4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian Terdahulu

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (richa, 2015) dengan judul
penelitian aktivitas imunomodulator perasan umbi bawang merah terhadap
respon imun non spesifik pada mencit jantan galur balb/c. Penelitian tersebut
melihat aktivitas immunodulator dari perasan bawang merah, penelitian ini
merupakan Penelitian eksperimental dengan rancangan post test and time series
design. Pengujian dilakukan pada sampel yang terdiri dari 24 ekor mencit
dengan metode uji bersihan karbon, dibagi empat kelompok yaitu kontrol
negatif (Akuadest 0,5 ml), perasan bawang merah kadar 4% v/v, kadar 8% v/v,
kadar 12% v/v. Perlakuan dilakukan selama 5 hari. Pada hari ke-7 diinjeksi
karbon (tinta pelikan B17) sebanyak 0,1ml/10 gr BB secara intravena.
Transmitan darah diukur dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis pada
panjang gelombang 627 nm. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perasan
umbi bawang merah kadar 4% v/v, kadar 8% v/v, dan kadar 12% v/v
mempunyai aktivitas imunomodulator dengan indeks fagositosis 1,2 termasuk
dalam imunostimulan lemah, 1,3 dan 1,4 termasuk dalam imunostimulan
sedang.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneltian
ini sama-sama menggunakan umbi bawang merah yang diujikan pada mencit
galur balb/c. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu
penelitian ini menggunakan ekstrak etanol 96% umbi bawang merah dengan
dosis ekstrak etanol umbi bawang merah yang digunakan yaitu 12% v/v, 24%
v/v, dan 48% v/v. Penelitian ini digunakan 25 ekor mencit jantan galur balb/c
yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif, kontrol negatif,
dan 3 kelompok perlakuan dengan 3 perbedaan dosis. Pada penelitian ini juga
membandingkan efek immunodulator yang dihasilkan dari ekstrak etanol umbi
bawang merah dengan kontrol positif.
4
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
B. Landasan Teori
1) Immunodulator
Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi
fungsi dan aktivitas sistem imun Imunomodulator dibagi menjadi 3
kelompok: i) imunostimulator, berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan
aktivitas sistem imun, ii) imunoregulator, artinya dapat meregulasi sistem
imun, dan iii) imunosupresor yang dapat menghambat atau menekan
aktivitas system imun. Kebanyakan tanaman obat yang telah diteliti
membuktikan
adanya
kerja
imunostimulator,
sedangkan
untuk
imunosupresor masih jarang dijumpai. Pemakaian tanaman obat sebagai
imunostimulator dengan maksud menekan atau mengurangi infeksi virus
dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi atau sebagai
perangsang pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem imunitas
(Block, 2003).
Pendapat lain menyatakan Imunomodulator adalah zat yang dapat
mengatur system imun, baik berupa mengembalikan dan memperbaiki
sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya
berlebihan. Imunomodulator bekerja menurut tiga cara, yaitu melalui
imunorestorasi, imunostimulasi, dan imunosupresi (Baratawidjaja, 2006).
a. Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun
yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun.
b. Imunostimulasi
yang juga disebut imunopotensiasi adalah cara
memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang
merangsang sistem tersebut.
c. Imunosupresan merupakan tindakan untuk memperbaiki fungsi sistem
pertahanan tubuh dengan cara menekan respon imun. Kegunaan di linik
ternyata pada transplantasi dalam mencegah reaksi penolakan dan pada
berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala
sistemik.
Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun disebut biological
response modifiers (BRM), dibagi menjadi dua kelompok yaitu bahan
biologis dan sintetik. Yang termasuk bahan biologis diantaranya adalah
5
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
sitokin (interferon) hormon timus dan antibody monoklonal, sedangkan
bahan sintetik antara lain adalah senyawa muramil dipeptida (MDP) dan
levamisole (Tizard, 2000). Penggunaan imunomodulator sintetik ini
mempunyai beberapa kekurangan seperti mengakibatkan reaksi alergi dan
hipersensitivitas pada sesetengah orang. Ia juga dapat mengakibatkan efek
samping yang tidak diinginkan. Dengan ini, adalah lebih aman jika
digunakan imunomodulator alami karena efek samping darinya juga lebih
ringan dibanding dengan imunomodulator sintetik (Chairul, 2005).
Pada prinsipnya kerja sistem imun dalam menghadapi invasi bahan
asing dari luar tubuh bekerja secara serempak, ibaratnya seperti suatu konser
musik dengan sel limfosit T-helper (Th) CD4+ sebagai pemandu-nya.
Dengan kata lain, suseptibilitas dan resistensi hewan terhadap infeksi
mikroba sangat tergantung pada aktivasi dari sel ThCD4+ yang
berdiferensiasi menjadi 2 kelompok berdasarkan pola sekresi sitokin, yakni
pola respon Th1 dan pola respon Th2. Sitokin merupakan protein pembawa
pesan berperan mengendalikan respon imun baik pada system imunitas
seluler maupun humoral (Tizard, 2000).
Uji immunodulator dapat dilihat dengan cara melihat aktivitas
fagositik, dimana aktivitas fagositik berpengaruh pada respon system imun
non spesifik yang bisa dilakukan dengan cara pengujian dengan cara melihat
uji bersihan karbon pada mencit, perhitungan jumlah sel leukosit, serta
dapat juga dilihat dengan perhitungan sel limfosit limfa. Penelitan ini
menggunakan
carbon
clearance
karena
carbon
clearance
dapat
menngambarkan tentang respon imun non spesifik, selain itu dalam
pengujiannya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan yang lain. Uji
bersih karbon dilakukan dengan cara menyuntikkan karbon tinta ke dalam
aliran
darah
untuk
mengukur
mekanisme
fagositosis
sel-sel
retikuloendotelial. Dalam hal ini dipilih karbon tinta yang stabil dalam
aliran darah dan tidak menytebabkan thrombosis. Pada saat karbon tinta
diinjeksikan secara intravena maka karbon akan difagositosis oleh
makrofag. Setelahpenyuntikan tinta karbon, sampel darah dikumpulkan
6
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
kemudian diukur perubahan konsentrasi tinta di dalam darah pada panjang
gelombang 627 nm (Hendarsula, 2011).
Dari beberapa penelitian sebelumnya untuk melihat aktivitas
fagositik biasa digunakan uji kebersihan karbon, beberapa uji aktivitas
immunodulator terhadap respon imun non spesifik dari bahan alam telah
banyak dilakukan misalnya pada ekstrak umbi Gynura procumbens, ekstrak
umbi bawang dayak ( Eleutherine Americana (Aulb) Merr.)(Usmar, 2013),
perasan bawang merah ( Allium cepa L) (richa, 2015), jamur tiram putih dan
jamus shitake, ekstrak heksan biji jintan hitam (Nigella sativa L)(Soepomo,
2015), fraksi butanol dari Gentiana Olivieri Griseb (Singh, 2012), subfraksi
ekstrak etil asetat meniran (Phyllanthus niruri)(aldi, 2013) , fraksi etil asetat
daun tempuyung (Sonchus arvensis L.)(Jatmiko, 2015) , ekstrak daun
ketepeng cina (Cassia alata L.)(Kumala, 2007) , dan lidah buaya (Aloe
vera) (Wiedosari, 2007) .
2) Tumbuhan Bawang Merah
I. Botani dan Morfologi Tanaman Bawang Merah
Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan
sebagai berikut
Kingdom
Plantae
Sub-kingdom
Tracheobionta
Super division
Spermatophyta
Division
Liliopodia
Subclass
Liliales
Order
Liliaceae
Genus
Allium L.
Species
Allium cepa L.
(Shrestha, 2007)
7
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
Gambar 1.1 Umbi bawang merah (sumber: Dokumen Pribadi)
Bawang merah merupakan tanaman rendah yang tumbuh tegak dengan
tinggi dapat mencapai 15– 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman
semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak
terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 2001).
Morfologi umbi bawang merah :
a) Akar
Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar,
pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah (Anonim1, 2016).
b) Batang
Memiliki batang sejati atau disebut "diskus" yang berbentuk seperti cakram,
tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik
tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepahpelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk
dan fungsi menjadi umbi lapis (Anonim1, 2016).
c) Daun
Terbentuk silindris kecil memanjang antara 50–70 cm, berlubang dan bagian
ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat
pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Anonim 1, 2016).
d) Bunga
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30–90 cm, dan di ujungnya terdapat 50–200 kuntum bunga yang
tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga
terdiri atas 5–6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari
berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk
8
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
hampir segitiga. Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite)
dan dapat menyerbuk sendiri atau silang (Anonim 1, 2016).
e) Buah dan Biji
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah
2 –3 butir, bentuk biji agak pipih saat muda berwarna bening atau putih
setalah tua berwarna hitam. Biji banwang merah dapat digunkan sebagai
bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Anonim 2, 2016)
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan
yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas
sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional
(BPPP, 2007).
Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 19892003 adalah sebesar 3,9 % per tahun. Bawang merah dihasilkan di 24 dari
30 propinsi di indonesia. Propinsi penghasil utama bawang merah
diantaranya adalah Sumatera Utara, Sumatara Barat, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DIY, jawa Timur, bali, NTB, dan Sulawesi selatan. Kesembilan
propinsi ini menyumbang 95,8 %( Jawa memberikan kontribusi 75 %) dari
produksi total bawang merah di indonesia pada tahun 2003 (BPPP, 2007).
Bawang merah mengandung kuersetin, antioksidan yang kuat yang
bertindak sebagai agen untuk menghambat sel kanker. Kandungan lain dari
bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, karbohidrat,
dan serat (Rodrigues et al., 2003). Satu setengah sampai tiga setengah ons
bawang segar apabila dikonsumsi secara teratur mengandung kuersetin yang
cukup sebagai perlindungan terhadap kanker. Bawang kaya akan flavonoid
yang telah diketahui untuk mendeaktifkan banyak karsinogen potensial dan
pemicu tumor seperti menganggu pertumbuhan sel sensitif estrogen pada
kanker payudara (Anonim2, 2007).
3) Manfaat Umbi Bawang Merah
Bawang marah merupakan tanaman umbi yang biasanya sering di
pergunakan dalam berbagai olahan dapur, selain membuat masakan menjadi
9
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
sedap. Bawang merah juga dapat bermanfaat bagi tubuh kita, banyak orang
yang menganggap bahwa bawang merah sebagai umbi-umbian yang berbau.
Bawang merah memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat
bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kanker dan pengganti
antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula
darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat
besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).
Karena bawang merah mengandung flavonglikosida yaitu senyawa
kaemferol 544 mg/kg berat segar dan juga kuersetin 2,5 (redha, 2010).
Bawang merah dianggap sebagai obat anti radang, pembunuh bakteri,
sedangkan kandungan saponinnya dapat digunakan untuk mengencerkan
dahak. Bawang merah juga memiliki sejumlah zat lain yang berkhasiat
untuk menurunkan panas, menghangatkan badan, memudahkan pengeluaran
air dari dalam perut, melancarkan pengeluaran air seni, mencegah
penggumpalan darah, menurunkan kolestrol, dan menurukan kadar gula
dalam darah.
Menurut penelitian terakhir (Nawangsari, 2008) menyatakan bahwa
bawang merah dapat digunakan untuk mencegah kanker karena adanya
kandungan senyawa sulfur pada bawang merah. Untuk umbi lapis dari
bawang merah juga mengandung zat-zat seperti protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, vitamin B, dan vitamin C. untuk manfaat yang lain dari bawang
merah yaitu, bawang merah juga dapat digunakan untuk mengobati batik,
menyembuhkan sakit kepala, melancarkan buang air besar, mengatasi
rambut rontok, mengatasi haid yang tidak teratur, demam pada anak, perut
kembung pada anak, menyembuhkan penderita asma, menurunkan tekanan
darah, serta mengobati cacingan dan wasir (anonim3, 2014 ).
4) Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolic
sekunder yang paling banyak ditemukan didalam jaringan tanaman.
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa penolik dengan struktur kimia
C6-C3-C6 . kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu
cincin aromatic B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung
10
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian
flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem penomoran digunakan
untuk membedakan posisi karbon disekitar molekulnya (Redha, 2010)
Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif
flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada
sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid
berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya
atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk
glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas
yang disebut aglikon (Redha, 2010)).
Gambar 2.2 Kerangka C6 – C3 – C6 Flavonoid
(Redha, 2010)
5) Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat - zat berkhasiat atau zat - zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota
laut. Zat - zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan
berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi
dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya (Dirjen POM, 1986).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia
yang
terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Dirjen POM, 1986).
Metode dasar penyarian yang dapat digunakan adalah infundasi,
maserasi, perkolasi, penyarian dengan Soxhlet. Pemilihan terhadap metode
11
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik.
Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam
memperoleh sari yang baik. Dalam penelitian ini metode ekstraksi yang
digunakan adalah metode maserasi. Istilah maserasi berasal dari bahasa latin
”macerare” yang artinya ”merendam”, merupakan proses paling tepat untuk
obat yang sudah halus dimungkinkan untuk direndam dalam menstrum
sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat yang mudah larut
akan melarut (hartono, 2008)
Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian
dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5
hari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya
diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian.
Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2
hari. kemudian endapan dipisahkan (hartono, 2008).
Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol,
atau pelarut lain. Sepuluh bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan ke dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang
diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan
penyari secukupnya, diaduk dan diserkai, sampai diperoleh seluruh sari
sebanyak 100 bagian. Setelah itu, sari dipekatkan dengan cara diuapkan
0
pada tekanan rendah dan suhu 50 C hingga konsentrasi yang dikehendaki
(hartono, 2008).
12
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
C. Kerangka Konsep
Variasi
Dosis
ekstrak
bawang
merah
aktivitas
fagositosis
kontrol
aktivitas
fagositosis
Serapan
menurun
Ada aktivitas
immunodulor
Serapan
meningkat
Tidak ada
aktivitas
immunodulator
Serapan
menurun
Ada aktivitas
immunodulor
Serapan
meningkat
Tidak ada
aktivitas
immunodulator
Ada perbedaan
yang signifikan
berarti ada
aktivitas
immunoduloator,
tidak ada
perbedaan yang
signifikan berarti
tidak ada
aktivitas
immunodulator
D. Hipotesis
Ekstrak
immunodulator
etanol
umbi
bawang
merah
mempunyai
aktivitas
yang sama dengan obat immunodulator dipasaran dengan
melihat sktivitas fagositosis pada mencit jantan galur balb/c. Nantinya dapat
digunakan sebagai immunostimulan dari bahan alam.
13
Aktivitas Immunodulator Ekstrak..., Diska Anggraeni Alfitasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
Download