UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA POKOK BAHASAN CAHAYA PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: NUR AFIFAH APRILLIA NIM : 12508 012 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Nur Afifah Aprillia NIM : 12508012 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Judul : “Upaya Pelajaran Meningkatkan IPA Melalui Prestasi Belajar Pendekatan Mata Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pokok Bahasan Cahaya Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011”. Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, 28 Februari 2011 Pembimbing Peni Susapti PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nur Afifah Aprillia NIM : 125 08 012 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 28 Februari 2011 Yang Menyatakan Nur Afifah Aprillia MOTTO َ "#$ِ %َ& ِ َ ْ ِّ ِ ِّ ِ ِ ُ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ََِ* ) $ ُِ "ِ'(ِ Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan serta sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu akan dipeintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin. PERSEMBAHAN 1. Ibuku Nasiroh dan Bapakku Abdul Mu’id yang selalu mencurahkan kasih sayang dan do’anya kepada penulis 2. Bapak Mustamid beserta keluarga besarnya 3. Kakak-kakakku M. Taufik, Huda, Ulin nuha, Agus, Slamet, beserta keluarga dan Chalimah yang selalu memberikan motivasi kepada penulis 4. Calon pendamping hidupku 5. Teman-temanku di Safira Dek lala, Dek Faiq, Mbak Ana, Mbak Narsi, Mbak Andri, Frince, Dek Abil, Dek Aish, Dek Anggi, Nurul, Yeni, Ika, Umi dan Sani. Sahabat-sahabatku Dwi dan Riyadi. 6. Teman-temanku PGMI Transfer yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi. ABSTRAK Aprillia, Nur Afifah, 2011. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.Skripsi Jurusan Tarbiyah, Progdi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti M. Si Kata Kunci : Prestasi Belajar IPA dan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Penelitian ini merupakan Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V Mi Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahn, yaitu apakah penggunaaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan Cahaya, pada siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Adapun langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilakukan dalam tiga siklus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: pembelajaran IPA pokok bahasan Cahaya melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan: pertama aktifitas belajar siswa dalam belajar mengajar (KBM), pada siklus I, Siklus II, dan siklus III. Kedua prestasi siswa, pada siklus I 62.5%, siklus II 71.25%, dan siklus III 90% . Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrohim Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk kepada manusia menuju kebaikan. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Uswah Khasanah Rasulullah SAW. Berkat Inayah Allah jualah penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah. Semoga penulis dan pembaca umumnya bisa mengambil manfaat dari tulisan ini. Penulis menulis skripsi dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pokok Bahasan Cahaya Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011”. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga 3. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 4. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sejak awal hingga skripsi ini selesai. 1. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah. 2. Ibu Siti Rohmini, S.Ag, M.Pd selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari serta para karyawan yang telah membantu memberikan informasi atau data penelitian tentang Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari, juga kepada para siswa yang telah banyak membantu. 3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah rela berkorban baik matmaupun spiritual. 4. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya PGMI 2008 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Besar harapan penulis, semoga amal baik tersebut diterima Allah SWT dan mendapat pahala yang sepantasnya. Tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan bahkan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Salatiga, 28 Pebruari 2011 Penulis Nur Afifah Aprillia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................. iv MOTTO............................................................................................... v PERSEMBAHAN................................................................................ vi ABSTRAK .......................................................................................... vii KATA PENGANTAR ......................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii DAFTAR TABEL............................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian................................................................... 4 D. Hipotesis ............................................................................... 4 E. Manfaat Penelitian................................................................ 4 F. Definisi Operasional .............................................................. 5 G. Metodologi Penelitian............................................................ 6 H. Sistematika Penulisan ............................................................ 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 15 A. Prestasi Belajar ...................................................................... 15 B. Mata Pelajaran IPA................................................................ 28 C. CTL....................................................................................... 31 D. CAHAYA.............................................................................. 47 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................ 52 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................... 52 1. Sejarah singkat Lokasi ..................................................... 52 2. Visi dan Misi ................................................................... 53 3. Subyek Penelitian ............................................................ 54 4. Pelaksanaan Penelitian..................................................... 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 65 A. Hasil Penelitian...................................................................... 65 B. Pembahasan........................................................................... 82 C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ............................ 86 BAB V PENUTUP .................................................................................. 88 A. Kesimpulan ........................................................................... 88 B. Saran ..................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 91 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : SK (Surat Kelulusan) Stain Salatiga Lampiran 2 : RPP I, II, dan III Lampiran 3 : Hasil test siswa Siklus I (Pretest dan postest) Lampiran 4 : Hasil test siswa Siklus II (Pretest dan postest) Lampiran 5 : Hasil test siswa Siklus III (Pretest dan postest) Lampiran 6 : Dokumen foto-foto siswa MI Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan masih memiliki peranan penting baik formal maupun informal. Adanya pendidikan yang maju dan berkembang, maka Sumber Daya Manusia akan lebih terarah dengan baik. Hal ini dapat di lihat dari hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa di Madrasah Ibtidaiyah. Ditinjau dari segi perkembangannya, seorang guru harus menciptakan suasana kelas yang hidup, memiliki keterampilan, serta keahlian untuk memilih penggunaan strategi pembelajaran. Dalam hal ini penggunaan strategi yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik IPA, yaitu inkuiri (mencari tahu) dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang hal-hal yang dipelajari dalam IPA yaitu alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu dasar yang saat ini mulai berkembang pesat, baik materi, fungsi dan kegunaannya. Salah satu tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Madrasah Ibtidaiyah adalah untuk mengetahui keanekaragaman makhluk hidup dan alam semesta. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai induk dari cabang ilmu yang harus dilaksanakan dengan baik, karena Ilmu Pengetahuan Alam masih dianggap pelajaran yang sulit, sehingga sebagian siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 1 2 Berdasarkan pengamatan, selama ini MI Ma’arif Mangunsari Salatiga sebagian besar siswanya kurang menyukai terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kreativitas pengajar, sehingga siswa kurang aktif pada saat proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan belajar siswa di kelas dapat dilihat dari bagaimana cara guru mengajar yang bervariatif sehingga pembelajaran tidak monoton. Salah satu pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru adalah menyampaikan materi dengan baik, dan mampu untuk menemukan sesuatu yang baru dan bermakna bagi siswa dalam proses belajar mengajar. Pada permasalahan ini seharusnya pada tingkat MI, guru mempunyai strategi pembelajaran yang baik seperti pembelajaran aktif, cooperatif, based learning dan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan yang kami terapkan di MI adalah pendekatan CTL akan memudahkan guru dalam proses belajar mengajar. CTL adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pada dasarnya CTL dapat memberikan hasil pembelajaran yang diharapkan itu bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran akan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran ini sangat penting diajarkan pada 3 tahap dasar. Pembelajaran CTL juga dapat berpengaruh penting pada prestasi belajar siswa. Sebaliknya sebagai guru IPA harus sepenuhnya melaksanakan program CTL tersebut dengan baik agar dapat menghilangkan kebosanan siswa ketika belajar. Ketidakberhasilan seorang guru dalam proses pembelajaran, disebabkan karena pemberian materi dari guru yang sulit dimengerti dan dipahami oleh siswa. Sehingga menyebabkan siswa asyik berbicara sendiri dan sulit untuk menyerap materi yang telah diberikan oleh guru. Berdasarkan permasalahan di atas, seorang guru hendaknya dapat menghidupkan suasana belajar yang mengasyikkan sehingga siswa mampu menguasai dan faham terhadap materi IPA. CTL diperlukan agar dapat membantu siswa menemukan hal-hal yang baru pada materi IPA. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis terdorong melakukan penelitian dengan mengangkat judul : “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pokok Bahasan Cahaya Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011? 4 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. D. Hipotesis Menurut Arikunto (1982: 63) Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan yang dirumuskan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitiaan dapat dilihat dari sifat dan sasarannya. Dilihat dari segi sifat, manfaat penelitian dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan IPA yang diperoleh dari penelitian di lapangan. 2. Manfaat Praktis a. Untuk Guru 1) Dapat meningkatkan mutu pendidikan IPA di Madrasah Ibtidaiyah. 5 2) Dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas dalam mengajar pelajaran IPA. 3) Dapat diperoleh strategi yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran IPA yang telah disampaikan. b. Untuk Siswa 1) Meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar di kelas. 3) Dapat menumbuhkan semangat belajar siswa pada pelajaran IPA. c. Untuk Sekolah 1) Dapat meningkatkan mutu pembelajaran IPA di Sekolah. 2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah. 3) Dapat meningkatkan program Madrasah menjadi sangat bermakana dan berjalan dengan lancar. F. Definisi Operasional Supaya tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul, maka akan dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut: 1. Prestasi Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. 6 2. Pengertian pelajaran IPA Pelajaran IPA adalah suatu studi yang banyak berkaitan dengan manusia dan masyarakat, suatu studi yang memerlukan imajinasi, perasaan, pengamatan, dan juga analisis (lord Bullock dalam Garnida, 2000: 2). 3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarkat (Johnson, 2002: 65). G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang di terapkan adalah penelitian tindakan kelas. Istilah “Penelitian Tindakan Kelas” diartikan sebagai bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Arikunto, 2006: 91). Dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan tiga siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan (d) refleksi. Tiga siklus tersebut tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki, baik efektifitas, perhatian siswa maupun prestasi belajar siswa. 2. Subjek, lokasi, dan waktu penelitian 7 a. Subyek penelitian Subjek yang saya teliti adalah siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari Salatiga tahun pelajaran 2010/2011. Dengan jumlah 16 siswa yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 6 siswa anak lakilaki. Dasar pertimbangan pilihan subyek yaitu kelas V yang berumur 11-12 tahun dianggap sudah mampu untuk berpikir secara ilmiah dibandingkan dengan kelas bawah. b. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Dengan pertimbangan bahwa selain karena permasalahan yang ada, lokasi tersebut belum pernah untuk penelitian. c. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan kurang lebih selama 3 bulan yaitu mulai Nopember sampai dengan Januari 2011. 3. Siklus Penelitian a. Perencanaan 1) Peneliti menetapkan penggunaan CTL untuk pemecahan masalah. 2) Peneliti membuat skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar dengan meminta masukan dari guru. 3) Membuat alat pembelajaran. 4) Membuat observasi. 8 b. Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dirancang. c. Observasi Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh dan menggali data yang akurat bagi perbaikan siklus berikutnya. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa. Pengamatan yang dilakukan guru adalah mengamati kegiatan peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung dengan sasaran yang diamati yaitu keaktifan siswa dalam menemukan konsep yang terkandung dalam materi pembelajaran, membangun hubungan antara konsep dengan materi lain sehingga siswa menemukan makna yang terkandung di dalam materi yang telah dipelajari. d. Refleksi Data diperoleh dari tahap observasi yang dianalisis berdasarkan data tersebut. Guru dapat merefleksikan diri mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan agar dapat dijadikan landasan untuk menentukan tindakan kelas pada tahap siklus berikutnya. 9 Siklus pemecahan masalah menurut Arikunto ( 2006:16) Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan Pengamatan Dalam Penelitian tindakan kelas ini, peneliti memerlukan beberapa siklus/tahapan hingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan indikator penelitian. Adapun tahap penelitian tersebut yaitu : 10 a. Perencanaan (Planing) Peneliti telah menyiapkan rencana pembelajaran, media pembelajaran matematika yaitu alat peraga petak persegi satuan untuk memudahkan siswa dalam mengukur luas persegi dan persegi panjang. Peneliti mengarahkan siswa untuk melakukan, mengamati dan menemukan sendiri pengetahuan yang ada. b. Pelaksanaan Tindakan ( Action) Peneliti menyajikan materi pembelajaran matematika dalam mengukur luas daerah persegi dan persegi panjang menggunakan alat peraga petak persegi satuan. c. Pengamatan ( Observasition) Peneliti melakukan pengamatan, perhatian siswa, tanggapan siswa, dan keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berkaitan dengan tolak ukur yang di pakai dalam pelaksanaan Observasi, maka kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya peningkatan praktek pembelajaran, seperti: peningkatan minat belajar siswa. 2) Terjadinya keterlibatan siswa secara maksimal untuk tercapainya proses pembelajaran. 11 d. Refleksi ( Reflection ) Refleksi dalam penelitian tindakan kelas di pahami sebagai kegiatan analisis-analisis, pemaknaan, penjelasan dan evaluasi terhadap informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan. Tindakan ini tidak hanya dilakukan di akhir tindakan, melainkan di lakukan pada saat merancang tindakan, saat tindakan di lakukan dan saat setelah berakhir kegiatan refleksi di arahkan tidak saja pada diri guru, melainkan seluruh konteks pembelajaran yang di lakukannya, termasuk siswa dan lingkungannya. 4. Instrumen Penelitian Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut: a. Lembar Observasi 1) Lembar Observasi bagi guru, digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan guru dalam proses pembelajaran. 2) Lembar Observasi bagi siswa, digunakan untuk mengamati kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung. b. Pedoman Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambar umum sekolah, keadaan proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang berlangsung. c. Lembar Evaluasi/Tes 5. Tehnik Pengumpulan Data 12 a. Tes Digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa setelah proses pembelajaran. b. Observasi Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang menjadi sasaran. c. Dokumentasi Digunakan untuk mencari data-data mengenai variabel. seperti, transkip buku, catatan dan sebagainya. Metode ini dipakai untuk memperoleh gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, serta keadaan sarana dan prasarana. 6. Analisis Data Setelah semua data terkumpul, penulis menganalisa data tersebut dengan tehnik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut : a. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif prosentase nilai yang diperoleh siswa kemudian dirata-rata untuk mengetahui keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan target yang telah dicapai. b. Data kualitatif yang berasal dari observasi atau pengamatan digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan tindakan pembelajaran dengan ditandai semakin meningkatnya penguasaan materi dan prestasi belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mangunsari salatiga tahun ajaran 2010/2011. 13 H. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : 1. Bagian Awal Terdiri dari: Halaman Judul, Nota Pembimbing, Lembar Pengesahan, Pernyataan keaslian tulisan, Motto, Persembahan, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Lampiran. 2. Bagian isi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Hipotesis F. Definisi Operasional G. Metodologi penelitian H. Sistematika penulisan BAB II Kajian Pustaka A. Prestasi Belajar B. Mata Pelajaran IPA C. Contextual Teaching and Learning (CTL) D. Cahaya 14 BAB III Pelaksanaan Penelitian A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi per siklus B. Pembahasan BAB V Penutup A. Kesimpulan B. Saran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Adapun beberapa ahli mengemukakan definisi pengertian prestasi belajar sebagai berikut: MenurutPurwadarminta menyatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai. Sukmadinata (2004: 102) berpendapat bahwa prestasi belajar/hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang telah dinyatakan dalam raport. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa prestasi adalah segala kemampuan atau usaha yang dapat dicapai dengan maksimal dan memuaskan. Untuk mengetahui prestasi siswa maka sangat diperlukan adanya evaluasi dalam proses belajar mengajar di sekolah. 15 16 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Proses belajar dan hasil belajar merupakan dua bagian yang saling berkaitan sangat erat, karena kegiatan pembelajaran akan berhasil setidaknya dapat dilihat dari hasil tes. Di dalam kegiatan belajar terdapat juga proses berfikir dan di dalam proses berfikir, siswa menyusun hubungan-hubungan antara bagian informal yang diperoleh sebelumnya, sehingga siswa menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut serta siswa dapat menampilkan pemahaman bahan pelajaran IPA, inilah merupakan perwujudan hasil belajar (Syarifah, 2008:44). Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi belajar dapat digunakan suntuk mengetahui sejauhmana efektivitas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hasil belajar memuat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Prestasi seseorang diukur sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi setelah proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Prestasi belajar mempunyai berbagi fungsi, yaitu sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan dan lambang pemuasan hasrat ingin tahu (Arifin, 1988: 3). 17 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar disampaikan oleh Sumadi Suryabrata dan Lilik Sriyanti (2009:24) sebagai berikut : a. Faktor eksternal 1) Faktor non sosial Faktor non sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar, diantaranya berupa cuaca, alat, gedung dan sejenisnya. 2) Faktor sosial Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia.Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat termasuk teman pergaulan anak.Faktor sosial yang di maksud di sini adalah faktor manusiawi yang dalam hal ini adalah adanya interaksi antara sesama manusia yakni lingkungan di mana anak itu melakukan pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu : a) Lingkungan keluarga Keluarga adalah lingkungan utama yang di kenal dan digeluti oleh anak didik.Pada lingkungan ini banyak indentifikasi yang di peroleh anak dari anggota keluarganya, baik yang berupa bimbingan atau didikan. 18 Secara informal anak diberikan pengetahuan yang tidak diberikan di sekolahnya. Berkaitan dengan lingkungan keluarga ini, maka keluarga yang sehat akan sangat berarti besar untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran kecil maupun besar yaitu pendidikan bangsa, Negara, dan dunia (Slameto, 1991:61). b) Lingkungan Sekolah Sebagai mana telah kita ketahui bersama bahwa lingkungan sekolah adalah merupakan lingkungan belajar secara sistematis dan terampil serta terarah.Sekolah merupakan tempat belajar yang sangat efektif, maka dari itu tugas dan tanggung jawab sekolah mempunyai arti yang sangat besar dalam mempengaruhi pendidikan anak (Sriyanti, 2009:24) . c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan.Karena pendidikan anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.Mengingat demikian besarnya pengaruh dari lingkungan masyarakat maka perlu sekali untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa atau anak 19 didik, sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya dengan hasil yang maksimal dan memuaskan. b. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1). Faktor fisiologi Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari: a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar.Keadaan tonus jasmani secara umum ini misalnya, tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu.Apabila badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya jika badan individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar. b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait 20 dengan fungsi panca indera merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam individu. c) Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian kematangan dan lain sebagainya. Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar. Pengaruhnya bisa bersifat positif (mendukung) namun bisa juga negatif (menghambat) (Sriyanti, 2009:21). Dalam kegiatan belajar siswa, faktor psikologis ini akan memberikan andil dan pengaruh yang cukup besar, karena faktorfaktor psikologis ini anak senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal (Sardiman, 1994:88). Adapun faktor psikologis adalah yang berhubungan dengan kejiwaan peserta didik. Yang termasuk dalam faktor ini adalah kecerdasan, perhatian, bakat, minat, emosi dan motivasi. Motivasi sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar. Motivasi adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif (sikap). Menurut Winataputra motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas bila motornya tidak ada maka aktivitastidak akan 21 terjadi. Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Seseorang melakukan aktivitas karena ada faktor pendorong dari dalam dirinya. Begitu pula dengan kegiatan belajar, siswa melakukan belajar karena adanya dorongan untuk melakukan aktivitas itu demi tujuan yang diinginkan. Dalam hubungan dengan belajar ini, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan seseorang melakukan aktivitas belajar. Dengan adanya faktor penggerak, siswa akan melakukan kegiatan belajar, dengan segenap energi yang dimiliki secara optimal. Jadi dalam hal ini motivasi mempunyai peranan untuk menumbuhkan gairah, merasa senang, dan bersemangat melakukan aktivitas belajar. Sardiman (1994:84) mengatakan bahwa dengan motivasi yang tinggi senantiasa akan melakukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Dari pendapatan tersebut diatas bahwa siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menaruh perhatian yang besar terhadap pelajaran yang diberikan dan diaktualisasikan dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan peranan dari motivasi tersebut, menurut Sardiman (1994:85) motivasi belajar mempunyai empat fungsi yaitu sebagai berikut : 22 a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor dari setiap kegiatan belajar yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai, sesuai yang diinginkan. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dan sesuai dengan tujuan serta menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat lagi tujuan tersebut. d. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian prestasi belajar. Dari fungsi-fungsi motivasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi mendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan belajar, menyeleksi perbuatan belajar, berfungsi meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian maka motivasi yang dimiliki siswa, semakin tinggi intensitas belajarnya, semakin tinggi pula kemungkinan untuk berhasil dan untuk berprestasi. 3. Pengertian Belajar Pengertian belajardalam kamus umum bahasa Indonesia (2007: 17) balajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Witherington belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu 23 pengertian (Ngalim,1997: 84). Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan pendapat Gredler (1991: 1) mengatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah obyek terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal lain yang dijadikan bahanbelajar (Dimyati, 2002:7).Sehingga belajar harus ada perubahan, apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. Dari pendapat ini dapat di artikan bahwa belajar adalah berubah yang berarti usaha mengubah tingkah laku pada individu-individu yang belajar meliputi penambahan ilmu pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuain diri. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke 24 perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti mencakup unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini berdasarkan definisi belajar dan tujuan penelitian ini, memaknai belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku,seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuain diri terhadap lingkungan apapun yang dilakukan dengan sadar dan terencana. Belajar merupakan suatu proses atau jalan yang harus ditempuh untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui atau diketahui tetapi tidak menyeluruh tentang suatu hal. Melalui belajar seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuannya.Sebagaimana dalam balajar IPA, ketika panca indra dilibatkan secara langsung yaitu dengan eksperimen maka peningkatan pemahaman siswa lebih tinggi dari sekedar mendengar dan melihat saja, karena dalam proses belajar seperti ini 3 aspek kemampuan yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik semua dilatih untuk menghasilkan kemampuan maksimal, yang pada akhirnya menghasilkan prestasi yang memuaskan. 4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar sebagai suatu proses yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan, tingkah laku atau kecakapan (Purwanto, 1988: 106). Untuk 25 meningkatkan suatu keberhasilan harus memperhatikan faktor-faktor yang ada didalam proses belajar. Menurut Semiawan (2002: 10) ada dua unsur mekanisme adaptasi yang terkait dalam setiap tindakan diantaranya : akomodasi (perolehan) dan asimilasi (pertukaran) informasi baru dengan yang lama dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan respon terhadap lingkungan baru. Unsur lain yang mempengaruhi belajar adalah alat bantu belajar, pendekatan, suasana belajar, kondisi siswa, motivasi dan bahan / materi belajar. 5. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar dilakukan dalam kondisi yang berbeda.Adapun Prinsip belajar menurut (Slameto, 1987: 29) adalah sebagai berikut: a. Setiap siswa harus ikut berpartisipasi aktif dalam belajar untuk minat dalam mencapai tujuan instruksi b. Belajar bersifat keseluruhan dan memiliki materi yang berstruktur dan penyajiannya harus sederhana agar siswa pengertiannya. c. Belajar dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. d. Belajar itu melalui tahap demi tahap maka memerlukan proses yang kontinyu. e. Belajar merupakan proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery. 26 f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya. g. Belajar membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup agar siswa dapat belajar dengan tenang. h. Belajar itu perlu lingkungan yang menantang bagi anak agar dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. i. Belajar memerlukan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. j. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa. k. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain ) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. 6. Tujuan Belajar Robert M. Gagne (1986: 5) mengelompokkan kondisi- kondisibelajar dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Dari beberapa tujuan belajar ada lima kemampuan yang secara nyata dalam mencapai proses belajar yaitu: a. Keterampilan intelektual merupakan hasil belajar yang penting dari system belajar skolastik. b. Strategi kognitif secara luas, yang meliputi: aspek adaptasi, asimilasi, akomodasi dalam proses belajar mengajar siswa. 27 c. Memperoleh informasi verbal dalam pengetahuan sebagai informasi dan fakta. d. Keterampilan motorik dapat diperoleh di sekolah seperti: mengetik, menulis, menggambar, mengukur, dan sebagainya. e. Memiliki sikap atau nilai merupakan hasil belajar yang bersifat emosi pribadi, seperti: berbuat baik terhadap orang lain, percaya diri, memiliki inisiatif, dan yang paling penting harus berintegritas dengan lingkungan sekitar. 7. Macam-macam Evaluasi Belajar Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengebangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan (Slameto, 1991: 159). Adapun macammacamnya sebagai berikut: a. Evaluasi Formatif Evaluasi Formatif adalah evaluasi untuk mengetahui daya serap siswa setelah satu unit pelajaran yang disajikan. Evaluasi ini dilakukan sebagai penentu ketuntasan belajar siswa yang biasanya dengan tes tertulis. Bagi siswa yang tuntas belajar bisa melanjutkan pokok bahasan pelajaran yang baru, sedangkan bagi yang belum tuntas maka harus diberikan pengayaan/remedial. b. Evaluasi Sumatif Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah satu satuan waktu. Evaluasi ini digunakan untuk menentukan siswa mampu 28 atau belum mampu untuk kejenjang yang lebih tinggi. Nilai dari evaluasi tidak harus berdasarkan pada tes akhir saja melainkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran. B. Mata Pelajaran IPA 1. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunana hipotesis (dugaan sementara) yang diikuti pengujian gagasan (Sapriati dkk, 2009: 511). Sedangkan menurut Ali dan Rahma (1991: 18) menjelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan atas pengamatandan induksi fowler. Dari kedua pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahun Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dalam rangka mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran IPA adalah progam untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai ilmiah pada siswa serta rasa menyintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa. 29 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pengalaman pembelajarannya langsung untuk menekankan mengembangkan pada pemberian kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam (KTSP MI Maarif Mangunsari, 2010: 64) 2. Tujuan, Ruang Lingkup, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pengajaran IPA bagi Siswa a. Tujuan Adapun tujuan pengajaran IPA bagi siswa (Depdikbud 1994: 1)antara lain: 1) Agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 2) Agar siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan yang berkaitan dengan alam sekitar. 30 3) Agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap lingkungan alam di sekitar kita sehingga menyadari akan kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. 4) Bersikap ingin tahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggug jawab dan mandiri. 5) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar. 6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. b. Ruang Lingkup Ruang Lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya. 2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: udara, air, tanah, dan batuan. 3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya, pesawat sederhana, cahaya, bunyi, tata surya, bumi, dan benda-benda langit lainnya. 4) Kesehatan, makanan, penyakit, dan pencegahannya. 5) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan, dan pelestariannya (Depag, 2002: 254). 31 c. Standar Kompetensi Mata pelajaran IPA diajarkan pada MI Ma’arif Mangunsari Salatiga tentunya memiliki standar kompetensi. Adapun standar kompetensi bagi siswa MI kelas V adalah: 1) Memahami dan menggunakan sifat-sifat cahaya melalui percobaan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Memahami dan membuktikan bahwa cahaya dan penglihatan sangat berhubungan dalam kehidupan sehari-hari 3) Membuktikan bahwa cahaya memiliki berbagai warna dalam memecahkan masalah (KTSP MI Maarif Mangunsari 2010: 67). d. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya B. Pendekatan CTL 1. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Johnson,2002:65). Landasan filosofis CTL adalah konstuktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru 32 lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya(Muslich, 2008:41) Pendekatan CTL yang di gunakan dalam proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan lebih bermakna. Pendekatan ini sebenarnya bukan sama sekali baru karena beberapa waktu yang lalu pernah disinggung mengenai pembelajaran aktif, CBSA, dan saat ini banyak sekali pendekatan pembelajaran yang diungkap mulai dari Active Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching, Accelerated Learning dan sebagainya. Pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang berorientasi pada kepentingan siswa atau berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran Inquiry yang menunjukkan dominasi peserta didik selama proses pembelajaran (berorientasi pada peserta didik) dan guru sebagai fasilitator. Ciri dari pendekatan ini adalah kegiatannya beragam seperti : teknik tanya jawab dan diskusi yang bersifat terbuka, simulasi, bermain peran, sosio drama, demontrasi, eksperimen, studi kasus, problem solving, kerja kelompok. Dalam proses pembelajaran yang efektif yang diinginkan adalah perubahan pada peserta didik dalam aspek pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan dan kebiasaan sebagai produk, dan guru sebagai 33 manager. Dalam proses pembelajaran guru menempatkan siswa menjadi klien dengan menghilangkan dinding pemisah dalam arti positif. Keaktifan siswa tidak hanya menerima informasi saja, tetapi diperoleh melalui informasi secara efektif. Otak membantu melaksanakan refleksi baik secara eksternal maupun internal. Belajar secara pasif tidak akan hidup, karena siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik pada hasil belajar secara aktif. Siswa dituntut mencari sesuatu, sehingga potensi siswa akan terlibat secara optimal dalam pembelajaran. 2. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Para pendidik yang mempunyai pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi, dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berpikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut johnson (2004: 86) tiga pilar dalam sistem CTL, yaitu: a. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan yang merupakan perwujudan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah. b. CTL mencerminkan prinsip deferensiasi, hal ini terlihat ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masingmasing, untuk menghargai perbedaan-perbedaan, untuk menjadi 34 kreatif, untuk bekerjasama, untuk menghasilkan gagasan baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan. c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri, hal ini terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi. 3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Muslich (2002:42) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata dan alami. b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning) c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing) d. Pembelajaran dilaksanakan antar teman (learning in a group) e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan kebersamaan, bekerjasama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). 35 f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together) g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). Secara lebih sederhana Nurhadi mendeskripsikan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci, yaitu : (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan gairah; (5) pembelajaran terintegrasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis; dan (10) guru kreatif (Muslich, 2008:42). 4. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu (1) contructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk), (2) question (bertanya), (3) inquiry (menyelidiki, menemukan), (4) learning community (masyarakat belajar), (5) modelling (permodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan balik), (7) authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Apabila ketujuh komponen ini diterapkan dalam pembelajaran, terlihat pada realitas berikut. a. Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 36 b. Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari. c. Kegiatan belajar yang bisa mengakomodasikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga berhasil “menemukan” sesuatu. d. Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman lain. e. Kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya. f. Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa. g. Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung. 5. Prinsip Dasar Setiap Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Muslich (2008:43) di jelaskan bahwa setiap komponen utama CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan 37 ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar yang dimaksud terlihat pada penjelasan berikut. a. Konstruktivisme Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Atas dasar pengertian tersebut, prinsip dasar konstruktivisme yang dalam prakrik pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai berikut. 1) Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran. 2) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis. 3) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. 4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar. 38 5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri. 6) Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru. b. Bertanya (questioning) Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kumampuan kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya. Atas dasar pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen bertanya adalah sebagai berikut: 1) Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya 2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif melalui tanya jawab. 3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif dilakukan lewat diskusi (baik kelompok maupun kelas). 4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. 39 5) Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, (b) mengecek pemahaman siswa, (c) membangkitkan respons siswa, (d)mengetahui kadar keingintahuan siswa, (e) mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, (f) memfokuskan perhatian siswa pada apa yang dikehendaki guru, (g) membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, dan (h) menyegarkan pengetahuan siswa. c. Menemukan (inquiry) Komponen menemukan merupakan kegiatan intiCTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Atas dasar pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang bisa dipegang guru ketika meneraplan komponen inquiry dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri. 2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa. 40 3) Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (question), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion). 4) Langkah-langkah kegiatan inkuiry: (a) merumuskan masalah, (b) mengamati atau melakukan observasi, (c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan , gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain, (d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain). d. Masyarakat belajar (learning community) Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning community. Berikut ini prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community. 1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan pihak lain. 2) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi. 41 3) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua arah atau multi arah. 4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain. 5) Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar. e. Pemodelan (modelling) Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksudkan bisa berupa pemberian contoh misalnya tentang cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan sesuatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru. 2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya 3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan. 42 f. Refleksi (reflection) Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut. 1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan yang sebelumnya. 2) Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diperolehnya. 3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau unjuk kerja. g. Penilaian autentik (authentic assessment) Komponen yang merupakan ciri kusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan 43 gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa iniperlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip dasar yang perlu menjadi perhatian guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa. 2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara penilaian proses dan hasil. 3) Guru menjadi penilai yang konstruktif (construktive evaluators) yang dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana perkembangn belajar siswa dalam berbagai konteks belajar. 4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan penilaian diri (self assessment) dan penilaian sesama (peer assessment). 44 5) Penilaian autentik mengukur keterampilan dan performansi dengan kriteria yang jelas (performancebased). 6) Penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat secara berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. 7) Penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua, dan sekolah untuk mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik pembelajaran, dan untuk menentukan prestasi siswa. Bertolak dari prinsip-prinsip dasar pada setiap komponen pada pendekatan CTL tersebut kata-kata kunci (key words) yang dapat dipakai sebagai pengingat guru ketika melaksanakan pembelajaran berbasis CTL adalah sebagai berikut. a. Belajar pada hakikatnya adalah real-word learning, yaitu belajar dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktikkan, dirasakan, dan diuji coba. b. Belajar adalah mengutamakan pengalamannyata, bukan pengalaman yang diangan-angan saja, yang tidak bisa dibuktikan secara empiris. c. Belajar adalah berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis yang mengedepankan siklus inquiry mulai dari mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, menganalisis data, sampai dengan merumuskan kesimpulan (teori). 45 d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa yaitu pembelajaran yang memberikan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan serangkaian kegiatan secara maksimal. e. Kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk aktif, kritis, dan kreatif. f. Kegiatan pembelajaran menghasilkan pengetahuan bermakna dalam kehidupan siswa. g. Kegiatan pembelajaran harus dekat dengan kehidupan nyata. h. Kegiatan pembelajaran harus bisa menunjukkan perilaku siswa sesuai yang diinginkan. i. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada siswa praktik, bukan menghafal. j. Pembelajaran bisa menciptakan siswa belajar (learning), bukan guru mengajar (teaching). k. Sasaran pembelajaran adalah pendidikan (education), bukan pengajaran (instruction). l. Pembelajaran diarahkan pada pembentukan perilaku ‘manusia’ yang berbudaya. m. Strategi pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah, sehingga siwa lebih berpikir kritis. n. Situasi pembelajaran dikondisikan agar siswa lebih banyak bertindak (acting), sedangkan guru hanya mengarahkan. o. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes. 46 6. Langkah-lagkah pembelajaran CTL Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar adalah: a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi di akhir penemuan. g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Sugiyanto, 2010:22). 7. Manfaaat Pembelajaran CTL bagi Siswa: a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan prilaku selama bekerjasama c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri d. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap prilaku yang positif, sehinga pembelajaran kooperatif siswa akan tahu kedudukanya dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain 47 e. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik, sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit (Hartati, 2004). C. Cahaya Haryanto (2004: 160) menyatakan bahwa cahaya berasal dari sumber cahaya.Sumber cahaya adalah semua benda yang dapat memancarkan cahaya. Sumber cahaya yang paling utama adalah matahari, sumber cahaya yang lain yaitu lilin, senter, bintang, api, lampu dan kilat. Tanpa cahaya makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup dengan baik maka cahaya sangat dibutuhkan bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Dengan adanya cahaya Manusia dapat melihat benda-benda di sekitarnya karena benda memantulkan cahaya ke mata. Tumbuhan dapat melakukan proses memasak makanan dan tumbuh secara cepat serta hewan dapat berkembang biak dengan baik. Handayani, dkk. (2002: 100) menyatakan bahwa cahaya merupakan salah satu spektrum gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium 1. Sifat-sifat cahaya adalah sebagai berikut: a. Cahaya merambat lurus Apabila kita memperhatikan cahaya matahari, maka tampak bahwa berkas cahayanya merambat lurus. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan atau celah-celah rumah yang gelap akan tampak seperti garis-garis putih yang lurus. Berkas cahaya yang merambat lurus dapat 48 kita lihat pada cahaya lampu senter atau mobil di malam hari (Haryanto, 2004: 160). b. Cahaya dapat menembus benda bening Benda bening menurut Handayani, dkk (2002: 102) adalah benda yang dapat meneruskan sebagian besar cahaya yang diterimanya.Contohnya kaca, plastik bening, dan air bening. Benda tembus cahaya adalah benda-benda yang dapat meneruskan sebagian cahaya yang diterimanya.Beberapa contoh di antaranya kaca kabur, kertas minyak, dan gorden tipis. Benda tidak tembus cahaya adalah benda-benda yang tidak dapat meneruskan cahaya yang diterimanya. Contohnya kertas karton, triplek, batu, kayu, seng, kain tebal, dan tembok Cahaya dapat dipantulkan. Cahaya pantul atau sinar pantul menurut Handayani, dkk (2002: 107) adalah berkas cahaya yang dikembalikan oleh permukaan benda. Berdasarkan hasil pantulannya, cahaya pantulan dibagi dua yaitu: 1) Pemantulan difus (baur) adalah pemantulan cahaya ke segala arah secara tidak teratur. Contohnya pecahan beling. 2) Pemantulan teratur adalah pemantulan dengan arah teratur. 3) Contohnya seberkas cahaya mengenai permukaan bidang pantul yang rata dan mengkilap, cahaya dan air dalam keadaan tenang.Sifat cahaya yang terpantul pada cermin datar dan cermin lengkung adalah sebagai berikut: 49 a) Cermin datar Cermin datar adalah cermin yang memiliki bagian pemantulan cahaya yang datar. Contoh: cermin pada lemari rias (berkaca). b) Cermin lengkung Cermin lengkung terdiri dari cermin cembung dan cermin cekung. c. Cahaya dapat dibiaskan Peristiwa pembiasan cahaya disebabkan oleh perubahan atau pembelokan arah rambat cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatannya.Contoh: pensil yang berada di dalam air akan terlihat bengkok, dan dasar kolam yang dangkal. Udara memiliki kerapatan yang lebih kecil daripada air. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Akan tetapi apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Garis normal merupakan garis yang tegak lurus pada bidang batas kedua permukaan. Perhatikan gambar di bawah ini! 50 Kuraesin, dkk.(2004: 58) menyatakan bahwa pembiasan terjadi Karena cahaya melalui batas dua medium yang berbeda kerapatannya. Jadi, cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua medium yang berbeda kerapatan zatnya.Cahaya dibiaskan mendekati garis normal apabila cahaya datang dari zat yang renggang ke zat yang lebih rapat.Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal apabila cahaya datang dari zat yang lebih rapat ke zat yang renggang. d. Cahaya putih terdiri berbagai warna Pernahkah kamu melihat pelangi?Kapankah pelangi itu tampak olehmu? Warna-warna apa yang tampak pada pelangi? Pelangi akan tampak bila kita membelakangi matahari, sedangkan pada tempat yang jauh di depan kita terjadi hujan. Pelangi memiliki bermacam-macam warna seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Warna-warna ini muncul karena sinar matahari dibiaskan, diuraikan, dan dipantulkan oleh tetes-tetes air hujan. Cahaya yang tepancar matahari berwarna putih.Ketika cahaya mengenai air, warna cahaya yang tampak bukan putih lagi. Cahaya putih yang mengalami pembiasan dan terurai menjadi bermacammacam warna disebut spektrum (Haryanto, 2004: 169). 2. Macam-macam alat optik adalah sebagai berikut: a. Mikroskop: alat untuk melihat benda yang sangat kecil. b. Periskop: alat untuk melihat sesuatu di balik penghalang. 51 c. Lup: kaca pembesar. d. Kacamata: alat bantu penglihatan. e. Overhead projector (OHP): alat untuk memproyeksikan gambar atau tulisan. f. Teropong: alat untuk melihat benda-benda jauh di luar angkasa (Haryanto, 2004: 173). BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Gambaran Umum MI Ma’arif Mangunsari 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari Madrasah Ibtidaiyah mangunsari adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Lembaga Ma’arif Cabang Salatiga. Madrasah Ibtidaiyah adalah nama yang diambil dari Bahasa Arab, yang artinya Sekolah Dasar. Sesuai dengan nama yang diambil dari Bahasa Arab, maka madrasah ibtidaiyah dalam proses belajar mengajarnya lebih menonjolkan Pendidikan Agama Islam disamping mata pelajaran umum seperti yang diajarkan di Sekolah Dasar pada umumnya. Pendorong berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah keinginan dari masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya sekolah yang pada waktu itu masih sangat sangat jarang. Terdorong rasa oleh tanggung jawab yang besar atas kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda yang berpengetahuan umum dan agama yang luas serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka atas prakarsa para tokoh agama pada waktu itu didirikan pendidikan yang berlandaskan Islam. Pada tanggal 15 Januari 1969 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari. Madrasah Ibtidaiyah yang baru berdiri dengan segala keterbatasannya, dalam proses belajar mengajarnya sering menempati rumahrumah penduduk di sekitarnya hal ini dikarenakan madrasah memiliki bangunan sendiri. 52 53 Adapun tokoh-tokoh yang ikut memprakarsai Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah: 1. Bapak H. Abdul Syukur 2. Bapak Mahalli 3. Bapak H. Abdul Manna 4. Visi dan Misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Visi menggambarkan kondisi yang akan di wujudkan dan ingin dicapai suatu organisasi di masa depan ke arah mana organisasi akan dibawa. Visi bersama ini akan menjadi filosofi yang menjadi keyakinan utama, menjadi arah, perekat dan motivator dalam pengembangan organisasi. Adapun visi MI Ma’arif Mangunsari adalah “Terciptanya warga madrasah yang cerdas, terampil, unggul dalam berprestasi dengan berlandaskan iman dan takwa kepada Allah SWT serta berakhlakul karimah”. Untuk mewujudkan dan mencapai visi tersebut diperlukan misi yang merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk mewujudkan dan mencapai visi. Misi sebagai dasar dalam bertindak dan dijadikan inspirasi untuk selalu berusaha melakukan yang terbaik si kepentingan bersama. Adapun misi MI Ma’arif Mangunsari adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. 2. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan agama Islam dengan berpedoman pada Ahlussunah Waljama’ah. 3. Menyelenggarakan pendidikan yang efektif, kreatif dan menyenangkan. 4. Mendidik dan melatih siswa sesuai bakat dan kemampuannya. 54 5. Mengutamakan budaya kompetitif dan kerja sama dalam menyelesaikan tugas kependidikan serta keguruan. 6. Subjek Penelitian dan Karakteristik Obyek Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan di MI Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Cahaya. Subjek penelitian meliputi siswa kelas V yang berjumlah 16 siswa yang terdiri 10 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Usia rata-rata 10-11, latar belakang orang tua siswa yaitu sebagai wiraswasta. 7. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dimulai tanggal Nopember s.d Januari 2011. Dalam penelitian ini dilaksanakan beberapa siklus, yang masing-masing dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Gambaran ketiga siklus tersebut adalah: 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Siklus pertama penelitian I dilaksanakan pada Jum’at, 21 Januari 2011. Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. Perencanaan 1. Pembuatan RPP siklus I, RPP disusun dengan mempertimbangkan hasil pre test yang dilakukan sebelum tindakan dilakukan. 55 2. Penyiapan perangkat yang meliputi penyiapan instrumen yang digunakan untuk pengamatan (observasi) yang dilakukan sebagai berikut: 3. Lembar observasi kegiatan siswa, yaitu untuk mengumpulkan data mengenai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi yang dimaksud adalah untuk mengetahui prestasi belajar dan perhatian siswa. 4. Lembar observasi kegiatan guru dilakukan untuk mengumpulkan mengenai pengelolaan kelas oleh guru. 5. Tes formatif sebagai alat pengukur tingkat keberhasilan mata pelajaran IPA pada pokok bahasan Cahaya. Alat tes yang digunakan adalah pre tes dan post tes. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pada siklus I ini, peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap proses pembelajaran ini mengacu pada RPP yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mengambil sub pokok bahasan cahaya mengenai sifatsifat cahaya. Langkah-langkah pelaksanaan meliputi: Kegiatan Awal 1. Berdo’a dan mengucapkan salam 2. Memberikan apersepsi dalam bentuk soal pre test Kegiatan Inti 56 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 2. Guru menjelaskan materi sifat-sifat cahaya melalui metode ceramah, tanya jawab, latihan, dan praktek langsung 3. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok bertugas untuk mengamati sifat-sifat cahaya yang bersifat menembus benda bening, dan merambat lurus yang telah disediakan oleh guru, sekaligus bahan yang disiapkan oleh peneliti. 4. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi kelompok. Dalam hal ini siswa dapat melakukan kerjasama dengan baik, sesuai dengan pembelajaran CTL yang diharapkan. 5. Setelah selesai berdiskusi kelompok, siswa diharapkan untuk membaca dan menuliskan kembali dari hasil yang telah diamatinya. 6. Guru menyimpulkan materi sifat-sifat cahaya dengan jelas. Kegiatan Akhir 7. Melakukan Tanya jawab materi kepada siswa untuk bahan refleksi materi ataupun pada saat kegiatan pembelajaran. 8. Mengadakan post test. c. Observasi Tahap observasi/pengamatan ini dilakukan untuk mengamati guru dan anak didik pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung. 57 d. Refleksi Hasil yang didapatkan dalam pengamatan/observasi yaitu dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini. Berdasarkan hasil pengamatan/observasi, peneliti dan guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi baik dari lembar observasi ataupun hasil pekerjaan siswa. Hasil observasi ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk perencanaan siklus berikutnya. 2. Siklus II a. Perencanaan Tahap perencanaan siklus II meliputi: 1. Waktu pelaksanaan siklus II mulai tanggal 24 Januari 2011. 2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pendekatan kontekstual dan menggunakan metode yang sesuai yaitu Tanya jawab, eksperimen dan latihan. 3. Mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran. 4. Membuat tujuan dan indikator yang hendak dicapai dalam pembelajaran. 5. Membuat instrument penelitian yang berupa lembar observasi bagi guru, lembar pengamatan kegiatan siswa, dan tes formatif 6. Membuat lembar soal evaluasi berupa pre test dan post test untuk mengukur prestasi belajar siswa dan memberikan soal penugasan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. 58 b. Pelaksanaan tindakan Kegiatan awal (10 menit) 1. Guru membuka pelajaran dengan salam 2. Guru mengabsen siswa 3. Guru melakukan kegiatan pre test Kegiatan inti (40 menit) 1. Guru menjelaskan materi tentang sifat-sifat cahaya kepada siswa. 2. Siswa diminta untuk mencatat tentang sifat-sifat cahaya. 3. Guru mengajukan pertanyaan “Apa yang kamu ketahui tentang sifat-sifat cahaya? Apa yang menyebabkan bendabenda terlihat jelas?. 4. Guru memimpin tanya jawab antar siswa tentang bukti sifat-sifat scahaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya adanya pelangi, kolam renang tampak dangkal, dalam ruangan bisa terang dan sebagainya. 5. Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham mengenai materi tentang sifat-sifat cahaya yang merambat lurus dan menembus benda bening. Kegiatan akhir (20 menit) 1. Melakukan post test 2. Do’a penutup 59 c. Observasi Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah megamati keaktifan, dan perhatian siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru yang perlu diamati yaitu sebagai berikut: berinteraksi dengan siswa, penerapan pendekatan CTL, kemampuan membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan tanya jawab, serta kemampuan guru dalam memperjelas materi pembelajaran, dan membimbing siswa ketika menyimpulkan materi pembelajaran IPA. d. Refleksi Berdasarkan analisis data dari hasil observasi siklus II telah banyak mengalami perubahan dalam proses kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut: 1. Siswa lebih berani bertanya dan menjawab pertanyaan. 2. Siswa lebih serius dalam memahami materi pembelajaran. 3. Sebagian besar siswa fokus terhadap materi pembelajaran. Adapun sudah mengalami keberhasilan yang telah dicapai, akan tetapi masih ada kekurangan dalam siklus II ini, yaitu sebagai berikut: 4. Bagaimana agar guru memberikan perhatian khusus bagi siswa, mengaktifkan kembali siswa menggunakan metode dan pembelajaran berlangsung. yang media kurang yang aktif menarik dengan ketika 60 5. Bagaimana agar pengelolaan waktu dapat diatur lebih tepat lagi. 3. Siklus III a. Tahap perencanaan siklus III meliputi: 1. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu pada tanggal 31 Januari 2011. 2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pendekatan CTL yang menuntut kerjasama antar siswa, dan penemuan pengalaman siswa yang berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. 3. Mempersiapkan alat pembelajaran dan membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi kegiatan guru, lembar kegiatan siswa, dan tes formatif. 4. Menentukan indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran. 5. Mempersiapkan media berupa alat peraga pada saat pembelajaran berlangsung. 6. Membuat skenario pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas dengan format terlampir. Perencanaan pada siklus III hampir sama dengan tahapan siklus II. tetapi masih perlu direvisi lagi yaitu sebagai berikut: 7. Ketika melakukan praktek kegiatan mengenai sifat-sifat cahaya tentang cahaya merambat lurus dan cahaya menembus bening, 61 siswa yang ramai dan belum aktif ditunjuk oleh guru untuk melakukan kegiatan praktek tersebut. 8. Sebagian siswa dipilih oleh guru untuk membuktikan peristiwa cahaya dapat merambat lurus dan menembus benda bening dengan menyesuaikan ketepatan waktu pada saat melakukan kegiatan praktek tersebut. 9. Mempersiapkan hadiah bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dan yang nilainya tertinggi. b. Pelaksanaan tindakan Kegiatan awal (10 menit) 1. Memberi salam dan menanyakan keadaan siswa 2. Apersepsi 3. Kenapa dalam kelas ini bias terang padahal matahari tidak kelihatan dari dalam kelas? 4. Cahaya apa yang sangat penting dibutuhkan oleh manusia? 5. Cahaya putih bisa diuraikan menjadi apa? 6. Pre test Kegiatan inti (40 menit) 1. Guru menjelaskan sifat-sifat cahaya yang merambat lurus dan cahaya yang dapat menembus benda bening. 2. Guru bersama siswa membuktikan konsep sifat-sifat cahaya yang merambat lurus dan menembus benda bening melalui praktek langsung. Dalam kegiatan ini siswa harus bisa 62 membuktikannya dengan baik, dengan kerjasama sesama kelompok. Dengan demikian pembelajaran CTL bisa terwujud. 3. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kerjanya. 4. Guru memberikan tugas untuk mengerjakan LKS tentang cahaya dan sifat-sifatnya. 5. Guru melakukan Tanya jawab langsung kepada siswa 6. Guru memberikan reward bagi siswa yang nilainya tertinggi. 7. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi tersebut. Kegiatan akhir (20 menit) c. 1. Post tes 2. Do’a penutup Observasi Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa sebagian banyak dari siswa telah aktif dalam proses kegiatan pembelajaran. Adanya pemberian reward/ hadiah menjadikan siswa lebih senang, berpartisipasi, dan bersemangat untuk berpikir secara sehat. d. Refleksi Berdasarkan refleksi dari siklus III telah banyak mengalami peningkatan dan perubahan dalam pembelajaran, yaitu meliputi: 1. Siswa senang dengan metode dan pendekatan yang diterapkan oleh guru pada saat proses pembelajaran. 63 2. Siswa memperhatikan dan serius terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru. 3. Siswa sangat aktif dan berantusias dalam proses pembelajaran. 4. Banyak siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru. 5. Seluruh siswa bersemangat mengikuti proses pembelajaran karena didukung oleh reward/hadiah dari guru. Hasil yang diperoleh dalam tahapan pengamatan dapat direfleksikan diri pada siklus III telah ditemukan pendekatan CTL dan metode yang sesuai untuk mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya. Pada siklus III seluruh siswa telah aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang disertai dengan media pembelajaran. Penguasaan konsep pokok bahasan tersebut telah mengalami peningkatan, jika dilihat dari indikator penguasaan konsep yaitu meliputi prestasi/ hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian Berdasarkanpengamatan yang dilakukanoleh guru danpenelititentangjalannya proses kegiatanbelajarmengajarpadapelaksanaanpembelajaransiklus I, siklus II, siklus III, diperolehhasilsebagaiberikut: 1. Siklus I Pengamatan hasil pembelajaran siklus I, baik dalam kegiatan guru, aktivitas siswa, dan kegiatan evaluasi, adalah sebagai berikut: a. Hasiltes Hasil pretest yang dilakukan sebelum tindakan pada materi cahaya dan sifat-sifatnya diperoleh data-data yang diuraikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Hasil Nilai Pretest Siklus I No Nama Siswa Nilai pretest Siklus I 1. A 40 2. B 70 3. C 40 √ 4. D 40 √ 5. E 40 √ 6. F 20 √ Tuntas Tidak Tuntas √ √ 65 66 Lanjutan tabel 4.1 7. G 40 8. H 70 √ 9. I 70 √ 10. J 20 √ 11. K 30 √ 12. L 30 √ 13. M 40 √ 14. N 40 √ 15. O 20 √ 16. P 40 √ Jumlah 650 Rata-rata 38,75 Persentase √ 3 13 18,75% 81,25% Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 16 siswa, hanya 3 siswa yang tuntas dengan persentase 18,75%, dan 13 siswa tidak tuntas dengan persentase 81,25%. Rata-rata yang diperoleh adalah 38.75, sehingga dikategorikan kurang. Tabel 4.2 Hasil postest siklus I sebagai berikut: No Nama Siswa Nilai postest Siklus I Tuntas Tidak Tuntas 1. A 30 √ 2. B 30 √ 67 Lanjutan tabel 4.2 3. C 80 √ 4. D 80 √ 5. E 80 √ 6. F 90 √ 7. G 70 √ 8. H 90 √ 9. I 90 √ 10. J 80 √ 11. K 20 √ 12. L 50 √ 13. M 40 √ 14. N 30 √ 15. O 70 √ 16. P 70 √ Jumlah 1000 10 6 Rata-rata 62,5 62,5% 37,5% Persentase Dari hasil postes pada siklus I terhadap 16 siswa diperoleh data seperti pada tabel diatas. Siswa yang tuntas sebanyak 10 orang (62.5%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang (37.5%) dengan rata-rata 62.5 68 b. Lembar Pengamatan Guru Siklus I Tabel 4.3 Lembar Pengamatan terhadap Guru pada Siklus I No Skala Penilaian Ketrampilan/Kemampuan Guru K C B 1. Persiapan guru dalam mengajar √ 2. Ketepatan guru dalam membuka pelajaran dan melakukan apersepsi √ 3. Kemampuan guru menguasai pelajaran √ 4. Ketepatan guru menggunakan metode pembelajaran √ 5. Melaksanakan evaluasi pembelajaran √ 6. Menutup pelajaran Keterangan: √ K = Kurang C = Cukup B = Baik Setelah pembelajaran siklus I selesai, pengamatan aktivitas guru (peneliti) yang diamati oleh guru kelas V, maka dapat diketahui melalui lembar observasi. Dari hasil pengamatan tercatat 3 butir mendapat tanggapan baik, 1 butir mendapat tanggapan cukup, 2 butir mendapat tanggapan kurang. 69 c. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I Tabel 4.4 Lembar Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus I Aspek yang Diamati No Nama Kemampuan Siswa Keaktifan Siswa Perhatian Siswa K K B K √ C B C 1. A √ √ 2. B √ √ 3. C 4. D √ 5. E √ √ 6. F √ √ 7. G √ 8. H 9. I 10. J 11. K 12. L 13. M √ 14. N √ √ 15. O √ √ 16. P Jumlah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3 Keterangan: 6 5 K = Kurang B √ √ √ 7 C √ 4 7 C = Cukup 3 6 7 B = Baik Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kegiatan siswa dalam pembelajaran siklus I adalah kategori “kurang”.Hal ini dapat dilihat bahwa pada aspek kognitif (kemampuan siswa), afektif (perhatian siswa), dan psikomotorik (keaktifan siswa) sudah menunjukkan adanya peningkatan aktifitas siswa. 70 Hasil Pengamatan terhadap guru dan siswa pada siklus I Berdasarkan hasil pengamatan kondisi pembelajaran siklus I terhadap kegiatan guru dan siswa, peneliti dapat menemukan adanya hambatan yang dihadapi ketika proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hambatan – hambatan tersebut meliputi: 1) Pengelolaan kelas yang belum optimal 2) Keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran 3) Penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran 4) Guru kurang menjelaskan dalam menyampaikan materi, sehingga siswa belum mengerti dan memahami pelajaran 5) Hasil kegiatan pada siklus I belum sepenuhnya sesuai dengan rencana penelitian. Berdasarkan hambatan –hambatan di atas, maka yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengadakan rencana perbaikan sebagai berikut: 1) Guru mengelola waktu agar efisien dan praktis. 2) Guru lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar tidak bersifat monoton. 3) Guru memberikan arahan yang jelas terhadap tugas/latihan yang diberikan kepada siswa. 71 2. Siklus II Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran II, soal tes formatif, dan lembar pengamatan siswa. Pada siklus II ini, pembelajaran yang direncanakan difokuskan pada penggunaan pendekatan CTL dan metode, latihan dan bimbingan guru. Adapun kegiatan observasi yang digunakan adalah data hasil penelitian, lembar pengamatan guru dan siswa adalah sebagai berikut: a. Hasil Tes Hasil pre test yang dilakukan sebelum tindakan pada materi cahaya dan sifat-sifatnya diperoleh data-data seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Hasil Nilai Pretest Siklus II No Nama Siswa Nilai pretest Siklus II 1. A 20 2. B 80 √ 3. C 70 √ 4. D 30 √ 5. E 40 √ 6. F 70 7. G 40 8. H 80 √ 9. I 80 √ 10. J 40 √ 11. K 40 √ Tuntas Tidak Tuntas √ √ √ 72 Lanjutan tabel 4.5 12. L 50 13. M 70 14. N 50 √ 15. O 50 √ 16. P 50 √ Jumlah 860 Rata-rata 53,75 Persentase √ √ 6 10 37,5% 62,5% Dari tabel 4.7 di atas diketahui bahwa dari 16 siswa, hanya 6 siswa yang mampu menuntaskan kompetensi yang diujikan dengan persentase 37,5%, dan sebagian besarbelum tuntas 62,5%. Rata-rata yang diperoleh adalah 53.75, sehingga mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena penjelasan guru yang kurang jelas sehingga beberapa siswa bermain sendiri dan tidak memperhatikan terhadap pelajaran IPA. Tabel 4.6 Hasil Nilai Postest Siklus II No Nama Siswa Nilai postest Tuntas Siklus II 1. A 50 2. B 80 √ 3. C 80 √ 4. D 50 5. E 80 √ 6. F 80 √ Tidak Tuntas √ √ 73 Lanjutan tabel 4.6 7. G 80 √ 8. H 100 √ 9. I 100 √ 10. J 80 √ 11. K 70 √ 12. L 50 13. M 70 14. N 50 √ 15. O 50 √ 16. P 70 √ Jumlah 1140 11 5 Rata-rata 71,25 68,75% 31,25% Persentase √ √ Dari hasil evaluasi pada siklus II terhadap 16 siswa diperoleh data seperti pada tabel diatas.Siswa yang tuntas sebanyak 11 orang (68.75%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 5 orang (31.25%) dengan rata-rata 71.25. 74 b. Lembar Pengamatan Guru Siklus II Tabel 4.7 Lembar Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II No Skala Penilaian Ketrampilan/Kemampuan Guru K C B 1. Persiapan guru dalam mengajar √ 2. Ketepatan guru dalam membuka pelajaran dan melakukan apersepsi √ 3. Kemampuan pelajaran 4. Ketepatan guru menggunakan metode pembelajaran 5. Melaksanakan pembelajaran 6. Menutup pelajaran guru menguasai evaluasi Keterangan: √ √ √ √ K = Kurang C = Cukup B = Baik Pengamatan terhadap guru pada siklus II mengalami peningkatan pada skala penilaian yaitu 4 butir mendapat tanggapan baik, dan 2 butir mendapat tanggapan cukup. 75 c. Lembar Pengamatan Siswa Tabel 4.8 Lembar Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus II Aspek yang Diamati No Nama Kemampuan Siswa Keaktifan Siswa Perhatian Siswa K K B K √ √ √ √ C C C B 1. A 2. B √ √ 3. C √ √ √ 4. D √ √ √ 5. E 6. F √ 7. G √ 8. H √ √ 9. I √ √ 10. J 11. K √ 12. L √ √ √ 13. M √ √ √ 14. N √ √ √ 15. O √ √ √ 16. P Keterangan: √ B √ √ √ √ √ √ √ √ √ K = Kurang C = Cukup B = Baik √ √ √ √ √ √ √ 76 Hasil dari siklus II ini sudah menunjukkan adanya perubahan, bertambahnya keaktifan dan perhatian siswa dalam menggunakan pendekatan CTL dan praktek langsung kepada siswa ketika pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya. d. Hasil Pengamatan terhadap guru dan siswa pada siklus II Berdasarkan hasil pengamatan kondisi pembelajaran siklus II terhadap kegiatan guru dan siswa, peneliti dapat menemukan adanya hambatan yang dihadapi ketika proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hambatan – hambatan tersebut meliputi: 1) Pengelolaan kelas yang belum optimal 2) Keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran 3) Guru kurang menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung, sehingga siswa belum mengerti dan memahami pelajaran 4)Hasil kegiatan pada siklus II belum sepenuhnya sesuai dengan rencana penelitian. Berdasarkan hambatan –hambatan di atas, maka yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengadakan rencana perbaikan sebagai berikut: 1) Guru mengelola waktu agar efisien dan praktis. 2) Skenario pembelajaran diperbaiki agar pemanfaatan waktu lebih terencana dan maksimal. 77 3) Guru lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar tidak bersifat monoton. 4) Guru memberikan arahan yang jelas terhadap tugas/latihan yang diberikan kepada siswa. 3. Siklus III Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran III, soal tes formatif III, lembar pengamatan guru dan siswa dan alat-alat pelajaran yang mendukung pembelajaran. Pada siklus III ini, pembelajaran yang direncanakan difokuskan pada pendekatan CTL, tanya jawab, dan resitasi. a. Hasil Tes Hasil pretest yang dilakukan sebelum tindakan pada materi cahaya dan sifat-sifatnya diperoleh data-data seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 HasilPretest Siklus III No Nama Siswa Nilai pretest Siklus III Tuntas 1. A 80 √ 2. B 100 √ 3. C 80 √ 4. D 80 √ 5. E 80 √ 6. F 80 √ Tidak Tuntas 78 Lanjutaan tabel 4.9 7. G 50 √ 8. H 100 √ 9. I 100 √ 10. J 80 √ 11. K 80 √ 12. L 80 √ 13. M 80 √ 14. N 80 √ 15. O 50 16. P 70 √ Jumlah 1270 14 Rata-rata 79,73 √ 2 87,5% Persentase 12,5% Dari tabel 4.13 di atas diketahui bahwa dari 16 siswa, ada 14 siswa yang telah tuntas dengan persentase 87,5% dan hanya 2 siswa yang belum tuntas dengan persentase 12,5%. Rata- rata yang diperoleh adalah 79.73 telah mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran IPA. Tabel 4.10 Hasil postest siklus III No Nama Siswa Nilai postest Siklus III Tuntas 1. A 80 √ 2. B 100 √ 3. C 100 √ 4. D 80 √ Tidak Tuntas 79 Lanjutan tabel 4.10 5. E 80 √ 6. F 80 √ 7. G 90 √ 8. H 100 √ 9. I 100 √ 10. J 80 √ 11. K 90 √ 12. L 90 √ 13. M 90 √ 14. N 100 √ 15. O 90 √ 16. P 90 √ Jumlah 1440 16 0 Rata-rata 87,5 100% 0% Persentase Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 16 siswa telah berhasil tuntas seluruhnya dengan persentase 100%. Rata-rata yang diperoleh adalah 87.5. Hal ini menunjukkan bahwa telah mengalami peningkatan mulai siklus I, II, dan III. 80 b. Lembar Pengamatan Guru Siklus III Tabel 4.11 Lembar Pengamatan terhadap Guru pada Siklus III Skala Penilaian No Ketrampilan/Kemampuan Guru K C B 1. Persiapan guru dalam mengajar √ 2. Ketepatan guru dalam membuka pelajaran dan melakukan apersepsi √ 3. Kemampuan pelajaran menguasai √ 4. Ketepatan guru menggunakan metode pembelajaran √ 5. Melaksanakan evaluasi pembelajaran √ 6. Menutup Pelajaran √ guru Keterangan: K = Kurang C = Cukup B = Baik Pengamatan terhadap guru menunjukkan bahwa guru telah berhasil dalam menjelaskan materi, mengelola kelas, menerapkan metode dan pendekatan CTL terhadap materi cahaya. 81 c. Lembar Pengamatan Siswa Tabel 4.12 Lembar Pengamatan terhadap siswa pada Siklus III Aspek yang Diamati No Nama 1. A 2. B 3. C 4. Kemampuan Siswa Keaktifan Siswa Perhatian Siswa K K K C B C √ B C B √ √ √ √ √ √ √ D √ √ √ 5. E √ √ 6. F √ √ 7. G 8. H 9. √ √ √ √ √ √ √ I √ √ √ 10. J √ √ √ 11. K √ √ 12. L 13. M 14. N 15. 16. Jumlah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ O √ √ √ P √ √ √ 1 Keterangan: 4 11 1 K = Kurang C = Cukup 2 13 1 1 14 82 B = Baik Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi pembelajaran baik siswa maupun guru pada siklus III, telah mengalami peningkatan yang cukup bagus, sehingga hambatan atau permasalahan yang muncul pada siklus I dan siklus II sudah tidak terlihat pada siklus III. B. Pembahasan 1. Siklus I Pada siklus I ini, pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi dan metode yang sesuai, sangat berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam menjawab soal formatif dengan jawaban yang benar. Keaktifan siswa muncul karena adanya metode yang sesuai dan alat peraga yang telah tersedia sehingga siswa mudah mengikuti proses pembelajaran. Paparan tersebut menunjukkan bahwa siswa MI membutuhkan suatu suasana yang tidak monoton, tidak membosankan, tetapi menyenangkan dan lebih bermakna dalam kegiatan pembelajaran. Setelah peneliti mengadakan pengamatan melalui tes formatif yang berupa pre test dan pos test. Hasil pre test yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 13 siswa banyak yang belum tuntas dengan persentase 81, 25% dan hanya 3 siswa yang tuntas dengan persentase 18,75%. Sedangkan nilai hasil pos tes yang diperoleh siswa adalah mengalami perubahan dalam pembelajaran yaitu hanya 6 siswa dengan persentase 37,5% yang belum tuntas, 10 siswa yang lainnya dengan persentase 62,5% telah tuntas, rata-rata yang dicapai 62.5%. Pada siklus I ini belum memenuhi kriteria nilai KKM dalam pembelajaran IPA. 83 2. Siklus II Hasil evaluasi siklus I menunjukkan banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa mengenai materi cahaya dan sifat-sifatnya. Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar 68,75% sebanyak 11 siswa dan yang belum tuntas hanya 5 siswa dengan persentase 31,25%. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 71,25. Pada siklus II ini sudah mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus II ini guru lebih menekankan pada aspek kemampuan, keaktifan dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran karena hal ini dapat mendukung keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya. 3. Siklus III Perbaikan pembelajaran pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru, persentase keberhasilan pembelajaran maupun persentase ketuntasan belajar. Akan tetapi hasil belajarnya belum maksimal. Selam proses pembelajaran yang diamati adalah kemampuan siswa, keaktifan dan perhatian siswa yang berbeda-beda terhadap pemahaman materi. Pada siklus III atau kondisi akhir siswa lebih senang dan tertarik pada pembelajaran yang disajikan oleh guru sehingga prestasi siswa meningkat sangat memuaskan. Apalagi pembelajaran yang disajikan dengan memperhatikan tingkat pola berpikir siswa yaitu dari konsep konkret, semi konkret, semi abstrak baru kemudian ke konsep abstrak. Dengan demikian 84 hasil tes formatif sangat memuaskan yakni keseluruhan siswa telah berhasil tuntas 100% dengan nilai 87.5 karena adanya reward. Dari hasil nilai siklus I sampai III diperoleh dari nilai pretest dan postest maka dapat digambarkan dalam diagram berikut ini: No Kriteria Siklus I Ketunta Pretest san Siklus II Siklus III Postest Pretest Postest Pretest Postest F % F % F % F % F % F % 1 Tuntas 3 18,75 10 62,5 6 37,5 11 68,75 14 87,5 16 100 2 Tidak Tuntas 13 81,25 6 37,5 10 62,5 5 31,25 2 12,5 0 0 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 Jumlah Grafik persentase tuntasan belajar pada siklus I, II, dan III 85 Pada penerapan CTL , peneliti telah melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa pada aspek perhatian, keaktifan, dan kemampuan siswa. Hasil pengamatan terhadap guru dan siswa dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil observasi terhadap siswa pada siklus I-III Skala Penilaian Siklus Kategori K F Siklus I Siklus II Siklus III C % F B % F % Kemampuan Siswa 7 33% 3 18,75% 6 37,5% Keaktifan Siswas 5 31,25% 4 25% 7 33% Perhatian Siswa 3 18,75% 6 37,5% 7 33% Kemampuan Siswa 2 12,5% 6 37,5% 8 50% Keaktifan Siswa 4 25% 2 12,5% 11 68,75% Perhatian Siswa 2 12,5% 2 12,5% 12 75% Kemampuan Siswa 1 6,25% 4 25% 11 68,75% Keaktifan Siswa 1 6,25% 2 12,5% 13 81,25% Perhatian Siswa 1 6,25% 1 6,25% 14 87,5% 86 Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat diagram batang tentang aktifitas siswa dari siklus I, II dan III sebagai berikut: C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat 87 Dalam pelaksanaan penelitian terdapat berbagai faktor pendukung dan faktor penghambat proses pembelajaran. Berikut ini adalah faktor yang menghambat dan yang mendukung pembelajaran CTL 1. Faktor Pendukung a. Siswa menyukai pendekatan CTL, karena pembelajarannya mengasyikkan, dan menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Pendekatan CTL merupakan model pembelajaran baru yang melibatkan banyak siswa kreatif, aktif, dinamis, dan kritis. c. Penggunaan alat peraga sangat mendukung keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. d. Model Pembelajaran CTL bagi siswa dapat menciptakan kondisi kelas menjadi hidup dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. e. Penyampaian materi lewat pendekatan CTL bukan merupan beban bagi siswa ketika menerima materi tersebut, meskipun sebenarnya siswa dituntut untuk menemukan hal-hal nyata ketika menerima materi IPA. 2. Faktor penghambat a. Beberapa siswa tidak menyukai pelajaran IPA karena sulit dan dianggap mereka menakutkan. b. Sebelum dilakukan pendekatan CTL, banyak siswa yang ramai sendiri sehingga mengganggu proses pembelajaran. 88 c. Jika pengkondisian waktu belum stabil, maka pembelajaran tidak akan sesuai dengan yang direncanakan. Sebagian besar siswa jika sudah asyik praktek/percobaan langsung terkadang ramai, berbicara sendiri, dan materi yang disampaikan belum selesai karena waktunya habis. 88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan CTL yang dilaksanakan pada siswa kelas V semester II MI Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPA dengan pendekatan CTL dan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil belajar setiap siklus, yaitu siklus I rata-rata kelas dari nilai postes yang diperoleh adalah 62.5 dengan kategori cukup, siklus II diperoleh rata-rata 71.25 dengan kategori baik, dan siklus III diperoleh ratarata 90 dengan kategori sangat baik. Pada hasil persentase terhadap nilai pretest dan postest, dapat disimpulkan bahwa pada pre test siklus I sebanyak 18.75% siswa yang tuntas, untuk pos test sebanyak 62.5% siswa yang tuntas. Padasiklus II jumlah siswa yang tuntas pada pre test meningkat 37.5%, untuk pos test 71.25%. pada siklus III jumlah siswa yang tuntas sangat memuaskanya itu keseluruhan siswa telah berhasil 100% dengan rata-rata nilai 90%. Berarti dengan menggunakan pendekatan CTL dapat menuntaskan semua siswa. 88 89 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Mencoba menerapkan berbagai strategi dan metode yang sesuai dengan materi yang telah disajikan. b. Mengevaluasi strategi dan penggunaan metode yang diterapkan sudah tepat atau belum. c. Lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran terutama pelajaran IPA. 2. Bagi Siswa a. Berlatih untuk aktif, kreatif, kritis dalam menerima materi pelajaran IPA tentang cahaya dan sifat-sifatnya. b. Memanfaatkan fasilitas sekolah yang telah tersedia dan mendukung pembelajaran. c. Termotivasi untuk lebih menyukai pelajaran IPA. d. Dapat memberikan motivasi siswa untuk lebih giat belajar dan berprestasi dalam pelajaran IPA. 3. Bagi Sekolah a. Sekolah memberikan sarana dan prasarana yang memadai agar hasil belajar siswa meningkat. 90 b. Sekolah berperan aktif dalam mengikutsertakan siswa dalam mengikuti kejuaraan lomba IPA agar siswa lebih semangat belajar. c. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya. 91 DAFTAR PUSTAKA _____________, 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan belajar, Bandung: Tarsito Arifin, Zainal, 2001. Evaluasi Instruksional Prinsip Tehnik dan Prosedur, Bandung: Remaja Rosda Karya. Arikunto, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Depag, 2002. Pendidikan IPA Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Ditjen Binbaga Departemen Agama. Handayani, Sarjan, Purwo Sutanto, 2004. Sains, Klaten: Sahabat. Haryanto, 2004. Sains untuk SD kelas V, Jakarta: Erlangga. Johnson Elaine, 2009. Contextual Teaching and Learning, Jakarta: MLC. Khuraesin, 2004. Belajar Pengetahuan Alam, Bandung: Sarana Pancakarya Nusa. Moedjiono Hasibuan, 1995. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya. Mudjiono Dimyati, 2002. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta. Mulyati, 2005. Psikologi Belajar, Yogyakarta: Andi Offset. Muslich Masnur, 2002, KTSP, Jakarta: Rineka Cipta Poerwadarminta, 2006.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Purwanto Ngalim, 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya. Rusyan Tabrani, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, 1989. Pendekatan dalam Proses Belajara mengajar, Bandung: Rineka cipta. 92 Sapriati, 2009. Pembelajaran IPA di SD, Jakarta: Universitas Terbuka. Sardiman, 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers. Semiawan Conny, 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang. Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka cipta. Sudarmanto, 1993. Tuntunan Metodologi Belajar, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Sukarno, Hadiat, Padmawinata, Kertiasa, 1981. Dasar-dasar Pendidikan Sains, Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Sukmadinata, Nana Saodih, 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan , Bandung: Remaja Rosda Karya. Sriyanti lilik, 2009. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosda Karya. Syarifah Ety, Mukh Doyin, 2008. Teknik Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Kelas, Bandungan: Bandungan Institute. Usman, Moh Uzer dan Lilies Setiawati, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya. 93 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nur Afifah Aprillia Tempat tanggal lahir : 16 April 1987 Jenis Kelamin : Perempuan Warga Negara : Indonesia Alamat : Soditan Rt 03 Rw 02 Lasem Rembang Jawa Tengah Pendidikan : 1. SDN 2 Soditan Lasem Lulus Tahun 1999 2. SLTP Negeri 1 Lasem Lulus Tahun 2002 3. MAN Lasem Lulus Tahun 2005 4. D2 PGK STAIN Salatiga Lulus Tahun 2007 Demikian daftar Riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, Pebruari 2011 Penulis Nur Afifah Aprillia NIM 125 08 012