Baca Markets Update News Preferred September 2015

advertisement
Edisi 012/Oktober/2015
Data per tanggal 30 Sep 2015
Pasokan bahan pangan dorong deflasi
September 2015
Pada bulan September 2015 terjadi deflasi sebesar
0,05%mom atau 6,83%yoy, lebih rendah dari
perkiraan dan inflasi tahunan bulan Agustus yang
mencapai 7,18%. Deflasi bersumber dari deflasi pada
kelompok
bahan
makanan
bergejolak,
seiring
melimpahnya pasokan beberapa komoditas bahan
pangan. Kelompok bahan makanan tercatat deflasi
sebesar 1,07%mom atau secara tahunan mencatat
inflasi sebesar 8,26%yoy, terutama bersumber dari
deflasi daging ayam, cabai merah, bawang merah dan
cabai rawit. Sedangkan kelompok transportasi tercatat
deflasi 0,40%mom didorong oleh koreksi tarif
angkutan udara pascalebaran serta penurunan harga
bensin Pertamax dan Pertalite seiring dengan
penurunan harga minyak dunia.
Inflasi inti bulan September 2015 yang tercatat
sebesar 0,44%mtm atau 5,07%yoy, meningkat dari
bulan sebelumnya dipengaruhi oleh pelemahan nilai
tukar rupuiah dan kenaikan harga emas di bulan
September yang lalu. Secara keseluruhan, ekspektasi
nflasi diperkirakan akan cenderung lebih terkendali.
Sehingga inflasi pada akhir tahun 2015 akan berada di
kisaran 4,5%-5,0%.
Inflasi September 2015 (%)
Foodstuff
Prepared Food
Housing
Clothing
Medical Care
Education
Transportation
General
M-on-M changes
Jul-15
Aug-15
Sep-15
2.02
0.19
-1.07
0.51
0.11
0.39
0.13
0.04
0.20
0.39
0.00
0.83
0.36
0.03
0.44
0.34
0.13
0.89
1.74
-0.11
-0.40
0.93
0.39
-0.05
Foodstuff
Prepared Food
Housing
Clothing
Medical Care
Education
Transportation
General
Y-on-Y changes
May-15
Jun-15
Jul-15
8.66
9.26
8.26
8.19
8.39
8.26
6.99
6.38
5.78
3.29
3.06
4.10
5.60
5.99
6.15
4.02
4.17
4.39
8.67
8.17
8.00
7.26
7.18
6.83
Source: BPS & PermataBank Economic Research
Berita Ekonomi :
Oktober 2015
Surplus neraca perdagangan meningkat
Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2015
kembali mencatat surplus terutama didukung oleh
neraca perdagangan nonmigas yang masih mencatat
surplus dan turunnya defisit neraca migas. Neraca
Perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD
0,43 miliar, lebih rendah dibanding surplus Juli 2015
sebesar USD 1,39 miliar.
Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia
USD bn
4
Trade Balance (LHS)
Export
%yoy
Import
3
60
2
40
1
20
0
0
-1
-2
-20
-3
-40
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
May-10
Jun-10
Jul-10
Aug-10
Sep-10
Oct-10
Nov-10
Dec-10
Jan-11
Feb-11
Mar-11
Apr-11
May-11
Jun-11
Jul-11
Aug-11
Sep-11
Oct-11
Nov-11
Dec-11
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Apr-12
May-12
Jun-12
Jul-12
Aug-12
Sep-12
Oct-12
Nov-12
Dec-12
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
May-13
Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Dec-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas
disebabkan oleh kenaikan impor nonmigas yang lebih
tinggi dari kenaikan ekspor nonmigas. Impor
nonmigas Agustus 2015 tercatat naik 30,48%mom
yang utamanya didorong oleh naiknya impor besi dan
baja, plastik, mesin dan peralatan mekanik, dan
mesin dan peralatan listrik. Peningkatan impor
kelompok barang tersebut memberikan indikasi awal
mulai meningkatnya kegiatan ekonomi ke depan. Di
sisi lain, kenaikan ekspor nonmigas sebesar
11,23%mom didominasi oleh kenaikan ekspor produk
manufaktur
(perhiasan/permata,
kendaraan
&
bagiannya, mesin-mesin/pesawat mekanik) dan
primer (kopi, teh, rempah-rempah dan karet dan
barang dari karet).
Sumber: Bloomberg & PermataBank Economic Research
Kontributor Inflasi bulan September 2015 (%)
(%)
0.10
0.07
0.06
0.05
0.07
0.05
Di sisi lain, perbaikan neraca perdagangan migas
ditopang ekspor yang meningkat di tengah impornya
yang menurun. Defisit neraca perdagangan migas
tercatat sebesar USD 0,58 miliar lebih rendah
dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar USD
0,87 miliar. Penurunan tersebut disebabkan ekspor
migas yang meningkat 7,67%mom, sementara impor
migas menurun 8,12%mom.
80
0.02
0.00
-0.05
-0.10
-0.09
-0.15
-0.20
-0.25
-0.23
Foodstuffs
Prepared
foods
Housing
Clothing
Medical Care
Education Transportation
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
BI rate dan Inflasi (%)
BI rate
Core Inflation y-y
8
6
4
2
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
Jul-15
Jan-15
Apr-15
Jul-14
Oct-14
Jan-14
Apr-14
Jul-13
Oct-13
Jan-13
Apr-13
Jul-12
Oct-12
Jan-12
Apr-12
Jul-11
Oct-11
Jan-11
Apr-11
Jul-10
Oct-10
Jan-10
Apr-10
Jul-09
Oct-09
0
Jan-09
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada
17
September
2015
memutuskan
untuk
mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%. Keputusan
tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi
menuju pada kisaran sasaran sebesar 4±1% di 2015
dan 2016. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam
jangka pendek diarahkan pada langkah-langkah untuk
menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih
berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global,
dengan mengoptimalkan operasi moneter baik di
pasar uang Rupiah maupun pasar valuta asing.
Inflation y-y
10
Apr-09
Kebijakan moneter Bank Indonesia tetap
ketat
Berita Ekonomi :
Oktober 2015
Pertumbuhan ekonomi 2Q15 kembali melambat
Pertumbuhan ekonomi 2Q15 tercatat 4,67%yoy, menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar
4,72% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 yang masih melambat terutama didorong oleh
melemahnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga. Pelemahan
investasi sejalan dengan implementasi proyek infrastruktur pemerintah yang belum secepat perkiraan serta
perilaku menunggu (wait and see) investor swasta. Sementara itu, reorganisasi beberapa
kementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur) berdampak pada penyerapan belanja pemerintah yang
rendah, sehingga konsumsi pemerintah masih tumbuh terbatas. Meski masih kuat, konsumsi rumah tangga
sedikit melambat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Dari sisi eksternal, ekspor
tumbuh terbatas seiring dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih
menurun. Di sisi lain, pertumbuhan impor terkontraksi lebih dalam sejalan dengan lemahnya permintaan
domestik.
Perekonomian diperkirakan akan mulai meningkat pada 3Q15 dan berlanjut pada 4Q15. Peningkatan tersebut
didukung oleh akselerasi belanja pemerintah seiring dengan realisasi proyek-proyek infrastruktur yang
semakin meningkat. Hal itu sejalan dengan berbagai upaya khusus yang dilakukan pemerintah untuk
mendorong percepatan realisasi belanja modal, termasuk dengan menyiapkan perangkat aturan yang
diperlukan. Sementara itu, konsumsi juga diperkirakan membaik, seiring dengan ekspektasi pendapatan yang
meningkat dan penyelenggaraan Pilkada serentak di 4Q15. Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial
juga diperkirakan akan mulai memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi pada semester II 2015. Secara
keseluruhan,
Indonesia’s GDP Growth
%yoy
10
GDP Growth
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS & PermataBank Economic Research
2011
2012
2013
2014 2015
Berita Ekonomi :
Oktober 2015
Indonesia’s Real GDP Growth and Contribution by Expenditure
Sumber : BPS & PermataBank Economic Research
Indonesia’s Real GDP Growth and Share by Industry
Sumber : BPS & PermataBank Economic Research
Berita Ekonomi :
Oktober 2015
Indonesia’s current Account Deficit
Sumber : Bank Indonesia & PermataBank Economic Research
Macro Economic Indicators
Indicators
2010
2011
2012
2013
2014
2015F
Inflation (%YoY)
Exchange Rate Eop (Rp/US$)
Current Account (% GDP)
Fiscal Balance (% GDP)
Interest Rate
BI Rate (%p.a)
Time Deposit 3 month (%p.a)
Lending rate working capital (%p.a)
Credit Growth (% YoY)
Deposit Growth (% YoY)
NPL Commercial Banks (%)
Car Sales (1000 Units)
Car Sales Growth (%)
Motorcycle Sales (1000 Units)
Motorcycle Sales Growth (%)
Government Capital Exp. (Rp tn)
Unemployment Rate (%)
International Reserve (US$ bn)
GDP Growth (%)
6,96
8.991
0,70
-0,73
3,79
9.068
0,20
-1,14
4,30
9.670
-2,74
-1,77
8,38
12.189
-3,30
-2,23
8,36
12.440
-2,95
-2,15
5,00
13.950
-2,30
-2,30
5,50
13.900
-2,70
-1,60
6,50
7,06
12,83
22,80
18,54
2,50
765
57,33
7.373
25,99
80,3
7,14
96,2
6,22
6,00
6,81
12,18
24,59
19,07
2,17
894
16,93
8.013
8,67
117,9
6,56
110,1
6,49
5,75
5,76
11,50
23,08
15,81
1,87
1.116
24,84
7.064
-11,83
145,1
6,14
112,8
6,26
7,50
7,61
12,12
21,60
13,60
1,77
1.220
9,31
7.745
9,63
172,4
6,25
99,4
5,78
7,75
8,95
12,81
11,44
12,14
2,20
1.208
-1,78
7.867
1,59
138,3
5,94
111,9
5,02
7,50
8,50
12,50
10,00
12,00
2,50
1.000
-17,22
6.300
-19,92
290,2
5,90
100,0
4,80
7,75
8,60
12,70
12,00
14,00
2,30
1.100
10,00
6.600
3,17
n.a
5,75
105,0
5,00
Sumber : PermataBank Economic Research
2016F
Analisa Market :
Oktober 2015
Analisa Valas :
Oktober 2015
Review dan Outlook Pasar Obligasi Indonesia
US Dollar Index
Pasar obligasi pada bulan September bergerak negatif,
terermin dari IDMA yang melemah 4,663%mom dari
94,87 di penutupan bulan Agustus ke level 90,48 di akhir
bulan September. Kondisi bearish yang terjadi pada pasar
obligasi didorong oleh tekanan eksternal yakni terkait
spekulasi kenaikan suku bunga AS menjelang FOMC yang
digelar tanggal 17-18 September 2015. Yield bergerak
naik signifikan dari 8,81% di awal September ke level
5,53% sehari sebelum rapat FOMC digelar. Yield
kemudian bergerak turun pasca keputusan rapat FOMC
yang menunda kenaikan suku bunga acuannya.
Namun demikian, tekanan kembali mendorong yield
obligasi naik pasca meningkatnya kekhawatiran investor
akan perlambatan ekonomi China yang ditandai dengan
penurunan aktivitas manufaktur yang turun ke level
terendah dalam 6 tahun, dan adanya indikasi kenaikan
suku bunga AS tetap dilakukan di tahun ini. Tekanan dari
eksternal tersebut turut berdampak pada pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS. Rupiah tercatat melemah
sebesar -4.02%mom dari 14.067 per dollar pada
penutupan akhir Agustus ke level 14.653 per dollar pada
penutupan akhir bulan September. Depresiasi nilai tukar
turut memberikan tekanan pada kepemilikan asing pada
obligasi Indonesia yang mencatatkan net outflow sebesar
IDR1,21triliun.
Sementara, sentimen positif datang dari dalam negeri
yakni dirilisnya paket kebijakan ekonomi jilid I dan II oleh
pemerintah di bulan September yang berfokus pada
deregulasi, perampingan birokrasi dan peningkatan
investasi. Namun demikian, melihat berlanjutnya tekanan
yield hingga penutupan bulan September pasca
diumumkannya paket kebijakan tersebut mengindikasikan
pasar yang cenderung wait and see dan lebih berfokus
pada perkembangan sentimen suku bunga AS, serta
menanti paket kebijakan lanjutan dan realisasi paketpaket kebijakan yang telah diumumkan. Rata-rata yield
Surat Utang Negara (SUN) tercatat naik hingga 86bps
mom. Tenor pendek (1-4tahun) tertekan naik paling tinggi
hingga mencapai 105bps mom. Diikuti oleh tenor
menengah (5-7tahun) yang naik sebesar 86bps mom dan
tenor panjang (8-30tahun) sebesar 66bps mom.
Berlanjutnya kenaikan yield SUN sejalan dengan naiknya
ekspektasi risiko global. Credit Default Swap (CDS)
Indonesia tenor 5-tahun di akhir bulan Juli tercatat naik
sebesar 4,080bps mom.
JCI
JCI
IDMA
Indeks dolar diperdagangkan cenderung stabil
dalam beberapa minggu pertama September
menjelang pernyataan FOMC. DXY turun awal
September karena pasar mengharapkan pernyataan
Fed lebih dovish di tengah data yang lebih lemah
dan kekhawatiran perlambatan China. Pernyataan
pejabat bank sentral AS lebih dovish dari yang
diharapkan dan menyebabkan kekhawatiran riskoff, mengarah ke penurunan yield obligasi dan dolar
yang lebih kuat. Kinerja DXY jika dibandingkan
dengan akhir tahun lalu mencapai sekitar 6%.
Namun, melemahnya data tenaga kerja AS serta
menurunnya aktifivitas industri non-manufaktur di
AS memicu spekulasi bank sentral AS untuk
kembali menunda kenaikan suku bunga AS pada
bulan Oktober dan Desember tahun ini. Dengan
makin dovish arah kebijakan bank sentral AS untuk
menaikkan suku bunga AS pada tahun ini
berpotensi menekan dollar AS dalam waktu dekat
ini. Indeks dolar diperkirakan akan mencapai
95,00-97,00 pada 4Q15.
EUR/USD
Tekanan jual EUR seiring dengan potensi bank
sentral yang akan menambah stimulus mengingat
tekanan deflasi yang membayangi ekonomi Euro
Zone. Namun, tekanan EUR terbatas seiring dengan
prospek
ekonomi
negara
berkembang
yang
melambat tahun ini dan ketidakpastian kenaikan
suku bunga AS. Namun demikian, potensi
penambahan stimulus bank sentral Eropa guna
menggenjot pertumbuhan ekonomi masih cuku
besar pada tahun depan, sehingga akan kembali
mendorong
EUR/USD
melemah.
EUR/USD
diperkirakan akan berada di rentang 1,12001,1400 hingga akhir tahun ini.
AUD/USD
IDMA
125
5,500
120
5,300
115
5,100
110
4,900
105
4,700
100
4,300
95
4,100
90
3,900
85
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
May-13
Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Dec-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Sep-15
4,500
Sumber : Bloomberg, PermataBank Economic Research
AUD/USD diperdagangkan fluktuatif dimana pada
pertengahan bulan sempat menyentuh 0,73 seiring
dengan memudarnya kepastian kenaikan suku
bunga AS. Namun demikian, Aussie kembali
tertekan pada akhir bulan September yang didorong
pernyataan pejabat Fed yang menyatakan bahwa
the Fed masih ’on-track’ dalam proses normalisasi
kebijakan moneternya serta outlook perlambatan
ekonomi China yang mendorong pelemahan Aussie.
Dengan dipertahankannya suku bunga acuan
Australia serta tone dovish dari notulensi rapat
FOMC bulan September, AUD/USD berpotensi
kembali menguat dalam jangka pendek ini.
AUD/USD diperkirakan akan berada di rentang
0,7200-0,7400 dalam jangka pendek.
Analisa Valas :
Oktober 2015
USD/IDR
GBP/USD
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tertekan
hingga menyentuh level Rp 14.693 per dolar pada
pertengahan September seiring dengan potensi kenaikan
suku bunga AS pada tahun ini. Kinerja rupiah telah
terdepresiasi 15,5% YTD, yang merupakan kinerja
terburuk setelah Ringgit Malaysia. Pelemahan rupiah juga
didorong oleh keluarnya dana asing pada pasar keuangan
Indonesia. Selama bulan September di pasar saham
tercatat aksi jual dana asing mencapai USD 498 juta.
Namun investor asing membukukan pembelian bersih IDR
2,1 triliun pada pasar obligasi Indonesia.
Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,
Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan jilid I dan II
guna mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi
sementar itu Bank Indonesia juga mengeluarkan beberapa
kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah antara lain
menaikkan suku bunga antar bank (JIBOR) guna menarik
likuiditas rupiah yang cenderung dimanfaatkan spekulator
untuk membeli dollar AS, memberi insentif kepada
eksportir yang melakukan penempatan DHE pada
perbankan nasional yang bertujuan meningkatkan supply
dollar AS yang selama ini hanya dari Bank Indonesia.
BI diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter
ketat pada tahun 2015 ini supaya defisit neraca transaksi
berjalan menuju ke level lebih sehat. BI rate diperkirakan
akan bertahan di level 7,50% yang diharapkan dapat
menahan keluarnya dana asing dari pasar keuangan
Indonesia. Dengan demikian, USD/IDR diperkirakan akan
berada di rentang 13,400-13,700 dalam bulan Oktober
ini.
GBP/USD juga diperdagangkan volatile pada bulan
September yang lalu dimana hingga pertengahan
bulan sempat menyentuh level 1,5600 didorong
oleh ekspektasi kenaikan suku bunga Inggirs dalam
jangka
pendek-menengah
seiring
dengan
pemulihan ekonomi Inggris. Namun GBP kembali
tertekan seiring kekhawatiran pertumbuhan global
(khususnya EM) muncul kembali. Sementara BoE
tetap di jalur untuk pengetatan tahun depan, tidak
ada kebutuhan untuk BoE buru-buru ke dalamnya
terutama ketika Fed telah berubah dovish dalam
pertemuan FOMC bulan September.
GBP/USD
cenderung menguat dan diperkirakan akan berada
di rentang 1.5350-1.5550.
USD/IDR
USD/IDR
JCI
USD/JPY
Safe haven Yen Jepang diperdagangkan cenderung
flat pada perdagangan bulan September lalu.
Sentimen positif yang mendorong Yen Jepang
adalah prospek ekonomi global yang lebih rendah
dari perkiraan awal yang meningkatkan permintaan
safe haven. Di sisi lain, bank sentral AS yang
kembali menunda menaikkan suku bunga AS pada
bulan September kembali mendukung kinerja JPY.
USD/JPY diperkirakan akan berada di rentang 120122 dalam jangka pendek.
JCI
9,500
5800
5600
10,500
5400
5200
11,500
5000
12,500
4800
4600
13,500
4400
4200
14,500
4000
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
Sep-15
Jan-15
May-14
Sep-13
3800
Jan-13
15,500
Mutual Funds
Performance
Jenis/Nama Reksa Dana
NAB
Kinerja (%)
1M
3M
6M
YTD
1YR
Pasar Uang
Seruni Pasar Uang II
1,165.25
0.14
0.93
2.54
4.21
5.84
Mandiri Investa Pasar Uang
1,176.66
0.48
1.57
3.19
4.89
6.51
Schroder Dana Likuid
1,155.55
0.23
1.09
2.57
4.19
5.75
Pendapatan Tetap
Danareksa Melati Premium Dollar (US$)
1.1658 -1.09
-2.36
-5.05
-2.30
-0.53
1,847.70 -4.19
-6.44
-9.29
-4.84
-0.06
Investa Dana Dollar Mandiri
1.2871 -0.64
-1.80
-3.05
-0.47
1.09
Schroder USD Bond Fund
1.3948 -0.44
-1.09
-1.64
-0.43
0.48
Schroder Dana Mantap Plus II
BNP Paribas Prima II
1,714.37 -4.59
-7.53 -11.26 -6.20
-1.61
Manulife Pendapatan Bulanan II
1,032.39 -1.77
-2.19
-4.07
-2.77
-2.49
BNP Paribas Prima USD
1.0184 -1.75
-3.24
-5.68
-2.36
-0.92
Ashmore Dana Obligasi Nusantara
997.85 -2.73
-5.78
-8.32
-3.29
1.52
BNP Paribas Equitra
3,385.72 -0.53
-1.13
-3.51
-1.50
0.76
Schroder Dana Terpadu II
2,681.11 -4.76
-9.40 -16.57 -10.77 -4.54
Schroder Syariah Balanced Fund
2,004.17 -2.81
-6.54 -10.30 -5.92
-1.77
BNP Paribas Spektra
1,321.36
0.16
-1.09
Campuran
0.08
-8.42
-4.35
Saham
BNP Paribas Pesona
Danareksa Mawar
BNP Paribas Ekuitas
20,379.03
-7.02 -13.72 -23.76 -20.47 -17.46
7,048.54 -7.26 -14.30 -24.01 -19.37 -17.37
14,654.05
-7.13 -13.22 -23.82 -20.29 -17.32
BNP Paribas Infrastruktur Plus
2,245.52 -7.32 -17.60 -31.12 -29.89 -26.60
Manulife Dana Saham
9,291.70 -6.83 -15.47 -26.15 -23.12 -21.02
Mandiri Investa Atraktif
3,335.11 -8.79 -16.53 -26.50 -22.80 -20.35
Mandiri Investa Atraktif Syariah
Schroder Dana Prestasi Plus
1,057.61 -4.76 -15.35 -23.01 -21.34 -18.29
23,148.52
-6.66 -12.35 -22.21 -14.76 -10.37
Schroder 90 Plus Equity Fund
1,530.62 -7.15 -13.63 -23.89 -17.09 -12.89
BNP Paribas Solaris
1,599.95 -5.62 -18.22 -30.35 -30.65 -28.65
Manulife Saham Andalan
1,453.94 -7.23 -17.00 -27.85 -26.30 -24.19
Manulife Greater Indonesia Fund
0.7887 -10.82 -22.65 -32.98 -34.18 -33.26
Danareksa Mawar Konsumer 10
1,370.85 -7.23 -12.18 -22.30 -16.93 -13.61
Manulife Syariah Sektoral Amanah
3,020.82 -6.06 -14.38 -22.72 -21.15 -19.16
Eastspring Investments Alpha Navigator
1,072.44 -7.34 -16.38 -25.64 -24.02 -21.67
Ashmore Dana Progresif Nusantara
1,140.24 -6.21 -13.96 -23.22 -22.23 -18.10
Ashmore Dana Ekuitas Nusantara
1,070.08 -6.54 -12.07 -21.47 -18.28 -13.52
Manulife Saham SMC Plus
671.40 -7.69 -18.77 -30.88 -29.13 -28.17
Sumber: Bloomberg per tanggal 30 September 2015
This document is issued by Global Markets PT. Bank Permata, Tbk. (PermataBank) for information and private circulation purpose only. It does not constitute any offer,
proposal, recommendation or solicitation to any person to enter into any transaction or adopt any hedging, trading or investment strategy, nor does it constitute any prediction of
likely future movement in rates or prices or any representation that any such future movement will not exceed those shown in any illustration. All reasonable care has been
taken in preparing this document, no responsibility or liability is accepted for error, omissions, negligence, and/or inaccuracy of fact or for any opinion expressed herein.
Opinion, projection and estimates are subject to change without notice. PermataBank and/or its members of Board of Director and Commissioners, employees, affiliates, agents
and/or its advisors disclaims any and all responsibility or liability relating to or resulting from the use of this documents whatsoever which may be brought against or suffered by
any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this document. You are advised to make your own independent judgment with respect
to any matter contained herein, by fully aware of any consequences obtained on said judgment.
Download