Penulis: Yoyo Budiman Teks dan desain: Diella Dachlan Foto: Yoyo Budiman, Ng Swan Ti, Veronica Wijaya Agung Widjanarko, Diella Dachlan Daftar Isi Berkenalan Dengan Ikan Sungai Citarum Oleh Yoyo Budiman Sebelum Lenyap Selamanya, hal 3 Dibalik Lezatnya Ikan Sungai Citarum, hal 7 Daftar Ikan Sungai Citarum 2008-2011, hal 10 Mengenal Ikan Sungai Citarum, hal 15 - Ikan Lalawak, hal 16 - Ikan Hampala, hal 17 - Ikan Gerang, hal 18 - Ikan Julung-Julung, hal 18 xx Sebelum Lenyap Selamanya Ada berapa banyak jenis ikan di Sungai Citarum? Apakah ada jenis-jenis ikan yang dulunya hidup di Sungai Citarum dan sekarang tidak lagi dapat ditemukan? Dari Laporan Ekspedisi Citarum Kompas yang dilakukan sekitar bulan April-Mei 2011, disebutkan ada sekitar 14 jenis ikan yang menghilang dari Sungai Citarum, dalam kurun waktu sekitar 40 tahun hingga tahun 2007. (Kompas, Ikan-Ikan pun Kalah di Citarum, 1 Mei 2011) Disebutkan di antara jenis-jenis ikan yang “menghilang” itu adalah sebagai berikut; julung-julung (Dermogenys pusillus), tilan (Macrognathus aculeatus), tawes (Barbodes gonionotus), genggehek (Mystacoleucus marginatus), arengan (Labeo crysophaekadion), kancra (Tor douronensis), nilem (Osteochillus hasselti), dan paray (Rasbora argyrotaenia). Sedangkan dari 23 jenis ikan asli Sungai Citarum, dari penelitian tahun 1998-2007, ditemukan 9 jenis asli yaitu hampal (Hampala macrolepidota), lalawak (Barbodes bramoides), beunteur (Puntius binotatus), tagih (Mystus nemurus), kebogerang (Mystus negriceps), lais (Lais hexanema), lele (Clarias bratachus), lempuk (Callichrous bimaculatus), dan gabus (Channa striatus). Sementara ikan tebaran yang ditemukan yaitu, seperti mas (Cyrpinus carpio) dan mujair (Oreochromis mosammbicus). 3 Usaha perikanan di Jatiluhur Jika ikan-ikan tersebut benar-benar “menghilang”, kita dapat bertanya, seberapa besarkah perubahan yang terjadi di ekosistem sungai Citarum hingga mampu menyingkirkan para penghuni aslinya? Laporan foto ini bersifat berbagi informasi dari ikan-ikan yang ditemukan di ruas Sungai Citarum, misalnya di daerah Muara Sungai Cihea, yang berada di dekat jembatan Citarum. Jembatan ini biasanya dilalui bagi mereka yang melakukan perjalanan Bandung-Jakarta melalui jalur Padalarang. Hasil penemuan para pengamat dan peminat olahraga mancing ini-lah yang dirangkum di dalam laporan sederhana ini. Dari penemuan tersebut, sementara kita bisa bernafas lega bahwa ada di antara jenis-jenis ikan yang dikabarkan lenyap itu, ternyata masih ditemukan. Namun, kelegaan ini tidak akan berlangsung lama jika kita tidak melakukan upaya untuk mempertahankan jenis dan jumlah yang sangat sedikit ini, atau mereka akan benar-benar lenyap selamanya. Semoga laporan ini dapat menggugah para pengamat dan penggiat lingkungan lainnya untuk terus berbagi informasi mengenai jenis-jenis kekayaan ragam hayati yang ada di sekitar kita, khususnya di wilayah sungai dan daerah aliran Sungai Citarum. (Diella Dachlan) 4 5 Pemancing di Desa Curug, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang Berkenalan Dengan Ikan Sungai Citarum Penulis: Yoyo Budiman Dibalik Lezatnya Ikan Sungai Citarum Daftar Ikan Sungai Citarum 2008-2011 Mengenal Ikan Sungai Citarum - Ikan Lalawak - Ikan Hampala - Ikan Gerang - Ikan Julung-Julung 6 Dibalik Lezatnya Ikan Sungai Citarum Jika anda melakukan perjalanan Jakarta-Bandung melalui jalur Cianjur atau perjalanan Cianjur- Bandung, Sukabumi-Bandung, BogorBandung, melalui jalur darat, Anda pasti melintasi Sungai Citarum. Sebuah sungai terbesar dan paling populer di Jawa Barat. Tidak heran karena sungai ini paling banyak menghasilkan listrik melalui bendungan Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Banyak cerita dan berita mengenai Sungai Citarum, banyak juga program pemerintah yang dilaksanakan di Sungai ini dengan berbagai alasan dan kepentingan, artinya Citarum diperhatikan oleh banyak pihak, mulai dari hulu sampai hilir, oleh kalangan swasta, pemerintah maupun badan-badan internasional. Jika kita perhatikan dari dekat, khususnya dari jembatan Citarum (jembatan lama & baru), area muara sungai Cihea dan sekitarnya, tampak sekali bahwa sungai Citarum menjadi salah satu urat nadi perekonomian masyarakat sekitarnya, setiap hari masyarakat memancing dan menjaring ikan di Sungai Citarum yang tampak tenang dengan pemandangan yang indah.Hasil tangkapan ikan dari sungai Citarum salah satunya dapat anda nikmati di rumah makan-rumah makan sederhana yang menyajikan hidangan khusus "Ikan Bakar Sungai Citarum". Di tempat peristirahatan ini tersedia berbagai jenis ikan sungai seperti Gerang, Tagih, Hampal, Genggehek, Jambal, Lalawak dan sebagainya. Selain itu ada pula ikan sungai yang sudah dibudidayakan (ikan mas, nila dan lain-lain). Semula kami anggap ikan bakar biasa, tetapi setelah melihat dari dekat, ikan-ikan ini sungguh luar biasa, karena : - Ukurannya besar-besar, ikan nila bisa mencapai 1-3 kg per ekor; - Terdapat jenis-jenis ikan yang sudah sangat jarang ditemukan di pasar, seperti ikan Hampal, Tagih, Genggehek, Jambal dan Lalawak. Dengan kata lain ikan bakar di tempat ini sangat eksklusif dari sisi jenis dan ukuran, rasanya-pun sangat enak untuk dinikmati dengan keluarga atau beramai-ramai dengan rekan. Selain ikan bakar beraneka ukuran, terdapat hal yang menggelitik. Di sepanjang sungai Citarum banyak terdapat pemancing ikan, banyak juga yang menggunakan kecrik atau huraf (jaring penangkap ikan dengan cara dikembangkan dan dilempar ke sungai), banyak juga yang menggunakan jaring-jaring yang dipasang di pinggir-pinggir sungai. Semuanya punya tujuan yang sama, mengambil ikan sungai Citarum. 7 Keterangan foto: (kiri) Mak Nyai Cobek Jerit di Danau Dayung Cipule, Karawang. (kanan) Kanen (90 tahun) warga desa Mulya Sejati membuat bubu di pinggir Sungai Citarum (dikenal kali mati) di desa Curug, Klari, Kab. Krawang. (atas) Suasana memancing di Situ Cisanti, Kecamatan Ker tasari, Kab. Bandung. (bawah) ikan Arar yang ditemukan di Situ Cisanti. Memang tidak ada yang aneh, semuanya sah-sah saja, biasa saja, permasalahannya adalah bahwa yang ada hanya penangkap ikan, tidak ditemukan satupun diantara mereka yang menanam ikan !. Banyak kasus sudah terjadi, di Cianjur misalnya, dulu terkenal dengan ikan "Beureum Panon". Ikan sejenis Nilem ini dulu banyak terdapat di kolam-kolam pribadi maupun di perairan umum, sungai, anak sungai dan sejenisnya, sekarang apakah kita masih bisa menemukan "Beureum Panon" di perairan umum, masih merupakan tanda tanya besar, yang jelas di kolam-kolam, di empangempang peliharaan, jenis ikan ini sudah sangat sulit ditemukan. Ada kekhawatiran yang terbersit di benak, bila pengambilan ikan di sungai Citarum terus dilakukan, sementara upaya penanaman (restocking) tidak dilakukan, suatu hari beberapa jenis ikan yang potensial sebagai ikan konsumsi ataupun ikan hias akan sirna seperti Beureum Panon, setidaknya sangat sulit ditemukan, apalagi untuk dinikmati. Diakui bahwa instansi pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat sudah banyak berbuat, tetapi kalau melihat kenyataan di lapangan, upaya-upaya tersebut perlu terus didukung dan dikembangkan agar plasma nutfah yang sangat penting tidak lenyap begitu saja, bahkan sebaliknya harus memberikan manfaat dalam jangka panjang. Siapapun Anda, masyarakat biasa, blogger, para peminat mancing, dosen, peneliti, pakar ikan, dan lain-lain, yang mencintai plasma nutfah Indonesia, dalam hal ini ikan-ikan asli sungai Citarum, ikan-ikan endemik, kita coba bergabung menghimpun sebuah kekuatan untuk melestarikan dengan berbagai cara yang nyata, fokus dan berkesinambungan. Jika Anda punya pengetahuan, pengalaman dan kepedulian tentang ikan asli sungai Citarum dan sekitarnya, kami berharap anda dapat bergabung dalam blog ini untuk sama-sama urung rembug, berbuat sesuatu yang mulia. Mungkin tindakan ini melawan arus, dimana orang memanen ikan sungai, kita coba menanam untuk anak cucu kita. Sesekali kita memang harus melawan arus, demi kebaikan tentunya. (Yoyo Budiman, dari tulisan asli Konservasi Ikan Sungai Citarum) 8 9 Daftar Ikan Sungai Citarum 2008-2011 Sebagai salah satu sungai terbesar di Jawa Bagian Barat, Citarum menyimpan berbagai potensi perikanan yang luar biasa. Sebagian sudah diketahui, sebagian lagi sudah dikembangkan, sebagian lagi sudah punah atau sangat jarang ditemukan lagi. Isu ikan di perairan ini semakin mencuat dengan adanya 3 waduk, permasalahan baru timbul disana-sini, bahkan pembangunan waduk dan pencemaran airnya telah dituding sebagai penyebab punahnya beberapa jenis ikan. Di satu sisi jumlah jenis ikan semakin hari semakin bertambah, tetapi di sisi lain jumlah jenis ikan aslinya (indigenous) semakin berkurang. Beberapa diantaranya bahkan punah, tetapi data ini selalu diragukan keabsahannya, maklum karena penelitian di sungai Citarum dilakukan sepotong-sepotong, tidak terintegrasi, tidak berkesinambungan, tidak spesifik. Beberapa ikan dikabarkan punah, tetapi di lapangan hal itu tidak benar atau sebaliknya. Sungai Cihea, Cianjur 10 Keterangan foto: (atas) Saguling dari desa Girimukti, kab Bandung. (kiri atas) tim Enclave Conservation (kiri bawah) menangkap remis di aliran sungai, 300 meter dari Situ Cisanti. (kanan bawah) kijing, sejenis kerang yang ditemukan di Situ Cisanti Berikut ini adalah daftar jenis-jenis ikan Sungai Citarum yang kami (Enclave Conservation) temukan di lapangan, di Sungai Citarum pada periode 2008-2011. Data dan informasi ini adalah hasil pengamatan di lapangan dan bukan merupakan sebuah informasi ilmiah. Karenanya, informasi tambahan atau koreksi dari pembaca akan sangat kami butuhkan untuk menambah dan memperbaiki informasi yang disajikan di tulisan ini. Pendekatan pengambilan data : 1. Wawancara dengan masyarakat sekitar sungai & waduk 2. Seminar Propinsi Jawa Barat 3. Penelusuran sungai & waduk 4. Pengamatan di pasar lokal 5. Pengambilan/pengumpulan sample ikan (Koleksi) 6. Domestikasi di aquarium & kolam darat 11 1 2 3 Keterangan foto: Ikan-ikan yang ditemui di aliran Sungai Citarum pada periode 2008-2011 (1) Arelot (2) bagarius (3) Betutu (4) Betok (5) Hampala A. Katagori Indigenous-Asli Sungai Citarum Adalah ikan-ikan asli yang sudah ada sejak dulu kala, info diperoleh dari hasil perbincangan dengan para sesepuh disekitar DAS Citarum, khususnya sekitar Rajamandala, Cirata dan Saguling. Semua sampel ikan berasal dari sungai Citarum dan anak-anak sungainya, tidak mengambil sampel ikan dari tempat lain. 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 25. 26. 27. 28. 29. Arelot Arengan Belida Jawa Belut Betok Beunteur Bogo Gabus Genggehek Gerang/Kebogerang Hampala Jambal 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Jeler Julung-julung Kancra Kehkel Lalawak Lele Lempok Lika Gagak Lika Lejet Lubang/Sidat Moa Paray Sidat Tagih Tawes Udang Balidra (beberapa orang mengatakan sama dengan tawes. Maskot Kabupaten Purwakarta.) 30. Colot (sejenis jambal, tetapi ukurannya kecil, hanya 1 ons saja (jambal mini)) 31. Gejed (Sejenis Hampal, tetapi kecil, Hampala mini) 32. Leat (Sejenis nilem tetapi mulutnya ada di bagian bawah, mirip arengan. Menempel di batu-batu aliran sungai deras, meninggalkan bekas gigitan/gores di batu-batu sungai.) 12 5 10 6 11 B. Kategori Introduksi Nasional 7 8 Ikan ini adalah ikan asli Indonesia tetapi bukan asli Sungai Citarum 1. Bandeng 2. Toman 3. Beureum Panon 4. Nilem 5. Jelawat 6. Belida 7. Seren 8. Gurame C. kategori Introduksi (Non Indonesia) Kelompok ini merupakan ikan yang didatangkan dari luar Indonesia untuk berbagai kepentingan, tetapi saat ini ada di Sungai Citarum. C.1. Ikan Konsumsi 1. Lobster 2. Grass Carp 3. Mola 4. Nila 5. Mas 6. Mujair 7. Patin 8. Lele Dumbo 9. Sepat siem 10. Bawal 11. Cecere/impun 9 Keterangan foto: Ikan-ikan yang ditemui di aliran Sungai Citarum pada periode 2008-2011 (6) Arengan (7) Benteur (8) Bogo (9) Julung-Julung (10) Gerang (11) Nilem 13 C.2. Ikan Hias 1. Golsom (Green terror cichlid) 2. Red Devil 3. Pive Spot 4. Kapiat 5. Peacock Bass 6. Louhan 7. Cingir Putri 8. Aligator 9. Belida Bangkok 10. Palmas 12 15 13 16 17 14 D. kategori Non Ikan 1. Biawak 2. Labi-labi 3. Ular Sanca Keterangan foto: Ilustrasi Ular Sanca Kembang. Sumber foto: internet (Wong68 Blog) E. Belum Terkelompokkan 1. Pepetek 2. Betutu 3. Nilem 4. Sepat 5. Tambakang 6. Sapu-sapu 18 14 Keterangan foto: Ikan-ikan yang ditemui di aliran Sungai Citarum pada periode 2008-2011 (12) Jeler (13) Kancra (14) Belut (15) Kebogerang (16) Genggehek (17) Kehkel (18) Lalawak Mengenal Ikan Sungai Citarum Situ Cisanti, Kecamatan Kertasari, Kab Bandung 15 Ikan Lalawak Ikan Lalawak Puntius bramoides (Valenciennes, 1842) atau Barbus bramoides (Valenciennes), 1842) Cyprinidae Bentuk badannya mirip sekali dengan Tawes, tetapi sirip bawah dan ekornya berwarna merah pucat. Ikan ini diduga sebagai Puntius bramoides, tetapi masih memerlukan identifikasi lebih lanjut. Lalawak merupakan salah satu jenis ikan Sungai Citarum (termasuk anak sungai Citarum disekitarnya, seperti Sungai Cihea, Cijuhung, Cileat, Cisokan dan lain sebagainya) yang saat ini masih bisa dengan mudah ditemukan, diantaranya di area sekitar Jembatan Citarum – Rajamandala, perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Cianjur. Lalawak juga terdapat di Waduk Cirata dan Sungai Cisokan. Lalawak termasuk Kingdom: Animalia, Phylum: Chordata, Class: Actinopterygii, Order: Cypriniformes, Family: Cyprinidae, Genus: Puntius dan Species: Puntius bramoides. Di Jawa Barat ikan ini populer dengan dua nama, yaitu Lalawak Sungai Citarum area dan Balar Sungai Cimanuk Area. Di daerah lain disbut secara umum sebagai Lempam atau Pahat, nama nama tersbut kurang spesifik, sehingga nama nasionalnya cenderung pada sebutan Lalawak. Nama ini telah dipergunakan pula di kalangan peneliti dan universitas. Bentuk fisik ikan ini nyaris sama dengan Tawes, sehingga ada juga yang menyebutnya sebagai tawes liar, tetapi terdapat perbedaan prinsip terutama dalam hal ukuran fisik, dimana Balar ukuran panjang maksimalnya hanya 30 cm, sementara Tawes bisa mencapai lebih dari 30 cm. Perbedaan lainnya terletak pada sirip ekor, sirip perut dan dada, dimana pada Lalawak berwarna merah muda sampai merah normal, sementara pada tawes tidak terdapat warna merah tersebut. Beda dengan Tawes, Lalawak masih merupakan ikan alam dan belum banyak dibudidayakan, namun demikian bukan berarti belum sama sekali, di beberapa tempat di kawasan Sumedang, Limbangan, ikan ini sudah masuk kategori ikan kolam dengan pemijahan secara alami, tetapi jumlahnya masih sangat sedikit. 16 Ikan Hampala Hampala macrolepidota (Valenciennes, 1842) Ikan Hampala ukuran besar total panjang 30 cm, ukuran lebih kecil = 21 cm, ditangkap dari Sungai Cisokan dengan menggunakan pancing pada tanggal 29 Agustus 2009, Ikan Hampala di Jawa Barat disebut Hampal, di Jawa Tengah disebut Palung, sedangkan di Kalimantan & Malaysia dikenal sebagai Sebarau. Mengapa ikan ini dikatakan unik? Alasan pertama adalah karena Ikan ini sulit ditemukan di kolam atau di toko aquarium. Kedua, ikan Hampal ini sangat mengasyikan untuk dipancing, tarikannya khas dan luar bisa menantang, umpannyapun tidak bisa menggunakan cacing atau umpan mati lainnya. Selain itu ikan ini unik dan cantik dipajang di aquarium. Perhatikan bagian ekor dan "colet" hitam melintang setengah badan di bagian tengah tubuhnya, merupakan ciri khas yang sangat unik, ditambah lagi dengan sisik Melepaskan ikan Balar (re-stocking) di Sungai Cimanuk perak yang mengkilat, ikan ini layak untuk dinikmati sebagai ikan hias. Ukurannya yang bisa mencapai 50 cm atau lebih, merupakan ikan liar yang layak konsumsi. Petani atau peternak ikan kurang senang dengan keberadaan Hampala, pasalnya karena ikan ini bersifat karnivora dan memakan jenis ikan lainnya yang lebih kecil, jika ditanam di kolam peliharaan, dia memakan ikan lain yang kita pelihara. Apapun sifat Hampala, ikan ini merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia dan keberadaannya dirasakan sulit ditemukan, artinya Hampala memerlukan perhatian untuk dilestarikan. Perlu proses identifikasi, domestikasi dan re-stocking di alam aslinya. Hasil observasi bulan Agutus 2009, Hampala masih bisa ditemukan di Sungai Citarum, Sungai Cisokan dan Waduk Cirata. Dari referensi yang ada penyebaran ikan ini terdiri dari : Dunia : Indonesia, Semenanjung Malaysia, Thailand, Vietnam hingga China. Jawa Tengah dan Jawa Timur: Bengawan Solo, Serayu, Bogowonto, Brantas, Porong,Cisadane Jawa Barat: Cianjur, Jabar : Citarum, Cisokan, Cirata Sumatra : Sungai Asahan, Danau Toba, Musi dan Danau Singkarak Kalimantan : Kapuas, Barito dan Mahakam. Jika tidak memijahkannya sendiri, banyak hobbiis dan praktisi yang bisa melakukannya, teknik induce spawning dan penggunaan ovaprim atau kelenjar hipopisa akan sangat membantu jika pemijahan alam sulit dilakukan. 17 Ikan Gerang Gerang (Mystus nigriceps) Valenciennes, 1840. Penduduk setempat, disekitar dusun Muara (dusun disekitar muara sungai Cihea, yang bermuara langsung di sungai Ciatrum) menyebut ikan ini sebagai Gerang (hurup "e" pada kata Gerang dibaca seperti "e" pada kata "kentang". Di daerah lain ikan ini dikenal sebagai Kebongerang atau Keting. Berdasarkan pengamatan di lapangan, populasi Gerang tidak mengkhawatirkan, diantaranya karena jumlahnya cukup banyak. Indikator banyak dalam hal ini adalah setiap pemancing ikan atau penjala hampir selalu mendapatkan ikan Gerang setiap harinya. Sebagian ikan yang tertangkap pancing/jala/jaring berada dalam kondisi bunting, artinya ikan ini berkembangbiak di sungai Citarum dengan baik tanpa bantuan manusia. Dari pengambilan sampel di lapangan, dari 8 ekor Gerang 5 diantaranya betina dalam kondisi bunting dan 3 lainnya jantan. Penampilan Gerang bunting dapat dilihat secara jelas dari bentuk fisiknya, yaitu perut bagian depan yang membuncit. Sedangkan pada jantan tanda fisik ini tidak ditemukan. Untuk membuktikan kebenarannya, ikan mati dibelah bagian perutnya dengan pisau yang tajam, begitu perut terbuka, dua kantung telur (gonad) langsung tampak paling depan, kontras dengan warna kuning muda. Dari lima sampel ikan yang dibelah, seluruhnya mengandung telur, tiga di antaranya diduga sudah matang gonad, karena telur berukuran lebih besar dan lembut. Ikan Gerang sampel dicoba dibawa dalam kondisi hidup dengan tanpa bantuan aerator atau oksigen. Uji coba pertama, tanggal 7 Februari 2009, dari 2 ekor sampel yang dibawa, kedua-duanya berhasil selamat sampai tujuan (Cianjur) setelah menempuh jarak sekitar 35 kilometer. Gerang ditanam di dalam bak semen ukuran 1,2 x 2 meter dan bertahan hidup sampai dengan saat ini. Kami berharap ikan-ikan sampel ini dapat bertahan hidup untuk diteliti lebih lanjut serta dikembangkan sesuai dengan tujuan utamanya. 18 Ikan Julung-Julung (Dermogenys pusillus) Ikan-ikan julung-julung yang diduga telah punah dari Sungai Citarum, masih dapat ditemukan Ada yang mengabarkan ikan Julung-julung atau Jungjulung (Dermogenys sp) punah di Sungai Citarum - Jawa Barat. Tanggal 7 Juli 2011 kami (Enclave Conservation) melakukan eksplorasi kecil di area Rajamandala, Jembatan Lama Citarum. Hasil diskusi dengan penduduk setempat menyatakan bahwa ikan Julung-Julung ini masih ada tetapi sudah jarang. Kami menyusuri sungai Citarum dan Sungai Cihea yang merupakan anak sungai Citarum. Dalam hitungan jam, ikan ini berhasil ditemukan!. Jadi tidak benar kalau jungjulung sudah punah! Dari rekan-rekan peminat mincing, keterangan mengenai keberadaan Ikan Julung-Julung ditemukan di lokasi sebagai berikut: 1. Adam Mohammad Homsyah, Siwa Sakit Permanent, Dzikir Ahmad Kamaru : Masih terdapat di area Rancaekek. 2. Silas Oki Wijaya : Masih ada di daerah Sapan. 3. A Sanjaya Bro Joel : Daerah Cililin masih banyak. 4. Deni Nursamsi : Masih ada ke area hulu, terutama di Lubuk/Leuwi. Fakta berbicara ikan ini masih ada di Sungai Citarum dan Area Jawa Barat. 19 Keterangan Foto: Pesan lestari dari hulu Sungai Citarum. Penghijauan dan acara mancing bersama Bupati Bandung beserta jajaran Pemerintah Kabupaten Bandung, instansi pemerintah, swasta, komunitas dan masyarakat beserta 20 Wilayah Sungai Citarum (BBWSC). Situ Cisanti 9 Juli 2011 Balai Besar