KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500842; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN PERS Klarifikasi atas Berita yang Tidak Tepat Mengenai Kenaikan Quota ke 14 IMF Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas Fitra) telah menyampaikan pernyataan yang tidak tepat ke publik melalui berbagai media elektronik terkait kenaikan ke 14 kuota IMF (14th IMF Quota Reform) dengan menyatakan diantaranya Pemerintah melakukan pembayaran sebesar Rp 38 triliun tanpa melibatkan parlemen (anggaran siluman). Terhadap pernyataan yang tidak tepat dan meresahkan tersebut, kami perlu menyampaikan klarifikasi dan penjelasan sebagai berikut: 1. Isu Pembayaran tanpa melibatkan DPR (anggaran siluman) Kami menegaskan tidak ada pembayaran sebesar Rp 38 triliun atas 14th IMF Quota Reform pada APBN 2013, APBN-P 2013, maupun APBN 2014. Demikian pula, tidak ada pembayaran atas hal tersebut melalui cadangan devisa yang sudah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Sesuai dengan asas transparansi dan tata kelola yang baik sebagaimana diatur diantaranya dalam UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pembayaran atas kewajiban dan investasi kepada pihak terkait baik di dalam maupun luar negeri dilakukan dengan mekanisme ketentuan yang berlaku termasuk pengajuan anggaran untuk mendapatkan persetujuan DPR. 2. Reformasi kuota IMF ke-14 adalah hasil perjuangan berat negara-negara berkembang yang selama ini berpandangan bahwa struktur kuota di IMF tidak adil bagi kepentingan negara-negara berkembang. Perjuangan negara-negara berkembang termasuk yang dilakukan oleh Indonesia di forum-forum multilateral, G20 dan Sidang-sidang IMF, akhirnya membuahkan hasil penting dengan meningkatnya kuota negara-negara berkembang dari 44% suara menjadi 47% suara di IMF. Namun demikian, Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya berpandangan bahwa hasil ini masih belum cukup, sehingga terus memperjuangkan lebih lanjut untuk bisa memiliki mayoritas kuota suara di IMF. Dengan begitu, kepentingan negara-negara berkembang akan semakin diprioritaskan dalam keputusan-keputusan yang akan diambil oleh IMF di masa yang akan datang, tidak 1/ 2 seperti di waktu yang lalu. Peran Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya yang semakin penting dalam menentukan arah perkembangan ekonomi dan keuangan internasional yang lebih adil dan berpihak kepada negara-negara berkembang mesti terus diperjuangkan 3. Selanjutnya, Indonesia telah menyampaikan persetujuan atas 14th IMF Quota Reform itu. Persetujuan dilakukan pula oleh negara-negara berkembang lainnya (termasuk pengkritik program IMF di masa lalu) seperti Brasil dan Argentina, dan juga seluruh negara ASEAN. Persetujuan dalam hal ini bukan berarti secara otomatis melakukan pembayaran karena pembayaran sangat bergantung kepada kemampuan setiap negara anggota. 4. Pembayaran untuk kuota Indonesia dalam struktur baru adalah sekitar 0,97%, yang adalah setara dengan peningkatan jumlah dana sebesar Rp 38 triliun yang dilakukan melalui penempatan cadangan devisa, bukan dari APBN. Penempatan devisa tersebut tidak mengurangi jumlah devisa Indonesia yang saat ini dikelola Bank Indonesia. Pembayaran melalui cadangan devisa tersebut akan dikonsultasikan dengan pihak legislatif sesuai mekanisme yang diatur oleh ketentuan yang berlaku. Demikian keterangan pers disampaikan untuk dapat menjadi perhatian dan mengklarifikasi pernyataan-pernyataan yang keliru di media mengenai hal ini. Jakarta, 17 Juni 2013 Informasi lebih lanjut hubungi: Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Telp. (021) 34831678 Faks. (021) 34831677 2/2