kemampuan dokter mengelola penyakit secara mandiri

advertisement
xviii
INTISARI
KEMAMPUAN DOKTER MENGELOLA PENYAKIT
SECARA MANDIRI DI FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT PERTAMA DI INDONESIA : STUDI KASUS
DI INDONESIA
Wahyudi Istiono
Latar belakang: Dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Indonesia secara menyeluruh, berimbang dan terjangkau, maka
Pemerintah telah menyiapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang, mulai dari
pelayanan primer, sekunder dan tersier, seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan
utama setiap individu di Indonesia. Namun kondisi pelayanan primer di Indonesia
saat ini sangat heterogen, hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis,otonomi
Pemerintah Daerah, antropologi penduduk, epidemiologi penyakit, ketersediaan
sumber
daya
profesional
kesehatan,
utamanya
dokter,
serta
sarana pendukungnya, baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), FKTP
Dua ataupun FKTP Tiga.
Kemampuan dokter pelayanan primer telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2006 yang sudah diperbaharui tahun 2012, dimana
implementasinya sangat tergantung dengan keputusan dokter sampai dimana yang
bersangkutan dapat melaksanakan pekerjaannya. Keputusan ini mengacu pada
evaluasi diri terhadap kemampuannya, persepsi kemampuan dokter sebagaimana
tersebut di atas sangat menentukan apakah pasien tersebut dapat dilayani paripurna
atau dirujuk. Pada tahun 2011 telah diperoleh data evaluasi diri tentang kemampuan
dokter (18 dokter umum) di Kabupaten Gorontalo dalam mengelola kasus masih di
bawah standar yaitu dari 132 daftar kasus harusnya dapat dilakukan sampai dengan
follow up sampai paripurna ternyata hanya 8 kasus saja yang mempunyai rerata
sampai dengan paripurna sesuai standar SKDI. Hal ini mendorong peneliti melakukan
penelitian di kabupaten lain di berbagai wilayah di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui kemampuan dokter mengelola penyakit secara mandiri di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Indonesia.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kualitatif dengan pendekatan studi
kasus terhadap kemampuan diri profesi dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama
di Indonesia khususnya di di Kota Bontang; Prov. Kepulauan Riau; Kota Yogyakarta;
xix
Kab.Sleman; Kota Kediri; Kab. Alor dan Kab. Gianyar. Kuesioner evaluasi diri
dikembangkan Level Kompetensi SKDI 2006 dikomparasikan dengan wawancara
dan focus group discussion (FGD) dan observasi.
Hasil dan Kesimpulan: Kemampuan dokter dari Kota Bontang (20 dokter); Prov.
Kepulauan Riau (22 dokter); Kota Yogyakarta (31 dokter); Kab.Sleman (26 dokter);
Kota Kediri (10 dokter); Kab. Alor (23 dokter) dan Kab. Gianyar (52 dokter)
menggambarkan evaluasi diri kemandirian mengelola penyakit lebih rendah dari
kemampuan maksimal yang diharapkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2006.
Tingkat kemampuan mengelola penyakit secara mandiri terdistribusi dari 15,5% 55,5%, hal ini menunujukkan bahwa kualitas pelayanan dokter di layanan primer
masih memprihatinkan. Faktor yang berkontribusi dalam hal ini antara lain kurangnya
pemahaman dan pelatihan prinsip-prinsip layanan primer yang berpusat pada pasien
serta ditunjang dengan kurangnya fasilitas di setting layanan kesehatan primer. Dua
hal mendasar tersebut menyebabkan ketidakmandirian dokter yang bekerja di layanan
primer dan mengandalkan rujukan ke layanan sekunder dan tersier.
Walaupun kualitasnya belum maksimal, tetapi dari segi kuantitas, jumlah dokter di
Indonesia hampir ideal, dengan rasio 1:2500, yang artinya sudah tersedia hampir
90.000 dokter di layanan primer di antara 250 juta penduduk Indonesia.
Kekurangannya hanya sekitar 10.000 dokter yang dapat dipenuhi dalam jangka waktu
sekitar 1-2 tahun. Apabila pendidikan dokter dilaksanakan selama 8-9 tahun, maka
akan diproduksi dokter layanan primer sekitar 7000 dokter setiap tahunnya. Sehingga
diperhitungkan dalam waktu 10 tahun yang akan datang, diperkirakan akan ada
sekitar 70.000 dokter layanan primer dengan kualitas yang ideal. Hal ini akan
menjadi lebih baik lagi apabila ditambah dengan peningkatan kualitas pelayanan
dokter yang sudah lama bekerja di layanan primer, dari level 3 menjadi level 4 untuk
145 kasus berdasarkan SKDI 2012. Untuk itu, perlu dukungan dari berbagai pihak
terkait.
Kata kunci : kemampuan dokter mandiri, layanan primer, kedokteran keluarga
1
ABSTRACT
THE DOCTORS’ ABILITY IN MANAGING CASES IN INDONESIAN
PRIMARY CARE INDEPENDENTLY
Background: The Indonesian government has ordered three health care level as
primary-secundary and tertiary care to provide the whole people in Indonesia with
comprehensive and affordable service. However, the primary care condition in
Indonesia is very heterogeneous, it is influenced by geographic profile, local
government‟s autonomy, anthropology, epidemiology, availability of its supporting
facilities.
In another side, the ability of primary care doctors has been standardized in the
Indonesian Doctors Competency Standards (SKDI) in 2006. However, its
implementation really depends on the doctor's decision to put them on the real
practice. The decision then is reflected to the doctors‟ self-evaluation on their
abilities, whether the patient needs to be referred or managed independently.
Objective: To determine the performance of primary care doctors in managing cases
based on four levels of competency in SKDI 2006.
Methods: This study is a qualitative research with case study approach of primary
care doctors‟ self-evaluation. We used the SKDI standars questionnaire to explore the
doctors‟ ability and completed with FGDs. Self-evaluation questionnaire was
developed from Level Competence SKDI 2006 on the grounds that the concept of
self-evaluation has been done by many institutions as an internal audit. Competence
Level 2006 is a product SKDI competency standards set by the College of medicine
and legitimized by the Ministry of Health of Indonesia. The results of the study are
equipped with interviews and focus group discussion (FGD). The total sample are
177 doctors from 5 regencies (Bontang, Yogyakarta, Sleman, Kediri, Alor and
Gianyar regency) and one province (Riau archipelago province) who complete the
questionnaires and follow the FGDs.
Results: Most of the ability of physicians in Primary Care (FKTP) in dealing with
cases of the disease is one to two levels below the standard of competence four SKDI
2006. Based on the ability of FGD related to doctors have not been able to implement
the principles of primary care family medicine approach, their low self-esteem, lack
of confidence, support FKTP facilities are still inadequate, and the lack of local
government policy support for career development and quality of doctors in FKTP.
Keywords: doctors‟ ability, performance, primary care, family medicine
Download