HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK
DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN
PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana untuk memenuhi salah satu syarat
mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
Oleh :
Disusun oleh:
SRI KADARNINGSIH
NIM. 11.403.3.1.036
KONSENTRASI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2014
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN
KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN PROFESIONALISME GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN KALIKOTES
KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Sri Kadarningsih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara
kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes,
2) hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di
Kecamatan Kalikotes, 3) hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan
Kalikotes.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif korelasional (correlation design). Populasi
penelitian adalah seluruh guru MI di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten
yang berjumlah 34 orang. Sebelum angket digunakan, terlebih dahulu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis
regresi dan korelasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan sumbangan
kepada profesionalisme guru sebanyak 30,3%.
Terdapat hubungan yang
signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru dengan
sumbangan kepada profesionalisme guru sebanyak 31,2%.
Berdasarkan hasil analisis data variabel kompetensi pedagogik
berpengaruh terhadap profesionalisme guru dengan hasil uji t yang probabilitas <
0,05. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru dengan ry1= 0,559 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data variabel kompetensi
kepribadian berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari
hasil uji t yang probabilitas < 0,05. Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi
ganda R12 sebesar 0,329 dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar
7,609 dengan persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425) X2.
Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
dengan ry1= 0,574 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan
profesionalisme guru
di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten yang
ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
Kata Kunci : Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, profesionalisme
guru
ii
RELATIONSHIP BETWEEN PEDAGOGICAL AND PERSONALITY
COMPETENCE WITH PROFESSIONALISM OF ELEMENTARY SCHOOL
(MI) TEACHER IN DISTRICT KALIKOTES, KLATEN
ACADEMIC YEAR 2013/2014
Sri Kadarningsih
ABSTRACT
The purpose of this study are to determine: 1) The relationship between MI
teachers' pedagogical competence with professionalism at district Kalikotes, 2)
The relationship between personal competence with the professionalism of MI
teachers in district Kalikotes, 3) The relationship between pedagogical
competence and personal competence together with the professionalism of MI
teachers in district Kalikotes.
This research employed a quantitative correlation design was carried out
the relationship between pedagogical and personal competence and
professionalism of elementary school (MI) teachers in district Kalikotes, Klaten.
The subject of this research were Elementary School (MI) teacher at District
Kalikotes, Klaten that consisted of 34 teachers. Validity and reliability were
previosly test questiornaires were applied. Technique of data analysis used in this
research were regression analysis and correlation.
From this study, the results of the data shows the correlation coefficient
between teachers 'pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.550,
which means there is a significant relationship between teachers' pedagogical
competence with professionalism in the district of Klaten regency Kalikotes.
Based on the analysis of the pedagogical variables affect the professionalism of
teachers with the results of the t test probability <0.05. The correlation coefficient
between teachers' pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.559,
which means there is a significant relationship between personal competence with
the professionalism of teachers in the district of Klaten regency Kalikotes. Based
on the analysis of the personal competence variables affect the professionalism of
teachers. It is shown from the results of the t-test probability <0.05. The results of
multiple regression analysis obtained R12 multiple regression coefficient of 0.329
with a significance of the multiple regression F of 7.609 with a linear regression
equation Y = 80.615 + 3.043 X1 + (-2.425) X2. The correlation coefficient
between teachers' pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.574,
which means there is a significant relationship between pedagogical competence
and personal competence together with the professionalism of teachers in the
district of Klaten regency Kalikotes indicated from the results of the t-test
probability <0.05.
Keywords: pedagogical competence, personal competence, professionalism of
teachers
iii
‫العالقة بني كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك) وكفاءة الشخصية بإتقان مهين للمدرسني‬
‫يف املدارس اإلبتدائية ‪ Klaten Kalikotes‬عام دراسي ‪2014/2013‬م‬
‫إعداد‪:‬‬
‫ملخص‬
‫تودف ىذه الدراسة ملعرفة (‪ )1‬العالقة بني كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك) وإتقان مهين‬
‫العالق بني كفاءة الشخصية إتقان مهين للمدرسني (‪ )3‬والعالقة بني كفاءة إدارة‬
‫للمدرسني (‪ )2‬و ة‬
‫الفصل (فيداجوجيك) وكفاءة الشخصية بإتقان مهين للمدرسني يف املد ارس اإلبتدائية ‪Klaten‬‬
‫‪ Kalikotes‬عام دراسي ‪2014/2013‬م‪.‬‬
‫وتستخدم ىذه الدراسة املهنج الكيفي اإلرتباطي‪ .‬وأجريت الدراسة يف املدارس اإلبتدائية‬
‫‪ Klaten Kalikotes‬عام دراسي ‪2014/2013‬م‪ .‬أما جمتمع ىذه الدراسة وعيناهتا ىم‬
‫مدرسو املدارس اإلبتدائية ‪ Klaten Kalikotes‬وعددىم ‪ 34‬مدرسا‪ .‬وطريقة مجع املعلومات‬
‫باستخدام طريقة طريقة اإلستبانة‪ .‬أما طريقة معرفة صحة املعلومات فاستخدمت طريقة ألفا‬
‫كروباك(‪ .)Alpha Cronbach‬وأما حتليل املعلومات فبطريقة (‪ )Regresi‬و اإلرتباطي‪.‬‬
‫بوجود العالقة قوية بني (‪ )1‬كفاءة إدارة الفصل‬
‫وقد أظهرت نتائج الدراسة‬
‫(فيداجوجيك) وإتقان مهين للمدرسني بقيمة (‪ )2( )30,3%‬والعالقة بني كفاءة الشخصية إتقان‬
‫مهين للمدرسني بقيمة (‪ )3 ( )31,2%‬والعالقة بني كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك) وكفاءة‬
‫الشخصية بإتقان مهين للمدرسني يف املد ارس اإلبتدائية ‪ Klaten Kalikotes‬عام دراسي‬
‫‪ 20132014‬م‪.‬بقيمة (‪ )32,9%‬وأما املتبقية بقيمة (‪ )67,1%‬فمتأثرة بعوامل أخري‪.‬‬
‫الكلمات الرئيسة‪ :‬كفاءة إدارة الفصل (فيداجوجيك)‪،‬كفاءة الشخصية‪ ،‬اإلتقان املهين‪.‬‬
‫‪iv‬‬
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis yang saya susun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penyusunan Tesis yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penyusunan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian Tesis ini bukan asli
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan perudangan yang berlaku.
Surakarta,
Januari 2014
Yang Menyatakan,
Sri Kadarningsih
NIM. 11.403.3.1.036
v
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK
DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN
PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Disusun oleh:
SRI KADARNINGSIH
NIM. 11.403.3.1.036
Telah dipertahankan di depan Majelis Dewan Penguji Tesis Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Surakarta,
pada hari ............., tanggal ............
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam
Surakarta, .................................
Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang
___________________
_______________________.
NIP.
NIP.
Penguji I
Penguji II
_____________________
_____________________
NIP.
NIP.
Direktur Pascasarjana
IAIN Surakarta
Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan
NIP. 195110505 1979 03 1 014
vi
MOTTO
            
      
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. (Q.S. An-Nahl: 97)
Artinya : Apabila suatu urusan (Pekerjaan) dikerjakan oleh orang yang
tidak ahli, maka tunggulah kehancuran (H.R. Bukhari).
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penyusun persembahkan kepada :
1. Suami dan buah hatiku yang terkasih
2. Keluargaku yang kusayang
3. Teman-teman seperjuangan
4. Nusa, Bangsa dan Agama
viii
KATA PENGANTAR




Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan nikmat dan hidayahNya
bagi kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir
zaman. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penyusun dapat menyusun dan
menyajikan tesis ini sampai selesai.
Di dalam tesis ini akan dipaparkan kajian seputar hubungan antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
Paparan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk mencapai tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme guru, hubungan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru dan hubungan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara
bersama-sama dengan profesionalisme guru.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak. Oleh karena itu dihaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Imam Sukardi, M.Ag., selaku Rektor IAIN Surakarta.
2. Dr. H. Nashruddin Baidan, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN
Surakarta.
3. Dr. H. Purwanto, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah berkenan
memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
ix
4. Dr. Sabar Narimo, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah mengarahkan dan
membimbing serta mendorong penyusun sampai terselesainya tesis ini.
5. Tim Penguji yang telah berkenan menguji, mengkritisi serta memberikan
saran dan masukan demi sempurnanya penulisan tesis ini..
6. Seluruh Dosen dan staff Program Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah
memberikan dorongan kepada penyusun.
7. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah
dengan tulus serta ikhlas membantu penyusunan tesis ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami mohonkan saran dan kritik yang membangun dan
bersifat konstruktif agar dapat menjadi lebih baik untuk penelitian selanjutnya.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikan kita dan
semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Januari 2014
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………................
i
Abstrak.............................................................................................................
ii
.
Lembar Pernyataan Keaslian ...........................................................................
v
Halaman Pengesahan Tesis …...........……………………………..................
iii
Halaman Motto ..................………………………………..............................
iv
Halaman Persembahan ………………………………….......….....................
viii
Kata Pengantar ……………………………………………………................
Ix
Daftar Isi ……………………………………………………………..............
xi
Daftar Tabel .....................................................................................................
xv
Daftar Gambar .................................................................................................
xvi
Daftar Lampiran ..............................................................................................
xvii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………........
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………...
7
C. Pembatasan Masalah .......................………………..............
7
D. Perumusan Masalah ..........…………………………………...
7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
8
F. Manfaat Penelitian .......................……………………………
8
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
11
A. Deskripsi Teori..... ...................................................................
11
1. Kompetensi Pedagogik .....................................................
11
xi
a. Pengertian kompetensi pedagogik ...............................
11
b. Indikator Kompetensi Pedagogik ................................
17
2. Kompetensi Kepribadian ..................................................
20
a. Pengertian kompetensi kepribadian ............................
20
b. Indikator Kompetensi kepribadian .............................
22
c. Upaya meningkatkan kompetensi kepribadian ............
24
3. Profesionalisme guru
4.
a. Pengertian Profesionalisme Guru ..............................
25
b. Indikator profesionalisme guru ..................................
30
c. Macam-macam profesionalisme guru .........................
31
d. Hak dan kewajiban guru ..............................................
35
Hubungan
antara
kompetensi
pedagogik
dengan
profesionalisme guru .........................................................
5.
Hubungan
antara
kompetensi
kepribadian
dengan
profesionalisme guru .........................................................
6.
38
40
Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian
secaram
bersama-sama
dengan
profesionalisme guru .........................................................
41
B. Penelitian Terdahulu ...............................................................
43
C. Kerangka Berpikir .................................................................
46
D. Hipotesis Penelitian ............................................................
49
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.....................................................
A. Metode Penelitian .......................................................... ......
xii
50
50
B. Tempat dan waktu penelitian …................………………..
1. Tempat penelitian ..............................................................
51
2. Waktu Penelitian ..............................................................
51
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling …..............…………
52
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
53
1. Kompetensi Pedagogik ......................................................
53
2. Kompetensi Kepribadian ...............................................
60
3. Profesionalisme Guru .....................................................
65
E. Teknik Analisa Data ...........................................……………
71
1. Uji Asumsi .......................................................................
71
2. Uji Hipotesis ......................................................................
72
F. Uji Validitas dan reliabilitas instrumen....................................
76
1.
BAB IV.
54
Penyusunan Instrumen
..................................................
76
2. Uji Instrumen Penelitian ..................................................
76
HASIL PENELITIAN ...................................................................
83
A. Deskripsi Data ..........................................................................
83
1. Kompetensi Pedagogik ......................................................
83
2. Kompetensi Kepribadian ...............................................
86
3. Profesionalisme Guru .....................................................
88
B. Uji prasyarat analisis ................................................................
91
1. Uji normalisasi data ..........................................................
91
2. Uji Indenpendensi variabel bebas ....................................
93
3. Linearitas dan keberartian regresi .....................................
94
xiii
C. Uji hipotesis .............................................................................
1. Hubungan
antara
kompetensi
pedagogik
dengan
profesionalisme guru ......................................................
2. Hubungan
antara
kompetensi
kepribadian
98
98
dengan
profesionalisme guru ...................................................
104
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru .................................................................
110
D. Pembahasan .............................................................................. 111
1. Hubungan
antara
kompetensi
pedagogik
dengan
profesionalisme guru ......................................................
2. Hubungan
antara
kompetensi
kepribadian
112
dengan
profesionalisme guru ...................................................
114
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru .................................................................
BAB V.
116
PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………….........................
118
B. Implikasi penelitian ..........................................................
119
C. Saran …………............…………………………………….
119
DAFTAR KEPUSTAKAAN
121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
halaman
Alokasi waktu penelitian ...............................................
51
Tabel 3.2
Populasi dan Sampel Penelitian ………….....................
52
Tabel 3.3
Kisi-kisi angket kompetensi pedagogik .........................
56
Tabel 3.4
Hasil uji validitas angket kompetensi pedagogik ........
59
Tabel 3.5
Kisi-kisi angket kompetensi kepribadian .....................
64
Tabel 3.6
Hasil uji validitas angket kompetensi kepribadian ........
67
Tabel 3.7
Kisi-kisi angket profesionalisme guru .........................
71
Tabel 3.8
Hasil uji validitas angket profesionalisme guru .............
74
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi skor angket kompetensi pedagogik
(X1) ......................................................................
Tabel 4.2
Kategori kompetensi pedagogik (X1) di Kecamatan
Kalikotes ..................................................................
Tabel 4.3
Distribusi
frekuensi
skor
angket
Tabel 4.7
88
Distribusi frekuensi skor angket profesionalisme guru
(Y) ......................................................................
Tabel 4.6
86
Kategori kompetensi kepribadian (X2) di Kecamatan
Kalikotes ..................................................................
Tabel 4.5
85
kompetensi
kepribadian (X2) ............................................................
Tabel 4.4
84
89
Kategori profesionalisme guru (Y) di Kecamatan
Kalikotes ..................................................................
91
Uji normalitas .................................................................
92
xv
Tabel 4.8
Kooefisien korelasi variabel bebas .................................
94
Tabel 4.9
Uji linieritas X1 dan Y .............................................
95
Tabel 4.10
Kooefisien X1 terhadap Y...............................................
96
Tabel 4.11
Uji linieritas X2 dan Y .............................................
96
Tabel 4.12
Kooefisien X2 terhadap Y...............................................
97
Tabel 4.13
Tabel Anova dan koefisien regresi X1 dengan Y............
99
Tabel 4.14
Korelasi X1 dengan Y .............................................
101
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi X1.........................................................................
102
Tabel 4.16
Korelasi Parsial Antara Kompetensi Pedagogik dengan
Profesionalisme Guru ...................................................
103
Tabel 4.17
Tabel Anova dan koefisien regresi X2 dengan Y ...........
104
Tabel 4.18
Korelasi X1 dengan Y.....................................................
107
Tabel 4.19
Koefisien Determinasi X1........................................
108
Tabel 4.20
Korelasi Parsial Antara Kompetensi kepribadian (X2)
dengan Profesionalisme Guru .........................................
109
Tabel 4.21
Tabel Anova dan koefisien regresi X1, X2 dengan Y.....
110
Tabel 4.22
Koefisien Korelasi X1, X2 dengan Y................................
111
Tabel 4.23
Hasil Analisis Tiap Variabel ...........................................
112
Tabel 4.24
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi.....................
115
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
halaman
Kerangka Berpikir…………..........................................
48
Gambar 4.1
Grafik Kompetensi Pedagogik ........................................
84
Gambar 4.2
Grafik Kompetensi Pedagogik .......................................
86
Gambar 4.3
Grafik Kompetensi Kepribadian ....................................
87
Gambar 4.4
Grafik Kompetensi Kepribadian .....................................
88
Gambar 4.5
Grafik Profesionalisme Guru .........................................
90
Gambar 4.6
Grafik Profesionalisme Guru ........................................
91
Gambar 4.7
Grafik Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik
Dengan Profesionalisme Guru .......................................
Gambar 4.8
Gambar 4.9
100
Grafik Hubungan Antara Kompetensi Kepribadian
Dengan Profesionalisme Guru .......................................
106
Pola Hubungan Antar Variabel ....................................
115
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1
Angket Kompetensi Pedagogik ………….....................
126
1-1
Angket Kompetensi Pedagogik Sebelum Uji Coba.........
127
1-2
Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik .................
130
1-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik .............
146
1-4
Angket Kompetensi Pedagogik Setelah Uji Coba...........
148
2
Angket Kompetensi Kepribadian ..................................
151
2-1
Angket Kompetensi Kepribadian Sebelum Uji Coba......
152
2-2
Uji Validitas Angket Kompetensi Kepribadian ..............
155
2-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Kepribadian ..........
167
2-4
Angket Kompetensi Kepribadian Setelah Uji Coba........
169
3
Angket Profesionalisme Guru ..................................
172
3-1
Angket Profesionalisme Guru Sebelum Uji Coba...........
173
3-2
Uji Validitas Angket Profesionalisme Guru....................
176
3-3
Uji Reliabilitas Angket Profesionalisme Guru ..............
188
3-4
Angket Profesionalisme Guru Setelah Uji Coba............
190
4
Data Penelitian .............................................................
193
4-1
Data Kompetensi Pedagogik .......................................
194
4-2
Data Kompetensi Kepribadian ........................................
198
xviii
4-3
Data Profesionalisme Guru ............................................
202
5
Pengujian Asumsi ..................................................
205
5-1
Uji Normalitas Data.................................................
206
5-2
Uji Independensi Variabel Bebas ...................................
207
5-3
Uji Linieritas dan Keberartian Regresi ..........................
208
6
Uji Hipotesis .................................................................
211
6-1
Uji Hipotesis Antara Kompetensi Pedagogik dengan
Profesionalisme Guru ......................................................
6-2
Uji Hipotesis Antara Kompetensi Kepribadian dengan
Profesionalisme Guru ......................................................
6-3
212
216
Uji Hipotesis Antara Kompetensi Pedagogik dan
Kompetensi Kepribadian secara bersama-sama dengan
7
Profesionalisme Guru ......................................................
218
Daftar Riwayat Hidup................................................
221
xix
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan
bangsa. Negara Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan sumber
daya manusia yang berkulitas. Salah satu usaha menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Sekolah sebagai salah
satu lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat penting dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar.
Pendidikan nasional
tersebut
mempunyai
fungsi
yang harus
diperhatikan. Fungsi pendidikan nasional dapat dilihat pada Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003:
3).
Keberhasilan pendidikan akan tercapai oleh suatu bangsa apabila ada
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Untuk itu
pemerintah mengusahakan mutu pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan
formal. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan
siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik.
1
2
Untuk melaksanakan tugas dan meningkatkan mutu pendidikan maka
diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, karena di
tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja
mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca
situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Dalam meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan
hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik,
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni seseorang. Profesi juga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan
dan ketrampilan khusus yang diperoleh pendidikan akademis yang intensif
(Kunandar, 2007: 49).
Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutantuntutan pembelajaran demokratis karena tuntutan tersebut merefleksikan
suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa; tidak
sekedar kemampua guru mengauasi pelajaran semata tetapi juga kemampua
lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini
hanya bisa dijawab oleh guru yang professional. Tuntutan kehadiran guru
3
yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan, ia
hadir sebagai subjek paling diandalkan.
Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki beberapa
kompetensi. Sebelum UU No. 14 tahun 2005 dan PP N0. 19 tahun 2005
diterbitkan, ada sepuluh kompetensi dasar guru yang telah dikembangkan
melalui kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Kesepuluh kompetensi itu kemudian dijabarkan melalui berbagai pengalaman
belajar. Adapun sepuluh kemampuan dasar tersebut (1) kemampua menguasai
bahan pelajaran yang disajikan; (2) kemampuna mengelola program belajar
mengajar; (3) kemampuann mengelola kelas; (4) kemampuan menggunakan
media/sumber belajar; (5) kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (7) kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kependidikan dan pengajaran; (8)
kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan; (9) kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah; dan (10) kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran (Sagala Syaiful,
2009: 31). Namun dalam perjalanannya tidak ada satupun institusi yang
melakukan evaluasi, apakah kesepuluh kompetensi guru ini betul-betul
dipenuhi oleh guru atau tidak. Kesepuluh kompetensi ini hanya ada sebagai
dokumen saja.
Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini
diserahkan pada guru itu sendiri. Dalam undang-undang Guru dan Dosen
4
No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah No.19/2005 dinyatakan bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi professional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru. Profesional guru tercermin dalam berbagai
keahlian yang dibutuhkan pembelajaran baik terkait dengan bidang keilmuan
yang diajarkan, kepribadian, metodologi, pembelajaran, maupun psikologi
belajar.
Kompetensi pedagogik menunjuk pada kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian menunjuk pada
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional menunjuk pada
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi sosial menunjuk kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (UU No 14 tahun 2005)
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri
pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan
bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Kepribadian
mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui
bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari
kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh
kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
5
meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian
seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.
Standar Nasional Pendidikan penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan PP Nomer
74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, atau seni dan budaya yang diampu.
Profesionalisme guru disebabkan oleh banyak faktor. Adapun faktorfaktor yang dapat menyebakan rendahnya profesionalisme guru diantaranya
adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian kompetensi professional dan kompetensi sosial guru.
Kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi profesionalisme guru.
Hal ini disebabkan karena seorang guru harus mempunyai kemampuan
melakukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Kemampuan mengelola
pembelajaran digunakan oleh seorang guru untuk mentransfer ilmu kepada
murid. Apabila seorang guru tidak memiliki kompetensi pedagogik dapat
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru dan menyebabkan rendahnya
prestasi belajar siswa.
Kompetensi kepribadian dapat mempengaruhi profesionalisme guru.
Hal ini disebabkan karena seorang guru harus mempunyai kepribadian yang
6
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik.
Kompetensi profesional dapat mempengaruhi profesionalisme guru.
Hal ini disebabkan karena seorang guru harus menguasai materi pelajaran
secara luas dan mendalam serta menguasai konsep dan metode disiplin
keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu
Kompetensi sosial dapat mempengaruhi profesionalisme guru. Hal ini
disebabkan karena seorang guru harus mampu untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa apabila guru mempunyai
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian tinggi maka akan tinggi
pula professionalisme guru Begitu pula sebaliknya bila kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian guru rendah maka kompetensi professional akan
rendah pula. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian dengan profeionalismes guru MI di Kecamatan
Kalikotes Tahun Pelajaran 2013/2014.
Adapun penelitian ini diberi judul “Hubungan Antara Kompetensi
Pedagogik dan Kompetensi Kepribadian Dengan Profesionalisme Guru MI Di
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014”.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan sejumlah
masalah sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru MI di kecamatan Kalikotes
masih rendah.
2. Kompetensi kepribadian yang dimiliki guru MI di kecamatan Kalikotes
masih rendah.
3. Profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes yang masih rendah.
4. Hubungan antara kompetensi pedagodik dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes kurang bersinergi.
5. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes kurang bersinergi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada:
1. Hubungan antara kompetensi pedagodik dengan profesionalisme guru.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
3. Hubungan antara kompetensi pedagodik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan sebagai berikut:
8
1. Adakah hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru MI di kecamatan Kalikotes?
2. Adakah hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru MI di kecamatan Kalikotes?
3. Adakah hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes.
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru MI di kecamatan
Kalikotes.
F. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik yang bersifat
teoritis, maupun bersifat praktis.
9
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita yang
berkaitan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
profesionalisme guru, menambah semangat dalam mengajar dan
memberikan masukan pada Program Pascasarjana untuk menambah bahan
pustaka serta menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru mengetahui
pentingnya kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu hasil
penelitian ini diharapkan memotivasi guru untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik, kompetensi keprbadian dan profesionalisme di
kelas.
b. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi
belajar dan prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa juga terdorong
untuk berkreasi dan berkarya lebih baik.
c. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumbangan pemikiran
dan masukan untuk memberikan solusi terhadap problematika
pendidikan yang ada di Madrasah Ibtidaiyah dan dapat dijadikan
10
acuan untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru.
d. Bagi Orang tua
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong orang tua ikut
serta memantau guru-guru dalam menjalankan pembelajaran lebih
berwawasan yang luas sesuai dengan batas-batas tertentu dan
memberikan masukan kepada madrasah untuk meningkatkan usaha
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian
dan profesionalisme guru memberikan pelayanan pembelajaran secara
profesional.
BAB II
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Kompetensi Pedagogik
a. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75).
Ruang lingkup kehidupan pendidik sebagai individu tiap
guru
terikat dengan
kewajiban untuk
mengembangkan mutu
kinerja melalui kegiatan belajar, meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan terbaik dalam meningkatkan potensi
siswa. Hal tersebut penting agar kewibawaan diri terpelihara. Juga
sebagai anggota komunitas guru wajib membangun kerja sama
meningkatkan kompetensi, melakukan pengukuran, meningkatkan
kapasitas diri dalam pengelolaan pembelajaran, mengembangkan
pengalaman terbaik dalam mengelola pembelajaran, dan mengembangkan kompetensi profesi maupun kompetensi pedagogik.
Allah memberikan petunjuk berkaitan dengan proses pembelajaran dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125:
11
12
          
            
 
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 2004:
224)
Allah ta’ala menyuruh Rasulullah SAW agar mengajak
makhluk kepada Allah dengan hikmah, yakni dengan berbagai
larangan dan perintah terdapat di dalam al-Kitab dan as-Sunnah
agar waspada terhadap siksa Allah. Kemudian ketika berdialog
harus dengan lemah lembut, halus, dan sapaan yang sopan. Dan Allah
telah mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya kerena Allah
telah memutuskannya. Serta Rasulullah diperintahkan untuk jangan
bersedih karena keadaan mereka. Sesungguhnya Rasulullah hanya
pemberi peringatan dan penyampai risalah.
Dari beberapa keterangan di atas, dapat digaris bawahi bahwa
proses pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara guru dan
siswa pada saat berlangsungnya belajar mengajar yang merupakan
bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk
13
mewujudkan kualitas pembelajaran yang baik serta tujuan tertentu.
Dalam pembelajaran diperlukan adanya metode mengajar yang efektif.
Agar menjadi efektif, pengajaran harus lebih jauh dari sekadar
menyampaikan isi pelajaran dengan gaya ceramah saja, tetapi
juga mengajar secara interaktif yaitu adanya interaksi antara guru dan
siswa sangat diperlukan dalam belajar mengajar. Dalam berbagai
studi, di antaranya di England dan Wales menunjukkan bahwa
secara keseluruhan pengajaran interaktif merupakan salah satu
faktor
yang berhubungan paling kuat dengan hasil belajar siswa
(David Reynolds, Daniel Muijs, 2008: 66-67)
Kualitas pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki di
atas, dapat dilihat dari sisi proses maupun hasil. Dari sisi proses,
pembelajaran dikatakan berhasil atau berkualitas apabila seluruh
atau sebagian besar anak didik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan gairah yang tinggi, semangat
belajar yang besar serta percaya diri yang memadai. Sedangkan
dari
sisi
hasil, pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan positif pada peserta didik. Demikian pula halnya dengan
efektif dan bermaknanya sebuah pembelajaran, dapat dikatakan
menemukan keberhasilan apabila memberikan keberhasilan pada
sisi siswa maupun guru itu sendiri.
Sehubungan dengan meningkatkan
memiliki
kewajiban untuk
memenuhi
mutu
mutu
kinerja
materi
guru
pelajaran,
14
mengelola proses pembelajaran agar meningkatkan minat siswa
untuk belajar
baik melalui peningkatan kemampuan individu
dalam kerja sama ke-lompok. Potensi diri siswa dikembangkan
melalui kerja sama. Menggunakan teknologi sesuai dengan tingkat
perkembangan
siswa dan
kemampuan
sekolah
menyediakan
sarananya. Mengguna-kan bahasa pengantar bahasa Indonesia mapun
bahasa asing dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dalam
kelas setaraf dengan mutu pembelajaran di sekolah-sekolah unggul di
dunia.
Dunia pendidikan mengenal guru sebagai salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berkompeten
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Baik
disadari maupun tidak, posisi dan peranan guru dalam mengajar dan
mendidik siswa akan berdampak luas yang menyangkut berbagai aspek
kehidupan anak didik. Dengan kata lain, pada setiap diri guru terletak
tanggung jawab dalam membawa kemajuan dan keberhasilan siswa
dalam belajarnya. Dengan demikian dapat difahami bahwa didalam
proses belajar mengajar guru menduduki posisi yang sangat fital dan
strategis, artinya memiliki peran penting di dalam usaha mencapai
mutu atau tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Guru dapat memahami perannya berdasarkan pendapat Adams
& Decey dalam Basic Principles of Student Teaching yang dikutip
oleh Uzer Usman yaitu : guru adalah sebagai pengajar, pemimpin
15
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator, dan konselor (Usman Uzer, 1997: 9).
Begitu besar peran guru dalam terwujudnya cita-cita bangsa yaitu
mencerdasakan bangsa maka sebagai seorang guru haruslah betul-betul
memahami peran tersebut. Peran guru sangatlah kompleks oleh karena
itu Yang akan dikemukakan adalah peranan guru yang dianggap paling
dominan dan diklasifikasikan sebagai (1) guru sebagai demonstrator
(pengajar), (2) guru sebagai pengelola kelas (organisator), (3) guru
sebagai fasilitator dan mediator, (4) guru sebagai evaluator.
Guru identik dengan ilmu pengetahuan. Dalam proses belajar
mengajar seorang guru berperan sebagai pengajar, Maka hendaknya
guru senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini
sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswanya.
Guru sebagai pengelola kelas artinya guru bertanggung jawab
dalam mengolah segala komponen-komponen yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar, semua diorganisir sehingga dapat mencapai
efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. Sebagai manajer
guru bertanggung jawab memelihara lingkungan kelasnya agar
senantiasa menyenangkan bagi siswa untuk belajar dan mengarahkan
atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam
kelasnya.
16
Guru sebagai fasilitator dan mediator maksudnya guru harus
mampu memberikan kemudahan fasilitas dalam proses belajar mengajar, misalnya menciptakan suasana kondusif yang memungkinkan
tarlaksananya belajar secara efisien dan efektif.
Guru sebagai mediator harus memiliki pengetahuan tentang
media pendidikan, ketrampilan memilih dan menggunakannya serta
mengusahakan media itu dengan baik. Berkaitan dengan guru sebagai
mediator ini ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu :
(1) Mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik; (2)
Mengembangkan gaya interaksi pribadi; (3) Menumbuhkan hubungan positif dengan para siswa (Usman Uzer, 1997: 11).
Guru sebagai evaluator yaitu untuk mengetahui seberapa jauh
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran atau
ketetapan dan keefektifan metode mengajar, maka guru melakukan
evaluasi atau penilaian. Evaluasi disini menyangkut aspek intrinsik
dan ekstrinsik, artinya penilaian bukan hanya dilihat dari bisa dan
tidaknya mengerjakan soal tetapi juga dari aspek kepribadian atau
tingkah laku anak.
Dari semua uraian di atas dapat dimengerti betapa berat dan
luasnya tugas dan peran guru, dimana sekian banyak peran dan tugas
yang dipikulnya tersebut harus terpadu dalam penampilan guru yang
manunggal dan terintegrasi. Sehingga guru tidak hanya dituntut tampil
sebagi manusia yang trampil dan memiliki berbagai ilmu pengetahuan
17
semata. Akan tetapi dia juga harus hadir dihadapan siswa dengan
membawa kepribadian dan tingkah laku atau budi pekerti yang luhur.
Dengan demikian guru benar-benar bisa tampil sebagai central figur
yang bisa di"gugu" dan di"tiru". Maksudnya dia dapat menjadi
panutan dan contoh yang ideal bagi siswanya, baik dari aspek
intelektual maupun moral spiritual,seperti yang telah dilakukan oleh
Rasulullah terhadap seluruh umatnya.
Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al Qur'an surat Al
Ahzab ayat 21:
‫يِف يِف‬
‫ُكس َلوةٌ َلح َلسنَلةٌ يِف َلم ْدن َل َلا‬
‫َلَل ْد َل َلا َل ُك ْد يِف َلر ُكسول ا لَّه أ ْد‬
‫يِف‬
 ‫ااآلر َل َل ر ا لَّه َل ثيِفريا‬
ً ‫يَل ْدر ُكجوا ا لَّهَل َلاْدَل ْدوَل َل َل َل َل‬
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan hari kiamat) dan dia banyak
menyebut Allah ( Depag RI, 2004: 336 ).
b. Indikator kompetensi pedagogik
Kompetensi
pedagogik
ini
dikelompokkan
menjadi 10
macam, diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual;
(2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik. (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
18
untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi
pengembangan
potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan
hasil
penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas
Nomor 16, 2007: 9).
Secara oprasional kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu: (1) Perencanaan, menyangkut
penetapan
tujuan
mencapainya.
dan
kompetensi serta
Perencanaan merupakan
memperkirakan
fungsi
sentral
cara
dari
manajemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan.
Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran, guru sebagai manajer pembelajaran harus melakukan
berbagai pilihan menuju tercapainya tujuan. Guru sebagai manajer
pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar untuk membentuk kompetensi dasar, dan mencapai tujuan pembelajaran, (2) Pelaksanaan atau sering juga disebut
implementasi adalah proses yang memberikan kapasitas bahwa
proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan
sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk
19
kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan; (3) Pengendalian
atau
ada
juga
yang
menyangkut
evaluasi
dan pengendalian,
bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana
atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses manajerial yang
terakhir ini perlu dibandingkan tingkat kinerja aktual dengan
kinerja
yang
telah
ditetapkan
(kinerja standar). Guru sebagai
manajer pembelajaran harus mengambil langkah-langkah
atau
tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang signifikan atau
adanya kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di dalam
kelas dengan yang telah direncanakan (Mulyasa, 2012: 77-78).
Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut setidaknya ada 4 langkah yang harus dilakukan
yakni 1) menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, 2) meningkatkan perencanaan program, 3) memilih dan melaksanakan program, serta 4) menilai perubahan program. Berdasarkan unsur-unsur yang dikemukakan
di atas, maka dapat difahami bahwa guru adalah manusia dewasa yang
telah memiliki bekal khusus untuk mendidik dan mengajar yang secara
sadar mengabdikan diri baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam upaya perkembangan dan kemajuan anak didiknya.
20
2. Kompetensi Kepribadian
a. Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah salah satu jenis kompetensi
yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan profesional. Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan
yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia.
(Mulyasa, 2012: 117)
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian guru
yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa;
(4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja
sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan
kompetensi guru menjelaskan untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai
berikut: (1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta
didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,
daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama
yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan
kebudayaan nasional Indonesia yang beragam; (2) Menampilkan diri
21
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas, dan
manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak
mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan
anggota masyarakat di sekitarnya; (3) Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup:
(a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b)
menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa;
(4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos
kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan
percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara professional;
(5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a)
memahami kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi
guru; dan (c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru (Permendiknas
Nomor 16, 2007: 11-12)
Guru mempunyai kepribadian yang tidak sama meskipun
masing-masing dari mereka sama-sama mempunyai pribadi keguruan,
maka perlu dikembangkan secara terus menerus agar guru terampil
dalam: (1) Mengenal dan mengakui bakat dan profesi dari setiap
individu atau siswa yang diajarnya; (2) Membina suatu suasana sosial
yang meliputi interaksi belajar mengajar sebagai amanat yang bersifat
menunjang secara moral terhadap murid untuk terciptanya kepahaman
22
dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru; (3)
Membina suatu perasaan saling menghormati, saling tanggung jawab,
dan saling percaya antara guru dan siswa (Zakiyah Daradjat, 1995:
263)
b. Indikator Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi
guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Arti
penting penguasaan kompetensi kepribadian guru adalah ungkapan
klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada pribadi
masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik,
profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan
bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan
banyak
ditentukan
oleh
karakteristik
kepribadian
guru
yang
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan
kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi
kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses (Akhmad Sudrajat, 2012: tt).
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan
karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai
dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan
karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu
23
(dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa
yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika
guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya,
tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya
sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan
sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya
bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah
yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan
siswanya.
Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas
nomor 16 tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3)
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kepribadian guru di masyarakat, masih dianggap hal sensitif
dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila
ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran normanorma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat
cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap
24
merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja.
c. Upaya Meningkatkan Kompetensi Kepribadian
Kepribadian guru perlu ditingkatkan, tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian, yang isinya dapat disarikan sebagai berikut:
(1) Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa
penting dan dihargai, (2) Perbanyaklah membaca dan perluas interes
Anda, (3) Jadilah ahli pembicara yang baik, (4) Milikilah gagasan yang
berbeda dan unik sehingga dapat memperluas perspektif setiap orang
tentang Anda, (5) Temui orang-orang baru, terutama yang berbeda
dengan Anda, sehingga wawasan Anda menjadi semakin luas, (6)
Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan dan
keunikan yang Anda miliki, (7) Milikilah sikap dan pandangan positif,
(8) Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor, (9)
Bersikap suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan
(10) Miliki integritas dan perlakukan setiap orang dengan penuh
hormat (Akhmad Sudradjat, 2012: tt).
Menurut BP3K (Balai Penelitian Pengembangan Pendidikan
dan Kebudayaan) tentang pengembangan kompetensi kepribadian,
guru harus memiliki: (1) Pengetahuan tentang tata krama sosial dan
agamawi; (2) Pengetahuan tentang kebudayaan dan tradisi; (3) Hakikat
demokrasi dan makna demokrasi pancasila; (4) Apresiasi dan ekspresi
estetika; (5) Kesadaran kewarganegaraan dan kesadaran sosial yang
25
dalam; (6) Sikap yang tepat tentang ilmu pengetahuan kinerja; (7)
Menjunjung tinggi martabat manusia (Madyawati, 2011: 1).
3. Profesionalisme Guru
a. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia, profession berarti pekerjaan. (John M Echols
dan Hassan Shadily, 1996: 449). Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa profesionalisme
berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang
ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian tertentu (Kunandar, 2007: 45).
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU
No 14, 2005: 2)
Profesionalisme adalah suatu termoniologi yang menjelaskan
bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mem-
26
punyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan
menjadi professional jika ia memiliki pengetahuan dan ketrampilan
bekerja dalam bidangnya. (Sagala, 2009: 3)
Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyatakan bahwa warga Negara berhak atas pendidikan
yang bermutu. Dalam mendukung harapan itu, pemerintah Indonesia menetapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007. Guru merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (UU
Sisdiknas, 2003: 27).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU
No 14, 2004: 2) Guru merupakan komponen paling menentukan
dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus men-dapat
perhatian sentral, pertama, dan utama.
Guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang yang
bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap
perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari
27
aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mam-pu hidup mandiri dan
dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tu-han sebagai individu
dan juga sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50).
Guru senantiasa menjadi sorotan yang strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang
paling berpengaruh terhadap tercapainya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun
yang dilakukan untk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh
guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
Pendidikan dalam operasionalnya dilaksanakan oleh orangorang yang betul-betul profesional, amanah dan memiliki kompetensi di bidangnya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
Saw; Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah bersabda;
Artinya : Apabila suatu urusan (Pekerjaan) dikerjakan oleh orang yang
tidak ahli, maka tunggulah kehancuran (H.R. Bukhari).
28
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai
pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan
diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode
yang tepat
serta mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar (Arikunto, 1993: 239).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan, pengertian profesionalisme guru ialah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan
kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan, maka untuk menunjang
profesi tersebut dibutuhkan suatu teori atau penguasaan pengetahuan
(kemampuan) mengenai bidang tertentu, dalam hal ini yang
dikuasainya yakni kompetensi profesional guru.
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesi tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru
dalam profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan
melatih
mengembangkan
ketrampilan-keterampilan
pada
siswa
(Usman, 2010: 6-7).
Guru di masyarakat merupakan figure, teladan yang juga tidak
kalah pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai tugas mendidik
dan bermasyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
29
bermoral pancasila. Guru mendidik anak didik sama halnya guru
mencerdaskan bangsa Indonesia (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 3139)
Guru mempunyai tugas betapa berat dan komplek yang harus
dipikul, dimana ia tidak hanya dituntut mampu mengajar dalam arti
memberikan atau mewariskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Akan tetapi ia juga dituntut mampu mendidik dalam arti menanamkan
nilai-nilai dan membentuk watak dan budi pekerti anak didik.
Guru bukan saja sebagai pembawa ilmu pengetahuan semata
melainkan sekaligus sebagai figur atau contoh pribadi yang ideal di
depan
siswanya
berkaitan
dengan
sikap,
tingkah
laku
dan
kepribadiannya. Jadi guru adalah cermin tempat anak didik dapat
berkaca.
Mengingat begitu besar dan mulianya tugas seorang guru,
maka Islam mengangkatnya dengan derajat yang tinggi dan menempatkan pada kedudukan yang terhormat, seperti telah dijanjikan Allah
dalam Al Qur'an surat Mujadillah : 11.
 …         
Artinya : ”Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan berilmu diantara kamu dengan beberapa derajat....’
(Depag RI, 2004: 434)
Sebagai konsekuensi dari tugas dan tanggung jawab guru yang
begitu besar dan berat, tentunya kita menyadari bahwa tugas yang
30
multi dimensional tersebut tidak dapat dibebankan kepada sembarang
orang. karena tidak semua orang mampu memikulnya, kecuali orang
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan memiliki kualifikasi
profesional, syaratnya memiliki kemampuan dan bekal khusus dalam
bidang pendidikan dan pengajaran baik secara pribadi maupun secara
profesi.
b. Indikator Profesionalisme Guru
Karakteristik profesional minimum guru, berdasarkan sintesis
temuan-temuan penelitian, telah dikenal karakteristik profesional
minimum seorang guru, yaitu: (1) mempunyai komitmen pada siswa
dan proses belajarnya, (2) menguasai secara mendalam bahan belajar
atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya, (3) bertanggung jawab
memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4)
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya, dan (5) menjadi partisipan aktif masyarakat
belajar dalam lingkungan profesinya (Mudjia Rahardjo, 2010: 1).
Secara substantif, sejumlah karakteristik tersebut sudah
terakomodasi dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Beberapa di
antaranya adalah: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3)
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengem-
31
bangan yang diampu, (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan
yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik, dan (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki (Mudjia
Rahardjo, 2010: 1).
Cukup panjang dan berliku jalan untuk menegakkan profesi
keguruan.
Selain
keharusan
untuk
menuntaskan
persyaratan
kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi, masih ada tantangan yang lebih
berdimensi legal dan moral. Namun demikian, satu atau dua langkah
sudah berhasil dilakukan. Kalau dari perspektif kemauan politik sudah
pengakuan terhadap profesi guru dan dosen sudah diundangkan, maka
dari perspektif guru sendiri juga harus ada usaha untuk senantiasa
memantapkan profesinya.
Indikator profesionalisme guru tersebut dapat dikelompokkan
ke dalam aspek motivasi pengembangan dan inovasi, aspek kegiatan
belajar mengajar serta aspek sikap dan perilaku.
c. Macam-macam Kompetensi Profesionalisme Guru
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat dilakukan perilaku-
32
perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya
(Mulyasa, 2012: 25).
Kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalitas guru
yang merupakan gambaran hakikat kualitas dari perilaku seseorang.
Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang
dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar, stimulus akan
bergabung dengan memori dan menyebabkan terjadinya perubahan
kapasitas untuk melakukan sesuatu (Asmani Ma’mur Jamal, 2009: 37).
Kompetensi guru adalah the ability of teacher to responsibility
perform has or her duties oppropriately. Kompetensi guru merupakan
kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Ade Sanjaya, 2012: tt).
Kompetensi guru adalah kecakapan untuk menunjukan daya kinerja yang berkembang melalui proses belajar dan melaksanakan tugas dalam memfasilitasi berkembangnya potensi siswa
melalui rekayasa suasana belajar dan proses pembelajaran yang
dapat memenuhi kebutuhan siswa belajar. Kompetensi guru dikembangkan dalam
ruang
lingkup
yang
variatif
meliputi
empat
cakupan wilayah yang utama yaitu pada lingkungan sosial, kelembagaan, kelompok pendidik dan individu, serta pada lingkungan kelas.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis, sebagaimana dikutif oleh Usman
dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” dikemukakan bahwa
33
kompetensi guru yang merupakan landasan guru dalam rangka
mengabdikan profesinya adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan
pribadinya, (2) Menguasai landasan pendidikan, (3) Menguasai bahan
pengajaran, (4) Menyusun program pengajaran, (4) Melaksanakan
program pengajaran, (5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan, (6) Menyelenggarakan program bimbingan,
(7) Menyelenggarakan administrasi sekolah, (8) Berinteraksi dengan
pejabat dan masyarakat, (9) Menyelenggarakan penelitian sederhana
untuk kepentingan pengajaran (Usman, 1997: 10-15).
Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik, meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial (UU
Nomor 14, 2005: 6). Adapun definisi dari masing-masing kompetensi
tersebut adalah sebagai berikut:
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi ha-sil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75). Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing pe-
34
serta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
standar nasional pendidikan (Mulyasa, 2012: 135). Kompetensi sosial
adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali murid dan
masyarakat sekitar (Mulyasa, 2012: 173).
Seluruh kompetensi guru harus terintegrasi pada penampilan dirinya yang terintegrasi dengan lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal sekolah yang meliputi ruang lingkup lingkungan
eksternal, lingkungan lembaga pendidikan atau pada ruang lingkup
sekolah, ruang lingkup dirinya, dan pada ruang lingkup kelas.
Daya adaptasi guru pada keempat ruang lingkup di atas sangat
bergantung pada seberapa kuat daya belajarnya sehingga meningkatkan daya adaptasinya melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan terbaik dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, pengajar, dan pelatih.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti dapat
mengambil pengertian bahwa guru yang profesional memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang dimiliki oleh orang awam. Dengan pengetahuan dan ketrampilan tersebut guru dapat melaksanakan
fungsi-fungsi khususnya yaitu membuat dan melaksanakan keputusankeputusan dalam membelajarkan peserta didik dengan hasil yang paling efektif dan efisien, serta kemampuan memberikan pelayanan
35
sebaik-baiknya disertai dedikasi yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan insani yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada
nilai material.
Oleh karena itu seorang yang progresif harus mengetahui
kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya, jika ternyata masih terdapat kekurangan, maka selalu berusaha
mengadakan perbaikan sehingga layak mendapat sebutan sebagai guru
yang berkompeten dan diakui eksistensinya di masyarakat sebagai guru yang memiliki profesi guru. Berangkat dari pengertian di atas maka
jelaslah bahwa kompetensi guru yaitu suatu pemilikan pengetahuan,
kecakapan dan kemampuan yang dituntut dari seseorang yang berprofesi guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran
yang dilaksanakan.
d. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam melaksanaan tugas keprofesionalan, guru berhak untuk
(1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial; (2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; (3) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas, dan hak atas kekayaan intelektual; (4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
(5) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; (6) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan ke-
36
lulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan; (7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk berserikat
dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan
dalam penentuan kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi; (11) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya (UU Nomor 14, 2005: 8).
Sedangkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan tentang hak-hak pendidik dan
tenaga kependidikan sebagai berikut : (1) Penghasilan dan jaminan
kesejahteraan sosial; (2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja; (3) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
dan hak atas hasil kekayaan intelektual, (4) Kesempatan untuk
menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaraan pelaksanaan tugas (UU Sisdiknas, 2003: 2728).
Hak-hak tersebut dalam kenyataannya mungkin masih dalam
bentuk harapan dan belum menjadi kenyataan. Untuk menggapai
harapan tersebut sudah barang tentu memerlukan satu usaha terus
menerus dan pantang menyerah. Untuk itu, para guru harus dapat
menunjukkan bahwa hak-hak yang akan diperoleh barulah setara
37
dengan kewajiban yang diberikan dalam pelaksanaan tugasnya.
Dengan demikian, tuntutan terhadap hak harus diikuti dengan
semangat untuk melaksanakan kewajiban dengan baik.
Secara umum tugas dan dan tanggung jawab pendidik dalam
pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan (1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenagkan, kreatif, dinamis dan dialogis; (2) Mempunyai komitmen secara professional untuk
meningkatkan mutu pendidikan, (3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya (UU Sisdiknas, 2003: 28).
Secara rinci, kewajiban guru dalam melaksanakan keprofesionalannya diuraikan sebagai berikut : (1) merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
(2) meningkatkan dan mengem-
bangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
(3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan (5)
memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU Nomor
14, 2005: 10 – 11).
38
4. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru.
Faktor penting yang menyebabkan tinggi rendahnya profesionalisme guru adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini
dikelompokkan menjadi 10 macam, diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural,
emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik. (5) Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan
santun
dengan
peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor
16, 2007: 9).
Profesionalisme adalah suatu termoniologi yang menjelaskan
bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan
39
menjadi profesional jika ia memiliki pengetahuan dan ketrampilan bekerja
dalam bidangnya (Sagala, 2009: 3).
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyatakan bahwa warga Negara berhak atas pendidikan yang
bermutu. Dalam mendukung harapan itu, pemerintah Indonesia menetapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007. Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat (UU Sisdiknas, 2003: 27).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan, pengertian profesionalisme guru ialah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan, maka untuk menunjang profesi tersebut dibutuhkan suatu teori atau penguasaan pengetahuan (kemampuan) mengenai bidang tertentu, dalam hal ini yang dikuasainya yakni kompetensi profesional guru.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik mengandung
makna komitmen terhadap tugas, ilmu pengetahuan, dan pengabdian sedangkan profesionalisme guru merupakan hasil karya, pelaksanaan kerja
atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik
dengan profesionalisme guru.
40
5. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang
profesional adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi
kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
(Mulyasa, 2012: 117).
Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga men-jadi guru,
dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru
(Permendiknas No 16 Tahun 2007).
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter
siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang
guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan
menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu (dipercaya) dan ditiru,
secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang
sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membela-
41
jarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang
akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem
pikiran dan keyakinan siswanya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, salah satu komponen profesionalisme guru adalah kemampuan untuk memanajemen diri untuk menjadi
sosok pribadi yang mampu menjadi suri tauladan bagi siswa dan memiliki
akhlak mulia. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru
menjadi pribadi yang mantap, stabil, bertanggungjawab dan berakhlak mulia. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
6. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75).
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam
diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
42
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu
kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif
dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan
(9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan
serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat
serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto,
1993: 239). Untuk menguasai metode yang tepat dan berwawasan luas
seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik.
Pengertian guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang
yang bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga
sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50).
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan guru mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian adalah
kemampuan guru dalam bertutur kata dan bertingkah laku yang mulia dalam melaksanakan tugasnya, dan profesionalisme guru adalah kemampuan
43
guru dalam melaksanakan tugas dengan professional dan bertanggungjawab sehingga mampu menghantarkan peserta didik hidup mandiri. Untuk menjadi seorang guru yang profesional maka seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian yang baik. Dengan demikian kompetensi pedagogik, kempetensi kepribadian memiliki
hubungan signifikan dengan profesionalisme guru.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai hubungan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru telah banyak dilakukan. Berikut ini akan
diuraikan penelitian-penelitian yang sudah ada, yang berkaitan dengan penelitian yang sudah dilakukan.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian Maya Shofiana. Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan positif dan signifikan
antara profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi
belajar siswa di MTs Al-Jamiiíah Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi
profesionalisme guru Fiqih terhadap prestasi belajar siswa adalah 50%. Dengan
kata lain, prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamiiíah Tegallega Cidolog Sukabumi ditentukan atau dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru sebanyak 50%, dan 50% lagi ditentukan oleh faktor yang lain.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Parminingsih dengan judul “Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai
supervisor dengan kompetensi profesional guru di MIM Jogosetran, Kalikotes,
44
Klaten. Hasil yang diperoleh adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai
supervisor di MI Muhammadiyah Jogosetran adalah tergolong cukup. Hal ini
didasarkan pada nilai angket kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor
di MIM Jogosetran diperoleh skor rata-rata sebesar 69,71. dengan Deviasi
Standar sebesar 3,66, dan bila disubstitusikan angket kepemimpinan kepala
sekolah sebagai supervisor di MI Muhammadiyah Jogosetran tergolong cukup
(42%). Kompetensi profesional guru di MI Muhammadiyah Jogosetran adalah
tergolong cukup. Hal ini dapat dilihat dari skor nilai angket kompetensi profesional guru diperoleh skor rata-rata sebesar 60,57. Deviasi Standarnya diperoleh sebesar 3,60 dan bila disubstitusikan dalam rumus dan dimasukkan ke dalam tabel akan diperoleh 57% kompetensi profesional guru terkategori cukup.
Antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dengan kompetensi
professional guru terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini terbukti dari analisa statistik bahwa diketahui bahwa rxy atau r0 yang diperoleh adalah = 0,960, sedangkan taraf signifikansi 5 % dan 1 % adalah 0,754 dan
0,874. Sedangkan berdasarkan nilai t
hitung
(taraf 5 %) dan 4,03 (taraf 1 %), maka t
= t xy = 7,68 dan nilai t
hitung
>t
tabel,
tabel
= 2,57
Dengan demikian Hipo-
tesa Nol Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, sehingga diperoleh
keputusan uji, bahwa antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor
dan kompetensi profesional guru terdapat hubungan positif yang signifikan.
Penelitian yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik dilakukan
oleh Oun Khomsatun yang berjudul “Strategi pengembangan kompetensi peda-
45
gogik guru di SMP Islam Hidayatullah Semarang”. Hasil yang dikemukakan
adalah 1) Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru SMP Islam Hidayatullah Semarang dapat dikatakan cukup, secara umum guru SMP Islam Hidayatullah Semarang telah berusaha menerapkan sepuluh indikator
kompetensi pedagogik, guru SMP Islam Hidayatullah Semarang telah menyiapkan RPP setiap kali akan mengajar, RPP telah sesuai dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan, menggunakan strategi atau pendekatan yang
sesuai, pemanfaatan media mengaktifkan siswa, menguasai materi, penilaian
proses dan hasil. 2) Adapun analisis yang digunakan SMP Islam Hidayatullah Semarang untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru di SMP Islam
Hidayatullah Semarang menggunakan analisis SWOT yaitu: Strengths, Weakness, Opportunity, Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman).
Dari hasil analisis ini menyatakan bahwa kelemahan yang ada di SMP Islam Hidayatullah Semarang adalah wawasan profesionalitas guru dan fasilitas pendukung proses pendidikan belum memadai sehingga masih dibutuhkan pengembangan baik dari segi profesionalitas dan wawasan guru
maupun fasilitas pendukung proses pendidikan. 3) Sedangkan strategi yang
dilaksanaan untuk pengembangan profesionalitas guru pada kompetensi pedagogik di SMP Islam Hidayatullah Semarang menggunakan pendidikan
46
dan pelatihan yang berbentuk: MGMP, workshop, seminar, diskusi, pelatihan implementasi kurikulum 2006 dan pelatihan classroom management.
Sedangkan yang berbentuk pelatihan dan pelaksanaan tugas yaitu: pelatihan pembuatan silabus dan RPP, pelatihan quantum teaching, dan pelatihan
student active learning.
Berdasarkan beberapa kajian hasil penelitian yang telah ada, peneliti belum menemukan judul penelitian yang sama dengan yang akan peniliti ajukan
yaitu hubungan antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian
dengan profesionalisme guru. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru, hubungan
kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru, hubungan kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian bersama-sama dengan profesionalisme
guru. Sebagaimana penelitian sebelumnya, diharapkan penelitian ini memberikan gambaran bagi dunia pendidikan akan pentingnya kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian hubungannya dengan profesionalisme guru, yang
selanjutnya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian
masalah yang diangkat dalam penelitian ini terdapat hal yang baru.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori, dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai
berikut:
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru.
Kompetensi adalah kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran dengan memahami karakteristik peserta didik, perencanaan dan
47
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi baik buruknya profesionalisme seorang guru.
Kompetensi pedagogik akan membantu meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik yang menguasai peserta didik, metode dan materi pembelajaran dalam menghantarkan peserta didik menjadi
seorang yang mandiri. Berdasarkan uraian tersebut diduga kompetensi
pedagogik memiliki hubungan yang signifikan dengan profesionalisme
guru.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
Kompetensi kepribadian adalah suatu kemampuan seseorang dalam bersikap, bertingkah laku, bertutur kata berjiwa besar serta tanggungjawab. Kompetensi kepribadian akan tercermin dalam tindakan, tingkah
laku sebagai akhlakul karimah seorang guru yang akan menentukan nilai
diri guru tersebut. Kompetensi kepribadian merupakan salah satu faktor
penting baik buruknya profesionalisme seorang guru.
Kompetensi kepribadian akan membentuk mental dan moral seorang guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga
profesional yang menjadi panutan peserta didik. Berdasarkan uraian ini
diduga kompetensi kepribadian memiliki hubungan yang signifikan
dengan profesionalisme guru.
48
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
dengan profesionalisme guru.
Kompetensi pedagogik akan membantu meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik yang menguasai peserta didik, metode
dan materi pembelajaran dalam menghantarkan peserta didik menjadi seorang yang mandiri, sedangkan kompetensi kepribadian akan membentuk
mental dan moral seorang guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga profesional yang menjadi panutan peserta didik.
Profesionalisme guru menuntut seorang guru untuk menguasai tidak hanya satu kompetensi saja melainkan beberapa kompetensi harus dikuasai oleh seorang guru. Diantara kompetensi tersebut adalah kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian.
Dari uraian di atas, dimungkinkan kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan
profesionalisme guru.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
49
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru.
2. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berhasil dan tidaknya suatu penelitian dalam usaha menguji
kebenaran suatu hipotesis sangat tergantung pada ketetapan dalam
menentukan metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan
metode akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Sehubungan demgan hal tersebut, maka dalam bab ini diuraikan masalahmasalah yang berhubungan dengan metode yang akan digunakan dalam
tesis ini.
Penelitian dapat berjalan dengan lancar, baik, benar, dan dapat
dipercaya apabila menggunakan cara-cara tertentu. Metode merupakan
cara yang digunakan peneliti dapat dilaksanakan dengan cara terencana,
sistematis dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
“Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian” (Arikunto, 2006 : 136). “Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2007 : 2).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah suatu cara pelaksanaan penelitian keilmuan dalam
rangka mendapatkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung
tercapainya tujuan penelitian.
50
51
Penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan berdasarkan sifat
pengumpulan data yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
instrumen kuesioner yaitu angket, maka penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif untuk mencari hubungan antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadan dengan profesionalisme guru.
Penelitian ini termasuk kuantitatif korelasional (correlation design).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di MI Kecamatan Kalikotes.
Penelitian ini dilaksanakan karena profesionalisme guru masih relatif
rendah menimbulkan keinginan untuk mengetahui sejauh mana
hubungan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan
profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini adalah bulan Agustus 2013 –
Januari 2014. Rincian perkiraan waktu penelitian tersebut seperti pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
No
Kegiatan
1.
Pengajuan Judul
2
Penyusunan
Waktu
September 2013
Proposal
dan Oktober 2013
52
penyusunan instrumen penelitian
3
Uji coba instrumen penelitian
Minggu ke-1 Desember 2013
4
Analisis hasil uji coba penelitian
Minggu ke-2 Desember 2013
5
Pengumpulan data penelitian
Minggu ke-3 Desember 2013
6
Analisis data penelitian
Minggu ke-3 Desember 2013
7
Penyusunan tesis
Minggu ke-4 Desember 2013
– Januari 2014
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
dari:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk menarik kesimpulan (Sugiyono, 2007: 80),
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di MI se Kecamatan
Kalikotes. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
No
Asal Sekolah
Populasi
1.
MI Muhammadiyah Jogosetran
10
2.
MI Muhammadiyah Tambong
12
3.
MI Muhammadiyah Jimbung
12
Jumlah
34
53
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili)” (Sugiyono, 2007:80).
Dikarenakan jumlah populasi yang tidak terlalu besar maka
penelitian ini mengambil sampel dalam penelitian ini karena idealnya kita
harus menyelidiki keseluruhan populasi itu (Nasution, 2006: 86). Sampel
penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 34 orang. Adapun
teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling yaitu pengambilan data dilakukan pada seluruh individu dalam
populasi untuk diberi kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data variabel
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme
guru. Data ketiga variabel tersebut dikumpulkan dengan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan angket. Untuk lebih jelasnya
berikut peneliti uraikan mengenai teknik pengumpulan data dari masingmasing variabel tersebut:
1. Kompetensi Pedagogik
a.
Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi
peda-gogik
menggunakan
angket
(kuesioner)
merupakan
54
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195).
b.
Aturan
Pemberian skor pada jawaban responden untuk kompetensi
pedagogik antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab selalu (SL),
skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR), skor 3 (tiga)
jika responden menjawab kadang (KD),
skor 2 (dua) jika
responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika responden
menjawab tidak pernah (TP).
c.
Responden uji coba.
Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru MI
Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100 orang.
d. Definisi konseptual
Kompetensi
pembelajaran
terhadap
peserta
peserta
pembelajaran,
pedagogik adalah kemampuan
didik
didik,
yang
meliputi
perancangan
evaluasi hasil
belajar,
pemahaman
dan
dan
mengelola
pelaksanaan
pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya
e. Definisi operasional
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
pem-belajaran
peserta
didik
yang
meliputi
mengelola
pemahaman
55
terhadap
peserta
pembelajaran,
didik,
perencanaan
evaluasi hasil
belajar,
dan
dan
pelaksanaan
pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi pedagogik sebagai kemampuan untuk
mengelola pembelajaran dengan indikator yang mengacu kepada
Permendiknas nomor 17 tahun 2007, yaitu: (1) menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual,
sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3)
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang
diampu;
(4)
menyelenggarakan
pembelajaran
yang
mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik
dan
santun
dengan
peserta didik; (8) menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran;
(10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
f.
Kisi-kisi kompetensi pedagogik
Berdasarkan definisi operasional disusunlah kisi-kisi
sebagai berikut :
56
Tabel 3.3.
Kisi-kisi angket kompetensi pedagogik
No
Indikator
Nomor Butir
Jumlah
1.
Menguasai karakteristik peserta didik
16, 17, 18, 19,
6
dari aspek fisik, moral, piritual, sosial,
20, 21,
kultural, emosional dan intelektual.
2.
3.
Menguasai teori belajar dan prinsip-
7, 8, 22, 23,
prinsip pembelajaran yang mendidik.
30, 32, 41,
Mengembangkan
kurikulum
yang
1, 2, 3, 4, 5, 6,
terkait dengan mata pelajaran yang
9, 10, 11, 13,
7
10
diampu.
4.
Menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik.
5.
7
29, 31, 48
Memanfaatkan
dan
14, 15, 24, 27,
teknologi
komunikasi
informasi
25,
1
26, 33, 38,49
4
12, 40, 44,48
4
34,35, 36, 37,
5
untuk kepentingan
pembelajaran.
6.
Memfasilitasi pengembangan potensi
peserta
didik
mengaktualisasikan
untuk
berbagai
potensi
yang dimiliki.
7.
Berkomunikasi secara efektif, empatik
dan santun dengan peserta didik.
8.
Menyelenggarakan
penilaian
dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
9.
Memanfaatkan
evaluasi
hasil
untuk
penilaian
42,
dan
43, 45, 46, 47,
4
kepentingan
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
Jumlah
28, 39
2
50
57
g. Butir angket kompetensi pedagogik
Berdasarkan kisi-kisi kompetensi pedagogik dapat dituliskan
butir-butir angket kompetensi pedagogik. Adapun butir-butir
angket terlampir.
h. Uji Coba
1) Uji Validitas
Pengertian valid adalah menurut cara yang semestinya, berlaku, sahih. Validitas adalah sifat benar menurut
bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum
(Dendy, 2008: 1258).
Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk menguji validitas instrumen, peneliti menggunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhati-hati
sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah variabel
menjadi sub variabel/indikator-indikator yang dijabarkan
menjadi pertanyaan-pertanyaan.
Di samping dengan validasi logis, peneliti melakukan
uji validitas dengan cara membandingkan nilai koefisien
korelasi product moment dengan nilai rtabel. Dan untuk
58
menentukan nilai
koefisien korelasi
Product
Moment
menggunakan rumus :
XY 
N  XY   X  Y 
 N  X 2   X 2  N  Y 2   Y 2 
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total (Y)
X = Skor item / skor butir
Y = Skor total
N = Banyaknya subyek penelitian
Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan
tidaknya instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas.
Jika N = 50 dan  = 5 % (0,05), yaitu 0,273 Apabila rXY >
rtabel, maka butir item tersebut valid, dan sebaliknya apabila
rXY < rtabel, maka butir item tersebut tidak valid, maka butir
soal tersebut tidak digunakan.
Berdasarkan
kompetensi
hasil
pedagogik)
uji
coba
sebagaimana
Angket
(variabel
tercantum
pada
lampiran 1-2, maka butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel
(0,273) berarti tidak valid sehingga butir soal yang tidak valid
dibuang atau tidak digunakan. Butir soal dengan r hitung lebih
dari rtabel (0,273) berarti butir soal valid sehingga butir soal
yang dapat digunakan. Adapun butir soal yang tidak
digunakan atau dibuang adalah butir soal nomor 8, 12, 25, 28,
32 dan 41.
59
Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik
Butir
Instrumen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
rhitung
rtabel
Keterangan
0,690
0,448
0,291
0,283
0,294
0,436
0,295
0,006
0,557
0,327
0,788
0,015
0,336
0,587
0,690
0,456
0,527
0,629
0,562
0,707
0,289
0,448
0,289
0,283
0,056
0,436
0,286
0,030
0,557
0,310
0,788
0,058
0,336
0,587
0,690
0,456
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
tidak valid
valid
valid
valid
tidak valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
tidak valid
valid
valid
tidak valid
valid
valid
valid
tidak valid
valid
valid
valid
valid
60
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
0,527
0,629
0,562
0,707
0,015
0,336
0,587
0,690
0,335
0,527
0,629
0,562
0,707
0,629
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
valid
valid
valid
valid
tidak valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
2) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digu-nakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus
sebagai berikut :
2
 k    b 


1

r11  k  1   2 
1


r11= rXY= Koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor
total (Y)
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
 b = jumlah varians butir
 12
= varians total
Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
 X 

2
 
2
X
2
N
N
61
Keterangan :
2
= varians butir
X
= jumlah skor perolehan butir
N
= jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
 X 
2
X
1 = 
2
2

N
N
Keterangan :
 12
= varians total
X
= Jumlah skor total
N
= jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, akan menginterprestasikan nilai r  = rXY sebagai berikut :
Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
tinggi.
Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi
Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang
Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah
Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
rendah.
Hasil uji reliabilitas angket kompetensi pedagogik
didapatkan dengan bantuan SPSS for window 18. Hasil
reliabilitas
menunjukkan
bahwa
angket
kompetensi
62
pedagogik mempunyai tingkat reliabilitas 0,756, jika
diinterpretasikan
maka
reliabilitas
angket
kompetensi
pedagogik termasuk kategori tinggi.
2. Kompetensi kepribadian
a. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi
kepri-badian menggunakan angket (kuesioner) merupakan pengumpulan
data
yang
dilakukan
dengan
cara
memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195).
b. Aturan
Pemberian skor pada jawaban responden untuk kompetensi
ke-pribadian antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab selalu (SL),
skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR), skor 3 (tiga)
jika responden menjawab kadang (KD),
skor 2 (dua) jika
responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika responden
menjawab tidak pernah (TP).
c. Responden uji coba.
Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru SD/MI
Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100 orang.
d. Definisi konseptual
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis
kompetensi yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi
63
lainnya:
sosial,
pedagogik,
dan
profesional.
Kompetensi
kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik
secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia
e. Definisi operasional
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat
dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian sebagai akhlak mulia guru mencakup
indikator-indikator (1) bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum,
sosial,
dan kebudayaan nasional
Indonesia;
(2)
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5)
menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
f. Kisi-kisi kompetensi kepribadian
Berdasarkan definisi operasional maka disusunlah kisi-kisi
kompetensi kepribadian sebagai berikut :
64
Tabel 3.5
Kisi-kisi angket kompetensi kepribadian
No
Indikator
Nomor Butir
Jumlah
1.
Bertindak sesuai dengan norma agama,
1, 2, 3, 4, 5,
11
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
6, 7, 8, 9, 10,
Indonesia;
2.
19,
Menampilkan diri sebagai pribadi yang
11, 12, 13,
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
14, 15, 16,
peserta didik dan masyarakat;
17, 24, 38,
13
39, 40, 41, 42
3.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang
21, 22, 23,
mantap,
dan
27, 31, 32
tanggung
18, 20, 25,
jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
28, 29, 30,
stabil,
dewasa,
arif,
6
berwibawa
4.
Menunjukkan
etos
kerja,
guru, dan rasa percaya diri,
5.
7
33,
Menjunjung tinggi kode etik profesi
guru,
26, 34, 35,
5
36,37,
Jumlah
42
g. Butir angket kompetensi kepribadian
Berdasarkan kisi-kisi kompetensi kepribadian dapat dituliskan
butir-butir angket kompetensi kepribadian. Adapun butir-butir angket
terlampir.
h. Uji Coba
Instrumen
kompetensi
kepribadian
diuji
validitas
dan
realibititas dengan tujuan untuk menganalisis instrumen yang disusun
65
valid, yang kemudian dijadikan sebagai dasar penggunaan instrumen
sebagai alat pengumpulan data penelitian.
1) Uji Validitas
Pengertian valid adalah menurut cara yang semestinya,
ber-laku, sahih. Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti
yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum (Dendy, 2008:
1258).
Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk menguji validitas instrumen, penelitian ini menggunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhati-hati
sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah variabel
menjadi sub variabel/indikator-indikator yang dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan.
Disamping dengan validasi logis, dilakukan uji validitas
dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi product
moment dengan nilai rtabel. Dan untuk menentukan nilai koefisien
korelasi Product Moment menggunakan rumus :
XY 
N  XY   X  Y 
 N  X 2   X 2  N Y 2  Y 2 
66
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total ( Y )
X = Skor item / skor butir
Y = Skor total
N = Banyaknya subyek penelitian
Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan
tidaknya instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas.
Jika N = 42 dan  = 5 % (0,05), yaitu 0,304. Apabila rXY >
rtabel, maka butir item tersebut valid, dan sebaliknya apabila rXY
< rtabel, maka butir item tersebut tidak valid, maka butir soal
tersebut tidak digunakan.
Berdasarkan hasil uji coba Angket (variabel kompetensi
kepribadian) sebagaimana tercantum pada lampiran 2-2, maka
butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel (0,304) berarti tidak
valid sehingga butir soal yang tidak valid dibuang atau tidak
digunakan. Butir soal dengan r hitung lebih dari rtabel (0,304)
berarti butir soal valid
sehingga butir soal
yang dapat
digunakan. Adapun butir soal yang tidak digunakan atau
dibuang adalah butir soal nomor 7 dan 27.
Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam tabel
berikut ini:
67
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Angket Kompetensi Kepribadian
Butir Instrumen
rhitung
rtabel
Keterangan
1.
0,337
0,304
valid
2.
0,337
0,304
valid
3.
0,348
0,304
valid
4.
0,351
0,304
valid
5.
0,316
0,304
valid
6.
0,565
0,304
valid
7.
0,018
0,304
tidak valid
8.
0,302
0,304
valid
9.
0,622
0,304
valid
10.
0,341
0,304
valid
11.
0,739
0,304
valid
12.
0,326
0,304
valid
13.
0,307
0,304
valid
14.
0,403
0,304
valid
15.
0,576
0,304
valid
16.
0,530
0,304
valid
17.
0,346
0,304
valid
18.
0,385
0,304
valid
19.
0,387
0,304
valid
20.
0,517
0,304
valid
21.
0,320
0,304
valid
22.
0,535
0,304
valid
23.
0,382
0,304
valid
24.
0,340
0,304
valid
25.
0,358
0,304
valid
26.
0,565
0,304
valid
27.
0,048
0,304
tidak valid
28.
0,319
0,304
valid
29.
0,622
0,304
valid
30.
0,341
0,304
valid
31.
0,739
0,304
valid
32.
0,317
0,304
valid
33.
0,306
0,304
valid
34.
0,403
0,304
valid
35.
0,576
0,304
valid
36.
0,530
0,304
valid
37.
0,312
0,304
valid
38.
0,519
0,304
valid
39.
0,387
0,304
valid
40.
0,517
0,304
valid
41.
0,330
0,304
valid
42.
0,318
0,304
valid
68
2) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai
berikut :
2
 k    b 
r11   k  1 1   2 
1


r11= rXY= Koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total
(Y)
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal

2
b
= jumlah varians butir
 12
= varians total
Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
 X 

2

2

X
2
N
N
Keterangan :
2
= varians butir
X
= jumlah skor perolehan butir
N
= jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
69
 X 

2
 12 =
X
2
N
N
Keterangan :
 12
= varians total
X
= Jumlah skor total
N
= jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, langkah selanjutnya menginterprestasikan nilai r  = rXY sebagai berikut :
Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
tinggi.
Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi
Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang
Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah
Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
rendah
Hasil uji reliabilitas angket kompetensi kepribadian
didapatkan dengan bantuan SPSS for window 18. Hasil
reliabilitas
menunjukkan
bahwa
angket
kompetensi
kepribadian mempunyai tingkat reliabilitas 0,725. Berdasarkan
interprestasi yang telah dikemukakan, maka instrumen variabel
kompetensi kepribadian reliabilitasnya tinggi.
70
3. Profesionalisme Guru
a. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi
kepri-badian
menggunakan
angket
(kuesioner)
merupakan
pengumpulan da-ta yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat
pertanyaan
atau
per-nyataan
tertulis
kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195).
b. Aturan
Pemberian
skor
pada
jawaban
responden
untuk
kompetensi kepribadian antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab
selalu (SL), skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR),
skor 3 (tiga) jika responden menjawab kadang (KD), skor 2 (dua)
jika responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika
responden menjawab tidak pernah (TP).
c. Responden uji coba.
Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru
SD/MI Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100
orang.
d. Definisi konseptual
Profesionalisme
guru
adalah
bahwa
guru
harus
mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang
studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam
71
arti memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakannya
dalam proses belajar mengajar
e. Definisi operasional
Profesionalisme guru adalah guru yang melaksanakan
tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber
kehidupan, maka untuk menunjang profesi tersebut dibutuhkan
suatu teori atau penguasaan pengetahuan (kemampuan) mengenai
bidang tertentu, meliputi aspek motivasi pengembangan dan
inovasi, aspek kegiatan belajar mengajar dan aspek sikap dan
perilaku.
f. Kisi-kisi profesionalisme guru
Berdasarkan definisi operasional dapat dijabarkan dalam
indikator-indikator variabel. Adapun kisi-kisi profesionalisme
guru sebagai berikut :
Tabel 3.4.
Kisi-kisi angket profesionalisme guru
No
1.
Indikator
Motivasi
Pengembangan
dan inovasi
Nomor Butir
Jumlah
1, 2, 3, 4, 5,
5
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
2.
Kegiatan belajar mengajar
13, 14, 15, 16, 17, 18,
17
19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28,
3.
Sikap dan perilaku
29, 30, 31, 32, 33, 34,
13
35
Jumlah
35
72
g. Butir angket profesionalisme guru
Berdasarkan kisi-kisi profesionalisme guru dapat dituliskan butirbutir angket profesionalisme guru. Adapun butir-butir angket
terlampir.
h. Uji Coba
Instrumen profesionalisme guru diuji validitas dan realibititas
dengan tujuan untuk menganalisis instrumen yang disusun valid,
yang kemudian dijadikan sebagai dasar penggunaan instrumen
sebagai alat pengumpulan data penelitian.
1) Uji Validitas
Pengertian valid adalah
menurut cara yang
semestinya, berlaku, sahih. Validitas adalah sifat benar
menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan
hukum (Dendy, 2008: 1258).
Instrumen yang valid berarti alat ukut yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007:
121).
Untuk menguji validitas instrumen, penelitian ini
menggunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhatihati sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah
73
variabel
menjadi
sub
variabel/indikator-indikator
yang
dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan.
Disamping dengan validasi logis, dilakukan uji
validitas dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi
product moment dengan nilai rtabel. Dan untuk menentukan
nilai koefisien korelasi Product Moment menggunakan rumus
:
XY 
N  XY   X  Y 
 N  X 2   X 2  N  Y 2   Y 2 
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total ( Y
)
X = Skor item / skor butir
Y = Skor total
N = Banyaknya subyek penelitian
Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan
tidak-nya
instrumen
penelitian
reliabilitas. Jika N = 35 dan 
adalah
validitas
dan
= 5 % (0,05), yaitu 0,344.
Apabila rXY > rtabel, maka butir item tersebut valid, dan
sebaliknya apabila rXY < rtabel, maka butir item tersebut
tidak valid, maka butir soal tersebut tidak digunakan.
Berdasarkan
hasil
uji
coba
Angket
(variabel
profesionalisme guru) sebagaimana tercantum pada lampiran
3-2, maka butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel (0,344)
berarti tidak valid sehingga butir soal yang tidak valid
74
dibuang atau tidak digunakan. Butir soal dengan r hitung lebih
dari rtabel (0,344) berarti butir soal valid sehingga butir soal
yang
dapat
digunakan.
Hasil
uji
validitas
angket
profesionalisme guru adalah didapati semua butir soal
dinyatakan valid sehingga tidak ada butir soal yang dibuang.
Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Angket Profesionalisme Guru
Butir
Instrumen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
rhitung
rtabel
Keterangan
0,362
0,349
0,351
0,362
0,345
0,687
0,494
0,359
0,666
0,348
0,353
0,656
0,434
0,353
0,348
0,347
0,379
0,363
0,533
0,570
0,351
0,347
0,376
0,421
0,533
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
75
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,344
0,519
0,361
0,359
0,649
0,494
0,366
0,666
0,349
0,355
0,402
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
2) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan meng-hasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai
berikut :
2
 k    b 

1

r11  k  1   2 
1


r11= rXY= Koefisien korelasi
skor butir (X) dengan skor total
(Y)
k

 12
= Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
b
= jumlah varians butir
= varians total
Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
76
 X 

2
 
2
X
2
N
N
Keterangan :
2
= varians butir
X
= jumlah skor perolehan butir
N
= jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
 X 

2
 12 =
X
2
N
N
Keterangan :
 12
= varians total
X
= Jumlah skor total
N
= jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, langkah selanjutnya menginterprestasikan nilai r  = rXY sebagai berikut :
Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
tinggi.
Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi
Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang
Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah
Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
rendah
77
Hasil uji reliabilitas angket profesionalisme guru didapatkan
dengan
bantuan
SPSS
for
window
18. Hasil
reliabilitas
menunjukkan bahwa angket profesionalisme guru mempunyai
tingkat reliabilitas 0,665. Berdasarkan interprestasi yang telah
dikemukakan, maka instrumen variabel
profesionalisme guru
reliabilitasnya tinggi.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data meliputi uji asumsi dan uji hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Asumsi
a. Data berdistribusi normal
Uji normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah
regresi variabel dependen, variabel independen, atau keduanya
mempu-nyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk
menggunakan uji normalitas Liliefors.
1) Jika Lhitung < Ltabel maka Ho diterima berarti distribusi
sebenar-nya tidak normal.
2) Jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak berarti distribusi
sebenar-nya tidak normal.
b. Regresinya linear dan signifikan
Uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model
persamaan yang kita peroleh cocok atau tidak. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
78
Ftabel = (1- ) (k-2;N,k)
Menghitung :
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak berarti persamaannya tidak
linier.
Jika Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima berarti persamaannya
linier (Sudjana, 1996 : 330 : 337).
c. Variabel bebas independen
Independen variabel bebas diuji menggunakan cara
melihat saling korelasi antar variabel. Dua atau lebih variabel
bebas mempunyai hubungan apabila mereka mempunyai
korelasi minimal 0,80. Jika dua variabel bebas tersebut
mempunyai korelasi minimal maka keduanya mempunyai
variabel yang sama dalam mempengaruhi variabel terikat
sehingga variabel bebas yang mempunyai korelasi lebih
rendah dengan variabel terikat dikeluarkan dari model
(Purwanto, 2008: 290-291).
2. Uji Hipotesis
a. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan professionalisme guru
Untuk menganalisis data yang ada, penelitian ini akan
menggunakan teknik:
1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan
rumus:
79
N  XY   X  Y 
X 1Y 
N  X
2

  X  N  Y 2   Y 
2
2
Keterangan :
rXY =
Σ XY =
Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan
sekor Y
= Jumlah seluruh sekor variabel X
ΣX
ΣY =
N
Jumlah seluruh sekor variabel Y
= Number of Cases (Anas, 2003: 193)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggunakan rumus :
tXY =
rXY n  2
1  rXY 2
t xy = Tingkat signifikansi
rxy = Angka indek korelasi
n
= Jumlah subyek penelitian
3) Memberikan interprestasi terhadap nilai rXY atau r0
dengan cara berkonsultasi pada Tabel Nilai “r” Product
Moment. dengan memperhitungkan df-nya lebih dahulu,
dengan rumus:
Df = N – nr
Jika rXY atau r0 pada taraf signifikansi 5% dan 1 % sama
besarnya atau lebih besar dengan r
tabel
atau rt, maka
kedua variabel ada korelasi positif, dan jika perolehan

80
thitung > t
tabel,
maka pada taraf signifikansi Hipotesa Nol
Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, berarti
bahwa memang ada korelasi positif yang signifikan antara
variabel X dan variabel Y.
b. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan professionalisme guru
Untuk menganalisa data yang ada, penelitian ini
menggunakan teknik:
1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan
rumus:
N  XY   X  Y 
X 2Y 
N  X
2

  X  N  Y 2   Y 
2
2
Keterangan :
rX2Y
=
Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
Σ XY =
Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan
sekor Y
= Jumlah seluruh sekor variabel X
Σx
ΣY =
N
=
Jumlah seluruh sekor variabel Y
Number of Cases (Anas, 2003: 193)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggunakan rumus :
t XY =
rXY n  2
1  rXY 2
t xy = Tingkat signifikansi
rxy = Angka indek korelasi

81
n
= Jumlah subyek penelitian
3) Memberikan interprestasi terhadap nilai rXY atau r0 dengan cara berkonsultasi pada Tabel Nilai “r” Product
Moment. dengan memperhitungkan df-nya lebih dahulu,
dengan rumus:
Df = N – nr
Jika rXY atau r0 pada taraf signifikansi 5% dan 1 % sama
besarnya atau lebih besar dengan r
tabel
atau rt, maka
kedua variabel ada korelasi positif, dan jika perolehan
thitung > t
tabel,
maka pada taraf signifikansi Hipotesa Nol
Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, berarti
bahwa memang ada korelasi positif yang signifikan
anatara variabel X dan variabel Y.
c. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru
Untuk menganalisa data kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian dengan peofesionalisme guru, digunakan
teknik:
1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan
rumus:
r 2 yx1  r 2 yx2  2ryx1 ryx2 rx1 x2
yx1 x2 
1  r 2 x1 x2
82
Keterangan :
Ryx1x2
Ryx1x2
Ryx1x2
Ryx1x2
N
=
Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara
bersama-sama dengan variabel y
= Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan
sekor Y
= Jumlah seluruh sekor variabel X
= Jumlah seluruh sekor variabel Y
= Number of Cases (Sugiyono, 2007: 191)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggunakan
ru-mus :
F h=
R2 / k
1  R 2 / n  k  1
R = Koofesiensi korelasi ganda
k = jumlah variabel independen
n
= Jumlah subyek penelitian (Sugiyono, 2007: 192)
Dalam hal ini berlaku ketentuan bila Fh lebih besar dari Ft,
maka koofesien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan,
yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil menyebar angket kepada
34 guru MI se kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Variabel dalam
penelirian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
bebas yang pertama adalah kompetensi pedagogik dan variabel bebas yang
kedua adalah kompetensi kepribadian. Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah profesionalisme guru. Data yang telah terkumpul secara
lengkap, kemudian dikelompokkan sesuai dengan proporsinya masingmasing agar mempermudah dalam penganalisaannya. Setelah semua data
dikelompokkan maka dilakukanlah analisa data.
Hasil penelitian secara terperinci dari masing-masing variabel tersaji
berikut ini:
1. Kompetensi Pedagogik (X1)
Data mengenai kompetensi pedagogik diperoleh dengan menyebar
angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten
Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 178 dan
skor terendah adalah 156. Selanjutnya didapatkan mean sebesar 165,62
dan standar deviasi 6,457 (data perhitungan ada di lampiran).
Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan
cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval
83
84
yaitu (178 – 156) : 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5. Berdasarkan hasil
variabel ini dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Skor Angket Kompetensi Pedagogik (X1)
No
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
4
5
176 - 180
171 - 175
166 - 170
161 - 165
156 - 160
2
7
7
10
8
34
6
21
21
29
23
100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa responden yang menjawab kompetensi pedagogik
dengan skor terbanyak adalah 161 – 165 sebanyak 10 responden. Dari
tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut:
30
25
176 - 180
20
171 - 175
15
166 - 170
10
161 - 165
5
0
Gambar 4.1
Grafik Kompetensi Pedagogik
Setelah
data
terkumpul,
langkah
berikutnya
adalah
mengklasifikasikan data untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru MI
di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu
85
jumlah responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata
ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden
yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar
deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan
kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih
kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini
adalah hasil perhitungan klasifikasi responden yang menjawab kompetensi
pedagogik.
Tabel 4.2
Kategori Kompetensi Pedagogik (X1) di Kecamatan Kalikotes
No
1
2
3
Kelas Interval
>172,08
159,16 – 172,08
<159,16
Jumlah
Kategori
Frekuensi
Persentase
(%)
Tinggi
Sedang
Rendah
8
19
7
34
23
56
21
100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa skor kompetensi pedagogik guru MI di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori
sedang mencapai yaitu 56% (19 responden). Sedangkan kategori, tinggi
23% (8 responden) dan rendah sebesar 21% (7 responden). Dari tabel
distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
86
tinggi
23%
rendah
21%
sedang
56%
tinggi
rendah
sedang
Gambar 4.2
Grafik Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian (X2)
Data
mengenai
kompetensi
kepribadian
diperoleh
dengan
menyebar angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes
kabupaten Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah
172 dan skor terendah adalah 150. Selanjutnya didapatkan mean sebesar
159,71 dan standar deviasi 6,436 (data perhitungan ada di lampiran).
Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan
cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval
yaitu (172 – 150) : 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5. Berdasarkan hasil
variabel ini dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi skor angket kompetensi kepribadian (X2)
No
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
170 – 174
165 – 169
160 – 164
155 – 159
150 – 154
2
7
7
10
8
34
6
21
21
28
24
100
87
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa responden yang menjawab kompetensi kepribadian
dengan skor terbanyak adalah 155 – 159 sebanyak 10 responden. Dari
tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut
ini:
30
25
170 – 174
20
165 – 169
15
160 – 164
10
155 – 159
5
150 – 154
0
Persentase
Gambar 4.3
Grafik Kompetensi Kepribadian
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan data untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru MI di
kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu
jumlah responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata
ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden
yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar
deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan
kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih
kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini
88
adalah hasil perhitungan klasifikasi responden yang menjawab kompetensi
kepribadian.
Tabel 4.4
Kategori kompetensi kepribadian (X2) di Kecamatan Kalikotes
No
Kelas Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
>166,15
153,28 – 166,15
<153,28
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah
8
19
7
34
23
56
21
100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa skor kompetensi kepribadian guru MI di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori
sedang yaitu 56% (19 responden). Sedangkan kategori tinggi mencapai
23% (8 responden), dan kategori rendah sebesar 21% (7 responden). Dari
tabel distribusi frekuensi data dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
tinggi
23%
rendah
21%
sedang
56%
tinggi
rendah
sedang
Gambar 4.4
Grafik Kompetensi Kepribadian
89
3. Profesionalisme Guru
Data mengenai kompetensi profesionalisme guru diperoleh dengan
menyebar angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes
kabupaten Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah
175 dan skor terendah adalah 150. Selanjutnya didapatkan mean sebesar
164,94 dan standar deviasi 7,071 (data perhitungan ada di lampiran).
Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan
cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval
yaitu (175 – 150) : 5 = 5. Berdasarkan hasil variabel ini dapat disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Skor Angket Profesionalisme Guru (Y)
No
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
4
5
170 – 175
165 – 169
160 – 164
155 – 159
150 – 154
9
12
6
4
3
33
26
35
18
12
9
100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang menjawab angket profesionalisme guru dengan skor terbanyak adalah 165 – 169 sebanyak 12 responden (35%). Dari
tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut
ini:
90
35
30
25
170 – 175
20
165 – 169
160 – 164
15
155 – 159
150 – 154
10
5
0
Gambar 4.5
Grafik Profesionalisme Guru
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan data untuk mengetahui profesionalisme guru MI di kecamatan
Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga kategori,
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu jumlah
responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata
ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden
yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar
deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan
kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih
kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini
adalah
hasil
perhitungan
profesionalisme guru.
klasifikasi
responden
yang
menjawab
91
Tabel 4.6
Kategori Profesionalisme Guru (Y) Di Kecamatan Kalikotes
No
Kelas Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
>172,01
Tinggi
7
21
2
157,87 – 172,01
Sedang
21
61
3
<157,87
Rendah
6
18
Jumlah
34
100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa skor profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori sedang yaitu
61% (21 responden). Sedangkan kategori tinggi mencapai 21% (7
responden), dan rendah sebesar 18% (6 responden). Dari tabel distribusi
frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
rendah
18%
tinggi
21%
sedang
61%
tinggi
rendah
sedang
Gambar 4.6
Grafik Profesionalisme Guru
92
B. Uji Prasyarat Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi, sehingga ada persyaratan
yang harus dipenuhi sebelum analisis dilaksanakan. Hal tersebut untuk
memperkecil terjadinya penyimpangan. Persyaratan itu adalah uji normalitas
dan uji linieritas tersebut. Berikut adalah hasil perhitungan masing-masing uji
persyaratan tersebut.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalisasi digunakan untuk mengetahui apakah variabel
profesionalisme guru memenuhi kriteria distribusi normal atau tidak.
Penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S)
dengan bantuan SPSS releas 18 for windows dengan ketentuan jika nilai
signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal, tetapi jika nilai
signifikansi < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
Tabel 4.7
Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadian
Profesionalisme Guru
df
.128
.121
.121
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
34
.173
.941
34
.065
34
.200
*
.945
34
.084
.200
*
.937
34
.049
34
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil pengolahan data K-S tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa :1) data variabel kompetensi pedagogik memiliki nilai signifikansi
93
0,173, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data dinyatakan
berdistribusi normal, 2) data variabel kompetensi kepribadian memiliki
nilai signifikansi 0,200, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data
dinyatakan berdistribusi normal, 3) data variabel kompetensi pedagogik
memiliki nilai signifikansi 0,200, karena signifikansi lebih besar dari 0,05
maka data dinyatakan berdistribusi normal.
2. Uji Independensi Variabel Bebas
Uji independensi variabel bebas dilakukan untuk menguji variabel
bebas yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian. Untuk
menguji independensi variabel bebas dalam penelitian digunakan program
SPSS 18 for windows.
Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel-variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
tidak saling berhubungan karena koefisien korelasi antar variabel karang
dari 0,80. Menurut Purwanto (2008: 290 – 291) dua atau lebih variabel
bebas saling berhubungan apabila mereka mempunyai korelasi minimal
0,80. Bila dua atau lebih variabel bebas memiliki korelasi tinggi maka
merupakan variabel yang sama dalam mempengaruhi variabel terikat maka
harus diambil salah satu variabel yang memiliki korelasi lebih tinggi dan
salah satunya dikeluarkan dari model.
94
Tabel 4.8
Kooefisien Korelasi Variabel Bebas
Correlations
Kompetensi
Pearson Correlation
Pedagogik
Sig. (2-tailed)
Kompetensi
Kompetensi
Pedagogik
Kepribadian
N
Kompetensi
Pearson Correlation
Kepribadian
Sig. (2-tailed)
N
Profesionalisme
Pearson Correlation
Guru
Sig. (2-tailed)
N
1
Profesionalisme
Guru
.998
**
.550
**
.000
.001
34
34
34
**
1
.998
.000
.559
**
.001
34
34
34
**
**
1
.550
.559
.001
.001
34
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nilai koefisien korelasi antara variabel kompetensi pedagogik (X1)
dan profesionalisme guru sebesar 0,550. Nilai koefisien korelasi antara
kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru sebesar 0,559
yang berarti < 0,80 sehingga dapat dikatakan bahwa dua variabel bebas
tidak saling berhubungan.
3. Linearitas dan keberartian regresi
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel
bebas dan variabel terikat memiliki hubungan linear atau tidak. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi persyaratan model regresi dengan kaidah bila
Fhitung > Ftabel maka persamaan garis regresi tidak linear, sedangkan bila
Fhitung < Ftabel maka persamaan garis regresi menunjukkan linear. Jika
95
hubungan variabel bebas dan terikat telah berpola linear maka dapat
dilakukan analisis uji regresi.
a. Hubungan kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
Untuk menguji linearitas dan keberartian regresi digunakan
program SPSS 18.
Tabel 4.9
Uji lineritas X1 dan Y
ANOVA Table
Sum of
Mean
Squares
df
1072.132
18
Square
Profesionali Between
(Combined)
sme Guru *
Linearity
499.721
1
Deviation from Linearity
572.411
17
33.671
577.750
15
38.517
1649.882
33
Groups
Kompetensi
Pedagogik
Within Groups
Total
59.563
F
Sig.
1.546
.199
499.721 12.974
.003
.874
.608
Dengan melihat tabel di atas diketahui Fh = 0,874 dengan Ft
untuk db 1 pada taraf signifikansi 5% = 4,13 dan 1% = 7,44.
Dikarenakan Fh < Ft atau 0,874 < 4,13 dan p (signifikan) > 0,05 atau
0,608 > 0,05 berarti hubungan antara kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme guru berpola linear.
Selanjutnya dilakukan uji keberartian persamaan regresinya. Hasil
dari analisis regresi sederhana antara pasangan data kompetensi
pedagogik (X1) dengan profesionalisme guru (Y) dapat dilihat pada
tabel regresi berikut:
96
Tabel 4.10
Kooefisien X1 terhadap Y
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
65.135
26.787
Model
1
(Constant)
Kompetensi Pedagogik
.603
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
.162
.550
t
2.432
Sig.
.021
3.729
.001
Untuk mengetahui keberartian regresinya dilakukan uji t,
adapun kaidah keputusan untuk uji t adalah jika nilai thitung > ttabel maka
Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Dengan
menggunakan program SPSS 18 diperoleh nilai thitung sebesar 3,729
untuk responden sebanyak 34. Untuk memperoleh nilai ttabel dengan
taraf signifikansi 0,05 digunakan rumus N – K (N= jumlah sampel. K=
jumlah variabel sehingga ttabel dari 34 – 2 = 32 adalah 2,040.
Karena nilai thitung 3,729 > 2,040, maka Ho ditolak sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berarti atau signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru.
b. Hubungan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru
Untuk menguji linearitas dan keberartian regresi digunakan
program SPSS 18.
Tabel 4.11
Uji lineritas X2 dan Y
Profesionalis
me Guru *
Kompetensi
Kepribadian
ANOVA Table
Sum of
Squares
Between (Combined)
1079.132
Groups Linearity
515.422
Deviation from Linearity
563.710
Within Groups
570.750
df
17
1
16
16
Total
33
1649.882
Mean
Square
F
63.478 1.780
515.422 14.449
35.232
.988
35.672
Sig.
.128
.002
.510
97
Dengan melihat tabel di atas diketahui Fh = 0,988 dengan Ft
untuk db 1 pada taraf signifikansi 5% = 4,13 dan 1% = 7,44.
Dikarenakan Fh < Ft atau 0,988 < 4,13 dan p (signifikan) > 0,05 atau
0,510 > 0,05 berarti hubungan antara kompetensi kepribadian dengan
profesionalisme guru berpola linear. Selanjutnya dilakukan uji
keberartian persamaan regresinya. Hasil dari analisis regresi sederhana
antara
pasangan
data
kompetensi
kepribadian
(X2)
dengan
profesionalisme guru (Y) dapat dilihat pada tabel regresi berikut:
Tabel 4.12
Kooefisien X2 terhadap Y
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
a
Std. Error
66.877
25.739
.614
.161
Kompetensi Kepribadian
Beta
t
.559
Sig.
2.598
.014
3.813
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Untuk mengetahui keberartian regresinya dilakukan uji t,
adapun kaidah keputusan untuk uji t adalah jika nilai thitung > ttabel maka
Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Dengan
menggunakan program SPSS 18 diperoleh nilai thitung sebesar 3,813
untuk responden sebanyak 34. Untuk memperoleh nilai ttabel dengan
taraf signifikansi 0,05 digunakan rumus N – K (N= jumlah sampel. K=
jumlah variabel sehingga ttabel dari 34 – 2 = 32 adalah 2,040.
98
Karena nilai thitung 3,813 > 2,040, maka Ho ditolak sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berarti atau signifikan
antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
C. Uji Hipotesis
Penelitian ini mengajukan tiga hipotesis yang perlu diuji secara
empiris. Semua hipotesis adalah dugaan tentang korelasi antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru. Teknik statistik yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel tersebut
adalah teknik statistik korelasi product moment dan regresi, baik secara
sederhana dan ganda. Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya
kontribusi dari variabel X terhadap variabel Y.
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
kompetensi pedagogik (X1) dan profesionalisme guru (Y). Diartikan
bahwa semakin tinggi kompetensi pedagogik maka akan meningkatkan
profesionalisme guru.
Ho
= Tidak ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dengan
profesionalisme guru (Y).
Ha
=
Ada
hubungan
kompetensi
profesionalisme guru (Y).
pedagogik
(X1)
dengan
99
Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah
menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi pedagogik
X1) dengan profesionalisme guru (Y).
Tabel 4.13
Tabel Anova dan koefisien regresi X1 dengan Y
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
499.721
1
499.721
Residual
1150.161
32
35.943
Total
1649.882
33
F
Sig.
13.903
.001
a
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
Kompetensi Pedagogik
a
Std. Error
65.135
26.787
.603
.162
Beta
t
.550
Sig.
2.432
.021
3.729
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari hasil uji analisis pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung =
13,903 dengan tingkat probilitas 0,01. Oleh karena itu 0,01 < 0,05 maka
model regresi bisa dipakai untuk memprediksi profesionalisme guru.
Berdasarkan tabel kooefisien regresi pada tabel di atas dapat dilihat
bahwa koefisien regresi sebesar 0,550 dan konstanta sebesar 65,135 serta
harga thitung dan tingkat signifikan sebesar 0,001 artinya apabila tidak ada
variabel kompetensi pedagogik maka profesionalisme guru akan sebesar
65,135. Koefisien regresi sebesar 0,550 menyatakan setiap penambahan
100
satu poin pada variabel kompetensi pedagogik maka diprediksikan akan
meningkatkan profesionalisme guru sebesar 0,550. Jadi hal ini menyatakan
arah prediksi yang searah atau linear. Kenaikan variabel X1 akan
mengakibatkan kenaikan variabel bebas (Y). Dari kedua koefisien
diperoleh persamaan regresi Y = 65.135 + 0,550. Persamaan regresi ini
dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.7
Grafik Hubungan antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data terdistribusi
dengan normal dengan model regresi ini telah memenuhi normalitas.
Persamaan regresi Y = 65.135 + 0,550 X1 dapat diinterpretasikan bahwa
101
apabila kompetensi pedagogik (X1) dan profesionalisme guru diukur
dengan menggunakan instrumen ini, maka setiap kenaikan skor
kompetensi
pedagogik
satu
poin
akan
diikuti
kenaikan
skor
profesionalisme guru 0,550 pada arah yang sama dengan konstanta 65.135.
Selanjutnya pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment yang dihitung dengan bantuan
SPSS 18. Berikut ini tabel hasil perhitungannya:
Tabel 4.14
Korelasi X1 dengan Y
Correlations
Kompetensi Pedagogik
Pearson Correlation
Kompetensi
Profesionalisme
Pedagogik
Guru
1
Sig. (2-tailed)
N
Profesionalisme Guru
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.550
**
.001
34
34
**
1
.550
.001
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, diperoleh koefisien korelasi antara kompetensi
pedagogik dengan profesionalisme guru dengan rxy = 0,550 yang berarti
terdapat hubungan yang positif di antara keduanya. Hal ini dapat pula
dibuktikan dengan melihat uji signifikansinya. Kaidah untuk uji
signifikansi adalah jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan 0,05
dengan nilai probabilitas sig. Jika nilai probababilitas lebih kecil atau sama
dengan nilai probabilitas 0,005 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya
102
signifikan. Nilai signifikansi 0,01 < 0,05 berarti hubungan kedua variabel
signifikan.
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi X1
b
Model Summary
Model
R
d
i
m
e
n
s
1
.550
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.303
.281
5.995
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R
sebesar 0,550 dan
Dterminasi (Rsquare) sebesar 0,303 yang merupakan pengkuadratan dari
koefisien nilai R. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi
pedagogik
memberikan
sumbangan
atau
kontribusi
kepada
profesionalisme guru sebesar 0,303 atau 30,3%. Sedangkan sissanya
(100% - 30,3% = 69,7%) dipengaruhi faktor lain di luar penelitian. Rsquare
berkisar pada angka 0 sampai 1 dengan catatan semakin kecil angka Rsquare
maka semakin lemah hubungan kedu variabel.
Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan
kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru digunakan analisis
korelasi parsial yakni analisis hubungan antara dua variabel dengan
mengendalikan variabel lain yang dianggap mempengaruhi (dibuat
konstan). Hal ini dimaksudkan agar hubungan kedua variabel tidak
dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis ini akan menunjukkan koefisien
103
korelasi untuk mengukur erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan dan
berarti atau tidaknya hubungan.
Tabel 4.16
Korelasi Parsial Antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru
Correlations
Control Variables
-none-
a
Profesionali
sme Guru
Profesionalisme
Guru
Kompetensi
Pedagogik
Correlation
1.000
.550
.559
Significance (2-tailed)
.
.001
.001
df
0
32
32
Correlation
.550
1.000
.998
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
df
Kompetensi
Kepribadian
Kompetensi Profesionalisme
Kepribadian Guru
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi Kompetensi
Pedagogik Kepribadian
32
0
32
Correlation
.559
.998
1.000
Significance (2-tailed)
.001
.000
.
32
1.000
32
-.157
0
Significance (2-tailed)
.
.384
df
0
31
-.157
1.000
.384
.
31
0
df
Correlation
Correlation
Significance (2-tailed)
df
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Dari tabel tampak jelas bahwa hubungan kompetensi pedagogik
dengan
profesionalisme
guru
sebelum
kompetensi
kepribadian
dikendalikan memiliki korelasi positif dengan koefisien sebesar 0,550
dengan taraf signifikansi 0,001 < sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
artinya kedua variabel signifikan.
Namun ketika variabel X2 dikendalikan ternyata hubungan kedua
variabel yakni X1 dengan Y atau hubungan antara kompetensi pedagogik
dengan profesionalisme guru mengalami penurunan nilai koefisien secara
dratis yakni tinggal -0,157 karena nilainya mendekati nol maka hubungan
104
ini kuat dan taraf signifikansinya 0,384 > 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima artinya kedua variabel signifikan. Dapat pula dikatakan ada
pengaruh yang berarti dari variabel kompetensi pedagogik terhadap
profesionalisme guru jika kompetensi pedagogik dikontrol.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
kompetensi kepribadian
(X2) dan profesionalisme guru (Y). Diartikan
bahwa semakin tinggi kompetensi kepribadian maka akan meningkatkan
profesionalisme guru.
Ho
= Tidak ada hubungan kompetensi kepribadian
(X2)
dengan
(X2)
dengan
profesionalisme guru (Y).
Ha
=
Ada
hubungan
kompetensi
kepribadian
profesionalisme guru (Y).
Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah
menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi kepribadian
X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Tabel 4.17
Tabel Anova dan koefisien regresi X2 dengan Y
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
515.422
1
515.422
Residual
1134.460
32
35.452
Total
1649.882
33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
F
14.539
Sig.
.001
a
105
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
a
Std. Error
66.877
25.739
.614
.161
Kompetensi Kepribadian
Beta
t
.559
Sig.
2.598
.014
3.813
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari hasil uji analisis pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung =
14.539 dengan tingkat probilitas 0,001. Oleh karena itu 0,001 < 0,05 maka
model regresi bisa dipakai untuk memprediksi profesionalisme guru.
Berdasarkan tabel kooefisien regresi pada tabel di atas dapat dilihat
bahwa koefisien regresi sebesar 3,813 dan konstanta sebesar 66,877 serta
harga thitung dan tingkat signifikan sebesar 0,001 artinya apabila tidak ada
variabel kompetensi kepribadian (X2) maka profesionalisme guru akan
sebesar 66,877. Koefisien regresi sebesar 3,813 menyatakan setiap
penambahan satu poin pada variabel kompetensi kepribadian (X2) maka
diprediksikan akan meningkatkan profesionalisme guru sebesar 3,813. Jadi
hal ini menyatakan arah prediksi yang searah atau linear. Kenaikan
variabel X2 akan mengakibatkan kenaikan variabel bebas (Y). Dari kedua
koefisien diperoleh persamaan regresi Y = 66,877 + 3,813.
Persamaan regresi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
106
Gambar 4.8
Grafik Hubungan antara Kompetensi kepribadian dengan Profesionalisme Guru
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data terdistribusi
dengan normal dengan model regresi ini telah memenuhi normalitas.
Persamaan regresi Y = 66,877 + 3,813, X2 dapat diinterpretasikan bahwa
apabila kompetensi kepribadian (X2) dan profesionalisme guru diukur
dengan menggunakan instrumen ini, maka setiap kenaikann skor
kompetensi kepribadian
(X2)
satu poin akan diikuti kenaikan skor
profesionalisme guru 3,813 pada arah yang sama dengan konstanta 66,877.
107
Selanjutnya pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment yang dihitung dengan bantuan
SPSS 18. Berikut ini tabel hasil perhitungannya:
Tabel 4.18
Korelasi X1 dengan Y
Correlations
Profesionalisme Guru
Pearson Correlation
Profesionalisme
Kompetensi
Guru
Kepribadian
1
Sig. (2-tailed)
N
Kompetensi Kepribadian
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.559
**
.001
34
34
**
1
.559
.001
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, diperoleh koefisien korelasi antara kompetensi
kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru dengan rxy = 0,559 yang
berarti terdapat hubungan yang positif di antara keduanya. Hal ini dapat
pula dibuktikan dengan melihat uji signifikansinya. Kaidah untuk uji
signifikansi adalah jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan
0,05 dengan nilai probabilitas sig. Jika nilai probababilitas lebih kecil atau
sama dengan nilai probabilitas 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak
artinya signifikan. Nilai 0,001 lebih kecil bila dibandingkan dengan 0,05
berarti hubungan kedua variabel signifikan.
108
Tabel 4.19
Koefisien Determinasi X1
b
Model Summary
Model
R
d
i
m
e
n
s
1
.559
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.312
.291
5.954
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R sebesar 0,559 dan
Dterminasi (Rsquare) sebesar 0,312 yang merupakan pengkuadratan dari
koefisien nilai R. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi
kepribadian (X2) memberikan sumbangan atau kontribusi kepada
profesionalisme guru sebesar 0,312 atau 31,2%. Sedangkan sissanya
(100% - 31,2% = 68,8%) dipengaruhi faktor lain di luar penelitian. Rsquare
berkisar pada angka 0 sampai pada 1 catatan semakin kecil angka Rsquare
maka semakin lemah hubungan kedu variabel.
Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan
kompetensi kepribadian (X2) terhadap profesionalisme guru digunakan
analisis korelasi parsial yakni analisis hubungan antara dua variabel
dengan mengendalikan variabel lain yang dianggap mempengaruhi (dibuat
konstan). Hal ini dimaksudkan agar hubungan kedua variabel tidak
dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis ini akan menunjukkan koefisien
korelasi untuk mengukur erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan dan
berarti atau tidaknya hubungan.
109
Tabel 4.20
Korelasi Parsial Antara Kompetensi kepribadian (X2)
dengan Profesionalisme Guru
Correlations
Control Variables
-none-
a
Profesionali
sme Guru
Profesionalisme Correlation
Guru
Significance (2-tailed)
.559
.550
.
.001
.001
0
32
32
Correlation
.559
1.000
.998
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
df
32
0
32
Correlation
.550
.998
1.000
Significance (2-tailed)
.001
.000
.
df
Profesionalisme Correlation
Guru
Significance (2-tailed)
32
1.000
32
.195
0
.
.278
0
31
Correlation
.195
1.000
Significance (2-tailed)
.278
.
31
0
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Pedagogik
1.000
df
Kompetensi
Kepribadian
Kompetensi
Kepribadian
df
Kompetensi
Kepribadian
df
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Dari tabel tampak jelas bahwa hubungan kompetensi kepribadian
(X2)
dengan profesionalisme guru sebelum kompetensi pedagogik
dikendalikan memiliki korelasi positif dengan koefisien sebesar 0,559
dengan taraf signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima artinya kedua variabel signifikan.
Namun ketika variabel X2 dikendalikan ternyata hubungan kedua
variabel yakni X2 dengan Y atau hubungan antara kompetensi kepribadian
(X2) dengan profesionalisme guru mengalami penurunan nilai koefisien
secara dratis yakni tinggal 0,195 karena nilainya mendekati nol maka
hubungan ini kuat dan taraf signifikansinya 0,278 > 0,05 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima artinya kedua variabel signifikan. Dapat pula
110
dikatakan ada pengaruh yang berarti dari variabel kompetensi kepribadian
(X2) terhadap profesionalisme guru jika kompetensi kepribadian (X2)
dikontrol.
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru
Ho
= Tidak ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dan kompetensi
kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Ha
= Ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dan kompetensi
kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah
menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi pedagogik
X1) dan kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Tabel 4.21
Tabel Anova dan koefisien regresi X1, X2 dengan Y
b
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of Squares
543.257
1106.625
ANOVA
df
2
31
1649.882
Mean Square
271.629
35.698
F
7.609
Sig.
a
.002
33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
a
(Constant)
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
80.615
30.152
t
2.674
Sig.
.012
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Pedagogik
3.043
-2.425
1.104
-.883
.278
.384
Model
1
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
2.756
2.747
2.770
-2.215
111
Nilai Ftabel untuk db1 = 2 dan db2 = n – k – 1 = 34-2-1=31 pada
taraf signifikansi 0,05 adalah 4,17. Dari hasil uji analisis pada tabel di atas
diperoleh nilai Fhitung = 7,609 > 4,17 (ftabel), oleh sebab itu Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Juga berdasarkan nilai signifikansi dengan tingkat probilitas
0,002 < 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian secara bersama-sama berpengaruh terhadap
profesionalisme guru.
Tabel 4.22
Koefisien Korelasi X1, X2 dengan Y
b
Model Summary
Model
R
d
i
m
e
n
1
.574
R Square
a
Adjusted R Square
.329
Std. Error of the Estimate
.286
5.975
s
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R sebesar 0,574 artinya
korelasi antara dua variabel bebas yakni kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian dengan variabel terikat profesionalisme guru
sebesar 0,574. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, jika mendekati angka 1
maka hubungan kedua variabel semakin erat tetapi jika mendekati 0 maka
hubungan keduanya semakin lemah. Karena angka R didapat sebesar
0,574 maka ini berarti hubungan kedua variabel kuat.
112
D. Pembahasan
Dalam pembahasan hasil ini dilakukan melalui dua segi, yaitu
deskripsi tiap variabel dan hasil analisis korelasi antar variabel. Hasil analisis
tiap variabel disajikan dalam bentuk tabel berikut:
No
1.
Tabel 4.23
Hasil Analisis Tiap Variabel
Variabel
Rentang Skor
Kompetensi Pedagogik
Minimal = 178
Maksimal = 176
2.
Kompetensi Kepribadian
Minimal = 172
Maksimal = 150
3.
Profesionalisme Guru
Minimal = 175
Maksimal = 150
Klasifikasi Skor
Tinggi= 23 %
Sedang= 56 %
Rendah= 21 %
Tinggi= 23 %
Sedang= 56 %
Rendah= 21 %
Tinggi= 21 %
Sedang= 61 %
Rendah= 18 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dipaparkan, bahwa rentang skor
kompetensi pedagogik sebagian besar berada pada klasifikasi skor sedang
(56%). Rentang skor kompetensi kepribadian dalam klasifikasi skor sedang
(56%). Sedangkan rentang skor profesionalisme guru berada dalam
klasifikasi sedang (61%). Makna dari hasil penelitian ini adalah jika
kompetensi pedagogik rendah maka profesionalisme guru akan rendah, jika
kompetensi kepribadian rendah maka akan rendah pula profesionalisme guru,
begitupun sebaliknya. Jika
kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian rendah maka akan berpengaruh dengan profesionalisme guru
yang rendah pula.
Analisis tiap variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
113
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru memberikan kontribusi
atau sumbangan sebesar 30,3% terhadap guru di MI Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan variabel
kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru kecil artinya
peningkatan profesionalisme guru lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lain sebesar 69,7%. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik
dengan profesionalisme guru dengan
ry1=
0,550 yang berarti terdapat
hubungan positif variabel kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik ini dikelompokkan menjadi 10 macam,
diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) Menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3)
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. (5)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk
mengaktualisasikan
berbagai
potensi
yang
dimiliki;
(7)
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta
didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar; (9) Memanfaatkan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
untuk
114
kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor 16, 2007: 9).
Kompetensi pedagogik mengandung makna komitmen terhadap
tugas, ilmu pengetahuan, dan pengabdian sedangkan profesionalisme guru
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan
yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta
penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat serta
mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993:
239). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru. Hasil
yang demikian, menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik memberikan
kontribusi terhadap profesionalisme guru, sehingga guru mempunyai
kemampuan untuk mengelola pembelajaran dengan metode, media dan
sumber belajar yang tepat. Dengan berbekal kompetensi pedagogik yang
baik maka akan baik pula tingkat profesionalisme guru.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
hubungan
variabel
kompetensi kepribadian terhadap profesionalisme guru memberikan
kontribusi atau sumbangan sebesar 31,2% terhadap guru di MI Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan
variabel kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru kecil
artinya peningkatan profesionalisme guru lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor lain sebesar 68,8%. Koefisien korelasi antara kompetensi
115
kepribadian dengan profesionalisme guru dengan
ry1=
0,559 yang berarti
terdapat hubungan positif variabel kompetensi pedagogik.
Salah satu komponen profesionalisme guru adalah kemampuan
untuk memanajemen diri untuk menjadi sosok pribadi yang mampu
menjadi suri tauladan bagi siswa dan memiliki akhlak mulia. Sedangkan
Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas nomor 16
tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak sesuai
dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia;
(2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Hasil yang demikian, menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian
memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru, sehingga guru
harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik. Untuk meningkatkan
profesionalisme guru, seorang guru harus bekerja dengan dilandasi sikap
amanah, tanggungjawab, disiplin dikarenakan seorang guru adalah teladan
bagi peserta didik. Meskipun kompetensi kepribadian hanyalah salah satu
faktor profesionalisme guru, personality guru sangat penting. Dengan
demikian ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian
dengan profesionalisme guru.
116
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan positif kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama terhadap
profesionalisme guru. Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi ganda
R12 sebesar 0,329 dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar
7,609 dengan persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425)
X2. Nilai R = sebesar 0,574 artinya korelasi antara dua variabel bebas
yakni kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan variabel
terikat profesionalisme guru sebesar 0,574. Nilai R berkisar antara 0
sampai 1, jika mendekati angka 1 maka hubungan kedua variabel semakin
erat tetapi jika mendekati 0 maka hubungan keduanya semakin lemah.
Karena angka R didapat sebesar 0,574 maka ini berarti hubungan kedua
variabel kuat.
Hasil ini menunjukkan pentingnya variabel kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama untuk meningkatkan
profesionalisme guru, karena kedua variabel ini secara bersama-sama
dapat menjelaskan variansi profesionalisme guru sebesar 32,9. Dari
persamaan regresi ganda dapat diartikan, bahwa semakin tinggi
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian akan meningkatkan
profesionalisme
guru.
Hubungan
digambarkan sebagai berikut:
ketiga
variabel
tersebut
dapat
117
ry1= 0,550
ry1= 0,574
ry1= 0,559
Gambar 4.9
Pola hubungan antar variabel
Interpretasi tingkat keeratan hubungan variabel X dan Y
digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi dalam Sugiyono (2007:
149) sebagai berikut:
Tabel 4.24
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00
Dari
pedoman
Tingkat hubungan
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
ini
dapat
ditafsirkan
bahwa
pengaruh
kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru termasuk
sedang
(0,550)
sedangkan
kompetensi
kepribadian
terhadap
profesionalisme guru termasuk dalam kategori sedang (0,559).
Adapun pengaruh kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru termasuk dalam
kategori sedang sebesar 0,574.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
118
perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75).
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam
diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu
kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif
dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan
(9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan
serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat
serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto,
1993: 239). Untuk menguasai metode yang tepat dan berwawasan luas
seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik.
Pengertian guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang
yang bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan da-
119
pat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga
sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50).
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan guru mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian adalah
kemampuan guru dalam bertutur kata dan bertingkah laku yang mulia dalam melaksanakan tugasnya, dan profesionalisme guru adalah kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas dengan professional dan bertanggungjawab sehingga mampu menghantarkan peserta didik hidup mandiri. Untuk menjadi seorang guru yang profesional maka seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian yang baik. Dengan demikian kompetensi pedagogik, kempetensi kepribadian memiliki
hubungan signifikan dengan profesionalisme guru.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
berkaitan dengan penelitian sebagai berikut:
1.
Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru dengan
ry1=
0,550 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data diketahui
bahwa variabel kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
2.
Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru dengan
ry1=
0,559 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data diketahui
bahwa variabel kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
3.
Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi ganda R12 sebesar 0,329
dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar 7,609 dengan
persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425) X2. Koefisien
korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan
ry1=
0,574 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama
120
121
dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten
yang ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
B. Implikasi Penelitian
Penelitian ini dapat diimpikasikan dalam pendidikan yang meliputi:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal bagi
guru selanjutnya dapat membantu pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam pengembangan di bidang pendidikan. Selanjutnya dapat
digunakan untuk peningkatan profesionalisme guru sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru sehingga
semakin meningkat kompetensi kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian maka akan meningkat profesionalisme guru.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1.
Bagi guru
Guru diharapkan, setelah mengetahui pentingnya kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian dapat meningkatkan profesionalisme guru,
hendaknya dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian
dan profesionalisme di kelas. Cara yang dapat dilakukan adalah me-
122
numbuhkan minat dan keinginan untuk memperbaiki diri menjadi lebih
baik.
2.
Bagi siswa
Siswa hendaklah dapat meningkatkan motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa juga terdorong untuk berkreasi
dan berkarya lebih baik.
3.
Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan mampu memotivasi guru dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
profesionalisme guru.
4.
Bagi Orang tua
Orang tua diharapkan ikut serta memantau guru-guru dalam
menjalankan pembelajaran lebih berwawasan yang luas sesuai dengan
batas-batas tertentu dan memberikan masukan kepada madrasah untuk
meningkatkan usaha dalam meningkatkan kompetensi pedagogik,
kompetensi
kepribadian
dan
profesionalisme
pelayanan pembelajaran secara profesional.
guru
memberikan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, (2006), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
Ahmad Tafsir, (1994), Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Sinar
Baru.
Akhmad
Sudrajat,
(2012),
Kompetensi
Kepribadian
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/22/kompetensikepribadian-guru/
Guru,
Anas Sudijono, (2008), Pengantar Statistik Pendidikan, Cetakan XXII, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Asmani Ma’mur Jamal, (2009), 7 Kompetensi guru menyenangkan dan
profesional, Yogyakarta: Power Books (Ihdina)
Daniel Muijs & David Reynolds, (2008), Efective Teaching, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dendy S., (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Departemen Agama RI, (2004), Al Qur'an dan terjemahnya, Bandung: CV
Diponegoro,
Dian Maya Shofiana, (2010), Profesionalisme guru dan hubungannya dengan
dengan prestasi belajar Fiqih siswa MTs Al Jamiiah Tegallega Cidolog
Sukabumi, Jakarta: UIN Hidayatullah.
Kunandar, (2008), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Madyawati, (2011). Kompetensi professional dan kompetensi kepribadian
http://blogmadyawati.wordpress.com/2013/04/11/kompetensiprofesional-dan-kompetensi-kepribadian/
Margono, S (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Cetakan V, Jakarta:
Rineka Cipta
Mudjia
Rahardjo, (2010), Pengembangan
www.mudjiarahardjo.com)
Profesionalisme
Guru
[2],
Mulyasa, (2011), Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Cetakan XI, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, (2012), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Cetakan XI,
Nasution, S., (2006), Metode Research(Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara.
123
124
Parminingsih, (2010), Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor dengan Kompetensi Profesional Guru Di MIM Jogosetran,
Kalikotes, Klaten, Klaten: Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Klaten
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan
Kompetensi Guru
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Purwanto, (2008), Instrumen penelitian Sosial dan Pendidikan pengembangan
dan pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Qun Khomsatun, (2010), Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Di
Smp Islam Hidayatullah Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Ramayulis, (2005), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualifikasi dan R & D,
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, tt, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta:
Rineka Cipta
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Fakultas psikologi UGM, Yogyakarta,
1994.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, (2002), Strategei Belajar Mengajar,
Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala, (2009), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: Alfabeta
Usman Uzer, (1997), Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
UU RI No. 20 Tahun 2003, (2003), Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),
Bandung: Citra Umbara
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Zakiah Daradjat, (1995), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Bumi Aksara.
125
126
127
Lampiran 1.1
ANGKET KOMPETENSI PEDAGOGIK SEBELUM UJI COBA
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
Pernyataan
1.
Saya membuat program triwulan
2.
Saya membuat program semester
3.
Saya membuat program tahunan
4.
Saya membuat RPP
5.
Saya membuat silabus
6.
Saya membuat perangkat pembelajaran sebelum
pelajaran dimulai
7.
Saya hadir tepat waktu
8.
Saya mempraktekkan sumber yang ada di
lingkungan madrasah
9.
Saya mentaati jadwal yang berlaku di madrasah
Pilihan Jawaban
SL
SR
KD JR
TP
128
10.
Saya mempersiapkan bahan yang akan diajarkan
sebelum mengajar
11.
Saya menggunakan metode mengajar yang
mudah dicermati anak didik
12.
Saya menggunakan bahasa yang mudah dipahami
13.
Saya menyajikan perangkat pembelajaran
14.
Saya menggunakan metode yang menarik anak
didik
15.
Saya mengajar menggunkakan strategi mengajar
sesuai dengan mata pelajaran saya
16.
Saya mengenal keluarga anak didik
17.
Saya mempelajari kebiasaan anak didik
18.
Saya melakukan identifikasi pengetahuan awal
anak didik
19.
Saya
melakukan
testing
untuk
mengetahui
kecerdasan anak
20.
Saya memahami watak anak didik
21.
Saya melakukan identifikasi kesulitan belajar
anak didik
22.
Saya melakukan evaluasi hasil belajar anak didik
23.
Saya menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan jadwal pelajaran
24.
Saya melaksanakan pembelajaran menyenangkan
anak didik di kelas
25.
Saya
menggunakan
komputer
dalam
pembelajaran,
26.
Saya menyuruh anak didik untuk bertanya jika
ada materi yang belum dipahami
27.
Saya memberikan tugas kepada anak didik untuk
mengetahui pemahaman anak didik.
129
28.
Saya meminta anak didik untuk memberi kritik
terhadap metode pembelajaran
29.
saya memberikan tugas PR untuk anak didik
30.
Saya memberikan tugas untuk mengerjakan soalsoal ulangan harian kepada anak didik
31.
Saya menyampaikan materi semudah mungkin
32.
Saya menyampaikan kegiatan kelompok belajar
anak didik agar anak didik kreatif
33.
Saya melakukan bimbingan belajar ekstra untuk
anak didik
34.
Saya melakukan penilaian terhadap tugas anak
didik
35.
Saya mengolah hasil penilaian untuk mengadakan
remidial
36.
Saya mengoreksi hasil ulangan setiap mata
pelajaran
37.
Saya melakukan evaluasi setelah pembelajaran
38.
Saya melakukan bimbingan kepada anak didik
yang mengalami kesulitan dalam belajar
39.
Saya membuat administrasi hasil belajar anak
didik
40.
Saya membantu anak menyampaikan masalah
41.
Saya menggunakan alat peraga yang ada di
sekolah untuk pembelajaran
42.
Saya melakukan evaluasi proses belajar anak
didik
43.
Saya menggunakan informasi hasil penilaian anak
didik
44.
Saya menyampaikan hasil evaluasi kepada anak
didik
130
45.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
perbaikan hasil anak didik
46.
Saya melakukan evaluasi untuk pengembangan
anak didik
47.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
meningkatkan kualiatas pembelajaran
48.
Saya melakukan perputaran tempat duduk anak
didik
49.
Saya melakukan penelitian tindakan kelas
50.
Saya bekerja semaksimal mungkin.
146
Lampiran 1-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded
Total
Reliability Statistics
%
Cronbach's
Alpha
.756
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N of Items
N
soal 1
3.60
.899
100
soal 2
3.26
.661
100
soal 3
3.50
.689
100
soal 4
3.56
.729
100
soal 5
3.49
.718
100
soal 6
3.58
.535
100
soal 7
3.23
.723
100
soal 8
3.35
.592
100
soal 9
3.92
.895
100
soal 10
3.54
.658
100
soal 11
3.70
1.030
100
soal 12
3.78
.811
100
soal 13
3.54
.540
100
soal 14
3.40
.696
100
soal 15
3.24
.818
100
soal 16
3.70
.732
100
soal 17
3.46
1.009
100
soal 18
3.52
.611
100
soal 19
3.36
.560
100
soal 20
3.50
.810
100
soal 21
3.27
1.090
100
soal 22
3.26
.661
100
soal 23
3.56
.729
100
soal 24
3.56
.729
100
soal 25
3.50
.577
100
soal 26
3.58
.535
100
50
147
soal 27
3.34
.714
100
soal 28
3.33
.637
100
soal 29
3.92
.895
100
soal 30
3.52
.703
100
soal 31
3.70
1.030
100
soal 32
3.49
1.133
100
soal 33
3.54
.540
100
soal 34
3.40
.696
100
soal 35
3.24
.818
100
soal 36
3.70
.732
100
soal 37
3.46
1.009
100
soal 38
3.52
.611
100
soal 39
3.36
.560
100
soal 40
3.50
.810
100
soal 41
3.78
.811
100
soal 42
3.54
.540
100
soal 43
3.40
.696
100
soal 44
3.24
.818
100
soal 45
3.42
.987
100
soal 46
3.46
1.009
100
soal 47
3.52
.611
100
soal 48
3.36
.560
100
soal 49
3.50
.810
100
soal 50
3.52
.611
100
Summary Item Statistics
Maximum
Mean
N of
Minimum
Maximum
Range
/ Minimum
Variance
Items
3.494
3.230
3.920
.690
1.214
.027
50
Item Variances
.585
.286
1.283
.996
4.478
.068
50
Inter-Item Covariances
.034
-.727
1.061
1.788
-1.458
.043
50
Inter-Item Correlations
.055
-.786
1.000
1.786
-1.273
.115
50
Item Means
Scale Statistics
Mean
174.72
Variance
112.911
Std. Deviation
10.626
N of Items
50
148
Lampiran 1.4
Angket Kompetensi Pedagogik Setelah Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
1.
Pernyataan
Saya membuat program triwulan
2.
Saya membuat program semester
3.
Saya membuat program tahunan
4.
Saya membuat RPP
5.
Saya membuat silabus
6.
Saya membuat perangkat pembelajaran sebelum
pelajaran dimulai
7.
Saya hadir tepat waktu
8.
Saya mentaati jadwal yang berlaku di madrasah
9.
Saya mempersiapkan bahan yang akan diajarkan
sebelum mengajar
Pilihan Jawaban
SL
SR
KD JR
TP
149
10.
Saya menggunakan metode mengajar yang
mudah dicermati anak didik
11.
Saya menyajikan perangkat pembelajaran
12.
Saya menggunakan metode yang menarik anak
didik
13.
Saya mengajar menggunakan strategi mengajar
sesuai dengan mata pelajaran saya
14.
Saya mengenal keluarga anak didik
15.
Saya mempelajari kebiasaan anak didik
16.
Saya melakukan identifikasi pengetahuan awal
anak didik
17.
Saya
melakukan
testing
untuk
mengetahui
kecerdasan anak
18.
Saya memahami watak anak didik
19.
Saya melakukan identifikasi kesulitan belajar
anak didik
20.
Saya melakukan evaluasi hasil belajar anak didik
21.
Saya menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan jadwal pelajaran
22.
Saya melaksanakan pembelajaran menyenangkan
anak didik di kelas
23.
Saya menyuruh anak didik untuk bertanya jika
ada materi yang belum dipahami
24.
Saya memberikan tugas kepada anak didik untuk
mengetahui pemahaman anak didik.
25.
saya memberikan tugas PR untuk anak didik
26.
Saya memberikan tugas untuk mengerjakan soalsoal ulangan harian kepada anak didik
27.
Saya menyampaikan materi semudah mungkin
28.
Saya melakukan bimbingan belajar ekstra untuk
150
anak didik
29.
Saya melakukan penilaian terhadap tugas anak
didik
30.
Saya mengolah hasil penilaian untuk mengadakan
remidial
31.
Saya mengoreksi hasil ulangan setiap mata
pelajaran
32.
Saya melakukan evaluasi setelah pembelajaran
33.
Saya melakukan bimbingan kepada anak didik
yang mengalami kesulitan dalam belajar
34.
Saya membuat administrasi hasil belajar anak
didik
35.
Saya membantu anak menyampaikan masalah
36.
Saya melakukan evaluasi proses belajar anak
didik
37.
Saya menggunakan informasi hasil penilaian anak
didik
38.
Saya menyampaikan hasil evaluasi kepada anak
didik
39.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
perbaikan hasil anak didik
40.
Saya melakukan evaluasi untuk pengembangan
anak didik
41.
Saya
memanfaatkan
hasil
evaluasi
untuk
meningkatkan kualiatas pembelajaran
42.
Saya melakukan perputaran tempat duduk anak
didik
43.
Saya melakukan penelitian tindakan kelas
44.
Saya bekerja semaksimal mungkin.
151
152
Lampiran 2.1
Angket Kompetensi Kepribadian Sebelum Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
1.
Pernyataan
Saya bertutur kata yang baik
2.
Saya mengajar tepat waktu
3.
Saya berbusana yang rapi
4.
Saya melaksanakan puasa sunnah
5.
Saya melaksanakan sholat dhuha
6.
Saya melibatkan orang tua untuk membantu
menyelesaikan masalah
7.
Saya menjaga kerukunan dengan sesama guru
8.
Saya menghargai pendapat yang berbeda sesama
guru
9.
Saya menyuruh anak didik memotong kuku
Pilihan Jawaban
SL
SR KD
JR
TP
153
10.
Saya menyuruh anak didik untuk memotong
rambut jika sudah panjang
11.
Saya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
dengan guru
12.
Saya datang tepat waktu
13.
Saya mengerjakan tugas semaksimal mungkin
14.
Saya berkata jujur kepada anak didik
15.
Saya bertingkah laku yang sopan
16.
Saya mengikuti kegiatan pengajian para guru
17.
Saya mengikuti pertemuan guru yayasan
18.
Saya mengikuti kegiatan KKG bersama guru
19.
Saya berpakaian yang Islami
20.
Saya membagi pengalaman mengajar dengan
sesama guru
21.
Saya menerima masukan dari peserta didik
22.
Saya melaksanakan tugas secara ikhlas
23.
Saya berbicara yang berpengaruh positif terhadap
anak didik
24.
Saya memulai pelajaran dengan doa
25.
Saya meminta ijin jika meninggalkan kelas saat
pembelajaran berlangsung
26.
Saya meminta guru piket untuk mengawasi kelas
jika berhalangan hadir
27.
Saya
memanfaatkan
waktu
luang
untuk
mengerjakan administrasi
28.
Saya memberi infak terhadap perkembangan
madrasah
29.
Saya menggunakan seragam dinas
30.
Saya membuat suasana yang kondusif di dalam
pembelajaran di kelas
154
31.
Saya menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar
32.
Saya menjalin kerjasama dengan masyarakat
untuk kemajuan madrasah
33.
Saya menciptakan semangat kekeluargaan
34.
Saya meningkatkan mutu pembelajaran dengan
organisai PGRI
35.
Saya mentaati tata tertib madrasah
36.
Saya memakai seragam sesuai dengan ketentuan
madrasah
37.
Saya menutup aurat dalam berpakaian
38.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap anak didik
39.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap guru
40.
Saya menengok ke rumah anak didik jika ada
anak didik yang sedang sakit
41.
Saya menjaga kebersihan lingkungan sekitar
42.
Saya membuang sampah pada tempatnya
167
Lampiran 2-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Kepribadian
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
%
Cronbach's
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded
Total
Reliability Statistics
Alpha Based on
procedure.
Item Statistics
Std. Deviation
Standardized
Alpha
Items
.725
a. Listwise deletion based on all variables in the
Mean
Cronbach's
N
soal 1
2.94
.547
100
soal 2
2.90
.689
100
soal 3
3.12
2.226
100
soal 4
2.91
.842
100
soal 5
3.56
.671
100
soal 6
3.58
.535
100
soal 7
3.24
.622
100
soal 8
3.38
.736
100
soal 9
3.92
.895
100
soal 10
3.50
.577
100
soal 11
3.70
1.030
100
soal 12
3.80
.816
100
soal 13
3.52
.643
100
soal 14
3.40
.696
100
soal 15
3.24
.818
100
soal 16
3.70
.732
100
soal 17
3.36
.704
100
soal 18
3.02
.710
100
soal 19
3.36
.560
100
soal 20
3.50
.810
100
soal 21
3.22
1.106
100
soal 22
3.26
.661
100
soal 23
3.54
.673
100
soal 24
3.54
.771
100
soal 25
3.58
.699
100
soal 26
3.58
.535
100
N of Items
.741
42
168
soal 27
3.21
.574
100
soal 28
3.47
.745
100
soal 29
3.92
.895
100
soal 30
3.50
.577
100
soal 31
3.70
1.030
100
soal 32
3.53
1.176
100
soal 33
3.57
.607
100
soal 34
3.40
.696
100
soal 35
3.24
.818
100
soal 36
3.70
.732
100
soal 37
3.53
.989
100
soal 38
3.52
.611
100
soal 39
3.36
.560
100
soal 40
3.50
.810
100
soal 41
3.86
.817
100
soal 42
3.49
.643
100
Summary Item Statistics
Maximum
Mean
N of
Minimum
Maximum
3.449
2.900
3.920
1.020
1.352
.063
42
Item Variances
.677
.286
4.955
4.669
17.298
.523
42
Inter-Item Covariances
.040
-.519
1.061
1.580
-2.043
.029
42
Inter-Item Correlations
.064
-.756
1.000
1.756
-1.322
.079
42
Item Means
Scale Statistics
Mean
144.87
Variance
97.407
Std. Deviation
9.870
N of Items
42
Range / Minimum Variance
Items
169
Lampiran 2.4
Angket Kompetensi Kepribadian Setelah Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
Pernyataan
1.
Saya bertutur kata yang baik
2.
Saya mengajar tepat waktu
3.
Saya berbusana yang rapi
4.
Saya melaksanakan puasa sunnah
5.
Saya melaksanakan sholat dhuha
6.
Saya melibatkan orang tua untuk membantu
menyelesaikan masalah
7.
Saya menghargai pendapat yang berbeda sesama
guru
8.
Saya menyuruh anak didik memotong kuku
9.
Saya menyuruh anak didik untuk memotong
Pilihan Jawaban
SL
SR KD
JR
TP
170
rambut jika sudah panjang
10.
Saya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
dengan guru
11.
Saya datang tepat waktu
12.
Saya mengerjakan tugas semaksimal mungkin
13.
Saya berkata jujur kepada anak didik
14.
Saya bertingkah laku yang sopan
15.
Saya mengikuti kegiatan pengajian para guru
16.
Saya mengikuti pertemuan guru dan pengurus
17.
Saya mengikuti kegiatan KKG bersama guru
18.
Saya berpakaian yang Islami
19.
Saya membagi pengalaman mengajar dengan
sesama guru
20.
Saya menerima masukan dari peserta didik
21.
Saya melaksanakan tugas secara ikhlas
22.
Saya berbicara yang berpengaruh positif terhadap
anak didik
23.
Saya memulai pelajaran dengan doa
24.
Saya meminta ijin jika meninggalkan kelas saat
pembelajaran berlangsung
25.
Saya meminta guru piket untuk mengawasi kelas
jika berhalangan hadir
26.
Saya memberi infak terhadap perkembangan
madrasah
27.
Saya menggunakan seragam dinas
28.
Saya membuat suasana yang kondusif di dalam
pembelajaran di kelas
29.
Saya menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar
30.
Saya menjalin kerjasama dengan masyarakat
171
untuk kemajuan madrasah
31.
Saya menciptakan semangat kekeluargaan
32.
Saya meningkatkan mutu pembelajaran dengan
organisai PGRI
33.
Saya mentaati tata tertib madrasah
34.
Saya memakai seragam sesuai dengan ketentuan
madrasah
35.
Saya menutup aurat dalam berpakaian
36.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap anak didik
37.
Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap guru
38.
Saya menengok ke rumah anak didik jika ada
anak didik yang sedang sakit
39.
Saya menjaga kebersihan lingkungan sekitar
40.
Saya membuang sampah pada tempatnya
172
173
Lampiran 3-1
Angket Profesionalisme Guru Sebelum Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
1.
Pilihan Jawaban
Pernyataan
Saya
membaca
buku-buku
SL
tentang
bidang
pendidikan.
2.
Saya mengikuti pelatihan tentang pendidikan
3.
Saya
menggunakan
LCD
dalam
proses
pembelajaran
4.
Saya mengikuti studi banding ke madrasah yang
lebih maju
5.
Saya mengikuti kegiatan kelompok kerja guru di
tingkat kecamatan
6.
Saya membuat administrasi pembelajaran sebelum
mengajar
SR KD
JR
TP
174
7.
Saya mengadakan presensi sebelum pelajaran di
mulai
8.
Saya menggunakan variasi metode pembelajaran
9.
Saya mengajak anak didik anda belajar tidak di
ruang kelas
10.
Saya merubah posisi tempat duduk anak didik agar
merata
11.
Saya menjalin hubungan yang akrab dengan anak
didik
12.
Saya mengamati anak didik yang aktif dalam
pembelajaran
13.
Saya membimbing anak didik yang mengalami
kesulitan dalam belajar
14.
Saya mengadakan evaluasi setiap kali selesai
pelajaran
15.
Saya mengadakan kunjungan ke rumah anak didik
16.
Saya mengoreksi hasil ulangan harian di kelas
17.
Saya melakukan penilaian kerapian anak didik
18.
Saya memberikan hadiah kepada anak didik yang
berprestasi
19.
Saya menegur anak didik jika berkata yang jorok
20.
Saya menyuruh anak didik yang piket datang lebih
awal
21.
Saya melerai anak didik jika terjadi perkelahian
22.
Saya memberi dorongan semangat kepada anak
didik yang sedang malas belajar
23.
Saya ijin mengajar karena punya kepentingan
24.
Saya
melakukan
kegiatan
sampingan
menambah penghasilan
25.
Saya meminjam uang tabungan anak didik
untuk
175
26.
Saya menggunakan uang SPP anak didik
27.
Saya mengantar anak didik pulang setelah jam
pelajaran selesai
28.
Saya menambah jam pelajaran setelah jam
pelajaran selesai
29.
Saya melakukan kerja bakti dengan anak didik
30.
Saya melakukan senam kesegaran jasmani dengan
anak didik
31.
Saya minta ijin karena ada kepentingan apabila
jam pelajaran belum selesai
32.
Saya melakukan kerja sama memecahkan masalah
anak didik dengan guru
33.
Saya melakukan kegiatan kemasyarakatan apabila
ada warga yang punya hajat
34.
Saya bermusyawarah dengan komite sekolah
untuk perbaikan hajat
35.
Saya bertakziah ke masyarakat jika ada orang
yang meninggal
188
Lampiran 3-3
Uji Reliabilitas Angket Profesionalisme Guru
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Cronbach's
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded
Total
Reliability Statistics
%
Alpha Based on
a. Listwise deletion based on all variables in the
Item Statistics
Std. Deviation
Standardized
Alpha
Items
.665
procedure.
Mean
Cronbach's
N
soal 1
2.96
.680
100
soal 2
2.89
.898
100
soal 3
2.88
.782
100
soal 4
2.83
.587
100
soal 5
2.80
.816
100
soal 6
3.24
.878
100
soal 7
2.94
.679
100
soal 8
3.36
.595
100
soal 9
3.02
.710
100
soal 10
3.32
.695
100
soal 11
3.36
.659
100
soal 12
3.50
.611
100
soal 13
3.15
.539
100
soal 14
3.08
.761
100
soal 15
2.97
.703
100
soal 16
3.24
.553
100
soal 17
3.09
.473
100
soal 18
3.50
.704
100
soal 19
2.94
.547
100
soal 20
2.98
.586
100
soal 21
2.95
.642
100
soal 22
3.24
.553
100
soal 23
2.99
.628
100
soal 24
3.51
.772
100
soal 25
2.94
.547
100
N of Items
.681
35
189
soal 26
2.90
.689
100
soal 27
2.82
.593
100
soal 28
2.98
.853
100
soal 29
3.22
.883
100
soal 30
2.94
.679
100
soal 31
3.32
.584
100
soal 32
3.02
.710
100
soal 33
3.46
.758
100
soal 34
3.47
.688
100
soal 35
3.95
.869
100
Summary Item Statistics
Mean
Item Means
Minimum
Maximum
Range
Maximum
N of
/ Minimum Variance
Items
3.136
2.800
3.950
1.150
1.411
.068
35
Item Variances
.479
.224
.806
.582
3.596
.025
35
Inter-Item Covariances
.026
-.446
.755
1.200
-1.694
.018
35
Inter-Item Correlations
.058
-.652
1.000
1.652
-1.533
.078
35
Scale Statistics
Mean
109.76
Variance
47.336
Std. Deviation
6.880
N of Items
35
190
Lampiran 3-4
Angket Profesionalisme Guru Setelah Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu
(SL)
Sering
(SR)
Kadang
(KD)
Jarang
(JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama
: ………………………………………………
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Jabatan
: ………………………………………………
Mengajar kelas
: ………………………………………………
Ijazah Terakhir
: ………………………………………………
Unit Kerja
: ………………………………………………
No.
Pilihan Jawaban
Pernyataan
1. Saya
membaca
buku-buku
SL
tentang
bidang
pendidikan.
2.
Saya mengikuti pelatihan tentang pendidikan
3.
Saya
menggunakan
LCD
dalam
proses
pembelajaran
4.
Saya mengikuti studi banding ke madrasah yang
lebih maju
5.
Saya mengikuti kegiatan kelompok kerja guru di
tingkat kecamatan
6.
Saya membuat administrasi pembelajaran sebelum
mengajar
SR KD
JR
TP
191
7.
Saya mengadakan presensi sebelum pelajaran di
mulai
8.
Saya menggunakan variasi metode pembelajaran
9.
Saya mengajak anak didik anda belajar tidak di
ruang kelas
10.
Saya merubah posisi tempat duduk anak didik agar
merata
11.
Saya menjalin hubungan yang akrab dengan anak
didik
12.
Saya mengamati anak didik yang aktif dalam
pembelajaran
13.
Saya membimbing anak didik yang mengalami
kesulitan dalam belajar
14.
Saya mengadakan evaluasi setiap kali selesai
pelajaran
15.
Saya mengadakan kunjungan ke rumah anak didik
16.
Saya mengoreksi hasil ulangan harian di kelas
17.
Saya melakukan penilaian kerapian anak didik
18.
Saya memberikan hadiah kepada anak didik yang
berprestasi
19.
Saya menegur anak didik jika berkata yang jorok
20.
Saya menyuruh anak didik yang piket datang lebih
awal
21.
Saya melerai anak didik jika terjadi perkelahian
22.
Saya memberi dorongan semangat kepada anak
didik yang sedang malas belajar
23.
Saya ijin mengajar karena punya kepentingan
24.
Saya
melakukan
kegiatan
sampingan
menambah penghasilan
25.
Saya meminjam uang tabungan anak didik
untuk
192
26.
Saya menggunakan uang SPP anak didik
27.
Saya mengantar anak didik pulang setelah jam
pelajaran selesai
28.
Saya menambah jam pelajaran setelah jam
pelajaran selesai
29.
Saya melakukan kerja bakti dengan anak didik
30.
Saya melakukan senam kesegaran jasmani dengan
anak didik
31.
Saya minta ijin karena ada kepentingan apabila
jam pelajaran belum selesai
32.
Saya melakukan kerja sama memecahkan masalah
anak didik dengan guru
33.
Saya melakukan kegiatan kemasyarakatan apabila
ada warga yang punya hajat
34.
Saya bermusyawarah dengan komite sekolah
untuk perbaikan hajat
35.
Saya bertakziah ke masyarakat jika ada orang
yang meninggal
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Kepribadian
Profesionalisme
Guru
193
205
206
Lampiran 5.1
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadian
Profesionalisme Guru
df
.128
.121
.121
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
34
.173
.941
34
.065
34
.200
*
.945
34
.084
.200
*
.937
34
.049
34
207
Lampiran 5-2
Uji Independensi Variabel Bebas
Correlations
Kompetensi Pedagogik
Pearson Correlation
Kompetensi
Kompetensi
Pedagogik
Kepribadian
1
Sig. (2-tailed)
N
Kompetensi Kepribadian
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Profesionalisme Guru
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Profesionalisme
Guru
.998
**
.550
**
.000
.001
34
34
34
**
1
.998
.000
.559
**
.001
34
34
34
**
**
1
.550
.559
.001
.001
34
34
34
208
Lampiran 5-3
Uji Linieritas dan Keberartian Regresi
Case Processing Summary
Cases
Included
N
Profesionalisme Guru *
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
34
87.2%
5
12.8%
39
100.0%
34
87.2%
5
12.8%
39
100.0%
Kompetensi Pedagogik
Profesionalisme Guru *
Kompetensi Kepribadian
Profesionalisme Guru * Kompetensi Pedagogik
Report
Profesionalisme Guru
Kompetensi Pedagogik
Mean
N
Std. Deviation
Minimum
Maximum
156
155.00
1
.
155
155
157
154.33
3
7.506
150
163
159
162.67
3
4.726
159
168
160
165.00
1
.
165
165
161
167.00
4
4.899
161
173
162
163.00
2
2.828
161
165
163
158.50
2
7.778
153
164
164
166.00
1
.
166
166
165
165.00
1
.
165
165
166
175.00
1
.
175
175
167
174.00
1
.
174
174
168
162.25
4
9.142
155
174
169
168.00
1
.
168
168
172
173.00
1
.
173
173
173
166.33
3
2.887
163
168
174
174.00
1
.
174
174
175
170.50
2
3.536
168
173
177
172.00
1
.
172
172
178
170.00
1
.
170
170
Total
164.94
34
7.071
150
175
dimension1
209
ANOVA Table
Sum of
Mean
Squares
df
Square
1072.132
18
Profesionali Between
(Combined)
sme Guru *
Linearity
499.721
1
Deviation from Linearity
572.411
17
33.671
577.750
15
38.517
1649.882
33
Groups
Kompetensi
Pedagogik
Within Groups
Total
59.563
F
Sig.
1.546
.199
499.721 12.974
.003
.874
.608
Measures of Association
R
Profesionalisme Guru *
R Squared
.550
Eta
.303
Eta Squared
.806
.650
Kompetensi Pedagogik
Profesionalisme Guru * Kompetensi Kepribadian
Report
Profesionalisme Guru
Kompetensi Kepribadian
dimension1
Mean
N
Std. Deviation
Minimum
Maximum
150
155.00
1
.
155
155
151
154.33
3
7.506
150
163
153
162.67
3
4.726
159
168
154
165.00
1
.
165
165
155
167.00
4
4.899
161
173
156
161.00
1
.
161
161
157
158.50
2
7.778
153
164
158
165.50
2
.707
165
166
159
165.00
1
.
165
165
161
174.50
2
.707
174
175
162
162.25
4
9.142
155
174
163
168.00
1
.
168
168
166
173.00
1
.
173
173
167
166.33
3
2.887
163
168
168
174.00
1
.
174
174
169
170.50
2
3.536
168
173
171
172.00
1
.
172
172
172
170.00
1
.
170
170
Total
164.94
34
7.071
150
175
210
ANOVA Table
Sum of
Squares
df
1079.132
17
Linearity
515.422
1
Deviation from Linearity
563.710
16
35.232
570.750
16
35.672
1649.882
33
Profesionalis
Between (Combined)
me Guru *
Groups
Kompetensi
Kepribadian
Mean
Within Groups
Total
Square
63.478
F
1.780
.128
515.422 14.449
.002
Measures of Association
R
Profesionalisme Guru *
Kompetensi Kepribadian
R Squared
.559
.312
Eta
.809
Sig.
Eta Squared
.654
.988
.510
211
212
Lampiran 6.1
Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik dengan
Profesionalisme Guru
b
Model Summary
Model
R
d
i
m
e
n
s
1
.550
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.303
.281
5.995
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
499.721
1
499.721
Residual
1150.161
32
35.943
Total
1649.882
33
F
Sig.
13.903
.001
a
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficients
a
Model
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
1
(Constant)
Kompetensi Pedagogik
Std. Error
65.135
26.787
.603
.162
Coefficients
Beta
t
.550
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
159.15
172.40
164.94
3.891
34
-11.377
10.842
.000
5.904
34
Std. Predicted Value
-1.489
1.918
.000
1.000
34
Std. Residual
-1.898
1.808
.000
.985
34
Residual
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Sig.
2.432
.021
3.729
.001
213
214
Correlations
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi
Profesionalisme
Pedagogik
Guru
Pearson Correlation
1
.550
Sig. (2-tailed)
.001
N
Profesionalisme Guru
**
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
34
34
**
1
.550
.001
N
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Control Variables
Profesionali Kompetensi Kompetensi
sme Guru
-none-
a
Profesionalisme Guru
Kompetensi Pedagogik
Correlation
Pedagogik
Kepribadian
1.000
.550
.559
Significance (2-tailed)
.
.001
.001
df
0
32
32
Correlation
.550
1.000
.998
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
32
0
32
.559
.998
1.000
.001
.000
.
32
32
0
1.000
-.157
df
Kompetensi Kepribadian Correlation
Significance (2-tailed)
df
Kompetensi Profesionalisme Guru
Correlation
Kepribadian
Significance (2-tailed)
.
.384
df
0
31
-.157
1.000
.384
.
31
0
Kompetensi Pedagogik
Correlation
Significance (2-tailed)
df
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
215
Lampiran 6.2
Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Kepribadian dengan
Profesionalisme Guru
b
Model Summary
Model
R
d
i
m
e
n
s
1
.559
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.312
.291
5.954
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
515.422
1
515.422
Residual
1134.460
32
35.452
Total
1649.882
33
F
Sig.
14.539
.001
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
a
Std. Error
66.877
25.739
.614
.161
Kompetensi Kepribadian
Beta
t
.559
Sig.
2.598
.014
3.813
.001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
158.98
172.49
164.94
3.952
34
-11.350
10.948
.000
5.863
34
Std. Predicted Value
-1.508
1.910
.000
1.000
34
Std. Residual
-1.906
1.839
.000
.985
34
Residual
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
a
216
217
Correlations
Profesionalisme Guru
Profesionalisme
Kompetensi
Guru
Kepribadian
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
**
.001
N
Kompetensi Kepribadian
.559
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
34
34
**
1
.559
.001
N
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Control Variables
-none-
a
Profesionalisme Correlation
Guru
Profesionali
Kompetensi
Kompetensi
sme Guru
Kepribadian
Pedagogik
1.000
.559
.550
Significance (2-tailed)
.
.001
.001
df
0
32
32
Kompetensi
Correlation
.559
1.000
.998
Kepribadian
Significance (2-tailed)
.001
.
.000
32
0
32
df
Kompetensi
Correlation
.550
.998
1.000
Pedagogik
Significance (2-tailed)
.001
.000
.
32
32
0
1.000
.195
Significance (2-tailed)
.
.278
df
0
31
df
Kompetensi
Profesionalisme Correlation
Pedagogik
Guru
Kompetensi
Correlation
.195
1.000
Kepribadian
Significance (2-tailed)
.278
.
31
0
df
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
218
Lampiran 6-3
Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi
Kepribadian secara bersama-sama dengan Profesionalisme Guru
b
Model Summary
Model
R
d
i
m
e
n
s
1
.574
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.329
.286
5.975
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
F
543.257
2
271.629
Residual
1106.625
31
35.698
Total
1649.882
33
Sig.
7.609
.002
a
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Pedagogik
a
Std. Error
80.615
30.152
3.043
2.756
-2.425
2.747
Beta
t
Sig.
2.674
.012
2.770
1.104
.278
-2.215
-.883
.384
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
158.73
172.32
164.94
4.057
34
-11.144
11.180
.000
5.791
34
Std. Predicted Value
-1.531
1.819
.000
1.000
34
Std. Residual
-1.865
1.871
.000
.969
34
Residual
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
219
220
a
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Total
N
Sum
Mean
Minimum
Maximum
Std. Deviation
a. Limited to first 100 cases.
Case Summaries
Kompetensi
Kompetensi
Profesionalisme
Pedagogik
Kepribadian
Guru
164
158
166
159
153
168
165
159
165
161
155
167
159
153
161
166
161
175
162
158
165
157
151
163
162
156
161
163
157
164
167
161
174
160
154
165
172
166
173
168
162
174
177
171
172
173
167
168
173
167
163
161
155
173
175
169
173
161
155
161
168
162
165
161
155
167
169
163
168
175
169
168
173
167
168
159
153
159
174
168
174
156
150
155
178
172
170
163
157
153
168
162
155
157
151
150
168
162
155
157
151
150
34
34
34
5631
5430
5608
165.62
159.71
164.94
156
150
150
178
172
175
6.457
6.436
7.071
221
Lampiran 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sri Kadarningsih, S.Pd.I
Tempat /Tgl Lahir
: Klaten, 1 Januari 1960
NIM
: 11.403.3.1.036
Alamat
: Tegal Mulyo, RT 01 RW 13 Gergunung, Klaten Utara,
Klaten
Riwayat Pendidikan :
1. MIM Tambongwetan Lulus tahun 1972
2. SMPN 3 Klaten, Lulus tahun 1975
3. SMAN 1 Klaten, Lulus tahun 1979
4. SI UNWIDHA Klaten, lulus tahun 2002
222
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
Download