukan bahwa 84,4% penyebab kecelakaan lalu lintas adalah karena kesalahan pengemudi dan hanya 15,6% oleh karena faktor-faktor lain. Hoff menyatakan bahwa 80-90% kecelakaan lalu lintas berhubungan dengan kesalahan manusia dan hanya 2-4 % disebabkan oleh kesalahan teknis. GAMBARAN UMUM A. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Angkutan jalan merupakan salah satu moda transportasi darat yang fleksibel, mampu memberikan pelayanan dari pintu ke pintu menjangkau seluruh pelosok daratan serta mampu menghubungkan rnoda transportasi la:innya, oleh karena itu angkutan jalan sangat dibutuhkan oleh rnasyarakat untuk melakukan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain dalarn melakukan aktivitasnya. Oleh karena karakteristik dan semakin mudahnya cara kepernilikan sarana angkutan ini, tidak mengherankan kalau jurnlah sarana transportasi jalan dari tahun ke tahun cenderung mengalarni peningkatan. Pada kurun waktu 2002 s.d . 2006 terjadi peningkatan sebesar 14,98%, seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah Armada Angkutan Jalan Tahun 2002-2006 2002 2003 Tahun 2004 2005 3.862.579 3,886,228 4.464.281 731.990 798,079 933,199 Uraian Mobil Penumpang Bus Truk I Rata-rata Jml Rata-rata 5.949.034 2006 5.716.421 23.423.543 4.684.709 Pertumbuhan 10,65 1.184.918 1.186.479 4.834.665 966.933 13,27 2.315.779 2.920.828 3.015.784 12.314.760 2.462.952 11,02 2.015.347 2,047,022 Sepeda Motor 18.061.414 19,976.376 23.055.834 28.556.498 32.983.840 122.633.962 24.526.792 16,34 Jumlah 24.671.330 26.707.705 30,769.093 38.156.278 42.902.524 162.206.930 32.641.386 14.98 Sumber : Stahstik Perhubungan 2006 (d1olal1) B. Korban Kecelakaan S€cara nasional, dalamkurun waktu tahtm2002 s.d. 2m> terjadi rata -rata 44.4ffi kejadian kecelakaan per tahun dengan korban meninggal dunia 12340 orang, seperti terlihat pada label 2 Tabel 2. Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Tahun 2002-2006 Tahun 2004 2005 17.732 91.623 2006 87.020 222.041 44.408 9.856 11.204 16,115 15.762 61.669 12.340 16,95 6.142 8.983 35.891 33.282 90.310 18.062 85,17 Uraian Jumlah kecelakaan Korban: a. Meninggal b. - Luka berat - Luka ringan jumlah korban Kerugian materiil {milvar rp) 2002 12.267 2003 13.399 8.762 6.012 Jml. Rat ara t a Rata-rata Peninvkatan 113,31 8.929 8.694 52.310 94.343 18.869 90,69 24.692 12.084 32.271 12.326 23.703 64.332 101.354 246.352 49.270 47,94 41,03 45,78 53,05 51,56 81,85 273,26 54,65 20,85 Sumber. Stat1strk Perltubungan 2006 (d1ola11) Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1115 Hampir setiap kecelakaan lalu lintas mengakibatkan korban jiwa dan harta benda. Kerugian materiil akibat kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu 2002 s.d. 2006 rcita-rata sebesar Rp 54,65 milyar per tahun. Fakta tersebut sangat memprihatinkan mengingat kematian akibat kecelakaan lalu lintas dapat berpengaruh ke segala aspek. Dampak kecelakaan terhadap kesejahteraan korban meninggal 62,50% mengalami pemiskinan. Jumlah kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas angkutan jalan tahun 2002 s.d. 2006 sebanyak 161.266 unit atau rata-rata 32.253 unit per tahun. Berbeda dengan mobil penumpang, bus dan truk yang peningkatan per tahunnya berfluktuasi, keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan terns meningkat daii tahun ke tahun, di samping itu kendaraan jenis ini menempati proporsi terbesar, 59,15% dibanding mobil penumpang, bus dan truk yang masing-masing 27,34 %, 25,50% dan 28,70%. Data kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas tahun 2002-2006, seperti tabel 3. Tabel 3. Jumlah Kecelakaan Kendaraan Berdasarkan Jenis Kendaraan Tahun 2002-2006 Mobil Penumpang 4.360 4.494 5.442 6.095 10.604 30.455 6.091 18,88 27,54 Bus 1.214 1.474 1.650 1,607 2.945 8.890 1.778 5,51 25,50 Truk 3.883 3.737 4.872 4.872 9.169 26.532 5.306 16,46 28,70 Sepeda Motor 8.518 9.386 14.223 15.671 47.591 95.389 19.078 59,15 69,90 17.975 19.091 26.187 28.245 69.768 161.266 32.253 100.00 50.04 Jumlah S11111ber: Statistik Perl111/n111gm1 2006 (dioln/J) c. Pemudik Sepeda Motor 1. Perkembangan Jumlah Pemudik Jumlah pemudik sepeda motor dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 2002 s.d. 2007 meningkat rata-rata 39,95%. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006, sebesar 101,73%, seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah Pemudik Sepeda Motor Tahun 2002 s.d. 2007 2002 2003 2004 2005 2006 2007 562.000 759.000 634.424 920.342 1.856.619 2.122.697 Rata-rata 35,05 -16,41 45,07 101,73 14,33 39,95 S11111ber: P11slitb1111g Dami 2005 da11 Pidato Me11/111b, 2007 (diolnll) 2. Identitas dan Opini Pemudik Sepeda Motor Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Lltbang Perhubungan Darat terhadap 242 pemudik sepeda motor di wilayah Jabodetabek pada tahun 2005 didapat beberapa informasi, antara lain : Sebagian besar responden berusia antara 30 s.d. 40 tahun 42,98%, bahkan %,29% berusia 20 s.d. 50 tahun, 57,85% berpendidikan SLTA atau 84,68% berpendidikan SLTA 1116 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 kebawah, proporsi terbesar peketjaan pemudik sepeda motor adalah pegawai swasta 50,41 % disusul lain-lain (pembantu rumah tangga, pengemu di ojek, buruh bangunan, dan lain-lain) 24,38%, dengan pendapatan antara Rp 100.000,- s.d. Rp 1.500.000,(85,95%). Sebagian besar menyatakan bahwa mereka melakukan mudik dengan sepeda motor karena biayanya lebih murah (64,46%) dan untuk kemudahan (17,36%). Tujuan mudik proporsi terbesar adalah Jawa Tengah 54,55 % dan Jawa Barat 34,30% dan mereka akan melakukan mudik dengan sepeda motor lagi (79,34 %) pada Lebaran tahun berikutnya. Terkait dengan peraturan/keselamatan, sebagian besar telah mamakai helm 98,76%, dan berpenurnpang sendiri atau 2 orang (83,47% ), dengan usia kendaraan sebagian besar dibuat setelah tahun 2000 (76,86%), sebagian besar sepeda motor adalah mi1ik sendiri 96,28% meski dimiliki dengan cara cash 41,42% dan kredit 58,58%, seperti terlihat pada tabel 5. Tabel 5. Identitas dan Opini Pemudik Sepeda Motor Tahun 2005 Wilayah Jabodetabek Umur : a. < 20 tahun b. 20 - 30 tahun c. 30 - 40 tahun d. 40 - 50 tahun e. 50 - 60 tahun Peke ·aan: a. PNS 1,65 38,02 42,98 15,29 2,07 12,40 50,41 10,33 2,48 24,38 17,36 37,60 30,99 14,05 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Sa ·ana e. Lain-lain Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 10,30 16,53 57,85 14,46 0,83 1117 f' ·;t;··Ir;c.·.·~~t),:;;··· o;; • '""::: .·:.' : · ·~ .·· } ~~~/)ii!·. '•'::::''.'.,/,,?%~n:::;:<. . '«·,~·~; '.·~-~~~0~~'1 Alasan Menggunakan Sepeda Motor untuk Mudik Lebaran a. Lebuhcepat b. Lebih nvaman c. Lebih murah biayanva d. Lebih aman e. Untuk kemudahan Tujuan Mudik a. Jawa Barat b. Jawa Tengah c. Jawa Timur d. DIY e. Banten dan Lampung (arah barat) Kepemilikan Sepeda Motor a. Milik sendiri c. Pinjam Cara Memiliki Sepeda Motor a. Cash b. Kredit Usia Kendaraan a. <Tahun 1990 b. Tahun 1990 - 2000 c. > Tahun2000 Kondisi Berkendaraan - Jumlahpenumpang a. Sendiri b. 2 Orang c. 3 Orang d. >30rang - Penggunaan Helm a. Ya b. Tidak Mudik Tahun Depan a. Pakai Sepeda Motor b. Naik Bus c. Naik Kereta Api d . Lain-lain 9,92 7,02 64,46 1,24 17,36 34,30 54,55 7,85 1,24 2,07 96,28 3,72 41,42 58,58 1,65 21,49 76,86 11,16 72,31 14,88 1,65 98,76 1,24 79,34 15,70 2,89 2,07 Sumber : Pusat Litbang Perhubungan Darat, 2005 3. Perilaku Pemudik Berdasarkan informasi beberapa pengemudi BUS AKAP angkutan lebaran yang didapat dari wawancara lisan di 3 terminal di wilayah DKI Jakarta, yaitu terminal Pulogadung, Rambutan dan Kalideres, sebagian besar menyatakan bahwa jumlah pemudik sepeda motor cukup banyak, nampaknya lebih banyak dibanding tahun lalu. Ini cukup menghambat bahkan membuat para pengemudi bus ekstra hati-hati. Banyak pemudik sepeda motor meliuk-liuk/bennanuver ke kanan ke kiri, zig-zag, tidak peduli dengan lampu isyarat seperti lampu dim, lampu sent, atau isyarat lain. Apalagi bila kondisi jalan 1118 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 sudah cukup padat/macet, menyerobot atau mengambil jalur yang berlawanan dan melakukan manuver demi lebih cepat bergerak ke depan layaknya pada kondisi macet di Jakarta, merupakan perilaku yang biasa dilakukan, mereka tidak peduli penggnna jalan yang lain, seakan-akan jalan itu rnilik mereka sendiri. Infonnasi ini sama dengan salah satu isu menonjol monitoring Angkutan Lebaran 200'7 (1428 H) yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut yang disampaikan Menteri Perhubungan pada pidato Penutupan Pasko Angkutan Lebaran 2007, yaitu masalah kecelakaan, terutama akibat rendahnya disiplin berlalu lintas dan tingginya tingkat penggunaan sepeda motor. 4. Kecelakaan Sepeda Motor pada Lebaran 2007 Dalam kecelakaan lalu lintas jalan pada Lebaran 2007, sepeda motor masih mempunyai kontribusi terbesar. Kecelakaan yang dialami sepeda motor pada tahun 2007 meningkat dibandingkan tahun 2006, yaitu 2.313 kasus kecelakaan tahun 2007 atau meningkat 182% dari 820 kasus kecelakaan tahun 2006 (Harian Kedaulatan Rakyat, 6 November 2007). Pada Lebaran 2007 tersebut hampir 500 orang -setara dengan jwnlah penumpang dua pesawat boeing- meninggal dunia akibat kecelakaan sepeda motor (Tulus Abadi, YLKI, 2007). ANALISIS DAN EV ALUASI A. Analisis 1. Tradisi Mudik dan Dampaknya Bersilaturahmi pada hari Raya Idul Fitri dianggap "sempurna" apabila dapat saling mengunjungi satu sama lain dengan bertemu langsung (face to face) dalam satu ruang dan waktu. Bersilaturahrni dengan mernanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi yang ada sekarang ini, seperti melalui telpon seluler atau yang lebih modern lagi sepanjang ti.dak dilakukan dengan bertemu langsung, rnaka cara-cara tersebut dinggap kurang "afdol". Mudik Lebaran cenderung dikonotasikan sebagai petjalanan masyarakat perantau dari kota besar, khususnya dari wilayah Jakarta, Bogar, Depok, Tangerang dan Bekasi Oabodetabek) menuju kota/ desa tempat asal, menjelang hari Raya Idul Fitri. Pada momen yang tetjadi hanya satu tahun sekali ini, banyak masyarakat yang berusaha melakukan petjalanan -ti.dak mau peduli apapun kendalanya- demi untuk betjumpa dengan orang-orang yang dikehendakinya untuk bersilaturahrni. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada masa menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Fitri tetjadi mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas orang/ masyarakat perantau dari kota tempat perantauan ke kota/ desa pada masa menjelang hari raya Idul Fitri sering disebut dengan Mudik, sedangkan petjalanan yang dilakukan setelah hari raya disebut Balik. Masa mudik ini disepakati selama 7 hari dan dikenal dengan H-7 s.d. H-1 dernikian juga untuk masa balik yang dikenal dengan H +1 s.d. H+7 sedangkan masa Lebaran dikenal dengan Hl dan H2. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1119 Dalam masa H-7 s.d H+7, perusahaan-perusahaan/kantor-kantor swasta secara serempak memberikan libur/cu.ti bagi pegawai/ karyawannya, bahkan para pembantu rumah tangga pun ikut diberikan ,,cu.ti" oleh para majikan mereka. Pada masa ini tetjadi ,,libur massal". Pada 3 tahun terakhir pemerintah memberikan cu.ti bersama kepada para pegawai negeri sipil (PNS) dan beberapa kantor swasta. Kebijakan pemerintah ini menambah panjang masa libur pegawai, pada Lebaran tahun 2007 libur pegawai yang semula hanya dua hari (Hl dan H2) ditambah libur menjadi kurang lebih 10 hari. Kebijakan pemberian cu.ti bersama ini tentu dapat lebihmemotivasi seseorang-khususnya PNS- untuk melakukan mudik Lebaran. Biaya transportasi yang tinggi dansulitnya mendapatkan tiket angkutan kereta api- terutama kereta api kelas ekonomi yang lebih murah dilianding angkutan umum lain dengan kelas pelayanan yangsama-cenderungmembuatcalon pemudikgolonganekonomilemahmemilih moda transportasi yang dianggap murah/ terjangkau dan mudah diakses. Ada yang menyewa mobil untuk mudik bersama sekelompok orang/keluarga. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan dapat berangkat dari tempat asal/ tempat keberangkatan yang dikehendaki dan dapat mengantamya sampai tempat tujuan, berbeda dengan naik kereta api atau bus AKAP yang seringkali harus menggunakan kendaraan dan mengeluarkan biaya lagi untuk melanjutkan petjalanan sampai tujuan, disamping itu mudik dengan menyewa mobil diyakini mempuyai total cost" per kepala" yang lebih murah. Meski hanya sebagian kecil, ada juga yang melakukan petjalanan mudik dengan estapet trip, yaitu ditempuh dengan sambung-menyambung beberapa trayek dengan satu jenis kendaraan atau lebih. Yang menjadi trend dan paling diminati banyak pemudik adalah mudik dengan sepeda motor. Jumlah pemudik sepeda motor ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bagi pengemudi kendaraan baik mobil maupun sepeda motor, kondisi jalan yang macet dansemrawutmengakibatkanlelah, emosional, cepatmarah dan stress. Kondisi pengemudi yang demikian sangat mempengaruhi perlaku mereka. Peraturan lalu lintas yang harus dipatuhi agar kondisi lalu lintas tidak semakinsemrawut, menjadikurang/ tidak dihiraukan lagi. Mereka cenderungmemanfaatkansetiap kesempatan yang ada demimenguntungkan dirinya. Bagaimana bisa lebih cepat sampai ke depan akhirnya dapat lebih cepat sampai tujuan, itu yang mereka pikirkan, masa1ah melanggar peraturan dan merugikan bahkan mencelakakan orang lain itu urusan kemudian. Terlebih pengendara sepeda motor, kendaraan roda dua dengan karakteristik lebih fleksibel untuk bermanuver, meliuk-liuk ke kanan-ke kiri dan dapat melalui celah sempit yang tak dapat dilalui kendaraan roda empat ini terlihat "serobot sana serobot sini'', sering menunjukkan perilaku yang kurang baik dan membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain Perilaku pemudik sepeda motor yang demikiannampaknya sulit dicegah, pasalnya jum1ah mereka cukup banyak dan bagi mereka itu merupakan petjalanan yang belum tentu setahun sekali, ditambah lagi kecenderungan masyarakat yang "berani nekad meski salah" menyusul bergulimya era reformasi dan lemahnya implementasi penegakan hukum di lapangan. 1120 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 2. Pemilihan Sepeda Motor dan Konsukuensinya Pada bagian sebelurrmya telah dijelaskan bahwa berdasarkan kajian Puslitbang Perhubungan Darat 2005, sebagian besar responden berusia 20 s.d. 50 tahun, berpendidikan SLTA kebawah, berprofesi pegawai swasta dan profesi lain (pembantu rumah tangga, pengemudi ojek, buruh bangunan, dan lain-lain) berpendapatan rendah, melakukan mudik karena biayanya cukup murah dibanding moda lain dan untuk kemudahan. Ini berarti bahwa ditinjau dari usianya, pemudik sepeda motor adalah mereka yang berusia produktif dan sebagai tulang punggung yang harus bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, sebagian besar mereka memiliki tingkat pendidikan rendah sampai menengah. Profesi mereka beragam, namun terlihat bahwa mereka berpendapatan kecil dan merupakan masyarakat golongan ekonorni lemah. Berdasarkan informasi dari beberapa pemudik yang diwawancarai secara lisan pasca balik lebaran, nampaknya hasil penelitian Pusat Litbang Perhubungan Darat 2005 masih menggambarkan identitas pemudik sepeda motor pada Lebaran 2CXJ7. Biaya transportasi mudik yang dianggap mahal, sulitnya mendapatkan tiket, padatnya penumpang, ketidaknyamanan dan kemacetan yang dirasakan dalam menggunakan angkutan umum (bus/kereta api) mendorong masyarakat golongan berpenghasilan "pas-pasan" mernilih moda transportasi yang dianggap cukup murah, handal, mudah diakses, praktis dan fleksibel. Sepeda motor adalah jenis kendaraan yang banyak dipilih karena dianggap memenuhi kriteria yang diinginkan. Sepeda Motor dipilih sebagai sarana transportasi mudik dengan menempuh j~ hingga kurang lebih 800 km, padahal kendaraan ini tidak didesain untuk perjalanail Jarak jauh dan secara teknis bukan sarana transportasi yang ideal, karena di satu sisi digerakkan oleh tenaga mesin, namun di sisi lain badan pengemudi sepeda motor tidak dilindungi oleh kabin kendaraan/ rumah-rumah, selain itu kendaraan bermotor roda dua ini rentan terhadap kestabilan, tidak sebagaimana kendaraan roda empat, sehingga kendaraan ini mempunyai sifat sangat riskan terhadap kecelakaan. Data resrni PT. Jasa Raharja tahun 2005 menyebutkan kematian di sektor lalu lintas darat mencapai 39 ribu orang, 19 ribu orang (48,72%) diantaranya adalah kecelakaan sepeda motor. Data Direktorat Keselamatan Lalu Lintas Transportasi Darat 2006, (Tabel 4) menunjukkan proporsi terbesar kendaraan yang terlibat kecelakaan (2001-2005) adalah jenis sepeda motor dan Pemyataan Direktur Lalu Lintas Polri, Brigjen Yudi Susharyanto di sela-sela acara dialog untuk menyambut HUT Polisi Lalu Lintas ke-51 di Direktorat Lalu Lintas Mabes Po1ri, JI. MT Haryono, Jakarta Selatan (2006), yang mengatakan bahwa dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kasus kecelakaan saat arus mudik paling banyak menimpa para pengguna sepeda motor. Itu semua menunjukkan bahwa sepeda motor merupakan kendaraan yang potensial mengalami kecelakaan. Itu semua menunjukkan bahwa sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang paling riskan/ paling berpotensi mengalarni kecelakaan dibanding sarana transportasi jalan lain yang digunakan sebagai sarana transportasi mudik lebaran. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1121 Terkait dengan tingkat keselamatan jenis kendaraan sepeda motor, dari beberapa pemudik sepeda motor yang berhasil diwawancarai setelah balik pasca mudik lebaran, sebagian tahu bahwa sepeda motor mempunyai resiko mengalami kecelakaan yang lebih besar dibanding kendaraan roda empat, narnun kondisi finansial dan kenyataan bahwa naik kendaraan apapun, bus, kereta api bahkan pesawatterbang-yang diharuskan memenuhi standar keselamatan yang berlaku secara internasional- pun dapat mengalami kecelakaan, apalagi sepeda motor. Akhirnya mereka sering "pasrah", yang penting mereka telah mempersiapkan diri dan bertindak/berperilaku yang menurut mereka baik. 3. Upaya Yang Telah Di1akukan Menyadari hal di atas sebenamya Pemerintah melalui Departemen Perhubungan telah menghimbauagarpemudik tidakmenggunakansepedamotor,namunfakta menunjukkan bahwa tetap saja himbauan itu sulit terealisasi. Beberapa upaya yang telah dilakukan da1am meminimalkan resiko kecelakaan pemudik sepeda motor antara lain : Peraturan tentang penggunaan sepeda Motor sebagai sarana mudik lebaran yang ada seperti instruksi Dirjen Perhubungan Darat No.Ins.06/ AJ.206/DRJD/2004 tentang Pengaturan Sepeda Motor pada Masa Angkutan Lebaran yang mengatur antara lain tentang jwnlah penumpang, kecepatan, barang bawaan, perlengkapan keselamatan, pemakaian helm, tempat istirahat dan lain-lain, seperti : Sepeda Motor dihimbau untuk menyalakan lampu utama meskipun pada siang hari, jumlah penumpang maksima1 2 orang terdiri atas 1 pengemudi dan 1 penumpang, aturan pemuatan barang di sepeda motor: tidak melebihi lebar stang kemudi, tinggi barang tidak melebihi tinggi pengemudi, tidak melebihi panjang kendaraan, tidak menghalangi pandangan pengemudi dan tidak menggangu stabilitas kendaraan, pengendara dan penumpang Sepeda Motor wajib memakai helm minimal half face, bukan helm topi atau cetok, kecepatan maksimum 80 km/jam, wajib berjalan berombongan selama berada di jalur macet. Selain itu beberapa upaya antara lain : a. Melakukan pengelompokan (grouping) Sepeda Motor Dalam upaya meningkatkan keselamatan dihimbau agar Sepeda Motor berjalan secara berkelompok/konvoi, setiap kelompok terdiri dari 1.000 sepeda motor, dikawal oleh 3 motor polisi, diberangkatkan secara bergelombang. Pengawalan dilakukan dari Jakarta sarnpai ke Cirebon. 1ni karena setelah sarnpai Cirebon jumlah Sepeda Motor sudah terpecah da1am jumlah kecil ; b. Perbaikan infrastruktur/prasarana transportasi; Kondisi prasarana jalan, khususnya dari wilayah Jabodetabek menuju wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur baik lintas utara yang terkenal dengan jalur Pantura dan lintas selatan -terutama Pantura- pada Lebaran tahun 2007 telah cukup baik, seperti dijelaskan oleh Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kinnanto, dalam wawancara yang ditayangkan media elektronik (fV), sebelum H-7 Lebaran 2007. 1ni berarti bila ditinjau dari faktor kondisi kendaraan (sepeda motor) dan kondisi prasarana jalan yang digunakan kurang mempengaruhi terjadinya kecelakaan. 1122 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 c. Meminimalkan daerah rawan macet Dalarn meminimalkan daerah rawan macet antara Iain telah dilakukan hal-hal seperti (kerjasama dengan Pemda setempat) mengantisipasi/ menjaga pasar tumpah agar tidak mengganggu arus lalu lintas, melakukan penjagaan/ pengaturan pada perlintasan sebidang perlintasan kereta api dengan jalan raya dan melakukan penjagaan/ pengaturan lalu lintas pada ruas-ruas jalan yang potensial terjadi kemacetan. Terkait dengan pasar tumpah ini Menteri Peketjaan Umum, Djoko Kirrnanto meminta menghimbau agar pemerintah daerah bersikap tegas terhadap pasar tumpah, jangan sampai jalan yang sudah dilebarkan tetapi justru digunakan sebagai pasar tumpah, tempat parkir, hingga terminal liar. d. Dibuat jalur khusus bagi Sepeda Motor dengan separator, e. Melakukan Safety Riding dan Mudik bersama yang disponsori oleh beberapa perusahaan otomotif ; f. Kereta Api Sapujagad Menteri Perhubungan menghimbau para pemudik sepeda motor -khususnya yang membawa bayi atau anak kecil- agar menggunakan kereta api Sapujagad yang disediakan Pf KA. Mereka dapat mudik tanpa harus mengendarai sepeda motor karena sepeda motomya dapat dinaikkan/ diangkut dengan kereta api ini, atau bisa juga melalui Perum Damri yang melakukan fasilitas pengiriman motor. g. Penegakan Hukum (Law Enforcement) Himbauan untuk mematuhi tata tertib lalu lintas juga telah disampaikan baik oleh Polantas, Menhub/Ditjen Perhubungan Darat maupun Dinas Perhubungan Provinsi DK.I Jakarta. B. Evaluasi 1. Tradisi Mudik dan Dampaknya Pada awalnya, mobilitas pemudik belum menjadi masalah yang serius, namun seiring dengan pesatnya pertambahan masyarakat yang merantau di wilayah Jabodetabek, mobilitas pemudik menjadi masalah yang yang pelik hingga saat ini. Hal Ini karena yang menjadi prinsip dasar masyarakat dalarn melakukan perantauan ke Jabodetabek adalah ada gula ada semut." Hingga saat ini diyakini bahwa wilayah Jabodetabek masih merupakan "gudang gula" yang mengundang para semut" untuk berbondongbondong beketja di sana. Disamping itu yang menjadi prinsip dasar masyarakat melakukan silaturahmi adalah saling mengunjungi satu sama lain dengan bertemu langsung (face to face) dalarn satu ruang dan waktu. Dengan demikian semakin banyak jumlah masyarakat yang merantau, semakin banyak pula masyarakat yang melakukan petjalanan mudik lebaran. Memang, dalam rangka mengupayakan ada gula di Kabupaten/ Kota/Propinsi di luar Jabodetabek agar dapat mengurangi jumlah semut'' yang berdatangan ke wilayah /1 /1 /1 11 /1 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1123 Jabodetabek, pemerintah DKI Jakarta telah beketjasama dengan Pemda lain, namun nampaknya beh.un dapat menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat calon pemudik baru yang berdatangan ke wilayah Jabodetabek. Operasi Yustisi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta pun belum dapat menyentuh sampai akar permasalahan. Dengan demikian diperkirakan arus mudik Lebaran tahun yang akan datang tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Di samping itu pada masa tersebut -dimana terjadi libur/ cuti secara serempak- temyata tidak hanya terjadi perjalanan/ trip khusus masyarakat muslim untuk keperluan mudik bersilaturahmi, namun juga terjadi perjalanan masyarakat non muslim untuk keperluan mengunjungi keluarga, wisata atau keperluan lain. Dengan demikian pada masa tersebut terjadi mobilitas orang-khususnya dengan kendaraan bermotor yang ,,luar biasa" tinggi. Pertimbangan untuk menentukan kapan akan mudik Lebaran sering tergantung kepada beberapa hal, antara lain : kapan mereka/ keluarga mereka mulai libur bekerja, mulai libur sekolah dan kapan mereka menerima tunjangan hari raya (IHR) bila ada, namun prinsip dasar dalam menentukan kapan harus mudik Lebaran adalah berusaha melakukan perjalanan pada suatu hari tertentu yang menurut pertimbangannya dapat tiba di tempat tujuan mudik paling lambat satu atau dua hari sebelum lebaran (H-2 atau H-1) atau bila kurang memungkinkan setidaknya dapat tiba pada hari Lebaran (Hl). 2. Pemilihan Sepeda Motor dan Konsukuensinya Nampaknya kurang diketahui secara pasti kapan mulai ada Pemudik Sepeda Motor. Pemudik dengan kendaraan ini mulai menjadi perhatian yang serius seiring dengan melonjaknya penggunaan sepeda motor sebagai alat transportasi mudik pasca kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 1 Oktober 2005. Pemilihan sepeda motor sebagai sarana transportasi mudik ditengah biaya transportasi yang dianggap cukup mahal memang cukup beralasan. Untuk perjalanan mudik, jenis kendaraan ini mempunyai total cost yang lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan lain seperti Bus AKAP atau Kereta Api, dapat digunakan untuk berangkat mudik dari mana saja dan kapan saja, tidak harus dari terminal atau stasiun keberangkatan pada jam tertentu, tidak terikat waktu, tidak harus tiba di tujuan pada jam tertentu, dapat dipakai dari tempat asal (origin) sampai tujuan (destination) perjalanan, dapat digunakan sebagai sarana mobilitas yang bersifat door to door di tempat tujuan mudik. Disamping alasan-alasan di atas, sepeda motor cukup mudah untuk didapat dan dimiliki. Dengan membayar Rp 500.000,- (sebagai uang muka) dan berkas persyaratan administrasi yang tidak terlalu sulit, seseorang dapat memiliki sebuah sepeda motor. Bagi beberapa -mungkin malah banyak- orang, terutama golongan ekonomi kelas bawah, memiliki sepeda motor -meskipun dimiliki dengan cara kredit/ mengangsur- merupakan suatu kebanggaan atau prestige tersendiri. Jadi disamping sepeda motor mem.iliki keunggulan dapat digunakan secara praktis dan fleksibel, temyata juga menimbulkan suatu kebanggaan (pride) tersendiri bagi Pemudik Sepeda Motor. Namun disamping keuggulannya sebagaimana telah dijelaskan, sepeda motor mempunyai tingkat keselamatan yang kecil/ rendah, sehingga pemudik sepeda motor juga rawan terhadap kecelakaan, ini antara lain karena : 1124 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 a. Jenis kendaraan yang digunakan (sepeda motor/kendaraan bermotor roda dua) merupakan kendaraan yang rentan terhadap kestabilan sehingga riskan terhadap kecelakaan ; b. Sepeda Motor tidak didesain untuk petjalanan jarak jauh dan secara teknis bukan sarana transportasi yang ideal, karena di satu sisi digerakkan oleh tenaga mesin, namun di sisi lain badan pengemudi sepeda motor tidak dilindungi oleh kabin kendaraan/ rumah-rumah sebagaimana kendaraan roda empat. c. Menurut para ahli, faktor manusia, dalam hal ini pengemudi termasuk pemudik sepeda motor- menjadi faktor penyebab kecelakaan yang dominan dibandingkan dengan faktor kendaraan dan faktor jalan ; d. Menghadapi kenyataan di jalan yang macet pada masa mudik, para pemudik sepeda motor cenderung berperilaku melanggar disiplin lalu lintas (melalukan unsafe act) yang dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain. 3. Upaya Yang Perlu Dilakukan Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa mudik terjadi karena adanya masyarakat perantau yang melakukan perantauan dengan prinsip ,,ada gu1a ada semut". Sudah menjadi tradisi bahwa setiap Lebaran masyarakat perantau ini melakukan mudik untuk bersilaturahmi dengan prinsip face to face. Libur massal yang sudah menjadi sesuatu yang ,,otomatis tetjadi" pada masa mudik ini nampaknya menjadi suatu kondisi yang semakin mendukung untuk melakukan petjalanan mudik. Llbur massal ini juga dimanfaatkan sebagian masyarakat melakukan petjalanan/ trip untuk keperluan lain seperti wisata/berlibur. Dalam kondisi demikian, tetjadi begitu banyak masyarakat yang melakukan perjalanan, khususnya dengan moda transportasi jalan. Akibatnya cenderung terjadi kompleksitas masalah dalam petjalanan mudik, antara lain : kemacetan, waktu tempuh jauh menyimpang dari waktu tempuh normal, tidak nyaman, tidak aman, kurang safety, melelahkan, biaya transportasi dan biaya-biaya lain menjadi tinggi/ mahal, sulit untuk akses dan mendapatkan tiket angkutan mudik, waktu menunggu kendaraan di terminal/ jadwal berangkat menjadi tak pasti. Biaya transportasi yang dianggap cukup mahal dan sulitnya mendapatkan angkutan mudik Lebaran, mendorong masyarakat -terutama masyarakat golongan ekonomi rendah- untuk mencari sarana transportasi alternatif yang dianggap lebih murah dan mudah didapat Sepeda motor adalah jenis kendaraan yang paling banyak dipilih untuk sarana tranportasi mudik alternatif ini. Mungkin memang cukup tepat. Terlepas adanya ,,kelemahan" kendaraan ini ketika dihadapkan pada cuaca yang panas dengan terik matahari yang menyengat atau hujanlebatyang mengguyur, ternyata sepeda motor memilik:ikeunggulan yaitu sebagai sarana transportasi yang mudah (mudah dimiliki/ disewa/ dipinjam dari orang lain), murah (biaya transportasi), praktis (dapat dipakai/berangkat kapan/ dari mana saja, dapat istirahat dimana/kapan/berapa lam saja), fleksibel (dapat dipakai door to door) dan presruvpride (menimbulkan suatu kebanggaan tersendiri). Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1125 Meskipun mempunyai beberapa keunggulan, namun sepeda motor mempunyai tingkat keselamatan yang rendah, antara lain karena : a. Rentan terhadap kestabilan sehingga riskan terhadap kecelakaan ; b. Tidak didesain untuk perjalanan jarak jauh dan secara teknis bukan sarana transportasi yang ideal ; c. Faktor manusia -pengemudi sepeda motor- menjadi faktor penyebab kecelakaan yang dominan ; d. Desain kendaraaan yang memungkinkan untuk ber-maneuver dan menghadapi kenyataan di jalan yang macet, pengemudi sepeda motor cenderung berperilaku melanggar disiplin lalu lintas (melalukan unsafe act) yang dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain ; e. Data yang ada menunjukkan bahwa di antara jenis kendaraan lain, sepeda motor menduduki proporsi terbesar keterlibatannya dalam kecelakaan. Terkait dengan resiko kecelakaan, dari tiga kejadian kecelakaan sepeda motor, satu kejadian pasti mengakibatkan kematian. Seorang pengendara motor memiliki resiko tewas akibat kecelakaan sebesar 20 kali lebih besar dibanding pengendara mobil atau setiap 2 km seorang pengendara motor memiliki resiko tewas karena kecelakaan. (Harian Seputar Indonesia, 27 Juli 2007). Kecelakaan lalu lintas menimbulkan biaya perawatan, kehilangan produktivitas, kehilangan pencari nafkah dalam keluarga yang menyebabkan trauma, stress dan penderitaan yang berkepanjangan. Dampak kecelakaan korban meninggal 62,5% mengalami pemiskinan. Pemudik sepeda motor memiliki beragam latar belakang. Tidak semuanya memiliki pengetahunan, kemampuan, skill, kepekaan, intelegensia, perilaku/ sikap dan sifat yang sama. Sebagian tahu bahwa sepeda motor mempunyai resiko mengalami kecelakaan yang lebih besar dibanding kendaraan roda empat, namun mereka sering pasrahff, dan meyakini bahwa kecelakaan adalah takdir. Jadi walaupun mudik dengan sepeda motor merupakan cara yang berisiko kecelakaan tinggi, faktanya jumlah pemudik sepeda motor terus meningkat setiap tahunnya. Belum tersedianya angkutan mudik dalam jumlah yang cukup dengan tarif yang tidak mahal-bagi masyarakat golongan ekonomi rendah- hingga saat ini nampaknya membuat pemrintah terpaksa" mengizinkan sepeda motor dijadikan sarana transportasi mudik yang menempuh jarak ratusan kilometer. Tidak adanya larangan yang tegas agar tidak mudik dengan sepeda motor dan adanya peraturan pemerintah melalui instruksi Ditjen Perhubungan Darat tentang pengaturan Penggunaan Sepeda Motor pada Masa Angkutan Lebaran adalah bukti bahwa pemerintah menghadapi dilema mengambil kebijakan terkait penggunaan kendaraan ini sebagai sarana transportasi mudik Lebaran. ff ff Dalam prakteknya di lapangan, penegakan hukum akan peraturan yang telah adapun tidak mudah dilaksanakan, ini mungkin karena jumlah pemudik sepeda motor sangat tidak sebanding dengan jumlah petugas. Disamping itu nampaknya pemerintah maupun petugas yang berwenangpermisif/ rnemberikan toleransi denganffmembiarkanmelanggarperaturan tertentu'', alasannya mudik lebaran merupakan momen yang tetjadi setahun sekali saja. 1126 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Padahal karakter masyarakat cenderung ,,dikasih hati. minta jantung". Tanpa adanya sanksi yang jelas, tegas dan membuat jera, masyarakat cenderung akan semakin melanggar. Hal ini akan mendorong pemudik sepeda motor yang ,,baik" dan patuh peraturan peraturan lalu lintaspun menjadi "tertular'' untuk ikutmelakukan pelanggaran, padahal kecelakaan biasanya tetjadi berawal dari pelanggaran yang di1akukan. Apabila penggunaan sepeda motor diizinkan-tidak dilarang seperti penetapan melarang truk untuk beroperasi pada masa H-7 s.d H+7-, upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan keselamatan Pemudik Sepeda Motor perlu tetap melakukan upaya-upaya yang telah dilakukan dan beberapa antara lain : a. Bidang Penegakan Hukum : 1) lalukan pengawalan yang memadai bagi pemudik sepeda motor ; 2) Jaga ketat tempat-tempat/lokasi rawan pelanggaran disiplin dan kecelakaan ; 3) Lakukan seleksi dan berikan identitas bagi Pemudik Sepeda Motor untuk menekan jumlah dan memudahkan penga- wasan ; b. Bidang Sarana dan Prasarana 1) Optimalkan Bus AKAP, karena selama ini masih sering terjadi bus AK.AP menginap (perpal) pada H-7 s.d H-5; 2) Naikkan harga tiket (menjadi cukup mahal) pada perkiraan puncak mudik dan subsidi/ diskon/ tiket murah pada non puncak untuk "memaksa" agar mobilitas mudik dapat didistribusikan lebih merata, tidak terkonsentrasi pada satu atau dua hari saja ; 3) Pastikan bisa mendapat tiket dan tempat duduk bus/KA sebelum -jauh harisebelum keberangkatan ; 4) Rencanakan dan lalukan perbaikan prasarana ja1an jauh hari sebelum pe1aksanaan lebaran; 5) Melakukan Safety Riding dan Mudik Bersama dengan sepeda motor yang disponsori oleh perusahaan otomoti.f ; 6) Dibuat jalur khusus bagi Sepeda Motor dengan separator, Dalam membuat separator jalan untuk membuat jalur khusus motor ini berkoordinasi dengan Pemda setempat. Separator dapat permanen atau tidak tergantung kepada pertirnbangan manfaat setelah selesai masa lebaran ; c. Penyuluhan 1) Perlu adanya penyuluhn yang diharapkan secara berang-angsur dapat merubah paradigma dan pemahaman tentang kecelakaan lalu lintas, bahwa kecelakaan merupakan ,, takdir" yang bisa diminimalkan ; b) Perlu adanya sosialisasi/kampanye keselamatan bagi Pemudik Sepeda Motor melalui media cetak dan elektronik ; Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1127 c) Perlu penyuluhan dan pesan keselamatan bagi pemudik sepeda motor, misalnya melalui sponsor, lSM atau suatu lembaga/ institusi ; d) Pemudik sepeda motor perlu mengetahui bahwa : a) Setiap kecelakaan dapat dihindari; b) Tak ada satupun pekerjaan yang berharga bila dapat menimbulkan kecelakaan ; c) Setiap peketjaan selalu diselesaikan dengan prinsip keselamatan; d) Setiap kejadian dan kecelakaan dapat diatur/ dicarikan solusinya ; e) Yang terutama dan utarna adalah setiap orang mengetahui dan memaharni bahwa keselamatan adalah tanggung jawab setiap orang. d. Bidang Manajemen Masalah yang menonjol pada setiap kali tetjadi petjalanan mudik atau bali.k lebaran selalu saja tetjadi arus puncak terutarna pada masa mudik. Ini menciptkan unsafe condition sekaligus unsafe act. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain : 1) Koordinasi berbagai instansi terkait, bila perlu dibentuk suatu Badan khusus yang menangani permasalahan Mudik Lebaran ; 2) Dalam rangka menekan jurnlah perantau baru sebaiknya operasi Yustisi oleh Pemda DKI Jakarta tetap dilakukan dan betul-betul selektif terhadap pendatang baru ; 3) Beketjasama dengan Pemerintah Daerah untuk menciptakan kondisi agar masyarakatnya tidak dengan mudahnya melakukan perantauan ke Jabodetabek; 4) Perlu mendistribusikan puncak mudik Lebaran dan mencarikan solusi permasalahan demi menciptakan kondisi yang aman, dengan cara antara lain : a) Mengatur pola keberangkatan pemudik berdasarkan zona, waktu keberangkatan atau jenis kendaraan pemudik, misalnya : (1) Hari/ waktu khusus untuk pemberangkatan kendaraan pribadi dan Sepeda Motor mudik ; (2) Hari/waktu khusus untuk pemberangkatan Bus AKAP dan mobil penumpang umum lainnya (baik dalam trayek maupun non trayek) ; (3) Manfaatkan truk -yang pada masa beberapa hari selama H-7 s.d H-1untuk mengangkut sepeda motor dan pemudiknya, dianggap kondisi darurat. Meknisme, ketentuan dan tarifnya diformulasikan sedemikian hingga tetjangkau dan menguntungkan semua pihak. b) Berikan cuti yang cukup dan serempak bagi berbagai profesi (Swasta, BlJMt'.J, PNS,1NI/Polri Pelajar/Mahasiswa, Pengajar, dll.) agar dapat memilih waktu yang tepat untuk mudik ; (1) Demi keselamatan, menghimbau masyarakat pemudik agar tidak mernaksakan diri untuk mudik (misalnya bagi sebuah keluarga dengan dua atau tiga anak dan barang bawaannya mudik jarak jauh dengan sepeda motor) ; 1128 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 (2) Perlu dibuat pesan keselamatanmelalui media elektronik, spanduk, stiker, sablon jaket pemudik dengan slogan -sebaiknya dalam tiga bahasa-, seperti: "HATI-HATI BIAR SAMPAI" (Bahasa Indonesia), "NGATI-ATI BEN TEKAN" (Bahasa Jawa) dan "LALAUNAN SUPAYA NEPI" (Bahasa Sunda), hal ini mengingat pennasalahan mudik yang kompleks lebih banyak terjadi di P. Jawa, dimana penduduknya sebagian besar suku Sunda dan suku Jawa, agar lebih menjangkau masyarakat luas, disamping itu, dengan adanya slogan ini diharapkan bisa dipakai oleh penumpang sepeda motor pemudik bisa anak, istrinya atau saudara/ kerabatnya untuk ikut mengingatkan tentang keselamatan, dalam upaya selamat sampai tujuan, sebagaimana diharapkan dalam setiap perjalanan yang dilakukan, khususnya perjalanan mudik Lebaran. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Mobilitas orang/ masyarakat pada masa mudik Lebaran nampaknya masih terns akan terjadi sampai batas waktu yang belum diketahui. Pada kondisi itu diperkirakan tetap akan terjadi kompleksitas masalah seperti : kemacetan, kesemrawutan, kurangnya keamanan, kenyamanan, waktu tempuh perjalanan yang sulit diperkirakan dan biaya transportasi yang tinggi. 2. Biaya transportasi yang tinggi dan sulitnya akses/ pelayanan untuk mendapatkan sarana angkutan umum -bus dan kereta api- pada masa mudik lebaran diperkirakan akan terns mengakibatkan ada/ meningkatnya jumlah pemudik sepeda motor. B. Saran 1. Dalam rangka menekan jumlah masyarakat yang merantau yang pada akhimya diharapkan dapat menekan jumlah pemudik agar mengurangi tingginya mobilitas Pemudik Sepeda Motor, dilakukan upaya-upaya : a. Melakukan operasi Yustisi ; b. Kerjasama dengan Pemda lain. 2. Dalam upaya menekan jumlah dan meningkatkan keselamatan pemudik sepeda motor perlu upaya-upaya antara lain : a. · Penegakan hokum (law enforcement) ; b. Perbaikan Prasarana Jalan ; c. Optirnalkan penggunaan Bus AKAP ; d. Lakukan penyuluhan kepada Pemudik Sepeda Motor. . Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1129 DAFTAR PUSTAKA Suhadi, Djoko, 1996, "Transportasi Mengantisipasi Pulang Mudik Sebagai Fenomena Masyarakat Indonesia", Warta Penelitian Perhubungan No.Muni/fahun ke VIIJ/1996 ; Pusat Litbang Perhubungan Darat, 2007, "Kajian Penggunaan Sepeda Motor Untuk Angkutan Mudik Lebaran 2005" Trijono Rarnadin, Septa, 2006, "Kecelakaan Bisa Dicegah", Kontak No.18/XXXIII/2006; Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Llntas dan Angkutan Jalan ; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1992 tentang Angkutan Jalan ; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1992 tentang Kendaraan dan Pengemudi ; Instruksi Dirjen Perhubungan Darat No.Ins.06/AJ.2Q&'DRJD/2004 tentang Pengaturan Sepeda Motor pada Masa Angkutan Lebaran. Sjafii Jamil, Jusman, (Menteri Perhubungan), 2007, "Keselamatan Transportasi Darat'', Diskusi Panel Keselamatan Transportasi Darat ; Soesilo, Hadi, (Wakil Ketua Komisi V DPR RI), 2007, "Upaya Legislasi Dalam Mendukung Regulasi Transportasi Jalan", Diskusi Panel Keselamatan Transportasi Darat; Widjaja, Prita, 200'7, "Konsep dan Kegunaan Investigasi Keselamatan Transportasi", Diskusi Panel Keselamatan Transportasi Darat ; Simatupang, Hanna, 200'7, "Peran Budaya Dalam Keselamatan Transportasi",Diskusi Panel Keselamatan Transportasi Darat; Menteri Perhubungan, 200'7, "Butir-butir Arahan Pada Upacara Penutupan Pasko Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2007"; "Pembunuh Kaum Muda", Harian Seputar Indonesia, 22 Juli 2007; Harian Kedaulatan Rakyat, 6 November 2007 ; http://www.Google.co.id, 9 November 2007, (Muclik dengan Sepeda Motor) ") laltir di Yogyakarta, 3Oktober1962, Sarjana Ekonomi Manajemen, Universitas Terbuka, Jakarta, Tahun 1997, kini menjabatsebagai Peneliti Pertama BidangTransportasi Darat 1130 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SEKTOR TRANSPORTASI LAUT DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI ANGIN Srljanto Resowikoro *) ABS1RACT The world price of oil is al.wm;s in uncertainty condition and tends to be continual.ly increased. This will be automatically influendng the opemtional cost of the marine business enterprises in general. particularly with regard to fuel cost. Mean while, it is alreadtj krumm that fuel cost takes a major portion of daily aperational cost. On the other side, the potential of wind energy resource is always provided throughout the year in Indonesia and off course being potential to be used as al.temative energy of ship powering. Sailing vessel is a type of sea transportation means that have low in aperational cost and "fess of seawater pollution. maneuvering However, sailing vessel has al.so some weaknesses over her features such as her dependency of wind and her difficulties when maneuvering in harbor area. To cope wi.th such condition, sailing vessel will then be equipped with diesel engine, which may be used as wind energt; unavailab"/e on the sea and doing maneuver in harbor area. This sailing vessel mm; be utilized whether fur camjing cargo or fish up to 1000 dwt. Kata kunci : angin, lat;ar, bahan bakar minyak. PENDAHULUAN Indonesia adalah suatu negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 17 ribu dan dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km Aliran trobor dari samudera Pasifik melewati celah antara kepulauan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur terus ke Samudera Hindia, hal ini sangat mempengaruhi iklim dan cuaca serta ada hubungan erat dengan tetjaclinya proses-proses bumi, lautan danatmosfer dan ini tentu saja akan mempengaruhi angin yang berhernbus melewati daerah Katulistiwa sepanjang tahun dan potensi angin di perairan Indonesia ini cukup besar yaitu dengan kecepatan antara 10 - 20 knot petjam, bahkan di perairan laut Jawa pada bulan tertentu bisa mencapai 25 knot petjam. Dengan kondisi geografis negara Kepulauan Indonesia ini tentunya sangat memerlukan banyak alat transportasi laut yang murah, efisien dalam ikut bertanggung jawab melaksanakan pemerataan pembangunan bangsa dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagian besar alat transportasi laut yang namanya kapal menggunakan mesin dengan bahan bakar minyak sebagai daya dorong, penggunaan bahan bakar minyak untuk transportasi laut dan sungai di Indonesia sudah mencapai sekitar 35 %dari total penggunaan bahan bakar minyak di sektor transportasi, hal ini perlu diwaspadai dengan semakin menipisnya cadangan minyak di perut bumi sedangkan minyak bumi adalah sumber daya a1am yang tidak terbarukan (not renewable). Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1131 Kebutuhan bahan bakar minyak ini akan selalu meningkat terus sejalan bertambahnya jumlah armada transportasi laut bail< untuk angkutan barang maupun orang. Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia mempunyai potensi tenaga angin yang cukup besar dimana hal ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif energi sebagai daya dorong kapal yang murah tanpa menimbulkan polusi. Kemampuan angin sebagai daya dorong kapal ini sudah dibuktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia yang selalu menggunakan kapal dengan daya dorong angin dalam melakukan aktivitas perdagangan mengarungi lautan bahkan sampai benua Afrika. METODE Metode dalam penelitian ilmiah ini menggunakan metode pengumpulan data yang terkait dengan permasalahan bail< data primer maupun sekunder dari instansi terkait serta referensi dari kepustakaan mengenai data angin, data ilmiah kapal layar hasil penelitian yang ada serta pemikiran-pemikiran untuk dapat dijadikan sebagai dasar dari penelitian ini, kemudian dilakukan tabulasi dananalisa data di da1am pembahasansebagai penyelesaian permasalahan yang akan disampail<an menjadi kesimpulan serta saran. PERMASALAHAN Harga minyak bumi dunia yang semakin nail< dan karena minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan merupakan permasalahan tersendiri dalam sektor transportasi yang sampai saat ini masih sangat dominan menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar. Kapal laut adalah salah satu sarana transportasi yang sangat besar menggunakan bahan bakar minyak sebagai penggeraknya dan hal ini tentunya akan mempengaruhi biaya operasional kapal menjadi tinggi dengan semakin nail<nya bahan bakar minyak yang diperkirakan akan segera habis cadangannya dari perut bumi dalam beberapa dasawarsa kedepan. Salah satu harapan da1am upaya penghematan bahan bakar minyak serta dapat mengurangi biaya operasional tersebut adalah penggunaan angin sebagai daya dorong tenaga penggerak utama kapal. PEMBAHASAN 1. Potensi Angin Kita semua mengetahui bahwa negara kepulauan Indonesia adalah negara tropis yang mempunyai potensi pergerakan angin cukup besar sepanjang tahun dan hal ini sangat memungkinkan sekali untuk dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti energi minyak bumi dalam sistem penggerak kapal. Potensi angin diwilayah perairan laut Indonesia dengan kecepatan antara 10 sampai 20 knot merupakan energi yang cukup potensial untuk dapat menggerakkan kapal, bahkan di wilayah perairan laut Jawa dapat mencapai kecepatan maksimum 25 knot pada musim Timur II yaitu pada bu1an Desernber sampai Maret dan pada saat itu keadaan laut Jawa relatif tenang. 1132 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Potensi Angin di beberapa Wilayah Perairan Laut Indonesia LautJawa Desember - Maret Mei - Oktober an gin Arah angin : Barat/ Arah Barat Laut/Barat Daya Timur/Tenggara/Barat Kecepatan 11 - 21 knot Kecepatan 10 - 20 knot Maksimum 25 knot Maksimum 22 knot Nop dan April periode peralihan angin variable dan lemah. Keadaan laut relatif tenang Selat Makasar bagian utara April - Maret Arah angin : Utara/ Timur Laut/Tenggara Kecepatan 6- 20 knot Nopember - Maret Arah Angin : Selatan/ Barat Daya/Barat Laut Kecepatan 6 - 16 knot Di Selat Makasar pada umumnya bila tetjadi angin Tenggara & Selatan/Barat daya, gelombang mencapai 3,0 m Selat Makasar bagian Sela tan Mei - Oktober Arah angin: Tenggara/ Timur/Timur Laut Kecepatan 6 - 16 knot Nopember - Maret Arah angin: Sela tan/ Baral Daya/Barat Laut Kecepatan 6 -16 knot Selat Bangka Desember - Maret Arah angin: Baral Laut/ Utara/Timur Laut Kecepatan 7 - 15 knot Juni - September Arah angin: Tenggara/ Selatan/Timur Laut Kecepatan 3 -10 knot Pada saat angin Barat Laut atau Tenggara, kecep. Lebih 17 knot dan pd. periode April-Mei dan Okt-Nop angin variable lemah. Utk daerah Selat Bangka arah angin pd musim Timur II bervariasi antara Barat LautUtara-Timur Laut. Sedangkan pada musim Baral bervariasi dari Selatan-TenggaraTimur Laut. Selat Karirnata Desember - Pebruari Arah angin: Barat laut/ Utara/Timur Laut Kecepatan 12 - 15 knot Maret - Nopember Ba rat Arah angin: Daya/Selatan/Tenggara Kecepatan 8 - 15 knot Pada musim Barat kadang2 kecepatan angin mencapai lebih dari 20 knot SelatSunda Mei - Oktober Arah angin: Tenggara/ Timur/Timur Laut Kecepatan 4 - 16 knot Desember - Maret Arah angin: Baral daya/ Barat/Barat Laut Kecepatan 10- 20 knot Nop dan April peri ode peralihan angin lemah dan variable Laut Cina Selatan Nopember - April Arah angin: Timur/ Timur Laut/Utara Kecepatan 5 -16 knot Maksimum 20 knot Juni - September Arah angin: Selatan/ BaratDaya Kecepatan: 5- 22 knot September variable Agustus Typhon 1-4kali Mei - Oktober Arah angin: Timur/ Tenggara/Selatan Kecepatan 10 - 16 knot Desember - Maret Arah angin: Barat/ Barat Laut/Barat daya Kecepatan 10 - 22 knot Squal tetjadi pd bin Januari. Peb kecepatan 20 knot. April dan Okt peri ode peralihan angin variable. Sept bisa tetjadi Laut Flores Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan Selain unsur kecepatan angin, untuk mendapatkan besarnya gaya dorong yang tetjadi pada layar juga tergantung dari beberapa fungsi antara lain luas layar dan koefisien bentuk Iayar itu sendiri. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1133 2. Kapal Layar Motor Kapal Iayar motor ini awalnya adalah kapal layar yang digerakkan dengan menggunakan layar memanfaatkan tenaga angin sebagai daya dorong dan biasanya kapal ini terbuat dari konstruksi kayu dan sudah sejak awal adanya transportasi laut menjadi tulang punggungpelayarandunia baik untukkepentingan perdaganganmaupunmilitersampai penemuan mesin uap dan kapal dengan konstruksi baja/besi pada abad ke 19 seiring dengan ramainya revolusi industri yang dipelopori Inggris melalui penemuan mesin uap oleh James ·Watt Garn bar : Kapal Layar Motor Tradisional Pada masa sekarang umumnya kapal layar ini dilengkapi juga dengan mesin diesel berkapasitaskecil yangfungsinya untuk membantu pada saatmenghadapikemungkinan tidak bertiupnya angin ditengah pelayarannya serta dibutuhkan saat memasuki kolam pelabuhan untuk keperluan bersandar di dermaga. Kapal Niaga dengan menggunakan Iayar yang banyak beroperasi di wilayah perairan Indonesia biasanya juga menggunakan mesin penggerak dengan kapasitas relatif kecil karena fungsinya hanya digunakan sebagai tenaga penggerak cadangan atau tenaga bantu apabila saat berlayar dilaut lepas angin tidak bertiup dengan cukup untuk menggerakkan kapal sehingga diperlukan bantuan tenaga penggerak motor tersebut, selain itu mesin diesel ini juga digunakan pada saat kapal memasuki kolam pelabuhan untuk keperluan olah geraknya merapat di dermaga. Usaha motorisasi armada kapal layar ini di Indonesia sudah mulai dilakukan sejak sekitar tahun 1976 dengan program Pemerintah melalui bantuan Presiden (BanPres pada waktu itu) dengan penyerahan bantuan 100 unit motor untuk digunakan pada Perahu Layar yang masih sepenuhnya menggunakan Iayar sebagai tenaga penggerak. Armada Perahu Layar dengan menggunakan bantuan motor ini di Indonesia disebut dengan Pelayaran Rakyat dengan perkembangannya pada saat itu mencapai jumlah cukup besar kurang lebih 3.740 unit dengan kapasitas ruang muat seluruhnya 199.384 BRT. Ada beberapa macam tipe perahu layar motor di wilayah perairan Indonesia sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dimana cara pembuatannya juga masih tradisional dan dengan bahan konstruksi kayu. Operasional dari perahu Iayar motor ini di Indonesia sebagian besar mengarnbil trayek di wilayah perairan Indonesia Timur mulai dari Pulau Kafunantan, Sulawesi, 1rian dan 1134 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 sekitarnya dengan muatan utarna adalah kayu ataupun hasil bumi lainnya yang dibawa ke pulau Jawa bahkan sampau pulau Surnatera, kemudian sekembalinya dari pulau Jawa akan membawa barang-barang keperluan rumah tangga dll. Peran armada pelayaran rakyat ini sampai sekarang rnasih cukup besar dalam perdagangan antar pulau dan hal ini cukup berarti dalam membantu armada pelayaran nasional, namun kondisi yang ada pada saat ini cukup memprihatinkan dengan banyak perahu yang sudah tua tanpa ada peremajaan yang berarti. Ada beberapa macam tipe perahu layar motor yang rnasih beroperasi di wilayah perairan Indonesia sebagai armada pelayaran rakyat antara lain: - Tipe Phinisi dan Lam.ho berasal dari daerah Sulawesi Selatan - Tipe Lete-lete berasal dari daerah Madura - Tipe Nade berasal dari daerah Surnatera Selatan Dalam perkembangan dunia teknologi perkapalan yang begitu pesat dengan bayangbayang berakhirnya kejayaan penggunaan bahan bakar minyak yang semakin mahal dan langka, beberapa negara maju telah berhasil melakukan penelitian untuk mendapatkan system penggerak yang optimal dengan menggunakan layar modem pada kapal-kapal komersial. Kapal dengan menggunakan system layar modem dan motor ini pemah dilakukan penelitian oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Tekonologi (BPPI) dengan nama KM Maruta Jaya yang merupakan kapal niaga berkapasitas atau bobot mati 900 ton. 3. Gaya Dorong Angin 'f.erhadap Layar Gaya dorong angin yang terjadi pada layar dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan pada model layar untuk kapal bahwa karakteristik gaya dorong akan tergantung pada : - Tekanan dinamika dan kecepatan angin relatif Luas layar yang digunakan Posisi sudut layar terhadap arah angin relatif Bentuk layar yang digunakan - Jenis kain layar yang digunakan (ketegaran, berat, porosity dan kekasarannya) Besarnya gaya dorong (FJ yang terjadi pada layar adalah sebagai berikut Fx =0,00119xUAxAxCx Dimana : U A A = kecepatan angin relatif (ft/ sec) = luas layar (Sq.ft) ex= coefisien gaya dorong (didapat dari percobaan model layar pada terowongan angin) Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1135 Kapal yang menggunakan angin sebagai daya dorong, terdapat beberapa hambatan yang terjadi pada Iayar tersebut, hambatan atau tahanan ini terdiri dari : Induced drag, Friction drag dan Form drag. Induction drag timbul pada layar karena adanya gaya angin melintang, sedangkan friction drag terjadi bila adanya partikel udara yang melewati layar tiba-tiba lambat sekali dan form drag ini timbul akibat adanya aliran turbulen pada permukaan Iayar. Selain adanya hambatan-hambatan aerodinamika tersebut ada juga hambatan yang lain yaitu hambatan hidrodinamika terutama yang terjadi pada badan kapal dibawah garis air. 4. Stabilitas Pada Kapa! Layar Stabilitas kapal adalah merupakan salah satu persyaratan yang pokok dalammembangun suatu kapal karena terkait dengan kenyamanan orang yang berada di dalam kapal pada saat berlayar, di dalam perhitungan stabilitas, kemampuan stabilitas kapal digambarkan dalam bentuk diagram fungsi sudut kemiringan terhadap lengan momen. Kemampuan stabilitas pada kapal layar dievaluasi terhadap momen akibat tekanan angin dengan variasi luas Iayar. Momen tekanan angin diformulasikan sebagai berikut M =M 0 x ( 0,25 + 0,75 X Cos'<p) Dirnana M0 = CAA X U/2 X V2 X A Hwinct =M/ dimana, = V A sudut kemiringan = density air = kecepatan angin = jum1ah luas Iayar dan luas bangunan atas kapal diatas garis air l'1 = displacement kapal h[m1 Gambar: Diagram stabilitas kapal layar Sesuai dengan rekomendasi Klasifikasi Gerrnanisher Loyd (GL) untuk stabilitas kapal Iayar, luas dibawah lengan momen harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1136 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 B + A = 1,40 x (B + q Sebagai contoh yang lain dibawah ini suatu hasil perhitungan diagram stabilitas untuk kapal Iayar Maruta Jaya 900 DWT milik BPPf, dengan panjang kapal keseluruhan 63 m, luas Iayar 1050 m 2 dan menggunakan motor diesel sebagai motor bantu berkapasitas 75/100 KW Kapa! layar modem Maruta Jaya 900 Pengalaman daiam menerapkan teknologi sistem Iayar modem (gaft schooner) pada kapal barang Maruta Jaya 900 dwtmerupakansuatu langkah memanfaatkan energi angin sebagai penggerak utama kapal. Dengan teknologi Iayar modern ini penggunaan bahan bakar kapal tersebut dapat dihemat hingga mencapai 70%, disamping itu sistem oper~i­ Iayamya sangat sederhana dengan efisiensi gaya dorong terhadap kapal relatif lebih' § .. .::· ·;';_.:, Gambar: Diagram stabilitas Kapa! Layar Maruta Jaya 900 Hasil evaluasi stabilitas kapal dengan variasi luas Iayar ditentukan atau dipilih yang optimum dan memenuhi kriteria stabilitas kapal. Berdasarkan luas layar yang optimum tersebut dapat ditentukan desain rig system layar, jumlah layar, tinggi layar dan sebagainya. 5. Prediksi Kecepatan Kapa! Layar Kecepatan kapal yang menggunakan layar sebagai penggerak sangat tergantung dengan besarnya kecepatan angin disamping juga tergantUng dari beberapa perpaduan kedudukan posisi sudut Iayar terhadap angin, sudut lambungan dan juga sudut kemudi. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1137 Perkiraan kecepatan kapal dapat dihitung dengan menggunakan beberapa pengandaian dan persamaan keseimbangan antara gaya aerodinamika dan hidrodinamika yang terjadi. Dalam mengarahkan gerak kapal pada posisi sudut yang relatif terhadap angin absolut U, setidaknya ada beberapa variable yang belum diketahui yaitu adalah - Kecepatan kapal (V ) - Sudut lambungan (/3) - Kecepatan angin relatif (U A) - Sudut aliran angin (& ) - Sudut kemiringan kapal ( rp ) - Sudut kemiringan kemudi ( <; R) - Sudut layar ( <; J Ada dua persamaan kinematik yang saling berhubungan yaitu UA & = UA ( U. V. X. rp ) = e ( U.V.X.rp. b) Selain itu ada empat persamaan keseimbangan sebagai berikut : FAX ( uA" & . FAY (UA. & vs. rp) =DH ( v. /3 . <; R" u. x) . vs. rp) =~(V_ fJ . <;Ru. X) MAZZ(UA. &.Vs. rp)=~(V. /3 · <;R).E..i(/J. <;R) MAXX(UA. &.Vs. rp)=MHXX (<p) Persamaan pada sisi kiri menunjukkan empat kondisi keseimbangan gaya-gaya aerodinamika serta momen yang tetjadi pada system layar dan bagian badan kapal diatas garis air, sedangkan persamaan sebelah kanan adalah gaya-gaya hidrodinamika, hidrostatika serta momen yang tetjadi dibawah garis air. Hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa dengan perhitungan layar serta operasional yang baik akan menghasilkan kecepatan kapal antara 10 knots sampai 15 knots untuk kecepatan angin antara 18 knots sampai 20 knots. 6. Kelebihan DanKekurangan Penggunaan Layar Sebagai alat transporatsi lautyang tidak mengandalkan mesin diesel sebagai daya dorong utama dan hanya memanfaatkan angin sebagai sumber energi untuk menggerakkan kapal dengan menggunakan layar akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dalam biaya operasional kapal maupun dari segi kebersihanlingkungan. Namun dernikian selain beberapa keuntungan yang didapat juga ada beberapa kerugiannya karena bagaimanapun apabila daya dorong kapal hanya sepenuhnya mengandalkan kecepatan angin yang berhembus akan sangat tergantung dari ada atau tidak adanya hembusan angin yang berakibat bahwa laju kapal akan tidak konstan. 1138 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Keuntungan atau kelebihan kapal yang menggunakan layar sebagai penggerak utama antara lain : Dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak dunia biaya operasional kapal dapat ditekan dengan menggunakan layar sehingga ta.rip tambang bisa lebih murah. Dari segi lingkungan penggunaan layar bebas dari polusi karena tidak menggunakan mesin diesel sebagai penggerak utama berbahan bakar minyak yang kemungkinan bisa tercecer di perairan. Biaya pembuatan kapal akan lebih murah karena kalau menggunakan mesin diesel sebagai penggerak utama harganya jauh lebih mahal (biaya untuk mesin 35% dari total harga kapal) Dari segi perawatan biaya yang diperlukan lebih kecil dibandingkan dengan yang menggunakan mesin karena hanya memerlukan biaya perawatan layar. Namun demikian selain keuntungan atau kelebihan kapal layar dengan daya dorong angin ini tentunya ada juga kerugian atau kekurangannya antara lain: Kecepatan kapal tidak bisa konstan, hal ini disebabkan karena daya dorong sepenuhnya tergantung dari kecepatan angin. - Pada saat dalam pelayaran, apabila arah hembusan angin berlawanan dengan arah laju kapal maka kapal tidak akan bisa berjalan lurus melawan arah angin melainkan harus betjalan zig-zag dengan mengatur sudut layar. Hal ini tentunya akan memperpanjang jarak tempuh dan dengan demikian waktu tempuh pelayaran akan lebih lama. Pada saat akan berlabuh di pelabuhan kapal layar ini akan mendapat kesulitan karena olah gerak kapal untuk sandar menggunakan layar sangat sulit. Apabila ditengah pelayarannya tiba-tiba angin berhenti berhembus atau angin berhembus sangat lemah sehingga tidak mampu menggerakkan kapal, maka kapal akan mudah terbawa arus dan hal ini akan menambah waktu tempuh perjalanan. Dari beberapa kekurangan pada kapal dengan daya dorong sepenuhnya tergantung pada kecepatan angin ini, maka timbul suatu pemikiran untuk menambahkan mesin diesel dengan ukuran yang relatif kecil berfungsi hanya digunakan sebagai membantu daya dorong apabila ditengah pelayarannya angin tiba-tiba berhenti berhembus atau sangat lemah, selainitu dapat digunakan pada saat kapal keluar/ masuk kolam pelabuhan dan akan bersandar membantu dalam olah gerak kapal. PENUTUP Dilihat dari kondisi geografi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau besar maupun kecil serta luas wilayah kedaulatan terdiri dari dua pertiga berupa lautan, sangat wajar kalau memerlukan alat transportasi laut dalam jumlah banyak. Mengingat minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan (not renewable) dan saat ini sudah semakin menipis cadangannya dengan harga terus meningkat maka Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1139 potensi angin yang ada di perairan Indonesia ini dapat dimanfaatkan untuk daya dorong kapal sebagai energi alternatif sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan bakar minyak yang semakin rnahal dan langka. Dari hasil pembahasan pennasalahan maka dapat diambil kesimpulan bahwa potensi angin di wilayah perairan Indonesia yang bertiup cukup besar sepanjang tahun dengan kecepatan 10 - 25 knot per jam sangat potensial dapat dimanfaatkan sebagai daya dorong kapal sampai dengan kapasitas 1000 DWT dan banyak mempunyai kelebihan dalam upaya penghematan bahan bakar minyak serta sangat sesuai untuk digunakan pada armada pelayaran rakyat yang kapasitas ukuran kapalnya tidak terlalu besar dengan trayek antar pulau. Kapal dengan daya dorong utama memanfaatkan angin dengan perhitungan layar serta operasional yang baik dapat menghemat pemakaian bahan bakar minyak yang cukup besar sampai sekitar 70% penghematannya. Dalam operasionalnya perlu disarankan supaya mempekerjakan anak buah kapal yang mempunyai keahlian dan tangguh dalam menjalankan kapal layar ini, karena apabila tidak mengerti betul karakter dari layar ataupun arah angin perjalanan akan semakin lama dan selain itu juga dalam hal perawatan layar serta tali temali harus mendapat perhatian secara khusus. Penggunaan layar dalam usaha penghematan bahan bakar minyak dapat juga digunakan pada armada kapal ikan yang sampai sekarang ini masih menggunakan mesin diesel sebagai penggerak utama, yang dimaksud disini adalah penggunaan layar hanya digunakan pada saat menuju ke daerah penangkapan dan pada saat pulang sedangkan pada saat operasional penangkapan masih harus menggunakan mesin diesel karena mesin ini masih diperlukan dalam mengejar koloni ikan. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan armada kapal rakyat yang menggunakan layar ini perlu dikembangkan sistim layar modem yang lebih efisien dalam memanfaatkan potensi angin dan Pemerintah dalam hal ini sebagai regulator dan penentu kebijakan di sektor transportasi laut perlu menghidupkan kembali dan mendorong penggunaan kapal layar motor (KLM) sebagai armada transportasi laut antar pulau yang murah dalam menunjang program penghematan bahan bakar minyak. DAFfAR PUSTAKA: Penerapan Teknologi Layar Modem (Schooner) Sebagai Alternatif Efisiensi Tenaga Penggerak Kapal Ikan Tradisional" Proposal Program Insentif Riset Terapan 2006. Peter Schenzle, HSVA Hamburg, and Abdul Muis, BPPT, "Underway to the Solar Ship" International Maritime Conference Indonesia 1997 Kapal Layar Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas bahasa Indonesia. Sailing Phinisi Vs Motorized Phinisi (Kapal Layar Mesin)" Copyright 2007 Michael Kasten. www.Kastenmarine.com 1140 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 KECELAKAAN KERETA API DITINJAU DARI SISI JALAN REL DAN UPAYA MENGATASINYA Purwoko*) ABSTRAK Peristiwa Luar Biasa Hebat ( PLH ) merupaka.n kerelakaan kereta api yang mengakibatkan orang tewas, Iuka parah atau menimbulkan kekusutan hebat. Salah satu jenis kecelakaan adal.ah anjlogan. Anjlogan adal.ah keluamya roda dari rel yang juga merupaka.n penyebab kerelakaan kereta api. Perjalanan kereta api di pengaruhi dua faktor, yaitu rel dan roda, selain berfungsi menanggung beban roda kereta api, rel berfungsi juga mengarahkan jalanm1a roda sesuai dengan garis yang telah ditentukan. falan rel merupakan beberapa komponen yang membentuk struktur yaitu rel, bantalan, balas, penambat, alas balas, tubuh ban, sambungan rel dan saluran air. Anjlognya kereta api dapa.t ditekan melalui kondisi jalan rel yang mengacu kepada standar tekhnis yang ditentukan yaitu dalam perawatan, dan komponen - komponen struktur jalan rel dalam pembangunan pembuatannya sesuai ketentuan, atau standar yang telah ditentukan. Kata kunci : Anjlogan, kereta api. PENDAHULUAN DaJam Undang-unclang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, bahwa perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk menyelenggarakan transportasi kereta api. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan, sedangkan sarana perkeretaapian adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel. Kondisi sarana clan prasarana yang ada saat sekarang sudah sangat memprihatinkan. Sarana kereta api seperti lokomotif, kereta penumpang, dan gerbong angkutan barang sebagian besar sudah berusia tua. Begitu pula dengan prasarana kereta api berupa rel atau jaringan Kondisi tersebut akan berpengaruh pada kenyarnanan, ketepatan, dan keselamatan perjalanan kereta api. Bahkan sering menjadi sa1ah satu penyebab terjadinya kecelakaan kereta api, terutama anjlognya kereta api dari rel Jaringan rel yang ada sekarang di Jawa clan Sumatera sepanjang 5.824,7 km. Tetapi, yang digunakan beroperasi hanya 4.337,7 km. Dari jumlah itu, hanya 29% yang berusia 5-10 tahun. Sisanya 44,4% berusia 10-70 tahun clan 25% berusia diatas 70 tahun. Selain masalah usia yang sudah tua, terdapat permasalahan yang lebih kompleks lagi, adalah lintasan bottle neck atau menyempit, seperti antara Cikampek-Haurgeulis, Cikampek-Padalarang, Cicalengka-Kiaracondong. Dengan ditetapkannya tahun 2007 sebagai tahun keselamatan kereta api, PT. Kereta Api (Persero) seharusnya benar-benar mengaudit kelayakan jalan rel yang ada. Selama tahun Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1141 2006 tetjadi 117 kasus kecelakaan kereta api yang disebabkan berbagai hal, seperti faktor sarana, prasarana, SDM clan lain-lain. Diharapkan, dengan ditetapkannya tahun 2007 sebagai tahun keselarnatan transportasi, maka tingkat kecelakaan kereta api selama tahun ini dan tahun-tahun mendatang bisa dikurangi atau ditekan. Maksud kajian adalah untuk menemukenali faktor tetjadinya kecelakaan pada prasarana khususnya dari sisi jalan rel kereta api terkait dengan anjlogan, sedangkan tujuannya mernberikan masukan terhadap pimpinan dan unsur terkait untuk mengambil kebijakan. Ruang lingkup kajian ini dibatasi pada kecelakaan kereta api yang terkait dengan anjlokan kereta api ditinjau dari sisi prasarana jalan rel. 1. lnventarisasi tingkat kecelakaan kereta api dari sisi jalan rel; 2. lnventarisasi jumlah kecelakaan kereta api; 3. Indentifikasi permasalahan yang terkait dengan tingkat kecelakaan. Permasalahan yang sering tetjadi terhadap kecelakaan kereta api adalah anjlogan. MEfODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Metode yang dipergunakan untuk penyelesaian kajian ini menggunakan pendekatan analisis komperatif a tau teori perbandingan dengan dasar teori - teori yang ada dan tekhnis lapangan telah tetjadi, melalui pengumpulan data sekunder dan data primer dengan proses wawancara dengan pihak yang terkait sehubungan dengan tingkat kecelakaan kereta api anjlogan. B. Landasan Teori Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) adalah kecelakaan kereta api yang mengakibatkan orang tewas, Iuka parah atau menimbulkan kekusutan hebat. Anjlogan bisa mengakibatkan Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) karena dapat menimbulkan kecelakaan kereta api baik tewasnya orang atau Iuka parah. Anjlogan kendaraan rel adalah keluarnya roda dari rel yang juga merupakan penyebab kecelakaan. Berbagai teori faktor penyebab anjlokan kereta api dari rel adalah : 1. kondisi lintas yang dibawah standar yaitu keausan rel, lapuknya bantalan, kurangnya ballast, penambat, kekosongan tanah (mud pumping) oleh kurang baiknya drainase; 2. skilu dinamis pada rel yang berlebihan; 3. disebabkan oleh rel retak atau patah; 4. belum tertambatnya rel ke bantalan. C. Landasan Hukum 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; 2. Keputusan Presiden Nomor 105 Tahun 1999 tentang Tugas Pokok Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT); 1142 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 83 Tahun 2000 tentang Penelitian Kecelakaan Kereta Api. GAMBARAN UMUM Perjalanan kereta api dipengaruhi dua faktor, yaitu rel dan roda yang sangat menentukan dan menjadikan ciri keunggulan dalatn sektor transportasi lainnya. Rel selain berfungsi menanggung bebanroda kereta api, berfungsi juga mengarahkan jalannya roda sesuai dengan garis yang telah ditentukan. Di dalatn menjalankan tugasnya roda tidak selamanya dapat berfungsi dengan mulus di atas rel. Benturan dan gesekan terus terjadi sepanjang roda hqrus berputar di atas rel, benturan dan gesekan tidak diharapkan terjadinya kehanarran sa1ah satu prasarana perjalanan kereta api. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kereta api, antara lain faktor manusia, sarana, prasarana, persinyalan dan telekomunikasi, operasi serta regulasi perkeretaapian. Dari beberapa faktor tersebut kecelakaan kereta api dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu Peristiwa Luar Biasa (PL) dan Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH). Peristiwa Luar Biasa (PL) adalah kejadian dan keadaan menyebabkan tertib perjalanan kereta api menyimpang dari peraturan perjalanan, namun tidak menimbulkan kecelakaan. Sedangkan Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) adalah kecelakaan kereta api yang mengakibatkan orang tewas, Iuka parah atau kekusutan hebat DATA DAN INFORMASI Prasarana kereta api saat ini pada umumnya masih single track, kecuali antara Jakarta Cikampek, Jakarta - Bogar, Tanah Alang - Serpong, sebagian lintas Cikampek - Cirebon, lintas Padalarang - Bandung, serta Surabaya Kata - Wonokromo, telah double track dengan lebar sepur 1.067 mm, tekanan gandar yang ada bervariasi mulai dari 9 ton sampai dengan 18 ton, sedangkan prasarana tersebut dapat mendukung kecepatan mulai 60 km/jam sampai dengan 110 km/jam Panjang jalan rel saat ini, baik di pulau Jawa maupun Sumatera adalah sepanjang 5.824,699 km, dimana jalan rel yang masih dioperasikan sepanjang 4.337,699 km Panjang rel di Jawa yang masih dioperasikan adalah sepanjang 3.053,279 km, sedangkan di Sumatera yang masih dioperasikan sepanjang 1.284,420 km, dengan konfigurasi jenis rel adalah sebagai berikut : 1. Di Jawa : R-42 (53,66%), R-33 (14,57%), R-54 (24,39%), R-50 (6,70%), dan R-25 (0,66%); 2. Di Sumatera R-54 (33,58% ), R-25 (18,44 %), R-42 (27,67% ), dan R-33 (20,31 %). Dalatn pengoperasian kereta api selama ini telah terjadi kecelakaan atau Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) dari tahun 2000-2006, serta korban jiwa yang meninggal, Iuka berat dan Iuka ringan seperti ditampilkan pada tabel 1. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1143 Tabel 1. Kecelakaan Kereta Api (PLH) Tahun 2000-2006 Tahun Kategori Tabrakan kereta api dengan kereta api Tabrakan kereta api dengan Kendaraan bennotor Anjlokan/ terQ"uling Banjir /longsor Lain-lain Jumlah Menin1rn:al dunia Luka berat Lukaringan Jumlah Jumlah Ra tarata 2000 11 2001 7 2002 6 2003 1 2004 7 2005 9 2006 5 46 7 25 19 58 57 31 10 20 220 31 64 10 12 122 54 10 7 97 80 7 72 217 90 4 38 170 99 3 29 150 76 7 37 128 156 114 398 72 104 122 298 78 87 33 198 35 85 109 229 75 3 12 115 45 71 51 167 531 29 256 1.102 89 69 12 86 231 76 114 60 250 523 688 582 1.793 75 98 83 71 93 253 5umber: Ka11tor Pusat PT. KA (Persero) Ba11du11g. Kondisi jalan rel pada tahun 2002 sampai data sekunder ini didapatkan untuk Jawa dan Surnatera, jumlah panjang rel 5.824,7 Km, panjang rel yang rnasih di operasikan sepanjang 4.337 Km. Dari kondisi rel operasional tipe, panjang dan usia bervariasi, untuk lebih jelasnya pada tabel 2. Tabel 2. Kondisi Jalan Rel dan Jenis Rel Di Jawa dan Sumatera Tahun 2002 Wilayah Jawa Sumatera Dive ISumut Panjang (Km) Non Operasi Ooerasi 3.053.279 1.131 356 1.284.420 Jumlah (Km) 4.184.279 Kondisi Rel Operacional R.25 R.33/34 R.41/42 R.50 R.54 20.210 445.006 1.638.531 204.803 744.729 Usia (Tahun) 70-130 70-130 10-70 5-10 5-10 R.25 R.33/34 R.41/42 R.33/34 R.41/42 R.25 R.33/34 R.41 R.54 166.105 125.563 168.516 134.248 33.995 70.682 1.050 152.937 431.324 70-130 70-130 10-70 70-130 10-70 70-130 70-130 10-70 5-10 Tipe Panjang (Km) 1.640.420 Dive II Sumbar Dive III Sumut Sumber: Subd1t /a/an Rel dan /embatan PT. KA (Persero), Tahun 2002. Jumlah keseluruhan jembatan di lintas Jawa dan lintas cabang sebanyak 4.991 unit yang sebagian besar mempunyai tekanan gandar sebesar 15 ton atau 20 ton dengan berat total keseluruhan sebesar 65.836 ton dan sebagian kecuali terutama di lintas cabang dengan tekanan gandar seberat 13 ton, sedangkan di lintas utama Surnatera mempunyai jurnlah jembatan sebanyak 1.072 unit dengan tekanan gandar seberat 13 ton atau 15 ton atau 20 ton dengan berat keseluruhan sebesar 16.303 ton. 1144 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Kondisi prasarana kereta api meliputi perangkat jalan rel, perangkat jembatan dan sinyal. Dari sini prasarana tersebut, tulisannya ini akan menganalisa terkait perangkat jalan rel saja, ctimana meliputi komponen - koponennya yang membentuk suatu struktur jalan rel Struktur jalan rel terdiri dari delapan komponen yaitu rel, bantalan, balas, perambat, alas balas, tubuh ban, sambungan rel dan saluran rel, namun didalam pengumpulan data sekunder hanya mendapatkan bebefapa perangkat jalan rel yaitu rel, bantalan, balas clan perawatan wesel, lebih jelasnya pada tabel 3. Tabel 3. Kondisi Prasarana No Deskripsi 1. Perangkat Jalan Rel : a. Rel b. Bantalan - Beton - Kayu - Besi c. Balas d . Perawatan Wesel Perangkat Jembatan: a. Kelas I Jembatan Baja : - Baja - Cat - Pasangan batu - Pasangan Be ton b. Kelas II Jembatan Beton : - Pasangan Beton - Pasangan Batu - Cat c. Kelas III BH-BH Kecil : - Pasangan Beton - Pasangan Batu Sinya!, Telekomunikasi dan Listrik : a. Sinyal di stasiun b. Sinyal di Petak Jalan c. Pintu Perlintasan d . CTC/CTS e. Jaringan Radio f. Train Dispatching g. Perangkat Telekom h . Jaringan Catenaty i. Gardu Listrik j. Suply Daya Signal Hut k. Bangunan STLAA 2. 3. Satuan Tahun2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Volume Kondisi % Volume Kondisi % Volume Kondisi % KM-Sp 138.87 70.55 242.05 75.22 137.69 74.33 Ba tang 303.341 70.07 289.218 75.03 128.131 74.36 M3 Unit 179.525 130 64.13 51.92 211.962 150 63.60 72.34 152.020 203 67.74 70.84 Ton M2 M3 M3 222 216.953 4.490 1.051 79.36 68.14 78.02 75.63 210.23 184.506 4.278 6.524 78.92 73.52 77.35 77.23 128.455 164.148 2.095 1.155 79.03 74.10 78.51 78.68 M3 M3 M2 779 31 0 73.37 78.65 79.69 364.80 274 0 72.59 77.32 78.71 271 214 0 76.70 78.77 79.56 M3 M3 2.106 627 68.48 75.16 4.549 978.50 74.18 77.36 2.269 1.655 75.87 74.99 Unit Unit 279 191 83.61 81.32 215 186 82.8. 79.94 229 205 83.22 80.16 Unit Unit Unit Unit Unit 471 6 72 491 5.897 81.21 83.64 81.15 81.34 81.05 406 9 41 401 4.129 79.76 81 .79 79.25 80.26 81 .67 423 4 46 553 8.615 80.86 80.28 72.06 80.06 81.46 Unit Unit Unit Unit 256 17 3 7.062 85.43 85.10 83.07 79.85 89 10 6 11.824 85.62 83.63 80.30 78.26 231 16 14 13.373 85.50 82.84 79.76 79.61 Sumber: PT. KA (Persero). Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1145 ANALISIS Konstruksi trek yang fleksibel dimana kedudukan rel relatif terhadap tanah tidak kaku, tetapi bisa bergeser seirama dengan beban yang diterima. Trek sebagai struktur yang elastis yang berfungsi mendistribusikan beban gandar yang diterima oleh rel pada luas permukaan yang relatif kecil karena kuat tarik atau kuat tekan rel baja sangat tinggi. Dari beban tersebut diteruskan oleh rel ke bantalan pada luas permukaan yang lebih besar pada daerah kontak la1in rel dengan bantalan. Bantalan meneruskan beban gandar kepada balas pada permukaan yang lebih luas dengan ketinggian tertentu. Balas mempunyai tugas merubah tekanan yang ada pada alas bantalan menjadi tekanan yang dapat diterima oleh bantalan. Beberapa faktor prasarana yang kurang memenuhi standar, mengakibatkan kecelakaan kereta api terhadap anjlogan. 1. Rel Keausan rel, retak dan patah sangat berpengaruh terhadap tingkat pengoperasian kereta api, sebab rel sebagai penopang beban roda pada arah vertikal dan menerima gaya pengaruh gerak roda pada bidang horizontal serta menahan gaya akselerasi dan deselarasi pada arah longitudinal. Gaya yang besar terjadi pada arah vertikal sedangkan arah horizontal disertai gerakan flens roda dan sisi dalam rel sehingga menyebabkan keausan sisi dalam rel. Beban roda yang didukung rel pada beberapa titik dapat diatasi jika rel rukup kaku sehingga tidak melentur ke bawah tetapi juga tidak terlalu kaku sehingga rel tidak mudah patah. Rel yang memenuhi syarat harus memenuhi modulus elastisitas tertentu akibat Kondisi jalan rel yang berusia antara 5 - 10 tahun hanya 29% sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat keselamatan lalu lintas kereta api karena selebihnya sudah usia tua. Cacat pada rel, jalan rel spaten (meliuk) akibat tekanan suhu yang tinggi dan melebarnya sepur, hal ini memungkinkan penyebab anjlogan kereta api, karena perjalanan kereta api tidak stabil sehingga rel tidak mampu menjalankan roda. 2. Bantalan Rapuhnya bantalan dari kayu sangat mempengaruhi petjalanan kereta api, karena tetjadi suatu ketidak seimbangan pergerakan roda yang disebabkan genjotan. Beberapa Jenis bantalan yang digunakan adalah bantalan kayu, bantalan baja, atau bantalan beton. Pemilihan bantalan yang digunakan didasari pada pertimbangan umur pemakaian, berat bantalan, kestabilan dan pertimbangan ekonomis. Perbandingan umur bantalan dapat diperkirakan antara lain bantalan kayu tidak diawetkan antara 3 sampai dengan 15 tahun, bantalan kayu diawetkan 25 sampai dengan 40 tahun, bantalan baja 45 tahun dan bantalan beton diperkirakan 60 tahun karena bantalan tersebut relatif barn pemasangannya, maka belum diketahui umur pemakaiannya. Bantalan kayu yang digunakan di Indonesia umumnya tidak diawetkan sehingga mempunyai umur pemakaian relatif pendek. Untuk pemasangan jalan kereta api saat sekarang menggambarkan bantalan beton hampir pada semua pembangunan trek bond, tetapi bagaimana terkait tingkat standar bantalan tersebut dan standar sistem pemasangannya. Namun bantalan kayu tetap diperlukan. Bantalan kayu tersebut dipasang pada wesel, pada terowongan dan tikungan, jarak bantalan harus dikaitkan dengan jum1ah ton lalu lintas pertahun, saat sekarang yang banyak digunakan betjarak 60 cm. 1146 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Untuk mengurangi biaya konstruksi dan biaya pemeliharaan pada lintas tidak padat bisa digunakan jarak bantalan 130 cm. Jarak bantalan yang lebih rapat menguntungkan penerusan beban ke balas. 3. Balas Bahan untuk balas hams kuat clan tahan sehingga tidak hancur terkena tekanan dari bantalan, ba1as hams dari batu yang kuat clan dipecah menjadi ukuran 20 sampai 60 mm berbentuk minimal tiga sisi clan mempunyai sudut yang tajam. Ketebalan balas minimal 25 cm di bawah kaki bantalan, sehingga gaya dari rel yang diterima bantalan oleh balas clan distribusikan dengan demikian gaya tersebut menyebar ke permukaan bangunan bawah. · Kurangnya balas sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran gaya yang diterima oleh alas bantalan, apabila penyebaran tekanan tidak menyebar akan berakibat tekanan juga tidak merata keseluruh balas. 4. Penambat Penambat berfungsi menjaga hubungan antara rel dan bantalanagar tetap pada posisinya. Pada saat rel dilewati roda, bantalan mengalami tekanan maka diperlukan kwalitas penambat yang bertahan tetap menjepit rel ke bantalan. Penambat elastis merupakan penambat relatif tetap dan menjamin ikatan yang kuat untuk jangka waktu lama. Apabila perambat tidak menjepit rel akan terjadi suatu pergeseran lebar sepur. 5. Alas Balas Fungsi dari alas balas adalah sebagai filter sehingga air tanah pada saat ada tekanan tidak naik ke atas dan masuk ke balas. Tebal lapisan alas ba1as minimal 15 cm clan bahan yang digunakan adalah kerikil atau pasir. Untuk memperkuat fungsi alas balas dapat digunakan lapisan geotextile. Lapisan ini menahan balas agar tidak masuk ke tubuh ban. Pada keadaan tubuh ban yang tidak kering penggunaan geotextile sangatmembantu trek menjadi stabil. 6. Tubuh Ban Tubuh ban adalah permukaan tanah yang dikeraskan, permukaan tanah tersebut dapat berupa galian atau urukan. Untuk mendapatkan tubuh ban yang stabil perlu menyediakan saluran air yang baik agar air hujan dapat disalurkan tidak membuat trek tidak menjadi basah. Jika permukaan air tanah menggangu perlu dibuatkan atau diupayakan air tanah tidak merusak tubuh ban. Bilamana air yang masuk pada tubuh ban dan tidak bisa disalurkan dapat menyebabkan terjadi kantung air dan kantung balas, sehingga menyebabkan kantung air dan kantung balas menjadi tidak stabil dan menimbulkan yang akan memperparah keadaan. Se1ain kantung airjuga menyebabkan tanah masuk ke lapisan ba1as dan membuat ba1as menjadi mati serta tidak fleksibel. 7. Sambungan Rel Sambungan rel merupakan titik lemah pada trek karena hentakan roda yang melintas pada ketidakrataan daratan sambungan rel akan membebani balas clan menyebabkan Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1147 tubuh ban mengalarni genjotan. Kontruksi sambungan dibuat dengan plat jepit diikat dengan baut dan diantara ujung-ujung rel harus diberi celah agar pada kondisi rel memuai karena panas, rel tidak mertjadi bengkok. Celah terlalu besar akan menimbulkan kerusakan dan apabila terlalu kecil atau sempit akan mertjadi penyebab rel bengkok bila memuai. 8. Saluran Air Sisi tubuh ban harus dibuat saluran air, sehingga air dapat mengalir dengan lancar ke pembuangan air. Perlu dipelajari aliran air di sekitar tubuh ban, sering kali aliran air harus dilewatkan menyeberang tubuh ban. Selain perlu dipertimbangkan debit air pada kondisi musim hujan yang paling buruk mungkin tetjadi. Pembuatan saluran air yang tidak mencukupi dapat merusak tubuh ban dan membuat trek menjadi tidak stabil. PENUTUP A Kesimpulan 1. Hasil analisis kecelakaan kereta api karena anjlogan, apabila dilihat dari sisi jalan rel dapat disebabkan beberapa hal, yaitu rel, bantalan, balas, penambat, alas balas, tubuh ban, sambungan rel dan saluran air. Dari kedelapan struktur jalan rel semuanya harus mengacu terhadap ketentuan atau standar teknis serta jadwal pemeliharaan yang tepat dan dalam pembangunan jalan rel baru harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, sehingga kecelakaan anjlokan dapat di tekan, karena dari tahun 2(XX) sampai dengan tahun 2006 mencapai 531 kali jumlah kejadian anjlogan, hal yang sangat menonjol dalam kecelakaan kereta api dibanding dengan kecelakaan lainnya. 2. Dalam pembuatan jalan rel (track), pelaksanaannya harus sesuai standar atau ketentuan yang berlaku dengan mengacu kepada perencanaan yang telah ditetapkan oleh pihak Direktorat JenderalPerkeretaapianselakulemraga yang bertanggungjawabatas nama pemerintah dengan pertimhmgan teknis. Apabila darikomponen- komponensbukturjalanrel tidak menyimpang dan sesuai dengan standar kemungkinan sering terjadi anjlokan kecil B. Saran 1. Perlu pemeriksaan terhadap struktur jalan rel sesusai jadwal yang telah ditetapkan, hal ini apabila tetjadi kerusakan dapat segera diketahui sedini mungkin, dengan demikian anjlogan dapat ditekan. 2. Perlu segera dilakukan perbaikan atau penggantian bilamana tetjadi kerusakan atau telah tetjadi perubahan-perubahan kondisi struktur jalan rel dimana tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan tidak kalah pentingnya dalam pembangunan jalan rel baru harus sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan. DAFfAR PUSTAKA Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Keputusan Presiden Nomor 105 Tahun 1999 Tentang tugas pokok Komite Nasional Kecelakaan Transportasi ( KNKT ). 1148 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.83 Tahun 2000 tentang Penelitian Kecelakaan Kereta Api. Dannawan, 2001. Teknologi Jalan Rel Bandung. Tri Utoro Hapsoro Suiyo. Jalan Rel Beta Offset, Yogyakarta. Alarnsyah Ansyori Alik, 2003. Rekayasa Jalan Rel. Bayu Media Publishing, Malang. *) Lahir di Semarang, 8Juli1%1, Sarjana Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Terbuka 1988, Peneliti Bidang Transportasi Darat Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1149 SOLUSI KEMACETAN LALU LINTAS DI SIMPANG PINANG BARIS, MEDAN, SUMATERA UTARA Dwinanta Utama *) ABSJRAK Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kata Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 (dua) kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belazvan dan pusat Kofa Medan saat ini. Salah satu m.asalah yang sering terjadi di Kota Medan adalah kemacetan di beberapa titik, diantaranya di jalan Pinang Baris, dimana terdapat Terminal Terpadu Pinang Baris yang menampung bus-bus antar pravinsi dan dalam pravinsi yang masuk ke Kota Medan dari sebelah barat dalam Ital. ini terutama bus-bus dari NAO. Dengan adanya terminal tersebut mengakibatkan banyaknya kegiatan di sepanjang pinang baris sebagai pemicu terjadinya kemacetan. Guna mengatasi potensi kemacetan yang kerap terjadi maka diperlukan suatu analisis untuk mencari solusi dengan menentukan alternatif peningkatan kinerja simpang Pinang Baris. Rencana pembangunan simpang tak sebidang di Jalan Pinang Baris merupakan alternatif yang cocok untuk mengatasi kemacetan. Kata kund: Alternatif solusi kemacetan lalu lintas, Simpang Pinang Baris PENDAHULUAN Kedudukan Kota Medan dilihat secara fisiografi mempunyai fungsi dan peranan strategis untuk kawasan Sumatera bagian utara yang banyak dipengaruhi oleh letak geografisnya, serta peran politisnya maupun ekonornisnya. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai ketjasama dan kemitraan yang sejajar, saling rnenguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disarnping itu sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka. maka Kota Medan rnemiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalarn 2 (dua) kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini. Salah satu masalah yang tetjadi adalah tetjadinya kemacetan di beberapa titik, diantaranya di jalan Pinang Baris. Dimana di jalan Pinang Baris terdapat Terminal Terpadu Pinang Baris adalah salah satu dari 2 terminal terpadu perhubungan darat di Kota Medan. Terminal ini khusus rnenampung bus-bus antar provinsi dan dalam provinsi yang masuk ke Kota Medan dansebelahbaratdalamhaliniterutamabus-busdariNAD.TerminaliniterletakdiKecarnatan Medan Sunggal yang merupakan pintu masuk Kota Medan dari sebelah barat. Dengan adanya terminal tersebut mengakibatkan banyaknya kegiatan di sepanjang pinang baris sebagai pemicu tetjadinya kemacetan. GunarnengatasipotEnsikemac:etanyangkerapterjadimakadiperlukansuatuanalisisuntukrnencari solusi tersebut dengan rnenentukan altematif rencana peningkatan kinerja simpang Pinang Baris. 1150 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Tujuan utama analisis ini adalah untuk mendapatkan altematif perungkatan kinetja sirnpang Pinang Baris agar kemacetan yang sering tetjadi dapat diminirna1isir. Kegiatan ini akan difokuskan pada sirnpang Pinang Baris Medan, Provinsi Swnatera Utara. Sirnpang Pinang Baris terletak di pinggiran kota Medan pada ruas jalan Gatot Subroto (Arteri Primer) menuju kota Binjai. Sirnpang ini merupakan sirnpang dengan empat lengan yang mempertemukan jalan Gatot Subroto dengan jalan Pinang Baris (Non Status) dan jalan Klambir Llma (Non Status). Sirnpang ini merupakan sirnpang dengan intensitas kepadatan lalu lintas yang tinggi sehingga sering tetjadi kemacetan dan antrian kendaraan yang relatif panjang. Disamping itu penggunaan lahan sekitar sirnpang adalah komersial dengan tingkat aktifitas yang tinggi. Di fasilitas pejalan kaki banyak digunakan oleh pedagang kaki lima sehingga mengganggu kelancaraan pergerakan pejalan kaki bahkan mengganggu kelancaran pergerakan lalu lintas jalan raya. Gambar 1. Parkir ilegal dan PKL di Gatot Subroto JI. Gambar 2 Kemacetan di simpang Pinang Baris Arah ke Binjai ""~ ~:Jt\.J!Jiti:~ lipikal Potongan Melintang JI. l<lambir Lima .~ J..:.!.lf!XU~i:l I lipikal Potongan Melintang JI. Pinang Baris 1(.l!i> .W.ii>!A!l..~#A! I lipikal Potongan Melintang JI. Gatot Subroto Gambar 3. Potongan Melintang Jalan Eksisting di Simpang Pinang Baris Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1151 · · - · - Batas Kotamadya - - - Jalan Toi - - - Arteri Primer - - - Arteri Sekunder ------·-- Kolektor Primer - - - Kolektor Sekunder - - - Lokal -- -- -- -- -- Rel KA Sp Pinang Baris I ) \. i. : '> ' .-. - KE _):' .-'..-::.:.;.:- "·. 7 / KE DELI TUA t-'·,J I BR~S'TAGI/ KABAN JA~c-' Gambar 4. Lokasi Simpang Pinang Baris, Medan 1152 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 METODOLOGI 1. Alur Pikir PERSIAPAN RENCANA KERJA PELAKSANAAN SURYA! PRIMER + + SURVAI TOPOGRAFI SURVEI DATA SEKUNDER DAN REVIEW STUDI TERKAIT + ! SURYA! LALULINTAS SURVAI LINGKUNGAN l DATA 50510 EKONOMI w J ANALISIS LALU LINT AS/ KINERJA SIMPANG + RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORT ASI DAN TATAGUNALAHAN + ALTERNATIF SIMPANG TAK SEBIDANG REKOMENDASI Gambar 5. Alur Pikir Analisis 2. Evaluasi Teknis Evaluasi teknik dilakukan dengan menilai unjuk ketja simpang dan jaringan jalan yang mencakup aspek aksesibilitas dan mobilitas adanya pembangunan. Evaluasi teknis meliputi: a. Desain simpang yang aman dan dapat digunakan oleh pengguna jalan dengan nyaman. b. Konstruksi yang memenuhi persyaratan struktur dan geometrik. c. Tingkat Pelayanan Simpang, diukur melalui beberapa aspek yaitu : 1) Derajat Kejenuhan (D3), adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas suatu pendekat Derajat Kejenuhan diperhitungan pada tiap lengan dimana batas maksimum yang diijinkan untuk dapat dikatakan layak secara teknis adalah ffi < 0,8. 2) Panjang Antrian, merupakan antrian kendaraan dalam suatu pendekat Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1153 3) Tundaan, merupakan waktu tunggu yang disebabkan interaksi lalulintas dengan gerakan lalulintas yang bertentangan. Perhitungan dalammenentukan tingkat pelayanan simpang dilakukan dengan mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJ1) sert:a piranti lunak aaSidra. Tabel 1. Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan Tingkat Pelavanan A $ Derajat Keienuhan 0,20 B 0,20 < x $ 0,44 c 0,45 < x $ 0,74 D 0,75 < x $ 0,84 E 0,85 < x $ 1,00 F 1,00 < x Karakteristik-karakteristik Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan Pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dikendalikan V/C masih dapat ditolerir Volume lalu lintas mendekati/berada pada kapasitas Arus tidak stabi!, kecepatan terkadang terhenti Arus yang dipaksakan atau macet, kecepatan rendah, volume dibawah kapasitas Antrian panjang dan terjadi hambatan-hambatan yang besar PEMBAHASAN 1. Kondisi Lalu Lintas Eksisting Analisis Kinetja Lalu Lintas Ruas Jalan Eksisting Volume lalu-lintas pada beberapa koridor penting sert:a hasil survai pada ruas-ruas jalan utama sebagaimana terlihat pada Tabel 2, memperlihatkan tingkat pelayanan relatif rendah. Terutama di ruas jalan Gatot Subroto nilai V/C rasio telah mencapai 0,9 saat jam sibuk yang berarti kemacetan telah terjadi. Demikian juga dengan jalan Sisingamangaraja juga telah kemacetan baik pada saat jam sibuk pagi maupun sore. Kapasitas jalan di Komadya Medan ditaksir dengan menggunakan MKJI menunjukkan tingkat sediaan ruang lalu lintas yang relatif rendah untuk kota Metropolitan. Reduksi terhadap kapasitas dasar terutama disebabkan oleh penggunaan ruang lalu lintas untuk parkir sert:a gesekan samping yang cukup tinggi akibat aktivitas pedagang kaki lima sert:a jenis aktivitas bisnis yang hampir merata ke seluruh bagian wilayah kota. Kondisi lalu lintas Kotamadya Medan dikaji dari V/ C ratio, Kecepatan petjalanan sert:a kepadatan rata-rata masih menunjukkan kondisi yang perlu penanganan, meskipun terdapat beberapa jalan yang saat ini masih menunjukkan kinetja yang baik. 1154 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Tabel 2. Kinerja Lalu Lintas Saat Jam Sibuk di Ruas Jalan tahun 2006 Volume Kapasitas Lalin (2 arah) (smp/jam) (smp/jam) Ga tot Subroto (Setelah Sp P Baris Ke Binjai) Pagi 4138 4554 Sore 4248 4554 Ga tot Subroto (Antara Sp P Baris dan Sp Asrama) Pagi 2730 3036 Sore 2564 3036 Jamin Ginting Pagi 2745 4554 Sore 2494 4554 Klambir Lima Pagi 727 1518 Sore 765 1518 Pinang Baris Pagi 1614 3036 Sore 3488 3036 Sisingamangaraja Pagi 4554 3608 Sore 3931 4554 YosSudraso Pagi 1463 3036 Sore 1963 3036 Nama Ruas JaLan 1 2 3 4 5 6 7 .. Sumber : Hasil AnahSIS V/C 0.91 0.93 0.90 0.84 0.60 0.55 0.48 0.50 0.53 1.15 0.79 0.86 0.48 0.65 Tingkat Kinerja Lalu Lintas Simpang Eksisting Gambar 6, menunjukkan konclisi lay-out simpang Pinang Baris, Gambar 7 dan Gambar 8, rnasing-rnasing menggambarkan volume lalu lintas di simpang Pinang Baris pada konclisi Jam sibuk pagi dan sore hari di simpang Pinang Baris untuk kondisi saat ini. JI Klambir5 j :~ ~ ------~ -- j ._._.__._._._._ .--+.__._. "' (/) ~ -------. <!) =; JI Pinang Baris Gambar 6. Kondisi Lay-Out Simpang Pinang Baris Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1155 Gambar 7. Volume Lalu Lintas di Simpang Gambar 8. Volume Lalu Lintas di Simpang Pinang Baris Pada Jam Sibuk Pagi Hari Pinang Baris Pada Jam Sibuk Sore Hari ~1~ ~1~ JI K'-mblr 5 JI Klamblr 5 ··~ .54 ~ +ilr 211 JI Plnang Baris JI Pinang Baris Gambar 9. dan Garn.bar 10. menunjukkan Tingkat Kejenuhan (Degree of Saturation) untul< tiap pergerakan kendaraan pada jam sibuk pagi dan jam sibuk sore yang terjadi di simpang Pinang Baris. Gambar 9. Derajat Kejenuhan Simpang pada Jam Sibuk Pagi Gambar 10. Derajat Kejenuhan Simpang pada Jam Sibuk Sore JI Klamblr 5 0.44~0.1 551~.551 ~.... .. . l. / 0.361 0.879. ...7 il'?.'.; 0.554 ~""-"l'J· 11 JI Plnang Baris JI Pinang Baris Sementara itu, gambar 11 dan gambar 12 menunjukkan Panjang antrian kendaraan ratarata untul< tiap pergerakan kendaraan pada jam sibuk pagi dan jam sibuk sore yang terjadi di simpang Pinang Baris. 1156 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Gambar 11. Panjang Antrian Gambar 12. Panjang Antrian Kendaraan Rata-Rata (meter) pada Jam Kendaraan Rata-Rata (meter) pada Jam Sibuk Sore Sibuk Pagi JIKlllmbCr5 JI Kt.mblr5 t3 = f.' ii ! • g ¥ i ..111.. 1. ,. 1'A . +-;-+ 'i ~ ~ l1i "" i ......·--·····.. ·-·····-···-·.. -·.J JI Plnang Baris Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pergerakan yang sudah sangat jenuh (DS > 1) terjadi untuk arah Barat - Timur atau arah Medan - Binjai pada jam~ pagi maupun untuk jam sibuk sore hari. Hal itu juga diindikasikan dengan panjang antrian kendaraan rata-rata. Alternatif Penanganan Simpang Berdasarkan tingkat kinerja lalu lintas di simpang pinang baris, maka untuk kondisi saat ini sudah diperlukan penanganan berupa pembangunan simpang tak sebidang di simpang pinang baris tersebut. Skenario pembangunan simpang tak sebidang dapat dilakukan melalui 2 alternatif, yaitu: 1. Pembangunan simpang tak sebidang arah Medan - Binjai 01 Gatot Subroto) 2. Pembangunan simpang tak sebidang arah JI. Pinang Baris - JI. Klambir Lima Gambar 13. Derajat Kejenuhan Simpang pada Jam Sibuk Pagi (Skenario Pembangunan Simpang Tak Sebidang Medan-Binjai) Gambar 14. Derajat Kejenuhan Simpang pada Jam Sibuk Sore (Skenario Pembangunan Simpang Tak Sebidang Medan-Binjai) JI Kl•mblr 5 JI Klaimbir 5 ; i ~l~ 0.921 ' 0.121 ! 0.820 ..114 1 i o.485 i o.::i1• 0.374 j J ! ·/ : ,,. i f :; ag> " .. 0 ~ 0.141 / . ~ o• !• r- i: ·f · · or+iTr485 JI Pln.ng Bui• ! ............................. ...............! JI Pfnang Baris Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1157 Gambar 15. Derajat Kejenuhan Simpang pada Jam Sibuk Pagi (Skenario Pembangunan Simpang Tak Sebidang Pinang Baris-Klambir 5) Gambar 16. Derajat Kejenuhan Simpang pada Jam Sibuk Sore (Skenario Pembangunan Simpang Tak Sebidang Pinang Baris-Klambir 5) JI Kl•mbir 5 JI Klambir 5 +1 4 : o.559 .J 4 o.Qea 0.390 / 0.038 .... ., . ~ ~ i g> ;:r ii /-·····~ o ~315 ··+i r o.81, .,.... :[ ; !:r :i /r·-···f . .. . . . .. . .; i ---' ! I ~·················-···········-·········· : JI Pln•ng Buis JI Pln.,,gS.is Untuk membandingkan kedua altematif maka dapat dilihat tabel berikut : Tabel 3. Perbandingan Kinerja Alternatif Arah Simpang Tak Sebidang No Ukuran Kinetja 1. Derajat Kejenuhan 2. Panjang Antrian 3. Antrian Kendaraan 4. Tingkat Pelayanan 5. Kecepatan Perjalanan 6. Biava Operasi Kendaraan 7. Konsumsi BBM 8. Kebutuhan Pembebasan Lahan ·-. Alternatif Medan - Binjai (JI. Gatot Subroto) 0,596 150m 21 kend Altematif JI. P Baris - JL. Klambir Lima 0,994 380m 54 kend c E 31 km/jam 1.530$/jam 203 ltr/jam 4.881 m2 23 km/jam 3.647$/jam 424 ltr/jam 4.060 m2 Swnber: Hasilanalisis menggunakan piranti lunak aaSidra Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja lalu lintas akan meningkat lebih baik jika dibangun simpang tak sebidang (fly over atau underpass) arah Medan - Binjai (Barat - Timur), jika dibandingkan pembangunan simpang tak sebidang arah Pinang Baris - K1ambir 5 (Utara - selatan). Dari aspek kebutuhan lahan diestimasi bahwa altematif simpang tak sebidang arah Medan - Binjai akan memerlukan pembebasan 1ahan sebesar 4.881 m2, sedangkan untuk altematif simpang tak sebidang JI. Pinang Baris - JI. Klambir Llrna adalah 4.060 m2. Dari hasil perbandingan altematif arah simpang tak sebidang di tabel 3, diketahui bahwa kinerja simpang lebih baik pada altematif Medan - Binjai karena derajat kejenuhan = 0,596, tingkat pelayanan C, serta data-data teknis lainnya lebih baik jika dibandingkan dengan altematif JI. Pinang Baris - JI. Klambir Lima. Walaupun kebutuhan pembebasan lahan relatif lebih besar 821 m2 dibandingkan dengan altematif kedua, namun tetap dapat disimpulkan bahwa altematif simpang tak sebidang arah Medan - Binjai masih lebih baik untuk direalisasikan. Hal ini disebabkan karena altematif kedua (JI. Pinang Baris - JI. Klambir Llma) jika tetap direalisasikan tidak akan menyelesaikan masalah kemacetan di lokasi tersebut, karena pada saat simpang tak sebidang mulai dioperasikan derajat kejenuhan simpang 1158 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 telah mencapai 0,994 clan tingkat pelayanan E. Hal ini berarti tujuan untuk memperbaiki kinerja simpang dengan mernbangun simpang tak sebidang tidak akan tercapai. I<ecepatart llata-~ta Kecepatan rata-rata eksisiting dibeberapa ruas jalan disurvey menunjukkan kecepatan pergerakan lalu lintas yang relatif rendah. Adapun hasil survey kecepatan saat jam sibuk adalah: Tabel 4. Kecepatan Rata-rata Nama ruas ialan Gatot Subroto Pinang Baris Klambir Lima No 1. 2. 3. Kecepatan Rata-rata (km/iam) 19 22 25 Sumber : Hasil Analisis, 2006 Pemilihan moda (Modal Split) Penentuan proporsi moda angkutan dilakukan berdasarkan komposisi dari hasil survai traf fie cou.nting seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 17 dan gambar 18 berikut. -·- -- - ----- - - -··- -·- -·- ---------- -----., .. - --·-·-··· ·-·· ,- --------·---· , liiKiik·m~r. Sp~iOr -- 1 I . --- lls;dln/Jee_p_IS w;g0;, · · - -·Cfr.llni bUS: v.·n o Pick Up • Bus Keen ! Komposition Kendaraan Komposlsl Kendaraan a Bu• B•sar !___ L_;i_~£;l~~~:-:.~~~I~~~~;~e~-~~=-: -:-;_-·-~~:-~~~bu=~-:~ Gambar 17. Komposisi Kendaraan Untuk Arah Binjai Medan r-- iJ Bec.k"r1iok>r.-5Pd M;.Of'. .! · OPlc:tcUp • Truk 2 Sumbu 4 rod• ~ ----:~-.:r~~~-0.~~~~ . - -==~:::·~w.g(,n -~-~~-:~:~~n OTrull -]: I! ., _·-~-:::-.-.:·-:-·:-:. :·-::-.~ :=.d~ • Trult 3 Sum bu a Truk 2 Sumbu erode ~~~'.'-~- -- - ··- ·-:.: Gambar 18. Komposisi Kendaraan Untuk Arah Medan Bin"ai 2. Kinerja Lalu Llntas di Masa Mendatang Kinerja Lalu Llntas di Ruas Jalan di Masa Mendatang Hasil perhitungan volume lalu lintas di ruas jalan di sekitar simpang Pinang Baris adalah seperti ditunjukkan pada tabel 5, di bawah ini. Tabel 5. Volume Lalu Lintas PadaJam Sibuk (smp/jam) Ruas Jalan Arah Gatot Subroto (Barat Simpang) Gatot Subroto (Timur Simpang) B-T T-B B-T T-B U-S S-U U-S S-U Pinang Baris KlambirV .. Vol Lalin, Jam Sibuk, 2011 2656 2508 1786 1686 1463 1284 361 285 Vol Lalin, Jam Sibuk, 2016 3231 3052 2173 2052 1780 1562 439 347 Vol Lalin, Pada Jam Sibuk, 2021 3931 3713 2644 2496 2165 1900 535 422 Vol Lalin, Pada Jam Sibuk, 2026 4783 4518 3216 3037 2635 2312 651 513 Sumber: Hasol Anahsos Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1159 Kapasitas ruas jalan standar saat ini dihitung berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997). Berdasarkan perkiraan volmne lalu lintas dan kapasitas ruas jalan per lajur maka dapat ditentukan kebutuhan jumlah lajur untuk tahun rencana. Tabel 6 menunjukkan kebutuhan jumlah lajur untuk tiap ruas jalan. Tabel 6. Kebutuhan Jumlah Lajur pada Tahun Rencana Ruas Jalan Gatot Subroto (Barat Simpang) Gatot Subroto (Timur Simpang) Arah B-T T-B B-T T-B U-S S-U U-S S-U Pinang Baris KlambirV .. 2011 2 2 2 2 1 1 1 1 2016 3 3 2 2 2 2 1 1 2021 3 3 2 2 2 2 1 1 2026 4 4 3 3 2 2 1 1 Sumber : Hasil Analis!S Dari tabel 6 di atas terlihat bahwa kebutuhan jumlah lajur untuk pergerakan di Jalan Gatot Subroto pada tahun 2026 adalah sebesar 4 lajur per arah (arah Binjai) dan 3 lajur per arah (arah Medan). Untuk mengatasi masalah tersebut yang terkait juga dengan permasalahan kemacetan lalu lintas di simpang Pinang Baris maka solusi yang paling tepat adalah dengan membangun pertemuan tidak sebidang di simpang Pinang Baris. Dalamhalini direkomendasikan pembangunan simpang tidak sebidang dengan kapasitas 2 lajur per arah. Sisa kebutuhan 2 lajur diakomodir dengan ruas jalan yang ada saat ini. Kinerja l..alu Lintas di Simpang Pinang Baris di Masa Mendatang Berdasarkan volmne lalu lintas di ruas, maka dapat dihitung tingkat kinerja simpang yang tetjadi pada masa mendatang. Asumsi yang digunakan adalah telah dibangun simpang tak sebidang untuk arah Medan - Binjai (Barat - Timur) di lokasi simpang Pinang Baris. Gambar 19, menunjukkan volmne lalu lintas di simpang Pinang Baris pada Tahun rencana 2011. Gambar 20, menunjukkan tingkat kinerja yang membaik (tidak terjadi kemacetan) karena v / c ratio < 0,8, di setiap lengan simpang Pinang Baris pada tahun 2011 untuk skenario pembangunan simpang tak sebidang arah Medan - Binjai. Gambar 19. Volume Lalu Lintas di Simpang Pinan Baris Tahun 2011 Gambar 20. Tingkat Kinerja (V / C ratio) di Sim an Pinan Baris Tahun 2011 · · · ··· ··:J·······c···1 157 1~ 174 067t1l ~.672 ! OJ578 ~ ..................:::.. . / 50 .,""' 0 " ' ····· .. ... . . ...... . JI Pfnang Baris JI Plnang Baris 1160 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 PENUfUP 1. Kondisi eksisting kinerja Sim.pang Pinang Baris telah menunjukkan kinerja yang rendah akibat tingginya volume lalu lintas clan rendahnya kapasitas serta manajemen lalu lintasnya 01/ C ratio > 0,8). Hal ini telah menyebabkan kemacetan yang rutin terjadi, terutama saat jam sibuk pagi clan sore hari. 2. Untukmengatasimasalah tersebut, direkomendasikan untukmerubah simpangsebidang simpang Pinang Baris menjadi simpang tak sebidang (fl.y aver atau underpass) dengan arah Medan - Binjai (arah Barat - Timur). DAFfAR PUST AKA RJ Salter, "Highway Engineering and Traffic and Design", Inc 1974. Wohl and Martin "Traffic System Analysis For Engineers and Planners", 1%7. Departemen Peketjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, "Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)", 1997 ") lahir di Jakarta pada 9Desember1962, 52 pada Civil Engineering Department, Imperial College of Science Technology and Medicine, University of London, United Kingdom, pada tahun 1991. Saatini bekerjasebagaiPenelitiMadyapadaPusatPengkajiandanPenerapanTeknologiindustridanSistem Transportasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta mengajar di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Borobudur, Jakarta. Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1161 KAJIAN FAKTOR KESELAMATAN BUS PARIWISATA DI DKI JAKARTA SriAtun *) Rini Suliyanti **) ABSIRAK Standar keselamatan bus pariwisata hams lebih tinggi dibandingkan bus lainnya karena bus pariwisata spesial. ditujukan untuk mengangkut wisatawan berdasarkan carteran. Disatu sisi tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan rm;a, termasuk kecelakaan bus pariwisata masih tinggi tetapi di sisi lain hal tersebut tidak menyurntkan minat mast;arakat untuk menggunakan jasa angkutan jalan untuk ber"bagai keperluan, dalam hal ini angkutan bus pariwisata tetap menjadi pilihan pertama "bagi pengguna jasa dalam melakukan kegiatan wisata. Aspek keselamatan perlu ditingkatkan oleh para operator pentsahaan otobis (PO) untuk melengkapi armadanya dengan fasilitas perlengkapan keselamatan sesuai peraturan yang berlaku Kata kunci : Keselamatan pengoperasian armada bus PENDAHULUAN Sasaran dari Sistern Transportasi Nasional adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efesien, yang didalamnya menguraikan keselamatan transportasi dalam arti terhindamya pengoperasian transportasi dari kecelakaan akibat faktor internal transportasi. Pada kenyataannya saat ini kondisi tingkat keselamatan transportasi jalan masih rend.ah bahkan hal ini sudah menjadi masalah sosial kemasyarakatan. Kecelakaan di jalan raya masih cukup tinggi, kejadian yang menonjol untuk angkutan jalan pada tahun 2007 diantaranya adalah kecelakaan Bus Pariwisata Limas yang membawa rombongan pelajar masuk jurang di jembatan Cikandul - Cianjur Jawa Barat yang merengut korban jiwa sebanyak 49 orang dan 15 orang luka-luka, Bus Sri Kerta Bumi yang terguling di jalan Tol Jakarta- Merak Serang menewaskan 12 orang. Jumlah kasus korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya sangat tinggi, bahkan angka korban tewas dari tahun ke tahun terus meningkat rata-rata 30.000 orang per tahun atau 82 orang per hari Data kecelakaan lalu lintas angkutan umum transportasi jalan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 terdapat dalam grafik di bawah ini Di satu sisi tingkat kecelakaan lalu lintas angkutan jalan dari tahun ke tahun masih meningkat, tetapi di sisi lain hal tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkutan jalan berdasarkan berbagai keperluan, dalam hal ini angkutan bus pariwisata tetap menjadi pilihan pertama bagi pengguna jasa dalam melakukan kegiatan wisata. Tingkat keselamatan pada angkutan jalan relatif masih rendah terlihat pada angka kecelakaan yang masih tinggi tak terkecuali pada angkutan bus pariwisata, yang umumnya disebabkan oleh faktor manusia, sarana (dalam hal ini bus pariwisata), prasarana dan alam Permasalahan dalam kajian ini adalah apakah kesiapan faktor keselamatan bus pariwisata, utamanya 1162 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Grafik 1. Jumlah Kecelakaan Lalu Llntas Jalan Raya Berdasarkan Kondisi Korban Tahun 2003 - 2006 , - - - - - --------------··-·--····-·- -···---- ·-··----1 i JUMLAH KECELAKAAN LALU LINTAS )ALAN BERDASARKAN KONDISI KORBAN T AHUN 2003-2007 ---·-·--· --, i , faktor rnanusia (pengemudi) dan faktor sarana (peralatan / perlengkapan) keselamatan sudah mernadai untuk mewujudkan tingkat keselamatan yang tinggi. Maksud dari kajian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kelengkapan dan kesiapan faktor keselamatan pada armada bus pariwisata di wilayah DKI Jakarta. Tujuan dari kajian ini adalah untuk memetakan kondisi faktor keselamatan armada bus pariwisata serta menyusun rekomendasi terkait dengan kondisi faktor keselamatan tersebut dalam rangka meningkatkan angkutan pariwisata. Ruang lingkup meliputi inventarisasi peraturan dan perundang-undangan tentang faktor keselamatan angkutan jalan khususnya bus pariwisata, identifikasi kondisi saat ini terkait faktor keselamatan bus pariwisata, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan, analisis faktor keselamatan pada armada bus pariwisata dalam rangka meminimalkan kecelakaan dan menyusun rekomendasi, sedangkan hasil yang diharapkan adalah tersedianya inforrnasi mengenai kondisi faktor keselamatan pada armada bus pariwisata yang relevan dalam rangka mewujudkan angkutan wisata dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Analisis dan evaluasi dilakukan secara komparasif melalui pendekatan metode tulang ikan (sebab akibat), dipergunakan untuk mendekati permasalahan yang ada dalam rangka menemukenali faktor pengaruh, dengan menggunakan hubungan antara sebab dan akibat yang dapat diwujudkan dalam bentuk diagram, yang menunjukkan hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Pada dasarnya diagram tersebut dapat dipergunakan untuk kebutuhan mengidentifikasi akan penyebab dari satu masalah, membantu membangkitkan ide untuk solusi suatu masalah dan membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut suatu masalah. Diagram tulang ikan <fish bond diagram) merupakan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian atau kesenjangan yang ada. Berdasarkan data yang tersedia jumlah perusahaan oto (PO) Bus Pariwisata di wilayah DKI Jakarta sebanyak 70 PO, dengan mengacu kepada angka moderat bahwa setiap perusahaan Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1163 rata-rata mengoperasikan armada bus sebanyak 200 unit bus, maka diduga kuat jumlah armada bus pariwisata adalah 200 x 70 = 14.000 unit bus, yang berarti pula ada sekitar 14.000 pengemudi belum termasuk pengemudi cadangan. Sampel untuk PO diambil secara proporsional yaitu sebesar 50 %, sehingga sampel PO yang akan diteliti sebanyak 35 PO. Sementara untuk jumlah sampel pengemudi diambil secara acak (random sampling) dengan jumlah minimal 3 orang pengemudi pada PO terpilih, sehingga diperoleh jum1ah responden pengemudi sebanyak 35 x 3 = 105 pengemudi. populasiadalahwilayah yangterdiridariobyekatausubyekyangmenjadikuantitasdankarakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpu]annya (Sugiyono, 2002:57). menurut (Nazir, 1988:3), populasi adalah berkaitan dengan data, bukan orang atau bendanya, jadi populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah yang mempunyai kaitan dengan masalah yang dikaji. Populasi sasaran dalam kajian ini adalah pengusaha angkutan bus wisata dan pengemudinya, Departemen Perhubungan, Dinas Perhubungan DK.I Jakarta dan POLRI; Sejalan dengan permasalahan yang dikaji yaitu apakah kesiapan faktor keselamatan bus pariwisata, utamanya faktor manusia (pengemudi) danfaktor sarana (peralatan/ perlengkapan) keselamatan sudah memadai untuk mewujudkan tingkat keselamatan yang tinggi, maka mengutip pendapat (Arikunto, 1996:107) bahwa apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sample, tetapi oleh kokohnya desain serta mutu pengolahan data (Nasution, 19'11:135). Adapun variabel da1am kajian ini adalah Kelengkapan Peralatan dan penunjang lainnya sebagai independen variabel ( variabel bebas) dan Kesiapan/ kondisi Pengemudi sebagai dependen variarel ( variabel terikat). Indikator-indikator dari masingmasing variabel dijadikan item da1am menyusun kuestioner, sebagai berikut : KELENGKAPAN SARAN A KESELAMATAN PADA ARMADA PENGOPERASIAN BUS BERDASARKAN PERATURAN KONDISI PENGEMUDI r Indikator: lndikator: • • • • • • • • • • • • • Kebijaksan Perusahaan di Bidang Keselamatan Spesifikasi Konstruksi Bus Umum Besar Kualitas pelayanan yang dilaksanakan Pintu Keluar/masuk dan pintu/jendela darurat Komponen pendukung pada bus Persyaratan teknis dan ambang laik jalan. Sebelum kendaraan dioperasikan / dikemudikan, perlu pengecekan untuk memastikan beketja dengan baik Standar keselamatan Perlengkapan tambahan Tahapan uji kir dan Sistem pengecekan kondisi umum Bus • • • • • • • l Profil pengemudi Persyaratan usia pengemudi Persyaratan keterampilan mengemudi Persyaratan kesehatan pengemudi Persyara tan kesejah teraan pengemudi Persyaratan SIM Pelayanan pengemudi kepada penumpang Kewajiban terdapat pemeriksaan bus Koordinasi dengan pihak terkait tentang kondisi umum bus Ketentuan waktu kerja, istirahat dan pengemudicadangan Gambar 1: Indikator Variabel 1164 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Guna mencapai tujuan kajian maka disusun pola pikir dan alur pikir yang disajikan pada gambar 2 dan 3. Dasar Hukum 1. UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2. PP Nomor 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan 3. PP Nomor 42Tahun1993 tentang Pemeriksanaan Kendaraan Bermotor di jalan 4. PP Nomor 44TAHUN1993 TENTANG Kendaraan dan Pengemudi Obyek Subyek INPUT Kondisi Perangkat Keselamatan pada armada bus angkutan • Ditjenhubdat • Dishub • POLRI • Perusahaan Bus Angkutan Wisata wisata al di OKI Jakarta saat ini Pelaksanaan Pengoperasian Bus Angkutan Wisata Pelayanan Keselamatan SOM Pengemudi Metode OUTPUT Evaluasi Faktor l<eselamatan Pengoperasian Bus Angkutan Wisatal dengan Analisis kualitatif tif Kondisi faktor keselamatan padaarmada bus pariwisata yang relevan kondisi faktor keselamat an armada bus Environmental input l<ondisi alam / cuaca Umpan Balik POLAPIKIR FASILITAS KESELAMATAN PADA ARMADA BUS PARIWISA TA SESU AI PROSEDUR KESELAMATAN KONDISI SAATINI KONDISI YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN POKOK Analisis p E N I L A A N 12 Variabel di nilai v A D REKOMENDASI D R A B E L TERWUJUDNY A FASILIT AS KESELAMATAN SESUAI PROSEDUR KESELAMATAN Gambar 3. Tahapan Pelaksanaan Studi Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1165 PENG ERTIAN 1. Kendaraan Bennotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu; 2. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh um.um dengan dipungut bayaran. 3. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perle3ngkapan pengangkutanbagasi;. 4. Perusahaan angkutan umum adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan atau barang dengan kendaraan um.um di jalan. 5. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor; 6. Konstruksi Kendaraan Bennotor adalah landasan yang meliputi rangka landasan, mer tor penggerak, system pembuangan, penerus daya, alat kemudi, system roda-roda, system suspensi, system rem, lampu-lampu dan alat pemantul cahaya, komponen pendukung serta badan kendaraan; 7. Sistem Roda adalah sistem roda yang meliputi roda-rod.a dan sumbu roda pada setiap kendaraan bermotor; 8. Sistem Suspensi adalah sistem penyangga yang mampu menahan beban, getaran dan kejutan' untuk menjamin keselamatan dan perlindungan terhadap jalan; 9. Alat Kemudi adalah salah satu kelengkapan pada setiap kendaraan bermotoryang meliputi batang kemudi, roda kemudi atau stang kemudi. Yang memenuhi persyaratan yaitu dapat digerakkan dengan tenaga yang wajar, peraancangan, pembuatan dan pemasangannya tidak menimbulkan bahaya Iuka pengemudi jika tetjadi tabrakan; 10. Sistem Rem adalah peralatan pengereman yang meliputi rem utama dan rem parkir pada setiap kendaraan bermotor; 11. Komponen Pendukung adalah peralatan yang terdapat pada kendaraan bermotor yang terdiri dari pengukur kecepatan, kaca spion, penghapus kaca, klakson, sabuk keselamatan, sepakbor dan bumper; 12. Pengujian Kendaraan Bennotor , adalah kegiatan pengujian kendaraan bermotor yang dilaksanakan dalam rangka menjamin keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan um.um; 13. Kecelakaan Lalu Lintas, adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. GAMBARAN UMUM Penyelenggaraan Angkutan Wisata Di DKI Jakarta 1. Pengangkutan untuk keperluan pariwisata adalah pengangkutan orang dengan kendaraan um.um tidak dalam trayek, wajib menggunakan mobil bus um.um dengan tanda khusus, merupakan pelayanan angkutan ke dan dari daerah-daerah tujuan wisata. 1166 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Tanda khusus adalah tanda yang harus melekat secara permanen pada bus umum sebagai tanda angkutan pariwisata dan tanda tersebut akan memberikan kemudahan bagi kendaraan yang bersangkutan untuk tidak wajib memasuki terminal serta keleluasaan beroperasi menuju obyek wisata yang terletak baik di dalam maupun di luar kota. Angkutan wisata pada dasarnya angkutan yang memiliki ciri pelayanan khusus dan diperlukan bagi penyelenggaraan dan pelayanan wisata, penyelenggaraannya harus tetap memenuhi ketentuan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, agar dapat terselenggara secara lebih teratur. Berdasarkan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, disebutkan bahwa pengusaha angkutan umum dalam hal ini PO Angkutan Bus Pariwisata harus memiliki izin dari Direktorat jenderal Perhubungan Darat berupa izin operasional dan izin prinsip dari Dinas Perhubungan Propinsi setempat, maka secara tidak langsung pengawasan dan pembinaan dari Pemerintah berada di tingkat Dinas, pengawasan dilakukan agar pada saat dioperasikan tidak membahayakan penumpangnya serta kendaraan yang akan dioperasikan sudah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Standar keselamatan bus pariwisata harus lebih tinggi dibandingkan lainnya karena bus pariwisata spesial ditujukan untuk mengangkutwisatawan dan berdasarkan carteran Secara tidak langsung pengawasan dan pembinaan berada di tingkat dinas perhubungan yang dilakukan agar pada saat dioperasikan tidak membahayakan penumpangnya. Dinas Perhubungan DKI Jakarta memperketat uji kir atau kelayakan bus pariwisata setiap 6(enam) bulan sekali, tidak hanya berupa perpanjangan izin prinsip melainkan pengontrolan secara keseluruhan terhadap aspek keamanan dan keabsahan dokumen kendaraan. Izin prinsip tidak akan dikeluarkan jika tidak memenuhi aspek standar keamanan armada karena merupakan faktor penting untuk menjamin keselamatan penumpang selama dalam perjalanan wisata. Pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa bus pariwisata dilakukan oleh Perusahaan Oto (PO) berdasarkan sistem carteran, tarif yang diberlakukan adalah berdasarkan kebijakan/ peraturan masing-masing perusahaan, tergantung jenis bus, jarak, waktu sewa dan lain-lain, namun tetap berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Guna meningkatkan mutu pengawasan terhadap operasional armada bus khususnya angkutan pariwisata sehingga proses pembinaan terhadap pelaku usaha dapat berjalan dengan baik, maka Departemen Perhubungan telah membentuk tim untuk mengaudit operator transportasi darat, termasuk PO Angkutan Bus Pariwisata , untuk melakukan pengawasan bersama dan melaksanakan koreksi. Tim yang terdiri dari instansi terkait yaitu Departemen Perhubungan, Dinas Perhubungan, Organda, YLKI, Kepolisian dan Perusahaan Pemegang Merek , akan mulai melaksanakan audit dimaksud akan akan berakhirpada bulan Desember 2008. Terkaitdenganhal tersebut, maka da1am pelaksanaan audit Angkutan Pariwisata akan dijadikan bench mark, sebab pada umumnya angkutan pariwisata sudah dikelola dengan baik dan sangat memperhatikan aspek keselamatan penumpangnya. Misalnya prosedur dan tatacara untuk melepas armada yang akan dioperasikan pada umum sudah melakukan tindakan pencegahan yang belapis agar tidak terjadi kecelakaan. Kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perusahaan angkutan wisata, pada umumnya mencakup, Tangibi.lity (penampilan fisik pelayanan dan fasilitas penunjang), meliputi peralatan dan petugas, Reabiliti; (dapat diandalkan) Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1167 yaitu persepsi tentang tingkat kemampuan untuk memberikan kepuasan dalam pelayanan dengan cepat, tepat waktu serta teliti, Responsiveness yaitu kemungkinan untuk mernbantu penurnpang dan menyediakan pelayanan dengan cepat, tepat dan penuh antusias, Assurance jarninan pelayanan) yaitu tingkat ketrarnpilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk dapatmernberikan pelayanan dengan sopan santun, rasa horrnat, perhatian, kerarnahan, profesional, ada kejujuran operator, sehingga pelanggan merasa terjarnin bebas dari bahaya, resiko dan kerugian, Emphaty (kesungguhan dalam pelayanan yaitu derajat kedekatan dan kernudahan dalarn mencapai sasaran pelayanan. Jurnlah perusahaan oto (PO) Bus Pariwisata di Indonesia saat ini mencapai 560 PO dengan jurnlah armada sebanyak 7.572 unit bus. Sedangkan jurnlah Perusahaan Oto (PO) di DI<I Jakarta saat ini sebanyak 70 PO. 2 Peralatan Keselarnatan Armada Bus Pariwisata a. Konstruksi kendaraan mobil bus terdiri dari landasan yang meliputi rangka landasan, motor penggerak, sistern pembuangan, penerus daya, alat kemudi, sistem roda-roda, sistem suspensi, sistem rem, larnpu-larnpu, alat pernantul cahaya dan komponen pendukung. Spesifikasi teknis urnurn Bus Besar dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 1. Spesifikasi Teknis Bus Umum Besar NO URA IAN 1. Lebar kendaraan 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Tin1nti kendaraan Panjang kendaraan Ruang Bebas Depan Ruang bebas Antara Ruang Bebas belakang Lebar Pintu Depan Lebar Pintu Belakang Tinelti Pintu Depan Tinelti Pintu Belakang Kapasitas duduk Jarak Antara Tempat Duduk Lebar Kursi Tunggal Lebar Lorong Tine:lti Lorong Tin1rn:i Alas Duduk dari Lantai Tinelti Sandaran Panjang Alas Duduk Tebal Alas Duduk JU MLAH 236 306 1007 40 43 43 90 90 270 220 54 80 38 40 190 40 70 38 15 SATUAN Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm orang Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm b. Selain pintu keluar/ rnasuk penurnpang , setiap mobil bus harus pula mempunyai ternpat keluar darurat pada kedua sisinya. Tempat keluar darurat berupa jendela yang harus mernenuhi persyaratan yaitu merniiliki ukuran minimum 600 rnilirneter x 430 rnilirneter, mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas, sudutsudutjendela yang berfungsi sebagai pintu darurat tidak runcing dan tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung. c. Komponen pendukung pada kendaraan mobil bus terdiri dari pengukur kecepatan, kaca spion, penghapus kaca, klakson, sabuk keselarnatan, spakbor, bumper dan ganjal roda yang cukup kuat 1168 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 d. Setiap kendaraan mobil bus dilengkapi perlengkapan sekurang-kurangnya ban cadangan dan segitiga pengaman serta perlengkapan P3K. e. Setiap kendaraan mobil bus harus memenuhi prsyaratan teknis dan ambang laik jalan yang meliputi emisi gas buang, kebisingan suara, efisiensi sistem·rem utama, rem parkir, kinrup roda depan, tingkat suara klakson kemampuan panG:ar dan arah sinar lampu utama, radius putar, ketahanan bar luar serta kedalaman.¥ur:ban luar. f. Tanpa adanya peraturan mengenai konstruksi kendaraan bermotor y<m.g mengatur standar keselamatan untuk sistem seperti halnya rem, lampu dan tanda berbelok, maka akan dapat berakibat pada kecilnya pengendalian terhadap keselaIDatan umum atas kendaraan bermotor tersebut .,..:<. ~r:_· t g. Hal-hal penting yang perlu diperiksa adalah sistem rem, kemudi, ban dan lampu. Standar keselamatan kendaraan diperlukan untuk memastikan bah~'\ -f~ndaracw yang tidak aman tidak diimpor dan untuk mengembangka'ri sllatli' buday a keselamatan diantara para operator, pemilik dan pengguna kendaraarn Standat keselamatn tersebut harus didukung dengan pemeriksaan di jalan yang memadai agar standar kendaraan secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Hasil akhirnya adalah berkurangnya konstribusi kerusakan kendaraan pada kendaraan r ' h. Sebelum kendaraan dioperasikan/ dikemudikan, perlu pengecekah untuk memastikan bekerja dengan baik, pemeriksaan meliputi peralatan rem, rem tangan/ parkir, mekanisme Kemudi, lampu dan pemantul, ban (ban roda depan hariis ti.dak vu1kanisir atau berlekuk), klakson, penghapus kaca, kaca Spion, peralatah kopleng; roda dan pelek, peralatan darurat P3K, pemadam api dan sabuk k~tan, . : 4. Pengemudi a. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor. Wajib memiliki surat izin mengemudi. Untuk menjamin keselamatan lalu lintas di jalan dan angkutan di jalan, perusahaan angkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi. dan laik jalan, peringatan dengan bunyi dan sinar, kecepatan maksimum dan /atau minimum b. Usia pengemudi 1) 18 tahun, merupakan umur standar minimum yang diperbolehkan m~gemudi · mobil sampai umur 70 tahun " 2) 21 tahun, umur standar minimum untuk mengemudi kendaraan ,, penumpang bukan sedan dengan lebih dari 8 tempat duduk sampai umur 45 tiil:t~ · c. Pemeriksaan kesehatan pengemudi terutama pada pemeriksaan mata dan surat pemyataan yang menyatakan bahwa calon pengemudi tidak mengindap kondisi tertentu yang didalam peraturan dianggap dilarang mengemudi. Tes kesehatan fisik dan mental calon pengemudi dapat dilaksanakan. d. Untuk menguji pengetahuan calon pengemudi mengenai tata cara berlalu lintas di jalan rambu-rambu lalu lintas peraturan lalu lintas dan juga peraturan dasar mengenai kemampuan kendaraan dan keamanan kendaraan sebelum mengemudi meliputi: Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1169 1) kehati-hatian dan pengecekan kendaraan sebelum menghidupkan mesin kendaraan 2) mengemudi dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan menunjukkan kewaspadaan dan antisipasi terhadap pengguna jalan lainnya, menyalip, berpapasan dan melintas jalur kendaraan lain secara aman 3) bertindak secara cepat dan tepat pada setiap ram.bu-ram.bu lalu lintas, marka jalan dan 1ampu lintas. 4) pada saat mengemudi kendaraan bus-bus besar hendaknya memaklumi kenyataan bahwa potensi tetjadinya kerusakan karena kendaraan ini sangat tinggi HASIL PENELmAN Berdasarkan kebutuhan data baik primer maupun sekunder, maka telah dilakukan survei lapangan, dengan mengadakan wawancara dan tanya jawab serta pengisian kuestioner kepada pihak pengelola Perusahaan Otobus (PO) dan Pengemudi serta data sekunder diperoleh dari Departemen Perhubungan dalam hal ini Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan, Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Jumlah PO yang disurvei sebanyak 35 PO, tetapi data yangmasuk hanya dari30 PO, sedangkanresponden pengemudi dari 105 yang disurvei, telah masuk 100 kuestioner yang diisi. Hasil pengumpulan data secara lengkap diuraikan sebagai berikut : 1. Hasil Penilaian Kondisi Sistem dan Prosedur Keselamatan pada Pengoperasian Armada Bus Pariwisata Tabel 2. Hasil Penilaian Kondisi Sistem Dan Prosedur Keselamatan Pada Pengoperasian Armada Bus Pariwisata (Variabel X) No Fasilitas 1. Kebiiakan oerusahaan dibidaniz keselamatan Snesifikasi Konstruksi Bus Umum Besar 3. Kualitas oelavanan van!!' dilaksanakan 4. Pintu Keluai7 masuk dan ointu/ iendela darurat 5. Komnonen nendukuniz oada bus 6. Persvaratan teknis dan ambaniz laik ialan 7. Sebelum kendaraan dioperasikan/ dikemudi-kan, perlu nenizecekan untuk memastikan bekeria denl!'an baik 8. Standar Keselamatan 9. Perlenl!'kanan tambahan 10. Tahaoan Uii Kir dan Sistem Penl!'ecekan kondisi umum bus 2. 1170 Cukup Jelas Tidak Jelas Jumlah Resoonden 30 30 30 30 30 30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 0 0 0 0 0 0 30 30 30 Jelas 29 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Tabel 3. Hasil Penilaian Terhadap Pelaksanaan Sistem Dan Prosedur Keselamatan Pada Pengoperasian Armada Bus Pariwisata (Variabel Y) No Fasilitas 1. Kebiiakan perusahaan dibidang keselamatan 2. Spesifikasi Konstruksi Bus Urnurn Besar 3. Kualitas pelavanan yang dilaksanakan 4. Pintu Keluar/rnasuk dan pintu / jendela darurat 5. Kornponen pendukung pada bus 6. Persyaratan teknis dan ambang laik jalan dioperasikan 7. Sebelum kendaraan I dikernudikan, untuk perlu pengecekan mernastikan bekerja dengan baik 8. Pintu Keluar/rnasuk dan pintu / jendela darurat 9. Perlengkapan tarnbahan 10. Tahapan Uji Kir dan Sistem Pengecekan kondisi umurn bus Tidak Terlaksana Jumlah Responden 0 0 0 5 30 30 30 30 1 0 0 0 30 30 30 30 0 0 30 29 30 1 0 0 0 30 30 Terlak sana 29 28 27 25 Cukup Terlaksana 1 2 26 28 29 0 0 3 0 ANALISIS DAN EVALUASI 1. Analisis dan evaluasi dilakukan terhadap kondisi sistem dan prosedur keselamatan pada pengoperasian armada Bus Pariwisata dan dari hasil kuestioner yang didistribusikan kepada PO-PO Bus Pariwisata, menunjukkan bahwa pada urnurnnya 30 responden PO sangat memperhatikan faktor kesiapan fasilitas keamanan pada armadanya berdasarkan sistem dan prosedur yang ada. Analisis dan evaluasi dilakukan juga terhadap kondisi penilaian pengemudi terhadap pembinaan perusahaan kepada pengemudi menunjukkan bahwa perusahaan dinilai telah memberikan pembinaan kepada pengemudi, selanjutnya analisis dan evaluasi terhadap kondisi pelaksanaan sistem dan prosedur keselamatan pada pengoperasian bus pariwisata serta pelaksanaan pembinaan yang diberikan oleh perusahaan kepada pengemudi, dilakukan melalui beberapa langkah analisis yang sudah dijelaskan sebelumnya, meliputi variabel-variabel kelengkapan sarana keselamatan pengoperasian armada bus pariwisata, meliputi : a. Kebijakan Perusahaan di bidang keselamatan b. Spesifikasi Konstruksi Bus Umum Besar c. Kualitas pelayanan yang dilaksanakan d. Pintu Keluar/masuk dan pintu/jendela darurat e. Komponen pendukung pada bus f. Persyaratan teknis dan am.bang laik jalan . g. Sebelum kendaraan dioperasikan / dikemudikan, perlu pengecekan untuk memastikan beketja dengan baik h. Standar keselamatan i Pintu keluar masuk dan pintu / jendela darurat j. Tahapan uji kir dan Sistem pengecekan kondisi umurn Bus Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1171 Tabel 4. Skor Hasil Penilaian (Y) Dan Pelaksanaan (X) Terhadap Sistem Dan Prosedur Keselamatan Pada Pengoperasian Armada Bus Pariwisata No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Fasilitas Kebiiakan perusahaan dibidang keselamatan Spesifikasi Konstruksi Bus Umum Besar Kualitas pelavanan yang dilaksanakan Pintu Keluar/masuk dan pintu / jendela darurat Komponenpendukungpadabus Persyaratan teknis dan ambang laik jalan Sebelum kendaraan dioperasikan / dikemudikan, perlu pengecekan untuk memastikan bekerja dengan baik Standar Keselamatan Pintu keluar masuk dan pintu/jendela darurat Taha pan Uji Kir dan Sistem Pengecekan kondisi umum bus Terlak sana Cukup Terlaksana Tidak Terlaksana 290 285 285 285 290 285 285 15 13 16 5 15 5 9 0 0 0 0 0 0 305 298 301 290 305 290 294 285 295 290 5 5 15 0 0 0 290 300 305 0 Jumlah Identifikasi faktor yang berpengaruh Dari table di atas, factor-faktor yang paling berpengaruh adalah, komponen pendukung pada armada bus, pengecekan armada untuk memastikan bekerja dengan bail< sebelum dioperasikan / dikemudikan, pintu keluar masuk dan pintu / jendela darurat dan tahapan Uji Kir dan Sistem Pengecekan kondisi umum bus. Berdasarkan data di atas, analisis dan evaluasi dengan menggunakan analisis tulang ikan , sebagai berikut : Menentukan tingkat Kritis Faktor Pengaruh Penentuan tingkat kritis factor pengaruh di1akukan dengan pendekatan skala penilaian berdasarkan USG (Urgency, Seriousness, Growth), dengan skala penilaian 1,2,3,4, sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Penilaian Tingkat Kritis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Sispro Keselarnatan Pengoperasian Armada Bus Pariwisata FAKTOR PENGARUH u A B Komponen pendukung pada armada bus Pengecekan armada untuk memastikan bekerja dengan baik sebelum dioperasikan/ dikemudikan Pintu keluar masuk dan pintu /iendela darurat Tahapan Uji Kir dan Sistem Pengecekan kondisi umumbus 4 4 3 2 3 1 10 2 4 2 3 1 1 5 8 c D 1172 TINGKAT KRITIS JUMLAH s G NO 7 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 Prosedur untuk pengecekan dan monitoring keselamatan Pengendalian resiko dan s tra tegi Melengkapi Pendukung armadaBus. Analisis data kinerja keselamatan. Komponen pad a Evaluasi sesuai dengan aturan dan prosedur. Mengurangi terjadinya peluang resiko Memonitor fasilitas keselamatan pada armada bus. Mengurangi akibat yang ditimbulkan. Pemeriksaan dilakukan oleh unit yang terkait ~erja/ karyawan penerapan pelaksanaan prosedur keselamatan Melibatkan karyawan yang terkait terhadap masalah keselamatan. Prosedur untuk sosialisasi sistem keselamatan secara terus menerus Peran serta Pengemudi dalam menentukan keselamatan sangat dibutuhkan. Mernbuat dokurnentasi tentang pelaksanaan system rnanajernen keselarnatan Program pelatihan keahlian sesuai dengan persyaratan keselamatan. Menyimpan rekaman kejadian kecelakaan berikut penjelasan tindakan yang dilakukan . Sistem yang men· min agar karyawan terkait dan pengemudi mempunyai keahlian sesuai dengan persyaratan keselamatan. Gambar 4 : Dokume tasi menggambarkan sistemsistem pada tiap elemen keselamatan Diagram Tulang Ikan untuk mengindentifikasi faktor pengaruh Pelaksanaan Sispro Keselamatan pengoperasian Bus Pariwisata . Tabel 6. Perbandingan Antar Nilai Kritis , Antar Factor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Sispro Keselamatan Pada Bus Pariwisata Aspek Ur:;(enC11 A-B:A A-C:A A-D : A B-C:B B-D:D C-D:D A=3 B=l C=O 0=2 Asoek Seriosness A-B : B A-C : B A-D : A/D B-C : B B-D : D C-D : D A=2 B=3 C=O 0=2 Asoek Growth A-B : A A-C : A A-D : A B-C : C B-D : D C-D :CID A =3 B=O C=2 0=2 A=S ; B=4; C=2 ; D=6 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1173 Urutan kekritisan dari faktor pengaruh pelaksanaan sispro keselamatan armada bus pariwisata serta prioritas penanganan secara umum untuk peningkatan sebagai berikut : Tabel 7. Peringkat dan Prioritas Penanganan Faktor Pengaruh No : i Faktor Pengaruh A Komponen pendukung pada armada bus B Pengecekan armada untuk memastikan dengan baik sebelum beketja dioperasikan/ dikemudikan c Pintu keluar masuk dan pintu/jendela darurat D Tahapan Uji Kir dan Sistem Pengecekan kondisi umum bus Nilai Peringkat Tingkat kekritisan Urutan Prioritas Penanganan 8 6 1 2 1 2 4 3 3 2 4 4 Upaya peningkatan Keselarnatan Armada Bus Pariwisata Dengan memperhatikan hasil analisis diagram tu1ang ikan dapat diidentifikasi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keselamatan pada armada bus pariwisata, yaitu komponen pendukung pada arrnada bus, pengecekan arrnada sebelum dioperasikan, perlengkapan keselamatan tambahan dan tahapan uji kir dan sisitem pengecekan kondisi umum armada bus pariwisata. Selanjutnya dalam upaya meningkatkan kesiapan armada bus pariwisata dalam hal perlengkapan keselamatan, perlu diberikan perlakuan terhadap faktor pengaruh tersebut , dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Komponen pendukung pada arrnada bus Komponen pendukung adalah peralatan yang terdapat pada kendaraan bermotor yang terdiri dari pengukur kecepatan, kaca spion, penghapus kaca, klakson, sabuk keselamatan, sepakbor dan bumper. Strategi pemenuhan komponen pendukung: pada armada bus secara terus menerus dapat difokuskan pada : 1) memeriksakondisikomponen pendukungdanmenindaklanjutisesuai kebutuhan 2) mengurangi peluang terjadinya resiko akibat tidak berfungsinya salah satu komponen pendukung b. · Pengecekan armada untuk memastikan beketja dengan baik sebelum dioperasikan/ dikemudikan Sebelumkendaraan dioperasikan/ dikemudikan, perlu pengecekan untuk mernastikan bekerja dengan baik, pemeriksaan meliputi peralatan rem, rem tangan/ parkir, mekanisme Kemudi, lampu dan pernantuL ban (banroda depanharus tidak vulkanisir atau berlekuk), klakson, penghapus kaca, kaca Spion, peralatan kopleng, roda dan pelek, peralatan darurat P3K, pernadam api dan sabuk. Strategi untuk pe1aksanaan kegiatan pengecekan dapat difokuskan pada : 1) memeriksa kesiapan petugas yang melaksanakan pengecekan secara terus menerus dan menindaklanjuti hasil pengecekan sesuai kebutuhan ; 2) mengurangi akibat yang akan ditimbulkan. 1174 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 c. Pintu keluar masuk clan pintu / jendela darurat Selain pintu keluar/ masuk penumpang , setiap mobil bus harus pula mempunyai tempat keluar darurat pada kedua sisinya. Tempat keluar darurat berupa jendela yang harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki ukuran minimum 600 milimeter x 430 milimeter, mudah dan cepat dapat diblika atau dirusak atau dilepas, sudutsudut jendela yang berfungsi sebagai pintu darurat tidak runcing clan tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung. Strategi untuk pelaksanaan pengecekan kondisi pintu masuk keluar dan pintu/ jendela darurat dapat difokuskan pada : 1) memeriksa kondisi pintu keluar masuk dan pintu/ jendela darurat secara terus menerus dan menindaklanjuti hasil pengecekan sesuai kebutuhan ; 2) mengurangi akibat yang akan ditimbulkan. d. Tahapan Uji Kir dan Sistem Pengecekan kondisi umum bus Kegiatan pengujian kendaraan bermotor yang dilaksanakan dalam rangka menjamin keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum dilaksanakan wajib pada setiap kendaraan mobil bus, yang harus memenuhi persyaratan teknis clan ambang laik jalan yang meliputi emisi gas buang, kebisingan suara, efisiensi sistem rem utama, rem parkir, kincup roda depan, tingkat suara klakson kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama, radius putar, ketahanan bar luar serta kedalaman alur ban luar., melalui uji kir setiap 6(enam) bulan sekali. Strategi untuk pelaksanaan uji kir dan pengecekan kondisi armada bus dapat difokuskan pada : 1) Melakukan uji kir sesuai jadwal yaitu 6(enam) bulan sekali dan menindaklanjuti hasil uji kir apabila ada yang perlu diperbaiki 2) Mengurangi akibat yang akan ditimbulkan. 2. Analisis dan evaluasi dilakukan terhadap kondisi Penilaian Pengemudi Terhadap Kondisi Pembinaan Perusahaan terhadap Pengemudi. Variabel yang dinilai dari kondisi pengemudi adalah, profil pengemudi, persyaratan usia pengemudi, persyaratan keterampilan mengemudi, persyaratan kesehatan pengemudi, persyaratan kesejahteraan pengemudi, persyaratan SIM, pelayanan pengemudi kepada penumpang, kewajiban terhadap pemeriksaan bus, koordinasi dengan pihak terkait tentang kondisi umum bus dan ketentuan waktu ketja, istirahat dan pengemudi cadangan . Dari table di atas, secara umum kondisi pengemudi sudah memenuhi persyaratan dan bila tetjadi kecelakaan, tidak sepenuhnya dikarenakan oleh factor pengemudi, kecuali ada alasan mendadak lainnya yang tidak dapat diprediksi, misalnya di petjalanan secara tiba-tiba sakit ringan, yang menyebabkan konsentrasi mengemudi menjadi terpecah. PENUTUP A Kesimpulan 1. Pengoperasian Bus Angkutan Pariwisata yang dilaksanakan oleh PO di DKI Jakarta, telah dilakukan berdasarkan peraturan dan perundang-undangan tentang faktor Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1175 keselamatan angkutan jalan khususnya bus pariwisata. Pengawasan oleh Pemerintah dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Propinsi DKI Jakarta diantaranya melalui pemberian izin prinsip, sedangkan izin operasi diberikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 2. Kesiapan PO dalam mengoperasikan armadanya sudah memperhatikan dan mempersiapkan armada dengan fasilitas kelengkapan keselamatan yang diperlukan sesuai peraturan. Selanjutnya untuk menghindari resiko yang dapat ditimbulkan maka hal-hal yang harus diwaspadai adalah : a. Memeriksa secara rutin kondisi komponen pendukung dan menindaklanjuti penangganan sesuai kebutunan; b. Memeriksa kesiapan petugas yang melaksanakan pengecekan secara terns menerus dan menindaklanjuti hasil pengecekan sesuai kebutuhan; c. Memeriksa kondisi pintu keluar masuk dan pintu/ jendela darurat secara terus menerus dan menindaklanjuti hasil pengecekan sesuai kebutuhan; d. Melakukan uji kir armada sesuai jadwal yaitu 6( enam) bulan sekali dan menindaklanjuti hasil uji kir apabila ada yang perlu diperbaiki. 3. Ditinjau dari faktor pengemudi, maka dapat dikatakan sudah memenuhi persyaratan untuk mengemudikan Bus dalam melayani pengguna jasa untuk melakukan wisata, Hal-hal yang perlu ditingkatkan adalah : a. Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan di jalan maka ketentuan mengenai waktu ketja dan waktu istirahat bagi pengemudi; b. Mengawasi Pengemudi untuk selalu memeriksa kendaraan yang akan dioperasikan pada waktu sebelum keberangkatan, selama perjalanan dan setelah perjalanan ; c. Mensiagakan pengemudi cadangan dalam pengoperasian bus untuk jarak tertentu; d. Meningkatkan keterampilan pengemudi untuk mengemudi pada malam hari, pada kondisi awan kabut, pada saat musin hujan, pada saat cuaca panas, melewati jalan rel, lokasi pengunungan, melalui pelatihan dan atau ujian pengemudi khusus pengemudi bus pariwisata B. Rekomendasi 1. Walaupun secara umum Perusahaan Otobus (PO) yang beroperasi di DKI Jakarta sudah melaksanakan kesiapan faktor keselamatan dalam mengoperasikan armadanya, sebaiknya pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan Propinsi DKI Jakarta secara rutin dan terus menerus melakukan pembinaan dan pengawasan, tidak hanya bila terjadi kecelakaan. 2. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa bus angkutan pariwisata, se1ain keselamatan yang menjadi faktor utama maka dari pihak PO dapat meningkatkan kondisi armada yang nyaman dengan pelayanan yang ramah dan prirna, dimulai dari pemesanan, pertjemputan, selama perjalanan hingga kembali ke asal. 1176 Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 3. Untuk menjamfil keselamatan lalu lintas clan angkutan di jalan perusahaan angkutan wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu ketja dan waktu istirahat bagi pengemudi, sebaiknya PO menerapkan disediakannya pengemudi cadangan serta menyelenggarakan penyuluhan / penyegaran tentang keterampilan mengemudi sesuai kebutuhan. 4. Untuk ketentraman pengemudi dan awaknya dalam melaksanakan tugas, sebaiknya pihak perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan dengan memberikan fasilitas terutama pemeriksaan kesehatan secara terus menerus, tambahan penghasilan sesuai kemampuan perusahaan serta cara kerja yang didasari dengan rasa kekeluargaan, mengingat tenaga pengemudi merupakan ujung tombak perusahaan. DAFfAR PUST AKA Arikunto, Suharsimi, (1988), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke - 8, Rineka Cipta, Yogyakarta Daftar Perusahaan Angkutan Pariwisata seluruh Indonesia, posisi 28 Oktober 2007, Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Propinsi DKI Jakarta Dalam Angka, tahun 2006, Jakarta Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003 tentang enyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum Kebijakan Pelayanan dan Keselamatan Transportasi Darat, 2005, Ditjen Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan, Jakarta. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81Tahun1983, tentang Pedoman Tata l.aksana Pelayanan Umum Nasution, H.M.N, MSTr, (1996), Manajemen Transportasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Nazir. Moh. (1988), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta Thoha, Mitfah (1984), Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, Raja Grafindo, Persada, Jakarta. Sugiyono, (2002), Metode Penelitian Administrasi, AJfabetha, Bandung. UU Republik Indonesia Nomor 14, 1992, Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Transportasi Dalam Angka, 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Jakarta Studi Penyusunan Pedoman teknis Perencanaan Sarana Kendaraan Bermotor Angkutan Jalan Raya Antar Kota, Badan Litbang Perhubungan, tahun 1993 *) Lahir di Jakarta, 19Juli1954, Sarjana EkonomiSTIE Management Indusbi dan Jasa Indonesia, Tahun 2002, Peneliti Muda Bidang Transportasi Darat **) Lahir di Kebumen, 22 Juni 1956, Sl tahun 2004 SI1AMI, Peneliti Pertama Volume 20, Nomor 7, Tahun 2008 1177 PEDOMAN BAGI PENlJtIS-DAt'AM WAR'f-A~PENEI::IHAN PERHUBUNGAN 1. 2. 3. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Judul: diketik dengan huruf kapital tebal (bold) pada halaman pertama 11 kata. Judul mencerminkan inti tulisan. Nama penulis : nama lengkap diketik di bawah judul dengan tanda asterik *) diikuti dengan biodata penulis antara lain tempat, tanggal lahir, pendidikan terakhir, dan alamat kantor diketik di bawah daftar pustaka. 4. Abstrak: dalam bahasa Indonesia atau Inggris, diketik dengan huruf miring (italic) berjarak 1 spasi, memuat ringkasan lengkap isi tulisan, maksimum 5% tulisan atau 250 kata. 5. Katakunci: 2-5 kata. 6. Kerangka tulisan: tulisan basil riset tersusun menurut urutan sebagai berikut persentase bagian-bagiannya: a. Pendahuluan 40% b. Bahan/cara/metode/teori/hipotesa 40% (a+b) c. Hasil dan pembahasan 50% d. Simpulan dan saran e. Ucapan terima kasih (bila ada untuk sponsor, pembimbing, asisten. dsb). f. Daftar pustaka. 7. Pengutipan : a. Bila seorang (Edwards, 2005) b. Bila 2 orang (Edwards & Suhardjono, 2(05) c. Hila 3 orang atau lebih (Edwards, et al., 2005) 8. Penulisan daftar pustaka disusw1 berdasarkan Alpabet a. Bila pustaka yang dirujuk terdapat dalam jurnal, seperti contoh: Edwards, J.D, 155. Transportation Planning Handbook, furnal Transportasi Darat 3 (2) : 60-75. b. Bila pustaka yang dirujuk berupa buku, seperti contoh : Florian, Michael, 1984. Transportation Planning Models, Newyork, Elsevier Science Publishing Company, Inc. c. Bila pustaka yang dirujuk berupa bunga rampai, seperti contoh : Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen (Supranto, J, MA) Jakarta, Rineka Cipta, Hal. 56-57. d . Bila pustaka yang dirujuk terdapat dalam prosiding, seperti contoh : Edwards, J. D. Transportation Planning Handbook. Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Perkeretaapian di Sumatera Bagian Selatan, Palembang, 12 April 2006. Masyaraka Kereta Api Indonsia. e. Bila pustaka yang dirujuk berupa media massa, seperti contoh : Tresna P. Soemardi, Dr., Ir., SE., MS., 1997. Kendala Pengembangan Operasional dan Keuangan Penerbangan Nasional, Trans Media. Volume II No. 4, Hal. 18-20. f. Bila pustaka yang dirujuk berupa website, seperti contoh: John A Cracknell, Traffic and Transport Consultant, 2000. Experience in Urban Traffic Management and Demand Management in Developing Countries, 27 October 2000. www.worldbank.org g. Bila pustaka yang dirujuk berupa lembaga instansi, seperti contoh : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2005. Pedoman Akademik Pascasarjana Dalam Negeri. Jakarta, Biro Organisasi dan Kepegawaian. h. Bila pustaka yang dirujuk berupa makalah dalam pertemuan ilmiah yang belum diterbitkan, seperti contoh: Martono, S. 1994. Perlindungan Hak-hak Konsumen fasa Perhubungan Udara, Worshop, Jakarta, 22-24 April. i. Bila pustaka yang dirujuk berupa skripsi tesis/ disertasi seperti contoh: Jasuli, 2004. Pengembangan Transportasi Kereta Api di Pu/au Sumatera. (Skripsi) Fakultas Teknik, Institut Teknologi Bandung. j. Bila pustaka yang dirujuk berupa dokumen paten seperti contoh : Sukawati, T.R. 1995. Landasan putar bebas hambatan. Paten Indonesia No. 10/0 000 114. k. Bila pustaka yang dirujuk berupa laporan penelitian seperti contoh : Irnbang Dananjaja, Nanang A. & Deddy A., 1995. Pengkajian Optimalisasi dan Pengembangan Terminal Petikemas Pelabuhan Panjang Menggunakan Model Dinamis Powersim. (Laporan Penelitian) Puslitbang Perhubungan Laut, Badan Litbang Perhubungan. 10. Kelengkapan tulisan, tabel, grafik, dan kelengkapan lain disiapkan dalam media yang dapat diedit. Poto: hitamputih aslinya, kecuali bila warna menentukan arti. 11. Format rulisan: 5-15 halaman yang diketik dengan menggunakan MS World (tidak termasuk daftar pustaka dan lampiran), pada kertas ukuran A4, dengan font Book Antiqua 12, spasi 1,5. Batas atas dan bawah 2,5 cm, tepi kiri 3 cm dan tepi kanan 2,5 cm. 12. Redaksi: editor/penyuting mempunyai kewenangan mengatur pelaksanaan penerbitan sesuai format Warta Penelitian Perhubungan