personal hygiene dengan kejadian fluor albus pada santriwati di

advertisement
PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA
SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN
DARUT TAQWA DESA NGEMBEH
KECAMATAN DLANGGU
MOJOKERTO
Mei Rina Suhartami
11002207
Subject:Personal Hygiene, Flour Albus, Remaja
Description
Fluor albus biasanya disebabkan oleh jamur atauvirus,bakteri dan tentu
saja masalah ini amat mengganggu penderita.Karena wanita akan mengeluarkan
aroma yang tidak sedap dari organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering
mengganggu. Tujuan penelitian ini menganalisa hubungan personal hygiene
dengan kejadian fluor albus pada Santriwati.
Jenis penelitian ini analitik dengan rancang bangun cross sectional.
Variabel penelitian ini yaitu personal hygiene sebagai variabel independen dan
fluor albus sebagai variabel dependen.Populasi penelitian ini yaitu semua
santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto
sebanyak 50 responden.Sampel diambil dengan teknik simple random sampling
sampling sebanyak 45 responden.Data dikumpulkan dengan lembar observasi,
kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulating dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 responden yang melakukan
personal hygiene secara negative terdapat 8 responden yang mengalami fluor
albus fisiologis sebanyak 8 responden dan yang mengalami fluor albus patologis
sebanyak 20 responden
Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1
diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di
Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto.
Personal hygiene yang kurang baik seperticara cebok yang salah dapat
mengakibatkan terjadinya banyak hal, mulai dari infeksi saluran kemih, infeksi
organ kewanitaan yang menimbulkan keluhan keputihan. Hendaknya responden
tetap mempertahankan pengetahuan baik yang mereka miliki tentang keputihan
dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat menjaga
kebersihan alat genetalia eksterna sesuai dengan informasi yang sudah diterima.
ABSTRACT
Flour albus is ussualy caused by a fungus or virus, bacteria and make sure
the most problem to the sufferers. Because the women will emit the bad smell and
itchy disturbed from their vagina.The purpose of this study is to analyze the
relationship of personal hygiene with occurence flour albus in the female students.
Design of this study is analytic with cross sectional the variables of this
study are personal hygiene as the independent variable and flour albus as the
dependent variable. The population of this study is all female students in the
islamic bording scholls Darrut Taqwa at Dlanggu Ngembeh Mojokerto amount 50
respondens, the sampling is 45 respondens taken with simple random. The data
are collected with observasion sheets and processed by coding, editing, scoring,
and tabulating and presented in the form of a frequency distribution table.
The results showed that from 28 respondents who do personal hygiene
negative and 8 respondents who experience flour albus and 8 respondents
physiological experience it pathologically 20 respondents.
The results of chi square showed that ρ = 0, 023 and α = 0,05 so that H1 is
accepted and it means that personal hygiene has relationship occurrence with fluor
albus is islamic boarding schools Darrut Taqwa at Ngembeh, Dlanggu Mojokerto.
The less good personal hygience such as the wrong wipe can cause many
problems happened from infection of urinary tract infections of the female organs
that cause complaints of vaginal discharge. The respondents should keep their
knowledge about vaginal discharge and applay it for keeping cleanlines of externa
genetalia suitable with their information.
Keywords :Personal Hygiene, Flour Albus, Adolescense
Contributor
Date
Identifier
Right
Summary
: 1. Sulisdiana, M.Kes
2. Agustin Dwi S, SST
: 13 Juni 2014
:
:
:
SUMMARY
LATAR BELAKANG
Tinggal didaerah tropis seperti di Indonesia membuat keadaan tubuh
menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya bakteri mudah berkembang dan
menyebabkan bau tidak sedap terutama pada bagian lipatan tubuh yang tertutup
seperti ketiak dan lipatan organ genetalia pada wanita. Untuk menjaga agar tubuh
tetap dalam keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan perseorangan atau
personal hygiene. Salah satu dampak personal hygiene yang tidak dilakukan
dengan baik yaitu terjadinya fluor albus. Fluor albus yaitu masalah yang
berhubungan dengan organ seksual wanita. Fluor albus biasanya disebabkan oleh
jamur atau virus, bakteri dan tentu saja masalah ini amat mengganggu
penderita. Karena biasanya wanita akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap
dari organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering mengganggu (Sarwono,
2005). Fluor albus apabila tidak segera di obati dapat berakibat lebih parah dan
bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Sehingga alasan peneliti
memilih faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian fluor albus di atas karena
faktor-faktor tersebut yang paling rentan terjadinya fluor albus (Wahyurini, 2005).
Proporsi perempuan yang mengalami fluor albus sekitar 50% populasi
perempuan dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian tentang
kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia menderita fluor
albus paling tidak sekali seumur hidup dan 45% wanita diantaranya bisa
mengalami sebanyak dua kali. Jawa Timur sekitar 65% wanita juga mengalami
keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau kuman
(trikomonas vaginalis) (Sianturi, 2005 dalam triyani, 2013). Menurut
Ayuningtyas (2011) pada remaja putri di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian
fluor albus sangat tinggi 96,9% responden mengalami fluor albus candida
albicans, parasit trichomonas vaginalis, serta kuman. Dari 50 sampel didapatkan
hasil remaja dengan pengetahuan baik 74%, sikap baik sebanyak 54%, perilaku
buruk sebanyak 58% dan kejadian fluor albus mencapai 70%, Hasil uji statistik
membuktikan ada hubungan antara perilaku dan sikap dengan kejadian fluor
albus.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada Santriwati di Pondok
Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto terhadap 5 santriwati
diperoleh data 3 responden (60%) kurang memperhatikan kebersihan diri daerah
kemaluan dan mereka mengalami keputihan yang berbau, dan gatal, sedangkan 2
responden (40%) sudah memperhatikan kebersihan di daerah kemaluan dan
mereka jarang mengalami keputihan.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang bernuansakan
islam. Dimana model pendidikan Pada dasarnya pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam, dimana pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan
agama Islam diharapkan dapat diperoleh di pesantren. Pesantren tetap sebagai
lembaga pendidikan Islam dengan ciri-ciri khas, meskipun ia banyak terlibat
dalam berbagai masalah kemasyarakatan seperti perekonomian, kesehatan,
lingkungan dan pembangunan. Ciri khas kehidupan di pesantren biasanya para
santriwati berpakaian yang serba tertutup, dan jarang berganti pakaian selama satu
hari dan kamar mandi menjadi satu sehingga pernularan penyakit akan mudah
terjangkit, salah satu dampak yang terjadi adalah fluor albus (Revina, 2014).
Penyebab fluor albus berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ
reproduksi. Salah satunya personal hygiene kurang tepat seperti misalnya cara
cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri
dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan,
penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam.
Sebagian remaja menganggap perilaku personal hygine seperti cara cebok
merupakan hal sepeleh, padahal perilaku personal hygine sangat penting dan
dilaksanakan dengan benar agar dapat terhindar dari berbagai penyakit yang
disebabkan karena personal hygine yang tidak benar.
Fluor albus ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fluor albus
fisiologis dan fluor albus patologis. Fluor albus dikatakan fisiologis apabila
vagina mengeluarkan sedikit cairan yang jernih seperti susu atau sedikit
kekuningan, encer, tidak berbau, umumnya muncul saat ovulasi, menjelang haid,
saat mendapat rangsangan seks atau saat hamil. Fluor albus dikatakan
patologis apabila cairan yang dikeluarkan oleh vagina lebih kental, biasanya
meninggalkan noda flek pada pakaian dalam dan berbau busuk serta gatal.
Fluor albus yang bersifat patologis dapat disebabkan oleh jamur (Nadesul,
2007 dalam Zuhriyah, 2011). Keputihan terjadi disebabkan karena adanya invasi
jamur cairannya sangat kental, sangat berbau tidak sedap dan menimbulkan rasa
gatal pada sekitar daerah vagina. Hal ini dapat menyebabkan vagina mengalami
radang dan kemerahan. Biasanya hal ini juga dipicu oleh adanya penyakit kencing
manis, penggunaan pil KB, serta tubuh yang memiliki daya tahan rendah.
Penyebab kedua adalah Parasit Trichomonas Vaginalis. Terjadi dan ditularkan
melalui hubungan seks, bibir kloset atau oleh perlengkapan mandi. Memiliki ciri,
cairan yang keluar sangat kental, memiliki warna kuning atau hijau, berbuih dan
berbau anyir. Keputihan akibat parasit tidak menimbulkan gatal, tapi jika ditekan
vagina akan terasa sakit. Penyebab ketiga yaitu Bakteri Gardnella. Keputihan
akibat infeksi bakteri ini memiliki ciri berwarna keabuan, sedikit encer, memiliki
bau ami dan berbuih. Keputihan jenis ini dapat menimbulkan rasa gatal yang
sangat menggangu. Penyebab ke empat Virus. Keputihan jenis ini timbul akibat
penyakit kelamin, seerti HIV/AIDS, herpes dan condyloma. Timbulnya kutil-kutil
yang banyak dan diikuti oleh cairan berbau menandakan adanya virus condyloma
(Revina, 2014).
Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah memberikan
penyuluhan kepada perempuan tentang bagaimana cara menjaga kebersihan alat
kewanitaan (vulva hygiene), misalnya cara cebok yang benar dari depan ke
belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat
menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam
yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam, yang dilakukan seperti yang
telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan personal hygiene
dengan kejadian fluor albus.
METODEPENELITIAN
Penelitian ini
menggunakanjenis analitik
korelasional
dengan
menggunakanPendekatan yang digunakan adalah crosssectional. Variabel dalam
penelitian ini yaitu personal hygiene sebagai variabel independen dan kejadian
fluor albus sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah semua
santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto
sebanyak 50 responden.Sampel diambil menggunakan simple random sampling
sebanyak 45 responden.
Lokasi Penelitian Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu
Mojokerto dan dilakukan pada tanggal 13 – 24 Mei 2014. Teknik pengumpulan
data : Dalam penelitian ini data dikumpulkan dalam bentuk data primer yang
diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden
Hasil analisis berupa gambaran mengenai personal hygiene dan kejadian
fluor albus.Yang diagambarkan dalam bentukt abel distribusi frekuensi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden berdasarkan personal hygiene diperoleh data
sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara negatif sebanyak 28
responden (62,2%). Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian fluor albus.
Berdasarkan Kejadian fluoralbus diperoleh data sebagian besar responden
mengalami fluor albus secara patologis sebanyak 23 responden (51,1%). Tabulasi
silang antara Personal hygiene dengan kejadian fluor albus. Berdasarkanpersonal
hygienediperoleh data bahwa sebagian besar responden yang melakukan personal
hygiene yang negatif mengalami fluor albus yang patologis dibandingkan dari
responden yang melakukan personal hygiene positif sebagian besar mengalami
fluor albus yang fisiologis.
Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1
diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di
Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 45 responden di Pondok
pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto diperoleh
data sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara negatif
sebanyak 28 responden (62,2%)
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Personal Hygiene (kebersihan
perorangan) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.Cara mencegah terjadinya fluor
albus yaitucara cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari
perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan,
maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak
harus ganti celana dalam(Wartonah, 2007).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden kurang
mampu melakukan cara cebok dengan baik dan tepat, hal ini dikarenakan
responden kurang memahami tentang cara melakukan cebok yang baik dan tepat.
Cara cebok yang dilakukan oleh responden pada penelitian ini dengan cara cebok
dari luar ke dalam dan jarang menggunakan sabun antiseptik, selain itu responden
jarang mengganti pembalut, responden hanya mengganti pembalut satu kali dalam
sehari ketika menstruasi karena responden merasa malas untuk mengganti
pembalut.
Berdasarkan usia responden diperoleh data bahwa sebagian besar responden
berusia 16 tahun sebanyak 30 responden (66,7%).
Mubarak (2007) menyatakan bahwa bertambahnya umur seseorang akan
terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada
fisik secara garis besa ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran,
kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya
ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.Pada aspek psikologis
atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.Usia remaja
tengah menurut sarwono (2010) yaitu usia 15-17 tahun dan perkembangan
psikologis pada remaja tengah) yaitu pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada
kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai temanteman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan
karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau
sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
Responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden
tergolong pada usia remaja tengah (15-17 tahun) sehingga pola pikir yang mereka
miliki masih belum matang karena pada usia responden merasa belum siap dan
belum mampu mengambil perilaku yang sesuai dan mengatasi problem-problem
yang tersangkut di dalamnya seperti masalah keputihan., selain itu pada usia ini
remaja masih mempunyai emosi yang labil sehingga mereka masih kurang
mampu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu pada remaja
tengah, remaja masih mempunyai egosentris, pesimistis, idealis sehingga mereka
masih memperhatikan penampilan yang terkadang membuat mereka lupa untuk
merawat dan menjaga kesehatan mereka sendiri, terutama memperhatikan
masalah keputihan, dimana mereka jarang melakukan dan menjaga kebersihan diri
mereka.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh data bahwa sebagian besar responden
mengalami fluor albus secara fisiologis sebanyak 22 responden (48,9%)
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Wijayanti (2009)
menyatakan di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora
Doderleins.Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan ekosistem
vagina.Namun keseimbangan flora ini dapat terganggu, sehingga cairan yang
keluar berlebihan.Fluor albus fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah
menstruasi,mendapatkan rangsangan seksual,mengalami stres berat, sedang
hamil,atau mengalami kelelahan.Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau
kekuning-kuningan dan tidakberbau.Fluor albus patologis mempunyai ciri-ciri :
jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning,
hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas,
nyeri) serta berbau.
Responden pada penelitian ini mengalami fluor albus yangpositif karena
responden sudah berusaha untuk menjaga kebersihan daerah kemaluan seperti
mereka melakukan cara cebok yang baik yaitu dari dalam keluar, dan juga
responden sering mengganti celana dalam, dan juga sering membersihkan daerah
kemaluan dengan rutin. Dan juga responden tetap berusaha untuk melakukan
tindakan pencegahan terjadinya keputihan secara rutin.
Kejadian fluor albus patologis terjadi karena kurangnya responden dalam
melakukan personal hygiene pada daerah genetalia sehingga kuman atau bakteri
mudah untuk masuk dan menyebabkan terjadinya keputihan yang patologis. Hasil
penelitian ini ditunjukkan dengan pernyataan responden bahwa mereka merasa
gatal dengan cairan yang keluar dari daerah kemaluan serta cairan berwarna keruh
dan berbau amis, sehingga responden harus sering mengganti celana karena
merasa tidak nyaman dengan keluarnya cairan tersebut.
Hasil penelitian ini ditunjang juga dengan jawaban responden pada
pertanyaan tentang fluor albus dimana pada pertanyaan nomer 1 terdapat 19
responden yang menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengahnya
responden mengalami fluor albus fisiologis karena cairan yang keluar adalah
cairan yang berwarna kuning dan bening. Sedankan pada jawaban pertanyaan
nomer 2 sebagian besar menjawab ya sebanyak 2 responden dimana pertanyaan
ini mengindikasikan kalau responden banyak yang menjawab ya berarti responden
mengalami fluor albus patologis karena tanda fluor albus patologis mengeluarkan
cairan yang kuning kehijauan. Sedangkan pada jwaban pertanyaan nomer 3
terdapat 19 responden yang menjawab ya, pada pertanyaan nomer 3 juga
merupakan pertanyaan untuk fluor albus patologis¸karenacairan yang dikeluarkan
sedikit dan sedikit, sedangkan untuk pertanyaan nomer 4, 6 dan 7 sebagian besar
responden menjawab ya sebanyak 26 responden dimana pada pertanyaan nomer 4,
6 dan 7 mengindikasikan jika responden menjawab ya pada ketiga pertanyaan
tersebut berarti responden mengalami fluro albus patologis, karena tanda dan
gejala fluor albus patologis yaitu adanya rasa gatal, cairan yang dikeluarkan
berwarna keruh, dan baunya amis. Sedangkan pada pertanyaa nomer 5 dan 8
terdapat 19 responden menjawab ya.Pertanyaan nomer 5 dan 8 menngindikasikan
fluor alus yang fisiologis sehingga jika mereka memilh jawaban ya pada
pertanyaan ini berarti responden mengalami fluor albus yang fisiologi.
Jawaban responden pada penelitian in menunjukkan bahwa sebagian besar
dari responden mengalami fluor albus yang patologis karena tanda dan gejala
fluor albus sering dialami oleh responden pada penelitian ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa sebagian besar
responden yang melakukan personal hygiene yang negatif mengalami fluor albus
fisiologis sebanyak 8 responden dan fluor albus yang patologis sebanyak 20
responden, dan hampir setengahnya responden yang melakukan personal hygiene
positif terdapat 16 responden yang mengalami fluor albus fisiologis dan 1
responden fluor albus yang patologis
Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1
diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadianfluor albus di
Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto.
Menurut Wijayanti (2009) biasanya keputihan yang normal tidak disertai
rasa gatal, keputihan juga dapat dialami oleh wanita yanglemah atau daya tahan
tubuhnya rendah.Sebagian besar cairan berasal dari leher rahim, walaupun ada
yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar.Remaja putri
biasanya mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas dan biasanya gejala
ini akan hilang dengan sendirinya.
Penyebab fluor albus berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ
reproduksi. Misalnya, personal hygiene kurang tepat seperti perilaku cara cebok
yang salah, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti
celana dalam, sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi. Secara alamiah
bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan
mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran
kemih wanita (vagina).Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah
cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal
atau nyeri.Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan
bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan (Wahyurini, 2005).Personal
hygiene yang kurang baik misalnya cara cebok yang salah dapat mengakibatkan
terjadinya banyak hal, mulai dari infeksi saluran kemih, infeksi organ kewanitaan
yang menimbulkan keluhan keputihan, bahkan dapat menjadi salah satu faktor
resiko terjadinya kanker serviks.
Hasil penelitian ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ayuningtyas (2011) pada remaja putri di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian
fluor
albus
sangat
tinggi
96,9%
responden
mengalami
fluor
albuscandidaalbicans, parasittrichomonas vaginalis,sertakuman. Dari 50 sampel
didapatkan hasil remaja dengan pengetahuan baik 74%, sikap baik sebanyak 54%,
perilaku buruk sebanyak 58% dan kejadian fluor albus mencapai 70%, Hasil uji
statistik membuktikan ada hubungan antara perilaku personal hygiene dan
sikap dengan kejadian fluor albus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak remaja putri yang
tidak melakukan personal hygiene yang baik dan benar sehingga sebagian besar
dari mereka banyak yang mengalami keputihan patologis pada penelitian ini. Hal
ini menunjukkan bahwa personal hygiene yang baik dan benar seperti
membersihkan area genital dari depan ke belakang untuk menghindari
perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan,
maupun mengeringkan. Sebisa mungkin juga bersihkan dari arah dalam ke luar,
dan bukan sebaliknya, untuk menghindari perpindahan bakteri dari bagian luar
organ intim ke dalam.Tetapi banyak responden yang masih belum melakukan
personal hygiene seperti tersebut diatas sehingga mereka mudah atau rentan
mengalami gangguan pada daerah genetalia terutama masalah fluor albus.
KESIMPULAN
1. Personal hygiene yang dilakukan oleh santri di Pondok Pesantren Darut
Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto sebagian besar
responden melakukan personal hygiene secara positif sebanyak 28
responden (62,2%)
2. Kejadian fluor albus yang terjadi pada santri putri di santri di Pondok
Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto
sebagian besar responden mengalami fluor albus secara fisiologis
sebanyak 22 responden (48,9%)
3. Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1
diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor
albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan
Dlanggu Mojokerto
REKOMENDASI
1. Bagi Responden
Responden tetap mempertahankan pengetahuan baik yang mereka
miliki tentang keputihan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki untuk dapat menjaga kebersihan alat genetalia eksterna sesuai
dengan informasi yang sudah diterima.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Institusi pelayanan kesehatan lebih intensif dan aplikatif lagi dalam
memberikan pendidikan kesehatan tentang keputihan sehingga masyarakat
atau remaja lebih mengerti dan memahami tentang pentingnya melakukan
personal hygiene untuk mencegah terjadinya keputihan patologis
3. Bagi Tempat Penelitian
Santriwati di pesantren lebih meningkatkan informasi tentang fluor
albus misalnya melalui membaca artikel majalah, koran atau melihat
televisi. sehingga dapat meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki
tentang fluor albus dan bagi yang sudah mempunyai pengetahuan baik
tentang fluor albus akan tetap dapat dipertahankan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat melakukan pengembangan penelitian
selanjutnya tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku pesonla
hygiene yang negative dan penyebab terjadinya fluor albus, selain itu
dapat menggunak metode penelitian yang berbeda dan sampel yang lebih
banyak sehingga hasil penelitian lebih baik lagi.
Email : [email protected]
No. Hp : 085646430344
Alamat : Dsn. Sukci Ds. Bulusari RT 03 RW 03 Kec. Gempol Kab. Pasuruan
Download