meningkatkan pemahaman ,sikap,dan ketrampilan terhadap materi

advertisement
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
MENINGKATKAN PEMAHAMAN ,SIKAP,DAN KETRAMPILAN
TERHADAP MATERI HUKUM SISWA KELAS XI IPA 3 SMAN 1
PONOROGO SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
MELALUI PERPADUAN PENGIMPLEMENTASIAN MODEL
PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA PENGADILAN NEGERI
PONOROGO DAN ROLE PLAYING
Hernu Suprapto
SMA Negeri 1 Ponorogo
[email protected]
Abstrak
Judul Karya Tulis "Meningkatkan Pemahaman,aktifitas dan kreatifitas Siswa SMAN I
Ponorogo terhadap materi perlindungan dan penegakan hukum melalui perpaduan
Pengimplementasian Model Pembelajaran Langsung Pada Pengadilan Negeri Ponorogo
dan Role Playing". Ini dilatarbelakangi oleh adanya Suasana pembelajaran yang
kurang menarik,dan hasil belajar yang kurang optimal pada mata pelajaran PPKn
kelas XI SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2014/2015 . siswa kurang bergairah dalam
pembelajaran PPKn disaat metode pembelajarannya ceramah tanya jawab dan tugas.
Rumusan masalah "Apakah perpaduan model pembelajaran langsung dan Roll playing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1 Ponorogo ? " Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI semester ganjil di SMAN 1
serta tumbuhnya pemahaman sikap dan ketra mpilan melalui perpaduan penerapan
model pembelajaran langsung dan model role playing.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian pembelajaran,kegiatan pembelajaran tersebut
dilakukan siswa dengan arahan guru. Setting penelitian ini dilaksankan di SMAN 1
Ponorogo dan di Gedung Pengadilan Negeri Ponorogo. Variabel penelitian: Variabel
input; hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran. Variabel proses;
kegiatan penerapan model pembelajaran langsung. Dan variabel output; peningkatan hasil
belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran langsung pada mata pelajaran PPKn.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes,angket dan skala sikap dan data
dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian dilakukan melalui dua siklus, yang masing-masing terdiri dari dua
pertemuan. siklus I pelaksanaan di kelas sedangkan siklus dua pertemuan ketiga
dilaksanakan di gedung Pengadilan Negeri Ponorogo ,selanjutnya pada pertemuan ke
empat dibawa kembali ke kelas. Kesimpulan bahwa perpaduan penerapan model
pembelajaran langsung dan role playing pada mata pelajaran PKn kelas XI IPA 3 dapat
meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran langsung, role playing
PENDAHULUAN
Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki misi
yang
strategis
dalam
rangka
meningkatkan wawasan kebangsaan
dan nasionalisme bagi peserta didik
dan
seluruh
warga
Negara.
Permasalahannya adalah hingga saat
sekarang
kebanyakan
guru
pendidikan kewarganegaran terjebak
pada kegiatan pembelajaran klasik
dan
monoton,misalnya
dalam
kegiatan
pembelajaran
dengan
penggunaan
pendekatan
konvensional dengan metode yang
tidak
bervariatif,sehingga
menimbulkan kesan pembelajaran
pendidikan
kewarganegaraan
cenderung
membosankan.Bahkan
dengan diberlakukannya K-13 masih
banyak
guru
yang
kesulitan
memahami
dan
mengimplementasikan
pendekatan
scientifik serta metode pembelajaran
yang sesuai.Akibatnya adalah misi
pembelajaran
pendidikan
kewarganegaraan
belum
dapat
dicapai secara optimal.
Agar
misi
pendidikan
kewarganegaran dapat tercapai,maka
guru pendidikan kewarganegaraan
harus
senantiasa
neningkatkan
kualitas
kompetensinya.Termasuk
kompetensi paedagogik diantaranya
mampu
melaksanakan
proses
pembelajaran
yang
aktif.inovatif,kreatif,dan
menarik
bagi
Berangkat dari rumusan
masalah yang ada, maka tujuan
yang ingin dicapai dengan kajian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui
perpaduan
implementasi model pembelajaran
langsung pada Pengadilan Negeri
Ponorogo dan role playing dalam
matapelajaran PPKn
2. Untuk mengetahui apakah perpaduan
model pembelajaran langsung dapat
meningkatkan pemahaman
siswa
SMA Negeri 1 Ponorogo terhadap
materi perlindungan dan penegakan
hukum.
3. Untuk
membuktikan
apakah
perpaduan
model pembelajaran
langsung dan roll playing dapat
meningkatkan aktifitas dan kreatifitas
siswa?
Adapun manfaat tersebut antara lain
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Merupakan kegiatan pembelajaran
yang efesien dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran
khususnya
menyangkut
penegakan dan perlindungan
hukum.
b. Merupakan kegiatan pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan
kemampuan
dalam
mengintegrasikan
pengalaman
dan sejumlah pengetahuan yang
diperoleh
dalam
rangka
menyelesaikan
suatu
pokok
persoalan.
c. Meningkatkan kesadaran hukum
para
siswa
sekaligus
meningkatkan hasil belajar para
siswa itu sendiri.
d.
2. Bagi Guru
a. Menambah bahan pustaka yang
diperlukan
terutama
untuk
mengembangkan wawasan dalam
hukum.
b. Dapat dimanfaatkan sebagai
bahan acuan informasi bagi guru
untuk
melaksanakan
proses
pembelajaran terutama berkaitan
dengan materi penegakan hokum
dan keadilan.
c. Meningkatkan
jaringan
komunikasi dan kerjasama antara
lembaga pendidikan dan lembaga
peradilan
sehingga
dapat
memperlancar proses pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat memperkaya khasanah
ilmu
pengetahuan
bidang
pendidikan hukum sekaligus
sebagai sumber informasi bagi
warga sekolah pada umumnya.
b. Merupakan bahan pemikiran
untuk
mengembangkan
pengetahuan khususnya terkait
dengan
implementasi
model
pembelajaran
langsung,sebagai
model
pembelajaran yang
inovatif di dalam pembelajaran
PKn sehingga sekolah dapat
senantiasa meningkatkan prestasi
pendidikan di lingkungannya.
c. Dapat memacu perkembangan
implementasi
berbagai
pendekatan
dan
metode
pembelajaran
di
dalam
pembelajaran PKn khususnya dan
pelajaran lain pada umumnya
sehingga kegiatan pembelajaran
semakin menarik,menyenangkan
dan mengarahkan pada tujuan.
STUDI PUSTAKA
Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung
merupakan salah satu dari macammacam model pembelajaran yang
ada. Model pembelajaran langsung
mempunyai Ciri-ciri sebagai berikut:
1)Adanya tujuan pembelajaran dan
pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar.
2)Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran
3)Sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat
berlangsung dengan berhasil. (dalam
Kardi &Nur, 2000:3)
Berdasarkan
pengertian
pembelajaran
langsung
yang
dikemukakan (Sofan Amri & Iif
Khoiru Ahmadi, 2010:39) bahwa
Model
Pembelajaran
Langsung
(Direct Instruction) merupakan salah
satu
model
pengajaran
yang
dirancang
khusus
untuk
mengembangkan
belajar
siswa
tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan
deklaratif
yang
terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah.
Yang dimaksud dengan pengetahuan
deklaratif
(dapat
diungkapkan
dengan
kata-kata)
adalah
pengetahuan
tentang
sesuatu.
sedangkan pengetahuan prosedural
adalah
pengetahuan
tentang
bagaimana
melakukan
sesuatu.
Arends dalam Sugiarto (2008:49),
mengatakan: ”Model pembelajaran
langsung
dikembangkan
secara
khusus untuk meningkatkan proses
pembelajaran para siswa terutama
dalam
hal
memahami
sesuatu
(pengetahuan) dan menjelaskannya
secara utuh sesuai pengetahuan
procedural
dan
pengetahuan
deklaratif yang diajarkan secara
bertahap”.
a. Tahapan atau Fase Model
Pembelajaran Langsung.
Menurut Sofan Amri dan Iif
Khoiru
(2010,
43-47)
Model
pembelajaran langsung memiliki
lima fase yang sangat penting seperti
berikut:
1) Menyampaikan
tujuan
dan
mempersiapkan siswa
- Menjelaskan tujuan
- Menyiapkan siswa
2) Mendemonstrasikan
atau keterampilan
pengetahuan
- Menyampaikan informasi
dengan jelas
- Melakukan demonstrasi
3) Menyediakan latihan terbimbing
4) Menganalisis
pemahaman
dan
memberikan umpan balik
5) Memberikan kesempatan latihan
mandiri
b. Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi
pembelajaran
langsung
dirancang
untuk
mengenalkan siswa terhadap mata
pelajaran guna membangun minat,
menimbulkan rasa ingin tahu, dan
merangsang mereka berpikir. Siswa
tidak bisa berbuat apa-apa jika
pikiran mereka dikembangkan oleh
guru. Banyak guru yang membuat
kesalahan dalam mengajar, yakni
sebelum siswa merasa terlibat dan
siap secara mental guru langsung
memberikan materi pelajaran.
Menurut Silbernam (dalam
Suryati dkk, 2008:35), strategi
pembelajaran
langsung
melalui
berbagai pengetahuan secara aktif
merupakan cara untuk mengenalkan
siswa kepada materi pelajaran yang
akan diajarkan. Guru juga dapat
menggunakannya
untuk
menilai
tingkat pengetahuan siswa sambil
melakukan kegiatan pembentukan
tim. Cara ini cocok pada segala
ukuran kelas dengan materi pelajaran
apapun.
c. Kelebihan model pembelajaran
langsung
1) Dapat diterapkan secara efektif
dalam kelas yang besar maupun
kecil.
2) Dapat digunakan untuk menekankan
kesulitan-kesulitan yang mungkin
dihadapi siswa sehingga hal-hal
tersebut dapat diungkapkan.
3) Merupakan cara yang paling efektif
untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan.
4) Ceramah merupakan cara yang
bermanfaat untuk menyampaikan
informasi kepada siswa yang tidak
suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan.
5) Demonstrasi memungkinkan siswa
untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil
dari suatu tugas.
6) Model
pembelajaran
langsung
bergantung pada kemampuan refleksi
guru sehingga guru dapat terus
menerus
mengevaluasi
dan
memperbaikinya.
d. Kekurangan model
pembelajaran langsung
Keterbatasan-keterbatasan
Model Pengajaran Langsung(Direct
Instruction) adalah sebagai berikut:
1)Karena guru merupakan pusat
dalam cara penyampaian ini, maka
kesuksesan
pembelajaran
ini
bergantung pada guru. Jika guru
tidak tampak siap, berpengetahuan,
percaya diri, antusias dan terstruktur,
siswa
dapat
menjadi
bosan,
teralihkan
perhatiannya,
dan
pembelajaran akan terhambat.
2)Demonstrasi sangat bergantung
pada
keterampilan
pengamatan
siswa. Sayangnya, banyak siswa
bukanlah merupakan pengamat yang
baik sehingga dapat melewatkan halhal yang dimaksudkan oleh guru.
Akhmad Sudrajad (dalam Depdiknas,
2009).
Kekurangan tersebut dapat
disiasati oleh guru dengan cara guru
harus siap, berpengetahuan, percaya
diri, antusias dan terstruktur dalam
ceramah dan demonstrasi sehingga
kekurangan tersebut dapat diatasi
oleh guru dalam pembelajaran.
Model Bermain Peran (Role
Playing)
Bermain
peran
dalam
pembelajaran merupakan usaha untuk
memecahkan
masalah
melalui
peragaan,
serta
langkah-langkah
identifikasi
masalah,
analisis,
pemeranan, dan diskusi. Untuk
kepentingan
tersebut,
sejumlah
peserta didik bertindak sebagai
pemeran dan yang lainnya sebagai
pengamat. Melalui peran, peserta
didik berinteraksi dengan orang lain
yang juga membawakan peran
tertentu sesuai dengan tema yang
dipilih.
Selama
pembelajaran
berlangsung, setiap pemeranan dapat
melatih sikap empati, simpati, rasa
benci, marah, senang, dan peran
lainnya. Pemeranan tenggelam dalam
peran yang dimainkannya sedangkan
pengamat melibatkan dirinya secara
emosional
dan
berusaha
mengidentifikasikan perasaan dengan
perasaan yang tengah bergejolak dan
menguasai pemeranan.
Hakekat
pembelajaran
bermain
peran
terletak
pada
keterlibatan emosional pemeran dan
pengamat dalam situasi masalah yang
secara nyata dihadapi. Melalui
bermain peran dalam pembelajaran,
diharapkan para peserta didik dapat
(1) mengeksplorasi perasaannya; (2)
memperoleh wawasan tentang sikap,
nilai,
dan
persepsinya;
(3)
mengembangkan keterampilan dan
sikap dalam memecahkan masalah
yang
dihadapi;
dan
(4)
mengeksplorasi inti permasalahan
yang diperankan melalui berbagai
cara.
Menurut Dr. E. Mulyasa,
M.Pd. (2004:141) terdapat empat
asumsi yang mendasari pembelajaran
bermain peran yaitu sebagai berikut:
Pertama,Secara implisit bermain
peran mendukung suatu situasi
belajar
berdasarkan
pengalaman
dengan menitikberatkan isi pelajaran
pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’.
Kedua,
bermain
peran
memungkinkan para peserta didik
untuk mengungkapkan perasaannya
yang tidak dapat dikenal tanpa
bercermin pada orang lain. Selain
dapat mengurangi beban emosional
bermain
peran
dalam
konteks
pembelajaran dapat meningkatkan
aspek intelektual.
Model bermain peran berasumsi
bahwa emosi dan ide-ide dapat
diangkat ke taraf sadar untuk
kemudian
ditingkatkan
melalui
proses kelompok.,dalam bermain
peran para peserta didik dapat belajar
dari pengalaman orang lain tentang
cara memecahkan masalah yang pada
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan
dirinya
secara
optimal.
Model bermain peran berasumsi
bahwa proses psikologis yang
tersembunyi, berupa sikap, nilai,
perasaan dan system keyakinan,
dapat diangkat ke taraf sadar melalui
kombinasi
pemeranan
secara
spontan.
Terdapat tiga hal yang
menentukan kualitas dan keefektifan
bermain
peran
sebagai
model
pembelajaran,
yakni
:kualitas
pemeranan,analisis
dalam
diskusi,pandangan
peserta
didik
terhadap peran yang ditampilkan
dibandingkan dengan situasi kehidupan
nyata.
Menurut
Shaftel
(1967)
mengemukakan
sembilan
tahap
bermain peran yang dapat dijadikan
pedoman
dalam
pembelajaran:menghangatkan
suasana dan memotivasi peserta
didik,
memilih
partisipan/peran,menyusun
tahaptahap
peran,menyiapkan
pengamat,pemeranan,diskusi
dan
evaluasipemeranan ulang,diskusi dan
evaluasi
tahap
dua,membagi
pengalaman
dan
mengambil
kesimpulan.
Substansi Mata Pelajaran PKn
Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan
mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara
yang memahami dan mampu
melaksanakan
hak-hak
dan
kewajibannya
untuk
menjadi
warganegara
Indonesia
yang
cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945.
Tujuan
Mata
pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan
antara lain:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan
kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan;
b. Berpartisipasi secara aktif dan
bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat,
berbangsa,
dan
bernegara, serta anti-korupsi;
c. Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan
karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya;
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa
lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.
Adapun ruang lingkup mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan berdasarkan K-13
antara lain meliputi aspek-aspek
sebagai
berikut:Hak
asasi
manusia,Pembukaan
UUD
NRI
1945,Bentuk
dan
Kedaulatan,Otonomi Daerah,Sistem
hukum dan Peradilan nasional,Hak
dan kewajiban warga Negara,Bela
Negara,dansebagainya.
Perlindungan Dan Penegakan Hukum
a. Unsur-unsur Hukum;
Hukum terdiri dari unsur-unsur
sebagai
berikut:Peraturan
atas
kaidah-kaidah
tingkah
laku
manusia,Peraturan diadakan oleh
lembaga
yang
berwenang
membuatnya,Peraturan
bersifat
memaksa,Peraturan
mempunyai
sanksi yang tegas dan nyata.
b.Sistem Hukum
Sistem hukum adalah sistem aturan
yang kompleks dan luas, yang terdiri
atas unsur-unsur hukum, yang satu
dengan yang lain saling bertautan,
saling pengaruh mempengaruhi serta
saling mengisi.
Sistem Hukum Indonesia berarti
hukum
dilihat
sebagai
suatu
kesatuan, yang unsur-unsur, subsistem
yang
elemen-elemennya
saling berkaitan, saling pengaruhmempengaruhi, serta saling antara
satu dengan yang lainnya.Sebagai
suatu system, hukum Indonesia
terdiri atas sub-subsistem atau
elemen-elemen
hukum
yang
beraneka, antara lain Hukum Tata
Negara, Hukum Perdata, Hukum
Pidana dan Hukum Internasional
dengan masing-masing mempunyai
bagian-bagian tersendiri.
System hukum yang bersumber pada
Pancasila dan UUD 1945. yang pada
akhir abad ke-21 telah berkembang
tidak saja terdiri dari bidang-bidang
regular seperti Hukum Pidana,
Hukum Perdata, Hukum Administrasi
Negara, Hukum Tata Negara, tetapi
telah berkembang pesat khususnya
menyangkut
hukum
lingkungan,
hukum ekonomi, hukum kesehatan,
Transaksi elektronik dan informatika
dan lain sebagainya.
E.Sistem Peradilan Indonesia
a. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (MA) adalah
lembaga tinggi yang memegang
kekuasaan kehakiman di dalam
negara Republik Indonesia. Sesuai
dengan UUD 1945 (Perubahan
Ketiga), kekuasaan kehakiman di
Indonesia dilakukan oleh Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung membawahi badan
peradilan
dalam
lingkungan
peradilan
umum,
lingkungan
peradilan
agama,
lingkungan
peradilan
militer,
lingkungan
peradilan tata usaha negara.
Tugas dan Wewenang
Tugas dan Wewenang MA adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang,
dan mempunyai wewenang lainnya
yang
diberikan
oleh
UndangUndang,Mengajukan
tiga
orang
anggota
Hakim
Konstitus,Memberikan pertimbangan
dalam hal Presiden membeir grasi
dan rehabilitasi
b. Mahkamah Konstitusi
Kewajiban dan wewenang:
1) Berwenang mengadili pada tingkat
pertama
dan
terakhir
yang
putusannya bersifat final untuk
menguji Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga
negara
yang
kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945, memutus
pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil
Pemilihan Umum
2) Wajib memberi putusan atas
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai
dugaan
pelanggaran
Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD 1945.
c. Peradilan Umum
1) Pengadilan Tinggi
Pengadilan
Tinggi
merupakan
sebuah
lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di ibu
kota Provinsi sebagai Pengadilan
Tingkat Banding terhadap perkaraperkara
yang
diputus
oleh
Pengadilan Negeri.
Tugas dan kewenangan :
a. berwenang mengadili perkara
pidana dan perkara perdata di
Tingkat Banding.
b.Mengadili di Tingkat Pertama dan
terakhir
sengketa
kewenangan
mengadili antar Pengadilan Negeri
di daerah hukumnya.
2) Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri (biasa
disingkat: PN) merupakan sebuah
lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Umum yang berkedudukan
di ibu kota kabupaten atau kota.
Sebagai
Pengadilan
Tingkat
Pertama,
Pengadilan
Negeri
berfungsi
untuk
memeriksa,
memutus,
dan
menyelesaikan
perkara pidana dan perdata bagi
rakyat
pencari
keadilan
pada
umumnya.
3) Pengadilan Khusus
Pengadilan
khusus
dalam
lingkungan
peradilan
umum
yaitu:Pengadilan
anak,Pengadilan
niaga,Pengadilan HAM,Pengadilan
Tipikor dan sebagainya
d. Peradilan Agama.
Pengadilan
Agama
memiliki
wewenang
memutus,
dan
menyelesaikan
perkara-perkara
antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang:
a. perkawinan,b. warisan, wasiat,
dan
hibah,
yang
dilakukan
berdasarkan hukum Islam,c. wakaf
dan shadaqah,d. ekonomi syari'ah.
e. Peradilan Militer.
Pengadilan Militer merupakan badan
pelaksana kekuasaan peradilan di
lingkungan militer yang bertugas
untuk memeriksa dan memutus
perkara pidana yang terdakwanya
adalah prajurit
f. Peradilan Tata Usaha Negara.
Pengadilan Tata Usaha Negara
berfungsi
untuk
memeriksa,
memutus,
dan
menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara.
LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN
Rancangan Pembelajaran
a. Tahap Perencanaan:
Pembelajaran
direncanakan
selama empat kali pertemuan yaitu
tanggal 15 Oktober,22 Oktober,29
Oktober dan 4 Nopember 2014.
Kompetensi Dasar (KD 2.1 ) dengan
materi pokok yang dibahas pada
pertemuan ke-1 adalah perlindungan dan
penegakan
hukum.Pembelajaran
dilaksanakan di ruang kelas sesuai
dengan RPP yang telah dibuat, pada
pertemuan
ke-2
melaksanakan
pembelajaran langsung di Pengadilan
Negeri,selanjutnya
para
siswa
melakukan kegiatan dialog interaktif
dengan nara sumber(pejabat pada
Pengadilan Negeri),Pertemuan- 3 masih
melanjutkan petemuan yang ke 2 dengan
melaksanakan pembelajaran langsung di
Pengadilan Negeri dengan metode
pengamatan terlibat terhadap jalannya
proses persidangan baik menyangkut
masalah
perdata
maupun
pidana.Pertemuan ke 4 kegiatan
pembelajaran dilaksanakan kembeli di
dalam kelas.metode pembelajaran yang
direncanakan adalah bermain peran
(Roll Playing) ,dalam proses bermain
peran tersebut kelas dibagi menjadi dua
kelompok besar yang masing masing
diserahi
tugas
untuk
untuk
memperagakan satu tahap proses
persidangan
,misalnya
agenda
dakwaan,keterangan saksi dan lain
sebagainya.Pemilihan
topic
dan
pembagian peran diserahkan kepada
masing-maing kelompok.
b.Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran
dilaksanakan
sesuai dengan rencana, yaitu 4 kali
pertemuan sebagai berikut yakni:,
tanggal 15 Oktober , 22 Otober ,29
Oktober dan tanggal 4 November 2014.
\Pada pertemuan ke-1 jumlah siswa
yang hadir 36 orang dari 36 orang yang
terdaftar di kelas XI IPA 3.
Pada pertemuan ini proses
pembelajaran berlangsung berdasarkan
rencana
pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah ditetapkan. Pertemuan
ini dilakukan dengan menganalisis
materi perlindungan dan penegakan
hukum yang mecakup semua materi
pokok bab V.Hal ini di lakukan karena
pertemuan –pertemuan berikutnya lebih
banyak dilakukan di luar kelas dengan
metode yang berbeda.
Proses
menganalisis
perlindungan dan penegakan hukum
diawali
dengan
kegiatan
guru
menjelaskan tujuan pembelajaran serta
mempersiapkan siswa untuk belajar
dengan waktu sekitar 10 menit.
Selanjutkan
guru
menyampaikan materi secara langsung
sekitar 20 menit, pembimbingan siswa
dengan waktu 5 menit, selanjutkan guru
memberi kesempatan kepada kepada
siswa untuk mengumpulkan informasi
dan melakukan pengolahan informasi,
dan mengkomunikasikan pengetahuan
baru yang telah diperoleh sekitar 40
menit. 15 menit terakhir digunakan
untuk
memberikan
umpan
balik,melakukan
refleksi
singkat,membuat
kesimpulan,dan
merencanakan pembelajaran langsung
pada pertemuan berikutnya. Serta
penugasan lain yang akan diselesaikan
di rumah.
Sedangkan pada pertemuan ke2, proses pembelajaran diawali di dalam
kelas
dengan
kegiatan
berdo’a
bersama,melakukan
presensi,dan
mempersiapkan kelas agar lebih
kondusif ,selanjutnya guru memberikan
pembekalan dan pengarahan kepada
para siswa,setelah itu guru mendampingi
para siswa untuk bersama-sama menuju
gedung pengadilan.
Selanjutnya guru melakukan
pendampingan proses pembelajaran
yang di pandu langsung oleh Ketua
Pengadilan
Negeri
dan
Humas
Pengadilan Negeri di ruang sidang
pengadilan. Bentuk kegiatan pada saat
itu terdiri dari perkenalan,ramah
tamah,presentasi Ketua Pengadilan
mengenai
hukum
dan
proses
persidangan.Kegiatan
siswa
pada
awalnya adalah melakukan pengamatan
yang
dilanjutkan
dengan
dialog
interaktif antara siswa dengan nara
sumber yang di laksanakan oleh Ketua
Pengadilan Negeri.
Selanjutnya pada pertemuan ke-3 .
Proses pembelajaran diawali di dalam
kelas
dengan
kegiatan
berdo’a
bersama,melakukan
presensi,dan
mempersiapkan kelas , kegiatan
pembelajaran untuk melihat proses
persidangan di Pengadilan Negeri
selanjutnya
guru
memberikann
pengarahan kepada para siswa sebelum
memasuki ruang pengadilan smengenai
segala sesuatu yang seyogyanya
dilakukan di Pengadilan Negeri i,setelah
itu guru mendampingi para siswa untuk
bersama-sama
menuju
gedung
pengadilan,proses
ini
memerlukan
waktu sekitar 10 menit.
Langkah
selanjutnya
guru
melakukan koordinasi dengan pihak
pengadilan dan mendampingi siswa
untuk mengikuti proses persidangan
pidana maupun perdata
Disamping kegiatan tersebut
para siswa sekaligus juga memiliki tugas
untuk mengumpulkan informasi yang
menyangkut dengan pelanggaran hukum
,sedangkan guru melakukan penilaian
proses khususnya berkaitan dengan
penilaian sikap berdasarkan instrument
yang telah disiapkan. Sedangkan pada
pertemuan ke-4 .Proses pembelajaran
dilaksanakan di dalam kelas dengan
kegiatan berdo’a bersama,melakukan
presensi,dan mempersiapkan kelas agar
lebih kondusif sebagai persiapan untuk
kegiatan pembelajaran bermain peran.
Selanjutnya guru memberikan
kesempatan kepada para siswa yang
telah terbagi menjadi dua (2) kelompok
untuk bermain peran mengenai jalannya
proses persidangan sebagaimana yang
telah dipersiapkan sebelumnya.Masingmasing kelompok hanya melakukan
pemeranan
satu
agenda
sidang.Pelaksanaan
bermain
peran
dilakukan secara bergantian.Pada saat
salah satu kelompok melakukan
kegiatan bermain peran kelompok yang
lain
melakukan
pengamatan.Guru
melakukan
penilaian
sikap
dan
ketrampilan
nerdasarkan
lembar
penilaian yang telalah disediakan
sebelumnya.Selanjutnya masing masing
kelompok dipersilahkan menyampaikan
kesimpulan.
Di akhir kegiatan tersebut
diadakan refleksi,kesimpulan akhir,dan
selanjutnya para siswa diminta untuk
mengerjakan post test untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap
materi penegakan hukum dan keadilan.
c. Evaluasi Kreativitas Pembelajaran
Selama proses pembelajaran
berlangsung guru melakukan penilaian
proses dan pengamatan terhadap
aktivitas siswa dengan menggunakan
lembar penilaian ketrampilan dan skala
sikap yang telah disediakan.
Aspek sikapi siswa yang diamati
selama proses pembelajaran berlangsung
yaitu meliputi : sikap disiplin,perasaan
senang,antusias,empati dan percaya
percaya
diri
sedangkan
aspek
ketrampilan yang diamati adalah
ketepatan perilaku dan penghayatan
Kurangnya berbagi pengalaman
(sharing) antara siswa pandai dan
kurang pandai menjadi pemicu
semakin terpuruknya siswa-siswa
yang kurang pandai tersebut.
d. Para siswa belum pernah melakukan
kegiatan pembelajaran dengan nara
sumber praktisi dalam bidang
hukum,padahal kegiatan tersebut
dapat
menggairahkan
proses
pembelajaran dan menguatnya daya
ingat.
e. Para
siswa
belum
memiliki
kemampuan yang cukup tentang
bagaimana
melakukan kegiatan
bermain
peran
mengenai
berlangsungnya proses persidangan
karena selama ini belum memiliki
gambaran
yang
menyeluruh
mengenai hal tersebut..
f. Para siswa cenderung berfikir
teoritis terhadap materi-materi yang
bersikap abstrak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Hasil Pembelajaran
1. Hasil belajar
Siswa Sebelum
penerapan Model Pembelajaran
Langsung terpadu dengan metode
role playing.
Sebagaimana diuraikan pada
latar belakang penelitian ini, bahwa
pemahaman,sikap dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran sangat
rendah khususnya yang menyangkut
materi
hukum
dan
lembaga
2. Hasil Belajar dan Kesadaran Siswa
peradilan,sehingga
pembelajaran
Sesudah Pembelajaran Langsung.
dirasakan kurang bermakna, dan kurang
Perpaduan penerapan model
membangun potensi siswa yang telah
pembelajaran langsung pada lembaga
dimilikinya.
pengadilan negeri dengan teknik dialog
Rendahnya tingkat hasil belajar
interaktif dan observasi dengan metode
siswa dalam proses pembelajaran ini
roll playing merupakan salah satu solusi
terlihat dari kondisi-kondisi sebagai
dalam mengatasi rendahnya tingkat
berikut:
pemahaman,partisipasi,dan
kreatifitas
a. Kemampuan
siswa
untuk
siswa sebagaimana diuraikan diatas.
menyelesaikan
Tindakan ini diterapkan selama empat
permasalahan,terutama
yang
kali pertemuan terhadap siswa kelas XI
berkaitan dengan materi hukum dan
IPA 3 SMA Negeri 1 Ponorogo dan
peradilan masih rendah karena siswa
ternyata hasil penelitian tentang hasil
belum memahami
konsep yang
belajar siswa dalam proses pembelajaran
dianggap abstrak.
menunjukkan
peningkatan
yang
b. Kemampuan
siswa
untuk
signifikan.
mengerjakan soal yang berkaitan
dengan materi perlindungan dan
penegakan hukum juga rendah,
B. Analisis Hasil Pembelajaranan
karena siswa tidak memiliki bekal
Berdasarkan hasil penelitian
pengetahuan yang cukup mengenai
yang lelah dilaksanakan, hasil belajar
materi tersebut.
siswa
dari
penilaian
c. Kemampuan siswa menyelesaikan
pengetahuan,penilaian
sikap
dan
soal hanya terdapat pada siswa-siswa
penilaian
ketrampilan,
dapat
yang termasuk kategori pandai.
dipresentasikan melalui tabel berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Penilaian Pengetahuan
No
Pelaksanaan Test
1
2
Pre Test
Post test
Peningkatan
Data
tersebut
di
atas
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
skor rata-rata sebesar 4,97,nilai sebesar
26,32 dan prosentase meningkat
sebesar26% dari penilaian pre test ke
post test..
Skor
Rata-rata
10,81
15,78
4,97
Nilai
Rata-rata
52,57
78.89
26,32
Prosentase
53 %
79 %
26 %
Peningkatan hasil belajar (aspek
pengetahuan) siswa dalam proses
pembelajaran di kelas XI IPA 3 SMAN
1 Ponorogo, selama dua kali penilaian
sebelum dan setelah pelaksanaan
pembelajaran, dapat lebih jelas terlihat
pada table diatas:
Tabel 4.2. Data hasil Penilaian Sikap
1 Penilaian ke 1
2 Penilaian ke 2
3 Penilaian ke 3
4 Penilaian Ke 4
Rata-rata peningkatan nilai
Dari data penilaian sikap
yang telah terisi pada pertemuan ke
1 , ke 2,ke 3,dank e 4
menunjukkan pergeseran kearah
yang semakin baik (ke pilihan
jawaban yang diinginkan sesuai
jenis pertannyaan) hal ini berarti
para siswa semakin memiliki sikap
yang positip
terhadap proses
pembelajaran.Agar
lebih jelas
peningkatan rata-rata nilai sikapnya
dapat dilihat dari pergerakkan rata-
Percaya
diri
Empati
Antusias
Penilaian
Senang
No.
Disiplin
Sikap
Ratarata
Nilai
sikap
76,53
79,36
80,97
82,22
rata nilai sikap seperti berikut:dari
pertemuan 1 ke pertemuan 2 terjadi
peningkatan rata-rata nilai sikap
2,83, dari pertemuan 2 ke
pertemuan 3 terjadi peningkatan
rata-rata nilai sikap 1,61 dan
selanjutnya dari pertemuan 3 ke
pertemuan 4 terjadi peningkatan
rata-rata nilai sikap 1,25.
Tabel 4.3. Data hasil Penilaian Ketrampilan
Rata-rata Aspek Penilaian
Rata-rata
Tahap Penilaian
Ketepatan Penghayatan
No.
Skor
Perilaku
Peran
1 Penilaian ke 1
3,4
3,25
3,16
2 Penilaian ke 2
3,64
3,41
3,55
Peningkatan
0.24
0,16
0,39
ketrampilandari data tersebut di atas
Begitu pulaengan hasil penilaian
menunjukkan bahwa kondisi aspek yang
dilai yaitu aspek ketepatan waktu dan
penghayatan peran penunjukkan adanya
peningkatan yakni 0,24 untuk aspek
ketepatan perilaku dan 0,16 untuk aspek
penghayatan
peran,dan
rata-rata
penilaian
ketrampilan
mengalami
peningkatan skor 0,39 dari penilaian ke
1 dan penilaian ke 2
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
perpaduan
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap
data hasil penelitian tindakan kelas ini,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Perpaduan implementasi model
Pembelajaran
langsung
di
Pengadilan Negeri Ponorogo yang
dilaksanakan melalui metode dialog
interaktif serta metode pengamatan
terlibat
terbukti
dapat
meningkatkan
gairah
bealajar
siswa.
2. Perpaduan
Implementasi
Pembelajaran
Langsung
dan
Bermain Peran dapat meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
mengerjakan
soal
tes
yang
ditunjukkan
dengan
adanya
peningkatan
perolehan
nilai
pengetahuan siswa.
3. Perpaduan
penerapan
model
pembelajaran langsung dan Role
Playing
terbukti
dapat
meningkatkan
nilai sikap siswa
SMAN I Ponorogo terhadap proses
pembelajaran
4. Perpaduan penerapan Pembelajaran
Langsung dan Metode Bermain
Peran
dapat
meningkatkan
ketrampilan siswa dalam ketepatan
dan penghayatan dalam pemeranan
proses persidangan di lembaga
peradilan
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas diatas diksampaikan
saran-saran bagi peneliti selanjutnya,
guru dan sekolah sebagai berikut:
1. Pembelajaran PKn hendaknya
bervariasi dan tidak monoton
sehingga hasil pembelajaran dapat
penerapan
model
Pembelajaran
Langsung dan roll playing dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemahaman
pengetahuan,sikap dan ketrampilan pada
pembelajaran
Kewarganegaraan
khususnya terhadap materi perlindungan
dan penegakan hukum di kelas XI IPA
3 SMA Negeri 1 Ponorogo dikatakan
berhasil.
lebih maksimal.
2. Agar kegiatan pembelajaran dapat
berhasil dengan baik, maka seorang
guru hendaknya selalu aktif dalam
melibatkan siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung
3. Mengingat pelaksanaan penelitian
ini hanya empat pertemuan, dan
validitas instrumen penelitiannya
belum standar, maka kepada guru
yang akan meneliti penerapan
model
Pembelajaran Langsung
dalam
proses pembelajaran
diharapkan dapat lebih ditingkatkan
kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi & Suhardjono &
Supardi, (2006), Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta :
Bumi Aksara
Trianto,
2007.
Model-Model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik,
Jakarta :
Prestasi Pustaka
Publisher.
Uno,
B., Hamzah, 2007, Model
Pembelajaran,
Menciptakan
Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif dan Efektif, Jakarta : Bumi
Aksara.
Sutikno, Sobry, M., 2007. Menggagas
Pembelajaran
Efeklif
dan
Bermaknaf Mataram : NTP Press.
Kunandar, 2007, Guru Profesional;
Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses Dalam Sertifikasi Guru,
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Surya,
Muh.,
1985,
Psikologi
Pendidikan, Bandung : Fakultas
Ilmu Pendidikan, IKIP.
Download