Edisi 012/Oktober/2015 Data per tanggal 30 Sep 2015 Pasokan bahan pangan dorong deflasi September 2015 Pada bulan September 2015 terjadi deflasi sebesar 0,05%mom atau 6,83%yoy, lebih rendah dari perkiraan dan inflasi tahunan bulan Agustus yang mencapai 7,18%. Deflasi bersumber dari deflasi pada kelompok bahan makanan bergejolak, seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas bahan pangan. Kelompok bahan makanan tercatat deflasi sebesar 1,07%mom atau secara tahunan mencatat inflasi sebesar 8,26%yoy, terutama bersumber dari deflasi daging ayam, cabai merah, bawang merah dan cabai rawit. Sedangkan kelompok transportasi tercatat deflasi 0,40%mom didorong oleh koreksi tarif angkutan udara pascalebaran serta penurunan harga bensin Pertamax dan Pertalite seiring dengan penurunan harga minyak dunia. Inflasi inti bulan September 2015 yang tercatat sebesar 0,44%mtm atau 5,07%yoy, meningkat dari bulan sebelumnya dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupuiah dan kenaikan harga emas di bulan September yang lalu. Secara keseluruhan, ekspektasi nflasi diperkirakan akan cenderung lebih terkendali. Sehingga inflasi pada akhir tahun 2015 akan berada di kisaran 4,5%-5,0%. Inflasi September 2015 (%) Foodstuff Prepared Food Housing Clothing Medical Care Education Transportation General M-on-M changes Jul-15 Aug-15 Sep-15 2.02 0.19 -1.07 0.51 0.11 0.39 0.13 0.04 0.20 0.39 0.00 0.83 0.36 0.03 0.44 0.34 0.13 0.89 1.74 -0.11 -0.40 0.93 0.39 -0.05 Foodstuff Prepared Food Housing Clothing Medical Care Education Transportation General Y-on-Y changes May-15 Jun-15 Jul-15 8.66 9.26 8.26 8.19 8.39 8.26 6.99 6.38 5.78 3.29 3.06 4.10 5.60 5.99 6.15 4.02 4.17 4.39 8.67 8.17 8.00 7.26 7.18 6.83 Source: BPS & PermataBank Economic Research Berita Ekonomi : Oktober 2015 Surplus neraca perdagangan meningkat Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2015 kembali mencatat surplus terutama didukung oleh neraca perdagangan nonmigas yang masih mencatat surplus dan turunnya defisit neraca migas. Neraca Perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD 0,43 miliar, lebih rendah dibanding surplus Juli 2015 sebesar USD 1,39 miliar. Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia USD bn 4 Trade Balance (LHS) Export %yoy Import 3 60 2 40 1 20 0 0 -1 -2 -20 -3 -40 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 Nov-12 Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas disebabkan oleh kenaikan impor nonmigas yang lebih tinggi dari kenaikan ekspor nonmigas. Impor nonmigas Agustus 2015 tercatat naik 30,48%mom yang utamanya didorong oleh naiknya impor besi dan baja, plastik, mesin dan peralatan mekanik, dan mesin dan peralatan listrik. Peningkatan impor kelompok barang tersebut memberikan indikasi awal mulai meningkatnya kegiatan ekonomi ke depan. Di sisi lain, kenaikan ekspor nonmigas sebesar 11,23%mom didominasi oleh kenaikan ekspor produk manufaktur (perhiasan/permata, kendaraan & bagiannya, mesin-mesin/pesawat mekanik) dan primer (kopi, teh, rempah-rempah dan karet dan barang dari karet). Sumber: Bloomberg & PermataBank Economic Research Kontributor Inflasi bulan September 2015 (%) (%) 0.10 0.07 0.06 0.05 0.07 0.05 Di sisi lain, perbaikan neraca perdagangan migas ditopang ekspor yang meningkat di tengah impornya yang menurun. Defisit neraca perdagangan migas tercatat sebesar USD 0,58 miliar lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar USD 0,87 miliar. Penurunan tersebut disebabkan ekspor migas yang meningkat 7,67%mom, sementara impor migas menurun 8,12%mom. 80 0.02 0.00 -0.05 -0.10 -0.09 -0.15 -0.20 -0.25 -0.23 Foodstuffs Prepared foods Housing Clothing Medical Care Education Transportation Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research BI rate dan Inflasi (%) BI rate Core Inflation y-y 8 6 4 2 Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research Jul-15 Jan-15 Apr-15 Jul-14 Oct-14 Jan-14 Apr-14 Jul-13 Oct-13 Jan-13 Apr-13 Jul-12 Oct-12 Jan-12 Apr-12 Jul-11 Oct-11 Jan-11 Apr-11 Jul-10 Oct-10 Jan-10 Apr-10 Jul-09 Oct-09 0 Jan-09 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%. Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada kisaran sasaran sebesar 4±1% di 2015 dan 2016. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global, dengan mengoptimalkan operasi moneter baik di pasar uang Rupiah maupun pasar valuta asing. Inflation y-y 10 Apr-09 Kebijakan moneter Bank Indonesia tetap ketat Berita Ekonomi : Oktober 2015 Pertumbuhan ekonomi 2Q15 kembali melambat Pertumbuhan ekonomi 2Q15 tercatat 4,67%yoy, menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 yang masih melambat terutama didorong oleh melemahnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga. Pelemahan investasi sejalan dengan implementasi proyek infrastruktur pemerintah yang belum secepat perkiraan serta perilaku menunggu (wait and see) investor swasta. Sementara itu, reorganisasi beberapa kementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur) berdampak pada penyerapan belanja pemerintah yang rendah, sehingga konsumsi pemerintah masih tumbuh terbatas. Meski masih kuat, konsumsi rumah tangga sedikit melambat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh terbatas seiring dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih menurun. Di sisi lain, pertumbuhan impor terkontraksi lebih dalam sejalan dengan lemahnya permintaan domestik. Perekonomian diperkirakan akan mulai meningkat pada 3Q15 dan berlanjut pada 4Q15. Peningkatan tersebut didukung oleh akselerasi belanja pemerintah seiring dengan realisasi proyek-proyek infrastruktur yang semakin meningkat. Hal itu sejalan dengan berbagai upaya khusus yang dilakukan pemerintah untuk mendorong percepatan realisasi belanja modal, termasuk dengan menyiapkan perangkat aturan yang diperlukan. Sementara itu, konsumsi juga diperkirakan membaik, seiring dengan ekspektasi pendapatan yang meningkat dan penyelenggaraan Pilkada serentak di 4Q15. Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial juga diperkirakan akan mulai memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi pada semester II 2015. Secara keseluruhan, Indonesia’s GDP Growth %yoy 10 GDP Growth 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : BPS & PermataBank Economic Research 2011 2012 2013 2014 2015 Berita Ekonomi : Oktober 2015 Indonesia’s Real GDP Growth and Contribution by Expenditure Sumber : BPS & PermataBank Economic Research Indonesia’s Real GDP Growth and Share by Industry Sumber : BPS & PermataBank Economic Research Berita Ekonomi : Oktober 2015 Indonesia’s current Account Deficit Sumber : Bank Indonesia & PermataBank Economic Research Macro Economic Indicators Indicators 2010 2011 2012 2013 2014 2015F Inflation (%YoY) Exchange Rate Eop (Rp/US$) Current Account (% GDP) Fiscal Balance (% GDP) Interest Rate BI Rate (%p.a) Time Deposit 3 month (%p.a) Lending rate working capital (%p.a) Credit Growth (% YoY) Deposit Growth (% YoY) NPL Commercial Banks (%) Car Sales (1000 Units) Car Sales Growth (%) Motorcycle Sales (1000 Units) Motorcycle Sales Growth (%) Government Capital Exp. (Rp tn) Unemployment Rate (%) International Reserve (US$ bn) GDP Growth (%) 6,96 8.991 0,70 -0,73 3,79 9.068 0,20 -1,14 4,30 9.670 -2,74 -1,77 8,38 12.189 -3,30 -2,23 8,36 12.440 -2,95 -2,15 5,00 13.950 -2,30 -2,30 5,50 13.900 -2,70 -1,60 6,50 7,06 12,83 22,80 18,54 2,50 765 57,33 7.373 25,99 80,3 7,14 96,2 6,22 6,00 6,81 12,18 24,59 19,07 2,17 894 16,93 8.013 8,67 117,9 6,56 110,1 6,49 5,75 5,76 11,50 23,08 15,81 1,87 1.116 24,84 7.064 -11,83 145,1 6,14 112,8 6,26 7,50 7,61 12,12 21,60 13,60 1,77 1.220 9,31 7.745 9,63 172,4 6,25 99,4 5,78 7,75 8,95 12,81 11,44 12,14 2,20 1.208 -1,78 7.867 1,59 138,3 5,94 111,9 5,02 7,50 8,50 12,50 10,00 12,00 2,50 1.000 -17,22 6.300 -19,92 290,2 5,90 100,0 4,80 7,75 8,60 12,70 12,00 14,00 2,30 1.100 10,00 6.600 3,17 n.a 5,75 105,0 5,00 Sumber : PermataBank Economic Research 2016F Analisa Market : Oktober 2015 Analisa Valas : Oktober 2015 Review dan Outlook Pasar Obligasi Indonesia US Dollar Index Pasar obligasi pada bulan September bergerak negatif, terermin dari IDMA yang melemah 4,663%mom dari 94,87 di penutupan bulan Agustus ke level 90,48 di akhir bulan September. Kondisi bearish yang terjadi pada pasar obligasi didorong oleh tekanan eksternal yakni terkait spekulasi kenaikan suku bunga AS menjelang FOMC yang digelar tanggal 17-18 September 2015. Yield bergerak naik signifikan dari 8,81% di awal September ke level 5,53% sehari sebelum rapat FOMC digelar. Yield kemudian bergerak turun pasca keputusan rapat FOMC yang menunda kenaikan suku bunga acuannya. Namun demikian, tekanan kembali mendorong yield obligasi naik pasca meningkatnya kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi China yang ditandai dengan penurunan aktivitas manufaktur yang turun ke level terendah dalam 6 tahun, dan adanya indikasi kenaikan suku bunga AS tetap dilakukan di tahun ini. Tekanan dari eksternal tersebut turut berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Rupiah tercatat melemah sebesar -4.02%mom dari 14.067 per dollar pada penutupan akhir Agustus ke level 14.653 per dollar pada penutupan akhir bulan September. Depresiasi nilai tukar turut memberikan tekanan pada kepemilikan asing pada obligasi Indonesia yang mencatatkan net outflow sebesar IDR1,21triliun. Sementara, sentimen positif datang dari dalam negeri yakni dirilisnya paket kebijakan ekonomi jilid I dan II oleh pemerintah di bulan September yang berfokus pada deregulasi, perampingan birokrasi dan peningkatan investasi. Namun demikian, melihat berlanjutnya tekanan yield hingga penutupan bulan September pasca diumumkannya paket kebijakan tersebut mengindikasikan pasar yang cenderung wait and see dan lebih berfokus pada perkembangan sentimen suku bunga AS, serta menanti paket kebijakan lanjutan dan realisasi paketpaket kebijakan yang telah diumumkan. Rata-rata yield Surat Utang Negara (SUN) tercatat naik hingga 86bps mom. Tenor pendek (1-4tahun) tertekan naik paling tinggi hingga mencapai 105bps mom. Diikuti oleh tenor menengah (5-7tahun) yang naik sebesar 86bps mom dan tenor panjang (8-30tahun) sebesar 66bps mom. Berlanjutnya kenaikan yield SUN sejalan dengan naiknya ekspektasi risiko global. Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5-tahun di akhir bulan Juli tercatat naik sebesar 4,080bps mom. JCI JCI IDMA Indeks dolar diperdagangkan cenderung stabil dalam beberapa minggu pertama September menjelang pernyataan FOMC. DXY turun awal September karena pasar mengharapkan pernyataan Fed lebih dovish di tengah data yang lebih lemah dan kekhawatiran perlambatan China. Pernyataan pejabat bank sentral AS lebih dovish dari yang diharapkan dan menyebabkan kekhawatiran riskoff, mengarah ke penurunan yield obligasi dan dolar yang lebih kuat. Kinerja DXY jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu mencapai sekitar 6%. Namun, melemahnya data tenaga kerja AS serta menurunnya aktifivitas industri non-manufaktur di AS memicu spekulasi bank sentral AS untuk kembali menunda kenaikan suku bunga AS pada bulan Oktober dan Desember tahun ini. Dengan makin dovish arah kebijakan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga AS pada tahun ini berpotensi menekan dollar AS dalam waktu dekat ini. Indeks dolar diperkirakan akan mencapai 95,00-97,00 pada 4Q15. EUR/USD Tekanan jual EUR seiring dengan potensi bank sentral yang akan menambah stimulus mengingat tekanan deflasi yang membayangi ekonomi Euro Zone. Namun, tekanan EUR terbatas seiring dengan prospek ekonomi negara berkembang yang melambat tahun ini dan ketidakpastian kenaikan suku bunga AS. Namun demikian, potensi penambahan stimulus bank sentral Eropa guna menggenjot pertumbuhan ekonomi masih cuku besar pada tahun depan, sehingga akan kembali mendorong EUR/USD melemah. EUR/USD diperkirakan akan berada di rentang 1,12001,1400 hingga akhir tahun ini. AUD/USD IDMA 125 5,500 120 5,300 115 5,100 110 4,900 105 4,700 100 4,300 95 4,100 90 3,900 85 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 4,500 Sumber : Bloomberg, PermataBank Economic Research AUD/USD diperdagangkan fluktuatif dimana pada pertengahan bulan sempat menyentuh 0,73 seiring dengan memudarnya kepastian kenaikan suku bunga AS. Namun demikian, Aussie kembali tertekan pada akhir bulan September yang didorong pernyataan pejabat Fed yang menyatakan bahwa the Fed masih ’on-track’ dalam proses normalisasi kebijakan moneternya serta outlook perlambatan ekonomi China yang mendorong pelemahan Aussie. Dengan dipertahankannya suku bunga acuan Australia serta tone dovish dari notulensi rapat FOMC bulan September, AUD/USD berpotensi kembali menguat dalam jangka pendek ini. AUD/USD diperkirakan akan berada di rentang 0,7200-0,7400 dalam jangka pendek. Analisa Valas : Oktober 2015 USD/IDR GBP/USD Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tertekan hingga menyentuh level Rp 14.693 per dolar pada pertengahan September seiring dengan potensi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini. Kinerja rupiah telah terdepresiasi 15,5% YTD, yang merupakan kinerja terburuk setelah Ringgit Malaysia. Pelemahan rupiah juga didorong oleh keluarnya dana asing pada pasar keuangan Indonesia. Selama bulan September di pasar saham tercatat aksi jual dana asing mencapai USD 498 juta. Namun investor asing membukukan pembelian bersih IDR 2,1 triliun pada pasar obligasi Indonesia. Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan jilid I dan II guna mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi sementar itu Bank Indonesia juga mengeluarkan beberapa kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah antara lain menaikkan suku bunga antar bank (JIBOR) guna menarik likuiditas rupiah yang cenderung dimanfaatkan spekulator untuk membeli dollar AS, memberi insentif kepada eksportir yang melakukan penempatan DHE pada perbankan nasional yang bertujuan meningkatkan supply dollar AS yang selama ini hanya dari Bank Indonesia. BI diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ketat pada tahun 2015 ini supaya defisit neraca transaksi berjalan menuju ke level lebih sehat. BI rate diperkirakan akan bertahan di level 7,50% yang diharapkan dapat menahan keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia. Dengan demikian, USD/IDR diperkirakan akan berada di rentang 13,400-13,700 dalam bulan Oktober ini. GBP/USD juga diperdagangkan volatile pada bulan September yang lalu dimana hingga pertengahan bulan sempat menyentuh level 1,5600 didorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga Inggirs dalam jangka pendek-menengah seiring dengan pemulihan ekonomi Inggris. Namun GBP kembali tertekan seiring kekhawatiran pertumbuhan global (khususnya EM) muncul kembali. Sementara BoE tetap di jalur untuk pengetatan tahun depan, tidak ada kebutuhan untuk BoE buru-buru ke dalamnya terutama ketika Fed telah berubah dovish dalam pertemuan FOMC bulan September. GBP/USD cenderung menguat dan diperkirakan akan berada di rentang 1.5350-1.5550. USD/IDR USD/IDR JCI USD/JPY Safe haven Yen Jepang diperdagangkan cenderung flat pada perdagangan bulan September lalu. Sentimen positif yang mendorong Yen Jepang adalah prospek ekonomi global yang lebih rendah dari perkiraan awal yang meningkatkan permintaan safe haven. Di sisi lain, bank sentral AS yang kembali menunda menaikkan suku bunga AS pada bulan September kembali mendukung kinerja JPY. USD/JPY diperkirakan akan berada di rentang 120122 dalam jangka pendek. JCI 9,500 5800 5600 10,500 5400 5200 11,500 5000 12,500 4800 4600 13,500 4400 4200 14,500 4000 Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research Sep-15 Jan-15 May-14 Sep-13 3800 Jan-13 15,500 Mutual Funds Performance Jenis/Nama Reksa Dana NAB Kinerja (%) 1M 3M 6M YTD 1YR Pasar Uang Seruni Pasar Uang II 1,165.25 0.14 0.93 2.54 4.21 5.84 Mandiri Investa Pasar Uang 1,176.66 0.48 1.57 3.19 4.89 6.51 Schroder Dana Likuid 1,155.55 0.23 1.09 2.57 4.19 5.75 Pendapatan Tetap Danareksa Melati Premium Dollar (US$) 1.1658 -1.09 -2.36 -5.05 -2.30 -0.53 1,847.70 -4.19 -6.44 -9.29 -4.84 -0.06 Investa Dana Dollar Mandiri 1.2871 -0.64 -1.80 -3.05 -0.47 1.09 Schroder USD Bond Fund 1.3948 -0.44 -1.09 -1.64 -0.43 0.48 Schroder Dana Mantap Plus II BNP Paribas Prima II 1,714.37 -4.59 -7.53 -11.26 -6.20 -1.61 Manulife Pendapatan Bulanan II 1,032.39 -1.77 -2.19 -4.07 -2.77 -2.49 BNP Paribas Prima USD 1.0184 -1.75 -3.24 -5.68 -2.36 -0.92 Ashmore Dana Obligasi Nusantara 997.85 -2.73 -5.78 -8.32 -3.29 1.52 BNP Paribas Equitra 3,385.72 -0.53 -1.13 -3.51 -1.50 0.76 Schroder Dana Terpadu II 2,681.11 -4.76 -9.40 -16.57 -10.77 -4.54 Schroder Syariah Balanced Fund 2,004.17 -2.81 -6.54 -10.30 -5.92 -1.77 BNP Paribas Spektra 1,321.36 0.16 -1.09 Campuran 0.08 -8.42 -4.35 Saham BNP Paribas Pesona Danareksa Mawar BNP Paribas Ekuitas 20,379.03 -7.02 -13.72 -23.76 -20.47 -17.46 7,048.54 -7.26 -14.30 -24.01 -19.37 -17.37 14,654.05 -7.13 -13.22 -23.82 -20.29 -17.32 BNP Paribas Infrastruktur Plus 2,245.52 -7.32 -17.60 -31.12 -29.89 -26.60 Manulife Dana Saham 9,291.70 -6.83 -15.47 -26.15 -23.12 -21.02 Mandiri Investa Atraktif 3,335.11 -8.79 -16.53 -26.50 -22.80 -20.35 Mandiri Investa Atraktif Syariah Schroder Dana Prestasi Plus 1,057.61 -4.76 -15.35 -23.01 -21.34 -18.29 23,148.52 -6.66 -12.35 -22.21 -14.76 -10.37 Schroder 90 Plus Equity Fund 1,530.62 -7.15 -13.63 -23.89 -17.09 -12.89 BNP Paribas Solaris 1,599.95 -5.62 -18.22 -30.35 -30.65 -28.65 Manulife Saham Andalan 1,453.94 -7.23 -17.00 -27.85 -26.30 -24.19 Manulife Greater Indonesia Fund 0.7887 -10.82 -22.65 -32.98 -34.18 -33.26 Danareksa Mawar Konsumer 10 1,370.85 -7.23 -12.18 -22.30 -16.93 -13.61 Manulife Syariah Sektoral Amanah 3,020.82 -6.06 -14.38 -22.72 -21.15 -19.16 Eastspring Investments Alpha Navigator 1,072.44 -7.34 -16.38 -25.64 -24.02 -21.67 Ashmore Dana Progresif Nusantara 1,140.24 -6.21 -13.96 -23.22 -22.23 -18.10 Ashmore Dana Ekuitas Nusantara 1,070.08 -6.54 -12.07 -21.47 -18.28 -13.52 Manulife Saham SMC Plus 671.40 -7.69 -18.77 -30.88 -29.13 -28.17 Sumber: Bloomberg per tanggal 30 September 2015 This document is issued by Global Markets PT. Bank Permata, Tbk. (PermataBank) for information and private circulation purpose only. It does not constitute any offer, proposal, recommendation or solicitation to any person to enter into any transaction or adopt any hedging, trading or investment strategy, nor does it constitute any prediction of likely future movement in rates or prices or any representation that any such future movement will not exceed those shown in any illustration. All reasonable care has been taken in preparing this document, no responsibility or liability is accepted for error, omissions, negligence, and/or inaccuracy of fact or for any opinion expressed herein. Opinion, projection and estimates are subject to change without notice. PermataBank and/or its members of Board of Director and Commissioners, employees, affiliates, agents and/or its advisors disclaims any and all responsibility or liability relating to or resulting from the use of this documents whatsoever which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this document. You are advised to make your own independent judgment with respect to any matter contained herein, by fully aware of any consequences obtained on said judgment.