stad - PPJP UNLAM - Universitas Lambung Mangkurat

advertisement
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A
MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN
Noorhafizah & Rahmiliya Apriyani
Program Magister Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
E-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan aktivitas guru, aktivitas siswa,
serta hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Make a Match. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus I mencapai 67,5 sedangkan pada siklus
II menjadi 92,5. Aktivitas siswa secara klasikal pada siklus I mencapai persentase 52,63%
sedangkan pada siklus II persentase menjadi 91,05%. Hasil belajar siswa pada materi
Perkembangan Teknologi pada siklus I mencapai ketuntasan 60,53% sedangkan pada siklus II
ketuntasan menjadi 89,47%. Saran yang bisa diberikan model ini dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam pemilihan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS serta dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kata kunci: Student Team Achievement Divisions, Make a Match, Hasil Belajar, Perkembangan
Teknologi.
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan
kesadaran
terhadap
nilai-nilai
sosial
dan
kemanusiaan;
(4)
Memiliki
kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional, dan global.
Kenyataan di lapangan proses pembelajaran
IPS tidak seperti yang diharapkan, berdasarkan hasil
wawancara, observasi dan data yang dikumpulkan
oleh peneliti menyatakan bahwa permasalahan dalam
penguasaan materi dan hasil belajar yang diperoleh
siswa terhadap mata pelajaran IPS masih kurang
terutama pada materi perkembangan teknologi. Hal
ini didukung dengan hasil belajar siswa sebelumnya
yang belum mencapai KKM.
Dari nilai rata-rata pada semester genap tahun
pelajaran 2013/2014 diketahui dimana 22 orang
siswa dari 38 orang siswa mendapat nilai dibawah
KKM atau sebanyak 57,89% dan yang tuntas dari 38
orang siswa adalah 16 orang atau sebanyak 42,11%.
Sementara itu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan sekolah adalah 65 untuk mata
pelajaran IPS.
Rendahnya hasil belajar dalam pembelajaran
IPS ini disebabkan karena siswa kurang antusias
dalam pembelajaran, tidak adanya interaksi antar
siswa dikelas seperti berdiskusi sehingga
menyebabkan anak kurang
memahami materi,
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga
masih kurang, masih banyak siswa yang kurang
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak
dapat kita hindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Di jaman yang modern
ini teknologi mempunyai hubungan yang erat
dengan pendidikan. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guna mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas
salah satunya dapat diwujudkan dengan mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sapriya
(2014:11) mengemukakan bahwa Pendidikan IPS
adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin
ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisaskan dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan.
Hal ini didukung oleh pendapat Susanto
(2013:149) bahwa mata pelajaran IPS di SD
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
37
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi perkembangan teknologi dan siswa juga
terlihat kurang termotivasi dalam pembelajaran.
Permasalahan diatas, apabila tidak ada upaya
perbaikan maka akan berdampak pada pembelajaran
yang tidak bermakna, artinya pelajaran tersebut
hanya bersifat hafalan dan lama-kelamaan akan
mudah terlupakan tanpa memberikan suatu
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.
Selain itu akan menghambat siswa untuk dapat
mencapai KKM yang telah ditetapkan, sehingga
dapat berdampak pula bagi siswa untuk melanjutkan
kekelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Upaya untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi di SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin khusus
nya kelas IV B ini adalah dengan cara memperbaiki
proses pembelajaran IPS sehingga merangsang,
memotivasi dan memberikan pengalaman serta dapat
mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep
dalam pembelajaran. Dalam hal ini maka peneliti
mencoba untuk menggunakan strategi pembelajaran
yang melibatkan partisipasi siswa secara aktif dan
meningkatkan motivasi sehingga dapat mencapai
tujuan bersama dalam kegiatan pembelajaran dan
guna
meningkatkan
hasil
belajar.
Model
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan
tersebut yaitu Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dengan Variasi Make A Match.
Penggunaan
gabungan
kedua
Model
pembelajaran ini akan dapat melibatkan peran siswa
secara aktif adalah pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD), model
pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa
lebih termotivasi untuk mempelajari IPS dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Keunggulan model
ini lebih menekankan pada kinerja kelompok secara
heterogen sehingga siswa dalam belajar berdiskusi
dan saling membantu dalam mempelajari isi materi
pelajaran yang mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran. Sedangkan model Make a Match
berbasis keterampilan proses dengan mengajak siswa
belajar sambil bermain dengan mencari pasangan
kartu yang diterimanya. Penerapan model ini dimulai
dari siswa melakukan pengamatan kemudian untuk
lebih mendalami materi siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal.
Penerapan model pembelajaran Student Team
Achievement Divisions (STAD) dengan Make A
Match mampu mengajarkan siswa menjadi percaya
pada guru, meningkatkan kemampuan untuk
berfikir, meningkatkan rasa ingin tahu, mendorong
siswa
untuk berani mengungkapkan ide,
mengajarkan kepada siswa untuk saling menghargai.
METODOLOGI
Penelitian tindakan
kelas
ini
pendekatan kualitatif, meskipun data yang
dikumpulkan pada pendekatan kualitatif ini bersifat
kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif
dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan
instrumen utama dalam pengumpulan data, proses
Sama pentingnya dengan produk.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan
model penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc
Taggart (dalam Suharsimi, 2011:16), yaitu
berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus berikutnya.
Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan) dan reflection
(refleksi). Lang-kah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada
siklus I di-lakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama
dengan guru kelas, kehadiran peneliti sebagai
pengajar dan dibantu seorang observer, yaitu guru
kelas di SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin. Dengan
cara ini diharapkan akan mendapatkan data yang
objektif demi kevalidan data yang diperlukan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi: (1) data tentang aktivitas guru dalam
pelak-sanaan pembelajaran dengan meng-gunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan variasi
Make A Match; (2) data tentang aktivitas siswa
selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dengan variasi Make A Match; (3) data hasil belajar
siswa tentang kemampuan memecahkan masalah
pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi
perkem-bangan teknologi.
Instrument yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari: (1) Instrument-instrument yang
berka-itan dengan proses pembelajaran, yaitu:
lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang
berfungsi sebagai alat untuk mengetahui data hasil
observasi aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran yang berkenaan dengan pelaksanaan
pembelajaran; (2) Instrument-instrument yang
berkaitan dengan hasil belajar siswa, yaitu berupa
Lembar Kerja Kelompok (LKK), kuis dan tes
evaluasi hasil belajar tertulis yang dilaksanakan di
akhir pembelajaran setiap kali pertemuan dalam
setiap siklus.
Indikator keberhasilan aktivitas guru dalam
pelaksanaan
langkah-langkah
pembelajaran
memperoleh skor  82 dengan kategori sangat baik.
Aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran
secara rata-rata kelas dapat mencapai skor ≥ 82
dengan kriteria sangat aktif dan apabila dilihat
secara klasikal mencapai  81% siswa berada pada
adalah
38
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
kriteria Hampir Seluruhnya Aktif atau Seluruhnya
Aktif. Hasil belajar siswa mendapat nilai 70 (KKM)
tuntas secara individual dan secara klasikal
mencapai  80% siswa tuntas.
Teknis analisis data yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini meliputi analisis
kualitatif dan kuantitatif. (1) Analisis kualitatif
digunakan untuk mengetahui kualitas proses model
pembelajaran koope-ratif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan variasi
Make A Match melalui kegiatan observasi aktivitas
guru terkait cara mengajar dan keaktifan siswa
selama proses pem-belajaran berlangsung; (2)
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menge-tahui
hasil belajar siswa baik secara individual maupun
klasikal, sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
Analisis data mengenai hasil belajar siswa
dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang
telah tuntas dari evaluasi di akhir pembelajaran
setiap pertemuan
dengan materi yang telah
diberikan selama proses pembelajaran yaitu
mengenai perkembangan teknologi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan penelitian, aktivitas guru
dari siklus I sampai siklus II memperlihatkan adanya
perbaikan serta peningkatan yang signifikan pada
aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan variasi
Make A Match.
keberhasilan aktivitas guru sudah tercapai yakni
85% berdasarkan interpretasi keaktifan guru.
Peningkatan hasil aktivitas guru dalam
pembelajaran di atas disebabkan oleh adanya
perbaikan pembelajaran melalui refleksi terhadap
pembelajaran yang dilakukan. Refleksi merupakan
pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan
dalam pencapaian tujuan sementara. Penggunaan
model pembelajaran Student Team Achievement
Divisions (STAD) dengan Make a Match pada
materi
Perkembangan
Teknologi
dapat
meningkatkan aktivitas guru dalam proses belajar
mengajar sehingga berjalan dengan efektif.
Menurut Rusman (2014:58) mengemukakan
bahwa guru merupakan faktor penentu yang sangat
dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena
guru memegang peranan dalam proses pembelajaran,
dimana pembelajaran merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian,
efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak
guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan
kemampuan guru.
Menurut Susanto (2013:19) “pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan,
kemahiran,
dan
tabiat,
serta
pembentukan sikap dan keyakinan peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik”.
Menurut Suriansyah (2014:226), pembelajaran
kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan peserta didik, juga siswa dapat
menjadi kreatif dalam proses pembelajaran.
Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa
aktivitas guru menunjukkan peningkatan kegiatan
dari pertemuan ke-1 siklus I hingga pertemuan ke-2
siklus II. Peningkatan terjadi karena pembenahan
dan perbaikan dari guru, berdasarkan hasil observasi
dalam mengajar menggunakan model Student Team
Achievement Divisions (STAD) dengan Make a
Match. Maka aktivitas guru dalam pembelajaran IPS
pada materi Perkembangan Teknologi dinyatakan
berhasil.
Berdasarkan beberapa data dan hasil temuan
serta hasil refleksi bahwa hasil aktivitas siswa secara
individual pada setiap pertemuan disetiap siklusnya
mengalami peningkatan Dimana pada siklus I
pertemuan 1 siswa dengan rata-rata kelas mencapai
skor 61,97 kategori aktif dan ketuntasan secara
klasikal yaitu 52,63% sedangkan pada pertemuan 2
rata-rata kelas mencapai skor 69,47 dengan kategori
aktif dan secara klasikal mencapai 69,47% dan pada
siklus II pertemuan 1 rata-rata kelas menjadi 78,42
Aktivitas Guru
67.5
77.5
80
92.5
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2
Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Aktivitas pembelajaran oleh guru pada
siklus I dan II pada mata pelajaran IPS materi
Perkembangan
Teknologi
melalui
model
pembelajaran Student Team Achievement Divisions
(STAD) dengan Make a Match mengalami
peningkatan.
Hal ini dapat dilihat dari lembar hasil
observasi guru yang telah dinilai oleh observer pada
saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus I
pertemuan 1 skor aktivitas guru yang diperoleh 67,5
dengan kategori baik, dan pada siklus I pertemuan 2
memperoleh skor 77,5 dengan kategori baik untuk
pada siklus II pertemuan 1 perolehan skor meningkat
menjadi 80 dengan kategori baikdan pada siklus II
pertemuan 2 memperoleh 92,5 dengan kategori
Sangat Baik. Dengan demikian indikator
39
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
dengan kategori sangat aktif dan secara klasikal
mencapai 78,95% dan meningkat pada siklus II
pertemuan 2 rata-rata kelas menjadi 85,13 dengan
kategori sangat aktif dan secara klasikal menjadi
91,05%.
digunakan sudah dapat meningkatkan aktivitas siswa
kelas IV dalam belajar.
Hasil belajar siswa pada siklus I sampai
dengan siklus II menggunakan model pembelajaran
Student Team Achievement Divisions (STAD)
dengan Make A Match menunjukkan adanya
peningkatan,
Aktivitas Siswa Secara
Rata-rata kelas
Hasil Belajar
61.97 69,.47 78.42 85.13
60.53% 71.05% 78.95%
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2
Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2
Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Aktivitas Siswa Secara
Klasikal
52.63% 69.47% 78.95%
89.47%
Persentase
ketuntasan
klasikal
setiap
pertemuan mengalami peningkatan pada siklus I
pertemuan 1 hanya mencapai 60,53% meningkat
pada siklus I pertemuan 2 yaitu 71,05% Sedangkan
pada siklus II pertemuan 1 mencapai 78,95% dan
pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi
89,47%. Ketuntasan klasikal dikatakan tuntas apabila
siswa yang mendapat nilai 70 mencapai ≥80%.
Data
diatas
memperlihatkan
adanya
peningkatan hasil belajar siswa antara siklus I
dengan siklus II melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Make A
Match. “Secara sederhana, yang dimaksud dengan
hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar” (Susanto, 2013:5). Sedangkan
menurut Gagne (dalam Suprijono, 2013:5-6) hasil
belajar berupa: Informasi verbal, Keterampilan
intelektual, Strategi kognitif, Keterampilan motorik
dan sikap.
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa, dapat
dilihat tiap siklus mengalami peningkatan hasil
evaluasi serta terjadi ketuntasan hasil belajar siswa
baik secara individu maupun klasikal yang
dipengaruhi oleh pelakasanaan proses pembelajaran
yang tepat dan cara penyampaian informasi yang
sistematis yang tentu dalam hal ini ada hubungannya
dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilakukan guru dengan menggunakan model
pembelajaran Student Team Achievement Divisions
(STAD) dengan Make a Match. Hal tersebut
disebabkan semakin baiknya proses pembelajaran
yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru sehingga
siswa lebih memahami materi yang diberikan.
Dengan meningkatnya ketuntasan individual
yang dicapai maka ketuntasan klasikal pun turut
meningkat dengan demikian ketuntasan klasikal
telah tercapai sesuai ketuntasan klasikal yang telah
91.05%
Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2
Sik.1 Sik.1 Sik.2 Sik.2
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa
terjadi peningkatan pada setiap pertemuannya.
Aktivitas siswa dalam menggunakan model
pembelajaran Student Team Achievement Divisions
(STAD) dengan Make a Match dikatakan meningkat
secara rata-rata kelas apabila memperoleh skor ≥ 82
dengan kategori sangat aktif dimasing-masing aspek.
Sedangkan untuk aktivitas siswa secara klasikal
dikatakan meningkat apabila ≥ 81% siswa sudah
dapat mencapai kategori hampir seluruhnya aktif
atau seluruhnya aktif.
Peningkatan aktivitas siswa ini disebabkan
ketepatan guru dalam melaksanakan dan menerapkan
model Student Team Achievement Divisions (STAD)
dengan Make A Match. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan guru dengan menggunakan model
pembelajaran Student Team Achievement Divisions
(STAD) dengan Make a Match ternyata dapat
meningkatkan aktivitas siswa dimana siswa menjadi
lebih aktif dalam pembelajaran, keaktifan siswa
selalu meningkat di setiap proses pembelajaran yang
telah dilakukan.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
mengalami peningkatan menjadi kategori aktif dan
sangat aktif yaitu dari 5 aspek yang diobservasi. Hal
ini disebabkan dalam kegiatan pembelajaran siswa
sudah mampu bekerjasama mengerjakan tugas
menunjukkan bahwa terjadinya interaksi antara
siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Sebab
siswa sudah mulai berani bertanya jika mereka tidak
memahami materi yang sedang dipelajari. Terjadinya
aktivitas ini menunjukkan bahwa model yang
40
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
ditentukan.
kategori sangat aktif. (3) Hasil belajar siswa kelas IV
materi Perkembangan Teknologi menggunakan
model Student Team Achievement Divisions (STAD)
dengan variasi Make a Match di SDN Sungai Miai 5
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari setiap
pertemuannya, sehingga siswa mencapai ketuntasan
secara individual dan secara klasikal.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD) dengan Make a Match yang telah diterapkan
guru dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial tentang Perkembangan Teknologi di kelas IV
SDN Sungai Miai 5 Banjarmasin.
Dengan mengacu kepada tujuan penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Aktivitas guru
dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model Student Team Achievement Divisions (STAD)
dengan Make A Match pada materi Perkembangan
Teknologi pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5
Banjarmasin
dalam
pelaksanaannya
sudah
mengalami perubahan.
Hal ini dilihat pada siklus II pertemuan 2
menjadi kategori sangat baik. (2) Aktivitas siswa
dalam mempelajari materi Perkembangan Teknologi
dengan menggunakan model Student Team
Achievement Divisions (STAD) dengan Make A
Match pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5
Banjarmasin mengalami peningkatan. Hal ini dilihat
pada siklus II pertemuan 2 yakni rata-rata kelas
kategori sangat aktif dan secara klasikal dengan
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Susanto. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prena Media Group.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suata Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan
Profesionalisme
Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sapriya. 2012. Pendidikan IPS: Konsep dan
Pembelajaran.
Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya
Suharsimi, Arikunto. 2011. Penelitian Tindakan.
Yogyakarta: Aditya Media.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori
dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Suriansyah, A., Aslamiah, Sulaiman, Noorhafizah.
2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
41
Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
42
Download