BANI ISRAEL BANGSA PILIHAN Tapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub yang telah Ku-pilih, keturunan Abraham yang Ku-kasihi .......... (Yes. 41:8) Kitab Perjanjian Lama merupakan satu-satunya sumber tertulis tentang asal usul Bani Israel dan sampai saat ini belum pernah ada satupun sumber tertulis lainnya tentang asal usul bangsa ini ditemukan di Mesir ataupun tempat lainnya. Ribuan situs telah digali, eksavasi-eksavasi sudah dilakukan oleh para arkeologis di Mesir, Sinai, Palestina serta tempat lainnya tidak menemukan sesuatu yang berarti sehingga usaha untuk melacak asal usul bangsa ini dengan berbagai pendekatan disiplin akademis dan model hanya menghasilkan interpretasi dan hipotesa, antara lain tentang : 1) Hyksos, bangsa pengembala dari daratan Asia yang memasuki Mesir sekitar tahun 1720 SM yang beberapa generasinya (dinasty XV) pernah menguasai negeri Mesir. Beberapa sarjana berpendapat bangsa Hyksos adalah Bani Israel yang dikalahkan dan diusir keluar dari Mesir oleh Ah-Moses, pendiri AhMoses memporak porandakan pasukan Hyksos dinasty ke XVI. Dasar dari hipotesa ini adalah bersumber dari kitab Perjanjian Lama (Kel 1:11-13) yang menyatakan bahwa orang-orang Israel dipahitkan hidupnya sebagai budak dengan kerja paksa membangun kota Pytom dan Ra Moses. Menurut catatan sejarah kota Pytom mulai dibangun semasa pemerintahan Thut Moses I, seorang Firaun yang tidak memiliki seorang anak lelaki. Sehingga ditarik suatu kesimpulan bahwa Thut Moses-I adalah Firaun yang mengeluarkan dekrit untuk membunuh semua bayi lakilaki karena ia menginginkan kekuasaan jatuh ketangan puterinya Nefure yang kemudian dikenal sebagai Ratu Hatshepsut. Firaun wanita inilah yang diduga menemukan Musa (Moses) dari sungai Nil, mengasuh dan mendidiknya dalam istana. Dalam catatan sejarah Ratu Hatshepsut memiliki seorang putera yang bernama Senmut yang kemudian menjadi Firaun Thut Moses II. Hipotesa yang menyatakan bahwa Musa adalah Senmut, sama sekali bertolak belakang dengan riwayat Musa, perbudakan dan eksodusnya sebagaimana tersebut dalam Perjanjian Lama. Sebab jikalau Musa adalah orang yang sama dengan Senmut, lalu siapakah Thut Moses II yang memiliki bukti sejarah kuat berupa jasad yang sudah diawetkan (mumi) serta informasi tentang dirinya yang dapat dibaca dalam obelisk, cuneiform dan papyrus. Bahwa bangsa Hyksos diusir keluar dari negeri Mesir setelah dikalahkan oleh Ahmose serta tradisi yang menjadikan bangsa yang kalah dijadikan budak, kemudian dihubung-hubungkan dengan Musa dan eksodusnya merupakan suatu hipotesa yang amat lemah dan hanya dianut oleh minoritas sarjana biblika. Lagipula belum ada catatan yang pernah ditemukan yang menyatakan bangsa Hyksos dijadikan budak dan melakukan kerja paksa membangun kota Pytom dan Ra Abu Simbel, monumen yang dibangun Ra Moses II, Firaun yang membuat perjanjian damai dengan musuh-musuhnya Moses. 2) Apiru, salah satu suku dari daratan Asia yang dipekerjakan sebagai buruh oleh RaMoses II. Sebagaimana diketahui RaMoses II selama masa berkuasa, membangun bangunan-bangunan monumental yang masih ada sampai saat ini antara lain Abu Simbel yang diselamatkan oleh Unesco ketika pemerintah Mesir untuk kepentingan ekonominya memutuskan untuk membangun bendungan Aswan. Oleh karena kitab Perjanjian Lama merupakan sebuah epos religius yang sudah barang tentu subyektip Israeli, maka asal usul bangsa Israel, dalam beberapa dekade terakhir ini, telah menjadi perdebatan diantara para arkeologis dengan para sarjana alKitab. Adanya kontradiksi antara periwayatan dalam kitab Joshua dan kitab Hakim-Hakim berkenaan dengan operasi-operasi militer yang dilakukan oleh orang-orang Israel dalam perebutan wilayah, selepasnya mereka dari perbudakan, telah menjadi bahan pembahasan tentang asal usul bangsa ini. Demikianlah Yoshua merebut seluruh negeri itu, pegunungan, seluruh tanah Negeb, seluruh tanah Gosyen, Daerah Bukit serta Araba Yordan dan pegunungan Israel dengan tanah rendahnya; mulai dari pegunungan Gundul yang mendaki kearah Seir sampai ke Baal Gad di lembah gunung Libanon dikaki gunung Hermon. Semua rajanya ditangkapnya dan dibunuhnya (Yoshua 11:16-17) Pasal 1 sampai dengan pasal 10 kitab Yoshua memaparkan secara kronologis kampanye militer yang dipimpin langsung oleh Yoshua dalam perebutan wilayah, dimana disebutkan bahwa ia berhasil merebut dan menduduki seluruh wilayah Kanaan. Dengan jelas juga disebut batas-batas, nama raja-raja dan kotakota yang direbutnya. Sedangkan dalam kitab Hakim-Hakim memaparkan dalam pasal 1 dan seterusnya bahwa penaklukkan sebagian besar wilayah Kanaan dilakukan setelah wafatnya Yoshua, kontradiktip dengan kitab Yoshua. Sesudah Yoshua mati, orang Israel bertanya kepada Tuhan: siapakah daripada kami yang harus lebih dahulu maju menghadapi orang Kanaan untuk berperang melawan mereka? (Hakim-Hakim 1:1) Pembahasan terhadap kedua periwayatan yang bertentangan dalam Alkitab tersebut yang dilakukan oleh beberapa arkeologis dan sarjana biblika antara lain William Dever (How to Tell a Cananite from an Israelite in The Rise on Ancient Israel: Lectures presented at a symposium sponsored by the Reseiden Associate Program, Smithsonian Institution October 26,1991 - Biblical Archeology Society, 1992), Niels Peter Lemche {Early Israel: Antropoligical and Historical Studies on the Israelite Society Before the Monarchy[Leiden, Netherlands: E.J.Brill, 1985]; Ancient Israel A New History of Israelite Gösta Ahlström (Who Were Society [Shefield, England: Sheffiled Academic Press, 1990]}, juga N. Gottwald; R. Coote the Israelites? dan The History of Ancient Palestine (1993) yang dirangkum oleh John McDermott dalam karyanya “What are They Saying About the Formation of Israel? (1998)” berakhir dengan pandangan dan kesimpulan yang sama; bahwa nenek moyang orang Israel adalah pribumi Kanaan sendiri. 3) Satu-satunya dokumen tertulis yang menyebut kata Israel adalah Merneptah stele (obelisk yang terbuat dari batu granit hiam setinggi 7 kaki) yang dtemukan oleh Flinder Petries di kuil Karnak, Thebes, pada tahun 1896. Merneptah adalah putra Firaun Ra Moses II yang memerintah Mesir pada 1213-1203 SM. Salah satu baris dalam dokumen tersebut menyebutkan tentang operasi militer Firaun Merneptah dalam penaklukan dan pendudukan wilayah Kanaan dan sekitarnya yang meliputi Askhelon, Gezer, Yanoam dan Israel. Hal yang menarik dari dokumen tersebut adalah aksara hieroglyph yang digunakan untuk menunjuk kepada kata Israel tidak sama dengan aksara hieroglyph yang menunjuk kepada kata Kanaan, Askhelon, Gezer dan Yanoam, jelas menunjuk kepada wilayah atau tempat yang ditaklukkan dan diduduki, sedangkan sebaliknya kata Israel menunjuk kepada suatu entitas yang dimusnahkan. Suatu hal yang menunjukkan bahwa kala itu bangsa Israel belum memiliki negara sendiri, masih berupa suatu masyarakat yang nomaden dan tidak berdiam secara tetap dalam suatu wilayah dimana pada masa Merneptah melakukan agresi, kebetulan orang-orang Israel sedang berada atau bermukim disekitar Kanaan. Satu baris kalimat tersebut dalam Merneptah stele telah melahirkan hipotesa baru tentang perbudakan dan tanah yang dijanjikan. Canaan is captive with all woe. Ashkelon is conquered, Gezer seized, Yanoam made nonexistent; Israel is wasted, bare of seed Kejam adalah napas peperangan. Sudah merupakan tradisi pada masa itu bahwa hanya ada dua pilihan bagi suatu bangsa yang kalah dalam peperangan, tetap melakukan perlawanan dan menerima kematian di tiang salib atau menyerah dan selanjutnya diperjual belikan sebagai budak. Kira-kira begitulah nasib yang harus diterima oleh bangsa atau lebih tepat suku Israel ketika ditaklukkan oleh pasukan Merneptah. Salah seorang jenderal atau komandan pasukan Merneptah adalah Musa (Moses). Suku Israel adalah suku nomaden yang tidak memiliki wilayah yang tetap atau kerajaan, hal yang membedakan mereka dengan suku-suku lain yang ditaklukkan yang memiliki wilayah yang tetap atau negara. Perbedaan itulah yang barangkali memberikan ilham kepada Musa untuk memanfaatkan remaja-remaja Israel, dengan merekrut, melatih dan menjadikan mereka prajurit yang tangguh. Sisa-sisa suku Israel lainnya yang tidak bisa direkrut sebagai prajurit, bersama-sama dengan suku-suku taklukkan lainnya dikirim ke Mesir, untuk dimanfaatkan oleh Firaun Merneptah sebagai budak yang akan bekerja melanjutkan proyekproyek yang ditinggalkan ayahnya Ra-Moses II yang belum sempat diselesaikan. Moral merupakan modal paling penting bagi seorang prajurit. Sejarah telah membuktikan bahwa belum pernah ada suatu pasukan yang moralnya runtuh, bisa mempertahankan kemenangan yang diperoleh dalam suatu pertempuran. Canggihnya peralatan tempur, memperoleh seorang kerasnya latihan untuk seorang prajurit yang trampil, hebatnya seorang jenderal menyusun strategi ternyata bukanlah ukuran dalam menentukan kemenangan akhir. Musa dalam melakukan ekspedisi-ekspedisi militernya, nampaknya telah membangun moral para prajurit Israel dengan memberikan suatu harapan akan membebaskan saudara-saudara mereka yang diperbudak di Mesir dan membagikan tanah untuk mereka diami sebagai bangsa yang merdeka, sebagai imbalan atas kesetiaan mereka. Janji yang telah membangkitkan kesadaran bagi para prajurit budak ini untuk apa mereka bertempur. Berkat bantuan pasukan tambahan suku Israel, Musa meraih sukses besar dalam ekspedisi-ekspedisi militernya. Ia berhasil menaklukkan dan merebut kota-kota yang memiliki tembok-tembok pertahanan yang kuat Yerikho, Ai, Jebus (Yerusalem), Hebron, Yarmut, Yakhis dan Eglon. Janji kemerdekaan dan tanah telah memberikan motivasi yang sangat kuat kepada para prajurit budak, mereka membuktikan kesetiaannya kepada Musa dengan berjuang sampai titik darah yang penghabisan di medan pertempuran. Musa kembali ke Mesir dengan gagah dan ia memperoleh sambutan meriah atas segala apa yang telah dicapainya. Berdasarkan analisa dari penggalan-penggalan dari penutur kitab Perjanjian Lama, nampak jelas negosiasi dengan Firaun perihal pembebasan para budak Israel dan pemberian wilayah menemui jalan buntu. Firaun sama sekali menolak untuk mengabulkan permintaan Musa. Sebagai seorang pangeran Mesir, Musa dihadapkan pada suatu persoalan yang sangat dilematis. Loyalitas kepada Firaun atau martabatnya sebagai seorang bangsawan yang akhirnya melahirkan konflik yang bermuara pada kekerasan. Saya memahami bahwa Pentateuch (Taurat) ditulis berdasarkan sumber-sumber lisan yang diceritakan secara turun temurun yang telah didramatisasi sedemikian rupa, sehingga akurasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, waktu dan tempat tidaklah mungkin tepat seperti apa yang tertulis dalam kitab Taurat, namun demikian legenda-legenda tersebut masih bisa dianalisa dan direkonstruksi sehingga dapat diambil kesimpulan yang lebih rasionil tentang perbudakan, eksodus sampai ke tanah yang dijanjikan. Secara eksplisit kitab Taurat memberitakan adanya pembunuhan terhadap anak-anak sulung Israel yang dibalas oleh Tuhan dengan mengambil nyawa putera-putera sulung Mesir, begitu pula halnya peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Musa tidak dapat diartikan lain bahwa telah terjadi konflik bersenjata, walaupun dalam skala yang tidak signifikan. Bahwa sebelumnya perundingan demi perundingan telah dilakukan, adu argumentasi yang dimenangkan oleh Musa dilukiskan oleh para penulis Taurat sebagai pertarungan antara Musa melawan ahli-ahli sihir Firaun. Firaun akhirnya mengabulkan permintaan Musa ketika tak ada jalan keluar dan Mesir sudah berada diambang perang Saudara. Jalan tengah atau win win solution. Musa boleh membawa pergi seluruh budak Israel sebagai orang merdeka keluar negeri Mesir dengan syarat tidak boleh membawa prajurit yang bukan orang Israel dan yang kedua tidak boleh masuk ke wilayah-wilayah pendudukan, walaupun wilayah-wilayah itu merupakan wilayah yang ditaklukkan oleh Musa. Mencari wilayah baru yang bukan dalam kekuasaan siapa-siapa bukanlah hal yang mudah. Itulah sebabnya mengapa bangsa ini harus menempuh perjalanan yang begitu panjang, kembali ke asal mula sebagai bangsa yang nomaden selama puluhan tahun sampai akhirnya mereka menemukan wilayah yang merdeka dilembah sungai Yordan. Perhatikan dengan saksama bahwa pemukiman di lembah sungai Yordan, Israel belum terbentuk sebagai sebuah negara dengan batasan wilayah yang jelas. Selama hampir dua ratus tahun sejak wilayah atau tanah yang dijanjikan itu ditemukan, tidak ada kota dan tembok pertahanan dibangun. Orang-orang Israel masih bermukim secara sporadis di wilayah itu. Tidak ada seorang raja yang memerintah mereka dan seluruh aktivitas sosial mereka dijalankan sesuai dengan aturan yang ditinggalkan oleh Musa yang kita kenal sebagai sepuluh Firman Tuhan yang merupakan sumber segala hukum bagi orang Israel yang pada masa itu pelaksanaannya diawasi oleh pimpinan suku Lewi yang dikenal sebagai hakim-hakim. 4) Versi kitab Perjanjian Lama menyebutkan Bani Israel berasal dari keturunan 12 orang putera Yakub yang bergelar Israel, cucu dari Abraham, bapak Monotheisme yang berasal dari Ur, Sumeria. Kedua belas orang putera Yakub adalah Ruben, Simeon, Lewi, Yahuda, Isakhar, Zebulon, Yusuf, Benyamin, Naftali, Dan, Gad dan Asyer. Salah seorang puteranya Yusuf1 menjadi orang yang sangat dipercaya oleh Fir’aun 1 Sejarahwan Mesir purba dan juga penguasa Macedonia di negeri Mesir Ptolomeus II (309-246 SM), mengindikasikan Yusuf sebagai Imhotep, intelektual serba bisa yang merupakan arsitek dan pembangun pyramid yang pertama (step pyramid Firaun Kafre) yang hidup 28 abad sebelum Masehi. Imhotep dipuja sebagai Dewa di Mesir dan Yunani. Yosef atau Yehosef dieja Ihosep dalam bahasa Ibrani sama dengan Ihotep atau Imhotep dalam dialek Mesir. Bahwa Imhotep menjual bahan makanan pada masa-masa sulit. Bata (mud bricks) yang dipergunakan dalam pembangunan step pyramid Firaun Joser di Sakkara, merupakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan bahan makanan kepada bangsa asing. Perlu diperhatikan bahwa pada masa Ptolomeus II terdapat perpustakaan yang disebut olehnya menyimpan sekitar lima ratus ribu manuskrip peninggalan para Firaun Mesir dan ilmuwan dari berbagai penjuru dunia di Alexanderia, sehingga pendapat dari Ptolomeus II cukup beralasan. Perpustakaan itu musnah terbakar karena suatu kecelakaan semasa Yulius Caesar menduduki Alexanderia. Ptolomeus II yang juga seorang ilmuwan adalah orang yang menyuruh menterjemahkan kitab Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani atau Aramia ke bahasa Yunani yang populer dengan nama Septuaginta. sebagai administrator yang telah menyelamatkan Mesir dan negeri-negeri sekitarnya dari bahaya kelaparan2 Beberapa abad sejak zaman Yusuf sampai ke zaman Musa anak cucu Israel telah berkembang menjadi satu bangsa yang besar dan telah menempati posisi-posisi yang penting dan berpengaruh di Mesir. Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya, mereka bertambah banyak dengan dahsyat dan berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka...(Kel. 1:7) Di zaman Musa, penguasa Mesir3 memandang bangsa ini telah menjadi ancaman bagi kekuasaan dan supremasi bangsa Mesir Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah Raja itu kepada rakyatnya : Bangsa Israel sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan jika terjadi peperangan jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini...... ( Kel. 1 : 8-10). Untuk mencegah lahirnya seorang pemimpin yang berpotensi membawa bangsa ini kepuncak kekuasaan, maka Fir’aun telah memerintahkan untuk membunuh semua putera sulung Israel yang baru lahir 2 S.Nadvi dalam bukunya “Sejarah Geographi al Quran” menyebutkan bahwa di Yaman ditemukan sebuah prasasti yang mengisahkan tentang seorang Ratu yang menunggu dengan penuh harapan utusannya yang dikirim ke Mesir untuk memperoleh bahan makanan, karena negeri itu sedang dilanda bencana kelaparan yang sangat dahsyat. Prasasti itu membuktikan bahwa bencana kekeringan yang pernah terjadi meliputi wilayah yang sangat luas adalah fakta historis 3 Hipotesa beberapa sarjana yang menyatakan Firaun yang dimaksud adalah Thutmosis I dari dinasti ke delapan belas Lalu Firaun memberikan perintah kepada seluruh rakyatnya : “lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani kedalam sungai Nil, tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup (Kel. 1:22) Mengapa hanya putera sulung yang diperintahkan untuk dibunuh, hal ini disebabkan karena dalam tradisi Semit yang disebut keturunan adalah putera yang sulung dari pihak laki-laki. Hak waris hanya diberikan kepada putera sulung, tidak untuk putera kedua dan seterusnya. Bahwa “hak kesulungan” merupakan suatu yang sangat penting dalam tradisi Semit. Ismael dicabut hak kesulungannya karena dilahirkan oleh perempuan yang berstatus sosial yang lebih rendah (budak) dan anak keturunannya tersingkir dari panggung sejarah Israel. Begitu pula Yakub bin Ishak menyingkirkan Essau yang merupakan putera sulung Ishak dengan menipu bapaknya yang sudah lamur dan memberikan hak kesulungan kepadanya. Dalam agama Abraham tidak pernah tercatat ada Nabi atau Rasul yang berasal dari keturunan Essau atau Ismael kecuali Nabi Muhammad SAW. Abraham telah “memilih” Ishak sebagai ahli warisnya. Ishak telah menetapkan dan memberkati Yakub alias Israel sebagai ahli warisnya. Keturunannya dengan bangga menyebut diri mereka “bangsa pilihan” dan keturunan Ismael dan Essau menyebut mereka “bangsa yang sombong” karena menempatkan diri mereka sebagai bangsawan yang lebih tinggi derajadnya dari keturunan kedua sulung tersebut. Oleh Firaun yang ketakutan dengan potensi yang dimiliki bangsa ini yang mengancam supremasi bangsa Mesir, kemudian mengambil kebijakan dengan mengenyahkan mereka dari posisi-posisi penting dan strategis, kecuali beberapa orang tertentu yang dijadikan kaki tangan dan digunakan untuk memantau gerak gerik aktivitas sosial dan ekonomi antara orang Yahudi yang sudah berstatus sebagai bangsa budak dalam negeri Mesir Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka dengan kerja paksa mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pytom. dan Ramses. Tapi makin ditindas makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut dengan orang Israel itu. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat. (Kel 1:11-13). Kota Pytom mulai dibangun pada masa pemerintahan ThutMoses I, Musa (Moses) sendiri menjadi tokoh kontroversial, apakah benar ia seorang Ibrani sesuai riwayat tertulis dalam Perjanjian Lama, ataukah ia seorang putra mahkota yang tidak pernah kembali dari ekspedisi militer ke Asia Kecil karena terjadi perubahan politik berkenaan dengan suksesi di Mesir dan ia memperoleh konsesi atas wilayah yang ditaklukkannya dan membangun negara baru dilembah sungai Yordan. Bahwa satusatunya sumber tentang riwayat Musa adalah Pentateuch (Taurat, kitab yang lima) yang sudah menjadi kitab yang subyektip Israeli yang ditulis ulang antara abad ke VI - IV SM oleh para Nabi Israel dalam pembuangan berdasarkan ingatan mereka, karena hilangnya naskah asli seiring dengan dihancurkannya Yerusalem dan Bait Allah oleh Nebukadnezar atau boleh jadi pula naskah aslinya memang tidak pernah ada atau dengan kata lain kitab Perjanjian Lama mulai ditulis oleh para Nabi Israel dalam pembuangan berdasarkan hafalan atau doa-doa yang tidak lain adalah hukum-hukum Musa yang tidak tertulis, legenda-legenda lisan dan cerita kepahlawanan sampai terbentuknya Israel sebagai sebuah kerajaan, diversifikasi riwayat–riwayat yang dikutip dari mitologi Sumeria, Assyria dan Mesir. Mungkin satu-satunya naskah tertulis adalah Mazmur raja Daud. Sampai saat ini tidak ada suatu prasasti, obelisk, papyrus ataupun catatan lainnya yang pernah ditemukan di Mesir yang memberitakan tentang Musa dan perbudakan bangsa Israel. Dan hal penting lainnya adalah berita dalam Perjanjian Lama sendiri dimana sepanjang pengembaraannya disekitar Palestina bangsa Israel beberapa kali melakukan ekspedisi militer. Terasa janggal karena hal ini menunjukkan bahwa rombongan “terusir” ini memiliki pasukan yang terorganisir, terlatih dengan baik, serta memiliki logistik yang cukup besar. Malahan dalam versi lainnya, diantara orang-orang Israel yang terbuang terdapat seseorang yang luar biasa kayanya yang bernama Qarun. Suatu pertanyaan yang tak pernah dijawab sepanjang sejarah “suatu bangsa yang berbudaya, kaya dan memiliki pasukan yang lengkap ini begitu mudah diperbudak dan diusir tanpa mengadakan perlawanan sama sekali”. Dalam sejarah Mesir Fir’aun kelima dari dinasti- XVII, Thut Moses III (1479- 1425 BCE), tercatat sebagai Fir’aun yang paling berhasil dalam ekspedisi militer sehingga kekuasaannya meliputi Yordania, Lebanon, sebagian wilayah Turki modern dan Palestina sekarang ini), sehingga melahirkan hipotesa bahwa Musa (Mses), Harun, Yoshua adalah panglima-panglima militer ThutMoses III yang melakukan agresi menduduki wilayah lembah sungai Yordan (Palestina, Yordania dan Lebanon sekarang ini). Penemuan Merneptah Stele di kuil Karnak oleh arkeolog Flinder Petries pada tahun 1896 memberikan bukti yang sangat kuat bahwa Ra Mses II, ayah dari Merneptah, bukanlah Firaun yang ada hubungannya dengan peristiwa eksodus sebagaimana yang diyakini oleh banyak kalangan seperti terlihat dalam film Ten Commandments atau berbagai karya tulis dengan memamerkan mumi dari Ra Mses II. Merneptah stele adalah satu-satunya dokumen yang menyebut kata Israel sebagai salah satu etnik yang ikut ditaklukkan dalam ekspedisi militernya. Penemuan Merneptah stele telah menjadi debat dikalangan para ahli dan menghasilkan suatu kesimpulan baru sebagimana yang telah disebutkan diatas bahwa bangsa Israel adalah etnik yang bermukim di Kanaan, ditaklukkan oleh Merneptah dan sisa-sisa etnik ini kemudian diserahkan kepada Musa dan selanjutnya dipergunakan dalam operasi operasi militer penaklukan wilayah dan sebagian lainnya dikirim ke Mesir sebagai budak. Karena jasa-jasa inilah akhirnya berkat bantuan Musa, mereka dibebaskan dan menemukan wilayah yang subur dilembah sungai Yordan yang nampaknya merupakan wujud dari janji Musa kepada para pemimpin etnik Israel. Namun demikian etnik Israel tidak memiliki kepemimpinan sendiri, kendali atas wilayah tersebut tetap berada ditangan Musa dan kemudian Yoshua yang mungkin pula bukan orang Israel. Sepeninggalnya Musa dan Yoshua, maka wilayah tersebut tidak memiliki pemimpin yang dikenal sebagai era hakim-hakim yang berlangsung sekitar 150 tahun. Sejarah Israel yang dapat dipercaya, dimulai ketika Samuel bin Elkana yang menjadi hakim, mendapat desakan publik untuk memproklamirkan Israel sebagai sebuah Negara yang merdeka dengan menobatkan Saul bin Kish sebagai raja Israel. Merneptah stele masih diperdebatkan sampai hari ini khusus mengenai asal usul bangsa Israel. Namun demikian argumen Ra Moses II adalah Firaun yang mengusir Bani Israel dari Mesir tidak dapat dipertahankan, karena merujuk kepada Tanakh maka masa Firaun Merneptah melakukan ekspedisi militer diperkirakan sama waktunya dengan Yoshua melakukan ekspedisi militer di Yerikho. Dua berita yang sangat kontradiktip. Merneptah stele adalah dokumen yang tidak diragukan kesahihannya, sebaliknya tidak demikian dengan Tanakh. Kita lanjutkan lagi riwayat Musa menurut Perjanjian Lama, Musa lolos dari upaya pembunuhan dan takdir telah membawanya kelingkungan istana dan menjadi anak kesayangan permaisuri. Ketika anak itu telah besar, dibawanya mengangkatnya menjadi anaknya..... (Kel. 2:10). kepada puteri Firaun, yang Musa dalam Perjanjian Lama berarti “aku telah menariknya dari air”, pengertian yang merupakan terjemahan yang salah dari kata Ibrani masyah yang berarti air oleh penyalin pentateuch, karena Musa (Mses) dalam bahasa Mesir purba artinya “putera”, nama yang sangat umum diberikan kepada para pangeran Mesir (putera-putera Fir’aun) dan ada yang menggabungkan nama panggilan itu dengan Amon Ra atau Thut ketika menjadi Fir’aun, sehingga dianggap sebagai penjelmaan dewa Ra atau dewa Thut, penggabungan nama yang memungkinkannya berkuasa secara absolut (RaMses, putera Ra, Thut-Mses, putera Thut). Nama Musa (Mses) memberikan indikasi yang sangat kuat bahwa Musa merupakan seorang putera Firaun, namun tetap meninggalkan suatu pertanyaan yang sampai kini tidak terjawab, karena tidak ada suatu prasasti atau obelisk yang pernah ditemukan merekam peristiwa akbar “Musa dan eksodusnya”, padahal para Fir’aun sangat teliti dalam merekam peristiwaperistiwa penting yang terjadi sepanjang pemerintahannya, misalnya RaMses II, pembangun Abu Simbel yang monumental itu, siapa dia, lamanya berkuasa, ekspedisi militer yang dilakukannya sampai jumlah gundiknya dicatat dengan saksama. Dalam pengembaraannya di negeri Midian Musa pangeran yang dibesarkan dan dididik dalam istana yang oleh karenanya tidak memiliki pengetahuan apapun juga tentang monotheisme, dipercaya menemukan kembali ajaran (agama) Abraham melalui mertuanya Jitro (Nabi Syuaib) yang memiliki garis keturunan langsung dari Abraham melalui Khedar bin Ismael. Di negeri Midian ini pula Musa menemukan jodohnya anak perempuan dari Jitro yang bernama Zipora. Dengan anggapan bahwa riwayat Musa seperti tersebut dalam kitab Perjanjian Lama sedemikian adanya, maka hal yang dapat disimpulkan adalah terdapat hubungan emosional atau tekanan yang kuat dari dalam istana, permaisuri berhasil mempengaruhi Firaun sehingga tidak mengeluarkan perintah untuk melakukan pembunuhan masal terhadap orang-orang Israel ketika dalam keadaan tidak berdaya di Mesir dan hanya memerintahkan pengusiran untuk keluar dari negeri Mesir dan Firaun sama sekali tidak menyita harta benda dari bangsa ini4. Kemungkinan Firaun berubah pikiran ketika menyadari bahwa bangsa ini memiliki sumber daya manusia yang lengkap dan pimpinannya Musa terdidik dalam istana. berpengalaman dalam administrasi pemerintahan serta tangguh sebagai panglima dalam peperangan, sehingga akan menjadi ancaman besar sekiranya mereka bisa membangun kerajaan baru ditempat pembuangannya. Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka : “Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita 4 Dikisahkan bahwa dalam perjalanan panjang mencari tempat kediaman baru, mereka masih bisa membuat patung emas dan kemudian tabut perjanjian yang merupakan alat bagi Musa berhubungan dengan Yahwe. membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita ?”. Kemudian ia memasang keretanya dan membawa rakyatnya serta. Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah Tuhan mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel itu. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang menaikkan. (Kel.14:5-8) Pengejaran atas bangsa ini berakhir dramatis, Firaun dan pasukannya terjebak dan tewas dilautan. Berbaliklah segala air itu, lalu memutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut, seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka (Kel. 14:28). Dalam pengembaraan tanpa pedoman mencari tempat kediaman yang dijanjikan Tuhan, ratusan ribu manusia yang terus berjalan tak tentu arah tujuan, tak ada aturan-aturan hukum, tak ada ladang untuk bertanam, tak ada padang rumput untuk beternak, selain kepercayaan dan harapan kepada kepemimpinan Musa dan Tuhannya, sehingga mereka kelaparan dan Musa perlu meminta bantuan Tuhan menurunkan makanan dari langit berupa manna, bahan makanan satu-satunya sampai mereka menemukan tanah yang dijanjikan itu. Bertahun-tahun dalam pengembaraan yang melelahkan seperti itu mulai menimbulkan keputus asaan dan runtuhnya kepercayaan terhadap Musa dan Tuhannya. Dalam situasi yang kacau inilah Musa memperoleh wahyu berupa “10 Perintah TUHAN” di gunung Sinai, yang merupakan landasan hukum bagi Bani Israel.