BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang dipergunakan dalam mengerjakan tugas akhir ini, yang meliputi : 1. Saham 2. Pasar Saham 3. Analisis Pasar Saham 4. Indikator Teknikal Hal di atas dianggap dasar teori yang penting untuk dibahas dalam rangka mendukung pelaksanaan Tugas Akhir ini. Untuk membangun sebuah aplikasi analisis saham yang dapat membantu investor dalam mengambil keputusan, dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh mengenai saham dan pasar saham, jenis-jenis analisis terhadap pergerakan nilai saham di pasar saham, serta metode-metode yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai saham di pasar saham. 2.1 Saham 2.1.1 Pengertian Saham Saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas [ANO03]. Menurut Schilfgaarde, saham adalah suatu hak terhadap harta kekayaan suatu perseroan, dan merupakan suatu hak atas bagian dari sesuatu terhadap harta kekayaan perseroan [PRA97]. Pemegang saham memiliki hak atas sebagian keuntungan dari perusahaan, yang besarnya tergantung kepada jumlah kepemilikan saham perusahaan tersebut. 2.1.2 Fungsi Saham Secara yuridis, saham memiliki tiga fungsi [RID97], yaitu : 1. Saham sebagai bagian dari modal II-1 II-2 Saham pada umumnya adalah modal, sehingga dapat dikatakan bahwa tiap saham merupakan bagian dari modal yang menjelma dalam saham. 2. Saham sebagai tanda anggota Saham merupakan bukti bahwa pemiliknya adalah anggota dalam kerjasama Perseroan yang telah menunaikan kewajibannya, yaitu memberikan sejumlah uang sebagai inbreng ke dalam perseroan. 3. Saham sebagai alat legitimasi Saham merupakan surat yang menunjuk pemegangnya sebagai orang yang berhak untuk menuntut segala hak yang melekat pada surat saham itu. Menurut Schilgaarde, kepemilikan saham memiliki dua fungsi [RID97], yaitu : 1. Fungsi penanaman modal Dengan memiliki saham, seseorang berhak atas dividen, yaitu bagian dari keuntungan yang diperoleh dari usaha suatu perusahaan dan berhak atas pembagian yang seimbang dari sisa harta kekayaan perusahaan sesudah perusahaan itu bubar. 2. Fungsi ikut bersuara Dengan memiliki saham, seseorang berhak untuk ikut serta dalam menentukan jalannya perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2.1.3 Jenis Saham Saham dapat dibedakan berdasarkan beberapa kelompok kategori. Ditinjau dari cara mengeluarkannya, terdapat dua jenis saham [ANO03], yaitu : 1. Saham atas nama (registered stock) Saham yang mencantumkan nama pemilik di dalamnya dengan tujuan agar saham tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berkepentingan atau tidak diinginkan. Saham ini mudah diawasi, namun untuk diperdagangkan harus melalui prosedur yang panjang dan waktu yang lebih lama. 2. Saham atas unjuk (bearer stock) II-3 Saham yang tidak mencantumkan nama pemilik di dalamnya. Saham ini mudah diperdagangkan, namun susah diawasi. Kelemahannya yang lain adalah pembuatannya yang sukar karena syarat-syarat yang berat, dan kurangnya tingkat keamanan karena saham ini sukar diganti jika hilang. Saham jenis ini sering juga disebut saham blanko. Ditinjau dari segi hak tagih, saham terbagi dua, yaitu : 1. Saham Biasa Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi karena pemilik saham biasa ini tidak memiliki hak-hak istimewa. Pemilik saham biasa juga tidak akan memperoleh pembayaran dividen selama perusahaan tidak memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan ketentuan one share one vote. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. 2. Saham Prioritas (Preferen) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal yaitu ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu Akan tetapi saham preferen mempunyai kelemahan yaitu sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit. Dilihat dari segi kinerja perusahaan penerbitnya, saham dapat dikategorikan atas : II-4 1. Blue-chip stocks, yaitu saham dari perusahaan yang solid dan terpercaya, memiliki sejarah pertumbuhan yang panjang dan stabil, dan memberikan dividen secara teratur. 2. Income Stocks, yaitu saham dari perusahaan yang memberikan dividen yang besar namun tidak teratur. Saham jenis ini dapat digunakan sebagai sarana investasi harus menjualnya. 3. Growth Stocks, yaitu saham dari suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat daripada pesaing-pesaingnya. Walaupun perusahaan tidak memiliki catatan sejarah yang dapat dipercaya dan mengandung risiko yang lebih besar, investasi pada saham jenis ini menawarkan pendapatan yang potensial. 4. Cyclical Stocks, yaitu saham dari suatu perusahaan harganya berubah-ubah karena terpengaruh oleh kondisi ekonomi yang sedang berlangsung. Harga saham cenderung turun pada masa resesi, dan cenderung meningkat pada masa economic booms. 5. Defensive (Counter Cyclical) Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Perusahaan penerbitnya biasanya adalah perusahaan yang memproduksi makanan, obatobatan, alat kebutuhan sehari-hari, dan perusahaan asuransi. 2.1.4 Keuntungan dan Risiko Memiliki Saham Investor yang melakukan pembelian saham secara otomatis akan memiliki hak kepemilikan di dalam perusahaan yang menerbitkannya. Kepemilikan saham perusahaan tentunya memiliki keuntungan dan kerugian tertentu. Keuntungan dari kepemilikan saham suatu perusahaan secara umum dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu keuntungan ekonomis dan keuntungan non-ekonomis [ANO03]. Keuntungan ekonomis yang diperoleh dari kepemilikan saham antara lain adalah : 1. Dividen, yaitu bagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Biasanya dividen dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dilakukan setahun sekali. II-5 Agar investor berhak mendapatkan dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut untuk kurun waktu tertentu hingga kepemilikan saham tersebut diakui sebagai pemegang saham dan berhak mendapatkan dividen. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, dimana pemodal atau pemegang saham mendapatkan uang tunai sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki dan dividen saham dimana pemegang saham mendapatkan jumlah saham tambahan. 2. Capital Gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual yang terjadi. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan di pasar saham. Keuntungan non-ekonomis yang diperoleh dari kepemilikan saham berupa hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan untuk menentukan jalannya perusahaan. Di samping itu, pemegang saham juga memperoleh peningkatan status sosial dengan memiliki saham suatu perusahaan. Selain keuntungan, seperti investasi pada umumnya, terdapat juga kemungkinan investor akan mengalami kerugian sebagai risiko kepemilikan saham. Kerugian yang mungkin dialami investor antara lain adalah : 1. Capital Loss, yaitu apabila investor menjual saham yang dimilikinya pada harga yang lebih rendah daripada harga pada saat investor membeli saham tersebut. 2. Dividen tidak dibagikan, yang disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian. 3. Perusahaan dilikudidasi, sedangkan nilai likuidasinya lebih rendah dibandingkan harga beli saham. 2.2 Pasar Saham 2.2.1 Pengertian Pasar Saham Pasar saham, atau dikenal juga dengan pasar modal, adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. Motif II-6 utama keberadaan pasar saham adalah adanya kebutuhan modal bagi perusahaan yang ingin memajukan usahanya dengan menjual sahamnya pada pemilik uang atau investor [ANO03]. U Tun Wai dan Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah IMF menyebutkan 3 pengertian pasar modal, yaitu : 1. Definisi yang luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer, dan tidak langsung. 2. Definisi dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotek dan tabungan, serta deposito berjangka. 3. Definisi dalam arti sempit Pasar modal adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham- saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner, dan underwriter. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar saham adalah suatu tempat perdagangan yang memperdagangkan instrumen keuangan yang dalam pelaksanaannya melibatkan pihak-pihak yang sudah terorganisasi. Sesuai dengan definisi tersebut, pasar saham bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan melaui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang [BAP07]. 2.2.2 Peran dan Manfaat Pasar Saham Pasar saham dilihat dari sudut ekonomi makro memiliki peranan sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Hal tersebut dimungkinkan karena para investor melakukan investasi pada perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di pasar saham, dan sebaliknya perusahaan akan II-7 memperoleh dana yang dibutuhkan untuk perluasan usaha. Lebih lanjut, hal ini dapat meningkatkan pendapatan nasional, menciptakan lapangan kerja baru, serta mewujudkan pemerataan pembangunan [ANO03]. Pasar saham memiliki manfaat yang berbeda-beda bagi investor, perusahaan, maupun pemerintah. Manfaat pasar saham antara lain memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik, mendorong pelaksanaan manajemen perusahaan yang profesional dan transparan, serta berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi nasional. 2.2.3 Perkembangan Pasar Saham Dewasa ini, perkembangan teknologi dan isu-isu ekonomi internasional secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi lingkungan investasi. Kemajuan teknologi terutama di bidang informasi selain mempermudah akses terhadap informasi juga memungkinkan transaksi perdagangan internasional untuk dilakukan secara bebas, cepat, dan kompetitif. Hal ini mempengaruhi biaya operasional perusahaan untuk melakukan ekspansi ke dunia internasional, memperpendek supply chains, serta memperluas akses perusahaan terhadap konsumen [MEN00]. Selain perkembangan teknologi, isu-isu yang menyangkut dunia ekonomi internasional juga mempengaruhi lingkungan investasi. Globalisasi, peraturanperaturan pemerintah yang merangsang aktivitas ekonomi dan persaingan global, serta munculnya pemerintahan demokratis yang mendukung perdagangan bebas di negaranegara berkembang telah memperluas kesempatan investasi. Faktor-faktor di atas, seperti juga faktor lainnya, telah membawa pasar saham ke era baru, yang mana nantinya hanya akan ada satu jaringan pasar yang terintegrasi secara global. Pasar-pasar saham akan menjadi bagian-bagian yang saling berketergatungan dari jaringan tersebut. Dan yang terpenting, kondisi tersebut akan menyebabkan iklim investasi yang selalu berubah mengikuti faktor-faktor yang disebutkan di atas. II-8 2.3 Analisis Pasar Saham Salah satu aplikasi komputer pertama di bidang ekonomi dibangun untuk menganalisis perubahan ekonomi dari waktu ke waktu. Para penyusun teori bisnis meyakini evolusi dari beberapa variabel ekonomi terhadap waktu dapat menjelaskan dan memprediksi kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Salah satu kandidat yang akan dianalisis adalah pergerakan harga di pasar saham, dengan asumsi bahwa harga saham menggambarkan prospek dan performansi ekonomi dari perusahaan yang menerbitkannya [BOD03]. Kenyataannya, tidak ada pola-pola tertentu yang dapat diprediksi dari pergerakan harga saham. Harga saham pada suatu waktu merepresentasikan semua informasi yang berhubungan dengan saham tersebut. Perubahan harga saham merupakan reaksi yang timbul akibat munculnya informasi baru mengenai saham tersebut. Munculnya informasi baru yang tidak terprediksi menyebabkan perubahan harga saham yang juga tidak dapat diprediksi. Hal ini dikenal juga sebagai random walk. Gagasan yang menyebutkan bahwa harga saham merepresentasikan semua informasi yang tersedia mengenai saham tersebut dikenal dengan efficient market hypothesis (EMH). Gagasan ini merupakan landasan yang digunakan dalam analisis fundamental dan teknikal terhadap pergerakan harga saham di pasar saham. Berdasarkan cakupan informasi mengenai saham, EMH dibagi dalam tiga kategori, yaitu : 1. Weak-form EMH adalah gagasan yang menyatakan bahwa harga saham merepresentasikan segala informasi yang dapat diperoleh dari pengamatan terhadap data historisnya di pasar saham. Gagasan ini menegaskan bahwa analisis yang dilakukan terhadap data tersebut hanyalah usaha yang sia-sia karena data tersebut dapat diakses oleh siapa saja dan oleh karena itu tidak berharga. 2. Semi-strong EMH menyatakan bahwa semua informasi umum yang menyangkut prospek suatu perusahaan seharusnya sudah tercermin dalam harga saham. Apabila seorang investor memiliki akses terhadap informasi perusahaan dari sumber yang dapat diakses oleh umum, maka seharusnya harga saham sudah mencerminkan informasi tersebut. II-9 3. Strong-form EMH menyatakan bahwa harga saham mencerminkan semua informasi yang relevan terhadap perusahaan, termasuk informasi yang tidak diketahui umum. 2.3.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah metode penelitian terhadap faktor yang menentukan harga saham, seperti keuntungan perusahaan, kemungkinan jumlah dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham, tingkat suku bunga di masa yang akan datang, serta evaluasi terhadap risiko yang dihadapi perusahaan untuk menentukan harga yang pantas dari saham suatu perusahaan. Selain faktor-faktor yang menyangkut spesifikasi perusahaan, investor juga sebaiknya melakukan analisis terhadap keadaan ekonomi makro serta iklim industri di wilayah tempat perusahaan tersebut berdiri. Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menentukan seberapa besar bagian keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Apabila nilai tersebut lebih besar daripada harga saham maka saham tersebut dikatakan undervalued dan disarankan untuk dibeli. Di dalam prakteknya, analisis fundamental digunakan bukan untuk mengidentifikasi seberapa bagus prospek sebuah perusahaan, namun untuk mencari perusahaan yang prospeknya lebih baik daripada perkiraan investor lain. Pencarian terhadap perusahaan yang memiliki prospek yang cerah tidak akan memberikan banyak keuntungan bagi investor karena, berdasarkan gagasan efficient market hypothesis, investor lain juga dapat mengakses informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang cerah. Hal ini menyebabkan nilai beli saham perusahaan tersebut tinggi sehingga investor tidak dapat memperoleh keuntungan dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, perusahaan yang prospeknya tidak begitu bagus bisa memberikan keuntungan yang lebih besar apabila perusahaan tersebut ternyata lebih baik daripada yang diperlihatkan harga sahamnya [BOD03]. 2.3.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah metode penelitian terhadap pergerakan harga saham untuk mencari pola-pola yang berulang dan dapat diprediksi. Analisis ini mengasumsikan II-10 bahwa pergerakan harga saham di pasar saham merupakan reaksi terhadap faktor fundamental, yaitu hukum permintaan dan penawaran. Para analis teknikal berpendapat bahwa perubahan-perubahan pada faktor fundamental akan menghasilkan perubahan harga yang bertahap yang dapat dikenali sebagai trend. Dalam kenyataannya, penggunaan strategi investasi berorientasi teknikal di masa lalu telah menunjukkan pencapaian keuntungan di atas rata-rata, sehingga manfaat penggunaan analisis teknikal dalam investasi di pasar saham tidak dapat disangkal. Penggunaan pergerakan harga saham di pasar saham sebagai faktor yang dianalisis pada analisis teknikal didasarkan pada tiga asumsi, yaitu : 1. The market discounts everything Harga saham pada suatu waktu merupakan cerminan dari semua faktor yang dapat atau telah mempengaruhi prospek dan kinerja perusahaan, termasuk faktor fundamental. Dengan demikian, satu-satunya faktor yang perlu dianalisis adalah pergerakan harga di pasar saham, yang mana dipandang oleh para analis teknikal sebagai perwujudan dari supply and demand (permintaan dan penawaran) terhadap saham tersebut. 2. Prices moves in trends Harga saham dipercaya oleh para analis teknikal bergerak menurut trend. Apabila sebuah trend sudah terbentuk, maka kemungkinan harga saham bergerak searah dengan trend lebih besar dari pada berlawanan arah. Kebanyakan strategi perdagangan berbasis teknikal didasarkan pada asumsi ini. 3. History repeats itself Pergerakan harga di pasar saham akan mengikuti pola yang berulang. Perulangan ini mempengaruhi psikologi pasar, yang ditandai dengan pengambilan keputusan yang sama terhadap pola perubahan harga saham yang mirip dari waktu ke waktu. II-11 2.3.2.1 Metode Grafik (Chart) Investor yang menggunakan analisis teknikal sering juga disebut chartist karena mereka mempelajari metode grafik atau chart harga dan volume perdagangan saham di masa lalu. Chart adalah penggambaran dari pergerakan harga saham di pasar saham pada suatu periode penggambarannya, sumbu x tertentu dalam bidang dua dimensi. Dalam (bidang horizontal) menunjukkan skala waktu dan sumbu y (bidang vertikal) menunjukkan skala harga. Pergerakan harga digambarkan dari kiri ke kanan, yang mana gambar paling kanan menunjukkan pergerakan harga terbaru dari saham tersebut. Pada umumnya chart merepresentasikan pergerakan harga saham pada dalam empat macam nilai, yaitu : 1. Open / Opening Price Nilai yang menunjukkan harga saham di awal suatu periode (harga pembuka). 2. Close / Closing Price Nilai yang menunjukkan harga saham di akhir periode (harga penutup). Nilai ini sering digunakan untuk menganalisis pergerakan harga karena dianggap sebagai nilai yang paling berpengaruh terhadap pergerakan harga di periode tersebut. 3. High / Highest Price Nilai yang menunjukkan harga saham tertinggi dalam suatu periode. 4. Low / Lowest Price Nilai yang menunjukkan harga saham terendah dalam suatu periode. 2.3.2.1.1 Bar Chart Bar chart adalah jenis chart yang sering digunakan oleh para analis dan investor. Chart ini digambarkan sebagai sebuah garis vertikal dan satu buah garis horizontal di sebelah kanan garis vertikal. Setiap satu batang garis vertikal merepresentasikan pergerakan harga saham pada satu periode tertentu. Contoh penggunaan bar chart dapat dilihat pada Gambar II-1. II-12 Gambar II-1 Contoh penggunaan bar chart Titik paling atas dan paling bawah pada tiap garis vertikal masing-masing menunjukkan nilai tertinggi (high) dan terendah (low) pada periode tersebut. Sedangkan garis horizontal menunjukkan nilai penutup (close). Bar chart juga dapat menampilkan nilai pembuka (open) pada suatu periode dengan menambahkan garis horizontal di kiri garis vertikal. Definisi dan contoh penggunaan bar chart dapat dilihat pada Gambar II-2. Gambar II-2 Definisi bar chart 2.3.2.1.2 Line Chart Line chart adalah grafik yang paling sederhana yang menggambarkan garis yang menghubungkan nilai penutup (close) dari satu periode ke periode berikutnya. Nilai penutup digunakan karena dianggap paling berpengaruh terhadap pergerakan harga saham di periode tersebut. Gambar II-2 menunjukkan contoh penggunaan line chart pada grafik harian. II-13 Gambar II-3 Contoh penggunaan line chart 2.3.2.1.3 Candlestick chart Candlestick chart telah digunakan di Jepang sejak berabad-abad yang lalu, namun baru mulai populer digunakan di dunia barat pada satu dekade belakangan ini. Grafik ini menggambarkan cakupan harga saham dalam suatu periode secara menyeluruh, yaitu nilai pembuka, nilai penutup, nilai tertinggi dan nilai terendah. Contoh penggunaan candlestick chart pada grafik harian dapat dilihat pada Gambar II-4. Gambar II-4 Contoh penggunaan candlestick chart Candlestick chart , seperti yang ditunjukkan Gambar II-5 di bawah, memiliki dua bagian yaitu badan utama (real body) dan bayangan (shadow). Badan utama adalah bagian badan yang lebih lebar yang menyatakan jarak antara nilai pembuka dan nilai penutup. Sedangkan bayangan adalah bagian yang lebih tipis yang menyatakan jarak antara nilai pembuka atau penutup dengan nilai tertinggi atau terendah. II-14 Gambar II-5 Definisi candlestick chart Badan utama digambarkan dengan warna hijau atau warna terang apabila nilai pembuka lebih rendah daripada nilai penutup, yang menunjukkan bahwa harga saham naik pada periode tersebut. Sebaliknya, apabila nilai pembuka lebih tinggi daripada nilai penutup atau harga saham turun, maka badan utama akan digambarkan dengan warna merah atau warna gelap. 2.3.2.2 Dasar Analisis Teknikal Dalam menganalisis pergerakan harga saham, ada dua konsep penting yang menjadi dasar dari analisis teknikal. Konsep tersebut tersebut adalah trend dan support and resistance level. Kedua konsep tersebut menjadi dasar dari pengambilan keputusan terhadap aksi yang dilakukan sesuai dengan kondisi pasar. Di samping kedua konsep tersebut, volume perdagangan saham pada suatu periode juga merupakan faktor yang bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan. 2.3.2.2.1 Trend Trend adalah sebuah konsep yang sangat penting bagi analisis pasar saham yang dengan menggunakan pendekatan teknikal. Semua indikator teknikal yang digunakan oleh para analis atau investor adalah alat untuk mengukur trend dari harga saham di pasar saham sehingga penggunanya dapat berpartisipasi di dalam trend tersebut. II-15 Secara umum, trend adalah arah pergerakan harga saham di pasar saham. Harga saham umumnya tidak bergerak dalam garis yang lurus, namun dalam rangkaianrangkaian golombang dengan puncak dan palung yang cukup jelas. Arah dari puncak dan palung tersebutlah yang membentuk trend. Trend, berdasarkan arahnya, terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu uptrend, downtrend, dan sideways trend. Sebuah trend dikatakan uptrend apabila nilai puncak dan palung bergerak menaik, yang menandakan bahwa minat pasar untuk membeli saham (buying interest) tinggi. Pada saat ini investor dianjurkan untuk membeli saham tersebut. Contoh uptrend dapat dilihat pada Gambar II-6. Gambar II-6 Contoh uptrend [STO08] Trend dikatakan downtrend apabila nilai puncak dan palung bergerak menurun, yang menandakan bahwa tekanan pasar untuk menjual saham (selling pressure) tinggi. Apabila trend ini sedang berlangsung, investor dianjurkan untuk menjual saham tersebut. Contoh downtrend dapat dilihat pada Gambar II-7. II-16 Gambar II-7 Contoh downtrend [STO08] Pergerakan puncak dan palung secara horizontal menyatakan bahwa trend yang berlangsung adalah sideways trend. Tindakan yang paling bijaksana pada saat seperti ini adalah tidak melakukan apa-apa. Contoh sideways trend dapat dilihat pada Gambar II-8. Gambar II-8 Contoh sideways trend [STO08] Selain berdasarkan arah, trend juga dapat dikategorikan berdasarkan jangka waktunya. Trend dalam terbagi dalam tiga jenis, yaitu trend jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dalam perdagangan saham, sebuah trend dikatakan trend jangka panjang apabila berlangsung selama lebih dari satu tahun. Trend jangka menegah adalah trend yang bertahan selama satu sampai tiga bulan. Sedangkan trend jangka pendek berlangsung selama kurang dari sebulan. Trend jangka panjang terdiri dari beberapa trend jangka menengah yang seringkali bergerak ke arah yang II-17 berlawanan dengan arah trend jangka panjang. Sedangkan trend jangka pendek adalah komponen dari trend jangka panjang dan jangka menengah. Gambar II-9 menunjukkan contoh trend jangka panjang, menengah, dan pendek. Gambar II-9 Jangka waktu trend [INV08] 2.3.2.2.2 Support dan Resistance Support dan resistance adalah sebuah konsep mengenai puncak dan palung dari rangkaian gelombang yang dibentuk oleh pergerakan harga saham. Palung gelombang disebut support, dan puncaknya dinamakan resistance. Support dan resistance dapat dikatakan sebagai turunan atau perluasan dari konsep trend. Contoh dari support dan resistance dapat dilihat pada Gambar II-10. Gambar II-10 Contoh support dan resistance [INV08] II-18 Support adalah wilayah harga pada chart yang mana di bawah wilayah tersebut minat beli pasar lebih kuat daripada tekanan jual. Hal ini menyebabkan penurunan harga saham berhenti dan harga kembali bergerak naik. Sebaliknya, resistance adalah wilayah harga pada chart yang mana di atas wilayah tersebut tekanan jual lebih tinggi daripada minat beli sehingga menghentikan pergerakan harga yang ke atas. Pada saat sebuah uptrend sedang berlangsung, resistance menandakan perhentian sementara atas kenaikan harga dan biasanya akan terlampaui pada saat-saat tertentu. Di dalam sebuah downtrend, support menahan kejatuhan harga untuk sementara walaupun tidak dapat sepenuhnya menghentikan penurunan harga. Support dan resistance dapat digunakan untuk menegaskan atau bahkan menguji keberlanjutan sebuah trend. Sebuah uptrend umumnya akan terus berlanjut apabila nilai setiap support lebih tinggi daripada sebelumnya, begitu juga nilai resistance-nya. Dalam sebuah uptrend, nilai saham yang turun sehingga menjadi lebih rendah daripada nilai support kemungkinan adalah tanda bahwa uptrend akan segera berakhir atau bahkan berubah arah menjadi downtrend. 2.3.2.2.3 Volume Selain harga saham, volume perdagangan saham juga merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan. Volume adalah jumlah saham yang diperdagangkan dalam satu periode, yang juga menunjukkan tingkat keaktifan pasar dalam perdagangan saham tersebut. Volume ditunjukkan oleh sebuah garis vertikal pada bagian bawah penggambaran grafik saham seperti ditunjukkan pada Gambar II-6. Gambar II-11 Grafik volume perdagangan saham (garis vertikal biru bawah) II-19 Volume adalah faktor yang dapat digunakan untuk memastikan kebenaran trend yang sedang berlangsung. Pergerakan harga saham, baik yang menaik atau menurun, yang diikuti dengan volume yang cukup besar dipandang sebagai trend yang lebih kuat dan relevan daripada pergerakan yang sama namun dengan volume yang kecil. Sebagai contoh, apabila harga saham pada suatu periode tiba-tiba melonjak naik setelah mengalami downtrend yang cukup lama, volume perdagangan pada periode tersebut dapat digunakan untuk membantu dalam menentukan apakah hal tersebut merupakan tanda pergantian arah trend atau bukan. Apabila volume periode tersebut lebih tinggi daripada volume rata-rata periode-periode sebelumnya, maka kemungkinan besar trend akan berganti arah. Hal penting lain yang dipercaya oleh para analis teknikal adalah bahwa volume mendahului harga. Yang dimaksudkan di sini adalah volume memberi sinyal yang lebih cepat mengenai sebuah trend yang sedang berlangsung. Penurunan volume perdagangan saham pada saat sebuah uptrend sedang berlangsung biasanya menandakan bahwa kenaikan harga akan segera berakhir, begitu juga sebaliknya. 2.4 Indikator Teknikal 2.4.1 Pengertian Indikator Teknikal Indikator teknikal adalah sebuah metode perhitungan terhadap data historis pergerakan harga dan atau volume perdagangan saham dalam suatu rangkaian waktu berdasarkan rumus tertentu. Nilai yang didapatkan dari perhitungan tersebut kemudian digambarkan dalam bentuk grafik yang sejalan dengan penggambaran pergerakan harga saham di pasar saham (chart). Indikator teknikal digunakan untuk mengukur kekuatan trend yang sedang berlangsung dan memberi sinyal untuk menjual atau membeli saham kepada penggunanya. Terdapat dua metode utama penggunaan indikator teknikal, yaitu divergence dan crossover. Divergence adalah perbedaan antara arah trend dari pergerakan harga saham dengan arah trend dari indikator teknikal yang menunjukkan bahwa trend pergerakan harga yang sedang berlangsung mulai melemah. Crossover II-20 adalah penyilangan oleh harga terhadap moving average, atau dua buah moving average yang berbeda saling menyilangi satu sama lain. 2.4.2 Jenis Indikator Teknikal Berdasarkan kemampuannya, indikator teknikal dibagi dalam dua jenis, yaitu leading indicator dan lagging indicator. Leading indicator adalah indikator teknikal yang hasil perhitungannya memberi sinyal yang mendahului pergerakan harga saham. Indikator jenis ini digunakan untuk meramalkan situasi yang akan terjadi menyangkut pergerakan harga saham di pasar saham. Leading indicator akan menjadi sangat bermanfaat apabila digunakan pada saat pasar sedang mengalami sideway trend. Sebaliknya, lagging indicator adalah indikator teknikal yang hasil perhitungannya memberi sinyal yang mengikuti pergerakan harga saham. Indikator jenis ini berfungsi sebagai alat untuk memastikan keadaan yang sedang berlangsung menyangkut pergerakan harga saham. Berdasarkan nilai yang dihasilkan dari perhitungan terhadap data historis harga saham, indikator teknikal dibagi ke dalam dua jenis, yaitu indikator yang hasilnya berada dalam suatu batasan nilai dan indikator yang hasilnya tidak terbatas pada suatu batasan nilai apapun. Indikator jenis pertama dikenal juga sebagai oscillator, sedangkan jenis kedua dikenal dengan moving average. 2.4.2.1 Moving Average Moving average adalah jenis indikator teknikal yang menghitung rata-rata dari nilai tertentu yang diambil dari data historis pergerakan harga saham pada periode tertentu. Dengan merata-ratakan data pergerakan harga saham, moving average menghasilkan grafik yang lebih halus sehingga penggunanya dapat mengamati trend yang sedang berlangsung dengan lebih mudah. Moving average pada dasarnya adalah alat yang memberikan informasi mengenai keadaan trend yang sedang berlangsung setelah hal II-21 itu terjadi, bukan memprediksi keadaan pasar di masa yang akan datang. Oleh karena itu, indikator jenis moving average juga termasuk dalam kategori lagging indicator. Nilai dari data pergerakan harga saham yang umumnya digunakan dalam perhitungan moving average adalah nilai penutup (close price) karena nilai ini dianggap sebagai nilai yang paling penting dalam perdagangan saham pada periode tersebut. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan variasi nilai lain, seperti midpoint value yang merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai tertinggi (high) dan nilai terendah (low) yang kemudian dibagi dua. Terdapat sejumlah jenis moving average yang dapat dibedakan dari cari perhitungan yang bervariasi. Secara umum, moving average dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu Simple Moving Average, Linear Weighted Moving Average, dan Exponential Moving Average. 2.4.2.1.1 Simple Moving Average (SMA) Indikator teknikal jenis ini menggunakan perhitungan yang sederhana terhadap nilai dari data pergerakan harga saham, yaitu dengan merata-ratakan nilai-nilai terebut tanpa ada penekanan pada suatu nilai tertentu. Nilai yang diambil dari data pada hari terakhir dianggap sama bobotnya dengan nilai dari hari-hari sebelumnya. Simple moving average adalah jenis dari indikator moving average yang paling sering digunakan. Nilai moving average pada suatu hari t adalah jumlah dari harga penutupan z hari terakhir lalu dibagi dengan z. Misalkan pada sekumpulan data (x1, x2, x3, .., xn), maka untuk mendapatkan nilai moving average yt sejumlah z data, dapat diperoleh dengan formula di bawah ini: ... x + .. + xt-2 + xt-1 + xt ……………………………… (1) yt = t- z+1 z II-22 2.4.2.1.2 Linear Weighted Moving Average Indikator moving average jenis ini paling jarang digunakan dari ketiga jenis yang ada. Pembobotan terhadap nilai dilakukan secara sederhana, yaitu dengan menggunakan metode garis lurus (linear). Sebagai contoh, pada linear weighted moving average dengan periode perhitungan lima hari, nilai yang diambil dari data pergerakan saham pada hari ini dikalikan dengan lima, nilai dari data kemarin dikalikan dengan empat, dan begitu seterusnya sampai periode perhitungan terpenuhi. Nilai-nilai di diperoleh dari proses di atas kemudian ditambahkan lalu dibagi oleh jumlah pengalinya, yang dalam kasus ini adalah 15 (5 + 4 + 3 + 2 + 1). 2.4.2.1.3 Exponential Moving Average (EMA) Indikator moving average jenis ini menggunakan sistem pembobotan yang lebih rumit dan efisien daripada indikator moving average jenis sebelumnya. Dengan demikian, exponential moving average menjadi lebih responsif terhadap informasi baru mengenai keadaan pasar dari pada simple moving average. Perbandingan antara exponential moving average dan simple moving average masing-masing melakukan perhitungan terhadap nilai penutup dapat dilihat pada Gambar II-. Gambar II-12 Perbedaan grafik yang dihasilkan SMA dan EMA [INV08] Formula EMA adalah sebagai berikut : …………………………….……. (2) II-23 Keterangan dari Formula II-2 di atas adalah sebagai berikut: X = Nilai EMA saat ini (current EMA) C = Harga penutup saat ini (current Close) P = Nilai EMA sebelumnya (previous EMA) K = Konstanta penghalus / Smoothing Constant N = Periode waktu yang digunakan 2.4.2.2 Oscillator Oscillator adalah jenis indikator teknikal yang hasil perhitungannya berada pada daerah nilai yang memiliki batasan, yang biasanya adalah antara 0 dan 100. Indikator jenis ini dapat memberikan sinyal mengenai keadaan ekstrim pada pergerakan harga saham, yang biasanya berupa oversold atau overbought. Indikator ini juga dapat memberikan informasi mengenai keadaan di mana trend yang sedang berlangsung mulai melemah. Kemampuan tersebut membuat kebanyakan oscillator dimasukkan dalam kategori leading indicator. Namun ketidakmangkusan oscillator untuk digunakan pada sebuah trend yang panjang menjadikannya sebagai indikator sekunder yang hanya digunakan pada kondisi-kondisi tertentu saja. Terdapat sedikitnya tiga kondisi di mana indikator jenis oscillator dipercaya sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Yang pertama adalah pada saat nilai yang ditunjukkan oleh indikator berada pada posisi ekstrim, yaitu di dekat batas atas atau batas bawah indikator tersebut. Nilai di dekat batas atas disebut juga oversold, sedangkan nilai di dekat batas bawah disebut juga overbought. Hal ini menunjukkan bahwa trend pergerakan harga mulai melemah. Kondisi kedua adalah pada saat terdapat perbedaan antara pergerakan harga dengan nilai yang ditunjukkan oleh indikator oscillator pada saat nilai tersebut berada pada posisi ekstrim, yang biasanya adalah tanda awal yang penting terhadap hal yang akan terjadi selanjutnya. Kondisi terakhir adalah pada saat nilai yang ditunjukkan indikator oscillator melewati nilai tengah. Hal ini adalah sinyal yang penting mengenai arah pergerakan trend yang sedang berlangsung. II-24 2.4.3 Williams Percent Range (WPR) Williams percent range (WPR) adalah indikator teknikal jenis oscillator yang dikembangkan oleh Larry Williams. Indikator ini digunakan untuk mengukur keadaan overbought dan oversold pada pergerakan harga saham di pasar saham. Seperti kebanyakan indikator jenis oscillator lainnya, indikator WPR termasuk dalam kategori leading indicator dan digunakan sebagai indikator sekunder. Indikator WPR dirancang untuk menunjukkan perbedaan antara selisih dari nilai penutup (close) terakhir dan nilai tertinggi (high) pada suatu periode perhitungan dengan batas nilai perdagangan pada periode perhitungan tersebut. Hal tersebut menunjukkan posisi relatif nilai penutup (close) di dalam periode yang dianalisis. Rumus yang digunakan dalam perhitungan indikator WPR dapat dilihat pada Rumus II-1. .….…………….. (3) Nilai closetoday adalah nilai penutup (close) pada hari atau periode perhitungan dilakukan. Nilai highNdays adalah nilai yang paling besar dari nilai-nilai tertinggi (high) dan lowNdays adalah nilai terkecil dari nilai-nilai terendah (low) pada periode perhitungan yang dilakukan dengan nilai N sebagai jumlah periode perhitungan. Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa indikator WPR melakukan perhitungan dengan skala terbalik, di mana nilai tertinggi yang mungkin adalah 0 dan nilai terendah yang mungkin adalah -100. Dalam bukunya yang berjudul "How I Made $1,000,000 Last Year by Trading Commodities", Larry Williams mendefinisikan kondisi-kondisi yang menunjukkan sinyal untuk membeli atau untuk menjual. Sinyal untuk membeli adalah pada saat indikator WPR menunjukkan nilai terendah dan nilai yang ditunjukkan indikator ini masih berada di bawah -85 atau -90 setelah lima periode berikutnya. Sinyal untuk menjual adalah pada saat indikator WPR menunjukkan nilai tertinggi dan nilai yang ditunjukkan indikator ini masih berada di atas -15 atau -5 setelah lima periode berikutnya. II-25 Gambar II-13 Contoh grafik yang dihasilkan indikator WPR [INV08] Tidak seperti indikator jenis oscillator pada umumnya, WPR tidak berfungsi secara maksimal pada sideway trend, namun sangat tepat apabila digunakan untuk menganalisis pasar yang sedang mengalami trend, baik itu uptrend maupun downtrend. Kelebihan utama dari WPR adalah kemampuannya yang luar biasa dalam mengantisipasi perubahan pada pergerakan harga saham atau trend yang sedang berlangsung. Indikator ini hampir selalu membentuk puncak lalu menurun beberapa periode sebelum pergerakan harga saham melakukan hal yang sama.