BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Enzim α-amilase (1,4-α-D-glukan glukanohidrolase; EC 3.2.1.1) adalah enzim ekstraselular yang mendegradasi ikatan α-1,4-glikosidik pada pati (Divakaran et al., 2011). Hasil degradasi enzim ini berupa glukosa, maltosa, unit maltotriosa, atau gula yang lebih sederhana (Akcan et al., 2011). Degradasi pati oleh enzim α-amilase merupakan proses yang sangat penting dalam dunia industri dan produknya memiliki spektrum aplikasi yang luas antara lain di bidang sakarifikasi, makanan, kertas, obat-obatan dan industri tekstil (Sharma & Satyanarayana, 2012). Sumber enzim α-amilase dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan dan mikrobia (Sivaramakrishnan et al., 2006). Namun, enzim α-amilase yang dihasilkan oleh mikrobia memiliki kelebihan karena lebih stabil sebab tahan terhadap suhu dan pH yang tinggi (Tanyildizi et al., 2005). Selain itu, mikrobia memiliki kapasitas produksi yang besar, periode pertumbuhan yang pendek, dan mudah untuk dimanipulasi (De souza & Magalhaes, 2010). Dengan demikian, enzim α-amilase yang dihasilkan oleh mikrobia memiliki keunggulan dibandingkan dengan enzim α-amilase yang diperoleh dari sumber lain. Enzim α-Amilase memiliki struktur (α/β)8 TIM barrel yaitu terdiri dari 8 rantai β sheet dan α-helices (Sivaramakrishnan et al., 2006). Secara umum, 1 xiii 2 struktur enzim α-amilase terdiri atas tiga domain utama, yaitu domain A, B, dan C (De souza & Magalhaes, 2010). Selain ketiga domain tersebut, beberapa enzim α-amilase juga memiliki domain tambahan, yaitu domain pengikat pati (Starch Binding Domain, SBD) (Sumitani et al., 2000). Adanya domain ini menyebabkan enzim α-amilase dapat menghidrolisis granula pati secara langsung sehingga bermanfaat bagi industri pengolahan pati karena dapat mengurangi biaya produksi (Peng et al., 2014). Contoh mikrobia yang menghasilkan enzim α-amilase dan memiliki SBD yaitu Bacillus sp. IMD 435 (Hamilton et al., 1999). Penelitian sebelumnya (Retnaningrum & Purwestri, 2011) telah berhasil mengisolasi bakteri amilolitik dari Pantai Laut Selatan Yogyakarta. Isolat bakteri amilolitik tersebut termasuk ke dalam kelompok bakteri halofilik karena mampu hidup dan menghasilkan enzim amilase yang aktif pada kondisi salinitas tinggi yaitu 3,1-3,4% (Rabbani, 2012). Hal ini berarti bahwa amilase yang dihasilkan oleh bakteri halofilik memiliki kelebihan karena memiliki aktivitas optimum pada kadar garam tinggi. Sifat ini sangat dibutuhkan dalam dunia industri karena banyak proses produksi dalam dunia industri membutuhkan enzim yang tahan terhadap kadar garam tinggi contohnya industri deterjen (Ventosa & Nietto, 1995). Enzim α-amilase merupakan kelompok enzim industri, dan ada sekitar 30% α-amilase dari total enzim yang diperjual belikan di dunia (Munoz et al., 2011). Dalam dunia industri, contohnya industri deterjen diperlukan enzim amilase yang tahan terhadap suhu panas dan kadar garam tinggi (De souza & xiv 3 Magalhaes, 2010). Namun, tidak semua wild strain mampu menghasilkan enzim sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan dunia industri (Noer, 2011). Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk dapat memenuhi kebutuhan α-amilase secara cepat dan ekonomis, yaitu dengan cloning gen α-amilase. Cloning gen adalah suatu teknik perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel hospes kompeten (Rastetter, 1983). Cloning dari satu gen yang mensintesis amilase yang diinginkan ke dalam sel hospes dapat membantu mengkarakterisasi enzim amilase yang dihasilkan dan meningkatkan produktivitas enzim secara signifikan (Ozcan, 1999). Penelitian lanjutan yang dilakukan Rabbani (2012) menunjukkan bahwa isolat bakteri amilolitik HS32 memiliki kemampuan amilolitik tertinggi, namun belum diteliti apakah mengandung gen penyandi α-amilase. Berdasarkan generic assignment dan sequencing gen 16S rRNA diketahui bahwa isolat bakteri amilolitik tersebut teridentifikasi sebagai strain anggota genus Bacillus (Rabbani, 2012). Bakteri strain anggota genus Bacillus telah digunakan secara luas untuk produksi α-amilase termostabil secara komersial dan berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang makanan, farmasi dan industri kimia (Berekaa et al., 2007). Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka penelitian mengenai isolasi dan cloning gen penyandi α-amilase pada isolat bakteri amilolitik, Bacillus sp. HS32 penting dilakukan untuk dapat menghasilkan isolat rekombinan yang berpotensi menghasilkan amilase dengan aktivitas tinggi, yang selanjutnya dapat diaplikasikan pada bidang industri. xv 4 B. Permasalahan Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah gen α-amilase pada isolat bakteri amilolitik, Bacillus sp. HS32 dapat diisolasi dan di clone dengan vektor Zero Blunt TOPO Cloning? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan meng clone gen penyandi α-amilase pada isolat bakteri amilolitik, Bacillus sp. HS32 dengan vektor Zero Blunt TOPO Cloning, serta melakukan karakterisasi dan identifikasi lebih lanjut melalui sequencing gen α-amilase. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan: memberikan informasi tentang isolat-isolat bakteri amilolitik yang potenisal menghasilkan enzim amilase, memperkuat informasi yang sudah ada sebelumnya bahwa cloning gen merupakan metode yang dapat digunakan untuk memproduksi enzim amilase sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan dunia industri secara cepat dan ekonomis. 2. Aplikasi: Dihasilkannya isolat rekombinan yang potensial menghasilkan enzim amilase yang selanjutnya dapat diaplikasikan pada bidang industri. xvi