upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran ipa melalui

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATA PELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
PADA POKOK BAHASAN CAHAYA PADA SISWA
KELAS V MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
NUR AFIFAH APRILLIA
NIM : 12508 012
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama
: Nur Afifah Aprillia
NIM
: 12508012
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul
: “Upaya
Pelajaran
Meningkatkan
IPA
Melalui
Prestasi
Belajar
Pendekatan
Mata
Contextual
Teaching and Learning (CTL) Pada Pokok Bahasan
Cahaya Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011”.
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 28 Februari 2011
Pembimbing
Peni Susapti
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Nur Afifah Aprillia
NIM
: 125 08 012
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 28 Februari 2011
Yang Menyatakan
Nur Afifah Aprillia
MOTTO
َ "#$ِ %َ& ِ َ ْ ِّ ِ ِّ ِ ِ
ُ ِ ِ
ِ
ِ ِ
ْ ََِ* )
$ ُِ "ِ'(ِ
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata
hanya untuk Allah, Tuhan serta sekalian alam. Tidak ada sekutu
bagi-Nya dan dengan itu akan dipeintahkan untuk tidak
menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin.
PERSEMBAHAN
1. Ibuku Nasiroh dan Bapakku Abdul Mu’id yang selalu mencurahkan
kasih sayang dan do’anya kepada penulis
2. Bapak Mustamid beserta keluarga besarnya
3. Kakak-kakakku M. Taufik, Huda, Ulin nuha, Agus, Slamet,
beserta keluarga dan Chalimah yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis
4. Calon pendamping hidupku
5. Teman-temanku di Safira Dek lala, Dek Faiq, Mbak Ana, Mbak
Narsi, Mbak Andri, Frince, Dek Abil, Dek Aish, Dek Anggi,
Nurul, Yeni, Ika, Umi dan Sani. Sahabat-sahabatku Dwi dan
Riyadi.
6. Teman-temanku PGMI Transfer yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi.
ABSTRAK
Aprillia, Nur Afifah, 2011. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata
Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran
2010/2011.Skripsi Jurusan Tarbiyah, Progdi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Peni Susapti M. Si
Kata Kunci : Prestasi Belajar IPA dan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning
Penelitian ini merupakan Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V Mi Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun
Ajaran 2010/2011. Penelitian ini digunakan untuk menjawab
permasalahn, yaitu apakah penggunaaan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan Cahaya, pada siswa kelas V MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas. Adapun langkah-langkah dalam penelitian
tindakan kelas ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi yang dilakukan dalam tiga siklus.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: pembelajaran IPA pokok
bahasan Cahaya melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dapat meningkatkan: pertama aktifitas belajar siswa dalam belajar
mengajar (KBM), pada siklus I, Siklus II, dan siklus III. Kedua prestasi siswa,
pada siklus I 62.5%, siklus II 71.25%, dan siklus III 90% .
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrohim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang
telah memberikan petunjuk kepada manusia menuju kebaikan. Shalawat
serta salam semoga terlimpah kepada Uswah Khasanah Rasulullah SAW.
Berkat Inayah Allah jualah penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini yang sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan
syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah. Semoga penulis dan pembaca
umumnya bisa mengambil manfaat dari tulisan ini. Penulis menulis skripsi
dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pada Pokok Bahasan Cahaya Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011”.
Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada
yang terhormat :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
3. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
4. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikirannya dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaannya
dalam
memberikan
bimbingan,
pengarahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sejak awal hingga
skripsi ini selesai.
1. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah
memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut
ilmu di bangku kuliah.
2. Ibu Siti Rohmini, S.Ag, M.Pd selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Mangunsari serta para karyawan yang telah membantu
memberikan
informasi atau data penelitian tentang Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Mangunsari, juga kepada para siswa yang telah banyak membantu.
3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah rela berkorban baik
matmaupun spiritual.
4. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya PGMI 2008 yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Besar harapan penulis, semoga amal baik tersebut diterima Allah
SWT dan mendapat pahala yang sepantasnya. Tak lupa penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan skripsi ini, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki penulis. juga menyadari bahwa skripsi ini
masih banyak kekurangan bahkan jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Salatiga, 28 Pebruari 2011
Penulis
Nur Afifah Aprillia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................
iv
MOTTO...............................................................................................
v
PERSEMBAHAN................................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .........................................................................
viii
DAFTAR ISI ......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xii
DAFTAR TABEL...............................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
3
C. Tujuan Penelitian...................................................................
4
D. Hipotesis ...............................................................................
4
E. Manfaat Penelitian................................................................
4
F. Definisi Operasional ..............................................................
5
G. Metodologi Penelitian............................................................
6
H. Sistematika Penulisan ............................................................
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................
15
A. Prestasi Belajar ......................................................................
15
B. Mata Pelajaran IPA................................................................
28
C. CTL.......................................................................................
31
D. CAHAYA..............................................................................
47
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................
52
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................
52
1. Sejarah singkat Lokasi .....................................................
52
2. Visi dan Misi ...................................................................
53
3. Subyek Penelitian ............................................................
54
4. Pelaksanaan Penelitian.....................................................
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
65
A. Hasil Penelitian......................................................................
65
B. Pembahasan...........................................................................
82
C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ............................
86
BAB V PENUTUP ..................................................................................
88
A. Kesimpulan ...........................................................................
88
B. Saran .....................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
91
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: SK (Surat Kelulusan) Stain Salatiga
Lampiran 2
: RPP I, II, dan III
Lampiran 3
: Hasil test siswa Siklus I (Pretest dan postest)
Lampiran 4
: Hasil test siswa Siklus II (Pretest dan postest)
Lampiran 5
: Hasil test siswa Siklus III (Pretest dan postest)
Lampiran 6
: Dokumen foto-foto siswa MI
Lampiran 7
: Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan masih memiliki peranan penting baik formal maupun
informal. Adanya pendidikan yang maju dan berkembang, maka Sumber Daya
Manusia akan lebih terarah dengan baik. Hal ini dapat di lihat dari hasil
belajar yang telah dicapai oleh siswa di Madrasah Ibtidaiyah.
Ditinjau dari segi perkembangannya, seorang guru harus
menciptakan suasana kelas yang hidup, memiliki keterampilan, serta keahlian
untuk memilih penggunaan strategi pembelajaran. Dalam hal ini penggunaan
strategi yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik IPA, yaitu inkuiri
(mencari tahu) dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang hal-hal yang dipelajari
dalam IPA yaitu alam sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu dasar yang saat ini mulai
berkembang pesat, baik materi, fungsi dan kegunaannya. Salah satu tujuan
pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Madrasah Ibtidaiyah adalah untuk
mengetahui keanekaragaman makhluk hidup dan alam semesta. Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai induk dari cabang ilmu yang harus dilaksanakan
dengan baik, karena Ilmu Pengetahuan Alam masih dianggap pelajaran yang
sulit, sehingga sebagian siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
1
2
Berdasarkan pengamatan, selama ini MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
sebagian besar siswanya
kurang
menyukai terhadap pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kreativitas
pengajar, sehingga siswa kurang aktif pada saat proses belajar mengajar di
kelas.
Keberhasilan belajar siswa di kelas dapat dilihat dari bagaimana cara
guru mengajar yang bervariatif sehingga pembelajaran tidak monoton. Salah
satu pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru adalah menyampaikan
materi dengan baik, dan mampu untuk menemukan sesuatu yang baru dan
bermakna bagi siswa dalam proses belajar mengajar. Pada permasalahan ini
seharusnya pada tingkat MI, guru mempunyai strategi pembelajaran yang baik
seperti pembelajaran aktif, cooperatif, based learning dan pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pendekatan yang kami terapkan di MI adalah pendekatan CTL akan
memudahkan guru dalam proses belajar mengajar. CTL adalah konsep belajar
yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pada dasarnya CTL dapat memberikan hasil pembelajaran yang
diharapkan itu bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran akan berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja, bukan mentransfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran ini sangat penting diajarkan pada
3
tahap dasar. Pembelajaran CTL juga dapat berpengaruh penting pada prestasi
belajar siswa. Sebaliknya sebagai guru IPA harus sepenuhnya melaksanakan
program CTL tersebut dengan baik agar dapat menghilangkan kebosanan
siswa ketika belajar. Ketidakberhasilan seorang guru dalam proses
pembelajaran, disebabkan karena pemberian materi dari guru yang sulit
dimengerti dan dipahami oleh siswa. Sehingga menyebabkan siswa asyik
berbicara sendiri dan sulit untuk menyerap materi yang telah diberikan oleh
guru.
Berdasarkan permasalahan di atas, seorang guru hendaknya dapat
menghidupkan suasana belajar yang mengasyikkan sehingga siswa mampu
menguasai dan faham terhadap materi IPA. CTL diperlukan agar dapat
membantu siswa menemukan hal-hal yang baru pada materi IPA. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penulis terdorong melakukan penelitian dengan
mengangkat judul : “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada
Pokok Bahasan Cahaya Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah:
Apakah Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
4
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa
kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Hipotesis
Menurut Arikunto (1982: 63) Hipotesis adalah suatu jawaban
sementara terhadap permasalahan yang dirumuskan. Hipotesis dalam
penelitian ini yaitu : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitiaan dapat dilihat dari sifat dan sasarannya. Dilihat dari
segi sifat, manfaat penelitian dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia
pendidikan IPA yang diperoleh dari penelitian di lapangan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Guru
1) Dapat meningkatkan mutu pendidikan IPA di Madrasah Ibtidaiyah.
5
2) Dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas dalam mengajar
pelajaran IPA.
3) Dapat
diperoleh
strategi
yang
tepat
untuk
meningkatkan
pembelajaran IPA yang telah disampaikan.
b. Untuk Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar di kelas.
3) Dapat menumbuhkan semangat belajar siswa pada pelajaran IPA.
c. Untuk Sekolah
1) Dapat meningkatkan mutu pembelajaran IPA di Sekolah.
2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah.
3) Dapat meningkatkan program Madrasah menjadi sangat bermakana
dan berjalan dengan lancar.
F. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud
utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul, maka akan dijelaskan
dalam definisi operasional sebagai berikut:
1. Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
yang diberikan oleh guru.
6
2. Pengertian pelajaran IPA
Pelajaran IPA adalah suatu studi yang banyak berkaitan dengan
manusia dan masyarakat, suatu studi yang memerlukan imajinasi,
perasaan, pengamatan, dan juga analisis (lord Bullock dalam Garnida,
2000: 2).
3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi
pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai
anggota keluarga dan masyarkat (Johnson, 2002: 65).
G. Metodologi Penelitian
1.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang di terapkan adalah penelitian tindakan
kelas. Istilah “Penelitian Tindakan Kelas” diartikan sebagai bentuk
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa
meningkat (Arikunto, 2006: 91). Dalam penelitian tindakan kelas
dilaksanakan tiga siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari (a) perencanaan,
(b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan (d) refleksi. Tiga siklus
tersebut tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki, baik
efektifitas, perhatian siswa maupun prestasi belajar siswa.
2.
Subjek, lokasi, dan waktu penelitian
7
a. Subyek penelitian
Subjek yang saya teliti adalah siswa kelas V MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga tahun pelajaran 2010/2011. Dengan jumlah 16
siswa yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 6 siswa anak lakilaki. Dasar pertimbangan pilihan subyek yaitu kelas V yang berumur
11-12 tahun dianggap sudah mampu untuk berpikir secara ilmiah
dibandingkan dengan kelas bawah.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga. Dengan pertimbangan bahwa selain karena permasalahan
yang ada, lokasi tersebut belum pernah untuk penelitian.
c. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan kurang lebih selama 3 bulan yaitu mulai
Nopember sampai dengan Januari 2011.
3.
Siklus Penelitian
a. Perencanaan
1) Peneliti menetapkan penggunaan CTL untuk pemecahan masalah.
2) Peneliti membuat skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan
prestasi belajar dengan meminta masukan dari guru.
3) Membuat alat pembelajaran.
4) Membuat observasi.
8
b. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah
dirancang.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Kegiatan ini bertujuan
untuk memperoleh dan menggali data yang akurat bagi perbaikan
siklus berikutnya. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa.
Pengamatan yang dilakukan guru adalah mengamati kegiatan peserta
didik ketika proses pembelajaran berlangsung dengan sasaran yang
diamati yaitu keaktifan siswa dalam menemukan konsep yang
terkandung dalam materi pembelajaran, membangun hubungan antara
konsep dengan materi lain sehingga siswa menemukan makna yang
terkandung di dalam materi yang telah dipelajari.
d. Refleksi
Data diperoleh dari tahap observasi yang dianalisis berdasarkan data
tersebut.
Guru
dapat
merefleksikan
diri
mengenai
kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan agar dapat dijadikan landasan
untuk menentukan tindakan kelas pada tahap siklus berikutnya.
9
Siklus pemecahan masalah menurut Arikunto ( 2006:16)
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan
Dalam Penelitian tindakan kelas ini, peneliti memerlukan
beberapa siklus/tahapan hingga dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan indikator penelitian. Adapun tahap penelitian tersebut yaitu :
10
a.
Perencanaan (Planing)
Peneliti telah menyiapkan rencana pembelajaran, media
pembelajaran matematika yaitu alat peraga petak persegi satuan
untuk memudahkan siswa dalam mengukur luas persegi dan
persegi panjang. Peneliti mengarahkan siswa untuk melakukan,
mengamati dan menemukan sendiri pengetahuan yang ada.
b.
Pelaksanaan Tindakan ( Action)
Peneliti menyajikan materi pembelajaran matematika dalam
mengukur luas daerah persegi dan persegi panjang menggunakan
alat peraga petak persegi satuan.
c.
Pengamatan ( Observasition)
Peneliti melakukan pengamatan, perhatian siswa, tanggapan
siswa, dan keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Berkaitan dengan tolak ukur yang di pakai dalam
pelaksanaan Observasi, maka kriteria yang dipakai adalah sebagai
berikut:
1)
Terjadinya peningkatan praktek pembelajaran, seperti:
peningkatan minat belajar siswa.
2)
Terjadinya keterlibatan siswa secara maksimal untuk
tercapainya proses pembelajaran.
11
d.
Refleksi ( Reflection )
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas di pahami sebagai
kegiatan analisis-analisis, pemaknaan, penjelasan dan evaluasi
terhadap informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan.
Tindakan ini tidak hanya dilakukan di akhir tindakan,
melainkan di lakukan pada saat merancang tindakan, saat tindakan
di lakukan dan saat setelah berakhir kegiatan refleksi di arahkan
tidak saja pada diri guru, melainkan seluruh konteks pembelajaran
yang di lakukannya, termasuk siswa dan lingkungannya.
4.
Instrumen Penelitian
Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah
sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
1) Lembar Observasi bagi guru, digunakan untuk mengamati secara
langsung kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
2) Lembar Observasi bagi siswa, digunakan untuk mengamati
kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
b. Pedoman Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambar umum
sekolah, keadaan proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang
berlangsung.
c. Lembar Evaluasi/Tes
5.
Tehnik Pengumpulan Data
12
a. Tes
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa
setelah proses pembelajaran.
b. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret seberapa jauh
efek tindakan yang menjadi sasaran.
c. Dokumentasi
Digunakan untuk mencari data-data mengenai variabel. seperti,
transkip buku, catatan dan sebagainya. Metode ini dipakai untuk
memperoleh gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan siswa,
serta keadaan sarana dan prasarana.
6.
Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, penulis menganalisa data tersebut
dengan tehnik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif prosentase
nilai yang diperoleh siswa kemudian dirata-rata untuk mengetahui
keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan target
yang telah dicapai.
b. Data kualitatif yang berasal dari observasi atau pengamatan digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan tindakan pembelajaran
dengan ditandai semakin meningkatnya penguasaan materi dan prestasi
belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari salatiga tahun ajaran
2010/2011.
13
H. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai
berikut :
1. Bagian Awal
Terdiri dari: Halaman Judul, Nota Pembimbing, Lembar Pengesahan,
Pernyataan keaslian tulisan, Motto, Persembahan, Abstrak, Kata
Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Lampiran.
2. Bagian isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Hipotesis
F. Definisi Operasional
G. Metodologi penelitian
H. Sistematika penulisan
BAB II Kajian Pustaka
A. Prestasi Belajar
B. Mata Pelajaran IPA
C. Contextual Teaching and Learning (CTL)
D. Cahaya
14
BAB III Pelaksanaan Penelitian
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi per siklus
B. Pembahasan
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan oleh guru. Adapun beberapa ahli mengemukakan
definisi
pengertian
prestasi
belajar
sebagai
berikut:
MenurutPurwadarminta menyatakan prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai.
Sukmadinata (2004: 102) berpendapat bahwa prestasi belajar/hasil
belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Poerwanto (1986:28)
memberikan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang telah dinyatakan dalam
raport.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa prestasi
adalah segala kemampuan atau usaha yang dapat dicapai dengan maksimal
dan memuaskan. Untuk mengetahui prestasi siswa maka sangat diperlukan
adanya evaluasi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
15
16
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Proses belajar dan hasil belajar merupakan dua bagian yang saling
berkaitan sangat erat, karena kegiatan pembelajaran akan berhasil
setidaknya dapat dilihat dari hasil tes. Di dalam kegiatan belajar terdapat
juga proses berfikir dan di dalam proses berfikir, siswa menyusun
hubungan-hubungan antara bagian informal yang diperoleh sebelumnya,
sehingga siswa menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan
tersebut serta siswa dapat menampilkan pemahaman bahan pelajaran IPA,
inilah merupakan perwujudan hasil belajar (Syarifah, 2008:44).
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan
prestasi belajar dapat digunakan suntuk mengetahui sejauhmana efektivitas
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hasil belajar memuat
kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Prestasi
seseorang diukur sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi
setelah proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Prestasi belajar mempunyai berbagi fungsi, yaitu sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa, sebagai
bahan informasi dalam inovasi pendidikan dan lambang pemuasan hasrat
ingin tahu (Arifin, 1988: 3).
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar disampaikan oleh
Sumadi Suryabrata dan Lilik Sriyanti (2009:24) sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
1) Faktor non sosial
Faktor non sosial adalah faktor-faktor di luar individu
yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar,
diantaranya berupa cuaca, alat, gedung dan sejenisnya.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa manusia.Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa
dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat termasuk teman pergaulan
anak.Faktor sosial yang di maksud di sini adalah faktor
manusiawi yang dalam hal ini adalah adanya interaksi antara
sesama manusia yakni lingkungan di mana anak itu melakukan
pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat di bedakan menjadi
tiga macam, yaitu :
a) Lingkungan keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang di kenal dan
digeluti oleh anak didik.Pada lingkungan ini banyak
indentifikasi
yang
di
peroleh
anak
dari
anggota
keluarganya, baik yang berupa bimbingan atau didikan.
18
Secara informal anak diberikan pengetahuan yang tidak
diberikan di sekolahnya. Berkaitan dengan lingkungan
keluarga ini, maka keluarga yang sehat akan sangat berarti
besar untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran kecil maupun
besar yaitu pendidikan bangsa, Negara, dan dunia (Slameto,
1991:61).
b) Lingkungan Sekolah
Sebagai mana telah kita ketahui bersama bahwa
lingkungan sekolah adalah merupakan lingkungan belajar
secara sistematis dan terampil serta terarah.Sekolah
merupakan tempat belajar yang sangat efektif, maka dari itu
tugas dan tanggung jawab sekolah mempunyai arti yang
sangat besar dalam mempengaruhi pendidikan anak
(Sriyanti, 2009:24) .
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai peranan yang
sangat
penting
terhadap
berhasil
atau
tidaknya
pendidikan.Karena pendidikan anak itu sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan.Mengingat demikian besarnya
pengaruh dari lingkungan masyarakat maka perlu sekali
untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat
memberi pengaruh yang positif terhadap siswa atau anak
19
didik, sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya dengan
hasil yang maksimal dan memuaskan.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1). Faktor fisiologi
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam
diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada
dalam
diri
individu
sangat
mempengaruhi
hasil
belajar.Keadaan tonus jasmani secara umum ini misalnya,
tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu.Apabila
badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka akan
mendukung hasil belajar. Sebaliknya jika badan individu
dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat akan
menghambat hasil belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah
keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait
20
dengan fungsi panca indera merupakan pintu gerbang
masuknya pengetahuan dalam individu.
c) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada
dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain
tingkat
kecerdasan,
motivasi,
minat,
bakat,
sikap,
kepribadian kematangan dan lain sebagainya.
Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar.
Pengaruhnya bisa bersifat positif (mendukung) namun bisa juga
negatif (menghambat) (Sriyanti, 2009:21).
Dalam kegiatan belajar siswa, faktor psikologis ini akan
memberikan andil dan pengaruh yang cukup besar, karena faktorfaktor psikologis ini anak senantiasa memberikan landasan dan
kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal
(Sardiman,
1994:88).
Adapun
faktor
psikologis
adalah
yang
berhubungan dengan kejiwaan peserta didik. Yang termasuk dalam
faktor ini adalah kecerdasan, perhatian, bakat, minat, emosi dan
motivasi. Motivasi sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Motivasi adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka
mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun
afektif (sikap). Menurut Winataputra motivasi berfungsi sebagai motor
penggerak aktivitas bila motornya tidak ada maka aktivitastidak akan
21
terjadi. Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Seseorang
melakukan aktivitas karena ada faktor pendorong dari dalam dirinya.
Begitu pula dengan kegiatan belajar, siswa melakukan belajar karena
adanya dorongan untuk melakukan aktivitas itu demi tujuan yang
diinginkan.
Dalam hubungan dengan belajar ini, motivasi mempunyai
peranan yang sangat penting dan menentukan seseorang melakukan
aktivitas belajar. Dengan adanya faktor penggerak, siswa akan
melakukan kegiatan belajar, dengan segenap energi yang dimiliki
secara optimal. Jadi dalam hal ini motivasi mempunyai peranan untuk
menumbuhkan gairah, merasa senang, dan bersemangat melakukan
aktivitas belajar. Sardiman (1994:84) mengatakan bahwa dengan
motivasi yang tinggi senantiasa akan melakukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
Dari pendapatan tersebut diatas bahwa siswa yang mempunyai
motivasi yang tinggi akan menaruh perhatian yang besar terhadap
pelajaran yang diberikan dan diaktualisasikan dalam kegiatan
belajarnya. Berdasarkan peranan dari motivasi tersebut, menurut
Sardiman (1994:85) motivasi belajar mempunyai empat fungsi yaitu
sebagai berikut :
22
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor dari setiap kegiatan belajar yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak
dicapai, sesuai yang diinginkan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan dan sesuai dengan tujuan serta menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat lagi tujuan tersebut.
d. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian prestasi
belajar.
Dari fungsi-fungsi motivasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motivasi berfungsi mendorong untuk berbuat, menentukan arah
perbuatan
belajar, menyeleksi perbuatan
belajar,
berfungsi
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian maka motivasi
yang dimiliki siswa, semakin tinggi intensitas belajarnya, semakin
tinggi pula kemungkinan untuk berhasil dan untuk berprestasi.
3.
Pengertian Belajar
Pengertian belajardalam kamus umum bahasa Indonesia (2007: 17)
balajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Menurut Witherington belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
23
pengertian (Ngalim,1997: 84). Sedangkan menurut Slameto (2003: 2)
bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Senada dengan pendapat Gredler (1991: 1)
mengatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai
kecakapan, ketrampilan, dan sikap.
Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks,
sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah obyek terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan
yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan,
tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal lain yang dijadikan
bahanbelajar (Dimyati, 2002:7).Sehingga belajar harus ada perubahan,
apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah
dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. Dari
pendapat ini dapat di artikan bahwa belajar adalah berubah yang
berarti usaha mengubah tingkah laku pada individu-individu yang
belajar
meliputi
penambahan
ilmu
pengetahuan,
kecakapan,
ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuain diri. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar
itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke
24
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti mencakup
unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam penelitian ini berdasarkan definisi belajar dan tujuan
penelitian ini, memaknai belajar adalah suatu proses perubahan dalam
diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan
kuantitas
tingkah
laku,seperti
peningkatan
pengetahuan,
kecakapan, daya pikir, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, dan penyesuain diri terhadap lingkungan apapun yang
dilakukan dengan sadar dan terencana. Belajar merupakan suatu proses
atau jalan yang harus ditempuh untuk mengerti suatu hal yang
sebelumnya tidak diketahui atau diketahui tetapi tidak menyeluruh
tentang suatu hal. Melalui belajar seseorang dapat meningkatkan
kualitas dan kemampuannya.Sebagaimana dalam balajar IPA, ketika
panca indra dilibatkan secara langsung yaitu dengan eksperimen maka
peningkatan pemahaman siswa lebih tinggi dari sekedar mendengar
dan melihat saja, karena dalam proses belajar seperti ini 3 aspek
kemampuan yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik semua dilatih
untuk menghasilkan kemampuan maksimal, yang pada akhirnya
menghasilkan prestasi yang memuaskan.
4.
Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar sebagai suatu proses yang dapat menimbulkan terjadinya
perubahan, tingkah laku atau kecakapan (Purwanto, 1988: 106). Untuk
25
meningkatkan suatu keberhasilan harus memperhatikan faktor-faktor
yang ada didalam proses belajar.
Menurut Semiawan (2002: 10) ada dua unsur mekanisme adaptasi
yang terkait dalam setiap tindakan diantaranya : akomodasi
(perolehan) dan asimilasi (pertukaran) informasi baru dengan yang
lama dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan respon terhadap lingkungan baru. Unsur lain yang
mempengaruhi belajar adalah alat bantu belajar, pendekatan, suasana
belajar, kondisi siswa, motivasi dan bahan / materi belajar.
5.
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip
belajar
dilakukan
dalam
kondisi
yang
berbeda.Adapun Prinsip belajar menurut (Slameto, 1987: 29) adalah
sebagai berikut:
a. Setiap siswa harus ikut berpartisipasi aktif dalam belajar untuk minat
dalam mencapai tujuan instruksi
b. Belajar bersifat keseluruhan dan memiliki materi yang berstruktur dan
penyajiannya harus sederhana agar siswa pengertiannya.
c. Belajar dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
d. Belajar itu melalui tahap demi tahap maka memerlukan proses yang
kontinyu.
e. Belajar merupakan proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan
discovery.
26
f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan yang akan dicapainya.
g. Belajar membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup agar siswa
dapat belajar dengan tenang.
h. Belajar itu perlu lingkungan yang menantang bagi anak agar dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
i. Belajar memerlukan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
j. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
k. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain ) sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan.
6.
Tujuan Belajar
Robert
M.
Gagne
(1986:
5)
mengelompokkan
kondisi-
kondisibelajar dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Dari
beberapa tujuan belajar ada lima kemampuan yang secara nyata dalam
mencapai proses belajar yaitu:
a. Keterampilan intelektual merupakan hasil belajar yang penting dari
system belajar skolastik.
b. Strategi kognitif secara luas, yang meliputi: aspek adaptasi, asimilasi,
akomodasi dalam proses belajar mengajar siswa.
27
c. Memperoleh informasi verbal dalam pengetahuan sebagai informasi
dan fakta.
d. Keterampilan motorik dapat diperoleh di sekolah seperti: mengetik,
menulis, menggambar, mengukur, dan sebagainya.
e. Memiliki sikap atau nilai merupakan hasil belajar yang bersifat emosi
pribadi, seperti: berbuat baik terhadap orang lain, percaya diri,
memiliki inisiatif, dan yang paling penting harus berintegritas dengan
lingkungan sekitar.
7.
Macam-macam Evaluasi Belajar
Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan
pendidikan dan apakah proses dalam pengebangan ilmu telah berada di
jalan yang diharapkan (Slameto, 1991: 159). Adapun macammacamnya sebagai berikut:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif adalah evaluasi untuk mengetahui daya serap
siswa setelah satu unit pelajaran yang disajikan. Evaluasi ini dilakukan
sebagai penentu ketuntasan belajar siswa yang biasanya dengan tes
tertulis. Bagi siswa yang tuntas belajar bisa melanjutkan pokok
bahasan pelajaran yang baru, sedangkan bagi yang belum tuntas maka
harus diberikan pengayaan/remedial.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah satu
satuan waktu. Evaluasi ini digunakan untuk menentukan siswa mampu
28
atau belum mampu untuk kejenjang yang lebih tinggi. Nilai dari
evaluasi tidak harus berdasarkan
pada tes akhir saja melainkan
keaktifan dalam mengikuti pelajaran.
B. Mata Pelajaran IPA
1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan hasil kegiatan
manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
secara logis sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan,
penyelidikan, penyusunana hipotesis (dugaan sementara) yang diikuti
pengujian gagasan (Sapriati dkk, 2009: 511). Sedangkan menurut Ali dan
Rahma (1991: 18) menjelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis
dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan atas pengamatandan induksi fowler.
Dari kedua pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa Ilmu
Pengetahun Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dalam rangka
mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya sekedar konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Mata pelajaran IPA adalah progam untuk
menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
nilai-nilai ilmiah pada siswa serta rasa menyintai dan menghargai
kebesaran Tuhan yang Maha Esa.
29
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses
pengalaman
pembelajarannya
langsung
untuk
menekankan
mengembangkan
pada
pemberian
kompetensi
agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
(KTSP MI Maarif Mangunsari, 2010: 64)
2. Tujuan, Ruang Lingkup, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pengajaran IPA bagi Siswa
a. Tujuan
Adapun tujuan pengajaran IPA bagi siswa (Depdikbud 1994:
1)antara lain:
1) Agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya
dengan kehidupan sehari-hari.
2) Agar siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan yang berkaitan dengan alam sekitar.
30
3) Agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap
lingkungan alam di sekitar kita sehingga menyadari akan kebesaran
dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
4) Bersikap ingin tahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggug jawab
dan mandiri.
5) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian di lingkungan sekitar.
6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
b. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya.
2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: udara, air, tanah, dan
batuan.
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya, pesawat sederhana,
cahaya, bunyi, tata surya, bumi, dan benda-benda langit lainnya.
4) Kesehatan, makanan, penyakit, dan pencegahannya.
5) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan, dan pelestariannya
(Depag, 2002: 254).
31
c. Standar Kompetensi
Mata pelajaran IPA diajarkan pada MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga tentunya memiliki standar kompetensi. Adapun standar
kompetensi bagi siswa MI kelas V adalah:
1) Memahami dan menggunakan sifat-sifat cahaya melalui percobaan
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memahami dan membuktikan bahwa cahaya dan penglihatan
sangat berhubungan dalam kehidupan sehari-hari
3) Membuktikan bahwa cahaya memiliki berbagai warna dalam
memecahkan masalah (KTSP MI Maarif Mangunsari 2010: 67).
d. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
B. Pendekatan CTL
1. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual
Teaching and
Learning
(CTL)
adalah
konsepsi
pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Johnson,2002:65).
Landasan filosofis CTL adalah konstuktivisme, yaitu filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi
merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru
32
lewat
fakta-fakta
atau
proposisi
yang
mereka
alami
dalam
kehidupannya(Muslich, 2008:41)
Pendekatan CTL yang di gunakan dalam proses belajar mengajar
akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih
menyenangkan, dan lebih bermakna. Pendekatan ini sebenarnya bukan
sama sekali baru karena beberapa waktu yang lalu pernah disinggung
mengenai pembelajaran aktif, CBSA, dan saat ini banyak sekali
pendekatan pembelajaran yang diungkap mulai dari Active Learning,
Quantum Learning, Quantum Teaching, Accelerated Learning dan
sebagainya.
Pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang
berorientasi pada kepentingan siswa atau berpusat pada siswa. Hal ini
sesuai dengan pendekatan pembelajaran Inquiry yang menunjukkan
dominasi peserta didik selama proses pembelajaran (berorientasi pada
peserta didik) dan guru sebagai fasilitator. Ciri dari pendekatan ini adalah
kegiatannya beragam seperti : teknik tanya jawab dan diskusi yang bersifat
terbuka, simulasi, bermain peran, sosio drama, demontrasi, eksperimen,
studi kasus, problem solving, kerja kelompok.
Dalam proses pembelajaran yang efektif yang diinginkan adalah
perubahan pada peserta didik dalam aspek pengetahuan, sikap dan perilaku
serta ketrampilan dan kebiasaan sebagai produk, dan guru sebagai
33
manager. Dalam proses pembelajaran guru menempatkan siswa menjadi
klien dengan menghilangkan dinding pemisah dalam arti positif.
Keaktifan siswa tidak hanya menerima informasi saja, tetapi
diperoleh melalui informasi secara efektif. Otak membantu melaksanakan
refleksi baik secara eksternal maupun internal. Belajar secara pasif tidak
akan hidup, karena siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa
pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik pada hasil belajar secara aktif. Siswa
dituntut mencari sesuatu, sehingga potensi siswa akan terlibat secara
optimal dalam pembelajaran.
2. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Para
pendidik
yang
mempunyai
pandangan
ilmu
pengetahuan bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam
semesta ditopang oleh tiga prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi, dan
organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berpikir baru
mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut johnson (2004: 86) tiga
pilar dalam sistem CTL, yaitu:
a. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan yang merupakan
perwujudan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk
memecahkan masalah.
b. CTL mencerminkan prinsip deferensiasi, hal ini terlihat ketika CTL
menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masingmasing, untuk menghargai perbedaan-perbedaan, untuk menjadi
34
kreatif, untuk bekerjasama, untuk menghasilkan gagasan baru yang
berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda
kemantapan dan kekuatan.
c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri, hal ini terlihat
ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat
mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik
yang diberikan oleh penilaian autentik, dan berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati
mereka bernyanyi.
3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Muslich (2002:42) pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran
yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks
kehidupan nyata dan alami.
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning)
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing)
d. Pembelajaran dilaksanakan antar teman (learning in a group)
e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan kebersamaan,
bekerjasama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara
mendalam (learning to know each other deeply).
35
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together)
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning
as an enjoy activity).
Secara lebih sederhana Nurhadi mendeskripsikan karakteristik
pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci,
yaitu : (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak
membosankan; (4) belajar dengan gairah; (5) pembelajaran terintegrasi; (6)
menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman;
(9) siswa kritis; dan (10) guru kreatif (Muslich, 2008:42).
4. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh
komponen utama, yaitu (1) contructivism (konstruktivisme, membangun,
membentuk),
(2)
question
(bertanya),
(3)
inquiry
(menyelidiki,
menemukan), (4) learning community (masyarakat belajar), (5) modelling
(permodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan balik), (7) authentic
assessment (penilaian yang sebenarnya). Apabila ketujuh komponen ini
diterapkan dalam pembelajaran, terlihat pada realitas berikut.
a.
Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan
lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan
membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
36
b.
Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat
bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.
c.
Kegiatan belajar yang bisa mengakomodasikan siswa
untuk
mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang
dihadapi sehingga berhasil “menemukan” sesuatu.
d.
Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau
berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja
sama, dan saling membantu dengan teman lain.
e.
Kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai
rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh,
demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan
sesuatu, dan sebagainya.
f.
Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam
bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan
pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan
siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.
g.
Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan
kompetensi
siswa
melalui
kegiatan-kegiatan
nyata
ketika
pembelajaran berlangsung.
5. Prinsip Dasar Setiap Komponen Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Menurut Muslich (2008:43) di jelaskan bahwa setiap komponen
utama CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan
37
ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar
yang dimaksud terlihat pada penjelasan berikut.
a. Konstruktivisme
Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan
CTL.
Pembelajaran
yang
berciri
konstruktivisme
menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang bermakna.
Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap
dipraktikkannya. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu
pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman
nyata. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan
ide-ide yang ada pada dirinya. Atas dasar pengertian tersebut, prinsip
dasar konstruktivisme yang dalam prakrik pembelajaran harus dipegang
guru adalah sebagai berikut.
1) Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran.
2) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa
lebih penting daripada informasi verbalistis.
3) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan
dan menerapkan idenya sendiri.
4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri
dalam belajar.
38
5)
Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman
sendiri.
6) Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin
kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
b. Bertanya (questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar
dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa
mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk
memperoleh
informasi,
sekaligus
mengetahui
perkembangan
kumampuan kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain kenyataan
menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu
bermula dari bertanya.
Atas dasar pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen
bertanya adalah sebagai berikut:
1) Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui
bertanya
2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif melalui
tanya jawab.
3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih
efektif dilakukan lewat diskusi (baik kelompok maupun kelas).
4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing,
dan menilai kemampuan berpikir siswa.
39
5) Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk: (a) menggali informasi, (b) mengecek pemahaman siswa, (c)
membangkitkan respons siswa, (d)mengetahui kadar keingintahuan
siswa,
(e) mengetahui hal-hal
yang diketahui
siswa,
(f)
memfokuskan perhatian siswa pada apa yang dikehendaki guru, (g)
membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, dan (h)
menyegarkan pengetahuan siswa.
c. Menemukan (inquiry)
Komponen menemukan merupakan kegiatan intiCTL. Kegiatan
ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan
bermakna
untuk
menghasilkan
temuan
yang
diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya.
Atas dasar pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang bisa
dipegang
guru
ketika
meneraplan
komponen
inquiry
dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa
menemukan sendiri.
2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti
dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
40
3) Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (question),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
dan penyimpulan (conclussion).
4) Langkah-langkah kegiatan inkuiry: (a) merumuskan masalah, (b)
mengamati
atau
melakukan
observasi,
(c)
menganalisis
dan
menyajikan hasil dalam tulisan , gambar, laporan, bagan, tabel, dan
karya lain, (d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada
pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).
d. Masyarakat belajar (learning community)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil
belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antarkelompok, dan
antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar
kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi
kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi,
sangat mendukung komponen learning community.
Berikut ini prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru
ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen
learning community.
1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau sharing
dengan pihak lain.
2) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling
menerima informasi.
41
3) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua arah atau multi arah.
4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat
didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.
5) Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi
sumber belajar.
e. Pemodelan (modelling)
Komponen
pendekatan
CTL
ini
menyarankan
bahwa
pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan
model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksudkan bisa berupa
pemberian contoh misalnya tentang cara mengoperasikan sesuatu,
menunjukkan hasil karya, mempertontonkan sesuatu penampilan. Cara
pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada
hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa
ditunjukkan modelnya atau contohnya.
Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan
guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada
model atau contoh yang bisa ditiru.
2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten
atau dari ahlinya
3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh
hasil karya, atau model penampilan.
42
f. Refleksi (reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran
dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan
yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari,
menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman
yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan saran jika
diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru
diperolehnya
merupakan
pengayaan
atau
bahkan
revisi
dari
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini
penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap
pengetahuan-pengetahuan baru.
Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka
penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut.
1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan
pengayaan atas pengetahuan yang sebelumnya.
2) Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau
pengetahuan yang baru diperolehnya.
3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan
yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman
sejawat, atau unjuk kerja.
g. Penilaian autentik (authentic assessment)
Komponen yang merupakan ciri kusus dari pendekatan kontekstual
adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan
43
gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar
siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa iniperlu diketahui
guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar
siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses
mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul
ketika proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada
hasil pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip dasar yang perlu menjadi
perhatian guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui
perkembangan pengalaman belajar siswa.
2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara
penilaian proses dan hasil.
3) Guru menjadi penilai yang konstruktif (construktive evaluators) yang
dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa
menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dengan berbagai
konteks, dan bagaimana perkembangn belajar siswa dalam berbagai
konteks belajar.
4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat
mengembangkan penilaian diri (self assessment) dan penilaian sesama
(peer assessment).
44
5) Penilaian autentik mengukur keterampilan dan performansi dengan
kriteria yang jelas (performancebased).
6) Penilaian
autentik
dilakukan
dengan
berbagai
alat
secara
berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran.
7) Penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua, dan
sekolah
untuk
mendiagnosis
kesulitan
belajar,
umpan
balik
pembelajaran, dan untuk menentukan prestasi siswa.
Bertolak dari prinsip-prinsip dasar pada setiap komponen
pada pendekatan CTL tersebut kata-kata kunci (key words) yang dapat
dipakai sebagai pengingat guru ketika melaksanakan pembelajaran
berbasis CTL adalah sebagai berikut.
a.
Belajar pada hakikatnya adalah real-word learning, yaitu belajar
dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktikkan, dirasakan, dan diuji
coba.
b.
Belajar
adalah
mengutamakan
pengalamannyata,
bukan
pengalaman yang diangan-angan saja, yang tidak bisa dibuktikan
secara empiris.
c.
Belajar adalah berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis yang
mengedepankan siklus inquiry mulai dari mengamati, bertanya,
mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data,
menganalisis data, sampai dengan merumuskan kesimpulan (teori).
45
d.
Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa yaitu pembelajaran
yang memberikan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan
serangkaian kegiatan secara maksimal.
e.
Kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk aktif,
kritis, dan kreatif.
f.
Kegiatan pembelajaran menghasilkan pengetahuan bermakna
dalam kehidupan siswa.
g.
Kegiatan pembelajaran harus dekat dengan kehidupan nyata.
h.
Kegiatan pembelajaran harus bisa menunjukkan perilaku siswa
sesuai yang diinginkan.
i.
Kegiatan pembelajaran diarahkan pada siswa praktik, bukan
menghafal.
j.
Pembelajaran bisa menciptakan siswa belajar (learning), bukan
guru mengajar (teaching).
k.
Sasaran pembelajaran adalah pendidikan (education), bukan
pengajaran (instruction).
l.
Pembelajaran diarahkan pada pembentukan perilaku ‘manusia’
yang berbudaya.
m.
Strategi pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah,
sehingga siwa lebih berpikir kritis.
n.
Situasi pembelajaran dikondisikan agar siswa lebih banyak
bertindak (acting), sedangkan guru hanya mengarahkan.
o.
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes.
46
6. Langkah-lagkah pembelajaran CTL
Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis
besar adalah:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan
cara
bekerja
sendiri,
menemukan
sendiri,
dan
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir penemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Sugiyanto,
2010:22).
7. Manfaaat Pembelajaran CTL bagi Siswa:
a.
Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi
b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan
prilaku selama bekerjasama
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri
d. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap prilaku yang
positif, sehinga pembelajaran kooperatif siswa akan tahu kedudukanya
dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain
47
e. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik,
sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit
(Hartati, 2004).
C. Cahaya
Haryanto (2004: 160) menyatakan bahwa cahaya berasal dari sumber
cahaya.Sumber cahaya adalah semua benda yang dapat memancarkan cahaya.
Sumber cahaya yang paling utama adalah matahari, sumber cahaya yang lain
yaitu lilin, senter, bintang, api, lampu dan kilat. Tanpa cahaya makhluk hidup
tidak dapat bertahan hidup dengan baik maka cahaya sangat dibutuhkan bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi. Dengan adanya cahaya Manusia dapat
melihat benda-benda di sekitarnya karena benda memantulkan cahaya ke
mata. Tumbuhan dapat melakukan proses memasak makanan dan tumbuh
secara cepat serta hewan dapat berkembang biak dengan baik.
Handayani, dkk. (2002: 100) menyatakan bahwa cahaya merupakan
salah satu spektrum gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang
merambat tanpa memerlukan medium
1.
Sifat-sifat cahaya adalah sebagai berikut:
a. Cahaya merambat lurus
Apabila kita memperhatikan cahaya matahari, maka tampak bahwa
berkas cahayanya merambat lurus. Cahaya matahari yang masuk ke
dalam ruangan atau celah-celah rumah yang gelap akan tampak seperti
garis-garis putih yang lurus. Berkas cahaya yang merambat lurus dapat
48
kita lihat pada cahaya lampu senter atau mobil di malam hari
(Haryanto, 2004: 160).
b. Cahaya dapat menembus benda bening
Benda bening menurut Handayani, dkk (2002: 102) adalah benda
yang
dapat
meneruskan
sebagian
besar
cahaya
yang
diterimanya.Contohnya kaca, plastik bening, dan air bening.
Benda tembus cahaya adalah benda-benda yang dapat meneruskan
sebagian cahaya yang diterimanya.Beberapa contoh di antaranya kaca
kabur, kertas minyak, dan gorden tipis.
Benda tidak tembus cahaya adalah benda-benda yang tidak dapat
meneruskan cahaya yang diterimanya. Contohnya kertas karton,
triplek, batu, kayu, seng, kain tebal, dan tembok Cahaya dapat
dipantulkan.
Cahaya pantul atau sinar pantul menurut Handayani, dkk (2002:
107) adalah berkas cahaya yang dikembalikan oleh permukaan benda.
Berdasarkan hasil pantulannya, cahaya pantulan dibagi dua yaitu:
1) Pemantulan difus (baur) adalah pemantulan cahaya ke segala arah
secara tidak teratur. Contohnya pecahan beling.
2) Pemantulan teratur adalah pemantulan dengan arah teratur.
3) Contohnya seberkas cahaya mengenai permukaan bidang pantul
yang rata dan mengkilap, cahaya dan air dalam keadaan
tenang.Sifat cahaya yang terpantul pada cermin datar dan cermin
lengkung adalah sebagai berikut:
49
a) Cermin datar
Cermin
datar
adalah
cermin
yang
memiliki
bagian
pemantulan cahaya yang datar. Contoh: cermin pada lemari
rias (berkaca).
b) Cermin lengkung
Cermin lengkung terdiri dari cermin cembung dan cermin
cekung.
c. Cahaya dapat dibiaskan
Peristiwa pembiasan cahaya disebabkan oleh perubahan atau
pembelokan arah rambat cahaya karena melalui dua medium yang
berbeda kerapatannya.Contoh: pensil yang berada di dalam air akan
terlihat bengkok, dan dasar kolam yang dangkal. Udara memiliki
kerapatan yang lebih kecil daripada air. Bila cahaya merambat dari zat
yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan
mendekati garis normal. Akan tetapi apabila cahaya merambat dari zat
yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Garis normal merupakan garis yang tegak lurus
pada bidang batas kedua permukaan.
Perhatikan gambar di bawah ini!
50
Kuraesin, dkk.(2004: 58) menyatakan bahwa pembiasan
terjadi Karena cahaya melalui batas dua medium yang berbeda
kerapatannya. Jadi, cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua
medium yang berbeda kerapatan zatnya.Cahaya dibiaskan mendekati
garis normal apabila cahaya datang dari zat yang renggang ke zat yang
lebih rapat.Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal apabila cahaya
datang dari zat yang lebih rapat ke zat yang renggang.
d. Cahaya putih terdiri berbagai warna
Pernahkah kamu melihat pelangi?Kapankah pelangi itu tampak
olehmu? Warna-warna apa yang tampak pada pelangi?
Pelangi akan tampak bila kita membelakangi matahari, sedangkan pada
tempat yang jauh di depan kita terjadi hujan. Pelangi memiliki
bermacam-macam warna seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu. Warna-warna ini muncul karena sinar matahari
dibiaskan, diuraikan, dan dipantulkan oleh tetes-tetes air hujan.
Cahaya yang tepancar matahari berwarna putih.Ketika cahaya
mengenai air, warna cahaya yang tampak bukan putih lagi. Cahaya
putih yang mengalami pembiasan dan terurai menjadi bermacammacam warna disebut spektrum (Haryanto, 2004: 169).
2. Macam-macam alat optik adalah sebagai berikut:
a. Mikroskop: alat untuk melihat benda yang sangat kecil.
b. Periskop: alat untuk melihat sesuatu di balik penghalang.
51
c. Lup: kaca pembesar.
d. Kacamata: alat bantu penglihatan.
e. Overhead projector (OHP): alat untuk memproyeksikan gambar
atau tulisan.
f. Teropong: alat untuk melihat benda-benda jauh di luar angkasa
(Haryanto, 2004: 173).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
1.
Gambaran Umum MI Ma’arif Mangunsari
1.
Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari
Madrasah Ibtidaiyah mangunsari adalah lembaga pendidikan yang berada
di bawah naungan Lembaga Ma’arif Cabang Salatiga. Madrasah Ibtidaiyah adalah
nama yang diambil dari Bahasa Arab, yang artinya Sekolah Dasar. Sesuai dengan
nama yang diambil dari Bahasa Arab, maka madrasah ibtidaiyah dalam proses
belajar mengajarnya lebih menonjolkan Pendidikan Agama Islam disamping mata
pelajaran umum seperti yang diajarkan di Sekolah Dasar pada umumnya.
Pendorong berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah keinginan
dari masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya sekolah yang pada waktu
itu masih sangat sangat jarang. Terdorong rasa oleh tanggung jawab yang besar
atas kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda yang berpengetahuan umum
dan agama yang luas serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka atas
prakarsa para tokoh agama pada waktu itu didirikan pendidikan yang
berlandaskan Islam. Pada tanggal 15 Januari 1969 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah
Mangunsari.
Madrasah
Ibtidaiyah
yang
baru
berdiri
dengan
segala
keterbatasannya, dalam proses belajar mengajarnya sering menempati rumahrumah penduduk di sekitarnya hal ini dikarenakan madrasah memiliki bangunan
sendiri.
52
53
Adapun tokoh-tokoh yang ikut memprakarsai Madrasah Ibtidaiyah
Mangunsari adalah:
1. Bapak H. Abdul Syukur
2. Bapak Mahalli
3. Bapak H. Abdul Manna
4.
Visi dan Misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Visi menggambarkan kondisi yang akan di wujudkan dan ingin dicapai
suatu organisasi di masa depan ke arah mana organisasi akan dibawa. Visi
bersama ini akan menjadi filosofi yang menjadi keyakinan utama, menjadi arah,
perekat dan motivator dalam pengembangan organisasi. Adapun visi MI Ma’arif
Mangunsari adalah “Terciptanya warga madrasah yang cerdas, terampil, unggul
dalam berprestasi dengan berlandaskan iman dan takwa kepada Allah SWT serta
berakhlakul karimah”.
Untuk mewujudkan dan mencapai visi tersebut diperlukan misi yang
merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk mewujudkan dan mencapai visi.
Misi sebagai dasar dalam bertindak dan dijadikan inspirasi untuk selalu berusaha
melakukan yang terbaik si kepentingan bersama. Adapun misi MI Ma’arif
Mangunsari adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
2. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan agama Islam
dengan berpedoman pada Ahlussunah Waljama’ah.
3. Menyelenggarakan pendidikan yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
4. Mendidik dan melatih siswa sesuai bakat dan kemampuannya.
54
5. Mengutamakan budaya kompetitif dan kerja sama dalam menyelesaikan
tugas kependidikan serta keguruan.
6.
Subjek Penelitian dan Karakteristik Obyek Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di MI Ma’arif Mangunsari Kecamatan
Sidomukti Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan Cahaya. Subjek penelitian meliputi siswa kelas V yang berjumlah 16
siswa yang terdiri 10 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Usia rata-rata 10-11,
latar belakang orang tua siswa yaitu sebagai wiraswasta.
7.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dimulai tanggal Nopember s.d Januari 2011. Dalam
penelitian ini dilaksanakan beberapa siklus, yang masing-masing dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Gambaran ketiga
siklus tersebut adalah:
1.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Siklus pertama penelitian I dilaksanakan pada Jum’at, 21 Januari 2011. Tahapan
dan langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Perencanaan
1.
Pembuatan
RPP
siklus
I,
RPP
disusun
dengan
mempertimbangkan hasil pre test yang dilakukan sebelum tindakan
dilakukan.
55
2.
Penyiapan perangkat yang meliputi penyiapan instrumen
yang
digunakan untuk pengamatan (observasi) yang dilakukan sebagai
berikut:
3.
Lembar observasi kegiatan siswa, yaitu untuk mengumpulkan data
mengenai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar
observasi yang dimaksud adalah untuk mengetahui prestasi belajar
dan perhatian siswa.
4.
Lembar observasi kegiatan guru dilakukan untuk mengumpulkan
mengenai pengelolaan kelas oleh guru.
5.
Tes formatif sebagai alat pengukur tingkat keberhasilan mata
pelajaran IPA pada pokok bahasan Cahaya. Alat
tes yang
digunakan adalah pre tes dan post tes.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pada siklus I ini, peneliti bertindak sebagai pengajar.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap proses pembelajaran ini
mengacu pada RPP yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan
penelitian, peneliti mengambil sub pokok bahasan cahaya mengenai sifatsifat cahaya. Langkah-langkah pelaksanaan meliputi:
Kegiatan Awal
1.
Berdo’a dan mengucapkan salam
2.
Memberikan apersepsi dalam bentuk soal pre test
Kegiatan Inti
56
1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
2.
Guru menjelaskan materi sifat-sifat cahaya melalui metode
ceramah, tanya jawab, latihan, dan praktek langsung
3.
Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok bertugas untuk
mengamati sifat-sifat cahaya yang bersifat menembus
benda bening, dan merambat lurus yang telah disediakan
oleh guru, sekaligus bahan yang disiapkan oleh peneliti.
4.
Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi kelompok. Dalam
hal ini siswa dapat melakukan kerjasama dengan baik,
sesuai dengan pembelajaran CTL yang diharapkan.
5.
Setelah selesai berdiskusi kelompok, siswa diharapkan
untuk membaca dan menuliskan kembali dari hasil yang
telah diamatinya.
6.
Guru menyimpulkan materi sifat-sifat cahaya dengan jelas.
Kegiatan Akhir
7.
Melakukan Tanya jawab materi kepada siswa untuk bahan
refleksi materi ataupun pada saat kegiatan pembelajaran.
8.
Mengadakan post test.
c. Observasi
Tahap
observasi/pengamatan
ini
dilakukan
untuk
mengamati guru dan anak didik pada waktu kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
57
d. Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam pengamatan/observasi yaitu
dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini. Berdasarkan hasil
pengamatan/observasi, peneliti dan guru dapat merefleksi diri
dengan melihat data observasi baik dari lembar observasi ataupun
hasil pekerjaan siswa. Hasil observasi ini dapat dijadikan sebagai
acuan untuk perencanaan siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II meliputi:
1. Waktu pelaksanaan siklus II mulai tanggal 24 Januari 2011.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
pendekatan kontekstual dan menggunakan metode yang sesuai
yaitu Tanya jawab, eksperimen dan latihan.
3. Mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran.
4. Membuat tujuan dan indikator yang hendak dicapai dalam
pembelajaran.
5. Membuat instrument penelitian yang berupa lembar observasi bagi
guru, lembar pengamatan kegiatan siswa, dan tes formatif
6. Membuat lembar soal evaluasi berupa pre test dan post test untuk
mengukur prestasi belajar siswa dan memberikan soal
penugasan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran.
58
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan awal (10 menit)
1.
Guru membuka pelajaran dengan salam
2.
Guru mengabsen siswa
3.
Guru melakukan kegiatan pre test
Kegiatan inti (40 menit)
1.
Guru menjelaskan materi tentang sifat-sifat cahaya kepada
siswa.
2.
Siswa diminta untuk mencatat tentang sifat-sifat cahaya.
3.
Guru mengajukan pertanyaan “Apa yang kamu ketahui
tentang sifat-sifat cahaya? Apa yang menyebabkan bendabenda terlihat jelas?.
4.
Guru memimpin tanya jawab antar siswa tentang bukti
sifat-sifat scahaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
adanya pelangi, kolam renang tampak dangkal, dalam
ruangan bisa terang dan sebagainya.
5.
Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang
belum paham mengenai materi tentang sifat-sifat cahaya
yang merambat lurus dan menembus benda bening.
Kegiatan akhir (20 menit)
1.
Melakukan post test
2.
Do’a penutup
59
c. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah
megamati keaktifan, dan perhatian siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru yang perlu diamati yaitu
sebagai berikut: berinteraksi dengan siswa, penerapan pendekatan
CTL, kemampuan membimbing siswa dalam mengerjakan latihan
dan tanya jawab, serta kemampuan guru dalam memperjelas materi
pembelajaran, dan membimbing siswa ketika menyimpulkan
materi pembelajaran IPA.
d. Refleksi
Berdasarkan
analisis data dari hasil observasi siklus II
telah banyak mengalami perubahan dalam proses kegiatan
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Siswa lebih berani bertanya dan menjawab pertanyaan.
2. Siswa lebih serius dalam memahami materi pembelajaran.
3. Sebagian besar siswa fokus terhadap materi pembelajaran.
Adapun sudah mengalami keberhasilan yang telah dicapai,
akan tetapi masih ada kekurangan dalam siklus II ini, yaitu sebagai
berikut:
4.
Bagaimana agar guru memberikan perhatian khusus bagi siswa,
mengaktifkan
kembali
siswa
menggunakan
metode
dan
pembelajaran berlangsung.
yang
media
kurang
yang
aktif
menarik
dengan
ketika
60
5. Bagaimana agar pengelolaan waktu dapat diatur lebih tepat lagi.
3. Siklus III
a.
Tahap perencanaan siklus III meliputi:
1. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu pada tanggal 31
Januari 2011.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
pendekatan CTL yang menuntut kerjasama antar siswa, dan
penemuan pengalaman siswa yang berkaitan dengan sifat-sifat
cahaya.
3. Mempersiapkan alat pembelajaran dan membuat instrumen
penelitian berupa lembar observasi kegiatan guru, lembar
kegiatan siswa, dan tes formatif.
4. Menentukan indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.
5. Mempersiapkan media berupa alat peraga pada saat pembelajaran
berlangsung.
6. Membuat skenario pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan tindakan di kelas dengan format terlampir.
Perencanaan pada siklus III hampir sama dengan tahapan siklus
II.
tetapi masih perlu direvisi lagi yaitu sebagai berikut:
7.
Ketika melakukan praktek kegiatan mengenai sifat-sifat cahaya
tentang cahaya merambat lurus dan cahaya menembus bening,
61
siswa yang ramai dan belum aktif ditunjuk oleh guru untuk
melakukan kegiatan praktek tersebut.
8.
Sebagian siswa dipilih oleh guru untuk membuktikan peristiwa
cahaya dapat merambat lurus dan menembus benda bening dengan
menyesuaikan ketepatan waktu pada saat melakukan kegiatan
praktek tersebut.
9.
Mempersiapkan hadiah bagi siswa yang dapat menjawab
pertanyaan dan yang nilainya tertinggi.
b.
Pelaksanaan tindakan
Kegiatan awal (10 menit)
1. Memberi salam dan menanyakan keadaan siswa
2. Apersepsi
3. Kenapa dalam kelas ini bias terang padahal matahari tidak
kelihatan dari dalam kelas?
4. Cahaya apa yang sangat penting dibutuhkan oleh manusia?
5. Cahaya putih bisa diuraikan menjadi apa?
6. Pre test
Kegiatan inti (40 menit)
1.
Guru menjelaskan sifat-sifat cahaya yang merambat lurus
dan cahaya yang dapat menembus benda bening.
2.
Guru bersama siswa membuktikan konsep sifat-sifat cahaya
yang merambat lurus dan menembus benda bening melalui
praktek langsung. Dalam kegiatan ini siswa harus bisa
62
membuktikannya dengan baik, dengan kerjasama sesama
kelompok. Dengan demikian pembelajaran CTL bisa
terwujud.
3.
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kerjanya.
4.
Guru memberikan tugas untuk mengerjakan LKS tentang
cahaya dan sifat-sifatnya.
5.
Guru melakukan Tanya jawab langsung kepada siswa
6.
Guru memberikan reward bagi siswa yang nilainya
tertinggi.
7.
Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi tersebut.
Kegiatan akhir (20 menit)
c.
1.
Post tes
2.
Do’a penutup
Observasi
Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa sebagian
banyak dari siswa telah aktif dalam proses kegiatan pembelajaran.
Adanya pemberian reward/ hadiah menjadikan siswa lebih senang,
berpartisipasi, dan bersemangat untuk berpikir secara sehat.
d.
Refleksi
Berdasarkan refleksi dari siklus III telah banyak mengalami
peningkatan dan perubahan dalam pembelajaran, yaitu meliputi:
1. Siswa senang dengan metode dan pendekatan yang diterapkan oleh
guru pada saat proses pembelajaran.
63
2. Siswa memperhatikan dan serius terhadap materi yang telah
disampaikan oleh guru.
3. Siswa sangat aktif dan berantusias dalam proses pembelajaran.
4. Banyak siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan dari guru.
5. Seluruh siswa bersemangat mengikuti proses pembelajaran karena
didukung oleh reward/hadiah dari guru.
Hasil yang diperoleh dalam tahapan pengamatan dapat
direfleksikan diri pada siklus III telah ditemukan pendekatan CTL
dan metode yang sesuai untuk mata pelajaran IPA pokok bahasan
cahaya dan sifat-sifatnya. Pada siklus III seluruh siswa telah aktif
dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang disertai dengan
media pembelajaran. Penguasaan konsep pokok bahasan tersebut
telah
mengalami
peningkatan,
jika
dilihat
dari
indikator
penguasaan konsep yaitu meliputi prestasi/ hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan.
BAB IV
HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HasilPenelitian
Berdasarkanpengamatan yang dilakukanoleh guru danpenelititentangjalannya
proses kegiatanbelajarmengajarpadapelaksanaanpembelajaransiklus I, siklus II, siklus
III, diperolehhasilsebagaiberikut:
1.
Siklus I
Pengamatan hasil pembelajaran siklus I, baik dalam kegiatan guru,
aktivitas siswa, dan kegiatan evaluasi, adalah sebagai berikut:
a. Hasiltes
Hasil pretest yang dilakukan sebelum tindakan pada materi cahaya dan
sifat-sifatnya diperoleh data-data yang diuraikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Nilai Pretest Siklus I
No
Nama Siswa
Nilai pretest
Siklus I
1.
A
40
2.
B
70
3.
C
40
√
4.
D
40
√
5.
E
40
√
6.
F
20
√
Tuntas
Tidak Tuntas
√
√
65
66
Lanjutan tabel 4.1
7.
G
40
8.
H
70
√
9.
I
70
√
10.
J
20
√
11.
K
30
√
12.
L
30
√
13.
M
40
√
14.
N
40
√
15.
O
20
√
16.
P
40
√
Jumlah
650
Rata-rata
38,75
Persentase
√
3
13
18,75%
81,25%
Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 16 siswa, hanya 3 siswa yang
tuntas dengan persentase 18,75%, dan 13 siswa tidak tuntas dengan persentase
81,25%. Rata-rata yang diperoleh adalah 38.75, sehingga dikategorikan kurang.
Tabel 4.2 Hasil postest siklus I sebagai berikut:
No
Nama Siswa
Nilai postest
Siklus I
Tuntas
Tidak Tuntas
1.
A
30
√
2.
B
30
√
67
Lanjutan tabel 4.2
3.
C
80
√
4.
D
80
√
5.
E
80
√
6.
F
90
√
7.
G
70
√
8.
H
90
√
9.
I
90
√
10.
J
80
√
11.
K
20
√
12.
L
50
√
13.
M
40
√
14.
N
30
√
15.
O
70
√
16.
P
70
√
Jumlah
1000
10
6
Rata-rata
62,5
62,5%
37,5%
Persentase
Dari hasil postes pada siklus I terhadap 16 siswa diperoleh data seperti
pada tabel diatas. Siswa yang tuntas sebanyak 10 orang (62.5%) dan siswa yang
tidak tuntas sebanyak 6 orang (37.5%) dengan rata-rata 62.5
68
b. Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Tabel 4.3 Lembar Pengamatan terhadap Guru pada Siklus I
No
Skala Penilaian
Ketrampilan/Kemampuan
Guru
K
C
B
1.
Persiapan guru dalam mengajar
√
2.
Ketepatan guru dalam membuka
pelajaran dan melakukan
apersepsi
√
3.
Kemampuan guru menguasai
pelajaran
√
4.
Ketepatan guru menggunakan
metode pembelajaran
√
5.
Melaksanakan evaluasi
pembelajaran
√
6.
Menutup pelajaran
Keterangan:
√
K = Kurang
C = Cukup
B = Baik
Setelah pembelajaran siklus I selesai, pengamatan aktivitas guru
(peneliti) yang diamati oleh guru kelas V, maka dapat diketahui melalui lembar
observasi. Dari hasil pengamatan tercatat 3 butir mendapat tanggapan baik, 1
butir mendapat tanggapan cukup, 2 butir mendapat tanggapan kurang.
69
c. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Tabel 4.4 Lembar Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus I
Aspek yang Diamati
No
Nama
Kemampuan Siswa
Keaktifan Siswa
Perhatian Siswa
K
K
B
K
√
C
B
C
1.
A
√
√
2.
B
√
√
3.
C
4.
D
√
5.
E
√
√
6.
F
√
√
7.
G
√
8.
H
9.
I
10.
J
11.
K
12.
L
13.
M
√
14.
N
√
√
15.
O
√
√
16.
P
Jumlah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3
Keterangan:
6
5
K = Kurang
B
√
√
√
7
C
√
4
7
C = Cukup
3
6
7
B = Baik
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kegiatan siswa dalam
pembelajaran siklus I adalah kategori “kurang”.Hal ini dapat dilihat bahwa pada
aspek kognitif (kemampuan siswa), afektif (perhatian siswa), dan psikomotorik
(keaktifan siswa) sudah menunjukkan adanya peningkatan aktifitas siswa.
70
Hasil Pengamatan terhadap guru dan siswa pada siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi pembelajaran siklus I terhadap kegiatan
guru dan siswa, peneliti dapat menemukan adanya hambatan yang dihadapi ketika
proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hambatan – hambatan tersebut
meliputi:
1)
Pengelolaan kelas yang belum optimal
2)
Keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran
3)
Penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran
4)
Guru kurang menjelaskan dalam menyampaikan materi, sehingga siswa
belum mengerti dan memahami pelajaran
5)
Hasil kegiatan pada siklus I belum sepenuhnya sesuai dengan rencana
penelitian.
Berdasarkan hambatan –hambatan di atas, maka yang harus dilakukan
oleh peneliti adalah mengadakan rencana perbaikan sebagai berikut:
1) Guru mengelola waktu agar efisien dan praktis.
2) Guru lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar tidak bersifat monoton.
3) Guru memberikan arahan yang jelas terhadap tugas/latihan yang diberikan
kepada siswa.
71
2. Siklus II
Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pembelajaran II, soal tes formatif, dan lembar
pengamatan siswa. Pada siklus II ini, pembelajaran yang direncanakan
difokuskan pada penggunaan pendekatan CTL dan metode, latihan dan
bimbingan guru. Adapun kegiatan observasi yang digunakan adalah data hasil
penelitian, lembar pengamatan guru dan siswa adalah sebagai berikut:
a. Hasil Tes
Hasil pre test yang dilakukan sebelum tindakan pada materi cahaya
dan sifat-sifatnya diperoleh data-data seperti yang diuraikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Nilai Pretest Siklus II
No
Nama Siswa
Nilai pretest
Siklus II
1.
A
20
2.
B
80
√
3.
C
70
√
4.
D
30
√
5.
E
40
√
6.
F
70
7.
G
40
8.
H
80
√
9.
I
80
√
10.
J
40
√
11.
K
40
√
Tuntas
Tidak Tuntas
√
√
√
72
Lanjutan tabel 4.5
12.
L
50
13.
M
70
14.
N
50
√
15.
O
50
√
16.
P
50
√
Jumlah
860
Rata-rata
53,75
Persentase
√
√
6
10
37,5%
62,5%
Dari tabel 4.7 di atas diketahui bahwa dari 16 siswa, hanya 6 siswa yang
mampu menuntaskan kompetensi yang diujikan dengan persentase 37,5%, dan
sebagian besarbelum tuntas 62,5%. Rata-rata yang diperoleh adalah 53.75,
sehingga mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena penjelasan guru yang
kurang jelas sehingga beberapa siswa bermain sendiri dan tidak memperhatikan
terhadap pelajaran IPA.
Tabel 4.6 Hasil Nilai Postest Siklus II
No
Nama Siswa
Nilai postest Tuntas
Siklus II
1.
A
50
2.
B
80
√
3.
C
80
√
4.
D
50
5.
E
80
√
6.
F
80
√
Tidak Tuntas
√
√
73
Lanjutan tabel 4.6
7.
G
80
√
8.
H
100
√
9.
I
100
√
10.
J
80
√
11.
K
70
√
12.
L
50
13.
M
70
14.
N
50
√
15.
O
50
√
16.
P
70
√
Jumlah
1140
11
5
Rata-rata
71,25
68,75%
31,25%
Persentase
√
√
Dari hasil evaluasi pada siklus II terhadap 16 siswa diperoleh data
seperti pada tabel diatas.Siswa yang tuntas sebanyak 11 orang (68.75%) dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 5 orang (31.25%) dengan rata-rata 71.25.
74
b.
Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Tabel 4.7 Lembar Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II
No
Skala Penilaian
Ketrampilan/Kemampuan
Guru
K
C
B
1.
Persiapan guru dalam mengajar
√
2.
Ketepatan guru dalam membuka
pelajaran
dan
melakukan
apersepsi
√
3.
Kemampuan
pelajaran
4.
Ketepatan guru menggunakan
metode pembelajaran
5.
Melaksanakan
pembelajaran
6.
Menutup pelajaran
guru
menguasai
evaluasi
Keterangan:
√
√
√
√
K = Kurang
C = Cukup
B = Baik
Pengamatan terhadap guru pada siklus II mengalami peningkatan
pada skala penilaian yaitu 4 butir mendapat tanggapan baik, dan 2 butir
mendapat tanggapan cukup.
75
c. Lembar Pengamatan Siswa
Tabel 4.8 Lembar Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus II
Aspek yang Diamati
No
Nama
Kemampuan Siswa
Keaktifan Siswa
Perhatian Siswa
K
K
B
K
√
√
√
√
C
C
C
B
1.
A
2.
B
√
√
3.
C
√
√
√
4.
D
√
√
√
5.
E
6.
F
√
7.
G
√
8.
H
√
√
9.
I
√
√
10.
J
11.
K
√
12.
L
√
√
√
13.
M
√
√
√
14.
N
√
√
√
15.
O
√
√
√
16.
P
Keterangan:
√
B
√
√
√
√
√
√
√
√
√
K = Kurang
C = Cukup
B = Baik
√
√
√
√
√
√
√
76
Hasil dari siklus II ini sudah menunjukkan adanya perubahan,
bertambahnya
keaktifan
dan
perhatian
siswa
dalam
menggunakan
pendekatan CTL dan praktek langsung kepada siswa ketika pembelajaran
IPA tentang sifat-sifat cahaya.
d. Hasil Pengamatan terhadap guru dan siswa pada siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi pembelajaran siklus II terhadap
kegiatan guru dan siswa, peneliti dapat menemukan adanya hambatan
yang dihadapi ketika proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Hambatan – hambatan tersebut meliputi:
1) Pengelolaan kelas yang belum optimal
2) Keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran
3) Guru kurang menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung, sehingga
siswa belum mengerti dan memahami pelajaran
4)Hasil kegiatan pada siklus II belum sepenuhnya sesuai dengan rencana
penelitian.
Berdasarkan hambatan –hambatan di atas, maka yang harus dilakukan
oleh peneliti adalah mengadakan rencana perbaikan sebagai berikut:
1)
Guru mengelola waktu agar efisien dan praktis.
2)
Skenario pembelajaran diperbaiki agar pemanfaatan waktu lebih
terencana dan maksimal.
77
3)
Guru lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar tidak bersifat monoton.
4)
Guru memberikan arahan yang jelas terhadap tugas/latihan yang
diberikan kepada siswa.
3.
Siklus III
Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pembelajaran III, soal tes formatif
III, lembar
pengamatan guru dan siswa dan alat-alat pelajaran yang mendukung
pembelajaran. Pada siklus III ini, pembelajaran yang direncanakan difokuskan
pada pendekatan CTL, tanya jawab, dan resitasi.
a. Hasil Tes
Hasil pretest yang dilakukan sebelum tindakan pada materi cahaya dan
sifat-sifatnya diperoleh data-data seperti yang diuraikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.9 HasilPretest Siklus III
No
Nama Siswa
Nilai pretest
Siklus III
Tuntas
1.
A
80
√
2.
B
100
√
3.
C
80
√
4.
D
80
√
5.
E
80
√
6.
F
80
√
Tidak Tuntas
78
Lanjutaan tabel 4.9
7.
G
50
√
8.
H
100
√
9.
I
100
√
10.
J
80
√
11.
K
80
√
12.
L
80
√
13.
M
80
√
14.
N
80
√
15.
O
50
16.
P
70
√
Jumlah
1270
14
Rata-rata
79,73
√
2
87,5%
Persentase
12,5%
Dari tabel 4.13 di atas diketahui bahwa dari 16 siswa, ada 14 siswa
yang telah tuntas dengan persentase 87,5% dan hanya 2 siswa yang belum
tuntas dengan persentase 12,5%. Rata- rata yang diperoleh adalah 79.73 telah
mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran IPA.
Tabel 4.10 Hasil postest siklus III
No
Nama Siswa
Nilai postest
Siklus III
Tuntas
1.
A
80
√
2.
B
100
√
3.
C
100
√
4.
D
80
√
Tidak Tuntas
79
Lanjutan tabel 4.10
5.
E
80
√
6.
F
80
√
7.
G
90
√
8.
H
100
√
9.
I
100
√
10.
J
80
√
11.
K
90
√
12.
L
90
√
13.
M
90
√
14.
N
100
√
15.
O
90
√
16.
P
90
√
Jumlah
1440
16
0
Rata-rata
87,5
100%
0%
Persentase
Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 16 siswa telah berhasil tuntas
seluruhnya dengan persentase 100%. Rata-rata yang diperoleh adalah 87.5. Hal
ini menunjukkan bahwa telah mengalami peningkatan mulai siklus I, II, dan III.
80
b. Lembar Pengamatan Guru Siklus III
Tabel 4.11 Lembar Pengamatan terhadap Guru pada Siklus III
Skala Penilaian
No
Ketrampilan/Kemampuan Guru
K
C
B
1.
Persiapan guru dalam mengajar
√
2.
Ketepatan guru dalam membuka
pelajaran dan melakukan apersepsi
√
3.
Kemampuan
pelajaran
menguasai
√
4.
Ketepatan guru menggunakan metode
pembelajaran
√
5.
Melaksanakan evaluasi pembelajaran
√
6.
Menutup Pelajaran
√
guru
Keterangan: K = Kurang
C = Cukup
B = Baik
Pengamatan terhadap guru menunjukkan bahwa guru telah berhasil
dalam menjelaskan materi, mengelola kelas, menerapkan metode dan pendekatan
CTL terhadap materi cahaya.
81
c. Lembar Pengamatan Siswa
Tabel 4.12 Lembar Pengamatan terhadap siswa pada Siklus III
Aspek yang Diamati
No
Nama
1.
A
2.
B
3.
C
4.
Kemampuan Siswa
Keaktifan Siswa
Perhatian Siswa
K
K
K
C
B
C
√
B
C
B
√
√
√
√
√
√
√
D
√
√
√
5.
E
√
√
6.
F
√
√
7.
G
8.
H
9.
√
√
√
√
√
√
√
I
√
√
√
10.
J
√
√
√
11.
K
√
√
12.
L
13.
M
14.
N
15.
16.
Jumlah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
O
√
√
√
P
√
√
√
1
Keterangan:
4
11
1
K = Kurang
C = Cukup
2
13
1
1
14
82
B = Baik
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi pembelajaran baik siswa
maupun guru pada siklus III, telah mengalami peningkatan yang cukup bagus,
sehingga hambatan atau permasalahan yang muncul pada siklus I dan siklus II
sudah tidak terlihat pada siklus III.
B.
Pembahasan
1.
Siklus I
Pada siklus I ini, pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi dan
metode yang sesuai, sangat berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam
menjawab soal formatif dengan jawaban yang benar. Keaktifan siswa muncul
karena adanya metode yang sesuai dan alat peraga yang telah tersedia sehingga
siswa mudah mengikuti
proses pembelajaran. Paparan tersebut menunjukkan
bahwa siswa MI membutuhkan suatu suasana yang tidak monoton, tidak
membosankan, tetapi
menyenangkan dan lebih bermakna dalam kegiatan
pembelajaran.
Setelah peneliti mengadakan pengamatan melalui tes formatif yang berupa
pre test dan pos test. Hasil pre test yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 13
siswa banyak yang belum tuntas dengan persentase 81, 25% dan hanya 3 siswa
yang tuntas dengan persentase 18,75%. Sedangkan nilai hasil pos tes yang
diperoleh siswa adalah mengalami perubahan dalam pembelajaran yaitu hanya 6
siswa dengan persentase 37,5% yang belum tuntas, 10 siswa yang lainnya dengan
persentase 62,5% telah tuntas, rata-rata yang dicapai 62.5%. Pada siklus I ini
belum memenuhi kriteria nilai KKM dalam pembelajaran IPA.
83
2.
Siklus II
Hasil evaluasi siklus I menunjukkan
banyak siswa yang
belum
mencapai ketuntasan belajar, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa
mengenai materi cahaya dan sifat-sifatnya. Pada siklus II siswa yang mencapai
ketuntasan belajar 68,75% sebanyak 11 siswa dan yang belum tuntas hanya 5
siswa dengan persentase 31,25%. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 71,25.
Pada siklus II ini sudah mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus II ini
guru lebih menekankan pada aspek kemampuan, keaktifan dan perhatian siswa
dalam proses pembelajaran karena hal ini dapat mendukung keberhasilan
belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran selanjutnya.
3.
Siklus III
Perbaikan
pembelajaran
pada
siklus
II
menunjukkan
adanya
peningkatan baik peran guru, persentase keberhasilan pembelajaran maupun
persentase ketuntasan belajar. Akan tetapi hasil belajarnya belum maksimal.
Selam proses pembelajaran yang diamati adalah kemampuan siswa, keaktifan
dan perhatian siswa yang berbeda-beda terhadap pemahaman materi.
Pada siklus III atau kondisi akhir siswa lebih senang dan tertarik pada
pembelajaran yang disajikan oleh guru sehingga prestasi siswa meningkat
sangat
memuaskan.
Apalagi
pembelajaran
yang
disajikan
dengan
memperhatikan tingkat pola berpikir siswa yaitu dari konsep konkret, semi
konkret, semi abstrak baru kemudian ke konsep abstrak. Dengan demikian
84
hasil tes formatif sangat memuaskan yakni keseluruhan siswa telah berhasil
tuntas 100% dengan nilai 87.5 karena adanya reward.
Dari hasil nilai siklus I sampai III diperoleh dari nilai pretest dan
postest maka dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
No
Kriteria Siklus I
Ketunta
Pretest
san
Siklus II
Siklus III
Postest
Pretest
Postest
Pretest
Postest
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
1
Tuntas
3
18,75
10
62,5
6
37,5
11
68,75
14
87,5
16
100
2
Tidak
Tuntas
13
81,25
6
37,5
10
62,5
5
31,25
2
12,5
0
0
16
100
16
100
16
100
16
100
16
100
16
100
Jumlah
Grafik persentase tuntasan belajar pada siklus I, II, dan III
85
Pada penerapan CTL , peneliti telah melakukan pengamatan terhadap guru
dan siswa pada aspek perhatian, keaktifan, dan kemampuan siswa. Hasil pengamatan
terhadap guru dan siswa dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil observasi terhadap siswa pada siklus I-III
Skala Penilaian
Siklus
Kategori
K
F
Siklus I
Siklus II
Siklus III
C
%
F
B
%
F
%
Kemampuan Siswa
7
33%
3
18,75%
6
37,5%
Keaktifan Siswas
5
31,25%
4
25%
7
33%
Perhatian Siswa
3
18,75%
6
37,5%
7
33%
Kemampuan Siswa
2
12,5%
6
37,5%
8
50%
Keaktifan Siswa
4
25%
2
12,5%
11
68,75%
Perhatian Siswa
2
12,5%
2
12,5%
12
75%
Kemampuan Siswa
1
6,25%
4
25%
11
68,75%
Keaktifan Siswa
1
6,25%
2
12,5%
13
81,25%
Perhatian Siswa
1
6,25%
1
6,25%
14
87,5%
86
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat diagram batang tentang aktifitas siswa dari siklus I, II
dan III sebagai berikut:
C.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
87
Dalam pelaksanaan penelitian terdapat berbagai faktor pendukung dan faktor
penghambat proses pembelajaran. Berikut ini adalah faktor yang menghambat dan
yang mendukung pembelajaran CTL
1.
Faktor Pendukung
a. Siswa menyukai pendekatan CTL, karena pembelajarannya mengasyikkan,
dan menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pendekatan CTL merupakan model pembelajaran baru yang melibatkan
banyak siswa kreatif, aktif, dinamis, dan kritis.
c. Penggunaan alat peraga sangat mendukung keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran.
d. Model Pembelajaran CTL bagi siswa dapat menciptakan kondisi kelas
menjadi hidup dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung.
e. Penyampaian materi lewat pendekatan CTL bukan merupan beban bagi siswa
ketika menerima materi tersebut, meskipun sebenarnya siswa dituntut untuk
menemukan hal-hal nyata ketika menerima materi IPA.
2.
Faktor penghambat
a. Beberapa siswa tidak menyukai pelajaran IPA karena sulit dan dianggap
mereka menakutkan.
b. Sebelum dilakukan pendekatan CTL, banyak siswa yang ramai sendiri
sehingga mengganggu proses pembelajaran.
88
c. Jika pengkondisian waktu belum stabil, maka pembelajaran tidak akan sesuai
dengan yang direncanakan. Sebagian besar
siswa jika sudah asyik
praktek/percobaan langsung terkadang ramai, berbicara sendiri, dan materi
yang disampaikan belum selesai karena waktunya habis.
88
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
pendekatan CTL yang dilaksanakan pada siswa kelas V semester II MI Ma’arif
Mangunsari Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPA dengan pendekatan CTL dan
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini
ditandai dengan peningkatan hasil belajar setiap siklus, yaitu siklus I rata-rata
kelas dari nilai postes yang diperoleh adalah 62.5 dengan kategori cukup, siklus
II diperoleh rata-rata 71.25 dengan kategori baik, dan siklus III diperoleh ratarata 90 dengan kategori sangat baik.
Pada hasil persentase terhadap nilai pretest dan postest, dapat
disimpulkan bahwa pada pre test siklus I sebanyak 18.75% siswa yang tuntas,
untuk pos test sebanyak 62.5% siswa yang tuntas. Padasiklus II jumlah siswa
yang tuntas pada pre test meningkat 37.5%, untuk pos test 71.25%. pada siklus
III jumlah siswa yang tuntas sangat memuaskanya itu keseluruhan siswa telah
berhasil 100% dengan rata-rata nilai 90%. Berarti dengan menggunakan
pendekatan CTL dapat menuntaskan semua siswa.
88
89
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh, maka
terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Mencoba menerapkan berbagai strategi dan metode yang sesuai dengan
materi yang telah disajikan.
b. Mengevaluasi strategi dan penggunaan metode yang diterapkan sudah
tepat atau belum.
c. Lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran terutama pelajaran
IPA.
2. Bagi Siswa
a. Berlatih untuk aktif, kreatif, kritis dalam menerima materi pelajaran IPA
tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
b. Memanfaatkan fasilitas sekolah yang telah tersedia dan mendukung
pembelajaran.
c. Termotivasi untuk lebih menyukai pelajaran IPA.
d. Dapat memberikan motivasi siswa untuk lebih giat belajar dan
berprestasi dalam pelajaran IPA.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah memberikan sarana dan prasarana yang memadai agar hasil
belajar siswa meningkat.
90
b. Sekolah berperan aktif dalam mengikutsertakan siswa dalam mengikuti
kejuaraan lomba IPA agar siswa lebih semangat belajar.
c. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya.
91
DAFTAR PUSTAKA
_____________, 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan belajar, Bandung: Tarsito
Arifin, Zainal, 2001. Evaluasi Instruksional Prinsip Tehnik dan Prosedur, Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Arikunto, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Depag, 2002. Pendidikan IPA Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Ditjen Binbaga Departemen Agama.
Handayani, Sarjan, Purwo Sutanto, 2004. Sains, Klaten: Sahabat.
Haryanto, 2004. Sains untuk SD kelas V, Jakarta: Erlangga.
Johnson Elaine, 2009. Contextual Teaching and Learning, Jakarta: MLC.
Khuraesin, 2004. Belajar Pengetahuan Alam, Bandung: Sarana Pancakarya Nusa.
Moedjiono Hasibuan, 1995. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mudjiono Dimyati, 2002. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta.
Mulyati, 2005. Psikologi Belajar, Yogyakarta: Andi Offset.
Muslich Masnur, 2002, KTSP, Jakarta: Rineka Cipta
Poerwadarminta, 2006.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanto Ngalim, 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rusyan Tabrani, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, 1989. Pendekatan dalam Proses Belajara
mengajar, Bandung: Rineka cipta.
92
Sapriati, 2009. Pembelajaran IPA di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Sardiman, 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers.
Semiawan Conny, 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, Indonesia: PT
Macanan Jaya Cemerlang.
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka cipta.
Sudarmanto, 1993. Tuntunan Metodologi Belajar, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Sukarno, Hadiat, Padmawinata, Kertiasa, 1981. Dasar-dasar Pendidikan Sains, Jakarta: Bhratara
Karya Aksara.
Sukmadinata, Nana Saodih, 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan , Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Sriyanti lilik, 2009. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Syarifah Ety, Mukh Doyin, 2008. Teknik Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Kelas,
Bandungan: Bandungan Institute.
Usman, Moh Uzer dan Lilies Setiawati, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
Bandung: Remaja Rosda Karya.
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nur Afifah Aprillia
Tempat tanggal lahir
: 16 April 1987
Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Alamat
: Soditan Rt 03 Rw 02 Lasem Rembang Jawa Tengah
Pendidikan :
1. SDN 2 Soditan Lasem Lulus Tahun 1999
2. SLTP Negeri 1 Lasem Lulus Tahun 2002
3. MAN Lasem Lulus Tahun 2005
4. D2 PGK STAIN Salatiga Lulus Tahun 2007
Demikian daftar Riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,
Pebruari 2011
Penulis
Nur Afifah Aprillia
NIM 125 08 012
Download