(1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai prilaku,nilai,dan persepsi siswa,(3) menembangkan skill dan pemecahan masalah dan tingkah laku(4) mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang berbeda. Role playing secara implicit menganjurkan sebuah pengalaman yang berbasis pembelajaran keadaan yang terjadi disini dan saat ini. Oleh karena itu pemeranan memunculkan respons emosional dan prilaku asli yang merupakan ciri khas masingmasing siswa. Role playing versi shaftel menekankan aspek intelektual dan emosional yakni analisis dan diskusi dalam pemeranan yang di anggap sama pentingnya dengan role playing itu sendiri. Dalam role playing kita sebagai pendidik harus mengaahkan bagaimana siswa dapat mengenali dan memahami perasaanya masing-masing serta menyadari bahwa perasaan mereka memengaruhi perilaku yang mereka tampakkan. Pada dasarnya emosi dan gagasan dapat digiring menuju sebuah kesadaran yang selanjutnya dikembangkan dalam kelompok. KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI Rasyid Ali Abstrak Metode ini mencoba membawa siswa untuk bermain peran dan bagaimana cara mengeksplorasi persoalan-persoalan tentang hubungan antara manusia dengan bermain peran dalam situasi permasalahan, lalu mendiskusikan tentang peraturan-peraturan. Siswa boleh mengekspresikan perasaan, tingkah laku, nilai dan strategi untuk mengatasi masalah. Beberapa para ahli telah melakukan penelitian terhadap cara pemecahan masalah ini secara umum mirip. Role playing merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu maupun social. Model ini juga menyokong beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah. Kata kunci: Role Play, proses pengembangan sikap sopan dan demokratis. 2. Konsep peran Orang-orang umumnya menyebut bagian ini dengan kata role (peran). Peran disini berarti rangkaian perasaan,kata-kata,dan tindakan. Role merupakan sebuah alat yang unik dan lumrah dalam berhubungan dengan orang lain (Chesler dan Fox, 1966: 5-8). Konsep peran merupakan salah satu pusat teori dasar model role playing. la juga menjadi tujuan utama dalam model ini. Kita harus mengajari siswa untuk menggunakan konsep ini,untuk memerhatikan beberapa peran yang berbeda,dan untuk memikirkan tingkahlaku diri mereka sendiri maupun tingkah laku orang lain. Untuk itu,dalam menciptakan bagian inti dalam pengalaman role playing,konsep peran harus dikukuhkan,namun tetap di jaga sepanjang proses aktivitas role playing. Hal ini juga akan membantu jika,sebelum menggunakan model tersebut siswa telah di ajari konsep ini secara langsung,semisal dengan praktik dan tindakan yang sarat dengan konsepkonsep role playing. A. Pendahuluan Dalam role playing siswa mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antara manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan kemudian mendiskusikan peraturanperaturan. Secara bersama-sama siswa bisa mengungkapkan perasaan,tingkah laku,nilai dan strategi pemecahan masalah. Beberapa tim peneliti telah menyelidiki role playing dan basil penelitian mereka terhadap strategi pemecahan masalah ini secara umum bisa dikatakan sama. Versi yang dielsplorasi dalam pembahasan ini dirumuskan oleh Fannie dan George shaftcl (1967). Kami juga menggabungkan rumusannya dengan gagasan kerja Mark dan Robert lox (1996). B. Orientasi Model 1. Tujuan dan asumsi Dalam level yang sangat sederhana model role playing dimainkan dalam beberapa rangkaian tindakan berikut: menguraikan sebuah masalah, memeragakan, dan mendiskusikan masalah tersebut. Esensi role playing adalah keterlibatan partisipan dan peneliti dalam situasi masalah yang sebenarnya dan adanya keinginan untuk memunculkan resolusi damai serta memahami apa yang muncul dari keterlibatan tersebut. Proses role playing berperan untuk 81 C. Model Pengajaran 1. Struktur Manfaat role playing bergantung pada kualitas pemeranan dan khususnya analisis yang mengiringinya. Siswa tidak perlu terlibat secara efektif dalam role playing atau analisis peran saat pertama kali mereka mempraktikkan model ini. Chesler dan fox (1966: 66-64) menyarankan latihan pantonim sebagai sebuah cara untuk membantu siswa yang belum berpengalaman. 82 Shaftels berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan langkah: a. memanaskan suasana kelompok b. Memilih partisipan c. Mengatur setting tempat kejadian d. Menyiapkan peneliti e. Pemeranan f. Diskusi dan evaluasi g. Memerankan kembali h. Berdiskusi dan mengevaluasi i. Saling berbagi dan mengembangkan pengalaman Masing-masing dan tahap ini memiliki tujuan khusus yang akan menambah kekayaan hasil model ini serta membantu siswa untuk fokus pada aktivitas pembelajaran. Tahap pertama, menghangatkan masing-masing kelompok, menyisipkan sebuah masalah saat tatap muka tpertama sehingga setiap siswa akan menganggap bahwa ksjisn tcrsebut merupaakan sebuah wadah yang mewajibkan mereka untuk belajar menghadapi scbuah masalah. Bagian kedua, dalam tahap ini adalah menjelaskan masalah secara gamblang melalui heberapa contoh. Masalah mungkin bisa muncul dari gambaran yang diberikan siswa mengenai hal-hal yang realistis atau imajinatif,atau dari keadaan yang dipilih oleh guru dan diilustrasikan dalam sebuah film,televisi,pertunjukan,dan contoh kasus. Bagian terakhir dari tahap pemanasan suasana kelompok ini adalah mengajukan pertanyaan dan membuat siswa berfikir dan memperkirakan akhir cerita. Kita bisa menggunakan beberapa kriteria untuk memilih siswa dalam memainkan sebuah peran tertentu. Peran bisa dibebankan pada siswa yang terlihat sangat antusias dan terlibat dalam masalah yang tengah mereka identifikasikan dengan peran tertentu,yakni mereka yang secara tidak langsung mengekspresikan perilaku yang harus diselidiki lebih jauh,atau orang yang pantas belajar mengidentifikasi peran atau posisi mereka sendiri dalam posisi orang lain. Dalam tahap ketiga,yakni mengatur setting,pemain yang kebagian peran bertugas merangkum adegan namun tidak perlu mempersiapkan satu pun dialog khusus. Mereka hanya membuat sketsa adegan dan perk i raan-perk i raan tindakan seorang pemain. Setting disusun sedemikian rupa sehingga satu pojok ruang kelas menjadi lokasi sekolah tempat gang tersebut tengah menunggu tommy yang akan membawa uang,pojok lain sebuah kursi digunakan untuk menggambarkan pintu rumah seorang pelanggan. 83 Dalam tahap empat,yakni mempersiapkan peneliti maka peneliti haruslah terlibat dan sama-sama berperan sehingga seluruh kelompok dapat memainkan peran kemudian menganalisis pemeranan. Dalam tahap kelima,yakni memainkan peran,pemain memainkan peran dan menghidupkan situasi secara spontan dan saling merespon secara realistis. Role playing tidak mengharapkan adanya sebuah drama yang sopan dan halu,tidak juga mengharapkan adanya masing-masing pemegang peran yang selalu tahu respon yang seharusnya ia berikan. Tujuan pemeranan pertama adalah untuk menetapkan kejadian atau peran,sedang pemeranan yang kedua dimaksudkan agar bisa diperiksa,di analisis,dan dikerjakan ulang. Dalam tahap keenamyankni diskusi dan evaluasi jika masalahnya memang penting dan ada keterlibatan partisipan dan peneliti secara intelektual dan emosional,diskusi barangkali bisa dimulai dengan spontan. Dalam tahap ketujuh pemeranan ulang kegiatan ini mungkin akan cukup menyita waktu. Siswa dan guru bisa saling berbagi penafsiran baru tentang peran dan memutuskan siapakah yang akan kembali memainkan peran tersebut. Pemeranan ulang harus menyelidiki sebanyak mugkin kemungkinan baru tentang penyebab dan pengaruh. Tujuan pertama adalah untuk menghubungkan situasi permasalahan dengan pengalaman siswa dalam cara yang tidak bernuansa ancaman. Tujuan ini bisa dicapai dengan menanyakan apakah mereka menjumpai atau mengetahui seseorang yang memiliki pengalaman serupa. 2. Sistem sosial Sistem sosial dalam model mi cukup terstruktur. Guru memiliki tanggung jawab,paling tidak pada awal permainan,untuk memulai tahap-tahap dan membimbing siswa melalui aktifitas dalam tiap tahap. Kendatipun begitu, materi khusus dalam diskusi dan pemeranan sangat di tentukan oleh siswa. Yang terpenting, walaupun guru reflektif supportif siswa tetaplah pihak yang berperan mengambil alih atau mengontrol arah pengajaran. Mereka kadang memilih masalah yang akan ditelusuri,memimpin diskusi,memilih aktor,membuat keputusan kapankah pemeranan akan dilakukan,membantu pengaturan pemeranan,dan yang terpenting memtuskan apa yang harus diperiksa dan usulan mana yang akan dieksplorasi. 84 3. Peran/tugas guru Kami telah mengidentifikasi lima prinsip reaksi dan peran yang penting dalam model mi. Pertama guru seharusnya menerima semua respons dan saran siswa khususnya pendapat dan perasaan mereka dengan cara yang tidak terkesan menghakimi. Kedua guru harus merespons dalam rangka membantu siswa menelusuri sisi-sisi yang berbeda dalam situasi permasalahan tertentu,memperhitungkan dan mempertimbangkan alternatif yang muncul dari sudut pandang yang berbeda. Ketiga,denga merefleksikan memparafrase dan merangkum respons guru dapat meningkatkan kesadaran siswa mengenal perasaan dan fikiran mereka sendiri. Keempat guru harus menitik beratkan bahwa ada beberapa cara berbeda untuk memainkanperan yang sama dan ada pula konsekuensi berbeda yang akan mereka temui. Kelima ada banyak cara alternatif untuk memecahkan kembali suatu masalah,tidak ada satu jalan yang mutlakbenar. Guru membantu siswa mempertimbangkan dan melihat konsekuensi-konsekuensi untuk mengevaluasi solusi dan membandingkannya dengan alternatif lain. memberi saran pada sekelompok siswa dalam menghadapi sebuah masalah keseharian,role playing bisa memunculkan permasalahan ini untuk diteliti siswa memecahkan masalah. Beberapa ciri khas masalah sosial yang mudah untuk ditelusuri dengan model ini yakni: a. Konflik interpersonal b. Relasi antar kelompok c. Dilema individu d. Masalah historis atau kontemporer Rangkaian kurikulum bisa didasarkan pada masing-masing fokus berikut: a. Eksplorasi perasaan b. Eksplorasi tingkah laku,nilai,dan persepsi c. Pengembangan skill dan sikap pemecahan masalah d. Eksplorasi materi yang akan dibahas 2. Memilih situasi permasalahan Gender, etnis dan latar belakang keadaan sosial ekonomi sangat mempengaruhi keputusan siswa maupun guru dalam memilih topik. Menurut Chesler dan Fox(1966). Pertimbangan lain dalam memilih situasi-situasi problematik semacam itu adalah kompleksitas (kerumitannya) yang mungkin merupakan hasil dari beberapa karakter atau keabstrakan isu. Tidak ada patokan yang jelas mengenai tingkat kesulitan dalam situasi problematik,namun secara naluriah terlihat bahwa urutan berikut adalah pedoman yang cukup beralasan untuk kita amati bersama: (1) satu karakter utama,(2) dua karakter dan solusi alternatif,(3) alur yang rumit dan beberapa karakter,(4) motif-motif nilai,isu sosial,dan isu komunitas. 4. Sistem pendukung Materi yang ada dalam role playing sangatlah sedikit,namun semuanya sama-sama penting. Perangkat utamanya adalah situasi permasalahan. Situasi ini terkadang membantu dalam membentuk pengarahan pada setiap peran. Pengarahan ini menggambarkan peran atau perasaan masing-masing karakter. Kadang -kadang juga kita mengembangkannya dari peneliti yang memberitahu apa yang harus dicari dan disediakan wadah untuk kemudian d itul i skan. D. Penerapan Metode role playing adalah model yang serba guna dan dapat diterapakan dalam beberapa sasaran pembelajaran yang terbilang penting. Melaui role playing siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalm mengenali dan memperhitungkan perasaan sendiri dan perasaan orang lain,mereka bisa memiliki perilaku baru dalam menghadapi situasi sulit yang tengah dihadapi dan mereka bisa meningkatkan skill memecahkan masalah. 1. Role playing dan kurikulum Ada dua alasan dasar mengapa seorang guru memutuskan untuk menggunakan role playing dengan sekelompok siswa. Salah satunya adalah untuk memulai program pendidikan sosial yang sistematis dimana role playing menyediakan banyak materi untuk didiskusikan dan dianalisis. Untuk itu sebuah masalah dalam situasi tertentu mungkin akan dipilih. Alasan yang kedua adalah untuk 85 3. Dampak-dampak instruksional dan pengiring Role playing diatur secara khusus untuk mendidik siswa dalam 1) analisis nilai dan perilaku masing-masing individu, 2) pengembangan strategi-strategi dalam memecahkan masalah interpersonal ataupun personal. 3) pengembangan rasa empati terhadap orang lain. E. Model Penelitian Hukum 1. Struktur pengajaran Tahap pertama: orientasi terhadap kasus - Pengenalan materi - Meninjau kembali fakta Tahap kedua:mengidentifikasi isu - Mensistessiskan fakta-fakta kedalam isu kebijakan publik 86 atau isu-isu lain Memlih sebuah isu kebijakan untuk didiskusikan - Mengidentifikasi nilai dan konflik nilai - Memperhitungan fakta dasar dan pertanyaan seputar definisi - Tahap ketiga:menentukan sikap(memposisikan diri) - Menegaskan posisi yang dipilih - Mengunglrapkan dasar posisi tersebut berdasar pada nilai sosial atau konsekuensikonsekuensi kputusan Tahap keempat: mengeksplorasi sikap(sikap) bentuk argumentasi - Membangun arah dimana nilai diabaikan(faktual) - Membuktikan konsekuensi yang diinginkan atau yang tidak diinginkan dalam sebuah posisi (faktual) - Mengklarifikasi konflik nilai - Membuat skala prioritas. Membantu mengunggulkan satu nilai diantara nilai lain dan menyajikan sedikitnya pengabaian pada nilai kedua. Tahap kelima:memperhalus dan mengualifikasi posisi - Menyatakan posisi dan alasan mengambil posisi tersebut serta menguji beberapa situasi yang sama - Mengkualifikasi posisi Tahap keenam:mengujiasumsi-asumsi faktual dibalik posisi yang dianggap memenuhi kualifikasi - Mengidentifikasi asumsi faktual dan menentukan relevan tidaknya - Menentukan konsekuensi yang diperkirakan muncul dan dan menguji validitas faktual (apakah akan benar-benar terjadi) 2. Sistem sosial Model ini dapat disusun dengan mudah dengan guru yang memulai serta mengontrol jalannya diskusi. Dengan demikian atmosfir keterbukaan dan intelektual juga sama-sama merata. sangatlah dibutuhkan Website adalah bantuan yang sangat berharga,semisal haluan penelitian yang mencakup situs dengan infor-masi yang memadai dari advokasi dalam semua sudut. DAFTAR PUSTAKA Atkin,M. (Ed.) (1992).Encylopediu qf educational research, (6th ed).New york:macmillan. Armstrong ,T.(1994). Multiple inteigences in the classroom. Alexandria,VA: association for supervision and curriculum develpoment. Apple.M. 1979. Ideology and curriculum. London: Routledge and Kegan Paul Baldridge,V& deal,T (Ed). (1983). The dynamics of organizational change in education. Boston : addison-wesley Bruce Joyce.2009. Models of Teaching. Pearson Education, Inc, Publishing as Allyn & Bacon, one lake street Upper Saddle Rivers, New Jersey, USA Dewey, J. 1960. Ihe Child and 'lhe Carriculuna. Chicago: University of Chicago Press. StenhoUse, L. 1975. An Introcluction to C'tsriczclwn Research antl Development. London: Heinemann. Shane, H. 1977. (Turzezslrrm Change: 7owcij•cl lhe 21" C,'eralirrv. Washington, DC: National Education Association. 3. Peran/tugas guru Menetapkan (mempertahankan)kejelasan dalam hawa intelektual adalah hal yang sangat dihormati,menghindari evaluasi langsung terhadap pendapat siswa.Melihat bahwa semua isu yang ada telah dieksplorasi. Menjajaki dan meneliti inti dari pikiran siswa melalui pertanyaan yang relevan spesivitas keumuman kejelasandefinisi dan kontinuitas 4. Sistem pendukung Sumber dokumen yang fokus pada situasi permasalahan 87 88