BERITA U.K.I

advertisement
M e w a r t a k a n
I m a n
d a n
K a s i h
BERITA U.K.I
D E S E M B E R
2 0 1 5 / N O . 2 8 2
W W W . U K I . C A
Pintu
Itu Telah
Terbuka
| Oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ |
GEREJA
St. Anselm’s Church
1 MacNaughton Rd.
(Bayview & Millwood)
Toronto
ON M4G 3H3
Ph: (416) 485-1792
Subway Stn:
Davisville
Redaksi:
Angelina Hanapie
Julian Wibowo
Novius Handy
Randy Danurahardja
Yusup Yusup
Penasehat:
Rm. J. Juliwan M. SCJ
Alamat Redaksi:
c/o Priests of the
Sacred Heart
58 High Park Blvd.
Toronto
ON M6R 1M8
Email:
[email protected]
Pintu, mengapa?
Perjalanan Masa Advent telah
membuka Tahun Liturgi Baru dalam Gereja
Katolik. Satu rangkaian dengan empat lilin
yang menandai perjalanan kita sampai tiba
Perayaan Natal. Perayaan agung Natal selalu
dipersiapkan dengan serius oleh seluruh
umat Katolik karena dalam perayaan ini
dirayakan Misteri Allah yang menjadi
manusia untuk menyelamatkan manusia.
Oleh sebab itulah Perayaan Natal pertamatama adalah Perayaan Iman dan bukan
sebatas kemeriahan jasmani. Perayaan Iman
adalah perayaan yang memadukan rohani
dan jasmani bersama-sama.
Di tengah Masa Advent pada tahun
ini, dimulai pulalah Tahun Suci Luar Biasa
Kerahiman atau Belaskasih Allah, The Year
of Mercy. Pembukaan Tahun Belakasih ini
ditandai dengan pembukaan Pintu Suci
Utama di Basilika Santo Petrus Vatican
(Holy Door). Sungguh menarik dan
mengagumkan inisiatif yang diambil oleh
Paus Fransiskus untuk menjadikan Tahun
2016 sebagai Tahun Kerahiman. Paus
menyadari bahwa semua manusia harus
kembali mengalami Belaskasih Allah yang
senantiasa terbuka bagi semua orang. Situasi
jaman kita sekarang ini, yang dilanda
berbagai kejadian yang menyedihkan,
menunjukkan bahwa manusia mulai
menjauh dari Tuhan dan KerahimanNya.
Oleh sebab itulah semua orang, kita semua,
sekarang ini diundang untuk mengalami
Belaskasih Allah bagi keselamatan kita.
Sebagai tanda bahwa Belaskasih
Allah itu terbuka lebar, maka digunakanlah
Pintu sebagai jalan dan tempat untuk
memasuki Kerahiman Allah itu. Kita semua
diundang untuk memasuki dan mengalami
Kerahiman Allah lebih khusus lagi pada saat
ini. Bahkan Tuhan Yesus sendiri
menyamakan dirinya sebagai Pintu, “Akulah
Pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia
akan selamat ...” (Yoh 10:9). Maka jelaslah
ketika kita masuk melalui Pintu menuju
Belaskasih Allah, kita melakukannya
melalui Kristus sendiri. Sebagaimana
dikatakan oleh Paus Fransiskus: “Yesus
Kristus adalah Wajah Belaskasih Bapa”. Di
dalam diri Yesus Kristus hadirlah secara
Bersambung ke halaman 8,
Pastor Pamong
Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ,
(647) 532.1318
[email protected]
Deacon
Deacon Val Danukarjanto,
(416) 497.2274
[email protected]
DEWAN PENGURUS
UMAT KATOLIK INDONESIA
Koordinator
Damianus Indyarta, (416) 284.4707
[email protected]
Sekretaris
Christianita Kuswoyo,
(647) 774.3801
[email protected]
Bendahara
Janto Solichin, (416) 587.2362
[email protected]
WILAYAH TIMUR
Ketua Wilayah
Adrianus Sofjan Suhadi, (416) 949.3900
[email protected]
Seksi Liturgi
Jeffrey Susilo,
(416) 388.6169
[email protected]
Seksi Bina Iman
Esther Kurniadi, (416) 371-2593
[email protected]
Seksi Sosial
Lusia Lie
[email protected], (416) 903.9718
Seksi Rumah Tangga
Selvie Widjaja, (647) 896.6121
[email protected]
Usher
Harty Doyle, (647) 533.6246
[email protected]
WILAYAH BARAT
Ketua Wilayah
Ben Dijong, (905) 997.5765
[email protected]
Seksi Liturgi
Raymond Wirahardja,
(905) 812.9491
[email protected]
Seksi Bina Iman
Maya Adisuria, (905) 814.8475
[email protected]
Seksi Sosial
Lucas Noegroho, (416) 859.0222
[email protected]
Seksi Rumah Tangga
Ribkah Mesach, (905) 286.9081
[email protected]
Usher
Joyo Sudardi, (905) 785.6379
[email protected]
BIDANG KHUSUS
Mudika, Yoanitha
[email protected]
PELAKSANA KHUSUS
Ketua Lektor
Lilian Tjokro, (905) 887.9546
[email protected]
Ketua Sakristi
Hendry Wijaya, (416) 450.6536
[email protected]
DESEMBER
HALAMAN
2015/NO.282
Masihkah Ada
Kasih?
Pengantar
enatap dan megalami situasi
kehidupan kita sekarang ini,
ada sebuah keprihatinan
besar dan pertanyaan, apa
yang sedang terjadi? Berbagai
penderitaan dan kekerasan yang
terjadi. Kehidupan kita sebagai
ciptaan dan citra Allah mulai menjauh
dari identitasnya. Bagaimanakah
dengan Kasih Allah, masihkan
memancar? Dalam perjalanan hidup
kita sekarang ini, apakah pengharapan
kita sebagai orang beriman masih
terus bergema?
Kisah “Anak hilang” (Luk
15:11-32)
akan
membantu
permenungan kita dalam Rekoleksi
memasuki Masa Advent dan Tahun
Belaskasih ini.
M
Kasih yang dirusak
Manusia diciptakan Tuhan
sesuai dengan citraNya dengan
akalbudi dan kehendak bebas. Si anak
bungsu
menggunakan
kehendak
bebasnya dengan meminta bagian
hartanya kepada Bapanya. Ia meminta
harta dan pergi untuk menikmati
kekayaan miliknya itu. Sebenarnya
kekayaan itu milik keluarga, milik
bersama, namun ia ingin melepaskan
bagiannya dari keluarganya. Dengan
demikian, ia juga melepaskan diri dari
kebersamaan dengan Bapanya, yang
mengasihinya.
Namun
karena
keinginan dan kehendaknya, maka
diberikan kepadanya.
Dengan kekayaannya itu, dia
masuk ke dalam dunia dengan semua
tawarannya. Harta miliknya itu
digunakan untuk memuaskan diri dan
nafsunya sampai habis. Menjauh dan
terpisah
dari
Bapa,
berarti
meninggalkan keadaan berahmat dan
masuk dalam kebinasaan. Ini juga
yang menjadi situasi kita, yang hidup
lebih banyak untuk menikmati
keingian kita dan tawaran dunia.
Manusia lebih banyak tinggal di
rumah orang lain daripada di rumah
Bapanya.
Menjauh dari Tuhan akan
berakibat kesengsaraan. Begitulah
yang terjadi dalam kehidupan si
bungsu. Ia meninggalkan Kasih Bapa
kepadaNya.
Perbuatannya
itu
menjauhkan dia dari Bapa dan Kasih
Bapanya kepadanya.
Dalam
kesengsaraannya
itulah, ia ingat akan para pegawai di
rumah Bapanya yang hidup penuh
kegembiraan tanpa susah. Maka ia
ingin pulang dan menjadi pegawai
saja. Suasana sulit dan penderitaan,
3
membuat si bungsu ingin pulang,
walau bukan Bapa yang diingatnya.
Kasih adalah Kasih
Sebuah realita yang harus kita
sadari bahwa Allah adalah Allah
yang adalah Kasih, maka tidak akan
berubah. Oleh sebab itulah Kasih itu
tidak akan pernah berubah, selalu
akan mengasihi. Si bungsu yang
pulang, ingin jadi pegawai itu, malah
disambut sang Bapa dengan pelukan
kasih Bapa. Tanpa melihat keadaan
anaknya, Bapa menerimanya kembali
tetap sebagai anakNya. Si bungsu
tidak sempat bicara apapun dari
mulutnya, namun dengan kembali
pulang ke rumah Bapanya, itu sudah
cukup berbicara bagi Bapanya.
Kembali sudah merupakan kesadaran
dan sikap mau kembali ke sumbernya.
Kasih Bapa itu tampak
bagaimana
Ia
memperlakukan
Bersambung ke halaman 4,
DESEMBER
2015/NO.282
anakNya itu. Tampaklah sebuah kegembiraan dan sukacita
dalam diri sang Bapa, yang membingungkan banyak
orang. Si bungsu diterima kembali sebagai anak hilang
yang kembali. Tentu si bungsu tidak menyangka akan ada
kegembiraan yang begitu besar. Ia disadarkan akan Kasih
Bapanya yang luar biasa kepada dirinya.
Kasih memang tidak luar biasa dan sungguh
menghidupkan. Bagi Bapa, kita semua, seperti si bungsu,
adalah anakNya dan bagian dalam keluargaNya. Oleh
sebab itu, rumahNya adalah juga rumah kita semua. Setiap
kali kita melangkah, perlu diingat baik, bahwa itu
sementara dan kita harus kembali ke Rumah Bapa kita.
Inilah sikap belaskasih Bapa, yang tetap menerima
anakNya, walaupun sudah meninggalkan Dia. Kesadaran
si bungsu untuk kembali, itulah yang membahagiakan
Bapa.
HALAMAN
4
menerima adiknya, ia tidak menghidupi Kasih Bapanya.
Kasih Bapa kepada si sulung ternyata tidak
bergema, karena tidak tertanam di dalam dirinya. Ia
menghidupi rutinitas hidupnya namun tanpa kesadaran
akan identitasnya. Bapanya mengajak dia untuk masuk dan
bersukacita, tanda Kasih kepada adiknya. Akankah dia
masuk ke pesta dan menerima adiknya seperti Bapanya?
Belaskasih yang tidak berkesudahan
Masa
Advent
membantu
kita
untuk
mempersiapkan diri menyambut kehadiran Sang kasih,
Yesus Kristus, di dunia ini sekali lagi. Selain itu juga
sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Sang
Kasih secara sempurna yang akan membawa kita kembali
ke Rumah Bapa kita. Oleh sebab itulah jangan sampai kita
berlambat,
melainkan selalu siap sedia.
W W W . U K I . C A
Kita pun harus berani untuk kembali ke Rumah
Bapa kita, karena Ia sungguh mengharapkan kita untuk
mengalami kegembiaraan abadi bersamaNya dalam
Perjamuan abadi di Surga. Tidak perlu malu untuk
mengakui kesalahan dan penyimpangan kita. Tangan
KasihNya selalu terbuka dan siap merangkul.
Kasih yang tidak bergema
Sementara itu si sulung selalu ada bersama
Bapanya dan tidak pergi ke mana pun. Ia terkejut akan
pesta besar yang terjadi di rumahnya. Ia tidak tahu karena
ia bekerja bersama pegawai yang lain. Keterkejutan yang
berubah menjadi kemarahan, setelah ia tahu apa yang
terjadi. Ia tidak dapat menerima sikap Bapanya yang
menerima adiknya kembali, yang sudah meninggalkan
mereka.
Bapa yang penuh Kasih tampil dengan
kebijaksanaanNya. Ia menyadarkan bahwa selama ini si
sulung selalu ada bersama Bapanya. Ia sudah hidup di
dalam sukacita dan kelimpahan yang ada, sebagai seorang
anak. Bapa, dengan sabar membuka hati dan tangan bagi si
sulung ini. Tidak ada perbedaan bagi sang Bapa, semua
adalah anak yang dikasihi.
Ternyata si sulung tidak mengalami Kasih
Bapanya, ia malah hidup sebagai seorang pegawai dan
bukan sebagai anak. Inilah yang membuat dia terpisah dari
Bapanya, walau hidup bersama. Maka ia pun tidak bisa
Semuanya sudah diingatkan
kepada kita, diperlukan untuk
membuka hati dan seluruh diri
kita bagi Kasih Bapa ini.
Secara khsusus Paus
Fransiskus mengajak kita untuk
menghidupi Kasih Bapa ini di dalam kehidupan harian kita
sekarang ini. Kesadaran akan keadaan dunia yang sakit
dan menjauh dari Kasih Allah, membuat kita tidak boleh
tinggal diam. Keselamatan dan Kasih akan menjadi nyata
jika kita semua bergerak dan melakukan dan menghidupi
Kasih Allah itu.
Bapa telah menerima kembali si bungsu pulang
dengan pelukan Kasih dan tindakan Kasih yang indah.
Sikap seperti inilah yang diharapkan si Bapa pula
dilakukan oleh si sulung terhadap adiknya. Namun kita
tidak tahu apakah ia akan melakukannya. Itulah gambaran
diri kita masing-masing yang telah mengalami Kasih
Bapa, akankah kita membagikannya?
Tema Tahun Belaskasih ini adalah: “Murah Hati
atau Berbelaskasih seperti Bapa”. Maka jelaslah harapan
Bapa Suci kita, yakni kita semua menghidupi gerakan
yang dilakukan oleh Bapa Kita dengan KasihNya itu.
Tentu untuk dapat melakukannya, kita perlu menyadari
terlebih dahulu banyaknya Kasih Bapa yang sudah
dianugerahkan kepada kita secara pribadi. Dengan
Bersambung ke halaman 9,
HALAMAN
5
Bible Quiz UKI 2015
ahun ini Seksi Bina Iman UKI kembali menggelar se-buah event yang terkenal cukup menegangkan tapi
sebenarnya banyak memberikan manfaat rohani bagi kita, yaitu Bible Quiz…. Mungkin karena padatnya jadwal
kegiatan UKI, sehingga diadakan hanya sehari dengan peserta 6 kelompok, dan bahan yang di-quiz-kan adalah
Injil Yohanes (bukan gara-gara Pamongnya punya nama baptis lho….). Tidak perlu dikisahkan ketegangan dan
tarik urat yang terjadi, langsung saja kita beritakan para juara-nya:
T
Foto para juara Bible Quiz UKI 2015,dari kiri ke kanan: Juara I - PI Ursula (Lala, Eveline, Ina dan Bibiana); Juara II - Koor
West +PD West (Domi, Siu Yang, dan Rudy SB); Juara III - PI Tarcisius (Marina, Erni, dan Natali)
Sekilas tentang Kelompok Pendalaman Iman Ursula…..
Menjelang ulangtahun ke-9 tepatnya di January 2016 nanti, kelompok PI Ursula makin berkembang dalam jumlah anggota.
Diawali dengan 6 pasutri, saat ini di setiap pertemuan bisa sampai 30 orang. Ada anggota yang pulang ke tanah air, ada pula
yang menjadi non-aktif (artinya datang ke PI Ursula hampir tidak pernah atau mungkin cuma 1 – 2 kali dalam setahun),
namun ada pula yang baru bergabung meskipun sudah lama bertemu di UKI, malah sekarang rajin datang di setiap
pertemuan. Tidak ada batasan usia, wilayah ataupun tingkat pengetahuan kitab suci. Pertemuan diadakan setiap bulan, di
Sabtu ke-4, dimulai jam 11 (bisa lebih) sampai selesai makan siang (potluck).
Pembawa renungan dalam pertemuan PI adalah Romo Juliwan, yang selalu diselingi dengan pertanyaan dan komentar dari
sebagian anggota, tanpa rasa malu atau sungkan….kan kita semua BELAJAR tho? Tukang komentar paling rame adalah
Hendry, tanpa dia PI Ursula nggak terasa lengkap…. Ibaratnya sayur lodeh tanpa ikan asin dan sambal….. nggak lekker (kata
orang Holland)! Makanya…..mari bergabung dengan teman-teman se-iman dalam Kristus. Bersama kita belajar, memahami
dan menjalankan apa yang Tuhan mau dalam hidup kita. Tak ada kata TERLAMBAT, Tuhan selalu membuka tangan-Nya
bagi kita yang sangat Dia kasihi. Bersama kita saling menguatkan di saat kesulitan melanda kehidupan. Berbagi sukacita
saat kita menyadari betapa KASIH Tuhan selalu berlimpah dan tak pernah berakhir bagi kita. Kami selalu terbuka menerima
Anda untuk bergabung dengan PI Ursula, silakan menghubungi Hendry Widjaja dan Lilian Tjokro: [email protected].
DESEMBER
2015/NO.282
HALAMAN
6
Masih ada
Kehidupan...
Semoga yang membaca kesaksian ini dapat
menambah iman kepercayaan kita kepada Tuhan
Yesus yang penuh kasih sayang..
"Aku inilah jalan, kebenaran, dan hidup....."
| Oleh Benjamin Mesach |
anggal 14 Mei 2015 sekitar jam 6 pagi, saya mengalami “Alleluyah, Puji Tuhan! Dengan kuasa Tuhan, semua menjadi
sakit yang luar biasa tak tertahankan pada bagian perut, dan luar biasa!”
30 menit kemudian ambulance datang membawa saya ke
Empat hari kemudian saya mendapat kunjungan dari
Credit Valley Hospital. Dengan pemeriksaan yang cepat tanggap Dr.Johnson yang mengoperasi saya. Beliau mengacungkan
dari team rumah sakit, akhirnya saya segera menjalani operasi. jempol tanda sukses yang luar biasa. Selanjutnya saya dijuluki
Dan dari situ diketahuilah bahwa saya mengalami keadaan yang “The Iron Man.”
disebut Aortic Aneurysm (pembesaran pembuluh darah utama
Tanggal 7 Agustus 2015 saya dipindahkan ke Trillium
(artery). Pembuluh darah ini sudah hampir meletus, karena Hospital atas permintaaan Dr.Pops, karena beliau ingin
pembesaran sudah sekitar 8.5 cm, dengan ukuran normal menangani saya secara langsung. Saya pun ditempatkan di
seharusnya hanya 3 cm.
Rehab Centre. Di sini saya pelan-pelan dilatih untuk bisa
Saya berada dalam keadaan kritis dan tidak sadar mandiri.
setelah itu. Dalam 8 minggu pertama, saya sudah menjalani 7x
Istri saya (Martha) juga dilatih untuk bisa membantu
operasi. Secara medis, dokter sudah mengatakan bahwa saya. Akhirnya saya dari tidak bisa bangun sampai bisa berjalan
kesempatan saya untuk bisa hidup adalah 20% saja. Paru-paru walaupun masih memakai alat bantu. Tanggal 2 Oktober 2015
dan ginjal tidak berfungsi, dan saya menjalani cuci darah saya diperbolehkan pulang.
(dialysis) selama 2.5 bulan, dan dokter sudah memberikan
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
pernyataan kepada keluarga bahwa 100% saya akan bergantung yang sebesar-besarnya kepada Romo, Deacon, Umat Katolik
kepada cuci darah seumur hidup saya apabila saya berhasil lolos Indonesia Toronto dan sekitarnya, para peserta Bible Study
dari masa comma ini.
West & East, para peserta persekutuan doa dan setiap misa di
Dokter di ICU sudah merasa pesimis dan tipis harapan Wisma Mega Indah, Pendeta Bott dan umatnya dari Gereja
mengenai kesembuhan saya, walaupun memang ada dua orang Baptist di Clefard, Wellington, Evangelist Rev. William R.
dokter dari Trillium Hospital yang optimis dan berusaha dengan Myers di New Baltimore Michigan, teman-teman di Jakarta,
penuh pengharapan untuk dapat menyelamatkan saya.
Sdr. Tunggul Tobing dan Lydia Nursaid dari salah satu gereja
Setelah 2.5 bulan tidak sadarkan diri dan berada di Kristen yang juga senantiasa memanjatkan doa untuk
ruang ICU di Credit Valley Hospital, dalam keadaan tidak sadar kesembuhan saya, dan semua pihak yang tidak dapat saya
itulah saya seolah-olah bermimpi melihat sebuah titik kuning di sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala bentuk
angkasa yang bersinar terang sekali. Saya coba mengikuti dan dukungan doa yang tak putus dipanjatkan kepada Tuhan.
menjangkau tetapi saya terlalu lelah... Rupanya, itu mungkin
Semoga Tuhan Yesus Kristus yang penuh kasih dan
adalah sinar pengharapan dari Tuhan, karena setelah itu, maha penyayang memberkati kita sekalian.
perlahan saya sadar dari masa kritis saya. Tuhan Yesus sungguh
Benjamin Mesach & keluarga
hadir dan beri mukjizat!
Saya kini benar-benar sadar karena melihat istri dan
anak-anak saya berada di sekeliling sambil menangis karena
terharu dengan kejadian ini, bahkan seorang suster
perawat berkata, “Bulu kuduk saya merinding mendengar
kejadian ini!” Saya langsung ditest mengenai tanggal lahir
yang saya jawab dengan benar.
2.
1.
3.
Cuci darah tidak diperlukan lagi, karena ginjal saya
secara ajaib sudah berfungsi kembali dengan normal. Ya, (1) in my comma, where my lungs and kidneys didn’t work, (2) with my very patient
and faithful wife who is always by my side, (3) salah satu masa tersulit, dimana putri
ajaib kuasa Tuhan!
saya akan melangsungkan pernikahan, namun saya masik terbaring di ICU.
T
Keluarga Kudus th C, 27 Desember 2015 (Luk 2:41
2:41--52)
HALAMAN
W W W . U K I . C A
Tinggal di Bait Allah
ali ini diberikan ulasan tentang Luk 2:41-52 yang
menceritakan bagaimana Yesus yang sudah berumur 12
tahun diajak orang tuanya ke Yerusalem untuk merayakan
Paskah. Ketika mereka kembali ke Nazaret, Yesus
tertinggal. Mereka kembali ke Yerusalem mencarinya. Pada hari
ketiga mereka menemukannya sedang duduk di tengah-tengah
para ahli agama di Bait Allah. Petikan Injil tersebut dibaca­kan
pada Pesta Keluarga Kudus tahun C.
K
KENAPA YESUS TINGGAL DI BAIT ALLAH?
MAR : Apa maksud Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Bait
Allah? Supaya ia ikut Paskah?
HAR : Ya. Mulai umur 12 tahun semua anak Yahudi wajib
mengikuti upacara agama. Pada usia itu mereka diresmikan
masuk dunia orang dewasa dalam suatu upacara inisiasi. Dapat
diperkirakan bahwa Yesus menerima upacara ini di Bait Allah di
Yerusalem sebelum perayaan Paskah. Baru setelah ikut upacara
itu, seorang anak dapat ikut serta penuh dalam pe­rayaan
Paskah. Ia juga boleh diterima dalam sekolah Taurat.
MAR : Penjelasannya?
HAR : Orang Yahudi beranggapan bahwa tiap anak mem­
punyai tiga guru utama. Yang pertama ialah ibunya sendiri.
Dialah yang membesarkannya dari lahir hingga disapih.
Kemudian, peran pendidik diambil alih ayahnya hingga anak itu
memasuki masa pubertas pada umur 12-13 tahun. Pada usia itu
seorang anak mulai masuk dunia orang dewasa dan wajib hidup
menurut ajaran Taurat. Kini gurunya ialah Taurat sendiri. Maka
itu, pada umur-umur itu se­orang anak diinisiasi dengan upacara
sebagai ”Bar Mitzvah”, ungkapan Aram yang artinya ”anak
ajaran Taurat”. Hingga kini di kalangan orang Yahudi, Bar
Mitzvah adalah pesta terbesar bagi anak-anak dan orang tua
mereka. Maknanya seperti pesta khitanan di Jawa, walau khitan
atau sunat di kalangan Yahudi dilakukan ketika masih bayi, lihat
Luk 2:21.
MAR : Dan setelah dinyatakan sebagai Bar Mitzvah, Yesus
dapat ikut mendalami Taurat dan karena itu ia ting­gal di Bait
Allah bertanya jawab dengan para ahli agama?
HAR : Betul! Di Bait Allah ada kelompok-kelompok se­kolah
Taurat. Kita bayangkan Yesus berpindah-pindah mengikuti
pelajaran dari kelompok satu ke kelompok berikutnya sehingga
terpisah dari orang tuanya. Yusuf dan Maria sendiri kiranya juga
sibuk berbicara dengan para orang tua lain dan kenalan di situ.
MAR : Belum puas tanyanya nih. Apa maksud diketemukan
sesudah tiga hari (ay. 46)? Apakah ini menunjuk ke arah
kebangkitan nanti?
HAR : Ceritanya begini. Orang tua Yesus sudah jauh me­
ninggalkan Yerusalem pulang menuju Nazaret yang letaknya
150-an km di utara. Ketika menyadari Yesus tidak ada dalam
rombongan, mereka terpaksa kem­bali ke Yerusalem. Perjalanan
7
| Oleh Prof Agustinus GIANTO, S.J |
bolak-balik ini ma­kan waktu dua siang hari. Hari berikutnya,
yakni hari ketiga, mereka menemukannya di Bait Allah. Dalam
arti ini, ”hari ketiga” ini tidak usah dihubung-hubungkan dengan
peristiwa kebangkitan.
MAR : Kata-kata Yesus yang ditujukan kepada ibunya dalam
ayat 49 menegaskan bahwa semestinyalah ia ”terserap dalam
urusan-urusan Bapaku” (Yunaninya ”en tois tou patros mou”)
dan dalam konteks ini memang berarti tinggal di rumah Bait
Allah seperti lazim diungkapkan dalam terjemahan. Betulkah?
HAR : Setuju. Eh, omong-omong, di situ juga pertama kali­nya
Yesus tampil berbicara. Perkataannya menjadi titik tolak untuk
mulai mengenal siapa dia itu. Ia merasa wajib menyibukkan diri
dengan perkara-perkara Bapanya. Dan mulai saat itu
kehidupannya memang terpusat ke sana. Kita ingat kata-katanya
yang terakhir ketika menghembuskan napas terakhir di salib.
Dalam Luk 23:46, ia berseru kepada Bapa­nya dan menyerahkan
nyawanya kepada-Nya. Kemu­dian dalam Luk 24:49, sebelum
naik ke surga, ia masih meneguhkan hal yang dijanjikan
Bapanya.
MAR : Tanya lagi. Lukas juga menyebutkan pada akhir petikan
ini bahwa Yesus makin dewasa, bertambah bijaksana, dan makin
dikasihi Allah dan manusia. Apa maksudnya?
HAR : Ini cara menggambarkan orang yang hidup bagi
kepentingan Tuhan dan manusia. Mirip dengan yang dikatakan
mengenai Samuel dalam 1Sam 2:26. Akan tetapi, Lukas
menambah satu unsur lain, yakni ”hik­mat”. Gagasan ini
menunjuk pada pengalaman hidup yang mengajar orang makin
peka memahami kebutuhan orang. Yang membuat orang solider
de­ngan sesama. Dia yang sudah jadi ”anaknya ajaran Taurat”
dapat menghayatinya dengan hikmat. Ajaran agama menjadi
hidup, tak mandek sebatas kewajib­an dan larangan melulu. Dia
itu Taurat hidup yang dikirim Bapa kepada umat manusia.
MENYIMPAN DALAM HATI
Dua kali Lukas mengatakan bahwa Maria menyimpan hal yang
dialaminya dalam hatinya. Pertama kali ketika mendengar para
gembala mengisahkan pemberitahuan malaikat mengenai anak
yang baru lahir di Betlehem (Luk 2:19) dan kedua kalinya di sini
(Luk 2:51). Dalam gaya bahasa Semit, menyimpan dalam hati
berarti memikirkannya berulang-ulang dan tiap kali menemukan
arti yang makin dalam.
Ungkapan
”menyimpan
dalam
hati”
juga
dipakai
menggambarkan sikap Yakub ketika mendengarkan kisah mimpi
anaknya, Yusuf (Kej 37:11). Sebenarnya, Yakub meng­anggap
Yusuf aneh-aneh saja. Namun demikian, Yakub menyadari
bahwa ia sedang berhadapan dengan Yang Ilahi yang
menyampaikan sesuatu dengan cara yang belum sepenuhnya
dimengertinya. Bukan seperti saudara-saudara Yusuf yang
menurut ayat itu ”iri hati”, atau dengki, njotak, menolak. Contoh
lain: Daniel mendapat penglihatan yang menggetarkan dan
mendengar penjelasannya dari seorang makhluk ilahi. Dalam
Dan 7:28, dikatakan bahwa ia amat gelisah dan ketakutan, tetapi
di situ juga ditegaskan bahwa Daniel ”menyimpan dalam hati”,
maksudnya se­makin meresapi makna penglihatan mengenai
Bersambung ke halaman 10
DESEMBER
2015/NO.282
Sambungan dari halaman 1,
HALAMAN
8
nyata Belaskasih Bapa.
Yesus Kristus’.
Natal sebagai Pintu Belaskasih Allah
Gemerlapan Perayaan Natal sudah dirasakan di
mana-mana bahkan juga di dalam rumah kita sejak bulan
November. Tentu saja suasana ini seharusnya membawa
kita sampai pada arti dan makna Perayaan Natal itu
sendiri. Pusat Perayaan Natal itu ada pada Pribadi Yesus
Kristus, Allah yang menjadi manusia. Bayi kecil mungil
dan tidak berdaya, itulah yang menjadi perhatian kita
dalam setiap Perayaan Natal. Perhatikanlah dalam
kegemerlapan Natal yang kita lihat, hampir tidak
ditampilkan kanak-kanak Yesus, melainkan hanya
berbagai hiasan yang ditampilkan dengan tokohnya, yakni
Santa Claus.
Perayaan Natal merupakan bukti nyata Belaskasih
Allah kepada manusia sampai hari ini. Natal bukan hanya
perayaan apalagi memorial, melainkan kita menghadirkan
kembali Misteri Allah yang menjadi manusia seperti kita.
Allah sungguh hadir dan tinggal di tengah kita dalam diri
Yesus Kristus. Kehadiran Yesus ini untuk kita dan untuk
keselamatan kita semua, bahkan seluruh umat manusia di
dunia ini. Inilah seluruh inti Perayaan Natal yang
dirayakan oleh seluruh umat Kristiani di dunia ini. Karya
Penyelamatan Allah bagi kita manusia ini begitu agung
sehingga tidak mungkin dilupakan walaupun realitanya
sudah berubah. Realita yang berubah ini seolah
mengembalikan kembali Yesus kepada awal waktu
kedatanganNya di dunia, ketika orang tidak
memperhatikan bahkan menolakNya. Akankah kita
mengulangi kembali penolakan itu pada saat ini? Akankah
kita membiarkan Tuhan Yesus lahir dan hadir kembali di
tengah kita tanpa kita perhatikan?
Kelahiran Yesus di tengah manusia adalah tanda
nyata Belaskasih Allah kepada manusia yang telah
menjauh dari Allah. Manusia yang seharusnya dihukum
karena ketidaksetiaannya, namun didatangi dan
diselamatkan oleh Allah. Sungguh luar biasa, Allah
mendatangi umatNya, manusia yang dikasihiNya. Inilah
keadilan Allah, yakni Keadilan yang berbelaskasih. Itulah
yang diingatkan kepada kita semua setiap kali kita
merayakan Natal. Inilah perayaan Belaskasih Allah yang
begitu agung, yang membuka Pintu BelaskasihNya kepada
semua manusia yang dikasihiNya. Oleh sebab itu, Natal
adalah Perayaan Belaskasih Allah kepada manusia.
Belaskasih Allah itu tetap hadir sampai pada hari ini, di
sini dan di tengah kehidupan kita saat ini. Bahkan secara
khusus pada Tahun Suci Luar Biasa Belaskash Allah ini,
Perayaan Natal ini mempunyai pesan yang lebih tajam.
Dengan merayakan Natal dan menyambut kedatangan
Yesus di dalam hati kita, kita telah menyambut Belaskasih
Allah, menerima ‘Wajah Belaskasih Allah di dalam
Mari memasuki Pintu...
Pintu Belaskasih Allah telah terbuka, Perayaan
Natal sudah bergema begitu keras ke seluruh dunia. Oleh
sebab itu marilah kita menyambut ulurkan Kasih Tuhan
kepada kita itu. Marilah kita datang kepadaNya, kita
memasuki Pintu Belaskasih dan KerahimanNya yang
dikhususkan untuk kita semua yang dikasihiNya. Kita
perlu bergerak dan berjalan menuju Pintu itu dan jangan
hanya berdiam diri dan tinggal di rumah saja. Tidak cukup
hanya tahu dan pengetahuan, namun perlu juga ada mau
dan kemauan untuk membuka diri dan memasuki
Kerahiman Allah itu.
Memasuki Pintu Belaskasih berati berani bersikap
rendah hati dan sadar akan kedosaan kita, kelemahan kita
yang membutuhkan sentuhan Kasih Tuhan. Perhatikanlah
para gembala dan juga para raja yang mendatangi Yesus.
Mereka datang dan bersujud dengan penuh ketulusan dan
kerendahan hati. Memang menjadi pribadi yang tulus dan
rendah hati, sadar akan perlunya belaskasih Tuhan,
tidaklah mudah pada jaman ini. Banyak orang merasa
sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari dunia ini
dan tidak perlu bantuan Tuhan lagi. Inilah situasi yang
jelas menyedihkan Hati Tuhan dan hati kita semua sebagai
orang beriman. Yang lebih menyedihkan lagi, orang yang
mengatakan beriman pun melakukan hal yang sama,
menjauhi dari Belaskasih Allah.
Dengan memasuki Pintu Belaskasih Allah ini, kita
akan belajar banyak dari Tuhan yang Berbelaskasih untuk
juga mengasihi semua yang dikasihiNya. Tuhan Yesus
lahir di kandang domba, di tengah kemiskinan dan Ia
hidup di tengah semua orang kecil dan sederhana serta
pendosa, Ia menerima dan mencintai mereka semua.
Seperti Tuhan Yesus itu, demikianlah pulalah panggilan
kita sekarang ini untuk hadir dan mencintai semua orang
yang kecil dan sederhana. Saatnya pula kita membuka hati
bagi banyak saudara kita yang membutuhkan sentuhan
kasih kita semua. Belaskasih Allah hanya akan menjadi
nyata di dalam kehidupan kita, jika kita pun mampu
menyalurkan Belaskasih Allah itu kepada sesama, seperti
dengan mengampuni sesama kita.
Oleh sebab itu, Perayaan Natal bukanlah pertama-tama
terfokus pada dekorasi, pesta, kado dan yang lainnya sebagai
yang utama! Yang paling penting adalah keberanian kita untuk
bergerak, memasuki Pintu Keselamatan, menyambut Yesus
dan datang kepadaNya. Janganlah kita hanya mengagumi,
namun mewujudkan Belaskasih Tuhan itu.
Mari, silakan masuk ke Pintu Belaskasih Tuhan,
kepada Yesus di palungan....
Selamat Merayakan Natal dan Menyambut Tahun Baru.
Berkat Tuhan,
Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ
HALAMAN
How about the classically Catholic
discipline of Eucharistic adoration?
To spend a half-hour or an hour in the
presence of the Lord is not
to accomplish or achieve
very much, but it is a par­
ticularly rich form of spir­
itual waiting.
The
Season of Advent
Is Upon Us!
Dear Friends,
The Season of Advent is upon us!
In waiting for the coming of our Savior Jesus Christ at Christmas, let us
try to get closer to God by performing
some spiritual exercises.
Enclosed are Bishop Barron’s suggestions of practices that we can follow to prepare ourselves for the coming of Jesus our Savior.
Have a Blessed Advent Season!
Deacon Val & Wies
Three Advent
Practices
What practically can we do during
this season of waiting and vigil keep­
ing? What are some practices that
might incarnate for us the spirituality
of the season?
As you keep vigil before
the Blessed Sacrament, bring to
Christ some problem or dilemma that
you have been fretting over, and then
pray, "Lord, I'm waiting for you to
solve this, to show me the way out,
the way forward. I've been running,
planning, worrying, but now I'm go­
ing to let you work." Then, through­
out Advent, watch attentively for
signs.
Also, when you pray before the Eu­
charist, allow your desire for the
things of God to intensify; allow your
heart and soul to expand. Pray, "Lord,
make me ready to receive the gifts
you want to give," or even, "Lord Je­
sus, surprise me."
A second - and more offbeat - sugges­
tion: Do a jigsaw puzzle. Find one of
those big, complex puzzles with thou­
9
sands of small pieces; one that re­
quires lots of time and plenty of pa­
tience, and make of it an Advent pro­
ject. As you assemble the puzzle
think of each piece as some aspect of
your life: a relationship, a loss, a fail­
ure, a great joy, an adventure, a place
where you lived, something you
shouldn't have said, an act of generos­
ity. So often the events of our lives
seem like the thousand pieces of a
puzzle lying incoherently and discon­
nectedly before us. As you patiently
put the puzzle together, meditate on
the fact that God is slowly, according
to his own plan and purpose, ordering
the seemingly unrelated and incon­
gruous events of our lives into a pic­
ture of great beauty.
Finally, take advantage of traffic jams
and annoying lines-really anything
that makes you wait. And let the truth
of what 18th-century spiritual writer
Jean-Pierre de Caussade said sink in:
"Whatever happens to you in the
course of a day, for good or ill, is an
expression of God's will." Instead of
cursing your luck, banging on the steer­
ing wheel, or rolling your eyes in frustra­
tion, see the wait as a spiritual invitation
this Advent.□
Sambungan dari halaman 4,
kesadaran itulah kita sekarang dapat membagikannya
kepada sesama kita.
Dalam logo Tahun Belaskasih ini sangatlah jelas,
bahwa Kasih Bapa tampak dalam diri Yesus yang
menggendong anak itu dan membawanya ke dalam
Perjamuan Pesta Surgawi. Kemurahan hati dan Kasih
Bapa dalam diri Yesus inilah, yang harus digemakan pada
jaman ini.
Baiklah kita mengambil waktu selama setahun ini
untuk sungguh menyadari Kasih Bapa yang sudah
diberikan kepada kita. Dengan kesadaran itu, kita bisa
bertanya diri, apakah saya sudah cukup mengasihi sesama
saya? Membagikan Kasih Bapa kepada orang lain, seperti
yang sudah saya alami? Baiklah kita memusatkan diri
kepada Bapa yang penuh kasih. Beranilah untuk tidak
terlalu banyak memperhatikan kesenangan duniawi dan
harta yang menjauhkan kita dari Bapa.
Tahun Belaskasih ini juga memberikan kepada
kita kesempatan yang luar biasa untuk menerima Rahmat
Pengampunan dan Berkat. Hal ini sangat kita perlukan
sehingga kita pun dapat berbagai Kasih kepada yang lain.
Jika Bapa sudah membuka tanganNya dalam diri Yesus
untuk
merangkul
kita,
akankah
kita
membiarkannya...mendiamkannya?
“Haruslah kamu sempurna, sama seperti
BapaKu yang di Sorga adalah sempurna” (Mat 5:48)
Demikanlah sabda Yesus kepada kita semua.
Maka marilah mulai sekarang kita bergerak dan bertindak.
Kalau bukan kita, Anda dan saya, siapa lagi yang akan
melakukannya!
“Selamat Berjuang dan Memasuki Masa
Advent dan Tahun Belaskasih.
Tuhan memberkati” ... Rm. Juliwan SCJ
Selamat Ulang Tahun Imamat ke 22 Romo Aegi dan Romo Juliwan.
Selamat Ulang Tahun Koordinator UKI, Damianus Indy! Nopember 2015
Foto kiri-kanan, Rm Aegi, Rm Yul, Indy, Romo Petrus
Yohanes 11:25
“Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati...”
Umat Katolik Indonesia di Toronto dan sekitarnya,
TURUT BERDUKA CITA,
atas berpulangnya:
Celia Immanuela Rosary (28 thn)
Meninggal, 26 Oktober 2015 di Auckland, New Zealand
Orangtua : Lissy Budiman dan Sugianto Tanojo
Saudara kandung : Maria Immaculata Cherie
Keponakan : Benedict Francis C.
Oma : Lily Wardoyo (Indonesia)
Ibu Bernadeth Rostini Solichin (55 thn)
Meninggal 1 November 2015 di Jakarta, Indonesia
Suami : Anwar Budianto
Anak-anak : Gabriela Budianto dan Natania Budianto
Saudara / Ipar :
Janto Solichin / Felicia Widjaja
Henry Solichin / Nancy Tirtadjaja
Alm. Wimpy Solichin / Jeanne
Lanny Solichin
Ibu Maria Lim Hong Nio (75 thn)
Meninggal 6 November 2015, di Jakarta, Indonesia
Anak / Menantu :
Christine Lim / Yudhi Tanuwijaya
Alm. Antonius Lim
Alm. Fransiskus Lim / Eliah Djuita
Alm. Yohanes Lim
Andreas Sugiman / Asteria Pujiarti
Sian Ing Awiek Widjaja / Rolling Awiek Widjaja
Cucu / Cucu Mantu :
Monica M. Rosary / Richard MW.
Caroline Priscilla / Sina Falahi
Stevanus Teddy Wiguna
Christian Eric Wiguna
Jason Adrianus Nakayasa
Helena Janice Nakayasa
Kennova Pramesh Prawesti
Cicit : Sean Sebastien Averdi
Semoga Tuhan Yang Maha Rahim memberi keselamatan
kekal dan tempat peristirahatan yang indah di rumah Bapa
di sorga. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberi
rahmat, kekuatan, ketabahan serta penghiburan dariNya.
Sambungan dari halaman 7,
merajalelanya kejahatan dan diakhirnya kejahatan itu oleh kuasa
ilahi. Maria lain lagi. Ia bukannya setengah percaya seperti
Yakub atau tergetar seperti Daniel. Ia tahu siapa yang baru lahir
darinya. Ia telah mendengarnya sendiri dari Gabriel (Luk 1:2836). Akan tetapi, dalam peristiwa menemukan Yesus di Bait
Allah, Maria memang belum sepenuhnya memahami yang
dilakukan Yesus.
Dalam keempat pemakaian ”menyimpan dalam hati” itu,
perasaan orang yang bersangkutan tidak sama. Demi­kian juga
halnya Maria. Pertama kali ia memahami sepe­nuhnya, kedua
kalinya belum, Yakub rada skeptik, Daniel gelisah dan pucat
ketakutan setengah mati. Namun demi­kian, ketiga orang ini tetap
mau mengerti lebih jauh apa yang sedang terjadi. Mereka tidak
berhenti dan menutup diri, puas dengan sikap sudah tahu, merasa
lebih aman bila tidak begitu saja menerima, atau gemetar
ketakutan melulu, atau pasrah asal percaya begitu saja. Tidak
berle­bihan bila dikatakan bahwa ”menyimpan dalam hati” itu
ialah sikap yang membuat orang makin memahami misteri. Dan
sikap ini tidak ditentukan oleh suasana batin atau perasaanperasaan yang mengitarinya seperti jelas dalam contoh-contoh di
atas.
Satu tambahan: ”menyimpan dalam hati” bukan berarti
merahasiakan. Daniel malah membagikan yang dialaminya.
Yakub tak memiliki alasan merahasiakannya karena Yusuf
sendiri latah bercerita mengenai mimpinya kepada semua orang.
Maria tentu berkali-kali menceritakannya ke orang-orang yang
dekat kepadanya dan karena itulah Lukas men­dapat bahan-bahan
bagi Injil mengenai masa kanak-kanak Yesus.
Boleh jadi ”menyimpan dalam hati” itu prinsip tafsir yang paling
memungkinkan Sabda Tuhan betul-betul me­nyapa orang tanpa
terikat pada keadaan dan suasana yang sering mengeruhkan
kehadiran-Nya. Inilah yang menjadi kekuatan bagi yang bertugas
menafsirkan Sabda Tuhan. Dia tetap bisa berbicara kepada orang
banyak kendati ke­mampu­an dan keadaan penafsir berbedabeda. Satu syarat­nya: mau ”menyimpannya dalam hati” seperti
Maria, seperti Daniel, seperti Yakub.□
SELAMAT NATAL 2015
DAN TAHUN BARU 2016
Semoga oleh Rahmat Kerahiman Allah, kita semua menjadi
manusia baru dalam kasih Tuhan.
May the spirit of Christmas grant us the courage
to make our life…
"… a pilgrimage of loving transformation in Christ, the visible sign of
God’s mercy,
in order to share our lives, our choices, the happiness of the poor,
the obedience of faith and the radicality of love
in a spirit of tenderness, solidarity and fraternity! "
- Pope Francis –
Salam, Sr. Elisabeth, CP
Download