PERLINDUNGAN SOSIAL LANJUT USIA

advertisement
PERLINDUNGAN SOSIAL
LANJUT USIA
[email protected]
Direktur Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
Depok, 27 Mei 2015
1
KERANGKA PAPARAN
• Kerangka Pembangunan Jangka
Panjang Indonesia
• Kebijakan Perlindungan Sosial dalam
RPJMN 2015-2019
• Perlindungan Sosial bagi Lansia
• Implikasi kebijakan
2
KERANGKA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
“Mendorong Indonesia menjadi negara maju melalui ”pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif
dan berkelanjutan”
ARAH RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
BIDANG PERLINDUNGAN SOSIAL (UU No. 17/2007)
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA
DAN BERKEADILAN
Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata, dan
dikembangkan untuk memastikan dan memantapkan
pemenuhan hak-hak rakyat akan pelayanan sosial dasar.
Sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang sudah
disempurnakan bersama sistem perlindungan sosial
nasional (SPSN) yang didukung oleh peraturan perundang–
undangan dan pendanaan serta sistem Nomor Induk
Kependudukan (NIK) dapat memberikan perlindungan penuh
kepada masyarakat luas secara bertahap sehingga
Pengembangan SPSN dan SJSN dilaksanakan dengan
memperhatikan budaya dan sistem yang sudah berakar di
kalangan masyarakat luas.
Pada tahun 2010-2030, karena perubahan struktur usia,
terjadi peningkatan jumlah lansia yg cukup signifikan. Pada
tahun 2050 diperkirakan menjadi 71,6 juta jiwa.
Beberapa implikasi:
- Penduduk produktif saat ini harus bekerja dan
mempersiapkan skema pensiun.
- Harapan hidup yang semakin tinggi membutuhkan
pengembangan kebijakan kelanjutusiaan.
3
9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
PEMBANGUNAN NASIONAL 2015-2019
1
Menghadirkan Kembali
Negara Untuk Melindungi
Segenap Bangsa dan
Memberikan Rasa Aman
pada Seluruh Warga
Negara
2
Membangun Tata Kelola
Pemerintahan yang Bersih,
Efektif, Demokratis dan
Terpercaya
4
Memperkuat Kehadiran
Negara Dalam Melakukan
Reformasi Sistem Dan
Penegakan Hukum Yang
Bebas Korupsi,
Bermartabat Dan
Terpercaya
Membangun Indonesia dari
Pinggiran dengan
Memperkuat DaerahDaerah dan Desa Dalam
Kerangka Negara Kesatuan
6
5
Meningkatkan
Produktivitas Rakyat dan
Daya Saing Di Pasar
Internasional
Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia
9
8
7
Mewujudkan Kemandirian
Ekonomi Dengan
Menggerakan SektorSektor Strategis Ekonomi
Domestik
3
Melakukan Revolusi
Karakter Bangsa
Memperteguh
Kebhinekaan dan
Memperkuat Restorasi
Sosial Indonesia
4
PERLINDUNGAN SOSIAL DALAM NAWA CITA
AGENDA KE 3:
MEMBANGUN INDONESIA DARI
PINGGIRAN DENGAN
MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH
DAN DESA DALAM KERANGKA
NEGARA KESATUAN
AGENDA KE 5:
MENINGKATKAN KUALITAS
HIDUP MANUSIA INDONESIA
Peningkatan Kualitas
Manusia dan Masyarakat
Pengurangan Kemiskinan dan
Kesenjangan
Arah & Strategi
Jaminan Sosial Untuk
Seluruh Rakyat
Arah & Strategi
Peningkatan perlindungan,
produktivitas, & pemenuhan hak
dasar penduduk kurang mampu
Perluasan & peningkatan
pelayanan dasar untuk
masyarakat kurang mampu
Peningkatan penghidupan
masyarakat kurang mampu dgn
pengembangan ekonomi lokal
Inklusivitas penduduk disabilitas
dan lansia
• Jaminan Kesehatan Nasional
• Jaminan Ketenagakerjaan
• Program Simpanan Keluarga
Sejahtera/Bantuan Tunai Bersyarat
• Asistensi Sosial Penyandang
Disabilitas
• Asistensi Sosial Lanjut Usia
• KUBE/UEP
•
•
Kesetiakawanan Sosial
Penguatan Lembaga Sosial
AGENDA KE 9:
MEMPERTEGUH KEBHINEKAAN
& MEMPERKUAT RETORASI
SOSIAL INDONESIA (REVOLUSI
MENTAL)
Meningkatkan pembudayaan kesetiakawanan sosial
dalam penyelenggaraan
perlindungan sosial
Arah & Strategi
Peningkatan penyuluhan sosial
untuk pendidikan dan
kesadaran masyarakat
Penguatan peran pemerintah
pusat, pemerintah daerah &
berbagai unsur masyarakat dlm
penyelenggaraan
kesetiakawanan sosial
Peningkatan jejaring kerja
kesetiakawanan sosial
5
SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL YANG
KOMPREHENSIF
TUJUAN
Preventive (Pencegahan):
Upaya pencegahan dan
penanggulangan risiko
kemiskinan.
Protective (Perlindungan):
Upaya pemberian pelayanan
dasar dan bantuan sosial
untuk jangka
pendek/darurat.
Promotive (Promosi):
Upaya meningkatkan
kapasitas, keahlian, dan
tingkat pendapatan.
Transformative (Transformatif):
Upaya reformasi sistem melalui
aspek hukum & kebijakan publik
untuk menghilangkan kerentanan &
ketidaksetaraan
RISIKO DAN KERENTANAN
Siklus Hidup Individual:
Kelaparan dan kekurangan
gizi, cedera, sakit, disabilitas,
ketuaan, kematian
Ekonomi:
Pengangguran, pendapatan
rendah dan tidak menentu,
krisis ekonomi
Sosial:
bencana sosial, ketelantaran,
ketiadaan aset (rumah tinggal
dan lahan).
Lingkungan:
Bencana alam, kekeringan,
banjir, kebakaran, man-made
disaster
STRATEGI
Asuransi Sosial
• Asuransi Kesehatan
• Minimum Guaranteed
Income
• Asuransi Pertanian
Kesejahteraan Sosial
• Penataan bantuan sosial
• Pelayanan sosial dasar
• Peningkatan kapasitas
• Program pendukung
(targeting, safeguarding,
Early Warning System)
Perlindungan Pekerja
• Jaminan Pensiun
• Jaminan Kematian
• Jaminan Hari Tua
• Jaminan Kecelakaan
Kerja
Jaring Pengaman Sosial
• Bantuan darurat
• Subsidi harga
• Subsidi pangan
• Targeted Safety Net: (lapangan
kerja sementara, pelatihan
kembali, makanan tambahan,
income transfers)
6
TRANSFORMASI JAMINAN SOSIAL
•
Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H (3): Setiap
orang berhak atas jaminan sosial….. Pasal 34 (2):
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah & tidak mampu sesuai
martabat kemanusiaan.
•
UU 40/2004 tentang SJSN menetapkan
penyelenggaraan program jaminan sosial
dilakukan dengan mekanisme asuransi sosial.
•
SJSN bertujuan memberikan kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup yg layak apabila terjadi hal2 yg
mengakibatkan hilang atau berkurangnya
pendapatan karena sakit, kecelakaan,
kehilangan pekerjaan, dan memasuki usia
lanjut atau pensiun  transformasi ke arah:
 Upaya pemenuhan hak konstitusional warga
negara;
 Pengaturan yg menjamin kesamaan hak dan
kewajiban bagi seluruh warga negara;
 Penyelenggaraan oleh badan publik nirlaba
 Masyarakat menjadi klien pembangunan
yang lebih partisipatif
2014
INFORMAL
JAMKESMA
S
JAMKESDA
ASKES
JAMSOS
TEK
BPJS
KETENAGAKERJAAN
PT.
JAMSOSTEK
JAMINAN
KEMATIAN
JAMINAN
HARI TUA
YANKES
ASABRI
TASPEN
BPJS
KESEHATAN
2029
PT.ASKES
JAMINA
N KEC
KERJA
TNI/
POLRI
2015
JAMINAN
PENSIUN
JAMINAN
HARI TUA
JAMINAN
PENSIUN
JAMINAN
HARI TUA
Sumber: UU No. 40/2004 Tentang SJSN
7
ARAH KEBIJAKAN LANJUT USIA DALAM
RPJMN 2015-2019
1. Peningkatan pemenuhan hak dasar dan inklusivitas penyandang disabilitas, lansia, serta kelompok
masyarakat marjinal pada setiap aspek penghidupan:
a. Meningkatkan advokasi regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak dasar
penduduk penyandang disabilitas, lanjut usia, masyarakat adat, dan kelompok masyarakat marjinal lain;
b. Meningkatkan penyuluhan sosial untuk pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan
inklusif bagi penyandang disabilitas, lanjut usia, dan kelompok marjinal lainnya.
Pensiun
Berbasis
Kontribusi
Pensiun
Perlindungan
Keuangan
Perlindungan
Sosial Lanjut
Usia
Tabungan Hari
Tua
Pensiun Sosial
(Berbasis
Bansos)
Formal
Informal
Kesehatan
Perlindungan
Non
Keuangan
Perawatan
Berbasis
Kontribusi
(Long Term Care)
Pemberdayaan
Berbasis
Bansos
(Yansos)
Active Aging
Inklusivitas
Sudah diselenggarakan melalui SJSN.
Sudah diselenggarakan melalui KemenSos dgn cakupan terbatas.
Belum ada
2. Memperkuat Skema Perlindungan Sosial bagi Lansia:
a. Penguatan bantuan dan jaminan sosial bagi lansia
melalui: (i) perluasan cakupan bansos, (ii)
pengembangan skema pensiun termasuk bagi
penduduk pekerja di sektor informal;
b. Perluasan jangkauan dan meningkatkan
inklusivitas layanan publik bagi lansia, termasuk
jaminan kesehatan dan skema jaminan sosial
lainnya;
c. Penguatan layanan sosial berbasis komunitas bagi
lansia;
d. Peningkatan ketersediaan, kualitas, dan
kompetensi SDM Kesejahteraan Sosial lansia;
e. Peningkatkan kualitas hidup lansia ditingkat
masyarakat melalui perluasan pemanfaatan
teknologi informasi digital untuk mengurangi 8
ekslusi sosial.
KEBIJAKAN UNTUK LANSIA SAAT INI
Dasar Hukum
• UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia
• UU No. 12 Tahun 1995 tentang Kemasyarakatan
• UU No 10 tahun 1992, tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.
• UU No.11 tahun 1992 tentang dana pensiun
• UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
• KepPres No. 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional
Lanjut Usia.
• KepPres Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang
Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia
• PP No. 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia.
Selama sistem jaminan sosial yang komprehensif belum
terbangun, pelaksanaan kesejahteraan sosial lebih
mengemuka.
• Hingga saat ini, prioritas diberikan bagi lansia telantar
(seseorang yang berusia 60 tahun< karena faktor-faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar baik
jasmani, rohani maupun sosial).
• Mengutamakan kegiatan perlindungan dan rehabilitasi
sbb:
REGULER PANTI
DAY CARE
HOME CARE
KUBE/UEP
ASLUT
Pemenuhan
kebutuhan dasar lanjut
usia yang tinggal di
panti
Peningkatan kegiatan
dan aktualisasi lansia yg
tinggal sendiri/ bersama
keluarga melalui
pelayanan panti/Dinas
Sosial
Pemenuhan kebutuhan
dasar dan pendampingan
lansia terlantar/hidup
sendiri di rumah (2-3x
visits/minggu oleh
pekerja sosial)
Peningkatan
penghasilan dan
pendapatan lanjut
usia yg masih
dapat produktif
Asistensi Sosial untuk
Lanjut Usia Telantar
(Rp300 ribu/bulan).
Dimungkinkan partisipasi
masyarakat setempat
untuk lansia telantar.
9
PENTINGNYA PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
LANSIA KE DEPAN
GPD PER KAPITA VS PROPORSI LANSIA DI INDONESIA DAN
BEBERAPA NEGARA LAINNYA
SUPPORT RATIO
12
10
8
6
4
9
10
60 000
10
USA
50 000
GDP/Capita
10
8
7
7
6
4
3
40 000
30 000
20 000
Singapore
2
Malaysia
Korea
Europe
China
0
0 Indonesia
5
10
15
20
Viet Nam % of 60+
0
1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 2040 2050
Japan
Thailand
10 000 Philippines
2
Australia
25
30
35
Source : World Health Statistics 2008 in Ogawa &Toshihiro (2009)
 Lansia yang sehat dan mandiri akan tetap produktif sebagai bagian dari sumberdaya ekonomi.
• Lansia berpotensi memperkuat kohesi atau modal sosial (social capital) antar kelompok penduduk maupun lintas generasi.
• Pemberian layanan sosial bagi lansia lebih mudah dari sisi verifikasi, moral hazard, politis, & HAM.
 Peningkatan jumlah lansia akan diikuti oleh penurunan Support ratio (perbandingan antara pekerja dan lansia).
• Hal ini berpotensi mengurangi jumlah pembayar pajak.
• Bila tidak disiapkan jaminan sosial yang memadai bagi lansia akan menjadi beban (fiskal).
10
KERENTANAN KELUARGA MISKIN SAAT INI
Karakteristik ART pada Sektor Pertanian, Peternakan, dan
Perikanan
Persentil 10%
Persentil 12%
Persentil 15%
Petani, Nelayan, Peternak
2,734
2,249
dalam ribuan
1,907
1,307
1,227
963
936
Jiwa
1,828,403 2,161,562 2,562,120
b Anak Usia SD (7-12 thn)
Jiwa
2,295,566 2,666,583 3,201,264
c Anak Usia SMP (13-15 thn)
Jiwa
1,049,460 1,231,591 1,507,110
d Anak Usia SMA (16-18 thn)
Jiwa
918,561 1,060,006 1,260,230
e Siswa SD*
Jiwa
2,437,239 2,829,842 3,405,491
f Siswa SMP**
Jiwa
375,010
447,081
552,563
g Siswa SMA***
Jiwa
129,389
158,752
206,719
h Lansia 60 thn atau lebih
Jiwa
i Lansia 70 thn atau lebih
Jiwa
610,421
715,079
862,081
j Lansia 75 thn atau lebih
Jiwa
342,553
394,166
469,430
Total Individu
Jiwa
% dari total Individu
Jiwa
1,453,734 1,693,153 2,043,839
11,440,336 13,357,815 16,070,847
37.07%
36.44%
35.53%
830 846
767
756
677
626
618
804
336
257
215
974
1,059 1,021
a Balita (0-4 thn)
456
372
307
179
147
136
Sumber: Susenas 2013 Triwulan III
152
106122
11
SEBARAN DAN PROPORSI LANSIA
(60+) TERHADAP JUMLAH
PENDUDUK
DIY
BALI
JATENG
SULSEL
JATIM
NTB
JABAR
SULUT
KALSEL
SULTRA
NTT
BANTEN
SUMBAR
GORONTALO
LAMPUNG
MALUKU
KALBAR
SULBAR
NAD
KALTENG
BABEL
SUMSEL
SULTENG
JAMBI
BENGKULU
SUMUT
KALTIM
MALUT
RIAU
KEPRI
DKI
PABAR
PAPUA
18.76%
13.93%
12.38%
12.16%
11.81%
10.03%
9.78%
9.59%
9.35%
9.22%
8.81%
8.17%
8.00%
7.84%
7.65%
7.53%
7.33%
7.05%
7.03%
7.01%
6.78%
6.67%
6.25%
6.15%
5.90%
5.84%
5.81%
5.55%
4.65%
4.36%
3.90%
2.37%
1.00%
(PPLS 2011)
PEMIKIRAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
KELANJUTUSIAAN KE DEPAN
1. Penguatan kerangka regulasi dan kelembagaan  a.l. mengintegrasikan isu kelanjutusiaan dalam agenda
pembangunan nasional, RAN HAM, Stranas Kelanjutusiaan, penguatan Komnas Lansia, Pokja lintas K/L utk isu
lansia.
2. Penguatan database dan registrasi lansia (PMKS, PBI, dan adminduk).
3. Melanjutkan bantuan sosial sebagai program jaring pengaman (benefit terbatas)
4. Social Services and Care  Human Resources, baik Professional (Doctor, Nurse, Occupationist, Nutritionist, Social
worker, Care Manager) dan Non-professiona (Nurse Assistance,Paid Care Giver, Family Care Giver).
5. Community based care  PUSKESMAS & POSYANDU LANSIA, institusi masyarakat lainnya termasuk elderly
volunteer
6. Pengembangan berbagai kebijakan kelanjutusiaan (tantangan ke depan):
a. Long Term Care Financial System:
• Ratio of Elderly Health expenditure under National Health System (civil servant welfare, social security, and
UHC).
• Elderly Care Giver, Elderly Care Model di perkotaan, Elderly Care saat bencana, Elderly Long Term Care
b. Skema contributory pension (sulit bila sebagian besar bekerja di sektor informal). Contoh: Old Age Pension Fund
Thailand (2014): pembayaran pensiun 15 tahun, memperoleh pensiun mulai usia 55 tahun.
c. Skema social pension: universal atau targeted (beban fiskal besar vs. cakupan target yg terbatas)  contoh
Monthly Subsistence Allowances.
- 60 – 69 Year 600 baht (20 USD)
- 70 – 79 Year 700 baht
- 80 – 89 Year 800 baht
- +90 Year 1,000 baht
13
PENGEMBANGAN PENSIUN SOSIAL
 Pensiun sosial adalah salah satu solusi terbaik untuk mencakup lansia yang belum pernah mempersiapkan
tabungan hari tua (informal dan miskin).
• Dalam hal penduduk miskin masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, mereka tidak akan
memprioritaskan tabungan pensiun. Pada situasi ini pensiun berbasis kontribusi tidak bisa optimal.
• Pensiun sosial memiliki resiko membebani anggaran pemerintah/APBN, untuk itu pelaksanaannya harus
diarahkan untuk:

Menerapkan elijibilitas yang definitif untuk mengurangi beban APBN (misal: hanya untuk lansia
miskin/telantar dan usia sangat lanjut; dibayarkan dalam jumlah yang sama, tanpa memperhitungkan
jumlah lansia dan keluarga).

Aturan elijibilitas fleksibel sesuai dengan perubahan struktur penduduk, misalnya perubahan UHH &
tingkat kemiskinan.
Seiring dengan perbaikan ekonomi dan pengetahuan penduduk, dalam jangka panjang cakupannya harus
berkurang dan digantikan dengan pensiun berbasis kontribusi.

 Pengembangan pensiun berbasis kontribusi untuk sektor informal pada usia kerja, baik miskin maupun tidak
miskin, perlu memperhatikan aspek-aspek berikut:
• Peningkatan pemahaman pentingnya pensiun dan perlindungan hari tua
• Sistem kontribusi dan pengambilan manfaat yang fleksibel.
• Kemudahan pendaftaran dan pembayaran.
• Insentif/Subsidi untuk beberapa golongan peserta melalui subsidi premi pemerintah atau tautan dengan
program lain dan menjadikannya wajib bagi peserta program tersebut. Misal: peserta KUBe diwajibkan untuk
14
menyisihkan keuntungan sebagai tabungan pensiun.
TAHAPAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN
FINANSIAL LANSIA INFORMAL SEKTOR MISKIN
Saat Ini
Usia
Kerja
• Stimulan ekonomi dan
bantuan sosial
• Pendidikan keuangan
dan fasilitasi/subsidi
tabungan hari tua &
pensiun
• Stimulan ekonomi dan
Lansia
bansos
Awal
• Pendidikan keuangan
58-70 th
menabung u/ hari tua
+ subsidi/insentif
Lansia
di atas
70 th
• Belum pernah
menabung
• Diberikan pensiun
sosial, bansos, dan
layanan sosial lainnya
T+1
10 -15 tahun
mendatang
T+2
25 – 30 tahun
mendatang
SUSTAINABILITAS SISTEM
• Beban pensiun sosial berkurang
• Kemandirian lanjut usia meningkat
• Stimulan ekonomi dan
bantuan sosial
• Pendidikan
pengelolaan keuangan
• Lanjutkan menabung
• Sebagian memiliki
• Sebagian memiliki
tabungan, pensiun
tabungan dan pensiun,
sosial diberikan selektif
pensiun sosial
• Layanan sosial lainnya
diberikan selektif
• Layanan sosial lainnya
15
PERAWATAN JANGKA PANJANG
(LONG-TERM CARE)
 Long-Term Care merupakan bagian dari proses
penuaan (Kondisi kronis, penurunan fungsional,
keterbatasan ADL/ ketergantungan, kebutuhan LTC
 Tujuan LTC:
• Bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL),
mencakup kegiatan perawatan diri sendiri, mobilisasi, dan
menggerakkan anggota tubuh (berjalan, bangun dari
kursi, mandi, sikat gigi, berpakaian, buang air, makan, dll).
• Bantuan untuk melakukan aktivitas instrumental seharihari (I-ADL), yakni kegiatan yang mendukung kemandirian
(membersihkan rumah, memasak, belanja, mengunjungi
dokter, mengatur keuangan, dll).
• Layanan pemeliharaan kesehatan.
Penyediaan Layanan Long-Term Care
InstitutionalBased
CommunityBased
 3 komponen utama LTC:
• Pemerintah: penyediaan sistem asuransi LTC dan layanan
berbasis institusi
• Masyarakat: penyediaan berbasis komunitas
• Rumah Tangga: penguatan kapasitas rumah tangga
Home-Based
16
KEGIATAN KELANSIAAN BERBASIS
MASYARAKAT
Indirect (Advokasi)
Direct (Intervensi)
Sinergi dalam berbagai kegiatan
• Ketahanan pangan
• Keterkaitan dg program2
Pemerintah
• Penghidupan
• Promosi perlindungan
dan HAM
• Hak dan kebutuhan
dasar
• Jejaring dan Federasi
• Kesehatan & asuransi
OPA
• Kesehatan lansia
• Homecare
• Kemandirian
• Kebencanaan
• Kegiatan sosial
Sinergi dalam berbagai kegiatan
Older Citizen monitoring
BANGLADESH
Advocacy
Older People Associations
Older People Clubs
Older People Associations
Older People Associations
INDONESIA
THAILAND
CHINA
CAMBODIA
Direct Intervention
Association for the Elderly
VIETNAM (Govt.)
Older People Associations
Older People Organizations
Intergenerational Self-help Clubs
Older People Self help Groups
PHILIPPINES
VIETNAM
MYANMAR
CHINA (Govt.)
17
PENDEKATAN BARU KELANSIAAN BERBASIS
MASYARAKAT
Pendekatan lama
Vertical focused (fokus hanya di wilayah
tertentu/pilot)
Umumnya ditentukan oleh
pemerintah/pelaksana
Pendekatan Baru
Multi-functional – mendorong sinergi
Komunitas yang menentukan kebutuhan –
pendekatan inklusif
Lansia sebagai obyek
Meningkatkan local ownership,
kemandirian dan keberlanjutan
Local ownership, kemandirian dan
keberlanjutan rendah
Biaya lebih murah
Relatif mahal
Membutuhkan dukungan 2-3 tahun (Cth
Vietnam) dan ada exit strategy
Dukungan untuk jangka panjang (tidak
ada exit strategy)
Sulit direplikasi secara nasional (tidak
adanya alat mereplikasi)
Sumber: Helpage’s community development model
Dapat direplikasi untuk tingkat nasional
Terdapat alat dan strategi yg terstandar
18
KELEMBAGAAN LANSIA
BERBASIS KOMUNITAS (OPAs)
OPA merupakan sebuah model
pembangunan berbasis komunitas
yang bertujuan memperbaiki
kesejahteraan lanjut usia (termasuk
yg miskin), beserta keluarga dan
komunitasnya.
Different names, same concept:
• Older People’s Association (OPA)
• Older People’s Clubs (OPC)
• Older People's Organizations (OPO)
• Older People’s Self -Help Groups (OPSHG)
• Intergenerational Self-Help Clubs (ISHC)
Synergy
Mutual Support
Gender
&
ageing
Social &
cultural
Resource
Mobilization
& Self-help
Healthy &
active
living
Right &
entitlement
OPA
Homecare
(care)
Governance &
development
Income
security
Dynamic
Health
care &
insurance
DRR and
CCA
“Help community to help themselves”
Sumber: (HelpAge International)
Improve image
VIETNAM: INTERGENERATIONAL SELF HELP CLUB
• Mempromosikan partisipasi lintas generasi (70-80%
lansia, sisanya berbagai umur, laki/perempuan,
miskin/tidak miskin), meningkatkan local ownership
• Keanggotaan: 50-70 orang/ISHC, Board 5 orang, dan
Volunteers: 7-10 orang /ISHC
• Menerapkan iuran anggota
• pendekatan: transparansi, demoKratis, inklusif,
mandiri, baik untuk intervensi langsung maupun
advokasi
• Pengelolaan mandiri: perencanaan, implementasi,
laporan bulanan dan pembukuan, fund raising dan
M&E
• Melayani berbagai kebutuhan anggota dan
masyarakat, termasuk self-generated income
• Dukungan komprehensif untuk keluarga miskin
secara bergotong royong
• ISHC model dapat diterapkan di daerah perkotaan,
perdesaan, pesisir, dan pedalamanan.
• Mengembangkan: pilot, standardisasi, branding,
franchising
Peduli nutrisi
Latihan fisik regular
Physical Exercise Training Posters
20
CONTOH DARI BEBERAPA NEGARA
CHINA
THAILAND
1. Thai Older Persons Act: health services, keagamaan,
pekerjaan, aktivitas sosial, fasilitas sanitasi, transportasi
publik, entrance fees exemption, Monthly Subsistence
Allowances, perlindungan hukum, penyediaan
pemakaman
2. Long Term Care sub-committee mencakup: Home Care,
Home Base Rehabilitation, Home Health Care, Home
Nursing Services, Intermediate Care, Care Giver
3. Social Security berupa Old Age Pension Fund (2014)
4. Old Age Care Program (King’s birthday celebration):
• Min of Health: operasi jantung, katarak, gigi palsu.
• Min. of Sosial Dev’t: Multi-Purpose Senior Center in
Community (Pilot Project), Elderly Fund (Personal
Elderly Loan), Residential Home
5. Health and Elderly Care Volunteer Training Projects
6. Program terkait keagamaan
• Health Promotion Temple Project (2,000 Temple) and
Public Nursing Home (Pilot Project).
• Mosque : Elderly Community Rehabilitation Model
2011
7. Elderly Health Club (Register with Senior Citizen Council of
Thailand 12,000 Clubs)


Dimulai tahun 2010 (Strategic Plans)
Mengembangkan struktur 3 tier provision (daily care center
& multifunctional center di perkotaan dan perdesaan;
bertahap melalui pilot standarisasi, licensing, ability & need
assessment, quality assurance, IT based performance
evaluation, & monitoring management)
 Mengembangkan industri (jasa dan produk) yg melibatkan
lansia
 Merevisi UU tentang Hak dan Perhatian terhadap lansia
untuk penguatan perlindungan berbasis keluarga, jaminan
sosial, dan manfaat sosial lainnya, termasuk lingkungan yg
ramah lansia.
3-tier care service provision:
• Home-based care: healthy elderly, termasuk yg disable dan
tinggal di RT
• Community based care: daily care center sementara untuk
lansia dari keluarga miskin/bermasalah dan back up homebased care.
• Institution-based care: daily care, rehabilitasi, dan
emergency untuk lansia telantar dan disable.
21
LONG TERM CARE INSURANCE
JEPANG
KOREA SELATAN
 Kontribusi iuran LTCI (50-60%)  4.05% dari
iuran asuransi kesehatan.
 Service user’s co-payment (15-20%)
 Pajak pemerintah pusat (20-30%)
 Dilaksanakan oleh National health insurance
corporation (pusat dan daerah)
 Asistensi activities of daily living (ADL) dan
instrumental activities of daily living (IADL).
*Terpisah dari layanan kesehatan.
 Penyediaan berbasis rumah, komunitas, dan
panti
 Tidak ada perbedaan kelas kontribusi dan
manfaat
 Mencakup seluruh penduduk berusia 65
tahun keatas
 Penduduk berusia dibawah 65 tahun yang
mengidap penyakit terkait usia lanjut.
 Penentuan penerima program berdasarkan
assessment dengan 53 item pertanyaan
 Kontribusi iuran LTCI: 1/3 dari penduduk berusia
>65 tahun, 2/3 dari penduduk berusia 40-64 thn.
 Pajak pemerintah pusat dan daerah.
 Kontribusi dari penduduk >65 tahun dikelola oleh
pemerintah daerah. Kontribusi dari penduduk
berusia 40-64 tahun dikelola oleh pemerintah
pusat dan didistribusikan kepada pemerintah
daerah.
 Service user’s co-payment
 Sistem pembiayaan terpisah dari sistem jaminan
kesehatan
 Home care, adult day care, respite care, home
modification, pemberian alat-alat bantu, dan
kunjungan perawat.
 17% dari penduduk 65 tahun keatas berhak
menerima manfaat
 hanya 13,5% dari penduduk 65 tahun keatas yang
memutuskan untuk menerima manfaat.
 Penentuan penerima manfaat berdasarkan
assessment dengan 79 item pertanyaan
22
PENGEMBANGAN KOTA BARU YANG
INKLUSIF - RAMAH LANSIA
Checklist 83 items: a.l. Ruang terbuka hijau, ada
tempat istirahat, sarana publik yg age-friendly
(pavements, buidling, vehicles, penyeberangan yg
aman, perumahan yg aksesibel, kegiatan yg biayanya
memadai, pelibatan lansia di media dan kegiatan
masyarakat, dsb
23
Aging-Friendly Cities ( WHO, 2007)
PENGEMBANGAN SISTEM RUJUKAN DAN
LAYANAN TERPADU DI KABUPATEN/KOTA
Fungsi Teknis
Membuat kompilasi program-program yang ada
Mengumpulkan informasi mengenai karakteristik anggota
masyarakat
Menyeleksi anggota masyarakat berdasarkan karakteristik
dan kebutuhannya akan program-program terkait
menyusun pedoman proses penyeleksian anggota
masyarakat terhadap program tertentu
Mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak luar
mengenai kesesuaian program dengan karakteristik target
Proses pendaftaran dilakukan pada tempat PSA dan
pendataan langsung dari pintu ke pintu
Mengumpulkan informasi program pemerintah pusat,
propinsi, kabupaten dan LSM pada wilayah Kecamatan.
Menyebarluaskan informasi mengenai program-program
melalui sistem satu pintu informasi secara konvensional;
brosur, leaflet, dsb
Merancang program inovatif yg melibatkan kerjasama
dengan mesjid, gereja, pura, karang taruna, kelompok PKK,
13
radio, Kepala Desa, dsb.
KESIMPULAN
 Terus mengupayakan integrasi isu “Population Aging” ke dalam agenda
pembangunan nasional, termasuk pengembangan strategi, indikator dan indeks,
serta implementasinya  Perlu masukan dari berbagai hasil kajian/riset
 Kebijakan kelansiaan berbasis masyarakat perlu terus dikembangkan karena
efektif meningkatkan keadilan, keberlanjutan, dan inklusif.
 Penguatan database, registrasi lansia dan Monev
 Mengembangkan Long Term Care Financial System dan skema pensiun sosial
 Pelatihan dan pengembangan SPM kelanjutusiaan: Institutional Care dan Noninstitutional Care
TERIMA KASIH
25
Download