ordo dermaptera - IPB Repository

advertisement
i
KEANEKARAGAMAN COCOPET (ORDO DERMAPTERA) PADA
BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT DI KEBUN CIMULANG PTPN VIII
BOGOR
DINI ANGGRAINI FAMUKTI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
ABSTRAK
DINI ANGGRAINI FAMUKTI. Keanekaragaman Cocopet (Ordo Dermaptera) Pada Bunga Jantan
Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan
TARUNI SRI PRAWASTI.
Cocopet (Dermaptera) merupakan salah satu ordo dari kelas Insekta yang bersifat omnivora.
Salah satu habitat cocopet adalah pada bunga jantan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari keragaman cocopet pada bunga jantan kelapa sawit. Pengamatan cocopet dilakukan
dengan fix sample method selama 10 menit pada bunga jantan kelapa sawit yang antesis.
Pengamatan dilakukan selama 4 hari dalam setiap bulannya dan diamati selama 3 bulan, yaitu
April, Mei, dan Juni 2012. Selama pengamatan dicatat nama spesies dan jumlah individu cocopet,
serta dilakukan pengukuran unsur cuaca, yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Hasil
penelitian menunjukkan cocopet pada bunga jantan kelapa sawit terdiri 3 spesies, yaitu
Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp. Chelisoches sp. merupakan cocopet dominan yang
ditemukan. Keragaman cocopet pada bunga jantan kelapa sawit tergolong rendah dengan
kemerataan yang sedang (H’= 0,83 dan E= 0,75).
Kata kunci: Dermaptera, Chelisoches sp., Forficula sp., Labia sp., bunga jantan, kelapa sawit.
ABSTRACT
DINI ANGGRAINI FAMUKTI. Diversity of Earwigs (Order Dermaptera) in Male Flowers of Oil
Palm in Cimulang Plantation PTPN VIII Bogor. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI
SRI PRAWASTI.
Earwigs (Dermaptera) is omnivorous insect. One of the habitat of the earwigs is in the male
flowers of oil palm. The objective of this research was to study diversity of earwigs in male
flowers of oil palm. The observations were conducted during 10 minutes by fix sample method.
Observation were done in four days per month, ie. April, May, and June 2012. Species and
individual number of earwigs were recorded. The weather elements, ie. temperature, humidity, and
light intensity were measured. Results showed that earwigs in male flowers of oil palm consist of
three species, namely Chelisoches sp., Forficula sp., and Labia sp. C. morio was the dominant
earwig in male flowers of oil palm. Diversity of earwigs in male flowers of oil palm was low (H '=
0,83 and E = 0,75).
Key words: Earwigs, Chelisoches sp., Forficula sp., Labia sp., male flowers, oil palm.
iii
KEANEKARAGAMAN COCOPET (ORDO DERMAPTERA) PADA
BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT DI KEBUN CIMULANG PTPN VIII
BOGOR
DINI ANGGRAINI FAMUKTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iv
Judul
Nama
NIM
: Keanekaragaman Cocopet (Ordo Dermaptera) Pada Bunga Jantan
Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor
: Dini Anggraini Famukti
: G34080104
Disetujui,
Pembimbing I
Dr. Tri Atmowidi, M.Si
NIP. 19670827 199303 1003
Pembimbing II
Dra. Taruni Sri Prawasti, M. Si
NIP. 19551130 198303 2 003
Diketahui,
Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
NIP. 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus:
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga
karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Keanekaragaman Cocopet (Ordo
Dermaptera) pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor” ini
dilaksanakan mulai April sampai Juli 2012. Penelitian ini dilaksanakan atas izin dari perkebunan
kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Dra. Taruni Sri Prawasti,
M.Si. atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Dr. Utut Widyastuti, M.Si. selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang telah bersedia
menguji dan memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Ucapan terima kasih khusus
disampaikan penulis kepada keluarga tercinta bapak (Fatchul Mu’is), mama (Titik Subekti), dan
adik (Fajar Kusuma Putra) yang telah memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan baik moril
maupun materil.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Agus, Bapak Uwis, serta
seluruh pegawai PTPN VIII, AFD II Toge, Kebun Cimulang Bogor atas bantuannya selama
pengamatan di lapangan, Ibu Tini, Ibu Ani, teman-teman dan dosen di Laboratorium Zoologi, atas
bantuan dan saran selama penulis melakukan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman khususnya di Biologi angkatan 45 dan keluarga besar OWA yang telah
memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Januari 2013
Dini Anggraini Famukti
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 1 Maret 1990 dari pasangan
Fatchul Mu’is dan Titik Subekti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SD Dahlia pada tahun 2002, SMPN 1 Ciputat
pada tahun 2005, dan SMAN 1 Ciputat pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan
pendidikan tinggi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.
Penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Vertebrata pada
tahun 2012. Penulis aktif sebagai anggota OWA (salah satu divisi Himabio) sejak tahun 2009
hingga sekarang. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus seperti Biologi
Interaktif, MPD Biologi, Penanaman Seribu Pohon, dan Pradiklat dan Diklat OWA angkatan 12.
Selama menepuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan penelitian studi lapang di
Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran pada tahun 2010 mengenai Bakteri Metanotrof dan
praktik lapang di Unit Peternakan Darul Fallah Ciampea mengenai Produksi Susu Kambing pada
tahun 2011.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................
viii
PENDAHULUAN.................................................................................................................
Latar Belakang .................................................................................................................
Tujuan ...............................................................................................................................
1
1
1
BAHAN DAN METODE .....................................................................................................
Waktu dan Tempat ............................................................................................................
Alat dan Bahan .................................................................................................................
Metode ..............................................................................................................................
1
1
1
1
HASIL ...................................................................................................................................
Keragaman Cocopet pada Bunga Jantan Kelapa Sawit ....................................................
Hubungan Jumlah Individu Cocopet dan Unsur Cuaca ....................................................
2
2
3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................
5
SIMPULAN ..........................................................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
6
LAMPIRAN ..........................................................................................................................
8
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit
pada bulan April, Mei, dan Juni ........................................................................................
2 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit.
Angka tersebut merupakan rata-rata individu dari 18 kali pengamatan ............................
3 Indeks kesamaan Sorenson kuantitatif cocopet yang ditemukan antar bulan pengamatan
4 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, dan Juni 2012 ................
5 Korelasi Pearson antara unsur cuaca dengan rata-rata jumlah individu cocopet ...............
3
3
4
4
5
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Dermaptera yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit: Chelisoches sp. (a),
Forficula sp. (b), Labia sp. (c) ..........................................................................................
2 Scatter plot jumlah serangga dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan nisbi
(b), dan intensitas cahaya (c) .............................................................................................
3
4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta lokasi penelitian PTPN VIII AFD II Kebun Cimulang, Bogor ..................................
2 Istilah-istilah (glossary) bagian tubuh pada cocopet .........................................................
9
10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cocopet (Dermaptera) merupakan salah
satu ordo dari kelas Insekta yang dicirikan
dengan panjang tubuh 5-35 mm, tubuh pipih,
ramping, berwarna hitam atau cokelat, antena
filiform, mata majemuk berkembang baik, dan
adanya forcep pada bagian belakang tubuhnya
(Elzinga 2004). Karakteristik utama ordo
Dermaptera adalah sayap belakang yang
telipat dan cerci seperti penjepit (forcep)
(Haas & Kukalova-Peck 2001). Sayap
Dermaptera tidak digunakan untuk terbang,
melainkan hanya untuk menutupi tubuhnya
(Pracaya 2007). Dermaptera merupakan
serangga omnivora yang dapat berperan
sebagai predator (Mourir 1986). Cocopet
memakan
sayuran yang membusuk,
terkadang tumbuh-tumbuhan hidup, dan
beberapa spesies sebagai pemangsa atau
predator serangga lainnya (Borror et al. 1996).
Perilaku menangkap mangsa dilakukan
dengan mengarahkan forcep ke mulut dengan
melengkungkan abdomen di atas kepala.
Cocopet mengalami metamorfosis tidak
sempurna (hemimetabola) dan aktif pada
malam hari (Elzinga 2004).
Burr (1910) melaporkan ordo Dermaptera
terbagi atas 5 famili, yaitu Apachyidae,
Pygidicranidae, Labiduridae, Labiidae, dan
Forficulidae. Kemudian, Engel & Haas (2007)
melaporkan ordo Dermaptera terdiri atas 16
famili, yaitu Protodiplatydae, Dermapteridae,
Diplatyidae, Semenoviolidae, Tranodermatidae, Anisolabididae, Pygidicranidae, Labiduridae, Apachyidae, Karschiellidae, Arixeniidae, Hemimeridae, Chelisochidae, Spongiphoridae, Forficulidae, dan Ocellidae. Sekitar
2000 spesies Dermaptera telah dideskripsikan
(Sakai 1996). Menurut Haas & Matzke
(2005), famili yang ditemukan di Indonesia
adalah Anisolabididae, Chelisochidae, Forficulidae, Labiduridae, Pygidicranidae, dan
Spongiphoridae.
Kusumawardhani (2011) melaporkan
selain kumbang (Coleoptera), bunga jantan
kelapa sawit di kebun Cikasungka dikunjungi
juga oleh serangga ordo Diptera, Dermaptera,
dan Hymenoptera. Kelapa sawit merupakan
salah satu tanaman yang penyerbukannya
dibantu
oleh
kumbang
Elaeidobius
kamerunicus. Salah satu habitat dari anggota
Dermaptera ialah pada buah kelapa sawit yang
padat (Kalshoven 1981). Dermaptera pada
kelapa sawit dapat berperan sebagai predator
yang memangsa larva E. kamerunicus,
sehingga
dapat
menurunkan
populasi
kumbang tersebut. Cocopet Euborellia
annulata
Fabricus
(Anisolabididae)
dilaporkan memangsa telur dan larva
Helicoverpa armigera pada tanaman kapas
(Nurindah & Bindra 1988). Serangga predator
dapat berperan dalam pengendalian hayati
(Tjahjadi 1989).
Cocopet memiliki sebaran geografi yang
luas dari daerah beriklim sedang sampai
tropik (Eberhard & Gutierrez 1991; Chinery
1993). Penyebaran Dermaptera di Indonesia
meliputi
Sumatra,
Jawa,
Sulawesi,
Kalimantan, dan Papua (Haas & Matzke
2005). Daerah dengan curah hujan dan
kelembapan
tinggi
umumya
banyak
ditemukan cocopet (Weems & Skelley 1998).
Penelitian tentang Dermaptera pada bunga
kelapa sawit di Cimulang belum pernah
dilaporkan, sehingga penelitian tentang
keragaman Dermaptera pada bunga jantan
kelapa sawit perlu dilakukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
keragaman cocopet (ordo Dermaptera) pada
bunga jantan kelapa sawit.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari April
sampai Juli 2012 di perkebunan kelapa sawit
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun
Cimulang Bogor. Identifikasi spesimen
serangga
dilakukan
di
Laboratoriun
Biosistematika
dan
Ekologi
Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB.
Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan ialah bunga
jantan kelapa sawit dan etanol 70%. Alat-alat
yang digunakan, yaitu tabung koleksi, kuas,
pinset, kertas label, kamera, cawan petri,
Environment Meter (4 in 1 Digital
Anemometer, Humidity Meter, Light Meter,
and Thermometer), dan mikroskop stereo.
Metode
Pengamatan Cocopet. Pengamatan cocopet
dilakukan pada bunga jantan kelapa sawit
yang sedang antesis 50-100 %, selama 4 hari
dalam setiap bulannya, yaitu April, Mei, dan
Juni 2012. Pengamatan cocopet dilakukan
dengan fix sample method (Dafni 1992)
selama 10 menit, dalam tiga periode waktu,
2
yaitu pagi (pukul 08.00-10.00), siang (11.0013.00), dan sore hari (14.00-16.00). Setiap
periode waktu dilakukan 6 kali pengamatan,
sehingga dalam satu hari dilakukan 18 kali
pengamatan. Selama pengamatan, dicatat
nama spesies dan jumlah individu cocopet.
Beberapa individu spesies cocopet yang
diamati, dikoleksi untuk diidentifikasi di
laboratorium. Selama pengamatan cocopet,
dilakukan juga pengukuran unsur cuaca, yaitu
suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
Pengawetan dan Determinasi Cocopet.
Spesimen cocopet diawetkan secara basah
dalam etanol 70% (Boror et al. 1996).
Determinasi
serangga
dilakukan
di
Laboratorium Biosistematika dan Ekologi
Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA,
IPB. Determinasi serangga berdasarkan Burr
(1910) dan Borror et al. (1996).
Analisis Data. Spesies cocopet yang
didapat dideskripsikan. Keragaman cocopet
dihitung berdasarkan indeks Shannon dan
nilai kemerataan (evenness/ E) (Krebs 1989).
Kesamaan cocopet pada bunga jantan kelapa
sawit antar periode pengamatan (April, Mei,
dan Juni) dihitung dengan indeks kesamaan
Sorenson kuantitatif (Magurran 1987).
Rumus-rumus yang digunakan ialah:
H’ = -∑ Pi ln Pi
Pi = ni/N
E = H’/ln S
CN = 2jN /(aN+bN)
H’ :indeks keragaman Shannon
ni :jumlah individu dalam takson ke-i
N :jumlah total individu dalam semua
takson
E
:indeks kemerataan
S
:jumlah genus
CN :indeks kesamaan Sorenson
jN :jumlah individu spesies terendah yang
ditemukan pada bulan a dan b
aN :jumlah individu spesies yang ditemukan
pada bulan a
bN :jumlah individu spesies yang ditemukan
pada bulan b.
Hubungan antara jumlah individu Dermaptera
dengan unsur cuaca dianalisis dalam scatter
plot dan korelasi Pearson dengan program
SPSS 16.0.
HASIL
Keragaman Cocopet pada Bunga Jantan
Kelapa Sawit
Cocopet yang ditemukan pada bunga
jantan kelapa sawit terdiri 3 spesies, yaitu
Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp.
Cocopet tersebut termasuk dalam famili
Chelisochidae, Forficulidae, dan Labiidae.
Chelisoches sp. memiliki ciri-ciri: tubuh
terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen;
panjang tubuh sekitar 2 cm; antena terdiri atas
18 ruas, ruas ke-13 dan ke-14 berwarna krem;
kepala hitam; pronotum hitam, bagian
posterior membulat; elytra hitam; sayap
berwarna hitam kecokelatan; abdomen terdiri
atas 6 ruas, bagian dorsal hitam, bagian
ventral hitam; tungkai berwarna hitam, tarsus
berwarna cokelat; pigidium jelas terlihat;
forcep di posterior abdomen, ujung forcep
melengkung ke arah dalam (Gambar 1a).
Forficula sp. memiliki ciri-ciri: tubuh
terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen;
panjang tubuh sekitar 3 mm, tubuh berwarna
cokelat kekuningan; antena terdiri atas 10
ruas; kepala berwarna hitam; pronotum
kekuningan, berbentuk kotak; abdomen terdiri
atas 9 ruas; tungkai coklat kekuningan, tarsus
kekuningan; pigidium jelas terlihat; forcep di
posterior abdomen (Gambar 1b).
Labia sp. memiliki ciri-ciri: tubuh terdiri
atas kepala, toraks, dan abdomen; panjang
tubuh sekitar 3 mm, tubuh berwarna cokelat;
antena terdiri atas 7 ruas; kepala berwarna
cokelat;
pronotum
berwarna
cokelat
kekuningan; abdomen terdiri atas 9 ruas;
pangkal femur berwarna kehitaman, tarsus
kekuningan; pigidium jelas terlihat; forcep di
posterior abdomen dan ramping (Gambar 1c).
Selama 3 bulan pengamatan di kebun
Cimulang, Chelisoches sp. merupakan
cocopet yang paling banyak ditemukan.
Chelisoches sp. ditemukan paling banyak
pada bulan April (301 individu) diikuti bulan
Juni (254 individu), dan bulan Mei (102
individu). Forficula sp. hanya ditemukan pada
bulan April (98 individu), tidak ditemukan
pada bulan Mei dan Juni. Labia sp. ditemukan
paling banyak pada bulan Mei (198 individu)
diikuti bulan Juni (38 individu) dan April (35
individu) (Tabel 1). Rata- rata jumlah individu
cocopet selama 18 kali pengamatan ialah
Chelisoches sp. (36,55 individu), Labia sp.
(14,94 individu), dan Forficula sp. (4,38
individu). Secara umum, indeks keragaman
cocopet pada bunga jantan kelapa sawit
sebesar 0,83. Indeks keragaman cocopet pada
siang hari (H’ = 0,83, E = 0,76) relatif sama
3
dengan pagi dan sore hari (H’ = 0,82) (E =
0,75 dan 0,74) (Tabel 2). Berdasarkan nilai
indeks kesamaan Sorenson, kesamaan cocopet
antara bulan April dan Mei sebesar 0,75, April
dan Juni sebesar 0,74, dan Mei dan Juni
sebesar 0,98 (Tabel 3).
Tabel 1 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit pada
bulan April, Mei, dan Juni
Famili
Spesies
Chelisochidae
Chelisoches sp.
Forficulidae
Forficula sp.
Labiidae
Labia sp.
H’
E
Jumlah individu
April
Mei
Juni
Total
301
102
254
657
98
-
-
98
35
0,79
0,72
196
0,64
0,58
38
0,38
0,35
269
0,86
0,78
Tabel 2 Spesies dan jumlah individu cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit.
Angka tersebut merupakan rata-rata individu dari 18 kali pengamatan
Famili
Spesies
Chelisochidae
Chelisoches sp.
Forficulidae
Forficula sp.
Labiidae
Labia sp.
H’
E
(a)
Rata-rata individu
Pagi
Siang
Sore
Total
12,55
10,89
13,11
36,55
1,33
1,38
1,67
4,38
5,72
0,82
0,75
4,44
0,83
0,76
4,78
0,82
0,74
14,94
0,83
0,75
(b)
(c)
Gambar 1 Dermaptera yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang:
Chelisoches sp. (a), Forficula sp.(b), Labia sp.(c).
4
3
Tabel 3 Indeks kesamaan Sorenson kuantitatif cocopet yang ditemukan antar bulan pengamatan
April
Mei
Juni
April
Mei
Juni
1
0,75
0,74
0,75
1
0,98
0,74
0,98
1
Hubungan Jumlah Individu Cocopet dan
Unsur Cuaca
Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi
pengamatan, suhu udara berkisar 27,00-34,90
o
C, kelembapan udara berkisar 56,60 %-88,20
%, dan intensitas cahaya berkisar 652-19.060
lux (Tabel 4). Rata-rata jumlah cocopet pada
bunga jantan kelapa sawit paling banyak
ditemukan pada kisaran suhu udara 28-30 OC,
kelembapan nisbi udara 60-80%, dan
intensitas cahaya 0-5.000 lux (Gambar 2).
Berdasarkan
analisis,
suhu
udara,
kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya tidak
memiliki korelasi terhadap rata-rata jumlah
individu cocopet (r = 0,061, p = 0,612; r =
0,021, p = 0,864; dan r = 0,104, p = 0,384)
(Tabel 5).
Tabel 4 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, dan Juni 2012
Bulan (2012)
April
Mei
Juni
Suhu udara (oC)
30,53 (27,00-33,70)
31,52 (28,20-34,90)
30.67 (27,10-33,90)
Kelembapan nisbi (%)
73,55 (61,20-87,20)
69,67 (56,60-83,30)
73,65 (61,90-88,20)
Intensitas cahaya (lux)
5406,04 (818-18.570) 4927,79 (903-19.060) 3112,38 (652-10.580)
Keterangan: Nilai di dalam tabel merupakan nilai rata-rata setiap unsur cuaca dan angka di dalam
kurung merupakan nilai minimum dan maksimum
Unsur cuaca
Gambar 2 Scatter plot jumlah individu cocopet dalam kaitannya dengan suhu udara (a),
kelembapan nisbi (b), dan intensitas cahaya (c).
3
Tabel 5 Korelasi Pearson antara unsur cuaca dengan rata-rata jumlah individu cocopet
Unsur cuaca
Suhu udara
Kelembapan nisbi
Intensitas cahaya
Korelasi dan nilai Signifikansi
Korelasi Pearson (r)
Signifikansi (p)
0,061
0,612
0,021
0,864
0,104
0,384
PEMBAHASAN
Cocopet yang ditemukan pada bunga
jantan kelapa sawit di kebun Cimulang terdiri
3 spesies yang termasuk dalam tiga famili,
yaitu Chelisochidae, Forficulidae, dan
Labiidae. Tiga spesies tersebut yaitu,
Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp.
Di kebun Cikasungka, Kusumawardhani
(2011) melaporkan 2 spesies cocopet, yaitu
Diplatys dan Forficula. Diplatys tidak
ditemukan pada penelitian ini. Perbedaan
lokasi pengamatan dan perbedaan waktu
pengamatan kemungkinan menyebabkan
perbedaan spesies cocopet yang didapatkan.
Pengamatan cocopet pada penelitian ini
dilakukan pada tiga perode waktu, yaitu pagi,
siang, dan sore hari, sedangkan pengamatan
cocopet oleh Kusumawardhani (2011) hanya
dilakukan di pagi hari.
Berdasarkan Krebs (1989), indeks
keragaman cocopet pengunjung yang diamati
tergolong kategori rendah (H’<1) dan
penyebaran yang merata (E = 0,61-0,80). Nilai
indeks kesamaan Sorenson kuantitatif cocopet
antar bulan pengamatan berkisar 74%-98%.
Kesamaan cocopet antara bulan Mei-Juni
memiliki nilai yang paling besar (98%). Hal
ini kemungkinan karena pengamatan cocopet
pada bulan tersebut dilakukan pada bunga
jantan kelapa sawit yang lokasinya
berdekatan. Pengamatan pada bulan April-Juni
nilai
kesamaannya
rendah
(74%)
kemungkinan karena lokasi pengamatan
cocopet yang berjauhan.
Jumlah individu cocopet yang paling
banyak ditemukan selama 3 bulan pengamatan
adalah Chelisoches sp. Cocopet ini bersifat
nokturnal.
Namun,
hasil
pengamatan
menunjukkan Chelisoches sp. juga banyak
ditemukan pada pagi dan siang hari. Haas &
Gorb (2004) melaporkan C. morio merupakan
spesies yang sangat aktif dan bersifat diurnal,
sehingga cocopet dari genus ini dapat banyak
ditemukan pada pagi dan siang hari.
Chelisoches sp. umumnya berwarna hitam,
tarsus dan sayap berwarna kecoklatan
(Srivastava 1976). Selain di perkebunan,
Chelisoches sp. dapat ditemukan pada
dedaunan dan kulit kayu di hutan (Haas &
Gorb 2004). Penyebaran cocopet ini meliputi
wilayah Asia tropis dan Australia (Burr 1910).
Borror
et
al.
(1996)
melaporkan
Chelisochidae biasa disebut cocopet hitam
(black earwig) berasal dari daerah tropik.
Alouw (2007) melaporkan bahwa C. morio
berpotensi dikembangkan sebagai agens
pengendali hayati Brontispa longissima yang
menyerang tanaman kelapa. Cocopet ini
mampu memangsa larva, pupa, dan imago B.
longissima.
Spesies cocopet lain yang ditemukan
adalah Forficula. Cocopet spesies ini paling
banyak ditemukan pada sore hari. Cocopet ini
bersifat nokturnal, sehingga aktivitasnya
banyak terjadi di sore hari. Menurut Borror et
al. (1996) Forficulidae disebut juga cocopet
berekor duri atau cocopet Eropa. Salah satu
spesies dari famili ini adalah F. auricularia.
Buxton (1974) melaporkan F. auricularia
merupakan predator penting yang dapat
memangsa telur dan tahap aktif dari
Lepidoptera, Coleoptera, Diptera, dan
Homoptera. F. auricularia dilaporkan sebagai
serangga predator di areal perkebunan apel
(He et al. 2008), kiwi (Logan et al. 2007),
jeruk (Kallsen 2006), dan ceri (Stutza 2011).
F. auricularia dilaporkan memiliki efisiensi
yang tinggi sebagai pengendali hayati
Dasineura mali (Diptera) sebagai hama
tanaman apel di Selandia Baru (He et al.
2008). Selain sebagai predator, cocopet dari
famili Forficulidae juga dilaporkan berperan
sebagai serangga detritivor di lahan
persawahan (Rizali et al. 2002). Penyebaran
spesies ini meliputi Eropa, Afrika, dan Asia
(Burr 1910).
Anggota Dermaptera lain yang ditemukan
adalalah Labia sp. Cocopet ini bersifat
nokturnal. Dalam penelitian ini, Labia sp.
paling banyak ditemukan pada pagi hari.
Menurut Herlinda et al. (2004), Labia sp.
merupakan salah satu arthropoda predator
yang dapat ditemukan di areal persawahan.
Mourir (1986) juga melaporkan bahwa L.
minor ditemukan di kotoran. Burr (1910)
melaporkan Labia sp. bersifat kosmopolitan
yang ditemukan hampir di seluruh dunia.
6
Spesies ini banyak ditemukan di Asia Tropis.
Berdasarkan analisis, ketiga unsur cuaca
yang diukur tidak berpengaruh terhadap
cocopet pada bunga jantan kelapa sawit.
Diantara ketiga unsur cuaca yang diukur,
intensitas cahaya mempunyai korelasi paling
besar terhadap jumlah individu cocopet (r =
0,104, p = 0,384). Burr (1910) melaporkan
cocopet merupakan serangga yang tertarik
pada cahaya walaupun cocopet bersifat
nokturnal.
Aktivitas serangga dapat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan yang ditempatinya. Menurut
Krebs (1978) suhu mempengaruhi sebaran
geografis suatu spesies, laju pertumbuhan,
dan migrasi serangga. Serangga akan mati
pada suhu di atas 44 oC (Chapman 1982).
Suhu mempengaruhi kemampuan serangga
dalam menghasilkan keturunan dan kematian
(mortalitas) (Natawigena 1990). Kisaran suhu
optimal serangga bervariasi berdasarkan
spesiesnya (Nayar et al. 1981). Cocopet L.
minor dapat berkembang baik pada suhu 1825 oC (Mourir 1986) sedangkan E. annulata
(Anisolabididae) dapat berkembang dengan
baik pada suhu 27.9-30 oC (Nonci 2005).
Cocopet yang ditemukan pada bunga jantan
kelapa sawit di Cimulang umumnya pada
kisaran suhu 28-30 OC.
Kelembapan mempengaruhi preferensi
serangga terhadap tempat hidupnya. Serangga
membutuhkan kelembapan tertentu yang
sesuai bagi perkembangannya. Umumnya,
serangga membutuhkan kelembapan tinggi
bagi tubuhnya yang dapat diperoleh langsung
melalui udara dan tanaman yang mengandung
air (Krebs 1978). Cocopet E. annulata
(Anisolabididae) dapat berkembang dengan
baik pada kelembapan 76.7-92.3 % (Nonci
2005). Cocopet umumnya yang ditemukan
pada bunga jantan kelapa sawit di Cimulang
pada kisaran kelembapan 60-80%.
Berdasarkan hasil analisis, suhu dan
kelembapan memiliki korelasi yang rendah
terhadap rata-rata jumlah individu cocopet.
Cocopet sebagian besar bersifat nokturnal
sehingga aktivitasnya lebih banyak dilakukan
ketika intensitas cahaya rendah.
Selain suhu dan kelembapan, cahaya juga
berpengaruh terhadap aktivitas serangga.
Cahaya mempengaruhi aktivitas mencari
makan serangga. Intensitas cahaya dan ratarata jumlah individu cocopet berkorelasi
positif walaupun secara statistik tidak
signifikan.
Pada
lebah
dilaporkan
meningkatnya intensitas cahaya meningkatkan
jumlah individu lebah yang mencari makan
(foraging) (Klein et al. 2004).
SIMPULAN
Di bunga jantan kelapa sawit Kebun
Cimulang, Bogor diamati tiga spesies cocopet,
yaitu Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia
sp. Chelisoches sp. merupakan cocopet yang
dominan pada bunga jantan kelapa sawit.
Keragaman cocopet di kebun tersebut
tergolong rendah. Faktor lingkungan yang
diukur, suhu, kelembapan, dan intensitas
cahaya tidak berkorelasi terhadap jumlah
individu Dermaptera.
DAFTAR PUSTAKA
Alouw JC. 2007. Kemampuan memangsa
predator Chelisoches morio terhadap hama
kelapa Brontispa longissima. Buletin
Palma No. 3.
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996.
Pengenalan Pelajaran Serangga Ed. ke-6.
Yoyakarta: Gadjah Mada Univ Pr.
Brindle A. 1976.The Dermaptera of New
Caledonia. Pac Insects 17:61-86.
Burr M. 1910. The Fauna of British India:
Dermaptera. London: Fleet Street.
Buxton JH. 2004. The biology of European
earwig, Forficula auricularia L. with
reference to its predatory activities on the
damson-hop aphid, Phorodon humuli
(shrank) [tesis]. University of London.
Chapman RF. 1982. The Insect: Structure and
Function. 3rd ed. Cambridge: Harvard
Univ Pr.
Chinery M. 1993 Insects of Britain &
Northern Europe. London: Harper Collins.
Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A
Practical Approach. Oxford: Oxford Univ
Pr.
Eberhard WG, Gutierrez EE. 1991. Male
dimorphisms in beetles and earwigs and
the question of developmental constraints.
Evolution 45:18–28.
Elzinga RJ. 2004. Fundamentals of
Entomology 6th Edition. New Jersey:
Perason Education Inc.
Engel M, Haas F. 2007. Family-group names
for earwigs (Dermaptera). American
Museum Novitate.New York, 20 pp.
Haas F, Gorb S. 2004. Evolution of locomory
attachment pads in the Dermaptera
(insect). Arthropod Struc Dev 33:45-66.
Haas F, Matzke D. 2005. Schizoproreus
vulcanus, a new species of earwig
(Dermaptera:
Chelisochidae)
from
Sulawesi and a checklist of Sulawesian
Dermaptera. Entomol Zeitschrift 115:1-4.
Haas F, Kukalova-Peck J. 2001. Dermaptera
hindwing structure and folding: new
evidence for familial, ordinal, and
superordinal relationships with Neoptera
(insect). Eur J Entomol 98:445-509.
Herlinda S, Sosromarsono RS, Kartosuwondo
U, Siswadi, Hidayat P. 2004. Artropoda
predator penghuni ekosistem persawahan
di daerah Cianjur, Jawa Barat. J Entomol
Indonesia 1:9-15.
He XZ, Wang Q, Xu J. 2008. European earwig
as a potential biological control agent of
apple leaf-curling midge. New Zealand
Plant Protec 61:343-349.
Kallsen C. 2006. Earwigs flying under the
radar of many citrus pest control advisors.
Tropics in Subtropics News Letter 4:3-4.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in
Indonesia. Laan PA van der, penerjemah.
Jakarta:
Ichtiar
Baru-van
Hoeve.
Terjemahan dari: De Plagen van de
Cultuurgewassen in Indonesie.
Klein AM, Steffan-Dewenter I, Tscharnke T.
2004. Foraging trip duration and density of
megachilid bees, eumenid wasps and
pompilid wasps in tropicalagroforestry
systems. J An Ecol 73:517–525.
Krebs. 1978. Ecology: The Experimenral
Analysis of Distribution and Abudance. 3rd
ed. New York: Harper and Row.
Krebs. 1989. Ecological Methodology. New
York: Harper and Row.
Kusumawardhani G. 2011. Keragaman
serangga pengunjung bunga jantan kelapa
sawit (Elaeis guineesis Jacq.) [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Logan DP, Maher BJ, Connolly PG, Pettigrew
MJ. 2007. Effect of cardboard shelter traps
on predation of diaspidid scale insects by
european earwigs, Forficula auricularia,
in kiwifruit. New Zeal Plant Prot 60:241248.
Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and
Its Measurement. New Jersey: Princeton
Univ Pr.
Mourir, H., 1986. Notes on the life history of
Labia minor (L.) (Dermaptera), a potential
predator of housefly eggs and larvae
(Diptera, Musca domestica L.). Entomol
Medd 53:143–148.
Natawigena H. 1990. Pengendalian Hama
Terpadu (Integrated Pest Control).
Bandung: Armico.
Nayar et al. 1981. Peramalan Penyakit
Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbitan
Bersama.
Nonci N. 2005. Biology and intrinsic growth
rate of earwig (Euborellia annulata). Ind J
of Agricult Sci 6:1-6.
Nurindah dan Bindra OS. 1988.Studies on
biological control of cotton pests.
Industrial Crops Res J 1:59-63.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rizali A, Buchori D, Triwidodo H. 2002.
Keanekaragaman serangga pada lahan
persawahan-tepian hutan: indikator untuk
kesehatan lingkungan. Hayati 9:41-48.
Sakai. 1996. Notes on contemporary
classification of Dermaptera and recent
references on Dermaptera. Di dalam: S.
Sakai, editor. Taxonomy of Dermaptera.
Proceedings of 20th Congress of
Entomology; Firenze, Italy. hlm 1-10.
Srivastava GK. 1976. Studies on the
Dermaptera of the Philippines. Pac Insects
17:99-138.
Stutza S, Entlinga MH. 2011. Effects of the
landscape context on aphid-ant-predator
interactions on cherry trees. Bio Control
57:37-43.
Tjahjadi N. 1989. Hama dan Penyakit
Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Weems HV and Skelley PE. 1998. European
earwig, Forficula auricularia Linnaeus
(insecta:
Dermaptera:
Forficulidae)
[artikel]. Florida: Entomology and
Nematoda Departement, University of
Florida.
LAMPIRAN
9
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PTPN VIII AFD II Kebun Cimulang, Bogor
Keterangan:
= lokasi pengamatan cocopet
10
Lampiran 2 Istilah-istilah (glossary) bagian tubuh pada cocopet
Abdomen
: Bagian posterior dari tiga pembagian tubuh pada serangga.
Antena
: Sepasang embelan yang beruas yang terletak pada kepala, biasanya di antara
atau di bawah mata majemuk.
Cerci
: Sepasang organ sensoris pada bagian belakang abdomen.
Dorsal
: Bagian atas atau yang teratas; berkaitan dengan punggung atau sisi sebelah
atas.
Elytra
: Sepasang sayap bagian depan yang menebal.
Forcep
: Anggota tubuh yang terletak pada ujung abdomen yang dapat digerakkan dan
berbentuk seperti penjepit.
Pigidium
: Ruas terakhir bagian dorsal dari abdomen.
Pronotum
: Sklerit dorsal dari protoraks.
Tarsus
: Ruas tangkai dapat dibelakang tibia, terkadang terdiri dari satu atau lebih ruasruas.
Ventral
: Bagian bawah atau di bawah, menuju sisi bawah tubuh.
11
Download