INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI DALAM

advertisement
INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN
(UPAYA MENCIPTAKAN SUMBER DAYA MANUSIA
YANG BERKARAKTER)
Tri Sukitman
[email protected]
Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep
Abstrak
Teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan pelayanan
terhadap manusia pada sisi yang lain juga mempercepat pengaruh negatif bagi
eksistensi nilai-nilai yang telah berkembang di suatu masyarakat. Berbagai macam
fenomena pada masa lalu dianggap tabu, kini dianggap biasa dan bisa menjadi
sebuah tren dikalangan masyarakat. Pernyataan ini dibuktikan dengan tersebarnya
kekerasan yang dilakukan anak usia sekolah, pelecehan seksual, kurangnnya nilainilai kesopanan terhadap orang tua, free sex, aborsi, dan lain-lainnya. Tersebarnya
fenomena tersebut tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang kini sudah menjadi sebuah kebutuhan primer seseorang untuk
terus mengikuti perkembangannya. Dengan demikian, pendidikan nilai
merupakan proses pembentukan nilai-nilai karakter manusia yang sudah mulai
merosot yang diakibatkan dari pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal.
Sehingga pendidikan nilai hadir ditengah-tengah masyarakat untuk membangun
kembali nilai-nilai karakter manusia yang produktif sesuai dengan tuntutan
agama, hukum, dan akademik.
Kata Kunci: Pendidikan Nilai, Pembelajaran, Karakter
pengaruh negatif bagi tatanan kehidupan
A. Pendahuluan
Era
globalisasi
berkembangannya
sangat
melalui
pesat
manusia.
ilmu
Teknologi
informasi
dan
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan
komunikasi yang memudahkan pelayanan
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
terhadap manusia pada sisi yang lain juga
hasil dari perkembangan pola pikir manusia
mempercepat
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
eksistensi nilai-nilai yang telah berkembang
secara paraktis dan efisien. Akan tetapi
di suatu masyarakat. Berbagai macam
perkembangan
dan
fenomena pada masa lalu dianggap tabu,
teknologi tidak selalu membawa pengaruh
kini dianggap biasa dan bisa menjadi
positif, di sisi lain juga memberikan
sebuah
ilmu
pengetahuan
tren
pengaruh
dikalangan
negatif
bagi
masyarakat.
86 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai….
Pernyataan
ini
dibuktikan
dengan
sekitarnya pada taraf human (Kartono,
tersebarnya kekerasan yang dilakukan anak
1992: 22). Taraf human yang terkandung
usia
dalam
sekolah,
pelecehan
seksual,
pengertian
tersebut
adalah
kurangnnya nilai-nilai kesopanan terhadap
bagaimana pendidikan bisa mengangkat
orang tua, free sex, aborsi, dan lain-lainnya.
derajat manusia kearah yang bermoral,
Tersebarnya
bermartabat, berkarakter baik, mempunyai
terlepas
fenomena
dari
tersebut
perkembangan
tidak
teknologi
nilai
(values)
serta
sikap
yang
informasi dan komunikasi yang kini sudah
mencerminkan bahwa manusia adalah insan
menjadi
primer
kamil yang seutuhnya. Dengan demikian,
mengikuti
tujuan pendidikan tidak hanya menciptakan
sebuah
seseorang
kebutuhan
untuk
terus
perkembangannya.
insan berakal, insan yang kompeten dan
Pertanyaannya,
apakah
mereka
berguna, insan agent of change, insan yang
tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan
bertakwa, melainkan insan kamil yang
adalah perbuatan keliru? Sebagian besar
seutuhnya.
kesalahan yang dilakukan para remaja dan
pembelajaran di kelas.
Demikian
halnya
dengan
pelajar pada dasarnya disadari oleh mereka
sebagai sesuatu yang melanggar nilai dan
norma. Tetapi mengapa mereka
tetap
melakukan? Inilah pertanyaan yang perlu
B. Pembahasan
1. Pendidikan Nilai
a. Pengertian Nilai
kita renungkan. Pembelajaran di kelas
Terdapat
beberapa
sangat berpengaruh terhadap cara pandang
perbedaan
dan
seorang
mengartikan nilai. Perbedaan cara
remaja/pelajar. Pembelajaran idealnya tidak
pandang dalam memahami makna
hanya mengembangkan aspek kognitif,
atau pengertian nilai merupakan
tetapi juga harus menekankan proses
suatu khazanah para pakar dalam
pengembangan
mengartikan nilai itu sendiri, karena
bagaimana
bersikap
afektif
peserta
didik.
pendapat
dalam
Pendidikan nilai bukan hanya tugas guru
persepsi
agama dan pendidikan kewarganegaraan,
berdasarkan sudut pandang teoritis,
tetapi
empiris, dan analisis.
semua
bidang
studi
memiliki
tanggungjawab yang sama.
Pendidikan
masing-masing
Menurut
adalah
proses
adalah
rujukan
Mulyana,
dan
nilai
keyakinan
pembudayaan, proses kultural, atau proses
dalam menentukan pilihan. Nilai
kultivasi untuk mengembangkan semua
merupakan sesuatu yang diinginkan
bakat
guna
sehingga melahirkan tindakan pada
dunia
diri seseorang (Mulyana, 2004: 11).
dan
mengangkat
potensi
diri
manusia
sendiri
dan
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016
Menurut
adalah
Frankel,
nilai
yang
tingkah
laku,
(Mulyana, 2004: 32-35).
standar
keindahan, keadilan, kebenaran, dan
datangnya
dari
Dari beberapa
maka
nilai
87
Tuhan
pengertian
efesiensi yang mengikat manusia
diatas
dan sepatutnya untuk dijalankan dan
sesuatu yang melekat pada diri
dipertahankan (Kartawisastra, 1980:
manusia
32-35).
dijalankan
yang
dan
merupakan
patut
untuk
dipertahankan,
Selain dua klasifikasi nilai
sebagai makhluk cipataan Tuhan
seperti yang disebutkan di atas, nilai
yang mempunyai karakter khas dari
yang
rujukan
pada makhluk yang lain. Manusia
kehidupannya
mempunyai akal, perasaan, hati
dalam enam nilai yang terdapat
nurani, kasih sayang, moral, budi
dalam teori Spranger yakni nilai
pekerti, dan etika adalah merupakan
teoritik,
karakter
sering
manusia
dijadikan
dalam
nilai
ekonomis,
nilai
khas
manusia
estetik, nilai sosial, nilai politik, dan
dibandingkan dengan makhluk yang
nilai
teoritik
lainnya, dan karakter inilah yang
melibatkan pertimbangan logis dan
melekat pada diri manusia sebagai
rasional dalam
bentuk dari nilai itu sendiri.
agama.
Nilai
memikirkan dan
membuktikan kebenaran sesuatu.
Nilai
ekonomis,
selalu
dikaitkan
dengan
dengan etika, moral atau budi
perimbangan nilai yang berkadar
pekerti. K. Bertens dalam bukunya
untung dan rugi,
berarti
yang berjudul “etika” menyebutkan
mengutamakan kegunaan sesuatu
bahwa nilai sebagai sesuatu yang
bagi manusia. Nilai estetik, disebut
menarik,
sesuatu
juga sebagai nilai keindahan yang
sesuatu
yang
menyenangkan,
sangat tergantung pada subjektif
sesuatu
yang
disukai,
seseorang.
sosial,
diinginkan, atau lebih singkatnya
berakumulasi pada nilai tertinggi
nilai adalah sesuatu yang baik
yakni kasih sayang antar manusia.
(Bertens,
Nilai
nilainya
pengertian moral menurut K. Prent
bergerak dari pengaruh yang rendah
berasal dari bahasa latin mores, dari
menuju tinggi, atau sering disebut
suku kata mos yang artinya adat
sebagai
nilai
Nilai
istiadat, kelakuan, watak, tabiat,
agama,
merupakan
yang
akhlak (Muhajir, 1989: 25). Dalam
bersumber dari kebenaran tertinggi
perkembangannya moral diartikan
politik,
terkait
Nilai
yang
Nilai
kadar
kekuasaan.
nilai
2007:
yang
139).
dicari,
dan
Adapun
88 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai….
sebagai kebiasaan dalam bertingkah
kecerdasan, akhlak mulia, serta
laku yang baik, yang susila. Dari
keterampilan
pengertian
dinyatakan
dirinya, masyarakat, bangsa dan
moral adalah berkenaan
Negara (Undang-Undang Republik
bahwa
dengan
tersebut
kesusilaan.
Seseorang
individu dapat dikatan baik secara
moral
apabila
bertingkah
yang
diperlukan
Indonesia. No. 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
laku
Berdasarkan definisi di atas,
sesuai dengan kaidah-kaidah moral
terdapat 3 (tiga) pokok pikiran
yang ada. Sebaliknya jika perilaku
utama
individu itu tidak sesuai dengan
dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar
kaidah-kaidah yang ada, maka ia
dan terencana; (2) mewujudkan
akan dikatakan jelek secara moral
suasana
(amoral).
pembelajaran agar peserta didik
aktif
b. Pengertian Pendidikan Nilai
Pendidikan
dasarnya
nilai
dirumuskan
dari
yang
terkandung
belajar
dan
di
proses
mengembangkan
potensi
pada
dirinya; dan (3) memiliki kekuatan
dua
spiritual keagamaan, pengendalian
istilah pendidikan dan nilai, yang
diri,
jika digabungkan menjadi sebuah
akhlak mulia, serta keterampilan
istilah pendidikan nilai. Pendidikan
yang
maupun nilai pastinya mempunya
masyarakat, bangsa dan negara.
definisi tersendiri sebagai landasan
kepribadian,
kecerdasan,
diperlukan
Sedangkan
dirinya,
nilai
menurut
dalam memahami sebuah istilah
pengertian yang dipaparkan diatas
definisi tentang pendidikan nilai itu
bahwa
sendiri.
dengan etika, moral, perilaku, dan
nilai
erat
hubungannya
UU No. 20 tahun 2003
budi pekerti yang melekat pada diri
tentang sistem pendidikan nasional,
manusia. Jadi, pendidikan nilai
menyebutkan
merupakan
bahwa
adalah usaha
pendidikan
sadar
sadar
yang
terencana
dalam
terencana untuk mewujudkan
pembelajaran
yang
suasana
belajar dan proses
etika, moral, dan budi pekerti
pembelajaran agar peserta didik
peserta didik sebagai makhluk tuhan
secara
yang
aktif
dan
usaha
mengembangkan
mempunyai
proses
membentuk
keterampilan
potensi
dirinya untuk memiliki
untuk diaplikasikan dalam dunia
kekuatan
spiritual
masyarakat, bangsa dan negara.
pengendalian
diri,
keagamaan,
kepribadian,
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016
Pendidikan nilai
menurut
2. Implementasi
Pendidikan
Nilai
Mulyana adalah pengajaran atau
dalam Pembelajaran
bimbingan kepada peserta didik
a. Pendekatan Pendidikan Nilai
agar
menyadari
kebenaran,
Menurut
89
Superka
ada
kebaikan, dan keindahan melalui
beberapa tipologi dari berbagai
proses pertimbangan nilai yang
pendekatan pendidikan nilai yang
tepat dan pembiasaan bertindak
berkembang
yang konsisten (Mulyana, 2004).
dalam
Pendidikan
Pendekatan-pendekatan
nilai
dimaksudkan
dan
dunia
untuk membantu peserta didik agar
diantaranya, yaitu:
memahami,
1) Pendekatan
menyadari,
dan
mengalami nilai-nilai serta mampu
menempatkannya
secara
dipergunakan
pendidikan.
tersebut
penanaman
nilai
(Inculcation Approach)
integral
Pendekatan penanaman
dalam kehidupan. Secara khusus
nilai
menurut APEID (Asia and the
adalah suatu pendekatan yang
Pasific Programme of Educational
member
Innovation
penanaman
for
Develompement)
(inculcation
penekanan
pada
nilai-nilai
social
pendidikan nilai ditujukan untuk: 1)
dalam
Menerapkan
nilai
Superka, tujuan pendidikan nilai
kepada anak, 2) Menghasilkan sikap
menurut pendekatan ini adalah;
yang mencerminkan nilai-nilai yang
pertama, diterimanya nilai-nilai
diinginkan,
sosial
pembentukan
3)
Membimbing
diri
approach)
siswa.
tertentu
Menurut
oleh
siswa;
perilaku yang konsisten dengan
kedua, berubahnya nilai-nilai
nilai-nilai tersebut.
siswa yang tidak sesuai dengan
Dalam LVP (living values
nilai-nilai
sosial
yang
education) menyebutkan bahwa ada
diinginkan (Elmubarok, 2009:
dua belas komponen nilai universal
61).
yang
dikembangkan
untuk
Metode yang digunakan
membentuk karakter peserta didik
dalam
dalam pembelajaran, yaitu: Cinta,
menurut pendekatan ini antara
Damai,
lain:
Penghargaan,
Tanggung
proses
pembelajaran
keteladanan,
penguatan
jawab, Kerja sama, Kebebasan,
positif dan negative, simulasi,
Kebahagiaan,
Kejujuran,
permainan peranan, dan lain-
Kerendahan hati, Kesederhanaan,
lain. Pendekatan ini sebenarnya
Toleransi, dan Kesatuan
90 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai….
merupakan
pendekatan
yang
bersifat tradisional.
2) Pendekatan
demikian, pendekatan ini mudah
untuk digunakan dalam proses
perkembangan
pendidikan di sekolah, karena
moral kognitif (Cognitive Moral
pendekatan
Development Approach)
penekanan
Pendekatan ini dikatakan
pendekatan
perkembangan
kognitif karena karakteristiknya
yang memberikan penekanan
pada
aspek
kognitif
ini
memberikan
pada
perkembangan
aspek
kemampuan
berpikir siswa.
3) Pendekatan
Analisis
nilai
(Values Analysis Approach)
dan
Pendekatan analisis nilai
perkembangannya. Pendekatan
(values
ini
memberikan penekanan kepada
mendorong siswa untuk
analysis
berpikir aktif tentang masalah-
perkembangan
masalah
siswa
moral
dan
dalam
approach)
kemampuan
yang
berpikir
logis,
membuat keputusan-keputusan
dengan
cara
menganalisis
moral.
masalah
yang
berhubungan
Perkembangan
moral
menurut pendekatan ini dilihat
dengan nilai-nilai sosial. Jika
sebagai perkembangan tingkat
dibandingkan
berpikir
pendekatan
dalam
membuat
dengan
perkembangan
pertimbangan moral, dari suatu
kognitif, salah satu perrbedaan
tingkat
rendah
yang menonjol antara keduanya
menuju suatu tingkat yang lebih
bahwa pendekatan analisis nilai
tinggi (Elmubarok, 2009: 63).
lebih
yang
lebih
Tujuan
yang
ingin
menekankan
pembahasan
pada
masalah-masalah
dicapai oleh pendekatan ini ada
yang memuat nilai-nilai sosial.
dua hal yang utama. Pertama,
Adapun
membantu
perkembangan
siswa
dalam
pendekatan
kognitif
membuat pertimbangan moral
memerikan
yang
dilemma moral yang bersifat
lebih
kompleks
berdasarkan kepada nilai yang
perseorangan
lebih tinggi. Kedua, mendorong
2009: 68).
siswa untuk mendiskusikan alas
an-alasannya
ketika
penekanan
pada
(Elmubarok,
Ada dua tujuan utama
memilih
pendidikan
moral
menurut
nilai dan posisinya dalam suatu
pendekatan
ini.
Pertama,
masalah
membantu
siswa
moral.
Dengan
untuk
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016
menggunakan
91
kemampuan
menyadari dan mengidentifikasi
berpikir logis dan penemuan
nilai-nilai mereka sendiri serta
ilmiah
nilai-nilai orang lain. Kedua,
dalam
menganalisis
masalah-masalah sosial
yang
membantu siswa supaya mereka
berhubungan dengan nilai moral
mampu berkomunikasi secara
tertentu.
membantu
terbuka dan jujur dengan orang
menggunakan
lain berhungan dengan nilai-
siswa
Kedua,
untuk
proses berpikir rasional dan
nilainya
analitik dalam menghubungkan
membantu siswa supaya mereka
dan
mampu
merumuskan
konsep
nilai-nilai
mereka.
tentang
Selanjutnya,
metode-metode
pengajaran
yang
sering
sendiri.
Ketiga,
menggunakan secara
bersama-sama
kemampuan
berpikir rasional dan kesadaran
emosional,
untuk
memahami
digunakan adalah pembelajaran
perasaan, nilai-nilai, dan pola
secara individu atau kelompok
tingkah laku mereka sendiri.
tentang masalah-masalah sosial
yang
memuat
nilai
penyelidikan
penyelidikan
diskusi
moral,
pengajarannya, pendekatan ini
kepustakaan,
menggunakan metode dialog,
lapangan,
kelas
dan
berdasarkan
kepada pemikiran rasional.
4) Pendekatan
klarifikasi
Pendekatan
(values
menulis,
diskusi
dalam
kelompok besar atau kecil, dan
lain-lain.
nilai
(Values Clarification Approach)
nilai
Sedangkan dalam proses
klarifikasi
5) Pendekatan
berbuat
pembelajaran
(Action
Learning
Approach).
clarification
Pendekatan
approach) memberi penekanan
pembelajaran berbuat (action
pada usaha membantu siswa
learning approach) memberikan
dalammengkaji
penekanan
perbuatannya
perasaan dan
sendiri,
untuk
pada
usaha
memberikan kesempatan kepada
meningkatkan kesadaran mereka
siswa
tentang
perbuatan-perbuatan moral, baik
nilai-nilai
mereka
untuk
melakukan
sendiri (Elmubarok, 2009: 70).
secara
perseorangan
Tujuan
secara
bersama-sama
pendidikan
nilai
menurut pendekatan ini ada tiga.
suatu kelompok
Pertama, membentu siswa untuk
2009: 73).
maupun
dalam
(Elmubarok,
92 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai….
Tujuan
dalam
paling menarik untuk dirinya.
diantaranya:
Dengan demikian, tugas dan
pertama, member kesempatan
tanggung jawab guru dalam
kepada siswa untuk melakukan
proses
perbuatan moral, baik secara
memberikan teladan sehingga
perseorangan
secara
para siswa yang melihat setiap
berdasarkan
perilaku guru menjadi panutan
pendekatan
utama
ini
maupun
bersama-sama,
nilai-nilai
adalah
sendiri;
dalam kehidupan siswa. Guru
kedua, mendorong siswa untuk
tidak hanya bisa mentransfer
melihat diri mereka sebagai
ilmu pengetahuan, akan tetapi
makhluk individu dan makhluk
dituntut
sosial dalampergaulan dengan
memberikan stimulus agar para
sesame, yang tidak memiliki
siswa mempunyai perilaku yang
kebebasan
sesuai
melainkan
mereka
pembelajaran
sepenuhnya,
sebagai
warga
Negara dari suatu masyarakat
untuk
dengan
mampu
nilai
yang
dilakukan dalam tahap ini.
2) Tahap
menanggapi
yang harus mengambil bagian
(responding), pada tahap ini
dalam suatu proses demokrasi.
seseorang sudah mulai bersedia
menerima
b. Proses Pembentukan Nilai
Menurut karthwohl, proses
dan
menanggapi
secara aktif stimulus dalam
pembentukan nilai pada anak dapat
bentuk
respon
dikelompokkan dalam 5 tahap, yaitu
Dalam
tahap
(Lubis, 2009 19-21).
tingkatan, yaitu: tahap manut
1) Tahap menyimak (receiving),
(compliance), sedia menanggapi
pada tahap ini seseorang secara
(willingness to respond), dan
aktif dan sensitif menerima
puas
stimulus
(satisfaction in response). Pada
dan
menghadapi
fenomena-fenomena,
menerima
selektif
secara
memilih
yang
ini
dalam
ada
nyata.
tiga
menanggapi
sedia
kegiatan ini guru fungsinya
dan
adalah sebagai fasilitator dalam
fenomena.
proses pembelajaran. Kegiatan
aktif,
Pada tahap ini belum terbentuk
menanggapi
melainkan
menerima
siswa, guru hanya memberikan
adanya nilai-nilai yang berada di
stimulus agar para siswa mampu
luar dirinya dan mencari nilai-
menanggapi
perkembangan
nilai itu untuk dipilih mana yang
realitas dan
fenomena yang
baru
dilakukan
oleh
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016
terjadi
dalam
93
masyarakat
mengorganisasikan sistem nilai
sehingga pada tahap ini siswa
dalam dirinya, yakni cara hidup
dapat memberikan tanggapan
dan
terkait masalah yang terjadi
didasarkan atas nilai-nilai yang
dalam masyarakat.
diyakininya.
3) Tahap memberi nilai (valuing),
tata
5) Tahap
perilakunya
sudah
karakterisasi
nilai
pada tahap ini seseorang sudah
(characterization),
mampu menangkap stimulus itu
ditandai dengan ketidakpuasan
atas
yang
seseorang untuk mengorganisir
terkandung di dalamnya dan
sistem nilai yang diyakininya
mulai
menyusun
dalam hidupnya secara mapan,
persepsi tentang objek. Dalam
ajek dan konsisten sehingga
hal ini terdiri tiga tahap yakni
dapat dipisahkan lagi dengan
percaya terhadap nilai yang
pribadinya.
diterima, merasa terikat dengan
dikelompokkan
nilai
dan
tahap, yaitu: tahap menerapkan
batin
nilai dan tahap karakterisasi,
untuk
yakni
dasar
nilai-nilai
mampu
yang
memiliki
dipercayai,
keterkaitan
(commitment)
memperjuangkan
nilai-nilai
yang diterima dan diyakini.
yang
Tahap
tahap
ini
dalam
dua
mempribadikan
sistem nilai tersebut. Dengan
kata lain, dalam tahap ini siswa
4) Tahap mengorganisasikan nilai
sudah
bisa
memberikan
(organization), yaitu satu tahap
kesimpulan bahwa konsep nilai
yang lebih kompleks dari tahap
yang diperoleh dalam proses
sebelumnya. Seseorang mulai
pembelajaran akan berdampak
mengatur system nilai yang
terhadap
diterimanya dari luar untuk
mampu memilih mana yang
diorganisasikan (ditata) dalam
baik dan buruk.
dirinya sehingga system nilai itu
menjadi
bagian
yang
tidak
c. Pendidikan
kehidupannya
Nilai
serta
dalam
Keterpaduan Pembelajaran
terpisahkan dalam dirinya. Pada
Hasil
belajar
atau
tahap ini ada dua organisasi
pengalaman belajar dari sebuah
nilai, yaitu: mengkonsepsikan
proses
nilai
pembelajaran
dapat
berdampak
langsung
tidak
mengorganisasikan sistem nilai
langsung.
Dampak
dalam
pengajaran
dinamakan
dalam
dirinya,
dirinya,
dan
dan
dan
langsung
dampak
94 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai….
instruksional (instructional effect)
teratur, rapid an mudah dibaca
sedangkan dampak tidak langsung
(Lubis. 2009: 80).
dari keterlibatan para peserta didik
Berdasarkan
pada
dalam berbagai kegiatan belajar
pemikiran-pemikiran dan prinsip-
yang khas yang dirancang oleh guru
prinsip
yang
dampak
dimengerti bahwa pendidikan nilai
pengiring (nurturant effect) (Lubis.
menghendaki keterpaduan dalam
2009: 78).
pembelajarannya
disebut
dengan
Dalam
belajar
penilaian
untuk
kemampuan
siswa
tersebut
maka
dengan
dapat
semua
hasil
mata pelajaran. Pendidikan nilai
mengukur
diintegrasikan ke dalam semua mata
seharusnya
pelajaran, dengan demikian akan
diukur dari semua ranah. Dengan
menghindarkan
penilaian
akan
pelajaran baru, alat indoktrinasi.
tergambar sosok utuh peserta didik
Media penyaluran kepentingan, dan
sebenarnya.
pelajaran
epertiitu,
maka
Artinya,
dalam
menentukan keberhasilan peserta
didik harus dinilai dari berbagai
ranah,
seperti
(kognitif),
pengetahuan
sikap
(afektif),
3. Pendidikan
menanamkan
secara
Sebagai
Pendidikan
siswa
Matematika
yang
Upaya
Pembentukan Karakter
dan
ujian
hafalan
Nilai
salah
menempuh
“mata
membosankan”.
perilaku (psikomotorik). Seorang
yang
adanya
satu
nilai
merupakan
pendidikan
nilai-nilai
yang
universal.
tertulis,
Dalam buku Living Values Activities for
sebenarnya peserta didik tersebut
Young Adults (pendidikan nilai untuk
dinilai kemampuan penalarannya
kaum dewasa-muda), ada 12 nilai-nilai
yaitu kemapuan mengerjakan soal-
universal
soal
UNICEF dan para praktisi pendidikan
Matematika.
Juga
dinilai
yang
sudah
kemapuan budi pekertinya yaitu
didunia,
kemampuan melakukan kejujuran
pengahargaan,
dengan
kejujuran, kerendahan hati, kerjasama,
tidak
menyontek
dan
yaitu:
disepakati
kedamaian,
cinta,
toleransi,
bertanya kepada teman dan hal ini
kebahagiaan,
disikapi karena perbuatan-perbuatan
kesederhanaan,
tersebut tidak baik. Disamping itu,
persatuan (Tillman, 2004: xx-xxi).
dinilai kemmapuan gerak-geriknya,
yaitu
kemampuan
mengerjakan
soal-soal ujian dengan tulisan yang
Nilai-nilai
tanggung
jawab,
kebebasan,
yang
dan
terkandung
dalam LVP (Living Values Education)
selaras
dengan
nilai-nilai
yang
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016
95
terkandung dalam pendidikan karakter,
sekolah (school culture) dan humaniora
yaitu; Religius, Jujur, Toleran, Disiplin,
(ekstrakurikuler).
Kerja
Keras,
Mandiri,
Kemudian pendidikan karakter
Tahu,
juga dilakukan melalui pembiasaan
Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah
rutin, spontan, dan keteladanan, sebagai
Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/
berikut:
Komunikatif,
Cinta Damai, Gemar
1. Pembiasaan Rutin, yaitu kegiatan
Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli
yang dilakukan terjadwal, meliputi:
Sosial,
upacara
Demokratis,
Kreatif,
Rasa
Ingin
Tanggung
Jawab
(Badan
bendera,
senam,
doa
Penelitian dan Pengembangan Pusat
bersama, ketertiban, pemeliharaan
Kurikulum,
kebersihan
2010:
9).
Nilai-nilai
tersebut kemudian terintegrasi kedalam
mata
pelajaran
sebagai
upaya
pembentukan karakter peserta didik.
Tidak hanya terbatas itu saja
yang
perlu
dilakukan
untuk
(Jumat
Bersih),
kesehatan diri.
2. Pembiasaan Spontan, yaitu kegiatan
tidak
terjadwal
khusus,
dalam
meliputi:
kejadian
pembentukan
perilaku memberi senyum, salam,
membangun character building, masih
sapa,
banyak yang harus dilakukan oleh
tempatnya, budaya antri, mengatasi
semua pihak yang terlibat, seperti yang
silang
sudah dijelaskan bahwa pendidikan
saling mengingatkan ketika melihat
karakter
melalui
pelanggaran tata tertib sekolah,
(habituasi)
kunjungan rumah, kesetiakawanan
bisa
dilakukan
pembiasaan-pembiasan
dalam kehidupan sebagaimana fungsi
membuang
pendapat
sampah
pada
(pertengkaran),
sosial, anjangsana.
dari pendidikan karakter itu sendiri,
3. Pembiasaan
seperti: religius, jujur, disiplin, toleran,
bentuk
kerja keras, cinta damai, tanggung-
meliputi: berpakaian rapi, berbahasa
jawab dan sebagainya, dimulai dari
yang baik, rajin membaca, memuji
keluarga dan diperkuat di sekolah dan
kebaikan dan keberhasilan orang
masyarakat.
lain, datang tepat waktu.
Beberapa bentuk pengembangan
Keteladanan,
perilaku
dalam
sehari-hari,
C. Penutup
nilai kehidupan ini dapat dibagi ke
Pendidikan nilai merupakan proses
dalam tiga pilar, yaitu kegiatan belajar
penanaman karakter yang dilakukan dengan
mengajar di kelas, kegiatan pembiasaan
berbagai metode dan pendekatan sehingga
(habituasi)
menciptakan sumber daya manusia yang
dalam
bentuk
budaya
berkualitas
berdasarkan
akademik
dan
96 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai….
religius. Artinya, sumber daya manusia
yang
produktif
yang
mempunyai
keseimbangan antara kematangan dunia
maupun akhirat.
Dengan demikian, moral bangsa
diharapkan dengan penanaman pendidikan
nilai menjadi salah satu alternatif untuk
dijadikan
sumber
membangun
moral
manusia yang dinilai sudah mulai merosot.
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Elmubarok, Zaim.
Pendidikan
Alfabeta.
2009. Membumikan
Nilai.
Bandung:
Kartawisastra, H.U. 1980. Strategi Klasifikasi
Nilai. Jakarta: P3G. Depdikbud.
Kartono,
Kartini. 1992. Pengantar Ilmu
Mendidik
Teoritis
(Apakah
Pendidikan masih Diperlukan).
Bandung. Penerbit Mandar Maju.
Penanaman pendidikan nilai tidak sematamata hanya diterapkan didunia akademisi
akan
tetapi
manusia
semua
juga
aspek
ikut
kehidupan
andil
untuk
membumikan pendidikan nilai. Sehingga,
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
pendidikan nilai itu bisa dilakukan dan
dicontoh oleh semua orang.
Pembudayaan ini juga harus sudah
ditanamkan pada diri anak mulai sejak dini
sehingga para penerus bangsa mempunyai
pondasi yang kokoh yang tidak mudah
roboh ketika ada angin kencang yang
menerpanya. Jadi, pembiasaan-pembiasaan
tersebut dimulai dari sejak dini dengan
ditunjukkan oleh para guru, orang tua,
masyarakat, dan lain-lainnya. Dan jika itu
terlaksana maka insyaAllah moral bangsa
akan lebih baik meskipun sangat sulit untuk
diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan
Pengembangan Pendidikan Budaya
dan
Karakter
Bangsa.
Jakarta:Kemen. Diknas.
Lubis, Mawardi. 2009. Evaluasi Pendidikan
Nilai:
Perkembangan
Moral
Keagamaan Mahasiswa PTAIN
Cet.II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bekerjasam
dengan
STAIN
Bengkulu.
Muhajir, Soenarjati. 1989. Dasar dan Konsep
Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:
Laboratorium Jurusan PMP dan KN.
Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan
Pendidikan
Nilai.
Bandung:
Alfabeta.
Tillman, Diane. 2004. Living Values Activities
for Young Adults (Pendidikan Nilai
untuk Kaum Dewasa-Muda) terj.
Risa Praptono dan Ellen Sirait.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia. No.20.
2003. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Download