BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Pada era globalisasi sekarang ini tingkat persaingan yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan adalah melakukan kegiatan usaha terutama kegiatan dengan tujuan mencari laba dirasa semakin tinggi dan semakin meningkat. Oleh karena itu agar tidak tertinggal oleh para pesaingnya maka dalam mencapai tujuan ataupun sasaran yang telah ditentukan hendaknya pemimpin perusahaan menetapkan kebijakan kebijakan tertentu pada setiap unit usahanya. Begitu pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah perusahaan menjadi focus yang menarik para peneliti bidang manajemen sumber daya manusia. Bass (1990) menyatakan bahwa kualitas dari pemimpin sering dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan, sehingga dalam dunia bisnis, seorang pemimpin berpengaruh kuat terhadap kemajuan perusahaan maupun kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Mintzberg (2010) seorang pemimpin sejati mampu melibatkan diri kepada orang lain dengan segala pertimbangan dan kerendahan hati karena mereka melibatkan diri dalam apa yang mereka benar – benar lakukan bukan untuk kepentingan individu mereka sendiri. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik dalam Wahjosumidjo (2002) adalah 1 kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan sengaja, dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Mulyasa (2004) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Mulyasa juga menyebutkan bahwa kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Atmosudirdjo dalam Fattah (2004) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu bentuk persuasi seni pembinaan kelompok-kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat. Definisi definisi yang bermacam-macam ini menunjukkan bahwa kepemimpinan melibatkan pengaruh dan pentingnya proses komunikasi. Selain itu, unsur lain dalam definisi tersebut adalah terfokus pada pencapaian tujuan. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan yang dimilikinya (Purwanto, 2004). Faktor-faktor ini tentunya juga memiliki pengaruh 2 dalam pengembangan kemampuannya. Secara internal, seorang pemimpin dapat melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, program pelatihan dan pengalaman dapat meningkatkan kekuasaan dan pengaruh seorang pemimpin jika situasinya sangat menguntungkan, yaitu untuk kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan, dan cukup sulit untuk yang berorientasi tugas. Dalam beberapa dekade terakhir ini, para peneliti dan praktisi telah banyak melakukan penelitian dan eksplorasi dan berujung pada sebuah paradigma tentang kepemimpinan transformasional dan transaksional. Dimulai dengan teori kepemimpinan transformasional (Bass, 1985), bukti empiris yang konsisten menunjukkan dampak positif pendekatan kepemimpinan transformasional ini yaitu kedua hubungan antara bawahan dan atasan memiliki kinerja subjektif dan objektif. Barubaru ini, beberapa analisis baru juga meringkas studi empiris (Fuller, Patterson, Hester & Stringer, 1996; Lowe, Kroeck & Sivasubramaniam, 1996; Hakim & Piccolo, 2004). Dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin menekankan pengembangan motif yang lebih tinggi, dan membangkitkan motivasi dan emosi positif kepada para pengikutnya dengan cara ikut serta dalam menciptakan dan mewakili visi yang menginspirasi untuk masa depan (Bass, 1997). Sebaliknya, pemimpin transaksional lebih menunjukkan dampak negatif pada hubungan kedua belah pihak antara bawahan dan atasan. Dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin lebih peduli dengan pencapaian tujuan organisasi melalui pemberian imbalan atau hukuman dan memiliki kepedulian yang kurang dengan motivasi anggota organisasi. Pemimpin 3 lebih mengandalkan sistem yang dapat didefinisikan secara jelas yaitu berupa kontrak dan imbalan, sehingga kepemimpinan transaksional ini menjadi kurang menarik bagi anggota organisasi. Persepsi politik organisasi pada dasarnya akan terhubung dengan kepemimpinan dan kepemimpinan itu akan meningkatkan atau mengurangi tingkat kepuasan kerja karyawan dan kepuasan kerja yang berbeda antara individu satu dan individu lainnya. Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi politik dalam organisasi (Ferris, Russ, & Fandt, 1989; Ferris & Kacmar, 1992; Kacmar & Baron, 1999), yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan. Pemimpin yang lebih cenderung memiliki gaya kepemimpinan transformasional memiliki kemampuan untuk memotivasi para karyawan dan memberikan rasa kejujuran dan keadilan yang akan menciptakan lingkungan kerja positif sehingga dapat meminimalkan atau memberikan dampak negatif pada persepsi politik dalam organisasi sehingga pemimpin dengan gaya transformasional dapat meningkatkan dan memberikan dampak positif pada kepuasan kerja karyawan. Sedangkan pemimpin yang lebih cenderung memiliki gaya transaksional lebih mementingkan hasil dan tujuan organisasi dengan pemberian imbalan atau hukuman yang berarti pemimpin kurang memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi sehingga suasana dalam lingkungan kerja menjadi kurang kondusif dan memberikan dampak positif pada persepsi politik organisasi yang semakin tinggi, sehingga akan memberikan dampak negatif pada kepuasan kerja yaitu kepuasan kerja karyawan yang akan semakin berkurang. Oleh karena itu gaya kepemimpinan dan politik 4 organisasi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Secara umum, ketika seseorang merasa puas dengan sesuatu, maka dia akan melakukan hal yang terbaik untuk mendapatkan atau mempertahankan sesuatu tersebut. Dalam hal ini, kepuasan kerja adalah salah satu faktor yang penting untuk menilai kinerja seorang karyawan. Orang yang mengalami kepuasan kerja akan produktif, turnover yang rendah dan jarang absen (Soeharto, 2010). Keberhasilan suatu organisasi dalam mempertahankan karyawan yang telah dimiliki tidak dapat dicapai dengan cara yang mudah. Hal tersebut hanya dapat terwujud jika organisasi dapat memahami kebutuhan karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga mampu mengurangi atau memberikan dampak negatif pada persepsi politik organisasi dalam perusahaan, sehingga memberikan kepuasan kerja bagi karyawan dan karyawan termotivasi secara optimal (Sari, 2009). Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Definisi lain juga diungkapkan oleh Aiswarya dan Ramasundaram (2012), yaitu kepuasan kerja adalah sebuah keadaan internal yang diungkapkan secara afektif dan kognitif ketika mengevaluasi dan melakukan pekerjaan dengan tingkat mendukung atau tidak mendukung. Meskipun saat ini telah banyak tenaga kerja yang berada pada tingkat jabatan dan pendidikan yang 5 tinggi, penelitian tentang kepuasan kerja mereka masih sangat sedikit (Tlaiss, 2013). Penelitian ini merupakan replikasi dari jurnal yang ditulis oleh Hina Saleem (2014) yang berjudul “The impact of leadership styles on job satisfaction and mediating role of perceived organizational politics”. Penelitian yang dilakukan oleh Saleem (2014) dilakukan di Lahore, Pakistan ini menguji tipe gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kepuasan kerja karyawan dan persepsi politik organisasi. Kepemimpinan transformasional dan transaksional sebagai variabel independen, kepuasan kerja sebagai variabel dependen, dan persepsi politik organisasi sebagai variabel mediasi. Penelitian ini akan dilakukan di PT. Bank CIMB Niaga, Tbk cabang Slamet Riyadi yang berkecimpung di dunia perbankan. Bank CIMB Niaga saat ini menduduki 10 besar bank konvensional pada tahun 2014 - 2015 menurut sumber yang tertera dalam website www.cimbniaga.com. Bank CIMB Niaga juga merupakan lembaga keuangan yang juga lembaga perbankan tertua di Indonesia dan yang pertama kali masuk ke bursa efek Indonesia. Bank CIMB Niaga juga merupakan perbankan yang pertama kali menggunakan layanan ATM sebagai sarana penunjang pengambilan uang secara tunai. Perseroan yang awalnya bernama Bank Niaga ini adalah salah satu bank yang banyak dipilih oleh masyarakat untuk menyalurkan kredit pemilikan rumah dengan bunga terjangkau baik secara flat maupun bunga efektif atau menurun. PT Bank CIMB Niaga, Tbk sampai saat ini telah memiliki lebih dari 974 jaringan kantor dan 2.257 ATM, 231 CDM dan 225 SST yang 6 tersebar di 27 provinsi dan 110 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia yakni mencakup kantor perbankan konvensional, perbankan syariah serta gerai mikro laju. Dalam hal ini perusahaan harus selalu dituntut untuk dapat memberikan konsumennya kualitas pelayanan karena akan yang sebaik mempengaruhi mungkin tingkat terhadap kepercayaan konsumen kepada pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang handal, kompeten, profesional, dan berkualitas. Melihat kondisi saat ini, Bank CIMB Niaga sebagai salah satu bank yang sedang berkembang dalam mengelola bisnisnya menggunakan manajemen yang modern. Pelaksanaan manajemen modern pada Bank CIMB Niaga terjadi dari tingkat paling atas hingga karyawan yang paling bawah. Mereka saling terintegrasi sehingga tercipta iklim kerja yang bagus. Dalam persaingan bisnis jasa perbankan yang sangat ketat, keberhasilan dalam pengelolaan perusahaan jasa perbankan ini sangat ditentukan oleh kinerja karyawan dan harus meminimalkan persepsi politik organisasi di dalam perusahaan agar tercapai semua tujuan yang diinginkan. Para karyawan memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan image baik bagi sebuah perusahaan bagi para konsumennya. Untuk mendapatkan kinerja karyawan yang maksimal tentu kepuasan kerja karyawan yang paling utama harus diperhatikan. Untuk memperoleh kinerja karyawan yang maksimal maka gaya kepemimpinan yang tepat dan persepsi politik organisasi di dalam perusahaan akan sangat menentukan. 7 Mengingat pentingnya permasalahan yang telah diuraikan dan untuk menyikapi kondisi yang telah diuraikan, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dari karyawan PT.Bank CIMB Niaga, tbk. Hubungan yang lebih kompleks antara gaya kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan transaksional, persepsi politik dalam organisasi. Untuk itu penulis akan mengangkat judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional pada Kepuasan Kerja yang Dimediasi oleh Persepsi Politik Organisasi. (Studi pada karyawan PT. Bank CIMB Niaga Solo).” B. RUMUSAN MASALAH Setelah melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tersebut, maka dapat diambil beberapa pokok masalah yang akan dibahas, yaitu : 1. Apakah terdapat pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Kepuasan Kerja ? 2. Apakah terdapat pengaruh Kepemimpinan Transaksional pada Kepuasan Kerja ? 3. Apakah terdapat pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Persepsi Politik Organisasi ? 4. Apakah terdapat pengaruh Kepemimpinan Transaksional pada Persepsi Politik Organisasi ? 5. Apakah terdapat pengaruh Persepsi Politik organisasi pada Kepuasan Kerja ? 8 6. Apakah Persepsi Politik Organisasi memediasi pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Kepuasan Kerja ? 7. Apakah Persepsi Politik Organisasi memediasi pengaruh Kepemimpinan Transaksional pada Kepuasan Kerja ? C. TUJUAN PENELITIAN Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Menganalisis pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Kepuasan Kerja. 2. Menganalisis pengaruh Kepemimpinan Transaksional pada Kepuasan Kerja. 3. Menganalisis pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Persepsi Politik Organisasi. 4. Menganalisis pengaruh Kepemimpinan Transaksional pada Persepsi Politik Organisasi. 5. Menganalisis pengaruh Persepsi Politik Organisasi pada Kepuasan Kerja. 6. Menganalisis pengaruh Persepsi Politik Organisasi sebagai mediasi hubungan Kepemimpinan Transformasional pada Kepuasan Kerja. 7. Menganalisis pengaruh Persepsi Politik Organisasi sebagai mediasi hubungan Kepemimpinan Transaksional pada Kepuasan Kerja. 9 D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat tertentu bagi beberapa pihak terkait sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain : 1. Bagi Akademisi Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ekonomi dan SDM serta dapat berguna juga sebagai bahan referensi untuk informasi dan juga sebagai acuan bagi akademisi yang berniat mengembangkan ataupun melanjutkan penelitian di bidang gaya kepemimpian, persepsi tentang politik organsasi dan kepuasan kerja. 2. Bagi Peneliti Hasil yang telah disajikan dari penelitian ini diharapkan mampu dioptimalkan oleh peneliti sebagai sarana untuk lebih mendalami teoriteori yang sudah didapatkan serta memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan antara gaya kepemimpinan, persepsi tentang politik organisasi, dan kepuasan kerja karyawan. 3. Bagi Perusahaan / Instansi Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada perusahaan atau instansi terkait dengan gaya kepemimpinan, persepsi tentang politik organisasi dan kepuasan kerja. Sehingga perusahaan atau instansi terkait dapat menetapkan standar yang baru untuk mengoptimalkan kepuasan kerja karyawan. 10 4. Bagi Penelitian Mendatang Penulis mengharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, dan persepsi tentang politik organisasi. 11