Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan KERANGKA ACUAN KERJA KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI (MK) PEMBANGUNAN GEDUNG HUNIAN TYPE T1, GEDUNG KANTOR, DAN PRASARANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANJUNG GUSTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2016 Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan 2016 KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan KERANGKA ACUAN KERJA KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI (MK) PEMBANGUNAN GEDUNG HUNIAN TYPE T1, GEDUNG KANTOR, DAN PRASARANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANJUNG GUSTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2016 1. LATAR BELAKANG Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sebelum dikenal istilah LAPAS di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis dibawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang menangani pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan disebut petugas pemasyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara. Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962, di mana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Pada tahun 2005, jumlah penghuni LP di Indonesia mencapai 97.671 orang, lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran narkoba di Indonesia juga salah satu penyebab terjadinya over kapasitas pada tingkat hunian LAPAS. Pada saat ini kondisi lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara sebagian besar mengalami over kapasitas. Jumlah penghuni lembaga pemasyarakatan di Indonesia sudah jauh melebihi kapasitas yang seharusnya. Kondisi over kapasitas akan menimbulkan terjadinya berbagai kasus tindak pidana yang melibatkan paranarapidana, seperti kasus perkelahian antar narapidana serta kasus tindak pidana lainnya. Over kapasitas juga mengakibatkan menurunnya pelayanan dan perawatan, rentan gangguan keamanan dan ketertiban, melemahnya rentang kendali dan pengawasan. Kondisi over kapasitas ini sudah berlangsung lama dan hampir terjadi di seluruh lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara di Indonesia terutama yang berada di kota besar. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara baru pada wilayah pemekaran untuk menambah kapasitas hunian. Selain itu juga dilakukan rehabilitasi lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara lama dengan penambahan ruang hunian, optimalisasi pemberian asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan cuti mengunjungi keluarga, dan cuti bersyarat. Dengan langkah seperti itu diharapkan kelebihan penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang cukup besar bisa diatasi. Pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang baru, rehabilitasi, dan rekonstruksi dilakukan sebagai upaya mengatasi kelebihan kapasitas penghuni lembaga pemasyarakatandan rumah tahanan negara. Pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara baik dalam bentuk rehabilitasi maupun rekonstruksi merupakan salah satu upaya meningkatkan kapasitas hunian dalam rangka mengatasi over kapasitas, meningkatkan kualitas pelayanan serta menjamin penyelenggaraan pembinaan dan pengamanan secara lebih baik. Pemenuhan sarana dan prasarana lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara merupakan keharusan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara, sehingga kebijakan penganggaran harus mempertimbangkan risiko yang timbul akibat tidak dipenuhinya sarana dan prasarana tersebut. Diperlukan perencanaan pembangunan yang baik agar masalah over kapasitas lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara dapat diatasi. Oleh karena itu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia perlu menyusun pola pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara untuk menangani masalah over kapasitas dengan menyusun Peraturan Menteri tentang Rencana Induk Pembangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan Lapas atau Rutan perlu dibuat skala prioritas pembangunan LAPAS dan RUTAN pada wilayah yang mengalami over kapasitas atau wilayah yang dimungkinkan sebagai penyangga over kapasitas. Pembangunan UPT Pemasyarakatan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok prioritas: 1. Prioritas I yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas di atas 75%: No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Wilayah Sumatera Utara Kepulauan Riau Riau Jambi Bengkulu DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan Timur Kapasitas Isi Over Kapasitas Persentase(%) 6674 1072 1555 978 730 5056 7808 1642 15194 1996 4697 2103 1298 10921 15206 3814 8520 924 3142 1125 568 5865 7398 2172 128 86 202 115 78 116 95 132 Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011 2. Prioritas II yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas 50% sampai dengan 75% No. 1 2 3 4 Wilayah Sumatera Selatan Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kapasitas Isi Over Kapasitas Persentase(%) 4028 1973 6187 3433 2169 1460 54 74 2404 1500 3716 2523 1312 1023 55 68 KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011 3. Prioritas III yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas kurang dari 50% No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Wilayah Lampung Sumatera Barat D.I. Yogyakarta Jawa Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Bangka Belitung Jawa Tengah Kalimantan Tengah Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Selatan Bali Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Nusa Tenggara Barat Banten Sulawesi Barat Kapasitas Isi Over Kapasitas Persentase(%) 2887 1951 913 10682 1180 1035 860 11736 1912 1630 410 4661 1432 2820 1360 1023 436 1558 1196 3163 334 4312 2448 1241 15513 1576 1498 969 9805 1711 1539 566 3717 1712 2828 772 554 401 1199 1616 4542 400 1425 497 328 4831 396 463 109 156 280 8 420 1379 66 49 25 36 45 34 42 12 19 17 6 36 44 20 Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011 Berdasarkan data kapasitas tersebut, wilayah yang menjadi prioritas utama pembangunan LAPAS atau RUTAN dalam rangka menambah kapasitas hunian tidak hanya mempertimbangkan persentase over kapasitas melainkan juga harus mempertimbangkan jumlah kelebihan penghuni LAPAS atau RUTAN masing-masing wilayah. Adapun wilayah yang menjadi prioritas utama adalah ertimbangan kelebihan penghuni di atas 1500 (seribu lima ratus) sebagai penyangga over kapasitas, yaitu: No. 1 2 3 4 5 6 7 Wilayah Sumatera Utara Riau DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan Timur Sumatera Selatan Jawa Timur Kapasitas Isi Over Kapasitas Persentase(%) 6674 1555 5056 7808 1642 4028 10682 15194 4697 10921 15206 3814 6187 15513 8520 3142 5865 7398 2172 2169 4831 128 202 116 95 132 54 45 Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011 Pelaksanaan rencana pembangunan UPT Pemasyarakatan harus berdasarkan kebutuhan dan skala prioritas yang berkesinambungan. Upaya yang dilakukan dalam penambahan kapasitas harus sesuai dengan anggaran yang tersedia sehingga diperlukan strategi dalam menentukan rencana pembangunan yang meliputi: KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan 1. Pembangunan Baru Pembangunan baru dilakukan pada wilayah yang mengalami over kapasitas lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) denganam bang kelebihan kapasitas melebihi 1500 (seribu lima ratus) orang. 2. Pembangunan Kembali Pembangunan kembali atau rekonstruksi dilakukan sebagai upaya penataan kembali UPT Pemasyarakatan yang mengalami over kapasitas 50 % (lima puluh persen) sampai dengan 75 %(tujuh puluh lima persen). Pembangunan kembali dilakukan apabila pada lokasi tersebut masih dimungkinkan dari segi tata ruang dan luas lahan yang tersedia, namun apabila tidak dimungkinkan maka dilakukan relokasi ke tempat lain yang masih berada pada wilayah yang sama sehingga dalam operasionalnya masih menggunakan satuan organisasi lama. 3. Pembangunan Baru pada Daerah Pemekaran Wilayah Pembangunan UPT Pemasyarakatan baru yang dilaksanakan pada daerah pemekaran wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan instansi penegakkan hukum di wilayah tersebut. 4. Rehabilitasi atau Renovasi Rehabilitasi atau renovasi dilakukan pada UPT Pemasyarakatan yang masih dimungkinkan untuk ditambah kapasitasnya dengan tingkat over kapasitas sampai dengan 50% (lima puluh persen). Berdasar pada kondisi tersebut di atas, Sumatera Utara berada pada skala Prioritas I dengan persentase over kapasitas mencapai 128%. Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia membawahi 37 (tiga puluh tujuh) UPT (Unit Pelaksana Teknis) meliputi LAPAS Kelas I (1 UPT), LAPAS Kelas II A (8 UPT), LAPAS Kelas II B (7 UPT), LAPAS Kelas III (1 UPT), RUTAN Kelas I (1 UPT), RUTAN Kelas II B (8 UPT), dan Cabang RUTAN (11 UPT). Mayoritas dari 37 (tiga puluh tujuh) UPT tersebut dalam kondisi over kapasitas. Secara rinci persentase over kapasitas pada setiap UPT yang dibawah naungan Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel -Data Terakhir Jumlah Penghuni per-UPT pada Kanwil Hukum dan HAM Sumatera Utara No 1 2 3 4 5 6 7 8 UPT Cabang Rutan Barus Cabang Rutan Gunung Tua Cabang Rutan Kota Pinang Cabang Rutan Kotanopan Cabang Rutan Labuhan Bilik Cabang Rutan Natal Cabang Rutan Pancur Batu Cabang Rutan Pangururan Tahanan Napi Jumlah (Tahanan & Napi) Kapasita s Persentase (%) - 38 108 158 35 59 34 481 77 38 108 158 35 59 34 481 77 115 60 93 20 140 20 145 50 33 180 170 175 42 170 332 154 KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Cabang Rutan Pulau Telo Cabang Rutan Sibuhuan Cabang Rutan Sipirok Lapas Kelas I Medan Lapas Kelas IIA Anak Medan Lapas Kelas IIA Binjai Lapas Kelas IIA Labuhan Ruku Lapas Kelas IIA Narkotika Pematangsiantar Lapas Kelas IIA Pematangsiantar Lapas Kelas IIA Rantauprapat Lapas Kelas IIA Sibolga Lapas Kelas IIA Wanita Medan Lapas Kelas IIB Gunung Sitoli Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam Lapas Kelas IIB Padang Sidempuan Lapas Kelas IIB Panyabungan Lapas Kelas IIB Siborongborong Lapas Kelas IIB Tanjung Balai Asahan Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi Deli Lapas Kelas III Narkotika Langkat Rutan Kelas I Medan Rutan Kelas IIB Balige Rutan Kelas IIB Humbang Hasundutan Rutan Kelas IIB Kabanjahe Rutan Kelas IIB Labuhan Deli Rutan Kelas IIB Pangkalan Brandan Rutan Kelas IIB Sidingkalang Rutan Kelas IIB Tanjung Pura Rutan Kelas IIB Tarutung Total - 0 62 54 2286 633 1000 785 266 0 62 54 2286 633 1000 785 266 26 15 50 1054 250 274 300 420 0 413 108 217 253 365 262 63 - 1207 1196 589 566 251 1374 603 364 579 1091 1080 217 3309 186 22 401 926 279 182 420 200 1207 1196 589 566 251 1374 603 364 579 1091 1080 217 3309 186 22 401 926 279 182 420 200 500 375 332 150 200 350 175 300 350 198 310 126 700 100 150 193 500 200 250 145 150 241 319 117 377 126 393 345 121 165 551 348 172 473 186 15 208 185 140 73 190 133 17990 8786 - Sumber : smslap.ditjenpas.go.id Catatan : 1. 2. Teks merah : Jumlah Penghuni melebehi kapasitas Update pada 30 Juni 2014 Data terakhir menunjukkan hanya ada 6 (enam) UPT yang tidak mengalami over kapasitas. Untuk lokasi perencanaan, yaitu LAPAS Kelas I Medan, dalam kondisi normal saja telah mengalami over kapasitas sebesar 117%. Kondisi ini diperburuk akibat adanya kerusuhan pada 11 Juli 2013. Kerusuhan tersebut mengakibatkan kerusakan pada sarana dan prasarana yang ada. 2. TUJUAN DAN SASARAN Kegiatan pembangunan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan teknis (DED – Detail Engineering Design), kemudian dilanjutkan dalam bentuk pelaksanaan (konstruksi). Dengan penugasan ini diharapkan konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai sesuai dengan KAK ini. KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan Sedangkan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah : - Menyusun suatu dokumen perencanaan teknis sesuai dengan kriteria perencanaan teknis bangunan gedung yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Standar Pelaksanaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara dan Peraturan-peraturan lain yang terkait seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan perencanaan teknis bangunan gedung; - Konsultan Manajemen Konstruksi harus mampu dan bertanggung jawab mengavaluasi Program Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan yang dibuat Konsultan Perencana dalam pelaksanaan konstruksi sejak jadwal kegiatan, gambar dan kualitas serta speksifikasi teknis. - Memberikan saran teknis (rekomendasi) kepada penyedia jasa dalam pelaksanaan pengukuran dan detail desain 3. DASAR HUKUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan (Lembaga Negara RI Nomor 3194); PeraturanPresiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah; Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak; Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Permasyarakatan (Lembaga Negara No.68, Tambahan Lembaran Negara No.3845); Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Permasyarakatan; Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan 4. SASARAN Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya perencanaan teknis secara utuh dan terinci (Detail Engineering Design) sebagai acuan keseluruhan pelaksanaan pembangunan secara efisien, efektif, dapat dipertanggungjawabkan, baik secara administrasi maupun teknis. Terkendalinya proses perencanaan secara berkualitas, tepat waktu, sesuai target dan dapat diselenggarakan secara tertib serta berpedoman pada standarisasi secara nasional maupun internasional yang berlaku. 5. LOKASI KEGIATAN Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, Jalan Pemasyakatan No. 27 Tanjung Gusta Medan. 6. DATA DASAR Data dasar adalah data yang memberikan syarat-syarat khusus/spesifik berkaitan dengan bangunan gedung yang direncanakan, baik dari segi fungsi bangunan, segi teknis lainnya, antara lain: a. Lokasi Proyek : Jalan Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan b. Item pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan: 1. Gedung Portir dan Kunjungan; 2. Gedung Blok Hunian T1. 3. Bangunan Prasarana : - Pagar transparan; - Tembok pagar antar bangunan; - Pengerasan jalan lingkungan. c. Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Sarana Dan Prasarana Kantor Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Tanjung Gusta Tahun Anggaran 2016 ini harus menjadi gedung dengan kriteria khusus sebagai berikut: Dapat berfungsi secara optimal; Tingkat keamanan Lembaga Pemasyarakatan yang tinggi; Memenuhi standarisasi pembangunan konstruksi; Biaya operasinal dan pemeliharaan rendah. 7. STANDAR TEKNIS Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung, antara lain: a. b. SNI-03-1726-2002, tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung; SNI-03-2847-1992, tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung; KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan c. d. e. f. g. h. SNI-03-1726-2002, tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung; SNI-03-3990-1995, tentang Tata Cara Instalasi Penangka Petir untuk Bangunan Gedung; SNI-03-1727-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung; ANI-03-1736-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung; dan SNI-03-2410-1989, tentang Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi; dan Standarisasi Nasional Indonesia yang lainnya, yang relevan. 8. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara yaitu Permen PU No. 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007, yang meliputi tugas-tugas bangunan gedung negara, terdiri dari: 1. Tahap Perencanaan. a. Mengevaluasi Program Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan yang dibuat oleh konsultan perencana. Adapun hasil kerja yang akan dievaluasi adalah: 1. - Gedung Portir dan Kunjungan: Ruang gerbang portir (Gate); Ruang jaga; Ruang penyimpanan senjata api dan alat perlengkapan; Keamanan dan munisi cadangan; Ruang tunggu; Ruang Pemeriksaan; Ruang Penitipan Barang; Ruang kunjungan umum; Ruang kunjungan khusus; Ruang kunjungan penasehat hukum; Ruang Petugas; Ruang Tunggu; Ruang Lain-lain; Sirkulasi (25%). 2. - Gedung Blok Hunian T1: Kamar Hunian; Ruang Lain-lain; Sirkulasi (25%). 3. Bangunan Prasarana KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan b. c. Melakukan Koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat pada tahap perencanaan. Meneliti Kelengkapan Dokumen Perencana, Dokumen Lelang dan membantu menyusun HPS/OE. 2. Tahap Pelelangan Fisik a. Membantu proses lelang; b. Membantu melakukan prakualifikasi calon peserta lelang; c. Membantu memberikan penjelasan dan membuat draft Surat Perjanjian Pekerjaan Fisik. 3. Tahap Pelaksanaan Fisik. a. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi baik kualitas dan kuantitas serta pencapaian volume; b. Mengawasi Pekerjaan serta produknya, ketetapan waktu dan biaya pekerjaan konstruksi; c. Menyusun daftat kekurangan-kekurangan dan cacat selama masa pelaksanaan (Cheklist I dan II); d. Menyusun berita acara persetujuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran, penyelesaian serta serah terima pertama dan kedua pekerjaan konstruksi. 9. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN Jangka waktu pelaksanaan 5 (lima) bulan. 10. TENAGA AHLI Sejumlah tenaga ahli diperlukan dari konsultan yang akan membantu dalam mempersiapkan perencanaan teknis dan pengadaan dokumen lelang adalah sebagai berikut: 1. Personil yang Dibutuhkan Dalam hal pelaksanaan pekerjaan dimaksud di atas, konsultan Manajemen Konstruksi harus menjamin ketersediaan tenaga ahli sesuai dengan yang diajukan di dalam penawaran, meliputi : a. Tenaga Ahli Profesional (Professional Staff) 1) Ketua Tim (Team Leader) Seorang sarjana minimum strata-1 (S1) lulusan Teknik Sipil dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang disamakan. Ketua tim KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) minimum dengan kualifikasi madya dengan klasifikasi sesuai dengan bidang keahliannya seperti Ahli Manajemen Konstruksi/Teknik Bangunan Gedung atau dari asosiasi terkait dan masih berlaku, juga memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melunasi kewajiban pajak dibuktikan dengan bukti setoran pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman profesional dalam hal pekerjaan Manajemen konstruksi gedung minimal selama 9 (sembilan) tahun. Bagi yang telah/pernah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an yang diselenggarakan LPJK diberi nilai tambah. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan selesai. 2) Tenaga Quality Engineer Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku seperti Teknik Bangunan Gedung, minimum kualifikasi Madya. Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan perencanaan/pengawasan teknis bangunan gedung terkait masalah konstruksinya dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga Ahli Quality Engineer tugas utamanya adalah melakukan pengecekan kualitas bangunan/gedung , kualitas material dan workability pekerjaan konstruksi dan melakukan pengecekan gambar dan harga serta spesifikasi yang akan digunakan pada saat masa perencanaan yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga ahli Quality Engineer akan melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal memberikan usulan pola kerja. 3) Tenaga Ahli Arsitektur Inspector Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Muda. Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Arsitektur lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan pekerjaan Arsitektur Inspector gedung terkait masalah Pengawasan dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional mininal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli Arsitektur bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli arsitektur tugas utamanya adalah melakukan pengawasan dan kontrol terhadap kerja perencana dan pelaksana yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga ahli arsitektur akan melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal membuat rencana kerja dan monitoring pengawasan arsitektural bangunan gedung. 4) Tenaga Ahli Struktur Inspector Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Muda. Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan pengawasan terhadap pekerjaan perencana dan melakukan pengawasan serta memberi masukan terhadap pekerjaan pelaksana dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PUan dari LPJK. Tenaga Struktur Inspector tugas utamanya adalah melakukan kontrol dan monitoring pengawasan serta memberikan masukan terhadap kerja perencana dan pelaksana dan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli Struktur Inspector akan melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal kontrol dan monitoring pengawasan terutama pada bangunan gedung yang direncanakan dan dilaksanakan. 5) Tenaga Ahli Mekanikal/Elektrikal (M/E) Inspector Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Muda. Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Elektro/Mesin lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis bangunan Mekanikal/Eletrikal Bangunan Gedung pada saat perencanaan dan pelaksanaan dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga Ahli M/E Inspector KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan tugas utamanya adalah melakukan pengawasan dan memberi masukan terhadap kerja perencana dan pelaksana yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli M/E Inspector akan melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal kontrol monitoring pengawasan elektrikal gedung yang direncanakan dan dilaksanakan. b. Tenaga Pendukung (Sub Professional Staff) 1) Administrasi/Operator Sarjana minimum lulusan SMA/SMK dengan pengalaman mengoprasionalkan program-program komputer minimal selama 2 (dua) tahun, lulusan SMA/SMK negeri maupun Swasta yang telah diakreditasi atau disamakan. Sebagai tugas utamanya adalah administrasi. 2) Office Boy Sarjana minimum lulusan SMA/ SMK dengan pengalaman selama 1 (satu) tahun, lulusan SMA/SMK Negeri Maupun Swasta yang telah diakreditasi atau disamakan. Dalam hal ini tugas utamanya adalah sebagai tenaga Office Boy. 11. PERALATAN KERJA Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas/peralatan/perlengkapan untuk melaksanakan pekerjaan Jasa Konsultansi ini, yaitu: 1. Komputer/Laptop/Printer 2. Mesin Scaner; 3. Pena dan Pensil Gambar; 4. Alat Dokumentasi (Kamera, Handycam). 12. KELUARAN Keluaran yang dihasilkan oleh konsultan Manajemen Konsturksi berdasarkan KAK ini adalah lebih lanjut akan diatur dalam surat perjanjian, yang minimal meliputi : a. HPS/OE; b. E valuasi dan Rekomendasi Pemenang Lelang ; c. Konsep Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan; d. Jadwal Pelaksanaan Konstruksi; KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan e. Laporan Harian, Mingguan, Bulanan Pengawasan, Tahap pelaksanaan dari aspek pengendalian waktu, mutu dan administrasi kontrak termasuk setiap lampirannya, seperti risalah rapat lapangan, laporan pengujian, visual lapangan, kemajuan lapangan, surat menyusat, dan lain-lainnya; f. Mengawasi hasil Chek List daftar kekurangan pekerjaan serta membuat laporan hasil pekerjaan; g. Memeriksa dokumen gambar-gambar sesuai dengan kelengkapannya (As-buit drawing) dari pelaksanan; h. Laporan Akhir pekerjaan Manajemen Konstruksi yang memcakup keseluruhan kegiatan Manajemen Konstruksi dari tahap persiapan sampai dengan serah terima kedua pekerjaan pelaksanaan. pelaksanaan dan 13. LAPORAN Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen/Kuasa Pengguna Anggaran berupa : a. Laporan Pendahuluan Laporan ini dibuat setelah selesai persiapan umum, peninjauan lapangan dan mobilisasi peralatan serta personil. Dibuat dalam rangkap 5 (lima) yang memuat perencanaan dan cara pelaksanaan pekerjaan, bahan dan peralatan yang diperlukan, daftar personil, jadwal kegiatan dan peta lokasi kegiatan. Laporan pendahuluan akan didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebagai pedoman dasar pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. b. Laporan Antara (Draft Laporan Akhir) Laporan ini dibuat setelah selesai kegiatan perencanaan, laporan ini memuat kegiatan pada saat akan dilaksanakan kegiatan pelelangan sampai pada di dapat pemenang lelang pekerjan fisik. Dibuat dalam rangkap 5 (lima). c. Laporan Akhir Laporan akhir merupakan kesimpulan dari seluruh kegiatan sampai pada produk akhir. Dicetak di atas kertas HVS putih ukuran A4, dijilid rapi dan diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap. d. Laporan Pendukung Disamping laporan dalam bentuk hardcopy, konsultan MK juga diwajibkan untuk menyerahkan format digital dari seluruh laporan yang diserahkan. Dibuat dalam bentuk piringan digital (compact disc/CD) dan diserahkan pada saat penyerahkan buku laporan akhir sebanyak 1 (satu) keping. KERANGKA ACUAN KERJA Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I. Kantor Wilayah Sumatera Utara Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan 14. PENUTUP Hal-hal yang belum tertuang, terinci di dalam Kerangka Acuan Kerja/KAK ini namun merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk dapat diadakan/dikerjakan dan disediakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Demikian Kerangka Acuan Kerja ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. KERANGKA ACUAN KERJA