JURNAL TEKNIK POMITS 1 ANALISIS PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PERFORMA PERUSAHAAN STUDI KASUS: PT. XYZ Zatalini Noveila Marsal, Apol Pribadi Subriadi, Sholiq Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Gedung FTIf, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai nilai strategis dari investasi teknologi informasi (TI) yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa investasi teknologi informasi pada perusahaan dapat memberikan kontribusi positif terhadap performa perusahaan apabila sumber daya dari teknologi informasi, khususnya sumber daya manusia dan infrastruktur TI, dapat dimanfaatkan dengan baik dan sejalan untuk mendukung kompetensi utama dari perusahaan. Saat ini, investasi TI secara besar-besaran menjadi tren dikalangan perusahaan-perusahaan, baik itu perusahaan skala kecil maupun besar. Tetapi terkadang investasi TI yang besar tidak diikuti dengan strategi pemanfaatan sumber daya manusia dan infrastruktur TI yang baik untuk mendukung tujuan perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang tepat dalam memanfaatkan sumber daya manusia dan infrastruktur TI agar dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Penelitian ini akan memberikan analisis mengenai hubungan antara sumber daya manusia dan infrastruktur teknologi informasi terhadap performa perusahaan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) yang hasilnya nanti akan menunjukkan diantara faktor sumber daya manusia dan sumber daya infrastruktur TI, manakah yang paling berpengaruh didalam perusahaan agar nantinya perusahaan dapat menentukan strategi pemanfaatan sumber daya yang tepat untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Kata kunci: nilai strategis TI, sumber daya manusia TI, infrastruktur TI , performa perusahaan I. PENDAHULUAN P ada era modern saat ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemunculan berbagai macam teknologi baru dipicu dengan tingginya permintaan masyarakat terhadap keberadaan teknologi yang memberikan manfaat bagi penggunanya. Teknologi yang ada saat ini dibuat untuk memudahkan penyelesaian berbagai macam masalah dan memudahkan kegiatan didalam kehidupan sehari-hari. Teknologi tidak hanya menjadi kebutuhan perseorangan, melainkan juga menjadi kebutuhan penunjang dalam skala besar, seperti proses bisnis pada perusahaan. Saat ini, perusahaan semakin berlomba-lomba untuk menerapkan teknologi didalam proses bisnis mereka. Dalam Menurut data yang didapatkan oleh International Data Corporation (IDC) pada tahun 2011, di Indonesia sendiri, angka untuk belanja TI sudah mencapai angka $10,9 miliar. Angka ini menunjukkan kenaikan yang signifikan dimana pada tahun 2001, angka untuk belanja TI di Indonesia masih sebesar $1,08 miliar. Tentu saja perusahaan-perusahaan yang melakukan investasi TI tersebut berharap dengan menerapkan teknologi yang baik, akan memberikan dampak positif bagi perusahaan mereka di berbagai bidang. Penerapan teknologi informasi di perusahaan awalnya dianggap akan selalu memberikan keuntungan dan meningkatkan produktivitas kinerja. Tetapi pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan investasi perusahaan terhadap teknologi tidak memberikan dampak peningkatan signifikan terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Tercatat pada tahun 1979 dan 1998, produktivitas para pekerja di Amerika Serikat menurun hingga 1,2 % per tahun (Siegel, 1998). Weill (1992) kemudian juga mencoba untuk melakukan analisis mengenai hubungan investasi TI terhadap kinerja perusahan pada sektor industri di Amerika Serikat dan menemukan bahwa tidak ada pengaruh positif yang diberikan dari aspek operasional TI terhadap produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Di Indonesia sendiri, APKOMINDO (Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia) memperkirakan hanya sekitar 20 % investasi TI di Indonesia yang mengenai sasaran dan dimanfaatkan secara optimal. Fenomena seperti ini kemudian dikenal dengan sebutan information technology (IT) productivity paradox [3]. Jika fenomena IT productivity paradox terjadi disebuah perusahaan, perlu dipertanyakan mengenai strategi dari penerapan investasi teknologi informasi di perusahaan tersebut. Apakah strategi yang diterapkan sudah tepat sehingga dengan adanya teknologi informasi dapat mendukung performa perusahaan atau sebaliknya. Perusahaan PT. XYZ yang menjadi studi kasus penelitian ini merupakan sebuah anak perusahaan listrik nasional dan memiliki reputasi yang cukup baik, bergerak dalam bidang penyediaan tenaga listrik melalui kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan handal. Salah satu fokus dalam perencanaan strategis PT. XYZ pada tahun 2011 adalah mempertajam perencanaan untuk kegiatan investasi. Keefektifan proses bisnis usaha jasa saat ini sangat bergantung pada pemanfaatan teknologi informasi. Untuk perusahaan yang sudah memiliki nama seperti PT. XYZ sendiri, tentu saja sudah melakukan investasi TI yang berkelanjutan untuk menunjang perkembangan usahanya. Tetapi jika kita berkaca pada fenomena paradoks produktivitas, akan timbul pertanyaan apakah investasi TI yang dilakukan oleh perusahaan PT. JURNAL TEKNIK POMITS XYZ sudah mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas perusahaan ? Apakah PT. XYZ sudah menerapkan penyelarasan strategi untuk mendapatkan manfaat yang diinginkan dari investasi TI yang dilakukan ? Hal ini dikarenakan investasi TI besar-besaran belum menjamin bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan strategi pemanfaatan sumber daya TI tersebut dengan baik untuk menunjang keefektifan proses bisnisnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menganalisis bagaimana hubungan antara sumber daya manusia dan infrastruktur TI terhadap performa perusahaan PT. XYZ yang merupakan bagian dari langkah analisis awal sebelum perusahaan menentukan strategi ataupun melakukan tata kelola. Penelitian menggunakan gambaran model yang sudah dikembangkan sebelumnya oleh Ravichandran and Lertwongsatien[1] dan kemudian dimodifikasi oleh Arslan dan Ozturan[2] dengan studi kasus perusahaan PT. XYZ, yang dimana kedua model ini menggunakan konsep penyelarasan hubungan antara sumber daya teknologi informasi dengan performa perusahaan. II. LANDASAN TEORI 2.1. IT Productivity Paradox Fenomena IT productivity paradox atau paradoks produktivitas TI pertama kali dikenalkan oleh seorang peraih hadiah Nobel di bidang ekonomi bernama Robert Solow. Solow menggambarkan hasil penelitiannya mengenai peranan perkembangan teknologi terhadap ekonomi kedalam suatu kutipan yaitu “kita dapat melihat era komputer dimanapun kecuali pada statistik produktivitas”yang secara tidak langsung menjelaskan bahwa terjadi sebuah paradoks, dimana pemanfaatan komputer dan teknologi kedalam bisnis untuk memberikan nilai tambah ternyata tidak memberikan dampak peningkatan yang signifikan pada produktivitas perusahaan. Permasalahan ini kemudian memunculkan banyak penelitian-penelitian lain baik untuk berusaha untuk mengetahui penyebab maupun untuk mencari solusi atas permasalahan ini dikarenakan pada saat masalah ini mulai terlihat, kebanyakan perusahaan-perusahaan besar, khususnya di Amerika pada awal tahun 1970, sedang melakukan investasi besar-besaran terhadap teknologi dengan harapan dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan. Salah satu literatur penelitian mengenai paradoks produktivitas yang ditulis oleh Erik Brynjolfsson[3] mengatakan bahwa “paradoks terjadi pada ketidakmampuan kita untuk secara tegas mendokumentasikan setiap kontribusi setelah mengeluarkan banyak usaha”. Penjelasan mengenai ketidaktegasan tersebut dapat dikategorikan kedalam empat kategori, yaitu : 1) kesalahan pengukuran dari input dan output, 2) ketertinggalan yang disebabkan oleh pembelajaran dan penyesuaian, 3) pendistribusian ulang dan pemborosan keuntungan, 4) kesalahan pengelolaan informasi dan teknologi. Lebih lanjut lagi, Brynjolfsson dan Yang[4] menyimpulkan bahwa setengah dari keuntungan yang didapatkan dari investasi TI berasal dari karakteristik unik yang dimiliki oleh perusahaan, dan setengahnya lagi berasal dari tingkat investasi yang 2 dilakukan perusahaan. Pada penelitian lain oleh Brynjolfsson dan Hitt[3] menyimpulkan bahwa “apa yang terjadi didalam ‘black box’ perusahaan memberikan pengaruh substansial terhadap produktivitas dari investasi TI”. Kesimpulannya, telah disadari bahwa hubungan antara investasi TI dan produktivitas bersifat kompleks, tidak langsung, dan berbeda dari biasanya. 2.2. Resource Based View Resource Based View (RBV) merupakan sebuah teori yang biasanya digunakan untuk strategi manajemen perusahaan yang memandang perusahan sebagai kumpulan dari sumber daya dan kemampuan (Penrose 1959; Wernerfelt, 1984). RBV juga menyatakan bahwa keuntungan kompetitif dari sebuah organisasi ditentukan oleh sumber daya utama yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Menurut Barney (1991) Apabila ingin mendapatkan keuntungan, sumber daya organisasasi harus memenuhi karakteristik berikut : 1) memiliki nilai - sumber daya tersebut dapat membatu perusahaan untuk menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektifitasnya, 2) langka – sumber daya sebaiknya tidak dimiliki oleh sejumlah besar perusahaan saingan, 3) unik - sumber daya tersebut seharusnya tidak mudah untuk ditiru, 4) tidak tergantikan – sumber daya seharusnya tidak mudah digantikan oleh sumber daya lainnya. Robert M. Grant[5] dalam penelitiannya mengusulkan sebuah model kerangka kerja atau framework untuk pendekatan berbasis sumber daya (resource-based approach) dalam pembentukan strategi (Gambar 1). Kerangka kerja tersebut terdiri dari 5 tahapan prosedur dalam pembentukan strategi, yaitu menganalisis sumber daya yang dimiliki perusahaan, melakukan penilaian kapabilitas perusahaan, menganalisis potensi laba dan penghasilan dari sumber daya dan kapabilitas perusahaan, memilih strategi, dan memperluas serta meningkatkan area sumber daya dan kapabilitas perusahaan. Gambar 1 Framework Analisis Strategi Menggunakan Pendekatan Berbasis Sumberdaya Pada tahapan pertama, hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi dan melakukan klasifikasi atau pengelompokan terhadap sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahapan kedua dilakukan identifikasi terhadap kapabilitas perusahaan, seperti hal apa saja yang bisa dilakukan oleh perusahaan yang lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan saingannya dengan mengidentifikasi kontribusi yang diberikan dari setiap sumber daya ke kapabilitas dan juga kompleksitas dari setiap kapabilitas. Untuk tahap ketiga, hal yang dilakukan adalah menaksir potensi nilai yang bisa didapatkan dari sumber daya dan kapabilitas dari segi : potensinya terhadap keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, dan keseuaian dari keuntungan yang didapatkan. Pada tahapan keempat, dilakukan pemilihan strategi yang terbaik untuk pemanfaatan sumber daya dan kapabilitas perusahaan yang JURNAL TEKNIK POMITS 3 terkait dengan memperluas kesempatan eksternal diluar perusahaan. Terakhir, pada tahapan kelima, dilakukan identifikasi mengenai gap atau celah yang berisi kekurangan dari sumberdaya yang perlu untuk diperbaiki. dalam posisi yang baik untuk menjalankan stategi TI-nya. Kesuksesan dalam menjalankan strategi TI dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya dan juga meningkatkan performansinya. 2.3. Information Technology Alignment Penyelarasan antara strategi TI dengan strategi bisnis saat ini merupakan hal penting yang menjadi fokus manajemen tingkat atas perusahaan. Para peneliti menemukan fakta yang hampir selalu terbukti kebenarannya didalam penelitian-penelitian sistem informasi, bahwa dengan menyelaraskan strategi TI dan strategi bisnis, sebuah perusahaan dapat meningkatkan performa bisnis dan finansialnya. Oleh karena itu, muncullah sebuah kebutuhan bahwa perusahaan harus dapat bisa menyelaraskan antara strategi bisnis dengan strategi TI mereka secara berkelanjutan dari waktu ke waktu. Baker dan Jones[6] dalam penelitiannya mendiskusikan bagaimana cara mempertahankan keselarasan strategi dari waktu ke waktu, Caranya adalah dengan menghubungkan dua perspektif utama dari keselarasan itu sendiri, yaitu memandang keselarasan sebagai kondisi akhir yang ingin dicapai dan memandang keselarasan sebagai sebuah proses. Dengan menghubungkan kedua hal tersebut, mereka menemukan bahwa tujuan akhir dari keselarasan itu memang nyata dan perkembangan ataupun kemajuan terhadap keselaran tersebut dapat dihitung. Meskipun demikian, keselarasan juga merupakan sebuah proses yang membutuhkan perubahan dari waktu ke waktu, hal tersebut dikarenakan lingkungan bisnis yang bersifat dinamis dan cenderung berubah seiring berjalannya waktu. Didalam penelitiannya, mereka juga mengembangkan sebuah model keselarasan yang menggabungkan penelitian-penelitian serupa yang ada sebelumnya untuk mendukung performa dari perusahaan atau organisasi yang mana didalam model tersebut terdapat lima jenis keselarasan (alignment). 2.4. Structural Equation Modelling SEM merupakan salah satu teknik analisis multivarian atau metode pengolahan variabel dalam jumlah banyak untuk mencari pengaruhnya terhadap suatu obyek secara simultan (Santoso, 2004). SEM dikembangkan untuk mengatasi permasalahan mengenai keterbatasan modelmodel analisis yang sebelumnya sudah biasa digunakan didalam penelitian statistik. Saat ini, teknik analisis multivariabel dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu teknik interdependensi dan dependensi. SEM merupakan konsep teknik yang unik karena dapat menggabungkan kedua teknik tersebut, dimana dasar dari SEM itu sendiri berada pada dua teknik multivariabel utama, yaitu analisis faktor dan analisis berganda. Selain itu, SEM memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan teknik analisis lainnya (Sumarto, 2009), yaitu : mampu menghitung persamaan tunggal dan ganda secara simultan, tidak hanya bisa menangani model kausal tetapi juga model pengukuran, serta terdapat pengukuran kesalahan (measurement error). SEM juga memiliki beberapa keterbatasan (Widodo, 2006), diantaranya adalah sebagai berikut : SEM hanya bisa digunakan untuk melakukan konfirmasi dan pemeriksaan terhadap suatu bentuk model, bukan untuk membentuk sebuah model ; SEM tidak menentukan hubungan sebabakibat antara variabel yang ada, melainkan oleh teori pendukung. 2.5. GeSCA (Generalized Structured Component Analysis) Tool GeSCA merupakan sebuah aplikasi berbasis web untuk melakukan generalisasi analisis komponen dari struktur yang merepresentasikan pendekatan berbasis komponen terhadap structural equation modelling yang dikembangkan oleh Heungsun Hwang, Ph.D dan Sunyoung Park dari McGill University. Aplikasi ini menyediakan desain antarmuka (interface) yang memungkinkan pengguna untuk menggambarkan pemodelannya kedalam bentuk diagram alur (path diagram) dan melihat perhitungan dari parameter model tersebut. Saat ini, aplikasi GeSCA merupakan aplikasi yang dapat digunakan secara gratis dan memiliki kemampuan untuk melakukan analisa hingga 1000 kasus dan 100 variabel penelitian[8]. III. KERANGKA KONSPETUAL Gambar 2 Alignment Model Pada Gambar 2 diatas, terdapat IT alignment, yang dimana tipe keselarasan ini merupakan tipe yang paling berperan penting dalam penelitian ini. Keselarasan antara sumber daya dan strategi yang memberikan manfaat sudah ditunjukkan pada tipe keselarasan bisnis, maka dari hal itu dapat dikatakan juga bahwa apabila terdapat keselarasan antara strategi TI dan sumber daya TI, perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari performansinya. Penelitian kemudian menemukan bahwa ketika strategi TI dikembangkan dan penyebaran sumber daya TI didasarkan pada strategi TI, maka perusahaan dapat dikategorikan 3.1. Konsep Jurusan Berawal dari permasalahan dimana paradoks produktivitas TI sering terjadi di beberapa perusahaan yang memanfaatkan TI di dalam proses bisnisnya, muncul berbagai penelitian yang berusaha mengungkap penyebab dari tidak berhasilnya pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung kinerja maksimal perusahaan. Penelitian oleh Ravichandran dan Lertwongsatien[1] serta penelitian Arslan dan Ozturan[2] menjadi dasar dari penelitian ini, dimana keduanya berusaha mencari hubungan antara sumber daya teknologi informasi terhadap performa perusahaan. Ravichandran dan Lertwongsatien menggunakan sumber daya TI yang terdiri dari IT human JURNAL TEKNIK POMITS capital, IT infrastructure, dan IT partnership quality, sedangkan Arslan dan Ozturan yang juga melakukan penelitian yang didasarkan pada penelitian Ravichandran dan Lertwongsatien sebelumnya, menggunakan kumpulan sumber daya yang terdiri dari IT human resources, IT infrastructure, dan complementary resources. Untuk penelitian ini, sumber daya yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, dimana sumber daya yang dirasa paling perlu untuk dianalisis dan paling penting keberadaannya adalah sumber daya manusia dan sumber daya infrastruktur TI. Setelah penetapan sumber daya yang akan digunakan, kemudian diajukan konsep model penelitian yang juga diadopsi dari model penelitian Ravichandran dan Lertwongsatien serta penelitian Arslan dan Ozturan, dimana selain variabel sumber daya TI, juga digunakan variabel kapabilitas berbasis TI, daya dukung TI terhadap kompetensi bisnis, yang dimana variabel tersebut akan dilihat pengaruhnya kepada variabel performa perusahaan. Gambar 3 berikut adalah bentuk konsep model yang digunakan dalam penelitian ini. Gambar 3 Konsep Model Penelitian 3.2. Hipotesis Hipotesis penelitian ditetapkan sesuai dengan bentuk model penelitian yang didasarkan dari beberapa penelitian terdahulu. Sumber daya manusia merupakan salah satu hal paling penting dan berpengaruh didalam keberhasilan sebuah perusahaan. Untuk mencapai keberhasilan dalam pemanfaatan teknologi informasi yang mampu memberikan nilai lebih kepada perusahaan dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya yang bertugas pada departemen atau divisi teknologi informasi. Byrd dan Turner[10] menyatakan bahwa sumber daya manusia pada departemen TI memiliki peranan penting dalam pengembangan kapabilitas berbasis TI di perusahaan, dan oleh karena itu mereka harus memiliki kemampuan teknis, analitis, manajerial dan interpersonal yang kuat. Berdasarkan dari hal tersebut, maka diajukan hipotesis 1 sebagai berikut : Hipotesis 1 : Sumber daya manusia berpengaruh terhadap pembentukan kapabilitas berbasis TI. Didalam pemanfaatan teknologi informasi, infrastruktur TI memegang peranan penting sebagai sebuah sumber daya, seperti komputer, peralatan tambahan, software, prosedur, dan layanan. Seluruh sumber daya tersebut digunakan untuk mengambil, menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan data didalam perusahaan, yang dimana hal tersebut merupakan dasar dari pembentukan kapabilitas berbasis TI[2]. Maka dari itu diajukan hipotesis 2 sebagai berikut : Hipotesis 2 : Infrastruktur TI berpengaruh terhadap pembentukan kapabilitas berbasis TI. Kapabilitas berbasis TI merupakan sebuah kemampuan untuk memobilisasi dan menyebarkan atau memanfaatkan sumber daya berbasis TI bersamaan dengan sumber daya 4 dan kapabilitas lainnya didalam perusahaan[11]. Dimana dikatakan bahwa sebuah organisasi dapat meningkatkan kompetensi utamanya melalui dukungan TI tergantung dari kapabilitas TI yang dimiliki perusahaan tersebut. Maka dari itu diajukan hipotesis 3 sebagai berikut: Hipotesis 3 : Kapabilitas berbasis TI berpengaruh dalam meningkatkan dukungan TI terhadap kompetensi bisnis Pada dasarnya, semua perusahaan memiliki sumber daya TI yang terbatas dan diharuskan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana sumber daya tersebut akan digunakan. Dengan menanamkan TI kedalam area kompetensi utama perusahaan, dapat membuat pemanfaatan aset TI sulit ditiru oleh kompetitor, begitu pula dengan memanfaatkannya kedalam performa perusahaan. Sehingga meskipun perusahaan-perusahaan yang ada memiliki sumber daya TI yang sama, tetapi hanya perusahaan yang menargetkan inisiatif-inisiatif TI kedalam kompetensi utama yang akan mendapatkan nilai pemanfaatan IT yang lebih besar dibandingkan yang tidak melakukannya[1]. Oleh karena itu, diajukan hipotesis 4 sebagai berikut : Hipotesis 4 : Dukungan TI terhadap kompetensi bisnis berpengaruh terhadap performa perusahaan 3.3. Definisi Operasional Variabel Terdapat lima variabel pada model penelitian yang sudah digambarkan sebelumnya, yaitu : sumber daya manusia, infrastruktur TI, kapabilitas berbasis TI, dukungan TI terhadap kompetensi bisnis, dan performa perusahaan. Kelima variabel ini merupakan variabel laten, yaitu variabel abstrak yang hanya dapat diamati secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap variabel-variabel terukur atau indikator. Variabel sumber daya manusia dan infrastruktur TI merupakan variabel bebas, dimana nilainya tidak dipengaruhi oleh variabel apapun. Untuk variabel kapabilitas TI dan dukungan TI terhadap kompetensi bisnis merupakan jenis variabel mediasi, yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat. Sedangkan variabel performa perusahaan merupakan variabel terikat yang dimana nilainya bergantung dari variabel lainnya. Penentuan indikator pada setiap variabel didasarkan pada model penelitian yang dilakukan oleh Arslan dan Ozturan sebelumnya. Gambar 4 merupakan model pengukuran penelitian yang memperlihatkan jumlah dari variabel, indikator dan item didalam model penelitian ini. Gambar 4 Model Pengukuran JURNAL TEKNIK POMITS 5 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian dirancang untuk mengetahui suatu keadaan mengenai penerapan model penelitian terhadap kondisi nyata pada perusahaan yang dijadikan studi kasus oleh peneliti. Penelitian menggunakan metode survei, dimana dilakukan pengambilan data dari sampel populasi menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data primer. 4.2. Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua tipe data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner, dimana kuesioner ini merupakan instrumen utama dari penelitian terhadap responden. Selain itu, data juga didapatkan melalui proses wawancara dan diskusi dengan pihak internal perusahaan. Data sekunder yang merupakan kumpulan data yang sebelumnya telah dikumpulkan oleh pihak tertentu atau lembaga terkait yang berkaitan dengan gambaran perusahaan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada 34 orang responden. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari laporan resmi tahunan perusahaan yang dipublikasikan melalui halaman situs resmi PT. XYZ. 4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas yang digunakan untuk memastikan apakah data yang dikumpulkan sudah valid, dimana hal tersebut ditunjukkan dengan melihat apakah terdapat nilai korelasi yang tinggi antara item dengan total item. Untuk penelitian ini, digunakan korelasi Pearson untuk menguji validitas dari item-item kuisioner. Uji validitas dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 17.00, yang memiliki fitur analisis korelasi Pearson’s coefficients. Validitas ditandai dengan adanya tanda dua bintang (**) pada korelasi indikator dengan total nilai seluruh indikator. Tabel 1 berikut merupakan hasil uji validitas terhadap data kuisioner yang telah dikumpulkan. jika angka koefisien yang ditunjukkan semakin dekat dengan angka 1, menandakan item tersebut semakin reliabel. Tabel 2 berikut menunjukkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap data kuisioner yang telah dikumpulkan. Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Indikator A-Manajerial dan Interpersonal B-Teknis dan Analitis C-Jaringan dan Platform D-Data dan Aplikasi E-Perencanaan dan Pengembangan F-Pengoperasian G-Dukungan Pengguna H-Integrity Related I-Functional Related J-Operating Perfomance Cronbach’s Alpha 0.864 0.833 0.719 0.677 0.888 0.853 0.828 0.893 0.935 0.795 Dari hasil uji reliabilitas diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator yang terdapat di dalam penelitian, yaitu sebanyak 10 buah indikator, sudah reliabel. Dimana nilai Cronbach Alpha yang didapatkan oleh setiap indikator yang ada, telah melebihi batas suatu data dikatakan reliabel, yaitu apabila nilai Cronbach Alpha diatas 0.60. 4.4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini dikategorikan kedalam dua jenis, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis data kuesioner yang didapatkan dengan melihat kecenderungan dari jawaban yang diberikan responden, menghitung nilai rata-rata dan juga melihat frekuensi dari jawaban responden. Analisis inferensial, yaitu analisis data dengan menggunakan pendekatan berbasis komponen-component based, yang dilakukan dengan tool GeSCA (Generalized Structured Component Analysis). Pemilhan untuk menggunakan tool GeSCA dikarenakan jumlah sampel minimum yang dibutuhkan termasuk kecil, yaitu minimum 30 sampel. Tabel 1 Hasil Uji Validitas No. Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A-Manajerial dan Interpersonal B-Teknis dan Analitis C-Jaringan dan Platform D-Data dan Aplikasi E-Perencanaan dan Pengembangan F-Pengoperasian G-Dukungan Pengguna H-Integrity Related I-Functional Related J-Operating Perfomance Korelasi Pearson 0.757** 0.595** 0.735** 0.803** 0.817** 0.747** 0.766** 0.675** 0.729** 0.701** Selanjutnya adalah uji reliabilitas dimana pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang sudah dikumpulkan dapat dipercaya, dalam artian dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten jika dilakukan pengukuran berulang-ulang dengan obyek yang sama. Uji reliabilitas pada penelitian ini juga menggunakan software SPSS versi 17.00 dengan metode Cronbach Alpha, dimana V. ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Statistik Deskriptif Variabel sumber daya manusia pada penelitian ini memiliki dua indikator, yaitu kemampuan manajerial dan interpersonal, kemampuan teknis dan analisis. Berdasarkan data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa menurut responden, perusahaan sudah memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk mengelola TI mereka. Dibuktikan dengan nilai mean pada kedua indikator yang berada di kisaran angka 4, yang dalam skala likert berarti baik. Dengan nilai mean 4,075, indikator kemampuan teknis dan analisis menjadi indikator yang lebih penting dalam pembentukan sumber daya manusia TI di perusahaan, dibandingkan kemampuan manajerial dan interpersonal dengan nilai mean 4,003. Variabel sumber daya infrastruktur TI pada penelitian ini dibentuk oleh dua indikator, yaitu jaringan dan platform, serta data dan aplikasi. Ditemukan bahwa indikator jaringan dan platform mendapatkan nilai mean 4,147 yang lebih JURNAL TEKNIK POMITS besar dibandingkan dengan indikator data dan aplikasi yang hanya mendapatkan nilai 3,852. Hal ini menunjukkan bahwa indikator jaringan dan platform merupakan indikator yang penting untuk menilai kemampuan infrastruktur TI perusahaan. Variabel kapabilitas berbasis TI merupakan variabel yang menggambarkan kemampuan perusahaan berbasiskan sumber daya TI yang mereka miliki. Kapabilitas berbasis TI ini dibentuk oleh tiga indikator, yaitu perencanaan dan pengembangan TI, pengoperasian TI, dan dukungan pengguna terhadap TI. Dilihat dari nilai mean tiap indikator, yaitu untuk perencanaan dan pengembangan TI sebesar 3,846, pengoperasian TI sebesar 4,01, dan dukungan pengguna terhadap TI sebesar 3,916, menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai kemampuan berbasis TI perusahaan sudah cukup baik. Variabel daya dukung TI terhadap kompetensi bisnis merupakan variabel yang menggambarkan bagaimana TI sudah berada pada proses bisnis yang mendukung kompetensi bisnis utama perusahaan. Terdapat dua indikator yang dapat membentuk daya dukung TI terhadap kompetensi bisnis yang diambil untuk penelitian ini, yaitu integrity related comptencies dan functionality related competencies. Berdasarkan data yang dikumpulkan, terdapat perbedaan nilai mean yang sangat tipis antara indikator integrity related dan functional related yang hanya terpaut 0,03 angka, dimana indikator functional related mendapatkan nilai mean yang lebih tinggi, yaitu sebesar 4,06. Kedua indikator ini mendapatkan nilai mean disekitaran angka 4, yang dapat dikategorikan baik. Hal ini berarti bahwa TI yang ada diperusahaan sudah memiliki potensi untuk mendukung kompetensi utama dari bisnis perusahaan. Performa perusahaan yang di ukur dalam penelitian ini hanya khusus membahas dari indikator operating performance, yang dimana indikator ini merujuk kepada pencapaian tujuan ekonomi perusahaan dan menggambarkan pengukuran terhadap performa dari segi profitabilitas, produktivitas, dan posisi perusahaan terhadap kompetitor[1]. Berdasarkan nilai mean yang diperoleh indikator ini,yaitu sebesar 3,747, menandakan bahwa persepsi responden terhadap performa perusahaan cukup baik. 5.2. Analisis Measure of Fit Structural Model Pengukuran measure of fit model struktural dilakukan dengan melihat nilai FIT dan AFIT yang ditunjukkan oleh output GeSCA. Nilai FIT menunjukkan bagaimana semua variabel yang ada dapat dijelaskan oleh model struktural dalam rentang 0 sampai dengan 1. Mengacu pada tabel 3, nilai fit untuk model yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,391 yang berarti bahwa model penelitian yang digunakan mampu menjelaskan variabel yang ada, dimana sumber daya manusia TI, infrastruktur TI, kapabilitas TI, dan dukungan TI mampu mempengaruhi performa perusahaan, sebesar 39,1%. Sedangkan sisanya sebesar 60.9% dapat dijelaskan oleh variabel yang lain. Pada model penelitian yang digunakan, performa perusahaan dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel. Maka sebaiknya juga melihat interpretasi model menggunakan nilai AFIT sebagai alternatif perbandingan. Nilai AFIT yang didapatkan sebesar 0,363 menunjukkan bahwa model 6 mampu menjelaskan 36,3% variabel sumber daya manusia TI, infrastruktur TI, kapabilitas TI, dan dukungan TI mampu mempengaruhi performa perusahaan. Tabel 3 Fit Structural Model Model Fit 0.391 FIT 0.363 AFIT 15 NPAR Nilai NPAR atau number of free parameter estimated pada tabel diatas menunjukkan berapa banyak parameter bebas yang digunakan dalam perhitungan menggunakan tools GeSCA, yaitu sebanyak 15 parameter. 5.3. Analisis R-sqaure dari masing-masing jalur yang terdapat pada model struktural dapat ditentukan R2 dari variabel laten endogen untuk melihat variabilitas dari variabel laten endogen tersebut yang bisa dijelaskan oleh variabel laten yang mempengaruhinya. Pada penelitian ini, yan termasuk variabel laten endogen adalah variabel kapabilitas berbasis TI, dukungan TI terhadap kompetensi bisnis, dan performa perusahaan. Tabel 4 Nilai R-square Variabel Laten Variabel Laten R2 Sumber Daya Manusia TI 0 Infrastruktur TI 0 Kapabilitas TI 0.623 Dukungan TI 0.211 Performa Perusahaan 0.510 Dari tabel diatas, terlihat bahwa variabilitas dari kapabilitas berbasis TI yang bisa dijelaskan oleh variabel sumber daya manusia TI dan infrastruktur TI adalah sebesar 62,3% sedangkan sisanya sebesar 37,7% disebabkan oleh variabel lain. Untuk variabel dukungan TI terhadap kompetensi bisnis, variabilitas variabel tersebut yang bisa dijelaskan oleh variabel kapabilitas berbasis TI adalah sebesar 21,1%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 78,9% disebabkan oleh variabel lain. Sedangkan untuk variabel performa perusahaan yang dipengaruhi oleh variabel dukungan TI terhadap kompetensi bisnis, variabilitas dari variabel performa yang bisa dijelaskan oleh variabel dukungan TI adalah sebesar 51%, dan sisanya sebesar 49% disebabkan oleh variabel lain. Variabel kapabilitas TI dan performa perusahaan yang sudah dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sebesar lebih dari 50% menunjukkan bahwa indikator-indikator yang ada pada variabel tersebut sudah cukup baik untuk digambarkan . Sedangkan pada variabel dukungan TI terhadap kompetensi bisnis, masih tergolong rendah, yaitu 21,1%, hal ini menunjukkan masih kurangnya indikator yang dapat dijelaskan, sebaiknya pada variabel ini ditambahkan indikator yang membahas mengenai efektivitas dan efisiensi dari penggunaan TI terhadap proses bisnis perusahaan dikarenakan pada variabel ini belum ada indikator yang membahas bagian tersebut. 5.4. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai JURNAL TEKNIK POMITS 7 yang terdapat pada koefisien jalur (path coefficients) dalam model struktural. Pengujian didasarkan pada signifikansi estimasi parameter pada model struktural. Nilai koefisien jalur untuk model penelitian ini ditunjukkan pada tabel 5 dan digambarkan pada model penelitian yang ditunjukkan pada gambar 5. Tabel 5 Measure of Fit Structural Model Path Coefficients Estimate SE SDM TI Kapabilitas TI 0.598 0.138 Infrastruktur TI Kapabilitas TI 0.297 0.380 Kapabilitas TI Dukungan TI 0.459 0.330 Dukungan TI Performa 0.714 0.089 CR* = significant at .05 level error 0,089 pada critical ratio 8,05 dan pada critical ratio terdapat tanda bintang (*) yang menandakan signifikansi, dapat dikatakan bahwa dukungan TI terhadap kompetensi bisnis mempengaruhi performa perusahaan secara signifikan. Oleh karena itu, hipotesis 4 dari penelitian ini diterima. VI. KESIMPULAN CR 4.32* 0.78 1.39 8.05* Gambar 5 Nilai Koefisien Jalur Pada Model Hipotesis 1 : Sumber daya manusia berpengaruh terhadap pembentukan kapabilitas berbasis TI. Melihat tabel 5 yang juga diilustrasikan oleh gambar 5, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sumber daya manusia TI dan kapabilitas berbasis TI. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,598 dan standard error 0,138 pada critical ratio 4,32, dimana jika pada critical ratio terdapat tanda bintang (*) berarti signifikan. Oleh karena itu, hipotesis 1 dari penelitian ini dapat diterima. Hipotesis 2 : Infrastruktur TI berpengaruh terhadap pembentukan kapabilitas berbasis TI. Melihat tabel 5 yang juga diilustrasikan oleh gambar 5, dimana untuk hubungan antara infrastruktur TI dan kapabilitas TI memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,297 dan standard error 0,380 pada critical ratio 0,78 dan pada critical ratio tidak terdapat tanda bintang (*) yang menandakan signifikansi, dapat dikatakan bahwa infrastruktur TI tidak mempengaruhi kapabilitas TI secara signifikan. Oleh karena itu, hipotesis 2 dari penelitian ini ditolak. Hipotesis 3 : Kapabilitas berbasis TI berpengaruh dalam meningkatkan dukungan TI terhadap kompetensi bisnis. Melihat tabel 5 yang juga diilustrasikan oleh gambar 5, dimana untuk hubungan antara kapabilitas TI dan dukungan TI memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,459 dan standard error 0,330 pada critical ratio 1,39 dan pada critical ratio tidak terdapat tanda bintang (*) yang menandakan signifikansi, dapat dikatakan bahwa infrastruktur TI tidak mempengaruhi kapabilitas TI secara signifikan. Oleh karena itu, hipotesis 3 dari penelitian ini ditolak. Hipotesis 4 : Dukungan TI terhadap kompetensi bisnis berpengaruh terhadap performa perusahaan. Melihat tabel 5 yang juga diilustrasikan oleh gambar 5, dimana untuk hubungan antara dukungan TI dan performa perusahaan memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,714 dan standard Berdasarkan hasil akhir yang didapatkan dalam tugas akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sumber daya manusia teknologi informasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kapabilitas teknologi informasi pada perusahaan PT. XYZ. 2. Sumber daya infrastruktur teknologi informasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kapabilitas teknologi informasi pada perusahaan PT. XYZ 3. Kapabilitas berbasis TI yang ada di PT. XYZ tidak berpengaruh dalam meningkatkan dukungan TI terhadap kompetensi utama bisnis perusahaan 4. Dukungan TI terhadap kompetensi utama bisnis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan performa perusahaan PT. XYZ 5. Diantara kedua sumber daya yang diajukan dalam penelitian ini, ditemukan bahwa sumber daya manusia TI lebih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa perusahaan dibandingkan dengan sumber daya infrastruktur TI. VII. DAFTAR PUSTAKA [1] T. Ravichandran and C. Lertwongsatien, “Effect of Information Systems Resources and Capabilities on Firm Performance: A Resource-Based Perspective”, Journal of Management Information Systems, 2005. [2] B. Arslan and M. Ozturan, “The Path to Information Technology Business Value: Case of Turkey”, Scientific Research: Technology and Investment, 2011. [3] E. Brynjolfsson and L. M. Hitt, “Beyond the Productivity Paradox”, Communications of the ACM, 1998. [4] T. Liang, J. You and C. Liu, “A Resouce-Based Perspective on Information Technology and Firm Performance: A Meta Analysis”, Emerald: Industrial Management & Data System, 2010. [5] R.M. Grant, “The Resource Based Theory of Competitive Advantage: Implications for Strategy Formulation”, California Management Review, 1991. [6] J. Baker and D. Jones, “A Theoretical Framework for Sustained Strategic Alignment and an Agenda for Research”, Sprouts: Working Papers on Information Systems, 2008. [7] Andriyani Dwi, “Pengenalan Structural Equation Modelling”,(http://www.sandiman.org/index.php/more-aboutjoomla/32-karya-tulis-seminar-jabfung/38-pengenalan-structuralequation-modeling), 2003. [8] GeSCA Official Website (http://www.sem-gesca.org) [9] A. Pribadi, “Kontradiksi Teknologi Informasi dan Produktivitas: Analisis Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Dalam Perspektif Resource-Based View dan Information Technology Strategic Alignment”, Universitas Brawijaya: Hasil Disertasi, 2013. [10] T. A. Byrd and E. D. Turner, “Measuring the Flexibility of Information Technology Infrastructure,” Journal of Management Information Systems, Vol. 17, No. 1, 2000. [11] A. S. Bharadwaj, “A Resource-Based Perspective on Information Technology Capability and Firm Performance: An Empirical Investigation,” MIS Quarterly, Vol.24, No. 1, 2000. [12] D.F. Feeny and L.P.Willcocks, “Core IS capabilities for exploiting information technology”, Sloan Management Review, 1998. JURNAL TEKNIK POMITS [13] C.P. Armstrong and V. Sambamurthy, "Information technology assimilation in firms: The influence of senior leadership and it infrastructures", Information Systems Research, 10, 4. 1999. [14] Solimun, “Pemodelan Generalized Structured Component Analysis (GeSCA)”, Program Studi Statistika FMIPA, PDIM FE Universitas Brawijaya Malang, 2012. [15] S. Azwar, “Reliabilitas dan Validitas, Interpretasi dan Komputasi”, Yogyakarta: Liberty, 1996. [16] I. Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2006. [17] U. Sekaran, “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”, Jakarta: Salemba Empat, 2006. [18] D.George dan P. Mallery, “SPSS for Windows Step by Step : A Simple Guide and Reference”, Boston, MA: Allyn and Bacon, 2003. [19] Annual Report PT. XYZ Tahun 2012 8