BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai cukup sumber daya alam di antaranya sumber daya alam hayati. Kondisi alamIndonesia yang cukup suburdisebabkan letak geografis yang dilewati oleh garis katulistiwa, dan memiliki iklim tropis, sangat cocok untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai tumbuhan.Banyak tumbuhan saat ini yang tidakdikenal secaraluas ternyatamemiliki manfaat dannilai ekonomis yang cukup tinggi, khususnya tumbuhan-tumbuhan yang memiliki khasiat, baik sebagai obat tradisional maupun sebagai insektisida alami. Terdapat 20.000 jenis tumbuhan obat, namun belum semua tumbuhan obat teridentifikasi dengan baik. Baru 1.000 yang terdata, dan hanya 300 jenis yang dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Untuk itu perlu dikenalkan jenis-jenis tumbuhan obat berikut cara pemakaiannya supaya dapat digunakan sebagai bagian dari sistem pengobatan yang murah. Selain itu, tumbuhan obat merupakan potensi kekayaan yang perlu dilindungi karena dapat dimanfaatkan sebagai pendukung perekonomian rakyat Indonesia. (Sulandjari, 2009 dalam Nurdiana, 2012) Akhir-akhir ini penggunaan tumbuhan obat di Indonesia semakin meningkat, sedangkan usaha budidaya tumbuhan obat masih sangat terbatas. Banyak pula jenis tumbuhan berpotensi obat yang tumbuh di kawasan tropis ini belum dimanfaatkan secara optimal. Lebih dari 400 etnis masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan hutan dalam kehidupannya seharihari dan mereka memiliki pengetahuan tradisional yang tinggi dalam pemanfaatan tumbuhan obat (Sulandjari, 2009 dalam Herlina 2010). Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kesehatan dan pola atau kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya suatu penyakit. Penyakit yang menyerang manusia ada yang termasuk jenis penyakit menular dan ada yang tidak menular. Penyakit menular sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Salah satunya adalah bakteri Salmonella typhi. Tanaman obat sangat banyak digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu, bahkan dipercaya mempunyai khasiat yang bagus dari pada obat-obat dokter. Dengan adanya krisis moneter, masyarakat terdorong kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh dikatakan bebas dari komponen impor terutama bebas dari bahan-bahan kimia yang kemungkinan dapat berakibat fatal bagi kesehatan tubuh. Karena semakin banyak perkembangan teknologi, semakin banyak khasiatnya secara laboratorium yang pula obat tradisional yang telah dibuktikan menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan efek samping. Banyak bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat diantaranya adalah bagian buah, daun, batang, akar atau umbi. Karena pentingnya tumbuhan-tumbuhan obat tersebut maka perlu mempelajarinya dengan baik sehingga dapat berguna bagi kita. Salah satu adalah tumbuhan tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus B) Seiring dengan semakin berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam dunia kesehatan dengan semboyan back to nature, keingintahuan masyarakat terhadap khasiat dan manfaat tanaman obat semakin berkembang. Informasipenggunaantanaman obatberdasarkan pengalaman saja dinilai belum cukup, karena itu dibutuhkan penjelasan berkaitan dengan hasil penelitian obat, khususnya Tanaman kumis kucing yang dinilai penting untuk diinformasikan (Arivazghan et al.,2000, dalam Nurdiana, 2012). Tanaman kumis kucing seiring perkembangan zaman semakin penting untuk diteliti karena hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk pengobatan, kosmetik, dan lain-lain. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa daun tanaman kumis kucing mengandung kalium, minyak atsiri,orthosiphon , minyak serta beberapa metabolik sekunder. Pemanfaatan daun tanaman kumis kucing secara tradisional untuk mengobati infeksi ginjal, infeksi kantung kemi demam tifoid danpenyakit tifus sudah banyakdilakukan oleh masyarakat, demikian juga terhadap khasiat tanaman kumis kucing , khususnya khasia terhadap penyakit tifus belum banyak diteliti (Harsini, 2008 dalam Nurdiana 2012). Salmonella typhi juga ditemukan pada tinja dan air kemih penderita. Adanya Salmonella typhi dalam ginjal menyebabkan S. Typhi dari tinja dan urin menjadi positif. Penyebarannya melalui makanan atau minuman,biasanya terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar. Lalat juga bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. Bakteri ini masuk ke dalam saluran pencernaan juga ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh peradangan usus halus dan usus besar. Pada kasus berat dan berakibat fatal yaitu jaringan yang terinfeksi bakteri ini bisa mengalami pendarahan dan perforasi / pelambungan (Mulyaningsi,2005) Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih seperti sekarang ini, pemakaian dan pendayagunaan obat tradisional di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Obatobatan tradisional kembali digunakan masyarakat sebagai salah satu alternatif pengobatan, di samping obat-obatan modern yang berkembang di pasar. Berbagai obat tradisional telah diyakini memiliki khasiat untuk penyakit tertentu seperti tumbuhan kumis kucing, tumbuhan kumis kucing merupakan salah satu obat tradisional yang digunakan untuk : obat ,infeksi ginjal, infeksi kantung kemi, (tifus,demam tifoid), selain itu antibakteri dan antiviral (Nurula, 1997 dalam Ashry, 2009). Setiap tumbuhan memproduksi senyawa kimia yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri, seperti dalam daun kumis kucing mempunyai kandungan flovonoid,sinenstein,ortosifonin,tannin dan garam kalium (terutama pada daunnya) sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat tumbuhan kumis kucing sebagai obat antibiotik alami terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi (Herlina, 2010). Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki jenis-jenis tanaman berkhasiat obat yang biasa digunakan untuk menyembuhkan penyakit tertentu, di antaranya adalah daun kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.). Seperti yang diungkapkan oleh Iwan (2003), herba kumis kucing ini bisa digunakan untuk mengobati sejumlah penyakit yaitu infeksi ginjal akut dan kronis, rematik, tekanan darah tinggi, kencing manis, kencing batu serta infeksi kandung kencing dan pembekakan kantung empedu. Matsubara (1990), meneliti tentang aktivitas senyawamethylripariochromene A (MRC) sebagai antihipertensi dari daun Kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.) diperoleh bahwa methylripariochromene A (MRC) yang diisolasi dari daun kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.) memiliki khasiat yang berhubungan dengan penurunan tekanan darah , seperti vasodilatasi, menurunkan curah jantung, dan diuretik. Seperti yang dikatakan Supardi dan Sukamto (1999) daun tanaman kumis kucing dapat mengobati abses ginjal dan kantung empedu akibat adanya komplikasi dari demam tifoid. Di sisi lain Yayu (2003), juga menambahkan ekstrak daun tanaman kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli (seperti termasuk dalambakteri gram negatif) pada konsentrasi 20% dengan rata-rata zona hambat adalah 18,57 mm. Namun kemampuan ekstra daun kumis kuing tersebut terhadap pertumbuhan bakteri kelompok gram positif salmonella typhi belum diketahui. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini dengan judul : “Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus B.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi”SECARA INVITRO B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disusun adalah : 1. Apakah ekstrak daun tanaman kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.) memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan Salmonella typhi serara in vitro? 2. Berapa konsentrasi ekstra daun tanaman kumis kucing yang memiliki potensi anti bakteri paling efektif terhadap laju pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya potensi antibakteri ekstrak daun tanaman kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Secara invitro 2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun tanaman kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.) yang memiliki potensi antibakteri paling efektif terhadap laju pertumbuhan salmonella typhi secara invitro D. Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan dari penelitian ini, yaitu : 1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan peneliti selanjutnya. 2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan biologi khususnya mikrobiologi dan masukan bagi dunia farmakologi untuk meracik obat dengan bahan baku daun kumis kucing. 3. Sebagai media untuk menumbuhkan keterampilan penulis dalam mengenal dan menggunakan berbagai alat laboratorium, dengan metode pendidikan inquiri.