PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017 MENINGKATKAN PEMAHAMAN ,SIKAP,DAN KETRAMPILAN TERHADAP MATERI HUKUM SISWA KELAS XI IPA 3 SMAN 1 PONOROGO SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 MELALUI PERPADUAN PENGIMPLEMENTASIAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA PENGADILAN NEGERI PONOROGO DAN ROLE PLAYING Hernu Suprapto SMA Negeri 1 Ponorogo [email protected] Abstrak Judul Karya Tulis "Meningkatkan Pemahaman,aktifitas dan kreatifitas Siswa SMAN I Ponorogo terhadap materi perlindungan dan penegakan hukum melalui perpaduan Pengimplementasian Model Pembelajaran Langsung Pada Pengadilan Negeri Ponorogo dan Role Playing". Ini dilatarbelakangi oleh adanya Suasana pembelajaran yang kurang menarik,dan hasil belajar yang kurang optimal pada mata pelajaran PPKn kelas XI SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2014/2015 . siswa kurang bergairah dalam pembelajaran PPKn disaat metode pembelajarannya ceramah tanya jawab dan tugas. Rumusan masalah "Apakah perpaduan model pembelajaran langsung dan Roll playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1 Ponorogo ? " Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI semester ganjil di SMAN 1 serta tumbuhnya pemahaman sikap dan ketra mpilan melalui perpaduan penerapan model pembelajaran langsung dan model role playing. Jenis Penelitian ini adalah penelitian pembelajaran,kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan siswa dengan arahan guru. Setting penelitian ini dilaksankan di SMAN 1 Ponorogo dan di Gedung Pengadilan Negeri Ponorogo. Variabel penelitian: Variabel input; hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran. Variabel proses; kegiatan penerapan model pembelajaran langsung. Dan variabel output; peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran langsung pada mata pelajaran PPKn. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes,angket dan skala sikap dan data dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian dilakukan melalui dua siklus, yang masing-masing terdiri dari dua pertemuan. siklus I pelaksanaan di kelas sedangkan siklus dua pertemuan ketiga dilaksanakan di gedung Pengadilan Negeri Ponorogo ,selanjutnya pada pertemuan ke empat dibawa kembali ke kelas. Kesimpulan bahwa perpaduan penerapan model pembelajaran langsung dan role playing pada mata pelajaran PKn kelas XI IPA 3 dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa. Kata Kunci: Pembelajaran langsung, role playing PENDAHULUAN Pendidikan Kewarganegaraan memiliki misi yang strategis dalam rangka meningkatkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme bagi peserta didik dan seluruh warga Negara. Permasalahannya adalah hingga saat sekarang kebanyakan guru pendidikan kewarganegaran terjebak pada kegiatan pembelajaran klasik dan monoton,misalnya dalam kegiatan pembelajaran dengan penggunaan pendekatan konvensional dengan metode yang tidak bervariatif,sehingga menimbulkan kesan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan cenderung membosankan.Bahkan dengan diberlakukannya K-13 masih banyak guru yang kesulitan memahami dan mengimplementasikan pendekatan scientifik serta metode pembelajaran yang sesuai.Akibatnya adalah misi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan belum dapat dicapai secara optimal. Agar misi pendidikan kewarganegaran dapat tercapai,maka guru pendidikan kewarganegaraan harus senantiasa neningkatkan kualitas kompetensinya.Termasuk kompetensi paedagogik diantaranya mampu melaksanakan proses pembelajaran yang aktif.inovatif,kreatif,dan menarik bagi Berangkat dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dengan kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perpaduan implementasi model pembelajaran langsung pada Pengadilan Negeri Ponorogo dan role playing dalam matapelajaran PPKn 2. Untuk mengetahui apakah perpaduan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan pemahaman siswa SMA Negeri 1 Ponorogo terhadap materi perlindungan dan penegakan hukum. 3. Untuk membuktikan apakah perpaduan model pembelajaran langsung dan roll playing dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa? Adapun manfaat tersebut antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagi siswa a. Merupakan kegiatan pembelajaran yang efesien dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran khususnya menyangkut penegakan dan perlindungan hukum. b. Merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dalam mengintegrasikan pengalaman dan sejumlah pengetahuan yang diperoleh dalam rangka menyelesaikan suatu pokok persoalan. c. Meningkatkan kesadaran hukum para siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar para siswa itu sendiri. d. 2. Bagi Guru a. Menambah bahan pustaka yang diperlukan terutama untuk mengembangkan wawasan dalam hukum. b. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan informasi bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran terutama berkaitan dengan materi penegakan hokum dan keadilan. c. Meningkatkan jaringan komunikasi dan kerjasama antara lembaga pendidikan dan lembaga peradilan sehingga dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 3. Bagi Sekolah a. Dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang pendidikan hukum sekaligus sebagai sumber informasi bagi warga sekolah pada umumnya. b. Merupakan bahan pemikiran untuk mengembangkan pengetahuan khususnya terkait dengan implementasi model pembelajaran langsung,sebagai model pembelajaran yang inovatif di dalam pembelajaran PKn sehingga sekolah dapat senantiasa meningkatkan prestasi pendidikan di lingkungannya. c. Dapat memacu perkembangan implementasi berbagai pendekatan dan metode pembelajaran di dalam pembelajaran PKn khususnya dan pelajaran lain pada umumnya sehingga kegiatan pembelajaran semakin menarik,menyenangkan dan mengarahkan pada tujuan. STUDI PUSTAKA Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung merupakan salah satu dari macammacam model pembelajaran yang ada. Model pembelajaran langsung mempunyai Ciri-ciri sebagai berikut: 1)Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar. 2)Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran 3)Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. (dalam Kardi &Nur, 2000:3) Berdasarkan pengertian pembelajaran langsung yang dikemukakan (Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, 2010:39) bahwa Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu. sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Arends dalam Sugiarto (2008:49), mengatakan: ”Model pembelajaran langsung dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan proses pembelajaran para siswa terutama dalam hal memahami sesuatu (pengetahuan) dan menjelaskannya secara utuh sesuai pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan secara bertahap”. a. Tahapan atau Fase Model Pembelajaran Langsung. Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru (2010, 43-47) Model pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting seperti berikut: 1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa - Menjelaskan tujuan - Menyiapkan siswa 2) Mendemonstrasikan atau keterampilan pengetahuan - Menyampaikan informasi dengan jelas - Melakukan demonstrasi 3) Menyediakan latihan terbimbing 4) Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik 5) Memberikan kesempatan latihan mandiri b. Strategi Pembelajaran Langsung Strategi pembelajaran langsung dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka dikembangkan oleh guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dalam mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental guru langsung memberikan materi pelajaran. Menurut Silbernam (dalam Suryati dkk, 2008:35), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan materi pelajaran apapun. c. Kelebihan model pembelajaran langsung 1) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. 2) Dapat digunakan untuk menekankan kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. 3) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan. 4) Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan. 5) Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas. 6) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. d. Kekurangan model pembelajaran langsung Keterbatasan-keterbatasan Model Pengajaran Langsung(Direct Instruction) adalah sebagai berikut: 1)Karena guru merupakan pusat dalam cara penyampaian ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat. 2)Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan halhal yang dimaksudkan oleh guru. Akhmad Sudrajad (dalam Depdiknas, 2009). Kekurangan tersebut dapat disiasati oleh guru dengan cara guru harus siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur dalam ceramah dan demonstrasi sehingga kekurangan tersebut dapat diatasi oleh guru dalam pembelajaran. Model Bermain Peran (Role Playing) Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan. Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran yaitu sebagai berikut: Pertama,Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Selain dapat mengurangi beban emosional bermain peran dalam konteks pembelajaran dapat meningkatkan aspek intelektual. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.,dalam bermain peran para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni :kualitas pemeranan,analisis dalam diskusi,pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata. Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, memilih partisipan/peran,menyusun tahaptahap peran,menyiapkan pengamat,pemeranan,diskusi dan evaluasipemeranan ulang,diskusi dan evaluasi tahap dua,membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan. Substansi Mata Pelajaran PKn Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Tujuan Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya; d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan K-13 antara lain meliputi aspek-aspek sebagai berikut:Hak asasi manusia,Pembukaan UUD NRI 1945,Bentuk dan Kedaulatan,Otonomi Daerah,Sistem hukum dan Peradilan nasional,Hak dan kewajiban warga Negara,Bela Negara,dansebagainya. Perlindungan Dan Penegakan Hukum a. Unsur-unsur Hukum; Hukum terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:Peraturan atas kaidah-kaidah tingkah laku manusia,Peraturan diadakan oleh lembaga yang berwenang membuatnya,Peraturan bersifat memaksa,Peraturan mempunyai sanksi yang tegas dan nyata. b.Sistem Hukum Sistem hukum adalah sistem aturan yang kompleks dan luas, yang terdiri atas unsur-unsur hukum, yang satu dengan yang lain saling bertautan, saling pengaruh mempengaruhi serta saling mengisi. Sistem Hukum Indonesia berarti hukum dilihat sebagai suatu kesatuan, yang unsur-unsur, subsistem yang elemen-elemennya saling berkaitan, saling pengaruhmempengaruhi, serta saling antara satu dengan yang lainnya.Sebagai suatu system, hukum Indonesia terdiri atas sub-subsistem atau elemen-elemen hukum yang beraneka, antara lain Hukum Tata Negara, Hukum Perdata, Hukum Pidana dan Hukum Internasional dengan masing-masing mempunyai bagian-bagian tersendiri. System hukum yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. yang pada akhir abad ke-21 telah berkembang tidak saja terdiri dari bidang-bidang regular seperti Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Negara, tetapi telah berkembang pesat khususnya menyangkut hukum lingkungan, hukum ekonomi, hukum kesehatan, Transaksi elektronik dan informatika dan lain sebagainya. E.Sistem Peradilan Indonesia a. Mahkamah Agung Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi yang memegang kekuasaan kehakiman di dalam negara Republik Indonesia. Sesuai dengan UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara. Tugas dan Wewenang Tugas dan Wewenang MA adalah: Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang- undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh UndangUndang,Mengajukan tiga orang anggota Hakim Konstitus,Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden membeir grasi dan rehabilitasi b. Mahkamah Konstitusi Kewajiban dan wewenang: 1) Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum 2) Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945. c. Peradilan Umum 1) Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding terhadap perkaraperkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri. Tugas dan kewenangan : a. berwenang mengadili perkara pidana dan perkara perdata di Tingkat Banding. b.Mengadili di Tingkat Pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya. 2) Pengadilan Negeri Pengadilan Negeri (biasa disingkat: PN) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. 3) Pengadilan Khusus Pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum yaitu:Pengadilan anak,Pengadilan niaga,Pengadilan HAM,Pengadilan Tipikor dan sebagainya d. Peradilan Agama. Pengadilan Agama memiliki wewenang memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a. perkawinan,b. warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam,c. wakaf dan shadaqah,d. ekonomi syari'ah. e. Peradilan Militer. Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit f. Peradilan Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata Usaha Negara berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN Rancangan Pembelajaran a. Tahap Perencanaan: Pembelajaran direncanakan selama empat kali pertemuan yaitu tanggal 15 Oktober,22 Oktober,29 Oktober dan 4 Nopember 2014. Kompetensi Dasar (KD 2.1 ) dengan materi pokok yang dibahas pada pertemuan ke-1 adalah perlindungan dan penegakan hukum.Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas sesuai dengan RPP yang telah dibuat, pada pertemuan ke-2 melaksanakan pembelajaran langsung di Pengadilan Negeri,selanjutnya para siswa melakukan kegiatan dialog interaktif dengan nara sumber(pejabat pada Pengadilan Negeri),Pertemuan- 3 masih melanjutkan petemuan yang ke 2 dengan melaksanakan pembelajaran langsung di Pengadilan Negeri dengan metode pengamatan terlibat terhadap jalannya proses persidangan baik menyangkut masalah perdata maupun pidana.Pertemuan ke 4 kegiatan pembelajaran dilaksanakan kembeli di dalam kelas.metode pembelajaran yang direncanakan adalah bermain peran (Roll Playing) ,dalam proses bermain peran tersebut kelas dibagi menjadi dua kelompok besar yang masing masing diserahi tugas untuk untuk memperagakan satu tahap proses persidangan ,misalnya agenda dakwaan,keterangan saksi dan lain sebagainya.Pemilihan topic dan pembagian peran diserahkan kepada masing-maing kelompok. b.Tahap Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu 4 kali pertemuan sebagai berikut yakni:, tanggal 15 Oktober , 22 Otober ,29 Oktober dan tanggal 4 November 2014. \Pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang hadir 36 orang dari 36 orang yang terdaftar di kelas XI IPA 3. Pada pertemuan ini proses pembelajaran berlangsung berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Pertemuan ini dilakukan dengan menganalisis materi perlindungan dan penegakan hukum yang mecakup semua materi pokok bab V.Hal ini di lakukan karena pertemuan –pertemuan berikutnya lebih banyak dilakukan di luar kelas dengan metode yang berbeda. Proses menganalisis perlindungan dan penegakan hukum diawali dengan kegiatan guru menjelaskan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk belajar dengan waktu sekitar 10 menit. Selanjutkan guru menyampaikan materi secara langsung sekitar 20 menit, pembimbingan siswa dengan waktu 5 menit, selanjutkan guru memberi kesempatan kepada kepada siswa untuk mengumpulkan informasi dan melakukan pengolahan informasi, dan mengkomunikasikan pengetahuan baru yang telah diperoleh sekitar 40 menit. 15 menit terakhir digunakan untuk memberikan umpan balik,melakukan refleksi singkat,membuat kesimpulan,dan merencanakan pembelajaran langsung pada pertemuan berikutnya. Serta penugasan lain yang akan diselesaikan di rumah. Sedangkan pada pertemuan ke2, proses pembelajaran diawali di dalam kelas dengan kegiatan berdo’a bersama,melakukan presensi,dan mempersiapkan kelas agar lebih kondusif ,selanjutnya guru memberikan pembekalan dan pengarahan kepada para siswa,setelah itu guru mendampingi para siswa untuk bersama-sama menuju gedung pengadilan. Selanjutnya guru melakukan pendampingan proses pembelajaran yang di pandu langsung oleh Ketua Pengadilan Negeri dan Humas Pengadilan Negeri di ruang sidang pengadilan. Bentuk kegiatan pada saat itu terdiri dari perkenalan,ramah tamah,presentasi Ketua Pengadilan mengenai hukum dan proses persidangan.Kegiatan siswa pada awalnya adalah melakukan pengamatan yang dilanjutkan dengan dialog interaktif antara siswa dengan nara sumber yang di laksanakan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Selanjutnya pada pertemuan ke-3 . Proses pembelajaran diawali di dalam kelas dengan kegiatan berdo’a bersama,melakukan presensi,dan mempersiapkan kelas , kegiatan pembelajaran untuk melihat proses persidangan di Pengadilan Negeri selanjutnya guru memberikann pengarahan kepada para siswa sebelum memasuki ruang pengadilan smengenai segala sesuatu yang seyogyanya dilakukan di Pengadilan Negeri i,setelah itu guru mendampingi para siswa untuk bersama-sama menuju gedung pengadilan,proses ini memerlukan waktu sekitar 10 menit. Langkah selanjutnya guru melakukan koordinasi dengan pihak pengadilan dan mendampingi siswa untuk mengikuti proses persidangan pidana maupun perdata Disamping kegiatan tersebut para siswa sekaligus juga memiliki tugas untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut dengan pelanggaran hukum ,sedangkan guru melakukan penilaian proses khususnya berkaitan dengan penilaian sikap berdasarkan instrument yang telah disiapkan. Sedangkan pada pertemuan ke-4 .Proses pembelajaran dilaksanakan di dalam kelas dengan kegiatan berdo’a bersama,melakukan presensi,dan mempersiapkan kelas agar lebih kondusif sebagai persiapan untuk kegiatan pembelajaran bermain peran. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada para siswa yang telah terbagi menjadi dua (2) kelompok untuk bermain peran mengenai jalannya proses persidangan sebagaimana yang telah dipersiapkan sebelumnya.Masingmasing kelompok hanya melakukan pemeranan satu agenda sidang.Pelaksanaan bermain peran dilakukan secara bergantian.Pada saat salah satu kelompok melakukan kegiatan bermain peran kelompok yang lain melakukan pengamatan.Guru melakukan penilaian sikap dan ketrampilan nerdasarkan lembar penilaian yang telalah disediakan sebelumnya.Selanjutnya masing masing kelompok dipersilahkan menyampaikan kesimpulan. Di akhir kegiatan tersebut diadakan refleksi,kesimpulan akhir,dan selanjutnya para siswa diminta untuk mengerjakan post test untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi penegakan hukum dan keadilan. c. Evaluasi Kreativitas Pembelajaran Selama proses pembelajaran berlangsung guru melakukan penilaian proses dan pengamatan terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar penilaian ketrampilan dan skala sikap yang telah disediakan. Aspek sikapi siswa yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung yaitu meliputi : sikap disiplin,perasaan senang,antusias,empati dan percaya percaya diri sedangkan aspek ketrampilan yang diamati adalah ketepatan perilaku dan penghayatan Kurangnya berbagi pengalaman (sharing) antara siswa pandai dan kurang pandai menjadi pemicu semakin terpuruknya siswa-siswa yang kurang pandai tersebut. d. Para siswa belum pernah melakukan kegiatan pembelajaran dengan nara sumber praktisi dalam bidang hukum,padahal kegiatan tersebut dapat menggairahkan proses pembelajaran dan menguatnya daya ingat. e. Para siswa belum memiliki kemampuan yang cukup tentang bagaimana melakukan kegiatan bermain peran mengenai berlangsungnya proses persidangan karena selama ini belum memiliki gambaran yang menyeluruh mengenai hal tersebut.. f. Para siswa cenderung berfikir teoritis terhadap materi-materi yang bersikap abstrak. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Hasil Pembelajaran 1. Hasil belajar Siswa Sebelum penerapan Model Pembelajaran Langsung terpadu dengan metode role playing. Sebagaimana diuraikan pada latar belakang penelitian ini, bahwa pemahaman,sikap dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah khususnya yang menyangkut materi hukum dan lembaga 2. Hasil Belajar dan Kesadaran Siswa peradilan,sehingga pembelajaran Sesudah Pembelajaran Langsung. dirasakan kurang bermakna, dan kurang Perpaduan penerapan model membangun potensi siswa yang telah pembelajaran langsung pada lembaga dimilikinya. pengadilan negeri dengan teknik dialog Rendahnya tingkat hasil belajar interaktif dan observasi dengan metode siswa dalam proses pembelajaran ini roll playing merupakan salah satu solusi terlihat dari kondisi-kondisi sebagai dalam mengatasi rendahnya tingkat berikut: pemahaman,partisipasi,dan kreatifitas a. Kemampuan siswa untuk siswa sebagaimana diuraikan diatas. menyelesaikan Tindakan ini diterapkan selama empat permasalahan,terutama yang kali pertemuan terhadap siswa kelas XI berkaitan dengan materi hukum dan IPA 3 SMA Negeri 1 Ponorogo dan peradilan masih rendah karena siswa ternyata hasil penelitian tentang hasil belum memahami konsep yang belajar siswa dalam proses pembelajaran dianggap abstrak. menunjukkan peningkatan yang b. Kemampuan siswa untuk signifikan. mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi perlindungan dan penegakan hukum juga rendah, B. Analisis Hasil Pembelajaranan karena siswa tidak memiliki bekal Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan yang cukup mengenai yang lelah dilaksanakan, hasil belajar materi tersebut. siswa dari penilaian c. Kemampuan siswa menyelesaikan pengetahuan,penilaian sikap dan soal hanya terdapat pada siswa-siswa penilaian ketrampilan, dapat yang termasuk kategori pandai. dipresentasikan melalui tabel berikut: Tabel 4.1 Data Hasil Penilaian Pengetahuan No Pelaksanaan Test 1 2 Pre Test Post test Peningkatan Data tersebut di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata sebesar 4,97,nilai sebesar 26,32 dan prosentase meningkat sebesar26% dari penilaian pre test ke post test.. Skor Rata-rata 10,81 15,78 4,97 Nilai Rata-rata 52,57 78.89 26,32 Prosentase 53 % 79 % 26 % Peningkatan hasil belajar (aspek pengetahuan) siswa dalam proses pembelajaran di kelas XI IPA 3 SMAN 1 Ponorogo, selama dua kali penilaian sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran, dapat lebih jelas terlihat pada table diatas: Tabel 4.2. Data hasil Penilaian Sikap 1 Penilaian ke 1 2 Penilaian ke 2 3 Penilaian ke 3 4 Penilaian Ke 4 Rata-rata peningkatan nilai Dari data penilaian sikap yang telah terisi pada pertemuan ke 1 , ke 2,ke 3,dank e 4 menunjukkan pergeseran kearah yang semakin baik (ke pilihan jawaban yang diinginkan sesuai jenis pertannyaan) hal ini berarti para siswa semakin memiliki sikap yang positip terhadap proses pembelajaran.Agar lebih jelas peningkatan rata-rata nilai sikapnya dapat dilihat dari pergerakkan rata- Percaya diri Empati Antusias Penilaian Senang No. Disiplin Sikap Ratarata Nilai sikap 76,53 79,36 80,97 82,22 rata nilai sikap seperti berikut:dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 terjadi peningkatan rata-rata nilai sikap 2,83, dari pertemuan 2 ke pertemuan 3 terjadi peningkatan rata-rata nilai sikap 1,61 dan selanjutnya dari pertemuan 3 ke pertemuan 4 terjadi peningkatan rata-rata nilai sikap 1,25. Tabel 4.3. Data hasil Penilaian Ketrampilan Rata-rata Aspek Penilaian Rata-rata Tahap Penilaian Ketepatan Penghayatan No. Skor Perilaku Peran 1 Penilaian ke 1 3,4 3,25 3,16 2 Penilaian ke 2 3,64 3,41 3,55 Peningkatan 0.24 0,16 0,39 ketrampilandari data tersebut di atas Begitu pulaengan hasil penilaian menunjukkan bahwa kondisi aspek yang dilai yaitu aspek ketepatan waktu dan penghayatan peran penunjukkan adanya peningkatan yakni 0,24 untuk aspek ketepatan perilaku dan 0,16 untuk aspek penghayatan peran,dan rata-rata penilaian ketrampilan mengalami peningkatan skor 0,39 dari penilaian ke 1 dan penilaian ke 2 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perpaduan PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap data hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa : 1. Perpaduan implementasi model Pembelajaran langsung di Pengadilan Negeri Ponorogo yang dilaksanakan melalui metode dialog interaktif serta metode pengamatan terlibat terbukti dapat meningkatkan gairah bealajar siswa. 2. Perpaduan Implementasi Pembelajaran Langsung dan Bermain Peran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal tes yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan perolehan nilai pengetahuan siswa. 3. Perpaduan penerapan model pembelajaran langsung dan Role Playing terbukti dapat meningkatkan nilai sikap siswa SMAN I Ponorogo terhadap proses pembelajaran 4. Perpaduan penerapan Pembelajaran Langsung dan Metode Bermain Peran dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam ketepatan dan penghayatan dalam pemeranan proses persidangan di lembaga peradilan Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas diatas diksampaikan saran-saran bagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah sebagai berikut: 1. Pembelajaran PKn hendaknya bervariasi dan tidak monoton sehingga hasil pembelajaran dapat penerapan model Pembelajaran Langsung dan roll playing dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman pengetahuan,sikap dan ketrampilan pada pembelajaran Kewarganegaraan khususnya terhadap materi perlindungan dan penegakan hukum di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Ponorogo dikatakan berhasil. lebih maksimal. 2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka seorang guru hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung 3. Mengingat pelaksanaan penelitian ini hanya empat pertemuan, dan validitas instrumen penelitiannya belum standar, maka kepada guru yang akan meneliti penerapan model Pembelajaran Langsung dalam proses pembelajaran diharapkan dapat lebih ditingkatkan kualitasnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi & Suhardjono & Supardi, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Uno, B., Hamzah, 2007, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, Jakarta : Bumi Aksara. Sutikno, Sobry, M., 2007. Menggagas Pembelajaran Efeklif dan Bermaknaf Mataram : NTP Press. Kunandar, 2007, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Surya, Muh., 1985, Psikologi Pendidikan, Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP.