BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Manusia

advertisement
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial, artinya manusia memiliki
kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan manusia yang lain, di mana perilaku komunikasi itu sangat
penting bagi kehidupan manusia. Shannon dan Weaver mengemukakan bahwa
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk
komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan
teknologi.1 Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa verbal dan
non verbal untuk menyampaikan pesan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia
lebih dominan menggunakan bahasa verbal untuk menyampaikan pesan,
berbanding terbalik dengan penggunaan bahasa non verbal yang kurang
digunakan dalam menyampaikan pesan. “Bahasa non verbal adalah bahasa yang
pesannya dikemas dalam bentuk simbol ataupun sebuah objek, tanpa katakata.”2 Di dalam bahasa non verbal mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk
menambah atau melengkapi ucapan-ucapan (bahasa verbal) yang dirasakan
belum sempurna, menyakinkan apa yang telah diucapkan (repetition),
menunjukan emosi dan perasaan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata
1
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT.Grasindo, Jakarta, 2004. Hal 7
Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal, Kanisius, Yogyakarta, 2007. Hal.
26
2
1
2
(substitution), dan menunjukkan jati diri
sehingga
orang lain bisa
mengenalnya.3
Dalam berkomunikasi, manusia pasti mempunyai pemikiran dan
pengertian yang berbeda terhadap sebuah informasi atau pesan. Munculnya
sebuah penolakan ataupun penerimaan akan memberikan kesan positif
dannegatif.4 Umumnya jika sesuatu dimulai dengan hal yang negatif ataupun
positif maka dapat mempengaruhi emosional seseorang untuk menilai hal itu
positif atau buruk.
Kemunculan masalah sosial semakin merajalela, kesadaran diri
menurun dan keadaan saling menghargai ataupun menghormati seakan hilang.
Masalah akan vandalisme, kebersihan kota, penggunaan narkoba, seks bebas,
dan korupsi merupakan beberapa masalah yang akan terus muncul dan susah
untuk dibasmi. Kemunculan masalah yang terjadi pada kehidupan sosial
menjadi penentuan masyarakat untuk membuat sebuah peraturan. Tidak hanya
dari masyarakat, pemerintah juga membuat undang-undang yang dibantu
dengan peraturan adat istiadat, itupun tidak cukup untuk menyadarkan mereka,
yang membuat masalah sosial tersebut. Banyaknya pelanggaran dari peraturan
yang dibuat dikarenakan tidak adanya contoh para pemimpin yang benar,
sehingga masyarakat mempunyai stigma bahwa peraturan dibuat hanya untuk
dilanggar.
3
4
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal.109
Winarno &Hermianto, Ilmu sosial dan budaya dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal 60
3
Proses mencari jati diri pada seorang remaja menjadi salah satu
penyebab keterkaitan pandangan masyarakat terhadap masalah sosial yang
muncul. Namun kita harus sadar bahwa tidak semua remaja terlibat di dalam
gejala ini. Hanya segolongan kecil saja yang sering melakukan perbuatan yang
tidak mendatangkan keuntungan bagi orang lain. Vandalisme merupakan salah
satu perilaku menyimpang dan negatif yang selalu dikaitkan dengan remaja.
Diketahui bahwa pada masa remaja merupakan proses menuju ke masa dewasa
yang sedang labil menentukan benar atau salah suatu perilaku.
Dalam beberapa tahun ke belakang perilaku menyimpang vandalisme
menjadi perilaku yang ditakuti oleh pemerintah dan masyarakat. Vandalisme
adalah perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda
milik pribadi, orang lain atau fasilitas umum.5 Tindakan yang termasuk di
dalam vandalisme lainnya adalah perusakan kriminal, pencacatan, graffiti, dan
hal-hal lainnya yang bersifat mengganggu. Motif utama berlakunya gejala ini
adalah disebabkan emosi. Vandalisme biasanya dianggap sebagai satu cara
untuk melepaskan rasa geram, ataupun satu cara untuk menghilangkan
kebosanan semata-mata. Walaupun motif mereka dianggap ringan, tetapi
masyarakat awam terpaksa menanggung kerugian yang besar untuk memenuhi
keinginan mereka. Kerugian yang didapatkan oleh masyarakat yaitu
membersihkan atau menghilangkan coretan yang tak bermakna dan juga
merusak moral dengan pesan yang tidak bermanfaat untuk masyarakat. Salah
5
Colin Ward, Vandalism, Van Nostrand Reinhold Co, 1974. Hal 15
4
satu penyebab terjadinya vandalisme adalah menunjukan rasa tidak puas hati
terhadap seseorang atau sebuah organisasi.
Rasa tidak puas hati yang dirasakan oleh para pelaku vandalisme
diwujudkan dengan beberapa sindiran, merusak fasilitas umum salah satunya
dengan cara menggambar atau mengotori dinding-dinding kota. Beberapa
pelaku vandalisme menuangkan rasa tidak puas hati yang di rasakannya dengan
cara menggambar dengan suatu pesan di dalamnya. Tidak dipungkiri bahwa
tidak semua orang mampu mengartikan atau mengaktualisasikan pemikiran
mereka melalui coretan seperti graffiti.
Pengertian dari graffiti adalah “Writing or drawings scribbled,
scratched, or sprayed illicitly on a wall or other surface in a publik place”6,
(tulisan atau gambar yang ditulis, digoreskan, atau disemprotkan di dinding
atau permukaan lain di tempat umum). Graffiti dikategorikan dengan kegiatan
mencoret pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk, dan
volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu. Alat yang
digunakan pada masa kini biasanya cat semprot kaleng. Sebelum cat semprot
tersedia, graffiti umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau
kapur. Graffiti sendiri mempunyai 4 fungsi yaitu sebagai bahasa rahasia
kelompok tertentu, sarana ekspresi ketidakpuasan terhadap keadaan sosial,
sarana pemberontakan, dan menjadi sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi
6
http://www.oxforddictionaries.com/ms/definisi/bahasa-inggeris-amerika/graffiti pada tanggal 19
April pukul 16.45 wib
5
politik dan sosial. Ekspresi simbol-simbol yang tertuang dalam graffiti
bermacam-macam, ada yang bersifat sebagai coretan biasa, ataupun seni visual
kontemporer yang menggambarkan sebuah simbol tertentu dan menjadi sebuah
karya baru dalam seni, yang juga mengandung pesan tertentu. Walaupun dengan
ketrampilan dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding
menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam.
Dalam perkembangannya seni mural muncul yang di pandang setara
dengan seni graffiti, tetapi dalam kenyatannya seni mural dan graffiti
merupakan seni yang berbeda. Seni mural merupakan salah satu jenis lukisan
dinding. Seni mural berasal dari Bahasa Latin yakni “murus” yang bermakna
dinding. Namun, tidak berarti mural hanya bermedium dinding atau dengan
kata lain, dinding di sini tidak dimaknai an sich sebagai pembatas wilayah
ataupun sekadar pembatas rumah melainkan harus dibaca sebagai suatu
diskursus medium yang luas. 7
Graffiti disebut juga sebagai seni urban underground yang ditampilkan
secara mencolok di area-area publik, biasanya di tembok-tembok gedung.
Tetapi dalam sudut pandang seni graffiti dan mural merupakan seni yang
berbeda walaupun dengan konteks yang sama. Tak dapat dipungkiri bahwa
munculnya aksi corat-coret akan berkaitan dengan adanya geng jalanan, anak
muda, dan bahasa anak-anak malam jalanan kota untuk mengatasnamakan
7
http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id/2012/12/17/mural-identitas-dan-praktik-sosial/ pada tanggal 30
Maret 2015 pukul 20.59 wib
6
identitas, naik secara individu maupun kelompok. Graffiti digunakan oleh warga
kota untuk menyatakan komentar sosial dan politik, seperti halnya geng-geng biasa
menyebutkan kawasan yang menjadi kekuasaannya.8 Munculnya komunitas
tertentu yang kerap disebut istilah geng, dan dinilai sangat dekat dengan
kriminalitas yang terjadi dalam kota. Terlepas dari seni corat-coret yang
mengidentitaskan Geng tersebut mengundang sebuah wacana publik yang
diasumsikan merembet kearah kriminalitas. Ekspresi simbol-simbol yang
tertuang dalam seni graffiti bermacam-macam, ada yang bersifat coretan tulisan
atau gambar biasa, ataupun seni visual tinggi yang menggambarkan sebuah
simbol tertentu dan menjadi sebuah karya kreativitas baru dalam seni yang juga
mengandung pesan tertentu.
Memang seni graffiti pada dasarnya merupakan kegiatan menggambar
yang termasuk dalam street art bukan bentuk vandalisme semata, tetapi
persepsi masyarakat tetap menganggap bahwa hal tersebut merupakan perilaku
menyimpang. Tetapi sanggahan dari pelaku seni pun tidak menyukai persepsi
akan masyarakat yang selalu berfikir bahwa seni graffiti tersebut merupakan
bentuk vandalisme yang hanya mencorat-coret fasilitas umum. Pelaku seni
berfikir bahwa seni graffiti itu sebagai street art atau keindahan visual dan
penyampain pesan sosial. Seperti khalayak umum menilai bahwa terdapat pro
dan kontra akan penilaian ataupun persepsi akan graffiti. Banyaknya gambar
8
Obed Bima Wicandra dan Nophia Novita Angkadjaja , “Efek Ekologi Visual dan Sosio Kultural
Melalui Graffiti Artistik di Surabaya”, Jurnal Nirmana (No2, Vol7, 2005), hal.100
7
graffiti yang mempunyai pesan sosial untuk masyarakat tentang keindahan,
korupsi, kehidupan bebas dan lainnya. Bomber merupakan istilah atau
panggilan bagi para pelaku graffiti atau street art. Bomber juga mengartikan
graffiti sebuah curahan hati atau emosi yang diluapkan ke dalam sebuah
gambar, namun banyak kendala yang dihadapi oleh para bomber salah satunya
adalah saat mereka mengekspresikan karya mereka selalu diincar oleh
masyarakat atau para aparat keamanan yang menentang adanya Graffiti.
Dalam perkembanganya vandalisme saat ini diartikan sebagai tindakan
yang cenderung berbahaya dan merusak, sementara Graffiti adalah ajang
kawula muda untuk mengeskpresikan kreativitas diri dan eksistensi diri.
Graffiti akan disebut sebagai tindakan vandalisme jika dilakukan tanpa seizin
pemilik objek yang akan di-graffiti atau tanpa seizin pemerintah dan bersifat
ilegal.
Pemerintah Surakarta mencari jalan keluar untuk mengurangi aksi
vandalisme dan tetap mendukung adanya aksi seni graffiti. Seni graffiti
merupakan sarana kebebasan kreativitas yang harus benar-benar disalurkan dan
diorganisir dengan baik. Dengan adanya pemberian ruang publik untuk para
bomber pemerintah juga memberlakukan hukuman untuk kegiatan corat-coret
fasilitas umum, yaitu dengan hukuman berupa pidana 6 bulan kurungan dan
8
denda Rp. 500.000,00 yang tertera pada peraturan daerah nomor 29/1981 pasal
3 ayat 3 tentang kebersihan kota. 9
Beberapa kota di Indonesia sudah mengorganisir atau memberikan
wadah untuk para pelukis graffiti, dengan cara memberi wadah atau ruang
publik untuk menyalurkan kreativitas dan kebebasan dalam berpendapat. Pada
awalnya kota yogya yang mempelopori akan dukungan terhadap street art yaitu
graffiti. Alm. YB Mangunwidjaja atau Romo Mangun salah satu orang yang
membuat graffiti menjadi salah satu bentuk kesenian dalam program graffiti
untuk perkampungan kumuh di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Bilik atau
papan rumah-rumah di daerah itu pun tampil dengan tidak kumuh tetapi lebih
segar dipandang.10 Seni Graffiti di Surakarta sudah banyak dijumpai pada
dinding-dinding kota yang dipenuhi dengan ekspresi-ekspresi visual, seakanakan menggambarkan realitas sosial di kota Surakarta. Pesan-pesan moral, atau
bahkan kritik terhadap realitas sosial yang tertuang dalam seni lukis jalanan
atau graffiti dalam nuansa simbolik. Pemberian ruang publik kepada pelukis
seni jalanan merupakan salah satu upaya pemerintah memperkuat identitas kota
solo sebagai kota pariwisata yang mempunyai ketertarikan dalam bidang
budaya dan seni. Pemerintah kota Surakarta juga membuat lomba untuk para
pelukis graffiti pada ruang publik yaitu Benteng Vadenburgs. Tidak hanya
9
http://jdih.surakarta.go.id/file/4546PERDA_NO_29_TAHUN_1981.pdf
Obed Bima Wicandra, “Graffiti di Indonesia: Sebuah Politik Identitas Ataukah Tren? (Kajian
Politik Identitas Pada Graffiti Writer di Surabaya)”, Jurnal Nirmana (No2, Vol8, 2006), hal. 51
10
9
pemerintah yang memberikan wadah untuk pelukis graffiti, salah satu sekolah
menengah pertama di Surakarta menghalalkan seni graffiti.
“SMP Islam Diponegoro Solo mengadakan aksi melukis dinding
sekolah yang dilakukan para siswa sekolah pada Selasa dan Rabu kemarin.
Sasaran aksi yang mengangkat tema kebanggaan terhadap Sekolah ini adalah
tembok lapangan futsal sekolah”.11
Dengan adanya peran pemerintah dalam pemberian ruang publik bagi
seni graffiti, memunculkan gerakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi
mengurangi gerakan vandalisme atau corat-coret pada bangunan ataupun
rumah masyarakat.
“Masyarakat RT 3 RT 15, Rejosari, Gilingan, Banjarsari, Surakarta
nekat mencoret-coret jalan kampung. Mereka berdalih corat-coret tersebut
sebagai bentuk kreativitas warga untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan
Indonesia Ke-70”.12
Graffiti di Surakarta juga sudah mewabah ke dalam perkampungan di
Surakarta, beberapa perkampungan yang dindingnya ataupun lorong yang
selama ini terabaikan dijadikan media seni graffiti untuk memperindah.
Graffiti yang ada di dalam perkampungan tidak hanya menunjukkan akan
keindahan tetapi juga menonjolkan unsur-unsur pesan dan identitas
masyarakat kampung itu sendiri. Salah satu cagar budaya di kota Surakarta
yaitu Lokananta Recording. Salah satu bekas gudang Lokananta dirombak
11
http://www.solopos.tv/2015/03/ini-sekolah-di-solo-yang-halalkan-graffiti-13496 pada tanggal 30
Maret 2015 pukul 22.01 wib
12
http://www.kebumenekspres.com/2015/08/bocah-bocah-di-solo-bikin-graffiti-di.html pada tanggal
19 November 2015 pada pukul 19.27 wib
10
dengan seni graffiti yang indah dengan berbagai pesan yang ingin
disampaikan oleh para bomber. Bekas Gudang tersebut sekarang dijadikan
tempat untuk mengapresiasi seni rupa, musik, film, tari, hingga pedalangan
yang mempunyai slogan “Menyayangi Masa Lalu dan Bergerak untuk Masa
Depan”. Tempat itu sekarang dinamai dengan “Rumah Seni Lokananta”.
”Kepala Perum PNRI Cabang Lokananta Surakarta, Pendi Heryadi,
menjelaskan pihaknya mendukung aktivitas kegiatan tersebut. “Prinsipnya
untuk penyelenggaraan acara seni dan budaya kami tidak keberatan. Selama
belum diambil alih Kemendikbud, mereka bisa membuat acara temporer di
situ. Asal kebersihan dan kerapian tetap terjaga,” pesan Pendi, saat
dihubungi Solopos.com, Minggu. Rencananya kedua pihak bertemu dan
membahas kelanjutan kegiatan dan kepastian penggunaan ruang budaya
alternative”13
Selain pemberian ruang publik untuk bomber, pemberian kebebasan
berekspresi menggambar pada event-event, yang berupaya untuk pengalihan
makna yang konotasi cora-coret dinding yang dianggap vandalisme. Tidak
dipungkiri setelah pemerintah memberikan wadah atau ruang publik tata kota
menjadi lebih indah dan berwarna. Seni graffiti tidak selamanya bentuk
vandalisme tetapi menjadi pendukung dan mempercantik kota.
Dari fakta-fakta yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti ingin
mencoba mempelajari tentang bagaimana persepsi mahasiswa Desain
13
http://www.soloposfm.com/2014/05/ruang-seni-alternatif-lokananta-tawarkan-ruang-baruberkesenian/ pada tanggal 19 November 2015 pukul 20.07 wib
11
Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial di kota
Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS terhadap
graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang dikehendaki dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa Desain
Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial di kota
Surakarta.p
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini akan mampu memberikan informasi akan
pengembangan ilmu penelitian di bidang komunikasi, khususnya dalam
membahas tentang bagaimana persepsi mahasiswa Desain Komunikasi
Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta.
E. Kajian Teori
1. Persepsi
Persepsi
merupakan
inti
komunikasi,
sedangkan
penafsiran
(interprestasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan peyandian balik
12
(decoding) dalam proses komunikasi.14 Persepsi disebut inti komunikasi karena
tanpa akurasi persepsi, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan efektif.
Persepsi dipengaruhi oleh emosi, motivasi dan ekspetasi dari seseorang itu
sendiri. Ketiga hal tersebut menjadi aspek-aspek penting dalam menentukan
sebuah persepsi.15
Motivasi
Emosi
Realitas
Persepsi
Ekspetasi
Otopia
Gambar 1.1 Aspek Persepsi
Sumber : Toety Heraty dalam Affian, Ed 1985 hal 207
Dalam hal ini persepsi juga bisa ditafsirkan menjadi suatu proses
internal
yang
menafsirkan
memungkinkan
rangsangan
dari
kita
memilih,
lingkungan
mengorganisasikan,
kita,
dan
proses
dan
tersebut
mempengaruhi perilaku kita. Menurut Brian Feloows persepsi adalah proses
yang memungkinkan suatu organism menerima dan menganalisa informasi16.
14
Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung, Remaja
Rosdakarya 2011) Hal 151
15
Toeti Heraty. “Persepsi Kebudayaan : Utopia dan Realita”dalam Alfian. (Ed.) (Jakarta, PT.
Gramedia 1985) Hal. 207
16
Ibid. Hal 179
13
Proses psikologi dalam penerimaan dan pemaknaan pesan bisa disebut juga
dengan persepsi17.
Rangsangan
Perhatian aktif
Penafsiran
Pencarian aktif
Menyederhanakan
Perhatian pasif
Menyimpang
Pencarian pasif
Menyusun
Pemahaman
Gambar 1.2 Proses Persepsi
Sumber : Drs. Alex Sobur, M.Si, Psikologi Umum 2010 hal 65
Menurut rumusan proses persepsi yang dikenal dengan teori
rangsangan-tanggapan (stimulus-respon), persepsi merupakan bagian dari
keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan
diterapkan kepada manusia dan mengaktifkan sebuah pengalaman/memori yang
sudah ada .
Menurut Nilgun Canel dan Muge Yukay pengalaman rangsangan akan
aktif dengan sendirinya ketika memori atau pengalaman itu bekerja. Selebihnya
ia menyatakan:
“The sensory motor dimension involved during the experience of
stimuli would be automatically activated during a memory task”.18
17
Pawito Ph.D. Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta, Lkis 2008) Hal 203
Nilgun Canel, Muge Yukay, Visual Memory and Visual Perception: When Memory improves visual
search. Marmara University Ataturk Faculty of Education Departement of Guidance and
18
14
Dengan adanya dimensi sensorik dimiliki oleh masing-masing individu
membuat adanya perbedaan interpretasi dari satu individu terhadap individu
yang lain.
Penalaran
Rangsangan
Persepsi
Penalaran
Tanggapan
Perasaan
Gambar 1.3 Variabel Psikologi diantara Rangsangan dan Tanggapan
Sumber : Prof.DR.Suharnan,MS. Psikologi Kognitif 2005 hal 80
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi
yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Persepsi ditentukan
oleh aktivitas komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Pengetahuan
dan pengalaman turut memperkaya perbendaharaan dengan memperkuat daya
persepsi. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin sudah
dan
sering
intensitas
berkomunikasi
berdampak
pada
kecenderungan
membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Pengertian persepsi
terkandung dalam 3 pengertian yaitu :
Psychological
Counseling,
Journal
of
Perception
Vol
2.
No.
6.
Http://ijoc.org/index.php/ijoc/article/view/1307/0. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015.
2015.
15
a. Persepsi merupakan hasil pengamatan.
b. Persepsi merupakan hasil penelitian.
c. Persepsi merupakan hasil pengolahan akal dari rangsangan.
Di dalam persepsi menurut Judy C. Pearson dan Paul E.Nelson
memiliki 3 aktivitas yaitu : seleksi, organisasi, dan interpretasi. Seleksi
mencakup sensasi dan atensi. Sedangkan interpretasi melekat pada organisasi.
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita
peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita.19 Hubungan sensasi dengan
persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Penafsiran makna
informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi,
motivasi dan memori.20 David Krech dan Richard S. Crutchfield menyebutnya
faktor fungsional dan faktor struktural, persepsi seperti juga sensasi, ditentukan
oleh faktor personal dan faktor fungsional.21 Krech dan Crutchfield
merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara
fungsional. Dalilnya berupa bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam
persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu melakukan
persepsi.22 Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi 2 yaitu persepsi
terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Proses
menangkap arti objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita
19
20
Ibid. Hal 182
Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc, Psikologi Komunikasi (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya 2004) Hal
51
21
Ibid. Hal 52
22
Ibid. Hal 56
16
adalah pengertian dari proses sosial23. Setiap orang memiliki gambaran yang
berbeda mengenai realitas di sekelilingnya.
Persepsi bawah sadar, menurut Katarina Kosikova dan Lubor Pilarik
adalah persepsi yang mempengaruhi pemikiran, perasaan dan perilaku.
Selebihnya ia menyatakan :
“ In general, we can say that subliminal perception is the perception
of such stimuli, whose presence in unnoticed but which influence thinking,
feeling and our subsequent behavior”.24
Persepsi memiliki 3 proses dalam menerima sebuah informasi yang
disampaikan oleh seseorang yaitu:
a. Sensasi (Penginderaan)
Melalui sensasi atau penginderaan kita mengetahui dunia. Sensasi
merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan,
pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Penginderaan sangat
berguna untuk menafsirkan sebuah pesan baik pesan verbal dan nonverbal.
b. Atensi (Perhatian)
Proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol
dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.25 Atensi juga diartikan
23
Ibid. Hal 191
24
Katarina Kosikova, Lubor Pilarik, journal Unconscious visual perception in the decision making
process (Department of Psychological Sciences, Faculty os Social Sciences and Health Care
Constantine the Philosopher University in Nitra Kraskova 1, Institute of Experimental Psychology,
Slovak Academy of Sciences Dúbravská cesta 9), Journal of Perception Vol 1. No.9. 2014.
Http://Ijoc.Org/Index.Php/Ijoc/Article/View/3089/1482. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015.
25
Jalaluddin Rakhmat, M.Sc .Op.Cit. Hal 52
17
sebagai pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah
besar informasi yang tersedia. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan
sumber daya mental yang terbatas dan kemudian akan membantu kecepatan
reaksi terhadap rangsangan tertentu
c. Interpretasi
Interpretasi adalah tahap terpenting dalam persepsi. Sebenarnya kita
tidak dapat menginterpretasikan makna setiap obyek secara langsung,
melainkan menginterpretasikan makna informasi yang kita percayai
mewakili obyek tersebut. Jadi pengetahuan yang kita peroleh melalui
persepsi bukan pengetahuan mengenai obyek yang sebenarnya, melainkan
pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya obyek tersebut.
Persepsi dengan sengaja mewakili representasi, menurut Leonard Cohen
adalah persepsi dengan sengaja mewakili representasi ganda. Selebihnya ia
menyatakan :
“perception can consciously represent contradictory presentations of a
specific phenomenon simultaneously, creating a dual representation which
he calls the puzzle cases. view which relates to the difference between the
perceptual input and output stages of the perception creating disparate
perceptions and contradictory properties of a specific object.”26
Faktor internal pada seseorang mempengaruhi bagaimana seseorang
mengiterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang
26
Gary Hatfield & Allred, Sarah, Visual Experience: Sensation, Cognition and Constancy. Oxford,
United Kingdom: Oxford University. Europe‘s journal of Pshycologhy Vol. 10 No. 1 2014
http://ejop.psychopen.eu/article/view/731/html . Diakses pada tanggal 27 April 2016
18
sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi persepsi meliputi:27
1. Pengalaman/pengetahuan: Perbedaan pengalaman ataupun pengetahuan
menjadi salah satu faktor perbedaan interpretasi.
2.
Latar belakang: Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam
persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orangorang dengan latar belakang yang sama.
3.
Kebutuhan: Kebutuhan terhadap suatu informasi ataupun rangsangan dari
komunikan. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
4.
Motivasi: motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang
5.
Kepribadian: Seorang mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang
serupa atau sama sekali berbeda.
6.
Suasana hati: Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,
dikarenakan suasana hati menunjukan bagaimana perasaan seseorang saat
menerima lalu bereaksi dan mengingat sebuah rangsangan
Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi. merupakan karakteristik
dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya
27
Drs. Alex Sobur, M.Si. Psikologi Umum (Bandung, CV Pustaka Setia 2010) Hal 452
19
dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah:28
1) Warna dari obyek-obyek: Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih
banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan
dengan yang sedikit.
2) Keunikan dan kekontrasan stimulus: Stimulus luar yang penampilannya
dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar
sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
3) Intensitas dan kekuatan dari stimulus: Stimulus dari luar akan member
makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang
hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu
obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
4) Motion atau gerakan: Individu akan banyak memberikan perhatian
terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
5) Sesuatu yang baru: Hal-hal yang baru akan menarik perhatian,
dikarenakan orang sudah biasa mengenal hal yang biasa.
28
Drs. Alex Sobur, M.Si. Op.Cit Hal 454
20
Sementara itu, De Vito menyebutkan 5 proses yang mempengaruhi
persepsi yakni: Teori kepribadian implisit, ramalan yang dipenuhi sendiri,
aksentuasi perseptual, primasi-resensi, konsistensi, dan stereotip.
a) Teori kepribadian implicit: Teori ini mengacu pada teori kepribadian
individual yang diyakini seseorang dan yang mempengaruhi bagaimana
persepsinya kepada orang lain.
b) Ramalan yang dipenuhi sendiri (self-fulfilling prophecy): Ramalan yang
dipenuhi sendiri terjadi bila seorang individual membuat ramalan atau
merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena membuat
ramalan itu dan bertindak seakan-akan ramalan itu benar. Terdapat 5
langkah dasar dalam proses ini :
1) Membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau
situasi.
2) Bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau
keyakinan benar.
3) Karena bersikap demikian (seakan-akan keyakinan benar), keyakinan itu
menjadi kenyataan.
4) Mengamati efek terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa
yang kita saksikan memperkuat keyakinan.
5) Aksentuasi perceptual: Aksentuasi perceptual membuat individual
melihat apa yang diharapkan dan apa yang ingin dia lihat.
21
c) Primasi-resensi: Primasi-resensi mengacu pada pengaruh relative
stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya. Efek primasi-resensi
adalah bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya yang paling
penting.
d) Konsistensi:
Konsistensi
mengacu
pada
kecenderungan
untuk
merasakan apa yang memungkinkan kita mencapai keseimbangan atau
kenyamanan psikologis di antara berbagai sikap dan hubungan antara
mereka.
e) Stereotip:
Stereotip
mengacu
pada
kecenderungan
untuk
mengembangkan dan mempertahankan persepi yang tetap dan tidak
berubah mengenai sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini
untuk mengevaluasi anggota kelompok tersebut, dengan mengabaikan
karakteristik individual yang unik.29
Macam-macam persepsi ada 2 macam, yaitu30 :
a. External Perception: yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar diri individu.
b. Self-Perception:
yaitu
persepsi
yang
terjadi
karena
adanya
rangsangan yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang
menjadi objek adalah dirinya sendiri.
29
30
Drs. Alex Sobur, M.Si.. Op.Cit Hal 455-459
Drs. Sunaryo, M.Kes. Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta, EGC 2004) Hal 94
22
Di dalam proses pengorganisasian, rangsangan yang diterima
selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada 3 dimensi utama dalam
pengorganisasian rangsangan, yakni:
(a) Pengelompokan
Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan antara lain:

Kesamaan: rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok.

Kedekatan: Hal-hal yang dekat antara satu dengan yang lain juga
dikelompokkan menjadi satu.

Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap
belum lengkap.
(b) Bentuk timbul dan latar
Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk
memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol,
sedangkan rangkaian atau gejala lainnya berada di latar belakang.
(c) Kemantapan persepsi
Kestabilan
persepsi,
dan
perubahan-perubahan
konteks
tidak
mempengaruhinya.31
Kaitanya dalam penelitian ini, dikarenakan proses persepsi dan
interpretasi tidak akan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Maka,
untuk menemukan data persepsi tentang objek graffiti sebagai pesan sosial,
peneliti mengambil beberapa informan sebagai pijakan dalam penelitian
31
Pareek Udai, Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT.Pustaka Binaman Pressindo,1996) Hal 18-20.
23
dan mencari data persepsi informan dari mahasiswa desain komunikasi
visual.
2. Graffiti
Menurut Arthur Danto menyebutkan bahwa graffiti sebagai demotic
art atau yang memiliki dan memberi fungsi pada pemanfaatan aksi coratcoret pada sebuah permukaan milik orang lain atau ruang publik. Graffiti
adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis,
bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat
yang digunakan biasanya cat semprot kaleng, terkadang juga menggunakan
kompressor air bruss.
Graffiti merupakan salah satu dari empat unsur dalam kultur hip-hop.
Sedangkan tiga unsure lainnya adalah break dancing, dj-ing dan rappin.32
Graffiti dimulai sebagai seni underground yang ditampilkan mencolok di
area-area publik, biasanya di tembok-tembok gedung. Menurut Manco
Graffiti dituliskan dengan pemanfaatan logotype atau juga kaligrafi yang
biasa disebut di kalangan street artist sebagai street logos.33Graffiti artistik
merupakan salah satu jenis graffiti yang menyimpan banyak makna akan
pesan sosial yang tersirat.34 Graffiti artistik sendiri banyak ditemui dengan
penggunaan warna yang maksimal. Warna dalam graffiti artistik biasanya
32
Obed Bima Wicandra dan Nophia Novita Angkadjaja. Op.Cit. Hal. 100
Ibid. Hal 101
34
Ibid. Hal 101
33
24
menyesuaikan dengan space yang ada, meskipun kebanyakan warna yang
digunakan adalah warna-warna cerah.
F. Definisi Konsep
A. Definisi Konsep
a. Graffiti yaitu berasal dari kata Italia yaitu “graffito”
yang berarti
goresan atau guratan. Salah satu tulisan atau gambar yang dengan
sengaja dibuat oleh manusia pada suatu permukaan baik itu milik
pribadi, orang lain ataupun milik publik.35
b. Vandalisme yaitu . “willful or malicious destruction or defacement of
thing of beauty or of publik or private property” (perusakan atau
menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda yang indah
serta benda-benda yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi).36
c. Persepsi yaitu memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory
stimuli).37 Dengan kata lain persepsi merupakan proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh seseorang melalui proses kognitif. Persepsi
mencakup penerimaan stimulus, dan penerjemahan atau penafsiran
stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara yang dapat
mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.
G. Kerangka Berfikir
35
Mike Susanto, Diksi Rupa, Yogyakarta, Penerbit Kanisius hal 47
Economic research centre, Vandalisme, terrorism and security in urban publik transport, European
Conference of Ministers of Transport (ECMT), Paris, 2003, hal. 106
37
Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit. Hal 50
36
25
Secara ringkas, persepsi mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS
terhadap graffiti sebagai pesan sosial dapat digambarkan dengan bagan :
Mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS
Persepsi
Graffiti sebagai pesan sosial
Gambar 1.4
Kerangka Teori
H. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh
data yang diperlukan. Persepsi dan Graffiti (Studi tentang persepsi mahasiswa
Desain Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial,
merupakan penelitian kualitati metode studi kasus.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
jenis ini merupakan penelitian yang menggambarkan realitas dengan
memberikan pemahaman realitas tersebut. Dalam konteksnya, pemahaman
26
yang dihasilkan dilakukan dengan membatasi realitas yang diteliti dengan
konsep yang digunakan. Selanjutnya, data yang muncul adalah data yang
berupa narasi bersifat deskriptif, yang kemudian akan dianalisis dan
diinterpretasikan untuk membuat sebuah kesimpulan.
Penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala-gejala
komunikasi, mengemukakan prediksi, atau untuk menguji teori apapun, tetapi
lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman
(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas
komunikasi terjadi.38
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus tunggal dikarenakan
penelitian dilakukan pada satu sasaran lokasi, yaitu Fakultas Desain
Komunikasi Visual UNS yang mempunyai pendalaman akan suatu bahasa
visual. Oleh karena itu, penarikan kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian
ini hanya terbatas di Fakultas Desain Komunikasi Visual UNS.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sebelas Maret Fakultas Desain
Komunikasi Visual yang bertempat di Jalan Ir Sutami No 36-A
Kentingan Surakarta 57126.
38
Pawito, Op.Cit, Hal.35
27
3. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini merupakan mahasiswa fakultas desain
komunikasi visual UNS yang mempunyai pendalaman akan suatu bahasa
visual.
4. Teknik Pengambilan Informan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling
dalam pengambilan informan dimana teknik ini tidak membatasi jumlah atau
kuantitas informan, melainkan memenuhi ketercukupan atas informasi yang
diperlukan oleh peneliti.
Peneliti menggunakan metode purposive sampling dikarenakan teknik
ini lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data dalam
menghadapi realitas yang tidak tunggal.39 Purposive sampling dipilih oleh
peneliti dikarenakan metode purposive sampling memiliki dasar pertimbangan
bahwa sampel yang akan digunakan kaya informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Kriteria yang diambil sebagai informan adalah:
a. Telah berkecimpung di dunia seni, minimal 1 tahun.
b. Masih aktif di Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS.
c. Pernah melihat seni graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta.
39
Sutopo, Metode Penelitian Kulitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian, UNS Press,
Surakarta, 2002. Hal. 129
28
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, proses analisis dilakukan bersamaan saat
peneliti mengumpulkan data. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh
gambaran khusus tentang apa yang menjadi kajian penelitian. Dalam proses
analisis terdapat tiga komponen utama yaitu, reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan serta verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat
dalam proses analisis dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir
analisis.
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
Gambar 1.5 Skema model analisis data model interaktif
Sumber : Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori
dan Terapanya dalam penelitian. Surakarta : UNS Press
a) Pengumpulan data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan wawancara mendalam
(indepth interview) agar mendapatkan informasi yang utuh dan mendalam.
Wawancara dilakukan kepada 14 informan yang mewakili seniman,
29
Pemerintah Kota dan Khalayak. Dalam hal ini, penelitian kualitatif lebih
bersifat mewakili informasinya daripada populasinya,40 karena penelitian
kualitatif cenderung tidak berpikir untuk melakukan generalisasi populasi.
Setelah melakukan wawancara kepada informan peneliti membuat transkrip
wawancara dari setiap informan. Transkrip wawancara yang sudah dibuat
tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti
memperoleh transkrip wawancara mendalam dengan 6 informan mahasiswa
Desain Komunikasi Visual UNS.
b) Reduksi data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan penyederhanaan, dan abstraksi data
dari fieldnote.41 Proses reduksi data dalam penelitian ini berlangsung sejak
awal dimulainya penelitian, dan secara terus menerus.
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan karena tidak semua data yang
peneliti dapatkan dari wawancara tersebut digunakan dalam sajian data.
Sebaliknya, ketika peneliti mendapati adanya kekurangan data, kemudian
peneliti kembali melakukan wawancara dengan informan yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data terutama data
wawancara sebagai data primer. Setelah itu, data tersebut direkapitulasi dan
40
41
Sutopo, Op.Cit. hal. 129
Ibid., hal. 91
30
dicari pemusatan masalahnya sekaligus pada tahap ini peneliti membuang data
yang tidak relevan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, reduksi data terjadi ketika peneliti mendapatkan data
transkrip yang begitu banyak dan merasa ada beberapa bagian data
wawancara yang tidak berhubungan dengan penelitian dan keluar dari konteks
yang diteliti. Maka saat proses reduksi data, peneliti memisahkan beberapa
data wawancara yang tidak sesuai dengan konteks penelitian tersebut.
c) Penyajian data
Penyajian data melibatkan langkah-langkah yang mengorganisasikan data,
yakni menjalin data yang satu dengan yang lain sehingga seluruh data yang
dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Setelah memilih data
yang relevan dan mereduksi data yang tidak sesuai dengan penelitian, peneliti
melakukan penyajian data dengan membuat kategorisasi untuk memudahkan
peneliti melakukan analisis. Kategorisasi tersebut dibuat berdasarkan rumusan
masalah dalam penelitian ini.
Penyajian data disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian, dalam hal
ini yaitu, menjelaskan bagaimana persepsi graffiti sebagai pesan sosial
terhadap persepsi vandalisme dikalangan mahasiswa Desain Komunikasi
Visual UNS. Agar mudah dipahami dan tidak keluar dari konteks penelitian,
peneliti menggabungkan data yang sudah direduksi tersebut dengan narasi
dari peneliti.
31
d) Penarikan kesimpulan
Peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan
mempertimbangkan pola-pola data dan atau kecenderungan dari display data
yang telah dibuat. Adakalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun
kesimpulan final tidak dapat dirumuskan secara memadai, tanpa peneltiti
menyelesaikan analisis seluruh data yang ada.42
Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus
sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan
selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis data –
data yang dikumpulkan, dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk
kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti adalah menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan analisis
data yang sudah dilakukan. Hasil ekstraksi berupa data yang sangat penting
yang menjawab rumusan masalah adalah kesimpulan akhir dari penelitian ini.
6. Validitas Data
Guna meningkatkan validitas data dalam penelitian ini, peneliti
memakai tekhnik trianggulasi sumber. Cara ini bertujuan untuk memberikan
arahan pada peneliti bahwa dalam pengumpulan data, wajib mengkroscekan
jawaban-jawaban dari informan. Trianggulasi sumber merupakan cara yang
42
Pawito. Op.Cit. hal. 106
32
paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam peneliatan
kualitatif.
Informan 1
Data
Wawancara
Informan 2
Informan 3
Gambar 1.6 Trianggulasi Sumber Data
Sumber: Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan
Terapanya dalam penelitian. Surakarta : UNS Press
Dalam hal ini, peneliti mengaplikasikan tekhnik trianggulasi sumber
dengan melakukan wawancara mendalam kepada beberapa informan. Data
yang didapatkan dari wawancara pertama, kemudian peneliti melakukan
kroscek jawaban dari informan lain dengan mengajukan pertanyaan yang
serupa.
Download