BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain, di mana perilaku komunikasi itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Shannon dan Weaver mengemukakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.1 Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa verbal dan non verbal untuk menyampaikan pesan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia lebih dominan menggunakan bahasa verbal untuk menyampaikan pesan, berbanding terbalik dengan penggunaan bahasa non verbal yang kurang digunakan dalam menyampaikan pesan. “Bahasa non verbal adalah bahasa yang pesannya dikemas dalam bentuk simbol ataupun sebuah objek, tanpa katakata.”2 Di dalam bahasa non verbal mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk menambah atau melengkapi ucapan-ucapan (bahasa verbal) yang dirasakan belum sempurna, menyakinkan apa yang telah diucapkan (repetition), menunjukan emosi dan perasaan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata 1 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT.Grasindo, Jakarta, 2004. Hal 7 Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal, Kanisius, Yogyakarta, 2007. Hal. 26 2 1 2 (substitution), dan menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya.3 Dalam berkomunikasi, manusia pasti mempunyai pemikiran dan pengertian yang berbeda terhadap sebuah informasi atau pesan. Munculnya sebuah penolakan ataupun penerimaan akan memberikan kesan positif dannegatif.4 Umumnya jika sesuatu dimulai dengan hal yang negatif ataupun positif maka dapat mempengaruhi emosional seseorang untuk menilai hal itu positif atau buruk. Kemunculan masalah sosial semakin merajalela, kesadaran diri menurun dan keadaan saling menghargai ataupun menghormati seakan hilang. Masalah akan vandalisme, kebersihan kota, penggunaan narkoba, seks bebas, dan korupsi merupakan beberapa masalah yang akan terus muncul dan susah untuk dibasmi. Kemunculan masalah yang terjadi pada kehidupan sosial menjadi penentuan masyarakat untuk membuat sebuah peraturan. Tidak hanya dari masyarakat, pemerintah juga membuat undang-undang yang dibantu dengan peraturan adat istiadat, itupun tidak cukup untuk menyadarkan mereka, yang membuat masalah sosial tersebut. Banyaknya pelanggaran dari peraturan yang dibuat dikarenakan tidak adanya contoh para pemimpin yang benar, sehingga masyarakat mempunyai stigma bahwa peraturan dibuat hanya untuk dilanggar. 3 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal.109 Winarno &Hermianto, Ilmu sosial dan budaya dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal 60 3 Proses mencari jati diri pada seorang remaja menjadi salah satu penyebab keterkaitan pandangan masyarakat terhadap masalah sosial yang muncul. Namun kita harus sadar bahwa tidak semua remaja terlibat di dalam gejala ini. Hanya segolongan kecil saja yang sering melakukan perbuatan yang tidak mendatangkan keuntungan bagi orang lain. Vandalisme merupakan salah satu perilaku menyimpang dan negatif yang selalu dikaitkan dengan remaja. Diketahui bahwa pada masa remaja merupakan proses menuju ke masa dewasa yang sedang labil menentukan benar atau salah suatu perilaku. Dalam beberapa tahun ke belakang perilaku menyimpang vandalisme menjadi perilaku yang ditakuti oleh pemerintah dan masyarakat. Vandalisme adalah perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda milik pribadi, orang lain atau fasilitas umum.5 Tindakan yang termasuk di dalam vandalisme lainnya adalah perusakan kriminal, pencacatan, graffiti, dan hal-hal lainnya yang bersifat mengganggu. Motif utama berlakunya gejala ini adalah disebabkan emosi. Vandalisme biasanya dianggap sebagai satu cara untuk melepaskan rasa geram, ataupun satu cara untuk menghilangkan kebosanan semata-mata. Walaupun motif mereka dianggap ringan, tetapi masyarakat awam terpaksa menanggung kerugian yang besar untuk memenuhi keinginan mereka. Kerugian yang didapatkan oleh masyarakat yaitu membersihkan atau menghilangkan coretan yang tak bermakna dan juga merusak moral dengan pesan yang tidak bermanfaat untuk masyarakat. Salah 5 Colin Ward, Vandalism, Van Nostrand Reinhold Co, 1974. Hal 15 4 satu penyebab terjadinya vandalisme adalah menunjukan rasa tidak puas hati terhadap seseorang atau sebuah organisasi. Rasa tidak puas hati yang dirasakan oleh para pelaku vandalisme diwujudkan dengan beberapa sindiran, merusak fasilitas umum salah satunya dengan cara menggambar atau mengotori dinding-dinding kota. Beberapa pelaku vandalisme menuangkan rasa tidak puas hati yang di rasakannya dengan cara menggambar dengan suatu pesan di dalamnya. Tidak dipungkiri bahwa tidak semua orang mampu mengartikan atau mengaktualisasikan pemikiran mereka melalui coretan seperti graffiti. Pengertian dari graffiti adalah “Writing or drawings scribbled, scratched, or sprayed illicitly on a wall or other surface in a publik place”6, (tulisan atau gambar yang ditulis, digoreskan, atau disemprotkan di dinding atau permukaan lain di tempat umum). Graffiti dikategorikan dengan kegiatan mencoret pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu. Alat yang digunakan pada masa kini biasanya cat semprot kaleng. Sebelum cat semprot tersedia, graffiti umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau kapur. Graffiti sendiri mempunyai 4 fungsi yaitu sebagai bahasa rahasia kelompok tertentu, sarana ekspresi ketidakpuasan terhadap keadaan sosial, sarana pemberontakan, dan menjadi sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi 6 http://www.oxforddictionaries.com/ms/definisi/bahasa-inggeris-amerika/graffiti pada tanggal 19 April pukul 16.45 wib 5 politik dan sosial. Ekspresi simbol-simbol yang tertuang dalam graffiti bermacam-macam, ada yang bersifat sebagai coretan biasa, ataupun seni visual kontemporer yang menggambarkan sebuah simbol tertentu dan menjadi sebuah karya baru dalam seni, yang juga mengandung pesan tertentu. Walaupun dengan ketrampilan dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam. Dalam perkembangannya seni mural muncul yang di pandang setara dengan seni graffiti, tetapi dalam kenyatannya seni mural dan graffiti merupakan seni yang berbeda. Seni mural merupakan salah satu jenis lukisan dinding. Seni mural berasal dari Bahasa Latin yakni “murus” yang bermakna dinding. Namun, tidak berarti mural hanya bermedium dinding atau dengan kata lain, dinding di sini tidak dimaknai an sich sebagai pembatas wilayah ataupun sekadar pembatas rumah melainkan harus dibaca sebagai suatu diskursus medium yang luas. 7 Graffiti disebut juga sebagai seni urban underground yang ditampilkan secara mencolok di area-area publik, biasanya di tembok-tembok gedung. Tetapi dalam sudut pandang seni graffiti dan mural merupakan seni yang berbeda walaupun dengan konteks yang sama. Tak dapat dipungkiri bahwa munculnya aksi corat-coret akan berkaitan dengan adanya geng jalanan, anak muda, dan bahasa anak-anak malam jalanan kota untuk mengatasnamakan 7 http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id/2012/12/17/mural-identitas-dan-praktik-sosial/ pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 20.59 wib 6 identitas, naik secara individu maupun kelompok. Graffiti digunakan oleh warga kota untuk menyatakan komentar sosial dan politik, seperti halnya geng-geng biasa menyebutkan kawasan yang menjadi kekuasaannya.8 Munculnya komunitas tertentu yang kerap disebut istilah geng, dan dinilai sangat dekat dengan kriminalitas yang terjadi dalam kota. Terlepas dari seni corat-coret yang mengidentitaskan Geng tersebut mengundang sebuah wacana publik yang diasumsikan merembet kearah kriminalitas. Ekspresi simbol-simbol yang tertuang dalam seni graffiti bermacam-macam, ada yang bersifat coretan tulisan atau gambar biasa, ataupun seni visual tinggi yang menggambarkan sebuah simbol tertentu dan menjadi sebuah karya kreativitas baru dalam seni yang juga mengandung pesan tertentu. Memang seni graffiti pada dasarnya merupakan kegiatan menggambar yang termasuk dalam street art bukan bentuk vandalisme semata, tetapi persepsi masyarakat tetap menganggap bahwa hal tersebut merupakan perilaku menyimpang. Tetapi sanggahan dari pelaku seni pun tidak menyukai persepsi akan masyarakat yang selalu berfikir bahwa seni graffiti tersebut merupakan bentuk vandalisme yang hanya mencorat-coret fasilitas umum. Pelaku seni berfikir bahwa seni graffiti itu sebagai street art atau keindahan visual dan penyampain pesan sosial. Seperti khalayak umum menilai bahwa terdapat pro dan kontra akan penilaian ataupun persepsi akan graffiti. Banyaknya gambar 8 Obed Bima Wicandra dan Nophia Novita Angkadjaja , “Efek Ekologi Visual dan Sosio Kultural Melalui Graffiti Artistik di Surabaya”, Jurnal Nirmana (No2, Vol7, 2005), hal.100 7 graffiti yang mempunyai pesan sosial untuk masyarakat tentang keindahan, korupsi, kehidupan bebas dan lainnya. Bomber merupakan istilah atau panggilan bagi para pelaku graffiti atau street art. Bomber juga mengartikan graffiti sebuah curahan hati atau emosi yang diluapkan ke dalam sebuah gambar, namun banyak kendala yang dihadapi oleh para bomber salah satunya adalah saat mereka mengekspresikan karya mereka selalu diincar oleh masyarakat atau para aparat keamanan yang menentang adanya Graffiti. Dalam perkembanganya vandalisme saat ini diartikan sebagai tindakan yang cenderung berbahaya dan merusak, sementara Graffiti adalah ajang kawula muda untuk mengeskpresikan kreativitas diri dan eksistensi diri. Graffiti akan disebut sebagai tindakan vandalisme jika dilakukan tanpa seizin pemilik objek yang akan di-graffiti atau tanpa seizin pemerintah dan bersifat ilegal. Pemerintah Surakarta mencari jalan keluar untuk mengurangi aksi vandalisme dan tetap mendukung adanya aksi seni graffiti. Seni graffiti merupakan sarana kebebasan kreativitas yang harus benar-benar disalurkan dan diorganisir dengan baik. Dengan adanya pemberian ruang publik untuk para bomber pemerintah juga memberlakukan hukuman untuk kegiatan corat-coret fasilitas umum, yaitu dengan hukuman berupa pidana 6 bulan kurungan dan 8 denda Rp. 500.000,00 yang tertera pada peraturan daerah nomor 29/1981 pasal 3 ayat 3 tentang kebersihan kota. 9 Beberapa kota di Indonesia sudah mengorganisir atau memberikan wadah untuk para pelukis graffiti, dengan cara memberi wadah atau ruang publik untuk menyalurkan kreativitas dan kebebasan dalam berpendapat. Pada awalnya kota yogya yang mempelopori akan dukungan terhadap street art yaitu graffiti. Alm. YB Mangunwidjaja atau Romo Mangun salah satu orang yang membuat graffiti menjadi salah satu bentuk kesenian dalam program graffiti untuk perkampungan kumuh di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Bilik atau papan rumah-rumah di daerah itu pun tampil dengan tidak kumuh tetapi lebih segar dipandang.10 Seni Graffiti di Surakarta sudah banyak dijumpai pada dinding-dinding kota yang dipenuhi dengan ekspresi-ekspresi visual, seakanakan menggambarkan realitas sosial di kota Surakarta. Pesan-pesan moral, atau bahkan kritik terhadap realitas sosial yang tertuang dalam seni lukis jalanan atau graffiti dalam nuansa simbolik. Pemberian ruang publik kepada pelukis seni jalanan merupakan salah satu upaya pemerintah memperkuat identitas kota solo sebagai kota pariwisata yang mempunyai ketertarikan dalam bidang budaya dan seni. Pemerintah kota Surakarta juga membuat lomba untuk para pelukis graffiti pada ruang publik yaitu Benteng Vadenburgs. Tidak hanya 9 http://jdih.surakarta.go.id/file/4546PERDA_NO_29_TAHUN_1981.pdf Obed Bima Wicandra, “Graffiti di Indonesia: Sebuah Politik Identitas Ataukah Tren? (Kajian Politik Identitas Pada Graffiti Writer di Surabaya)”, Jurnal Nirmana (No2, Vol8, 2006), hal. 51 10 9 pemerintah yang memberikan wadah untuk pelukis graffiti, salah satu sekolah menengah pertama di Surakarta menghalalkan seni graffiti. “SMP Islam Diponegoro Solo mengadakan aksi melukis dinding sekolah yang dilakukan para siswa sekolah pada Selasa dan Rabu kemarin. Sasaran aksi yang mengangkat tema kebanggaan terhadap Sekolah ini adalah tembok lapangan futsal sekolah”.11 Dengan adanya peran pemerintah dalam pemberian ruang publik bagi seni graffiti, memunculkan gerakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi mengurangi gerakan vandalisme atau corat-coret pada bangunan ataupun rumah masyarakat. “Masyarakat RT 3 RT 15, Rejosari, Gilingan, Banjarsari, Surakarta nekat mencoret-coret jalan kampung. Mereka berdalih corat-coret tersebut sebagai bentuk kreativitas warga untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia Ke-70”.12 Graffiti di Surakarta juga sudah mewabah ke dalam perkampungan di Surakarta, beberapa perkampungan yang dindingnya ataupun lorong yang selama ini terabaikan dijadikan media seni graffiti untuk memperindah. Graffiti yang ada di dalam perkampungan tidak hanya menunjukkan akan keindahan tetapi juga menonjolkan unsur-unsur pesan dan identitas masyarakat kampung itu sendiri. Salah satu cagar budaya di kota Surakarta yaitu Lokananta Recording. Salah satu bekas gudang Lokananta dirombak 11 http://www.solopos.tv/2015/03/ini-sekolah-di-solo-yang-halalkan-graffiti-13496 pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 22.01 wib 12 http://www.kebumenekspres.com/2015/08/bocah-bocah-di-solo-bikin-graffiti-di.html pada tanggal 19 November 2015 pada pukul 19.27 wib 10 dengan seni graffiti yang indah dengan berbagai pesan yang ingin disampaikan oleh para bomber. Bekas Gudang tersebut sekarang dijadikan tempat untuk mengapresiasi seni rupa, musik, film, tari, hingga pedalangan yang mempunyai slogan “Menyayangi Masa Lalu dan Bergerak untuk Masa Depan”. Tempat itu sekarang dinamai dengan “Rumah Seni Lokananta”. ”Kepala Perum PNRI Cabang Lokananta Surakarta, Pendi Heryadi, menjelaskan pihaknya mendukung aktivitas kegiatan tersebut. “Prinsipnya untuk penyelenggaraan acara seni dan budaya kami tidak keberatan. Selama belum diambil alih Kemendikbud, mereka bisa membuat acara temporer di situ. Asal kebersihan dan kerapian tetap terjaga,” pesan Pendi, saat dihubungi Solopos.com, Minggu. Rencananya kedua pihak bertemu dan membahas kelanjutan kegiatan dan kepastian penggunaan ruang budaya alternative”13 Selain pemberian ruang publik untuk bomber, pemberian kebebasan berekspresi menggambar pada event-event, yang berupaya untuk pengalihan makna yang konotasi cora-coret dinding yang dianggap vandalisme. Tidak dipungkiri setelah pemerintah memberikan wadah atau ruang publik tata kota menjadi lebih indah dan berwarna. Seni graffiti tidak selamanya bentuk vandalisme tetapi menjadi pendukung dan mempercantik kota. Dari fakta-fakta yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti ingin mencoba mempelajari tentang bagaimana persepsi mahasiswa Desain 13 http://www.soloposfm.com/2014/05/ruang-seni-alternatif-lokananta-tawarkan-ruang-baruberkesenian/ pada tanggal 19 November 2015 pukul 20.07 wib 11 Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta.p D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini akan mampu memberikan informasi akan pengembangan ilmu penelitian di bidang komunikasi, khususnya dalam membahas tentang bagaimana persepsi mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta. E. Kajian Teori 1. Persepsi Persepsi merupakan inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan peyandian balik 12 (decoding) dalam proses komunikasi.14 Persepsi disebut inti komunikasi karena tanpa akurasi persepsi, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan efektif. Persepsi dipengaruhi oleh emosi, motivasi dan ekspetasi dari seseorang itu sendiri. Ketiga hal tersebut menjadi aspek-aspek penting dalam menentukan sebuah persepsi.15 Motivasi Emosi Realitas Persepsi Ekspetasi Otopia Gambar 1.1 Aspek Persepsi Sumber : Toety Heraty dalam Affian, Ed 1985 hal 207 Dalam hal ini persepsi juga bisa ditafsirkan menjadi suatu proses internal yang menafsirkan memungkinkan rangsangan dari kita memilih, lingkungan mengorganisasikan, kita, dan proses dan tersebut mempengaruhi perilaku kita. Menurut Brian Feloows persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organism menerima dan menganalisa informasi16. 14 Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung, Remaja Rosdakarya 2011) Hal 151 15 Toeti Heraty. “Persepsi Kebudayaan : Utopia dan Realita”dalam Alfian. (Ed.) (Jakarta, PT. Gramedia 1985) Hal. 207 16 Ibid. Hal 179 13 Proses psikologi dalam penerimaan dan pemaknaan pesan bisa disebut juga dengan persepsi17. Rangsangan Perhatian aktif Penafsiran Pencarian aktif Menyederhanakan Perhatian pasif Menyimpang Pencarian pasif Menyusun Pemahaman Gambar 1.2 Proses Persepsi Sumber : Drs. Alex Sobur, M.Si, Psikologi Umum 2010 hal 65 Menurut rumusan proses persepsi yang dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (stimulus-respon), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia dan mengaktifkan sebuah pengalaman/memori yang sudah ada . Menurut Nilgun Canel dan Muge Yukay pengalaman rangsangan akan aktif dengan sendirinya ketika memori atau pengalaman itu bekerja. Selebihnya ia menyatakan: “The sensory motor dimension involved during the experience of stimuli would be automatically activated during a memory task”.18 17 Pawito Ph.D. Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta, Lkis 2008) Hal 203 Nilgun Canel, Muge Yukay, Visual Memory and Visual Perception: When Memory improves visual search. Marmara University Ataturk Faculty of Education Departement of Guidance and 18 14 Dengan adanya dimensi sensorik dimiliki oleh masing-masing individu membuat adanya perbedaan interpretasi dari satu individu terhadap individu yang lain. Penalaran Rangsangan Persepsi Penalaran Tanggapan Perasaan Gambar 1.3 Variabel Psikologi diantara Rangsangan dan Tanggapan Sumber : Prof.DR.Suharnan,MS. Psikologi Kognitif 2005 hal 80 Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Persepsi ditentukan oleh aktivitas komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Pengetahuan dan pengalaman turut memperkaya perbendaharaan dengan memperkuat daya persepsi. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin sudah dan sering intensitas berkomunikasi berdampak pada kecenderungan membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Pengertian persepsi terkandung dalam 3 pengertian yaitu : Psychological Counseling, Journal of Perception Vol 2. No. 6. Http://ijoc.org/index.php/ijoc/article/view/1307/0. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015. 2015. 15 a. Persepsi merupakan hasil pengamatan. b. Persepsi merupakan hasil penelitian. c. Persepsi merupakan hasil pengolahan akal dari rangsangan. Di dalam persepsi menurut Judy C. Pearson dan Paul E.Nelson memiliki 3 aktivitas yaitu : seleksi, organisasi, dan interpretasi. Seleksi mencakup sensasi dan atensi. Sedangkan interpretasi melekat pada organisasi. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita.19 Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Penafsiran makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi, motivasi dan memori.20 David Krech dan Richard S. Crutchfield menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural, persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor fungsional.21 Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalilnya berupa bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu melakukan persepsi.22 Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi 2 yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Proses menangkap arti objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita 19 20 Ibid. Hal 182 Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc, Psikologi Komunikasi (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya 2004) Hal 51 21 Ibid. Hal 52 22 Ibid. Hal 56 16 adalah pengertian dari proses sosial23. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Persepsi bawah sadar, menurut Katarina Kosikova dan Lubor Pilarik adalah persepsi yang mempengaruhi pemikiran, perasaan dan perilaku. Selebihnya ia menyatakan : “ In general, we can say that subliminal perception is the perception of such stimuli, whose presence in unnoticed but which influence thinking, feeling and our subsequent behavior”.24 Persepsi memiliki 3 proses dalam menerima sebuah informasi yang disampaikan oleh seseorang yaitu: a. Sensasi (Penginderaan) Melalui sensasi atau penginderaan kita mengetahui dunia. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Penginderaan sangat berguna untuk menafsirkan sebuah pesan baik pesan verbal dan nonverbal. b. Atensi (Perhatian) Proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.25 Atensi juga diartikan 23 Ibid. Hal 191 24 Katarina Kosikova, Lubor Pilarik, journal Unconscious visual perception in the decision making process (Department of Psychological Sciences, Faculty os Social Sciences and Health Care Constantine the Philosopher University in Nitra Kraskova 1, Institute of Experimental Psychology, Slovak Academy of Sciences Dúbravská cesta 9), Journal of Perception Vol 1. No.9. 2014. Http://Ijoc.Org/Index.Php/Ijoc/Article/View/3089/1482. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015. 25 Jalaluddin Rakhmat, M.Sc .Op.Cit. Hal 52 17 sebagai pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumber daya mental yang terbatas dan kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan tertentu c. Interpretasi Interpretasi adalah tahap terpenting dalam persepsi. Sebenarnya kita tidak dapat menginterpretasikan makna setiap obyek secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna informasi yang kita percayai mewakili obyek tersebut. Jadi pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai obyek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya obyek tersebut. Persepsi dengan sengaja mewakili representasi, menurut Leonard Cohen adalah persepsi dengan sengaja mewakili representasi ganda. Selebihnya ia menyatakan : “perception can consciously represent contradictory presentations of a specific phenomenon simultaneously, creating a dual representation which he calls the puzzle cases. view which relates to the difference between the perceptual input and output stages of the perception creating disparate perceptions and contradictory properties of a specific object.”26 Faktor internal pada seseorang mempengaruhi bagaimana seseorang mengiterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang 26 Gary Hatfield & Allred, Sarah, Visual Experience: Sensation, Cognition and Constancy. Oxford, United Kingdom: Oxford University. Europe‘s journal of Pshycologhy Vol. 10 No. 1 2014 http://ejop.psychopen.eu/article/view/731/html . Diakses pada tanggal 27 April 2016 18 sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi persepsi meliputi:27 1. Pengalaman/pengetahuan: Perbedaan pengalaman ataupun pengetahuan menjadi salah satu faktor perbedaan interpretasi. 2. Latar belakang: Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orangorang dengan latar belakang yang sama. 3. Kebutuhan: Kebutuhan terhadap suatu informasi ataupun rangsangan dari komunikan. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. 4. Motivasi: motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang 5. Kepribadian: Seorang mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. 6. Suasana hati: Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, dikarenakan suasana hati menunjukan bagaimana perasaan seseorang saat menerima lalu bereaksi dan mengingat sebuah rangsangan Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi. merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya 27 Drs. Alex Sobur, M.Si. Psikologi Umum (Bandung, CV Pustaka Setia 2010) Hal 452 19 dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah:28 1) Warna dari obyek-obyek: Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. 2) Keunikan dan kekontrasan stimulus: Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. 3) Intensitas dan kekuatan dari stimulus: Stimulus dari luar akan member makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. 4) Motion atau gerakan: Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam. 5) Sesuatu yang baru: Hal-hal yang baru akan menarik perhatian, dikarenakan orang sudah biasa mengenal hal yang biasa. 28 Drs. Alex Sobur, M.Si. Op.Cit Hal 454 20 Sementara itu, De Vito menyebutkan 5 proses yang mempengaruhi persepsi yakni: Teori kepribadian implisit, ramalan yang dipenuhi sendiri, aksentuasi perseptual, primasi-resensi, konsistensi, dan stereotip. a) Teori kepribadian implicit: Teori ini mengacu pada teori kepribadian individual yang diyakini seseorang dan yang mempengaruhi bagaimana persepsinya kepada orang lain. b) Ramalan yang dipenuhi sendiri (self-fulfilling prophecy): Ramalan yang dipenuhi sendiri terjadi bila seorang individual membuat ramalan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena membuat ramalan itu dan bertindak seakan-akan ramalan itu benar. Terdapat 5 langkah dasar dalam proses ini : 1) Membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi. 2) Bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyakinan benar. 3) Karena bersikap demikian (seakan-akan keyakinan benar), keyakinan itu menjadi kenyataan. 4) Mengamati efek terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa yang kita saksikan memperkuat keyakinan. 5) Aksentuasi perceptual: Aksentuasi perceptual membuat individual melihat apa yang diharapkan dan apa yang ingin dia lihat. 21 c) Primasi-resensi: Primasi-resensi mengacu pada pengaruh relative stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya. Efek primasi-resensi adalah bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya yang paling penting. d) Konsistensi: Konsistensi mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang memungkinkan kita mencapai keseimbangan atau kenyamanan psikologis di antara berbagai sikap dan hubungan antara mereka. e) Stereotip: Stereotip mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan mempertahankan persepi yang tetap dan tidak berubah mengenai sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi anggota kelompok tersebut, dengan mengabaikan karakteristik individual yang unik.29 Macam-macam persepsi ada 2 macam, yaitu30 : a. External Perception: yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. b. Self-Perception: yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. 29 30 Drs. Alex Sobur, M.Si.. Op.Cit Hal 455-459 Drs. Sunaryo, M.Kes. Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta, EGC 2004) Hal 94 22 Di dalam proses pengorganisasian, rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada 3 dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni: (a) Pengelompokan Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan antara lain: Kesamaan: rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok. Kedekatan: Hal-hal yang dekat antara satu dengan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu. Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap. (b) Bentuk timbul dan latar Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangkaian atau gejala lainnya berada di latar belakang. (c) Kemantapan persepsi Kestabilan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya.31 Kaitanya dalam penelitian ini, dikarenakan proses persepsi dan interpretasi tidak akan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Maka, untuk menemukan data persepsi tentang objek graffiti sebagai pesan sosial, peneliti mengambil beberapa informan sebagai pijakan dalam penelitian 31 Pareek Udai, Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT.Pustaka Binaman Pressindo,1996) Hal 18-20. 23 dan mencari data persepsi informan dari mahasiswa desain komunikasi visual. 2. Graffiti Menurut Arthur Danto menyebutkan bahwa graffiti sebagai demotic art atau yang memiliki dan memberi fungsi pada pemanfaatan aksi coratcoret pada sebuah permukaan milik orang lain atau ruang publik. Graffiti adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng, terkadang juga menggunakan kompressor air bruss. Graffiti merupakan salah satu dari empat unsur dalam kultur hip-hop. Sedangkan tiga unsure lainnya adalah break dancing, dj-ing dan rappin.32 Graffiti dimulai sebagai seni underground yang ditampilkan mencolok di area-area publik, biasanya di tembok-tembok gedung. Menurut Manco Graffiti dituliskan dengan pemanfaatan logotype atau juga kaligrafi yang biasa disebut di kalangan street artist sebagai street logos.33Graffiti artistik merupakan salah satu jenis graffiti yang menyimpan banyak makna akan pesan sosial yang tersirat.34 Graffiti artistik sendiri banyak ditemui dengan penggunaan warna yang maksimal. Warna dalam graffiti artistik biasanya 32 Obed Bima Wicandra dan Nophia Novita Angkadjaja. Op.Cit. Hal. 100 Ibid. Hal 101 34 Ibid. Hal 101 33 24 menyesuaikan dengan space yang ada, meskipun kebanyakan warna yang digunakan adalah warna-warna cerah. F. Definisi Konsep A. Definisi Konsep a. Graffiti yaitu berasal dari kata Italia yaitu “graffito” yang berarti goresan atau guratan. Salah satu tulisan atau gambar yang dengan sengaja dibuat oleh manusia pada suatu permukaan baik itu milik pribadi, orang lain ataupun milik publik.35 b. Vandalisme yaitu . “willful or malicious destruction or defacement of thing of beauty or of publik or private property” (perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda yang indah serta benda-benda yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi).36 c. Persepsi yaitu memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli).37 Dengan kata lain persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seseorang melalui proses kognitif. Persepsi mencakup penerimaan stimulus, dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. G. Kerangka Berfikir 35 Mike Susanto, Diksi Rupa, Yogyakarta, Penerbit Kanisius hal 47 Economic research centre, Vandalisme, terrorism and security in urban publik transport, European Conference of Ministers of Transport (ECMT), Paris, 2003, hal. 106 37 Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit. Hal 50 36 25 Secara ringkas, persepsi mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial dapat digambarkan dengan bagan : Mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS Persepsi Graffiti sebagai pesan sosial Gambar 1.4 Kerangka Teori H. Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan. Persepsi dan Graffiti (Studi tentang persepsi mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS terhadap graffiti sebagai pesan sosial, merupakan penelitian kualitati metode studi kasus. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian jenis ini merupakan penelitian yang menggambarkan realitas dengan memberikan pemahaman realitas tersebut. Dalam konteksnya, pemahaman 26 yang dihasilkan dilakukan dengan membatasi realitas yang diteliti dengan konsep yang digunakan. Selanjutnya, data yang muncul adalah data yang berupa narasi bersifat deskriptif, yang kemudian akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk membuat sebuah kesimpulan. Penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksi, atau untuk menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.38 Penelitian ini menggunakan metode studi kasus tunggal dikarenakan penelitian dilakukan pada satu sasaran lokasi, yaitu Fakultas Desain Komunikasi Visual UNS yang mempunyai pendalaman akan suatu bahasa visual. Oleh karena itu, penarikan kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini hanya terbatas di Fakultas Desain Komunikasi Visual UNS. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Sebelas Maret Fakultas Desain Komunikasi Visual yang bertempat di Jalan Ir Sutami No 36-A Kentingan Surakarta 57126. 38 Pawito, Op.Cit, Hal.35 27 3. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini merupakan mahasiswa fakultas desain komunikasi visual UNS yang mempunyai pendalaman akan suatu bahasa visual. 4. Teknik Pengambilan Informan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam pengambilan informan dimana teknik ini tidak membatasi jumlah atau kuantitas informan, melainkan memenuhi ketercukupan atas informasi yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan metode purposive sampling dikarenakan teknik ini lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal.39 Purposive sampling dipilih oleh peneliti dikarenakan metode purposive sampling memiliki dasar pertimbangan bahwa sampel yang akan digunakan kaya informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Kriteria yang diambil sebagai informan adalah: a. Telah berkecimpung di dunia seni, minimal 1 tahun. b. Masih aktif di Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS. c. Pernah melihat seni graffiti sebagai pesan sosial di kota Surakarta. 39 Sutopo, Metode Penelitian Kulitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian, UNS Press, Surakarta, 2002. Hal. 129 28 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, proses analisis dilakukan bersamaan saat peneliti mengumpulkan data. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran khusus tentang apa yang menjadi kajian penelitian. Dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yaitu, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Gambar 1.5 Skema model analisis data model interaktif Sumber : Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapanya dalam penelitian. Surakarta : UNS Press a) Pengumpulan data Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) agar mendapatkan informasi yang utuh dan mendalam. Wawancara dilakukan kepada 14 informan yang mewakili seniman, 29 Pemerintah Kota dan Khalayak. Dalam hal ini, penelitian kualitatif lebih bersifat mewakili informasinya daripada populasinya,40 karena penelitian kualitatif cenderung tidak berpikir untuk melakukan generalisasi populasi. Setelah melakukan wawancara kepada informan peneliti membuat transkrip wawancara dari setiap informan. Transkrip wawancara yang sudah dibuat tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti memperoleh transkrip wawancara mendalam dengan 6 informan mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS. b) Reduksi data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote.41 Proses reduksi data dalam penelitian ini berlangsung sejak awal dimulainya penelitian, dan secara terus menerus. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan karena tidak semua data yang peneliti dapatkan dari wawancara tersebut digunakan dalam sajian data. Sebaliknya, ketika peneliti mendapati adanya kekurangan data, kemudian peneliti kembali melakukan wawancara dengan informan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data terutama data wawancara sebagai data primer. Setelah itu, data tersebut direkapitulasi dan 40 41 Sutopo, Op.Cit. hal. 129 Ibid., hal. 91 30 dicari pemusatan masalahnya sekaligus pada tahap ini peneliti membuang data yang tidak relevan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, reduksi data terjadi ketika peneliti mendapatkan data transkrip yang begitu banyak dan merasa ada beberapa bagian data wawancara yang tidak berhubungan dengan penelitian dan keluar dari konteks yang diteliti. Maka saat proses reduksi data, peneliti memisahkan beberapa data wawancara yang tidak sesuai dengan konteks penelitian tersebut. c) Penyajian data Penyajian data melibatkan langkah-langkah yang mengorganisasikan data, yakni menjalin data yang satu dengan yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Setelah memilih data yang relevan dan mereduksi data yang tidak sesuai dengan penelitian, peneliti melakukan penyajian data dengan membuat kategorisasi untuk memudahkan peneliti melakukan analisis. Kategorisasi tersebut dibuat berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Penyajian data disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian, dalam hal ini yaitu, menjelaskan bagaimana persepsi graffiti sebagai pesan sosial terhadap persepsi vandalisme dikalangan mahasiswa Desain Komunikasi Visual UNS. Agar mudah dipahami dan tidak keluar dari konteks penelitian, peneliti menggabungkan data yang sudah direduksi tersebut dengan narasi dari peneliti. 31 d) Penarikan kesimpulan Peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Adakalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak dapat dirumuskan secara memadai, tanpa peneltiti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada.42 Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis data – data yang dikumpulkan, dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti adalah menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan. Hasil ekstraksi berupa data yang sangat penting yang menjawab rumusan masalah adalah kesimpulan akhir dari penelitian ini. 6. Validitas Data Guna meningkatkan validitas data dalam penelitian ini, peneliti memakai tekhnik trianggulasi sumber. Cara ini bertujuan untuk memberikan arahan pada peneliti bahwa dalam pengumpulan data, wajib mengkroscekan jawaban-jawaban dari informan. Trianggulasi sumber merupakan cara yang 42 Pawito. Op.Cit. hal. 106 32 paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam peneliatan kualitatif. Informan 1 Data Wawancara Informan 2 Informan 3 Gambar 1.6 Trianggulasi Sumber Data Sumber: Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapanya dalam penelitian. Surakarta : UNS Press Dalam hal ini, peneliti mengaplikasikan tekhnik trianggulasi sumber dengan melakukan wawancara mendalam kepada beberapa informan. Data yang didapatkan dari wawancara pertama, kemudian peneliti melakukan kroscek jawaban dari informan lain dengan mengajukan pertanyaan yang serupa.