KERANGKA ACUAN KERJA KONSULTAN

advertisement
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
KERANGKA ACUAN KERJA
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI (MK)
PEMBANGUNAN GEDUNG HUNIAN TYPE T1, GEDUNG KANTOR, DAN
PRASARANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANJUNG GUSTA MEDAN
TAHUN ANGGARAN 2016
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
2016
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
KERANGKA ACUAN KERJA
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI (MK)
PEMBANGUNAN GEDUNG HUNIAN TYPE T1, GEDUNG KANTOR, DAN
PRASARANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANJUNG GUSTA MEDAN
TAHUN ANGGARAN 2016
1. LATAR BELAKANG
Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk melakukan
pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sebelum
dikenal istilah LAPAS di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan istilah penjara.
Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis dibawah Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu
Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi)
atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan,
maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan
bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang menangani pembinaan
narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan disebut petugas pemasyarakatan,
atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara. Konsep pemasyarakatan pertama
kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962, di mana disebutkan
bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, namun tugas
yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam
masyarakat. Pada tahun 2005, jumlah penghuni LP di Indonesia mencapai 97.671 orang,
lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran
narkoba di Indonesia juga salah satu penyebab terjadinya over kapasitas pada tingkat
hunian LAPAS.
Pada saat ini kondisi lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara sebagian
besar mengalami over kapasitas. Jumlah penghuni lembaga pemasyarakatan di
Indonesia sudah jauh melebihi kapasitas yang seharusnya. Kondisi over kapasitas akan
menimbulkan terjadinya berbagai kasus tindak pidana yang melibatkan paranarapidana,
seperti kasus perkelahian antar narapidana serta kasus tindak pidana lainnya. Over
kapasitas juga mengakibatkan menurunnya pelayanan dan perawatan, rentan gangguan
keamanan dan ketertiban, melemahnya rentang kendali dan pengawasan. Kondisi over
kapasitas ini sudah berlangsung lama dan hampir terjadi di seluruh lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara di Indonesia terutama yang berada di kota
besar. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan
pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara baru pada wilayah
pemekaran untuk menambah kapasitas hunian. Selain itu juga dilakukan rehabilitasi
lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara lama dengan penambahan ruang
hunian, optimalisasi pemberian asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas,
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
cuti mengunjungi keluarga, dan cuti bersyarat. Dengan langkah seperti itu diharapkan
kelebihan penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang cukup
besar bisa diatasi.
Pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang baru,
rehabilitasi, dan rekonstruksi dilakukan sebagai upaya mengatasi kelebihan kapasitas
penghuni lembaga pemasyarakatandan rumah tahanan negara. Pembangunan lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara baik dalam bentuk rehabilitasi maupun
rekonstruksi merupakan salah satu upaya meningkatkan kapasitas hunian dalam rangka
mengatasi over kapasitas, meningkatkan kualitas pelayanan serta menjamin
penyelenggaraan pembinaan dan pengamanan secara lebih baik. Pemenuhan sarana dan
prasarana lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara merupakan keharusan
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga pemasyarakatan dan
rumah tahanan negara, sehingga kebijakan penganggaran harus mempertimbangkan
risiko yang timbul akibat tidak dipenuhinya sarana dan prasarana tersebut. Diperlukan
perencanaan pembangunan yang baik agar masalah over kapasitas lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara dapat diatasi. Oleh karena itu, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia perlu menyusun pola pembangunan lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara untuk menangani masalah over kapasitas
dengan menyusun Peraturan Menteri tentang Rencana Induk Pembangunan Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan Lapas atau Rutan perlu dibuat skala
prioritas pembangunan LAPAS dan RUTAN pada wilayah yang mengalami over kapasitas
atau wilayah yang dimungkinkan sebagai penyangga over kapasitas. Pembangunan UPT
Pemasyarakatan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok prioritas:
1.
Prioritas I yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas di atas 75%:
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Wilayah
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
Riau
Jambi
Bengkulu
DKI Jakarta
Jawa Barat
Kalimantan Timur
Kapasitas
Isi
Over Kapasitas
Persentase(%)
6674
1072
1555
978
730
5056
7808
1642
15194
1996
4697
2103
1298
10921
15206
3814
8520
924
3142
1125
568
5865
7398
2172
128
86
202
115
78
116
95
132
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011
2.
Prioritas II yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas 50% sampai dengan 75%
No.
1
2
3
4
Wilayah
Sumatera Selatan
Nanggroe Aceh
Darussalam
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Kapasitas
Isi
Over Kapasitas
Persentase(%)
4028
1973
6187
3433
2169
1460
54
74
2404
1500
3716
2523
1312
1023
55
68
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011
3.
Prioritas III yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas kurang dari 50%
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Wilayah
Lampung
Sumatera Barat
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Bangka Belitung
Jawa Tengah
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Selatan
Bali
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Nusa Tenggara Barat
Banten
Sulawesi Barat
Kapasitas
Isi
Over Kapasitas
Persentase(%)
2887
1951
913
10682
1180
1035
860
11736
1912
1630
410
4661
1432
2820
1360
1023
436
1558
1196
3163
334
4312
2448
1241
15513
1576
1498
969
9805
1711
1539
566
3717
1712
2828
772
554
401
1199
1616
4542
400
1425
497
328
4831
396
463
109
156
280
8
420
1379
66
49
25
36
45
34
42
12
19
17
6
36
44
20
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011
Berdasarkan data kapasitas tersebut, wilayah yang menjadi prioritas utama
pembangunan LAPAS atau RUTAN dalam rangka menambah kapasitas hunian tidak
hanya mempertimbangkan persentase over kapasitas melainkan juga harus
mempertimbangkan jumlah kelebihan penghuni LAPAS atau RUTAN masing-masing
wilayah. Adapun wilayah yang menjadi prioritas utama adalah ertimbangan kelebihan
penghuni di atas 1500 (seribu lima ratus) sebagai penyangga over kapasitas, yaitu:
No.
1
2
3
4
5
6
7
Wilayah
Sumatera Utara
Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
Jawa Timur
Kapasitas
Isi
Over Kapasitas
Persentase(%)
6674
1555
5056
7808
1642
4028
10682
15194
4697
10921
15206
3814
6187
15513
8520
3142
5865
7398
2172
2169
4831
128
202
116
95
132
54
45
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011
Pelaksanaan rencana pembangunan UPT Pemasyarakatan harus berdasarkan kebutuhan
dan skala prioritas yang berkesinambungan. Upaya yang dilakukan dalam penambahan
kapasitas harus sesuai dengan anggaran yang tersedia sehingga diperlukan strategi
dalam menentukan rencana pembangunan yang meliputi:
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
1.
Pembangunan Baru
Pembangunan baru dilakukan pada wilayah yang mengalami over kapasitas lebih
dari 75% (tujuh puluh lima persen) denganam bang kelebihan kapasitas melebihi
1500 (seribu lima ratus) orang.
2.
Pembangunan Kembali
Pembangunan kembali atau rekonstruksi dilakukan sebagai upaya penataan
kembali UPT Pemasyarakatan yang mengalami over kapasitas 50 % (lima puluh
persen) sampai dengan 75 %(tujuh puluh lima persen). Pembangunan kembali
dilakukan apabila pada lokasi tersebut masih dimungkinkan dari segi tata ruang dan
luas lahan yang tersedia, namun apabila tidak dimungkinkan maka dilakukan
relokasi ke tempat lain yang masih berada pada wilayah yang sama sehingga dalam
operasionalnya masih menggunakan satuan organisasi lama.
3.
Pembangunan Baru pada Daerah Pemekaran Wilayah
Pembangunan UPT Pemasyarakatan baru yang dilaksanakan pada daerah
pemekaran wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan instansi penegakkan
hukum di wilayah tersebut.
4.
Rehabilitasi atau Renovasi
Rehabilitasi atau renovasi dilakukan pada UPT Pemasyarakatan yang masih
dimungkinkan untuk ditambah kapasitasnya dengan tingkat over kapasitas sampai
dengan 50% (lima puluh persen).
Berdasar pada kondisi tersebut di atas, Sumatera Utara berada pada skala Prioritas I
dengan persentase over kapasitas mencapai 128%. Kantor Wilayah Sumatera Utara
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia membawahi 37 (tiga puluh tujuh)
UPT (Unit Pelaksana Teknis) meliputi LAPAS Kelas I (1 UPT), LAPAS Kelas II A (8 UPT),
LAPAS Kelas II B (7 UPT), LAPAS Kelas III (1 UPT), RUTAN Kelas I (1 UPT), RUTAN Kelas
II B (8 UPT), dan Cabang RUTAN (11 UPT). Mayoritas dari 37 (tiga puluh tujuh) UPT
tersebut dalam kondisi over kapasitas. Secara rinci persentase over kapasitas pada
setiap UPT yang dibawah naungan Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Hukum
dan HAM Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel -Data Terakhir Jumlah Penghuni per-UPT pada Kanwil Hukum dan HAM Sumatera Utara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
UPT
Cabang Rutan Barus
Cabang Rutan Gunung Tua
Cabang Rutan Kota Pinang
Cabang Rutan Kotanopan
Cabang Rutan Labuhan Bilik
Cabang Rutan Natal
Cabang Rutan Pancur Batu
Cabang Rutan Pangururan
Tahanan
Napi
Jumlah
(Tahanan &
Napi)
Kapasita
s
Persentase
(%)
-
38
108
158
35
59
34
481
77
38
108
158
35
59
34
481
77
115
60
93
20
140
20
145
50
33
180
170
175
42
170
332
154
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Cabang Rutan Pulau Telo
Cabang Rutan Sibuhuan
Cabang Rutan Sipirok
Lapas Kelas I Medan
Lapas Kelas IIA Anak Medan
Lapas Kelas IIA Binjai
Lapas Kelas IIA Labuhan Ruku
Lapas Kelas IIA Narkotika
Pematangsiantar
Lapas Kelas IIA Pematangsiantar
Lapas Kelas IIA Rantauprapat
Lapas Kelas IIA Sibolga
Lapas Kelas IIA Wanita Medan
Lapas Kelas IIB Gunung Sitoli
Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam
Lapas Kelas IIB Padang Sidempuan
Lapas Kelas IIB Panyabungan
Lapas Kelas IIB Siborongborong
Lapas Kelas IIB Tanjung Balai Asahan
Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi Deli
Lapas Kelas III Narkotika Langkat
Rutan Kelas I Medan
Rutan Kelas IIB Balige
Rutan Kelas IIB Humbang Hasundutan
Rutan Kelas IIB Kabanjahe
Rutan Kelas IIB Labuhan Deli
Rutan Kelas IIB Pangkalan Brandan
Rutan Kelas IIB Sidingkalang
Rutan Kelas IIB Tanjung Pura
Rutan Kelas IIB Tarutung
Total
-
0
62
54
2286
633
1000
785
266
0
62
54
2286
633
1000
785
266
26
15
50
1054
250
274
300
420
0
413
108
217
253
365
262
63
-
1207
1196
589
566
251
1374
603
364
579
1091
1080
217
3309
186
22
401
926
279
182
420
200
1207
1196
589
566
251
1374
603
364
579
1091
1080
217
3309
186
22
401
926
279
182
420
200
500
375
332
150
200
350
175
300
350
198
310
126
700
100
150
193
500
200
250
145
150
241
319
117
377
126
393
345
121
165
551
348
172
473
186
15
208
185
140
73
190
133
17990
8786
-
Sumber : smslap.ditjenpas.go.id
Catatan :
1.
2.
Teks merah : Jumlah Penghuni melebehi kapasitas
Update pada 30 Juni 2014
Data terakhir menunjukkan hanya ada 6 (enam) UPT yang tidak mengalami over
kapasitas. Untuk lokasi perencanaan, yaitu LAPAS Kelas I Medan, dalam kondisi normal
saja telah mengalami over kapasitas sebesar 117%. Kondisi ini diperburuk akibat
adanya kerusuhan pada 11 Juli 2013. Kerusuhan tersebut mengakibatkan kerusakan
pada sarana dan prasarana yang ada.
2. TUJUAN DAN SASARAN
Kegiatan pembangunan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan teknis (DED – Detail
Engineering Design), kemudian dilanjutkan dalam bentuk pelaksanaan (konstruksi).
Dengan penugasan ini diharapkan konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang
memadai sesuai dengan KAK ini.
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
Sedangkan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah :
-
Menyusun suatu dokumen perencanaan teknis sesuai dengan kriteria perencanaan
teknis bangunan gedung yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 45/PRT/M/2007 tentang Standar Pelaksanaan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara dan Peraturan-peraturan lain yang terkait seperti Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan perencanaan
teknis bangunan gedung;
-
Konsultan Manajemen Konstruksi
harus
mampu
dan bertanggung jawab
mengavaluasi Program Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan yang dibuat Konsultan
Perencana dalam
pelaksanaan konstruksi sejak jadwal kegiatan, gambar dan
kualitas serta speksifikasi teknis.
-
Memberikan saran teknis (rekomendasi) kepada penyedia jasa dalam pelaksanaan
pengukuran dan detail desain
3. DASAR HUKUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan (Lembaga Negara
RI Nomor 3194);
PeraturanPresiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Permasyarakatan (Lembaga Negara No.68, Tambahan
Lembaran Negara No.3845);
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Permasyarakatan;
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
4. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya perencanaan teknis secara utuh dan terinci
(Detail Engineering Design) sebagai acuan keseluruhan pelaksanaan pembangunan
secara efisien, efektif, dapat dipertanggungjawabkan, baik secara administrasi maupun
teknis. Terkendalinya proses perencanaan secara berkualitas, tepat waktu, sesuai target
dan dapat diselenggarakan secara tertib serta berpedoman pada standarisasi secara
nasional maupun internasional yang berlaku.
5. LOKASI KEGIATAN
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, Jalan Pemasyakatan No. 27 Tanjung Gusta
Medan.
6. DATA DASAR
Data dasar adalah data yang memberikan syarat-syarat khusus/spesifik berkaitan
dengan bangunan gedung yang direncanakan, baik dari segi fungsi bangunan, segi teknis
lainnya, antara lain:
a.
Lokasi Proyek
: Jalan Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
b.
Item pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan:
1. Gedung Portir dan Kunjungan;
2. Gedung Blok Hunian T1.
3. Bangunan Prasarana :
- Pagar transparan;
- Tembok pagar antar bangunan;
- Pengerasan jalan lingkungan.
c.
Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Sarana Dan Prasarana Kantor Lembaga
Pemasyarakatan Klas I Medan Tanjung Gusta Tahun Anggaran 2016 ini harus
menjadi gedung dengan kriteria khusus sebagai berikut:
 Dapat berfungsi secara optimal;
 Tingkat keamanan Lembaga Pemasyarakatan yang tinggi;
 Memenuhi standarisasi pembangunan konstruksi;
 Biaya operasinal dan pemeliharaan rendah.
7. STANDAR TEKNIS
Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung, antara lain:
a.
b.
SNI-03-1726-2002, tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung;
SNI-03-2847-1992, tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung;
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
SNI-03-1726-2002, tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung;
SNI-03-3990-1995, tentang Tata Cara Instalasi Penangka Petir untuk Bangunan
Gedung;
SNI-03-1727-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung;
ANI-03-1736-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung; dan
SNI-03-2410-1989, tentang Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi; dan
Standarisasi Nasional Indonesia yang lainnya, yang relevan.
8. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis
Pembangunan Gedung Negara yaitu Permen PU No. 45/PRT/M/2007 tanggal 27
Desember 2007, yang meliputi tugas-tugas bangunan gedung negara, terdiri dari:
1. Tahap Perencanaan.
a. Mengevaluasi Program Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan yang dibuat oleh
konsultan perencana. Adapun hasil kerja yang akan dievaluasi adalah:
1.
-
Gedung Portir dan Kunjungan:
Ruang gerbang portir (Gate);
Ruang jaga;
Ruang penyimpanan senjata api dan alat perlengkapan;
Keamanan dan munisi cadangan;
Ruang tunggu;
Ruang Pemeriksaan;
Ruang Penitipan Barang;
Ruang kunjungan umum;
Ruang kunjungan khusus;
Ruang kunjungan penasehat hukum;
Ruang Petugas;
Ruang Tunggu;
Ruang Lain-lain;
Sirkulasi (25%).
2.
-
Gedung Blok Hunian T1:
Kamar Hunian;
Ruang Lain-lain;
Sirkulasi (25%).
3.
Bangunan Prasarana
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
b.
c.
Melakukan Koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat pada tahap
perencanaan.
Meneliti Kelengkapan Dokumen Perencana, Dokumen Lelang dan membantu
menyusun HPS/OE.
2. Tahap Pelelangan Fisik
a. Membantu proses lelang;
b. Membantu melakukan prakualifikasi calon peserta lelang;
c. Membantu memberikan penjelasan dan membuat draft Surat Perjanjian
Pekerjaan Fisik.
3. Tahap Pelaksanaan Fisik.
a. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi baik kualitas dan kuantitas serta
pencapaian volume;
b. Mengawasi Pekerjaan serta produknya, ketetapan waktu dan biaya pekerjaan
konstruksi;
c. Menyusun daftat kekurangan-kekurangan dan cacat selama masa pelaksanaan
(Cheklist I dan II);
d. Menyusun berita acara persetujuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran,
penyelesaian serta serah terima pertama dan kedua pekerjaan konstruksi.
9. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan 5 (lima) bulan.
10. TENAGA AHLI
Sejumlah tenaga ahli diperlukan dari konsultan yang akan membantu dalam
mempersiapkan perencanaan teknis dan pengadaan dokumen lelang adalah sebagai
berikut:
1. Personil yang Dibutuhkan
Dalam hal pelaksanaan pekerjaan dimaksud di atas, konsultan Manajemen
Konstruksi harus menjamin ketersediaan tenaga ahli sesuai dengan yang diajukan
di dalam penawaran, meliputi :
a. Tenaga Ahli Profesional (Professional Staff)
1) Ketua Tim (Team Leader)
Seorang sarjana minimum strata-1 (S1) lulusan Teknik Sipil dari perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang disamakan. Ketua tim
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) minimum dengan kualifikasi
madya dengan klasifikasi sesuai dengan bidang keahliannya seperti Ahli
Manajemen Konstruksi/Teknik Bangunan Gedung atau dari asosiasi terkait
dan masih berlaku, juga memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah
melunasi kewajiban pajak dibuktikan dengan bukti setoran pajak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman profesional dalam hal pekerjaan
Manajemen konstruksi gedung minimal selama 9 (sembilan) tahun. Bagi yang
telah/pernah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an yang
diselenggarakan LPJK diberi nilai tambah. Sebagai ketua tim, tugas utamanya
adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan selesai.
2) Tenaga Quality Engineer
Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku seperti Teknik Bangunan
Gedung, minimum kualifikasi Madya.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
perencanaan/pengawasan teknis bangunan gedung terkait masalah
konstruksinya dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional
minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga Ahli Quality Engineer
tugas utamanya adalah melakukan pengecekan kualitas bangunan/gedung ,
kualitas material dan workability pekerjaan konstruksi dan melakukan
pengecekan gambar dan harga serta spesifikasi yang akan digunakan pada saat
masa perencanaan yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga ahli Quality Engineer akan melakukan
koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal
memberikan usulan pola kerja.
3) Tenaga Ahli Arsitektur Inspector
Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Muda.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Arsitektur lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
pekerjaan Arsitektur Inspector gedung terkait masalah Pengawasan dan lebih
diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional mininal selama 7
(tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli Arsitektur
bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli arsitektur tugas utamanya adalah
melakukan pengawasan dan kontrol terhadap kerja perencana dan pelaksana
yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan
tugasnya, tenaga ahli arsitektur akan melakukan koordinasi dengan ketua tim
dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal membuat rencana kerja dan
monitoring pengawasan arsitektural bangunan gedung.
4) Tenaga Ahli Struktur Inspector
Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Muda.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
pengawasan terhadap pekerjaan perencana dan melakukan pengawasan serta
memberi masukan terhadap pekerjaan pelaksana dan lebih diutamakan/disukai
memiliki pengalaman profesional minimal selama 7 (tujuh) tahun,
diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PUan dari LPJK. Tenaga Struktur Inspector tugas utamanya adalah melakukan
kontrol dan monitoring pengawasan serta memberikan masukan terhadap kerja
perencana dan pelaksana dan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli Struktur Inspector akan
melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam
hal kontrol dan monitoring pengawasan terutama pada bangunan gedung yang
direncanakan dan dilaksanakan.
5) Tenaga Ahli Mekanikal/Elektrikal (M/E) Inspector
Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Muda.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Elektro/Mesin lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman
melaksanakan
pekerjaan
pengawasan
teknis
bangunan
Mekanikal/Eletrikal Bangunan Gedung pada saat perencanaan dan
pelaksanaan dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional
minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga Ahli M/E Inspector
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
tugas utamanya adalah melakukan pengawasan dan memberi masukan terhadap
kerja perencana dan pelaksana yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan
yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli M/E Inspector akan
melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam
hal kontrol monitoring pengawasan elektrikal gedung yang direncanakan dan
dilaksanakan.
b. Tenaga Pendukung (Sub Professional Staff)
1) Administrasi/Operator
Sarjana minimum lulusan SMA/SMK dengan pengalaman mengoprasionalkan
program-program komputer minimal selama 2 (dua) tahun, lulusan
SMA/SMK negeri maupun Swasta yang telah diakreditasi atau disamakan.
Sebagai tugas utamanya adalah administrasi.
2) Office Boy
Sarjana minimum lulusan SMA/ SMK dengan pengalaman selama 1 (satu)
tahun, lulusan SMA/SMK Negeri Maupun Swasta yang telah diakreditasi atau
disamakan. Dalam hal ini tugas utamanya adalah sebagai tenaga Office Boy.
11. PERALATAN KERJA
Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas/peralatan/perlengkapan untuk
melaksanakan pekerjaan Jasa Konsultansi ini, yaitu:
1. Komputer/Laptop/Printer
2. Mesin Scaner;
3. Pena dan Pensil Gambar;
4. Alat Dokumentasi (Kamera, Handycam).
12. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan oleh konsultan Manajemen Konsturksi berdasarkan
KAK ini adalah lebih lanjut akan diatur dalam surat perjanjian, yang minimal
meliputi :
a.
HPS/OE;
b.
E valuasi dan Rekomendasi Pemenang Lelang ;
c.
Konsep Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan;
d.
Jadwal Pelaksanaan Konstruksi;
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
e.
Laporan Harian, Mingguan, Bulanan Pengawasan, Tahap pelaksanaan dari
aspek pengendalian waktu, mutu dan administrasi kontrak termasuk setiap
lampirannya, seperti risalah rapat lapangan, laporan pengujian, visual
lapangan, kemajuan lapangan, surat menyusat, dan lain-lainnya;
f.
Mengawasi hasil Chek List daftar kekurangan pekerjaan serta membuat
laporan hasil pekerjaan;
g.
Memeriksa dokumen gambar-gambar sesuai dengan
kelengkapannya (As-buit drawing) dari pelaksanan;
h.
Laporan Akhir pekerjaan Manajemen Konstruksi yang memcakup
keseluruhan kegiatan Manajemen Konstruksi dari tahap persiapan sampai
dengan serah terima kedua pekerjaan pelaksanaan.
pelaksanaan dan
13. LAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen/Kuasa
Pengguna Anggaran berupa :
a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini dibuat setelah selesai persiapan umum, peninjauan lapangan dan
mobilisasi peralatan serta personil. Dibuat dalam rangkap 5 (lima) yang
memuat perencanaan dan cara pelaksanaan pekerjaan, bahan dan peralatan
yang diperlukan, daftar personil, jadwal kegiatan dan peta lokasi kegiatan.
Laporan pendahuluan akan didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan sebagai pedoman dasar pelaksanaan pekerjaan
selanjutnya.
b.
Laporan Antara (Draft Laporan Akhir)
Laporan ini dibuat setelah selesai kegiatan perencanaan, laporan ini memuat
kegiatan pada saat akan dilaksanakan kegiatan pelelangan sampai pada di
dapat pemenang lelang pekerjan fisik. Dibuat dalam rangkap 5 (lima).
c.
Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan kesimpulan dari seluruh kegiatan sampai pada
produk akhir. Dicetak di atas kertas HVS putih ukuran A4, dijilid rapi dan
diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap.
d. Laporan Pendukung
Disamping laporan dalam bentuk hardcopy, konsultan MK juga diwajibkan
untuk menyerahkan format digital dari seluruh laporan yang diserahkan.
Dibuat dalam bentuk piringan digital (compact disc/CD) dan diserahkan
pada saat penyerahkan buku laporan akhir sebanyak 1 (satu) keping.
KERANGKA ACUAN KERJA
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan
14. PENUTUP
Hal-hal yang belum tertuang, terinci di dalam Kerangka Acuan Kerja/KAK ini
namun merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk dapat
diadakan/dikerjakan dan disediakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini kami buat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
KERANGKA ACUAN KERJA
Download