Referat Fluor Albus

advertisement
Referat
Fluor Albus
Disusun oleh:
Ni Putu Dewi Sri W.
Aris Sudarwoko
09700265
09700
Pembimbing:
Dr. Moh. Ifnudin, Sp.KK
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga referat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari
SMF Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Dalam penyusunan referat yang berjudul “Fluor albus” ini kami
memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak. Adalah
tidak mungkin wujud tulisan ini tanpa peran dan bantuan mereka. Untuk itu
melalui kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua yang telah memberikan masukan, bantuan dan informasi
dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.
Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata, kami ingin
sekali agar referat ini berguna baik dalam bidang pendidikan maupun untuk
menambah pengetahuan masyarakat.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari
vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan
ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit
melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita
(Ramayanti, 2004).
Fluor albus dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari
sepertiga pasien yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80%
diantaranya adalah yang patologis (Aulia, 2001). Fluor albus yang patologis
diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih
proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia,
Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis (Koneman,
1992).
Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat, 1999).
Fluor albus juga dapat disebabkan oleh neoplasma/keganasan, benda asing,
menopause, dan erosi. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir,
saat menars, saat ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress,
penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin (Aulia, 2001).
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang
wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak
mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini
lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang rendah.
Fluor albus juga sering merupakan komplikasi yang dikeluhkan oleh
penderita DM dan pemakai kortikosteroid atau antibiotik dalam waktu lama.
Masalah fluor albus ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun hubungan dengan para suami. Rasa tidak nyaman,
ketidaktentraman bekerja, rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan kanker,
publikasi atau crita tetangga atau teman dari kantor tetantang akibat adanya fluor
3
albus ini menyebabkan sebagian kecil wanita meminta pertolongan pada seorang
dokter tetapi sebagian lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan
tradisional seperti dibasuh dengan air sirih dan minum ramuan jamu.
Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga
disebut multifaktorial. Faktor-faktor tersebut mengharuskan seorang dokter
meningkatkan ketajaman dalam pemeriksaan pasien, analisis penyebab serta
memberikan terapi atau tindakan yang sesuai. Fluor albus dapat dijumpai pada
wanita dengan diagnosa vulvitis, vagitis, servisitis, endometritis, dan adneksitis.
Mikroorganisme patologis dapat memasuki traktus genitalia wanita dengan
berbagai cara, misalnya seperti senggama, trauma atau perlukaan pada vagina dan
serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril, pada saat persalinan
dan abortus (Candran, 2002).
1.2
Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi,
patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan penyakit fluor
albus.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan dan prognosis penyakit fluor albus.
2.
Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3.
Memenuhi salah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
1.4
Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu
kepada beberapa literatur.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital
yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar
pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan
bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu
sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina
yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10
cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada
permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel
rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh
untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi.
Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau
berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak
mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina
meliputi
Corinebacterium,
Bacteroides,
Peptostreptococcus,
Gardnerella,
Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam
memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus Doderlin.
Fluor albus merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita
ginekologik. Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang
patologik. Fluor albus fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada
fluor albus patologik terdapat banyak leukosit.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini
cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan
sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks
dan kavum uteri dapat menyebabkan fluor albus patologik, pada adneksitis gejala
tersebut dapat pula timbul. Fluor albus juga ditemukan pada neoplasma jinak atau
5
ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran
alat-alat genital.
2.2
Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi
perempuan yang mengalami fluor albus bervariasi antara 1 -15 % dan hampir
seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu
gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan
indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi
kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis,
Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis
meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan
oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti
karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali
asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.
2.3
Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Janin saat menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Fluor albus
disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang
tuanya.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d) Ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
6
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri :
1. Gonococcus
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih
dikenal dengan nama gonorrhea ini berwarna kekuningan yang
sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang
mengandung Neisseria gonorrhea berbentuk pasangan dua-dua
seperti biji kopi pada sitoplasma sel. Gambaran tersebut dapat
terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini
diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram.
Bakteri ini mudah mati bila terkena sabun, alkohol, deterjen, dan
sinar matahari. Cara penularan penyakit ini adalah dengan
senggama.
2. Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal
dengan penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada
cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai
dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan
inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina. Pada
pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel
akibat infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah
dilacak.
3. Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak
spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme
normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk
bentukan khas dan disebut clue cell. Gardanerrella menghasilkan
7
asam
amino
yang
diubah
menjadi
senyawa
amin
yang
menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak
berwarna keabu-abuan.
4. Treponema Pallidum
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifillis. Pada
perkembangan penyakit dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di
vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk
spiral dan tampak bergerak aktif pada pemeriksaan mikroskopis
lapangan gelap.
b. Jamur
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu
seperti susu pecah, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan
akibat proses peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi
(blastospora) dan hifa semu. Beberapa keadaan yang dapat merupakan
tempat yang subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan,
diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga
biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena
ping-pong.
c. Parasit
Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat
bergerak berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau
dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini dengan senggama.
Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi,
seperti handuk atau bibir kloset. Cairan yang keluar dari vagina
biasanya banyak, berbuih menyerupai air sabun dan berbau. Fluor
albus oleh karena parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak
kemerahan dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih.
8
Pada pria sering tanpa gejala sehingga mereka tidak menyadari dan
menularkan pada istri atau pasangannya.
d. Virus
1. Virus Herpes
Virus herpes yang paling sering adalah virus herpes
simpleks tipe 2 yang juga merupakan penyakit yang ditularakan
melalui senggama. Pada awal infeksi tampak kelainan kulit seperti
melepuh seperti terkena air panas yang kemudian pecah dan
meimbulkan lka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.
2. Human Papilloma Virus
Human
Papilloma
Virus
meruapakn
penyebab
dari
kondiloma akuminata. Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya
kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu
membentuk jengger ayam berukuran besar. Cairan di vagina sering
berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui senggama
dengan gambaran klinis menjadi lebih burukbila disertai gangguan
system imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang
lama seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah
transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS.
2. Iritasi :
a. Sperma, pelicin, kondom
b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodorant dan sabun
d. Cairan antiseptic untuk mandi.
e. Pembersih vagina.
f. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
g. Kertas tisu toilet yang berwarna.
3. Tumor atau jaringan abnormal lain
9
Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat
gangguan
pertumbuhan
sel
normal
yang
berlebihan
sehingga
menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan O 2 pada
sel tumor atau kanker tersebut.
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang
banyak dan berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut
dan sering kali disertai adanya darah yang tidak segar.
4. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda
tertentu yang dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang
digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran
caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka
akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang
berada dalam vagina sehingga timbul FLUOR albus.
5. Radiasi
6. Fistula
7. Penyebab lain :
2.4
a.
Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
b.
Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”
Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi
normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina
yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang
10
dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,
glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus
menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena
aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein)
dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,84,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan
kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi
kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan
antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang
tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat,
pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena
kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina
dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang
dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau
sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan
juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena
pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga
bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan
seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu
pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat
menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus
acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan
Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya
11
dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,
yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga
merupakan penyebab timbulnya bau pada FLUOR albus pada vaginosis bacterial.
Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita
tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada
perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada
perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
2.5
Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering
kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan
memberikan beberapa gejala fluor albus:
-
Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
-
Sekret vagina yang bertambah banyak
-
Rasa panas saat kencing
-
Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
-
Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium
uretra eksternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat
bengkak, merah dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut
meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui
spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Gambar Klinis : Gonokukos
12
Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak merah
dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang
tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai Strawberry
appreance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat
paha atau sekitar genitalia eksterna. Sekret vagina biasanya sangat banyak,
berwarna kuning kehijauan, dan berbusa/berbuih.
Gambar Klinis : TRIKOMONIASIS/Vaginitis Trikomonal
Pada Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang
hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan
tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai
lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Gambar Klinis: Gardnerella Vaginalis
Vaginosis bacterial: Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
13
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual.
Gambar Klinis : Vaginosis bacterial
Pada Kandidiasis Vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan
vagina, gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak.
Pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih
yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina
menggumpal putih kental.
Gambaran Klinis: Kandidiasis Vaginalis
Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva,
labia mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat
dilihat adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.
14
Gambar Klinis : Herpes Genitalis
Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang
berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang
abnormal.
Gambaran Klinis: Infeksi Klamidia
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,
berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu
tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk.
15
Gambaran Klinis: Kanker Cervix
2.6
Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis
dan pemeriksaan penunjang.
-
Anamnesis
Dalam anmnesis yang harus diperhatikan adalah:
a. Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita
atau wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar
estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita
dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit
hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang
usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan
terutama kanker serviks.
b. Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan
sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya
infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi
pada serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual
Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea,
Kondiloma Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu
16
ditanyakan kontak seksual terakhir dan dengan siapa melakukan.
d. Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama teman-temannya
kemungknan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor
albus cukup besar. Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat
mandi atau handuk.
e. Sifat fluor albus
Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah
berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara
detail karena dengan mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan
kemungkinan etiologinya.
f. Hamil atau menstruasi
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi,
karena pada keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.
g. Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau
pengaruh rangsangan fisik
h. Penyakit yang diderita
i. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.
-
Pemeriksaan Fisis dan Genital
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang
mungkin berkaitan dengan fluor albus.
Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan
genetalia yaitu meliputi:

Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna

Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks

Pemeriksaan pelvis bimanual
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender
vagina.
17
Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya.
-
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
-
Pada pH vagina 6.8-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus
-
Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis
-
Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican
-
Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi
tidak cukup spesifik.
b. Penilaian sedian basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH 10%
dan garam fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat diperiksa dengan
melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass
dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass
ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop.
-
Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai
parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang
cepat.
-
Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi
(blastospora) atau hifa semu.
-
Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis
pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang
tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar
permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yan
merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
c.
Perwarnaan Gram
-
Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra
dan ekstra seluler.
18
-
Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran
kecil gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak
sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
d.
Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam
penafsiran.
e.
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis
dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
f.
Tes Pap Smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada
serviks, infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal,
dan evaluasi hasil terapi.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada
tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
(1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
(2) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
2.7
5.
Penatalaksanaan
Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat
pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan
secara dini.
1) Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS
dapat dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif
mencegah terjadinya penularan PHS termasuk AIDS.
19
2) Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada
hubungan yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada
jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap microorganism penyebab
penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis
yang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga
terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian obat
yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada
pasien menaupose dengan gejala yang berat.
3) Pemeriksaan secara dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap
smear secara berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati
adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker yang terjadi berangsurangsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahim memberikan gejala
keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung
darah atau hitam serta berbau busuk.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim
sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:
1.
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2.
Setia kepada pasangan.
3.
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana
terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
5.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan
konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
20
vagina.
6.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi
pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7.
Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan
seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak
duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan
kloset sebelum menggunakannya.
6. Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan
untuk menghilangkan kecemasannya.
Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
a. Bakteri
1. Gonorhoea
-
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
-
Amoksisiklin 3 gr im
-
Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : - Doksisiklin 2 x
100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral
selama 7 hari
-
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
-
Tiamfenikol 3,5 gram oral
-
Kanamisin 2 gram im
-
Ofloksasin 400 mg/oral
-
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

Seftriaxon 250 mg im atau

Spektinomisin 2 mg im atau

Ciprofloksasin 500 mg oral Ditambah Tetrasiklin 4 x 500
mg oral selama 7 hari

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
2. Gardnerella vaginalis
-
Metronidazole 2 x 500 mg
21
-
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
-
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
-
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
3. Klamidia trakomatis
-
Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari
-
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
-
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
-
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama
14hari
-
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
-
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari
selama 10 hari
4. Treponema Pallidum
Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau
doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.
b. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Topikal
-
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
-
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
-
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
-
Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari. Untuk
mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan
seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.
Sistemik
-
Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.
-
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
-
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
22
-
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
-
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
-
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
c. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazole 3x250mg
peroral selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam
terapi harus diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya,
pemakaian kondom dan pengobatan pasangannya.
Selain itu juga dapat digunakan sediaan Klotrimazole 1x100mg
intravaginal selam 7 hari.
d. Virus
1.
Virus herpes simpleks tipe 2
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
-
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
-
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
-
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya
infeksi sekunder
2. Human Papiloma Virus
Pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional untuk
infeksi virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.
3. Kondiloma Akuminata
Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu
pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topical podofilin 25%
atau podofilotoksin 0.5% ditempat dimana kutil berada. Bila
kondiloma berukuran besar dilakukan kauterisasi.
e. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan
psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik,
kortikosteroid dan estrogen.
23
2.8
Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan
respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan
berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih
efektif.
BAB III
KESIMPULAN
1. Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari
vagina selain darah haid.
2. Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat
genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah.
3. Fluor albus: fisiologik (normal) dan patologik (tidak normal).
4. Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian
bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh
infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human
papiloma virus, dan herpes genitalis.
5. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat
ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan
24
kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin.
6. Penyebab paling penting dari fluor albus patologik adalah infeksi.
7. Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis
dan pemeriksaan penunjang.
8. Prefentif: Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai
alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan
pemeriksaan secara dini.
9. Kuratif : Pada Fluor albus fisiologis tidak ada pengobatan khusus,
penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.
Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North
Am,1995;79;1271-98
Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis
pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis
Colonitation of the Gravid cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6.
Aulia A. Keputihan Suatu Keluhan Pasien dalam Praktek Sehari-hari. 2001.
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta.
25
Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4).
Donders GG. Pathogenesis of Abnormal Vagina Bacterial Flora. Am J Obsted
Gynecol 1999;4;872-4
Herman, MJ. Virus pada Penyakit Hubungan Sexual. Maj Kedok Indon
1999;49;457-67
Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita.
1999. Jakarta
Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and
Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford
University Press : Oxford
Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80-8
Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas
Kedokteran UNHAS RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta
Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor albus Patologis yang disebabkan oleh
Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik. 2004. Tesis/FK
UNDIP;Semarang.
Schwabe, RJ. Asymptomatic bacterial Vaginosis. 2000;6;1643-47
Sianturi, MHR. Keputihan Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut. Bagian
26
Obstetri Ginekologi FKUI, 1996; Jakarta
Wiggins, R. Test to identify sialides activity in Vaginal Swab from Women with
Bacterial Vaginosis. 2000;38(8);3069-87
Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa
penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi
kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo :
Jakarta
Worlath H. Analysis of Bacterial Vaginosis Related Amines in Vaginal Fluid by
Gas Chromatography and Mass Spectrometry. J Clin Microbiol
2000,;39;402-6.
www.google.com. Search : Vaginal discharge, candida albicans. Available at feb 7,
2008.
www.medikaholistik.com. Search : Vaginitis. Available at feb 7, 2008. Penelitian
Parasit dan Bakteri pada Akseptor KB dan Ibu Hamil yang Menderita fluor
Albus
27
Download