BANI ISRAEL BANGSA PILIHAN Tapi engkau, hai Israel, hamba

advertisement
BANI ISRAEL
BANGSA PILIHAN
Tapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub yang telah Ku-pilih, keturunan
Abraham yang Ku-kasihi .......... (Yes. 41:8)
Kitab Perjanjian Lama merupakan satu-satunya sumber tertulis tentang asal usul
Bani Israel dan sampai saat ini belum pernah ada satupun sumber tertulis
lainnya tentang asal usul bangsa ini ditemukan di Mesir ataupun tempat lainnya.
Ribuan situs telah digali, eksavasi-eksavasi sudah dilakukan oleh para arkeologis
di Mesir, Sinai, Palestina serta tempat lainnya tidak menemukan sesuatu yang
berarti sehingga usaha untuk melacak asal usul bangsa ini dengan berbagai
pendekatan disiplin akademis dan model hanya menghasilkan interpretasi dan
hipotesa, antara lain tentang :
1) Hyksos, bangsa pengembala dari
daratan Asia yang memasuki Mesir
sekitar
tahun
1720
SM
yang
beberapa generasinya (dinasty XV)
pernah menguasai negeri Mesir.
Beberapa sarjana
berpendapat
bangsa Hyksos adalah Bani Israel
yang dikalahkan dan diusir keluar
dari Mesir oleh Ah-Moses, pendiri
AhMoses memporak porandakan pasukan
Hyksos
dinasty ke XVI. Dasar dari hipotesa ini adalah bersumber dari kitab
Perjanjian Lama (Kel 1:11-13) yang menyatakan bahwa orang-orang Israel
dipahitkan hidupnya sebagai budak dengan kerja paksa membangun kota
Pytom dan Ra Moses. Menurut catatan sejarah kota Pytom mulai dibangun
semasa pemerintahan Thut Moses I, seorang Firaun yang tidak memiliki
seorang anak lelaki. Sehingga ditarik suatu kesimpulan bahwa Thut Moses-I
adalah Firaun yang mengeluarkan dekrit untuk membunuh semua bayi lakilaki karena ia menginginkan kekuasaan jatuh ketangan puterinya Nefure
yang kemudian dikenal sebagai Ratu Hatshepsut. Firaun wanita inilah yang
diduga menemukan Musa (Moses) dari sungai Nil, mengasuh dan
mendidiknya dalam istana. Dalam catatan sejarah Ratu Hatshepsut memiliki
seorang putera yang bernama Senmut yang kemudian menjadi Firaun Thut
Moses II. Hipotesa yang menyatakan bahwa Musa adalah Senmut, sama
sekali bertolak belakang dengan riwayat Musa, perbudakan dan eksodusnya
sebagaimana tersebut dalam Perjanjian Lama. Sebab jikalau Musa adalah
orang yang sama dengan Senmut, lalu siapakah Thut Moses II yang memiliki
bukti sejarah kuat berupa jasad yang sudah diawetkan (mumi) serta
informasi tentang dirinya yang dapat dibaca dalam obelisk, cuneiform dan
papyrus. Bahwa bangsa Hyksos diusir keluar dari negeri Mesir setelah
dikalahkan oleh Ahmose serta tradisi yang menjadikan bangsa yang kalah
dijadikan budak, kemudian dihubung-hubungkan dengan Musa dan
eksodusnya merupakan suatu
hipotesa yang amat lemah dan
hanya dianut oleh minoritas
sarjana biblika. Lagipula belum
ada
catatan
yang
pernah
ditemukan yang menyatakan
bangsa Hyksos dijadikan budak
dan
melakukan
kerja
paksa
membangun kota Pytom dan Ra
Abu Simbel, monumen yang dibangun Ra
Moses II, Firaun yang membuat perjanjian
damai dengan musuh-musuhnya
Moses.
2) Apiru, salah satu suku dari daratan Asia yang dipekerjakan sebagai buruh
oleh RaMoses II. Sebagaimana diketahui RaMoses II selama masa berkuasa,
membangun bangunan-bangunan monumental yang masih ada sampai saat
ini antara lain Abu Simbel yang diselamatkan oleh Unesco ketika pemerintah
Mesir untuk kepentingan ekonominya memutuskan untuk
membangun
bendungan Aswan.
Oleh karena kitab Perjanjian Lama merupakan sebuah epos religius yang sudah
barang tentu subyektip Israeli, maka asal usul bangsa Israel, dalam beberapa
dekade terakhir ini, telah menjadi perdebatan diantara para arkeologis dengan
para sarjana alKitab. Adanya kontradiksi antara periwayatan dalam kitab Joshua
dan kitab Hakim-Hakim berkenaan dengan operasi-operasi militer yang
dilakukan oleh orang-orang Israel dalam perebutan wilayah, selepasnya mereka
dari perbudakan, telah menjadi bahan pembahasan tentang asal usul bangsa ini.
Demikianlah Yoshua merebut seluruh negeri itu, pegunungan, seluruh tanah
Negeb, seluruh tanah Gosyen, Daerah Bukit serta Araba Yordan dan
pegunungan Israel dengan tanah rendahnya; mulai dari pegunungan Gundul
yang mendaki kearah Seir sampai ke Baal Gad di lembah gunung Libanon dikaki
gunung Hermon. Semua rajanya ditangkapnya dan dibunuhnya (Yoshua 11:16-17)
Pasal 1 sampai dengan pasal 10 kitab Yoshua memaparkan secara kronologis
kampanye militer yang dipimpin langsung oleh Yoshua dalam perebutan
wilayah, dimana disebutkan bahwa ia berhasil merebut dan menduduki seluruh
wilayah Kanaan. Dengan jelas juga disebut batas-batas, nama raja-raja dan kotakota yang direbutnya.
Sedangkan dalam kitab Hakim-Hakim memaparkan dalam pasal 1 dan seterusnya bahwa
penaklukkan sebagian besar wilayah Kanaan dilakukan setelah wafatnya Yoshua,
kontradiktip dengan kitab Yoshua.
Sesudah Yoshua mati, orang Israel bertanya kepada Tuhan: siapakah daripada
kami yang harus lebih dahulu maju menghadapi orang Kanaan untuk berperang
melawan mereka? (Hakim-Hakim 1:1)
Pembahasan terhadap kedua periwayatan yang bertentangan dalam Alkitab
tersebut yang dilakukan oleh beberapa arkeologis dan sarjana biblika antara lain
William Dever (How to Tell a Cananite from an Israelite in The Rise on Ancient Israel:
Lectures presented at a symposium sponsored by the Reseiden Associate Program, Smithsonian
Institution October 26,1991 - Biblical Archeology Society, 1992), Niels Peter Lemche {Early
Israel:
Antropoligical
and
Historical
Studies on
the
Israelite
Society
Before
the
Monarchy[Leiden, Netherlands: E.J.Brill, 1985]; Ancient Israel A New History of Israelite
Gösta Ahlström (Who Were
Society [Shefield, England: Sheffiled Academic Press, 1990]},
juga N. Gottwald; R. Coote
the Israelites? dan The History of Ancient Palestine (1993)
yang dirangkum oleh John McDermott dalam karyanya “What are They Saying
About the Formation of Israel? (1998)”
berakhir dengan pandangan dan kesimpulan
yang sama; bahwa nenek moyang orang Israel adalah pribumi Kanaan sendiri.
3) Satu-satunya dokumen tertulis yang menyebut kata Israel adalah Merneptah
stele (obelisk yang terbuat dari batu granit hiam
setinggi 7 kaki)
yang dtemukan oleh Flinder
Petries di kuil Karnak, Thebes, pada tahun 1896.
Merneptah adalah putra Firaun Ra Moses II yang
memerintah Mesir pada 1213-1203 SM. Salah satu
baris dalam dokumen tersebut menyebutkan
tentang operasi militer Firaun Merneptah dalam
penaklukan dan pendudukan wilayah Kanaan
dan sekitarnya yang meliputi Askhelon, Gezer,
Yanoam dan Israel.
Hal yang menarik dari
dokumen tersebut adalah aksara hieroglyph yang digunakan untuk
menunjuk kepada kata Israel tidak sama dengan aksara hieroglyph yang
menunjuk kepada kata Kanaan, Askhelon, Gezer dan Yanoam, jelas
menunjuk kepada wilayah atau tempat yang ditaklukkan dan diduduki,
sedangkan sebaliknya kata Israel menunjuk kepada suatu entitas yang
dimusnahkan. Suatu hal yang menunjukkan bahwa kala itu bangsa Israel
belum memiliki negara sendiri, masih berupa suatu masyarakat yang
nomaden dan tidak berdiam secara tetap dalam suatu wilayah dimana pada
masa Merneptah melakukan agresi, kebetulan orang-orang Israel sedang
berada atau bermukim disekitar Kanaan. Satu baris kalimat tersebut dalam
Merneptah stele telah melahirkan hipotesa baru tentang perbudakan dan tanah
yang dijanjikan.
Canaan is captive with all woe. Ashkelon is conquered, Gezer seized, Yanoam
made nonexistent; Israel is wasted, bare of seed
Kejam adalah napas peperangan. Sudah merupakan
tradisi pada masa itu bahwa hanya ada dua pilihan bagi
suatu bangsa yang kalah dalam peperangan, tetap melakukan perlawanan
dan menerima kematian di tiang salib atau menyerah dan selanjutnya
diperjual belikan sebagai budak. Kira-kira begitulah nasib yang harus
diterima oleh bangsa atau lebih tepat suku Israel ketika ditaklukkan oleh
pasukan Merneptah. Salah seorang jenderal atau komandan pasukan
Merneptah adalah Musa (Moses). Suku Israel adalah suku nomaden yang
tidak memiliki wilayah yang tetap atau kerajaan, hal yang membedakan
mereka dengan suku-suku lain yang ditaklukkan yang memiliki wilayah
yang tetap atau negara. Perbedaan itulah yang barangkali memberikan ilham
kepada Musa untuk memanfaatkan remaja-remaja Israel, dengan merekrut,
melatih dan menjadikan mereka prajurit yang tangguh. Sisa-sisa suku Israel
lainnya yang tidak bisa direkrut sebagai prajurit, bersama-sama dengan
suku-suku taklukkan lainnya dikirim ke Mesir, untuk dimanfaatkan oleh
Firaun Merneptah sebagai budak yang akan bekerja melanjutkan proyekproyek yang ditinggalkan ayahnya Ra-Moses II yang belum sempat
diselesaikan.
Moral merupakan modal paling penting bagi seorang prajurit. Sejarah telah
membuktikan bahwa belum pernah ada suatu pasukan yang moralnya
runtuh, bisa mempertahankan
kemenangan yang diperoleh dalam suatu
pertempuran. Canggihnya peralatan tempur,
memperoleh seorang
kerasnya latihan untuk
seorang prajurit yang trampil, hebatnya seorang
jenderal menyusun strategi ternyata bukanlah ukuran dalam menentukan
kemenangan akhir. Musa dalam melakukan ekspedisi-ekspedisi militernya,
nampaknya telah membangun moral para prajurit Israel dengan memberikan
suatu
harapan
akan
membebaskan
saudara-saudara
mereka
yang
diperbudak di Mesir dan membagikan tanah untuk mereka diami sebagai
bangsa yang merdeka, sebagai imbalan atas kesetiaan mereka. Janji yang
telah membangkitkan kesadaran bagi para prajurit budak ini untuk apa
mereka bertempur. Berkat bantuan pasukan tambahan suku Israel, Musa
meraih sukses besar dalam ekspedisi-ekspedisi militernya. Ia berhasil
menaklukkan dan merebut
kota-kota yang memiliki tembok-tembok
pertahanan yang kuat Yerikho, Ai, Jebus (Yerusalem), Hebron, Yarmut,
Yakhis dan Eglon. Janji kemerdekaan dan tanah telah memberikan motivasi
yang sangat kuat kepada para prajurit budak, mereka membuktikan
kesetiaannya kepada Musa dengan berjuang sampai titik darah yang
penghabisan di medan pertempuran. Musa kembali ke Mesir dengan gagah
dan ia memperoleh sambutan meriah atas segala apa yang telah dicapainya.
Berdasarkan analisa dari penggalan-penggalan dari penutur kitab Perjanjian
Lama, nampak jelas negosiasi dengan Firaun perihal pembebasan para budak
Israel dan pemberian wilayah menemui jalan buntu. Firaun sama sekali
menolak untuk mengabulkan permintaan Musa. Sebagai seorang pangeran
Mesir, Musa dihadapkan pada suatu persoalan yang sangat dilematis.
Loyalitas kepada Firaun atau martabatnya sebagai seorang bangsawan yang
akhirnya melahirkan konflik yang bermuara pada kekerasan. Saya
memahami bahwa Pentateuch (Taurat) ditulis berdasarkan sumber-sumber
lisan yang diceritakan secara turun temurun yang telah didramatisasi
sedemikian rupa, sehingga akurasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi,
waktu dan tempat tidaklah mungkin tepat seperti apa yang tertulis dalam
kitab Taurat, namun demikian legenda-legenda tersebut masih bisa dianalisa
dan direkonstruksi sehingga dapat diambil kesimpulan yang lebih rasionil
tentang perbudakan, eksodus sampai ke tanah yang dijanjikan. Secara eksplisit
kitab Taurat memberitakan adanya pembunuhan terhadap anak-anak sulung
Israel yang dibalas oleh Tuhan dengan mengambil nyawa putera-putera
sulung Mesir, begitu pula halnya peristiwa pembunuhan yang dilakukan
oleh Musa tidak dapat diartikan lain bahwa telah terjadi konflik bersenjata,
walaupun
dalam
skala
yang
tidak
signifikan.
Bahwa
sebelumnya
perundingan demi perundingan telah dilakukan, adu argumentasi yang
dimenangkan oleh Musa dilukiskan oleh para penulis Taurat sebagai
pertarungan antara Musa melawan ahli-ahli sihir Firaun. Firaun akhirnya
mengabulkan permintaan Musa ketika tak ada jalan keluar dan Mesir sudah
berada diambang perang Saudara. Jalan tengah atau win win solution. Musa
boleh membawa pergi seluruh budak Israel sebagai orang merdeka keluar
negeri Mesir dengan syarat tidak boleh membawa prajurit yang bukan orang
Israel dan yang kedua tidak boleh masuk ke wilayah-wilayah pendudukan,
walaupun wilayah-wilayah itu merupakan wilayah yang ditaklukkan oleh
Musa. Mencari wilayah baru yang bukan dalam kekuasaan siapa-siapa
bukanlah hal yang mudah. Itulah sebabnya mengapa bangsa ini harus
menempuh perjalanan yang begitu panjang, kembali ke asal mula sebagai
bangsa yang nomaden selama puluhan tahun sampai akhirnya mereka
menemukan wilayah yang merdeka dilembah sungai Yordan. Perhatikan
dengan saksama bahwa pemukiman di lembah sungai Yordan, Israel belum
terbentuk sebagai sebuah negara dengan batasan wilayah yang jelas. Selama
hampir dua ratus tahun sejak wilayah atau tanah yang dijanjikan itu
ditemukan, tidak ada kota dan tembok pertahanan dibangun. Orang-orang
Israel masih bermukim secara sporadis di wilayah itu. Tidak ada seorang raja
yang memerintah mereka dan seluruh aktivitas sosial mereka dijalankan
sesuai dengan aturan yang ditinggalkan oleh Musa yang kita kenal sebagai
sepuluh Firman Tuhan yang merupakan sumber segala hukum bagi orang
Israel yang pada masa itu pelaksanaannya diawasi oleh pimpinan suku Lewi
yang dikenal sebagai hakim-hakim.
4) Versi kitab Perjanjian Lama menyebutkan Bani Israel berasal dari keturunan
12 orang putera Yakub yang bergelar Israel, cucu dari Abraham, bapak
Monotheisme yang berasal dari Ur, Sumeria.
Kedua belas orang putera Yakub adalah Ruben, Simeon, Lewi, Yahuda,
Isakhar, Zebulon, Yusuf, Benyamin, Naftali, Dan, Gad dan Asyer. Salah
seorang puteranya Yusuf1 menjadi orang yang sangat dipercaya oleh Fir’aun
1
Sejarahwan Mesir purba dan juga penguasa Macedonia di negeri Mesir Ptolomeus II (309-246
SM), mengindikasikan Yusuf sebagai Imhotep, intelektual serba bisa yang merupakan arsitek dan
pembangun pyramid yang pertama (step pyramid Firaun Kafre) yang hidup 28 abad sebelum
Masehi. Imhotep dipuja sebagai Dewa di Mesir dan Yunani. Yosef atau Yehosef dieja Ihosep dalam
bahasa Ibrani sama dengan Ihotep atau Imhotep dalam dialek Mesir. Bahwa Imhotep menjual
bahan makanan pada masa-masa sulit. Bata (mud bricks) yang dipergunakan dalam pembangunan
step pyramid Firaun Joser di Sakkara, merupakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan
bahan makanan kepada bangsa asing. Perlu diperhatikan bahwa pada masa Ptolomeus II terdapat
perpustakaan yang disebut olehnya menyimpan sekitar lima ratus ribu manuskrip peninggalan
para Firaun Mesir dan ilmuwan dari berbagai penjuru dunia di Alexanderia, sehingga pendapat
dari Ptolomeus II cukup beralasan. Perpustakaan itu musnah terbakar karena suatu kecelakaan
semasa Yulius Caesar menduduki Alexanderia. Ptolomeus II yang juga seorang ilmuwan adalah
orang yang menyuruh menterjemahkan kitab Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani atau Aramia ke
bahasa Yunani yang populer dengan nama Septuaginta.
sebagai administrator yang telah menyelamatkan Mesir dan negeri-negeri
sekitarnya dari bahaya kelaparan2
Beberapa abad sejak zaman Yusuf sampai ke zaman Musa anak cucu Israel
telah berkembang menjadi satu bangsa yang besar dan telah menempati
posisi-posisi yang penting dan berpengaruh di Mesir.
Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya, mereka bertambah
banyak dengan dahsyat dan berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi
mereka...(Kel. 1:7)
Di zaman Musa, penguasa Mesir3 memandang bangsa ini telah menjadi
ancaman bagi kekuasaan dan supremasi bangsa Mesir
Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir yang
tidak mengenal Yusuf. Berkatalah Raja itu kepada rakyatnya : Bangsa Israel
sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita
bertindak dengan bijaksana terhadap mereka supaya mereka jangan
bertambah banyak lagi dan jika terjadi peperangan jangan bersekutu nanti
dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini......
(
Kel. 1 : 8-10).
Untuk mencegah lahirnya seorang pemimpin yang berpotensi membawa
bangsa ini kepuncak kekuasaan, maka Fir’aun telah memerintahkan untuk
membunuh semua putera sulung Israel yang baru lahir
2
S.Nadvi dalam bukunya “Sejarah Geographi al Quran” menyebutkan bahwa di Yaman ditemukan
sebuah prasasti yang mengisahkan tentang seorang Ratu yang menunggu dengan penuh harapan
utusannya yang dikirim ke Mesir untuk memperoleh bahan makanan, karena negeri itu sedang
dilanda bencana kelaparan yang sangat dahsyat. Prasasti itu membuktikan bahwa bencana
kekeringan yang pernah terjadi meliputi wilayah yang sangat luas adalah fakta historis
3
Hipotesa beberapa sarjana yang menyatakan Firaun yang dimaksud adalah Thutmosis I dari
dinasti ke delapan belas
Lalu Firaun memberikan perintah kepada seluruh rakyatnya :
“lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani kedalam
sungai Nil, tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup (Kel. 1:22)
Mengapa hanya putera sulung yang diperintahkan untuk dibunuh, hal ini
disebabkan karena dalam tradisi Semit yang disebut keturunan
adalah
putera yang sulung dari pihak laki-laki. Hak waris hanya diberikan kepada
putera sulung, tidak untuk putera kedua dan seterusnya. Bahwa “hak
kesulungan” merupakan suatu yang sangat penting dalam tradisi Semit.
Ismael dicabut hak kesulungannya karena dilahirkan oleh perempuan yang
berstatus sosial yang lebih rendah (budak) dan anak keturunannya tersingkir
dari panggung sejarah Israel. Begitu pula Yakub bin Ishak menyingkirkan
Essau yang merupakan putera sulung Ishak dengan menipu bapaknya yang
sudah lamur dan memberikan hak kesulungan kepadanya. Dalam agama
Abraham tidak pernah tercatat ada Nabi atau Rasul yang berasal dari
keturunan Essau atau Ismael kecuali Nabi Muhammad SAW. Abraham telah
“memilih” Ishak sebagai ahli warisnya. Ishak telah menetapkan dan
memberkati Yakub alias Israel sebagai ahli warisnya. Keturunannya dengan
bangga menyebut diri mereka “bangsa pilihan” dan keturunan Ismael dan
Essau menyebut mereka “bangsa yang sombong” karena menempatkan diri
mereka sebagai bangsawan yang lebih tinggi derajadnya dari keturunan
kedua sulung tersebut.
Oleh Firaun yang ketakutan dengan potensi yang dimiliki bangsa ini yang
mengancam supremasi bangsa Mesir, kemudian mengambil kebijakan
dengan mengenyahkan mereka dari posisi-posisi penting dan strategis,
kecuali beberapa orang tertentu yang dijadikan kaki tangan dan digunakan
untuk memantau gerak gerik aktivitas sosial dan
ekonomi antara orang
Yahudi yang sudah berstatus sebagai bangsa budak dalam negeri Mesir
Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka dengan kerja
paksa mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni
Pytom. dan Ramses. Tapi makin ditindas makin bertambah banyak dan
berkembang mereka, sehingga orang merasa takut dengan orang Israel itu.
Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja dan
memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat.
(Kel 1:11-13).
Kota Pytom mulai dibangun pada masa pemerintahan ThutMoses I, Musa (Moses)
sendiri menjadi tokoh kontroversial, apakah benar ia seorang Ibrani sesuai riwayat
tertulis dalam Perjanjian Lama, ataukah ia seorang putra mahkota yang tidak pernah
kembali dari ekspedisi militer ke Asia Kecil karena terjadi perubahan politik
berkenaan dengan suksesi di Mesir dan ia memperoleh konsesi atas wilayah yang
ditaklukkannya dan membangun negara baru dilembah sungai Yordan. Bahwa satusatunya sumber tentang riwayat Musa adalah Pentateuch (Taurat, kitab yang lima)
yang sudah menjadi kitab yang subyektip Israeli yang ditulis ulang antara abad ke
VI - IV SM oleh para Nabi Israel dalam pembuangan berdasarkan ingatan mereka,
karena hilangnya naskah asli seiring dengan dihancurkannya Yerusalem dan Bait
Allah oleh Nebukadnezar atau boleh jadi pula naskah aslinya memang tidak pernah
ada atau dengan kata lain kitab Perjanjian Lama mulai ditulis oleh para Nabi Israel
dalam pembuangan berdasarkan hafalan atau doa-doa yang tidak lain adalah
hukum-hukum Musa yang tidak tertulis,
legenda-legenda lisan dan cerita
kepahlawanan sampai terbentuknya Israel sebagai sebuah kerajaan, diversifikasi
riwayat–riwayat yang dikutip dari mitologi Sumeria, Assyria dan Mesir. Mungkin
satu-satunya naskah tertulis adalah Mazmur raja Daud. Sampai saat ini tidak ada
suatu prasasti, obelisk, papyrus ataupun catatan lainnya yang pernah ditemukan di
Mesir yang memberitakan tentang Musa dan perbudakan bangsa Israel. Dan hal
penting lainnya adalah berita dalam Perjanjian Lama sendiri dimana sepanjang
pengembaraannya disekitar Palestina bangsa Israel beberapa kali melakukan
ekspedisi militer. Terasa janggal karena hal ini menunjukkan bahwa rombongan
“terusir” ini memiliki pasukan yang terorganisir, terlatih dengan baik, serta memiliki
logistik yang cukup besar. Malahan dalam versi lainnya, diantara orang-orang Israel
yang terbuang terdapat seseorang yang luar biasa kayanya yang bernama Qarun.
Suatu pertanyaan yang tak pernah dijawab sepanjang sejarah “suatu bangsa yang
berbudaya, kaya dan memiliki pasukan yang lengkap ini begitu mudah diperbudak
dan diusir
tanpa mengadakan perlawanan sama sekali”. Dalam sejarah Mesir
Fir’aun kelima dari dinasti- XVII, Thut Moses III (1479- 1425 BCE), tercatat sebagai
Fir’aun yang paling berhasil dalam
ekspedisi militer sehingga
kekuasaannya
meliputi Yordania, Lebanon, sebagian wilayah Turki modern dan Palestina sekarang
ini), sehingga melahirkan hipotesa bahwa Musa (Mses), Harun, Yoshua adalah
panglima-panglima militer ThutMoses III yang melakukan agresi menduduki
wilayah lembah sungai Yordan (Palestina, Yordania dan Lebanon sekarang ini).
Penemuan Merneptah Stele di kuil Karnak oleh arkeolog Flinder Petries pada tahun
1896 memberikan bukti yang sangat kuat bahwa Ra Mses II, ayah dari Merneptah,
bukanlah Firaun yang ada hubungannya dengan peristiwa eksodus sebagaimana
yang diyakini oleh banyak kalangan seperti terlihat dalam film Ten Commandments
atau berbagai karya tulis dengan memamerkan mumi dari Ra Mses II. Merneptah
stele adalah satu-satunya dokumen yang menyebut kata Israel sebagai salah satu
etnik yang ikut ditaklukkan dalam ekspedisi militernya. Penemuan Merneptah stele
telah menjadi debat dikalangan para ahli dan menghasilkan suatu kesimpulan baru
sebagimana yang telah disebutkan diatas bahwa bangsa Israel adalah etnik yang
bermukim di Kanaan, ditaklukkan oleh Merneptah dan sisa-sisa etnik ini kemudian
diserahkan kepada Musa dan selanjutnya dipergunakan dalam operasi operasi
militer penaklukan wilayah dan sebagian lainnya dikirim ke Mesir sebagai budak.
Karena jasa-jasa inilah akhirnya berkat bantuan Musa, mereka dibebaskan dan
menemukan wilayah yang subur dilembah sungai Yordan yang nampaknya
merupakan wujud dari janji Musa kepada para pemimpin etnik Israel. Namun
demikian etnik Israel tidak memiliki kepemimpinan sendiri, kendali atas wilayah
tersebut tetap berada ditangan Musa dan kemudian Yoshua yang mungkin pula
bukan orang Israel. Sepeninggalnya Musa dan Yoshua, maka wilayah tersebut tidak
memiliki pemimpin yang dikenal sebagai era hakim-hakim yang berlangsung sekitar
150 tahun. Sejarah Israel yang dapat dipercaya, dimulai ketika Samuel bin Elkana
yang menjadi hakim, mendapat desakan publik untuk memproklamirkan Israel
sebagai sebuah Negara yang merdeka dengan menobatkan Saul bin Kish sebagai raja
Israel. Merneptah stele masih diperdebatkan sampai hari ini khusus mengenai asal
usul bangsa Israel. Namun demikian argumen Ra Moses II adalah Firaun yang
mengusir Bani Israel dari Mesir tidak dapat dipertahankan, karena merujuk kepada
Tanakh maka masa Firaun Merneptah melakukan ekspedisi militer diperkirakan
sama waktunya dengan Yoshua melakukan ekspedisi militer di Yerikho. Dua berita
yang sangat kontradiktip. Merneptah stele adalah dokumen yang tidak diragukan
kesahihannya, sebaliknya tidak demikian dengan Tanakh.
Kita lanjutkan lagi riwayat Musa menurut Perjanjian Lama, Musa lolos dari
upaya pembunuhan dan takdir telah membawanya kelingkungan istana dan
menjadi anak kesayangan permaisuri.
Ketika anak itu telah besar, dibawanya
mengangkatnya menjadi anaknya..... (Kel. 2:10).
kepada puteri Firaun, yang
Musa dalam Perjanjian Lama berarti “aku telah menariknya dari air”,
pengertian yang merupakan terjemahan yang salah dari kata Ibrani masyah
yang berarti air oleh penyalin pentateuch, karena Musa (Mses) dalam bahasa
Mesir purba artinya “putera”, nama yang sangat umum diberikan kepada
para pangeran Mesir (putera-putera Fir’aun) dan ada yang menggabungkan
nama panggilan itu dengan Amon Ra atau Thut ketika menjadi Fir’aun,
sehingga dianggap sebagai penjelmaan dewa Ra atau dewa Thut,
penggabungan nama yang memungkinkannya berkuasa secara absolut (RaMses, putera Ra, Thut-Mses, putera Thut).
Nama Musa (Mses) memberikan indikasi yang sangat kuat bahwa Musa
merupakan seorang putera Firaun, namun tetap meninggalkan suatu
pertanyaan yang sampai kini tidak terjawab, karena tidak ada suatu prasasti
atau obelisk yang pernah ditemukan merekam peristiwa akbar “Musa dan
eksodusnya”, padahal para Fir’aun sangat teliti dalam merekam peristiwaperistiwa penting yang terjadi sepanjang pemerintahannya, misalnya RaMses
II, pembangun Abu Simbel yang monumental itu, siapa dia, lamanya
berkuasa, ekspedisi militer yang dilakukannya sampai jumlah gundiknya
dicatat dengan saksama.
Dalam pengembaraannya di negeri Midian Musa pangeran yang dibesarkan
dan dididik dalam istana yang oleh karenanya tidak memiliki pengetahuan
apapun juga tentang monotheisme, dipercaya menemukan kembali ajaran
(agama) Abraham melalui mertuanya Jitro (Nabi Syuaib) yang memiliki garis
keturunan langsung dari Abraham melalui Khedar bin Ismael. Di negeri
Midian ini pula Musa menemukan jodohnya anak perempuan dari Jitro yang
bernama Zipora.
Dengan anggapan bahwa
riwayat Musa seperti tersebut dalam kitab
Perjanjian Lama sedemikian adanya, maka hal yang dapat disimpulkan
adalah terdapat hubungan emosional atau tekanan yang kuat dari dalam
istana,
permaisuri
berhasil
mempengaruhi
Firaun
sehingga
tidak
mengeluarkan perintah untuk melakukan pembunuhan masal terhadap
orang-orang Israel ketika dalam keadaan tidak berdaya di Mesir dan hanya
memerintahkan pengusiran untuk keluar dari negeri Mesir dan Firaun sama
sekali tidak menyita harta benda dari bangsa ini4. Kemungkinan Firaun
berubah pikiran ketika menyadari bahwa bangsa ini memiliki sumber daya
manusia yang lengkap dan pimpinannya Musa terdidik dalam istana.
berpengalaman dalam administrasi pemerintahan serta tangguh sebagai
panglima dalam peperangan, sehingga akan menjadi ancaman besar
sekiranya mereka bisa membangun kerajaan baru ditempat pembuangannya.
Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka
berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan
berkatalah mereka : “Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita
4
Dikisahkan bahwa dalam perjalanan panjang mencari tempat kediaman baru, mereka masih bisa
membuat patung emas dan kemudian tabut perjanjian yang merupakan alat bagi Musa
berhubungan dengan Yahwe.
membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita ?”. Kemudian ia
memasang keretanya dan membawa rakyatnya serta. Ia membawa enam
ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap
dengan perwiranya. Demikianlah Tuhan mengeraskan hati Firaun, raja
Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel itu. Tetapi orang Israel
berjalan terus dipimpin oleh tangan yang menaikkan. (Kel.14:5-8)
Pengejaran atas bangsa ini berakhir dramatis, Firaun dan pasukannya
terjebak dan tewas dilautan.
Berbaliklah segala air itu, lalu memutupi kereta dan orang berkuda dari
seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut,
seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka (Kel. 14:28).
Dalam pengembaraan tanpa pedoman mencari tempat kediaman yang
dijanjikan Tuhan, ratusan ribu manusia yang terus berjalan tak tentu arah
tujuan, tak ada aturan-aturan hukum, tak ada ladang untuk bertanam, tak
ada padang rumput untuk beternak, selain kepercayaan dan harapan kepada
kepemimpinan Musa dan Tuhannya, sehingga mereka kelaparan dan Musa
perlu meminta bantuan Tuhan menurunkan makanan dari langit berupa
manna, bahan makanan satu-satunya sampai mereka menemukan tanah
yang dijanjikan itu. Bertahun-tahun dalam pengembaraan yang melelahkan
seperti itu mulai menimbulkan keputus asaan dan runtuhnya kepercayaan
terhadap
Musa dan Tuhannya. Dalam situasi yang kacau inilah Musa
memperoleh wahyu berupa “10 Perintah TUHAN” di gunung Sinai, yang
merupakan landasan hukum bagi Bani Israel.
Download