i KEANEKARAGAMAN COCOPET (ORDO DERMAPTERA) PADA BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT DI KEBUN CIMULANG PTPN VIII BOGOR DINI ANGGRAINI FAMUKTI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii ABSTRAK DINI ANGGRAINI FAMUKTI. Keanekaragaman Cocopet (Ordo Dermaptera) Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI. Cocopet (Dermaptera) merupakan salah satu ordo dari kelas Insekta yang bersifat omnivora. Salah satu habitat cocopet adalah pada bunga jantan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman cocopet pada bunga jantan kelapa sawit. Pengamatan cocopet dilakukan dengan fix sample method selama 10 menit pada bunga jantan kelapa sawit yang antesis. Pengamatan dilakukan selama 4 hari dalam setiap bulannya dan diamati selama 3 bulan, yaitu April, Mei, dan Juni 2012. Selama pengamatan dicatat nama spesies dan jumlah individu cocopet, serta dilakukan pengukuran unsur cuaca, yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Hasil penelitian menunjukkan cocopet pada bunga jantan kelapa sawit terdiri 3 spesies, yaitu Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp. Chelisoches sp. merupakan cocopet dominan yang ditemukan. Keragaman cocopet pada bunga jantan kelapa sawit tergolong rendah dengan kemerataan yang sedang (H’= 0,83 dan E= 0,75). Kata kunci: Dermaptera, Chelisoches sp., Forficula sp., Labia sp., bunga jantan, kelapa sawit. ABSTRACT DINI ANGGRAINI FAMUKTI. Diversity of Earwigs (Order Dermaptera) in Male Flowers of Oil Palm in Cimulang Plantation PTPN VIII Bogor. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI. Earwigs (Dermaptera) is omnivorous insect. One of the habitat of the earwigs is in the male flowers of oil palm. The objective of this research was to study diversity of earwigs in male flowers of oil palm. The observations were conducted during 10 minutes by fix sample method. Observation were done in four days per month, ie. April, May, and June 2012. Species and individual number of earwigs were recorded. The weather elements, ie. temperature, humidity, and light intensity were measured. Results showed that earwigs in male flowers of oil palm consist of three species, namely Chelisoches sp., Forficula sp., and Labia sp. C. morio was the dominant earwig in male flowers of oil palm. Diversity of earwigs in male flowers of oil palm was low (H '= 0,83 and E = 0,75). Key words: Earwigs, Chelisoches sp., Forficula sp., Labia sp., male flowers, oil palm. iii KEANEKARAGAMAN COCOPET (ORDO DERMAPTERA) PADA BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT DI KEBUN CIMULANG PTPN VIII BOGOR DINI ANGGRAINI FAMUKTI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iv Judul Nama NIM : Keanekaragaman Cocopet (Ordo Dermaptera) Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor : Dini Anggraini Famukti : G34080104 Disetujui, Pembimbing I Dr. Tri Atmowidi, M.Si NIP. 19670827 199303 1003 Pembimbing II Dra. Taruni Sri Prawasti, M. Si NIP. 19551130 198303 2 003 Diketahui, Ketua Departemen Biologi Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si NIP. 19641002 198903 1 002 Tanggal Lulus: v PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Keanekaragaman Cocopet (Ordo Dermaptera) pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor” ini dilaksanakan mulai April sampai Juli 2012. Penelitian ini dilaksanakan atas izin dari perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si. atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Utut Widyastuti, M.Si. selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang telah bersedia menguji dan memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Ucapan terima kasih khusus disampaikan penulis kepada keluarga tercinta bapak (Fatchul Mu’is), mama (Titik Subekti), dan adik (Fajar Kusuma Putra) yang telah memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Agus, Bapak Uwis, serta seluruh pegawai PTPN VIII, AFD II Toge, Kebun Cimulang Bogor atas bantuannya selama pengamatan di lapangan, Ibu Tini, Ibu Ani, teman-teman dan dosen di Laboratorium Zoologi, atas bantuan dan saran selama penulis melakukan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman khususnya di Biologi angkatan 45 dan keluarga besar OWA yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Januari 2013 Dini Anggraini Famukti vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 1 Maret 1990 dari pasangan Fatchul Mu’is dan Titik Subekti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SD Dahlia pada tahun 2002, SMPN 1 Ciputat pada tahun 2005, dan SMAN 1 Ciputat pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Vertebrata pada tahun 2012. Penulis aktif sebagai anggota OWA (salah satu divisi Himabio) sejak tahun 2009 hingga sekarang. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus seperti Biologi Interaktif, MPD Biologi, Penanaman Seribu Pohon, dan Pradiklat dan Diklat OWA angkatan 12. Selama menepuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan penelitian studi lapang di Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran pada tahun 2010 mengenai Bakteri Metanotrof dan praktik lapang di Unit Peternakan Darul Fallah Ciampea mengenai Produksi Susu Kambing pada tahun 2011. vii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.................................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. viii PENDAHULUAN................................................................................................................. Latar Belakang ................................................................................................................. Tujuan ............................................................................................................................... 1 1 1 BAHAN DAN METODE ..................................................................................................... Waktu dan Tempat ............................................................................................................ Alat dan Bahan ................................................................................................................. Metode .............................................................................................................................. 1 1 1 1 HASIL ................................................................................................................................... Keragaman Cocopet pada Bunga Jantan Kelapa Sawit .................................................... Hubungan Jumlah Individu Cocopet dan Unsur Cuaca .................................................... 2 2 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5 SIMPULAN .......................................................................................................................... 6 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 6 LAMPIRAN .......................................................................................................................... 8 DAFTAR TABEL Halaman 1 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit pada bulan April, Mei, dan Juni ........................................................................................ 2 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit. Angka tersebut merupakan rata-rata individu dari 18 kali pengamatan ............................ 3 Indeks kesamaan Sorenson kuantitatif cocopet yang ditemukan antar bulan pengamatan 4 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, dan Juni 2012 ................ 5 Korelasi Pearson antara unsur cuaca dengan rata-rata jumlah individu cocopet ............... 3 3 4 4 5 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Dermaptera yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit: Chelisoches sp. (a), Forficula sp. (b), Labia sp. (c) .......................................................................................... 2 Scatter plot jumlah serangga dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan nisbi (b), dan intensitas cahaya (c) ............................................................................................. 3 4 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian PTPN VIII AFD II Kebun Cimulang, Bogor .................................. 2 Istilah-istilah (glossary) bagian tubuh pada cocopet ......................................................... 9 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Cocopet (Dermaptera) merupakan salah satu ordo dari kelas Insekta yang dicirikan dengan panjang tubuh 5-35 mm, tubuh pipih, ramping, berwarna hitam atau cokelat, antena filiform, mata majemuk berkembang baik, dan adanya forcep pada bagian belakang tubuhnya (Elzinga 2004). Karakteristik utama ordo Dermaptera adalah sayap belakang yang telipat dan cerci seperti penjepit (forcep) (Haas & Kukalova-Peck 2001). Sayap Dermaptera tidak digunakan untuk terbang, melainkan hanya untuk menutupi tubuhnya (Pracaya 2007). Dermaptera merupakan serangga omnivora yang dapat berperan sebagai predator (Mourir 1986). Cocopet memakan sayuran yang membusuk, terkadang tumbuh-tumbuhan hidup, dan beberapa spesies sebagai pemangsa atau predator serangga lainnya (Borror et al. 1996). Perilaku menangkap mangsa dilakukan dengan mengarahkan forcep ke mulut dengan melengkungkan abdomen di atas kepala. Cocopet mengalami metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola) dan aktif pada malam hari (Elzinga 2004). Burr (1910) melaporkan ordo Dermaptera terbagi atas 5 famili, yaitu Apachyidae, Pygidicranidae, Labiduridae, Labiidae, dan Forficulidae. Kemudian, Engel & Haas (2007) melaporkan ordo Dermaptera terdiri atas 16 famili, yaitu Protodiplatydae, Dermapteridae, Diplatyidae, Semenoviolidae, Tranodermatidae, Anisolabididae, Pygidicranidae, Labiduridae, Apachyidae, Karschiellidae, Arixeniidae, Hemimeridae, Chelisochidae, Spongiphoridae, Forficulidae, dan Ocellidae. Sekitar 2000 spesies Dermaptera telah dideskripsikan (Sakai 1996). Menurut Haas & Matzke (2005), famili yang ditemukan di Indonesia adalah Anisolabididae, Chelisochidae, Forficulidae, Labiduridae, Pygidicranidae, dan Spongiphoridae. Kusumawardhani (2011) melaporkan selain kumbang (Coleoptera), bunga jantan kelapa sawit di kebun Cikasungka dikunjungi juga oleh serangga ordo Diptera, Dermaptera, dan Hymenoptera. Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh kumbang Elaeidobius kamerunicus. Salah satu habitat dari anggota Dermaptera ialah pada buah kelapa sawit yang padat (Kalshoven 1981). Dermaptera pada kelapa sawit dapat berperan sebagai predator yang memangsa larva E. kamerunicus, sehingga dapat menurunkan populasi kumbang tersebut. Cocopet Euborellia annulata Fabricus (Anisolabididae) dilaporkan memangsa telur dan larva Helicoverpa armigera pada tanaman kapas (Nurindah & Bindra 1988). Serangga predator dapat berperan dalam pengendalian hayati (Tjahjadi 1989). Cocopet memiliki sebaran geografi yang luas dari daerah beriklim sedang sampai tropik (Eberhard & Gutierrez 1991; Chinery 1993). Penyebaran Dermaptera di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua (Haas & Matzke 2005). Daerah dengan curah hujan dan kelembapan tinggi umumya banyak ditemukan cocopet (Weems & Skelley 1998). Penelitian tentang Dermaptera pada bunga kelapa sawit di Cimulang belum pernah dilaporkan, sehingga penelitian tentang keragaman Dermaptera pada bunga jantan kelapa sawit perlu dilakukan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman cocopet (ordo Dermaptera) pada bunga jantan kelapa sawit. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari April sampai Juli 2012 di perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun Cimulang Bogor. Identifikasi spesimen serangga dilakukan di Laboratoriun Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan ialah bunga jantan kelapa sawit dan etanol 70%. Alat-alat yang digunakan, yaitu tabung koleksi, kuas, pinset, kertas label, kamera, cawan petri, Environment Meter (4 in 1 Digital Anemometer, Humidity Meter, Light Meter, and Thermometer), dan mikroskop stereo. Metode Pengamatan Cocopet. Pengamatan cocopet dilakukan pada bunga jantan kelapa sawit yang sedang antesis 50-100 %, selama 4 hari dalam setiap bulannya, yaitu April, Mei, dan Juni 2012. Pengamatan cocopet dilakukan dengan fix sample method (Dafni 1992) selama 10 menit, dalam tiga periode waktu, 2 yaitu pagi (pukul 08.00-10.00), siang (11.0013.00), dan sore hari (14.00-16.00). Setiap periode waktu dilakukan 6 kali pengamatan, sehingga dalam satu hari dilakukan 18 kali pengamatan. Selama pengamatan, dicatat nama spesies dan jumlah individu cocopet. Beberapa individu spesies cocopet yang diamati, dikoleksi untuk diidentifikasi di laboratorium. Selama pengamatan cocopet, dilakukan juga pengukuran unsur cuaca, yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Pengawetan dan Determinasi Cocopet. Spesimen cocopet diawetkan secara basah dalam etanol 70% (Boror et al. 1996). Determinasi serangga dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB. Determinasi serangga berdasarkan Burr (1910) dan Borror et al. (1996). Analisis Data. Spesies cocopet yang didapat dideskripsikan. Keragaman cocopet dihitung berdasarkan indeks Shannon dan nilai kemerataan (evenness/ E) (Krebs 1989). Kesamaan cocopet pada bunga jantan kelapa sawit antar periode pengamatan (April, Mei, dan Juni) dihitung dengan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif (Magurran 1987). Rumus-rumus yang digunakan ialah: H’ = -∑ Pi ln Pi Pi = ni/N E = H’/ln S CN = 2jN /(aN+bN) H’ :indeks keragaman Shannon ni :jumlah individu dalam takson ke-i N :jumlah total individu dalam semua takson E :indeks kemerataan S :jumlah genus CN :indeks kesamaan Sorenson jN :jumlah individu spesies terendah yang ditemukan pada bulan a dan b aN :jumlah individu spesies yang ditemukan pada bulan a bN :jumlah individu spesies yang ditemukan pada bulan b. Hubungan antara jumlah individu Dermaptera dengan unsur cuaca dianalisis dalam scatter plot dan korelasi Pearson dengan program SPSS 16.0. HASIL Keragaman Cocopet pada Bunga Jantan Kelapa Sawit Cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit terdiri 3 spesies, yaitu Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp. Cocopet tersebut termasuk dalam famili Chelisochidae, Forficulidae, dan Labiidae. Chelisoches sp. memiliki ciri-ciri: tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen; panjang tubuh sekitar 2 cm; antena terdiri atas 18 ruas, ruas ke-13 dan ke-14 berwarna krem; kepala hitam; pronotum hitam, bagian posterior membulat; elytra hitam; sayap berwarna hitam kecokelatan; abdomen terdiri atas 6 ruas, bagian dorsal hitam, bagian ventral hitam; tungkai berwarna hitam, tarsus berwarna cokelat; pigidium jelas terlihat; forcep di posterior abdomen, ujung forcep melengkung ke arah dalam (Gambar 1a). Forficula sp. memiliki ciri-ciri: tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen; panjang tubuh sekitar 3 mm, tubuh berwarna cokelat kekuningan; antena terdiri atas 10 ruas; kepala berwarna hitam; pronotum kekuningan, berbentuk kotak; abdomen terdiri atas 9 ruas; tungkai coklat kekuningan, tarsus kekuningan; pigidium jelas terlihat; forcep di posterior abdomen (Gambar 1b). Labia sp. memiliki ciri-ciri: tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen; panjang tubuh sekitar 3 mm, tubuh berwarna cokelat; antena terdiri atas 7 ruas; kepala berwarna cokelat; pronotum berwarna cokelat kekuningan; abdomen terdiri atas 9 ruas; pangkal femur berwarna kehitaman, tarsus kekuningan; pigidium jelas terlihat; forcep di posterior abdomen dan ramping (Gambar 1c). Selama 3 bulan pengamatan di kebun Cimulang, Chelisoches sp. merupakan cocopet yang paling banyak ditemukan. Chelisoches sp. ditemukan paling banyak pada bulan April (301 individu) diikuti bulan Juni (254 individu), dan bulan Mei (102 individu). Forficula sp. hanya ditemukan pada bulan April (98 individu), tidak ditemukan pada bulan Mei dan Juni. Labia sp. ditemukan paling banyak pada bulan Mei (198 individu) diikuti bulan Juni (38 individu) dan April (35 individu) (Tabel 1). Rata- rata jumlah individu cocopet selama 18 kali pengamatan ialah Chelisoches sp. (36,55 individu), Labia sp. (14,94 individu), dan Forficula sp. (4,38 individu). Secara umum, indeks keragaman cocopet pada bunga jantan kelapa sawit sebesar 0,83. Indeks keragaman cocopet pada siang hari (H’ = 0,83, E = 0,76) relatif sama 3 dengan pagi dan sore hari (H’ = 0,82) (E = 0,75 dan 0,74) (Tabel 2). Berdasarkan nilai indeks kesamaan Sorenson, kesamaan cocopet antara bulan April dan Mei sebesar 0,75, April dan Juni sebesar 0,74, dan Mei dan Juni sebesar 0,98 (Tabel 3). Tabel 1 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit pada bulan April, Mei, dan Juni Famili Spesies Chelisochidae Chelisoches sp. Forficulidae Forficula sp. Labiidae Labia sp. H’ E Jumlah individu April Mei Juni Total 301 102 254 657 98 - - 98 35 0,79 0,72 196 0,64 0,58 38 0,38 0,35 269 0,86 0,78 Tabel 2 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit. Angka tersebut merupakan rata-rata individu dari 18 kali pengamatan Famili Spesies Chelisochidae Chelisoches sp. Forficulidae Forficula sp. Labiidae Labia sp. H’ E (a) Rata-rata individu Pagi Siang Sore Total 12,55 10,89 13,11 36,55 1,33 1,38 1,67 4,38 5,72 0,82 0,75 4,44 0,83 0,76 4,78 0,82 0,74 14,94 0,83 0,75 (b) (c) Gambar 1 Dermaptera yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang: Chelisoches sp. (a), Forficula sp.(b), Labia sp.(c). 4 3 Tabel 3 Indeks kesamaan Sorenson kuantitatif cocopet yang ditemukan antar bulan pengamatan April Mei Juni April Mei Juni 1 0,75 0,74 0,75 1 0,98 0,74 0,98 1 Hubungan Jumlah Individu Cocopet dan Unsur Cuaca Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi pengamatan, suhu udara berkisar 27,00-34,90 o C, kelembapan udara berkisar 56,60 %-88,20 %, dan intensitas cahaya berkisar 652-19.060 lux (Tabel 4). Rata-rata jumlah cocopet pada bunga jantan kelapa sawit paling banyak ditemukan pada kisaran suhu udara 28-30 OC, kelembapan nisbi udara 60-80%, dan intensitas cahaya 0-5.000 lux (Gambar 2). Berdasarkan analisis, suhu udara, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya tidak memiliki korelasi terhadap rata-rata jumlah individu cocopet (r = 0,061, p = 0,612; r = 0,021, p = 0,864; dan r = 0,104, p = 0,384) (Tabel 5). Tabel 4 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, dan Juni 2012 Bulan (2012) April Mei Juni Suhu udara (oC) 30,53 (27,00-33,70) 31,52 (28,20-34,90) 30.67 (27,10-33,90) Kelembapan nisbi (%) 73,55 (61,20-87,20) 69,67 (56,60-83,30) 73,65 (61,90-88,20) Intensitas cahaya (lux) 5406,04 (818-18.570) 4927,79 (903-19.060) 3112,38 (652-10.580) Keterangan: Nilai di dalam tabel merupakan nilai rata-rata setiap unsur cuaca dan angka di dalam kurung merupakan nilai minimum dan maksimum Unsur cuaca Gambar 2 Scatter plot jumlah individu cocopet dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan nisbi (b), dan intensitas cahaya (c). 3 Tabel 5 Korelasi Pearson antara unsur cuaca dengan rata-rata jumlah individu cocopet Unsur cuaca Suhu udara Kelembapan nisbi Intensitas cahaya Korelasi dan nilai Signifikansi Korelasi Pearson (r) Signifikansi (p) 0,061 0,612 0,021 0,864 0,104 0,384 PEMBAHASAN Cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang terdiri 3 spesies yang termasuk dalam tiga famili, yaitu Chelisochidae, Forficulidae, dan Labiidae. Tiga spesies tersebut yaitu, Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp. Di kebun Cikasungka, Kusumawardhani (2011) melaporkan 2 spesies cocopet, yaitu Diplatys dan Forficula. Diplatys tidak ditemukan pada penelitian ini. Perbedaan lokasi pengamatan dan perbedaan waktu pengamatan kemungkinan menyebabkan perbedaan spesies cocopet yang didapatkan. Pengamatan cocopet pada penelitian ini dilakukan pada tiga perode waktu, yaitu pagi, siang, dan sore hari, sedangkan pengamatan cocopet oleh Kusumawardhani (2011) hanya dilakukan di pagi hari. Berdasarkan Krebs (1989), indeks keragaman cocopet pengunjung yang diamati tergolong kategori rendah (H’<1) dan penyebaran yang merata (E = 0,61-0,80). Nilai indeks kesamaan Sorenson kuantitatif cocopet antar bulan pengamatan berkisar 74%-98%. Kesamaan cocopet antara bulan Mei-Juni memiliki nilai yang paling besar (98%). Hal ini kemungkinan karena pengamatan cocopet pada bulan tersebut dilakukan pada bunga jantan kelapa sawit yang lokasinya berdekatan. Pengamatan pada bulan April-Juni nilai kesamaannya rendah (74%) kemungkinan karena lokasi pengamatan cocopet yang berjauhan. Jumlah individu cocopet yang paling banyak ditemukan selama 3 bulan pengamatan adalah Chelisoches sp. Cocopet ini bersifat nokturnal. Namun, hasil pengamatan menunjukkan Chelisoches sp. juga banyak ditemukan pada pagi dan siang hari. Haas & Gorb (2004) melaporkan C. morio merupakan spesies yang sangat aktif dan bersifat diurnal, sehingga cocopet dari genus ini dapat banyak ditemukan pada pagi dan siang hari. Chelisoches sp. umumnya berwarna hitam, tarsus dan sayap berwarna kecoklatan (Srivastava 1976). Selain di perkebunan, Chelisoches sp. dapat ditemukan pada dedaunan dan kulit kayu di hutan (Haas & Gorb 2004). Penyebaran cocopet ini meliputi wilayah Asia tropis dan Australia (Burr 1910). Borror et al. (1996) melaporkan Chelisochidae biasa disebut cocopet hitam (black earwig) berasal dari daerah tropik. Alouw (2007) melaporkan bahwa C. morio berpotensi dikembangkan sebagai agens pengendali hayati Brontispa longissima yang menyerang tanaman kelapa. Cocopet ini mampu memangsa larva, pupa, dan imago B. longissima. Spesies cocopet lain yang ditemukan adalah Forficula. Cocopet spesies ini paling banyak ditemukan pada sore hari. Cocopet ini bersifat nokturnal, sehingga aktivitasnya banyak terjadi di sore hari. Menurut Borror et al. (1996) Forficulidae disebut juga cocopet berekor duri atau cocopet Eropa. Salah satu spesies dari famili ini adalah F. auricularia. Buxton (1974) melaporkan F. auricularia merupakan predator penting yang dapat memangsa telur dan tahap aktif dari Lepidoptera, Coleoptera, Diptera, dan Homoptera. F. auricularia dilaporkan sebagai serangga predator di areal perkebunan apel (He et al. 2008), kiwi (Logan et al. 2007), jeruk (Kallsen 2006), dan ceri (Stutza 2011). F. auricularia dilaporkan memiliki efisiensi yang tinggi sebagai pengendali hayati Dasineura mali (Diptera) sebagai hama tanaman apel di Selandia Baru (He et al. 2008). Selain sebagai predator, cocopet dari famili Forficulidae juga dilaporkan berperan sebagai serangga detritivor di lahan persawahan (Rizali et al. 2002). Penyebaran spesies ini meliputi Eropa, Afrika, dan Asia (Burr 1910). Anggota Dermaptera lain yang ditemukan adalalah Labia sp. Cocopet ini bersifat nokturnal. Dalam penelitian ini, Labia sp. paling banyak ditemukan pada pagi hari. Menurut Herlinda et al. (2004), Labia sp. merupakan salah satu arthropoda predator yang dapat ditemukan di areal persawahan. Mourir (1986) juga melaporkan bahwa L. minor ditemukan di kotoran. Burr (1910) melaporkan Labia sp. bersifat kosmopolitan yang ditemukan hampir di seluruh dunia. 6 Spesies ini banyak ditemukan di Asia Tropis. Berdasarkan analisis, ketiga unsur cuaca yang diukur tidak berpengaruh terhadap cocopet pada bunga jantan kelapa sawit. Diantara ketiga unsur cuaca yang diukur, intensitas cahaya mempunyai korelasi paling besar terhadap jumlah individu cocopet (r = 0,104, p = 0,384). Burr (1910) melaporkan cocopet merupakan serangga yang tertarik pada cahaya walaupun cocopet bersifat nokturnal. Aktivitas serangga dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang ditempatinya. Menurut Krebs (1978) suhu mempengaruhi sebaran geografis suatu spesies, laju pertumbuhan, dan migrasi serangga. Serangga akan mati pada suhu di atas 44 oC (Chapman 1982). Suhu mempengaruhi kemampuan serangga dalam menghasilkan keturunan dan kematian (mortalitas) (Natawigena 1990). Kisaran suhu optimal serangga bervariasi berdasarkan spesiesnya (Nayar et al. 1981). Cocopet L. minor dapat berkembang baik pada suhu 1825 oC (Mourir 1986) sedangkan E. annulata (Anisolabididae) dapat berkembang dengan baik pada suhu 27.9-30 oC (Nonci 2005). Cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di Cimulang umumnya pada kisaran suhu 28-30 OC. Kelembapan mempengaruhi preferensi serangga terhadap tempat hidupnya. Serangga membutuhkan kelembapan tertentu yang sesuai bagi perkembangannya. Umumnya, serangga membutuhkan kelembapan tinggi bagi tubuhnya yang dapat diperoleh langsung melalui udara dan tanaman yang mengandung air (Krebs 1978). Cocopet E. annulata (Anisolabididae) dapat berkembang dengan baik pada kelembapan 76.7-92.3 % (Nonci 2005). Cocopet umumnya yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di Cimulang pada kisaran kelembapan 60-80%. Berdasarkan hasil analisis, suhu dan kelembapan memiliki korelasi yang rendah terhadap rata-rata jumlah individu cocopet. Cocopet sebagian besar bersifat nokturnal sehingga aktivitasnya lebih banyak dilakukan ketika intensitas cahaya rendah. Selain suhu dan kelembapan, cahaya juga berpengaruh terhadap aktivitas serangga. Cahaya mempengaruhi aktivitas mencari makan serangga. Intensitas cahaya dan ratarata jumlah individu cocopet berkorelasi positif walaupun secara statistik tidak signifikan. Pada lebah dilaporkan meningkatnya intensitas cahaya meningkatkan jumlah individu lebah yang mencari makan (foraging) (Klein et al. 2004). SIMPULAN Di bunga jantan kelapa sawit Kebun Cimulang, Bogor diamati tiga spesies cocopet, yaitu Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp. Chelisoches sp. merupakan cocopet yang dominan pada bunga jantan kelapa sawit. Keragaman cocopet di kebun tersebut tergolong rendah. Faktor lingkungan yang diukur, suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya tidak berkorelasi terhadap jumlah individu Dermaptera. DAFTAR PUSTAKA Alouw JC. 2007. Kemampuan memangsa predator Chelisoches morio terhadap hama kelapa Brontispa longissima. Buletin Palma No. 3. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Ed. ke-6. Yoyakarta: Gadjah Mada Univ Pr. Brindle A. 1976.The Dermaptera of New Caledonia. Pac Insects 17:61-86. Burr M. 1910. The Fauna of British India: Dermaptera. London: Fleet Street. Buxton JH. 2004. The biology of European earwig, Forficula auricularia L. with reference to its predatory activities on the damson-hop aphid, Phorodon humuli (shrank) [tesis]. University of London. Chapman RF. 1982. The Insect: Structure and Function. 3rd ed. Cambridge: Harvard Univ Pr. Chinery M. 1993 Insects of Britain & Northern Europe. London: Harper Collins. Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A Practical Approach. Oxford: Oxford Univ Pr. Eberhard WG, Gutierrez EE. 1991. Male dimorphisms in beetles and earwigs and the question of developmental constraints. Evolution 45:18–28. Elzinga RJ. 2004. Fundamentals of Entomology 6th Edition. New Jersey: Perason Education Inc. Engel M, Haas F. 2007. Family-group names for earwigs (Dermaptera). American Museum Novitate.New York, 20 pp. Haas F, Gorb S. 2004. Evolution of locomory attachment pads in the Dermaptera (insect). Arthropod Struc Dev 33:45-66. Haas F, Matzke D. 2005. Schizoproreus vulcanus, a new species of earwig (Dermaptera: Chelisochidae) from Sulawesi and a checklist of Sulawesian Dermaptera. Entomol Zeitschrift 115:1-4. Haas F, Kukalova-Peck J. 2001. Dermaptera hindwing structure and folding: new evidence for familial, ordinal, and superordinal relationships with Neoptera (insect). Eur J Entomol 98:445-509. Herlinda S, Sosromarsono RS, Kartosuwondo U, Siswadi, Hidayat P. 2004. Artropoda predator penghuni ekosistem persawahan di daerah Cianjur, Jawa Barat. J Entomol Indonesia 1:9-15. He XZ, Wang Q, Xu J. 2008. European earwig as a potential biological control agent of apple leaf-curling midge. New Zealand Plant Protec 61:343-349. Kallsen C. 2006. Earwigs flying under the radar of many citrus pest control advisors. Tropics in Subtropics News Letter 4:3-4. Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie. Klein AM, Steffan-Dewenter I, Tscharnke T. 2004. Foraging trip duration and density of megachilid bees, eumenid wasps and pompilid wasps in tropicalagroforestry systems. J An Ecol 73:517–525. Krebs. 1978. Ecology: The Experimenral Analysis of Distribution and Abudance. 3rd ed. New York: Harper and Row. Krebs. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper and Row. Kusumawardhani G. 2011. Keragaman serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Logan DP, Maher BJ, Connolly PG, Pettigrew MJ. 2007. Effect of cardboard shelter traps on predation of diaspidid scale insects by european earwigs, Forficula auricularia, in kiwifruit. New Zeal Plant Prot 60:241248. Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princeton Univ Pr. Mourir, H., 1986. Notes on the life history of Labia minor (L.) (Dermaptera), a potential predator of housefly eggs and larvae (Diptera, Musca domestica L.). Entomol Medd 53:143–148. Natawigena H. 1990. Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Control). Bandung: Armico. Nayar et al. 1981. Peramalan Penyakit Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbitan Bersama. Nonci N. 2005. Biology and intrinsic growth rate of earwig (Euborellia annulata). Ind J of Agricult Sci 6:1-6. Nurindah dan Bindra OS. 1988.Studies on biological control of cotton pests. Industrial Crops Res J 1:59-63. Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. Rizali A, Buchori D, Triwidodo H. 2002. Keanekaragaman serangga pada lahan persawahan-tepian hutan: indikator untuk kesehatan lingkungan. Hayati 9:41-48. Sakai. 1996. Notes on contemporary classification of Dermaptera and recent references on Dermaptera. Di dalam: S. Sakai, editor. Taxonomy of Dermaptera. Proceedings of 20th Congress of Entomology; Firenze, Italy. hlm 1-10. Srivastava GK. 1976. Studies on the Dermaptera of the Philippines. Pac Insects 17:99-138. Stutza S, Entlinga MH. 2011. Effects of the landscape context on aphid-ant-predator interactions on cherry trees. Bio Control 57:37-43. Tjahjadi N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius. Weems HV and Skelley PE. 1998. European earwig, Forficula auricularia Linnaeus (insecta: Dermaptera: Forficulidae) [artikel]. Florida: Entomology and Nematoda Departement, University of Florida. LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PTPN VIII AFD II Kebun Cimulang, Bogor Keterangan: = lokasi pengamatan cocopet 10 Lampiran 2 Istilah-istilah (glossary) bagian tubuh pada cocopet Abdomen : Bagian posterior dari tiga pembagian tubuh pada serangga. Antena : Sepasang embelan yang beruas yang terletak pada kepala, biasanya di antara atau di bawah mata majemuk. Cerci : Sepasang organ sensoris pada bagian belakang abdomen. Dorsal : Bagian atas atau yang teratas; berkaitan dengan punggung atau sisi sebelah atas. Elytra : Sepasang sayap bagian depan yang menebal. Forcep : Anggota tubuh yang terletak pada ujung abdomen yang dapat digerakkan dan berbentuk seperti penjepit. Pigidium : Ruas terakhir bagian dorsal dari abdomen. Pronotum : Sklerit dorsal dari protoraks. Tarsus : Ruas tangkai dapat dibelakang tibia, terkadang terdiri dari satu atau lebih ruasruas. Ventral : Bagian bawah atau di bawah, menuju sisi bawah tubuh. 11